• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label maria magdalena 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label maria magdalena 3. Tampilkan semua postingan

maria magdalena 3

 



Kebangkitan Yesus Kristus telah berdiri sebagai pusat dari iman Kristen.1

 

Kebangkitan Yesus bersifat hakiki, bukan hanya bagi para penulis Perjanjian Baru, tetapi 

juga bagi kekristenan pada masa kini.2

 Bahkan kebangkitan Yesus menjadi inti dari 

pengajaran para penulis Perjanjian Baru, seperti Petrus dan Paulus.3

 Petrus mengatakan 

bahwa kebangkitan Yesus adalah titik tolak di mana orang percaya berpindah dari maut 

kepada hidup yang berpengharapan.4

 Paulus berkata bahwa mempercayai kebangkitan 

Yesus dengan hati adalah tanda bahwa manusia sudah diselamatkan oleh Allah.5

 Paulus

bahkan dengan tegas mengatakan dalam 1 Korintus 15:14: “Andaikata Kristus tidak 

dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.”

Menyadari signifikansi berita kebangkitan, tidak serta merta menjadikan berita 

kebangkitan Yesus mudah diterima oleh banyak orang. Berita kebangkitan Yesus menjadi satu kontroversi yang terus-menerus diperdebatkan hingga masa kini. Pihak-pihak yang 

hendak menjatuhkan kekristenan selalu menyerang berita kebangkitan Yesus. Pertanyaan 

demi pertanyaan dilontarkan seiring dengan penyebaran berita kebangkitan ini: 

Mungkinkah seseorang yang sudah mati, dapat hidup kembali? Seseorang memang 

mengalami kelahiran dan kematian, namun bagaimana mungkin seorang yang sudah mati 

dapat menggulingkan batu besar, lalu keluar dari dalam kuburnya? Bagaimana caranya? 

Adakah yang melihat bagaimana proses kebangkitan tersebut dapat terjadi? Apakah Yesus 

memang benar-benar mati sebelum Dia dikuburkan? Pertanyaan-pertanyaan sejenis terus 

bergulir sejak munculnya berita kebangkitan Yesus hingga kini.

Seiring dengan pertanyaan yang terus bergulir, beberapa sanggahan pun muncul 

bersamaan sebagai wujud penolakan terhadap berita kebangkitan. Penolakan ini muncul 

untuk menyediakan alternatif pemikiran yang rasional akan kebangkitan yang terjadi pada 

Yesus.6

 Sanggahan-sanggahan yang diberikan untuk menolak kebenaran kebangkitan 

Yesus adalah sebagai berikut: pertama, Yesus hanya mengalami koma setelah kematian, 

sehingga Ia dapat bangun kembali, keluar dari kubur, lalu menjumpai murid-murid-Nya.7

 

Kedua, Yesus diculik oleh murid-murid-Nya.8

 Sanggahan ini menjadi teori pertama yang 

diungkapkan oleh para pengkritik Yesus, yaitu para pemimpin Yahudi ketika Yesus 

ditemukan tidak ada lagi di dalam kubur dan masih terus beredar dalam kalangan pemimpin 

Yahudi hingga tahun 150 M.9

Ketiga, perempuan-perempuan datang ke kubur yang salah, bukannya kubur 

Yesus.10

 Perempuan-perempuan dikatakan menjadi kebingungan ketika menemukan 

kubur yang kosong. Mereka memang menemukan kubur kosong, namun kubur tersebut 

bukanlah kubur Yesus. Setelah mereka memberitahukan murid-murid Yesus dan murid￾murid datang, mereka juga datang ke kubur yang salah, namun mereka memberitakan 

kepada masyarakat bahwa Yesus sudah bangkit berdasarkan kuburan yang salah tersebut.11

 

Keempat, murid-murid hanya mengalami delusi12 atau ilusi13 atau halusinasi14

ketika mereka mengatakan bahwa mereka berjumpa dengan Yesus.15

 Teori sanggahan ini 

mengatakan bahwa Yesus sesungguhnya tidak bangkit dan menampakkan diri kepada 

murid-murid. Murid-murid-Nya hanya mengalami gangguan psikologis karena kesedihan 

mendalam yang mereka alami ketika ditinggal mati oleh Yesus.16

Kelima, kebangkitan Yesus adalah sebuah legenda yang dikarang oleh gereja mula￾mula.17

