Alkitab secara eksistensial mendeskripsikan kisah secara universal dan netral.
Maksudnya adalah berita dalam Alkitab semestinya merupakan kabar yang menyentuh
kehidupan semua orang dimana tidak ada pembedaan, baik laki-laki maupun perempuan,
yang kaya maupun miskin, yang tua atau yang muda, yang berpendidikan atau tidak
berpendidikan. Tetapi seringkali yang didapati bahwa perempuan dan anak-anak dinomor
duakan dalam pemberitaan Alkitab. Hal ini nampak ketika dalam teks-teks tertentu
menempatkan perempuan dan anak-anak pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki.
Kita memahami bahwa Alkitab ditulis dalam budaya patriarkhat, dimana laki-laki
ditempatkan pada posisi pertama, dan perempuan dan anak-anak pada posisi kedua. Namun
Yesus Kristus adalah Allah yang mengasihi semua orang dan tidak pernah membedakan
antara laki-laki dan perempuan. Sehingga akan keliru apabila dalam situasi tertentu baik
dalama kepemimpinan maupun ritus-ritus kekristenan ada semacam gap pemisah antara
peranan laki-laki dan perempuan.
Dalam Perjanjian Lama ada beberapa perempuan yang memegang peran sebagai
seorang pemimpin. Debora adalah satu-satunya hakim perempuan diantara 13 hakim-hakim
laki-laki dalam kitab Hakim-hakim. Hulda adalah seorang nabiah yang disebutkan di antara
nabi-nabi yang pernah hidup dan hadir dalam sejarah bangsa Israel. Miryam juga memiliki
hubungan dengan kepemimpinan berkaitan dengan kepemimpinan saudara laki-lakinya Musadan Harun. Disamping kepemimpinan yang baik, ternyata ada juga kepemimpinan
perempuan yang tidak dapat dijadikan teladan rohani, yakni kepemimpinan Atalya dan
Izebel.
Demikian juga dalam Perjanjian Baru ada perempuan yang perannya tidak kalah
penting dibandingkan dengan para rasul, baik dalam hal menyebarluaskan Injil maupun
memelihara kesinambungan pelayanan di tengah-tengah jemaat Kristen mula-mula,
diantaranya Febe,1
Priskila,2
Euodia dan Sintikhe3
dan beberapa perempuan yang dituliskan
Paulus dalam surat-suratnya. Dari perempuan-perempuan dalam Perjanjian Baru ini
memperlihatkanbahwa Roh Allah memberi kuasa baik kepada laki-laki maupun perempuan
untuk menyebarkan berita Injil (Kis 2:14-18).
Dalam Injil, perempuan-perempuan sering disebut dalam pelayanan Yesus, karena
Yesus Kristus mempunyai relasi yang terhormat dan layak dengan mereka. Di dalam
lingkungan yang terbatas di sekitar Tuhan Yesus, ada beberapa orang perempuan
pengikutNya, beberapa diantaranya dari golongan masyarakat biasa, diantaranya Maria
Magdalena (Luk 8:2),Maria dan Marta (Luk 10:38:24). Semuanya melayani Yesus dan
keduabelas rasul dengan segala sesuatu yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan letak
peran perempuan dalam pelayanan Yesus.
Namun dalam perjalanan sejarah kekristenan, prinsip patriakhat keyahudian terus
berlanjut, sehingga peran perempuan tidak pernah menjadi pengambil keputusan melainkan
pelaksana keputusan, bahkan ada pandangan-pandangan miring dari bapa-bapa gereja tentang
keberadaan perempuan. Perempuan di dalam kebudayaan patriarkal dikepung oleh pesanpesan yang menegatifkan atau meremehkan keberadaan mereka. Tubuh seksual mereka
dianggap ancaman berbahaya bagi kemurnian laki-laki dan menjadi alasan untuk
membenarkan aniaya verbal dan fisik terhadapnya. 4
Peremehan ini "dibenarkan" dengan
alasan bahwa perempuan mempunyai kebodohan bawaan, tidak terdidik, tidak berwibawa,
tidak bisa menjadi seorang pemimpin, dan tidak mampu membuat pemahaman-pemahaman
penting. Jadi mereka diasingkan dari pikiran mereka sendiri, diasingkan dari kemampuan untuk mempercayai persepsi mereka sendiri. Semua penilaian atas tubuh dan pikiran
perempuan ini pada gilirannya digunakan untuk membenarkan penyingkiran perempuan dari
kesempatan-kesempatan kultural dan kepemimpinan. Akhirnya, perempuan diminta untuk
menerima hal ini sebagai sanksi moral, alamiah dan suci.5
Tetapi kesadaran mulai muncul
dari pengalaman perempuan sepanjang abad, bagaimana perempuan mulai bersuara dan
menentang ketidak-adilan dan diskriminasi atas dirinya sebagai perempuan.
Kesadaran kaum perempuan akan ketertindasan mereka perlahan-perlahan mulai
tampak ke permukaan. Mereka mulai menyuarakan penolakan terhadap pengajaranpengajaran misoginis yang ada dalam tubuh Gereja dan model-model patriakat dalam
kepemimpinan.
Kesadaran ini pun menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para pemimpin
maupun umat Gereja patriarkat masa kini. Sehingga hal ini menjadi hal yang menarik bagi
penulis untuk membahas bagaimana eksistensi perempuan dalam pelayanan Tuhan Yesus.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,maka yang menjadi rumusan masalah
adalah Bagaimana Eksistensi perempuan dalam paradigma yang telah dibangun Tuhan Yesus
selama Dia melayani di dunia ini dalam kesaksian kitab-kitab Injil?
Adapun yang menjadi tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui eksistensi
perempuan dalam paradigma dan pelayanan Tuhan Yesus.
Dalam rangka penyelesaian penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan menggunakan literatur (Library Research) yang berhubungan dengan judul di atas
dan memperbandingkan pendapat para ahli serta analisa dari penulis sendiri.
Eksistensi Perempuan dalam Paradigma dan Pelayanan Yesus
Dalam Perjanjian Lama perempuan mengalami pendominasian dan
pendiskriminasian, demikian juga dalam tradisi Yunani dan Romawi perempuan berada
dibawah dominasi laki-laki, mereka berada dalam kekuasaan ayah mereka bahkan mereka
tetap berada dalam kekuasaan ayah mereka bahkan setelah menikah.6
Plato seorang filsuf
ternama Yunani sebelum Kristus lahir, sudah mempunyai prasangka dan penilaian yang
begitu buruk terhadap kaum perempuan, ia mengatakan bahwa jiwa terperangkap dalam
tubuh, jika mau melepaskan belenggu keterikatan itu manusia harus melakukan reinkarnasi.
Ia menyimpulkan bahwa nasib malang bisa menimpa laki-laki kalau ia direinkarnasikan menjadi perempuan´WKHPRVWUHOLJLous animals; and as human nature was of two kinds,
WKH VXSHULRU UDFH´EH FDOOHG PDQ´ ,I >WKH PDQPDOH@ KH IDLOHG LQ DWWDLQLQJ WKLV DW WKH
VHFRQGELUWKKHZRXOGSDVVLQWRDZRPDQ´"
7
Perjanjian Baru lebih terbuka terhadap peranan dan kedudukan perempuan dalam
kehidupan pelayanan Yesus. Perempuan dipakai dengan peranan yang penting dalam
kedatangan Mesias, dalam nubuatan Perjanjian Lama menubuatkan bahwa perempuan akan
melahirkan Juruselamat (Mi 5:2; Yes 7:14). Nubuatan itu digenapi dalam kelahiran Tuhan
Yesus yang lahir dari rahim seorang perempuan. Dapat dikatakan bahwa perempuan juga
dipakai dalam rencanaNya. Dalam pelayanannya selama di dunia ini, Yesus memberi
perhatian kepada orang-orang yang miskin, buta, lumpuh, pincang, kusta, sengsara,pendosa,
teraniaya, terpenjara, orang kecil dan anak-anak atau domba yang hilang dari Israel.8
Yesus
berpihak kepada orang-orang miskin dan tertindas, dengan mereka yang disingkirkan oleh
orang lain.9
Mengenai kedudukan perempuan di dunia ini, pandangan Tuhan Yesus tidak sama
dengan pandangan orang yahudi. Dalam masyarakat Yahudi perempuan dianggap lebih
rendah kedudukannya daripada laki-laki, sehingga lahir doa Rabbi Yahudi yang berbunyi:
³.DPL EHUV\XNXU NDUHQD WLGDN GLODKLUNDQ VHEDJDL SHUHPSXDQ³ 7HWDSL 7XKDQ <HVXV hadir
dengan sikap yang baru. Sikap reformasi paradigma ini tercermin dalam sikap Tuhan Yesus
yang menghargai perempuan. Dalam pengajaranNya tentang perkawinan, perceraian, dan
selibat (Mat 19:3-12 dan Mrk 10:11-12), ada paradigma baru yang melampaui tradisi atau
hukum Yahudi, yakni pada prinsipnya Allah tidak menghendaki perceraian dan suami yang
menceraikan istrinya kemudian menikah lagi, suami itu melakukan perzinahan. Prinsip kedua
ini tidak sama dengan tradisi dan hukum Yahudi, yang menekankan pada kebebasan suami
untuk menikah lagi.
