Ekslopedi aliran Mazhab 21


 terhadap Rasul. Dan, pada vraktu bersamaary membantah klaim

paham-paham yang mengingkarinya:

1.. Munculnya perselisihan di tengah manusia yang dipicu persoalan-

persoalan tertentu, sehingga masing-masing pihak mengaku paling

benar, namun tidak ada di antara mereka yangbertindak sebagai hakim

yang memutuskan dan menyatukan mereka pada satu kebenaran.

Perselisihan adalah pangkal dari kerusakan. Hal seperti ini dihukumi

buruk oleh akal. Akal membutuhkan seseorang yang membantunya

dntuk mengenal yang baik dari yang buruk. Daru tidak ada yang lebih

tahu mengenai hal itu selain yang menciptakannya. Oleh karena itu,

harus ada Rasul atau utusan dari sisi Allah untuk menjelaskan kepada

manusia yang berdampak baik dan buruk bagi mereka.

2. Sebagaimana diketahui, ulama berlomba untuk mengenali kebutuhan

manusia dan maslahat mereka dalam urusan agama dan dunia.

Sebagian memiliki yang tidak dimiliki sebagian yang lain. Jika benar

terjadi saling unggul-mengunggulkan di kalangan manusia, maka

sudah tentu yang di sisi Allah lebih unggul. Bahkan, lebih maslahat

bagi manusia. Maka, Dia pun mengajarkan yang di sisi-Nya melalui

para Rasul.

3. Wacana mengenai kebajikan dan kejahatary kebaikan dan keburukan,

mengalami pro dan kontra. Terkadang sesuatu dihukumi halal oleh

1691. lbid., l":.kn. 176-202.

830 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

akal, tetapi dilarang pada waktu yang lain. Demikian itu menggam-

barkan keterbatasan akal. Oleh karena itu, diperlukan seseorang yang

dapat mengajarkannya untuk mengenal kebenaran yang hakiki, tanpa

dipengaruhi tendensi hawa nafsu dan kepentingan pribadi.16e2

Menegaskan Kebenaran Rasul

Para Rasul itu memiliki sifat jujur dalam menyampaikan amanah dari

Tuhan mereka. Syaikh mengemukakan beberapa dalil mengenai hal itu,

antara lain:

1. Berdalil dengan keadaan para Nabi di antara kaumnya. Mereka rata-

rata dikenal sebagai pribadi yang baik oleh rekan-rekannya, amanah,

juga jujur. Alhasil, itu mengusir keraguan terhadap mereka, terlabih

bagi yang sudah mengenalnya sejak kecil hingga dewasa. Tak pelak,

mereka dikenal sebagai pribadi yang suci dan bertakwa. Akan tetapi,

kaum yang lain belum tentu seperti itu. Mereka juga tidak tumbuh dan

berkembang dengan prinsip-prinsip luhur ini. Hal ini menunjukkan

bahwa siapapun yang diutus Rasul pada mereka, berarti mereka

terjaga dari aib. Mereka terlindungi dari kehinaan. Inilah bukti empiris

dan historis.

2. Terdapat beberapa bukti nyata dari Allah berupa kejadian luar biasa

yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain, yang berbeda dengan

sihir dan praktik perdukunan. Pun yang menundukkan akal pada

penguasanya.

Syaikh berbicara tentang perbedaan sihir dengan tanda-tanda

kenabian. Tujuannya, untuk menjelaskan bahwa tanda kenabian tidak bisa

diklaim oleh selain Rasul. Sebab, tanda itu datangnya dari Allah. Maka,

tidak akan diberikan untuk memperkuat seseorang yang pembohong,

dukury dan pembangkang. k'ri adalah dalii temporal untuk menguatkan

logika, yaitu kejadian luar biasa yang dimiliki seorang manusia tidak

mungkin bersumber dari selain Allah, dan itu tidak untuk menguatkan

para pembohong dan yanp; mengaku Nabi. Adapun bukti kebenaran Nabi

Muhammad g" meliputi tanda-tanda kenabian sebelumnya. Semuanya

L692 lbid., hlm.182

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 831

tanda-tanda inderawi, selain juga disertai tanda-tanda maknawi, yakni

Al-Qur'an, yang membuat setiap lisan kelu, dan menjadikan akal tak kuasa

mendatangkan satu ayat atau satu surah sepertinya.

Syaikh menegaskan, ftasul itu terjaga dari kesalahan, kebohongan,

dan kelalaian. Maka, ia menyifatinya dengan keadaan terbaik, sebagaimana

beliau disifati oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Beliau lebih baik dari bulan

purnama, lebih wangi dari minyak misik, lebih lembut dari sutera,

keringatnya hampir-hampir bisa dijadikan minyak wangi. Bahkan, dalam

hal penampilary tak seorangPunyang disifati lebihbaik dan indah daripada

beliau. Semua itu menunjukkan beliau terlepas dari kekurangan. Tuhan

telah menghiasinya sebaik mungkin, sehingga tak dipungkiri beliau berhak

menyandang gelar sebagai makhluk terbaik. Beliau sama sekali tidak

diketahui berbohong, tidak melakukan dosa, tidak lari dari hadapan musuh,

dan tidak pula berakhlak keji... Beliau tidak menipu, tidak berkelahi, tidak

berbuat keji, dan sama sekali tidak mementingkan dirinya sendiri.

Allah S6 telah menguatkannya dengan banyak tanda-tanda inderawi,

seperti bulan yang terbelah, merintihnya pepohonan, kepasrahan batu,

bertasbihnya kerikil, bertambah banyaknya makanan yang sedikit, musuh

yang didoakan tertimpa bencana kemudian dimohonkan pertolongan

hingla mereka tertolong, juga mukjizatlsra' dan Mikraj... Barangsiapa

mencermati dengan seksama keadaan para Rasul berikut mukjizatnya,

pasti akan mendapati bukti-bukti logika dan naqli yang menunjukkan

kenabian beliau ffi.

Syafaat

Al-Maturidi menetapkan bahwa Rasulullah ffi- dapat memberikan

syafaat, karena Al-Qur'an dan hadits menetapkan itu bagi beliau. Syafaat

Rasulullah diperuntukkan juga bagi pelaku dosa dan maksiat, bukan semata

bagi yang taat saja, sebagaimana dikemukakan Mu'tazilah.

Kebutuhan pribadi yang tidak berdosa dan tidakbermaksiat terhadap

syafaat tidak seperti kebutuhan mereka yang berdosa dan bermaksiat.

Syaikh berkata, "Menurut kami, syafaat itu bagi pelaku dosa dan maksiat.

Sebab, yang tidak berdosa dan bermaksiat tidak membutuhkan syafaat."

832 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Syafaat yang diberikan kepada pendosa merupakan buah dari kebajikan

yang diperbuatnya.l6e3

Syaikh membantah pendapat Khawarij dan Mu'tazilah yang meng-

ingkari syafaat. Ia menjelaskan bahwa syafaat yang dipahami mereka

didasarkan pada analogi alam gaib atas alam nyata. Ini keliru dari banyak

sisi, baik secara logika maupun nash. Pada akhirnya, mereka mengatakan

keabadian surga dan neraka, berikut keabadian penghuninya masing-

masing. Mereka menolak klaim Al-Jahm bin Shafwan yang mengatakan

surga dan neraka itu fana'. Begitu juga membantah mereka yang

mengatakan bahwa gerak penghuninya juga fana' .Pendapat ini didasarkan

dalil aqli dan naqli.

Allah $a menjadikan surga sebagai tempat yang suci dari berbagai

kemaksiatan. |ika memang pada akhimy a fana', pastilah ada aib paling besar

di situ. Padahal, seseorang tidak akan tenangl6% berada dalam kehidupan

yang pada akhirnya hilang. ]ika berakhir fana', maka akan menjadi nikmat

bagi penghuninya. Maka, ketika dibersihkan dari seluruh aib, keabadian

lebih pantas bagi penghuninya. Jika ini disifatkan pada surga, maka begitu

pula terhadap neraka.

Hakikat Iman

Sebagaimana Imam Abu Hanifah, Al-Maturidi berpandangan bahwa

iman itu hanyalah pembenaran dengan hati. Dalam hal ini, ia berbeda

pendapat dengan yang mengatakary iman itu adalah pernyataan dengan

lisan, pembenaran dengan hati, dan pembuktian dengan perbuatan.

Pendapatnya ini juga didasari dabl aqli dannaqli.Ia berkata, "Yangpaling

berhak beriman itu adalah hati. Dalilnya, aqli dannaqli. Sebagai dalil naqli,

Allah ik berfirman, "Yaitu orang-orang (munafik) yang mengatakan dengan

mulut mereka, 'Kami telah beriman,' padahal hati mereka belum beriman" (Al-

Ma'idah : 41). Dan Allah $a berfirman, "Orang-orang Arab Badui berkata,

'Kami telah beriman.' Katakanlah (kepada mereka), 'Kamu belum beriman, tetapi

katakanlah "Kami telah tunduk (lslam)," karena iman belum masuk ke dalam

hatimu"' (Al-Hujurae 14). Ayat ini menampik keimanan yang diucapkan

1.693 Ta'zoilat Ahl As-Sunnah, hlm. 590-591.

1.694 lbid., hlm. 75-76.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 833

I

i

oleh lisan mereka, karena iman tidaklah masuk ke dalam hati mereka.

Andaikata iman itu cukup dengan lisan, pastilah karena perkataan mereka

akan disebut beriman. Syaikh menuturkan banyak ayat Al-Qur'an yang

membantah keimanan itu dengan lisan. Begitu pula yang mengatakan

bahwa pembuktian dengan perbuatan merupakan bagian dari iman.

Sementara itu, sebagai dalil aqli, ia berkata, "Iman itu agama, dan

agama itu keyakinan. Adapun yang meyakini itu adalah hati, bukan lisan.

Bukan pula perbuatan anggota badan." Menurutnya, makna kontekstual

memperkuat pendapatnya. Sebab, iman menurut bahasa bermakna

membenarkan dengan hati, sebagaimana firman Allah; "Engkau tentu tidak

akan percaya kepada kami, sekalipun kami berkata benlr" (Yusuf: 17).

Selanjutnya, Al-Maturidi berpindah pada topik lain yang tidak kalah

penting. Secara tegas ia menyatakan, oleh karena keyakinan itu merupakan

perbuatan hati, maka tidaklah sah jika di bawah paksaan. Sebab, tak seorang

pun mampu menguasai hati. Mungkinkan kita mengetahui seseorang yang

tidak dapat berbicara; apakah ia beriman atau tidak? Padahal, hatinya yakin

dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian itu menegaskan bahwa

hati adalah tempat keyakinan, bukan lisan. Perintah beriman memang

diucapkary akan tetapi dengan berpikir dapat diketahui hakikatnya, yaitu

bahWa semua itu merupakan perbuatan hati. Dimakruhkan seseorang

lisannya bilang kafir, padahal hatinya merasa tenang dengan keimanan.

Itulah hakikat dari seruan Al-Qur'an yang disertai bukti-bukti.

Al-Maturidi dan para pengikutnya membantah pendapat Murji'ah

dan Jahmiyah yang mengatakan bahwa iman itu adalah pengetahuan saja.

Menurutry a, irja' (penrndaan atau penangguhan) itu ada dua macam; terpuji

dan tercela. Irja'yangterpuji adalah: menangguhkan para pelaku dosa besar

hingga Hari Kiamat dan tidak memutuskan secara pasti apakah ia masuk

surga atau neraka. Sebab, bisa jadi mereka menerima syafaat Rasulullah.

Beliau bersabda, "Syafaatku bagi para pelaku dosa besar di kalangan umatku.

Maka, ditangguhkan urusanmerekakEada Allah.likaDiaberkehendak, mereka akan

disiksa. Akan tetapi, jikaDiaberkehendak, mereka akan diampuni, dan diterimakan

kepada mereka s! afasf." tdss

].695 At-Tauhid,282.

834 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

Konon, Mu'tazilah mengatakan, "Murji'ah adalah mereka yang

menangguhkan para pelaku dosa besar dan tidak menempatkan mereka di

surga atau neraka." Hal ini juga diceritakan dari Abu Hanifah.16e6

Al-Maturidi sependapat dengan Mu'tazilah dalam pernyataan di atas.

Ia berkata, "Penangguhan ini benar dan pantas diutarakan.'/16e7

Adapun irja' atau penangguhan yang tercela, dinisbatkan oleh Syaikh

kepada Qadariyah danlabariyah, karena terdapatcelaan bagi mereka dalam

hadits; "Dua golongan di kalangan umatku yang tidak akan mendapatkan

syafaatku, yaitu Qadariyah dan Murji'ah." Syaikh menafsirkan murji'ah

(yr.g menangguhkan) dalam hadits ini adalah |abariyah, karena mereka

sependapat dengan Qadariyah;16e8 menilai bahwa iman itu makhluk.

Menurutnya, iman tidak boleh disertai istitsna', seperti mengatakan,

"Saya insya Allah beriman." Sebab, menurutnya, menyatakan keimanan

itu harus mutlak tanpa istitsna'(mengatakan insya Allah). Ia membantah

mereka yang membolehkan pernyataan keimanan disertai istitsna' , seperti

Mu'tazilah, Khawarij, dan Hasywiyyah.l6e Menurutnya, Islam dan iman itu

satu dalam urusan agama, meskipun berbeda istilah dan pengungilupurr.

Qadha'dan Qadar

Menurut Al-Maturidiyah, masalah q adha' dan q adar er at hubungannya

dengan kehendak Tuhan, serta keterikatan keduanya dengan penciptaan

perbuatan (khalqul af al). Jika telah ditetapkan bahwa Allah menciptakan

perbuatan, berarti tetap pulalah kehendak-Nya, berikut takdir-Nya atas

perbuatan itu.

Qadha'adalah menentukan sesuatu sesuai haknya. Boleh menyebut

perbuatan manusia sebagai qadha'Allah, karena memang Dialah yang

menciptakan dan menghendakinya. Adapun qadar adalah sesuatu yang

keluar dari ketiadaan menjadi ada sesuai kehendak-Nya. Atau, menjadikan

segala sesuatu apa adanya, baik atau buruk kebajikan atau kejahatan, hikmah

atau kebodohan.lTm Inilah penafsiran atas firman Allah Sg, "Sungguh, Kami

menciptakan segala sesuafu menurut ukuran" (Al-Qamar: 49).

tbid.

rbid,283.

tbid,284.

tbid,360.

lbid., l:.Lrn.307

1.696

1.697

1.698

1.699

1700

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 835

Iman terhad ap qadar merupakan salah satu rukun Islam, sebagaimana

disebutkan dalam hadits Jibril yang terkenal, ketika ia berkata, "Hendaknya

engkau beriman kepada qadar, yang baik mauPun yang buruk, yang manis

maupun yang pahit." Qadha' Tuhan meliputi kebaikan dan keburukan'

Sementara itu, Mu'tazilah berpandangan, Allah tidaklah menentukan

maksiat dan kekafiran. Dan, seseorang tidak boleh berdalih dengan qadha'

dan qadar atas maksiat yang diperbuatnya. Ada tiga alasan, antara lain:

1. Allah-lah yang menentukan dan menciptakan. Apapun yang

ditentukan dan diciptakan Allah, tidak diketahui siapapun, kecuali

setelah ia berikhtiar dan melakukannya. Seseorang tidak boleh

menyalahkan Allah atas apa yang diperbuatnya sendiri.

2. Ilmu, kehendak, dan qadha'Allah tidak mempengaruhi seseorang atas

apapun yang diperbuatnya; tidak mendorong dan memaksa mereka.

Mereka dibiarkan dengan pilihan dan keinginannya yang merdeka.

3. Tak seorang pun terbetik dalam benaknya ketika melakukan sesuatu,

bahwa Allah-lah yang menentukan itu. Alih-alih, ia merasa telah

menentukan pilihan dan menginginkannya'l7oi Biasanya, seperti itu

dijadikan dalil dalam kebatilan. Padahal, setiap orang tahu bahwa

yang dilakukan adalah atas pilihannya sendiri' Syaikh sepakat

dengan Mu'tazilah bahwa nama-nama yar.g buruk tidak pantas

dinisbatkan kepada Allah, atau yang dianggap buruk. Adalah makruh

menyandangkan kekafiran dan kejahatan kepada Allah, termasuk

pada qadha' dan qadar-Nya. Sebab, Allah hanya disifati dengan

perbuatan-Nya sendiri, bukan perbuatan hamba-Nya. Kejahatan dan

keburukan itu bersumber dari manusia, bukan dari Allah.

Dalam banyak masalah teologis, Al-Maturidiyah terlihat moderat. Ia

berada di posisi tengatr, antara Mu'tazilah dan Asy'ariyah. Akan tetapi,

secara umum mereka lebih cenderung pada Asy'ariyah daripada Mu'tazilah.

Oleh karena itu, banyak pihak dari kalangan Al-Maturidiyah dan

Asy'ariyah yang menulis risalah untuk menjelaskan perbedaan antara dua

kelompok ini. As-subki menuturkan dalam Thabaqat-nya bahwa antara

Al-Hanafiyah dengan Asy'ariyah terdapat tiga belas masalah khilafiyah;

enam di antaranya merupakan perbedaan yang mendasar, sedangkan

1701. lbid, hlm. 309-310.

836 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

sisanya hanya sebatas perbedaan redaksional. Sementara itu, Al-Bayadhi

menyebutkan lima puluh permasalahan khilafiyah. Ia berkata, "Seluruhnya

merupakan perbedaan yang sesungguhnya." Syaikh Zadah berkata, "Ada

empat puluh permasalah an." 77oz

Apapun adanya, kedua'madzhab ini sangatlah berdekatan. Dalam

bab akidah, bersama ahlul hadits dan kaum salaf, keduanya sama-sama

mewakili pendapat Ahlu Sunnah wal Jamaah.

Sebagaimana kami paparkan di depan, istilah Ahlu Sunnah wal

jamaah meliputi Asy'ariyah dan Al-Maturidiyah, termasuk al-muhndditsun.

Akan tetapi, jumlah pengikut Asy'ariyah lebih banyak di belahan dunia ini,

terutama di benua Afrika, bagian timur dan selatan Asia, dan anak benua

Hindia - melayu, Indonesia, dan sekitarnya. Selain itu, di beberapa wilayah

Arab, seperti Syam dan Irak. Sementara itu, Al-Maturidiyah tersebar di

anak benua Hindia, Afganistan , Tranzoxiana Turki dan sekitarnya, seperti

dari Balkan dan timur Eropa.

Para pengikut Al-Maturidiyah dan peneliti mengakui persebaran

Asy'ariyah di dunia Islam, meskipun interpretasi mereka berbeda-

beda. Seorang peneliti asal Turki, Husain Atai, berkata, " Ar-Razi telah

memberikanorientasibaru dalam ilmu kalam. Trenbaru ini menyebabkan

tersebarnya Madzhab Asy'ariyah. Sebaliknya, berpengaruh terhadap

berkurangnya minat terhadap Madzhab Al-Maturidiyah. . ." tzu

Seorang berkebangsaan Mesir yang secara spesifik meneliti Al-

Maturidiyah, Ali Abdul Fattah Al-Maghribi, berkata, "Pendapat-pendapat

Al-Asy'ari tercatat lebih tersebar dibandingkan Al-Maturidi dan Ath-

Thahawi. Banyak sekali pengikutnya dari tokoh-tokoh bangsa yang

mempelajari madzhabnya secara lebih luas dan mendalam. Di pundak

merekalah tersebar madzhab ini ke seanteo dunia Islam..."17M

Apapun adanya, sesungguhnya para imam teolog kalam dalam

setiap generasi tidak lepas dari para pengikut Al-Asy'ari. Sebagai contoh,

Al-Baqilani (403 H),Ibnu Furuk (406), Al-Juwaini (478), Al-Ghazali (505),

1702 Lihat: Al-Eiraq Al-lslamiyyah, oleh Dr. Abdul Fattah Fuad, hlm. 236-237.

1703 At-Tai Husairy mukadimah tahqiq-nya atas Al-Muhshal yang ditulis oleh Ar-razi, Darut

Turats, Kairo,1991., hlm. 7 -8.

1704 Al-Maghribi, Ali Abdul Fattatu lmam Ahlu As- Sunnah wal lama'ah Abu Manshur Al-

Maturidiwa Ara'uhu Al-Kalamiyyah, Maktabah Wahbah, Kairo, 1085 M.

\--

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 837

l

Asy-Syahrastani (548), Ar-Razi (606), Al-Amadi (631), Al-Baidhawi (685),

Al-Iji (756), At-Tiftazani (793), Al-]urjani (816) dan sebagainya yang hidup

semasa dengan mereka maupun yang sesudah mereka, semuanya memiliki

peran penting dalam memperkuat Madzhab Asy'ariyah dan memperluas

area persebarannya di kalangan umat Islam. Terlebih didukung oleh

konstelasi politik, sosial, dan pemikiran.lTos

jika Asy'ariyah patut berbangga dengan prestasi para tokoh itu,

maka Al-Maturidiyah pasca perintisannya di masa-masa pertama oleh dua

imam, yaitu Imam Abu Hanifah a'"r (w. 150 H) dan Imam Abu Manshur A1-

Maturidi (w.333 H.), jugamemilikipara tokoh. Sebutsajayang di diwilayah

Transoxiana, khususnya kota Nasf, ada Abu Al-Mu'in An-Nasaf, (508 H),

penulis Bahr Al-Kalam dan At-Tabshirah, dan sebagainya. Selain itu, ada

juga Najmuddin Umar An-Nasafi (537 H.), penulis Al-Aqa'id An-Nafsiyyah

yang terpublikasi secara masif. Selain itu, ulama anak benua Hindia dan

Afganistan dari kalang an Ad-Duyubnidiyyun dan sebagainya, seperti Anwar

SyahAl-Kasymiri, Syaikh Muhammad Asyraf Ali At-Tahanuwi- (penulis

Al-lntibahat Al-Mufidah fi Hilli Al-lsytibahat Al-Jadidah-(1362 H), Al-

Farhari - (penulis Arz -Nibras). Selain itu, ulama Turki, khususnya di bawah

Dinasti Ottoman, seperti Khidhr Beik, Al-Kafawi (990 H.), Abu As-Su'ud

Al-Imadi, Mula Khasru, Ala Ali Al-Qari, Thasy Kubra Zadah,Ismail Haqqi,

el-nay'adhi - (penulis lsyarat Al-Haram min lbarat Al-lmam), dandua syaikh

penutup al-muta'akhkhirun, yaitu: Mushthafa Shabri- (penulis Mataqif Aqli

wa Al-llmi wa Al-Alim Minallahi Rabb Al-Alamin wa Anbiya'i Al-Mursalin) -

dan Muhamm ad Zahid Al-Kautsari - (penulis At-T ahqiqat Ad-D aqi q ah w al

Ar a' As- S adi dah fi At- Turats Al-lslami bi Ammah ut a' Ilmi Al-Kalam As- Sunni

bi Khnshshah, wa Al-Maturidi bi Wajhin Akhashsh).1706

Semoga Allah merahmati semuanya, juga memberikan balasan terbaik

atas nf,sihat keagamaan mereka, serta pengabdian mereka terhadap umat

Islam.

Prof. Dr. Muhammail As-Sayyid Al-lulainid

L705 Asy-Syafi'i, Hasan Mahmud, Madkhal ila Dirasati llm Al-Kalam, Karachi, 1988 M., hlm.

8259.

1706 lbid, hlm. 82-84.

838 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

*r,ilx. :-:r:tlii:i:y:iir:::'_ar:!.:rr.i,.f:!: :..':.1i

i.,l:i.,t,' rl,,ijA frrri;11i-r

?r;.!_t:ll.-rr,r:*::;:qrt !-:,.i1i:

:-i- r-- .:' ,. r.-.- ri:lr,: -n,.il 

..i:

$d?h,a;rii:}dixr**

AL.MUJASSIMAH

SAHABAT Rasulullah ffi tumbuh dan berkembang dengan akidah yang

suci, bersih dari setiap syubhat. Tak seorang Pun di antara mereka yang

melakukan tasybih atas sifat-sifat Allah yang wajib, mustahil, dan yang

jaiz. N[ereka meyakini bahwa Allah itu Mahasuci dari seruPa dengan

makhluk-Nya. Mereka percaya bahwa setiap yang dibayangkan pikiran

dan yang dihalusinasikan imajinasi sama sekali berbeda dengan Allah yang

sesungguhnya. Antara Dia dengan makhluk-Nya tak sedikit pun memiliki

kesamaan dalam Zat dan sifat-Nya. Allah ic berfirman, "Tidak ada sesuatu

pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat"

(Asy-Syura:11).

Di antara tanda akidah yang benar adalah, mereka berpantang dari

menginterpretasikan ayat mutasyabihat. Alih-alih, ayat yang seolah-olah

menampakk an tasybih dan taj sim mereka serahkan maknanya kepada Allah.

Sebab, ayat-ayatseperti ini memang tidak dapat ditafsirkan secara terpisah

dari maksud Al-Qur'an dan rahasia bahasa Arab. Mereka meyakini semua

bersumber dari Allah ig. Mereka tidak menafsirkannya dengan makna

tertentu, melainkan menyerahkan kepada yang menurunkannya. Sikap

para sahabat salaf ini merupakan tafsir implementatif terhadap firman

Allah; " ...Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, 'Kami beriman

kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisiTuhankami.' Tidak adayang dapat

mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal" (Ali Imran: 7).

Tindakan serupa juga dilakukan oleh generasi berikutnya, baik tabiin

maupun para imam yang diridhai, seperti Abu Hanifah, Asy-Syafi'i,

Ahmad, Al- Auza' i, Ishaq, dan sebagainya.Al-Lalika'i menuturkan dalam

As-Sunnah, dan Al-Baihaqi dalam Al-Asma' toa Ash-Shifnt, bahwa Rabi'ah -

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 839

3 gl

syaikhnya Imam Malik-ditanya tentang firman Allah, "(yaitu) Yang

Maha Pengasih, yang bersemayam di atns 'Arsy" (Thaha : 5). Ia menjawab,

"lstiwa'(bersemayam) itu bukanlah sesuatu yang tidak diketahui, tetapi

bagaimana Allah bersemayam tidak dapat dirasionalisasi. Allah-lah yang

menurunkan risalatu Rasul berkewajiban untuk menyampaikan, sedangkan

kita berkewajiban untuk mempercay ait:ry a." rzoz

Dalam Sunan Al-Baihaqi disebutkan bahwa Al-Auza'i, Malik, Sufyan

Ats-Tsauri, dan Al-Layts bin Sa'd ditanya mengenai hadits-hadits yang

mengandun g tasybih - maksudnya, yang secara tekstual seolah-solah adalah

tasybih- . Mereka menjawab, "Bebaskan ia sebagaimana datangnya, tanPa

menanyakan bagaimana rry a." 1708

Setelah berakhirnya masa salaf dari kalangan sahabat dan tabiin,

serta meluaskan wilayah kekuasaan Daulah Islamiyyatr, mulailah dalam

Islam tumbuh berbagai kelompok dari beragam bangsa, seperti Persia,

Romawi, Yahudi, dan sebagainya. Sebagaimana diketahui, tidak semua

yang rhemeluk Islam ini berdasarkan pemahaman yang utuh mengenai

agamanya, tidak pula ikhlas yang sebenar-benarnya. Bahkan, ada juga

berpura-pura memeluknya, seperti kaum munafik dan zindiq. Sejak masa

Rasulullah hingga sekarang sejarah Islam tidak pemah kosong dari mereka.

$ereka tak mampu melawan Islam dengan kekuatan apapun, baik

material (militer) maupun maknawi (ilmu dan pembuktian). Maka, mereka

memilih mencampur-adukkan akidah mereka yang sesat dengan akidah

yang baru. Oleh karena itu, mereka menafsirkan ayat yang didiamkan oleh

kaum salaf, seperti ayat dan hadits mutasyabihnf. Mereka memaknainya

berdasarkan teks bahasa yang menggambarkan sifat makhluk-Mahasuci

Allah dari yang mereka katakan. Mereka memang membedakan antara

ayat yang muhkam dengan yang mutasyabihat. Akan tetapi, mereka tidak

menghuku-i yang mutasy abihnf dengan y ang muhkam.

Inilah salah satu sebab munculnya beberapa kesesatan yang berhu-

bungan dengan sifat Allah. Penyimpangan ini tergambar dalam dua sisi

yang berseberangan, yang digambarkan oleh Imam Abu Hanifah lewat

perkataannya;"Datangkepada kami dua berita yang buruk dari Masyriq:

7707 Al-l{ahzlr. Adz-Dzahabi,Tadzkirah Al-Huffazh..., juz I, hlm. 158'

1708 Al-Baihaqi, As-Sunan, juzll, hlm. 3.

840 Ensiklopedi AJiran dan Madzhab di Dunia lslam

jahm yang melakukan ta'thil (meruadakan sifat Allah), dan lvluqathil yang

melakukan tasybih (menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk-

Nya)."rzoe

Pertama, ta'thil yang dikemukakan oleh Jahm bin Shafwan dan para

pengikutnya dari kalangan Jabariyah tulen. jahm dan para pengikutnya

meniadakan sifat Allah. Menafikan Allah disifati oleh sifat makhluk-Nya,

karena itu akan menyeret mereka pada tasybih. Maka, ia menafikan Allah itu

Mahahidup dan Maha Mengetahui. Akan tetapi, ia mertetapkan bahwa Dia

Mahakuasa, berbuat, dan menciptakan. Sebab, tak ada makhluk yang disifati

seperti itu.1710

Kedua, tajsim (rnenggambarkan Allah sebagai jism). Kemunculannya

berhubungan dengan kemunculan trend pemikiran Al-Hasyawi. Tren ini

menjadi ekologi vang sangat apik bagi pertumbuhan arus tasybih dan tajsim.

Konon, Abdullah bin Saba'-lah (pemimpin aliran Sabaiyah) yang pertama

kali memasukkan kata al-jism dalam filsafat Islam, dan itu disandangkan

kepada Allah Sc. Alkisah, seseorang berkata kepada Ali bin Abi Thalib

uu;, "Andalah Tuhan yang sesungguhnya." Ali kemudian mengasihgkan

orang tersebut ke Madain. Dary ketika Ali meninggal dunia, Ibnu Saba'

berkata, "Ali belum meninggal. Yang dibunuh Ibnu Muljam adalah setan

yang menyerupai Ali. Sekarang dia di awan. Guntur adalah suaranya, dan

kilat adalah senyumannya. .."1711

Muqatil bin Sulaiman (w. 150 H) dianggap sebagai mufassir pertama

yang memasukkan isra' iliyyat bernuansakan taj sim. Para sejarawan sepakat,

ia termasuk salah seorang pelaku tasybih dan taisim.

Di Sijistan, pimpinan Al-Karramiyah, Abu Abdullah Muhammad

bin Karram As-Sijistani (w.2M atau 256 H.) menganggap tajsim sebagai

pemikiran yang penting dalam aliran Al-Karramiyah. Dan, itulah yang

menyebabkan Al-Karramiyah didudukkan sebagai kelompok Muj assimah

(yr.g melakukan taj sim).

Sejatinya, di bidang pemikiran, sulit sekali sebuah konsep diinfiltrasi-

kan secara mendalam dan dinisbatkan kepada seseorang. Nah, untuk

1709 Al-Khathib Al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, juz XIII, hlm. 165.

1710 Husain Sami Badawi, Al-Hujjah Ad-Damighah, Darur Razi, hlm. 18.

1711. Ar-Razi, l'tiqadat Firaq Al-Muslimin wa Al-Musyrikin, hlm. 57; Al-Mulaththa, At-Tanbih

wa Ar-Raddu'ala Ahl Al-Ahwa' wa Al-Bida',Kairo,1949, hlm. 25.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 841

mendobrak kesulitan itu, bisa dilakukan dengan membawa keluar akar

persoalan dari wilayah "menentukan" menuju wilayah "menguatkan".

|adi, menguatkan bahwa akarnya adalah ini dan ini. Dengan begitu, konsep

tajsim ini bisa kita kembalikan kepada beberapa tren, antara lain; tren

agama dan tren filsafat. Kita akan membahas lebih rinci soal akar agama

dan filosofis bagi tumbuh berkembangnya tajsim danmujassimah.

Pertama, kita akan mulai dengan akar agama yang menjadi pertum-

buhan tajsim. Akar ini terbagi menjadi: akar agama di luar Islam (seperti

keyakinan dan agama sebelum Islam) dan akar agama di dalam Islam itu

sendiri (seperti tren Al-Hasywiyy ah dengan kedua bentuknya: Hasywiyy ah

sebagai Syiah ekstrem, dan Hasywiyyah sebagai Al-Muhadditsun).

Adapun akar agama di luar Islam ini sangat erat hubungannya dengan

munculnya pemikiran tajsim di kalangan Yahudi.1712 Para peneliti Yahudi

berpendapa! konsep tauhid di kalangan mereka baru muncul belakangan.

Sebelumnya, mereka menyembah beberapa tuhan yang berupa jism,

kemudian menyembah yang paling besar. Kepadanya dinisbatkan beragam

sifat ketuhanan. Keyakinan Bani Israil seperti ini, hingga kemudian datang

Nabi Musa &5t membawa mereka keluar dari Mesir dan menyerukan

Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, ketika mereka ditinggalkan kepada

saudaranya, Nabi Harun Ery mereka kembali menyembah berhala. Mereka

memlertuhankan anak sapi. Allah Ss berfirmart, "Dankaum Musa, setelah

kepergian (Musa ke Gunung Sinai) mereka membuat patung anak sapi yang

bertubuh dan dapat melenguh (bersuara) dari perhiasan (emas). Apakah mereka

tidak mengetahuibahwa (patung) anak sapi itu tidak dapatberbicara dengan mereka

dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada merekaT Merekamenjadikannya

(sebagai sembahan). Mereka adalah orang-orang yang zalim" (Al-A'raf : 1tl8).

Agama Yahudi berhubungan dengan kandungan Taurat yang menyata-

kan bahwa Allah menciptakan manusia sesuai bentuk-Nya. Maksudnya,

1712 Al-Allamah Al-Kautsari berkata dalam mukadimah Tabyin Kidzb AlMuftara yang

ditulis oleh Ibnu Asakir: Beberapa rahib Yahudi dan Nasrani memperlihatkan Islam

di masa Khulafaur Rasyidin. Setelah itu, mereka menyebarkan mitos-mitos mereka,

melalui orang-orang yang tidak berilmu di kalangan perawi Arab. Mereka selanjutnya

meriwayatkan kepada orang lain dengan selamat, mempercayai berita dari mereka

bahwa Allah itu serupa dengan makhluk-Nya dan berupa iism. Adakalanya itu di-

rafa'-kan kepada Rasulullatu baik dengan disengaja maupun karena tidak. semenjak

itu, tasybih mulai merasuki keyakinan dan tersebar luas."

842 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

manusia diciptakan seperti gambaran Allah. Irrilah yang menjadikan mereka

menggambarkan Allah seperti manusia. Mereka sandangkan kepada Allah

sifat-sifat insani, baik secara fisik maupun emosional.

Taurat banyak dipenuhi anggapan-anggapan mereka bahwa Allah itu

jism dan memiliki gambaran seperti manusia. Kata-katanya membuat kita

merasakan tasybih dan tajsim. Sebagai contoh, bentuk, berbicara dengan

lisary berbicara dengan suara keras, melihat, Allah muncul di awan, Dia

menulis Taurat dengan tangan-Nya, bersemayam, menciptakan Adam seperti

gambaran-Nya, dan gigi geraham-Nya terlihat karena banyak tertawa. Kami

juga melihat Al-Karramiyah mengakar pada Kristen. Sebab, Ibnu Karram

menyebut Zatyang disembah sebagai jauhnr, sebagaimana anggapan kaun

Nasrani. Ia berkata, "Sesungguhnya Allah itu merupakan salah safii Zat,

salah satu/Lthnr."

Jika pendapat-pendapat Al-Karramiyah yang bernuansakan tajsim

dipengaruhi beberapa Kitab Suci, pada waktu bersamaan juga sangat

dipengaruhi oleh agama Persia kuno ,ym1di kalangan muslim lebihdikenal

dengan Al4hanwashiyah.

Beberapa keyakinan, seperti Al-Manawiyah, Ad-Dishaniyah, dan

sebagainya nyata-nyata ikut mempengaruhi pandangan Al-Karramiyah,

khususnya melalui makna cahaya dan kegelapan, juga efek-efeknya yang

bersifat inderawi atau jismiyah.

Ibnu Karram dan pengikut Al-Karramiyah sesudahnya berkata, "Allah itu

ada di atas. Karena itullah, kita menengadahkantanganketikaberdoa kepada-

Nyu." Irri senada dengan pemyataan Ats-Tsanawiyah, "Sesungguhnya cahaya

berada di atas ketinggian dan seterusnya hingga tak terbatas." Selain itu, Al-

Karramiyah juga mengadopsi konsep beberapa kelompok Ats-Tsanawiyah

yang mengatakan bahwa hal-hal yang baru (al-hnutadits) mereinkamasi atau

tinggal di dalam Zat Allah.1n3

Sementara itu, akar keagamaan di dalam Islam sendiri menjelma dalam

tren Al-Hasywiyyah. Menurut bahasa, Al-Hasywu berarti sesuatu yang

memenuhi bantal, dan sebagainya.

1713 Dr. Sahir Muhammad Mukhtar, At-Tajsim'inda Al-Muslimin wa AlFikr Al-lslamibayna

Al-lbda'wa Al-lbtida'; Dr. Muhammad Ahmad Abdul Qadir, sebuah kajian di interne!

Mawqi' Al-Matosu' ah Al-lslamiyyah.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 843

Al-Hasywiyyah bermakna ahlul hasywi; gelar bernada penghinaan

yang disandangkan kepada ahli hadits yang meyakini keabsahan hadits

bemuansakantajsim tanpa kdtik. Bahkan, mengutamakannya dari yang lain,

dan memaknai sesuai zhahimya (makna tekstual).ln4

Al-Isnawi berkata, " Penyebutan Al-Hasgniyy ah masih diperdebatkan.

Ada yang bilang huruf syin-nya di-sukun-kan, karena mereka tergolong

mujassimah, Dan, jism itu mahsyu (penuh, diisi). Akan tetapi, pendapat yang

masyhur mengatakan, huruf syin-nya di-fathah-Y,an Demikian itu dinisbatkan

padaal-hasya. Alasannya karena ketika mereka duduk di depan halaqahHasNt

Al-Bashri, didapati perkataan mereka tidak jelas. Al-Hasan Al-Bashri berkata,

'Suruh mereka duduk di hasya hnlaqah.' Maksudnya, di samping."1715

Begitulah penjelasan bahwa kata "Hasywiyyah" bisa jadi diambil dari

kata al-hasyTou wa al-al-idkhal (mengisi dan memasukkan). Orang-orang yang

menyimpang memasukkan hadits yang tidak jelas asal-usulnya ke dalam

hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah ffi.

Selain itu, masih ada interpretasi historis lain mengenai munculnya

istilah ini. Kata ini dinisbatkan kepada Hasan Al-Bashri, seorang tabiin

terkemuka yang menyebarkan ilmu di Bashrah. Majelisnya didatangi para

ilmuwan terhormat. Suatu hari, majelisnya dihadiri beberapa orang perawi

hadits* Mereka berbicara. Hasan Al-Bashri, " Suruh mereka ke hasrl a halaq ah, "

Maksudnya, ke bagian tengah. Maka, mereka pun kemudian disebut Al-

Hasywiyyah.

Sebagian lagi mengembalikan sebutan Al-Hasywiyyah kepada kaum

yang menyatakan bahwa AIah itu memiliki tempat. Dalam arti kata, Dia

berada dihasyut alam semesta. Maksudnya, di da1amnya.v16

TrenAl-Haswtyyah ini tersebar secara umum di dua wilayah:

Pertama, wilayah Syiah. Masyarakat Syiah diwamai ketidakjelasan. Di

tengah mereka muncul beragam tren dan kecenderungan yang bertentangan

satu sama lain. Kemudian muncul juga kelompok ekstrem di tengah mereka.

Mereka mengusung hadits-hadits yang tidak jelas untuk mengagung-

171.4 Da'irahAl-Ma'arifAl-Islamiyyah,Al-Hasyw,DarAl-Ma'arif,Beirut,juzVII,hlm.439.

17L5 AlJmam Al-Isnawi, Syarh Al-Minhaj..., jlz I, hlm.309.

-17L6 Dr. Hasan Asy-Syah'i, Al-Madkhal ilaDirasati llmil lGlam, Maktabah Wahbah, cetakan

ke-2, hal.78.

844 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

agungkan Ahlul Bait dan para imam. Fenomena ini semakin menjadi-jadi di

masa Imam Ja'far Ash-Shadiq. Dan, ia menampik semua yang dinisbatkan

kepadanya bertentangan dengan Al-Qur'an dan Sururah.

