• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label alam malaikat 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alam malaikat 5. Tampilkan semua postingan

alam malaikat 5


  kami dengan sebenarnya telab

memperoleb d,pd yang Rabb kami menjanjikd.nnyd. kEada kami. Maka

apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnyd. apd. (adzab) ydng

Rabb kamu menjanjikannyd. (kepadamu)?' Mereka (penduduk Neraka)

mmj auab:' Betul.' Kemudian seorang penyeru (Malaihat) rnengurnumkan

di antara kedua golongan itu: 'Kutukan Allab ditimpakan kepada ordng'

orangyang zbalirn.'" (QS. Al-A'raaf: 44)

Al-Qurthubila1r-"berkata:"4#.nu:';t:Jirlbermaknaseruandan

suara penyeru dari Malaikat."36

Telah disebutkan bahwa para Malaikat melaknat roh orang kafir

dan berkata: "Roh keji yang datang dari bumi.""

Diriwayatkan juga bahwa para Malaikat berdo'a agar ditimpakan

adzabdan kemurkaan atas suatu kaum disebabkan perbuatan-perbuatan

buruk mereka, di antaranya:

n. Laknat Malaikat atas orang yangmelakukanbid'ah ftemung￾karan) di Madinah

Dari Anas 45 , dari Nabi ffi beliau bersabda:


Madinah adalahtanah haram (wajib dihormati) dari batas ini hingga

batas ini. Tidak boleh menebang pohon-pohonnya dan tidak boleh

melakukan kemungkaran di dalamn ya. Barangsiapa yarLgmelakukan

kemungkaran di dalamnyamaka dia akan mendapatkan laknat Allah,

para Malaikat, dan semua manusia."'8

Dalam Shahiib Muslim disebutkan riwayat dari Abu Hurairah

EE' dariNabi ffi bersabda:


"Madinah adalahtanah haram (wajib dihormati). Barang siapa yang

melakukan kemungkaran di dalamnya ata:u melindungi orang yang

melakukan kemungkaran maka dia akan mendapatkan laknat Allah,

para Malaikat, dan semua manusia; bahkan tidak diterima darinya

ibadah" dan taubatnya pada hari Kiamat.n40

Ibnul Atsir berkata: "Al-badats adalah kemunkaran, yaitu sesuatu

yangtidak dilakukan dan tidak dikenal dalam as-Sunnah. Sementara

a I - m u h d it s / a I - m ub dat s, seb a gaima na riw ay at y ang ada, adalah ditulis

den gan h arakat k as r ab dan / atau fat- b ah p ada huntf . dal- ny a, y aitu dal am

bentuk subjek dan/atau objek. Adapun dengan kasrah, maknanya

adalah orang yarlg membela, melindungi, atau menyembunyikan

pelaku kejahatan dari lawannya, serta menghalanginya agar tidak

meng-qishash-nya. Adapun dengan harakat fat'hah, maka maknanya

adalah perkara bid'ah (kejahatan) itu sendiri.

Makna iiuaa'dalam hadits tersebut adalah ridha dan sabar atas

(pelaku)nya. Sebab, siapa saja yang ridha dengan perkara bid'ah dan

mengakui pelakunya serta tidak mengingkarinya berarti sama saja ia

telah melindunginya.

Dalam sebuah hadits disebutkan: 'Hendaklah kalian menjauhi

hal yang diada-adakan (muhdatsaatil umuur). Kata muhdatsaat adalah

bentuk jamak (plural) dari kata rnubdatsah, yaltu yangtidak dikenal

dalam al-Qur-an, as-Sunnah dan ijm4"'.0'

Dengan demikian, perkara yang dilaknat oleh Malaikat, baik

pelaku maupun penolongnya, adalahmengadakan bid'ah dalam agama.

Mengingat kota Madinah adalah tempat bertolaknya (pusat) agama

Islam dan tempat yang menjadi kecenderungan hati orang-orang

Mukmin serta menjadi pusat keimanan; maka seolah-olah perbuatan

yangdilakukan di dalamnya itu sama dengan sunnah. Sebab, orang

ytrrgmelihat perbuatan penduduk Madinah akan menyangka hal itu

adalah sunnah dari Nabi ffi. Oleh karena itu, melakukan perbuatan

bid'ah di sana lebih berbahaya daripada di tempat lainnya.

Semua bid'ah itu sesat, sebagaiman yangditegaskan oleh Nabi

ffi dalam sabdanya:


"Barang siapa yangmengada-adakan sesuatu yangbaru atau melindungi

orang yangberbuat hal baru maka ia akan ditimpa laknat Allah, para

Malaikat, dan manusia semuartya."42

Akan tetapi, lebih berbahayadan keji lagi jika bid'ah itu dilakukan

di Madinah. Pelakunya akan mendapatkan ancaman keras, sePerti yang

telah disebutkan dalam hadits terdahulu.

Maka dari itu, hendaklah seorang Muslim berhati-hari agar tidak

terkena siksaan yangkeji ini. Hendaknya pula ia lebih memperhatikan

sunnah Nabi ffi, terlebih lagi bagi penduduk Madinah.

o. Laknat Malaikat bagi orang yang menc elaparaSahabat Nabi ffi

Allah Mj. telah memuji dan menyanjung para Sahabat Nabi

dalam al-Qur-an, serta menyebut sifat mereka yarLg belum pernah

disebutkan untuk orang lain setelah para Nabi. Hal itu semata-mata

karena keagungan kedudukan mereka di sisi Allah. Allah W menyata￾kan bahwaparasahabat ridha kepada Allah dan Allah ridha terhadap

mereka. Allah pun menielaskan kedudukan mereka kepada orang￾orang yangditurunkan kepada mereka kitab Taurat dan Injil (Ahlul

Kitab).

Allah \H berfirman:


"Mubammad itu adalab utusan Allab dan orang'orang yang bersarna

dmgan dia ddalab keras terbadap ordng-orumgkofir, tetapi berkasib saryang

sesd.rna mereka, hamu libat merekaruku dan sujud mmcarikaruniaAllab

dan keri.dhaan-Nya, tanda-tanda mcreka tampak pada muka mereka dari

bekas sujud. Demikianlab sifutsifut mereka dalam Taurat dan sifutsifut

mereka dalam Inj il, yaitu seperti tand.nxdn ydng mengeluarkan trtndsnya

maka tunds itu menjadikan tand,rndn itu kuat lalu menjadi besarlab

dia dan tegak lurus di atas pokoknya; td.narna.n itu merryenangkan bati

pen andrn-pend.ndlnnyd karena Allah bendak menj engkelkan hati ordny'

orang kafir (d.engan kekuaun ord.ng-ordng Mukmin). Allab mmianj ikan

kEofu orang-ordng y ang beriman dan mengerj akan amal yang sbalib di

antdra rnereha arnPunan dan pabala yang bsar." (QS. ,erl-Fat-h:29)


Orang-orang ydng terdabulu lagi yang pertdm.d.'tama (masuk Islam)

di antara ord.ng-ordng Mubajirin dan Ansbar dan orang-orang yang

mengikuti mereka dengan baik, Allab ridha kepada mereka dan mereka

pun ridha kepada Allab dan Allab menyediakan bagi mereka Surga'

Surga ydng mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di

dalamnya selama-lamd.nya. Itulah hemenangan ydng besd.r." (QS- At￾Taubah: 100)

Masih banyak nash-nash al-Qur-an y^ng semakna dengan ayat

ini; hadits pun demikian. Semua dalil tersebut sarat dengan pujian,

sanjungan, dan penjelasan tentang sifat para Sahabat yang baik;

serta menerangkan bahwa mencintai mereka termasuk keimanan,

sedangkan membenci mereka berarti kemunafikan. Mengenai dalil

diharamkannya mencela dan mencaci Sahabat Nabi M, di antaraflya

adalah hadits'Imran bin Husain <!F', ia berkata bahwa Rasulullah ffi

bersabda:


"sebaik-baik ummatku adalah yanghidup semasa denganku (generasi

Sahabat),lalu pada masa setelah masa mereka (fabi'in), kemudian pada

masa setelah masa mereka (Tabi'ut tabi'in)."

'Imran berkata: "Aku tidak tahu pasti apakah Nabi menyebutkan

dua atau tiga masa setelah masanya. @eliau mengabarkan pula bahwa)

akan muncul setelah kalian kaum yangmenjadi saksi, padahal mereka

tidak pernah diminta menjadi saksi. Mereka berkhianat dan tidak Patut

diberi amanat. Mereka bernadzar, tetapi tidak memenuhi nadzarnya.

Tampak pada diri mereka kegemukan."



