melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu
(Kisah 2: 25-28).
Petrus lalu menjelaskan kutipan dari Mazmur ini dengan
mengatakan:
Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan
terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa
kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya
masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia
adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah
berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah,
bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia
telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang
kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa
Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati,
dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan
tentang hal itu kami semua adalah saksi (Kisah 2:29-
32).
Rasul Paulus juga percaya bahwa pemazmur itu memberikan
kesaksian kepada Kristus, dan bicara tentang kebangkitanNya. Dalam pidatonya di Antiokhia Pisidia, ia berkata:
Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan
kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita, keturunan mereka, dengan membang-kitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam mazmur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memperanakkan Engkau pada hari ini. Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan Ia tidak
akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal
itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini: Aku
akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus
yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepada Daud. Sebab itu Ia mengatakan dalam mazmur
yang lain: Engkau tidak akan membiarkan Orang
Kudus-Mu melihat kebinasaan. Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya,
dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan.
Tetapi Yesus, yang dibangkitkan Allah, tidak demikian. Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang
yang percaya memperoleh pembebasan dari segala
dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum
Musa (Kisah 13:32-39).
Di manakah ramalan tentang kebangkitan anak perempuan
Yairus? Kapankah para nabi pernah meramalkan kebangkitan
Eutikhus atau Tabita? Contoh-contoh seperti itu tidak ditemukan di dalam Alkitab. Tidak ada orang yang dibangkitkan
selain Yesus yang kebangkitannya dinubuatkan oleh nabi Perjanjian Lama. Ini tentu saja membuat kebangkitan Yesus unik.
Keempat, pentingnya kebangkitan Yesus terlihat dalam
fakta bahwa kebangkitan-Nya didahului oleh banyak contoh di
mana Ia menubuatkan bahwa Ia akan mengalahkan maut, bahkan menubuatkan hari tepatnya di mana itu akan terjadi. Yesus memberitahu beberapa ahli Taurat dan orang Farisi pada satu
kesempatan, “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan
tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam ” (Matius 12: 40,
huruf tebal ditambahkan). Matius, Markus, dan Lukas semuanya mencatat bagaimana Yesus “mulai menyatakan kepada
murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam
kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan
pada hari ketiga” (Matius 16:21, huruf tebal. ditambahkan; bdk.
Markus 8:31-32; Lukas 9:22). Ketika Yesus dan para murid-Nya
berada di Galilea, Yesus mengingatkan mereka, dengan mengatakan, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia
akan dibangkitkan” (Matius 17:22-23, huruf tebal ditambahkan). Sesaat sebelum Ia dengan penuh kemenangan masuk ke
Yerusalem, Yesus sekali lagi mengingatkan para murid-Nya,
dengan mengatakan, “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan
Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman
mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsabangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan,
disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” (Matius 20:18-19, huruf tebal ditambahkan). Nubuatnubuat Yesus tentang kebangkitan-Nya dan hari khusus di
mana hal itu akan terjadi sudah diketahui secara luas sehingga,
setelah Yesus mati, musuh-musuh-Nya meminta agar Pilatus
menempatkan penjaga di kubur-Nya, sambil berkata, “Tuan,
kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata:
Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah
untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga” (Matius
27:63-64, huruf tebal ditambahkan). Mereka tahu persis apa yang Yesus telah katakan akan Ia melakukan, dan mereka berbuat sekuat mungkin untuk menghentikannya.
Di manakah nubuat-nubuat bagi anak janda dari Sarfat?
Apakah ia bernubuat tentang kebangkitannya sebelum kematiannya? Atau bagaimana dengan anak perempuan dari Sunem
yang dibangkitkan Elisa dari antara orang mati? Di manakah
nubuat pribadinya? Sesungguhnya, selain Yesus tidak ada
orang yang Alkitab sebutkan sudah bangkit dari antara orang
mati menubuatkan kebangkitannya sendiri sebelumnya. Dan
tentu saja tidak ada yang pernah bernubuat tentang hari tepatnya di mana ia akan bangkit dari antara orang mati, kecuali
Yesus. Adanya pengetahuan dan nubuat sebelumnya menjadikan kebangkitan-Nya peristiwa penting. Ia telah mengalahkan maut, seperti yang Ia sudah prediksi. Ia melakukan persis
seperti apa yang Ia telah katakan akan Ia lakukan, tepat
pada hari yang Ia katakan akan Ia lakukan.
Akhirnya, keunikan kebangkitan Yesus terlihat dalam
fakta bahwa Ia adalah satu-satunya orang yang dibangkitkan
yang pernah hidup dan mati tanpa melakukan satu dosa selama hidup-Nya. Ia “suci” dan “benar” (1Yohanes 3:3; 2:1), “Ia
tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya”
(1Petrus 2:22). Ia adalah “anak domba yang tak bernoda dan tak
bercacat” (1Petrus 1:19), “yang tidak mengenal dosa” (2Korintus 5:21). Tidak ada orang lain yang telah bangkit dari antara
orang mati pernah menjalani kehidupan yang sempurna, lalu
mati—dan setelah itu bangkit—dengan tujuan untuk menghapus dosa dunia (bdk. Yohanes 1:29). Karena Yesus hidup tanpa
dosa, dan kemudian mengalahkan maut dalam kebangkitanNya, maka hanya Dia yang mendapat kehormatan disebut
“Anak Domba Allah” dan “Imam Besar Agung” (Ibrani 4:14).
“Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk
menanggung dosa banyak orang,” dan oleh karena kebangkitan-Nya, “Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia“ (Ibrani 9:28).
Apakah Eutikhus, Tabita, Lazarus, dll., bangkit dari
kubur atau tidak, hubungan kita dengan Allah tidak terpengaruh. Namun begitu, tanpa kebangkitan Yesus, tidak akan
ada “Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat
dan menerima pengampunan dosa” (Kisah 5:31). Tanpa kebangkitan Yesus, Ia tidak akan dapat menjadi pengantara bagi
kita (Ibrani 7:25). Tanpa kebangkitan Yesus, kita tidak memiliki
kepastian akan kedatangan-Nya dan penghakiman yang akan
datang (Kisah 17:31) .
Yang pasti, kebangkitan Yesus sangat penting—lebih
penting daripada kebangkitan lainnya yang pernah terjadi.
Hanya kebangkitan Yesus yang diucapkan oleh orang-orang
terilham sebagai bukti keilahian-Nya. Hanya Yesus yang bangkit untuk tidak pernah mati lagi. Hanya kebangkitan Yesus
yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Hanya Yesus yang
bernubuat tentang hari tepatnya di mana Ia akan bangkit dari
kubur, dan kemudian menggenapi ramalan itu. Hanya kebangkitan Yesus yang didahului oleh kehidupan yang sempurna—
kehidupan yang dijalani, diserahkan, dan dipulihkan dalam
kebangkitan untuk tujuan menjadi Pemimpin, Juruselamat,
dan Pengantara manusia.
PEKERJAAN YANG KUKERJAKAN
MEMBERI KESAKSIAN TENTANG AKU”
Alkitab dimulai dengan mujizat Penciptaan (Kejadian
1:1), dan diakhiri dengan pengingat tentang Kedatangan Kedua
Kristus yang mujizatiah (Wahyu 22:20). Seperti titik-titik polka pada anjing Dalmatian, pelbagai mujizat yang diadakan oleh
Allah dan para utusan-Nya bertaburan di dalam teks Alkitab.
Allah menciptakan Alam Semesta dari ketiadaan (Kejadian 1),
dan berabad-abad kemudian membanjiri seluruh bumi dengan
air (Kejadian 7). Ia mengirim sepuluh tulah ke atas orang Mesir (Keluaran 7-12), membelah Laut Merah (Keluaran 14), dan
dua kali menyebabkan air keluar dari batu selama empat puluh
tahun Israel mengembara di padang gurun (Keluaran 17; Bilangan 20). Ia menyembuhkan seorang penderita kusta (2Raja
5), membangkitkan banyak orang dari antara orang mati (1Raja
17; Matius 27:52-53), dan pada dua kesempatan yang berbeda
mengangkat beberapa orang dari Bumi ke sorga sehingga mereka tidak pernah merasakan kematian (Ibrani 11:5; 2Raja 2:1-
11). Bahkan Alkitab itu sendiri adalah hasil dari mujizat Allah
yang secara supernatural membimbing para penulis Alkitab
dalam apa yang mereka tulis. Alih-alih menjadi hasil kejeniusan manusia, Alkitab mengklaim “dinapasi oleh Allah” (2Timotius 3:16, NIV). Menurut rasul Petrus, “[S]ebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan
Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2Petrus
1:21, NIV, huruf tebal ditambahkan). Dari pewahyuan hingga
pengilhaman, dari Penciptaan oleh Allah hingga penjelmaan Yesus, penjelasan mujizatiah (supernatural) berada di jantung
banyak peristiwa Alkitab (dan sejarah).
