bilangan ulangan 17


 ka tidak pernah melupakannya: Ia membiarkan 

engkau melihat api-Nya yang besar. Satu kilatan petir, 

api dari langit itu, membuat kita ngeri sekaligus terka-

gum-kagum melihatnya. Dan beberapa orang meng-

amati bahwa sebagian besar makhluk ciptaan secara 

naluriah akan menghadapkan wajah mereka ke arah 

petir itu, seakan-akan siap menerima pengaruh-peng-

aruh yang ditimbulkannya. Akan namun , kalau begitu, 

alangkah menakutkannya api yang terus-menerus ber-

kobar dari langit! Api itu memberi  tanda akan hari 

penghakiman, saat  Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya 

di dalam api yang bernyala-nyala. Sama seperti Musa 

mengingatkan orang Israel akan apa yang mereka saksi-

kan, demikian pula ia memberi tahu mereka apa yang 

tidak mereka saksikan. Tidak ada suatu rupa yang 

dapat dijadikan acuan untuk menciptakan gagasan ten-

tang Tuhan  dalam khayalan mereka, atau untuk mem-

buat patung Tuhan  di bukit-bukit pengorbanan mereka. 

Melalui apa yang kita lihat dari Tuhan , kita diberi dasar 

yang cukup untuk mempercayai-Nya sebagai Wujud 

dengan kuasa dan kesempurnaan yang tiada terbatas, 

namun  kepada kita tidak diberi ruang untuk menduga 

bahwa Tuhan  memiliki tubuh seperti layaknya kita. 

[2] Apa yang mereka dengar di gunung Sinai (ay. 12): “Ber-

firmanlah TUHAN kepadamu dengan suara yang jelas, 

dalam bahasamu sendiri, dan engkau mendengarnya.” 

Musa membicarakan hal ini secara panjang lebar men-

jelang penutup khotbahnya (ay. 32-33, 36). Pertama, 

mereka mendengar suara Tuhan , yang berbicara dari 

langit. Tuhan  menyatakan diri-Nya kepada seluruh dunia 

dalam karya-karya ciptaan, tanpa kata atau bahasa, 

dan sekalipun begitu suara ciptaan-ciptaan itu ter-

dengar (Mzm. 19:2-4). namun  kepada Israel Ia membuat 

diri-Nya dikenal melalui kata dan bahasa, dengan ber-

sedia merendah dan memaklumi lemahnya keadaan je-

maat yang baru tumbuh. Inilah suara yang berseru-

seru: Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk 

TUHAN. Kedua, mereka mendengar suara Tuhan  dari 

tengah-tengah api, yang menunjukkan bahwa Tuhan  

sendirilah yang berbicara kepada mereka, sebab  siapa 

lagi yang dapat berdiam di tengah-tengah api yang 

menghanguskan? Tuhan  berbicara kepada Ayub dari 

dalam badai, dan ini menakutkan. namun  kepada Israel 

Tuhan  berbicara dari dalam api, dan ini lebih menakut-

kan. Beralasan bagi kita untuk bersyukur bahwa Ia ti-

dak berbicara kepada kita dengan cara demikian, me-

lainkan melalui manusia seperti kita sendiri, sehingga 

kita tidak usah ditimpa kegentaran (Ayb. 33:6-7). Ketiga, 

mereka mendengar suara Tuhan  dan sekalipun begitu 

tetap hidup (ay. 33). yaitu  suatu keajaiban belas 

kasihan bahwa api itu tidak menghanguskan mereka, 

atau bahwa mereka tidak mati ketakutan, saat  Musa 

sendiri gemetar. Keempat, tidak pernah ada bangsa lain 

yang mendengar hal serupa. Musa meminta mereka 

untuk bertanya tentang zaman dahulu dan tempat-

tempat yang jauh, maka mereka akan mendapati bahwa 

perkenanan Tuhan  terhadap Israel ini tiada duanya dan 

tiada bandingnya (ay. 32). Kehormatan luar biasa yang 

diberikan kepada mereka ini menuntut ketaatan luar 

biasa dari mereka. Sudah sewajarnya diharapkan bahwa 

Kitab Ulangan 4:1-40 

mereka harus berbuat lebih bagi Tuhan  dibandingkan  bangsa 

lain, sebab  Tuhan  telah berbuat jauh lebih banyak lagi 

bagi mereka. 

(6) Musa menegaskan penampakan-penampakan Tuhan  yang 

penuh rahmat bagi mereka, dengan membawa mereka ke-

luar dari Mesir, dari dapur pelaburan besi, di mana mereka 

bekerja keras di dalam api, dan membentuk mereka men-

jadi satu bangsa, lalu menerima mereka menjadi umat-Nya 

sendiri, umat milik-Nya sendiri (ay. 20). Hal ini disebutkan 

Musa berulang kali (ay. 34, 37-38). Tidak pernah Tuhan  ber-

buat hal seperti itu kepada bangsa lain. Berdirinya bangsa 

ini sangatlah berbeda dari berdirinya semua bangsa lain. 

[1] Mereka dibuat bermartabat dan dibedakan seperti itu, 

bukan sebab  apa pun dalam diri mereka yang mem-

buat mereka layak atau memikat hati, melainkan kare-

na Tuhan  berbaik hati kepada nenek moyang mereka: Ia 

memilih mereka. Lihatlah alasan yang mendasari anu-

gerah yang cuma-cuma. Kita tidak dikasihi oleh sebab  

diri kita sendiri, melainkan oleh sebab  Dia yang diberi 

kepercayaan untuk mengurus kovenan. 

[2] Mereka dibebaskan dari Mesir melalui berbagai mujizat 

dan tanda, dalam belas kasihan terhadap mereka dan 

dalam penghakiman atas orang Mesir. Terhadap orang 

Mesir Tuhan  mengacungkan tangan-Nya, yang dilam-

bangkan oleh Musa yang mengulurkan tangannya se-

waktu memanggil tulah-tulah.  

[3] Mereka dirancang untuk tinggal dengan bahagia di 

Kanaan (ay. 38). Bangsa-bangsa harus dihalau dari ha-

dapan mereka, untuk memberi  tempat bagi mereka, 

untuk menunjukkan betapa mereka jauh lebih disa-

yangi Tuhan  dibandingkan  bangsa-bangsa lain. Orang Mesir 

dan orang Kanaan harus sama-sama dikorbankan bagi 

kehormatan dan kepentingan Israel. Orang-orang yang 

menghalangi terang Israel, dan jalan Israel, akan men-

dapati bahwa mereka sendirilah yang menanggung aki-

batnya. 

(7) Musa menegaskan penampakan Tuhan  yang adil yang ka-

dang-kadang dilakukan-Nya untuk melawan bangsa Israel 

sebab  dosa mereka. Musa secara khusus menyebutkan 

perkara yang di Peor (ay. 3-4). Hal ini terjadi belum begitu 

lama. Mata mereka baru saja kemarin sore menyaksikan 

kebinasaan sesaat  yang menimpa orang-orang yang ber-

pasangan dengan Baal-Peor, dan terpeliharanya orang-

orang yang melekat kepada Tuhan. Dari peristiwa ini, 

mereka dapat dengan mudah menarik kesimpulan tentang 

bahaya murtad dari Tuhan  dan keuntungan dari berlaku 

setia kepada-Nya. Musa juga kembali memberi perhatian 

tentang murka Tuhan  terhadap dirinya: TUHAN menjadi 

murka terhadap aku oleh sebab  kamu (ay. 21-22). Musa 

menyebutkan hal ini untuk menguji ketulusan hati mereka, 

apakah mereka akan sungguh-sungguh bersusah hati ka-

rena telah menimbulkan prasangka yang sangat buruk 

terhadap sahabat dan pemimpin mereka yang setia. Pen-

deritaan-penderitaan yang dialami orang lain oleh sebab  

kita haruslah membuat kita lebih bersedih dibandingkan  pen-

deritaan kita sendiri. 

(8) Musa menegaskan keuntungan tertentu dari ketaatan. 

Alasan ini dimulainya dengan kalimat (ay. 1): Supaya kamu 

hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan 

kepadamu. Dan alasan ini ditutupnya dengan kalimat (ay. 

40): Supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu 

yang lalu . Ia mengingatkan mereka bahwa mereka 

harus tetap berperilaku baik, bahwa kesejahteraan mereka 

akan bergantung pada kesalehan mereka. jika  mereka 

berpegang kepada ketetapan-ketetapan Tuhan , maka Dia 

tidak diragukan lagi akan menggenapi janji-janji-Nya. 

(9) Musa menegaskan akibat-akibat yang mematikan dari ke-

murtadan mereka terhadap Tuhan , bahwa kemurtadan itu 

tidak diragukan lagi akan menjadi kehancuran bangsa 

mereka. Hal ini dibicarakan Musa secara panjang lebar (ay. 

25-31). Di sini, 

[1] Ia menubuatkan pemberontakan mereka terhadap Tuhan  

untuk menyembah berhala, bahwa seiring berjalannya 

waktu, saat  mereka telah tinggal lama di negeri itu, 

dan hidup dengan tenang, mereka akan berlaku busuk 

dengan membuat patung. Inilah dosa yang begitu merin-

tangi mereka (ay. 25). 

Kitab Ulangan 4:1-40 


[2] Musa menubuatkan penghakiman-penghakiman Tuhan  

atas mereka sebab  dosa ini: Pastilah kamu punah (ay. 

26), terserak di antara bangsa-bangsa (ay. 27). Dan dosa 

mereka harus dijadikan sebagai penghukuman mereka 

(ay. 28): “Di sana kamu akan beribadah kepada Tuhan , 

buatan tangan manusia, dan akan dipaksa untuk ber-

ibadah kepada para Tuhan  itu, suka atau tidak suka. 

Atau, sebab  kebodohan dan kebebalanmu sendiri, 

kamu tidak akan mendapatkan penolong-penolong yang 

lebih baik yang dapat kamu mohon dalam pembuang-

anmu.” Orang-orang yang meninggalkan kewajiban aga-

ma dalam kemakmuran mereka, tidak dapat mengha-

rapkan penghiburan-penghiburan darinya saat  mere-

ka dilanda kesusahan. Maka dari itu, sudah sewajarnya 

mereka diserahkan kepada para Tuhan  yang telah mereka 

abdi (Hak. 10:14). 

[3] Namun demikian, Musa mendorong mereka untuk ber-

harap bahwa Tuhan  akan menyediakan belas kasihan 

bagi mereka pada zaman akhir. Bahwa Dia, melalui 

penghakiman-penghakiman-Nya atas mereka, akan 

membuat mereka bertobat, dan membawa mereka kem-

bali ke dalam kovenan dengan diri-Nya (ay. 29-31). 

Amatilah di sini, pertama, bahwa di mana pun kita 

berada, kita dapat mencari TUHAN, Tuhan  kita, dari sana, 

meskipun itu begitu jauh dari negeri kita sendiri atau 

dari bait kudus-Nya. Tidak ada wilayah mana pun di 

bumi ini di mana terbentang jurang pemisah antara 

bumi dan sorga. Kedua, orang-orang, dan hanya mereka 

saja, yang mencari-Nya dengan segenap hati, akan me-

nemukan Tuhan  bagi penghiburan mereka. Yaitu, orang-

orang yang sepenuhnya berbakti kepada-Nya, setulus 

hati mendambakan perkenanan-Nya, dan berhasrat 

untuk memperoleh perkenanan itu. Ketiga, penderitaan-

penderitaan dikirimkan untuk menggugah dan mendo-

rong kita untuk datang kepada Tuhan , dan, melalui anu-

gerah Tuhan  yang bekerja bersama penderitaan-penderi-

taan itu, banyak orang dengan demikian disadarkan 

kembali. “jika  semuanya ini menimpa engkau di 

lalu  hari, diharapkan bahwa engkau akan kembali 

kepada TUHAN, Tuhan mu, sebab  engkau melihat apa 

yang terjadi jika orang berbalik dibandingkan -Nya,” lihat 

Daniel 9:11-12. Keempat, kesetiaan Tuhan  kepada kove-

nan-Nya mendorong kita untuk berharap bahwa Ia tidak 

akan menolak kita, meskipun kita terdorong untuk da-

tang kepada-Nya oleh penderitaan. Jika kita pada akhir-

nya mengingat kovenan kita dengan-Nya, kita akan men-

dapati bahwa Ia tidak melupakan kovenan itu.  

