pa kita tidak boleh memperlakukan me-
reka dengan semena-mena. Kita yaitu tuan mereka,
dan sebab itu kita tidak boleh menjadi penguasa
yang lalim. Kedua, bergunanya keledai itu untuk
Bileam: Yang kautunggangi. Perhatikanlah, yaitu
baik bagi kita untuk sering merenungkan betapa
bergunanya makhluk-makhluk yang lebih rendah
bagi kita, dari dulu sampai sekarang, supaya kita
dapat bersyukur kepada Tuhan , dan berlaku lembut
terhadap mereka. Ketiga, bahwa ia tidak biasa ber-
buat begitu kepada Bileam, dan tidak pernah mere-
mukkan kakinya sebelumnya, atau jatuh menindih-
nya. Oleh sebab itu, Bileam seharusnya menyimpul-
kan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa yang mem-
buatnya berbuat demikian sekarang. Perhatikanlah,
1. Jarangnya pelanggaran dilakukan haruslah me-
ngurangi kemarahan kita terhadap si pelanggar.
2. jika binatang-binatang tidak lagi mematuhi
kita seperti biasanya, maka kita harus mencari
tahu penyebabnya dalam diri kita sendiri, dan
merendah sebab dosa kita.
2. Bileam pada akhirnya diberi tahu tentang murka Tuhan melalui
seorang malaikat, dan ini benar-benar mengejutkannya. saat
Tuhan membuka matanya, dilihatnyalah Malaikat TUHAN (ay.
31). Dan lalu ia sujud, untuk menghormati utusan yang
mulia itu, dan sebab takut terhadap pedang yang dia lihat
ada di tangan sang malaikat. Tuhan memiliki banyak cara
untuk menghancurkan dan menundukkan hati yang keras
dan tidak mau merendah.
(1) Sang malaikat menegur Bileam sebab kekejamannya (ay.
32-33): Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu?
Kitab Bilangan 22:22-35
Apakah kita menyadarinya atau tidak, pastilah bahwa
Tuhan akan mengadakan perhitungan dengan kita atas tin-
dakan semena-mena yang kita lakukan terhadap makhluk-
makhluk-Nya. Bahkan, Ia menunjukkan kepada Bileam
betapa jauh lebih beralasan baginya untuk memukul dada-
nya sendiri, dan menghukum diri sendiri, dibandingkan menye-
rang keledainya seperti itu (“jalan ini pada pemandangan-
Ku menuju kepada kebinasaan, lalu bagaimana engkau
dapat berharap akan berhasil?”). Dan betapa keledainya
jauh lebih bijak dibandingkan dirinya sendiri, dan betapa ia ber-
utang budi kepada keledainya itu yang berusaha menying-
kir dari jalan. Itu demi keselamatan Bileam, dan bukan
untuk keselamatannya sendiri, sebab seandainya ia jalan
terus, Bileam pasti sudah terbunuh, sementara ia sendiri
selamat. Perhatikanlah, saat mata kita terbuka, kita akan
melihat bahaya apa yang mengintai kita di jalan yang
berdosa, dan betapa demi kebaikan kitalah, bahwa kita ter-
halang di jalan itu. Dan betapa bodohnya kita untuk mem-
persalahkan halangan-halangan yang membantu menyela-
matkan hidup kita.
(2) Bileam lalu tampak melunak (ay. 34): “Aku telah ber-
dosa, berdosa dalam mengadakan perjalanan ini, berdosa
dengan memaksakan diri seperti ini. namun ia memaafkan
dirinya dengan alasan, bahwa ia tidak melihat malaikat itu.
Dan sekarang, Sesudah ia benar-benar melihat malaikat itu,
ia bersedia untuk berbalik pulang. Apa yang membuat
Tuhan murka bukanlah kepergiannya, melainkan terlebih
sebab kepergiannya itu dengan rancangan jahat melawan
Israel. Juga, sebab ia diam-diam berharap bahwa kendati
dengan ketentuan yang membatasi izinnya, ia dapat ber-
hasil mengutuk mereka, dan dengan demikian memuaskan
Balak dan mendapatkan kedudukan terhormat darinya.
Tidak tampak bahwa ia menyadari kefasikan hatinya ini,
atau bersedia mengakuinya. Sebaliknya, saat ia men-
dapati bahwa ia tidak bisa maju, ia bersedia (sebab tidak
ada pilihan lain) untuk berbalik pulang. Di sini tidak ada
tanda bahwa hatinya berubah. Tangannya terikat, sehingga
ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut saja. Demi-
kianlah banyak orang meninggalkan dosa-dosa mereka
hanya sebab dosa-dosa mereka telah meninggalkan mere-
ka. Tampak ada pembaharuan hidup, namun apa gunanya
itu jika tidak ada pemugaran hati?
(3) Meskipun begitu, malaikat itu meneruskan izinnya: “Pergi-
lah bersama-sama dengan orang-orang itu (ay. 35). Pergilah,
jika engkau mau dibodoh-bodohi, dan dipermalukan di de-
pan Balak dan semua pemuka Moab. Pergilah, namun ha-
nyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus
kaukatakan, tidak peduli apakah engkau mau atau tidak.”
Sebab tampaknya ini bukan merupakan sebuah perintah,
melainkan nubuatan tentang apa yang akan terjadi, bahwa
ia bukan hanya tidak akan mampu mengutuk Israel, namun
juga akan dipaksa untuk memberkati mereka. Hal ini akan
lebih mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan dan memperma-
lukan dirinya dibandingkan seandainya ia kembali pulang.
Demikianlah ini terjadi sebab Tuhan sebelumnya sudah
memberinya peringatan yang baik, namun ia tidak mau
mendengarkan. Jadi, Pergilah Bileam bersama-sama de-
ngan pemuka-pemuka Balak itu. sebab kesalahannya, ya-
itu kerakusannya, Tuhan murka, dan menghajar dia, namun
dengan murtad ia menempuh jalannya (Yes. 57:17).
Pertemuan antara Balak dan Bileam
(22:36-41)
36 saat Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia menyongsong
dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung perbatas-
an itu. 37 Dan berkatalah Balak kepada Bileam: “Bukankah aku sudah meng-
utus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang
kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?” 38 namun ber-
katalah Bileam kepada Balak: “Ini aku sudah datang kepadamu sekarang;
namun akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang
akan ditaruh Tuhan ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.” 39 Lalu
pergilah Bileam bersama-sama dengan Balak dan sampailah mereka ke
Kiryat-Huzot. 40 Balak mengorbankan beberapa ekor lembu sapi dan kambing
domba dan mengirimkan sebagian kepada Bileam dan kepada pemuka-pe-
muka yang bersama-sama dengan dia. 41 Keesokan harinya Balak mengambil
Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian
yang paling ujung dari bangsa Israel.
Kita mendapati di sini pertemuan antara Balak dan Bileam, musuh-
musuh yang bersekongkol melawan Israel milik Tuhan . namun di sini
Kitab Bilangan 22:36-41
mereka tampak memiliki harapan-harapan yang berbeda akan
keberhasilannya.
1. Balak berkata-kata tentang keberhasilan itu dengan percaya diri,
tidak ragu bahwa tujuannya akan tercapai, sebab sekarang
Bileam sudah datang. Dalam harapan akan keberhasilan ini, ia
keluar menyongsong Bileam, bahkan sampai ke ujung perbatasan
negerinya (ay. 36). Hal ini dilakukannya sebagian untuk memuas-
kan keinginannya yang tidak sabar untuk melihat orang yang
begitu ia andalkan, dan sebagian lagi untuk memberi peng-
hormatan kepada Bileam, sehingga bisa mengambil hatinya untuk
melayani dia dengan segenap kemampuannya. Lihatlah penghor-
matan apa yang diberikan oleh raja-raja kafir kepada orang-orang
yang nama dan wajahnya yang tampak seperti nabi, yang me-
ngaku-ngaku memiliki hubungan dengan sorga. Betapa baik-
nya sambutan yang diberikan kepada orang yang datang dengan
mulut yang penuh kutukan. Di lain pihak, betapa memalukannya,
bahwa utusan-utusan Kristus tidak begitu dihormati oleh keba-
nyakan orang, begitu dipandang hina oleh sebagian orang. Betapa
mereka yang membawa kabar damai sejahtera dan berkat disam-
but dengan begitu dingin! Sekarang tidak ada lagi yang dikeluh-
kan Balak, selain bahwa Bileam tidak datang lebih cepat (ay. 37).
Pikir Balak, seharusnya Bileam tahu betapa mendesaknya keper-
luannya, bukankah aku sudah mengutus orang memanggil eng-
kau? (Begitulah, banyak yang berhasil didesak oleh orang-orang
bawahan raja untuk melakukan sesuatu yang tidak mau mereka
lakukan). Juga, bagi Balak, sudah seharusnya Bileam memper-
timbangkan niat baiknya terhadap dirinya: Sungguhkah tidak
sanggup aku memberi upahmu? (KJV: Sungguhkah tidak sanggup
aku mengangkat engkau ke dalam jabatan yang terhormat). Balak,
sebagai raja, yaitu sumber kehormatan dalam kerajaannya
sendiri, sehingga Bileam pastilah bisa mendapatkan kedudukan
apa saja yang ditawarkan kepadanya sebagai hadiah. Oleh sebab
itu, Balak merasa terhina dengan keterlambatan Bileam itu,
seolah-olah Bileam menganggap segala kehormatan yang diper-
siapkan baginya itu tidak layak. Perhatikanlah, tawaran jabatan
atau kehormatan yaitu umpan yang sangat menggiurkan bagi
banyak orang. Dan sungguh baik jika kita tertarik untuk melayani
Tuhan oleh sebab kehormatan yang ditawarkan-Nya kepada kita.
Mengapa kita menunda-nunda untuk datang kepada-Nya? “Sun
guhkah tidak sanggup Dia mengangkat kita ke dalam jabatan yang
terhormat?”
2. Bileam berbicara dengan ragu tentang perkara itu, dan meminta
Balak untuk tidak banyak bergantung padanya (ay. 38): “Akan
mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Aku sudah datang,
namun apakah dengan begitu aku menjadi lebih dekat dengan
tujuan? Dengan senang hati aku ingin mengutuk Israel. namun
aku tidak boleh, aku tidak bisa, Tuhan tidak akan mengizinkan
aku.” Tampaknya ia menyinggung dengan kesal pada kelikir di
hidungnya dan kekang di bibirnya, seperti kelikir dan kekang
yang mengikat Sanherib (Yes. 37:29).
3. Mereka menyibukkan diri secepat mungkin dengan pekerjaan itu.
Bileam dijamu besar-besaran pada malam harinya. Sebuah
korban syukur dipersembahkan kepada dewa-dewa Moab, sebab
tamu yang ditunggu-tunggu ini sudah tiba dengan selamat, dan ia
dijamu dengan pesta atas korban itu (ay. 40). Dan keesokan
paginya, untuk tidak membuang-buang waktu, Balak membawa
Bileam dalam kereta kudanya ke bukit-bukit dalam kerajaannya.
