• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label spiritualis yesus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label spiritualis yesus. Tampilkan semua postingan

spiritualis yesus

 



Alkitab secara eksistensial mendeskripsikan kisah secara universal dan netral. 

Maksudnya adalah berita dalam Alkitab semestinya merupakan kabar yang menyentuh 

kehidupan semua orang dimana tidak ada pembedaan, baik laki-laki maupun perempuan, 

yang kaya maupun miskin, yang tua atau yang muda, yang berpendidikan atau tidak 

berpendidikan. Tetapi seringkali yang didapati bahwa perempuan dan anak-anak dinomor 

duakan dalam pemberitaan Alkitab. Hal ini nampak ketika dalam teks-teks tertentu 

menempatkan perempuan dan anak-anak pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki. 

Kita memahami bahwa Alkitab ditulis dalam budaya patriarkhat, dimana laki-laki 

ditempatkan pada posisi pertama, dan perempuan dan anak-anak pada posisi kedua. Namun 

Yesus Kristus adalah Allah yang mengasihi semua orang dan tidak pernah membedakan 

antara laki-laki dan perempuan. Sehingga akan keliru apabila dalam situasi tertentu baik 

dalama kepemimpinan maupun ritus-ritus kekristenan ada semacam gap pemisah antara 

peranan laki-laki dan perempuan. 

 Dalam Perjanjian Lama ada beberapa perempuan yang memegang peran sebagai 

seorang pemimpin. Debora adalah satu-satunya hakim perempuan diantara 13 hakim-hakim 

laki-laki dalam kitab Hakim-hakim. Hulda adalah seorang nabiah yang disebutkan di antara 

nabi-nabi yang pernah hidup dan hadir dalam sejarah bangsa Israel. Miryam juga memiliki 

hubungan dengan kepemimpinan berkaitan dengan kepemimpinan saudara laki-lakinya Musadan Harun. Disamping kepemimpinan yang baik, ternyata ada juga kepemimpinan 

perempuan yang tidak dapat dijadikan teladan rohani, yakni kepemimpinan Atalya dan 

Izebel. 

Demikian juga dalam Perjanjian Baru ada perempuan yang perannya tidak kalah 

penting dibandingkan dengan para rasul, baik dalam hal menyebarluaskan Injil maupun 

memelihara kesinambungan pelayanan di tengah-tengah jemaat Kristen mula-mula, 

diantaranya Febe,1

 Priskila,2

 Euodia dan Sintikhe3

 dan beberapa perempuan yang dituliskan 

Paulus dalam surat-suratnya. Dari perempuan-perempuan dalam Perjanjian Baru ini 

memperlihatkanbahwa Roh Allah memberi kuasa baik kepada laki-laki maupun perempuan 

untuk menyebarkan berita Injil (Kis 2:14-18). 

Dalam Injil, perempuan-perempuan sering disebut dalam pelayanan Yesus, karena 

Yesus Kristus mempunyai relasi yang terhormat dan layak dengan mereka. Di dalam 

lingkungan yang terbatas di sekitar Tuhan Yesus, ada beberapa orang perempuan 

pengikutNya, beberapa diantaranya dari golongan masyarakat biasa, diantaranya Maria 

Magdalena (Luk 8:2),Maria dan Marta (Luk 10:38:24). Semuanya melayani Yesus dan 

keduabelas rasul dengan segala sesuatu yang mereka miliki. Hal ini menunjukkan letak 

peran perempuan dalam pelayanan Yesus. 

Namun dalam perjalanan sejarah kekristenan, prinsip patriakhat keyahudian terus 

berlanjut, sehingga peran perempuan tidak pernah menjadi pengambil keputusan melainkan 

pelaksana keputusan, bahkan ada pandangan-pandangan miring dari bapa-bapa gereja tentang 

keberadaan perempuan. Perempuan di dalam kebudayaan patriarkal dikepung oleh pesan￾pesan yang menegatifkan atau meremehkan keberadaan mereka. Tubuh seksual mereka 

dianggap ancaman berbahaya bagi kemurnian laki-laki dan menjadi alasan untuk 

membenarkan aniaya verbal dan fisik terhadapnya. 4

 Peremehan ini "dibenarkan" dengan 

alasan bahwa perempuan mempunyai kebodohan bawaan, tidak terdidik, tidak berwibawa, 

tidak bisa menjadi seorang pemimpin, dan tidak mampu membuat pemahaman-pemahaman 

penting. Jadi mereka diasingkan dari pikiran mereka sendiri, diasingkan dari kemampuan untuk mempercayai persepsi mereka sendiri. Semua penilaian atas tubuh dan pikiran 

perempuan ini pada gilirannya digunakan untuk membenarkan penyingkiran perempuan dari 

kesempatan-kesempatan kultural dan kepemimpinan. Akhirnya, perempuan diminta untuk 

menerima hal ini sebagai sanksi moral, alamiah dan suci.5

 Tetapi kesadaran mulai muncul 

dari pengalaman perempuan sepanjang abad, bagaimana perempuan mulai bersuara dan 

menentang ketidak-adilan dan diskriminasi atas dirinya sebagai perempuan. 

Kesadaran kaum perempuan akan ketertindasan mereka perlahan-perlahan mulai 

tampak ke permukaan. Mereka mulai menyuarakan penolakan terhadap pengajaran￾pengajaran misoginis yang ada dalam tubuh Gereja dan model-model patriakat dalam 

kepemimpinan. 

Kesadaran ini pun menjadi salah satu tantangan tersendiri bagi para pemimpin 

maupun umat Gereja patriarkat masa kini. Sehingga hal ini menjadi hal yang menarik bagi 

penulis untuk membahas bagaimana eksistensi perempuan dalam pelayanan Tuhan Yesus. 

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,maka yang menjadi rumusan masalah 

adalah Bagaimana Eksistensi perempuan dalam paradigma yang telah dibangun Tuhan Yesus 

selama Dia melayani di dunia ini dalam kesaksian kitab-kitab Injil? 

Adapun yang menjadi tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui eksistensi 

perempuan dalam paradigma dan pelayanan Tuhan Yesus. 

Dalam rangka penyelesaian penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif 

dengan menggunakan literatur (Library Research) yang berhubungan dengan judul di atas 

dan memperbandingkan pendapat para ahli serta analisa dari penulis sendiri. 

Eksistensi Perempuan dalam Paradigma dan Pelayanan Yesus 

Dalam Perjanjian Lama perempuan mengalami pendominasian dan 

pendiskriminasian, demikian juga dalam tradisi Yunani dan Romawi perempuan berada 

dibawah dominasi laki-laki, mereka berada dalam kekuasaan ayah mereka bahkan mereka 

tetap berada dalam kekuasaan ayah mereka bahkan setelah menikah.6

 Plato seorang filsuf 

ternama Yunani sebelum Kristus lahir, sudah mempunyai prasangka dan penilaian yang 

begitu buruk terhadap kaum perempuan, ia mengatakan bahwa jiwa terperangkap dalam 

tubuh, jika mau melepaskan belenggu keterikatan itu manusia harus melakukan reinkarnasi. 

Ia menyimpulkan bahwa nasib malang bisa menimpa laki-laki kalau ia direinkarnasikan menjadi perempuan´WKHPRVWUHOLJLous animals; and as human nature was of two kinds, 

WKH VXSHULRU UDFH´EH FDOOHG PDQ´ ,I >WKH PDQPDOH@ KH IDLOHG LQ DWWDLQLQJ WKLV DW WKH

VHFRQGELUWKKHZRXOGSDVVLQWRDZRPDQ´"

7

 

Perjanjian Baru lebih terbuka terhadap peranan dan kedudukan perempuan dalam 

kehidupan pelayanan Yesus. Perempuan dipakai dengan peranan yang penting dalam 

kedatangan Mesias, dalam nubuatan Perjanjian Lama menubuatkan bahwa perempuan akan 

melahirkan Juruselamat (Mi 5:2; Yes 7:14). Nubuatan itu digenapi dalam kelahiran Tuhan 

Yesus yang lahir dari rahim seorang perempuan. Dapat dikatakan bahwa perempuan juga 

dipakai dalam rencanaNya. Dalam pelayanannya selama di dunia ini, Yesus memberi 

perhatian kepada orang-orang yang miskin, buta, lumpuh, pincang, kusta, sengsara,pendosa, 

teraniaya, terpenjara, orang kecil dan anak-anak atau domba yang hilang dari Israel.8

 Yesus 

berpihak kepada orang-orang miskin dan tertindas, dengan mereka yang disingkirkan oleh 

orang lain.9

Mengenai kedudukan perempuan di dunia ini, pandangan Tuhan Yesus tidak sama 

dengan pandangan orang yahudi. Dalam masyarakat Yahudi perempuan dianggap lebih 

rendah kedudukannya daripada laki-laki, sehingga lahir doa Rabbi Yahudi yang berbunyi: 

³.DPL EHUV\XNXU NDUHQD WLGDN GLODKLUNDQ VHEDJDL SHUHPSXDQ³ 7HWDSL 7XKDQ <HVXV hadir 

dengan sikap yang baru. Sikap reformasi paradigma ini tercermin dalam sikap Tuhan Yesus 

yang menghargai perempuan. Dalam pengajaranNya tentang perkawinan, perceraian, dan 

selibat (Mat 19:3-12 dan Mrk 10:11-12), ada paradigma baru yang melampaui tradisi atau 

hukum Yahudi, yakni pada prinsipnya Allah tidak menghendaki perceraian dan suami yang 

menceraikan istrinya kemudian menikah lagi, suami itu melakukan perzinahan. Prinsip kedua 

ini tidak sama dengan tradisi dan hukum Yahudi, yang menekankan pada kebebasan suami 

untuk menikah lagi. 

