Tampilkan postingan dengan label manasik haji 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label manasik haji 4. Tampilkan semua postingan
manasik haji 4
By tuna at Januari 24, 2024
manasik haji 4
juga memberikan pelajaran tentang pentingnya
sikap tawadlu/rendah hati. Betapapun tinggi pangkat
seseorang, di hadapan Allah pangkat itu tak akan
berarti apa-apa jika pangkat tersebut membuatnya lalai
dan jauh dari-Nya. Potonglah simbol kesombongan
itu, lalu letakkan dan buanglah ke tanah. Hiduplah
bersama tanah yang memiliki sifat ketundukan dan
kasih sayang.
15 Abī Dāud, Sunan Abī Dāud, nomor hadis: 1984.
l
Hikmah WukufM.
Wukuf artinya berhenti, diam tanpa bergerak.
Wukuf adalah berkumpulnya seluruh jemaah haji di
Arafah pada 9 Dzulhijjah sebagai puncak ibadah haji.
Jika dikaitkan dengan tha waf, yang diwarnai
dengan ge rakan, wukuf mengisyaratkan bahwa suatu
saat ge rakan itu akan berhenti. Jantung ma nusia
suatu saat akan berhenti ber detak, mata nya akan
berhenti berke dip, kaki dan tangannya akan berhenti
melangkah dan bergeliat. Ketika semua yang berge rak
itu berhenti, ter jadilah kematian dan ma nu sia se bagai
mikro kos mos pada saatnya nanti akan dikum pulkan di
Padang Mahsyar. Sampai di sini, Arafah menjadi lam-
bang dari Padang Mahsyar, sebagai mana yang digam-
bar kan dalam hadis Nabi SAW: “Pa da hari di mana tidak
ada lagi pengayoman selain pe ngayoman- Nya.”16
Arafah merupakan lokasi tempat berkum pul-
nya jemaah haji. Arafah ada lah lambang dari maqam
ma’rifah billah, yang memberikan rasa dan citra
bahagia bagi ahli ma’rifah, yang tidak dapat dirasakan
oleh jemaah haji pada umumnya. Di Arafah inilah
seluruh jemaah haji dari berbagai pen ju ru dunia
berkum pul dengan bahasa, suku, bangsa, adat-
istiadat, dan warna kulit yang berbeda-beda, tapi
mereka punya satu tujuan yang dilandasi per samaan,
tanpa perbe daan antara yang kaya dan miskin, antara
yang besar dan kecil, antara pejabat dan rakyat biasa.
16 Al-Bukhari, nomor hadits 1423.
- 184 -
Di situlah tampak nyata persamaan yang ha kiki. Itulah
Arafah yang namanya diambil dari kata ta’aruf atau
saling me ngenal me nuju saling tolong-menolong,
saling memban tu di antara me reka momen terpenting
dalam berhaji dan menjadi syiar membanggakan
tentang kuatnya ajaran egalitarianisme dalam Islam.
Mu’tamar akbar ini masih akan berlanjut jika para
jemaah haji berkum pul di Mina. Alangkah he batnya
peristiwa ini, apalagi setiap tahun peristiwa itu akan
ber ulang dan berulang sampai hari kiamat tiba.
Pendeknya waktu yang diberikan kepada jemaah
haji untuk wukuf di Padang Arafah sejak matahari
terge lincir hingga terbenam pada 9 Dzulhijjah
mempunyai arti yang sangat penting karena di waktu
yang singkat itulah seluruh jemaah haji dari ber-
bagai penjuru dunia berkum pul di satu tempat untuk
melak sanakan rukun haji yang me nentukan sah atau
tidaknya ibadah haji. Setelah wukuf dila kukan, jemaah
haji merasakan bebas dari beban dosa kepada Allah,
yakin doa-doa dikabul kan, dorongan untuk melaku-
kan kebaikan yang lebih banyak terasa sangat kuat,
dan rahmat Allah SWT pun dirasakan me nentramkan
jiwa mereka. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad
SAW bersabda:
ُ
Dari Anas ibn Malik RA. berkata: Nabi Muhammad SAW
wukuf di Arafah, di saat Matahari hampir terbenam,
ia berkata: “Wa hai Bilal suruhlah umat ma nusia
mendengarkan saya. “Maka Bilal pun berdiri seraya
berkata: “Dengarkanlah Rasu lullah SAW,” maka mereka
mende ngarkan, lalu Nabi ber sabda: “Wahai umat manu-
sia, baru saja Jibril AS datang kepadaku memba cakan
salam dari Tuhanku, dan dia menga takan: “Sungguh
Allah SWT mengam puni dosa-dosa orang-orang yang
berwukuf di Arafah dan orang-orang yang berma-
lam di Masy’aril Haram (Muz dalifah), dan menjamin
membe baskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-
dosa mereka. Maka Umar ibn Khat}h}ab pun ber diri dan
- 186 -
bertanya, Ya Rasu lullah, apakah ini khusus untuk kita
saja? Rasulullah menjawab, ini untuk kalian dan untuk
orang-orang yang datang sesudah kalian hingga hari
kiamat kelak. Umar RA pun lalu berkata: kebaikan Allah
sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah.’’ 17 (HR. Ibnu
Mubarak dari Anas RA)
Dalam hadits lain, Nabi SAW bersabda:
Artinya:
Aisyah RA berkata, sesungguh nya Rasulullah SAW
bersabda: Tiada hari yang lebih banyak Allah
membebaskan seorang ham ba dari neraka selain dari
Hari Arafah….18 (HR. Muslim dar ‘Aisyah RA).
Wukuf bermakna pengenalan. Saat inilah
seorang Muslim diharapkan bisa lebih mengenali
dirinya dan Allah SWT sebagai Tuhannya. Di Arafah
inilah umat Islam diminta untuk berdiam, merenung,
berintrospeksi dan bertaubat kepada-Nya. Haji baru
dapat mencapai hakekatnya bila seseorang dapat
mengetahui hakekat dirinya di hadapan Tuhannya.
Karena itulah Rasul SAW bersabda :
Haji adalah (wukuf) pada hari Arafah.19 (HR.
Ashabussunan dan Ahmad)
Dari sudut pandang fikih, haji mereka yang
tidak berwukuf di Arafah tidak sah. Sementara dari
sudut pandang spiritual, wukuf di Arafah harus
mampu mengantarkan seseorang mencapai makrifat;
pengetahuan tentang status dirinya sebagai hamba
Allah SWT. Tanpa seseorang mencapai level spiritual
ini, secara hakekat, hajinya dianggap tidak berarti
apa- apa.
Karena itu, di padang Arafah inilah, dulu para nabi
berwuquf, berhenti dan berkontemplasi, bermunajat
kepada Allah SWT. Di padang inilah dulu Nabi Adam
dan Siti Hawa alaihimassalaam mengetahui dan
mengakui dosa-dosa yang pernah mereka lakukan. Di
tempat inilah, dulu Nabi Ibrahim AS mengetahui dan
meyakini sepenuh hati bahwa perintah menyembelih
anaknya, Isma’il AS, adalah wahyu dari Allah. Karena
itulah mengapa pencapaian terbesar seorang
hamba Allah diukur saat menunaikan ibadah haji di
padang Arafah. Saat mampu menemukan hakekat
19 Ibn Mājah, Sunan Ibn Mājah, nomor hadits: 3015; At-Tirmiżi,
nomor hadits: 8889; An-Nasa’i nomor hadits 3016 Abī Dāud, nomor
hadits: 1949, dan Ahmad, A-Musnad, nomor hadits:18856
- 188 -
kehambaan, mereka tertunduk bersimpuh di hadapan
keagungan Dzat-Nya.
Ritual wukuf juga mengisyaratkan pentingnya
berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi.
Manusia butuh waktu-waktu khusus untuk berhenti
dari kerutinan dan aktivitas, berhenti sejenak agar
dapat berpikir, menimbang, dan merencanakan
agenda kehidupan jangka panjang.
Padang Arafah juga menggambarkan bagaimana
umat manusia nanti di padang Mahsyar; diam, cemas
dan penuh harap saat menunggu keputusan Allah
SWT, surga atau neraka. Di padang Arafah inilah
semua manusia berkumpul dalam status yang sama
sebagai hamba Allah. Tak ada lagi kesombongan, tak
ada lagi status sosial. Semua berpakaian putih-putih,
menunjukkan kesucian jiwa dan kejernihan pikiran
untuk menggapai ridha Ilahi.
Hikmah Mabit N. di Muzdalifah
Setelah Matahari terbenam pada 9 Dzulhijjah,
jemaah haji meninggalkan Arafah me nuju Muzdalifah
untuk ber henti, beristirahat, dan bermalam di sana. Ini
disebut mabit. Di keheningan malam tempat mabit ini
sangat ideal untuk melakukan kontemplasi, tafakkur,
tadabbur, merenung mendekatkan diri kepada Allah.
Jemaah haji berada di Muzdalifah minimal hingga
lewat tengah malam, setelah itu dibolehkan ber gerak
menuju Mina. Selama mabit di Muzdalifah, jemaah
- 189 -
disunahkan mengambil sedikitnya tujuh butir kerikil
untuk melontar Jamrah Aqa bah esok paginya sesam-
pai mereka di Mina. Orang mabit di Muzdalifah dengan
mengambil kerikil itu bagaikan pasukan tentara yang
sedang me nyi apkan tenaga dan senjata untuk ber-
perang mela wan musuh laten manusia, yaitu setan
yang ter kutuk.