 Gereja mula-mula mendapatkan visi penglihatan atau mimpi berkenaan dengan Yesus yang bangkit, lalu emosi dan pengalaman spiritual yang mereka alami menuntun 

mereka untuk menyusun sebuah cerita kebangkitan untuk mendukung iman mereka.18

Selain alasan-alasan rasional yang menjadikan berita kebangkitan sulit diterima 

oleh masyarakat umum, alasan lain yang memberatkan adalah bahwa tidak ada satu catatan 

pun yang menuliskan proses kebangkitan Yesus selain dari catatan Injil dan surat rasul￾rasul. Catatan Injil dan surat rasul hanya dipenuhi oleh kesaksian yang berisikan 

pemberitahuan bahwa Yesus telah bangkit. Catatan kesaksian ini dipandang lemah dalam 

membuktikan kebangkitan Yesus karena dianggap pro Yesus sehingga tidak akan mungkin 

bisa untuk memberikan kesaksian yang netral. John Loftus dalam bukunya yang berjudul 

Why I Became an Atheist mengutip Michael R. Licona, seorang apologet Kristen, 

demikian:

When it comes to the evidence that Jesus rose from dead let’s first consider what 

we don’t have, but would like to. Christian apologist Michael Licona admits that 

we don’t have anything written directly by Jesus himself or any of his original 

disciples, nor do we have anything written by the apostle Paul before he converted, 

which would tell us about the church he was persecuting, nor do we have anything 

written by the Jewish leaders of that time Jesus or Paul , nor do we have anything 

written by the Romans that mention Jesus, the content of his preaching, why he was 

killed, or what they thought about the claims that he had been resurrected. This 

means we have no written responses to Jesus from the Pharisees, Sadducees, 

scribes, or teachers of the law. . . . We also lack testimonies from Ananias, 

Caiaphas, Herod, or Pilate about the events we find in the Gospel. We have no 

records that they were converted either.19

Ketiadaan bukti-bukti yang diakui oleh apologet Kristen ini semakin meyakinkan pihak 

yang kontra dengan kekristenan untuk mempertanyakan tentang kebangkitan Kristus. Kekristenan diperhadapkan pada sebuah kenyataan bahwa apa yang dimilikinya untuk 

membuktikan kebangkitan Yesus hanyalah bukti kesaksian di dalam Injil. Yang 

melemahkan kebenaran ini adalah bahwa kesaksian-kesaksian tersebut bukan datang dari 

seseorang yang menyaksikan peristiwa tersebut secara langsung.20

Keadaan ini diperkeruh dengan fakta bahwa keempat Injil menyajikan cerita yang 

berbeda satu dengan yang lainnya. Keberatan yang dimunculkan adalah: jika keempat Injil 

ditulis dengan satu sumber yang sama, yaitu sumber Q, seharusnya ada kesesuaian dalam 

setiap peristiwa yang muncul dalam keempat Injil tersebut. Contoh ketidakcocokkan yang 

muncul adalah reaksi perempuan-perempuan setelah bertemu dengan malaikat. Matius, 

Lukas, dan Yohanes mengatakan bahwa perempuan-perempuan mengalami ketakutan, lalu 

mereka berlari untuk memberitakan bahwa kubur Yesus kosong dan Yesus sudah bangkit. 

Berbeda dengan Matius, Lukas, dan Yohanes, Markus mengatakan dalam Markus 16:8 

bahwa perempuan-perempuan tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun karena mereka 

mengalami ketakutan yang besar. Walau Markus 16:9 mengatakan bahwa perempuan￾perempuan menyampaikan berita kebangkitan kepada murid-murid, namun Injil Markus 

dipercaya berakhir pada ayat 8 dan sisanya adalah tambahan redaksional yang dituliskan 

kemudian. Hal ini membuka peluang untuk menyatakan bahwa berita kebangkitan tidaklah 

sah karena perbedaan-perbedaan yang muncul dalam penulisannya.

