bilangan ulangan 6

 


naran itu. 

1. Cermatilah laporan yang mereka sampaikan. 

(1) Para pengintai itu tidak menyangkal bahwa Negeri Kanaan 

yaitu  negeri yang sangat subur. Tandan buah anggur 

yang mereka bawa yaitu  bukti nyata darinya (ay. 27). 

Tuhan  telah menjanjikan mereka negeri yang berlimpah-

limpah susu dan madunya, dan para pengintai yang jahat 

itu pun mengakui bahwa memang seperti itulah negeri itu. 

Demikianlah, bahkan dari mulut para seteru, Tuhan  akan 

dimuliakan dan kebenaran janji-Nya dibuktikan. Dan seka-

lipun begitu, sesudahnya mereka membantah pernyataan 

mereka sendiri, saat  mereka berkata (ay. 32), negeri itu 

yaitu  suatu negeri yang memakan penduduknya. Seolah-

olah, meskipun ada susu, madu, dan buah anggur, negeri 

itu tidak memiliki  persediaan makanan lain yang dibu-

tuhkan. Sebagian penafsir berpendapat bahwa pada waktu 

mereka mengintai negeri itu, di sana sedang terjadi wabah 

besar. Seharusnya mereka menghubungkan kejadian ini 

dengan hikmat dari Pemeliharaan ilahi, yang dengan begitu 

sudah mengurangi jumlah musuh mereka, untuk memper-

mudah mereka menduduki negeri itu. namun  mereka, de-

ngan perasaan tidak puas, menghubungkannya dengan 

tidak sehatnya udara di negeri itu, dan dari situ mengambil 

kesempatan untuk memandang rendah negeri itu. Akibat 

ketakutan yang tidak berdasar pada wabah di Kanaan ini, 

sudah sepantasnya mereka dibinasakan dengan segera 

oleh tulah di padang gurun (14:37). Akan namun , 

Kitab Bilangan 13:26-33 

 181 

(2) Para pengintai itu menggambarkan penaklukan atas negeri 

itu sebagai sesuatu yang sama sekali tidak dapat dilaku-

kan, dan bahwa tidak ada gunanya mengusahakannya. 

Bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat (ay. 28), mereka 

yaitu  orang-orang yang tinggi-tinggi perawakannya (ay. 

32), lebih kuat dari pada kita (ay. 31). Kota-kotanya digam-

barkan sebagai benteng-benteng yang tak mungkin ditem-

bus. Kota-kota itu berkubu dan sangat besar (ay. 28). 

namun  tak ada yang lebih memenuhi tujuan jahat mereka 

dibandingkan  gambaran tentang para raksasanya, yang sangat 

mereka tekankan: Keturunan Enak telah kami lihat di sana 

(ay. 28), dan lagi, kami lihat di sana orang-orang raksasa, 

orang-orang yang berukuran teramat besar, orang Enak 

yang berasal dari orang-orang raksasa (ay. 33). Mereka 

berbicara seolah-olah mereka sudah mau gemetar hanya 

dengan menyebut para raksasa itu, seperti mereka gemetar 

saat  menyaksikan para raksasa itu. “Oh, raksasa-raksasa 

yang luar biasa besar ini! saat  kami ada di dekat mere-

ka, kami lihat diri kami seperti belalang, bukan hanya kecil 

dan lemah, namun  juga gemetar dan ketakutan.” Banding-

kan dengan Kitab Ayub 39:23, engkaukah yang membuat 

dia melompat seperti belalang? “Bahkan, demikian juga 

mereka terhadap kami. Mereka melihat kami dengan penuh 

cemooh dan penghinaan, seperti halnya kami melihat 

mereka dengan penuh ketakutan dan kegentaran.” Dengan 

begitu, atas seluruh perkara itu mereka berkesimpulan, 

kita tidak dapat maju menyerang bangsa itu (ay. 31), dan 

sebab  itu harus memikirkan jalan lain. 

2. Nah, bahkan seandainya mereka harus menilai segala sesua-

tunya hanya berdasar  pertimbangan-pertimbangan manu-

sia, mereka tetap tidak dapat diluputkan dari tuduhan sebagai 

pengecut. Bukankah bala tentara Israel sangat banyak? Enam 

ratus ribu orang yang siap tempur, dengan barisan dan susun-

an yang teratur, yang bergabung dengan erat, dan sepenuhnya 

satu tujuan dan satu hati. Mereka ini mungkin merupakan 

pasukan tertangguh yang pernah berlaga di medan perang. 