Beberapa orang secara keras kepala mengklaim bahwa
jenis mujizat apa saja sama sekali mustahil terjadi. Mengapa
mereka berkata “tidak” kepada mujizat? Ada banyak alasan,
tetapi mungkin yang paling penting adalah mereka tidak percaya Allah itu ada (atau jika Ia ada, Ia tidak mengintervensi dalam
dunia alami). Orang yang percaya bahwa Alam Semesta dan
isinya berevolusi melalui proses alami selama milyaran tahun
tidak dapat percaya kepada mujizat karena ia berpikir bahwa
di luar alam tidak ada yang berwujud. Seperti yang almarhum
Carl Sagan, astronom terkemuka dari Universitas Cornell, katakan: “Kosmos adalah melulu apa yang sekarang ini ada atau
pernah ada atau akan pernah ada“ (1980, p. 4). Karena mujizat
adalah peristiwa luar biasa yang menuntut penjelasan supranatural, maka tidak ada peristiwa seperti itu yang dapat terjadi
dalam dunia di mana hanya kekuatan alami yang beroperasi. Sekali orang menyangkal Allah dan mujizat Penciptaan,
orang itu dipaksa untuk menyangkal mujizat bisa terjadi dalam
bentuk apa pun. Orang Kristen percaya kepada mujizat karena
mereka percaya bahwa Allah ada dan bahwa Alkitab (yang melaporkan beberapa mujizat Allah) adalah Firman-Nya, sedangkan orang ateis menolak mujizat karena mereka tidak percaya
kepada Wujud yang lebih tinggi, supernatural.
Mereka yang menganut pandangan ateistik adalah benar
tentang satu hal: Jika Allah tidak ada (atau seperti yang
orang deis yakini, jika Ia memang ada, tetapi tidak mau campur
tangan dalam ciptaan-Nya), maka mujizat tidak dapat terjadi.
Di sisi lain, jika Allah memang ada (dan bukti menunjukkan
bahwa Ia ada—lihat Thompson, 2003), maka mujizat tidak
hanya mungkin, tetapi juga sangat mungkin. Sangat masuk
akal untuk menyimpulkan bahwa jika Allah menciptakan Alam Semesta, maka pada satu kesempatan Ia bisa saja campur
tangan melalui tindakan supernatural (yaitu, mujizat) untuk
mencapai tujuan ilahi-Nya.
PENEGUHAN SECARA MUJIZATIAH
Sejak dunia dimulai, Allah telah menyampaikan pesan
kepada umat manusia “oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus”
(Lukas 1:70; bdk. Lukas 11:49-51; Kisah 3:21) dan mengadakan
beragam mujizat melalui mereka untuk tujuan meneguhkan
kehendak Ilahi-Nya. Allah memberi Musa kemampuan untuk
mengubah tongkat menjadi ular dan air menjadi darah agar
para pendengarnya “mendengarkan perkataan” yang ia sampakan (Keluaran 4:1-9). Api dari Sorga menghanguskan sebuah
mezbah di Gunung Karmel agar Israel boleh mengenal satusatunya Allah sejati dan bahwa Elia, nabi-Nya yang setia, bicara
atas nama-Nya (1Raja 18:36-39). Berabad-abad kemudian, ketika para rasul pergi memberitakan Injil, Markus menulis bahwa
Tuhan “turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya“ (16:20). Menurut penulis kitab
Ibrani, keselamatan “yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan
dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita
dengan cara yang dapat dipercayai” (2:3). Allah memberikan
kesaksian “oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang
dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya“ (2:4). Sesungguhnya, di seluruh Alkitab para juru bicara Allah mengadakan pelbagai mujizat untuk memvalidasi pesan ilahiat mereka.
Dengan mengingat fakta bahwa mujizat telah berfungsi
sebagai peneguh wahyu Allah sejak dunia dijadikan, maka seharusnya tidak mengherankan bahwa “setelah genap waktunya“ (Galatia 4:4), dan Mesias yang dijanjikan, Anak Allah, datang ke Bumi untuk tujuan menyelamatkan dunia dari dosa
(Lukas 19:10; Yohanes 3:16), Ia akan meneguhkan identitas dan
pesan-Nya dengan mengadakan pelbagai mujizat. Berabadabad sebelum kelahiran Kristus, nabi Yesaya meramalkan tentang waktu ketika ”mata orang-orang buta akan dicelikkan,
dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.… orang lumpuh
akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai“ (35:5-6). Meski bahasa ini memiliki unsur kiasan di
dalamnya, tapi secara harfiah itu benar dalam hal kedatangan
Mesias. Ketika Yohanes Pembaptis mendengar tentang pekerjaan Kristus, ia mengirim dua muridnya kepada Yesus untuk
menanya Dia, “Engkaukah yang akan datang itu” yang tentang
Dia para nabi telah bicara. Yesus merespons murid-murid Yohanes dengan menunjuk kepada orang-orang yang telah Ia
sembuhkan secara mujizatiah (dengan demikian menggenapi
nubuat Mesianik Yesaya), dengan mengatakan, ”Pergilah dan
katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu
lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta
menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan
dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik“ (Matius 11:4-
5; bdk. Markus 7:37). Yesus ingin mereka tahu bahwa Ia melakukan persis apa yang seharusnya dilakukan oleh “Dia yang
akan datang” (bdk. Yesaya 53:4; Matius 8:17), dan apa yang
orang-orang Yahudi harapkan untuk Ia lakukan—mengadakan
mujizat (Yohanes 7:31; bdk. Yohanes 4:48; 1Korintus 1:22).
Mujizat Yesus berfungsi untuk tujuan yang berbeda daripada mujizat yang pernah diadakan oleh Musa, Elia, atau salah
satu dari rasul atau nabi Perjanjian Baru. Berbeda dengan semua pelaku mujizat lain yang dicatat dalam Alkitab, Yesus sebenarnya mengklaim sebagai Mesias yang dinubuatkan, Anak
Allah, dan pelbagai mujizat-Nya diadakan untuk membuktikan kebenaran pesan-Nya dan sifat ilahi-Nya. Sementara para rasul dan para nabi Perjanjian Baru mengadakan mujizat untuk meneguhkan pesan mereka bahwa Yesus adalah Anak Allah, Yesus mengadakan mujizat untuk memberikan kesaksian
bahwa Ia adalah, sesungguhnya, Anak Allah. Merespons sekelompok orang Yahudi yang bertanya tentang apakah Ia adalah
Kristus atau bukan, Yesus menjawab,
Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, … Aku dan Bapa
adalah satu … Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, … [jika] kamu tidak mau percaya kepadaKu, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa
Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yohanes 10:25, 30, 37-38).
Demikian pula, pada kesempatan lain Yesus membela
keilahian-Nya , dengan berkata, “Segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakan-nya.…
itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang
mengutus Aku“ (Yohanes 5:36). Selagi di Bumi, Yesus “dibuktikan oleh Allah … dengan pelbagai mujizat dan kekuatankekuatan dan tanda-tanda yang Allah lakukan melalu Dia“
(Kisah 2:22, NASB). Dan, menurut rasul Yohanes, “Memang
masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata
murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi
semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu
oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:30-31, huruf tebal ditambahkan). Seperti yang akan diharapkan dari Pribadi Yang mengaku sebagai Allah yang berinkarnasi (bdk. Yohanes 1:1-3,14; 10:30), Kitab Suci mencatat bahwa
Yesus mengadakan banyak mujizat di sepanjang pelayananNya dalam upaya untuk menyediakan bukti yang cukup bagi
pesan dan sifat ilahi-Nya.