Muzdalifah berasal dari kata izdilâf yang berarti
al-iqtirâb (mendekat) atau al-ijtimâ’ (berkumpul).
Disebut demikian karena tempat ini jaraknya sudah
dekat dengan Mina. Atau karena di tempat inilah
para jemaah haji berkumpul untuk menginap
dan beristirahat pada malam 10 Dzulhijjah untuk
mempersiapkan diri melempar jamrah Aqabah
esok paginya.
Tempat ini juga disebut sebagai al-masy’ar al-
haram. Di sinilah dulu Nabi Muhammad SAW pernah
bermalam dan terus berdzikir kepada Allah SWT.
Secara simbolik, mabit di Muzdalifah memberi pesan
tentang pentingnya mengingat dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT dan waktu malam adalah salah
satu waktu terbaik untuk mengetuk pintu langit
memohon ampunan.
“Maka apabila kamu bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah
kepada Allah di Masy’aril Haram. dan berdzikirlah
kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk
kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar
termasuk orang yang tidak tau. Al-Baqarah [2]: 198
Hikmah Mabit di MinaO.
Jemaah haji melaksanakan Mabit di Mina
sebagai kelanjutan dari pelaksanaan ibadah sebelum-
nya, dilaksanakan pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.
Selama mabit di Mina, jemaah haji harus mampu
menghayati makna dan hikmahnya, dengan banyak
bertakbir, berdzikir, berdoa dengan lisan dan hati, dan
menghayati perjalanan Rasu lullah SAW dan para nabi
se belumnya. Allah SWT berfir man:
.
Artinya:
Dan berzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah
ditentukan jumlahnya. Al-Baqarah [2]:203).
Rasulullah SAW bersabda:
َ
Artinya:
Dari Abdurrahman bin Ya’mar ad-Daliyyi berkata…
maka Rasulullah SAW bersabda: “...Hari-hari (tinggal)
di Mina adalah tiga hari…”.20 (HR.Abu Daud
dan Ahmad).
Selama di Mina ada dua aktivitas yang perlu
dilaku kan oleh jemaah haji: Pertama, mereka melontar
jamrah Aqabah pada hari Nahar dan melontar Jamrah
Ūlā, Jamrah Wusta, dan Jamrah Aqabah pada hari-
hari Tasyriq. Kedua, mereka melakukan mabit, yakni
tinggal dan menginap di Mina, selama malam hari
Ayyāmut Tasyriq.
Aisyah RA, Istri Rasulullah SAW, mengemukakan:
ِْ
Artinya:
Rasulullah SAW melakukan ifadah (tha waf ke
Makkah) pada waktu shalat zhuhur, kemudian
kem bali ke Mina, lalu tinggal di Mina sela ma tiga
hari Tasyriq. 21 (HR. Ibnu Hibban dari ‘Aisyah RA)
Pada hari biasa Mina tampak lengang dan luas,
sedangkan pada hari nahr dan hari-hari tasyriq penuh
20 Abi Daud, Sunan Abi Daud, nomor hadits: 1949 dan
Ahmad,, Al-Musnad, nomor hadits: 18856
21 Ibnu Hibban , S}ah}ih } Ibn h}ibbān, nomor hadits: 3956.
sesak dengan Jemaah haji. Meskipun demikian,
Mina dapat menam pung se luruh jemaah haji. Inilah
keistimewaan Mina. Hal ini sesuai dengan sabda Rasu-
lullah SAW yang artinya: “Se sung guhnya Mina ini seperti
rahim, ketika terjadi kehamilan, daerah ini diluas kan
oleh Allah SWT”. Karena itu, sudah semes tinya umat
Islam tidak perlu kha watir kehabisan tempat atau
tidak dapat tempat di Mina.
Mina kadang juga disebut Muna yang berarti
angan-angan atau harapan. Di tempat inilah dulu
para nabi bermunajat, meminta, dan berharap kepada
Allah SWT. Sesuai dengan namanya, Muna/Mina, lokasi
ini adalah tempat dicurahkannya semua harapan dan
doa. Nabi SAW pernah mengabarkan bahwa di Mina
– tepatnya di masjid Khaif - sebanyak 70 nabi pernah
salat dan bermunajat. Nabi Muhammad pun mengikuti
jejak pendahulunya, selama tiga hari ia bermalam dan
bermunajat di masjid tersebut. Tempat ini mustajab,
maka selama mabit di Mina jemaah haji disunnahkan
untuk memperbanyak doa.
Mina juga tempat menyembelih hewan qurban.
Ia disebut dengan Mina karena di sinilah darah-
darah hewan kurban/hewan dam ditumpahkan
(tumna ad-dimâ’). Nabi Ibrahim AS menyembelih
putranya, Ismail, juga di Mina. Nabi Muhammad SAW
menyembelih hewan kurbannya juga di Mina. Karena
itu, disunnahkan bagi jemaah haji untuk menyembelih
hewan kurban atau dam di tempat ini, sebagai
pertanda ketundukan dan totalitas ibadah.
Hikmah Melepas Pakaian IhramP.
Melepas kain ihram setelah tahallul adalah
gambaran akhir dari semua urusan dunia dan akan
dibalas dengan surga, yakni diperbolehkannya kem-
bali melakukan kesenangan (syahwat) yang terlarang
selama ihram. Kelak, gambaran kenikmatan itu
tersedia di dalam surga.
Hikmah Melontar Jamrah Q.
Mina adalah tem pat Nabi Ibrahim AS
melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyem belih
pu tra nya, Nabi Ismail AS. Sebelum mereka sampai di
tempat yang dituju, tiba-tiba Iblis datang menggo-
da Nabi Ibra him AS agar menghen tikan niatnya.
Namun, dengan penuh keya kinan dan ketak wa an
kepada Allah SWT, Ibrahim tetap melaksa nakan perin-
tah itu. Ia tahu tujuan iblis pada hakikatnya adalah
untuk menga jak melanggar perintah Allah. Karena itu,
Ibrahim ke mudian mengambil tujuh batu kerikil dan
melemparnya ke Iblis. Inilah yang disebut Jum rah Ūlā.
Tak berhasil mem enga ruhi Ibrahim AS, Iblis lalu
da tang membujuk Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Iblis
mem e nga ruhi Hajar dengan perhitungan, seorang ibu
pasti tak akan sampai hati membiarkan buah hatinya
disembelih. Tapi Hajar meno lak dan melempari Iblis
dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu
kemu dian dijadikan tempat melem par Jamrah Wusta.
Langkah Iblis tidak berhen ti di situ. Dia
beralih kepada Ismail AS, putra Ibrahim-Hajar, yang
dianggapnya masih me mi liki keimanan dan ketakwa-
an yang rapuh. Tapi Ismail ternyata juga menun jukkan
perlawan an. Ia kukuh me megang keimanan nya dan
yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah SWT.
Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail lalu bersama-sama
melempari Iblis dengan batu kerikil, yang ke mudian
diaba dikan menjadi lemparan Jam rah Aqabah. Allah
SWT pun me muji upaya Nabi Ibrahim dan keluar ga-
nya karena di anggap berhasil meng hadapi ujian.
Demikianlah Iblis selalu me nggo da manusia
untuk ti dak menaati perintah Allah SWT. Betapapun
kecilnya kadar ke ba jikan yang akan dila kukan oleh
manusia, godaan iblis pas ti senantiasa menghadang.
Al-Qur’an menceritakan ikrar Iblis yang dinilai
sesat dan dilak nat oleh Allah SWT sete lah menolak
perintah untuk bersu jud kepada Adam AS dan minta
diberi kesem patan hi dup hingga manusia dibang-
kitkan pada hari kiamat. Allah SWT ber fir man:
Artinya:
Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku”, oleh karena Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan
menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di
bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya,
[39] kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di an tara
mereka [40]’’. Al-Hijr [15]:39-40.
Melontar jamrah mengingat kan jemaah haji
bahwa Iblis senantiasa berusaha mengha langi
menusia melakukan ke baikan. Nabi Muhammad SAW
mengingatkan:
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘’Sesungguhnya setan mengalir pada manusia di
tempat darah mengalir dalam dirinya.’’ (HR. Bukhari,
Muslim dan Abi Daud)
Inilah simbol perlawanan sepanjang umur
manusia terhadap setan. Melontar jamrah adalah
simbol kutukan kepada unsur kejahatan yang
sering membinasakan manusia. Melontar juga
mengisyaratkan tekad kuat untuk tidak lagi melakukan
22 , Al -Bukhārī, nomor hadis: 6219 , Muslim, nomor hadits
2174. Abi Daud, Sunan Abi Daud, nomor hadits 4719
aktivitas yang mendatangkan bahaya kepada diri
sendiri dan masyarakat.