Banyak pasukan yang kurang dari itu telah melakukan sesua-

tu yang mungkin lebih besar dibandingkan  penaklukan Kanaan itu, 

lihat saja pasukan Aleksander Agung. Musa, panglima besar 


 182

mereka, yaitu  orang yang bijaksana dan pemberani. Andai 

saja orang Israel membulatkan tekad, dan bersikap gagah 

berani, apa yang dapat menghalangi mereka? Memang betul 

bahwa orang Kanaan yaitu  orang-orang yang kuat, namun  

mereka tinggal terpencar (ay. 29): Sebagian diam di Tanah 

Negeb dan sebagian yang lain diam di pegunungan. Dengan 

begitu, sebab  saling berjauhan, mereka tidak bisa berkumpul 

bersama-sama dalam waktu cepat, dan sebab  saling berbeda 

kepentingan, mereka tidak dapat tetap bersama-sama untuk 

waktu yang lama, untuk melawan Israel. Kesuburan negeri itu 

akan mampu membuat sebuah pasukan bertahan hidup. Dan, 

meskipun kota-kotanya berkubu, jika orang Israel dapat 

mengalahkan orang Kanaan di medan pertempuran, benteng-

benteng itu pasti akan jatuh ke tangan mereka. Dan, yang 

terakhir, mengenai para raksasa, perawakan mereka yang 

terlampau besar hanya akan menjadikan mereka sasaran yang 

lebih empuk. Dan orang yang bertubuh paling besar tidak 

selalu memiliki daya tahan yang paling kuat. 

3. Akan namun , meskipun mereka pantas disebut sebagai para 

pengecut, ini belum yang terburuk. Kitab Suci mencap mereka 

sebagai orang-orang yang tidak percaya. Bukan pada pertim-

bangan-pertimbangan manusia mereka dituntut untuk ber-

gantung, sebaliknya, 

(1) Mereka memiliki  tanda-tanda hadirat Tuhan  bersama 

mereka secara nyata dan bisa disaksikan oleh indra jasmani, 

dan kuasa-Nya dikerahkan bagi mereka. Orang Kanaan lebih 

kuat dibandingkan  orang Israel. Anggap saja demikian, namun  

apakah orang Kanaan lebih kuat dibandingkan  Tuhan  Israel? Kita 

tidak mampu menghadapi mereka, namun  bukankah Tuhan  

Yang Mahakuasa mampu? Bukankah kita memiliki-Nya di 

tengah-tengah kita? Bukankah Ia berjalan di depan kita? 

Dan adakah sesuatu yang terlalu sulit bagi Dia? Memang 

kita seperti belalang di hadapan para raksasa, namun  bukan-

kah para raksasa itu jauh lebih kecil dibandingkan  belalang di 

hadapan Tuhan ? Kota-kota mereka berkubu untuk melin-

dungi diri dari kita, namun  dapatkah kota-kota itu berkubu 

untuk melindungi diri dari sorga? Selain itu, 

(2) Mereka sudah secara besar-besaran mengalami panjang dan 

kuatnya tangan Tuhan , yang teracung dan ditunjukkan bagi 

Kitab Bilangan 13:26-33 

 183 

mereka. Bukankah orang Mesir juga jauh lebih kuat dari-

pada mereka, seperti halnya orang Kanaan? Meskipun demi-

kian, tanpa ada pedang terhunus atau hantaman terayun 

dari pihak Israel, kereta-kereta dan pasukan berkuda Mesir 

dikalahkan habis-habisan dan dihancurkan. Orang Amalek 

menyerang mereka di tengah keadaan yang sangat tidak 

menguntungkan, namun  malah orang Amaleklah yang dika-

lahkan. Pada saat itu, mujizat menjadi makanan mereka se-

hari-hari. Tidak ada pasukan lain yang diberi persediaan ma-

kanan dengan begitu baik seperti mereka, begitu terus-

menerus, begitu berlimpah-limpah, dan semuanya diberikan 

dengan cuma-cuma. Ini semua akan menjadi keuntungan 

yang besar bagi mereka untuk melawan tentara mana saja. 

