ka tidak pernah melupakannya: Ia membiarkan
engkau melihat api-Nya yang besar. Satu kilatan petir,
api dari langit itu, membuat kita ngeri sekaligus terka-
gum-kagum melihatnya. Dan beberapa orang meng-
amati bahwa sebagian besar makhluk ciptaan secara
naluriah akan menghadapkan wajah mereka ke arah
petir itu, seakan-akan siap menerima pengaruh-peng-
aruh yang ditimbulkannya. Akan namun , kalau begitu,
alangkah menakutkannya api yang terus-menerus ber-
kobar dari langit! Api itu memberi tanda akan hari
penghakiman, saat Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya
di dalam api yang bernyala-nyala. Sama seperti Musa
mengingatkan orang Israel akan apa yang mereka saksi-
kan, demikian pula ia memberi tahu mereka apa yang
tidak mereka saksikan. Tidak ada suatu rupa yang
dapat dijadikan acuan untuk menciptakan gagasan ten-
tang Tuhan dalam khayalan mereka, atau untuk mem-
buat patung Tuhan di bukit-bukit pengorbanan mereka.
Melalui apa yang kita lihat dari Tuhan , kita diberi dasar
yang cukup untuk mempercayai-Nya sebagai Wujud
dengan kuasa dan kesempurnaan yang tiada terbatas,
namun kepada kita tidak diberi ruang untuk menduga
bahwa Tuhan memiliki tubuh seperti layaknya kita.
[2] Apa yang mereka dengar di gunung Sinai (ay. 12): “Ber-
firmanlah TUHAN kepadamu dengan suara yang jelas,
dalam bahasamu sendiri, dan engkau mendengarnya.”
Musa membicarakan hal ini secara panjang lebar men-
jelang penutup khotbahnya (ay. 32-33, 36). Pertama,
mereka mendengar suara Tuhan , yang berbicara dari
langit. Tuhan menyatakan diri-Nya kepada seluruh dunia
dalam karya-karya ciptaan, tanpa kata atau bahasa,
dan sekalipun begitu suara ciptaan-ciptaan itu ter-
dengar (Mzm. 19:2-4). namun kepada Israel Ia membuat
diri-Nya dikenal melalui kata dan bahasa, dengan ber-
sedia merendah dan memaklumi lemahnya keadaan je-
maat yang baru tumbuh. Inilah suara yang berseru-
seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk
TUHAN. Kedua, mereka mendengar suara Tuhan dari
tengah-tengah api, yang menunjukkan bahwa Tuhan
sendirilah yang berbicara kepada mereka, sebab siapa
lagi yang dapat berdiam di tengah-tengah api yang
menghanguskan? Tuhan berbicara kepada Ayub dari
dalam badai, dan ini menakutkan. namun kepada Israel
Tuhan berbicara dari dalam api, dan ini lebih menakut-
kan. Beralasan bagi kita untuk bersyukur bahwa Ia ti-
dak berbicara kepada kita dengan cara demikian, me-
lainkan melalui manusia seperti kita sendiri, sehingga
kita tidak usah ditimpa kegentaran (Ayb. 33:6-7). Ketiga,
mereka mendengar suara Tuhan dan sekalipun begitu
tetap hidup (ay. 33). yaitu suatu keajaiban belas
kasihan bahwa api itu tidak menghanguskan mereka,
atau bahwa mereka tidak mati ketakutan, saat Musa
sendiri gemetar. Keempat, tidak pernah ada bangsa lain
yang mendengar hal serupa. Musa meminta mereka
untuk bertanya tentang zaman dahulu dan tempat-
tempat yang jauh, maka mereka akan mendapati bahwa
perkenanan Tuhan terhadap Israel ini tiada duanya dan
tiada bandingnya (ay. 32). Kehormatan luar biasa yang
diberikan kepada mereka ini menuntut ketaatan luar
biasa dari mereka. Sudah sewajarnya diharapkan bahwa
Kitab Ulangan 4:1-40
mereka harus berbuat lebih bagi Tuhan dibandingkan bangsa
lain, sebab Tuhan telah berbuat jauh lebih banyak lagi
bagi mereka.
(6) Musa menegaskan penampakan-penampakan Tuhan yang
penuh rahmat bagi mereka, dengan membawa mereka ke-
luar dari Mesir, dari dapur pelaburan besi, di mana mereka
bekerja keras di dalam api, dan membentuk mereka men-
jadi satu bangsa, lalu menerima mereka menjadi umat-Nya
sendiri, umat milik-Nya sendiri (ay. 20). Hal ini disebutkan
Musa berulang kali (ay. 34, 37-38). Tidak pernah Tuhan ber-
buat hal seperti itu kepada bangsa lain. Berdirinya bangsa
ini sangatlah berbeda dari berdirinya semua bangsa lain.
[1] Mereka dibuat bermartabat dan dibedakan seperti itu,
bukan sebab apa pun dalam diri mereka yang mem-
buat mereka layak atau memikat hati, melainkan kare-
na Tuhan berbaik hati kepada nenek moyang mereka: Ia
memilih mereka. Lihatlah alasan yang mendasari anu-
gerah yang cuma-cuma. Kita tidak dikasihi oleh sebab
diri kita sendiri, melainkan oleh sebab Dia yang diberi
kepercayaan untuk mengurus kovenan.
[2] Mereka dibebaskan dari Mesir melalui berbagai mujizat
dan tanda, dalam belas kasihan terhadap mereka dan
dalam penghakiman atas orang Mesir. Terhadap orang
Mesir Tuhan mengacungkan tangan-Nya, yang dilam-
bangkan oleh Musa yang mengulurkan tangannya se-
waktu memanggil tulah-tulah.
[3] Mereka dirancang untuk tinggal dengan bahagia di
Kanaan (ay. 38). Bangsa-bangsa harus dihalau dari ha-
dapan mereka, untuk memberi tempat bagi mereka,
untuk menunjukkan betapa mereka jauh lebih disa-
yangi Tuhan dibandingkan bangsa-bangsa lain. Orang Mesir
dan orang Kanaan harus sama-sama dikorbankan bagi
kehormatan dan kepentingan Israel. Orang-orang yang
menghalangi terang Israel, dan jalan Israel, akan men-
dapati bahwa mereka sendirilah yang menanggung aki-
batnya.
(7) Musa menegaskan penampakan Tuhan yang adil yang ka-
dang-kadang dilakukan-Nya untuk melawan bangsa Israel
sebab dosa mereka. Musa secara khusus menyebutkan
perkara yang di Peor (ay. 3-4). Hal ini terjadi belum begitu
lama. Mata mereka baru saja kemarin sore menyaksikan
kebinasaan sesaat yang menimpa orang-orang yang ber-
pasangan dengan Baal-Peor, dan terpeliharanya orang-
orang yang melekat kepada Tuhan. Dari peristiwa ini,
mereka dapat dengan mudah menarik kesimpulan tentang
bahaya murtad dari Tuhan dan keuntungan dari berlaku
setia kepada-Nya. Musa juga kembali memberi perhatian
tentang murka Tuhan terhadap dirinya: TUHAN menjadi
murka terhadap aku oleh sebab kamu (ay. 21-22). Musa
menyebutkan hal ini untuk menguji ketulusan hati mereka,
apakah mereka akan sungguh-sungguh bersusah hati ka-
rena telah menimbulkan prasangka yang sangat buruk
terhadap sahabat dan pemimpin mereka yang setia. Pen-
deritaan-penderitaan yang dialami orang lain oleh sebab
kita haruslah membuat kita lebih bersedih dibandingkan pen-
deritaan kita sendiri.
(8) Musa menegaskan keuntungan tertentu dari ketaatan.
Alasan ini dimulainya dengan kalimat (ay. 1): Supaya kamu
hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan
kepadamu. Dan alasan ini ditutupnya dengan kalimat (ay.
40): Supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu
yang lalu . Ia mengingatkan mereka bahwa mereka
harus tetap berperilaku baik, bahwa kesejahteraan mereka
akan bergantung pada kesalehan mereka. jika mereka
berpegang kepada ketetapan-ketetapan Tuhan , maka Dia
tidak diragukan lagi akan menggenapi janji-janji-Nya.
(9) Musa menegaskan akibat-akibat yang mematikan dari ke-
murtadan mereka terhadap Tuhan , bahwa kemurtadan itu
tidak diragukan lagi akan menjadi kehancuran bangsa
mereka. Hal ini dibicarakan Musa secara panjang lebar (ay.
25-31). Di sini,
[1] Ia menubuatkan pemberontakan mereka terhadap Tuhan
untuk menyembah berhala, bahwa seiring berjalannya
waktu, saat mereka telah tinggal lama di negeri itu,
dan hidup dengan tenang, mereka akan berlaku busuk
dengan membuat patung. Inilah dosa yang begitu merin-
tangi mereka (ay. 25).
Kitab Ulangan 4:1-40
[2] Musa menubuatkan penghakiman-penghakiman Tuhan
atas mereka sebab dosa ini: Pastilah kamu punah (ay.
26), terserak di antara bangsa-bangsa (ay. 27). Dan dosa
mereka harus dijadikan sebagai penghukuman mereka
(ay. 28): “Di sana kamu akan beribadah kepada Tuhan ,
buatan tangan manusia, dan akan dipaksa untuk ber-
ibadah kepada para Tuhan itu, suka atau tidak suka.
Atau, sebab kebodohan dan kebebalanmu sendiri,
kamu tidak akan mendapatkan penolong-penolong yang
lebih baik yang dapat kamu mohon dalam pembuang-
anmu.” Orang-orang yang meninggalkan kewajiban aga-
ma dalam kemakmuran mereka, tidak dapat mengha-
rapkan penghiburan-penghiburan darinya saat mere-
ka dilanda kesusahan. Maka dari itu, sudah sewajarnya
mereka diserahkan kepada para Tuhan yang telah mereka
abdi (Hak. 10:14).
[3] Namun demikian, Musa mendorong mereka untuk ber-
harap bahwa Tuhan akan menyediakan belas kasihan
bagi mereka pada zaman akhir. Bahwa Dia, melalui
penghakiman-penghakiman-Nya atas mereka, akan
membuat mereka bertobat, dan membawa mereka kem-
bali ke dalam kovenan dengan diri-Nya (ay. 29-31).