ALASAN UNTUK PERCAYA KEPADA MUJIZAT YESUS
Terlepas dari seberapa banyak bukti yang dapat dipercaya yang dapat orang ajukan dalam diskusi tentang mujizat Kristus, orang-orang tertentu tidak akan pernah diyakinkan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Alkitab menjelaskan bahkan sejumlah orang di abad pertama yang secara langsung
melihat karya mujizatiah Yesus tidak yakin bahwa Ia adalah
Mesias yang dijanjikan (bdk. Mar. 6:6). Ketimbang sujud di
kaki-Nya dan menyebut Dia “Tuhan” (seperti yang dilakukan
orang buta yang disembuhkan oleh Yesus—Yohanes 9:38),
banyak orang Yahudi menolak untuk mempercayai klaim tentang keilahian-Nya. Sebaliknya, mereka mengaitkan karyaNya itu kepada Iblis, dan mengatakan hal-hal seperti, “Ia kerasukan Beelzebul,” atau “Dengan penghulu setan Ia mengusir
setan“ (Markus 3:22). Dengan mengingat reaksi semacam itu
terhadap mujizat Yesus oleh beberapa orang dari mereka yang
benar-benar hidup di Bumi bersama Dia 2.000 tahun yang lalu,
seharusnya tidak mengherankan jika banyak orang yang hidup
sekarang ini juga menolak Dia sebagai Tuhan dan Allah. Seperti
dinyatakan sebelumnya, salah satu alasan utama dalam menolak keilahian-Nya dan mujizat yang Alkitab klaim diadakan
oleh Dia adalah hanya karena banyak orang menyangkal keberadaan Allah (meski di hadapan langit yang menyatakan pekerjaan tangan-Nya—bdk. Mazmur 19:1) dan pengilhaman Al-kitab (yang juga telah diperlihatkan dengan jumlah bukti yang
berlimpah—lihat Thompson, 2001). Jelas, jika orang menolak
untuk menerima kedua pilar utama agama Kristen ini, ia tidak
akan pernah diyakinkan bahwa Yesus telah mengadakan banyak mujizat. Tetap saja, baik orang teis dan ateis harus mempertimbangkan beberapa alasan berikut tentang mengapa mujizat Yesus merupakan kesaksian yang kredibel tentang sifat
dan ajaran ilahi-Nya.
Beribu-ribu Orang Menyaksikan Mujizat-Nya
Selain dari fakta bahwa mujizat Yesus dicatat dalam kitab
kuno yang paling terdokumentasi secara historis di seluruh
dunia (lihat pasal dua), yang berulang kali telah membuktikan
dirinya sebagai saksi sejarah yang dapat diandalkan, juga penting diketahui bahwa mujizat Yesus tidak dilakukan di tempat
terpencil tertentu di Bumi dengan hanya beberapa saksi. Sebaliknya, mujizat Yesus dibuktikan oleh banyak orang di seluruh
Palestina di sepanjang pelayanan-Nya. Yesus memulai mujizat-Nya di Kana Galilea dengan mengubah air menjadi anggur
di pesta pernikahan di hadapan para murid-Nya dan tamu-tamu lainnya (Yohanes 2:1-11). [Pertimbangkanlah berapa banyak
anggur yang Yesus buat setelah tuan rumah itu kehabisan anggur (kira-kira 450 liter—2:6), dan itu akan kelihatan bahwa ada
banyak tamu di pesta itu. Berapa banyak yang menyaksikan
prestasi luar biasa itu, kita tidak diberitahu. Tetapi, rasul Yohanes mencatat bahwa “pelayan-pelayan, yang mencedok air itu,
mengetahui” tentang mujizat itu (2:9), begitu juga murid-murid
Yesus (2:11).] Pada lebih daripada satu hari Sabat, Yesus mengadakan mujizat di sinagoga Yahudi di mana tak terhitung jumlah orang sezamannya yang berkumpul untuk mempelajari
Kitab Suci pada hari suci mereka itu (Markus 1:23-28; Markus
3:1-6). Yesus pernah menyembuhkan orang sakit di Kolam Betesda di Yerusalem dimana ”sejumlah besar” orang sakit
berbaring di sana (Yohanes 5:3), dan Ia menyembuhkan orang
lumpuh di Kapernaum di rumah yang penuh dengan “orang
Farisi dan ahli Taurat … [yang] datang dari semua desa di
Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem“ (Lukas 5:17). Rumah
itu begitu ramai dipenuhi orang, faktanya, orang-orang yang
membawa orang lumpuh itu bahkan tidak dapat memasuki
pintu rumah itu. Sebaliknya, mereka mencopot bagian atap
rumah itu, dan menurunkan orang lumpuh itu melalui atap
itu. Matius mencatat bagaimana Yesus “melihat orang banyak
yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas
kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang
sakit“ (14:14, huruf tebal ditambahkan). Lalu, belakangan, Ia mengambil lima potong roti dan dua ikan dan memberi makan
5.000 laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak mereka, sementara kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang tersisa, dua belas bakul penuh (Matius 14:15-
21; Markus 6:33-43; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:1-14). Pada kesempatan lain, Yesus mengambil “beberapa ikan kecil ... dan tujuh
roti” roti dan memberi makan 4.000 laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak (Matius 15: 32-39).
Sesungguhnya, beribu-ribu orang sezaman Yesus menyaksikan pelbagai mujizat-Nya pada berbagai kesempatan di sepanjang pelayanan-Nya. Segala mujizat itu tidak disembunyikan
atau dilakukan di lokasi yang tidak dapat diakses dan tidak
dapat diuji oleh para pengikut potensial. Sebaliknya, mujizatmujizat itu menjadi sasaran analisis orang Yahudi dan bukan
Yahudi, orang percaya dan orang tidak percaya, teman dan
lawan. Mujizat-mujizat itu dievaluasi di ranah fisik oleh pancaindera fisik. Ketika Petrus berkhotbah kepada mereka yang
telah membunuh Yesus, ia mengingatkan mereka bahwa identitas Kristus telah dibuktikan “dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah
dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang
kamu tahu“ (Kisah 2:22, huruf tebal ditambahkan). Orangorang Yahudi telah menyaksikan pelbagai mujizat Kristus yang
terjadi di tengah-tengah mereka saat Ia hidup di Bumi. Di hadapan banyak saksi mata, Yesus memulihkan penglihatan
orang buta, menyembuhkan orang kusta, memberi makan ribuan orang dengan segenggam makanan, dan membuat orang
lumpuh berjalan.
Musuh-Musuh Kristus Membuktikan Karya-Nya
Menariknya, meski banyak musuh Yesus yang telah menyaksikan mujizat-Nya menolak Dia sebagai Mesias dan berusaha meremehkan pelayanan-Nya, namun mereka tidak menyangkal mujizat-mujizat yang Ia telah adakan. Setelah Yesus
membangkitkan Lazarus dari antara orang mati di hadapan
banyak orang Yahudi, “imam-imam kepala dan orang-orang
Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan
mereka berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu
membuat banyak mujizat’“ (Yohanes 11:47, huruf tebal ditambahkan). Menurut Lukas, bahkan Raja Herodes telah mendengar cukup banyak laporan tentang Yesus untuk percaya
bahwa Ia dapat mengadakan “mujizat” di hadapan dia (Lukas
23:8). Suatu hari, setelah Yesus menyembuhkan orang buta,
bisu, dan kerasukan setan di tengah-tengah orang banyak,
orang-orang Farisi merespons, dengan mengatakan, “Dengan
Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan“ (Matius 12:24).
Meski banyak musuh Yesus tidak mengaku percaya kepada
Dia sebagai utusan sorga, dilahirkan dari anak dara, Anak
Allah, tetapi mengaitkan karya-Nya sebagai berasal dari Iblis,
penting untuk diperhatikan bahwa mereka tidak menyangkal
hal-hal supernatural yang mengherankan yang Ia adakan. Fak-tanya, mereka mengaku bahwa Ia mengadakan mujizat dengan
mengusir roh jahat dari seseorang, sementara pada kesempatan
lain mereka memarahi Dia karena menyembuhkan pada hari
Sabat (bdk. Lukas 13:10-17).
Bahkan ketika musuh-musuh Yesus dengan rajin menyelidiki pelbagai mujizat yang Ia adakan dengan harapan untuk
mendiskreditkan Dia, mereka tetap gagal dalam usaha mereka itu. Rasul Yohanes mencatat suatu peristiwa ketika Yesus
memulihkan penglihatan orang yang lahir buta (Yohanes 9:7).
