• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label Iman katolik 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Iman katolik 2. Tampilkan semua postingan

Iman katolik 2

 



melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu 

(Kisah 2: 25-28). 

 

Petrus lalu menjelaskan kutipan dari Mazmur ini dengan 

mengatakan:

 

Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan 

terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa 

kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya 

masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia 

adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah 

berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, 

bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari ketu￾runan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia 

telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang 

kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa 

Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, 

dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebina￾saan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan 

tentang hal itu kami semua adalah saksi (Kisah 2:29-

32). 

Rasul Paulus juga percaya bahwa pemazmur itu memberikan 

kesaksian kepada Kristus, dan bicara tentang kebangkitan￾Nya. Dalam pidatonya di Antiokhia Pisidia, ia berkata: 

 

Dan kami sekarang memberitakan kabar kesukaan 

kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan ke￾pada nenek moyang kita, telah digenapi Allah ke￾pada kita, keturunan mereka, dengan membang-kitkan Yesus, seperti yang ada tertulis dalam maz￾mur kedua: Anak-Ku Engkau! Aku telah memper￾anakkan Engkau pada hari ini. Allah telah mem￾bangkitkan Dia dari antara orang mati dan Ia tidak 

akan diserahkan kembali kepada kebinasaan. Hal 

itu dinyatakan oleh Tuhan dalam firman ini: Aku 

akan menggenapi kepadamu janji-janji yang kudus 

yang dapat dipercayai, yang telah Kuberikan kepa￾da Daud. Sebab itu Ia mengatakan dalam mazmur 

yang lain: Engkau tidak akan membiarkan Orang 

Kudus-Mu melihat kebinasaan. Sebab Daud mela￾kukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mang￾kat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, 

dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan. 

Tetapi Yesus, yang dibangkitkan Allah, tidak demi￾kian. Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh ka￾rena Dialah maka diberitakan kepada kamu peng￾ampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang 

yang percaya memperoleh pembebasan dari segala 

dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum 

Musa (Kisah 13:32-39).

 

Di manakah ramalan tentang kebangkitan anak perempuan 

Yairus? Kapankah para nabi pernah meramalkan kebangkitan 

Eutikhus atau Tabita? Contoh-contoh seperti itu tidak dite￾mukan di dalam Alkitab. Tidak ada orang yang dibangkitkan 

selain Yesus yang kebangkitannya dinubuatkan oleh nabi Per￾janjian Lama. Ini tentu saja membuat kebangkitan Yesus unik. 

Keempat, pentingnya kebangkitan Yesus terlihat dalam 

fakta bahwa kebangkitan-Nya didahului oleh banyak contoh di 

mana Ia menubuatkan bahwa Ia akan mengalahkan maut, bah￾kan menubuatkan hari tepatnya di mana itu akan terjadi. Yesus memberitahu beberapa ahli Taurat dan orang Farisi pada satu 

kesempatan, “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan 

tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan ting￾gal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam ” (Matius 12: 40, 

huruf tebal ditambahkan). Matius, Markus, dan Lukas semua￾nya mencatat bagaimana Yesus “mulai menyatakan kepada 

murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan me￾nanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam 

kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan 

pada hari ketiga” (Matius 16:21, huruf tebal. ditambahkan; bdk. 

Markus 8:31-32; Lukas 9:22). Ketika Yesus dan para murid-Nya 

berada di Galilea, Yesus mengingatkan mereka, dengan menga￾takan, “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manu￾sia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia 

akan dibangkitkan” (Matius 17:22-23, huruf tebal ditambah￾kan). Sesaat sebelum Ia dengan penuh kemenangan masuk ke 

Yerusalem, Yesus sekali lagi mengingatkan para murid-Nya, 

dengan mengatakan, “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan 

Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala 

dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman 

mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa￾bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, 

disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibang￾kitkan” (Matius 20:18-19, huruf tebal ditambahkan). Nubuat￾nubuat Yesus tentang kebangkitan-Nya dan hari khusus di 

mana hal itu akan terjadi sudah diketahui secara luas sehingga, 

setelah Yesus mati, musuh-musuh-Nya meminta agar Pilatus 

menempatkan penjaga di kubur-Nya, sambil berkata, “Tuan, 

kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: 

Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah 

untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga” (Matius 

27:63-64, huruf tebal ditambahkan). Mereka tahu persis apa yang Yesus telah katakan akan Ia melakukan, dan mereka ber￾buat sekuat mungkin untuk menghentikannya.

Di manakah nubuat-nubuat bagi anak janda dari Sarfat? 

Apakah ia bernubuat tentang kebangkitannya sebelum kemati￾annya? Atau bagaimana dengan anak perempuan dari Sunem 

yang dibangkitkan Elisa dari antara orang mati? Di manakah 

nubuat pribadinya? Sesungguhnya, selain Yesus tidak ada 

orang yang Alkitab sebutkan sudah bangkit dari antara orang 

mati menubuatkan kebangkitannya sendiri sebelumnya. Dan 

tentu saja tidak ada yang pernah bernubuat tentang hari tepat￾nya di mana ia akan bangkit dari antara orang mati, kecuali 

Yesus. Adanya pengetahuan dan nubuat sebelumnya menja￾dikan kebangkitan-Nya peristiwa penting. Ia telah mengalah￾kan maut, seperti yang Ia sudah prediksi. Ia melakukan persis

seperti apa yang Ia telah katakan akan Ia lakukan, tepat

pada hari yang Ia katakan akan Ia lakukan. 

Akhirnya, keunikan kebangkitan Yesus terlihat dalam 

fakta bahwa Ia adalah satu-satunya orang yang dibangkitkan 

yang pernah hidup dan mati tanpa melakukan satu dosa sela￾ma hidup-Nya. Ia “suci” dan “benar” (1Yohanes 3:3; 2:1), “Ia 

tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya” 

(1Petrus 2:22). Ia adalah “anak domba yang tak bernoda dan tak 

bercacat” (1Petrus 1:19), “yang tidak mengenal dosa” (2Korin￾tus 5:21). Tidak ada orang lain yang telah bangkit dari antara 

orang mati pernah menjalani kehidupan yang sempurna, lalu 

mati—dan setelah itu bangkit—dengan tujuan untuk mengha￾pus dosa dunia (bdk. Yohanes 1:29). Karena Yesus hidup tanpa 

dosa, dan kemudian mengalahkan maut dalam kebangkitan￾Nya, maka hanya Dia yang mendapat kehormatan disebut 

“Anak Domba Allah” dan “Imam Besar Agung” (Ibrani 4:14). 

“Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk 

menanggung dosa banyak orang,” dan oleh karena kebangkitan-Nya, “Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa 

menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan ke￾pada mereka, yang menantikan Dia“ (Ibrani 9:28). 

Apakah Eutikhus, Tabita, Lazarus, dll., bangkit dari 

kubur atau tidak, hubungan kita dengan Allah tidak terpe￾ngaruh. Namun begitu, tanpa kebangkitan Yesus, tidak akan 

ada “Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat 

dan menerima pengampunan dosa” (Kisah 5:31). Tanpa ke￾bangkitan Yesus, Ia tidak akan dapat menjadi pengantara bagi 

kita (Ibrani 7:25). Tanpa kebangkitan Yesus, kita tidak memiliki 

kepastian akan kedatangan-Nya dan penghakiman yang akan 

datang (Kisah 17:31) .

Yang pasti, kebangkitan Yesus sangat penting—lebih 

penting daripada kebangkitan lainnya yang pernah terjadi. 

Hanya kebangkitan Yesus yang diucapkan oleh orang-orang 

terilham sebagai bukti keilahian-Nya. Hanya Yesus yang bang￾kit untuk tidak pernah mati lagi. Hanya kebangkitan Yesus 

yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Hanya Yesus yang 

bernubuat tentang hari tepatnya di mana Ia akan bangkit dari 

kubur, dan kemudian menggenapi ramalan itu. Hanya kebang￾kitan Yesus yang didahului oleh kehidupan yang sempurna—

kehidupan yang dijalani, diserahkan, dan dipulihkan dalam 

kebangkitan untuk tujuan menjadi Pemimpin, Juruselamat, 

dan Pengantara manusia.



















PEKERJAAN YANG KUKERJAKAN 

MEMBERI KESAKSIAN TENTANG AKU”

 

Alkitab dimulai dengan mujizat Penciptaan (Kejadian

1:1), dan diakhiri dengan pengingat tentang Kedatangan Kedua 

Kristus yang mujizatiah (Wahyu 22:20). Seperti titik-titik pol￾ka pada anjing Dalmatian, pelbagai mujizat yang diadakan oleh

Allah dan para utusan-Nya bertaburan di dalam teks Alkitab.