Lemparan jamrah harus dilakukan dengan benda
padat berupa kerikil, tidak boleh dengan benda cair
atau benda lembek. Lemparan tidak cukup sekali,
tapi tujuh kali dan harus mengenai sasaran. Ini
artinya perlawanan terhadap setan dan sifat-sifatnya
harus dilakukan secara ulet dan sekuat tenaga. Sifat-
sifat syaitaniyah yang cenderung destruktif harus
dikeluarkan, dilemparkan, dan dibuang sekuat tenaga
dari dalam diri manusia. Proses mengeluarkan dan
melemparnya harus dipastikan tepat agar tidak salah
sasaran dan dilakukan dengan niat yang kokoh,
berulang kali, terus-menerus hingga kejahatan benar-
benar sirna dari dalam diri manusia.
Setan tidak akan pernah ber henti menggoda
manusia dan godaannya tidak mu dah dirasakan.
Karena itu, hanya orang-orang yang hidup ikhlas
sajalah yang akan mampu menanggulangi goda an
setan itu. Nabi Ibrahim AS selamat dari godaan Iblis
karena keikhlasan nya menjalani hidup untuk menaati
perintah-perintah Allah SWT meskipun mengha dapi
ujian sangat berat untuk menyembelih putranya, Ismail
AS. Melontar jamarat pada intinya memiliki hikmah
yang sangat besar, sebagai lambang melempar Iblis
yang dilaknat oleh Allah SWT, yang kemu dian dikenal
dengan: Jamrah Ūlā (Sughra), Jamrah Wusta (Tsaniyah),
dan Jamrah Aqabah (Kubra).
Hikmah NafarR.
Istilah “nafar” dapat diartikan rombongan atau
gelombang keberangkatan jemaah haji me ninggalkan
Mina. Nafar terbagi dua, yaitu: nafar awwal dan
nafar tsani. Disebut nafar awwal karena jemaah haji
menyelesaikan semua ke wajiban haji mereka di Mina
sam pai hari kedua Tasyriq (12 Dzulhijjah). Disebut
nafar tsani karena jemaah haji bermalam lagi di Mina
dan melontar jamrah esok harinya (13 Dzulhijjah) ke-
mudian meninggalkan Mina.
Penetapan nafar se per ti itu didasarkan atas firman
Allah SWT dan amalan Rasu lullah SAW, yang mem-
berikan alternatif pilihan buat jemaah haji berdasar-
kan ke pentingan masing-masing. Da lam pengaturan
tersebut, te cermin toleransi dan keha nifan ajaran Islam
dalam batas-batas tertentu karena kecenderung an
untuk melaku kan nafar awwal tidak dapat dilakukan
begitu saja tanpa memper timbangkan kepenting an
priba di atau maslahah umum, misalnya pertimbangan
pengaturan pu lang ke kampung hala man. Karena itu,
Umar bin Khatab melarang penduduk kota Makkah
untuk mengambil nafar awwal karena mereka tidak di-
desak oleh kepentingan pu lang ke daerah asal, seperti
yang dije laskan dalam kitab Mausu’ah Fiqhi Umar bin
Khatab. Se dang kan para imam lain nya mem bo lehkan
siapa saja mengambil nafar awwal tanpa dosa te tapi
kehilangan keutamaan (fadilah), seba gaimana Firman
Allah SWT:
… Barang siapa mempercepat (meninggalkan Mina)
setelah dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan
barang siapa mengakhirkannya tidak ada dosa (pula)
baginya, (yakni) bagi orang yang bertakwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa
kamu akan dikumpulkan-Nya. Al-Baqarah [2]: 203.
Hikmah DamS.
Dam menurut bahasa berarti darah. Membayar
dam adalah amalan ibadah yang wajib dilakukan oleh
orang yang melakukan ibadah haji atau umrah akibat
sebab-sebab tertentu, baik sebagai konsekuensi dari
suatu ketentuan tata cara beribadah haji yang dipilih
oleh jemaah (tamattu’ dan qirān) atau akibat suatu
pelanggaran yang dilakukannya karena meninggalkan
sesuatu yang diperintahkan atau justru me nger -
jakan sesuatu yang diharam kan dalam ibadah haji
dan umrah.
Hikmah yang harus dipaha mi dari syariat
membayar dam ini adalah bahwa ibadah haji tak
ubahnya jihad menegak kan agama Allah SWT, yang
di dalamnya sangat wajar jika darah syahid mengalir
sebagai akibat dari jihad itu. Menegakkan agama
dengan jihad berarti membela iman kepada Allah
SWT, dan pada gilirannya mengangkat keyakinan
bahwa “hidup dan mati adalah karena Allah, termasuk
mati dengan menge luarkan darah”.
Hikmah Menyembelih Hewan Qur banT.
Menyembelih hewan qurban adalah mengikuti
jejak Nabi Ibrahim AS. Allah SWT meme rintahkan
Ibrahim lewat mimpinya agar menyembelih puteranya,
Ismail AS, sebagai bukti keimanan dan ketakwa annya
kepada-Nya. Kemudian Allah SWT menggantikannya
dengan binatang sembelihan yang besar. Ada dua
hik mah terdapat dalam kejadian ini:
Ibrahim AS memperli hat kan ketaatan yang 1.
sempur na kepada Allah SWT Yang Maha
Agung, pada ia diperintah untuk me nyem belih
putera ke sa ya ngan nya sendiri.
Menunaikan kewajiban ber syukur kepada 2.
Allah berupa nikmat te busan. Allah SWT men-
jadi kan orang yang me nyem be lih hewan ter-
ma suk orang yang ber se dekah dari nikmat
yang Allah berikan kepadanya. Dia bukan
termasuk orang fakir yang berhak menerima
shadaqah. Je ma ah haji dan orang-orang yang
berqur ban pada haki katnya ber ada pada ting-
katan terti nggi di sisi Allah se bab tidak ada
kedu dukan yang paling tinggi mele bihi ke-
ta atan kepada-Nya dalam setiap perintah-
Nya, seka lipun dalam bentuk me nyem belih
putera nya sendiri. Karenanya jemaah haji
dianjurkan menyembelih hewan qurban
sesuai kemampuan, setidaknya dengan
menyembelih seekor kambing, sebagaimana
Nabi Muhammad SAW memberi contoh
menyembelih 100 ekor unta untuk qurban
ketika ia berhaji wada’.
Penyembelihan hewan mengartikan kesucian
karena darah yang ditumpahkan itu seolah-olah
adalah darah kotor. Penyembelihan hewan juga
mengisyaratkan pengorbanan untuk menggapai ridha
Allah SWT.
Secara fisik, menyembelih hewan kurban atau
hewan dam adalah dengan memotong lehernya. Tapi
secara subtantif-filosofis, penyembelihan hewan ini
menunjukkan pesan penting kepada umat Islam untuk
memotong sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam
diri manusia. Iri, dengki, serakah, rakus, sombong,
mau menang sendiri, tak kenal sanak saudara adalah
sebagian dari sifat-sifat kebinatangan yang harus
dipotong dan disembelih dari diri setiap manusia.
Allah tidak menginginkan daging-daging
sembelihan karena Dzat Maha Suci itu memang
tidak membutuhkan daging, tapi Ia menginginkan
ketakwaan para pelaksana korban atau sembelihan.
Ketakwaan sejati hanya dapat diimplementasikan oleh
mereka yang terbebas dari sifa-sifat kebinatangan.
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali
tidak akan sampai pada Allah, tetapi yang sampai
kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia
menundukkan untukmu agar kamu mengagungkan
Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang berbuat baik. Al-Hajj [22]: 37
Hikmah Thawaf Wada’U.
Kata wada’ berarti perpi sahan. Jadi, thawaf
wada’ adalah thawaf perpisahan dengan Ka’bah al-
Musyarrafah, Masjidil Haram, dan sekaligus dengan
Tanah Ha ram Makkah. Dalam thawaf wada’ atau
thawaf perpisahan ini ada bebe rapa hal yang dapat
diung kapkan dan diharapkan kepada Allah SWT,
antara lain:
Bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat-1.
Nya karena atas kehendak-Nyalah seluruh
rangkaian ibadah haji atau um rah dapat
diselesaikan dengan baik dan maksimal.
Berbagai nikmat dan rahmat telah diperoleh
selama jemaah menjalankan ibadah haji dan
umrah. Inilah nik mat terbesar yang diberikan
Allah SWT kepada mereka yang berhaji atau
berumrah karena tidak semua umat Islam bisa
melaksanakan ibadah ini kendati mereka ingin
sekali melaksa nakannya. Sebagai dampak
dari melaksanakan ibadah haji atau umrah,
tak terbayangkan berbagai kenik matan yang
akan diberikan Allah SWT kelak kepada orang-
orang yang melaksanakannya, baik di dunia ini
maupun di akhirat nanti, Insya Allah.
Mengharap kepada Allah SWT agar semua 2.
amal ibadah yang dikerjakan, baik berupa
pengorbanan tenaga, waktu, uang, serta
materi lainnya yang dikeluar kan, dapat
diterima oleh Allah SWT dan iba dah haji dan
umrah yang mereka kerjakan benar-benar
mabrur dan memperoleh balasan yang
dijanjikan Allah, surga penuh kenikmatan. Ini
karena dalam pe lak sanaan ibadah ini tidak ada
yang diinginkan kecuali rida, pengampunan,
dan balasan pahala dari Allah SWT. Rasu lullah
SAW bersabda:
Aku mendengar Abu Hurairah RA berkata: Aku
Mendengar Nabi SAW bersabda: Barang siapa
yang melaksa nakan haji karena Allah dengan tidak
melakukan rafas\ (kata-kata kotor) dan tidak berbuat
fusuq (durhaka), maka dia kem bali suci seperti bayi
yang baru dilahirkan dari kandungan ibu nya (tanpa
dosa).23 (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Perjalanan dari Indonesia ke Tanah Suci 3.