Setelah dapat melihat, para tetangga dan banyak orang lain
memeriksa dia, dengan bertanya bagaimana ia sekarang dapat
melihat. Belakangan ia dibawa ke hadapan orang-orang Farisi,
dan mereka menyelidiki dia. Mereka bertanya tentang Pribadi
yang membuat dia dapat melihat, dan kemudian berdebat di
antara mereka sendiri tentang karakter Yesus. Mereka memanggil orang tua dari orang yang dulunya buta itu, dan menanyai
mereka tentang kebutaan anak mereka. Lalu mereka memanggil lagi orang yang lahir buta itu, dan untuk kedua kalinya menanyai dia tentang bagaimana Yesus memulihkan penglihatannya. Akhirnya, ketika mereka sadar bahwa orang itu tidak akan
tunduk terhadap interogasi mereka yang mengintimidasi dan
tidak mau mengatakan hal negatif tentang Yesus, “mereka mengusir dia ke luar“ (9:34). Mereka menolak dia, dan Ia yang
adalah Pribadi Yang menyembuhkan dia. Namun, mereka
tidak dapat menyangkal mujizat yang Yesus adakan. Mujizat
itu diketaui oleh saksi yang tak terhitung jumlahnya bahwa
orang ini dilahirkan buta, tetapi, setelah berhubungan dengan
Yesus, penglihatannya pulih. Seluruh kasus itu diteliti dengan
sangat cermat oleh musuh-musuh Yesus, bahkan mereka harus
mengakui bahwa Yesus telah menyebabkan orang buta dapat
melihat (9:16-17, 24, 26). Itu adalah fakta, diterima, bukan oleh kaum muda yang mudah percaya, tetapi oleh para musuh
veteran Kristus yang keras kepala.
Selain itu, ada beberapa orang di antara para pengecam
Yesus yang paling keras yang akhirnya percaya, tidak hanya
kepada mujizat-Nya, tetapi bahwa semua hal mengherankan
yang Ia adakan benar-benar berasal dari Sorga. Yohanes mengisyaratkan keyakinan ini ketika ia menulis tentang bagaimana
ada perpecahan di antara orang-orang Farisi tentang apakah
Yesus itu berasal dari Allah atau bukan. Satu kelompok bertanya, “Bagaimanakah seorang berdosa (seperti yang dituduhkan oleh beberapa orang Farisi—KB/EL) dapat membuat mujizat yang demikian?“ (Yohanes 9:16). Nikodemus, yang dulunya
adalah orang Farisi dan penguasa orang Yahudi, datang kepada Yesus pada malam hari dan mengaku, katanya, “Rabi, kami
tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah;
sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tandatanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya“
(Yohanes 3: 2). Bertahun-tahun kemudian, setelah pendirian
gereja, Lukas mencatat bagaimana “sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya“ (Kisah 6:7). Sesungguhnya, bahkan
banyak dari mereka yang termasuk di antara musuh-musuh
Yesus pada satu waktu akhirnya mengakui Dia sebagai Anak
Allah. Mengingat bahwa kesaksian positif dari saksi-saksi lawan adalah jenis kesaksian paling berbobot di pengadilan,
maka reaksi seperti itu dari musuh-musuh Yesus sangat luar
biasa penting dalam diskusi tentang mujizat Kristus.
Berbagai Pembuktian Dari Para Penulis
Kasus yang dibangun untuk keaslian mujizat Yesus semakin diperkuat oleh fakta bahwa segala karya supranatural-Nya
dicatat, bukan oleh satu orang, tetapi oleh beberapa penulis
independen. Bahkan orang-orang yang tidak percaya menga-kui bahwa berbagai mujizat dalam kehidupan Yesus (termasuk kebangkitan-Nya) dicatat oleh lebih daripada satu penulis
(bdk. Barker, 1992, p. 179; Clements, 1990, p. 193). Jika para sarjana sejarah kuno pada umumnya memberikan fakta-fakta
yang ”tidak dapat disangsikan” ketika dua atau tiga sumber
sepakat (lihat Maier, 1991, p. 197), maka beragam pembuktian
mujizat Yesus oleh Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Paulus (bdk. 1Korintus 15:1-8) adalah sangat impresif. Tidak seperti Islam dan Mormonisme, yang masing-masing bergantung
pada kisah/tulisan dari satu orang yang dianggap diilhami
(Muhamad dan Joseph Smith, masing-masing), agama Kristen
bersandar pada dasar banyak penulis. Pertimbangkan juga
bahwa beberapa mujizat tertentu yang Yesus adakan, khususnya saat memberi makan 5.000 orang dan kebangkitan-Nya,
dicatat di semua empat catatan injil. Selanjutnya, pembuktian
para penulis tentang kehidupan dan mujizat Yesus adalah
cukup mirip sehingga tidak bertentangan, tetapi cukup bervariasi sehingga orang tidak dapat menyimpulkan bahwa mereka
berkolusi untuk melakukan penipuan. Sesungguhnya, fakta
bahwa beberapa penulis membuktikan kebenaran mujizat Yesus tidak boleh dianggap ringan dan diabaikan begitu saja.
Menariknya, para penulis Alkitab tidak sendirian dalam
pembuktian mereka atas hal-hal mengherankan yang Yesus
adakan. Sejarawan Yahudi abad pertama, Josephus, menyebut
Yesus sebagai Pribadi Yang “melakukan pekerjaan (paradoxa)
luar biasa“ dan Yang ”membawa kepada diri-Nya banyak orang
Yahudi, dan banyak bangsa-bangsa lain“ (18:3:3, huruf tebal
ditambahkan). Josephus menggunakan kata Yunani yang sama
ini ( paradoxa ) sebelumnya ketika mengacukan Elia dan “karya-karya[nya] yang mengejutkan dan menakjubkan melalui
nubuat“ (9:8:6). Satu-satunya contoh kata ini dalam Perjanjian
Baru ditemukan dalam catatan injil Lukas di mana mereka yang baru saja menyaksikan Yesus menyembuhkan orang lumpuh merasa “takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat
takut, katanya: ‘kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat
mengherankan’ (paradoxa) hari ini“(5:26, NASB, huruf tebal
ditambahkan). Sebuah acuan kepada karya menakjubkan Yesus juga dijelaskan dalam satu bagian dari Talmud Babylonian
(dikenal sebagai Sanhedrin Tractate ) di mana para pemimpin
Yahudi menulis, “Pada malam Paskah Yeshu [Yesus—KB/EL]
digantung. Selama empat puluh hari sebelum eksekusi itu berlangsung, seorang pemberita maju dan berteriak, ‘Ia akan harus dirajam karena ia telah mempraktikkan ilmu sihir dan
membujuk Israel untuk murtad.… ‘Tetapi karena tidak ada
bukti yang mendukung orang itu maka ia digantung pada
malam Paskah“ (Shachter, 1994, 43a). Meski Talmud itu menggambarkan perbuatan Yesus yang luar biasa sebagai “sihir,”
dan meski kita mungkin tidak pernah tahu dengan pasti apakah Josephus benar-benar percaya Yesus dapat melakukan mujizat yang sah, namun keduanya mengakui bahwa kehidupan
Yesus dicirikan oleh hal-hal yang luar biasa—kesaksian yang
akan sudah diantisipasi dari orang-orang tidak percaya tertentu yang berusaha untuk meremehkan tindakan supranatural
Kristus.
Penulis Alkitab Melaporkan Fakta—Bukan Dongeng
Penting juga untuk memahami bahwa penulis Alkitab
berkeras bahwa tulisan mereka tidak didasarkan pada khayalan, orang-orang dan pelbagai peristiwa yang tidak dapat diverifikasi, tetapi sebaliknya didasarkan pada fakta-fakta historis
yang kuat (seperti yang telah dikonfirmasi berkali-kali oleh
ilmu arkeologi). Rasul Petrus, dalam suratnya yang kedua kepada orang-orang Kristen pada abad pertama, menulis: “Sebab
kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manu-sia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya“ (1:16). Dalam pernyataan
yang serupa , rasul Yohanes menegaskan: “Apa yang telah ada
sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat
dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah
kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup … Apa
yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami
beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami“ (1 Yohanes 1:1, 3). Ketika menuliskan,
catatannya tentang Injil Kristus, ia secara khusus dan sengaja
membentuk kata pengantarnya untuk memastikan bahwa para
pembacanya mengerti bahwa catatannya itu adalah historis
dan faktual:
Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha
menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa
yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu
dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil
keputusan untuk membukukannya dengan teratur
bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa
segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh
benar (Lukas 1: 1-4).
Dalam alur pemikiran yang serupa, Lukas memasukkan dalam
kata pengantarnya pada kitab Kisah Para Rasul gagasan bahwa
Yesus, ”menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia
hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang me-nampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan
Allah“ (Kisah 1:3). Selain itu, ketika rasul Paulus mengetengahkan kasus bahwa Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari
antara orang mati, ia menulis bahwa Yesus yang dibangkitkan
telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia
menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya
telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri
kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan
yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan
diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang
lahir sebelum waktunya (1Korintus 15:5-8).
