• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label TAFSIF AL ATZAR 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TAFSIF AL ATZAR 10. Tampilkan semua postingan

TAFSIF AL ATZAR 10




 daknya langkah dan sikap hidup anak-cucu keturunannya dengan dasar

pertama ketika rumah itu didirikan.

"Dan tunjukkan kiranya kepada kami caro-cara kamiberibadat." Cara￾cara kami beribadat, kita artikan dariMonosikono.

Setelah lbrahim dan membawa juga nama puteranya Ismail mengakui

bahwa Allahlah tempat mereka berserah diri, dan telah bulat hati mereka

kepada Allah, tidak bercampur dengan yang lain, dan diharapkannya pula

kepada Tuhan agar anak-cucu keturunannya yang tinggaldisekeliling rumah

itu semuanya mewarisi keislaman itu pula, barulah Ibrahim memohonkan

kepada Allah agar ditunjuki bagaimana caranya beribadat, yang disebut juga

Manasik. Manasik bisa diartikan umum untuk seluruh ibadat, dan bisa pula

dikhususkan untuk seluruh upacara ibadat haji.

Menurut riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Abi Hatim dan Said bin

Manshur yang diterima dari Mujahid, bahwa permohonan lbrahim agar Tuhan

mempertunjukkan bagaimana cara-cara beribadat itu, datanglah Jibril. Mula￾mulanya Jibril telah menuntunnya bagaimana memasang batu-batu sampai

tegak menjadi dinding. Setelah selesai dibimbingnyalah tangan Ibrahim berjalan

menuju Mina. sampai di tempat yang sekarang dinamai Jamratul Aqabah itu

(Aqabah boleh diartikan penghalang) kelihatanlah Iblis sedang bernaung di

bawah sepohon kayu. Lalu Jibrilmenyuruh lbrahim: "Takbirlah, dan lempartah

Iblis itu!" Lalu lbrahim takbir sambil melempar lblis itu. Iblispun pergi lalu

menghambat lagi di tempat yang sekarang dinamai Jamratul wus-fho. Lalu

Ibrahim berbuat pula sebagaimana dibuatnya di Jamratul Aqabah tadi, dan

demikian juga dibuatnya sampai di Jamrah yang ketiga.

Kemudian Jibril membimbing tangan Ibrahim, lalu berjalan menuju Masy,a￾ril Haram (Muzdalifah), kemudian itu berjalan terus ke Arafah. Sesampai di

sana berkatalah Jibril: "Sekarang telah engkau kenal (arafta) ibadat-ibadat yang

aku pertunjukkan kepada engkau itu." Ibrahim menjawab: "Na'am" (ya)!

"Sekarang sudahkah engkau kenal ( arafta) ibadat-ibadat yang aku per￾tunjukkan itu?r' Diulang itu oleh Jibril sampai tiga kali. Maka menjawablah

Ibrahim: "Na'am!" (Ya, saya sudah kenal sekarang). Maka berkata pulalah

Jibril: "Kalau demikian, mulailah engkau panggilmanusia untuk mengerjakan

haji." Lalu Ibrahim bertanya: "Bagaimana caranya aku memanggil mereka?"

Jibril menjawab: "Katakanlah, wahai sekalian manusia! Sambutlah seruan

Tuhan kamu! Serukanlah demikian sampai tiga kali!" Lalu yang demihan itu

dilakukan oleh lbrahim, maka menyahutlah hamba-hamba Allah:

"SeruanMu telah hamba dengar, ya Allah dan hamba segera melakukan￾nya." (lnilah artiyang agak dekat dari kata-kata: Lobboiko).

Kata Mujahid seterusnya: "Maka barangsiapa yang menyambut seruan

lbrahim dimasa itu, akan jadihajilah dia."

Kita salinkan riwayat yang diriwayatkan oleh lbnu AbiHatim dan Said bin

Manshur daripada Tabi'in yang terkenal ini, yaitu Imam Mujahid, hanyalah

sekedar untuk tafsir saja.

Satu riwayat pula daripada lbnu Jarir dan diterimanya daripada Tabi'in

Said bin al-Musayyab, yang diterimanya pula daripada Ali bin Abu Thalib,

demikian bunyinya: "setelah lbrahim selesaimembina Baitullah itu, berserulah

dia kepada Allah: Ya Tuhanku! Telah aku kerjakan apa yang telah Engkau

titahkan. Sekarang aku bermohon, pertunjukkanlah kepada kami, bagaimana

caranya ibadat.ibadat kami (Manasik kami). Maka diutus Tuhanlah Jibril, lalu

dituntunnyalah lbrahim mengerjakan haji."

Ada juga beberapa riwayat lain yang hampir sama isinya. Disebut juga

gangguan syaitan di tengah jalan itu, sebagai keterangan Mujahid tadi. Ada juga

riwayat lain dari Ibnu Khuzaimah dan at-Thabrani dan al-Hakim dan diakui

shahihnya dan al-Baihaqi di dalam Syo'bul Imon, semuanya dari Ibnu Abbas.

Dan ada juga riwayat lain dari Ahmad dan al-Baihaqi dan lbnu AbiHatim.

Dari sekalian riwayat ini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwasanya

setelah selesaimendirikan Ka'bah, Ibrahim dituntun oleh Jibril, dengan perintah

Tuhan, agar dia mengerjakan haji. Dan Sunnah yang telah direntangkan oleh

Nabi lbrahim itulah yang diterima turun-temurun oleh manusia khususnya

anak-cucunya, sebagai pelopor pemberi contoh yang pertama, yaitu bangsa

Arab, dan manusia pada umumnya yang percaya. Lantaran riwayat Mujahid

yang kita salinkan di atas, bahwa Nabilbrahim menyeru manusia mengerjakan

haji, timbullah suatu kepercayaan pada setengah manusia, lalu mereka meniru

Nabi lbrahim mengipas-ngipas memanggil-manggil keluarganya yang di kam'

pung supaya terseru pula naik haji.

Kalau perbuatan memanggil'manggil mengipas-ngipas serban ini dilakukan

orang, karena memandangnya sebagai suatu ibadat, maka bid'ahlahperbuatan

itu. Dan jika hanya karena iseng-iseng saja, terserahlah kepada yang me￾ngerjakan.

"Dan ampunilah kiranya kami, sesungguhnya Engkau adalah Maho

Pengompun logi Penyayang. " (ujung ayat 128)

Kita sudah maklum bahwasanya RasulAllah adalah ma'shltm, suci dari'

pada dosa, terutama dosa yang besar. Tetapi orang'orang yang telah mencapai

derajat iman yang sempurna sebagai Ibrahim dan Ismail, tidaklah berbangga

dengan anugerah Allah kepada mereka dengan mo'shum itu.

Nabi lbrahim memohonkan taubat untuk dirinya dan untuk anaknya ini,

adalah suatu teladan bagi kita agar selalu ingat dan memohonkan ampun

kepada Tuhan. Makna yang asaldaripada taubat ialah kembali. Kita bertaubat

kepada Allah. Dan Allah mengabulkan permohonan kita, dengan memakai

perkataan ?lo, yang berarti ke atas. Kita mendaki menuju Allah, dan Allah

menarik tangan kita ke atas. Nabi Isa alaihis salam yangMo'shum, setiap waktu

memohon taubat kepada Tuhan, sehingga diriwayatkan oleh Imam Ghazali,

bahwasanya beliau menyediakan bunga-karang (spons) untuk menghapus

airmatanya, dan Nabi kita Muhammad s.a.w., mengatakan bahwa tidak kurang

dari 70 kali seharisemalam beliau memohon ampun. Dengan demikian, ber￾tambah suci manusia, bertambah pula mereka merasa kekurangan.

Setelah selesai Ibrahim membina Baitullah itu dan selesai pula dia me￾ngerjakan Haji dengan tuntunan Jibril sendiri, dan telah selesai dia menyerah￾kan diri, berdua dengan puteranya Ismail dan diharapkannya agar anak￾cucunyapun menjadi orang-orang yang Muslim kepada Allah, maka akhirnya

ditutupnyalah permohonannya dengan suatu permohonan lagi: "Yo Tuhan

kami! Bangkitkanlah di ontora mereka if u seorong R asul dori mereka sendiri."

(pangkal ayat 129).

Di dalam beberapa ayat disebut bahwa salah satu bawaan budi Nabi

Ibrahim itu ialah auwaah, artinya penghiba, amat halus perasaan, tidak tega

hati. Dan perasaan beliau yang halus itu terdapat di dalam nama beliau sendiri,

yaitu Ibrohim.

Menurut keterangan al-Mawardi, dan dikuatkan pula oleh catatan lbnu

Athiya, Ibrahim itu adalah bahasa Suryani, yang rumpun asalnya bersarnaan

dengan bahasa Arab. Dia adalah gabungan di antara dua kalimat, yaitu Ib dan

Rahim.Ib sama a$pv-a dengan Abun dalam bahasa Arab, yang berarti bapa

atau ayah. Rahim-no3 dalam bahasa Suryani sama artinya dengan Rahim

H dalam bahisiArab, yang berarti penyayang. Jadilbrahim artinya iatah

ayah -yang penyayang.

Maka ayah yang penyayang ini tidaklah merasa puas dengan menyatakan

menyerahkan dirinya bersama puteranya Ismail saja kepada Allah, menjadi

Muslimaini Loko (berdua menyerahkan diri kepada Engkau), malahan di￾mohonkannya pula anak-cucunya, sehingga tetaplah terpelihara Rumah Allah

atau Ka'bah itu, jangan sampai menjadirumah-rumah tempat berhala. Tetapi

ayah yang penyayang itu rupanya amat jauh pandangannya ke zaman depan,

berkat tuntunan Tuhan. Tidak puas hanya memohon anak-cucunya menjadi

Islam semua, bahkan beliau memohonkan pula agar di antara anak dan

cucunya itu di kemudian hari dibangkitkan seorang yang menjadi Rasul Allah:

"Y ang akan membac ak an kepada mer ek a ay at - aya t E ngkou. " Yait u perintah￾perintah llahi untuk memupuk dasar yang telah ditinggalkan oleh beliau di

dalam mengakui keesaan Tuhan.

"Dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmot." Kitab ialah kum￾pulan daripada wahyu-wahyu yang diturunkan Ilahi, yang bernama al-Quran itu,dan hikmof ialah kebijaksanaan di dalam cara menjalankan perintah, baik di

dalam perkataan atau perbuatan atau sikap hidup Nabi itu sendiri, yang akan

dijadikan contoh dan teladan bagi ummatnya. "Don yang akan membersihkan

mereka." Baik ayat-ayat, ataupun kitab itu, ataupun hikmat kebijaksanaan

yang dibawakan oleh Rasul itu adalah maksudnya membersihkan mereka

seluruhnya. Bersih daripada kepercayaan yang karut-marut, syirik dan me￾nyembah berhala, dan bersih pula kehidupan sehari-haridaripada rasa benci,

dengki, khizit dan khianat. Yuzakkihim, untuk membersihkan mereka pada

rohani dan jasmani. Sehingga dapat memperbedakan mana kepercayaan yang

kotor dengan yang bersih. Kebersihan itulah yang akan membuka akal dan

budi, sehingga selamat dalam kehidupan.

Itulah pengharapan Nabi Ibrahim kepada Allah, yang ditutupnya dengan

ucapan: "Sesungguhnya Engkou, adalah Maha Gagah, lagi Moha Bijaksana."

(ujung ayat 729).

Kepada Allah yang satu di antara sifatNya ialah Aziz, yaitu Maha Gagah,

Ibrahim telah menggantungkan pengharapan kepada Allah di dalam sifat

kegagahanNya itu, bahwa meskipun betapa besarnya rintangan dan halangan

akan bertemu didalam perjalanan sejarah, namun kehendak Allah mesti terjadi.

Tetapi di samping sifat Gagah Perkasa itu Tuhanpun mempunyai sifat Bijak￾sana; yaitu bahwa kehendakNya mesti berlaku, tetapi menurut arah jalan yang

masuk di akal dan mengagumkan.

Maka apabila kita ketahuibetapa perjalanan sejarah diantara zaman Nabi

Ibrahim dengan zaman Nabi Muhammad s.a.w., sebagai pelaksanaan Allah atas

permohonan Nabi Ibrahim itu, memang bertemulah betapa hebatnya Kegagah￾perkasaan Tuhan dan BijaksanaNya, sehingga Rasul yang diharapkan itu

akhirnya datang juga. Setumpuk Tanah Hejaz itulah yang dengan kebijak￾sanaan Tuhan tidak sampai dimasuki oleh tentara penakluk, sehingga tidak

pernah merasai bila bencana penjajahan. Di sebelah Utara beberapa orang

penakluk yang besar telah bertindak semau-mau, sejak Nabukadneshar raja

Babil, sampai Cyprus raja Persia, sampai kemudiannya datang Iskandar Mace￾donia, sampai pula kepada Julius Caesar dan Antonius, namun Tanah Hejaz

dan khususnya Makkah itu, tidaklah sampai mereka injak. Menurut ke￾bijaksanaan Tuhan, tanah itu dijadikan tanah kering gersang, sehingga pe￾nakluk memandang tidak perlu datang ke sana. Setelah Abrahah wakil raja

Habsyi mencoba hendak menaklukkannya dan meruntuhkan Ka'bah yang suci

itu, dengan gagah-perkasaNya pula Allah Ta'ala membinasakan dan meng￾hancurkan tentara Abrahah itu dengan mengirim burung Ababil.

