• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 8. Tampilkan semua postingan

ibrani wahyu 8


 iman kita.  

[2] Ia membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Ia 

menggenapi dan merupakan penggenapan semua janji 

serta nubuat di dalam Kitab Suci. Ia menyempurnakan 

seluruh kumpulan aturan Alkitab. Ia menyempurnakan 

kasih karunia dan karya iman dengan kuasa di dalam 

jiwa umat-Nya. Ia juga merupakan hakim dan pemberi 

pahala bagi iman mereka. Ia menentukan siapa yang 

mencapai tujuan, dan dari Dia, serta di dalam Dia, 

mereka memperoleh pahala. 

(2) Ujian-ujian yang dihadapi Kristus di dalam perlombaan 

dan jalan-Nya. 

[1] Ia tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terha-

dap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa (ay. 3). Ia 


 240

menanggung perlawanan yang mereka lancarkan terha-

dap-Nya, baik melalui perkataan maupun tindak-tan-

duk mereka. Mereka senantiasa membantah-Nya serta 

menentang rancangan-rancangan-Nya yang agung. Mes-

kipun mampu membantah dan mengalahkan mereka 

dengan mudah, serta sesekali menunjukkan contoh ke-

hebatan kuasa-Nya, namun Ia tetap menanggung peri-

laku mereka yang jahat dengan sangat sabar. Bantahan 

mereka ditujukan untuk melawan Kristus sendiri, ter-

hadap pribadi-Nya sebagai Tuhan  dalam rupa manusia, 

terhadap wewenang dan khotbah-khotbah-Nya, namun 

Ia menanggung semuanya itu. 

[2] Ia tekun memikul salib, yakni semua penderitaan yang 

dialami-Nya di dunia. Ia langsung memikul salib, ter-

paku di atasnya, menjalani kematian terkutuk yang me-

nyakitkan dan memalukan, yang membuat-Nya terhi-

tung bersama para pendosa, para penjahat paling keji. 

Namun, semua ini ditanggung-Nya dengan kesabaran 

dan keteguhan hati yang tidak terkalahkan. 

[3] Ia mengabaikan kehinaan. Semua celaan yang dilontar-

kan kepada-Nya, baik saat  Ia masih hidup maupun 

pada saat kematian-Nya, ia abaikan saja. Ia jauh mele-

bihi mereka. Ia mengetahui keadaan-Nya yang mulia 

dan tidak bersalah, dan mengabaikan kebodohan serta 

kedengkian mereka yang menghina-Nya. 

(3) Apa itu yang menopang jiwa Kristus sebagai manusia di 

bawah penderitaan-penderitaan yang tiada bandingnya ini. 

Itu yaitu  sukacita yang disediakan bagi Dia. Di balik se-

mua penderitaan-Nya itu, Ia melihat sesuatu yang menye-

nangkan bagi-Nya. Ia bersukacita saat melihat bahwa me-

lalui semua penderitaan-Nya itu, ia akan dapat menebus 

keadilan Tuhan  yang telah dicederai dan menjamin kehor-

matan serta pemerintahan-Nya, supaya Ia dapat men-

damaikan Tuhan  dengan manusia, memeteraikan perjanjian 

kasih karunia sekaligus menjadi Pengantaranya, membuka 

jalan keselamatan bagi orang-orang yang paling berdosa, 

dan berhasil menyelamatkan semua orang yang telah di-

berikan Bapa kepada-Nya, sementara Ia sendiri menjadi 

Surat Ibrani 12:1-3 

 241 

yang sulung di antara banyak saudara. Inilah sukacita 

yang disediakan bagi-Nya.  

(4) Pahala bagi penderitaan-Nya: Ia sekarang duduk di sebelah 

kanan takhta Tuhan . Sebagai Pengantara, Kristus ditinggi-

kan sampai mencapai kehormatan tertinggi, serta kekuasa-

an dan pengaruh paling besar. Ia duduk di sebelah kanan 

Sang Bapa. Tidak ada suatu pun yang dapat lewat di 

antara sorga dan bumi selain melalui Dia. Ia melakukan 

segala sesuatu yang telah terjadi. Ia hidup senantiasa untuk 

menjadi Pengantara umat-Nya. 

(5) Apa kewajiban kepada Yesus ini. Kita harus, 

[1] Memandang dengan mata yang tertuju kepada-Nya. 

Artinya, kita harus terus-menerus menjadikan-Nya se-

bagai teladan dan sebagai pembesar semangat hati kita. 

Kita harus memandang kepada-Nya untuk mendapat-

kan pengarahan, pertolongan, dan perkenanan dalam 

semua penderitaan kita. 

[2] Kita harus mengingat Dia, banyak merenung tentang 

diri-Nya, dan menerapkan apa yang telah dilakukan-

Nya kepada diri kita. Kita harus analogize, sebagaimana 

arti kata ini , membandingkan penderitaan Kristus 

dengan penderitaan kita sendiri. Dengan demikian kita 

akan mendapati bahwa sama seperti penderitaan-Nya 

jauh melebihi penderitaan kita, baik dalam hakikat 

maupun dalam kadarnya, demikian pula kesabaran-Nya 

jauh melebihi kesabaran kita, sehingga menjadi pola 

sempurna yang dapat kita teladani.  

(6) Keuntungan yang akan kita raih dengan berbuat seperti 

itu: Ini akan menjadi sarana yang dapat mencegah kita 

menjadi lemah dan putus asa: supaya jangan kamu men-

jadi lemah dan putus asa (ay. 3). 

[1] Bahkan pada diri orang-orang terbaik pun ada  

kecenderungan untuk menjadi lemah dan putus asa 

saat  mengalami pencobaan dan penderitaan, terutama 

dalam jangka waktu panjang dan secara terus-menerus. 

Hal ini terjadi akibat ketidaksempurnaan kasih karunia 

dan sisa-sisa sifat cemar di dalam dirinya.  


 242

[2] Cara terbaik untuk mencegah terjadinya hal ini yaitu  

dengan memandang Yesus dan mengingat Dia. Iman 

dan perenungan akan menimba kekuatan baru, peng-

hiburan, serta keberanian. Sebab Dia telah meyakinkan 

mereka, jika mereka bertekun, mereka pun akan ikut 

memerintah dengan Dia. Pengharapan ini akan menjadi 

ketopong bagi mereka. 

Manfaat dan Penggunaan Penderitaan;  

Peringatan terhadap Kemurtadan 

(12:4-17) 

4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan 

darah. 5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada 

kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng 

didikan Tuhan, dan janganlah putus asa jika  engkau diperingatkan-Nya; 6 

sebab  Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang 

yang diakui-Nya sebagai anak.” 7 Jika kamu harus menanggung ganjaran; 

Tuhan  memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah ada  anak yang 

tidak dihajar oleh ayahnya? 8 namun , jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang 

harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, namun  anak-anak 

gampang. 9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjar-

an, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat 

kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? 10 Sebab mereka mendidik 

kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, 

namun  Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian 

dalam kekudusan-Nya. 11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia 

diberikan tidak mendatangkan sukacita, namun  dukacita. namun  kemudian ia 

menghasilkan buah kebenaran yang memberi  damai kepada mereka yang 

dilatih olehnya. 12 Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang 

goyah; 13 dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan 

terpelecok, namun  menjadi sembuh. 14 Berusahalah hidup damai dengan se-

mua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang-

pun akan melihat Tuhan. 15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun men-

jauhkan diri dari kasih karunia Tuhan , agar jangan tumbuh akar yang pahit 

yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. 16 

Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang memiliki  nafsu yang 

rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring 

makanan. 17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, saat  ia hendak menerima 

berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki 

kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata. 

Di sini, Rasul Paulus menekankan nasihatnya perihal kesabaran dan 

ketekunan, dengan menjelaskan ukuran dan sifat mulia dari pen-

deritaan-penderitaan yang dialami orang-orang percaya Ibrani dalam 

perjalanan mereka sebagai orang Kristen. 

 

Surat Ibrani 12:4-17 

 243 

I.  Mengenai derajat dan ukuran penderitaan mereka yang masih 

ringan dan wajar: Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu 

belum sampai mencucurkan darah (ay. 4). Amatilah, 

1. Ia mengakui bahwa mereka telah banyak menderita dan 

berjuang keras melawan dosa. Di sini, 

(1) Penyebab dari pertentangan itu yaitu  dosa. Melibatkan 

diri dalam perlawanan terhadap dosa berarti berjuang demi 

suatu tujuan yang baik, sebab dosa merupakan musuh 

terbesar, baik bagi Tuhan  maupun manusia. Pertempuran 

rohani kita sungguh terhormat sekaligus penting, sebab 

kita melindungi diri terhadap hal yang dapat membinasa-

kan kita, jika  dosa menang atas kita. Kita berjuang 

demi diri kita, hidup kita, dan oleh sebab itu sudah seha-

rusnya bersikap sabar dan bulat hati. 

(2) Setiap orang Kristen sudah terdaftar di bawah panji-panji 

Kristus, untuk berjuang melawan dosa, melawan pengajar-

an sesat, perilaku berdosa, serta kebiasaan dan adat-adat 

penuh dosa, baik di dalam dirinya sendiri maupun di da-

lam diri orang lain. 

2. Rasul Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka bisa saja 

menderita lebih banyak, bahwa mereka sebenarnya belum 

mengalami penderitaan sebanyak orang lain. Mereka belum 

sampai mencucurkan darah, mereka belum dipanggil untuk 

menjadi martir, meskipun mereka tidak tahu berapa lama lagi 

mereka akan mengalaminya. Cermatilah di sini, 

(1) Yesus Tuhan kita, yang memimpin kita kepada keselamat-

an, tidak memanggil umat-Nya ke dalam pencobaan terbe-

rat terlebih dahulu. Sebaliknya, dengan bijaksana Ia mela-

tih mereka melalui penderitaan yang lebih ringan agar siap 

menghadapi yang lebih berat. Ia tidak akan menyimpan 

anggur baru ke dalam kantong kulit tua yang rapuh. Dia 

yaitu  gembala berhati lembut yang tidak akan mendo-

rong-dorong anak-anak domba dengan berlebihan. 