Segelintir ayat ini dari Petrus, Paulus, Yohanes, dan Lukas, mengungkapkan bahwa para penulis Alkitab sangat yakin bahwa tulisan mereka bukan mitos, tetapi didasarkan pada
pelbagai peristiwa nyata. Selanjutnya, mereka secara khusus
mendokumentasikan banyak saksi mata yang dapat bersaksi
tentang keakuratan pernyataan mereka. Seperti komentar
Henry S. Curr lebih dari setengah abad yang lalu,
Kita tidak diminta untuk percaya kepada mitos dan
semacam legenda yang terkait dengan paganisme,
klasik dan sebaliknya, atau kepada dongeng-dongeng yang dirancang secara cerdik atau kisahkisah takhyul. Kita diminta untuk menerima kisahkisah yang sebenarnya dari insiden yang dengan
satu atau cara lain tidak dapat dipertimbangkan kecuali bahwa Allah bekerja secara langsung dan
sepenuhnya dalam masalah itu (1941, 98:478).
Klaim bahwa Alkitab dipenuhi dengan mitos-mitos mujizatiah bisa saja dibuat, tetapi tidak dapat dipertahankan secara
wajar. Buktinya sangat luar biasa bahwa para penulis Alkitab mengerti dan berkeras bahwa informasi mereka tentang
Yesus dan mujizat-Nya adalah akurat dan nyata, sama seperti
semua detail lainnya dalam narasi dan surat-surat mereka.
Selanjutnya, klaim mereka tentang akurasi faktual telah diverifikasi berkali-kali oleh ilmu arkeologi serta oleh pelbagai sanggahan terhadap dugaan adanya perbedaan antara berbagai
tulisan itu dan sejarah.
Tanda-Tanda Yesus Adalah Banyak Dan Bervariasi
Karakteristik lain dari pelbagai mujizat Yesus adalah bahwa mereka itu cukup banyak dicatat di dalam Alkitab. Orang
tidak diminta percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah karena
Ia mengadakan satu atau dua perbuatan luar biasa sewaktu
hidup-Nya. Sebaliknya, “kumpulan mujizat di sekitar Tuhan
Yesus Kristus adalah seperti serbuk besi bagi sebuah magnet“
(Witmer, 1973, 130: 132). Catatan-catatan injil penuh dengan
berbagai mujizat yang Kristus adakan, bukan untuk kekayaan
atau kekuatan politik, tetapi supaya dunia bisa diyakinkan
bahwa Ia diutus oleh Bapa untuk membawa keselamatan kepada umat manusia (bdk. Yohanes 5:36; 10:37-38). Seperti yang
Yesaya nubuatkan, Yesus mengadakan mujizat penyembuhan
(Yesaya 53:4; Matius 8:16-17). Ia mentahirkan penderita kusta
dengan sentuhan tangan-Nya (Matius 8:1-4), dan menyembuhkan segala macam penyakit dengan kata-kata mulut-Nya (bdk.
Yohanes 4:46-54). Seorang perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun langsung sembuh hanya dengan menyentuh pinggiran pakaian-Nya (Lukas 8:43-48). Demikian
pula pada satu kesempatan sesudah Yesus datang ke tanah Genesaret, semua orang sakit di seluruh daerah sekitarnya datang
kepada Dia, ”mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya
menjadi sembuh“ (Matius 14:34-36; Markus 3:10). Secara
umum, “orang banyak berbondong-bondong datang kepadaNya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta,
orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka
pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya“
(Matius 15:30, huruf tebal ditambahkan). ”Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan
dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada
banyak orang buta“ (Lukas 7:21, huruf tebal ditambahkan). Bahkan musuh-musuh Yesus mengakui ”banyak mujizat”
yang Ia buat (Yohanes 11:47). Yesus tidak hanya menunjukkan
kuasa atas penyakit dan orang sakit, Ia juga menunjukkan
keunggulan-Nya atas alam lebih daripada sekali. Sementara
nabi Allah Musa mengubah air menjadi darah dengan memukul air dengan tongkatnya (Keluaran 7:20), Yesus hanya berkehendak air menjadi anggur di pesta pernikahan (Yohanes 2:1-
11). Selanjutnya Ia menggunakan kuasa-Nya atas dunia alami
dengan meneduhkan Laut Galilea saat badai mengamuk (Matius 8:23-27), dengan berjalan di atas air untuk jarak yang cukup
jauh untuk mendatangi murid-murid-Nya (Matius 14:25-43),
dan dengan menyebabkan pohon ara mengering atas perintahNya. Sebenarnya, keunggulan supernatural Yesus atas dunia
fisik (yang Ia ciptakan—Kolose 1:16) adalah tepat seperti apa
yang akan kita harapkan dari Pribadi Yang mengaku sebagi
Anak Allah.
Namun begitu, mujizat Yesus tidak terbatas pada dunia
alami saja. Sebagai bukti lebih lanjut tentang keilahian-Nya, Ia juga mengungkapkan kuasa-Nya atas dunia rohani dengan
mengusir roh-roh jahat. ”Dibawalah kepada Yesus banyak
orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus
mengusir roh-roh itu” (Matius 8: 16, huruf tebal ditambahkan).
Lukas juga mencatat bahwa “Yesus menyembuhkan banyak
orang dari … roh-roh jahat” (Lukas 7:21, huruf tebal ditambahkan). Markus mencatat di mana Yesus pernah menunjukkan
kuasa-Nya atas orang yang dipenuhi dengan roh-roh najis,
yang tak seorang pun sanggup mengikat dia bahkan dengan
rantai dan belenggu; tidak ada yang dapat menjinakkan orang
yang dipenuhi dengan roh jahat itu (Markus 5:1-21). Namun
begitu, Yesus menyembuhkan dia. Setelah itu, para saksi melihat orang yang kerasukan roh najis itu “duduk di kaki Yesus;
ia telah berpakaian dan sudah waras“ (Lukas 8:35-36). Pada
beberapa kesempatan, Yesus menyembuhkan orang-orang yang
disiksa oleh roh-roh jahat. Dan, “Semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: ‘Alangkah hebatnya
perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar’“
(Lukas 4:36).
Akhirnya, Yesus bahkan mengadakan pelbagai mujizat
yang menunjukkan Ia berkuasa atas kematian. Ingatlah ketika
murid-murid Yohanes Pembaptis datang kepada Yesus untuk
menanyakan identitas-Nya, Yesus memerintahkan mereka untuk memberitahu Yohanes bahwa ”Orang mati dibangkitkan”
(Matius 11:5). Anak janda dari Nain sudah dinyatakan meninggal dan ditempatkan di peti mati ketika Yesus menyentuh peti
mati yang terbuka itu dan menyuruh dia untuk “bangkit.”
Segera, “bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkatakata“ (Lukas 7:14-15). Lazarus sudah mati dan dimakamkan
selama empat hari pada saat Yesus membangkitkan dia dari
antara orang mati (Yohanes 11:1-44). Demonstrasi kuasa yang sangat besar atas kematian itu menyebabkan “banyak di antara
orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus” (Yohanes 11:45)
percaya kepada Dia. Terlebih lagi, kebangkitan Yesus sendiri
dari antara orang mati adalah klimaks dari semua mujizat-Nya,
dan mungkin berfungsi sebagai mujizat yang paling meyakinkan dari semua mujizat (lihat pasal enam).
Secara keseluruhan, empat catatan injil memuat sekitar
tigapuluh tujuh perbuatan supernatural khusus yang Yesus
adakan. Jika jumlah itu harus mencakup juga pelbagai mujizat
seperti kelahiran dari anak dara dan perubahan wujud, serta
beberapa kali Ia menunjukkan kemampuan-Nya “membaca
pikiran” dan mengetahui masa lalu atau masa depan tanpa
harus mempelajarinya lewat sarana biasa (bdk. Yohanes 4:15-
19; 13:21-30; 2:25), dll., maka jumlahnya akan mencapai hingga
lima puluh. Sesungguhnya, mujizat-mujizat Kristus itu sangat
bervariasi dan banyak.
Ia menyembuhkan orang buta, lumpuh, sakit, dan kusta,
serta menunjukkan kuasa atas alam, roh-roh jahat, dan kematian. Rasul Yohanes, yang mencatat mujizat-mujizat Kristus “supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan
supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya“ (Yohanes 20:31), juga berkomentar tentang bagaimana
“masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata
murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini“ (20:30,
huruf tebal ditambahkan). Faktanya, Yesus mengadakan sangat banyak mujizat di sepanjang pelayanan-Nya di Bumi sehingga, “jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu,
maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang
harus ditulis itu“ (Yohanes 21:25).
