engerian-kengerian maut,
melucuti sengatnya, dan dengan gembira mengucapkan se-
lamat tinggal kepada dunia ini beserta segala penghiburan
dan salibnya. Inilah tindakan-tindakan iman mereka. Seka-
rang amatilah,
3. Upah yang besar dan penuh rahmat dari iman mereka: Tuhan
tidak malu disebut Tuhan mereka, sebab Ia telah mempersiap-
kan sebuah kota bagi mereka (ay. 16). Perhatikanlah,
(1) Tuhan yaitu Tuhan dari semua orang percaya yang sung-
guh-sungguh. Iman membuat mereka mendapat bagian di
dalam Tuhan , dan dalam segala kepenuhan-Nya.
(2) Ia disebut sebagai Tuhan mereka. Ia menyebut diri-Nya demi-
kian: Akulah Tuhan Abraham, Tuhan Ishak dan Tuhan Yakub. Ia
memperbolehkan mereka untuk menyebut-Nya demikian. Ia
juga memberi mereka Roh yang menjadikan mereka anak,
sehingga mereka dapat berseru, “ya Abba, ya Bapa!”
(3) Kendati dengan kehinaan mereka secara alami, kekejian
mereka sebab dosa, dan kemiskinan keadaan lahiriah me-
reka, Tuhan tidak malu disebut sebagai Tuhan mereka. Demi-
kianlah perendahan diri-Nya, demikianlah kasih-Nya ter-
hadap mereka. Oleh sebab itu, janganlah pernah mereka
malu disebut sebagai umat-Nya. Jangalah malu siapa saja
dari antara mereka yang sungguh-sungguh merupakan
umat-Nya, betapapun terhinanya mereka di dunia. Lebih
dari semua itu, hendaklah mereka memperhatikan supaya
mereka tidak menjadi aib dan cela bagi Tuhan mereka, yang
dapat menyebabkan Dia malu terhadap mereka. namun
hendaklah mereka bertindak sedemikian rupa sehingga
menjadi ternama, terpuji, dan terhormat bagi-Nya.
(4) Sebagai bukti dari hal ini, Tuhan telah menyediakan bagi
mereka sebuah kota, kebahagiaan yang disesuaikan de-
ngan hubungan yang kini terjalin antara Tuhan dan mereka.
206
Sebab tidak ada suatu apa pun di dunia ini yang sepadan
dengan kasih-Nya dengan menjadi Tuhan bagi umat-Nya.
Seandainya Tuhan tidak bisa dan juga tidak mau memberi-
kan kepada umat-Nya apa saja yang lebih baik dibandingkan
yang dapat ditawarkan dunia ini, maka Ia akan malu dise-
but sebagai Tuhan mereka. Jika Ia membawa mereka ke
dalam hubungan seperti itu dengan diri-Nya sendiri, maka
Ia akan memberi mereka persediaan yang sesuai dengan
hubungan itu. Jika Ia mengambil bagi diri-Nya gelar seba-
gai Tuhan mereka, maka Ia akan sepenuhnya memenuhi
gelar itu, dan bertindak sesuai dengan tindakan-Nya itu. Ia
telah menyediakan bagi mereka apa yang akan sepenuhnya
menggenapi sifat dan hubungan ini, sehingga tidak akan
pernah dikatakan, bagi cela dan hinaan kepada Tuhan , bah-
wa Ia telah mengangkat sebuah umat untuk menjadi anak-
anak-Nya sendiri, namun kemudian tidak memberi perhatian
untuk menyiapkan perbekalan yang sesuai untuk mereka.
Permenungan akan hal ini seharusnya mengobarkan pera-
saan, memperluas keinginan-keinginan, dan menggugah
usaha-usaha yang tekun dari umat Tuhan terhadap kota
yang telah dipersiapkan-Nya untuk mereka ini.
VII. sesudah memberi uraian tentang iman orang-orang lain,
selain Abraham, sekarang Rasul Paulus kembali kepada Abra-
ham, dan memberi kita sebuah contoh tentang ujian dan tindak-
an iman terbesar yang tercatat dalam kisah bapa orang beriman
atau kisah siapa saja dari keturunan rohaninya. Kisah ini
yaitu tentang dipersembahkannya Ishak oleh Abraham: sebab
iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan
Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan
anaknya yang tunggal (ay. 17). Dalam contoh yang agung ini
amatilah,
1. Pencobaan dan ujian bagi iman Abraham. Ia sungguh-sung-
guh diuji. Dikatakan dalam Kejadian 22:1, dalam hal ini Tuhan
mencoba Abraham. Bukan untuk berbuat dosa, sebab Tuhan
tidak pernah mencobai manusia seperti itu, namun hanya
menguji iman dan ketaatannya demi suatu tujuan. Sebelum-
nya Tuhan sudah mencobai atau menguji iman Abraham,
saat Ia memanggilnya untuk meninggalkan negerinya dan
Surat Ibrani 11:4-31
207
keluarga bapaknya, saat sebab bencana kelaparan Abra-
ham terpaksa meninggalkan Kanaan dan pergi ke Mesir, keti-
ka Abraham terpaksa melawan lima raja untuk menyelamat-
kan Lot, saat Sara diambil darinya oleh Abimelekh, dan
dalam banyak contoh lain. namun ujian ini lebih besar dari itu
semua. Ia diperintahkan untuk mempersembahkan anaknya
Ishak. Bacalah cerita mengenai hal ini dalam Kejaidan 22:2.
Di sana kita akan mendapati bahwa setiap kata yang diucap-
kan yaitu ujian: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang
engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan
persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada
salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu. Ambil-
lah anakmu, bukan salah satu dari ternak atau hambamu,
melainkan anak tunggalmu dari Sara, Ishak tawamu, anak
yang membawa sukacita dan kegembiraan bagimu, yang
engkau kasihi seperti jiwamu sendiri. Bawalah ia ke tempat
yang jauh, tiga hari perjalanan lamanya, ke tanah Moria. Dan
jangan hanya meninggalkan dia di sana, namun persembah-
kanlah dia sebagai korban bakaran.” Tidak ada ujian yang
lebih berat yang pernah diberikan kepada makhluk mana
pun. Rasul Paulus di sini menyebutkan beberapa hal yang
semakin menambah beratnya ujian ini.
(1) Abraham mendapat ujian sesudah menerima janji-janji,
bahwa Ishak ini akan membangun keluarga baginya, bah-
wa keturunan dari Ishaklah yang akan disebut keturun-
annya (ay. 18), dan bahwa Ishak akan menjadi salah se-
orang nenek moyang dari Mesias, dan semua bangsa diber-
kati di dalam Dia. Sehingga, dengan dipanggil untuk mem-
persembahkan Ishak, ia tampak dipanggil untuk meng-
hancurkan dan memutuskan garis keturunannya sendiri,
membatalkan janji-janji Tuhan , menghalang-halangi keda-
tangan Kristus, menghancurkan seluruh dunia, mengor-
bankan jiwanya sendiri dan harapan-harapannya akan ke-
selamatan, dan meruntuhkan jemaat Tuhan dalam sekali
pukul. Sungguh pencobaan yang amat mengerikan!
(2) Bahwa Ishak ini yaitu anak tunggalnya dari Sara istri-
nya, satu-satunya anak yang dia miliki dari Sara, dan
satu-satunya anak yang akan menjadi anak dan ahli wa-
ris janji itu. Ismael sudah dibiarkan pergi dengan kebesar-
208
an duniawi. namun janji keturunan, dan kedatangan Me-
sias, harus dipenuhi melalui Ishak, anak ini, atau tidak
sama sekali. Sehingga, selain kasih sayangnya yang ter-
amat lembut terhadap anaknya ini, semua harapannya
sudah tertumpu pada dia, dan jika anaknya itu binasa, ia
harus binasa bersamanya. Bahkan seandainya Abraham
memiliki begitu banyak anak, Ishak yaitu satu-satunya
anak yang dapat menyampaikan berkat yang dijanjikan
kepada semua bangsa. Anak yang sudah dinanti-nanti-
kannya begitu lama, yang disambutnya dengan begitu
luar biasa, dan yang pada dia hatinya terpatri. Dan seka-
rang ia harus menyerahkan anak ini sebagai korban per-
sembahan, dan dengan tangannya sendiri pula. Ujian se-
perti ini pasti akan menggoncangkan perasaan orang yang
memiliki pikiran paling tenang dan paling kuat yang
pernah ada sekalipun.
2. Tindakan-tindakan iman Abraham dalam ujian yang begitu
besar. Ia taat. Ia mempersembahkan Ishak. Dengan sadar Ia
menyerahkan Ishak dengan jiwa yang tunduk kepada Tuhan ,
dan siap untuk benar-benar melakukannya, sesuai perintah
Tuhan . Dalam hal ini ia bertindak sejauh sampai pada saat-
saat paling menentukan, dan pasti akan terus melanjutkan-
nya seandainya Tuhan tidak mencegah dia. Tidak ada yang
lebih lembut dan menyentuh perasaan dibandingkan kata-kata
Ishak itu: “Bapa, di sini sudah ada api dan kayu, namun di
manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Tak sedikit
pun tebersit dalam pikiran Ishak bahwa dialah yang akan
menjadi anak dombanya. Abraham mengetahuinya, namun ia
tetap melanjutkan rancangan besar itu.
3. Apa yang menyokong iman Abraham. Yang menyokong iman-
nya pasti sesuatu yang sangat besar, sesuai dengan besarnya
ujian itu: Ia berpikir, bahwa Tuhan berkuasa membangkitkan
orang-orang sekalipun dari antara orang mati (ay. 19). Iman-
nya disokong oleh kepekaannya terhadap kemahakuasaan
Tuhan , yang mampu membangkitkan orang mati. Demikianlah
ia berpikir dalam hatinya, dan dengan begitu ia menghilang-
kan semua keraguannya. Tidak tampak bahwa Abraham ber-
harap perintah itu akan dibatalkan, dan ia akan dihalang-
halangi untuk mempersembahkan anaknya. Harapan seperti
Surat Ibrani 11:4-31
209
itu akan merusak ujian, dan sebab itu menghancurkan ke-
menangan dari imannya. namun ia tahu bahwa Tuhan dapat
membangkitkan Ishak dari antara orang mati, dan ia percaya
bahwa Tuhan akan melakukannya, sebab perkara-perkara
besar seperti itu bergantung pada anaknya, yang pasti akan
gagal terlaksana seandainya Ishak tidak terus dibiarkan
hidup. Perhatikanlah,
(1) Tuhan sanggup membangkitkan orang mati, membangkit-
kan tubuh-tubuh yang mati, dan membangkitkan jiwa-
jiwa yang mati.
(2) Keyakinan akan hal ini akan membawa kita melewati se-
gala kesulitan dan ujian terbesar yang dapat kita hadapi.
(3) Sudah menjadi kewajiban kita untuk berusaha mengha-
pus keraguan dan ketakutan kita, dengan merenungkan
kemahakuasaan Tuhan .
4. Upah bagi imannya dalam ujian yang besar ini (ay. 19): ia
menerima kembali anaknya dari antara orang mati secara
kiasan, dalam perumpamaan.
(1) Ia menerima anaknya kembali. Ia sudah menyerahkan
anaknya kepada Tuhan , namun Tuhan menyerahkannya
kembali kepada dia. Cara terbaik untuk menikmati peng-
hiburan-penghiburan kita dengan perasaan terhibur ada-
lah dengan menyerahkannya kepada Tuhan . Dengan begi-
tu, Ia akan mengembalikannya lagi, jika tidak dalam ben-
tuk yang sama, maka dalam kebaikan.
(2) Ia menerima anaknya dari antara orang mati, sebab ia
menyerahkannya sebagai orang mati. Ishak sudah seperti
anak yang mati bagi dia, dan kembalinya Ishak kepada-
nya tidak kurang dari kebangkitan.
(3) Ini merupakan perlambang atau perumpamaan tentang
sesuatu yang lebih jauh. Itu perlambang dari korban dan
kebangkitan Kristus, yang dilambangkan oleh Ishak. Itu
perlambang dan tanda kebangkitan yang mulia dari se-
mua orang percaya yang sungguh-sungguh, yang hidup-
nya tidak musnah, namun tersembunyi bersama dengan
Kristus di dalam Tuhan . Sekarang kita sampai pada iman
dari orang-orang kudus lain dalam Perjanjian Lama, yang
210
disebutkan namanya, dan juga ujian-ujian serta tindak-
an-tindakan imannya secara khusus.
VIII. Uraian tentang iman Ishak (ay. 20). Beberapa hal tentang Ishak
sudah kita lihat sebelumnya terselip dalam kisah Abraham. Di
sini kita mendapati sesuatu yang berbeda sifatnya, yaitu bahwa
sebab iman Ishak memberkati kedua putranya, Yakub dan
Esau, sambil memandang jauh ke depan. Di sini amatilah,
1. Tindakan-tindakan imannya: Ia, sambil memandang jauh ke
depan, memberi berkatnya kepada Yakub dan Esau. Ia
memberkati mereka, yaitu menyerahkan mereka kepada
Tuhan dalam perjanjian. Ia menyarankan supaya mereka de-
kat dengan Tuhan dan agama. Ia berdoa untuk mereka, dan
bernubuat mengenai mereka, apa yang akan terjadi pada
mereka, dan keturunan mereka. Kita mendapati cerita ini
dalam Kejadian 27. Perhatikanlah,
(1) Baik Yakub maupun Esau diberkati sebagai anak-anak
Ishak, setidak-tidaknya berkenaan dengan kebaikan-ke-
baikan jasmaniah. Sungguh suatu hak istimewa yang
besar bila menjadi keturunan orangtua yang baik, dan se-
ring kali anak-anak jahat dari orangtua yang baik berna-
sib lebih baik di dunia ini oleh sebab orangtua mereka,
sebab perkara-perkara yang ada sekarang termasuk da-
lam perjanjian. namun itu bukanlah hal-hal yang terbaik,
dan tidak ada orang mengenal apa itu kasih atau kebenci-
an dengan memiliki atau kekurangan hal-hal seperti itu.
(2) Yakub lebih diutamakan dan mendapat berkat utama,
yang menunjukkan bahwa anugerah dan kelahiran baru-
lah yang meninggikan seseorang di atas teman-teman me-
reka, dan membuat mereka memenuhi syarat untuk
mendapat berkat-berkat terbaik. Hal itu juga menunjuk-
kan bahwa sebab anugerah Tuhan yang berdaulat dan
cuma-cumalah maka di dalam keluarga yang sama anak
yang satu dibawa dan yang lain ditinggal, yang satu di-
kasihi dan yang lain dibenci, sebab seluruh bangsa ketu-
runan Adam pada hakikatnya pantas dimurkai Tuhan .
Bahwa jika seseorang mendapat bagiannya di dunia ini,
dan orang lain di dunia yang lebih baik, maka Tuhan lah
Surat Ibrani 11:4-31
211
yang membuat perbedaan itu. Sebab bahkan penghibur-
an-penghiburan dalam kehidupan ini sudah lebih banyak
dan lebih baik dibandingkan yang pantas didapatkan anak-
anak manusia.
2. Kesulitan-kesulitan yang digumuli iman Ishak.
(1) Ia tampak lupa bagaimana Tuhan sudah menentukan per-
karanya pada saat kelahiran anak-anaknya ini (Kej.
25:23). Ini seharusnya menjadi pedoman yang dia pegang
selama ini, namun ia lebih tergoyahkan oleh kasih sayang
alami dan kebiasan umum, yang memberi kehormat-
an, kasih sayang, dan keuntungan dua kali lipat kepada
anak sulung.
(2) Ia bertindak dengan berat hati dalam hal ini. saat hen-
dak mengucapkan berkat, terkejutlah Ishak dengan sangat
(Kej. 27:33). Dan ia menuduh Yakub telah merampas ber-
kat Esau dengan licik (Kej. 27:33, 35). namun , ken-
dati dengan semua ini, iman Ishak kembali lagi, dan ia
mengesahkan berkat itu: Aku telah memberkati dia; dan
dia akan tetap orang yang diberkati. Ribka dan Yakub
tidak dapat dibenarkan dalam memakai cara sembunyi-
sembunyi untuk memperoleh berkat ini, namun Tuhan akan
dibenarkan dalam kuasa-Nya atas dosa-dosa manusia
untuk dipakai-Nya dalam melayani tujuan-tujuan kemu-
liaan-Nya. Sekarang, sebab iman Ishak itu sudah me-
nang atas ketidakpercayaannya, maka Tuhan Ishak ber-
kenan memaklumi kelemahan imannya, memuji ketu-
lusan imannya, dan mencatatnya di antara para penatua,
yang mendapat suatu kesaksian yang baik sebab iman.
Sekarang kita melanjutkan kepada,
IX. Iman Yakub (ay. 21), yang saat hampir waktunya akan mati,
memberkati kedua anak Yusuf, lalu menyembah sambil bersandar
pada kepala tongkatnya. Ada banyak contoh tentang iman Yakub
yang besar. Hidupnya yaitu hidup iman, dan imannya mendapat
ujian yang besar. namun Tuhan telah berkenan untuk berbicara
secara khusus tentang dua dari banyak contoh iman bapa leluhur
ini, selain apa yang sudah disebutkan dalam kisah Abraham. Di
sini amatilah,
212
1. Ada dua tindakan imannya yang disebutkan di sini:
(1) Ia memberkati kedua anak Yusuf, Efraim dan Manasye. Ia
mengangkat mereka sebagai bagian dari anak-anaknya sen-
diri, dan dengan demikian bagian dari jemaat Israel, meski-
pun mereka lahir di Mesir. Tidak diragukan lagi bahwa
merupakan berkat besar untuk dimasukkan ke dalam je-
maat Tuhan di bumi ini, dengan mendapat pengakuan dan
hak istimewa, namun terlebih lagi jika kita masuk ke dalam
jemaat-Nya dalam roh dan kebenaran.
[1] Yakub menjadikan keduanya sebagai kepala dari suku-
suku yang berbeda, seolah-olah mereka yaitu anak-
anak kandungnya sendiri.
[2] Yakub berdoa bagi mereka, supaya mereka berdua di-
berkati Tuhan .
[3] Yakub bernubuat bahwa mereka akan diberkati. namun ,
seperti yang dilakukan Ishak sebelumnya, demikian
pula sekarang Yakub lebih memilih yang lebih muda,
Efraim. Dan meskipun Yusuf sudah menempatkan me-
reka sedemikian rupa supaya tangan kanan ayahnya di-
tumpangkan atas Manasye, yang lebih tua, Yakub
dengan bijak meletakkannya pada Efraim. Ini terjadi
dengan pimpinan ilahi, sebab Yakub tidak dapat meli-
hat. Hal ini untuk menunjukkan bahwa jemaat bukan
Yahudi, yang lebih muda, akan mendapat berkat yang
lebih berlimpah dibandingkan jemaat Yahudi, yang lebih tua.
(2) Ia menyembah sambil bersandar pada kepala tongkatnya.
Yaitu, ia memuji Tuhan atas apa yang sudah dilakukan-Nya
untuk dia, dan atas pengharapan akan keterberkatan yang
sudah mendekat. Ia berdoa untuk orang-orang yang ia
tinggalkan, supaya agama dapat terjaga dalam keluarganya
saat ia sudah tiada. Ia melakukan ini sambil bersandar
pada kepala tongkatnya. Ia melakukan hal ini, bukan
seperti yang diimpikan sebagian orang, bahwa ia menyem-
bah semacam gambar Tuhan yang terukir pada kepala tong-
katnya, namun ini mengisyaratkan kepada kita betapa
sangat lemah tubuhnya, bahwa ia tidak mampu bangun
dan duduk di tempat tidur tanpa tongkat, dan walaupun
begitu ia tidak mau memakai alasan ini untuk mengabai-
Surat Ibrani 11:4-31
213
kan ibadah kepada Tuhan . Ia ingin melakukan ibadah sem-
bahnya itu sebaik mungkin dengan tubuhnya, dan juga
dengan rohnya, meskipun ia tidak bisa melakukannya se-
baik seperti yang diinginkannya. Dengan ini ia menunjuk-
kan kebergantungannya pada Tuhan , dan memberi kesak-
sian tentang keadaannya di sini sebagai peziarah dengan
tongkatnya, tentang kelelahannya pada dunia, dan kemau-
annya untuk beristirahat.
2. Waktu saat Yakub menjalankan imannya dengan cara
seperti ini: saat hampir waktunya akan mati. Ia hidup oleh
iman, dan meninggal oleh iman dan di dalam iman. Perhati-
kanlah, meskipun anugerah iman selalu berguna sepanjang
hidup kita, anugerah itu terutama berguna saat hampir tiba
waktunya kita akan mati. Iman mendapatkan manfaat terbe-
sarnya di saat-saat terakhir, untuk menolong orang-orang per-
caya menyelesaikan dengan baik, mati bagi Tuhan dengan
cara yang menghormati Dia, dengan kesabaran, harapan, dan
sukacita. Ini akan meninggalkan kesaksian akan kebenaran
firman Tuhan dan keluhuran jalan-jalan-Nya, guna meyakinkan
dan meneguhkan semua orang yang menemani mereka di saat
ajal menjemput mereka. Cara terbaik orangtua menyelesaikan
hidup mereka yaitu dengan memberkati keluarga-keluarga
mereka dan menyembah Tuhan . Sekarang kita sampai pada,
X. Iman Yusuf (ay. 22). Dan di sini juga kita melihat,
1. Apa yang dia lakukan dengan imannya: Ia memberitakan ten-
tang keluarnya orang-orang Israel dan memberi pesan tentang
tulang-belulangnya. Bacaan ini diambil dari Kejadian 50:24-25.
Yusuf terkenal dengan imannya, meskipun ia tidak menikmati
pertolongan-pertolongan sebab imannya itu seperti yang di-
nikmati oleh semua saudaranya yang lain. Ia dijual ke Mesir. Ia
dicobai oleh godaan-godaan, oleh dosa, dan oleh penganiayaan
sebab tetap mempertahankan kejujurannya. Ia dicobai oleh
pangkat dan kekuasaan di istana Firaun, namun imannya tetap
teguh dan membawa dia melewati semuanya pada akhirnya.
(1) Dengan iman ia memberitakan tentang keluarnya orang-
orang Israel, bahwa akan tiba saatnya saat mereka dibe-
baskan dari Mesir. Ia memberitakan hal ini untuk memper-
214
ingatkan mereka supaya mereka tidak berpikir untuk me-
netap di Mesir, yang pada saat itu merupakan tempat pe-
nuh kelimpahan dan kenyamanan bagi mereka. Dan juga
untuk menjaga mereka supaya tidak tenggelam di bawah
bencana-bencana dan kesusahan-kesusahan yang sudah
dilihatnya akan menimpa mereka di sana. Ia juga melaku-
kannya untuk menghibur dirinya sendiri, bahwa meskipun
tidak akan hidup untuk melihat pembebasan mereka, ia
bisa mati dengan mengimaninya.
(2) Ia memberi pesan tentang tulang-belulangnya, supaya me-
reka tetap menjaganya untuk tidak dikuburkan di Mesir,
sampai Tuhan membebaskan mereka dari negeri perbudak-
an itu, dan supaya pada saat itu mereka harus membawa
tulang-belulangnya bersama mereka ke Kanaan dan me-
nguburkannya di sana. Meskipun orang percaya memberi
perhatian utama pada jiwa mereka, namun juga mereka
tidak bisa sepenuhnya mengabaikan tubuh mereka, seba-
gai anggota Kristus dan bagian dari diri mereka sendiri,
yang pada akhirnya akan dibangkitkan, dan menjadi ka-
wan yang bahagia bagi jiwa mereka yang sudah dimuliakan
sampai selama-lamanya. Nah, Yusuf memberi pesan ini
bukan sebab ia berpikir bahwa dengan dimakamkan di
Mesir maka itu akan membahayakan jiwanya atau meng-
halang-halangi kebangkitan tubuhnya (seperti khayalan
sebagian rabi bahwa semua orang Yahudi yang dimakam-
kan di luar Kanaan harus dibawa ke Kanaan supaya mere-
ka dapat bangkit kembali), melainkan untuk memberi
kesaksian,
[1] Bahwa meskipun sudah hidup dan mati di Mesir, Yusuf
tidak hidup dan mati sebagai orang Mesir, melainkan
sebagai orang Israel.
[2] Bahwa ia lebih memilih pemakaman yang berarti di Ka-
naan dibandingkan pemakaman yang megah di Mesir.
[3] Bahwa ia akan pergi bersama bangsanya sejauh yang dia
bisa, meskipun ia tidak bisa pergi sejauh yang ia mau.
[4] Bahwa ia percaya akan kebangkitan tubuh, dan per-
sekutuan yang akan segera dimiliki jiwanya dengan
orang-orang kudus yang sudah berpulang, seperti juga
yang dialami tubuhnya dengan jasad-jasad mereka.
Surat Ibrani 11:4-31
215
[5] Untuk meyakinkan mereka bahwa Tuhan akan bersama
mereka di Mesir, dan membebaskan mereka dari situ
pada saat-Nya dan dengan jalan-Nya sendiri.
2. Kapan iman Yusuf bertindak dengan cara seperti ini. Yaitu,
seperti halnya Yakub, saat hampir waktunya akan mati.
Tuhan sering kali memberi umat-Nya penghiburan-penghiburan
yang menghidupkan pada saat-saat kematian. Dan jika Ia
memberi nya, maka sudah menjadi kewajiban mereka,
sedapat mungkin, untuk memberitahukannya kepada orang-
orang di sekitar mereka, demi kemuliaan Tuhan , demi kehor-
matan agama, dan demi kebaikan saudara-saudara dan te-
man-teman mereka. Sekarang kita melanjutkan dengan,
XI. Iman orangtua Musa, yang dikutip dari Keluaran 2:3, dst. Di sini
amatilah,
1. Tindakan iman mereka. Mereka menyembunyikan anak mere-
ka ini selama tiga bulan. Meskipun hanya ibu Musa yang dise-
butkan dalam sejarah, namun dari apa yang dikatakan di sini,
tampaknya ayahnya pun tidak hanya menyetujuinya, namun
juga terlibat di dalamnya. Sungguh membahagiakan jika
pasangan sepenanggungan bekerja sama di dalam kuk iman,
sebagai ahli-ahli waris dari anugerah Tuhan . Dan alangkah
bahagianya juga jika mereka melakukan hal ini dalam
kepedulian rohani bagi kebaikan anak-anak mereka, untuk
menjaga mereka dari orang-orang yang tidak hanya akan
menghancurkan hidup mereka, namun juga merusak pikiran
mereka. Cermatilah, Musa sudah dianiaya sejak dari awal, dan
terpaksa disembunyikan. Dalam hal ini ia merupakan
perlambang Kristus, yang dianiaya hampir segera sesudah Ia
lahir, dan orangtua-Nya terpaksa melarikan diri bersama Dia
ke Mesir untuk melindungi Dia. Sungguh suatu rahmat yang
besar jika kita terbebas dari hukum dan maklumat yang jahat.
namun , jika tidak, kita harus menggunakan segala cara
yang sah untuk melindungi diri. Iman orangtua Musa ini
bercampur dengan ketidakpercayaan, namun Tuhan berkenan
mengabaikannya.
2. Alasan-alasan mengapa mereka berbuat demikian. Tidak di-
ragukan lagi, kasih sayang alami sudah pasti menggerakkan
216
mereka. namun ada hal yang lebih jauh lagi. Mereka melihat
bahwa anak itu bagus, anak itu cantik (Kel. 2:2), sangat elok,
seperti dalam Kisah Para Rasul 7:20, asteios tō Theō –
venustus Deo – elok di mata Tuhan . Pada dirinya tampak ada
sesuatu yang tidak biasa. Keindahan Tuhan berdiam di dalam
dirinya, sebagai pertanda bahwa ia dilahirkan untuk melaku-
kan perkara-perkara besar, dan bahwa saat berbicara de-
ngan Tuhan wajahnya akan bersinar (Kel. 34:29). Betapa cemer-
lang dan termasyhurnya perbuatan-perbuatan yang harus ia
lakukan untuk membebaskan Israel, dan betapa namanya
akan bersinar terang dalam tulisan-tulisan suci. Adakalanya,
namun tidak selalu, wajah menunjukkan pikiran.
3. Menangnya iman mereka atas ketakutan mereka. Mereka tidak
takut terhadap perintah raja (Kel. 1:22). Sungguh suatu mak-
lumat yang jahat dan kejam, bahwa semua bayi laki-laki Israel
harus dimusnahkan, supaya nama Israel punah dari muka
bumi. namun mereka tidak begitu takut sampai-sampai ber-
sedia menyerahkan anak mereka. Mereka mempertimbangkan
bahwa, jika tidak ada laki-laki yang bertahan, maka habis dan
hancur sudah jemaat Tuhan dan agama yang benar. Dan bahwa
meskipun dalam keadaan mereka yang diperbudak dan ditin-
das saat ini orang akan lebih memilih mati dibandingkan hidup,
namun mereka percaya bahwa Tuhan akan memelihara umat-
Nya, dan bahwa akan tiba saatnya saat ada faedahnya orang
Israel hidup. Sebagian orang harus membahayakan nyawa
mereka sendiri untuk mempertahankan anak-anak mereka,
dan mereka bertekad untuk melakukannya. Mereka tahu
bahwa perintah raja itu jahat dengan sendirinya, bertentangan
dengan hukum-hukum Tuhan dan alam, dan sebab itu tidak
memiliki kewenangan dan tidak pula menuntut kewajiban.
Iman yaitu penawar ampuh melawan ketakutan yang mem-
perbudak terhadap manusia, sebab iman menghadirkan Tuhan
di hadapan jiwa, dan menunjukkan sia-sianya makhluk cipta-
an dan tunduknya ia pada kehendak dan kuasa Tuhan . Beri-
kutnya Rasul Paulus melanjutkan dengan,
XII. Iman Musa sendiri (ay. 24-25, dst.). Di sini amatilah,
1. Contoh imannya dalam menaklukkan dunia.
Surat Ibrani 11:4-31
217
(1) Ia menolak disebut anak puteri Firaun, yang memungut dia
dan menjadikan dia sebagai anak kesayangannya. Puteri
Firaun sudah mengangkat Musa sebagai anaknya, namun
Musa menolak disebut anaknya. Amatilah,
[1] Betapa besarnya godaan yang dialami Musa. Puteri Fir-
aun dikatakan sebagai satu-satunya anak Firaun, dan
puteri Firaun sendiri tidak memiliki anak. sesudah
menemukan Musa, dan menyelamatkan dia, puteri
Firaun bertekad untuk membawanya dan mengasuhnya
sebagai anak. Dengan demikian, Musa mendapat ke-
sempatan baik untuk menjadi raja Mesir pada waktu-
nya, dan dengan begitu ia bisa berguna bagi Israel. Ia
berutang nyawa terhadap puteri Firaun ini. Dan meno-
lak kebaikan seperti itu dari puteri Firaun tidak hanya
tampak seperti tidak tahu berterima kasih, namun juga
mengabaikan Pemeliharaan ilahi, yang tampak bermak-
sud untuk mengangkat hidupnya dan memberi keun-
tungan bagi saudara-saudaranya.
[2] Betapa mulianya kemenangan imannya dalam pencoba-
an yang begitu besar. Ia menolak disebut anak puteri
Firaun, supaya jangan sampai ia tidak menghargai ke-
hormatan yang lebih sejati sebagai anak Abraham, bapa
orang beriman. Ia menolak disebut anak puteri Firaun,
supaya jangan hal itu tampak seperti ia menyangkal
agamanya dan juga hubungannya dengan Israel. Dan
tidak diragukan lagi bahwa kedua hal itu akan terjadi
seandainya ia menerima kehormatan ini. Oleh sebab
itulah dengan anggun ia menolaknya.
(2) Ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Tuhan dari
pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa (ay.
25). Ia rela mengambil bagian bersama umat Tuhan di sini,
meskipun bagian itu yaitu penderitaan. Ini supaya ia
mendapat bagian bersama mereka di dunia nanti, dibandingkan
menikmati semua kesenangan ragawi yang berdosa di
istana Firaun, yang hanya untuk sementara waktu, lalu
sesudah itu dihukum dengan kesengsaraan kekal. Dalam
hal ini Musa bertindak masuk akal dan juga saleh, dan ia
menaklukkan godaan terhadap kesenangan duniawi seperti
218
sebelumnya ia menaklukkan godaan terhadap kedudukan
duniawi. Di sini perhatikanlah,
[1] Kesenangan-kesenangan dosa hanya berlangsung se-
saat. Kesenangan-kesenangan itu pasti akan segera ber-
akhir entah dengan pertobatan atau kehancuran.
[2] Kesenangan-kesenangan dunia ini, terutama kesenang-
an-kesenangan istana, sangat sering merupakan kese-
nangan-kesenangan dosa. Dan selalu demikian jika kita
tidak dapat menikmatinya tanpa meninggalkan Tuhan
dan umat-Nya. Orang percaya yang sungguh-sungguh
akan memandang rendah kesenangan-kesenangan itu
jika ditawarkan dengan syarat-syarat ini .
[3] Penderitaan, dan bukan dosa, itulah yang harus dipilih,
sebab ada lebih banyak kejahatan dalam dosa terkecil
dibandingkan yang mungkin ada dalam penderitaan terbesar.
[4] Jahatnya penderitaan akan jauh berkurang jika kita
menderita bersama umat Tuhan , berada dalam kepen-
tingan yang sama dan digerakkan oleh Roh yang sama.
(3) Musa menganggap penghinaan sebab Kristus sebagai ke-
kayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir (ay.
26). Lihatlah bagaimana Musa menimbang-nimbang per-
kara: pada satu sisi ia menempatkan apa yang terburuk
dari agama, yaitu penghinaan sebab Kristus, dan pada sisi
lain apa yang terbaik dari dunia, yaitu harta Mesir. Dalam
penilaiannya, yang dipimpin oleh iman, apa yang terburuk
dari agama lebih berbobot dibandingkan apa yang terbaik dari
dunia. Penghinaan-penghinaan terhadap jemaat Tuhan ada-
lah penghinaan sebab Kristus, yang yaitu , dan selalu
menjadi, Kepala jemaat. Di sini Musa menaklukkan keka-
yaan dunia, seperti sebelumnya ia telah menaklukkan ke-
hormatan dan kesenangan dunia. Umat Tuhan yaitu , dan
selalu menjadi, umat yang mendapat cela. Kristus meng-
anggap diri-Nya dicela dalam penghinaan-penghinaan ter-
hadap mereka. Dan, sementara Ia mengambil bagian dalam
penghinaan-penghinaan terhadap mereka, penghinaan-
penghinaan itu menjadi kekayaan, dan kekayaan itu lebih
baik dibandingkan harta karun kerajaan terkaya di dunia seka-
lipun. Sebab Kristus akan memberi mereka upah berupa
Surat Ibrani 11:4-31
219
mahkota kemuliaan yang tidak akan pernah pudar. Iman
paham akan hal ini, dan menentukan serta bertindak se-
suai dengannya.
2. Disebutkan di sini waktu saat Musa oleh imannya memper-
oleh kemenangan atas dunia, dengan segala kehormatan, ke-
senangan, dan harta bendanya: sesudah dewasa (ay. 24). Bu-
kan hanya dewasa dalam kebijaksanaan, melainkan juga da-
lam pengalaman, di usia empat puluh tahun, yaitu sesudah ia
menjadi orang besar, atau sudah menjadi matang. Sebagian
orang akan melihat ini sebagai hal yang mengurangi keme-
nangannya, bahwa begitu terlambat ia mendapat kemenangan
itu, dan bahwa ia tidak membuat pilihan ini lebih awal. namun
lebih tepatnya ini lebih memperbesar kehormatan baginya atas
penyangkalan diri dan kemenangannya atas dunia, bahwa ia
membuat pilihan ini saat sudah dewasa untuk menilai dan
menikmati, mampu mengetahui apa yang dia lakukan dan
mengapa ia melakukannya. Itu bukan tindakan seorang anak,
yang lebih suka mainan dibandingkan emas, namun sebaliknya, apa
yang dilakukannya timbul dari pertimbangan matang dengan
sengaja dan sadar. Sungguh hebat jika orang yang sungguh-
sungguh saleh saat tengah menjalani urusan dan kenikmatan
duniawi, justru memandang rendah dunia padahal mereka se-
dang mampu-mampunya untuk mengecap dan menikmatinya.
3. Apa yang menyokong dan menguatkan iman Musa sampai
sedemikian rupa sehingga memampukan dia untuk mendapat
kemenangan atas dunia seperti itu: Pandangannya ia arahkan
kepada upah, yaitu menurut sebagian orang, pembebasan dari
Mesir. namun tidak diragukan ada makna yang lebih jauh
dibandingkan itu, yaitu upah yang mulia atas iman dan kebahagia-
an di dunia lain. Amatilah di sini,
(1) Sorga yaitu upah yang besar, yang melampaui bukan
hanya semua hal yang pantas kita dapatkan, melainkan
juga semua hal yang dapat kita bayangkan. Sorga yaitu
upah yang sepadan dengan harga yang dibayar untuknya,
yaitu darah Kristus. Upah sorga sepadan dengan kesem-
purnaan-kesempurnaan Tuhan , dan sepenuhnya mengge-
napi semua janji-Nya. Sorga yaitu upah, sebab diberikan
oleh Hakim yang adil demi kebenaran Kristus kepada
220
orang-orang benar, sesuai dengan aturan yang benar dari
perjanjian anugerah.
(2) Orang-orang percaya boleh dan harus memberi perhatian
terhadap ganjaran yang berupa upah ini. Mereka harus
mengetahuinya dengan baik, menyetujuinya, dan hidup
dengan mengharapkannya setiap hari dengan penuh suka-
cita. Dengan demikian upah itu akan menjadi petunjuk
untuk membimbing langkah mereka, menjadi magnet untuk
menarik hati mereka, pedang untuk menaklukkan musuh-
musuh mereka, pemacu bagi mereka untuk melaksanakan
kewajiban, dan minuman untuk menyegarkan mereka di
bawah semua kesulitan dalam melakukan pekerjaan.
4. Kita mendapati contoh lain dari iman Musa, yaitu dalam me-
ninggalkan Mesir: sebab iman maka ia telah meninggalkan Me-
sir dengan tidak takut akan murka raja (ay. 27). Amatilah di sini,
(1) Hasil dari imannya: Ia meninggalkan Mesir, dan semua
kekuasaan serta kesenangannya, dan memimpin Israel
keluar dari situ. Dua kali Musa meninggalkan Mesir:
[1] Sebagai tersangka penjahat, saat murka sang raja
membara terhadapnya sebab sudah membunuh orang
Mesir (Kel. 2:14-15). Di situ dikatakan bahwa ia menjadi
takut, bukan takut dalam arti kecut hati, namun takut
sehingga ia mengambil langkah bijak, untuk menyela-
matkan nyawanya.
[2] Sebagai panglima dan penguasa di Yesyurun, sesudah
Tuhan menyuruh dia untuk mempermalukan Firaun dan
membuatnya bersedia membiarkan orang-orang Israel
pergi.
(2) Kemenangan imannya. Imannya mengangkat dia mengatasi
ketakutan terhadap murka raja. Meskipun ia tahu bahwa
murka raja amat besar, dan ditujukan kepada dirinya
secara khusus, dan murka itu memimpin banyak pasukan
untuk mengejar-ngejar dia, namun ia tidak kecut hati, dan
ia berkata kepada Israel, janganlah takut (Kel. 14:13).
Mereka yang meninggalkan Mesir harus bersiap-siap meng-
hadapi murka manusia. namun mereka tidak perlu takut,
sebab mereka berada di bawah pimpinan Tuhan yang sang-
Surat Ibrani 11:4-31
221
gup membuat murka manusia menjadi pujian bagi-Nya,
dan menahan sisa-sisanya.
(3) Pedoman yang mendasari tindakannya dalam apa yang
dilakukannya ini: Ia bertahan sama seperti ia melihat apa
yang tidak kelihatan. Ia bertahan dengan keberanian yang
pantang menyerah dalam semua bahaya, dan menanggung
segala keletihan yang amat sangat dalam usahanya. Hal ini
dia lakukan dengan melihat Tuhan yang tidak kelihatan.
Perhatikanlah,
[1] Tuhan yang dengan-Nya kita berhadapan yaitu Tuhan
yang tidak kelihatan. Ia tidak kelihatan oleh pancaindra
kita, oleh mata jasmani. Ini menunjukkan kebodohan
orang-orang yang berlagak membuat gambar-gambar
Tuhan , padahal Tuhan tidak pernah dan tidak dapat
dilihat oleh siapa pun.
[2] Dengan iman kita dapat melihat Tuhan yang tidak keli-
hatan ini. Kita dapat sepenuhnya yakin akan keberada-
an-Nya, akan pemeliharaan-Nya, dan akan hadirat-Nya
yang penuh rahmat dan penuh kuasa bersama kita.
[3] Memandang Tuhan seperti itu akan memampukan orang-
orang percaya untuk bertahan sampai pada akhirnya,
apa pun yang akan mereka hadapi di tengah jalan.
5. Kita masih memiliki contoh lain dari iman Musa, yaitu da-
lam mengadakan Paskah dan pemercikan darah (ay. 28).
Uraian tentang ini kita dapati dalam Keluaran 12:13-23.
Meskipun seluruh umat Israel mengadakan Paskah ini, namun
melalui Musalah Tuhan menyampaikan ketetapan penyeleng-
garaannya. Dan meskipun itu merupakan rahasia agung,
Musa dengan iman menyampaikannya kepada umat dan juga
mengadakannya sendiri di malam itu di tempat ia tinggal.
Paskah yaitu salah satu ketetapan yang paling khidmat dari
Perjanjian Lama, dan merupakan perlambang Kristus yang
sangat penting. Apa yang pertama-tama menyebabkan peng-
adaan Paskah itu sungguh luar biasa: di malam yang sama
Tuhan membunuh semua anak sulung Mesir. Meskipun orang-
orang Israel tinggal di antara orang-orang Mesir, namun malai-
kat pembinasa melewati rumah-rumah mereka, dan mem-
biarkan orang-orang Israel beserta anak-anak mereka hidup.
Nah, supaya mereka berhak atas perkenanan yang istimewa
222
ini, dan untuk menandakan bahwa mereka akan memperoleh
perkenanan itu, seekor kambing domba harus disembelih. Da-
rahnya harus dipercikkan dengan seikat hisop pada ambang
atas pintu, dan pada kedua tiang pintu. Daging kambing dom-
ba itu harus dipanggang dengan api. Semua dagingnya harus
dimakan pada malam itu juga dengan sayur pahit, dalam
sikap tubuh seperti orang hendak bepergian, pinggang berikat,
kasut pada kaki, dan tongkat di tangan. Hal ini dilakukan
sesuai yang diperintahkan, dan malaikat pembinasa pun mele-
wati mereka, dan membunuh anak-anak sulung Mesir. Peris-
tiwa ini membuka jalan bagi kembalinya keturunan Abraham
ke tanah perjanjian. Memahami perlambang ini tidaklah sulit.
(1) Kristus yaitu Anak Domba itu, Dialah Paskah kita, Dia
dikorbankan bagi kita.
(2) Darah-Nya harus dipercikkan. Darah-Nya harus diberikan
kepada orang-orang yang mendapat keuntungan yang
menyelamatkan darinya.
(3) Darah ini dipercikkan kepada orang-orang Israel, umat
pilihan Tuhan , dengan membawa hasil.
(4) Bukan sebab kebajikan dalam diri kita atau perbuatan-
perbuatan kita yang terbaik kita diselamatkan dari murka
Tuhan , melainkan sebab darah Kristus dan kebenaran-Nya
yang dikenakan pada kita. Jika dari keluarga Israel ada
yang mengabaikan pemercikan darah ini pada pintu
mereka, maka meskipun mereka berdoa sepanjang malam,
malaikat pembinasa akan mendobrak masuk ke rumah
mereka, dan membunuh anak sulung mereka.
(5) Di mana pun darah ini diberlakukan, jiwa menerima Kris-
tus secara keseluruhan melalui iman, dan hidup di dalam
Dia.
(6) Iman yang benar ini membuat dosa terasa pahit bagi jiwa,
bahkan di saat ia menerima pengampunan dan penebusan.
(7) Semua hak istimewa rohani kita di bumi haruslah meng-
gugah kita untuk berangkat pagi-pagi, dan terus maju, di
jalan menuju sorga.
(8) Orang-orang yang sudah ditandai harus senantiasa meng-
ingat dan mengakui anugerah yang cuma-cuma dan isti-
mewa ini.
Surat Ibrani 11:4-31
223
XIII. Contoh iman berikutnya yaitu iman orang-orang Israel yang
melewati Laut Merah di bawah pimpinan Musa (ay. 29). Kisah
ini kita dapati dalam Keluaran 14. Amatilah,
1. Orang-orang Israel terlindungi dan aman saat melewati
Laut Merah, saat tidak ada jalan lain untuk menghindar
dari Firaun dan bala tentaranya, yang sudah dekat menge-
jar-ngejar mereka. Di sini kita dapat mengamati,
(1) Bahaya yang mengintai Israel sangat besar. Di belakang
mereka ada musuh yang geram dengan kereta-kereta dan
para penunggang kuda. Di sebelah kanan kiri mereka
ada bebatuan terjal dan pegunungan, dan di hadapan
mereka terhampar Laut Merah.
(2) Pembebasan mereka sangatlah mulia. Dengan iman me-
reka melewati Laut Merah seperti berjalan di atas tanah
kering. Anugerah iman akan membantu kita melewati
semua bahaya yang kita jumpai di jalan menuju sorga.
2. Kehancuran orang-orang Mesir. Mereka, yang dengan cong-
kaknya berusaha memburu Israel melewati Laut Merah,
sebab sudah dibutakan dan dikeraskan bagi kehancuran
mereka sendiri, semuanya tenggelam. Mereka sangat gega-
bah, dan kehancuran mereka pun mengenaskan. jika
Tuhan menghakimi, Ia akan berhasil. Jelas bahwa kehancur-
an para pendosa terjadi sebab diri mereka sendiri.
XIV. Contoh iman selanjutnya yaitu iman orang-orang Israel, di
bawah pimpinan Yosua, di hadapan tembok-tembok Yerikho.
Kisahnya kita dapati dalam Yosua 6:5, dst. Di sini amatilah,
1. Sarana yang ditetapkan Tuhan untuk meruntuhkan tembok-
tembok Yerikho. Diperintahkan bahwa mereka harus menge-
lilingi tembok-tembok itu satu kali sehari selama tujuh hari,
dan sebanyak tujuh kali di hari terakhir. Bahwa imam-imam
harus membawa tabut saat mengelilingi tembok-tembok
itu, dan harus meniup sangkakala yang terbuat dari tanduk
domba, dan terakhir kali membunyikannya lebih lama dari
sebelumnya. Lalu semua orang harus berteriak, maka
tembok-tembok Yerikho itu akan runtuh di hadapan mereka.
Di sini ada ujian besar terhadap iman mereka. Cara yang
ditetapkan tampak sangat tidak mungkin untuk mencapai
224
tujuan seperti itu, dan tidak diragukan lagi pasti akan
mengundang olok-olok dari musuh mereka setiap hari. Tabut
Tuhan tampaknya berada dalam bahaya. namun inilah cara
yang diperintahkan Tuhan kepada mereka, dan Ia senang
melakukan perkara-perkara besar melalui cara-cara yang
sepele dan hina, supaya tangan-Nya bisa terlihat jelas.
2. Keberhasilan yang dahsyat dari sarana yang sudah ditetap-
kan itu. Tembok-tembok Yerikho runtuh di hadapan mereka.
Yerikho yaitu kota perbatasan di tanah Kanaan, kota per-
tama yang berdiri menentang orang-orang Israel. Dalam cara
yang luar biasa ini Tuhan berkenan meremehkan dan melucuti
kota itu, untuk memuliakan diri-Nya, menakut-nakuti orang
Kanaan, dan menguatkan iman orang-orang Israel, dan
supaya tidak ada seorang pun yang bisa bermegah. Tuhan
dapat, dan pada saat dan dengan jalan-Nya sendiri akan,
meruntuhkan semua perlawanan kuat yang dibuat melawan
kepentingan dan kemuliaan-Nya. Dan melalui Tuhan , anuge-
rah iman itu dahsyat untuk merobohkan benteng-benteng. Ia
akan membuat Babel runtuh di hadapan iman umat-Nya.
jika Ia hendak melakukan suatu hal yang besar untuk
lakukan, Ia akan menumbuhkan iman yang besar dan kuat
dalam diri mereka.
XV. Teladan berikutnya yaitu iman Rahab (ay. 31). Di antara pa-
sukan mulia yang terdiri atas orang-orang terhormat, yang
dengan berani dijajarkan oleh Rasul Paulus, Rahab muncul di
barisan belakang, untuk menunjukkan bahwa Tuhan tidak mem-
bedakan orang. Di sini perhatikanlah,
1. Siapa Rahab ini.
(1) Dia yaitu seorang Kanaan, tidak termasuk kewargaan
Israel, dan hanya tersedia sedikit pertolongan baginya un-
tuk beriman. Namun demikian ia seorang percaya. Kuasa
anugerah ilahi tampak besar saat ia bekerja tanpa
sarana anugerah yang biasa.
(2) Dia yaitu seorang pelacur, dan hidup di jalan dosa. Ia
bukan hanya penjaga rumah hiburan, melainkan juga
wanita milik seluruh kota. Namun ia percaya bahwa
besarnya dosa, jika kita benar-benar bertobat darinya,
Surat Ibrani 11:32-40
225
tidak akan menjadi penghalang bagi belas kasihan Tuhan
yang mengampuni. Kristus telah menyelamatkan yang
paling berdosa dari antara orang-orang berdosa. Di mana
dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi
berlimpah-limpah.
2. Apa yang dilakukan Rahab dengan imannya: Ia telah
menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik, orang-orang
yang diutus Yosua untuk mengintai Yerikho (Yos. 2:6-7). Ia
tidak hanya menyambut mereka, namun juga menyembunyi-
kan mereka dari musuh-musuh yang berusaha membunuh
mereka, dan ia membuat pengakuan mulia akan imannya
(Yos. 2:9-11). Ia mengajak mereka untuk mengadakan per-
janjian dengannya agar mereka berbaik hati kepada dia dan
keluarganya, jika Tuhan berbaik hati kepada mereka, dan
agar mereka memberinya tanda. Tanda ini memang mereka
berikan, yaitu tali dari benang kirmizi, yang harus dia ikat-
kan pada jendela. Ia menyuruh mereka pergi dengan nasihat
yang bijaksana dan bersahabat. Dari sini pelajarilah,
(1) Iman yang benar akan menunjukkan dirinya dalam per-
buatan-perbuatan baik, terutama terhadap umat Tuhan .
(2) Iman akan menempuhi semua bahaya demi kepentingan
Tuhan dan umat-Nya. Orang yang sungguh-sungguh per-
caya akan lebih memilih membahayakan dirinya sendiri
dibandingkan kepentingan Tuhan dan umat-Nya.
(3) Orang yang sungguh-sungguh percaya akan berkeinginan
bukan hanya untuk mengikat perjanjian dengan Tuhan ,
namun juga untuk bersekutu dengan umat Tuhan , dan
bersedia mengambil bagian bersama mereka, dan senasib
sepenanggungan dengan mereka.
Teladan-teladan Iman
(11:32-40)
32 Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan wak-
tu, jika aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson,
Yefta, Daud dan Samuel dan para nabi, 33 yang sebab iman telah menakluk-
kan kerajaan-kerajaan, mengamalkan kebenaran, memperoleh apa yang
dijanjikan, menutup mulut singa-singa, 34 memadamkan api yang dahsyat.
Mereka telah luput dari mata pedang, telah beroleh kekuatan dalam kele-
mahan, telah menjadi kuat dalam peperangan dan telah memukul mundur
226
pasukan-pasukan tentara asing. 35 Ibu-ibu telah menerima kembali orang-
orangnya yang telah mati, sebab dibangkitkan. namun orang-orang lain
membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima pembebasan, supaya
mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik. 36 Ada pula yang diejek dan
didera, bahkan yang dibelenggu dan dipenjarakan. 37 Mereka dilempari,
digergaji, dibunuh dengan pedang; mereka mengembara dengan berpakaian
kulit domba dan kulit kambing sambil menderita kekurangan, kesesakan dan
siksaan. 38 Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang
gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. 39 Dan
mereka semua tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman
mereka telah memberi kepada mereka suatu kesaksian yang baik. 40
Sebab Tuhan telah menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi kita; tanpa kita
mereka tidak dapat sampai kepada kesempurnaan.
Rasul Paulus, sesudah memberi kita sederet orang beriman yang
tersohor, yang namanya disebutkan dan ujian serta tindakan
imannya dicatat secara khusus, sekarang menutup ceritanya dengan
satu lagi uraian ringkas tentang sekelompok orang percaya lain. Di
sini tindakan-tindakan dari orang-orang tetentu tidak disebutkan se-
cara khusus, namun dibiarkan untuk diterapkan sendiri oleh mereka
yang mengenal baik kisah suci mengenai orang-orang ini . Dan,
seperti layaknya seorang ahli pidato yang ilahi, Rasul Paulus
mendahului uraiannya dengan kata-kata elok untuk meyakinkan
para pendengarnya: Apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku
akan kekurangan waktu. Seolah-olah ia berkata, “Sia-sia saja
mencoba membicarakan masalah ini sampai habis. Kalau tidak me-
nahan penaku, aku akan menulis melebihi batas-batas surat kera-
sulan. Oleh sebab itu aku hanya akan menyebutkan beberapa orang
lagi, dan biarlah kamu sendiri yang mengembangkannya.” Amatilah,
1. sesudah semua yang kita lakukan untuk menyelidiki Kitab Suci,
masih ada hal-hal lain yang harus dipelajari darinya.
2. Dalam perkara-perkara ilahi, kita harus mempertimbangkan
dengan baik apa yang harus kita katakan, dan sedapat mungkin
melihat apakah waktunya tepat.
3. Kita harus senang memikirkan betapa banyaknya jumlah orang
percaya di bawah Perjanjian Lama, dan betapa kuatnya iman me-
reka, meskipun apa yang mereka imani waktu itu belum sepenuh-
nya disingkapkan. Dan,
4. Kita harus meratap, bahwa sekarang, pada zaman Injil, saat
kaidah iman sudah lebih jelas dan sempurna, jumlah orang
percaya sedemikian kecil dan iman mereka sedemikian lemah.
Surat Ibrani 11:32-40
227
I. Dalam uraian ringkas ini Rasul Paulus menyebutkan,
1. Gideon, yang ceritanya kita dapati dalam Hakim-hakim 6:11,
dst. Ia merupakan alat tersohor yang dibangkitkan Tuhan
untuk membebaskan umat-Nya dari penindasan orang Midian.
Ia yaitu orang yang berasal dari suku dan keluarga seder-
hana, dipanggil dari pekerjaan sederhana (mengirik gandum),
dan diberi salam oleh malaikat TUHAN dengan cara yang
mengejutkan ini, TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang
gagah berani. Pada awalnya Gideon tidak bisa menerima
penghormatan-penghormatan seperti itu, namun dengan rendah
hati memberi alasan kepada sang malaikat tentang keada-
an orang Israel yang lesu dan tertekan. Malaikat TUHAN
memberinya mandat, dan meyakinkan dia akan keberhasilan-
nya, sambil meneguhkan mandat itu dengan api yang keluar
dari batu. Gideon diminta mempersembahkan korban, dan
sesudah diberi tahu apa kewajibannya, ia pergi berperang mela-
wan orang-orang Midian, meskipun pasukannya berkurang
dari tiga puluh dua ribu menjadi tiga ratus. Namun melalui
mereka ini, dengan suluh dan buyung mereka, Tuhan membuat
seluruh pasukan Midian kebingungan dan hancur. Iman yang
sama yang memberi Gideon keberanian dan kehormatan yang
begitu besar memampukan dia untuk bertindak dengan sangat
lemah lembut dan rendah hati terhadap saudara-saudaranya
sesudah itu. yaitu keunggulan anugerah iman bahwa, se-
mentara iman membantu orang melakukan perkara-perkara
besar, iman juga mencegah mereka untuk berbesar kepala dan
tinggi hati.
2. Barak, alat lain yang dibangkitkan untuk membebaskan Israel
dari tangan Yabin, raja Kanaan, (Hak. 4), yang di dalamnya
kita membaca,
(1) Meskipun seorang prajurit, Barak menerima mandat dan
perintah dari Debora, seorang nabiah Tuhan. Barak ber-
teguh memegang sabda ilahi ini bersamanya dalam tugas
perjalanannya menyerang Kanaan.
(2) Dengan imannya, Barak mendapat kemenangan besar atas
seluruh pasukan Sisera.
(3) Imannya mengajar dia untuk mengembalikan segala pujian
dan kemuliaan kepada Tuhan . Inilah hakikat iman. Iman
228
akan kembali kepada Tuhan dalam segala bahaya dan kesu-
litan, kemudian memberi ucapan syukur kepada Tuhan
atas segala belas kasihan dan pembebasan.
3. Simson, alat lain yang dibangkitkan Tuhan untuk membebas-
kan Israel dari orang Filistin. Kisahnya bisa kita lihat dalam
Hakim-hakim 13, 14, 15, dan 16. Dari situ kita belajar bahwa
anugerah iman yaitu kekuatan jiwa untuk melakukan pela-
yanan yang besar. Seandainya Simson tidak memiliki iman
serta lengan yang kuat, ia tidak akan pernah melakukan per-
buatan-perbuatan yang berani seperti itu. Amatilah,
(1) sebab iman, hamba-hamba Tuhan akan mengalahkan
singa yang mengaum sekalipun.
(2) Iman yang benar diakui dan diterima, sekalipun bercampur
baur dengan banyak kegagalan.
(3) Iman orang percaya bertahan sampai akhir, dan saat tiba
waktunya mereka akan mati, memberinya kemenangan
atas kematian dan semua musuhnya yang mematikan.
Penaklukannya yang terbesar diperolehnya dengan mati.
4. Yefta, yang kisahnya bisa kita lihat dalam Hakim-hakim 11,
sebelum kisah Simson. Yefta dibesarkan untuk membebaskan
Israel dari orang Amon. Seiring musuh-musuh yang baru dan
beraneka ragam bangkit melawan umat Tuhan , dibangkitkan
pula pembebas-pembebas baru dan beraneka ragam untuk
mereka. Dalam kisah Yefta ini perhatikanlah,
(1) Anugerah Tuhan sering kali menemukan, dan terpatri pada,
orang-orang yang paling tidak layak, bahkan yang layak
mendapatkan hal sebaliknya, untuk melakukan perkara-
perkara besar bagi mereka dan oleh mereka. Yefta yaitu
anak seorang wanita sundal.
(2) Anugerah iman, di mana pun itu, akan membuat orang
mengakui Tuhan dalam segala jalan mereka (Hak. 11:11):
Yefta membawa seluruh perkaranya itu ke hadapan TUHAN,
di Mizpa.
(3) Anugerah iman akan membuat orang berani mengambil
risiko untuk tujuan baik.
(4) Iman tidak hanya akan membuat orang bernazar kepada
Tuhan , namun juga memenuhi nazar mereka sesudah mereka
menerima rahmat. Bahkan, sekalipun nazar mereka itu
Surat Ibrani 11:32-40
229
hanya membawa kesedihan, kesakitan, dan kehilangan
yang besar, seperti yang terjadi pada Yefta dan putrinya.
5. Daud, orang besar yang berkenan di hati Tuhan . Sedikit saja
orang yang pernah mendapat ujian-ujian sebesar yang didapat
Daud, dan sedikit saja orang yang pernah menyingkapkan
iman yang sedemikian hidup seperti imannya. Kemunculannya
yang pertama di panggung dunia yaitu bukti besar dari
imannya. sesudah pada waktu muda membunuh singa dan
beruang, imannya kepada Tuhan mendorongnya untuk meng-
hadapi Goliat yang besar, dan membantunya menang atas
Goliat. Iman yang sama memampukan dia untuk bersabar
menanggung kebencian Saul dan orang-orang kesayangannya
yang tidak tahu berterima kasih, dan menunggu sampai Tuhan
membuat dia memiliki kuasa dan martabat yang dijanjikan.
Iman yang sama menjadikannya seorang raja yang sangat
berhasil dan berkemenangan. Dan sesudah hidup panjang da-
lam kebajikan dan kehormatan (meskipun bukannya tanpa
noda-noda busuk dari dosa), ia meninggal dalam iman, dengan
mengandalkan perjanjian kekal yang telah diadakan Tuhan
dengan dia dan keturunannya, yang tertata dan pasti dalam
semua hal. Ia juga telah meninggalkan kenangan-kenangan
baik tentang ujian-ujian dan tindakan-tindakan iman dalam
Kitab Mazmur yang sedemikian rupa sehingga akan dinilai
tinggi dan sangat bermanfaat bagi umat Tuhan .
6. Samuel, yang dibangkitkan menjadi nabi Tuhan paling ter-
kemuka bagi Israel, dan juga penguasa atas mereka. Tuhan me-
nyatakan diri-Nya kepada Samuel saat ia masih anak-anak,
dan terus berbuat demikian sampai ia mati. Dalam kisahnya
perhatikanlah,
(1) Orang-orang yang kemungkinan bertumbuh menjadi besar
dalam iman yaitu mereka yang sejak dini mulai menjalan-
kannya.
(2) Orang-orang yang pekerjaannya menyingkapkan pikiran
dan kehendak Tuhan kepada orang lain perlu mantap dalam
keyakinannya sendiri akan hal itu.
7. Selain Samuel, Rasul Paulus menambahkan, dan para nabi,
yang merupakan hamba-hamba Tuhan yang luar biasa dari
jemaat Perjanjian Lama, yang kadang-kadang dipakai Tuhan
230
untuk menyatakan penghakiman, di waktu lain untuk men-
janjikan rahmat, dan selalu untuk menegur dosa. Adakalanya
mereka menubuatkan peristiwa-peristiwa yang luar biasa,
yang hanya diketahui Tuhan , terutama untuk memberitahukan
tentang Mesias, kedatangan-Nya, pribadi-Nya, dan pekerjaan-
pekerjaan-Nya. sebab di dalam Dialah berpusat para nabi
dan juga hukum Taurat. Nah, iman yang benar dan kuat itu
yaitu hal yang dituntut untuk melakukan pekerjaan seperti
itu dengan benar.
II. sesudah menyebutkan nama orang-orang tertentu, Rasul Paulus
melanjutkan dengan memberi tahu kita apa saja hal-hal yang
sudah dilakukan dengan iman mereka. Ia menyebutkan beberapa
hal yang dengan mudah dapat diterapkan pada satu atau lain
orang dari mereka yang disebutkan. namun ia juga menyebutkan
hal-hal lain yang tidak begitu mudah untuk disesuaikan dengan
siapa saja yang disebutkan di sini, dan harus dibiarkan untuk
diduga-duga atau disesuaikan secara umum.
1. sebab iman mereka telah menaklukkan kerajaan-kerajaan (ay.
33). Demikianlah yang dilakukan Daud, Yosua, dan banyak
hakim. Dari sini pelajarilah,
(1) Kepentingan-kepentingan dan kekuasaan para raja dan
kerajaan sering kali ditegakkan melawan Tuhan dan umat-
Nya.
(2) Tuhan dapat dengan mudah menaklukkan semua raja dan
kerajaan yang hendak melawan Dia.
(3) Iman yaitu persyaratan yang sesuai dan luhur bagi orang-
orang yang berjuang di jalan-jalan Tuhan. Iman membuat
mereka adil, berani, dan bijak.
2. Mereka mengamalkan kebenaran, baik dalam tugas-tugas me-
reka yang menjangkau orang banyak maupun yang pribadi
sifatnya. Mereka membuat banyak orang berpaling dari ber-
hala ke jalan kebenaran. Mereka percaya Tuhan , dan hal itu di-
perhitungkan sebagai kebenaran bagi mereka. Mereka berjalan
dan bertindak dengan benar terhadap Tuhan dan manusia.
Melakukan kebenaran yaitu kehormatan dan kebahagiaan
yang lebih besar dibandingkan mengadakan muzijat. Iman yaitu
Surat Ibrani 11:32-40
231
azas untuk mengerjakan kebenaran di mana saja dan terha-
dap siapa saja.
3. Mereka memperoleh apa yang dijanjikan, baik yang umum
maupun yang khusus. Imanlah yang memberi kita bagian da-
lam janji-janji itu. sebab imanlah kita mendapat penghiburan
dari janji-janji itu. Dan sebab imanlah kita dipersiapkan un-
tuk menantikan janji-janji itu, dan pada saatnya akan mene-
rimanya.
4. Mereka menutup mulut singa-singa. Demikianlah yang dilaku-
kan Simson (Hak. 14:5-6), Daud (1Sam. 17:34-35), dan Daniel
(Dan. 6:23). Di sini pelajarilah,
(1) Kuasa Tuhan mengatasi kuasa makhluk ciptaan.
(2) Iman membuat Tuhan mengerahkan kuasa-Nya bagi umat-
Nya, jika itu demi kemuliaan-Nya, untuk menaklukkan
binatang-bintang buas dan juga manusia-manusia buas.
5. Mereka memadamkan api yang dahsyat (ay. 34). Demikianlah
Musa, dengan doa iman, memadamkan api murka Tuhan yang
telah bangkit melawan orang Israel (Bil. 11:1-2). Demikian
pula yang dilakukan ketiga anak, atau lebih tepatnya jawara-
jawara yang sangat kuat (Dan. 3:17-27). Iman mereka kepada
Tuhan, dengan menolak menyembah patung emas, membuat
mereka terancam dibakar dalam perapian yang menyala-nyala
yang telah dipersiapkan Nebukadnezar untuk mereka. Dan
iman mereka mengundang kuasa dan hadirat Tuhan yang me-
madamkan dahsyatnya api di dalam tungku perapian, se-
hingga tak sedikit pun baunya menyentuh mereka. Tidak per-
nah anugerah iman diuji sekeras itu, tidak pernah dikerjakan
dengan sedemikian mulia, tidak pernah pula diberi upah
dengan gemilang seperti iman mereka.
6. Mereka telah luput dari mata pedang. Demikianlah Daud luput
dari pedang Goliat dan Saul, juga Mordekhai dan orang-orang
Yahudi luput dari pedang Haman. Pedang-pedang manusia
ada dalam genggaman Tuhan . Ia dapat menumpulkan mata
pedang itu, dan menjauhkannya dari umat-Nya sehingga ber-
balik melawan musuh-musuh mereka sesuai kehendak-Nya.
Iman menggenggam tangan Tuhan , yang berkuasa menggeng-
gam pedang-pedang manusia. Tuhan sering kali membiarkan
232
diri-Nya menuruti apa yang diminta umat-Nya dengan iman
mereka.
7. Mereka telah beroleh kekuatan dalam kelemahan. Dalam kele-
mahan sebagai bangsa, yang ke dalamnya orang-orang Yahudi
sering kali jatuh sebab ketidakpercayaan mereka. saat
iman mereka bangkit kembali, semua kepentingan dan urusan
mereka kembali hidup dan berkembang. Dalam kelemahan
tubuh. Demikianlah Hizkia, dengan percaya pada firman Tuhan ,
pulih kembali dari kepedihan yang berat, dan ia memandang
pemulihan ini sebagai janji dan kuasa Tuhan (Yes. 38:15-16),
apakah yang akan kukatakan dan kuucapkan kepada TUHAN;
bukankah Dia yang telah melakukannya? Ya Tuhan, sebab
inilah hatiku mengharapkan Engkau; tenangkanlah rohku. Anu-
gerah iman yang sama inilah yang membantu orang pulih dari
kelemahan rohani dan memperbaharui kekuatan mereka.
8. Mereka telah menjadi kuat dalam peperangan. Begitulah Yo-
sua, para hakim, dan Daud. Iman yang benar memberi ke-
beranian dan kesabaran sejati, sebab iman memahami kekuat-
an Tuhan , dan dengan demikian kelemahan semua musuh-Nya.
Mereka tidak hanya berani, namun juga berhasil. Tuhan , sebagai
upah dan pendorong iman mereka, telah memukul mundur
pasukan-pasukan tentara asing, tentara asing bagi negeri per-
semakmuran mereka, dan musuh-musuh bagi agama mereka.
Tuhan telah membuat mereka lari dan tersungkur di hadapan
hamba-hamba-Nya yang setia. Panglima-panglima yang per-
caya dan berdoa, yang mengepalai pasukan yang percaya dan
berdoa, telah diakui dan dihormati Tuhan sedemikian rupa
sehingga tidak ada yang sanggup berdiri melawan mereka.
9. Ibu-ibu telah menerima kembali orang-orangnya yang telah mati,
sebab dibangkitkan (ay. 35). Begitulah yang terjadi pada si janda
di Sarfat (1Raj. 17:23), dan si wanita Sunem (2Raj. 4:36).
(1) Di dalam Kristus tidak ada laki-laki atau wanita . Ba-
nyak dari antara kaum hawa yang dianggap lemah ternyata
kuat dalam iman.
(2) Meskipun perjanjian anugerah mengikutsertakan anak-
anak orang percaya, tetap saja anak-anak mereka itu akan
mengalami kematian alami.
Surat Ibrani 11:32-40
233
(3) Ibu yang malang enggan melepaskan perhatiannya terha-
dap anak-anaknya, meskipun kematian telah membawa
mereka pergi.
(4) Adakalanya Tuhan menuruti perasaan terdalam seorang
wanita yang berduka, sampai-sampai Ia menghidup-
kan kembali anak-anak mereka yang sudah mati. Demikian
pulalah Kristus berbelas kasihan kepada si janda dari Nain
(Luk. 7:12, dst).
(5) Hal ini harus menguatkan iman kita kepada kebangkitan
semua orang.
III. Rasul Paulus memberi tahu kita apa saja yang sudah ditanggung
oleh orang-orang percaya ini dengan iman.
1. Mereka membiarkan dirinya disiksa dan tidak mau menerima
pembebasan (ay. 35). Mereka disiksa di tiang siksaan, supaya
meninggalkan Tuhan mereka, Juruselamat mereka, dan agama
mereka. Mereka menanggung siksaan itu, dan tidak mau dibe-
baskan dengan syarat-syarat keji seperti itu. Yang mendorong
mereka untuk menderita seperti itu yaitu harapan mereka
untuk beroleh kebangkitan yang lebih baik, dan dibebaskan
dengan syarat-syarat yang lebih terhormat. Hal ini mungkin
merujuk pada cerita yang tak terlupakan itu (2Mak. 7, dst).
2. Ada pula yang diejek dan didera, bahkan yang dibelenggu dan
dipenjarakan (ay. 36). Mereka dianiaya dengan cara nama baik
mereka diejek, yang terasa kejam bagi orang yang berjiwa
mulia. Pribadi mereka dianiaya dengan didera, hukuman bagi
para budak. Kebebasan mereka dianiaya dengan dibelenggu
dan dipenjarakan. Amatilah betapa sudah berurat akarnya
kebencian orang-orang fasik terhadap orang benar, seberapa
jauh kebencian itu dilampiaskan, dan betapa beragamnya ke-
kejaman yang akan diciptakan dan dilaksanakan oleh kebenci-
an itu terhadap orang-orang yang tidak memiliki alasan
untuk berseteru dengan mereka, kecuali dalam perkara-
perkara mengenai Tuhan mereka.
3. Mereka dihukum mati dengan cara yang paling kejam. Seba-
gian orang dilempari batu, seperti Zakharia (2Taw. 24:21), di-
gergaji, seperti Yesaya oleh Manasye. Mereka dicobai. Sebagian
orang membacanya, dibakar (2Mak. 7:5). Mereka dibunuh
dengan pedang. Segala macam kematian dipersiapkan untuk
234
mereka. Musuh-musuh mereka mendandani kematian dengan
segala kekejaman dan kengerian, namun mereka dengan
berani menghadapi dan menanggungnya.
4. Mereka yang lolos dari maut diperlakukan dengan begitu bu-
ruk sehingga maut tampak lebih baik dibandingkan hidup seperti
itu. Musuh-musuh mereka membiarkan mereka hidup, hanya
untuk memperpanjang penderitaan mereka, dan menghabis-
kan semua kesabaran mereka. Sebab mereka dipaksa untuk
mengembara dengan berpakaian kulit domba dan kulit kambing
sambil menderita kekurangan, kesesakan dan siksaan. Mereka
mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-
gua dan celah-celah gunung (ay. 37-38). Mereka dilucuti dari
kenyamanan hidup, dan diusir dari rumah dan tempat
berteduh. Mereka tidak mengenakan pakaian, namun terpaksa
menutupi tubuh dengan kulit binatang yang dibunuh. Mereka
diusir dari semua masyarakat manusia, dan terpaksa bergaul
dengan binatang-binatang di padang, bersembunyi di dalam
gua-gua dan celah-celah gunung, dan berkeluh kesah kepada
bebatuan dan sungai, yang tegar dan keras seperti musuh-
musuh mereka. Penderitaan-penderitaan seperti yang mereka
alami ini yaitu sebab iman mereka. Mereka bertahan seperti
itu sebab kuasa anugerah iman. Dan, mana yang paling kita
kagumi, kefasikan kodrat manusia, yang mampu melakukan
kekejaman-kekejaman seperti itu terhadap sesama makhluk,
atau keluhuran anugerah ilahi, yang mampu menopang orang
beriman di bawah kekejaman-kekejaman seperti itu, dan mem-
bawa mereka melewati semuanya dengan selamat?
IV. Apa yang mereka peroleh dengan iman mereka.
1. Sifat yang amat terhormat dan pujian dari Tuhan , Hakim yang
sejati dan sumber kehormatan – bahwa dunia ini tidak layak
bagi orang-orang seperti itu. Dunia tidak layak mendapatkan
berkat-berkat seperti itu. Dunia tidak tahu bagaimana meng-
hargai mereka, atau memanfaatkan mereka. Sungguh orang-
orang yang fasik! Orang benar tidak layak hidup di dunia ini,
dan Tuhan menyatakan bahwa dunia tidak layak bagi mereka.
Meskipun sangat berbeda-beda dalam penilaian, mereka setu-
ju dalam hal ini, bahwa tidak pantas orang baik menjadikan
dunia ini sebagai tempat perhentian. Oleh sebab itu, Tuhan
Surat Ibrani 11:32-40
235
menerima mereka keluar dari dunia ini, dan menyambut mere-
ka ke dalam dunia yang pantas bagi mereka, namun yang jauh
melebihi jasa dari semua pelayanan dan penderitaan mereka.
2. Mereka mendapat suatu kesaksian yang baik (ay. 39) dari
semua orang baik, dan dari kebenaran itu sendiri. Mereka juga
mendapat kehormatan untuk disebutkan dalam daftar suci
orang-orang mulia dari Perjanjian Lama, saksi-saksi Tuhan .
Bahkan, mereka memberi kesaksian dalam hati nurani
musuh-musuh mereka, yang sementara melecehkan mereka,
dikutuk oleh hati nurani mereka sendiri, sebab sudah
menganiaya orang-orang yang lebih benar dibandingkan mereka.
3. Mereka mendapat bagian dalam janji-janji itu, meskipun be-
lum memilikinya secara penuh. Mereka berhak atas janji-janji
itu, meskipun mereka tidak menerima hal-hal besar yang
dijanjikan. Yang dimaksudkan di sini bukan kebahagiaan
sorgawi, sebab hal ini memang mereka terima, saat mereka
meninggal, dalam ukuran tertentu, jadi satu bagian dengan
diri mereka, yaitu bagian yang jauh lebih baik. namun yang
dimaksudkan yaitu kebahagiaan masa penyelenggaraan Injil.
Pada mereka ada perlambang, namun bukan yang diperlam-
bangkan. Pada mereka ada bayangan, namun mereka belum
melihat benda aslinya. Sekalipun begitu, di bawah masa pe-
nyelenggaraan Perjanjian Lama yang tidak sempurna itu, me-
reka menemukan iman yang berharga ini. Hal ini ditekankan
oleh Rasul Paulus supaya iman mereka itu tampak lebih
gemilang lagi, dan untuk memancing rasa cemburu orang-
orang Kristen supaya meniru iman mereka dengan maksud
yang kudus. Juga, supaya orang Kristen, dalam mengerjakan
iman mereka, jangan mau dikalahkan oleh orang-orang dari
masa Perjanjian Lama itu, yang jauh kurang dari mereka
dalam hal pertolongan dan keuntungan yang tersedia bagi
orang percaya. Rasul Paulus berkata kepada orang-orang
Ibrani bahwa Tuhan telah menyediakan sesuatu yang lebih baik
bagi mereka (ay. 40), dan sebab itu mereka bisa yakin bahwa
setidak-tidaknya Tuhan mengharapkan hal-hal yang baik juga
dari mereka. Dan bahwa sebab Injil yaitu tujuan dan
kesempurnaan Perjanjian Lama yang tidak memiliki keluhuran
sendiri kecuali bahwa ia merujuk kepada Kristus dan Injil,
maka diharapkan bahwa iman orang-orang Ibrani itu harus
236
jauh lebih sempurna dibandingkan iman para kudus dalam Per-
janjian Lama. Sebab keadaan dan masa penyelenggaraan yang
mereka alami lebih sempurna dibandingkan yang dialami orang-
orang kudus sebelumnya saat Perjanjian Lama, dan juga
sebab keadaan dan masa mereka itu memang merupakan
kesempurnaan dan penggenapan dari Perjanjian Lama. Sebab
tanpa jemaat Injil, jemaat Yahudi akan tetap tinggal dalam
keadaan tidak utuh dan tidak sempurna. Alasan ini kuat, dan
seharusnya diterima oleh kita semua.
PASAL 12
i dalam pasal ini, Rasul Paulus menerapkan apa yang telah
dijelaskannya dalam pasal sebelumnya, dan memanfaatkannya
sebagai pendorong bagi orang Kristen supaya bersabar dan bertekun
di dalam iman dan keadaan Kristen. Ia mendorong mereka menekan-
kan alasannya,
I. berdasar sebuah teladan yang jauh lebih besar dibandingkan
yang telah dikemukakannya sebelumnya, dan teladan itu
yaitu Kristus sendiri (ay. 1-3).
II. berdasar sifat dari penderitaan-penderitaan yang telah
mereka alami dalam kehidupan Kristen mereka, yang mulia
dan penuh rahmat (ay. 4-17).
III. berdasar persekutuan dan kesesuaian di antara keadaan
jemaat Injil di bumi serta jemaat yang berkemenangan di sor-
ga (ay. 18-29).
Kristus Sang Teladan Agung
(12:1-3)
1 sebab kita memiliki banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi
kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merin-
tangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan
bagi kita. 2 Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada
Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu
kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul
salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di
sebelah kanan takhta Tuhan . 3 Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menang-
gung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang
berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
D
238
Amatilah di sini kewajiban agung yang ditekankan Rasul Paulus
kepada orang-orang Ibrani, dan yang betapa ia inginkan agar mereka
melakukannya. Yaitu, untuk menanggalkan semua beban dan dosa
yang begitu merintangi mereka, dan berlomba dengan tekun dalam
perlombaan yang diwajibkan bagi mereka. Kewajiban ini terdiri atas
dua bagian, yaitu bagian persiapan, dan bagian penyelesaian.
I. Bagian persiapan: menanggalkan semua beban dan dosa, dst.
1. Semua beban, artinya semua kecintaan serta perhatian yang
berlebihan terhadap tubuh jasmani, kehidupan sekarang ini,
dan hal-hal duniawi. Perhatian berlebihan atau kegemaran
terhadap kehidupan sekarang ini, merupakan beban berat bagi
jiwa, dan yang menyeret turun jiwa saat ia seharusnya naik,
serta menariknya mundur saat ia seharusnya maju. Beban
ini membuat tugas kewajiban dan kesukaran terasa lebih
parah dan berat dibandingkan sebenarnya.
2. Dosa yang begitu merintangi kita. Yakni dosa yang sangat me-
lawan kita dengan memakai keadaan di sekitar kita, keadaan
jasmani kita, dan teman-teman kita. Hal ini bisa saja berarti
dosa ketidakpercayaan yang merugikan ataupun dosa kesuka-
an orang Yahudi, yakni kecintaan berlebihan terhadap hukum
Taurat mereka. Marilah kita menanggalkan semua rintangan
luar dalam.
II. Penyelesaian: Mari kita berlomba dengan tekun dalam perlombaan
yang diwajibkan bagi kita. Rasul Paulus memakai kegiatan olah-
raga sebagai kiasan, diambil dari pertandingan Olmpiade dan
olahraga lainnya.
1. Orang-orang Kristen punya perlombaan untuk dijalani, yakni
perlombaan untuk melayani dan perlombaan untuk menderita,
yang merupakan tindakan ketaatan yang aktif dan pasif.
2. Perlombaan ini diwajibkan bagi mereka. Perlombaan yang
sudah ditentukan dan dipilih bagi mereka, baik melalui firman
Tuhan maupun melalui berbagai teladan para hamba Tuhan yang
setia, yang merupakan banyak saksi bagaikan awan yang
mengelilingi mereka. Perlombaan ini ditetapkan dengan batas-
batas serta petunjuk-petunjuk yang sesuai. Sasaran yang
Surat Ibrani 12:1-3
239
mereka tuju dan hadiah yang mereka harapkan dinyatakan
bagi mereka.
3. Perlombaan ini harus dijalani dengan kesabaran dan ketekun-
an. Dibutuhkan kesabaran untuk menghadapi kesukaran-ke-
sukaran yang menghadang kita, juga ketekunan untuk mela-
wan semua godaan untuk berhenti berlari atau berbelok arah.
Iman dan kesabaran merupakan anugerah yang menaklukkan,
dan oleh sebab itu harus senantiasa dipelihara dan dilatih.
4. Orang-orang Kristen memiliki teladan yang lebih agung untuk
menghidupkan dan menyemangati mereka dalam perjalanan
kehidupan Kristen mereka, dibanding apa pun atau semua
orang yang telah disebutkan sebelum ini, dan teladan itu
yaitu Tuhan Yesus Kristus: dengan mata yang tertuju kepada
Yesus, yang memimpin kita dalam iman (ay. 2). Amatilah di
sini,
(1) Siapa sebenarnya Tuhan Yesus bagi umat-Nya: Dialah yang
membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yaitu awal,
penyempurna, dan pemberi hadiahnya.
[1] Dia yaitu sumber iman mereka, bukan saja sebagai tu-
juan, melainkan sumbernya. Ia yaitu pemimpin agung
dan teladan bagi iman kita, Ia menaruh harapan-Nya
pada Tuhan . Dialah yang menebus dan mendapatkan
Roh iman itu, memberitakan peraturan iman, alasan
utama dari kasih karunia iman, dan dalam segala hal
merupakan sumber