Tuhan Yesus memperlihatkan kesamaan kedudukan manusia yang revolusioner pada
masa pelayanannya. Artinya, Tuhan Yesus menghendaki perubahan paradigma keyahudian
secara menyeluruh dan mendasar. Misalnya, perempuan beroleh kesempatan untuk
mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus, walaupun konteks budaya pada zamannya
menganggap bahwa perempuan lebih rendah derajatnya. Ada banyak perempuan yang
menjadi pengikut Tuhan Yesus. Perempuan pertama dalam kitab Injil Yohanes yang ditemui
Yesus adalah Perempuan Samaria (Yoh 4:5-30). Setelah itu perempuan dari Kanaan yang
menjerit meminta tolong kepada Tuhan Yesus (Yoh 15:22-28). Perempuan yang mengurapi
Tuhan Yesus di rumah Simon si orang Farisi (Luk 7:44-50). Seorang perempuan yang
menderita bungkuk delapan belas tahun (Luk 13:10-17). Perempuan dalam ceritera parabel
Tuhan Yesus; seorang perempuan mengaduk tepung dengan ragi (Mat 13:33), gadis yang
mencari koin yang hilang (Luk 15:8-10), lima gadis pintar dan lima gadis bodoh (Mat 25:1-
13). Janda yang ulet dalam memohon kepada seorang hakim (Luk 18:1-8) dan Janda miskin
yang memberikan seluruh hartanya kepada Tuhan (Mat 12:38-44). Perempuan yang menjadi
murid Tuhan Yesus dalam hal pengajaranNya, yaitu Maria dan Marta, (Luk 10:38-42). Maria
Magdalena, seorang perempuan yang disembuhkan Tuhan Yesus karena kuasa roh jahat,
menerima Tuhan Yesus di rumahnya dan mendukung pelayanan Tuhan Yesus dengan
menjual dan memberikan harta miliknya (Luk 8:1-3). Salome dan ibu dari Yakobus anak
Zebedius (Mat 27:55-56) serta Maria ibu Yesus.
Lukas 8:1-3 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengijinkan beberapa perempuan
untuk menjadi teman seperjalanannya. Ia memberi semangat pada Marta dan Maria untuk
duduk pada kakiNya sebagai murid-muridNya (Luk 10:38-42). Penghargaan Tuhan Yesus
pada perempuan adalah sesuatu yang baru dan sangat menyolok, dan sangat berbeda dari
perlakuan orang-orang Farisi dan Saduki. Pada masa hidup Yesus, Dia bersikap menentang
diskriminasi dan dominasi terhadap perempuan. Ketika pemimpin-pemimpin agama Yahudi
menangkap seorang perempuan yang kedapatan berzinah lalu dibawa kepada Tuhan Yesus.
Mereka minta supaya perempuan ini dihukum rajam sesuai aturan Yahudi. Perlu disikapi
dalam hal ini, orang Yahudi menangkap perempuan itu tapi tidak menangkap laki-laki yang
tidur dengan dia. Menjadi pertanyaan, apakah hanya perempuan itu yang berzinah? Tentu
jawabannya tidak. Tetapi ketidak-adilan gender mengakibatkan hanya perempuan itu yang
mendapat hukuman, sementara laki-laki itu bebas dan tak bersalah. Tuhan Yesus berkata
NHSDGDPHUHND³%DUDQJVLDSD \DQJWLGDNEHUGRVDKHQGDNQ\DLD \DQJSHUWDPD kali merajam
SHUHPSXDQLQL¥7LGDNDGD\DQJEHUDQLPHODNXNDQQ\D$NKLUQ\DTuhan Yesus menyuruh perempuan
itu pulang dengan nasihat supaya tidak berbuat dosa lagi (Yoh 8:2-11).
Perempuan dalam pelayanan Tuhan Yesus
Meskipun manusia jatuh ke dalam dosa dan hukuman yang diberikan baik kepada laki-laki
maupun perempuan ternyata bukanlah akhir dari rencana Allah, karena kasih Allah yang sangat besar
terhadap umatNya sehingga Dia mengambil prakarsa untuk memulihkan harkat manusia itu melalui
Yesus Kristus (Yoh 3:16). Tuhan Yesus menyampaikan hal-hal yang sama sekali baru tentang
manusia dan hubungan manusia dengan Allah, sehingga pengajarannya membawa pertentangan
begitu tajam di kalangan para pendengar-Nya.10
Dalam misiNya Yesus Kristus tidak membeda-bedakan manusia. Hal ini terbukti ketika Yesus
melakukan mujizat penyembuhan, kuasaNya tidak terbatas untuk laki-laki saja tetapi sampai juga
kepada perempuan, diantaranya perempuan yang sudah 12 (duabelas) tahun menderita pendarahan,
tetapi ketika melihat Tuhan Yesus,ia menjamah jumbai jubahNya dan seketika itu juga berhentilah
pendarahannya (Luk 8:43-44).
Kaum perempuan yang mengikut TuhanYesus adalah peristiwa yang belum pernah terjadi
sebelumnya pada masa itu.11 Pelayanan umum Tuhan Yesus diawali dan diakhiri dengan kisah tentang
perempuan yaitu Maria ibu Yesus dan Maria Magdalena. Beberapa kali kisah kemuridan laki-laki dan
kemuridan perempuan ditempatkan berpasangan12. Iman Nikodemus dipasangkan dengan pemahaman
perempuan samaria. Dalam injil Yohanes juga perempuan yaitu Maria dan Marta ditempatkan sebagai
murid yang dikasihi Yesus (bnd dengan perilaku Maria yang duduk mendengarkan pengajaran
layaknya seorang murid, Luk 10:28-32).13 Selama Tuhan Yesus melayani, yang memikirkan
kehidupan dan kebutuhan jasmani Tuhan Yesus adalah perempuan (Luk 8:2-3). Perempuan itu
melayani Tuhan Yesus dengan segenap kekayaannya, mereka memperhatikan kebutuhan makanan
dan minuman Tuhan Yesus dan hadir di tengah-tengah pelayanan Tuhan Yesus. Perempuanperempuan yang disaksikan Injil Lukas ini memiliki peranan dalam karya Tuhan Yesus di tengah
dunia ini dalam misi pelayananNya. Perempuan-perempuan di sekitar Tuhan Yesus ini tetap setia,
ketika Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan, para murid melarikan diri (Mat 26:56), tetapi
perempuan tetap setia dan hadir ketika Tuhan Yesus disalibkan (Yoh 19:25), bahkan dalam ucapan
Tuhan Yesus di salib tetap menghargai kaum perempuan dan mengajarkan kepada pengikutNya
³LQLODKLEXPX¥VHKLQJJDPXULGLWXPHQHULPDSHUHPSXDQLWXGLGDODPUXPDKQ\D<RK27). Dalam
pelayanan-Nya, Yesus banyak menaruh perhatian kepada orang-orang yang dianggap sebagai
µVDPSDK¶ PDV\DUDNDW WHUPDVXN GL GDODPQ\D EHEHUDSD SHUHPSXDQ .HWLND VHMXPODK RUDQJ )DULVL
datang kepada-1\DGDQEHUWDQ\D¥$SDNDKVHRUDQJVXDPLELVDPHQFHUDLNan istrinya dengan alasan apa
VDMD"¥<HVXVPHQMDZDEPHUHNDNDWD-Nya: sejak semula perkawinan hanya terjadi antara seorang lakilaki dan seorang perempuan (Adam-Hawa). Perceraian hanya bisa terjadi jika salah satu di antaranya
berbuat zinah. Lalu orang-oranJLWXEHUWDQ\DODJL³.DODXEHJLWXPHQJDSD0XVDPHQJLMLQNDQVHRUDQJ
VXDPL PHPEXDW VXUDW FHUDL WDODN¥" /DOX <HVXV PHQMDZDE NDUHQD NHWHJDUDQ KDWLPXODK 0XVD
melakukan hal itu. Tapi seharusnya tidak demikian (Mat 19:1-12). Reformasi pemikiran ini
menunjukkan pengembalian secara mendasar hubungan laki-laki dan perempuan dalam maksud dan
rencana Allah sejak permulaan. Namun tidaklah dapat dipungkiri bahwa dalam penulisan kitab Injil,
tidak mengisahkan secara proporsional14 kisah-kisah tentang perempuan dalam pelayanan Tuhan
Yesus.