Mujizat Yesus Tidak Konyol Atau Berlebihan
Memang diakui, bagi sebagian orang, sejumlah mujizat
yang Yesus adakan lebih mudah diterima daripada yang lainnya. Fakta bahwa sekelompok nelayan membiarkan jala mereka ditebar ke laut dan menangkap begitu banyak ikan sehingga jala itu mulai koyak (Lukas 5:1-11) tidak sulit untuk dikritik
(meski bukan sebagai sebuah mujizat). Gagasan tentang Yesus
membangkitkan Lazarus dari antara orang mati setelah berada
di dalam kubur selama empat hari, bagaimanapun juga sulit
untuk dipercaya oleh orang skeptis. Namun, baik mujizat ini
atau mujizat lain mana saja yang Yesus adakan layak untuk
kita pertimbangan karena mujizat itu tidak konyol atau berlebihan. Orang-orang mungkin saja menolak mujizat Kristus
karena mereka sama sekali tidak percaya kepada supranatural,
atau karena ketidakmampuan mereka untuk memberikan penjelasan alami kepada beragam mujizat itu. Namun begitu,
mujizat-mujizat itu tidak dapat ditolak dengan alasan bahwa
mereka itu mustahil atau konyol—karena mujizat-mujizat itu
tidak demikian. Seperti yang Furman Kearley pernah nyatakan, “Catatan injil ditandai dengan pengendalian dan keagungan dalam penggambaran mujizat“ (1976, 93 [27]:4).
Mujizat-mujizat Kristus pastinya memang luar biasa (jika
tidak, mereka itu tidak akan disebut mujizat), namun demikian mereka diadakan (dan dicatat) dengan segenap kewarasan
dan ketenangan hati—persis seperti apa yang orang akan harapkan jika mujizat-mujizat itu benar-benar merupakan tandatanda dari Allah. Bagaimanapun, Ia
adalah sumber dan penyempurna mesin yang tak
terkatakan itu yang kita sebut alam semesta, selalu
bekerja sesuai dengan aturan pada prinsip-prinsip
hukum dan ketertiban yang paling ketat, dan de-ngan demikian menyatakan bahwa Arsiteknya bukan pribadi yang berubah-ubah tetapi pribadi yang
sifat-sifat mentalnya sama menakjubkannya dengan
sifat-sifat moral dan spiritual-Nya. Dalam keadaan
ini, akan sangat aneh jika mujizat-mujizat Alkitab
menghadirkan kontradiksi pada hal-hal yang teratur (Curr, 1941, 98: 471).
Karena Allah yang mahakuasa telah memilih untuk mengendalikan kuasa-Nya yang tak terbatas, dan menggunakan
nya secara teratur dan rasional, maka orang akan mengantisipasi bahwa ketika Allah menjadi manusia (Yohanes 1:1-3, 14)
dan menggunakan kuasa supernatural-Nya di Bumi, kuasa itu
juga akan dicirikan sebagai kausa yang di bawah kendali—
mujizat-mujizat yang diadakan dengan ketenangan dan rasionalitas yang tak terhingga .
Berbeda dengan kisah-kisah tentang banyak orang yang
dianggap sebagai pembuat mujizat dari masa lalu (atau masa
kini), mujizat-mujizat Yesus ditandai dengan pengendalian
dan martabat. Pertimbangkanlah mujizat yang Yesus lakukan
kepada Malkhus, orang yang akan menangkap Yesus. Alih-alih
melakukan sesuatu seperti memerintahkan telinga kiri Malkhus untuk mengering atau putus (setelah Petrus menetak telinga kanannya dengan pedang), Yesus hanya menyentuh telinga yang putus itu “dan menyembuhkannya“ (Lukas 22:51).
Orang yang akan menyerahkan Yesus kepada musuh-Nya
dipotong telinganya dengan pedang, dan Yesus dengan sederhana (namun secara mujizatiah) menempatkan kembali telinganya itu pada tempatnya. Lagi pula, itu saja yang setiap
penulis Alkitab tulis tentang masalah ini. Sebuah mujizat yang
luar biasa diadakan pada malam sebelum kematian Yesus, dan
satu-satunya hal yang diungkapkan adalah bahwa Yesus “men-jamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.” Sebagaimana dengan semua mujizat Yesus,
[d]i sana tidak ada upaya untuk membesar-besarkan fitur-fitur supernatural insiden itu. Peristiwa
itu dibiarkan untuk bicara sendiri. Jika kebenaran
paling baik jangan dihias, maka tidak ada ilustrasi
yang lebih efektif tentang ajaran itu daripada catatan Alkitab tentang tanda-tanda dan hal-hal mengherankan. Para penulis tidak memikirkan hal itu.
Mereka lebih menyajikan hal-hal menakjubkan itu
apa adanya. Mereka menceritakan kisah itu sejelas
mungkin, lalu melanjutkan untuk membahas sesuatu yang lain. Hal itu dicontohkan secara sangat jelas dalam Injil-injil Sinoptik. Kita diberitahu tentang
mujizat moral dan fisik yang diadakan di sebuah
rumah di Kapernaum ketika empat orang membawa temannya yang sakit ke kaki Yesus, setelah
mencopot atap rumah itu dan menurunkan tilam
berisi orang sakit itu melalui lobang itu. Dosa orang
sakit itu diampuni. Ini adalah tanda dari sorga jika
pernah ada tanda itu. Penyakitnya juga dilenyapkan dan itu adalah demonstrasi lain dari klaim
Tuhan kita sebagai Allah yang menjadi manusia.
Matius lalu mulai menceritakan pemanggilannya
untuk menjadi murid dan apa yang terjadi kemudian. Prosedur seperti itu diulangi berkali-kali. Para
penulis tidak berlama-lama membahas supranatural itu seperti yang mungkin dilakukan oleh novelis
modern. Mujizat itu dibahas secara lebih panjang
atau lebih pendek, dan kemudian narasi itu berlanjut. Memang benar bahwa sering ada acuan yangdibuat kepada rasa takjub yang timbul dalam kerumunan orang yang menyaksikan karya-karya Allah
yang luar biasa ini; tetapi bahkan itu tidak ditekankan secara tak terkendali (Curr, 1941, 98:473).
Lebih jauh, tidak seperti mujizat-mujizat yang ada dalam
tulisan-tulisan lain, mujizat-mujizat Yesus tidak dicirikan oleh
jampa-jampi tukang sihir. Faktanya, ada beberapa kesamaan
antara Yesus dan para penyihir dunia kuno. Bahkan Rudolf
Bultmann, penulis Jerman abad kedua puluh yang berusaha meremehkan mujizat Yesus, mengakui bahwa ”kisah-kisah
mujizat Perjanjian Baru sangat tidak bermuluk-muluk dalam
hal ini, karena mereka ragu untuk mengaitkan kepada pribadi
Yesus ciri-ciri magis yang sering menjadi ciri-ciri pelaku mujizat Helenistik“ (seperti dikutip dalam Habermas, 2001, p. 113).
Yesus tentu dapat megadakan mujizat apa pun yang Ia inginkan. Ia dapat saja mengeluarkan kelinci dari dalam topi hanya
untuk tujuan menghibur orang banyak. Ia bisa saja mengubah
musuh-musuh Yahudi-Nya menjadi batu, atau memberi tiga
mata kepada seseorang. Ia bisa saja mengubah bocah laki-laki
menjadi laki-laki dewasa. Ia bisa saja membuat jubah orangorang Farisi terbakar dan memberitahu mereka bahwa neraka
akan sepuluh kali lebih panas. Ia bisa saja membuat selusin burung pipit dari tanah liat sewaktu Ia masih kecil, dan kemudian,
di tengah-tengah sekelompok bocah laki-laki, mengubah burung-burung dari tanah liat itu menjadi hidup dengan tepukan
tangan-Nya, seperti yang dinyatakan tanpa bukti dalam kitab
apokrifa yang tidak terilham, Injil Thomas (1:4-9; The Lost Books
... , 1979, p. 60). Tentu saja, Yesus sudah dapat melakukan
sejumlah mujizat yang konyol dan aneh. Tapi, Ia tidak melakukannya. Berbeda dengan mujizat-mujizat yang dicatat dalam sejumlah sumber yang tidak terilham, mujizat Yesus tidak dicirikan oleh
dongeng gaib tak berujung yang memenuhi literatur dan cerita rakyat dunia. Tidak ada kesan adanya sihir atau permainan sulap pada semua karya
agung Allah yang dijelaskan di dalam Alkitab. Sebaliknya, mereka selalu ditandai oleh kewarasan
dan ketenangan dan kewajaran.… Tidak ada yang
berlebihan atau aneh tentang mereka.... Ketika semua mujizat Tuhan kita yang digambarkan dalam
keempat Injil dibandingkan dengan semua mujziat
yang berasal dari sumber lain, perbedaannya seperti kapur dan keju“ (Curr, 98: 471-472).
