• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 3. Tampilkan semua postingan

ibrani wahyu 3


 ah yang menghi-

dupkan firman itu. Sekalipun orang yang berkhotbah memper-

cayai Injil dan berusaha untuk menambahkan iman pada 

khotbahnya, dan berbicara sebagai orang yang sudah percaya 

dan disebutkan orang demikian, namun jika  para pende-

ngarnya tidak memiliki iman di dalam jiwa mereka untuk 

menumbuhkan firman itu, maka mereka tidak akan pernah 

mendapatkan manfaat dari firman ini . Iman harus ber-

campur dengan setiap kata dari firman, dan harus dipraktik-

kan serta digunakan sembari kita mendengarkan. saat  kita 

telah mendengar firman, setuju dengan firman itu, mengakui-

nya, menerima rahmat yang ditawarkan, dan menerapkan 

firman itu pada diri kita sendiri dengan hati yang sesuai, maka 

kita akan memperoleh manfaat dan keuntungan yang besar 

dari firman yang diberitakan. 

IV. Pada pertimbangan-pertimbangan inilah Rasul Paulus mendasar-

kan peringatan dan nasihatnya, yang berulang kali disampaikan-

nya dengan bersungguh-sungguh, bahwa orang-orang yang me-

nikmati Injil harus tetap memiliki kewaspadaan dan cemburu 

yang kudus terhadap diri mereka sendiri, supaya jangan sampai 

ada ketidakpercayaan tersembunyi yang mencuri manfaat firman 

itu dari mereka, serta mencuri perhentian rohani yang ada  

dalam Injil dan ditawarkan di dalamnya. Sebab itu, baiklah kita 

waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang diang-

gap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-

Nya masih berlaku (ay. 1). Perhatikanlah, 

1. Anugerah dan kemuliaan dapat diperoleh semua orang yang 

ada di bawah Injil. Ada tawaran yang diberikan, dan ada janji 

yang diberikan bagi mereka yang mau menerima tawaran 

ini . 

2. Mereka yang dapat memperoleh anugerah dan kemuliaan, juga 

dapat kehilangan semuanya itu. Orang-orang yang telah mene-

rima keselamatan oleh sebab  iman, bisa juga kehilangan ke-

selamatan gara-gara tidak percaya. 

3. Sangatlah mengerikan jika  kita dianggap ketinggalan un-

tuk menerima keselamatan Injil, jika  kita tampak demikian 

dalam pandangan kita sendiri, sehingga kehilangan pengha-

rapan yang penuh penghiburan. Juga sangatlah mengerikan, 

jika  kita tampak demikian dalam pandangan orang lain, 

sehingga kita kehilangan kehormatan pengakuan iman kita 

Surat Ibrani 4:1-10 

yang kudus. Namun, sengeri-ngerinya dianggap ketinggalan 

untuk menerima perhentian ini, jauh lebih ngeri lagi jika  

kita benar-benar ketinggalan. Mengalami kekecewaan yang se-

demikian rupa jelas akan membuat kita hancur. 

4. Salah satu cara yang baik untuk mencegah kita benar-benar 

ketinggalan, atau dianggap ketinggalan, yaitu  dengan tetap 

memiliki rasa takut yang kudus dan saleh supaya kita jangan 

sampai ketinggalan. Ini akan membuat kita menjadi waspada 

dan tekun, tulus dan bersungguh hati. Rasa takut ini akan 

membuat kita terus memeriksa iman kita dan melatihnya. Seba-

liknya, sikap gegabah yaitu  jalan cepat menuju kebinasaan. 

V. Rasul Paulus menegaskan kebahagiaan yang akan dialami orang-

orang yang benar-benar percaya kepada Injil. Ini dilakukannya, 

1. Dengan menyatakan kebenaran Injil itu dengan tegas, berda-

sarkan pengalamannya sendiri dan juga orang lain. “Sebab 

kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian (ay. 3). 

Kita masuk ke dalam persatuan yang penuh kebahagiaan de-

ngan Kristus, dan ke dalam persekutuan dengan Tuhan  melalui 

Kristus. Dalam keadaan ini, kita benar-benar menikmati ba-

nyak pemberian yang manis berupa pengampunan dosa, 

damai sejahtera di dalam hati nurani, sukacita dalam Roh Ku-

dus, limpahan anugerah dan kemuliaan, perhentian dari per-

hambaan terhadap dosa, dan beristirahat di dalam Tuhan  sam-

pai kita siap masuk ke tempat perhentian bersama Dia di 

sorga.” 

2. Rasul Paulus memberi  gambaran dan menegaskan bahwa 

orang-orang yang percayalah yang benar-benar berbahagia 

seperti itu, dan pasti masuk ke tempat perhentian. Hal ini 

digambarkannya dengan, 

(1) Menjelaskan bagaimana Tuhan  sudah selesai mengerjakan 

karya penciptaan, dan sebab  itu masuk ke dalam per-

hentian-Nya (ay. 3-4). sesudah  itu Dia menetapkan orangtua 

pertama kita untuk beristirahat pada hari ketujuh, beristi-

rahat di dalam Tuhan . Sekarang sesudah Tuhan  menyelesai-

kan pekerjaan-Nya, lalu berhenti dari pekerjaan itu dan 

beristirahat, begitu juga Ia akan membuat orang-orang per-

caya yang telah menyelesaikan pekerjaan mereka untuk 

menikmati perhentian mereka.  

(2) Menjelaskan Tuhan  menghendaki agar Sabat terus dijalan-

kan, sesudah  manusia jatuh ke dalam dosa, dan sesudah  

seorang Penebus dinyatakan. Orang percaya harus tetap 

memelihara hari ketujuh sebagai sabat yang kudus bagi 

Tuhan. Di dalam Sabat itu, mereka harus memuji Dia yang 

telah mengadakan mereka dengan kuasa penciptaan dari 

yang tidak ada menjadi ada, dan memohon kepada-Nya 

supaya Ia memperbarui mereka dengan Roh anugerah-Nya, 

serta mengarahkan iman mereka kepada Sang Penebus 

yang telah dijanjikan itu, dan yang akan memulihkan se-

gala sesuatu. Dengan iman itu, mereka menemukan per-

hentian atau peristirahatan di dalam jiwa mereka.  

(3) Menjelaskan bahwa Tuhan  memberi  tanah Kanaan seba-

gai perlambang akan tempat perhentian itu bagi orang Ya-

hudi yang percaya. Seperti halnya orang-orang yang sung-

guh-sungguh percaya, yaitu Kaleb dan Yosua, benar-benar 

memasuki Kanaan, maka begitu juga dengan mereka yang 

sekarang percaya akan masuk ke tempat perhentian. 

(4) Menjelaskan tentang kepastian akan adanya perhentian 

lain di samping hari perhentian ketujuh yang telah ditetap-

kan dan ditaati baik sebelum maupun sesudah kejatuhan 

manusia, dan di samping tempat peristirahatan Kanaan 

yang menjadi perlambang itu, di mana banyak orang Ya-

hudi gagal masuk ke dalamnya akibat tidak percaya. Se-

bab, sang pemazmur telah berbicara tentang suatu hari 

yang lain dan perhentian yang lain, yang dari situ jelas 

bahwa bagi umat Tuhan  tersedia suatu sabat yang lebih ro-

hani dan lebih mulia dibandingkan  sabat yang dituju oleh 

bangsa Yahudi di bawah kepemimpinan Yosua (ay. 6-9). 

Perhentian yang lain ini akan tetap menjadi, 

[1] Sebuah perhentian anugerah, penghiburan, dan keku-

dusan, dalam masa Injil. Ini yaitu  perhentian di mana 

Tuhan Yesus, Yosua kita, membuat jiwa yang lelah dan 

hati nurani yang dibangunkan beristirahat. Inilah yang 

menyegarkan kita. 

[2] Sebuah perhentian di dalam kemuliaan, yaitu sabat 

kekal di sorga, yang mengistirahatkan serta menyem-

Surat Ibrani 4:1-10 

purnakan alam dan juga kasih karunia. Di dalamnya 

umat Tuhan  akan menikmati akhir dari iman mereka dan 

apa yang selama ini dirindukan jiwa mereka.  

(5) Semua ini lebih jauh terbukti dari para pendahulu kita 

yang mulia, yang benar-benar sudah memperoleh perhenti-

an ini, yakni Tuhan  dan Kristus. Sudah jelas bahwa Tuhan , 

sesudah  menciptakan dunia dalam enam hari, memasuki 

peristirahatan atau perhentian-Nya. Dan sudah jelas pula 

bahwa Kristus, sesudah  menyelesaikan karya penebusan 

bagi kita, memasuki perhentian-Nya. Semua ini bukan 

hanya contoh, melainkan juga yaitu  jaminan pasti bahwa 

orang percaya akan memasuki tempat perhentian mereka. 

Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, 

ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama 

seperti Tuhan  berhenti dari pekerjaan-Nya (ay. 10). Setiap 

orang percaya yang sejati telah berhenti dari pekerjaan ke-

benarannya sendiri, dan dari pekerjaan Taurat yang mele-

lahkan, seperti halnya Tuhan  dan Kristus telah berhenti dari 

pekerjaan penciptaan dan penebusan mereka.  

VI. Rasul Paulus menegaskan kemalangan yang menimpa orang-

orang yang tidak percaya. Mereka tidak akan pernah masuk ke 

tempat perhentian rohani ini, baik yang berupa kasih karunia di 

dunia sini maupun yang berupa kemuliaan di sorga. Hal ini 

sepasti apa yang dapat dijanjikan oleh firman dan sumpah Tuhan . 

Seperti halnya Tuhan  jelas telah memasuki perhentian-Nya, maka 

begitu juga orang yang terus saja tidak percaya pasti akan diting-

galkan. Seperti halnya orang Yahudi yang tidak percaya jelas telah 

binasa di padang belantara dan tidak pernah sampai ke tanah 

perjanjian, begitu juga orang yang tidak percaya pasti akan binasa 

dan tidak pernah sampai ke sorga. Seperti halnya Yosua, pemim-

pin besar bangsa Yahudi, sekalipun begitu perkasa dan pandai 

memimpin, namun  tidak dapat memberi  Kanaan kepada bangsa 

Yahudi gara-gara ketidakpercayaan mereka, maka begitu juga 

bahkan Yesus sendiri, pemimpin keselamatan kita, sekalipun 

anugerah dan kekuatan yang sempurna ada pada diri-Nya, tidak 

akan dan tidak dapat memberi  baik perhentian rohani mau-

pun perhentian kekal kepada orang yang tetap tidak percaya sam-

pai akhir. Perhentian itu hanya tersedia bagi umat Tuhan . Orang-

orang lain, oleh sebab  dosa mereka, menyerahkan diri mereka sen-

diri ke dalam keadaan tanpa perhentian sampai selama-lamanya. 