Amatilah di sini, pertama, bahwa di mana pun kita
berada, kita dapat mencari TUHAN, Tuhan kita, dari sana,
meskipun itu begitu jauh dari negeri kita sendiri atau
dari bait kudus-Nya. Tidak ada wilayah mana pun di
bumi ini di mana terbentang jurang pemisah antara
bumi dan sorga. Kedua, orang-orang, dan hanya mereka
saja, yang mencari-Nya dengan segenap hati, akan me-
nemukan Tuhan bagi penghiburan mereka. Yaitu, orang-
orang yang sepenuhnya berbakti kepada-Nya, setulus
hati mendambakan perkenanan-Nya, dan berhasrat
untuk memperoleh perkenanan itu. Ketiga, penderitaan-
penderitaan dikirimkan untuk menggugah dan mendo-
rong kita untuk datang kepada Tuhan , dan, melalui anu-
gerah Tuhan yang bekerja bersama penderitaan-penderi-
taan itu, banyak orang dengan demikian disadarkan
kembali. “jika semuanya ini menimpa engkau di
lalu hari, diharapkan bahwa engkau akan kembali
kepada TUHAN, Tuhan mu, sebab engkau melihat apa
yang terjadi jika orang berbalik dibandingkan -Nya,” lihat
Daniel 9:11-12. Keempat, kesetiaan Tuhan kepada kove-
nan-Nya mendorong kita untuk berharap bahwa Ia tidak
akan menolak kita, meskipun kita terdorong untuk da-
tang kepada-Nya oleh penderitaan. Jika kita pada akhir-
nya mengingat kovenan kita dengan-Nya, kita akan men-
dapati bahwa Ia tidak melupakan kovenan itu.
Sekarang biarlah semua alasan ini dibentangkan
bersama-sama, lalu katakan apakah agama tidak me-
miliki akal budi yang mendukungnya. Tidak ada orang
yang menolak pemerintahan Tuhan mereka, selain orang-
orang yang terlebih dahulu meninggalkan akal sehat
manusia.
Nasihat dan Anjuran
(4:41-49)
41 Lalu Musa mengkhususkan tiga kota di seberang sungai Yordan, di sebelah
timur, 42 supaya orang yang membunuh sesamanya manusia dengan tidak
sengaja dan dengan tidak memusuhinya lebih dahulu, dapat melarikan diri
ke sana, sehingga ia, jika melarikan diri ke salah satu kota itu, dapat
tetap hidup. 43 Kota-kota itu yaitu : Bezer di padang gurun, di daerah datar-
an tinggi, untuk orang Ruben; Ramot di Gilead untuk orang Gad dan Golan
di Basan untuk orang Manasye. 44 Inilah hukum Taurat yang dipaparkan
Musa kepada orang Israel. 45 Inilah peringatan, ketetapan dan peraturan,
yang dikatakan Musa kepada orang Israel, dalam perjalanan mereka keluar
dari Mesir, 46 di seberang sungai Yordan, di lembah di tentangan Bet-Peor, di
negeri Sihon, raja orang Amori, yang diam di Hesybon, yang dipukul kalah
oleh Musa dan orang Israel dalam perjalanan mereka keluar dari Mesir.
47 Negerinya diduduki mereka, dan juga negeri Og, raja negeri Basan: kedua-
duanya raja orang Amori, yang diam di seberang sungai Yordan, di sebelah
timur, 48 mulai dari Aroer, di tepi sungai Arnon, sampai gunung Siryon – itu-
lah gunung Hermon – 49 serta seluruh dataran di seberang sungai Yordan, di
sebelah timur, sampai Laut Araba, di kaki lereng gunung Pisga.
Dalam perikop ini kita mendapati,
1. Penetapan kota-kota perlindungan di seberang sungai Yordan di
mana Israel sedang berkemah sekarang. Tiga kota ditetapkan
untuk tujuan itu, satu kota di daerah orang Ruben, satu lagi di
daerah orang Gad, dan satu lagi di daerah orang Manasye yang
setengah itu (ay. 41-43). Musa melakukan apa yang dapat dilaku-
kannya untuk bangsa itu saat ia masih ada bersama-sama
dengan mereka, untuk memberi teladan bagi para pemimpin
Kitab Ulangan 4:41-49
yang telah ditentukan agar mereka dapat mematuhi ketetapan-
ketetapan itu dengan lebih baik Sesudah ia tiada.
2. Pengantar bagi khotbah lain yang disampaikan Musa kepada
Israel, yang akan kita dapati dalam pasal-pasal berikutnya. Ada
kemungkinan bahwa khotbah itu disampaikan pada hari Sabat
berikutnya, saat jemaat hadir untuk menerima pengajaran.
Musa secara umum telah menasihati mereka untuk taat dalam
pasal sebelumnya. Di sini, ia mengulangi hukum yang harus me-
reka laksanakan, sebab ia menuntut ketaatan yang sepenuhnya,
namun bukan ketaatan yang mutlak. Bagaimana kita dapat
melakukan kewajiban kita jika kita tidak mengetahuinya? Oleh
sebab itu, di sini Musa memaparkan hukum itu di hadapan
mereka sebagai pedoman yang harus mereka pegang dalam ber-
tindak, dan jalan yang harus mereka tempuh. Ia memaparkannya
di hadapan mereka seperti cermin yang di dalamnya mereka akan
melihat wajah mereka yang sebetulnya , sehingga, dengan me-
neliti hukum yang sempurna ini, yaitu hukum yang memerdeka-
kan orang, mereka dapat bertekun di dalamnya. Inilah peringatan,
ketetapan dan peraturan, yaitu hukum moral, hukum upacara
ibadah, dan hukum pengadilan, yang telah ditetapkan sebelum-
nya, saat Israel baru saja keluar dari Mesir, dan yang sekarang
diulangi, di seberang sungai Yordan (ay. 44-46). Tempat di mana
Musa memberi kepada mereka hukum-hukum yang berlaku
ini digambarkan secara terperinci di sini.
(1) Tempat itu berada di lembah di tentangan Bet-Peor, kuil ber-
hala orang Moab, yang mungkin sesekali dipandang Musa, de-
ngan peringatan khusus terhadap bangsa Israel supaya tidak
tertular oleh tempat itu dan tempat-tempat lain semacamnya
yang berbahaya.
(2) Tempat itu berada di wilayah-wilayah yang baru mereka tak-
lukkan, tepat di negeri yang telah mereka rampas dari tangan
Sihon dan Og, dan yang sekarang benar-benar mereka duduki
(ay. 47). Dalam hal ini, kemenangan-kemenangan yang telah
mereka peroleh pada saat ini merupakan alasan yang kuat
bagi mereka untuk taat.
PASAL 5
alam pasal ini kita mendapati cetakan kedua dari sepuluh
perintah Tuhan :
I. Maksud dari sepuluh perintah itu secara umum. Sepuluh
perintah itu dituangkan dalam bentuk kovenan antara Tuhan
dan Israel (ay. 1-5).
II. Perintah-perintah itu diulangi satu per satu (ay. 6-21), beser-
ta penyampaiannya secara dua kali lipat, baik melalui per-
kataan maupun tulisan (ay. 22).
III. Ditetapkannya hubungan antara Tuhan dan Israel mulai saat
itu, melalui perantaraan dan pelayanan Musa.
1. yaitu permohonan Israel yang penuh kerendahan hati
bahwa demikianlah yang dikehendaki (ay. 23-27).
2. yaitu pemberian Tuhan yang penuh rahmat bahwa demi-
kianlah yang harus terjadi (ay. 28-31).
Dan dari sini Musa menyimpulkan kewajiban yang mengikat
Israel untuk berlaku taat (ay. 32-33).
Sepuluh Perintah Tuhan Diulangi
(5:1-5)
1 Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada
mereka: “Dengarlah, hai orang Israel, ketetapan dan peraturan, yang pada
hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan mela-
kukannya dengan setia. 2 TUHAN, Tuhan kita, telah mengikat perjanjian de-
ngan kita di Horeb. 3 Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat
perjanjian itu, namun dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita
semuanya yang masih hidup. 4 TUHAN telah bicara dengan berhadapan
muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api – 5 aku pada waktu
itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN
D
kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung –
dan Ia berfirman:
Dalam perikop ini:
1. Musa menghimpun seluruh jemaat. Ia memanggil seluruh orang
Israel. Bukan hanya para tua-tua, melainkan kemungkinan besar,
sebanyak mungkin orang yang bisa datang Sesudah mendengar
panggilan itu (ay. 1). Yang terbesar dari mereka tidak berada di
atas perintah Tuhan , tidak pula yang paling hina dari mereka
berada di luar pengawasan-Nya. namun mereka semua wajib
datang.
2. Musa menuntut perhatian: “Dengarlah, hai orang Israel. Dengar-
lah dan simaklah, dengarlah dan ingatlah, dengarlah, supaya
kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. Sebab
jika tidak, maka tidak ada gunanya engkau mendengar.” Pada
waktu kita mendengarkan firman Tuhan , kita harus menetapkan
hati untuk mempelajarinya, supaya firman itu siap sedia bagi kita
dalam segala kesempatan. Dan apa yang telah kita pelajari harus-
lah kita lakukan, sebab itulah tujuan dari mendengar dan belajar.
Bukan untuk memenuhi kepala kita dengan berbagai gagasan,
atau mulut kita dengan ucapan, melainkan untuk meluruskan
dan membimbing perasaan dan perilaku kita.
3. Musa mengarahkan mereka pada kovenan yang telah dibuat
dengan mereka di Horeb, sebagai pedoman yang harus mereka
pegang untuk mengatur hidup mereka. Lihatlah tindakan rendah
hati yang menakjubkan dari anugerah ilahi dalam mengubah
perintah itu menjadi sebuah kovenan, supaya kita dapat lebih
terikat untuk berlaku taat atas persetujuan kita sendiri, dan
semakin dikuatkan di dalamnya oleh janji ilahi. Baik persetujuan
kita sendiri maupun janji ilahi ini diandaikan dalam perjanjian
itu. Berbagai janji dan ancaman yang digabungkan ke dalam
beberapa perintah itu, seperti perintah kedua, ketiga, dan kelima,
menjadikannya sama saja dengan kovenan. Amatilah:
(1) Pihak-pihak yang terkait dalam kovenan ini. Tuhan mengikat
kovenan itu, bukan dengan nenek moyang kita, bukan dengan
Abraham, Ishak, dan Yakub. Kepada mereka Tuhan memberi-
kan perjanjian sunat (Kis. 7:8), namun bukan perjanjian se-
puluh perintah. Terang wahyu ilahi bersinar secara perlahan-
lahan, dan keturunan yang datang lalu dibuat tahu
Kitab Ulangan 5:6-22
lebih banyak tentang pikiran Tuhan dibandingkan yang diketahui
oleh nenek moyang mereka. “Kovenan itu dibuat dengan kita,
atau dengan leluhur dekat kita yang mewakili kita, di depan
gunung Sinai, dan disepakati bagi kita.”
(2) Diumumkannya perjanjian ini. Tuhan sendiri, seperti yang tam-
pak dalam penggambarannya, membacakan butir-butir perjan-
jian itu kepada mereka (ay. 4): Ia telah bicara dengan berha-
dapan muka dengan kamu. Berbicara kata demi kata, demikian
dalam terjemahan bahasa Aram. Bukan dalam penglihatan di
malam hari, seperti dulu Ia berbicara kepada para bapak
leluhur (Ayb. 4:12-13), melainkan secara terang-terangan dan
jelas, supaya segenap ribuan orang Israel dapat mendengar
dan mengerti. Tuhan berbicara kepada mereka, lalu menerima
jawaban yang mereka berikan kepada-Nya. Dengan demikian
perjanjian itu disepakati dengan berhadapan muka.