Ada beberapa perempuan yang ada dalam pelayanan Tuhan Yesus, diantaranya:
Hana, seorang nabiah
Perjanjian Baru dibuka dengan kisah yang begitu terkenal tentang kelahiran Yesus. Pada saat
upacara pentahiran Maria (Im 12:1-6) seorang nabiah bernama Hana menyatakan pernyataan
yang dramatis.
"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan... Dan ia sekarang adalah seorang janda
dan berumur delapan puluh empat tahun, ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang
malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:36-37).
Hana dipakai untuk memperkuat bahwa Yesus adalah Mesias, Penyelamat yang dinantinantikan oleh Israel. Karena itu seorang perempuan mempunyai peranan yang sangat penting
didalam kelahiran Yesus dan di dalam penyerahanNya. Kemudian kita akan melihat bahwa
perempuan juga mempunyai peran yang sangat penting sekitar penyaliban dan
kebangkitanNya.
Maria: Ibu Dari Kristus
Maria, ibu dari Tuhan Yesus adalah seorang perempuan yang baik dan saleh. Tentunya, Maria telah
mencontohi Hana, karena nyanyian pujiannya pada Allah (Luk 1:46-55) sangat mirip dengan
nyanyian Hana (1 Sam 12:1-10). "Tetapi setelah genap waktunya maka Allah mengutus anakNya,
yang lahir dari seorang perempuan, dan takluk pada hukum Taurat" (Gal 4:4).
Tetapi marilah kita tidak melupakan bahwa seorang perempuan juga yaitu Maria, yang merupakan
perempuan yang taat, melaluinya Kristus telah dikandungkan oleh Roh Kudus. Dan melalui
perempuan ini maka Penyelamat dunia dilahirkan. Karena itu, apabila ada pandangan yang
menyalahkan seorang perempuan, Hawa, yang menyebabkan jatuhnya manusia ke dalam dosa, maka
pemahaman itu dipulihkan dimana kaum yang dianggap memiliki andil besar dalam kejatuhan
manusia ke dalam dosa, yaitu perempuan adalah juga kaum yang sama yang dipakai oleh Allah dalam
penyelamatan manusia, yaitu Maria yang telah menjadi alat, yang melaluinya manusia menerima
Juruselamat.
Injil Lukas menempatkan Maria bersama dengan Hana sebagai awal yang membuka jalan tentang
berita keselamatan hadirnya seorang Mesias. Maria menerima berita bahwa ia beroleh karunia dan
melahirkan seorang anak yang akan menjadi penyelamat (Luk 1:38). Dalam Injil Yohanes
menampakkan berita yang lain ketika Maria (ibu Yesus), Yesus dan murid-muridNya sementara mengikuti jamuan kawin dan tuan rumah kehabisan air minum (secara tradisi hal ini mempermalukan
tuan rumah). Maria berinisiatif untuk meminta Tuhan Yesus menolong, sekalipun permintaan ini
ditolak oleh Tuhan Yesus, tetapi Maria berinisiatif meminta kepada para pelayan untuk mengindahkan
apa saja yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Maria mengetahui dengan sungguh sebagai orang yang
penuh kuasa, perkataan Tuhan Yesus pun mengandung kuasa.
Perempuan yang Disembuhkan Tuhan Yesus
Tuhan Yesus tidak membedakan laki-laki atau perempuan dalam pelayanannya, termasuk dalam
menerima kesembuhan, laki-laki dan perempuan, keduanya diperlayakkan untuk menerima mujizat
kesembuhan. Ada beberapa perempuan yang menurut kesaksian Injil mendapa mujizat kesembuhan
dari Tuhan Yesus, yaitu:
- Ibu Mertua Petrus (Mat 8:14-17; Markus 1:29-31; Lukas 4:38-39)
Setelah meninggalkan rumah ibadat , Tuhan Yesus dan murid-muridNya masuk ke rumah Petrus,
tetapi etibanya disana, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka
dipegang-Nya tangan perempuan itu (dalam versi kitab Lukas dikisahkan bahwa Tuhan Yesus
menghardik demam itu), lalu lenyaplah demamnya. Perempuan itupun bangun dan melayani
mereka.
- Anak perempuan Yairus, seorang kepala rumah ibadat (Mat 9:18- ; Mrk 5:21-43; Luk
8:40-56)
- Perempuan yang pendarahan 12 tahun (Mat 9:20-22;Mrk 5: 25-31; Luk 8:43-48)
- Anak perempuan yang kerasukan setan (Mrk 7:25-29)
- Perempuan yang 18 tahun di rasuk setan (Lukas 13:10-17)
-
Perempuan Samaria (Yoh 4:1-42)
Di dalam Alkitab, baik laki-laki maupun perempuan mengikuti Kristus. Perempuan diberkati,
diampuni dan disembuhkan sama seperti laki-laki. Seorang perempuan yang mempunyai lima suami
dan yang sedang hidup dengan laki-laki lain (yang tidak dinikahinya), telah diberkati dan diampuni
dari semua dosa-dosanya. Sebagai bukti bahwa Yesus tidak pernah lagi melihat dosa-dosa dari
perempuan ini, pada hari dimana ia bertobat ia menjadi salah satu dari pemberita InjilNya (Yoh
4:28,29,39). Ia kemudian membawa seluruh desa itu pada Kristus.
Dalam pelayanan Yesus banyak sekali kisah menarik yang berkaitan dengan tindakan Yesus yang
menghargai manusia, diantaranya adalah bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, mematahkan
penghalang dan aturan yang menghambat kebebasan dan berbicara dengan pelacur dan membela yang
hendak dirajam, menjunjung tinggi hak warga untuk hidup.
Perempuan ini adalah anonim, hanya diberi pelabelan sesuai dengan lokalitasnya, yaitu Samaria.
Dioalog panjang ini menunjukkan sebuah percakapan eksistensial yang membawa pada suatu transformasi kehidupan.15 Yesus sangat menghargai perempuan, ketika Yesus berbicara dengan
perempuan Samaria di sumur, Yesus melawan arus budaya bangsanya saat itu.
Maria Magdalena
Maria Magdalena bukanlah tokoh penting di tengah masyarakat, dan bukanlah pemimpin bagi kaum
perempuan yang percaya kepada Tuhan Yesus. Dia adalah perempuan yang pernah dibebaskan oleh
Tuhan Yesus dari ikatan tujuh roh jahat (Luk 8:2), sehingga mampu menemukan diri sendiri dan
menjadi pengikut Tuhan Yesus yang setia.16 Ia dikenal sebagai perempuan yang taat yang mengasihi
Tuhan Yesus.17
Maria Magdalena datang bersama Tuhan Yesus dari Galilea ke Yerusalem (Mrk 15:41), berdiri dekat
salib Tuhan Yesus (Yoh 19:25), menjadi orang pertama pergi ke kubur ketika hari masih gelap (Yoh
20:1) dan melihat mayat Tuhan Yesus yang tidak terbaring lagi di kubur itu, sehingga dia menangis
(Yoh 20:11). Menurut Marie Claire Bart,kemungkinan alasan yang membuat Maria Magdalena
menanngis adalah karena ia kehilangan kesempatan terakhir untuk melayani Tuhan Yesus.18
Maria Magdalena merupakan sosok pribadi yang hadir dalam misteri Paskah, yang sebelumnya tetap
setia dan hadir di kaki salib Yesus dan pergi ke kuburan Yesus. Menurut Injil Yohanes, Maria
Magdalena adalah perempuan pertama yang pergi ke kubur dan orang yang pertama bertemu dengan
Tuhan Yesus yang telah bangkit (Yoh 20:1-18). Maria Magdalena menjadi pelopor untuk
memberitakan kabar baik bagi dunia. Perempuan ini perlu dihormati sebagai saksi dalammisteri
paskah yang harus dipahami oleh setiap Kristen.19
Perhatian penulis Injil tehadap perempuan semakin nyata bahwa perempuan pun ditempatkan sebagai
sosok pertama yang menyaksikan kubur kosong yang menandakan bahwa Yesus telah bangkit.