Allah menciptakan Alam Semesta dari ketiadaan (Kejadian 1), 

dan berabad-abad kemudian membanjiri seluruh bumi dengan 

air (Kejadian 7). Ia mengirim sepuluh tulah ke atas orang Me￾sir (Keluaran 7-12), membelah Laut Merah (Keluaran 14), dan

dua kali menyebabkan air keluar dari batu selama empat puluh 

tahun Israel mengembara di padang gurun (Keluaran 17; Bi￾langan 20). Ia menyembuhkan seorang penderita kusta (2Raja 

5), membangkitkan banyak orang dari antara orang mati (1Raja 

17; Matius 27:52-53), dan pada dua kesempatan yang berbeda 

mengangkat beberapa orang dari Bumi ke sorga sehingga me￾reka tidak pernah merasakan kematian (Ibrani 11:5; 2Raja 2:1-

11). Bahkan Alkitab itu sendiri adalah hasil dari mujizat Allah 

yang secara supernatural membimbing para penulis Alkitab 

dalam apa yang mereka tulis. Alih-alih menjadi hasil kejenius￾an manusia, Alkitab mengklaim “dinapasi oleh Allah” (2Timo￾tius 3:16, NIV). Menurut rasul Petrus, “[S]ebab tidak pernah nu￾buat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan 

Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2Petrus 

1:21, NIV, huruf tebal ditambahkan). Dari pewahyuan hingga 

pengilhaman, dari Penciptaan oleh Allah hingga penjelmaan Yesus, penjelasan mujizatiah (supernatural) berada di jantung 

banyak peristiwa Alkitab (dan sejarah). 

Beberapa orang secara keras kepala mengklaim bahwa 

jenis mujizat apa saja sama sekali mustahil terjadi. Mengapa 

mereka berkata “tidak” kepada mujizat? Ada banyak alasan, 

tetapi mungkin yang paling penting adalah mereka tidak perca￾ya Allah itu ada (atau jika Ia ada, Ia tidak mengintervensi dalam 

dunia alami). Orang yang percaya bahwa Alam Semesta dan 

isinya berevolusi melalui proses alami selama milyaran tahun 

tidak dapat percaya kepada mujizat karena ia berpikir bahwa 

di luar alam tidak ada yang berwujud. Seperti yang almarhum 

Carl Sagan, astronom terkemuka dari Universitas Cornell, kata￾kan: “Kosmos adalah melulu apa yang sekarang ini ada atau 

pernah ada atau akan pernah ada“ (1980, p. 4). Karena mujizat 

adalah peristiwa luar biasa yang menuntut penjelasan supra￾natural, maka tidak ada peristiwa seperti itu yang dapat terjadi 

dalam dunia di mana hanya kekuatan alami yang beropera￾si. Sekali orang menyangkal Allah dan mujizat Penciptaan, 

orang itu dipaksa untuk menyangkal mujizat bisa terjadi dalam 

bentuk apa pun. Orang Kristen percaya kepada mujizat karena 

mereka percaya bahwa Allah ada dan bahwa Alkitab (yang me￾laporkan beberapa mujizat Allah) adalah Firman-Nya, sedang￾kan orang ateis menolak mujizat karena mereka tidak percaya 

kepada Wujud yang lebih tinggi, supernatural. 

Mereka yang menganut pandangan ateistik adalah benar

tentang satu hal: Jika Allah tidak ada (atau seperti yang 

orang deis yakini, jika Ia memang ada, tetapi tidak mau campur 

tangan dalam ciptaan-Nya), maka mujizat tidak dapat terjadi. 

Di sisi lain, jika Allah memang ada (dan bukti menunjukkan 

bahwa Ia ada—lihat Thompson, 2003), maka mujizat tidak 

hanya mungkin, tetapi juga sangat mungkin. Sangat masuk 

akal untuk menyimpulkan bahwa jika Allah menciptakan Alam Semesta, maka pada satu kesempatan Ia bisa saja campur 

tangan melalui tindakan supernatural (yaitu, mujizat) untuk 

mencapai tujuan ilahi-Nya.

 

PENEGUHAN SECARA MUJIZATIAH

Sejak dunia dimulai, Allah telah menyampaikan pesan

kepada umat manusia “oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus” 

(Lukas 1:70; bdk. Lukas 11:49-51; Kisah 3:21) dan mengadakan 

beragam mujizat melalui mereka untuk tujuan meneguhkan 

kehendak Ilahi-Nya. Allah memberi Musa kemampuan untuk 

mengubah tongkat menjadi ular dan air menjadi darah agar 

para pendengarnya “mendengarkan perkataan” yang ia sam￾pakan (Keluaran 4:1-9). Api dari Sorga menghanguskan sebuah 

mezbah di Gunung Karmel agar Israel boleh mengenal satu￾satunya Allah sejati dan bahwa Elia, nabi-Nya yang setia, bicara 

atas nama-Nya (1Raja 18:36-39). Berabad-abad kemudian, keti￾ka para rasul pergi memberitakan Injil, Markus menulis bahwa 

Tuhan “turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tan￾da-tanda yang menyertainya“ (16:20). Menurut penulis kitab 

Ibrani, keselamatan “yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan 

dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita 

dengan cara yang dapat dipercayai” (2:3). Allah memberikan 

kesaksian “oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh ber￾bagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang 

dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya“ (2:4). Sesungguh￾nya, di seluruh Alkitab para juru bicara Allah mengadakan pel￾bagai mujizat untuk memvalidasi pesan ilahiat mereka.

Dengan mengingat fakta bahwa mujizat telah berfungsi 

sebagai peneguh wahyu Allah sejak dunia dijadikan, maka se￾harusnya tidak mengherankan bahwa “setelah genap waktu￾nya“ (Galatia 4:4), dan Mesias yang dijanjikan, Anak Allah, datang ke Bumi untuk tujuan menyelamatkan dunia dari dosa 

(Lukas 19:10; Yohanes 3:16), Ia akan meneguhkan identitas dan 

pesan-Nya dengan mengadakan pelbagai mujizat. Berabad￾abad sebelum kelahiran Kristus, nabi Yesaya meramalkan ten￾tang waktu ketika ”mata orang-orang buta akan dicelikkan, 

dan telinga orang-orang tuli akan dibuka.… orang lumpuh 

akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan ber￾sorak-sorai“ (35:5-6). Meski bahasa ini memiliki unsur kiasan di 

dalamnya, tapi secara harfiah itu benar dalam hal kedatangan 

Mesias. Ketika Yohanes Pembaptis mendengar tentang peker￾jaan Kristus, ia mengirim dua muridnya kepada Yesus untuk 

menanya Dia, “Engkaukah yang akan datang itu” yang tentang 

Dia para nabi telah bicara. Yesus merespons murid-murid Yo￾hanes dengan menunjuk kepada orang-orang yang telah Ia 

sembuhkan secara mujizatiah (dengan demikian menggenapi 

nubuat Mesianik Yesaya), dengan mengatakan, ”Pergilah dan 

katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu 

lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta 

menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan 

dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik“ (Matius 11:4-

5; bdk. Markus 7:37). Yesus ingin mereka tahu bahwa Ia mela￾kukan persis apa yang seharusnya dilakukan oleh “Dia yang 

akan datang” (bdk. Yesaya 53:4; Matius 8:17), dan apa yang 

orang-orang Yahudi harapkan untuk Ia lakukan—mengadakan 

mujizat (Yohanes 7:31; bdk. Yohanes 4:48; 1Korintus 1:22). 

Mujizat Yesus berfungsi untuk tujuan yang berbeda dari￾pada mujizat yang pernah diadakan oleh Musa, Elia, atau salah 

satu dari rasul atau nabi Perjanjian Baru. Berbeda dengan se￾mua pelaku mujizat lain yang dicatat dalam Alkitab, Yesus se￾benarnya mengklaim sebagai Mesias yang dinubuatkan, Anak 

Allah, dan pelbagai mujizat-Nya diadakan untuk membukti￾kan kebenaran pesan-Nya dan sifat ilahi-Nya. Sementara para rasul dan para nabi Perjanjian Baru mengadakan mujizat un￾tuk meneguhkan pesan mereka bahwa Yesus adalah Anak Al￾lah, Yesus mengadakan mujizat untuk memberikan kesaksian 

bahwa Ia adalah, sesungguhnya, Anak Allah. Merespons seke￾lompok orang Yahudi yang bertanya tentang apakah Ia adalah 

Kristus atau bukan, Yesus menjawab, 

 

Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi ka￾mu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kula￾kukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang mem￾berikan kesaksian tentang Aku, … Aku dan Bapa 

adalah satu … Jikalau Aku tidak melakukan peker￾jaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepa￾da-Ku, … [jika] kamu tidak mau percaya kepada￾Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supa￾ya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa 

Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoha￾nes 10:25, 30, 37-38).

 

Demikian pula, pada kesempatan lain Yesus membela 

keilahian-Nya , dengan berkata, “Segala pekerjaan yang dise￾rahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakan-nya.… 

itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang 

mengutus Aku“ (Yohanes 5:36). Selagi di Bumi, Yesus “dibuk￾tikan oleh Allah … dengan pelbagai mujizat dan kekuatan￾kekuatan dan tanda-tanda yang Allah lakukan melalu Dia“ 

(Kisah 2:22, NASB). Dan, menurut rasul Yohanes, “Memang 

masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata 

murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi 

semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu per￾caya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu 

oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yohanes 20:30-31, huruf tebal ditambahkan). Seperti yang akan diharap￾kan dari Pribadi Yang mengaku sebagai Allah yang berinkarna￾si (bdk. Yohanes 1:1-3,14; 10:30), Kitab Suci mencatat bahwa 

Yesus mengadakan banyak mujizat di sepanjang pelayanan￾Nya dalam upaya untuk menyediakan bukti yang cukup bagi 

pesan dan sifat ilahi-Nya.