Sekarang biarlah semua alasan ini dibentangkan 

bersama-sama, lalu katakan apakah agama tidak me-

miliki akal budi yang mendukungnya. Tidak ada orang 

yang menolak pemerintahan Tuhan  mereka, selain orang-

orang yang terlebih dahulu meninggalkan akal sehat 

manusia. 

Nasihat dan Anjuran  

(4:41-49) 

41 Lalu Musa mengkhususkan tiga kota di seberang sungai Yordan, di sebelah 

timur, 42 supaya orang yang membunuh sesamanya manusia dengan tidak 

sengaja dan dengan tidak memusuhinya lebih dahulu, dapat melarikan diri 

ke sana, sehingga ia, jika  melarikan diri ke salah satu kota itu, dapat 

tetap hidup. 43 Kota-kota itu yaitu : Bezer di padang gurun, di daerah datar-

an tinggi, untuk orang Ruben; Ramot di Gilead untuk orang Gad dan Golan 

di Basan untuk orang Manasye. 44 Inilah hukum Taurat yang dipaparkan 

Musa kepada orang Israel. 45 Inilah peringatan, ketetapan dan peraturan, 

yang dikatakan Musa kepada orang Israel, dalam perjalanan mereka keluar 

dari Mesir, 46 di seberang sungai Yordan, di lembah di tentangan Bet-Peor, di 

negeri Sihon, raja orang Amori, yang diam di Hesybon, yang dipukul kalah 

oleh Musa dan orang Israel dalam perjalanan mereka keluar dari Mesir.  

47 Negerinya diduduki mereka, dan juga negeri Og, raja negeri Basan: kedua-

duanya raja orang Amori, yang diam di seberang sungai Yordan, di sebelah 

timur, 48 mulai dari Aroer, di tepi sungai Arnon, sampai gunung Siryon – itu-

lah gunung Hermon – 49 serta seluruh dataran di seberang sungai Yordan, di 

sebelah timur, sampai Laut Araba, di kaki lereng gunung Pisga. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

1. Penetapan kota-kota perlindungan di seberang sungai Yordan di 

mana Israel sedang berkemah sekarang. Tiga kota ditetapkan 

untuk tujuan itu, satu kota di daerah orang Ruben, satu lagi di 

daerah orang Gad, dan satu lagi di daerah orang Manasye yang 

setengah itu (ay. 41-43). Musa melakukan apa yang dapat dilaku-

kannya untuk bangsa itu saat  ia masih ada bersama-sama 

dengan mereka, untuk memberi  teladan bagi para pemimpin

Kitab Ulangan 4:41-49 

yang telah ditentukan agar mereka dapat mematuhi ketetapan-

ketetapan itu dengan lebih baik Sesudah  ia tiada. 

2. Pengantar bagi khotbah lain yang disampaikan Musa kepada 

Israel, yang akan kita dapati dalam pasal-pasal berikutnya. Ada 

kemungkinan bahwa khotbah itu disampaikan pada hari Sabat 

berikutnya, saat  jemaat hadir untuk menerima pengajaran. 

Musa secara umum telah menasihati mereka untuk taat dalam 

pasal sebelumnya. Di sini, ia mengulangi hukum yang harus me-

reka laksanakan, sebab  ia menuntut ketaatan yang sepenuhnya, 

namun  bukan ketaatan yang mutlak. Bagaimana kita dapat 

melakukan kewajiban kita jika kita tidak mengetahuinya? Oleh 

sebab  itu, di sini Musa memaparkan hukum itu di hadapan 

mereka sebagai pedoman yang harus mereka pegang dalam ber-

tindak, dan jalan yang harus mereka tempuh. Ia memaparkannya 

di hadapan mereka seperti cermin yang di dalamnya mereka akan 

melihat wajah mereka yang sebetulnya , sehingga, dengan me-

neliti hukum yang sempurna ini, yaitu hukum yang memerdeka-

kan orang, mereka dapat bertekun di dalamnya. Inilah peringatan, 

ketetapan dan peraturan, yaitu  hukum moral, hukum upacara 

ibadah, dan hukum pengadilan, yang telah ditetapkan sebelum-

nya, saat  Israel baru saja keluar dari Mesir, dan yang sekarang 

diulangi, di seberang sungai Yordan (ay. 44-46). Tempat di mana 

Musa memberi  kepada mereka hukum-hukum yang berlaku 

ini digambarkan secara terperinci di sini. 

(1) Tempat itu berada di lembah di tentangan Bet-Peor, kuil ber-

hala orang Moab, yang mungkin sesekali dipandang Musa, de-

ngan peringatan khusus terhadap bangsa Israel supaya tidak 

tertular oleh tempat itu dan tempat-tempat lain semacamnya 

yang berbahaya. 

(2) Tempat itu berada di wilayah-wilayah yang baru mereka tak-

lukkan, tepat di negeri yang telah mereka rampas dari tangan 

Sihon dan Og, dan yang sekarang benar-benar mereka duduki 

(ay. 47). Dalam hal ini, kemenangan-kemenangan yang telah 

mereka peroleh pada saat ini merupakan alasan yang kuat 

bagi mereka untuk taat.   

 

 

 

 

 

PASAL  5  

alam pasal ini kita mendapati cetakan kedua dari sepuluh 

perintah Tuhan :  

I. Maksud dari sepuluh perintah itu secara umum. Sepuluh 

perintah itu dituangkan dalam bentuk kovenan antara Tuhan  

dan Israel (ay. 1-5).  

II. Perintah-perintah itu diulangi satu per satu (ay. 6-21), beser-

ta penyampaiannya secara dua kali lipat, baik melalui per-

kataan maupun tulisan (ay. 22).  

III. Ditetapkannya hubungan antara Tuhan  dan Israel mulai saat 

itu, melalui perantaraan dan pelayanan Musa. 

1. yaitu  permohonan Israel yang penuh kerendahan hati 

bahwa demikianlah yang dikehendaki (ay. 23-27).  

2. yaitu  pemberian Tuhan  yang penuh rahmat bahwa demi-

kianlah yang harus terjadi (ay. 28-31).  

Dan dari sini Musa menyimpulkan kewajiban yang mengikat 

Israel untuk berlaku taat (ay. 32-33).  

Sepuluh Perintah Tuhan  Diulangi 

(5:1-5) 

1 Musa memanggil seluruh orang Israel berkumpul dan berkata kepada 

mereka: “Dengarlah, hai orang Israel, ketetapan dan peraturan, yang pada 

hari ini kuperdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan mela-

kukannya dengan setia. 2 TUHAN, Tuhan  kita, telah mengikat perjanjian de-

ngan kita di Horeb. 3 Bukan dengan nenek moyang kita TUHAN mengikat 

perjanjian itu, namun  dengan kita, kita yang ada di sini pada hari ini, kita 

semuanya yang masih hidup. 4 TUHAN telah bicara dengan berhadapan 

muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api – 5 aku pada waktu 

itu berdiri antara TUHAN dan kamu untuk memberitahukan firman TUHAN 

kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik ke gunung – 

dan Ia berfirman: 

Dalam perikop ini:  

1. Musa menghimpun seluruh jemaat. Ia memanggil seluruh orang 

Israel. Bukan hanya para tua-tua, melainkan kemungkinan besar, 

sebanyak mungkin orang yang bisa datang Sesudah  mendengar 

panggilan itu (ay. 1). Yang terbesar dari mereka tidak berada di 

atas perintah Tuhan , tidak pula yang paling hina dari mereka 

berada di luar pengawasan-Nya. namun  mereka semua wajib 

datang.  

2. Musa menuntut perhatian: “Dengarlah, hai orang Israel. Dengar-

lah dan simaklah, dengarlah dan ingatlah, dengarlah, supaya 

kamu mempelajarinya dan melakukannya dengan setia. Sebab 

jika tidak, maka tidak ada gunanya engkau mendengar.” Pada 

waktu kita mendengarkan firman Tuhan , kita harus menetapkan 

hati untuk mempelajarinya, supaya firman itu siap sedia bagi kita 

dalam segala kesempatan. Dan apa yang telah kita pelajari harus-

lah kita lakukan, sebab itulah tujuan dari mendengar dan belajar. 

Bukan untuk memenuhi kepala kita dengan berbagai gagasan, 

atau mulut kita dengan ucapan, melainkan untuk meluruskan 

dan membimbing perasaan dan perilaku kita.  

3. Musa mengarahkan mereka pada kovenan yang telah dibuat 

dengan mereka di Horeb, sebagai pedoman yang harus mereka 

pegang untuk mengatur hidup mereka. Lihatlah tindakan rendah 

hati yang menakjubkan dari anugerah ilahi dalam mengubah 

perintah itu menjadi sebuah kovenan, supaya kita dapat lebih 

terikat untuk berlaku taat atas persetujuan kita sendiri, dan 

semakin dikuatkan di dalamnya oleh janji ilahi. Baik persetujuan 

kita sendiri maupun janji ilahi ini diandaikan dalam perjanjian 

itu. Berbagai janji dan ancaman yang digabungkan ke dalam 

beberapa perintah itu, seperti perintah kedua, ketiga, dan kelima, 

menjadikannya sama saja dengan kovenan. Amatilah:  

(1) Pihak-pihak yang terkait dalam kovenan ini. Tuhan   mengikat 

kovenan itu, bukan dengan nenek moyang kita, bukan dengan 

Abraham, Ishak, dan Yakub. Kepada mereka Tuhan  memberi-

kan perjanjian sunat (Kis. 7:8), namun  bukan perjanjian se-

puluh perintah. Terang wahyu ilahi bersinar secara perlahan-

lahan, dan keturunan yang datang lalu  dibuat tahu

Kitab Ulangan 5:6-22 

 lebih banyak tentang pikiran Tuhan  dibandingkan  yang diketahui 

oleh nenek moyang mereka. “Kovenan itu dibuat dengan kita, 

atau dengan leluhur dekat kita yang mewakili kita, di depan 

gunung Sinai,  dan disepakati bagi kita.”  

(2) Diumumkannya perjanjian ini. Tuhan  sendiri, seperti yang tam-

pak dalam penggambarannya, membacakan butir-butir perjan-

jian itu kepada mereka (ay. 4): Ia telah bicara dengan berha-

dapan muka dengan kamu. Berbicara kata demi kata, demikian 

dalam terjemahan bahasa Aram. Bukan dalam penglihatan di 

malam hari, seperti dulu Ia berbicara kepada para bapak 

leluhur (Ayb. 4:12-13), melainkan secara terang-terangan dan 

jelas, supaya segenap ribuan orang Israel dapat mendengar 

dan mengerti. Tuhan  berbicara kepada mereka, lalu menerima 

jawaban yang mereka berikan kepada-Nya. Dengan demikian 

perjanjian itu disepakati dengan berhadapan muka.  