Nasihat yang Sungguh-sungguh;  

Keimaman Kristus 

(4:11-16) 

11 sebab  itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, 

supaya jangan seorang pun jatuh sebab  mengikuti contoh ketidaktaatan itu 

juga. 12 Sebab firman Tuhan  hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang 

bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa 

dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan 

dan pikiran hati kita. 13 Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi 

di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata 

Dia, yang kepada-Nya kita harus memberi  pertanggungan jawab. 14 Kare-

na kita sekarang memiliki  Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua 

langit, yaitu Yesus, Anak Tuhan , baiklah kita teguh berpegang pada pengaku-

an iman kita. 15 Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar 

yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya 

sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. 16 Sebab itu 

marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, 

supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk 

mendapat pertolongan kita pada waktunya. 

Di bagian terakhir dari pasal ini, Rasul Paulus memberi penutup, 

pertama, dengan sebuah nasihat yang sungguh-sungguh dan di-

ulang-ulang. Kemudian, dengan dorongan yang tepat dan kuat. 

I. Di sini disampaikan sebuah nasihat yang sungguh-sungguh. Ka-

rena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian 

itu (ay. 11). Amatilah, 

1. Tujuannya dikemukakan, yaitu perhentian yang rohani dan 

kekal. Perhentian kasih karunia di dunia sini dan perhentian 

kemuliaan di sorga nanti. Di dalam Kristus di atas bumi ini, 

bersama Kristus di sorga. 

2. Cara untuk mencapai tujuan ini disampaikan, yaitu dengan 

berusaha, dengan jerih payah yang tekun. Inilah satu-satunya 

cara untuk memperoleh perhentian. Barangsiapa sekarang 

tidak mau bekerja, tidak akan beristirahat nanti. sesudah  be-

kerja keras dengan tekun dan selayaknya, maka istirahat yang 

manis dan yang memberi  kepuasan akan mengikuti. Jerih 

payah yang dilakukan saat ini akan menjadikan istirahat te-

rasa lebih menyenangkan saat  waktunya tiba. Enak tidurnya 

orang yang bekerja (Pkh. 5:11). sebab  itu, marilah kita beker-

Surat Ibrani 4:11-16 

 ja. Marilah kita bersepakat dan menjadi satu suara dalam hal 

ini, dan marilah kita saling mendorong, dan saling menasihati 

supaya rajin dalam pekerjaan ini. Sungguh inilah tindakan 

persahabatan yang paling tulus, yaitu bahwa saat  melihat 

sesama orang Kristen menganggur, kita menasihati mereka 

supaya mengerjakan urusan mereka dan melakukannya de-

ngan bersungguh-sungguh. “Mari, Tuan-tuan, marilah kita se-

mua pergi bekerja. Mengapa kita duduk saja? Mengapa kita 

menganggur? Ayo, marilah kita bekerja. Sekarang waktunya 

kita bekerja, waktunya kita beristirahat masih nanti.” Demi-

kianlah seharusnya orang Kristen menasihati diri sendiri dan 

satu dengan yang lain supaya rajin bekerja dalam kewajiban 

mereka, terutama saat  kita melihat harinya semakin dekat. 

II. Di sini disampaikan dorongan yang tepat dan kuat supaya nasihat 

itu berhasil. Dorongan itu diambil dari, 

1. Contoh yang mengerikan tentang orang-orang yang sudah bi-

nasa oleh sebab  tidak percaya. Supaya jangan seorang pun 

jatuh sebab  mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga. Melihat 

begitu banyak orang jatuh mendahului kita akan semakin 

memperburuk dosa kita, jika  kita tidak mau mengambil 

pelajaran dari hal itu. Kebinasaan mereka menyerukan nasi-

hat yang lantang kepada kita. Jiwa mereka yang gelisah dan 

terhilang menangis kepada kita dari dalam siksaan mereka, 

supaya kita jangan menjadikan diri kita malang seperti mere-

ka, dengan melakukan dosa seperti yang telah mereka per-

buat. 

2. Pertolongan dan keuntungan luar biasa yang bisa kita peroleh 

dari firman Tuhan  untuk menguatkan iman kita dan membuat 

kita rajin, supaya kita dapat memperoleh perhentian ini. Sebab 

firman Tuhan  hidup dan kuat (ay. 12). Mengenai firman Tuhan , 

kita dapat memahaminya sebagai hakikat dari firman maupun 

sebagai firman yang tertulis. Hakikat dari Firman, yang pada 

mulanya bersama-sama dengan Tuhan , dan yaitu  Tuhan  (Yoh. 

1:1), yang yaitu  Tuhan Yesus Kristus, dan apa yang dikata-

kan di ayat ini memang benar mengenai Dia. Namun, umum-

nya orang memahaminya sebagai firman yang tertulis, yakni 

Kitab Suci, yang yaitu  firman Tuhan . Nah, mengenai firman 

itu dikatakan bahwa,  

(1) Firman itu hidup. Firman itu sangat giat dan aktif di dalam 

segala tindakannya, dalam menangkap hati nurani orang 

yang berdosa, memotongnya hingga ke dalam hati, lalu 

menghiburnya dan membalut luka-luka di dalam jiwanya. 

Orang yang tidak mengenal firman Tuhan  menyebutnya 

sebagai huruf-huruf mati. Firman itu bergerak dengan 

cepat, sebanding dengan kecepatan cahaya, dan tidak ada 

yang lebih cepat dibandingkan  cahaya. Firman itu tidak hanya 

cepat, namun  juga menghidupkan. Firman itu yaitu  terang 

yang menyala. Firman itu ialah perkataan yang hidup, zōn. 

Orang kudus akan mati, dan orang berdosa juga mati, 

namun  firman Tuhan  tetap hidup. Semua yang hidup yaitu  

seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga 

rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, namun  

firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya (1Ptr. 1:24-25). 

Nenek moyangmu, di mana mereka? Dan para nabi, apakah 

mereka hidup untuk selama-lamanya? namun  segala firman 

dan ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepada hamba-

hamba-Ku, para nabi, bukankah itu telah sampai kepada 

nenek moyangmu? (Za. 1:5-6).  

(2) Firman Tuhan  itu kuat. saat  Tuhan  menyampaikan firman 

melalui Roh-Nya, maka firman itu menginsafkan orang de-

ngan penuh kuasa, mempertobatkan dengan penuh kuasa, 

dan menghibur dengan penuh kuasa. Firman itu begitu 

kuat, sehingga sanggup meruntuhkan benteng-benteng 

(2Kor. 10:4-5), membangkitkan orang mati, membuat orang 

tuli mendengar, orang buta melihat, orang bisu berbicara, 

dan orang lumpuh berjalan. Firman itu berkuasa untuk 

memukul jatuh kerajaan Iblis, dan mendirikan kerajaan 

Kristus di atas reruntuhannya.  

(3) Firman Tuhan  lebih tajam dari pada pedang bermata dua 

mana pun. Firman memotong dari kedua sisi. Firman itu 

ialah pedang Roh (Ef. 6:17). Firman itu ialah pedang 

bermata dua yang keluar dari mulut Kristus (Why. 1:16). 

Firman ini  lebih tajam dibandingkan  pedang bermata dua 

yang mana pun, sebab  ia akan masuk ke tempat yang 

tidak dapat dimasuki oleh pedang lain apa pun, dan meng-

iris dengan lebih jitu. Ia menusuk amat dalam sampai me-

misahkan jiwa dan roh, yaitu jiwa dan tabiatnya yang 

Surat Ibrani 4:11-16 

merajalela. Ia membuat jiwa yang sudah lama dikuasai roh 

kesombongan menjadi rendah hati, yang dikuasai roh 

kebejatan menjadi lemah lembut dan taat. Kebiasaan-

kebiasaan dosa yang sudah menjadi hal biasa bagi jiwa, 

dan telah jauh berakar di dalamnya, serta dapat dikatakan 

menyatu dengan jiwa, dipisahkan dan dipotong oleh pe-

dang ini. Pedang ini memisahkan ketidaktahuan dari peng-

ertian, dan pemberontakan dari kehendak. Pedang ini juga 

memisahkan permusuhan dari pikiran, yang semasa masih 

bersifat daging, pikiran itu sendiri bermusuhan dengan 

Tuhan . Pedang ini memisahkan antara sendi-sendi dan sum-

sum, yakni bagian-bagian tubuh yang paling tersembunyi, 

tertutup, dan intim. Pedang ini sanggup memotong nafsu 

daging sekaligus nafsu pikiran, dan membuat manusia rela 

menjalani operasi yang paling tajam untuk mematikan dosa. 

(4) Firman ini sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran 

hati kita, bahkan pikiran dan rancangan yang paling 

rahasia dan tersembunyi. Firman ini akan menyingkapkan 

kepada manusia berbagai pikiran dan maksud mereka, 

kekejian di dalam berbagai pikiran dan maksud ini , 

dasar-dasar jahat yang menggerakkan pikiran dan maksud 

itu, serta niat buruk dan penuh dosa yang mereka tuju. 

Firman itu akan menguak batin orang berdosa, dan 

membiarkan dia melihat semua yang ada  di dalam 

hatinya. Nah, firman semacam ini tentulah akan sangat 

menolong kita untuk menjadi beriman dan taat. 

3. Kesempurnaan Tuhan Yesus Kristus, baik mengenai pribadi-

Nya maupun jabatan-Nya. 

(1) Pribadi-Nya, khususnya kemahatahuan-Nya. Dan tidak ada 

suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya (ay. 

13). Ini sejalan dengan perkataan Kristus mengenai diri-

Nya sendiri. Semua jemaat akan mengetahui, bahwa Akulah 

yang menguji batin dan hati orang (Why. 2:23). Tidak ada 

suatu makhluk pun yang dapat tersembunyi dari Kristus. 

Tidak satu pun dari ciptaan Tuhan , sebab  Kristuslah yang 

menciptakan mereka semua. Tidak satu pun juga dari 

tindak-tanduk dan perbuatan pikiran dan hati kita (yang 

dapat dikatakan sebagai ciptaan kita sendiri), yang tersem-

bunyi selain semuanya terbuka dan tampak oleh Dia, yang 

seharusnya menjadi sasaran penyembahan kita, dan meru-

pakan imam tertinggi yang kita akui. Kristus, dengan 

kemahatahuan-Nya, menyembelih korban yang kita bawa 

kepada-Nya, untuk dipersembahkan di hadapan Bapa. 

