ak ada pula
kekuasaan lain yang sanggup berbuat begitu; menyediakan tempat diam bagimu, menyediakan air dan menumpahkan bahan makanan yang boleh dikatakan
tidak membayar. Sehingga jika terlambat hujan turun darijangka yang terbiasa,
tidaklah ada kekuatan lain yang sanggup mencepatkan datangnya. "Moka
janganlah kamu odakan bagi Allah sekutu-sekutu, padahal kamu mengetohui." (ujung ayat 22).
Tentu kalau telah kamu pakai fikiranmu itu, mengetahuilah kamu bahwa
Yang Maha Kuasa hanyalah Dia sendiriNya. Yang menyediakan bumi buat
kamu hanya Dia sendiriNya, yang menurunkan hujan, menumbuhkan dan
mengheisilkan buah-buahan untuk makananmu hanya Dia sendirNya. Sebab
itu tidaklah pantas kamu buatkan untuk Dia sekutu yang lain. Padahalkamu
sendiri merasA bahwa tidak ada yang lain itu berkuasa. Yang lain itu cumalah
kamu bikin-bikin saja.
Ayat ini akan diikuti lagi oleh banyak ayat yang lain, yang nadanya menyeru
dan membangkitkan perhatian manusia terhadap alam yang berada sekelilingnya. Ayat ini telah menunjukkan kehidupan kita di atas bumi yang subur ini,
menyambung keturunan dari nenek-moyang kita. Dikatakan di sini bahwa bumi
adalah hamparan, artinya disediakan dan dikembangkan laksana mengembangkan permadani, dengan serba-serbi keseluruhannya. Dan di atas kita
terbentanglah langit lazuardi, laksana satu bangunan besar. Di atas langit itu
terdapat matahari, bulan dan bintang dan awan gumawan dan angin yang
berhembuseejuk. Lalu diterangkan pula bahwa kesuburan bumiadalah karena
turunnya hujan dari langit, artinya dari atas.
Ayat ini menyuruh kita berfikir dan merenungkan, diikutidengan merasakan. Bukanlah kemakmuran hidup kita sangat bergantung kepada pertalian
langit dengan bumi lantaran hujan? Adanya gunung-gunung dan kayu-kayuan,
menghambat air hujan itu jangan tumpah percuma saja ke laut, tetapi tertahantahan dan menimbulkan sungai-sungai. Setengahnya terpendam ke bawah
bumi menjadipersediaan air. Pertalian langit dengan bumi, dengan adanya air
hujan itu teratur dengan sangat rapinya, sehingga kehidupan kita di atas bumi
menjadi terjamin. Ayat ini menyuruh renungkan kepadaf<ita, bahwasanya
semuanya itu pasti ada yang menciptakan; itulah Allah. Tak mungkin ada
kekuasaan lain yang dapat membuat aturan setertib dan seteratur itu. Sebab itu
maka datanglah ujung ayat mengatakan tidaklah patut kita menyembah kepada
Tuhan yung luin, selain Allah: "Maka ianganlah kamu adakan bagi Allah
seku tu -ieku tu, padahal komu mengetoh ui. " ( ujun g ay at 22) . Kamu sudah tahu
bahwa yang menghamparkan bumi dan membangun langit, lalu menurunkan
hujan itu, tidak dicampuri oleh kekuasaan yang lain.
Di sini kita bertemu lagi dengan apa yang telah kita tafsirkan di dalam Surat
al-Fatihah. Di ayat 21 kita disuruh menyembah Allah, itulah Tauhid uluhiyah;
penyatuan tempat menyembah. Sebab Dia yang telah menjadikan kita dan
n"nlk.-oyung kita; tidak bersekutu dengan yang lain. Itulah Tauhid Rububiyah.
Di ayat 22 ditegaskan sekali lagiTauhid Rububiyah, yaitu Dia yang menjadikan bumi sebagai hamparan, menjadikan langit sebagai bangunan dan Dia
yang menurunkan hujan, sehingga tumbuhlah tumbuh-tumbuhan untuk rezeki
bagi kamu. tni adalah Tauhid Rububiyah. Oleh sebab itu janganlah disekutukan
Allah dengan yang lain; Itulah Tauhid Uluhivah.
Maka pelajaran Tauhid didapat langsung dari melihat alam.
,,Dan jika adolah iamu dalom keroguan dari hal apa yang telah Kami
turunkan kepada hamba Komi." (pangkal ayat 23). Hamba Kami yang Allah
maksudkan ialah Nabi kita Muhammad s.a.w., satu ucapan kehormatan tertinggi dan pembelaan atas diri beliau. Dan yang kami turunkan itu adalah al'
a;;r. Di ayat kedua perrnulaan sekali, Tuhan telah menyatakan bahwa alK-itab itu tldak ada lagi keraguan padanya, petunjuk bagiorang yang bertakwa.
Tetapi sudah terbayang selanjutnya bahwa masih ada manusia yang ragu-ragu'
yang- menyebabkan rnereka meniadi munafik, sehingga ada yang mulanya
,n"n-Vutat i" percaya tetapi hatinya tetap ragu. Ditantanglah keraguan mereka
itu dengan ayat ini: "Maka datanglah sebuah Surat yang sebonding dengan
dio.,, T-uhan bersabda begini, karena masih ada di antara yang ragu itu
menyatakan bahwa al-Quran itu hanyalah karangan Muhammad saja, sedong
hambaKomi Muhammad s.a.w. itu adalah manusia sepertikamu iuga. Selama
ini tidaklah dia terkenal seorang yang sanggup menyusun kata begitu tinggi
mutunya atas kehendaknya sendiri, dan bukan pula terkenal dia sebagai
,"o-"i Kahin (tukang tenung) yang sanggup menyusun kata sastra. Maka
kalu, furnu ragu bahwa ruMu yung disampaikannya itu.benar-benar dari
Tuhan, kamu cobalah mengarang dan mengemukakan agak satu Surat yang
sebanding dengan yang dibiwakln Muhammad itu! Cobalah. Apa salahnva!
Dan kalai t am" tiaat *nggup maka: "Don panggillahsoksi-soksikamuseloin
Allah, jika adalah kamu orang-orang yang benar'" (ujung ayat 23)
Panggillah ahli-ahli untuk membuktikan kebenaranmu. Katau kamu tidak
bisa, mungkin ahli-ahli itu bisa. Boleh kamu coba-coba.
Ayat -yang begini dalam bahasa Ar"b;;;;;JJ"ionaaai igiA vuit,
Tantangan.
Di zaman Makkah ataupun di zaman Madinah, bukan sedikit ahri-ahlisyair
dan ada pula Kahin atau tukang mantra yang dapat mengeluarkan kata
tersusun. Namun tidak ada satupun yang dapat menandingial-Quran. Bahkan
sampai kepada zaman kita inipun bangsa Arab tetap mempunyai pujanggapujangga besar. Merekapun tidak sanggup membanding dan mengadakan
tandingan dari al-Quran. Sehingga dipindahkan ke dalam kata lain, meskipun
dalam bahasa Arab sendiri untuk menyamai pengaruh ungkapan-ungkapan
wahyu tidaklah bisa, apatah lagi akan mengatasi.
Dr. Thaha Husain, pujangga Arab yang terkenaldan diakui kesarjanaannya
dan diberi gelar Docfor Honoris couso oleh beberapa Universitas Eropa,
sebagai Universitas diSpanyol, Italia, Yunani, yaitu sesudah dicapainya ph.D. di
sorbonne, mengatakan bahwa bahasa Arab itu mempunyai dua macam sastra,
yaitu prosa (manzhum) dan puisi(mantsur) yang ketiga ialah al-Quran. Beliau
tegaskan bahwa al-Quran bukan prosa, bukan puisi: Al-Quran ialah al-Quran.
Tahaddi A-f atau tantanganitu akan berlaku terus sampaike akhir zaman.
Dan untuk merasai betapa hebatnya tantangan itu dan betapa pula bungkemnya jawaban atas tantangan, seyogianyalah kita mengerti bahasa Arab dan
dapat membaca al-Quran itu. Dengan demikianlah kita akan mencapaiainal
yakin dari tantangan ini. Bertambah kita mendalaminya, mempelajari sastrasastranya dan tingkat-tingkat kemajuannya, bahkan bertambah kita dapat
menguasai istimewa itu, bertambah yakinlah kita bahwa tidak dapatdikemukakan satu Suratpun untuk menandingi al-Quran. Surat al-Baqarah mengandung
286 ayat; terlalu panjang. Tetapi ada Surat yang pendek, sebagai Surat alIkhlash (Qul Huallahu Ahad), atau Surat al-Kautsar (lnna a'thaina);Surat yang
sependek-pendek itupun tidak ada manusia yang kuasa membuat Surat tandingan untuk melawan dia.
"Maka jika kamu tidak dapat membuat, dan sekali-kalikamu tidak akan
dapat membuat, maka takutlah kamu kepoda netaka yang menyalakannya
ialah manu sia dan bat u, y ang disediakon u ntuk o r ang- or ang y ang kof ir. " ( ay at
24).
Kalau kamu sudah nyata tidak sanggup menandingial-Quran, dan memang
selamanya kamu tidak akan sanggup, baik susun kata atau makna yang
terkandung di dalamnya, maka janganlah diteruskan juga lagi penantangan itu,
lebih baik tunduk dan patuhlah, dan terimalah dengan tulus ikhlas. Jangan
dilanfutkan juga lagi sikap yang ragu-ragu itu. Karena meneruskan keraguan
terhadap perkara yang sudah nyata, akibatnya hanyalah kecelakaan bagi diri
sendiri. Jika kebenaran yang telah diakui oleh hati masih juga ditolak, artinya
ialah memilih jalan yang lain yang membawa kesesatan. Kalau dipilih jalan sesat,
tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka yang apinya dinyalakan de-ngan manusia yang dihukum dimasukkan ke dalarnnya bercampur dengan
batu-batu.
Perhatikan alun gelombang wahyu itu baiklbaik. Ancaman bukanlah datang dengan serta-merta begitu saja. Lebih dahulu manusia diajak berfikir dan
merenung alam, supaya sadar akan hubungan di antara mereka sebagai
makhluk dengan Tuhan Allah sebagaiKhaliq. Kalau masih ragu dipersilahkan
membuat tandingan al-Quran. Dan inipun terrryata tidak sanggup. Kalau tidak
sanggup bukanlah lebih baik tunduk dan menyatakan beriman? Tetapi kalau
bujukan lunak tidak diterima, tantangan tidak sanggup menjawab, namun
kekufuran diteruskan juga; apakah lagi yang pantas buat orang seperti ini, lain
dari ancaman neraka?
Manusia yang diancam akan menjadi penyalakan apineraka itu ialah yang
keras kepala, sebagaipepatah orang kita: "Kanji tak talu, airpun tak lalu,"Yang
ini tidak, yang itupun tidak. Tetapi menunjukkan yang mana gantiyang lebih
baik, pun tidak sanggup. Ke mana lagi kalau bukan ke neraka! Tetapi yang
patuh dan sadar diberi khabar gembira.
"Dan gembirakanlah orang-orong yang beriman dan beramal sholih,
bahwa untuk mereka adalah syurgo-syurga yang mengalir di bawahnya
sungoi-sungoi. " (pangkal ayat 25). Keras kepala nerakalah ancamannya. Tetapi
kepatuhan dijanjikan masuk syurga. Sedangkan yang diajak buat kepatuhan itu
ialah hal yang masuk di akal dan hal untuk keselamatan hidup sendirididunia
ini, bukan memaksa yang tidak dapat dikerjakan.
"Tiap-tiap kali diberikan kepoda mereka suatupemberiandari semacam
buah-buahan, mereka berkata: lnilah yang telah dijaniikan kepada kita dari
dahulu. Dan diberikan kepada mereko akan dia serltpa."
Baik juga kita ketahui perlainan pendapat diantara ahli-ahli tafsir tentang
malhum ayat ini. Penafsiran Jalaluddin as Sayuthi membawakan arti demikian:
"lnilah yang telah dikurniakan kepado kita di waktu dulu. Dan diberikan
kepada mereko serupo-serupo. " Beliau, Al-Jalal, memahamkan bahwa buah'
buahan yang dihidangkan di syurga itu serupa dengan buah'buahan yang telah
pernah mereka diberi rezekididunia dahulu. Padahal hanya rupa yang sama,
namun rasa dan kelazatannya niscaya berlainan. Adakah sama rasa buah'
buahan syurga dengan buah-buahan dunia? Adapun penafsir-penafsir yang lain
memaknakan ayat itu: "Inilah yong telah diianiikan kepada kita di waktu
dahulu." Artinya, setelah mereka menerima buah-buahan itu terkenanglah
mereka kembali, memang benarlah dahulu waktu di dunia Tuhan telah men'
janjikan itu buat mereka. "Dan diberikan kepada mereka berbagai ragam. Dan
untuk mereka di dolamnyo odo isferi-is teri yang suci. " Meskipun setengah ahli
tafsir menafsirkan pengertian suci bersih di sini ialah isteri di syurga tidak
pernah berhaid lagi, sebab haid itu kotor, namun sebaiknya kita memahamkan
lebih tinggi lagi dari itu. Sebab setiap kita yang berumahtangga di dunia ini
mengalami, bahwa betapapun bersih hatinya seorang isteri, cantik rupanya,
baik budinya isterididunia kita ini, namun perangainya yang menjemukan mesti
ada juga. Sebagaimana pepatah Melayu: "Tidak ada lesung yang tidak berdedak", tidak ada isteri yang tidak ada cacatnya. Ada baiknya di segi ini, ada
pula lernahnya di segi itu. Sehingga di dalam Surat an-Nisa'(Surat 4 ayat l8),
Tuhan menasihatkan:
fWt*,;{S;t.-;'Ld;i;/i,8.;,'iiu.i;:,ivr
(rr.rgt,) ft;'r(W*,
"Dan prgauliloh mereka dengan cara yangbaik, karena iikapunkamu
tidok suko kipada mereka, mudah-mudahan sesudah kamu benci kepada
sesuofu, Tuhan Allah akan menjadikon padanya kebaikan yangbanyak."