(3) Pengantara dari kovenan itu: Musa berdiri antara TUHAN dan 

mereka, di kaki gunung (ay. 5), dan membawa pesan-pesan di 

antara mereka, baik untuk mempersiapkan hal-hal yang men-

dahului kovenan itu (Kel. 19), maupun untuk mengurus masa-

lah-masalah pengesahannya (Kel. 24). Dalam hal ini Musa 

yaitu  perlambang akan Kristus, yang menjadi pengantara an-

tara Tuhan  dan manusia, untuk memberitahukan firman Tuhan  

kepada kita, seorang wasit yang terberkati, yang telah meme-

gang kita berdua, supaya kita dapat mendengar dari Tuhan  dan 

berbicara kepada-Nya tanpa gemetar.  

Sepuluh Perintah Tuhan  Diulangi  

(5:6-22)  

6 Akulah TUHAN, Tuhan mu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, 

dari tempat perbudakan. 7 Jangan ada padamu Tuhan  lain di hadapan-Ku.  

8 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di 

langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di 

bawah bumi. 9 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepada-

nya, sebab Aku, TUHAN Tuhan mu, yaitu  Tuhan  yang cemburu, yang memba-

laskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan kepada keturunan yang 

ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, 10 namun  Aku me-

nunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang menga-

sihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. 11 Jangan menyebut 

nama TUHAN, Tuhan mu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan meman-

dang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.  

12 Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan ke-

padamu oleh TUHAN, Tuhan mu. 13 Enam hari lamanya engkau akan bekerja 

dan melakukan segala pekerjaanmu, 14 namun  hari ketujuh yaitu  hari Sabat 

TUHAN, Tuhan mu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau 

anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau 

hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang 

mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu 

laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. 15 Sebab 

haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan 

engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Tuhan mu dengan tangan yang 

kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Tuhan mu, memerin-

tahkan engkau merayakan hari Sabat. 16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, 

seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Tuhan mu, supaya lanjut 

umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN, Tuhan mu, ke-

padamu. 17 Jangan membunuh. 18 Jangan berzinah. 19 Jangan mencuri.  

20 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. 21 Jangan meng-

ingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladang-

nya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, 

atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu. 22 Firman itulah 

yang diucapkan TUHAN kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di 

gunung, dari tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambah-

kan-Nya apa-apa lagi. Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, lalu di-

berikan-Nya kepadaku.”  

Dalam perikop ini ada pengulangan sepuluh perintah Tuhan , yang di 

dalamnya amatilah,  

1. Walaupun sudah disampaikan dan dituliskan sebelumnya, na-

mun sepuluh perintah itu diulangi lagi. Sebab harus diberikan 

perintah demi perintah, dan ajaran demi ajaran, maka cukuplah 

itu untuk menyimpan firman Tuhan  dalam pikiran kita dan meles-

tarikan serta memperbaharui kesan-kesan yang ditimbulkannya. 

Hal-hal yang sama perlu sering-sering ditanamkan ke dalam diri 

kita. Lihat Filipi 3:1b.  

2. Ada sedikit banyak perbedaan di sini dari apa yang tercatat sebe-

lumnya (Kel. 20), sama seperti yang ada antara Doa Bapa Kami 

yang tercatat dalam Matius 6 dan yang tercatat dalam Lukas 11. 

Dalam kedua-duanya, lebih penting bagi kita untuk mengikatkan 

diri kepada pesan-pesan yang terkandung di dalamnya dibandingkan  

kepada kata-katanya secara sama persis.  

3. Perbedaan paling besar ada dalam perintah keempat. Dalam 

Keluaran 20, alasan yang ditambahkan bersumber dari pencipta-

an dunia. Di sini alasan itu bersumber dari pembebasan bangsa 

Israel dari Mesir, sebab pembebasan itu merupakan perlambang 

dari penebusan kita oleh Yesus Kristus, yang untuk memperi-

ngatinya Sabat Kristen harus dipelihara: Sebab haruslah kauingat, 

bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir, dan engkau 

dibawa keluar oleh Tuhan mu (ay. 15). Oleh sebab  itu,  

Kitab Ulangan 5:6-22 

(1) “Sudah sepantasnya hamba-hambamu mendapat kebaikan 

dengan beristirahat pada hari Sabat. Sebab engkau tahu betul 

hati seorang hamba, dan betapa ditunggu-tunggunya istirahat 

satu hari Sesudah  bekerja enam hari.”  

(2) “Sudah sepantasnya Tuhan mu dihormati dengan kegiatan pada 

hari Sabat, dan ibadah-ibadah yang dilakukan pada hari itu, 

mengingat perkara-perkara besar yang telah diperbuat-Nya 

bagi kamu.” Dalam kebangkitan Kristus, kita dibawa masuk ke 

dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Tuhan , dengan ta-

ngan yang kuat dan lengan yang teracung. Oleh sebab  itu, 

berdasar  hukum Injil, kita diarahkan untuk memelihara 

hari pertama setiap minggu, untuk mengingat karya yang 

mulia dari kuasa dan anugerah itu.  

4. Ditambahkan dalam perintah kelima, supaya baik keadaan-

mu. Tambahan itu dikutip oleh Rasul Paulus, dan ditempatkan 

pertama-tama (Ef. 6:3), supaya kamu berbahagia dan panjang 

umurmu di bumi. Kalaupun ada sebagian orang yang sangat patuh 

kepada orangtua mereka, namun mereka tidak berumur panjang 

di bumi, kita dapat menyelaraskannya dengan janji itu melalui 

penjelasan berikut ini. Apakah mereka berumur panjang atau 

tidak, keadaan mereka akan baik-baik saja, entah di dunia ini 

atau di dunia yang lebih baik. Lihat Pengkhotbah 8:12.  

5. Lima perintah yang terakhir dihubungkan atau digabungkan 

bersama-sama, yang tidak demikian halnya dalam Kitab Keluar-

an: Jangan berzinah, jangan mencuri, dan seterusnya, yang menyi-

ratkan bahwa perintah-perintah Tuhan  itu terkait satu sama lain. 

Wewenang yang sama yang mewajibkan kita kepada perintah yang 

satu, juga mewajibkan kita kepada perintah yang lain. Dan kita 

tidak boleh pilih-pilih dalam hukum itu, namun  harus menghor-

mati semua perintah Tuhan , sebab barangsiapa mengabaikan satu 

bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (Yak. 2:10-

11).  

6. Bahwa perintah-perintah ini diberikan dengan kekhidmatan yang 

penuh kengerian (ay. 22).  

(1) Perintah-perintah itu diucapkan dengan suara nyaring dari 

tengah-tengah api, awan dan kegelapan. Itu yaitu  masa dis-

pensasi yang penuh kengerian, yang dirancang untuk mem-

buat Injil anugerah lebih disambut, dan untuk menjadi contoh 

dari kengerian-kengerian pada hari penghakiman (Mzm. 50:3-

4).  

(2) Tidak ditambahkan-Nya apa-apa lagi. Hukum-hukum lain yang 

diberikan-Nya kepada mereka disampaikan melalui Musa, 

namun  tidak ada hukum lain yang diucapkan dengan cara yang 

sama seperti sepuluh perintah. Tidak ditambahkan-Nya apa-

apa lagi, oleh sebab  itu kita tidak boleh menambahkan apa-

apa: Taurat Tuhan itu sempurna.  

(3) Ditulis-Nya semuanya pada dua loh batu, supaya terjaga dari 

kerusakan, dan dapat diteruskan secara murni dan utuh ke-

pada keturunan yang akan datang, sebagai para pengguna 

yang diniatkan, dan juga bagi angkatan sekarang. sebab  se-

puluh perintah ini merupakan pokok-pokok kovenan, maka 

peti tempat menyimpan loh-loh batu tertulis itu disebut tabut 

perjanjian. Lihat Wahyu 11:19. 

Sepuluh Perintah Tuhan  Diulangi  

(5:23-33) 

23 “saat  kamu mendengar suara itu dari tengah-tengah gelap gulita, semen-

tara gunung itu menyala, maka kamu, yaitu  semua kepala sukumu dan para 

tua-tuamu, mendekati aku, 24 dan berkata: sebetulnya , TUHAN, Tuhan  

kita, telah memperlihatkan kepada kita kemuliaan dan kebesaran-Nya, dan 

suara-Nya telah kita dengar dari tengah-tengah api. Pada hari ini telah kami 

lihat, bahwa Tuhan  berbicara dengan manusia dan manusia itu tetap hidup.  

25 namun  sekarang, mengapa kami harus mati? Sebab api yang besar ini akan 

menghanguskan kami. jika  kami lebih lama lagi mendengar suara 

TUHAN, Tuhan  kita, kami akan mati. 26 Sebab makhluk manakah yang telah 

mendengar suara dari Tuhan  yang hidup yang berbicara dari tengah-tengah 

api, seperti kami dan tetap hidup? 27 Mendekatlah engkau dan dengarkanlah 

segala yang difirmankan TUHAN, Tuhan  kita, dan engkaulah yang mengatakan 

kepada kami segala yang difirmankan kepadamu oleh TUHAN, Tuhan  kita, 

maka kami akan mendengar dan melakukannya. 28 saat  TUHAN men-

dengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka ber-

firmanlah TUHAN kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang di-

katakan mereka kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik. 29 Kira-

nya hati mereka selalu begitu, yaitu  takut akan Daku dan berpegang pada 

segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka 

untuk selama-lamanya! 30 Pergilah, katakanlah kepada mereka: Kembalilah 

ke kemahmu. 31 namun  engkau, berdirilah di sini bersama-sama dengan Aku, 

maka Aku hendak mengatakan kepadamu segenap perintah, yaitu  ketetapan 

dan peraturan, yang harus kauajarkan kepada mereka, supaya mereka mela-

kukannya di negeri yang Kuberikan kepada mereka untuk dimiliki. 32 Maka 

lakukanlah semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepada-

mu oleh TUHAN, Tuhan mu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri.  

33 Segenap jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Tuhan mu,

Kitab Ulangan 5:23-33 

haruslah kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut 

umurmu di negeri yang akan kamu duduki.” 

Dalam perikop ini:  

I. Musa mengingatkan mereka akan kesepakatan dari kedua belah 

pihak yang sedang berunding sekarang, melalui perantaraannya.  

1. Di sini ada kecemasan yang meliputi umat sebab  kengerian 

luar biasa yang mengiringi pemberian hukum itu. Mereka 

mengaku bahwa mereka sudah tidak tahan lagi: “Api yang 

besar ini akan menghanguskan kami. Suara yang mengerikan 

ini akan mematikan bagi kami. Kami pasti akan mati jika 

mendengar suara itu lebih lama lagi” (ay. 25). Mereka heran 

bahwa mereka masih belum mati rebah oleh api itu, dan 

menganggap sebagai tindakan yang luar biasa dari kuasa dan 

kebaikan ilahi, bukan hanya bahwa mereka diajak bicara 

seperti itu, melainkan juga bahwa mereka dimampukan untuk 

menanggungnya. Sebab makhluk manakah yang telah men-

dengar suara dari Tuhan  yang hidup yang berbicara dari tengah-

tengah api, seperti kami dan tetap hidup? Penampakan-penam-

pakan Tuhan  selalu mengerikan bagi manusia, sejak kejatuhan 

manusia ke dalam dosa. namun  Kristus, sebab  telah mengha-

pus dosa, mengundang kita untuk menghampiri takhta anuge-

rah dengan penuh keberanian. 

2. Permohonan mereka yang sungguh-sungguh agar Tuhan  selan-

jutnya berbicara kepada mereka melalui Musa, dengan janji 

bahwa mereka akan mendengarkan apa yang dikatakan Musa 

seolah-olah itu dari Tuhan  sendiri, dan akan melakukannya (ay. 

