• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label daniel obaja 5. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label daniel obaja 5. Tampilkan semua postingan

daniel obaja 5


 tu. Sebab 

kalau tidak begitu keadaan mereka, orang tidak akan menyangka bahwa 

manusia yang berakal sehat dan memegang kendali atas pikiran yang 

jernih dan waras, akan melakukan kesalahan yang begitu besar dan tidak 

masuk akal itu. sebab  itu mereka harus mabuk terlebih dahulu sebelum 

dapat kehilangan akal sehat seperti itu. Penyembah-penyembah yang 

mabuk, yang bukan manusia melainkan binatang, memang pantas 

melayani ilah-ilah yang bagaikan kotoran hewan, yang bukan Tuhan   me-

lainkan setan. Mereka pening sebab  anggur (Yes. 28:7). Mereka minum 

anggur dan memuja berhala-berhala mereka, seolah-olah patung-patung 

itu merupakan penemu dari pesta mereka itu dan pemberi semua hal 

baik kepada mereka. Atau, saat  sedang minum-minum anggur, mereka 

memuji-muji para dewa dan mengucapkan selamat kepada mereka. Raja 

minum-minum anggur (ay. 1) di hadapan patung-patung itu. Artinya, ia 

mulai dengan bersulang untuk dewa yang ini, kemudian yang lain, 

sampai selesai melakukannya kepada beragam dewa, termasuk yang 

terbuat dari kayu dan batu. Perhatikanlah, pelanggaran susila dan 

ketidaksalehan, serta perbuatan jahat dan tidak senonoh, saling 

menguatkan dan meningkatkan minat terhadap satu sama lain. 

Bermabuk-mabukan merupakan pengantar menuju penyembahan 

berhala, sedangkan bersulang kepada berhala merupakan penganjur 

kepada perilaku mabuk selanjutnya. 

II. Lihatlah bagaimana Tuhan   membuat raja ketakutan, dan menghujamkan 

kengerian ke atasnya. Belsyazar dan para pembesarnya sedang bersukaria, 

cawan anggur beredar dengan cepat, diiringi musik riang, sambil minum 

mengharapkan kebingungan, boleh jadi, bagi Koresh dan pasukannya. 

Mereka memekik sorak-sorai, yakin penuh akan membubarkan kepungan itu 

segera. Namun saatnya telah tiba saat  apa yang jauh sebelum itu telah 

dinubuatkan tentang raja Babel harus digenapi, saat  kotanya dikepung 

oleh orang Persia dan Madai (Yes. 21:2-4). Malam hari yang selalu 

kurindukan itu sekarang menggentarkan aku. Kegembiraan pesta di istana 

itu harus dihentikan, dan sukaria mereka dipadamkan, meskipun raja 

sendirilah yang menjadi pemimpin pesta pora itu. Begitu Tuhan   berfirman, 

segera saja kita melihat raja dan semua tamunya menjadi sangat 

kebingungan, dan sukaria mereka berakhir dengan kecemasan. 

1. Tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding, tepat di 

depan raja (ay. 5). Seorang rabi berkata, “Malaikat Gabriellah yang 

menggerakkan dan menulis dengan jari-jari itu.” “Tangan ilahi itu” (kata 

seorang rabi kita, yaitu Dr. Lightfoot), “yang telah menulis kedua loh 

batu berisi hukum untuk umat-Nya, sekarang menuliskan hukuman atas 

Babel dan Belsyazar pada dinding.” Di sini, untuk membuat mereka 

ketakutan, tidak didatangkan sesuatu yang menimbulkan bunyi, atau 

mengancam nyawa mereka, tidak ada petir menggelegar atau sambaran 

kilat, tidak ada malaikat pemusnah dengan pedang terhunus di 

tangannya. Yang tampak hanyalah tangan yang memegang alat tulis, dan 

menulis di atas dinding, di depan kaki dian, supaya mereka semua bisa 

melihat tulisan itu di bawah penerangan kaki dian mereka sendiri. 

Perhatikanlah, firman Tuhan   yang tertulis sudah cukup untuk membuat 

ketakutan orang berdosa yang paling congkak dan berani, saat Ia  

berkenan mengutus firman-Nya untuk menyerang. Raja melihat 

punggung tangan yang sedang menulis itu, namun  tidak melihat orang 

yang memiliki tangan itu, sehingga semakin seram keadaannya. 

Perhatikanlah, apa yang kita lihat tentang Tuhan  , yakni bagian tangan 

yang menulis di kitab penciptaan dan Kitab Suci Sesungguhnya, 

semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya (Ayb. 26:14), dapat berguna 

untuk membangkitkan pada kita pikiran menakutkan perihal bagian dari 

Tuhan   yang tidak kita lihat. Jika inilah tangan Tuhan  , seperti apa gerangan 

lengan-Nya yang seutuhnya jika  diperlihatkan? Seperti apakah Dia? 

2. Raja langsung dicekam ketakutan yang amat sangat (ay. 6): Lalu raja 

menjadi pucat, yaitu rona wajahnya berubah. Sendi-sendi pangkal 

pahanya menjadi lemas, lemah lunglai. Punggungnya terasa nyeri, seperti 

yang biasa dialami orang saat  sangat ketakutan. Lututnya berantukan, 

begitu kerasnya hingga ia gemetar bagaikan daun kering tertiup angin. 

Namun, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa raja begitu ketakutan? Ia 

tidak memahami apa yang tertulis itu, jadi bagaimana ia bisa tahu 

apakah tulisan ini  merupakan pertanda gembira perihal 

pembebasan baginya dan kerajaannya? Namun, yang jelas pikiran-

pikirannya menggelisahkan dia. Hati nuraninya yang bersalah menampar 

wajahnya dan berkata kepadanya bahwa ia tidak memiliki  alasan 

untuk mengharapkan berita baik dari sorga, dan bahwa tangan malaikat 

hanya bisa menuliskan kengerian baginya. Dia yang tahu bahwa dirinya 

sangat mungkin menerima penghukuman dari Tuhan  , langsung menyim-

pulkan bahwa peristiwa ini ditujukan kepadanya, suatu panggilan 

kepadanya untuk diadili. Perhatikanlah, Tuhan   mampu membangunkan 

orang yang merasa paling aman sekalipun, dan membuat gemetar hati 

orang berdosa yang paling bersikukuh. Tidak ada lagi yang perlu 

dilakukan selain pikirannya sendiri yang bertaruh melawan dirinya 

sendiri. Pikirannya akan segera mencerca dan menggelisahkannya. 

3. Orang-orang bijak Babel langsung dipanggil menghadap, untuk melihat 

apakah mereka mampu menjelaskan makna tulisan di dinding ini (ay. 7). 

Berserulah raja dengan keras, seperti orang yang tergesa-gesa, dengan 

sepenuh hati, menyuruh mendatangkan semua orang berilmu, untuk 

mencoba membaca tulisan ini dan dapat memberitahukan maknanya. 

Raja dan semua pembesarnya tidak dapat berpura-pura mampu 

melakukannya, sebab ini ada di luar jangkauan mereka. Penyelidikan 

perihal pewahyuan ilahi, seperti yang mereka miliki atau yang mereka 

sangka ada pada mereka, dan berhubungan dengan dunia roh, di 

kalangan bangsa kafir saat itu hanya dikuasai oleh segolongan orang 

yang punya keahlian demikian, dan orang lain tidak bisa melakukannya. 

Namun, apa yang dituliskan bagi kita oleh tangan Tuhan  , dapat dibaca 

oleh semua orang. Siapa pun yang mau, dapat membaca pikiran Tuhan   

dalam Kitab Suci. Guna mendorong orang-orang bijaksana ini agar 

mengerahkan seluruh kemampuan mereka dalam hal ini, dan 

membangkitkan upaya mereka, raja berjanji bahwa siapa pun yang dapat 

memberinya penjelasan memuaskan perihal tulisan ini, akan dinaikkan 

derajatnya dengan penghormatan tertinggi di dalam istana. Ia 

mengetahui apa yang diincar oleh orang-orang yang pura-pura 

berhikmat ini, dan apa yang dapat menyenangkan hati mereka. Oleh 

sebab itu ia menjanjikan pakaian dari kain ungu dan rantai emas, benda-

benda yang dianggap mulia oleh mereka yang tidak tahu apa yang lebih 

baik dibandingkan  itu. Bahkan lebih dari itu, ia akan menjadi primus par regni 

– perdana menteri, atau orang ketiga dalam kerajaan, sesudah raja dan 

pewarisnya. 

4. Pengharapan raja kepada mereka ternyata dikecewakan. Tidak seorang 

pun dari mereka yang sanggup membaca tulisan itu, apalagi 

memberitahukan maknanya (ay. 8), sehingga membuat raja semakin 

kacau pikirannya (ay. 9). Ia semakin cemas keadaan bertambah buruk, 

dan takut celaka akan menimpanya. Juga para pembesarnya, yang telah 

turut bergembira bersamanya, sekarang ikut merasa ngeri bersamanya. 

Mereka sendiri terperanjat sebab  kehilangan akal. Baik jumlah maupun 

hangatnya anggur tidak mampu membangkitkan semangat mereka. 

Alasan mengapa orang-orang bijak ini tidak mampu membaca tulisan itu, 

bukanlah sebab  tertulis dalam bahasa maupun aksara yang tidak 

mereka kenal, melainkan sebab  Tuhan   mengaburkan pandangan mereka. 

Ia membuat mereka begitu kebingungan hingga tidak sanggup 

membacanya, supaya kehormatan untuk menafsirkan tulisan ini bisa 

disediakan bagi Daniel. Perhatikanlah, rasa ngeri yang dialami hati 

nurani yang disadarkan dan diyakinkan akan kesalahannya, bisa 

bertambah parah dengan ketidakmampuan semua makhluk ciptaan 

untuk menenteramkannya. 