Penginjil Markus mengingatkan bahwa orang pertama yang melihat Yesus yang telah bangkit adalah
Maria Magdalena dan bahwa dialah yang memberitakan hal ini kepada murid-murid yang selalu
mengiringi Yesus (Mrk 16:9-10). Matius memberitakan hal yang sama bahwa perempuanlah yang
terlebih dahulu menyaksikan bahwa kubur telah kosong (Mat 28:1-10). Lukas pun demikian
menekankan prioritas murid perempuan karena kepada merekalah Yesus memberitahukan tentang
kebangkitanNya (Luk 23:56).
1.1 Perempuan Setelah Kebangkitan Kristus
Kebangkitan Tuhan Yesus adalah jalan rekonsiliasi yang memperbaiki hubungan antara manusia
dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, alam dan semua makhluk. Setelah kebangkitan
Yesus Kristus, perempuan yang jatuh ke dalam dosa bersama laki-laki menjadi saksi pertama bagi
semua makhluk di dunia tentang kebangkitan Yesus Kristus. Keempat kitab Injil menyaksikan dan
memberitakan bahwa perempuanlah yang pertama-tama menemukan kubur kosong, sebagai tanda
bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit20 dan memberitakan kepada murid-murid lainnya. Injil Yohanes
mengutamakan peranan Maria Magdalena. Pada waktu Tuhan Yesus bangkit dari kematianNya, Maria
Magdalena adalah orang pertama yang dijumpai oleh Tuhan Yesus. Sesudah kebangkitan, beberapa
perempuan menggabungkan diri didalam doa dan permohonan bersama dengan para murid Yesus
dalam persekutuan yang sepakat (Kis 1:14). Namun pada masa gereja mula-mula, perempuan
tampaknya tidak mempunyai tempat dan kedudukan baik sebagai pemimpin atau pengajar.21
Implikasi
Manusia sebagai Imago Dei dengan sangat jelas hendak menyatakan bahwa manusia adalah samasama Gambar Allah, itu berarti bahwa relasi antara manusia merupakan hubungan sesama gambar
Allah. Namun pada perkembangan hidup keagamaan prinsip ini terkikis, sehingga ada dominasi atas
subordinasi, yakni ada pendominasian laki-laki atas perempuan sebagai subordinasi. Pendominasian
itu mengakibatkan kemanusiaan perempuan umumnya dianggap lebih rendah dari pada kemanusiaan
laki-laki, yang pada gilirannya mengakibatkan penindasan, perbudakan dan eksploitasi perempuan,
sehingga perempuan dianggap ada di bawah kuasa laki-laki. Namun Yesus telah hadir sebagai
rekonsilioner atas relasi tak berimbang antara laki-laki dengan perempuan dengan memberi teladan
dalam pelayanannya. Sikap Yesus terhadap perempuan dan bagaimana Dia memperlakukan mereka
adalah sesuatu yang sangat tidak lazim pada zamanNya,bahkan berlawanan dari adat-kebiasaan dan
praktek-praktek umum pada masa itu.22 Yesus telah menunjukkan teladan dalam relasi antar sesama
manusia. Yesus tidak pernah berbicara tentang Hak Azasi Manusia (HAM) atau pembebasan dari
struktur yang menindas, namun seluruh hidupNya dan pengajaran-pengajaranNya mengejawantahkan
hal itu.23 Perempuan dihargai dan digambarkan ulang dalam eksistensinya sebagai gambar Allah.
Prinsip penghargaan yang universal dan sederajat secara menadalam tertanam dalam ajaran Yesus
tentang mengasihi sesama manusia.24 Perempuan dalam pelayanan Tuhan Yesus terlibat aktif dan
adalah kaum yang setia bahkan sampai kematianNya di kayu salib. Namun teladan Tuhan Yesus ini
tidaklah tetap dalam pola keagamaan Kristen di seluruh belahan bumi. Penderitaan perempuan terus
berlanjut, sehingga perempuan bersuara dari penderitaan-penderitaan itu. Suara tersebut adalah
keprihatinan berakar pada kesadaran akan penindasan dan perlakuan yang diskriminastif25 dan suara
perempuan yang tertindas itu tepat langsung pada benteng teologi transposisi laki-laki.26 Dan akhirnya
dapat diringkaskD
20 MariYunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
O Sehingga gereja, institusi dan para praktisi hendaknya
tetap memperhatikan peran perempuan tersebut agar berimbang dengan laki-laki dalam pelayanan,
akses pendidikan dan kebudayaan.
Spritualitas Yesus pada dimensi pertama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati,
jiwa dan kekuatanmu. Dimensi pertama ini disempurnakan dengan dimensi kedua, mengasihi sesama
seperti mengasihi diri sendiri. Implementasi dari dimensi kedua ini, yaitu Yesus konsisten untuk
menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang miskin, orang sakit, orang-orang yang
berdosa, dan domba-domba yang hilang dari Israil.Bersumber kepada Injil yang sinoptik, maka dapat diketahui bagaimana spiritualitas Yesus.
Yesus mengutip shema ikrar pengakuan iman Yahudi yang paling agung. “ Dengarlah hai orang
Israil, Yahwe itu Allah kita, Yahwe itu Esa. Kasihilah Yahwe Allah mu dengan segenap hatimu,
dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ulangan: 6-4). Ia menambahkan bahwa
perintah paling utama kedua yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.
Kelihatannya inilah inti dari spiritualitas Yesus. Pertama, mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa
dan kekuatan. Kedua, mengasihi sesama manusia seperti mengasihi dirinya sendiri.
Aspek kedua dari pengamalan spiritulitas Yesus yang dirumuskan sebagai perintah paling
utama kedua yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Seorang pria bertanya
kepada Yesus tentang perintah Taurat yang paling utama. Yesus mengutip Shema ikrar pengakuan
iman Yahudi yang paling agung, seperti yang sudah dituliskan di atas. Orang tersebut setuju, dan
menyatakan bahwa bila seseorang mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti ia
mengasihi dirinya sendiri, maka semua itu jauh lebih utama dari semua korban bakaran dan korban
sembelihan. Yesus kemudian menyatakan perkataan yang mengejutkan bagi orang tersebut. “Engkau
tidak jauh dari Kerajaan Allah. (Mrk 12: 28-34).
Perkataan ini menunjukkan bahwa pandangan Yesus tentang Kerajaan Allah tidak hanya
melibatkan pelengseran revolusioner terhadap kerajaan kerajaan dunia, tetapi juga wawasan rohani
tertentu tentang hal-hal yang paling Allah inginkan dari manusia, yang satu tidak mungkin lengkap
tanpa yang lain. Ketika hari makin sore, banyak orang berbaris untuk memberikan uang persembahan
mereka ke dalam perbendaharaan bait Allah. Yesus melihat dan mengamati seorang janda miskin
hanya membawa dua peser. ( koin peser dikenal dengan nama lepton, upah harian bagi buruh kasar
adalah satu dinar, satu dinar sama dengan seratus koin peser.) Hanya itu yang dimilikinya. Ia berkata
kepada kerumunan orang banyak, Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari semua
orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (Markus 12:43) Kondisi di atas sangat
relevan ketika ia menghadapi cobaan di padang gurun (Matius 4-11 dan Lukas 4 : 1-13).
Jelasnya penting untuk diketahui setelah turunnya Yesus dari surga, Yesus mewartakan dan
memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Yesus bergaul dan membebaskan manusia dari beban
dan persoalan kehidupan.Penduduk Palestina pada zaman Yesus menurut Albert Nolan (2005: 31) diperkirakan
berjumlah kurang lebih 500.000 jiwa dan penduduk kota Yerussalem berjumlah 300.000 jiwa.
Penduduk desa pada umumnya memiliki lahan kecil yang menghasilkan pertanian. Sebagian besar
tanah dikuasai oleh tuan tanah yang kaya. Tanah tersebut dipergunakan untuk menamam jagung dan
zaitun, peternakan kambing dan domba. Di kota terdapat tiga sektor ekonomi, yaitu (1) pengrajin
tekstil, makanan, wangi-wangian dan perhiasan.(2) Mereka yang bekerja di bidang konstruksi bait
Allah dan istanba pejabat (3) pedagang. Tetapi sebagian besar penduduk Palestina adalah rakyat
kecil yang keadaan ekonominya cukup parah, karena penghasilan yang kecil. Dalam situasi ini
mereka masih dibebani dengan pajak dan pungutan dari pemerintah.