(2) Sudah sepantasnya orang Kristen memperhatikan kelem-

butan hati Kristus dalam menyesuaikan pencobaan dengan 

kekuatan mereka. Mereka tidak boleh membesar-besarkan 

penderitaan mereka, namun  memperhatikan belas kasih 

yang bercampur di dalam penderitaan mereka itu. Mereka 


 244

harus merasa iba terhadap orang-orang yang terpanggil ke 

dalam pencobaan berat sampai mencucurkan darah, bukan 

untuk mencucurkan darah musuh, melainkan memeterai-

kan kesaksian mereka dengan darah mereka sendiri. 

(3) Orang-orang Kristen seharusnya merasa malu bila merasa 

putus asa di bawah tekanan pencobaan yang ringan, saat 

mereka melihat orang-orang lain mampu bertahan di ba-

wah pencobaan yang lebih berat, dan tidak tahu kapan me-

reka sendiri akan mengalami pencobaan yang lebih berat. 

Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan 

engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak 

berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai 

engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau 

perbuat di hutan belukar sungai Yordan? (Yer. 12:5). 

II.  Rasul Paulus menyampaikan alasannya berdasar  sifat khas 

penderitaan-penderitaan penuh kasih karunia yang menimpa 

umat Tuhan . Walaupun lawan serta penganiaya mereka bisa saja 

menjadi sarana untuk menyebabkan penderitaan seperti itu atas 

mereka, namun hukuman itu merupakan ganjaran ilahi. Bapa 

sorgawi mereka turut serta dalam segala sesuatu, dan semuanya 

itu dipakai-Nya untuk melayani maksud-Nya yang bijak. Menge-

nai hal ini, Rasul Paulus telah memberitahukannya terlebih 

dahulu, dan mereka tidak boleh melupakannya (ay. 5). Amatilah, 

1. Penderitaan-penderitaan yang menurut manusia bisa saja 

dianggap sebagai penganiayaan, namun sejauh menyangkut 

Tuhan  sendiri sebenarnya merupakan teguran dan ganjaran 

seorang ayah. Penganiayaan yang berkaitan dengan agama 

adakalanya merupakan koreksi serta teguran atas dosa-dosa 

para penganut agama. Manusia menganiaya mereka sebab 

mereka taat kepada agama. Tuhan  menghukum mereka sebab  

mereka tidak menjadi penganut agama sebagaimana yang se-

harusnya. Manusia menganiaya mereka sebab  mereka tidak 

bersedia menyangkali pengakuan mereka. Tuhan  menghukum 

mereka sebab  mereka tidak hidup sesuai pengakuan mereka. 

2.  Tuhan  telah memberi arahan kepada umat-Nya bagaimana ha-

rus berperilaku di bawah tekanan penderitaan. Mereka harus 

menghindari perilaku berlebihan yang bisa saja muncul. 

Surat Ibrani 12:4-17 

 245 

(1) Mereka tidak boleh memandang rendah didikan Tuhan. 

Mereka tidak boleh meremehkan penderitaan dan bersikap 

bodoh serta tidak peduli terhadapnya, sebab penderitaan 

merupakan tangan serta cambuk Tuhan , dan teguran-Nya 

terhadap dosa. Orang-orang yang meremehkan penderitaan, 

berarti meremehkan Tuhan  dan menganggap ringan dosa. 

(2) Mereka tidak boleh berputus asa saat  ditegur. Mereka 

tidak boleh patah semangat dan terpuruk di bawah tekan-

an pencobaan mereka, tidak boleh menggerutu dan menge-

luh, namun  menanggungnya dengan iman serta kesabaran. 

(3) jika  mereka menunjukkan perilaku berlebihan seperti 

ini, maka itu merupakan tanda bahwa mereka telah melu-

pakan nasihat dan teguran Bapa sorgawi mereka, yang 

telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai wujud kasih 

sayang sejati dan dalam. 

3.  Penderitaan yang ditanggung dengan sikap benar, meskipun 

hal itu merupakan buah rasa tidak senang Tuhan , tetap saja 

merupakan bukti kasih kebapakan-Nya terhadap umat-Nya 

dan kepedulian-Nya terhadap mereka (ay. 6-7): Tuhan mengha-

jar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang 

diakui-Nya sebagai anak. Amatilah, 

(1) Anak-anak Tuhan  yang terbaik membutuhkan ganjaran. 

Mereka melakukan kesalahan dan kebodohan yang perlu 

diperbaiki. 

(2) Meskipun Tuhan  mungkin saja membiarkan orang lain ber-

kanjang di dalam dosa, Ia akan memperbaiki dosa yang 

dilakukan anak-anak-Nya sendiri. Mereka yaitu  anggota 

keluarga-Nya dan tidak akan lepas dari teguran-Nya pada 

waktu mereka membutuhkannya. 

(3) Di dalam hal ini, Ia bertindak sebagaimana seorang ayah, 

dan memperlakukan mereka sebagai anak-anak-Nya. Tidak 

ada ayah yang baik dan bijaksana yang menutup mata 

terhadap kesalahan anak-anaknya sendiri, sebagaimana 

yang dilakukannya terhadap orang lain. Hubungan dan 

kasih sayang-Nya mewajibkan-Nya untuk lebih memper-

hatikan kesalahan anak-anak-Nya sendiri dibandingkan  kesa-

lahan orang lain. 


 246

(4) Dibiarkan berkanjang di dalam dosa tanpa memperoleh te-

guran merupakan tanda yang menyedihkan bahwa orang 

yang bersangkutan terpisah dari Tuhan . Orang-orang seperti 

itu yaitu  anak-anak gampang, bukan anak kandung. 

Mereka mungkin saja menyebut-Nya Bapa, sebab  terlahir di 

lingkungan gereja, namun  sebenarnya mereka yaitu  ketu-

runan palsu dari bapa yang lain, bukan dari Tuhan  (ay. 7-8). 

4. Orang-orang yang bersikap tidak sabar saat menerima hukum-

an dari Bapa sorgawi mereka, akan berperilaku lebih buruk 

kepada-Nya dibandingkan  terhadap orangtua mereka di bumi ini 

(ay. 9-10). Di sini, 

(1) Rasul Paulus memuji perilaku patuh dan tunduk di dalam 

diri anak-anak terhadap orangtua mereka di bumi ini. 

Mereka kita hormati, bahkan saat  mereka memperbaiki 

kesalahan kita. Sudah merupakan kewajiban anak-anak 

untuk dengan taat menghormati perintah orangtua mereka 

yang benar, dan dengan tunduk menghormati teguran 

orangtua atas ketidapatuhan mereka. Orangtua tidak saja 

memiliki wewenang, namun  juga menerima tugas dari Tuhan  

untuk memperbaiki perilaku anak-anak mereka bila perlu. 

Ia juga telah memerintahkan kepada anak-anak untuk me-

nerima teguran seperti itu. Bersikap keras kepala dan tidak 

puas terhadap teguran seperti itu merupakan kesalahan 

ganda, sebab teguran itu menunjukkan adanya kesalahan 

yang telah diperbuat melawan kekuasaan orangtua untuk 

memerintah, dan semakin memperparah kesalahan mela-

wan kekuasaannya untuk mendidik. Oleh sebab itu, 

(2) Rasul Paulus menganjurkan perilaku rendah hati dan 

tunduk terhadap Bapa sorgawi kita pada waktu menerima 

teguran dari-Nya. Dan ini dilakukannya dengan memban-

dingkan yang lebih kecil dengan yang lebih besar. 

[1] Ayah kita yang di bumi hanyalah ayah jasmani, namun  

Tuhan  yaitu  Bapa segala roh. Ayah kita di bumi ini 

sekadar alat dalam menghasilkan tubuh kita yang tidak 

lebih dari daging, yakni tubuh yang rendah, fana, dan 

jahat, yang terbentuk dari debu tanah, sama seperti 

halnya tubuh hewan. Walaupun demikian, tubuh ini 

dibentuk dengan cara ajaib sehingga menjadi bagian-

Surat Ibrani 12:4-17 

 247 

bagian dari diri kita, tempat tinggal yang layak bagi jiwa 

dan sarana bagi jiwa untuk melakukan tindakan. Dan 

untuk itu kita patut menaruh hormat dan kasih sayang 

kepada mereka yang menjadi sarana keberadaan kita. 

Namun, terlebih lagi kita harus menaruh hormat dan 

kasih yang lebih besar kepada Dia yang yaitu  Bapa 

segala roh. Jiwa kita tidak terbuat dari bahan yang 

kasatmata atau dari jenis bahan yang paling halus. 

Jiwa kita tidak termasuk ex traduce – sesuatu yang da-

pat dijabarkan. Berusaha menegaskan hal ini merupa-

kan falsafah yang buruk dan bahkan ilmu ketuhanan 

yang lebih buruk lagi. Jiwa yaitu  keturunan langsung 

dari Tuhan , yang sesudah  membentuk badan manusia 

dari debu tanah, kemudian mengembuskan roh hidup 

ke dalamnya, sehingga menjadi jiwa yang hidup. 

[2] Orangtua kita di bumi mendidik kita dalam waktu yang 

pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik. 

Adakalanya mereka melakukan hal itu untuk memuas-

kan gejolak hati mereka dan bukan untuk memperbaiki 

perilaku kita. Inilah kelemahan yang sering dilakukan 

ayah kita, dan mereka harus berhati-hati terhadap ke-

cenderungan ini. Sebab melalui kelemahan itu, mereka 

tidak menghormati wewenang sebagai orangtua yang 

telah ditaruh Tuhan  atas mereka dan sangat mengha-

langi keberhasilan ganjaran mereka. Sebaliknya, Bapa 

roh kita tidak pernah gemar membuat anak-anak ma-

nusia sedih atau menderita, apalagi anak-anak-Nya 

sendiri. Teguran senantiasa diberikan untuk kebaikan 

kita. Keuntungan yang dimaksudkan-Nya bagi kita 

melalui teguran itu tidak lain yaitu  supaya kita bisa 

mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Tujuannya 

yaitu  untuk memperbaiki dan menyembuhkan semua 

perilaku dan perbuatan tidak tertib yang berdosa yang 

membuat kita tidak menyerupai Tuhan , serta untuk 

memperbaiki dan meningkatkan kasih karunia yang me-

rupakan gambaran Tuhan  di dalam diri kita, supaya kita 

lebih menyerupai dan bertindak seperti Bapa sorgawi 

kita. Tuhan  mengasihi anak-anak-Nya supaya mereka 


 248

bisa semirip mungkin dengan diri-Nya, dan untuk tu-

juan inilah Ia menghajar mereka jika  diperlukan. 

