• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label bilangan ulangan 11. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bilangan ulangan 11. Tampilkan semua postingan

bilangan ulangan 11


 pa kita tidak boleh memperlakukan me-

reka dengan semena-mena. Kita yaitu  tuan mereka, 

dan sebab  itu kita tidak boleh menjadi penguasa 

yang lalim. Kedua, bergunanya keledai itu untuk 

Bileam: Yang kautunggangi. Perhatikanlah, yaitu  

baik bagi kita untuk sering merenungkan betapa 

bergunanya makhluk-makhluk yang lebih rendah 

bagi kita, dari dulu sampai sekarang, supaya kita 

dapat bersyukur kepada Tuhan , dan berlaku lembut 

terhadap mereka. Ketiga, bahwa ia tidak biasa ber-

buat begitu kepada Bileam, dan tidak pernah mere-

mukkan kakinya sebelumnya, atau jatuh menindih-

nya. Oleh sebab itu, Bileam seharusnya menyimpul-

kan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa yang mem-

buatnya berbuat demikian sekarang. Perhatikanlah,  

1. Jarangnya pelanggaran dilakukan haruslah me-

ngurangi kemarahan kita terhadap si pelanggar. 

2. jika  binatang-binatang tidak lagi mematuhi 

kita seperti biasanya, maka kita harus mencari 

tahu penyebabnya dalam diri kita sendiri, dan 

merendah sebab  dosa kita. 

 2. Bileam pada akhirnya diberi tahu tentang murka Tuhan  melalui 

seorang malaikat, dan ini benar-benar mengejutkannya. saat  

Tuhan  membuka matanya, dilihatnyalah Malaikat TUHAN (ay. 

31). Dan lalu  ia sujud, untuk menghormati utusan yang 

mulia itu, dan sebab  takut terhadap pedang yang dia lihat 

ada di tangan sang malaikat. Tuhan  memiliki  banyak cara 

untuk menghancurkan dan menundukkan hati yang keras 

dan tidak mau merendah.  

(1) Sang malaikat menegur Bileam sebab  kekejamannya (ay. 

32-33): Apakah sebabnya engkau memukul keledaimu? 

Kitab Bilangan 22:22-35 


Apakah kita menyadarinya atau tidak, pastilah bahwa 

Tuhan  akan mengadakan perhitungan dengan kita atas tin-

dakan semena-mena yang kita lakukan terhadap makhluk-

makhluk-Nya. Bahkan, Ia menunjukkan kepada Bileam 

betapa jauh lebih beralasan baginya untuk memukul dada-

nya sendiri, dan menghukum diri sendiri, dibandingkan  menye-

rang keledainya seperti itu (“jalan ini pada pemandangan-

Ku menuju kepada kebinasaan, lalu bagaimana engkau 

dapat berharap akan berhasil?”). Dan betapa keledainya 

jauh lebih bijak dibandingkan  dirinya sendiri, dan betapa ia ber-

utang budi kepada keledainya itu yang berusaha menying-

kir dari jalan. Itu demi keselamatan Bileam, dan bukan 

untuk keselamatannya sendiri, sebab seandainya ia jalan 

terus, Bileam pasti sudah terbunuh, sementara ia sendiri 

selamat. Perhatikanlah, saat  mata kita terbuka, kita akan 

melihat bahaya apa yang mengintai kita di jalan yang 

berdosa, dan betapa demi kebaikan kitalah, bahwa kita ter-

halang di jalan itu. Dan betapa bodohnya kita untuk mem-

persalahkan halangan-halangan yang membantu menyela-

matkan hidup kita.  

(2) Bileam lalu  tampak melunak (ay. 34): “Aku telah ber-

dosa, berdosa dalam mengadakan perjalanan ini, berdosa 

dengan memaksakan diri seperti ini. namun  ia memaafkan  

dirinya dengan alasan, bahwa ia tidak melihat malaikat itu. 

Dan sekarang, Sesudah  ia benar-benar melihat malaikat itu, 

ia bersedia untuk berbalik pulang. Apa yang membuat 

Tuhan  murka bukanlah kepergiannya, melainkan terlebih 

sebab  kepergiannya itu dengan rancangan jahat melawan 

Israel. Juga, sebab  ia diam-diam berharap bahwa kendati 

dengan ketentuan yang membatasi izinnya, ia dapat ber-

hasil mengutuk mereka, dan dengan demikian memuaskan 

Balak dan mendapatkan kedudukan terhormat darinya. 

Tidak tampak bahwa ia menyadari kefasikan hatinya ini, 

atau bersedia mengakuinya. Sebaliknya, saat  ia men-

dapati bahwa ia tidak bisa maju, ia bersedia (sebab  tidak 

ada pilihan lain) untuk berbalik pulang. Di sini tidak ada 

tanda bahwa hatinya berubah. Tangannya terikat, sehingga 

ia tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut saja. Demi-

kianlah banyak orang meninggalkan dosa-dosa mereka

hanya sebab  dosa-dosa mereka telah meninggalkan mere-

ka. Tampak ada pembaharuan hidup, namun  apa gunanya 

itu jika tidak ada pemugaran hati?  

(3) Meskipun begitu, malaikat itu meneruskan izinnya: “Pergi-

lah bersama-sama dengan orang-orang itu (ay. 35). Pergilah, 

jika engkau mau dibodoh-bodohi, dan dipermalukan di de-

pan Balak dan semua pemuka Moab. Pergilah, namun  ha-

nyalah perkataan yang akan Kukatakan kepadamu harus 

kaukatakan, tidak peduli apakah engkau mau atau tidak.” 

Sebab tampaknya ini bukan merupakan sebuah perintah, 

melainkan nubuatan tentang apa yang akan terjadi, bahwa 

ia bukan hanya tidak akan mampu mengutuk Israel, namun  

juga akan dipaksa untuk memberkati mereka. Hal ini akan 

lebih mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan  dan memperma-

lukan dirinya dibandingkan  seandainya ia kembali pulang. 

Demikianlah ini terjadi sebab  Tuhan  sebelumnya sudah 

memberinya peringatan yang baik, namun ia tidak mau 

mendengarkan. Jadi, Pergilah Bileam bersama-sama de-

ngan pemuka-pemuka Balak itu. sebab  kesalahannya, ya-

itu kerakusannya, Tuhan  murka, dan menghajar dia, namun  

dengan murtad ia menempuh jalannya (Yes. 57:17). 

Pertemuan antara Balak dan Bileam  

(22:36-41)  

36 saat  Balak mendengar, bahwa Bileam datang, keluarlah ia menyongsong 

dia sampai ke Kota Moab di perbatasan sungai Arnon, pada ujung perbatas-

an itu. 37 Dan berkatalah Balak kepada Bileam: “Bukankah aku sudah meng-

utus orang memanggil engkau? Mengapakah engkau tidak hendak datang 

kepadaku? Sungguhkah tidak sanggup aku memberi upahmu?” 38 namun  ber-

katalah Bileam kepada Balak: “Ini aku sudah datang kepadamu sekarang; 

namun  akan mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Perkataan yang 

akan ditaruh Tuhan  ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.” 39 Lalu 

pergilah Bileam bersama-sama dengan Balak dan sampailah mereka ke 

Kiryat-Huzot. 40 Balak mengorbankan beberapa ekor lembu sapi dan kambing 

domba dan mengirimkan sebagian kepada Bileam dan kepada pemuka-pe-

muka yang bersama-sama dengan dia. 41 Keesokan harinya Balak mengambil 

Bileam dan membawa dia mendaki bukit Baal. Dari situ dilihatnyalah bagian 

yang paling ujung dari bangsa Israel.      

Kita mendapati di sini pertemuan antara Balak dan Bileam, musuh-

musuh yang bersekongkol melawan Israel milik Tuhan . namun  di sini

Kitab Bilangan 22:36-41 

mereka tampak memiliki  harapan-harapan yang berbeda akan 

keberhasilannya.  

1. Balak berkata-kata tentang keberhasilan itu dengan percaya diri, 

tidak ragu bahwa tujuannya akan tercapai, sebab sekarang 

Bileam sudah datang. Dalam harapan akan keberhasilan ini, ia 

keluar menyongsong Bileam, bahkan sampai ke ujung perbatasan 

negerinya (ay. 36). Hal ini dilakukannya sebagian untuk memuas-

kan keinginannya yang tidak sabar untuk melihat orang yang 

begitu ia andalkan, dan sebagian lagi untuk memberi  peng-

hormatan kepada Bileam, sehingga bisa mengambil hatinya untuk 

melayani dia dengan segenap kemampuannya. Lihatlah penghor-

matan apa yang diberikan oleh raja-raja kafir kepada orang-orang 

yang nama dan wajahnya yang tampak seperti nabi, yang me-

ngaku-ngaku memiliki  hubungan dengan sorga. Betapa baik-

nya sambutan yang diberikan kepada orang yang datang dengan 

mulut yang penuh kutukan. Di lain pihak, betapa memalukannya, 

bahwa utusan-utusan Kristus tidak begitu dihormati oleh keba-

nyakan orang, begitu dipandang hina oleh sebagian orang. Betapa 

mereka yang membawa kabar damai sejahtera dan berkat disam-

but dengan begitu dingin! Sekarang tidak ada lagi yang dikeluh-

kan Balak, selain bahwa Bileam tidak datang lebih cepat (ay. 37). 

Pikir Balak, seharusnya Bileam tahu betapa mendesaknya keper-

luannya, bukankah aku sudah mengutus orang memanggil eng-

kau? (Begitulah, banyak yang berhasil didesak oleh orang-orang 

bawahan raja untuk melakukan sesuatu yang tidak mau mereka 

lakukan). Juga, bagi Balak, sudah seharusnya Bileam memper-

timbangkan niat baiknya terhadap dirinya: Sungguhkah tidak 

sanggup aku memberi upahmu? (KJV: Sungguhkah tidak sanggup 

aku mengangkat engkau ke dalam jabatan yang terhormat). Balak, 

sebagai raja, yaitu  sumber kehormatan dalam kerajaannya 

sendiri, sehingga Bileam pastilah bisa mendapatkan kedudukan 

apa saja yang ditawarkan kepadanya sebagai hadiah. Oleh sebab 

itu, Balak merasa terhina dengan keterlambatan Bileam itu, 

seolah-olah Bileam menganggap segala kehormatan yang diper-

siapkan baginya itu tidak layak. Perhatikanlah, tawaran jabatan 

atau kehormatan yaitu  umpan yang sangat menggiurkan bagi 

banyak orang. Dan sungguh baik jika kita tertarik untuk melayani 

Tuhan  oleh sebab  kehormatan yang ditawarkan-Nya kepada kita. 

Mengapa kita menunda-nunda untuk datang kepada-Nya? “Sun

guhkah tidak sanggup Dia mengangkat kita ke dalam jabatan yang 

terhormat?”  

2. Bileam berbicara dengan ragu tentang perkara itu, dan meminta 

Balak untuk tidak banyak bergantung padanya (ay. 38): “Akan 

mungkinkah aku dapat mengatakan apa-apa? Aku sudah datang, 

namun  apakah dengan begitu aku menjadi lebih dekat dengan 

tujuan? Dengan senang hati aku ingin mengutuk Israel. namun  

aku tidak boleh, aku tidak bisa, Tuhan  tidak akan mengizinkan 

aku.” Tampaknya ia menyinggung dengan kesal pada kelikir di 

hidungnya dan kekang di bibirnya, seperti kelikir dan kekang 

yang mengikat Sanherib (Yes. 37:29).  

3. Mereka menyibukkan diri secepat mungkin dengan pekerjaan itu. 

Bileam dijamu besar-besaran pada malam harinya. Sebuah 

korban syukur dipersembahkan kepada dewa-dewa Moab, sebab 

tamu yang ditunggu-tunggu ini sudah tiba dengan selamat, dan ia 

dijamu dengan pesta atas korban itu (ay. 40). Dan keesokan 

paginya, untuk tidak membuang-buang waktu, Balak membawa 

Bileam dalam kereta kudanya ke bukit-bukit dalam kerajaannya. 