2. Latar Belakang Sosial
Latar belakang sosial menurut Tim Konferensi Wali Gereja Indonesia (1996:252) masyarakat
Palestina di bagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat tiga kelas, yaitu : (1) Tuan tanah (2)
Pemilik tanah kecil, pengrajin dan buruh (3) Budak. Di perkotaan terdapat tiga lapisan masyarakat,
yaitu (1) Aristokrat imam (2) Para pengrajin, pejabat rendah, awam, imam dan kaum lewi. (3) Buruh
yang bekerja di sekitar bait Allah dan kaum proletar. Selain terdapat kelas-kelas dalam masyarakat,
pada waktu itu juga terdapat bermacam diskriminasi, yaitu : (1) Diskriminasi rasisal (kasta) yang
dianggap sepenuhnya orang Israil adalah keturunan Abraham yang asli yang tidak mengalami
perkawinan campur seperti orang Samaria. (2) Diskriminasi seksual. Pada zaman Yesus orang-orang
Yahudi berpendapat bahwa nafsu seksual tidak dapat dikendalikan dan oleh karena itu mereka
berusaha melindungi wanita dan kesusilaan dengan cara mengucilkan mereka di dalam rumah dan
tidak ikut dalam kegiatan masyarakat. Dalam hal keagamaan mereka setara dengan budak kafir dan
anak-anak, saksi yang tidak dapat dipercaya, hak-hak dalam perkawinan terbatas.(3) Diskriminasi
dalam pekerjaan. Sejumlah pedagang seperti pemilik toko dan para dokter selalu dianggap tidak
jujur. Beberapa pedagang berbau busuk (pengolah kulit), tukang jahit dicurigai bertindak asusila
karena terlibat dalam kontak dengan wanita. Para rentenir dan pemungut pajak tidak pernah bisa
menjadi hakim atau saksi di depan pengadilan. Secara sosial mereka terkucil. Para pekerja yang
harus berdagang dan berhubungan dengan orang-orang kafir dan siapa saja yang tidak menyisihkan
sepersepuluh dari setiap pendapatan atau membersihkan setiap berjana tertentulah pelanggar hukum.
(4) Diskriminasi terhadap anak-anak. Menurut hukum agama Yahudi, anak-anak dianggap tuna
rungu dan tuna wicara, cacat mental dan di bawah umur. Mereka diklasifikasikan sama dengan
orang-orang kafir, budak wanita, orang lumpuh, buta sakit, cacat, dan tua. Oleh karena itu tidak lah
mengherankan bahwa para murid mencaci maki orang-orang tua yang membawa anak-anak mereka
untuk mohon berkat Yesus. (5) Diskriminasi terhadap orang-orang yang menderita. Kelompok lainyang secara sosial dan religius dianggap tabu, yaitu penderita kusta, orang-orang sakit dan orang- orang kesurupan.
C. Mengasihi Sesama Seperti Mengasihi Diri Sendiri
Ajaran Yesus tentang aspek kedua dari spiritualitasnya, sebagai hukum kasih begitu sentral,
menurut Yusuf Roni (2014: 22) sampai Paulus mengatakan bahwa kalau sampai ada orang yang
dapat memahami semua misteri teologi, melakukan hal-hal besar sampai martir karena imannya,
tetapi tidak melakukannya dalam kasih, semua itu sia-sia.
Jelasnya penting untuk diketahui setelah turunnya Yesus dari surga, Yesus mewartakan dan
memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Yesus bergaul dan membebaskan manusia dari beban
dan persoalan kehidupan. Orang-orang yang mendapat perhatian Yesus disebut dengan berbagai
istilah dalam Injil, yaitu miskin, buta, lumpuh, pincang, kusta, lapar, sengsara, pendosa, pelacur,
pemungut cukai, kerasukan setan (dikuasai roh jahat), teraniaya, tertindas, terpenjara, yang bebannya
terlalu berat, rakyat gembel yang tidak tahu hukum, orang banyak, orang kecil, yang terakhir anak- anak atau domba-domba yang hilang dari Israil. Menurut Albert Nolan (2005: 50) Yesus menyebut
mereka sebagai orang-orang miskin dan kecil. Kelompok ini oleh orang Farisi sebagai pendosa atau
rakyat gembel yang tidak tahu apa-apa mengenai hukum
Yesus tidak merasa dipanggil untuk menyelamatkan Israil dengan mendorong orang untuk
menerima baptis demi pengampunan dosa di Sungai Yordan. Ia mengambil keputusan ada yang lain
yang perlu, sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang miskin, orang sakit dan domba-domba
yang hilang dari Israil dan orang-orang yang berdosa.
Beberapa hal dibawah ini kelihatannya mencerminkan aspek kedua spiritualitas Yesus
tersebut :
1. Melayani Orang-Orang Miskin
Meskipun istilah miskin dalam Injil tidak hanya menunjuk orang-orang yang secara ekonomi
kekurangan. Orang miskin dimaksud menurut Albert Nolan (2005: 51-52) diantaranya : (1)
pengemis, orang-orang ini menderita sakit dan cacat hingga terpaksa mengemis karena tidak
mungkin memperoleh pekerjaan atau karena tidak mempunyai keluarga yang mampu mengurusnya.
Pasti tidak ada rumah sakit dan jaminan sosial. Mereka tidak bisa lain kecuali mengemis untuk
mengisi perut mereka. Demikian juga orang buta, bisu, tuli, lumpuh, pincang dan sakit kusta
biasanya adalah pengemis. (2) Janda dan anak yatim. Mereka tidak mempunyai saudara yangmemberi jamianan hidup dan dalam masyarakat tidak mempunyai kemungkinan bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri. Hidup mereka tergantung pada derma orang saleh dan
bendahara kenisah. (3) Buruh harian yang tidak mempunyai keahlian, yang sering kali tidak
mempunyai pekerjaan, petani yang bekerja di ladang dan mungkin juga budak.
2. Melayani Orang-Orang Berdosa
Orang-orang berdosa tersingkir dari pergaulan sosial, orang yang menyimpang dari hukum
dan warisan adat istiadat yang dipegang oleh kelas menengah (orang-orang terpelajar dan saleh, ahli
kitab dan kaum Farisi), diperlakukan sebagai orang yang lebih rendah termasuk kelas bawah.
Kelompok pendosa adalah satu kelas sosial tertentu, sama dengan kelompok sosial orang-orang
miskin. Yang termasuk dalam kelompok orang-orang berdosa menurut Albert Nolan (2005: 53-54)
(1) Orang-orang yang mempunyai pekerjaan tidak bersih seperti pelacur, pemungut cukai, perampok,
penggembala, lintah darat dan penjudi. Pemungut pajak dianggap sebagai penipu dan pencuri karena
pekerjaan mereka memberi hak kepada mereka untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang harus
dibayar orang, dan hak untuk memperoleh komisi untuk diri mereka sendiri. Banyak diantara mereka
yang tidak jujur. Demikian juga penggembala dicurigai sering membawa gembala mereka masuk ke
ladang orang lain dan mencuri, yang tentu saja seringkali benar. Oleh karena itu pekerjaan seperti ini
memperoleh cap yang tidak baik. (2) Orang-orang yang tidak membayar sepersepuluh (sepersepuluh
penghasilan) kepada para imam. (3) Orang-orang yang tidak peraturan hari sabat dan kebersihan
ritual.(4) Orang-orang yang tidak terdidik dan buta huruf, yang dengan sendirinya tidak tahu hukum
dn tidak berkesusilaan. Bahkan orang-orang Farisi yang terbuka seperti Hillel dianggap sebagai
orang yang tidak mungkin mempunyai keutamaan dan kesalehan. (5) Orang-orang tahanan dan
terpenjara.