Perbedaan-perbedaan yang muncul dalam kisah kebangkitan di keempat Injil 

menimbulkan pertanyaan apakah ada satu Injil yang memiliki nilai kebenaran lebih dari 

Injil lainnya? Jika bagian ini dijawab, jawabannya akan melemahkan otoritas Alkitab karena Alkitab dianggap bisa salah dan ini bertentangan dengan iman Kristen yang 

menyatakan bahwa Alkitab tidak mungkin salah. Hal ini yang diyakinkan oleh pihak 

pengkritik sebagai sumber dari pernyataan bahwa Injil tidak dapat dipercaya karena 

menyajikan informasi-informasi yang berbeda sehingga melemahkan otoritas Alkitab.

Tidak adanya catatan langsung dari saksi pertama serta banyaknya variasi catatan 

kesaksian tentang kebangkitan Yesus bukanlah alasan yang tepat untuk langsung menolak 

dan meniadakan peristiwa kebangkitan Yesus dari deretan kebenaran sejarah. Dengan 

mengarahkan kembali pandangan serta argumentasi kepada fakta dan bukti yang ada, yaitu 

pada warisan sejarah yang terdokumentasi dengan baik dalam catatan Injil, kebenaran 

peristiwa kebangkitan masih tetap dapat dipertahankan. Secara sederhana, keberbedaan 

yang muncul dalam keempat Injil ini dapat dijelaskan melalui berbedanya maksud, tujuan, 

serta sasaran atau pembaca pertama dari masing-masing Injil. Selain itu, walaupun 

terdapat perbedaan di balik semua kisah kebangkitan dalam Injil, ada satu garis merah yang 

konsisten dari semua kisah berbeda ini, salah satunya yaitu kemunculan Maria Magdalena 

sebagai saksi kunci atas kebangkitan Kristus. 

Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang namanya muncul dalam semua 

Injil yang menceritakan peristiwa kebangkitan Yesus, baik Injil Sinoptik ataupun Yohanes 

walau kisah yang dihasilkan adalah kisah yang beragam. Maria Magdalena bahkan 

dinyatakan sebagai orang pertama yang menyaksikan bahwa kubur Yesus kosong. Ia 

bertemu dengan malaikat yang memintanya untuk mengabarkan berita kebangkitan Yesus 

kepada para murid. Kemunculan seorang perempuan sebagai saksi mata menghadapi banyak 

pertentangan. Kesaksian seorang perempuan dianggap tidak wajar oleh tradisi masyarakat 

Yahudi pada masa tersebut. Menjadi hal yang tidak wajar pula karena perempuanlah yang 

akhirnya dipilih untuk menjadi saksi mata dari kisah kebangkitan Yesus. N. T. Wright 

dalam tulisannya di dalam buku berjudul Hari-hari Terakhir Yesus menyatakan bahwa 

suka atau tidak suka, para perempuan dianggap bukanlah saksi mata yang tepercaya dalam 

tradisi Yahudi.21

 Pada masa tradisi Yahudi, perempuan dipandang sebagai kaum minoritas 

rendahan yang kesaksiannya patut untuk dipertanyakan dan pasti kredibilitasnya berada di 

bawah kesaksian laki-laki.22

 Banyak tulisan yang muncul dari abad tersebut yang 

mengatakan bahwa kesaksian perempuan disamakan dengan kesaksian perampok.23

 

Kesaksian perempuan tidak dapat dianggap benar karena kaum perempuan dianggap 

sembrono.24

 