Nabi ffi telah menegaskan bahwa fungsi keberadaan para Sahabat

adalah sebagai amanah bagi ummat manusia, sebagaimana disebutkan

dalam hadits riwayat Abu Burdah dari ayahnya, ia bercerita: "Kami

pernah shalat Maghrib bersama Rasulullah M. Setelah itu, kami

berinisiatif untuk duduk-duduk (menunggu) hingga shalat 'Isya' bersama

beliau." Ia (Abu Burdah) melanjutkan kisahnya: "Maka kami pun

duduk (menunggu).' Tidak lama kemudian, Rasulullah menghampiri

kami dan bersabda: 'Kalian masih di sini?'Kami menjawab: ''S7ahai

Rasulullah, seusai shalat Maghrib bersamamu, kami berinisiatif untuk

menunggu hingga kami mengerjakan shalat'Isya' bersamamu.' Beliau

bersabda: 'Kalian telah berbuat kebaikan dan kalian benar."'

Abu Burdah berkata: "Kemudian, beliau berkali-kali mengangkat

kepalanya (melihat) ke atas langit lalu bersabda:

"Bintang-bintang itu adalah amanah (p."jrg;iangit. Jika bintang￾bintang itu hilang, maka langit akan ditimpaapayangtelah dijaniikan

kepadanya. Aku adalah amanah (penjaga) bagiparaSahabatku. Apabila

aku telah pergi, maka para Sahabatku akan ditimpa apayangdijanjikan

kepada mereka. Para Sahabatku adalah amanah (peniaga) bagi ummatku.

Kalau Sahabatku telah pergi, niscaya ummatku akan ditimpaarpayang

telah dijanjikan (ditetapkan) kepada mereka."*

Rasulullah;[# memperingatkan orang y^ng mencela dan me￾ngurangi (hak) para Sahabatnya, sebagaimana sabdanya:


Janganlah kalian mencela Sahabat-Sahabatku! Janganlah kalian mencela

Sahabat-Sahabatku! Demi Allah yangjiwaku berada di tangan-Ny",

seandainya salah seorang kamu membelanjakan emas sebesar Gunung

Uhud, maka sungguh ia tidak akan pernah mencapai (keimanan

mereka) walaupun hanya seberat satu mudd atau sepanrhnya."as

Para Malaikat rffiu mencintai orang yang mencintai Allah dan

Rasul-Nya. Sebaliknya, mereka memusuhi orang yang memusuhi

Allah dan Rasul-Nyr. Oleh karena itu, Malaikat mencintai Sahabat￾Sahabat Nabi ffi dan memusuhi serta melaknat orang y^ng mencela

dan memusuhi mereka.

Dalilnya, adalah hadits Abu Hurairah 4b , 

ia berkata bahwa

Rasulullah ffi bersabda:


"sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil

Jibril lalu berkata: 'sesungguhnya aku mencintai Fulan, maka cintailah

dia.' Rasulullah melanjutkan: 'Orang itu pun dicintai Jibril yang

kemudian berseru di langit dengan berkata: 'sesungguhnya Allah

mencintai Fulan, maka cintailah dia.' Orang itu pun dicintai oleh

seluruh penghuni langit hingga kemudian menjadi makhluk yang

dicintai di muka bumi. Demikian pula, apabila Allah membenci

seorang hamba, Dia menyuruhJibril dan berkata: 'sesungguhnya Aku

membenci Fulan, maka bencilah dia.'Jibril pun membencinya dan

menyerukan kepada seluruh penghuni langit: 'sesungguhnya Allah

membenci Fulan, maka bencilah dia.'Mereka (penghuni langit) lantas

membencinya hingga kemudian orang itu menjadi makhluk yang

dibenci di muka bumi."a6

Tidak diragukan lagi bahwasanya siapa saia yang mencintai

para Sahabat det akan memperoleh keutamaan yang terdapat dalam

hadits ini. Sebaliknya, siapa salayangmembenci mereka niscaya akan

dibenci oleh para Malaikat dan seluruh penghuni bumi. Kenyataan

telah menjadi saksi atas kebenaran ini. Sungguh, tidak ada daya dan

kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.

Dalam beberapa hadits disebutkan dengan tegas mengenai laknat

para Malaikat kepada orang yang mencela Sahabat Nabi ffi, sebagaimana

tertera pada riwayat Ibnu'Abbas d#.,,iaberkata bahwa Rasulullah ffi

bersabda:


"Barang siapa mencela Sahabatku niscaya ia akan ditimpa laknat Allah,

para Malaikat, dan manusia seluruhnya.aT

Maka dari itu, renungkanlah hukuman bagi orang yangmencela

para Sahabat Nabi ffi supaya Anda mengetahui kejinya perbuatan

tersebut. Tindakan kotor itu tidak mungkin dilakukan kecuali oleh

orang yangtelah Allah W butakan mata hatinya.

Renungkanlah perkataan .Ps.bu Zar'ah ar-Razi 4!f5 mengenai

orang yangmencela Sahabat Nabi ffi agar Anda mengetahui sumber

pemikiran ini beserta penyebab meluasnya (fenomena ini). Ia berkata:

"Apabila kalian melihat orang yarlg mencela salah seorang Sahabat

Rasulullah 4W, maka ketahuilah bahwa dia seorang zindiq. Sebab,


Rasulullah bagi kami adalah benar dan al-Qur-an itu benar. Yang

membawa al-Qur-an dan as-Sunnah kepada kami adalah para Sahabat

Rasulullah M. Sesungguhnya mereka hanya ingin mencela para

saksi (para Sahabat Nabi) ini dengan tujuan membatalkan al-Qur-an

dan as-Sunnah. Padahal, celaan itu lebih Pantas ditujukan kepada

mereka sendiri. Oleh sebab itu, mereka dikatakan sebagai orang-orang

zindiq."or

p. Laknat Malaikat bagi orangya,ng menodongkan senjata

(mengancam) terhadap orang Muslim

Dari Abu Hurairah 4b ,iaberkata bahwa Abul Qasim (Rasulullah

ffi) bersabda:


"Barang siapa yangmengisyaratkan (menodongkan) besi tajam kepada

saudaranya maka sesungguhnya Malaikat melak natny a, meskipun orang

tersebut adalah saudara seayah dan seibu (saudara kandungnya)."0n

'Illat (alasan hukum)-ry, adalah karena hal tersebut sangat

berbahaya. Selain itu, dikhawatirkan seorang Muslim memberikan

gangguan kepada saudaranya itu atau bahkan dapat membunuhnya

sehingga ia harus menerima sanksi sebagai seorang pembunuh, sedang￾kan hukuman itu sungguh berat sekali.

Dalam hadits lain hal itu juga telah disebutkan, yaitu dalam riwayat

Abu Hurairah 4F' dari Rasulullah M, beliau bersabda: 'Janganlah

salah seorang di antara kalian mengisyaratkan (menodongkan)

senjata ke hadapan saudaranya. Sebab, dia tidak sadar ketika syaitan

menghunuskan (senjata itu) dari tangannya (mendorongnya untuk

melakukan pembunuhan) sehingga ia pun terjerumus ke dalam jurang

Neraka.

q. Laknat Malaikat bagi orangyang bernasab kepada selain

ayahnya atau berwali kepada yangbukan walinya

Terdapat riwayat dari Ibnu 'Abbas q!*i.,, ia berkata bahwa

Rasulullah ffi bersabda:


"Barangsiapa bernasab kepada selain bapaknya atau jika seorang bekas

budak tidak memberikan hak wala' kepada mantan majikannya, maka

dia ditimpa laknat Allah, paraMalaikat, dan manusia semuanya."5l

Banyak hadits yang diriwayatkan mengenai ancaman keras

terhadap orang yang bernasab kepada selain bapaknya-sedang ia

mengetahui-atau berwali kepada selain walinya. Bahkan, para ulama

mengangg apnya sebagai dosa besar-kita berlindung diri kepada Allah

darinya. Sebab, hal itu dapat mengakibatkan bercampurbaurnya

(kerancuan) nasab (keturunan), menyia-nyiakan hak dan harta, serta

akibat lainnya yangsangat berbahaya.