Tidak ada jalan keluar praktis bagi pendosa. Secara teoritis pelacur dapat dibersihkan melalui
proses pertobatan, pembersihan dan silih yang rumit. Untuk itu ia perlu uang. Uang yang didapat
dengan cara tidak halal tidak dapat digunakan untuk itu. Uangnya kotor dan haram. Seorang
pemungut pajak dapat meninggalkan pekerjaannya dan memberikan restitusi kepada semua orang
yang pernah ia rugikan, ditambah seperlima dari jumlah itu. Orang yang tidak terdidik harus
melewati proses pendidikan panjang sebelum ia boleh yakin bahwa dirinya bersih. Dengan demikian
menjadi pendosa adalah nasib. Seseorang sudah ditentukan oleh nasib atau rencana Allah untuk
menjadi rendah. Dengan demikian orang-orang ini menderita karena frustasi, merasa bersalah dan
cemas. Mereka frustasi karena tahu bahwa mereka tidak akan pernah diterima dalam lingkungan
orang terhormat. Yang mereka rasakan paling perlu adalah pengakuan dan kehormatan, hal yangtidak mungkin mereka peroleh. Orang-orang terpelajar mengatakan kepada mereka bahwa mereka
mengecewakan Allah. Akibatnya rasa bersalah yang mendalam mendekati neorosis, yang mau tidak
mau membuat mereka takut dan cemas mengenai berbagai macam hukuman Ilahi yang mungkin
menimpa mereka.
Berdasarkan asumsi di atas, kelihatannya orang-orang miskin dan tertindas di zaman Yesus
selalu mudah terserang penyakit. Hal ini bukan hanya kondisi fisik tempat mereka hidup akan tetapi
karena kondisi psikilogis. Tampaknya banyak dari antara mereka menderita sakit mental, yang
tampak dalam gejala-gejala psikosomatis seperti kelumpuhan dan kesulitan dalam berbicara.
Bagi orang-orang Yahudi dan dunia Timur kafir menurut Derrett seperti dikutip oleh Albert
Nolan ( 2005: 55) tubuh adalah tempat kediaman roh. Allah meniupkan roh ke dalam diri manusia
yang membuatnya hidup. Pada saat kematian roh ini meninggalkan tubuh. Selama hidupnya roh-roh
lain dapat juga masuk ke dalam tubuh orang lain apakah roh baik atau roh jahat, roh kenajisan dan
setan. Keadaan seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Kalau seseorang tampak bukan dirinya,
kehilangan kendali atas dirinya maka dianggap jelas bahwa sesuatu sudah masuk ke dalam dirinya.
Dengan demikian kelakukan dan penglihatan istimewa yang dialami para nabi akan membuat orang
berfikir bahwa ia dikuasai oleh roh Tuhan, sebaliknya tingkah laku orang yang sakit mental membuat
orang berfikir ia dikuasai oleh roh jahat.
3. Menyembuhkan orang-orang yang sakit
Gejala-gejala yang nampak dalam anak yang kerasukan setan dalam Injil adalah gejala- gejala yang mungkin dalam ilmu kedokteran modern disebut dengan epilepsi, dengan ciri
membanting diri ke tanah atau api, tidak bisa bicara, tuli, kejang dan mulutnya berbusa (Markus: 9
:17-27). Orang yang kerasukan roh jahat yang mengguncangkan dirinya di sinagoge adalah penderita
epilepsi (Markus : 1 :23-26). Orang yang kerasukan setan yang tinggal di kuburan bersama roh-roh
orang mati jelas orang gila yang sedang kambuh. “ Tidak ada seorang pun yang sanggup
mengikatnya sekalipun dengan rantai-rantainya diputuskan dan belenggunya dimusnahkan. Sehingga
tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di
kuburan di bukit-bukit sambil berteriak dan memukul dirinya dengan batu, (Markus : 5:3-5) Jelaslah
ia kerasukan roh najis atau roh jahat (Markus : 5 :2)
Beberapa penyakit fisik lainnya dan juga psikosomatis dianggap sebagai akibat roh jahat.
Lukas menuliskan tentang seorang wanita yang lemah Dan tidak bisa berdiri karena dirasuki roh
jahat yang melemahkan tubuhnya. “ Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiritegak. Roh yang memasuki dan tinggal di dalam diri wanita itu yang membuatnya demikian. (Lukas :
13: 10-17). Ada juga roh yang membuat bisu dan tuli. Roh-roh ini mengikat lidah dan menutup
telinga hingga orang yang dirasukinya bisu dan tuli. (Markus: 9 : 18-25, 7 : 35) Demam keras yang
diderita oleh ibu mertua Simon tidak secara tegas disebut roh jahat, tetapi penyakit itu
dipersonifikasikan. :” Yesus menghardik deman itu dan penyakit itupun meninggalkannya. (Lukas : 4
:39) Orang lumpuh yang diampuni dosanya (Markus : 2: 1-12) kelihatannya mengalami psikosomatis
akibat rasa bersalah yang mendalam. Ia pun dapat dikatakan dikuasai oleh roh jahat yang
melumpuhkan, meskipun Injil tidak dengan tegas menyatakannya.
Semua penyakit yang disebutkan di dalam Injil menurut Jeremias seperti dikutip oleh Albert
Nolan (2005: 57) sekarang disebut gangguan fungsi. Penyakit-penyakit yang tampak dari luar di kulit
tidak akan digambarkan dengan cara seperti itu. Penyakit ini lebih merupakan cacat tubuh dari pada
roh yang diam di dalam tubuh. Seseorang yang menderita sakit apapun, yang membuatnya tidak
bersih secara lahir disebut penderita kusta. Pada waktu itu kusta adalah istilah umum meliputi semua
penyakit kulit, termasuk luka dan luka bakar. Seorang penderita kusta tidak dikuasai roh jahat, tetapi
tubuhnya yang tidak bersih juga aklibat perbuatan dosa. Semua kemalangan, penyakit dan
penderitaan adalah buruk. Itu semua derita yang dikehendaki oleh Allah sebagai hukuman atas dosa- dosa si penderita itu sendiri atau dosa orang lain dalam keluarga atau juga dosa nenek moyang.
Dalam hal ini seseorang bertanya kepada Yesus, : “ Rabbi siapakah berbuat dosa,orang itu sendiri
atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta ?’’ (Yohanes 9: 2 dan lihat juga Lukas 13: 24). Orang-orang miskin dan tertindas berada di bawah kekuasaan ahli kitab yang menumpukkan
beban hukum mereka dan tidak pernah mengangkat satu jari pun untuk menyentuhnya. (Lukas 11 :
46) Mereka tidak diberi hak warga. Menurut Jeremias seperti dikutip Albert Nolan (2005: 59-69)
tidak satu tugas terhormatpun yang diberikan kepada mereka dan mereka tidak diperkenankan
menjadi saksi dalam pengadilan. Pendosa disingkirkan dari sinagoge. Sementara orang profesional,
pemilik toko, pedagang, tukang kayu dan pencari ikan adalah terhormat dan termasuk kelas
menengah. Kaum Farisi, Esseni dan Zelot adalah orang terpelajar dari kelas menengah. Kelompok
yang memerintah adalah kelas atas yang kaya dan mewah termasuk keluarga Herodes, keluarga
aristokrat (para imam ) yang hidup dari sepersepuluhan dan pajak kenisah dan aristokrat awam (tuatua) yang memiliki sebagian besar tanah.
Yesus berasal dari kelas menengah, tetapi yang menarik ia bergaul dengan orang-orang
miskin, orang sakit dan domba-domba yang hilang dari Israil dan orang-orang yang berdosa. Apa
yang membuat seorang Yesus mau bergaul dengan rakyat jelata yang tidak tahu apa-apa mengenaihukum. Jawabnya karena belas kasih. Tergeraklah hatinya oleh belas kasih kasihan kepada mereka
dan ia menyembuhkan mereka ( Matius 14:14). Tegeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak digembala (Matius 9 : 36 dan
Markus 6 :34). Ia tergerak oleh belas kasihan melihat air mata seorang janda di Nain dan berkata : “
Jangan menangis.” (Lukas 7: 13) Jelas dikatakan bahwa hatinya tergerak oleh belas kasih kepada
orang kusta (Markus 1 : 41) tergadap dua orang buta (Matius 20 : 34) dan terhadap orang yang tidak
mempunyai apapun untuk di makan (Markus 8 :2). Dalam Injil Kanonik berulangkali Yesus
mengatakan kepada mereka miskin : “ Jangan menangis, jangan cemas, jangan takut. (Markus 5: 36,
6 :50, Matius 6: 25-34, Markus 4 : 40 dan Lukas 10 : 41) Ketika orang kagum akan mukjizat yang
terjadi atas anak Yairus, Yesus mengatakan bahwa anak ini perlu diberi makan ( Markus : 42-43)
Adapun cara penyembuhan yang Yesus lakukan yaitu : (1) Menggunakan ludah seperti umum
dianggap berkhasiat. (Markus 7: 33-8 :23) (2) Membuat kontak fisik secara spontan dengan orang
yang sakit, seperti menyentuh dan memegang tangan mereka dan meletakkan tangannya atas
mereka. ( Markus 1 : 31, 41 : 6 : 56; 8 :22-25) (3) Menggunakan doa secara spontan (Markus 9 :29
(4) Yesus selalu percaya pada kekuatan iman, Yesus selalu mengatakan : “ Iman mu yang telah
menyembuhkan engkau.” ( Matius 21:22)
Dengan demikian, Yesus tidak menggunakan rumus upacara atau mantera. Menurut Vermes
seperti dikutip Albert Nolan ( 2005 : 64) Pada zaman itu keberhasilan para pengusir setan
disebabkan oleh penggunaan rumus-rumus upacara kuno yang ditepati secara teliti. Upacara ini
meliputi mantera atau jampi-jampi, tindakan simbolis, barang-barang tertentu. Di samping itu
meskipun ada dokter atau tabib, tetapi jumlahnya kecil dan pengetahuan mereka tentang obat sangat
terbatas. Apalagi orang miskin jarang sekali mampu membayar mereka.
