naran itu.
1. Cermatilah laporan yang mereka sampaikan.
(1) Para pengintai itu tidak menyangkal bahwa Negeri Kanaan
yaitu negeri yang sangat subur. Tandan buah anggur
yang mereka bawa yaitu bukti nyata darinya (ay. 27).
Tuhan telah menjanjikan mereka negeri yang berlimpah-
limpah susu dan madunya, dan para pengintai yang jahat
itu pun mengakui bahwa memang seperti itulah negeri itu.
Demikianlah, bahkan dari mulut para seteru, Tuhan akan
dimuliakan dan kebenaran janji-Nya dibuktikan. Dan seka-
lipun begitu, sesudahnya mereka membantah pernyataan
mereka sendiri, saat mereka berkata (ay. 32), negeri itu
yaitu suatu negeri yang memakan penduduknya. Seolah-
olah, meskipun ada susu, madu, dan buah anggur, negeri
itu tidak memiliki persediaan makanan lain yang dibu-
tuhkan. Sebagian penafsir berpendapat bahwa pada waktu
mereka mengintai negeri itu, di sana sedang terjadi wabah
besar. Seharusnya mereka menghubungkan kejadian ini
dengan hikmat dari Pemeliharaan ilahi, yang dengan begitu
sudah mengurangi jumlah musuh mereka, untuk memper-
mudah mereka menduduki negeri itu. namun mereka, de-
ngan perasaan tidak puas, menghubungkannya dengan
tidak sehatnya udara di negeri itu, dan dari situ mengambil
kesempatan untuk memandang rendah negeri itu. Akibat
ketakutan yang tidak berdasar pada wabah di Kanaan ini,
sudah sepantasnya mereka dibinasakan dengan segera
oleh tulah di padang gurun (14:37). Akan namun ,
Kitab Bilangan 13:26-33
181
(2) Para pengintai itu menggambarkan penaklukan atas negeri
itu sebagai sesuatu yang sama sekali tidak dapat dilaku-
kan, dan bahwa tidak ada gunanya mengusahakannya.
Bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat (ay. 28), mereka
yaitu orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya (ay.
32), lebih kuat dari pada kita (ay. 31). Kota-kotanya digam-
barkan sebagai benteng-benteng yang tak mungkin ditem-
bus. Kota-kota itu berkubu dan sangat besar (ay. 28).
namun tak ada yang lebih memenuhi tujuan jahat mereka
dibandingkan gambaran tentang para raksasanya, yang sangat
mereka tekankan: Keturunan Enak telah kami lihat di sana
(ay. 28), dan lagi, kami lihat di sana orang-orang raksasa,
orang-orang yang berukuran teramat besar, orang Enak
yang berasal dari orang-orang raksasa (ay. 33). Mereka
berbicara seolah-olah mereka sudah mau gemetar hanya
dengan menyebut para raksasa itu, seperti mereka gemetar
saat menyaksikan para raksasa itu. “Oh, raksasa-raksasa
yang luar biasa besar ini! saat kami ada di dekat mere-
ka, kami lihat diri kami seperti belalang, bukan hanya kecil
dan lemah, namun juga gemetar dan ketakutan.” Banding-
kan dengan Kitab Ayub 39:23, engkaukah yang membuat
dia melompat seperti belalang? “Bahkan, demikian juga
mereka terhadap kami. Mereka melihat kami dengan penuh
cemooh dan penghinaan, seperti halnya kami melihat
mereka dengan penuh ketakutan dan kegentaran.” Dengan
begitu, atas seluruh perkara itu mereka berkesimpulan,
kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu (ay. 31), dan
sebab itu harus memikirkan jalan lain.
2. Nah, bahkan seandainya mereka harus menilai segala sesua-
tunya hanya berdasar pertimbangan-pertimbangan manu-
sia, mereka tetap tidak dapat diluputkan dari tuduhan sebagai
pengecut. Bukankah bala tentara Israel sangat banyak? Enam
ratus ribu orang yang siap tempur, dengan barisan dan susun-
an yang teratur, yang bergabung dengan erat, dan sepenuhnya
satu tujuan dan satu hati. Mereka ini mungkin merupakan
pasukan tertangguh yang pernah berlaga di medan perang.
Banyak pasukan yang kurang dari itu telah melakukan sesua-
tu yang mungkin lebih besar dibandingkan penaklukan Kanaan itu,
lihat saja pasukan Aleksander Agung. Musa, panglima besar
182
mereka, yaitu orang yang bijaksana dan pemberani. Andai
saja orang Israel membulatkan tekad, dan bersikap gagah
berani, apa yang dapat menghalangi mereka? Memang betul
bahwa orang Kanaan yaitu orang-orang yang kuat, namun
mereka tinggal terpencar (ay. 29): Sebagian diam di Tanah
Negeb dan sebagian yang lain diam di pegunungan. Dengan
begitu, sebab saling berjauhan, mereka tidak bisa berkumpul
bersama-sama dalam waktu cepat, dan sebab saling berbeda
kepentingan, mereka tidak dapat tetap bersama-sama untuk
waktu yang lama, untuk melawan Israel. Kesuburan negeri itu
akan mampu membuat sebuah pasukan bertahan hidup. Dan,
meskipun kota-kotanya berkubu, jika orang Israel dapat
mengalahkan orang Kanaan di medan pertempuran, benteng-
benteng itu pasti akan jatuh ke tangan mereka. Dan, yang
terakhir, mengenai para raksasa, perawakan mereka yang
terlampau besar hanya akan menjadikan mereka sasaran yang
lebih empuk. Dan orang yang bertubuh paling besar tidak
selalu memiliki daya tahan yang paling kuat.
3. Akan namun , meskipun mereka pantas disebut sebagai para
pengecut, ini belum yang terburuk. Kitab Suci mencap mereka
sebagai orang-orang yang tidak percaya. Bukan pada pertim-
bangan-pertimbangan manusia mereka dituntut untuk ber-
gantung, sebaliknya,
(1) Mereka memiliki tanda-tanda hadirat Tuhan bersama
mereka secara nyata dan bisa disaksikan oleh indra jasmani,
dan kuasa-Nya dikerahkan bagi mereka. Orang Kanaan lebih
kuat dibandingkan orang Israel. Anggap saja demikian, namun
apakah orang Kanaan lebih kuat dibandingkan Tuhan Israel? Kita
tidak mampu menghadapi mereka, namun bukankah Tuhan
Yang Mahakuasa mampu? Bukankah kita memiliki-Nya di
tengah-tengah kita? Bukankah Ia berjalan di depan kita?
Dan adakah sesuatu yang terlalu sulit bagi Dia? Memang
kita seperti belalang di hadapan para raksasa, namun bukan-
kah para raksasa itu jauh lebih kecil dibandingkan belalang di
hadapan Tuhan ? Kota-kota mereka berkubu untuk melin-
dungi diri dari kita, namun dapatkah kota-kota itu berkubu
untuk melindungi diri dari sorga? Selain itu,
(2) Mereka sudah secara besar-besaran mengalami panjang dan
kuatnya tangan Tuhan , yang teracung dan ditunjukkan bagi
Kitab Bilangan 13:26-33
183
mereka. Bukankah orang Mesir juga jauh lebih kuat dari-
pada mereka, seperti halnya orang Kanaan? Meskipun demi-
kian, tanpa ada pedang terhunus atau hantaman terayun
dari pihak Israel, kereta-kereta dan pasukan berkuda Mesir
dikalahkan habis-habisan dan dihancurkan. Orang Amalek
menyerang mereka di tengah keadaan yang sangat tidak
menguntungkan, namun malah orang Amaleklah yang dika-
lahkan. Pada saat itu, mujizat menjadi makanan mereka se-
hari-hari. Tidak ada pasukan lain yang diberi persediaan ma-
kanan dengan begitu baik seperti mereka, begitu terus-
menerus, begitu berlimpah-limpah, dan semuanya diberikan
dengan cuma-cuma. Ini semua akan menjadi keuntungan
yang besar bagi mereka untuk melawan tentara mana saja.
Bahkan,
(3) Mereka telah menerima janji-janji khusus akan kemenang-
an dan keberhasilan dalam peperangan mereka melawan
orang Kanaan. Tuhan telah memberi Abraham segala jamin-
an yang mungkin untuk diberikan, bahwa Ia akan mem-
buat keturunan Abraham menduduki negeri itu (Kej. 15:18,
17:8). Tuhan dengan jelas telah berjanji kepada mereka me-
lalui Musa bahwa Ia akan menghalau orang Kanaan dari
hadapan mereka (Kel. 33:2), dan bahwa Ia akan melaku-
kannya sedikit demi sedikit (Kel. 23:30). Dan, Sesudah se-
muanya ini, jika mereka berkata, kita tidak dapat maju
menyerang bangsa itu, maka mereka pada dasarnya ber-
kata, “Tuhan sendiri tidak mampu menepati janji-Nya.” Itu
sama saja dengan berkata bahwa Tuhan yaitu penipu, dan
mereka memberi tahu Dia bahwa Ia telah menjanjikan apa
yang lebih dibandingkan yang sanggup dilakukan-Nya. Kita men-
dapati gambaran singkat mengenai dosa mereka ini, yang
dengannya mereka menulari seluruh jemaat (Mzm. 106:24).
Mereka menolak negeri yang indah itu, tidak percaya kepada
firman-Nya. Meskipun, Sesudah diselidiki, mereka mendapati
bahwa negeri itu baik sebaik seperti yang telah dikatakan
Tuhan , negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,
namun mereka tidak mau mempercayainya dengan pasti
sepasti yang telah dikatakan-Nya. Dan mereka hilang ha-
rapan untuk memilikinya, sekalipun kebenaran kekal sen-
184
diri telah menjanjikannya kepada mereka. Dan ini yaitu
gambaran dari para pengintai yang jahat itu.
II. Kaleb menyemangati mereka untuk terus maju, meskipun ia ha-
nya didukung oleh Yosua (ay. 30): Kaleb mencoba menenteramkan
hati bangsa itu, yang dilihatnya sudah mulai cemas bahkan di
hadapan Musa sendiri. Wajah Musa yang bercahaya pun tidak
dapat membuat mereka takut, saat mereka mulai sukar diken-
dalikan. Nama Kaleb berarti sepenuh hati, dan perilakunya sesuai
dengan namanya. Ia sendiri bersemangat dengan sepenuh hati,
dan akan membuat orang Israel demikian kalau saja mereka mau
mendengarkannya. Seandainya Yosua yang mencoba membendung
arus kecemasan itu, maka tentu ia akan dicurigai memihak kepada
Musa, mengingat ia yaitu abdi Musa. Oleh sebab itu, dengan
bijaksananya Yosua membiarkan Kaleb menangani masalah itu
pertama-tama. Kaleb berasal dari suku Yehuda, suku pemimpin,
dan sebab itu paling pantas untuk didengar. Kaleb sudah menyak-
sikan dan mencermati kekuatan penduduk Kanaan, sama seperti
para pengintai lainnya, dan atas seluruh perkara itu,
1. Ia berbicara dengan sangat percaya diri akan keberhasilan:
Kita pasti akan mengalahkan mereka, sekalipun mereka kuat.