27). Tampak melalui hal ini,  

(1) Bahwa mereka berharap untuk menerima perintah-perin-

tah lebih lanjut dari Tuhan  dan bersedia untuk mendengar 

lebih banyak dari-Nya.  

(2) Bahwa mereka berpikir Musa akan sanggup menanggung 

penyingkapan-penyingkapan dari kemuliaan ilahi itu, se-

mentara mereka, oleh sebab  rasa bersalah, sadar akan keti-

dakmampuan mereka untuk berdiri teguh menghadapinya. 

Mereka meyakini bahwa Musa yaitu  orang kesayangan 

Sorga, dan juga seorang yang akan setia kepada mereka. 

Namun demikian, di waktu lain mereka bersungut-sungut 

kepadanya, dan tidak begitu lama sebelum ini mereka siap 

merajamnya dengan batu (Kel. 17:4). Lihatlah betapa ke-

insafan orang akan kesalahan yang telah mereka perbuat, 

meredakan amarah orang itu.  

(3) Bahwa mereka sekarang sedang berpikiran baik, disadar-

kan betul-betul oleh firman yang telah mereka dengar. 

Banyak orang yang hati nuraninya dikejutkan oleh hukum, 

sebab mereka tidak memurnikan hati nurani mereka itu. 

Janji-janji manis diperas dari hati nurani mereka, namun  

tidak ada dasar pegangan yang baik yang tertanam dan 

berakar di dalamnya. 

3. Persetujuan Tuhan  terhadap permohonan mereka.  

(1) Ia memuji apa yang mereka katakan (ay. 28). Mereka me-

ngatakannya kepada Musa, namun  Tuhan  memperhatikan-

nya. Sebab tidak ada satu kata pun dalam mulut kita yang 

tidak diketahui Tuhan . Ia mengakui, bahwa segala yang 

dikatakan mereka itu baik. Pengakuan mereka akan kebu-

tuhan untuk memiliki  seorang pengantara untuk mena-

ngani perkara antara mereka dan Tuhan  itu dikatakan 

dengan baik. Keinginan mereka untuk menerima petunjuk-

petunjuk lebih lanjut dari Tuhan  melalui Musa, dan janji 

mereka untuk mematuhi petunjuk-petunjuk yang akan 

diberikan kepada mereka, juga dikatakan dengan baik. Dan 

apa yang dikatakan dengan baik akan memperoleh pujian 

dari Tuhan , dan seharusnya demikian juga dari kita. Apa 

yang baik, sejauh itu baik, hendaklah diberi pujian.  

(2) Tuhan  berharap kiranya mereka tulus dalam apa yang mere-

ka katakan itu: Kiranya hati mereka selalu begitu! (ay. 29).  

[1] Hati yang seharusnya mereka miliki, hati yang takut 

akan Tuhan , dan berpegang pada perintah-perintah-Nya 

untuk selamanya. Perhatikanlah, Tuhan  di sorga benar-

benar dan sungguh-sungguh menginginkan kesejah-

teraan dan keselamatan orang-orang berdosa yang ma-

lang. Ia telah memberi  bukti yang berlimpah bahwa 

Ia menginginkan hal yang demikian. Ia memberi kita 

waktu dan tempat untuk bertobat, memanggil kita un-

tuk bertobat melalui belas kasih-Nya, dan menanti-nan-

tikan saat untuk menunjukkan rahmat-Nya. Ia telah 

Kitab Ulangan 5:23-33 

mengutus Anak-Nya untuk menebus kita, menyampai-

kan tawaran pengampunan dan hidup kepada semua 

orang, menjanjikan Roh-Nya kepada orang-orang yang 

meminta-Nya, dan telah berkata serta berjanji bahwa Ia 

tidak berkenan pada kebinasaan orang-orang berdosa.  

[2] Hati yang mereka miliki sekarang ini, atau yang me-

mang selalu mereka miliki, demikian orang akan ber-

pikir. Perhatikanlah, alangkah baiknya jika dalam diri 

banyak orang selalu ada hati seperti yang tampak ada 

pada waktu-waktu tertentu, saat  mereka disadarkan 

akan dosa mereka, atau berada di bawah teguran-

teguran Penyelanggara ilahi atau saat  mereka me-

natap maut di depan mata: Betapa mereka akan me-

ngeluh saat  kesakitan ini menimpa mereka! Oh, kira-

nya hati mereka selalu begitu!  

(3) Tuhan  menunjuk Musa untuk menjadi utusan-Nya kepada 

mereka, untuk menerima hukum dari mulut-Nya, dan 

menyampaikannya kepada mereka (ay. 31). Di sini perkara 

itu diselesaikan atas persetujuan dari kedua belah pihak, 

bahwa Tuhan  untuk seterusnya akan berbicara kepada kita 

melalui orang-orang seperti kita, melalui Musa dan para 

nabi, melalui para rasul dan para penginjil. Dan, jika kita 

tidak mempercayai orang-orang ini, maka kita tidak akan 

diyakinkan sekalipun Tuhan  berbicara kepada kita seperti Ia 

berbicara kepada Israel di gunung Sinai, atau mengirimkan 

para utusan dari sorga atau neraka. 

II. berdasar  semuanya ini, Musa menyimpulkan sebuah pesan 

kepada mereka untuk mematuhi dan melakukan semua yang 

telah diperintahkan Tuhan  kepada mereka (ay. 32-33). Tuhan  telah 

menunjukkan diri-Nya begitu lembut kepada mereka, dan begitu 

bersedia untuk memaklumi keadaan mereka dan memenuhi apa 

yang mereka inginkan, dan bersamaan dengan itu begitu siap 

untuk memakai mereka dengan sebaik-baiknya. Mereka sendiri 

menginginkan Musa menjadi guru mereka, yang sekarang sedang 

mengajar mereka. Mereka telah berjanji dengan begitu khidmat, 

dengan menimbang begitu banyak kepentingan dan pertimbangan 

yang baik, bahwa mereka akan mendengarkan dan melakukan 

segala perintah Tuhan . Melihat semuanya itu, Musa berpesan 

kepada mereka untuk berjalan di segenap jalan yang diperintah-

kan Tuhan  kepada mereka, dengan menyakinkan mereka bahwa 

mereka sendirilah yang akan sangat beruntung jika berbuat demi-

kian. Satu-satunya jalan untuk menjadi bahagia yaitu  dengan 

menjadi kudus. Katakanlah, berbahagia orang benar!  

 

 

 

 

 

PASAL  6  

alam pasal ini Musa masih melanjutkan pesannya kepada orang 

Israel, untuk memastikan agar mereka tetap memelihara agama 

mereka di Kanaan. Pasal ini hampir sama dengan pasal 4.  

I. Musa membuka pasal ini dengan ajakan untuk taat (ay. 1-3). 

II. Musa meletakkan dasar-dasar pegangan yang kokoh untuk 

berlaku taat. Kebenaran pertama yang harus dipercayai, bah-

wa Tuhan itu esa (ay. 4), dan kewajiban pertama yang harus di-

lakukan, yaitu mengasihi Dia dengan segenap hati kita (ay. 5). 

III. Musa menetapkan sarana-sarana untuk memelihara agama 

(ay. 6-9). 

IV. Musa memperingatkan mereka terhadap hal-hal yang akan 

menghancurkan agama, yaitu penyalahgunaan kelimpahan 

(ay. 10-12), dan kecenderungan pada penyembahan berhala 

(ay. 14-15), serta memberi mereka beberapa perintah yang 

bersifat umum (ay. 13, 16-18). 

V. Musa memberi mereka petunjuk tentang perintah-perintah 

yang harus mereka berikan kepada anak-anak mereka (ay. 

20, dst.).  

Intisari Agama 

(6:1-3) 

1 “Inilah perintah, yaitu  ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan kepada-

mu atas perintah TUHAN, Tuhan mu, untuk dilakukan di negeri, ke mana 

kamu pergi untuk mendudukinya,  2 supaya seumur hidupmu engkau dan 

anak cucumu takut akan TUHAN, Tuhan mu, dan berpegang pada segala kete-

tapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya lanjut 

umurmu. 3 Maka dengarlah, hai orang Israel! Lakukanlah itu dengan setia, 

supaya baik keadaanmu, dan supaya kamu menjadi sangat banyak, seperti 

yang dijanjikan TUHAN, Tuhan  nenek moyangmu, kepadamu di suatu negeri 

yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 

Amatilah di sini, 

1. Bahwa Musa mengajar umat Israel segala hal, dan hanya hal-hal, 

yang diperintahkan Tuhan  kepadanya untuk diajarkan kepada 

mereka (ay. 1). Demikian pula hamba-hamba Kristus harus meng-

ajar jemaat-jemaat-Nya segala sesuatu yang telah diperintahkan-

Nya, tidak lebih dan tidak kurang (Mat. 28:20). 

2. Bahwa tujuan mereka diajar yaitu  supaya mereka dapat mela-

kukan seperti yang diajarkan kepada mereka (ay. 1), dapat ber-

pegang pada segala ketetapan Tuhan  (ay. 2), dan melakukannya 

dengan setia (ay. 3). Ajaran-ajaran yang baik dari orangtua dan 

hamba-hamba Tuhan hanya akan memperberat hukuman kita, 

jika kita tidak hidup sesuai dengan yang diajarkan. 

3. Bahwa Musa berusaha dengan sepenuh hati untuk membuat 

mereka melekat kepada Tuhan  dan hidup yang saleh, mengingat 

sekarang mereka akan memasuki tanah Kanaan, supaya mereka 

siap menikmati penghiburan-penghiburan dari negeri itu, dan di-

bentengi dari jerat-jeratnya. Dan supaya, sebab  sekarang mereka 

mulai menapaki kehidupan di dunia, mereka dapat berjalan 

dengan baik. 

4. Bahwa takut akan Tuhan  di dalam hati akan menjadi dasar pe-

gangan yang paling kuat untuk berlaku taat: Supaya engkau takut 

akan TUHAN, Tuhan mu, dan berpegang pada segala ketetapan-Nya 

(ay. 2). 

5. Pewarisan agama dalam keluarga, atau negeri, yaitu  pewarisan 

yang terbaik. Sudah menjadi keinginan kita yang besar bahwa 

bukan hanya kita, melainkan juga anak-anak kita, dan cucu-cicit 

kita, takut akan Tuhan.  

6. Agama dan kebajikan mengangkat dan menjamin kesejahteraan 

bangsa mana saja. Takutlah akan Tuhan , maka akan baik keada-

anmu. Orang-orang yang diajar dengan baik, jika mereka melaku-

kan apa yang diajarkan kepada mereka, akan terpenuhi kebutuh-

an makanannya dengan baik pula, seperti orang Israel di suatu 

negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya (ay. 3). 

 

Kitab Ulangan 6:4-16 


Peringatan dan Perintah 

(6:4-16) 

4 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Tuhan  kita, TUHAN itu esa! 5 Kasihi-

lah TUHAN, Tuhan mu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu 

dan dengan segenap kekuatanmu. 6 Apa yang kuperintahkan kepadamu pada 

hari ini haruslah engkau perhatikan, 7 haruslah engkau mengajarkannya 

berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya jika  engkau 

duduk di rumahmu, jika  engkau sedang dalam perjalanan, jika  eng-

kau berbaring dan jika  engkau bangun. 8 Haruslah juga engkau meng-

ikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang 

di dahimu, 9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumah-

mu dan pada pintu gerbangmu. 10 Maka jika  TUHAN, Tuhan mu, telah 

membawa engkau masuk ke negeri yang dijanjikan-Nya dengan sumpah 

kepada nenek moyangmu, yaitu  Abraham, Ishak dan Yakub, untuk mem-

berikannya kepadamu – kota-kota yang besar dan baik, yang tidak kaudiri-

kan; 11 rumah-rumah, penuh berisi berbagai-bagai barang baik, yang tidak 

kauisi; sumur-sumur yang tidak kaugali; kebun-kebun anggur dan kebun-

kebun zaitun, yang tidak kautanami – dan jika  engkau sudah makan dan 

menjadi kenyang, 12 maka berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan 

TUHAN, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir, dari rumah 

perbudakan. 13 Engkau harus takut akan TUHAN, Tuhan mu; kepada Dia ha-

ruslah engkau beribadah dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah. 