Nah, sebagaimana Imam Besar pada masa lalu memeriksa 

binatang korban, menyembelihnya hingga ke tulang pung-

gung untuk melihat apakah hewan itu benar-benar baik, 

maka begitu juga segala sesuatu dipotong-potong, lalu di-

bentangkan di hadapan mata yang tajam dari Imam Besar 

Agung kita. Dan Ia, yang sekarang menguji korban yang 

kita berikan, pada akhirnya akan menjadi Hakim yang 

menguji keadaan kita. Kita akan memberi  pertanggung-

jawaban kepada Dia sebagai orang yang akan menentukan 

kekekalan kita. Beberapa orang menafsirkan kata-kata ini 

sebagai kepada-Nya kita harus memberi  perhitungan. 

Kristus memiliki perhitungan yang tepat atas diri kita se-

mua. Ia telah memberi  pertanggungjawaban bagi semua 

orang yang percaya kepada-Nya, dan Ia akan mengadakan 

perhitungan  terhadap semua orang. Kita semua harus ber-

tanggungjawab di hadapan-Nya. Kemahatahuan Kristus ini, 

dan pertanggungjawaban yang harus kita berikan kepada-

Nya atas diri kita sendiri, seharusnya mendorong kita un-

tuk bertekun di dalam iman dan ketaatan sampai Ia me-

nyempurnakan segala urusan kita. 

(2) Di sini disampaikan tentang keutamaan dan kesempurna-

an Kristus mengenai jabatan-Nya, khususnya jabatan seba-

gai Imam Besar kita. Rasul Paulus pertama-tama meng-

ajarkan kepada orang Kristen mengenai pengetahuan ten-

tang Imam Besar mereka, yaitu Imam Besar apakah Dia. 

sesudah  itu, ia mengingatkan mereka akan kewajiban yang 

mereka miliki dalam hal ini. 

[1] Imam Besar apakah Kristus itu (ay. 14). sebab  kita se-

karang memiliki  Imam Besar Agung. Maksudnya, 

Pertama, Imam Besar yang Agung, yang jauh lebih 

agung dibandingkan  Harun, atau imam lain mana pun dari 

keturunan Harun. Para Imam Besar di bawah hukum 

Taurat dianggap sebagai orang yang agung dan terhor-

Surat Ibrani 4:11-16 

mat, namun  mereka hanyalah gambar dan bayangan dari 

Kristus. Keagungan Imam Besar kita ditonjolkan, 

1. Melalui kenyataan bahwa Dia telah melintasi semua 

langit. Imam Besar di bawah hukum Taurat, seta-

hun sekali menyingkir dari pandangan mata orang 

banyak dan masuk ke balik tabir, ke dalam Ruang 

Mahakudus, di mana ada  tanda hadirat Tuhan  

yang kudus. Namun, Kristus sekali untuk selama-

nya telah melintasi semua langit untuk memerintah 

atas segala sesuatu, untuk mengutus Roh untuk 

menyiapkan tempat bagi umat-Nya, dan untuk ber-

syafaat bagi mereka. Kristus melaksanakan sebagian 

dari tugas keimaman-Nya di muka bumi dengan 

cara mati bagi kita. Sebagian lainnya dilaksanakan-

Nya di sorga, dengan mengadakan pembelaan bagi 

umat-Nya dan mempersembahkan korban mereka. 

2. Keagungan Kristus ditonjolkan melalui nama-Nya, 

yaitu Yesus, seorang tabib dan seorang Juruselamat, 

salah satu Pribadi dengan kodrat ilahi, Anak Tuhan  

sejak dari kekekalan. sebab  itu, Ia memiliki kesem-

purnaan ilahi, sanggup untuk menyelamatkan sepe-

nuhnya semua orang yang datang kepada Tuhan  me-

lalui Dia. 

Kedua, Ia bukan saja seorang Imam Besar yang 

agung, namun  juga pemurah, penuh rahmat, belas kasih, 

dan turut berbagi rasa terhadap umat-Nya. Sebab Imam 

Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak 

dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita (ay. 

15). Sekalipun Dia begitu besar, dan begitu jauh di atas 

kita, namun Dia sangat baik hati, dan sangat meme-

dulikan kita. Ia turut merasakan kelemahan-kelemahan 

kita dengan cara sedemikian rupa yang tidak dapat 

dilakukan orang lain, sebab  Dia sendiri telah dicobai 

dengan segala kesukaran dan masalah yang biasa ter-

jadi pada kodrat kita yang telah jatuh ke dalam dosa. 

Ini bukan hanya supaya Dia dapat melakukan penebus-

an bagi kita, namun  juga supaya Dia dapat turut berbagi 

dalam keadaan kita. Namun sekalipun demikian, 

Ketiga, Ia yaitu  Imam Besar yang tidak berdosa. 

Sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat 

dosa. Ia dicobai oleh Iblis, namun  Ia berhasil lolos tanpa 

berbuat dosa. Kita jarang menjumpai cobaan, namun  co-

baan mengguncang kita. Kita cenderung ingin mundur, 

sekalipun kita tidak menyerah. Namun, Imam Besar 

Agung kita lolos dengan sempurna di dalam pertarung-

an-Nya dengan setan, yang tidak dapat menemukan 

dosa apa-apa di dalam diri-Nya ataupun menodai-Nya 

sedikit pun. Yesus mengalami cobaan yang sangat berat 

dari Bapa. Tuhan berkehendak untuk meremukkan Dia, 

namun  sekalipun begitu Ia tidak berbuat dosa, baik di 

dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan. Ia tidak 

berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 

Ia kudus, tidak berbahaya, dan tidak bercela. Seperti 

itulah seorang Imam Besar seharusnya bagi kita. Maka, 

sesudah  memberi tahu kita seperti apakah Imam Besar 

yang kita punyai, Rasul Paulus melanjutkan dengan 

menunjukkan kepada kita, 

[2] Bagaimana kita harus bersikap terhadap-Nya. 

Pertama, marilah kita teguh berpegang pada peng-

akuan iman kita di dalam Dia (ay. 14). Janganlah kita 

menyangkal Dia, janganlah malu akan Dia di hadapan 

manusia. Marilah kita teguh berpegang pada ajaran Ke-

kristenan yang mencerahkan di benak kita, pada pedom-

an Kekristenan yang menghidupkan di hati kita, pada 

pengakuan Kristen secara terbuka di bibir kita, serta 

tunduk dalam tindakan dan dalam segala hal terhadap 

ajaran Kekristenan di hidup kita. Perhatikan di sini, 

1. Kita harus dikuasai oleh ajaran, pedoman, dan pe-

laksanaan kehidupan Kristen. 

2. Bila kita berbuat demikian, kita akan bisa melepas-

kan cengkeraman kita dari kebengkokan hati kita, 

dari godaan Iblis, dan rayuan dunia yang jahat ini. 

3. Keunggulan Imam Besar yang kita akui dengan iman 

ini akan memandang kemurtadan kita dari-Nya se-

bagai sesuatu yang sangat menjijikkan dan tidak 

dapat diterima. Tindakan demikian akan menjadi 

Surat Ibrani 4:11-16 

suatu kebodohan terbesar dan sikap yang paling 

tidak tahu berterima kasih. 

4. Orang Kristen tidak hanya perlu memulai dengan 

baik, namun  juga harus bertahan. Barangsiapa berta-

han sampai akhir akan diselamatkan, dan tidak ada 

orang yang akan selamat selain mereka yang 

bertahan.  

 Kedua, oleh sebab  keutamaan Imam Besar kita, 

maka kita harus terdorong untuk menghampiri takhta 

kasih karunia dengan penuh keberanian (ay.16). Di sini 

perhatikanlah, 

1. Ada suatu takhta kasih karunia yang didirikan, dan 

suatu cara menyembah yang ditetapkan. Di dalam-

nya, Tuhan  dapat menjumpai orang-orang berdosa 

yang malang dengan penuh kemurahan, bercakap-

cakap dengan mereka, dan mereka dengan penuh 

harap dapat menghampiri-Nya, sambil bertobat dan 

percaya. Tuhan  bisa saja menyiapkan suatu persi-

dangan untuk mengadili dengan bengis dan tanpa 

belas kasihan, menjatuhkan hukuman mati, sebagai 

upah dosa, kepada semua orang yang dipanggil un-

tuk diadili. Namun, Ia justru memilih untuk men-

dirikan takhta kasih karunia. Sebuah takhta ber-

bicara tentang wewenang, dan menuntut adanya ke-

kaguman dan penghormatan. Sebuah takhta kasih 

karunia menyiratkan adanya penghiburan yang be-

sar, bagi orang yang paling berdosa sekalipun. Di 

takhta itu, kasih karunia memerintah, dan bertindak 

dengan kebebasan, kuasa, dan kemurahan yang 

berdaulat. 

2. Kita wajib dan perlu untuk kerap didapati berada di 

hadapan takhta kasih karunia ini, menantikan Tu-

han sambil mengerjakan segala kewajiban untuk 

menyembah Dia, baik secara perseorangan maupun 

bersama-sama. yaitu  baik bagi kita untuk berada 

di sana. 

3. Maksud dan kepentingan kita berada di takhta kasih 

karunia haruslah supaya kita menerima rahmat dan

menemukan kasih karunia untuk mendapat perto-

longan kita pada waktunya. Rahmat dan kasih karu-

nia yaitu  hal-hal yang kita butuhkan. Rahmat un-

tuk mengampuni segala dosa kita, dan kasih karu-

nia untuk memurnikan jiwa kita. 

4. Di samping bahwa kita memang tergantung setiap 

hari kepada Tuhan  untuk memenuhi kebutuhan saat 

ini, adakalanya kita akan sangat membutuhkan rah-

mat dan kasih karunia Tuhan . Kita harus memanjat-

kan doa di masa-masa seperti itu, yaitu di masa 

pencobaan, entah sebab  kesukaran ataupun ke-

makmuran, dan khususnya saat  kita sedang men-

jelang ajal. Setiap hari kita harus memanjatkan 

permohonan supaya rahmat diturunkan pada hari 

terakhir kita. Tuhan berkenan mengaruniakan rah-

mat-Nya pada hari itu (2Tim. 1:18). 

5. Setiap kali kita menghampiri takhta kasih karunia 

ini untuk meminta rahmat, kita harus datang de-

ngan rasa bebas dan berani yang penuh dengan ke-

rendahan hati, dengan kebebasan di dalam roh dan 

kebebasan dalam berbicara. Kita harus meminta de-

ngan iman, tanpa ragu. kita harus datang dengan 

Roh yang menjadikan kita anak Tuhan , sebagai anak-

anak dari Tuhan  dan Bapa yang telah diperdamaikan 

dengan kita. Kita harus sungguh-sungguh datang 

dengan sikap hormat dan rasa takut yang kudus, 

namun  bukan dengan rasa ngeri dan takjub. Bukan 

seolah-olah kita diseret ke hadapan sidang pengadil-

an, melainkan dengan ramah diundang untuk meng-

hampiri takhta rahmat, di mana kasih karunia me-

merintah, dan senang menyatakan dirinya kepada 

kita serta bermegah terhadap kita.  