Bahkan, 

(3) Mereka telah menerima janji-janji khusus akan kemenang-

an dan keberhasilan dalam peperangan mereka melawan 

orang Kanaan. Tuhan  telah memberi Abraham segala jamin-

an yang mungkin untuk diberikan, bahwa Ia akan mem-

buat keturunan Abraham menduduki negeri itu (Kej. 15:18, 

17:8). Tuhan  dengan jelas telah berjanji kepada mereka me-

lalui Musa bahwa Ia akan menghalau orang Kanaan dari 

hadapan mereka (Kel. 33:2), dan bahwa Ia akan melaku-

kannya sedikit demi sedikit (Kel. 23:30). Dan, Sesudah  se-

muanya ini, jika  mereka berkata, kita tidak dapat maju 

menyerang bangsa itu, maka mereka pada dasarnya ber-

kata, “Tuhan  sendiri tidak mampu menepati janji-Nya.” Itu 

sama saja dengan berkata bahwa Tuhan  yaitu  penipu, dan 

mereka memberi tahu Dia bahwa Ia telah menjanjikan apa 

yang lebih dibandingkan  yang sanggup dilakukan-Nya. Kita men-

dapati gambaran singkat mengenai dosa mereka ini, yang 

dengannya mereka menulari seluruh jemaat (Mzm. 106:24). 

Mereka menolak negeri yang indah itu, tidak percaya kepada 

firman-Nya. Meskipun, Sesudah  diselidiki, mereka mendapati 

bahwa negeri itu baik sebaik seperti yang telah dikatakan 

Tuhan , negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, 

namun mereka tidak mau mempercayainya dengan pasti 

sepasti yang telah dikatakan-Nya. Dan mereka hilang ha-

rapan untuk memilikinya, sekalipun kebenaran kekal sen-


 184

diri telah menjanjikannya kepada mereka. Dan ini yaitu  

gambaran dari para pengintai yang jahat itu. 

II. Kaleb menyemangati mereka untuk terus maju, meskipun ia ha-

nya didukung oleh Yosua (ay. 30): Kaleb mencoba menenteramkan 

hati bangsa itu, yang dilihatnya sudah mulai cemas bahkan di 

hadapan Musa sendiri. Wajah Musa yang bercahaya pun tidak  

dapat membuat mereka takut, saat  mereka mulai sukar diken-

dalikan. Nama Kaleb berarti sepenuh hati, dan perilakunya sesuai 

dengan namanya. Ia sendiri bersemangat dengan sepenuh hati, 

dan akan membuat orang Israel demikian kalau saja mereka mau 

mendengarkannya. Seandainya Yosua yang mencoba membendung 

arus kecemasan itu, maka tentu ia akan dicurigai memihak kepada 

Musa, mengingat ia yaitu  abdi Musa. Oleh sebab  itu, dengan 

bijaksananya Yosua membiarkan Kaleb menangani masalah itu 

pertama-tama. Kaleb berasal dari suku Yehuda, suku pemimpin, 

dan sebab  itu paling pantas untuk didengar. Kaleb sudah menyak-

sikan dan mencermati kekuatan penduduk Kanaan, sama seperti 

para pengintai lainnya, dan atas seluruh perkara itu, 

1. Ia berbicara dengan sangat percaya diri akan keberhasilan: 

Kita pasti akan mengalahkan mereka, sekalipun mereka kuat. 

2. Ia menyemangati orang Israel untuk maju, dan, sebab  ia ber-

nasib untuk berada di garis depan, ia berbicara sebagai orang 

yang menetapkan hati untuk memimpin mereka dengan berani: 

“Kita akan maju dengan segera. Satu langkah yang berani sekali 

lagi, satu hantaman yang berani sekali lagi, maka pekerjaan kita 

akan tuntas. Negeri itu sepenuhnya milik kita, kalau saja kita 

memiliki  keberanian untuk menjadikannya demikian: Kita 

akan maju dan menduduki negeri itu.” Ia tidak berkata, “Mari 

kita maju dan menaklukkan negeri itu,” sebab  ia melihat pe-

naklukan itu sebagai sesuatu yang sudah terlaksana, melainkan 

“Kita akan maju dan menduduki negeri itu. Tak ada lagi yang 

harus dilakukan selain masuk, dan menduduki apa yang siap 

diberikan Tuhan , Tuhan kita yang agung, kepada kita.” Camkan-

lah, orang benar merasa aman seperti singa muda. Kesulitan-

kesulitan yang menghadang di jalan keselamatan akan berku-

rang dan menghilang di hadapan iman yang giat dan hidup 

akan kuasa dan janji Tuhan . Tidak ada yang mustahil, jika itu 

sudah dijanjikan, bagi orang yang percaya.     