 

ALASAN UNTUK PERCAYA KEPADA MUJIZAT YESUS

Terlepas dari seberapa banyak bukti yang dapat diperca￾ya yang dapat orang ajukan dalam diskusi tentang muji￾zat Kristus, orang-orang tertentu tidak akan pernah diyakin￾kan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Alkitab menjelaskan bah￾kan sejumlah orang di abad pertama yang secara langsung 

melihat karya mujizatiah Yesus tidak yakin bahwa Ia adalah 

Mesias yang dijanjikan (bdk. Mar. 6:6). Ketimbang sujud di 

kaki-Nya dan menyebut Dia “Tuhan” (seperti yang dilakukan 

orang buta yang disembuhkan oleh Yesus—Yohanes 9:38), 

banyak orang Yahudi menolak untuk mempercayai klaim ten￾tang keilahian-Nya. Sebaliknya, mereka mengaitkan karya￾Nya itu kepada Iblis, dan mengatakan hal-hal seperti, “Ia kera￾sukan Beelzebul,” atau “Dengan penghulu setan Ia mengusir 

setan“ (Markus 3:22). Dengan mengingat reaksi semacam itu 

terhadap mujizat Yesus oleh beberapa orang dari mereka yang 

benar-benar hidup di Bumi bersama Dia 2.000 tahun yang lalu, 

seharusnya tidak mengherankan jika banyak orang yang hidup 

sekarang ini juga menolak Dia sebagai Tuhan dan Allah. Seperti 

dinyatakan sebelumnya, salah satu alasan utama dalam meno￾lak keilahian-Nya dan mujizat yang Alkitab klaim diadakan 

oleh Dia adalah hanya karena banyak orang menyangkal kebe￾radaan Allah (meski di hadapan langit yang menyatakan pe￾kerjaan tangan-Nya—bdk. Mazmur 19:1) dan pengilhaman Al-kitab (yang juga telah diperlihatkan dengan jumlah bukti yang 

berlimpah—lihat Thompson, 2001). Jelas, jika orang menolak 

untuk menerima kedua pilar utama agama Kristen ini, ia tidak 

akan pernah diyakinkan bahwa Yesus telah mengadakan ba￾nyak mujizat. Tetap saja, baik orang teis dan ateis harus mem￾pertimbangkan beberapa alasan berikut tentang mengapa mu￾jizat Yesus merupakan kesaksian yang kredibel tentang sifat 

dan ajaran ilahi-Nya.

 

Beribu-ribu Orang Menyaksikan Mujizat-Nya

Selain dari fakta bahwa mujizat Yesus dicatat dalam kitab 

kuno yang paling terdokumentasi secara historis di seluruh 

dunia (lihat pasal dua), yang berulang kali telah membuktikan 

dirinya sebagai saksi sejarah yang dapat diandalkan, juga pen￾ting diketahui bahwa mujizat Yesus tidak dilakukan di tempat 

terpencil tertentu di Bumi dengan hanya beberapa saksi. Seba￾liknya, mujizat Yesus dibuktikan oleh banyak orang di seluruh 

Palestina di sepanjang pelayanan-Nya. Yesus memulai muji￾zat-Nya di Kana Galilea dengan mengubah air menjadi anggur 

di pesta pernikahan di hadapan para murid-Nya dan tamu-ta￾mu lainnya (Yohanes 2:1-11). [Pertimbangkanlah berapa banyak

anggur yang Yesus buat setelah tuan rumah itu kehabisan ang￾gur (kira-kira 450 liter—2:6), dan itu akan kelihatan bahwa ada 

banyak tamu di pesta itu. Berapa banyak yang menyaksikan 

prestasi luar biasa itu, kita tidak diberitahu. Tetapi, rasul Yoha￾nes mencatat bahwa “pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, 

mengetahui” tentang mujizat itu (2:9), begitu juga murid-murid 

Yesus (2:11).] Pada lebih daripada satu hari Sabat, Yesus meng￾adakan mujizat di sinagoga Yahudi di mana tak terhitung jum￾lah orang sezamannya yang berkumpul untuk mempelajari 

Kitab Suci pada hari suci mereka itu (Markus 1:23-28; Markus 

3:1-6). Yesus pernah menyembuhkan orang sakit di Kolam Betesda di Yerusalem dimana ”sejumlah besar” orang sakit 

berbaring di sana (Yohanes 5:3), dan Ia menyembuhkan orang 

lumpuh di Kapernaum di rumah yang penuh dengan “orang 

Farisi dan ahli Taurat … [yang] datang dari semua desa di 

Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem“ (Lukas 5:17). Rumah 

itu begitu ramai dipenuhi orang, faktanya, orang-orang yang 

membawa orang lumpuh itu bahkan tidak dapat memasuki 

pintu rumah itu. Sebaliknya, mereka mencopot bagian atap 

rumah itu, dan menurunkan orang lumpuh itu melalui atap 

itu. Matius mencatat bagaimana Yesus “melihat orang banyak

yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas 

kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang 

sakit“ (14:14, huruf tebal ditambahkan). Lalu, belakangan, Ia me￾ngambil lima potong roti dan dua ikan dan memberi makan

5.000 laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak me￾reka, sementara kemudian orang mengumpulkan potongan-po￾tongan roti yang tersisa, dua belas bakul penuh (Matius 14:15-

21; Markus 6:33-43; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:1-14). Pada kesem￾patan lain, Yesus mengambil “beberapa ikan kecil ... dan tujuh 

roti” roti dan memberi makan 4.000 laki, tidak termasuk perem￾puan dan anak-anak (Matius 15: 32-39).

Sesungguhnya, beribu-ribu orang sezaman Yesus menyak￾sikan pelbagai mujizat-Nya pada berbagai kesempatan di sepan￾jang pelayanan-Nya. Segala mujizat itu tidak disembunyikan 

atau dilakukan di lokasi yang tidak dapat diakses dan tidak 

dapat diuji oleh para pengikut potensial. Sebaliknya, mujizat￾mujizat itu menjadi sasaran analisis orang Yahudi dan bukan 

Yahudi, orang percaya dan orang tidak percaya, teman dan 

lawan. Mujizat-mujizat itu dievaluasi di ranah fisik oleh panca￾indera fisik. Ketika Petrus berkhotbah kepada mereka yang 

telah membunuh Yesus, ia mengingatkan mereka bahwa iden￾titas Kristus telah dibuktikan “dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah 

dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang 

kamu tahu“ (Kisah 2:22, huruf tebal ditambahkan). Orang￾orang Yahudi telah menyaksikan pelbagai mujizat Kristus yang

terjadi di tengah-tengah mereka saat Ia hidup di Bumi. Di ha￾dapan banyak saksi mata, Yesus memulihkan penglihatan

orang buta, menyembuhkan orang kusta, memberi makan ribu￾an orang dengan segenggam makanan, dan membuat orang 

lumpuh berjalan.

 

Musuh-Musuh Kristus Membuktikan Karya-Nya

Menariknya, meski banyak musuh Yesus yang telah me￾nyaksikan mujizat-Nya menolak Dia sebagai Mesias dan beru￾saha meremehkan pelayanan-Nya, namun mereka tidak me￾nyangkal mujizat-mujizat yang Ia telah adakan. Setelah Yesus

membangkitkan Lazarus dari antara orang mati di hadapan 

banyak orang Yahudi, “imam-imam kepala dan orang-orang 

Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan 

mereka berkata: ‘Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu 

membuat banyak mujizat’“ (Yohanes 11:47, huruf tebal ditam￾bahkan). Menurut Lukas, bahkan Raja Herodes telah mende￾ngar cukup banyak laporan tentang Yesus untuk percaya 

bahwa Ia dapat mengadakan “mujizat” di hadapan dia (Lukas 

23:8). Suatu hari, setelah Yesus menyembuhkan orang buta, 

bisu, dan kerasukan setan di tengah-tengah orang banyak, 

orang-orang Farisi merespons, dengan mengatakan, “Dengan 

Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan“ (Matius 12:24).

Meski banyak musuh Yesus tidak mengaku percaya kepada 

Dia sebagai utusan sorga, dilahirkan dari anak dara, Anak 

Allah, tetapi mengaitkan karya-Nya sebagai berasal dari Iblis, 

penting untuk diperhatikan bahwa mereka tidak menyangkal 

hal-hal supernatural yang mengherankan yang Ia adakan. Fak-tanya, mereka mengaku bahwa Ia mengadakan mujizat dengan 

mengusir roh jahat dari seseorang, sementara pada kesempatan 

lain mereka memarahi Dia karena menyembuhkan pada hari

Sabat (bdk. Lukas 13:10-17). 

Bahkan ketika musuh-musuh Yesus dengan rajin menye￾lidiki pelbagai mujizat yang Ia adakan dengan harapan untuk 

mendiskreditkan Dia, mereka tetap gagal dalam usaha mere￾ka itu. Rasul Yohanes mencatat suatu peristiwa ketika Yesus 

memulihkan penglihatan orang yang lahir buta (Yohanes 9:7).