(3) Pengantara dari kovenan itu: Musa berdiri antara TUHAN dan
mereka, di kaki gunung (ay. 5), dan membawa pesan-pesan di
antara mereka, baik untuk mempersiapkan hal-hal yang men-
dahului kovenan itu (Kel. 19), maupun untuk mengurus masa-
lah-masalah pengesahannya (Kel. 24). Dalam hal ini Musa
yaitu perlambang akan Kristus, yang menjadi pengantara an-
tara Tuhan dan manusia, untuk memberitahukan firman Tuhan
kepada kita, seorang wasit yang terberkati, yang telah meme-
gang kita berdua, supaya kita dapat mendengar dari Tuhan dan
berbicara kepada-Nya tanpa gemetar.
Sepuluh Perintah Tuhan Diulangi
(5:6-22)
6 Akulah TUHAN, Tuhan mu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir,
dari tempat perbudakan. 7 Jangan ada padamu Tuhan lain di hadapan-Ku.
8 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di
langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di
bawah bumi. 9 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepada-
nya, sebab Aku, TUHAN Tuhan mu, yaitu Tuhan yang cemburu, yang memba-
laskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang
ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, 10 namun Aku me-
nunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang menga-
sihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. 11 Jangan menyebut
nama TUHAN, Tuhan mu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan meman-
dang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.
12 Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan ke-
padamu oleh TUHAN, Tuhan mu. 13 Enam hari lamanya engkau akan bekerja
dan melakukan segala pekerjaanmu, 14 namun hari ketujuh yaitu hari Sabat
TUHAN, Tuhan mu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau
anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau
hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang
mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu
laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. 15 Sebab
haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan
engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Tuhan mu dengan tangan yang
kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Tuhan mu, memerin-
tahkan engkau merayakan hari Sabat. 16 Hormatilah ayahmu dan ibumu,
seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Tuhan mu, supaya lanjut
umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Tuhan mu, ke-
padamu. 17 Jangan membunuh. 18 Jangan berzinah. 19 Jangan mencuri.
20 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. 21 Jangan meng-
ingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladang-
nya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya,
atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu. 22 Firman itulah
yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di
gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambah-
kan-Nya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu di-
berikan-Nya kepadaku.”
Dalam perikop ini ada pengulangan sepuluh perintah Tuhan , yang di
dalamnya amatilah,
1. Walaupun sudah disampaikan dan dituliskan sebelumnya, na-
mun sepuluh perintah itu diulangi lagi. Sebab harus diberikan
perintah demi perintah, dan ajaran demi ajaran, maka cukuplah
itu untuk menyimpan firman Tuhan dalam pikiran kita dan meles-
tarikan serta memperbaharui kesan-kesan yang ditimbulkannya.
Hal-hal yang sama perlu sering-sering ditanamkan ke dalam diri
kita. Lihat Filipi 3:1b.
2. Ada sedikit banyak perbedaan di sini dari apa yang tercatat sebe-
lumnya (Kel. 20), sama seperti yang ada antara Doa Bapa Kami
yang tercatat dalam Matius 6 dan yang tercatat dalam Lukas 11.
Dalam kedua-duanya, lebih penting bagi kita untuk mengikatkan
diri kepada pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dibandingkan
kepada kata-katanya secara sama persis.
3. Perbedaan paling besar ada dalam perintah keempat. Dalam
Keluaran 20, alasan yang ditambahkan bersumber dari pencipta-
an dunia. Di sini alasan itu bersumber dari pembebasan bangsa
Israel dari Mesir, sebab pembebasan itu merupakan perlambang
dari penebusan kita oleh Yesus Kristus, yang untuk memperi-
ngatinya Sabat Kristen harus dipelihara: Sebab haruslah kauingat,
bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir, dan engkau
dibawa keluar oleh Tuhan mu (ay. 15). Oleh sebab itu,
Kitab Ulangan 5:6-22
(1) “Sudah sepantasnya hamba-hambamu mendapat kebaikan
dengan beristirahat pada hari Sabat. Sebab engkau tahu betul
hati seorang hamba, dan betapa ditunggu-tunggunya istirahat
satu hari Sesudah bekerja enam hari.”
(2) “Sudah sepantasnya Tuhan mu dihormati dengan kegiatan pada
hari Sabat, dan ibadah-ibadah yang dilakukan pada hari itu,
mengingat perkara-perkara besar yang telah diperbuat-Nya
bagi kamu.” Dalam kebangkitan Kristus, kita dibawa masuk ke
dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan , dengan ta-
ngan yang kuat dan lengan yang teracung. Oleh sebab itu,
berdasar hukum Injil, kita diarahkan untuk memelihara
hari pertama setiap minggu, untuk mengingat karya yang
mulia dari kuasa dan anugerah itu.
4. Ditambahkan dalam perintah kelima, supaya baik keadaan-
mu. Tambahan itu dikutip oleh Rasul Paulus, dan ditempatkan
pertama-tama (Ef. 6:3), supaya kamu berbahagia dan panjang
umurmu di bumi. Kalaupun ada sebagian orang yang sangat patuh
kepada orangtua mereka, namun mereka tidak berumur panjang
di bumi, kita dapat menyelaraskannya dengan janji itu melalui
penjelasan berikut ini. Apakah mereka berumur panjang atau
tidak, keadaan mereka akan baik-baik saja, entah di dunia ini
atau di dunia yang lebih baik. Lihat Pengkhotbah 8:12.
5. Lima perintah yang terakhir dihubungkan atau digabungkan
bersama-sama, yang tidak demikian halnya dalam Kitab Keluar-
an: Jangan berzinah, jangan mencuri, dan seterusnya, yang menyi-
ratkan bahwa perintah-perintah Tuhan itu terkait satu sama lain.
Wewenang yang sama yang mewajibkan kita kepada perintah yang
satu, juga mewajibkan kita kepada perintah yang lain. Dan kita
tidak boleh pilih-pilih dalam hukum itu, namun harus menghor-
mati semua perintah Tuhan , sebab barangsiapa mengabaikan satu
bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (Yak. 2:10-
11).
6. Bahwa perintah-perintah ini diberikan dengan kekhidmatan yang
penuh kengerian (ay. 22).
(1) Perintah-perintah itu diucapkan dengan suara nyaring dari
tengah-tengah api, awan dan kegelapan. Itu yaitu masa dis-
pensasi yang penuh kengerian, yang dirancang untuk mem-
buat Injil anugerah lebih disambut, dan untuk menjadi contoh
dari kengerian-kengerian pada hari penghakiman (Mzm. 50:3-
4).
(2) Tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi. Hukum-hukum lain yang
diberikan-Nya kepada mereka disampaikan melalui Musa,
namun tidak ada hukum lain yang diucapkan dengan cara yang
sama seperti sepuluh perintah. Tidak ditambahkan-Nya apa-
apa lagi, oleh sebab itu kita tidak boleh menambahkan apa-
apa: Taurat Tuhan itu sempurna.
(3) Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, supaya terjaga dari
kerusakan, dan dapat diteruskan secara murni dan utuh ke-
pada keturunan yang akan datang, sebagai para pengguna
yang diniatkan, dan juga bagi angkatan sekarang. sebab se-
puluh perintah ini merupakan pokok-pokok kovenan, maka
peti tempat menyimpan loh-loh batu tertulis itu disebut tabut
perjanjian. Lihat Wahyu 11:19.
Sepuluh Perintah Tuhan Diulangi
(5:23-33)
23 “saat kamu mendengar suara itu dari tengah-tengah gelap gulita, semen-
tara gunung itu menyala, maka kamu, yaitu semua kepala sukumu dan para
tua-tuamu, mendekati aku, 24 dan berkata: sebetulnya , TUHAN, Tuhan
kita, telah memperlihatkan kepada kita kemuliaan dan kebesaran-Nya, dan
suara-Nya telah kita dengar dari tengah-tengah api. Pada hari ini telah kami
lihat, bahwa Tuhan berbicara dengan manusia dan manusia itu tetap hidup.
25 namun sekarang, mengapa kami harus mati? Sebab api yang besar ini akan
menghanguskan kami. jika kami lebih lama lagi mendengar suara
TUHAN, Tuhan kita, kami akan mati. 26 Sebab makhluk manakah yang telah
mendengar suara dari Tuhan yang hidup yang berbicara dari tengah-tengah
api, seperti kami dan tetap hidup? 27 Mendekatlah engkau dan dengarkanlah
segala yang difirmankan TUHAN, Tuhan kita, dan engkaulah yang mengatakan
kepada kami segala yang difirmankan kepadamu oleh TUHAN, Tuhan kita,
maka kami akan mendengar dan melakukannya. 28 saat TUHAN men-
dengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka ber-
firmanlah TUHAN kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang di-
katakan mereka kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik. 29 Kira-
nya hati mereka selalu begitu, yaitu takut akan Daku dan berpegang pada
segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka
untuk selama-lamanya! 30 Pergilah, katakanlah kepada mereka: Kembalilah
ke kemahmu. 31 namun engkau, berdirilah di sini bersama-sama dengan Aku,
maka Aku hendak mengatakan kepadamu segenap perintah, yaitu ketetapan
dan peraturan, yang harus kauajarkan kepada mereka, supaya mereka mela-
kukannya di negeri yang Kuberikan kepada mereka untuk dimiliki. 32 Maka
lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepada-
mu oleh TUHAN, Tuhan mu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.
33 Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Tuhan mu,
Kitab Ulangan 5:23-33
haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut
umurmu di negeri yang akan kamu duduki.”
Dalam perikop ini:
I. Musa mengingatkan mereka akan kesepakatan dari kedua belah
pihak yang sedang berunding sekarang, melalui perantaraannya.
1. Di sini ada kecemasan yang meliputi umat sebab kengerian
luar biasa yang mengiringi pemberian hukum itu. Mereka
mengaku bahwa mereka sudah tidak tahan lagi: “Api yang
besar ini akan menghanguskan kami. Suara yang mengerikan
ini akan mematikan bagi kami. Kami pasti akan mati jika
mendengar suara itu lebih lama lagi” (ay. 25). Mereka heran
bahwa mereka masih belum mati rebah oleh api itu, dan
menganggap sebagai tindakan yang luar biasa dari kuasa dan
kebaikan ilahi, bukan hanya bahwa mereka diajak bicara
seperti itu, melainkan juga bahwa mereka dimampukan untuk
menanggungnya. Sebab makhluk manakah yang telah men-
dengar suara dari Tuhan yang hidup yang berbicara dari tengah-
tengah api, seperti kami dan tetap hidup? Penampakan-penam-
pakan Tuhan selalu mengerikan bagi manusia, sejak kejatuhan
manusia ke dalam dosa. namun Kristus, sebab telah mengha-
pus dosa, mengundang kita untuk menghampiri takhta anuge-
rah dengan penuh keberanian.