6. Jabatan Kristus, sebagai Imam Besar kita, dan seba-

gai Imam Besar Agung, haruslah menjadi dasar ke-

yakinan kita setiap kali kita menghampiri takhta ka-

sih karunia. Seandainya kita tidak memiliki  se-

orang Pengantara, kita tidak akan bisa memiliki  

keberanian untuk menghampiri Tuhan , sebab kita 

yaitu  makhluk yang berdosa dan cemar. Segala 

Surat Ibrani 4:11-16 

sesuatu yang kita perbuat yaitu  cemar, sehingga 

kita tidak dapat masuk ke hadirat Tuhan  sendirian 

saja. Kita harus pergi dengan pertolongan seorang 

Pengantara, sebab  jika tidak demikian, maka hati 

kita dan pengharapan kita akan mengecewakan kita. 

Kita memiliki keberanian untuk masuk ke tempat 

mahakudus oleh darah Yesus. Dialah Pembela kita, 

dan sementara Ia mengajukan pembelaan bagi umat-

Nya, maka Ia mengajukannya dengan sebuah harga 

di tangan-Nya, yang denganya Ia telah membeli segala 

sesuatu yang jiwa kita ingini atau rindukan. 

  

 

 

 

PASAL  5  

alam pasal ini Rasul Paulus melanjutkan pembicaraannya me-

ngenai keimaman Kristus, sebuah pokok bahasan yang manis, 

yang tidak ingin cepat-cepat diakhirinya. Di sini,  

I. Dia menjelaskan sifat jabatan imamat secara umum (ay. 1-3).  

II. Panggilan layak dan biasa yang dipersyaratkan untuk jabat-

an ini (ay. 4-6).   

III. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pekerjaan ini (ay. 7-9).  

IV. Peraturan khusus keimaman Kristus, bukan berdasar  per-

aturan Harun, melainkan peraturan Melkisedek (ay. 6-7, 10). 

V. Dia menegur orang-orang Ibrani, sebab mereka tidak meng-

alami kemajuan dalam hal pengetahuan yang akan memam-

pukan mereka untuk menelaah bagian-bagian Kitab Suci 

yang lebih mendalam dan sukar dimengerti (ay. 11-14).   

Keimaman Kristus 

(5:1-9) 

1 Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi 

manusia dalam hubungan mereka dengan Tuhan , supaya ia mempersembah-

kan persembahan dan korban sebab  dosa. 2 Ia harus dapat mengerti orang-

orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, sebab  ia sendiri penuh dengan 

kelemahan, 3 yang mengharuskannya untuk mempersembahkan korban ka-

rena dosa, bukan saja bagi umat, namun  juga bagi dirinya sendiri. 4 Dan tidak 

seorangpun yang mengambil kehormatan itu bagi dirinya sendiri, namun  di-

panggil untuk itu oleh Tuhan , seperti yang telah terjadi dengan Harun. 5 Demi-

kian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri dengan menjadi Imam 

Besar, namun  dimuliakan oleh Dia yang berfirman kepada-Nya: “Anak-Ku 

Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini,” 6 sebagaimana firman-

Nya dalam suatu nas lain: “Engkau yaitu  Imam untuk selama-lamanya, me-

nurut peraturan Melkisedek.” 7 Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah 

mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan 

kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan sebab  kesa

lehan-Nya Ia telah didengarkan. 8 Dan sekalipun Ia yaitu  Anak, Ia telah 

belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, 9 dan sesudah Ia men-

capai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi 

semua orang yang taat kepada-Nya, 

Di sini kita mendapati penjelasan mengenai sifat dari jabatan imam 

secara umum, sekalipun mengacu kepada Tuhan Yesus Kristus. Kita 

diberitahukan,  

I. Mengenai pribadi yang harus dimiliki seorang imam besar. Dia 

harus dipilih dari antara manusia. Dia haruslah seorang manusia, 

salah seorang dari kita, memiliki tulang, daging, dan roh seperti 

kita, memiliki kodrat seperti kita, dan menyolok mata di antara 

selaksa  orang. Ini menyiratkan,  

1.  Bahwa manusia sudah berdosa.  

2.  Bahwa Tuhan  tidak akan mengizinkan manusia berdosa untuk 

langsung menghadap-Nya sendirian, tanpa seorang imam be-

sar, yang harus dipilih dari antara manusia. 

3.  Bahwa Tuhan  berkenan memilih salah satu dari antara manu-

sia, yang melaluinya manusia dapat mendekat kepada Tuhan  

dengan penuh harapan, dan Dia dapat menerima mereka de-

ngan penuh kehormatan. 

4.  Bahwa setiap orang kini diterima oleh Tuhan  jika datang ke-

pada-Nya melalui imam-Nya ini. 

II. Bagi siapa setiap imam besar ditetapkan: bagi manusia dalam hu-

bungan mereka dengan Tuhan , bagi kemuliaan Tuhan  dan kebaikan 

manusia, sehingga dia dapat menjadi perantara bagi Tuhan  dan 

manusia. Begitulah yang dilakukan Kristus, dan sebab  itu ja-

nganlah kita berusaha untuk datang kepada Tuhan  kecuali melalui 

Kristus atau mengharapkan kebaikan apa pun dari Tuhan  kecuali 

melalui Kristus. 

III. Untuk tujuan apa setiap imam besar ditetapkan: supaya ia mem-

persembahkan persembahan dan korban sebab  dosa.  

1.  Supaya dia mempersembahkan pemberian atau persembahan 

sukarela yang dibawa kepada imam besar, dan dengan begitu 

dipersembahkan untuk kemuliaan Tuhan , sebagai pengakuan 

bahwa semua yang kita punya yaitu  milik-Nya dan berasal 

dari-Nya. Kita tidak memiliki apa pun selain apa yang berke-

Surat Ibrani 5:1-9 

nan diberikan-Nya kepada kita, dan dari kepunyaan-Nya sen-

dirilah kita mempersembahkan persembahan syukur. Hal ini 

menegaskan,  

(1) Bahwa semua yang kita bawa kepada Tuhan  haruslah bersifat 

sukarela dan tanpa paksaan. Itu harus merupakan pem-

berian, harus diberikan dan tidak boleh ditarik kembali. 

(2) Bahwa semua yang kita bawa kepada Tuhan  harus disam-

paikan melalui tangan imam besar-Nya, sebagai penghu-

bung agung antara Tuhan  dan manusia.  

2. Supaya dia dapat mempersembahkan korban untuk mengha-

pus dosa, yaitu persembahan yang ditetapkan sebagai pene-

busan, sehingga dosa dapat diampuni dan pendosa dapat di-

terima. Demikianlah Kristus ditetapkan sebagai seorang imam 

besar untuk kedua tujuan ini . Perbuatan baik kita harus 

dipersembahkan oleh Kristus, agar kita dan perbuatan kita 

dapat diterima, dan perbuatan jahat kita harus ditebus oleh 

pengorbanan diri-Nya, sehingga perbuatan jahat itu tidak 

dapat mengutuk dan menghancurkan kita. Dan kini, selagi 

kita menghargai penerimaan Tuhan  dan pengampunan-Nya, 

kita harus mengandalkan Imam Besar kita ini dengan iman. 

IV. Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi oleh imam besar ini (ay. 2).  

1. Dia haruslah seorang yang dapat mengerti dua jenis manusia:  

(1) Orang-orang yang jahil, atau orang-orang yang bersalah 

sebab  dosa ketidaktahuan mereka. Dia haruslah orang 

yang memiliki rasa kasihan bagi mereka, dan memohon 

kepada Tuhan  bagi mereka, seorang yang bersedia mengajari 

orang-orang yang lamban mengerti.  

(2) Orang-orang yang sesat, menyimpang dari kebenaran, ke-

wajiban, dan kebahagiaan, dan dia haruslah seorang yang 

memiliki cukup kelembutan untuk membimbing mereka 

dari jalan sesat kekeliruan, dosa, dan kesengsaraan, ke 

jalan yang benar. Ini akan membutuhkan kesabaran dan 

belas kasihan yang besar, yaitu belas kasihan seperti yang 

dari Tuhan . 

2.  Dia pun pasti memiliki banyak kelemahan, sehingga dia bisa 

memaklumi keadaan kita dan berbagi rasa dengan kita. Kare-

na itulah Kristus memenuhi syarat ini. Dia mengambil kele-

mahan kita di pundak-Nya sendiri, dan ini menguatkan kita 

untuk mengandalkan-Nya dalam segala kesusahan, sebab Ia 

menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. 

V. Bagaimana seorang imam besar dipanggil oleh Tuhan . Dia harus 

memiliki baik panggilan dari dalam maupun dari luar bagi ja-

batannya itu: Dan tidak seorangpun yang mengambil kehormatan 

itu bagi dirinya sendiri (ay. 4), artinya, tidak seorang pun boleh 

melakukan itu, tidak ada seorang pun yang dapat melakukan itu 

secara resmi. Jika ada, dia pasti dianggap seorang penyusup, dan 

diperlakukan setimpal dengan itu. Perhatikanlah di sini,  

1.  Jabatan imam merupakan kehormatan yang sangat besar. 

Jabatan ini digunakan untuk berdiri di antara Tuhan  dan manu-

sia, di satu sisi mewakili Tuhan  dan kehendak-Nya bagi manu-

sia, dan di sisi lain mewakili manusia dan perkaranya di ha-

dapan Tuhan , dan mengurusi hal-hal yang amat penting di 

antara mereka. Kepadanya dipercayakan kehormatan Tuhan  dan 

kebahagiaan manusia. Dan ini pastinya menjadikan jabatan itu 

begitu mulia.  

2.  Keimaman merupakan jabatan dan kehormatan yang tidak bo-

leh diambil bagi diri sendiri. Jika seseorang berlaku begitu, dia 

tidak dapat mengharapkan keberhasilan ataupun imbalan di 

dalamnya, hanya dari dirinya sendiri. Dia yaitu  seorang pe-

nyusup yang tidak dipanggil Tuhan , tidak seperti Harun. Perhati-

kanlah, 

(1) Tuhan  merupakan sumber segala kehormatan, terutama ke-

hormatan rohani sejati. Dialah sumber wewenang sejati, saat 

Dia memanggil seorang imam dengan cara yang luar biasa, 

seperti yang dilakukannya terhadap Harun, atau dengan 

cara biasa, seperti Dia memanggil penerus-penerusnya. 