Di luar itu sernua, Syiah telah meletakkan pemahaman yang berbeda

mengenai istilah Al-Hasyutu. Menurut mereka, Al-Hasywu adalah perkataan

yang berlebihan dan jatutu bukan memasukkan perkataan ke dalam hadits

Nabi ffi.

Al-Allamah Al-Kautsari menilai, tasybih yang bersumber dari al-hnsyw

tidaklal'r bertahan lama di kalangan Syiah yang adil. "Mereka cepat menarik

diri darinya, begitu mendapat tanggapan dari Mu'tazilah. Ia tidaklah lama

di situ, seperti lamanya lusytaiyyat ar-rul,olt.'1n7

Kedua, wilay ah ahlul hadits (hnsywiyyat ar-ruwat).Salah satu pentolannya

adalah Mudhar bin Muhammad bin Khatid bin Al-Walid, Abu Muhammad

Adh-Dhabi Al-Asadi Al-Kufi, Kahmas bin Al-Hasan, dan sebagainya. Hadits-

hadits dha'if mereka merepresentasikan al-hasywu al-ha'il (Hasywiyyah besar-

besaran). Menurut mereka, Allah bisa disentuh dan berjabat tangan.Dernikian

juga bahwa mukmin yang iktrlas dapat melihat-Nya dengan kasat mata di

dunia dan akhirat, asal setelah melalui iyadhah dan ijtihad, mereka berhasil

mencapai tingkatan ikhlas. Selain itu, pemyataan AI-Qur'an bahwa Allah itu

bersemayam, memiliki tangary datang, dan berada di atas, mereka maknai

secara material. Dalam arti kata, mereka memaknainya sesuai zhahir ayat.

Bahkan, mereka juga menerima isra'iliyyatyang menisbatkan Zat Allah pada

t asybih dan t aj sim.171 3

Kecenderungan memahami ayat secara harfiah ini menyeret mereka

pada melakukan tasybih dan tajsim. Maksudnya, menisbatkan sifat-sifat

maklduk dan sesuatu yang bersifat material kepada Allah $8. Itulah ciri-ciri

Al-Hasytoiyyah. Namury perlu kita ketahui bahwa tren tasybih dan tajsim int

tidakhanya terjadi di dalamal-hnsyno saja. Maksudnya, penerimaan nash tanpa

disertai kitik ilmiah, atau pemahaman secara harfiah tanpa memerhatikan

penyucian Allah, sebagairnana diwajibkan nash maupun akal. Tajsim darr

T asybih in juga muncul di dalam prinsip-prinsip logika teologis dan Sufi sme.

Akan tetapi, pemicu al-hasyw ini sepertinya lahan subur bagi pertumbuhan

1 717 Mukadimah T abyin Kidzb Al-Muftara, kim. 19.

1718 Dr. Ali Sami An-Nasyar, Nasy'at Fikr Al-Falsafifi Al-lslam, juz I, hlm. 288.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 845

kecenderungan tasybih yang memperkeruh jernihnya akidah ketuhanan

dengan menggambarkan Zat dansifat Allah di bawah analogi kemanusiaan

dan material.171e

Konsep tajsimjuga mengakar pada pemikiran filosofis. Para pelaku

tajsim, terutama Al-Karramiyah, dipengaruhi oleh filsafat Yunani. Ketika Ibnu

Karram mengatakan al-haznadits melakukan hulul (rrrenyatu) terhadap zat

yangetemal, kita puntahubahwa Plato telahlebih dulu mengatakanitu. Plato

menyebutnya materi absolut, yang padanya terjadi hal-hal baru (hawadits).

Tentang hulul al-hawadits ini, Al-Allamah Abdul Qadir Al-Baghdadi telah

melakukan perbandingan antara Al-Karramiyah dengan Plato. Menurutnya,

mereka berdua sama. Ia berkata, "Kedua kelompok sepakat bahwa Zat

Atlah di masa depan tidak bisa lepas dari hulul al-hnwadits, meskipun itu

tidak te4adi di masa azali.Iri senada dengan pemyataan Al-Hayuli, bahwa

di masa azali, itu adalah j auhar y anghampa' ar dh. Sr-telah itu,' ar dh terjadi di

dalamnya. Jadi, di masa depan, ia tidak lagi hampa darinya."1720

Menurut Dr. Ali Sami An-Nasyar, kesamaan dua pendapat ini tidaklah

terjadi secara kebetulan, melainkan jelas-jelas karena dipengaruhi filsafat. Ia

berkata, "Inilah sumber Al-Karramiyah yang sesungguhnya. Akan tetapi,

sipakah pengikut Madzhab Al-Hayuli? Al-Baghdadi tidak membidik hakikat

secara sempuma. Hayuli Plato adalah pengikut Madzhab Hayuli absolut.

Sebagaimana kita ketahui, Plato menyebut materi eternal yang absolut

sebagai rakhwah, dan di situlah al-hawadits terjadi. |adi, Al-Karramiyah di

sini adalah Platoisme. Mereka adalah murid Plato yang dengan beberapa

perubahary kemudian mereka mengusung madzhab agama."'7"

Selain dipengaruhi Plato, Al-Karramiyah juga dipengaruhi Aristoteles.

Sebagaimana kami sebutkary pernyataan Ibnu Karram bahwa Allah itu

adalah salah satu zat, salah sat:u jauhar, mengakar pada kaum Nasrani yang

menyebut Allah sebagai jauhar. Lebih jauh lagi, mengakar pada filsafat

Yunani, khususnya Aristoteles, yang banyak berbicara mengenai jauhar.

Aristoteles berkata, " lauhar adalah sesuatu yang tidak berada di suatu

tempat." Maksudnya, di dalamnya ada yang lain, tetapi ia tidak berada di

1719 Lillrat: Dr. Hasan Asy-Syaf i, Al-Madkhal ila D irasati llmil Kalam, hal. 7 6.

1720 Al-Farqu Bayna Al-Firaq, di-tahqiq oleh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid,

Maktabah Muhammad Ali Shabih, Kairo, hlm. 218.

1721. Llhat: Nasy'at Al-Fikr Al-Falsafi, juz I, hlm. 302.

846 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

I

yang lain. Jadi, jauhar dalam pandangan Aristoteles seolah yang menjadi

tempat ba$'ardh atau sesuatu yang lain secara umum. Dalam terminologi

Islam, jauhar menurut Aristoteles adalah mahallun lil hnwadits (tempat bagi

hal-hal baru), tetapi ia bukanlah hadits @aru). Jadi, menurut Ibnu Karram,

Allah itu adalah mahallun lil hawadits, wa in lam yakun huwa hadits (Dia

menjadi tempat bagi hal-hal baru, kendati Dia bukanlah yang baru). Berbeda

dengan Aristoteles yang mengatakan ada banyak jauhnr,Ibnu Karram hanya

mengakui satu jauhar, yaitu Allah. Tidak ada jauhar selain Dia.

Jadi, yang dimaksud jauhar dalarnpandangan Ibnu Karram adalah yang

berdiri dengan sendiriny a (al-qa'imbidz dzat). Adapun pemyataannya bahwa

Allah adalah salah satu zat, bermakna: Zat-Nya ad alah j auhnr-Nya, dan j auhnr-

Nya adalah zat-Nya. Zatfuimenjadi tempat bagi 'ardh:ardhyang tergolong

hawadits (b*r). Selain itu, Dia menurutnyajuga jism, y Nrgbermakna berdiri

dengan sendiri-Nya. Dalam pandangan Ibnu Karram,isttlah jism daniauhar

itu sama, berdiri dengan sendirinya.lTz

Kelompok-kelompok yang Melakukan Taj sim

1. As-sabaiyah: Mereka adalah para pengikut Abdullah bin Saba'.

Merekalah yang pertama melakukan tasybih dan taisim di kalangan

Syiah ekstrem. Pengikut golongan ini mengklaim Ali bin Abi Thalib

da sebagai tuhan. Ibnu Saba' juga mengklaim bahwa Ali tidaklah mati,

pun bahwa di dalam dirinya ada bagian Tuhan. Dialah yang datang

di awan, guntur adalah suaranya, dan kilat adalah senyumannya.

Ali akan turun ke bumi dan memenuhinya dengan keadilan. Maka,

ketika mendengar guntur, mereka berucap; "Wa'alaykas salam,

ya Amiral Mu'minin" (Dan, semoga keselamatan juga dicurahkan

kepadamu, wahai Amirul Mukminin). Konory ketika Ali dibakar api,

mereka berkata, "sekarang kami tahu bahwa engkaulah Tuhan yang

sesungguhnya. Sebab, TuhanJah yang menyiksa dengan aPi.""t723

2. Al-Bayaniyah: Mereka adalah para pengikut Bayan bin Sam'an Al-

Fahdi atau At-Tamimi. Mereka adalah Syiah ekstrem. Kelompok ini

1722 Lihat: At-Tajsim'Inda Al-Muslimin,hlm.136 - 138.

1723 Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal Maktabah Musthafa Al-Baba Al-Halabi, Kairo,

1967 M., juzl,hlm.174.

\-_

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 847

3.

4.

beranggapan, Tuhan itu serupa dengan manusia. Dia punya anggota

badan, sebagaimana manusia. Semua yang ada pada-Nya akan msak,

kecuali wajah-Nya. Asy-Syahrastani berkata, "Sungguh kelewatan

orang-orang yang mengkalim ketuhanan Ali bin Abi Thalib @e..."

Lebih lanjut ia berkata, "Ali muncul di beberapa waktu. Dialah vang

datang di bawah awan, guntur adalah suaranya, dan kilat adalah

senyumannya.. . Kemudian Bayan menklaim bahwa ada bagian Tuhan

yang berpindah padanya, seperti dikopi. Oleh karena itu, Ali berhak

menjadi imam atau khalifah. Ia juga beranggapan bahwa zat yang

disembah memiliki bagian dan anggotabadan sebagaimana manusia.

Ia bilang,'Semuanya binasa, kecuali n ajah-Nya."'u24

Al-Mughiriyah: Mereka adalah para pengikut Al-Mughirah bin Sa'id

Al-Ajali, salah satu ekstrimis Syiah. Asy-Syahrastani, Al-Baghdadi, dan

sebagainya telah menceritakan kebablasannya di dalam melakukan

tajsim. Asy-Syahrastani berkata, "Setelah itu, ia mengaku nabi clan

menghalalkan hal-hal yang diharamkan."'725

Al-Hisyamiyah Al-Hakamiyah: Mereka adalah pengikut Hisyam bin

Al-Hakam, budak Bani Syaiban. Para pengikut Hisyam mengikuti

perkataannya, bahwa zat yang mereka sembah itu adalah jism,

rlemiliki batas, akhir, panjang, luas, dan dalam. Panjangnya seperti

luasnya, dan luasnya seperti dalamnya. Mereka bilang, Dia adalah

cahaya yang terang, memiliki salah satu kekuasaan, berada di satu

tempat dan tidak ada di tempat lairy dan sebagainya.

Hisyam berkata, "Sifat-sifat ini bukanlah selain Dia, pun bahwa

Dia bergerak, diam, berdiri, dan duduk. Bahwa antara Allah dengan

jism-jism yang lain ada kemiripan. Jika tidak, tidak akan menunjukkan

Dia." Iajuga berkata, "'Ardh tidak menunjukkan Sang Pencipta. Pun

bahwa para imam itu makshum, sedangkan para Nabi tidak."1726

Al-Hisyamiyah Al-|awaliqiyah: Mereka adalah pengikut Hisyam

bin Salim Al-Jawaliqi, budak Busyr bin Marwan. Hisyam berkata,

1724 lbid, juz I, hlm. 152 - 153.

1725 L,ihat: Dr. Ali Arsalan Ayidin, Al-Madzahib Al-l'tiqadiyyah Al-QadimahfiMizan Al-lslam,

Darur Razi, hlm. 102.

1726 lbid, hlm. 103.

5.

848 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

"sesungguhnya wujud itu jism, dan di alam semesta ini adanya

hanyalahilsm." Iajuga mengikuti perkataan Hisyam bin Al-Hakam,

"Allah itu ii sm y angmemiliki batas dan akhir." Akan tetapi, Al-Jawaliqi

berkata, "Allah itu serupa dengan manusia, Dia memiliki panca

indera..."1727 Diceritakan dari Al-Jawaliqi bahwa ia mengomentari

perbuatan manusia dengan berkata, "Perbuatan manusia itu jism,

karena di alam semesta ini yang ada hanyalah jism. Dan, bolehlah

manusia melakukan jism."

6. Al-Karramiyah: Nama ini dinisbatkan kepada pendirinya, Muhamamd

bin Karram (w.255 H.). Sebagaimana kami sampaikan di depan, ia

berpindah ke I(rurasan, tempat Muqatil bin Sulaiman At-Tamimi, yang

merintis pondasitasybih dantajshn di Khurasan. Di antara pendapatnya,

Allah $s adalah jism, tetapi tidak seperti jismyanglain. Dia bersemayam

di atas singgasana. Dia bisa disentuh. Zat-Nya berada di atas. Maka,

yang demikian ini pastilah jism. Seba$an yang lain berpendapat ini

adalah jism yang berakhir di enam penjuru mata angin. Di antara

mereka ada yang menetapkan akhir dari bawah saja. Dan, di antara

prinsip utama mereka; hal-hal yang baru menjadi satu dengan Zal Allah

(qiyam al-hnwaditsbi dzatillah). Oteh karena itu, Ibnu Karram berpendapat

bahwa perkataary kehendak, dan pengetahuan Allah terhadap hal-hal

yang dapat dilihat dan didengar, adalah 'ardh yang baru. ]adi, Allah

adalah tempat bagi hal-hal baru (al-hazuadits).1728

Sudah barang tentu, kelompok yang menyuarakan tasybih dan

tajsimleblhdari ini. Akan tetapi, sebagai contoh, kami cukupkan dengan

menyebut kelompok-kelompok di atas saja. Mereka merepresentasikan

kelompok terkemuka yang mengibarkan panji tajsim dan tasybih.

Prof. Asyraf Sa'ad

1727 lbid, hlm.104.

1728 Lihat: Ali Syami An-Nasyar, Nasu'at Al-Fikr Al-Falsafifi Al-lslam, hlm.297 dan sesudah-

nya.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 849

AL.MURJI'AH

AL-MURII'AH merupakan salah satu aliran dalam Islam yang muncul di

masa-masa awal. Semula, aliran ini merupakan partai politik yang netral.

Dalam menjelaskan pandangan-pandangan mereka, Ibnu Asakir berkata,

"Mereka adalah orang-orangyang ragu-ragu. Mereka ikut peperangan.

Ketika kembali ke Madinah setelah terbunuhnya lJtsman, mereka masih

bersatu dengan masyarakat, tidak ada perpecahan. Mereka berkata,'Kami

meninggalkan kalian dalam keadaan bersatu. Tidak ada perpecahan di

antara kalian. Akan tetapi, ketika kami datang lagi pada kalian, kalian malah

berpecah-belah. Sebagian di antara kalian berkata, 'IJtsman dibunuh secara

zalim. Ia dan para sahabatnya berhak mendapatkan keadilan.'Sebagian

lagi dl.antara kalian berkata, 'Ia dan para sahabatnya berhak dibenarkan.

Masing-masing mereka dapat dipercaya, dan kami punya bukti...' Kami

tidak cuci tangan dari mereka berdua, tetapi tidak pula melaknat mereka.

Kami tidak bersaksi atas mereka, melainkan mengembalikan urusan mereka

kepada Allah. Biarkan Allah yang menghakimi di antara mereka."l7ze

Beberapa penulis aliran dalam Islam berpendapat, salah satu penyebab

utama munculnya Al-Murji'ah adalah karena kaum Khawarij mengkafirkan

Ali dan lJtsman, serta menyuarakan tahkim. Di kalangan Syiah ada pula

yang mengkafirkan Abu Bakar, LJmar, Utsman, dan para pendukung

mereka. Keduanya sama-sama mengkafirkan Umawil4yun, membunutu dan

memburu mereka. Masing-masing kelompok mengaku benar, sedangkan

yang lain kafir. Kemunculan Al-Murji'ah berdamai dengan semua kalangan,

tidak mengkafirkan salah satu dari mereka. Menurutnya, ketiga kelompok

1.729 Dinukil dari Ahmad Amin: FaTr Al-lslam, Maktabah An-Nahdhah Al-Mishriyyah,

Kairo, 1959 M, hlrn. 279.

850 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

(yakni Khawarij, Syiah, dan Umawiyyun) adalah orang-orang mukmin.

Sebagian dari mereka salah, dan sebagian yang lain benar. Kami tidak bisa

menentukan mana yang benar. Oleh karena itu, kami kembalikan urusan

mereka semua kepada Allah Sr.

Benih kelompok ini bersemi di tengah para sahabat ,&.. Kita lihat

beberapa sahabat Rasulullah tidak mau terlibat dalam sengketa di akhir

masa Utsman, sebagai contoh Abdullah bin Umar. Salam bin Miskin Al-

Azdi berkata, "Ketika Utsman bin Affan dibunuh, mereka berkata kepada

Abdullah bin Umar, 'Kamu adalah pemimpin masyarakat, dan putra

pemimpin. Keluarlah, biar masyarakat membaiatmu.' Ia berkata,'Demi

Allah, seandainya aku mampu, aku bisa menahan pertumpahan darah."

Mereka berkata,'Keluar, atau kami akan membunuhmu di atas kasurmu.'

Ia pun meniru ucapan mereka yang pertama. Mereka mengancam, tetapi

tak didapat apa-apa darinya sampai ia menghadap Yang Mahakuasa."173o

Saif Al-Mazani berkata, "Ibnu lJmar berkata,'Aku tidak akan berPerang

gara-garahtnah, tidak pula shalat di belakang yang men.rng."'1731' Selain itu,

Sa'ad bin Abi Waqqas juga berbicara mengenai fitnah (pembunuhan) Utsman

bin Affan, "Aku bersaksi bahwa Rasulullah ffi bersabda,'Suaht saat nanti,

yang duduk lebih bnik daripadn yang berdii, yang berdii lebih baik daripada yang

berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada yang berlai-lai kecil.' seseorang

bertanya,'Bagaimana kalau seseor€ulg datang ke rumahku, lalu mengarahkan

tangannya untuk membunuhku?' Rasulullah menjawab, 'Jadilah seperti lhnu

Adam."' Dalam arti kata, janganlah kamu membunuhnya.lR2

Di antara sahabat yang lain, Abu Bukrah bin Nafi' bin Al-Harits Ats-

Tsaqafi. Hasan Al-Bashri berkata, "Al-Ahnaf bin Qais At-Tamimi berkata,

'Pada malam pembunuhan, aku keluar membawa senjata. Tiba-tiba aku

bertemu dengan Abu Bukrah. Ia bertanya kepadaku, 'Mau ke mana kamu?'

Kujawab, 'Aku ingin menolong putra Paman Rasulullah" Ia berkata,

'Rasulullah ffi bersabda , "lika dua nruslim salingberhadapan sambil memegang

pedang, maka keduanya adalah penghuni neraka." Ada yang bertanya, "Ya

bagi yang membunuh, bagaimana dengan yang dibunuh?" Rasulullah

Ibnu Sa'a d, Ath-Thabaqat Al-Kubra, Dar Shadir, Beirut, 1985 M.,iuz IV, hlm. 151.

Ibid,hal.1.49.

sunan At-Turmudzi denganbeberapa catatan dari Abdurrahman utsman, Dar Al-Fikr,

Lebanon.

1730

1737

1732

L--

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 851

meniawab, "Din sebenarnyaingin membunuh temannya (juga)."tnt Inilah iklim

yang memicu munculnya kelompok Al-Murji'ah.

Sebagaimana telah disampaikan di depanr poro sahabat yang tidak

mau terlibat dalam fitnah itu adalah orang-orang pertama Al-Murji'ah

di awal masa-masa Islam. Sebab, mereka menunda urusan manusia

hingga Hari Kiamat, dan menyerahkan keputusan seluruh perbuatan

manusia kepada Allah dc. Mereka bersikap sama terhadap muslim yang

terlibat dalam Perang Shiffin; tidak menyalahkan yang satu, tidak pula

membenarkan yang lain. Bahkan, tidak menumpahkan darah salah satu

dari mereka. Alih-alih, persoalan mereka telah menyulitkan mereka juga.

Oleh karena itu, mereka menunda hingga Hari Kiamat, supaya Allahlah

yang memutuskan apa saja yang clikehendaki oleh-Nya.

Pengertian Istilah Al-lVlurji'ah

Nama ini dipakai beberapa kelompok dan golongan, diambil atau

dinisbatkan pada kata al-irja'. Dalam bahasa, kata irja' mengandung dua

makna:

Pertama, penundaan. Allah $g berfirman, "Mereka berkata, 'Tunda

sajalah...' '1734

Kedua, memberi harapan. Jadi, penggunaan nama Al-Murji'ah pada

suatu'golongan dengan makna yang pertama itu benar. Sebab, mereka

menunda balasan atas suatu perbuatan berdasarkan niatnya.

Adapun dengan makna kedua, jelas (keliru). Mereka berkata, "Maksiat

tidaklah membahayakan keimanan, dan ketaatan tidaklah memberi manfaat

pada kekafiran." Dengan begitu, mereka memberikan harapan pada setiap

mukmin yang bermaksiat.

Ada yang bilang, al-irja'adalah menunda hukum pelaku dosa besar

pada l{ari Kiamat. }adi, tidaklah diputuskan di dunia; apakah ia masuk

neraka atau surga. Atas dasar itu, Al-N{urji'ah dengan Al-Wa'idiyah sama

saja. Dalam arti kata, kata Al-Murji'ah diambil dari arja'a yang bermakna

1733 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Kitab Al-lman, bab ldza lltaqa Al-Mu.slimani bi

Sailihima.

1734 Asy-syahrastani, Al-Milal wa An-Nilml, di-tahqiq oleh Muhammad sayyid Al-Kailani,

Musthafa Baba Al-Halabi, Kairo, 1,67,iu2l, hlm. 139. Ayat tersebut merupakan surah

Al-A'raf: 111, dan Asy-Syu'ara': 36.

852 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

menunda. Sebab, mereka menunda urusan orang-orangyang bertikai dan

menumpahkan darah hingga Hari Kiamat. Mereka tidak memutuskan hukum

apa-apa bagi kedua belah pihak. Kecenderungan makna ini didukung oleh

orang-orangyang menulis sejarah Al-Murji'ah. Ada yang berpendapat, al-

irja' itumengakhirkan derajat Ali dari yang pertama menjadi yang keernpat.

Pemaknaan seperti ini, menjadikan Al-Murji'ah sama dengan Syiah.173s

Sementara itu, makna terminologis Al-Murji'ah tidak bisa lepas dari

makna leksikalnya. Kelompok Al-Murji'ah ini termasuk vang melakukan

penundaan. Sebab, mereka menunda keputusan hukum bagi pelaku

maksiat di kalangan umat Islam hingga Hari Kebangkitan.

Meski begitu , isnlah al-irja' dalam pemikiran Islam terkadang dimaknai

perbedaan antara iman yang diklaim sebagai pembenaran dengan hati,

keyakinan yang tidak terlihat, dengan amal sebagai kegiatan yang kasat

mata, yangmerepresentasikan keimanan di dalam hati. Alasan pembedaan

ini; penolakan keras untuk menghukumi akidah manusia, apapun

kedudukan dan kekuasaannya. Selama perbuatan tidak merepresentasikan

akidah, tidak ada jalan untuk menghukumi kepercayaan. Jika begitu, yang

bisa kita lakukan adalah menunda keputusan hukum atas akidah dan

keimanaan hingga Hari Perhitungan. Itulah waktu yang tepat. Demikian

itu adalah wewenang Sang Pencipta semata, tak seorang makhluk pun

berwenang melakukan itu di kehidupan dunia.1736 Maka, al-irja'seolah-olah

bermakna memberikan harapan. Dan, Al-Murji' ah adalahyang memberikan

harapan.

Golongan Al-Murii'ah

Sungguh mencengangkan, para penulis makalah dan sejarah golongan

tidak berselisih pendapat sekeras tentang Al-Murji'ah dan al-irjn'. Al-

Asy'ari menyebutkan bahwa Al-Murji'ah memiliki dua belas golongan.

Nama-namanya pun dibeberkan, antara lain; Al-Jahmiyah, Al-Bukhariyah,

Al-Aqlaniyyah, Al-Hanafiyah, Al-Murisiyah, dan sebagainya.1737

1735 Ibnu Manzhur, Lisan Al-Arab, materi raja'a. Materi yang sama lihat di: Taj Al-Arus,

Muhammad Murtadha Az-Zubaidi.

1736 Muhammad Ammarah, Tayyarat Al-Fikr Al-lslami, Dar Al-Hilal, Kairo, hlm. 33.

1737 Al-Asy'ari, Maqalat Al-lslamiyyin ua lkhtilaf Al-Mushallin, di-tahqiq oleh Muhammad

Muhyiddin Abdul Hamid, Maktabah Al-Ashriyyuh, Beirut, 1990 M.,luz l, hlm. 213 -223.

L-_

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 853

Namun, menurut Al-Baghdadi, Al-Murji'ah itu ada tiga golongan,

yaitu:

1. Al-Murji'ah yang menyuarakan takdir dan harapan

2. Al-Murji'ahyangcenderung pada pendapatlahrn dalam hal perbuatan,

akan tetapi mereka menyuarakan al-irja'dalam hal keimanan.

3. Al-Murji'ah yang menyuarakan al-irja' saja, tidak mencampurkannya

dengan takdir atau jabr (keterpaksaan manusia).

Sementara itu, Asy-Syahrastani menyebutkan empat golongan Al-

Murji'ah, yaitu:

1. Murji'ahAl-Khawarij.

2. Murji'ahAl-Qadariyah.

3. Murji'ahAl-Jabariyah.

4. Murji'ah murni.

Muhammad bin Syabib, Ash-Shalihi, dan Al-Khalidi dianggap sebagai

Murji'ah Al-Qadariyah. Begitu pula Al4hailaniyah, para pengikut Ghailan

Ad-Dimasyqi, orang pertama yang menyuarakan al-qadar wa al-irja' (takdir

dan harapan).1ru Akan tetapi, dapat kita simpulkan dari sejumlah yang

mereka tulis mengenai hal ini, bahwa karakter dasar Al-Murji'ah merujuk

pada masalah-masalah keagamaan yang berhubungan dengan keimanan

dan kekafiran, juga hubungan antara amal shaleh dengan keimanan. Adapun

politik dan perebutan kekuasaan memunculkan tajuk Al-Murji'ah dengan

beragam trendnya. Oleh karena itu, tidak ada cara lain untuk mengenal

mereka, kecuali melalui lingkungan pertumbuhannya. Kita bisa melihat

tren mereka melalui eskalasi politik yang melingkupinya, khususnya yang

lari pada mereka meninggalkan golongannya; tidak berpihak kepada Ali

&, tidak pula pada lawannya. Mereka berkata, "Kami tidak mau masuk

ke dalam pusaran fitnah di kalangan para sahabat s&,." Mereka adalah

Abdullah bin Umar, Sa'ad bin Abi Waqqastu Muhammad bin Mablamah

Al-Anshari, Usamah bin Zaid bin Haritsah Al-Kalbi, budak Rasulullah ffi.173e

Di tengah banyaknya nama-nama golongan Al-Murji'ah dapat kita

katakan, bahwa tema sentral kajian mereka menyangkut masalah batasan

Al-Milal wa An-Nihal, juz I, hlm. 1.39.

lbid,hlm.138.

1738

1739

854 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

keimanan dan kekafiran, serta definisi mukmin dan kafir. Kaiian ini

memicu Khawarij mengkafirkan yang lain, begitu pula Syiah. Mereka

menganggap setiap pelaku dosa besar itu kafir. Bahkan, Syiah cenderung

berlebihary mereka menganggap Percaya terhadap imam merupakan salah

satu rukun fundamental keimanan. Konsekwensi logisnya, terbuka kajian:

Apa sebenarnya kekafiran dan keimanan itu? Tidak sedikit kalangan Al-

Murji'ah yang memandang iman itu adalah makrifatullah (mengenal Allah)

dan Rasul-Nya. Barangsiapa mengenal bahwa tidak ada Tuhan yang patut

disembah melainkan Allah, pun bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah,

berarti ia mukmin.

Inilah bantahan Al-Murji'ah atas Khawarii y*g mengatakan bahwa

iman itu adalahmakifatullah (mengenal Allah) dan Rasul-Nya, menunaikan

kewajiban, dan menahan diri dari dosa besar. Barangsiapa beriman kepada

Allah dan Rasul-Nya, tetapi meninggalkan kewajiban dan mengerjakan

sebagian dosa besar, maka ia adalah mukmin menurut Al-Murji'ah, tetapi

kafir menurut Khawarij. Ini juga merupakan bantahan Al-Murji'ah atas Syiah

yang percaya bahwa iman terhadap imam dan menaatinya, merupakan

bagian dari keimanan. Begitulatu dan yang patut didiskusikan ketika

kita berbicara mengenai Al-Murji'ah adalah sikap Ibnu Taimiyah yang

menyalahkan mereka. Menurutnya, pangkal kesalahan itu merujuk pada

dua faktor, yaitu:

Pertama, persepsi mereka bahwa iman itu semua sama. Menurut

mereka, iman para malaikat, Nabi, dan manusia itu sama. Padahal,

konsekwensi dari keimanan yang diwajibkan Allah atas mereka jelas-jelas

berbeda. Yang diwajibkan kepada malaikat, belum tentu diwajibkan pada

manusia atau yang lain.

Yang dimaksud di sini bukan semata soal perbuatan saja, melainkan

juga kepercayaan dan pembenaran dengan hati.

Kedua,Al-Murji'ah tidak membedakan keimanan manusia berdasarkan

perbuatannya. Keimanan orang yang menunaikan kewajiban, tentu tidaklah

sama dengan yang menelantarkan sebagian. Keimanan seorang pencuri,

pezina, dan penenggak khamar tentu tidak sama dengan yang lain.17a0

1740 IbnuTairnyyah,Al-FurqanbaynaAl-HaqqiwaAl-Bathil,NasyrAliYusuf,Kairo,hlm.39.

\_

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 855

Akidah Al-Murji'ah terkesan menyimpan beberapa misteri. Barangkali

itu terjadi karena Daulah Abbasiyah mempersernpit ruang gerak kelompok

ini. Bahkan, mematikan suara akidah ini. Sebab, Al-Murji'ah disinyalir

mendukung Umawiyyun. Maka, pasca masa pemerintahan Umawiyyah,

kelon'rpok ini mencair ke dalam beberapa kelompok yang lain. Lama

kelamaan, eksistensinya tidak terlihat lagi.

Hubungan Imam Abu Hanifah dengan Al-Murii'ah

Di kalangan ahlul hadits, Imam Abu Hanifah dikenal sebagai Murji'ah

As-Sunnah. Para penulis al-maqalah juga menyebutnya begitu. Menurut

Asy-Syahrastani, disebut begitu, karena ketika ia mengatakan; iman itu

acialah pembenaran dengan hati, dan itu tidak bertambah atau berkurang,

mereka mengira ia menunda hukum atas perbuatan dari hukum tentang

iman. Akan tetapi, mungkin juga karena sebab yang lain, yaitu karena ia

berseberangan dengan Qadariyah dan Mu'tazilah yang lebih dulu muncul.

Istilah murji' disandangkan Mu'tazilah pada setiap yang berseberangan

dengannya di dalam masalah qadar. Begitu pula sekte Al-Wa'idiyah di

kalangan Khawarij... Tampaknya, gelar tersebut disandangkan oleh dua

kelompok, yaitu Mu'tazilah dan Khawarij.17al Umumnya, istilah irja' ini

menurut bahasa dimaknai ta'klir (penundaan). Dari sisi ini, Imam Abu

Harrifah disebut nturji', karena ia mengakhirkan derajat perbuatan dari

ketetapan hati. ]ika inilah makna yang dimaksud, tidak masalah. Sebab,

dalam banyak ayat Al-Qur'an maupun hadits, arnal di: atluf-kan pada iman.

Sebagai contoh, firman Allah M,; "Sesungguhnya orang-orang yang beriman

dan beramal saleh. .. " (Al-Kahfi: 1O71.

Apakah Al-Murji'ah mewajibkan imamahT Ibnu Hazm dalam Kitab

Al-Fashl menyebutkan bahwa Al-Murji'ah dan kelompok yang lainnya,

seperti Ahlu Sunnatr, Syiah, dan semua sekte di dalam Khawarij kecuali

An-N aj dat, mewajibkan imamah. Selain itu, mewajibkan loyalitas umat pada

seorang imam yang adil, menegakkan hukum Allatu dan memimpin mereka

berdasarkan syariat yang dibawa Rasulullah p.tz+z

1741 Al-Milal wa An-Nilul, juz I, hlm. 141.

1742 Abdul Mun'im Al-Hifni, Mawsu'ah Al-Firaq wa Al-lama'ah wn Ai-Madzahih uta Al-Ahzab

wa Al-Harakah Al-lslamitl1ah. Maktabah Madbuli, hlm. 580.

856 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Jika imnmah itu wajib dalam pandangan Al-Murji'ah-sebagaimana

disebutkan oleh Ibnu Hazm, apakah itu hanya berlaku di kalangan Quraisy,

ataukah boleh juga diimplementasikan di wilayah lain?

Pendapat-pendapat yang kuat menegaskan bahwa Al-Ir4urji'ah tidak

mempersyaratkan kesukuan Quraisy dalam soal imamah. Beberapa kitab

ilmu kalam menyebutkan bahwa orang-orangyang menisbatkan diri

mereka pada Al-Mur1i'ah, seperti Abu Marwan Ghailan Ad-Dimasyqi,y*g

oleh sebagian penulis sejarah aliran sebagai pengikut Tsawban Al-Murji'i,

berpendapat bahwa imamah boleh di luar Quraisy. Seorang imam tidaklah

ditetapkan, kecuali atas kesepakatan umat. Selain itu, seorang imam

dipersyaratkan mampu menegakkan Kitabullah dan Sunnah.Demikian

itu tertuang dalam pernyataan Asv-Syahrastani, "Ghailan berpendapat

bahwa imamah itu boleh di luar Quraisy. Setiap orang yang menegakkan

Kitabullah dan Sunnah berhak atasnya. Akan tetapi, imamah ini tidaklah

ditetapkan, melainkan atas kesepakatan lJl;-:.at." 1743

Asy-Syahrastani melanjutkan, "Anehnya, umat sepakat bahwa itnamah

itu tidak pantas untuk di luar Quraisy. Inilah yang kemudian mendorong

kaum Anshar bersuara lantang,'Kalau begifu, kami dan kalian mempunyai

pemimpin sendiri-sen diri."' 17M

Tidak diragukan lagi, antara ma' thuf dengan ma' thuf alaih pastrberbeda.

Dalam arti kata, antara perbuatan dengan keimanan. Selain itu, Rasulullah

S menjadikan hati sebagai tempat keimanan. Sebagai contoh, dalam

pernyataan beliau; "Ya Allah, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu. .." Dan,

perbuatan hati tidak lain adalah percaya.

Sebagaimana kita ketahui,Imam Abu Hanifah tidaklah memastikan

bahwa pelaku dosa besar itu akan disiksa di akhirat. Alih-alih, ia menyerah-

kan urusannya kepada Allah da. Jika Allah berkehendak menyiksa, Dia

akan menyiksanya. Akan tetapi, jika dikehendaki untuk diampuni, Dia

akan mengampuninya. Sebagaimana disebutkan ayat Al-Qur'an melalui

lisan Nabi Isa &&\, "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka

adalah harnb a-hamb n-Mu, dan j ika En gkau men gamp uni mereka, sesungguhny a

1743 lbnu Hazm, Al-fashl Bayna Al-Milal wa Al-Ahwa' wa An-Nihal, Al-Mathba'ah Al-

Adabiyyah, Kairo, juz IV, hlm. E7.

-I7M Asy-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, juz I, hlm. 143.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 857

En gkaul ah Y an g Mahap erkasa, Mahabij aks an a " (Al-Maa'idah: 118). Menurut

pendapat yang paling kuat, inilah makna yang dimaksud oleh Imam Abu

Hanifah, yang oleh Al-Wa'idiyah disebut irja'. Sebab., menurut mereka,

Allah akan menyiksa setiap mukmin yang bermaksiat. Atas dasar itulah

kemudian Abu Hanifah disebut murji'. Maksudnya, mereka menunda atau

mengakhirkan ketetapan hukum atas mukmin (yang bermaksiat) hingga

Hari Kiamat. Biarlah Allah yang menentukan hukum atas mereka. Jadi,

istilah irja' ndaklah disandangkan kepada Imam Abu Hanifah berdasarkan

makna terminologis atau kebiasaan.

Pandangan Al-Murii'ah tenta ng Imamah

Al-Murji'ah tidaklah membatalkan imamah seorang imam yang

melakukan dosa besar, selama baiat ditetapkan padanya. Oleh karena itu,

tidak diwajibkan keluar meninggalkannya, melainkan menunda keputusan

hukum mengenai perbuatannya hingga I Iari Kiamat.Dengan pendapat

seperti ini, mereka bertentangan dengan Khawarij yang mengkafirkannya.

Dari pernyataan Ghailan Ad-Dimasyqi tampak jelas bahwa imamah

dankhilafah boleh untuk selain Quraisy, asal disepakati umat. Ini sejalan

dengan pandangan Khawarij.

Selanjutnya, dalam masalah imamah, beberapa pengikut Al-Murji'ah

mewajibkan untuk memilih yang paling baik. Akan tetapi, sebagian yang

lain membolehkan lainnya. Terkait masalah ini, Ibnu Hazmmenegaskan

pandangan Al-Murji'atL kemudian mengomparasikan pandangan mereka

dengan pandangan kelompok Islam yang lain. Ia berkata, "Beberapa orang

di kalangan Al-Murji'ah..., dan seluruh sekte Rafidhah di kalangan Syiatr,

menegaskan bahwa tidaklah boleh seseorang menjadi imam, selagi masih

ada yang lebih baik darinya. Akan tetapi, beberapa dari kalangan Khawarij,

sebagian lvlu'tazilah, sebagian Al-Murji'ah, seluruh sekte Az-Zaidiyah di

kalangan Syiatr, dan seluruh Ahlu Sunnah bahw aimamah dibolehkan bagi

selainnya.lTas

Al-Murii'ah dan Batasan Kekafiran

Dalam menetapkan kekafiran, Al-Murji'ah terbagi menjadi dua

golongan:

7745 Al-Fashl, juz I, hlm. 163.

858 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

Golongan pertama berpendapat, kekafiran itu satu macam, yaitu al-

jahlubillah (tidak mengenal Allah). Mereka adalah Al-Jahmiyah.

Golongan kedua berpendapat, kekafiran itu banyak macamnya, bisa

terjadi dengan hati atau yang lain. Tidak mengenal Allah itu kafir, begitu

pula sombong dan angkuh terhadap-Nya. Selain itu, berbohong kepada

Allah dan Rasul-Nya dengan hati, atau menganggap remeh kepada A1lah

dan Rasul-Nya. Mayoritas Al-Murji'ah tidaklah mengafirkan seseorang,

kecuali sepakat dikafirkan oleh umat. Seluruh kalangan Al-Murji'ah sepakat

bahwa dunia ini adalah dunia iman. Seluruh penghuninya dihukumi

beriman, kecuali yang tampak menyalahinya. Selain itu, pendapat

mengenaif na' -ny a surga dan neraka juga dinisbatkan kepada Al-Murji'ah.

Pun, bahwa Allah tidak boleh mengabadikan penghuni surga abadi di

surga, dan penghuni neraka abadi di neraka.

Mereka juga berbeda pendapat mengenai ampunan bagi pelaku dosa

besar dengan tobat. Dalam hal ini, mereka terbagi menjadi dua golongan:

Kelompok pertama mengatakan, Allah mengampuni pelaku dosa

besar, asal ia bertobat. Ampunan ini merupakan anugerah Allah, bukan

hak yang harus ditunaikan.

Kelompok kedua berpendapat, ampunan Allah bagi pelaku dosa besar

yang bertobat adalah hak.

Poin-poin penting yang dapat kita intisarikan dari kelompok Al-

Murji'ah adalah sebagai berikut:

Makna irja'bagi kelompok ini lebih fokus pada sikap mereka yang

membedakan antara pembenaran dengan perbuatan. Pernyataan mereka

ini ternyata berbuah buruk, antara lain; prinsip terkenal yang menyatakan

bahwa ketaatan dalam kekafiran tidaklah memberikan manfaat, sedangkan

maksiat dalam keimanan tidak berbahaya. Akibatnya, amalan dan syiar

agama disepelekan. Tersebar diversifikasi antara perkataan dengan

perbuatan. Ini pemahaman konsep irja'yang kebablasan. Kelompok ini

harus bertanggung jawab, termasuk pengikutnya yang tidak berpandangan

seperti itu. Selain itu, iklim pemikiran yang cenderung permisif dan

menyebarkan dogma irja', telahmemberikan ruang bagi masuknya akidah

yang keluar dari Islam, seperti Majusi, Manawiyah, Mazdakiyah, dan

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 859

sebagainya. Contoh paling nyata berkaitan dengan pernyataan di atas

adalah sosok ]ahm bin Shafwan. Dia adalah orang Persia yang tinggal di

Kufah dan rnemeluk ajaran Al-Murji'ah. Selanjutnya, ia mengeluarkan

darinya ajaran-ajaran aneh, yang menjadikannya pemilik aliran tersendiri

bemama Al-lahmiyah. Aliran ini menyuarakan bahwa ima.n itu adalah akad

dengan hati. Selagi hatinya berimary tidaklah masalah bagi seseorang untuk

menyatakan sebaliknya saat ia berada di bawah tekanan atau ancaman.

Dalam bab imamah. Al-Murji'ah membolehkan diselenggarakannya

baiat terhadap dua imam di dua wilayah yang berbeda. Misi politis mereka

adalah menetapkan imamahbagi Muawiyah di Syam atas kesepakatan para

pengikutnya di sana, juga menetapkanimamahbagi Amirul Mukminin Ali

bin Abi Thalib di Madinah dan Irak atas kesepakatan para sahabat. Mereka

membenarkan perkataan dan perbuatan Muawiyah, seperti memburu

pembunuh Utsman @; dengan dibiayai dari Baitul Mal.

Di antara pendapat Al-Murji'ah dalam halimamah yang dipengaruhi

oleh pemikiran politik Khawarij adalah perlawanan mereka dalam

pemikiran keagamaan, yaitu bahw a khilafah sepatutnya dipilih dari muslim

terbaik melalui pemilihan yang bersifat mutlak, dan tidak disyaratkan

harus dari kalangan Quraisy. Bahkan, budak Habsyi sekalipun patut

dipertimbangkan. Berbeda dengan Syiah yang menjadikan loyalitas

terhalap imam sebagai pokokajaran agama, Al-Murji'ah justru mengatakan

bahwa keberagamaan tidak ada hubungannya dengan dunia politik.

Mereka beranggapan, pengikut imam yang jahat bisa jadi malah

dari kalangan muslim yang shaleh. Maka dari itu, mereka meninggalkan

masalah siapa yang lebih pantas menjadi khalifah; Ali atau lawan-lawannya.

Menurut mereka, Allah jualah yang akan memutuskan hukum atas mereka

semua di Hari Kiamat.

Al-Murji'ah tergolong kelompok yang muncul di awal masa-

masa Islam, seiring masalah tahkim yang mengemuka kala itu. Di masa

kemunculannya/ Al-Murji'ah dikenal sebagai kelompok yang moderat dan

adil. Mereka menolak penyelesaian masalah dengan pedang. Kehadiran

mereka pun disambut baik oleh pemerintah Umawiyah. Mereka juga

mempersiapkan iklim pemikiran untuk menyambut hukum ini. Mereka

menolak pandangan-pandangan Syiah yang tidak mau bergabung di bawah

860 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

panji kekhalifahan, kecuali melalui dasar-dasar politik. Juga pandangan-

pandangan Khawarij yang menilai Islam itu hanyalah mereka, pun bahwa

masyarakat mereka sajalah yang berada di dunia keimanan.

Keseimbangan adalah manhaj Al-Murji'ah, dimulai dari wara',

kehati-hatian, bersikap moderat di antara ekstrimisme Khawarij dan

musuh-musuh mereka, dan mendiamkan yang terjadi di antara sahabat.

Banyak sahabat dan salafusshaleh yang menisbatkan diri atau dinisbatkan

kepada Al-Murji'ah, seperti Imam Abu Hanifah dan Al-Hasan bin

Muhammacl bin Al-Hanafiyah (cucu Imam Ali) yang dinisbatkan oleh

Al-Muqrizi. Ia berkata, "Al-Hasan bin Muhammad bin Al-Hanafiyah

menulis buku yang dipublikasikan ke beberapa wilayah, menyerukan irja' ."

Selanjutnya, ia menegaskan makna irja'dengan berkata, "Akan tetapi, ia

tidak mengakhirkan amal dari imarL sebagaimana dikatakan yang lain.

Bahkan menurutnya, melaksanakan ketaatan dan meninggalkan maksiat

itu bukanlah bagian dari keimanan, sehingga jika itu tidak ada tidak

meniadakan iman." Inilah kehati-hatian dari Al-Hasan. Maka, ia tidak mau

melaknat pengakhiran amal dari iman yang diperingatkan Rasulullah g;

melalui sabda beliau, "Al-Murji'nh dilaknat oleh tujuhpuluhNabi." Ada yang

bertanya, "Siapakah Al-Murji'ah itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,

"Mereka yang mengatakan iman itu adalah perkataan."

Sebagai penutup dalam perbincangan mengenai Al-Murji'ah dan

golongannya, berikut pandangan-pandangan yang ditinggalkannya,

yang mayoritas berceceran, terutama yang dipengaruhi pemikiran asing

melalui tangan Jahm dan sebagainya, jrga akibat dari sikapnya yar.g

membedakan antara keyakinan dan amal dengan agama yang benar.

Barangkali meletakkan masalah politik pada proporsi yang sebenarnya,

tidak mengungkit-ungkit fitnah dan membiarkannya tersulut, adalah

seruan Al-Murji'ah yang moderat. Itulah ruh yang diungkapkan oleh

Imam An-Nawawi, "Masalah di kalangan para sahabat sudah rancu,

sampai-sampai menjadikan beberapa sahabat ragu-ragu. Mereka kemudian

mengasingkan kedua kelompok dan tidak yakin mana yang benar." Itulah

yang diungkapkan ketika permasalahan ini diangkat dalam A l-Muqaddimah

Adh-Dhaftyah, syarah atas Shahih Muslimbin Al-Hajjaj. Ruh yang adil itulah

pelajaran yang harus dikuasai dari pengalaman pahit umat Islam ini. Ruh

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 861

yang hampir terlupakan. Allah d6 berfirman, " Sungguh, (agama tauhid) inilah

agamakamu, agamayang satu, dan Aku adalahTuhanmu, maka sembahlah Aku"

(Al-Anbiya': 92).

Dr. AminahNashir

862 Ensiklopedi AJiran dan Madzhab di Dunia tslam

brt*Y.a?

AL.MUSYABBIHAH

AL-MUSYABBIHAH adalah kelompok yang mengusung akidah tasybih.

Dalam arti kata, menyerupakan Allah dengan makhluk-Ny+ baik dalam zat,

sifat, atau perbuatan. Ibnu Al-Banna Al-Hanbali berkata, "Al-Musyabbihah

dan Al-Mujassimah adalah mereka yang menjadikan sifat-sifat Allah *6

seperti sifat-sifat makhluk."17a6

Pernyataan ini meliputi dua istilah; Al-Musyabbihah dan Al-

Mujassimah. Kendati terdapat perbedaan pemahaman tentang tasybfu dan

tajsim, tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Sebab, jika

salah satu disebut, yang lain juga disandingkan. Hubungan dimaksud

adalah hubungan interpelasi. Padahal, tasybih berbeda dengan taisim.

Tasybih merupakan penisbatan beberapa sifat makhluk kepada Allah

tanpa meniscayakan tajsim. Tajsimjuga berbeda dengan tasybih apabila iika

dilepaskan dari penyerupaan dengan makhluk. Taisim ini adalah anSgapan

bahwa Allah itu jism (memiliki bentuk), tetapi tidak seperti jism-jism yrtqo

lain. Namun, keduanya bermakna sama, apabila Dia dianggap iism seperti

jismyanglain. Dengan makna seperti iri, tajsimjelas-jelas juga merupakan

tasybih.Dan, istilah Al-Hasyw atau Al-Hasywiyyahjuga mengandung makna-

makna seperti ini. selain tajsim, masih terdapat istilah lain yang digunakan

untuk makna seperti ini, seperlian-nidd (padanan). Allahd*berfirman,"Knre-na

itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahnl kamu

mengetahui" (Al-Baqarah: 221. Yang dimaksud kata an-nidd dalam ayat di

atas adalah al-matsil (yurg sama), an-nazhir (padanan), al:adl (sekutu), dan

asy-syabih (yang serupa). Bent.tk jamak-nya andad.l7a7

Al-Mukhtar fi l-lshul As-Sunnah, Ibnu Al-Banna Al-Hanbali, lriln.77, Maktabah Ulum

wa Al-Hikam, Madinah.

Ash- Shahhah, Al-Jauhari, mater i: n a d a d.

1746

1747

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 863

Begitu pula al:idl danal- adl. AllahBberfirman, "Nlmuil demikian orang-

orang kafir masih mempersekutukan Tuhan mereka dengan sesuatu" (Al-An'am:

1). Maksudnya, mempersekutukan Allatr, padahal Allah tidak punya sekutu.

Ibnu Jarir berkata, " Mereka mempersekutukan. . .padahal tidak ada bersama-

Nya tuhan lain, tidak pula teman atau anak."17a8 Di dalam Al-Qur'an masih

terdapat banyak istilah-istilah lain yang berhubungan dengan makna tasybih.

Sebagai con toh, as-samiy di dalam firman Allah $e; " . . .yang Kami belum pernah

memberikan nama stperti itu sebelumnya" (Maryam:7). Masih ada istilah-istilah

lain yang memiliki kesamaan ntakna, seperti: as-sawiyy, al-masawi, al-kafiou,

an-rLozlir, dan sebagainya. Pelaksanaan tasybilt menjelma dalam ragam

bentuk. Maka dari itu, banyak muncul istilah berkenaan dengan itu. Akan

tetapi, kita dapat meringkasnya ke dalam dua macam, yaitu:

Pertama, menyerupakan zat Allah dengan jism rnanusia. Asy-

Syahrastani (w. 548 H.) menceritakan bahwa mereka berkata, "Tuhan itu

adalah jism, daging, dan darah. Dia memiliki anggota badan, mulai dari

tangan, kaki, kepala, lisan, dua mata, dan dua telinga."tzts Asy-Syahrastani

juga menuturkan, mereka membolehkan Dia berpindah dan berjabat

tangan. Sungguh mereka sangat keterlaluan, karena menganggap Dia tidak

jauh berbeda dengan diri mereka.1750

'Kedua, menyerupakan sifat Allah. Sebagian mereka beranggapan

bahwa Allah memiliki kehendak yang haditsah (baru), dan perkataan

seperti manusia.

Menurut tinjauan historis, kecenderungan tasybih sudah lebih dulu

ada sebelum Islam, seperti dalam Yahudi, Nasrani, dan di kalangan agama-

a gama Al-Watsaniyyah (I'a ganisme) di Persia, seperti Az-Zar adisy iyy ah,

Al-Manawiyy ah, dan sebagainya.

Adapun di kaiangan Yahudi, Ibnu Hazm berkata,1751 "Di lembaran

pertama dalam Kitab Taurat umat Yahudi yang ada pada rahib mereka,

di belahan dunia Barat dan Timur, mereka tidak berbeda mengenai satu

sifat. Kalau saja mereka menambah satu kata, atau menguranginya, pasti

1748 Tafsir Ath-Tlnbari,5/58, tentang tafsir ayat tersebut.

-1749 Lihat: Asy-Syahrastani, Al-Milal uta An-Nihal,1/75 dan seterusnya.

1750 thid.

1.751. Al-Faslilu fi Al-Milal u,o Al-Alnon' zLta An-Nihal (1/ln, Dar Al-Ma'rifah, Beirut.

864 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

akan terkuak oleh semua. Allah berfirman, 'Aku buat bentuk Adam seperti

bentuk kita, mirip dengan kita."' Abu Muhammad bin Hazm berkata,

"Andaikata tidak mengatakan,'Kecuali seperti bentuk kami,' tentu baik dan

benar maknanya, yaitu kita menisbatkan bentuk kepada Allah sebagaimana

menisbatkan kekuasaan dan penciptaan. sebagaimana kamu mengatakan,

'Amal ini untuk Allah.' Atau, kamu katakan pada kera dan sesuatu yang

buruk, 'Ini gambaran Allah (terhadap hal yang buruk).' |adi, sifat yang

hanya milik penguasa dan penciptanya. Akan tetapi, firman-Nya,'serupa

dengan kita,' tidak boleh ditakwilkary karena menyerupakan Adam dengan

Allah. Logika otomatis akan membantahnya. Sebab, serupa atau seperti itu

sama saja. Mahasuci Allah dari adanya yang seperti atau seruPa dengan-

Nya."1zsz

Imam Al-Allamah Abu Al-Muzhaffar Al-lsfariyani berkata, "Merekalah

asal muasal tasybih, dan siapapun yang menyuarakan tasybih di dalam Daulah

Islamiyah adalah bagian dari mereka."17s3

Di antara bentuktasybihyNrg dilakukan kaum Yahudi; mereka menyifati

Zat Tuhan dengan sebutan "lemah dan lelah". Menurut mereka, setelah Allah

menciptakan langit dan bumi selama enam hari, Dia kelelahan. Oleh karena

itu, Dia beristirahat di hari ketujuh. Di dalam Sifr Talaoin (Kitab Kejadian)

disebutkan; Langit dan bumi telah disempurnakan, dan pada hari ketujuh

Allah tidak lagi mengerjakan pekerjaan-Nya.17s

Asy-Syahrastani menyebutkan bahwa kaum Yahudi sepakat mengatakan

bahwa setelah Allah-Mahasuci Allah dari yang mereka katakan-selesai

menciptakan langit dan bumi, Dia terlentang di atas 'arsy-Nya sembari

meletakkan satu kaki di atas kaki-Nya yang lain. Tidak hanya itu, Yahudi

juga menyebut Allah itu sedih dan bodoh. Di dalam sifr At-Takwin iuga

disebutkan; Tuhan melihat kejahatan manusia di bumi semakin banyak, dan

bahwa satu-satunya yang dipikirkan setiap hari adalah keburukan. Dia pun

sedih (melihat) perbuatan manusia itu..."17ss

1752 Sifr At-T akwin- ishhah:1'-2.

1753 At-Talqoin Al-lshhah 6 faqrah: 5 - 7.

1754 Beberapa pelaku tasybih terpengaruh dengan statemen ini, kemudian mereka

menisbatkan "kemunculan" terhadap Allah. Dalam arti kata, tidak mengetahui segala

sesuatu sebelum terjadi.

1755 Yohana:10-11.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 865

Inilah penjelasan tentang mereka yang menisbatkan kesedihan dan

kebodohan kepada Allah.17s6 Lebih dari itu, mereka juga mengatakan

Allah itu punya beberapa anak. Pun, bahwa Dia turun ke bumi, bertarung

dengan manusia ..."

Sementara itu, di kalangan umat Nasrani, unsur tasybihterdapat dalam

falsafah reinkarnasi Tuhan pada makhluk, dan kesatuan dengannya. Bahwa

Al-Lahut (Tuhan) menempati jasad An-Nasut (Manusia). Demikian itu

mereka utarakan dalam beberapa Injil. Di dalam Iniil Yohanes disebutkan

bahwa Al-Masih berkata, "Tidakkah kamu Percaya bahwa aku ada dalam

Bapa? Dan Bapa ada dalam diriku? Perkataan yang kuucapkan adalah

dariku. Akan tetapi, Bapa yang ada dalam diriku mengerjakan sesuatu

yang membuat mereka percaya bahwa aku aa dalam Bapa, dan Bapa ada

dalam diriku."1757

Di dalam agama lain yang bukan samawi, seperti Majusi, dapat kita

temukan salah satu indikator penting yang disebut tasybih di kalangan umat

Islam. Agama-agama dimaksud, antara lain: Az-Zaradisyiyah (Zat adist),

Al-Manawiyyah (Manicheanisme), dan Al-Mazdakiyah.

P ertama, Az-Zar adisyiyyah. Asy-Syahrastani menyebutkan, agama

ini meyakini bahwa cahaya dan kegelapan menurut mereka adalah dua

pangkal yang bertentangan. Begitu pula Yazdan dan Ahramary keduanya

merupakan prinsip bagi segala wujud di alam semesta ini' Susunan tercipta

dari campuran keduanya. Dary dari berbagai susunan, jadilah bentuk.

AllahJah yang menciptakan cahaya dan kegelapan. Dia itu Maha Esa, tiada

sekutu bagi-Nya tiada pula sekutu atau padanan. Tidak boleh dinisbatkan

pada-Nya adanya kegelapan. Zaradits meyakini - sebagaimana dituturkan

Asy-Syahrastani-bahwa kebaikan dan keburukan, kemaslahatan dan

kerusakan, kesucian dan kotoran, adalah hasil dari bercampurnya cahaya

dengan kegelepan.lT$

Kedua, Al-Manawiyyah. Mereka adalah para pengikut Mani Al-Hakim

yang muncul setelah Al-Masih Isa &5r. Ia menciptakan agama, perpaduan

1756 Al-Milal wa An-Nihal, (1,/237); l'tiqadat Firaq Al-Muslimin wa Al-Musyrikin, Ar-Razi,

hlm.35; danNasy'at Al-Fikr Al-Falsafi, Dr. An-Nasysyar (1'/192).

1757 Al-Milal wa An-Nihal (1,/2M).Lihat: Maqalat At-Tasybih, Jabir Idris (1'/220), Adhwa'

as-salaf.

1758 MaqalatTasybih (1 / 221).

866 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam

antara Majusi dengan Nasrani. Ia menyerukan perbaikan agama Zatadlts,

karena dinilai memiliki kedekatan dengan Nasrani.175e

Di antara ajaran kepercayaan Mani adalah menyerukan dualisme

(cahaya dan kegelapan). Menurutnya, alam ini terdiri dari unsur, yaitu

cahaya dan kegelapan. Keduanya azali dan abadi.17@

Sepertinya kepercayaan Al-Manawiyah mengambil beberapa istilah

filsafat Yunani, seperti jism, jauhar, dan kecenderungan terhadap Tuhan

(at-tahayyuz'ala ma'bud). Istilah-istilah ini juga dipakai oleh para pelaku

tasybih di kalangan Syiah, seperti Al-Karramiyah dan sebagainya. Dan, itu

dinisbatkan kepada Allah S6.1761

Al-Baghdadi berkata, "sesungguhnya Al-Karramiyah mengadopsi

pemikiran bahwa Allah terhenti dari bawah. Maksudnya, dari arah yang

berakhir di'arsy.Ini seperti pernyataan Al-Manawiyah bahwa cahaya itu

terhenti di daerah pertemuan dengan kegelapan."rz02Jadi, tidak menutup

kemungkinan Ibnu Karram, pimpinan kelompok pelaku tasybih dan

tajsim ini, terpengaruh oleh pendapat-pendapat Al-Manawiyah yang

mengusung dualisme. Terlebih, wilayah Khurasan menjadi ladang subur

bagi pertumbuhan agama dan aliran-aliran Persia kuno, yang di kemudian

hari pengikutnya memeluk Islam. Beberapa pakar menyebutkan, Ibnu

Karram menetapkan sisi inderawi bagian atas bagi Allatu atau tempat

Allah, karena dipengaruhi pandangan ats-tsanawiyy ah (dualisme), yaitu:

cahaya di atas ketinggian hingga tak terbatas.

Aliran ketiga dalam agama Majusi adalah Al-Mazdakiyah. Mereka

adalah para pengikut Mazdak yang pendapat-pendapatnya sangat mirip

dengan Al-Manawiyah. Keduanya sama-sama bagian dari Maiusi. Akan

tetapi, ia mengatakan, cahaya itu melakukan sesuatu dengan kesengajaan

dan pilihan, sedangkan kegelapan melakukan sesuatu dengan kebetulan.

Cahaya itu berilmu dan berindera, sedangkan kegelapan itu bodoh dan

buta. Di antara pernyataannya yang bernuansakan tasybih adalah: Tuhan

itu duduk di atas kursi, di alam paling tinggi, seperti Khasrawaih- di Arab

disebut Kisra-di alam bagian bawah.1763

1759 Al-Farqu bayna Al-Firaq, Al-Baghdadi, hlm. 216.

1760 Maqalat At-Tasybih (1/222).

1761. Al-Farqu bayna Al-Firaq, Al-Baghdadi, hlm. 26.

1762 Al-Milal wa An-Nihal (1/194).

1763 Al-Parq bayna Al-Eiraq, hlm. 149.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 867

Sekarang kita beralih pada pelaku tasybih di kalangan umat Islam.

Ternyata, sekte-sekte dalam Syiah di masa-masa awal telah lebih dulu

melakukan itu, seperti:

- As-Sabaiyah. Mereka adalah para pengikut Abdullah bin Saba'.

Tasybih terlihat jelas dalam ajaran mereka. Mereka mempertuhankan

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib .yE, dan menyamakannya dengan

Sang Pencipta. Selanjutnya, beberapa kalangan Ar-Rafidhah menyuarakan

reinkarnasi (lrulul) dan tasybih.

- Al-Mukhtariyah. Mereka adalah para pengikut Mukhtar bin Abi Ubaid

Ats-Tsaqafi (w. 67 H). Ketika menyuarakan balas dendam atas kematian

Al-Husain bin Ali, ia mendapat dukungan dari lapisan Syiah. Beberapa

kali peperangan meletus, dan mayoritas dari mereka terbunuh.lT@ Ia pun

tersohor, dan lama kelamaan mengaku Nabi. Ia dan para pengikutnya dikenal

dengan penisbatan kemunculan kepada Allah. Maksudnya, sebagaimana

diungkapkan Asy-Syahrastani, muncul bagi Allah kebenaran yang ternyata

berbeda dengan yang telah diinginkan dan diputuskan.176s Mahasuci Allah

dari hal semacarnitu. Salah sahr alasan Ats-Tsaqafi mengatakan kemunculan

itu adalah, karena ia mengaku mendapatkan wahyu. Para pasukannya

pun memberikan dukungan, seperti Ibrahim bin Al-Asytar, sehingga ikut

memperdaya Mush'ab bin Az-Zubair. Maka, bersama tujuh ribu pasukan,

ia keluar hendak membasmi permusuhan Ats-Tsaqafi. Ketika berita itu

dideng'ar oleh Ats-Tsaqafi, ia pun mengutus temannya, Ahmad bin Syamith,

untuk menemui lbnu Az-Zubair bersama tiga ribu pasukan. Kepadanya

disampaikan bahwa mereka akan menang. Ia mengklaim telah mendapatkan

wahyu seperli itu. Kedua pasukan akhirnya bertemu di Madain. Ternyata,

pengikut Al-Mukhtar Ats-Tsaqafi berhasil dikalahkan. Bahkan pimpinan

mereka, yaitu Ibnu Syamith" dan mayoritas pasukan terbunuh. Yang tersisa

pulang menemui Al-Mukhtar. Mereka berkata, "Bukankah Anda janjikan

kemenangan bagi kami?" Ia menjawab, "Allah berjanji padaku seperti itu.

Akan tetapi, muncul pada-Nya (sesuatu yang lain). Ia berhujjah dengan

firman Allah M, "Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki.

Dan di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh)" (Ar-Ra'd: 39). Inilah

penyebab para pengikut Al-Mukhtariyah disebut Al-B ada' iyyun.l 766

Al-Fashl fi Al-Milal wa An-Nihal p/ a\.

Al-Milal wa An-N ihal (1, / 1.52, 1,53).

Al-Multhi, AlTanbihwa Ar-Radd, hlm. 165.

17&

1,765

1766

868 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam

-Al-Bayaniyah. Mereka adalah para pengikut Sam'an At-Tamimi, salah

seorang pengikut Syiah yang kebablasan. Ia mulai berdakwah di awal abad

kedua Hijriyah. Mula-mula ia mengklaim bahwa Abu Hasyim Abdullah bin

Muhammad bin Ali bin Abi Thalib adalah Imam Mahdi. Ia juga mengaku

akan kembali ke Madinah untuk memperbaiki keadaan manusia dan

menguasai bumi. Lama kelarnaan, ia mengaku nabi, sebagaimana dilakukan

Al-Mukhtar Ats-Tsaqafi. Di antara pernyataan yang memantik perhatian

kita adalah ia tiada henti mengaku Nabi. Bahkan, ia mengklaim Allah itu

punya bentuk seperti manusia. Punya anggota tubuh sebagaimana laiknya

manusia. Dan, bahwa seluruh anggota badan-Nya akan rusak, kecuali

wajah. Dalam hal ini, ia berhujjah dengan firman Allah M; "Segala sesuatu

pasti binasa, kecuali Allah. Segala kwutusan menjadi zuaaenang-Nya, dan hanya

kep a da-N y a kamu dikemb alikan " (Al-Qashash: 88).

Ibnu Hazm berkata, "Andaikata ia punya sedikit akal atau pemaha-

mary pasti ia akan tahu bahwa yang dimaksud kerusakan, sebagaimana

diberitahukan Allah, adalah kerusakan yang di atas bumi saja. Dia ber-

firman; "Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang

memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal" (Ar-Rahmanz 26- 27l.rzoz

Tidak cukup sampai di situ, ia mengklaim Ali bin Abi Thalib eu,

sebagai Tuhan, dan menyerupakannya dengan Sang Pencipta. Menurutnya,

sebagian dari unsur Tuhan telah menempati dan menyatu dalam dirinya.

Oleh karena itu, ia mengetahui perkara gaib. Menurutnya, dialah yang akan

datang pada Hari Kiamat nanti dipayungi awan dan malaikat. Sungguh

para pengikut Bayan ini telah keterlaluan, hingga mengakui Ali sebagai

Tuhan melalui reinkarnasi. Menurut mereka, Bayan pernah berkata, "Ruh

Tuhan itu menitis pada para Nabi dan imam, termasuk juga pada Abu

Hasyim Abdullah bin Muhammad bin Al-Hanafiyah, yang kemudian

berpindah kepadanya." Jadi, ia pun mengklaim dirinya sebagai Tuhan.

Para pengikutnya juga mengklaim dia mengetahui perkar a gaib, yang ada

di dalam rahim, dan yang hilang di rumah mereka. Para imam mengetahui

itu, karena diajarkan oleh Ali.lTdBayan dan para pengikutnya semakin

1767 lbru;J Atsir, Al-Kamilf At-Tankh, (4/230).

1768 Ibnul Atsir, Al-Kamil, (a/nQ; Ibnu Taimiyah, Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyah,

(2/503-504).

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 869

menjadi-jadi, hingga akhirnya berhasil ditangkap oleh Khalid bin Abdullah

Al-Qisri ketika memerintah Irak, kemudian dihabisi.176e

- Syiah Al-Mughiriyah. Mereka adalah para pengikut 


Related Posts:

  • Ekslopedi aliran Mazhab 21 terhadap Rasul. Dan, pada vraktu bersamaary membantah klaimpaham-paham yang mengingkarinya:1.. Munculnya perselisihan di tengah manusia yang dipicu persoalan-persoalan tertentu, sehingga masing-masing pihak mengaku pali… Read More