2. Permohonan mereka yang sungguh-sungguh agar Tuhan selan-
jutnya berbicara kepada mereka melalui Musa, dengan janji
bahwa mereka akan mendengarkan apa yang dikatakan Musa
seolah-olah itu dari Tuhan sendiri, dan akan melakukannya (ay.
27). Tampak melalui hal ini,
(1) Bahwa mereka berharap untuk menerima perintah-perin-
tah lebih lanjut dari Tuhan dan bersedia untuk mendengar
lebih banyak dari-Nya.
(2) Bahwa mereka berpikir Musa akan sanggup menanggung
penyingkapan-penyingkapan dari kemuliaan ilahi itu, se-
mentara mereka, oleh sebab rasa bersalah, sadar akan keti-
dakmampuan mereka untuk berdiri teguh menghadapinya.
Mereka meyakini bahwa Musa yaitu orang kesayangan
Sorga, dan juga seorang yang akan setia kepada mereka.
Namun demikian, di waktu lain mereka bersungut-sungut
kepadanya, dan tidak begitu lama sebelum ini mereka siap
merajamnya dengan batu (Kel. 17:4). Lihatlah betapa ke-
insafan orang akan kesalahan yang telah mereka perbuat,
meredakan amarah orang itu.
(3) Bahwa mereka sekarang sedang berpikiran baik, disadar-
kan betul-betul oleh firman yang telah mereka dengar.
Banyak orang yang hati nuraninya dikejutkan oleh hukum,
sebab mereka tidak memurnikan hati nurani mereka itu.
Janji-janji manis diperas dari hati nurani mereka, namun
tidak ada dasar pegangan yang baik yang tertanam dan
berakar di dalamnya.
3. Persetujuan Tuhan terhadap permohonan mereka.
(1) Ia memuji apa yang mereka katakan (ay. 28). Mereka me-
ngatakannya kepada Musa, namun Tuhan memperhatikan-
nya. Sebab tidak ada satu kata pun dalam mulut kita yang
tidak diketahui Tuhan . Ia mengakui, bahwa segala yang
dikatakan mereka itu baik. Pengakuan mereka akan kebu-
tuhan untuk memiliki seorang pengantara untuk mena-
ngani perkara antara mereka dan Tuhan itu dikatakan
dengan baik. Keinginan mereka untuk menerima petunjuk-
petunjuk lebih lanjut dari Tuhan melalui Musa, dan janji
mereka untuk mematuhi petunjuk-petunjuk yang akan
diberikan kepada mereka, juga dikatakan dengan baik. Dan
apa yang dikatakan dengan baik akan memperoleh pujian
dari Tuhan , dan seharusnya demikian juga dari kita. Apa
yang baik, sejauh itu baik, hendaklah diberi pujian.
(2) Tuhan berharap kiranya mereka tulus dalam apa yang mere-
ka katakan itu: Kiranya hati mereka selalu begitu! (ay. 29).
[1] Hati yang seharusnya mereka miliki, hati yang takut
akan Tuhan , dan berpegang pada perintah-perintah-Nya
untuk selamanya. Perhatikanlah, Tuhan di sorga benar-
benar dan sungguh-sungguh menginginkan kesejah-
teraan dan keselamatan orang-orang berdosa yang ma-
lang. Ia telah memberi bukti yang berlimpah bahwa
Ia menginginkan hal yang demikian. Ia memberi kita
waktu dan tempat untuk bertobat, memanggil kita un-
tuk bertobat melalui belas kasih-Nya, dan menanti-nan-
tikan saat untuk menunjukkan rahmat-Nya. Ia telah
Kitab Ulangan 5:23-33
mengutus Anak-Nya untuk menebus kita, menyampai-
kan tawaran pengampunan dan hidup kepada semua
orang, menjanjikan Roh-Nya kepada orang-orang yang
meminta-Nya, dan telah berkata serta berjanji bahwa Ia
tidak berkenan pada kebinasaan orang-orang berdosa.
[2] Hati yang mereka miliki sekarang ini, atau yang me-
mang selalu mereka miliki, demikian orang akan ber-
pikir. Perhatikanlah, alangkah baiknya jika dalam diri
banyak orang selalu ada hati seperti yang tampak ada
pada waktu-waktu tertentu, saat mereka disadarkan
akan dosa mereka, atau berada di bawah teguran-
teguran Penyelanggara ilahi atau saat mereka me-
natap maut di depan mata: Betapa mereka akan me-
ngeluh saat kesakitan ini menimpa mereka! Oh, kira-
nya hati mereka selalu begitu!
(3) Tuhan menunjuk Musa untuk menjadi utusan-Nya kepada
mereka, untuk menerima hukum dari mulut-Nya, dan
menyampaikannya kepada mereka (ay. 31). Di sini perkara
itu diselesaikan atas persetujuan dari kedua belah pihak,
bahwa Tuhan untuk seterusnya akan berbicara kepada kita
melalui orang-orang seperti kita, melalui Musa dan para
nabi, melalui para rasul dan para penginjil. Dan, jika kita
tidak mempercayai orang-orang ini, maka kita tidak akan
diyakinkan sekalipun Tuhan berbicara kepada kita seperti Ia
berbicara kepada Israel di gunung Sinai, atau mengirimkan
para utusan dari sorga atau neraka.
II. berdasar semuanya ini, Musa menyimpulkan sebuah pesan
kepada mereka untuk mematuhi dan melakukan semua yang
telah diperintahkan Tuhan kepada mereka (ay. 32-33). Tuhan telah
menunjukkan diri-Nya begitu lembut kepada mereka, dan begitu
bersedia untuk memaklumi keadaan mereka dan memenuhi apa
yang mereka inginkan, dan bersamaan dengan itu begitu siap
untuk memakai mereka dengan sebaik-baiknya. Mereka sendiri
menginginkan Musa menjadi guru mereka, yang sekarang sedang
mengajar mereka. Mereka telah berjanji dengan begitu khidmat,
dengan menimbang begitu banyak kepentingan dan pertimbangan
yang baik, bahwa mereka akan mendengarkan dan melakukan
segala perintah Tuhan . Melihat semuanya itu, Musa berpesan
kepada mereka untuk berjalan di segenap jalan yang diperintah-
kan Tuhan kepada mereka, dengan menyakinkan mereka bahwa
mereka sendirilah yang akan sangat beruntung jika berbuat demi-
kian. Satu-satunya jalan untuk menjadi bahagia yaitu dengan
menjadi kudus. Katakanlah, berbahagia orang benar!
PASAL 6
alam pasal ini Musa masih melanjutkan pesannya kepada orang
Israel, untuk memastikan agar mereka tetap memelihara agama
mereka di Kanaan. Pasal ini hampir sama dengan pasal 4.
I. Musa membuka pasal ini dengan ajakan untuk taat (ay. 1-3).
II. Musa meletakkan dasar-dasar pegangan yang kokoh untuk
berlaku taat. Kebenaran pertama yang harus dipercayai, bah-
wa Tuhan itu esa (ay. 4), dan kewajiban pertama yang harus di-
lakukan, yaitu mengasihi Dia dengan segenap hati kita (ay. 5).
III. Musa menetapkan sarana-sarana untuk memelihara agama
(ay. 6-9).
IV. Musa memperingatkan mereka terhadap hal-hal yang akan
menghancurkan agama, yaitu penyalahgunaan kelimpahan
(ay. 10-12), dan kecenderungan pada penyembahan berhala
(ay. 14-15), serta memberi mereka beberapa perintah yang
bersifat umum (ay. 13, 16-18).
V. Musa memberi mereka petunjuk tentang perintah-perintah
yang harus mereka berikan kepada anak-anak mereka (ay.
20, dst.).
Intisari Agama
(6:1-3)
1 “Inilah perintah, yaitu ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepada-
mu atas perintah TUHAN, Tuhan mu, untuk dilakukan di negeri, ke mana
kamu pergi untuk mendudukinya, 2 supaya seumur hidupmu engkau dan
anak cucumu takut akan TUHAN, Tuhan mu, dan berpegang pada segala kete-
tapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut
umurmu. 3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia,
supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti
D
yang dijanjikan TUHAN, Tuhan nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri
yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
Amatilah di sini,
1. Bahwa Musa mengajar umat Israel segala hal, dan hanya hal-hal,
yang diperintahkan Tuhan kepadanya untuk diajarkan kepada
mereka (ay. 1). Demikian pula hamba-hamba Kristus harus meng-
ajar jemaat-jemaat-Nya segala sesuatu yang telah diperintahkan-
Nya, tidak lebih dan tidak kurang (Mat. 28:20).
2. Bahwa tujuan mereka diajar yaitu supaya mereka dapat mela-
kukan seperti yang diajarkan kepada mereka (ay. 1), dapat ber-
pegang pada segala ketetapan Tuhan (ay. 2), dan melakukannya
dengan setia (ay. 3). Ajaran-ajaran yang baik dari orangtua dan
hamba-hamba Tuhan hanya akan memperberat hukuman kita,
jika kita tidak hidup sesuai dengan yang diajarkan.
3. Bahwa Musa berusaha dengan sepenuh hati untuk membuat
mereka melekat kepada Tuhan dan hidup yang saleh, mengingat
sekarang mereka akan memasuki tanah Kanaan, supaya mereka
siap menikmati penghiburan-penghiburan dari negeri itu, dan di-
bentengi dari jerat-jeratnya. Dan supaya, sebab sekarang mereka
mulai menapaki kehidupan di dunia, mereka dapat berjalan
dengan baik.
4. Bahwa takut akan Tuhan di dalam hati akan menjadi dasar pe-
gangan yang paling kuat untuk berlaku taat: Supaya engkau takut
akan TUHAN, Tuhan mu, dan berpegang pada segala ketetapan-Nya
(ay. 2).
5. Pewarisan agama dalam keluarga, atau negeri, yaitu pewarisan
yang terbaik. Sudah menjadi keinginan kita yang besar bahwa
bukan hanya kita, melainkan juga anak-anak kita, dan cucu-cicit
kita, takut akan Tuhan.
6. Agama dan kebajikan mengangkat dan menjamin kesejahteraan
bangsa mana saja. Takutlah akan Tuhan , maka akan baik keada-
anmu. Orang-orang yang diajar dengan baik, jika mereka melaku-
kan apa yang diajarkan kepada mereka, akan terpenuhi kebutuh-
an makanannya dengan baik pula, seperti orang Israel di suatu
negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (ay. 3).
Kitab Ulangan 6:4-16
Peringatan dan Perintah
(6:4-16)
4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Tuhan kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihi-
lah TUHAN, Tuhan mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu
dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada
hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya
berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya jika engkau
duduk di rumahmu, jika engkau sedang dalam perjalanan, jika eng-
kau berbaring dan jika engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau meng-
ikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang
di dahimu, 9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumah-
mu dan pada pintu gerbangmu. 10 Maka jika TUHAN, Tuhan mu, telah
membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah
kepada nenek moyangmu, yaitu Abraham, Ishak dan Yakub, untuk mem-
berikannya kepadamu – kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudiri-
kan; 11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak
kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-
kebun zaitun, yang tidak kautanami – dan jika engkau sudah makan dan
menjadi kenyang, 12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan
TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah
perbudakan. 13 Engkau harus takut akan TUHAN, Tuhan mu; kepada Dia ha-
ruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.