PASAL 14  

asal ini memberi kita sebuah gambaran tentang perseteruan yang 

mematikan antara Tuhan  dan umat Israel. Atas perseteruan itu, 

sebab  sungut-sungut dan ketidakpercayaan mereka, Tuhan  bersum-

pah dalam murka-Nya bahwa mereka tidak akan masuk ke dalam 

tempat perhentian-Nya. Dalam pasal ini kita mendapati:  

I.  Kedurhakaan dan pemberontakan Israel terhadap Tuhan , sete-

lah mereka menerima laporan dari para pengintai yang jahat 

(ay. 1-4).  

II. Upaya yang tidak berhasil dari Musa dan Harun, Kaleb dan 

Yosua, untuk meredakan keributan itu (ay. 5-10).  

III. Kehancuran mereka yang sehabis-habisnya diancamkan se-

cara adil oleh Tuhan  yang tersulut murka (ay. 11-12).  

IV. Doa syafaat Musa yang penuh kerendahan hati bagi mereka 

(ay. 13-19).  

V.  Keringanan hukuman sebagai jawaban atas doa Musa. Tidak 

semua dari mereka akan dimusnahkan, namun  ketetapan su-

dah dikeluarkan, dan disahkan dengan sumpah. Hal ini di-

beritahukan kepada umat, dan diulangi berkali-kali, bahwa 

seluruh umat ini akan binasa di padang gurun, dan tak se-

orang pun dari mereka akan masuk ke Kanaan kecuali Kaleb 

dan Yosua (ay. 20-35).  

VI. Kematian para pengintai yang jahat pada saat itu juga (ay. 

36-39).  

VII. Kecaman yang diberikan kepada orang-orang yang berusaha 

untuk terus maju kendati dilarang (ay. 40-45). Dan hal ini 

ditulis sebagai peringatan bagi kita, supaya kita “tidak jatuh 

sebab  mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.” 


 186

Sungut-sungut Umat Israel 

(14:1-4) 

1 Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu mena-

ngis pada malam itu. 2 Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada 

Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekira-

nya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! 3 Mengapakah 

TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan 

isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami 

pulang ke Mesir?” 4 Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah 

kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.” 

Dalam perikop ini kita melihat keonaran apa yang telah dibuat oleh 

para pengintai yang jahat itu dengan laporan mereka yang tidak 

jujur. Kita dapat menduga bahwa kedua belas orang yang diberi 

tugas untuk mencari tahu tentang Kanaan ini telah membicarakan 

laporan mereka di antara mereka sendiri, sebelum mereka menyam-

paikannya di hadapan umat. Kaleb dan Yosua, sepertinya, telah 

berupaya sebaik-baiknya untuk membuat yang lain sepikiran dengan 

mereka. Dan kalau saja mereka setuju bahwa Kaleb, sesuai dengan 

kedudukannya, berbicara mewakili mereka semua, sebagai ketua 

mereka, maka segala sesuatunya akan baik-baik saja. namun  seperti-

nya para pengintai yang jahat itu sengaja berniat untuk menimbul-

kan pemberontakan ini, semata-mata untuk menentang Musa dan 

Harun. Mereka berbuat demikian kendati mereka tidak dapat memper-

oleh keuntungan apa pun melalui pemberontakan itu, kecuali mereka 

berharap untuk menjadi panglima dan komandan dalam perjalanan 

kembali ke Mesir yang sedang mereka pikirkan sekarang. Namun apa 

kenyataannya? Dalam ayat-ayat ini kita mendapati orang-orang yang 

berusaha mereka senangkan, justru dibuat kesusahan, dan, sebelum 

akhir pasal ini, dibawa pada kehancuran. Amatilah, 

I. Bagaimana umat menjadi resah: Lalu segenap umat itu mengeluar-

kan suara nyaring dan bangsa itu menangis (ay. 1). sebab  lebih 

mempercayai laporan para pengintai dibandingkan  firman Tuhan , dan 

membayangkan bahwa keadaan mereka sudah tidak dapat di-

tolong lagi, mereka melepaskan tali kekang amarah mereka, dan 

tidak dapat menjaga perilaku mereka. Seperti anak kecil yang 

bodoh dan suka membangkang, mereka berguling-guling dan me-

nangis, namun tidak tahu apa yang mereka tangisi. saat  musuh 

telah menyerang habis markas mereka, dan mereka melihat ke-

turunan Enak di pintu gerbang perkemahan mereka, itulah waktu 

Kitab Bilangan 14:1-4 

 187 

yang tepat untuk menjerit. namun  orang-orang yang menangis ke-

tika tidak ada sesuatu yang melukai mereka, pantas diberi suatu 

alasan yang membuat mereka menangis. Dan, seolah-olah segala 

sesuatunya telah lenyap, mereka duduk dan menangis pada 

malam itu. Perhatikanlah, ketidakpercayaan, atau kesangsian ke-

pada Tuhan , yaitu  dosa yang mengandung hukumannya sendiri. 