Setelah dapat melihat, para tetangga dan banyak orang lain 

memeriksa dia, dengan bertanya bagaimana ia sekarang dapat 

melihat. Belakangan ia dibawa ke hadapan orang-orang Farisi, 

dan mereka menyelidiki dia. Mereka bertanya tentang Pribadi 

yang membuat dia dapat melihat, dan kemudian berdebat di 

antara mereka sendiri tentang karakter Yesus. Mereka memang￾gil orang tua dari orang yang dulunya buta itu, dan menanyai 

mereka tentang kebutaan anak mereka. Lalu mereka memang￾gil lagi orang yang lahir buta itu, dan untuk kedua kalinya me￾nanyai dia tentang bagaimana Yesus memulihkan penglihatan￾nya. Akhirnya, ketika mereka sadar bahwa orang itu tidak akan 

tunduk terhadap interogasi mereka yang mengintimidasi dan 

tidak mau mengatakan hal negatif tentang Yesus, “mereka me￾ngusir dia ke luar“ (9:34). Mereka menolak dia, dan Ia yang

adalah Pribadi Yang menyembuhkan dia. Namun, mereka 

tidak dapat menyangkal mujizat yang Yesus adakan. Mujizat 

itu diketaui oleh saksi yang tak terhitung jumlahnya bahwa 

orang ini dilahirkan buta, tetapi, setelah berhubungan dengan 

Yesus, penglihatannya pulih. Seluruh kasus itu diteliti dengan 

sangat cermat oleh musuh-musuh Yesus, bahkan mereka harus 

mengakui bahwa Yesus telah menyebabkan orang buta dapat 

melihat (9:16-17, 24, 26). Itu adalah fakta, diterima, bukan oleh kaum muda yang mudah percaya, tetapi oleh para musuh 

veteran Kristus yang keras kepala. 

Selain itu, ada beberapa orang di antara para pengecam 

Yesus yang paling keras yang akhirnya percaya, tidak hanya 

kepada mujizat-Nya, tetapi bahwa semua hal mengherankan 

yang Ia adakan benar-benar berasal dari Sorga. Yohanes meng￾isyaratkan keyakinan ini ketika ia menulis tentang bagaimana 

ada perpecahan di antara orang-orang Farisi tentang apakah 

Yesus itu berasal dari Allah atau bukan. Satu kelompok berta￾nya, “Bagaimanakah seorang berdosa (seperti yang dituduh￾kan oleh beberapa orang Farisi—KB/EL) dapat membuat muji￾zat yang demikian?“ (Yohanes 9:16). Nikodemus, yang dulunya 

adalah orang Farisi dan penguasa orang Yahudi, datang kepa￾da Yesus pada malam hari dan mengaku, katanya, “Rabi, kami 

tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; 

sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda￾tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya“ 

(Yohanes 3: 2). Bertahun-tahun kemudian, setelah pendirian 

gereja, Lukas mencatat bagaimana “sejumlah besar imam menye￾rahkan diri dan percaya“ (Kisah 6:7). Sesungguhnya, bahkan 

banyak dari mereka yang termasuk di antara musuh-musuh 

Yesus pada satu waktu akhirnya mengakui Dia sebagai Anak 

Allah. Mengingat bahwa kesaksian positif dari saksi-saksi la￾wan adalah jenis kesaksian paling berbobot di pengadilan, 

maka reaksi seperti itu dari musuh-musuh Yesus sangat luar 

biasa penting dalam diskusi tentang mujizat Kristus. 

 

Berbagai Pembuktian Dari Para Penulis

Kasus yang dibangun untuk keaslian mujizat Yesus sema￾kin diperkuat oleh fakta bahwa segala karya supranatural-Nya 

dicatat, bukan oleh satu orang, tetapi oleh beberapa penulis 

independen. Bahkan orang-orang yang tidak percaya menga-kui bahwa berbagai mujizat dalam kehidupan Yesus (terma￾suk kebangkitan-Nya) dicatat oleh lebih daripada satu penulis 

(bdk. Barker, 1992, p. 179; Clements, 1990, p. 193). Jika para sar￾jana sejarah kuno pada umumnya memberikan fakta-fakta 

yang ”tidak dapat disangsikan” ketika dua atau tiga sumber 

sepakat (lihat Maier, 1991, p. 197), maka beragam pembuktian 

mujizat Yesus oleh Matius, Markus, Lukas, Yohanes, dan Pau￾lus (bdk. 1Korintus 15:1-8) adalah sangat impresif. Tidak seper￾ti Islam dan Mormonisme, yang masing-masing bergantung 

pada kisah/tulisan dari satu orang yang dianggap diilhami 

(Muhamad dan Joseph Smith, masing-masing), agama Kristen 

bersandar pada dasar banyak penulis. Pertimbangkan juga 

bahwa beberapa mujizat tertentu yang Yesus adakan, khu￾susnya saat memberi makan 5.000 orang dan kebangkitan-Nya, 

dicatat di semua empat catatan injil. Selanjutnya, pembuktian 

para penulis tentang kehidupan dan mujizat Yesus adalah 

cukup mirip sehingga tidak bertentangan, tetapi cukup berva￾riasi sehingga orang tidak dapat menyimpulkan bahwa mereka 

berkolusi untuk melakukan penipuan. Sesungguhnya, fakta 

bahwa beberapa penulis membuktikan kebenaran mujizat Ye￾sus tidak boleh dianggap ringan dan diabaikan begitu saja. 

Menariknya, para penulis Alkitab tidak sendirian dalam 

pembuktian mereka atas hal-hal mengherankan yang Yesus 

adakan. Sejarawan Yahudi abad pertama, Josephus, menyebut 

Yesus sebagai Pribadi Yang “melakukan pekerjaan (paradoxa) 

luar biasa“ dan Yang ”membawa kepada diri-Nya banyak orang 

Yahudi, dan banyak bangsa-bangsa lain“ (18:3:3, huruf tebal 

ditambahkan). Josephus menggunakan kata Yunani yang sama 

ini ( paradoxa ) sebelumnya ketika mengacukan Elia dan “kar￾ya-karya[nya] yang mengejutkan dan menakjubkan melalui 

nubuat“ (9:8:6). Satu-satunya contoh kata ini dalam Perjanjian 

Baru ditemukan dalam catatan injil Lukas di mana mereka yang baru saja menyaksikan Yesus menyembuhkan orang lum￾puh merasa “takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat 

takut, katanya: ‘kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat 

mengherankan’ (paradoxa) hari ini“(5:26, NASB, huruf tebal 

ditambahkan). Sebuah acuan kepada karya menakjubkan Ye￾sus juga dijelaskan dalam satu bagian dari Talmud Babylonian

(dikenal sebagai Sanhedrin Tractate ) di mana para pemimpin 

Yahudi menulis, “Pada malam Paskah Yeshu [Yesus—KB/EL] 

digantung. Selama empat puluh hari sebelum eksekusi itu ber￾langsung, seorang pemberita maju dan berteriak, ‘Ia akan ha￾rus dirajam karena ia telah mempraktikkan ilmu sihir dan 

membujuk Israel untuk murtad.… ‘Tetapi karena tidak ada 

bukti yang mendukung orang itu maka ia digantung pada 

malam Paskah“ (Shachter, 1994, 43a). Meski Talmud itu meng￾gambarkan perbuatan Yesus yang luar biasa sebagai “sihir,” 

dan meski kita mungkin tidak pernah tahu dengan pasti apa￾kah Josephus benar-benar percaya Yesus dapat melakukan mu￾jizat yang sah, namun keduanya mengakui bahwa kehidupan 

Yesus dicirikan oleh hal-hal yang luar biasa—kesaksian yang 

akan sudah diantisipasi dari orang-orang tidak percaya terten￾tu yang berusaha untuk meremehkan tindakan supranatural 

Kristus. 

 

Penulis Alkitab Melaporkan Fakta—Bukan Dongeng

Penting juga untuk memahami bahwa penulis Alkitab

berkeras bahwa tulisan mereka tidak didasarkan pada khayal￾an, orang-orang dan pelbagai peristiwa yang tidak dapat dive￾rifikasi, tetapi sebaliknya didasarkan pada fakta-fakta historis 

yang kuat (seperti yang telah dikonfirmasi berkali-kali oleh 

ilmu arkeologi). Rasul Petrus, dalam suratnya yang kedua ke￾pada orang-orang Kristen pada abad pertama, menulis: “Sebab 

kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manu-sia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan keda￾tangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami ada￾lah saksi mata dari kebesaran-Nya“ (1:16). Dalam pernyataan 

yang serupa , rasul Yohanes menegaskan: “Apa yang telah ada 

sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat 

dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah 

kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup … Apa 

yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami 

beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh perse￾kutuan dengan kami“ (1 Yohanes 1:1, 3). Ketika menuliskan, 

catatannya tentang Injil Kristus, ia secara khusus dan sengaja 

membentuk kata pengantarnya untuk memastikan bahwa para 

pembacanya mengerti bahwa catatannya itu adalah historis 

dan faktual: 

 

Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha 

menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa 

yang telah terjadi di antara kita, seperti yang di￾sampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari se￾mula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Kare￾na itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu 

dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil 

keputusan untuk membukukannya dengan teratur 

bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa 

segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh 

benar (Lukas 1: 1-4). 