14 Janganlah kamu mengikuti Tuhan lain, dari antara Tuhan bangsa-bangsa se-
kelilingmu, 15 sebab TUHAN, Tuhan mu, yaitu Tuhan yang cemburu di tengah-
tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Tuhan mu, terhadap engkau,
sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi. 16 Janganlah kamu men-
cobai TUHAN, Tuhan mu, seperti kamu mencobai Dia di Masa.
Dalam perikop ini kita mendapati,
I. Intisari agama secara singkat, yang berisi dasar-dasar pegangan
pertama tentang iman dan ketaatan (ay. 4-5). Kedua ayat ini
dianggap orang Yahudi sebagai salah satu bagian yang paling ber-
harga dari Kitab Suci. Mereka menulisnya pada tali-tali sembah-
yang mereka, dan berpikir bahwa mereka tidak hanya wajib
mengucapkannya setidak-tidaknya dua kali sehari, namun juga
mereka sangat bahagia sebab diwajibkan untuk melakukannya.
Hal ini terlihat dari ucapan yang ada di antara mereka: Diberkati-
lah kita, yang setiap pagi dan setiap petang berkata, dengarlah,
hai orang Israel, Tuhan itu Tuhan kita, Tuhan itu esa. Akan namun ,
lebih diberkatilah kita jika kita merenungkan dan memanfaatkan
sebagaimana mestinya,
1. Apa yang diajarkan kepada kita di sini untuk kita percayai
mengenai Tuhan : Yahweh Tuhan kita yaitu Yahweh yang esa.
(1) Bahwa Tuhan yang kita sembah yaitu Yahweh, Wujud yang
sempurna secara tak terhingga dan secara kekal, yang ada
dari diri-Nya sendiri, dan maha mencukupi oleh diri-Nya
sendiri.
(2) Bahwa Dia yaitu satu-satunya Tuhan yang hidup dan yang
benar. Dia sajalah Tuhan , dan Dia hanyalah satu. Keyakinan
yang teguh akan kebenaran yang terbukti dengan sendiri-
nya ini, akan mampu mempersenjatai mereka melawan
segala bentuk penyembahan berhala, yang muncul sebab
kesalahan yang mendasar itu, bahwa ada banyak Tuhan .
Tidak dapat dibantah lagi bahwa Tuhan itu esa, dan bahwa
tidak ada yang lain kecuali Dia (Mrk. 12:32). Oleh sebab
itu, janganlah kita memiliki Tuhan lain, atau berkeinginan
untuk memiliki Tuhan lain. Sebagian penafsir berpendapat
bahwa di sini ada isyarat yang jelas akan tiga pribadi dalam
kesatuan Keilahian. Sebab di sini nama Tuhan disebut tiga
kali, namun semuanya dinyatakan sebagai satu. Berbaha-
gialah mereka yang memiliki Tuhan yang esa ini sebagai
Tuhan mereka, sebab mereka hanya memiliki satu Tuan
untuk disenangkan, hanya satu Pemberi untuk diminta.
Lebih baik memiliki satu mata air dibandingkan seribu kolam,
satu Tuhan yang maha mencukupi oleh diri-Nya sendiri dari-
pada seribu Tuhan yang tidak mencukupi oleh dirinya
sendiri.
2. Apa yang diajarkan kepada kita di sini mengenai kewajiban
yang dituntut Tuhan dari manusia. Semuanya itu terangkum
dalam kalimat ini sebagai dasar pegangannya, kasihilah TU-
HAN, Tuhan mu, dengan segenap hatimu. Musa telah berusaha
(ay. 2) untuk mengajar mereka takut akan Tuhan . Dan, dalam
menjalankan upayanya itu, Musa di sini mengajar mereka
untuk mengasihi Tuhan , sebab makin hangat perasaan kasih
kita kepada Tuhan , makin besar pula penghormatan kita ke-
pada-Nya. Seorang anak yang menghormati orangtuanya, tidak
diragukan lagi pasti mengasihi mereka. Pernahkah seorang
raja membuat hukum bahwa rakyatnya harus mengasihi dia?
Namun demikian, seperti itulah kesediaan anugerah ilahi
untuk merendah, hingga perintah ini dijadikan sebagai perin-
tah yang terutama dan yang pertama dari hukum Tuhan , bahwa
kita harus mengasihi Dia, dan harus melakukan semua bagian
lain dari kewajiban kita kepada-Nya berdasar ajaran kasih.
Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku. Kita harus menjun-
Kitab Ulangan 6:4-16
605
jung-Nya tinggi-tinggi, bersuka bahwa ada Wujud yang seperti
Dia, bersuka dalam semua sifat-Nya, dan semua hubungan-
Nya dengan kita. Kerinduan kita haruslah terarah kepada-Nya,
kesukaan kita ada di dalam Dia, kebergantungan kita hanya
kepada-Nya, dan kepada Dialah kita harus sepenuhnya meng-
abdi. Harus menjadi kesenangan kita senantiasa untuk memi-
kirkan Dia, mendengar dari-Nya, berbicara kepada-Nya, dan
melayani-Nya. Kita harus mengasihi Dia,
(1) Sebagai Tuhan, yang terbaik dari segala makhluk, paling
unggul dan baik hati dalam diri-Nya sendiri.
(2) Sebagai Tuhan kita, Tuhan yang mengikat kovenan dengan
kita, Bapa kita, Teman yang paling baik hati dan Pemberi
yang paling murah hati. Kita juga diperintahkan untuk me-
ngasihi Tuhan dengan segenap hati kita, segenap jiwa kita,
dan segenap kekuatan kita. Artinya, kita harus mengasihi
Tuhan ,
[1] Dengan kasih yang tulus. Bukan dalam perkataan atau
di bibir saja, dengan mengatakan bahwa kita mengasihi
Dia padahal hati kita tidak bersama-Nya, melainkan
dari dalam hati, dan dengan sebenar-benarnya, sehing-
ga kita menjadikan-Nya sebagai pelipur lara kita.
[2] Dengan kasih yang membara. Hati kita harus dibawa
kepada-Nya dengan hasrat yang menggebu-gebu dan
perasaan kasih yang berkobar-kobar. Dari sini sebagian
penafsir berpendapat bahwa janganlah kita berkata
(seperti yang biasa kita lakukan dalam mengungkapkan
isi hati kita), bahwa kita akan melakukan ini atau itu
dengan segenap hati kita, sebab kita tidak boleh mela-
kukan apa pun dengan segenap hati kita, kecuali me-
ngasihi Tuhan . Dan bahwa ungkapan ini, sebab di sini
digunakan berkenaan dengan api yang kudus itu, tidak
boleh dipakai untuk perkara yang tidak kudus. Dia
yang yaitu segala-galanya bagi kita, harus mendapat-
kan segala-galanya dari kita, dan tidak ada yang lain
selain Dia.
[3] Dengan kasih yang sebesar-besarnya. Kita harus me-
ngasihi Tuhan lebih dari makhluk ciptaan mana pun,
dan tidak mengasihi apa-apa selain Dia, kecuali kita
mengasihinya sebab Tuhan , dan dalam sikap yang tun-
duk kepada-Nya.
[4] Dengan kasih yang diterangi pengertian, sebab demi-
kianlah hal itu dijelaskan (Mrk. 12:33). Untuk menga-
sihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap peng-
ertian, kita harus mengenal Dia, dan sebab itu harus
mengasihi Dia sebagai orang-orang yang melihat alasan
baik untuk mengasihi-Nya.
[5] Dengan kasih yang seutuhnya. Tuhan itu satu, dan ka-
rena itu hati kita harus menyatu bulat dalam kasih ini,
dan seluruh sungai kasih sayang kita harus mengalir
kepada-Nya. Oh, kiranya kasih terhadap Tuhan ini ter-
pancar luas dalam hati kita!
II. Berbagai sarana ditetapkan di sini untuk memelihara dan mera-
wat agama dalam hati dan rumah kita, sehingga tidak layu dan
membusuk. Sarana-sarana itu yaitu :
1. Merenungkan firman Tuhan: Apa yang kuperintahkan kepada-
mu haruslah engkau perhatikan (ay. 6). Meskipun kata-kata
saja tanpa pesan-pesan yang terkandung di dalamnya tidak
akan bermanfaat bagi kita, namun ada bahaya kita akan kehi-
langan pesan-pesan itu jika kita mengabaikan kata-katanya.
Melalui kata-katalah biasanya terang dan kuasa ilahi disam-
paikan ke dalam hati. Firman Tuhan haruslah tersimpan di
dalam hati kita, supaya pikiran kita setiap hari terbiasa de-
ngannya dan dipenuhi olehnya. Dan dengan begitu, seluruh
jiwa kita dapat dibuat berdiam dan bertindak di bawah kuasa
dan kesan firman Tuhan . Perintah ini langsung mengikuti
perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Sebab
orang-orang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati akan
menyimpan firman-Nya di dalam hati mereka, baik sebagai
bukti maupun dampak dari kasih itu, dan sebagai sarana un-
tuk memelihara dan menumbuhkan kasih itu. Siapa menga-
sihi Tuhan pasti mengasihi Alkitab-Nya.
2. memberi pendidikan agama kepada anak-anak (ay. 7): “Ha-
ruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-
anakmu. Dan dengan menyampaikan pengetahuanmu, engkau
akan meningkatkan pengetahuanmu itu.” Orang-orang yang
dengan sendirinya mengasihi Tuhan Tuhan , harus melakukan
Kitab Ulangan 6:4-16
apa yang dapat mereka lakukan untuk menggugah perasaan
kasih anak-anak mereka kepada-Nya, dan dengan demikian
melestarikan warisan agama dalam keluarga mereka, hingga
warisan itu tidak terputus. Haruslah engkau mengasahnya
berulang-ulang kepada anak-anakmu, demikian sebagian pe-
nafsir membacanya. Sering-seringlah mengulangi perkataan-
perkataan ini kepada mereka, cobalah segala cara untuk me-
nanamkannya ke dalam pikiran mereka, dan membuatnya
menembus ke dalam hati mereka. Sama seperti, saat meng-
asah pisau, pisau itu pertama diasah pada satu sisi, dan ke-
mudian pada sisi lain. “Berhati-hati dan telitilah dalam meng-
ajar anak-anakmu. Jadikanlah sebagai tujuanmu, seperti orang
yang sedang mengasah pisau, untuk menajamkan mereka, dan
meruncingkan mereka. Ajarkanlah firman itu kepada anak-
anakmu, bukan hanya anak-anak kandungmu sendiri” menu-
rut orang Yahudi, “melainkan juga semua orang yang berada
di bawah asuhan dan bimbinganmu.” Uskup Patrick mencer-
mati dengan baik di sini bahwa Musa menganggap perintah-
nya begitu sangat sederhana dan mudah, sehingga setiap ayah
mampu mengajarkannya kepada anak-anak lelakinya, dan
setiap ibu kepada anak-anak perempuannya. Demikianlah, hal
yang baik yang dipercayakan kepada kita itu harus kita terus-
kan dengan hati-hati kepada orang-orang yang datang sesu-
dah kita, agar bisa tetap lestari.
3. Membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kesalehan.
“Haruslah engkau membicarakan perintah-perintah ini, de-
ngan rasa hormat dan kesungguhan seperti yang seharusnya,
untuk memberi manfaat bukan hanya bagi anak-anakmu,
melainkan juga bagi orang-orang lain dalam rumah tanggamu,
bagi para sahabat dan kawanmu. Bicarakanlah itu jika
engkau duduk di rumahmu saat bekerja, atau saat makan,
atau saat beristirahat, atau saat menerima tamu, dan apa-
bila engkau sedang dalam perjalanan untuk mencari hiburan,
atau untuk memperluas pergaulan, atau untuk suatu keperlu-
an. Bicarakanlah itu pada waktu malam saat engkau minta
diri dari keluargamu untuk berbaring dan tidur, dan pada pagi
hari saat engkau sudah bangun dan kembali bertemu
dengan keluargamu. Manfaatkanlah segala kesempatan untuk
berbicara dengan orang-orang di sekitarmu mengenai perkara-
perkara ilahi. Bukan tentang rahasia-rahasia yang tidak di-
singkapkan, atau perkara-perkara yang dapat diperbantahkan,
melainkan tentang kebenaran-kebenaran yang mudah dimeng-
erti dan hukum-hukum Tuhan , dan apa yang perlu untuk
damai sejahtera kita.” Menjadikan perkara-perkara suci seba-
gai pokok pembicaraan kita sehari-hari sama sekali tidak di-
anggap mengurangi kehormatannya, namun justru perkara-per-
kara suci itu dianjurkan kepada kita untuk diperbincangkan.
Sebab, semakin kita mengenal perkara-perkara suci itu,
semakin kita akan mengaguminya dan tergerak olehnya, dan
dengan begitu kita dapat berperan dalam menyebarkan terang
dan sinar ilahi.
4. Sering membaca firman Tuhan: Haruslah itu menjadi lambang
di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang
pintu rumahmu (ay. 8-9). Ada kemungkinan bahwa pada waktu
itu hanya ada sedikit salinan dari seluruh hukum Taurat, dan
hanya pada hari raya Pondok Daun hukum Taurat dibacakan
kepada umat. Itulah sebabnya Tuhan memerintahkan mereka,
setidak-tidaknya untuk saat itu, untuk menuliskan beberapa
kalimat terpilih dari hukum Taurat, yang paling berbobot dan
mencakup keseluruhan, pada dinding-dinding mereka, atau
dalam gulungan-gulungan perkamen untuk dipakai di perge-
langan tangan mereka. Dan sebagian penafsir berpendapat
bahwa mulai saat itulah muncul tali-tali sembahyang yang
begitu banyak digunakan di antara orang Yahudi. Kristus me-
negur orang-orang Farisi, bukan sebab mereka memakai tali
sembahyang, melainkan sebab mereka suka memakai tali
sembahyang yang lebih lebar dibandingkan tali sembahyang orang
lain (Mat. 23:5). Akan namun , begitu Alkitab mulai banyak ter-
sedia di tengah-tengah orang Yahudi, kebutuhan akan sarana
ini semakin berkurang. Ditetapkan secara bijak dan saleh oleh
para pembaharu pertama dari gereja Inggris bahwa pada wak-
tu itu, saat Alkitab masih jarang tersedia, beberapa bagian
terpilih dari Kitab Suci harus dituliskan pada dinding-dinding
dan tiang-tiang gereja, sehingga para jemaat dapat mengenal
firman Tuhan. Hal itu sesuai dengan perintah ini, yang tampak
mengikat bagi orang Yahudi menurut arti harfiahnya, sama
seperti perintah itu mengikat bagi kita menurut maksud dan
tujuannya. Yaitu bahwa kita harus berupaya dengan segala
Kitab Ulangan 6:4-16
cara untuk mengakrabkan diri dengan firman Tuhan , sehingga
kita siap menggunakannya dalam segala kesempatan, untuk
menahan kita dari dosa dan membimbing serta menggugah
kita untuk melakukan kewajiban kita. Firman Tuhan haruslah
menjadi seperti sesuatu yang dilukiskan di telapak tangan kita,
yang selalu ada di hadapan kita. Lihat Amsal 7:1-3. Tersirat
juga dalam perintah ini bahwa kita tidak boleh malu untuk
mengakui agama kita, atau untuk mengakui diri kita berada di
bawah kekangan dan pemerintahannya. Hendaklah firman
Tuhan tertulis di gerbang kita, dan biarlah setiap orang yang
lewat di depan pintu kita membacanya, bahwa kita meyakini
Yahweh sajalah Tuhan , dan meyakini diri kita terikat kewajiban
untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati kita.
III. Sebuah peringatan diberikan di sini agar mereka tidak melupakan
Tuhan para hari mujur dan kelimpahan (ay. 10-12).
1. Musa membesarkan pengharapan-pengharapan mereka akan
kebaikan Tuhan mereka, dengan menganggap begitu saja
bahwa Tuhan akan membawa mereka masuk ke dalam negeri
yang baik yang telah dijanjikan-Nya (ay. 10). Bahwa mereka
tidak akan lagi tinggal di kemah-kemah seperti para gembala
dan pelancong yang miskin, namun akan berdiam di kota-kota
yang besar dan baik. Bahwa mereka tidak akan lagi mengem-
bara di padang gurun yang tandus, namun akan menikmati
rumah-rumah dengan perabotan lengkap dan kebun-kebun
yang ditanami dengan baik (ay. 11). Dan semuanya ini mereka
peroleh tanpa usaha dan biaya apa pun dari pihak mereka,
yang sangat ditekankan Musa di sini. Kota-kota yang tidak
kaudirikan, rumah-rumah, yang tidak kauisi, dan seterusnya.
Musa menekankan hal ini sebab dengan begitu belas kasih
itu menjadi benar-benar jauh lebih berharga, sebab apa yang
mereka miliki, datang kepada mereka dengan begitu mudah.
Namun demikian, jika mereka tidak benar-benar merenung-
kannya, belas kasihan itu akan kurang dihargai, sebab kita
paling peka akan nilai dari sesuatu yang telah menuntut
bayaran mahal dari kita. jika semuanya itu datang dengan
begitu mudah lewat pemberian, maka mereka akan cenderung
merasa aman, dan tidak peduli terhadap sang pemberi.
2. Musa menggugah mereka untuk berjaga-jaga terhadap kebu-
rukan hati mereka sendiri: Maka berhati-hatilah, saat engkau
berbaring dengan aman dan nyaman, supaya jangan engkau
melupakan TUHAN (ay. 12). Perhatikanlah,
(1) Pada hari mujur, kita terancam bahaya besar untuk melu-
pakan Tuhan , kebergantungan kita kepada-Nya, kebutuhan
kita akan Dia, dan kewajiban-kewajiban kita terhadap-Nya.
saat dunia tersenyum, kita cenderung ingin mencumbu-
nya, dan mengharapkan kebahagiaan kita di dalamnya, se-
hingga kita melupakan Dia yang merupakan satu-satunya
bagian dan tempat perhentian kita. Agur berdoa supaya
dijauhkan dari godaan ini (Ams. 30:9): Supaya, kalau aku
kenyang, aku tidak menyangkal-Mu.
(2) Oleh sebab itu, kita perlu sangat berhati-hati dan was-
pada pada masa-masa seperti ini, serta menjaga dengan
ketat hati kita sendiri. “Maka berhati-hatilah. Sesudah diperi-
ngatkan akan bahaya yang mengancammu, berjaga-jagalah
terhadapnya. Ikatkanlah firman Tuhan sebagai tanda pada
tanganmu, dengan tujuan untuk mencegahmu melupakan
Tuhan . Sesudah engkau menetap di Kanaan, janganlah lupa-
kan pembebasanmu dari Mesir, namun pandanglah gunung
batu yang dari padanya kamu terpahat. jika keduduk-
anmu yang lalu menjadi sangat mulia, ingatlah akan
kedudukanmu yang dahulu yang kelihatan hina.”
IV. Beberapa perintah dan larangan khusus diberikan di sini, yang
besar dampaknya.
1. Mereka harus memberi penghormatan kepada Tuhan dalam
segala kesempatan (ay. 13): Takutlah akan Dia dan beribadah-
lah kepada-Nya sebab, jika Dia yaitu Tuan, maka kita harus
menghormati-Nya dan juga melakukan pekerjaan-Nya. Ber-
sumpahlah demi nama-Nya, artinya, mereka tidak boleh sekali-
kali berseru kepada yang lain untuk membedakan mana yang
benar dan mana yang salah, dan untuk membalaskan kejahat-
an. Bersumpahlah demi nama-Nya saja, dan bukan demi ber-
hala, atau makhluk ciptaan lain mana pun. Bersumpahlah
demi nama-Nya dalam segala persepakatan dan kovenan de-
ngan bangsa-bangsa sekitar, dan janganlah menghormati me-
Kitab Ulangan 6:4-16
reka sampai sedemikian jauh hingga engkau ikut bersumpah
demi nama Tuhan mereka. Bersumpah demi nama-Nya terka-
dang diartikan mengakui nama-Nya secara terang-terangan.
Setiap lidah akan bersumpah (Yes. 45:23, KJV), dijelaskan da-
lam Roma 14:11 (KJV), setiap lidah akan mengaku bahwa Dia-
lah Tuhan .
2. Mereka tidak boleh sekali-kali memberi penghormatan itu
kepada para Tuhan lain (ay. 14): Janganlah kamu mengikuti
Tuhan lain, artinya, “Janganlah kamu beribadah kepada mereka
atau menyembah mereka.” Sebab dalam hal inilah bangsa
Israel tersesat. Mereka berzinah dengan meninggalkan Tuhan
yang benar, yang dalam perkara ini, lebih dibandingkan dalam per-
kara apa pun, merupakan Tuhan yang cemburu (ay. 15). Dan
cendekiawan Uskup Patrick mencermati di sini, berdasar
pandangan Maimonides, bahwa kita tidak pernah mendapati,
baik di dalam kitab Taurat maupun kitab para nabi, bahwa
amarah, atau kegeraman, atau kecemburuan, atau kemurkaan,
dikaitkan dengan Tuhan , kecuali dalam hal penyembahan berhala.