(2) Hanya mereka yang dipanggil oleh Tuhan  sajalah yang dapat 

mengharapkan bantuan dari Tuhan  dan juga penerimaan 

dari-Nya, beserta hadirat dan berkat-Nya bagi mereka dan 

pelaksanaan tugas mereka. Di luar itu, bukannya berkat 

yang akan mereka dapatkan, melainkan hukuman.  

VI. Bagaimana hal ini diambil dan diterapkan kepada Kristus: Demi-

kian pula Kristus tidak memuliakan diri-Nya sendiri (ay. 5). Per-

Surat Ibrani 5:1-9 

hatikanlah di sini, meskipun Kristus menganggap bahwa pemilih-

an-Nya menjadi imam besar merupakan sebuah kemuliaan, na-

mun Dia tidak ingin memuliakan diri-Nya sendiri sebab  itu. Dia 

dapat benar-benar berkata, Aku tidak mencari hormat bagi-Ku 

(Yoh. 8:50). Sebagai Tuhan , Dia tidak memerlukan kemuliaan tam-

bahan, namun  sebagai manusia dan Pengantara, Dia tidak bertin-

dak tanpa diutus. Jadi, jika Dia tidak begitu, maka orang-orang 

lainnya pun seharusnya takut untuk berlaku demikian.  

VII. Rasul Paulus lebih meninggikan Kristus dibandingkan Harun, 

baik dalam hal cara Dia dipanggil maupun dalam hal kekudusan 

pribadi-Nya.  

1.  Dalam hal cara Dia dipanggil, yaitu Tuhan  berfirman kepada-

Nya, Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari 

ini (dikutip dari Mzm. 2:7), mengacu pada keberadaan-Nya 

yang kekal sebagai Tuhan , kelahiran luar biasa-Nya sebagai 

manusia, dan persyaratan yang dipenuhi-Nya dengan sempur-

na sebagai Pengantara. Demikianlah Tuhan  menyatakan kasih 

sayang-Nya yang mendalam terhadap Kristus, dengan penuh 

kuasa menetapkan Dia untuk menduduki jabatan sebagai 

seorang Pengantara, menahbiskan dan menugaskan Dia dalam 

jabatan itu, menerima Dia dan segala sesuatu yang telah 

dilakukan-Nya atau harus dilakukan-Nya untuk menunaikan 

jabatan itu. Tuhan  tidak pernah berfirman demikian kepada 

Harun. Ungkapan lainnya yang dipakai Tuhan  dalam memang-

gil Kristus ada  dalam Mazmur 110:4, Engkau yaitu  

Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek 

(ay. 6).  Tuhan  Bapa menunjuk Kristus sebagai imam menurut 

suatu peraturan yang lebih tinggi dibandingkan  peraturan yang 

dipakai untuk menunjuk Harun. Jabatan imam Harun hanya 

untuk sementara saja, sementara jabatan imam Kristus ber-

langsung terus-menerus. Jabatan imam Harun tergantikan, 

diturunkan dari kakek moyang sampai anak cucu mereka, 

sementara jabatan imam Kristus, menurut peraturan Melki-

sedek, bersifat pribadi, dan jabatannya sebagai imam besar itu 

abadi, tanpa diturunkan, tidak memiliki awal dan juga akhir, 

sebagaimana digambarkan secara lebih menyeluruh di bab 

tujuh, dan akan dibukakan di sana.   

2.  Di sini Kristus lebih unggul dibandingkan  Harun dalam kekudusan 

pribadi-Nya. Imam-imam yang lain harus mempersembahkan 

korban sebab  dosa, bukan saja bagi umat, namun  juga bagi 

dirinya sendiri (ay. 3). namun  Kristus tidak perlu mempersem-

bahkan korban bagi diri-Nya sendiri, sebab ia tidak berbuat 

kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya (Yes. 53:9). Dan 

orang seperti itulah yang menjadi imam besar bagi kita.  

VIII. Di sini kita mendapati penunaian jabatan Kristus ini, dan aki-

bat-akibat dari penunaian itu (ay. 7-9). 

1. Penunaian jabatan keimaman-Nya (ay. 7): Dalam hidup-Nya 

sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permo-

honan, dst. Perhatikanlah di sini,  

(1) Dia menjadi manusia dan berdiam dalam jati diri manusia-

nya itu selama beberapa waktu. Dia menjadi manusia yang 

fana, menghitung hari-hari kehidupannya, dan dengan be-

gitu memberi teladan bagi kita untuk menghitung hari-hari 

kita juga. Bila kita harus menghitung hari-hari kehidupan 

kita, itu dapat menjadi sarana untuk menggiatkan kita 

untuk melaksanakan tugas kita setiap harinya. 

(2) Kristus, dalam hidup-Nya sebagai manusia, tunduk pada 

maut. Dia yaitu  Yesus yang lapar, dicobai, berdarah-da-

rah, dan sekarat! Tubuh-Nya kini ada di sorga, namun  

tubuh-Nya itu yaitu  tubuh rohani yang penuh kemuliaan.  

(3) Tuhan  Bapa sanggup menyelamatkan-Nya dari maut. Dia 

bisa saja mencegah kematian-Nya, namun  Dia tidak akan 

berbuat begitu, sebab jika demikian maka rancangan 

agung hikmat dan kasih karunia-Nya akan gagal. Apa jadi-

nya dengan kita jika Tuhan  menyelamatkan Kristus dari 

kematian? Orang Yahudi berkata dengan mencela, baiklah 

Tuhan  menyelamatkan Dia, jikalau Tuhan  berkenan kepada-

Nya! (Mat. 27:43). namun  hanya demi kebaikan kita sajalah 

Bapa tidak berkehendak melalukan cawan pahit itu dari 

Kristus, sebab jika begitu maka kitalah yang harus mene-

guk ampas-ampasnya, dan sengsara selamanya.  

(4) Kristus, dalam hidup-Nya sebagai manusia, mempersem-

bahkan doa dan permohonan kepada Bapa-Nya, sebagai 

doa syafaat-Nya yang sungguh-sungguh di sorga. Sering 

Surat Ibrani 5:1-9

sekali kita menyaksikan Kristus berdoa. Yang ini merujuk 

pada doa-Nya saat menghadapi sakratul maut (Mat. 26:39, 

dan 27:46), dan pada doa-Nya sebelum itu (Yoh. 17) yang 

dipanjatkan-Nya bagi para murid-Nya, dan semua orang 

yang percaya pada nama-Nya.  

(5) Doa dan permohonan yang dipersembahkan Kristus diiringi 

dengan ratap tangis dan keluhan, dengan begitu memberi 

teladan kepada kita supaya tidak hanya berdoa saja, me-

lainkan juga bersikukuh dan bersungguh-sungguh dalam 

doa kita itu. Betapa banyaknya doa yang kering, dan be-

tapa sedikitnya yang diiringi air mata, yang kita panjatkan 

kepada Tuhan ! 

(6) Kristus didengarkan sebab  kesalehan-Nya. Bagaimana? 

Mengapa Dia dijawab dengan pertolongan yang segera di 

dalam dan di bawah kesengsaraan-Nya, dan disertai dalam 

kematian-Nya, serta diselamatkan dari kematian itu mela-

lui kebangkitan yang penuh kemuliaan: sebab  kesalehan-

Nya Ia telah didengarkan. Dia dapat merasakan kengerian 

murka Tuhan  dan beban dosa. Tubuh manusia-Nya mau 

tenggelam di bawah beban berat itu, dan pastinya akan 

terbenam, bila saja Dia tidak diberi bantuan dan penghi-

buran dari Tuhan . namun  Dia didengarkan dalam hal ini, dan 

disokong di bawah kengerian maut. Dia dibawa melewati 

kematian, dan tidak ada keselamatan nyata dari kematian 

kecuali dibawa melewatinya. Kita mungkin bisa sembuh 

dari penyakit, namun  kita tidak akan pernah terselamatkan 

dari kematian sampai kita dibawa melewatinya. Dan orang-

orang yang diselamatkan dari kematian dengan cara seperti 

itu akan sepenuhnya diselamatkan nanti oleh kebangkitan 

yang penuh kemuliaan, yang sudah didahului dan dicon-

tohkan oleh kematian Kristus.   

2.  Akibat-akibat dari ditunaikannya tugas jabatan-Nya ini (ay. 8- 

9, dst.). 

(1) Melalui penderitaan-Nya ini, Ia telah belajar menjadi taat, 

sekalipun Ia yaitu  Anak (ay. 8). Perhatikanlah di sini,  

[1] Hak istimewa Kristus: Ia yaitu  Anak, satu-satunya 

yang diperanakkan Bapa. Pastinya orang mengira hal 

ini mengecualikan Dia dari penderitaan, namun  nyatanya 

tidak. Biarlah tidak ada satu pun anak-anak yang 

diangkat oleh Tuhan  mengharapkan kebebasan mutlak 

dari penderitaan. Di manakah ada  anak yang tidak 

dihajar oleh ayahnya? 

[2] Kristus mendapat kemajuan melalui penderitaan-Nya. 

Melalui ketaatan-Nya yang pasif, Dia mempelajari ke-

taatan yang aktif. Artinya, dia menerapkan pelajaran 

agung itu, dan menunjukkan bahwa Dia baik-baik saja 

dan sudah belajar di dalamnya dengan sempurna. Mes-

kipun Dia tidak pernah tidak taat, Dia belum pernah 

melakukan tindakan ketaatan seperti itu, saat Dia taat 

sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Di sini Dia 

telah mencontohkan kepada kita supaya dalam seluruh 

kesesakan, kita  belajar ketaatan dengan kerendahan 

hati terhadap kehendak Tuhan . Kita membutuhkan kese-

sakan untuk mengajari kita sikap berserah.   

(2) Melalui penderitaan-Nya ini Dia mencapai kesempurnaan, 

dan menjadi pelaku keselamatan kekal bagi semua orang 

yang taat kepada-Nya (ay. 9).  

[1] Melalui penderitaan-Nya, Kristus disucikan bagi jabat-

an-Nya, disucikan oleh darah-Nya sendiri.  

[2] Melalui penderitaan-Nya, Dia menunaikan bagian dari 

jabatan-Nya yang harus dilakukan di bumi ini, mem-

buat perdamaian bagi pelanggaran, dan dalam hal ini 

Dia dikatakan mencapai kesempurnaan, melakukan re-

konsiliasi yang sempurna.  