Jelasnya jika Yohanes mengandalkan pembaptisan demi pertobatan, maka Yesus
mengandalkan iman. Iman adalah kekuatan maha dahsyat. “ Segala sesuatu adalah mungkin bagi
Allah “ ( Markus 10 : 27) Segala sesuatu mungkin bagi siapa saja yang mempunyai iman. (Markus
17: 20)
Untuk mengimplematikan pengamalan spiritual yang kedua terkait dengan pergaulan Yesus
dengan para pendosa. Pergaulan Yesus dengan para pendosa dapat diketahui dari keempat Injil
kanonik. Beberapa hal yang dilakukan Yesus yaitu : (1)Bersahabat dengan penungut cukai dan orang
berdosa ( Matius 11 : 19 (2) Yesus mengadakan perjamuan bersama dengan pendosa. (3) Yesus juga
mengundang orang-orang Farisi dan orang-orang yang terhormat untuk makan bersama (Lukas 7 :36,
11 :37 dan 14 : 1). (4) Yesus selalu membesarkan hati mereka dengan mengatakan : “ Jangan takut ,jangan khawatir dan kuatkanlah hati mu. “ ( Markus 5 : 36, 6 :50 dan Matius 6 : 25-34, Lukas 12; 32
dan Yohanes 16 : 33) (5) Lukas 6 : 20-21 “ Berbahagaialah kamu yang miskin, karena kamulah yang
empunya Kerajaan Allah. (6) Dosa dapat diampuni karena iman ( Lukas 7 : 48-50) (7) Dalam hal
pengobatan Yesus menekannkan pentingnya iman dalam penyembuhan. (8) (Lk 10:38-42). Lebih
lagi, Yesus bersahabat erat dengan Maria Magdala yang Ia ajar dan kirannya diajak berdiskusi
banyak hal dengan dia pula. Ia tidak menjaga reptusinya dengan bergaul erat dengan para pelacur,
atau menjadi skandal dalam masyarakat (Lk 7:39; Mt 11:19). Yesus tak pusing dengan reputasinya.
Hal yang menjadi pusat perhatian Yesus adalah cara masyarakat memperlakukan para pelacur dan
para wanita yang tertangkap basah berbuat zina, dengan tidak adil. Para laki-laki tak pernah diadili,
tetapi hanya para wanita dipersalahkan dan dihukum serta dianggap pendosa.
Pertanyaaannya apakah mungkin orang-orang Farisi dan pengemis dapat dijamu di sekitar
meja yang sama ? Tentu saja mereka pada mulanya mereka enggan. Untuk mengatasi kebiasaan
sosial ini Yesus memaksa para pengemis untuk datang dan Yesus sendiri menumpang di rumah
mereka Dengan demikian, yang penting bukan hanya perjamuan makan bersamanya tetapi pengaruh
dari perjamuan ini terhadap orang-orang miskin dan berdosa. Dengan menerima mereka makan
bersama, Yesus sudah membebaskan dari rasa malu, rendah diri dan rasa berdosa. Kontak fisik yang
terjadi ketika berbaring bersama-sama membuat mereka diterima dan merasa bersih.
Manusia mempunyai martabat yang sama . Yesus tidak ada kompromi pada keyakinannya
bahwa semua orang sama dalam martabat dan nilai kemanusiaan. Ia memperlakukan orang buta,
orang timpang, orang tersingkir dan para pengemis secara hormat, sebagaimana Ia memperlakukan
orang yang tingkat statusnya tinggi dalam masyarakat. Ia menolak bahwa para wanita dan anak-anak
tidak penting dan tingkatnya rendah di masyarakat. Inilah alasan mengapa Yesus membalikan
pandangan masyarakat. Yesus memberikan tempat kepada para wanita sesuai dengan martabat dan
nilai kemanusiaannya. Yesuslah satu-satunya guru yang berdiri teguh dengan menerima para wanita
sebagai sahabat-sahabat dan para muridnya. (Lk 10:38-42).
Lebih lagi, Yesus bersahabat erat dengan Maria Magdala yang Ia ajar dan kirannya diajak
berdiskusi banyak hal dengan dia pula. Ia tidak menjaga reptusinya dengan bergaul erat dengan para
pelacur, atau menjadi skandal dalam masyarakat (Lk 7:39; Mt 11:19). Yesus tak pusing dengan
reputasinya. Hal yang menjadi pusat perhatian Yesus adalah cara masyarakat memperlakukan para
pelacur dan para wanita yang tertangkap basah berbuat zina, dengan tidak adil. Para laki-laki tak
pernah diadili, tetapi hanya para wanita dipersalahkan dan dihukum serta dianggap pendosa.Dalam situasi macam Yesus hadir. Spiritualitasnya bersifar revolusioner. Tetapi Yesus
bukanlah revolusioner. Yesus bukanlah tipe revolusioner seperti di dunia politik. Ia tidak bermaksud
menggulingkan orang-orang yang sedang menduduki kuasa dan menggantikan dengan orang-orang
lain yang tak berkuasa. Ia mencari yang lebih radikal daripada itu. Ia mengangkat nilai-nilai yang
tersedia pada zamannya, dan menumpahkan di kepala mereka. Ia pusatkan pada revolusi sosial, lebih
daripada revolusi politik. Revolusi sosial ini lebih tepat dimengerti dengan sikap pertobatan spiritual
total. Revolusi sosial atau pertobatan spiritual total berarti menjungkir-balikkkan sikap cara
memandang relasi social dalam masyarakat. Tetapi revolusi politik berarti menjatuhkan penguasa
pemerintah dan menggatikan dengan penguasa lain. Yesus sendiri, sebagaimana orang-orang Yahudi
lain yang tertindas pada masa itu, berharap memperoleh kebebasan dari penindasan Roma. Tetapi
Yesus sendiri memandang dirinya sebagai Nabi yang melaksanakan misinya untuk melaksanakan
revolusi spiritual dan sosial.
Kerajaan Allah datang bukan dari atas; tetapi datang dari bawah, dari orang miskin, dari
mereka yang kecil, orang berdosa, terbuang, yang hilang, dari kampung Galilea. Mereka menjadi
saudara yang saling memperhatikan, saling mewujudkan rasa persaudaraan, saling melindungi, dan
saling berbagi satu sama lain. Tetapi bukan berarti bahwa Yesus berpandangan bahwa kerjaan Allah
berbentuk seperti keluarga tradisional. Yesus juga memandang keluarga secara khusus,
diputarbalikkan juga. Yesus menegaskan yang mengejutkan kita, “Setiap orang yang datang
kepadaKu tetapi tidak membenci bapanya, ibu, isteri anak-anak, saudara-saudari, bahkan dirinya
sendiri, ia tak pantas menjadi murid ku” (Lukas 14:26). Artinya, bukan berarti tanpa suatu pilihan.
Siapa saja bisa menjadi anggota keluarga kerjaan Allah tetapi bukan keluarga kerajaan Allah seperti
yang dia pikirkan. Yesus sendiri mengungkapkan sikapnya secara jelas bahwa Ia tidak memilih
keluarga tradisionalnya, karena hubungan darah. Waktu Ia mendapat laporan bahwa ibu dan saudara- saudaranya mencari Dia, Ia menjawab: “Siapakah ibu dan saudara-saudari ku?” Dan sambil
memandang sekeliling ia berkata: “Inilah ibuku dan saudara-saudara ku! Barangsiapa melakukan
kehendak Allah dialah saudaraku dan ibuku” (Markus 3:33-35).