Keturunan lbrahim terbagi dua yaitu Bani lsmailyang menurunkan Ara[

Musta'ribah, berkedudukan di bagian Selatan dan Barat. Keturunannya yang

secabang lagi adalah yang diturunkan daripada Ya'kub anak Ishak, yang

disebut Bani Israil, diberi kedudukan di sebelah Utara, daerah Mesopotamia.

Dari antara Bani Israil banyak diturunkan Nabi-nabi dan Rasul, tetapidengan

kurnia Allah, dari keturunan Bani Ismail itulah diturunkan RasulAkhir Zaman,

Muhammad s.a.w. mengabulkan permohonan nenekandanya It,rahim itu.

Demikianlah beberapa kesimpulan yang kita tarik daripada ayat-ayat ini,

peringatan tentang asalmulanya negsri Makkah dijadikan Tanah Haram yang

i111un] tempat minusia berkumpul dan asal mulanya Ibrahim dibantu oleh

puteranya fsmail diperintahkan membangun Ka'bah. Sampaikelak dari dekat

ku'Uut itulah beribu tahun kemudian dibangkitkan seorang Rasul, Muhammad

s.a.w. menjadi Rasul Penutup, membawa ayat dan Kitab dan Hikmat dan

tuntunan kesucian, hingga terkabul doa lbrahim.

Di dalam Kitab-kitab Tafsir bertemu juga riwayat-riwayat lain yang lebih

paniang dari yang kita salinkan dan kita kupaskan ini, dan kita sambungkan

dengan beberapa sejarah.

lda tersebut bahwasanya Ka'bah yang didirikan Nabilbrahim itu adalah

menurut contoh dari satu Ka'bah lain, terletakdi langityangkeempat,bemama

Baitul Ma'mur, persis tertetak di langit bertentangan dengan Ka'bah yang di

Makkah itu. Dan tersebut pula di dalam satu riwayat bahwasanya Ka'bah itu

didirikan oleh NabiAdam ietelah betiau turun ke dunia, setelah dia bertemu

dengan isterinya Hawa di Padang Arafah. Tengah Padang itu diberi nama

Aralah, sebab di sana Adam dan Hawa kamikenal mengenalkembali. Kata

riwayat itu pula, setelah teriadi taufan Nabi Nuh, Ka'bah buatan NabiAdam itu

aiangkat tuhan ke tangit, sehingga dasarnya tinggal; di atas dasar itulah lbrahim

mendirikan Ka bah yang baru￾Dan tersebut pula bahwasanya Hajarul Aswad (Batu Hitam) yang ter￾tempel di dinding Ka'bah sekarang itu asal mulanya daripada batu Yaqut yang

sangat putih, daiang dari dalam syurga. Tetapilama kelamaan menjadihitam

karena drpegang oleh tangan manusia yang berdosa'

Di bebeiapa kitab tafsir, bertemu cerita ini. Tetapisumbemya payahlah

untuk dipertanggungiawabkan. Karena kisah-kisah begini banyak berasal dari

Ka'but Ahbar yang terkenal sebagai sumber dari cerita-cerita Israiliyat (do￾ngeng-dongeng Israil) yang akal kita tertegun menerimanya'

- fentans Hajarul Aswad, Batu Hitam, baiklah kita ingat saja perkataan

Umar bin Khuthub yang terkenal seketika beliau tawaf: "Aku tahu bahwa

engkau ini hanya batu, tidak memberimanfaat dan tidak memberi mudharat'

KJau tidaklah aku metihat Rasulullah menciummu, tidaklah aku akan men￾ciummu."

Ka bah terang dibangun dari batu-batu granit yang ada di bukit-bukit

keliling Ka'bah itu. Pernah rosak, pernah runtuh karena banjir. Di zaman

Jahiliy-ah, Batu Hitam pernah dihancurkan air. Di zaman Qaramithah, Batu

Hitam itu pernah dicuri kaum Qaramithah itu lalu mereka larikan ke Bahrain

dan mereka simpan di sana 22 tahun lamanya. Di tahun 1958 pernah Ka'bah

diperbaiki karena retak.

4;$y4"t!:n3;.; kt

,a .:/,2.. .2 z,zz n. '<' )z'z

,i!r (.;rtl J4-L4l $ts ,a*))

(130) Dan siapakah yang akan enggan

dari agama lbrahim kalau bukan

orang yang telah memPerbodoh

dirinya? Padahal sesungguhnYa

Kami telah memilih dia didunia

ini, dan sesungguhnya dia di

Akhirat adalah dari orang-orang

yang shalih.

(l3l) Tatkala berfirman kepadanya

Tuhannya: Berserah dirilah

engkau! dia menjawab: Aku

serahkan diriku padaTuhan bagi

sekalian alam.

(132) Dan telah memesankan (pula)

lbrahim dengan itu kepada anak￾anaknya dan Ya'kub: Wahai

anak-anakku, sesungguhnya

Allah telah memilihkan untuk

kamu suatu agama. Maka ja￾nganlah kamu mati, melainkan

hendaklah kamu di dalam Mus

limin.

(133) Atau apakah kamu menyaksikan

seketika telah dekat kepada

Ya'kub kematian, tatkala dia ber￾kata kepada anak-anaknya: Apa￾kah yang akan kamu sembah se￾peninggalku? Mereka menjawab:

Akan kami sembah Tuhan eng￾kau dan Tuhan bapa-bapamu,

Ibrahim dan lsmaildan Ishak ya￾itu Tuhan YangTunggal, dan ke￾padaNyalah kami akan me￾nyerah diri (Muslimin).

(134) Mereka itu adalah satu ummat

yang telah lampau. Mereka akan

mendapat apa yangtelah mereka

usahakan dan untuk kamupun

apa yang kamu usahakan, dan

tidaklah kamu akan diperiksa

perihal apa yang mereka kerja￾kan.

Demikian pada ayat-ayat yang telah lalu, diakhirnya diterangkanlah bahwa

permohonan terakhir dari Nabi lbrahim ialah supaya dibangkitkan seorang

Rasul dari antara mereka sendiri, anak-cucu beliau itu. Dan permohonan itu,

sesuai dengan waktunya, telah dikabulkan Tuhan; Nabi Muhammad s.a.w.

telah dibangkitkan dari kalangan anak-cucu beliau itu. Dan Dia telah membang￾kitkan kembali agama Nabilbrahim yaitu agama dari manusia-manusia yang

menyerahkan diri kepada Allah.

(., n L, r,F rla\if{-iJJi e-4!\'*)'^U

"Agama bapa komu lbrohim: Dialah yang menamai kamu Muslimin

dahulunya." (al-Haj: 78)

Ummat yang menyerahkan diri kepada Allah itu bernama Muslimin, dan

penyerahan diri itu bernama I s I a m.

Setehh ini terang dan jelas, datangtah ayat selanjutnya: 'Don siapakah

yang akan enggan dari ogama lbrahim itu kalau bukan orang telah memper￾bodoh dirinya?" (pangkal ayat 130). Apakah sikap agama yang lebih tepat dan

yang lebih benar daripada menyerahkan diri dengan tulus-ikhlas kepada Allah?

Dan tidak bercabang kepada yang lain? Siapakah yang akan enggan beragama

begitu kalau bukan orang yang telah memperbodoh diri sendiri? Terutama

kamu, hai keturunan lbrahim yang meramaikan Ka'bah itu, yang hidup aman

damai di sekelilingnya dan menerimai pusaka itu, bukankah kebodohanmu jua

yang menyebabkan kamu enggan kembalikepada hakikat ajaran lbrahim itu?

"Padahal sesungguhnyaKami telah memilih dia di dunia ini. "Dia telah menjadi

Imam bagi manusia dan telah berkembang anak-cucunya melanjutkan ajaran￾nya. Berpuluh Nabidan Rasulmengalir darah lbrahim dalam tubuhnya. 'Don

sesungguhny a dia di akhirat odolah dari orang-orang yang sholih. " (ujung ayat

130). Termasuk daftar orang-orang yang mulia yang mendapat kedudukan

tinggi di sisiTuhan.

Ayat yang selanjutnya memberikan penegasan lagi:

"Tatkala berfirman kepadanya Tuhannya: Berseroh dirilah engkau! Dio

menjawab: "Aku serahkan diriku kepado Tuhan bagi sekalian alam." (ayat

131).

Tuhan bersabda: Aslim! Berserah dirilah engkau!

Ibrahim menjawab: Aslamtu li Rabbil'Alamin!. Aku telah menyerahkan

diriku, jiwa dan ragaku kepada Allah Tuhan sarwa sekalian alam; aku tidak

berpaling sedikit juapun kepada yang lain. Dari sinilah asal kata ISLAM itu.

Dengan demikian, sejak semula sudahlah terang bahwa berhala, atau patung,

atau kayu, ataupun batu, atau manusia yang diagung didewakan sudah tidak

diakui samasekali.

Dengan ayat-ayat ini bertambah jelas bahwasanya lahirnya Islam, yang

dipancangkan oleh Nabi lbrahim dan puteranya lsmail itu, sama dengan

lahirnya bangsa Arab baru, gabungan keturunan lbrahim dan puteranya lsmail

karena perkahwinannya dengan anak perempuan orang Jurhum itu. Tegasnya

mulaisaja rumah suciKa'bah itu didirikan, dengan serta-merta tumbuhlah satu

keturunan Arabi, yang samasekali tidak mengenal penyembahan berhala. Dan

patut pula diingat bahwasanya Jurhum adalah sisa-sisa keturunan dari kaum

Aad dan Tsamud, yang kepada mereka telah diutus terlebih dahulu NabiHud

dan Shalih. Dan menurut suatu riwayat daripada Abu Hamid as-Sajastani di

dalam kitabnya yang bernama ol-Amaali (Juz 2, hal 168) dekat-dekat zaman

Rasul s.a.w. masih didapat pemeluk agama Nabi Syu'aib, yang bemama al￾Harits bin Ka'ab al-Mudzhaji, dan Ubaid bin Khuzaimah dan Tamim bin Murr.

Oleh sebab itu ahlisejarah berani mengatakan bahwa penyembahan berhala

tidaklah asli pada bangsa Arab. Adapun penyembahan berhala adalahpenyokir

yang kemasukan dari luar Arab, masuk dariSyarqil-Urdun dan negeri-negeri

Kanaan, dibawa oleh seorang yang bernama'Amr bin Luhayi. Di kala suatu

waktu kabilah Khuza'ah berkuasa diHejaz, yaitu kira-kira 400 tahun sebelum

NabiMuhammad s.a.w. diutus Tuhan. Oleh sebab itu maka hanya dalam masa

4 abad sajalah di Hejaz terdapat penyembahan berhala. Dan seketika Nabi

Muhammad s.a.w. telah menyampaikan risalatnya, nyata saja dengan jelas

bahwa penyembahan berhala adalah suatu hal yang menumpang, sebab dia

disandar-sandarkan kepada Ka'bah. Masa 400 tahun jauh berbeda dengan

pengaruh penyembahan berhala di lndia atau Tiongkok, atau penyembahan

berhala di zaman Fir'aun Mesir atau zaman Athena (Yunani dan Romawi).

Dan dengan mengikuti ayat-ayat yang panjang-lebar mengkisahkan per￾juangan lbrahim ini, jelaslah oleh kita bahwa Nabi kita Muhammad s.a.w.

disuruh menyampaikan hal ini, agar penduduk Makkah ingat kembali kepadd

agama mereka yang asal, yaitu agama lbrahim. Dan kepada agama asli Nabi

Ibrahim itulah beliau mengajak mereka kembali.

Kemudian datanglah ayat berikutnya: "Don telah memesankan (pula)

lbrahim dengan itu kepada anak-anaknya dan Ya'kub." (pangkal ayat 132).

Artinya, tatkala lbrahim telah dekat akan wafat, dipanggilnyalah sekalian

puteranya untuk menyampaikan wasiatnya: Putera beliau yang terkenal ialah

lsmail dan Ishak. Ibu Ismail ialah Hajar, isterimuda beliau yang darigundik. Ibu

Ishak ialah Sarah. Tersebut juga bahwa .ada lagi isteri beliau yang ketiga,

bernama Katura. Dari Katura inibeliau beroleh putera Zimram, Yoksan, Medan

dan Madyan, Isbak dan Suah. Di antara cucu-cucunya yang telah besar di

waktu beliau akan wafat itu ialah Ya'kub anak lshak. Ya'kub pun turut hadir di

kala lbrahim akan melepaskan nafasnya yang penghabisan. Maka kepada anak￾anak dan cucu itulah beliau pesankan wasiat terakhir, yaitu supaya mereka

semuanya menyerahkan diri kepada Allah (Muslimun), jangan mempersekutu￾kan yang lain dengan Dia, dan jangan menyembah berhala. Maka di antara

wasiat beliau itu ialah: "Wohai anok-anakku, sesungguhnyo Allah telah me-

milihkan untuk kamu suatu agama. Maka k:lr.ganlah komu mati melainkan

hendaklah kamu di dalam Muslimin." (ujung ayat 132).

Artinya, sampai akhir hayat dikandung badan, pegang-teguhlah agama

yang satu ini, agama menyerahkan dirisepenuh dan sebulatnya kepadaAllah,

tidak bercabang kepada yang lain, dan tidak mempersekutukan, dan tidak

mengatakan bahwa Dia beranak atau diperanakkan. Bahkan sampai kamu

menutup mata, hendaklah tegas pegangan kamu, yaitu: "TIADA TUHAN,

MELAINKAN ALLAH."