(an-Nisa':18).
Isteri-isteri di syurga itu suci bersih dari cacat yang menjemukan itu' Bukan
sebagai isteri dunia yang kadang-kadang memusingkan kepala. Baik isteri
.yrrga anak bidadari yang dijaniikan, atau isteri sendiri yang akan dipertemukan fuhan kembali dengan kita, karena sama-sama taat beriman dan beramal
yang shalih. "Dan mereka akan kekal di dalamnya." (ujung ayat 25)' Kekal di
dalam syurga itu dan tidak ada mati lagiAkan selalulah kita beriumpa ayat-ayat ianji gembira dari Allah, untuk
hamba Allah yang diberitempat di dalam syurga kelak itu. Kepercayaan akan
adanya syurga dan neraka adalah termasuk dalam rangka iman, sehingga jika
t<ita iaa[ p"rcayu, kafirlah kita. Tetapiada suatu halyang sebenamya tidak
pertu dipertengkarkan karena membuang-buang waktu, yaitu pertikaian bebeiapa Ulama tentang apakah syurga itu telah ada sekarang ini atau nanti saja
akan diadakan? Kalau sekarang memang sudah ada, apakah dia masih kosong?
Mengapa seketika Rasutullah s.a.w. mi'raj beliau melihat sahabatnya Bilalbin
Rabah dalam syurga, padahal ketika itu Bilal masih hidup? Halbeginisemuanya
sudah termasuk hal yang ghaib, yang kita percaya menurut yang diwahyukan
dan tidak perlu kita tambah-tambah lagi dengan tafsiran-tafsiran lain yang akan
memusingkan kepala kita sendiri. Demikian juga tentang kekal'
Yang perlu kita perhatikan ialah syarat masuk syurga yang telah diterangkan tadi, yaitu iman dan amal shalih. Kepercayaan hati kepada Tuhan, lalu
kepercayian itu dibuktikan dengan amal perbuatan. Sebab tidak mungkin
teijaai pertikaian di antara iman dengan amal. Tidak mungkin hanya ada
keperciyaan, sedang gerak amal tidak ada. Dan tidak mungkin pula ada gerak
amal, padahal tidak datang dari suruhan hati.
Lantaran itu maka diantara iman dengan amal shalih dapat juga dirangkaikan kepadaialan fikiran kita tentang kebudayaan. Kata ahlikalimat kebudayaan
itu adajah gabungan dari dua kata: Budhi dan Doyo. "Budhi" artinya cahaya
yang timbul dari jiwa. "Daya" ialah perbuatan yang timbuldarigerak anggota.
[4aka bolehlah kita katakan bahwa mu'min seiati itu adalah orang yang berkebudayaan tinggi.Sekarang tinggal lagi perhatian kita kepada usaha nenek-rnoyang kita
meresapkan iman itu ke dalam bahasa yang kita pakai. Dalam bahasa Arab
kalimat nor dan kalim at jonnah, keduanya mempunyai dua arti. Nor dalam alam
kenyataan inimereka artikan api. Tetapidalam alam akhirat itu berartineroko.
Jannah dalam artian duniawi ialah fomon-indah, dan dalam pengertian akhirat
artinya syurgo. Oleh karena nenek-moyang kita mempunyai dua kalimat
pusaka dari agama yang dahulu untuk alam akhirat itu, yaitu suorgo dan
neraka, yang keduanya dari bahasa Sanskerta, maka untuk jannah akhirat kita
artikanlah suarga dan untuk nar akhirat kita artikan neraka. Kemudian oleh
pengarang-pengarang Islam zaman Aceh, setelah kita memakai huruf Arab
menjadi huruf sendiri, diluliskanlah suorgo itu dengan huruf Syin, Ra, dan Kaf
pakai titik.
Lantaran itu kebanyakan pengarang-pengarang Islam yang datang kemudian, termasuk penulis "Tafsir" ini lebih cepatlah tangannya menuliskan menurut ejaan huruf Arab
savJargo.
(Syurgo). Yaitu syurgo, bukan suorgo atau
Ingatlah bahwa iniadalah pemakaian dan perkembangan bahasa belaka.
Adapun hakikat yang sebenarnya, Allah jualah yang mengetahuinya.
145
(25) Sesungguhnya Allah tidaklah malu
membuat perumpamaan apa saja;
nyamuk atau yang lebih kecildaripadanya. Maka adapun orangorang yang beriman mengetahuilah dia bahwasanya itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Dan
adapun orang-orang yang kafir,
maka berkatalah mereka: Apa
9an9 dikehendaki Allah dengan
pemmpamaan begini? Tersesatlah dengan sebabnya kebanyakan
manusia dan mendapat petunjuk
dengan sebabnya kebanyakan.
Dan tidaklah akan tersesat dengan dia, melainkan orang-orang
yang fasik.
/ zz z ,. 1 .a *.,;-i z/,-,r.f itt51
o 2z - a- al. C..--
zz / z lz '- lil, i/.ilTtU t#rLi -*1at
'b
> t -- !2. -lil z )z*z
ff) q&fl .;l "tr.t"i
./zz zz 2z-z z1-z z s 2 2tzo 2zz-
):. l-i:* 6l :l-21 ttL Oj:iitt;S
c'
,z / z ..2 / z t t
ietd.ga*rV.:rE_
..r-al,
ni'-nt'tLi,Jj-
'
z A- ilz
,-illtb
s2l a-...2 2 | z. ia i'iGdiii,ir (27) IIIHI ",:::n;"ill1::.T-f1: . 4 y. 4 +t "r'o*t'.i. \ r arru, vrqrry-vrqrrlJ yorry ttrstrts- a 4-ti5.lr.lgr. 4
cahkan janji Allah sesudah dite- .,-'. Lql lnqr l,qr rrr nuar I DgDu(IClt I (ttlg- . . . - z z
guhkan dia, dan mereka putuskan 1. '. at'i' ' .7- '/..1.'11'a. ' ( "r"
apa yang Allah perintahkan supa- otJ:-tJ'at'!t/ *,t$tStvot"b'''') guhkan dia, dan mereka putuskan i. | ..t'i " .7- '1..1.'1-r".. ' ( 7-"
ana uano Allah nprintahk^. .,,n^- o9L'tt- 9tle1d\ i ar'rI 7 I v ot"b'''-t
ya dihubungkan dan merusak me- rL rekadibumi.Merek"ilil;;;;;
orangyangmerug
,. "3$6 C"; {, yt, rlK uS
kepada Allah, padahal adalah kamu mati, lalu dihidupkanNya ka- *+ ' t--' -z 't't 't" '"
"'
mu, kemudian Dia matikan
-ku.nu, @ t'-r^+j lL i * i 4. i
kemudian Dia hidupkan; kemudian kepadaNyalah kamu akan
kembali.
i-z) v;;sliif .S.,Jlf 'i' (29) Dialah yang telah menjadikan untuk kamu apa dibumiinisekaliannya. Kemudian menghadaplah
Dia ke langit, lalu Dia jadikan dia
tujuh langit, dan Dia terhadap tiaptiap sesuatu adalah Maha Tahu.
. ). i2 azz -.
a. / -
zz>. 1,)
u t"y zLJl JL art i
tt . z .) z)z ... s*,G,fr-*:1'.F
"Sesungguhnye Allah tidaklah malu membuat perumpomaon apq saiq:
nyamuk atau lebih kecil daripadanya." (pangkal ayat 26). Orang-orang yang
kafir atau munafik itu mencari-cari saja fasal yang akan mereka bantahkan,
untuk membantah Nabi. Dalam wahyu Tuhan Allah membuat berbagai perumpamaan. Tuhan pernah mengumpamakan orang yang mempersekutukan
Allah dengan yang lain, adalah laksana laba-laba membuat sarang. Sarang labalaba adalah sangat rapuh. (Surat al-Ankabut ayat 41). Tuhanpun pernah
mengambil perumpamaan dengan lalat. Bahwa apa-apa yang dipersekutukan
oleh orang-orang musyrikin dengan Allah itu, jangankan membuat alam, membuat lalatpun mereka tidak bisa. (lihat Surat al-Haj, ayat 73). Demikian juga
perumpamaan yang lain-lain. Maka orang-orang yang munafik tidaklah r..remperhatikan isi, tetapi hendak mencari kelemahan pada misal yang dikemukakan
itu. Kata mereka misal-misal itu adalah perkara kecil dan remeh. Adakan labalaba jadi misal, adakan lalat diambil umpama, apa artinya semua itu. Peremehan
yang beginilah yang dibantah keras oleh ayat ini. "Allah tidaklah malu membuctt
perumpamoon apa saja; nyamuk atau yang lebih kecil daripadanya."
Maksud mereka tentu hendak meremehkan Rasulullah, tetapiTuhan Allah
sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Muhammad itu bukanlah
katanya, dan misal perumpamaan yang dikemukakannya, bukanlah misal
perbuatannya sendiri. Itu adalah misal Aku sendiri. Aku tidak malu mengemukakan perumpamaan itu. Mengambil perumpamaan daripada nyamuk, atau
agas* yang lebih kecil dari nyamuk, atau yang lebih kecil lagi, tidaklah Aku
segan-segan . " Maka adapun orang-orang yang beriman mengetahuilah mereka bahwasanya ini," yaitu perumpamaan-perumpamaan tersebut "adalah
kebenaran doriTuhan mereka." Artinya kalau perumpamaan itu tidak penting
tidaklah Tuhan akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua
perhitungan Allah itu adalah dengan teliti sekali. "Dan adapun orang-orang
yang kafir, maka berkatolah mereko: "Apa yang dikehendoki Alloh dengan
perumpomaan begini?" Apa kehendak Allah mengemukakan misal binatang
yang hina sebagai laba-laba, binatang tidak ada arti sebagai lalat, dan kadangkadang juga keledai yang buruk, kadang-kadang anjing menghulurkan lidah;
adakah pantas wahyu mengemukakan hal tetek bengek demikian? Maka
bersabdalah Allah selanjutnya: "Tersesatlah dengan sebobnya" yaitu sebab
perumpamaan-perumpamaan itu " kebanyokan monusia dan mendapat petun.
juk dengan sebabnya kebonyakan. Dan tidaklah akon /ersesot dengan dia,
melqinkan orang-orang yang fasik." (ujung ayat 26).
Dengan merenungkan ayat ini apa yang timbul dalam hati kita?
Yang timbul dalam hati kita ialah pertambahan iman bahwa al-Quran ini
memang diturunkan untuk seluruh masa dan untuk orang yang berfrkir dan
mencintai ilmu pengetahun. Orang-orang kafir itu menjadi sesat dar-r fasik
karena bodohnya. Atau bodoh tetapi tidak sadar akan kebodohan. Dan orang
yang beriman tunduk kepada Allah dengan segala kerendahan hati. Kalau
ilmunya belum luas dan dalam, cukup dia menggantungkan kepercayaan
bahwa kalau tidak penting tidaklah Allah akan membuat misal dengan nyamuk.
lalat, laba-laba dan lain-lain itu. Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Tetapi
orang yang lebih dalam ilmunya, benar-berrar kagumlah dia akan kebesaran
Allah. Di zaman moden kita ini sudahlah orang tahu bahwa perkara nyamuk
atau agas, bukanlah perkara kecil. Lalatpun bukan lagi perkara kecil. Demikian
miskroskop telah meneropong hama-hama yang sangat kecil, beratus ribu kali
lebih kecil daripada nyamuk dan lalat. Nyamuk malaria, nyamuk penyakit
kuning dan nyamuk yang menyebabkan penyakit tidur di Afrika, menyimpulkan
pendapat bahwa bahaya nyamuk lebih besar dari bahaya singa dan harimau. Di
Sumatera beberapa puluh tahun yang lalu terkenal nyamuk malaria diPanti dan
Penyabungan yang menghabiskan orang senegeri-negeri. Penduduk Rao*
pindah berbondong ke Malaya kira-kira 60 tahr"rn yang lalu karena dahsyatnya
serangan penyakit malaria. Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam W.H.O. membanteras hama-hama penyakit. Ahli ahli kuman sebagai Erlich, Pasteur dan lainlain menghabiskan usia dan tenaga buat menyelidiki kuman.kuman penyakit
menular. Sekarang dapatlah kita satu penafsiran lagi dari sabda Tuhan pada
Surat al-Muddassir (Surat 74 ayat 31).