Walaupun demikian, sangat unik bahwa Yesus memilih untuk menyatakan diri 

pertama kali pascakebangkitan-Nya kepada perempuan. Apakah keistimewaan 

perempuan-perempuan ini, khususnya Maria Magdalena, sehingga Yesus memilihnya 

untuk menjadi saksi kunci kebangkitan-Nya? Mengingat posisi perempuan yang lemah 

pada masa dan kebudayaan Yahudi, akan lebih baik jika peristiwa kebangkitan dinyatakan 

kepada kaum pria, namun Yesus memilih untuk menyatakan diri dan kebangkitan-Nya 

kepada perempuan ini. Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah, jika kesaksian kaum perempuan tidak 

dapat dipercaya, apakah kesaksian Maria Magdalena dapat dianggap sah untuk 

membuktikan kebangkitan Yesus? Dengan adanya pro dan kontra terhadap keberadaan 

kaum perempuan pada masa itu dapat ditarik kesimpulan bahwa perempuan yang satu ini, 

yaitu Maria Magdalena, pasti bukanlah wanita yang biasa tetapi ia berperan penting dalam 

peristiwa kebangkitan Yesus karena namanya dimuat di dalam keempat Injil. Fakta ini 

menjadi salah satu sumber kuat untuk membuktikan kebangkitan Yesus. 

Masalah lain yang mencuat seiring mencuatnya nama Maria Magdalena adalah 

ketidakmunculan namanya dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus dalam 1 Korintus 

15:3-9. Dalam bagian ini, Paulus menulis bahwa Yesus telah mati, dikuburkan dan 

dibangkitakan, lalu menunjukkan diri-Nya kepada beberapa pihak, di antaranya adalah 

kepada Kefas, lalu kepada kedua belas murid Yesus, lalu kepada lima ratusan saudara 

sekaligus, lalu kepada Yakobus dan terakhir adalah kepada Paulus. Pertanyaan yang 

muncul, adalah di manakah nama Maria Magdalena dan perempuan lainnya di dalam 

penulisan surat Paulus kepada jemaat di Korintus? Apa yang sesungguhnya terjadi? 

Apakah perempuan-perempuan, khususnya Maria Magdalena, memang pernah menjadi 

saksi kebangkitan Yesus? Kalau memang benar, mengapa namanya tidak tertulis dalam 

surat tulisan Paulus? Apakah nama perempuan-perempuan ini sengaja dihilangkan diam￾diam karena jika perempuan harus menjadi saksi, hal ini akan memalukan publik pada 

masa tersebut, apalagi perempuan yang dimaksud adalah Maria Magdalena dengan reputasi 

yang “luar biasa” di tengah masyarakat?25

 Apakah ini membuktikan bahwa salah satu bagian Alkitab mengalami kesalahan ataukah peristiwa Yesus sebenarnya hanyalah reka￾rekaan manusia saja karena terdapat beberapa perbedaan tentang kisah saksi kunci 

kebangkitan Yesus?

Di antara sejumlah pertanyaan di atas, muncul lagi satu pertanyaan, apakah 

sebenarnya kisah kebangkitan Yesus memang pernah terjadi dan bukan hanya sebuah 

isapan jempol semata? Apakah dengan kurangnya bukti tertulis di luar Alkitab 

kebangkitan menjadikan peristiwa ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? 

Apakah dengan banyaknya variasi tulisan Injil menyatakan bahwa peristiwa kebangkitan 

ini tidak sah kebenarannya? Bagaimanakah sumbangsih peranan Maria Magdalena dalam 

pembuktian akan kebangkitan Yesus dan seberapa siginifikankah peranan Maria 

Magdalena? Apakah tradisi yang berlaku pada masa tersebut, yaitu memandang rendah 

kesaksian perempuan, membuat keabsahan kesaksian Maria Magdalena berkurang?

Mengingat betapa siginifikannya pembuktian dari berita kebangkitan, maka penulis 

terdorong untuk melakukan studi dan penelitian yang berhubungan dengan signifikansi 

peran Maria Magdalena dalam pembuktian peristiwa kebangkitan Yesus. Penulis berharap 

melalui penelitian ini orang-orang Kristen dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan 

sekaligus tantangan-tantangan yang muncul dari isu-isu seputar kebangkitan Yesus. Selain 

itu, iman mereka dapat semakin diperteguh dengan semakin dibuktikannya kebenaran dari 

kebangkitan Yesus.