 

Dalam alur pemikiran yang serupa, Lukas memasukkan dalam 

kata pengantarnya pada kitab Kisah Para Rasul gagasan bahwa 

Yesus, ”menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya sele￾sai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia 

hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang me-nampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan 

Allah“ (Kisah 1:3). Selain itu, ketika rasul Paulus mengetengah￾kan kasus bahwa Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari 

antara orang mati, ia menulis bahwa Yesus yang dibangkitkan 

 

telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudi￾an kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia 

menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus sau￾dara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hi￾dup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya 

telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri 

kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan 

yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan 

diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang 

lahir sebelum waktunya (1Korintus 15:5-8).

 

Segelintir ayat ini dari Petrus, Paulus, Yohanes, dan Lu￾kas, mengungkapkan bahwa para penulis Alkitab sangat ya￾kin bahwa tulisan mereka bukan mitos, tetapi didasarkan pada 

pelbagai peristiwa nyata. Selanjutnya, mereka secara khusus

mendokumentasikan banyak saksi mata yang dapat bersaksi 

tentang keakuratan pernyataan mereka. Seperti komentar 

Henry S. Curr lebih dari setengah abad yang lalu, 

 

Kita tidak diminta untuk percaya kepada mitos dan 

semacam legenda yang terkait dengan paganisme, 

klasik dan sebaliknya, atau kepada dongeng-do￾ngeng yang dirancang secara cerdik atau kisah￾kisah takhyul. Kita diminta untuk menerima kisah￾kisah yang sebenarnya dari insiden yang dengan 

satu atau cara lain tidak dapat dipertimbangkan kecuali bahwa Allah bekerja secara langsung dan 

sepenuhnya dalam masalah itu (1941, 98:478). 

 

Klaim bahwa Alkitab dipenuhi dengan mitos-mitos mujizat￾iah bisa saja dibuat, tetapi tidak dapat dipertahankan secara 

wajar. Buktinya sangat luar biasa bahwa para penulis Alki￾tab mengerti dan berkeras bahwa informasi mereka tentang

Yesus dan mujizat-Nya adalah akurat dan nyata, sama seperti 

semua detail lainnya dalam narasi dan surat-surat mereka. 

Selanjutnya, klaim mereka tentang akurasi faktual telah diveri￾fikasi berkali-kali oleh ilmu arkeologi serta oleh pelbagai sang￾gahan terhadap dugaan adanya perbedaan antara berbagai 

tulisan itu dan sejarah. 

 

Tanda-Tanda Yesus Adalah Banyak Dan Bervariasi

Karakteristik lain dari pelbagai mujizat Yesus adalah bah￾wa mereka itu cukup banyak dicatat di dalam Alkitab. Orang 

tidak diminta percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah karena 

Ia mengadakan satu atau dua perbuatan luar biasa sewaktu 

hidup-Nya. Sebaliknya, “kumpulan mujizat di sekitar Tuhan 

Yesus Kristus adalah seperti serbuk besi bagi sebuah magnet“

(Witmer, 1973, 130: 132). Catatan-catatan injil penuh dengan 

berbagai mujizat yang Kristus adakan, bukan untuk kekayaan 

atau kekuatan politik, tetapi supaya dunia bisa diyakinkan 

bahwa Ia diutus oleh Bapa untuk membawa keselamatan kepa￾da umat manusia (bdk. Yohanes 5:36; 10:37-38). Seperti yang 

Yesaya nubuatkan, Yesus mengadakan mujizat penyembuhan

(Yesaya 53:4; Matius 8:16-17). Ia mentahirkan penderita kusta 

dengan sentuhan tangan-Nya (Matius 8:1-4), dan menyembuh￾kan segala macam penyakit dengan kata-kata mulut-Nya (bdk. 

Yohanes 4:46-54). Seorang perempuan yang mengalami penda￾rahan selama dua belas tahun langsung sembuh hanya dengan menyentuh pinggiran pakaian-Nya (Lukas 8:43-48). Demikian 

pula pada satu kesempatan sesudah Yesus datang ke tanah Ge￾nesaret, semua orang sakit di seluruh daerah sekitarnya datang

kepada Dia, ”mereka memohon supaya diperkenankan menja￾mah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya 

menjadi sembuh“ (Matius 14:34-36; Markus 3:10). Secara 

umum, “orang banyak berbondong-bondong datang kepada￾Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, 

orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka 

pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya“ 

(Matius 15:30, huruf tebal ditambahkan). ”Yesus menyembuh￾kan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan 

dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada 

banyak orang buta“ (Lukas 7:21, huruf tebal ditambah￾kan). Bahkan musuh-musuh Yesus mengakui ”banyak mujizat”

yang Ia buat (Yohanes 11:47). Yesus tidak hanya menunjukkan 

kuasa atas penyakit dan orang sakit, Ia juga menunjukkan

keunggulan-Nya atas alam lebih daripada sekali. Sementara 

nabi Allah Musa mengubah air menjadi darah dengan memu￾kul air dengan tongkatnya (Keluaran 7:20), Yesus hanya berke￾hendak air menjadi anggur di pesta pernikahan (Yohanes 2:1-

11). Selanjutnya Ia menggunakan kuasa-Nya atas dunia alami 

dengan meneduhkan Laut Galilea saat badai mengamuk (Ma￾tius 8:23-27), dengan berjalan di atas air untuk jarak yang cukup 

jauh untuk mendatangi murid-murid-Nya (Matius 14:25-43), 

dan dengan menyebabkan pohon ara mengering atas perintah￾Nya. Sebenarnya, keunggulan supernatural Yesus atas dunia 

fisik (yang Ia ciptakan—Kolose 1:16) adalah tepat seperti apa 

yang akan kita harapkan dari Pribadi Yang mengaku sebagi 

Anak Allah.

Namun begitu, mujizat Yesus tidak terbatas pada dunia 

alami saja. Sebagai bukti lebih lanjut tentang keilahian-Nya, Ia juga mengungkapkan kuasa-Nya atas dunia rohani dengan 

mengusir roh-roh jahat. ”Dibawalah kepada Yesus banyak 

orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus 

mengusir roh-roh itu” (Matius 8: 16, huruf tebal ditambahkan).

Lukas juga mencatat bahwa “Yesus menyembuhkan banyak 

orang dari … roh-roh jahat” (Lukas 7:21, huruf tebal ditambah￾kan). Markus mencatat di mana Yesus pernah menunjukkan

kuasa-Nya atas orang yang dipenuhi dengan roh-roh najis,

yang tak seorang pun sanggup mengikat dia bahkan dengan 

rantai dan belenggu; tidak ada yang dapat menjinakkan orang 

yang dipenuhi dengan roh jahat itu (Markus 5:1-21). Namun 

begitu, Yesus menyembuhkan dia. Setelah itu, para saksi meli￾hat orang yang kerasukan roh najis itu “duduk di kaki Yesus; 

ia telah berpakaian dan sudah waras“ (Lukas 8:35-36). Pada 

beberapa kesempatan, Yesus menyembuhkan orang-orang yang

disiksa oleh roh-roh jahat. Dan, “Semua orang takjub, lalu ber￾kata seorang kepada yang lain, katanya: ‘Alangkah hebatnya 

perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia mem￾beri perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar’“ 

(Lukas 4:36). 

Akhirnya, Yesus bahkan mengadakan pelbagai mujizat 

yang menunjukkan Ia berkuasa atas kematian. Ingatlah ketika 

murid-murid Yohanes Pembaptis datang kepada Yesus untuk 

menanyakan identitas-Nya, Yesus memerintahkan mereka un￾tuk memberitahu Yohanes bahwa ”Orang mati dibangkitkan” 

(Matius 11:5). Anak janda dari Nain sudah dinyatakan mening￾gal dan ditempatkan di peti mati ketika Yesus menyentuh peti 

mati yang terbuka itu dan menyuruh dia untuk “bangkit.” 

Segera, “bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata￾kata“ (Lukas 7:14-15). Lazarus sudah mati dan dimakamkan 

selama empat hari pada saat Yesus membangkitkan dia dari 

antara orang mati (Yohanes 11:1-44). Demonstrasi kuasa yang sangat besar atas kematian itu menyebabkan “banyak di antara 

orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang me￾nyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus” (Yohanes 11:45) 

percaya kepada Dia. Terlebih lagi, kebangkitan Yesus sendiri 

dari antara orang mati adalah klimaks dari semua mujizat-Nya, 

dan mungkin berfungsi sebagai mujizat yang paling meyakin￾kan dari semua mujizat (lihat pasal enam).

Secara keseluruhan, empat catatan injil memuat sekitar 

tigapuluh tujuh perbuatan supernatural khusus yang Yesus 

adakan. Jika jumlah itu harus mencakup juga pelbagai mujizat 

seperti kelahiran dari anak dara dan perubahan wujud, serta 

beberapa kali Ia menunjukkan kemampuan-Nya “membaca 

pikiran” dan mengetahui masa lalu atau masa depan tanpa 

harus mempelajarinya lewat sarana biasa (bdk. Yohanes 4:15-

19; 13:21-30; 2:25), dll., maka jumlahnya akan mencapai hingga 

lima puluh. Sesungguhnya, mujizat-mujizat Kristus itu sangat 

bervariasi dan banyak.