Bukan hanya sebab  menurut Balak kesucian bukit-bukit itu 

(seperti yang dipandang demikian) dapat memberi  suatu ke-

untungan bagi tenungan-tenungan Bileam, melainkan juga kare-

na ketinggiannya dapat membuat Bileam melihat dengan baik 

perkemahan Israel, yang akan menjadi tujuan atau sasaran tem-

bakan anak-anak panahnya yang beracun. Dan sekarang Bileam 

pura-pura benar-benar ingin menyenangkan Balak, seperti yang 

sebelumnya diperbuatnya terhadap Tuhan . Lihatlah betapa perlu-

nya kita untuk berdoa setiap hari, Bapa kami yang di sorga, 

janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.  

 

 

 

 

 

PASAL  23  

ada pasal ini kita mendapati Balak dan Bileam sibuk mengerja-

kan kejahatan bagi Israel, dan, sepanjang yang bisa disaksikan, 

baik Musa maupun tua-tua Israel tidak tahu-menahu tentang per-

kara itu, tidak pula mampu menghancurkan perangkap itu. Akan 

namun  Tuhan , yang memelihara Israel, dan yang tidak tertidur ataupun 

terlelap, menggagalkan upaya itu, tanpa permohonan ataupun ran-

cangan dari bangsa Israel. Di sini kita mendapati, 

I. Upaya pertama untuk mengutuk Israel. 

1. Persiapan yang dibuat untuk tujuan itu melalui korban 

(ay. 1-3). 

2. Petunjuk yang berlawanan yang diberikan Tuhan  kepada 

Bileam (ay. 4-5). 

3. Berkat yang terpaksa diucapkan Bileam atas Israel, dan 

bukannya kutukan (ay. 7-10). 

4. Kekecewaan Balak yang luar biasa (ay. 11-12). 

II. Upaya kedua, yang diperbuat dengan cara serupa, dan de-

ngan cara serupa pula dikandaskan (ay. 13-26). 

III. Persiapan-persiapan yang dibuat untuk melakukan upaya 

ketiga (ay. 27-30), yang hasilnya akan kita jumpai dalam 

pasal selanjutnya. 

Bileam Dipaksa Memberkati Israel,  

dan Berkat pun Dinyatakan atas Israel  

(23:1-12)  

1 Lalu berkatalah Bileam kepada Balak: “Dirikanlah bagiku di sini tujuh 

mezbah dan siapkanlah bagiku di sini tujuh ekor lembu jantan dan tujuh 

ekor domba jantan.“ 2 Balak melakukan seperti yang dikatakan Bileam, maka 



Balak dan Bileam mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba 

jantan di atas setiap mezbah itu. 3 Sesudah itu berkatalah Bileam kepada 

Balak: “Berdirilah di samping korban bakaranmu, namun  aku ini hendak 

pergi; mungkin TUHAN akan datang menemui aku, dan perkataan apa pun 

yang dinyatakan-Nya kepadaku, akan kuberitahukan kepadamu.” Lalu pergi-

lah ia ke atas sebuah bukit yang gundul. 4 Maka Tuhan  menemui Bileam, lalu 

Bileam berkata kepada-Nya: “Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kuper-

sembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap 

mezbah.” 5 lalu  TUHAN menaruh perkataan ke dalam mulut Bileam 

dan berfirman: “Kembalilah kepada Balak dan katakanlah demikian.” 6 saat  

ia kembali, maka Balak masih berdiri di situ di samping korban bakarannya, 

bersama dengan semua pemuka Moab. 7 Lalu Bileam mengucapkan sanjak-

nya, katanya: “Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari 

gunung-gunung sebelah timur: Datanglah, katanya, kutuklah bagiku Yakub, 

dan datanglah, kutuklah Israel. 8 Bagaimanakah aku menyerapah yang tidak 

diserapah Tuhan ? Bagaimanakah aku mengutuk yang tidak dikutuk TUHAN? 

9 Sebab dari puncak gunung-gunung batu aku melihat mereka, dari bukit-

bukit aku memandang mereka. Lihat, suatu bangsa yang diam tersendiri dan 

tidak mau dihitung di antara bangsa-bangsa kafir. 10 Siapakah yang meng-

hitung debu Yakub dan siapakah yang membilang bondongan-bondongan 

Israel? Sekiranya aku mati seperti matinya orang-orang jujur dan sekiranya 

ajalku seperti ajal mereka!” 11 Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: “Apakah 

yang kaulakukan kepadaku ini? Untuk menyerapah musuhkulah aku men-

jemput engkau, namun  sebaliknya engkau memberkati mereka.” 12 namun  ia 

menjawab: “Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa 

yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku?”  

Di sini kita mendapati, 

I. Persiapan besar-besaran yang dibuat untuk mengutuk Israel. 

Tujuan yang ingin dicapai yaitu  membuat Tuhan  Israel tergerak 

untuk meninggalkan Israel, dan berpihak kepada Moab atau tidak 

memihak siapa-siapa. Oh, betapa bodohnya takhayul, yang mem-

bayangkan bahwa Tuhan  mau diperintah-perintah oleh manusia! 

Bileam dan Balak mencoba menyuap-Nya dengan beberapa  mez-

bah dan korban, yang dipersembahkan tanpa perintah atau ke-

tetapan dari-Nya, seakan-akan Ia mau makan daging lembu jantan 

atau minum darah kambing jantan. Omong kosong yang menggeli-

kan, kalau mereka berpikir bahwa hal-hal seperti ini akan menye-

nangkan Tuhan , dan akan mendapat perkenanan-Nya, sementara 

tidak ada iman ataupun kepatuhan sama sekali dalam diri me-

reka! Namun demikian, dari apa yang tampak, mereka memper-

sembahkan korban-korban ini kepada Tuhan  di sorga, Numen – 

Keilahian yang tertinggi, dan bukan kepada dewa-dewa setempat 

yang mereka sembah. namun  bertambah banyaknya mezbah itu 

merupakan bukti kemerosotan mereka dari agama nenek moyang 

mereka, dan kemurtadan mereka terhadap penyembahan berhala. 

Kitab Bilangan 23:1-12 


Sebab siapa yang memperbanyak mezbah, berarti memperbanyak 

Tuhan . Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu 

menjadikan mereka berdosa (Hos. 8:11). Demikianlah mereka 

tidak merasa perlu untuk mengakui Tuhan , namun  pikiran mereka 

menjadi sia-sia. Dan sekalipun begitu, mereka dengan lancangnya 

berharap bahwa dengan ini mereka dapat membuat Tuhan  ber-

pihak kepada mereka dan tidak lagi kepada Israel, padahal tempat 

kudus-Nya ada di tengah-tengah Israel, begitu pula dengan 

mezbah-Nya yang diurapi. Cermatilah di sini, 

1. Betapa sok berkuasanya Bileam, bangga sebab  bisa memerin-

tah seorang raja dan menetapkan hukum bagi para pemimpin. 

Itulah sifat manusia durhaka, yang meninggikan dirinya di 

atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Tuhan . 

Betapa dengan berwenang Bileam memberi  perintah! Diri-

kanlah bagiku di sini, di tempat aku telah memasang kemah, 

tujuh mezbah, yang terbuat dari batu atau gambut (tanah be-

rumput – pen.). Demikianlah ia menutupi kejahatannya terha-

dap Israel dengan menunjukkan ketaatan dalam beribadah, 

namun  korbannya yaitu  suatu kekejian, sebab  dipersembah-

kan dengan maksud jahat seperti itu (Ams. 21:27). Tujuannya 

bukanlah untuk memuliakan Tuhan  dengan korban yang benar, 

melainkan untuk memperkaya dirinya dengan upah untuk 

perbuatan-perbuatan yang jahat. 

2. Betapa menurutnya Balak. Mezbah-mezbah yang diminta se-

gera didirikan, dan korban-korban pun dipersiapkan, yang ter-

baik dari jenisnya, yaitu  tujuh ekor lembu jantan dan tujuh 

ekor domba jantan. Balak tidak berkeberatan atas perintah itu, 

tidak pula ia melakukannya dengan berat hati, atau meng-

anggap bahwa berdiri di samping korban bakarannya, seperti 

yang diperintahkan Bileam kepadanya, yaitu  sesuatu yang 

melelahkan atau menghinakan. 

II. Diubahnya kutukan itu menjadi berkat, oleh kuasa Tuhan  yang 

mengatasi segala sesuatu, demi kasih-Nya terhadap Israel. Ini 

merupakan penjelasan yang diberikan Musa tentangnya (Ul. 23:5). 

1. Tuhan  menaruh berkat ke dalam mulut Bileam. saat  kor-

ban-korban itu sedang terbakar api, Bileam pun menyingkir. 

Ia pergi menyendiri, ke suatu tiang berhala yang gelap di atas 



bukit yang gundul (ay. 3, dalam tafsiran yang agak luas). Se-

banyak itulah dia tahu, bahwa kesendirian memberi  

kesempatan yang baik untuk bersekutu dengan Tuhan . Orang-

orang yang hendak menjumpai-Nya harus menyingkir dari 

dunia, beserta segala kesibukan dan pergaulannya, dan suka 

menyendiri, dengan menganggap bahwa mereka sebetulnya  

tidaklah sendiri saat  sedang sendirian, sebab  Bapa ada ber-

sama mereka. Oleh sebab  itu masuklah ke dalam kamarmu, 

tutuplah pintu, dan yakinlah bahwa Tuhan  akan menemuimu 

jika engkau mencari-Nya seperti seharusnya. Akan namun  

Bileam pergi menyendiri hanya berdasar  ketidakpastian, 

sebab  berpikiran bahwa mungkin saja Tuhan  mau menemui-

nya. sebab  sadar bahwa dirinya bersalah, dan tahu bahwa 

Tuhan  belum lama ini telah menemuinya dalam murka, maka 

beralasan baginya untuk berbicara dengan ragu-ragu: Mungkin 

TUHAN akan datang menemui aku (ay. 3). namun  orang yang 

demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima suatu 

perkenanan dari Tuhan . Bahkan, dari apa yang bisa disaksikan, 

meskipun Bileam berpura-pura pergi dan menemui Tuhan , 

sebenarnya ia berencana untuk menggunakan pertanda atau 

ilmu-ilmu mantera (24:1). Akan namun , apa pun yang diniat-

kannya, Tuhan  berencana untuk menyatakan kemuliaan-Nya 

sendiri melalui dirinya, dan sebab  itu Ia menemui Bileam (ay. 

4). Bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Jelas 

kita meyakini, bahwa keduanya tidak dapat bersatu. Jalan 

Bileam masih menyimpang, dan Tuhan  masih menjadi musuh-

nya. Namun demikian, oleh sebab  Balak telah memilih Bileam 

untuk menjadi ahli tenungnya, maka Tuhan  akan mendesak 

Bileam untuk mengutarakan suatu pengakuan yang begitu 

rupa, bagi kehormatan Tuhan  dan Israel, hingga membuat siapa 

saja yang hendak mengangkat senjata melawan mereka tidak 

dapat berdalih untuk selama-lamanya. saat  Bileam menya-

dari bahwa Tuhan  menemuinya, mungkin melalui perantaraan 

seorang malaikat, ia pun menyombongkan usaha-usahanya: 

Ketujuh mezbah itu telah kuatur, dan kupersembahkan seekor 

lembu jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah. 

Bagaimana ia dapat melakukannya? Jelas bahwa ia tidak 

keluar keringat sedikit pun untuk itu, sebab  Balaklah yang 

menanggung semuanya. Namun demikian, 

Kitab Bilangan 23:1-12 

 

(1) Bileam menyombongkan diri atas persembahan itu, se-

akan-akan ia telah melakukan sesuatu yang luar biasa. 

Ibadah-ibadah yang dilakukan dalam kemunafikan biasa-

nya diceritakan dengan sombong dan meninggikan diri. 

Demikian pula orang Farisi pergi ke Bait Tuhan  untuk me-

nyombongkan agamanya (Luk. 18:11-12).  