Makkah dan kem bali ke Tanah Air tentulah
per jalanan yang cukup panjang, melelahkan,
dan berisiko tinggi serta penuh dengan tan-
tangan yang berat. Dalam thawaf wada’ ini,
doa mereka panjatkan kepada Allah SWT
agar selama dalam perjalanan senantiasa
dilindungi Allah de ngan keselamatan dan
kese hatan. Perjalanan yang demi kian panjang,
bahkan semua perjalanan hidup, perlu men-
dapat lindungan Allah SWT. Dialah yang Maha
Bijaksana dan Maha Kuasa mengatur segala
perjalanan dan melin dungi semuanya.
Mengerjakan haji merupakan kewajiban 4.
sekali seumur hi dup, tapi tidak salah pula bila
seseorang ingin menger ja kan nya lebih dari
satu kali selama hidup. Pertemuan atau berada
di Ka’bah memiliki makna ter sendiri bagi setiap
orang yang mengerjakan haji atau umrah.
Baitullah bukan se ka dar “ru mah” yang ditatap
se pin tas dan kemudian di tinggal kan. Ter nyata
Baitullah adalah sum ber kerinduan bagi setiap
jemaah haji karena setiap je ma ah yang akan
mening gal kan Ka’bah ternyata rindu untuk
23 Al- Bukharī, s}ah}ih} Bukharī, nomor hadits: 1521 dan Muslim,
nomor hadits: 1350
kembali ke sana, bahkan tidak sedikit orang
yang mene teskan air mata ka renanya. Ber beda
ketika orang meli hat sesuatu tanpa kesan dan
tidak tertarik lagi untuk kali kedua dan sete-
rus nya. Berbeda de ngan Ka’bah, setelah meli-
hat nya atau ber ada di sana, mun cul keimanan
dalam hati. Sebab itu, ke tika thawaf wada’,
setiap jemaah ber doa agar dapat ber kun jung
kembali ke Baitullah.
Hikmah Ziarah V.
Ziarah sesuai dengan hukum dasarnya adalah
jaiz (boleh) dan dapat menjadi sunnah atau dapat
pula menjadi makruh atau menjadi haram, tergantung
dari niat yang melaksanakan ziarah. Apabila dia
berziarah semata-mata karena Allah SWT, ziarah yang
ia lakukan menjadi ibadah baginya. Bila ziarahnya
untuk mengambil i’tibar atau nilai pelajaran atas yang
didapatnya, apa yang ia lakukan menjadi sunnah.
Sebaliknya, bila ziarahnya hanya semata-mata karena
didorong oleh nafsu atau pertimbangan lain yang tidak
dibenarkan agama, yang dapat merusak akidah, apa
yang ia lakukan menjadi ziarah yang makruh, bahkan
haram dan diazab di sisi Allah SWT. Karena itu, hikmah
yang dapat dipetik dari ziarah adalah:
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan 1.
kepada Allah SWT dan menambah rasa cinta
terhadap ajaran-ajaran agama. Hal ini termasuk
dalam pemahaman firman Allah SWT:
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Jelajahilah bumi, kemudian
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang
yang mendustakan itu”. Al-An’am [6]: 11.
Mengambil pelajaran dari apa yang 2.
ditemukannya dalam ziarah untuk kepentingan
hidupnya selagi tidak bertentangan dengan
ajaran agama Islam. Sikap seperti ini termasuk
yang difirman kan Allah SWT:
Artinya:
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran,
wahai orang- orang yang mempunyai pandangan! Al-
Hasyr [59]: 2.
Ziarah mengajarkan umat Islam tentang
pentinganya menghargai sejarah dan konservasi
peninggalan para pendahulu. Ziarah juga memberi
pelajaran bahwa hidup ini berproses dan bersiklus,
mulai dari lahir, tumbuh menjadi anak-anak,
remaja, dewasa, hingga usia tua dan mati kembali
ke haribaan Tuhan. Ziarah mengingatkan setiap
manusia tentang hakekat hidup tak lebih dari sebuah
proses silih berganti dari satu kondisi ke kondisi lain.
Allah berfirman:
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka
merekapun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran)
itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang
kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur
sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-
orang yang zalim.” Ali Imran : 140.
TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI TANAH SUCI
Saat menetap di tanah suci Madinah dan
Makkah, jemaah haji mendapat kesempatan untuk
melakukan ziarah ke sejumlah situs bersejarah. Jemaah
hendaknya memilih tempat ziarah sesuai tuntunan
yang benar. Di antara banyak tempat yang disarankan
untuk dikunjungi adalah situs-situs bersejarah atau
masjid-masjid yang dulu Nabi SAW pernah singgah
dan salat di sana. Ziarah dilakukan bukan hanya
untuk menyaksikan bangunan atau mengambil foto-
foto bangunan sebagai kenangan, tapi juga untuk
beribadah pada Allah dengan melaksanakan salat
tahiyatul masjid sebagaimana yang dilakukan Nabi
atau melakukan ibadah-ibadah lain sesuai tuntunan
Islam, misalnya bertasbih ketika mengagumi
bangunan atau pemandangan alam.
Kota MadinahA.
Keutamaan Madinatul Rasul1.
Madinah terletak di tengah pa dang pasir yang
subur. Di sebelah barat laut kota ini dikelilingi oleh
bukit Silaa’, di sebelah selatan dipagari oleh bukit E’ir
dan Wadi al-Aqiq, di sebelah utara dibatasi oleh Jabal
Uhud, Jabal s}ur, dan Wadi Qanat, di sebelah timur
dihadang kawasan Tanah Hitam (Harrah) Waqim asy-
Sya riyyah, dan di sebelah barat dibatasi oleh Harrah
Wabrah al-Gharbiyyah. Rasulullah SAW menja dikan
Madi nah sebagai tanah haram atau Tanah Suci setelah
Makkah al-Mukarra mah. Dalam sebuah hadis riwayat
Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya:
Dari Abdullah bin Zaid, Nabi SAW bersabda:
Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah meng haramkan
Makkah dan berdoa untuknya dan aku mengharamkan
Madinah sebagai mana Nabi Ibrahim mengharamkan
Mak kah dan aku berdoa untuk keberkatan Madinah,
baik dalam mud maupun s}a’-nya, sebagai mana
Nabi Ibrahim AS berdoa untuk Makkah (HR. Bukhari
dan Muslim). Menurut sebuah riwayat: Dari Anas RA:
Sesungguhnya Nabi SAW berdoa: Ya Allah jadikanlah
keber kahan kota Madinah dua kali lipat daripada
keberkahan yang Engkau berikan kepada kota
Makkah” (HR. Mutta faq ‘Alaih).
Adapun keistimewaan atau kelebihan Madi nah
antara lain:
Kota ini sangat permai karena jumhur 1.
ulama, seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, dan
Imam Ahmad me nyatakan bahwa hukum
menangkap bina tang buruan dan menebang
pohon yang tumbuh di Madinah haram
berdasarkan hadis Nabi SAW:
Artinya:
Dari Jabir RA. berkata: Bersabda Nabi SAW:
Sesungguhnya Nabi Ibrahim me mu liakan Makkah,
dan aku memu lia kan Madinah di antara dua tanah
hitam nya, jangan ditebang pohon-pohonnya dan
jangan ditang kap bina tang bu ruannya. (HR. Muslim)
Kota ini sangat aman karena Allah, malaikat, 2.
dan semua manusia akan melaknat orang-
orang yang melakukan kezaliman atau
kemaksiatan di Madinah sebagai ma na sebuah
hadis Nabi Muhammad SAW:
Artinya:
Ali bin Abi Thalib berkata bah wa Nabi SAW bersabda:
‘’Madinah adalah tanah haram, letak nya di antara
bukit E’ir dan bukit Tsur. Barang siapa yang melakukan
kedza liman (kemak siatan) di dalamnya, maka baginya
lak nat Allah, Malaikat dan manusia selu ruhnya dan
semua amal baiknya yang wajib maupun yang sunat
tidak akan diterima oleh Allah pada hari kiamat.’’ (HR.
Bukhari dan Muslim).
Kota ini menenteramkan hati siapa pun yang 3.
mengunjunginya karena hati orang-orang
beriman yang memasuki kota ini akan dibuat
tenteram oleh Allah sebagaimana ketenteraman
ular saat memasuki sarang mereka. Hal ini
berdasarkan hadits Nabi Mu hammad SAW:
Artinya:
Dari Abu Hurairah RA Rasu lullah SAW telah bersabda:
Sesungguh nya iman akan berkumpul di Madinah
se ba gai mana berkumpulnya ular ke sarang nya
(HR. Bukhari).
Masjid Nabawi2.