Tuhan Yesus memperlihatkan kesamaan kedudukan manusia yang revolusioner pada 

masa pelayanannya. Artinya, Tuhan Yesus menghendaki perubahan paradigma keyahudian 

secara menyeluruh dan mendasar. Misalnya, perempuan beroleh kesempatan untuk 

mendengarkan pengajaran Tuhan Yesus, walaupun konteks budaya pada zamannya 

menganggap bahwa perempuan lebih rendah derajatnya. Ada banyak perempuan yang 

menjadi pengikut Tuhan Yesus. Perempuan pertama dalam kitab Injil Yohanes yang ditemui 

Yesus adalah Perempuan Samaria (Yoh 4:5-30). Setelah itu perempuan dari Kanaan yang 

 

menjerit meminta tolong kepada Tuhan Yesus (Yoh 15:22-28). Perempuan yang mengurapi 

Tuhan Yesus di rumah Simon si orang Farisi (Luk 7:44-50). Seorang perempuan yang 

menderita bungkuk delapan belas tahun (Luk 13:10-17). Perempuan dalam ceritera parabel 

Tuhan Yesus; seorang perempuan mengaduk tepung dengan ragi (Mat 13:33), gadis yang 

mencari koin yang hilang (Luk 15:8-10), lima gadis pintar dan lima gadis bodoh (Mat 25:1-

13). Janda yang ulet dalam memohon kepada seorang hakim (Luk 18:1-8) dan Janda miskin 

yang memberikan seluruh hartanya kepada Tuhan (Mat 12:38-44). Perempuan yang menjadi 

murid Tuhan Yesus dalam hal pengajaranNya, yaitu Maria dan Marta, (Luk 10:38-42). Maria 

Magdalena, seorang perempuan yang disembuhkan Tuhan Yesus karena kuasa roh jahat, 

menerima Tuhan Yesus di rumahnya dan mendukung pelayanan Tuhan Yesus dengan 

menjual dan memberikan harta miliknya (Luk 8:1-3). Salome dan ibu dari Yakobus anak 

Zebedius (Mat 27:55-56) serta Maria ibu Yesus. 

Lukas 8:1-3 menunjukkan bahwa Tuhan Yesus mengijinkan beberapa perempuan 

untuk menjadi teman seperjalanannya. Ia memberi semangat pada Marta dan Maria untuk 

duduk pada kakiNya sebagai murid-muridNya (Luk 10:38-42). Penghargaan Tuhan Yesus 

pada perempuan adalah sesuatu yang baru dan sangat menyolok, dan sangat berbeda dari 

perlakuan orang-orang Farisi dan Saduki. Pada masa hidup Yesus, Dia bersikap menentang 

diskriminasi dan dominasi terhadap perempuan. Ketika pemimpin-pemimpin agama Yahudi 

menangkap seorang perempuan yang kedapatan berzinah lalu dibawa kepada Tuhan Yesus. 

Mereka minta supaya perempuan ini dihukum rajam sesuai aturan Yahudi. Perlu disikapi 

dalam hal ini, orang Yahudi menangkap perempuan itu tapi tidak menangkap laki-laki yang 

tidur dengan dia. Menjadi pertanyaan, apakah hanya perempuan itu yang berzinah? Tentu 

jawabannya tidak. Tetapi ketidak-adilan gender mengakibatkan hanya perempuan itu yang 

mendapat hukuman, sementara laki-laki itu bebas dan tak bersalah. Tuhan Yesus berkata 

NHSDGDPHUHND³%DUDQJVLDSD \DQJWLGDNEHUGRVDKHQGDNQ\DLD \DQJSHUWDPD kali merajam

SHUHPSXDQLQL¥7LGDNDGD\DQJEHUDQLPHODNXNDQQ\D$NKLUQ\DTuhan Yesus menyuruh perempuan 

itu pulang dengan nasihat supaya tidak berbuat dosa lagi (Yoh 8:2-11). 

Perempuan dalam pelayanan Tuhan Yesus 

Meskipun manusia jatuh ke dalam dosa dan hukuman yang diberikan baik kepada laki-laki 

maupun perempuan ternyata bukanlah akhir dari rencana Allah, karena kasih Allah yang sangat besar 

terhadap umatNya sehingga Dia mengambil prakarsa untuk memulihkan harkat manusia itu melalui 

Yesus Kristus (Yoh 3:16). Tuhan Yesus menyampaikan hal-hal yang sama sekali baru tentang

 manusia dan hubungan manusia dengan Allah, sehingga pengajarannya membawa pertentangan 


begitu tajam di kalangan para pendengar-Nya.10


Dalam misiNya Yesus Kristus tidak membeda-bedakan manusia. Hal ini terbukti ketika Yesus 


melakukan mujizat penyembuhan, kuasaNya tidak terbatas untuk laki-laki saja tetapi sampai juga 


kepada perempuan, diantaranya perempuan yang sudah 12 (duabelas) tahun menderita pendarahan, 


tetapi ketika melihat Tuhan Yesus,ia menjamah jumbai jubahNya dan seketika itu juga berhentilah 


pendarahannya (Luk 8:43-44). 


Kaum perempuan yang mengikut TuhanYesus adalah peristiwa yang belum pernah terjadi 


sebelumnya pada masa itu.11 Pelayanan umum Tuhan Yesus diawali dan diakhiri dengan kisah tentang 


perempuan yaitu Maria ibu Yesus dan Maria Magdalena. Beberapa kali kisah kemuridan laki-laki dan 


kemuridan perempuan ditempatkan berpasangan12. Iman Nikodemus dipasangkan dengan pemahaman 


perempuan samaria. Dalam injil Yohanes juga perempuan yaitu Maria dan Marta ditempatkan sebagai


murid yang dikasihi Yesus (bnd dengan perilaku Maria yang duduk mendengarkan pengajaran 


layaknya seorang murid, Luk 10:28-32).13 Selama Tuhan Yesus melayani, yang memikirkan 


kehidupan dan kebutuhan jasmani Tuhan Yesus adalah perempuan (Luk 8:2-3). Perempuan itu 


melayani Tuhan Yesus dengan segenap kekayaannya, mereka memperhatikan kebutuhan makanan 


dan minuman Tuhan Yesus dan hadir di tengah-tengah pelayanan Tuhan Yesus. Perempuan￾perempuan yang disaksikan Injil Lukas ini memiliki peranan dalam karya Tuhan Yesus di tengah 


dunia ini dalam misi pelayananNya. Perempuan-perempuan di sekitar Tuhan Yesus ini tetap setia, 


ketika Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan, para murid melarikan diri (Mat 26:56), tetapi 


perempuan tetap setia dan hadir ketika Tuhan Yesus disalibkan (Yoh 19:25), bahkan dalam ucapan 


Tuhan Yesus di salib tetap menghargai kaum perempuan dan mengajarkan kepada pengikutNya 


³LQLODKLEXPX¥VHKLQJJDPXULGLWXPHQHULPDSHUHPSXDQLWXGLGDODPUXPDKQ\D <RK27). Dalam 


pelayanan-Nya, Yesus banyak menaruh perhatian kepada orang-orang yang dianggap sebagai 


µVDPSDK¶ PDV\DUDNDW WHUPDVXN GL GDODPQ\D EHEHUDSD SHUHPSXDQ .HWLND VHMXPODK RUDQJ )DULVL


datang kepada-1\DGDQEHUWDQ\D¥$SDNDKVHRUDQJVXDPLELVDPHQFHUDLNan istrinya dengan alasan apa 


VDMD"¥<HVXVPHQMDZDEPHUHNDNDWD-Nya: sejak semula perkawinan hanya terjadi antara seorang laki￾laki dan seorang perempuan (Adam-Hawa). Perceraian hanya bisa terjadi jika salah satu di antaranya 


berbuat zinah. Lalu orang-oranJLWXEHUWDQ\DODJL³.DODXEHJLWXPHQJDSD0XVDPHQJLMLQNDQVHRUDQJ


VXDPL PHPEXDW VXUDW FHUDL WDODN ¥" /DOX <HVXV PHQMDZDE NDUHQD NHWHJDUDQ KDWLPXODK 0XVD


melakukan hal itu. Tapi seharusnya tidak demikian (Mat 19:1-12). Reformasi pemikiran ini 


menunjukkan pengembalian secara mendasar hubungan laki-laki dan perempuan dalam maksud dan 


rencana Allah sejak permulaan. Namun tidaklah dapat dipungkiri bahwa dalam penulisan kitab Injil, 

tidak mengisahkan secara proporsional14 kisah-kisah tentang perempuan dalam pelayanan Tuhan 


Yesus. 