[3] Ayah jasmani kita memperbaiki perilaku kita dalam 

waktu yang pendek, saat  kita masih kecil dan belum 

dewasa. Meskipun kita berada di pihak lemah dan me-

rasa kesal, kita harus menaruh hormat kepada mereka. 

Dengan begitu, saat  kita sudah menjadi dewasa, kita 

akan semakin mencintai dan menghormati mereka atas 

ganjaran mereka itu. Seluruh kehidupan kita di bumi 

ini bagaikan keadaan kanak-kanak yang belum dewasa 

dan tidak sempurna. Oleh sebab itu kita harus takluk 

kepada berbagai ganjaran untuk menertibkan kita yang 

berlaku dalam keadaan ini . sesudah  kita tiba pada 

tahap sempurna, kita akan diperdamaikan sepenuhnya 

dengan semua tindakan ganjaran itu yang ditentukan 

Tuhan  bagi kita sekarang ini. 

[4] Teguran Tuhan  bukanlah penghukuman. Mula-mula 

anak-anak-Nya boleh jadi merasa takut kalau-kalau 

kemalangan menyertai maksud ganjaran yang mengeri-

kan itu, dan kita pun berseru, Jangan mempersalahkan 

aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara 

dengan aku (Ayb. 10:2). Namun, hal ini sama sekali 

tidak merupakan rencana Tuhan  bagi umat-Nya, sehing-

ga Ia menghajar mereka sekarang supaya tidak akan 

dihukum bersama-sama dengan dunia (1Kor. 11:32). Ia 

melakukan hal itu untuk mencegah kematian dan kebi-

nasaan jiwa mereka, supaya mereka dapat hidup bagi-

Nya, menyerupai Dia, dan tinggal bersama-Nya sampai 

selama-lamanya. 

5. Di tengah kemalangan, anak-anak Tuhan  tidak boleh menilai 

penanganan-Nya terhadap mereka berdasar  perasaan 

belaka, namun  berdasar  akal sehat, iman, dan pengalaman: 

Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak 

mendatangkan sukacita, namun  dukacita. namun  kemudian ia 

menghasilkan buah kebenaran yang memberi  damai (ay. 

11). Amatilah di sini, 

(1) Penilaian berdasar  perasaan dalam hal ini. Kemalangan 

memang tidak menyenangkan bagi perasaan, namun  men-

Surat Ibrani 12:4-17 

 249 

datangkan dukacita. Daging akan merasakannya dan ber-

dukacita sebab nya, sehingga mengerang di bawah tekan-

annya. 

(2) Penilaian berdasar  iman, yang meralat penilaian ber-

dasarkan perasaan, serta menyatakan bahwa penderitaan 

yang kudus menghasilkan buah-buah kebenaran. Buah-

buah ini membawa rasa damai, serta menenangkan dan 

menghibur jiwa. Penderitaan menghasilkan damai sejahtera 

dengan cara menghasilkan lebih banyak kebenaran, sebab  

buah kebenaran yaitu  damai sejahtera. Dan jika kepedih-

an jasmani memberi  damai kepada pikiran, dan pen-

deritaan singkat sekarang ini menghasilkan buah-buah 

berkat yang bertahan lama, maka tidak ada alasan untuk 

menggerutu atau menjadi putus asa di bawah tekanannya. 

Yang sangat perlu diperhatikan orang Kristen yaitu  bah-

wa ganjaran yang sedang mereka alami itu dapat ditang-

gung melalui kesabaran, dan ditingkatkan ke taraf keku-

dusan yang lebih tinggi. 

[1] Bahwa penderitaan mereka dapat ditanggung melalui 

kesabaran, yang merupakan tujuan utama pembicaraan 

Rasul Paulus mengenai pokok ini. Ia kembali menasi-

hati mereka dengan alasan yang telah disebutkan sebe-

lum ini bahwa mereka harus menguatkan tangan yang 

lemah dan lutut yang goyah (ay. 12). Beban penderitaan 

mudah membuat orang Kristen lemah dan goyah, serta 

mematahkan semangat dan membuatnya berputus asa. 

Namun, ia harus melawan hal ini sebab  dua alasan:  

Pertama, supaya ia dapat menjalani perlombaan ro-

hani dengan lebih baik. Iman, kesabaran, serta keberani-

an dan ketetapan hati yang kudus, akan membuatnya 

melangkah lebih mantap, berjalan lebih lurus, serta men-

cegahnya menjadi bimbang dan menyimpang.  

Kedua, supaya ia dapat menyemangati dan tidak 

malah mematahkan semangat orang-orang lain yang 

sedang mengalami hal yang sama dengannya. Banyak 

orang sedang dalam perjalanan menuju sorga, namun  

berjalan dengan langkah lemah dan timpang. Orang-

orang seperti ini mudah saling melemahkan dan meng-


 250

hambat. sebab  itu, tugas mereka yaitu  bersikap ta-

bah dan bertindak dengan iman, sehingga dengan demi-

kian saling membantu sesamanya untuk terus maju 

menuju sorga. 

[2] Bahwa penderitaan mereka dapat ditingkatkan ke taraf 

kekudusan yang lebih baik. Mengingat ini yaitu  ren-

cana Tuhan , maka sudah sepatutnyalah menjadi rencana 

dan perhatian anak-anak-Nya juga, bahwa dengan ke-

kuatan dan kesabaran baru mereka dapat hidup damai 

dengan semua orang dan mengejar kekudusan (ay. 14). 

jika  anak-anak Tuhan  menjadi tidak sabar di tengah 

kemalangan, mereka tidak akan mampu hidup tenang 

dan damai dengan orang lain, atau hidup saleh di ha-

dapan Tuhan  seperti seharusnya. Sebaliknya, iman dan 

kesabaran akan memampukan mereka hidup damai 

dan kudus juga, seperti orang yang mengikuti pang-

gilannya, terus-menerus, dengan tekun, dan dengan 

senang hati. Amatilah,  

Pertama, sudah merupakan kewajiban orang-orang 

Kristen, bahkan di dalam penderitaan, untuk hidup da-

mai dengan semua orang. Ya, bahkan dengan mereka 

yang mungkin saja menjadi penyebab penderitaan me-

reka itu.  

Kedua, damai sejahtera dan kekudusan saling ber-

kaitan. Tidak ada damai sejahtera sejati tanpa kekudus-

an. Memang ada juga kebijaksanaan dan kesabaran 

berhikmat, serta sikap bersahabat dan dukungan yang 

diberikan kepada semua orang, namun  sikap suka ber-

damai Kristen sejati tidak pernah terpisah dari keku-

dusan. Janganlah kita, dengan alasan ingin hidup ber-

damai dengan semua orang, lalu meninggalkan jalan 

kekudusan. Sebaliknya, peliharalah kedamaian dengan 

cara kudus.  

Ketiga, tanpa kekudusan tidak seorangpun akan meli-

hat Tuhan. Kesempatan untuk melihat Tuhan  Juruselamat 

kita di sorga disediakan sebagai pahala bagi kekudusan, 

dan keselamatan kita hanya terletak pada kekudusan 

kita, meskipun tabiat suka damai dan tenang sangat 

membantu kelayakan kita untuk masuk ke sorga. 

Surat Ibrani 12:4-17 

 251 

6.  jika  kemalangan dan penderitaan demi Kristus tidak 

dianggap manusia sebagai didikan Bapa sorgawi dan diman-

faatkan dengan baik, maka akan ada perangkap dan godaan 

berbahaya untuk jatuh ke dalam kemurtadan. Dan kemurtad-

an ini harus diperhatikan dengan sangat hati-hati oleh orang 

Kristen: Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan 

diri dari kasih karunia Tuhan , dst. (ay. 15-16). 

(1) Di sini Rasul Paulus memberi peringatan yang sungguh-

sungguh mengenai kemurtadan, dan menyokong peringat-

annya itu dengan sebuah contoh yang buruk. 

[1] Ia memberi peringatan yang sungguh-sungguh menge-

nai kemurtadan (ay. 15). Di sini dapat diamati,  

Pertama, sifat kemurtadan itu: yakni menjauhkan 

diri dari kasih karunia Tuhan . Ini berarti jatuh miskin da-

lam hal agama sebab  tidak adanya dasar yang kokoh, 

perhatian, dan ketekunan yang diperlukan. Menjauhkan 

diri dari kasih karunia Tuhan  berarti tidak punya asas 

kasih karunia sejati di dalam jiwa, meskipun ada sa-

rana kasih karunia dan pengakuan terhadap agama, 

sehingga dengan demikian tidak mendapatkan kasih 

dan perkenan Tuhan  di sini dan juga di kehidupan sesu-

dah ini.  

Kedua, akibat dari kemurtadan: saat  orang men-

jauhkan diri dari kasih karunia Tuhan  yang sejati, akan 

muncul akar kepahitan, dan kebinasaan akan menang 

serta menyeruak. Akar pahit, yang menghasilkan buah-

buah pahit bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Hal 

ini akan menghasilkan asas-asas cemar bagi diri 

mereka sendiri yang mengarah kepada kemurtadan dan 

sangat diperkuat serta dipancarkan oleh kemurtadan 

itu sendiri, yakni segala kekeliruan-kekeliruan yang 

mencelakakan (yang merusak pengajaran dan ibadah 

jemaat Kristen) dan perbuatan-perbuatan cemar. Peri-

laku orang-orang murtad biasanya  akan semakin 

buruk, dan mereka akan jatuh ke dalam kejahatan yang 

paling keji, yang biasanya berakhir dengan atheisme 

atau keputusasaan. Akar pahit juga menghasilkan 

buah-buah pahit bagi orang-orang lain dan bagi gereja-


 252

gereja tempat mereka berjemaat. Melalui asas-asas dan 

perilaku cemar mereka, banyak orang dibuat resah, ke-

damaian jemaat terusik, ketenteraman pikiran orang 

terganggu, dan ini tentu saja mencemarkan banyak 

orang. Mereka ini dikotori asas-asas yang buruk dan 

ditarik kepada perilaku cemar. Dengan demikian, je-

maat menderita, baik dalam kesucian maupun keda-

maian. Namun, pada akhirnya orang-orang murtad itu 

sendiri akan paling menderita.  

[2] Rasul Paulus menyokong peringatannya dengan sebuah 

contoh buruk, yakni tentang Esau, yang meskipun ter-

lahir di lingkungan rohani dan memperoleh hak kesu-

lungan sebagai anak pertama, sehingga dengan demi-

kian berhak menjadi nabi, imam, dan raja di dalam ke-

luarganya, telah bertindak begitu duniawi sampai 

menghina hak-hak istimewa yang kudus ini. Sampai-

sampai ia menjual hak kesulungannya demi sepiring 

makanan. Amatilah di sini, 

Pertama, dosa Esau. Dengan nafsu rendahnya ia 

telah menghina dan menjual hak kesulungannya beri-

kut semua keuntungan yang menyertainya. Itu jugalah 

yang dilakukan orang-orang murtad, yang demi meng-

hindari penganiayaan dan menikmati kesenangan pe-

nuh hawa nafsu, meskipun menyandang tabiat anak-

anak Tuhan  dan memiliki hak nyata untuk menerima 

berkat serta warisan dari-Nya, malah memuaskan selu-

ruh keinginan mereka yang cemar itu. 

Kedua, hukuman atas Esau yang setimpal dengan 

dosanya. Hati nuraninya menyadari dosa dan kebodoh-

annya itu saat  sudah terlambat: kemudian, saat  ia 

hendak menerima berkat itu, dst. Hukumannya terdiri 

atas dua hal: 

1.  Ia dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Sekarang ia 

menyadari bahwa berkat yang diremehkannya itu 

sebenarnya layak dimiliki dan layak dicari, meski-

pun dengan susah payah dan dengan mencucurkan 

air mata. 

Surat Ibrani 12:4-17 

 253 

2.  Ia ditolak oleh Tuhan : ia tidak beroleh kesempatan un-

tuk memperbaiki kesalahannya, baik di hadapan 

Tuhan  maupun ayahnya. Berkat itu diberikan kepada 

orang lain, yaitu orang yang kepadanya ia telah 

menjual haknya demi sepiring makanan. Esau, da-

lam kejahatannya yang luar biasa itu, telah mem-

buat keputusan itu, dan Tuhan  dalam penghakiman-

Nya yang adil mengesahkan dan meneguhkannya, 

dan tidak membiarkan Ishak mengubahnya. 

(2) Dari sini kita bisa belajar, 

[1] Bahwa murtad dari Kristus merupakan buah dari per-

buatan yang lebih menginginkan pemuasan hawa nafsu 

dibandingkan  berkat Tuhan  dan warisan sorgawi. 

[2] Orang-orang berdosa tidak akan terus memiliki pikiran 

yang rendah seperti itu tentang berkat dan warisan ilahi 

seperti yang mereka lakukan sekarang. Sebab, akan 

tiba saatnya juga mereka menyadari betapa tidak akan 

ada jerih payah yang terlalu berat, tidak akan ada upa-

ya dan air mata yang terlampau banyak untuk memper-

oleh kembali berkat yang telah hilang itu.  

[3] saat  masa anugerah itu telah berlalu (seperti yang 

adakalanya terjadi dalam hidup ini), mereka tidak akan 

menemukan tempat untuk bertobat: mereka tidak 

mampu segera bertobat atas dosa mereka. Tuhan  tidak 

akan menyesali hukuman yang telah dijatuhkan-Nya 

atas mereka sebab  dosa mereka. Oleh sebab itu, seba-

gai rencana yang berlaku bagi semua, orang-orang Kris-

ten janganlah sekali-kali membuang hak dan pengha-

rapan mereka akan berkat serta warisan Bapa mereka. 

Janganlah mereka memperhadapkan diri terhadap mur-

ka dan kutuk-Nya yang tidak dapat dibatalkan, dengan 

meninggalkan agama mereka yang kudus demi meng-

hindari penderitaan. Meskipun penderitaan ini mungkin 

saja berupa aniaya yang melibatkan orang-orang keji, 

itu hanyalah merupakan tongkat untuk memperbaiki 

kesalahan dan menghajar mereka, oleh Bapa Sorgawi 

mereka, untuk membawa mereka dekat kepada-Nya su-

paya menyerupai dan bersekutu dengan Dia. Inilah 


 254

kekuatan pernyataan Rasul Paulus, yang memakai ha-

kikat penderitaan umat Tuhan  sebagai dasarnya, bahkan 

saat  mereka menderita demi kebenaran. Dan pemikir-

annya ini sangatlah kuat. 

Hakikat Aturan Kristen  

(12:18-29) 

18 Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api 

yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, 19 

kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang 

mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, 20 

sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatangpun 

yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu.” 21 Dan sangat me-

ngerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan 

dan sangat gemetar.” 22 namun  kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota 

Tuhan  yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu 

kumpulan yang meriah, 23 dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang nama-

nya terdaftar di sorga, dan kepada Tuhan , yang menghakimi semua orang, dan 

kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, 24 dan 

kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, 

yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. 25 Jagalah supaya kamu 

jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak 

Dia yang menyampaikan firman Tuhan  di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika 

kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? 26 Waktu itu suara-Nya 

menggoncangkan bumi, namun  sekarang Ia memberi  janji: “Satu kali lagi 

Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.” 

27 Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada perubahan pada apa yang 

dapat digoncangkan, sebab  ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak 

tergoncangkan. 28 Jadi, sebab  kita menerima kerajaan yang tidak tergon-

cangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan  menu-

rut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. 29 Sebab 

Tuhan  kita yaitu  api yang menghanguskan. 

Di sini Rasul Paulus melanjutkan untuk mengajak orang-orang per-

caya Ibrani supaya bertekun di dalam perjalanan dan pertempuran 

kristiani mereka, dan tidak kembali menganut ajaran agama Yahudi 

lagi. Ia melakukan ini dengan menunjukkan kepada mereka betapa 

berbedanya jemaat Injil dengan jemaat Yahudi, dan betapa miripnya 

keadaan mereka dengan keadaan jemaat di sorga, dan sebab  itu 

kedua alasan ini menuntut serta layak mendapatkan dari kita kera-

jinan, kesabaran, dan ketekunan kita dalam menjalani hidup Kekris-

tenan kita. 

I.   Rasul Paulus menunjukkan betapa berbedanya jemaat Injil dari 

jemaat Yahudi, dan betapa ia jauh mengunggulinya. Dan di sini

Surat Ibrani 12:18-29 

 255 

 kita melihat uraian yang sangat khusus perihal keadaan jemaat di 

bawah hukum Musa (ay. 18-21).  

1. Keadaannya sangat dapat dirasakan. Gunung Sinai tempat 

keadaan rohani itu didirikan, merupakan gunung yang dapat 

disentuh (ay. 18), sebuah tempat yang dapat diraba. Begitulah 

aturannya. Aturan yang berlaku saat  itu bersifat sangat 

lahiriah, duniawi, dan sebab  itu lebih berat. Keadaan Injil di 

gunung Sion bersifat lebih rohani, masuk di akal, dan mudah. 

2. Aturan di gunung Sinai sungguh gelap. Gunung itu diliputi 

kekelaman dan kegelapan, dan keadaan rohaninya tertutup 

oleh bayang-bayang serta berbagai perlambang gelap. Keadaan 

Injil jauh lebih jelas dan terang. 

3. Aturan di gunung itu menakutkan dan mencekam. Umat 

Yahudi tidak tahan menanggung kengeriannya. Gelegar petir 

dan kilat, bunyi sangkakala, dan suara Tuhan  sendiri yang 

berbicara kepada mereka, menghantam mereka dengan begitu 

mencekam sampai mereka yang mendengarnya memohon, 

supaya jangan lagi berbicara kepada mereka (ay. 19). Bahkan 

Musa sendiri berkata, Aku sangat ketakutan dan sangat geme-

tar. Orang-orang terbaik di bumi pun tidak dapat berbicara 

langsung dengan Tuhan  dan para malaikat-Nya. Keadaan Injil 

bersifat lunak, ramah, dan merendah, sehingga sesuai bagi diri 

kita yang lemah. 

4. Aturan di gunung itu sangat terbatas. Semua orang kecuali 

Musa dan Harun tidak boleh mendekati gunung itu. namun , di 

bawah Injil, kita semua boleh menghampiri Tuhan  dengan 

berani. 

5.  Aturan di gunung itu sangat berbahaya. Gunung itu menyala-

nyala dengan api, dan manusia ataupun hewan yang menyen-

tuh gunung itu harus dilempari dengan batu (ay. 20). Benar, 

sungguh berbahaya bagi orang berdosa keji dan congkak untuk 

menghampiri Tuhan , namun mereka tidak akan mengalami ke-

matian yang langsung dan pasti seperti yang terjadi di gunung 

Sinai. Inilah keadaan jemaat Yahudi yang memang pantas bagi 

umat yang keras kepala dan degil, untuk menegakkan keadilan 

Tuhan  yang ketat dan hebat, untuk menjauhkan umat Tuhan  dari 

kebergantungan pada aturan itu, dan mendorong mereka untuk 

lebih mudah menyambut pengaturan lembut jemaat Injil, serta 

melekat padanya. 


 256

II. Rasul Paulus menunjukkan betapa jemaat Injil mewakili atau 

menggambarkan jemaat yang berjaya di sorga, dan hubungan apa 

yang ada di antara kedua jemaat itu. Jemaat Injil disebut Bukit 

Sion, Yerusalem sorgawi yang merdeka, kebalikan dari gunung 

Sinai yang melahirkan perhambaan (Gal. 4:24). Inilah bukit 

tempat Tuhan  menetapkan raja yakni Mesias. Nah, saat  datang 

ke Bukit Sion, orang-orang percaya datang ke tempat sorgawi, dan 

masuk ke masyarakat sorgawi. 

1. Datang ke tempat sorgawi. 

(1) Ke kota Tuhan  yang hidup. Tuhan  berdiam di dalam jemaat 

Injil, yang dalam hal ini merupakan lambang sorga. Di sana 

jemaat-Nya bisa mendapati-Nya memerintah, membimbing, 

menyucikan, dan menghibur mereka. Di sana Ia berbicara 

kepada mereka melalui pelayanan Injil. Di sana mereka 

berbicara kepada-Nya melalui doa, dan Ia mendengarkan 

mereka. Di sana Ia melatih mereka untuk mempersiapkan 

diri bagi sorga, serta memberi mereka jaminan akan waris-

an mereka. 

