• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label selibat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label selibat. Tampilkan semua postingan

selibat

 


Republika Co.id. Milan dalam sebuah laporan baru, Paus 

Benediktus XVI dilaporkan memutuskan mengundurkan diri sebagai 

pemimpin Gereja Katolik karena telah mecnganalisis kasus skandal seks 

pasangan sesama jenis dan korupsi di Vatikan. Pada 11 Februari 2013, 

Paus Benediktus XVI mengumumkan dia akan resmi mundur dari 

jabatannya pada 28 Februari. Alasannya, dia tidak lagi mampu 

melaksanakan tugas karena usia lanjut. Mengutip sumber tanpa nama, 

sebuah laporan yang diterbitkan surat kabar Italia, La Repubblica pada 

Kamis (21/2) waktu setempat, menyebut paus memutuskan mundur 

setelah penyelidikan internal gereja dilakukan. 

Dalam penyelidikan itu dilaporkan tentang serangkaian 

pemerasan dan seks gay yang tersembunyi di Vatikan. Dilansir Press 

TV, laporan tersebut menyatakan tiga kardinal termasuk mantan kepala 

dinas rahasia Vatikan diminta untuk memverifikasi tuduhan 

penyalahgunaan keuangan, nepotisme, dan korupsi. Pengungkapan 

skandal tersebut sebagai Vatileaks. Menurut laporan tersebut, tiga 

kardinal melaporkan temuan mereka kepada paus pada 17 Desember 

2012 dalam laporan setebal 300 halaman. Laporan itu berisi peta 

kejahatan dalam tubuh Vatikan. Pada hari itu, dengan kertas-kertas di 

mejanya, Paus Benediktus XVI mengambil keputusan, dia merenungkan 

begitu lama, ungkap laporan dalam surat kabar tersebut. Vatileaks

terungkap pada Januari 2012 ketika serangkaian dokumen internal bocor 

ke media Italia. Setelah kejadian tersebut, wartawan Italia, Gianluigi 

Nuzzi memicu perhatian publik dengan sebuah buku berjudul His 

Holiness. Buku tersebut menjelaskan perebutan kekuasaan di Vatikan 

dengan menghadirkan dokumen rahasia dan surat-surat rahasia yang 

ditujukan dan juga berasal dari paus serta sekretaris pribadinya. 

Pada Mei 2012, otoritas Vatikan menangkap Paolo Gabriele, 

pelayan paus karena dicurigai berada di balik kebocoran dokumen 

tersebut. Dia terancam 18 bulan penjara. Namun, dia kemudian diampuni. 

Laporan lain juga muncul di media Italia pada Juni 2012 yang 

menghubungkan Vatikan dengan kepala mafia Sisilia. Laporan tersebut 

muncul setelah Kepala Bank Vatikan, Ettore Gotti Tedeschi dipecat di 

tengah klaim perebutan kekuasaan dan korupsi di Vatikan. Dia diduga 

melakukan pencucian uang 

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Media. Media menuliskan 

: Skandal di Balik Pengunduran Diri Paus Jumat, 22 Februari 2013 | 

09:59 WIB. Paus Benediktus XVI menyampaikan pengunduran dirinya 

dalam pertemuan para kardinal di Vatikan, Senin (11/2), dalam foto yang 

dikeluarkan oleh Biro Pers Vatikan. Pengunduran diri ini baru pertama 

dari seorang paus selama hampir enam abad. 

Pernyataan di atas dipertegas dalam laporan Kompas. Roma, 

Kompas.com — Paus Benediktus XVI mengundurkan diri setelah sebuah 

investigasi internal memberitahu dia tentang sebuah jaringan pemerasan, 

korupsi, dan seks gay di Vatikan, demikian laporan media Italia, yang 

kemudian dikutip sejumlah media global, termasuk kantor berita Jerman, 

DPA, Kamis (21/2/2013). Laporan itu menyebutkan, tiga kardinal 

diminta Benediktus untuk memverifikasi berbagai tuduhan tentang penyelewengan keuangan, kronisme, dan korupsi yang terungkap dalam 

"sebuah peta rincian kejahatan dan ikan busuk" di dalam Takhta Suci, 

lapor harian Italia, La Repubblica. “Pada hari itulah, dengan berkas￾berkas itu ada di mejanya, Benediktus XVI membuat keputusan yang 

sudah begitu lama ia renungkan," lapor harian yang berhaluan kiri-tengah 

itu. Harian tersebut menyatakan, artikelnya itu merupakan yang pertama 

dari sebuah serial. Panorama, sebuah mingguan konservatif, tidak 

berspekulasi tentang motif di balik pengunduran diri Benediktus, tetapi 

laporannya tentang isi dokumen rahasia itu secara umum sama. 

Juru bicara Vatikan, Pater Federico Lombardi, menolak untuk 

"meladeni fantasi dan opini". Ia memperingatkan para wartawan, "Jangan 

mengharapkan komentar atau sanggahan dari apa yang telah dikatakan 

tentang isu itu." La Repubblica mengutip seorang pria yang digambarkan 

sebagai sangat dekat dengan para penulis laporan mengatakan, informasi 

itu mengandung "semua pelanggaran terkait perintah keenam dan tujuh" 

(dari 10 Perintah Tuhan), yang mengatakan, "kamu jangan berzina" dan 

"kamu jangan mencuri". Para kardinal itu dikatakan telah menemukan 

sebuah jaringan gay bawah tanah, yang para anggotanya mengadakan 

pertemuan seksual di beberapa tempat di Roma dan kota Vatikan, 

membuat mereka rentan terhadap pemerasan. Laporan rahasia itu juga 

menyelidiki sejumlah dugaan transaksi di Institute for Religious Works 

(IOR), bank Vatikan, yang pemimpinnya baru ditunjuk pekan lalu setelah 

mengalami kekosongan selama sembilan bulan, kata La Repubblica, 

tanpa memberikan rincian. Harian itu mengatakan, Benediktus secara 

pribadi akan menyerahkan file rahasia itu kepada penggantinya, dengan 

harapan si pengganti akan cukup "kuat, muda, dan suci" untuk 

mengambil tindakan yang diperlukan. Para penulis laporan rahasia itu 

tidak akan ikut serta dalam konklaf (sidang para kardinal untuk memilih 

paus) karena mereka telah berusia lebih dari 80 tahun, melewati batas 

usia yang ditentukan untuk bisa mengikuti pertemuan tersebut. Namun, 

Panorama mengatakan, mereka akan menginformasikan kepada para 

kardinal lain tentang apa yang mereka temukan. Menurut mingguan 

tersebut, seperti dikutip DPA, temuan para kardinal itu akan mewarnai 

suasana konklaf karena harus memilih paus yang kebal terhadap 

pemerasan, sehingga ia dapat memulai operasi pembersihan yang 

Benediktus percayakan kepada penggantinya. 

J

4

Jika dicermati masalah di atas, tentang serangkaian pemerasan 

dan seks serta jaringan gay bawah yang tersembunyi di Vatikan bukan hal 

baru dan aneh. Karena menurut Brenda (2011 :10 dan 23) pada abad 

kesepuluh dalam kekuasaan Paus ada yang dikenal dengan periode 

pornokrasi. Selama periode yang disebut pornokrasi kepausan pada awal 

abad ke-10, para paus telah dimanipulasi, dieskploitasi dan digerakkan 

untuk maksud-maksud keji oleh para kekasih gelap yang menggunakan 

mereka sebagai pion-pion dalam permainan kekuasaan mereka sendiri. 

Dengan sedikit pembenaran, inilah masa yang disebut Kekuasaan Para 

Pelacur. Kekuasan para pelacur ini oleh sebagian orang yang percaya , 

dengan alasan yang tepat, bahwa pada periode ini kepausan berada dalam 

genggaman tangan para pelacur. Sama seperti boneka-boneka yang 

benang-benangnya ditarik dengan rajin oleh Agiltrude, Para puas 

pornokrasi pun menjadi pasangan-pasangam antusias di dalam dekadensi 

dan kebejatan moral yang menjadi karakter dari era tak tahu malu dan 

yang memalukan ini. Sejarawan Lombardia dari abad kesepuluh dan 

Uskup Liutprand dari Cremona adalah seorang yang sangat anti Roma 

dan anti kepausan. Meskipun demikian terdapat lebih banyak kebenaran 

dalam penulisan bukunya Antapodosis, sebuah sejarah tentang kepausan 

dari tahun 866 hingga 950. Lombardia menuliskann bahwa mereka 

berburu dengan menunggang kuda yang berhiaskan emas, mengadakan 

pesta-pesta dengan berdansa bersama para gadis ketika perburuan usai 

dan beristirahat dengan para pelacur di atas ranjang-ranjang berselubung 

kain sutra dan sulaman-sulaman emas diatasnya. Semua Uskup Roma

telah menikah dan istri-istri mereka membuat pakaian-pakaian sutera dari 

jubah-jubah suci. Uskup Liutprand menjuluki Theodora dan Marozia 

sebagai dua wanita kerajaan yang menggairahkan, memerintah kepausan 

selama abad kesepuluh. Theodora adalah pelacur yang tak kenal 

malu….pada saat ….monarki satu-satunya dari Roma dan – meskipun 

memalukan untuk ditulis- mengendalikan kekuasaan seperti pria. Putri 

keduanya juga bernama Theodora, tidak dapat melepaskan diri dari 

kecaman, karena ia dan saudaranya juga dapat melebihi ibu mereka 

dalam melakukan kekuasaan atas nama cinta Venus. Mazoria memiliki 

memiliki kediaman di Isola Tiberina Roma, sebuah pulau di tengah￾tengah sungai Tibet di mana kesederhanaan dan moralitas tidaklah 

dikenal. Sebagian besar pengunjung kediaman Mazoria ini adalah parabangsawan muda dan berbagai pemuka agama termasuk uskup yang gaya 

hidupnya jauh dari gaya hidup ideal yang suci dari agama Kristen. Selain 

seks dan banyak prilaku seks, para pria ini juga tertarik untuk berburu 

babi hutan dan memelihara burung elang-hiburan standar bagi kaum 

menengah ke atas pada era abad pertengahan￾Disamping itu, masih menurut Brenda (2011 :10) Benekditus 

VIII salah satu Paus termuda, diperikan sebagai yang berpesta dalam 

kehancuran moral dan iblis dari neraka dalam samaran pendeta. Ia pun 

dituduh banyak melakukan perzinahan, pembunuhan dan tindakan￾tindakan keji lainnya. Kehidupan Benekditus seperti dituturkan Paus 

Viktor juga dituduh karena homoseksual dan bestialitas. 

Benediktus IX (1032-1046) yang dideskripsikan sebagai seorang yang 

keji, curang, buruk dan digambarkan sebagai iblis dari neraka yang 

menyamar sebagai pendeta. Dia juga menjual singgasana Santo Petrus 

kepada bapa baptisnya demi kekayaan berupa emas. Alexander IV (1492-

1503) adalah seorang yang melakukan tindakan seksual dengan siapa 

saja, praktek korup dan nepotisme.

Kalau dikaji lebih dalam apa sebenarya yang menyebabkan 

timbulnya praktek jaringan gay bawah tanah dan pesta seks (orgy) Roma. 

Asumsi sementara dari penulis karena Gereja Roma Katholik 

mengajarkan ajaran tentang Selibat. 

Selibat berasal dari bahasa Latin, yang berarti hidup tidak 

menikah. Dalam Konsili Vatikan II (dalam A. Heuken, l994: 9l) 

dikatakan hal ini sebagai pintu gerbang menuju kehidupan membiara 

(kaum rohaniawan), mereka hanya merindukan kedatangan Yesus selaku 

mempelainya yang tunggal. Ajaran selibat tidak dikenal dalam Perjanjian 

Lama, bahkan dalam Perjanjian Lama diperintahkan untuk 

memperbanyak keturunan. Dengan demikian dasar hukum selibat hanya 

terdapat dalam Perjanjian Baru, antara lain pada Matius l9: l2 dan surat 

Pertama Korintus 7: 32-35. Kemudian ajaran ini dipertegas kembali 

dalam dekrit Pertama Kanon 33 Sinode Elvira di Spanyol. “Kami 

menyatakan bahwa semua uskup, imam dan diakons dari seluruh klerus

(pejabat) yang terlibat dalam pelayanan dilarang sama sekali untuk hidup 

bersama dengan istrinya dan mengadakan anak. Siapa saja yang 

melanggar akan dipecat dari imamatnya. Sementara itu menurut Gerald 

O’ Collin (1996 : 291) Selibat berasal dari kata Celibacy, artinya hidup 

J

6

tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan. Biarawati –biarawati dan 

para rahib menyatakan pilihan hidup ini dalam kaul. tradisi Latin, selibat 

juga dituntut dari calon imam, diakon tetap tidak diperbolehkan menikah 

sesudah ditahbiskan (KHK) 247 :1037). Ada juga imam Katolik Timur 

yang menikah. Imam dan diakon ortodoks biasanya menikah, tetapi 

setelah ditahbiskan mereka tidak boleh menikah atau menikah kembali. 

Di Timur uskup harus menjalankan selibat.

Kemudian dalam paham Katolik, Yesus hanya mendirikan satu

gereja, dan Ia berjanji bahwa Gereja-Nya tidak akan dikuasai oleh maut 

(lih. Mat 16:18), artinya tidak akan disesatkan oleh Iblis hingga binasa. 

Yesus yang mengajarkan perkawinan adalah antara satu laki-laki dan satu 

perempuan, juga pasti akan menerapkan hal itu sendiri, ketika melalui 

Rasul Paulus, Ia mengatakan bahwa Ia adalah seumpama mempelai laki￾laki, dan gereja-Nya adalah mempelai perempuan (Ef 5:22-33). Sebelum 

sengsara-Nya, Ia juga berdoa kepada Allah Bapa, agar para rasul-Nya dan 

pengikut- mereka (yaitu semua sebagai anggota gereja-Nya) bersatu (Yoh 

17:20-23). Dan tentu kesatuan ini termasuk dan terutama dalam kesatuan 

baptisan dan kesatuan ajaran, sebagai pesan Yesus yang terakhir yang 

diberikan kepada para rasul-Nya sebelum Ia naik ke surga (lih. Mat 

28:19-20). Maka menjadi penting bagi umat Katolik untuk memahami 

kitab suci sesuai dengan pengajaran para rasul, agar kita dapat sungguh 

melaksanakan apa yang menjadi ajaran Kristus. 

Tetapi sepanjang sejarah Kepausan” (dalam A. Heuken, l994: 

l92) terdapat sejumlah paus yang menikah. Tercatat pada abad-abad 

pertama 37 orang paus menikah dan berumah tangga. Paus Hormisdas 

(5l4-523) adalah ayah dari Paus Silverius (536-537). Paus yang terakhir 

yang beristri adalah Andrianus II (867-872). Setelah itu masih ada paus 

yang berkeluarga sebelum ditahbiskan menjadi imam, lalu sesudahnya 

hidup berselibat. 

Kelihatannya ajaran selibat ini ada kemiripan dengan ajaran 

Budha tentang hidup membiara. Dalam KitabVinaya Pitaka (dalam Teja 

S.M. Rashid, l997: 42) dikatakan bahwa kehidupan para rahib ditandai 

oleh tiga hal, yaitu: kemiskinan, hidup membujang dan ahimsa (tanpa 

perkosaan). Dalam kitab Brahmajala Sutta terdapat sabda sang Budha 

tentang hal ini, “Tidak melakukan hubungan kelamin Samana Gautama hidup membujang, dia menjauhkan diri dari perbuatan ternoda dan tidak 

melakukan hubungan kelamin. 

Dengan demikian, Budha dan Paulus sama-sama mengajarkan 

ajaran tentang selibat, tetapi yang berbeda dari kedua adalah, jika Budha 

mengajarkan hidup membujang dan dia sendiri ternyata membujang, 

meski pun sebelumnya telah beristri. Sementara Paulus menurut Max I 

Dimont” (l993: l05) memang hidup membujang selamanya.

Abad gelap keangkuhan paus dan otortitas tertinggi gereja serta 

ambisi mereka akan kuasa tidak hanya menyisakan kisah sedih bagi 

Gereja Katolik di eropa Timur. Gereja Barat di bawah paus yang 

mengklaim bahwa dirinya mengambil keputusan selalu benar pun 

mengalami kegelapan dengan pemisahan yang diawali oleh Martin 

Luther di Wittenberg, Jerman. para pemimpin (Paus Leo X) gereja 

menurut Th. Van Den End (l987: l66) sedang membangun Gereja yang 

terbesar di dunia, yaitu Basilea Santo Petrus di Vatikan. Gedung itu 

dilengkapi dengan kubah yang terbesar dan agung di dunia. Kubah itu 

dirancang oleh Michelangelo, salah seorang tokoh high-Renaissans di 

Italia. Ketika gedung ini sedang dibangun, ternyata pihak gereja 

mengalami kekurangan dana. Untuk menutupi hal ini, maka pihak gereja 

mulai menjual surat pengampunan dosa sebagai jalan untuk mengatasi 

persoalan dana. 

Kemudian Luther sebagai seorang imam ordo St. Agustinus dari 

Jerman harus menerima pengakuan dosa dari pihak jemaat. Mereka 

memperlihatkan kepadanya surat penghapusan siksa sambil berkata: 

“Dosa kami sudah diampuni” Luther kaget. Akhirnya dia mengambil 

keputusan dan menyusun 95 dalil mengenai penghapusan siksa, dalam 

bahasa Latin, pada 31 Oktober l5l7, dalil-dalil tersebut ditempelkannya 

pada pintu Gereja di Wittenberg (Th. Van Den End, l987: 166-167).

Disamping itu Luthert juga memprotes tentang ajaran selibat, bahkan ia 

sendiri menikah dengan seorang biarawati.

Berdasarkan uraian di atas, dipandang sudah waktunya untuk 

mengetahui bagaimana sebenarnya makna selibat dalam paham 

keagamaan Gereja Katolik. Agar semangat keberagamaan umat Katolik 

tetap berjalan namun pada saat yang sama tidak akan menimbulkan 

perselisihan atau konflik di antara umat yang Katolik sendiri karena 

gereja ini telah mengajarkan selibat bagi para pejabatnya tetapi kemudian 

J

8

terjadi tindakan di luar ajaran selibat seperti yang telah dijelaskan diatas. 

Sebagai titik tolaknya karena terdapat perbuatan atau tindakan paus yang 

menyimpang dari figurnya sebagai seorang santo atau bapa suci. Karena 

menurut kepercayaan dalam agama Katolik, kepala gereja adalah Yesus 

yang dalam bentuk nampak sehari-hari di dunia diwakili oleh Paus. Jadi 

Paus adalah wakil Yesus Kristus sebagai kepala gereja.

Dengan demikian penelitian ini dipandang penting agar 

diketahui secara lebih jelas dan komprehensif makna selibat dalam paham 

keagamaan Gereja Katolik. Disamping itu kajian yang mendalam tentang 

hal ini sangat penting, terutama dalam rangka memahami dan 

membongkar teologi agama yang selama ini cendrung ditampilkan 

dalam wajah eksklusif dan dogmatis.

Berdasarkan latar belakang di atas, fokus penelitian ini 

bagaimana Selibat dalam Paham keagamaan Gereja Katolik. Agar 

pembahasan terarah, pertanyaan pokok ini dirumuskan sebagai berikut : 

Bagaimanakah sebenarnya makna dan dasar teologi selibat ? 

Bagaimanakah sebenarnya selibat rohaniawan Katolik? Bagaimanakah 

sebenarnya perkembangan dan dampak ajaran selibat bagi pejabat Gereja 

dalam hirarkis organisatoris Gereja Katolik ? 

Pengertian Selibat 

Selibat berasal dari bahasa Latin, yang berarti hidup tidak 

menikah. Dalam Konsili Vatikan II (dalam A. Heuken, l994: 9l) 

dikatakan hal ini sebagai pintu gerbang menuju kehidupan membiara 

(kaum rohaniawan), mereka hanya merindukan kedatangan Yesus selaku 

mempelainya yang tunggal. Menurut Gerald O’ Collin (1996 : 291) 

Selibat berasal dari kata Celibacy, artinya hidup tidak menikah dengan 

alasan-alasan keimanan. Biarawati-biarawati dan para rahib menyatakan 

pilihan hidup ini dalam kaul. Tradisi Latin, selibat juga dituntut dari 

calon imam, diakon tetap tidak diperbolehkan menikah sesudah 

ditahbiskan (KHK) 247 :1037). Ada juga imam Katolik Timur yang 

menikah. Imam dan diakon ortodoks biasanya menikah, tetapi setelah 

ditahbiskan mereka tidak boleh menikah atau menikah kembali. Di Timur 

uskup harus menjalankan selibat.Sementara bersumber dari Wikipedia bahasa Indonesia, 

ensiklopedia bebas. Selibat adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber 

dari suatu pandangan atau pemikiran tertentu yang memutuskan sang 

pribadi untuk memilih hidup tanpa menikah. Pilihan hidup ini, meskipun 

bebas dianut oleh siapa saja, sebagian besar dilakukan oleh kaum 

rohaniwan dari agama Kristen (terutama Katolik) dan agama Buddha. 

Sejumlah rohaniwan dari agama-agama lain seperti agama Hindu, 

penganut paham mistik dan sufi juga melakukan hal ini. Inti dari hidup 

selibat yaitu menerapkan salah satu dari ketiga kaul yaitu kaul kesucian. 

Dengan mengucap kaul kesucian, seseorang yang memilih hidup 

membiara melepaskan haknya untuk hidup berkeluarga demi Kerajaan 

Allah.

Ensiklopedia Katolik mendefinisikan selibat sebagai berikut: 

Celibacy is the renunciation of marriage implicitly or explicitly made, for 

the more perfect observance of chastity, by all those who receive the 

Sacrament of Orders in any of the higher grades. Menurut Ensiklopedia 

Britannica, selibat adalah "the state of being unmarried and, therefore, 

sexually abstinent, usually in association with the role of a religious 

official or devotee. In its narrow sense, the term is applied only to those 

for whom the unmarried state is the result of a sacred vow, act of 

renunciation, or religious conviction. Celibacy has existed in one form or 

another throughout history and in virtually all the major religions of the 

world." 

Sedangkan menurut web trinitas, selibat berasal dari kata Latin 

“Caecibatus” yang berarti “hidup tidak menikah”. Gereja Katolik Roma 

menuntut para imamnya untuk tidak menikah seumur hidup dan taat pada 

kemurnian pribadi dalam pikiran maupun dalam perbuatan. Selibat bukan 

suatu pokok iman Katolik, melainkan tuntutan hukum gereja yang 

mengatur cita-cita tentang hidup klerus Katolik.

Sementara selibat rohaniwan Katolik, yang bersumber dari 

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas, menjelaskan bahwa 

selibat rohaniawan Katolik adalah aturan di beberapa gereja partikular 

yang membentuk Gereja Katolik yang hanya memperbolehkan pria yang 

tidak menikah saja yang dapat ditahbiskan menjadi imam. Aturan yang 

sama juga dijunjung oleh beberapa gereja lainnya dalam hal pentahbisan 

J

10

menjadi gembala (uskup, pendeta, rasul) gereja tersebut. Pemimpin 

gereja-gereja partikular Katolik yang mentaati aturan ini adalah ritus 

Latin, Namun, di antara Gereja-gereja Katolik Timur, setidaknya Gereja 

Katolik Ethiopia menerapkannya juga. Dalam konteks ini, selibat 

mempertahankan arti sesungguhnya dari "tidak menikah", dan tidak 

merujuk pada penahanan nafsu atau puasa dari hubungan seksual yang 

bisa juga dilakukan oleh pihak-pihak yang telah menikah.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Selibat 

adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau 

pemikiran tertentu yang memutuskan sang pribadi untuk memilih hidup 

tanpa menikah. Pilihan hidup ini, meskipun bebas dianut oleh siapa saja, 

sebagian besar dilakukan oleh kaum rohaniwan dari agama Kristen 

(terutama Katolik) dan agama Buddha. Sejumlah rohaniwan dari agama￾agama lain seperti agama Hindu, penganut paham mistik dan sufi juga 

melakukan hal ini. Inti dari hidup selibat yaitu menerapkan salah satu dari 

ketiga kaul yaitu kaul kesucian. Dengan mengucap kaul kesucian, 

seseorang yang memilih hidup membiara melepaskan haknya untuk 

hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah. Kalau gereja Katolik 

menetapkan syarat bahwa orang yang akan menerima sakramen tahbisan 

harus mengucapkan kaul, yang salah satunya hidup selibat, itu adalah 

keputusan yang ada dasar Alkitabnya, lalu apakah itu artinya kalau orang 

mau melayani (katakanlah terpanggil untuk melayani) menjadi 

'pemimpin' seperti pastor maka diharuskan selibat, dikarenakan kalau 

tidak selibat maka tidak bisa sebagai pastur? 

Jelasnya, selibat hidup tidak menikah dengan alasan iman dan 

mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai mempelainya.

Yesus Selibat atau Menikah ?

Ajaran selibat tidak dikenal dalam Perjanjian Lama, bahkan 

dalam Perjanjian Lama diperintahkan untuk memperbanyak keturunan. 

Dengan demikian dasar hukum selibat hanya terdapat dalam Perjanjian 

Baru, antara lain pada Matius l9: l2 dan surat Pertama Korintus 7: 32-35. 

Kemudian ajaran ini dipertegas kembali dalam dekrit Pertama Kanon 33 

Sinode Elvira di Spanyol. “Kami menyatakan bahwa semua uskup, imam 

dan diakons dari seluruh klerus (pejabat) yang terlibat dalam pelayanan 


dilarang sama sekali untuk hidup bersama dengan istrinya dan 

mengadakan anak. Siapa saja yang melanggar akan dipecat dari 

Imamatnya.

Secara teologis, gereja mengajarkan bahwa imamat adalah 

sebuah perangkat gereja yang mengikuti hidup dan karya Yesus Kristus. 

Para imam sebagai pelayan sakramen bekerja in personal Christi, yaitu 

dalam diri manusia Kristus. Oleh sebab itu kehidupan para imam 

mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak menikah 

demi Kerajaan Allah dapat dilihat dalam Lukas 18:28-30, Matius 19:27-

30 dan Markus 10:20-21)

Untuk mengikuti teladan Yesus Kristus yang menikah dengan 

Gereja - yang dipandang oleh paham Katolik dan banyak tradisi Kristiani 

lainnya sebagai Mempelai Kristus. Kardinal Joseph Ratzinger (Paus 

Benediktus XVI) dalam Garam Dunia juga menjelaskan bahwa praktik 

selibat ini adalah berdasarkan pada khotbah Yesus kepada para kasim 

atau kaum selibat "demi Kerajaan Surga" yang menghubungkan 

keputusan Tuhan dalam Perjanjian Lama untuk menganugerahkan 

imamat kepada satu suku saja, yaitu suku Levi, dan yang tidak seperti 

suku-suku lain tidak menerima tanah sejengkal pun dari Tuhan - sebuah 

kebutuhan mendasar bagi penerusan keturunan seseorang senilai dengan 

seorang istri dan anak-anak zaman sekarang - namun mendapatkan 

"Tuhan sendiri sebagai harta warisannya" (Bilangan 1:48-53).

Juga dasar lain yang diambil adalah ajaran-ajaran Santo Paulus 

dari Tarsus yang menyatakan bahwa selibat merupakan tahapan 

kehidupan yang tinggi, dan keinginannya ini dinyatakan dalam 1 

Korintus 7:7-8, 7:32-35: Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. 

Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, 

bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan 

perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan 

isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan 

yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka 

pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi 

perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara 

duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini 

kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang￾halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu 

J

12

melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa 

gangguan.

Meskipun demikian dalam Perjanjian baru tidak ada kewajiban 

bagi para klerus harus hidup selibat. Meski begitu, juga tidak ada 

pernyataan bahwa hidup selibat itu tidak alkitabiah. Yesus berkata, “Ada 

orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari 

rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, 

dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya 

sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah 

ia mengerti”. 

Hal ini terdapat dalam Matius 19:12. 

For there are some eunuchs, which were so born from their 

mother's womb: and there are some eunuchs, which were made eunuchs 

of men: and there be eunuchs, which have made themselves eunuchs for 

the kingdom of heaven's sake. He that is able to receive it, let him receive 

it. 

TR, εισιν γαρ ευνουχοι οιτινες εκ κοιλιας μητρος εγεννηθησαν 

ουτως και εισιν ευνουχοι οιτινες ευνουχισθησαν υπο των ανθρωπων και 

εισιν ευνουχοι οιτινες ευνουχισαν εαυτους δια την βασιλειαν των ουρανων 

ο δυναμενος χωρειν χωρειτω

Translit Interlinear, eisin {ada} gar {karena} eunoukhoi {orang￾orang yg tidak dapat kawin} hoitines {yang} ek koilias {dari rahim} 

mêtros {ibu} egennêthêsan {dilahirkan} houtôs {demikian} kai {dan} 

eisin {ada} eunoukhoi {kasim/ sida-sida (orang-orang yg tidak dapat 

menikah)} hoitines {yang} eunoukhisthêsan {dijadikan tidak menikah 

(sebagai kasim/ sida-sida)} hupo {oleh} tôn anthrôpôn {orang-orang} kai 

{dan} eisin {ada} eunoukhoi { orang-orang yg tidak dapat menikah} 

hoitines {yang} eunoukhisan {menjadikan tidak menikah} heautous 

{mereka sendiri} dia tên {karena} basileian {Kerajaan} tôn ouranôn 

{Surga} ho {barangsiapa} dunamenos {sanggup} khôrein {menerima} 

khôreitô {hendaklah ia menerima}

Dalam Matius 19:12 di atas, Yesus mengemukakan ada 3 

kelompok orang yang tidak dapat kawin; Dalam naskah bahasa asli 

Yunani mencatat bahwa Yesus mempergunakan 3 kali kata Yunani, 

ευνουχος - eunoukhos, kata dari mana dikenal "eunuch" dalam bahasa Inggris. yaitu orang kasim/ sida-sida (orang yang tidak dapat menikah 

yang digolongkan sebagai berikut: 

1. Ada orang yang terlahir dalam keadaan "kebiri" (bawaan lahir); itu 

adalah orang yang mempunyai salah satu kekurangan pada 

tubuhnya sehingga mereka tidak dapat kawin.

2. Seorang "kebiri" yang karena ia dijadikan demikian yaitu orang 

lelaki yang kemaluannya dipotong (biasanya dikenal di kalangan 

istana kerajaan zaman dulu, mereka berfungsi sebagai 

pembantu/pengurus istana raja-raja), mereka ini dikenal dengan 

istilah khusus "orang kasim/sida-sida" 

3. Seorang yang atas kehendaknya sendiri karena "Kerajaan Sorga" 

atau karena (tugas agamawi), mereka mengorbankan dirinya untuk 

"tidak kawin" (selibat). Supaya mereka bebas dari segala gangguan 

di dalam pekerjaannya bagi Kerajaan Tuhan. Kelompok ini adalah 

orang-orang yang atas kemauannya sendiri memutuskan keinginan 

alami mereka yang sah demi Kerajaan Sorga atau demi pelayanan 

bagi Tuhan. Yohanes Pembaptis, Paulus (dan Yesus) bisa menjadi 

contoh "kaum sida-sida karena Kerajaan Surga".

Golongan 1 dan 2 di atas adalah mereka yang di bawa 

pemeliharaan Tuhan, menderita, karena dilahirkan dengan keadaan tidak 

mampu kawin, atau dijadikan demikian oleh orang lain. Mereka yang 

terpaksa tidak kawin karena tidak mampu memenuhi tujuan yang agung 

dari perkawinan. Meskipun demikian, dalam kemalangan ini, biarlah 

mereka melihat kesempatan bahwa dengan hidup melajang pun orang 

dapat melayani Allah dengan lebih baik, supaya dengan begitu mereka 

dapat mengimbangi keadaan mereka. Sementara golongan "kebiri" 

(kasim/sida-sida) yang ini, yaitu yang secara alami terlahir demikian di 

dalam istilah Yahudi disebut dengan istilah: ( חמה סריס – Saris Khamah 

(Ibrani), harfiah : " eunuch of the sun"), dan golongan "kebiri" 

(kasim/sida-sida) yang dibuat manusia ( אדם סריס – Saris 'Adam) 

demikian seperti yang tertulis dalam Kitab Misyna (Zabim 2:1). 

Sedangkan golongan ketiga yaitu mereka yang melakukannya oleh 

karena anugerah dari Tuhan, yaitu mereka yang membuat dirlnya 

demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Yang 

dimaksudkan disini adalah ketidaklayakan untuk kawin bukan karena 

faktor jasmaniah, melainkan karena masalah batiniah. Mereka yang 

J

14

dalam pelayanan kekudusannya bagi Allah, mereka menolak segala 

kenikmatan kehidupan perkawinan, mereka yang telah membulatkan 

keputusan mereka dengan kuasa anugerah Tuhan untuk benar-benar 

menjauhinya, dan yang melalui puasa dan bentuk-bentuk mematahkan 

keinginan daging lainnya telah menekan segala hawa nafsu berkenaan 

dengan hal tersebut. Mereka inilah yang dapat mengerti perkataan-Nya. 

Meskipun demikian, semua ini tidak mengikat diri mereka sendiri, seperti 

bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah kawin. Hanya saja, dalam 

pemikiran mereka sekarang, mereka berniat untuk tidak kawin. 

Dalam buku Tafsiran al-Kitab Masa Kini, terjemahan dari buku 

The New Bible Comentary (1986: 108) dijelaskan bahwa untuk 

kebanyakan orang Yahudi perkawinan adalah kewajiban. Dalam 

beberapa golongan Esene ada orang yang dengan sukarela tidak kawin. 

Orang yang tidak dapat kawin (secara harfiah sida-sida). Ada orang 

Kristen dari jemaat Purba mengartikannya secara harfiah termasuk 

origines. Tuntutan kerajaan surga adalah sebegitu rupa sehingga 

pengalaman manusia yang paling diinginkan yang dianugerahkan Allah 

kepada manusia mungkin pula dikorbankan. Tetapi ini dikaruniakan (ayat 

11) kepada orang-orang yang mengerti lebih baik menerima . Arti pokok 

bahasa Yunani kherio ialah “ berisi, memberi tempat kepada. Perkataan 

ini diberikan (ayat 11) kepada mereka yang dapat menerimanya . Itu 

bukanlah cara hidup yang lebih tinggi, melainkan suatu panggilan yang 

istimewa. 

Ucapan Yesus ini dilontarkan dalam konteks maraknya 

perceraian di kalangan Yahudi saat itu. Melihat situasi itu, para murid 

saling berkata kalau begitu lebih baik tidak kawin saja supaya tidak 

timbul masalah.Yesus menanggapi komentar para murid ini dengan 

mengatakan bahwa ada kebenaran dalam ucapan "lebih baik jangan 

kawin" itu. Menurut Yesus, ada 3 macam orang yang tidak dapat kawin. 

Dalam naskah Yunani, Yesus menggunakan tiga kali kata "kebiri" 

William Barclay menggunakan istilah "orang Kasim". Ada orang yang 

lahir dalam keadaan "kebiri". Itu adalah orang yang mempunyai 

kekurangan pada tubuhnya sehingga tidak dapat kawin. Kedua, orang 

yang dikebiri oleh orang lain, misalnya pelayan-pelayan di istana raja 

pada masa lalu kadang harus dikebiri supaya mereka tidak menggoda gundik-gundik raja. Kedua golongan ini disebutkan dalam buku ajaran 

para rabbi.

Kemudian Yesus menambahkan golongan ketiga yaitu orang 

yang atas kemauannya sendiri tidak menikah, supaya mereka bebas dari 

segala gangguan dalam pekerjaannya bagi Kerajaan Allah. Secara 

harfiah, golongan ketiga ini adalah orang yang dengan sengaja dan 

sukarela mengebiri dirinya sendiri, namun hal ini tidak dapat diterapkan 

mentah-mentah. Salah satu tragedi dalam gereja perdana adalah kasus 

Origins. Ketika masih muda, dia mengebiri dirinya sendiri walaupun 

kemudian ia sadar bahwa ia keliru.

Para sejarawan Barat sendiri masih silang pendapat soal apakah 

Yesus sungguh-sungguh hidup selibat ataukah telah melakukan 

pernikahan. 

Sementara itu, menurut Dennis Lardner Carmody dan John Tully 

Crdomdy ( 2000:134-5) ketika membahas kepribadian Yesus yang 

kompleks. Mereja menggambarkan Yesus sebagai manusia tradisional 

sekaligus inovatif-konservatif dan revolusioner. Diantara ciri-ciri-Nya 

yang berbeda adalah kefasihan dan kasih sayang-Nya. Dia berbicara 

layaknya seorang pemenang, dengan pengetahuan yang mendalam dan ini 

membuat pesan-pesan-Nya jelas bagi para pendengarnya, bagaimana 

Yesus dapat menarik perhatian mereka untuk merenungkan kerajaan 

Allah. Hatinya adalah untuk orang miskin, orang-orang sakit, anak-anak. 

Tampaknya Dia mempunyai daya tarik khusus bagi wanita, bersahabat 

dengan mereka dan memenangkan kesetiaan mereka. Ini adalah sesuatu 

yang tidak biasa bagi para imam Yahudi pada masa kehidupan Yesus. 

Laki-laki, para rabbi semuanya laki-laki, tidak diharapkan bersahabat 

dengan wanita ataupun mengajari mereka. Dalam manifestasinya, Yesus 

adalah orang yang ditarik untuk berberdoa. Kita temukan Dia berada 

dalam kuil, pusat pemujaan orang-orang Yahudi dan terdorong untuk 

berdoa secara pribadi dan melakukan komuni dengan Bapa-Nya. Tidak 

ada bukti bahwa Yesus pernah menikah. Perasaan Yesus terhadap misi￾Nya tampaknya telah menjauhkan kehidupan berkeluarga yang normal. 

Itu mungkin apa yang Dia percayai bahwa Kerajaan Allah akan 

datangnya ketika Dia masih hidup, mungkin pada saat kematian-Nya 

untuk mewujudkan sejarah umum.

J

16

Setelah penyaliban kemanakah Isa as diselamatkan ? Dalam hal 

ini al-Qur’an menjelaskan sebagai berikut :

1. Al-Mukminun: 50, Allah berfirman: “Dan telah Kami jadikan (Isa) 

putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi 

(kekuasaan Kami) melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang 

datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber￾sumber air bersih yang mengalir.”

2. Al-Maidah: 17, Allah berfirman: “Sesungguhnya telah kafirlah 

orang-orang yang berkata: Seseungguhnya Allah itu ialah Al￾Masih putra Maryam. Katakanlah: Maka siapakah (gerangan) yang 

dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak 

membinasakan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh 

orang-orang yang berada di bumi semuanya? Kepunyaan Allah lah 

Kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia 

menciptakan apa yang dihendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas 

segala.

Jadi al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak 

membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. Tetapi al- Qur’an tidak 

mengatakan tidak ada penyaliban. Al-Qur’an hanya menegaskan Bahwa 

yang disalib bukan Yesus, yang membedakan Islam dan Kristen tentang 

penyaliban bukan pada ada atau tidak adanya penyaliban, tetapi pada 

siapa obyek yang disalib. Umat Islam meyakini Yesus tidak disalib 

melainkan orang yang diserupakan dengan Isa as. Bahkan kemudian Isa 

as dan ibunya diselamatkan di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak 

padang rumput dan sumber air yang bersih. Para ahli mensinyalir dataran 

itu adalah lembah Qumran. Menurut Abdullah bin Salam dan Said bin 

Musayyab dan Muqathil tempat itu adalah Damaskus. Menurut Qotadha 

dan Kaab itu adalah Baitul Maqdis. Dan menurut Assadyi tempat itu 

adalah Palestina. ( dalam Syaukani 1997 : Juz III, 605). 

Meskipun kemudian Isa as pada akhirnya wafat sama seperti 

manusia lainnya. Tetapi sebelum kematiannya, apakah ada fakta dalam 

al-Kitab baik langsung maupun tidak langsung yang menyatakan bahwa 

Isa as menikah? Tentu saja, tidak ada pernyataan bahwa Isa as memang 

menikah. Sebaliknya, tidak ada pernyataan yang mengatakan bahwa ia 

tidak menikah. Sebaliknya, keempat Injil menyatakan banyak muridnya 

yang menikah.


Dalam Injil Yohanes ada sebuah bagian yang berhubungan dengan 

perkawinan, yang menurut Michael Baigent, et all (2006: 417) 

kemungkinan merupakan perkawinan Yesus sendiri, yaitu pernikahan di 

Cana. Pada pesta pernikahan itu, Maria memerintah putranya, Yesus 

untuk mengisi bejana anggur. Maria bersikap seolah dialah nyonya 

rumahnya. Pada pesta ini, Yesus memperlihatkan mukjizatnya, yaitu 

mengubah air biasa menjadi minuman anggur. Semua ini dilakukannya 

atas permintaan ibunya. Mengapa Maria mengajukan permintaan itu?

Mengapa dua orang itu berkewajiban memperhatikan jamuan layaknya 

mereka sebagai tuan rumah? Jawabannya, karena pernikahan Cana adalah 

pernikahan Yesus sendiri.

Siapakah yang menjadi istrinya? Dalam seluruh isi al-Kitab, Yesus 

memperlakukan Magdalena dengan cara khas. Perlakuan seperti ini 

mungkin saja menimbulkan kecemburuan di antara para murid. Hal ini 

tampak jelas dalam catatan tradisi tentang Maria Magdalena yang 

digambarkan sebagai wanita tuna susila. Meskipun demikian, apapun 

statusnya, dia bukannya satu-satunya wanita yang mungkin merupakan 

istri Yesus, ada seorang wanita lagi yang muncul, namanya Maria dari 

Bethani, saudara wanita Martha dan Lazarus.

Berdasarkan informasi yang terdapat dalam Injil Yohanes, maka 

Michael Baigent (Ibid.: 425) menyimpulkan bahwa Maria Bethani dan 

wanita yang melakukan ritual perminyakan terhadap Yesus adalah wanita 

yang sama. Jika Yesus memang menikah, jelas hanya ada satu calon 

untuk istrinya, seorang wanita yang muncul secara berulang dalam al￾Kitab walau dengan nama yang berbeda-beda dan peran yang berbeda 

juga. Gagasan mengenai adanya pernikahan ini ditemukan dalam salah 

satu bagian Injil Filifus ( dalam Deshi Ramadhani, 2007 : 114). 

Persoalannya pada penafsiran atas tindakan Yesus yang mencium mulut 

Maria Magdalena. Dalam Injil Filifus dikisahkan : “ …. Dan teman dari ( 

Sang Penyelamat ) Maria Magdalena, (Ia mencintai ) dia lebih dari 

(semua) murid (dan biasa) mencium dia ( sering kali) pada ( mulut)nya. 

Tindakan Yesus yang sering mencium inilah disebarluaskan lewat novel 

dan film The da Vinci Code. Teks Injil ini adalah salah satu dari naskah 

yang berasal dari Nag Hammadi yang ditulis dalam bahasa Kopt. Dalam 

bahasa ini Maria Magdalena digambarkan sebagai teman Sang 

Penyelamat. Bila ini didekati melalui bahasa Aram, diperoleh sebuah 

J

18

informasi bahwa Maria adalah pasangan atau istri Sang Penyelamat. 

Meskipun menurut Deshi Ramadhani tindakan tidak dapat diterima 

karena, (1) Pelecehan terhadap teks yang ada. (2) Mencium mulut sebagai 

simbol bukan tindakan seksual ragawi. Dalam naskah ini Maria 

Magdalena dikisahkan sebagai simbol kebijaksanaan Ilahi yang 

menjadikannya rekan spiritual Yesus sendiri.(3) Dalam wahyu (kedua) 

Yakobus, Ia menceritakan : “ …. Dan Ia mencium mulutku, Ia 

memegang ku sambil berkata : “ Kekasih Ku lihat, Aku akan 

menyingkapkan kepadamu (hal-hal) itu yang surga maupun penguasa 

alam tidak pernah mengetahuinya….” Dengan demikian Yesus tidak 

cuma mencium Maria tetapi juga Yakobus. (4) Mencium mulut 

mengandung makna pengetahuan yang disampaikan rahasia dan istimewa 

juga dibangun relasi spiritual yang khusus. 

Jika diperhatikan dalam Inil Markus 16:9, Yesus pernah mengusir 

7 setan dari dalam diri Maria Magdalena. Dalam Lukas 7 :36-50 Maria 

digambarkan sebagai perempuan berdosa, ia mengurapi kaki Yesus dan 

menyekanya dengan rambutnya. Dalam Yohanes 8 menceritakan tentang 

perempuan yang bernama Maria, yang memiliki saudara bernama Marta 

dan Lazarus tertangkap basah melakukan perzinahan. Menurut Deshi 

(ibid ;120) tidak ada data yang mengatakan bahwa Maria Magdalena 

seorang pelacur. Tetapi karena Paus Gregorius agung tahun 591 M dalam 

salah satu homilinya mengajarkan bahwa perempuan-perempuan yang 

disebut dalam teks Injil tersebut adalah satu orang yang sama. Sejak 

itulah Maria Magdalena mendapat predikat buruk sebagai seorang 

pelacur. 

Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang samar dari al￾Kitab dan informasi dari al-Qur’an yang mengatakan bahwa para Nabi 

memiliki istri-istri, maka dapat dipahami bahwa Yesus juga pernah 

menikah. 

Dalam Injil Gnostik macam Injil Thomas yang oleh Vatikan 

dimasukkan dalam kategori Injil Apokrif (Injil terlarang), disebutkan 

bahwa Yesus telah melangsungkan pernikahan di Qana, Lebanon. 

Pandangan Injil Gnostik ini selaras dengan Hukum Mishnais kaum 

Yahudi yang mengatakan, "Seorang lelaki yang tidak menikah tidak akan 

bisa menjadi Guru." Dalam pandangan kelompok ini, adalah mustahil 

Yesus diterima menjadi seorang Guru dan Raja kaum Yahudi jika ia sendiri tidak menikah. Bahkan Yesus tidak mungkin bisa mengunjungi 

tanah suci dan berkotbah di sana jika ia belum menikah.

Bagi penulis The Holy Blood Holy Grail (Baigent, Michael, 2006

: 417) disebutkan bahwa Yesus menikahi Maria Magdalena di Desa 

Qana, Lebanon. Bahkan Barbara Thiering dalam Yesus The Man

menuturkan dengan berani bahwa pasangan Yesus dan Maria Magdalena 

memiliki anak, dua anak lelaki dan satu perempuan. Digambarkan bahwa 

sebelum disalib Yesus sebenarnya sempat mengawini Maria Magdalena 

dan mewariskan gerejanya kepada Maria Magdalena, bukan kepada Santo 

Petrus yang kemudian melanjutkan pendirian Gereja di Roma. Pada tahun 

44 M, lanjut Thiering, Yesus dikatakan menikah lagi dengan Lydia, 

uskup perempuan dari para "perawan" Thyiatira. Ada yang mengatakan 

sebelum Yesus menikahi Lydia dia bercerai dulu dengan Maria 

Magdalena. Namun yang lebih mengagetkan adalah apa yang termaktub 

di dalam Injil Thomas, salah satu Injil Gnostik, bahwa Yesus selain 

menikahi Maria Magdalena ternyata juga mengawini Salome "Sang 

Pemikat".

James D. Tabor ( 2007 : 397-398) menuliskan bahwa pada akhir 

Februari 2007, muncul bukti baru yang mendukung pengidentifikasian 

makam keluarga Yesus. Kisah ini dilaporkan oleh media besar di seluruh 

dunia. Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, detail-detail ini disajikan 

dalam sebuah film dokumenter berjudul : The Lost Tomb of Jesus (

Makam Yesus yang Hilang), yang diproduseri oleh James Cameron dan 

simcha Jacobovici. Jacobovici bersama Charles Pellegrino menulis buku 

berjudul The Jesus Family Tomb ( Makam Keluarga Yesus). Ketika edisi 

perdana buku Dinasti Yesus diterbitkan, penulisnya memberikan bukti 

awal sebuah gua makam Yahudi yang digali pada bukit batu, yang secara 

kebetulan ditemukan pada 1980 di sebuah distrik bernama Talpiot di 

sebelah selatan Kota Lama Yerussalem, mungkin menjadi tempat 

peristirahatan Yesus dan keluarganya yang terakhir. Dua tahun kemudian, 

bekerjasama dengan berbagai pakar, D. Tabor melakukan investigasi dan 

kelihatannya sangat besar kemungkinan bahwa makan Talpiot adalah 

makam keluarga Yesus. Makam ini memuat sepuluh osarium atau kotak 

tulang. Enam dari osarium itu memuat inskripsi nama masing-masing 

Yesus anak Yusuf, Maria, Maria Kedua, Yusuf, Matius, serta Yudas anak 

Yesus. Tiga osarium tidak memuat inskrpsi dan osarium yang kesepuluh 

J

20

tidak dapat ditelusuri. Berbagai pengujian ilmiah baru-baru ini 

membuktikan keterhubungan osarium berinskripsi Yakobus anak Yusuf 

saudara Yesus, yang muncul tahun 2002 dengan 9 osarium lainnya dari 

makam Talpiot yang hilang. Secara statistik dapat dipastikan bahwa 

Yesus dan keluarganya dimakamkan di sana. Jika demikian halnya, 

sebuah osarium yang berisi tulang Yesus sendiri juga ditemukan di sana, 

beserta osarium Maria ibunya dan juga anaknya bernama Yudas yang 

keredaannya tidak diketahui sebelumnya, selain juga osarium seorang 

wanita yang kemungkinan adalah ibu Yudas, yang oleh beberapa orang 

diidentifikasikan sebagai Maria Magdalena. Dari fragmen tulang belulang 

Yesus anak Yusuf, para pakar DNA purba berhasil mengekstraksi materi 

genetik yang dapat terbaca. Implikasinya bagi para sejarawan serta 

arkeolog sangatlah dahsyat dan juga bagi orang Kristen, Yahudi dan 

Islam. 

Meskipun demikian, penting bagi kita untuk mempertimbangkan 

pernyataan Allah dalam QS QS ar-Rad 13: 38 : Sesungguhnya Kami 

telah mengutus beberapa rasul sebelummu dan Kami memberikan kepada 

mereka istri-istri dan keturunan. Jelasnya menurut informasi Al-qur’an 

bahwa setiap rasul mempunyai istri-istri. 

Petrus Sebagai Paus Pertama Menikah

Dogma hidup selibat atau berpantang menikah bagi seorang paus 

dan juga bagi para biarawati dan biarawan atau pastur Katolik sudah 

menjadi tradisi yang berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Namun 

ternyata, dogma yang dikatakan mengikuti "jalan hidup" Yesus yang 

mereka yakini tidak pernah menikah dalam hidupnya itu, sesungguhnya 

tidak berasal dari awal Katolikisme itu sendiri. Santo Petrus sebagai 

peletak batu tahta Suci Vatikan pertama, sehingga namanya diabadikan 

dalam nama Basilika Santo Petrus, ternyata tidak menjalankan hidup 

selibat. Santo Petrus menikah dan memiliki anak keturunan. Injil-Injil 

Kanonik seperti Injil Markus, Matius, dan Lukas menyebutkan fakta 

bahwa paus pertama ini memiliki seorang isteri ketika Yesus 

menemuinya. Nigel Cawthorne dalam "Sex Lives of the Popes" (London, 

2004) yang telah diindonesiakan menjadi "Rahasia Kehidupan Seks Para 

Paus" (Alas, 2007), Dalam http://oce.catholic.com/index.phptitle=Celibacy_of_the_Clergy menulis, bahwa Santo Paulus di dalam 

surat pertamanya kepada orang-orang Korintus menceritakan bahwa 

Petrus membawa serta isteri dan keluarganya dalam perjalanan￾perjalanannya selama masa kerasulan. Jasad Santa Petronilia yang 

dikuburkan di Roma telah lama dimuliakan sebagai putri dari Santo 

Petrus.

Menurut Cawthorne, Santo Paulus juga bukan bujangan. "Orang 

yang disucikan" ini berperan sangat besar dalam merancang dan 

membentuk dogma seksualitas Vatikan. Cawthorne menulis, "dia adalah 

seorang duda yang lama menderita akibat pernikahannya yang tidak 

membahagiakan." Cawthorne mengutip surat pertama Paulus kepada 

orang-orang Korintus yang berbunyi: "Apakah aku tidak punya hak untuk 

memiliki isteri beragama Kristen seperti para rasul yang lain" Paulus juga 

mengatakan, "Lebih baik menikah dari pada terbakar." Istilah "terbakar" 

dianggap memiliki makna "terbakar. 

Dalam keyakinan Protestan tentang hidup selibat di gereja 

Katolik, mereka mengatakan bahwa hidup selibat yang dijalani oleh 

rohaniwan Katolik itu tidak alkitabiah. Hal ini karena mereka 

mengajukan argumentasi bahwa Petrus yang dianggap sebagai Paus yang 

pertama ternyata menikah. Setelah itu dalam Matius 19:12, lalu 

menyimpulkan bahwa kewajiban hidup selibat itu tidak Alkitabiah, sebab 

mestinya keputusan untuk hidup selibat itu harus berdasarkan kemauan 

sendiri, bukan karena diharuskan.

Secara teologis, gereja mengajarkan bahwa imamat adalah 

sebuah perangkat gereja yang mengikuti hidup dan karya Yesus Kristus. 

Para imam sebagai pelayan sakramen bekerja in personal Christi, yaitu 

dalam diri manusia Kristus. Oleh sebab itu kehidupan para imam 

mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak menikah 

demi Kerajaan Allah dapat dilihat dalam beberapa ayat berikut ini yaitu : 

Matius 8 :14 : Setibanya di rumahPetrus, Yesus pun melihat ibu mertua 

Petrus terbaring karena sakit demam. Lukas 18:28-30 : Petrus berkata : 

Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikuti 

Engkau. “ Kata Yesus kepada mereka : “ Aku berkata kepadamu, 

sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan 

rumahnya, istrinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, 

akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga dan zaman yang 

J

22

akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Matius 19:27-30 : Lalu 

Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus : “ Kami ini telah 

meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau, jadi apakah yang 

akan kami peroleh ?” Kata Yesus kepada mereka, :” Aku berkata 

kepadamu sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak 

manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu yang telah 

mengikuti Aku akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk 

menghakimi kedua belas suku Israil. Dan setiap orang karena nama-Ku 

meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya 

perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya akan menerima 

kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi 

banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang 

terakhir akan menjadi yang terdahulu. 

Markus 10:20-21) : Lalu kata orang itu kepadaNya : “ Guru, 

semuanya ini telah kuturuti sejak masa mudaku. Tetapi Yesus 

memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya : “ 

Hanya satu lagi kekuranganmu, pergilah dan juallah apa yang kau miliki 

dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Maka engkau akan 

memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah kemari dan ikutilah 

Aku.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami meskipun Petrus telah 

banyak melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus, tetapi faktanya 

bahwa Petrus yang dianggap sebagai paus pertama menikah. 

Selibat dalam Ajaran Paulus

Ayat yang menyinggung hidup selibat adalah beberapa tulisan 

Paulus (dalam Alkitab : 204-5). Diantaranya terdapat dalam Surat 1 

Korintus (2003-104-5) -7: Paulus mengatakan : "Namun demikian 

alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang 

menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, 

yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan 

kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam 

keadaan seperti aku . Kemudian Surat 1Korintus 7:7-8; 32-35 Paulus 

mengatakan : Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang 

yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan 

perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan 

isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan 

yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka 

pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi 

perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara 

duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini 

kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang￾halangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu 

melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa 

gangguan.

Paulus menuliskan hal ini untuk menanggapi kehidupan jemaat di 

Korintus yang mulai meremehkan kehidupan perkawinan. Setelah 

dibaptis, jemaat di sana menganggap bahwa hidup baru itu mirip dengan 

asketisme total. Segala sesuatu yang merupakan kenikmatan duniawi 

harus ditanggalkan. Termasuk di dalamnya kehidupan perkawinan. 

Paulus menentang hal ini. Meskipun berpendapat bahwa hidup selibat itu 

baik, tetapi orang-orang yang sudah menikah tidak boleh mengabaikan 

kehidupan perkawinan mereka. Menurut Paulus, setiap orang "menerima 

dari Allah karunianya yang khas." Soal keputusan apakah seseorang akan 

hidup selibat atau menikah itu harus sesuai dengan "karunianya yang 

khas itu."

Dari pernyataan Yesus dapat disimpulkan bahwa memang 

dimungkinkan adanya orang yang hidup selibat; Dan itu alkitabiah. 

Sedangkan dari Paulus kita mendapatkan informasi bahwa hidup selibat 

itu merupakan karunia atau anugerah dari Allah. Jelasnya dalam 1 

Korintus 7:1-40, Paulus mengajarkan tentang perkawinan dan kehidupan 

selibat. 

Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini ( 1986, 510-512) Paulus 

membicarakan hal-hal yang timbul dalam surat dari orang Korintus. Bab 

7 menjawab tentang enam pertanyaan pokok yaitu : Paulus kemudian 

menjawab pertanyaan ini. Menurutnya pengajaran ini penting, terutama 

jika kita memahami kondisi jemaat di Korintus saat itu. Kota Korintus 

merupakan kota transit dan kota pelabuhan. Dengan kondisi ini maka 

kota tersebut mempunyai tingkat ke-asusilaan/ immorality yang tinggi. Di 

tengah lingkungan pagan yang sedemikian, maka kemungkinan ada 

J

24

beberapa jemaat di Korintus yang menanyakan kepada rasul Paulus, 

tentang bagaimana menyikapinya, apakah jadi sebaiknya semua orang 

Kristen harus hidup selibat, atau apakah perkawinan itu merupakan hal 

yang buruk. Maka bab tujuh ini menandai dimulainya bagian kedua dari 

surat pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus. Konteksnya adalah 

surat ini kemungkinan merupakan jawaban dari Paulus akan pertanyaan 

tersebut.

Dalam jawabannya ini Paulus mengajarkan tentang perkawinan 

dan selibat sebagai berikut: : Ayat 1-16 Perkawinan dan sifatnya yang 

tak terceraikan. Ayat 17-24 Paulus menjelaskan bahwa menjadi murid 

Kristus tidak mutlak harus mengubah status hidup (misal: dari menikah 

menjadi selibat) ataupun mengubah keadaan eksternal. Maka perikop ini 

tidak mengajarkan secara keseluruhan konsep perkawinan Kristiani, 

sebab untuk melihat pengajaran yang lebih lengkap tentang perkawinan, 

kita harus membaca juga Efesus 5: 22-33, di mana persatuan dan kasih 

suami istri dilambangkan dengan persatuan dan kasih Kristus kepada 

jemaat/ Gereja-Nya. Ayat 25-38 Kehidupan selibat yang dipandang 

sebagai sesuatu yang lebih tinggi karena menjadi tanda pengabdian dan 

kasih tanpa syarat kepada Tuhan dan sesama. Ayat 39- 40 Kehidupan 

menjanda yang dapat dijadikan kesempatan untuk melayani Tuhan 

dengan lebih penuh. 

Berikut ini adalah uraian dari komentar yang ada di Matthew 

Henry Commentary, The Navarre Bible Commentary: The Letters of St. 

Paul, dalam http://oce.catholic.com/index.php?title=Celibacy_of_the_ 

Clergy

Ayat 1-9 : Paulus mengajarkan bahwa perkawinan adalah sesuatu 

yang baik. Di sini dan di ayat 25-35. Paulus ingin mengatakan bahwa 

bukan hanya kehidupan selibat yang dapat dilakukan oleh umat Kristiani. 

Maka ia menyatakan dua hal yang mendasar yaitu bahwa ada kehidupan 

selibat dan perkawinan yang keduanya merupakan hal yang baik dan 

kudus bagi mereka yang terpanggil untuk itu. Dalam hal ini, Paulus 

melihat bahwa kehidupan perkawinan dan selibat itu harus dilihat 

berdampingan. St. Yohanes Krisostomus menuliskan, “Barangsiapa yang 

mengecam perkawinan, ia juga membuang kemuliaan yang ada pada 

kehidupan selibat; sedangkan barangsiapa yang memuliakan perkawinan, 

maka ia juga membuat kehidupan selibat menjadi menarik dan bersinar. Sesuatu yang kelihatannya baik hanya ketika dibandingkan dengan 

sesuatu yang buruk, tidaklah sungguh-sungguh berharga; tetapi ketika hal 

itu lebih besar daripada hal-hal yang dihargai oleh semua orang, maka 

memang hal itu baik di tingkat yang sangat tinggi.” (St. Yohanes 

Krisostomus, De virginitate, 10, 1)

Jadi dari jawaban Paulus diperoleh penekan bahwa adalah baik 

untuk hidup selibat, namun untuk itu seseorang memerlukan rahmat yang 

istimewa dari Tuhan (ayat 7). Mengingat keadaan moral di Korintus yang 

sangat aktif dipengaruhi oleh ketidakmurnian sehingga dapat 

meningkatkan banyak godaan (ayat 2, 5, 9), maka lebih baik bagi mereka 

yang tidak mempunyai karunia untuk hidup selibat, mereka lebih baik 

menikah. Namun demikian tentu Paulus tidak bermaksud mengajarkan 

bahwa tujuan utama perkawinan adalah untuk membebaskan diri dari 

godaan. Sebab makna Perkawinan sangat luhur karena kasih suami istri 

menjadi gambaran akan kasih Yesus kepada Gereja-Nya (lihat Efesus 

5:22-33). Dalam hal ini Paulus hanya menganjurkan agar bagi yang 

terpanggil untuk hidup selibat, namun bagi yang tidak terpanggil/ yang 

tidak mempunyai karunia untuk hidup selibat, agar tidak hidup selibat 

dan karenanya menanggung resiko tidak dapat mengatasi godaan itu.

Ayat 3-6 Paulus mengajarkan bahwa kehidupan selibat bukan 

untuk semua orang. Jika untuk kondisi khusus suami dan istri hendak 

bertarak/ tidak berhubungan suami istri (perfect continence), mereka 

harus melakukannya atas kesepakatan bersama, dan hanya untuk 

sementara waktu, agar tidak memasukkan diri sendiri ke dalam godaan 

setan yang tidak perlu. Juga Paulus mengajarkan agar suami dan istri 

bukanlah pemilik dari tubuhnya sendiri, suami memiliki hak atas tubuh 

istri dan demikian pula sebaliknya. Ayat 7 Paulus sendiri hidup selibat. Ia 

menginginkan orang lainpun seperti dia, sehingga dapat mengabdikan diri 

sepenuhnya kepada Allah. Namun ia juga mengakui bahwa hidup selibat 

merupakan karunia istimewa dari Allah, seperti yang diajarkan Kristus 

(lihat Matius 19:11-12). Ini adalah tanggapan terhadap kasih yang telah 

dinyatakan oleh Yesus secara tak terbatas. Dan Paulus secara pribadi 

telah mengalaminya dalam perjalanan ke Damsyik. Rahmat dengan 

kekuatan ilahi meningkatkan kerinduan bagi orang-orang tertentu untuk 

mengasihi Allah dengan total, eksklusif, tetap dan selama-lamanya. Maka 

ketika Paulus mengatakan “setiap orang menerima dari Allah karunianyq

26

yang khas”, artinya bahwa perkawinan juga merupakan karunia dari 

Tuhan. Ayat 10-11 Kehidupan selibat bagi Paulus bukan merupakan 

suatu perintah (tetapi sebuah panggilan khusus/ karunia). Sedangkan 

tentang perkawinan yang tak terceraikan itu merupakan perintah Tuhan, 

seperti yang telah diajarkan oleh Yesus. Dalam Matius 19:6 dijelaskan : 

Mereka bukan lagi dua, melainkan satu, karena itu apa yang telah 

dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia). 

Dengan demikian, menurut ajaran Paulus jelaslah keinginan 

untuk hidup selibat pastilah dikaruniakan dari/ panggilan dari Allah, 

karena tidak ada orang yang mampu menerimanya, hanya mereka yang 

dikaruniai saja. Kemampuan untuk menahan diri dari keinginan￾keinginan badaniah merupakan karunia khusus dari Allah untuk sebagian 

orang saja, dan tidak kepada semua orang. Ketika seseorang yang dalam 

hidup melajangnya menyadari sendiri bahwa ia memiliki karunia ini. 

maka (seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 7:37), baiklah ia 

berteguh hati untuk tidak kawin, dan tetap menguatkan keinginan hatinya 

untuk tetap hidup demikian. 

Dampak Ajaran Selibat

Menurut Michael Keene (2006: 118) Kehadiran dalam gereja di 

Amerika Serikat paling banyak 40 persen. Sekitar 25 persen penduduk 

Amerika adalah Katolik, dengan setengahnya hadir di gereja beberapa 

kali dalam sebulan. Namun demikian jumlah pastor Katolik turun drastis 

kira-kira 50 persen antara tahun 1996-2000 terutama karena menjadi 

pastor memerlukan hidup selibat. Pertumbuhan yang paling biasa akhir￾akhir ini di Amerika Utara ialah kelompok Protestan Evangelis.

Dogma hidup selibat ternyata banyak dirusak oleh paus dan para 

pendetanya sendiri. Para sejarawan Barat dengan teliti dan berani, 

menyingkap banyak ketidak-senonohan yang terjadi di gereja pada masa￾masa awal kekristenan hingga saat kini yang melibatkan Paus sendiri

Terlebih yang paling buruk diantara mereka masih saja 

mengatasnamakan "pekerjaan Tuhan" dalam kehidupan kotor yang 

mereka jalani. Sejumlah kasus yang melanda gereja, seperti pedofilia, 

perzinahan, dan sodomi, yang mencuat beberapa tahun lalu di beberapa 

negara sesungguhnya bukan hal yang baru. Karena di masa-masa dahulu yang terjadi bahkan jauh lebih menyeramkan ketimbang sekarang. Inikah 

hidup selibat yang mereka banggakan sebagai teladan jalan hidup Yesus 

("Profesor Hans Kung: 'Paus Mesti Bertanggung Jawab' )

Ted Robert (1999-28-9) melakukan suatu penelitian terhadap 

sebuah denominasi tertentu berkenaan dengan masalah seksual yang 

menemukan bahwa antara 21-29 % (tergantung wilayah negara) dari para 

pendeta adalah pecandu-pecandu seksual. Mereka bukan hanya bergumul 

dengan masalah…mereka adalah pecandu-pecandu. 

Dogma selibat yang bertentangan dengan fitrah kemanusiaan ini 

menimbulkan aib dalam perjalanan Gereja sejak masa awal. Paus 

Damasus I (366-384) merupakan salah satu Paus yang oleh Sekretarisnya 

sendiri, Santo Jerome, dituding sebagai Paus yang rendah moralitasnya. 

"Perawan Kristen berjatuhan setiap hari," ujar Santo Jerome. Damasus 

akhirnya diseret oleh Dewan Gereja yang terdiri dari 44 uskup dan 

dikenai tuduhan telah melakukan perzinahan. Walau demikian, ketika 

meninggal, Paus Damasus I diangkat sebagai Santo atau Orang Suci, 

predikat yang tidak seharusnya dia sandang. Paus Clemens V (1305-

1314) merupakan salah seorang Paus yang terkenal dalam sejarah Eropa. 

Dia-lah yang membantu Raja Perancis, King Philip Le Bel, dalam 

menumpas Ksatria Templar di tahun 1307. Dalam menumpas Templar, 

Paus Clemens menyatakan bahwa alasan penumpasan itu dikarenakan 

Templar telah banyak melakukan "heresy" atau bidah terhadap Gereja. 

Namun di sisi lain, Paus Clemens V ternyata oleh para sejarawan Barat 

juga dianggap sebagai orang yang suka berzina dan memiliki banyak 

gundik. Salah satu gundiknya yang terkenal bernama Countess Perigord, 

seorang perempuan cantik putri dari Earl Foix. Konon, siapa saja yang 

mencari berkah sang Paus harus menaruh surat permohonannya di dada 

putih sutera Countess Perigord. Tentang Clemens, Catholic 

Encyclopaedia bahkan menulis, "Seorang pecinta hiburan, pecinta 

perjamuan yang mewah, di mana para perempuan amat bebas 

bergabung." Di masa Clemens-lah, institusi Gereja dibuat sedemikian 

kotor sehingga kecabulan terlihat dengan kasar dan ada di mana-mang. 

Sejarawan Joseph McCabe bahkan menemukan adanya bukti jual-beli 

rumah bordil antara seorang pejabat kepausan dengan seorang janda 

dokter di mana dalam kertas pembelian itu tertulis, "Atas nama Tuhan 

Kita Yesus Kristus." (Cawthorme, hal. 126). Surat Kabar Italia La 

Republica 21-3-2001 yang terbit di Vatikan pada hari rabu, mengabarkan 

tentang banyaknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati 

yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja Katolik, lalu mereka 

memaksa para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk 

mencegah terbongkarnya skandal. Dalam berita itu, terbongkarlah rahasia 

yang menyatakan bahwa para uskup dan pendeta menggunakan otoritas 

agama mereka di beberapa negara, untuk melakukan hubungan seks 

dengan biarawati secara paksa. Hal ini terbukti dengan laporan tentang 

banyaknya terjadi pelecehan seksual di 23 negara, diantaranya: Amerika 

Serikat, Brazil, Philipina, India, Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam 

gereja Katolik (Vatikan) itu sendiri, juga di beberapa negara Afrika 

lainnya.

Sebelumnya Paus Yohanes , dalam Konsili Tours tahun 567 

Cawthorne menuliskan (2001 : 41) mengesahkan peraturan Benecditus 

bahwa para biarawan diperbolehkan tidur dua orang dalam satu ranjang. 

Beberapa abad kemudian, peraturan yang sama juga dikenakan kepada 

para biarawati. Juga ditetapkan bahwa setiap pendeta yang ditemukjan di 

tempat tidur bersama istrinya harus dipecat dan diasingkan selama 

setahun. Tetapi konsili tersebut mengakui bahwa hampir tidak ada 

pendeta yang tidak memiliki istri atau gundik, pengaruh peraturan ini 

hampir tidak ada. Para uskup dan pendeta tetap melangsungkan hidup 

dengan istri dan gundiknya secara terang-terangan. Jika ada yang 

dihukum , maka itu adalah dikalanganwanitanya. Banyak yang dihukum 

cambuk seratus kali karena dosa bersetubuh dengan seorang pendeta.

Kemudian Cawthorne (2001: 89-91) menjelaskan pesta seks 

(orgy) Roma, khususnya pada masa Paus Johanes XII (955-964). John 

mendu duki tahta kepausan ketika berumur enam belas tahun. Ia seorang 

biseksual yang tidak pernah puas dan mengumpulkan disekelilingnya 

bangsawan muda yang menganut pergaulan bebas. Daftar kejahatan yang 

dituduhkan kepadanya antara lain incest. Warga Roma mengeluh karena 

para peziarah perempuan yang sebelumnya memenuhi tempat suci 

terhalang oleh nafsu birahinya. Para peziarah yang sial ini diculik oleh 

John sebab dia suka mengoleksi wanita, tutur sejarawan Benedict of 

Socrate. 

Berdasarkan uraian diatas, jelasnya selibat membawa implikasi 

buruk bagi tahta suci kepausan. Meskipun demikian, doktrin “larangan menikah bagi pastor” (celibacy), masih tetap dipertahankan, meskipun 

sekarang mulai banyak para teolog Katolik yang menggugat larangan 

kawin ini. Prof Hans Kung, misalnya, melalui bukunya, The Catholic 

Church : A short history (New York: Modern Library, 2003), menyebut 

doktrin celibacy bertentangan dengan Bible (Matius, 19:12, 1 Timotius, 

3:1-2) Benarlah perkataan ini : “ Orang yang menghendaki jabatan 

penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. Karena itu penilik 

jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu istri, dapat 

menahan diri, bijaksana, sopan dan suka memberi tumpangan, cakap 

mengajar orang. Doktrin ini, katanya, juga menjadi salah satu sumber 

penyelewengan seksual di kalangan pastor. Logikanya, jika Yesus saja 

kawin dan mewariskan gerejanya kepada wanita, maka mengapa 

pengikutnya dilarang kawin dan melarang wanita menjadi pastor

Menurut Ted Robert (1999: 32-3) Alkitab berbicara dengan jelas 

perbuatan Kristus membinasakan iblis. (Yoh 3:8). Salah jerat yang paling 

ampuh ditempatkan iblis di sekeliling manusia adalah jerat ikatan 

seksual. Al-Kitab menggarisbawahi pentingnya pertempuran ini dengan 

cara menggambarkan batasan yang sangat kuat berkenaan dengan 

seksual. Bapa memberikan batasan itu bukan karena Dia pemalu, tetapi 

karena manusia sedang dalam peperangan. Bapak tidak merasa gelisah 

tentang seks, lagi pula itu ada ide-Nya. Dia ingin manusia menikmati 

seksualitas dalam perjanjian pernikahan. Seksualitas adalah karunia-Nya, 

tetapi iblis berkeinginan membalikkannya menjadi pisau belati yang 

ditancapkan di hati manusia. Dalam Kejadian 1 :26-27 Allah berkata : “ 

Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita …. 

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya. Menurut 

gambar-Nya diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan dicitakan-Nya 

mereka. 

Selibat sebagai sebuah persyaratan bagi pentahbisan menjadi 

imam (dalam Gereja Barat) dan menjadi rasul (baik di Gereja Timur 

maupun di Barat) serta menyatakan bahwa pernikahan bagi para imam 

adalah tidak sah (baik di Timur maupun di Barat) adalah hal-hal penting 

dari perselisihan selama masa Reformasi Protestan, dengan para kaum 

Reformer berargumen bahwa persyaratan-persyaratan ini bertentangan 

dengan ajaran Kitab Suci di dalam (a) 1 Timotius 4:1-5 (b)Ibrani 13:4 

(c)1 Korintus 9:5

J

Menikah atau selibat? (1 Kor 7 :1-40). Hal di atas secara tidak 

langsung merupakan sebuah degradasi terhadap pernikahan, dan 

merupakan satu alasan bagi "banyaknya rasa kebencian" dan bagi 

semaraknya perilaku seksual yang buruk di dalam lingkungan klergi pada 

masa Reformasi. Pandangan doktrin para kaum Reformer mengenai hal 

ini tercermin di dalam pernikahan Huldrych Zwingli pada tahun 1522, 

Martin Luther pada tahun 1525, dan John Calvin pada tahun 1539 di 

Inggris. Thomas Cranmer yang telah menikah ditahbiskan menjadi Uskup 

Agung Canterbury pada tahun 1533. Tindakan-tindakan ini, pernikahan 

setelah pentahbisan menjadi imam dan mentahbiskan pria yang telah 

menikah menjadi seorang uskup, melawan tradisi lama gereja baik di 

Timur maupun di Barat.

Dari wikipedia Bahasa Indonesia, Dogma selibat bagi para 

Biarawati pun sesungguhnya tidak murni berasal dari Kekristenan awal, 

melainkan berasal dari ritual paganisme Roma yang diistilahkan dengan 

nama para perawan Vesta yang terdiri dari para pendeta perempuan Dewi 

Vesta yang salah satu tugasnya memelihara nyala api Vesta dengan 

menjaga keperawanannya, simbol Paganisme Dewi Vesta. Hanya saja, 

para perawan Dewi Vesta ini pun jarang yang mampu menjaga 

kesuciannya. Banyak dari mereka yang dipenjarakan karena tidak mampu 

mempertahankan keperawanannya, tulis Cawthorne. Jadi, tidak jelas dari 

mana kehidupan selibat dikalangan gereja mulai berasal dimana tidak ada 

tuntunannya dalam Bible. Tapi sama dengan berbagai dogma irasional 

gereja lainnya, dogma yang bertentangan dengan fitrah manusia ini pun 

berperan penting dalam memperlihatkan kebobrokan gereja dan Vatikan 

dimata masyarakat.

Sekalipun demikian, kaul kemurnian yang ditahbiskan untuk 

Allah tidak seluruhnya ditolak dalam agama Islam. Al-Qur’ān memuji 

Mariam, bunda Yesus, sebagai sebuah contoh keperawanan yang 

sempurna: „Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara 

kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuhnya) ruh dari Kami 

dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar 

bagi semesta alam“ (Surat 21,91; bdk juga 66,12 dan 3,39). Pujian ini 

mengarah juga kepada Yohanes Pembaptis (Yahyā) yang tidak bercela 

(hasūr) dan sekaligus mengarah kepada kemurnian Yesus sendiri. Para 

rahib juga dipuji di dalam al-Qur’ān (Surat 5,82; 24,36-37; 57,27 dan 9,31-34). Beberapa pribadi mistik juga pernah hidup dalam janji 

keperawanan yang dipersembahkan untuk Allah. Contoh klasik dalam hal 

ini adalah Rābi’a dari Basrah di abab ke-8. 

Sementara tabattul dalam al-Qur’an QS : al-Muzzammil 73: 8 “ 

Sebutlah nama Rabb-mu dan bertabattullah (beribadah) kepada-Nya 

dengan penuh ketekunan.” Menurut syekh Muhammad bin Ismail, ayat 

ini adalah perintah untuk menggunakan seluruh waktu untuk Allah 

dengan beribadah secara ikhlas. Hal ini senada dengan QS al-Bayyinah 

98 : 5 : Padahal mereka tidak diperintah kecuali beribadah kepada Allah 

dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan menjalankan agama 

dengan lurus. Dalam QS Ali Imran 3 :14 dijelaskan bahwa laki-laki 

mempunyai kecendrungan terhadap wanita. Sehingga dilarang keras 

untuk bersikap sebaliknya yaitu memilih untuk tidak menikah, seperti 

yang terdapat dalam Imam Ahmad bin Hanbal Juz III : 158 dan 245. 

Imam at-TirmiziJuz II : 273, Imam An-Nasai Juz IV : 59-69, Imam Ibn 

Majah :593 dan Imam Ad-Damiri Juz II : 133. Bahwa para sahabat 

menyatakan jika tabattul diperbolehkan maka mereka akan menjalaninya.

Dalam hadist yang diriwayatkan Muslim dalam Syarh An￾Nawawi III/594, kata tabattul (membujang) diartikan menjauhkan diri 

dari wanita dan tidak menikah karena ingin terus beribadah kepada Allah. 

Sementara hadist-hadist yang melarang untuk hidup membujang cukup 

banyak, diantaranya, yaitu : 

Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah saw memerintahkan 

kami untuk menikah dan melarang tabattul. Beliau berkata : Nikahilah 

oleh kalian wanita yang subur calon banyak anak, karena aku akan 

bangga kepada para nabi di hari kiamat dengan banyaknya kalian. (HR. 

Ahmad)

Hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Sa’ad bin Abi 

Waqash ra. Ia berkata : Nabi Muhammad saw menolak hal itu kepada 

Utsman bin Mazh’un. Seandainya beliau membolehkannya kepada 

Ustman bin Mazh’un untuk hidup membujang niscaya kami membujang. 

( Hadist ini terdapat dalam Imam Bukhari no. 5074, Imam Muslim No. 

1402, Imam At-Tirmizdi no. 1086, Imam An-Nasai no.3212, Imam Ibnu 

Majah no.1848 dan Imam Ahmad no,1517 dalam kitab An-Nikah. 

Kemudian al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia 

menuturkan : Aku mengatakan : Wahai Rasulullah, aku adalah seorang 

pemuda dan aku takut nemberatkan diriku, sedangkan aku tidak 

mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita. Tetapi beliau mendiamkan 

diriku. Kemudian aku mengatakan hal seperti itu lagi : “ aku adalah 

seorang pemuda dan aku takut nemberatkan diriku, sedangkan aku tidak 

mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita.”Tetapi beliau mendiamkan 

diriku. Kemudian aku mengatakan hal seperti itu lagi. Maka Nabi 

Muhammad saw bersabda : Wahai abu Hurairah pena telah kering dengan 

apa yang engkau alami, mengebirilah atau tinggalkanlah. Hadis ini juga 

terdapat dalam Imam Muslim No.1404 dan Imam Ahmad no.3642 dalam 

kitab An-Nikah.

Syeikh Mustofa al-Adawi berkata mengomentari sabda Nabi 

Muhammad tentang mengebirilah atau tinggalkanlah seperti firman Allah 

dalam QS al-Kahfi 18: 29 : “ Barang siapa yang ingin beriman hendaklah 

ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. (Dalam 

Abu Hafash Usamah bin Kamal bin abdir Razzaq, an-Nisa al-adawi 

III/20)

Oleh karena itu jangan membujang, Dalam hal ini Ummul 

Mukminin Aisyah ra. Ketika ditemui Sa’id bin Hisyam seraya berkata : 

Aku ingin bertanya kepadamu tentang hidup membujang, bagaimana 

pendapatmu ?” Aisyah berkata : “ Jangan lakukan bukankah Allah 

berfirman dalam QS ar-Rad 13: 38 : Sesungguhnya Kami telah mengutus 

beberapa rasul sebelummu dan Kami memberikan kepada mereka istri￾istri dan keturunan. Oleh karena itu janganlah engkau hidup membujang. 

Hadist ini terdapat dalam kitab Imam At-Tirmizdi no.1982, Imam Ibnu 

Majah no.1849 dalam kitab an-Nikah dan kemudian dishahihkan oleh 

syaikh al-Bani dalam Shahih ibn Majah no.1499.

Tidak ada kepasturan dalam Islam, Aisyah ra menuturkan : “Aku 

menjenguk Khuwailah binti Hakim bin Umayyah bin Harist bin al￾Auqash as-Salamiyah. Dia adalah istri dari Utsman bin Mazh’un. Aisyah 

melanjutkan, ketika Rasulullah melihat kondisi tubuhnya yang buruk, 

beliau bertanya kepada ku : “ Wahai Aisyah, apa yang memperburuk 

kondisi Khuwailah. Aisyah menjawab : “Wahai Rasulullah ia seorang 

yang mempunyai suami yang selalu berpuasa di siang hari dan bangun 

pada malam hari untuk shalat. Ia seperti orang yang tidak mempunyai suami. Oleh karenanya ia membiarkan atau menyia-nyiakan dirinya. 

Kemudian Rasulullah mengirim utusan kepada Ustman dan Mazh’un 

untuk menemui Rasulullah. Ketika ia datang menemui Rasulullah, 

Rasulullah bertanya : “ Wahai Utsman apakah engkau membenci 

sunnahku ?”Ia menjawab : “ Tidak demi Allah wahai Rasulullah, bahkan 

sunnahmu yang kucari. Rasulullah bersabda : sesungguhnya aku tidur dan 

shalat, puasa dan berbuka dan menikahi beberapa wanita. Maka 

bertaqwalah kepada Allah, karena istrimu mempunyai hak atasmu, 

tamumu mempunyai hak atasmu dan dirimu mempunyai hak atasmu. 

Oleh karena itu berpuasalah, berbukalah, shalatlah dan tidurlah. (Dalam 

Imam Ahmad no.25776) 

Asy-Sya’bi meriwayatkan bahwa Ka’ab bin Sur pernah duduk di 

sisi Umar bin Khattab ra., lalu seorang wanita datang dan berkata : 

“Wahai Amirul Mukminin aku tidak melihat seorang pun yang lebih baik 

dari suamiku. Demi allah dia senantiasa berpuasa pada siang hari dan 

beribadah pada malam harinya. Mendengar hal itu Umar memohonkan 

ampunan untuk dirinya dan memujinya. Tetapi wanita ini merasa malu 

dan beranjak pulang. Ka’ab berkata : “ Wahai Amirul Mukminin, 

tidakkah kau membantu wanita tadi untuk mendapatkan haknya. Sebab 

dia telah menyampaikan keluhannya kepadamu. Umar berkata kepada 

Ka’ab : “ Putuskanlah perkara ini di antara keduanya karena engkau 

memahamai urusan yang aku tidak memahaminya. Ia berkata : “ aku 

melihat sepertinya dia seorang wanita bersana istri lainnya, dan ia yang 

keempatnya. Oleh karenanya aku memutuskan tiga haru tiga malam pria 

ini beribadah di dalamnya dan untuk wanita ini sehari semalam. Umar 

berkata : “ Demi Allah, pendapatmu yang pertama tidak lebih 

mengagumkan dari pada yang terkahir. Pergilah engkau menjadi qadhi di 

Basrah dan sebaik-baik qadhi adalah dirimu. (Dalam Majmu al-Fatawa 

Ibn Taimiyah XXXI/85, al-Mughni VII/30 dishahihkan oleh al-Albani 

dalam al-Irwaa VII/80

Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, Rasulullah bersabda : “ 

Wahai Abdullah benarkan apa yang aku dengar bahwa engkau selalu 

berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari ? “ Abdullah menjawab : 

“ benar, ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda : “ Jangan engkau lakukan, 

berpuasalah dan berbukalah, bangun dan tidurlah, karena tubuh 

mempunyai hak atasmu. Cukuplah engkau berpuasa 3 hari dalam sebulan, 

J

34

karena engkau akan mendapatkan setiap kebajikan 10 kali lipat, hal ini 

seperti puasa sepanjang masa. Ketika Abdullah bersikeras. Maka ia 

sendiri yang akhirnya menemui kesulitan. Aku mengatakan : “ Wahai 

Rasulullah aku masih memiliki kesanggupan. Rasulullah bersabda : 

“Kalau begitu, berpuasalah seperti seperti puasa nabi Daud as dan jangan 

menambahnya. Abdullah bertanya : “ Bagaimana puasa nabi Daud as. Ya 

Rasulullah? “ Rasulullah menjawab : “ Separuh masa.” Setelah tua 

Abdullah berkata: “ Duhai sekiranya aku menerima keringan dari 

Rasulullah.” (dalam kitab hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari 

no. 1975, Imam Muslim 1159, Imam At-Tirmizdi no.770, Imam An￾Nasai 1630, Imam Ibn Majah no,1712 dan Imam Ahmad no, 6441

Al-Mawarzi mengatakan Abu Abdilllah (Ahmad bin Hanbal) 

berkata : “ Hidup membujang sama sekali bukan ajaran Islam,” Nabi 

Muhammad saw menikahi 14 istri dan beliau wafat meninggalkan 9 istri. 

Seandainya Basyar bin Harist menikah, niscaya urusannya menjadi 

sempurna. Jika manusia tidak menikah niscaya tidak ada peperangan, 

tidak ada haji, tidak ada begini dan tidak ada begitu. Nabi Muhammmad 

saw menikah sedangkan mereka tidak memiliki apa-apa. Beliau wafat 

meninggalkan 9 istri serta memilih menikah dan menganjurkan akan hal 

itu. Nabi Muhammad saw melarang hidup membujang. Barangsiapa 

membenci sunnah Nabi, maka ia berada di atas selain kebenaran. Ya’kub 

dalam kesedihannya masih menikah dan mendapatkan anak. Nabi 

Muhammad saw bersabda : Dimasukkan dalam hatiku kecintaan kepada 

wanita. Aku mengatakan kepadanya diceritakan dari Ibrahim bin Adham 

bahwa dia mengatakan : “ Sungguh rasa takut seorang laki-laki yang 

menanggung beban keluarga yang berat ……..Belum sempat aku 

menyelesaikan ucapanku tiba-tiba dia memotongnya dan berteriak kepada 

ku dan mengatakan : Kita terperangkap di jalan yang sempit. Lihat 

semoga Allah menyelamatkanku, apa yang dilakukan oleh nabinya, 

Muhammad dan para sahabatnya. Kemudian ia mengatakan : “ Sungguh 

tangisan anak dihadapan ayahnya karena meminta roti kepadanya itu 

lebih baik. Bagaimana mungkin ahli ibadah yang membujang bisa 

menyamai orang yang menikah (dalam Raudhatul Muhibbin : 214) 

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami, bahwa Allah 

memerintahkan untuk bertabattul dalam makna beribadah dengan penuh 

ketekunan dan keihklasan. Sementara larangan tabattul seperti yang dijelaskan dalam sunnah dalam makna memutuskan hubungan manusia 

dengan komunitasnya yang menempuh jalan kependetaan untuk 

meninggalkan pernikahan. Larangan tabattul karena dikhawatirkan sikap 

hidup membujang tersebut akan membuka peluang bagi pria dan wanita 

untuk melakukan penyaluran kebutuhan seksual melalui cara yang tidak 

dibenarkan dalam Islam. Sehingga akan berakibat pada fisik dan psikis, 

yaitu : (1) Secara fisik dapat melemahkan anggota tubuh utama seperti 

hatu dan IQ yang berpengaruh terhadap daya intelektual seseorang. (2) 

Secara Psikis dapat merusak dunia dan keturunan.

Meskipun keenganan seseorang untuk menikah dan menghindari 

semua kenikmatan yang diperoleh dalam hidup berkeluarga disebabkan 

oleh adanya keinginan beribadah kepada Allah. Tetapi arti ibadah bukan 

dalam makna yang sempit. Makna ibadah mempunyai cakupan yang luas, 

yaitu mencari nafkah, menyalurkan kebutuhan seks juga ibadah jika 

dilalukan sesuai dengan tuntunan Islam. Karena Rasulullah ketika ditanya 

sahabat tentang penyaluran kebutuhan seks dengan istri apakah mendapat 

pahala ? Rasulullah menjawab : Jika penyaluran seks pada tempat yang 

haram dijatuhi hukuman dan dosa, demikian sebaliknya akan 

mendapatkan pahala. 


Selibat berasal dari kata Latin Caecibatus, (hidup tidak menikah). 

Jelasnya, selibat hidup tidak menikah dengan alasan iman dan 

mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus. Dasar hukum selibat hanya 

terdapat dalam Perjanjian Baru, Matius l9: l2 dan surat Pertama Korintus 

7: 32-35. Kemudian ajaran ini dipertegas kembali dalam dekrit Pertama 

Kanon 33 Sinode Elvira di Spanyol. 

Di seluruh Gereja Katolik, di Timur maupun di Barat, Gereja 

Ortodoks Timur dan Gereja Ortodoks Oriental, seorang imam tidak boleh 

menikah, tetapi Paus I Petrus melakukan pernikahan. 

Pada era Paus Leo I (440-461) hukum selibat dikenal secara 

umum di dunia Barat. Meskipun demikian selibat membawa dampak 

negatif. Beberapa Paus dicatat melakukan tindakan yang tidak sesuai 

dengan ajaran selibat, seprti Paus Damasus I (366-384), Paus Clemens V 

(1305-1314) dan Paus Johanes XII (955-964). Jumlah pastor Katolik 

J

36

turun drastis kira-kira 50 persen antara tahun 1996-2000. Sementara 

dalam Islam Allah memerintahkan untuk bertabattul dalam makna 

beribadah dengan penuh ketekunan dan keihklasan. Sementara larangan 

tabattul dalam makna memutuskan hubungan dengan manusia untuk 

meninggalkan pernikahan. 

























Oleh : Nur Fitriyana

Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden 

Fatah Palembang