Orang-orang yang tidak memercayai Tuhan  akan terus-menerus 

menyusahkan diri mereka sendiri. Ada lebih banyak orang yang 

berkabung menurut cara dunia dibandingkan  orang yang berkabung 

menurut kehendak Tuhan , dan dukacita yang dari dunia ini meng-

hasilkan kematian.  

II. Bagaimana mereka menentang para pemimpin mereka. Mereka 

bersungut-sungut kepada Musa dan Harun, dan melalui keduanya 

mencela Tuhan (ay. 2-3). Kumpulan para tua-tua memulai keti-

dakpuasan itu (ay. 1), namun  ketidakpuasan itu segera menyebar 

ke seluruh perkemahan, sebab semua orang Israel bersungut-

sungut. Kecemburuan dan ketidakpuasan menyebar seperti keba-

karan liar di antara kerumunan orang yang tidak berpikir pan-

jang, yang dengan mudah diajar untuk menghina kekuasaan Tuhan  

serta menghujat semua yang mulia di sorga.  

1. Mereka menengok ke belakang dengan ketidakpuasan yang 

tidak berdasar. Mereka berharap sekiranya mereka mati saja 

di Mesir bersama dengan anak-anak sulung yang dibunuh di 

sana, atau di padang gurun bersama dengan orang-orang yang 

belum lama ini mati terkena tulah sebab  kemasukan nafsu 

rakus. Lihatlah betapa luar biasa gilanya amarah yang tak 

terkendali, yang membuat orang tidak menyayangkan bahkan 

apa yang dianggap paling mahal oleh alam, yaitu kehidupan 

itu sendiri. Tidak pernah waktu selama berbulan-bulan diha-

biskan dengan begitu menyenangkan seperti bulan-bulan yang 

mereka habiskan sejak mereka keluar dari Mesir. Mereka 

dipenuhi dengan berbagai kehormatan, dikelilingi dengan ber-

bagai perkenanan, dan terus-menerus dihibur dengan satu 

atau hal lain yang menakjubkan. Dan sekalipun begitu, se-

akan-akan semuanya ini tidak berharga untuk dijadikan 

alasan bagi mereka untuk hidup, mereka berharap sekiranya 

mereka mati saja di Mesir. Mereka begitu meremehkan peng-

hakiman-penghakiman Tuhan  yang dahsyat yang dilaksanakan 


 188

atas bangsa-bangsa di sekitar mereka sebab  dosa bangsa-

bangsa itu sehingga mereka malah berharap sekiranya mereka 

ikut berbagi dengan bangsa-bangsa itu dalam tulah-tulah yang 

menimpa mereka, dibandingkan  mengambil risiko untuk mengada-

kan serangan ke Kanaan. Mereka lebih berharap untuk mati 

sebagai penjahat di bawah keadilan Tuhan  dibandingkan  hidup 

sebagai pemenang dalam perkenanan-Nya. Sebagian penafsir 

membacanya, “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di 

padang gurun ini! Ah, kalau saja kami mati!” Mereka ingin 

mati, sebab  mereka takut mereka akan mati. Mereka tidak 

memiliki cukup pengertian untuk berpikiran seperti orang-

orang malang yang sakit kusta, bahwa dibandingkan  mati di tem-

pat, mereka memberanikan diri untuk masuk ke dalam per-

kemahan musuh, dan jika mereka mematikan kita, kita akan 

mati (2Raj. 7:4). Betapa rendahnya jiwa orang-orang Israel 

yang sudah merosot ini. dibandingkan  mati jika keadaan menjadi 

semakin buruk seperti prajurit di atas ranjang kehormatan, 

dengan pedang di tangan, mereka lebih ingin mati seperti 

domba-domba yang membusuk di padang gurun.  

2. Mereka melihat ke depan dengan keputusasaan yang tidak ber-

dasar, tanpa bertanya-tanya (ay. 3) bahwa jika mereka terus 

maju, mereka pasti akan tewas oleh pedang. Dan mereka ber-

pura-pura beralasan bahwa ketakutan mereka yaitu  sebab  

mereka sangat khawatir terhadap istri dan anak-anak mereka, 

yang mereka yakini akan menjadi mangsa bagi orang Kanaan. 