Gagasan ini amat sulit diterima oleh masyarakat pada zaman itu, bahkan hingga dewasa ini.
Yohanes menyampaikan pesannya dengan jelas dan tegas melalui cerita Yesus mencuci kaki para
murid (Joh 13:4-16)
Meskipun kemudian Isa as pada akhirnya wafat sama seperti manusia lainnya. Tetapi sebelum
kematiannya, apakah ada fakta dalam al-Kitab baik langsung maupun tidak langsung yang
menyatakan bahwa Isa as menikah? Tentu saja, tidak ada pernyataan bahwa Isa as memangmenikah. Sebaliknya, tidak ada pernyataan yang mengatakan bahwa ia tidak menikah. Sebaliknya,
keempat Injil menyatakan banyak muridnya yang menikah.
Dalam Injil Yohanes ada sebuah bagian yang berhubungan dengan perkawinan, yang menurut
Michael Baigent, et all (2006: 417) kemungkinan merupakan perkawinan Yesus sendiri, yaitu
pernikahan di Cana. Pada pesta pernikahan itu, Maria memerintah putranya, Yesus untuk mengisi
bejana anggur. Maria bersikap seolah dialah nyonya rumahnya. Pada pesta ini, Yesus
memperlihatkan mukjizatnya, yaitu mengubah air biasa menjadi minuman anggur. Semua ini
dilakukannya atas permintaan ibunya. Mengapa Maria mengajukan permintaan itu? Mengapa dua
orang itu berkewajiban memperhatikan jamuan layaknya mereka sebagai tuan rumah? Jawabannya,
karena pernikahan Cana adalah pernikahan Yesus sendiri.
Siapakah yang menjadi istrinya? Dalam seluruh isi al-Kitab, Yesus memperlakukan Magdalena
dengan cara khas. Perlakuan seperti ini mungkin saja menimbulkan kecemburuan di antara para
murid. Hal ini tampak jelas dalam catatan tradisi tentang Maria Magdalena yang digambarkan
sebagai wanita tuna susila. Meskipun demikian, apapun statusnya, dia bukannya satu-satunya wanita
yang mungkin merupakan istri Yesus, ada seorang wanita lagi yang muncul, namanya Maria dari
Bethani, saudara wanita Martha dan Lazarus.
Berdasarkan informasi yang terdapat dalam Injil Yohanes, maka Michael Baigent (Ibid.: 425)
menyimpulkan bahwa Maria Bethani dan wanita yang melakukan ritual perminyakan terhadap Yesus
adalah wanita yang sama. Jika Yesus memang menikah, jelas hanya ada satu calon untuk istrinya,
seorang wanita yang muncul secara berulang dalam al-Kitab walau dengan nama yang berbeda-beda
dan peran yang berbeda juga.
Gagasan mengenai adanya pernikahan ini ditemukan dalam salah satu bagian Injil Filifus (
dalam Deshi Ramadhani, 2007 : 114). Persoalannya pada penafsiran atas tindakan Yesus yang
mencium mulut Maria Magdalena. Dalam Injil Filifus dikisahkan : “ …. Dan teman dari ( Sang
Penyelamat ) Maria Magdalena, (Ia mencintai ) dia lebih dari (semua) murid (dan biasa) mencium
dia ( sering kali) pada ( mulut)nya. Tindakan Yesus yang sering mencium inilah disebarluaskan
lewat novel dan film The da Vinci Code. Teks Injil ini adalah salah satu dari naskah yang berasal dari
Nag Hammadi yang ditulis dalam bahasa Kopt. Dalam bahasa ini Maria Magdalena digambarkan
sebagai teman Sang Penyelamat. Bila ini didekati melalui bahasa Aram, diperoleh sebuah informasi
bahwa Maria adalah pasangan atau istri Sang Penyelamat. Meskipun menurut Ramadhani tindakan
tidak dapat diterima karena, (1) Pelecehan terhadap teks yang ada. (2) Mencium mulut sebagai
simbol bukan tindakan seksual ragawi. Dalam naskah ini Maria Magdalena dikisahkan sebagai
simbol kebijaksanaan Ilahi yang menjadikannya rekan spiritual Yesus sendiri.(3) Dalam wahyu(kedua) Yakobus, Ia menceritakan : “ …. Dan Ia mencium mulutku, Ia memegang ku sambil berkata
: “ Kekasih Ku lihat, Aku akan menyingkapkan kepadamu (hal-hal) itu yang surga maupun penguasa
alam tidak pernah mengetahuinya….” Dengan demikian Yesus tidak cuma mencium Maria tetapi
juga Yakobus. (4) Mencium mulut mengandung makna pengetahuan yang disampaikan rahasia dan
istimewa juga dibangun relasi spiritual yang khusus.
Jika diperhatikan dalam Inil Markus 16:9, Yesus pernah mengusir 7 setan dari dalam diri Maria
Magdalena. Dalam Lukas 7 :36-50 Maria digambarkan sebagai perempuan berdosa, ia mengurapi
kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Dalam Yohanes 8 menceritakan tentang perempuan
yang bernama Maria, yang memiliki saudara bernama Marta dan Lazarus tertangkap basah
melakukan perzinahan. Menurut Ramadhani (ibid ;120) tidak ada data yang mengetakan bahwa
Maria Magdalena seorang pelacur. Tetapi karena Paus Gregorius tahun 591 M dalam salah satu
homilinya mengajarkan bahwa perempuan-perempuan ada dalam teks Injil tersebut adalah satu orang
yang sama. Sejak itulah Maria Magdalena mendapat predikat buruk sebagai seorang pelacur.
Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang samar dari al-Kitab dan informasi dari al- Qur’an yang mengatakan bahwa para Nabi memiliki istri-istri, maka dapat dipahami bahwa Yesus
juga pernah menikah.
James D. Tabor ( 2007 : 397-398) menuliskan bahwa pada akhir Februari 2007, muncul bukti
baru yang mendukung pengidentifikasian makam keluarga Yesus. Kisah ini dilaporkan oleh media
besar di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, detail-detail ini disajikan dalam
sebuah film dokumenter berjudul : The Lost Tomb of Jesus ( Makam Yesus yang Hilang), yang
diproduseri oleh James Cameron dan simcha Jacobovici. Jacobovici bersama Charles Pellegrino
menulis buku berjudul The Jesus Family Tomb ( Makam Keluarga Yesus). Ketika edisi perdana buku
Dinasti Yesus diterbitkan, penulisnya memberikan bukti awal sebuah gua makam Yahudi yang digali
pada bukit batu, yang secara kebetulan ditemukan pada 1980 di sebuah distrik bernama Talpiot di
sebelah selatan Kota Lama Yerussalem, mungkin menjadi tempat peristirahatan Yesus dan
keluarganya yang terakhir. Dua tahun kemudian, bekerjasama dengan berbagai pakar, D. Tabor
melakukan investigasi dan kelihatannya sangat besar kemungkinan bahwa makan Talpiot adalah
makam keluarga Yesus. Makam ini memuat sepuluh osarium atau kotak tulang. Enam dari osarium
itu memuat inskripsi nama masing-masing Yesus anak Yusuf, Maria, Maria Kedua, Yusuf, Matius,
serta Yudas anak Yesus. Tiga osarium tidak memuat inskrpsi dan osarium yang kesepuluh tidak
dapat ditelusuri. Berbagai pengujian ilmiah baru-baru ini membuktikan keterhubungan osarium
berinskripsi Yakobus anak Yusuf saudara Yesus, yang muncul tahun 2002 dengan 9 osarium lainnya
dari makam Talpiot yang hilang. Secara statistik dapat dipastikan bahwa Yesus dan keluarganyadimakamkan di sana. Jika demikian halnya, sebuah osarium yang berisi tulang Yesus sendiri juga
ditemukan di sana, beserta osarium Maria ibunya dan juga anaknya bernama Yudas yang
keredaannya tidak diketahui sebelumnya, selain juga osarium seorang wanita yang kemungkinan
adalah ibu Yudas, yang oleh beberapa orang diidentifikasikan sebagai Maria Magdalena. Dari
fragmen tulang belulang Yesus anak Yusuf, para pakar DNA purba berhasil mengekstraksi materi
genetik yang dapat terbaca. Implikasinya bagi para sejarawan serta arkeolog sangatlah dahsyat dan
juga bagi orang Kristen, Yahudi dan Islam.
sumber: Nur Fitriyana
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah2