Republika Co.id. Milan dalam sebuah laporan baru, Paus
Benediktus XVI dilaporkan memutuskan mengundurkan diri sebagai
pemimpin Gereja Katolik karena telah mecnganalisis kasus skandal seks
pasangan sesama jenis dan korupsi di Vatikan. Pada 11 Februari 2013,
Paus Benediktus XVI mengumumkan dia akan resmi mundur dari
jabatannya pada 28 Februari. Alasannya, dia tidak lagi mampu
melaksanakan tugas karena usia lanjut. Mengutip sumber tanpa nama,
sebuah laporan yang diterbitkan surat kabar Italia, La Repubblica pada
Kamis (21/2) waktu setempat, menyebut paus memutuskan mundur
setelah penyelidikan internal gereja dilakukan.
Dalam penyelidikan itu dilaporkan tentang serangkaian
pemerasan dan seks gay yang tersembunyi di Vatikan. Dilansir Press
TV, laporan tersebut menyatakan tiga kardinal termasuk mantan kepala
dinas rahasia Vatikan diminta untuk memverifikasi tuduhan
penyalahgunaan keuangan, nepotisme, dan korupsi. Pengungkapan
skandal tersebut sebagai Vatileaks. Menurut laporan tersebut, tiga
kardinal melaporkan temuan mereka kepada paus pada 17 Desember
2012 dalam laporan setebal 300 halaman. Laporan itu berisi peta
kejahatan dalam tubuh Vatikan. Pada hari itu, dengan kertas-kertas di
mejanya, Paus Benediktus XVI mengambil keputusan, dia merenungkan
begitu lama, ungkap laporan dalam surat kabar tersebut. Vatileaks
terungkap pada Januari 2012 ketika serangkaian dokumen internal bocor
ke media Italia. Setelah kejadian tersebut, wartawan Italia, Gianluigi
Nuzzi memicu perhatian publik dengan sebuah buku berjudul His
Holiness. Buku tersebut menjelaskan perebutan kekuasaan di Vatikan
dengan menghadirkan dokumen rahasia dan surat-surat rahasia yang
ditujukan dan juga berasal dari paus serta sekretaris pribadinya.
Pada Mei 2012, otoritas Vatikan menangkap Paolo Gabriele,
pelayan paus karena dicurigai berada di balik kebocoran dokumen
tersebut. Dia terancam 18 bulan penjara. Namun, dia kemudian diampuni.
Laporan lain juga muncul di media Italia pada Juni 2012 yang
menghubungkan Vatikan dengan kepala mafia Sisilia. Laporan tersebut
muncul setelah Kepala Bank Vatikan, Ettore Gotti Tedeschi dipecat di
tengah klaim perebutan kekuasaan dan korupsi di Vatikan. Dia diduga
melakukan pencucian uang
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Media. Media menuliskan
: Skandal di Balik Pengunduran Diri Paus Jumat, 22 Februari 2013 |
09:59 WIB. Paus Benediktus XVI menyampaikan pengunduran dirinya
dalam pertemuan para kardinal di Vatikan, Senin (11/2), dalam foto yang
dikeluarkan oleh Biro Pers Vatikan. Pengunduran diri ini baru pertama
dari seorang paus selama hampir enam abad.
Pernyataan di atas dipertegas dalam laporan Kompas. Roma,
Kompas.com — Paus Benediktus XVI mengundurkan diri setelah sebuah
investigasi internal memberitahu dia tentang sebuah jaringan pemerasan,
korupsi, dan seks gay di Vatikan, demikian laporan media Italia, yang
kemudian dikutip sejumlah media global, termasuk kantor berita Jerman,
DPA, Kamis (21/2/2013). Laporan itu menyebutkan, tiga kardinal
diminta Benediktus untuk memverifikasi berbagai tuduhan tentang penyelewengan keuangan, kronisme, dan korupsi yang terungkap dalam
"sebuah peta rincian kejahatan dan ikan busuk" di dalam Takhta Suci,
lapor harian Italia, La Repubblica. “Pada hari itulah, dengan berkasberkas itu ada di mejanya, Benediktus XVI membuat keputusan yang
sudah begitu lama ia renungkan," lapor harian yang berhaluan kiri-tengah
itu. Harian tersebut menyatakan, artikelnya itu merupakan yang pertama
dari sebuah serial. Panorama, sebuah mingguan konservatif, tidak
berspekulasi tentang motif di balik pengunduran diri Benediktus, tetapi
laporannya tentang isi dokumen rahasia itu secara umum sama.
Juru bicara Vatikan, Pater Federico Lombardi, menolak untuk
"meladeni fantasi dan opini". Ia memperingatkan para wartawan, "Jangan
mengharapkan komentar atau sanggahan dari apa yang telah dikatakan
tentang isu itu." La Repubblica mengutip seorang pria yang digambarkan
sebagai sangat dekat dengan para penulis laporan mengatakan, informasi
itu mengandung "semua pelanggaran terkait perintah keenam dan tujuh"
(dari 10 Perintah Tuhan), yang mengatakan, "kamu jangan berzina" dan
"kamu jangan mencuri". Para kardinal itu dikatakan telah menemukan
sebuah jaringan gay bawah tanah, yang para anggotanya mengadakan
pertemuan seksual di beberapa tempat di Roma dan kota Vatikan,
membuat mereka rentan terhadap pemerasan. Laporan rahasia itu juga
menyelidiki sejumlah dugaan transaksi di Institute for Religious Works
(IOR), bank Vatikan, yang pemimpinnya baru ditunjuk pekan lalu setelah
mengalami kekosongan selama sembilan bulan, kata La Repubblica,
tanpa memberikan rincian. Harian itu mengatakan, Benediktus secara
pribadi akan menyerahkan file rahasia itu kepada penggantinya, dengan
harapan si pengganti akan cukup "kuat, muda, dan suci" untuk
mengambil tindakan yang diperlukan. Para penulis laporan rahasia itu
tidak akan ikut serta dalam konklaf (sidang para kardinal untuk memilih
paus) karena mereka telah berusia lebih dari 80 tahun, melewati batas
usia yang ditentukan untuk bisa mengikuti pertemuan tersebut. Namun,
Panorama mengatakan, mereka akan menginformasikan kepada para
kardinal lain tentang apa yang mereka temukan. Menurut mingguan
tersebut, seperti dikutip DPA, temuan para kardinal itu akan mewarnai
suasana konklaf karena harus memilih paus yang kebal terhadap
pemerasan, sehingga ia dapat memulai operasi pembersihan yang
Benediktus percayakan kepada penggantinya.
J
4
Jika dicermati masalah di atas, tentang serangkaian pemerasan
dan seks serta jaringan gay bawah yang tersembunyi di Vatikan bukan hal
baru dan aneh. Karena menurut Brenda (2011 :10 dan 23) pada abad
kesepuluh dalam kekuasaan Paus ada yang dikenal dengan periode
pornokrasi. Selama periode yang disebut pornokrasi kepausan pada awal
abad ke-10, para paus telah dimanipulasi, dieskploitasi dan digerakkan
untuk maksud-maksud keji oleh para kekasih gelap yang menggunakan
mereka sebagai pion-pion dalam permainan kekuasaan mereka sendiri.
Dengan sedikit pembenaran, inilah masa yang disebut Kekuasaan Para
Pelacur. Kekuasan para pelacur ini oleh sebagian orang yang percaya ,
dengan alasan yang tepat, bahwa pada periode ini kepausan berada dalam
genggaman tangan para pelacur. Sama seperti boneka-boneka yang
benang-benangnya ditarik dengan rajin oleh Agiltrude, Para puas
pornokrasi pun menjadi pasangan-pasangam antusias di dalam dekadensi
dan kebejatan moral yang menjadi karakter dari era tak tahu malu dan
yang memalukan ini. Sejarawan Lombardia dari abad kesepuluh dan
Uskup Liutprand dari Cremona adalah seorang yang sangat anti Roma
dan anti kepausan. Meskipun demikian terdapat lebih banyak kebenaran
dalam penulisan bukunya Antapodosis, sebuah sejarah tentang kepausan
dari tahun 866 hingga 950. Lombardia menuliskann bahwa mereka
berburu dengan menunggang kuda yang berhiaskan emas, mengadakan
pesta-pesta dengan berdansa bersama para gadis ketika perburuan usai
dan beristirahat dengan para pelacur di atas ranjang-ranjang berselubung
kain sutra dan sulaman-sulaman emas diatasnya. Semua Uskup Roma
telah menikah dan istri-istri mereka membuat pakaian-pakaian sutera dari
jubah-jubah suci. Uskup Liutprand menjuluki Theodora dan Marozia
sebagai dua wanita kerajaan yang menggairahkan, memerintah kepausan
selama abad kesepuluh. Theodora adalah pelacur yang tak kenal
malu….pada saat ….monarki satu-satunya dari Roma dan – meskipun
memalukan untuk ditulis- mengendalikan kekuasaan seperti pria. Putri
keduanya juga bernama Theodora, tidak dapat melepaskan diri dari
kecaman, karena ia dan saudaranya juga dapat melebihi ibu mereka
dalam melakukan kekuasaan atas nama cinta Venus. Mazoria memiliki
memiliki kediaman di Isola Tiberina Roma, sebuah pulau di tengahtengah sungai Tibet di mana kesederhanaan dan moralitas tidaklah
dikenal. Sebagian besar pengunjung kediaman Mazoria ini adalah parabangsawan muda dan berbagai pemuka agama termasuk uskup yang gaya
hidupnya jauh dari gaya hidup ideal yang suci dari agama Kristen. Selain
seks dan banyak prilaku seks, para pria ini juga tertarik untuk berburu
babi hutan dan memelihara burung elang-hiburan standar bagi kaum
menengah ke atas pada era abad pertengahanDisamping itu, masih menurut Brenda (2011 :10) Benekditus
VIII salah satu Paus termuda, diperikan sebagai yang berpesta dalam
kehancuran moral dan iblis dari neraka dalam samaran pendeta. Ia pun
dituduh banyak melakukan perzinahan, pembunuhan dan tindakantindakan keji lainnya. Kehidupan Benekditus seperti dituturkan Paus
Viktor juga dituduh karena homoseksual dan bestialitas.
Benediktus IX (1032-1046) yang dideskripsikan sebagai seorang yang
keji, curang, buruk dan digambarkan sebagai iblis dari neraka yang
menyamar sebagai pendeta. Dia juga menjual singgasana Santo Petrus
kepada bapa baptisnya demi kekayaan berupa emas. Alexander IV (1492-
1503) adalah seorang yang melakukan tindakan seksual dengan siapa
saja, praktek korup dan nepotisme.
Kalau dikaji lebih dalam apa sebenarya yang menyebabkan
timbulnya praktek jaringan gay bawah tanah dan pesta seks (orgy) Roma.
Asumsi sementara dari penulis karena Gereja Roma Katholik
mengajarkan ajaran tentang Selibat.
Selibat berasal dari bahasa Latin, yang berarti hidup tidak
menikah. Dalam Konsili Vatikan II (dalam A. Heuken, l994: 9l)
dikatakan hal ini sebagai pintu gerbang menuju kehidupan membiara
(kaum rohaniawan), mereka hanya merindukan kedatangan Yesus selaku
mempelainya yang tunggal. Ajaran selibat tidak dikenal dalam Perjanjian
Lama, bahkan dalam Perjanjian Lama diperintahkan untuk
memperbanyak keturunan. Dengan demikian dasar hukum selibat hanya
terdapat dalam Perjanjian Baru, antara lain pada Matius l9: l2 dan surat
Pertama Korintus 7: 32-35. Kemudian ajaran ini dipertegas kembali
dalam dekrit Pertama Kanon 33 Sinode Elvira di Spanyol. “Kami
menyatakan bahwa semua uskup, imam dan diakons dari seluruh klerus
(pejabat) yang terlibat dalam pelayanan dilarang sama sekali untuk hidup
bersama dengan istrinya dan mengadakan anak. Siapa saja yang
melanggar akan dipecat dari imamatnya. Sementara itu menurut Gerald
O’ Collin (1996 : 291) Selibat berasal dari kata Celibacy, artinya hidup
J
6
tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan. Biarawati –biarawati dan
para rahib menyatakan pilihan hidup ini dalam kaul. tradisi Latin, selibat
juga dituntut dari calon imam, diakon tetap tidak diperbolehkan menikah
sesudah ditahbiskan (KHK) 247 :1037). Ada juga imam Katolik Timur
yang menikah. Imam dan diakon ortodoks biasanya menikah, tetapi
setelah ditahbiskan mereka tidak boleh menikah atau menikah kembali.
Di Timur uskup harus menjalankan selibat.
Kemudian dalam paham Katolik, Yesus hanya mendirikan satu
gereja, dan Ia berjanji bahwa Gereja-Nya tidak akan dikuasai oleh maut
(lih. Mat 16:18), artinya tidak akan disesatkan oleh Iblis hingga binasa.
Yesus yang mengajarkan perkawinan adalah antara satu laki-laki dan satu
perempuan, juga pasti akan menerapkan hal itu sendiri, ketika melalui
Rasul Paulus, Ia mengatakan bahwa Ia adalah seumpama mempelai lakilaki, dan gereja-Nya adalah mempelai perempuan (Ef 5:22-33). Sebelum
sengsara-Nya, Ia juga berdoa kepada Allah Bapa, agar para rasul-Nya dan
pengikut- mereka (yaitu semua sebagai anggota gereja-Nya) bersatu (Yoh
17:20-23). Dan tentu kesatuan ini termasuk dan terutama dalam kesatuan
baptisan dan kesatuan ajaran, sebagai pesan Yesus yang terakhir yang
diberikan kepada para rasul-Nya sebelum Ia naik ke surga (lih. Mat
28:19-20). Maka menjadi penting bagi umat Katolik untuk memahami
kitab suci sesuai dengan pengajaran para rasul, agar kita dapat sungguh
melaksanakan apa yang menjadi ajaran Kristus.
Tetapi sepanjang sejarah Kepausan” (dalam A. Heuken, l994:
l92) terdapat sejumlah paus yang menikah. Tercatat pada abad-abad
pertama 37 orang paus menikah dan berumah tangga. Paus Hormisdas
(5l4-523) adalah ayah dari Paus Silverius (536-537). Paus yang terakhir
yang beristri adalah Andrianus II (867-872). Setelah itu masih ada paus
yang berkeluarga sebelum ditahbiskan menjadi imam, lalu sesudahnya
hidup berselibat.
Kelihatannya ajaran selibat ini ada kemiripan dengan ajaran
Budha tentang hidup membiara. Dalam KitabVinaya Pitaka (dalam Teja
S.M. Rashid, l997: 42) dikatakan bahwa kehidupan para rahib ditandai
oleh tiga hal, yaitu: kemiskinan, hidup membujang dan ahimsa (tanpa
perkosaan). Dalam kitab Brahmajala Sutta terdapat sabda sang Budha
tentang hal ini, “Tidak melakukan hubungan kelamin Samana Gautama hidup membujang, dia menjauhkan diri dari perbuatan ternoda dan tidak
melakukan hubungan kelamin.
Dengan demikian, Budha dan Paulus sama-sama mengajarkan
ajaran tentang selibat, tetapi yang berbeda dari kedua adalah, jika Budha
mengajarkan hidup membujang dan dia sendiri ternyata membujang,
meski pun sebelumnya telah beristri. Sementara Paulus menurut Max I
Dimont” (l993: l05) memang hidup membujang selamanya.
Abad gelap keangkuhan paus dan otortitas tertinggi gereja serta
ambisi mereka akan kuasa tidak hanya menyisakan kisah sedih bagi
Gereja Katolik di eropa Timur. Gereja Barat di bawah paus yang
mengklaim bahwa dirinya mengambil keputusan selalu benar pun
mengalami kegelapan dengan pemisahan yang diawali oleh Martin
Luther di Wittenberg, Jerman. para pemimpin (Paus Leo X) gereja
menurut Th. Van Den End (l987: l66) sedang membangun Gereja yang
terbesar di dunia, yaitu Basilea Santo Petrus di Vatikan. Gedung itu
dilengkapi dengan kubah yang terbesar dan agung di dunia. Kubah itu
dirancang oleh Michelangelo, salah seorang tokoh high-Renaissans di
Italia. Ketika gedung ini sedang dibangun, ternyata pihak gereja
mengalami kekurangan dana. Untuk menutupi hal ini, maka pihak gereja
mulai menjual surat pengampunan dosa sebagai jalan untuk mengatasi
persoalan dana.
Kemudian Luther sebagai seorang imam ordo St. Agustinus dari
Jerman harus menerima pengakuan dosa dari pihak jemaat. Mereka
memperlihatkan kepadanya surat penghapusan siksa sambil berkata:
“Dosa kami sudah diampuni” Luther kaget. Akhirnya dia mengambil
keputusan dan menyusun 95 dalil mengenai penghapusan siksa, dalam
bahasa Latin, pada 31 Oktober l5l7, dalil-dalil tersebut ditempelkannya
pada pintu Gereja di Wittenberg (Th. Van Den End, l987: 166-167).
Disamping itu Luthert juga memprotes tentang ajaran selibat, bahkan ia
sendiri menikah dengan seorang biarawati.
Berdasarkan uraian di atas, dipandang sudah waktunya untuk
mengetahui bagaimana sebenarnya makna selibat dalam paham
keagamaan Gereja Katolik. Agar semangat keberagamaan umat Katolik
tetap berjalan namun pada saat yang sama tidak akan menimbulkan
perselisihan atau konflik di antara umat yang Katolik sendiri karena
gereja ini telah mengajarkan selibat bagi para pejabatnya tetapi kemudian
J
8
terjadi tindakan di luar ajaran selibat seperti yang telah dijelaskan diatas.
Sebagai titik tolaknya karena terdapat perbuatan atau tindakan paus yang
menyimpang dari figurnya sebagai seorang santo atau bapa suci. Karena
menurut kepercayaan dalam agama Katolik, kepala gereja adalah Yesus
yang dalam bentuk nampak sehari-hari di dunia diwakili oleh Paus. Jadi
Paus adalah wakil Yesus Kristus sebagai kepala gereja.
Dengan demikian penelitian ini dipandang penting agar
diketahui secara lebih jelas dan komprehensif makna selibat dalam paham
keagamaan Gereja Katolik. Disamping itu kajian yang mendalam tentang
hal ini sangat penting, terutama dalam rangka memahami dan
membongkar teologi agama yang selama ini cendrung ditampilkan
dalam wajah eksklusif dan dogmatis.
Berdasarkan latar belakang di atas, fokus penelitian ini
bagaimana Selibat dalam Paham keagamaan Gereja Katolik. Agar
pembahasan terarah, pertanyaan pokok ini dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimanakah sebenarnya makna dan dasar teologi selibat ?
Bagaimanakah sebenarnya selibat rohaniawan Katolik? Bagaimanakah
sebenarnya perkembangan dan dampak ajaran selibat bagi pejabat Gereja
dalam hirarkis organisatoris Gereja Katolik ?
Pengertian Selibat
Selibat berasal dari bahasa Latin, yang berarti hidup tidak
menikah. Dalam Konsili Vatikan II (dalam A. Heuken, l994: 9l)
dikatakan hal ini sebagai pintu gerbang menuju kehidupan membiara
(kaum rohaniawan), mereka hanya merindukan kedatangan Yesus selaku
mempelainya yang tunggal. Menurut Gerald O’ Collin (1996 : 291)
Selibat berasal dari kata Celibacy, artinya hidup tidak menikah dengan
alasan-alasan keimanan. Biarawati-biarawati dan para rahib menyatakan
pilihan hidup ini dalam kaul. Tradisi Latin, selibat juga dituntut dari
calon imam, diakon tetap tidak diperbolehkan menikah sesudah
ditahbiskan (KHK) 247 :1037). Ada juga imam Katolik Timur yang
menikah. Imam dan diakon ortodoks biasanya menikah, tetapi setelah
ditahbiskan mereka tidak boleh menikah atau menikah kembali. Di Timur
uskup harus menjalankan selibat.Sementara bersumber dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas. Selibat adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber
dari suatu pandangan atau pemikiran tertentu yang memutuskan sang
pribadi untuk memilih hidup tanpa menikah. Pilihan hidup ini, meskipun
bebas dianut oleh siapa saja, sebagian besar dilakukan oleh kaum
rohaniwan dari agama Kristen (terutama Katolik) dan agama Buddha.
Sejumlah rohaniwan dari agama-agama lain seperti agama Hindu,
penganut paham mistik dan sufi juga melakukan hal ini. Inti dari hidup
selibat yaitu menerapkan salah satu dari ketiga kaul yaitu kaul kesucian.
Dengan mengucap kaul kesucian, seseorang yang memilih hidup
membiara melepaskan haknya untuk hidup berkeluarga demi Kerajaan
Allah.
Ensiklopedia Katolik mendefinisikan selibat sebagai berikut:
Celibacy is the renunciation of marriage implicitly or explicitly made, for
the more perfect observance of chastity, by all those who receive the
Sacrament of Orders in any of the higher grades. Menurut Ensiklopedia
Britannica, selibat adalah "the state of being unmarried and, therefore,
sexually abstinent, usually in association with the role of a religious
official or devotee. In its narrow sense, the term is applied only to those
for whom the unmarried state is the result of a sacred vow, act of
renunciation, or religious conviction. Celibacy has existed in one form or
another throughout history and in virtually all the major religions of the
world."
Sedangkan menurut web trinitas, selibat berasal dari kata Latin
“Caecibatus” yang berarti “hidup tidak menikah”. Gereja Katolik Roma
menuntut para imamnya untuk tidak menikah seumur hidup dan taat pada
kemurnian pribadi dalam pikiran maupun dalam perbuatan. Selibat bukan
suatu pokok iman Katolik, melainkan tuntutan hukum gereja yang
mengatur cita-cita tentang hidup klerus Katolik.
Sementara selibat rohaniwan Katolik, yang bersumber dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas, menjelaskan bahwa
selibat rohaniawan Katolik adalah aturan di beberapa gereja partikular
yang membentuk Gereja Katolik yang hanya memperbolehkan pria yang
tidak menikah saja yang dapat ditahbiskan menjadi imam. Aturan yang
sama juga dijunjung oleh beberapa gereja lainnya dalam hal pentahbisan
J
10
menjadi gembala (uskup, pendeta, rasul) gereja tersebut. Pemimpin
gereja-gereja partikular Katolik yang mentaati aturan ini adalah ritus
Latin, Namun, di antara Gereja-gereja Katolik Timur, setidaknya Gereja
Katolik Ethiopia menerapkannya juga. Dalam konteks ini, selibat
mempertahankan arti sesungguhnya dari "tidak menikah", dan tidak
merujuk pada penahanan nafsu atau puasa dari hubungan seksual yang
bisa juga dilakukan oleh pihak-pihak yang telah menikah.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Selibat
adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau
pemikiran tertentu yang memutuskan sang pribadi untuk memilih hidup
tanpa menikah. Pilihan hidup ini, meskipun bebas dianut oleh siapa saja,
sebagian besar dilakukan oleh kaum rohaniwan dari agama Kristen
(terutama Katolik) dan agama Buddha. Sejumlah rohaniwan dari agamaagama lain seperti agama Hindu, penganut paham mistik dan sufi juga
melakukan hal ini. Inti dari hidup selibat yaitu menerapkan salah satu dari
ketiga kaul yaitu kaul kesucian. Dengan mengucap kaul kesucian,
seseorang yang memilih hidup membiara melepaskan haknya untuk
hidup berkeluarga demi Kerajaan Allah. Kalau gereja Katolik
menetapkan syarat bahwa orang yang akan menerima sakramen tahbisan
harus mengucapkan kaul, yang salah satunya hidup selibat, itu adalah
keputusan yang ada dasar Alkitabnya, lalu apakah itu artinya kalau orang
mau melayani (katakanlah terpanggil untuk melayani) menjadi
'pemimpin' seperti pastor maka diharuskan selibat, dikarenakan kalau
tidak selibat maka tidak bisa sebagai pastur?
Jelasnya, selibat hidup tidak menikah dengan alasan iman dan
mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus sebagai mempelainya.
Yesus Selibat atau Menikah ?
Ajaran selibat tidak dikenal dalam Perjanjian Lama, bahkan
dalam Perjanjian Lama diperintahkan untuk memperbanyak keturunan.
Dengan demikian dasar hukum selibat hanya terdapat dalam Perjanjian
Baru, antara lain pada Matius l9: l2 dan surat Pertama Korintus 7: 32-35.
Kemudian ajaran ini dipertegas kembali dalam dekrit Pertama Kanon 33
Sinode Elvira di Spanyol. “Kami menyatakan bahwa semua uskup, imam
dan diakons dari seluruh klerus (pejabat) yang terlibat dalam pelayanan
dilarang sama sekali untuk hidup bersama dengan istrinya dan
mengadakan anak. Siapa saja yang melanggar akan dipecat dari
Imamatnya.
Secara teologis, gereja mengajarkan bahwa imamat adalah
sebuah perangkat gereja yang mengikuti hidup dan karya Yesus Kristus.
Para imam sebagai pelayan sakramen bekerja in personal Christi, yaitu
dalam diri manusia Kristus. Oleh sebab itu kehidupan para imam
mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak menikah
demi Kerajaan Allah dapat dilihat dalam Lukas 18:28-30, Matius 19:27-
30 dan Markus 10:20-21)
Untuk mengikuti teladan Yesus Kristus yang menikah dengan
Gereja - yang dipandang oleh paham Katolik dan banyak tradisi Kristiani
lainnya sebagai Mempelai Kristus. Kardinal Joseph Ratzinger (Paus
Benediktus XVI) dalam Garam Dunia juga menjelaskan bahwa praktik
selibat ini adalah berdasarkan pada khotbah Yesus kepada para kasim
atau kaum selibat "demi Kerajaan Surga" yang menghubungkan
keputusan Tuhan dalam Perjanjian Lama untuk menganugerahkan
imamat kepada satu suku saja, yaitu suku Levi, dan yang tidak seperti
suku-suku lain tidak menerima tanah sejengkal pun dari Tuhan - sebuah
kebutuhan mendasar bagi penerusan keturunan seseorang senilai dengan
seorang istri dan anak-anak zaman sekarang - namun mendapatkan
"Tuhan sendiri sebagai harta warisannya" (Bilangan 1:48-53).
Juga dasar lain yang diambil adalah ajaran-ajaran Santo Paulus
dari Tarsus yang menyatakan bahwa selibat merupakan tahapan
kehidupan yang tinggi, dan keinginannya ini dinyatakan dalam 1
Korintus 7:7-8, 7:32-35: Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran.
Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan,
bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan
perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan
isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan
yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka
pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi
perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara
duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini
kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalanghalangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu
J
12
melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa
gangguan.
Meskipun demikian dalam Perjanjian baru tidak ada kewajiban
bagi para klerus harus hidup selibat. Meski begitu, juga tidak ada
pernyataan bahwa hidup selibat itu tidak alkitabiah. Yesus berkata, “Ada
orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari
rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain,
dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya
sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah
ia mengerti”.
Hal ini terdapat dalam Matius 19:12.
For there are some eunuchs, which were so born from their
mother's womb: and there are some eunuchs, which were made eunuchs
of men: and there be eunuchs, which have made themselves eunuchs for
the kingdom of heaven's sake. He that is able to receive it, let him receive
it.
TR, εισιν γαρ ευνουχοι οιτινες εκ κοιλιας μητρος εγεννηθησαν
ουτως και εισιν ευνουχοι οιτινες ευνουχισθησαν υπο των ανθρωπων και
εισιν ευνουχοι οιτινες ευνουχισαν εαυτους δια την βασιλειαν των ουρανων
ο δυναμενος χωρειν χωρειτω
Translit Interlinear, eisin {ada} gar {karena} eunoukhoi {orangorang yg tidak dapat kawin} hoitines {yang} ek koilias {dari rahim}
mêtros {ibu} egennêthêsan {dilahirkan} houtôs {demikian} kai {dan}
eisin {ada} eunoukhoi {kasim/ sida-sida (orang-orang yg tidak dapat
menikah)} hoitines {yang} eunoukhisthêsan {dijadikan tidak menikah
(sebagai kasim/ sida-sida)} hupo {oleh} tôn anthrôpôn {orang-orang} kai
{dan} eisin {ada} eunoukhoi { orang-orang yg tidak dapat menikah}
hoitines {yang} eunoukhisan {menjadikan tidak menikah} heautous
{mereka sendiri} dia tên {karena} basileian {Kerajaan} tôn ouranôn
{Surga} ho {barangsiapa} dunamenos {sanggup} khôrein {menerima}
khôreitô {hendaklah ia menerima}
Dalam Matius 19:12 di atas, Yesus mengemukakan ada 3
kelompok orang yang tidak dapat kawin; Dalam naskah bahasa asli
Yunani mencatat bahwa Yesus mempergunakan 3 kali kata Yunani,
ευνουχος - eunoukhos, kata dari mana dikenal "eunuch" dalam bahasa Inggris. yaitu orang kasim/ sida-sida (orang yang tidak dapat menikah
yang digolongkan sebagai berikut:
1. Ada orang yang terlahir dalam keadaan "kebiri" (bawaan lahir); itu
adalah orang yang mempunyai salah satu kekurangan pada
tubuhnya sehingga mereka tidak dapat kawin.
2. Seorang "kebiri" yang karena ia dijadikan demikian yaitu orang
lelaki yang kemaluannya dipotong (biasanya dikenal di kalangan
istana kerajaan zaman dulu, mereka berfungsi sebagai
pembantu/pengurus istana raja-raja), mereka ini dikenal dengan
istilah khusus "orang kasim/sida-sida"
3. Seorang yang atas kehendaknya sendiri karena "Kerajaan Sorga"
atau karena (tugas agamawi), mereka mengorbankan dirinya untuk
"tidak kawin" (selibat). Supaya mereka bebas dari segala gangguan
di dalam pekerjaannya bagi Kerajaan Tuhan. Kelompok ini adalah
orang-orang yang atas kemauannya sendiri memutuskan keinginan
alami mereka yang sah demi Kerajaan Sorga atau demi pelayanan
bagi Tuhan. Yohanes Pembaptis, Paulus (dan Yesus) bisa menjadi
contoh "kaum sida-sida karena Kerajaan Surga".
Golongan 1 dan 2 di atas adalah mereka yang di bawa
pemeliharaan Tuhan, menderita, karena dilahirkan dengan keadaan tidak
mampu kawin, atau dijadikan demikian oleh orang lain. Mereka yang
terpaksa tidak kawin karena tidak mampu memenuhi tujuan yang agung
dari perkawinan. Meskipun demikian, dalam kemalangan ini, biarlah
mereka melihat kesempatan bahwa dengan hidup melajang pun orang
dapat melayani Allah dengan lebih baik, supaya dengan begitu mereka
dapat mengimbangi keadaan mereka. Sementara golongan "kebiri"
(kasim/sida-sida) yang ini, yaitu yang secara alami terlahir demikian di
dalam istilah Yahudi disebut dengan istilah: ( חמה סריס – Saris Khamah
(Ibrani), harfiah : " eunuch of the sun"), dan golongan "kebiri"
(kasim/sida-sida) yang dibuat manusia ( אדם סריס – Saris 'Adam)
demikian seperti yang tertulis dalam Kitab Misyna (Zabim 2:1).
Sedangkan golongan ketiga yaitu mereka yang melakukannya oleh
karena anugerah dari Tuhan, yaitu mereka yang membuat dirlnya
demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Yang
dimaksudkan disini adalah ketidaklayakan untuk kawin bukan karena
faktor jasmaniah, melainkan karena masalah batiniah. Mereka yang
J
14
dalam pelayanan kekudusannya bagi Allah, mereka menolak segala
kenikmatan kehidupan perkawinan, mereka yang telah membulatkan
keputusan mereka dengan kuasa anugerah Tuhan untuk benar-benar
menjauhinya, dan yang melalui puasa dan bentuk-bentuk mematahkan
keinginan daging lainnya telah menekan segala hawa nafsu berkenaan
dengan hal tersebut. Mereka inilah yang dapat mengerti perkataan-Nya.
Meskipun demikian, semua ini tidak mengikat diri mereka sendiri, seperti
bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah kawin. Hanya saja, dalam
pemikiran mereka sekarang, mereka berniat untuk tidak kawin.
Dalam buku Tafsiran al-Kitab Masa Kini, terjemahan dari buku
The New Bible Comentary (1986: 108) dijelaskan bahwa untuk
kebanyakan orang Yahudi perkawinan adalah kewajiban. Dalam
beberapa golongan Esene ada orang yang dengan sukarela tidak kawin.
Orang yang tidak dapat kawin (secara harfiah sida-sida). Ada orang
Kristen dari jemaat Purba mengartikannya secara harfiah termasuk
origines. Tuntutan kerajaan surga adalah sebegitu rupa sehingga
pengalaman manusia yang paling diinginkan yang dianugerahkan Allah
kepada manusia mungkin pula dikorbankan. Tetapi ini dikaruniakan (ayat
11) kepada orang-orang yang mengerti lebih baik menerima . Arti pokok
bahasa Yunani kherio ialah “ berisi, memberi tempat kepada. Perkataan
ini diberikan (ayat 11) kepada mereka yang dapat menerimanya . Itu
bukanlah cara hidup yang lebih tinggi, melainkan suatu panggilan yang
istimewa.
Ucapan Yesus ini dilontarkan dalam konteks maraknya
perceraian di kalangan Yahudi saat itu. Melihat situasi itu, para murid
saling berkata kalau begitu lebih baik tidak kawin saja supaya tidak
timbul masalah.Yesus menanggapi komentar para murid ini dengan
mengatakan bahwa ada kebenaran dalam ucapan "lebih baik jangan
kawin" itu. Menurut Yesus, ada 3 macam orang yang tidak dapat kawin.
Dalam naskah Yunani, Yesus menggunakan tiga kali kata "kebiri"
William Barclay menggunakan istilah "orang Kasim". Ada orang yang
lahir dalam keadaan "kebiri". Itu adalah orang yang mempunyai
kekurangan pada tubuhnya sehingga tidak dapat kawin. Kedua, orang
yang dikebiri oleh orang lain, misalnya pelayan-pelayan di istana raja
pada masa lalu kadang harus dikebiri supaya mereka tidak menggoda gundik-gundik raja. Kedua golongan ini disebutkan dalam buku ajaran
para rabbi.
Kemudian Yesus menambahkan golongan ketiga yaitu orang
yang atas kemauannya sendiri tidak menikah, supaya mereka bebas dari
segala gangguan dalam pekerjaannya bagi Kerajaan Allah. Secara
harfiah, golongan ketiga ini adalah orang yang dengan sengaja dan
sukarela mengebiri dirinya sendiri, namun hal ini tidak dapat diterapkan
mentah-mentah. Salah satu tragedi dalam gereja perdana adalah kasus
Origins. Ketika masih muda, dia mengebiri dirinya sendiri walaupun
kemudian ia sadar bahwa ia keliru.
Para sejarawan Barat sendiri masih silang pendapat soal apakah
Yesus sungguh-sungguh hidup selibat ataukah telah melakukan
pernikahan.
Sementara itu, menurut Dennis Lardner Carmody dan John Tully
Crdomdy ( 2000:134-5) ketika membahas kepribadian Yesus yang
kompleks. Mereja menggambarkan Yesus sebagai manusia tradisional
sekaligus inovatif-konservatif dan revolusioner. Diantara ciri-ciri-Nya
yang berbeda adalah kefasihan dan kasih sayang-Nya. Dia berbicara
layaknya seorang pemenang, dengan pengetahuan yang mendalam dan ini
membuat pesan-pesan-Nya jelas bagi para pendengarnya, bagaimana
Yesus dapat menarik perhatian mereka untuk merenungkan kerajaan
Allah. Hatinya adalah untuk orang miskin, orang-orang sakit, anak-anak.
Tampaknya Dia mempunyai daya tarik khusus bagi wanita, bersahabat
dengan mereka dan memenangkan kesetiaan mereka. Ini adalah sesuatu
yang tidak biasa bagi para imam Yahudi pada masa kehidupan Yesus.
Laki-laki, para rabbi semuanya laki-laki, tidak diharapkan bersahabat
dengan wanita ataupun mengajari mereka. Dalam manifestasinya, Yesus
adalah orang yang ditarik untuk berberdoa. Kita temukan Dia berada
dalam kuil, pusat pemujaan orang-orang Yahudi dan terdorong untuk
berdoa secara pribadi dan melakukan komuni dengan Bapa-Nya. Tidak
ada bukti bahwa Yesus pernah menikah. Perasaan Yesus terhadap misiNya tampaknya telah menjauhkan kehidupan berkeluarga yang normal.
Itu mungkin apa yang Dia percayai bahwa Kerajaan Allah akan
datangnya ketika Dia masih hidup, mungkin pada saat kematian-Nya
untuk mewujudkan sejarah umum.
J
16
Setelah penyaliban kemanakah Isa as diselamatkan ? Dalam hal
ini al-Qur’an menjelaskan sebagai berikut :
1. Al-Mukminun: 50, Allah berfirman: “Dan telah Kami jadikan (Isa)
putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi
(kekuasaan Kami) melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang
datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumbersumber air bersih yang mengalir.”
2. Al-Maidah: 17, Allah berfirman: “Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: Seseungguhnya Allah itu ialah AlMasih putra Maryam. Katakanlah: Maka siapakah (gerangan) yang
dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak
membinasakan Al-Masih putra Maryam beserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi semuanya? Kepunyaan Allah lah
Kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. Dia
menciptakan apa yang dihendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala.
Jadi al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya. Tetapi al- Qur’an tidak
mengatakan tidak ada penyaliban. Al-Qur’an hanya menegaskan Bahwa
yang disalib bukan Yesus, yang membedakan Islam dan Kristen tentang
penyaliban bukan pada ada atau tidak adanya penyaliban, tetapi pada
siapa obyek yang disalib. Umat Islam meyakini Yesus tidak disalib
melainkan orang yang diserupakan dengan Isa as. Bahkan kemudian Isa
as dan ibunya diselamatkan di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak
padang rumput dan sumber air yang bersih. Para ahli mensinyalir dataran
itu adalah lembah Qumran. Menurut Abdullah bin Salam dan Said bin
Musayyab dan Muqathil tempat itu adalah Damaskus. Menurut Qotadha
dan Kaab itu adalah Baitul Maqdis. Dan menurut Assadyi tempat itu
adalah Palestina. ( dalam Syaukani 1997 : Juz III, 605).
Meskipun kemudian Isa as pada akhirnya wafat sama seperti
manusia lainnya. Tetapi sebelum kematiannya, apakah ada fakta dalam
al-Kitab baik langsung maupun tidak langsung yang menyatakan bahwa
Isa as menikah? Tentu saja, tidak ada pernyataan bahwa Isa as memang
menikah. Sebaliknya, tidak ada pernyataan yang mengatakan bahwa ia
tidak menikah. Sebaliknya, keempat Injil menyatakan banyak muridnya
yang menikah.
Dalam Injil Yohanes ada sebuah bagian yang berhubungan dengan
perkawinan, yang menurut Michael Baigent, et all (2006: 417)
kemungkinan merupakan perkawinan Yesus sendiri, yaitu pernikahan di
Cana. Pada pesta pernikahan itu, Maria memerintah putranya, Yesus
untuk mengisi bejana anggur. Maria bersikap seolah dialah nyonya
rumahnya. Pada pesta ini, Yesus memperlihatkan mukjizatnya, yaitu
mengubah air biasa menjadi minuman anggur. Semua ini dilakukannya
atas permintaan ibunya. Mengapa Maria mengajukan permintaan itu?
Mengapa dua orang itu berkewajiban memperhatikan jamuan layaknya
mereka sebagai tuan rumah? Jawabannya, karena pernikahan Cana adalah
pernikahan Yesus sendiri.
Siapakah yang menjadi istrinya? Dalam seluruh isi al-Kitab, Yesus
memperlakukan Magdalena dengan cara khas. Perlakuan seperti ini
mungkin saja menimbulkan kecemburuan di antara para murid. Hal ini
tampak jelas dalam catatan tradisi tentang Maria Magdalena yang
digambarkan sebagai wanita tuna susila. Meskipun demikian, apapun
statusnya, dia bukannya satu-satunya wanita yang mungkin merupakan
istri Yesus, ada seorang wanita lagi yang muncul, namanya Maria dari
Bethani, saudara wanita Martha dan Lazarus.
Berdasarkan informasi yang terdapat dalam Injil Yohanes, maka
Michael Baigent (Ibid.: 425) menyimpulkan bahwa Maria Bethani dan
wanita yang melakukan ritual perminyakan terhadap Yesus adalah wanita
yang sama. Jika Yesus memang menikah, jelas hanya ada satu calon
untuk istrinya, seorang wanita yang muncul secara berulang dalam alKitab walau dengan nama yang berbeda-beda dan peran yang berbeda
juga. Gagasan mengenai adanya pernikahan ini ditemukan dalam salah
satu bagian Injil Filifus ( dalam Deshi Ramadhani, 2007 : 114).
Persoalannya pada penafsiran atas tindakan Yesus yang mencium mulut
Maria Magdalena. Dalam Injil Filifus dikisahkan : “ …. Dan teman dari (
Sang Penyelamat ) Maria Magdalena, (Ia mencintai ) dia lebih dari
(semua) murid (dan biasa) mencium dia ( sering kali) pada ( mulut)nya.
Tindakan Yesus yang sering mencium inilah disebarluaskan lewat novel
dan film The da Vinci Code. Teks Injil ini adalah salah satu dari naskah
yang berasal dari Nag Hammadi yang ditulis dalam bahasa Kopt. Dalam
bahasa ini Maria Magdalena digambarkan sebagai teman Sang
Penyelamat. Bila ini didekati melalui bahasa Aram, diperoleh sebuah
J
18
informasi bahwa Maria adalah pasangan atau istri Sang Penyelamat.
Meskipun menurut Deshi Ramadhani tindakan tidak dapat diterima
karena, (1) Pelecehan terhadap teks yang ada. (2) Mencium mulut sebagai
simbol bukan tindakan seksual ragawi. Dalam naskah ini Maria
Magdalena dikisahkan sebagai simbol kebijaksanaan Ilahi yang
menjadikannya rekan spiritual Yesus sendiri.(3) Dalam wahyu (kedua)
Yakobus, Ia menceritakan : “ …. Dan Ia mencium mulutku, Ia
memegang ku sambil berkata : “ Kekasih Ku lihat, Aku akan
menyingkapkan kepadamu (hal-hal) itu yang surga maupun penguasa
alam tidak pernah mengetahuinya….” Dengan demikian Yesus tidak
cuma mencium Maria tetapi juga Yakobus. (4) Mencium mulut
mengandung makna pengetahuan yang disampaikan rahasia dan istimewa
juga dibangun relasi spiritual yang khusus.
Jika diperhatikan dalam Inil Markus 16:9, Yesus pernah mengusir
7 setan dari dalam diri Maria Magdalena. Dalam Lukas 7 :36-50 Maria
digambarkan sebagai perempuan berdosa, ia mengurapi kaki Yesus dan
menyekanya dengan rambutnya. Dalam Yohanes 8 menceritakan tentang
perempuan yang bernama Maria, yang memiliki saudara bernama Marta
dan Lazarus tertangkap basah melakukan perzinahan. Menurut Deshi
(ibid ;120) tidak ada data yang mengatakan bahwa Maria Magdalena
seorang pelacur. Tetapi karena Paus Gregorius agung tahun 591 M dalam
salah satu homilinya mengajarkan bahwa perempuan-perempuan yang
disebut dalam teks Injil tersebut adalah satu orang yang sama. Sejak
itulah Maria Magdalena mendapat predikat buruk sebagai seorang
pelacur.
Dengan demikian, berdasarkan keterangan yang samar dari alKitab dan informasi dari al-Qur’an yang mengatakan bahwa para Nabi
memiliki istri-istri, maka dapat dipahami bahwa Yesus juga pernah
menikah.
Dalam Injil Gnostik macam Injil Thomas yang oleh Vatikan
dimasukkan dalam kategori Injil Apokrif (Injil terlarang), disebutkan
bahwa Yesus telah melangsungkan pernikahan di Qana, Lebanon.
Pandangan Injil Gnostik ini selaras dengan Hukum Mishnais kaum
Yahudi yang mengatakan, "Seorang lelaki yang tidak menikah tidak akan
bisa menjadi Guru." Dalam pandangan kelompok ini, adalah mustahil
Yesus diterima menjadi seorang Guru dan Raja kaum Yahudi jika ia sendiri tidak menikah. Bahkan Yesus tidak mungkin bisa mengunjungi
tanah suci dan berkotbah di sana jika ia belum menikah.
Bagi penulis The Holy Blood Holy Grail (Baigent, Michael, 2006
: 417) disebutkan bahwa Yesus menikahi Maria Magdalena di Desa
Qana, Lebanon. Bahkan Barbara Thiering dalam Yesus The Man
menuturkan dengan berani bahwa pasangan Yesus dan Maria Magdalena
memiliki anak, dua anak lelaki dan satu perempuan. Digambarkan bahwa
sebelum disalib Yesus sebenarnya sempat mengawini Maria Magdalena
dan mewariskan gerejanya kepada Maria Magdalena, bukan kepada Santo
Petrus yang kemudian melanjutkan pendirian Gereja di Roma. Pada tahun
44 M, lanjut Thiering, Yesus dikatakan menikah lagi dengan Lydia,
uskup perempuan dari para "perawan" Thyiatira. Ada yang mengatakan
sebelum Yesus menikahi Lydia dia bercerai dulu dengan Maria
Magdalena. Namun yang lebih mengagetkan adalah apa yang termaktub
di dalam Injil Thomas, salah satu Injil Gnostik, bahwa Yesus selain
menikahi Maria Magdalena ternyata juga mengawini Salome "Sang
Pemikat".
James D. Tabor ( 2007 : 397-398) menuliskan bahwa pada akhir
Februari 2007, muncul bukti baru yang mendukung pengidentifikasian
makam keluarga Yesus. Kisah ini dilaporkan oleh media besar di seluruh
dunia. Di Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, detail-detail ini disajikan
dalam sebuah film dokumenter berjudul : The Lost Tomb of Jesus (
Makam Yesus yang Hilang), yang diproduseri oleh James Cameron dan
simcha Jacobovici. Jacobovici bersama Charles Pellegrino menulis buku
berjudul The Jesus Family Tomb ( Makam Keluarga Yesus). Ketika edisi
perdana buku Dinasti Yesus diterbitkan, penulisnya memberikan bukti
awal sebuah gua makam Yahudi yang digali pada bukit batu, yang secara
kebetulan ditemukan pada 1980 di sebuah distrik bernama Talpiot di
sebelah selatan Kota Lama Yerussalem, mungkin menjadi tempat
peristirahatan Yesus dan keluarganya yang terakhir. Dua tahun kemudian,
bekerjasama dengan berbagai pakar, D. Tabor melakukan investigasi dan
kelihatannya sangat besar kemungkinan bahwa makan Talpiot adalah
makam keluarga Yesus. Makam ini memuat sepuluh osarium atau kotak
tulang. Enam dari osarium itu memuat inskripsi nama masing-masing
Yesus anak Yusuf, Maria, Maria Kedua, Yusuf, Matius, serta Yudas anak
Yesus. Tiga osarium tidak memuat inskrpsi dan osarium yang kesepuluh
J
20
tidak dapat ditelusuri. Berbagai pengujian ilmiah baru-baru ini
membuktikan keterhubungan osarium berinskripsi Yakobus anak Yusuf
saudara Yesus, yang muncul tahun 2002 dengan 9 osarium lainnya dari
makam Talpiot yang hilang. Secara statistik dapat dipastikan bahwa
Yesus dan keluarganya dimakamkan di sana. Jika demikian halnya,
sebuah osarium yang berisi tulang Yesus sendiri juga ditemukan di sana,
beserta osarium Maria ibunya dan juga anaknya bernama Yudas yang
keredaannya tidak diketahui sebelumnya, selain juga osarium seorang
wanita yang kemungkinan adalah ibu Yudas, yang oleh beberapa orang
diidentifikasikan sebagai Maria Magdalena. Dari fragmen tulang belulang
Yesus anak Yusuf, para pakar DNA purba berhasil mengekstraksi materi
genetik yang dapat terbaca. Implikasinya bagi para sejarawan serta
arkeolog sangatlah dahsyat dan juga bagi orang Kristen, Yahudi dan
Islam.
Meskipun demikian, penting bagi kita untuk mempertimbangkan
pernyataan Allah dalam QS QS ar-Rad 13: 38 : Sesungguhnya Kami
telah mengutus beberapa rasul sebelummu dan Kami memberikan kepada
mereka istri-istri dan keturunan. Jelasnya menurut informasi Al-qur’an
bahwa setiap rasul mempunyai istri-istri.
Petrus Sebagai Paus Pertama Menikah
Dogma hidup selibat atau berpantang menikah bagi seorang paus
dan juga bagi para biarawati dan biarawan atau pastur Katolik sudah
menjadi tradisi yang berjalan ratusan bahkan ribuan tahun. Namun
ternyata, dogma yang dikatakan mengikuti "jalan hidup" Yesus yang
mereka yakini tidak pernah menikah dalam hidupnya itu, sesungguhnya
tidak berasal dari awal Katolikisme itu sendiri. Santo Petrus sebagai
peletak batu tahta Suci Vatikan pertama, sehingga namanya diabadikan
dalam nama Basilika Santo Petrus, ternyata tidak menjalankan hidup
selibat. Santo Petrus menikah dan memiliki anak keturunan. Injil-Injil
Kanonik seperti Injil Markus, Matius, dan Lukas menyebutkan fakta
bahwa paus pertama ini memiliki seorang isteri ketika Yesus
menemuinya. Nigel Cawthorne dalam "Sex Lives of the Popes" (London,
2004) yang telah diindonesiakan menjadi "Rahasia Kehidupan Seks Para
Paus" (Alas, 2007), Dalam http://oce.catholic.com/index.phptitle=Celibacy_of_the_Clergy menulis, bahwa Santo Paulus di dalam
surat pertamanya kepada orang-orang Korintus menceritakan bahwa
Petrus membawa serta isteri dan keluarganya dalam perjalananperjalanannya selama masa kerasulan. Jasad Santa Petronilia yang
dikuburkan di Roma telah lama dimuliakan sebagai putri dari Santo
Petrus.
Menurut Cawthorne, Santo Paulus juga bukan bujangan. "Orang
yang disucikan" ini berperan sangat besar dalam merancang dan
membentuk dogma seksualitas Vatikan. Cawthorne menulis, "dia adalah
seorang duda yang lama menderita akibat pernikahannya yang tidak
membahagiakan." Cawthorne mengutip surat pertama Paulus kepada
orang-orang Korintus yang berbunyi: "Apakah aku tidak punya hak untuk
memiliki isteri beragama Kristen seperti para rasul yang lain" Paulus juga
mengatakan, "Lebih baik menikah dari pada terbakar." Istilah "terbakar"
dianggap memiliki makna "terbakar.
Dalam keyakinan Protestan tentang hidup selibat di gereja
Katolik, mereka mengatakan bahwa hidup selibat yang dijalani oleh
rohaniwan Katolik itu tidak alkitabiah. Hal ini karena mereka
mengajukan argumentasi bahwa Petrus yang dianggap sebagai Paus yang
pertama ternyata menikah. Setelah itu dalam Matius 19:12, lalu
menyimpulkan bahwa kewajiban hidup selibat itu tidak Alkitabiah, sebab
mestinya keputusan untuk hidup selibat itu harus berdasarkan kemauan
sendiri, bukan karena diharuskan.
Secara teologis, gereja mengajarkan bahwa imamat adalah
sebuah perangkat gereja yang mengikuti hidup dan karya Yesus Kristus.
Para imam sebagai pelayan sakramen bekerja in personal Christi, yaitu
dalam diri manusia Kristus. Oleh sebab itu kehidupan para imam
mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak menikah
demi Kerajaan Allah dapat dilihat dalam beberapa ayat berikut ini yaitu :
Matius 8 :14 : Setibanya di rumahPetrus, Yesus pun melihat ibu mertua
Petrus terbaring karena sakit demam. Lukas 18:28-30 : Petrus berkata :
Kami ini telah meninggalkan segala kepunyaan kami dan mengikuti
Engkau. “ Kata Yesus kepada mereka : “ Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan
rumahnya, istrinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya,
akan menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga dan zaman yang
J
22
akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Matius 19:27-30 : Lalu
Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus : “ Kami ini telah
meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Engkau, jadi apakah yang
akan kami peroleh ?” Kata Yesus kepada mereka, :” Aku berkata
kepadamu sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak
manusia bersemayam di tahta kemuliaan-Nya, kamu yang telah
mengikuti Aku akan duduk juga di atas dua belas tahta untuk
menghakimi kedua belas suku Israil. Dan setiap orang karena nama-Ku
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya
perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya akan menerima
kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Tetapi
banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang
terakhir akan menjadi yang terdahulu.
Markus 10:20-21) : Lalu kata orang itu kepadaNya : “ Guru,
semuanya ini telah kuturuti sejak masa mudaku. Tetapi Yesus
memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya : “
Hanya satu lagi kekuranganmu, pergilah dan juallah apa yang kau miliki
dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Maka engkau akan
memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah kemari dan ikutilah
Aku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami meskipun Petrus telah
banyak melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus, tetapi faktanya
bahwa Petrus yang dianggap sebagai paus pertama menikah.
Selibat dalam Ajaran Paulus
Ayat yang menyinggung hidup selibat adalah beberapa tulisan
Paulus (dalam Alkitab : 204-5). Diantaranya terdapat dalam Surat 1
Korintus (2003-104-5) -7: Paulus mengatakan : "Namun demikian
alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang
menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini,
yang lain karunia itu. Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan
kepada janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam
keadaan seperti aku . Kemudian Surat 1Korintus 7:7-8; 32-35 Paulus
mengatakan : Aku ingin, supaya kamu hidup tanpa kekuatiran. Orang
yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan berkenan kepadanya. Orang yang beristeri memusatkan
perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan
isterinya, dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan
yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka
pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus. Tetapi
perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara
duniawi, bagaimana ia dapat menyenangkan suaminya. Semuanya ini
kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalanghalangi kamu dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu
melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa
gangguan.
Paulus menuliskan hal ini untuk menanggapi kehidupan jemaat di
Korintus yang mulai meremehkan kehidupan perkawinan. Setelah
dibaptis, jemaat di sana menganggap bahwa hidup baru itu mirip dengan
asketisme total. Segala sesuatu yang merupakan kenikmatan duniawi
harus ditanggalkan. Termasuk di dalamnya kehidupan perkawinan.
Paulus menentang hal ini. Meskipun berpendapat bahwa hidup selibat itu
baik, tetapi orang-orang yang sudah menikah tidak boleh mengabaikan
kehidupan perkawinan mereka. Menurut Paulus, setiap orang "menerima
dari Allah karunianya yang khas." Soal keputusan apakah seseorang akan
hidup selibat atau menikah itu harus sesuai dengan "karunianya yang
khas itu."
Dari pernyataan Yesus dapat disimpulkan bahwa memang
dimungkinkan adanya orang yang hidup selibat; Dan itu alkitabiah.
Sedangkan dari Paulus kita mendapatkan informasi bahwa hidup selibat
itu merupakan karunia atau anugerah dari Allah. Jelasnya dalam 1
Korintus 7:1-40, Paulus mengajarkan tentang perkawinan dan kehidupan
selibat.
Dalam Tafsiran Alkitab Masa Kini ( 1986, 510-512) Paulus
membicarakan hal-hal yang timbul dalam surat dari orang Korintus. Bab
7 menjawab tentang enam pertanyaan pokok yaitu : Paulus kemudian
menjawab pertanyaan ini. Menurutnya pengajaran ini penting, terutama
jika kita memahami kondisi jemaat di Korintus saat itu. Kota Korintus
merupakan kota transit dan kota pelabuhan. Dengan kondisi ini maka
kota tersebut mempunyai tingkat ke-asusilaan/ immorality yang tinggi. Di
tengah lingkungan pagan yang sedemikian, maka kemungkinan ada
J
24
beberapa jemaat di Korintus yang menanyakan kepada rasul Paulus,
tentang bagaimana menyikapinya, apakah jadi sebaiknya semua orang
Kristen harus hidup selibat, atau apakah perkawinan itu merupakan hal
yang buruk. Maka bab tujuh ini menandai dimulainya bagian kedua dari
surat pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus. Konteksnya adalah
surat ini kemungkinan merupakan jawaban dari Paulus akan pertanyaan
tersebut.
Dalam jawabannya ini Paulus mengajarkan tentang perkawinan
dan selibat sebagai berikut: : Ayat 1-16 Perkawinan dan sifatnya yang
tak terceraikan. Ayat 17-24 Paulus menjelaskan bahwa menjadi murid
Kristus tidak mutlak harus mengubah status hidup (misal: dari menikah
menjadi selibat) ataupun mengubah keadaan eksternal. Maka perikop ini
tidak mengajarkan secara keseluruhan konsep perkawinan Kristiani,
sebab untuk melihat pengajaran yang lebih lengkap tentang perkawinan,
kita harus membaca juga Efesus 5: 22-33, di mana persatuan dan kasih
suami istri dilambangkan dengan persatuan dan kasih Kristus kepada
jemaat/ Gereja-Nya. Ayat 25-38 Kehidupan selibat yang dipandang
sebagai sesuatu yang lebih tinggi karena menjadi tanda pengabdian dan
kasih tanpa syarat kepada Tuhan dan sesama. Ayat 39- 40 Kehidupan
menjanda yang dapat dijadikan kesempatan untuk melayani Tuhan
dengan lebih penuh.
Berikut ini adalah uraian dari komentar yang ada di Matthew
Henry Commentary, The Navarre Bible Commentary: The Letters of St.
Paul, dalam http://oce.catholic.com/index.php?title=Celibacy_of_the_
Clergy
Ayat 1-9 : Paulus mengajarkan bahwa perkawinan adalah sesuatu
yang baik. Di sini dan di ayat 25-35. Paulus ingin mengatakan bahwa
bukan hanya kehidupan selibat yang dapat dilakukan oleh umat Kristiani.
Maka ia menyatakan dua hal yang mendasar yaitu bahwa ada kehidupan
selibat dan perkawinan yang keduanya merupakan hal yang baik dan
kudus bagi mereka yang terpanggil untuk itu. Dalam hal ini, Paulus
melihat bahwa kehidupan perkawinan dan selibat itu harus dilihat
berdampingan. St. Yohanes Krisostomus menuliskan, “Barangsiapa yang
mengecam perkawinan, ia juga membuang kemuliaan yang ada pada
kehidupan selibat; sedangkan barangsiapa yang memuliakan perkawinan,
maka ia juga membuat kehidupan selibat menjadi menarik dan bersinar. Sesuatu yang kelihatannya baik hanya ketika dibandingkan dengan
sesuatu yang buruk, tidaklah sungguh-sungguh berharga; tetapi ketika hal
itu lebih besar daripada hal-hal yang dihargai oleh semua orang, maka
memang hal itu baik di tingkat yang sangat tinggi.” (St. Yohanes
Krisostomus, De virginitate, 10, 1)
Jadi dari jawaban Paulus diperoleh penekan bahwa adalah baik
untuk hidup selibat, namun untuk itu seseorang memerlukan rahmat yang
istimewa dari Tuhan (ayat 7). Mengingat keadaan moral di Korintus yang
sangat aktif dipengaruhi oleh ketidakmurnian sehingga dapat
meningkatkan banyak godaan (ayat 2, 5, 9), maka lebih baik bagi mereka
yang tidak mempunyai karunia untuk hidup selibat, mereka lebih baik
menikah. Namun demikian tentu Paulus tidak bermaksud mengajarkan
bahwa tujuan utama perkawinan adalah untuk membebaskan diri dari
godaan. Sebab makna Perkawinan sangat luhur karena kasih suami istri
menjadi gambaran akan kasih Yesus kepada Gereja-Nya (lihat Efesus
5:22-33). Dalam hal ini Paulus hanya menganjurkan agar bagi yang
terpanggil untuk hidup selibat, namun bagi yang tidak terpanggil/ yang
tidak mempunyai karunia untuk hidup selibat, agar tidak hidup selibat
dan karenanya menanggung resiko tidak dapat mengatasi godaan itu.
Ayat 3-6 Paulus mengajarkan bahwa kehidupan selibat bukan
untuk semua orang. Jika untuk kondisi khusus suami dan istri hendak
bertarak/ tidak berhubungan suami istri (perfect continence), mereka
harus melakukannya atas kesepakatan bersama, dan hanya untuk
sementara waktu, agar tidak memasukkan diri sendiri ke dalam godaan
setan yang tidak perlu. Juga Paulus mengajarkan agar suami dan istri
bukanlah pemilik dari tubuhnya sendiri, suami memiliki hak atas tubuh
istri dan demikian pula sebaliknya. Ayat 7 Paulus sendiri hidup selibat. Ia
menginginkan orang lainpun seperti dia, sehingga dapat mengabdikan diri
sepenuhnya kepada Allah. Namun ia juga mengakui bahwa hidup selibat
merupakan karunia istimewa dari Allah, seperti yang diajarkan Kristus
(lihat Matius 19:11-12). Ini adalah tanggapan terhadap kasih yang telah
dinyatakan oleh Yesus secara tak terbatas. Dan Paulus secara pribadi
telah mengalaminya dalam perjalanan ke Damsyik. Rahmat dengan
kekuatan ilahi meningkatkan kerinduan bagi orang-orang tertentu untuk
mengasihi Allah dengan total, eksklusif, tetap dan selama-lamanya. Maka
ketika Paulus mengatakan “setiap orang menerima dari Allah karunianyq
26
yang khas”, artinya bahwa perkawinan juga merupakan karunia dari
Tuhan. Ayat 10-11 Kehidupan selibat bagi Paulus bukan merupakan
suatu perintah (tetapi sebuah panggilan khusus/ karunia). Sedangkan
tentang perkawinan yang tak terceraikan itu merupakan perintah Tuhan,
seperti yang telah diajarkan oleh Yesus. Dalam Matius 19:6 dijelaskan :
Mereka bukan lagi dua, melainkan satu, karena itu apa yang telah
dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia).
Dengan demikian, menurut ajaran Paulus jelaslah keinginan
untuk hidup selibat pastilah dikaruniakan dari/ panggilan dari Allah,
karena tidak ada orang yang mampu menerimanya, hanya mereka yang
dikaruniai saja. Kemampuan untuk menahan diri dari keinginankeinginan badaniah merupakan karunia khusus dari Allah untuk sebagian
orang saja, dan tidak kepada semua orang. Ketika seseorang yang dalam
hidup melajangnya menyadari sendiri bahwa ia memiliki karunia ini.
maka (seperti yang dikatakan Paulus dalam 1 Korintus 7:37), baiklah ia
berteguh hati untuk tidak kawin, dan tetap menguatkan keinginan hatinya
untuk tetap hidup demikian.
Dampak Ajaran Selibat
Menurut Michael Keene (2006: 118) Kehadiran dalam gereja di
Amerika Serikat paling banyak 40 persen. Sekitar 25 persen penduduk
Amerika adalah Katolik, dengan setengahnya hadir di gereja beberapa
kali dalam sebulan. Namun demikian jumlah pastor Katolik turun drastis
kira-kira 50 persen antara tahun 1996-2000 terutama karena menjadi
pastor memerlukan hidup selibat. Pertumbuhan yang paling biasa akhirakhir ini di Amerika Utara ialah kelompok Protestan Evangelis.
Dogma hidup selibat ternyata banyak dirusak oleh paus dan para
pendetanya sendiri. Para sejarawan Barat dengan teliti dan berani,
menyingkap banyak ketidak-senonohan yang terjadi di gereja pada masamasa awal kekristenan hingga saat kini yang melibatkan Paus sendiri
Terlebih yang paling buruk diantara mereka masih saja
mengatasnamakan "pekerjaan Tuhan" dalam kehidupan kotor yang
mereka jalani. Sejumlah kasus yang melanda gereja, seperti pedofilia,
perzinahan, dan sodomi, yang mencuat beberapa tahun lalu di beberapa
negara sesungguhnya bukan hal yang baru. Karena di masa-masa dahulu yang terjadi bahkan jauh lebih menyeramkan ketimbang sekarang. Inikah
hidup selibat yang mereka banggakan sebagai teladan jalan hidup Yesus
("Profesor Hans Kung: 'Paus Mesti Bertanggung Jawab' )
Ted Robert (1999-28-9) melakukan suatu penelitian terhadap
sebuah denominasi tertentu berkenaan dengan masalah seksual yang
menemukan bahwa antara 21-29 % (tergantung wilayah negara) dari para
pendeta adalah pecandu-pecandu seksual. Mereka bukan hanya bergumul
dengan masalah…mereka adalah pecandu-pecandu.
Dogma selibat yang bertentangan dengan fitrah kemanusiaan ini
menimbulkan aib dalam perjalanan Gereja sejak masa awal. Paus
Damasus I (366-384) merupakan salah satu Paus yang oleh Sekretarisnya
sendiri, Santo Jerome, dituding sebagai Paus yang rendah moralitasnya.
"Perawan Kristen berjatuhan setiap hari," ujar Santo Jerome. Damasus
akhirnya diseret oleh Dewan Gereja yang terdiri dari 44 uskup dan
dikenai tuduhan telah melakukan perzinahan. Walau demikian, ketika
meninggal, Paus Damasus I diangkat sebagai Santo atau Orang Suci,
predikat yang tidak seharusnya dia sandang. Paus Clemens V (1305-
1314) merupakan salah seorang Paus yang terkenal dalam sejarah Eropa.
Dia-lah yang membantu Raja Perancis, King Philip Le Bel, dalam
menumpas Ksatria Templar di tahun 1307. Dalam menumpas Templar,
Paus Clemens menyatakan bahwa alasan penumpasan itu dikarenakan
Templar telah banyak melakukan "heresy" atau bidah terhadap Gereja.
Namun di sisi lain, Paus Clemens V ternyata oleh para sejarawan Barat
juga dianggap sebagai orang yang suka berzina dan memiliki banyak
gundik. Salah satu gundiknya yang terkenal bernama Countess Perigord,
seorang perempuan cantik putri dari Earl Foix. Konon, siapa saja yang
mencari berkah sang Paus harus menaruh surat permohonannya di dada
putih sutera Countess Perigord. Tentang Clemens, Catholic
Encyclopaedia bahkan menulis, "Seorang pecinta hiburan, pecinta
perjamuan yang mewah, di mana para perempuan amat bebas
bergabung." Di masa Clemens-lah, institusi Gereja dibuat sedemikian
kotor sehingga kecabulan terlihat dengan kasar dan ada di mana-mang.
Sejarawan Joseph McCabe bahkan menemukan adanya bukti jual-beli
rumah bordil antara seorang pejabat kepausan dengan seorang janda
dokter di mana dalam kertas pembelian itu tertulis, "Atas nama Tuhan
Kita Yesus Kristus." (Cawthorme, hal. 126). Surat Kabar Italia La
Republica 21-3-2001 yang terbit di Vatikan pada hari rabu, mengabarkan
tentang banyaknya kasus pelecehan seksual dan pemerkosaan biarawati
yang dilakukan oleh pastur dan uskup di gereja Katolik, lalu mereka
memaksa para biarawati itu agar menggugurkan kandungannya untuk
mencegah terbongkarnya skandal. Dalam berita itu, terbongkarlah rahasia
yang menyatakan bahwa para uskup dan pendeta menggunakan otoritas
agama mereka di beberapa negara, untuk melakukan hubungan seks
dengan biarawati secara paksa. Hal ini terbukti dengan laporan tentang
banyaknya terjadi pelecehan seksual di 23 negara, diantaranya: Amerika
Serikat, Brazil, Philipina, India, Irlandia, dan Italia, bahkan di dalam
gereja Katolik (Vatikan) itu sendiri, juga di beberapa negara Afrika
lainnya.
Sebelumnya Paus Yohanes , dalam Konsili Tours tahun 567
Cawthorne menuliskan (2001 : 41) mengesahkan peraturan Benecditus
bahwa para biarawan diperbolehkan tidur dua orang dalam satu ranjang.
Beberapa abad kemudian, peraturan yang sama juga dikenakan kepada
para biarawati. Juga ditetapkan bahwa setiap pendeta yang ditemukjan di
tempat tidur bersama istrinya harus dipecat dan diasingkan selama
setahun. Tetapi konsili tersebut mengakui bahwa hampir tidak ada
pendeta yang tidak memiliki istri atau gundik, pengaruh peraturan ini
hampir tidak ada. Para uskup dan pendeta tetap melangsungkan hidup
dengan istri dan gundiknya secara terang-terangan. Jika ada yang
dihukum , maka itu adalah dikalanganwanitanya. Banyak yang dihukum
cambuk seratus kali karena dosa bersetubuh dengan seorang pendeta.
Kemudian Cawthorne (2001: 89-91) menjelaskan pesta seks
(orgy) Roma, khususnya pada masa Paus Johanes XII (955-964). John
mendu duki tahta kepausan ketika berumur enam belas tahun. Ia seorang
biseksual yang tidak pernah puas dan mengumpulkan disekelilingnya
bangsawan muda yang menganut pergaulan bebas. Daftar kejahatan yang
dituduhkan kepadanya antara lain incest. Warga Roma mengeluh karena
para peziarah perempuan yang sebelumnya memenuhi tempat suci
terhalang oleh nafsu birahinya. Para peziarah yang sial ini diculik oleh
John sebab dia suka mengoleksi wanita, tutur sejarawan Benedict of
Socrate.
Berdasarkan uraian diatas, jelasnya selibat membawa implikasi
buruk bagi tahta suci kepausan. Meskipun demikian, doktrin “larangan menikah bagi pastor” (celibacy), masih tetap dipertahankan, meskipun
sekarang mulai banyak para teolog Katolik yang menggugat larangan
kawin ini. Prof Hans Kung, misalnya, melalui bukunya, The Catholic
Church : A short history (New York: Modern Library, 2003), menyebut
doktrin celibacy bertentangan dengan Bible (Matius, 19:12, 1 Timotius,
3:1-2) Benarlah perkataan ini : “ Orang yang menghendaki jabatan
penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. Karena itu penilik
jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu istri, dapat
menahan diri, bijaksana, sopan dan suka memberi tumpangan, cakap
mengajar orang. Doktrin ini, katanya, juga menjadi salah satu sumber
penyelewengan seksual di kalangan pastor. Logikanya, jika Yesus saja
kawin dan mewariskan gerejanya kepada wanita, maka mengapa
pengikutnya dilarang kawin dan melarang wanita menjadi pastor
Menurut Ted Robert (1999: 32-3) Alkitab berbicara dengan jelas
perbuatan Kristus membinasakan iblis. (Yoh 3:8). Salah jerat yang paling
ampuh ditempatkan iblis di sekeliling manusia adalah jerat ikatan
seksual. Al-Kitab menggarisbawahi pentingnya pertempuran ini dengan
cara menggambarkan batasan yang sangat kuat berkenaan dengan
seksual. Bapa memberikan batasan itu bukan karena Dia pemalu, tetapi
karena manusia sedang dalam peperangan. Bapak tidak merasa gelisah
tentang seks, lagi pula itu ada ide-Nya. Dia ingin manusia menikmati
seksualitas dalam perjanjian pernikahan. Seksualitas adalah karunia-Nya,
tetapi iblis berkeinginan membalikkannya menjadi pisau belati yang
ditancapkan di hati manusia. Dalam Kejadian 1 :26-27 Allah berkata : “
Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita ….
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya. Menurut
gambar-Nya diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan dicitakan-Nya
mereka.
Selibat sebagai sebuah persyaratan bagi pentahbisan menjadi
imam (dalam Gereja Barat) dan menjadi rasul (baik di Gereja Timur
maupun di Barat) serta menyatakan bahwa pernikahan bagi para imam
adalah tidak sah (baik di Timur maupun di Barat) adalah hal-hal penting
dari perselisihan selama masa Reformasi Protestan, dengan para kaum
Reformer berargumen bahwa persyaratan-persyaratan ini bertentangan
dengan ajaran Kitab Suci di dalam (a) 1 Timotius 4:1-5 (b)Ibrani 13:4
(c)1 Korintus 9:5
J
Menikah atau selibat? (1 Kor 7 :1-40). Hal di atas secara tidak
langsung merupakan sebuah degradasi terhadap pernikahan, dan
merupakan satu alasan bagi "banyaknya rasa kebencian" dan bagi
semaraknya perilaku seksual yang buruk di dalam lingkungan klergi pada
masa Reformasi. Pandangan doktrin para kaum Reformer mengenai hal
ini tercermin di dalam pernikahan Huldrych Zwingli pada tahun 1522,
Martin Luther pada tahun 1525, dan John Calvin pada tahun 1539 di
Inggris. Thomas Cranmer yang telah menikah ditahbiskan menjadi Uskup
Agung Canterbury pada tahun 1533. Tindakan-tindakan ini, pernikahan
setelah pentahbisan menjadi imam dan mentahbiskan pria yang telah
menikah menjadi seorang uskup, melawan tradisi lama gereja baik di
Timur maupun di Barat.
Dari wikipedia Bahasa Indonesia, Dogma selibat bagi para
Biarawati pun sesungguhnya tidak murni berasal dari Kekristenan awal,
melainkan berasal dari ritual paganisme Roma yang diistilahkan dengan
nama para perawan Vesta yang terdiri dari para pendeta perempuan Dewi
Vesta yang salah satu tugasnya memelihara nyala api Vesta dengan
menjaga keperawanannya, simbol Paganisme Dewi Vesta. Hanya saja,
para perawan Dewi Vesta ini pun jarang yang mampu menjaga
kesuciannya. Banyak dari mereka yang dipenjarakan karena tidak mampu
mempertahankan keperawanannya, tulis Cawthorne. Jadi, tidak jelas dari
mana kehidupan selibat dikalangan gereja mulai berasal dimana tidak ada
tuntunannya dalam Bible. Tapi sama dengan berbagai dogma irasional
gereja lainnya, dogma yang bertentangan dengan fitrah manusia ini pun
berperan penting dalam memperlihatkan kebobrokan gereja dan Vatikan
dimata masyarakat.
Sekalipun demikian, kaul kemurnian yang ditahbiskan untuk
Allah tidak seluruhnya ditolak dalam agama Islam. Al-Qur’ān memuji
Mariam, bunda Yesus, sebagai sebuah contoh keperawanan yang
sempurna: „Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara
kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuhnya) ruh dari Kami
dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar
bagi semesta alam“ (Surat 21,91; bdk juga 66,12 dan 3,39). Pujian ini
mengarah juga kepada Yohanes Pembaptis (Yahyā) yang tidak bercela
(hasūr) dan sekaligus mengarah kepada kemurnian Yesus sendiri. Para
rahib juga dipuji di dalam al-Qur’ān (Surat 5,82; 24,36-37; 57,27 dan 9,31-34). Beberapa pribadi mistik juga pernah hidup dalam janji
keperawanan yang dipersembahkan untuk Allah. Contoh klasik dalam hal
ini adalah Rābi’a dari Basrah di abab ke-8.
Sementara tabattul dalam al-Qur’an QS : al-Muzzammil 73: 8 “
Sebutlah nama Rabb-mu dan bertabattullah (beribadah) kepada-Nya
dengan penuh ketekunan.” Menurut syekh Muhammad bin Ismail, ayat
ini adalah perintah untuk menggunakan seluruh waktu untuk Allah
dengan beribadah secara ikhlas. Hal ini senada dengan QS al-Bayyinah
98 : 5 : Padahal mereka tidak diperintah kecuali beribadah kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dan menjalankan agama
dengan lurus. Dalam QS Ali Imran 3 :14 dijelaskan bahwa laki-laki
mempunyai kecendrungan terhadap wanita. Sehingga dilarang keras
untuk bersikap sebaliknya yaitu memilih untuk tidak menikah, seperti
yang terdapat dalam Imam Ahmad bin Hanbal Juz III : 158 dan 245.
Imam at-TirmiziJuz II : 273, Imam An-Nasai Juz IV : 59-69, Imam Ibn
Majah :593 dan Imam Ad-Damiri Juz II : 133. Bahwa para sahabat
menyatakan jika tabattul diperbolehkan maka mereka akan menjalaninya.
Dalam hadist yang diriwayatkan Muslim dalam Syarh AnNawawi III/594, kata tabattul (membujang) diartikan menjauhkan diri
dari wanita dan tidak menikah karena ingin terus beribadah kepada Allah.
Sementara hadist-hadist yang melarang untuk hidup membujang cukup
banyak, diantaranya, yaitu :
Dari Anas bin Malik berkata : Rasulullah saw memerintahkan
kami untuk menikah dan melarang tabattul. Beliau berkata : Nikahilah
oleh kalian wanita yang subur calon banyak anak, karena aku akan
bangga kepada para nabi di hari kiamat dengan banyaknya kalian. (HR.
Ahmad)
Hadist yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Sa’ad bin Abi
Waqash ra. Ia berkata : Nabi Muhammad saw menolak hal itu kepada
Utsman bin Mazh’un. Seandainya beliau membolehkannya kepada
Ustman bin Mazh’un untuk hidup membujang niscaya kami membujang.
( Hadist ini terdapat dalam Imam Bukhari no. 5074, Imam Muslim No.
1402, Imam At-Tirmizdi no. 1086, Imam An-Nasai no.3212, Imam Ibnu
Majah no.1848 dan Imam Ahmad no,1517 dalam kitab An-Nikah.
Kemudian al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia
menuturkan : Aku mengatakan : Wahai Rasulullah, aku adalah seorang
pemuda dan aku takut nemberatkan diriku, sedangkan aku tidak
mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita. Tetapi beliau mendiamkan
diriku. Kemudian aku mengatakan hal seperti itu lagi : “ aku adalah
seorang pemuda dan aku takut nemberatkan diriku, sedangkan aku tidak
mempunyai sesuatu untuk menikahi wanita.”Tetapi beliau mendiamkan
diriku. Kemudian aku mengatakan hal seperti itu lagi. Maka Nabi
Muhammad saw bersabda : Wahai abu Hurairah pena telah kering dengan
apa yang engkau alami, mengebirilah atau tinggalkanlah. Hadis ini juga
terdapat dalam Imam Muslim No.1404 dan Imam Ahmad no.3642 dalam
kitab An-Nikah.
Syeikh Mustofa al-Adawi berkata mengomentari sabda Nabi
Muhammad tentang mengebirilah atau tinggalkanlah seperti firman Allah
dalam QS al-Kahfi 18: 29 : “ Barang siapa yang ingin beriman hendaklah
ia beriman, dan barang siapa yang ingin kafir biarlah ia kafir. (Dalam
Abu Hafash Usamah bin Kamal bin abdir Razzaq, an-Nisa al-adawi
III/20)
Oleh karena itu jangan membujang, Dalam hal ini Ummul
Mukminin Aisyah ra. Ketika ditemui Sa’id bin Hisyam seraya berkata :
Aku ingin bertanya kepadamu tentang hidup membujang, bagaimana
pendapatmu ?” Aisyah berkata : “ Jangan lakukan bukankah Allah
berfirman dalam QS ar-Rad 13: 38 : Sesungguhnya Kami telah mengutus
beberapa rasul sebelummu dan Kami memberikan kepada mereka istriistri dan keturunan. Oleh karena itu janganlah engkau hidup membujang.
Hadist ini terdapat dalam kitab Imam At-Tirmizdi no.1982, Imam Ibnu
Majah no.1849 dalam kitab an-Nikah dan kemudian dishahihkan oleh
syaikh al-Bani dalam Shahih ibn Majah no.1499.
Tidak ada kepasturan dalam Islam, Aisyah ra menuturkan : “Aku
menjenguk Khuwailah binti Hakim bin Umayyah bin Harist bin alAuqash as-Salamiyah. Dia adalah istri dari Utsman bin Mazh’un. Aisyah
melanjutkan, ketika Rasulullah melihat kondisi tubuhnya yang buruk,
beliau bertanya kepada ku : “ Wahai Aisyah, apa yang memperburuk
kondisi Khuwailah. Aisyah menjawab : “Wahai Rasulullah ia seorang
yang mempunyai suami yang selalu berpuasa di siang hari dan bangun
pada malam hari untuk shalat. Ia seperti orang yang tidak mempunyai suami. Oleh karenanya ia membiarkan atau menyia-nyiakan dirinya.
Kemudian Rasulullah mengirim utusan kepada Ustman dan Mazh’un
untuk menemui Rasulullah. Ketika ia datang menemui Rasulullah,
Rasulullah bertanya : “ Wahai Utsman apakah engkau membenci
sunnahku ?”Ia menjawab : “ Tidak demi Allah wahai Rasulullah, bahkan
sunnahmu yang kucari. Rasulullah bersabda : sesungguhnya aku tidur dan
shalat, puasa dan berbuka dan menikahi beberapa wanita. Maka
bertaqwalah kepada Allah, karena istrimu mempunyai hak atasmu,
tamumu mempunyai hak atasmu dan dirimu mempunyai hak atasmu.
Oleh karena itu berpuasalah, berbukalah, shalatlah dan tidurlah. (Dalam
Imam Ahmad no.25776)
Asy-Sya’bi meriwayatkan bahwa Ka’ab bin Sur pernah duduk di
sisi Umar bin Khattab ra., lalu seorang wanita datang dan berkata :
“Wahai Amirul Mukminin aku tidak melihat seorang pun yang lebih baik
dari suamiku. Demi allah dia senantiasa berpuasa pada siang hari dan
beribadah pada malam harinya. Mendengar hal itu Umar memohonkan
ampunan untuk dirinya dan memujinya. Tetapi wanita ini merasa malu
dan beranjak pulang. Ka’ab berkata : “ Wahai Amirul Mukminin,
tidakkah kau membantu wanita tadi untuk mendapatkan haknya. Sebab
dia telah menyampaikan keluhannya kepadamu. Umar berkata kepada
Ka’ab : “ Putuskanlah perkara ini di antara keduanya karena engkau
memahamai urusan yang aku tidak memahaminya. Ia berkata : “ aku
melihat sepertinya dia seorang wanita bersana istri lainnya, dan ia yang
keempatnya. Oleh karenanya aku memutuskan tiga haru tiga malam pria
ini beribadah di dalamnya dan untuk wanita ini sehari semalam. Umar
berkata : “ Demi Allah, pendapatmu yang pertama tidak lebih
mengagumkan dari pada yang terkahir. Pergilah engkau menjadi qadhi di
Basrah dan sebaik-baik qadhi adalah dirimu. (Dalam Majmu al-Fatawa
Ibn Taimiyah XXXI/85, al-Mughni VII/30 dishahihkan oleh al-Albani
dalam al-Irwaa VII/80
Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra, Rasulullah bersabda : “
Wahai Abdullah benarkan apa yang aku dengar bahwa engkau selalu
berpuasa di siang hari dan shalat di malam hari ? “ Abdullah menjawab :
“ benar, ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda : “ Jangan engkau lakukan,
berpuasalah dan berbukalah, bangun dan tidurlah, karena tubuh
mempunyai hak atasmu. Cukuplah engkau berpuasa 3 hari dalam sebulan,
J
34
karena engkau akan mendapatkan setiap kebajikan 10 kali lipat, hal ini
seperti puasa sepanjang masa. Ketika Abdullah bersikeras. Maka ia
sendiri yang akhirnya menemui kesulitan. Aku mengatakan : “ Wahai
Rasulullah aku masih memiliki kesanggupan. Rasulullah bersabda :
“Kalau begitu, berpuasalah seperti seperti puasa nabi Daud as dan jangan
menambahnya. Abdullah bertanya : “ Bagaimana puasa nabi Daud as. Ya
Rasulullah? “ Rasulullah menjawab : “ Separuh masa.” Setelah tua
Abdullah berkata: “ Duhai sekiranya aku menerima keringan dari
Rasulullah.” (dalam kitab hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
no. 1975, Imam Muslim 1159, Imam At-Tirmizdi no.770, Imam AnNasai 1630, Imam Ibn Majah no,1712 dan Imam Ahmad no, 6441
Al-Mawarzi mengatakan Abu Abdilllah (Ahmad bin Hanbal)
berkata : “ Hidup membujang sama sekali bukan ajaran Islam,” Nabi
Muhammad saw menikahi 14 istri dan beliau wafat meninggalkan 9 istri.
Seandainya Basyar bin Harist menikah, niscaya urusannya menjadi
sempurna. Jika manusia tidak menikah niscaya tidak ada peperangan,
tidak ada haji, tidak ada begini dan tidak ada begitu. Nabi Muhammmad
saw menikah sedangkan mereka tidak memiliki apa-apa. Beliau wafat
meninggalkan 9 istri serta memilih menikah dan menganjurkan akan hal
itu. Nabi Muhammad saw melarang hidup membujang. Barangsiapa
membenci sunnah Nabi, maka ia berada di atas selain kebenaran. Ya’kub
dalam kesedihannya masih menikah dan mendapatkan anak. Nabi
Muhammad saw bersabda : Dimasukkan dalam hatiku kecintaan kepada
wanita. Aku mengatakan kepadanya diceritakan dari Ibrahim bin Adham
bahwa dia mengatakan : “ Sungguh rasa takut seorang laki-laki yang
menanggung beban keluarga yang berat ……..Belum sempat aku
menyelesaikan ucapanku tiba-tiba dia memotongnya dan berteriak kepada
ku dan mengatakan : Kita terperangkap di jalan yang sempit. Lihat
semoga Allah menyelamatkanku, apa yang dilakukan oleh nabinya,
Muhammad dan para sahabatnya. Kemudian ia mengatakan : “ Sungguh
tangisan anak dihadapan ayahnya karena meminta roti kepadanya itu
lebih baik. Bagaimana mungkin ahli ibadah yang membujang bisa
menyamai orang yang menikah (dalam Raudhatul Muhibbin : 214)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami, bahwa Allah
memerintahkan untuk bertabattul dalam makna beribadah dengan penuh
ketekunan dan keihklasan. Sementara larangan tabattul seperti yang dijelaskan dalam sunnah dalam makna memutuskan hubungan manusia
dengan komunitasnya yang menempuh jalan kependetaan untuk
meninggalkan pernikahan. Larangan tabattul karena dikhawatirkan sikap
hidup membujang tersebut akan membuka peluang bagi pria dan wanita
untuk melakukan penyaluran kebutuhan seksual melalui cara yang tidak
dibenarkan dalam Islam. Sehingga akan berakibat pada fisik dan psikis,
yaitu : (1) Secara fisik dapat melemahkan anggota tubuh utama seperti
hatu dan IQ yang berpengaruh terhadap daya intelektual seseorang. (2)
Secara Psikis dapat merusak dunia dan keturunan.
Meskipun keenganan seseorang untuk menikah dan menghindari
semua kenikmatan yang diperoleh dalam hidup berkeluarga disebabkan
oleh adanya keinginan beribadah kepada Allah. Tetapi arti ibadah bukan
dalam makna yang sempit. Makna ibadah mempunyai cakupan yang luas,
yaitu mencari nafkah, menyalurkan kebutuhan seks juga ibadah jika
dilalukan sesuai dengan tuntunan Islam. Karena Rasulullah ketika ditanya
sahabat tentang penyaluran kebutuhan seks dengan istri apakah mendapat
pahala ? Rasulullah menjawab : Jika penyaluran seks pada tempat yang
haram dijatuhi hukuman dan dosa, demikian sebaliknya akan
mendapatkan pahala.
Selibat berasal dari kata Latin Caecibatus, (hidup tidak menikah).
Jelasnya, selibat hidup tidak menikah dengan alasan iman dan
mengabdikan diri sepenuhnya kepada Yesus. Dasar hukum selibat hanya
terdapat dalam Perjanjian Baru, Matius l9: l2 dan surat Pertama Korintus
7: 32-35. Kemudian ajaran ini dipertegas kembali dalam dekrit Pertama
Kanon 33 Sinode Elvira di Spanyol.
Di seluruh Gereja Katolik, di Timur maupun di Barat, Gereja
Ortodoks Timur dan Gereja Ortodoks Oriental, seorang imam tidak boleh
menikah, tetapi Paus I Petrus melakukan pernikahan.
Pada era Paus Leo I (440-461) hukum selibat dikenal secara
umum di dunia Barat. Meskipun demikian selibat membawa dampak
negatif. Beberapa Paus dicatat melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan ajaran selibat, seprti Paus Damasus I (366-384), Paus Clemens V
(1305-1314) dan Paus Johanes XII (955-964). Jumlah pastor Katolik
J
36
turun drastis kira-kira 50 persen antara tahun 1996-2000. Sementara
dalam Islam Allah memerintahkan untuk bertabattul dalam makna
beribadah dengan penuh ketekunan dan keihklasan. Sementara larangan
tabattul dalam makna memutuskan hubungan dengan manusia untuk
meninggalkan pernikahan.
Oleh : Nur Fitriyana
Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden
Fatah Palembang