Nilai dan pahala salat di Masjid Nabawi sangat
tinggi sebagaimana sabda Nabi SAW:
Artinya:
Jabir RA berkata: sesungguhnya Rasu lullah SAW
bersabda: ‘’Salat di masjidku lebih mulia nilainya 1.000
kali lipat dibanding salat di masjid lain, kecuali di
Masjidil Haram dan salat di Masjidil Haram lebih mulia
nilainya 100.000 kali lipat dibanding salat di masjid
lain.’’ (HR.Ibnu Majah)
nah, kaum
Anshar mengelu-elukannya serta menawarkan rumah
untuk beristirahat. Namun, Rasulullah SAW menjawab
dengan bijaksana: “Biar kanlah unta ini berjalan karena
ia diperintah Allah.” Setelah sampai di hadapan rumah
Abu Ayyub al-Ans}ari, unta tersebut berhenti, kemudian
Nabi dipersilkan oleh Abu Ayyub al-Ans}ari tinggal di
rumahnya. Setelah beberapa bulan tinggal di rumah
Abu Ayyub al-Ans}ari, Nabi SAW mendirikan mas jid di
atas sebidang tanah, yang se bagian milik As’ad bin
Zurarah yang dise rahkan sebagai wakaf. Sebagian lagi
dibeli dari milik anak yatim ber na ma Sahal dan Suhail,
anak Amir bin Amarah di bawah asuhan Mu’az bin
Atrah. Waktu membangun masjid, Nabi meletakkan
batu pertama dan selan jutnya kedua, ketiga, keempat,
6 Ibnu Majah, nomor hadis: 1406
a. Sejarah Berdirinya
Waktu Rasulullah SAW masuk Madi
dan kelima masing-masing oleh saha bat Abu Bakar,
Umar, Us\man, dan Ali.
Kemudian dikerjakan dengan go tong royong
sampai selesai. Pagar nya dari batu tanah (setinggi ±
2 meter). Tiang-tiangnya dari batang kurma, atap dari
pelepah daun kurma, hala man ditutup dengan batu-
batu kecil, kiblat meng hadap Baitul Maqdis, karena
waktu itu perintah Allah untuk menghadap Ka’bah
belum turun. Pintunya terdiri dari tiga buah, yaitu:
pintu kanan, pintu kiri, dan pintu bela kang. Panjang
masjid 70 hasta, lebar 60 hasta. Dengan demikian,
masjid itu sederha na sekali tanpa hiasan.
Masjid tersebut dibuat tahun pertama Hijriyah.
Di sekitar masjid dibangun tempat keluarga Rasulullah
SAW, sementara di sebelah timur masjid dibangun
rumah Siti Aisyah yang kemudian menjadi tempat
pemakaman Rasulullah SAW dan kedua sahabatnya.
Masjid Nabawi Madinah
bar. Luas Raudah dari arah timur ke
barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan
15 meter. Raudah adalah tempat di mana doa-doa
dikabulkan. Sabda Rasulullah SAW:
Artinya:
Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:
‘’Di antara rumahku dengan mimbarku
ada lah Raudah (taman) di antara ta man-
taman surga.’’ (HR. Bukhari)
7 Al-Bukhari, nomor hadis: 1888
Raudah adalah tempat di dalam Masjid Nabawi
yang letaknya ditandai tiang-tiang putih, berada di
antara rumah Siti Aisyah (sekarang makam Rasulullah
SAW) sampai mim
b. Raudah
Raudah di Masjid Nabawi Madinah.
Mihrab c.
Masjid Nabawi mula-mula dibangun tanpa mih-
rab. Mihrab pertama dibangun pada 15 Sya’ban tahun
kedua Hijriyyah setelah Rasulullah SAW menerima
perintah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis
di Yerussalem ke Baitullah di Makkah. Saat ini ada lima
mihrab di Masjid Nabawi, masing-masing:
Mihrab Nabawi di sebelah timur mimbar. 1.
Tempat ini mula-mula di pa kai untuk imam
waktu Rasu lullah SAW memimpin salat. Mihrab
yang ada sekarang ini meru pakan hadiah dari
al-Asyraf Qait Bey dari Mesir;
Mihrab Sulaiman di sebelah kiri mimbar. 2.
Bentuk mihrab ini sama dengan bentuk Mihrab
Nabawi, dibangun pada 938 H, hadiah dari
Sultan bin Salim dari Turki;
Mihrab Us3. \mani terletak di te ngah-tengah
dinding arah kiblat, yang sekarang digunakan
imam me mim pin salat berjamaah;
Mihrab Tahajjud di sebelah utara jendela 4.
makam Rasulullah SAW, bentuknya lebih kecil
dari Mihrab Nabawi dan Mihrab Sulaiman. Di
tempat ini, Rasulullah SAW sering melakukan
salat tahajjud dan mihrab ini mengalami
perubahan pada zaman Sultan Abdul Majid ;
Mihrab al-Majidi di sebelah utara 5. Dakkatul
Agawat, jaraknya lebih kurang empat meter.
Tempat Dakkatul Agawat agak meninggi
antara Mihrab Tahajjud dan Mihrab al-Majidi,
dengan panjang 12 meter dan tinggi 0,5 meter.
Tempat ini dulu menjadi lokasi berkumpulnya
fakir miskin ahlus suffah.
Makam Rasulullah SAWd.
Makam Nabi Muhammad SAW dahulu di na-
makan Maqsurah. Setelah masjid diper luas, makam ini
termasuk di dalam ba ngunan masjid. Pada bangunan
ini terda pat empat buah pintu:
Pintu sebelah kiblat dinamai pintu 1) at-Taubah;
Pintu sebelah timur dinamai pintu 2) Fatimah;
Pintu sebelah utara dinamai pintu 3) Tahajjud;
Pintu sebelah barat ke Raudah (sudah ditutup).4)
Dalam ruangan ini terdapat tiga ma kam, yaitu
makam Rasulullah SAW, Abu Bakar as }-s}iddiq RA, dan
Umar bin Khat}t}ab RA.
Waktu Ziarah ke Makam Rasulullah SAW dan Raudah
Berbeda dengan Masjidil Haram Makkah yang
terbuka untuk jemaah selama 24 jam, Masjid Nabawi
hanya dibuka pada pukul 03.00-22.00 Waktu Saudi
Arabia. Untuk itu, pengurus masjid mengatur waktu
untuk berziarah. Jemaah haji perempuan dapat
mengunjungi Raudah dan berziarah ke makam
Rasulullah SAW pada pukul 07:00 -10:00 dan mulai
ba’da isya’ hingga pukul 22:00 Waktu Saudi Arabia.
Tempat berziarah perempuan terpisah dengan tempat
berziarah laki-laki yang dibatasi dengan sekat yang
dipasang khusus ketika perempuan berziarah.
Makam Rasulullah SAW
Makam Baqi’ al-Gharqade.
Baqi’ al-Gharqad adalah tanah kuburan sejak
zaman jahiliyah sampai sekarang. Jemaah haji yang
meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi’, terletak
di sebelah timur Masjid Nabawi. Di tempat itu
dimakamkan Us\man bin Affan RA (Khali fah III) dan
para istri Nabi Muhammad SAW, yaitu Siti Aisyah RA,
Ummi Salamah RA, Juwairiyah RA, Zainab RA, Hafsah
binti Umar bin Khat}t}ab RA, dan Mariyah al-Qibtiyah
RA serta putra-putri Rasu lullah SAW di antara mereka
Ibrahim, Siti Fatimah, dan Ummu Kulsum. Ruqayyah
Halimatus Sa’diyah, ibu susuan (rad}a’) Rasulullah
SAW, juga dimakamkan di permakaman ini. Di sini
pula dima kamkan ulama t}abi’in al-kubra Imam Nafi
(guru Imam Malik bin Anas). Sahabat yang mula-mula
dimakamkan di Baqi’ adalah Abu Uma mah, Hasan
bin Zararah dari kaum Ansar dan Us \man bin Maz’un
dari golongan Muha jirin. Dikenal dengan na ma Baqi’
- 218 -
al-Gharqad karena di sini dahulu kala tumbuh pohon-
pohon Gharqad (ge rum bul), sejenis pohon yang ber-
daun kecil dan berduri. Di Baqi’ ini Rasulullah SAW
membaca salam dan doa berikut:
Artinya:
Dari Aisyah RA. berkata: Rasulullah SAW keluar dan
menjelang malam sampai di Baqi’, lalu bersabda:
‘’Salam sejahtera atas kalian wahai (penghuni) rumah
kaum beriman! Apa yang dijanjikan kepa da kalian
yang masih ditangguhkan besok itu pasti akan datang
kepada kalian dan kami Insya Allah akan menyusul
kalian. Ya Allah! Am punilah ahli Baqi’ al-Gharqad
(HR. Muslim)
8 Muslim, nomor hadis: 974.
- 219 -
Makam Baqi’ al-Gharqad di Madinah
Masjid Quba3.
Masjid Quba adalah sebuah masjid yang terletak
di daerah Quba, desa kecil terletak ± 5 kilometer
sebelah barat daya Madinah. Waktu Nabi Muhammad
SAW berhijrah ke Madinah, orang-orang perta ma yang
menyongsong kedatangan Rasulullah SAW adalah
penduduk Quba. Ketika Nabi bersama pengiring
tunggalnya, Abu Bakar a s }- s }iddiq, datang kali pertama
ke Madinah dengan berpa kaian yang sama-sama
putih, masyarakat Quba dan Madinah bingung
karena mereka belum mengenal Nabi. Hal ini mena rik
perhatian Abu Bakar. Untuk menghi lang kan keragu-
raguan mereka, Abu Bakar langsung memegang
selendangnya dan dilin dungkan di atas kepala Nabi.