2. Ia menyemangati orang Israel untuk maju, dan, sebab ia ber-
nasib untuk berada di garis depan, ia berbicara sebagai orang
yang menetapkan hati untuk memimpin mereka dengan berani:
“Kita akan maju dengan segera. Satu langkah yang berani sekali
lagi, satu hantaman yang berani sekali lagi, maka pekerjaan kita
akan tuntas. Negeri itu sepenuhnya milik kita, kalau saja kita
memiliki keberanian untuk menjadikannya demikian: Kita
akan maju dan menduduki negeri itu.” Ia tidak berkata, “Mari
kita maju dan menaklukkan negeri itu,” sebab ia melihat pe-
naklukan itu sebagai sesuatu yang sudah terlaksana, melainkan
“Kita akan maju dan menduduki negeri itu. Tak ada lagi yang
harus dilakukan selain masuk, dan menduduki apa yang siap
diberikan Tuhan , Tuhan kita yang agung, kepada kita.” Camkan-
lah, orang benar merasa aman seperti singa muda. Kesulitan-
kesulitan yang menghadang di jalan keselamatan akan berku-
rang dan menghilang di hadapan iman yang giat dan hidup
akan kuasa dan janji Tuhan . Tidak ada yang mustahil, jika itu
sudah dijanjikan, bagi orang yang percaya.
PASAL 14
asal ini memberi kita sebuah gambaran tentang perseteruan yang
mematikan antara Tuhan dan umat Israel. Atas perseteruan itu,
sebab sungut-sungut dan ketidakpercayaan mereka, Tuhan bersum-
pah dalam murka-Nya bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam
tempat perhentian-Nya. Dalam pasal ini kita mendapati:
I. Kedurhakaan dan pemberontakan Israel terhadap Tuhan , sete-
lah mereka menerima laporan dari para pengintai yang jahat
(ay. 1-4).
II. Upaya yang tidak berhasil dari Musa dan Harun, Kaleb dan
Yosua, untuk meredakan keributan itu (ay. 5-10).
III. Kehancuran mereka yang sehabis-habisnya diancamkan se-
cara adil oleh Tuhan yang tersulut murka (ay. 11-12).
IV. Doa syafaat Musa yang penuh kerendahan hati bagi mereka
(ay. 13-19).
V. Keringanan hukuman sebagai jawaban atas doa Musa. Tidak
semua dari mereka akan dimusnahkan, namun ketetapan su-
dah dikeluarkan, dan disahkan dengan sumpah. Hal ini di-
beritahukan kepada umat, dan diulangi berkali-kali, bahwa
seluruh umat ini akan binasa di padang gurun, dan tak se-
orang pun dari mereka akan masuk ke Kanaan kecuali Kaleb
dan Yosua (ay. 20-35).
VI. Kematian para pengintai yang jahat pada saat itu juga (ay.
36-39).
VII. Kecaman yang diberikan kepada orang-orang yang berusaha
untuk terus maju kendati dilarang (ay. 40-45). Dan hal ini
ditulis sebagai peringatan bagi kita, supaya kita “tidak jatuh
sebab mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.”
P
186
Sungut-sungut Umat Israel
(14:1-4)
1 Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu mena-
ngis pada malam itu. 2 Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada
Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekira-
nya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! 3 Mengapakah
TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan
isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami
pulang ke Mesir?” 4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah
kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.”
Dalam perikop ini kita melihat keonaran apa yang telah dibuat oleh
para pengintai yang jahat itu dengan laporan mereka yang tidak
jujur. Kita dapat menduga bahwa kedua belas orang yang diberi
tugas untuk mencari tahu tentang Kanaan ini telah membicarakan
laporan mereka di antara mereka sendiri, sebelum mereka menyam-
paikannya di hadapan umat. Kaleb dan Yosua, sepertinya, telah
berupaya sebaik-baiknya untuk membuat yang lain sepikiran dengan
mereka. Dan kalau saja mereka setuju bahwa Kaleb, sesuai dengan
kedudukannya, berbicara mewakili mereka semua, sebagai ketua
mereka, maka segala sesuatunya akan baik-baik saja. namun seperti-
nya para pengintai yang jahat itu sengaja berniat untuk menimbul-
kan pemberontakan ini, semata-mata untuk menentang Musa dan
Harun. Mereka berbuat demikian kendati mereka tidak dapat memper-
oleh keuntungan apa pun melalui pemberontakan itu, kecuali mereka
berharap untuk menjadi panglima dan komandan dalam perjalanan
kembali ke Mesir yang sedang mereka pikirkan sekarang. Namun apa
kenyataannya? Dalam ayat-ayat ini kita mendapati orang-orang yang
berusaha mereka senangkan, justru dibuat kesusahan, dan, sebelum
akhir pasal ini, dibawa pada kehancuran. Amatilah,
I. Bagaimana umat menjadi resah: Lalu segenap umat itu mengeluar-
kan suara nyaring dan bangsa itu menangis (ay. 1). sebab lebih
mempercayai laporan para pengintai dibandingkan firman Tuhan , dan
membayangkan bahwa keadaan mereka sudah tidak dapat di-
tolong lagi, mereka melepaskan tali kekang amarah mereka, dan
tidak dapat menjaga perilaku mereka. Seperti anak kecil yang
bodoh dan suka membangkang, mereka berguling-guling dan me-
nangis, namun tidak tahu apa yang mereka tangisi. saat musuh
telah menyerang habis markas mereka, dan mereka melihat ke-
turunan Enak di pintu gerbang perkemahan mereka, itulah waktu
Kitab Bilangan 14:1-4
187
yang tepat untuk menjerit. namun orang-orang yang menangis ke-
tika tidak ada sesuatu yang melukai mereka, pantas diberi suatu
alasan yang membuat mereka menangis. Dan, seolah-olah segala
sesuatunya telah lenyap, mereka duduk dan menangis pada
malam itu. Perhatikanlah, ketidakpercayaan, atau kesangsian ke-
pada Tuhan , yaitu dosa yang mengandung hukumannya sendiri.
Orang-orang yang tidak memercayai Tuhan akan terus-menerus
menyusahkan diri mereka sendiri. Ada lebih banyak orang yang
berkabung menurut cara dunia dibandingkan orang yang berkabung
menurut kehendak Tuhan , dan dukacita yang dari dunia ini meng-
hasilkan kematian.
II. Bagaimana mereka menentang para pemimpin mereka. Mereka
bersungut-sungut kepada Musa dan Harun, dan melalui keduanya
mencela Tuhan (ay. 2-3). Kumpulan para tua-tua memulai keti-
dakpuasan itu (ay. 1), namun ketidakpuasan itu segera menyebar
ke seluruh perkemahan, sebab semua orang Israel bersungut-
sungut. Kecemburuan dan ketidakpuasan menyebar seperti keba-
karan liar di antara kerumunan orang yang tidak berpikir pan-
jang, yang dengan mudah diajar untuk menghina kekuasaan Tuhan
serta menghujat semua yang mulia di sorga.
1. Mereka menengok ke belakang dengan ketidakpuasan yang
tidak berdasar. Mereka berharap sekiranya mereka mati saja
di Mesir bersama dengan anak-anak sulung yang dibunuh di
sana, atau di padang gurun bersama dengan orang-orang yang
belum lama ini mati terkena tulah sebab kemasukan nafsu
rakus. Lihatlah betapa luar biasa gilanya amarah yang tak
terkendali, yang membuat orang tidak menyayangkan bahkan
apa yang dianggap paling mahal oleh alam, yaitu kehidupan
itu sendiri. Tidak pernah waktu selama berbulan-bulan diha-
biskan dengan begitu menyenangkan seperti bulan-bulan yang
mereka habiskan sejak mereka keluar dari Mesir. Mereka
dipenuhi dengan berbagai kehormatan, dikelilingi dengan ber-
bagai perkenanan, dan terus-menerus dihibur dengan satu
atau hal lain yang menakjubkan. Dan sekalipun begitu, se-
akan-akan semuanya ini tidak berharga untuk dijadikan
alasan bagi mereka untuk hidup, mereka berharap sekiranya
mereka mati saja di Mesir. Mereka begitu meremehkan peng-
hakiman-penghakiman Tuhan yang dahsyat yang dilaksanakan
188
atas bangsa-bangsa di sekitar mereka sebab dosa bangsa-
bangsa itu sehingga mereka malah berharap sekiranya mereka
ikut berbagi dengan bangsa-bangsa itu dalam tulah-tulah yang
menimpa mereka, dibandingkan mengambil risiko untuk mengada-
kan serangan ke Kanaan. Mereka lebih berharap untuk mati
sebagai penjahat di bawah keadilan Tuhan dibandingkan hidup
sebagai pemenang dalam perkenanan-Nya. Sebagian penafsir
membacanya, “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di
padang gurun ini! Ah, kalau saja kami mati!” Mereka ingin
mati, sebab mereka takut mereka akan mati. Mereka tidak
memiliki cukup pengertian untuk berpikiran seperti orang-
orang malang yang sakit kusta, bahwa dibandingkan mati di tem-
pat, mereka memberanikan diri untuk masuk ke dalam per-
kemahan musuh, dan jika mereka mematikan kita, kita akan
mati (2Raj. 7:4). Betapa rendahnya jiwa orang-orang Israel
yang sudah merosot ini. dibandingkan mati jika keadaan menjadi
semakin buruk seperti prajurit di atas ranjang kehormatan,
dengan pedang di tangan, mereka lebih ingin mati seperti
domba-domba yang membusuk di padang gurun.
2. Mereka melihat ke depan dengan keputusasaan yang tidak ber-
dasar, tanpa bertanya-tanya (ay. 3) bahwa jika mereka terus
maju, mereka pasti akan tewas oleh pedang. Dan mereka ber-
pura-pura beralasan bahwa ketakutan mereka yaitu sebab
mereka sangat khawatir terhadap istri dan anak-anak mereka,
yang mereka yakini akan menjadi mangsa bagi orang Kanaan.
Di sini ada penghinaan yang paling keji dan menghujat kepada
Tuhan sendiri, seakan-akan Ia sengaja membawa mereka ke
sini supaya mereka tewas oleh pedang, dan supaya istri serta
anak-anak mereka, orang-orang malang yang tidak bersalah
itu, dijadikan mangsa. Dengan demikian mereka, pada dasar-
nya, menuduh bahwa Tuhan , yang yaitu kasih itu sendiri,
telah berbuat kejahatan yang terburuk, dan menuduh Kebe-
naran kekal sebagai kemunafikan yang paling hina. Dengan
berbuat demikian, mereka menyiratkan bahwa segala kebaik-
an yang telah dikatakan Tuhan kepada mereka, dan dilakukan-
Nya untuk mereka, hingga saat ini, dimaksudkan hanya untuk
menjerat mereka ke dalam perangkap, dan untuk menutup-
nutupi suatu rancangan tersembunyi yang terus dijalankan
dari semula untuk menghancurkan mereka. Sungguh lancang
Kitab Bilangan 14:1-4
189
dan kurang ajar! namun apa yang tidak dapat diucapkan oleh
lidah yang terbakar api neraka untuk melawan sorga? Iblis
mempertahankan pengaruhnya dalam hati manusia dengan
membisikkan kepada mereka pikiran-pikiran yang jahat ten-
tang Tuhan , seolah-olah Tuhan menginginkan kematian orang-
orang berdosa, dan senang dengan segala kesukaran dan
penderitaan para hamba-Nya sendiri. Padahal iblis mengetahui
bahwa rancangan-rancangan Tuhan mengenai kita, entah kita
mengetahuinya atau tidak, yaitu rancangan damai sejahtera,
dan bukan rancangan kecelakaan (Yer. 29:11).
III. Bagaimana mereka pada akhirnya sampai pada ketetapan hati
yang penuh keputusasaan ini, bahwa, dibandingkan ingin maju terus
ke Kanaan, lebih baik kembali ke Mesir. Usulan untuk itu per-
tama-tama dibuat hanya dengan bertanya (ay. 3): Bukankah lebih
baik kami pulang ke Mesir? namun sebab umat sangat bergejolak,
dan roh bangsa itu cenderung untuk melakukan apa saja yang
menentang, maka gejolak mereka itu segera menghasilkan sebuah
ketetapan hati, tanpa perbantahan (ay. 4): Baiklah kita mengang-
kat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir. Dan diratapi lama se-
sudahnya dalam Nehemia 9:17, bahwa mereka bersitegang leher,
malah berkeras kepala untuk kembali ke perbudakan di Mesir (KJV:
dalam pemberontakan mereka, mereka mengangkat seorang pemim-
pin untuk kembali pada perbudakan). Sebab mereka tahu bahwa
Musa tidak akan mau menjadi pemimpin mereka dalam perjalan-
an kembali ini. Nah,
1. yaitu kebodohan terbesar bagi mereka untuk berharap se-
kiranya mereka ada di Mesir, atau untuk berpikir bahwa sean-
dainya mereka ada di sana, maka mereka akan menjadi lebih
baik lagi. Kalaupun mereka tidak berani maju ke Kanaan,
lebih baik mereka tetap tinggal di tempat dibandingkan kembali ke
Mesir. Apa yang tidak ada pada mereka? Apa yang harus
mereka keluhkan? Mereka memiliki kelimpahan, kedamai-
an, dan tempat perhentian. Mereka berada di bawah pemerin-
tahan yang baik, memiliki rombongan yang baik, mendapat
tanda-tanda hadirat Tuhan bersama mereka, dan memiliki
apa yang cukup untuk membuat mereka tenang sekalipun di
padang gurun, kalau saja mereka puas dengan semuanya itu.
namun ke manakah mereka begitu ingin pergi untuk mem-
190
peroleh keadaan yang lebih baik? Ke Mesir! Apakah mereka
begitu cepat melupakan perbudakan yang menyakitkan yang
mereka alami di sana? Apakah mereka mau kembali berada di
bawah kelaliman mandor-mandor mereka, dan bekerja kasar
membuat batu bata? Dan, Sesudah semua tulah yang menimpa
Mesir oleh sebab mereka, dapatkah mereka mengharapkan
perlakuan yang lebih baik di sana dibandingkan yang mereka da-
patkan sebelumnya, dan bukankah malah jauh lebih buruk?
Hanya dalam waktu yang begitu singkat yaitu tidak sampai
setahun setengah, maka mereka telah melupakan segala
keluh-kesah perbudakan mereka, dan semua nyanyian pem-
bebasan mereka! Seperti binatang, mereka hanya memikirkan
apa yang ada sekarang, dan ingatan-ingatan mereka, beserta
kemampuan-kemampuan lain dari akal budi, dikorbankan
bagi hawa nafsu mereka. Lihat Mazmur 106:7. Kita mendapati
hal ini diancamkan sebagai puncak dari kesengsaraan mereka,
bahwa mereka akan dibawa ke Mesir lagi (Ul. 28:68). Dan
sekalipun begitu, inilah yang mereka harapkan di sini. Orang-
orang berdosa yaitu musuh bagi diri mereka sendiri. Dan
orang-orang yang tidak berjalan dalam rancangan-rancangan
Tuhan sedang menuju pada keburukan dan kehancuran me-
reka sendiri.
2. yaitu hal yang paling konyol dan paling tidak masuk akal
bagi mereka untuk berbicara tentang kembali ke Mesir melalui
padang gurun. Dapatkah mereka berharap bahwa awan Tuhan
akan memimpin mereka, atau roti manna-Nya menyertai mere-
ka? Sebab jika tidak, maka ribuan orang Israel pasti secara tak
terelakkan akan tersesat dan binasa di padang gurun. Anggap
saja kesulitan-kesulitan untuk menaklukkan Kanaan itu sebe-
sar seperti yang mereka bayangkan, namun kesulitan-kesulitan
untuk kembali ke Mesir jauh lebih besar. Dalam hal ini, mari-
lah kita lihat:
(1) Kebodohan dari sikap tidak puas dan tidak sabar di bawah
kemalangan-kemalangan lahiriah yang menimpa kita. Kita
tidak mau menerima apa yang ada, mengeluh tentang
tempat dan nasib kita, dan kita mau berpindah tempat.
Namun adakah suatu tempat atau keadaan di dunia ini
yang tidak memiliki sesuatu yang akan membuat kita geli-
sah, jika kita memang cenderung untuk gelisah? Cara
Kitab Bilangan 14:5-10
191
untuk memperbaiki keadaan kita yaitu dengan membuat
suasana hati kita menjadi lebih baik. Dan dibandingkan ber-
tanya, “Bukankah lebih baik kembali ke Mesir?” bertanya-
lah, “Bukankah lebih baik berpuas hati, dan memanfaat-
kan apa yang ada dengan sebaik-baiknya?”
(2) Kebodohan dari kemurtadan terhadap jalan-jalan Tuhan .
Sorga yaitu Kanaan yang ditempatkan di hadapan kita,
sebuah negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
Orang-orang yang membawa laporan yang begitu buruk
tentangnya tidak dapat berkata lain selain bahwa negeri itu
memang negeri yang baik, hanya saja sukar untuk masuk
ke sana. Kesalehan yang ketat dan sungguh-sungguh di-
pandang sebagai suatu hal yang tidak dapat dilaksanakan,
dan ini menghalangi banyak orang yang sudah memulai
dengan baik untuk terus maju. dibandingkan mengalami kesu-
sahan-kesusahan dari kehidupan beragama seperti yang
mereka bayangkan, mereka lebih memilih berjalan di jalan
dosa dan menanggung akibat-akibatnya yang pasti memati-
kan. Dan demikianlah mereka menuliskan kebodohan Israel,
yang, saat tinggal selangkah lagi masuk ke Kanaan, ingin
mengangkat seorang pemimpin, dan kembali ke Mesir.
Imbauan Yosua dan Kaleb
(14:5-10)
5 Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang
berkumpul di situ. 6 namun Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang terma-
suk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, 7
dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk
diintai itu yaitu luar biasa baiknya. 8 Jika TUHAN berkenan kepada kita,
maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberi nya
kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 9 Hanya,
janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa
negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka su-
dah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut
kepada mereka.” 10 Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari ke-
dua orang itu dengan batu. namun tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah
Pertemuan kepada semua orang Israel.
Sahabat-sahabat Israel di sini menjadi penengah untuk menyelamat-
kan mereka, sekiranya mungkin, agar tidak menghancurkan diri me-
reka sendiri, namun sia-sia. Para tabib di negeri mereka mau me-
192
nyembuhkan mereka, namun mereka tidak mau disembuhkan. Para
pengawal mereka telah memberi mereka peringatan, namun mereka
tidak mau mengindahkannya, maka darah mereka ditanggungkan ke
atas kepala mereka sendiri.
I. Usaha-usaha yang terbaik telah dilakukan untuk meredakan keri-
butan itu, dan, kalau saja mereka sekarang pada akhirnya meng-
erti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka, maka semua
keonaran yang datang sesudahnya akan dapat dicegah.
1. Musa dan Harun melakukan bagian mereka (ay. 5). Meskipun
umat bersungut-sungut terhadap mereka (ay. 2), namun mere-
ka dengan berani mengabaikan penghinaan dan cercaan yang
diberikan kepada mereka, dan membuktikan diri mereka seba-
gai teman-teman yang setia bagi orang-orang yang sangat me-
musuhi mereka. Kericuhan dan keributan umat begitu besar
hingga suara Musa dan Harun tidak dapat didengar. Seandai-
nya Musa dan Harun menyuruh hamba-hamba mereka untuk
meminta umat diam, maka orang banyak yang marah itu
mungkin akan menjadi semakin ricuh. Oleh sebab itu, supaya
dapat didengar di hadapan seluruh jemaat, mereka bersujud,
dan dengan begitu mengungkapkan:
(1) Doa mereka yang penuh kerendahan hati kepada Tuhan
untuk meredakan deru lautan ini, deru gelombang-gelom-
bangnya, yaitu kegemparan bangsa itu.
(2) Kesusahan dan keprihatinan yang besar yang dirasakan roh
mereka sendiri. Mereka bersujud seperti orang-orang yang
tercengang dan bahkan tersentak seperti disambar petir. Me-
reka terheran-heran melihat suatu umat membuang rahmat-
rahmat yang telah mereka terima, melihat orang-orang yang
telah diajar dengan begitu baik berlaku dengan begitu bu-
ruk. Dan,
(3) Kesungguhan hati Musa dan Harun untuk meminta umat
agar menghentikan sungut-sungut mereka. Mereka ber-
harap dapat menyentuh hati umat melalui sikap tubuh
yang penuh kerendahan hati ini, dan berhasil membujuk
mereka untuk tidak berkeras dalam pemberontakan mere-
ka. Musa dan Harun memohon kepada mereka, seolah-olah
melalui kedua orang ini Tuhan sendiri benar-benar memo-
Kitab Bilangan 14:5-10
193
hon kepada mereka, untuk berdamai dengan Tuhan . Apa
yang dikatakan keduanya kepada umat, disampaikan Musa
dalam pengulangan kisah ini. Janganlah takut. TUHAN,
Tuhan mu, akan berperang untukmu (Ul. 1:29-30). Perhati-
kanlah, orang-orang yang menjadi sahabat yang gigih bagi
jiwa-jiwa yang berharga, akan merendah untuk berbuat
apa saja demi keselamatan mereka. Musa dan Harun,
kendati menduduki tempat-tempat kehormatan, bersujud
di hadapan umat untuk memohon agar mereka tidak
menghancurkan diri mereka sendiri.
2. Kaleb dan Yosua melakukan bagian mereka. Mereka mengoyak
pakaian mereka dalam kegeraman yang kudus terhadap dosa
umat, dan kengerian yang kudus akan murka Tuhan , yang
mereka lihat siap tercurah ke atas mereka. Hal itu menjadi
masalah yang lebih besar bagi kedua orang yang baik ini,
sebab kericuhan itu ditimbulkan oleh para pengintai yang
dengannya mereka sudah bergabung bersama dalam suatu
tugas perutusan. Oleh sebab itu, mereka merasa berkewajib-
an untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk
meredakan badai yang telah ditimbulkan oleh rekan-rekan
mereka. Tidak ada penalaran yang lebih tepat waktu dan
menggerakkan hati dibandingkan penalaran yang mereka berikan
di sini (ay. 7-9), dan mereka berbicara seperti orang yang ber-
wenang.