Secara umum, penelitian ini ditulis untuk menunjukkan: pertama, signifikansi 

Maria Magdalena dalam peristiwa kebangkitan Yesus. Kedua, sumbangsih yang 

ditunjukkan melalui peran Maria Magdalena dalam menjawab keraguan tentang kebangkitan Yesus. Ketiga, sumbangsih pembuktian kebangkitan Yesus melalui peran 

Maria Magdalena bagi gereja dan kekristenan masa kini. Gambaran ini diharapkan akan 

menjadi sebuah berita peneguhan iman, serta berita pengharapan bagi orang percaya 

mengenai kepastian kebangkitan Yesus dari antara orang mati.

RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan pertimbangan latar belakang di atas, penulis akan membahas beberapa 

hal penting yang menjadi rumusan masalah, yaitu: pertama, bagaimanakah pandangan 

tradisi Yahudi mengenai kebangkitan tubuh dan kesaksian yang diberikan kaum 

perempuan; kedua, apa yang kitab-kitab Injil nyatakan mengenai kehadiran Maria 

Magdalena; ketiga, apa hasil dari pembuktian terhadap kebangkitan Yesus melalui 

kesaksian Maria Magdalena.

Topik mengenai kesaksian berkaitan dengan kebangkitan Yesus merupakan topik 

yang cukup luas. Berbicara tentang kesaksian dan kebangkitan biasanya akan berkaitan 

dengan kesaksian dari murid-murid Yesus atau kesaksian Paulus dalam 1 Korintus 15, 

siapa saja yang menjadi saksi dari penampakkan diri Yesus, apakah Yesus bangkit secara 

tubuh atau hanya spiritual saja.

Mengingat luasnya kajian konsep kesaksian tentang kebangkitan Yesus, penulis 

akan membatasi tulisan ini hanya berfokus kepada hal-hal yang berkaitan dengan kesaksian 

yang diberikan oleh kaum perempuan saja dan pengaruhnya terhadap berita kebangkitan 

Yesus, terutama ditinjau dari tradisi Yahudi dan keempat kitab Injil. Melalui pembahasan kehadiran Maria Magdalena dalam empat kitab Injil akan didapatkan sebuah implikasi 

yang terfokus pada pembuktian mengenai sahnya berita kebangkitan Yesus.

METODOLOGI DAN SISTEMATIKA PENULISAN

Guna mencapai tujuan penelitian ini, penulis akan menggunakan metode library 

research, yaitu suatu metode pengumpulan data literatur untuk bahan penelitian dengan 

melakukan penelitian literatur baik berupa buku ataupun artikel.26

 Dalam metode ini, 

penulis akan mengumpulkan literatur-literatur utama yang berkaitan dengan konteks 

budaya masyarakat Perjanjian Baru abad pertama, baik konsep tentang kebangkitan, peran 

kaum perempuan, dan juga memberikan kesaksian di dalam masyarakat. Semua data yang 

diperlukan akan dikumpulkan, dianalisis dan akhirnya disimpulkan sehingga tujuan umum 

dari studi ini dapat tercapai.

Pada bagian pembahasan tentang kemunculan Maria Magdalena dalam keempat 

kitab Injil, penulis akan menggunakan metode khusus lainnya, yaitu metode eksposisi. 

Dalam metode eksposisi ini, penulis akan melakukan penggalian Alkitab dengan cara 

memaparkan bagian Alkitab yang ada untuk mendapatkan pesan yang dimaksudkan. 

Metode yang digunakan dalam eksposisi ini adalah metode eksposisi Alkitab secara 

induktif, analitis dan kritis. Yang dimaksud dengan induktif adalah bahwa pemaparan yang 

diberikan dalam tulisan ini bertitik tolak dari Alkitab sebagai landasan dasar terutama dari 

kebenaran-kebenaran dalam teologi.

27

 Yang dimaksud dengan analitis adalah penulis akan melakukan analisis konteks, analisis kata, analisis latar belakang, analisis historis, analisis

sosial budaya dan analisis lain yang diperlukan.28

 Yang terakhir, kritis maksudnya adalah 

hasil yang akan dicapai dalam tulisan ini akan dikaji ulang dan dievaluasi sampai 

menghasilkan hasil yang seobjektif mungkin.29

Sistematika penulisan ini akan disusun sebagai berikut: bab pertama berisi tentang 

pendahuluan yang akan memaparkan dan menguraikan latar belakang penulisan. Melalui 

latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis akan membuat tujuan 

penulisan, rumusan masalah dan menetapkan batasan permasalahannya. Bab pertama ini 

akan diakhiri dengan penjelasan tentang metodologi yang akan dipakai dalam penelitian 

ini dan memperlihatkan sistematika dari penulisan ini.