Daniel Dibawa Menghadap Belsyazar 

(5:10-29) 

10 sebab  perkataan raja dan para pembesarnya itu masuklah permaisuri ke dalam ruang 

perjamuan; berkatalah ia: “Ya raja, kekTuhan   hidup tuanku! Janganlah pikiran-pikiran 

tuanku menggelisahkan tuanku dan janganlah menjadi pucat; 11 sebab dalam kerajaan 

tuanku ada seorang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus! Dalam zaman ayah 

tuanku ada ada  pada orang itu kecerahan, akal budi dan hikmat yang seperti hikmat 

para dewa. Ia telah diangkat oleh raja Nebukadnezar, ayah tuanku menjadi kepala orang-

orang berilmu, para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum, 12 sebab  pada orang itu 

ada  roh yang luar biasa dan pengetahuan dan akal budi, sehingga dapat 

menerangkan mimpi, menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan menguraikan 

kekusutan, yakni pada Daniel yang dinamai Beltsazar oleh raja. Baiklah sekarang Daniel 

dipanggil dan ia akan memberitahukan maknanya!” 13 Lalu dibawalah Daniel menghadap 

raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: “Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang 

telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? 14 Telah kudengar tentang engkau, 

bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu ada  kecerahan, 

akal budi dan hikmat yang luar biasa. 15 Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana, 

para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya 

kepadaku, namun  mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu. 16 namun  telah 

kudengar tentang engkau, bahwa engkau dapat memberi  makna dan dapat meng-

uraikan kekusutan. Oleh sebab itu, jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat 

memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari 

kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini 

engkau akan memiliki  kekuasaan sebagai orang ketiga.” 17 Kemudian Daniel menjawab 

raja: “Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun 

demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya 

kepada tuanku. 18 Ya tuanku raja! Tuhan  , Yang Mahatinggi, telah memberi  kekuasaan 

sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar, ayah tuanku. 19 

Dan oleh sebab  kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan 

gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa; 

dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang 

dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa 

yang dikehendakinya. 20 namun  saat  ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga 

berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya 

diambil dari padanya. 21 Ia dihalau dari antara manusia dan hatinya menjadi sama seperti 

hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai hutan; kepadanya diberikan 

makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, 

sampai ia mengakui, bahwa Tuhan  , Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan 

mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu. 22 namun  tuanku, Belsya-

zar, anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui semuanya ini. 23 

Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari Bait-Nya 

dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan 

para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji 

dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat 

melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Tuhan  , yang 

menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku. 24 Sebab itu Ia menyu-

ruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan ini. 25 Maka inilah tulisan yang tertulis 

itu: Mene, mene, tekel ufarsin. 26 Dan inilah makna perkataan itu: Mene: masa 

pemerintahan tuanku dihitung oleh Tuhan   dan telah diakhiri; 27 Tekel: tuanku ditimbang 

dengan neraca dan didapati terlalu ringan;  

28 Peres: kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia.” 29 Lalu 

atas titah Belsyazar dikenakanlah kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada 

lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam 

kerajaan ia akan memiliki  kekuasaan sebagai orang ketiga. 

Di sini ada , 

I. Keterangan yang diberikan permaisuri kepada raja perihal Daniel, betapa ia 

sangat cocok untuk dimintai nasihat dalam persoalan pelik ini. Diduga 

permaisuri ini yaitu  janda Ewil-Merodakh, yang bernama Nitocris yang 

oleh Herodotus disebut sebagai wanita  yang luar biasa bijaksana. Ia 

tidak hadir dalam pesta itu, sebagaimana halnya para isteri dan para gundik 

(ay. 2). Pada usia dan wibawanya sebagai permaisuri, tidak pantas baginya 

untuk ikut bersukaria pada malam hari. Namun, berita tentang ketakutan 

raja dan para pembesarnya itu disampaikan kepadanya di tempat tinggalnya, 

lalu ia datang sendiri ke tempat perjamuan, hendak mengusulkan nama 

seorang tabib yang dapat mengatasi kegelisahan raja. Permaisuri memohon 

dengan sangat agar raja tidak berkecil hati sebab  ketidakmampuan orang-

orang bijaksananya dalam memecahkan teka-teki ini, sebab dalam 

kerajaannya ada seorang yang sudah lebih dari satu kali membantu kakek 

raja saat  menghadapi persoalan berat. Tidak perlu diragukan lagi bahwa 

orang ini pasti mampu membantunya juga (ay. 11-12). Permaisuri sendiri 

tidak mampu membaca tulisan itu, namun  ia mengarahkan raja kepada orang 

yang mampu melakukannya. Biarlah sekarang Daniel dipanggil, yang 

seharusnya dipanggil sejak awal. Sekarang amatilah, 

1. Gambaran mulia yang dikatakannya mengenai Daniel: Ia yaitu  seorang 

yang penuh dengan roh para dewa yang kudus, dalam dirinya ada sesuatu 

yang melebihi manusia biasa. Di dalam dirinya tidak sekadar ada  

Roh manusia yang yaitu  pelita TUHAN, namun  roh ilahi. Menurut bahasa 

dan agama bangsanya, sang permaisuri tidak dapat memberi  pujian 

yang lebih tinggi lagi kepada manusia. Ia berbicara penuh hormat 

tentang Daniel sebagai orang yang memiliki, 

(1) Pikiran cerdas dan mengagumkan: ada  pada orang itu 

kecerahan, akal budi dan hikmat yang seperti hikmat para dewa . 

Daniel memiliki wawasan yang begitu dalam tentang hal-hal rahasia 

dan penglihatan tentang hal-hal yang akan terjadi, hingga jelaslah 

bahwa ia diilhami secara ilahi. Ia memiliki pengetahuan dan akal 

budi melebihi semua orang bijaksana sehingga dapat menerangkan 

mimpi, menjelaskan teka-teki atau kata-kata yang sulit dimengerti, 

menguraikan kekusutan, dan menghapus keraguan. Salomo memiliki 

kebijaksanaan luar biasa semacam ini. Namun, sepertinya dalam hal-

hal tadi, Daniel memperoleh pengarahan ilahi yang lebih langsung. 

Sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Walaupun 

demikian, apalah artinya hikmat yang ada pada Salomo dan Daniel 

dibanding dengan harta hikmat yang tersembunyi di dalam Kristus? 

(2) Daniel memiliki hati yang baik dan mengagumkan: pada orang itu 

ada  roh yang luar biasa, yang merupakan tambahan yang hebat 

bagi hikmat dan pengetahuannya, serta membuat dia memenuhi 

syarat untuk menerima karunia itu. sebab  kepada orang yang 

dikenan-Nya Tuhan   mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan 

kesukaan. Daniel memiliki roh yang rendah hati, kudus, dan sorgawi, 

serta memiliki semangat mengabdi dan pengasih, roh penuh 

semangat bagi kemuliaan Tuhan   dan kebaikan manusia. Ini benar-

benar roh yang unggul.  

2. Penjelasan permaisuri tentang rasa hormat yang diberikan 

Nebukadnezar kepada Daniel. Daniel sangat disukai dan ditinggikan 

olehnya: “Ayah tuanku” artinya, kakek tuanku, sebab bahkan bagi banyak 

angkatan, Nebukadnezar bisa juga disebut ayah keluarga kerajaan, 

sebab  dialah yang telah mengangkat kerajaan menjadi begitu agung. 

“Ayah tuanku mengangkat dia menjadi kepala orang-orang berilmu.” 

Boleh jadi Belsyazar adakalanya dengan sombong berbicara merendah-

kan Nebukadnezar, pemerintahan, dan kebijakan pemerintahannya, 

serta para menteri yang dipekerjakannya. Ia menganggap dirinya lebih 

bijaksana dibandingkan  Nebukadnezar. Itulah sebabnya sang ibu berbicara 

berulang kali mengenai hal itu. “Raja Nebukadnezar, ayah tuanku, yang 

kepada pimpinannya yang baik tuanku berutang budi, telah 

memaklumatkan Daniel menjadi kepala dan berkuasa atas semua orang 

bijaksana Babel, dan Daniel dinamai Beltsazar seperti nama dewa ayah 

tuanku, sebab  ia pikir dengan demikian ia telah menaruh kehormatan 

kepadanya.” Namun Daniel yang senantiasa menggunakan nama Yahudi, 

yang tetap akan digunakannya sebagai tanda kesetiaannya kepada 

agamanya, tidak pernah menggunakan nama itu. Hanya ibu surilah yang 

masih mengingat nama itu, sedangkan umumnya ia dipanggil Daniel. 

Perhatikanlah, sungguh merupakan sikap yang sangat baik untuk 

mengingat kembali pelayanan baik yang diberikan orang-orang yang 

berjasa dan berperilaku sederhana, dan bersedia dilupakan. 

3. Usul yang disampaikan permaisuri perihal Daniel: Baiklah sekarang 

Daniel dipanggil dan ia akan memberitahukan maknanya. Tampaknya 

Daniel sekarang telah dilupakan di istana. Belsyazar menganggapnya 

orang asing, tidak tahu bahwa ia memiliki permata yang begitu berharga 

di dalam kerajaannya. Raja baru mendatangkan tatanan baru pula, dan 

yang lama pun dikesampingkan. Perhatikanlah, ada  banyak sekali 

orang yang berharga, dan orang-orang seperti ini sangatlah berguna, 

namun  mereka ini bisa saja sudah lama tidak dikenal lagi. Ada juga yang 

telah memberi  pelayanan luar biasa namun  dilupakan dan tidak 

diperhatikan sama sekali. Namun demikian, seperti apa pun keadaan 

manusia, Tuhan   bukanlah Tuhan   yang tidak adil sehingga melupakan 

pelayanan yang telah diberikan demi kerajaan-Nya. Daniel yang telah 

tersingkir dari kedudukannya, hidup menyendiri. Ia tidak mencari-cari 

kesempatan untuk mendapat perhatian lagi. Bagaimanapun, ia tetap 

tinggal di dekat istana sehingga mudah dipanggil. Meskipun Babel 

sekarang sedang dikepung, ia tetap siap memberi  pelayanan bila 

diperlukan demi kepentingan orang-orang sebangsanya. Namun, Tuhan   

mengatur sedemikian rupa hingga sekarang, tepat sebelum kejatuhan 

kerajaan itu, ia dibawa ke istana lagi atas saran permaisuri, supaya ia 

siap menerima pemulihan martabat dalam pemerintahan berikut. 

Demikianlah orang-orang benar akan bercahaya, dan kerendahan hati 

mendahului kehormatan. 

II. Daniel diperkenalkan kepada raja, dan raja meminta dia untuk membacakan 

serta menjelaskan makna tulisan itu. Daniel dibawa menghadap raja (ay. 13). 

Usianya sekarang sudah mendekati sembilan puluh tahun. Mengingat usia, 

kehormatan, dan berbagai kedudukan tingginya di masa lalu, ia seharusnya 

punya kebebebasan menghadap raja. Namun sekarang ia bersedia dibawa 

masuk sebagai orang asing oleh pemimpin acara. Perhatikanlah, 

1. Dengan sombong raja bertanya: Engkaukah Daniel itu, salah seorang 

buangan? Sebagai orang Yahudi dan buangan, seandainya bisa, ia enggan 

dianggap berutang budi kepada raja. 

2. Raja berkata tentang pujian yang telah didengarnya perihal Daniel (ay. 

14), bahwa ia penuh dengan roh para dewa. Raja telah menyuruhnya 

datang untuk melihat apakah ia memang pantas memperoleh pujian 

setinggi itu atau tidak. 

3. Raja mengaku bahwa semua orang bijaksana Babel sudah kebingungan. 

Mereka tidak mampu membaca tulisan ini, ataupun mengatakan makna 

perkataan itu (ay. 15). Namun, 

4. Ia berjanji kepada Daniel untuk memberi  hadiah sama seperti yang 

telah dijanjikannya kepada mereka jika  ia mampu melakukannya (ay. 

16). Sungguh aneh bagaimana orang-orang berilmu yang sekarang dan 

pada zaman Nebukadnezar dulu sekali lagi merasa kebingungan dan 

tidak mengupayakan sesuatu guna menyelamatkan kehormatan mereka. 

Seandainya mereka berkata dengan yakin, “Inilah makna mimpi ini dan 

tulisan itu,” siapa pula yang dapat membantah mereka? Namun, Tuhan   

telah mengatur sedemikian rupa hingga mereka tidak mampu berkata 

apa pun. Sama seperti saat  Kristus lahir, para pembawa sabda dewa 

terbungkam. 

III. Makna tulisan penuh rahasia yang disampaikan Daniel, yang begitu jauh dari 

meredakan ketakutan raja, hingga kita dapat menduga bahwa hal itu justru 

membuat ketakutannya semakin menjadi-jadi. Daniel sudah lanjut usia, 

sedangkan Belsyazar masih muda. Oleh sebab itu ia agaknya lebih bebas 

bersikap terus terang dan jelas kepada raja, dibanding pada waktu 

menghadapi hal serupa dengan Nebukadnezar. Dalam menegur seseorang, 

terutama orang-orang besar, dibutuhkan hikmat untuk mempertimbangkan 

segala keadaan. Sebab teguran itu merupakan teguran yang mendidik dan 

jalan kehidupan. Dalam perkara Daniel di sini,  

1. Ia membacakan tulisan yang memberi mereka peringatan, dan 

memberitahukan maknanya kepada mereka (ay. 17). Ia meremehkan 

hadiah yang ditawarkan kepadanya. Ia tidak senang raja menyebut-

nyebut hal itu, sebab ia bukanlah orang yang menenung sebab  uang. 

Segala pemberian Nebukadnezar diterimanya dengan senang hati, namun  

ia menolak untuk tawar-menawar, atau membacakan tulisan itu bagi 

raja sebab  mempertimbangkan kehormatan yang dijanjikan kepadanya. 

Tidak, “Tahanlah hadiah tuanku, sebab  hadiah itu tidak akan lama 

menjadi milik tuanku, dan berikanlah pemberian tuanku kepada orang 

lain, kepada orang-orang bijaksana yang paling tuanku inginkan untuk 

menerimanya. Aku tidak menghargai hadiah semacam itu.” Daniel 

melihat bahwa kerajaannya saat ini sudah mendekati akhir, dan oleh 

sebab itu memandang rendah semua hadiah dan penghargaan raja. 

Demikianlah juga kita harus memandang rendah semua hadiah dan 

penghargaan yang bisa diberikan dunia ini, saat  kita melihat dengan 

iman, masa akhirnya yang akan segera tiba. Biarlah dunia memberi  

hadiah-hadiahnya yang fana itu kepada orang lain. Ada hadiah-hadiah 

lebih baik yang ditatap mata kita dan dituju hati kita. Namun, marilah 

kita melaksanakan tugas kita di dunia, melayani sebaik mungkin, 

membaca tulisan Tuhan   melalui pengakuan iman, dan dengan perilaku 

yang sesuai dengan pengakuan itu menyampaikan makna tulisan Tuhan   

itu. Sesudah itu percaya bahwa Tuhan   akan memberi  anugerah-Nya, 

pahala-Nya, yang tiada bandingannya dengan yang bisa diberikan dunia 

ini yang semata sampah dan tidak berharga. 

2. Dengan panjang lebar Daniel menceritakan apa yang telah diperbuat 

Tuhan   dengan Nebukadnezar, ayahnya, dengan tujuan mengajar dan 

memperingatkannya (ay. 18, 21). Hal ini tidak dimaksudkan sebagai 

pemanis bibir atau hiburan, namun sebagai pendahuluan yang 

diperlukan untuk menjelaskan makna tulisan itu. Perhatikanlah, supaya 

dapat memahami dengan benar apa yang sedang dilakukan Tuhan   kepada 

kita, sungguh bermanfaat jika  kita meninjau apa yang telah 

dilakukan-Nya terhadap orang lain. 

(1) Daniel menggambarkan martabat dan kekuasaan luar biasa yang 

diberikan Tuhan   untuk meninggikan Nebukadnezar (ay. 18-19). Ia 

memiliki kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan 

keluhuran, yang setahu kita melebihi yang dimiliki raja kafir mana 

pun yang hidup sebelum dia. Ia menyangka bahwa ia memperoleh 

kemuliaan itu berkat kepemimpinan dan keberaniannya sendiri, dan 

beranggapan bahwa keberhasilannya itu berasal dari kecerdasannya 

sendiri. Namun, Daniel mengatakan kepada Belsyazar yang sekarang 

menikmati jerih payah Nebukadnezar, bahwa Tuhan  , Yang 

Mahatinggi, Tuhan   segala Tuhan   dan Tuhan segala tuhan  (sebutan 

Nebukadnezar sendiri bagi-Nya), yang telah memberinya kekuasaan 

sebagai raja, wilayah kekuasaan yang sangat luas, kekuasaan 

tertinggi yang digunakannya untuk mengatur urusan-urusan di 

dalamnya, serta kemuliaan dan keluhuran yang diperolehnya melalui 

pengelolaan pemerintahan yang sangat berhasil. Perhatikanlah, 

sebesar apa pun kemakmuran lahiriah yang dicapai orang, mereka 

harus mengakui bahwa itu yaitu  pemberian Tuhan  , bukan upaya 

mereka sendiri. Jangan pernah ada yang berkata, Kekuasaanku dan 

kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini , 

kedudukan tinggi ini. Sebaliknya, haruslah senantiasa diingat bahwa 

Dialah yang memberi  kepada manusia kekuatan untuk 

memperoleh kekayaan, dan membuat upaya mereka berhasil. Di sini, 

kekuatan yang diberikan Tuhan   kepada Nebukadnezar digambarkan 

sangat besar, baik dalam hal kemampuan maupun wewenang. 

[1] Kemampuannya begitu besar hingga tidak dapat dilawan. 

Keagungan yang diberikan Tuhan   kepadanya begitu luar biasanya, 

pasukan yang dipimpinnya begitu banyak, dan kepiawaiannya 

dalam memimpin mereka begitu mengagumkan, hingga ke arah 

mana pun pedangnya terayun, pastilah berhasil. Ia mampu 

menawan dan menaklukkan bangsa-bangsa dengan cara 

mengancam mereka tanpa melancarkan pukulan, sebab takut 

dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, dan 

mau bergabung dengannya demi nyawa mereka dengan syarat 

apa pun. Lihatlah seperti apa kekuatan itu, dan bagaimana 

ketakutan yang ditimbulkannya. Melalui kekuatanlah bagian 

dunia yang bengis, bahkan dunia umat manusia, menguasai dan 

dikuasai. 

[2] Wewenangnya begitu mutlak hingga tidak terkendali lagi. Kuasa 

yang diizinkan kepadanya, yang turun ke atasnya, atau 

setidaknya menurut anggapannya demikian, tidak dapat 

ditentang, mutlak, dan lalim. Tidak seorang pun turut mengambil 

bagian, baik dalam wewenang membuat peraturan maupun 

dalam menjalankannya. Dalam menjatuhkan hukuman, ia 

menghukum atau membebaskan seseorang sesuka hati: 

dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup 

siapa yang dikehendakinya, tidak peduli orangnya tidak bersalah 

atau bersalah. Jus vitæ et necis – kuasa hidup dan mati 

sepenuhnya berada di dalam tangannya. Dalam membagikan 

penghargaan, ia juga memberi atau meniadakan kedudukan 

tinggi sesuka hati: ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan 

direndahkannya siapa yang dikehendakinya. Ini dilakukannya 

untuk kesenangan semata, tanpa alasan bahkan kepada diri sen-

diri. Semuanya ex mero motu – berdasar  kesenangannya 

sendiri, dan stat pro ratione voluntas – kehendaknya sendiri yang 

menjadi alasan. Seperti itulah tata pemerintahan kerajaan-

kerajaan timur waktu itu dan perilaku raja-raja mereka. 

(2) Daniel membukakan dosa-dosa Nebukadnezar kepada raja, 

kesalahan-kesalahan  Nebukadnezar yang membangkitkan 

perlawanan Tuhan   terhadapnya. 

[1] Perilaku Nebukadnezar terhadap rakyat taklukannya sungguh 

merendahkan. Ia menjadi raja yang lalim dan suka menindas. 

Gambaran tentang kuasanya menyiratkan penyalahgunaan 

kuasanya. Segala perbuatannya dipimpin oleh kesenangan diri 

dan nafsu, bukan oleh akal budi dan keadilan. Akibatnya, ia 

sering menghukum orang yang tidak bersalah dan membebaskan 

yang bersalah, dan perbuatan ini yaitu  kekejian bagi TUHAN. Ia 

memecat orang yang berjasa dan meninggikan orang yang tidak 

berguna, sehingga sangat merugikan orang banyak. Untuk inilah 

ia harus bertanggung jawab kepada Tuhan   Yang Mahatinggi, yang 

memberinya kekuasaan. Perhatikanlah, sangatlah sulit dan 

jarang bagi orang untuk memiliki kuasa sewenang-wenang yang 

mutlak namun tidak menyalahgunakannya. Dalam sejarah 

Inggris, Camden memiliki  sajak dua baris tentang Giraldus. Di 

dalam sajaknya itu ia berbicara tentang kekuasaan mutlak, yaitu 

mengenai Raja Henry II dari Inggris, sebagai sesuatu yang jarang 

terjadi, bahwa tidak seorang pun pernah memiliki kuasa sebesar 

itu dan hanya berbuat hal-hal kecil yang merugikan dengan 

kuasa itu. 

Glorior hoc uno, quod nunquam vidimus unum, 

Nec potuisse magis, nec nocuisse minus – 

Tentang dia aku bisa berkata, dengan sukacita, bahwa 

dengan kuasa untuk menyakiti, tidak seorang pun pernah 

disakitinya. Namun ini belumlah semuanya. 

[2] Nebukadnezar bersikap kurang ajar terhadap Tuhan   di atasnya, 

dan menjadi congkak serta sombong (ay. 20): ia menjadi tinggi 

hati, dan di situlah dosa dan kejatuhannya diawali. Ia menjadi 

keras kepala dalam kesombongannya, keras hati terhadap 

perintah-perintah Tuhan   dan semua penghakiman-Nya. Ia 

menjadi degil dan bebal. Baik firman Tuhan   maupun gada-Nya 

tidak berpengaruh banyak padanya. Perhatikanlah, 

kesombongan yaitu  dosa yang mengeraskan hati orang untuk 

bersikukuh dalam semua dosa lain, dan membuat sarana per-

tobatan serta pembaharuan diri menjadi tidak berpengaruh apa-

apa. 

(3) Daniel mengingatkan raja perihal penghakiman yang dijatuhkan 

Tuhan   ke atas Nebukadnezar sebab  kesombongan dan kedegilannya. 

Bagaimana ia kehilangan akal sehatnya, dan dijatuhkan dari takhta 

kerajaannya (ay. 20), dihalau dari antara manusia, dan tempat 

tinggalnya ada di antara keledai hutan (ay. 21). Orang yang tidak 

mau memerintah rakyatnya dengan peraturan berdasar  akal 

sehat, tidak memiliki cukup akal sehat untuk mengatur dirinya 

sendiri. Perhatikanlah, sudah sepantasnya Tuhan   mencabut akal budi 

orang jika  mereka bersikap tidak masuk akal dan tidak mau 

menggunakannya. Kuasa mereka juga akan dicabut-Nya jika  

mereka suka menindas dan menyalahgunakan kekuasaan mereka. 

Nebukadnezar tetap berperilaku seperti binatang sampai ia mengaku 

dan menerima asas pertama agama, bahwa Tuhan  , Yang Mahatinggi, 

berkuasa. Dan manusia lebih dibedakan melalui agamanya dibandingkan  

melalui akal budinya, dan ditinggikan derajatnya di atas binatang. 

Lebih terhormat bagi manusia untuk menjadi umat dari Pencipta 

tertinggi dibandingkan  menjadi tuan atas makhluk-makhluk rendah. 

Perhatikanlah, para raja harus tahu, atau akan dibuat mengetahui, 

bahwa Tuhan   Yang Mahatinggi memerintah di dalam kerajaan mereka 

(yaitu, imperium in imperio – kerajaan di dalam kerajaan, yang tidak 

boleh ditentang), dan bahwa Ia mengangkat siapa pun untuk 

berkuasa atas mereka sesuai kehendak-Nya. Sama seperti Ia 

menetapkan para pewaris, begitu pula Ia mengangkat raja-raja. 

3. Di dalam nama Tuhan  , Daniel menyatakan tuduhan-tuduhan terhadap 

Belsyazar. Sebelum membacakan hukuman yang dijatuhkan ke atasnya 

menurut tulisan tangan di dinding, Daniel menunjukkan kejahatan yang 

telah diperbuatnya, supaya Tuhan   adil dalam putusan-Nya, bersih dalam 

penghukuman-Nya. Nah, yang dituduhkannya yaitu , 

(1) Bahwa Belsyazar tidak menerima peringatan melalui berbagai 

penghukuman Tuhan   atas ayahnya (ay. 22): namun  tuanku, Belsyazar, 

anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui 

semuanya ini. Perhatikanlah, sungguh menyakitkan hati Tuhan   jika  

kita tidak merendahkan hati di hadapan-Nya untuk mematuhi Dia 

sesuai dengan ajaran dan tindakan penyelenggaraan-Nya, tidak mau 

merendahkan hati melalui pertobatan, ketaatan, dan kesabaran. 

Bahkan lebih dari itu, Tuhan   mengharapkan orang-orang besar untuk 

merendahkan hati di hadapan-Nya, dengan mengakui bahwa sebesar 

apa pun mereka, mereka tetap bertanggung jawab kepada-Nya. 

Lebih parah lagi keadaan kita yang tidak mau merendahkan hati apa-

bila kita sudah tahu harus merendah namun  tidak mau peduli dan 

memperbaiki diri. Apa lagi kalau kita sudah tahu bagaimana orang 

lain menjadi hancur sebab  tidak mau diluruskan, jatuh sebab  tidak 

mau tunduk, namun kita tetap bersikeras dan tidak mau berubah. 

Dosa anak-anak akan semakin mengerikan jika  mereka 

mengikuti jejak kejahatan orangtua mereka, meskipun mereka telah 

melihat betapa mahal harga yang harus dibayar dan betapa dahsyat 

akibatnya. Apakah kita sudah mengetahui hal ini, mengetahui 

semuanya ini, namun belum juga mau merendahkan hati? 

(2) Bahwa Belsyazar telah menghina Tuhan   dengan lebih lancang 

dibanding Nebukadnezar sendiri. Lihat saja pesta pora malam ini, 

yang sementara berlangsung saat  ia dicekam kengerian ini (ay. 

23): “Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga, 

penuh murka terhadap Dia, mengangkat senjata melawan mahkota 

dan martabat-Nya. Lihat saja sekarang, tuanku telah menajiskan 

perkakas dari Bait-Nya, dan memanfaatkan perkakas-perkakas di 

tempat kudus-Nya sebagai alat bagi perbuatan jahat tuanku. Dengan 

sengaja tuanku menghina Dia, dengan memuji-muji dewa-dewa dari 

perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat 

melihat atau mendengar atau mengetahui apa pun, seolah-olah 

mereka harus lebih ditinggikan dibandingkan  Tuhan   yang dapat melihat, 

mendengar, dan mengetahui segala sesuatu.” Orang-orang berdosa 

yang berketetapan hati untuk terus hidup dalam dosa, cukup puas 

dengan dewa-dewa yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar, 

atau mengetahui apa pun, sebab dengan demikian mereka dapat 

terus berbuat dosa dengan aman. namun  , mereka akan 

mendapati, dan menjadi kalut, bahwa meskipun dewa-dewa yang 

mereka pilih itu tidak akan menghakimi, namun ada satu Tuhan   yang 

akan melakukannya, yang bagi-Nya segala sesuatu telanjang dan 

terbuka. 

(3) Bahwa Belsyazar belum memenuhi tujuan penciptaan dan 

pemeliharaan-Nya: tidak tuanku muliakan Tuhan  , yang menggenggam 

nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku. Ini merupakan 

dakwaan umum, yang juga berlaku untuk kita semua. Marilah kita 

mempertimbangkan bagaimana kita akan memenuhinya. Amatilah, 

[1] Ketergantungan kita kepada Tuhan   sebagai pencipta, pemelihara, 

pelindung, pemilik, dan penguasa kita. Tidak saja dari tangan-

Nya napas kita berasal pada awal mulanya, namun  sampai 

sekarang pun Ia masih menggenggam nafas kita. Dialah yang 

mempertahankan jiwa kita di dalam hidup, dan jika Ia mengambil 

roh kita, kita mati binasa. Sama seperti masa hidup kita berada di 

dalam genggaman-Nya, begitu pula napas kita, yang dengannya 

masa hidup kita diukur. Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, 

kita ada. Kita hidup oleh Dia, hidup bergantung pada Dia, dan 

tidak dapat hidup tanpa Dia. Manusia tidak berkuasa untuk 

menentukan jalannya, tidak berhak memerintah jalannya, tidak 

menguasainya, jalan-Nyalah yang menjadi jalan kita. Hati kita 

berada di dalam genggaman-Nya, begitu pula hati semua 

manusia, bahkan raja-raja, yang cenderung mau berbuat 

seenaknya. 

[2] Kewajiban kita kepada Tuhan  , mengingat ketergantungan ini. Kita 

patut memuliakan Dia, mengabdikan diri demi kehormatan-Nya, 

dan melayani Dia. Kita harus berusaha menyenangkan hati-Nya 

dan giat memuji Dia. 

[3] Kelalaian kita dalam kewajiban ini, yang tidak mau peduli 

dengan ketergantungan ini. Kita tidak melaksanakan kewajiban 

kita, sebab kita semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan 

kemuliaan Tuhan  . Inilah dakwaan yang dikenakan pada Belsyazar. 

Tidak diperlukan bukti lagi, sudah jelas kelihatan melalui 

kenyataan buruk yang sudah terkenal itu, dan hati nuraninya 

tidak bisa berbuat apa-apa selain menyatakan dia memang 

bersalah. Oleh sebab itu, 

4. Lalu Daniel membacakan kalimat itu, yang dilihatnya tertulis pada kapur 

dinding itu: “Sebab itu,” kata Daniel, “saat  kebobrokan hati tuanku 

sudah begitu mencapai puncaknya hingga menginjak-injak benda-benda 

yang paling kudus, sebab itu, saat  tuanku sedang besukaria di tengah 

pesta yang penuh berhala yang menodai hal-hal yang kudus itu, maka 

Tuhan   yang tuanku hina dengan begitu beraninya, yang telah begitu lama 

bersabar terhadap tuanku, namun  yang akhirnya tidak tahan lagi, 

sekarang menyuruh punggung tangan itu, jari-jari tangan yang menulis 

itu. Ia menyuruh jari-jari itu, dan dituliskanlah tulisan ini, yang sekarang 

tuanku lihat (ay. 24). Dialah yang sekarang menulis hal-hal yang pahit 

terhadap tuanku dan menghukum tuanku sebab  kesalahan tuanku” 

(Ayb. 13:26). Perhatikanlah, sama seperti dosa orang berdosa tertulis di 

dalam kitab kemahatahuan Tuhan  , begitu pula hukuman orang berdosa 

tertulis di dalam kitab hukum Taurat Tuhan  . Akan tiba harinya saat  

dibuka semua kitab itu, dan mereka akan dihakimi menurut kitab-kitab 

ini . Nah, tulisan di dinding itu berbunyi, Mene, mene, tekel ufarsin 

(ay. 25). Sungguh baik bahwa penjelasan asli tentang kata-kata ini ikut 

ditambahkan, sebab  kalau tidak, sedikit saja yang bisa kita artikan dari 

tulisan itu, sebab  begitu singkat. Makna tulisan itu yaitu , Belsyazar 

telah dihitung, ditimbang, dan kerajaannya dipecah oleh Dia. Orang-

orang bijaksana Kasdim yang tidak tahu bahwa hanya ada satu Tuhan  , 

tidak dapat mengerti siapa gerangan Dia itu, sehingga, menurut 

pendapat sebagian orang, tulisan tadi membingungkan mereka. 

(1) Mene, kata ini diulang-ulang, sebab  sudah pasti, Mene, mene. Di 

dalam bahasa Ibrani dan Aram, itu berarti dihitung oleh Tuhan   dan 

telah diakhiri, yang oleh Daniel dijelaskan sebagai berikut (ay. 26): 

“Masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Tuhan  , yaitu tahun-tahun 

dan hari-hari kelanjutannya. Masa ini telah dihitung menurut 

rancangan Tuhan  , dan sekarang telah berakhir. Masa keberlangsung-

annya sudah habis bagi dan untuk tuanku emban, dan sekarang masa 

itu harus diserahkan kembali. Sampai di sinilah akhir kerajaan 

tuanku.” 

(2) Tekel, yang dalam bahasa Aram berarti tuanku ditimbang, lalu dalam 

bahasa Ibrani, dan didapati terlalu ringan. Ini penjelasan menurut Dr. 

Lightfoot. Sebab, raja ini berikut perilakunya telah ditimbang dengan 

neraca keadilan ilahi yang tepat dan tidak pernah menyimpang. Tuhan   

mengenal sifat sejati-Nya dengan sempurna, sama seperti tukang 

emas mengenal berat emas yang telah ditimbangnya dengan neraca 

yang paling tepat. Tuhan   tidak menjatuhkan hukuman ke atas raja 

sebelum Ia terlebih dahulu menimbang-nimbang perilakunya dan 

mempertimbangkan benar salah perkaranya. “namun  tuanku 

didapati terlalu ringan, tidak layak memperoleh kepercayaan sebesar 

itu dalam diri tuanku, orang yang tidak berguna, tidak ada isinya, dan 

hampa, orang yang tidak berbobot dan tidak ada harganya.” 

(3) Ufarsin, yang seharusnya ditulis, dan Pharsin, atau Peres. Di dalam 

bahasa Ibrani, Pharsin berarti orang Persia. Dalam bahasa Aram, 

Paresin berarti memecah. Daniel menggabungkan keduanya (ay. 28): 

“Kerajaan tuanku dipecah, direnggut dari tangan tuanku, dan 

diberikan kepada orang Media dan Persia, bagaikan mangsa yang 

dibagi di antara mereka.” Nah, hal ini, tanpa paksaan, bisa saja 

diterapkan kepada hukuman atas orang-orang berdosa. Mene, Tekel, 

Peres, dapat dengan mudah berarti maut, penghakiman, dan kerajaan 

maut. Pada saat kematian, hari-hari orang berdosa telah dihitung dan 

diakhiri. Sesudah kematian tibalah penghakiman, saat  ia ditimbang 

dengan neraca dan didapati terlalu ringan. Dan sesudah 

penghakiman, orang berdosa akan remuk redam dan diberikan 

seperti mangsa kepada Iblis dan para pengikutnya. Di sini Daniel 

tidak memberi  nasihat atau dorongan kepada Belsyazar untuk 

bertobat seperti yang diberikannya kepada Nebukadnezar, sebab ia 

melihat bahwa keputusan sudah dikeluarkan dan Belsyazar tidak 

beroleh peluang lagi untuk bertobat. 

Orang mungkin akan berpikir bahwa Belsyazar akan sangat kesal 

kepada Daniel, dan saat melihat bahwa perkaranya sendiri sudah 

tidak tertolong lagi, ia pasti akan sangat murka kepada Daniel. 

Namun, ia ternyata sudah begitu disadarkan oleh hati nuraninya 

sendiri tentang semua perkataan Daniel yang sungguh masuk akal 

itu, hingga ia tidak menyangkalnya sama sekali. Sebaliknya, ia malah 

memberi  penghargaan kepada Daniel seperti yang telah 

dijanjikannya, memakaikan kepadanya pakaian dari kain ungu dan 

rantai emas, dan menyatakan bahwa di dalam kerajaan ia akan 

memiliki  kekuasaan sebagai orang ketiga (ay. 29). Ia hendak 

menepati janjinya, dan bukanlah kesalahan Daniel jika  penjelasan 

tentang tulisan tangan itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan-

nya. Daniel tidak memandang tinggi gelar-gelar dan lambang-

lambang kehormatan ini. Namun ia tidak menolaknya, sebab hal 

ini  merupakan bukti niat baik raja. Namun, kita bisa 

membayangkan bahwa ia menerima semua penghargaan itu sambil 

tersenyum, sebab  sudah bisa melihat jauh ke depan bahwa tidak 

lama lagi semuanya itu akan lenyap bersama orang yang 

memberi nya. Semua itu seperti pohon jarak Yunus, yang tumbuh 

dalam satu malam dan layu dalam semalam juga. Oleh sebab itu 

sungguh bodoh jika  ia sangat bersukacita dengan semua 

penghargaan itu. 

Tulisan Dinding Digenapi 

(5:30-6:1) 

30 Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu. 6:1 Darius, orang 

Media, menerima pemerintahan saat  ia berumur enam puluh dua tahun. 

Di sini diceritakan tentang,  

1. Kematian sang raja. Cukup beralasan bila ia gemetar, sebab ia baru saja jatuh 

ke tangan raja kedahsyatan (ay. 30). Pada malam itu juga, saat  hatinya 

bersukaria sebab  anggur, para pengepung menerobos masuk ke dalam 

kota, dan menuju istana. Di sana mereka mendapati sang raja, dan 

menghadiahi dia dengan luka kematian. Belsyazar tidak bisa menemukan 

tempat rahasia yang dapat menyembunyikan dirinya, atau tempat yang 

kokoh untuk melindunginya. Para penulis kafir menyebutkan bahwa Koresh 

merebut Babel tanpa diduga, dengan bantuan dua pembelot yang 

menunjukkan jalan masuk ke kota. Dan telah dinubuatkan, betapa kacau 

suasana yang akan terjadi di dalam istana (Yer. 51:11, 39). Perhatikanlah, 

maut datang bagaikan jerat kepada orang-orang yang hatinya terbuai 

dengan kekenyangan dan kemabukan. 

2. Beralihnya kerajaan itu ke tangan orang lain. Dari kepala yang terbuat dari 

emas, kita sekarang turun ke dada dan lengan yang terbuat dari perak. 

Darius, orang Media, menerima pemerintahan bersama dan atas persetujuan 

Koresh yang telah menaklukkannya (6:1). Mereka merupakan mitra dalam 

perang dan penaklukan, dan sebab  itu mereka memerintah bersama-sama 

(6:29). Usia Darius saat itu dicatat, yakni enam puluh dua tahun. Untuk 

alasan itulah Koresh, keponakannya, mendahulukan dia. Beberapa orang 

berpendapat bahwa sebab  usianya sudah enam puluh dua tahun dan ia 

berada di tahun terakhir masa pembuangan, ia semestinya lahir pada tahun 

ke delapan masa pembuangan itu. Pada tahun itulah Yekhonya ditawan 

bersama semua bangsawan (2Raj. 24:13-15). Tepat pada saat itulah, saat  

malapetaka itu terjadi, lahirlah seorang pangeran yang dengan berjalannya 

waktu akan membalas dendam kepada Babel untuk Yerusalem, dan 

menyembuhkan luka yang telah terjadi. Sedemikian dalamnya segala 

rencana Tuhan   bagi umat-Nya, dan sedemikian baik segala rancangan-Nya 

bagi mereka. 

 

PASAL  6  

aniel tidak mencatat sejarah pemerintahan semasa hidupnya secara 

berkesinambungan. Begitu pula tentang pemerintahan kerajaan Kasdim 

dan Persia, meskipun ia sendiri merupakan seorang tokoh besar di kedua 

kerajaan itu. Sebab, apa gunanya bagi kita? Sebaliknya, ia memilih bagian-bagian 

kisah tertentu yang berguna untuk menguatkan iman kita kepada Tuhan   dan demi 

mendorong kita agar taat kepada-Nya. Sebab, hal-hal yang dicatat di waktu dulu 

dimaksudkan sebagai pembelajaran bagi kita. Di dalam pasal ini kita mendapati 

kisah yang jelas sangat bermanfaat, tentang bagaimana Daniel dengan iman 

“menutup mulut singa-singa,” sehingga dengan ia “dibicarakan orang dengan 

pujian” (Ibr. 11:33). Ketiga temannya dilemparkan ke dalam perapian sebab  

tidak melakukan dosa yang sudah dikenal, sedangkan Daniel sebab  tidak 

mengabaikan kewajiban yang dikenal. Namun dengan ajaib Tuhan   

menyelamatkan ketiga temannya dan Daniel, dan semua ini dicatat guna 

membesarkan hati hamba-hamba-Nya di segala zaman, agar mereka bersikap 

tegas dan tetap membenci hal-hal jahat, dan bertaut pada apa yang baik, berapa 

pun harga yang harus mereka bayar. Di dalam pasal ini kita mendapati, 

I. Daniel diberi kedudukan tinggi di istana Darius (ay. 2-4). 

II. Rasa iri dan niat jahat musuh-musuhnya terhadap dirinya (ay. 5-6). 

III. Ketetapan yang diperoleh musuh-musuhnya berupa larangan berdoa 

selama tiga puluh hari (ay. 7-10). 

IV. Ketekunan dan kesetiaan Daniel dalam doa, tanpa mengindahkan 

larangan itu (ay. 11). 

V. Kabar yang disampaikan tentang hal itu untuk menjatuhkan dia, 

sehingga ia dilemparkan ke gua singa (ay. 12-18). 

VI. Pemeliharaan ajaib atas dirinya di dalam gua singa, dan pem-

bebasannya dari sana (ay. 19-24). 

VII. Para pendakwanya dilemparkan ke dalam gua singa, dan mereka pun 

binasa di sana (ay. 25). 


VIII. Ketetapan yang dikeluarkan Darius akibat kejadian ini demi 

menghormati Tuhan   Daniel, dan keberhasilan Daniel jsesudah nya (ay. 

26-29). Dan Tuhan   ini yaitu  Tuhan   kita sampai selama-lamanya. 

Daniel Ditinggikan oleh Darius;  

Orang-orang Ingin Menjatuhkan Daniel 

(6:2-6) 

2 Lalu berkenanlah Darius mengangkat seratus dua puluh wakil-wakil raja atas 

kerajaannya; mereka akan ditempatkan di seluruh kerajaan; 3 membawahi mereka 

diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel yaitu  salah satu dari ketiga orang itu; 

kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya 

raja jangan dirugikan. 4 Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja 

itu, sebab  ia memiliki  roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkan-

nya atas seluruh kerajaannya. 5 Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari 

alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, namun  mereka tidak mendapat 

alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu 

kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. 6 Maka berkatalah orang-orang itu: “Kita tidak 

akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya 

kepada Tuhan  nya!” 

Di sini dikisahkan tentang Daniel, 

I.  Betapa agungnya dia. saat  Darius yang berdaulat atas Babel melalui 

penaklukan, menata ulang pemerintahan, Ia mengangkat Daniel sebagai 

perdana menteri, sebagai seorang pemimpin, dan menunjuk dia sebagai 

pejabat tertinggi yang bertanggung jawab atas perbendaharaan dan meterai 

kerajaan. Wilayah kekuasaan Darius sangatlah luas. Hasil yang diperolehnya 

melalui penaklukan begitu banyak, sehingga bertambahlah negeri-negeri 

yang harus diurusnya. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan darinya selain 

yang hanya mampu dikerjakan oleh lebih dari satu orang, sehingga orang 

lain harus dipekerjakan di bawah dia. Ia mengangkat seratus dua puluh 

wakil-wakil raja (ay. 2), dan menetapkan wilayah kepada mereka masing-

masing, supaya mereka menjalankan keadilan di situ, memelihara 

ketenteraman umum, dan menarik pajak bagi pendapatan raja. 

Perhatikanlah, para pejabat rendah merupakan hamba-hamba Tuhan   yang 

bekerja bagi kebaikan dan juga bagi pemerintahan. Oleh sebab  itu kita 

harus tunduk, baik kepada raja sebagai penguasa tertinggi dan kepada para 

wakil yang telah ditunjuk dan diutus olehnya (1Ptr. 2:13-14). Di atas wakil-

wakil raja tadi ada tiga serangkai atau tiga pejabat tinggi, yang bertugas 

menerima dan mengurus persoalan-persoalan masyarakat, menerima 

laporan dari para wakil raja, atau keluhan perihal mereka seandainya terjadi 

kesalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, supaya raja jangan 

dirugikan (ay. 3), tidak menerima pajak pendapatan kurang dibandingkan  

seharusnya, dan supaya kuasa yang diberikannya kepada para wakilnya itu 

tidak disalahgunakan untuk menindas rakyat. Sebab bila ini terjadi, maka 

raja, baik dia menyadarinya atau tidak, akan sangat dirugikan sebab  

kehilangan rasa sayang rakyat, dan juga memicu rasa tidak suka Tuhan   

terhadap dirinya. Dari ketiga wakil raja ini, Daniel merupakan kepalanya, 

sebab ia didapati melebihi mereka semua dalam segala hal menyangkut 

kecakapan. Daniel melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu (ay. 4), 

dan begitu menyukakan hati raja dengan kinerjanya hingga raja bermaksud 

untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya, serta membiarkan Daniel 

mengangkat dan memecat seseorang sesuka hati. Sekarang, 

1. Kita patut memperhatikan dan memuji sikap Darius, sebab  ia memilih 

orang semata-mata sebab  jasa pribadinya dan kecakapannya dalam 

bekerja. Para penguasa yang ingin dilayani dengan baik haruslah 

mengikuti aturan ini. Sebelumnya, di dalam kerajaan Babel yang telah 

ditaklukkan itu, Daniel telah menjadi seorang tokoh besar, sehingga bisa 

saja orang berpikir, bahwa ia pantas dipandang sebagai musuh, dan 

harus dipenjarakan atau disingkirkan. Ia berasal dari sebuah kerajaan 

asing, yang sudah runtuh, dan sebab  itu bisa saja dianggap hina sebagai 

orang asing dan tawanan. namun  , Darius sepertinya berpandangan 

tajam dalam menilai kemampuan orang, dan segera menyadari bahwa di 

dalam diri Daniel ada  sesuatu yang istimewa. Oleh sebab itu, 

meskipun ia pasti memiliki  cukup banyak bawahan yang berharap di-

beri kedudukan tinggi dalam kerajaan yang baru ditaklukkan ini serta 

sangat mendambakannya, dan orang-orang yang sudah sejak lama 

merupakan orang kepercayaannya merasa yakin bahwa sekarang 

mereka tentu akan diangkat menjadi wakilnya, namun raja justru lebih 

mementingkan kesejahteraan umum. Ia mendapati Daniel melebihi 

mereka semua dalam hal kebijaksanaan dan kebajikan, dan mungkin 

juga telah mendengar bahwa Daniel diilhami roh ilahi, sehingga ia men-

jadikan Daniel sebagai tangan kanannya.  

2. Kita harus memperhatikan, demi kemuliaan Tuhan  , bahwa meskipun 

Daniel sekarang sudah sangat tua (sudah lebih dari tujuh puluh tahun 

berlalu sejak ia dibawa ke Babel sebagai tawanan), ia masih cakap 

seperti dahulu dalam melakukan pekerjaan, baik secara jasmani maupun 

pikiran. Ia tetap setia kepada ibadah agamanya di tengah semua 

pencobaan dalam pemerintahan sebelumnya, dan kini tetap dihormati 

dalam pemerintahan baru. Ia tegak bertahan bagaikan pohon tarbantin 

yang kokoh dan bukan pohon gandarusa yang lemah, terus 

mementingkan kebajikan dan tidak memihak kepada kejahatan. 

Ketulusan semacam ini merupakan kebijakan terbaik, sebab hal ini 

menjamin nama baik. Orang-orang yang dengan cara demikian 

menghormati Tuhan  , ia akan dihormati juga oleh-Nya. 

II. Betapa Daniel yaitu  seorang yang baik: ia memiliki  roh yang luar biasa 

(ay. 4). Ia selalu menjaga setiap kepercayaan yang diberikan kepadanya, 

bertindak adil di antara sang penguasa dan rakyatnya, serta menjaga agar 

tidak ada pihak yang diperlakukan dengan tidak benar. Dengan demikian 

tidak didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya (ay. 5). 

Daniel tidak saja tidak dapat dikenai tuduhan atas pengkhianatan atau keti-

dakjujuran, namun  juga atas kesalahan atau ketidakbijaksanaan apa pun. Ia 

tidak pernah membuat kesalahan besar, bertindak kurang hati-hati, atau 

lupa meminta maaf. Hal ini dicatat sebagai contoh bagi semua orang yang 

diberi kepercayaan untuk mengurus urusan masyarakat, agar mereka 

membuktikan diri sebagai orang yang berhati-hati dan bersungguh-sungguh. 

Dengan demikian mereka bebas, bukan saja dari kelalaian, melainkan juga 

dari kesalahan. Bukan saja dari kejahatan, melainkan juga dari kekeliruan.  

III. Betapa ada yang berniat jahat terhadapnya, baik sebab  kebesarannya 

maupun sebab  kebaikannya. Para pejabat tinggi dan wakil-wakil raja 

merasa iri terhadapnya sebab  ia diangkat lebih tinggi dibandingkan  mereka. Dan 

boleh jadi mereka membenci Daniel sebab  ia mengawasi mereka dan 

menjaga agar mereka tidak merugikan kerajaan demi memperkaya diri 

sendiri. Lihatlah di sini, 

1. Penyebab rasa iri, dan itu yaitu  segala sesuatu yang baik. Salomo 

mengeluhkannya sebagai sesuatu yang menyusahkan, sebab  segala 

jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan yaitu  iri hati 

seseorang terhadap yang lain (Pkh. 4:4). Semakin baik hati seseorang, 

semakin buruk dirinya di pemandangan para pesaingnya. Daniel 

dicemburui sebab ia memiliki roh yang lebih luar biasa dibanding 

sesamanya. 

2. Akibat dari cemburu, dan itu yaitu  segala sesuatu yang buruk. Orang-

orang yang dengki terhadap Daniel menginginkan kehancurannya 

semata-mata. Sekadar mempermalukan dia belumlah cukup bagi 

mereka. Kematiannyalah yang mereka inginkan. Panas hati kejam dan 

murka melanda, namun  siapa dapat tahan terhadap cemburu? (Ams. 27:4). 

Musuh-musuh Daniel menyuruh mata-mata mengamati dia di 

lingkungan tempat tinggalnya. Mereka mencari alasan dakwaan terhadap 

Daniel, sesuatu yang dapat dijadikan dasar untuk menuduh dia dalam hal 

pemerintahan. Mereka mencari-cari kejadian yang menunjukkan 

kelalaian atau sikap memihak, ucapan gegabah, tindakan keras terhadap 

seseorang, atau tugas penting yang terlupakan. Kalau saja mereka 

berhasil menemukan noda atau celah akibat suatu kesalahan kecil, maka 

hal itu akan dibesar-besarkan sebagai pelanggaran hukum yang tidak 

dapat dimaafkan. Ternyata mereka tidak mendapat alasan apapun untuk 

menjatuhkannya. Mereka mengakui hal ini. Daniel senantiasa bersikap 

jujur, dan sekarang ia semakin waspada dan berjaga-jaga oleh sebab 

seterunya (Mzm. 27:11). Perhatikanlah, kita semua patut sangat berhati-

hati, sebab  banyak mata tertuju kepada kita, dan ada yang memperhati-

kan kelemahan kita. Terutama mereka yang telah berlaku sangat baik 

pun patut menjaga perilaku. Akhirnya, musuh-musuh Daniel 

menyimpulkan bahwa mereka tidak akan menemukan apa pun untuk 

melawan dia selain hal ibadahnya kepada Tuhan  nya (ay. 6). Tampaknya 

Daniel tetap setia memeluk ibadah agamanya dan berpegang teguh 

padanya tanpa ragu sedikit pun, dan walaupun begitu hal ini tidak 

menjadi penghalang bagi dia untuk diangkat menduduki ke kedudukan 

yang tinggi. Tidak ada hukum yang mengharuskan dia menganut agama 

raja, atau membuatnya tidak dapat menerima jabatan dalam pemerin-

tahan kecuali ia melakukan hal ini . Bagi raja tidak ada masalah 

kepada Tuhan   apa ia berdoa, yang penting ia melaksanakan tugasnya 

dengan setia dan baik. Ia tetap melayani raja usque ad aras – sebatas 

pada mezbah. saat  menyangkut mezbah, ia harus meninggalkan raja. 

Nah, dalam hal inilah musuh-musuhnya berharap dapat menjerat dia. 

Menurut Grotius, Quærendum est crimen læsæ religionis ubi majestatis 

deficit – saat  perbuatan khianat tidak dapat dituduhkan ke atasnya, ia 

dikenai tuduhan ketidaksalehan. Perhatikanlah, sungguh luar biasa dan 

sangat memuliakan Tuhan  , jika  orang-orang yang mengaku percaya 

kepada Tuhan   berperilaku begitu patut hingga musuh-musuh mereka 

yang dengki tidak berhasil menemukan alasan untuk mempersalahkan 

mereka, selain perbuatan saleh yang berkaitan dengan Tuhan   mereka, 

yang mereka lakukan sesuai hati nurani mereka. Dapat dilihat bahwa 

saat  musuh-musuh Daniel tidak berhasil menemukan tuduhan dalam 

hal pemerintahan, mereka masih memiliki rasa keadilan yang cukup 

sehingga tidak memberi  kesaksian palsu terhadap dia dan 

menuduhnya melakukan kejahatan yang tidak dilakukannya. Mereka 

juga tidak bersumpah bahwa ia telah berbuat khianat, dan ini sungguh 

mempermalukan banyak orang yang menyebut-nyebut diri Yahudi dan 

Kristen. 

Usaha dalam Menjatuhkan Daniel 

(6:7-11) 

7 Kemudian bergegas-gegaslah para pejabat tinggi dan wakil raja itu menghadap raja 

serta berkata kepadanya: “Ya raja Darius, kekTuhan   hidup tuanku!  

8 Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan 

bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan 

suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan 

kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan 

dilemparkan ke dalam gua singa. 9 Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan 

buatlah suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang 

Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali.” 10 Sebab itu raja Darius membuat 

surat perintah dengan larangan itu. 11 Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu 

telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang 

terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Tuhan  nya, 

seperti yang biasa dilakukannya. 

Musuh-musuh Daniel tidak dapat menarik keuntungan untuk menjatuhkan 

Daniel lewat hukum yang sedang berlaku. Oleh sebab itu mereka menyusun 

hukum baru, dengan harapan dapat menjerat dia dalam perkara yang mereka 

tahu pasti dapat dikenakan terhadapnya. Kesetiaannya terhadap Tuhan  nya yang 

begitu rupa membuat mereka mencapai tujuan mereka. Di sini kita dapati, 

I. Hukum Darius mengenai perbuatan ketidaksalehan. Disebut hukum Darius, 

sebab  ia memberi  persetujuan raja untuk mengeluarkan hukum itu. 

Sebab, kalau tidak melalui persetujuannya, hukum itu tidak berlaku. Namun, 

hukum baru ini tidak sepenuhnya dari dia, sebab ia tidak menyusunnya. Ia 

dibujuk untuk menyetujuinya. Para pejabat tinggi dan wakil rajalah yang 

menyusun maklumat itu dan mengajukan permohonan itu. Melalui upaya 

merekalah permohonan itu disetujui oleh pemerintah, yang mungkin sedang 

berhimpun dalam suatu kesempatan yang dihadiri semua pejabat. Maklumat 

yang seharusnya dijadikan hukum resmi itu seolah-olah telah dibuat sudah 

dimusyawarahkan dengan matang, bahwa semua pejabat tinggi kerajaan ini, 

semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat 

tentang hukum itu. Bahwa mereka tidak saja menyetujuinya, namun  bahkan 

mengusulkannya, demi berbagai tujuan dan pertimbangan yang baik. Mereka 

telah berbuat sebisa-bisanya supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan 

raja. Bahkan lebih dari itu, mereka menyiratkan kepada raja bahwa 

maklumat itu telah disusun nemine contradicente – dengan suara bulat. 

“Semua pejabat tinggi kerajaan ini sudah sependapat.” Namun kita yakin 

bahwa Daniel, pemimpin ketiga pejabat tinggi itu, tidak menyetujuinya, dan 

cukup beralasan bahwa banyak lagi pejabat tinggi lain menganggapnya 

sebagai hukum yang menggelikan dan tidak masuk akal. Perhatikanlah, 

bukanlah hal aneh bila hal itu dengan yakin disebut mewakili pendapat 

seluruh bangsa, padahal sama sekali bukan demikian halnya. Dan tidaklah 

aneh juga jika apa yang disetujui segelintir orang, adakalanya dikatakan 

dengan yakin telah disetujui semua pihak. Namun, alangkah tidak patut 

sikap raja, yang sebab  mengandalkan mata dan telinga orang lain, sering 

kali dipaksa dengan cara menyedihkan! Orang-orang yang bersekongkol ini, 

dengan dalih demi kehormatan sang raja, padahal sebenarnya bermaksud 

menghancurkan orang kesayangan sang raja, menekan dia untuk 

mengesahkan aturan ini menjadi hukum dan menjadikannya ketetapan raja. 

Dengan begitu, maka barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan 

permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, 

akan dihukum mati dengan cara paling biadab, yakni dilemparkan ke dalam 

gua singa (ay. 8). Inilah ketetapan yang telah mereka rangkai dan ajukan ke 

hadapan raja supaya ditandatangani dan ditetapkan sebagai hukum resmi. 

Sekarang, 

1. Tidak ada apa pun di dalam ketetapan itu yang tampak baik, selain 

memuliakan raja, dan membuatnya tampak sangat agung dan baik 

kepada rakyatnya. Menurut mereka, hal ini akan bermanfaat baginya 

jsesudah  ia kembali menjadi raja lagi belum lama ini, dan akan 

memperkuat semua kepentingannya. Semua orang harus dibuat percaya 

bahwa sang raja begitu kaya dan juga begitu siap menerima para 

pemohon, hingga siapa saja yang sedang kekurangan atau dalam 

kesulitan, tidak perlu meminta pertolongan kepada Tuhan   atau pun ma-

nusia selain kepada raja saja. Tiga puluh hari lamanya raja akan siap 

menjumpai semua orang yang hendak mengajukan permohonan 

kepadanya. Memang sungguh merupakan kehormatan bagi seorang raja 

untuk menjadi pelindung bagi rakyatnya, dan untuk membuka telinga 

terhadap keluhan dan permintaan mereka. Namun, jika  raja 

menganggap diri menjadi satu-satunya pelindung rakyat dan bukannya 

Tuhan   saja, dan menuntut kehormatan dari rakyatnya yang seharusnya 

hanya diberikan kepada Tuhan   saja, maka hal ini justru merupakan aib 

baginya, dan bukannya kehormatan bagi dirinya. 

2. Justru sebaliknya, ada banyak segi di dalam ketetapan itu yang 

sepertinya justru jahat. Melarang orang untuk tidak mengajukan 

permohonan saja sudah cukup buruk. Masakan seorang pengemis tidak 

boleh meminta sedekah, atau orang memohon bantuan dari sesamanya? 

Jika seorang anak menginginkan roti, bukankah ia patut memintanya 

kepada orangtuanya? Masakan ia harus dilemparkan ke dalam gua singa 

jika  ia melakukan hal ini? Bahkan lebih dari itu, tidak bolehkah 

mereka yang berurusan dengan raja meminta tolong kepada orang-

orang di sekitarnya untuk memperkenalkan mereka? Namun, jauh lebih 

buruk lagi dan merupakan penghinaan kurang ajar terhadap agama apa 

saja jika sampai melarang orang untuk mengajukan permohonan kepada  

salah satu dewa. Melalui doalah kita memuliakan Tuhan  , menerima belas 

kasihan dari Tuhan  , sehingga dengan demikian memelihara persekutuan 

dengan Tuhan  . Melarang orang berdoa selama tiga puluh hari, sama saja 

dengan merampok dari Tuhan   penghormatan yang diberikan manusia 

kepada-Nya, dan juga merampok dari dari manusia segala penghiburan 

yang diterimanya dari Tuhan  . saat  terang alam mengajar kita bahwa 

tindakan penyelenggaraan Tuhan  -lah yang mengatur dan menentukan 

semua perkara kita, bukankah hukum alam mengharuskan kita untuk 

mengakui dan mencari Tuhan   melalui doa? Bukankah hati nurani setiap 

manusia memimpinnya agar berseru kepada Tuhan   saat  ia sedang 

dalam kekurangan atau kesulitan, dan haruskah hal ini dianggap 

pengkhianatan berat? Kita tidak dapat hidup satu hari pun tanpa Tuhan  , 

jadi mampukah orang hidup tiga puluh hari tanpa doa? Bersediakah raja 

sendiri ditahan selama itu untuk tidak berdoa kepada Tuhan  ? Atau, jika ia 

diizinkan untuk berdoa, akankah ia menjamin untuk berdoa bagi seluruh 

rakyatnya? Pernahkah ada bangsa yang mengabaikan dewa-dewa 

mereka seperti itu? Namun demikian, lihatlah bagaimana niat jahat bisa 

mendorong orang untuk berbuat hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka 

lebih suka mendatangkan masalah bagi Daniel sebab  berdoa kepada 

Tuhan  nya, dan membiarkan diri sendiri dan teman-teman mereka 

kehilangan kepuasan hati dengan berdoa kepada dewa-dewa. Andai kata 

mereka hanya melarang orang Yahudi berdoa kepada Tuhan   mereka, 

maka Daniel akan berhasil dijerat juga. Namun, mereka tahu raja tidak 

akan mengeluarkan hukum semacam itu. Oleh sebab itu mereka meran-

cang hukum yang berlaku bagi semua orang. Raja sendiri, yang termakan 

dengan angan-angan bagaimana hukum ini akan membuat dirinya 

bagaikan dewa kecil, tergila-gila dengan kehormatan dan bukannya 

pencapaian terbaik untuk dibangga-banggakan, sehingga ia membuat 

surat perintah dengan larangan itu (ay. 10). Padahal menurut undang-

undang perserikatan kerajaan Media dan Persia, begitu disahkan, surat 

perintah itu tidak boleh diubah atau dibatalkan sebab  alasan apa pun. 

Pelanggaran atasnya tidak akan diampuni. 

II. Ketidaktaatan Daniel oleh sebab  kesalehannya terhadap hukum ini (ay. 11). 

Ia tidak mengundurkan diri ke daerah pedesaan atau menghilang selama 

beberapa waktu, meskipun tahu bahwa hukum itu ditujukan kepadanya. 

Sebaliknya, sebab  mengetahui hal ini, ia berdiri teguh sebab  tahu bahwa 

sekarang ia justru memperoleh kesempatan bagus untuk memuliakan Tuhan   

di hadapan orang banyak, dan menunjukkan bahwa ia lebih memilih perke-

nan-Nya, dan kewajibannya kepada-Nya, dibandingkan  nyawanya sendiri. Demi 

didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat , ia bisa saja pergi 

menghadap raja dan bertukar pikiran mengenai hal itu. Bahkan, ia bisa juga 

menyanggah perintah itu, sebab  didasarkan atas laporan palsu bahwa 

semua pejabat tinggi telah mufakat, padahal ia yang yaitu  kepala dari 

semua pejabat itu tidak pernah dimintai pendapat tentang hal itu. Bukannya 

berbuat demikian, ia malah pergi ke rumahnya, dan melaksanakan 

kewajibannya, dan mempercayakan hal itu kepada Tuhan   dengan hati 

gembira. Amatilah sekarang, 

1. Kebiasaan tetap Daniel, yang sebelum ini tidak pernah disebutkan. 

Namun, kita memiliki  alasan untuk berpikir bahwa inilah kebiasaan 

yang lazim dilakukan orang Yahudi yang saleh. 

(1) Dalam kamar atasnya ia berdoa. Adakalanya seorang diri, dan 

terkadang bersama anggota keluarga, dan melakukannya dengan 

khidmat. Kornelius seorang yang juga berdoa di rumah (Kis. 10:30). 

Perhatikanlah, setiap rumah tidak saja boleh, namun  seharusnya 

menjadi rumah doa. Di mana kita memiliki tempat tinggal, maka 

Tuhan   juga patut memiliki  mezbah di situ, dan atas tempat tinggal 

itu kita harus mempersembahkan korban rohani. 

(2) Dalam setiap doa, Daniel mengucap syukur. saat  berdoa kepada 

Tuhan   memohon belas kasihan yang kita inginkan, kita harus memuji 

Dia atas segala sesuatu yang telah kita terima. Ucapan syukur 

haruslah menjadi bagian dari setiap doa. 

(3) Di dalam doa dan ucapan syukurnya, Daniel memandang Tuhan   

sebagai Tuhan  nya, Tuhan  nya menurut perjanjian, dan menyerahkan 

diri dalam hadirat-Nya. Ia melakukan hal ini di hadapan Tuhan  nya, 

dengan mata tertuju kepada-Nya.  

(4) saat  berdoa dan mengucap syukur, Daniel berlutut, yang 

merupakan sikap doa yang paling pantas dan sungguh menunjukkan 

kerendahan hati, rasa hormat, dan tunduk kepada Tuhan  . Berlutut 

merupakan sikap tubuh untuk memohon. Kita datang kepada Tuhan   

sebagai pengemis, memohon-mohon bagi kehidupan kita, meminta 

dengan sangat. 

(5) Di dalam kamar Daniel ada  tingkap-tingkap yang terbuka, 

sehingga pemandangan langit dapat menyentuh hatinya dengan rasa 

takjub terhadap Tuhan   yang berada di sorga. Namun, bukan cuma itu. 

Tingkap-tingkap atau jendela-jendela itu terbuka ke arah Yerusalem, 

kota suci, meskipun sudah hancur, yang menandakan rasa sayangnya 

terhadap batu-batu dan debunya (Mzm. 102:15). Kenangannya 

tentang kota itu senantiasa ada dalam doa-doanya setiap hari. 

Demikianlah, walau tinggal sebagai orang besar di Babel, ia tetap 

memperlihatkan kesehatian dengan saudara-saudaranya yang paling 

rendah derajatnya di pembuangan, dengan cara mengingat 

Yerusalem dan mendahulukannya dibanding puncak sukacitanya 

(Mzm. 137:5-6). Yerusalem yaitu  tempat yang dipilih Tuhan   untuk 

menempatkan nama-Nya. saat  Bait Suci dipersembahkan, Salomo 

berdoa kepada Tuhan  , bahwa jika umat-Nya yang berada di negeri 

musuh berdoa kepada-Nya dengan mata menghadap negeri yang telah 

diberikan-Nya kepada mereka, ke kota yang telah dipilih-Nya, dan ke 

rumah yang telah dibangun bagi nama-Nya itu, maka Ia akan 

mendengarkan dan memberi  keadilan kepada mereka (1Raj. 8:48-

49). Dengan memikirkan doa inilah Daniel menjalankan ibadahnya. 

(6) Daniel beribadah  tiga kali sehari setiap hari, sesuai contoh yang 

diberikan Daud (Mzm. 55:18). Di waktu petang, pagi dan tengah hari 

aku cemas dan menangis. Sungguh baik jika  kita menyediakan 

waktu untuk berdoa, bukan untuk mengikat, melainkan untuk 

mengingatkan hati nurani kita. Jika kita berpendapat tubuh kita 

perlu disegarkan dengan makanan tiga kali sehari, bisakah kita 

berpikir juga, bahwa akankah ibadah yang jarang baik bagi jiwa kita? 

Ini pastilah jumlah paling sedikit yang dimaksudkan dengan perintah 

untuk senantiasa berdoa. 

(7) Daniel menjalankan ibadah ini dengan begitu terbuka dan terus 

terang, hingga semua orang yang mengenalnya tahu bahwa ini 

memang kebiasaannya. Daniel memperlihatkan kebiasaannya ini 

bukan sebab  hendak membanggakan diri (di lingkungan tempat ia 

tinggal, tidak ada ruang bagi godaan ini, sebab kebiasaan ini 

bukanlah sesuatu yang dipuji orang, melainkan justru sesuatu yang 

tercela), melainkan sebab  ia tidak merasa malu untuk melakukan-

nya. Walaupun Daniel seorang tokoh besar, ia tidak merasa hina 

untuk tiga kali sehari berlutut di hadapan Penciptanya dan menjadi 

rohaniwan bagi diri sendiri. Walaupun sudah lanjut usia, ia tidak 

merasa terlampau tua untuk itu. Tidak pula, meskipun hal ini sudah 

menjadi kebiasaannya sejak muda, ia menjadi jemu melakukan 

perbuatan baik ini. Meskipun ia seorang yang sangat sibuk, luar biasa 

sibuk, untuk melayani orang banyak, ia tidak berpikir untuk 

menjadikan hal ini sebagai alasan untuk tidak melaksanakan saat 

teduh setiap hari. Jadi, betapa sungguh tidak dapat dimaafkan bila 

orang-orang yang tidak banyak kesibukan di dunia ini enggan 

bersaat teduh bagi Tuhan   dan jiwa mereka! Daniel terkenal sebagai 

seorang pendoa dan sangat berhasil dalam doa (Yeh. 14:14). Hal ini 

dicapainya berkat ketekunannya dalam doa dan sebab  menjadikan 

doa sebagai kebiasaan sehari-hari. Dan sebab  berbuat demikianlah 

maka Tuhan   memberkatinya dengan begitu indah.  

2. Kesetiaan Daniel dalam menjalankan kebiasaan ini, meskipun hukum 

yang baru itu menjadikannya sebagai suatu kejahatan besar. saat  tahu 

bahwa surat perintah itu telah dibuat, ia tetap melanjutkan kebiasaan itu 

seperti yang biasa dilakukannya. Ia sama sekali tidak mengubahnya. 

Banyak orang, bahkan banyak orang baik, akan menganggap bijaksana 

untuk menghentikan kebiasaan itu selama tiga puluh hari ini, saat  

mereka tidak bisa melakukannya tanpa membahayakan nyawanya. 

Orang bisa saja berdoa jauh lebih sering jsesudah  ketiga puluh hari itu 

berlalu dan bahaya sudah lewat. Atau, ia juga bisa melaksanakan 

kewajiban itu di waktu tertentu saja dan di tempat lain, dengan diam-

diam sehingga para musuhnya tidak akan mengetahuinya. Dengan 

demikian ia bisa menenangkan hati nurani sekaligus memelihara 

persekutuan dengan Tuhan  , namun juga menghindari hukum itu serta 

tetap bisa bekerja. Namun, seandainya orang melakukan seperti itu, 

maka baik teman-teman maupun musuh-musuhnya akan menyangka 

bahwa ia telah melepaskan kewajibannya untuk sementara waktu, oleh 

sebab  sifat pengecut dan rasa takut yang memalukan. Dan hal ini akan 

justru membawa aib besar bagi Tuhan   dan mengecilkan hati teman-

temannya. Orang lain yang berada di lingkungan yang lebih rendah 

derajatnya bisa saja bertindak dengan hati-hati. namun  , Daniel, yang 

diperhatikan begitu banyak orang, harus bertindak dengan berani, lebih-

lebih lagi ia tahu bahwa saat  dirancang, perintah itu terutama 

ditujukan untuk melawan dia. Perhatikanlah, kita tidak boleh melalaikan 

kewajiban sebab  takut menderita, atau bahkan jangan ada seorang yang 

dianggap ketinggalan. Dalam masa-masa kesukaran, sangatlah 

ditekankan agar kita mengakui Dia di depan manusia (Mat. 10:32). Kita 

harus waspada agar jangan sampai di balik dalih mau bertindak bijak-

sana, kita didapati bersalah sebab  sikap pengecut dalam perkara Tuhan  . 

Kalaupun kita tidak berpendapat bahwa contoh tentang Daniel ini 

mewajibkan kita berbuat sama, saya yakin kita tidak boleh mengecam 

orang-orang yang melakukannya, sebab Tuhan   mengakui Daniel dalam 

hal itu. Daniel sangat taat dalam melaksanakan kewajiban ibada