Dari Abu Hurairah #, ,iaberkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:

"Barang siapa yangmengangkat wali dari suatu kaum (ain) tanpaizin

walinya (sendiri) maka ia akan ditimpa laknat Allah, para Malaikat,

dan semua manusia; bahkan tidak diterima ibadah dan taubat darinya

kelak pada hari Kiamat."52

r. Laknat Malaikat terhadap orang yang menghalang-halangi

wali dari orang yangterbunuh untuk menegakkan qisbash

(hukuman mati) atau diyat (denda)

Termasuk rahmat Allah bagi ummat Islam ialah disyari'atkannya

penegakan hukum terhadap mereka. Sesungguhnya di dalamnya

terdapat kehidupan dan keselamatan bagi kehormatan dan harta


mereka. Barang siapa y^ngmenghalangi hal tersebut berarti ia telah

sesat dan menyesatkan; berhak mendapat laknat dan kutukan Allah,

sefta lakn^t para Malaikat dan semua manusia. Hal ini sebagaimana

yangdisebutkan dalam hadits dari Ibnu 'Abbas M, ia berkata bahwa

Rasulullah ffi bersabda:


'Barang siapa yang membunuh karena perkara yang samar atau

berdasark an 'asbabiyyah (fanatisme golongan) dengan batu, cambuk,

atau tongkat maka diyat-nya seperti diyat orang yang membunuh

karena salah sasaran. Barang siapa yaflgmembunuh secara sengaja maka

dia harus di-qishash, sedangkan barang siapa yangmenghalangi antara

dirinya (orang yangmembunuh) dan hukum yangditetapkan maka

ia akan ditimpa laknat Allah, para Malaikat, beserta seluruh manusia;

bahkan Allah tidak akan menerima taubat mauPun fidyah darinya."s3

s. Laknat Malaikat terhadap isteri yang tidak mau melayani

suaminya di tempat tidur

Dari Abu Hurairah ,Eb 

ia berkata bahwa Rasulullah ffi ber￾sabda:

"Apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur lalu dia

enggan melayaninya, maka ia dilaknat oleh para Malaikat hingga

shubuh,

t. Malaikat tidak bershalawat kepada orang yang meratapi

mayat

Telah disebutkan sebelumnya bahw a para Malaikat bershalawat

untuk kita dan dalam shalawat tersebut terdapat pengaruh yarLgbesar

agar kita dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya. Namun, ada

beberapa perbuatan yang pelakunya akan mendapatkan hukuman

dengan tidak bershalawatnya Malaikat untuk mereka. Di antara

perbuatan itu adalah meratapi mayat, sebagaimana dinyatakan dalam

hadits Abu Hurairah qB 

ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:

"Malaikat tidak bershalawat (mendo'akan) kepada orang yangmeratap

dan orang y ang berteriak-berteriak (menangisi mayat).tt"tu

Tidak diragukan lagi, meratap termasuk perbuatan buruk yang

telah diperingatkan oleh Rasulullah ffi untuk dihindari. Beliau telah

menjelaskan bahwa perbuatan tersebut termasuk kebiasaan kaum

Jahiliyah sehingga beliau berlepas diri dari orang yang melakukan￾nya.t'

As-Sindi berkata: "Sabda Nabi ffi:'Malaikat tidak bershalawat

untuknya' maksudnya adabhsebagaimana Malaikat itu bershalawat (me￾mohonkan ampunan) untuk semua orang Mukmin. Firman Allah W :


' Dialab yang memberi rabmat kepadamu dan Malaikat-Nya (rnemohonkan

d.rnpund.n untuk mu) ....'" (QS. Al-Ahzaab: a3)


Dalam sabda Nabi tersebut terdapat dalil bahwa sesungguhnya

Allah IH -terlebih lagi-tidak akan bershalawat (memberi rahmat)

untuk orang yang meratapi mayat. Mungkin juga bermakna bahwa

adanyataqyid (pembatasan) pada hadits tersebut untuk menunjukkan

bahwa shalawat Allah tidak pernah putus, karena shalawat-Nyaadalah

rahmat. Rahmat itu tidak akan terputus kecuali atas orang kafir.

Berbeda dengan paraMalaikat, shalawat mereka merupakan do'a

dan sanjungan, yan1termasuk dalam kategori keutamaan (fadbilab),

sehingga shalawat para Malaikat tidak membawa mudharat jika

terputus dari orang-orang y angdurhaka, uallaabu A'lArn." sr

Jadi, yang wajib dilakukan setiap Muslim adalah menghindari

perbuatan-perbuatan yang sangat berbahaya ini agar tidak mendapat

hukuman yang besar, berupa laknat Malaikat. Kita berlindung diri

kepada Allah darinya.

2. Menghadiri maielis-majelis dzikir dan khutbah Jum'at

Diriwayatkan dari Abu Hurairah 4b , dari Nabi ffi, beliau

bersabda:


sesungguhnya Allah W mempunyai Malaikat-Malaikat yang

berkeliling (di muka bumi) sebagai tambahan (atas Malaikat-Malaikat

hafazhah dan lainnya). Mereka mengikuti majelis-majelis dzikir; di

mana saja mendapatkan majelis yang di dalamnya terdapat dzikir,

mereka pun ikut duduk bersama orang-orang yang hadir. Satu sama

lain dari mereka saling menghamparkan sayapnya hingga memenuhi

ruangan di antara mereka dan langit dunia. Apabila majelis dzikir

itu telah selesai dan membubarkan diri, maka mereka segera naik ke

langit."

Rasulullah M, melanjutkan: "Lalu, Allah bertanya kepada

mereka-sementara Dia lebih mengetahui kondisi mereka: 'Dari mana

kalian? Mereka menjawab: 'Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu

di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir, benahlil dan bertahmid serta

memohon kepada-Mu.' Allah bertanya:'Ap, y angmereka mohonkan

kepadaku?' Malaikat menjawab:'Mereka memohon Surga-Mu.' Allah

\W bertanyalagi: 'Apakah mereka sudah melihat Surga-Ku? Mereka

menjawab: 'Tidak, wahai Rabb.'Allah \9E bertanyalagi: 'Maka

bagaimana seandainya mereka telah melihat Surga-Ku?' ParaMalaikat

itu melanjutkan: 'Mereka juga memohon perlindungan-Mu.' Allah

[H bertanya:'Dari apa mereka memohon perlindungan kepada-Ku?'

Malaikat menjawab: '(Mereka mohon perlindungan) dari Neraka-Mu,

wahai Rabb.' Allah \H kembali bertanya:'Bagaimana seandainya

mereka sudah melihat Neraka-Ku?' Mereka melanjutkan:'Merek a juga

memohon ampunan-Mu.' Allah W menjawab: 'Sungguh, Aku telah

mengampuni mereka. Aku pun akan memberik^n apa yang mereka

minta dan Aku akan melindungi mereka dariapayangmereka mohon

perlindun gan dariny a."'

Rasulullah M, meneruskan: "Para Malaikat berkata: 'r0flahai

Rabb, di antara mereka ada seorang hamba yarlg banyak melakukan

kesalahan, yakni dia hanya lewat lalu duduk bersama mereka.'Allah

W menjawab: 'Termasuk dirinya juga telah Ku-ampuni. Mereka

adalah suatu kaum yangtidak akan celaka orangyangduduk bersama

mereka.'"5e

An-Nawa wi q!$5 berkat a: 

ar a ulama menj elaskan :' Makn any a,

mereka adalah para Malaikat tambahan di luar Malaikat-Malaikat

penjaga serta Malaikat lainnya, yang bertugas menyertai makhluk

(manusia). Mereka adalah Malaikat yangselalu berkeliling dan tidak

mempunyai tugas selain hanya untuk menghadiri majelis-majelis

dzikir."uo

Renungkanlah, wahai pembaca yang mulia! Demikianlah

keutamaan besar yangAllah berikan kepada orang yangmenghadiri

balaqah (majelis) ilmu. Oleh karena itu, berusahalah agar Anda

termasuk orang yangmemperolehnya. Dalam hadits ini terdapat dalil

bahwa semua yang menghadiri halaqah-halaqah atau maielis-majelis

ilmu pasti memperoleh keutamaan itu. Bahkan, seandainya ia bukan

seorang tbalib (penuntut ilmu), tetapi hanya duduk bersama mereka

lantaran suatu keperluan, niscaya keberkahan ilmu dan majelis-majelis

itulah yangakan meraih dirinya. Inilah keutamaan yang Allah berikan

kepada siapa sqa yangdikehendaki-Nya.