Ada beberapa perempuan yang ada dalam pelayanan Tuhan Yesus, diantaranya: 


Hana, seorang nabiah


Perjanjian Baru dibuka dengan kisah yang begitu terkenal tentang kelahiran Yesus. Pada saat 


upacara pentahiran Maria (Im 12:1-6) seorang nabiah bernama Hana menyatakan pernyataan 


yang dramatis. 


"Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan... Dan ia sekarang adalah seorang janda 


dan berumur delapan puluh empat tahun, ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah, dan siang 


malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa" (Luk 2:36-37). 


Hana dipakai untuk memperkuat bahwa Yesus adalah Mesias, Penyelamat yang dinanti￾nantikan oleh Israel. Karena itu seorang perempuan mempunyai peranan yang sangat penting 


didalam kelahiran Yesus dan di dalam penyerahanNya. Kemudian kita akan melihat bahwa 


perempuan juga mempunyai peran yang sangat penting sekitar penyaliban dan 


kebangkitanNya. 


Maria: Ibu Dari Kristus 


Maria, ibu dari Tuhan Yesus adalah seorang perempuan yang baik dan saleh. Tentunya, Maria telah 


mencontohi Hana, karena nyanyian pujiannya pada Allah (Luk 1:46-55) sangat mirip dengan 


nyanyian Hana (1 Sam 12:1-10). "Tetapi setelah genap waktunya maka Allah mengutus anakNya, 


yang lahir dari seorang perempuan, dan takluk pada hukum Taurat" (Gal 4:4). 


Tetapi marilah kita tidak melupakan bahwa seorang perempuan juga yaitu Maria, yang merupakan 


perempuan yang taat, melaluinya Kristus telah dikandungkan oleh Roh Kudus. Dan melalui 


perempuan ini maka Penyelamat dunia dilahirkan. Karena itu, apabila ada pandangan yang 


menyalahkan seorang perempuan, Hawa, yang menyebabkan jatuhnya manusia ke dalam dosa, maka 


pemahaman itu dipulihkan dimana kaum yang dianggap memiliki andil besar dalam kejatuhan 


manusia ke dalam dosa, yaitu perempuan adalah juga kaum yang sama yang dipakai oleh Allah dalam 


penyelamatan manusia, yaitu Maria yang telah menjadi alat, yang melaluinya manusia menerima 


Juruselamat. 


Injil Lukas menempatkan Maria bersama dengan Hana sebagai awal yang membuka jalan tentang 


berita keselamatan hadirnya seorang Mesias. Maria menerima berita bahwa ia beroleh karunia dan 


melahirkan seorang anak yang akan menjadi penyelamat (Luk 1:38). Dalam Injil Yohanes


menampakkan berita yang lain ketika Maria (ibu Yesus), Yesus dan murid-muridNya sementara mengikuti jamuan kawin dan tuan rumah kehabisan air minum (secara tradisi hal ini mempermalukan 


tuan rumah). Maria berinisiatif untuk meminta Tuhan Yesus menolong, sekalipun permintaan ini 


ditolak oleh Tuhan Yesus, tetapi Maria berinisiatif meminta kepada para pelayan untuk mengindahkan 


apa saja yang dikatakan oleh Tuhan Yesus. Maria mengetahui dengan sungguh sebagai orang yang 


penuh kuasa, perkataan Tuhan Yesus pun mengandung kuasa. 


Perempuan yang Disembuhkan Tuhan Yesus


Tuhan Yesus tidak membedakan laki-laki atau perempuan dalam pelayanannya, termasuk dalam 


menerima kesembuhan, laki-laki dan perempuan, keduanya diperlayakkan untuk menerima mujizat


kesembuhan. Ada beberapa perempuan yang menurut kesaksian Injil mendapa mujizat kesembuhan 


dari Tuhan Yesus, yaitu: 


- Ibu Mertua Petrus (Mat 8:14-17; Markus 1:29-31; Lukas 4:38-39) 


Setelah meninggalkan rumah ibadat , Tuhan Yesus dan murid-muridNya masuk ke rumah Petrus, 


tetapi etibanya disana, Yesuspun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka 


dipegang-Nya tangan perempuan itu (dalam versi kitab Lukas dikisahkan bahwa Tuhan Yesus 


menghardik demam itu), lalu lenyaplah demamnya. Perempuan itupun bangun dan melayani 


mereka. 


- Anak perempuan Yairus, seorang kepala rumah ibadat (Mat 9:18- ; Mrk 5:21-43; Luk 


8:40-56)


- Perempuan yang pendarahan 12 tahun (Mat 9:20-22;Mrk 5: 25-31; Luk 8:43-48) 


- Anak perempuan yang kerasukan setan (Mrk 7:25-29) 


- Perempuan yang 18 tahun di rasuk setan (Lukas 13:10-17) 


-


Perempuan Samaria (Yoh 4:1-42) 


Di dalam Alkitab, baik laki-laki maupun perempuan mengikuti Kristus. Perempuan diberkati, 


diampuni dan disembuhkan sama seperti laki-laki. Seorang perempuan yang mempunyai lima suami


dan yang sedang hidup dengan laki-laki lain (yang tidak dinikahinya), telah diberkati dan diampuni 


dari semua dosa-dosanya. Sebagai bukti bahwa Yesus tidak pernah lagi melihat dosa-dosa dari 


perempuan ini, pada hari dimana ia bertobat ia menjadi salah satu dari pemberita InjilNya (Yoh 


4:28,29,39). Ia kemudian membawa seluruh desa itu pada Kristus. 


Dalam pelayanan Yesus banyak sekali kisah menarik yang berkaitan dengan tindakan Yesus yang 


menghargai manusia, diantaranya adalah bercakap-cakap dengan perempuan Samaria, mematahkan 


penghalang dan aturan yang menghambat kebebasan dan berbicara dengan pelacur dan membela yang 


hendak dirajam, menjunjung tinggi hak warga untuk hidup. 


Perempuan ini adalah anonim, hanya diberi pelabelan sesuai dengan lokalitasnya, yaitu Samaria. 


Dioalog panjang ini menunjukkan sebuah percakapan eksistensial yang membawa pada suatu transformasi kehidupan.15 Yesus sangat menghargai perempuan, ketika Yesus berbicara dengan 


perempuan Samaria di sumur, Yesus melawan arus budaya bangsanya saat itu. 


Maria Magdalena 


Maria Magdalena bukanlah tokoh penting di tengah masyarakat, dan bukanlah pemimpin bagi kaum 


perempuan yang percaya kepada Tuhan Yesus. Dia adalah perempuan yang pernah dibebaskan oleh 


Tuhan Yesus dari ikatan tujuh roh jahat (Luk 8:2), sehingga mampu menemukan diri sendiri dan 


menjadi pengikut Tuhan Yesus yang setia.16 Ia dikenal sebagai perempuan yang taat yang mengasihi 


Tuhan Yesus.17


Maria Magdalena datang bersama Tuhan Yesus dari Galilea ke Yerusalem (Mrk 15:41), berdiri dekat 


salib Tuhan Yesus (Yoh 19:25), menjadi orang pertama pergi ke kubur ketika hari masih gelap (Yoh 


20:1) dan melihat mayat Tuhan Yesus yang tidak terbaring lagi di kubur itu, sehingga dia menangis 


(Yoh 20:11). Menurut Marie Claire Bart,kemungkinan alasan yang membuat Maria Magdalena


menanngis adalah karena ia kehilangan kesempatan terakhir untuk melayani Tuhan Yesus.18


Maria Magdalena merupakan sosok pribadi yang hadir dalam misteri Paskah, yang sebelumnya tetap 


setia dan hadir di kaki salib Yesus dan pergi ke kuburan Yesus. Menurut Injil Yohanes, Maria 


Magdalena adalah perempuan pertama yang pergi ke kubur dan orang yang pertama bertemu dengan 


Tuhan Yesus yang telah bangkit (Yoh 20:1-18). Maria Magdalena menjadi pelopor untuk 


memberitakan kabar baik bagi dunia. Perempuan ini perlu dihormati sebagai saksi dalammisteri 


paskah yang harus dipahami oleh setiap Kristen.19


Perhatian penulis Injil tehadap perempuan semakin nyata bahwa perempuan pun ditempatkan sebagai 


sosok pertama yang menyaksikan kubur kosong yang menandakan bahwa Yesus telah bangkit. 