[3] Dengan demikian Dia telah menjadi pelaku keselamatan 

kekal bagi manusia. Dengan penderitaan-Nya Dia telah 

membayar lunas harga dosa dan kesengsaraan, dan 

mendapatkan kesucian dan kebahagiaan penuh bagi 

umat-Nya. Mengenai keselamatan ini Dia telah mem-

beritakannya di dalam Injil. Dia telah mengajukan pena-

waran mengenainya dalam kovenan (perjanjian) yang 

baru, dan telah mengutus Roh untuk memampukan 

manusia untuk menerima keselamatan ini.  

[4] Keselamatan ini sebenarnya hanya dianugerahkan ke-

pada orang-orang yang taat kepada Kristus. Tidaklah 

cukup hanya memiliki pengetahuan mengenai ajaran

Surat Ibrani 5:10-14 

 Kristus, atau mengaku beriman kepada-Nya, namun  juga 

kita harus mengindahkan firman-Nya dan taat kepada-

Nya. Dia ditinggikan untuk menjadi penguasa untuk 

memerintah kita, dan juga Juruselamat untuk menyela-

matkan kita, dan Dia hanya akan menjadi Penyelamat 

bagi orang-orang yang tunduk kepada-Nya dan bersedia 

diperintah oleh-Nya. Sisanya akan dianggap-Nya mu-

suh, dan diperlakukan setimpal dengan itu. namun  un-

tuk orang-orang yang taat kepada-Nya, mengabdi ke-

pada-Nya, menyangkal diri mereka sendiri dan memikul 

salib mereka, serta mengikuti-Nya, Dia akan menjadi 

pelaku, aitios – Penyebab Agung keselamatan mereka, 

dan mereka akan menerima Dia sepatutnya demikian 

untuk selama-lamanya.  

Keimaman Kristus 

(5:10-14) 

10 dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Tuhan , menurut peraturan Melki-

sedek. 11 Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, namun  yang sukar 

untuk dijelaskan, sebab  kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. 12 

Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya men-

jadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyata-

an Tuhan , dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. 13 S-

ebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran ten-

tang kebenaran, sebab ia yaitu  anak kecil.   14 namun  makanan keras yaitu  

untuk orang-orang dewasa, yang sebab  memiliki  pancaindera yang ter-

latih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat.  

Di sini Rasul Paulus kembali pada hal yang sudah diungkapkannya 

di pasal 6, yang dikutip dari Mazmur 110:4, perihal peraturan isti-

mewa keimaman Kristus, yaitu, peraturan Melkisedek. Di sini,  

I. Dia mengakui bahwa banyak hal yang harus dikatakannya kepada 

mereka mengenai pribadi misterius yang disebut Melkisedek ini, 

yang keimamannya kekal, dan sebab  itulah keselamatan yang di-

perolehnya juga kekal. Kita mendapati uraian khusus mengenai 

Melkisedek ini dalam pasal 7. Beberapa orang menyangka bahwa 

hal-hal yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus, yang sukar untuk 

dijelaskan ini, tidaklah benar-benar berkaitan dengan Melkisedek, 

melainkan lebih mengenai Kristus, yang diperlambangkan oleh Mel-

kisedek. Memang tidak diragukan lagi, rasul ini harus mengatakan 

banyak hal mengenai Kristus yang sangat misterius, sukar untuk 

dijelaskan. Ada banyak hal-hal misterius dalam diri dan jabatan 

Sang Penebus. Kekristenan merupakan misteri agung keilahian. 

II. Dia membeberkan alasan mengapa dia tidak mengatakan seluruh 

hal-hal ini  mengenai Kristus, Melkisedek kita, yang harus 

dikatakannya, dan apa yang membuatnya kesulitan untuk men-

jelaskan semua itu, yaitu kelambanan orang-orang Ibrani yang 

kepadanya suratnya ditujukan: kamu telah lamban dalam hal 

mendengarkan. Hal-hal itu saja sudah mengandung kesukaran di 

dalamnya, dan para hamba Injil bisa saja masih belum mampu 

menjelaskan perkara-perkara ini  dengan jelas. namun, pada 

umumnya penyebabnya bersumber dari diri para pendengarnya. 

Para pendengar yang lamban membuat pemberitaan Injil menjadi 

sukar, dan bahkan banyak orang yang memiliki iman pun masih 

saja lamban dalam mendengarkan, lamban dalam memahami, 

dan lamban untuk percaya. Pemahaman mereka lemah dan tidak 

bisa menangkap hal-hal rohani seperti ini. Ingatan mereka juga 

lemah dan tidak menyimpan hal-hal ini .  

III. Dia menekankan kesalahan dari kelemahan mereka itu. Kelemah-

an itu bukanlah sekadar kelemahan alamiah saja, melainkan 

kelemahan yang mengandung dosa, dan terlebih khusus yang ter-

dapat dalam diri mereka dibandingkan  dalam diri orang-orang lainnya, 

sebab  mereka telah menikmati keuntungan istimewa yang bisa 

meningkatkan pengenalan mereka mengenai Kristus: Sebab seka-

lipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi 

pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari 

penyataan Tuhan , dan kamu masih memerlukan susu, bukan 

makanan keras (ay. 12). Perhatikanlah di sini,  

1. Kecakapan seperti apa yang layak diharapkan dari orang-orang 

Ibrani ini, yaitu supaya mereka sudah benar-benar diajar 

dalam ajaran Injil sehingga dapat menjadi pengajar bagi orang 

lain. Dengan demikian, ketahuilah, 

(1) Tuhan  memperhatikan waktu dan bantuan yang kita punyai 

untuk mendapatkan pengetahuan mengenai Kitab Suci.  

(2) Banyak yang diharapkan dari orang-orang yang telah ba-

nyak menerima.  

Surat Ibrani 5:10-14 

(3) Orang-orang yang memiliki pemahaman mendalam menge-

nai Injil harus menjadi pengajar bagi orang lainnya, jika 

bukan di hadapan umum, bisa juga secara pribadi. 

(4) Tidak seorang pun dapat memutuskan untuk menjadi 

pengajar bagi orang lain, kecuali mereka yang sudah men-

dapatkan kemajuan pesat dalam pengetahuan rohani.  

2. Perhatikanlah kekecewaan yang menyedihkan dari harapan 

yang pantas tadi: kamu masih perlu lagi diajarkan, dst. Per-

hatikanlah di sini,  

(1) Dalam pernyataan-pernyataan Tuhan  ada beberapa asas-

asas pokok yang gampang dimengerti dan perlu dipelajari.  

(2) Ada juga misteri-misteri yang dalam dan luhur, yang harus 

digali oleh orang-orang yang sudah mempelajari asas-asas 

pokok tadi, sehingga mereka dapat menjadi utuh dalam 

keseluruhan kehendak Tuhan .  

(3) Beberapa orang, alih-alih maju dalam pengetahuan Kristen 

mereka, malah melupakan asas-asas pokok yang sudah 

mereka pelajari dulu sekali. Dan pastilah orang-orang yang 

tidak mengalami kemajuan di bawah sarana kasih karunia 

akan merugi.  

(4) Merupakan dosa dan aib bagi orang-orang yang berumur 

seperti mereka dan berdiri dalam jemaat jika mereka masih 

seperti anak kecil dalam pemahaman mereka.   

IV. Rasul Paulus memperlihatkan bagaimana beragam pengajaran 

Injil harus disalurkan kepada berbagai orang. Dalam jemaat ada 

anak-anak kecil dan orang dewasa (ay. 12-14), dan dalam Injil ada 

susu dan makanan keras. Perhatikanlah,  

1. Orang-orang yang masih seperti anak kecil, tidak terampil dalam 

firman kebenaran, harus diberi susu. Mereka harus dihiburkan 

dengan kebenaran-kebenaran yang jelas yang disampaikan de-

ngan cara yang sederhana: harus ini harus itu, mesti begini mesti 

begitu, tambah ini, tambah itu (Yes. 28:10). Kristus tidaklah mem-

benci anak-anak kecil-Nya, Dia sudah menyediakan makanan 

yang sesuai untuk mereka. Memang bagus menjadi anak-anak 

kecil dalam Kristus, namun  jangan terus berkutat dalam keadaan 

yang kekanak-kanakan itu. Kita harus berusaha melewati masa 

kanak-kanak tadi. Kita memang harus selalu seperti anak-anak 

dalam kenakalan mereka, namun  dalam pemahaman kita harus 

bertumbuh ke dalam kedewasaan manusia.  

2. Ada makanan keras untuk orang-orang dewasa (ay. 14). Mis-

teri-misteri agama yang lebih mendalam ialah milik orang-

orang yang duduk di kelas yang lebih tinggi dalam sekolah 

Kristus, yang sudah mempelajari asas-asas pokok dan meng-

gunakannya dengan baik, sehingga dengan menggunakannya 

mereka melatih pancaindra mereka untuk membedakan yang 

baik dan yang jahat, kewajiban dan dosa, kebenaran dan keke-

liruan. Perhatikanlah, 

(1) Dalam Kekristenan, selalu ada keadaan anak-anak, pemuda, 

dan kaum bapa.  

(2) Setiap orang Kristen sejati, sesudah  menerima asas kehi-

dupan rohani dari Tuhan , membutuhkan gizi untuk meles-

tarikan kehidupan itu.  

(3)  Firman Tuhan  merupakan makanan dan gizi bagi kehidupan 

kasih karunia: jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, 

yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, 

supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan.  

(4) Para hamba Tuhan  yang berhikmat selayaknya membagi-

bagikan firman kebenaran dan memberi setiap orang ma-

kanan yang sesuai, yaitu susu untuk anak-anak, makanan 

keras bagi orang-orang dewasa.  

(5) Seperti halnya pancaindra jasmani, ada juga pancaindra 

rohani. Ada mata rohani, nafsu makan rohani, rasa rohani. 

Seperti halnya tubuh, jiwa juga memiliki alat perasa yang 

banyak berkurang fungsinya dan dirusakkan oleh dosa, 

namun  dipulihkan oleh kasih karunia.  

(6) Pancaindra itu ditingkatkan dengan cara memakai dan me-

latihnya, diasah supaya lebih tanggap dan kuat untuk 

mengecap manisnya hal yang baik dan benar, dan pahitnya 

hal yang palsu dan jahat. Bukan hanya akal budi dan iman 

saja, pancaindra rohani juga akan mengajari manusia un-

tuk membedakan apa yang menyenangkan Tuhan  dan apa 

yang memicu murka-Nya, apa yang membangun dan apa 

yang melukai jiwa kita sendiri. 

PASAL  6  

alam pasal ini Rasul Paulus melanjutkan dengan mengajak 

orang-orang Ibrani supaya menghayati agama secara lebih baik 

lagi dibandingkan  yang sudah mereka lakukan, sebagai cara terbaik 

untuk mencegah kemurtadan. Sifat dan akibat-akibat mengerikan 

dari dosa kemurtadan ini diperlihatkannya secara sungguh-sungguh 

dalam ayat 1-8. Kemudian Rasul Paulus mengungkapkan harapan-

harapan baiknya akan mereka, bahwa mereka akan bertekun dalam 

iman dan kekudusan, yang dinasihatkannya kepada mereka. Lalu ia 

memperlihatkan kepada mereka bahwa di dalam Tuhan  mereka men-

dapatkan dorongan yang kuat untuk melaksanakan kewajiban mere-

ka maupun untuk mendapatkan kebahagiaan (ay. 9, sampai selesai). 

Bertumbuh dalam Kekudusan; Asas-asas Pertama 

(6:1-8) 

1 Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang 

Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita 

meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan 

dasar kepercayaan kepada Tuhan , 2 yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptis-

an, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman ke-

kal. 3 Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Tuhan  mengizinkannya. 4 Sebab 

mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia 

sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, 5 dan yang 

mengecap firman yang baik dari Tuhan  dan karunia-karunia dunia yang akan 

datang, 6 namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sede-

mikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Tuhan  

bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum. 7 Sebab tanah yang 

menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan 

tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya, mene-

rima berkat dari Tuhan ; 8 namun  jikalau tanah itu menghasilkan semak duri 

dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang 

berakhir dengan pembakaran. 

Kita mendapati di sini nasihat Rasul Paulus kepada orang-orang Ibra-

ni, yaitu supaya mereka bertumbuh dari anak-anak menjadi manusia 

baru yang utuh dan dewasa di dalam Kristus. Ia menyatakan kesiap-

annya untuk membantu mereka semampunya dalam pertumbuhan 

rohani mereka. Dan, untuk lebih menyemangati mereka lagi, ia 

mengikutsertakan dirinya bersama-sama mereka: Marilah kita ber-

alih. Di sini perhatikanlah, supaya bertumbuh, orang Kristen harus 

meninggalkan asas-asas pertama dari ajaran Kristus. Bagaimana 

mereka harus meninggalkannya? Mereka tidak boleh menghilangkan-

nya, mereka tidak boleh meremehkannya, dan mereka tidak boleh 

melupakannya. Mereka justru harus menyimpannya dalam hati 

mereka, dan meletakkannya sebagai dasar dari semua pengakuan 

iman dan harapan mereka. namun   mereka tidak boleh beristi-

rahat dan tinggal di situ saja. Mereka tidak boleh meletakkan dasar 

saja, namun  harus jalan terus, dan membangun di atas dasar itu. 

Bangunan atas harus ada, sebab dasar diletakkan guna menopang 

bangunan. Di sini kita dapat bertanya, mengapa Rasul Paulus 

memutuskan untuk memberi  makanan keras kepada orang-orang 

Ibrani, padahal ia tahu bahwa mereka hanyalah bayi? Jawabannya,  

1. Walaupun sebagian dari mereka lemah, namun yang lainnya 

sudah menjadi lebih kuat. Jadi mereka harus diberi makanan 

rohani yang sesuai. Sebagaimana orang Kristen dewasa harus 

bersedia mendengarkan kebenaran-kebenaran paling sederhana 

yang disampaikan demi mereka yang lemah, demikian pula 

mereka yang lemah harus bersedia mendengarkan kebenaran-

kebenaran yang lebih sulit dan tersembunyi yang disampaikan 

demi mereka yang kuat.  

2.  Rasul Paulus berharap supaya mereka bertumbuh dalam kekuat-

an dan kedewasaan rohani, sehingga mereka dapat mencerna ma-

kanan yang lebih keras. 

I.  Rasul Paulus menyebutkan beberapa  asas dasar, yang pertama-

tama harus diletakkan dengan baik, baru kemudian kita dapat 

membangun di atasnya. Baik waktu Rasul Paulus maupun waktu 

mereka tidak boleh dihabiskan untuk meletakkan dasar-dasar ini 

secara berulang kali. Dasar-dasar ini ada enam: 

1. Pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, yaitu per-

tobatan dan kelahiran kembali, pertobatan dari keadaan mati

Surat Ibrani 6:1-8 

 rohani dan jalan yang menyebabkan kematian rohani. Seolah-

olah Rasul Paulus berkata, “Waspyaitu  supaya engkau tidak 

menghancurkan kehidupan anugerah dalam jiwamu. Pikiran-

mu sudah diubahkan oleh pertobatan, dan demikian pula de-

ngan hidupmu. Berhati-hatilah supaya engkau tidak kembali 

kepada dosa lagi, sebab jika demikian engkau harus meletak-

kan dasar kembali. Harus ada pertobatan kedua, pertobatan 

yang bukan hanya terhadap, melainkan juga dari, perbuatan 

yang sia-sia.” Perhatikanlah di sini,  

(1) Dosa-dosa orang yang tidak bertobat yaitu  perbuatan 

yang sia-sia. Perbuatan itu muncul dari orang-orang yang 

mati rohani, dan perbuatan itu akan membawa pada kema-

tian kekal.  

(2) Pertobatan terhadap perbuatan yang sia-sia, jika itu benar, 

yaitu  pertobatan dari perbuatan yang sia-sia, sebuah per-

ubahan yang menyeluruh di dalam hati dan hidup.  

(3) Pertobatan terhadap dan dari perbuatan yang sia-sia ada-

lah asas dasar, yang tidak harus diletakkan kembali, wa-

laupun kita harus memperbaharui pertobatan kita setiap 

hari. 

2.  Dasar yang kedua yaitu  iman kepada Tuhan , kepercayaan yang 

teguh akan keberadaan Tuhan , akan sifat-Nya, akan gelar-gelar-

Nya, dan akan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya. Percaya 

pada tiga pribadi yang tunggal dalam kesatuan hakikat, pada 

segenap pikiran dan kehendak Tuhan  seperti yang diwahyukan 

dalam firman-Nya, khususnya yang berkaitan dengan Tuhan 

Yesus Kristus. Kita harus mengenal dekat hal-hal ini dengan 

iman. Kita harus mengamininya, kita harus menyetujuinya, dan 

menerapkan semuanya pada diri kita sendiri dengan segala 

perasaan dan perbuatan yang sesuai. Perhatikanlah,  

(1) Pertobatan dari perbuatan yang sia-sia dan iman kepada 

Tuhan  itu saling berhubungan, selalu berjalan bersama-

sama. Pertobatan dan iman kepada Tuhan  yaitu  saudara 

kembar yang tak terpisahkan, yang satu tidak bisa hidup 

tanpa yang lain.  

(2) Pertobatan dan iman kepada Tuhan  yaitu  asas-asas dasar, 

yang harus diletakkan dengan baik satu kali, namun  jangan 

dicabut kembali hingga perlu diletakkan lagi. Kita tidak 

boleh kembali pada kekafiran. 

3. Dasar yang ketiga yaitu  ajaran tentang baptisan, yaitu dibap-

tis oleh seorang hamba Kristus dengan air, dalam nama Bapa, 

Anak, dan Roh Kudus, sebagai tanda atau meterai untuk me-

masuki perjanjian (kovenan) anugerah. Baptisan itu dengan 

kuat mengajak orang yang dibaptis untuk mengenal perjanjian 

baru, untuk mematuhinya, dan mempersiapkan diri untuk 

memperbaharuinya di meja Tuhan. Ia dengan tulus harus 

mengatur dirinya supaya sesuai dengan perjanjian itu, dengan 

mengandalkan kebenaran dan kesetiaan Tuhan  untuk menda-

patkan berkat-berkat yang terkandung di dalamnya. Dan ajar-

an tentang baptisan rohani, yaitu pemercikan darah Kristus 

oleh Roh ke atas jiwa, untuk membenarkan jiwa itu, dan anu-

gerah-anugerah Roh untuk menguduskannya. Ketetapan upa-

cara baptisan ini yaitu  dasar yang harus diletakkan dengan 

benar, dan diingat setiap hari, namun  tidak harus diulang-ulang.  

4. Dasar yang keempat yaitu  penumpangan tangan, pada 

orang-orang yang secara khidmat beralih dari masa permulaan 

melalui baptisan ke masa peneguhan. Dalam peralihan ini me-

reka memberi  jawaban yang timbul dari hati nurani yang 

baik kepada Tuhan , dan ikut serta dalam perjamuan di meja 

Tuhan. Peralihan dari keanggotaan jemaat yang tak lengkap 

menjadi keanggotaan yang lengkap ini dijalankan dengan 

penumpangan tangan, yang merupakan cara luar biasa untuk 

terus melanjutkan penyampaian karunia Roh Kudus. Sekali 

hal ini dilakukan, orang yang bersangkutan wajib mematuhi-

nya, dan ia tidak perlu lagi upacara penerimaan lain yang 

khidmat, seperti upacara yang pertama, namun  harus terus ber-

lanjut dan bertumbuh di dalam Kristus. Atau mungkin yang 

dimaksudkan di sini yaitu  penahbisan seseorang menjadi 

hamba Tuhan, yaitu orang yang memenuhi syarat dan memi-

liki kecenderungan hati untuk itu. Penetapan ini dilakukan 

dengan puasa dan doa, dengan penumpangan tangan sidang 

penatua. Dan ini hanya dilakukan satu kali. 

5. Dasar yang kelima yaitu  kebangkitan orang mati, yaitu ke-

bangkitan tubuh yang mati, dan bersatunya kembali tubuh 

dengan jiwa, untuk menjadi kawan abadi yang akan bersama-

sama apakah itu dalam kebahagiaan atau kesengsaraan, se-

Surat Ibrani 6:1-8 

suai dengan keadaannya di hadapan Tuhan  saat  ia mati, dan 

sesuai dengan kehidupan yang sudah dijalaninya di dunia ini.  

6. Dasar yang keenam yaitu  penghakiman kekal, yang menen-

tukan keadaan kekal jiwa setiap orang, saat  ia meninggalkan 

tubuh pada saat kematian, dan yang menentukan keadaan 

kekal baik jiwa maupun tubuh pada hari terakhir. Setiap 

orang akan dimasukkan ke dalam kumpulan dan perbuatan 

yang sesuai dengan apa yang pantas mereka dapatkan selama 

di sini di bumi. Orang fasik akan mendapat hukuman kekal, 

dan orang benar akan mendapat hidup kekal. 

Semua ini yaitu  asas-asas dasar yang agung yang harus 

disampaikan dengan jelas dan meyakinkan, dan diterapkan betul-

betul, oleh para hamba Tuhan. Jemaat harus diajar dan diteguh-

kan dengan baik dalam semua asas dasar ini. Dan mereka tidak 

boleh meninggalkan semua asas dasar ini. Tanpa asas-asas dasar 

ini, bagian-bagian lain dari agama tidak memiliki dasar yang da-

pat menopangnya. 

