Injil Yohanes menuliskan secara lengkap tentang ungkapan Yesus dan mujizat yang
dilakukan Yesus selama berada dalam dunia. Ungkapan ini menunjukkan akan
kemahakuasaan Yesus dari sisi keilahian-Nya yang diawali dengan pernyataan Ego Emi.
Hal ini menjadi jaminan kepastian keselamatan orang percaya kepada Yesus sebagai
Tuhan dan juruselamat. Itulah sebabnya melalui tulisan ini akan membahas tentang
makna ungkapan Yesus yakni Ego Emi (Akulah) dalam Yohanes 11:25 dan 14:6. Untuk
sampai pada makna ungkapan Ego Emi tersebut, maka peneliti menggunakan metode
penafsiran induktif dengan pendekatan eksposisi teks Yohanes 11:25 dan 14:6. Sebagai
hasil dalam penelitian ini bahwa makna ungkapan ego emi dalam Yohanes 11:25 adalah
suatu ungkapan akan jaminan kekekalan hidup bagi orang yang percaya kepada Yesus
dan dalam Yohanes 14:6 adalah suatu jaminan keselamatan yang diberikan kepada
orang yang percaya kepada Yesus. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa
hanya Yesus yang dapat memberikan jaminan hidup kekal serta damai sejahtera yang
abadi.
Ada beberapa ucapan Yesus yang begitu khas dan unik di dalam Injil Yohanes.
Ucapan-ucapan Yesus ini tidak dapat diucapkan oleh manusia biasa. Ucapan Yesus ini
adalah ucapan Yesus sebagai Tuhan yang begitu berotoritas. Belum ada manusia di
dunia ini yang berani mengklaim diri-Nya seperti yang diucapkan oleh Tuhan Yesus.
Salah seorang teolog yang menyatakan ucapan Yesus unik adalah David Iman Santoso.
Dia menyatakan:
Dalam Injil Yohanes ada tujuh kali ucapan “Akulah…” (Ego eimi) yang diucapkan
Tuhan Yesus. Ucapan-ucapan ini termasuk unik, yang disebut “emphatic pronoun”,
yaitu ada penekanan “Aku”, yaitu Yesus, bukan orang lain yang mengatakan.
Penekanan ini merupakan ciri penulisan Yohanes dan sekali lagi mempunyai
makna kristologis yang besar bagi person Kristus.1
Ucapan-ucapan Yesus yang begitu khas di dalam Injil Yohanes perlu pendalaman
secara komprehensif untuk dapat memahaminya. Tentu, sangat diharapkan kontribusi
para sarjana Perjanjian Baru terutama yang menggeluti teologi biblical atau tafsirantafsiran. Ketujuh ucapan Yesus itu antara lain: Akulah roti hidup (Yoh. 6:35, 41, 48, 50-
51), Akulah terang dunia (Yoh. 8:12; 9:5), Akulah pintu (Yoh. 10:7, 9), Akulah gembala
yang baik (Yoh. 10:11), Akulah kebangkitan dan hidup (Yoh. 11:25), Akulah jalan,
kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6), dan Akulah pokok anggur yang benar (Yoh. 15:1, 5).
Semua ucapan ini memberi penekanan siapa Yesus yang sebenarnya. Setiap ucapan-Nya
memperjelas siapa diri-Nya, pekerjaanNya dan sekaligus esensi keilahianNya.
Dari ketujuh ucapan Yesus di atas, hanya dua yang akan dibahas di dalam tugas
artikel ini, yaitu Pertama, Akulah kebangkitan dan hidup dan Kedua, akulah jalan,
kebenaran dan hidup. Namun, artikel ini diawali dengan penjelasan “ego eimi” sehingga
arti Akulah kebangkitan dan hidup serta Akulah jalan, kebenaran, dan hidup dapat
dipahami dengan baik.
II. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam peneitian ini adalah dengan menentukan topik
pembahasan melalui Analisa kristis terhadap suatu teks dalam Yohanes 11:25 dan 14:6.
Dengan pengumpulan data melalui studi literatur untuk mencari makna yang
sesungguhnya sehingga dengan demikian akan terbentuk suatu hasil penafsiran yang
benar berdasarkan teks dan konteksnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ego Eimi (Akulah)
Kata "εγω ειμι, egȏ eimi", adalah kata Yunani yang berarti Aku adalah.2 Bahasa
Ibrani : אֲנִי וה־ּא, ani hu, harfiah : Aku ada, Akulah Dia). Yohanes mencatat sejumlah ucapan
Tuhan Yesus "egȏ eimi" dengan rujukan atribut-atribut yang dimiliki YHWH. Ini memiliki
fungsi sangat penting dalam penyataan-Nya sebagai inkarnasi Allah, yakni: "Aku adalah/
Aku ada/ Akulah". Ucapan ini mempunyai pengertian ilahi, karena ungkapan "Aku
adalah" digunakan Perjanjian Lama sebagai penggambaran Allah ketika Dia menyatakan
diri-Nya kepada Musa, "AKU ADALAH AKU" seperti yang tertulis di dalam Keluaran 3:14,
Firman Allah kepada Musa: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan
kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
Penjelasan tentang egȏ eimi di dalam kitab Yohanes sangat panjang. Ada banyak
sarjana yang sudah mendalaminya. Perdebatan dan ketidaksepahamanpun terjadi.
Namun, pada kesempatan ini cukuplah untuk mengatakan bahwa posisi yang diambil
oleh penulis ini mencerminkan pendapat konsensus banyak sarjana, bahwa hubungan
terdekat dan paling logis antara penggunaan egȏ eimi oleh Yohanes dan Perjanjian Lama
dapat ditemukan dalam terjemahan Septuaginta dalam bahasa Ibrani. Frase ani hu
dalam tulisan-tulisan (terutama) dari Yesaya.3 Ini berarti bahwa ucapan Yesus atau egȏ
eimi Tuhan Yesus bukanlah istilah baru sebagai ciptaan Yohanes. Ego eimi berakar dari
Perjanjian Lama.
Selain daripada itu egȏ eimi memberi penegasan bahwa Yesus adalah Tuhan.
Penjelasan A. T. Robertson sangat baik dengan menyatakan bahwa tidak diragukan lagi
di sini Yesus mengklaim keberadaan kekal dengan ungkapan absolut yang digunakan
Allah. Kontras antara genesthai (pintu masuk ke keberadaan Abraham) dan eimi
(makhluk abadi) adalah lengkap.4 Dan akhirnya, William Hendrickson mengatakannya
dengan terus terang: "Aku" di sini (8:58) mengingatkan salah satu dari "Aku" di 8:24.
Pada dasarnya, pemikiran yang sama diungkapkan dalam kedua bagian; yaitu, bahwa
Yesus adalah Tuhan!"5 Makna yang terkandung di dalam ungkapan “Akulah” adalah
bahwa Yesus adalah Tuhan. Yesus adalah Pencipta dan sudah ada sejak semula sebelum
dunia dijadikan. Dengan demikian, segala keagungan, kemuliaan, dan otoritas ada di
dalam diri Tuhan kita Yesus Kristus.
A. Akulah Kebangkitan dan Hidup (Yoh. 11:5)
Pernyataan atau ucapan Yesus ini disampaikan pada saat Lazarus saudara Maria
dan Marta telah mati. Maria dan Marta sangat berduka. Yohanes 11:19 dinyatakan, Di
situ banyak orang Yahudi telah datang kepada Marta dan Maria untuk menghibur mereka
berhubung dengan kematian saudaranya. Orang Yahudi sudah datang untuk memberi
penghiburan, tetapi Yesus yang mereka tunggu-tunggu belum datang.
Yesus Kristus mengasihi Marta, Maria dan Lazarus, membiarkan kesulitan itu
terjadi, dan membiarkan mereka berjalan dalam lembah bayang-bayang maut. Setelah
dua hari, Yesus pergi ke tempat Lazarus. Perjalanan sampai ke Betania hanyalah satu
hari saja, namun waktu Yesus sampai di sana, Lazarus sudah meninggal empat hari.
Kemungkinan besar Lazarus mati tidak lama setelah utusan dari Betania itu pergi untuk
menyampaikan berita bahwa Lazarus sakit. Jadi utusan Betania itu berjalan satu hari,
Yesus menunggu dua hari, dan Yesus pergi ke Betania satu hari, sehingga totalnya
adalah empat hari.
Waktu Yesus datang ke Betania, ada tiga macam respon yang seluruhnya
mempertanyakan akan kasih-Nya: Pertama, Yohanes 11: 21 kata Marta kepada Yesus
“Tuhan sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati”. Marta tidak sungguhsungguh menuduh Yesus, tetapi cukup jelas bahwa Marta mempertanyakan kasih
Kristus. Kedua, Yohanes 11:32, Maria bertanya akan hal yang sama, tetapi dengan sikap
yang berbeda. “Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah
ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini,
saudaraku pasti tidak mati”.” Intinya adalah sama, mempertanyakan apakah betul Yesus
mengasihi mereka? Ketiga, Yohanes 11:36-37 “Kata orang Yahudi: “Lihatlah, betapa
kasih-Nya kepadanya!” Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: “Ia yang
memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak
mati?” Orang-orang banyak juga mempertanyakan kasih-Nya.
Ketiga respon di atas semuanya mempertanyakan tentang kasih Yesus kepada
Lazarus dan tentu kepada Maria dan Marta. Pertanyaan mereka ini didasarkan pada
ketidaktahuan tentang apa yang akan dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Mereka tidak dapat
meyakinkan diri mereka sendiri bahwa Yesus sanggup membangkitkan orang mati
dalam waktu sekejap. Hal ini tergambar dari apa yang disampaikan Marta, "Aku tahu
bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman” (Yoh. 11:4).
Marta beriman bahwa Lazarus akan bangkit tetapi bukan sekarang melainkan di akhir
zaman. Merril C. Tenney menyatakan,Dengan latar belakang kekalutan dan iman yang tidak sempurna seperti ini, maka
tindakan Yesus di kubur Lazarus menjadi lebih-lebih lagi meyakinkan. Kepada
murid-murid yang bingung dan kepada kedua saudara perempuan yang berduka,
Ia telah menyajikan diri-Nya sebagai kebangkitan dan hidup, dan telah menantang
mereka untuk percaya kepada-Nya walaupun kenyataan menunjukkan lain (25).
Sekarang Ia harus membuktikan kuasa-Nya. Dapatkah Ia melakukannya?6
Tenney mencoba menggambarkan tentang situasi yang dialami Maria dan Marta
pada saat Lazarus mati. Mereka sangat kalut dan juga kurang iman. Akan tetapi tindakan
Yesus telah menyelesaikan kekalutan dan meneguhkan iman mereka. Tidak meleset
sedikitpun, Yesus telah melakukan apa yang Dia katakan. Keseluruhan pasal 11
menyatakan bahwa Yesus benar-benar berkuasa untuk membangkitkan orang mati.
Kisah ini menjelaskan bahwa pergumulan yang dihadapi Maria dan Marta bersama
Lazarus dapat terselesaikan.
Kata dasar kebangkitan adalah bangkit. Dalam bahasa Yunani avna,stasij, anastasis
yang berarti kebangkitan. Namun, sangat mengejutkan bahwa kata kebangkitan ini tidak
dicatat sebagai kata kunci oleh Fritz Rienecker. Justru yang dicatat sebagai kata kunci
adalah pisteu,wn,, pistȇuȏn yang berarti percaya.7 Penulis menduga bahwa hal ini terjadi
karena orang Israel atau secara khusus Maria dan Marta telah mengetahui bahwa pasti
ada kebangkitan. Dalam hal ini Yohanes justru menekankan pentingnya percaya kepada
Yesus. Kata kunci dalam Yohanes 11:25-26 adalah kata “barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”. Tuhan Yesus mengatakan tiga kali kata
“percaya”: “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”,”
setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”
David Iman Santoso menyatakan,
Yesus berkuasa atas maut, yang akhirnya terbukti dalam kebangkitan-Nya
sendiri… Kalau Yesus adalah hidup, berarti di luar Dia tidak ada hidup dan tidak
ada pengharapan. Maka, barangsiapa berada di dalam Dia, ia memiliki keduanya:
Pada masa sekarang ia hidup; pada masa yang akan datang ia mempunyai harapan
yaitu hidup yang kekal.8
Ungkapan Akulah kebangkitan dan hidup, artinya adalah menunjuk kepada hidup
di zaman yang sudah datang; itu yang sudah tiba sekarang. Perkataan ini berbicara
tentang hidup yang telah dibangkitkan. Hidup itu sudah tiba sekarang sehingga setiap
orang yang percaya akan hidup walaupun sudah mati. Hidup yang tidak mungkin mati
lagi, hidup yang kekal. Hidup bersama dengan Yesus selama-lamanya.
Dihubungkan dengan penjelasan egȏ eimi, maka “Akulah kebangkitan dan hidup
dapat dimengerti bahwa hanya Tuhan yang sanggup membangkitan. Tuhan sanggup
mengalahkan kematian. Sehingga setiap orang yang mengaku Yesus adalah Tuhan maka
pasti dibangkitkan dan mendapat hidup yang kekal.
B. Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup (Yoh. 14:6)
Yohanes 14 dimulai dengan kalimat Tuhan Yesus, “Jangan gelisah hatimu;
percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu…” (Yoh. 14:1). Yesus sudah tahu
apa yang akan terjajdi. Yesus tahu ada kesulitan, tantangan dan penderitaan yang akan
datang kepada murid-murid-Nya, maka Ia memanggil mereka untuk benar-benar percaya kepada Allah yang tetap mampu mengendalikan segala situasi tersulit
sekalipun.
Selanjutnya terjadilah dialog yang begitu bermakna. Dialog antara Guru dan Murid.
Namun, sesungguhnya ini bukan saja sekadar dialog antara Guru dan Murid melainkan
dialog antara Tuhan, Sang Khalik dengan umat-Nya (Yoh. 14:1-7).
Setelah Yesus berbicara seperti yang tertulis dalam ayat 1-4, tiba-tiba Tomas
mengajukan pernyataan dan pertanyaan. Tomas berkata kami tidak tahu kemana
engkau pergi dan lagi pula bagaimana kami bisa tahu jalan kesitu. Sebenarnya Tomas ini
mewakili semua murid untuk menyampaikan isi hati mereka. Pernyataan dan
pertanyaan Tomas mengandung kegelisahan, kekuatiran dan ketakutan. Murid-murid
belum siap untuk berpisah dengan Guru Agung, Yesus Kristus. Herman N. Ridderbos
menyatakan,
Keberatan Tomas yang radikal terhadap pernyataan Yesus, meskipun diungkapkan
dengan segala hormat, bukan hanya khas perannya sendiri di Injil (lihat tafsiran di
11:16; 20:24 dst.) tetapi juga menyatakan ketidakpastian dari murid-murid lain
(“kami tidak tahu”). Mereka tidak memiliki gagasan tentang apa “kepergian” ini
jika itu berarti akhir pengikutan Yesus sebagai Mesias Israel dan Anak Allah yang
diakui oleh mereka. Lalu bagaimana mereka dapat mengetahui “jalan ke situ” yang
Yesus sedang katakana dan di mana mereka tampaknya berkonsolidasi sebagai
murid-murid-Nya?9
Tomas dan murid-muri yang lain tidak punya bayangan sedikit pun bahwa Yesus
akan meninggalkan mereka. Jika Yesus pergi maka harapan untuk masa depan hilang
semuanya. Tidak ada lagi yang bisa membela dan menemani mereka.
Untuk menjawab murid-murid-Nya Yesus berkata: "…Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”
(Yoh. 14:6). Respon Yesus sangat tegas dan belum terpikirkan oleh para murid. Buktinya,
Filipus masih melanjutkan pertanyaan kepada Yesus untuk mendapat jawaban dan
pemahaman yang lebih lengkap (bnd. Yoh. 14:8). Merril C. Tenney menyatakan,
Penegasan Yesus merupakan salah satu ucapan filsafat yang terbesar sepanjang
waktu. Ia tidak berkata bahwa Ia mengetahui jalan, kebenaran, dan hidup, ataupun
bahwa Ia mengajarkannya. Ia tidak menjadikan diri-Nya orang yang menjelaskan
suatu sistem yang baru; Ia menyatakan diri-Nya sebagai kunci penentu terhadap
semua misteri.10
Yesus bukan hanya sekadar sebagai tahu tentang jalan, melainkan Dia sendiri
adalah jalan. Ia tidak sekadar menjelaskan tetapi menyatakan diri-Nya sebagai kunci
dari segala sesuatu yang tidak dapat dipecahkan oleh Murid-murid bahkan seluruh umat
manusia. Yohanes 14:6 membicarakan tentang hidup kekal atau surga yang mulia.
Yohanes menekankan bahwa Yesus adalah jalan satu-satunya menuju ke surga.
1. Yesus adalah jalan
Umat manusia sudah terpisah dengan Allah. Semua jalan tertutup bagi manusia.
Tidak ada nabi, imam, dan raja yang mengklaim diri-Nya untuk sanggup menghantarkan
seseorang kepada Bapa. Hanya Yesus yang sanggup melakukannya. David Iman Santoso
menyatakan, Yesus adalah jalan, sama dengan Yesus adalah pintu, yaitu jalan atau pintu
keselamatan. Ia juga jalan untuk mengenal kebenaran dan memperoleh hidup serta jalan
untuk datang kepada Bapa.11 Tenney juga menyatakan, Yesus berkata, “Akulah jalan”,
karena di dalam Dia manusia dibawa kembali kepada Allah, dan melalui Jalan Hidup itu,
ia mencapai tujuan akhirnya yang sejati.12
Baik Santoso dan Tenney sama-sama menekankan bahwa Yesus adalah jalan satusatunya menuju kepada Bapa. Tujuan akhir hidup manusia hanya didapatkan di dalam
Yesus Kristus. William Hendrikson menyatakan,
Yesus tidak semata-mata menunjukkan jalan itu; Ia sendiri adalah jalan itu. Adalah
benar bahwa Ia mengajarkan jalan itu (Mark 12:14; Luk 20:21), memimpin kita di
dalam jalan itu (Luk 1:79), dan telah memberikan kita jalan yang baru dan hidup
(Ibr 10:20); tetapi semua ini memungkinkan hanya karena Ia sendiri adalah jalan
itu.13
Yesus bukan hanya menunjukkan jalan melainkan Yesus mengklaim diri-Nya sendiri
sebagai Jalan. Jika demikian, maka tidak ada peluang bagi manusia untuk mencari jalan lain.
Yesus Tuhan; Dialah yang membuka jalan, Dialah yang menunjukkan jalan, dan Dialah jalan itu.
2. Yesus adalah kebenaran
Para filsuf dan orang-orang berhikmat selali sibuk untuk mencari tahu apa itu
kebenaran? Padahal kebenaran itu ada di dalam Alkitab. Santoso, “Kebenaran adalah
kebenaran Injil, yaitu kebenaran yang mutlah dan bisa diandalkan sepenuhnya.14 Yang
mencari kebenaran sebaiknya membaca Alkitab sampai tuntas dan menemukan
kebenaran hakiki di dalam Yesus. Santoso melanjutkan dengan menyatakan bahwa
apabila Yesus mengatakan diri-Nya sebagai kebenaran, itu berarti bahwa Jesus is
absolutely realiable, dan kebenaran itu pada akhirnya dinyatakan melalui kayu salib,
yaitu kematian dan kebangkitan-Nya.15 Lebih luas lagi Tenney menyatakan,
Kebenaran bukanlah suatu sistem pernyataan-pernyataan terpadu yang abstrak,
ataupun etika impersonal yang terkandung dalam banyak peraturan. Kebenaran
itu sekaligus adalah realitas dan etika yang diperlihatkan dalam seorang yang lebih
fleksibel dari kekakuan hokum dan abstraksi yang tak terpahami dan sekalipun
demikian tidak berubah dan konsisten. Kristus berbicara dengan otoritas akhir
dalam kata-kata yang disesuaikan dengan pengertian manusia.16
3. Yesus adalah hidup
Manusia berdosa pasti mati. Mati di dunia ini dan juga mati di akhirat nanti. Mati
secara fisik dan juga secara rohani. Namun, Kristus telah datang untuk memberi
kehidupan bagi manusia berdosa. Tenney menuliskan bahwa di seluruh Injil Yohanes,
hidup menggambarkan prinsip vitalitas rohani yang berasal dari Allah dan yang
mengangkat manusia keluar dari dosa kepada diri-Nya sendiri.17 Allah sendiri yangbertindak untuk menyelamatkan manusia. Allah mengutus anak-Nya yang tunggal, yang
dikasih-Nya. Hal ini sesuai dengan hakikat Allah seperti yang dinyatakan oleh Santoso
bahwa “hidup” tentunya adalah hidup kekal yang merupakan sifat dan hakikat Allah.18
Dalam semua perkataan inti ini, Yesus mendalilkan diri-Nya dalam keeksklusifanNya sebagai Dia yang diutus oleh Bapa dan karena itu sebagai satu-satunya jalan: “Tidak
ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melaui Aku.19 Semuanya ada di
dalam Yesus. Semuanya harus melalui Yesus.
Ungkapan “Ego eimi” di dalam Injili Yohanes menegaskan bahwa Yesus adalah
Tuhan. Oleh karena Yesus adalah Tuhan, maka Ia sanggup untuk membangkitkan orang
mati. Bahkan Ia sendiri telah membuktikan diri-Nya bahwa Ia bangkit dari antara orang
mati. Yesus mampu melepaskan manusia dari kuasa maut dan memberikan kehidupan
baru, hidup yang kekal. Selanjutnya, tidak ada jalan, kebenaran, dan hidup selain di
dalam Yesus. Yesuslah satu-satuNya yang dapat dipercaya dan jalan menuju kepada
Bapa, surga yang kekal.