3. Mereka harus berhati-hati agar tidak menghina Tuhan dengan
mencobai Dia (ay. 16): Janganlah kamu mencobai TUHAN,
Tuhan mu. Artinya, “Janganlah kamu, dalam keadaan genting
sekalipun, menyangsikan kuasa, hadirat, dan penyelenggaraan
Tuhan , ataupun berbantah dengan-Nya.” Jika mereka menuruti
hati yang jahat yang tidak percaya, maka mereka akan meng-
ambil kesempatan untuk mencobai Tuhan di Kanaan sama
seperti yang mereka lakukan di padang gurun. Perubahan
keadaan apa pun tidak akan dapat menyembuhkan kecen-
derungan untuk bersungut-sungut dan berkeluh-kesah. Juru-
selamat kita menggunakan peringatan ini sebagai jawaban ter-
hadap salah satu godaan Iblis, dengan menerapkannya kepada
diri-Nya sendiri, janganlah engkau mencobai Tuhan, Tuhan mu
(Mat. 4:7). Mencobai Tuhan dilakukan entah dengan berputus
asa akan kuasa dan kebaikan-Nya saat kita berjalan di jalan
kewajiban kita, atau dengan menyalahgunakan kuasa dan ke-
baikan-Nya itu saat kita menyimpang dari jalan itu.
Perintah kepada Orang Israel
(6:17-25)
17 Haruslah kamu berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan
TUHAN, Tuhan mu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; 18 haruslah engkau
melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN, supaya baik keadaan-
mu dan engkau memasuki dan menduduki negeri yang baik, yang dijanjikan
TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, 19 dengan mengusir se-
mua musuhmu dari hadapanmu, seperti yang difirmankan TUHAN. 20 Apa-
bila di lalu hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ke-
tetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Tuhan
kita? 21 maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu yaitu
budak Firaun di Mesir, namun TUHAN membawa kita keluar dari Mesir de-
ngan tangan yang kuat. 22 TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat,
yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan
seisi rumahnya, di depan mata kita; 23 namun kita dibawa-Nya keluar dari
sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberi kepada kita
negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita.
24 TUHAN, Tuhan kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala
ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Tuhan kita, supaya senantiasa
baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang
ini. 25 Dan kita akan menjadi benar, jika kita melakukan segenap perin-
tah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Tuhan kita, seperti yang diperintah-
kan-Nya kepada kita.”
I. Musa memerintahkan agar orang Israel sendiri berpegang pada
perintah-perintah Tuhan : Haruslah kamu berpegang pada perintah
TUHAN, Tuhan mu (ay. 17-19). Perhatikanlah, dituntut upaya besar
dan kerja keras untuk mempertahankan kekuatan agama dalam
hati dan hidup kita. Kelalaian akan menghancurkan kita, dan kita
tidak dapat diselamatkan tanpa ketekunan. Untuk mendorong
mereka berpegang pada perintah Tuhan, Musa di sini menunjuk-
kan kepada mereka,
1. Bahwa hal ini akan sangat berkenan kepada Tuhan : ini benar
dan baik di mata TUHAN. Dan apa yang sungguh-sungguh
benar dan baik yaitu apa yang demikian di mata Tuhan . Jika
kita mengindahkan perkenanan Pencipta kita sebagai sesuatu
yang membuat kita bahagia, dan mengindahkan hukum pen-
ciptaan sebagai pedoman kita, maka itu berarti kita taat ber-
agama.
2. Bahwa berpegang pada perintah Tuhan akan sangat meng-
untungkan dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Ketaatan
mereka akan memberi mereka jaminan bahwa mereka akan
menduduki tanah Kanaan, akan hidup makmur di sana, dan
akan terus-menerus menang atas orang-orang yang merintangi
Kitab Ulangan 6:17-25
jalan mereka. Singkatnya, “Lakukanlah yang baik, maka akan
baik keadaanmu.”
II. Musa memerintahkan mereka untuk mengajarkan perintah-
perintah Tuhan kepada anak-anak mereka. Bukan hanya supaya
anak-anak itu, dalam usia belia mereka, bisa mengikuti ibadah-
ibadah dengan penuh pemahaman dan perasaan, melainkan juga
agar kelak mereka tetap memelihara agama, dan meneruskannya
kepada orang-orang yang akan datang Sesudah mereka. Nah,
1. Di sini ada pertanyaan yang wajar yang diduga akan ditanya-
kan oleh anak-anak itu (ay. 20): “Apakah peringatan dan kete-
tapan itu? Apakah arti dari perayaan-perayaan yang kita raya-
kan, korban-korban yang kita persembahkan, dan kebiasaan-
kebiasaan khusus yang banyak yang kita pelihara?” Amatilah,
(1) Semua ketetapan ilahi memiliki makna tertentu, dan ada
sesuatu yang besar yang dirancang di dalamnya.
(2) Sudah menjadi kepentingan kita untuk mengetahui dan
memahami makna dari ketetapan-ketetapan itu, agar kita
dapat menjalankan ibadah secara pantas dan tidak mem-
bawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan.
(3) Sungguh baik bagi anak-anak untuk menanyakan sejak
dini tujuan dan maksud dari ibadah-ibadah yang di dalam-
nya mereka dididik. Jika ada yang bersifat ingin tahu
seperti itu mengenai perkara-perkara ilahi, maka itu meru-
pakan pertanda baik bahwa mereka peduli akan perkara-
perkara itu, dan merupakan sarana yang baik bagi mereka
untuk dapat mengenal perkara-perkara itu secara men-
dalam. Kita akan mengenal, jika kita berusaha sungguh-
sungguh mengenal seperti itu.
2. Di sini ada jawaban lengkap yang ditaruh ke dalam mulut para
orangtua, untuk diberikan terhadap pertanyaan yang baik ini.
Para orangtua dan guru harus memberi pengajaran kepada
anak-anak yang menjadi tanggung jawab mereka, sekalipun
anak-anak itu tidak memintanya, bahkan, sekalipun anak-
anak itu tidak menyukainya. Terlebih lagi mereka harus siap
menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan memberi pengajar-
an, saat itu diinginkan. Sebab dapat diharapkan bahwa me-
reka yang memintanya akan mau menerimanya. Adakah anak-
anak menanyakan makna dari perintah-perintah Tuhan ? Hen-
daklah mereka diberi tahu bahwa perintah-perintah itu harus
dilaksanakan,
(1) Sambil mengingat dengan penuh syukur perkenanan-per-
kenanan Tuhan pada waktu dulu kepada mereka, terutama
pembebasan mereka dari Mesir (ay. 21-23). Anak-anak
harus sering diberi tahu tentang betapa menyedihkannya
keadaan nenek moyang mereka saat menjadi budak di
Mesir, dan tentang keselamatan agung yang dikerjakan
Tuhan untuk mereka dalam mengeluarkan mereka dari
sana. Tuhan , dalam memberi mereka ketetapan-ketetapan
khusus ini, bermaksud untuk mengabadikan ingatan akan
karya yang ajaib itu, yang melaluinya mereka dibentuk
menjadi umat kesayangan.
(2) Sebagai syarat yang ditentukan untuk mendapatkan perke-
nanan-perkenanan-Nya lebih lanjut (ay. 24): TUHAN, Tuhan ,
kita memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala
ketetapan itu supaya senantiasa baik keadaan kita. Per-
hatikanlah, Tuhan tidak memberi kita perintah selain apa
yang sungguh-sungguh demi kebaikan kita. Sudah menjadi
kepentingan kita, dan juga kewajiban kita, untuk taat ber-
agama.
[1] Melakukan segala ketetapan Tuhan akan menjadi hidup
kita: Supaya Ia membiarkan kita hidup, yang merupa-
kan suatu perkenanan besar, dan lebih dibandingkan yang
bisa kita harapkan, mengingat betapa sering kita me-
nyia-nyiakan hidup itu sendiri. Kesalehan menjanjikan
kelangsungan dan penghiburan dalam kehidupan yang
sekarang ini, sejauh itu demi kemuliaan Tuhan .
[2] Melakukan segala ketetapan Tuhan akan menjadi keba-
jikan kita. Seandainya kita dapat memenuhi dengan
sempurna satu perintah itu saja, yaitu mengasihi Tuhan
dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita, dan se-
andainya kita dapat berkata, “Kita tidak pernah mela-
kukan hal yang sebaliknya,” maka ini akan menjadi
kebajikan kita yang begitu rupa hingga membuat kita
berhak mendapatkan keuntungan-keuntungan dari
kovenan yang dibuat sebelum kejatuhan ke dalam dosa.
Kitab Ulangan 6:17-25
Andaikata kita terus melakukan segala sesuatu yang
tertulis di dalam kitab Taurat untuk dilakukan, maka
hukum Taurat pasti sudah membenarkan kita. namun
kita tidak bisa mengaku-ngaku telah berbuat demikian,
dan sebab itu ketaatan kita yang tulus hanya akan
diterima melalui seorang Pengantara yang menyatakan
kita, seperti Nuh, sebagai orang benar di hadapan Tuhan
(Kej. 7:1, Luk. 1:6, 1Yoh. 3:7). Alkitab terjemahan baha-
sa Aram membacanya demikian, akan ada upah bagi
kita jika kita melakukan perintah-perintah ini. Sebab,
tidak diragukan lagi, orang yang berpegang pada perin-
tah-perintah Tuhan akan mendapat upah yang besar.
PASAL 7
Musa dalam pasal ini menasihati Israel,
I. Secara umum, untuk berpegang pada perintah-perintah Tuhan
(ay. 11-12).
II. Secara khusus, dan juga supaya dapat memegang segala
perintah-Nya, untuk menjaga diri mereka tetap bersih dari
semua persekutuan dengan para penyembah berhala.
1. Mereka harus menumpas habis tujuh bangsa yang diper-
sembahkan bagi mereka, dan tidak menyayangkan bangsa-
bangsa itu atau mengadakan persekutuan dengan mereka
(ay. 1-2, 16, 24).
2. Mereka sama sekali tidak boleh kawin dengan orang-
orang yang tersisa dari bangsa-bangsa itu (ay. 3-4).
3. Mereka harus merusak dan memusnahkan mezbah-mez-
bah dan patung-patung mereka, dan bahkan tidak boleh
mengambil perak dan emas darinya untuk keperluan
mereka sendiri (ay. 5, 25-26). Untuk menegaskan perintah
ini, Musa menunjukkan bahwa mereka harus melakukan-
nya,
(1) Sebagai kewajiban. Mengingat,
[1] Mereka yaitu bangsa pilihan Tuhan (ay. 6).
[2] Alasan dari pemilihan itu (ay. 7-8).
[3] Syarat-syarat yang mengikat mereka di hadapan
Tuhan (ay. 9-10).
(2) Untuk kepentingan mereka sendiri. Di sini dijanjikan,
[1] Secara umum, bahwa, jika mereka beribadah ke-
pada Tuhan , maka Ia akan memberkati dan menye-
jahterakan mereka (ay. 12-15).
[2] Secara khusus, bahwa jika mereka menghalau bang-
sa-bangsa itu, supaya tidak menjadi godaan bagi
mereka, maka Tuhan akan menghalau bangsa-bangsa
itu, sehingga tidak mengganggu mereka (ay. 17, dst.).