Di sini ada penghinaan yang paling keji dan menghujat kepada 

Tuhan  sendiri, seakan-akan Ia sengaja membawa mereka ke 

sini supaya mereka tewas oleh pedang, dan supaya istri serta 

anak-anak mereka, orang-orang malang yang tidak bersalah 

itu, dijadikan mangsa. Dengan demikian mereka, pada dasar-

nya, menuduh bahwa Tuhan , yang yaitu  kasih itu sendiri, 

telah berbuat kejahatan yang terburuk, dan menuduh Kebe-

naran kekal sebagai kemunafikan yang paling hina. Dengan 

berbuat demikian, mereka menyiratkan bahwa segala kebaik-

an yang telah dikatakan Tuhan  kepada mereka, dan dilakukan-

Nya untuk mereka, hingga saat ini, dimaksudkan hanya untuk 

menjerat mereka ke dalam perangkap, dan untuk menutup-

nutupi suatu rancangan tersembunyi yang terus dijalankan 

dari semula untuk menghancurkan mereka. Sungguh lancang 

Kitab Bilangan 14:1-4 

 189 

dan kurang ajar! namun  apa yang tidak dapat diucapkan oleh 

lidah yang terbakar api neraka untuk melawan sorga? Iblis 

mempertahankan pengaruhnya dalam hati manusia dengan 

membisikkan kepada mereka pikiran-pikiran yang jahat ten-

tang Tuhan , seolah-olah Tuhan  menginginkan kematian orang-

orang berdosa, dan senang dengan segala kesukaran dan 

penderitaan para hamba-Nya sendiri. Padahal iblis mengetahui 

bahwa rancangan-rancangan Tuhan  mengenai kita, entah kita 

mengetahuinya atau tidak, yaitu  rancangan damai sejahtera, 

dan bukan rancangan kecelakaan (Yer. 29:11).  

III. Bagaimana mereka pada akhirnya sampai pada ketetapan hati 

yang penuh keputusasaan ini, bahwa, dibandingkan  ingin maju terus 

ke Kanaan, lebih baik kembali ke Mesir. Usulan untuk itu per-

tama-tama dibuat hanya dengan bertanya (ay. 3): Bukankah lebih 

baik kami pulang ke Mesir? namun  sebab  umat sangat bergejolak, 

dan roh bangsa itu cenderung untuk melakukan apa saja yang 

menentang, maka gejolak mereka itu segera menghasilkan sebuah 

ketetapan hati, tanpa perbantahan (ay. 4): Baiklah kita mengang-

kat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir. Dan diratapi lama se-

sudahnya dalam Nehemia 9:17, bahwa mereka bersitegang leher, 

malah berkeras kepala untuk kembali ke perbudakan di Mesir (KJV: 

dalam pemberontakan mereka, mereka mengangkat seorang pemim-

pin untuk kembali pada perbudakan). Sebab mereka tahu bahwa 

Musa tidak akan mau menjadi pemimpin mereka dalam perjalan-

an kembali ini. Nah,  

1. yaitu  kebodohan terbesar bagi mereka untuk berharap se-

kiranya mereka ada di Mesir, atau untuk berpikir bahwa sean-

dainya mereka ada di sana, maka mereka akan menjadi lebih 

baik lagi. Kalaupun mereka tidak berani maju ke Kanaan, 

lebih baik mereka tetap tinggal di tempat dibandingkan  kembali ke 

Mesir. Apa yang tidak ada pada mereka? Apa yang harus 

mereka keluhkan? Mereka memiliki  kelimpahan, kedamai-

an, dan tempat perhentian. Mereka berada di bawah pemerin-

tahan yang baik, memiliki rombongan yang baik, mendapat 

tanda-tanda hadirat Tuhan  bersama mereka, dan memiliki  

apa yang cukup untuk membuat mereka tenang sekalipun di 

padang gurun, kalau saja mereka puas dengan semuanya itu. 

namun  ke manakah mereka begitu ingin pergi untuk mem-


 190

peroleh keadaan yang lebih baik? Ke Mesir! Apakah mereka 

begitu cepat melupakan perbudakan yang menyakitkan yang 

mereka alami di sana? Apakah mereka mau kembali berada di 

bawah kelaliman mandor-mandor mereka, dan bekerja kasar 

membuat batu bata? Dan, Sesudah  semua tulah yang menimpa 

Mesir oleh sebab  mereka, dapatkah mereka mengharapkan 

perlakuan yang lebih baik di sana dibandingkan  yang mereka da-

patkan sebelumnya, dan bukankah malah jauh lebih buruk? 