Itulah Islam yang sejati. Itu wasiat beliau kepada Ismailyangdiakuisebagai

nenek-moyang daripada bangsa Arab. Dan itu juga wasiatnya kepada lshak,

dan kepada Ya'kub anak Ishak, yang turut hadir bersama-sama ayahnya dan

paman-pamannya, di waktu neneknya akan mati. Dan Ya'kub adalah nenek￾moyang dari Bani Israil. Israil adalah nama dari Ya'kub sendiri.

Dengan memahamkan ayat-ayat ini, nyatalah bahwa di antara Arab dengan

Yahudi, yang telah bergaul di bawah kekuasaan Rasul s.a.w. di Madinah di

waktu itu, pada hakikatnya tidak ada perbedaan agama. Keduanya, baik Arab

keturunan Ismail atau Yahudi keturunan Ya'kub, diajak supaya kembali kepada

agama nenek mereka yang di atas sekali, ayah dari Ismail dan Ishak, yaitu

Ibrahim a.s.

Orang Yahudi mencoba juga hendak mencari dalih, hendak mengatakan

bahwa agama mereka lain, lebih tinggidariArab. Maka datanglahayatselanjut￾nya:. "Atau apakah komu menyoksikon, seketiko telah dekat kepodaYa'kub

kematian, tatkalo dia berkato kepada anak-anaknyn: Apkah yang okan

kamu sembah sepeningalku?" (pangkal ayat 133).

Atau apakah kamu menyaksikan? Suatu pertanyaan yang bersifat peng￾ingkaran. Pertanyaan yang dihadapkan kepada orang Yahudi ataupun Nasrani,

yang mengatakan bahwa Ismail atau Ya'kub adalah pemeluk agama Yahudi,

ataupun agama Nasrani. Datang pertanyaan seperti ini yang maksudnya boleh

diartikan: "Apakah kamu tahu benar apa wasiat Ya'kub kepada anak-anaknya

tidak lain adalah menanyakan, apakah atau siapakah yang akan kamu sembah,

kalau aku telah meninggal dunia?" Di dalam ayat ini diterangkan dengan jelas

apa bunyi jawaban daripada anak-anaknya itu: " Mqr eka menjautab : Kami akan

menyembah Tuhan engkau dan Tuhan bapa-bapamu lbrahim dan Ismail dan

lshak, yaitu Tuhan Yang Tunggal, dan kewdal'lyalah kami akan menyerah

diri." (ujung ayat 133).

Di ujung ayat ini dijelaskanlah bahwa jawaban anak-anak Ya'kub, tidak

berubah sedikit juapun dengan apa yang telah mereka pegang teguh selama ini,

yaitu agama ayah mereka dan datuk-nenekmereka, tidak adaTuhan yanglain,

melainkan Allah. Sesudah mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkanAllah,

merekapun mengaku pula, bahwa tempat menyerahkan diri hanya Allah itu

pula, tidak ada yang lain, dan itulahyangdisebutdidalambahasaArab: IS[AM.

Sekarang datang pertanyaan kepada Ahlul-Kitab, terutama Yahudi, ka￾rena mereka yang banyak berdiam di Madinah seketika ayat turun, dantermasuk juga Nasrani, apakah mereka ada menyaksikan ada kata lain dan

wasiat yang lain daripada Ya'kub? Atau adakah jawaban anak-anaknya, ter￾masuk Nabi Yusuf, yang mengatakan mereka akan bertuhan kepada yang

selain Allah? Yaitu Tuhan Datuk mereka Ibrahim dan Nenek mereka Ismail dan

Ishak? Atau dapatkah mereka mengemukakan sesuatu kesaksianpun yang

menyatakan bahwa anak-anak Nabi Ya'kub itu menjawab bahwa mereka tidak

akan menyerahkan diri kepadaAllah? Dapatkah mereka mengemukakan suatu

kesaksian bahwa Ya'kub meninggalkan suatu wasiat, bahwa jika dia telah

meninggal dunia, hendaklah mereka menukar agama mereka menjadi Yahudi?

Atau agama Nasrani? Atau ada mereka menjawab wasiat ayah mereka bahwa

mereka hendak menukar agama sepeninggal beliau, tidak lasi berserah diri

(lslam) kepada Allah, tetapi membuat satu kelompok yang bernama Yahudi,

ataupun Nasrani?

Baik dari segi akal budi, mereka tidak akan dapat mengemukakan kesak￾sian yang demikian. Tidak mungkin menurut akal bahwa mereka tidak akan

mengakui keesaan Allah, dan tidak pula mungkin mereka akan menukar

penyerahan diri ajaran lbrahim, Ismail dan Ishak dan Ya'kub dengan ajaran lain.

Di dalam Kitab Perjanjian Lama, yaitu Kitab Kejadian, Fasal 218 dan 49

memang ada tertulis panjangJebar wasiat-wasiat Ya'kub kepada anak-anaknya

ketika dia akan meninggalkan dunia. Di dalam fasal-fasal itu memang tidak

bertemu bunyi wasiat yang sejelas di dalam al-Quran ini, bahwa anak-anak

Ya kub berjanji tidak akan mengubah-ubah agama pusaka Ibrahim dan Ismail

dan Ishak. Di Fasal 49 hanya bertemu wasiat-wasiat Ya'kub tentang kedudukan

anak-anak, cucu dan keturunannya di belakang hari, disebutkan satu demi satu

kedudukan mereka di dalam masyarakat, bahwa Yahudi akan begini. Benyamin

akan begitu, Reubin akan demikian nasibnya, keturunan Yusuf pun begitu.

Tetapisungguhpun demikian apabila kita baca sejak timbulnya Nabi lbrahim

(dahulunya Abraham) dalam Kitab Kejadian Fasal 12, sampai lahir anaknya

yang tertua Ismail dan anak yang kedua Ishak, dan kehidupan kedua anak itu,

disambung lagi oleh ke.hidupan Ya'kub dan Yusuf, tidak lain daripada agama

datuk mereka Ibrahim. Maka kalau di dalam ayat-ayat Kitab yang terdahulu itu,

sebab aslinya tidak ada lagi, tidak begitu jelas dasar agama Ibrahim itu,

datanglah al-Quran menjelaskan bahwa agama itu Islam namanya, yaitu penye￾rahan diri. Dan Tuhan itu ialah Allah. yang tiada bersekutu dengan yang lain.

Di dalam Surat Hud (Surat 1l ayat 71), ada dikisahkan seketika beberapa

Malaikat datang membawa kabar yang menggembirakan kepada Ibrahim dan

isterinya Sarah yang mandul, bahwa mereka akan diberi putera, yaitu Ishak.

Dan di belakang Ishak itu akan diberi pula seorang lagi, yaitu Ya'kub. Maka

beberapa Zending Kristen yang belum mendalami seluk-beluk bahasa Arab

mencoba menyalahkan al-Quran dan menyalahkan Nabi Muhammad s.a.w.

Sebab dia memahamkan kata-kata Min wara'i y!:LBerarti di belakang Ishak

ialahYa'ku[ artinya ialah Sarah akan beranak lagi sesudah Ishak, ialah Ya'kub.

Padahal maksud ayat ialah menerangkan bahwa kelak Ishak itu akan berputera

Ya'kub sebagai turunan dari Ibrahim, yang akan menurunkan putera-putera

yang banyak, sehingga keturunan Ibrahim akan banyak meriap laksana pasir dipantai, dari keturunan Ya'kub itu. Maka ayat 133 Surat al-Baqarah ini mem￾berikan keterangan lebih jelas lagi, dari penjawaban anak-anak Ya'kub yang

berbunyi: "Tuhan bapa-bapamu Ibrahim dan Ismail dan Ishak." Di sinijelaslah

bahwa Ishak saudara tua dari Ya'kub, melainkan bapanya. Sebagai juga Ismail

dan Ibrahim adalah bapa-bapanya juga. Kalau di dalam ayat ini Ismail disebut￾kan bapanya pula, sama sajalah dia dengan kebiasaan bahasa Melayu (lndo

nesia) sendiri yang menyebutkan paman (saudara ayah) sebagai bapa juga.

Saudara ayah yang sulung disebut orang bopo fuo (pak tua) dan saudara ayah

yang bungsu disebut orang bopo kecil(pak Cik atau pak bungsu). Dan Ibrahim

disebutnya juga bapanya, sesuai dengan bahasa Inggeris menyebutkan nenek

Grandfather. atau bahasa Belanda Grootuader. Dan lagidalam bahasa Arab,

sejak dari ayah kandung, lalu kepada nenek, lalu kepada datuk-nenek yang di

atas disebut bapo-bapa.*

"Mereka itu adalah ummat yang telah lampau." (pangkalayat 134). Sete

lah ayat-ayat yang di atas menguraikan panjang-lebar dari hal Nabi Ibrahim,

Nabi Ismail dan Nabilshak dan menurunkan Banilsrail, menjadikebanggaanlah

pada ummat keturunan mereka yang mendengar ayat'ayat ini, apabila nenek￾moyang mereka diperkatakan. Memang nama-nama yang mulia itu telah me￾ninggalkan bekas sejarah yang baik, tetapi mereka sekarang sudah tak ada lagi.

Memang keturunan Ibrahim, dari Bani Ismail dan Bani Israil adalah pendukung

ajaran Ketuhanan yang murni, yaitu pengakuan atas keesaan Tuhan, tetapi

hanya tinggal riwayat: "Mereka akan beroleh apa yang telah mereka usaha￾kon. " Artinya, bahwasanya segala usaha mereka, perjuangan mereka, suka dan

duka mereka di dalam menegakkan kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa

itu, yang tidak bersekutu yang lain dengan Dia, tidaklah lepas daritilikan Tuhan

Allah: 'Don kamupun akan beroleh (pula) hasil dari apa yang kamu usaha￾kon. " Artinya tidaklah kamu yang datang di belakang ini akan mendapat pahala

dari hasil usaha ummat yang telah lampau itu. Tidak pada tempatnya kamu

membanggakan hasil usaha ummat yang telah lampau itu, yang telah istirahat di

alam kubur, sedang kamu tidak berusaha melanjutkannya. Kamu baru akan

mendapat pahala, kalau kamu membuat usaha sendiri pula: "Dan tidaklah

kamu akan diperiksa dari hal apa yang telah mereka kerjakan." (ujung ayat

134). Salah atau benar hasil usaha orang yang telah terdahulu itu tidaklah ada

sangkut-pautnya dengan kamu yang datang di belakang, barulah mendapat

pahala pula kalau kamu menghasilkan pekerjaan yang baik. Dan kalau sisa

peninggalan dari orang yang telah terdahulu itu salah, tidak perlu kamu cela dan

nista, sebab yang berdosa bukanlah kamu, melainkan mereka sendiri. Kalau

kamu pandang perbuatan mereka itu salah, jauhilah kesalahan semacam itu

dan jangan sampai terulang lagi. Karena kalau kamu ulang lagi, kamu pula yang

akan berdosa karena salahmu.

Karena pentingnya peringatan ayat ini, kelak akan diperingatkan lagi,

dalam kata yang serupa, berupa ayat 141.


Dan mereka berkata: Menjadilah

kamu Yahudi, atau Nasrani

supaya kamu daPat Petunjuk.

Katakanlah: Bahkan agama

Ibrahim yang lurus, dan bukan￾lah dia dari orang-orang Yang

musyrik.

pada apa yang diturunkan kepa￾da kami, dan apa yang diturun￾kan kepada Ibrahim dan Ismail

dan Ishak dan Ya'kub dan anak￾cucu, dan kepada apa yang di￾berikan kepada Musa dan Isa

dan apa yang diberikan kepada

Nabinabi daripada Tuhan me￾reka; tidaklah kami membeda￾bedakan di antara seseorangpun

dari mereka, dan kami kepada￾Nya semua menyerah diri.

E-

>z t) o )z>z z zz>11 2o) )-t2zz

..!J lr-r+ Ale;rllr3'rlif UVt

. ./ .a v, 

,

i';'Yt, + ,iL'Y

Wo.s*ir

E

. aara /'

!.urlrA

311

(136) Katakanlah oleh kamu: Kami ,i.r'-" 2" z l-zz z' iz e)'t

percaya kepada Ar;i;"; k;- o/lv) L!1 .t'-t vt !\rvY' lil;

z )>za //, a a /, ua t,,

-.t3itt- e SvL: VL : f' t.L-$L

;:lr'6s;4'\:('t;nt;

zt z>z )-22 z > -i z I -.

f:, A, o;;\ ff.) a J4rJl

z I .2 2,1 ).1t .).-

(137) Maka jika mereka percaya seba￾gaimana yang kamu telah Per￾caya itu, sesungguhnYa telah

dapat petunjuklah mereka. Te￾tapi jika mereka berPaling, se￾sungguhnya mereka akan berPe￾cah-belah. TetaPiAllah akan me'

nyelamatkan engkau dari me￾reka. Karena Dia adalah Maha

Mendengar, lagi Maha Mengeta￾hui.

(138) Celupan Allah! Siapakah lagi

yang lebih indah celupannya dari￾pada Allah? Dan kami, kepada￾Nyalah kami menghambakan

diri.