(2) Bileam bersikeras menjadikan persembahan itu sebagai 

alasan mengapa Tuhan  harus mengabulkan keinginannya 

untuk mengutuki Israel, seakan-akan sekarang ia sudah 

membuat Tuhan  berutang kepadanya, dan dapat meminta 

apa saja dari Tuhan  sesuka hatinya. Bileam menyangka 

bahwa Tuhan  begitu berutang budi kepadanya atas korban-

korban persembahan ini, sehingga setidak-tidaknya yang 

dapat dilakukan Tuhan  untuk membalasnya yaitu  mengor-

bankan Israel milik-Nya pada kebiadaban raja Moab. Per-

hatikanlah, orang-orang fasik biasa menipu diri sendiri 

dengan berpikir bahwa dengan memperlihatkan kesalehan, 

mereka akan berhasil membuat Tuhan  mendukung mereka, 

dan membiarkan mereka melakukan kejahatan-kejahatan 

terbesar sekalipun, terutama penganiayaan (Yes. 66:5). 

Namun demikian, meskipun korban persembahan itu me-

rupakan suatu kekejian, Tuhan  memanfaatkan pengharapan 

Bileam itu untuk menaruh perkataan ke dalam mulutnya 

(ay. 5). Sebab jawaban lidah berasal dari pada TUHAN, dan 

dengan begitu Ia hendak menunjukkan betapa kelirunya 

orang-orang yang berkata, dengan lidah kami, kami me-

nang! Bibir kami menyokong kami! (Mzm. 12:5). Ia yang 

menciptakan mulut manusia, tahu bagaimana mengatur-

nya, dan mempergunakannya untuk memenuhi tujuan-

tujuan-Nya sendiri. Ini merupakan kengerian bagi para 

pendosa yang lancang, yang membuka mulut mereka mela-

wan langit. Tuhan  dapat membuat mereka tergelincir sebab  

lidah mereka (Mzm. 64:9). Dan ini merupakan penghiburan 

bagi para saksi Tuhan , yang dipanggil-Nya untuk bersaksi 

bagi-Nya setiap saat. Jika Tuhan  menaruh perkataan-Nya ke 

dalam mulut Bileam, yang hendak menentang Tuhan  dan 

Israel, tentu saja Ia tidak akan membuat kecewa orang-

orang yang ingin memuliakan Tuhan  dan membangun umat-



Nya melalui kesaksian mereka. Sebaliknya, semuanya itu 

akan dikaruniakan kepada mereka pada saat itu juga.   

2. Bileam mengucapkan berkat bagi Israel, dan itu terdengar oleh 

Balak. Bileam mendapati Balak masih berdiri di samping 

korban bakarannya (ay. 6), sedang memperhatikannya dengan 

saksama, dan sungguh-sungguh mengharapkan keberhasilan. 

Orang-orang yang ingin mendapatkan jawaban damai sejah-

tera dari Tuhan  harus diam di dekat korban persembahan, dan 

melayani Tuhan tanpa gangguan, sambil tidak jemu-jemu ber-

buat baik. Sesudah  berdiri di tempat yang telah ditetapkan un-

tuk mengutuki Israel, dengan kutukan-kutukan yang mungkin 

telah dipersiapkannya untuk diucapkan, Bileam pun meng-

ucapkan sanjaknya, yang ternyata merupakan suatu berkat 

(ay. 7). Ia menyatakan bahwa Israel aman dan bahagia, dan 

dengan demikian memberkati mereka.  

(1) Ia menyatakan bahwa mereka aman, dan berada di luar 

jangkauan anak-anak panahnya yang beracun. 

[1] Ia mengakui bahwa rancangan yang sebetulnya  ada-

lah untuk mengutuk mereka, bahwa Balak menyuruh-

nya datang dari negerinya sendiri, dan bahwa ia telah 

datang untuk mewujudkan maksud itu (ay. 7). Pesan 

yang dikirimkan kepadanya yaitu , datanglah, kutuklah 

bagiku Yakub, dan datanglah, kutuklah Israel. Balak 

berniat untuk memerangi Israel, dan ia mau Bileam 

memberkati pasukannya, serta bernubuat dan berdoa 

bagi kehancuran Israel. 

[2] Ia mengakui bahwa rancangan itu gagal, dan mengakui 

ketidakmampuannya sendiri untuk mewujudkannya. Ia 

bahkan tidak bisa berkata-kata buruk atau mengharap-

kan sesuatu yang buruk terhadap mereka: Bagaimana-

kah aku menyerapah yang tidak diserapah Tuhan ? (ay. 

8). Bukan berarti bahwa sebab  itulah ia tidak mau me-

lakukannya, melainkan bahwa sebab  itulah ia tidak 

dapat melakukannya. Ini yaitu  suatu pengakuan yang 

jujur, pertama, akan kelemahan dan ketidakberdayaan 

dari ilmu tenungnya sendiri, yang untuknya ia dihargai 

begitu tinggi oleh orang lain, dan tidak diragukan lagi 

oleh dirinya sendiri. Ia yaitu  ahli tenung yang paling 

Kitab Bilangan 23:1-12 

 

termasyhur, namun demikian ia mengaku dirinya dika-

lahkan. Tuhan  telah memperingatkan orang Israel untuk 

tidak mempergunakan ilmu tenung (Im. 19:31), dan pe-

nyelenggaraan ilahi dalam kisah ini memberi mereka 

alasan untuk hukum itu, dengan menunjukkan kepada 

mereka kelemahan dan kebodohan dari ilmu tenung. 

Sama seperti mereka telah menyaksikan para ahli sihir 

Mesir dipermalukan, demikian pula, di sini, mereka me-

nyaksikan hal yang sama terjadi pada sang ahli tenung 

yang hebat dari Timur. Lihat Yesaya 47:12-14. Kedua, 

pernyataan Bileam itu merupakan pengakuan terhadap 

kedaulatan dan pemerintahan kuasa ilahi. Bileam 

mengakui bahwa ia tidak dapat berbuat di luar dari apa 

yang diperbolehkan Tuhan  untuk dia perbuat, sebab  

Tuhan  dapat menggagalkan segala niatnya, dan men-

jungkirbalikkan segala rancangannya. Ketiga, pernyata-

an Bileam itu merupakan pengakuan terhadap keaman-

an umat Tuhan  yang tidak terusik. Perhatikanlah, 

1. Israel milik Tuhan  diakui dan diberkati oleh-Nya. Tuhan  

tidak mengutuk mereka, sebab  mereka diselamatkan 

dari kutuk hukum Taurat. Ia tidak menentang mere-

ka, tidak pula menolak atau membuang mereka, mes-

kipun mereka hina dan keji. 

2. Orang-orang yang dikasihi Sorga akan dibenci nera-

ka. Si ular dan keturunannya senantiasa memusuhi 

mereka. 

3. Meskipun musuh-musuh umat Tuhan  bisa saja me-

nang sampai sedemikian jauh melawan umat Tuhan , 

namun mereka tidak dapat mengutuki umat Tuhan . 

Artinya, mereka tidak benar-benar dapat berbuat ke-

jahatan terhadap umat Tuhan , apalagi kejahatan yang 

membinasakan, sebab  para musuh itu tidak dapat 

memisahkan mereka dari kasih Tuhan  (Rm. 8:39) 

(2) Bileam menyatakan Israel bahagia dalam tiga hal:  

[1] Bahagia dalam keistimewaan mereka, dan dibedakan-

nya mereka dari bangsa-bangsa lain: Dari puncak gu-

nung-gunung batu aku melihat mereka (ay. 9). Dan ke-

istimewaan mereka itu tampak membuat Bileam sangat 



terkejut, sebab  mungkin ia mengira, dari apa yang 

didengarnya, bahwa bangsa Israel yaitu  kumpulan 

orang jembel yang kasar dan rusuh, yang memenuhi 

negeri-negeri sekitar dalam rombongan-rombongan yang 

berkeliling ke sana kemari. namun  yang justru disaksi-

kannya yaitu  suatu bangsa yang berdiam di perke-

mahan dengan sangat teratur dalam satu tubuh, yang 

di dalamnya tampak segala tanda kedisiplinan dan ke-

tertiban. Ia melihat mereka sebagai suatu bangsa yang 

diam tersendiri, dan menubuatkan bahwa mereka akan 

tetap demikian, dan keistimewaan mereka akan menjadi 

kehormatan mereka yang tak terkira. Kita menyebut se-

orang yang berkedudukan sebagai seorang yang isti-

mewa. Ini yaitu  pujian bagi bangsa Israel, meskipun 

musuh-musuh mereka mengubahnya menjadi cela, 

bahwa mereka berbeda dari semua bangsa di sekitar-

nya, bukan hanya dalam hal agama dan tata upacara 

ibadah, melainkan juga dalam hal makanan, pakaian, 

dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari, sebagai bangsa 

yang dipanggil keluar dari dunia, dan tidak menjadi 

serupa dengannya. Mereka tidak pernah kehilangan 

nama baik mereka hingga saat mereka bercampur baur 

dengan bangsa-bangsa (Mzm. 106:35). Perhatikanlah, 

yaitu  kewajiban dan kehormatan dari orang-orang 

yang membaktikan diri kepada Tuhan  untuk terpisah 

dari dunia, dan tidak hidup menurut cara dan kebiasa-

an dunia. Orang-orang yang melaksanakan kewajiban-

kewajiban istimewa dengan kesadaran hati nurani, 

akan dihibur dengan hak-hak istimewa. Dan itulah 

yang mungkin ada dalam pandangan Bileam di sini. 

Israel milik Tuhan  tidak akan berdiri sejajar dengan 

bangsa-bangsa lain, namun  akan dijunjung martabatnya 

di atas mereka semua, sebagai umat yang dekat dengan 

Tuhan , dan dikuduskan bagi-Nya. 

[2] Orang Israel bahagia dalam jumlah mereka, yang tidak 

sesedikit dan sehina seperti yang digambarkan orang 

kepada Bileam, melainkan sekumpulan orang yang ti-

dak terbilang banyaknya, yang menjadikan mereka ter-

hormat dan juga menakutkan (ay. 10): Siapakah yang 

Kitab Bilangan 23:1-12 

 

menghitung debu Yakub? Jumlah bangsa Israel yaitu  

hal yang membuat Balak merasa kesal (22:3): Sangat 

gentarlah orang Moab terhadap bangsa itu, sebab  jum-

lahnya banyak. Dan Tuhan  melalui Bileam di sini mem-

buat rasa takut dan kesal itu semakin menjadi-jadi, 

dengan menubuatkan pertambahan mereka lebih jauh. 

Balak ingin supaya Bileam melihat bagian yang paling 

ujung dari bangsa Israel (22:41), dengan berharap 

bahwa semakin banyak Bileam melihat bangsa Israel, 

semakin gusar hatinya terhadap mereka, sehingga ia 

melontarkan kutukan-kutukannya dengan lebih gencar 

dan geram. namun  yang terjadi justru sebaliknya. Bu-

kannya marah sebab  jumlah mereka, Bileam justru 

mengagumi mereka. Semakin dekat kita mengenal umat 

Tuhan , semakin baik pendapat kita tentang mereka. 

Bileam memberi perhatian, pertama, terhadap jumlah 

debu Yakub, yaitu  keturunan Yakub, yang tentang me-

reka dinubuatkan bahwa mereka akan menjadi seperti 

debu tanah banyaknya (Kej. 28:14). Dengan demikian 

Bileam mengakui penggenapan janji yang diberikan 

kepada bapak leluhur Israel, dan menantikan bahwa 

janji itu masih akan digenapi lebih lanjut. Mungkin 

salah satu kesalahan Daud  dalam menghitung jumlah 

orang Israel yaitu  bahwa ia berupaya menghitung 

debu Yakub, yang sudah dikatakan Tuhan  tidaklah ter-

hitung banyaknya. Kedua, Bileam memberi perhatian 

terhadap bondongan-bondongan Israel (ay. 10, KJV: se-

perempat bangsa Israel), yang mengacu pada susunan 

perkemahan mereka, yang diatur menurut empat pa-

sukan, di bawah empat panji-panji. Perhatikanlah, 

Israel milik Tuhan  yaitu  kumpulan orang  yang sangat 

besar, begitu pula dengan Israel rohani milik-Nya, dan 

mereka akan tampak demikian saat  semuanya dikum-

pulkan bersama-sama kepada-Nya pada hari yang 

agung itu (Why. 7:9).  