Yesus Mengadakan Mujizat Yang Sekarang Ini Tidak Dapat
Ditiru
Akhirnya, baik orang yang dianggap sebagai “penyembuh imani” modern atau saintis abad kedua puluh satu tidak
dapat meniru mujizat yang Yesus pernah adakan ketika berada
di Bumi 2.000 tahun yang lalu. Para pelaku mujizat-palsu sekarang ini menggelar acara-acara yang tampaknya tak ada habisnya di mana para peserta yang rela dengan dugaan penyakit
yang diderita muncul dan bertindak seolah-olah mereka sedang disembuhkan dari penyakit mereka dengan penumpangan tangan. Sakit dan penderitaan yang tidak jelas dan sakit
serta penyakit yang meragukan yang menentang pembuktian
medis seharusnya disembuhkan oleh ”para penyembuh imani”
terkemuka yang secara bersamaan sedang membangun kerajaan keuangan dengan dana yang mereka terima dari para pengikut yang mudah tertipu. Para penipu seperti Oral Roberts,
Benny Hinn, dan sejumlah orang lainnya telah meraup jutaan dolar dari para pemirsa yang mengirimkan uang mereka secara
otomatis tanpa berhenti untuk mempertimbangkan perbedaan
nyata antara mujizat yang Yesus lakukan dengan apa yang
mereka amati terhadap perbuatan orang-orang ini sekarang ini.
Yesus berkeliling “melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan” (Matius 9:35, huruf tebal ditambahkan). Hal-hal
mengherankan mujizatiah milik-Nya tidak mengenal batasan.
Ia dapat menyembuhkan apa saja. Lukas, tabib terpelajar (Kolose 4:14), mencatat bagaimana Yesus dapat memulihkan tangan
yang mati di tengah-tengah musuh-musuh-Nya (Lukas 6:6-10),
dan menyembuhkan telinga yang terputus dengan sentuhan
tangan-Nya (Lukas 22:51). Ia menyembuhkan “banyak” orang
buta (Lukas 7:21), termasuk satu orang yang telah dilahirkan
buta (Yohanes 9:1-7)! Terlebih lagi, Ia bahkan membangkitkan
orang mati hanya dengan memanggil mereka untuk keluar
(Yohanes 11:43). Hal-hal apakah yang telah dilakukan oleh
”spiritualis,” pesulap, atau saintis zaman modern yang mendekati perbuatan yang menentang penjelasan alam? Siapakah
yang pergi ke sekolah orang buta dan memulihkan penglihatan
mereka? Siapakah yang akan pergi ke kuburan atau pemakaman untuk membangkitkan orang mati? Ini adalah jenis-jenis
mujizat yang Yesus lakukan—perbuatan supernatural yang
bersaksi tentang identitas-Nya sebagai Juruselamat dunia yang
dikirim oleh sorga.
Seperti yang harus diharapkan dari Pribadi Yang mengaku sebagai Allah yang berinkarnasi (bdk. Yohanes 1:1-3,14;
10:30), Kitab Suci mencatat bahwa Yesus melakukan banyak
mujizat di sepanjang pelayanan-Nya untuk memberikan bukti
yang cukup tentang pesan dan sifat ilahi-Nya. Beribu-ribu orangtelah menyaksikan mujizat-Nya. Ia mengadakan mujizat di
sepanjang pelayanan-Nya—mujizat-mujizat yang dalam banyak
hal tidak seperti hal-hal mengherankan yang diduga dilakukan
oleh ahli sihir, saintis, atau “spiritualis” di masa lalu atau masa
kini. Bahkan musuh-musuh Yesus membuktikan hal-hal mengherankan yang Ia adakan, yang belakangan dicatat, bukan oleh
satu orang, tetapi oleh beberapa penulis independen yang berdedikasi untuk melaporkan fakta ketim-bang dongeng.
Yesus mengadakan banyak mujizat, bukan untuk menghibur orang atau untuk mendapat keuntungan dari para pendengar-Nya, tetapi agar dunia tahu bahwa Yesus dan Allah
adalah satu (Yohanes 10: 30, 38), dan bahwa Bapa mengutus Dia
ke Bumi untuk menyelamatkan manusia dari dosa (Yohanes
5:36). “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di
depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab
ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya
kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya“ (Yohanes 20: 30-31, huruf tebal ditambahkan). Tentu saja,
di antara bukti paling hebat bagi keilahian Kristus adalah
semua mujizat yang Ia adakan.
Dalam Perjanjian Lama, kita seolah-olah hampir memiliki gambar Mesias dari satelit ruang angkasa yang ribuan kilometer jauhnya, namun dengan setiap nubuat baru, gambar itu
terus bergerak lebih dekat, sampai akhirnya kita dapat melihat
Mesias—Yesus Kristus dari dekat. Seperti yang ditulis oleh
sarjana Ibrani terkemuka Charles Briggs: “Dalam Yesus dari
Nazaret kunci nubuat Mesianik Perjanjian Lama telah ditemukan. Semua tahapannya telah menemukan realisasinya dalam
pribadi-Nya yang unik, dalam karya-Nya yang unik, dan dalam kerajaan- Nya yang unik. Mesias nubuat muncul dalam
Mesias sejarah”(1988, p. 498).
Dalam Kisah Para Rasul 8:26-40, Filipus sang penginjil
mendekati orang Etiopia yang mengendarai kereta sambil membaca Kitab-Kitab Perjanjian Lama. Ketika Filipus mendekat,
ia mendengar mereka sedang membaca bagian dari Yesaya 53
yang menggambarkan penderitaan Mesias. Setelah bercakapcakap dengan Filipus, orang itu bertanya kepada Filipus: “Tentang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri
atau tentang orang lain?” Segera setelah pertanyaan ini , Alkitab mengatakan bahwa Filipus mulai “berbicara dan bertolak
dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya” (Kisah
8:35). Sebenarnya, Yesus adalah inti setiap kitab Perjanjian Lama, nubuat Mesianik yang selalu diucapkan. Dari kitab mana
saja dari Kitab Suci kuno itu, orang yang jujur dan berpengetahuan dapat membuka mulutnya dan memberitakan
Yesus, sang Mesias.
APAKAH YANG ANDA HARAPKAN?
Dalam bukunya yang menarik, What If Christ Had Never
Been Born?, D. James Kennedy membahas panjang lebar tentang keunikan Yesus Kristus dan dampak tunggal-Nya pada
penduduk Bumi. Dalam menilai dampak itu, Dr. Kennedy
menulis:
Yesus Kristus sudah memiliki dampak yang sangat
besar—lebih besar daripada siapa pun—pada sejarah. Andaikan Ia tidak pernah datang, lubangnya
akan menjadi ngarai seukuran benua. Pengaruh
Kristus terhadap dunia tidak dapat diukur.… Apa
pun yang Yesus sentuh atau apa pun yang Ia perbuat merubah aspek kehidupan manusia. Banyak
orang akan membaca tentang pelbagai kejadian kecil
yang tak terhitung banyaknya dalam kehidupan
Kristus meski tidak pernah bermimpi bahwa halhal “kecil” yang disebutkan dengan santai itu ada-lah untuk mengubah sejarah umat manusia (1994,
p. 4).
Philip Schaff membahas pengaruh Kristus ketika ia menulis
dalam bukunya, The Person of Christ: The Miracle of History:
Yesus dari Nazaret ini, tanpa uang atau senjata, menaklukkan jutaan orang lebih banyak daripada Alexander, Caesar, Mohammed, dan Napoleon; tanpa
sains dan pembelajaran, Ia memberikan lebih banyak terang tentang hal-hal yang insani dan ilahi
daripada semua filsuf dan sarjana digabungkan bersama; tanpa belajar pidato, Ia mengucapkan katakata kehidupan yang tidak pernah diucapkan sebelumnya atau sesudahnya, dan menghasilkan pelbagai efek yang berada di luar jangkauan orator atau
penyair; tanpa menulis satu baris pun, Ia menggerakkan lebih banyak pena untuk menuliskan, dan
menyediakan lebih banyak tema untuk khotbah,
orasi, diskusi, buku-buku pelajaran, karya seni, dan
lagu-lagu pujian, dibandingkan dengan seluruh
kumpulan orang hebat di zaman dahulu dan
modern (1913, p. 33).