14 Janganlah kamu mengikuti Tuhan  lain, dari antara Tuhan  bangsa-bangsa se-

kelilingmu, 15 sebab TUHAN, Tuhan mu, yaitu  Tuhan  yang cemburu di tengah-

tengahmu, supaya jangan bangkit murka TUHAN, Tuhan mu, terhadap engkau, 

sehingga Ia memunahkan engkau dari muka bumi. 16 Janganlah kamu men-

cobai TUHAN, Tuhan mu, seperti kamu mencobai Dia di Masa. 

Dalam perikop ini kita mendapati, 

I. Intisari agama secara singkat, yang berisi dasar-dasar pegangan 

pertama tentang iman dan ketaatan (ay. 4-5). Kedua ayat ini 

dianggap orang Yahudi sebagai salah satu bagian yang paling ber-

harga dari Kitab Suci. Mereka menulisnya pada tali-tali sembah-

yang mereka, dan berpikir bahwa mereka tidak hanya wajib 

mengucapkannya setidak-tidaknya dua kali sehari, namun  juga 

mereka sangat bahagia sebab  diwajibkan untuk melakukannya. 

Hal ini terlihat dari ucapan yang ada di antara mereka: Diberkati-

lah kita, yang setiap pagi dan setiap petang berkata, dengarlah, 

hai orang Israel, Tuhan itu Tuhan  kita, Tuhan itu esa. Akan namun , 

lebih diberkatilah kita jika kita merenungkan dan memanfaatkan 

sebagaimana mestinya, 

1. Apa yang diajarkan kepada kita di sini untuk kita percayai 

mengenai Tuhan : Yahweh Tuhan  kita yaitu  Yahweh yang esa. 

(1) Bahwa Tuhan  yang kita sembah yaitu  Yahweh, Wujud yang 

sempurna secara tak terhingga dan secara kekal, yang ada 

dari diri-Nya sendiri, dan maha mencukupi oleh diri-Nya 

sendiri.  

(2) Bahwa Dia yaitu  satu-satunya Tuhan  yang hidup dan yang 

benar. Dia sajalah Tuhan , dan Dia hanyalah satu. Keyakinan 

yang teguh akan kebenaran yang terbukti dengan sendiri-

nya ini, akan mampu mempersenjatai mereka melawan 

segala bentuk penyembahan berhala, yang muncul sebab  

kesalahan yang mendasar itu, bahwa ada banyak Tuhan . 

Tidak dapat dibantah lagi bahwa Tuhan  itu esa, dan bahwa 

tidak ada yang lain kecuali Dia (Mrk. 12:32). Oleh sebab 

itu, janganlah kita memiliki Tuhan  lain, atau berkeinginan 

untuk memiliki Tuhan  lain. Sebagian penafsir berpendapat 

bahwa di sini ada isyarat yang jelas akan tiga pribadi dalam 

kesatuan Keilahian. Sebab di sini nama Tuhan  disebut tiga 

kali, namun semuanya dinyatakan sebagai satu. Berbaha-

gialah mereka yang memiliki Tuhan yang esa ini sebagai 

Tuhan  mereka, sebab mereka hanya memiliki satu Tuan 

untuk disenangkan, hanya satu Pemberi untuk diminta. 

Lebih baik memiliki satu mata air dibandingkan  seribu kolam, 

satu Tuhan  yang maha mencukupi oleh diri-Nya sendiri dari-

pada seribu Tuhan  yang tidak mencukupi oleh dirinya 

sendiri. 

2. Apa yang diajarkan kepada kita di sini mengenai kewajiban 

yang dituntut Tuhan  dari manusia. Semuanya itu terangkum 

dalam kalimat ini sebagai dasar pegangannya, kasihilah TU-

HAN, Tuhan mu, dengan segenap hatimu. Musa telah berusaha 

(ay. 2) untuk mengajar mereka takut akan Tuhan . Dan, dalam 

menjalankan upayanya itu, Musa di sini mengajar mereka 

untuk mengasihi Tuhan , sebab makin hangat perasaan kasih 

kita kepada Tuhan , makin besar pula penghormatan kita ke-

pada-Nya. Seorang anak yang menghormati orangtuanya, tidak 

diragukan lagi pasti mengasihi mereka. Pernahkah seorang 

raja membuat hukum bahwa rakyatnya harus mengasihi dia? 

Namun demikian, seperti itulah kesediaan anugerah ilahi 

untuk merendah, hingga perintah ini dijadikan sebagai perin-

tah yang terutama dan yang pertama dari hukum Tuhan , bahwa 

kita harus mengasihi Dia, dan harus melakukan semua bagian 

lain dari kewajiban kita kepada-Nya berdasar  ajaran kasih. 

Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku. Kita harus menjun-

Kitab Ulangan 6:4-16 

 605 

jung-Nya tinggi-tinggi, bersuka bahwa ada Wujud yang seperti 

Dia, bersuka dalam semua sifat-Nya, dan semua hubungan-

Nya dengan kita. Kerinduan kita haruslah terarah kepada-Nya, 

kesukaan kita ada di dalam Dia, kebergantungan kita hanya 

kepada-Nya, dan kepada Dialah kita harus sepenuhnya meng-

abdi. Harus menjadi kesenangan kita senantiasa untuk memi-

kirkan Dia, mendengar dari-Nya, berbicara kepada-Nya, dan 

melayani-Nya. Kita harus mengasihi Dia, 

(1) Sebagai Tuhan, yang terbaik dari segala makhluk, paling 

unggul dan baik hati dalam diri-Nya sendiri. 

(2) Sebagai Tuhan  kita, Tuhan  yang mengikat kovenan dengan 

kita, Bapa kita, Teman yang paling baik hati dan Pemberi 

yang paling murah hati. Kita juga diperintahkan untuk me-

ngasihi Tuhan  dengan segenap hati kita, segenap jiwa kita, 

dan segenap kekuatan kita. Artinya, kita harus mengasihi 

Tuhan , 

[1] Dengan kasih yang tulus. Bukan dalam perkataan atau 

di bibir saja, dengan mengatakan bahwa kita mengasihi 

Dia padahal hati kita tidak bersama-Nya, melainkan 

dari dalam hati, dan dengan sebenar-benarnya, sehing-

ga kita menjadikan-Nya sebagai pelipur lara kita. 

[2] Dengan kasih yang membara. Hati kita harus dibawa 

kepada-Nya dengan hasrat yang menggebu-gebu dan 

perasaan kasih yang berkobar-kobar. Dari sini sebagian 

penafsir berpendapat bahwa janganlah kita berkata 

(seperti yang biasa kita lakukan dalam mengungkapkan 

isi hati kita), bahwa kita akan melakukan ini atau itu 

dengan segenap hati kita, sebab kita tidak boleh mela-

kukan apa pun dengan segenap hati kita, kecuali me-

ngasihi Tuhan . Dan bahwa ungkapan ini, sebab  di sini 

digunakan berkenaan dengan api yang kudus itu, tidak 

boleh dipakai untuk perkara yang tidak kudus. Dia 

yang yaitu  segala-galanya bagi kita, harus mendapat-

kan segala-galanya dari kita, dan tidak ada yang lain 

selain Dia. 

[3] Dengan kasih yang sebesar-besarnya. Kita harus me-

ngasihi Tuhan  lebih dari makhluk ciptaan mana pun, 

dan tidak mengasihi apa-apa selain Dia, kecuali kita 

mengasihinya sebab  Tuhan , dan dalam sikap yang tun-

duk kepada-Nya. 

[4] Dengan kasih yang diterangi pengertian, sebab demi-

kianlah hal itu dijelaskan (Mrk. 12:33). Untuk menga-

sihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap peng-

ertian, kita harus mengenal Dia, dan sebab  itu harus 

mengasihi Dia sebagai orang-orang yang melihat alasan 

baik untuk mengasihi-Nya. 

[5] Dengan kasih yang seutuhnya. Tuhan  itu satu, dan ka-

rena itu hati kita harus menyatu bulat dalam kasih ini, 

dan seluruh sungai kasih sayang kita harus mengalir 

kepada-Nya. Oh, kiranya kasih terhadap Tuhan  ini ter-

pancar luas dalam hati kita! 

II. Berbagai sarana ditetapkan di sini untuk memelihara dan mera-

wat agama dalam hati dan rumah kita, sehingga tidak layu dan 

membusuk. Sarana-sarana itu yaitu : 

1. Merenungkan firman Tuhan: Apa yang kuperintahkan kepada-

mu haruslah engkau perhatikan (ay. 6). Meskipun kata-kata 

saja tanpa pesan-pesan yang terkandung di dalamnya tidak 

akan bermanfaat bagi kita, namun ada bahaya kita akan kehi-

langan pesan-pesan itu jika kita mengabaikan kata-katanya. 

Melalui kata-katalah biasanya terang dan kuasa ilahi disam-

paikan ke dalam hati. Firman Tuhan  haruslah tersimpan di 

dalam hati kita, supaya pikiran kita setiap hari terbiasa de-

ngannya dan dipenuhi olehnya. Dan dengan begitu, seluruh 

jiwa kita dapat dibuat berdiam dan bertindak di bawah kuasa 

dan kesan firman Tuhan . Perintah ini langsung mengikuti 

perintah untuk mengasihi Tuhan  dengan segenap hati. Sebab 

orang-orang yang mengasihi Tuhan  dengan segenap hati akan 

menyimpan firman-Nya di dalam hati mereka, baik sebagai 

bukti maupun dampak dari kasih itu, dan sebagai sarana un-

tuk memelihara dan menumbuhkan kasih itu. Siapa menga-

sihi Tuhan  pasti mengasihi Alkitab-Nya. 

2. memberi  pendidikan agama kepada anak-anak (ay. 7): “Ha-

ruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-

anakmu. Dan dengan menyampaikan pengetahuanmu, engkau 

akan meningkatkan pengetahuanmu itu.” Orang-orang yang 

dengan sendirinya mengasihi Tuhan Tuhan , harus melakukan 

Kitab Ulangan 6:4-16 

apa yang dapat mereka lakukan untuk menggugah perasaan 

kasih anak-anak mereka kepada-Nya, dan dengan demikian 

melestarikan warisan agama dalam keluarga mereka, hingga 

warisan itu tidak terputus. Haruslah engkau mengasahnya 

berulang-ulang kepada anak-anakmu, demikian sebagian pe-

nafsir membacanya. Sering-seringlah mengulangi perkataan-

perkataan ini kepada mereka, cobalah segala cara untuk me-

nanamkannya ke dalam pikiran mereka, dan membuatnya 

menembus ke dalam hati mereka. Sama seperti, saat  meng-

asah pisau, pisau itu pertama diasah pada satu sisi, dan ke-

mudian pada sisi lain. “Berhati-hati dan telitilah dalam meng-

ajar anak-anakmu. Jadikanlah sebagai tujuanmu, seperti orang 

yang sedang mengasah pisau, untuk menajamkan mereka, dan 

meruncingkan mereka. Ajarkanlah firman itu kepada anak-

anakmu, bukan hanya anak-anak kandungmu sendiri” menu-

rut orang Yahudi, “melainkan juga semua orang yang berada 

di bawah asuhan dan bimbinganmu.” Uskup Patrick mencer-

mati dengan baik di sini bahwa Musa menganggap perintah-

nya begitu sangat sederhana dan mudah, sehingga setiap ayah 

mampu mengajarkannya kepada anak-anak lelakinya, dan 

setiap ibu kepada anak-anak perempuannya. Demikianlah, hal 

yang baik yang dipercayakan kepada kita itu harus kita terus-

kan dengan hati-hati kepada orang-orang yang datang sesu-

dah kita, agar bisa tetap lestari.  

3. Membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kesalehan. 

“Haruslah engkau membicarakan perintah-perintah ini, de-

ngan rasa hormat dan kesungguhan seperti yang seharusnya, 

untuk memberi  manfaat bukan hanya bagi anak-anakmu, 

melainkan juga bagi orang-orang lain dalam rumah tanggamu, 

bagi para sahabat dan kawanmu. Bicarakanlah itu jika  

engkau duduk di rumahmu saat  bekerja, atau saat  makan, 

atau saat  beristirahat, atau saat  menerima tamu, dan apa-

bila engkau sedang dalam perjalanan untuk mencari hiburan, 

atau untuk memperluas pergaulan, atau untuk suatu keperlu-

an. Bicarakanlah itu pada waktu malam saat  engkau minta 

diri dari keluargamu untuk berbaring dan tidur, dan pada pagi 

hari saat  engkau sudah bangun dan kembali bertemu 

dengan keluargamu. Manfaatkanlah segala kesempatan untuk 

berbicara dengan orang-orang di sekitarmu mengenai perkara-

perkara ilahi. Bukan tentang rahasia-rahasia yang tidak di-

singkapkan, atau perkara-perkara yang dapat diperbantahkan, 

melainkan tentang kebenaran-kebenaran yang mudah dimeng-

erti dan hukum-hukum Tuhan , dan apa yang perlu untuk 

damai sejahtera kita.” Menjadikan perkara-perkara suci seba-

gai pokok pembicaraan kita sehari-hari sama sekali tidak di-

anggap mengurangi kehormatannya, namun  justru perkara-per-

kara suci itu dianjurkan kepada kita untuk diperbincangkan. 

Sebab, semakin kita mengenal perkara-perkara suci itu, 

semakin kita akan mengaguminya dan tergerak olehnya, dan 

dengan begitu kita dapat berperan dalam menyebarkan terang 

dan sinar ilahi.  

4. Sering membaca firman Tuhan: Haruslah itu menjadi lambang 

di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang 

pintu rumahmu (ay. 8-9). Ada kemungkinan bahwa pada waktu 

itu hanya ada sedikit salinan dari seluruh hukum Taurat, dan 

hanya pada hari raya Pondok Daun hukum Taurat dibacakan 

kepada umat. Itulah sebabnya Tuhan  memerintahkan mereka, 

setidak-tidaknya untuk saat itu, untuk menuliskan beberapa 

kalimat terpilih dari hukum Taurat, yang paling berbobot dan 

mencakup keseluruhan, pada dinding-dinding mereka, atau 

dalam gulungan-gulungan perkamen untuk dipakai di perge-

langan tangan mereka. Dan sebagian penafsir berpendapat 

bahwa mulai saat itulah muncul tali-tali sembahyang yang 

begitu banyak digunakan di antara orang Yahudi. Kristus me-

negur orang-orang Farisi, bukan sebab  mereka memakai tali 

sembahyang, melainkan sebab  mereka suka memakai tali 

sembahyang yang lebih lebar dibandingkan  tali sembahyang orang 

lain (Mat. 23:5). Akan namun , begitu Alkitab mulai banyak ter-

sedia di tengah-tengah orang Yahudi, kebutuhan akan sarana 

ini semakin berkurang. Ditetapkan secara bijak dan saleh oleh 

para pembaharu pertama dari gereja Inggris bahwa pada wak-

tu itu, saat  Alkitab masih jarang tersedia, beberapa bagian 

terpilih dari Kitab Suci harus dituliskan pada dinding-dinding 

dan tiang-tiang gereja, sehingga para jemaat dapat mengenal 

firman Tuhan. Hal itu sesuai dengan perintah ini, yang tampak 

mengikat bagi orang Yahudi menurut arti harfiahnya, sama 

seperti perintah itu mengikat bagi kita menurut maksud dan 

tujuannya. Yaitu bahwa kita harus berupaya dengan segala 

Kitab Ulangan 6:4-16 

cara untuk mengakrabkan diri dengan firman Tuhan , sehingga 

kita siap menggunakannya dalam segala kesempatan, untuk 

menahan kita dari dosa dan membimbing serta menggugah 

kita untuk melakukan kewajiban kita. Firman Tuhan haruslah 

menjadi seperti sesuatu yang dilukiskan di telapak tangan kita, 

yang selalu ada di hadapan kita. Lihat Amsal 7:1-3. Tersirat 

juga dalam perintah ini bahwa kita tidak boleh malu untuk 

mengakui agama kita, atau untuk mengakui diri kita berada di 

bawah kekangan dan pemerintahannya. Hendaklah firman 

Tuhan tertulis di gerbang kita, dan biarlah setiap orang yang 

lewat di depan pintu kita membacanya, bahwa kita meyakini 

Yahweh sajalah Tuhan , dan meyakini diri kita terikat kewajiban 

untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati kita. 

III. Sebuah peringatan diberikan di sini agar mereka tidak melupakan 

Tuhan  para hari mujur dan kelimpahan (ay. 10-12).  

1. Musa membesarkan pengharapan-pengharapan mereka akan 

kebaikan Tuhan  mereka, dengan menganggap begitu saja 

bahwa Tuhan  akan membawa mereka masuk ke dalam negeri 

yang baik yang telah dijanjikan-Nya (ay. 10). Bahwa mereka 

tidak akan lagi tinggal di kemah-kemah seperti para gembala 

dan pelancong yang miskin, namun  akan berdiam di kota-kota 

yang besar dan baik. Bahwa mereka tidak akan lagi mengem-

bara di padang gurun yang tandus, namun  akan menikmati 

rumah-rumah dengan perabotan lengkap dan kebun-kebun 

yang ditanami dengan baik (ay. 11). Dan semuanya ini mereka 

peroleh tanpa usaha dan biaya apa pun dari pihak mereka, 

yang sangat ditekankan Musa di sini. Kota-kota yang tidak 

kaudirikan, rumah-rumah, yang tidak kauisi, dan seterusnya. 

Musa menekankan hal ini sebab  dengan begitu belas kasih 

itu menjadi benar-benar jauh lebih berharga, sebab apa yang 

mereka miliki, datang kepada mereka dengan begitu mudah. 

Namun demikian, jika mereka tidak benar-benar merenung-

kannya, belas kasihan itu akan kurang dihargai, sebab kita 

paling peka akan nilai dari sesuatu yang telah menuntut 

bayaran mahal dari kita. jika  semuanya itu datang dengan 

begitu mudah lewat pemberian, maka mereka akan cenderung 

merasa aman, dan tidak peduli terhadap sang pemberi. 

2. Musa menggugah mereka untuk berjaga-jaga terhadap kebu-

rukan hati mereka sendiri: Maka berhati-hatilah, saat  engkau 

berbaring dengan aman dan nyaman, supaya jangan engkau 

melupakan TUHAN (ay. 12). Perhatikanlah, 

(1) Pada hari mujur, kita terancam bahaya besar untuk melu-

pakan Tuhan , kebergantungan kita kepada-Nya, kebutuhan 

kita akan Dia, dan kewajiban-kewajiban kita terhadap-Nya. 

saat  dunia tersenyum, kita cenderung ingin mencumbu-

nya, dan mengharapkan kebahagiaan kita di dalamnya, se-

hingga kita melupakan Dia yang merupakan satu-satunya 

bagian dan tempat perhentian kita. Agur berdoa supaya 

dijauhkan dari godaan ini (Ams. 30:9): Supaya, kalau aku 

kenyang, aku tidak menyangkal-Mu. 

(2) Oleh sebab  itu, kita perlu sangat berhati-hati dan was-

pada pada masa-masa seperti ini, serta menjaga dengan 

ketat hati kita sendiri. “Maka berhati-hatilah. Sesudah  diperi-

ngatkan akan bahaya yang mengancammu, berjaga-jagalah 

terhadapnya. Ikatkanlah firman Tuhan  sebagai tanda pada 

tanganmu, dengan tujuan untuk mencegahmu melupakan 

Tuhan . Sesudah  engkau menetap di Kanaan, janganlah lupa-

kan pembebasanmu dari Mesir, namun  pandanglah gunung 

batu yang dari padanya kamu terpahat. jika  keduduk-

anmu yang lalu  menjadi sangat mulia, ingatlah akan 

kedudukanmu yang dahulu yang kelihatan hina.” 

IV. Beberapa perintah dan larangan khusus diberikan di sini, yang 

besar dampaknya. 

1. Mereka harus memberi  penghormatan kepada Tuhan  dalam 

segala kesempatan (ay. 13): Takutlah akan Dia dan beribadah-

lah kepada-Nya sebab, jika Dia yaitu  Tuan, maka kita harus 

menghormati-Nya dan juga melakukan pekerjaan-Nya. Ber-

sumpahlah demi nama-Nya, artinya, mereka tidak boleh sekali-

kali berseru kepada yang lain untuk membedakan mana yang 

benar dan mana yang salah, dan untuk membalaskan kejahat-

an. Bersumpahlah demi nama-Nya saja, dan bukan demi ber-

hala, atau makhluk ciptaan lain mana pun. Bersumpahlah 

demi nama-Nya dalam segala persepakatan dan kovenan de-

ngan bangsa-bangsa sekitar, dan janganlah menghormati me-

Kitab Ulangan 6:4-16 

reka sampai sedemikian jauh hingga engkau ikut bersumpah 

demi nama Tuhan  mereka. Bersumpah demi nama-Nya terka-

dang diartikan mengakui nama-Nya secara terang-terangan. 

Setiap lidah akan bersumpah (Yes. 45:23, KJV), dijelaskan da-

lam Roma 14:11 (KJV), setiap lidah akan mengaku bahwa Dia-

lah Tuhan . 

2. Mereka tidak boleh sekali-kali memberi  penghormatan itu 

kepada para Tuhan  lain (ay. 14): Janganlah kamu mengikuti 

Tuhan  lain, artinya, “Janganlah kamu beribadah kepada mereka 

atau menyembah mereka.” Sebab dalam hal inilah bangsa 

Israel tersesat. Mereka berzinah dengan meninggalkan Tuhan  

yang benar, yang dalam perkara ini, lebih dibandingkan  dalam per-

kara apa pun, merupakan Tuhan  yang cemburu (ay. 15). Dan 

cendekiawan Uskup Patrick mencermati di sini, berdasar  

pandangan Maimonides, bahwa kita tidak pernah mendapati, 

baik di dalam kitab Taurat maupun kitab para nabi, bahwa 

amarah, atau kegeraman, atau kecemburuan, atau kemurkaan, 

dikaitkan dengan Tuhan , kecuali dalam hal penyembahan berhala. 

3. Mereka harus berhati-hati agar tidak menghina Tuhan  dengan 

mencobai Dia (ay. 16): Janganlah kamu mencobai TUHAN, 

Tuhan mu. Artinya, “Janganlah kamu, dalam keadaan genting 

sekalipun, menyangsikan kuasa, hadirat, dan penyelenggaraan 

Tuhan , ataupun berbantah dengan-Nya.” Jika mereka menuruti 

hati yang jahat yang tidak percaya, maka mereka akan meng-

ambil kesempatan untuk mencobai Tuhan di Kanaan sama 

seperti yang mereka lakukan di padang gurun. Perubahan 

keadaan apa pun tidak akan dapat menyembuhkan kecen-

derungan untuk bersungut-sungut dan berkeluh-kesah. Juru-

selamat kita menggunakan peringatan ini sebagai jawaban ter-

hadap salah satu godaan Iblis, dengan menerapkannya kepada 

diri-Nya sendiri, janganlah engkau mencobai Tuhan, Tuhan mu 

(Mat. 4:7). Mencobai Tuhan dilakukan entah dengan berputus 

asa akan kuasa dan kebaikan-Nya saat  kita berjalan di jalan 

kewajiban kita, atau dengan menyalahgunakan kuasa dan ke-

baikan-Nya itu saat  kita menyimpang dari jalan itu. 


Perintah kepada Orang Israel 

(6:17-25) 

17 Haruslah kamu berpegang pada perintah, peringatan dan ketetapan 

TUHAN, Tuhan mu, yang diperintahkan-Nya kepadamu; 18 haruslah engkau 

melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN, supaya baik keadaan-

mu dan engkau memasuki dan menduduki negeri yang baik, yang dijanjikan 

TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, 19 dengan mengusir se-

mua musuhmu dari hadapanmu, seperti yang difirmankan TUHAN. 20 Apa-

bila di lalu  hari anakmu bertanya kepadamu: Apakah peringatan, ke-

tetapan dan peraturan itu, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN Tuhan  

kita? 21 maka haruslah engkau menjawab anakmu itu: Kita dahulu yaitu  

budak Firaun di Mesir, namun  TUHAN membawa kita keluar dari Mesir de-

ngan tangan yang kuat. 22 TUHAN membuat tanda-tanda dan mujizat-mujizat, 

yang besar dan yang mencelakakan, terhadap Mesir, terhadap Firaun dan 

seisi rumahnya, di depan mata kita; 23 namun  kita dibawa-Nya keluar dari 

sana, supaya kita dapat dibawa-Nya masuk untuk memberi  kepada kita 

negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyang kita. 

24 TUHAN, Tuhan  kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala 

ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Tuhan  kita, supaya senantiasa 

baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang 

ini. 25 Dan kita akan menjadi benar, jika  kita melakukan segenap perin-

tah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Tuhan  kita, seperti yang diperintah-

kan-Nya kepada kita.” 

I. Musa memerintahkan agar orang Israel sendiri berpegang pada 

perintah-perintah Tuhan : Haruslah kamu berpegang pada perintah 

TUHAN, Tuhan mu (ay. 17-19). Perhatikanlah, dituntut upaya besar 

dan kerja keras untuk mempertahankan kekuatan agama dalam 

hati dan hidup kita. Kelalaian akan menghancurkan kita, dan kita 

tidak dapat diselamatkan tanpa ketekunan. Untuk mendorong 

mereka berpegang pada perintah Tuhan, Musa di sini menunjuk-

kan kepada mereka, 

1. Bahwa hal ini akan sangat berkenan kepada Tuhan : ini benar 

dan baik di mata TUHAN. Dan apa yang sungguh-sungguh 

benar dan baik yaitu  apa yang demikian di mata Tuhan . Jika 

kita mengindahkan perkenanan Pencipta kita sebagai sesuatu 

yang membuat kita bahagia, dan mengindahkan hukum pen-

ciptaan sebagai pedoman kita, maka itu berarti kita taat ber-

agama. 

2. Bahwa berpegang pada perintah Tuhan akan sangat meng-

untungkan dan bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Ketaatan 

mereka akan memberi mereka jaminan bahwa mereka akan 

menduduki tanah Kanaan, akan hidup makmur di sana, dan 

akan terus-menerus menang atas orang-orang yang merintangi

Kitab Ulangan 6:17-25 

 jalan mereka. Singkatnya, “Lakukanlah yang baik, maka akan 

baik keadaanmu.”   

II. Musa memerintahkan mereka untuk mengajarkan perintah-

perintah Tuhan  kepada anak-anak mereka. Bukan hanya supaya 

anak-anak itu, dalam usia belia mereka, bisa mengikuti ibadah-

ibadah dengan penuh pemahaman dan perasaan, melainkan juga 

agar kelak mereka tetap memelihara agama, dan meneruskannya 

kepada orang-orang yang akan datang Sesudah  mereka. Nah, 

1. Di sini ada pertanyaan yang wajar yang diduga akan ditanya-

kan oleh anak-anak itu (ay. 20): “Apakah peringatan dan kete-

tapan itu? Apakah arti dari perayaan-perayaan yang kita raya-

kan, korban-korban yang kita persembahkan, dan kebiasaan-

kebiasaan khusus yang banyak yang kita pelihara?” Amatilah,  

(1) Semua ketetapan ilahi memiliki makna tertentu, dan ada 

sesuatu yang besar yang dirancang di dalamnya. 

(2) Sudah menjadi kepentingan kita untuk mengetahui dan 

memahami makna dari ketetapan-ketetapan itu, agar kita 

dapat menjalankan ibadah secara pantas dan tidak mem-

bawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan. 

(3) Sungguh baik bagi anak-anak untuk menanyakan sejak 

dini tujuan dan maksud dari ibadah-ibadah yang di dalam-

nya mereka dididik. Jika ada yang bersifat ingin tahu 

seperti itu mengenai perkara-perkara ilahi, maka itu meru-

pakan pertanda baik bahwa mereka peduli akan perkara-

perkara itu, dan merupakan sarana yang baik bagi mereka 

untuk dapat mengenal perkara-perkara itu secara men-

dalam. Kita akan mengenal, jika kita berusaha sungguh-

sungguh mengenal seperti itu. 

2. Di sini ada jawaban lengkap yang ditaruh ke dalam mulut para 

orangtua, untuk diberikan terhadap pertanyaan yang baik ini. 

Para orangtua dan guru harus memberi  pengajaran kepada 

anak-anak yang menjadi tanggung jawab mereka, sekalipun 

anak-anak itu tidak memintanya, bahkan, sekalipun anak-

anak itu tidak menyukainya. Terlebih lagi mereka harus siap 

menjawab pertanyaan-pertanyaan, dan memberi  pengajar-

an, saat  itu diinginkan. Sebab dapat diharapkan bahwa me-

reka yang memintanya akan mau menerimanya. Adakah anak-

anak menanyakan makna dari perintah-perintah Tuhan ? Hen-

daklah mereka diberi tahu bahwa perintah-perintah itu harus 

dilaksanakan, 

(1) Sambil mengingat dengan penuh syukur perkenanan-per-

kenanan Tuhan  pada waktu dulu kepada mereka, terutama 

pembebasan mereka dari Mesir (ay. 21-23). Anak-anak 

harus sering diberi tahu tentang betapa menyedihkannya 

keadaan nenek moyang mereka saat  menjadi budak di 

Mesir, dan tentang keselamatan agung yang dikerjakan 

Tuhan  untuk mereka dalam mengeluarkan mereka dari 

sana. Tuhan , dalam memberi mereka ketetapan-ketetapan 

khusus ini, bermaksud untuk mengabadikan ingatan akan 

karya yang ajaib itu, yang melaluinya mereka dibentuk 

menjadi umat kesayangan. 

(2) Sebagai syarat yang ditentukan untuk mendapatkan perke-

nanan-perkenanan-Nya lebih lanjut (ay. 24): TUHAN, Tuhan , 

kita memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala 

ketetapan itu supaya senantiasa baik keadaan kita. Per-

hatikanlah, Tuhan  tidak memberi kita perintah selain apa 

yang sungguh-sungguh demi kebaikan kita. Sudah menjadi 

kepentingan kita, dan juga kewajiban kita, untuk taat ber-

agama.  

[1] Melakukan segala ketetapan Tuhan  akan menjadi hidup 

kita: Supaya Ia membiarkan kita hidup, yang merupa-

kan suatu perkenanan besar, dan lebih dibandingkan  yang 

bisa kita harapkan, mengingat betapa sering kita me-

nyia-nyiakan hidup itu sendiri. Kesalehan menjanjikan 

kelangsungan dan penghiburan dalam kehidupan yang 

sekarang ini, sejauh itu demi kemuliaan Tuhan . 

[2] Melakukan segala ketetapan Tuhan   akan menjadi keba-

jikan kita. Seandainya kita dapat memenuhi dengan 

sempurna satu perintah itu saja, yaitu mengasihi Tuhan  

dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita, dan se-

andainya kita dapat berkata, “Kita tidak pernah mela-

kukan hal yang sebaliknya,” maka ini akan menjadi 

kebajikan kita yang begitu rupa hingga membuat kita 

berhak mendapatkan keuntungan-keuntungan dari 

kovenan yang dibuat sebelum kejatuhan ke dalam dosa. 

Kitab Ulangan 6:17-25 

Andaikata kita terus melakukan segala sesuatu yang 

tertulis di dalam kitab Taurat untuk dilakukan, maka 

hukum Taurat pasti sudah membenarkan kita. namun  

kita tidak bisa mengaku-ngaku telah berbuat demikian, 

dan sebab  itu ketaatan kita yang tulus hanya akan 

diterima melalui seorang Pengantara yang menyatakan 

kita, seperti Nuh, sebagai orang benar di hadapan Tuhan  

(Kej. 7:1, Luk. 1:6, 1Yoh. 3:7). Alkitab terjemahan baha-

sa Aram membacanya demikian, akan ada upah bagi 

kita jika kita melakukan perintah-perintah ini. Sebab, 

tidak diragukan lagi, orang yang berpegang pada perin-

tah-perintah Tuhan  akan mendapat upah yang besar.  

 

PASAL  7  

Musa dalam pasal ini menasihati Israel,  

I. Secara umum, untuk berpegang pada perintah-perintah Tuhan  

(ay. 11-12).  

II. Secara khusus, dan juga supaya dapat memegang segala 

perintah-Nya, untuk menjaga diri mereka tetap bersih dari 

semua persekutuan dengan para penyembah berhala.  

1. Mereka harus menumpas habis tujuh bangsa yang diper-

sembahkan bagi mereka, dan tidak menyayangkan bangsa-

bangsa itu atau mengadakan persekutuan dengan mereka 

(ay. 1-2, 16, 24).  

2.  Mereka sama sekali tidak boleh kawin dengan orang-

orang yang tersisa dari bangsa-bangsa itu (ay. 3-4).  

3. Mereka harus merusak dan memusnahkan mezbah-mez-

bah dan patung-patung mereka, dan bahkan tidak boleh 

mengambil perak dan emas darinya untuk keperluan 

mereka sendiri (ay. 5, 25-26). Untuk menegaskan perintah 

ini, Musa menunjukkan bahwa mereka harus melakukan-

nya,  

(1) Sebagai kewajiban. Mengingat,  

[1]  Mereka yaitu  bangsa pilihan Tuhan  (ay. 6).  

[2]  Alasan dari pemilihan itu (ay. 7-8).  

[3] Syarat-syarat yang mengikat mereka di hadapan 

Tuhan  (ay. 9-10).   

(2) Untuk kepentingan mereka sendiri. Di sini dijanjikan,  

[1] Secara umum, bahwa, jika mereka beribadah ke-

pada Tuhan , maka Ia akan memberkati dan menye-

jahterakan mereka (ay. 12-15).  

[2] Secara khusus, bahwa jika mereka menghalau bang-

sa-bangsa itu, supaya tidak menjadi godaan bagi 

mereka, maka Tuhan  akan menghalau bangsa-bangsa 

itu, sehingga tidak mengganggu mereka (ay. 17, dst.). 

Peringatan akan Penyembahan Berhala  

(7:1-11)  

1 “jika  TUHAN, Tuhan mu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke 

mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak 

bangsa dari depanmu, yaitu  orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang 

Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih 

banyak dan lebih kuat dari padamu, 2 dan TUHAN, Tuhan mu, telah menyerah-

kan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka 

haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengada-

kan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka.  

3 Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perem-

puan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak 

perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; 4 sebab mereka 

akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mere-

ka beribadah kepada Tuhan  lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap 

kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. 5 namun  beginilah 

kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu ro-

bohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala me-

reka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis.  

6 Sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Tuhan mu; engkaulah yang 

dipilih oleh TUHAN, Tuhan mu, dari segala bangsa di atas muka bumi untuk 

menjadi umat kesayangan-Nya. 7 Bukan sebab  lebih banyak jumlahmu dari 

bangsa mana pun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih 

kamu – bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? – 8 namun  

sebab  TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah di-

ikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu 

keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudak-

an, dari tangan Firaun, raja Mesir. 9 Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa 

TUHAN, Tuhan mu, Dialah Tuhan , Tuhan  yang setia, yang memegang perjanjian 

dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang 

pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan, 10 namun  terhadap 

diri setiap orang dari mereka yang membenci Dia, Ia melakukan pembalasan 

dengan membinasakan orang itu. Ia tidak bertangguh terhadap orang yang 

membenci Dia. Ia langsung mengadakan pembalasan terhadap orang itu.  

11 Jadi berpeganglah pada perintah, yaitu  ketetapan dan peraturan yang 

kusampaikan kepadamu pada hari ini untuk dilakukan.”      

I.   Peringatan yang sangat keras melawan segala persahabatan dan 

persekutuan dengan berhala-berhala dan para penyembah ber-

hala. Orang-orang yang dibawa ke dalam persekutuan dengan 

Tuhan  tidak boleh berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan kege-

lapan yang tidak ada gunanya. Hal-hal berikut ini diwajibkan 

Kitab Ulangan 7:1-11 

kepada mereka sebagai perintah untuk mencegah jerat yang seka-

rang ada di hadapan mereka. 

1. Mereka tidak boleh mengasihani bangsa-bangsa itu (ay. 1-2). 

Pekerjaan berdarah di sini ditugaskan kepada mereka, dan 

sekalipun demikian itu yaitu  pekerjaan Tuhan , pekerjaan yang 

baik. Pekerjaan berdarah ini perlu dikerjakan, sebab  seka-

ranglah tepat waktu dan tempatnya, sangat sesuai dan terhor-

mat. 

(1) Tuhan  di sini turun tangan untuk melakukan bagian-Nya. Di 

sini dikatakan sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi, 

bahwa Tuhan  akan membawa mereka ke dalam tanah per-

janjian, bahwa Ia akan mengusir bangsa-bangsa yang ada 

di hadapan mereka, yang sekarang merupakan penduduk 

negeri itu. Tidak ada yang perlu diragukan lagi. Kuasa-Nya 

tak dapat dilawan, dan sebab  itu Ia dapat melakukannya. 

Janji-Nya tak dapat dilanggar, dan sebab  itu Ia akan me-

lakukannya. Nah,  

[1] Bangsa-bangsa yang dipersembahkan bagi Israel ini 

disebutkan dan dihitung di sini (ay. 1), semuanya ada 

tujuh, dan tujuh banding satu yaitu  selisih yang ba-

nyak. Bangsa-bangsa itu disebutkan secara khusus, su-

paya Israel mengetahui batas-batas tugas mereka. Sam-

pai di sini kekerasan mereka boleh datang, jangan le-

wat. Mereka juga tidak boleh, dengan menjadikan tugas 

ini sebagai alasan, membunuh semua yang mengha-

lang-halangi jalan mereka. Tidak, di sinilah gelombang-

gelombangnya harus dihentikan. Pembatasan tugas 

Israel sebatas pada bangsa-bangsa yang disebutkan di 

sini jelas menyiratkan bahwa hal ini tidak boleh dijadi-

kan dasar untuk melakukan tindakan seperti ini di 

masa-masa sesudahnya. Peristiwa ini tidak dapat di-

pakai untuk membenarkan hukum-hukum biadab yang 

tidak mengenal ampun. Orang boleh setuju saja dengan 

cara pengorbanan saat  itu, sebab  Tuhan  sendiri yang 

menetapkannya pada masa tatanan hukum waktu itu, 

di mana ada begitu banyak binatang disembelih dan 

dibakar sebagai korban. Namun, sekarang saat  semua 

korban penebusan sudah disempurnakan di dalam dan

digantikan oleh pendamaian agung yang diadakan oleh 

darah Kristus, maka darah manusia mungkin sudah 

menjadi lebih berharga dibandingkan  sebelumnya. Dan 

orang-orang yang memiliki  kuasa terbesar sekalipun 

tidak boleh menumpahkan darah dengan seenaknya.  

[2] Bangsa-bangsa itu di sini diakui sebagai lebih besar dan 

lebih kuat dibandingkan  Israel. Mereka sudah lama berakar 

di negeri ini, dan Israel datang ke sana sebagai orang 

asing. Jumlah mereka jauh lebih banyak, dan orang-

orangnya pun jauh lebih besar dan lebih ahli dalam 

berperang dibandingkan  orang Israel. Namun semuanya ini 

tidak akan mencegah mereka diusir dari hadapan Israel. 

Kekuatan musuh-musuh Israel semakin mengagungkan 

kuasa Tuhan  bangsa Israel. Ia sungguh terlalu tangguh 

bagi mereka. 

(2) Tuhan  melibatkan mereka untuk melakukan bagian mereka. 

Engkau harus memukul mereka kalah, dan menumpas me-

reka sama sekali (ay. 2). Jika Tuhan  mengusir mereka, maka 

Israel tidak boleh membawa mereka masuk, sekalipun se-

bagai hanya penyewa lahan, atau pembayar upeti, atau se-

bagai hamba. Kovenan jenis apa pun tidak boleh dibuat 

dengan mereka, dan tidak boleh mengasihani mereka. Per-

lakuan yang keras ini ditetapkan,  

[1] Dengan maksud untuk memberi  hukuman atas ke-

fasikan yang menjadi kesalahan mereka dan nenek mo-

yang mereka selama ini. Kedurjanaan orang Amori su-

dah penuh sekarang, dan semakin lama penuhnya se-

makin pedih pembalasannya, saat  pembalasan itu 

tiba pada akhirnya.  

[2] Untuk mencegah kejahatan-kejahatan yang akan mere-

ka lakukan terhadap Israel milik Tuhan  jika mereka di-

biarkan hidup. Bangsa-bangsa yang keji ini tidak boleh 

bercampur-baur dengan keturunan yang kudus, supaya 

jangan mereka merusakkannya. Lebih baik semua kehi-

dupan ini dilenyapkan dari muka bumi dibandingkan  agama 

dan penyembahan yang benar kepada Tuhan  lenyap di 

Israel. Demikianlah yang kita harus lakukan dengan 

hawa nafsu kita yang berperang melawan jiwa kita. 

Kitab Ulangan 7:1-11 

Tuhan  telah menyerahkan hawa nafsu itu ke tangan kita 

melalui janji itu, kamu tidak akan dikuasai lagi oleh 

dosa, kecuali kamu lalai. Jadi janganlah kita membuat 

kovenan apa pun dengan hawa nafsu, atau mengasi-

haninya, namun  haruslah kita mematikannya dan me-

nyalibkannya, dan menumpasnya sampai habis. 

2. Mereka tidak boleh kawin dengan orang-orang dari bangsa-

bangsa itu yang luput dari pedang (ay. 3-4). Keluarga-keluarga 

Kanaan sudah ada sejak dulu, dan ada kemungkinan bahwa 

sebagian dari mereka dipandang sebagai keluarga terhormat. 

Ini bisa menjadi godaan bagi orang-orang Israel, terutama yang 

paling hina dalam suku-suku mereka, untuk mencoba men-

jalin persekutuan dengan bangsa-bangsa itu, untuk mengang-

kat derajat keturunan mereka. Terlebih lagi, pengenalan bangsa-

bangsa itu akan negeri itu dapat berguna bagi orang Israel 

dalam memanfaatkan negeri itu. namun  agama, dan takut akan 

Tuhan , harus mengatasi semua pertimbangan ini. Inilah alasan 

mengapa kawin campur dengan mereka tidak diperbolehkan, 

sebab berbahaya. Hal inilah yang terbukti berakibat memati-

kan bagi dunia lama (Kej. 6:2), dan ribuan orang di dunia se-

karang ini telah hancur kehidupannya oleh sebab  pernikahan 

yang tidak berlandaskan agama dan Tuhan. Sebab dalam 

kawin campur, ada lebih banyak alasan untuk takut bahwa 

yang baik akan dirusakkan, dibandingkan  untuk berharap bahwa 

yang buruk akan dipertobatkan. Apa yang lalu  terjadi 

membuktikan betapa beralasannya peringatan ini: Mereka 

akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku. 

Salomo membayar mahal sebab  kebodohannya dalam hal ini. 

Kita mendapati pertobatan seluruh bangsa sebab  dosa me-

ngawini istri-istri asing ini, dan perhatian yang diberikan 

untuk mengadakan pembaharuan (Ezr. 9:1-15, 10; dan Neh. 

13). Kita temukan juga sebuah peringatan dalam Perjanjian 

Baru untuk tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang 

dengan orang-orang yang tak percaya (2Kor. 6:14). Dalam 

memilih pasangan hidup, kita perlu menimbang apakah peng-

akuan iman pasangan yang kita pilih, sebab kalau tidak, kita 

tidak dapat banyak berharap akan mendapatkan penolong 

yang sepadan bagi diri kita. Salah satu terjemahan dari Alkitab 

bahasa Aram menambahkan di sini, sebagai alasan dari perin-

tah ini (ay. 3), sebab siapa yang menikah dengan penyembah 

berhala, sebagai akibatnya menikah dengan berhala-berhala-

nya. 

3. Mereka harus menghancurkan semua barang peninggalan dari 

penyembahan berhala bangsa-bangsa itu (ay. 5). Mezbah-mez-

bah, tiang-tiang berhala, dan tugu-tugu berhala mereka, se-

muanya itu harus dihancurkan, baik dalam kemarahan yang 

kudus terhadap penyembahan berhala maupun untuk men-

cegah orang lain terjangkiti olehnya. Perintah ini telah dibe-

rikan sebelumnya (Kel. 23:24; 34:13). Banyak pekerjaan baik 

semacam ini dilakukan oleh umat Israel, dalam semangat 

mereka yang penuh kesalehan (2Taw. 31:1), dan oleh Yosia 

yang saleh (2Taw. 34:3, 7). Pembakaran kitab-kitab sihir (Kis. 

19:19) bisa dibandingkan dengan semangat ini. 

II. Di sini ada alasan-alasan yang sangat baik untuk menegaskan 

peringatan ini. 

1. Pilihan yang telah dibuat Tuhan  atas bangsa ini sebagai milik-

Nya sendiri (ay. 6). Ada kovenan dan persekutuan yang terjalin 

begitu rupa antara Tuhan  dan Israel yang tidak ada antara Dia 

dan bangsa lain mana pun di dunia. sebab  itu, akankah 

bangsa Israel sampai hati mau menghina Dia dengan me-

nyembah berhala, padahal Dia telah menghormati mereka se-

demikian rupa? Akankah mereka meremehkan Dia yang sudah 

menunjukkan kebaikan-Nya seperti itu kepada mereka? Ma-

sakan mereka mau menempat