Ia menyembuhkan orang buta, lumpuh, sakit, dan kusta,

serta menunjukkan kuasa atas alam, roh-roh jahat, dan kemati￾an. Rasul Yohanes, yang mencatat mujizat-mujizat Kristus “su￾paya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan 

supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama￾Nya“ (Yohanes 20:31), juga berkomentar tentang bagaimana 

“masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata 

murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini“ (20:30, 

huruf tebal ditambahkan). Faktanya, Yesus mengadakan sa￾ngat banyak mujizat di sepanjang pelayanan-Nya di Bumi se￾hingga, “jikalau semuanya itu harus dituliskan satu per satu, 

maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang 

harus ditulis itu“ (Yohanes 21:25).


Mujizat Yesus Tidak Konyol Atau Berlebihan

Memang diakui, bagi sebagian orang, sejumlah mujizat 

yang Yesus adakan lebih mudah diterima daripada yang lain￾nya. Fakta bahwa sekelompok nelayan membiarkan jala mere￾ka ditebar ke laut dan menangkap begitu banyak ikan sehing￾ga jala itu mulai koyak (Lukas 5:1-11) tidak sulit untuk dikritik 

(meski bukan sebagai sebuah mujizat). Gagasan tentang Yesus 

membangkitkan Lazarus dari antara orang mati setelah berada 

di dalam kubur selama empat hari, bagaimanapun juga sulit 

untuk dipercaya oleh orang skeptis. Namun, baik mujizat ini 

atau mujizat lain mana saja yang Yesus adakan layak untuk 

kita pertimbangan karena mujizat itu tidak konyol atau berle￾bihan. Orang-orang mungkin saja menolak mujizat Kristus 

karena mereka sama sekali tidak percaya kepada supranatural, 

atau karena ketidakmampuan mereka untuk memberikan pen￾jelasan alami kepada beragam mujizat itu. Namun begitu, 

mujizat-mujizat itu tidak dapat ditolak dengan alasan bahwa 

mereka itu mustahil atau konyol—karena mujizat-mujizat itu 

tidak demikian. Seperti yang Furman Kearley pernah nyata￾kan, “Catatan injil ditandai dengan pengendalian dan keagung￾an dalam penggambaran mujizat“ (1976, 93 [27]:4).

Mujizat-mujizat Kristus pastinya memang luar biasa (jika

tidak, mereka itu tidak akan disebut mujizat), namun demiki￾an mereka diadakan (dan dicatat) dengan segenap kewarasan 

dan ketenangan hati—persis seperti apa yang orang akan ha￾rapkan jika mujizat-mujizat itu benar-benar merupakan tanda￾tanda dari Allah. Bagaimanapun, Ia

 

adalah sumber dan penyempurna mesin yang tak 

terkatakan itu yang kita sebut alam semesta, selalu 

bekerja sesuai dengan aturan pada prinsip-prinsip 

hukum dan ketertiban yang paling ketat, dan de-ngan demikian menyatakan bahwa Arsiteknya bu￾kan pribadi yang berubah-ubah tetapi pribadi yang 

sifat-sifat mentalnya sama menakjubkannya dengan

sifat-sifat moral dan spiritual-Nya. Dalam keadaan 

ini, akan sangat aneh jika mujizat-mujizat Alkitab 

menghadirkan kontradiksi pada hal-hal yang tera￾tur (Curr, 1941, 98: 471). 

 

Karena Allah yang mahakuasa telah memilih untuk me￾ngendalikan kuasa-Nya yang tak terbatas, dan menggunakan

nya secara teratur dan rasional, maka orang akan menganti￾sipasi bahwa ketika Allah menjadi manusia (Yohanes 1:1-3, 14) 

dan menggunakan kuasa supernatural-Nya di Bumi, kuasa itu 

juga akan dicirikan sebagai kausa yang di bawah kendali—

mujizat-mujizat yang diadakan dengan ketenangan dan rasio￾nalitas yang tak terhingga . 

Berbeda dengan kisah-kisah tentang banyak orang yang 

dianggap sebagai pembuat mujizat dari masa lalu (atau masa 

kini), mujizat-mujizat Yesus ditandai dengan pengendalian 

dan martabat. Pertimbangkanlah mujizat yang Yesus lakukan 

kepada Malkhus, orang yang akan menangkap Yesus. Alih-alih 

melakukan sesuatu seperti memerintahkan telinga kiri Mal￾khus untuk mengering atau putus (setelah Petrus menetak teli￾nga kanannya dengan pedang), Yesus hanya menyentuh teli￾nga yang putus itu “dan menyembuhkannya“ (Lukas 22:51).

Orang yang akan menyerahkan Yesus kepada musuh-Nya 

dipotong telinganya dengan pedang, dan Yesus dengan seder￾hana (namun secara mujizatiah) menempatkan kembali teli￾nganya itu pada tempatnya. Lagi pula, itu saja yang setiap 

penulis Alkitab tulis tentang masalah ini. Sebuah mujizat yang 

luar biasa diadakan pada malam sebelum kematian Yesus, dan 

satu-satunya hal yang diungkapkan adalah bahwa Yesus “men-jamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.” Sebagaima￾na dengan semua mujizat Yesus, 

 

[d]i sana tidak ada upaya untuk membesar-besar￾kan fitur-fitur supernatural insiden itu. Peristiwa 

itu dibiarkan untuk bicara sendiri. Jika kebenaran 

paling baik jangan dihias, maka tidak ada ilustrasi 

yang lebih efektif tentang ajaran itu daripada catat￾an Alkitab tentang tanda-tanda dan hal-hal meng￾herankan. Para penulis tidak memikirkan hal itu.

Mereka lebih menyajikan hal-hal menakjubkan itu 

apa adanya. Mereka menceritakan kisah itu sejelas 

mungkin, lalu melanjutkan untuk membahas sesu￾atu yang lain. Hal itu dicontohkan secara sangat je￾las dalam Injil-injil Sinoptik. Kita diberitahu tentang

mujizat moral dan fisik yang diadakan di sebuah 

rumah di Kapernaum ketika empat orang mem￾bawa temannya yang sakit ke kaki Yesus, setelah 

mencopot atap rumah itu dan menurunkan tilam 

berisi orang sakit itu melalui lobang itu. Dosa orang 

sakit itu diampuni. Ini adalah tanda dari sorga jika 

pernah ada tanda itu. Penyakitnya juga dilenyap￾kan dan itu adalah demonstrasi lain dari klaim 

Tuhan kita sebagai Allah yang menjadi manusia. 

Matius lalu mulai menceritakan pemanggilannya 

untuk menjadi murid dan apa yang terjadi kemu￾dian. Prosedur seperti itu diulangi berkali-kali. Para

penulis tidak berlama-lama membahas supranatu￾ral itu seperti yang mungkin dilakukan oleh novelis 

modern. Mujizat itu dibahas secara lebih panjang 

atau lebih pendek, dan kemudian narasi itu berlan￾jut. Memang benar bahwa sering ada acuan yangdibuat kepada rasa takjub yang timbul dalam keru￾munan orang yang menyaksikan karya-karya Allah 

yang luar biasa ini; tetapi bahkan itu tidak ditekan￾kan secara tak terkendali (Curr, 1941, 98:473). 

 

Lebih jauh, tidak seperti mujizat-mujizat yang ada dalam 

tulisan-tulisan lain, mujizat-mujizat Yesus tidak dicirikan oleh 

jampa-jampi tukang sihir. Faktanya, ada beberapa kesamaan 

antara Yesus dan para penyihir dunia kuno. Bahkan Rudolf 

Bultmann, penulis Jerman abad kedua puluh yang berusa￾ha meremehkan mujizat Yesus, mengakui bahwa ”kisah-kisah 

mujizat Perjanjian Baru sangat tidak bermuluk-muluk dalam 

hal ini, karena mereka ragu untuk mengaitkan kepada pribadi 

Yesus ciri-ciri magis yang sering menjadi ciri-ciri pelaku muji￾zat Helenistik“ (seperti dikutip dalam Habermas, 2001, p. 113). 

Yesus tentu dapat megadakan mujizat apa pun yang Ia ingin￾kan. Ia dapat saja mengeluarkan kelinci dari dalam topi hanya 

untuk tujuan menghibur orang banyak. Ia bisa saja mengubah 

musuh-musuh Yahudi-Nya menjadi batu, atau memberi tiga 

mata kepada seseorang. Ia bisa saja mengubah bocah laki-laki 

menjadi laki-laki dewasa. Ia bisa saja membuat jubah orang￾orang Farisi terbakar dan memberitahu mereka bahwa neraka 

akan sepuluh kali lebih panas. Ia bisa saja membuat selusin bu￾rung pipit dari tanah liat sewaktu Ia masih kecil, dan kemudian, 

di tengah-tengah sekelompok bocah laki-laki, mengubah bu￾rung-burung dari tanah liat itu menjadi hidup dengan tepukan 

tangan-Nya, seperti yang dinyatakan tanpa bukti dalam kitab 

apokrifa yang tidak terilham, Injil Thomas (1:4-9; The Lost Books 

... , 1979, p. 60). Tentu saja, Yesus sudah dapat melakukan 

sejumlah mujizat yang konyol dan aneh. Tapi, Ia tidak melaku￾kannya. Berbeda dengan mujizat-mujizat yang dicatat dalam sejumlah sumber yang tidak terilham, mujizat Yesus tidak dici￾rikan oleh

 

dongeng gaib tak berujung yang memenuhi litera￾tur dan cerita rakyat dunia. Tidak ada kesan ada￾nya sihir atau permainan sulap pada semua karya

agung Allah yang dijelaskan di dalam Alkitab. Se￾baliknya, mereka selalu ditandai oleh kewarasan 

dan ketenangan dan kewajaran.… Tidak ada yang 

berlebihan atau aneh tentang mereka.... Ketika se￾mua mujizat Tuhan kita yang digambarkan dalam 

keempat Injil dibandingkan dengan semua mujziat 

yang berasal dari sumber lain, perbedaannya seper￾ti kapur dan keju“ (Curr, 98: 471-472). 