Fakta sederhananya adalah, Yehovah sudah melakukan
segala hal yang memungkinkan dalam mempersiapkan dunia
bagi kedatangan Pribadi yang akan menyelamatkan umat manusia. Melalui berbagai jalan, Ia memperingatkan penduduk
planet Bumi tentang sifat tunggal Pribadi yang akan datang,
serta pentingnya percaya kepada dan menaati Dia. Dosa manusia hanya dapat diampuni oleh Juruselamat yang tidak berdosa. Korban mitos hanya dapat mengampuni dosa-dosa mitos, tetapi Yesus adalah benar-benar Anak Domba Allah “yang
menghapus dosa dunia” (Yohanes 1: 29). Seperti yang Norman
Geisler katakan:
Mengklaim sebagai ilah adalah satu hal dan memiliki kredensial untuk mendukung klaim itu adalah
hal lain lagi. Kristus melakukan keduanya. Ia menawarkan tiga fakta unik dan mujizatiah sebagai bukti bagi klaim-Nya itu: penggenapan nubuat, kehidupan penuh mujizat yang unik, dan kebangkitan
dari antara orang mati. Semua ini adalah sejarah
yang dapat dibuktikan dan unik bagi Yesus dari
Nazaret. Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa
hanya Yesus yang mengklaim dan terbukti sebagai
Allah (1976, p. 339).
NABI-NABI ZAMAN DULU
DAN KORBAN YANG SEMPURNA
Jadi, bagaimanakah naluri untuk menyembah Allah itu
menuntun kepada penciptaan berbagai kisah tentang dewa
penyelamat yang lahir dari seorang dara yang mati sebagai
korban bagi kesalahan umat manusia? Pertama, itu dimulai
dengan pelbagai nubuat tentang seorang Penebus yang akan
membawa keselamatan bagi umat manusia. Menurut beberapa
nas Alkitab, para nabi zaman dahulu telah meramalkan sejak
permulaan waktu tentang kedatangan Penebus yang akan
datang. Ketika Yesus menegur orang-orang Farisi dan ahli
kitab atas kemunafikan mereka, Ia menyinggung tentang leluhur mereka yang jahat dan membuat pernyataan berikut ini:Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan mengutus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan
separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu
akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya
dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang
telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari
darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang
telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah.
Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu
akan dituntut dari angkatan ini (Lukas 11:49-51,
huruf tebal ditambahkan).
Yesus menegaskan bahwa Allah telah menggunakan para nabi
hingga sejauh “sejak dunia dijadikan,“ khususnya sejak zaman
Habel, anak kedua Adam yang tercatat dalam Alkitab. Rasul
Petrus membuat pernyataan serupa saat saat berkhotbah kepada ribuan orang Yahudi di Serambi Salomo.
Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu
kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula
diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan
perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman
dahulu (Kisah Para Rasul 3:19-21, huruf tebal
ditambahkan).
“Di zaman dahulu,” Allah telah mengungkapkan banyak
pesan kepada umat manusia melalui para nabi-Nya. Terkadang
pesan-pesan ini tentang kehancuran fisik yang akan menimpa
suatu bangsa tertentu (misalnya, Yunus 3:1-10; Nahum 1-3). Di
lain waktu, pesan itu tentang satu orang atau suku orang tertentu (mis. Kejadian 40; 49). Namun tidak ada nubuat yang
lebih penting (atau lebih lazim di dalam Alkitab) selain daripada nubuat yang berhubungan dengan Kristus. Dan, para
juru bicara Allah telah menubuatkan kedatangan-Nya khususnya sejak zaman dulu. Lukas mencatat bagaimana, setelah
kelahiran Yohanes Pembaptis, ayahnya, Zakharia, “penuh
dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya,”
Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat
umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia
menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi
kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,—
seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus (Lukas
1:67-70, huruf tebal ditambahkan).
Para nabi Allah tidak menubuatkan kedatangan seorang
Penebus agung hanya sejak zaman Musa, tapi pelbagai nubuat
tentang Juruselamat dunia itu juga tidak dibatasi kepada
orang-orang Yahudi saja. Zakharia bersukacita karena Allah
sedang mengirim Penebus dan Juruselamat yang tentang-Nya
para nabi telah bicara “sejak purbakala.” Harus diakui, sebagian besar dari semua nubuat tentang Mesias yang dicatat di
dalam Kitab Suci muncul setelah Allah mengungkapkan
kepada Abraham bahwa melalui keturunannya “semua bangsa
di dunia akan diberkati “(Kejadian 22:18; 12:1-3; 49:10; dll.).
Namun, satu nubuat mesianik yang dicatat mundur hingga
beberapa abad sebelum Abraham—hingga ke zaman Adam
dan Hawa berkedudukan di Taman Eden. Di sana Allah memberitahu ular setelah ia menipu Hawa: “Aku akan mengadakan
permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan
kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya“ (Kejadian 3:15). Dalam nubuat mesianik yang paling pertama ini, digambarkan seorang Penebus yang menderita, tetapi menang.
Ribuan tahun kemudian, ratusan nubuat serupa tentang
Kristus diberikan kepada bangsa Israel. Jadi logis untuk berkesimpulan bahwa pelbagai nubuat mesianik serupa akan sudah
disampaikan oleh nabi-nabi lain di luar Yudaisme. Patriakh
Henokh, hanya tujuh generasi dari Adam, “hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun“ dan ”bernubuat“ (Kejadian
5:22; Yudas 14). Cicitnya, Nuh, yang rasul Petrus gambarkan
sebagai “pemberita kebenaran” (2 Petrus 2:5), sangat mungkin
mengetahui pelbagai nubuat tentang Mesias selama zaman
patriark, dan mungkin juga sudah menerima wahyu langsung
dari Allah tentang masalah itu (sama seperti bagaimana Allah
telah bicara kepada dia tentang Air Bah—Kejadian 6:13-21).
Berabad-abad kemudian, orang-orang non-Yahudi, yang takut
kepada Allah seperti Melkisedek, raja Salem, “imam Allah
Yang Mahatinggi“ (Kejadian 14:18; Ibrani 7:1), Ayub, dan yang
lainnya menyembah dan melayani Allah sejati yang esa.
Kita tidak memiliki cara untuk mengetahui berapa banyak
juru bicara Allah selama berabad-abad telah bernubuat tentang
kedatangan seorang Juruselamat. Namun begitu, kita tahu bahwa beberapa nubuat tentang Kristus pada dasarnya sama tuanya dengan dunia itu sendiri, dan Alkitab tidak di mana pun
berpura-pura memuat setiap nubuat tentang Mesias yang pernah diucapkan.
Orang secara layak dapat menyimpulkan bahwa alasan
utama bangsa-bangsa di luar Israel memiliki kisah-kisah tentang dewa penyelamat yang memiliki banyak kesamaan dengan Yesus adalah karena mereka telah mendengar nabi-nabi
yang terlham menubuatkan kedatangan Penebus, atau nubuat-nubuat yang telah dibuat ”sejak purbakala” itu telah diteruskan kepada mereka secara lisan. Menariknya, beberapa orang pertama di Bumi yang mengakui kedatangan Mesias
adalah orang-orang yang Alkitab sebut—bukan orang Yahudi
—tetapi “orang majus (magi, NASB) dari Timur” (Matius 2:1).
Dari manakah orang-orang ini menerima pengetahuan semacam itu? Bagaimanakah mereka tahu bahwa “bintang di Timur” tertentu (Matius 2:2) akan menunjukkan datangnya Mesias ke dalam dunia? Faktanya adalah, mereka menerima arahan
Ilahi (lih. Matius 2:1-12).
Sesungguhnya, skema penebusan dari Allah melalui seorang “pahlawan” yang akan menyelamatkan dunia dari dosa
dan kematian telah diungkapkan sejak kejatuhan manusia.
Hanya karena peradaban masa lalu (di luar Yudaisme dan agama Kristen) memiliki kisah “penebusan” dan/atau pengetahuan tentang Penebus yang serupa seharusnya tidak meresahkan atau mengeju