(1) Mereka meyakinkan umat akan kebaikan negeri yang telah
mereka intai, dan bahwa negeri itu benar-benar layak un-
tuk direbut, dan bukan suatu negeri yang memakan pendu-
duknya, seperti yang telah digambarkan oleh para pengintai
jahat itu. Negeri itu luar biasa baiknya (ay. 7). Negeri itu
sangat luar biasa baiknya, demikianlah kata yang dipakai.
Dengan begitu, tidak beralasan bagi mereka untuk menolak
negeri yang indah ini. Perhatikanlah, kalau saja orang sepe-
nuhnya yakin bahwa keuntungan-keuntungan agama itu
layak untuk diinginkan, maka mereka tidak akan ragu-ragu
untuk melakukan pelayanan-pelayanan agama.
(2) Mereka tidak gentar terhadap kesulitan-kesulitan yang
tampak menghadang di jalan mereka untuk menduduki ne-
geri itu: “Janganlah takut kepada bangsa negeri itu (ay. 9).
Apa pun gagasan-gagasan yang mengerikan yang telah
diberikan kepadamu tentang mereka, singa itu tidaklah
seganas seperti yang dilukiskan. Mereka akan kita telan
habis,” yaitu, “mereka disediakan di hadapan kita lebih un-
tuk disantap dibandingkan untuk diperangi. Dengan begitu
mudah, dengan begitu menyenangkan, dan dengan begitu
banyak keuntungan di pihak kita, kita akan menaklukkan
mereka.” Firaun dikatakan telah diberikan kepada mereka
menjadi makanan (Mzm. 74:14), dan demikian pula dengan
bangsa Kanaan. Mereka menunjukkan bahwa, apa pun
yang dikemukakan sebaliknya, kemenangan jelas ada di
pihak Israel. Sebab,
[1] Meskipun bangsa Kanaan tinggal di kota-kota yang ber-
kubu, namun mereka tanpa perlindungan: Yang melin-
dungi mereka sudah meninggalkan mereka. Penyeleng-
garaan ilahi atas seluruh manusia yang menjaga hak-
hak segala bangsa telah meninggalkan mereka, dan
tidak akan menjadi tempat bernaung atau berlindung
bagi mereka. Para pengintai lain memperhatikan ke-
kuatan orang Kanaan, namun Kaleb dan Yosua memper-
hatikan kefasikan mereka, dan dari situ menyimpulkan
bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka, dan sebab
itu yang melindungi mereka sudah meninggalkan me-
reka. Tidak ada bangsa yang bisa aman jika mereka
telah menyulut murka Tuhan untuk meninggalkan
mereka.
[2] Meskipun Israel tinggal di perkemahan, mereka diben-
tengi: TUHAN menyertai kita, dan nama-Nya yaitu mena-
ra yang kuat. Janganlah takut kepada mereka. Perhatikan-
lah, selama ada hadirat Tuhan bersama kita, kita tidak
perlu takut terhadap kekuatan yang paling kuat sekali-
pun yang melawan kita.
(3) Kaleb dan Yosua menunjukkan secara terang-terangan ke-
pada umat bahwa segala marabahaya yang mengintai me-
reka timbul dari sungut-sungut mereka sendiri, dan bahwa
mereka akan berhasil melawan semua musuh mereka jika
mereka tidak menjadikan Tuhan sebagai musuh mereka.
Hanya dengan syarat ini akan terjadi perubahan (ay.
Kitab Bilangan 14:5-10
195
8): “Jika TUHAN berkenan kepada kita, seperti yang pasti
demikian, dan akan demikian jika kita tidak menyulut
murka-Nya, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri
yang baik itu. Kita pasti akan berhasil menduduki negeri
itu dengan perkenanan-Nya, dan dengan cahaya wajah-Nya
(Mzm. 44:4), jika perkenanan-Nya tidak diambil dari kita
sebab perbuatan kita sendiri, dan jika kita tidak menolak
belas kasihan yang diberikan kepada kita sebab kebodoh-
an kita sendiri.” Pokoknya begini (ay. 9): Hanya, janganlah
memberontak kepada TUHAN. Perhatikanlah, tidak ada
yang dapat menghancurkan orang-orang berdosa kecuali
pemberontakan mereka sendiri. Jika Tuhan meninggalkan
mereka, itu disebabkan mereka menjauhkan Dia dari me-
reka. Dan mereka mati, sebab mereka mau mati. Tak
seorang pun dikucilkan dari Kanaan sorgawi selain orang-
orang yang mengucilkan diri mereka sendiri. Dan, seka-
rang, sejelas apa lagi perkara itu harus dibuat? Sekuat apa
lagi perkara itu harus ditegaskan? namun apa hasilnya?
II. Semua itu tidak ada gunanya. Mereka tuli terhadap penalaran
yang baik ini. Bahkan, mereka dibuat kesal olehnya, dan menjadi
semakin geram: Segenap umat itu mengancam hendak melontari
kedua orang itu dengan batu (ay. 10). Para pemimpin jemaat, dan
para pembesar (menurut Uskup Patrick) memerintahkan rakyat
untuk menyerang mereka, dan memecahkan tempurung kepala
mereka. Sungguh menyedihkan keadaan mereka, saat orang-
orang yang mengendalikan mereka menyesatkan mereka seperti
itu. Perhatikanlah, sudah biasa bagi orang-orang yang hati-
nya penuh niat untuk berbuat jahat untuk marah kepada orang-
orang yang memberi mereka nasihat yang baik. Orang-orang yang
benci untuk diperbaharui, membenci orang-orang yang ingin
memperbaharui mereka, dan menganggap orang-orang itu sebagai
musuh mereka, sebab orang-orang itu memberitahukan kebenar-
an kepada mereka. Sudah sejak dini seperti itu bangsa Israel mulai
memperlakukan para nabi dengan semena-mena, dan melempari
dengan batu orang-orang yang diutus kepada mereka, dan inilah
yang memenuhi takaran dosa mereka (Mat. 23:37). Melempari
dengan batu! Mengapa? Kejahatan apakah yang telah diperbuat
orang-orang itu? Tidak ada kejahatan yang dapat dituduhkan ke-
pada mereka. namun sebetulnya kedua nabi itu telah merupa-
kan siksaan bagi semua orang yang berkeras dalam kedurhakaan
mereka (Why. 11:10). Kaleb dan Yosua baru saja berkata, TUHAN
menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (ay. 9). Dan, jika
Israel tidak mau menerima kata-kata yang menyemangati itu un-
tuk mengusir ketakutan mereka, maka orang-orang yang meng-
ucapkannya tahu bagaimana menyemangati diri mereka sendiri
dengan kata-kata itu untuk melawan khalayak ramai yang sangat
geram ini, yang hendak melempari mereka dengan batu, seperti
Daud dalam perkara serupa (1Sam. 30:6). Orang-orang yang tidak
berhasil membangun orang lain dengan segala nasihat dan
penghiburan mereka, haruslah berusaha setidak-tidaknya untuk
membangun diri mereka sendiri. Kaleb dan Yosua tahu bahwa
mereka tampil bagi Tuhan dan kemuliaan-Nya, dan sebab itu
tidak ragu bahwa Tuhan pasti akan tampil bagi mereka dan kesela-
matan mereka. Dan mereka tidak dikecewakan, sebab pada saat
itu juga tampaklah kemuliaan TUHAN, yang membuat ngeri dan
malu orang-orang yang hendak melempari hamba-hamba Tuhan
dengan batu. saat mereka menghina Tuhan (ay. 3), kemuliaan-
Nya tidak tampak untuk membungkam hujatan-hujatan mereka.
Akan namun , saat mereka mengancam Kaleb dan Yosua, mereka
telah menyentuh biji mata-Nya, sehingga kemuliaan-Nya tampak
dengan segera. Perhatikanlah, orang-orang yang dengan setia
mempertaruhkan nyawa mereka bagi Tuhan pasti akan dibawa ke
dalam perlindungan-Nya secara khusus, dan akan disembunyikan
dari angkara murka manusia, entah di bawah langit atau di dalam
sorga.
Doa Syafaat Musa
(14:11-19)
11 TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku,
dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah
ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! 12 Aku
akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka,
namun engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat
dari pada mereka.” 13 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: “Jikalau hal itu
kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini
dengan kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka, 14 mereka akan berceritera
kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN,
ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan
diri-Mu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di
Kitab Bilangan 14:11-19
197
atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang
awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam. 15 Jadi
jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka bangsa-bangsa
yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti berkata: 16 Oleh sebab
TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini masuk ke negeri yang dijanji-
kan-Nya dengan bersumpah kepada mereka, maka Ia menyembelih mereka di
padang gurun. 17 Jadi sekarang, biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu nyata
kebesarannya, seperti yang Kaufirmankan: 18 TUHAN itu berpanjangan sabar
dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pe-
langgaran, namun sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari
hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya,
kepada keturunan yang ketiga dan keempat. 19 Ampunilah kiranya kesalahan
bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah
mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari.”
Di sini kita mendapati,
I. Hukuman yang adil yang diberikan Tuhan kepada Israel sebab
sungut-sungut dan ketidakpercayaan mereka. Walaupun sesu-
dahnya hukuman itu diringankan, itu menunjukkan hukuman
apa yang layak untuk dosa mereka dan apa yang dituntut dari
keadilan yang telah dicederai, dan apa yang akan dilakukan se-
andainya Musa tidak menengahi. Pada waktu kemuliaan TUHAN
menampakkan diri di Kemah Pertemuan, kita dapat menduga
bahwa Musa menganggapnya sebagai panggilan baginya untuk
segera datang dan hadir di sana, sama seperti sebelum Kemah
Pertemuan itu didirikan ia naik ke atas gunung dalam perkara
serupa (Kel. 32:30). Dengan demikian, sementara umat sedang
berusaha untuk mempermalukan Musa, Tuhan memberi kehor-
matan kepadanya di hadapan semua orang, sebagai orang ke-
percayaan-Nya. Sekarang di sini kita diberi tahu apa yang di-
katakan Tuhan kepada Musa di sana.
1. Ia menunjukkan kepada Musa kejahatan yang besar dari dosa
umat (ay. 11). Apa yang terjadi antara Tuhan dan umat Israel
disampaikan melalui tangan Musa. saat mereka marah ke-
pada Tuhan , mereka memberitahukan hal itu kepada Musa (ay.
2). saat Tuhan murka terhadap mereka, Ia juga memberi tahu
Musa, dengan menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-
hamba-Nya, para nabi (Am. 3:7). Dua hal yang secara wajar
dikeluhkan Tuhan kepada Musa:
(1) Dosa mereka. Mereka menista Aku, atau (sesuai arti kata
itu) mereka menolak, mencela, dan merendahkan Aku, ka-
rena mereka tidak mau percaya kepada-Ku. Inilah akar pa-
198
hit yang menghasilkan racun atau ipuh. Ketidakpercayaan
merekalah yang membuat hari ini menjadi hari kegeraman
di padang gurun (Ibr. 3:8). Perhatikanlah, ketidakpercayaan
kepada Tuhan , pada kuasa dan janji-Nya, dengan sendirinya
sangat menyulut murka Tuhan , dan mendasari banyak tin-
dakan lain yang menyulut murka. Ketidakpercayaan yaitu
dosa besar (1Yoh. 5:10) dan dosa yang berakar (Ibr. 3:12).
(2) Mereka terus-menerus berbuat dosa: Berapa lama lagi me-
reka berbuat demikian? Perhatikanlah, Tuhan di sorga men-
catat berapa lama orang-orang berdosa bersikeras dalam
perbuatan mereka yang menyulut murka Tuhan . Dan sema-
kin lama mereka bersikeras, semakin murka Tuhan jadinya.
Hal-hal yang memperparah dosa mereka yaitu ,
[1] Hubungan mereka dengan Tuhan : Bangsa ini, bangsa ke-
sayangan, bangsa yang mengakui Tuhan . Jika suatu
kaum disebut dan mengaku sebagai umat Tuhan , maka
semakin dekat mereka dengan Tuhan , semakin Tuhan
tersulut murka oleh dosa-dosa mereka, terutama oleh
ketidakpercayaan mereka.
[2] Pengalaman yang telah mereka alami akan kuasa dan
kebaikan Tuhan , dalam segala tanda mujizat yang dilaku-
kan-Nya di tengah-tengah mereka, yang melaluinya, orang
akan berpikir, Tuhan telah menuntut mereka untuk per-
caya kepada-Nya dan mengikuti Dia. Semakin banyak
yang telah dilakukan Tuhan bagi kita, semakin besarlah
murka yang ditimbulkan jika kita tidak memercayai-Nya.
2. Tuhan telah menunjukkan kepada Musa hukuman yang telah
dijatuhkan oleh keadilan atas mereka sebab dosa mereka (ay.
12): “Apa yang tersisa sekarang, selain bahwa Aku akan meng-
habisi mereka dengan sepenuhnya. Hal itu akan segera dilak-
sanakan. Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar,
tanpa membiarkan seorang pun hidup, namun sepenuhnya
menghapus nama dan kaum mereka, dan dengan begitu men-
cabut hak waris mereka, dan Aku tidak akan lagi disusahkan
oleh mereka. Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada
para lawan-Ku. Mereka berharap untuk mati, jadi biarkanlah
mereka mati, sampai tidak Kutinggalkan akar dan cabang me-
reka. Anak-anak yang pemberontak seperti itu pantas dicabut
Kitab Bilangan 14:11-19
199
hak warisnya.” Dan jika ada yang bertanya, “Kalau begitu, apa
yang akan terjadi dengan kovenan Tuhan dengan Abraham?”
maka inilah jawabannya, “Aku akan terpelihara dalam keluar-
ga Musa: Engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih
besar.” Dengan demikian,
(1) Tuhan hendak menguji Musa, apakah ia masih tetap me-
nyimpan kasih sayang untuk Israel yang sebelumnya ia
ungkapkan pada kesempatan serupa, dengan lebih meng-
utamakan kepentingan-kepentingan mereka dibandingkan peng-
angkatan keluarganya sendiri. Dan terbukti bahwa Musa
masih tetap berjiwa sama, yaitu ingin melayani kepenting-
an rakyat, dan tidak sanggup berpikir untuk meninggikan
namanya sendiri di atas kehancuran nama Israel.
(2) Tuhan ingin mengajar kita bahwa Ia tidak akan dipecun-
dangi oleh kehancuran orang-orang berdosa. Seandainya
Adam dan Hawa dibinasakan dan dilenyapkan, Ia bisa saja
menciptakan Adam dan Hawa yang lain, dan memper-
muliakan rahmat-Nya dalam diri mereka, seperti di sini Ia
bisa saja mempermuliakan rahmat-Nya dalam diri Musa,
sekalipun Israel telah dihancurkan.
II. Permohonan yang penuh kerendahan hati yang dibuat oleh Musa
bagi umat. Dosa mereka telah membuat lobang yang mematikan
dalam tembok pertahanan mereka, yang dari situ kehancuran
pasti akan masuk seandainya Musa tidak turun tangan pada
waktunya dan memperbaikinya. Di sini Musa menjadi perlambang
akan Kristus, yang memohonkan pengampunan bagi orang-orang
yang menganiaya-Nya, dan berdoa bagi orang-orang yang memper-
lakukan-Nya dengan semena-mena. Dan dengan begitu Kristus
meninggalkan bagi kita sebuah teladan dari aturan-Nya sendiri
(Mat. 5:44).
1. Doa permohonan Musa yaitu , dalam satu kalimat: Ampunilah
kiranya kesalahan bangsa ini (ay. 19), yaitu, “Jangan timpakan
ke atas mereka kehancuran yang pantas mereka terima.” Ini
juga merupakan doa Kristus bagi orang-orang yang menyalib-
kan Dia, Ya Bapa, ampunilah mereka. Pengampunan atas dosa
seluruh bangsa, sebagai dosa seluruh bangsa, diwujudkan da-
lam penghapusan hukuman untuk seluruh bangsa. Dan un-
200
tuk pengampunan itulah Musa di sini memohon dengan begitu
bersungguh-sungguh.
2. Seruannya banyak, dan didesakkan dengan kuat.
(1) Ia sebagian besar menegaskan seruan yang bersumber dari
kemuliaan Tuhan (ay. 13-16). Dengan seruan inilah Musa
memulai, dan secara agak tiba-tiba, dengan memanfaatkan
kesempatan dari kata yang mengerikan itu, Aku akan
melenyapkan mereka. TUHAN, kata Musa, kalau begitu, hal
itu akan kedengaran kepada orang Mesir. Kehormatan Tuhan
lebih melekat di hatinya dibandingkan kepentingan-kepenting-
annya sendiri. Amatilah bagaimana Musa memaparkan per-
karanya di hadapan Tuhan . Ia berseru:
[1] Bahwa baik mata Mesir maupun mata Kanaan tertuju
pada bangsa Israel, dan ada pengharapan-pengharapan
yang besar berkenaan dengan Israel. Mereka tidak bisa
tidak pasti telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN,
ada di tengah-tengah bangsa ini (ay. 14). Kabar tentang-
nya menggema di negeri-negeri tetangga, betapa bangsa
ini mendapat perhatian istimewa dari sorga, seperti
yang tidak pernah dialami oleh bangsa mana pun di
bawah matahari.
[2] Bahwa jika mereka sampai dilenyapkan, maka hal itu
akan mendapat perhatian yang besar. “Hal itu akan
kedengaran kepada orang Mesir (ay. 13), sebab mereka
memiliki mata-mata di antara kami, dan mereka
akan berceritera kepada penduduk negeri ini” (ay. 14).
Sebab sudah ada hubungan yang erat antara Mesir dan
Kanaan, walaupun bukan melalui padang gurun ini.
“Jika bangsa yang telah membuat kegemparan begitu
besar ini dilenyapkan semuanya, jika hal-hal besar yang
mereka gembar-gemborkan tidak berbuah apa-apa, dan
terang mereka menjadi padam, maka hal itu akan
dikabarkan dengan senang hati di Gat, dan diberitakan
di lorong-lorong Askelon. Dan apa yang akan dikatakan
oleh bangsa-bangsa bukan Yahudi atas kehancuran
bangsa Israel? Mustahil membuat mereka memahami-
nya sebagai tindakan keadilan Tuhan , dan sebagai tin-
dakan yang demikian, mendatangkan kehormatan bagi
Kitab Bilangan 14:11-19
201
Tuhan . Orang bodoh tidak akan mengetahui hal itu (Mzm.
92:7). namun mereka akan memandangnya sebagai kega-
galan dari kuasa Tuhan , dan dengan demikian membuat
hal itu berbalik menjadi celaan bagi-Nya (ay. 16). Mereka
akan berkata, Tuhan menyembelih mereka di padang
gurun sebab Ia tidak sanggup membawa mereka ke
Kanaan, sebab lengan-Nya menjadi kurang panjang, dan
persediaan mujizat-Nya telah habis. Nah, TUHAN, ja-
nganlah kiranya satu sifat-Mu dimuliakan dengan me-
ngorbankan sifat-Mu yang lain. namun hendaklah belas
kasihan menang atas penghakiman, dibandingkan kekuatan
yang mahakuasa disangsikan.” Perhatikanlah, seruan-
seruan terbaik dalam doa yaitu seruan-seruan yang
bersumber dari kehormatan Tuhan . Sebab seruan-seruan
yang demikian sesuai dengan seruan pertama dari Doa
Bapa Kami, dikuduskanlah nama-Mu. Janganlah Eng-
kau menghinakan takhta kemuliaan-Mu. Tuhan menyeru-
kannya kepada diri-Nya sendiri (Ul. 32:27), Aku kuatir
disakiti hati-Ku oleh musuh. Dan kita harus mengguna-
kan seruan ini sebagai alasan bagi kita untuk hidup
dengan cara yang begitu rupa dalam segala hal, hingga
tidak memberi kesempatan kepada musuh-musuh
Tuhan untuk menghujat (1Tim. 6:1).
(2) Musa menyerukan bagaimana Tuhan menyatakan nama-Nya
di Horeb (ay. 17-18): Biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu
nyata kebesarannya. Yang dimaksud dengan kekuatan di
sini yaitu belas kasihan yang mengampuni. Belas kasihan
itu yaitu kekuatan Tuhan atas murka-Nya sendiri. Sean-
dainya Ia membinasakan mereka, maka kekuatan Tuhan
akan dipertanyakan. namun jika Ia meneruskan dan me-
nuntaskan keselamatan mereka, kendati dengan kesulitan-
kesulitan yang timbul, bukan hanya dari kekuatan para
musuh mereka, melainkan juga dari tindakan-tindakan
mereka sendiri yang menyulut murka, maka hal ini akan
sangat mengagungkan kuasa ilahi. Apa yang tidak dapat
dilakukan oleh Dia yang sanggup membuat umat yang
begitu lemah menjadi para penakluk, dan umat yang begitu
tidak layak menjadi umat kesayangan? Semakin besar ba-
haya yang mengintai bahwa orang lain akan mencela kuasa
202
Tuhan , semakin kita harus berkeinginan untuk melihat kua-
sa Tuhan dimuliakan. Untuk menegaskan seruan ini, Musa
merujuk pada firman yang telah diucapkan Tuhan : TUHAN
itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-lim-
pah. Kebaikan Tuhan dalam kitab Keluaran dibicarakan
sebagai kemuliaan-Nya. Tuhan bermegah di dalamnya (Kel.
34:6-7). Sekarang di sini Musa berdoa supaya pada kesem-
patan ini Tuhan mau memuliakan kebaikan-Nya. Perhatikan-
lah, dalam doa, kita harus mendapat dorongan dari firman
Tuhan , yang di atasnya Ia telah membuat kita berharap (Mzm.
119:49). “Tuhan, jadilah dan lakukanlah seperti yang Kau-
firmankan. Sebab Engkau telah berfirman, dan bukankah
Engkau akan menepatinya?” Ada tiga hal yang telah dinya-
takan Tuhan dengan sungguh-sungguh, yang di sini dite-
kankan oleh Musa, dan dimanfaatkannya untuk menegas-
kan seruannya:
[1] Kebaikan dari sifat Tuhan secara umum, bahwa Ia pan-
jang sabar, atau tidak cepat murka, dan dan kasih setia-
Nya berlimpah-limpah. Ia tidak mudah tersulut murka,
namun pengasih dan penyayang terhadap para pelanggar
hukum.
[2] Kesiapan-Nya secara khusus untuk mengampuni dosa:
Mengampuni kesalahan dan pelanggaran, segala macam
dosa.
[3] Keengganan-Nya untuk bertindak di luar batas, bahkan
saat Ia benar-benar menghukum. Sebab dalam peng-
ertian inilah perkataan berikut dapat dibaca: Bahwa Ia
sama sekali tidak akan menghancurkan dengan sehabis-
habisnya, dalam membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya. Tuhan memang sudah berfirman dalam
hukum yang kedua bahwa Ia akan membalaskan kesa-
lahan seperti itu, namun di sini Ia berjanji untuk tidak
memusnahkan semua keluarga, jemaat, dan bangsa
secara sekaligus. Dan dengan demikian sifat Tuhan itu
sangat cocok untuk diserukan dalam kesempatan ini,
sebab Musa tidak dapat memohon supaya Tuhan tidak
menghukum dosa ini sama sekali, melainkan supaya Ia
tidak membunuh bangsa ini sampai habis (ay. 15). Sean-
dainya Ia tidak memberi tanda murka-Nya atas dosa
Kitab Bilangan 14:20-35
203
itu, maka hal itu akan memberi dorongan yang ter-
lalu besar bagi bangsa itu untuk memberontak. Musa
tidak meminta supaya bangsa ini tidak dihajar, melain-
kan supaya mereka tidak dilenyapkan. Dan penyataan
nama Tuhan ini lebih sesuai lagi dengan tujuan Musa,
sebab nama Tuhan itu dinyatakan saat Ia mengampuni
dosa mereka sebab telah membuat lembu tuangan.
Dosa yang ke dalamnya mereka sekarang telah jatuh ini
cukup buruk, namun itu bukanlah penyembahan berhala.
(3) Musa menyerukan pengalaman di masa lalu: Seperti Eng-
kau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir (ay. 19).
Hal ini tampaknya justru tidak menguntungkan Musa.
Mengapa orang-orang itu harus diampuni lagi, sebab
Sesudah begitu sering diampuni, mereka memberontak lagi
dan lagi. Dan mereka tampak dibuat berkeras dan ter-
dorong untuk memberontak oleh kelemah-lembutan dan
kesabaran Tuhan mereka, dan oleh pengampunan-pengam-
punan yang sering mereka terima. Di antara manusia, akan
dianggap tidak cerdik untuk memberi perhatian terhadap
kejadian seperti itu dalam permohonan seperti ini, sebab
hal itu bisa saja merugikan si pemohon. Akan namun , sama
seperti dalam hal-hal lain, demikian pula dalam pengampun-
an dosa, rancangan dan jalan Tuhan melampaui rancangan
dan jalan kita secara tak terhingga (Yes. 55:9). Musa me-
mandangnya sebagai permohonan yang baik, TUHAN, am-
punilah seperti Engkau telah mengampuni. Tidak akan me-
nambah cela bagi keadilan-Mu, tidak pula akan mengurangi
pujian terhadap kasih setia-Mu, untuk mengampuni seka-
rang, sama seperti sebelumnya. Bani Yakub tidak akan
lenyap, sebab mereka berurusan dengan Tuhan yang tidak
berubah (Mal. 3:6).
Jawaban Tuhan kepada Musa,
Bangsa Israel Diancam
(14:20-35)
20 Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu.
21 Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh
bumi: 22 Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda
204
mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh
kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku,23 pastilah tidak
akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek
moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.24 namun
hamba-Ku Kaleb, sebab lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku
dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya
itu, dan keturunannya akan memilikinya. 25 Orang Amalek dan orang Kanaan
diam di lembah. Sebab itu berpalinglah besok dan berangkatlah ke padang
gurun, ke arah Laut Teberau.” 26 Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan
Harun: 27 “Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut
kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepada-
Ku telah Kudengar. 28 Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup,
demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di
hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu. 29 Di padang gurun
ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yaitu semua orang di antara
kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun
ke atas, sebab kamu telah bersungut-sungut kepada-Ku. 30 Bahwasanya
kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah
Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin
Nun! 31 Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan
menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka
mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. 32 namun mengenai kamu,
bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini, 33 dan anak-
anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat
puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai
bangkai-bangkaimu habis di padang gurun.34 Sesuai dengan jumlah hari
yang kamu mengintai negeri itu, yaitu empat puluh hari, satu hari dihitung
satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung
akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari
padamu: 35 Aku, TUHAN, yang berkata demikian. sebetulnya Aku akan
melakukan semuanya itu kepada segenap umat yang jahat ini yang telah
bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini mereka akan habis dan di
sinilah mereka akan mati.”
Dalam perikop ini kita mendapati jawaban Tuhan terhadap doa Musa,
yang mengalunkan belas kasihan maupun hukuman. Jawaban itu
diberikan secara khusus kepada Musa (ay. 20-25), dan lalu
diperintahkan untuk diberitahukan kepada umat (ay. 26-35). Sering-
nya hal-hal yang sama diulangi dalam jawaban itu menunjukkan
bahwa ketetapan-ketetapan ini tidak dapat diubah. Marilah kita lihat
rincian-rinciannya:
I. Kerasnya hukuman itu dikurangi (ay. 20): “Aku mengampuninya,
sehingga Aku tidak akan menghabiskan mereka semua sekaligus,
dan melenyapkan mereka.” Lihatlah kuasa doa, dan betapa Tuhan
berkenan untuk memberi kehormatan pada doa. Tuhan telah
merancang pengampunan, namun Musa akan mendapat pujian
dalam memperoleh pengampunan itu melalui doa: Pengampunan
itu akan diberikan sesuai dengan permintaanmu. Demikianlah, se-
Kitab Bilangan 14:20-35
205
bagai seorang raja, ia telah bergumul melawan Tuhan , dan me-
nang. Lihatlah sokongan dan dorongan apa yang diberikan Tuhan
pada doa-doa permohonan kita bagi orang lain, supaya dalam
doa, kita juga memperhitungkan kebutuhan orang banyak. Di sini
ada suatu bangsa secara keseluruhan yang diselamatkan dari
kehancuran melalui doa orang yang benar, yang dengan yakin
didoakan. Lihatlah betapa siapnya Tuhan untuk mengampuni
dosa, dan betapa mudah untuk dimohon: Ampunilah, pinta Musa
(ay. 19); Aku mengampuninya, jawab Tuhan (ay. 20). Daud men-
dapati Tuhan cepat menunjukkan belas kasihan seperti itu (Mzm.
32:5). Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa
kita (Mzm. 103:10).
II. Dimuliakannya nama Tuhan , secara umum, ditetapkan (ay. 21).
Dikatakan, dan dinyatakan dengan sumpah, bahwa kemuliaan
TUHAN akan memenuhi seluruh bumi. Musa dalam doanya telah
menunjukkan perhatian yang besar terhadap kemuliaan Tuhan .
“Biar Aku saja,” firman Tuhan , “yang menjamin hal itu dengan ber-
hasil, dan memajukannya, melalui tata aturan ini.” Seluruh dunia
akan melihat bagaimana Tuhan membenci dosa bahkan dalam diri
umat-Nya sendiri, dan akan mengadakan perhitungan untuk itu.
Dan sekalipun begitu, betapa Ia pengasih dan penyayang, dan
betapa panjang sabar. Demikian pula saat Juruselamat kita
berdoa, Bapa, muliakanlah nama-Mu, Ia segera mendapat jawab-
an, Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya
lagi (Yoh. 12:28). Perhatikanlah, orang-orang yang dengan tulus
mengupayakan kemuliaan Tuhan , bisa yakin akan apa yang
mereka upayakan. sebab Tuhan telah mengubah doa supaya diri-
Nya dipermuliakan ini menjadi sebuah janji, maka kita dapat
mengubahnya menjadi pujian, bersama-sama dengan para malai-
kat, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya (Yes. 6:3).
III. Dosa umat ini, yang telah menyulut murka Tuhan untuk bertindak
menentang mereka, di sini diperparah (ay. 22, 27). Dosa itu tidak
dibuat lebih buruk dibandingkan yang sebetulnya , namun ditunjuk-
kan sebagai luar biasa berdosa. Umat itu yaitu umat yang jahat,
tiap-tiap orangnya jahat, namun secara keseluruhan dalam jemaat,
sangat jahat.
206
1. Mereka mencobai Tuhan , mencobai kuasa-Nya, apakah Ia sang-
gup menolong mereka dalam kesusahan mereka. Mereka men-
cobai kebaikan-Nya, apakah Ia mau menolong, dan mencobai
kesetiaan-Nya, apakah janji-Nya akan digenapi. Mereka men-
cobai keadilan-Nya, apakah Ia akan murka terhadap penistaan-
penistaan mereka dan menghukum mereka atau tidak. Mereka
memanas-manasi Tuhan , dan pada dasarnya menantang Dia,
seperti Tuhan menantang berhala-berhala (Yes. 41:23), untuk
bertindak secara baik ataupun secara buruk.
2. Mereka bersungut-sungut kepada Tuhan . Hal ini sangat dite-
kankan (ay. 27). Sama seperti mereka mempertanyakan apa
yang akan Ia lakukan, demikian pula mereka berbantah
dengan-Nya atas segala sesuatu yang Ia lakukan atau telah Ia
lakukan, dengan terus-menerus marah-marah dan mencari-
cari kesalahan. Tidak tampak bahwa mereka bersungut-
sungut tentang hukum-hukum atau ketetapan-ketetapan yang
telah diberikan Tuhan kepada mereka (meskipun segala hukum
dan ketetapan itu terbukti sebagai kuk yang berat). namun
mereka bersungut-sungut tentang kepemimpinan yang di
bawahnya mereka berada, dan persediaan yang dibuat bagi
mereka. Perhatikanlah, jauh lebih mudah untuk membuat diri
kita melakukan pelayanan-pelayanan agama secara lahiriah,
dan menjalankan semua kewajiban ibadah, dibandingkan untuk
hidup dengan bergantung dan berserah diri pada Penyeleng-
garaan ilahi dalam segala perilaku kita.
3. Mereka berbuat demikian sesudah melihat mujizat-mujizat
Tuhan di Mesir dan di padang gurun (ay. 2). Mereka tidak mau
memercayai mata mereka sendiri, yang menjadi saksi bagi Tuhan
bahwa Ia sungguh-sungguh ada di tengah-tengah mereka.
4. Mereka telah mengulangi tindakan-tindakan yang menyulut
murka itu sebanyak sepuluh kali, yaitu, sangat sering. Para
penulis Yahudi menghitung bahwa ini tepat kesepuluh kalinya
seluruh jemaat itu telah menyulut murka Tuhan . Pertama, di
Laut Teberau (Kel. 14:11). Di Mara (Kel. 15:23-24). Di padang
gurun Sinai (Kel. 16:2). Di Rafidim (Kel. 17:1-2). Anak lembu
tuangan (Kel. 32). Lalu di Tabera. lalu di Kibrot-Taawa
(ps. 11). Jadi, ini yaitu yang kesepuluh. Perhatikanlah, Tuhan
mencatat seberapa sering kita mengulangi tindakan-tindakan
Kitab Bilangan 14:20-35
207
kita yang menyulut murka-Nya, dan cepat atau lambat akan
memperlihatkannya secara berjejer di hadapan kita.
5. Mereka tidak mau mendengarkan suara-Nya, sekalipun Tuhan
sudah berkali-kali memperingatkan mereka akan dosa mereka.
IV. Hukuman dijatuhkan ke atas mereka sebab dosa ini.
1. Bahwa mereka tidak akan melihat tanah perjanjian (ay. 23),
atau masuk ke dalamnya (ay. 30). Aku bersumpah dalam murka-
Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku” (Mzm.
95:11). Perhatikanlah, ketidakpercayaan pada janji membuat
mereka kehilangan keuntungan dari janji itu. Orang-orang
yang memandang rendah negeri yang permai itu akan mem-
buat negeri itu tertutup bagi mereka. Janji Tuhan akan digenapi
bagi keturunan mereka, namun tidak bagi mereka.
2. Bahwa mereka harus segera berpaling dan berangkat ke padang
gurun (ay. 25). Langkah mereka selanjutnya haruslah merupa-
kan langkah mundur. Mereka harus berputar balik, dan
bukannya terus maju ke Kanaan, tepat di perbatasannya, di
mana mereka berada sekarang, mereka harus mundur menuju
Laut Merah lagi. Berpalinglah besok, yaitu, “Tak lama lagi
engkau akan dibawa kembali ke padang belantara yang luas
dan menderu itu, yang sudah membuatmu begitu letih. Dan
sekarang tiba waktunya untuk bergerak menyelamatkan diri-
mu sendiri, sebab orang Amalek dan orang Kanaan sedang
menghadang di lembah, siap untuk menyerangmu jika engkau
terus maju.” Terhadap orang Amalek dan orang Kanaan, umat
Israel sudah takut sebab mereka tidak percaya pada janji Tuhan
(13:29), namun sekarang Tuhan secara adil justru menakut-
nakuti mereka dengan orang Amalek dan orang Kanaan
itu. Apa yang menggentarkan orang fasik, itulah yang akan
menimpa dia.
3. Bahwa semua orang yang sekarang telah bertumbuh dewasa
akan mati di padang gurun, tidak semuanya sekaligus, melain-
kan secara bertahap. Mereka berharap untuk mati di padang
gurun, dan Tuhan mengucapkan amin untuk menyetujui harap-
an mereka yang menggebu-gebu itu, dan menjadikan dosa
mereka sebagai kehancuran mereka. Ia menjerat mereka dalam
perkataan mulut mereka, dan membuat mereka tergelincir ka-
rena lidah mereka. Ia berbuat sesuai dengan perkataan me-
208
reka, dan menetapkan bahwa bangkai-bangkai mereka akan
berhantaran di padang gurun (ay. 28-29), dan sekali lagi (ay.
32, 35). Lihatlah betapa dengan pandangan rendah mereka di-
bicarakan, sebab sekarang mereka, melalui dosa mereka, telah
membuat diri mereka menjadi hina. Orang-orang yang gagah
perkasa hanyalah bangkai, saat Roh Tuhan telah meninggal-
kan mereka. Mereka semua seperti orang mati. Nenek-moyang
mereka begitu menjunjung tinggi Kanaan, sampai-sampai me-
reka ingin agar jasad mereka dibawa ke sana untuk dikubur-
kan, sebagai tanda dari kebergantungan mereka pada janji
Tuhan bahwa mereka akan menduduki negeri itu. namun orang-
orang ini, sebab telah memandang rendah negeri yang baik
itu dan tidak mempercayai janji tentangnya, tidak akan men-
dapat kehormatan untuk dikuburkan di dalamnya, namun akan
dikuburkan di padang gurun.
4. Bahwa menurut hukuman ini, mereka akan mengembara ke
sana kemari di padang gurun, seperti para musafir yang
tersesat, selama empat puluh tahun. Yaitu, untuk waktu yang
begitu lama hingga genap empat puluh tahun sejak mereka
keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan (ay. 33-
34). Sedemikian lama mereka dibiarkan mengembara,
(1) Untuk menyamai jumlah hari yang dihabiskan para peng-
intai untuk mengintai negeri Kanaan. Mereka mau me-
nunggu selama empat puluh hari untuk mendengar kesak-
sian manusia, sebab mereka tidak mau meyakini firman
Tuhan . Oleh sebab itu, adillah bagi mereka untuk dibuat
menunggu selama empat puluh tahun untuk melihat
penggenapan janji Tuhan .
(2) Supaya dengan begitu mereka dapat dibuat bertobat, dan
beroleh rahmat dari Tuhan di dunia lain, apa pun yang ter-
jadi pada mereka di dunia ini. Sekarang mereka mempu-
nyai waktu untuk merenungkan diri mereka, dan memikir-
kan jalan hidup mereka. Dan keadaan-keadaan yang tidak
nyaman di padang gurun akan membantu merendahkan
hati mereka dan mencobai mereka, serta menunjukkan
kepada mereka apa yang ada dalam hati mereka (Ul. 8:2).
Demikianlah lamanya mereka menanggung akibat kesalah-
an mereka, dengan merasakan beratnya murka Tuhan dalam
hukuman itu. Mereka dibuat mengerang di bawah beban
Kitab Bilangan 14:20-35
209
dosa mereka sendiri, dosa yang mendatangkan beban itu
ke atas mereka, yang terlalu berat untuk mereka tanggung.
(3) Supaya mereka betul-betul merasakan betapa berbahayanya
umat yang mengikat kovenan dengan Tuhan untuk memu-
tuskan hubungan dengan-Nya: ”Supaya kamu tahu rasanya,
jika Aku berbalik dari padamu, baik itu penyebab-penyebab-
nya, yang ditimbulkan oleh dosamu” (sebab Tuhan tidak per-
nah meninggalkan siapa pun sebelum mereka terlebih dahu-
lu meninggalkan Dia), “maupun akibat-akibatnya, yang akan
mendatangkan kehancuran bagimu. Engkau benar-benar
binasa saat engkau dilempar keluar dari kovenan.”
(4) Bahwa angkatan yang baru bisa saja dibangkitkan pada
masa ini, yang tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba. Dan
anak-anak mereka, sebab dibesarkan di bawah tanda-tan-
da murka Tuhan terhadap nenek moyang mereka, bisa bela-
jar dari peringatan untuk tidak mengikuti jejak ketidak-
taatan nenek moyang mereka. Anak-anak itu menanggung
akibat ketidaksetiaan mereka (yaitu, hukuman atas dosa-
dosa mereka, terutama penyembahan berhala yang berke-
naan dengan anak lembu tuangan, yang sekarang diingat
Tuhan melawan mereka). Dan pengembaraan mereka yang
begitu lama di padang gurun akan membuat Kanaan lebih
disambut oleh mereka pada akhirnya. Sepertinya pada saat
hukuman ini diberikanlah Musa menorehkan Mazmur 90,
yang sangat sesuai dengan keadaan Israel sekarang. Dan
dalam Mazmur itu mereka diajar untuk berdoa bahwa ka-
rena hukuman ini tidak dapat dibatalkan, maka hukuman
itu bisa saja dikuduskan, dan mereka dapat belajar untuk
beroleh hati yang bijaksana.
V. Belas kasihan yang bercampur dengan hukuman yang keras ini.
1. Belas kasihan untuk Kaleb dan Yosua, bahwa kendati mereka
harus mengembara bersama yang lain di padang gurun, na-
mun mereka, dan mereka saja dari semua orang yang seka-
rang berumur di atas dua puluh tahun, akan bertahan dalam
pembuangan selama bertahun-tahun itu, dan hidup untuk
memasuki negeri Kanaan. Hanya Kaleb yang dibicarakan (ay.
24), dan tanda kehormatan khusus disematkan kepadanya,
baik itu,
210
(1) Dalam tabiat yang diberikan kepadanya: Lain jiwa ada pada-
nya, berbeda dari para pengintai yang lain, jiwa yang suka
memikirkan kejadian yang telah lalu, yang melengkapinya
dengan pemikiran-pemikiran tambahan. Dan dia mengikut
TUHAN dengan sepenuhnya, tetap setia menjalankan kewa-
jibannya, dan menuntaskannya, meskipun ditinggalkan dan
diancam. Dan,
(2) Dalam imbalan yang dijanjikan kepadanya: Kaleb akan Ku-
bawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu. Perhati-
kanlah,
[1] Harus menjadi perhatian dan usaha yang besar dari
kita semua untuk mengikut Tuhan dengan sepenuhnya.
Dalam ketaatan pada kehendak Tuhan , dan dalam mela-
kukan pelayanan untuk kehormatan-Nya, kita harus
mengikut Dia dengan segenap jiwa raga, tanpa mendua
hati – dengan jujur, tanpa menyembunyikan sesuatu –
dengan riang hati, tanpa membantah – dan dengan terus-
menerus, tanpa menjadi kendor. Inilah yang dimaksud
dengan mengikut Dia dengan sepenuhnya.
[2] Orang-orang yang mau mengikut Tuhan dengan sepe-
nuhnya harus memiliki jiwa yang lain, yang berbeda
dari roh dunia, dan berbeda dari roh mereka sendiri
sebelumnya. Mereka harus memiliki roh seperti Kaleb.
[3] Orang-orang yang mengikut Tuhan dengan sepenuhnya
pada masa kemurtadan besar-besaran akan diakui
Tuhan dan diberi kehormatan, dengan dilindungi secara
istimewa pada saat terjadi malapetaka besar-besaran.
Kanaan sorgawi akan menjadi milik pusaka yang kekal
bagi orang-orang yang mengikut Tuhan dengan sepe-
nuhnya. Pada waktu Kaleb disebut sekali lagi (ay. 30),
Yosua ada bersamanya, dengan dikelilingi oleh perke-
nanan-perkenanan yang sama dan dimahkotai dengan
kehormatan-kehormatan yang sama, sebab Yosua su-
dah mendampingi Kaleb dalam pelayanan-pelayanan
yang sama.
2. Belas kasihan bahkan kepada anak-anak dari para pemberon-
tak ini. Akan ada keturunan yang dipelihara untuk mereka,
dan Kanaan yang disediakan bagi keturunan itu: Anak-anak-
Kitab Bilangan 14:36-45
211
mu, yang sekarang berumur di bawah dua puluh tahun, yang
telah kamu katakan, dalam ketidakpercayaanmu, akan men-
jadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk (ay. 31).
Mereka secara menyakitkan telah menuduh Tuhan bahwa Ia
merancang untuk menghancurkan keturunan mereka (ay. 3).
namun Tuhan akan membiarkan mereka tahu bahwa Ia dapat
membedakan antara yang bersalah dan yang tidak bersalah,
dan melenyapkan mereka tanpa menyentuh keturunan me-
reka. Demikian pula janji yang dibuat kepada Abraham, mes-
kipun tampak gagal untuk sementara waktu, namun dicegah
untuk gagal selama-lamanya. Dan, kendati Tuhan menghukum
pelanggaran-pelanggaran mereka dengan rotan, namun kasih
setia-Nya tidak akan Dia jauhkan dari pada mereka.
Kematian Sepuluh Pengintai
(14:36-45)
36 Adapun orang-orang yang telah disuruh Musa untuk mengintai negeri itu,
yang sudah pulang dan menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut
kepada Musa dengan menyampaikan kabar busuk tentang negeri itu,
37 orang-orang itu mati, kena tulah di hadapan TUHAN. 38 namun yang tinggal
hidup dari orang-orang yang telah pergi mengintai negeri itu hanyalah Yosua
bin Nun dan Kaleb bin Yefune. 39 Sesudah Musa menyampaikan perkataan ini
kepada semua orang Israel, maka berkabunglah bangsa itu dengan sangat.
40 Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke pun-
cak gunung sambil berkata: “Sekarang kita hendak maju ke negeri yang difir-
mankan TUHAN itu; memang kita telah berbuat dosa.” 41 namun kata Musa:
“Mengapakah kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan
berhasil. 42 Janganlah maju, sebab TUHAN tidak ada di tengah-tengahmu,
supaya jangan kamu dikalahkan oleh musuhmu, 43 sebab orang Amalek dan
orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang;
dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan
menyertai kamu.” 44 Meskipun demikian, mereka nekat naik ke puncak gu-
nung itu, namun tabut perjanjian TUHAN dan Musa juga tidaklah meninggal-
kan tempat perkemahan. 45 Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan
yang mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka; lalu orang-
orang itu mencerai-beraikan mereka sampai ke Horma.
Di sini kita mendapati,
I. Kematian yang mendadak dari sepuluh pengintai yang jahat.
saat hukuman sedang dijatuhkan atas umat, sebelum hukum-
an itu dilaksanakan, kesepuluh pengintai itu mati, kena tulah di
hadapan TUHAN (ay. 36, 37). Nah,
212
1. Tuhan dengan ini menunjukkan murka-Nya secara khusus ter-
hadap orang-orang yang telah berbuat dosa dan mengakibat-
kan orang Israel berdosa pula.
(1) Mereka sendiri berbuat dosa, dengan menyampaikan kabar
busuk tentang tanah perjanjian. Perhatikanlah, orang-
orang yang sangat menyulut murka Tuhan yaitu mereka
yang menggambarkan agama secara keliru, melontarkan
celaan terhadapnya, dan menimbulkan prasangka buruk
terhadapnya dalam pikiran manusia, atau memberi
peluang kepada orang-orang yang mencari kesempatan
untuk melakukan semuanya itu. Orang-orang yang meng-
gambarkan pelayanan kepada Tuhan sebagai sesuatu yang
hina dan tercela, menyedihkan dan tidak menghibur, berat
dan tidak dapat dilaksanakan, tidak perlu dan tidak ber-
manfaat, mereka itu menyampaikan kabar busuk tentang
negeri yang baik. Mereka membelokkan Jalan Tuhan yang
lurus, dan pada dasarnya membuat-Nya menjadi pendusta.
(2) Mereka mengakibatkan orang Israel berdosa. Mereka se-
ngaja menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut
kepada Tuhan . Perhatikanlah, para biang keladi dalam dosa
bisa bersiap-siap untuk menantikan saat mereka jatuh di
bawah tanda-tanda khusus dari murka Tuhan , yang akan
mengadakan perhitungan yang berat kepada mereka atas
darah jiwa-jiwa, yang ditumpahkan seperti itu.
2. Tuhan dengan ini menunjukkan apa yang dapat diperbuat-Nya
terhadap seluruh jemaat, dan memberi tanda dari pelaksa-
naan hukuman yang sekarang dijatuhkan atas mereka. Ia
yang telah melenyapkan seseorang dari salah satu suku, bisa
saja melenyapkan semua suku mereka dengan sesaat , dan
akan melakukannya secara perlahan-lahan. Perhatikanlah, ke-
matian yang luar biasa dari orang-orang yang dikenal sebagai
para pendosa yaitu tanda dari kebinasaan kekal orang-orang
fasik (2Ptr. 2:5-6). Demikianlah murka Tuhan dinyatakan, su-
paya orang-orang yang berdosa dapat mendengar dan menjadi
takut.
II. Pemeliharaan khusus bagi Kaleb dan Yosua: Mereka tinggal hi-
dup (ay. 38). Ada kemungkinan bahwa kedua belas pengintai itu
Kitab Bilangan 14:36-45
213
berdiri bersama, sebab mata seluruh Israel sedang tertuju pada
mereka sekarang. Oleh sebab itu, diperhatikan sebagai sesuatu
yang sangat luar biasa, dan tidak bisa tidak pasti membuat
seluruh jemaat tergerak, bahwa saat kesepuluh pengintai yang
jahat itu mati tersungkur sebab tulah, yaitu penyakit ganas yang
menular, namun kedua orang yang berdiri di antara mereka ini
tetap hidup, dan baik-baik saja. Tuhan dengan ini meneguhkan
kesaksian kedua orang itu, dan mempermalukan orang-orang
yang hendak merajam mereka. Ia juga memberi mereka jaminan
bahwa mereka akan terus-menerus dipelihara di padang gurun,
saat ribuan orang akan rebah di sebelah kanan dan di sebelah
kiri mereka (Mzm. 91:7). Kematian tidak pernah meleset dalam
membidik sasarannya, atau secara khilaf merenggut siapa saja
yang dirancang untuk hidup, sekalipun mereka berada di tengah-
tengah orang-orang yang harus mati.
III. Diberitahukannya hukuman itu kepada semua orang (ay. 36).
Musa memberi tahu mereka segala ketetapan yang telah dikeluar-
kan mengenai mereka, dan yang tidak dapat dibatalkan, bahwa
mereka semua harus mati di padang gurun, dan Kanaan akan
disediakan bagi angkatan berikutnya. Kita dapat menduga bahwa
hal itu sangat mengecewakan bagi Musa sendiri, yang rindu
untuk berada di Kanaan, dan juga bagi seluruh umat. Meskipun
begitu Musa menerimanya, namun mereka menangis dan ber-
kabung dengan sangat. Jaminan yang dimiliki Musa bahwa Tuhan
akan dimuliakan melalui hukuman ini memberinya kepuasan,
sementara kesadaran umat akan kesalahan mereka sendiri, dan
akan perbuatan mereka yang menimpakan hukuman itu ke atas
diri mereka sendiri, memberi mereka kesusahan terbesar. Mereka
telah menangis tanpa alasan (ay. 1), dan sekarang mereka diberi
alasan untuk menangis. Dengan begitu adil orang yang ber-
sungut-sungut dibuat menjadi orang yang berkabung. Seandainya
mereka berduka atas dosa itu saat mereka ditegur sebab nya
seperti yang seharusnya (ay. 9), maka hukuman itu bisa saja
dicegah. namun sebab sekarang mereka berduka atas hukuman-
nya saja, maka perkabungan mereka sudah sangat terlambat, dan
sama sekali tidak berguna untuk mereka. Mereka tidak beroleh
kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mereka, sekalipun me-
reka mencarinya dengan mencucurkan air mata (Ibr. 12:17). Duka-
214
cita seperti itu ada di neraka, namun air mata tidak akan mema-
damkan kobaran api, tidak pula menyejukkan lidah.
IV. Usaha-usaha yang bodoh dan tidak membuahkan hasil dari bebe-
rapa orang Israel untuk memasuki Kanaan, kendati dengan hu-
kuman yang sudah dijatuhkan.
1. Mereka sekarang berhasrat untuk terus maju ke Kanaan (ay.
40). Mereka bangun pagi-pagi, menghimpun seluruh pasukan
mereka, berkumpul dalam satu kesatuan, dan memohon Musa
untuk memimpin mereka maju melawan musuh. Sekarang
tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka untuk mengang-
kat seorang pemimpin untuk kembali ke Mesir. Mereka meng-
akui kesalahan mereka: Memang kita telah berbuat dosa. Mere-
ka mengaku sudah memperbaharui diri: Sekarang kita hendak
maju. Mereka sekarang menginginkan negeri yang dahulu
mereka pandang rendah, dan menaruh keyakinan pada janji
yang dahulu tidak mereka percayai. Demikianlah saat Tuhan
menghakimi, Ia akan menang, dan, sekarang atau nanti, akan
meyakinkan orang-orang berdosa akan kejahatan dari segala
perbuatan mereka yang durhaka, dan dari umpatan-umpatan
mereka, dan memaksa mereka untuk mencabut ucapan me-
reka sendiri. Akan namun , walaupun Tuhan dimuliakan melalui
pengakuan mereka atas kesalahan mereka, namun mereka
tidak diuntungkan olehnya, sebab pengakuan itu sudah sangat
terlambat. Ketetapan telah dikeluarkan, kebinasaan sudah di-
tentukan. Mereka tidak mencari Tuhan saat Ia berkenan
untuk ditemui, dan sekarang Ia tidak berkenan untuk ditemui.
Oh, andai saja manusia mau bersungguh-sungguh untuk sorga
saat masa anugerah mereka masih berlangsung, sama se-
perti mereka akan bersungguh-sungguh saat masa anugerah
itu sudah berakhir, dan mau memberi perhatian untuk mem-
bekali diri mereka dengan minyak saat sang mempelai laki-
laki lama tidak datang-datang juga, sama seperti mereka akan
memberi perhatian saat sang mempelai itu datang, betapa
baiknya hal itu bagi mereka!
2. Musa sama sekali menolak usulan mereka, dan melarang serang-
an yang sedang mereka pikirkan: Janganlah maju (ay. 41-43).
Kitab Bilangan 14:36-45
215
(1) Ia memberi mereka peringatan akan dosa dari perbuatan
itu. Hal itu melanggar titah TUHAN, yang secara tegas sudah
memerintahkan mereka, saat mereka benar-benar berge-
rak, untuk bergerak mundur ke Laut Merah. Perhatikanlah,
apa yang sudah menjadi suatu kewajiban, pada waktunya,
bisa berubah menjadi dosa saat sudah lewat waktunya.
Memang benar bahwa perintah yang dirujuk Musa itu ber-
sifat hukuman, namun barangsiapa tidak menaati hukum di-
wajibkan un