Dengan demikian, para penjemput me ngerti siapa
Nabi SAW di antara keduanya. Nabi tiba di Quba pada
Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 13 kenabian atau di usia
53 tahun. Menurut kete rangan Mahmud Pasya al-Falaki,
ulama ahli falak yang terkenal asal Mesir, hari kedatangan
Nabi di Quba bertepatan dengan 20 September 622
M. Waktu itu, di Quba Nabi menempati rumah Kalsum
- 220 -
bin Hadam dari Kabilah Amir bin Auf. Di Quba inilah
Rasulullah mendirikan masjid di atas sebidang tanah
yang dibeli dari Kalsum bin Hadam. Batu pertama
diletakkan oleh Nabi sendiri, kemudian berturut-turut
diletakkan oleh Abu Bakar, Umar, Us\man, dan Ali bin Abi
T}alib. Selanjutnya, pembangunan masjid dikerjakan oleh
sahabat Muhajirin dan Ansar sampai selesai.
Masjid Quba adalah masjid pertama yang
didirikan oleh Nabi Muhammad SAW dan dibangun
dua kali. Pertama, ketika kiblat masjid ini menghadap
Baitul Maqdis. Kedua, ketika kiblatnya meng hadap Bai-
tullah. Dalam memba ngun masjid ini, Nabi dibantu
Malaikat Jibril yang mem beri petunjuk arah kiblat
masjid tersebut.
Letak Masjid Quba saat ini berada di sudut
perempatan jalan tidak jauh dari jalan baru yang
menghubungkan Madinah-Jeddah-Makkah. Rasulullah
SAW memberi prioritas untuk mendatangi masjid ini dan
mempunyai kebiasaan mengun jungi nya setiap Sabtu.
Keutamaan masjid ini dijelaskan dalam sabda Rasu-
lullah SAW:
Artinya:
Sahl bin Hunaif RA berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘’Barang siapa bersuci (membersihkan diri dari najis
dan hadas\) di rumahnya kemu dian datang ke masjid
Quba dan salat di dalamnya, ia mendapatkan pahala
seperti pahala umrah.’’ (HR. Ibnu Majah)
Masjid Quba di Madinah
Jabal (Bukit) Uhud4.
Jabal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar
di Madinah. Letaknya ± 5 kilometer dari pusat kota
Madinah, berada di pinggir jalan lama Madinah-
Makkah. Di lembah bukit ini pernah terjadi perang
dahsyat antara 700 kaum Muslimin melawan 3.000
kaum Musyrikin Makkah. Dalam pertem puran itu, 70
syuhada Muslim gugur, antara lain Hamzah bin Abdul
Mut}alib, paman Nabi Muhammad SAW. Perang Uhud
terjadi pada 3 H.
Waktu kaum Musyrikin Makkah sampai di
perbatasan Madinah, umat Islam menga dakan
musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin
oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak para sahabat
mengusulkan agar umat Islam menyongsong keda-
- 222 -
tangan musuh di luar kota Madinah. Usul ini akhirnya
disetujui oleh Nabi Muham mad SAW. Rasulullah
kemudian me nem patkan beberapa pemanah di atas
bukit ar-Rimah (bukit sebelah utara Uhud) di bawah
pimpinan Mas}’ab bin Umair untuk mengadakan
serangan-serangan bilamana kaum Musyrikin mulai
menggempur kedudukan umat Islam.
Dalam perang yang dahsyat tersebut, umat Islam
sempat mendapat keme nangan gemilang, sehingga
kaum Musyrikin lari pontang-panting. Namun,
pasukan pemanah yang berada di atas gunung
tergoda setelah melihat barang-barang berharga
yang ditinggalkan musuh. Sebagian besar mereka
meninggalkan pos untuk turut mengambil harta ram-
pasan perang, padahal Nabi Muhammad SAW telah
memerintahkan agar mereka tidak me ning galkan pos,
apa pun yang terjadi.
Pos jaga yang kosong itu dimanfaatkan oleh
Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam), seorang ahli
strategi perang yang memimpin tentara berkuda
(kaum Musyrikin), untuk me nggerakkan tentaranya
kembali menyerang dari arah belakang (Selatan),
sehingga umat Islam mengalami keka lahan yang
tidak sedikit. Dalam perang ini, Hindun binti ‘Utbah
mengupah Wahsyi Alhabsyi, budak Zubair, untuk
membunuh Hamzah bin Abdul Mut }alib karena
ayah Hindun dibu nuh oleh Hamzah dalam perang
Badar. Begitu pula Zubair bin Mut’im berjanji kepada
Wahsyi akan memerdekakannya jika ia berhasil
membunuh Hamzah.
Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan
tersebut mendapat luka-luka dan beberapa buah
giginya tanggal. Para sahabat yang menjadi perisai
diri Nabi Muhammad SAW gugur karena ba dan
mereka penuh dengan anak panah. Sete lah perang
usai, kaum Musyrikin mengun durkan diri kembali ke
Makkah. Nabi SAW kemudian memerin tahkan agar
mereka yang gugur dima kamkan di tem pat mereka
roboh sehingga ada satu liang kubur berisi beberapa
syuhada. Kuburan Uhud saat ini dikelilingi tembok.
Ucapan salam saat umat Islam menziarahi tempat
ini patut disampaikan kepada Sayyidina Hamzah
RA, Mas\’ab bin Umair RA, dan para syuhada Uhud
sebagai berikut:
Artinya:
Salam untukmu wahai paman Nabi Sayyi dina Hamzah
bin Abdul Mut}alib, salam untukmu wahai singa
Allah dan singa Rasu lullah. Salam untukmu wahai
pemimpin syuhada. Salam untukmu wahai Mus\’ab
bin Umair, wahai pang lima pilihan, wahai yang
mengokohkan kedua kakinya di atas bukit ar-Rimah
sampai datang ajalnya.
Jabal Uhud di Madinah
Masjid Qiblatain5.
Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama
Masjid Bani Salamah karena masjid ini dibangun di
atas tanah bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi
jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat
Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Pada permulaan
Islam, orang melakukan salat dengan menghadap
kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina.
Pada tahun kedua Hijriyah, Senin bulan Rajab waktu
Żuhur, turunlah wahyu QS. al-Baqarah [2]: 144, yang
memerin tahkan Nabi SAW untuk menjadikan Ka’bah
di Masjidil Haram Makkah seba gai kiblat. Pada waktu
As}ar, para sahabat yang salat berjamaah di Masjid
Qiblatain masih menghadap Baitul Maqdis. Namun,
di tengah salat berjamaah tersebut, datang seorang
saha bat yang masbuk (terlambat) dan berteriak
bahwa Rasulullah SAW dan para saha batnya di Masjid
Nabawi telah beralih kiblat ke Masjidil Haram. Maka,
serentaklah imam dan mak mumnya mengubah arah
kiblat dari Baitul Maqdiss ke Masjidil Haram. Karena
peristiwa tersebut, akhir nya masjid ini diberi nama
Masjid Qibla tain yang berarti masjid ber kiblat dua.
Masjid Qiblatain di Madinah
Khandaq/Masjid Khamsah6.
Khandaq dari segi bahasa berarti parit. Dalam
sejarah Islam, yang dimaksud Khandak adalah
peristiwa penggalian parit pertahanan sehubungan
dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh
kafir Quraisy bersama dengan sekutu-sekutunya dari
Yahudi, Bani Nadir, Bani Ghat }afan, dan lainnya. Saat
Rasulullah SAW mendengar bahwa kafir Quraisy ber-
sama sekutu-sekutunya akan menggem pur kota
Madinah, Rasulullah SAW mengadakan musyawa rah
dengan para sahabatnya bagaimana cara mena nggu-
langi penyerangan ter sebut.
Waktu itu Salman al-Farisi, salah satu sahabat
Nabi yang berasal dari Persia, memberikan saran supa-
ya Rasulullah SAW menggali parit sebagai benteng
per tahanan. Usul tersebut diterima oleh Rasulullah
SAW. Maka digalilah parit tersebut di bawah pimpinan
Rasulullah SAW sendiri. Peristiwa pengepungan
kota Madinah ini terjadi pada Syawal tahun kelima
Hijriyah. Peninggalan perang Khandaq yang ada
sampai sekarang hanyalah berupa lima unit pos jaga
yang semula berjumlah tujuh unit. Sebagian riwayat
menyatakan, tempat tersebut adalah bekas pos pen-
jagaan yang kemudian dibangun masjid yang megah
di atasnya.
Masjid Khamsah di Madinah
Masjid al-Ijabah7.