[3] Orang Israel bahagia dalam kesudahan mereka: Sekira-

nya aku mati seperti matinya orang-orang Israel yang 

jujur, yang mengikat perjanjian dengan Tuhan , dan seki-

ranya ajalku, atau keberadaanku di masa yang akan 



datang, seperti ajal mereka, atau ganjaranku, yaitu  di 

dunia lain. Di sini, pertama, diterima begitu saja bahwa 

kematian yaitu  akhir dari semua manusia. Bahkan 

orang benar pun harus mati. Dan baik bagi kita untuk 

memikirkan hal ini dengan menerapkannya pada diri 

kita sendiri, seperti yang diperbuat Bileam di sini, 

dengan berbicara tentang kematiannya sendiri. Kedua, 

ia berbicara dengan mengandaikan kekekalan jiwa, dan 

suatu keadaan lain di seberang kematian. Perkataannya 

ini merupakan suatu kesaksian yang mulia akan ke-

hidupan Sesudah  kematian, dan merupakan bukti bahwa 

perkara itu telah diketahui dan dipercayai sejak zaman 

dahulu. Sebab bagaimana bisa kematian orang benar 

lebih diidam-idamkan dibandingkan  kematian orang fasik, 

selain sebab  adanya kebahagiaan di dunia lain, meng-

ingat bahwa dalam cara dan keadaan-keadaan di 

seputar kematian, segala sesuatu sama bagi sekalian. 

Ketiga, Bileam menyatakan bahwa orang yang benar 

sungguh-sungguh diberkati, bukan hanya semasa me-

reka hidup, melainkan juga saat  mereka mati. Ini 

membuat kematian mereka tidak hanya lebih diidam-

idamkan dibandingkan  kematian orang lain, namun  juga 

bahkan lebih diidam-idamkan dibandingkan  hidup itu sen-

diri. Sebab dalam pengertian itulah harapan Bileam 

dapat dipahami. Bukan hanya, “saat  aku mati, biar-

lah aku mati seperti matinya orang-orang benar,” me-

lainkan juga, “Aku bahkan ingin mati sekarang, asalkan 

aku mati seperti matinya orang-orang jujur, dan mene-

mui ajalku saat ini, asalkan itu seperti ajal mereka.” 

Sangat dekat dengan tempat Bileam berada sekarang, di 

salah satu pegunungan Moab, tidak lama Sesudah  ini, 

Musa meninggal dunia. Dan mungkin Tuhan , yang me-

naruh perkataan ini ke dalam mulut Bileam, merancang 

supaya perkataan itu merujuk pada kematian Musa, 

supaya oleh perkataan itu Musa dapat dibesarkan hati-

nya untuk naik dan menjalani kematian seperti yang di-

harapkan oleh Bileam sendiri. Keempat, Bileam menun-

jukkan bahwa pandangannya mengenai agama lebih 

baik dibandingkan  ketetapan hatinya. Ada banyak orang 

Kitab Bilangan 23:1-12 

 

yang ingin mati seperti matinya orang-orang benar, 

namun  tidak berjuang untuk hidup seperti hidupnya 

orang-orang benar. Dengan senang hati mereka ingin 

supaya kesudahan mereka seperti orang-orang benar, 

namun  bukan jalan hidup mereka. Mereka ingin menjadi 

orang-orang kudus di sorga, namun  bukan orang-orang 

kudus di bumi. Ini yaitu  keinginan si pemalas, yang 

membunuhnya, sebab  tangannya enggan bekerja. Ke-

inginan Bileam ini hanyalah harapan, bukan doa, dan 

itu harapan yang sia-sia, sebab  sekadar harapan akan 

tujuan, tanpa peduli akan cara untuk mencapainya. 

Sejauh itulah berkat ini berlaku, bahkan sampai pada 

kematian, dan melampauinya, jauh sejauh akhir dari 

segala sesuatu. Sekarang, 

III. Kita diberi tahu,  

1. Bagaimana Balak jengkel sebab  berkat yang diucapkan 

Bileam itu (ay. 11). Balak berlagak menghormati Tuhan 

dengan korban-korbannya, dan menanti jawaban yang akan 

diberikan Tuhan  kepadanya. Akan namun , saat  jawaban itu 

tidak sesuai dengan keinginannya, ia melupakan Tuhan , dan 

meluapkan amarahnya terhadap Bileam, seolah-olah itu murni 

perbuatan Bileam: “Apakah yang kaulakukan kepadaku ini! 

Sungguh engkau telah mengecewakan aku!” Terkadang Tuhan  

membuat musuh-musuh jemaat-Nya bersitegang satu sama 

lain, sementara Ia yang duduk di sorga menertawakan mereka, 

dan upaya-upaya jahat mereka yang tidak berdaya. 

2. Bagaimana Bileam mau saja mengucapkan berkat itu. Ia pa-

tuh sebab  ia tidak dapat menolak, namun demikian ia menyi-

kapi hal itu dengan sungguh-sungguh, seolah-olah ia secara 

mengherankan bertindak sesuai dengan tuntutan hati nurani, 

lalu menjawab Balak dengan kesungguhan seorang nabi: 

Bukankah aku harus berawas-awas, supaya mengatakan apa 

yang ditaruh TUHAN ke dalam mulutku? (ay. 12). Demikianlah, 

pengakuan atas kuasa Tuhan  yang mengatasi segala tindakan 

manusia dipaksa keluar dari mulut seorang nabi yang fasik, 

yang semakin mempermalukan seorang raja yang fasik. 



Bileam Sekali Lagi Memberkati Israel 

(23:13-30) 

13 Lalu Balak berkata kepadanya: “Baiklah pergi bersama-sama dengan aku 

ke tempat lain, dan dari sana engkau dapat melihat bangsa itu; engkau akan 

melihat hanya bagiannya yang paling ujung, namun  seluruhnya tidak akan 

kaulihat; serapahlah mereka dari situ bagiku.” 14 Lalu dibawanyalah dia ke 

Padang Pengintai, ke puncak gunung Pisga; ia mendirikan tujuh mezbah dan 

mempersembahkan seekor lembu jantan dan seekor domba jantan di atas 

setiap mezbah itu. 15 lalu  berkatalah ia kepada Balak: “Berdirilah di 

sini di samping korban bakaranmu, sedang aku hendak bertemu dengan 

TUHAN di situ.” 16 Lalu TUHAN menemui Bileam dan menaruh perkataan ke 

dalam mulutnya, dan berfirman: “Kembalilah kepada Balak dan katakanlah 

demikian.” 17 saat  ia sampai kepadanya, Balak masih berdiri di samping 

korban bakarannya bersama-sama dengan pemuka-pemuka Moab. Berkata-

lah Balak kepadanya: “Apakah yang difirmankan TUHAN?” 18 Lalu diucap-

kannyalah sanjaknya, katanya: “Bangunlah, hai Balak, dan dengarlah; 

pasanglah telingamu mendengarkan aku, ya anak Zipor. 19 Tuhan  bukanlah 

manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menye-

sal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak 

menepatinya? 20 Ketahuilah, aku mendapat perintah untuk memberkati, dan 

jika  Dia memberkati, maka aku tidak dapat membalikkannya. 21 Tidak 

ada ditengok kepincangan di antara keturunan Yakub, dan tidak ada dilihat 

kesukaran di antara orang Israel. TUHAN, Tuhan  mereka, menyertai mere-

ka, dan sorak-sorak sebab  Raja ada di antara mereka. 22 Tuhan , yang mem-

bawa mereka keluar dari Mesir, yaitu  bagi mereka seperti tanduk kekuatan 

lembu hutan, 23 sebab tidak ada mantera yang mempan terhadap Yakub, 

ataupun tenungan yang mempan terhadap Israel. Pada waktunya akan 

dikatakan kepada Yakub, begitu juga kepada Israel, keajaiban yang diperbuat 

Tuhan : 24 Lihat, suatu bangsa, yang bangkit seperti singa betina, dan yang 

berdiri tegak seperti singa jantan, yang tidak membaringkan dirinya, sebelum 

ia memakan mangsanya dan meminum darah dari yang mati dibunuh-

nya.” 25 Lalu berkatalah Balak kepada Bileam: “Jika sekali-kali tidak mau 

engkau menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkatinya.” 26 namun  

Bileam menjawab Balak: “Bukankah telah kukatakan kepadamu: Segala yang 

akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kulakukan.” 27 lalu  ber-

katalah Balak kepada Bileam: “Marilah aku akan membawa engkau ke tem-

pat lain; mungkin benar di mata Tuhan  bahwa engkau menyerapah mereka 

bagiku dari tempat itu.” 28 Lalu Balak membawa Bileam ke puncak gunung 

Peor, yang menghadap Padang Belantara. 29 Berkatalah Bileam kepada Balak: 

“Dirikanlah bagiku di sini tujuh mezbah dan siapkanlah di sini bagiku tujuh 

ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan.” 30 Lalu Balak melakukan 

seperti yang dikatakan Bileam, maka ia mempersembahkan seekor lembu 

jantan dan seekor domba jantan di atas setiap mezbah itu. 

Di sini kita mendapati, 

I. Persiapan yang dibuat untuk kedua kalinya, sama seperti sebe-

lumnya, untuk mengutuk Israel. 

1. Tempatnya diubah (ay. 13). Balak mengira bahwa sebab  

Bileam telah melihat dengan begitu utuh seluruh perkemahan 

Israel, dari puncak gunung-gunung batu (ay. 9), maka ia men-

Kitab Bilangan 23:13-30 

 

jadi begitu terpesona oleh keindahannya sehingga tidak mau 

mengutuk mereka, atau malah begitu ketakutan akan kengeri-

annya sehingga tidak berani mengutuk mereka. Oleh sebab  

itu, Balak ingin membawa Bileam ke tempat lain, agar ia 

hanya dapat melihat sebagian saja dari bangsa Israel, sehingga 

mereka tampak lebih hina. Balak berharap bahwa setidak-

tidaknya bagian dari bangsa Israel yang terlihat itu dapat 

diserapah oleh Bileam, dan dengan demikian secara perlahan-

lahan Balak akan menang melawan mereka. Tidak diragukan 

lagi bahwa Balak, jika berhasil melakukan hal ini, berniat un-

tuk menyerang bagian dari perkemahan Israel yang sekarang 

terlihat oleh Bileam, dan yang ke dalamnya Bileam akan me-

lemparkan bola-bola api serapahnya. Lihatlah betapa tak mau 

diam dan tak kenal lelahnya musuh-musuh jemaat dalam me-

lancarkan upaya-upaya mereka yang keji untuk menghancur-

kan jemaat. Tak ada batu yang tak mereka gulingkan, tak ada 

rencana yang tak mereka coba lakukan, untuk mencapai 

tujuan itu. Ah, andai saja kita berupaya dan bertekad penuh 

seperti itu dalam melaksanakan rancangan-rancangan yang 

baik bagi kemuliaan Tuhan ! 

2. Korban-korban diulangi, mezbah-mezbah yang baru, didirikan. 

Seekor lembu jantan dan seekor domba jantan pun dipersem-

bahkan di atas setiap mezbah, dan Balak mendampingi per-

sembahannya dengan penuh perhatian seperti sebelumnya (ay. 

14-15). Kalau saja kita bersungguh-sungguh seperti itu dalam 

berupaya memperoleh berkat, sama seperti Balak dalam ber-

upaya untuk mendapatkan kutukan yang dirancang untuk 

Israel, namun  ternyata menimpa dirinya sendiri dan bangsanya, 

maka kita tidak akan menggerutu saat  harus  membayar 

harga dan memberi  upaya dalam kegiatan-kegiatan ibadah. 

3. Bileam hadir kembali di hadapan Tuhan , dan Tuhan  pun mene-

muinya untuk kedua kalinya, serta menaruh perkataan lain ke 

dalam mulutnya, bukan untuk membatalkan perkataan sebe-

lumnya, namun  untuk meneguhkannya (ay. 16-17). Jika Tuhan  

saja tidak berkata kepada Bileam, carilah Aku dengan sia-sia, 

jauh terlebih lagi Ia tidak akan berkata demikian kepada ketu-

runan Yakub, yang sudah pasti akan mendapati-Nya, bukan 

hanya seperti Bileam, sebagai pemberi petunjuk dan pembim-

bing mereka, melainkan juga sebagai pemberi ganjaran yang 



melimpah bagi mereka. saat  Bileam kembali, Balak sudah 

tidak sabar untuk mengetahui pesan apa yang dibawanya: 

“Apakah yang difirmankan TUHAN? Sudah adakah kabar yang 

lebih baik, adakah harapan untuk berhasil?” Ini harus menjadi 

pertanyaan kita saat  datang untuk mendengarkan firman 

Tuhan. Lihat Yeremia 23:35. 

II. Diubahnya kutuk itu menjadi berkat untuk kedua kalinya oleh 

kuasa Tuhan  yang mengatasi segala tindakan manusia. Berkat kali 

ini lebih besar dan lebih kuat dibandingkan  berkat sebelumnya, dan 

memupuskan segala harapan untuk mengubahnya. Oleh sebab  

Balak begitu berhasrat untuk menanyakan apa yang telah difir-

mankan Tuhan  (ay. 17), maka Bileam kali ini berbicara kepada 

Balak secara khusus (ay. 18): Bangunlah, hai Balak, dan dengar-

lah. Firman Tuhan lah yang harus disampaikan Bileam, dan Balak, 

meskipun seorang raja, harus menyimak yaitu mendengar dan 

memasang telinga, dengan memusatkan perhatian, tanpa mele-

watkan satu kata pun. Ia juga harus menyimak dengan penuh 

hormat: Bangunlah, dan dengarlah. Eglon, Penerus Balak, saat  

hendak menerima firman dari Tuhan , berdiri dari tempat duduknya 

(Hak. 3:20). 

1. Dalam perbincangan ini, ada dua hal yang disampaikan 

Bileam kepada Balak, yang membuat Balak sangat sedih dan 

kecewa: 

(1) Bahwa Balak tidak memiliki  alasan untuk berharap da-

pat menghancurkan Israel. 

[1] Tidak ada gunanya berusaha untuk menghancurkan 

mereka, dan Balak hanya akan menipu dirinya sendiri 

jika ia berharap demikian, sebab  tiga alasan berikut: 

Pertama, sebab  Tuhan  tidak dapat berubah: Tuhan  

bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta (ay. 19). Ma-

nusia berubah pikiran, dan sebab  itu melanggar janji 

mereka. Mereka berbohong, sebab  mereka menyesal. 

namun  Tuhan  tidak melakukan keduanya. Ia tidak pernah 

berubah pikiran, dan sebab  itu tidak pernah mencabut 

kembali janji-Nya. Bileam telah mengakui (ay. 8) bahwa 

ia tidak dapat mengubah keputusan hikmat Tuhan , dan 

dari situ ia menyimpulkan di sini bahwa Tuhan  sendiri 

Kitab Bilangan 23:13-30 

 

tidak akan mengubahnya. Seperti itulah ketidaksem-

purnaan manusia, dan seperti itulah kesempurnaan 

Tuhan . Tidak mungkin Tuhan  berdusta (Ibr. 6:18). Dan, 

saat  dalam Kitab Suci Tuhan  dikatakan menyesal, itu 

tidak berarti Ia berubah pikiran sebab  Ia tidak pernah 

berubah, siapa dapat menghalangi Dia?, namun  hanya 

mengubah cara-Nya. Inilah kebenaran yang agung, 

bahwa pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan 

sebab  pertukaran. Sekarang di sini, 

1. Bileam berseru kepada Balak sendiri mengenai Tuhan  

yang tidak dapat berubah: “Masakan Ia berfirman 

dan tidak melakukannya? Masakan Ia berfirman se-

suai dengan maksud-Nya dan tidak melaksanakan-

nya dalam penyelenggaraan-Nya, menurut keputus-

an kehendak-Nya? Masakan Ia berbicara dalam 

firman-Nya, dalam janji-Nya, dan tidak menggenapi-

nya? Dapatkah kita membayangkan Tuhan  lain selain 

bahwa Ia tidak daapt berubah, selaras dengan diri-

Nya, dan selalu menepati perkataan-Nya? Segala 

ketetapan-Nya tak dapat diubah, dan semua janji-

Nya tak dapat dilanggar.” 

2. Bileam menerapkan kebenaran umum ini pada per-

masalahan yang sedang dihadapinya (ay. 20): Apa-

bila Dia memberkati, maka aku tidak dapat mem-

balikkannya, yaitu, “Aku tidak dapat membujuk-Nya 

untuk membalikkannya.” Israel pada zaman dulu 

yaitu  umat yang diberkati, suatu keturunan yang 

telah diberkati Tuhan. Berkat Abraham berlaku atas 

mereka. Mereka lahir di bawah berkat perjanjian, 

dan lahir untuk mendapat berkat Kanaan, dan ka-

rena itu mereka tidak dapat dikutuk, kecuali kita 

beranggapan bahwa Tuhan  yang maha benar akan 

melanggar janji-Nya, dan berdusta terhadap diri-Nya 

sendiri dan umat-Nya. 

Kedua, sebab Israel pada saat ini tidak dapat 

dipersalahkan: Tidak ada ditengok kepincangan di 

antara keturunan Yakub (ay. 21, KJV: Tidak ada 

ditengok kedurjanaan di antara keturunan Yakub). 

Bukan berarti bahwa tidak ada kedurjanaan di an-


 

tara keturunan Yakub, dan sebetulnya  Tuhan  me-

lihat kedurjanaan itu. Akan namun , 

1. Tidak ada kedurjanaan yang sedemikian parah 

hingga dapat menyulut murka Tuhan  untuk me-

ninggalkan mereka dan menyerahkan mereka pada 

kehancuran. Seburuk-buruknya mereka, mereka 

tidaklah begitu buruk hingga pantas ditinggalkan 

Tuhan . 

2. Tidak ada penyembahan berhala di antara mere-

ka, yang secara khusus disebut sebagai kedur-

janaan dan kesesatan. Kita tidak lagi mendapati 

penyembahan berhala semacam itu pada orang 

Israel sejak peristiwa anak lembu emas. Dan 

sebab  itu, walaupun dalam perkara-perkara lain 

mereka sangat menyulut murka Tuhan , namun 

Tuhan  tidak mau membuang mereka. Bileam tahu 

bahwa tidak ada yang dapat memisahkan Israel 

dan Tuhan  selain dosa. Selama Tuhan  tidak melihat 

adanya dosa yang berkuasa atas bangsa Israel, Ia 

tidak akan mengirimkan kutuk yang membinasa-

kan atas mereka. Dan sebab  itu, sepanjang 

bangsa Israel tetap berhubungan baik dengan 

Tuhan , Bileam tidak memiliki  harapan untuk 

dapat melakukan kejahatan apa pun terhadap 

mereka. Perhatikanlah, sepanjang kita menjauhi 

dosa, kita menjauhi marabahaya. Sebagian pe-

nafsir memberi  pengertian lain atas ayat itu. 

Mereka membacanya sebagai berikut: Ia tidak 

pernah melihat kejahatan dilakukan kepada Ya-

kub, tidak pula Ia akan melihat suatu kemalangan 

ditimpakan kepada Israel. Artinya, “Ia tidak per-

nah, dan tidak akan pernah mengizinkannya, 

atau membiarkannya terjadi. Ia tidak akan me-

lihat Israel disakiti, namun  Ia akan membenarkan 

mereka dan membalaskan perselisihan mereka.” 

Perhatikanlah, Tuhan  tidak akan tahan melihat 

jemaat dan umat-Nya tersakiti. Sebab apa saja 

yang diperbuat terhadap mereka, dipandang-Nya 

Kitab Bilangan 23:13-30 


sama seperti diperbuat terhadap diri-Nya sendiri, 

dan Ia akan mengganjarnya dengan setimpal. 

Ketiga, sebab  kekuatan Israel dan Tuhan  tidak 

dapat dilawan. Bileam memperlihatkan kepada 

Balak bahwa tidaklah mungkin melawan Israel, 

tidak ada gunanya untuk mencobanya. Sebab, 

1. Ada hadirat Tuhan  bersama mereka: “TUHAN, 

Tuhan  mereka, menyertai mereka secara khu-

sus, dan tidak dapat disulut murka-Nya un-

tuk undur dari mereka.” 

2. Mereka bersukacita atas hadirat Tuhan   itu, dan 

selalu dibuat berkemenangan di dalam hadi-

rat-Nya: Sorak-sorak atau bunyi tanda bahaya 

sebab  Raja ada di antara mereka. Mereka ber-

sorak-sorak melawan musuh-musuh mereka, 

sebab  yakin akan menang dan berhasil, de-

ngan senantiasa bermegah di dalam Tuhan  se-

bagai Raja dan Penakluk bagi mereka. 

3. Mereka telah mengalami kebaikan dari hadi-

rat Tuhan  bersama mereka, dan kuasa-Nya 

yang dikerahkan untuk mereka, sebab  Tuhan  

membawa mereka keluar dari Mesir (ay. 22). 

Kuasa yang telah melakukan hal itu tidak 

akan pernah bisa dikekang, tidak akan per-

nah bisa dilawan. Dan, sebab  Tuhan  telah me-

mulainya dengan begitu mulia, tidak diragu-

kan lagi bahwa Ia akan mengakhirinya de-

ngan mulia pula. 

4. Sepanjang hadirat Tuhan  menyertai mereka, 

mereka memiliki kekuatan seperti tanduk ke-

kuatan lembu hutan, mampu menang mela-

wan semua yang menentang mereka (24:8). 

Seperti itulah kekuatan yang diberikan Tuhan  

Israel kepada umat-Nya. 

[2] Dari semuanya ini, Bileam menyimpulkan bahwa tidak 

ada gunanya untuk merancang suatu kejahatan ter-

hadap bangsa Israel dengan segala ilmu sihir yang da-

pat digunakannya (ay. 23). Pertama, ia mengakui diri-


 

nya dikalahkan. Jelas tidak ada mantra yang mempan 

melawan Yakub. Kutukan-kutukan neraka tidak akan 

pernah menang melawan berkat-berkat sorga. Bukan 

berarti bahwa upaya-upaya semacam ini tidak akan 

dilakukan, namun  sudah pasti bahwa semuanya itu akan 

sia-sia dan tidak berhasil. Sebagian penafsir men-

cermati bahwa Yakub menandakan jemaat dalam ke-

adaan yang hina dan menderita, sedang  Israel me-

nandakan jemaat dalam keadaan yang makmur dan 

maju. namun  entah jemaat dalam keadaan mulia atau 

hina, entah sahabat-sahabatnya sedikit atau banyak, 

entah perkara-perkara yang ada di dunia ini tersenyum 

atau mengernyitkan dahi kepadanya, semuanya sama 

saja: setiap senjata yang ditempa terhadapnya tidak 

akan berhasil. Perhatikanlah, Tuhan  dengan mudah 

dapat, dan pasti akan, mengacaukan dan menggagalkan 

segala upaya dan rancangan dari kuasa-kuasa kegelap-

an untuk melawan jemaat-Nya, sehingga mereka tidak 

akan berhasil menghancurkannya. Kedua, Bileam me-

nubuatkan bahwa perkara ini akan diingat di masa 

yang akan datang. Pada waktunya, yaitu, dengan meng-

acu pada waktu kita saat ini, akan dikatakan mengenai 

Yakub dan Israel, dan dikatakan oleh mereka, keajaiban 

yang diperbuat Tuhan ! Sungguh besar perbuatan-per-

buatan yang telah dikerjakan Tuhan  bagi umat-Nya! Hal 

ini akan dikatakan dengan penuh kekaguman, sukacita, 

dan rasa syukur, dan akan menjadi satu tantangan bagi 

bangsa-bangsa sekitar untuk menunjukkan contoh-

contoh serupa akan perhatian Tuhan -Tuhan  mereka terha-

dap mereka. Perhatikanlah, digagalkannya rancangan-

rancangan dari musuh-musuh jemaat haruslah diingat 

untuk selama-lamanya bagi kemuliaan Tuhan . Tidak ada 

yang seperti Tuhan , hai Yesyurun. Apa yang dikatakan 

Bileam di sini mengenai keunggulan Tuhan  Israel di atas 

semua Tuhan  bangsa-bangsa bukan Yahudi mungkin 

menjadi acuan Musa saat  ia berkata (Ul. 32:31), Bu-

kanlah seperti gunung batu kita gunung batu orang-

orang itu, bahkan musuh kita boleh menjadi hakim, khu-

Kitab Bilangan 23:13-30 

 

susnya Bileam. Oleh sebab itu, tidak ada harapan bagi 

Balak untuk menghancurkan Israel. Akan namun , 

(2) Bileam menunjukkan kepada Balak bahwa ada lebih ba-

nyak alasan bagi Balak untuk merasa takut akan dihan-

curkan oleh bangsa Israel, sebab  ada kemungkinan mere-

ka akan menumpahkan darah bangsa-bangsa di sekitar 

negerinya. Dan, jika Balak dan kerajaannya berhasil melo-

loskan diri, itu bukan sebab  ia terlalu hebat untuk di-

perangi Israel, melainkan sebab  ia tidak masuk dalam 

tugas yang dimandatkan kepada mereka (ay. 24). Lihat, 

dan gemetarlah! Bangsa yang sekarang telah berdiam se-

lama beberapa waktu, dalam perkemahan yang berdekatan 

satu sama lain, hanya berbaring untuk sementara waktu 

seperti seekor singa yang sedang mendekam. namun  tidak 

lama lagi mereka akan bangkit seperti singa betina, singa 

yang berdiri tegak, yang tidak membaringkan dirinya, 

sebelum ia memakan mangsanya dan meminum darah dari 

yang mati dibunuhnya. Ini sepertinya mengacu pada keme-

nangan-kemenangan yang dilihat Bileam akan diperoleh 

Israel atas orang Kanaan, bahwa mereka tidak akan mele-

takkan senjata sampai mereka betul-betul menaklukkan 

negeri yang ada dalam pandangan mereka sekarang. Dan, 

saat  rumah tetangganya kebakaran, beralasan bagi Balak 

untuk berpikir bahwa rumahnya sendiri ada dalam bahaya. 

2. Nah, apa dampak dari kekecewaan ini? 

(1) Baik Balak maupun Bileam sama-sama muak atas perkara 

itu. 

[1] Sekarang Balak ingin supaya ahli tenungnya diam. Oleh 

sebab  Bileam tidak dapat mengatakan apa yang dike-

hendaki Balak, maka dia mau supaya Bileam tidak ber-

bicara sama sekali: “Jika sekali-kali tidak mau engkau 

menyerapah mereka, janganlah sekali-kali memberkati-

nya (ay. 25). Jika engkau tidak dapat mengutuki mereka, 

aku minta supaya engkau tidak memberkati mereka. 

Jika engkau tidak dapat membantu dan membesarkan 

hati pasukanku, janganlah engkau melawan dan mere-

mukkan semangat mereka.” Perhatikanlah, Tuhan  dapat 

membuat orang-orang yang meninggalkan-Nya menjadi 



kepayahan sebab  banyaknya nasihat (Yes. 47:13, 

57:10). 

[2] Bileam masih mau mengakui bahwa dirinya ditakluk-

kan, dan menyerukan apa yang telah dikatakannya 

pada awal upaya ini (22:38): Segala yang akan difirman-

kan TUHAN, itulah yang akan kulakukan (ay. 26). Ini 

menunjukkan, pertama, secara umum, bahwa manusia 

tidak berkuasa untuk menentukan jalannya. Hati ma-

nusia merancang banyak hal, namun  keputusan kehen-

dak Tuhan lah yang akan terjadi. Kedua, secara khusus, 

bahwa sama seperti setiap senjata yang ditempa ter-

hadap jemaat tidak akan berhasil, demikian pula setiap 

lidah yang melontarkan tuduhan melawannya dalam 

pengadilan akan dikendalikan dan dihukum oleh Tuhan  

(Yes. 54:17). 

(2) Namun demikian, Balak dan Bileam menetapkan hati 

untuk membuat upaya lain. Mereka tidak sudi digagalkan, 

dan sebab  itu mereka meneruskan rancangan itu, meski-

pun itu hanya akan semakin mempermalukan mereka. Dan 

sekarang untuk ketiga kalinya, 

[1] Mereka mengubah tempatnya. Balak pada akhirnya sa-

dar bahwa itu bukanlah kesalahan Bileam, yang sebe-

lumnya dipersalahkannya, namun  bahwa Bileam benar-

benar berada di bawah kekangan ilahi. Dan sebab  itu 

sekarang Balak ingin membawa Bileam ke tempat di 

mana Tuhan  mungkin setidak-tidaknya akan mengizin-

kannya untuk menyerapah bangsa Israel (ay. 27). Mung-

kin Balak dan Bileam lebih terdorong untuk mengulangi 

upaya mereka seperti itu sebab  Tuhan  untuk kali kedua 

mengizinkan Bileam pergi, meskipun pada awalnya Ia 

telah melarangnya. Oleh sebab  melalui percobaan ber-

kali-kali mereka berhasil mendapat izin itu, maka 

mereka berharap akan berhasil juga kali ini. Demikian-

lah, sebab  para pendosa dibiarkan begitu saja, dan 

hukuman terhadap perbuatan-perbuatan jahat mereka 

tidak dilaksanakan dengan segera, maka hati mereka 

penuh niat untuk berbuat jahat. Balak kali ini mem-

bawa Bileam pergi ke puncak gunung Peor, puncak 

Kitab Bilangan 23:13-30 

 

yang paling termasyhur di seluruh negerinya, dan ada 

kemungkinan di sanalah Baal disembah, sehingga tem-

pat itu dinamakan Baal-Peor. Balak memilih tempat ini 

dengan harapan, entah, pertama, bahwa sebab  tempat 

itu yaitu , seperti yang dibayangkannya, tempat tinggal 

Baal, Tuhan  orang Moab, maka Yahwe, Tuhan  orang Israel, 

tidak akan, atau tidak dapat, datang ke sana untuk 

mengganggu perbuatan mereka. Atau, kedua, bahwa 

sebab  tempat itu yaitu  tempat yang berkenan bagi 

Tuhan nya, maka akan demikian juga bagi Tuhan, dan di 

sana suasana hati-Nya akan menjadi baik. Seperti 

itulah khayalan-khayalan hampa tentang Tuhan  yang 

dimiliki orang-orang bebal, dan begitu sia-sianya pemi-

kiran mereka tentang Dia. Demikian pula orang Aram 

beranggapan bahwa Tuhan yaitu  Tuhan  gunung, dan 

bukan Tuhan  dataran (1Raj. 20:28), seakan-akan Ia lebih 

kuat di satu tempat dibandingkan  di semua tempat lain. 

[2] Mereka mengulang kembali korban mereka, yaitu  tujuh 

ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan, di atas 

tujuh mezbah (ay. 29-30). Demikianlah mereka berte-

kun dalam persembahan-persembahan mereka yang 

memakan biaya besar, meskipun mereka tidak diberi 

janji yang di atasnya mereka dapat membangun harap-

an-harapan untuk berhasil. Oleh sebab  itu, hendaklah 

kita, yang diberi janji bahwa penglihatan itu bersegera 

menuju kesudahannya dengan tidak menipu, tidak pa-

tah semangat sebab  adanya penundaan, namun  senan-

tiasa bertekun dalam doa, dengan tidak jemu-jemu 

(Luk. 18:1).  

 

 

PASAL  24  

asal ini melanjutkan dan menutup sejarah tentang kekalahan 

rancangan-rancangan Balak dan Bileam melawan Israel, bukan 

dengan keperkasaan, dan bukan dengan kekuatan, melainkan de-

ngan Roh TUHAN semesta alam. Hal ini merupakan contoh besar 

akan kuasa Tuhan  atas anak-anak manusia, dan perkenanan-Nya 

terhadap anak-anak-Nya sendiri, sama halnya seperti semua keme-

nangan yang dicatat dalam kitab peperangan TUHAN. Persiapan apa 

yang dibuat ketiga kalinya untuk mengutuki orang Israel dapat kita 

baca dalam bagian penutup pasal sebelumnya. Dalam pasal ini kita 

diberi tahu, 

I. Kutuk yang diniatkan itu diubah menjadi berkat apa (ay. 1-9). 

II.  Bagaimana Balak memecat Bileam sebab  hal itu (ay. 10-13). 

III. Nubuatan-nubuatan yang ditinggalkan Bileam berkenaan 

dengan Israel, dan sebagian dari bangsa-bangsa di sekitarnya 

(ay. 14, dst.) 

Bileam Memberkati Israel untuk Ketiga Kalinya 

(24:1-9) 

1 saat  dilihat Bileam, bahwa baik di mata TUHAN untuk memberkati Israel, 

ia tidak mencarikan pertanda lagi seperti yang sudah-sudah, namun  ia meng-

hadapkan mukanya ke arah padang gurun. 2 saat  Bileam memandang ke 

depan dan melihat orang Israel berkemah menurut suku mereka, maka Roh 

Tuhan  menghinggapi dia. 3 Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Tutur 

kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya; 4 tutur kata 

orang yang mendengar firman Tuhan , yang melihat penglihatan dari Yang 

Mahakuasa sambil rebah, namun dengan mata tersingkap. 5 Alangkah indah-

nya kemah-kemahmu, hai Yakub, dan tempat-tempat kediamanmu, hai Is-

rael! 6 Sebagai lembah yang membentang semuanya; sebagai taman di tepi 

sungai; sebagai pohon gaharu yang ditanam TUHAN; sebagai pohon aras di 

tepi air. 7 Air mengalir dari timbanya, dan benihnya mendapat air banyak-

banyak. Rajanya akan naik tinggi melebihi Agag, dan kerajaannya akan di-

muliakan. 8 Tuhan , yang membawa mereka keluar dari Mesir, yaitu  bagi 

mereka seperti tanduk kekuatan lembu hutan. Bangsa-bangsa yang menjadi 

lawannya akan ditelannya habis, dan tulang-tulang mereka akan dihancur-

kannya dan akan ditembaknya tembus dengan panah-panahnya. 9 Ia me-

niarap dan merebahkan diri sebagai singa jantan, dan sebagai singa betina; 

siapakah yang berani membangunkannya? Diberkatilah orang yang member-

kati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!” 

Berkat itu sendiri, yang diucapkan Bileam di sini atas Israel, hampir 

sama dengan kedua berkat yang kita dapati dalam pasal sebelumnya, 

namun  kata-kata pembukanya berbeda. 

I.   Di sini, cara kerja Bileam banyak berbeda dari sebelumnya dalam 

beberapa  hal. 

1. Bileam mengesampingkan mantra-mantra yang sampai saat 

itu diandalkannya. Ia tidak menggunakan jampi-jampi, atau 

jimat, ataupun ilmu sihir, sebab  menyadari bahwa semuanya 

itu tidak bermanfaat baginya. Tidak ada gunanya berurusan 

dengan Iblis supaya dapat mengutuk, saat  sudah jelas 

bahwa Tuhan  secara tak tergoyahkan menetapkan hati untuk 

memberkati (ay. 1). Cepat atau lambat, Tuhan  akan menyadar-

kan manusia akan kebodohan mereka dalam mencari berhala 

yang sia-sia, yang tidak bermanfaat. Apa gunanya Bileam 

menggunakan mantra? Ia tahu bahwa Tuhan  berada di luar 

jangkauan mantra-mantra. 

2. Sekarang Bileam tidak menarik diri ke tempat yang sunyi se-

perti sebelumnya, namun  menghadapkan wajahnya langsung ke 

arah padang gurun tempat orang Israel sedang berkemah. Dan, 

sebab  tidak ada cara lain selain memberkati mereka, maka ia 

tidak akan merancang hal lain, namun  terpaksa tunduk. 

3. Sekarang Roh Tuhan  menghinggapi dia, yaitu, Roh nubuat, se-

perti yang menghinggapi Saul untuk mencegah dia menangkap 

Daud (1Sam. 19:23). Bileam tidak mengucapkan kata-katanya 

sendiri, melainkan perkataan Roh yang menghinggapi dia. 

4. Bileam menggunakan kata-kata pendahuluan yang berbeda 

sekarang dari apa yang sudah digunakannya sebelumnya (ay. 