Bukan hanya sebab menurut Balak kesucian bukit-bukit itu
(seperti yang dipandang demikian) dapat memberi suatu ke-
untungan bagi tenungan-tenungan Bileam, melainkan juga kare-
na ketinggiannya dapat membuat Bileam melihat dengan baik
perkemahan Israel, yang akan menjadi tujuan atau sasaran tem-
bakan anak-anak panahnya yang beracun. Dan sekarang Bileam
pura-pura benar-benar ingin menyenangkan Balak, seperti yang
sebelumnya diperbuatnya terhadap Tuhan . Lihatlah betapa perlu-
nya kita untuk berdoa setiap hari, Bapa kami yang di sorga,
janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.
PASAL 23
ada pasal ini kita mendapati Balak dan Bileam sibuk mengerja-
kan kejahatan bagi Israel, dan, sepanjang yang bisa disaksikan,
baik Musa maupun tua-tua Israel tidak tahu-menahu tentang per-
kara itu, tidak pula mampu menghancurkan perangkap itu. Akan
namun Tuhan , yang memelihara Israel, dan yang tidak tertidur ataupun
terlelap, menggagalkan upaya itu, tanpa permohonan ataupun ran-
cangan dari bangsa Israel. Di sini kita mendapati,
I. Upaya pertama untuk mengutuk Israel.
1. Persiapan yang dibuat untuk tujuan itu melalui korban
(ay. 1-3).
2. Petunjuk yang berlawanan yang diberikan Tuhan kepada
Bileam (ay. 4-5).
3. Berkat yang terpaksa diucapkan Bileam atas Israel, dan
bukannya kutukan (ay. 7-10).
4. Kekecewaan Balak yang luar biasa (ay. 11-12).
II. Upaya kedua, yang diperbuat dengan cara serupa, dan de-
ngan cara serupa pula dikandaskan (ay. 13-26).
III. Persiapan-persiapan yang dibuat untuk melakukan upaya
ketiga (ay. 27-30), yang hasilnya akan kita jumpai dalam
pasal selanjutnya.
Bileam Dipaksa Memberkati Israel,
dan Berkat pun Dinyatakan atas Israel
(23:1-12)
1 Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: “Dirikanlah bagiku di sini tujuh
mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh
ekor domba jantan.“ 2 Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka
P
Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba
jantan di atas setiap mezbah itu. 3 Sesudah itu berkatalah Bileam kepada
Balak: “Berdirilah di samping korban bakaranmu, namun aku ini hendak
pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apa pun
yang dinyatakan-Nya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.” Lalu pergi-
lah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. 4 Maka Tuhan menemui Bileam, lalu
Bileam berkata kepada-Nya: “Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kuper-
sembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap
mezbah.” 5 lalu TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam
dan berfirman: “Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.” 6 saat
ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya,
bersama dengan semua pemuka Moab. 7 Lalu Bileam mengucapkan sanjak-
nya, katanya: “Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari
gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub,
dan datanglah, kutuklah Israel. 8 Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak
diserapah Tuhan ? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN?
9 Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-
bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan
tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. 10 Siapakah yang meng-
hitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan
Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya
ajalku seperti ajal mereka!” 11 Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: “Apakah
yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku men-
jemput engkau, namun sebaliknya engkau memberkati mereka.” 12 namun ia
menjawab: “Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa
yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?”
Di sini kita mendapati,
I. Persiapan besar-besaran yang dibuat untuk mengutuk Israel.
Tujuan yang ingin dicapai yaitu membuat Tuhan Israel tergerak
untuk meninggalkan Israel, dan berpihak kepada Moab atau tidak
memihak siapa-siapa. Oh, betapa bodohnya takhayul, yang mem-
bayangkan bahwa Tuhan mau diperintah-perintah oleh manusia!
Bileam dan Balak mencoba menyuap-Nya dengan beberapa mez-
bah dan korban, yang dipersembahkan tanpa perintah atau ke-
tetapan dari-Nya, seakan-akan Ia mau makan daging lembu jantan
atau minum darah kambing jantan. Omong kosong yang menggeli-
kan, kalau mereka berpikir bahwa hal-hal seperti ini akan menye-
nangkan Tuhan , dan akan mendapat perkenanan-Nya, sementara
tidak ada iman ataupun kepatuhan sama sekali dalam diri me-
reka! Namun demikian, dari apa yang tampak, mereka memper-
sembahkan korban-korban ini kepada Tuhan di sorga, Numen –
Keilahian yang tertinggi, dan bukan kepada dewa-dewa setempat
yang mereka sembah. namun bertambah banyaknya mezbah itu
merupakan bukti kemerosotan mereka dari agama nenek moyang
mereka, dan kemurtadan mereka terhadap penyembahan berhala.
Kitab Bilangan 23:1-12
Sebab siapa yang memperbanyak mezbah, berarti memperbanyak
Tuhan . Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu
menjadikan mereka berdosa (Hos. 8:11). Demikianlah mereka
tidak merasa perlu untuk mengakui Tuhan , namun pikiran mereka
menjadi sia-sia. Dan sekalipun begitu, mereka dengan lancangnya
berharap bahwa dengan ini mereka dapat membuat Tuhan ber-
pihak kepada mereka dan tidak lagi kepada Israel, padahal tempat
kudus-Nya ada di tengah-tengah Israel, begitu pula dengan
mezbah-Nya yang diurapi. Cermatilah di sini,
1. Betapa sok berkuasanya Bileam, bangga sebab bisa memerin-
tah seorang raja dan menetapkan hukum bagi para pemimpin.
Itulah sifat manusia durhaka, yang meninggikan dirinya di
atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Tuhan .
Betapa dengan berwenang Bileam memberi perintah! Diri-
kanlah bagiku di sini, di tempat aku telah memasang kemah,
tujuh mezbah, yang terbuat dari batu atau gambut (tanah be-
rumput – pen.). Demikianlah ia menutupi kejahatannya terha-
dap Israel dengan menunjukkan ketaatan dalam beribadah,
namun korbannya yaitu suatu kekejian, sebab dipersembah-
kan dengan maksud jahat seperti itu (Ams. 21:27). Tujuannya
bukanlah untuk memuliakan Tuhan dengan korban yang benar,
melainkan untuk memperkaya dirinya dengan upah untuk
perbuatan-perbuatan yang jahat.
2. Betapa menurutnya Balak. Mezbah-mezbah yang diminta se-
gera didirikan, dan korban-korban pun dipersiapkan, yang ter-
baik dari jenisnya, yaitu tujuh ekor lembu jantan dan tujuh
ekor domba jantan. Balak tidak berkeberatan atas perintah itu,
tidak pula ia melakukannya dengan berat hati, atau meng-
anggap bahwa berdiri di samping korban bakarannya, seperti
yang diperintahkan Bileam kepadanya, yaitu sesuatu yang
melelahkan atau menghinakan.
II. Diubahnya kutukan itu menjadi berkat, oleh kuasa Tuhan yang
mengatasi segala sesuatu, demi kasih-Nya terhadap Israel. Ini
merupakan penjelasan yang diberikan Musa tentangnya (Ul. 23:5).
1. Tuhan menaruh berkat ke dalam mulut Bileam. saat kor-
ban-korban itu sedang terbakar api, Bileam pun menyingkir.
Ia pergi menyendiri, ke suatu tiang berhala yang gelap di atas
bukit yang gundul (ay. 3, dalam tafsiran yang agak luas). Se-
banyak itulah dia tahu, bahwa kesendirian memberi
kesempatan yang baik untuk bersekutu dengan Tuhan . Orang-
orang yang hendak menjumpai-Nya harus menyingkir dari
dunia, beserta segala kesibukan dan pergaulannya, dan suka
menyendiri, dengan menganggap bahwa mereka sebetulnya
tidaklah sendiri saat sedang sendirian, sebab Bapa ada ber-
sama mereka. Oleh sebab itu masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu, dan yakinlah bahwa Tuhan akan menemuimu
jika engkau mencari-Nya seperti seharusnya. Akan namun
Bileam pergi menyendiri hanya berdasar ketidakpastian,
sebab berpikiran bahwa mungkin saja Tuhan mau menemui-
nya. sebab sadar bahwa dirinya bersalah, dan tahu bahwa
Tuhan belum lama ini telah menemuinya dalam murka, maka
beralasan baginya untuk berbicara dengan ragu-ragu: Mungkin
TUHAN akan datang menemui aku (ay. 3). namun orang yang
demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima suatu
perkenanan dari Tuhan . Bahkan, dari apa yang bisa disaksikan,
meskipun Bileam berpura-pura pergi dan menemui Tuhan ,
sebenarnya ia berencana untuk menggunakan pertanda atau
ilmu-ilmu mantera (24:1). Akan namun , apa pun yang diniat-
kannya, Tuhan berencana untuk menyatakan kemuliaan-Nya
sendiri melalui dirinya, dan sebab itu Ia menemui Bileam (ay.
4). Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Jelas
kita meyakini, bahwa keduanya tidak dapat bersatu. Jalan
Bileam masih menyimpang, dan Tuhan masih menjadi musuh-
nya. Namun demikian, oleh sebab Balak telah memilih Bileam
untuk menjadi ahli tenungnya, maka Tuhan akan mendesak
Bileam untuk mengutarakan suatu pengakuan yang begitu
rupa, bagi kehormatan Tuhan dan Israel, hingga membuat siapa
saja yang hendak mengangkat senjata melawan mereka tidak
dapat berdalih untuk selama-lamanya. saat Bileam menya-
dari bahwa Tuhan menemuinya, mungkin melalui perantaraan
seorang malaikat, ia pun menyombongkan usaha-usahanya:
Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor
lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah.
Bagaimana ia dapat melakukannya? Jelas bahwa ia tidak
keluar keringat sedikit pun untuk itu, sebab Balaklah yang
menanggung semuanya. Namun demikian,
Kitab Bilangan 23:1-12
(1) Bileam menyombongkan diri atas persembahan itu, se-
akan-akan ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa.
Ibadah-ibadah yang dilakukan dalam kemunafikan biasa-
nya diceritakan dengan sombong dan meninggikan diri.
Demikian pula orang Farisi pergi ke Bait Tuhan untuk me-
nyombongkan agamanya (Luk. 18:11-12).
(2) Bileam bersikeras menjadikan persembahan itu sebagai
alasan mengapa Tuhan harus mengabulkan keinginannya
untuk mengutuki Israel, seakan-akan sekarang ia sudah
membuat Tuhan berutang kepadanya, dan dapat meminta
apa saja dari Tuhan sesuka hatinya. Bileam menyangka
bahwa Tuhan begitu berutang budi kepadanya atas korban-
korban persembahan ini, sehingga setidak-tidaknya yang
dapat dilakukan Tuhan untuk membalasnya yaitu mengor-
bankan Israel milik-Nya pada kebiadaban raja Moab. Per-
hatikanlah, orang-orang fasik biasa menipu diri sendiri
dengan berpikir bahwa dengan memperlihatkan kesalehan,
mereka akan berhasil membuat Tuhan mendukung mereka,
dan membiarkan mereka melakukan kejahatan-kejahatan
terbesar sekalipun, terutama penganiayaan (Yes. 66:5).
Namun demikian, meskipun korban persembahan itu me-
rupakan suatu kekejian, Tuhan memanfaatkan pengharapan
Bileam itu untuk menaruh perkataan ke dalam mulutnya
(ay. 5). Sebab jawaban lidah berasal dari pada TUHAN, dan
dengan begitu Ia hendak menunjukkan betapa kelirunya
orang-orang yang berkata, dengan lidah kami, kami me-
nang! Bibir kami menyokong kami! (Mzm. 12:5). Ia yang
menciptakan mulut manusia, tahu bagaimana mengatur-
nya, dan mempergunakannya untuk memenuhi tujuan-
tujuan-Nya sendiri. Ini merupakan kengerian bagi para
pendosa yang lancang, yang membuka mulut mereka mela-
wan langit. Tuhan dapat membuat mereka tergelincir sebab
lidah mereka (Mzm. 64:9). Dan ini merupakan penghiburan
bagi para saksi Tuhan , yang dipanggil-Nya untuk bersaksi
bagi-Nya setiap saat. Jika Tuhan menaruh perkataan-Nya ke
dalam mulut Bileam, yang hendak menentang Tuhan dan
Israel, tentu saja Ia tidak akan membuat kecewa orang-
orang yang ingin memuliakan Tuhan dan membangun umat-
Nya melalui kesaksian mereka. Sebaliknya, semuanya itu
akan dikaruniakan kepada mereka pada saat itu juga.
2. Bileam mengucapkan berkat bagi Israel, dan itu terdengar oleh
Balak. Bileam mendapati Balak masih berdiri di samping
korban bakarannya (ay. 6), sedang memperhatikannya dengan
saksama, dan sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan.
Orang-orang yang ingin mendapatkan jawaban damai sejah-
tera dari Tuhan harus diam di dekat korban persembahan, dan
melayani Tuhan tanpa gangguan, sambil tidak jemu-jemu ber-
buat baik. Sesudah berdiri di tempat yang telah ditetapkan un-
tuk mengutuki Israel, dengan kutukan-kutukan yang mungkin
telah dipersiapkannya untuk diucapkan, Bileam pun meng-
ucapkan sanjaknya, yang ternyata merupakan suatu berkat
(ay. 7). Ia menyatakan bahwa Israel aman dan bahagia, dan
dengan demikian memberkati mereka.
(1) Ia menyatakan bahwa mereka aman, dan berada di luar
jangkauan anak-anak panahnya yang beracun.
[1] Ia mengakui bahwa rancangan yang sebetulnya ada-
lah untuk mengutuk mereka, bahwa Balak menyuruh-
nya datang dari negerinya sendiri, dan bahwa ia telah
datang untuk mewujudkan maksud itu (ay. 7). Pesan
yang dikirimkan kepadanya yaitu , datanglah, kutuklah
bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. Balak
berniat untuk memerangi Israel, dan ia mau Bileam
memberkati pasukannya, serta bernubuat dan berdoa
bagi kehancuran Israel.
[2] Ia mengakui bahwa rancangan itu gagal, dan mengakui
ketidakmampuannya sendiri untuk mewujudkannya. Ia
bahkan tidak bisa berkata-kata buruk atau mengharap-
kan sesuatu yang buruk terhadap mereka: Bagaimana-
kah aku menyerapah yang tidak diserapah Tuhan ? (ay.
8). Bukan berarti bahwa sebab itulah ia tidak mau me-
lakukannya, melainkan bahwa sebab itulah ia tidak
dapat melakukannya. Ini yaitu suatu pengakuan yang
jujur, pertama, akan kelemahan dan ketidakberdayaan
dari ilmu tenungnya sendiri, yang untuknya ia dihargai
begitu tinggi oleh orang lain, dan tidak diragukan lagi
oleh dirinya sendiri. Ia yaitu ahli tenung yang paling
Kitab Bilangan 23:1-12
termasyhur, namun demikian ia mengaku dirinya dika-
lahkan. Tuhan telah memperingatkan orang Israel untuk
tidak mempergunakan ilmu tenung (Im. 19:31), dan pe-
nyelenggaraan ilahi dalam kisah ini memberi mereka
alasan untuk hukum itu, dengan menunjukkan kepada
mereka kelemahan dan kebodohan dari ilmu tenung.
Sama seperti mereka telah menyaksikan para ahli sihir
Mesir dipermalukan, demikian pula, di sini, mereka me-
nyaksikan hal yang sama terjadi pada sang ahli tenung
yang hebat dari Timur. Lihat Yesaya 47:12-14. Kedua,
pernyataan Bileam itu merupakan pengakuan terhadap
kedaulatan dan pemerintahan kuasa ilahi. Bileam
mengakui bahwa ia tidak dapat berbuat di luar dari apa
yang diperbolehkan Tuhan untuk dia perbuat, sebab
Tuhan dapat menggagalkan segala niatnya, dan men-
jungkirbalikkan segala rancangannya. Ketiga, pernyata-
an Bileam itu merupakan pengakuan terhadap keaman-
an umat Tuhan yang tidak terusik. Perhatikanlah,
1. Israel milik Tuhan diakui dan diberkati oleh-Nya. Tuhan
tidak mengutuk mereka, sebab mereka diselamatkan
dari kutuk hukum Taurat. Ia tidak menentang mere-
ka, tidak pula menolak atau membuang mereka, mes-
kipun mereka hina dan keji.
2. Orang-orang yang dikasihi Sorga akan dibenci nera-
ka. Si ular dan keturunannya senantiasa memusuhi
mereka.
3. Meskipun musuh-musuh umat Tuhan bisa saja me-
nang sampai sedemikian jauh melawan umat Tuhan ,
namun mereka tidak dapat mengutuki umat Tuhan .
Artinya, mereka tidak benar-benar dapat berbuat ke-
jahatan terhadap umat Tuhan , apalagi kejahatan yang
membinasakan, sebab para musuh itu tidak dapat
memisahkan mereka dari kasih Tuhan (Rm. 8:39)
(2) Bileam menyatakan Israel bahagia dalam tiga hal:
[1] Bahagia dalam keistimewaan mereka, dan dibedakan-
nya mereka dari bangsa-bangsa lain: Dari puncak gu-
nung-gunung batu aku melihat mereka (ay. 9). Dan ke-
istimewaan mereka itu tampak membuat Bileam sangat
terkejut, sebab mungkin ia mengira, dari apa yang
didengarnya, bahwa bangsa Israel yaitu kumpulan
orang jembel yang kasar dan rusuh, yang memenuhi
negeri-negeri sekitar dalam rombongan-rombongan yang
berkeliling ke sana kemari. namun yang justru disaksi-
kannya yaitu suatu bangsa yang berdiam di perke-
mahan dengan sangat teratur dalam satu tubuh, yang
di dalamnya tampak segala tanda kedisiplinan dan ke-
tertiban. Ia melihat mereka sebagai suatu bangsa yang
diam tersendiri, dan menubuatkan bahwa mereka akan
tetap demikian, dan keistimewaan mereka akan menjadi
kehormatan mereka yang tak terkira. Kita menyebut se-
orang yang berkedudukan sebagai seorang yang isti-
mewa. Ini yaitu pujian bagi bangsa Israel, meskipun
musuh-musuh mereka mengubahnya menjadi cela,
bahwa mereka berbeda dari semua bangsa di sekitar-
nya, bukan hanya dalam hal agama dan tata upacara
ibadah, melainkan juga dalam hal makanan, pakaian,
dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari, sebagai bangsa
yang dipanggil keluar dari dunia, dan tidak menjadi
serupa dengannya. Mereka tidak pernah kehilangan
nama baik mereka hingga saat mereka bercampur baur
dengan bangsa-bangsa (Mzm. 106:35). Perhatikanlah,
yaitu kewajiban dan kehormatan dari orang-orang
yang membaktikan diri kepada Tuhan untuk terpisah
dari dunia, dan tidak hidup menurut cara dan kebiasa-
an dunia. Orang-orang yang melaksanakan kewajiban-
kewajiban istimewa dengan kesadaran hati nurani,
akan dihibur dengan hak-hak istimewa. Dan itulah
yang mungkin ada dalam pandangan Bileam di sini.
Israel milik Tuhan tidak akan berdiri sejajar dengan
bangsa-bangsa lain, namun akan dijunjung martabatnya
di atas mereka semua, sebagai umat yang dekat dengan
Tuhan , dan dikuduskan bagi-Nya.
[2] Orang Israel bahagia dalam jumlah mereka, yang tidak
sesedikit dan sehina seperti yang digambarkan orang
kepada Bileam, melainkan sekumpulan orang yang ti-
dak terbilang banyaknya, yang menjadikan mereka ter-
hormat dan juga menakutkan (ay. 10): Siapakah yang
Kitab Bilangan 23:1-12
menghitung debu Yakub? Jumlah bangsa Israel yaitu
hal yang membuat Balak merasa kesal (22:3): Sangat
gentarlah orang Moab terhadap bangsa itu, sebab jum-
lahnya banyak. Dan Tuhan melalui Bileam di sini mem-
buat rasa takut dan kesal itu semakin menjadi-jadi,
dengan menubuatkan pertambahan mereka lebih jauh.
Balak ingin supaya Bileam melihat bagian yang paling
ujung dari bangsa Israel (22:41), dengan berharap
bahwa semakin banyak Bileam melihat bangsa Israel,
semakin gusar hatinya terhadap mereka, sehingga ia
melontarkan kutukan-kutukannya dengan lebih gencar
dan geram. namun yang terjadi justru sebaliknya. Bu-
kannya marah sebab jumlah mereka, Bileam justru
mengagumi mereka. Semakin dekat kita mengenal umat
Tuhan , semakin baik pendapat kita tentang mereka.
Bileam memberi perhatian, pertama, terhadap jumlah
debu Yakub, yaitu keturunan Yakub, yang tentang me-
reka dinubuatkan bahwa mereka akan menjadi seperti
debu tanah banyaknya (Kej. 28:14). Dengan demikian
Bileam mengakui penggenapan janji yang diberikan
kepada bapak leluhur Israel, dan menantikan bahwa
janji itu masih akan digenapi lebih lanjut. Mungkin
salah satu kesalahan Daud dalam menghitung jumlah
orang Israel yaitu bahwa ia berupaya menghitung
debu Yakub, yang sudah dikatakan Tuhan tidaklah ter-
hitung banyaknya. Kedua, Bileam memberi perhatian
terhadap bondongan-bondongan Israel (ay. 10, KJV: se-
perempat bangsa Israel), yang mengacu pada susunan
perkemahan mereka, yang diatur menurut empat pa-
sukan, di bawah empat panji-panji. Perhatikanlah,
Israel milik Tuhan yaitu kumpulan orang yang sangat
besar, begitu pula dengan Israel rohani milik-Nya, dan
mereka akan tampak demikian saat semuanya dikum-
pulkan bersama-sama kepada-Nya pada hari yang
agung itu (Why. 7:9).
[3] Orang Israel bahagia dalam kesudahan mereka: Sekira-
nya aku mati seperti matinya orang-orang Israel yang
jujur, yang mengikat perjanjian dengan Tuhan , dan seki-
ranya ajalku, atau keberadaanku di masa yang akan
datang, seperti ajal mereka, atau ganjaranku, yaitu di
dunia lain. Di sini, pertama, diterima begitu saja bahwa
kematian yaitu akhir dari semua manusia. Bahkan
orang benar pun harus mati. Dan baik bagi kita untuk
memikirkan hal ini dengan menerapkannya pada diri
kita sendiri, seperti yang diperbuat Bileam di sini,
dengan berbicara tentang kematiannya sendiri. Kedua,
ia berbicara dengan mengandaikan kekekalan jiwa, dan
suatu keadaan lain di seberang kematian. Perkataannya
ini merupakan suatu kesaksian yang mulia akan ke-
hidupan Sesudah kematian, dan merupakan bukti bahwa
perkara itu telah diketahui dan dipercayai sejak zaman
dahulu. Sebab bagaimana bisa kematian orang benar
lebih diidam-idamkan dibandingkan kematian orang fasik,
selain sebab adanya kebahagiaan di dunia lain, meng-
ingat bahwa dalam cara dan keadaan-keadaan di
seputar kematian, segala sesuatu sama bagi sekalian.
Ketiga, Bileam menyatakan bahwa orang yang benar
sungguh-sungguh diberkati, bukan hanya semasa me-
reka hidup, melainkan juga saat mereka mati. Ini
membuat kematian mereka tidak hanya lebih diidam-
idamkan dibandingkan kematian orang lain, namun juga
bahkan lebih diidam-idamkan dibandingkan hidup itu sen-
diri. Sebab dalam pengertian itulah harapan Bileam
dapat dipahami. Bukan hanya, “saat aku mati, biar-
lah aku mati seperti matinya orang-orang benar,” me-
lainkan juga, “Aku bahkan ingin mati sekarang, asalkan
aku mati seperti matinya orang-orang jujur, dan mene-
mui ajalku saat ini, asalkan itu seperti ajal mereka.”
Sangat dekat dengan tempat Bileam berada sekarang, di
salah satu pegunungan Moab, tidak lama Sesudah ini,
Musa meninggal dunia. Dan mungkin Tuhan , yang me-
naruh perkataan ini ke dalam mulut Bileam, merancang
supaya perkataan itu merujuk pada kematian Musa,
supaya oleh perkataan itu Musa dapat dibesarkan hati-
nya untuk naik dan menjalani kematian seperti yang di-
harapkan oleh Bileam sendiri. Keempat, Bileam menun-
jukkan bahwa pandangannya mengenai agama lebih
baik dibandingkan ketetapan hatinya. Ada banyak orang
Kitab Bilangan 23:1-12
yang ingin mati seperti matinya orang-orang benar,
namun tidak berjuang untuk hidup seperti hidupnya
orang-orang benar. Dengan senang hati mereka ingin
supaya kesudahan mereka seperti orang-orang benar,
namun bukan jalan hidup mereka. Mereka ingin menjadi
orang-orang kudus di sorga, namun bukan orang-orang
kudus di bumi. Ini yaitu keinginan si pemalas, yang
membunuhnya, sebab tangannya enggan bekerja. Ke-
inginan Bileam ini hanyalah harapan, bukan doa, dan
itu harapan yang sia-sia, sebab sekadar harapan akan
tujuan, tanpa peduli akan cara untuk mencapainya.
Sejauh itulah berkat ini berlaku, bahkan sampai pada
kematian, dan melampauinya, jauh sejauh akhir dari
segala sesuatu. Sekarang,
III. Kita diberi tahu,
1. Bagaimana Balak jengkel sebab berkat yang diucapkan
Bileam itu (ay. 11). Balak berlagak menghormati Tuhan
dengan korban-korbannya, dan menanti jawaban yang akan
diberikan Tuhan kepadanya. Akan namun , saat jawaban itu
tidak sesuai dengan keinginannya, ia melupakan Tuhan , dan
meluapkan amarahnya terhadap Bileam, seolah-olah itu murni
perbuatan Bileam: “Apakah yang kaulakukan kepadaku ini!
Sungguh engkau telah mengecewakan aku!” Terkadang Tuhan
membuat musuh-musuh jemaat-Nya bersitegang satu sama
lain, sementara Ia yang duduk di sorga menertawakan mereka,
dan upaya-upaya jahat mereka yang tidak berdaya.
2. Bagaimana Bileam mau saja mengucapkan berkat itu. Ia pa-
tuh sebab ia tidak dapat menolak, namun demikian ia menyi-
kapi hal itu dengan sungguh-sungguh, seolah-olah ia secara
mengherankan bertindak sesuai dengan tuntutan hati nurani,
lalu menjawab Balak dengan kesungguhan seorang nabi:
Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa
yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku? (ay. 12). Demikianlah,
pengakuan atas kuasa Tuhan yang mengatasi segala tindakan
manusia dipaksa keluar dari mulut seorang nabi yang fasik,
yang semakin mempermalukan seorang raja yang fasik.
Bileam Sekali Lagi Memberkati Israel
(23:13-30)
13 Lalu Balak berkata kepadanya: “Baiklah pergi bersama-sama dengan aku
ke tempat lain, dan dari sana engkau dapat melihat bangsa itu; engkau akan
melihat hanya bagiannya yang paling ujung, namun seluruhnya tidak akan
kaulihat; serapahlah mereka dari situ bagiku.” 14 Lalu dibawanyalah dia ke
Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga; ia mendirikan tujuh mezbah dan
mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas
setiap mezbah itu. 15 lalu berkatalah ia kepada Balak: “Berdirilah di
sini di samping korban bakaranmu, sedang aku hendak bertemu dengan
TUHAN di situ.” 16 Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke
dalam mulutnya, dan berfirman: “Kembalilah kepada Balak dan katakanlah
demikian.” 17 saat ia sampai kepadanya, Balak masih berdiri di samping
korban bakarannya bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Berkata-
lah Balak kepadanya: “Apakah yang difirmankan TUHAN?” 18 Lalu diucap-
kannyalah sanjaknya, katanya: “Bangunlah, hai Balak, dan dengarlah;
pasanglah telingamu mendengarkan aku, ya anak Zipor. 19 Tuhan bukanlah
manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menye-
sal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak
menepatinya? 20 Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan
jika Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. 21 Tidak
ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat
kesukaran di antara orang Israel. TUHAN, Tuhan mereka, menyertai mere-
ka, dan sorak-sorak sebab Raja ada di antara mereka. 22 Tuhan , yang mem-
bawa mereka keluar dari Mesir, yaitu bagi mereka seperti tanduk kekuatan
lembu hutan, 23 sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub,
ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan
dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat
Tuhan : 24 Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang
berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum
ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuh-
nya.” 25 Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: “Jika sekali-kali tidak mau
engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya.” 26 namun
Bileam menjawab Balak: “Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang
akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.” 27 lalu ber-
katalah Balak kepada Bileam: “Marilah aku akan membawa engkau ke tem-
pat lain; mungkin benar di mata Tuhan bahwa engkau menyerapah mereka
bagiku dari tempat itu.” 28 Lalu Balak membawa Bileam ke puncak gunung
Peor, yang menghadap Padang Belantara. 29 Berkatalah Bileam kepada Balak:
“Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah di sini bagiku tujuh
ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.” 30 Lalu Balak melakukan
seperti yang dikatakan Bileam, maka ia mempersembahkan seekor lembu
jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu.
Di sini kita mendapati,
I. Persiapan yang dibuat untuk kedua kalinya, sama seperti sebe-
lumnya, untuk mengutuk Israel.
1. Tempatnya diubah (ay. 13). Balak mengira bahwa sebab
Bileam telah melihat dengan begitu utuh seluruh perkemahan
Israel, dari puncak gunung-gunung batu (ay. 9), maka ia men-
Kitab Bilangan 23:13-30
jadi begitu terpesona oleh keindahannya sehingga tidak mau
mengutuk mereka, atau malah begitu ketakutan akan kengeri-
annya sehingga tidak berani mengutuk mereka. Oleh sebab
itu, Balak ingin membawa Bileam ke tempat lain, agar ia
hanya dapat melihat sebagian saja dari bangsa Israel, sehingga
mereka tampak lebih hina. Balak berharap bahwa setidak-
tidaknya bagian dari bangsa Israel yang terlihat itu dapat
diserapah oleh Bileam, dan dengan demikian secara perlahan-
lahan Balak akan menang melawan mereka. Tidak diragukan
lagi bahwa Balak, jika berhasil melakukan hal ini, berniat un-
tuk menyerang bagian dari perkemahan Israel yang sekarang
terlihat oleh Bileam, dan yang ke dalamnya Bileam akan me-
lemparkan bola-bola api serapahnya. Lihatlah betapa tak mau
diam dan tak kenal lelahnya musuh-musuh jemaat dalam me-
lancarkan upaya-upaya mereka yang keji untuk menghancur-
kan jemaat. Tak ada batu yang tak mereka gulingkan, tak ada
rencana yang tak mereka coba lakukan, untuk mencapai
tujuan itu. Ah, andai saja kita berupaya dan bertekad penuh
seperti itu dalam melaksanakan rancangan-rancangan yang
baik bagi kemuliaan Tuhan !
2. Korban-korban diulangi, mezbah-mezbah yang baru, didirikan.
Seekor lembu jantan dan seekor domba jantan pun dipersem-
bahkan di atas setiap mezbah, dan Balak mendampingi per-
sembahannya dengan penuh perhatian seperti sebelumnya (ay.
14-15). Kalau saja kita bersungguh-sungguh seperti itu dalam
berupaya memperoleh berkat, sama seperti Balak dalam ber-
upaya untuk mendapatkan kutukan yang dirancang untuk
Israel, namun ternyata menimpa dirinya sendiri dan bangsanya,
maka kita tidak akan menggerutu saat harus membayar
harga dan memberi upaya dalam kegiatan-kegiatan ibadah.
3. Bileam hadir kembali di hadapan Tuhan , dan Tuhan pun mene-
muinya untuk kedua kalinya, serta menaruh perkataan lain ke
dalam mulutnya, bukan untuk membatalkan perkataan sebe-
lumnya, namun untuk meneguhkannya (ay. 16-17). Jika Tuhan
saja tidak berkata kepada Bileam, carilah Aku dengan sia-sia,
jauh terlebih lagi Ia tidak akan berkata demikian kepada ketu-
runan Yakub, yang sudah pasti akan mendapati-Nya, bukan
hanya seperti Bileam, sebagai pemberi petunjuk dan pembim-
bing mereka, melainkan juga sebagai pemberi ganjaran yang
melimpah bagi mereka. saat Bileam kembali, Balak sudah
tidak sabar untuk mengetahui pesan apa yang dibawanya:
“Apakah yang difirmankan TUHAN? Sudah adakah kabar yang
lebih baik, adakah harapan untuk berhasil?” Ini harus menjadi
pertanyaan kita saat datang untuk mendengarkan firman
Tuhan. Lihat Yeremia 23:35.
II. Diubahnya kutuk itu menjadi berkat untuk kedua kalinya oleh
kuasa Tuhan yang mengatasi segala tindakan manusia. Berkat kali
ini lebih besar dan lebih kuat dibandingkan berkat sebelumnya, dan
memupuskan segala harapan untuk mengubahnya. Oleh sebab
Balak begitu berhasrat untuk menanyakan apa yang telah difir-
mankan Tuhan (ay. 17), maka Bileam kali ini berbicara kepada
Balak secara khusus (ay. 18): Bangunlah, hai Balak, dan dengar-
lah. Firman Tuhan lah yang harus disampaikan Bileam, dan Balak,
meskipun seorang raja, harus menyimak yaitu mendengar dan
memasang telinga, dengan memusatkan perhatian, tanpa mele-
watkan satu kata pun. Ia juga harus menyimak dengan penuh
hormat: Bangunlah, dan dengarlah. Eglon, Penerus Balak, saat
hendak menerima firman dari Tuhan , berdiri dari tempat duduknya
(Hak. 3:20).
1. Dalam perbincangan ini, ada dua hal yang disampaikan
Bileam kepada Balak, yang membuat Balak sangat sedih dan
kecewa:
(1) Bahwa Balak tidak memiliki alasan untuk berharap da-
pat menghancurkan Israel.
[1] Tidak ada gunanya berusaha untuk menghancurkan
mereka, dan Balak hanya akan menipu dirinya sendiri
jika ia berharap demikian, sebab tiga alasan berikut:
Pertama, sebab Tuhan tidak dapat berubah: Tuhan
bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta (ay. 19). Ma-
nusia berubah pikiran, dan sebab itu melanggar janji
mereka. Mereka berbohong, sebab mereka menyesal.
namun Tuhan tidak melakukan keduanya. Ia tidak pernah
berubah pikiran, dan sebab itu tidak pernah mencabut
kembali janji-Nya. Bileam telah mengakui (ay. 8) bahwa
ia tidak dapat mengubah keputusan hikmat Tuhan , dan
dari situ ia menyimpulkan di sini bahwa Tuhan sendiri
Kitab Bilangan 23:13-30
tidak akan mengubahnya. Seperti itulah ketidaksem-
purnaan manusia, dan seperti itulah kesempurnaan
Tuhan . Tidak mungkin Tuhan berdusta (Ibr. 6:18). Dan,
saat dalam Kitab Suci Tuhan dikatakan menyesal, itu
tidak berarti Ia berubah pikiran sebab Ia tidak pernah
berubah, siapa dapat menghalangi Dia?, namun hanya
mengubah cara-Nya. Inilah kebenaran yang agung,
bahwa pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan
sebab pertukaran. Sekarang di sini,
1. Bileam berseru kepada Balak sendiri mengenai Tuhan
yang tidak dapat berubah: “Masakan Ia berfirman
dan tidak melakukannya? Masakan Ia berfirman se-
suai dengan maksud-Nya dan tidak melaksanakan-
nya dalam penyelenggaraan-Nya, menurut keputus-
an kehendak-Nya? Masakan Ia berbicara dalam
firman-Nya, dalam janji-Nya, dan tidak menggenapi-
nya? Dapatkah kita membayangkan Tuhan lain selain
bahwa Ia tidak daapt berubah, selaras dengan diri-
Nya, dan selalu menepati perkataan-Nya? Segala
ketetapan-Nya tak dapat diubah, dan semua janji-
Nya tak dapat dilanggar.”
2. Bileam menerapkan kebenaran umum ini pada per-
masalahan yang sedang dihadapinya (ay. 20): Apa-
bila Dia memberkati, maka aku tidak dapat mem-
balikkannya, yaitu, “Aku tidak dapat membujuk-Nya
untuk membalikkannya.” Israel pada zaman dulu
yaitu umat yang diberkati, suatu keturunan yang
telah diberkati Tuhan. Berkat Abraham berlaku atas
mereka. Mereka lahir di bawah berkat perjanjian,
dan lahir untuk mendapat berkat Kanaan, dan ka-
rena itu mereka tidak dapat dikutuk, kecuali kita
beranggapan bahwa Tuhan yang maha benar akan
melanggar janji-Nya, dan berdusta terhadap diri-Nya
sendiri dan umat-Nya.
Kedua, sebab Israel pada saat ini tidak dapat
dipersalahkan: Tidak ada ditengok kepincangan di
antara keturunan Yakub (ay. 21, KJV: Tidak ada
ditengok kedurjanaan di antara keturunan Yakub).
Bukan berarti bahwa tidak ada kedurjanaan di an-
tara keturunan Yakub, dan sebetulnya Tuhan me-
lihat kedurjanaan itu. Akan namun ,
1. Tidak ada kedurjanaan yang sedemikian parah
hingga dapat menyulut murka Tuhan untuk me-
ninggalkan mereka dan menyerahkan mereka pada
kehancuran. Seburuk-buruknya mereka, mereka
tidaklah begitu buruk hingga pantas ditinggalkan
Tuhan .
2. Tidak ada penyembahan berhala di antara mere-
ka, yang secara khusus disebut sebagai kedur-
janaan dan kesesatan. Kita tidak lagi mendapati
penyembahan berhala semacam itu pada orang
Israel sejak peristiwa anak lembu emas. Dan
sebab itu, walaupun dalam perkara-perkara lain
mereka sangat menyulut murka Tuhan , namun
Tuhan tidak mau membuang mereka. Bileam tahu
bahwa tidak ada yang dapat memisahkan Israel
dan Tuhan selain dosa. Selama Tuhan tidak melihat
adanya dosa yang berkuasa atas bangsa Israel, Ia
tidak akan mengirimkan kutuk yang membinasa-
kan atas mereka. Dan sebab itu, sepanjang
bangsa Israel tetap berhubungan baik dengan
Tuhan , Bileam tidak memiliki harapan untuk
dapat melakukan kejahatan apa pun terhadap
mereka. Perhatikanlah, sepanjang kita menjauhi
dosa, kita menjauhi marabahaya. Sebagian pe-
nafsir memberi pengertian lain atas ayat itu.
Mereka membacanya sebagai berikut: Ia tidak
pernah melihat kejahatan dilakukan kepada Ya-
kub, tidak pula Ia akan melihat suatu kemalangan
ditimpakan kepada Israel. Artinya, “Ia tidak per-
nah, dan tidak akan pernah mengizinkannya,
atau membiarkannya terjadi. Ia tidak akan me-
lihat Israel disakiti, namun Ia akan membenarkan
mereka dan membalaskan perselisihan mereka.”
Perhatikanlah, Tuhan tidak akan tahan melihat
jemaat dan umat-Nya tersakiti. Sebab apa saja
yang diperbuat terhadap mereka, dipandang-Nya
Kitab Bilangan 23:13-30
sama seperti diperbuat terhadap diri-Nya sendiri,
dan Ia akan mengganjarnya dengan setimpal.
Ketiga, sebab kekuatan Israel dan Tuhan tidak
dapat dilawan. Bileam memperlihatkan kepada
Balak bahwa tidaklah mungkin melawan Israel,
tidak ada gunanya untuk mencobanya. Sebab,
1. Ada hadirat Tuhan bersama mereka: “TUHAN,
Tuhan mereka, menyertai mereka secara khu-
sus, dan tidak dapat disulut murka-Nya un-
tuk undur dari mereka.”
2. Mereka bersukacita atas hadirat Tuhan itu, dan
selalu dibuat berkemenangan di dalam hadi-
rat-Nya: Sorak-sorak atau bunyi tanda bahaya
sebab Raja ada di antara mereka. Mereka ber-
sorak-sorak melawan musuh-musuh mereka,
sebab yakin akan menang dan berhasil, de-
ngan senantiasa bermegah di dalam Tuhan se-
bagai Raja dan Penakluk bagi mereka.
3. Mereka telah mengalami kebaikan dari hadi-
rat Tuhan bersama mereka, dan kuasa-Nya
yang dikerahkan untuk mereka, sebab Tuhan
membawa mereka keluar dari Mesir (ay. 22).
Kuasa yang telah melakukan hal itu tidak
akan pernah bisa dikekang, tidak akan per-
nah bisa dilawan. Dan, sebab Tuhan telah me-
mulainya dengan begitu mulia, tidak diragu-
kan lagi bahwa Ia akan mengakhirinya de-
ngan mulia pula.
4. Sepanjang hadirat Tuhan menyertai mereka,
mereka memiliki kekuatan seperti tanduk ke-
kuatan lembu hutan, mampu menang mela-
wan semua yang menentang mereka (24:8).
Seperti itulah kekuatan yang diberikan Tuhan
Israel kepada umat-Nya.
[2] Dari semuanya ini, Bileam menyimpulkan bahwa tidak
ada gunanya untuk merancang suatu kejahatan ter-
hadap bangsa Israel dengan segala ilmu sihir yang da-
pat digunakannya (ay. 23). Pertama, ia mengakui diri-
nya dikalahkan. Jelas tidak ada mantra yang mempan
melawan Yakub. Kutukan-kutukan neraka tidak akan
pernah menang melawan berkat-berkat sorga. Bukan
berarti bahwa upaya-upaya semacam ini tidak akan
dilakukan, namun sudah pasti bahwa semuanya itu akan
sia-sia dan tidak berhasil. Sebagian penafsir men-
cermati bahwa Yakub menandakan jemaat dalam ke-
adaan yang hina dan menderita, sedang Israel me-
nandakan jemaat dalam keadaan yang makmur dan
maju. namun entah jemaat dalam keadaan mulia atau
hina, entah sahabat-sahabatnya sedikit atau banyak,
entah perkara-perkara yang ada di dunia ini tersenyum
atau mengernyitkan dahi kepadanya, semuanya sama
saja: setiap senjata yang ditempa terhadapnya tidak
akan berhasil. Perhatikanlah, Tuhan dengan mudah
dapat, dan pasti akan, mengacaukan dan menggagalkan
segala upaya dan rancangan dari kuasa-kuasa kegelap-
an untuk melawan jemaat-Nya, sehingga mereka tidak
akan berhasil menghancurkannya. Kedua, Bileam me-
nubuatkan bahwa perkara ini akan diingat di masa
yang akan datang. Pada waktunya, yaitu, dengan meng-
acu pada waktu kita saat ini, akan dikatakan mengenai
Yakub dan Israel, dan dikatakan oleh mereka, keajaiban
yang diperbuat Tuhan ! Sungguh besar perbuatan-per-
buatan yang telah dikerjakan Tuhan bagi umat-Nya! Hal
ini akan dikatakan dengan penuh kekaguman, sukacita,
dan rasa syukur, dan akan menjadi satu tantangan bagi
bangsa-bangsa sekitar untuk menunjukkan contoh-
contoh serupa akan perhatian Tuhan -Tuhan mereka terha-
dap mereka. Perhatikanlah, digagalkannya rancangan-
rancangan dari musuh-musuh jemaat haruslah diingat
untuk selama-lamanya bagi kemuliaan Tuhan . Tidak ada
yang seperti Tuhan , hai Yesyurun. Apa yang dikatakan
Bileam di sini mengenai keunggulan Tuhan Israel di atas
semua Tuhan bangsa-bangsa bukan Yahudi mungkin
menjadi acuan Musa saat ia berkata (Ul. 32:31), Bu-
kanlah seperti gunung batu kita gunung batu orang-
orang itu, bahkan musuh kita boleh menjadi hakim, khu-
Kitab Bilangan 23:13-30
susnya Bileam. Oleh sebab itu, tidak ada harapan bagi
Balak untuk menghancurkan Israel. Akan namun ,
(2) Bileam menunjukkan kepada Balak bahwa ada lebih ba-
nyak alasan bagi Balak untuk merasa takut akan dihan-
curkan oleh bangsa Israel, sebab ada kemungkinan mere-
ka akan menumpahkan darah bangsa-bangsa di sekitar
negerinya. Dan, jika Balak dan kerajaannya berhasil melo-
loskan diri, itu bukan sebab ia terlalu hebat untuk di-
perangi Israel, melainkan sebab ia tidak masuk dalam
tugas yang dimandatkan kepada mereka (ay. 24). Lihat,
dan gemetarlah! Bangsa yang sekarang telah berdiam se-
lama beberapa waktu, dalam perkemahan yang berdekatan
satu sama lain, hanya berbaring untuk sementara waktu
seperti seekor singa yang sedang mendekam. namun tidak
lama lagi mereka akan bangkit seperti singa betina, singa
yang berdiri tegak, yang tidak membaringkan dirinya,
sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari
yang mati dibunuhnya. Ini sepertinya mengacu pada keme-
nangan-kemenangan yang dilihat Bileam akan diperoleh
Israel atas orang Kanaan, bahwa mereka tidak akan mele-
takkan senjata sampai mereka betul-betul menaklukkan
negeri yang ada dalam pandangan mereka sekarang. Dan,
saat rumah tetangganya kebakaran, beralasan bagi Balak
untuk berpikir bahwa rumahnya sendiri ada dalam bahaya.
2. Nah, apa dampak dari kekecewaan ini?
(1) Baik Balak maupun Bileam sama-sama muak atas perkara
itu.
[1] Sekarang Balak ingin supaya ahli tenungnya diam. Oleh
sebab Bileam tidak dapat mengatakan apa yang dike-
hendaki Balak, maka dia mau supaya Bileam tidak ber-
bicara sama sekali: “Jika sekali-kali tidak mau engkau
menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkati-
nya (ay. 25). Jika engkau tidak dapat mengutuki mereka,
aku minta supaya engkau tidak memberkati mereka.
Jika engkau tidak dapat membantu dan membesarkan
hati pasukanku, janganlah engkau melawan dan mere-
mukkan semangat mereka.” Perhatikanlah, Tuhan dapat
membuat orang-orang yang meninggalkan-Nya menjadi
kepayahan sebab banyaknya nasihat (Yes. 47:13,
57:10).
[2] Bileam masih mau mengakui bahwa dirinya ditakluk-
kan, dan menyerukan apa yang telah dikatakannya
pada awal upaya ini (22:38): Segala yang akan difirman-
kan TUHAN, itulah yang akan kulakukan (ay. 26). Ini
menunjukkan, pertama, secara umum, bahwa manusia
tidak berkuasa untuk menentukan jalannya. Hati ma-
nusia merancang banyak hal, namun keputusan kehen-
dak Tuhan lah yang akan terjadi. Kedua, secara khusus,
bahwa sama seperti setiap senjata yang ditempa ter-
hadap jemaat tidak akan berhasil, demikian pula setiap
lidah yang melontarkan tuduhan melawannya dalam
pengadilan akan dikendalikan dan dihukum oleh Tuhan
(Yes. 54:17).
(2) Namun demikian, Balak dan Bileam menetapkan hati
untuk membuat upaya lain. Mereka tidak sudi digagalkan,
dan sebab itu mereka meneruskan rancangan itu, meski-
pun itu hanya akan semakin mempermalukan mereka. Dan
sekarang untuk ketiga kalinya,
[1] Mereka mengubah tempatnya. Balak pada akhirnya sa-
dar bahwa itu bukanlah kesalahan Bileam, yang sebe-
lumnya dipersalahkannya, namun bahwa Bileam benar-
benar berada di bawah kekangan ilahi. Dan sebab itu
sekarang Balak ingin membawa Bileam ke tempat di
mana Tuhan mungkin setidak-tidaknya akan mengizin-
kannya untuk menyerapah bangsa Israel (ay. 27). Mung-
kin Balak dan Bileam lebih terdorong untuk mengulangi
upaya mereka seperti itu sebab Tuhan untuk kali kedua
mengizinkan Bileam pergi, meskipun pada awalnya Ia
telah melarangnya. Oleh sebab melalui percobaan ber-
kali-kali mereka berhasil mendapat izin itu, maka
mereka berharap akan berhasil juga kali ini. Demikian-
lah, sebab para pendosa dibiarkan begitu saja, dan
hukuman terhadap perbuatan-perbuatan jahat mereka
tidak dilaksanakan dengan segera, maka hati mereka
penuh niat untuk berbuat jahat. Balak kali ini mem-
bawa Bileam pergi ke puncak gunung Peor, puncak
Kitab Bilangan 23:13-30
yang paling termasyhur di seluruh negerinya, dan ada
kemungkinan di sanalah Baal disembah, sehingga tem-
pat itu dinamakan Baal-Peor. Balak memilih tempat ini
dengan harapan, entah, pertama, bahwa sebab tempat
itu yaitu , seperti yang dibayangkannya, tempat tinggal
Baal, Tuhan orang Moab, maka Yahwe, Tuhan orang Israel,
tidak akan, atau tidak dapat, datang ke sana untuk
mengganggu perbuatan mereka. Atau, kedua, bahwa
sebab tempat itu yaitu tempat yang berkenan bagi
Tuhan nya, maka akan demikian juga bagi Tuhan, dan di
sana suasana hati-Nya akan menjadi baik. Seperti
itulah khayalan-khayalan hampa tentang Tuhan yang
dimiliki orang-orang bebal, dan begitu sia-sianya pemi-
kiran mereka tentang Dia. Demikian pula orang Aram
beranggapan bahwa Tuhan yaitu Tuhan gunung, dan
bukan Tuhan dataran (1Raj. 20:28), seakan-akan Ia lebih
kuat di satu tempat dibandingkan di semua tempat lain.
[2] Mereka mengulang kembali korban mereka, yaitu tujuh
ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan, di atas
tujuh mezbah (ay. 29-30). Demikianlah mereka berte-
kun dalam persembahan-persembahan mereka yang
memakan biaya besar, meskipun mereka tidak diberi
janji yang di atasnya mereka dapat membangun harap-
an-harapan untuk berhasil. Oleh sebab itu, hendaklah
kita, yang diberi janji bahwa penglihatan itu bersegera
menuju kesudahannya dengan tidak menipu, tidak pa-
tah semangat sebab adanya penundaan, namun senan-
tiasa bertekun dalam doa, dengan tidak jemu-jemu
(Luk. 18:1).
PASAL 24
asal ini melanjutkan dan menutup sejarah tentang kekalahan
rancangan-rancangan Balak dan Bileam melawan Israel, bukan
dengan keperkasaan, dan bukan dengan kekuatan, melainkan de-
ngan Roh TUHAN semesta alam. Hal ini merupakan contoh besar
akan kuasa Tuhan atas anak-anak manusia, dan perkenanan-Nya
terhadap anak-anak-Nya sendiri, sama halnya seperti semua keme-
nangan yang dicatat dalam kitab peperangan TUHAN. Persiapan apa
yang dibuat ketiga kalinya untuk mengutuki orang Israel dapat kita
baca dalam bagian penutup pasal sebelumnya. Dalam pasal ini kita
diberi tahu,
I. Kutuk yang diniatkan itu diubah menjadi berkat apa (ay. 1-9).
II. Bagaimana Balak memecat Bileam sebab hal itu (ay. 10-13).
III. Nubuatan-nubuatan yang ditinggalkan Bileam berkenaan
dengan Israel, dan sebagian dari bangsa-bangsa di sekitarnya
(ay. 14, dst.)
Bileam Memberkati Israel untuk Ketiga Kalinya
(24:1-9)
1 saat dilihat Bileam, bahwa baik di mata TUHAN untuk memberkati Israel,
ia tidak mencarikan pertanda lagi seperti yang sudah-sudah, namun ia meng-
hadapkan mukanya ke arah padang gurun. 2 saat Bileam memandang ke
depan dan melihat orang Israel berkemah menurut suku mereka, maka Roh
Tuhan menghinggapi dia. 3 Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Tutur
kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; 4 tutur kata
orang yang mendengar firman Tuhan , yang melihat penglihatan dari Yang
Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata tersingkap. 5 Alangkah indah-
nya kemah-kemahmu, hai Yakub, dan tempat-tempat kediamanmu, hai Is-
rael! 6 Sebagai lembah yang membentang semuanya; sebagai taman di tepi
sungai; sebagai pohon gaharu yang ditanam TUHAN; sebagai pohon aras di
tepi air. 7 Air mengalir dari timbanya, dan benihnya mendapat air banyak-
banyak. Rajanya akan naik tinggi melebihi Agag, dan kerajaannya akan di-
muliakan. 8 Tuhan , yang membawa mereka keluar dari Mesir, yaitu bagi
mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan. Bangsa-bangsa yang menjadi
lawannya akan ditelannya habis, dan tulang-tulang mereka akan dihancur-
kannya dan akan ditembaknya tembus dengan panah-panahnya. 9 Ia me-
niarap dan merebahkan diri sebagai singa jantan, dan sebagai singa betina;
siapakah yang berani membangunkannya? Diberkatilah orang yang member-
kati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!”
Berkat itu sendiri, yang diucapkan Bileam di sini atas Israel, hampir
sama dengan kedua berkat yang kita dapati dalam pasal sebelumnya,
namun kata-kata pembukanya berbeda.
I. Di sini, cara kerja Bileam banyak berbeda dari sebelumnya dalam
beberapa hal.
1. Bileam mengesampingkan mantra-mantra yang sampai saat
itu diandalkannya. Ia tidak menggunakan jampi-jampi, atau
jimat, ataupun ilmu sihir, sebab menyadari bahwa semuanya
itu tidak bermanfaat baginya. Tidak ada gunanya berurusan
dengan Iblis supaya dapat mengutuk, saat sudah jelas
bahwa Tuhan secara tak tergoyahkan menetapkan hati untuk
memberkati (ay. 1). Cepat atau lambat, Tuhan akan menyadar-
kan manusia akan kebodohan mereka dalam mencari berhala
yang sia-sia, yang tidak bermanfaat. Apa gunanya Bileam
menggunakan mantra? Ia tahu bahwa Tuhan berada di luar
jangkauan mantra-mantra.
2. Sekarang Bileam tidak menarik diri ke tempat yang sunyi se-
perti sebelumnya, namun menghadapkan wajahnya langsung ke
arah padang gurun tempat orang Israel sedang berkemah. Dan,
sebab tidak ada cara lain selain memberkati mereka, maka ia
tidak akan merancang hal lain, namun terpaksa tunduk.
3. Sekarang Roh Tuhan menghinggapi dia, yaitu, Roh nubuat, se-
perti yang menghinggapi Saul untuk mencegah dia menangkap
Daud (1Sam. 19:23). Bileam tidak mengucapkan kata-katanya
sendiri, melainkan perkataan Roh yang menghinggapi dia.
4. Bileam menggunakan kata-kata pendahuluan yang berbeda
sekarang dari apa yang sudah digunakannya sebelumnya (ay.
3-4), hampir sama dengan yang diucapkan Daud (2Sam. 23:1-
3). Namun demikian, (seperti menurut sebagian penafsir), per-
kataan Bileam itu sangat terkesan menyombongkan dan me-
megahkan diri, sebab ia mengambil seluruh pujian dari nu-
Kitab Bilangan 24:1-9
buatan ini bagi dirinya sendiri, dan membesar-besarkan diri-
nya sebagai salah seorang dewan kehormatan sorga. Ada dua
hal yang dimegahkannya:
(1) Perkenanan yang diberikan Tuhan kepada Bileam dengan
menyatakan diri-Nya kepadanya. Ia mendengar firman
Tuhan , dan melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa. Tuhan
sendiri telah menemuinya dan berbicara kepadanya
(23:16), dan ia menjadi sangat sombong sebab nya. Paulus
berbicara dengan rendah hati tentang penglihatan-peng-
lihatan dan penyataan-penyataan yang diterimanya (2Kor.
12:1), namun Bileam membicarakannya dengan sombong.
(2) Kekuatan Bileam sendiri untuk menerima dan menanggung
penglihatan-penglihatan itu. Ia memang kehilangan kesa-
daran, seperti yang dialami nabi-nabi lain, namun matanya
terbuka. Hal ini disebutkanya dua kali, namun kata-kata
dalam bahasa aslinya tidaklah sama. Orang yang matanya
semula tertutup, demikian ayat itu dapat dibaca menurut
sebagian penafsir (ay. 3-9), namun sekarang matanya ter-
buka (ay. 4). Ia mengakui bahwa saat berusaha mengu-
tuk orang Israel, ia berbuat keliru. Sekarang ia mulai me-
nyadari kekeliruannya, dan sekalipun begitu ia tetap saja
dibutakan oleh ketamakan dan hasrat untuk berkuasa,
hawa nafsu yang bodoh dan yang mencelakakan itu. Per-
hatikanlah,
[1] Cepat atau lambat, orang-orang yang menentang Tuhan
dan umat-Nya akan dibuat menyadari betapa mereka
telah diperdaya secara menyedihkan.
[2] Banyak orang terbuka matanya, namun hati mereka
tidak. Mereka dicerahkan, namun tidak dikuduskan.
Dan pengetahuan yang membuat orang sombong hanya
akan menerangi mereka menuju neraka, yang ke sana
banyak orang pergi dengan mata terbuka.
II. Namun demikian, berkat itu pada intinya sama dengan berkat-
berkat sebelumnya. Ada beberapa hal yang dikagumi Bileam dalam
Israel:
1. Keindahan mereka (ay. 5): Alangkah indahnya kemah-kemah-
mu, hai Yakub. Mereka tidak tinggal di istana-istana megah,
melainkan di kemah-kemah yang seadanya dan sederhana.
Dan kemah-kemah ini, tidak diragukan lagi, secara menyedih-
kan lusuh terkena terpaan cuaca. Namun demikian, Bileam
melihat keindahan dalam kemah-kemah itu, sebab keteratur-
annya yang mengagumkan, tersusun menurut suku-suku
mereka (ay. 2). Tidak ada hal lain yang dapat membuat agama
mendapat nama baik di mata orang-orang yang melihatnya
dari jauh, selain persatuan dan kerukunan para penganutnya
(Mzm. 133:1). Kebaikan hati bangsa ini, dan nama baik yang
akan mereka peroleh di antara bangsa-bangsa sekitar, diban-
dingkan dengan keindahan dan keelokan lembah-lembah yang
subur dan taman-taman yang indah, pepohonan yang lebat
dan rempah-rempah yang harum (ay. 6). Perhatikanlah, orang-
orang yang matanya terbuka melihat orang-orang kudus di
bumi sebagai orang-orang yang mulia, dan dengan demikian
orang-orang kudus itu menjadi kesukaan mereka. Orang be-
nar, tidak diragukan lagi, yaitu lebih mulia dibandingkan tetang-
ganya. Mereka yaitu pohon yang ditanam TUHAN, itulah
kemuliaan mereka. Ranting-ranting kebenaran yaitu tanam-
an TUHAN. Lihat Hosea 14:6-8.
2. Kesuburan dan pertumbuhan mereka. Mungkin inilah yang di-
maksud dengan perumpamaan-perumpamaan tentang lem-
bah, taman, dan pepohonan itu (ay. 6), dan juga dengan ung-
kapan (ay. 7), air mengalir dari timbanya. Artinya, Tuhan akan
menyirami mereka dengan berkat-Nya seperti hujan dari
langit, dan pada saat itu benihnya mendapat air banyak-ba-
nyak. Bandingkan dengan Hosea 2:22, Aku akan menaburkan
dia bagi-Ku di bumi. Dan dalam Kitab Suci, air melambangkan
bangsa-bangsa, rakyat banyak, dan kaum. Hal ini telah di-
genapi dalam pertumbuhan bangsa itu yang menakjubkan dan
rakyat mereka yang sangat banyak, bahkan dalam keadaan
mereka yang terserak.
3. Kehormatan dan pencapaian mereka. Sama seperti banyaknya
rakyat merupakan kehormatan bagi raja, demikian pula kebe-
saran raja merupakan kehormatan bagi rakyat. Itulah sebab-
nya Bileam menubuatkan bahwa raja mereka akan naik tinggi
melebihi Agag. Agag, ada kemungkinan, yaitu raja yang pa-
ling berkuasa di wilayah itu. Bileam tidak mengenal seorang
pun yang lebih besar dibandingkan Agag. Agag naik tinggi melebihi
Kitab Bilangan 24:1-9
semua raja lain di sekelilingnya. Akan namun Bileam menu-
buatkan bahwa panglima besar Israel sesudah Musa, yaitu
Yosua, akan lebih besar dan terhormat dibandingkan Agag selama
ini, dan akan menjadi sosok yang jauh lebih baik dalam seja-
rah. Saul, raja pertama mereka, menang atas Agag, meskipun
dikatakan bahwa dengan gembira Agag pergi kepadanya.
4. Kekuatan dan kemenangan mereka (ay. 8).
(1) Bileam melihat ke belakang pada apa yang telah mereka
perbuat, atau lebih tepatnya apa yang telah diperbuat bagi
mereka: Tuhan membawa mereka keluar dari Mesir. Hal ini
sudah dia katakan sebelumnya (23:22). Keajaiban-keajaib-
an yang menyertai pembebasan mereka dari Mesir lebih
berperan dalam memberi kehormatan bagi mereka, dan
kengerian bagi lawan-lawan mereka, dibandingkan apa pun juga
(Yos. 2:10). Ia yang telah membawa mereka keluar dari
Mesir tidak akan gagal untuk membawa mereka masuk ke
Kanaan, sebab, adapun Tuhan , jalan-Nya sempurna.
(2) Bileam memandang rendah kekuatan mereka pada saat ini.
Israel seolah-olah seperti tanduk kekuatan lembu hutan,
dan tentang hewan ini dikatakan (Ayb. 39:12-13), apakah
lembu hutan mau takluk kepadamu, atau bermalam dekat
palunganmu? Dapatkah engkau memaksa lembu hutan
mengikuti alur bajak dengan keluan? “Tidak, Israel terlam-
pau kuat untuk dikekang atau ditahan oleh kutukan-
kutukanku atau tentara-tentaramu.”
(3) Bileam memandang ke depan pada penaklukan-penakluk-
an mereka di masa yang akan datang: Bangsa-bangsa yang
menjadi lawannya akan ditelannya habis. Artinya, “Ia tidak
saja akan menghancurkan dan menelan habis mereka
dengan mudah dan tanpa dapat dilawan, seperti yang dila-
kukan singa terhadap mangsanya, namun juga ia sendiri
akan dikuatkan, digemukkan, dan diperkaya dengan jarah-
an-jarahan dari mereka.”
5. Keberanian dan rasa aman mereka: Ia merebahkan diri sebagai
singa jantan, dan sebagai singa betina (ay. 9). Sekarang ia ber-
buat demikian di dataran Moab, tanpa meminta izin dari raja
Moab, tidak pula ia takut kepadanya. Tidak lama lagi ia akan
berbuatdemikian di Kanaan. Sesudah mencabik-cabik mangsa-
nya, ia akan beristirahat, terlindung dari pada kedahsyatan
malapetaka, dan menantang semua yang ada di sekelilingnya.
Sebab siapa yang mau mengganggu singa tidur? Diamati ten-
tang singa-singa (seperti yang diperhatikan oleh cendekiawan
Uskup Patrick di sini) bahwa mereka tidak menarik diri ke
tempat-tempat perlindungan untuk tidur, namun berbaring di
mana saja, sebab tahu bahwa tidak ada yang berani meng-
usik mereka. Seaman itulah orang Israel di Kanaan, terutama
pada masa pemerintahan Daud dan Salomo. Demikian pula
orang benar merasa aman seperti singa muda (Ams. 28:1),
bukan untuk menyerang orang lain, melainkan untuk beristi-
rahat, sebab Tuhan yang membiarkan mereka diam dengan
aman (Mzm. 4:9).
6. Kepentingan dan pengaruh mereka atas bangsa-bangsa di se-
kitar mereka. Sahabat-sahabat mereka, dan orang-orang yang
bersekutu dengan mereka, merasa bahagia: Diberkatilah orang
yang memberkati engkau. Orang-orang yang berbuat baik ke-
pada mereka pasti akan bernasib lebih baik sebab nya. namun
musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang mengangkat
senjata melawan mereka, pasti sengsara: Terkutuklah orang
yang mengutuk engkau. Orang-orang yang mencelakakan
mereka, akan menanggung sendiri akibatnya. Sebab Tuhan me-
mandang bahwa apa saja yang diperbuat terhadap mereka,
entah baik atau buruk, sama seperti diperbuat terhadap diri-
Nya sendiri. Dengan demikian Bileam meneguhkan berkat
Abraham (Kej. 12:3), dan berbicara seakan-akan sebab itulah
ia pada saat ini memberkati Israel, dan tidak mengutuk me-
reka, sebab ia ingin berbagi dalam berkat yang diterima sa-
habat-sahabat Israel, dan ngeri terhadap kutuk atas musuh-
musuh Israel.
Keluhan Balak
(24:10-14)
10 Lalu bangkitlah amarah Balak terhadap Bileam dan dengan meremas-
remas jarinya berkatalah ia kepada Bileam: “Untuk menyerapah musuhku
aku memanggil engkau, namun sebaliknya sampai tiga kali engkau member-
kati mereka. 11 Oleh sebab itu, enyahlah engkau ke tempat kediamanmu; aku
telah berkata kepadamu aku telah bermaksud memberi banyak upah kepa-
damu, namun TUHAN telah mencegah engkau memperolehnya.” 12 namun ber-
katalah Bileam kepada Balak: “Bukankah telah kukatakan juga kepada
Kitab Bilangan 24:10-14
utusan-utusan yang kaukirim kepadaku: 13 Sekalipun Balak memberi ke-
padaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup melanggar
titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat atas kemauanku sendiri; apa
yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan. 14 Dan seka-
rang, aku ini sudah hendak pergi kepada bangsaku; marilah kuberitahukan
kepadamu apa yang akan dilakukan bangsa itu kepada bangsamu di ke-
mudian hari.”
Di sini kita mendapati kesudahan dari upaya yang sia-sia untuk
mengutuk Israel ini, dan ditinggalkannya upaya itu sepenuhnya.
1. Balak menanggapi kejadian itu dengan seburuk-buruknya. Ia me-
luapkan kegeramannya terhadap Bileam (ay. 10), dan mengung-
kapkan kekesalannya yang sejadi-jadinya atas kekecewaan yang
diterimanya, baik melalui kata-kata maupun tindakan. Ia me-
remas-remas jemarinya, sebab geram, melihat semua rancang-
annya dihancurkan seperti itu, dan rencananya dikacaukan. Ia
menuduh Bileam telah menghina dan mencurangi dia dengan
cara yang paling rendah yang bisa dibayangkan. “Untuk menye-
rapah musuhku aku memanggil engkau, namun engkau justru telah
menunjukkan dirimu bersekutu dengan mereka, dan membela ke-
pentingan-kepentingan mereka, sebab sampai tiga kali engkau
memberkati mereka. Meskipun, dengan meminta agar mezbah-
mezbah didirikan dan korban-korban dipersembahkan, engkau
membuatku percaya bahwa engkau pasti akan mengutuk me-
reka.” Sebagai akibatnya, Balak menyuruh Bileam pergi dari
hadapannya, mengusir dia dari negerinya, dan mencelanya de-
ngan kehormatan-kehormatan yang tadinya hendak dia berikan
kepada Bileam, namun yang sekarang diurungkannya (ay. 11): “TU-
HAN telah mencegah engkau memperolehnya. Lihatlah apa yang
engkau dapatkan dengan menyenangkan hati TUHAN, dan bukan-
nya menyenangkan aku. Engkau telah menghalang-halangi ke-
naikan kedudukanmu sendiri sebab perbuatanmu itu.” Demiki-
anlah orang-orang yang kehilangan sesuatu demi melaksanakan
kewajiban mereka, biasanya dicela sebab nya sebagai orang
bodoh, sebab mereka lebih mendahulukan kewajiban mereka
dibandingkan kepentingan mereka di dunia. Padahal, kalau saja
Bileam menaati firman Tuhan itu dengan sukarela dan tulus hati,
maka meskipun ia kehilangan kehormatan yang direncanakan
Balak baginya, Tuhan pasti akan menggantikan kerugian itu secara
berlimpah-limpah bagi keuntungannya.
2. Bileam memanfaatkan kejadian itu dengan sebaik-baiknya.
(1) Ia berusaha berdalih atas kekecewaan yang diakibatkannya
itu. Dan sangat baik dalihnya untuk itu, bahwa Tuhan mence-
gahnya untuk mengucapkan apa yang hendak dikatakannya,
dan mendesaknya untuk mengucapkan apa yang tidak mau
dikatakannya. Dan bahwa Balak tidak boleh marah atas hal
ini, bukan saja sebab Bileam tidak bisa berbuat lain, melain-
kan juga sebab ia sudah memberi tahu Balak sebelumnya
tentang apa yang bisa diharapkannya (ay. 12-13). Balak tidak
bisa berkata bahwa Bileam telah menipunya, sebab Bileam
telah memperingatkan Balak dengan baik akan kekangan yang
ia dapati sedang mengikatnya.
(2) Bileam berusaha menebus kegagalan itu (ay. 14). Meskipun ia
tidak mampu melaksanakan apa yang diinginkan Balak dari-
nya, namun,
[1] Ia akan memuaskan rasa ingin tahu Balak dengan nubuat-
an-nubuatan menyangkut bangsa-bangsa di sekitarnya.
Wajar jika kita senang dengan nubuatan, dan dengan
inilah Bileam berharap untuk meredakan amarah sang
raja.
[2] Bileam akan memuaskannya dengan jaminan bahwa, apa
pun yang akan dilakukan oleh bangsa yang menakutkan
ini terhadap bangsanya, hal itu baru akan terjadi di kemu-
dian hari. Dengan demikian, menyangkut dirinya, ia tidak
perlu mencemaskan adanya suatu kejahatan atau ganggu-
an dari mereka. Penglihatan ini untuk masa yang masih
jauh, namun dalam masa pemerintahannya, keadaan akan
damai.
[3] Bileam akan memberi tahu Balak cara untuk mendatang-
kan celaka atas Israel tanpa upacara membaca mantra dan
kutuk. Hal ini tampak tersirat dalam perkataan itu: Marilah
kuberitahukan kepadamu. Sebab perkataan itu tepatnya
berarti, aku akan menasihatimu. Apa nasihat itu tidaklah
dicatat di sini, sebab nasihat itu disampaikan secara pri-
badi, namun kita diberi tahu sesudahnya apa nasihat itu
(31:16). Bileam menasihati Balak agar membujuk orang
Israel untuk menyembah berhala (Why. 2:14). sebab Bile-
am tidak bisa mendapat izin dari Tuhan untuk mengutuk
mereka, maka ia memberi tahu Balak cara untuk memper-
oleh bantuan dari Iblis untuk menggoda mereka. Flectere si
Kitab Bilangan 24:15-25
nequeo superos, Acheronta movebo – Jika aku tidak bisa
membuat sorga tergerak, aku akan meminta bantuan ke-
pada neraka.
Nubuatan Bileam
(24:15-25)
15 Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Tutur kata Bileam bin Beor,
tutur kata orang yang terbuka matanya; 16 tutur kata orang yang mendengar
firman Tuhan , dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang me-
lihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata
tersingkap. 17 Aku melihat dia, namun bukan sekarang; aku memandang dia,
namun bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul
dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan
semua anak Set. 18 Maka Edom akan menjadi tanah pendudukan dan Seir
akan menjadi tanah pendudukan – musuh-musuhnya itu. namun Israel akan
melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, 19 dan dari Yakub
akan timbul seorang penguasa, yang akan membinasakan orang-orang yang
melarikan diri dari kota.” 20 saat ia melihat orang Amalek, diucapkannyalah
sanjaknya, katanya: “Yang pertama di antara bangsa-bangsa ialah Amalek,
namun akhirnya ia akan sampai kepada kebinasaan.” 21 saat ia melihat
orang Keni, diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Kokoh tempat kediaman-
mu, tertaruh di atas bukit batu sarangmu, 22 namun orang Keni akan hapus;
berapa lama lagi maka Asyur akan menawan engkau?” 23 Diucapkannyalah
juga sanjaknya, katanya: “Celaka! Siapakah yang akan hidup, jika Tuhan
melakukan hal itu? 24 namun kapal-kapal akan datang dari pantai orang
Kitim, mereka akan menindas Asyur dan menindas Heber, lalu iapun juga
akan sampai kepada kebinasaan.” 25 Lalu bersiaplah Bileam dan pulang ke
tempat kediamannya; dan Balakpun pergilah juga.
Tugas para nabi yaitu memberkati dan juga bernubuat dalam nama
Tuhan. Bileam, sebagai nabi, sudah memberkati Israel secara terpak-
sa. Di sini ia menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di
masa depan.
I. Kata-kata pembukanya hampir sama dengan sebelumnya (ay. 3-
4). Ia memainkan peran sebagai nabi sejati dengan begitu baik
dan mengagumkan. Tuhan mengizinkan dan mengarahkan dia ber-
buat demikian, sebab , apa pun dia, nubuatan itu sendiri meru-
pakan nubuatan yang benar. Bileam bermegah,
1. Bahwa ia yaitu orang yang terbuka matanya (ay. 15), sebab
para nabi pada zaman dahulu disebut pelihat (1Sam. 9:9).
Mereka harus mengatakan apa yang telah mereka lihat, dan
sebab itu, sebelum membuka bibir, mata mereka haruslah
terbuka terlebih dahulu.
2. Bahwa ia telah mendengar firman Tuhan , yang juga didengar
banyak orang, namun mereka tidak mengindahkannya, tidak
pula mereka mendengar Tuhan di dalamnya.
3. Bahwa ia beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi. Pernyata-
an ini ditambahkan dalam ayat ini. Orang bisa saja penuh
dengan pengetahuan akan Tuhan , namun sama sekali tidak
beroleh anugerah Tuhan . Mereka bisa saja menerima kebenaran
berdasar pengetahuan akan Tuhan itu, namun sama sekali
tidak mencintai kebenaran itu.
4. Bahwa ia melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, namun
tidak dengan begitu rupa hingga diubah menjadi serupa de-
ngan gambar-Nya. Bileam menyebut Tuhan sebagai Yang Maha-
tinggi, dan Yang Mahakuasa. Tidak ada orang yang bisa ber-
bicara dengan lebih hormat tentang Tuhan , atau tampak lebih
menghargai pengenalannya akan Dia, dibandingkan Bileam. Na-
mun demikian, Bileam tidak benar-benar takut akan Tuhan ,
tidak mengasihi-Nya, dan juga tidak beriman kepada-Nya.
Sejauh itu orang bisa pergi menuju sorga, namun gagal men-
capainya.
II. Di sini ada nubuatan Bileam tentang dia yang akan menjadi
mahkota dan kemuliaan bangsanya, Israel. Dia yaitu ,
1. Daud sebagai perlambang, yang bukan sekarang, bukan dalam
waktu dekat, melainkan seiring berjalannya waktu, akan mere-
mukkan pelipis-pelipis Moab (ay. 17), dan menduduki gunung
Seir. Dan di bawah pimpinannya, pasukan-pasukan Israel
akan melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa (ay.
18). Hal ini digenapi saat Daud memukul kalah orang Moab,
dan mengukur tempat mereka dengan tali, sehingga orang
Moab takluk kepada Daud (2Sam. 8:2). Pada saat yang sama,
orang Edom juga takluk kepada orang Israel (2Sam. 8:14).
Akan namun ,
2. Yesus Tuhan kitalah, yaitu Mesias yang dijanjikan, yang ter-
utama ditunjuk sebagai yang diperlambangkan. Dan nubuatan
ini termasyhur sebagai nubuatan tentang diri-Nya. Sudah
menjadi kehendak Tuhan bahwa kedatangan-Nya harus diberi-
takan seperti itu, jauh sebelumnya, bukan saja kepada bangsa
Yahudi, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain, sebab Injil
Kitab Bilangan 24:15-25
dan kerajaan-Nya akan meluas begitu jauh melampaui batas-
batas tanah Israel. Di sini dinubuatkan,
(1) Bahwa memang “Aku melihat Dia, namun bukan sekarang.
Aku benar-benar melihat Dia dalam penglihatan, namun dari
jarak yang sangat jauh, melalui kurun waktu seribu lima
ratus tahun setidak-tidaknya.” Atau ayat itu bisa dipahami
demikian: Bileam, seorang yang fasik, akan melihat Kris-
tus, namun tidak akan melihat-Nya dari dekat, tidak pula
melihat-Nya seperti Ayub, yang melihat Dia sebagai Pene-
busnya, dan menyaksikan-Nya sendiri (Ayb. 19:25-27).
saat Ia datang di awan-awan, setiap mata akan melihat
Dia, namun banyak orang hanya akan melihat Dia dari jauh,
sama seperti orang kaya di neraka melihat Abraham.
(2) Bahwa Ia akan datang dari Yakub, dan Israel, sebagai bin-
tang dan tongkat kerajaan. Bintang menandakan kemulia-
an dan kemilau-Nya, dan bintang timur yang gilang-gemi-
lang, sedang tongkat kerajaan menandakan kuasa dan
wewenang-Nya. Dialah yang akan timbul sebagai seorang
penguasa. Nubuatan Bileam, salah seorang dari Timur,
tentang bintang yang akan terbit dari Yakub ini, sebagai
tanda dari tongkat kerajaan yang akan timbul di Israel, di-
lestarikan secara turun-temurun oleh bangsa Israel. Mung-
kin itulah sebabnya orang-orang majus, yang juga berasal
dari Timur, saat melihat sebuah bintang yang tidak biasa
di atas daerah Yudea, bertanya-tanya tentang Dia, raja
orang Yahudi yang baru dilahirkan (Mat. 2:2).
(3) Bahwa kerajaan-Nya akan ditegakkan atas segala ses