Masjid al-Ijabah terletak di sebelah utara barat laut
Masjid Nabawi, dulu dikenal dengan nama Manazil Bani
Mua wiyah. Disebut Masjid al-Ijabah karena Rasulullah
SAW pada suatu hari mampir di sana salat dua rakaat
di Masjid Bani Mua wiyah dengan doa yang sangat
panjang dan para sahabat ikut salat bersamanya. Selesai
salat, Rasulullah SAW ber balik ke pada sahabatnya dan
bersabda: (berikut petikan hadis lengkapnya):
Artinya:
Aku telah meminta kepada Tuhanku tiga perkara,
dikabulkan dua dan ditolak satu, yaitu: aku memohon
kepada-Nya agar Tuhanku tidak membinasakan
umatku dengan kekeringan, Tuhanku menga bulkannya;
aku meminta-Nya untuk tidak menghancurkan umatku
dengan ben cana tenggelam, Tuhanku mengabulkannya;
lalu aku memohon kepada Tuhanku untuk tidak terjadi
derita karena permusuhan di antara umatku, maka
Tuhanku menolaknya.’’ (HR. Muslim).
10 Muslim, nomor hadits 2890.
Masjid Al-Ijabah di Madinah
Masjid Jum’ah8.
Masjid Jum’ah terletak ± 500 meter sebe lah utara
Masjid Quba. Di tanah ini dulu tinggal Bani Salim
bin ‘Auf. Rasulullah SAW mampir ke tem pat tersebut
pada hari Jumat, lalu tiba waktu salat Żuhur. Rasu-
lullah SAW kemudian salat dua rakaat dida hului dua
khutbah. Inilah salat berjamaah Jum’at pertama yang
dilak sanakan oleh Rasulullah SAW walau pun perintah
salat berjamaah Jum’at telah turun sewaktu Rasulullah
SAW masih berada di Makkah. Saat itu Rasulullah SAW
tidak melaksana kan nya karena menghindari azab
kaum Musyrikin Makkah. Tapi waktu itu, Mas }’ab bin
Umair telah melaksanakannya di Quba, di tempat
Bani Amru bin ‘Auf yang nantinya menjadi bagian dari
Masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah SAW di
saat berhijrah. Riwayat lain me nye but kan, sahabat
pertama yang melak sanakan salat berjamaah Jum’at
sebe lum Rasu lullah SAW adalah As’ad bin Zurarah.
Khutbah yang disampai kan Rasulullah SAW di masjid
ini, yang selanjutnya dise but dengan Masjid Jum’ah,
merupakan khut bah pertama yang disampaikan Rasu-
lullah SAW dalam salat Jum’at.
Masjid Jum’ah di Madinah
Masjid Abi Dzarr al-Ghifari9.
Awalnya dikenal dengan nama Masjid al-Bukhair,
masjid ini terletak di sebuah perkebunan sekitar 650
meter dari Masjid Nabawi. Masjid ini dikenal juga
dengan nama Masjid as-Sajadah karena Rasulullah
SAW pernah mampir ke masjid ini dan salat dua rakaat
dengan sujud akhirnya pan jang sekali, sehingga
para sahabat mengi ra dan khawatir Rasulullah SAW
telah meninggal dalam sujudnya. Namun, ternyata
Nabi bangkit dan menyelesaikan sa lat nya. Selepas
salat, Abdur rahman bin Auf berta nya kepada Rasu-
lullah SAW tentang sujudnya yang pan jang, Rasulullah
SAW menjawab:
Artinya:
Abdurrahman bin Auf RA berkata… Nabi SAW
bersabda: ‘’Sesungguhnya Jibril AS datang kepadaku
menyampaikan kabar gembira, katanya Allah ‘Azza wa
Jalla berfirman: ‘’siapa saja bersha lawat kepadamu,
maka Aku akan bersalawat kepadanya, dan siapa
saja yang memberi salam kepadamu, niscaya Aku
akan memberi salam kepadanya,’’ maka aku bersujud
kepada Allah Azza wa Jalla sebagai wujud rasa syukur.’’
(HR. Ahmad)
Berdasarkan peristiwa di atas, masjid yang kini
berada di jalan Abu Dzar al-Ghifari Madinah ini juga
dikenal dengan nama Masjid s }alawat.
Masjid Abi Dzarr Al-Ghifari di Madinah
11 Ahmad, Al-Musnad, nomor hadits: 1664
- 231 -
Masjid Ghamamah10.
Masjid Ghamamah artinya masjid men dung
atau awan tebal. Terletak di arah barat daya Masjid
Nabawi ± 500 meter, masjid ini pada zaman Rasulullah
SAW merupakan alun-alun atau tanah lapang di
tengah kota.
Setiap hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, Nabi
SAW selalu melaksanakan salat di alun-alun ini, juga
pada waktu salat Istisqa (salat minta hujan). Ini terjadi
karena pada acara-acara tersebut Nabi memerintahkan
semua kaum Muslimin mengikutinya, ter ma suk para
perempuan yang sedang haid. Ketika Nabi Muhammad
SAW dan pen duduk kota Madinah melakukan salat
minta hujan, belum lagi acara itu selesai, mendung pun
tiba kemu dian turunlah hujan.
Riwayat lain menye butkan, pada suatu ketika,
Nabi melaksanakan khutbah Idul Fitri terlalu panjang
sehingga para jemaah gelisah karena terik Matahari.
Lalu datanglah mendung atau awan tebal yang
menutupi sinar Matahari hingga acara selesai. Untuk
mengingatkan acara ini diba ngunlah sebuah masjid
yang diberi nama Masjid Ghamamah, yang berarti awan
atau mendung.
Masjid ini sampai sekarang masih diguna kan
untuk salat lima waktu bagi orang-orang di sekitarnya,
namun tidak lagi digunakan untuk salat Idul Fitri, Idul
Adha, Istisqa, atau salat Jum’at.
Masjid Al-Ghamamah di Madinah
Masjid Mīqāt11.
Masjid al-Muhrim adalah nama lain dari Masjid
al-Mīqāt yang ada di Zul Hulaifah. Saat ini Masjid
Miqat lebih populer dengan nama Masjid Bir Ali atau
lebih dikenal dengan Abyar Ali. Dinamakan Masjid al-
Muhrim karena di masjid inilah Rasulullah SAW dan
para sahabat mengambil mīqāt untuk berihram haji.
Masjid al-Muhrim terletak di lembah Aqiq kira-kira
10 kilometer dari Masjid Nabawi. Masjid al-Muhrim
diberi pula nama Masjid Bir Ali atau Zul Hulaifah
karena di tempat inilah dulu Sayidina Ali bin Abi Thalib
mengisolasi diri saat ia menghindar dari memberikan
ba’iat khilafah kepada Us\man bin Affan.
Masjid Miqat di Madinah
Kota MakkahB.
Makkah merupakan kota tua di dataran Arab.
Keberadaan kota Makkah tidak terlepas dari peran
Nabi Ibrahim AS ketika ia menempatkan keluarganya
di sana usai berhijrah dari Palestina atas perintah
Allah lalu membangun Ka’bah. Sejak dulu Makkah
menjadi tempat persinggahan para kafilah dagang
yang mengadakan perjalanan niaga antara Syam-
Palestina- Yaman.12
Makkah dalam bahasa Sabean disebut Makuraba
yang berarti tempat suci.13 Secara bahasa Makkah
disebut juga Bakkah yang artinya menangis. As-
Shuyûthî mengatakan Makkah adalah keseluruhan
tanah haram, sedangkan Bakkah nama Baitullah dan
tempat tawaf yang mencakup Masjidil Haram.14
Makkah merupakan kota tempat Nabi
Muhammad SAW dilahirkan dan tempat ayat pertama
dalam Al- Qur’an diturunkan. Bagi umat Islam, Makkah
merupakan kota suci pertama, tempat di mana
doa-doa mustajab, tempat penuh berkah, tempat
umat Islam berkumpul untuk melaksanakan ibadah
haji dan umrah.15 Berkat adanya Ka’bah, Allah SWT
menyucikan seluruh kawasan Makkah dan kemudian
disebut sebagai tanah haram yang ditetapkan
melalui Nabi Ibrahim AS.16 [(QS. An Naml (27) : 91 dan
al- Qashash (28) : 57].
Dataran Arab Saudi merupakan daerah subtropis,
bermusim panas dan musim dingin. Suhu udara sangat
ekstrim dengan kelembaban yang sangat rendah.
Musim panas jatuh antara Mei-Oktober dan musim
dingin jatuh antara November-April. Pada musim
dingin, suhu udara kota Makkah mencapai temperatur
minus 15 derajat Celcius. Pada saat musim panas
suhu udara bisa mencapai 45–50 derajat Celcius.17
Suhu udara yang sejuk terjadi pada bulan peralihan
antarmusim, baik dari musim dingin ke musim panas
atau sebaliknya. Musim ini disebut sebagai syita >’
(musim dingin) dan shaīf (musim panas) keduanya
diabadikan dalam QS Quraīsy (106) : 2.
Makkah merupakan lembah kering dan tandus
terletak 330 meter dari permukaan laut. Di sekelilingnya
berdiri gunung-gunung batu. Saat ini, Kota Makkah
telah diperluas dan menjadi kota metropolitan.
Panjang kawasannya mencapai 127 kilometer dengan
luas kurang lebih 550 kilometer persegi.18 Makkah
merupakan pusat seluruh daratan di bumi yang
terletak persis di tengah bumi.19 Sebagian gunung-
gunung tandus di sekeliling Makkah dihancurkan lalu
dijadikan terowongan untuk jalan raya, permukiman,
dan perluasan Masjidil Haram. Karena itu, Makkah
kini dipenuhi bangunan-bangunan tinggi berupa
rumah penduduk, perkantoran, restoran, toko-toko,
supermarket dan hotel-hotel untuk akomodasi jemaah
haji atau jemaah ‘umrah.