Pada bab kedua, penulis akan membahas tentang konteks budaya masyarakat 

Perjanjian Baru abad pertama, berkaitan dengan konsep kebangkitan, peran kaum 

perempuan, serta konsep memberikan kesaksian dalam masyarakat pada umumnya. 

Penulis akan membahas pula tentang konteks pembahasan kitab-kitab Injil, baik Injil-Injil 

Sinoptik dan Injil Yohanes.

Pada bab ketiga, penulis akan memberikan pembahasan signifikansi kemunculan 

Maria Magdalena bagi pembuktian kebenaran tentang kebangkitan Yesus. Dalam bab 

keempat, penulis akan memberikan pembuktian keabsahan dari peristiwa kebangkitan 

Yesus melalui peran Maria Magdalena, serta implikasi praktis pembuktian kebangkitan Yesus dalam kehidupan orang percaya dan bagi gereja. Skripsi ini akan ditutup dengan 

kesimpulan.





Kebangkitan Yesus adalah peristiwa yang sangat signifikan bagi kehidupan orang 

Kristen. Paulus dalam 1 Korintus 15:14 mengatakan: andaikata Kristus tidak dibangkitkan, 

maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Tanpa peristiwa 

kebangkitan, kekristenan hanya akan menjadi sebuah kebodohan belaka karena seluruh 

dasar iman Kristen dipertaruhkan di dalam kepercayaan bahwa Yesus bangkit dari 

kematian dan mengalahkan maut. 

Fakta kebangkitan ini tidak semudah itu diterima oleh pihak-pihak non-Kristen atau 

pihak-pihak skeptis. Keragu-raguan ini muncul dengan pertimbangan bahwa tidak 

mungkin ada orang yang sudah meninggal, lalu hidup kembali. Berkenaan dengan keragu￾raguan ini, banyak asumsi dimunculkan tentang kosongnya kubur Yesus, tentang 

perjumpaan Yesus dengan pengikut-pengikut-Nya, dan tentang narasi kebangkitan Yesus 

di dalam Injil, antara lain: mayat Yesus dicuri oleh murid-murid-Nya; pengikut Yesus 

hanya mengalami halusinasi, atau kitab Injil hanyalah tulisan yang dibuat oleh gereja mula￾mula dan hanya sebuah tulisan yang subjektif. Asumsi-asumsi yang dikeluarkan ini 

membawa pengaruh kepada pertahanan kepercayaan dan iman orang-orang Kristen. 

Banyak orang akhirnya menjadi ragu dan meninggalkan kekristenan. 

Berkaitan dengan keragu-raguan berbagai pihak, perlu ada pembuktian dari 

peristiwa kebangkitan Yesus tersebut. Kesaksian perempuan, khususnya kehadiran Maria 

Magdalena yang memberikan kesaksian tentang kebangkitan Yesus menjadi salah satu 

sarana untuk membuktikan bahwa peristiwa kebangkitan Yesus memang benar pernah 

terjadi dan bukan hanya isapan jempol semata. Perempuan yang pada masa tersebut 

dianggap sebagai pihak minoritas dan tidak dipandang oleh masyarakat sekitar, namun 

dipercayakan dan dititipkan sebuah berita besar bagi keberlangsungan iman orang Kristen. 

Pertanyaan mulai muncul apakah kesaksian dari pihak minoritas dan tidak dianggap 

masyarakat ini dapat dipercaya, khususnya untuk membuktikan sahnya kebangkitan Yesus. 

Dengan hadirnya pembuktian atas peristiwa kebangkitan sekali lagi, akan menolong gereja 

dan orang-orang Kristen untuk beriman dengan sungguh akan Kristus dan kebangkitan￾Nya yang menyelamatkan.