Katakanlah: Apakah kamu

hendali membantah kami perihal

Allah? Padahal Dia adalah Tuhan

kami dan Tuhan kamu? Danbagi

kami adalah amalan kami dan

bagi kamu amalan kamu. Dan

kami terhadapNya adalah ikhlas.

Ataukah kamu katakan: Sesung￾guhnya Ibrahim dan Ismail dan

Ishak dan Ya'kub dan anak-cucu

adalah semuanya Yahudi, atau

Nasrani. Katakanlah: Apakah

kamu yang lebih tahu ataukah

Allah? Dan siapakah yang lebih

zalim daripada orang yang me￾nyembunyikan kesaksian dari

Allah yang ada padanya? Dan

Allah tidak lengah dari apa yang

kamu kerjakan.

(141) Mereka itu adalah suatu ummat

yang sesungguhnya telah berlalu;

mereka akan mendapat apa yang

mereka usahakan, dan kamupun

akan mendapat apa yang kamu

usahakan, dan tidaklah kamu

akan diperiksa perihal apa yang

mereka amalkan.

.l2z z

5ts

)a ) ... ., , ..1 tl zz t2 zt1 

zzz

,,1 Jlt S)vt jgr ulrlt+

,yL;'Wy'17ty'ti;iilr

'i#;1,1;i;vt;ii;:i,

zLzzlzz.- zt2-221 -)

V : :ts.ltcl i:"r+t+ t .,1,

z 2;2 jt+

7 *.{si ;'at i)' l,,1?i, i;

\nn (Jr. )

'11;"lti,

qv

)z lz zz

o.uc 6-tl#

z 2z>z az

G)drL-- t^e

E 2 zz -2ur...--.. -a n=l .-

trr.=+.ftU c!-ri Ll cJ;

tl z- iz z lzt2 .. ljf L-e dld Yr

"Dan mereka berkata: Menjadilah kamu Yahudi, atau Nosroni supaya

kamu dapat petunjuk." (pangkal ayat 135). Orang Yahudi berkata, masuklah

ke dalam agama Yahudi supaya kamu mendapat petunjuk. Orang Nasranipun

berkata begitu pula. Sekarang setelah dijelaskan duduk perkara, yaitu bahwa

yang ditegakkan oleh Muhammad s.a.w. adalah agama Nabi lbrahim, menyerah

diri dengan segala tulus-ikhlas kepada Allah, dan agama itu jauh terlebih dahulu

daripada apa yang dinamakan agama Yahudi atau apa yang dinamakan agama

Nasrani, dapatlah disambut seruan mereka mengajak masuk agarna mereka

itu. "Katakanlah: Bahkan agama lbrahim yang lurus." Agama lbrahim adalah

agama yang lurus. Demikian kita artikan kalimat Hanif. Kadang-kadangdiarti￾

kan orang juga condong, sebab kalimat itupun mengandung arti condong.

Maksudnya satu lurus menuju Tuhan, atau condong hanya kepada Tuhan.

Tidak membelok kepada yang lain. Sebab itu di dalamnya terkandung iuga

makna Tauhid. Itulah agama Nabi Ibrahimi "Dan bukanlah dia dari orang'

orang yang musyrik " (ujung ayat 135).

oleh sebab agama Nabi Ibrahim adalah lurus kepada Allah dan Ibrahim itu

sendiri bukanlah seorang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, dan

itu agama yang kamipegang, perluapalagikami masuk ke dalam agamaYahudi

ataiagarna Nasrani. SeUaU kalau kedua agama itu berasal lurus pula, tidak

mempJrsekutukan Tuhan dengan yang lain perlu apa lagi masuk ke dalam

usulnu yang dua itu, padahal diapun timbuljauh kemudian di belakang Nabi

Ib-rahirn Din kalau pemuka kedua agama itu mengatakan bahwa agama

mereka memang agama Nabi lbrahim juga.

Mengapa setengah Yahudi mengatakan bahwa 'uzair anak Allah? Atau

-"r,gup.-Nurrani mengatakan Almasih anak Allah? Bukankah itu telah musy￾rik? -A[au dapatkah mereka mengemukakan-bukti-bukti bahwa agama Nabi

Ibrahim itu memang agama musyrik? Di Kitab yang mana terdapatnya? Orang

Yahudi niscaya tidik akan dapat mengemukakan itu dari Taurat, walaupun

catatan yang kemudian yang mereka namai Taurat itu. Dan orang Nasranipun

ketika mempertahankan pendirian bahwa Almasih anak Allah, bukanlah dari

nash yang terang dari Injil, melainkan dengan berbagai tafsiran yang sangat jauh

di beiakans. KJau pihak mereka mengatakan bahwa masuk Yahudi atau

Nasranilah yang akan dapat petunjuk dari Tuhan, timbullah pertanyaan: Apa￾kah mengiklt Nabilbrahim tidak mendapat petunjuk? Sebab itu mereka harus

menjehsfan apa kelebihan agama mereka. Kalau Yahudimengatakan kelebi￾hannya ialah karena selain dari Taurat merekapun telah mempunyai Kitab

tambahan yang bernama Talmud, yaitu kumpulan dari peraturan-peraturan

yang telah dibuat jauh terkemuka daripada wafatnya Nabi Musa, teranglah

-Uutr*u 

Yahudi bukan lagi suatu agama yang memberikan jaminan petunjuk

Allah, melainkan pindah daripada petunjuk Allah kepada peraturan-peraturan

yang disusun oleh Kahin-kahin dan Ahbar mereka. Agama Nasranipun demi'

tiar,-prlur "Kalau mereka mengatakan bahwa mengakuiNabi Isa anak Allah

atau Allah sendiri yang menjelma menjadi anakNya untuk menebus dosa

manusia, maka kalau kimi masuk ke dalam agama itu, kami artinya kembali

dari pendirian yang terang (Nur) ke dalam gelap (Zhulumat)." Sebab kepercaya￾an demikian tidak pernah diajarkan lbrahim.

Sekarang diterangkan pendirian agama menyerahkan diri atau agama yang

lurus dari Nibi Ibrahim yang dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. itu:

"Katakanlah olehmu!'(pangkal ayat 136). Seruan memakai kamu ini ialah

kepada ummat beriman pengikut Nabi Muhammad s.a.w. Artinya, terangkan

lah pendirian Islam yang sebenamya tentang agama: "Kami Wrcaya kepada

Attah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami." Yaitu al-Quran yang

disampaikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. "Don apa yang diturunkan kepada

Ibrahim, Ismail dan Ishak dan Ya'kub dan anak-cucu." Dan sudahlah dijelas￾kan tadi bahwasanya dasar ajaran Ibrahim yang dilanjutkan oleh Ismail, nenek￾moyang orang Arab dan Ishak dan Ya'kub nenek-moyang Bani Israil adalah

satu jua; Yaitu menyerah diri kepada Allah. Inipun dipegang teguh oleh anak.

cucu mereka, yaitu anak Nabi Ya'kub yang 12 orang dan keturunan mereka.

"Dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan apa yang

diberikan kepada Nobinobi dari Tuhan mereka; tidaktah Kami membeda￾bedakan di antara seorangpun dari mereka, dan kami kepadaNya, semua

menyerah diri." (ujung ayat 136).

Inilah dia pokok ajaran Islam. Segala Nabi-nabi itu sama-sama dipercayai

dan diimani. Kepada lbrahim dan anak-anaknya diturunkan wahyu; kami

percaya akan ajaran itu. Kepada Musa dan Isa diberikan Taurat dan Injil;

kamipun percaya bahwa Tuhan memang memberikan Kitab-kitab itu kepada

mereka. Dan Nabi-nabi yang lainpun ada yang diberi Kitab-kitab, Shuhuf atau

Zabur. Semuanya itu adalah dalam kepercayaan kami. Dan kepada Tuhan

Allah sendiri kami tetap menyerah diri, kami tetap Muslim.

Dengan sebab yang demikian, kalau kami kabulkan ajakan kamu; ajakan

Yahudi supaya masuk Yahudi, atau ajakan Nasrani supaya masuk Nasrani,

artinya ialah bahwa kami pindah dari lapangan yang besar ke dalam bilik kecil.

Bagi kami agama itu bukanlah kebangsaan sempit, bukan membangun diri

kepada satu suku kaum, yaitu keturunan Yahudi dan bukan pula (epada

tempat lahir seorang Nabi, yaitu negeri Nazaret. Dan kalau kami masuk ke

dalam agama Yahudi, artinya kami menanggalkan kepercayaan kami kepada

Isa Almasih dan Muhammad, mengkafirikembalidua Kitab Suciyang penting

bagi ummat manusia, yaitu Injil dan al-Quran. Dan kalau kami masuk Nasrani,

kami wajib mendustakan kebenaran yang dibawa oleh al-Quran, padahal

dimana kesalahan al-Quran, cobalah tunjukkan. Dan kalau masuk Nasrani

wajib memandang Muhammad Nabi dusta; padahal apakah kedustaannya

cobalah buktikan!

"Maka jika mereka telah percaya sebagaimana yang kamu telah percaya,

sesungguhnya telah dapat petunjuklah mereko." (pangkal ayat 137). Dengan

pangkal ayat ini mereka diajak berfikir yang waras, yang logis (menurut

Manthiq).

Kalau mereka sudi menurut fikiran yang teratur, tidak dipengaruhi oleh

hawanafsu mempertahankan golongan, tentu mereka akan menyetujui. Yaitu

bahwa sekalian Nabi, sejak dari Ibrahim sebagai nenek-moyang, sampai kepada

Ismail, sampai kepada Musa sebagai Rasul Pahlawan Pembebas Bani Israil dari

belenggu perbudakan Fir'aun, sampai kepada Isa Almasih, sebagai pemberi

peringatan kembali akan pokok ajaran Taurat, adalah semuanya beliau-beliau

itu penegak dari hanya satu faham saja, yaitu menyerah diri kepada Allah yang

Tunggal. Kalau mereka telah menyetujui, ini dengan sendirinya mereka telah

memegang petunjuk itu, artinya itulah hakikat yang ditegakkan oleh Nabi

Muhammad s.a.w. sebagai penyambung usaha Nabi-nabi yang dahulu itu.Mari kita perhatikan bunyi ayat sekali lagi. Di dalam ayat ini tidak ada

perkataan: Masuklah ke dalam agama kami ini supaya kamu mendapat petun￾j'uk seperti kami pula." Tetapi susunan ayat lebih halus dariitu. Yaitu kalau

kamu telah benar-benar menyerah diri dengan tulus-ikhlas kepada Allah,

dengan sendirinya kamu telah mendapat petunjuk. Maka dengan ayat ini, kita

yang telah mengakui diri orang Islam, karena kebetulan kita keturunan orang

islam, diberi pula peringatan bahwa Islam yang sebenarnya ialah penyerahan

diri yang sebenarnya kepada Allah, disertai ikhlas, tidak bercabang kepada

yuns tuir",. Meskipun bernama orang Islam, tetapi penyerahan diri tidak bulat

k"piau Allah, sama sajalah dengan orangYahudidan Nasrani, yang mengambil

persandaran kepada Nabi-nabi Allah pada nama, padahaltidak pada hakikat.

Maka sesuailah semuanya itu dengan maksud ujung ayat: "Tetapi jika mereka

berpaling, sesungguhn y a mereka akan berpecah-belah."

Terang sekali tujuan ayat ini. Persatuan seluruh ummat manusia hanya

akan tercapai bilamana penyerahan mereka hanya satu, yaitu kepada Allah

saja. Apabila berpaling daripada Allah kepada yang lain, niscaya perpecahanlah

yang timbul, sebab Allah Esa, dan yang lain adalah berbilang dan cerai-berai.

Yans ini mengatakan 'l)zair anak Allah, yang itu mengatakan Almasih anak

Allah, yang lain menghadapkan hati kepada berhala. Perpalingan membawa

perpecahan dan perpecahan membawa permusuhan. Tidak ada agama lagi

yang tegak, tetapi mempertahankan pengaruh dan kedudukan. Berkali-kali,

teratus bahkan beribu kali terjadi peperangan dan pertumpahan darah, karena

mempertahanan pendirian masing-masing dan tidak bertemu ialan damai.

Maka kepada Nabi Muhammad s.a.w. sudah teguh dan tetap, tidak berkisar

lagi, yaitu pegangan Nabi Ibrahim tadi, Hanifan-Musliman. Perselisihan yang

teijadi di antara penyembah berhala sesama penyembah berhala, semuanya

tidak akan membahayakan bagi Rasul dan orang yang beriman kepada ajaran￾nya, asal mereka tidak berganjak dari pendirian yang digariskan itu, bahkan

merekalah yang akan membawa damai bagi segala yang bertentangan: Fo

sayakfikahumullah! Allah akan menyelamatkan engkau daripada mereka. Ayat

sekelumit kecil ini amat luas yang dicakupnya. Asal pegangan sudah ada, asal

Tauhid sudah matang, janganlah bimbang menghadapi hidup. Tidak ada gyaitan

yang akan dapat memperdayakan, tidak ada jin yang akan dapat mempenga￾iuni tiaaf ada manusia yang akan dapat membujuk. Demikian luas dan

dalamnya pengaruh sabda Tuhan yang sepatah ini, sehingga dia dapat kita ingat

di waktu-waktu kita menghadapi bahaya. Apapun yang kita hadapi, namun

Tuhan akan tetap menyelamatkan dan memelihara kita, asal kitapun ingat

selalu kepadaNya. "kore na Dia adolah Maha Mendengar, lagi Maha Mengeta'

hui." (ujung ayat 137).