Menurut al-Fakihi, ada lebih dari 18 tempat ziarah
di Makkah yang pernah disinggahi Nabi SAW. Namun,
akibat modernisasi kota, tempat-tempat tersebut kini
banyak yang tidak bisa dikenali lagi. Tempat ziarah
yang banyak dikunjungi saat ini terbatas pada tempat
yang mudah dijangkau dan memiliki nilai historis,
misalnya Ka’bah, Masjidil Haram, rumah tempat
kelahiran Nabi, makam Ma’la, Masjid Jin, Masjid dzi
Thuwa, Jabal Nur dan Jabal Tsur. 20
Masjidil Haram1.
Masjidil Haram dibangun kembali oleh khalifah
Umar bin Khattab RA pada 17 H. Saat ini luasnya
lebih dari 750.000 m² dengan daya tampung dua juta
jemaah salat. Area masjid sangat luas. Bangunannya
terdiri atas empat lantai, dengan 95 pintu masuk pada
masjid bangunan lama dan 79 pintu pada bangunan
baru. Di Masjidil Haram terdapat Ka’bah, tempat
thawaf, tempat sa’i dan halaman untuk salat, Semua
bagian ini tidak terpisahkan dari Masjidil Haram.
Masjidil Haram adalah tempat jemaah haji
berkumpul untuk mengerjakan thawaf, sa’i, salat dan
i’tikaf. Salat di Masjidil Haram memiliki keutamaan
100.000 kali lipat dibanding salat di masjid lain. Saat
masuk masjid, setiap orang disunahkan melaksanakan
tawaf sunah, bukan salat tahiyyatul masjid, meskipun
sebagian ulama membolehkan salat tahiyyatul
masjid bahkan di waktu larangan sekalipun, misalnya
setelah salat Subuh atau Ashar. Berbagai keutamaan
ini memotivasi jemaah haji untuk berbondong-
bondong mendatangi Masjidil Haram, baik siang
maupun malam.
Ka’bah2.
Nabi Ibrahim AS membangun kembali Ka’bah
yang telah rata dengan tanah. Letak Ka’bah yang
dibangun Ibrahim tepat di lokasi Ka’bah yang
dibangun oleh Nabi Adam AS. Tinggi Ka’bah 14 meter,
panjang dari arah Multazam 12,84 meter, panjang dari
arah Hijir Isma’il 11,28 meter, antara Rukun Yamani dan
Hijir Isma’il 12,11 meter dan antara Rukun Yamani dan
Hajar Aswad 11,5 meter.
Setiap Muslim boleh menziarahi Ka’bah. Orang
yang menetap di sekitar Ka’bah disebut jiwârullâh
(tetangga Allah), sedangkan orang yang hanya
berkunjung atau jemaah haji disebut dhuyûfullah
(tamu Allah).
Ka’bah merupakan tempat pertobatan di Bumi
yang diperuntukkan bagi seluruh manusia sehingga
Ka’bah tidak boleh dimiliki oleh siapa pun, oleh negara
mana pun. Ka’bah tidak boleh diperjualbelikan. Kaum
Muslimin memiliki hak yang sama terhadap Ka’bah,
baik mereka yang tinggal di sekitar Ka’bah maupun
pendatang atau orang yang hanya sekadar lewat.
Ka’bah merupakan tempat suci, tempat
berkumpul yang aman, untuk beribadah kepada Allah
dalam bentuk thawaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud. Ka’bah
tidak boleh dikotori dengan kemusyrikan. Di sekitar
Ka’bah tidak boleh terjadi tindak kejahatan. Siapa pun
yang berada di sekitar Ka’bah dilarang memiliki niat
jahat, apalagi melakukan tindak kejahatan yang nyata.
Larangan ini dimaksudkan agar di sekitar Ka’bah
tercipta kedamaian, ketenteraman, dan kebebasan
manusia melaksanakan kegiatan ibadah.
Memandang Ka’bah termasuk ibadah. Karena itu
memandang kubus raksasa hitam ini menjadikan hati
tenteram, jiwa tmerasa aman, terlindungi dari segala
gangguan dan ketakutan. Memandang Ka’bah bisa
menimbulkan rasa haru dan kagum. Namun demikian,
tidak boleh membentuk pola pikir yang menjurus
pada kemusyrikan, misalnya jadi lebih mengagungkan
Ka’bah ketimbang Allah SWT. Melihat Ka’bah perlu
dibarengi dengan kekaguman terhadap kebesaran
Allah melalui dzikir dan doa yang dibaca dalam hati
dan lisan. Dengan demikian, melihat Ka’bah bukan
tertuju pada bangunannya, tapi kepada Allah, dengan
meyakini bahwa objek sesembahan bukan Ka’bah itu
sendiri melainkan Allah Sang Pemilik Ka’bah. 21
Maulid Nabi 3.
Dengan Maulid Nabi dimaksudkan sebagai
tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi
memberikan rumah tersebut kepada Aqil, putra
pamannya, Abu Thalib. Rumah itu kemudian beralih
kepemilikan kepada Muhammad bin Yusuf ats-Tsaqafi.
Dulu, di tempat kelahiran Nabi tersebut dibangun
masjid oleh al-Khaizuran, ibunda Khalifah Harun ar-
Rasyid pada dinasti Abbasiyah.
Akhirnya rumah tersebut dipugar menjadi
perpustakaan pada 1370 H/1950 M oleh Syaikh Abbas
Qatthan dengan uang pribadi. Letaknya di sebelah
timur halaman timur Masjidil Haram.
Gua Hira di Jabal Nur4.
Di sebelah utara Masjidil Haram, sekitar 6
kilometer, terdapat jabal Nur. Di puncaknya terdapat
gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu yang pertama, yaitu QS. al-‘Alaq [96]:
Jabal Nur atau Gua Hira di Makkah
Gua s5. \ur di Jabal s\ur
Di sebelah selatan Masjidil Haram sejauh ±
6 kilometer terdapat Jabal s\ur. Gunung ini punya
nilai penting dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW
bersama-sama de ngan Abu Bakar As}-s}iddiq pernah
me nyembunyikan dirinya di gunung terse but waktu
hendak hijrah ke Madinah. Menurut riwayat, setelah
Rasulullah SAW selamat dari kepungan kaum kafir
Quraisy di rumahnya, ia diam-diam mampir ke rumah
Abu Bakar lalu menuju Jabal s \ur untuk berlindung
di sana selama tiga hari, barulah kemudian mereka
menuju Madinah. Untuk masuk ke dalam gua tersebut,
keduanya harus me rangkak. Di dalam gua itu mereka
hanya bisa duduk tanpa bisa berdiri.
Waktu mengejar Rasulullah SAW, seba gian kaum
kafir Quraisy sampai ke Gua s\ur dan mendapati gua
tersebut tertutup sarang laba-laba dan burung merpati
yang sedang bertelur di sarangnya. Meli hat keadaan
demikian mereka berkesimpulan bahwa Nabi
Muhammad SAW tidak mungkin bersem bunyi di gua
- 240 -
tersebut. Sewaktu kaum kafir Quraisy berdiri di muka
gua, Abu Bakar sangat cemas. Untuk mencapai Gua
s\ur ini diperlukan waktu 1.5 jam perjalanan mendaki.
Kondisi jabal Tsur sangat terjal.
Jabal s\ur di Makkah
Jabal Rahmah6.
Dari perkemahan Arafah, jemaah haji bisa melihat
sebuah bukit yang di puncaknya terdapat tugu. Bukit
tersebut lebih dikenal dengan nama Jabal Rahmah.
Menurut riwayat, Nabi Adam AS dan Siti Hawa pernah
terpisah dalam kurun yang cukup lama. Selama itu,
mereka saling mencari dan akhir nya bertemu di Padang
Arafah. Jemaah haji saat wukuf tidak dianjurkan untuk
naik atau berziarah ke Jabal Rahmah.
Jabal Rahmah di Arafah
- 241 -
Masjid Jin7.
Masjid Jin terletak di sebelah kiri jalan
menanjak ke perkuburan Ma’la, di samping jembatan
penyeberangan. Dinamakan Masjid Jin karena di
sanalah nabi menulis surat kepada Ibn Mas’ud ketika
menerima rombongan jin yang ingin memba’iat Nabi.
Sebelumnya mereka telah bertemu dengan Nabi
di Nakhlah saat Nabi pulang dari Thaif pada tahun
kesepuluh kenabian. Disebut juga Masjid al-Haras dan
dibangun kembali pada 1421 H. 22
Keberadaan Masjid Jin berkaitan dengan riwayat
tentang jin yang dijelaskan dalam QS al-Ah }qaf [46]:
29 -32:
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu
(Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan
(bacaan) al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri
(pemba caan)-nya mereka berkata, “Diamlah kamu!
(“Untuk mendengarkannya”), (29). Maka ketika telah
selesai, mereka kembali kepada kaum mereka (untuk
memberi peringat an). Mereka berkata, “Wahai kaum
kami! Sungguh, kami telah mendenga