Hanya dalam waktu yang begitu singkat yaitu tidak sampai 

setahun setengah, maka mereka telah melupakan segala 

keluh-kesah perbudakan mereka, dan semua nyanyian pem-

bebasan mereka! Seperti binatang, mereka hanya memikirkan 

apa yang ada sekarang, dan ingatan-ingatan mereka, beserta 

kemampuan-kemampuan lain dari akal budi, dikorbankan 

bagi hawa nafsu mereka. Lihat Mazmur 106:7. Kita mendapati 

hal ini diancamkan sebagai puncak dari kesengsaraan mereka, 

bahwa mereka akan dibawa ke Mesir lagi (Ul. 28:68). Dan 

sekalipun begitu, inilah yang mereka harapkan di sini. Orang-

orang berdosa yaitu  musuh bagi diri mereka sendiri. Dan 

orang-orang yang tidak berjalan dalam rancangan-rancangan 

Tuhan  sedang menuju pada keburukan dan kehancuran me-

reka sendiri.  

2. yaitu  hal yang paling konyol dan paling tidak masuk akal 

bagi mereka untuk berbicara tentang kembali ke Mesir melalui 

padang gurun. Dapatkah mereka berharap bahwa awan Tuhan  

akan memimpin mereka, atau roti manna-Nya menyertai mere-

ka? Sebab jika tidak, maka ribuan orang Israel pasti secara tak 

terelakkan akan tersesat dan binasa di padang gurun. Anggap 

saja kesulitan-kesulitan untuk menaklukkan Kanaan itu sebe-

sar seperti yang mereka bayangkan, namun  kesulitan-kesulitan 

untuk kembali ke Mesir jauh lebih besar. Dalam hal ini, mari-

lah kita lihat:  

(1) Kebodohan dari sikap tidak puas dan tidak sabar di bawah 

kemalangan-kemalangan lahiriah yang menimpa kita. Kita 

tidak mau menerima apa yang ada, mengeluh tentang 

tempat dan nasib kita, dan kita mau berpindah tempat. 

Namun adakah suatu tempat atau keadaan di dunia ini 

yang tidak memiliki sesuatu yang akan membuat kita geli-

sah, jika kita memang cenderung untuk gelisah? Cara

Kitab Bilangan 14:5-10 

 191 

 untuk memperbaiki keadaan kita yaitu  dengan membuat 

suasana hati kita menjadi lebih baik. Dan dibandingkan  ber-

tanya, “Bukankah lebih baik kembali ke Mesir?” bertanya-

lah, “Bukankah lebih baik berpuas hati, dan memanfaat-

kan apa yang ada dengan sebaik-baiknya?”  

(2) Kebodohan dari kemurtadan terhadap jalan-jalan Tuhan . 

Sorga yaitu  Kanaan yang ditempatkan di hadapan kita, 

sebuah negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 

Orang-orang yang membawa laporan yang begitu buruk 

tentangnya tidak dapat berkata lain selain bahwa negeri itu 

memang negeri yang baik, hanya saja sukar untuk masuk 

ke sana. Kesalehan yang ketat dan sungguh-sungguh di-

pandang sebagai suatu hal yang tidak dapat dilaksanakan, 

dan ini menghalangi banyak orang yang sudah memulai 

dengan baik untuk terus maju. dibandingkan  mengalami kesu-

sahan-kesusahan dari kehidupan beragama seperti yang 

mereka bayangkan, mereka lebih memilih berjalan di jalan 

dosa dan menanggung akibat-akibatnya yang pasti memati-

kan. Dan demikianlah mereka menuliskan kebodohan Israel, 

yang, saat  tinggal selangkah lagi masuk ke Kanaan, ingin 

mengangkat seorang pemimpin, dan kembali ke Mesir.  

Imbauan Yosua dan Kaleb 

(14:5-10) 

5 Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang 

berkumpul di situ. 6 namun  Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang terma-

suk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, 7 

dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk 

diintai itu yaitu  luar biasa baiknya. 8 Jika TUHAN berkenan kepada kita, 

maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberi nya 

kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. 9 Hanya, 

janganlah memberontak kepada TUHAN, dan janganlah takut kepada bangsa 

negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka su-

dah meninggalkan mereka, sedang TUHAN menyertai kita; janganlah takut 

kepada mereka.” 10 Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari ke-

dua orang itu dengan batu. namun  tampaklah kemuliaan TUHAN di Kemah 

Pertemuan kepada semua orang Israel. 

