teologi 13
By tuna at Januari 19, 2024
teologi 13
Okultisme yaitu kepercayaan mengenai kuasa-kuasa gelap yaitu kekuatan gaib di luar
kekuatan Tuhan.Jenis praktik okultisme yang ada pada masyarakat ialah kepercayaan terhadap roh
orang mati, jimat yang dianggap memiliki kesaktian untuk menjaga badan, dan ilmu kekebalan yang
diberikan oleh nenek moyang kepada keturunannya, sehingga membuat keturunannya menderita karena
sering manifestasi dan dirasuki oleh roh-roh jahat. Artikel ini mengkaji persoalan tadi.Teori mengenai
pelayanan eksorsis oleh Graham H.Twelftree dalam bingkai teoritis meneropong permasalahan
ini .Metode penelitian yang penulis lakukan untuk menulis artikel ini yaitu keterlibatan langsung
melihat, melayani dan interview kepada mereka yang terlibat kuasa okultisme. Penelitian ini dilakukan di
STT Abdi sabda Medan, Tiga hal yang menjadi temuan penelitian: Pertama, yang menyebabkan orang
terlibat dengan praktik okultisme yaitu karena diturunkan oleh nenek moyang yang melakukan praktik
okultisme. Kedua, akibat praktik okultisme baik terhadap orang yang melakukan dan terhadap
keturunannya yaitu memiliki dampak negatif, mereka akan sering mengalami manifestasi roh-roh jahat
juga tertekan secara fisik, psikologis dan secara rohani. Ketiga, Upaya yang dapat dilakukan untuk
menyembuhkan dan memulihkan seseorang agar terlepas dari kuasa okultisme yaitu melalui pelayanan
eksorsis.
Dalam praktiknya, okultisme yaitu praktik-
praktik yang dilakukan denganrahasia dan latar
belakang di luar logika manusia dengan peristiwa
yang gaib dan aneh. Pelaku okultisme mengarah
kepada sebuah hasrat untuk memiliki atau mengua-
sai atau menginginkan sesuatu atau juga merupakan
praktik akibat takut terhadap sesuatu kutukan
sehingga melakukan tindakan okultisme. Banyak
tindakan olkultisme yang kesemuanya ini pada
umumnya yaitu warisan dari nenek moyang turun-
temurun. Jika ditanya kenapa timbul kepercayaan
terhadap kuasa kegelapan atau okultisme di ka-
langan masyarakat sekarang? Hal ini memiliki
hubungan dengan kepercayaan akan okultisme itu di
kalangan masyarakat suku primitif (manusia pada
zaman sebelum sekarang).
Jenis praktik okultisme yang ada pada
masyarakat sekarang ini ialah spiritisme, ilmu ramal
atau tenung, ilmu sihir/magi, ilmu hitam (black
magic), ilmu putih (white magic), jimat-jimat yaitu
barang atau sesuatu benda yang mereka percayai
memiliki kuasa atau mengandung kesaktian dan di-
anggap berjiwa dan pada umumnya jimat ini dipakai
untuk penjagaan diri, pencapaian cita-cita atau pe-
nangkal/penakluk terhadap lawan. Tentu masih ba-
nyak lagi praktik-praktik okultisme yang sering di-
lakukan oleh orang walaupun dalam konteks masya-
rakat zaman modern sekarang ini khususnya juga di
kalangan masyarakat yang tinggal di desa. Kuasa
kegelapan bekerja dan memanifestasikan pengaruh
dalam berbagai bentuk, dari yang sederhana sampai
kepada yang luar biasa yang membuat orang terhe-
ran-heran dan terpikat, dari cara yang kuno sampai
kepada cara yang modern, yang membuat kuasa ke-
gelapan memasuki semua jenis lapisan masyarakat,
mulai dari yang primitif sampai kepada golongan
intelektual (para pejabat). Kuasa kegelapan juga me-
manifestasikan diri dalam berbagai nama, misalnya:
Jin, roh halus, hantu dan lain sebagainya. Dan hadir
diberbagai tempat dan bisa ditemukan diberbagai
media, benda-benda, binatang bahkan melalui ma-
nusia yang mengakibatkan manusia tertipu. Ada
anggapan bahwa berhubungan dengan roh tertentu
bukan sesuatu yang salah.
Hal ini juga yang sering penulis temui,
bahkan sejak ambil bagian dalam Tim Pelayanan
Pelepasan(Deliverence Ministry Team)selama 7
tahun lebih, sering atau bahkan banyak menemukan
kasus-kasus yang demikian. Secara khusus ketika
kami melakukan pelayanan pelepasan setiap tahun di
STT Abdi Sabda tempat ketika penulis dulu menye-
lesaikan studi Sarjana (S-1). Setiap tahun dalam pe-
layanan pelepasan untuk mahasiswa baru ada ba-
nyak mahasiswa yang mengalami manifestasi dalam
pelayanan pelepasan ini dan mereka yang
mengalami manifestasi biasanya ada yang saling
beradu atau saling serang satu dengan yang lain, ada
yang melompat-lompat sampai ke atas dan menja-
tuhkan dirinya sehingga tidak jarang fasilitas seperti
kursi plastik akan pecah atau hancur, ada juga yang
muntah-muntah, berteriak-teriak, menyiksa dirinya
sendiri bahkan melakukan serangan terhadap tim
yang melayaninya itulah sebabnya untuk melayani
seorang yang kena manifestasi dibutuhkan tim se-
banyak tiga atau empat orang dimana sebahagian
dari tim memeganginya dan sebahagian mendoa-
kannya.
Tujuan penelitian ini yaitu 1) untuk me-
nemukan faktor yang menyebabkan orang terlibat
dengan praktik okultisme atau kuasa kegelapan; 2)
untuk mengetahui dampak atau akibat yang di-
timbulkan dari praktik okultisme terhadap seseorang
yang melakukannya dan terhadap keturunannya; 3)
untuk memaparkan upaya yang dapat dilakukan
untuk menyembuhkan atau memulihkan seseorang
agar terlepas dari praktik okultisme.
Penelitian ini dilakukan di STT Abdi sabda
Medan, metode penelitian ini yaitu kualitatif
dengan cara melakukan analisa terhadap data-data
hasil penelitian serta studi literatur terkait. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini yaitu pengamatan dengan keterlibatan langsung
melihat, melayani mereka yang terlibat kuasa ke-
gelapan. Selain itu juga penelitian ini melalui studi
kepustakaan yakni dengan cara penulis mencari dan
mengambil data-data dari buku, artikel dan tulisan-
tulisan yang berkaitan dengan artikel ini.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
istilah okultisme berarti kepercayaan kepada ke-
kuatan gaib yang dapat dikuasai manusia (Alwi,
1987, p. 795). Pondsius dan Susanna Takaliung
mengatakan okultisme berasal dari kata Occult dan
Isme. Occult artinya gelap dan isme: artinya paham
atau ajaran. Jadi okultisme berarti paham atau keper-
cayaan mengenai kuasa-kuasa gelap, kekuatan gaib
diluar kuasa Tuhan (Pondsius & Takaliung, n.d. p,
8). Dalam Handbook of today’s Religion okultisme
dijelaskan sebagai hal-hal yang bersangkut paut
dengan hal-hal yang rahasia (things secret or
hidden) dan supranatural dan ditandai dengan keha-
diran kuasa jahat (the presence of demonic forces).
Jadi Okultisme dapat diartikan sebagai kepercayaan
kepada roh-roh di alam ini yang bisa menolong,
memberkati, menyakiti bahkan membunuh, memberi
keberuntungan, menyebabkan ketakutan, yang mem-
pengaruhi manusia untuk memujanya. Praktik okul-
tisme itu yaitu sesuatu yang rahasia (secret) atau
hidden from ordinary people (tersembunyi dari
manusia biasa). Okultisme juga sesuatu yang ma-
gical and mysterious (magis dan misteri).
Latar Belakang Praktik Okultisme dan Teori
Mengenai Okultisme
Salah satu bentuk kepercayaan agama suku
yang masih mempunyai pengaruh yang besar sampai
hari ini yaitu kepercayaan terhadap roh orang yang
sudah mati. Herbet Spenser (1820-1903) seorang
filsuf dan sosiolog asal Inggris menegaskan bahwa
agama-agama pada mulanya berasal dari kultus
penghormatan kepada leluhur (Spencer, 2009, p.
19). Pada umumnya di setiap agama suku ada ke-
percayaan bahwa roh orang yang mati masih berada
di dunia ini dan masih mempunyai hubungan dengan
orang yang hidup. Khususnya kepercayaan bahwa
roh nenek moyang (leluhur) masih mempunyai hu-
bungan dengan keturunannya yang masih hidup
dalam berbagai manifestasi, yang akan memberi
berkat (fortune) jika dihormati dan mengakibatkan
malapetaka (misfortune) jika diabaikan. Juga adanya
kepercayaan bahwa roh yang sudah mati ada yang
menjadi roh yang baik yang diyakini dapat meme-
nuhi keinginan misalnya: memberi keberuntungan,
kesuburan, melindungi dari bahaya dan roh nenek
moyang diyakini sebagai roh yang baik yang mem-
perdulikan kesejahteraan keturunannya. Dan roh
yang jahat yang diyakini mendatangkan bahaya,
bencana, penyakit, wabah, kerasukan dan kema-
tian.(Wulfhost, 2005, p. 19). Hal ini mengakibatkan
adanya sikap ketakutan terhadap roh yang jahat dan
berusaha mendapatkan perlindungan melalui dukun
(medium), dan terhadap roh yang baik memelihara
sikap hormat dan berterima kasih yang dinyatakan
dengan berbagai cara.
Seperti yang dijelaskan Krisnando dkk da-
lam konteks agama suku Batak yang mempunyai
pengaruh besar sampai saat ini yaitu adanya
kepercayaan bahwa roh orang mati khususnya roh
nenek moyang yang sudah menjadi falsafah orang
Batak yaitu, Hagabeon (banyak keturunan), Hamo-
raon (kekayaan) dan Hasangapon (kemuliaan),
berubah menjadi sumangot (suatu kekuatan atau
kuasa yang bisa melakukan sesuatu) kepada ketu-
runannya yang masih hidup. Keyakinan ini diung-
kapkan dengan istilah martondi namangolu marsu-
mangot namate artinya yang hidup mempunyai roh
dan sesudah mati rohnya berubah menjadi sumangot
dan juga menjadi begu (hantu). Hal ini dijelaskan
karena orang Batak percaya bahwa jika seseorang
telah meninggal, maka “daging gabe tano, hosa
gabe alogo, tondi gabe begu” yang artinya daging
jadi tanah, nafas jadi angin, roh jadi hantu.
juga mengatakan
sebahagian orang Batak sampai saat ini masih
mempercayai roh-roh nenek moyang mempunyai
kuasa atau kekuatan untuk dapat menolong, melin-
dungi, memberikan berkat bagi keturunannya karena
itu tidak jarang jika orang Batak ziarah ke makam
leluhur atau nenek moyangnya maka akan memba-
wakan sesajen berupa sirih, makanan kesukaan
nenek moyangnya atau makanan khas suku Batak,
memberikan rokok dan benda-benda lain dikuburan
nenek moyang dengan alasan bahwa agar roh nenek
moyang itu merokok, makan sirih dan makan-ma-
kanan yang diletakkan dikuburannya, menggali tu-
lang belulang dan mendirikan tugu-tugu kuburan
serta membuat pesta tugu ini karena takut jika
tidak dilakukan demikian maka roh nenek moyang
yang sudah meninggal akan marah. Selain itu orang
Batak memiliki pemahaman dengan melakukan hal
ini maka roh nenek moyang ini dapat
memberikan berkat kepada keluarga dan keturunan-
nya. Hutapea dalam bukunya juga mengatakan ma-
sih jelas terlihat sebahagian orang Batak masih sa-
ngat terikat terhadap roh orang yang sudah me-
ninggal, itu sebabnya masih gampang iblis menipu
orang Batak dengan cara kesurupan, banyak orang
percaya bahwa yang kesurupan itu yaitu roh orang
yang sudah meninggal. Sesungguhnya iblis yang
menyamar dengan menggunakan cara dan ciri orang
yang meninggal, tetapi hal demikian sangat kental
dipercaya oleh sebahagian orang Batak Kristen
Hutapea juga dalam bukunya mengatakan
bahwa faktor-faktor yang menyebabkan orang ter-
libat dengan praktik okultisme yaitu Pertama,
untuk menghormati orang tua karena alasan meng-
hormati dan taat kepada orang tua maka menerima
pusaka dan jimat-jimat yang diberikan orang tua
untuk perlindungan. Kedua, karena takut roh orang
yang sudah meninggal marah, biasanya karena takut
pada roh orang yang meninggal marah maka sering
melayani dengan memberikan dan melakukan se-
suatu kepada orang yang sudah meninggal melalui
pemberian sesajen dan berdoa dikuburan untuk me-
minta supaya roh yang sudah meninggal itu tidak
mengganggu dan tidak marah, karena jika roh orang
yang sudah meninggal itu marah menurut mereka
dapat menimbulkan berbagai masalah dan wabah
penyakit. Ketiga, karena dukun memakai hal-hal
yang rohani, dukun juga sering memakai hal-hal
atau benda-benda rohani yang justru biasanya digu-
nakan untuk pelayanan rohani seperti Alkitab, salib,
lilin, roti dan anggur perjamuan kudus sehinga hal
ini mengakibatkan banyak orang beranggapan bah-
wa hal itu berasal dari Tuhan. Keempat karena men-
datangkan keuntungan dan pertolongan. Kelima,
karena tuntutan adat istiadat, sebab adat istiadat
sering bercampur dengan praktik okultisme dan
dipakai Iblis untuk menipu manusia. Keenam, ka-
rena ada bukti-bukti yang meyakinkan, dan Ketujuh,
karena didorong oleh ketakutan yaitu mereka meng-
gunakan jasa kuasa kegelapan karena takut setan
mengganggu hidupnya segingga mencari pertolong-
an dari kuasa kegelapan ,
Surya Kusuma dalam bukunya “Okultisme :
Antara Budaya vs Iman Kristen”, menuliskan bebe-
rapa alasan yang mempengaruhi seseorang melaku-
kan praktik okultisme ialah pertama, pemahaman
yang salah tentang Allah. Konsep-konsep yang salah
tentang eksistensi, jati diri, kuasa Allah yang tran-
senden sulit dipahami penuh misteri dan tidak ter-
selami sehingga mendorong manusia berupaya men-
cari dan berkomunikasi dengan Allah melalui ber-
bagai cara yaitu tirakat, belajar berbagai mantera,
spiritisme, dan mempersonifikasikan Allah menjadi
mahluk, materi atau benda-benda ciptaan untuk di-
sembah dan dipuja. Kedua, perasaan tidak berdaya
ditengah alam semesta. Manusia menyadari dirinya
terbatas, lemah, dan tak berdaya di tengah alam
semesta yang penuh misteri dan aneka ragam
permasalahan kehidupan sehingga membawa manu-
sia untuk mencari dan menemukan kuasa yang dapat
menjamin, melindungi dan menanggulagi berbagai
kondisi yang ditemui dalam kehidupan di alam
semesta, hal inilah yang mendorong manusia untuk
mencari kesaktian, berbagai jimat, mantera serta ra-
malan dan berbagai ilmu penolak bala. Ketiga, usaha
manusia untuk memperoleh hidup aman, tenang dan
damai. Di tengah-tengah hidup yang penuh dengan
kesulitan, bencana, musibah, tragedi dan aneka
ragam bahaya untuk mengantisipasi semua permasa-
lahan ini manusia mendalami berbagai hal se-
perti ilmu ramal, horoskop, astrologi, pitungan, garis
tangan dan hal lainnya, tujuannya agar mereka ter-
hindar dari ancaman-ancaman yang sewaktu-waktu
menimpa hidup mereka. Keempat, kehendak hidup
sehat, awet muda, dan panjang umur. Kehendak hi-
dup sehat, awet muda dan panjang umur yang
membuat seseorang menggunakan susuk yang juga
yaitu bagian dari praktik okultisme. Kelima, per-
saingan, musuh dan bahaya.negatif. Perjuangan un-
tuk mengalahkan dan menghancurkan para pesaing,
musuh-musuh dan bahaya menarik orang-orang
terlibat ke dunia okultisme seperti tenung, santet,
dan magi untuk melindungi diri atau menyerang
orang lain. Keenam, nafsu memperoleh kekayaan
dan materi berlimpah. Ketujuh, peningkatan daya
pesona dan pemuasan nafsu. Ilmu tenung dan sihir
dimanfaatkan oleh orang tertentu agar mereka
memiliki daya pesona, daya rangsang dan kepuasan
seksual baik bagi dirinya maupun bagi orang yang
mencarinya ,
Dampak dari mereka yang melakukan prak-
tik okultisme yaitu secara fisik yaitu urat-urat sya-
raf terganggu. Secara psikologi yaitu mengalami de-
presi, ketakutan yang tidak normal dan memiliki pi-
kiran-pikiran najis. Secara rohani yaitu mati secara
rohani dan sikap tertutup terhadap Firman Tuhan,
malas berdoa, ragu terhadap Firman Tuhan dan ingin
menghujat nama Tuhan. Dampak bagi keturunan
yaitu keturunannya akan menjadi terkutuk,Alkitab
menyaksikan itu sampai keturunan ketiga dan ke-
empat (Keluaran 20), kutuk dari Allah akan meng-
akibatkan berbagai hal buruk, seperti munculnya
berbagai kesulitan dan penyakit serta penderitaan
bagi keturunan. Dampak kepada kekekalan yaitu
seperti dalam Firman Tuhan di Galatia 5:20-21 maka
tidak akan dapat bagian dalam kerajaan Allah jika
tidak mengalami pertobatan.,
Selanjutnya menurut Hutapea untuk memu-
lihkan dan menyembuhkan mereka dari kuasa okul-
tisme karena praktik-praktik okultisme yang dila-
kukan yaitu dengan melakukan pelayanan pele-
pasan dan mengusir roh-roh jahat dari mereka yang
terikat kuasa okultisme. Pelayanan pelepasan yaitu
salah satu amanat agung Yesus Kristus (Mat.10:8,
Mrk.6:7), pelayanan pelepasan sangat penting dalam
pelayanan gereja Tuhan di dunia ini. Hanya melalui
pelayanan pelepasan orang yang terikat kuasa okul-
tisme dapat dibebaskan, mengalami kesembuhan dan
menikmati pertumbuhan di dalam Tuhan ,
Pondsius dan Takaliung dalam bukunya me-
ngenai “Antara Kuasa Gelap dan KuasaTerang” juga
mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
orang terlibat praktik okultisme yaitu Pertama,
karena menghormati orang tua supaya panjang
umur, iblis sering menggunakan ayat Firman Tuhan
dalam Keluaran 20:12 yang mengatakan hormatilah
ayah dan ibumu, supaya lanjut umurmu, kita
memang wajib menghormati orang tua namun kita
harus menolak permintaan atau desakan mereka
untuk memegang jimat dan membawa kita ke dukun
dan menduakan Tuhan. Kedua, karena takut kepada
amarah orang yang sudah meninggal, orang melaku-
kan praktik okultisme yaitu untuk melayani orang
mati baik roh orang tua maupun roh nenek moyang
supaya mereka tidak marah terhadap anak-anak dan
cucu-cucunya yang masih hidup. Ketiga, karena du-
kun memakai hal-hal rohani dan benda-benda
rohani, dukun juga memakai hal-hal rohani seperti
Alkitab, salib, lilin, sisa roti dan sisa anggur maka
banyak orang yang menyangka bahwa hal itu berasal
dari Tuhan padahal hal ini merupakan tipu
muslihat. Keempat, kerena mendatangkan perto-
longan yang menguntungkan, orang menghalalkan
praktik okultisme karena mendatangkan keuntungan
besar baik uang, harta, kedudukan, kekuasaan mau-
pun kesembuhan dan sukses serta mujizat yang
spektakuler dan yang lain-lainnya namun seharusnya
tidak boleh tertipu karena keuntungan dari iblis pada
hakikatnya yaitu bencana besar, iblis tidak pernah
memberikan pertolongan yang cuma-cuma, dia me-
minta bayaran yaitu jiwa. Kelima, karena tuntutan
adat istiadat, yaitu adat istiadat yang melawan Fir-
man Allah dan adat istiadat kafir yang dicampur
dengan Firman Allah
Selanjutnya Pondsius dan Takaliung juga
mengatakan akibat bagi yang melakukan praktik
okultisme yaitu Pertama, akibat secara rohani yaitu
tertutup keras terhadap Firman Allah.Kedua, akibat
secara psikologi atau mental yaitu depresi, adanya
ketakutan yang tidak normal, kemarahan yang tidak
normal.Ketiga, akibat secara fisik yaitu urat syaraf
sakit karena mempraktikkan okultisme secara aktif
dan kematian yang tidak wajar. Keempat, akibat
dalam keluarga yaitu kekacauan terjadi dalam ke-
luarga karena roh pengacau diberi tempat dalam
keluarga sehingga semuanya menjadi kacau dan
berantakan. Kelima, akibat untuk keturunan berikut-
nya yaitu keturunan menjadi kacau dan terkutuk,
tidak normal, cacat, sial dan mendapat hukuman
turun-temurun (Kel. 20:4-5). Keenam, akibat untuk
kekekalan yaitu orang yang terlibat okultisme tidak
akan mewarisi kerajaan Allah (Gal. 5:20-21).
upaya
yang dapat dilakukan untuk memulihkan mereka
agar tidak terikat dengan kuasa okultisme yaitu me-
lalui pelayanan pelepasan dari belenggu okultisme
sehingga mereka yang terikat okultisme dibebaskan
secara tuntas dan benar-benar pulih , Jadi apa yang dikatakan oleh
Hutapea mengenai faktor-faktor orang melakukan
praktik okultisme, dampak atau akibat praktik okul-
tisme dan upaya yang dilakukan untuk memulihkan
atau melepaskan mereka dari kuasa okultisme sama
dengan apa yang dikatakan oleh Pondsius dan Taka-
liung dalam bukunya.
Alkitab menandaskan ada dua kuasa yang
sedang bekerja di dunia yaitu : kuasa terang (Allah)
dan kuasa kegelapan (Iblis) dalam segala manifesta-
sinya (1 Yoh.1:5-6, Yoh.8:12, Ef.5:8, 1 Pet.2:9).
Maka dapat dikatakan bahwa segala sesuatu yang
berada dalam kekuasaan Allah “Kerajaan Allah atau
kuasa terang” dan segala sesuatu yang di bawah
kekuasaan Iblis yaitu “kerajaan Iblis atau kuasa
kegelapan”, di mana iblis yang menjadi raja atau
penghulunya , Kuasa Allah
(terang) telah mengalahkan kerajaan iblis (gelap),
namun iblis masih berkuasa dan berusaha dengan
berbagai strateginya untuk menghambat orang di
dalam kerajaannya (kegelapan) untuk masuk dalam
kerajaan Allah (terang) dan berusaha memerangi
orang yang sudah berada dalam kerajaan Allah
(orang yang sudah percaya). Itulah sebabnya orang
yang sudah percaya menghadapi peperangan rohani
yaitu berperang dengan Iblis dengan segala antek-
anteknya yang disebut kuasa kegelapan, roh-roh
jahat, penghulu-penghulu dunia yang gelap (Ef.6:12,
1 Pet.5:8). Iblis tidak hanya menggoda dan menye-
satkan orang tetapi juga merasuk, menyiksa atau
menyakiti dengan berbagai tipu dayanya, dengan
menawarkan berbagai pertolongan yang membuat
manusia tidak berdaya melepaskan dirinya dari
kuasa kegelapan atau iblis ,
Banyak contoh-contoh kita temukan di dalam
Alkitab di mana orang-orang yang dirasuk setan dan
yang terikat dengan kuasa kegelapan mengalami
berbagai penderitaan. Ketidakpercayaan atau keti-
daktahuan tentang pekerjaan iblis, membuat banyak
orang termasuk orang kristen tertipu, dirasuk dan
terikat dengan kuasa kegelapan
Dari sebuah artikel yang berisikan hasil pe-
nelitian oleh Ward, dan Beaubrun mengenai The
Psycodynamic of Demon Possesion di Afrika tepat-
nya bagi masyarakat Trinidad yang menyebabkan
orang terikat dengan kuasa okultisme yaitu karena
masyarakat di sana masih banyak melakukan pe-
nyembahan terhadap nenek moyang, selain itu ke-
lompok masyarakat di Trinidad masih sering pergi
ke peramal yang disebut lookermen dan looker-
women (peramal laki-laki dan perempuan) untuk
mengetahui masa depan mereka. Mereka juga ber-
konsultasi kepada dukun (obeahmen) untuk menda-
patkan perlindungan, memperoleh jimat, menyem-
buhkan orang atau melakukan pembalasan dendam.
Dan masih banyak diantara masyarakat di Trinidad
jika sakit pergi ke dukun untuk berobat, walaupun
setelah berobat ke dukun mereka hanya mengalami
kesembuhan sementara dan setelah itu penyakit
mereka akan kambuh lagi dan semakin parah bahkan
sering mengalami manifestasi. Ada empat kasus di
Afrika didapat dari hasil penelitian dalam sebuah
artikel yang mengatakan bahwa ke keempat kasus
ini ketika mengalami sakit dan kerasukan
mereka pergi berobat ke dukun yang disebut
obeahman dan obeahwomen, setelah berobat ke
obeahman dan obeahwomen biasanya mereka sem-
buh namun hanya sementara saja dan justru aki-
batnya setelah mereka berobat ke dukun yaitu
mereka kembali mengalami kerasukan yang lebih
parah. Upaya yang dilakukan untuk memulihkan
mereka yaitu degan membawa mereka ke gereja
pentakosta di Trinidad dan dilayani di gereja ter-
sebut melalui pelayanan eksorsis, ada yang dilayani
sampai 32 kali, 100 kali, dan 3 kali pelayanan eksor-
sis. Di gereja pentakosta ini mereka mengalami
mujizat pemulihan melalui pelayanan pelepasan atau
eksorsis. Di mana gereja pentakosta ini sangat ber-
pegang pada teologi dasar Kristen dan secara khusus
memiliki khotbah yang penuh semangat dan kepe-
nuhan Roh Kudus
Kasus Mahasiswa Yang Terikat Kuasa
Okultisme di STT Abdi Sabda Medan dan Upaya
Pemulihannya
Ada beberapa penelitian terhadap mahasis-
wa di STT Abdi Sabda yang sudah dilayani melalui
pelayanan pelepasandan akhirnya pulih dari kuasa
okultisme. Kesaksian ini menceritakan tentang apa
yang menyebabkan mereka terlibat dengan praktik
okultisme dan apa dampak atau akibat yang ditim-
bulkan bagi mereka yang melakukan praktik okul-
tisme terhadap dirinya dan terhadap keturunannya
serta bagaimana upaya untuk menyembuhkan atau
memulihkan seseorang agar terlepas dari praktik
okultisme ini .
Pengalaman dan kesaksian Jefri Hamonang-
an Damanik yang dituliskan dalam buku “Pelayanan
Pelepasan dan Dampak Positifnya”, Jefri yaitu
salah seorang mahasiswa STT Abdi Saba Medan
angkatan 2012 yang pada saat itu juga dilayani da-
lam pelayanan pelepasan oleh tim pelayanan di STT
Abdi Sabda Medan. Yang menyebabkan jefri meng-
alami keterikatan kuasa roh jahat yaitu karena
keterikatan dengan keturunan dari desa sokkur, per-
nah pergi ke dukun, dan juga ompung (nenek mo-
yang) nya ada keterikatan dengan kuasa gelap.
Sehingga hal itulah yang melatarbelakangi kenapa
Jefri Damanik terikat pada kuasa kegelapan artinya
walaupun ompung (Nenek moyang) yang melakukan
tapi berdampak bagi dia sebagai pahompu (cucu)
nya. Pada Februari tahun 2013 diadakan pelepasan
bagi mahasiswa baru yang dilayani oleh tim pela-
yanan pelepasan dan dipimpin oleh Pendeta Jaha-
raianson Saragih. Ini pertama kalinya Jefri Damanik
mengikuti ibadah pelepasan. Pada saat itu Pendeta
Jaharianson dan anggota tim pelayanan membuka
pelayanan dengan ibadah . Namun saat mahasiswa
baru dituntun dalam bernyanyi maka Jefri Damanik
mengalami manifestasi yang sangat parah. Dia tidak
dapat menguasai dirinya sehingga tubuhnya dikuasai
oleh kuasa Iblis dan berlangsung selama tiga jam
lebih. Tim yang menyaksikannya melihat saat Jefri
mengalami manifestasi ada roh yang bermanifestasi
dalam tubuhnya.Yang pertama yaitu roh gorilla,
pada saat itu tubuhnya menunjukkan tubuh gorilla.
Yang kedua yaitu roh harimau, pada saat itu Jefri
Damanik mencakar-cakar seperti harimau, melom-
pat-lompat layaknya suara dan gerakan harimau.Roh
yang ketiga yaitu roh orang yang sudah meninggal
yang mengaku sebagai ompung (Nenek moyang)
dari Sokkur. Saat itu tim pelayanan pelepasan ber-
nyanyi dan berdoa serta memimpin melakukan doa
pemutusan dan menengking roh jahat yang ada di
dalam diri Jefri dan setelah dilayani kurang lebih
selama tiga jam akhirnya roh jahat yang ada di da-
lam diri Jefri pergi walaupun demikian Jefri belum
pulih dan perlu pelayanan lanjutan kepadanya.
Setelah dilayani dalam pelayanan pelepasan,
Jefri sangat sering mengalami manifestasi dengan
berbagai bentuk roh jahat yang ada ditubuhnya, bah-
kan hampir setiap hari dia mengalami manifestasi.Ini
berakibat buruk pada dirinya, selain untuk kese-
hatannya juga nilai semesternya sangat rendah. IPK
nya hanya 2,4. Itu disebabkan karena hampir setiap
malam ia mengalami manifestasi sehingga waktu
belajarpun sangat kurang. Ketika mengikuti ret-reat
Deliverence Ministry Team di Ret-reat Center
GBKP pada bulan Maret tahun 2013 Jefri dilayani
secara khusus dan setelah dilayani pada saat itu Jefri
mengalami pemulihan total, walaupun melalui pro-
ses yang lama sampai kurang lebih 3 jam. Setelah
pemulihan total itu Jefri tidak pernah lagi mengalami
manifestasi. Ia sudah merasa lebih tenang dan damai
karena tidak pernah lagi diganggu roh jahat. Bahkan
studinya pun sudah dapat dilakukan dengan baik
serta nilai-nilai kuliahnya juga meningkat.Setelah
pulih Jefri terbeban untuk melayani orang-orang
yang juga terlibat kuasa okultisme. Dia bergabung di
tim pelayanan pelepasan yang ada di Abdi Sabda,
selama dua periode yaitu tahun 2014 dan 2015 dan
menjadi ketua tim pelayanan pelepasan (Deliverence
ministry team) di STT Abdi Sabda Medan. Setelah
pulih Ia juga fokus mendoakan orang tuanya dan
keluarganya agar dilayani dan dilakukan doa pe-
mutusan. Setelah 2 tahun Jefri berdoa dan bergumul
akhirnya tahun 2015 pada bulan Mei keluarganya di-
layani dan didoakan sehingga keluarga Jefri sudah
putus dari kuasa okultisme. Sampai saat ini Jefri
aktif terlibat dalam pelayanan pelepasan dan mela-
yani banyak orang yang terikat okultisme ,
Insan Sinurat yaitu mahasiswa STT Abdi
Sabda angkatan 2007. Awalnya ia tidak percaya
akan keberadaan roh jahat dan pengaruh roh jahat
terhadap kehidupan manusia. Namun setelah ia
sendiri mengalaminya maka ia percaya bahwa hal itu
benar ada. Pertama kali Insan Sinurat merasakan
pengaruh roh jahat yaitu pada bulan pertama kuliah
di STT Abdi Sabda Medan. Setiap kali ia berdoa,
bernyanyi, dan membaca Alkitab baik dikebaktian
umum, renungan pagi dan malam kepalanya se-
pertinya berat, tangan terasa menjadi besar juga
berat, badan sepertinya bergerak-gerak dan ba-
yangan hitam berbentuk kepala manusia sepertinya
mau menimpanya. Ia juga mendengar suara-suara
yang memanggil-manggil namanya. Sehingga mulai
pada saat itu Insan sinurat menjadi takut untuk
berdoa, bernyanyi dan membaca Alkitab.
Keadaan Insan menjadi bertambah buruk,
pada tengah malam di kost tiba-tiba ia terbangun
dari tidur dan memukuli teman-teman satu kostnya.
Kejadian ini terjadi berulang-ulang sehingga teman
satu kostnya menjadi heran dan takut karena tin-
dakannya yang aneh dan suka memukuli. Ia sering
tidak bisa mengendalikan emosinya bahkan ketika
mereka makan tiba-tiba saja ia menendang makanan
yang ada didepannya, ketika mandi ia juga meme-
cahkan gayung dan ember. Sejak saat itu emosinya
benar-benar tidak dapat dikendalikan, ia ingin ma-
rah-marah dan ingin memukul teman-teman tanpa
alasan. Tidak tahan dengan tindakan Insan tadi maka
teman satu kostnya membawanya ke rumah dosen
yaitu Jaharianson Saragih untuk didoakan. Dalam
perjalanan ke rumah dosen tiba-tiba Insan tidak bisa
bicara dan bisu. Di rumah dosen Insan langsung
meronta-ronta dan tidak terkendali, kekuatan ber-
tambah sangat kuat sehingga 5 orang temannya yang
memegangi tidak sanggup. Kurang lebih 3 jam di-
doakan akhirnya Insan sadarkan diri dan sudah bisa
bicara.
Beberapa hari setelah itu saat belajar mata
kuliah psikologi yang diampu oleh dosen yang sama
yaitu Jaharianson Saragih tiba-tiba tanpa ada sebab
Insan marah dan memukul teman disebelahnya.
Dosen yang mengajar dan teman-teman sekelas
terkejut dan ketakutan lalu dosen dan teman-teman
sekelas mendoakannya dan setelah didoakan akhir-
nya dia sadar kembali. Setelah kejadian itu walau-
pun sudah beberapakali didoakan kondisi Insan be-
lum pulih. Setiap kali akan berdoa, bernyanyi dan
membaca Alkitab tubuhnya meronta dan memukuli
teman-teman satu kost. Teman satu kost membawa
Insan ke tim pelayanan pelepasan yang ada di Abdi
Sabda. Di ruangan kelas Insan mulai didoakan oleh
tim untuk dilayani , namun baru mulai berdoa tiba-
tiba Insan melompat sejauh kurang lebih 2 meter ke
atas dan memecahkan kursi yang didudukinya. Insan
meronta-ronta dan ingin memukuli semua tim. Ham-
pir 4 jam Insan meronta-ronta dan didoakan akhir-
nya sadar kembali. Namun Insan belum juga mera-
sakan kelepasan, gangguan demi gangguan terus ter-
jadi. Gangguan itu seperti suara memanggil-manggil
namanya, sehingga membuatnya tidak bisa berdoa,
tidak bisa bernyanyi dan tidak bisa membaca Al-
kitab. Tubuhnya sangat tertekan, ia menyadari na-
mun tidak dapat melawan. Insan seperti diikat de-
ngan rantai yang besar dan tidak dapat berbuat apa-
apa. Ia benar-benar mengalami kelelahan dan se-
luruh badannya sakit karena sering manifestasi dan
meronta-ronta. Itulah bentuk-bentuk pengaruh roh
jahat yang ada dalam dirinya, roh jahat mempenga-
ruhi pikirannya, hati dan tindakan sehingga berpe-
rilaku demikian.
Kelepasan dari pengaruh roh jahat atau kuasa
okultisme dialami oleh Insan ketika kebaktian pela-
yanan pelepasan di Aula STT Abdi Sabda Medan.
Dalam kebaktian itu Insan merasakan jamahan Tu-
han dalam hidupnya. Dalam ibadah pelayanan pele-
pasan itu dia dilayani kembali dan dia juga berjuang
untuk melepaskannya sehingga pada saat itu dia
benar-benar lepas dari kuasa roh jahat.Insan mera-
sakan tubuhnya menjadi ringan seperti sudah me-
nanggalkan beban yang berat. Pikiran dan hatinya
tenang dan hal ini belum pernah ia rasakan sebe-
lumnya. Mulai saat itulah ia dapat berdoa, bernyanyi
dan membaca Alkitab dengan tenang tanpa gang-
guan. Insan percaya kuasa Yesus mengalir dalam hi-
dupnya dengan mengeluarkan roh jahat dalam diri-
nya dan menggantikannya dengan Roh Kudus.Sejak
saat itu Insan tidak pernah lagi dikuasai oleh Roh
Jahat.
Setelah mengalami kelepasan Insan tertarik
untuk mencari tahu dan mempelajari mengapa ia
mengalami kerasukan, meronta-ronta, tidak bisa
bicara dan bahkan didatangi bayangan gelap serta
ada suara yang memanggil-manggilnya dan sampai
ia sering memukul teman-teman. Setelah diselidiki
ternyata kakek Insan melakukan ritual meminta
kesembuhan penyakit dengan bantuan dukun, mem-
berikan makanan kepada anak cucunya yang sudah
dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Ayah
dari Insan juga pernah meminta jimat kepada dukun
berupa kulit harimau sebagai penjaga badan. Se-
hingga keterikatan dengan roh jahat, mulai dari
kakek, ayah dan sampai kepada Insan dan itulah
yang mengendalikan Insan selama ini.Hal Inilah
yang melatarbelakangi Insan selama ini dipengaruhi
oleh roh jahat, namun Insan beryukur akhirnya di-
pulihkan dan tidak lagi mengalami keterikatan de-
ngan kuasa roh jahat.
Orang yang dipengaruhi oleh kuasa okul-
tisme atau roh jahat akan susah mengalami pertum-
buhan iman dalam Kristus karena roh jahat yang
mengendalikannya dan itu jugalah yang dialami Ins-
an sehingga ia susah berdoa, bernyayi dan membaca
Alkitab. Namun sejak Insan lepas dari kuasa roh
jahat ia sudah bisa menikmati ibadah, berdoa, ber-
nyanyi dan membaca Alkitab. Setelah pulih Insan
bergabung dalam tim pelayanan pelepasan dan ia
menjadi ketua tim pada tahun 2011 dan sampai saat
ini Insan aktif melayani dibidang pelayanan pele-
pasan
Martin Pangambatan Munthe yaitu mahas-
iswa Abdi Sabda angkatan 2008. Pada saat pela-
yanan pelepasan dilakukan oleh tim pelayanan pe-
lepasan di Aula STT Abdi Sabda, Martin mengalami
manifestasi. Namun doa pelayanan pelepasan yang
dilakukan pada saat ia dilayani dalam pelayanan
pelepasan secara massal tidak memulihkannya, ka-
rena masih ada roh jahat di dalam dirinya. Martin
dilayani sebanyak 6 kali untuk menuntaskan dan
membersihkanroh-roh jahat yang mempengaruhinya.
Setelah bergabung dengan tim pelayanan
pelepasan pada bulan September 2008 maka diada-
kan doa pelepasan bagi anggota tim yang baru dan
Martin salah satu yang dilayani oleh tim dan dosen
pembimbing tim yaitu Jaharianson Saragih. Inilah
yang pertama kali Martin mengalami doa pelepasan.
Saat itu ia benar-benar menyerahkan dirinya sepe-
nuhnya untuk didoakan agar menjadi milik Tuhan
dan menutup pintu bagi iblis. Pendeta Jaharianson
dan tim pelayanan menuntun Martin untuk mengaku
dosa-dosa baik dosa yang berhubungan dengan kua-
sa gelap dan dosa moral yang selama ini tertanam di
dalam hidupnya. Pada saat berdoa Martin menga-
lami manifestasi. Martin melihat apa yang terjadi
tetapi ia tidak bisa menguasai dirinya sehingga tu-
buhnya dikuasai roh jahat dan mengalami mani-
festasi selama 2 jam. Menurut anggota tim yang
menyaksikan, saat mengalami manifestasi ada 3 roh
yang bermanifestasi dalam tubuhnya yaitu yang
pertama roh ular, tangannya menunjukkan tubuh ular
dan suara mendesis. Yang kedua, yaitu roh hari-
mau, mengaum-ngaum dan mencakar-cakar seperti
harimau dan melompat-lompat layaknya suara dan
gerakan harimau. Kemudian ada juga roh yang
ketiga yaitu roh orang yang sudah meninggal yang
mengaku sebagai ompung (Nenek moyang) Gumbal
Munthe.Ompung Gumbal Munthe yaitu Ompung
kandungnya yaitu orang tua laki-laki dari ayahnya.
Tim pelayanan ada yang bernyanyi dan
berdoa dan Martinpun dituntun dalam doa pemu-
tusan dan doa pengusiran roh jahat. Martin merasa
imannya yang mulai bertumbuh di dalam Tuhan
dipertaruhkan dengan keadaan yang ia alami. Dua
hari setelah doa pelayanan pelepasan setiap hari
sekitar pukul 13.00 siang dan pukul 18.00 Martin
merasakan perutnya semakin membesar layaknya
perempuan yang sedang mengandung bayi. Martin
bingung dengan keadaannya dan ia berpikir bahwa
itu yaitu suatu penyakit yang aneh. Setelah di-
selidiki ternyata ia belum pulih total dan masih me-
miliki keterikatan dengan okultisme. Kondisi itu
membuat Martin minder baik di asrama dan di kam-
pus dan ia juga harus memakai jacket jika keluar
kamar asrama . Keinginan untuk sembuh membuat
Martin terus berdoa, bahkan mulai berpuasa.
Melihat keadaan Martin akhirnya tim pe-
layanan kembali melakukan pelayanan pelepasan
kepadanya dan dilakukanlah doa pelepasan yang ke
dua. Seperti doa pelepasan yang pertama, Martin
juga mengalami manifestasi dengan gerakan ular
dan berjalan seperti ular dan roh iblis yang menya-
mar sebagai Ompung Gumbal Munthe juga masih
merasukinya. Pelayanan kedua ini berlangsung sam-
pai pukul 00.30 dini hari namun Martin belum juga
pulih, dan melihat fisik Martin yang lemah pela-
yanan selesai dan dilanjutkan pada hari berikutnya.
Doa pelepasan yang ke 3 yaitu terjadi di ka-
mar Asrama STT Abdi Sabda Meda. Saat itu Martin
merasa sangat tidak nyaman karena perutnya mem-
besar dan ia sama sekali tidak dapat berdoa. Ia
dilayani oleh 8 orang tim namun pada saat itu Marti
belum pulih juga. Pelayanan yang ke 4 terjadi di
ruangan kantor direktur Pasca Sarjana STT Abdi
Sabda Medan yang dipimpin oleh pembimbing tim
yaitu Jaharianson Saragih. Doa berlangsung selama
2 jam. Setelah doa pelepasan yang keempat ia me-
rasakan ada perubahan yang lebih baik dari se-
belumnya. Doa pelepasan yang kelima pada tahun
2009 saat itu Martin kembali mengalami manifest-
tasi. Waktu itu ia melompat-lompat dan berguling-
guling dengan jarak 3 meter, manifestasi ini tidak
berlangsung lama karena sudah didorong pertum-
buhan rohani dan kerinduan serta perjuangan untuk
pulih sehingga Martin berusaha melawan kuasa iblis
dan hal ini membuat iblis tidak dapat menguasai
dirinya sepenuhnya. Setelah 5 kali mengadakan pe-
layanan pelepasan Martin mulai menyelidiki menga-
pa setiap kali didoakan ia mengalami manifestasi
padahal ia sendiri tidak pernah melakukan praktik
okultisme seperti perdukunan dan lain sebagainya.
Setelah diselidiki ternyata ompung (nenek
moyang) Martin pernah melakukan praktik perdu-
kunan sehingga hal itu berdampak pada keturunan-
nya yaitu keluarga Martin. Pada bulan September
2019 Martin membawa orang tuanya untuk dilayani
dan didoakan oleh tim pelayanan. Ketika orang tua
Martin didoakan saat itu juga ia mengalami mani-
festasi. Waktu itu orang tuanya menyaksikan Martin
mengalami manifestasi dan mereka menangis me-
nyaksikan anaknya kesurupan. Namun saat itu Mar-
tin merasakan seperti berbeda dari sebelumnya, pe-
lepasan kali ini seperti ada kekuatan yang mem-
bantunya untuk bebas dan ia percaya itu berasal dari
Tuhan. Saat itu Martin dilayani beberapa jam oleh
tim dan saat itulah ia benar-benar lepas dan pulih
dari kuasa okultisme. Ia merasakan tubuhnya terasa
sangat ringan dan ia benar-benar merasakan suka-
cita. Saat itu jugalah kondisinya dan keluarganya
benar-benar pulih dari kuasa kegelapan. Dan akhir-
nya Martin bergabung dalam tim pelayanan pele-
pasan dan terbeban melayani orang-orang yang teri-
kat kuasa okultisme. Dan ia juga pernah menjadi
ketua tim pelayanan pelepasan di STT Abdi sabda
Medan
Faktorpemicu Keterlibatan Praktik Okultisme
Dari tiga penelitian terhadap studi kasus
ini maka dapat dilihat apa yang menyebabkan
mereka terlibat dengan praktik okultisme atau kuasa
kegelapan. Faktornya yaitu untuk kasus Jefri ka-
rena diturunkan atau diwariskan dari ompungnya
sehingga berakibat ke cucu nya yaitu Jefri. Demi-
kian juga dengan Insan Sinurat karena kakek atau
nenek moyangnya dan juga ayahnya terlibat praktik
okultisme yaitu memakan makanan yang sudah di
persembahkan kepada nenek moyang juga ayahnya
meminta jimat dari seorang dukun untuk menjaga
badan yang terbuat dari kulit harimau. Demikian
juga dengan Martin Munthe dikarenakan oleh nenek
moyangnya yang waktu itu juga terlibat dengan
kuasa kegelapan atau okultisme. Sehingga melalui
ini terlihat jelas bahwa okultisme itu dapat berdam-
pak bagi keturunan dan berakibat sangat fatal dan
menyusahkan keturunan. Namun Jefri Damanik,
Insan Sinurat dan Martin pangambatan Munthe
bersyukur karena pada akhirnya mereka dapat pulih
melaui doa pelayanan pelepasan yang dilakukan ber-
ulang-ulang kali. Martin sampai kurang lebih satu
tahun dan enam kali dilayani baru pulih. Demikian
juga dengan Jefri setelah beberapa kali dilayani da-
lam doa pelayananan pelepasan oleh tim maka ba-
rulah ia pulih bulan Maret 2013. Hal yang sama juga
dialami oleh Insan Sinurat setelah beberapa kali
dilayani selama kurang lebih satu tahun barulah ia
pulih dari kuasa roh jahat yang menyiksanya.
Faktor pertama yaitu karena faktor ketu-
runan, yang menyebabkan Jefri Damanik, Insan Si-
nurat dan Martin terikat dengan kuasa okultisme
yaitu karena faktor keturunan, yang dimaksud fak-
tor keturunan disini yaitu dampak dari nenek mo-
yang dan orang tua mereka yang melakukan praktik
okultisme itu sendiri seperti memakai jimat yang
diminta dari dukun, memakan makanan yang sudah
dipersembahkan kepada berhala, menurunkan secara
sengaja kekuatan-kekuatan gaib untuk menjaga
badan mereka. Hal inilah yang membuat mereka
terikat oleh kuasa okultisme yang memberikan dam-
pak negatif bagi diri mereka sendiri. Dan tentunya
hal ini tidak terjadi hanya bagi mereka bertiga, na-
mun setiap orang dapat mengalaminya jika memang
nenek moyang maupun orang tua pernah melakukan
praktik-praktik okultisme ini jika tidak dipu-
tuskan maka akan terus berdampak kepada keturun-
an selanjutnya.
Faktor kedua yaitu budaya, Hutapea me-
nyatakan bahwa budaya atau adat-istiadat dapat
membuat seseorang terlibat dengan kuasa kegelapan.
Sebenarnya dalam Alkitab sering sekali disinggung
adat-istiadat yang bertentangan dengan Firman
Tuhan (Kis.16:21), di Korintus Paulus menegur adat
istiadat yang bertentangan dengan kehendak Allah
(1 Kor.11:2-16). Hal ini menunjukkan bahwa iblis
bisa juga memakai adat-istiadat untuk memutar-
balikkan arti Firman Tuhan. Adat-istiadat dapat
menjadi tempat persembunyian setan untuk menipu
manusia, karena itu harus peka melihat mana adat
istiadat yang harus diterangi oleh Firman Tuhan dan
mana adat-istiadat yang harus terus diturunkan ke
generasi berikutnya (Hutapea, 2019, p. 102). Dari
ketiga studi kasus ini juga dapat dilihat bagai-
mana konteks budaya sangat mempengaruhi nenek
moyang mereka untuk melakukan praktik okultisme.
Secara langsung mereka bertiga tidak melakukannya
namun justru orang tua dan nenek moyang mereka
yang melakukannya. Budaya menyembah roh nenek
moyang, budaya menurunkan kekuatan untuk penja-
ga badan, meminum dan memakan makanan yang
sudah dipersembahkan kepada berhala, mempersem-
bahkan korban sajian kepada roh nenek moyang.
Hal-hal demikian masih melekat di dalam kehidupan
secara khusus untuk konteks masyarakat Batak .Hal
itu juga yang dilakukan oleh orang tua, nenek mo-
yang mereka bertiga. Selain itu orang tua mereka ju-
ga masih terlibat dengan perdukunan karena di-
kalangan Batak perdukunan masih sangat kuat,
contohnya dalam sebuah temuan dari penelitian
Jakardo Damanik pada tahun 2010 bahwa dalam se-
buah kecamatan di Simalungun ada 50 dukun
maka jika dirata-ratakan dalam 31 kecamatan di
Kabupaten itu maka ada 1550 dukun bahkan un-
tuk wilayah Simalungun mereka memiliki ikatan
persatuan datu (dukun) Simalungun. Itu berarti prak-
tik okultisme dalam bentuk perdukunan masih kuat
dikalangan suku Simalungun.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan
budaya atau adat istiadat. Namun sering sekali bu-
daya itu sendiri menjadi jalan untuk mempercayai
dan melakukan praktik-praktik okultisme.Bahkan
kalangan Batak secara khusus masih ada yang me-
lakukan praktik-praktik okultisme dengan meng-
atasnamakan bahwa hal itu yaitu budaya, se-
harusnya sebagai orang Kristen sudah dapat me-
milah mana budaya yang benar-benar murni sebagai
budaya dan mana budaya yang sudah bercampur
dengan praktik-praktik okultisme dan kepercayaan-
kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang dapat
memberkati keturunannya.Oleh karena itu budaya
harus diterangi oleh Firman Tuhan.
Faktor ketiga yaitu karena takut kepada roh
nenek moyang yang sudah meninggal. Misalnya, ta-
kut tidak akan dilindungi roh nenek moyang, atau ju-
ga tidak diberikan berkat oleh roh nenek moyang.
Sehingga membuat keturunannya menghormati roh
nenek moyang dengan melakukan penyembahan-
penyembahan dan ritual-ritual yang salah dan ber-
tentangan dengan iman Kristen. Dan mereka tidak
menyadari bahwa hal ini memberikan dampak
dan akibat yang tidak baik bagi dirinya sendiri. Jadi
hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh
Takaliung bahwa seseorang melakukan praktik okul-
tisme salah satu alasannya yaitu karena takut kepada
amarah orang yang sudah meninggal baik itu roh
nenek moyang maupun roh orang tua supaya roh
yang sudah meninggal itu tidak marah terhadap anak
dan cucu-cucunya yang masih hidup, tentu hal ini
bertentangan dengan iman Kristen tidak seharusnya
orang Kristen percaya dan melakukan hal-hal yang
demikian sebab perlindungan ataupun berkat hanya
berasal dari Allah bukan dari roh-roh orang yang
sudah mati.
Dari apa yang mereka alami sebelum merek
pulih terlihat jelas bagaimana menderitanya mereka
ketika hidup mereka dikuasai oleh siiblis, bukan saja
spiritualitas mereka tetapi berpengaruh juga kepada
fisik, psikologi dan mental yang tersiksa tetapi juga
study mereka. Dari hal inilah kita melihat betapa
mengerikannya dampak atau akibat dari kuasaa ke-
gelapan ini bagi kehidupan yang melakukan
maupun bagi keturunannya.
Dampak atau Akibat Praktik Okultisme Terhadap
Yang Melakukan dan Terhadap Keturunannya
Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari
praktik okultisme baik terhadap orang yang me-
lakukannya secara langsung maupun terhadap ke-
turunannya yaitu memiliki dampak negatif yang
merugikan dirinya sendiri dan keturunannya.Hal itu
terjadi terhadap Jefri Damanik, Insan Sinurat dan
Martin Munthe. Nenek moyang dan orang tua
mereka yang melakukan praktik okultisme namun
memberi dampak negatif bagi mereka akhirnya
mereka mengalami penderitaan melalui sering
mengalami manifestasi roh jahat, dihantui oleh roh-
roh jahat, menyiksa diri sendiri bahkan orang lain
dengan cara memukuli orang lain, malas berdoa, ti-
dak tahan mendengar lagu-lagu rohani, depresi,
memiliki karakter pemarah, dendam, hidup di dalam
ketakutan, kegelisahan, kekuatiran, tidak ada damai
bahkan berdampak sampai kepada study mereka ka-
rena tidak lagi dapat fokus mengerjakan study.
Bahkan tidak jarang orang yang melakukan praktik
okultisme berdampak lebih fatal kepada keturunan-
nya yaitu meminta tumbal dalam berbagai bentuk,
sakit yang aneh, cacat dan gila.
Jadi benar seperti yang dikatakan oleh
Hutapea bahwa setiap orang yang terlibat dengan
praktik okultisme, cepat atau lambat pasti akan
mengalami berbagai dampak dan akibat yang sangat
buruk. Karena jika seseorang terlibat dengan kuasa
gelap sesungguhnya orang ini sedang menye-
rahkan hidupnya dikuasai oleh Iblis (Yoh.8:44).
Setiap orang yang terlibat praktik okultisme akan se-
lalu dirong-rong oleh kuasa Okultisme. Dampak dari
praktik okultisme mempengaruhi Pertama, secara
Fisik yaitu syaraf-syaraf terganggu dan fisik tersiksa.
Kedua secara Psikologi yaitu dapat mengalami
depresi, ketakutan yang tidak normal, pikiran-pi-
kiran najis, kemarahan yang tidak normal.Ketiga
secara rohani yaitu mati secara rohani/ sikap tertutup
terhadap Firman Tuhan, ragu-ragu terhadap Firman
Allah dan ingin menghujat nama Tuhan. Keempat
yaitu dampak bagi keturunan, akibat dari praktik
okultisme bukan hanya terjadi kepada orang yang
melakukannya tetapi sampai kepada keturunannya,
keturunan juga akan menjadi terkutuk. Alkitab
menyaksikan keturunan itu sampai kepada keturunan
ketiga dan keempat (Kel.20).Kelima yaitu dampak
bagi kekekalan, orang yang terlibat praktik
okultisme tidak akan mendapat bagian dalam
kekekalan. Firman Tuhan dalam Galatia 5:20-21
“Penyembahan berhala, sihir..ia tidak akan dapat ba-
gian dalam kerajaan Allah”. Allah memperingatkan
kepada setiap umat Allah yang menduakan Tuhan
akan terkutuk dan tidak berkenan kepada Allah
(Ul.28:15-26).
Manifestasi roh jahat itu dapat hadir dalam
berbagai bentuk kehidupan orang percaya, sehingga
perlu ditinjau bagaimana kira-kira manifestasi roh
jahat itu dalam kehidupan manusia. Hal ini tentu
sama seperti yang dikatakan oleh Annacondia bahwa
manifestasi roh jahat itu terlihat berbeda dalam
orang yang berbeda, seperti orang yang tertekan,
orang yang kerasukan, dan orang gila.(Annacondia,
2005, p. 59). Itulah sebabnya setiap orang percaya
harus dapat melihat dan memilah dengan jelas
pekerjaan-pekerjaan iblis didalam kehidupan orang
percaya. Dan satu hal yang pasti bahwa ketika se-
seorang melakukan praktik okultisme maka akan
berakibat buruk terhadap dirinya sendiri dan ter-
hadap keturunannya dan akibat buruk itu dapat pulih
jika mereka mau memutuskan keterikatan dengan
kuasa okultisme ini .
Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk
Menyembuhkan dan Memulihkan Seseorang Agar
Terlepas dari Kuasa Okultisme
Apa yang dipaparkan diatas yaitu hal yang
dialami juga oleh Jefri, Insan dan Martin. Mereka
tertekan secara psikologis, secara fisik juga secara
rohani, akibat dari kuasa okultisme itu membuat
mereka sangat menderita namun mereka akhirnya
pulih atau sembuh setelah dilayani melalui doa pe-
layanan pelepasan oleh tim doa pelepasan. Disinilah
dapat dilihat bahwa pelayanan pelepasan bagi
mereka yang berada dibawah kuasa okultisme baik
itu karena faktor keturunan atau yang diwarisi oleh
nenek moyang maupun karena keterlibatan langsung
penting untuk serius ditangani melalui pelayanan pe-
lepasan atau yang lebih sering disebut dengan
eksorsisme. Kasus yang terjadi di Afrika yang di-
alami oleh empat orang ini juga berkaitan
dengan kasus-kasus kerasukan psikodinamik dan
akhirnya mereka juga dilayani melalui pelayanan
eksorsisme di gereja Pentakosta Trinidad. Bahkan
mereka ada yang dilayani sampai beberapa kali, se-
perti Sonia dilayani melalui pelayanan eksorsis se-
lama 32 kali, Salina 100 kali, Phil sebanyak tiga kali
dalam tiga bulan, dan Nan sebanyak 3 kali dalam
waktu dua bulan.
Seperti yang dikatakan oleh Twelftree bah-
wa pelayanan eksorsisme yaitu penyembuhan yang
dilakukan ketika setan atau roh jahat masuk dalam
tubuh seseorang, dan eksorsisme merupakan sebuah
upaya untuk mengontrol atau mengusir roh jahat
yang mendiami seseorang ini . maka dari itu jelas bahwa ketika seseorang
terikat dengan kuasa okultisme seharusnya upaya
yang dilakukan yaitu melakukan pelayanan
eksorsisme supaya mereka yang terikat dengan ku-
asa okultisme dapat pulih dan tidak lagi mengalami
penderitaan karena dampak dari okultisme ini .
Selain itu ketika pelayanan eksorsisme di-
lakukan bagi seseorang yang terikat okultisme dan
mengalami pemulihan, hal itu juga sebagai pertanda
hadirnya kerajaan Allah. Itu berarti eksorsisme men-
jadi pembuktian bahwa kerajaan Allah telah hadir
atau sedang hadir di bumi. Pengusiran setan-setan
menunjukkan bahwa misi Yesus sedang terjadi, ter-
aktualisasi, dan digenapi. Sehingga eksorsisme yang
dilakukan Yesus bukan hanya menyembuhkan dan
mengusir kuasa setan dari diri manusia tetapi juga
menunjukkan bahwa kerajaan Allah sedang ber-
operasi , Dan Twelftree
juga menyebut dengan kata lain pelayanan
eksorsisme berarti mendemonstrasikan bagi kita
bahwa eskatologi sudah hadir di dalam diri Yesus.
Demikian juga dengan pengusiran Setan/ iblis dalam
diri manusia memiliki makna bahwa zaman Mesias
sudah hadir.Oleh karena itu dengan eksorsisme yang
diperlihatkan Yesus membuktikan bahwa Dialah
Mesias sesungguhnya yang dinubuatkan dalam per-
janjian Lama.
Jadi pelayanan eksorsisme yang dilakukan
Yesus bukan bermaksud hanya untuk mengusir,
mendesak setan keluar dari diri manusia melainkan
dengan eksorsisme itu sendiri Yesus sedang mem-
proklamasikan kerajaan Allah atau kerajaan sorga
sudah hadir di tengah-tengah mereka. Pemaknaan
seperti ini tidak ditemukan dalam pelaksaan
eksorsisme lainnya, kitab Matius jelas menyebutnya:
“Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh
Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah da-
tang kepadamu”(Mat.12:28, Luk.11:20). Dari pe-
maknaan ini nyata eksorsisme yang dilakukan Yesus
memiliki makna yang jauh lebih dalam dari
eksorsisme lainnya.
Jadi ketika Yesus melakukan eksorsisme,
orang yang dirasuk setan berhadapan secara lang-
sung dengan kekuatan (power ecounter) Dan dalam Kehidupan orang Yahudi
untuk mengusir roh jahat masih bergantung dengan
pelaksanaan ritual misalnya dengan menggunakan
sarana membakar hati dan jantung ikan. Sementara
Yesus secara langsung menghardik Iblis , misalnya
dengan mengatakan: “Diam, keluarlah dari padanya”
(Mrk.1:25). “Hai engkau roh jahat, keluarlah dari
orang ini” (Mrk.5:8, 9:25), bahkan Yesus juga me-
nanyakan namanya: “Siapakah namamu, jawabnya:
namaku: Legion, karena kami banyak” (Mrk.5:9).
Pelayanan pelepasan atau eksorsisme tidak
hanya bertujuan supaya manusia mengalami ke-
lahiran kembali atau menerima kerajaan surga.
Pelayanan pelepasan juga akan membuat manusia
mengalami pemulihan secara fisik. Pelayanan pele-
pasan juga akan menyembuhkan penyakit fisik
akibat okultisme, menghilangkan rasa takut dan juga
meningkatkan kehidupan rohani setiap orang yang
telah menikmati pelayanan pelepasan ini
Doa dan pelayanan pelepasan yaitu cara
yang efektif untuk membantu mereka yang terlibat
dengan kuasa okultisme. Banyak yang sudah di-
layani melalui doa pelayanan pelepasan akhirnya pu-
lih dari kuasa okultisme dan tidak lagi berada di-
bawah kuasa okultisme. Namun perlu dipahami bu-
kan pelayanan pelepasannya yang berkuasa namun
kuasa di dalam nama Tuhan Yesus itu yang me-
mulihkan dan membebaskan mereka yang terlibat
kuasa okultisme menjadi pulih. Jika ditanya, meng-
apa doa pelayanan pelepasan dapat memutuskan ku-
asa okultisme terhadap seseorang? Tentu jawaban-
nya ialah karena doa itu dilakukan di dalam nama
Tuhan Yesus yang memiliki kuasa yang besar untuk
memutuskan kuasa okultisme dari seseorang yang
berada dibawah kuasa ini .
Dalam pelayanan pelepasan itu, orang yang
melayani sebaiknya tidak hanya melakukan peng-
usiran setan-setan melainkan juga berusaha mem-
buat analisis kehidupan konseli tentang bagaimana
latarbelakang keterikatan konseli itu terhadap okul-
tisme, setelah itu dilakukan follow up untuk mem-
bimbing klien semakin intim dengan Tuhan.
(Simanjuntak, 2008, p. 69) Dengan cara demikian
maka klien akan mengalami pertumbuhan iman di-
dalam Tuhan dan benar-benar mengalami pemulih-
an.
Yesus sendiri melakukan pelayanan ek-
sorsisme untuk menolong orang-orang yang terikat
kuasa okultisme pada saat itu untuk pulih, sebab
pada saat itu mereka yang terikat kuasa okultisme
tidak hanya menderita secara psikologi tetapi juga
secara fisik. Contoh dua praktik eksorsis yang di-
lakukan oleh Tuhan Yesus yaitu penyembuhan
putri dari perempuan Siro-Fenesia (Mat.15:12-28
dan Mrk. 7:24-30) dan juga perempuan yang pung-
gungnya bengkok (Luk.13:11-13). Menurut Matius
putri dari perempuan Siro-Fenesia itu dirasuk setan
dan Markus juga mengatakan catatan mengenai se-
tan yang satu itu dan menyebutnya roh jahat, dan hal
inilah satu-satunya mengenai kisah eksorsis dalam
jarak jauh. Dan Yesus digambarkan dalam kitab Injil
sebagai eksorsis sejati.
Dalam Perjanjian Baru juga banyak data yang men-
catat tentang pengusiran setan, sehingga peristiwa
yang berkaitan dengan pengusiran setan atau
eksorsisme seperti yang dilakukan Yesus dan para
murid dalam Perjanjian Baru dapat diambil sebagai
dasar dari pelayanan pelepasan.
Dalam sebuah artikel mengenai “Okultisme dalam
Pelayanan Pelepasan” dikatakan bahwa pelayanan
penggembalaan dikalangan gereja-gereja seringkali
kurang memperhatikan pelayanan pelepasan dari
kuasa-kuasa roh jahat.Sementara jemaat Tuhan juga
tidak mengerti atau tidak tahu bahwa ada roh jahat
sedang bekerja diantara mereka. Itulah sebabnya
pelayanan okultisme dalam pelayanan peng-
gembalaan sangat penting dilakukan dan hamba-
hamba Tuhan harus siap membela umat Tuhan deng-
an melawan iblis dengan iman yang teguh sehingga
umat-umat Tuhan bisa lepas dari kuasa iblis yang
membelenggunya.(Juld & Enoh, 2013, p. 189) Prak-
tik pengusiran setan merupakan hal yang alkitabiah
dan masih terus dapat dipraktikkan dalam kehidupan
bergereja sampai saat ini. Alkitab menyatakan bah-
wa Allah memberikan kuasa kepada gereja-Nya
untuk menaklukkan kuasa iblis melalui berbagai
bentuk pelayanan termasuk dalam pengusiran setan.
Lukas 4:31-37 dengan sangat jelas menyatakan
bagaimana Yesus melakukan pelayanan pengusiran
setan kepada para murid dan semua orang per-
caya.
Masalah okultisme bukanlah merupakan
pengajaran yang baru bagi orang Kristen, karena
Alkitab jelas menyatakan pekerjaan Iblis dalam ber-
bagai manifestasi dan salah-satunya yaitu praktik
okultisme. Pekerjaan Iblis tidak hanya menggoda
dan menyesatkan manusia tetapi menawarkan per-
tolongan sesuai yang dinginkan manusia dengan
cara yang tersembunyi sehingga banyak orang yang
tidak menyadari bahwa mereka telah diperdaya dan
diikat oleh kuasa iblis karena iblis tidak pernah me-
nolong tanpa merongrong atau menuntut imbalan.
Ini yaitu tugas gereja dan orang percaya untuk
membuka diri terlibat di dalam pelayanan pelepasan
atau eksorsisme dan sekaligus memperlengkapi diri
dengan pemahaman tentang okultisme, sehingga
siap untuk melakukan peperangan rohani dan me-
lakukan pelayanan pelepasan kepada jemaat yang
masih terlibat dengan kuasa kegelapan atau
okultisme.
Orang percaya sebagai murid Kristus pen-
ting meneladani Yesus Kristus dalam melakukan
pelayanan terhadap mereka yang terlibat kuasa okul-
tisme atau kuasa Iblis. Dalam kehidupan pelayanan-
Nya Tuhan Yesus tidak hanya mengajar tentang
Firman Allah pada saat itu, tetapi ia juga men-
yembuhkan banyak orang sakit baik mereka yang sa-
kit secara fisik maupun mereka yang sakit secara ro-
hani. Yesus menyembuhkan banyak orang dan
mengusir setan-setan dari orang-orang yang di rasuk
oleh roh jahat, kapan dan dimanapun bahkan di ru-
mah ibadat sekalipun Yesus mengusir setan pada
saat itu (Mark.1:34,35). Namun Yesus tidak hanya
menghentikan kuasa itu pada diri-Nya tetapi Yesus
juga memperlengkapi dua belas murid dan mengutus
mereka serta memberi kuasa kepada mereka untuk
mengusir setan dalam nama-Nya (Mark.3:14-15).
Bahkan setiap orang yang percaya kepada Kristus
sesungguhnya dapat mengusir setan di dalam nama-
Nya, “Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang
percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi
nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-
bahasa yang baru bagi mereka”.
Jefri Damanik dari hasil penelitiannya ter-
hadap 15 orang mahasiswa Abdi Sabda yang terikat
okultisme dan sudah dilayani dalam pelayanan pele-
pasan mengatakan bahwa setelah mahasiswa di-
layani melalui pelayanan pelepasan dan dilakukan
follow up untuk memperhatikan kerohaniannya
maka dampak positif dari pelayanan pelepasan itu
yaitu spiritualitas mahasiswa ini menjadi
sangat baik dan bertumbuh, setelah dilayani mereka
menjadi rajin saat teduh, berdoa dan membaca
Alkitab. Bahkan mereka akhirnya tergabung dalam
tim pelayanan pelepasan di Abdi Sabda untuk mela-
yani orang-orang yang terikat okultisme sama se-
perti mereka sebelumnya.,
Jadi pelayanan pelepasan sangat penting dilakukan
kepada orang-orang yang terlibat dalam kuasa okul-
tisme atau kegelepan dengan berbagai mani-
festasinya, karena jika tidak dilakukan maka roh ja-
hat atau kuasa-kuasa iblis itu akan membawa se-
seorang semakin jauh dari Tuhan dan menjadi budak
iblis. Seperti pelayanan yang sudah dilakukan oleh
STT Abdi Sabda Medan, dimana setiap tahun di-
adakan pelayanan pelepasan bagi mahasiswa baru
baik juga bagi mahasiswa lama yang mau dilayani
termasuk jemaat atau orang dari luar kampus yang
bersedia untuk dilayani. Tentu apa yang sudah di-
lakukan oleh STT Abdi Sabda ini yaitu se-
buah awal yang baik untuk dilihat oleh berbagai ge-
reja atau para pelayan Tuhan. Sebab pelayanan
pelepasan yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk
menyembuhkan atau memulihkan seseorang agar
terlepas dari praktik okultisme.
Jawaban dari hasil penelitian ini yaitu ada
tiga faktor yang menyebabkan orang terikat dengan
okultisme yaitu faktor keturunan, budaya dan karena
takut terhadap roh nenek moyang yang sudah me-
ninggal. Dan akibat keterikatan terhadap okultisme
ini membuat mereka menderita baik secara fi-
sik, psikologi bahkan study. Namun mereka dapat
pulih setelah dilakukan pelayanan eksorsisme be-
berapa kali dan juga follow up untuk menolong
mereka agar benar-benar pulih dan mengalami per-
tumbuhan iman kepada Tuhan.
Orang Kristen dan lembaga gereja juga
harus benar-benar serius menolong orang yang ter-
ikat okultisme dengan cara melakukan pelayanan
eksorsisme kepada mereka. Gereja harus melihat dan
meneladani Yesus Kristus sang kepala gereja yang
juga melakukan pelayanan eksorsisme kepada
orang-orang yang dirasuk roh jahat pada saat itu.
Dengan melakukan pelayanan eksorsisme maka ge-
reja juga sedang menghadirkan kerajaan Allah di
dunia ini.
Karena itu saran penulis sebaiknya lembaga
Gereja, Sekolah Tinggi Teologi (STT), juga
universitas Kristen yang memiliki Fakultas Teologi
dapat meneladani STT Abdi Sabda yang memberi
perhatian khusus bagi mereka yang terikat dengan
kuasa okultisme. STT Abdi sabda sendiri bahkan
membentuk tim pelayanan khusus yang fokus
melayani orang-orang yang terikat dengan kuasa
okultisme baik didalam kampus maupun diluar
kampus. Dan sebaiknya kampus maupun lembaga
Gereja juga memberi perhatian terhadap orang-orang
yang terikat dengan kuasa okultisme dengan cara
membentuk tim pelayanan khusus, selain itu kampus
dan gereja juga sebaiknya memberikan pemahaman
mengenai okultisme, dampak dari okultisme dan
bagaimana upaya yang dilakukan untuk memulihkan
orang yang terikat dengan kuasa okultisme.
Pemahaman ini dapat dilakukan melalui seminar-
seminar yang dilakukan kampus maupun Gereja
dengan tujuan agar semakin banyak orang yang
memahami dampak dari okultisme ini sehingga
mereka tidak lagi terlibat terhadap praktik-praktik
okultisme.