 

Yesus Mengadakan Mujizat Yang Sekarang Ini Tidak Dapat 

Ditiru 

Akhirnya, baik orang yang dianggap sebagai “penyem￾buh imani” modern atau saintis abad kedua puluh satu tidak 

dapat meniru mujizat yang Yesus pernah adakan ketika berada 

di Bumi 2.000 tahun yang lalu. Para pelaku mujizat-palsu se￾karang ini menggelar acara-acara yang tampaknya tak ada ha￾bisnya di mana para peserta yang rela dengan dugaan penyakit 

yang diderita muncul dan bertindak seolah-olah mereka se￾dang disembuhkan dari penyakit mereka dengan penum￾pangan tangan. Sakit dan penderitaan yang tidak jelas dan sakit 

serta penyakit yang meragukan yang menentang pembuktian 

medis seharusnya disembuhkan oleh ”para penyembuh imani” 

terkemuka yang secara bersamaan sedang membangun keraja￾an keuangan dengan dana yang mereka terima dari para pengi￾kut yang mudah tertipu. Para penipu seperti Oral Roberts,

Benny Hinn, dan sejumlah orang lainnya telah meraup jutaan dolar dari para pemirsa yang mengirimkan uang mereka secara 

otomatis tanpa berhenti untuk mempertimbangkan perbedaan 

nyata antara mujizat yang Yesus lakukan dengan apa yang 

mereka amati terhadap perbuatan orang-orang ini sekarang ini.

Yesus berkeliling “melenyapkan segala penyakit dan 

kelemahan” (Matius 9:35, huruf tebal ditambahkan). Hal-hal 

mengherankan mujizatiah milik-Nya tidak mengenal batasan. 

Ia dapat menyembuhkan apa saja. Lukas, tabib terpelajar (Kolo￾se 4:14), mencatat bagaimana Yesus dapat memulihkan tangan 

yang mati di tengah-tengah musuh-musuh-Nya (Lukas 6:6-10), 

dan menyembuhkan telinga yang terputus dengan sentuhan 

tangan-Nya (Lukas 22:51). Ia menyembuhkan “banyak” orang 

buta (Lukas 7:21), termasuk satu orang yang telah dilahirkan

buta (Yohanes 9:1-7)! Terlebih lagi, Ia bahkan membangkitkan 

orang mati hanya dengan memanggil mereka untuk keluar 

(Yohanes 11:43). Hal-hal apakah yang telah dilakukan oleh 

”spiritualis,” pesulap, atau saintis zaman modern yang mende￾kati perbuatan yang menentang penjelasan alam? Siapakah 

yang pergi ke sekolah orang buta dan memulihkan penglihatan 

mereka? Siapakah yang akan pergi ke kuburan atau pemakam￾an untuk membangkitkan orang mati? Ini adalah jenis-jenis

mujizat yang Yesus lakukan—perbuatan supernatural yang

bersaksi tentang identitas-Nya sebagai Juruselamat dunia yang 

dikirim oleh sorga.


Seperti yang harus diharapkan dari Pribadi Yang menga￾ku sebagai Allah yang berinkarnasi (bdk. Yohanes 1:1-3,14; 

10:30), Kitab Suci mencatat bahwa Yesus melakukan banyak 

mujizat di sepanjang pelayanan-Nya untuk memberikan bukti 

yang cukup tentang pesan dan sifat ilahi-Nya. Beribu-ribu orangtelah menyaksikan mujizat-Nya. Ia mengadakan mujizat di 

sepanjang pelayanan-Nya—mujizat-mujizat yang dalam banyak

hal tidak seperti hal-hal mengherankan yang diduga dilakukan 

oleh ahli sihir, saintis, atau “spiritualis” di masa lalu atau masa 

kini. Bahkan musuh-musuh Yesus membuktikan hal-hal meng￾herankan yang Ia adakan, yang belakangan dicatat, bukan oleh 

satu orang, tetapi oleh beberapa penulis independen yang ber￾dedikasi untuk melaporkan fakta ketim-bang dongeng.

Yesus mengadakan banyak mujizat, bukan untuk meng￾hibur orang atau untuk mendapat keuntungan dari para pen￾dengar-Nya, tetapi agar dunia tahu bahwa Yesus dan Allah 

adalah satu (Yohanes 10: 30, 38), dan bahwa Bapa mengutus Dia 

ke Bumi untuk menyelamatkan manusia dari dosa (Yohanes 

5:36). “Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di 

depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab 

ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya 

kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan su￾paya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama￾Nya“ (Yohanes 20: 30-31, huruf tebal ditambahkan). Tentu saja, 

di antara bukti paling hebat bagi keilahian Kristus adalah

semua mujizat yang Ia adakan.











Dalam Perjanjian Lama, kita seolah-olah hampir memi￾liki gambar Mesias dari satelit ruang angkasa yang ribuan kilo￾meter jauhnya, namun dengan setiap nubuat baru, gambar itu 

terus bergerak lebih dekat, sampai akhirnya kita dapat melihat 

Mesias—Yesus Kristus dari dekat. Seperti yang ditulis oleh 

sarjana Ibrani terkemuka Charles Briggs: “Dalam Yesus dari 

Nazaret kunci nubuat Mesianik Perjanjian Lama telah ditemu￾kan. Semua tahapannya telah menemukan realisasinya dalam 

pribadi-Nya yang unik, dalam karya-Nya yang unik, dan da￾lam kerajaan- Nya yang unik. Mesias nubuat muncul dalam 

Mesias sejarah”(1988, p. 498). 

Dalam Kisah Para Rasul 8:26-40, Filipus sang penginjil 

mendekati orang Etiopia yang mengendarai kereta sambil mem￾baca Kitab-Kitab Perjanjian Lama. Ketika Filipus mendekat, 

ia mendengar mereka sedang membaca bagian dari Yesaya 53 

yang menggambarkan penderitaan Mesias. Setelah bercakap￾cakap dengan Filipus, orang itu bertanya kepada Filipus: “Ten￾tang siapakah nabi berkata demikian? Tentang dirinya sendiri 

atau tentang orang lain?” Segera setelah pertanyaan ini , Alki￾tab mengatakan bahwa Filipus mulai “berbicara dan bertolak 

dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya” (Kisah 

8:35). Sebenarnya, Yesus adalah inti setiap kitab Perjanjian La￾ma, nubuat Mesianik yang selalu diucapkan. Dari kitab mana 

saja dari Kitab Suci kuno itu, orang yang jujur dan berpe￾ngetahuan dapat membuka mulutnya dan memberitakan 

Yesus, sang Mesias.



APAKAH YANG ANDA HARAPKAN?

Dalam bukunya yang menarik, What If Christ Had Never 

Been Born?, D. James Kennedy membahas panjang lebar ten￾tang keunikan Yesus Kristus dan dampak tunggal-Nya pada 

penduduk Bumi. Dalam menilai dampak itu, Dr. Kennedy 

menulis: 

Yesus Kristus sudah memiliki dampak yang sangat 

besar—lebih besar daripada siapa pun—pada seja￾rah. Andaikan Ia tidak pernah datang, lubangnya 

akan menjadi ngarai seukuran benua. Pengaruh 

Kristus terhadap dunia tidak dapat diukur.… Apa 

pun yang Yesus sentuh atau apa pun yang Ia per￾buat merubah aspek kehidupan manusia. Banyak 

orang akan membaca tentang pelbagai kejadian kecil

yang tak terhitung banyaknya dalam kehidupan 

Kristus meski tidak pernah bermimpi bahwa hal￾hal “kecil” yang disebutkan dengan santai itu ada-lah untuk mengubah sejarah umat manusia (1994, 

p. 4). 

 

Philip Schaff membahas pengaruh Kristus ketika ia menulis 

dalam bukunya, The Person of Christ: The Miracle of History: 

Yesus dari Nazaret ini, tanpa uang atau senjata, me￾naklukkan jutaan orang lebih banyak daripada Alex￾ander, Caesar, Mohammed, dan Napoleon; tanpa

sains dan pembelajaran, Ia memberikan lebih ba￾nyak terang tentang hal-hal yang insani dan ilahi 

daripada semua filsuf dan sarjana digabungkan ber￾sama; tanpa belajar pidato, Ia mengucapkan kata￾kata kehidupan yang tidak pernah diucapkan sebe￾lumnya atau sesudahnya, dan menghasilkan pelba￾gai efek yang berada di luar jangkauan orator atau 

penyair; tanpa menulis satu baris pun, Ia mengge￾rakkan lebih banyak pena untuk menuliskan, dan 

menyediakan lebih banyak tema untuk khotbah, 

orasi, diskusi, buku-buku pelajaran, karya seni, dan 

lagu-lagu pujian, dibandingkan dengan seluruh 

kumpulan orang hebat di zaman dahulu dan 

modern (1913, p. 33). 

Fakta sederhananya adalah, Yehovah sudah melakukan 

segala hal yang memungkinkan dalam mempersiapkan dunia 

bagi kedatangan Pribadi yang akan menyelamatkan umat ma￾nusia. Melalui berbagai jalan, Ia memperingatkan penduduk 

planet Bumi tentang sifat tunggal Pribadi yang akan datang, 

serta pentingnya percaya kepada dan menaati Dia. Dosa manu￾sia hanya dapat diampuni oleh Juruselamat yang tidak berdo￾sa. Korban mitos hanya dapat mengampuni dosa-dosa mitos, tetapi Yesus adalah benar-benar Anak Domba Allah “yang 

menghapus dosa dunia” (Yohanes 1: 29). Seperti yang Norman 

Geisler katakan: 

Mengklaim sebagai ilah adalah satu hal dan memi￾liki kredensial untuk mendukung klaim itu adalah 

hal lain lagi. Kristus melakukan keduanya. Ia mena￾warkan tiga fakta unik dan mujizatiah sebagai buk￾ti bagi klaim-Nya itu: penggenapan nubuat, kehi￾dupan penuh mujizat yang unik, dan kebangkitan 

dari antara orang mati. Semua ini adalah sejarah 

yang dapat dibuktikan dan unik bagi Yesus dari 

Nazaret. Oleh karena itu, kami berpendapat bahwa 

hanya Yesus yang mengklaim dan terbukti sebagai 

Allah (1976, p. 339).











NABI-NABI ZAMAN DULU 

DAN KORBAN YANG SEMPURNA

Jadi, bagaimanakah naluri untuk menyembah Allah itu 

menuntun kepada penciptaan berbagai kisah tentang dewa 

penyelamat yang lahir dari seorang dara yang mati sebagai 

korban bagi kesalahan umat manusia? Pertama, itu dimulai 

dengan pelbagai nubuat tentang seorang Penebus yang akan 

membawa keselamatan bagi umat manusia. Menurut beberapa 

nas Alkitab, para nabi zaman dahulu telah meramalkan sejak 

permulaan waktu tentang kedatangan Penebus yang akan 

datang. Ketika Yesus menegur orang-orang Farisi dan ahli 

kitab atas kemunafikan mereka, Ia menyinggung tentang lelu￾hur mereka yang jahat dan membuat pernyataan berikut ini:Sebab itu hikmat Allah berkata: Aku akan meng￾utus kepada mereka nabi-nabi dan rasul-rasul dan 

separuh dari antara nabi-nabi dan rasul-rasul itu 

akan mereka bunuh dan mereka aniaya, supaya 

dari angkatan ini dituntut darah semua nabi yang 

telah tertumpah sejak dunia dijadikan, mulai dari 

darah Habel sampai kepada darah Zakharia yang 

telah dibunuh di antara mezbah dan Rumah Allah. 

Bahkan, Aku berkata kepadamu: Semuanya itu 

akan dituntut dari angkatan ini (Lukas 11:49-51, 

huruf tebal ditambahkan). 

Yesus menegaskan bahwa Allah telah menggunakan para nabi 

hingga sejauh “sejak dunia dijadikan,“ khususnya sejak zaman 

Habel, anak kedua Adam yang tercatat dalam Alkitab. Rasul 

Petrus membuat pernyataan serupa saat saat berkhotbah kepa￾da ribuan orang Yahudi di Serambi Salomo. 

Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosa￾mu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu 

kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula 

diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu ha￾rus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan sega￾la sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan 

perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman 

dahulu (Kisah Para Rasul 3:19-21, huruf tebal 

ditambahkan). 

“Di zaman dahulu,” Allah telah mengungkapkan banyak 

pesan kepada umat manusia melalui para nabi-Nya. Terkadang 

pesan-pesan ini tentang kehancuran fisik yang akan menimpa 

suatu bangsa tertentu (misalnya, Yunus 3:1-10; Nahum 1-3). Di 

lain waktu, pesan itu tentang satu orang atau suku orang tertentu (mis. Kejadian 40; 49). Namun tidak ada nubuat yang 

lebih penting (atau lebih lazim di dalam Alkitab) selain dari￾pada nubuat yang berhubungan dengan Kristus. Dan, para 

juru bicara Allah telah menubuatkan kedatangan-Nya khu￾susnya sejak zaman dulu. Lukas mencatat bagaimana, setelah 

kelahiran Yohanes Pembaptis, ayahnya, Zakharia, “penuh 

dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya,” 

Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat 

umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, Ia 

menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi 

kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,—

seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbaka￾la oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus (Lukas 

1:67-70, huruf tebal ditambahkan). 

Para nabi Allah tidak menubuatkan kedatangan seorang

Penebus agung hanya sejak zaman Musa, tapi pelbagai nubuat 

tentang Juruselamat dunia itu juga tidak dibatasi kepada 

orang-orang Yahudi saja. Zakharia bersukacita karena Allah 

sedang mengirim Penebus dan Juruselamat yang tentang-Nya

para nabi telah bicara “sejak purbakala.” Harus diakui, seba￾gian besar dari semua nubuat tentang Mesias yang dicatat di 

dalam Kitab Suci muncul setelah Allah mengungkapkan 

kepada Abraham bahwa melalui keturunannya “semua bangsa 

di dunia akan diberkati “(Kejadian 22:18; 12:1-3; 49:10; dll.).

Namun, satu nubuat mesianik yang dicatat mundur hingga 

beberapa abad sebelum Abraham—hingga ke zaman Adam 

dan Hawa berkedudukan di Taman Eden. Di sana Allah mem￾beritahu ular setelah ia menipu Hawa: “Aku akan mengadakan 

permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturu￾nanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan 

kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya“ (Kejadian 3:15). Dalam nubuat mesianik yang paling pertama ini, digam￾barkan seorang Penebus yang menderita, tetapi menang. 

Ribuan tahun kemudian, ratusan nubuat serupa tentang

Kristus diberikan kepada bangsa Israel. Jadi logis untuk berke￾simpulan bahwa pelbagai nubuat mesianik serupa akan sudah 

disampaikan oleh nabi-nabi lain di luar Yudaisme. Patriakh 

Henokh, hanya tujuh generasi dari Adam, “hidup bergaul de￾ngan Allah selama tiga ratus tahun“ dan ”bernubuat“ (Kejadian 

5:22; Yudas 14). Cicitnya, Nuh, yang rasul Petrus gambarkan 

sebagai “pemberita kebenaran” (2 Petrus 2:5), sangat mungkin 

mengetahui pelbagai nubuat tentang Mesias selama zaman 

patriark, dan mungkin juga sudah menerima wahyu langsung 

dari Allah tentang masalah itu (sama seperti bagaimana Allah 

telah bicara kepada dia tentang Air Bah—Kejadian 6:13-21). 

Berabad-abad kemudian, orang-orang non-Yahudi, yang takut

kepada Allah seperti Melkisedek, raja Salem, “imam Allah 

Yang Mahatinggi“ (Kejadian 14:18; Ibrani 7:1), Ayub, dan yang 

lainnya menyembah dan melayani Allah sejati yang esa.

Kita tidak memiliki cara untuk mengetahui berapa banyak

juru bicara Allah selama berabad-abad telah bernubuat tentang 

kedatangan seorang Juruselamat. Namun begitu, kita tahu bah￾wa beberapa nubuat tentang Kristus pada dasarnya sama tua￾nya dengan dunia itu sendiri, dan Alkitab tidak di mana pun 

berpura-pura memuat setiap nubuat tentang Mesias yang per￾nah diucapkan.

Orang secara layak dapat menyimpulkan bahwa alasan 

utama bangsa-bangsa di luar Israel memiliki kisah-kisah ten￾tang dewa penyelamat yang memiliki banyak kesamaan de￾ngan Yesus adalah karena mereka telah mendengar nabi-nabi 

yang terlham menubuatkan kedatangan Penebus, atau nubu￾at-nubuat yang telah dibuat ”sejak purbakala” itu telah dite￾ruskan kepada mereka secara lisan. Menariknya, beberapa orang pertama di Bumi yang mengakui kedatangan Mesias 

adalah orang-orang yang Alkitab sebut—bukan orang Yahudi

—tetapi “orang majus (magi, NASB) dari Timur” (Matius 2:1). 

Dari manakah orang-orang ini menerima pengetahuan sema￾cam itu? Bagaimanakah mereka tahu bahwa “bintang di Ti￾mur” tertentu (Matius 2:2) akan menunjukkan datangnya Mesi￾as ke dalam dunia? Faktanya adalah, mereka menerima arahan 

Ilahi (lih. Matius 2:1-12).

Sesungguhnya, skema penebusan dari Allah melalui seo￾rang “pahlawan” yang akan menyelamatkan dunia dari dosa 

dan kematian telah diungkapkan sejak kejatuhan manusia.

Hanya karena peradaban masa lalu (di luar Yudaisme dan aga￾ma Kristen) memiliki kisah “penebusan” dan/atau pengeta￾huan tentang Penebus yang serupa seharusnya tidak meresah￾kan atau mengeju