Penginjil Markus mengingatkan bahwa orang pertama yang melihat Yesus yang telah bangkit adalah 


Maria Magdalena dan bahwa dialah yang memberitakan hal ini kepada murid-murid yang selalu 


mengiringi Yesus (Mrk 16:9-10). Matius memberitakan hal yang sama bahwa perempuanlah yang 


terlebih dahulu menyaksikan bahwa kubur telah kosong (Mat 28:1-10). Lukas pun demikian 


menekankan prioritas murid perempuan karena kepada merekalah Yesus memberitahukan tentang 


kebangkitanNya (Luk 23:56). 


1.1 Perempuan Setelah Kebangkitan Kristus 


Kebangkitan Tuhan Yesus adalah jalan rekonsiliasi yang memperbaiki hubungan antara manusia 


dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, alam dan semua makhluk. Setelah kebangkitan 


Yesus Kristus, perempuan yang jatuh ke dalam dosa bersama laki-laki menjadi saksi pertama bagi 


semua makhluk di dunia tentang kebangkitan Yesus Kristus. Keempat kitab Injil menyaksikan dan 

memberitakan bahwa perempuanlah yang pertama-tama menemukan kubur kosong, sebagai tanda 


bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit20 dan memberitakan kepada murid-murid lainnya. Injil Yohanes 


mengutamakan peranan Maria Magdalena. Pada waktu Tuhan Yesus bangkit dari kematianNya, Maria 


Magdalena adalah orang pertama yang dijumpai oleh Tuhan Yesus. Sesudah kebangkitan, beberapa 


perempuan menggabungkan diri didalam doa dan permohonan bersama dengan para murid Yesus 


dalam persekutuan yang sepakat (Kis 1:14). Namun pada masa gereja mula-mula, perempuan 


tampaknya tidak mempunyai tempat dan kedudukan baik sebagai pemimpin atau pengajar.21


Implikasi 


Manusia sebagai Imago Dei dengan sangat jelas hendak menyatakan bahwa manusia adalah sama￾sama Gambar Allah, itu berarti bahwa relasi antara manusia merupakan hubungan sesama gambar 


Allah. Namun pada perkembangan hidup keagamaan prinsip ini terkikis, sehingga ada dominasi atas 


subordinasi, yakni ada pendominasian laki-laki atas perempuan sebagai subordinasi. Pendominasian 


itu mengakibatkan kemanusiaan perempuan umumnya dianggap lebih rendah dari pada kemanusiaan 


laki-laki, yang pada gilirannya mengakibatkan penindasan, perbudakan dan eksploitasi perempuan, 


sehingga perempuan dianggap ada di bawah kuasa laki-laki. Namun Yesus telah hadir sebagai 


rekonsilioner atas relasi tak berimbang antara laki-laki dengan perempuan dengan memberi teladan 


dalam pelayanannya. Sikap Yesus terhadap perempuan dan bagaimana Dia memperlakukan mereka 


adalah sesuatu yang sangat tidak lazim pada zamanNya,bahkan berlawanan dari adat-kebiasaan dan


praktek-praktek umum pada masa itu.22 Yesus telah menunjukkan teladan dalam relasi antar sesama 


manusia. Yesus tidak pernah berbicara tentang Hak Azasi Manusia (HAM) atau pembebasan dari 


struktur yang menindas, namun seluruh hidupNya dan pengajaran-pengajaranNya mengejawantahkan 


hal itu.23 Perempuan dihargai dan digambarkan ulang dalam eksistensinya sebagai gambar Allah. 


Prinsip penghargaan yang universal dan sederajat secara menadalam tertanam dalam ajaran Yesus 


tentang mengasihi sesama manusia.24 Perempuan dalam pelayanan Tuhan Yesus terlibat aktif dan 


adalah kaum yang setia bahkan sampai kematianNya di kayu salib. Namun teladan Tuhan Yesus ini 


tidaklah tetap dalam pola keagamaan Kristen di seluruh belahan bumi. Penderitaan perempuan terus 


berlanjut, sehingga perempuan bersuara dari penderitaan-penderitaan itu. Suara tersebut adalah 


keprihatinan berakar pada kesadaran akan penindasan dan perlakuan yang diskriminastif25 dan suara 


perempuan yang tertindas itu tepat langsung pada benteng teologi transposisi laki-laki.26 Dan akhirnya 


dapat diringkaskD

20 MariYunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua 


O  Sehingga gereja, institusi dan para praktisi hendaknya 


tetap memperhatikan peran perempuan tersebut agar berimbang dengan laki-laki dalam pelayanan, 


akses pendidikan dan kebudayaan. 
























Spritualitas Yesus pada dimensi pertama, yaitu mengasihi Allah dengan segenap hati,

jiwa dan kekuatanmu. Dimensi pertama ini disempurnakan dengan dimensi kedua, mengasihi sesama

seperti mengasihi diri sendiri. Implementasi dari dimensi kedua ini, yaitu Yesus konsisten untuk

menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang miskin, orang sakit, orang-orang yang

berdosa, dan domba-domba yang hilang dari Israil.Bersumber kepada Injil yang sinoptik, maka dapat diketahui bagaimana spiritualitas Yesus.

Yesus mengutip shema ikrar pengakuan iman Yahudi yang paling agung. “ Dengarlah hai orang

Israil, Yahwe itu Allah kita, Yahwe itu Esa. Kasihilah Yahwe Allah mu dengan segenap hatimu,

dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ulangan: 6-4). Ia menambahkan bahwa

perintah paling utama kedua yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.

Kelihatannya inilah inti dari spiritualitas Yesus. Pertama, mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa

dan kekuatan. Kedua, mengasihi sesama manusia seperti mengasihi dirinya sendiri.

Aspek kedua dari pengamalan spiritulitas Yesus yang dirumuskan sebagai perintah paling

utama kedua yaitu mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri. Seorang pria bertanya

kepada Yesus tentang perintah Taurat yang paling utama. Yesus mengutip Shema ikrar pengakuan

iman Yahudi yang paling agung, seperti yang sudah dituliskan di atas. Orang tersebut setuju, dan

menyatakan bahwa bila seseorang mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti ia

mengasihi dirinya sendiri, maka semua itu jauh lebih utama dari semua korban bakaran dan korban

sembelihan. Yesus kemudian menyatakan perkataan yang mengejutkan bagi orang tersebut. “Engkau

tidak jauh dari Kerajaan Allah. (Mrk 12: 28-34).

Perkataan ini menunjukkan bahwa pandangan Yesus tentang Kerajaan Allah tidak hanya

melibatkan pelengseran revolusioner terhadap kerajaan kerajaan dunia, tetapi juga wawasan rohani

tertentu tentang hal-hal yang paling Allah inginkan dari manusia, yang satu tidak mungkin lengkap

tanpa yang lain. Ketika hari makin sore, banyak orang berbaris untuk memberikan uang persembahan

mereka ke dalam perbendaharaan bait Allah. Yesus melihat dan mengamati seorang janda miskin

hanya membawa dua peser. ( koin peser dikenal dengan nama lepton, upah harian bagi buruh kasar

adalah satu dinar, satu dinar sama dengan seratus koin peser.) Hanya itu yang dimilikinya. Ia berkata

kepada kerumunan orang banyak, Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari semua

orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. (Markus 12:43) Kondisi di atas sangat

relevan ketika ia menghadapi cobaan di padang gurun (Matius 4-11 dan Lukas 4 : 1-13).

Jelasnya penting untuk diketahui setelah turunnya Yesus dari surga, Yesus mewartakan dan

memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Yesus bergaul dan membebaskan manusia dari beban

dan persoalan kehidupan.Penduduk Palestina pada zaman Yesus menurut Albert Nolan (2005: 31) diperkirakan

berjumlah kurang lebih 500.000 jiwa dan penduduk kota Yerussalem berjumlah 300.000 jiwa.

Penduduk desa pada umumnya memiliki lahan kecil yang menghasilkan pertanian. Sebagian besar

tanah dikuasai oleh tuan tanah yang kaya. Tanah tersebut dipergunakan untuk menamam jagung dan

zaitun, peternakan kambing dan domba. Di kota terdapat tiga sektor ekonomi, yaitu (1) pengrajin

tekstil, makanan, wangi-wangian dan perhiasan.(2) Mereka yang bekerja di bidang konstruksi bait

Allah dan istanba pejabat (3) pedagang. Tetapi sebagian besar penduduk Palestina adalah rakyat

kecil yang keadaan ekonominya cukup parah, karena penghasilan yang kecil. Dalam situasi ini

mereka masih dibebani dengan pajak dan pungutan dari pemerintah.

2. Latar Belakang Sosial

Latar belakang sosial menurut Tim Konferensi Wali Gereja Indonesia (1996:252) masyarakat

Palestina di bagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat tiga kelas, yaitu : (1) Tuan tanah (2)

Pemilik tanah kecil, pengrajin dan buruh (3) Budak. Di perkotaan terdapat tiga lapisan masyarakat,

yaitu (1) Aristokrat imam (2) Para pengrajin, pejabat rendah, awam, imam dan kaum lewi. (3) Buruh

yang bekerja di sekitar bait Allah dan kaum proletar. Selain terdapat kelas-kelas dalam masyarakat,

pada waktu itu juga terdapat bermacam diskriminasi, yaitu : (1) Diskriminasi rasisal (kasta) yang

dianggap sepenuhnya orang Israil adalah keturunan Abraham yang asli yang tidak mengalami

perkawinan campur seperti orang Samaria. (2) Diskriminasi seksual. Pada zaman Yesus orang-orang

Yahudi berpendapat bahwa nafsu seksual tidak dapat dikendalikan dan oleh karena itu mereka

berusaha melindungi wanita dan kesusilaan dengan cara mengucilkan mereka di dalam rumah dan

tidak ikut dalam kegiatan masyarakat. Dalam hal keagamaan mereka setara dengan budak kafir dan

anak-anak, saksi yang tidak dapat dipercaya, hak-hak dalam perkawinan terbatas.(3) Diskriminasi

dalam pekerjaan. Sejumlah pedagang seperti pemilik toko dan para dokter selalu dianggap tidak

jujur. Beberapa pedagang berbau busuk (pengolah kulit), tukang jahit dicurigai bertindak asusila

karena terlibat dalam kontak dengan wanita. Para rentenir dan pemungut pajak tidak pernah bisa

menjadi hakim atau saksi di depan pengadilan. Secara sosial mereka terkucil. Para pekerja yang

harus berdagang dan berhubungan dengan orang-orang kafir dan siapa saja yang tidak menyisihkan

sepersepuluh dari setiap pendapatan atau membersihkan setiap berjana tertentulah pelanggar hukum.

(4) Diskriminasi terhadap anak-anak. Menurut hukum agama Yahudi, anak-anak dianggap tuna

rungu dan tuna wicara, cacat mental dan di bawah umur. Mereka diklasifikasikan sama dengan

orang-orang kafir, budak wanita, orang lumpuh, buta sakit, cacat, dan tua. Oleh karena itu tidak lah

mengherankan bahwa para murid mencaci maki orang-orang tua yang membawa anak-anak mereka

untuk mohon berkat Yesus. (5) Diskriminasi terhadap orang-orang yang menderita. Kelompok lainyang secara sosial dan religius dianggap tabu, yaitu penderita kusta, orang-orang sakit dan orang- orang kesurupan.

C. Mengasihi Sesama Seperti Mengasihi Diri Sendiri

Ajaran Yesus tentang aspek kedua dari spiritualitasnya, sebagai hukum kasih begitu sentral,

menurut Yusuf Roni (2014: 22) sampai Paulus mengatakan bahwa kalau sampai ada orang yang

dapat memahami semua misteri teologi, melakukan hal-hal besar sampai martir karena imannya,

tetapi tidak melakukannya dalam kasih, semua itu sia-sia.

Jelasnya penting untuk diketahui setelah turunnya Yesus dari surga, Yesus mewartakan dan

memberi kesaksian tentang Kerajaan Allah. Yesus bergaul dan membebaskan manusia dari beban

dan persoalan kehidupan. Orang-orang yang mendapat perhatian Yesus disebut dengan berbagai

istilah dalam Injil, yaitu miskin, buta, lumpuh, pincang, kusta, lapar, sengsara, pendosa, pelacur,

pemungut cukai, kerasukan setan (dikuasai roh jahat), teraniaya, tertindas, terpenjara, yang bebannya

terlalu berat, rakyat gembel yang tidak tahu hukum, orang banyak, orang kecil, yang terakhir anak- anak atau domba-domba yang hilang dari Israil. Menurut Albert Nolan (2005: 50) Yesus menyebut

mereka sebagai orang-orang miskin dan kecil. Kelompok ini oleh orang Farisi sebagai pendosa atau

rakyat gembel yang tidak tahu apa-apa mengenai hukum

Yesus tidak merasa dipanggil untuk menyelamatkan Israil dengan mendorong orang untuk

menerima baptis demi pengampunan dosa di Sungai Yordan. Ia mengambil keputusan ada yang lain

yang perlu, sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang miskin, orang sakit dan domba-domba

yang hilang dari Israil dan orang-orang yang berdosa.

Beberapa hal dibawah ini kelihatannya mencerminkan aspek kedua spiritualitas Yesus

tersebut :

1. Melayani Orang-Orang Miskin

Meskipun istilah miskin dalam Injil tidak hanya menunjuk orang-orang yang secara ekonomi

kekurangan. Orang miskin dimaksud menurut Albert Nolan (2005: 51-52) diantaranya : (1)

pengemis, orang-orang ini menderita sakit dan cacat hingga terpaksa mengemis karena tidak

mungkin memperoleh pekerjaan atau karena tidak mempunyai keluarga yang mampu mengurusnya.

Pasti tidak ada rumah sakit dan jaminan sosial. Mereka tidak bisa lain kecuali mengemis untuk

mengisi perut mereka. Demikian juga orang buta, bisu, tuli, lumpuh, pincang dan sakit kusta

biasanya adalah pengemis. (2) Janda dan anak yatim. Mereka tidak mempunyai saudara yangmemberi jamianan hidup dan dalam masyarakat tidak mempunyai kemungkinan bekerja untuk

mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri. Hidup mereka tergantung pada derma orang saleh dan

bendahara kenisah. (3) Buruh harian yang tidak mempunyai keahlian, yang sering kali tidak

mempunyai pekerjaan, petani yang bekerja di ladang dan mungkin juga budak.

2. Melayani Orang-Orang Berdosa

Orang-orang berdosa tersingkir dari pergaulan sosial, orang yang menyimpang dari hukum

dan warisan adat istiadat yang dipegang oleh kelas menengah (orang-orang terpelajar dan saleh, ahli

kitab dan kaum Farisi), diperlakukan sebagai orang yang lebih rendah termasuk kelas bawah.

Kelompok pendosa adalah satu kelas sosial tertentu, sama dengan kelompok sosial orang-orang

miskin. Yang termasuk dalam kelompok orang-orang berdosa menurut Albert Nolan (2005: 53-54)

(1) Orang-orang yang mempunyai pekerjaan tidak bersih seperti pelacur, pemungut cukai, perampok,

penggembala, lintah darat dan penjudi. Pemungut pajak dianggap sebagai penipu dan pencuri karena

pekerjaan mereka memberi hak kepada mereka untuk menentukan besarnya jumlah pajak yang harus

dibayar orang, dan hak untuk memperoleh komisi untuk diri mereka sendiri. Banyak diantara mereka

yang tidak jujur. Demikian juga penggembala dicurigai sering membawa gembala mereka masuk ke

ladang orang lain dan mencuri, yang tentu saja seringkali benar. Oleh karena itu pekerjaan seperti ini

memperoleh cap yang tidak baik. (2) Orang-orang yang tidak membayar sepersepuluh (sepersepuluh

penghasilan) kepada para imam. (3) Orang-orang yang tidak peraturan hari sabat dan kebersihan

ritual.(4) Orang-orang yang tidak terdidik dan buta huruf, yang dengan sendirinya tidak tahu hukum

dn tidak berkesusilaan. Bahkan orang-orang Farisi yang terbuka seperti Hillel dianggap sebagai

orang yang tidak mungkin mempunyai keutamaan dan kesalehan. (5) Orang-orang tahanan dan

terpenjara.

Tidak ada jalan keluar praktis bagi pendosa. Secara teoritis pelacur dapat dibersihkan melalui

proses pertobatan, pembersihan dan silih yang rumit. Untuk itu ia perlu uang. Uang yang didapat

dengan cara tidak halal tidak dapat digunakan untuk itu. Uangnya kotor dan haram. Seorang

pemungut pajak dapat meninggalkan pekerjaannya dan memberikan restitusi kepada semua orang

yang pernah ia rugikan, ditambah seperlima dari jumlah itu. Orang yang tidak terdidik harus

melewati proses pendidikan panjang sebelum ia boleh yakin bahwa dirinya bersih. Dengan demikian

menjadi pendosa adalah nasib. Seseorang sudah ditentukan oleh nasib atau rencana Allah untuk

menjadi rendah. Dengan demikian orang-orang ini menderita karena frustasi, merasa bersalah dan

cemas. Mereka frustasi karena tahu bahwa mereka tidak akan pernah diterima dalam lingkungan

orang terhormat. Yang mereka rasakan paling perlu adalah pengakuan dan kehormatan, hal yangtidak mungkin mereka peroleh. Orang-orang terpelajar mengatakan kepada mereka bahwa mereka

mengecewakan Allah. Akibatnya rasa bersalah yang mendalam mendekati neorosis, yang mau tidak

mau membuat mereka takut dan cemas mengenai berbagai macam hukuman Ilahi yang mungkin

menimpa mereka.

Berdasarkan asumsi di atas, kelihatannya orang-orang miskin dan tertindas di zaman Yesus

selalu mudah terserang penyakit. Hal ini bukan hanya kondisi fisik tempat mereka hidup akan tetapi

karena kondisi psikilogis. Tampaknya banyak dari antara mereka menderita sakit mental, yang

tampak dalam gejala-gejala psikosomatis seperti kelumpuhan dan kesulitan dalam berbicara.

Bagi orang-orang Yahudi dan dunia Timur kafir menurut Derrett seperti dikutip oleh Albert

Nolan ( 2005: 55) tubuh adalah tempat kediaman roh. Allah meniupkan roh ke dalam diri manusia

yang membuatnya hidup. Pada saat kematian roh ini meninggalkan tubuh. Selama hidupnya roh-roh

lain dapat juga masuk ke dalam tubuh orang lain apakah roh baik atau roh jahat, roh kenajisan dan

setan. Keadaan seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Kalau seseorang tampak bukan dirinya,

kehilangan kendali atas dirinya maka dianggap jelas bahwa sesuatu sudah masuk ke dalam dirinya.

Dengan demikian kelakukan dan penglihatan istimewa yang dialami para nabi akan membuat orang

berfikir bahwa ia dikuasai oleh roh Tuhan, sebaliknya tingkah laku orang yang sakit mental membuat

orang berfikir ia dikuasai oleh roh jahat.

3. Menyembuhkan orang-orang yang sakit

Gejala-gejala yang nampak dalam anak yang kerasukan setan dalam Injil adalah gejala- gejala yang mungkin dalam ilmu kedokteran modern disebut dengan epilepsi, dengan ciri

membanting diri ke tanah atau api, tidak bisa bicara, tuli, kejang dan mulutnya berbusa (Markus: 9

:17-27). Orang yang kerasukan roh jahat yang mengguncangkan dirinya di sinagoge adalah penderita

epilepsi (Markus : 1 :23-26). Orang yang kerasukan setan yang tinggal di kuburan bersama roh-roh

orang mati jelas orang gila yang sedang kambuh. “ Tidak ada seorang pun yang sanggup

mengikatnya sekalipun dengan rantai-rantainya diputuskan dan belenggunya dimusnahkan. Sehingga

tidak ada seorang pun yang cukup kuat untuk menjinakkannya. Siang malam ia berkeliaran di

kuburan di bukit-bukit sambil berteriak dan memukul dirinya dengan batu, (Markus : 5:3-5) Jelaslah

ia kerasukan roh najis atau roh jahat (Markus : 5 :2)

Beberapa penyakit fisik lainnya dan juga psikosomatis dianggap sebagai akibat roh jahat.

Lukas menuliskan tentang seorang wanita yang lemah Dan tidak bisa berdiri karena dirasuki roh

jahat yang melemahkan tubuhnya. “ Ia sakit sampai bungkuk punggungnya dan tidak dapat berdiritegak. Roh yang memasuki dan tinggal di dalam diri wanita itu yang membuatnya demikian. (Lukas :

13: 10-17). Ada juga roh yang membuat bisu dan tuli. Roh-roh ini mengikat lidah dan menutup

telinga hingga orang yang dirasukinya bisu dan tuli. (Markus: 9 : 18-25, 7 : 35) Demam keras yang

diderita oleh ibu mertua Simon tidak secara tegas disebut roh jahat, tetapi penyakit itu

dipersonifikasikan. :” Yesus menghardik deman itu dan penyakit itupun meninggalkannya. (Lukas : 4

:39) Orang lumpuh yang diampuni dosanya (Markus : 2: 1-12) kelihatannya mengalami psikosomatis

akibat rasa bersalah yang mendalam. Ia pun dapat dikatakan dikuasai oleh roh jahat yang

melumpuhkan, meskipun Injil tidak dengan tegas menyatakannya.

Semua penyakit yang disebutkan di dalam Injil menurut Jeremias seperti dikutip oleh Albert

Nolan (2005: 57) sekarang disebut gangguan fungsi. Penyakit-penyakit yang tampak dari luar di kulit

tidak akan digambarkan dengan cara seperti itu. Penyakit ini lebih merupakan cacat tubuh dari pada

roh yang diam di dalam tubuh. Seseorang yang menderita sakit apapun, yang membuatnya tidak

bersih secara lahir disebut penderita kusta. Pada waktu itu kusta adalah istilah umum meliputi semua

penyakit kulit, termasuk luka dan luka bakar. Seorang penderita kusta tidak dikuasai roh jahat, tetapi

tubuhnya yang tidak bersih juga aklibat perbuatan dosa. Semua kemalangan, penyakit dan

penderitaan adalah buruk. Itu semua derita yang dikehendaki oleh Allah sebagai hukuman atas dosa- dosa si penderita itu sendiri atau dosa orang lain dalam keluarga atau juga dosa nenek moyang.

Dalam hal ini seseorang bertanya kepada Yesus, : “ Rabbi siapakah berbuat dosa,orang itu sendiri

atau orang tuanya sehingga ia dilahirkan buta ?’’ (Yohanes 9: 2 dan lihat juga Lukas 13: 24). Orang-orang miskin dan tertindas berada di bawah kekuasaan ahli kitab yang menumpukkan

beban hukum mereka dan tidak pernah mengangkat satu jari pun untuk menyentuhnya. (Lukas 11 :

46) Mereka tidak diberi hak warga. Menurut Jeremias seperti dikutip Albert Nolan (2005: 59-69)

tidak satu tugas terhormatpun yang diberikan kepada mereka dan mereka tidak diperkenankan

menjadi saksi dalam pengadilan. Pendosa disingkirkan dari sinagoge. Sementara orang profesional,

pemilik toko, pedagang, tukang kayu dan pencari ikan adalah terhormat dan termasuk kelas

menengah. Kaum Farisi, Esseni dan Zelot adalah orang terpelajar dari kelas menengah. Kelompok

yang memerintah adalah kelas atas yang kaya dan mewah termasuk keluarga Herodes, keluarga

aristokrat (para imam ) yang hidup dari sepersepuluhan dan pajak kenisah dan aristokrat awam (tua￾tua) yang memiliki sebagian besar tanah.

Yesus berasal dari kelas menengah, tetapi yang menarik ia bergaul dengan orang-orang

miskin, orang sakit dan domba-domba yang hilang dari Israil dan orang-orang yang berdosa. Apa

yang membuat seorang Yesus mau bergaul dengan rakyat jelata yang tidak tahu apa-apa mengenaihukum. Jawabnya karena belas kasih. Tergeraklah hatinya oleh belas kasih kasihan kepada mereka

dan ia menyembuhkan mereka ( Matius 14:14). Tegeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada

mereka karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak digembala (Matius 9 : 36 dan

Markus 6 :34). Ia tergerak oleh belas kasihan melihat air mata seorang janda di Nain dan berkata : “

Jangan menangis.” (Lukas 7: 13) Jelas dikatakan bahwa hatinya tergerak oleh belas kasih kepada

orang kusta (Markus 1 : 41) tergadap dua orang buta (Matius 20 : 34) dan terhadap orang yang tidak

mempunyai apapun untuk di makan (Markus 8 :2). Dalam Injil Kanonik berulangkali Yesus

mengatakan kepada mereka miskin : “ Jangan menangis, jangan cemas, jangan takut. (Markus 5: 36,

6 :50, Matius 6: 25-34, Markus 4 : 40 dan Lukas 10 : 41) Ketika orang kagum akan mukjizat yang

terjadi atas anak Yairus, Yesus mengatakan bahwa anak ini perlu diberi makan ( Markus : 42-43)

Adapun cara penyembuhan yang Yesus lakukan yaitu : (1) Menggunakan ludah seperti umum

dianggap berkhasiat. (Markus 7: 33-8 :23) (2) Membuat kontak fisik secara spontan dengan orang

yang sakit, seperti menyentuh dan memegang tangan mereka dan meletakkan tangannya atas

mereka. ( Markus 1 : 31, 41 : 6 : 56; 8 :22-25) (3) Menggunakan doa secara spontan (Markus 9 :29

(4) Yesus selalu percaya pada kekuatan iman, Yesus selalu mengatakan : “ Iman mu yang telah

menyembuhkan engkau.” ( Matius 21:22)

Dengan demikian, Yesus tidak menggunakan rumus upacara atau mantera. Menurut Vermes

seperti dikutip Albert Nolan ( 2005 : 64) Pada zaman itu keberhasilan para pengusir setan

disebabkan oleh penggunaan rumus-rumus upacara kuno yang ditepati secara teliti. Upacara ini

meliputi mantera atau jampi-jampi, tindakan simbolis, barang-barang tertentu. Di samping itu

meskipun ada dokter atau tabib, tetapi jumlahnya kecil dan pengetahuan mereka tentang obat sangat

terbatas. Apalagi orang miskin jarang sekali mampu membayar mereka.

Jelasnya jika Yohanes mengandalkan pembaptisan demi pertobatan, maka Yesus

mengandalkan iman. Iman adalah kekuatan maha dahsyat. “ Segala sesuatu adalah mungkin bagi

Allah “ ( Markus 10 : 27) Segala sesuatu mungkin bagi siapa saja yang mempunyai iman. (Markus

17: 20)

Untuk mengimplematikan pengamalan spiritual yang kedua terkait dengan pergaulan Yesus

dengan para pendosa. Pergaulan Yesus dengan para pendosa dapat diketahui dari keempat Injil

kanonik. Beberapa hal yang dilakukan Yesus yaitu : (1)Bersahabat dengan penungut cukai dan orang

berdosa ( Matius 11 : 19 (2) Yesus mengadakan perjamuan bersama dengan pendosa. (3) Yesus juga

mengundang orang-orang Farisi dan orang-orang yang terhormat untuk makan bersama (Lukas 7 :36,

11 :37 dan 14 : 1). (4) Yesus selalu membesarkan hati mereka dengan mengatakan : “ Jangan takut ,jangan khawatir dan kuatkanlah hati mu. “ ( Markus 5 : 36, 6 :50 dan Matius 6 : 25-34, Lukas 12; 32

dan Yohanes 16 : 33) (5) Lukas 6 : 20-21 “ Berbahagaialah kamu yang miskin, karena kamulah yang

empunya Kerajaan Allah. (6) Dosa dapat diampuni karena iman ( Lukas 7 : 48-50) (7) Dalam hal

pengobatan Yesus menekannkan pentingnya iman dalam penyembuhan. (8) (Lk 10:38-42). Lebih

lagi, Yesus bersahabat erat dengan Maria Magdala yang Ia ajar dan kirannya diajak berdiskusi

banyak hal dengan dia pula. Ia tidak menjaga reptusinya dengan bergaul erat dengan para pelacur,

atau menjadi skandal dalam masyarakat (Lk 7:39; Mt 11:19). Yesus tak pusing dengan reputasinya.

Hal yang menjadi pusat perhatian Yesus adalah cara masyarakat memperlakukan para pelacur dan

para wanita yang tertangkap basah berbuat zina, dengan tidak adil. Para laki-laki tak pernah diadili,

tetapi hanya para wanita dipersalahkan dan dihukum serta dianggap pendosa.

Pertanyaaannya apakah mungkin orang-orang Farisi dan pengemis dapat dijamu di sekitar

meja yang sama ? Tentu saja mereka pada mulanya mereka enggan. Untuk mengatasi kebiasaan

sosial ini Yesus memaksa para pengemis untuk datang dan Yesus sendiri menumpang di rumah

mereka Dengan demikian, yang penting bukan hanya perjamuan makan bersamanya tetapi pengaruh

dari perjamuan ini terhadap orang-orang miskin dan berdosa. Dengan menerima mereka makan

bersama, Yesus sudah membebaskan dari rasa malu, rendah diri dan rasa berdosa. Kontak fisik yang

terjadi ketika berbaring bersama-sama membuat mereka diterima dan merasa bersih.

Manusia mempunyai martabat yang sama . Yesus tidak ada kompromi pada keyakinannya

bahwa semua orang sama dalam martabat dan nilai kemanusiaan. Ia memperlakukan orang buta,

orang timpang, orang tersingkir dan para pengemis secara hormat, sebagaimana Ia memperlakukan

orang yang tingkat statusnya tinggi dalam masyarakat. Ia menolak bahwa para wanita dan anak-anak

tidak penting dan tingkatnya rendah di masyarakat. Inilah alasan mengapa Yesus membalikan

pandangan masyarakat. Yesus memberikan tempat kepada para wanita sesuai dengan martabat dan

nilai kemanusiaannya. Yesuslah satu-satunya guru yang berdiri teguh dengan menerima para wanita

sebagai sahabat-sahabat dan para muridnya. (Lk 10:38-42).

Lebih lagi, Yesus bersahabat erat dengan Maria Magdala yang Ia ajar dan kirannya diajak

berdiskusi banyak hal dengan dia pula. Ia tidak menjaga reptusinya dengan bergaul erat dengan para

pelacur, atau menjadi skandal dalam masyarakat (Lk 7:39; Mt 11:19). Yesus tak pusing dengan

reputasinya. Hal yang menjadi pusat perhatian Yesus adalah cara masyarakat memperlakukan para

pelacur dan para wanita yang tertangkap basah berbuat zina, dengan tidak adil. Para laki-laki tak

pernah diadili, tetapi hanya para wanita dipersalahkan dan dihukum serta dianggap pendosa.Dalam situasi macam Yesus hadir. Spiritualitasnya bersifar revolusioner. Tetapi Yesus

bukanlah revolusioner. Yesus bukanlah tipe revolusioner seperti di dunia politik. Ia tidak bermaksud

menggulingkan orang-orang yang sedang menduduki kuasa dan menggantikan dengan orang-orang

lain yang tak berkuasa. Ia mencari yang lebih radikal daripada itu. Ia mengangkat nilai-nilai yang

tersedia pada zamannya, dan menumpahkan di kepala mereka. Ia pusatkan pada revolusi sosial, lebih

daripada revolusi politik. Revolusi sosial ini lebih tepat dimengerti dengan sikap pertobatan spiritual

total. Revolusi sosial atau pertobatan spiritual total berarti menjungkir-balikkkan sikap cara

memandang relasi social dalam masyarakat. Tetapi revolusi politik berarti menjatuhkan penguasa

pemerintah dan menggatikan dengan penguasa lain. Yesus sendiri, sebagaimana orang-orang Yahudi

lain yang tertindas pada masa itu, berharap memperoleh kebebasan dari penindasan Roma. Tetapi

Yesus sendiri memandang dirinya sebagai Nabi yang melaksanakan misinya untuk melaksanakan

revolusi spiritual dan sosial.

Kerajaan Allah datang bukan dari atas; tetapi datang dari bawah, dari orang miskin, dari

mereka yang kecil, orang berdosa, terbuang, yang hilang, dari kampung Galilea. Mereka menjadi

saudara yang saling memperhatikan, saling mewujudkan rasa persaudaraan, saling melindungi, dan

saling berbagi satu sama lain. Tetapi bukan berarti bahwa Yesus berpandangan bahwa kerjaan Allah

berbentuk seperti keluarga tradisional. Yesus juga memandang keluarga secara khusus,

diputarbalikkan juga. Yesus menegaskan yang mengejutkan kita, “Setiap orang yang datang

kepadaKu tetapi tidak membenci bapanya, ibu, isteri anak-anak, saudara-saudari, bahkan dirinya

sendiri, ia tak pantas menjadi murid ku” (Lukas 14:26). Artinya, bukan berarti tanpa suatu pilihan.

Siapa saja bisa menjadi anggota keluarga kerjaan Allah tetapi bukan keluarga kerajaan Allah seperti

yang dia pikirkan. Yesus sendiri mengungkapkan sikapnya secara jelas bahwa Ia tidak memilih

keluarga tradisionalnya, karena hubungan darah. Waktu Ia mendapat laporan bahwa ibu dan saudara- saudaranya mencari Dia, Ia menjawab: “Siapakah ibu dan saudara-saudari ku?” Dan sambil

memandang sekeliling ia berkata: “Inilah ibuku dan saudara-saudara ku! Barangsiapa melakukan

kehendak Allah dialah saudaraku dan ibuku” (Markus 3:33-35).

Gagasan ini amat sulit diterima oleh masyarakat pada zaman itu, bahkan hingga dewasa ini.

Yohanes menyampaikan pesannya dengan jelas dan tegas melalui cerita Yesus mencuci kaki para

murid (Joh 13:4-16)

Meskipun kemudian Isa as pada akhirnya wafat sama seperti manusia lainnya. Tetapi sebelum

kematiannya, apakah ada fakta dalam al-Kitab baik langsung maupun tidak langsung yang

menyatakan bahwa Isa as menikah? Tentu saja, tidak ada pernyataan bahwa Isa as memangmenikah. Sebaliknya, tidak ada pernyataan yang mengatakan bahwa ia tidak menikah. Sebaliknya,

keempat Injil menyatakan banyak muridnya yang menikah.

Dalam Injil Yohanes ada sebuah bagian yang berhubungan dengan perkawinan, yang menurut

Michael Baigent, et all (2006: 417) kemungkinan merupakan perkawinan Yesus sendiri, yaitu

pernikahan di Cana. Pada pesta pernikahan itu, Maria memerintah putranya, Yesus untuk mengisi

bejana anggur. Maria bersikap seolah dialah nyonya rumahnya. Pada pesta ini, Yesus

memperlihatkan mukjizatnya, yaitu mengubah air biasa menjadi minuman anggur. Semua ini

dilakukannya atas permintaan ibunya. Mengapa Maria mengajukan permintaan itu? Mengapa dua

orang itu berkewajiban memperhatikan jamuan layaknya mereka sebagai tuan rumah? Jawabannya,

karena pernikahan Cana adalah pernikahan Yesus sendiri.

Siapakah yang menjadi istrinya? Dalam seluruh isi al-Kitab, Yesus memperlakukan Magdalena

dengan cara khas. Perlakuan seperti ini mungkin saja menimbulkan kecemburuan di antara para

murid. Hal ini tampak jelas dalam catatan tradisi tentang Maria Magdalena yang digambarkan

sebagai wanita tuna susila. Meskipun demikian, apapun statusnya, dia bukannya satu-satunya wanita

yang mungkin merupakan istri Yesus, ada seorang wanita lagi yang muncul, namanya Maria dari

Bethani, saudara wanita Martha dan Lazarus.

Berdasarkan informasi yang terdapat dalam Injil Yohanes, maka Michael Baigent (Ibid.: 425)

menyimpulkan bahwa Maria Bethani dan wanita yang melakukan ritual perminyakan terhadap Yesus

adalah wanita yang sama. Jika Yesus memang menikah, jelas hanya ada satu calon untuk istrinya,

seorang wanita yang muncul secara berulang dalam al-Kitab walau dengan nama yang berbeda-beda

dan peran yang berbeda juga.

Gagasan mengenai adanya pernikahan ini ditemukan dalam salah satu bagian Injil Filifus (

dalam Deshi Ramadhani, 2007 : 114). Persoalannya pada penafsiran atas tindakan Yesus yang

mencium mulut Maria Magdalena. Dalam Injil Filifus dikisahkan : “ …. Dan teman dari ( Sang

Penyelamat ) Maria Magdalena, (Ia mencintai ) dia lebih dari (semua) murid (dan biasa) mencium

dia ( sering kali) pada ( mulut)nya. Tindakan Yesus yang sering mencium inilah disebarluaskan

lewat novel dan film The da Vinci Code. Teks Injil ini adalah salah satu dari naskah yang berasal dari

Nag Hammadi yang ditulis dalam bahasa Kopt. Dalam bahasa ini Maria Magdalena digambarkan

sebagai teman Sang Penyelamat. Bila ini didekati melalui bahasa Aram, diperoleh sebuah informasi

bahwa Maria adalah pasangan atau istri Sang Penyelamat. Meskipun menurut Ramadhani tindakan

tidak dapat diterima karena, (1) Pelecehan terhadap teks yang ada. (2) Mencium mulut sebagai

simbol bukan tindakan seksual ragawi. Dalam naskah ini Maria Magdalena dikisahkan sebagai

simbol kebijaksanaan Ilahi yang menjadikannya rekan spiritual Yesus sendiri.(3) Dalam wahyu(kedua) Yakobus, Ia menceritakan : “ …. Dan Ia mencium mulutku, Ia memegang ku sambil berkata

: “ Kekasih Ku lihat, Aku akan menyingkapkan kepadamu (hal-hal) itu yang surga maupun penguasa

alam tidak pernah mengetahuinya….” Dengan demikian Yesus tidak cuma mencium Maria tetapi

juga Yakobus. (4) Mencium mulut mengandung makna pengetahuan yang disampaikan rahasia dan

istimewa juga dibangun relasi spiritual yang khusus.

Jika diperhatikan dalam Inil Markus 16:9, Yesus pernah mengusir 7 setan dari dalam diri Maria

Magdalena. Dalam Lukas 7 :36-50 Maria digambarkan sebagai perempuan berdosa, ia mengurapi

kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya. Dalam Yohanes 8 menceritakan tentang perempuan

yang bernama Maria, yang memiliki saudara bernama Marta dan Lazarus tertangkap basah

melakukan perzinahan. Menurut Ramadhani (ibid ;120) tidak ada data yang mengetakan bahwa

Maria Magdalena seorang pelacur. Tetapi karena Paus Gregorius tahun 591 M dalam salah satu

homilinya mengajarkan bahwa perempuan-perempuan ada dalam teks Injil tersebut adalah satu orang

yang sama. Sejak itulah Maria Magdalena mendapat predikat buruk sebagai seorang pelacur.

Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang samar dari al-Kitab dan informasi dari al- Qur’an yang mengatakan bahwa para Nabi memiliki istri-istri, maka dapat dipahami bahwa Yesus

juga pernah menikah.

James D. Tabor ( 2007 : 397-398) menuliskan bahwa pada akhir Februari 2007, muncul bukti

baru yang mendukung pengidentifikasian makam keluarga Yesus. Kisah ini dilaporkan oleh media

besar di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, detail-detail ini disajikan dalam

sebuah film dokumenter berjudul : The Lost Tomb of Jesus ( Makam Yesus yang Hilang), yang

diproduseri oleh James Cameron dan simcha Jacobovici. Jacobovici bersama Charles Pellegrino

menulis buku berjudul The Jesus Family Tomb ( Makam Keluarga Yesus). Ketika edisi perdana buku

Dinasti Yesus diterbitkan, penulisnya memberikan bukti awal sebuah gua makam Yahudi yang digali

pada bukit batu, yang secara kebetulan ditemukan pada 1980 di sebuah distrik bernama Talpiot di

sebelah selatan Kota Lama Yerussalem, mungkin menjadi tempat peristirahatan Yesus dan

keluarganya yang terakhir. Dua tahun kemudian, bekerjasama dengan berbagai pakar, D. Tabor

melakukan investigasi dan kelihatannya sangat besar kemungkinan bahwa makan Talpiot adalah

makam keluarga Yesus. Makam ini memuat sepuluh osarium atau kotak tulang. Enam dari osarium

itu memuat inskripsi nama masing-masing Yesus anak Yusuf, Maria, Maria Kedua, Yusuf, Matius,

serta Yudas anak Yesus. Tiga osarium tidak memuat inskrpsi dan osarium yang kesepuluh tidak

dapat ditelusuri. Berbagai pengujian ilmiah baru-baru ini membuktikan keterhubungan osarium

berinskripsi Yakobus anak Yusuf saudara Yesus, yang muncul tahun 2002 dengan 9 osarium lainnya

dari makam Talpiot yang hilang. Secara statistik dapat dipastikan bahwa Yesus dan keluarganyadimakamkan di sana. Jika demikian halnya, sebuah osarium yang berisi tulang Yesus sendiri juga

ditemukan di sana, beserta osarium Maria ibunya dan juga anaknya bernama Yudas yang

keredaannya tidak diketahui sebelumnya, selain juga osarium seorang wanita yang kemungkinan

adalah ibu Yudas, yang oleh beberapa orang diidentifikasikan sebagai Maria Magdalena. Dari

fragmen tulang belulang Yesus anak Yusuf, para pakar DNA purba berhasil mengekstraksi materi

genetik yang dapat terbaca. Implikasinya bagi para sejarawan serta arkeolog sangatlah dahsyat dan

juga bagi orang Kristen, Yahudi dan Islam.


sumber: Nur Fitriyana

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah2