Ada hal yang menarik dalam membahas
keberadaan Yahudi dalam kehidupan dunia. Di
satu sisi Yahudi sebagai etnis telah memer-
ankan berbagai peristiwa sejarah penting
dalam dinamika kehidupannya sehingga
menjadi catatan sejarah dunia. Catatan sejarah
menunjukkan bahwa bangsa Yahudi hidup
selama 4000 tahun. Beberapa bangsa yang
sejaman dengan bangsa Yahudi telah musnah,
seperti Bangsa Babilonia, Persia, Phonenica,
Hittite, dan Philistine.1 Selama 3000 tahun
bangsa Yahudi tidak memiliki Negara sendiri,
tetapi mempu bertahan hidup dan memelihara
identitas etnik mereka di tengah kebudayaan-
kebudayaan asing. Secara statistik mereka
termasuk kecil karena kurang dari setengah
persen dari penduduk dunia yang dapat
diklasifikasikan sebagai bangsa Yahudi, tetapi
sepertiga dari kebudayaan Barat mempunyai
ciri-ciri yang bersifat Yahudi2, dan tidak
kurang dari 12 persen dari semua peraih
hadiah Nobel yaitu orang-orang Yahudi.3
Tokoh-tokoh dunia dari etnis Yahudi pun
muncul dalam catatan sejarah, diantaranya
Yesus Kristus yang diklaim sebagai Putra
Tuhan oleh umat Kristen; Karl Marx yang
dianggap sebagai “Nabi”-nya aliran pemikiran
Materialisme dan Komunisme; Sigmund
Freud yang dianggap sebagai penemu psiko-
analisa dalam psikologi; Baruch Spinoza yang
disebut sebagai pembebas filsafat dari mis-
tisisme dan mengarahkan pemikiran manusia
Beberapa istilah dalam literatur Inggris digunakan untuk menyebut Yahudi diantaranya; Hebrew/hebron (Ibrani),
Israelites (orang-orang Israel), Children of Ismael (anak-anak Ismael), Judeans (orang-orang Judah) dan Jews
(orang-orang Yahudi).Yahudi dapat ditinjau dari dua sisi yaitu etnis dan agama. Di satu sisi Yahudi sebagai etnis
telah memerankan berbagai peristiwa sejarah penting dalam dinamika kehidupannya sehingga menjadi catatan
sejarah dunia. Di sisi lain Yahudi sebagai agama memiliki corak keberagamaan tertentu yang berbeda dengan
agama-agama lainnya dalam kehidupan. Secara sosiologis Yahudi termasuk agama karena memiliki unsur-unsur
agama yaitu kepercayaan keagamaan, pengalaman keagamaan, ritual keagamaan dan komunitas keagamaan.
menuju rasionalisme dan sains modern. Tidak
lupa pula Alabert Einstein dikenal sebagai
penemu teori relativitas yang mengakibatkan
penemuan senjata Bom pada abad modern ini.
Tentu masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia
keturunan yahudi lainnya tercatat dalam
catatan sejarah.
Di sisi lain Yahudi dalam kehidupan
masyarakat internasional memiliki peran seba-
gai Agama yang memiliki corak kebera-
gamaan tertentu yang berbeda dengan agama-
agama lainnya. Selama 3000 tahun kekuatan
spiritual juga intelektual, yang kini disebut
agama telah dimiliki oleh Bangsa Yahudi.
Keberadaan Agama Yahudi termasuk Agama
Besar Dunia yang diklasifikasi dalam Agama
Ibrahim (Abrahamic Religion) bersama deng-
an Kristen dan Islam. Keberadaan Agama
Yahudi ini mengawali munculnya Agama-
agama Besar lainnya seperti Kristen dan Islam.
Menurut sebagian sejarawan4 bahwa Agama
bangsa Yahudi telah mempengaruhi iman
(faith) Agama Islam dengan konsep mono-
teisme yang bersumber dari ajaran Abraham
(Ibrahim).
Dengan demikian peran Yahudi dalam
sejarah kehidupan dunia tidak hanya sebagai
etnis tetapi juga sebagai agama atau kekuatan
spiritual. Hal ini menjadi penting untuk dikaji
oleh warga dunia termasuk Akademisi Studi
Agama- Agama dan Ummat Islam untuk
mengenal dan mengerti bahwa Agama Yahudi
sebagai fakta sejarah dan fakta sosial kea-
gaman. Dengan kedua fakta itu dapat diketahui
karakter dan interaksi Yahudi dalam dinamika
kehidupannya. Oleh karena itu dalam tulisan
ini penulis akan memaparkan beberapa hal
penting, diantaranya; istilah-istilah yang ber-
kaitan dengan Yahudi, sejarah singkat Yahudi,
doktrin Agama Yahudi, ritual Agama Yahudi,
pengalaman keagamaan Yahudi dan intitusi
Agama Yahudi.
1. Istilah-istilah
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan
dengan istilah Yahudi, baik dalam literatur
bahasa Inggris maupun Arab. Dalam literatur
Inggris diantaranya; Hebrew/hebron (Ibrani),
Israelites (orang-orang Israel), Children of
Ismael (anak-anak Ismael), Judeans (orang-
orang Judah) dan Jews (orang-orang Yahudi).
Istilah Hebrew (Ibrani) berkaitan dengan masa
Bapak-Bapak terdahulu, seperti Ibrahim, Ishak
dan Yakub, dan Ibu-Ibu terdahulu; Sarah,
Rebeca, Rachel, Leah dan anak-anak mereka.
Istilah “Israel” (Ibrani; yisrael) bisa bermakna
seseorang yang berjuang dengan Tuhan.
Duabelas anak Yakub mewakili dua belas
suku Israel, dan anggota suku itu dikaitkan
dalam Bibel sebagai anak-anak Israel (Ibrani;
bani yisra’el) atau secara singkat Israel. Istilah
Israel duga dipakai untuk menyebut bangsa
Yahudi setelah keluar dari Mesir. Istilah
Judeans (Hebrew; Yahudim) berkaitan dengan
salah satu suku yang timbul akibat dari
pembagian wilayah Israel setelah Sulaiman
meninggal. Karena variasi bahasa dalam
Bahasa Inggris, istilah Judah menjadi Jews
(orang-orang Yahudi) dalam bahasa Inggris.
Jadi istilah Yahudi kemungkinan berasal dari
bahasa Ibrani yaitu Yahudim.Dalam bahasa
Arab terutama dalam Al-Qur’an terdapat dua
istilah yang berbeda. Kedua istilah itu yaitu
Bani Israel dan Yahud (alladhina hadu).
Istilah Bani Israel berhubungan dengan orang-
orang Israel sebagaimana terdapat dalam
Bibel, sedang istilah “Yahud” memberikan
arti orang-orang Yahudi (Jews) yang sejaman
dengan Muhammad.
2. Agama Yahudi sebagai Fakta Sejarah
Sejarah Yahudi baik sebagai bangsa
maupun agama bersumber dari fakta sejarah
Kitab Suci yang bernama Bibel disertai
dengan bukti sumber lain seperti artifak kuno,
kronologi kerajaan atau arsip kerajaan
tetangga, arsip buku lainnya dan arkeologi.
Para sejarawan terkadang menganggap mitos
terhadap fakta sejarah yang berupa kitab suci
itu. Timbulnya sejarah yang diikuti dengan
mitos ini disebut sejarah suci (sacred history).
sejarah dan mitos muncul dalam pembahasan
sejarah agama Yahudi dan orang Yahudi
dahulu sebagaimana munculnya dunia kuno.
Begitu pula secara akademik sejarah Agama
Yahudi bersumber dari Bibel Yahudi. Selain
itu untuk memahami Yahudi sebagai agama
dalam tulisan ini dapat direspon dengan kitab
suci lainnya, termasuk Al-Qur’an sebagai
pembanding.
Para ahli Ilmu Agama mengungkapkan
bahwa kisah Agama Yahudi berawal dari
peristiwa hijrah dan Perjanjian. Peristiwa
hijrahnya Ibrahim dari kota Ur di Chaldea
(Babylonia) ke daerah “Canaan” (kini
Palestina) sekitar Tahun 2000 S.M6 merupakan
awal sejarah Agama Yahudi. Pada saat itu
kekaisaran Babilonia dipimpin oleh Hamurabi
dan pada saat yang sama kekaisaran Mesir
sedang memperluas daerah kekuasaannya.
Dalam Bibel diceritakan bahwa Tuhan
menjadikan Ibrahim seorang yang taat kepada
Tuhan dan memanggil Ibrahim untuk mening-
galkan tanah kelahirannya dan menjanjikan dia
berkat yang besar. Sebagaimana dalam keja-
dian 12:1 bahwa :
Tuhan berkata kepada Ibrahim, “pergilah
jauh dari kampung halamanmu dan dari
rumah bapakmu menuju tanah yang aku
akan tunjukan kepadamu. Aku akan
membuat kamu bangsa besar, Aku akan
memberkatimu, Aku akan membuat nama-
mu besar. Kamu seharusnya menjadi ber-
kat, Aku akan memberkati siapa saja yang
memberkatimu, dan akan mengutuk siapa
saja yang mengutuk kamu, dan semua
keluarga di bumi akan diberkati oleh kamu.
Perintah ini dikarenakan peringatan ajaran
ketuhanan yang monoteis dan pengaruh buruk
yang akan ditimbulkan dari Raja Namrud
kepada Ibrahim. Ibrahim pergi dari daerahnya
S.M yaitu singkatan dari sebelum masehi, dalam
bahasa Inggris biasanya digunakan BCE (Before the
common Era) yaitu bersifat universal –berlawanan
dengan Kristen cara menyebutkan tanggal pada kalender
Barat. BCE lebih baik daripada B.c (Before Christ) dan
C.E (Common Era) daripada A.D (Anna Domini)-
Tahun Tuhan Kita. Moojan Momen, The Phenomenon
of Religion- A Thematic Approach (Washington:
Oneworld. 1999), 455.
di sebelah Timur sungat Eufrat (Irak) ke
daerah Canaan (Palestina) bersama isterinya
Sarah, kemenakannya lot bin haran dan
beberapa keluarga lainnya. Namun saat
terjadi kelaparan di Canaan, Ibrahim bersama
keluarganya pindah lagi ke Mesir “bekerja
sama” kepada Raja Firaun dan menyerahkan
Sarah yang dikatakannya sebagai adiknya.
Akibat balas jasa itu Ibrahim mendapat hadiah
ternak dan beberapa budak, diantaranya
bernama Hajar. Akibat Raja Firaun memper-
isteri Sarah keadaan menjadi kacau, maka
Sarah dikembalikan lagi kepada Ibrahim dan
mereka diusir dari Mesir. Ibrahim dan keluar-
ganya pergi ke daerah Negeb dekat Betel
(kejadian: 13).
Dalam peristiwa perjanjian disebutkan bah-
wa Tuhan telah menetapkan perjanjian dangan
Ibrahim suatu perjanjian abadi atau kontrak
Tuhan dengan Ibrahim dan keturunannya bagi
Agama Yahudi sebagaimana disebutkan
dalam kejadian 17 bahwa;
saat Ibrahim berusia sembilan puluh
sembilan Tahun Tuhan mengangkat
Ibrahim dan berkata kepadanya, “Aku
Tuhan yang Maha Kuasa, kamu akan benar
jika kamu berjalan di jalan Ku. Aku akan
menetapkan perjanjian-Ku antara Aku dan
Kamu, Aku akan membuatmu keturunan
yang banyak..... Kamu seharusnya akan
menjadi Bapak dari berbagai bangsa.... Aku
akan menjaga perjanjian-Ku antara Aku
dan Kamu juga keturunanmu yang akan
datang sebagai perjanjian abadi.....Aku
menetapkan tanah tempat tinggal bagi
kamu dan keturunanmu yang datang, yaitu
tanah “Canaan” sebagai tempat abadi
selama Aku yaitu Tuhan mereka.
Bagi orang Yahudi, Ibrahim yaitu Bapak
mereka dan perjanjian ini dipahami tidak
hanya persoalan teologi, tetapi juga berlanjut
kepada persoalan sosial politik. Dengan
pemahaman ini, sebagian orang Yahudi
memahami bahwa Agama dan etinis menyatu.
Begitu pula antara teologi dan sosial politik
tidak bisa dipisahkan. Perjanjian ini kelak
menjadikan agama Yahudi sebagai agama
bangsa.
Tokoh Ibrahim bagi tradisi Yahudi mem-
beri suatu paradigma sifat-sifat manusia yang
bernilai. Dia sabar dalam penderitaan, pecinta
perdamaian (Kitab Kejadian 13:8-9), ramah
terhadap orang tak dikenal (18:1), memper-
hatikan keselamatan orang lain (18:23-33),
menjalankan penyebaran hal-hal yang bersifat
ideal semacam keadilan dan kebenaran kepada
keturunannya (18:19), dan selalu taat kepada
Tuhan dan perintah-Nya.
Dalam Bibel disebutkan Ibrahim memiliki
keturunan anak Ismael dan Ishak dari ibu yang
berbeda. Ismael dari Hajar dan Ishak dari
Sarah. Keturunan tersebut sangat diharapkan
terutama menjelang kelahiran anak
pertamanya yang membutuhkan waktu yang
cukup lama.
Dalam tradisi Yahudi dari keturunan
Ibrahim yang meneruskan perjanjian itu yaitu
Ishak. Sebagaimana disebutkan Tuhan
memberkati Ismail, tetapi menjanjikan Ibrahim
dan Sarah yang kelak anaknya bernama Ishak
akan menjadi anak Ibrahim yang tetap berhu-
bungan dalam perjanjian dengan Tuhan
(Kejadian 17:20).
Bagi Ismael, Aku telah memperhatikan
kamu dan dengan ini Aku memberkatinya.
Aku akan membuatnya subur dan tak ter-
kira banyaknya. Dia akan menjadi seorang
Bapak dari duabelas suku, dan Aku akan
membuatnya bangsa besar. Namun menge-
nai perjanjian-Ku, Aku akan memelihara
Ishak yang dengan Sarah akan melahirkan
kamu pada tahun berikutnya.
Alasan Ismael tidak diikutsertakan dalam
perjanjian itu tidak pernah dijelaskan dalam
Bibel. Para ahli cenderung percaya bahwa
tujuan cerita ini, seperti banyak cerita lainnya
dalam kitab kejadian, yaitu untuk menje-
laskan hubungan etnik dan bahasa yang erat
antara orang Israel dan orang-orang diantara
mereka yang hidup. Dalam Kitab Kejadian 21,
Hajar dan Ismael dikirim jauh dari suku
Ibrahim, sedikit sekali terdengar soal Ismael
dan keturunannya dalam Bibel. Menurut
tradisi Yahudi, Ibrahim memelihara hubungan
dengan anaknya Ismael namun Agama Yahudi
tidak mengetahui sesuatu pun soal Ibrahim dan
Ismael membangun dan memurnikan Ka’bah,
dan Ibrahim menetapkan Ismael dan
keturunannya di sana.
Sejarah Yahudi dilanjutkan dengan
peristiwa Yakub dan keturunannya. Yakub ini
yaitu keturunan dari Ishak. Dalam tradisi
Yahudi Yakub dikenal sebagai Bapak dari
duabelas anak yang memiliki suku-suku
Israel. Keturunan Yakub selanjutnya yaitu
Yusup (Yoseph). Cerita Yusup ini menarik
bagi para penganut agama Yahudi dan Islam.
Cerita Yusup dengan saudara-saudaranya ter-
dapat dalam Bibel dan Al-Qur’an. Dalam seja-
rah Yahudi tercatat bahwa menjelang tahun
1600 S.M., Yoseph membawa bangsa Yahudi
menuju Mesir. Sekitar tahun 1200 S.M.,
Firaun (Pharoh-pharoh) memperbudak mere-
ka.
saat supremasi Mesir mengalami
tantangan, bahkan terjadi revolusi internal dan
perang sipil di Mesir sekitar tahun 1500-1250
S.M., Musa (Moses) yang keturunan Yusup
memimpin bangsa Yahudi meninggalkan
Mesir. Peristiwa ini dalam tradisi Yahudi
disebut exodus (keluaran) yang dijadikan
nama salah satu Kitab dari Bibel. Dalam
peristiwa ini Musa diyakini oleh penganut
Yahudi mendapatkan ajaran berupa wahyu
dari Tuhan di bukit Sinai. Kelak wahyu
tersebut dijadikan Kitab Suci oleh penganut
Yahudi. Selama empatpuluh tahun mengem-
bara di gurun bangsa Yahudi mengalami
berbagai pengalaman keagamaan. Bibel sering
menggambarkan bangsa Israel tidak mampu
untuk berbuat sesuai dengan perintah Tuhan.
Di tengah gurun mereka menyembah Anak
Lembu Emas (Kitab Keluaran 32)8 gagal
meyakinkan Tuhan untuk masuk ke Negeri
yang dijanjikan setelah mendengar laporan
dari duabelas pengintai (Kitab Bilangan 12-
13), dan secara berulang-ulang mengadukan
nasib mereka.9 Ritual keagamaan ini meru-
pakan pengaruh dari kepercayaan bangsa
Mesir, sebagaimana seorang penulis Kristen,
Richard Rives dalam Buku Too Long in the
Sun, menulis, “ Hathor dan Aphis yaitu
dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa
Mesir yang merupakan lambang dari penyem-
bahan matahari. Penyembahan mereka
hanyalah satu tahapan dalam sejarah pemujaan
matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas
di Gunung Sinai yaitu bukti yang lebih dari
cukup untuk mengetahui bahwa pesta yang
dilakukan berhubungan dengan penyembahan
matahari.
Menurut Firestone11 Bangsa Israel sepe-
nuhnya yaitu manusia, mereka secara moral
lemah dan cenderung kalah terhadap godaan,
mereka sering gagal melakukan sesuatu yang
baik. Di sinilah gunanya sejarah Bibel baik
berupa syair nasional, maupun kisah moral.
Bahkan dengan hukum Tuhan, Israel selalu
tidak bisa berbuat sesuai dengan persyaratan
ketuhanan. Kegagalan manusia merupakan
bagian dari kehidupan, namun dalam setiap
peristiwa gagal, ada juga cahaya harapan,
karena Tuhan memberi maaf dan karena orang
berbudi mempertunjukan sikap kepahlawanan
dan perilaku moral, sebenarnya Israel ber-
tahan dan masuk ke Tanah yang dijanjikan
walaupun sebagai orang yang berkekurangan.
Menjelang tahun 1100 S.M., bangsa Yahudi
menaklukkan suku Bangsa Canaan di Pales-
tina.
Selama di Canaan bangsa Yahudi dipimpin
oleh kepala suku yang disebut Hakim.
Kemudian pemerintahannya berkembang men-
jadi kerajaan. Raja pertama bangsa Yahudi
yaitu Saul. Tercatat pula dalam sejarah
bahwa Raja Daud dan Sulaeman (Solomon)
pernah memimpin bangsa Yahudi. Diantara
prestasi Daud yaitu penetapan Yerusalem
sebagai kota kerajaan sekitar tahun 1000 S.M.
Sebelum penangkapan Daud dari kota itu dari
Jebusit. Kota itu salah satu dari beberapa
bagian negeri yang tidak di bawah pengawasan
seseorang atau yang lainnya dari duabelas
suku. Yerusalem dikenal sebagai tempat suci
bahkan sebelum Ibrahim karena memiliki
suasana dan tempat sakral untuk menyembah
Tuhan yang dikenal sebagai El Elyon, “Tuhan
Yang Mahatinggi” (Kitab Kejadian 14:17-
20).12 Kota itu merupakan kota sempurna bagi
kerajaan Daud yang bersatu, karena kon-
disinya berada di luar wilayah suku sehingga
secara politik netral, karena berada di tengah
telah dikenal sebagai kota suci, dan tetap
bertahan.
Raja Sulaeman membangun tempat Ibadah
pertama bangsa Yahudi –kini tinggal puing-
puingnya sebagai tembok ratapan. Sekitar
tahun 900 S.M setelah Raja Sulaeman bangsa
Yahudi terbagi dalam dua kerajaan. Sebelah
utara, terdiri dari sepuluh suku dan mengambil
nama Israel. Kerajaan sebelah selatan dido-
minasi oleh suku Judah (Ibrani; Yehudah) dan
mengambil namanya Judah. Pada tahun 721
S.M., kerajaan Assiria menghancurkan kera-
jaan sebelah utara Israel dan rakyatnya yang
tinggal hanya suku Judah yang berada di
sebelah selatan dengan penduduknya disebut
orang-orang Judah atau Judean (Ibrani:
Yahudim). Sejak peristiwa itu orang-orang
menyebut mereka dengan Judah atau Judean.
Bangsa Israel ditangkap dan diceraiberaikan
sehingga akhir dari kerajaan bangsa Yahudi.
Selanjutnya sejarah Dunia tahun 700 S.M.,
mencatat bahwa Kerajaan Assiria ditaklukkan
oleh Babylonia yang bangkit kembali. Sekitar
tahun 600 S.M., bangsa Yahudi dideportasi ke
Babylonia. Di Babiloni bangsa Yahudi me-
ngalami perbudakan kembali. Namun zaman
berubah setelah kekuasaan dunia berlanjut
kepada kerajaan Persia setelah menaklukkan
Babilonia sekitar tahun 500 S.M., dan gelom-
bang pertama bangsa Yahudi pulang dari
Babylonia membangun kembali tempat
Ibadah. Sekitar tahun 457 S.M, gelombang
kedua bangsa Yahudi pulang dipimpin oleh
Ezra. Ezra dikenal dalam sejarah dunia seba-
gai pemimpin pembaharuan (restorasi) Agama
Yahudi, karena dia memperbaiki sistem aga-
ma dan sosial Yahudi. Sebagaimana dalam
Bibel disebutkan bahwa Ezra mengatur kem-
bali masyarakat, membaca keras seluruh
Taurat secara umum dan meminta orang-orang
Judah kembali menyatukan diri untuk meng-
hormati perintah-perintah tradisi dan ritual
bangsa Yahudi (Nehemiah 9- 10).
Terdapat akibat yang ditimbulkan kepe-
mimpinan Ezra, pertama, mengubah Agama
Yahudi dari Agama etnik lokal menjadi agama
universal. Sebelum pembuangan, semua aga-
ma-agama manusia dilokalisasi (bersifat
kedaerahan). Hal ini diduga bahwa jika sese-
orang pindah ke negeri lain, orang itu akan
menyembah Tuhan baru. Konsep Tuhan uni-
versal hanya datang saat orang-orang Judah
yang terbuang mendesak untuk meneruskan
menyembah Tuhan Israel mereka, walaupun di
tanah asing di Babilonia. “Tuhan Israel” mem-
buktikan kenyataan di Babilonia sebagaimana
di Yerusalem, sehingga mempertunjukkan ke-
esaan dan keuniversalan Tuhan yang Mahaesa.
Kedua, pembuangan itu membuktikan orang-
orang Judean bahwa mereka bisa menyembah
Tuhan, walaupun tanpa pengorbanan formal di
tempat ibadah yang talah dihancurkan. Sebe-
lum masa pembuangan Babilonia, penyem-
bahan Tuhan dalam semua agama dilakukan
melalui pengorbanan di tempat ibadah atau di
tempat suci. Mungkin kali pertama pengor-
banan formal lainnya melebihi daripada
pengorbanan binatang yang nampaknya telah
melahirkan kepentingan di Babilonia yang
jauh dari tempat ibadah Yerusalem, mereka
harus merencanakan makna lain dari menyem-
bah Tuhan. Peristiwa ini berpengaruh pula
dalam sistem ritual Synagog, Greja dan
Mesjid.13 Namun tempat ibadah kedua ini
dihancurkan oleh orang-orang Romawi. Upaya
perbaikan Agama Yahudi yang dilakukan Ezra
ditemani oleh Nehemiah. Ezra dan Nehemiah
berupaya menyusun kitab Taurat itu -yang kini
dijadikan kitab yang bersifat ketuhanan,
sehingga agama Yahudi berkarakter nasional
relijius dan spiritual.
Selama masa kekuasaan Helenisme di ba-
wah pimpinan bernama Antiochus IV, Judea
menderita dari perang sipil yang hampir meng-
hancurkan seluruh rakyat Yahudi. Kelompok
konservatif dikenal sebagai Maccobees me-
nang dengan mengajukan orang–orang
Helenisme radikal pada tahun 168 sebelum
masehi dan mengukir Negara Yahudi
independen yang memelihara cara-cara lama.
Kemenangan atas tradisi ini ditandai dengan
perayaan Hanukkah yang mengingatkan
pengabdian kembali di tempat ibadah
Yerusalem, yang telah dirusak oleh orang-
orang Yunani dan sekutu Yahudi Helenatis
secara radikal.
saat berhadapan dengan penganut
Kristen, Kebanyakan orang-orang Yahudi
menolak untuk menerima ke-Juru Selamat-an
Yesus, karena menurut Agama Yahudi, Juru
Selamat yang benar akan membawa kesela-
matan dengan segera, tidak memerlukan
“kedatangan kedua”. Karena para penganut
Yesus mulai membutuhkan keyakinan bahwa
Yesus juga diakui Anak Tuhan, Kristen ber-
gerak melewati batas penerimaan keyakinan
Yahudi. Agama Yahudi menganggap konsep
Kristen Trinitas menjadi pelanggaran keesaan
Tuhan. Penolakan absolute yang diberikan
oleh Agama Yahudi terhadap keyakinan
Kristen bahwa Yesus yaitu Anak Tuhan,
Memasuki kekuasaan Romawi sejak abad
pertama masehi, Romawi secara tegas mene-
tapkan aturannya tentang Judea (Yahudi).