Tuhan mendengar apa pokok yang diperselisihkan dan Tuhan mengetahui

apa tujuan mereka masing-masing. Dan Tuhanpun Mendengar dan Mengetahui

apa kegiatan Muslimin sendiri di bawah pimpinan RasulNya menegakkan

da wah Islamiyah yang seiati. Apabila Rasul Allah, dan orang-orang yang

beriman sertanya tetap berpegang teguh pada pendirian yang telah digariskan

Allah itu.Kemudian diberikan Tuhanlah jaminan yang tertinggi atas nilaipendirian

agama Nabi Ibrahim itu, maka sabda Tuhan: "celupan Allah, dan siapakahtagi

yang lebih bogus celupannya daripada Allah.'(pahgkal ayat 138).

Shifuhatal-Lohi: Celupan Allah! Berkata al-Akhfasy dan lain-lain: "Celu￾pan Allah, artinya ialah Agomo Allah!"

Menurut satu riwayat dari Ibnu Jarir dan lbnu AbiHatim darilbnu Abbas,

bahwa yang dimaksud dengan celupan Allah itu ialah Agama Allah. Menurut

keterangan yang disampaikan oleh Abd bin Humaid dan Ibnu Jarir dariMujahid

bahwa maksud celupan Allah itu ialah Fithroh Alloh, atau kemurnian Allah

yang telah difithrahkan manusia atasnya.

Menurut satu penafsiran pula dari Qatadah, yang dirawikanolehlbnuJarir

dan lbnul Mundzir, berkata Qatadah: "Orang Yahudi mencelup anak-anaknya

dengan celupan keyahudian. Orang Nasranipun mencelup anak-anaknya de￾ngan celupan kenasranian, tetapi sesungguhnya celupan yang asli daripada

AIIah ialah Islam, dan tidak ada satu celupanpun yang lebih bagus dan lebih

bersih daripada celupan Islam. Sebab dialah Agama Allah yang telah diutus

dengan dia Nuh dan Nabi-nabi yang datang sesudahnya.

Dari keterangan tafsir-tafsir sahabat dan Tabi'in tentang shibghoh atau

celupan ini, dapatlah kita fahami ke mana maksudnya di sini.

Tuhan telah meninggalkan dua celupan, yang keduanya asli dan tidak

dapat ditandingi dan dibandingi. Yang pertama ialah celupan warna pada alam,

yang dapat dilihat dengan mata. Inidikuatkan oleh sebuah Hadis yang dirawi￾kan oleh Ibnu Mardawaihi, dan Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah s.a.w.

pernah menceriterakan bahwa Bani Israil pernah bertanya kepada Musa a.s.

apakah Tuhan Allah itu mencelup juga? Mendengar pertanyaan demikian,

marahlah Nabi Musa kepada mereka dan disuruhnya mereka supaya bertakwa

kepada Allah, iangan sampai bertanya demikian rupa. Tetapitidak berapa lama

kemudian, datanglah seruan Allah kepada Musa: "Bertanyakah mereka kepada

engkau adakah Allahmu itu mencelupi alam ini?" Menjawab NabiMusa: "Benar,

ya Tuhanku, mereka tanyakan demikian kepadaku." Maka bersabdalah Allah

kepada Musa: "Katakanlah kepada mereka itu bahwa memang Allah memberi￾kan calupan warna, semuanya adalah celupan." Menurut Hadis yang dirawikan

Ibnu Abbas itu, maka turunlah ayat ini kepada NabiMuhammad s.a.w. menya￾takan celupan Allah, bahwa tidak ada yang lain yang sanggup mencelup seindah

celupan Allah.

Dari kedua macam tafsir inidapatlah kita memahamibahwa keduanya

dapat diterima. Pertama ialah bahwa alam ini dicelup oleh ruhan sendiri,

dengan warna-warni yang merah, yang hitam, yang jingga, ungu, lembayung,

merah-jambu, merah-muda, hijau, hijau-laut, biru, biru-laut, putih, kecubung

dan lain-lain sebagainya. sebagaimana yang disebutkan Tuhan kepada Nabi

Musa seketika Bani Israil bertanya itu.

Dengan memegang tafsiran ini, maka ayat ini dapat kita pergunakan buat

merenungkan keindahan warna di dalam alam sekeliling kita ini. Wama asli dari

Allah, tiap pagi dan tiap petang bertukar celupannya, yang kelihatan kemarin,

tidak kelihatan lagi hari ini. Dan besok lain lagi. Berjuta-juta haritelah bertalu

dan berjuta pula hari akan datang sampaidatang kiamat kelak. Adakah kita

bosan melihatkan matahari ketika terbit dan kemudian ketika terbenam?

Bagaimana wama langit ketika itu? Adakah seorang yang sanggup{nenirunya?

Gambar lukisan indah buatan Rembrandt, atau Rafael, atau Leonardo dan

Vinci dan lain-lain, memang mengagumkan. Apakah sebabnya dikatakan me￾ngagumkan? Ialah karena mereka sebagai ahli seni yang besar telah sanggup

mendekati hakikat yang diiadikan Tuhan.

Celupan Allah atas alam ini adalah keindahan yang asli, yang di dalam

Filsafat disebut Aestetiko. Maka manusia yang sanggup mendekati keindahan

yang asli itu sekali lagi kita katakan: Mendekatf,. Manusia yang sanggup

mendekati keaslian itu dalam lukisannya, dalam campuran warnanya, dinamai

seniman. Bertambah pandai mereka mendekati, bertambah agunglah mereka

dalam pandangan para peminat seni. Sebab itu kebenaran seni bukanlah

keasliannya, melainkan pula kesanggupannya mendekati keaslian.

Begitulah uraian kita tentang tafsir celupan itu, yang pertama. Yaitu

celupan atau campuran warna ciptaan Allah yang tidak dapat diatasi oleh

siapapun dalam alam ini.

Sekarang kita masuk kepada tafsiran yang kedua.

Penafsiran yang kedua, sebagai dari Tabi'in yang temama tadi, yaitu

Mujahid, arti celupan ialah Fifhroh, yang dapat kita artikan warna asli, atau

celupan asli dari jiwa manusia. Dan menurut penafsiran Qatadah

tadi, dikatakan bahwasanya keyahudian atau kenasranian adalah celupan

buatan manusia yang dicelupkan oleh ayah kepada anak, atau celupan pendeta,

yang sewaktu-waktu pasti luntur. Maka Islam yang berartipenyerahan diri yang

sungguh-sungguh kepada Dzat Allah Yang Maha Esa, adalah celupan asli pada

akal manusia. Sama terjadinya dengan akal itu sendiri. Sebab itu dapatlah

difahami suatu Hadis Shahih yang terkenal, bahwasanya manusia seluruhnya

ini dilahirkan dalam Fithrah, artinya dalam lslam. Cuma pendidikan ayah￾bundanyalah yang membuat anak jadiYahudi, jadiNasrani atau jadiMajusi.

Teringat lagi kita satu tafsir yang lain dari Ibnu Abbas, menurut yang

diriwayatkan oleh Ibnu an-Naijar di dalam Tarikh Baghdad, bahwa arti celupan

ialah putih. Artinya masih putih-bersih jiwa itu dalam Fithrahnya, sebelum

dihinggapioleh lain warna faham.

Sebab itu dapatlah kita simpulkan kembali ayat ini kepada ayat-ayat yang

sebelumnya. Yaitu bahwasanya agama Hanif ajaran lbrahim itu adalah celupan

asliTuhan, yaitu Fithrah Manusia, itulah Tauhid yang sejati. Celupan manusia

akan luntur karena pergiliran zaman. Dia tidak akan tahan kena cahaya

matahari kebenaran. Adapun Akidah Islamiyah yang dipusakakan daripada

Nabi lbrahim a.s. tidaklah lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan.

Maka agama Hanif itulah celupan Allah yang sejati, pakaian sejak mulai

membuka mata menghadapi hidup, sampai menutup mata meninggalkan dunia.

Sebab itu tersebutlah didalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Imam

Ahmad daripada Umamah; berkata dia, berkata Rasulullah s.a.w.:Aku diutus dengan ogama Hanil yang sangat berlapang dada (toleransi,

pemoaf)."

Demikian juga menurut sebuah Hadis yang dirawikan oreh rmam Ahmad

dan Bukhari dan Ibnul Mundzir dari lbnu Abbas, berkata lbnu Abbas; "Orang

bertanya kepada beliau: Ya Rasulullah! Manakah agama yang lebih disukaioleh

Allah?" Beliau menjawab: "lslam agamaHaniliyoh os-somho, "iaitu agama yang

Hanif dan berlapang dada.

Bertambah maju ilmu pengetahuan manusia didalam menyelidikialam ini

dari segala bidangnya, bertambah dekatlah mereka sampai kepada kesimpulan

akan keesaan Allah dan bertambah menyerahlah mereka kepada Allah. (Ha￾nifan Musliman), meskipun mereka belum mendaftarkan diri dengan resmi

masuk Islam. Sebab agama Hanif itu adalah celupan Ailah sejati, maka siapapun

di antara makhluk Allah tidak ada yang akan dapat mengatasicelupan AlLLritu; "Dan kami, kepadal,,lyalah kami menghombakan diri.,'(ujung ayat 13g).

Kalau kita ambil tafsiran yang pertama tadi, yaitu bahwa celupin Allah atas

alam, dengan berbagai ragam warna, tidaklah dapait diatasi oreh pencelup yang

lain, atau keindahan alam karena keindahan Allah. Kita sampai kepada inii.uri

agama dengan melihat benda yang nyata di sekeliling kita. Kita mengakui

beribadat kepada Allah. Di sini kita mendapat Allah di dalam seni.

Kalau kita ambil penafsiran kedua, bahwa celupan Allah yang asli itu ialah

keadaan Fithrah Manusia, jiwa murni manusia, belum dicampuriLleh celupan

dan lukisan warna manusia, yangbisa rusak karena hujan dan panu., ru-puiluh

kita kepada hakikat hidup, artinya sampailah kepada Tuhan dari segi ke￾rohanian. Disini kita mendapat Allah dari segi Filsafat. Sebab campuran warna

yang lahir telah menimbulkan kesan kepada campuran warna yang batin.

Di samping kedua. tafsiran tadi, shibghoh dengan makna warna warniyang

diciptakan Allah di dalam Alam, yang menimbulkan minat kesenian, dan

shibghoh dengan arti fithrah, celupan asri jiwa manusia, bertemu lagi ke￾terangan dari setengah ahli tafsir. Kata mereka, asalnya maka timbuf kata

celupan ini ialah karena orang Nasrani membaptiskan puteranya dengan air,

yang mereka namaiMo m udiyoh,atau Bopfison atau diDoop, atiu dipermandi￾kan, barulah mereka berkata: shibghotollah, cerupan tuhan, artinya lslam,

inilah permandian yang betul.

Bila kita renungkan penafsiran yang ketiga ini, dapatlah kita menarik garis

perbedaan 

^faham tentang kesucian jiwa di antara Islam dengan Nasrani. Di

dalam Islam, anak lahir ke dunia dalam keadaan suci, tidak ada dosa dan bersih (fithrah); setelah datang ke dalam lingkungan orang tuanya, barulah anak itu

mempunyai warna yang tidak asli. oleh sebab itu maka hendaklah pendidikan

orang tua memelihara dan menumbuhkan kemurnian anak itu di dalam hidup

nva, agar tidak terlepas daripada beribadat kepada Allah. sedang bagi agama

Nasrani adalah sebaliknya; anak lahir ke dunia adalah dalam dosa, yaitu dosa

waris dari Nabi Adam. Setelah dipermandikan dengan air-serani itu, barulah dia

bersih dari dosa. Karena dengan pemandian itu berarti bahwa dia.telah di.

berkati oleh Yesus Kristus yang dianggap sebagai Tuhan yang menebus dosa

manusia dengan mati di kayu palang.

Setelah mengakui celupan Allah, yang satu kuasapun tidak sanggup me￾nyamai, usahpun melebihi celupan Allah, seorang yang beriman bertambah

insaf akan kebesaran Tuhan. Dan keinsafan itu dibuktikannya dengan berbuat

baik beribadat mempertahankan diri. Sebab itu jelaslah bahwa peribadatan

timbul sesudah berfikir.

Bagaimana orang yang telah mencoba pendirian demikian, hanya Allah

tempat mereka berabdi, menyembah dan memuja, akan dapat diajak turun

kembali pergi menyembah sesama makhluk?

"Katakanlah: Apokah kamu hendak membantoh kami perihal Alloh?"

(pangkal ayat 139). Apakah kamu hendak membantah kami, karena pada

sangkamu bahwa Allah telah menentukan hanya Bani Israillah kaum yang

terpilih. Nabi-nabi dan Rasul-rasul hanyalah dari Bani Israil. Kami Bani lsrail

adalah kekasih Allah dan anak-anak Allah. Dan kalau masuk neraka, kami

hanya berbilang hari saja. Pendeknya dalam tingkah dan caramu selama ini,

kamu hendak memonopoli Allah hanya untuk kamu. Bagaimana kamu men￾dakwakan demikian wahai saudara-saudara kami ahlul-kitab? "Podohal Dia

adalah Tuhon kami dan Tuhon kamu?" Kita sama-sama makhlukNya. Jika

Nabi-nabi ada dalam kalangan Bani Israil, maka dalam kalangan Banilsmailpun

apa salahnya ada Nabi? Apakah kamu sangka bahwa ummat yang telah

mempercayai Allah dan menyerah diri kepadaNya bukanlah ummat yang

utama? Melainkan yang menjadi pengikut kamu saja yang utama? "Dan bagi

komi adalah amalan kami don bagi kamu amalan komu. " Mengapa kita harus

bertengkar berbantah-bantah. Marilah kita masing-masing pihak beramal, be.

kerja, berusaha. Bukankah agama yang benar adalah mementingkan amal?

Kalau kita bertengkar dan berbantah, niscaya amal menjadi terlantar'Don

kami terhadapNya adalah ikhlos." (ujung ayat 139). Kami terhadap Allah,

ikhlas, bersih tidak terganggu oleh niat yang lain. Sebab kepercayaan kami tidak

bercabang kepada yang lain.

"Ataukah kamu kotakon; Sesungguhnya lbrahim dan Ismail don Ishok

dan Yo'kub dan onak-cucu adalah semuonyo Yahudi dan Nosroni. " (pangkal

ayat 140). Artinya bahwa orang Yahudi akan mengatakan Ibrahim dan ke￾turunannya itu adalah Yahudi. Nasrani mengatakan demikian pula, mereka

semuanya adalah Nasrani. Kalau mereka berkata demikian maka

"Katokanlah" 

wahai UtusanKu: "Apakah komu yang lebih tohu atoukah

Allah?" Dapatkah kamu mengemukakan bukti bahwa nama Yahudisudah ada

di zaman lbrahim, lsmail, Ishak dan Ya'kub? Nama Yahudi kamu ambil dari

Yahuda anak Ya'kub, sebagai nama agama. Mulanya hanya nama dari ke-

turunan satu suku, lama-lama kamu jadikan nama agama. Bagaimana kamu

mengatakan nenek-moyang itu beragama Yahudi? Kitab Talmud pegangan

kamu, kumpulan peraturan dari pendeta-pendeta kamu, lama sesudah Nabi

Musa barulah ada. Bagaimana kamu mengatakan nenek-moyang itu beragama

Yahudi?

Apatah lagi agama Nasrani. Di zaman Isa Almasih sendiri nama agama

Nasrani atau Kristen, belum ada atau belum pernah terdengar. Barulah Paulus

kemudian merasmikan nama Masehi atau Kristen. Yaitu setelah Nabi lsa

sendiri meninggal dunia! Dan ketentuan, upacara peribadatan, pembaptisan,

dan sebagainya itu, belumlah dikenal di zaman Nabilbrahim,lsmail, Ishak dan

Ya'kub dan anak-cucu mereka itu. Hal ini jelas tertulis di dalam Kitab "Per￾janjian Baru" sendiri. Yaitu di dalam Kisah segala Rasul, Fasal 11. Didalam ayat

19 sampai ayat 25, dinyatakan bahwa pada mulanya setelah Isa Almasih

meninggalkan dunia, murid-muridnya hanya menyebarkan ajaran Almasih

dalam kalangan Yahudi saja. Tetapi karena tantangan yang keras dari orang

Yahudi di Jerusalem sendiri, sehingga seorang di antara murid itu, yang

bernama Stepanus mati dibunuh orang Yahudi, bercerai-berailah murid-murid

Almasih itu. Ada yang mengembara ke Cyprus dan ada yang berangkat ke

Cyrania. Dan ada yang berangkat ke Antiochia, mencoba menyebarkan ajaran

itu pula kepada orang Greek (Yunani). Seorang di antara murid Almasih,

bernama Barnabus, berangkat ke Tarsus dan di sana bergabung dengan Paul

(Paulus) dan menyebarkan ajaran Almasih bersama-sama, dan melanjutkan

perjalanan ke Antochia: "Tatkala dijumpainya dia, lalu dibawanya ke An￾tiochia."

Demikianlah setahun genap lamanya keduanya itu berhimpun bersama￾sama dengan sidang Jum'at, serta mengajar beberapa banyak orang. Maka di

Antochialah murid-murid itu mula-mula disebut orang Krisfen.*

Jadi nama Kristen, Nasrani atau Masehi itu tidaklah dalam zaman Isa

Almasih itu sendiri, dan tidak beliau yang memberinama itu, melainkan murid￾muridnya sesudah dia mati saja. Sedang Almasih semasa hidupnya hanya

menamai dirinya dari keturunan Bani Israil.

Apakah kamu yang lebih tahu ataukah Allah? Kalau kamu berbicara

dengan jujur, kamu akan mengakui bahwa awal pokok ajaran NabiMusa ialah

menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tersebut dalam Hukum YangSepuluh.

Dan Nabi Isa Almasih seketika ditanyai oleh orang Yahudi, pun mengakui

bahwa yang beliau tegakkan ialah agar mencintaiAllah, lebih darimencintaidiri

sendiri. Mengapa hal inihendak kamu sembunyikan? "Dan siapakahyanglebih

zalim dariapda orang yong menyembunyikan kesoksion dori Allah yang ada

padanya?" Yang tertulis dengan jelas dari Kitab-kitabmu itu? Itulah pokok

agama Ibrahim sejati, yang dilanjutkan oleh Musa dan Isa dan sekarang oleh

Muhammad s.a.w. Yang lain dari itu adalah tambahan-tambahan saja dari

pendeta-pendeta kamu, Kahin* dan Ahbar Yahudi, Uskup, Petrick, Kardinal

Kristen.

"Don Allah tidaklah lengah daripada apa yang kamu keriakon." (uiung

ayat 140).

Artinya pemalsuan-pemalsuan yang telah kamu lakukan, tambahan yang

telah kamu tambahkan, sehingga keputusan pemuka-pemuka agama yang

telah mengobah pokok ajaran yang asal dari Allah tidaklah lepas dari peng￾lihatan Allah. Tidak selamanya pula manusia dapat didinding dari kebenaran.

Setringga lama-lama bila manusia telah timbul keberanian dan kebebasan

fikiran, agama yang kamu tegakkan dengan cara begini akan kian lama kian

ditentang orang, dan perpecahan dalam kalanganmu sendiri akan bertambah

menjadi-jadi. Sebab celupan manusia, bukan celupan Allah.

Agama yang sebenar agama hanya satu, yaitu penyerahan diri yang tulus

ikhlas kepada Allah. Kalau ini dibantah, berarti kamu membantah fithrahmu.

Sekali lagi Tuhan mengulang peringatanNya: "Mereka itu adalah suatu

ummat yong sesungguhnya telah berlalu." (pangkal ayat 141). Mereka telah

pergi, dan yang tinggal hanyalah jejak bekas dan sejarah: "Mereka okan

mendapatkan apa yang telah mereka usohokon, dan kamupun akan men￾dapat apa yang telah kamu usahakan pulo."lnilah peringatan kepada ummat

yang datang di belakang, baik ummat Arab keturunan Ismail, atau ummat

Yahudi keturunan Ya'kub dan lshak dengan keduabelas pecahan keturunan￾nya. Bahwasanya nenek-moyang mereka yang telah terdahulu itu, yang mana

mereka telah banyak disebut dan jasa mereka menegakkan agama Allah, atau

Hanilan Musliman telah banyak diperkatakan. Mereka itu sekarang sudah

tidak ada lagi, yang tinggalhanya bekas dan seiarah mereka. Mereka itu telah

berjasa menyampaikan ajaran agama Allah yang sejati itu kepada dunia. Jasa

mereka yang baik akan mendapat ganjaran yang baik dari Tuhan. Dan kamu￾pun, yang datang dibelakang inisebagaianak-cucu keturunan mereka, tidaklah

perlu hanya membanggakan dan mencukupkan sebutan dan pujian atas jasa

mereka. Kalau mereka mendapat ganjaran yang baik dariAllah, bukanlah itu

berarti menjadi ganjaran pula, mentang-mentang kamu membanggakan diri

sebagai keturunan mereka.

Barulah kamu akan mendapat ganjaran setimpalpula dariTuhan, apabila

usaha mereka yang telah lalu itu kamu sambung dengan amalan yang mulia

pula: "Don tidaklah kamu akan diperikso perihal apa yang mereko kerjakan."

(ujung ayat 141).

Buruk atau baik, mulia atau hina, perbuatan ummat'ummat yang telah

terdahulu itu, bukanlah tanggungjawab bagi kamu yang datang di belakang.

Yang akan kamu pertanggungiawabkan di hadapan Tuhan adalah amal usaha

kamu sendiri.

Inilah satu peringatan yang keras, sampaidiulangTuhan dua kali, yaitu ayat

134 dan ayat 141 ini, yang sama isinya dan sama susunannya. Memang patutlah

hal ini diulang-ulangi, walaupun berpuluh kali. Sebab sudah menjadipenyakit

bagi suatu ummat keturunan ummat yang besar, membanggakan amalan

nenek-moyang, tetapi tidak berusaha menyambung usaha itu. orang Arab

keturunan Ismail di negeri Hejaz, membanggakan bahwa mereka adalah ke￾turunan dari pembangun Ka'bah, padahal mereka telah menyembah berhala.

orang Yahudi di Madinah, merasa diri lebih tinggi dari orang Arab, dengan

menyebut nama Nabi-nabi yang diutus Tuhan di kalangan mereka, sejak Musa

sampai beberapa Nabi dariBani lsrail, padahalmerekalah yang banyak mem￾bunuh Nabi-nabi itu, karena tidak cocok dengan hawanafsu meieka. sekarang

datang Nabi Muhammad s.a.w. mengajak kembali kepada ajaran pokok yan!

asli dari nenek-moyang itu, tetapi mereka bertahan pada pendirian-pendirian

yang salah, yang telah jauh dari ajaran nenek-moyang itu.

Inipun dapat menjadi pengajaran bagi kita yang datang jauh sesudah Nabi

Muhammad s.a.w. Berapa banyak kita banggakan sejoroh, sedikit-sedikit

sejarah kebesaran Islam, sejarah ulama Islam, sejarah kemenangan tslam. Dan

semuanya itu memang benar; tetapi semuanya adalah bekas usaha ummat yang

telah lalu Kalau mereka beroleh pahala dari usaha itu, tidaklah kita yang datan!

di belakang ini yang akan menerimanya. Kita hanya menerima bekas daiiusahi

kita sendiri. Adalah amat membosankan membangga-banggakan zaman yang

telah lampau, dari usaha orang lain, sehingga masa hanya habis dalam ber￾ceritera, tetapi tidak dapat menunjukkan bukti dan usaha sendiri. Inilah pe￾nyakit dari ummat yang telah masuk ke dalam lumpur.

Kata pepatah ahli syair:

*LA6J6_;-;rti; 5ififiii5iA

Orong muda sejati ialah yang berkato: lnilah Aku.

Bukonloh orong mudo sejati orong yang berkata: Bapaku dahulu begini

dan begitu.



SURAT

AL-BAOARAH

(Lembu Betina)



Muqaddimah Juzu'Ke2

*;Ntj/trir,L "!

Juzu'yang kedua daripada al-Quran ini masih saja dalam lingkunganSurat

al-Baqarah (lembu betina). Sebagailanjutan daripangkalSurat dijuzu'kedua ini

masihlah diutamakan pembentukan Masyarakat Muslim. Sebab Masyarakat

Muslim itu telah ditentukan oleh Tuhan akan menjadiKhalifah Allah dimuka

bumi. Dan untuk memenuhi tugas yang berat itu dimatangkanlah terlebih

dahulu akidah, atau kepercayaan yang akan menjadi pegangan hidup. Di juzu'

pertama panjang-lebar diterangkan bagaimana tempelak-tempelak Tuhan

kepada Bani Israil dan cerita di sekitar kehidupan dengan kekufuran mereka

dan keingkaran mereka terhadap Rasul Allah yang diutus kepada merekayaitu

Nabi Musa dan Nabi Harun. Maka dengan mengambil bandingan dari segala

kisah Bani Israil itu, mengerti sendirilah kaum Muslimin yang masyarakatnya

tengah dibentuk itu, bahwa janganlah mereka meniru sikap hidup yang buruk

dari Bani Israil itu. Kadang-kadang teguran itu ditegaskan sekali, sebagai

tersebut di dalam ayat 108: "Apakah kamu akan menanya kepada Rasul kamu,

sebagaimana ditanya Musa tempoh dulu?"

Segala rintangan dan cemuh serta tekanan-tekanan, baik dari ahlul-kitab,

ataupun dari kaum yang masih musyrikin, atau dari kaum yang munafik, telah

disanggah dan disambut semuanya. Latar-belakang dari perangai-perangai

buruk mereka telah dicela. Pada akhir-akhir darijuzu'pertama diterangkanlah

dari hal Nabi lbrahim dengan segala perjuangannya. Bahwa berbagai ujian telah

didatangkan Tuhan Allah kepada lbrahim dan dia telah dapat menggenapi, atau

mengatasi segala ujian itu, dan setelah dia lulus dariujian, diangkat Allahlah dia

menjadi Imam bagi manusia. Lalu diterangkan apakah inti ajaran yang dibawa

oleh lbrahim; yaitu agama Hanifan Musliman,lurus menuju kepada Allah dan

menyerahkan jiwa raga sepenuhnya kepadaNya. Bukanlah ajaran Ibrahim itu

agama yang bernama Yahudi, sebab Yahudi diambil dari nama salah seorang

putera Nabi Ya'kub bernama Yahudzo, padahal Ya'kub adalah cucu lbrahim.

Dan bukan pula agama Kristen (Nasrani). Sedangkan nama Kristen itu baru ada

sesudah Isa Almasih sendiri meninggal dunia*. Agama Ibrahim adalah Agama

lslam, yang berarti penyerahan diri kepada Allah Yang Maha Esa, Maha Kuasa.

Dan penganut faham itu diberi nama Muslim, artinya orang yang menyerah.

Sesudah itu dilanjutkan cerita asal mula beliau diperintahkan Allah men￾dirikan Ka'bah yang diMakkah itu, dibantu oleh puteranya Ismail. Bagaimana

beliau berdoa agar tempat yang telah dibukanya itu diberi berkat oleh Tuhan.

Dan beliaupun berdoa agar kelak kemudian hari, dari anak-cucu keturunannya

di Makkah itu timbul seorang Rasul untuk menuntun mereka. Kemudian itu

ujung kisah sampailah pada persediaan hendak mengambil Kiblat kepada

tempat yang asli, yaitu Masjidil-Haram sebagairumah ibadat kepada Allah Yang

Maha Esa, yang paling pertama di dunia ini.

Dari hal peralihan kiblat itulah yang dimulai pada Juzu' kedua ini.

Di pangkal juzu' kedua ini sudah diterangkan dengan jelas, bahwa kiblat

dikembalikan ke Makkah, bukan lagi ke Baitul-Maqdis. Disana diterangkan

salah satu sebab yang penting yaitu karena maksud Allah ialah menjadikan

ummat Muhammad ini ummatan wasathan, ummat yang di tengah, untuk

menjadi saksi bagi seluruh manusia, penyambung zaman lampau dengan

zaman depan, terletak di antara Timur dengan Barat. Di ayat-ayat ini dijelaskan

juga bahwa setiap ummat mempunyai ciri khasnyasendiri. Dengan cirinya yang

khas itulah dibentuk peribadinya.

Dia berkiblat sendiri. Dia mempunyai satu kepercayaan(akidah) yang jelas

dalam hubungan di antara Pencipta Alam, dan alam itu sendiri, dan Insan di

sekeliling diri dan pengertian tentang hidup dan peribadi sendiri. Dan diapun

mempunyai ibadat, cara menghubungkan diri dengan Allah yang berupa shalat,

puasa, zakat, dan haji; yang lain dari yang lain. Didalam juzu'kedua inimulai

diterangkan apa arti perjuangan. Perjuangan dengan harta dan jiwa, perjuangan

menegakkan keyakinan dan kebenaran. Kesediaan taat yang mutlak kepada

Tuhan, walaupun untuk itu jiwa sendiri, walaupun mati tantangannya, maka

mati yang demikian dinamai Syohid.

Dengan membaca ayat-ayat pada juzu' kedua, atau bahagian kedua dari

Surat al-Baqarah dan mengikutnya dengan seksama, nyata sekali bagaimana

ummat ini dibentuk. Ummat ini, dengan berpindah ke Madinah telah mulai

menegakkan peribadinya. Mereka tidak lagi menegakkan keyakinan dengan

sembunyi-sembunyi sebagai di Makkah dahulu. Mereka telah diberi Allah

kurnia dapat menegakkan Daulah, kekuasaan. Mempunyai daerah yang mula￾nya sempit saja sekedar kota Madinah, kemudian meluas dan meluas lagi dalam

masa 10 tahun. Dan di tahun kedelapan sesudah hijrah itu, Makkahpun dapat

ditaklukkan. Dalam membangun negara ke dalam, menyerbu musuh ke luar,

ataupun menangkis musuh yang akan merebut kembali kemerdekaan itu;

dalam menghadapi semuanya itu masyarakat ke dalam terus diperkokoh. Di

saat-saat yang penting wahyu Ilahi datang, maka Nabi Muhammad s.a.w.

menyampaikan wahyu itu kepada ummat, lalu dijadikan undang-undang dan

diamalkan dengan taat.

Maka bertemulah di dalam juzu' kedua ini peraturan puasa, peraturan

wasiat, hukum berperang di bulan-bulan suci dan di Masjidil-Haram, perintah


mengerjakan haji, bahaya minuman keras dan perjudian dan peraturan ber.

kenaan dengan membentuk rumahtangga, tentang kawin, talak, rujuk,'iddah,

sampai kepada meminang, sampai kepada cara bergaul suami-isteri; semuanya

itu peraturan yang selalu berpokok dan berpangkal daripada akidah dan

hubungan takwa kepada Allah.

Segala pahit-getir yang ditempuh dalam menegakkan Masyarakat Muslim,

diterangkan pada juzu' kedua ini tidak kurang hebatnya dari juzu' pertama.

Hambatan dari Ahlul-Kitab masih tetap dibayangkan, keingkaran kaum musy￾rikin masih tetap dijelaskan dan munafik masih tetap menggerutu di dalam

kelam, tetapi kepada Muslimin diperintahkan supaya jangan ragu-ragu me￾ngikuti Islam. Kalau sekali telah masuk dan mengakui akidah ini, janganlah

masuk separoh-separoh, bahkan masukilah seluruhnya, dan ambillah dia jadi

pegangan dalam seluruh segi kehidupan, dan jangan diturutilangkah-langkah

yang digariskan oleh syaitan (ayat 208). Bahkan diterangkan lagibahwasanya

hendak masuk syurga tidaklah semudah yang disangka oleh orang yang lemah

peribadinya. Jalan ke syurga tidak bertabur kembang.

Seorang yang ingin masuk syurga hendaklah tahan menderita kesusahan,

tahan menderita kemelaratan, bahkan sampai digoncangkan dan digempakan,

sehingga kadang-kadang dari hebatnya goncangan itu sampaiRasul sendiri dan

orang-orang yang beriman mengeluh menuntut kepada Tuhan, mana dia janji

Allah itu. (ayat 214). Ujung ayat menerangkan bahwa kalau keadaan sudah

sampai demikian rupa, itulah alamat bahwa pertolongan telah dekat.

Di ujung Juzu' bertemulah suatu kisah praktek daripada perjuangan

menegakkan iman dan akidah, yaitu sejemput rentetan kisah Bani Israil lama

sesudah Musa meninggal di bawah pimpinan seorang Nabi mereka. Mereka

telah menderita tindasan yang tidak tertahankan lagi yang datang dari musuh￾musuh mereka. Lalu mereka minta kepada Nabi mereka agarNabi itu mencari￾kan seorang Raja, atau Kepala Perang yang akan memimpin mereka berperang

pada jalan Allah. Cerita ini menceritakan jiwa kecil dari ummat yang lemah.

Mereka memerlukan seorang pemimpin tetapi setelah Nabi itu menunjukkan

siapa yang patut jadi pemimpin itu, ada-ada saja bantahan mereka, terutama

karena pemimpin itu tidak kaya. Padahal keniudian ternyata bahwa pemimpin

atau raja itu seorang yang gagah berani. Meskipun dia miskin dahulunya,

namun dia berwibawa dan sanggup memimpin. Setelah mereka diajak pergi

berperang, dan diuji ketaatan mereka setelah menyeberangi sungai, ternyata

bahagian yang terbesar tidak setia kepada disiplin.

Untunglah ada sebahagian kecilyang teguh hati melanjutkan perang, setia

patuh mengikuti perintah pimpinan, sehingga mereka tidak jadikalah. Cerita ini

adalah perbandingan yang tepat bagi jamaah masyarakat Islam yang tengah

dibentuk itu, sebab Masyarakat Islam adalah penyambut pusaka daripada

ummat Nabi-nabi yang telah lalu, guna menegakkan Imam kepada Allah dalam

alam ini, yang di kiri-kanan perjalanannya ranjau-ranjau telah disediakan oleh

musuh buyutannya, yaitu syaitan dan lblis.

Dengan menuruti secara seksama ayat-ayat di juzu' kedua ini, lalu di￾sambung dengan juzu'yang sebelumnya, kita akan menampak bagaikan al-

Quran memimpin jiwa kita dalam menempuh perjuangan ini. Satu perjuangan

besar menegakkan Sobililoh, jalan Allah ditengah-tengah hasad'dmgki, intimi￾dasi, permainan kotor, kedustaan dan kebohongan yang digunakan oleh Iblis

dan kakitangannya menghalangi tegaknya Kalimat Allah itu. Di samping itu

terdapat pula kelemahan manusia dalam menangkisnya, dan bagaimana agar

jiwa kuat dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, sehingga ternyatalah

bahwa di samping perjuangan ke luar, jihad dengan musuh diluar diri, terlebih

dahulu hendaklah berjihad pula mengendalikan diri sendiri, mendekatiAllah

dan memperkuat batin dengan munajat kepadanya. Sehingga selama dunia

terkembang, sejak zaman dulu, zaman sekarang dan nanti, jihad itu tidak akan

berhenti dan kebenaran jalan Allah jua yang akan menang.

Sehingga apabila kita baca ayat demi ayat, lihat Asbobun-Nuzul (sebab

turunnya ayat), perhatikan sanggahan musuh dan perhatikan pula sikap yang

dituntunkan wahyu, kerapkali kita merasakan bahwa apa yang kejadian di

zaman Rasulullah itu, itu pula yang kita hadapi sekarang. Namun nama-nama

musyrikin, Yahudi, Nasrani, munafiqin yang telah disebutkan 14 abad yang lalu

itu, itu jugalah yang kita hadapi sekarang, dan perjuangan tetap sesengit dahulu

juga.

Bahkan kadang-kadang lebih ngeri lagi tipudaya mereka, usaha mereka

membelokkan kita daripada Tauhid kepada syirik, menggagalkan kita mene'

gakkan jalan Allah, usaha mereka dengan menaburkan uang, ataupun dengan

memakai kekerasan senjata untuk menghalangi ajaran Nabi Muhammad ini;

caranya bisa bertukar, kadang-kadang kasar, kadang'kadang halus, namun

hakikatnya sama saja. Maka karena yang pokok pangkal pertentangan bukan￾lah barang benda lahir (materi), melainkan pokok pendirian batin, tidak ada

jalan lain bagi Muslimin melainkan menyatukan dirinya kembalidengan Kitab

Wahyu Suci ini. Sebab al-Quran akan tetap menjadipenggerak daridinamika

hidup Muslim, pemimpinnya dalam perjalanan menempuh jalan nyata: Undang￾undang dasar asasi pokok pangkal berfikir, di dalam hidup dan di dalam

bermasyarakat. Penuntun Muslim di dalam pergaulan Internasional, baik dalam

budi peribadiataupun dalam kegiatan karya hidup.


Akan berkata yang bodoh-bodoh

dari manusia itu: Apakah yang

memalingkan mereka itu dari

kiblat mereka yang telah ada

mereka padanya? Katakanlah:

Kepunyaan Allah timur dan

barat. Dia memberi petunjuk

siapa yang Dia kehendaki ke￾pada jalan yang lurus.

(143) Dan demikianlah, telah Kami

jadikan kamu suatu ummat yang

di tengah, supaya kamu menjadi

saksi-saksi atas manusia, dan

adalah Rasul menjadi saksi (pula)

atas kamu. Dan tidaklah Kami

jadikan kiblat yang telah ada

engkau atasnya, melainkan su￾paya Kami ketahui siapa yang

mengikut Rasul dari siapa yang

berpaling atas duatumitnya. Dan

memanglah berat itu kecuali atas

orang yang telah diberipetunjuk

oleh Allah. Dan tidaklah Allah

akan menyia-nyiakan iman

kamu. Sesungguhnya Allah ter￾hadap manusia adalah Penyan￾tun lagi Penyayang.

3;;'*iWWAdli

Lr..,-.

v i-llr

> 2azz 1-. -zt|- 2 2zz

f.lrt qgt 4altlrl Jt;* *

Lr'f lLiur-,y"i

t>2

L-A:...,

t;fi.ur;\"?G4,K;

,).zt 2 ,a-. ,-2. --- zz -tt2 5+ Jyi iF-:'tUI.J'11#

-t*ii3c4tur;6?1

4,t-j;tl{.;'[4iL

1t = 

a- .-, ,..- . ,, , .,

&YLrnrJ.>;Yrl: f &

J4'A rvv;ht o; u)t

t - tt ., i2 zz-r1r..

clB 6, i:t),tPt .lr JI 5: :c-L

Dori Hal Kiblat

I

Pada ayat 115 (juzu' I) telah difirmankan dengan jelas, bahwasanya baik

timur ataupun barat, baik jurusan yang mana saja, semuanya itu adalah

kepunyaan Allah, dan ke mana sajapun menghadap, di sana akan diterima juga

oleh wajah Allah. Sebab Allah tidak menempati sesuatu, bahkan Dia Maha Luas

dan Maha Mengetahui. Oleh sebab itu, pada pokoknya ke mana sajapun kita

menghadapkan muka di kala shalat, yang kita hadapi tetaplah wajah Allah, asal

kita kerjakan dengan khusyu'.


Tetapi agama bukanlah semata-mata urusan peribadi. Agamapun adalah

kesatuan seluruh insan yang sefaham dalam iman kepada Allah dan ibadat dan

amal shalih. Terutama sekalidalam mengerjakan shalat. Kalau sekiranya semua

orang menghadap ke mana saja tempat yang disukainya, meskipun yang

disembah hanya satu, di saat itu juga mulailah ada perpecahan ummat tadi.

Maka dalam Islam bukan saja cara menyembah Allah itu diajarkan dalam

waktu-waktunya yang tertentu, dengan rukun dan syaratnya yang tertentu,

tempat menghadapkan mukapun diatur jadi satu.

Menurut riwayat yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim daripada al￾Bara', bahwa Nabi s.a.w. mula datang ke Madinah, beliau menepat pada

okhuolnya (keluarga dari pihak ibu) dari kaum Anshar. Diwaktu mula datang

itu beliau shalat menghadap ke Baitul Maqdis, lamanya 16 atau 17 bulan.

sedang beliau rindu sekali kiblatnya itu menghadap ke Baitullah (Ka'bah).

Setelah permohonan beliau itu dikabulkan Tuhan, maka shalat yang mula

dihadapkannya ke Ka'bah itu ialah shalat Ashar. suatu kaum menjadi ma'mum

di belakang beliau. Setelah selesai shalat, seorang di antara ma'mum itu pergi ke

luar mesjid. Maka bersumpahlah orang itu sambil berkata: "Saya bersaksi di

hadapan Allah, bahwa saya baru saja selesai shalat bersama Nabi s.a.w.

menghadap ke Ka'bah." Mendengar perkataan orang itu maka sekalian orang

yang shalat itu memalingkan mukanya ke Ka'bah dengan tidak memutusi

shalatnya.

Sampai sekarang mesjid tempat orang mengalih kiblat sedang shalat itu

masih tetap dijadikan mesjid peringatan sejarah bernama mestidZulKiblotoini.

Yang empunya dua kiblat.

Inilah satu riwayat yang berkenaan dengan perputaran kiblat itu, disertai

lagi oleh beberapa Hadis yang lain.

Menurut satu riwayat dari lbnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir dan al￾Baihaqi, mereka mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah berkata bahwa nasikh￾mansukh yang pertama terdapat dalam al-Quran, ialah urusan perpindahan

kiblat itu, tetapi setengah ahli lagi berpendapat bahwa dalam urusan ini tidak

terdapat nasikh-mansukh. Sebab bila NabiMuhammad mulanya menghadap

Kiblat! Baitul Maqdis, adalah menurut ijtihad beliau sendiri, sebelum ada

ketentuan dari Tuhan. Sebab selama ini kedudukan Baitul Maqdis masih

istimewa dan Ka'bah sendiri masih penuh dengan berhala.

Menurut riwayat lbnu Abi Syaibah dan Abu Daud dan al-Baihaqi pula dari

Ibnu Abbas, katanya ketika Rasulullah masih diMakkah sebelum pindah ke

Madinah, kalau shalat, beliau menghadap kiblat ke BaitulMaqdis, tetapiKa'bah

dihadapan beliau. Dan setelah pindah keMadinah, beliau langsungberkiblat ke

Baitul Maqdis 16 bulan setelah itu Allah memalingkan kiblatnya ke Ka'bah.

Untuk mengetahui duduk perkara, di sini kita salin beberapa riwayat

berkenaan dengan soal kiblat itu.

Tentu kita telah mengerti dasar bermula di ayat 115 tadi. Jika ummat

dipimpin menyarukan haluan kiblatnya, baik diBaitulMaqdis atau ke Masjidil

Haram, bukanlah karena Tuhan Allah bertempat di kedua tempat itu. Atau

mulanya Tuhan bertempat di Baitul Maqdis kemudian pindah ke Ka'bah.


Bukan! Kiblat-kiblat itu adalah tempat biasa. AIam biasa dan batu biasa. Di

Baitul Maqd.is memang ada Sokhroh, yaitu batu yang menurut riwayat banyak

kejadian yang berhubung dengan diri Nabi-nabi pada batu itu. Tetapi diapun

batu biasa. Ada orang yang membuat dongeng bahwa batu itu tergantung tidak

bertali ke langit. Teranglah bahwa itu.dongeng yang tidak-tidak yang hanya

dapat dipercaya oleh orang bodoh-bodoh yang belum pernah melihatnya ke

sana. Batu itu tidak tergantung, melainkan terlekat di atas bumi, berlobang

sedikit ke dalam, sebagai batu-batu gua di mana-mana di dunia ini. Dan

Ka'bahpun bukan batu akik atau yaqut yang didatangkan dari syurga. Maka

bukanlah karena batu-batu itu istimewa sangat, sehingga telah tergantung di

antara alam dengan Tuhan, maka dianya yang dijadikan tempat buat kiblat.

Ka'bah sendiri berkali.kali telah rusak. Di tahun 1957 pernah ada retak di

Ka'bah, lalu dicari batu yang bagus-bagus dan ditambah dengan semen; bukan

semen dari syurga, tetapi semen dari pabrik.

Enambelas atau tujuhbelas bulan lamanya berkiblat ke Baitul Maqdis.

Maka Rasulullah s.a.w. sangatlah rindu jika Tuhan Allah menurunkan perintah

wahyu kembali menyuruh berkiblat ke Masjidil Haram yang diMakkah. Kerin.

duan beliau itu sudah dapat dimaklumi dari wahyu-wahyu yang telah turun

terlebih dahulu mengatakan bahwa rumah yang di Makkah itu diperintahkan

Tuhan kepada lbrahim buat mendirikannya. Maka oleh sebab NabiMuhammad

s.a.w. berkewajiban melanjutkan ajaran Ibrahim itu, yaitu menyerah diri kepada

Allah, yang menjadi pokok asal dari sekalian agama, niscaya akan datanglah

masanya, datang perintah menghidupkan kiblat yang asli itu kembali. Sebab

dialah rumah tempat beribadat kepada Allah Yang Esa yang pertama sekali

dibangunkan untuk manusia (lihat Surat ali Imran, Surat 3 ayat 96).

Apatah lagi di dalam Slrotegiperjuangan, kepindahan Rasulullah s.a.w. ke

Madinah ialah dengan tujuan memperkuat kaum Muslimin, untuk merebut

Ka'bah itu kelak dari kaum musyrikin dan membersihkannya daripada berhala.

Dengan segeranya kiblat dikembalikan ke sana, maka semangat buat merebut￾nya itu bertambah berkobar dalam dada seluruh ummat Tauhid yang telah

mulai disusun di Madinah.

Tuhan Allah Yang Maha Mengetahur akan segala rahasia hatihambaNya

dan telah mengetahui keinginan RasulNya itu memberi ingatlah kepada Nabi

s.a.w. bahwa peralihan kiblat itu kelak akan membawa suatu keributan lagidi

kalangan orang-orang yang bodoh-bodoh. Inilah ayatNya: "Akan berkatoyang

bodoh-bodoh dori manusio itu: Apakah yang memolingkan mereka itu dori

kiblat mereko yong telah ada mereko podonya?" (pangkal ayat 142).

Tadi di atas telah kita salinkan beberapa Hadis yang menyatakan bahwa

setelah Rasulullah s.a.w. berhijrah ke Madinah, kiblat yang beliau hadapi ialah

Baitul Maqdis. Setelah l6 atau 17 bulan, lalu dipalingkan kiblat itu ke Ka'bah. Di

dalam ayat ini telah diperingatkan kepada Rasulullah s.a.w. bahwa sebelum

kiblat itu beralih maka orang-orang yang bodoh di kalangan manusia itu akan

menjadikannya percakapan yang ribut, mengapa dialihkan kiblatnya, padahal

selama ini dia berkiblat ke BaitulMaqdis. Didalam ayat ini disebut Sufahaau,

sebagai kata jama' dariso/ih, yaitu orang-orang bodoh yang berfikiran dangkal,

yang bercakap asal bercakap saja, tetapi tidak sanggup mempertanggung￾jawabkan apa yang diucapkannya. Mereka bercakap hanya asalkeluar saja'

Ada yang berkata bahwa peralihan kiblat ini ialah karena Muhanmad itu

berfikir kurang matang, sebentar menghadap ke sana sebentar menghadap ke

mari. Dan ada pula yang berkata bahwa Muhammad hendak mengajak manusia

kembali kepada agama nenek-moyangnya. Sebab diwaktu itu diKa'bah masih

didapati berhala.berhala. Semuanya ini adalah lidah yang tidak bertulang. Maka

di dalam ayat ini Nabi diberi peringatan, bahwa sebagaimana sudah terbiasa,

apabila seorang Rasul atau pemimpin membuat suatu perobahan baru, sudah

pasti akan ada ribut-ribut. Tetapi ribut'ribut hanya akan datang dari orang'

orang bodoh, orang yang tidak bertanggungiawab. Baik penduduk Madinah

yang memang munafik ataupun orang Yahudi yang berkeliaran di Madinah

yang tidak merasa senang hati, karena dengan peralihan kiblat dari Baitul

Maqdis itu, kemegahan mereka akan runtuh. Sebab menurut mereka, sumber

agama Yahudi itu adalah BaitulMaqdis dan diBaitulMaqdis pula timbulNabi

nibi dan Rasul-rasul dari Bani Israil. Dengan demikian orang dapat mengambil

kesan bahwa ajaran Nabi Muhammad itu hanlalah tiruan atau jiplakan dari

agama mereka saja.

Kepada Nabi Muhammad diperingatkan bahwa kata-kata dari orang-orang

yang bodoh itu tidak perlu diacuhkan. Yangakan diberipenerangan bukanlah si

bodoh dan dungu atau bebal, melainkan orang yang berfikir waras. Sebab itu

bersabdaAllah dalam lanjutan ayat itu: "Katakanlah: Kepunyaan Alloh timur

dan barat." Artinya bahwasanya di sisiTuhan, baik barat ataupun timur, baik

utara ataupun selatan, adalah sama saja. Segala peniuru dunia ini Tuhan yang

empunya. Jika di waktu yang sudah-sudah orang berkiblat ke BaitulMaqdis

bukanlah berarti bahwasanya Allah Ta ala bertempat di BaitulMaqdis dan iika

kemudian dialihkan ke Ka bah, bukan pula berarti bahwa Allah bertempat di

Ka bah atau telah berpindah ke sana. Soal peralihan tempat bukanlah soal

penempatan Tuhan di salah satu tempat: "Dio memberi petunjuk siopa yang

Dia kehendaki, kepada jalan yang lurus." (ujung ayat 142).

Ayat ini memberi kejelasan bahwa soal beralih atau tetapnya kiblat,

bukanlah berarti karena tempat itu yang kita sembah. Timur dan barat, utara

dan selatan dan penjuru yang manapun adalah kepunyaan Allah.

Di antara Baitul Maqdis dengan Baitullah al-Haram diMakkah tidak ada

perbedaan pada sisi Allah. Keduanya sama-sama terdiri dari batu dan kapur

yang diambil dari bumi Allah. Tuiuan yang terutama adalah tujuan hati, yaitu

memohonkan petunjuk jalan yang lurus kepada Tuhan, yang Tuhan bersedia

memberikannya kepada barangsiapa yang Dia kehendaki. Dengan keterangan

ini dijelaskan duduk soal yang bisa mengacaukan fikiran, karena kacau'balau

dari cara berfikir orang-orang yang bodoh. Tegasnya, meskipun tetap meng￾hadap ke BaitulMaqdis, ataupun telah beralih kepada Ka'bah, namun kalau hati

tidak jujur, kalau langkah yang ditempuh didalam hidup adalah langkah curang,

beralih atau tidak beralih kiblat, tidaklah akan membawa perobahan bagijiwa.

Oleh sebab itu percakapan dari orang-orang yang bodoh janganlah sampai

membawa orang-orang yang berakal cerdas terpesona daripada maksud agama

yang bermula. Jangan sampai orang yang berakal fikiran cerdas meninggalkan

pokok (prinsip) karena terbawa oleh aliran yang kacau dariorang boaoh, tatu

bertengkar pada soal ranting (detail).

untuk itu dijelaskan lagi bagaimana kedudukan ummat Muhammad di

dalam menegakkan jalan lurus yang dikehendaki itu. Berkatalah ayat selanjut.

nya: "Don demikianlah, telah Kami jadikon kamu suatu ummat yang di

tengah." (pangkal ayat 143).

Dan ada dua ummat'yang datang sebelum ummat Muhammad, yaitu

ummat Yahudi dan ummat Nasrani. Terkenallah didalam riwayat perjalinan

ummat-ummat itu bahwasanya ummat Yahudi terlalu condong kepada dunia,

kepada benda dan harta. Sehingga di dalam catatan Kitab Suci mereka sendiri,

kurang sekali diceritakan darihalsoalakhirat. Lantaran itulah maka sampaiada di antara mereka yang berkata bahwa kalau mereka masuk neraka kelak,

hanyalah beberapa hari saja, tidak akan lama.

Sebaliknya dari itu adalah ajaran Nasraniyang lebih mementingkan akhirat

saja, meninggalkan segala macam kemegahan dunia, sampai mendirikan biara￾biara tempat bertapa, dan menganjurkan pendeta-pendeta supaya tidak kawin.

Tetapi kehidupan rohani yang sangat mendalam ini akhirnyi hanya dapat

dituruti oleh golongan yang terbatas, ataupun dilanggar oleh yang telah me￾nempuhnya, sebab berlawanan dengan tabiat kejadian manusia. Terutama

setelah agama ini dipeluk oleh bangsa Romawi dan diakui menjadi agama

kerajaan.

sampai kepada zaman kita inipun dapatlah kita rasakan betapa sikap hidup

orang Yahudi. Apabil