3-4), hampir sama dengan yang diucapkan Daud (2Sam. 23:1-

3). Namun demikian, (seperti menurut sebagian penafsir), per-

kataan Bileam itu sangat terkesan menyombongkan dan me-

megahkan diri, sebab  ia mengambil seluruh pujian dari nu-

Kitab Bilangan 24:1-9 


buatan ini bagi dirinya sendiri, dan membesar-besarkan diri-

nya sebagai salah seorang dewan kehormatan sorga. Ada dua 

hal yang dimegahkannya: 

(1) Perkenanan yang diberikan Tuhan  kepada Bileam dengan 

menyatakan diri-Nya kepadanya. Ia mendengar firman 

Tuhan , dan melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa. Tuhan  

sendiri telah menemuinya dan berbicara kepadanya 

(23:16), dan ia menjadi sangat sombong sebab nya. Paulus 

berbicara dengan rendah hati tentang penglihatan-peng-

lihatan dan penyataan-penyataan yang diterimanya (2Kor. 

12:1), namun  Bileam membicarakannya dengan sombong. 

(2) Kekuatan Bileam sendiri untuk menerima dan menanggung 

penglihatan-penglihatan itu. Ia memang kehilangan kesa-

daran, seperti yang dialami nabi-nabi lain, namun  matanya 

terbuka. Hal ini disebutkanya dua kali, namun  kata-kata 

dalam bahasa aslinya tidaklah sama. Orang yang matanya 

semula tertutup, demikian ayat itu dapat dibaca menurut 

sebagian penafsir (ay. 3-9), namun sekarang matanya ter-

buka (ay. 4). Ia mengakui bahwa saat  berusaha mengu-

tuk orang Israel, ia berbuat keliru. Sekarang ia mulai me-

nyadari kekeliruannya, dan sekalipun begitu ia tetap saja 

dibutakan oleh ketamakan dan hasrat untuk berkuasa, 

hawa nafsu yang bodoh dan yang mencelakakan itu. Per-

hatikanlah, 

[1] Cepat atau lambat, orang-orang yang menentang Tuhan  

dan umat-Nya akan dibuat menyadari betapa mereka 

telah diperdaya secara menyedihkan. 

[2] Banyak orang terbuka matanya, namun hati mereka 

tidak. Mereka dicerahkan, namun tidak dikuduskan. 

Dan pengetahuan yang membuat orang sombong hanya 

akan menerangi mereka menuju neraka, yang ke sana 

banyak orang pergi dengan mata terbuka. 

II. Namun demikian, berkat itu pada intinya sama dengan berkat-

berkat sebelumnya. Ada beberapa  hal yang dikagumi Bileam dalam 

Israel: 

1. Keindahan mereka (ay. 5): Alangkah indahnya kemah-kemah-

mu, hai Yakub. Mereka tidak tinggal di istana-istana megah, 

melainkan di kemah-kemah yang seadanya dan sederhana. 

Dan kemah-kemah ini, tidak diragukan lagi, secara menyedih-

kan lusuh terkena terpaan cuaca. Namun demikian, Bileam 

melihat keindahan dalam kemah-kemah itu, sebab  keteratur-

annya yang mengagumkan, tersusun menurut suku-suku 

mereka (ay. 2). Tidak ada hal lain yang dapat membuat agama 

mendapat nama baik di mata orang-orang yang melihatnya 

dari jauh, selain persatuan dan kerukunan para penganutnya 

(Mzm. 133:1). Kebaikan hati bangsa ini, dan nama baik yang 

akan mereka peroleh di antara bangsa-bangsa sekitar, diban-

dingkan dengan keindahan dan keelokan lembah-lembah yang 

subur dan taman-taman yang indah, pepohonan yang lebat 

dan rempah-rempah yang harum (ay. 6). Perhatikanlah, orang-

orang yang matanya terbuka melihat orang-orang kudus di 

bumi sebagai orang-orang yang mulia, dan dengan demikian 

orang-orang kudus itu menjadi kesukaan mereka. Orang be-

nar, tidak diragukan lagi, yaitu  lebih mulia dibandingkan  tetang-

ganya. Mereka yaitu  pohon yang ditanam TUHAN,  itulah 

kemuliaan mereka. Ranting-ranting kebenaran yaitu  tanam-

an TUHAN. Lihat Hosea 14:6-8. 

2. Kesuburan dan pertumbuhan mereka. Mungkin inilah yang di-

maksud dengan perumpamaan-perumpamaan tentang lem-

bah, taman, dan pepohonan itu (ay. 6), dan juga dengan ung-

kapan (ay. 7), air mengalir dari timbanya. Artinya, Tuhan  akan 

menyirami mereka dengan berkat-Nya seperti hujan dari 

langit, dan pada saat itu benihnya mendapat air banyak-ba-

nyak. Bandingkan dengan Hosea 2:22, Aku akan menaburkan 

dia bagi-Ku di bumi. Dan dalam Kitab Suci, air melambangkan 

bangsa-bangsa, rakyat banyak, dan kaum. Hal ini telah di-

genapi dalam pertumbuhan bangsa itu yang menakjubkan dan 

rakyat mereka yang sangat banyak, bahkan dalam keadaan 

mereka yang terserak. 

3. Kehormatan dan pencapaian mereka. Sama seperti banyaknya 

rakyat merupakan kehormatan bagi raja, demikian pula kebe-

saran raja merupakan kehormatan bagi rakyat. Itulah sebab-

nya Bileam menubuatkan bahwa raja mereka akan naik tinggi 

melebihi Agag. Agag, ada kemungkinan, yaitu  raja yang pa-

ling berkuasa di wilayah itu. Bileam tidak mengenal seorang 

pun yang lebih besar dibandingkan  Agag. Agag naik tinggi melebihi 

Kitab Bilangan 24:1-9 

semua raja lain di sekelilingnya. Akan namun  Bileam menu-

buatkan bahwa panglima besar Israel sesudah Musa, yaitu 

Yosua, akan lebih besar dan terhormat dibandingkan  Agag selama 

ini, dan akan menjadi sosok yang jauh lebih baik dalam seja-

rah. Saul, raja pertama mereka, menang atas Agag, meskipun 

dikatakan bahwa dengan gembira Agag pergi kepadanya. 

4. Kekuatan dan kemenangan mereka (ay. 8). 

(1) Bileam melihat ke belakang pada apa yang telah mereka 

perbuat, atau lebih tepatnya apa yang telah diperbuat bagi 

mereka: Tuhan  membawa mereka keluar dari Mesir. Hal ini 

sudah dia katakan sebelumnya (23:22). Keajaiban-keajaib-

an yang menyertai pembebasan mereka dari Mesir lebih 

berperan dalam memberi  kehormatan bagi mereka, dan 

kengerian bagi lawan-lawan mereka, dibandingkan  apa pun juga 

(Yos. 2:10). Ia yang telah membawa mereka keluar dari 

Mesir tidak akan gagal untuk membawa mereka masuk ke 

Kanaan, sebab, adapun Tuhan , jalan-Nya sempurna. 

(2) Bileam memandang rendah kekuatan mereka pada saat ini. 

Israel seolah-olah seperti tanduk kekuatan lembu hutan, 

dan tentang hewan ini dikatakan (Ayb. 39:12-13), apakah 

lembu hutan mau takluk kepadamu, atau bermalam dekat 

palunganmu? Dapatkah engkau memaksa lembu hutan 

mengikuti alur bajak dengan keluan? “Tidak, Israel terlam-

pau kuat untuk dikekang atau ditahan oleh kutukan-

kutukanku atau tentara-tentaramu.” 

(3) Bileam memandang ke depan pada penaklukan-penakluk-

an mereka di masa yang akan datang: Bangsa-bangsa yang 

menjadi lawannya akan ditelannya habis. Artinya, “Ia tidak 

saja akan menghancurkan dan menelan habis mereka 

dengan mudah dan tanpa dapat dilawan, seperti yang dila-

kukan singa terhadap mangsanya, namun  juga ia sendiri 

akan dikuatkan, digemukkan, dan diperkaya dengan jarah-

an-jarahan dari mereka.” 

5. Keberanian dan rasa aman mereka: Ia merebahkan diri sebagai 

singa jantan, dan sebagai singa betina (ay. 9). Sekarang ia ber-

buat demikian di dataran Moab, tanpa meminta izin dari raja 

Moab, tidak pula ia takut kepadanya. Tidak lama lagi ia akan 

berbuatdemikian di Kanaan. Sesudah  mencabik-cabik mangsa-

nya, ia akan beristirahat, terlindung dari pada kedahsyatan 

malapetaka, dan menantang semua yang ada di sekelilingnya. 

Sebab siapa yang mau mengganggu singa tidur? Diamati ten-

tang singa-singa (seperti yang diperhatikan oleh cendekiawan 

Uskup Patrick di sini) bahwa mereka tidak menarik diri ke 

tempat-tempat perlindungan untuk tidur, namun  berbaring di 

mana saja, sebab  tahu bahwa tidak ada yang berani meng-

usik mereka. Seaman itulah orang Israel di Kanaan, terutama 

pada masa pemerintahan Daud dan Salomo. Demikian pula 

orang benar merasa aman seperti singa muda (Ams. 28:1), 

bukan untuk menyerang orang lain, melainkan untuk beristi-

rahat, sebab  Tuhan  yang membiarkan mereka diam dengan 

aman (Mzm. 4:9). 

6. Kepentingan dan pengaruh mereka atas bangsa-bangsa di se-

kitar mereka. Sahabat-sahabat mereka, dan orang-orang yang 

bersekutu dengan mereka, merasa bahagia: Diberkatilah orang 

yang memberkati engkau. Orang-orang yang berbuat baik ke-

pada mereka pasti akan bernasib lebih baik sebab nya. namun  

musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang mengangkat 

senjata melawan mereka, pasti sengsara: Terkutuklah orang 

yang mengutuk engkau. Orang-orang yang mencelakakan 

mereka, akan menanggung sendiri akibatnya. Sebab Tuhan  me-

mandang bahwa apa saja yang diperbuat terhadap mereka, 

entah baik atau buruk, sama seperti diperbuat terhadap diri-

Nya sendiri. Dengan demikian Bileam meneguhkan berkat 

Abraham (Kej. 12:3), dan berbicara seakan-akan sebab  itulah 

ia pada saat ini memberkati Israel, dan tidak mengutuk me-

reka, sebab ia ingin berbagi dalam berkat yang diterima sa-

habat-sahabat Israel, dan ngeri terhadap kutuk atas musuh-

musuh Israel. 

Keluhan Balak 

(24:10-14) 

10 Lalu bangkitlah amarah Balak terhadap Bileam dan dengan meremas-

remas jarinya berkatalah ia kepada Bileam: “Untuk menyerapah musuhku 

aku memanggil engkau, namun  sebaliknya sampai tiga kali engkau member-

kati mereka. 11 Oleh sebab itu, enyahlah engkau ke tempat kediamanmu; aku 

telah berkata kepadamu aku telah bermaksud memberi banyak upah kepa-

damu, namun  TUHAN telah mencegah engkau memperolehnya.” 12 namun  ber-

katalah Bileam kepada Balak: “Bukankah telah kukatakan juga kepada

Kitab Bilangan 24:10-14 


utusan-utusan yang kaukirim kepadaku: 13 Sekalipun Balak memberi  ke-

padaku emas dan perak seistana penuh, aku tidak akan sanggup melanggar 

titah TUHAN dengan berbuat baik atau jahat atas kemauanku sendiri; apa 

yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan. 14 Dan seka-

rang, aku ini sudah hendak pergi kepada bangsaku; marilah kuberitahukan 

kepadamu apa yang akan dilakukan bangsa itu kepada bangsamu di ke-

mudian hari.” 

Di sini kita mendapati kesudahan dari upaya yang sia-sia untuk 

mengutuk Israel ini, dan ditinggalkannya upaya itu sepenuhnya. 

1. Balak menanggapi kejadian itu dengan seburuk-buruknya. Ia me-

luapkan kegeramannya terhadap Bileam (ay. 10), dan mengung-

kapkan kekesalannya yang sejadi-jadinya atas kekecewaan yang 

diterimanya, baik melalui kata-kata maupun tindakan. Ia me-

remas-remas jemarinya, sebab  geram, melihat semua rancang-

annya dihancurkan seperti itu, dan rencananya dikacaukan. Ia 

menuduh Bileam telah menghina dan mencurangi dia dengan 

cara yang paling rendah yang bisa dibayangkan. “Untuk menye-

rapah musuhku aku memanggil engkau, namun  engkau justru telah 

menunjukkan dirimu bersekutu dengan mereka, dan membela ke-

pentingan-kepentingan mereka, sebab  sampai tiga kali engkau 

memberkati mereka. Meskipun, dengan meminta agar mezbah-

mezbah didirikan dan korban-korban dipersembahkan, engkau 

membuatku percaya bahwa engkau pasti akan mengutuk me-

reka.” Sebagai akibatnya, Balak menyuruh Bileam pergi dari 

hadapannya, mengusir dia dari negerinya, dan mencelanya de-

ngan kehormatan-kehormatan yang tadinya hendak dia berikan 

kepada Bileam, namun  yang sekarang diurungkannya (ay. 11): “TU-

HAN telah mencegah engkau memperolehnya. Lihatlah apa yang 

engkau dapatkan dengan menyenangkan hati TUHAN, dan bukan-

nya menyenangkan aku. Engkau telah menghalang-halangi ke-

naikan kedudukanmu sendiri sebab  perbuatanmu itu.” Demiki-

anlah orang-orang yang kehilangan sesuatu demi melaksanakan 

kewajiban mereka, biasanya dicela sebab nya sebagai orang 

bodoh, sebab mereka lebih mendahulukan kewajiban mereka 

dibandingkan  kepentingan mereka di dunia. Padahal, kalau saja 

Bileam menaati firman Tuhan itu dengan sukarela dan tulus hati, 

maka meskipun ia kehilangan kehormatan yang direncanakan 

Balak baginya, Tuhan  pasti akan menggantikan kerugian itu secara 

berlimpah-limpah bagi keuntungannya. 

2. Bileam memanfaatkan kejadian itu dengan sebaik-baiknya. 

(1) Ia berusaha berdalih atas kekecewaan yang diakibatkannya 

itu. Dan sangat baik dalihnya untuk itu, bahwa Tuhan  mence-

gahnya untuk mengucapkan apa yang hendak dikatakannya, 

dan mendesaknya untuk mengucapkan apa yang tidak mau 

dikatakannya. Dan bahwa Balak tidak boleh marah atas hal 

ini, bukan saja sebab  Bileam tidak bisa berbuat lain, melain-

kan juga sebab  ia sudah memberi tahu Balak sebelumnya 

tentang apa yang bisa diharapkannya (ay. 12-13). Balak tidak 

bisa berkata bahwa Bileam telah menipunya, sebab  Bileam 

telah memperingatkan Balak dengan baik akan kekangan yang 

ia dapati sedang mengikatnya. 

(2) Bileam berusaha menebus kegagalan itu (ay. 14). Meskipun ia 

tidak mampu melaksanakan apa yang diinginkan Balak dari-

nya, namun, 

[1] Ia akan memuaskan rasa ingin tahu Balak dengan nubuat-

an-nubuatan menyangkut bangsa-bangsa di sekitarnya. 

Wajar jika  kita senang dengan nubuatan, dan dengan 

inilah Bileam berharap untuk meredakan amarah sang 

raja. 

[2] Bileam akan memuaskannya dengan jaminan bahwa, apa 

pun yang akan dilakukan oleh bangsa yang menakutkan 

ini terhadap bangsanya, hal itu baru akan terjadi di kemu-

dian hari. Dengan demikian, menyangkut dirinya, ia tidak 

perlu mencemaskan adanya suatu kejahatan atau ganggu-

an dari mereka. Penglihatan ini untuk masa yang masih 

jauh, namun  dalam masa pemerintahannya, keadaan akan 

damai. 

[3] Bileam akan memberi tahu Balak cara untuk mendatang-

kan celaka atas Israel tanpa upacara membaca mantra dan 

kutuk. Hal ini tampak tersirat dalam perkataan itu: Marilah 

kuberitahukan kepadamu. Sebab perkataan itu tepatnya 

berarti, aku akan menasihatimu. Apa nasihat itu tidaklah 

dicatat di sini, sebab nasihat itu disampaikan secara pri-

badi, namun  kita diberi tahu sesudahnya apa nasihat itu 

(31:16). Bileam menasihati Balak agar membujuk orang 

Israel untuk menyembah berhala (Why. 2:14). sebab  Bile-

am tidak bisa mendapat izin dari Tuhan  untuk mengutuk 

mereka, maka ia memberi tahu Balak cara untuk memper-

oleh bantuan dari Iblis untuk menggoda mereka. Flectere si

Kitab Bilangan 24:15-25 

 nequeo superos, Acheronta movebo – Jika aku tidak bisa 

membuat sorga tergerak, aku akan meminta bantuan ke-

pada neraka. 

Nubuatan Bileam 

(24:15-25) 

15 Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Tutur kata Bileam bin Beor, 

tutur kata orang yang terbuka matanya; 16 tutur kata orang yang mendengar 

firman Tuhan , dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang me-

lihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata 

tersingkap. 17 Aku melihat dia, namun  bukan sekarang; aku memandang dia, 

namun  bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul 

dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan 

semua anak Set. 18 Maka Edom akan menjadi tanah pendudukan dan Seir 

akan menjadi tanah pendudukan – musuh-musuhnya itu. namun  Israel akan 

melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, 19 dan dari Yakub 

akan timbul seorang penguasa, yang akan membinasakan orang-orang yang 

melarikan diri dari kota.” 20 saat  ia melihat orang Amalek, diucapkannyalah 

sanjaknya, katanya: “Yang pertama di antara bangsa-bangsa ialah Amalek, 

namun  akhirnya ia akan sampai kepada kebinasaan.” 21 saat  ia melihat 

orang Keni, diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Kokoh tempat kediaman-

mu, tertaruh di atas bukit batu sarangmu, 22 namun orang Keni akan hapus; 

berapa lama lagi maka Asyur akan menawan engkau?” 23 Diucapkannyalah 

juga sanjaknya, katanya: “Celaka! Siapakah yang akan hidup, jika  Tuhan  

melakukan hal itu? 24 namun  kapal-kapal akan datang dari pantai orang 

Kitim, mereka akan menindas Asyur dan menindas Heber, lalu iapun juga 

akan sampai kepada kebinasaan.” 25 Lalu bersiaplah Bileam dan pulang ke 

tempat kediamannya; dan Balakpun pergilah juga. 

Tugas para nabi yaitu  memberkati dan juga bernubuat dalam nama 

Tuhan. Bileam, sebagai nabi, sudah memberkati Israel secara terpak-

sa. Di sini ia menubuatkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di 

masa depan.  

I. Kata-kata pembukanya hampir sama dengan sebelumnya (ay. 3-

4). Ia memainkan peran sebagai nabi sejati dengan begitu baik 

dan mengagumkan. Tuhan  mengizinkan dan mengarahkan dia ber-

buat demikian, sebab , apa pun dia, nubuatan itu sendiri meru-

pakan nubuatan yang benar. Bileam bermegah, 

1. Bahwa ia yaitu  orang yang terbuka matanya (ay. 15), sebab 

para nabi pada zaman dahulu disebut pelihat (1Sam. 9:9). 

Mereka harus mengatakan apa yang telah mereka lihat, dan 

sebab  itu, sebelum membuka bibir, mata mereka haruslah 

terbuka terlebih dahulu. 

2. Bahwa ia telah mendengar firman Tuhan , yang juga didengar 

banyak orang, namun mereka tidak mengindahkannya, tidak 

pula mereka mendengar Tuhan  di dalamnya. 

3. Bahwa ia beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi. Pernyata-

an ini ditambahkan dalam ayat ini. Orang bisa saja penuh 

dengan pengetahuan akan Tuhan , namun sama sekali tidak 

beroleh anugerah Tuhan . Mereka bisa saja menerima kebenaran 

berdasar  pengetahuan akan Tuhan  itu, namun sama sekali 

tidak mencintai kebenaran itu. 

4. Bahwa ia melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, namun 

tidak dengan begitu rupa hingga diubah menjadi serupa de-

ngan gambar-Nya. Bileam menyebut Tuhan  sebagai Yang Maha-

tinggi, dan Yang Mahakuasa. Tidak ada orang yang bisa ber-

bicara dengan lebih hormat tentang Tuhan , atau tampak lebih 

menghargai pengenalannya akan Dia, dibandingkan  Bileam. Na-

mun demikian, Bileam tidak benar-benar takut akan Tuhan , 

tidak mengasihi-Nya, dan juga tidak beriman kepada-Nya. 

Sejauh itu orang bisa pergi menuju sorga, namun gagal men-

capainya. 

II. Di sini ada nubuatan Bileam tentang dia yang akan menjadi 

mahkota dan kemuliaan bangsanya, Israel. Dia yaitu , 

1. Daud sebagai perlambang, yang bukan sekarang, bukan dalam 

waktu dekat, melainkan seiring berjalannya waktu, akan mere-

mukkan pelipis-pelipis Moab (ay. 17), dan menduduki gunung 

Seir. Dan di bawah pimpinannya, pasukan-pasukan Israel 

akan melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa (ay. 

18). Hal ini digenapi saat  Daud memukul kalah orang Moab, 

dan mengukur tempat mereka dengan tali, sehingga orang 

Moab takluk kepada Daud (2Sam. 8:2). Pada saat yang sama, 

orang Edom juga takluk kepada orang Israel (2Sam. 8:14). 

Akan namun , 

2. Yesus Tuhan kitalah, yaitu Mesias yang dijanjikan, yang ter-

utama ditunjuk sebagai yang diperlambangkan. Dan nubuatan 

ini termasyhur sebagai nubuatan tentang diri-Nya. Sudah 

menjadi kehendak Tuhan  bahwa kedatangan-Nya harus diberi-

takan seperti itu, jauh sebelumnya, bukan saja kepada bangsa 

Yahudi, melainkan juga kepada bangsa-bangsa lain, sebab Injil 

Kitab Bilangan 24:15-25 

 

dan kerajaan-Nya akan meluas begitu jauh melampaui batas-

batas tanah Israel. Di sini dinubuatkan, 

(1) Bahwa memang “Aku melihat Dia, namun  bukan sekarang. 

Aku benar-benar melihat Dia dalam penglihatan, namun  dari 

jarak yang sangat jauh, melalui kurun waktu seribu lima 

ratus tahun setidak-tidaknya.” Atau ayat itu bisa dipahami 

demikian: Bileam, seorang yang fasik, akan melihat Kris-

tus, namun  tidak akan melihat-Nya dari dekat, tidak pula 

melihat-Nya seperti Ayub, yang melihat Dia sebagai Pene-

busnya, dan menyaksikan-Nya sendiri (Ayb. 19:25-27). 

saat  Ia datang di awan-awan, setiap mata akan melihat 

Dia, namun  banyak orang hanya akan melihat Dia dari jauh, 

sama seperti orang kaya di neraka melihat Abraham. 

(2) Bahwa Ia akan datang dari Yakub, dan Israel, sebagai bin-

tang dan tongkat kerajaan. Bintang menandakan kemulia-

an dan kemilau-Nya, dan bintang timur yang gilang-gemi-

lang, sedang  tongkat kerajaan menandakan kuasa dan 

wewenang-Nya. Dialah yang akan timbul sebagai seorang 

penguasa. Nubuatan Bileam, salah seorang dari Timur, 

tentang bintang yang akan terbit dari Yakub ini, sebagai 

tanda dari tongkat kerajaan yang akan timbul di Israel, di-

lestarikan secara turun-temurun oleh bangsa Israel. Mung-

kin itulah sebabnya orang-orang majus, yang juga berasal 

dari Timur, saat  melihat sebuah bintang yang tidak biasa 

di atas daerah Yudea, bertanya-tanya tentang Dia, raja 

orang Yahudi yang baru dilahirkan (Mat. 2:2). 

(3) Bahwa kerajaan-Nya akan ditegakkan atas segala ses