(vr ir, )J;!\d/3&'&U;
"Dan tidoklah oda yang mengetahui tentaroTuhanmu, melainkan Diq
sendiri. " (al-Muddassir: 31)
Hama penyakit pes (sampar), hama penyakit cacar, penyakit anjing gila;
masya Allah! Alangkah banyaknya lagi yang terkandung di belakang sabda
Tuhan di ayat ini: "Nyomuk atau yong lebih kecil daripadanya."
Kadang-kadang kita harus belajar pada semanEat kerjasama lebah dan
semut. Kadang-kadang kita kagum melihat kehidupan ulat bulu, serangga dan
lain-lain.
Tidak ada rupanya yang soal kecil. Kita bertambah iman bahwa daerah
kekuasaan Allah Ta'ala pun meliputi akan kehidupan mereka semuanya.
Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan
kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.
"Yaitu orang-orang yang memecahkan janji Allah sesudoh dia ditesuhkon." (pangkal ayat 27). Apakah janji Allah yang teguh yang telah mereka
pecah? Janji Allah terasa dalam diri kita sendiri-sendiri, yang ditunjukkan oleh
akal kita. Janji Allah bersuara dalam batin manusia sendiri. Yaitu kesadaran
akalnya. Tadi pada ayal27 disuruh mempergunakan akal buat mencari di mana
janji itu. Apabila akal dipakai mestilah timbul kesadaran akan kekuasaan Tuhan
dan perlindungan kepada kita manusia, kalau manusia itu insaf akan akalnya
pastilah menimbulkan rasa terimakasih dan rasa pengaMian, ibadat kepada
Allah. Sekarang janji di dalam batin itu sendirilah yang mereka pecahkan,
mereka rusakkan, lalu mereka perturutkan hawanafsu. "Dan merekaputuskan
aw yang dihubungkan." Apa yang mesti dihubungkan? Yaitu fikiran sihat
dengan natijah (konklusi) dari fikiran itu. Karena ielah fasik mereka putuskan di
tengah-tengah, tidak mereka teruskan sampai ke ujung.
Sebagaimana orang-orang yang mengatakan dirinya Free thinker -Katanya
dia bebas berfikir. Lalu berfikirlah dia dengan bebas. Karena sihat fikiran,
sampailah dia kepada kesimpulan bahwa tidak mungkin alam yang sangat
teratur ini terjadi dengan sendirinya, dengan tidak ada pengaturnya- Fikirannya
telah sampai ke sana, tetapi dio putuskon hingga itu saja. Tidak diteruskannya
sampai ke ujungnya, sebab itu dia telah fasik, dan telah mendustai dirinya
sendiri. Katanya dia berfikir bebas, Free thinker, padahal dia tidak bisa lagi.
"Dan merusak mereka di bumi." Kalau fikiran sihat sudah diperkosa itu di
tengah jalan, dan dengan paksa dibelokkan kepada yang tidak benar, niscaya
kekacauanlah yang timbul. Kekacauan dan kerusakan yang paling hebat di atas
dunia ialah jika orang tidak bebas lagimenyatakan fikiran yang sihat. Inilah dia
fasitk. "Mereka itulah orang-orangyang merugi." (ujung ayat 27). Sebab mereka
telah berjalan di luar garis kebenaran.
Rugilah mereka karena kehinaan di dunia dan azab diakhirat. Yang lebih
merugikan lagi ialah karena biasanya orang-orang penentang kebenaran itu ada
yang hidupnya kelihatan mewah, sehingga orang-orang yang dungu fikiran
menyangka mereka benar, seumpamanya Qarun di zaman Fir'aun. Orang yang
kecil jiwanya menjadi segan kepada mereka kebesaran dan kekayaan mereka,
lantaran itu mereka bertambah sombong dan lupa daratan. Bertambah tenggelam mereka di dalam kesesatan dan kerusakan karena puji dan sanjung.
Lantaran itu bertambah tidaklah dapat lagimereka mengendalikan dirisendiri.
Timbullah sifat-sifat angkuh, tak mau mendengarkan nasihat orang. Akhirnya
mereka bertambah terang-terang berbuat fasik dan berbangga dengan dosa.
Akhir kelaknya karena tenaga manusia terbatas, usiapun tidak sepanjang yang
diharap, timbullah penyakit, baik rohani atau jasmani. Penyakit gila hormat
menimbulkan penyakit lain pula, yaitu cemburu kepada segala orang, bahwa
orang itu akan menentangnya. Takut akan jatuh, timbul berbagai was-was;
sehingga pertimbangan akal yang sihat dikalahkan oleh prasangka. Tadinya
ingin bersenang-senang, hasilnya ialah kepayahan yang tidak berujung. Dicari
sebabnya, tidak lain ialah karena kosongnya dada dari pegangan kepercayaan.
Tadinya mereka mencari bahagia tetapi salah memahamkan bahagia.
Lantaran iman tidak ada, amalpun tidak menentu. Padahal kalau hendak
mencari bahagia, amallah yang akan diperbanyak. Kesenangan dan istirahat
jiwa ialah bila dapat mengerjakan suatu amalan yang baik sampai selesai untuk
memulai lagi amal yang baru, sampai berhenti bila jenazah telah dihantar ke
kubur. Orang yang telah fasik, yang telah terpesona haluan bahtera hidupnya
dari tujuan yang benar, akan tenggelamlah dia ke dalam kesengsaraan batin,
yang walaupun sebesar gunung emas persediaannya, tidaklah akan dapat
menolongnyaAdakah rugiyans lebih dari ini?
Kemudian datanglah bujuk rayuan Allah kembali untuk menyadarkan
manusia supaya jangan menempuh jalan yang fasik dan kufur itu.
"Betapa kamu hendak kulur kepada Allah, padahal adalah kamu mati,
lalu dihidupkonNyo kamu." (pangkal ayat 28). Cobalah fikirkan kembali daripada tidak ada, kamu telah Dia adakan. Entah dimanalah kamu dahulunya
tersebar; entah di daun kayu, entah dibijibayam, entah di air mengalir, tidak
ada bedanya dengan batu tercampak, rumput yang lesa terpijak, ataupun
serangga yang tengah menjalar, kemudian dihidupkanNya kamu. Terbentuklah
mani dalam shulbi ayahmu dan foroib ibumu, yang berasal dari darah, dan
darah itu berasal dari makanan; hormon, calori dan vitamin. Kemudian kamu
dalam rahim ibumu, dikandung sekian bulan lalu diberi akal. Mengembara di
permukaan bumi berusaha mencukupkan lieperluan- keperluan hidup. " K emudianDia matikan kamu-" Dicabut nyawamu dipisahkan dari badanmu. Badan
dihantarkan kembalikepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah;
kembali seperti tadi pula, entah jadi rumput lesa terpijak, entah jadi tumpukan
tulang-tulang. Orang membangun kota yang baru, kubur-kubur dibongkar,
tulang-tulangnya dipindahkan atau tidak diketahui lagi bahwa di sana ada
kuburan dahulunya, lalu didirikan orang gedung di atasnya. "Kemudian Dia
hidupkan." Yaitu hidup yang kedua kali. Sebab nyawa yang pisah dari badan
tadi tidaklah kembalike tanah, tetapipulang ke tempat yang telah ditentukan
buat menunggu panggilan Hari Kiamat. ltulah hidup yang kedua kali; hidup
salah satu dari dua. Yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia. Karena di
zaman hidup pertama didunia kamu memang melatih diri dari dalam kehidupan
yang tinggi dan mulia. Atau hidup yang lebih sengsara, karena memang dalam
kehidupan pertama kamu menempuh jalan kepada kesengsaraanitu. "Kemudion kepadol',lyalah kamu akon kembali." (ujung ayat 28).
Artinya setelah kamu dihidupkan kembali, kamu dipanggil kembali ke
hadirat Allah untuk diperhitungkan baik-baik, dicocokkan bunyicatatan Malai-
kat dengan perbuatanmu semasa hidupmu, lalu diputuskan ke tempat mana
kamu akan digolongkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagiakah
atau kepada golongan orang-orang yang celaka. Dan keadilan akan berlaku dan
kezaliman tidak akan ada. Sedang belas-kasihan Ilahi telah kamu rasai sejak
dari kini. Kalau kamu mendapat celaka, tidak lain hanyalah karena salahmu
sendiri.
Begitulah Tuhan Allah telah membuat tingkat hidup yang kamu tempuh,
maka bagaimana juga lagi kamu kufur terhadapNya. Bagaimana juga lagi kamu
hendak berbuat sesuka hati dalam kehidupan yang pertama ini? Padahal
kamu tidak akan dapat membebaskan dirimu daripada garis yang telah ditentukanNya itu. Padahal bukan pula Dia menyia-nyiakan kamu dalam hidup ini;
diutusNya Rasul, dikirimNya wahyu, diberiNya petunjuk agama akan jadi
pegangan kamu. DiberikanNya bagi kamu bimbingan sejak matamu terbuka
melihat alam ini. Adakah patut
, wahai, bimbingan kasih Tuhan yang sedemikian
rupa kamu mungkiri dan karrru kufuri Dia?
Bawalah tafakkur, pakailah akal; adakah patut perbuatanmu itu?
"Diolah yong teloh menjadikan untuk kctmu apa yong di bumi ini sekoliannyo." (pangkal ayat 29). Alangkah besar dan agung Qudrat al-Khaliq itu, dan
alangkah besar Rahman dan Rahim yang terkandung di dalalnnya. Semuanya
ini bukan untuk orang lain, tetapi untuk kamu, untuk kamu saja, hai manusia!
Sehingga air yang mengalir, lautan yang terbentang, kayu yang tumbuh di
hutan, batu di sungai, pasir di pantai; untuk kamu! Binatang ternak, ikan dilaut;
untuk kamu. Dan bila kamu gali bumi selapis dua lapis, bertemulah kekayaan,
entah minyak tanah, mangaan, uranium, besi dan segala macam logam; untuk
kamu! Dan diberi alat untuk mengambil manfaat dari sekalian pemberian
rahmat, nikmat dan kurnia itu, yaitu akal, ilmu dan pengalaman kamu.
Cobalah perhatikar-r segala yang ada di sekeliling kamu ini dan bertanyalah
kepada semuanya, niscaya semua akan menjawab: "Kami ini untuk Tuan!
"Kemudian menghadaplah Dia ke langit, lalu Dia jadikan dia tujuh langit."Artinya diselesaikanNya dahulu nasibmu di sini, dibereskanNya segala keperluanmu, barulah Allah menghadapkan perhatianNya menyusun tingkatan langit,
yang tadinya adalah Dukhan, yaitu asap belaka. Dalam bahasa Ilmu pengetahuan disebut Khaos. Maka Tuhanpun mengatur kelompok-kelompoknya, yang
dikatakanNya kepada kita ialah tujuh. Bagaimana tujuhnya kita tidak tahu. Kita
hanya percaya; sebab urusan kekayaan langit itu tidaklah terpermanai banyaknya. Sedangkan bila kita duduk pada sebuah perpustakaan besar yang berisi
satu juta buku tulisan manusia, lalu kita baca, berumurpun kitab 1,000 tahun
tidaklahakan dapat dibaca satu juta jilid buku itu. Kononnya akan mengetahui
apa perbendaharaan di langit: "Dan Dia terhodap tiap-tiap sesuofu adaloh
Maha Tahu." (ujung ayat 29).
Artinya Dialah Yang Maha Tahu bagaimana cara pembikinan dan pem,
bangunan aiam itu. Bukanlah pula kamu dilarang buat mengetahuinya sekedartenaga dan akalyang ada padamu, bahkan dianjurkan kamu meniliknya, untuk
menambah yakinmu bahwa memang Dialah Maha Pengatur itu. Dan dariayat
inipun dapatlah kita mengerti bahwa penyusunan Tuhan Allah atas alam, baik
penciptaan bintang-bintang termasuk bumi ini, ataupun ke.iadian langit adalah
memakai zaman dan waktu dan yang teratur, terletak di luar daripada hitungan
masa dan tahun kita ini. Sebab hitungan tahun kita ini adalah sangat terbatas,
hanya pada peredaran bumi mengelilingi matahari dan bulan mengelilingibumi.
Padahal di luar daerah kita entah berapalah banyaknya lagi mataharidengan
peredarannya sendiri dan hitungannya sendiri. Tuhanlah yang Maha Tahu
semuanya itu. Penyelidikan kita hanyalah untuk tahu bahwa kita tidak tahu.
Dan amat janggal dalam perasaan beragama kalau sekiranya hasilpenyelidikan
kita manusia tentang kejadian alam ini, yang baru bertumbuh kemuflian, lalu
kita jadikan alat buat membatalkan keterangan wahyu. Padahal maksud alQuran, terutama maksud ayat ini ialah tertentu buat memberi peringatan
kepada manusia bahwasanya isi bumi ini disediakan buat mereka semua. Maka
patutlah mereka bersyukur kepada Tuhan dan pergunakan kesempatan buat
mengambil faedah yang telah dibuka itu. Setelah siap Tuhan menyediakan
segala sesuatu untuk manusia hidup di dalam bumi, maka Tuhan menghadapkan amar perintahNya kepada langit dan terjadilah langit itu tujuh. Apakah
manusia telah terjadi sebelum Allah mengatur tujuh langit? Apakah kemudian
baru manusia baru diadakan dalam bumi setelah terlebih dahulu persediaan
buat hidupnya disediakan selengkapnya? Tidaklah ada dalam ayat ini.
Apakah yang dimaksud dengan tujuh langit? Apakah benar-benar tuiuh?
Atau hanya menurut undang-undang perbahasaan Arabi bahwasanya bilangan
tujuh ialah menunjukkan banyak? Dan bagaimanakah Tuhan menghadapkan
amar perintahNya kepada langit itu? Semuanya ini tidaklah akan dikuasai oleh
pengetahuan manusia. Sebab itu janganlah kita belokkan maksud ayat ke sana.
Tuniutlah ilmu rahasia alam inisedalam-dalamnya. Carilah fosil'fosilmakhluk
purbakala yang telah terbenam dalam bumi berjuta tahun. Pakailah teori
barwin dan lain-lain, moga-moga saja kian lama kian tersingkaplah bagi kita
betapa hebatnya kejadian alam itu dan bertambah iman akan adanya Yang
Maha Kuasa atas alam.
Tetapi jangan sekali-kali dengan ilmu kita yang terbatas mencoba membatalkan ayat dan ilmu Tuhan yang tidak terbatas.
Belayor ke pulau bakal,
Bauto seraut dua tiga;
Kalau kail poniang sejengkal,
Janganlah laut hendak diduga
Maka dengan ayat ini sekali lagi kita tafakkur memikirkan betapa kasih'
sayang Allah kepada kita. Sehingga rencana pemeliharaan hidup manusia
didahulukan daripada perintah amar atas tujuh langit(30) Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumiseorangKhalifah. B€rkata mereka: Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya
orang yang merusak di dalamnya
dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji
Engkau dan memuliakan Engkau?
Dia berkata: Sesungguhnya Aku
lebih mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.
Dan telah diajarkanNya kepada
Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia kemukakan semua
kepada Malaikat, lalu Dia berkata:
Beritakanlah kepadaKu nama-nann itu semua, jika adalah kamu
makhluk-makhluk yang benar.
Tolsir Al-Azhar (Juzu' 1)
iy Kit;.
.-. )2t41 >l-F.. -a, AVJr+l lru {4+ urrY
-'4*',itA
dlr.rl.,,t
,r.. a.c-o 2 ,.. z 2 o) ite eVdl C);*)-, t4l;-
2-a
. . ) o)
l2z .. ,.
sv c\r JE ilr
z lx ttlt* irrJd)t Il
b
s -z>l 2q1122....
ffiL^r! ditgrl.ir Jli
a.
-aaa
I
? a... z 2e2z le2z,z- * l- z)-l
-rll.lr $ s*t ltZd
(3t1
(32) Mereka menjawab: Maha Suci
Engkau! Tidak ada pengetahuan
bagi kami, kecuali yang Engkau
ajarkan kepada kami. Karena sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Tahu, lagiMaha Bijaksana.
,FltK S7i j6.#y
't:,;;6'frdtl| or:JtJ
'i;?$;*:* i;u:[i
;G\ ".qi6 i:dfri&,
ztJ2--alz
-*ff,{')iL
b
t&C.rtCri)bJq.W
'-4J:1 #tc;lciy
(33) Berkata Dia: Wahai Adam! Beritahukanlah -:6iiii kepada mereka nama- f -
nama itu semuanya! Maka tatkala
telah diberitahukannya kepada
mereka nama-nama itu semua,
berfirmanlah Dia: Bukankah telah
Aku katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya Aku lebih mengetahui rahasia semua langit dan
bumi, dan lebih Aku ketahuiapa
yang kamu nyatakan dan apa yang
kamu sembunyikan.Malaikat Dan Khalifah
Dengan dua ayat berturut-turut, yaitu ayat 28 dan 29 perhatian kita Insan
ini disadarrkan oletrTuhan. Pertama, bagaimana kamu akan kufur kepada Allah,
pua*rut dari mati kamu Dia hidupkan. Kemudian Dia matikan, setelah itu akan
iinidupkanNya kembali untuk memperhitungkan amal'
Bigaimana kamu akan kufur kepada Allah, padahal seluruh isibumitelah
disediakan untuk kamu. Lebih dahulu persediaan untuk menerima kedatanganmu di bumi telah disiapkan, bahkan dari amar perintah kepada ketujuh langit
sendiri. Kalau demikian adanya, fikirkanlah siapa engkau ini. Buat apa kamu
diciptakan.
Kemudian datanglah ayat Khalifah.
"Dan (inEatlah) totkalaTuhan engkau berkata kepada Malaikot: Sesungguhnya Aiui.nari* meniadikandi bumi seor ang Khalif ah. " (pangkal ayat 30).
sebelum kita teruskan menafsirkan ayat ini, terlebih dahulu haruslah
dengan segala kerendahan hatidan iman kita pegang apa yang telah dipimpinkan Tuhan pada ayat yang tiga di permulaan sekali, yaitu tentang percaya
kepada yang ghaib. Tuhan telah menyampaikan dengan wahyu kepada
UtusanNya Lh*u Tuhan pemah bersaMa kepada Malaikat bahwa Tuhan
hendak mengangkat s€orang Khalifah dibumi. Maka terjadilah semacam soaljarrab di antira Tuhan dengan Malaikat. Bagaimana duduknya dan dimana
iempatnya dan bila waktunya soat-jawab itu? Tidaklah layak hendak kita kaji
sampai ke sarh.
Ada dua rrEcam cara Ularna-ulama ikutan kita menghadapi Wahyu ini.
Pertarna ialah Mazhab Solo/. Mereka menerima berita wahyu itu dengan tidak
bertanya-tanya dan berpanjang soal. Tuhan Allah telah berkenan menceriterakan dengan wahyu tentangsuatu kejadian didalam alam ghaib, dengan kata
yang dapat iitu fuhu-kan, tetapi akalkita tidak mempunyaidaya-upaya buat
masuk lebih dalam ke dalam arena ghaib itu.
Sebab itu kita terima dia dengan sepenuh iman.
Cara yang kedua, ialah penafsiran secara Khalaf, yaitu secara Ulamautanra yu.tg duiut s kemudian. Yaitu dipakai penafsiran-penafsiran yang masuk
akal, tltapi tidak melampaui garis yang layak bagi kita sebagai makhluk.
Berdasar kepada ini, maka Mazhab Khalaf berpendapat bahwasanya apa
yang dihikayatkan Tuhan ini niscaya tidak sebagaiyang kita fikirkan. Niscaya
pertemuan Allah dengan MalaikatNya itu tidak terjadidisatu tempat; karena
kahu teriadi di satu tempat, tentu bertempatlah Allah Ta'ala. Dan bukanlah
Malaikat itu berhadap-hadapan duduk bermuka-muka dengan Allah. Karena
kalau demikian tentuth sama kedudukan mereka, malaikat sebagaimakhluk
Allah sebagai Khaliq.
Menurut penyelidikan perkembangan iman dan agama dan perbandingannya dengan Filsafat, betapapun modennya filsafat itu, maka mazhab khololah
VanS l€bih rnententeramkan iman, dan ke sanalah tuiuan kepercayaan. Umumnya Failas,rf yang Mu'min penganut mazhab Khalaf , seumpama Failasuf Muslim
yang besar lbnu Rusyd. Demikian majunya dalam alam filsafat, namun berkenaan dengan soal-soal ghaib, dia menjadiorang Khalaf yang tenteram dengan
pendiriannya. Imam Ghazali, dia berselisih tentang hukum akal. Bagi dia api
wajib menghangusi, air membasahi. Tidak mungkin tidak begitu. Tetapijika
ditanyakan tentang Nabi lbrahim tidak hangus dibakar api, dia menjawab
bahwa hal begitu tidaklah tugas filsafat. Itu adalah tempat iman. "sebagai
Muslim saya percaya," katanya.
Pelopor Filsafat Moden, yaitu Emmanuel Kant, dalam hal kepercayaan dia
seakan-akan penganut dari mazhab Khalaf. Dia pernah berkata: "Betapapun
kemajuan saya dalam berfikir, namun saya tetap mengosongkan sesudut dari
jiwa saya buat percaya!"
Sekarang kita teruskan:
Maka nampaklah di pangkal ayat, Tuhan telah bersabda kepada Maraikat
menyatakan maksud hendak mengangkat seorang Khalifah di bumi ini.
"Mereka berkata: Apakah Engkou hendak menjodikan padanya orang
y ang me ru sak di dala m ny a d o n me numpahkan d a r ah, padahal kami b e r t a sb ih
de ngo n m e mu j i Engk au da n me muliak an Engkou? D ia berko to : ses u ngguhny o
Aku lebih mengetahui opa yang tidok komu ketahui!" (ujung ayat 30).
Artinya setelah Allah menyatakan maksudNya itu, maka Malaikatpun
mohon penjelasan, Khalifah manakah lagi yang dikehendakioleh ruhan hendak
menjadikan?
Di dalam ayat terbayanglah oleh kita bahwa Malaikat, sebagai makhluk
Ilahi, yang tentu saja pengetahuannya tidak seluas pengetahuan Tuhan, meminta penjelasan, bagaimana agaknya corak Khalifah itu? Apakah tidak mungkin terjadi dengan adanya Khalifah, kerusakan yang akan timbur dan pe
numpahan darahlah yang akan terjadi? Padahal alam dengan kudrat iradat
Allah ra'ala telah tenteram, sebab mereka, Malaikat, telah diciptakan Tuhan
sebagai makhluk yang patuh, tunduk, taat, dan setia. Bertasbih. bersembahyang mensucikan nama Allah. Rupanya ada sedikit pengetahuan dari
Malaikat-malaikat itu bahwasanya yang akan diangkat jadi Khalifah itu ialah
satu jenis makhluk. Dalam jalan pendapat Malaikat, bilamana jenis rnakhluk itu
telah ramai, mereka akan berebut-rebut kepentingan di antara satu sama lain.
Kepentingan satu orang atau satu golongan bertumbuk dengan satu orang atau
satu golongan yang lain, maka beradulah yang keras timbullah pertentangan
dan dengan demikian timbullah kerusakan bahkan akan timbul juga pertumpahan darah. Dengan demikian ketenteraman yang terah ada, d"ngun
adanya makhluk, Malaikat yang patuh, taat dan setia, menjadi hilang.
Pertanyaan dan kemusykilan itu dijawab oleh ruhan: "sesungguh nya Aku
lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Artinya, dengan jawaban itu, Allah ra'ala tidak membantah pendapat dari
MalaikatNya, cuma menjelaskan bahwasanya pendapat dan ilmu mereka tidaklah seluas dan sejauh pengetahuan Allah. Bukanlah ruhan memungkiri bahwa
kerusakanpun akan timbul dan darahpun akan tertumpah tetapi ada maksud
lain yang lebih jauh dari itu, sehingga kerusakan hanyilah sebigai p"t""gr.upsaja dan pembangunan dan pertumpahan darah hanyalah satu tingkat perjalanan hidup saja di dalam menuju kesempurnaan.
Dalam jawaban Tuhan yang demikian, Malaikatpun menerimalah dengan
penuh khusyu'dan taat.
Sekarang kita uraikan terlebih dahulu tentangi, apa atau siapakah Malaikat
itu?
Malaikat untuk banyak dan Molok untuk satu.
Tuhan menyebut di dalam al-Quran tentang adanya makhluk Allah bernama Malaikat. Disebutkan pekerjaan atau tugas mereka; ada yang mencatat
amalan makhluk setiap hari, dan mencatat segala ucapan, ada yang membawa
wahyu kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi, ada yang menjadiduta-duta (safarah)
yang memelihara al-Quran, ada yang memikul Arsy Tuhan, ada yang menjaga
syurga dan yang menjaga neraka, dan ada yang siang dan malam berdoa'
memuji-muji Allah dan bersujud, dan ada pula yang mendoakan agar makhluk
yang taat diberi ampun dosanya oleh Tuhan. Dan banyak lagi yang lain. Tetapi
Tuhan Allah tidak menyebutkan dari bahan apa Malaikat itu dijadikan. Dan
tersebut juga bahwa ada Malaikat itu yang menyatakan dirinya, sebagai yang
datang me,ibawakan ilham kepada Maryam bahwa dia akan diberi putera, atau
V".S X"Jnitan oleh Nabikita Muhammad s.a.w. seketika beliau mula-mulamenerima wahyu. Dan disebut juga ada Malaikat itu yang bersayap, dua-dua, tigatiga, dan empat-empat.
Orang-orang di zaman jahiliyah mencoba menggambarkan Malaikat itu
sebagai manusia dan merekapun menentukan jenisnya, yaitu perempuan. Ini
dibantah keras oleh al-Quran. Maka tidaklah pantas makhluk ghaib itu ditentukan kelamin jantan atau betinanya.
Tersebut pula bahwa Malaikat yang datang membawa wahyu kepada
Rasul-rasul itu namanya Jibril, dan disebut juga Ruhul-Amin, dan disebut juga
Ruhul-Qudus. Tetapi manusia yang beriman dan lsfiqomoh (tetap hati) didalam
Iman kepada Allah, juga akan didatangi oleh Malaikat-malaikat, untuk menghilangkan rasa takut dan dukacita mereka. Dan di dalam peperangan Badar
Malaikat itupun datang, sampai 3,000 banyaknya'
Seperti itulah yang tersebut dalam al-Quran. Dan dijelaskan pula oleh
Hadis-hadis bahwa Malaikat-malaikat itu memberikan ilham yang baik kepada
manusia, dan menimbulkan keteguhan semangat dan iman. Sebagai juga
tersebut di dalam Hadis bahkan di dalam al-Quran sendiri bahwa syaitan,
sebaliknya dari Malaikat, selalu membawa ilham buruk dan waswas kepada
manusia. Tetapi ketika orang diberi ilham baik oleh Malaikat atau waswas
buruk oleh syaitan maka yang menerima ilham atau waswas itu bukanlah badan
kasar, melainkan roh manusia. Tidaklah ada orang menampak dengan matanya
seketika Malaikat atau syaitan datang memberinya ilham atau waswas melain'
kan masuk pengaruhnya ke dalam iiwa atau perasaan orang itu. Ini dikuatkan
oleh sebuah Hadis yang dirawikan oleh sebuah Hadis yang dirawikan oleh
Termidzi, an-Nasa'i dan lbnu Hibban, demikian bunyinya:
Sesungguh nya dari syaitan ada semacam gangguan kepada anak Adam,
dan dari Malaikatpun oda pula. Adapun ganggLuan syaitan ialah menjanjikan
kejahatan dan mendustakan kebenaran, don sentuhan Malaikat ialoh menjanjikon kebaikan dan menerima kebenaran. Maka siapa yang merasai yang
demikian, hendaklah dia mengetohui bahtua prkara itu dari Allah, dan
berterima-kosihlah dia kepadaNya. Tetopi kalau didapatnya lain, hendakloh
dia &rlindung kepada Allah dan syaitan. (Kemudian dibacanya ayat yang
ortinyn: "Sy,oifon menyuruh menjonjikan melarat untukmu dan menyuruhmu
berbuot yans keji-keji.") Termidzi mengatakan Hadis ini hasan gharib.
Syaikh Muhammad Abduh seketika menafsirkan ayat iniberkata: "Sudah
menjadi suatu kenyataan bahwa didalam batin segala yang tercipta inimemang
tersembunyi kekuatan-kekuatan besar yang menjadi sendi dari kekuatan dan
kerapiannya, yang tidak mungkin dimungkiri sedikitpun oleh orang yang mempergunakan akal. Orang yang tidak beriman kepada wahyu, mungkin keberatan menamainya Malaikat, sebab itu setentah menamainya tenaga alam
atau Notuurkrochten tetapi sudah nyata bahwa mereka tidak dapat memungkiri dengan akal sihat akan adanya makhluk itu, yang di dalam agama
dinamai Malaikat. Namun hakikatnya hanyalah satu. Adapun orang yang
berakal tidaklah nama-nama itu mendindingnya buat sampai kepada yang
dinamai."
Demikianlah sedikit penjelasan tentang Malaikat.
Kemudian kita teruskan lanjutan ayat.
Setelah itu Allah pun melanjutkan apa yang telah Dia tentukan, yaitu
menciptakan Khalifah itu; itulah Adam.
"Don tclah diajarkanNya kepada Adam namo-namanya semuanya."
(pangkal ayat 31).
Artinya diberilah oleh Allah kepada Adam itu semua ilmu: "KemudianDia
kemukokon semuanya kepada Moloikat, lalu Dia berfirman: kritakanlah
kepodaKu noma-nama itu semua, jiko adalah komu makhluk-makhluk yang
benar." (ujung ayat 3l).Sesudah Adam diiadikan, kepadanya telah diajarkan oleh Tuhan namanama yang dapat dicapai oleh kekuatan manusia, baik dengan pancaindera
ataupun dengan akal semata-mata, semuanya diajarkan kepadanya. Kemudian
Tuhin punsgilhfr Mataikat.malaikat itu dan Tuhan tanyakan adakah mereka
tahu nima-nama itu? Jika benar pendapat mereka selama ini bahwa iika
Khalifah itu terjadi akan timbul bahaya kerusakan dan pertumpahan darah,
sekarang cobalah jawab pertanyaan Tuhan: Dapatkah mereka menunjukkan
nama-nama itu?
"Mereka meniawab: Maha Suci Engkou! Tidak ada pengetahuan bagi
kami kecuali ap yang Engkau ajarkan kepada kami. Kareno sesungguhnyo
Engkaulah Yang Maha Tahu, logi Moho Biioksano." (ayat 32)'
Di sini nampak penjawaban Malaikat yang mengakui kekurangan mereka.
Tidak ada pada mereka pengetahuan, kecuali apa yang diaiarkan Tuhan juga.
Mereka memohon ampun dan kurnia, menjunjung kesucian Allah bahwasanya
pengetahuan mereka tidak lebih daripada apa yang diajarkan jua, lain tidak.
Yang mengetahui akan semua hanya Allah. Yang bijaksana membagi-bagikan
ilmu kepada barangsiapa yang Dia kehendaki, hanyalah Dia juga'
Sekarang Tuhan menghadapkan pertanyaanNya kepada Adam: "Berkota
Dia: Wohai Adam! Beritakanlah kepado mereka noma-noma itu semuanya-"
(pangkal ayat 33). olelr Adam titah Tuhan itupun diiuniung. Segala yang
Jitu^lukun Allah dia jawab, dia terangkan semuanya di hadapan Malaikat
banyak itu.
"Maka tatkala diberitahukannya kepada mereka noma-namo itu semuanya berlirmanlah Dia: Bukankai telah Aku katakan kepalamu, bahwg
"6irrsgirl,n
ya Aku lebih mengetahui rahasia semuo langit danbumi, danlebih
4ii iJt"nii apa yong kami nyatakan dan apa yang komu sembunyikan."
(ujung ayat 33).
Dari merenung ayat ini, ahli-ahli tafsir dan kerohanian Islam mendapat
kesimpulan bahwasanya dengan menjadikan manusia, Tuhan Allah memperlengkap pernyataan kuasaNya. Mereka namai tingkat-tingkat alam itu menurut
tarifnya masing-masing. Ada alam Malaikat yang disebul Alam Malakut sebagai kekuatan yang tersembunyi pada seluruh yang ada ini. Ada pula Alom
Noboti, yaitu alam tumbuh-tumbuhan yang mempunyaihidup iuga, tetapihidup
yang tidak mempunyai kemaiuan. Ada Alom Hayawan, yaitu alam binatang
yung i,idupnya hanya dengan naluri belaka (instinct, gharizah) dan lain-lain
sebisainvi. Maka diciptakan Tuhanlah manusia, yang dinamaioleh setengah
orang Alom Inson atau AIom Nosuf.
Maka penciptaan Insan itu lainlah dari yang lain. Kalau Malaikat sebagai
salah satu kekuatan bersembunyi dan pelaksana tugas-tugas tertentu, dan
kalau alam hayawan (hewan) hanya hidup menurutinaluri, maka insan diberi
kekuatan lain yang bernama akal. Insan adalah dari gabungan tubuh kasar yang
terjadi daripada tanah dan nyawa atau roh yang teriadi dalam rahasia Allahtermasuk di dalamnya akal itu sendiri. Dan akalitu tidak sekaligus diberikan,
tetapi diangsur, sedikit demi sedikit. Mulai lahir ke dunia dia hanya pandai
menangis, tetapi kelak, lama kelamaan, dia akan menjadi sarjana, dia akan
menjadi Failasuf, dia akan mengemukakan pendapat-pendapat yang baru
tentang rahasia alam ini. Bahkan dia akan membongkar rahasia alam yang
masih tersembunyi, untuk membuktikan kekayaan Allah. Dan dia akan menjadi
Nabi. Tuhan menciptakan manusia menjadi alatNya untuk menyatakan kekuasaanNya yang masih Dia sembunyikan dalam alam ini.
Bukan karena Malaikat tidak sanggup berbuat demikian. Tetapi karena
Tuhan telah menentukan tugas dan ilmu yang tertentu buat Malaikat pula.
Takdir llahi, sebagai diakuioleh jawaban Malaikat itu adalah Maha Bijaksana.
Untuk itulah manusia itu dijadikan Khalifah. Karena tugas menjadiKhalifah
itu memang berat, maka manusia itupun selalu dipimpin. Itu sebab dikirim
kelaknya Rasul-rasul dan wahyu, sehingga pantaslah sebagaimana tersebut di
dalam Surat al-Qiyamah (Surat 75, ayat 36):
(vr!rp, ).sU A;;;$\a$ 5)
"Apakah manusia menyangka bahwa dia akan dibiarkan percumo?"
(al-Qiyamah:36)
Akan dibiarkan menjadi Khalifah dengan tidak ada tuntunan?
Dengan demikian bukanlah Tuhan tidak tahu bahwa akan ada kerusakan
dan pertumpahan darah, sebagai yang disembahkan oleh Malaikat itu. Bahkan
pengetahuan Malaikat tentang itupun adalah dari Tuhan juga. Tetapi kerusakan
tidak akan banyak, jika dibandingkan dengan manfaat bagi alam. Dan penumpahan darah niscaya akan terjadi .iuga tetapi bumi akan mengalami perubahan besar karena pekerjaan dan usaha daripada makhluk yang dilantik
menjadiKhalifah ini.
Tentang Khahfah
Arti yang tepat dalam bahasa kita terhadap kalimat Khalifah ini, hanya
dapat kita ungkapkan setelah kita kaji apa tugas Khalifah.
1. Seketika Rasulullah s.a.w. telah wafat, sahabat-sahabat Rasulullah
s.a.w. sependapat mesti ada yang menggantikan beliau mengatur masyarakat,
mengepalai mereka, yang akan menjalankan hukum, membela yang lemah,
menentukan perang atau damai dan memimpin mereka semuanya. Sebab
dengan wafatnya Rasulullah, kosonglah jabatan pemimpin itu. Maka sepakatlah
mereka mengangkat Saiyidina Abu Bakar as-Shiddiq r.a. menjadi pemimpin
mereka. Dan mereka gelari dia "Khalifah Rasulullah". Tetapi meskipun yang dia
gantikan memerintah itu ialah Utusan Allah, namun dia tidaklah langsungmenjadi Nabi atau Rasul pula. Sebab Risalat itu tidaklah dapat digantikan. Jadi
di sini dapat kita artikan Khalifah itu pengganti Rasulullah dalam urusan
pemerintahan.
2. Kepada Nabi Daud Tuhan Allah pernah bersabda:
(v r i) urrli q'\ili'!f7;.U:'il il
"Wahai Daud! Sesungguhnya engkau telah Kami jadikan Khalilah di
bumi." (Shad 26).
Ini bisa diartikan sebagai Khalifah Allah sendiri; pengganti atau alat dari
Allah buat melaksanakan Hukum Tuhan dalam pemerintahannya. Dan boleh
juga diartikan bahwa dia telah ditakdirkan Tuhan menjadipengganti dari rajaraja dan pemimpin-pemimpin dan Nabi-nabi Bani Israil yang terdahulu daripadanya.
3. Tetapi ada pula ayat-ayat bahwa anak-cucu atau keturunan yang di
belakang adalah sebagai Khalafah atau Khalifah dari nenek-moyang yang
dahulu (sebagaitersebut dalam Surat Yunus. Surat 10, ayat 14). Demikian juga
dalam Surat-surat yang lain-lain.
4. Tetapi di dalam Surat an-Naml (Surat 27, ayat 62), ditegaskan bahwa
seluruh manusia ini adalah Khalifah di muka bumi ini:
-,rJJ\',xA1,M;;$t,3-r{jLVt',;\*ilt#,lli (rv.1./ ) -#L:iY# ite'lti
"Atau siapakah yang memperkenankan permohonan orang-orang yang
ditimpa susoh opobila menyeru kepadoNya? Dan yang menghilangkan kesusqhan? Don yang menjadikon kamu Khalifah-khalilah di bumi? Adakah
Tuhan lain beserta Allqh? Sedikit kamu yang ingat." (an-Naml: 62)
Setelah meninjau sekalian ayat ini dan gelar Khalifah bagi Saiyidina Abu
Bakar, barangkali tidaklah demikian jauh kalau Khalifah kita artikan pengganti.
Sekarang timbul pertanyaan: Pengganti dari siapa?
Ada penafsir mengatakan pengganti darijenis makhluk yang telah musnah,
sebangsa manusia juga, sebelum Adam. ltulah yang akan digantikan.
Ada setengah penafsiran mengatakan Khalifah dariAllah sendiri. Pengganti
Allah sendiri. Sampai di sini niscaya dapat difahamkan bahwa mentang-mentang manusia dijadikan KhalifahNya oleh Allah, bukanlah berarti bahwa dia
telah berkuasa pula sebagaiAllah dan sama kedudukan dengan Allah;bukan!Sebagaimana juga Abu Bakar diberi gelar sebagai Khalifah Rasulullah, bukan
berarti bahwa langsung sama kedudukan Abu Bakar dengan Rasulullah. Maka
jika manusia menjadi Khalifah Allah, bukan berarti manusia menjadi sama
kedudukan dengan Allah! Maka pengertian pengganti di sini harus diberiarti
manusia diangkat oleh Allah menjadi KhalifahNya. Dengan perintah-perintah
tertentu. Dan untuk menghilangkan kemusykilan dalam hati, kalau hendak
dituruti tafsir yang kedua, bahwa manusia adalah Khalifah Allah dimuka bumi,
janganlah dia dibahasa-indonesiakan; tetap sajalah dalam bahasa aslinya: Khalifah Allah!
Sekarang kita lanjutkan tentang kedua penafsiran itu.
Pendapat pertama ialah Khalifah darimakhluk dulu.dulu yang telah musnah. Di kala mereka masih ada didunia, mereka hanya berkelahi, merusak,
bunuh-membunuh karena berebut hidup. Itu sebabnya maka Malaikat terkenang akan itu kembali lalu menyampaikan permohonan dan pertanyaan
kepada Tuhan, kalau-kalau terjadi demikian pula.
Maka tersebarlah semacam dongeng pusaka bangsa Iran (Persia), yang
kadang-kadang setengah ahli tafsir tidak pula keberatan menukilnya: katanya,
sebelum Nabi Adam, ada makhluk namanya Hinn dan Binn, ada juga yang
mengatakan namanya ialah lhimm dan Rimm. Setelah makhluk yang dua itu
habis, datanglah makhluk yang bernama Jin. Semua makhluk itu musnah,
sebab mereka rusak-merusak, bunuh-membunuh. Akhirnya
-
kata dongeng
-
dikirimlah oleh Tuhan balatentaranya, terdiri dari Malaikat-malaikat, dan
dikepalai oleh lblis, lalu makhluk Jin itu diperangisehingga musnah. Adapun
sisa-sisanya lari ke pulau-pulau dan ke lautan. Kemudian barulah Allah menciptakan Adam.
Dalam setengah kitab tafsir ada juga bertemu keterangan ini, meskipun
riwayat ini tidak berasaldari riwayat Islam sendiri.
Tetapi meskipun dia hanya dongeng belaka, sudahlah dapat kita mengambil kesimpulan bahwa pendapat tentang adanya makhluk purbakala yang
dikhalifahi oleh Adam itu, bukanlah pendapat kemarin dalam kalangan manusia, melainkan telah tua, beratus tahun sebelum keluar teori Darwin. Bukankah ahli-ahli pengetahuan menggali ilmu juga dari dongeng?
Ada lagi pendapat yang sejalan dengan itu, yaitu dari beberapa golongan
kaum Shufi dan kaum Syi'ah lmamiyah.
Al-Alusi, Pengarang Talsir RuhulMo'oni mengatakan bahwa di dalam kitob
Jami'ul Akhbar dari orang Syi'ah Imamiyah, fasal 15, ada tersebut bahwa
sebelum Allah menjadikan Adam nenek kita, telah ada 30 Adam.
Jarak di antara satu Adam dengan Adam yang lain 1,000 tahun, setelah
Adam yang 30 itu, 50,000 tahun lamanya dunia rusak binasa, kemudian ramai
1a9i50,000 tahun, barulah dijadikan Allah nenek kita Adam.
lbnu Buwaihi meriwayatkan didalam Kitob at-Tauhid, riwayat dari tmam
Ja'far as-shadiq dalam satu Hadis yang panjang, dia berkata: "Barangkalikamu
sangka bahwa Allah tidak menjadikan manusia (basyar)selain kamu. Bahkan,
demi Allah! Dia telah menjadikan 1,000.00 Adam (AUu Atfi Adama), dan
kamulah yang terakhir dari Adam-adam itu!"Berkata al-Haitsam pada syarahnya yang besar atas Kitab Nahjul-Baloghoh: "Dan dinukilkan dariMuhammad al-Baqir bahwa dia berkata: Telah habis
sebelum Adam yang Bapa kita 1,000 Adam atau lebih." Ini semua adalah
pendapat dari kalangan Imam-imam Syi'ah sendiri: Ja'far as-Shadiq dan Muhammad al-Baqir, dua di antara 12 Imam Syi'ah Imamiyah.
Kalangan kaum Shufi pun mempunyai pendapat demikian. As-Syaikh alAkbar lbnu Arabi berkata dalam kitabnya yang terkenal al-Futuhat al-Makkiyoh, bahwa 40,000 tahun sebelum Adam sudah ada Adam yang lain.
Malahan untuk jadi catatan, lmam Syi'ah yang besar itu, Ja'far as-Shadiq
menyatakan bahwa di samping alam kita ini, Tuhan Allah telah menjadikan pula
12,000 alam, dan tiap-tiap alam itu lebih besar daripada tujuh langit dan tujuh
bumi kita ini.
Di dalam beberapa ranting yang mengenai kepercayaan terdapat perbedaan sedikit-sedikit, sebagai kita yang dinamai Ahlus-Sunnah, dengan kaum
Syi'ah. Tetapi di dalam hal yang mengenai ilmu pengetahuan alam ini, amat
sempitlah faham kita kalau sekiranya kita tidak mau memperdulikan, mentangmentang dia timbul dari Syi'ah. Karena hal-ihwal yang berkenaan dengan ilmu
pengetahuan itu adalah universeel sifatnya, yaitu menjadi kepunyaan manusia
bersama. Apatah lagi sampai kepada saat sekarang ini dan seterusnya, penyelidikan ilmiah tentang alam, tentang hidupnya manusia didunia ini, tidaklah akan
berhenti.
Cobalah cocokkan keterangan lmam Ja'far as-Shadiq ini dengan hasil
penyelidikan alam yang terakhir, yang mengatakan bahwa alam cakrawala itu
terdiri daripada berjuta-juta kekeluargaan bintang-bintang, masing-masing dengan mataharinya sendiri yang dinamai Galaxi.
Berdasarkan kepada semuanya ini, maka ditafsirkan oleh setengah ahli
tafsir, bahwa yang dimaksud dengan Adam sebagai Khalifah, ialah Khalifah dari
Adam-adam yang telah berlalu itu, yang sampaimengatakan seribu-ribu (sejuta
Adam). Dan dongeng lran yang diambil dan dimasukkan ke dalam beberapa
tafsir itupun menunjukkan bahwa dalam kalangan Islam sudah lama ada yang
berpendapat bahwa sebelum manusia kita ini sudah ada makhluk dengan
Adamnya sendiri terlebih dahulu. Sekarang tidaklah berhentiorang menyelidiki
hal itu, sehingga akhirnya datanglah pendapat secara ilmiah, diantaranya teori
Darwin, dilanjutkan lagi oleh berpuluh penyelidikan tentang ilmu manusia, pada
fosil-fosil yang telah membantu menunjukkan bahwa 400,000 tahun yang lalu
telah ada manusia Peking atau manusia Mojokerto.
Adapun al-Quran, karena dia bukanlah kitab catatan penyelidikan fosil
atau teori Darwin, tidaklah dia membicarakan hal itu. Tidak dia menentang teori
itu, malahan menganjurkan orang meluas-dalamkan ilmu pengetahuan tentang
apa saja, sehingga bertambah yakin akan kebesaran Allah.
Penafsiran yang kedua ialah Khaliloh dari Allah sendiri.
Diantara makhluk sebanyak itu manusialah yang telah dipilih Allah menjadi
KhalifahNya, yaitu Adam dan keturunannya. (Lihat Surat an-Namlayat 62).
Demikian kata mereka.Pada manusia itulah Allah menyatakan hukumNya dan peraturanNya;Dia
menjadi Khalifah untuk mengatur bumi ini, untuk mengeluarkan rahasia yang
terpendam di dalamnya. Dianugerahkan kepadanya akal. Akal itupun suatu
yang ajaib dan ghaib. Bentuknya tidak nampak, tetapi bekasnyalah yang
menunjukkan bahwa akal itu ada. Manusia yang ketika mulai lahir lemah tadi,
kian lama kian diberi persiapan. Kekuatan yang ada padanya amat luas dan
keinginan hendak tahu tidak terbatas. Memang kalau sendiri-sendiridia lemah
tidak berdaya. Tetapi kumpulan dari bekas usaha orang seorang itu dapat
mengesan dan membekas pada seluruh bumi. Dari keturunan demi keturunan
manusia itu bertambah dapat menguasaidan mengatur bumi. Telah dikuasainya lautan dan telah diselaminya. Telah terbang dia di udara, telah pandai dia
bercakap bersambutan kata, padahal yang seorang di Kutub Utara dan yang
seorang di Kutub Selatan. Gunung ditembusinya dan dibuatnya jalan keretapi
di bawahnya. Dan banyak lagikemungkinan-kemungkinan lain yangakan dapat
dikerjakan dalam bumi, terutama sejak terbuka rahasia tenaga Atom dalam
abad 20 ini.
Memang ilmu yang luas itu tidak diberikan semuanya kepada orangseorang, dan tidak pula diberikan sekaligus, melainkan dari penyelidikan
mereka sendiri. Yang karena kesungguhan mereka, rahasia itu dibukakan dan
dibukakan lagi oleh Tuhan. Jadi dapatlah difahamkan bahwasanya ayat 31 yang
menerangkan bahwa Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam, dan seketika ditanyakan kepada Malaikat, Malaikat menyembahkan bahwa pengetahuan
mereka hanya terbatas sekedar yang diajarkan Allah kepada mereka (ayat 32),
lalu Adam disuruh menerangkan, maka diapun menerangkanlah semua narnanama itu. Dapat ditarik maksud yang dalam tentang keistimewaan yang diberikan Allah kepada manusia, yang kian lama kian dibukakan rahasia segala nama
itu kepada manusia; namun keghaiban semua langit dan bumi masih banyak lagi
yang belum diajarkan kepada Malaikat ataupun kepada manusia, sebagaimana
yang tersebut pada ujung ayat 33.
Kepada tafsiran yang manapun kita akan cenderung, baik jika ditafsirkan
bahwa Adam dan keturunannya diangkat jadi Khalifah dari makhluk yang telah
musnah, ataupun sebagai Khalifah daripada Allah sendiri, namun isi ayat,
sebagai lanjutan daripada ayat sebelumnya telah menyingkapkan lagi tabir
pemikiran yang lebih luas bagi manusia, agar janganlah mereka kafir terhadap
Allah, ingatlah bahwa kedudukannya dalam hidup bukanlah sembarang kedudukan. Janganlah disia-siakan waktu pendek yang dipakai selama hidup di
dunia itu.
Demikian besar sanjungan yang diberikan Allah, sangatlah tidak layak
kalau manusia menjatuhkan dirinya ke dalam kehinaan; di sini disebutkan
bahwa dia adalah Khalifah. Di waktu yang lain Tuhan katakan bahwa manusia
telah dijadikan sebaik-baiknya bentuk (Surat at-Tin, Surat 95), ayat 4. Dan di
kala yang lain Dia, Allah, sanjung dia tinggi-tinggi.Don sesungguhnya telah Kami muliakan Bani Adam, dan Kami ongkut
mereka di darat dan di laut, don Kami beri rezeki mereko dengan yangboikbaik, dan sungguh-sungguh Kami lebihkan mereka daripada kebanyakan
(makhluk) yang telah Kami jadikan, sebenar-benar dilebihkon. " (al-lsra': 70)
Demikianlah kemuliaan yang telah dilimpahkan Tuhan kepada manusia,
adakah patut kalau manusia tiada juga sadar akan dirinya dari hubungannya
dengan Tuhannya?!
163
(34) Dan (ingatlah) tatkala Kami berkata kepada Malaikat: Sujudlah
kamu kepada Adam! Maka sujudlah mereka, kecuali iblis enggan
dia dan menyombong, karena
adalah dia darigolongan makhluk
yang kafir.
(35) Dan berkata Kami: WahaiAdam!
Tinggallah engkau dan isteri engkau di taman ini, dan makanlah
berdua daripadanya dengan senang sesuka-sukamu berdua, dan
janganlah kedua kamu mendekat
ke pohon ini, karena (kalau mendekat) akan jadilah kamu berdua
dari orang-orang yang aniaya.
(36) Maka digelincirkanlah keduanya
oleh syaitan dari (larangan) itu,
maka dikeluarkannyalah keduanya dari keadaan yang sudah ada
mereka padanya. Dan berkatalah
Kami: Turunlah kamu! Dalam keadaan yang setengah kamu terhadap yang setengah bermusuh-musuhan dan untuk kamu di bumi
adalah tempat ketetapan dan bekal, sehingga sampai satu masa.
(321
1sa)
Talsir Al-Azhar (Juzu' 7)
Setelah itu, menerimalah Adam
dari Tuhannya beberapa kalimat,
maka diampuniNya akan dia; sesungguhnya Da adalah Pemberi
ampun, lagi Maha Penyayang.
Kami firmankan: Turunlah kamu
sekalian dari (taman) ini, kemudian iika ada datangpada kamusatu
petunjuk daripadaKu, maka barangsiapa yang menuruti petunjukKu itu, tidaklah ada ketakutan
atas mereka dan tidaklah mereka
akan berdukacita.
(39) Dan orang-orang yang kafir dan
mendustakan kepada ayat-ayat
Kami, mereka itulah penghunipenghuni neraka, yang mereka di
dalamnya akan kekal.
#.ff Aq.i*;';
,iK;wtlr
G u.. .. ). -a lt a...
:=bvli q.y q.g:lz-gLi
.
,.
a.
, .-, aa-22 2= qp ,rvr:ll:^ pl
J.. zz t zl z z .1 t, .-lrX6llrg7,f Gse
. ..1-. ,.
+rr9-9 L
z I . . ,, 3- I z>l jrll=t tf .ILJI.-rt
"Dan (ingatlah) tatkala Komi berkata ke da Malaikat: Suiudlah kamu
kepada Adam! Maka suiudlah mereka, kecuali iblis, enggon dia don menwm
bong, karena odalah dia dari golongan makhluk yang kafir. (ayat 34).
Inilah kelanjutan dari pelaksanaan keputusan Allah mengangkat Khalifah di
bumi itu. Adam telah dijadikan dan telah diajarkan kepadanya berbasai nama,
dan banyak ilmu yang diberikan kepadanya, yang tidak diberikan kepada
Malaikat. Kemudian diperintahkan Tuhanlah Malaikat-malaikat itu menyatakan hormat kepada Adam, dengan bersujud.
Sudah lama kita maklumi, sebagaitersebut didalam beberapa surat dalam
al-Quran. Misalnya dalam Surat al-Haj (Surat 221 ayat 18, atau Surat an-Nahl
(Surat 16) ayat 49, atau ar-Ra'ad (Surat 13) ayat 16), atau Surat ar-Rahnnn
(Surat 55) ayat 6, bahwa seluruh makhluk bersujud kepada Tuhan, seiak dari
Malaikat, atau isisemua langit dan bumi, bahkan kayu-kayuan, bahkanbintang
di langitpun sujud kepada Tuhan. Kita nranusiapun sujud dan diperintah suiud
kepada Tuhan. Bagi kita manusia yangdikatakan sujud itu ialah mencecahkan
kening ke'bumi, lengkap dengan anggota yang tuiuh, yaitu kedua telapak
tangan, kedua lutut dan kedua telapak kaki ditambah kepala. Tetapi bagairnana
sujudnya pohon-pohon? Bagaimana sujudnya Malaikat? Niscaya tidaklah sampai pensetahuan kita ke sana. Yang terang dengan sujud itu terkandunglah
sikap hormat dan memuliakan. Maka diperintahlah Malaikat rnemuliakan
Adam dan bersujud, yaitu suiud cara Malaikat, yang kita tidak tahu, dan tidakperlu dikorek-korek lagi buat tahu. Malaikatpun melaksanakan perintah itu
kecuali satu makhluk, yaitu iblis. Dia enggan menjalankan perintah Tuhan itu
dan dia menyombong. Mengapa dia enggan dan menyombong? Di ujung ayat
sudah ada penjelasannya, yaitu karena memang dia telah mempunyai dasar
buat kufur. Dan dalam ayat-ayat yang lain sampai dia menyatakan sebab
kesombongan itu, yaitu karena Tuhan menjadikannya dari api, sedang manusia
Adam yang disuruh dia bersujud kepadanya itu dijadikan Tuhan dari tanah.*
Dengan sikap iblis yang menyombong sendiriitu, mulailah kita mendapat
pelajaran bahwasanya Allah mentakdirkan di dalam iradatNya bahwasanya
tanda kikayaan Tuhan itu bukanlah iika Da menjadikan roh yang baik saja. Di
samping yang baikpun dijadikanNya yang buruk. Di samping yang patuh
dijadikanNya pula yang durhaka. Ini sudah ada sejak dari permulaan. Sehingga
bagi Nabi kita Muhammad s.a.w. sendiri yang tengah berjuang menyampaikan
seruan Allah seketika ayat iniditurunkan, menjadi pengertian lebih mendalamlah bahwa keingkaran dan kekufuran penentang-penentang beliau, baik waktu
di Makkah atau waktu di Madinah, sudahhh suatu kenyataan yang tidak dapat
dielakkan. Kalau dasar telah ada kufur, Tuhan Allahpun mereka tentang
sebagai ynng dilakukan oleh lblis itu.
"Dcln berkata Kami: Wahai Adam! Tingallah engkau dan isteri engkau di
tanlcrn ini, dan makanloh berdua daripadanw dengan *nang sesuko-sukomu
berdua; dan jarplanlah kamu berdta mendekat ke m,hon ini, karena (kalau
mendekat) akon jadilah kamu berdua don orang-orang yat1g aniaya." (ayat
35).
Setelah lepas dari ujian tentang narra-narna ilmu yang diaiarkan Allah, dan
lulus dari ujian ini melebihi Malaikat, setelah lepas dari ujian kepada Malaikat
yang diperintahkan sujud, dan sujud semua kecuali lblis, barulah Adam disuruh
berdiam di dalam taman itu bersarna isterinya. Nyatalah sekarang dalam ayat ini
bahwa sementara itu isteri beliau telah dijadikan Allah. Ialah yang telah diketahui namanya oleh pemeluk ketiga agama: lslam, Yahudi dan Nasrani, yang
bemama Hawa, dan dalam eiaan orang Eropa disebut Euo.
Tidaklah dijelaskan dalam ayat ini asal keiadian itu dan tidak pula diterangkan pada ayat yang lain.
Orang Yahudi dan Nasrani, berdasar kepada Kitab Perjanjion Lama
(Kejadian, Fasal2 ayat 20 sampai24) mempunyaikepercayaan bahwa Hawa itu
diiadikan Tuhan daripada tulang rusuk Nabi Adam; dicabut tulang rusuknya
sedang dia tidur, lalu diciptakan meniadi perempuan dijadikan bininya.
Di dalam lslam kepercayaan yang umum tentang Hawa terjadi dari tulang
rusuk Nabi Adam itu, bukanlah karena percaya kepada Kitab Keiadian Fasal2
tersebut, karena Nabis.a.w. telah memberi ingat bahwa kitab-kitab Taurat yang
sekarang ini tidaklah asli lagi; sudah banyak catatan manusia, dan manusianya
itu tidak terang siapa orangnya. Bahkan naskah aslinya sampaisekarang tidak
ada. Hal ini diakui sendiri oleh orang Yahudi dan Nasrani. Tetapi Nabis.a.w.
sendiri pernah bersabda, ketika beliau memberi ingat kepada orang laki-laki
tentang perangai dan tabiat p€rempuan supaya pandai-pandai membimbingnya. Maka tersebutlah dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Imam
Bukhari dan Muslim daripada Abu Hurairah, demikian sabda beliau:
" Peliharalah perempuon-perempuan itu seboik-bo iknya, korena sesungguhnya perempuan dijadikan dan tulang rusuk, don sesungg uhnya yang paling
bengkok pada tulang rusuk itu, ialah yang sebelah atasnya. Mako jika engkau
coba meluruskannya, niscoyo engkou patahkon dia. Dan jika engkau tinggalkan sajo, dia akan tetop bengkok. Sebob itu peliharalah perempuan-perempuan baik-boik."
Hadis ini Muttafaq-'slaihi, artinya sesuai riwayat Bukharidengan riwayat
Muslim.
Apabila kita perhatikan bunyi Hadis inidengan seksama, tidaklah dia dapat
dijadikan alasan untuk mengatakan bahwa perempuan, atau terutama Siti
Hawa, terjadi daripada tulang rusuk NabiAdam.
Tidak ada tersebut samasekalidalam Hadis inidari hal tulang rusuk Nabi
Adam. Yang terang maksud Hadis ini ialah membuat perumpamaan dari hal
bengkok atau bengkoknya jiwa orang perempuan, sehingga payah membentuknya, sama keadaannya dengan tulang rusuk; tulang rusuk tidaklah dapat
diluruskan dengan paksa. Kalau dipaksa-paksa meluruskannya, diapun patah.
Kalau dibiarkan saja, tidak dihadapidengan sabar, bengkoknya itu akan terus.
Apatah lagi Hadis ini dituruti oleh Hadis lain di dalam Shahih Bukharidan
Muslim juga, demikian bunyinya.
Dan pada satu riwayat pada kedua shahih, Bukhari dan Muslim.
&,$r4g{:l,iault\oVV6WLyt4tL'z\5(
"Perempuan itu adaloh seperti tulong rusuk; jika engkou coba meluruskannya, diapun patuh. Dan jika engkau bersuko-sukaan dengan dia, mako
bersuko-suka juga engkau, namun dia tetap bengkok. "Dan pada satu riwayat lagi dengan Muslim:
167
V1;#\ bV #t,y $'#,t'i ;y r.*'rt;'it,
tL3yGWsW,5W$1lb&-WjV,,:{*:1
.,sesungguh nya perempuan itudiiadikan dari tulang rusuk. Dia tidak akan
dapat luruiuntuk
-engkau
ofos suotu ialan. Jika engkau mengambil ke'
."rongrn dengan dia, namun dia tetap bengkok. Dan jika engkau coba
meluriskonnyi, niscaya engkatt mematahkannya. Patahnya itu talaknya."
Ada lagi Hadis lain dengan makna yang serupa, diriwayatkan oleh ahli
Hadis yang lain pula.
Pada Hadis pertama sudah nyata tidak ada tersebut bahwa Hawa terjadi
dari tulang rusuk Adam. Pada Hadis yang kedua sudah lebih ielas lagibahwa itu
hanya perumpamaan. Hadis yang ketiga menjadi lebih jelas karena telah ada
Hadis yang kedua, bahwa itu adalah perumpamaan. Hadis yang ketiga menambah jelas ligi, bahwa kalau laki-laki tidak hati-hatimembimbing isterinva, kalau
terus bersikap keras saia, talaklah yang teriadi dan pofoh oronglah rumahtangga.
Maka teranglah sekarang bahwa yang dimaksud di sini ialah jiwa atau
bawaan segala p-rn-puun dalam dunia ini. Pertimbangannya tidak lurus, kata
orang sekaiang, tidak obiektil. Perempuan didalam mempertimbangkan suatu
lebih banyak memperturutkan houonyo, yang cara sekarang kita namai senfi
men.
Hadis-hadis ini telah memberi petunjuk bagi seorang laki'lakiterutama bagi
seorang suami, bagaimana caranya menggauli isterinya dan mendidik anakanaknya yang perempuan. Supaya terjadi rumahtangga yang bahagia' hendakL[ r""runs Li.itut i mengenal kelemahan jiwa perempuan ini, yaitu laksana
tulang ,rruk yung bengkok. Seorang suami yang berpengalaman' dapat meng"rtidu., -emahimiapa maksud Hadis-hadis ini. Kelemahan perempuan yang
rJp"i iini, pada hakikainya, kalau laki-lakipandaimembawakannva, inilah vang
menjadi salah satu dasar penguatan satu rumahtangga'
Jiwa perempuan itu akan nampalbengkoknya di dalam mempertimbangkan sesuatu keuntungan dan muslihat yang umum, jika bertentangan dengan
muslihat rumahtanggi. S"orung suami yang sedang kesusahan belanja, tidak'
lah boleh dengan kek".utan meminta supaya isterinya meminjami perhiasan
gelang dan ,uiung "-urnya
untuk digadaikan sementara guna dijadikan modal,
meskipun menurut akal yang waras, sudahlah patut dia menyerahkan pada
waktu itu, sebab barang itupun digunakan untuk pertahanan di waktu sangat
susah. Kalau diminta dengan keras, dia akan bertahan. Kalau sama-sama keras,cerailah yang akan timbul. Tetapi kalau laki-laki mengenal rohosfo jiura perempuan yang bengkok itu, dia mesti menjauhijalan kekerasan. setengah dari sifat
bengkoknya jiwa perempuan, ialah jelas hiba kepada orar,g yung
""dang
susah.
Kalau kelihatan nyata oleh isterinya bahwa dia susah, dan kalzu ditanr,laioleh
isteri, tidak lekas-lekas menyatakan kesusahan itu, dia akan gelisah metihat
kesusahan suaminya. Dia tidak akan enak makan dan tidak ikan terpicing
matanya tidur karena melihat kesusahan yang menimpa suaminya, yang sangat
dicintainya itu. Kalau si suami pandai, dia sendiri yang akan -"nunggulkin gelang atau subangnya itu, untuk dikurbankannya bagi kepentingan suaminya.
Inilah satu contoh!
Contoh yang Iain ialah keinginannya akan perhiasan. Kalau silaki-lakitidak
pandai membimbing, berapa saja belanja tidaklah akan cukup untuk memenuhi
keinginannya akan perhiasan. Kalau si suami keras, bakhil, lerailah yang akan
timbul. Tetapi kalau sisuami memperturutkan saja keinginan-keinginan isterinya itu, akan sangsailah (sengsaralah) mereka dalam rumahtanqgi, sehinqga
berapapun persediaan belanja tidaklah akan sedang menyedang.-
Kalau laki-laki tidak mengenal bengkoknya jiwa isteri ini, lalu bersikap
keras, akan terjadilah perceraian. Atau kalau diperturutkan saja, akhimya
karena tidak terpikul, cerai juga yang akan timbul. Sebab itu Hadis ini memberikan tuntunan yang sangat mendalam, agar lakilaki jangan lekas-le,pas rnen- jatuhkan talak kalau tidak puasdengan perangai isterinya. orangMinangkabau
mempunyai pepatah:"Tidak ada lesung yang tidak berdetak", artinya tidak ada
perempuan seorangpun yang sunyi daripada kelemahan jiwa yang demikian.
Tetapi laki-laki yang memegang ketiga-tiga Hadis ini akan *r,ggrp hidup rukun
dengan isterinya, dalam irama rumahtangEa, yang kadang kaJa.ig.-biradan
kadang-kadang muram.
Inilah maksud Hadis.
Kembali kepada Hadis-hadis tadi, Memang ada sebuah riwayat pula yang
dikeluarkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, al-Baihaqidan tbnu;Asakir, yaitJ
perkataan dari Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan beberapa orang dari kalangan
sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka berkata:
'#!,A/,3AtXVd j(-*:A;n,.;*,$gG
',h iY ; iaVzlvt y-X3&\sb lEifr\i+;Sivltp1tf
)*i
"Tatkdla Adam telqh berdiom di dalam syurga itu, berjalanloh diaseorong
diri dolam kesepion, tidak ada posongon (isteri) yang okan menenteramkannya. Moko tidurlah dia,lalu dia bongun. Tiba tibo di sisi kepolonw eorong
perempuan sedong duduk, yang teloh dijodikan Allah daripdo tulang rusuknya.Riwayat ini sudah terang bukanlah dari sabda Rasulullah s.a.w. melainkan
perkataan Abdullah bin Abbas darl Abdullah bin Mas'ud.
Oleh karena riwayat ini adalah perkataan Sohobi' bukan sabda Rasul,
niscaya nilainya untuk dipegang sebagai suatu akidah tidak samahgidengan
Hadis yang shahih dari Nabi, apatah lagi dengan al-Quran. Mungkin sekali,
bahkan besar sekali kemungkinan itu, bahwa pernyataan kedua sahabat itu
terpengaruh oleh berita-berita orang Yahudi yang ada di Madinah ketika itu,
yang berpegang kepada isi kitab "Kefadian", Fasal 2' ayat 21: "Maka didatangkan Tuhan Allah kepada Adam itu tidur yang lelap, lalu tertidurlah ia. Maka
diambil Allah tulang ditutupkannya pula dengan daging. Maka daripada tulang
yang telah dikeluarkannya dari dalam Adam itu, diperbuat Tuhan seorang
perempuan, lalu dibawanya akan dia kepada Adam."
Sebagaimana telah kita beri penerangan di mukaddimah tafsir ini. Rasulullah s.a.w telah memberikan pedoman kepada sahabat-sahabat beliau dalam
hal rnenilai berita-berita yang disampaikan oleh Ahlul-Kitab.
dfi,J5-461311t(Jv;;3":+,,r-r'q,,\gi{i;
k i,3;,; 36 pu;y) ;a, *j\,:nJ4l_; *,W\,
iVs^ tlS; l; #v; =q,sA $ j:rt,ki * i,
"Dgln telah mengeluarkan Bukhon daripada Hodis Abu Hurairoh- Kato
Abu Hurairoh itu: Adalah ohlul-kitab itu membaca Taurot dengan bohoso
Ibrani dan mereka talsirkan dia ke dalam bahos Arab untuk orang-orong
Islom. Maka berkotalah Rasululloh s.o.u.,..' Jangonlah komu longsung memfunorkon ohlul-kitob itu dan jangan pula langsung kamu dustakan, tetapi
katokanlah: Kami beriman kepada Allah."
Berdasar kepada Hadis ini iadibesarlah kemungkinan bahwa riwayat Siti
Hawa terjadi dari tulang rusuk Adam yang diberikan oleh lbnu Abbas dan lbnu
Mas'ud ini didengar mereka dari Taurat yangdibacakan oleh ahlul kitab itu,lalu
mereka terima saja bagaimana adanya sebagai satu/oklo yang mereka terima,
yang boleh diolah dan diselidiki pula oleh orang lain.
l-antaran itu pula maka tidaklah salah pada pendapat penafsir yang dha'if
ini kalau ada orang yang tidak memegang teguh i'tikad bahwasanya Hawa
teriadi daripada tulang rusuk Nabi Adam, sebab tidak ada firman Tuhan
menyebutkannya di dalam al-Quran, dan tidak pula ada sabda Nabiyang tepat
menerangkan itu. Yang ada hanya berita atau penafsiran dari Affiullah bin
Abbas dan AMullah bin Mas'ud dan beberapa sahabat yang lain yang besar
kemungkinan bahwa ceritera ini mereka dengar dari orang Yahudi yang
membaca kitab "Keiadian" salah satu dari kitab catatan Yahudi yang mereka
sebut Taurat itu.
Dan Hadis-hadis Bukharidan Muslim yang tiga buah diatas tadi, kita terima
dan kita amalkan dengan segala kerendahan hati, untuk pedoman hidup
menghadapi kaum perempuan, sebagai teman hidup laki-lakidalam dunia ini.
Apatah lagi setelah datang Hadis lain yang menguatkan nasihat bagi kaum laki.
laki di dalam bergaul baik-baik dengan perempuan, yang dirawikan oleh Imam
Bukhari dan Muslim juga:
-;r;"rr'lW
5 4\ "rY:\"'Atr G;)'?w6$\rY\ i;l W 1g;i\ I';,r:l:\
iut:&,
"Peliharalah perempuan-Wrempuan ifu sebaik.baiknya, karena kamu
teloh mengambilnya dengan amanat dari Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan kalirnat-kalimat Allah."
Syaikh Muhammad Abduh di dalam pelajaran tafsirnya, yang dicatat oleh
muridnya Sayid Muhammad Rasyid Ridhadidalam tafsirnya al-Manor menyatakan pula pendapat bahwa Hadis mengatakan perempuan terjadidari tulang
rusuk itu bukanlah benar-benar tulang rusuk, melainkan suatu kias perumpamaan belaka, sebagai ada juga contoh demikian di dalam Surat 21, Surat alAnbiya' ayat 27:
$,,v'u,>J3 blz;yg
"Telah dijadikan monusio itu dari silat terburu-buru."
Dalam segala urusan dia mau lekas saja. Padahal kesanggupannya ter.
batas. Mungkin tidak juga ada salahnya kalau kita berfaham tentang arti Hadis
yang mengatakan bahwa kaum perempuan ter.iadi dari tulang rusuk itu, selain
dari satu perumpamaan tentang keadaan jiwanya ialah pula satu perlambang
tentang kehidupan manusia di atas dunia ini. Seorang laki-laki yang telah patut
kawin, adalah seumpama orang yang masih belum ada tulang rusuknya, sebab
isteri itupun disebut dalam kata lain dengan teman hidup. Seorang duda adalah
seorang yang goyah jiwanya, karena tidak ada sandaran. Demikian juga seorang perempuan, kalau belum juga dia bersuami padahal sudah patut bersuami, samalah keadaannya dengan sebuah tulang rusuk yang terlepas dari
perlindungan. Bila dia telah bersuami, dia telah diletakkan ke tempatnya
semula, dan dia telah terlindung oleh kulit pembungkus rusuk itu, yaitu
perlindungdn suaminya.
Sebab, benar atau tidaknya riwayat SitiHawa terjadidaripada tulang rusuk
Nabi Adam itu, namun sekalian isteri tidaklah terjadidari tulang rusuk suaminya!Sekarang kita kembali kepada Tafsir'
t"tika aiirruhlah Adam dan isterinya duduk di dalam taman indah berseri
itu. Mereka keduanya diberi kebebasan, makan dan minum, memetik buahbuahan yang lezat ranum, yang hanya tinggalmemetik. Artinya bebasrnerdeka.
Tetapi ii aiU- ayat ini kita bertemu lagi satu pelajaran tentarg filsa(at
merieka. Kemerdekaan ialah kebebasan membatasi diri! semua bebas di-
,niXun, kecuali buah daripada pohon yang terlarang: "Jangan kamu berdua
."""i"il", kepada pohon ini". Sama juga dengan beberapa larangan dalam al'
Qrrun, "Jangan kamu mendekati zina!" Karena kalau sudah mendekat ke sana,
ni..uyu term-akan juga kelaknya buah itu. Kalau dia kamu makan, niscaya kamu
merugi. "'--6rung
yang tidak sanggup memelihara kemerdekaannya, niscaya akan
kenilangai lem-erdekaan itu Dan jika kemerdekaan telah hilang, kerugianlah
yang akan berjumPa' - "penafsir tidak hendak menyalinkan buah pohon apakah yang dilarang
mereka memakan itu? Ada orang yang mengatakan buah khuldi, atau buah
kekal. Penafsiran ini niscaya salah. sebab yang menamainya syaiaratul'khuldi,
pohon kekal siapa yang memakannya tidak- mati-mati, bukanlah Tuhan, tetapi
;;"ii"" sendiri se[etili-a merayu Adam. (Lihat Surat 20, Thaha avat 120)'
paaanat kita bertemu sabda iuhan yang lain untuk mendekatkan kita me-
,nuhurnkun syojarah atau pohon apakah yang dilarang Adam dan Hawa
-"*ut unnvu itr. Di dalam surat lbrahim (surat 14, ayat 24 sampai26), Tuhan
mengambil perumpamaan tentang dua pohon; pohon yang baik dan yang
;u;u"[. Pohon yang baik ialah kalimat yang baik. Kalimat vang baik ialah "La
Ilaha lllallah." bun pohon yang iahat ialah perumpamaar.r dari.kalimat yang
buruk. Kalimat yang buruk adalah segala macam kedurhakaan kepada Allah.
Dan yang palin' buiuk ialah "syirik", mempersekutukan Tuhan dengan yang
lain.
Maka pelanggaran kepada larangan saja, sudahlah namanya mulai memakan buah pohon yang buruk. Adam dan Hawa dilarang mendekati pohon yang
terlarang itu.
,,Mako digelincirkanlah keduanya oleh syoiton dari (larangan) itu, dan
dikeluarkanloi keduonyo dari keadaan ydng sudah ada mereka pdanya."
tp""sk"f ayat 36). Artinya masuklah syaitan ke tempat mereka' lalu merayu
i* i,"-p"rdayakan mlreka, supaya mereka makan juga buah pohon yang
terlarang itu, sampai syaitanmengatakan bahwa itulah pohon kekal, siapa yang
1n"-ut in tidak ikan mati'mati. Sampai karena pandainya syoiton merayu
["duunyu tergelincir, termakan juga akhirnya buah pohon terlarang itu. Demi
*"i"f.u rnupui, k"uiluun mereka menjadi berubah, ternyata terbukalah aurat
;;;;k;. (at-Aiaf, Surat 27, avat22\, bertukarlah keadaan' insaflah mereka
6"n*u ."r"ka telah bertelanjang, alangkah malunya. Maka tahulah Tuhan
;;i;;; r"i""g""Nv" tetan aiunggar : " Dai berkatalahKami: Turunlah semua!"
il;i"h iis; ieriUiai yang dimiksud oleh ayat itu, yaitu Adam dan Hawa dan
syaitan yang mengg"iincirkan keduanya itu. Semua disuruh turun daritempatyang mulia itu, tidak boleh tinggaldi sana lagi; yang berdua karena melanggar
larangan, yang satu lagi karena menjadi si longkonos* memperdayakan orang.
"Yang *tengah kamu dengan wr{g *tengsh jodi furmusuhl" Karena
dasar permusuhan sudah nampak sejak semula silblis atau syaitan tidak mau
sujud karena sombong merasa diri lebih, tetapi menanamdendamdalam batin
untuk mencelakakan manusia. Rupanya sudah ditakdirkan Allahlah bahwa
permusuhan ini akan terus menerus dibawa ke muka bumi. "Don untukkamu
di bumi adalah tempat berdiam, dan perbekalon, sompoi s atu u-nktu." (ujung
ayat 35).
Disuruhnya mereka, semuanya, ketiganya, meninggalkan tempat itu, pindah ke bumi. Di sanalah ditentukan tempat kediaman mereka; tetapi hanya
buat sementara, tidak akan kekaldisana. Dibumi itulah mereka menyediakan
bekal yang akan mereka bawa kembali menghadap Tuhan apabila waktu yang
tertentu bagi hidup itu sudah habis.
Niscaya menyesallah Adam atas kesalahan yang telah diperbuatnya, telah
dilanggarnya larangan, karena tidak tahan dia oleh rayuan syaitan iblis. Lalu
memohon ampunlah dia kepada Allah:
" Maka menerimalah Adam daripada Tuhannya beberap kalimat, maka
diompuninyalah akon dio; sesungguhnya Dia adalah Pemberi ompun, lagi
Maha Penyayang." (ayat 37).
Menyesallah Adam akan nasibnya. Dia yang bertanggungjawab, sehingga
isterinyapun telah turut tergelincir karena rayuan syaitan itu. Dia memohonkan
kepada Tuhan agar mereka diampuni, diberi maaf, diberitaubat atas kesalahan
itu. Kesalahan yang timbul karena belum ada pengalaman atau karena kurang
awas atas perdayaan musuh yang selalu mengintai kelemahan dan kelalaian.
Tetapi Adam pun tidak tahu dengan cara apa menyusun kata yang berkenan
kepada Tuhan. Yang pantas buat diucapkannya, agar permohonannya diterima.
Maka tersebutlah didalam Hadis Qudsi:
,#311#;tt,
" RahmatKu, kosih-soyo ngKu, mengolahkan murkoK u."
Tuhan ajarkanlah kepada Adam betapa cara memohonkan ampun itu,
itulah beberapa kalimat yang