(2) Menuju Yerusalem sorgawi sebagai warga yang lahir dan 

dibesarkan di sana sebagai penduduk yang merdeka. Di 

sini orang-orang percaya memperoleh pandangan yang le-

bih jelas perihal sorga, bukti-bukti yang lebih nyata tentang 

sorga, dan kelayakan yang lebih besar serta tabiat jiwa 

yang lebih sorgawi. 

2. Memasuki masyarakat sorgawi. 

(1) Kepada beribu-ribu malaikat, yang sekeluarga dengan 

orang-orang kudus, di bawah Kepala yang sama, dan da-

lam jumlah besar melaksanakan pekerjaan yang sama, me-

layani orang-orang percaya demi kebaikan mereka, memeli-

hara mereka dalam seluruh jalan hidup mereka, dan ber-

kemah di sekeliling mereka. Jumlah mereka tidak terhitung 

banyaknya, dan dalam tatanan mereka merupakan kesatu-

an yang agung dan mulia. Mereka yang melalui iman telah 

tergabung dalam jemaat Injil, juga tergabung dengan para 

malaikat itu, dan pada akhirnya nanti akan menjadi seperti 

mereka dan setara dengan mereka. 

(2) Kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar 

di sorga, yakni kepada jemaat dari segala penjuru, tak 

Surat Ibrani 12:18-29 

 257 

peduli berjauhannya mereka. Melalui iman kita datang ke-

pada mereka, bersekutu dengan mereka di bawah Kepala 

yang sama, oleh Roh yang sama, dan di dalam pengharap-

an yang sama. Kita melangkah di jalan suci yang sama, 

berjuang melawan musuh-musuh rohani yang sama, dan 

bergegas menuju perhentian, kemenangan, dan kejayaan 

agung yang sama. Di sinilah ada  jemaat anak-anak 

sulung, orang-orang kudus dari masa sebelumnya, yang 

melihat janji-janji keadaan Injil namun tidak menerimanya, 

dan juga mereka yang pertama-tama menerimanya di ba-

wah Injil sehingga diperbaharui dan menjadi jemaat anak-

anak sulung serta buah-buah sulung jemaat Injil. Dan 

sebab  itu, sebagai anak-anak sulung, mereka ini ditinggi-

kan sehingga menerima kehormatan dan hak-hak istimewa 

yang lebih besar dibandingkan  penduduk dunia yang lain. Se-

sungguhnya, semua anak Tuhan  merupakan ahli waris, dan 

setiap orang memperoleh hak istimewa anak sulung. Nama-

nama mereka ini tercatat di sorga, dan di dalam catatan 

gereja di bumi. Nama mereka ada di rumah Tuhan , tercatat 

di antara orang-orang yang hidup di Yerusalem. Mereka 

terkenal sebab  iman dan kesetiaan mereka, dan tercatat di 

dalam kitab kehidupan Anak Domba, seperti nama-nama 

warga yang terdaftar di dalam artikel  pencatatan penduduk. 

(3) Kepada Tuhan , yang menghakimi semua orang, Tuhan  yang 

Mahabesar itu, yang akan menghakimi baik orang Yahudi 

maupun orang bukan Yahudi sesuai hukum yang berlaku 

bagi mereka. Sekarang orang-orang percaya datang ke-

pada-Nya melalui iman, mengajukan permohonan mereka 

kepada Sang Hakim, dan menerima surat pengampunan di 

dalam Injil di pengadilan hati nurani mereka sekarang ini, 

sehingga mereka tahu bahwa mereka akan dibenarkan 

sesudah ini. 

(4) Kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sem-

purna. Kepada orang-orang yang terbaik, yang benar, yang 

lebih ungggul dibandingkan  sesama mereka. Kepada bagian ter-

baik dari orang-orang benar, kepada roh-roh mereka yang 

berada dalam keadaan terbaik yang telah menjadi sempur-

na. Orang-orang percaya memiliki persekutuan dengan 

orang-orang kudus yang telah pergi lebih dahulu dalam 


 258

Kepala dan Roh yang sama, serta memperoleh hak atas 

warisan yang sama, yang diwarisi mereka yang masih hidup 

di bumi dan dimiliki mereka yang sudah berada di sorga.  

(5) Kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada da-

rah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah 

Habel. Ini sungguh merupakan salah satu yang terpenting 

dari sekian banyak dorongan yang diberikan supaya berte-

kun di dalam Injil, mengingat bahwa ini merupakan perse-

kutuan dengan Kristus Sang Pengantara perjanjian baru, 

dan tentang pemercikan darah-Nya, yang berbicara tentang 

hal-hal yang lebih baik dibandingkan  darah Habel. 

[1] Perjanjian Injil merupakan perjanjian baru yang berbeda 

dengan perjanjian yang berdasar  pada perbuatan. 

Sekarang ada perjanjian yang berada di bawah peng-

aturan baru, yang berbeda dengan Perjanjian Lama. 

[2] Kristus yaitu  Pengantara perjanjian yang baru ini. 

Dialah orang yang menengahi kedua belah pihak, yakni 

Tuhan  dan manusia, untuk mempersatukan mereka di 

dalam perjanjian ini. Untuk mempersatukan mereka, 

tidak peduli sebesar apa pun dosa-dosa umat dan rasa 

tidak senang Tuhan  terhadap mereka sebab  dosa, serta 

untuk memanjatkan doa-doa kepada Tuhan . Ia menu-

runkan perkenan Tuhan  kepada kita, untuk memohon 

kepada Tuhan  bagi kita dan untuk memohon bersama 

kita kepada Tuhan . Dan pada akhirnya, Ia mempersatu-

kan Tuhan  dengan umat-Nya di sorga, dan menjadi Peng-

antara di antara mereka sampai selama-lamanya, di 

mana umat-Nya memandang serta menikmati keber-

samaan dengan Tuhan  di dalam Kristus, dan Tuhan  me-

mandang serta memberkati mereka di dalam Kristus. 

[3] Perjanjian ini disahkan melalui darah Kristus yang 

dipercikkan ke atas hati nurani kita, seperti darah kor-

ban persembahan dipercikkan ke atas mezbah dan kor-

bannya sendiri. Darah Kristus ini mendamaikan Tuhan  

dan menyucikan hati nurani manusia. 

[4] Inilah darah yang berbicara, yang membicarakan hal-

hal yang lebih baik dibandingkan  darah Habel. 

Surat Ibrani 12:18-29 

 259 

Pertama, darah-Nya berbicara kepada Tuhan  demi ke-

pentingan orang berdosa. Darah itu tidak memohonkan 

pembalasan dendam, seperti yang dilakukan darah 

Habel atas orang yang telah menumpahkan darahnya, 

namun  memohonkan belas kasihan. 

Kedua, darah-Nya berbicara kepada orang-orang ber-

dosa, atas nama Tuhan . Darah itu berbicara tentang 

pengampunan bagi dosa-dosa mereka dan damai sejah-

tera bagi jiwa mereka. Darah ini meminta ketaatan mut-

lak, kasih terdalam, dan ungkapan terima kasih mereka. 

III. sesudah  menekankan pentingnya ketekunan dengan mengguna-

kan alasan yang diambil dari hakikat keadaan jemaat Injil yang 

bersifat sorgawi, Rasul Paulus menutup pasal ini dengan mene-

rapkan penjelasannya itu dengan cara yang sesuai (ay. 25): Jaga-

lah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman, yang ber-

firman melalui darah-Nya. Ia tidak sekadar berbicara dengan cara 

yang berbeda dengan darah Habel yang berbicara dari dalam 

tanah, namun  lebih dibandingkan  cara Tuhan  berbicara melalui para 

malaikat dan melalui Musa di atas gunung Sinai. Jika dahulu Ia 

berbicara di bumi, sekarang Ia berbicara dari sorga. Amatilah di 

sini, 

1. saat  Tuhan  berbicara kepada manusia dengan cara yang ter-

amat luar biasa, sudah sepantasnyalah Ia mengharapkan per-

hatian dan rasa hormat sepenuh-sepenuhnya pula dari mere-

ka. Nah, dalam Injil inilah Tuhan  sekarang berbicara kepada 

manusia dengan cara yang teramat luar biasa. Sebab, 

(1) Sekarang Ia berbicara dari takhta dan singgasana yang 

lebih agung, bukan dari gunung Sinai yang berada di bumi, 

melainkan dari sorga. 

(2) Sekarang Ia berbicara lebih langsung melalui firman-Nya 

yang diilhamkan-Nya dan melalui Roh-Nya, yang menjadi 

saksi-saksi-Nya. Sekarang Ia tidak menyampaikan hal baru 

kepada manusia, namun  menyampaikan firman yang sama 

langsung kepada hati nurani melalui Roh-Nya. 

(3) Sekarang Ia berbicara dengan lebih penuh kuasa dan ber-

hasil. Dahulu, suara-Nya mengguncang bumi, namun  seka-

rang, dengan memperkenalkan pemerintahan Injil, Ia tidak 


 260

saja mengguncang bumi, namun  juga langit. Ia tidak saja 

mengguncang bukit-bukit dan gunung-gunung, atau roh-

roh manusia, atau pemerintahan negeri Kanaan untuk me-

nyediakan tempat bagi umat-Nya. Ia tidak saja menggun-

cang dunia, seperti yang dilakukan-Nya dahulu kala, namun  

juga mengguncang jemaat, yakni bangsa Yahudi. Ia meng-

guncang mereka dalam pemerintahan jemaat mereka yang 

pada zaman Perjanjian Lama merupakan sorga di bumi. 

Sekarang pemerintahan rohani sorgawi merekalah yang 

diguncang oleh-Nya. Melalui Injil dari sorgalah Tuhan  meng-

guncang dan memorakporandakan pemerintahan masyara-

kat dan gerejawi bangsa Yahudi, dan memperkenalkan 

sebuah pemerintahan jemaat yang baru yang tidak bisa 

disingkirkan dan tidak akan pernah tergantikan dengan 

yang lain di bumi, namun  akan tinggal tetap sampai menjadi 

sempurna di sorga. 

2. saat  Tuhan  berbicara kepada manusia dengan cara yang ter-

amat luar biasa, kesalahan orang-orang yang menolak-Nya 

menjadi semakin besar, dan hukuman mereka akan semakin 

tidak terelakkan dan tidak tertahankan. Tidak ada lagi cara 

untuk menghindari atau menanggungnya (ay. 25). Cara lain 

Tuhan  menangani manusia di bawah Injil, yakni dengan cara 

kasih karunia, meyakinkan kita bahwa Ia akan berurusan 

dengan para penghina Injil dengan cara yang berbeda dengan 

orang lain, yakni melalui penghukuman. Kemuliaan Injil, yang 

harus mendapat perhatian kita sepenuhnya, tampak melalui 

tiga hal berikut: 

(1) Melalui bunyi sangkakala Injillah pengaturan dan pemerin-

tahan jemaat Tuhan  yang lama telah diguncangkan dan 

disingkirkan. Jadi, akankah kita menghina suara Tuhan  

yang telah meruntuhkan jemaat dan pemerintahan yang 

telah berdiri begitu lama dan dibangun sendiri oleh Tuhan ? 

(2) Melalui bunyi sangkakala Injillah sebuah kerajaan baru 

telah ditegakkan bagi Tuhan  di dunia, kerajaan yang tidak 

akan pernah dapat diguncangkan sehingga tersingkir. Ini 

merupakan perubahan yang dibuat satu kali dan untuk 

selamanya. Tidak ada kerajaan lain yang mampu meng-

ambil alih tempatnya sampai langit hilang lenyap. Sekarang 

Surat Ibrani 12:18-29 

 261 

kita telah menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, 

tidak akan pernah tersingkirkan, dan tidak akan pernah 

memberi jalan kepada perjanjian baru mana pun. Sekarang 

kanon Kitab Suci sudah sempurna, Roh nubuat akan ber-

akhir, rahasia Tuhan  sudah selesai, Ia telah mengakhirinya. 

Jemaat Injil boleh diperbesar, lebih berhasil, dan lebih di-

murnikan dari pencemaran yang telah terjadi, namun  tidak 

akan pernah diubah untuk digantikan dengan pengaturan 

yang lain. Orang-orang yang binasa di bawah Injil, binasa 

tanpa obat penawar. Oleh sebab itulah Rasul Paulus meng-

akhiri dengan tepat, 

[1] Betapa pentingnya bagi kita untuk mengucap syukur dan 

beribadah kepada Tuhan . Jika kita tidak diterima Tuhan  di 

bawah pengaturan ini, kita tidak akan pernah diterima 

sama sekali. Kita akan kehilangan seluruh jerih payah 

kita dalam beragama jika  kita tidak diterima Tuhan . 

[2] Ibadah kita kepada Tuhan  tidak akan dapat diterima, 

kecuali kita menyembah Dia dengan hormat dan takut. 

Sama seperti halnya iman, rasa takut yang kudus 

diperlukan agar penyembahan dapat diterima. 

[3] Hanya kasih karunia Tuhan  sajalah yang memampukan 

kita menyembah Tuhan  dengan cara yang benar. Alam tidak 

dapat menggantikannya, sebab  alam tidak dapat meng-

hasilkan iman yang berharga ataupun rasa takut kudus 

yang dibutuhkan agar penyembahan dapat diterima. 

[4] Tuhan  yaitu  Tuhan  yang sama, yang adil dan benar baik 

di bawah Injil maupun di bawah hukum Taurat. Meski-

pun Dia yaitu  Tuhan  kita di dalam Kristus, dan seka-

rang berurusan dengan kita dengan cara yang lebih 

ramah dan penuh kasih, namun Ia tetap juga api yang 

menghanguskan. Artinya, Dia yaitu  Tuhan  yang tegas 

dan adil, yang akan membalas dendam terhadap semua 

orang yang menghina kasih karunia-Nya dan yang 

murtad. Di bawah Injil, keadilan Tuhan  diperlihatkan 

dengan cara yang lebih mengerikan, meskipun tidak ter-

lihat dan dirasakan seperti di bawah hukum Taurat. Se-

babnya yaitu  sebab  sekarang kita melihat keadilan 

ilahi telah dijatuhkan ke atas Tuhan Yesus Kristus, yang 

menjadikan diri-Nya korban pendamaian, menjadikan 


 262

jiwa dan tubuh-Nya korban persembahan bagi dosa, yang 

memperlihatkan suatu tindakan keadilan yang jauh me-

lampaui apa yang pernah dilihat dan didengar di gunung 

Sinai saat  hukum Taurat diberikan. 

PASAL 1 3  

asul Paulus telah banyak membahas tentang Kristus, tentang 

iman, tentang anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, ten-

tang hak-hak istimewa Injil, dan memperingatkan orang Ibrani ter-

hadap kemurtadan. Sekarang, sebagai penutup dari semuanya itu, ia 

menasihatkan mereka beberapa  kewajiban yang sangat baik, sebagai 

buah yang benar dari iman (ay. 1-17). Sesudah itu, Rasul Paulus me-

mohon supaya mereka mendoakan dirinya, dan ia sendiri meman-jat-

kan doa-doanya kepada Tuhan  bagi mereka. Ia juga membangkitkan 

harapan mereka bahwa mereka dapat berjumpa dengan dia dan 

Timotius, dan sesudah itu mengakhiri suratnya dengan salam dan 

berkat kepada mereka semua (ay. 18, sampai selesai).

 

Berbagai-bagai Kewajiban 

(13:1-17) 

1 Peliharalah kasih persaudaraan! 2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan 

kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak 

diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat. 3 Ingatlah akan orang-orang 

hukuman, sebab  kamu sendiri juga yaitu  orang-orang hukuman. Dan 

ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, sebab  

kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini. 4 Hendaklah kamu semua penuh 

hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat 

tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Tuhan . 5 Jangan-

lah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang 

ada padamu. sebab  Tuhan  telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan mem-

biarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” 6 Se-

bab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan yaitu  Penolongku. Aku 

tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”           

7 Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman 

Tuhan  kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman 

mereka. 8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan 

sampai selama-lamanya. 9 Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai 

ajaran asing. Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan 

kasih karunia dan bukan dengan pelbagai makanan yang tidak memberi 


 264

faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu.   

10 Kita memiliki  suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah 

tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. 11 sebab  tubuh binatang-

binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar 

sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. 12 Itu jugalah 

sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan 

umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. 13 sebab  itu marilah kita pergi kepada-

Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. 14 Sebab di sini kita 

tidak memiliki  tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan 

datang. 15 Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan kor-

ban syukur kepada Tuhan , yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.       

16 Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kor-

ban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan . 17 Taatilah pemim-

pin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga 

atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. 

Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan 

keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.  

Tujuan Kristus menyerahkan diri-Nya untuk kita yaitu  supaya Ia 

dapat membeli bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang 

rajin berbuat baik. Nah, Rasul Paulus memanggil orang-orang Ibrani 

yang percaya untuk melaksanakan berbagai kewajiban yang sangat 

baik, sebab  sudah sepantasnya jika  orang Kristen unggul di 

dalam hal-hal ini . 

I. Untuk memelihara kasih persaudaraan (ay. 1). Dengan ini yang 

dimaksudkannya bukan hanya kasih secara umum kepada semua 

orang, yang secara alami yaitu  saudara-saudara kita, yang 

semuanya diciptakan dengan darah yang sama. Kasih ini juga 

bukan kasih dalam makna lebih terbatas yang pantas diberikan 

kepada mereka yang seayah seibu dengan kita, melainkan juga 

kasih secara rohani dan khusus yang harus hidup di tengah 

anak-anak Tuhan . 

1. Di sini, orang-orang Ibrani dipandang telah memiliki kasih per-

saudaraan ini seorang kepada yang lain. Sekalipun pada masa 

ini  bangsa Ibrani mengalami perpecahan dan kekacauan 

berat di antara mereka, baik mengenai berbagai macam per-

soalan keagamaan maupun dalam hidup bermasyarakat, na-

mun masih ada kasih persaudaraan sejati yang ada  di 

antara orang-orang yang percaya kepada Kristus. Ini tampak 

dengan sangat jelas segera sesudah Roh Kudus dicurahkan, 

saat  mereka menjadikan segala sesuatu kepunyaan mereka 

bersama, dan menjual harta milik mereka untuk mengumpul-

kan uang guna menopang hidup saudara-saudara mereka

Surat Ibrani 13:1-17 

 265 

seiman. Semangat Kekristenan yaitu  semangat kasih. Iman 

bekerja melalui kasih. Ibadah yang sejati yaitu  ikatan persa-

habatan yang paling kuat. Jika tidak demikian, maka percuma 

saja mereka menyandang nama Kristen. 

2. Kasih persaudaraan ini terancam lenyap, dan ini terjadi di 

masa aniaya, yang justru paling dibutuhkan pada saat-saat 

ini . Ini terjadi sebab  berbagai perselisihan di antara 

orang-orang Ibrani mengenai apakah mereka masih harus 

menghormati upacara-upacara di dalam hukum Musa atau 

tidak. Perselisihan tentang agama terlalu sering berakibat pada 

membusuknya kasih Kristen. Walau begitu, ini harus dicegah, 

dan segala cara yang pantas harus dipakai untuk memelihara 

kasih persaudaraan. Orang Kristen harus selalu mengasihi 

dan hidup sebagai saudara. Semakin mereka bertumbuh di 

dalam kasih yang tulus kepada Tuhan  Bapa mereka di sorga, 

maka semakin pula mereka bertumbuh di dalam kasih satu 

dengan yang lain oleh sebab  Dia. 

II. Untuk saling memberi tumpangan. Jangan kamu lupa memberi 

tumpangan kepada orang (ay. 2). Kita harus menambahkan ke-

pada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Di 

sini perhatikanlah,  

1. Tugas apa yang diwajibkan, yaitu memberi tumpangan kepada 

orang, baik orang di luar bangsa Israel, maupun orang yang 

tidak kita kenal, khususnya orang-orang yang menyadari bah-

wa diri mereka yaitu  orang asing di dunia ini dan sedang 

mencari negeri yang lain. Sebab itulah yang dialami oleh umat 

Tuhan , dan demikianlah yang terjadi pada zaman itu, saat  

orang Yahudi yang percaya sedang dalam keadaan putus asa 

dan tertekan. Namun, agaknya Rasul Paulus berbicara menge-

nai orang dalam artian orang asing itu sendiri. Sekalipun kita 

tidak tahu siapa mereka, atau dari mana asal mereka, namun 

saat  melihat bahwa mereka tidak memiliki  tempat tinggal, 

kita harus memberi  tempat bagi mereka di hati kita dan di 

rumah kita, saat  kita memiliki kesempatan dan kemampuan 

untuk itu. 

2. Maksud dari kewajiban itu. Sebab dengan berbuat demikian 

beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu 

malaikat-malaikat. Itulah yang dialami oleh Abraham (Kej. 18) 


 266

dan Lot (Kej. 19), dan salah satu yang dijamu oleh Abraham 

yaitu  Anak Tuhan . Sekalipun kita tidak dapat menjamin bah-

wa kita akan mengalaminya, namun saat  kita berbuat demi-

kian terhadap orang asing, sebab  taat kepada Tuhan , maka Ia 

akan menganggap dan membalas perbuatan itu sebagai per-

buatan yang dilakukan terhadap diri-Nya sendiri (Mat. 25:35). 

saat  Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan. Tuhan  

sudah sering mengaruniakan kehormatan dan perkenan ke-

pada para hamba-Nya yang suka memberi tumpangan, melam-

paui segala pemikiran mereka, dengan tidak diketahui mereka. 

III. Untuk menjadi orang Kristen yang penuh berbela rasa. Ingatlah 

akan orang-orang hukuman (ay. 3). Di sini perhatikanlah, 

1. Tugas yang dimaksud, yaitu mengingat akan orang-orang hu-

kuman dan yang diperlakukan sewenang-wenang. 

(1) Tuhan  sering mengatur sedemikian rupa supaya sementara 

sebagian orang Kristen dan gereja-gereja diperlakukan se-

wenang-wenang, yang lainnya justru menikmati kedamaian 

dan kebebasan. Semua orang tidak dipanggil secara ber-

samaan untuk bertahan sampai titik darah penghabisan. 

(2) Orang-orang yang hidup dalam kebebasan harus berbela 

rasa terhadap mereka yang sedang menjalani hukuman 

dan diperlakukan sewenang-wenang, seakan-akan mereka 

sendiri juga sedang dihukum bersama-sama dengan orang-

orang itu. Mereka harus turut merasakan penderitaan sau-

dara-saudara mereka. 

2. Alasan mengapa tugas itu diberikan. sebab  kamu sendiri juga 

masih hidup di dunia ini (KJV: juga hidup di dalam tubuh itu – 

pen.). Mereka tidak hanya masih ada di dalam tubuh secara 

jasmani, yang kemungkinannya bisa mengalami penderitaan 

serupa, sehingga sekarang kita harus bersimpati terhadap 

mereka supaya orang lain juga bersimpati terhadap kita saat  

masa pencobaan kita sendiri tiba, namun  juga ada di dalam 

tubuh rohani yang sama, di bawah kepala yang sama. Jika 

satu anggota menderita, semua anggota turut menderita (1Kor. 

12:26). Tidak wajar jika  orang Kristen tidak saling ber-

tolong-tolongan menanggung beban mereka. 

Surat Ibrani 13:1-17 

 267 

IV. Untuk hidup murni dan suci (ay. 4). Di sini disampaikan, 

1. Suatu anjuran untuk menaati ketetapan Tuhan  tentang per-

kawinan. Perkawinan yaitu  sesuatu yang terhormat dalam 

segala hal (KJV), dan harus dipandang hormat oleh semua 

orang, dan tidak dilarang bagi orang yang baginya Tuhan  tidak 

melarang. Perkawinan yaitu  hal yang terhormat, sebab Tuhan , 

yang mengetahui bahwa tidak baik jika manusia itu sendirian 

saja, telah menetapkannya bagi manusia di Firdaus. Tuhan  

mempersatukan dan memberkati pasangan yang pertama itu, 

orangtua yang pertama dari umat manusia, sebagai petunjuk 

kepada semua orang untuk berpaling kepada Tuhan  dalam 

urusan yang sangat penting ini, dan supaya mereka menikah 

di dalam Tuhan. Kristus menunjukkan hormat-Nya pada per-

kawinan melalui kehadiran-Nya dan mujizat-Nya yang per-

tama. Perkawinan yaitu  hal yang terhormat, menjadi sarana 

untuk menghindari ketidakmurnian dan ranjang yang terce-

mar. Perkawinan yaitu  hal yang terhormat dan membahagia-

kan, saat  orang-orang dipersatukan dalam keadaan murni 

dan suci. Perkawinan juga menjaga supaya ranjang perkawin-

an jangan sampai menjadi cemar, tidak saja dari hubungan 

yang terlarang namun  juga dari cinta yang tidak wajar dan ber-

lebih-lebihan.  

2. Teguran yang menakutkan namun  adil terhadap ketidakmurni-

an dan kekejian. Orang-orang sundal dan pezinah akan diha-

kimi Tuhan . 

(1) Tuhan  tahu siapa yang bersalah atas dosa-dosa semacam 

itu, tidak ada kegelapan yang dapat menyembunyikan hal 

itu dari-Nya. 

(2) Tuhan  akan menyebutkan dosa-dosa semacam itu apa ada-

nya menurut namanya. Tuhan  tidak akan menyebutnya se-

bagai cinta dan sikap kesatria, melainkan sebagai persun-

dalan dan perzinahan. Sundal jika dilakukan seorang la-

jang, dan zinah jika dilakukan orang yang sudah menikah. 

(3) Tuhan  akan menghukum mereka, Ia akan menghakimi me-

reka. Tuhan  menghukum dengan hati nurani mereka sendiri 

di dunia ini, dan membawa dosa-dosa mereka ke hadapan 

mereka untuk mempermalukan mereka dengan amat 

sangat (hati nurani, saat  tersadar, akan berakibat sangat 


 268

keras terhadap para pendosa yang demikian). Atau, Ia akan 

memperhadapkan mereka pada pengadilan-Nya saat  me-

reka mati, dan pada hari terakhir. Ia akan menghakimi me-

reka, menghukum mereka, dan membuang mereka untuk 

selamanya, jika  mereka mati di dalam dosa ini. 

V. Untuk menjadi orang Kristen yang mencukupkan diri apa adanya 

(ay. 5-6). Di sini perhatikanlah, 

1. Dosa yang bertentangan dengan anugerah dan kewajiban ini, 

yaitu menjadi hamba uang. Menjadi hamba uang berarti memi-

liki keinginan atau nafsu yang berlebihan terhadap kekayaan 

dunia ini, mencemburui orang-orang yang memiliki  lebih 

banyak dibandingkan  kita. Kita tidak boleh memberi tempat kepada 

dosa ini di dalam tindak-tanduk kita, sebab  sekalipun ini 

yaitu  nafsu tersembunyi yang bercokol di dalam hati, jika  

tidak ditaklukkan maka ia akan memasuki tindak-tanduk kita, 

dan muncul di dalam perkataan dan perbuatan kita. Kita ha-

rus berusaha untuk tidak saja menundukkan dosa ini, namun  

juga mencabutnya dari jiwa kita. 

2. Kewajiban dan anugerah yang bertentangan dengan sikap 

memperhambakan diri terhadap uang, yaitu merasa puas dan 

senang dengan apa yang ada pada kita, yaitu segala sesuatu 

yang ada sekarang, sebab hal-hal yang sudah lalu tidak dapat 

dikembalikan, sedang  hal-hal yang akan datang berada di 

tangan Tuhan . Kita harus mencukupkan diri dengan apa yang 

diberikan Tuhan  kepada kita hari demi hari, sekalipun itu ma-

sih kurang baik bila dibandingkan dengan apa yang telah kita 

nikmati sebelumnya, dan sekalipun itu tidak sesuai dengan 

apa yang kita harapkan untuk masa depan. Kita harus mencu-

kupkan diri dengan bagian kita saat ini. Kita harus mengarah-

kan pikiran kita pada keadaan kita yang sekarang, dan inilah 

cara yang ampuh supaya kita merasa puas. Orang yang tidak 

dapat berbuat demikian tidak akan merasa puas sekalipun 

Tuhan  memperbaiki keadaan mereka sesuai dengan apa yang 

mereka pikirkan, sebab  seiring dengan membaiknya keadaan 

mereka, maka pikiran mereka juga menghendaki lebih lagi. 

Haman sudah menjadi kesayangan raja, namun  masih belum 

puas. Ahab sudah menduduki takhta, namun  masih belum 

puas. Adam sudah hidup di Firdaus, namun  masih belum puas. 

Surat Ibrani 13:1-17 

 269 

Bahkan, para malaikat sudah tinggal di sorga, namun  masih 

belum puas. Namun Paulus, sekalipun dihina dan tidak punya 

apa-apa, telah belajar mencukupkan diri dalam setiap keada-

an, dalam segala keadaan. 

3. Mengapa orang Kristen harus mencukupkan diri dengan ke-

adaan mereka. 

(1) Tuhan  telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiar-

kan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan 

engkau” (ay. 5-6). Ini dikatakan kepada Yosua (Yos. 1:5), 

namun  perkataan ini berlaku bagi semua hamba Tuhan  yang 

setia. Janji-janji di dalam Perjanjian Lama dapat diterap-

kan kepada orang-orang kudus zaman Perjanjian Baru. 

Janji ini mengandung inti dan merupakan hakikat dari 

semua janji Tuhan . Aku sekali-kali tidak akan, tidak, tidak 

akan membiarkan engkau, ataupun sekali-kali meninggal-

kan engkau. Di sini ada  tidak kurang dari lima ung-

kapan negatif sekaligus, untuk menegaskan janji itu. Orang 

percaya yang sejati akan mengalami penyertaan Tuhan  yang 

penuh dengan kemurahan semasa ia hidup, saat  ia mati, 

dan untuk selama-lamanya. 

(2) Dari janji yang bersifat luas dan mencakup semuanya ini, 

orang Kristen boleh yakin bahwa mereka beroleh pertolong-

an dari Tuhan . Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: 

“Tuhan yaitu  Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah 

yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (ay. 6). Ma-

nusia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Tuhan , dan Tuhan  

dapat membuat apa saja yang dilakukan orang terhadap 

umat-Nya berbalik menjadi kebaikan bagi umat-Nya itu. 

VI. Untuk membalas kebaikan hamba-hamba Tuhan yang sudah me-

layani mereka, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup. 

1. Kepada para pelayan Tuhan yang sudah mati. Ingatlah akan 

pemimpin-pemimpin kamu (ay. 7). Di sini perhatikanlah, 

(1) Gambaran yang diberikan tentang para pelayan Tuhan ini. 

Mereka yaitu  orang-orang yang memiliki kuasa atas orang 

Kristen dan telah menyampaikan firman Tuhan  kepada 

mereka. Tampak di sini sejauh mana kehormatan mereka, 

sebagai pemimpin dan penguasa atas jemaat, bukan menu-


 270

rut kehendak mereka sendiri, melainkan menurut kehen-

dak dan firman Tuhan . Dan jabatan ini mereka penuhi de-

ngan tugas yang sesuai. Mereka tidak memimpin dari jauh, 

dan memimpin melalui orang lain, namun  mereka memimpin 

dengan langsung hadir dan mengajar, menurut firman 

Tuhan .  

(2) Kewajiban yang harus dilaksanakan kepada para pelayan 

Tuhan, sekalipun mereka sudah mati. 

[1] “Ingatlah akan mereka. Ingatlah akan pemberitaan me-

reka, doa mereka, nasihat yang mereka berikan secara 

perseorangan, dan teladan mereka.” 

[2] “Contohlah iman mereka. Tetaplah teguh di dalam peng-

akuan iman yang mereka beritakan kepadamu, dan be-

kerjalah menurut anugerah iman yang mereka pegang 

dengan begitu baik selama hidup ataupun saat  mati. 

Perhatikanlah akhir hidup mereka, betapa cepat, betapa 

tenang, betapa penuh sukacita, mereka menyelesaikan 

perjalanan mereka!” Sekarang, kewajiban untuk men-

contoh iman sejati yang sama yang telah diajarkan 

kepada mereka, dijabarkan seluas-luasnya oleh Rasul 

Paulus. Ia juga sungguh-sungguh mendorong mereka 

untuk melakukan kewajiban ini , bukan hanya 

untuk mengenang para pembimbing setia mereka yang 

sudah almarhum itu, namun  juga sebab  beberapa mak-

sud yang lain. 

Pertama, sebab  keteguhan dan kekekalan Tuhan 

Yesus Kristus. Meskipun beberapa dari hamba Tuhan 

yang melayani mereka sudah mati, sedang  yang 

lainnya akan segera mengikuti, namun kepala agung 

dan imam besar jemaat, pemelihara jiwa mereka, tetap 

hidup, dan tetap sama. sebab  itu, mereka harus teguh 

dan tidak tergoyahkan dalam meneladani Kristus, dan 

harus ingat bahwa Kristus hidup selamanya untuk 

mengawasi dan memberi  upah atas ketaatan orang-

orang yang setia kepada kebenaran-Nya, dan untuk 

mengawasi serta menjatuhkan hukuman atas kemur-

tadan penuh dosa yang mereka lakukan terhadap-Nya. 

Kristus tetap sama di zaman Perjanjian Lama, di zaman 

Surat Ibrani 13:1-17 

 271 

Injil, dan akan tetap sama bagi umat-Nya untuk se-

lama-lamanya. 

Kedua, sebab  sifat dan kecenderungan ajaran-ajaran 

yang keliru, yang mengancam untuk menjebak mereka. 

a. Ajaran-ajaran itu memiliki berbagai rupa dan ragam 

(ay. 9), berbeda dengan apa yang telah mereka teri-

ma dari para pengajar mereka terdahulu yang  setia. 

Selain itu, isi dari ajaran-ajaran itu sendiri tidak 

saling bersesuaian. 

b. Ajaran-ajaran ini  yaitu  ajaran asing. Hal-hal 

yang tidak dikenal oleh gereja Injil yaitu  asing bagi 

Injil. 

c. Ajaran-ajaran itu bersifat mengguncang dan mem-

bingungkan, seperti angin yang membuat kapal ter-

ombang-ambing, terancam terseret dari tempatnya 

membuang sauh, terbawa arus, dan pecah mena-

brak batu karang. Ajaran-ajaran ini sangat berten-

tangan dengan kasih karunia Tuhan  yang memantap-

kan dan menguatkan hati, yang merupakan sesuatu 

yang baik. Ajaran-ajaran asing ini membuat hati 

terus bergejolak dan tidak tenang. 

d. Isi dari ajaran-ajaran ini remeh dan tidak penting. Ajar-

annya berbicara tentang hal-hal yang lahiriah, sepele, 

dan tidak kekal, seperti makanan minuman, dst. 

e. Ajaran-ajaran ini tidak berfaedah. Orang-orang yang 

sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran ini, dan men-

jalankannya, tidak memperoleh manfaat apa-apa 

bagi jiwa mereka dari ajaran ini . Semua ajaran 

itu tidak membuat mereka menjadi lebih kudus, 

ataupun lebih rendah hati, ataupun lebih bersyukur, 

atau lebih saleh. 

f. Ajaran-ajaran itu akan menghalangi orang-orang 

yang menerimanya memperoleh hak-hak istimewa 

dari mezbah orang Kristen (ay. 10). Kita memiliki  

suatu mezbah. Ini merupakan sebuah alasan yang 

amat berbobot, sehingga Rasul Paulus berbicara 

lebih banyak tentang hal ini. Perhatikanlah, 


 272

(a) Gereja Kristen memiliki mezbahnya sendiri. Ada 

yang menuding orang Kristen mula-mula bahwa 

jemaat mereka tidak memiliki mezbah, namun  ini 

tidak benar. Kita memiliki  suatu mezbah, bu-

kan mezbah bendawi, melainkan berupa seorang 

pribadi, yaitu Kristus. Ia yaitu  mezbah kita, se-

kaligus korban persembahan kita. Ia mengudus-

kan persembahan kita. Mezbah-mezbah di dalam 

Perjanjian Lama merupakan perlambang Kristus. 

Mezbah tembaga melambangkan korban, sedang-

kan mezbah emas melambangkan syafaat-Nya. 

(b) Mezbah ini menyediakan perjamuan bagi orang-

orang percaya yang sejati, sebuah perjamuan 

dengan hidangan korban persembahan,  suatu 

perjamuan dengan masakan yang bergemuk, ke-

kuatan dan pertumbuhan rohani, serta kesukaan 

dan kenikmatan yang kudus. Meja Tuhan bukan-

lah mezbah kita, namun  di atasnya disajikan hi-

dangan dari mezbah. Sebab anak domba Paskah 

kita juga telah disembelih, yaitu Kristus (1Kor. 

5:7), yang dilanjutkan dengan ucapan, sebab  itu 

marilah kita berpesta. Perjamuan Tuhan yaitu  

perjamuan Paskah Injil.  

(c) Barangsiapa setia terhadap ketetapan Imamat 

atau Kemah Suci, atau berbalik kepadanya, meng-

halangi diri mereka sendiri dari hak-hak istimewa 

mezbah ini, dari berbagai keuntungan yang telah 

dibeli oleh Kristus. Jika mereka melayani Kemah 

Suci, maka mereka telah memutuskan untuk 

tunduk kepada ritual dan upacara yang sudah 

usang, dan menolak hak mereka terhadap mezbah 

Kristen. Mengenai pernyataan ini, Rasul Paulus 

mula-mula membuktikannya terlebih dahulu, 

baru kemudian memanfaatkannya. 

[a] Ia membuktikan bahwa ketaatan mutlak sese-

orang terhadap keyahudiannya ini menjadi 

penghalang untuk mendapatkan hak-hak isti-

mewa dari mezbah Injil. Alasan yang dikemu-

kakannya yaitu  sebagai berikut. Di bawah 

Surat Ibrani 13:1-17 

 273 

hukum Yahudi, tidak ada bagian dari korban 

penghapus dosa yang boleh dimakan. Semua-

nya harus dibakar di luar perkemahan saat  

mereka masih tinggal di dalam kemah, dan di 

luar gerbang saat  mereka tinggal di kota-

kota. Nah, jika  mereka masih mau tunduk 

kepada hukum itu, maka mereka tidak dapat 

makan di mezbah Injil. Sebab, apa yang dima-

kan di sana dihidangkan dari Kristus, yang me-

rupakan korban penghapus dosa yang agung. 

Makanan ini  bukanlah korban penghapus 

dosa itu sendiri, seperti yang dikatakan oleh 

para pengikut dari golongan tertentu, sebab 

bila demikian, maka makanan itu tidak boleh 

dimakan, melainkan harus dibakar. Sebalik-

nya, perjamuan Injil merupakan buah dan 

hasil dari korban persembahan. Barangsiapa 

tidak mengakui korban itu sendiri, tidak ber-

hak menikmati perjamuan. Selain itu, supaya 

tampak bahwa sesungguhnya Kristus yaitu  

penggenapan atas korban penghapus dosa, dan 

sehingga, Ia dapat menguduskan atau men-

tahirkan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri, 

maka Ia menjadikan diri-Nya serupa dengan 

perlambang itu, dengan menderita di luar 

gerbang. Ini yaitu  contoh yang mencengang-

kan tentang penghinaan-Nya, seolah-olah Ia 

tidak pantas baik untuk kalangan orang kudus 

maupun orang biasa! Ini juga menunjukkan 

bagaimana dosa, yang menjadi sebab meng-

apa Kristus menderita, merupakan penyebab 

hilangnya segala hak baik dalam hal kero-

hanian maupun dalam kehidupan sehari-hari, 

serta menjadikan orang yang berdosa itu se-

bagai penyakit dan rongrongan bagi semua 

orang, jika Tuhan  keras dalam mengingat-ingat 

kesalahan-kesalahan. Maka, sesudah  menun-

jukkan bahwa ketaatan terhadap hukum Ima-

mat, sekalipun dilakukan sesuai dengan per-


 274

aturan hukum itu sendiri, akan menghalangi 

orang dari mezbah Kristen, Rasul Paulus me-

lanjutkan,  

[b] Dengan menggunakan pendapat ini (ay. 13-

15) untuk memberi  nasihat yang sesuai.  

Pertama, marilah kita pergi kepada-Nya di 

luar perkemahan.  Pergi dari hukum upacara, 

dari dosa, dari dunia, dari diri kita sendiri, 

dari tubuh kita, saat  Dia memanggil kita.  

Kedua, Marilah kita rela menanggung kehi-

naan-Nya, rela dipandang terbuang dari sega-

la sesuatu, tidak layak hidup, tidak layak 

mati dengan cara biasa. Ini yaitu  kehinaan-

Nya, dan kita harus menerimanya. Ki