II.  Rasul Paulus menyatakan kesiapan dan tekadnya untuk mem-

bantu orang-orang Ibrani dalam membangun diri mereka di atas 

dasar-dasar ini hingga mereka mencapai kesempurnaan: Dan 

itulah yang akan kita perbuat, jika Tuhan  mengizinkannya (ay. 3). 

Melalui hal ini ia mengajar mereka.  

1.  Bahwa tekad yang benar sangatlah penting untuk bertumbuh 

dan dewasa dalam agama.  

2.  Bahwa tekad yang benar yaitu  tekad yang tidak hanya dibuat 

dengan ketulusan hati, namun  juga dalam kerendahan hati yang 

bergantung pada Tuhan  untuk memberi kekuatan, pertolongan 

dan kebajikan, penerimaan, dan waktu serta kesempatan.  

3.  Bahwa hamba-hamba Tuhan seharusnya tidak hanya meng-

ajar jemaat apa yang harus dilakukan, namun  juga harus ber-

jalan mendahului mereka, dan bersama-sama dengan mereka, 

di jalan kewajiban. 

III. Rasul Paulus menunjukkan bahwa pertumbuhan rohani ini ada-

lah cara paling pasti untuk mencegah dosa yang mengerikan itu, 

yaitu murtad dari iman. Dan di sini, 

1.  Ia menunjukkan seberapa jauh orang bisa hidup beragama, 

namun, sesudah  semuanya, mereka menjadi murtad, dan bi-

nasa untuk selama-lamanya (ay. 4-5). 

(1) Mereka mungkin tercerahkan. Beberapa tokoh zaman dulu 

memahaminya sebagai pembaptisan orang-orang seperti 

itu. namun  , lebih tepatnya ini harus dipahami sebagai 

pengetahuan yang berupa gagasan dan pencerahan umum, 

yang bisa saja dimiliki seseorang secara berlimpah, namun 

ia gagal mendapatkan sorga. Bileam yaitu  orang yang 

terbuka matanya (Bil. 24:3), namun dengan matanya yang 

terbuka ia terpelosok ke dalam kegelapan yang pekat.  

(2) Mereka mungkin pernah mengecap karunia sorgawi, mera-

sakan pekerjaan baik Roh Kudus yang bekerja dalam jiwa 

mereka, sehingga mereka mengecap agama. Namun, mere-

ka ini seperti orang yang sedang berbelanja di pasar, yang 

mengecap barang sebab  harganya tidak terjangkau. Jadi 

mereka hanya mencicipi saja, kemudian meninggalkannya. 

Orang bisa saja mengecap agama, dan tampak menyukai-

nya, kalau saja mereka bisa menjalaninya dengan syarat-

syarat yang lebih ringan dari keharusan untuk menyangkal 

diri, memikul salib, dan mengikuti Kristus.  

(3) Mereka mungkin pernah mendapat bagian dalam Roh Ku-

dus, yaitu bagian dalam karunia-karunia-Nya yang luar 

biasa dan ajaib. Mereka mungkin pernah mengusir setan-

setan dalam nama Kristus, dan melakukan banyak pekerja-

an besar lain. Pada masa para rasul, karunia-karunia se-

perti itu adakalanya diberikan kepada orang-orang yang 

tidak betul-betul mendapat anugerah yang menyelamatkan.  

(4) Mereka mungkin pernah mengecap firman yang baik dari 

Tuhan . Mereka mungkin sedikit banyak menyukai ajaran-

ajaran Injil, mungkin mendengarkan firman dengan senang 

hati, mungkin mengingat banyak hal darinya, dan berbi-

cara dengan baik tentangnya. Namun mereka tidak pernah 

dibentuk olehnya, tidak juga firman itu berdiam dengan 

melimpah dalam diri mereka.  

(5) Mereka mungkin pernah mengecap karunia-karunia dunia 

yang akan datang. Mereka mungkin mendapat kesan-

kesan yang kuat mengenai sorga, dan merasa takut masuk 

neraka. Sejauh inilah langkah orang-orang munafik dalam 

Surat Ibrani 6:1-8 

beragama, dan, sesudah semuanya itu, mereka menjadi 

murtad. Maka dari itu, amatilah,  

[1] Perkara-perkara besar ini di sini dibicarakan dalam 

kaitannya dengan orang-orang yang bisa murtad. Na-

mun tidak dikatakan di sini bahwa mereka benar-benar 

bertobat, atau bahwa mereka sudah dibenarkan. Dalam 

anugerah yang sesungguhnya, yang membawa kesela-

matan, terkandung lebih banyak hal dibandingkan  semua 

yang dikatakan di sini tentang orang-orang murtad.  

[2] Oleh sebab itu, hal ini bukanlah bukti bahwa orang 

yang sungguh-sungguh kudus bisa menjadi murtad 

untuk selama-lamanya. Memang orang-orang kudus ini 

bisa sering jatuh secara mengenaskan, namun mereka 

tidak akan sepenuhnya atau selama-lamanya tercam-

pakkan dari Tuhan . Tujuan dan kuasa Tuhan , penebusan 

dan doa Kristus, janji Injil, perjanjian kekal yang dibuat 

Tuhan  dengan mereka, yang tertata rapi dan pasti dalam 

semua hal, berdiamnya Roh, dan benih firman yang 

tidak akan mati, semua ini yaitu  jaminan bagi ke-

amanan mereka. Sebaliknya, pohon yang tidak mempu-

nyai akar-akar ini tidak akan berdiri teguh. 

2.  Rasul Paulus menggambarkan keadaan yang mengerikan dari 

orang-orang yang murtad seperti itu sesudah  mereka jauh 

melangkah dari pengakuan iman mereka.  

(1)  Besarnya dosa kemurtadan. Kemurtadan sama saja dengan 

menyalibkan lagi Anak Tuhan  dan menghina-Nya di muka 

umum. Orang-orang murtad menyatakan bahwa mereka 

menyetujui apa yang dilakukan orang-orang Yahudi dalam 

menyalibkan Kristus, dan bahwa mereka dengan senang 

hati akan melakukan lagi hal yang sama jika mereka dapat 

melakukannya. Mereka menumpahkan penghinaan ter-

besar ke atas Anak Tuhan , dan sebab  itu ke atas Tuhan  sen-

diri, yang mengharapkan semua orang untuk menghargai 

Anak-Nya, dan menghormati Dia seperti mereka menghor-

mati Bapa. Mereka berbuat semampu mereka untuk meng-

gambarkan Kristus dan Kekristenan sebagai hal yang me-

malukan, dan ingin supaya Dia dipermalukan dan dicela di 

depan umum. Inilah sifat kemurtadan.  

(2)  Kesengsaraan besar orang-orang yang murtad.  

[1] Mustahil untuk memperbaharui mereka sekali lagi, 

hingga mereka bertobat. Ini luar biasa susah. Sangat 

jarang terjadi bahwa orang yang telah melangkah begitu 

jauh dan murtad, lalu kembali bertobat secara sung-

guh-sungguh, pertobatan yang betul-betul merupakan 

perombakan jiwa. Sebagian orang berpendapat bahwa 

yang dimaksud di sini yaitu  dosa melawan Roh Kudus, 

namun  tidak ada dasar untuk itu. Dosa yang disebutkan 

di sini jelas-jelas yaitu  kemurtadan baik dari kebenaran 

maupun jalan-jalan Kristus. Tuhan  dapat memperbaharui 

mereka untuk bertobat, namun  jarang Ia melakukannya. 

Dan bagi manusia sendiri hal itu mustahil.  

[2] Kesengsaraan mereka digambarkan dengan perumpa-

maan yang tepat, yaitu tentang tanah yang sesudah  ba-

nyak ditanami tidak menghasilkan apa-apa kecuali se-

mak duri dan rumput duri, dan sebab  itu sudah dekat 

pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran (ay. 8). 

Untuk lebih memperkuat hal ini lagi, diperlihatkan di 

sini perbedaan antara tanah yang baik dan tanah yang 

buruk, bahwa perbedaan-perbedaan ini, dengan diper-

tentangkan satu sama lain, menggambarkan satu sama 

lain. Pertama, inilah gambaran tanah yang baik: Tanah 

itu menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya. 

Orang percaya tidak hanya mengecap firman Tuhan , te-

tapi juga menghisapnya. Tanah yang baik ini meng-

hasilkan buah yang sepadan dengan biaya yang sudah 

dikeluarkan, demi kehormatan Kristus dan penghiburan 

hamba-hamba-Nya yang setia, yang di bawah Kristus 

mengolah tanah itu. Ladang atau kebun buah ini juga 

menerima berkat. Tuhan  menyatakan bahwa orang-orang 

Kristen yang berbuah itu diberkati, dan semua orang 

bijak dan baik akan memandang mereka diberkati. 

Mereka diberkati dengan pertambahan anugerah, dan 

diteguhkan lagi dan akhirnya memperoleh kemuliaan. 

Kedua, inilah keadaan yang berbeda dari tanah yang 

buruk: Tanah itu menghasilkan semak duri dan rumput 

duri. Tanah itu tidak hanya tandus dan tidak mengha-

silkan buah yang baik, namun  juga menghasilkan buah 

Surat Ibrani 6:9-20 

yang buruk, yaitu semak duri dan rumput duri. Ia ber-

buah dalam dosa dan kefasikan, yang mengganggu dan 

menyakiti semua yang ada di sekelilingnya, dan akan 

sangat menganggu dan menyakiti orang berdosa itu 

sendiri pada akhirnya. Maka tanah seperti itu ditolak. 

Tuhan  tidak akan lagi memberi perhatian pada orang-

orang murtad yang fasik itu. Ia akan membiarkan mere-

ka sendiri, dan membuang mereka dari perhatian-Nya. 

Ia akan memerintahkan awan-awan supaya tidak lagi 

menurunkan hujan ke atas mereka. Pekerjaan-pekerja-

an ilahi akan ditahan. Dan bukan itu saja, tanah yang 

buruk juga sudah dekat pada kutuk. Tanah itu sama 

sekali tidak akan menerima berkat, namun  justru kutuk 

yang mengerikan menggantung di atasnya, meskipun 

pada saat ini, sebab  kesabaran Tuhan , kutuk itu tidak 

sepenuhnya ditimpakan. Yang terakhir, tanah yang bu-

ruk itu pada akhirnya akan dibakar. Kemurtadan akan 

dihukum dengan dibakar untuk selama-lamanya, de-

ngan api yang tidak akan pernah padam. Inilah akhir 

yang mengenaskan dari kemurtadan.