Peringatan akan Penyembahan Berhala
(7:1-11)
1 “jika TUHAN, Tuhan mu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke
mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak
bangsa dari depanmu, yaitu orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang
Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih
banyak dan lebih kuat dari padamu, 2 dan TUHAN, Tuhan mu, telah menyerah-
kan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka
haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengada-
kan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka.
3 Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perem-
puan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak
perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; 4 sebab mereka
akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mere-
ka beribadah kepada Tuhan lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap
kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. 5 namun beginilah
kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu ro-
bohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala me-
reka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.
6 Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Tuhan mu; engkaulah yang
dipilih oleh TUHAN, Tuhan mu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk
menjadi umat kesayangan-Nya. 7 Bukan sebab lebih banyak jumlahmu dari
bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih
kamu – bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? – 8 namun
sebab TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah di-
ikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu
keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudak-
an, dari tangan Firaun, raja Mesir. 9 Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa
TUHAN, Tuhan mu, Dialah Tuhan , Tuhan yang setia, yang memegang perjanjian
dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang
pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan, 10 namun terhadap
diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan
dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang
membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan terhadap orang itu.
11 Jadi berpeganglah pada perintah, yaitu ketetapan dan peraturan yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan.”
I. Peringatan yang sangat keras melawan segala persahabatan dan
persekutuan dengan berhala-berhala dan para penyembah ber-
hala. Orang-orang yang dibawa ke dalam persekutuan dengan
Tuhan tidak boleh berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan kege-
lapan yang tidak ada gunanya. Hal-hal berikut ini diwajibkan
Kitab Ulangan 7:1-11
kepada mereka sebagai perintah untuk mencegah jerat yang seka-
rang ada di hadapan mereka.
1. Mereka tidak boleh mengasihani bangsa-bangsa itu (ay. 1-2).
Pekerjaan berdarah di sini ditugaskan kepada mereka, dan
sekalipun demikian itu yaitu pekerjaan Tuhan , pekerjaan yang
baik. Pekerjaan berdarah ini perlu dikerjakan, sebab seka-
ranglah tepat waktu dan tempatnya, sangat sesuai dan terhor-
mat.
(1) Tuhan di sini turun tangan untuk melakukan bagian-Nya. Di
sini dikatakan sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi,
bahwa Tuhan akan membawa mereka ke dalam tanah per-
janjian, bahwa Ia akan mengusir bangsa-bangsa yang ada
di hadapan mereka, yang sekarang merupakan penduduk
negeri itu. Tidak ada yang perlu diragukan lagi. Kuasa-Nya
tak dapat dilawan, dan sebab itu Ia dapat melakukannya.
Janji-Nya tak dapat dilanggar, dan sebab itu Ia akan me-
lakukannya. Nah,
[1] Bangsa-bangsa yang dipersembahkan bagi Israel ini
disebutkan dan dihitung di sini (ay. 1), semuanya ada
tujuh, dan tujuh banding satu yaitu selisih yang ba-
nyak. Bangsa-bangsa itu disebutkan secara khusus, su-
paya Israel mengetahui batas-batas tugas mereka. Sam-
pai di sini kekerasan mereka boleh datang, jangan le-
wat. Mereka juga tidak boleh, dengan menjadikan tugas
ini sebagai alasan, membunuh semua yang mengha-
lang-halangi jalan mereka. Tidak, di sinilah gelombang-
gelombangnya harus dihentikan. Pembatasan tugas
Israel sebatas pada bangsa-bangsa yang disebutkan di
sini jelas menyiratkan bahwa hal ini tidak boleh dijadi-
kan dasar untuk melakukan tindakan seperti ini di
masa-masa sesudahnya. Peristiwa ini tidak dapat di-
pakai untuk membenarkan hukum-hukum biadab yang
tidak mengenal ampun. Orang boleh setuju saja dengan
cara pengorbanan saat itu, sebab Tuhan sendiri yang
menetapkannya pada masa tatanan hukum waktu itu,
di mana ada begitu banyak binatang disembelih dan
dibakar sebagai korban. Namun, sekarang saat semua
korban penebusan sudah disempurnakan di dalam dan
digantikan oleh pendamaian agung yang diadakan oleh
darah Kristus, maka darah manusia mungkin sudah
menjadi lebih berharga dibandingkan sebelumnya. Dan
orang-orang yang memiliki kuasa terbesar sekalipun
tidak boleh menumpahkan darah dengan seenaknya.
[2] Bangsa-bangsa itu di sini diakui sebagai lebih besar dan
lebih kuat dibandingkan Israel. Mereka sudah lama berakar
di negeri ini, dan Israel datang ke sana sebagai orang
asing. Jumlah mereka jauh lebih banyak, dan orang-
orangnya pun jauh lebih besar dan lebih ahli dalam
berperang dibandingkan orang Israel. Namun semuanya ini
tidak akan mencegah mereka diusir dari hadapan Israel.
Kekuatan musuh-musuh Israel semakin mengagungkan
kuasa Tuhan bangsa Israel. Ia sungguh terlalu tangguh
bagi mereka.
(2) Tuhan melibatkan mereka untuk melakukan bagian mereka.
Engkau harus memukul mereka kalah, dan menumpas me-
reka sama sekali (ay. 2). Jika Tuhan mengusir mereka, maka
Israel tidak boleh membawa mereka masuk, sekalipun se-
bagai hanya penyewa lahan, atau pembayar upeti, atau se-
bagai hamba. Kovenan jenis apa pun tidak boleh dibuat
dengan mereka, dan tidak boleh mengasihani mereka. Per-
lakuan yang keras ini ditetapkan,
[1] Dengan maksud untuk memberi hukuman atas ke-
fasikan yang menjadi kesalahan mereka dan nenek mo-
yang mereka selama ini. Kedurjanaan orang Amori su-
dah penuh sekarang, dan semakin lama penuhnya se-
makin pedih pembalasannya, saat pembalasan itu
tiba pada akhirnya.
[2] Untuk mencegah kejahatan-kejahatan yang akan mere-
ka lakukan terhadap Israel milik Tuhan jika mereka di-
biarkan hidup. Bangsa-bangsa yang keji ini tidak boleh
bercampur-baur dengan keturunan yang kudus, supaya
jangan mereka merusakkannya. Lebih baik semua kehi-
dupan ini dilenyapkan dari muka bumi dibandingkan agama
dan penyembahan yang benar kepada Tuhan lenyap di
Israel. Demikianlah yang kita harus lakukan dengan
hawa nafsu kita yang berperang melawan jiwa kita.
Kitab Ulangan 7:1-11
Tuhan telah menyerahkan hawa nafsu itu ke tangan kita
melalui janji itu, kamu tidak akan dikuasai lagi oleh
dosa, kecuali kamu lalai. Jadi janganlah kita membuat
kovenan apa pun dengan hawa nafsu, atau mengasi-
haninya, namun haruslah kita mematikannya dan me-
nyalibkannya, dan menumpasnya sampai habis.
2. Mereka tidak boleh kawin dengan orang-orang dari bangsa-
bangsa itu yang luput dari pedang (ay. 3-4). Keluarga-keluarga
Kanaan sudah ada sejak dulu, dan ada kemungkinan bahwa
sebagian dari mereka dipandang sebagai keluarga terhormat.
Ini bisa menjadi godaan bagi orang-orang Israel, terutama yang
paling hina dalam suku-suku mereka, untuk mencoba men-
jalin persekutuan dengan bangsa-bangsa itu, untuk mengang-
kat derajat keturunan mereka. Terlebih lagi, pengenalan bangsa-
bangsa itu akan negeri itu dapat berguna bagi orang Israel
dalam memanfaatkan negeri itu. namun agama, dan takut akan
Tuhan , harus mengatasi semua pertimbangan ini. Inilah alasan
mengapa kawin campur dengan mereka tidak diperbolehkan,
sebab berbahaya. Hal inilah yang terbukti berakibat memati-
kan bagi dunia lama (Kej. 6:2), dan ribuan orang di dunia se-
karang ini telah hancur kehidupannya oleh sebab pernikahan
yang tidak berlandaskan agama dan Tuhan. Sebab dalam
kawin campur, ada lebih banyak alasan untuk takut bahwa
yang baik akan dirusakkan, dibandingkan untuk berharap bahwa
yang buruk akan dipertobatkan. Apa yang lalu terjadi
membuktikan betapa beralasannya peringatan ini: Mereka
akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku.
Salomo membayar mahal sebab kebodohannya dalam hal ini.
Kita mendapati pertobatan seluruh bangsa sebab dosa me-
ngawini istri-istri asing ini, dan perhatian yang diberikan
untuk mengadakan pembaharuan (Ezr. 9:1-15, 10; dan Neh.
13). Kita temukan juga sebuah peringatan dalam Perjanjian
Baru untuk tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang
dengan orang-orang yang tak percaya (2Kor. 6:14). Dalam
memilih pasangan hidup, kita perlu menimbang apakah peng-
akuan iman pasangan yang kita pilih, sebab kalau tidak, kita
tidak dapat banyak berharap akan mendapatkan penolong
yang sepadan bagi diri kita. Salah satu terjemahan dari Alkitab
bahasa Aram menambahkan di sini, sebagai alasan dari perin-
tah ini (ay. 3), sebab siapa yang menikah dengan penyembah
berhala, sebagai akibatnya menikah dengan berhala-berhala-
nya.
3. Mereka harus menghancurkan semua barang peninggalan dari
penyembahan berhala bangsa-bangsa itu (ay. 5). Mezbah-mez-
bah, tiang-tiang berhala, dan tugu-tugu berhala mereka, se-
muanya itu harus dihancurkan, baik dalam kemarahan yang
kudus terhadap penyembahan berhala maupun untuk men-
cegah orang lain terjangkiti olehnya. Perintah ini telah dibe-
rikan sebelumnya (Kel. 23:24; 34:13). Banyak pekerjaan baik
semacam ini dilakukan oleh umat Israel, dalam semangat
mereka yang penuh kesalehan (2Taw. 31:1), dan oleh Yosia
yang saleh (2Taw. 34:3, 7). Pembakaran kitab-kitab sihir (Kis.
19:19) bisa dibandingkan dengan semangat ini.
II. Di sini ada alasan-alasan yang sangat baik untuk menegaskan
peringatan ini.
1. Pilihan yang telah dibuat Tuhan atas bangsa ini sebagai milik-
Nya sendiri (ay. 6). Ada kovenan dan persekutuan yang terjalin
begitu rupa antara Tuhan dan Israel yang tidak ada antara Dia
dan bangsa lain mana pun di dunia. sebab itu, akankah
bangsa Israel sampai hati mau menghina Dia dengan me-
nyembah berhala, padahal Dia telah menghormati mereka se-
demikian rupa? Akankah mereka meremehkan Dia yang sudah
menunjukkan kebaikan-Nya seperti itu kepada mereka? Ma-
sakan mereka mau menempat