Gubernur dan pejabat pengadilan Romawi
menjadi lebih bersikap keras bahkan sampai
tidak adil. Pada tahun 66 orang-orang Yahudi
memberontak yang dipimpin oleh bangsa
Zealot yang meyakini bahwa Tuhan akan
membantu mereka dalam perangnya melawan
kaum kafir Romawi dan membawa Hari Akhir
yang diharapkan. Namun orang-orang Yahudi
tidak semuanya satu pendapat terhadap
pemberontakan itu. Sebagian besar meyakini
bahwa hal itu bukanlah waktu yang tepat atau
perang itu bukanlah cara yang tepat dalam
mewujudkan penyelamatan. Bangsa Yahudi
memberontak terhadap Romawi menyebabkan
kekacauan besar di kerajaan Romawi dan
pasukan dibawa dari berbagai belahan Eropa
dan Timur Tengah untuk mengatasinya.
Akhirnya Romawi berhasil mendapatkan
pengawasan Yerusalem pada tahun 70 M, dan
menghancurkan tempat ibadah yang sedang
dibangun itu. Begitu pula saat berhadapan
dengan kelompok Muslim, mereka tidak mau
mengakui menjadi Muslim karena seba-
gaimana tradisi yang terjadi pada saat itu
bahwa Muhammad tidak sesuai dengan
harapan khusus mereka tentang seorang yang
dinantikan.
Selanjutnya bangsa Yahudi memasuki ma-
sa-masa lainnya diantaranya; masa eropa
modern, masa semangat nasionalisme, peben-
tukan Zionisme, peristiwa Holocaust, pemben-
tukan negara Israel, masa penyebaran ke
berbagai wilayah dunia -termasuk Indo-
nesia14,dan zaman post modern.
3. Agama Yahudi sebagai Fakta Sosial
Keagamaan
Agama dalam konteks sosial dapat dilihat
dari empat aspek yaitu kepercayaan keaga-
maan, pengalaman keagamaan, ritual keaga-
maan dan Komunitas keagamaan,15walaupun
terdapat beberapa dimensi lain yang diungkap
ahli agama lainnya.16 Begitu juga dalam me-
lihat Agama Yahudi dalam konteks social
dapat ditinjau dari empat aspek tersebut.
Kepercayaan Keagamaan
Kepercayaan keagamaan (religious belief)
berupa gagasan ide-ide atau pemikiran dan
peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
Agama, atau berisi doktrin ajaran keber-
agamaan. Doktrin atau ajaran itu bersumber
dari yang dianggap suci –sacred dan biasanya
ditulis dalam bentuk Kitab Suci. Doktrin
Keagamaan Yahudi menyangkut berbagai hal,
diantaranya konsep Ketuhanan, Alam, Umat
Pilihan, moral, asketis dan sebagainya.
Gagasan pemikiran ketuhanan Agama
Yahudi yaitu monoteisme, secara sederhana
diartikan Tuhan yang Mahaesa. Istilah Tuhan
dalam Agama Yahudi dengan bahasa Ibrani
yaitu YHWH dibaca “Yahweh” diter-
jemahkan dalam bahasa Inggris dengan kata
“Lord”. Yahweh dikenal juga sebagai dalam
bahasa Ibrani El, Elohim, (El) Shaddai, (El)
Elyon dan Adonai.17 Diterjemahkan dalam
bahasa Inggris dengan kata “God”.18 Mungkin
dalam Bahasa Arab istilah Yahweh disebut
“Ya Hua” artinya “Dia”. Yahweh disembah
oleh semua penganut Agama Yahudi. Agama
Yahudi melarang menerima berbagai Tuhan
(Politeisme), menyembah Patung. Keesaan
(monoteis) Tuhan diyakini penganut Yahudi
cenderung sebagai yang Mahakuasa, pencipta
dunia, pembuat hukum alam dan pemberi
aturannya. Tuhan melewati sifat dunia dan
Tuhan itu abadi. Tuhan mendahului alam,
semua yang lain pasti binasa, Tuhan akan
hidup selamanya.
Penganut Agama Yahudi yakin bahwa
alam semesta diciptakan Tuhan, dalam
sejarahnya hanya bangsa Yahudi yang
mengakui keesaan Tuhan sejati. Mereka
percaya bahwa tak ada penduduk lain di bumi
yang menyatakan kebenaran keesaan Tuhan
dan tetap loyal kepada kebenaran itu.
Sehingga mereka menganggap bahwa Bibel
memerintahkan kepada hampir seluruh Israel
secara ekslusif, karena tidak ada penduduk
atau penganut lain yang bisa memahami dan
meresponnya secara efektif.
Dengan pemahaman ini penganut Agama
Yahudi dan penduduk Israel percaya bahwa
Tuhan telah mengatur Israel menjadi
“penduduk yang berharga” the Choosen peope
milik Tuhan (am segullah). Mereka percaya
bahwa Israel menjadi terpilih oleh Tuhan
dengan adanya perjanjian antara Ibrahim dan
keturunannya dengan Tuhan; dan diberinya
Taurat (Ajaran) kepada Musa, sehingga
penduduk Israel mesti menjadi “orang-orang
pilihan” yang tetap loyal perintah Tuhan
meskipun mereka menganggap banyak godaan
yang dilambangkan dengan berbagai
peradaban manusia di sekelilingnya.
Para penganut Agama Yahudi yakin bahwa
Tuhan sebagai pemberi Hukuman. Mereka
percaya bahwa Tuhan telah memberi ajaran
kepada penganut Agama Yahudi, berupa atu-
ran-aturan perilaku spiritual, ritual, sosial,
moral dan sebagainya. Penganut Yahudi per-
caya bahwa Tuhan akan menghukum manusia
selama manusia memiliki banyak dosa, tetapi
Tuhan yaitu Maha Pengasih dan Pemaaf bagi
manusia yang memiliki kelemahan. Pema-
haman ini dapat disebut rasional, karena
berkaitan dengan sebab akibat.
Berkaitan dengan ajaran moral Agama
Yahudi sebagaimana tercantum secara ekspli-
sit dalam Taurat sebanyak 613 perintah Tuhan
terdiri dari 248 kewajiban pelaksanaan dan
365 perintah larangan. Secara singkat terang-
kum dalam sepuluh perintah Tuhan yaitu; 1).
Akulah Yahweh Tuhanmu, 2) Jangan ada
Tuhan lain padamu di hadapan-Ku, jangan
membuat patung, 3) Jangan menyebut nama
Tuhan dengan sembarangan, 4) Ingatlah keku-
dusan hari Sabbath, 5) Hormatilah ayahmu dan
ibumu, 6) Jangan membunuh, 7) Jangan berzi-
nah, 8) Jangan mencuri, 9) Jangan mengu-
capkan saksi dusta, 10) Jangan menginginkan
rumah (harta, istri/suami, milik) sesamamu.
Doktrin Agama Yahudi mengajarkan pula
tentang kehidupan setelah kematian seperti
Kristen dan Islam.19 Sebagaimana tercatat
dalam Talmud dan Midrash yang dikutif
bahwa jiwa itu meninggalkan tubuh setelah
meninggal, namun memelihara hubungan
sementara dengannya selama setahun sampai
tubuhnya membusuk sepenuhnya. Berbagai
pendapat berbeda diantara para guru-guru
Yahudi mengenai hal ini. Sebagian pendapat
melihat bahwa jiwa-jiwa yang benar masuk
surga selanjutnya, sedangkan jiwa yang
bersalah menderita di Gehenna atau tidak
mampu membebaskan dirinya dari tubuh yang
membusuk sampai tahun itu berlalu. Sehingga
dalam masa itu anggota keluarga yang masih
hidup mendoakan orang yang telah meninggal
itu (kaddish), karena perilaku anggota keluarga
yang baik (anak sholeh) akan membantu jiwa-
jiwa orang yang telah meninggal masuk surga.
Setelah satu tahun di pasanglah batu nisan dan
ucapan orang yang berduka berhenti kecuali
pada peringatan kematian.
Kemudian doktrin kebangkitan Agama
Yahudi mengajarkan bahwa kematian itu akan
dihidupkan kembali demi pengadilan terakhir.
Terdapat berbagai pendapat mengenai siapa
saja yang akan dibangkitkan selama penga-
dilan itu. Sebagian pendapat menjelaskan
bahwa hanya orang-orang Israel yang akan
dibangkitkan dan diadili. Sebagian besar
pendapat menjelaskan bahwa kebangkitan itu
berlaku bagi semua manusia. Sebagaimana
menurut Rabbi Joshua b. Hanoniah bahwa
orang-orang non Yahudi mempunyai tempat
di dunia yang akan datang. Kebangkitan itu
bersatunya tubuh dan jiwa demi pengadilan
terakhir, karena hal itu tidak mungkin diadili
secara terpisah.20
Gagasan-gagasan keagamaan dalam Aga-
ma Yahudi termuat dalam beberapa jenis,
terutama dalam teks kitab suci, walaupun
terdapat pula dalam pemikiran filosof dan
mistik kabalah. Kitab Suci itu merupakan
teks-teks yang berisi gagasan ide dan
peraturan yang berkaitan dengan Agama.
Dalam Agama Yahudi terdapat teks-teks yang
dijadikan pedoman beragama diantaranya;
Tanakh, Talmud Midrash, Halakhah dan
Aggadah. Tanakh dalam bahasa Inggris
disebut Hebrew Bible (Bibel Yahudi). Tanakh
ini merupakan akronim dari Torah (Taurat),
Nevi’im (Para Nabi) dan Ketuvim (Tulisan-
tulisan). Taurat sebagai diyakini penganut
Yahudi sebagai ajaran yang diterima Musa
langsung dari Tuhan/ Yahweh di Gunung
Sinai.21 Kitab ini berisi aturan ketuhanan
menyangkut perilaku, cerita sejarah dunia,
umat manusia dan asal usul orang Israel.
Nevi’im berisi penjelasan perkembangan
sejarah Israel dari penaklukan tanah Israel di
bawah Josua sampai penaklukan tempat suci
pertama. Ketuvim berisi kumpulan cerita dan
syair tentang ajaran moral, etika social,
kedudukan manusia di bumi dan hal-hal pokok
lainnya.
Talmud merupakan tradisi lisan yang sangat
berwenang dalam agama Yahudi dihimpun
dalam dua kumpulan yaitu Mishnah dan
Gemara. Mishnah itu terkumpul dan ditulis
sekitar tahun 200 M. Ia terkumpul dalam enam
kitab atau perintah yang memuat kebijakan
guru yang mengajarkan bagaimana Taurat
seharusnya dijalankan untuk perilaku manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat
pengumpulan Mishnah itu, bahasa orang-orang
Yahudi telah berubah dari Ibrani (Hebrew) ke
bahasa saudaranya – Aramic, bahasa pergaulan
Timur-Tengah saat ini. Gemara merupakan
Koleksi yang ditulis dalam bahasa Aramic.
Istilah “Gemara” atau “penyelesaian”, berben-
tuk tafsir pelengkap Mishnah. Mishnah dan
Gemara bersama-sama membentuk Talmud-
“buku pelajaran”. Menurut sebagian pendapat
bahwa Talmud merupakan wahyu dari Tuhan
yang tidak ditulis bersamaan dengan Taurat.22
Midrash merupakan kumpulan penjelasan-
penjelasan kuno terhadap semua bagi Bibel.
Istilah Midrash dari akar yang sama dari
bahasa Arab yaitu “darasa” artinya “belajar”.
Terdapat dua Istilah yang berkaitan dengan
teks ajaran Agama Yahudi yaitu Halakhah dan
Aggadah. Halakhah ini berkaitan dengan mate-
ri legal yang terdapat dalam Bibel, Talmud dan
Midrash. Istilah Halakhah berarti “jalan menu-
ju”. Istilah ini mirip dengan istilah “syari’ah”
dalam agama Islam yang berarti “jalan menuju
sumber.” Istilah “aggadah” digunakan untuk
menyusun materi yang non-legal, seperti
legenda, aphorisme dan kisah moral, disikusi
dan debat teologi, syair, cerita rakyat, nasihat
medis dan informasi lainnya.
Ritual Keagamaan
Ritual keagamaan (religious ritual) meru-
pakan aktivitas simbolik yang mempresen-
tasikan nilai-nilai keagamaan. Dengan ritual
keagamaan ini, kelompok penganut agama
dapat memahami makna dan memperkuat
kesadaran dirinya secara kolektif. Para penga-
nut Yahudi menyembah hanya kepada Tuhan
Yahweh. Terdapat beberapa bentuk ritual
keagamaan dalam Agama Yahudi, baik yang
berbentuk personal maupun kolektif. Bentuk
ritual individu diantaranya; berdoa (bahasa
Hebrew; terpillah, bahasa Aramic; selota) dan
tzedakah. Bentuk ritual kolektif diantaranya
doa komunal, dan membaca gulungan Taurat.
Doa-doa tersebut dilakukan baik di Sinagog
maupun di rumah. Waktu yang digunakan
untuk aktivitas berdoa dilakukan pada setiap
hari dan perayaan tertentu. Banyak perayaan
sebagai ritual keagamaan dalam Agama
Yahudi yang dilakukan pada saat-saat tertentu,
diantaranya; sabath, berith, bat Mitzvah,
pernikahan, kematian, rosh Hashanah, yom
kippur, sukkot, pesach, Shavuot, Hanukkah,
purim dan tishah av. Terdapat penambahan
ritual dalam Agama Yahudi yang berhu-
bungan dengan peristiwa politik seperti Yom
ha-Sho’ah yaitu hari holocaust dikenal untuk
memperingati penindasan bangsa Israel oleh
Nazi Jerman. Yom ha-Atzma’ut yakni hari
kemerdekaan dikenal untuk memperingati
pendirian Negara Israel. Perayaan keagamaan
Yahudi menjadi kalender keagamaan yang
terdiri dari 12 bulan, yaitu Nisan, Iyar, Siwan,
Tamus, Ab, Ekul, Tisyri, Markhesywan,
Kislev, Tebet, Syebat, dan Adar.
Perilaku individu yang berkaitan dengan
nilai-nilai ketuhanan yaitu Tzedakah yang
berarti pemberian harta kepada yang berhak
menerimanya sebagai kewajiban beragama.
Hebrew Bibel menegaskan untuk memberi
makan kepada yang lapar, memberi pakaian
kepada yang telanjang, menjaga anak yatim,
janda dan orang miskin sebagai sifat
ketuhanan (Kitab Ulangan 10:17-18).
Pengalaman Keagamaan
Pengalaman keagamaan (religious
experience) merupakan keterlibatan individu
secara sunyektif terhadap yang dianggap suci.
Meskipun pengalaman itu secara esensi
bersifat pribadi, tetapi masyarakat mencoba
mengkomunikasikannya melalui ekspresi
keyakinan dan dalam prilaku ritual.
Pengalaman keagamaan dalam agama Yahudi
bisa diekspresikan dalam gagasan pemikiran
dan dalam ritual doa. Ekspresi pemikiran
seperti dilakukan para Rabi dalam mengatur
sistem keagamaan, para filosof dalam
memahami kesakralan Agama Yahudi, dan
orang-orang biasa sebagai pengikut agama
Yahudi.
Para penganut Yahudi memiliki
pengalaman dalam memahami Tuhan, Umat
Pilihan, dan benda-benda tertentu. Sebagian
pengikut Yahudi dalam tradisi kabalah
mengakui bahwa Tuhan tidak mampu dikenal
dan masih dalam pencapaian. Artinya Tuhan
tersembunyi bagi penganut Yahudi di
kedalaman wujud Tuhan, tetapi Tuhan
mewahyukan kepada mereka malalui perilaku
penciptaan dan terus menerus memelihara
ciptaan itu. Para menganut Yahudi mengakui
bahwa Tuhan mereka yaitu Yahweh, tetapi
nama itu jarang disebut karena untuk menjaga
kesucian dilarang diucapkan disembarang
tempat dan waktu. Umumnya mereka
menyebut tuhan mereka dengan istilah
“adonai” yang berarti “Tuhan kita”.
Para filosof atau pemikir Yahudi terkadang
berbeda dengan pemahaman umumnya dalam
memahami penganut agama lain; seperti
Saadialah Gaon (882-942)24 seorang pemikir
Yahudi terpengaruh oleh pemikiran Islam
berpendapat bahwa Tuhan yaitu satu namun
memiliki banyak sifat. Penegasan ini
memberikan pemahaman bahwa bermacam-
macam agama sebagai sifat-sifat atau
perwujudan yang berbeda dari satu Tuhan.
Dalam memahami umat pilihan, sebagian
penganut Yahudi merasa bahwa agama dan
bangsa tidak bisa dipisahkan. Mereka yakin
bahwa Tuhan telah memilih mereka sebagai
bangsa atau umat pilihan di dunia ini. Terbukti
dengan adanya kontrak perjanjian Ibrahim
dengan Tuhan dan adanya Taurat yang
diberikan kepada Musa. Mereka juga merasa
bahwa tanah Canaan yaitu tanah yang
dijanjikan Tuhan bagi orang-orang Israel
sesuai dengan Taurat. Dalam menyikapi
tembok ratapan para penganut Yahudi merasa
bahwa tembok itu penuh bermakna terutama
saat berdoa mereka percaya bahwa Tuhan
akan mengabulkan segala permintaan. Paus
Johanes Paulus II pernah berdoa di depan
tembok Ratapan itu memohon kepada Tuhan
diberi perdamaian di Timur Tengah. Perilaku
itu diabadikan oleh pemerintah Israel dengan
membuat perangko.
Komunitas Keagamaan
Komunitas Keagamaan (religious
community) sebagai wujud keterlibatan
masyarakat dalam suatu klompok atau
golongan penganut keagamaan. Komunitas
penganut keagamaan diatur secara formal dan
informal. Komunitas Yahudi terorganisir
dalam kelompok keagamaan yaitu penganut
Agama Yahudi. Istilah Yahudi tidak hanya
ditujukan untuk nama agama tetapi juga
ditujukan kepada nama bangsa. Dalam
sejarahnya istilah bagi orang-orang Yahudi
mengalami perubahan istilah-istilah; seperti
Hebrew, Israel, Judean Zionis dan Jews.
Istilah pemimpin komunitas Penganut
Yahudi dalam sejarahnya mengalami
perubahan mulai dari Partiarckh (zaman
Ibrahim), kepala suku, Hakim, Raja sampai
Rabbi. Namun dalam Negara Israel dipimpin
oleh perdana Menteri. Sejak Tahun 70 S.M.,
terdapat komunitas Yahudi di Timur Tengah
dan Afrika Utara termasuk Mesir dan Yunani
dan Itali, Prancis, Spanyol, Jerman bahkan
Inggris. Komunitas lama di Babilonia telah
tumbuh juga, dan penghuni Bangsa Yahudi
telah menembus Arab sampai Yaman.
Sebagai komunitas Agama, penganut
Agama Yahudi berbeda dengan Kristen dan
Islam. Perbedaan tersebut dikarenakan konsep
keyakinan, prilaku dan pengalaman
keagamaan. Kebanyakan orang-orang Yahudi
menolak keberadaan Yesus sebagai juru
selamat. Mereka beranggapan bahwa Juru
Selamat yang benar akan membawa
keselamatan, tidak memerlukan “kedatangan
kedua”. Para penganut Agama Yahudi
meyakini bahwa konsep Trinitas merupakan
hal yang bertentangan dengan keesaan Tuhan,
terutama keyakinan Kristen bahwa Yesus
yaitu Anak Tuhan.
Begitu pula sikap penganut Agama Yahudi
tidak mengakui ajaran Islam dikarenakan
ungkapkan bahwa barangkali sebagaimana
tradisi pada masa itu menegaskan bahwa
Muhammad tidak sesuai dengan harapan
mereka tentang seorang yang dinantikan. Hal
ini jelas dalam Al-Qur’an bahwa walaupun
wahyu-wahyu itu disebutkan berulang-ulang
oleh Muhammad kepada masyarakat Madinah
yang mirip dengan wahyu dalam Taurat tetapi
berbeda dalam rinciannya. Orang-orang
Yahudi curiga keotentikannya Al-Qur’an
diwahyukan dalam bahasa Arab dan dalam
kontek budaya Arab. Sebagaimana Taurat
diwahyukan dalam bahasa Ibrani dan dalam
konteks budaya bangsa Israel. Perbedaan gaya
wacana ini mungkin menjelaskan banyak
perbedaan. Tetapi ketidaksesuaian itu rupanya
kurang bagi orang-orang Yahudi yang telah
waspada terhadap apa yang mereka anggap
penyimpangan makna Bibel Yahudi yang
ditemukan dalam Perjanjian Baru dan
interpretasi orang-orang Kristen.
Sejak dulu bangsa Yahudi yaitu
komunitas kecil yang selalu dikelilingi oleh
masyarakat lainnya. Dalam Bibel bangsa
Yahudi atau Israel disebut am segullah (umat
tersayang) yang selalu memelihara hubungan
baik dengan Tuhan. Komunitas Yahudi yang
popular dibicarakan dan menjadi permasalah
dunia hingga saat ini yaitu Zionisme dan
Israel.
Gerakan Zionis pada awalnya sebagai
gerakan nasional sekuler yang tidak
didasarkan pada aturan-aturan keagamaan,
tetapi dipengaruhi oleh ide-ide Barat modern
dari Negara sekuler yang merdeka dan
modern. Walaupun mereka sangat kuat
kesadarannya terhadap identitas Yahudi, tetapi
mereka tidak merasa terpaksa untuk mengikuti
hukum keagamaan. Tujuan utama mereka
yaitu imigrasi masa untuk menetapkan tanah
air bangsa Yahudi agar mengatasi masalah
besar dari anti semitisme di Eropa.
Orang-orang Yahudi yang taat secara
keagamaan pada mulanya tidak mendukung
bahkan mengutuk garakan zionisme. Kebanya-
kan diantara mereka yaitu orang-orang Yahu-
di orthodox, alasan mereka bahwa mereka
percaya bahwa tujuan menetapkan tanah air
Yahudi mewakili sebuah upaya untuk
“memperkuat Tangan Tuhan” dengan cara
membawa keselamatan politik menurut
kedudukan normatif orthodox, sedangkan
beberapa upaya memperkuat Tangan Tuhan
sebagaimana yang dilakukan pada masa lalu
akan menghasilkan bencana. Seharusnya
orang-orang Yahudi perlu menunggu dengan
sabar sampai Tuhan memberi keputusan
waktu untuk keselamatan yang abadi. Menurut
mereka kekuatan sombong terhadap Tangan
Tuhan oleh Zionist sekuler hanya akan
menghasilkan kemarahan Tuhan dan
menimbulkan bencana lain. Sampai hari ini
sebagian penganut Yahudi Orthodoks
mengutuk zionisme dan Negara Israel karena
alasan ini, tetapi kebanyakan orang Yahudi
yang taat sekarang mendukung Zionisme dan
Negara Israel dengan sangat antusiasme.
Pendirian Negara Israel pada tahun 1948
seiring dengan semangat imperialism dan
nasionalisme. Sebagian penganut Yahudi
menganggap bahwa Israel yaitu kombinasi
dari Agama, Bangsa, dan ras karena organisasi
dan definisi agama Yahudi berada pada aturan
peradaban keagamaan nasional yang diwu-
judkan dalam bentuk keyakinan, ritual dan
aturan-aturan perilaku anggota warga yang
dibentuk bersama dan dihormati. Tetapi
Negara Israel tidak mewakili seluruh penganut
Agama Yahudi dunia, karena penganut
Agama Yahudi tidak hanya terdapat di Israel
melainkan di tempat-tempat lain, seperti di
Amerika, Afrika Asia –termasuk di Indonesia.
Dari uraian di atas penulis dapat
mengatakan beberapa hal, diantaranya;
Yahudi merupakan kombinasi dari Agama,
Budaya, Bangsa dan Ras. Yahudi sebagai
fakta sejarah menunjukkan suatu kisah sejarah
yang memiliki karakter spiritual, intelektual
dan mampu mempertahankan identitasnya
(survive). Secara sosiologis Yahudi termasuk
agama karena memiliki unsur-unsur agama
yaitu kepercayaan keagamaan, pengalaman
keagamaan, ritual keagamaan dan komunitas
keagamaan. Yahudi sebagai fakta sosial
keagamaan telah berperan dan beriteraksi
dengan masyarakat non-Yahudi baik dalam
komunikasi konflik maupun integrasi. Hal ini
penting untuk bahan pelajaran dalam memeli-
hara perdamaian di masyarakat termasuk di
Indonesia yang memiliki keanekaragaman
agama dan budaya. Apabila ancaman konflik
antar penganut agama bisa diatasi, maka
memelihara integrasi di kalangan antar etnik
perlu terus dijaga.