Telah disebutkan pada pembahasan-pembahasan yang lalu

pula bahwa Malaikat bershalawat dan berdo'a untuk penuntut ilmu

dan pengajarnya, meliputi mereka dengan sayap-sayapnya, dan

meletakkan sayap-sayapnya untuk mereka karena ridha terhadap

apayangmereka perbuat. Demikian pula, bahwasanya para Malaikat

mendengarkan dzikir (khutbah) di masjid-masjid pada hari Jum'at,sebagaimana dinyatakan dalam hadits Abu Hurairah #, , 

ia berkata

bahwa Rasulullah ffi bersabda: "Apabila datang hari Jum'at, maka

di setiap pintu-pintu masjid terdapat Malaikat yang siap mencatat

setiap orang yangdatang pertama kali, lalu yatghadir setelahnya, dan

demikian seterusnya. Kemudian, apabila imam telah duduk, mereka

pun menutup lembaran-lembaran (catatan tersebut) dan bergegas

datang untuk mendengarkan dzikir (khutbah)." (A1-Hadits)u'

Ibnu Hajar 43)H berkata: "Hadits ini menunjukkan bahwa para

Malaikat tersebut bukan para Malaikat penjaga. Adapun yang dimaksud

dengan menutup lembaran-lembaran adalah ditutupnya lembaran

berisi catatan pahala yang berkaitan dengan kesegeraan orang yar.g

menghadiri shalat Jum'at; bukan yanglainnya, seperti mendengarkan

khutbah, mendapatkan shalat, berdzikir, berdo'a, khusyu', dan yang

lainnya. Sebab, catatan amal yang demikian itu secara mutlak sudah

dicatat oleh kedua (Malaikat) penjaga...."

Al-Hafizh juga berkata: "Dalam hadits 'Amr bin Syu'aib yang

diriwayatkan dari bapaknya, dari kakeknya, menurut riwayat yang

dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah: "sebagian Malaikat bertanya

kepada Malaikat lainnya: 'Ap" yang menghalangi Fulan?' Maka ia

pun berdo'a:'Ya A1lah, berilah petunjuk kepadanya jika dia tersesat,

cukupkanlah jika dia faqir (miskin), dan sembuhkanlah dia jika sedang

sakit."6'

3. Menghadiri shalat di masfid-masiid dan mengucapkan apa

yang diucapkan makmum

Banyak nash dari al-Qur-an maupun hadits yangmenunjukkan

bahwa para Malaikat menghadiri shalat di masjid-masjid. Mereka juga

selalu berkumpul pada setiap shalat Shubuh dan shalat'Ashar. Nash￾nash tersebut juga menunjukkan bahwa mereka menjawab (ucapan)

imam sebagaimana jawaban para makmum, seperti ucapan Aamiin

dan ucapan Rabbanaa lakal bamd. Akan tetapi, apakah mereka ikut

melakukan shalat bersama manusia atau tidak? Inilah yangbelum kita

temukan jawabannya, baik dalam al-Qur-an maupun as-Sunnah. Oleh

karena itu, dalam masalah ini hendaknya kita bersikap diam karena kita

hanya meyakini apayangditerangkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah.

Di antara ibadah para Malaikat adalah menghadiri shalat yang

dilakukan umat manusia di masjid-masjid.

Allah \99 berfirman:

"Dirikanlah shalat dari sesudalt matabari tergelincir sampai gelap malam

dan (dirikanlab pula sbalat) Shubuh. Sesunggubnya shalat Sbubub itu

disaksikan (oleh Malaikat). " (QS. Al-Is raa' : 7 8)

Dari Abu Hurairah €F,, bahwasanya Rasulullah ffi bersabda:

"ParaMalaikat secara bergiliran datang kepada kalian pada waktu malam

dan siang hari. Mereka juga berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan

'Ashar. Malaikat-Malaikat yangbermalam dengan kalian pun naik ke

langit dan ditanya oleh Rabb mereka-sedang Dia lebih tahu tentang

keadaan mereka:'Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?'

Mereka menjawab: 'Kami meninggalkan mereka ketika sedang shalat

dan kami datang kepada mereka ketika sedang shalat.'"

Ibnu Hajar $tE berkata: "Ada ulama yang mengatakan bahwa

mereka adalah b afazh ab (Malaikat p enj aga), seb agaima na y ang dinukil

oleh 'Iyadh dari pendapat mayoritas ulama. Al-Qunhubi berkata:

'Bagi saya, pendapat yang lebih jelas (kuat) adalah mereka bukan

para Malaikat penjaga.' Yang menguatkan pendapat ini ialah tidak

adanya riwayat yang menyatakan para Malaikat penjaga itu berpisah

dengan seorang hamba, juga tidak terdapat riwayat yangmengatakan

bahwa para Malaikat penjaga pada awal malam hari bukanlah para

Malaikat penjaga yang bertugas pada waktu siang hari. Seandainya

mereka adalah paraMalaikat penjaga, maka tentu tidak cukup hanya

dengan menanyakan bagaimana kondisi kita ketika ditinggalkan,tanpa

menanyakan hal lainnya, yaitu tatkala Allah \H bertanya: 'Bagaimana

kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?'"s

Mengaminkan bacaan imam.

Dari Abu Hurairah gE 

, Rasulullah ffi bersabda:


'

"Apabila imam mengucapkan:' Aamiin', maka ucapkanlah' A amiin.'

Barang siapa yang ucapan aamiin-nya bertepatan dengan ucapan

aamiin-nyaparaMalaikat maka dia akan diampuni dosanya yanglalu."

Ibnu Syihab berkata: 'Rasulullah Mpun menucapkan: Aamiin."6s

Ibnu Hajar 4!$5 berkata: "Hadits ini menerangkan maksud

kara muuaofoqob (bertepatan) dari segi ucapan dan waktu. Berbeda

den gan pendap at y arLgmenyatakan maksud ny a adalah bertepatan p ada

keikhlasan dan kekhusyu'an ..."

Ibnu Hajar berkata lagi: "Ibnul Munayyir berkata: 'Hikmah dalam

mengutamakan kebertepatan dari segi ucapan dan waktu adalah agar


makmum senantiasa terjaga untuk melaksanakan tugas tepat waktu￾nya. Sungguh, para Malaikat tidak pernah lalai. Maka dari itu, siapa

saja yang ucapannya bertepatan dengan mereka berarti ia termasuk

orang yangselalu siaga.'

Kemudian, zhahrr hadits tersebut menunjukkan bahwa yang

dimaksud dengan para Malaikat adalah seluruhnya. Ada yang

berpendap at hany a p ara Malaikat penj aga. Ada lagi y ang men gatakan

mereka adalah Malaikat yang saling bergiliran selain para Malaikat

penjaga. Yang tampak jelas bahwa yang dimaksud dengan mereka

adalah Malaikat yang menyaksikan shalat tersebut, baik yar'g ada di

bumi maupun y^ngada di langit."uu

Mereka (para Malaikat) menjawab imam ketika mengucapkan

"Sami'allabu lirnan hamidab", dengan mengucapkan "Rabbanaa ua

lakal hamdu".

Dari Abu Hurairah 4b ,iaberkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:

"Apabila imam mengucapkan'Sami'allabu liman hamidab, maka

katakanlah:' Allaah urnrna Rabbanaa lakal bamdu.' Sebab, barang siapa

yangucapannya bertepatan dengan ucapan Malaikat (dalam hal ini)

niscaya ia akan diampuni dosanya yangtelah 1a1u."67

Sepertiny a-wallaabu a'lam-jaw aban-jawaban ini khusus bagi

para Malaikat yang menyaksikan shalat.

Terkadang, para Malaikat mendengarkan do'a yang memiliki

keutamaan dari salah seorang yangshalat,lalu mereka berlombaJomba

untuk mencatatnya, sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat

Rifa'ah bin Rafi', ia berkata:


kepalanya dari ruku', beliau berkata: Sami'allabu liman bamidah

(semoga Allah mendengarkan orang yang memuii-Nya). Seorang

laki-Iaki di belakang beliau berkata: 'Rabbanaa lakal bamdu hamdan

katsiiran tbalryiban mubaarakan fiih (wahai Rabb kami, bagi-Mulah

segala puji, pujianyangbanyak lagi baik dan mengandung berkah)-'

fetika betpdittg, Nabi pun bertanya:'Siap a yangmengucaPkannya?'

Laki-taki tersebut menjawab: 'Saya.' Beliau bersabda: 'Aku melihat

lebih dari tiga puluh Malaikat memperebutkannya, yakni siapa di

antar a mereka y ang p ertama kali menc atatny a -" 68

Disebutkan pula riwayat hadits dari Anas gB : "seorang laki-laki

datang lalu masuk k. d"lrtt shaf dengan naPas terengah-engah,u'lalu

ia membacaz 'Alhamdu lillabi bamdan katsiran tha'1ryiban mubaarakan

fiih (segala puji bagi Allah dengan pujian yangbanyak lagi baik dan --.rrgrndung 

berkah).' Tatkala Rasulullah ffi telah selesai shalat,

beliau bertinya: 'siapakah di antara kalian yar]g mengucapkan

kalimat itu?'Kaum itu pun terdiam.To Beliau bersabda: 'siapakah yarLg

mengucapkannya? Sungguh, dia tidak mengucaPkan suatu dosa.' Maka

,.or"ttg tat<i-tat<i berkata: 'Aku datang terburu-buru sehingga napasku

t.r.rrgrh-.ngah. OIeh sebab itu, aku mengucaPkannya.'Beliau lantas

bersabda, '4k., melihat ada dua belas Malaikat yangsaling berlomba￾lomba, yaitu siapakah di antaramereka yangakan mengangkatnya.'""

Semua hadits ini dan hadits lain yang semakna menunjukkan

bahwa para Malaikat hadir di masiid-masjid dan di dalam shalat. Mereka

mendengarkan bacaan imam, menj awab den gan men gucaPkan aamiin,

serta membaca Rabbanaa lakal bamdu sebagai ibadah kepada Lllah Mi .

Riwayat tersebut juga menunjukkan bahwa mereka memahami makna

al-Qur-an dan dzikir-dzikir yarLgdisyari'atkan dalam shalat. Bersamaan

dengan amal yang demikian, para Malaikat pun diperintahkan untuk

mencatat dzikir-dzrkir orang yangshalat beserta do'a-do'a mereka.

Catatan:

Ibnu Hqar '{oE berkata: "Fladits tersebut dapat dijadikan dalil

diperbolehkannya membaca dzlkir dalam shalat selain yang rnd.'tsltr,

selama tidak menyelisihi yang rna'tsur."

Syaikh 'Abdul 'AzizbinBaz mengomentarinya: "Hal ini perlu

ditinjau kembali. Seandainya perbuatan ini dibatasi hanya padazaman

Nabi ffi, niscaya pendapat itu akan lebih terarah. Sebab, Rasulullah

pada waktu itu tidak menyatak^nnyasebagai suatu kebathilan, berbeda

dengan kondisi sepeninggal Nabi ffi, dikarenakan wahyu sudah

terputus, syari'at sudah sempurna, dan segala puji hanya bagi Allah.

Maka dari itu, tidak diperbolehkan memberikan tambahan dalam

ibadah yangtidak diterangkan oleh syari'at, uallaabu A'ld.rn.o"

Yang disebutkan syaikh, itulah yang benar. Dalilnya ialah para

Sahabat takut laki-laki itu salah sehingga mereka terlambat menjawab

(pertanyaan Nabi M).Oleh karena itu, Rasulullah mengulangi

pertanyaannya sambil menjelaskan bahwa ia tidak berdosa karena

mengucapkan dzikir iersebut.

Nabi ffi mengakui beberapa kaum, baik atas ucapan maupun

perbuatan mereka,lalu denganiqrar (pengakuan) beliau hal itu menjadi

sunnah yangdiikuti. Beliau juga mengingkari beberapa kaum, seperti

y^ngmengatak an: fia\2iirr ;Uu1 "Maa syaa Allab uaa syi'ta (Ap, yang

Allah dan engkau kehendaki)". Seperti pengingkaran terhadap orang

yangberkata: 'Siapa yangmendurhakai keduanya (Allah dan Rasul)

maka sungguh ia telah sesat.'Begitu pula dengan Sahabatyatghendak

puasa dabr (sepanjang tahun), yangberniat bangun shalat malam dan

tidak mau tidur t fang meninggalkan makanan-makanan lezaq dan

yangtidak mau menikah. Jadi, pengingkaran beliau itu menunjukkan

bahwa perbuatan tersebut termasuk bid'ah yangsesat.

4. Bershalawat

Shalawat dari para Malaikat

yang berarti do'a, seperti halnya

dalam firman Allah \99:

tkw(

adayang berkaitan dengan dzikir

shalawat mereka kepada Nabi ffi


"Sesungubnya Allab dan Makikat-Malaikat-Nya bersbalawat untuk, Nabi.

Hai orang-orang ydng berirnan, bershalarutatlab kamu untuk Nabi dan

ucapkanlah salam p engh ormatan kepadany d." (QS. A1-A hzaab: 5 6) .

Demikian juga seperti shalawat mereka kepada kita (kaum

Muslimin), sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

Begitu pula shalawat yang khusus bagi mereka di Baitul Ma'mur,

sebagaimana disebutkan dalam hadits Isra Mi'raj. Dalam hadits tersebut

Rasulullah ffi bersabda: "Maka diangkatlah Baitul Ma'mur kepadaku,

lalu aku bertanya kepada Jibril, maka ia menjawab: 'Inilah Baitul

Ma'mur yarLgsetiap hari di dalamnya terdapat 70.000 Malaikat yang

bershalawat. Jika telah keluar, maka mereka tidak kembali lagi kepada

hal yang terakhir mereka lakukan.""

Shalawat ini adalah shalawat khusus yang dilakukan di tempat

khusus pula. Para Malaikat tidak melakukannya, kecuali hanya satu

kali sepanjang umur mereka. Setiap hari shalawat ini dilakukan oleh

70.000 Malaikat, kemudian mereka tidak kembali kepadanya. Mengenai

kaifiyat (tata cara) shalawat ini, tidak adayangmengetahuinya karena

tidak disebutkan oleh nash.

Apakah masuknya para Malaikat ke dalam Baitul Ma'mur bisa

disebut haji? Jawabannya, jika yang kita inginkan adalah makna haji

y^ngditinjau dari segi bahasa, yaitu al-qasd (bermaksud atau menuju),

maka itu mungkin (disebut haji); tetapi jika yang kita inginkankan

adalah haji dalam artian syari'at, maka masuknya mereka ke dalam

Baitul Ma'mur itu tidak bisa dikategorikan sebagai haji.

Bagaimana tidak? Bukankah Malaikat Jibril telah menyebut￾kan kepada Nabi ffi bahwa mereka melakukan shalat (shalawat) di

dalamnya? Selain itu, dalam hadits Anas yang diriwayatkanoleh Muslim

disebutkan: 'Ia masuk ke dalamnya." Adapula riwayat mauquf dari 'Ali

# bahwa beliau bersabda: "Baitul Ma'mur adalah sebuah rumah di

langit yang disebut adb-Dburab, sejapr dengan garis atas Ka'bah (angit).

Kemuliaannya di langit sama dengan kemuliaan Ka'bah di bumi. Setiap

hari Malaikat yang bershalawat di dalamnya burjumlah 70.000, dan

mereka tidak kembali lagi ke dalamnya untuk selama-lamanya.",a

Rumah ini disebut sebagai masjid, berdasarkan riwayat mursal

dari Qatadah, Nabi berkata: "Apakah kalian tahu Baitul Ma'mur?"

Mereka menjawab: 'Allah dan Rasul-Ny, lebih mengetahui.' Beliau

menjawab: 'Baitul Ma'mur adalah masjid di langit yangdi bawahnya

terdapat Ka'bah. Seandainya (bangunan itu) roboh, niscaya ia akan

menimpa Ka'bah. Sebanyak 70.000 Malaikat bershalawat setiap hari

di dalamnya. Apabila sudah keluar (selesai), mereka tidak kembali lagi

melakuka fl apa yangterakhir mereka lakukan. "'s

Semua riwayat tersebut menunjukkan bahwa rumah ini @aitul

Ma'mur) adalah tempat untuk bershalawat, tetapi tidak dijelaskan

mengenai hakikat shalawat ini. Namun, telah diisyaratkan mengenai

sifat shalawat itu, bahwa ia termasuk dzikir dan do'a, dalam hadits Anas

yang diriwayatkan oleh Ibnu Jartr ath-Thabari. Akan tetapi, hadits

tersebut berasal dari riwayat Muhammad bin Sinan al-Fazaz-Syaikh

(g.") Ibnu Jarir-yans termasuk perawi dha'iFu. Riwayat ini tidak6menunjukkan sesuatu secara detail sebab-sebab kedha'ifa nryasehingga

shalawat tersebut bagi kita tetap saja tidak diketahui secara terperinci,

uallaahu a'lam.

Dalam menafsirkan firman Allah wj.:

"Ddn demi Baitul Md'rnnr." (QS. Ath-Thuur: 4)

Ibnu Katsir '+!$5 menyebutkan: "Bahwasanya para Malaikat

masuk ke dalamnya. Artinya, mereka beribadah dan ber-rbaauf

(mengelilinginya), sebagaimana penduduk bumi mengelilingi Ka'bah.

Itulah Baitul Ma'mur, yaitu Ka'bah bagi para penghuni langit ketujuh.

OIeh karena itu, Nabi Ibrahim menyandarkan punggungnya di Baitul

Ma'mur karena beliaulah yarTgmembangun Ka'bah di bumi. Sungguh,

pada setiap langit ada sebuah rumah yangditempati untuk beribadah

bagi para penghuninya danuntuk shalat menghadapnya. Adapun yang

ada di langit dunia disebut Baitul 'Izzah. IVallaahu d.'1d.rn."77

Apa yang dikatakan Ibnu Katsir '+i;8, bahwa para Malaikat me￾ngelilinginya, tidak ada dalilnya dalam hadits-hadits yang ia riwayat￾kan, yakni ketika menafsirkanayat ini. Penulis juga tidak menemukan

riwayat yangmenunjukkan hal tersebut. Demikian pula, tidak ada dalil

yan1 mendukung perkataannya, yaitu pada setiap langit ada sebuah

rumah untuk beribadah bagi para penghuninya.

Dengan demikian, pendapat mengenai masuknya para Malaikat

ke dalam Baitul Ma'mur dan mereka bershala\Mat di dalamnya tetap

bersifat global (umum), tanpa perincian, sebagaimana yang telah

diriwayatkan. Wallaabu a'lam.

Ibadah para Malaikat sangat banyak, sepertinya tidak ada yang

kita ketahui, kecuali sedikit. Dalam nash-nash yang ada disebutkan

bahwasanya para Malaikat mempunyai ibadah yang menyerupai

sebagian rukun shalat yang disyari'atkan kepada kita. Akan tetapi,apakah mereka pun menunaikannya sebagaimana kita menunaikan

shalat secara berjamaah dalam satu bai-aD (posisi-posisi) yang telah

ditentukan atau mereka menunaikar,'rrya menurut posisi mereka

secara khusus, baik berjamaah maupun terpisah? Semua pengetahuan

mengenai hal itu ada di sisi Allah sebab tidak ada riwayat yang

menjelaskan hal tersebut. Di antara posisi-posisi tersebut adalah:

a. Berdiri dan membuat barisan shalat Ghr|

Allah \H berfirman:

seorang pun di antdra kami (Malaikat) melainkan mempunyai

kedudukan yang tertentu. Dan sesunggubnya Kami benar-benar bersbaf￾shaf (dalam menunaikan perintdh Allab)." (QS. Ash-Shaaffaat: 164-165)

Diriwayatkan dari Hudzaifah, ia berkata bahwa Rasulullah ffi

bersabda: "Kami diberikan keutamaan atas manusia dengan tiga hal:

shaf-shaf kami dijadikan seperti shaf-shaf para Malaikat, dijadikan bumi

itu bagi kami sebagai masjid dan tempatyangsuci, serta dijadikan debu

bagi kami alat bersuci jika kami tidak mendapatkan air." Kemudian,

beliau menyebutkan hal yaflglain.Ts

Catatan:

Banyak hadits yang diriwayatkan mengenai bab (masalah) ini.

Salah satunya menyatakan bahwa Rasulullah ffi bersabda: "Aku

diberikan lima hal yangbelum pernah diberikan kepada seorang pun

sebelumkv."'e Dalam riwayat lain: "Aku diberikan keutamaan di atas

NabiNabiyanglain dengan enam perkara."80 Pada hadits-hadits yang

lain disebutkan kelebihan ummat Nabi Muhammad tanpa dijelaskan

jumlahnya, sedangkan dalam hadits Hudzaifah ini disebutkan ada tiga.

Maka bagaimanakah men gkomp romikan antar a riw ay at-riw ay at y 

^ng bertentangan tersebut?

Ibnu Hajar #E ^rnjawab sebagai berikut: "Cara mengkom￾promikan ri'w ayattersebut ialah dengan mengatakan:'Sepertinya, mula￾mula beliau melihat sesuatu yang menjadi kelebihannya, kemudian

beliau melihat yang lain lagi pada kesempatan lain. Bagi yangtidak

berpendapat bahwa konsep penetapan jumlah sebagai suatu hujjah,

tentu ia akan menolak kemusykilan ini dari asalnya."8r

Syahid dari hadits tersebut adalah ucapan beliau: "Dijadikan shaf

kami sepefti shaf para Malaikat." Dari Abud Darda', ia berkata bahwa

Rasulullah ffi bersabda: "Aku diberikan keutamaan dengan empat hal:

'Aku dan ummatku dijadikan dalam shalat sebagaimanaparaMalaikat

dengan bershaf-shaf, dijadikan bagiku tanah sebagai pengganti wudhu,

dijadikan bumi sebagai masjid dan alat bersuci, serta dihalalkan bagiku

harta rampasan perang. "82

Dalam hadits ini, shaf ummat (Islam) dalam shalat diserupa￾kan dengan shaf para Malaikat; sepertinya begitu pula dalam shalat

(MalaikaQ.

DariJabir bin Samurah .!y.', ia berkata: "Suatu ketika, Rasulullah

ffi keluar menemui kami lalu bersabda: 'Mengapa aku melihat kalian

mengangkat tangan seolah-olah seperti ujung ekor kuda liar? Bersikaplah

tenang di dalam shalat kalian!'"Jabir berkata: "Kemudian, beliau keluar

menemui kami. Tatkala melihat kami sedang berbaris melingkar,

beliau bersabda: 'Mengapa aku melihat kalian berbaris melingkar?"'

Jabir berkata: "sesudah itu, beliau keluar menemui kami lalu bersabda:

'Mengapa kalian tidak bershaf (berbaris) sebagaimana para Malaikat

bershaf di sisi Rabbnya?' Maka kami menjawab: ''Wahai Rasulullah,

bagaimana para Malaikat itu bershaf di sisi Rabbnya?' Beliau menjawab:

'Mereka menyempurnakan shaf pertama dan merapatkan barisan

mereka."


Imam an-Nawawi 4lf5 berkata: "Dalam hadits tersebut terdapat

perintah untuk bersikap tenang dan khusyu' dalam shalat serta

memfokuskan hati. Para Malaikat itu melakukan shalat dan merapikan

shaf seperti sifat yangtelah disebutkan, wallaabrt d'lArn."8a

b. Ruku'dan Sujud

Allah \99 berfirman:


"sesungguhnya Malaikat-Malaikat yang ada di sisi Rabbmu tidaklah

rnerasa engd.n dalam beribadah hepadaAllah dan mereka mentasbibkan￾Nya dan banya kepada-Nyalah mereka bersujud." (QS. Al-A'raaf :206)

fr{<$xv

"Ddn kepada Allab sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan

sernud. makhluk ydng melata di bumi dan (juga) para Malaikat, sedang

mereka (Malaikat) tidak menyombongkan diri." (QS. An-Nahl: 49)

Ay at-ay at y angsemakna dengan y angtelah disebutkan ini san gat￾lah banyak.

Sujud yangpara Malaikat lakukan kepada Allah M merupakan

bentuk ibadah dan cerminan rasa takut serta ketaatan. Berbeda dengan

sujud yang mereka lakukan terhadap Nabi Adam, karena sujud itu

merupakan sujud penghormatan dan pengagungan, sebagaimana firman

Allah

Ddn (ingatlab) ketiha Kami berfirman kepadapara Malaikat: *Sujudlah

kamu kepada Adarn," rnd.kA sujudlab mereka kecuali lblis; ia enggan dan

takabur dan adalab ia termasuk golongan ordng-ord.ngyd.ngkafi.r." (QS.

Al-Baqarah:3a)

Ibnu Katsir #)5 ^rnqatakan: 

"Sebagian ulama berpendapat

bahwa sujud ini adalah sebagai penghormatar,, keselamatan, dan

kemuliaan, seperti halnya firman Allah W:


"Ddn ia rnenaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka

(semuanya) merebabkan diri suaya sujud kqada Yusuf, Dan bqkaa Yusuf;

"W'abai ayahku, inilab ta'bir mimpiku yang dabulu itu; sesunggubnya

Rabbku telab menjadikannya sild.tu kenyataan...." (QS. Yusuf: 100)

Sujud semacam ini juga disyari'atkan bagi ummat-ummat terdahulu,

tetapi syari'at itu telah dihapus dalam agama kita. Mu'adz berkata:

"Ketika dr.*g ke Syam, aku melihat mereka (Ahlul Kitab) sujud kepada

uskup-uskup dan ulama-ulama mereka. Maka dari itu, engkau, wahai

Rasulullah, lebih berhak untuk menjadi objek sujud.' Beliau menjawab:

'Tidak. Seandainya aku boleh menyuruh manusia untuk sujud kepada

sesamanya niscaya akan kuperintahkan seorang isteri untuk sujud

kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suami atas isteri."8sD86

Demikian pula telah disebutkan dalam as-Sunnah sifat para

Malaikat, yaitu sujud dan ruku'. Di antaranyaadalahhadits Abu Dzarr

eB ,ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda: "Langit bergemuruh

dan memang pantas kalau dia bergemuruh. Sungguh, tidak ada tempat

padanyaselebar empat jari pun, melainkan ada Malaik at ya{Lgmeletakkan

dahinya, bersujud kepada-Nya. Demi Allah, seandainya kalian me￾ngetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan

lebih banyak menangis."sT

Dari 'Ala' bin Sa'ad, bahwasanya pada suatu hari Nabi ffiber￾tanya kepada para Sahabatnya: "Apakah kalian mendengar apa yang

kudengar? Mereka menjawab: "Apa yang engkau dengar wahai

Rasulullah?" Beliau menjawab: "Langit bergemuruh dan memang

pantas kalau dia bergemuruh. Sungguh, tidak adatempat selebartelapak

kaki pun, melainkan di atasnya ada Malaikatyangberdiri, ruku', atau

sujud. Para Malaikat berkata: 'Kami benar-benar bershaf-shaf dan

sesungguhnya kami bertasbih. "'88

Nash-nash ini dan yffigsemakna dengannya menunjukkan bahwa

Malaikat melakukan sujud, ruku', dan berdiri dalam beribadah kepada

Allah \H. Apakah ruku', sujud dan berdiri ini berurutan seperti

urutan dalam shalat kita atau tidak? Tidak ada dalil yangdiriwayatkan

mengenai hal itu. Kita berkeyakinan bahwa mereka berdiri kepada

Allah dengan bershaf-shaf .ParaMalaikat pun ruku'dan sujud kepada￾Nya sebagaimana yang diperintahkan oleh Rabb mereka \H . Kita tidak

mengetahui hal itu secara mendalam dan menyerahkan hakikat hal itu

semua kepada Allah \H.

5. Mengucapkan salam

Menyebarkan salam dalam syari'at Islam adalah hal yang disukai

(disunnahkan) dan sangat dianjurkan. Nabi ffi menganjurkan untuk

melakukannya dalam banyak hadits.8e

Pada dasarnya, mengucapkan salam merupakan salam peng￾hormatan yangdisampaikan oleh Nabi Adam dan keturunannya secara

keseluruhan, sebagaimana yangdisebutkan dalam hadits Abu Hurairah,

ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:

Allah menciptakan Nabi Adam sesuai dengan bentuknya, yakni

tingginya 60 hasta. Ketika telah menciptakannya (dengan sempurna),

Allah \iE berkata: 'Pergilah dan ucapkanlah salam kepada kelompok

itu, yaitu sekelompok Malaikat yang sedang duduk-duduk, lalu

dengarkanlah bagaimana mereka menjawab salammu karena ucapan

itu akan menjadi salam penghormatanmu dan anak keturunanmtl."'

Rasulullah ffimelanjutkan: "Maka Adam pun pergi lalu mengucapkan

" Assalaamu'alaikum (semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian).'

Mereka menjawab: 'As-Salaamu 'alaika ua rabmatullab' (semoga

keselamatan dilimpahkan kepadamu, demikian pula rahmat Allah).'

Rasulullah ffi berkata lagi: "Mereka menambahkan ua rabmatullah

(dan rahmat Allah). Maka semua yarTg masuk Surga berbentuk sama

dengan Nabi Adam dan tingginya 60 hasta, kemudian manusia yarLg

datang setelahnya senantiasa berkurang hingga sekarang."'0

Allah telah mensyari'atkan kepada Nabi Adam dan keturunannya

tabiyat (salam penghormatan) yar'g penuh berkah ini. Akan tetapi,

semua ummat telah menyia-nyiakan ap^yangtelah Allah syari'atkan

ini sehingga tinggallah (disunnahkanlah) syarT'at ini kepada ummat

Muhamm ad M. Oleh karena itu, kaum Yahudi-semoga Allah

melaknat mereka-iri terhadap ummat (Islam) disebabkan kalimatpenghormat^nyaflgpenuh berkah ini, sebagaimana hal itu disebutkan

dalam hadits'Aisyah €F-, secara marfu': "Orang Yahudi tidak pernah

iri atas sesuatu kepada kalian seperti irinya mereka terhadap ucapan

salaarn dan amiin kalian."e'

Hadits ini tidak menunjukkan pengkhususan ucapan salam bagi

ummat ini, melainkan hanya menegaskan kebenaran salam itu. Oleh

sebab itu, ketika kita mengamalkannyadan orang Yahudi mengetahui

keutamaannya dalam persatuan dan kecintaan kaum Muslimin, mereka

pun menjadi iri dengan salam ini, rutallaahu a'lam.

Nash-nash yang ada menunjukkan ucapan salam para Malaikat

kepada manusia adalah sebagaimana ucapan salamnya mereka kepada

Nabi Adam dalam hadits yar;tglalu. Demikian juga seperti ucapan salam

mereka terhadap Nabi Ibrahim )p;; serta ucapan salam mereka kepada

IGadijah dan 'Aisyah '4;, dengan perantaraan Nabi ffi, sebagaimana

hal itu telah disebutkan pula."e2

Termasuk juga ucapan salam para Malaikat kepada orang-orang

Mukmin ketika mengalami sakaratul maut, sebagaimana firman Allah [H :

"(yaitu) ord.ng-ord.ng yd.ng dianfatkan dalam keadaan baik oleb para

Malaikat dengan mengatakan (hepada mereka): 'Salaarnun 'alaikum,

masuklab kamu ke dalam Surga itu disebabkan apa yang telah kamu

kerjakan." (QS. An-N ahl: 32)

Ibnu Katsir ,i$5 berkata: "Allah \g memberitakan kondisi

orang-orang Mukmin ketika sedang sakaratul maut, yaitu mereka

dalam keadaan baik, yakni bersih dari kemusyrikan, kekotoran, dan

setiap kejahatan. Para Malaikat mengucapkan salam kepada mereka

dan menggembirakan mereka dengan Surga."e3

P ada zhahir ny a, oran g y angsedan g sakaratul maut itu mendengar

ucapan salam paraMalaikat. Alhasil, iapun merasatenteram dan senang

bertemu dengan Allah; serta Allah pun senang bertemu dengannya.

Hadits-hadits yang semakna dengan riwayat ini banyak sekali.

Malaikat juga mengucapkan salam kepada para penghuni Surga

setelah pintu-pintunya dibuka. Semoga Allah menjadikan penulis dan

diri Anda serta para pembaca, demikian pula semua kaum Muslimin

semuanya, termasuk dalam golongan mereka (penghuni Surga).

Allah berfirman:


"Ddn ordng-ordngyangbertakan kepad,a Rabbr4ta dibaua ke dalam Surga

berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke Surga

itu sedang pintu-pintilnya telab terbuka dan berkatalab kepada mereka

penj aga-penj aganya: "Kesejabteraan (dilimpabkan) atasmu, berbabagialah

kamu! maka masukilab Surga ini, sedang hamu kekal di dalamnya. " (QS.

Az-Zumar:73)

Para Malaikat masuk menemui penghuni Surga lewat seriap pintu

yangadadan mengucapkan salam atas mereka, seperti firman Allah W:

"(Yaitu) Surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sarnd

dengan orang-ord,ng y ang shalih dari bapak-bap ak ny a, isteri-isteriny a,

dan anak cucunya; sedangkan Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-ternpat

mereka dari semua pintu; (sambil ?nengucdpkan): 'salamun 'alaikum

bima sbabartum.'Maka alangkab baiknya tempdt h.esudaban itu." (QS.

Ar-Ra'd: 23-24)

Terkadang, Malaikat menyampaikan salam kepada sebagian orang

shalih di dunia dan ia pun mendengarkan salam mereka. Akan tetapi,

seyogianya manusia selalu berhati-hati agar syaitan tidak memper￾mainkan dan menyesatkannya. Sebab, boleh jadi seorang Muslim

menjadi syaitan yang mempermainkan manusia, sebagaimana telah

disebutkan dalam Bab "Melihat Malaikat." Akan diterangkan lebih

lanjut sebagian dari hal itu dalam pembahasan Malaikat menunrt kaum

Shufi.

Telah diriwayatkan beberapa hadits shahih mengenai ucapan

salam para Malaikat kepada manusia. Di antaranya adalah hadits yang

diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahib-nya, lengkap dengan

sanadnya dari Mutharrif., ia berkata: "'Imran bin Hushain berkata

kepadaku: 'Aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang

mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadamu dengan

perantaranya. Sesungguhnya Rasulullah ffi menggabungkan antara

haji dan 'LJmrah. Beliau tidak melarang melakukannya hingga wafat,

bahkan tidak ada ayat al-Qur-an yang turun mengharamkannya.

Sedianya diriku selalu menerima salam dari Malaikat hingga aku

melakukan pengobatan secara bai (dengan besi yang dibakar). Oleh

sebab itulah, aku ditinggalkan (tidak menerima salam lagi). Tatkala

aku meninggalkan terapi kaiittt, Malaikat pun kembali mengucapkan

salam kepadaku.


Dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Dawud, dari 'Imran

bin Hushain "!b, ia berkata: "Nabi ffi melarang pengobatan dengan

cara kai, namun kami (tetap) berobat dengannya. Maka dari itu, kami

tidak pernah beruntung dan tidak pernah sukses (dengannya)."'u

Abu Dawud berkat a: "Ia mendengarkan ucapan salam Malaikat,

tetapi ketika ia mulai berobat dengan kai @esiyangdipanaskan), salam

untuknya pun terputus. Ketika ia meninggalkan terapi itu, salam itu

pun kembali diterim anya."e,

Hadits ini menunjukkan adanya karamab (kemuliaan) yang

jelas bagi'Imran bin Hushain Eb, salah seorang Sahabat Nabi ffi.

Hadits ini juga menjelaskan dimakruhkannya pengobatan dengan cara

kai. Orangyang melakukannya tanpa adanya kebutuhan mendesak

menunjukkan kurangnya sifat tawakkal yang dimilikinya. Sungguh,

meninggalkan pengobatan kai lebih baik daripada melakukannya.

Ibnul Qayyim 'aiW mengatakan: 'Hadits tentang kai mencakup

empat hal (pandangan): (1) Nabi ffipernah melakukannya, (2) beliau

(Nabi ffi) tidak menyukainya, Q) pujian bagi orang yangmeninggal￾kannya, dan (a) larangan melakukannya."

Walaupun demikian, tidak ada pertenrangan di antarapendapat

tersebut, segala puji hanya bagi Allah. Kenyataan bahwa Nabi pernah

melakuka nnya menunjukkan diperbolehkannya. Ketidaksukaan

beliau tidak berarti dilarang melakukannya. Pujian kepada orang yang

meninggalkannya berarti meninggalkannya lebih utama dan lebih baik.

Adany a lar angan sup aya tidak melakuka nny a hanyalah seb at as ikhtiar

(boleh memilih) dan makruh."


6 Kbauf (khawatir) dan kbasy-yab (takut)

Khawatir dan takut termasuk dalam ibadah hati bagi manusia.

Keduanya merupakan tingkatan (sifat) yangpaling utama dan paling

mulia dalam agama. Allah memerintahkan para hamba-Nya agar

takut kepada-Nya dan melarang takut kepada selain-Nya. Dia |uga

menjelaskan bahwa takut kepada selain-Nya berasal dari syaitan.

Allah \99 berfirman:

"Sesunggubnya mereka itu tidak lain banyalab syaitan yang menakut￾nakut i (k am u) den gan k au an - k aut anny a (oran g- o ran g m u sy r i k Qura i sy),

karena itu janganlab kamu takut kepadamereka, tetapitakutlah kepad.aKu,

jika kamu benar-benar ordngydng beriman." (QS. Ali 'Imran: L75)

e*i6 A1p *

"... DAn hanya kepada-Kulah kamu barus takut (tunduk)." (QS. Al￾Baqarah:40)

"... Kdrend itu janganlab kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah

kepada-Ku ...." (QS. Al-Maa-idah: 44)

Allah \H memuji orang yangmemiliki sifat tersebut dari kalangan

para Nabi dan orang-orang shalih dalam firman-Nya:

" (Yaitu) orang- ord.ng y dng rneny cillt pdik an risalab -risalab Allab, mereka

takut kepada-Nya dan mereka ti.ada rnerasd' takut kepada seordng (prn)

selain kepadaAllah. Dan cukuplab Allab sebagai Pembuat Perbitungan."

(QS. Al-Ahzaab:39)

ij +,3 i;)tLu ir.$\iLy

" sesunguhnyd. orang- orang berb ati-bati karena takut akan (adzab) Rabb

mereka." (QS. Al-Mu'minun: 57)

A1tah menjelaskan bahwa orang yang paling takut kepada￾Nya adalah orang y^ngpaling dalam pengetahuannya tentang Dia.

Allah \99 berfirman:


"... Sesunggubnya yang takut kEada Allab di antara hamba-bamba-Nya

banyalab ulanta...." (QS. Faathir: 28)

Oleh sebab itu, karena memiliki pengetahuan yang sangat agung

dan dekat kepada Allah W, pa:l Malaikat rffil sangat takut kepada￾Nyr.

Allah \H berfirman:

{@"G*'i4# *Allab mengetabui segala sesil.dtuyangdi badapan mereka (Malaikat) dan

yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan

kEada ord.ng yang diridhai Allab, dan mereka itu selalu berbati-hati

h,arena takut kepada-Nya." (QS. Al-Anbiyaa': 28)

Dan firman Allah 


Dd.n kepada Allah sajalah bersujud segala a.pdyd.ngberada di langit dan

semud makbluk ydng melata di bumi dan (juga) para Malaikat, sedang

mereka (Malaikat) tidak menyombonghan diri.'(QS. An-Nahl: 49)

Dari Abu Hurairah gb 

, dari Nabi ffi, beliau bersabda: "Apabila

Allah telah memutuskan suatu perkara di langit, maka Malaikat

memukulkan sayapnya karena tunduk terhadap perintah-Nya, seolah￾olah seperti sebuah mata rantaiyang berada di atas batu besar yang

licin. Dalam keadaan takut itu merekabertanya: 'Apa yangdiucapkan

(ditetapkan) oleh Rabb kalian?'Maka dijawab kepada yangbertanya

itu: 'Kebenaran. Sungguh, Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.'

Lalu, pembicaraan tersebut didengar oleh (in) yangingin mencuri

berita dari langit. Jin yang menguping itu sebagian berada di atas sebagian

yar,.g lain (tindih-menindih). Sufyan menerangkan dengan telapak

tangannya, yakni dengan memiringkan dan merenggangkan jemarinya.

Ia (in yang mencuri dengar itu) mendengarkan kalimat tersebut dan

menyampaikan kepada yang berada di_bawahnya, kemudian_yang

menerima menyamp atkanny a lagi kepad a y alorg berada di bawahnya,

hingga akhirnya ia menyampaikannya kepada penyihir atau peramal.

Terkadang, fiin itu) ditimpa (lemparan) nyala api sebelum sempat

menyampaikannya. Kadangkala pula ia berhasil menyampaikannya

sebelum terkena lemparan itu sehingga dapat mencampuri kebenaran

itu dengan seratus kedustaan. Akibatnya, ketika dikatakan: 'Bukankah

telah dikatakan pada hari ini dan itu tentang begini dan begitu?'

manusia pun mempercayai kalimat yangia dengar itu dari langit."ee

Untuk membantah orang yang berdo'a kepada selain-Nya,

yakni kepada kalangan Malaikat atau makhluk lainnya, Allah ffiber￾firman:


Katakanlab: 'Serulah mereka yang kantu dnggap (sebagai Rabb) selain

Allab, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrab (atom)pun di

langit dan di bumi, dan mereka tidak rnernpunyai suatu saham pun

dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di dntara

rnereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.' Dan tiadalah berguna syafaat

di sisi Allab melainkan bagi ord.ngyangtelab diizinkan-Nya memperoleb

sydfaat itu, sebinga apabila telab dihilangkan ketakutan dari bati mereka,

mereka berkata: "Apakah yangtelab difirmankan oleb Rabb-mu?" Mereka

menjawab: "(Perkataan) yang benar, dan Dialab Yang Mahatinggi lagi

Mahabesar." (QS. Saba' : 22-23)

Ibnul Qayyim 't!$5 berkata: "A1lah \g benar-benar memutus

semua sebab-sebab yang dijadikan tempat bergantung oleh kaum

musyrikin. Hal ini dapat dipahami oleh orangyang merenungkan

dan mengetahui bahwa orang y^ng menjadikan sesuatu selain Allah

sebagai wali (penolong) memiliki perumpamaan seperti labaJaba yang

sedang membuat sarang; sedangkan rumah (sarang) y^ngpaling lemah

adalah sarang laba-laba. Sesungguhnya orang musyrik menjadikan

sesuatu untuk disembah dengan tujuan memperoleh manfaat darinya;

sedangkan manfaat itu tidak dapat diraih selain dari dzat y angmemiliki

salah satu dari empat kriteria berikut:

1. Apakah ia memiliki apayangdikehendaki oleh penyembahnya?

2. Jika dia bukan pemilik, berarti ia sekutu bagi sang pemilik.

3. Jika dia bukan pemilik dan bukan sekutu, maka dia adalah

penolong dan pembantu.

4. Jika bukan pembela