Sahabat-sahabat Israel di sini menjadi penengah untuk menyelamat-

kan mereka, sekiranya mungkin, agar tidak menghancurkan diri me-

reka sendiri, namun sia-sia. Para tabib di negeri mereka mau me-


 192

nyembuhkan mereka, namun mereka tidak mau disembuhkan. Para 

pengawal mereka telah memberi mereka peringatan, namun mereka 

tidak mau mengindahkannya, maka darah mereka ditanggungkan ke 

atas kepala mereka sendiri. 

I.  Usaha-usaha yang terbaik telah dilakukan untuk meredakan keri-

butan itu, dan, kalau saja mereka sekarang pada akhirnya meng-

erti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka, maka semua 

keonaran yang datang sesudahnya akan dapat dicegah.  

1. Musa dan Harun melakukan bagian mereka (ay. 5). Meskipun 

umat bersungut-sungut terhadap mereka (ay. 2), namun mere-

ka dengan berani mengabaikan penghinaan dan cercaan yang 

diberikan kepada mereka, dan membuktikan diri mereka seba-

gai teman-teman yang setia bagi orang-orang yang sangat me-

musuhi mereka. Kericuhan dan keributan umat begitu besar 

hingga suara Musa dan Harun tidak dapat didengar. Seandai-

nya Musa dan Harun menyuruh hamba-hamba mereka untuk 

meminta umat diam, maka orang banyak yang marah itu 

mungkin akan menjadi semakin ricuh. Oleh sebab  itu, supaya 

dapat didengar di hadapan seluruh jemaat, mereka bersujud, 

dan dengan begitu mengungkapkan:  

(1) Doa mereka yang penuh kerendahan hati kepada Tuhan  

untuk meredakan deru lautan ini, deru gelombang-gelom-

bangnya, yaitu kegemparan bangsa itu.  

(2) Kesusahan dan keprihatinan yang besar yang dirasakan roh 

mereka sendiri. Mereka bersujud seperti orang-orang yang 

tercengang dan bahkan tersentak seperti disambar petir. Me-

reka terheran-heran melihat suatu umat membuang rahmat-

rahmat yang telah mereka terima, melihat orang-orang yang 

telah diajar dengan begitu baik berlaku dengan begitu bu-

ruk. Dan, 

(3) Kesungguhan hati Musa dan Harun untuk meminta umat 

agar menghentikan sungut-sungut mereka. Mereka ber-

harap dapat menyentuh hati umat melalui sikap tubuh 

yang penuh kerendahan hati ini, dan berhasil membujuk 

mereka untuk tidak berkeras dalam pemberontakan mere-

ka. Musa dan Harun memohon kepada mereka, seolah-olah 

melalui kedua orang ini Tuhan  sendiri benar-benar memo-

Kitab Bilangan 14:5-10 

 193 

hon kepada mereka, untuk berdamai dengan Tuhan . Apa 

yang dikatakan keduanya kepada umat, disampaikan Musa 

dalam pengulangan kisah ini. Janganlah takut. TUHAN, 

Tuhan mu, akan berperang untukmu (Ul. 1:29-30). Perhati-

kanlah, orang-orang yang menjadi sahabat yang gigih bagi 

jiwa-jiwa yang berharga, akan merendah untuk berbuat 

apa saja demi keselamatan mereka. Musa dan Harun, 

kendati menduduki tempat-tempat kehormatan, bersujud 

di hadapan umat untuk memohon agar mereka tidak 

menghancurkan diri mereka sendiri. 

2.  Kaleb dan Yosua melakukan bagian mereka. Mereka mengoyak 

pakaian mereka dalam kegeraman yang kudus terhadap dosa 

umat, dan kengerian yang kudus akan murka Tuhan , yang 

mereka lihat siap tercurah ke atas mereka. Hal itu menjadi 

masalah yang lebih besar bagi kedua orang yang baik ini, 

sebab  kericuhan itu ditimbulkan oleh para pengintai yang 

dengannya mereka sudah bergabung bersama dalam suatu 

tugas perutusan. Oleh sebab  itu, mereka merasa berkewajib-

an untuk melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk 

meredakan badai yang telah ditimbulkan oleh rekan-rekan 

mereka. Tidak ada penalaran yang lebih tepat waktu dan 

menggerakkan hati dibandingkan  penalaran yang mereka berikan 

di sini (ay. 7-9), dan mereka berbicara seperti orang yang ber-

wenang.  

(1) Mereka meyakinkan umat akan kebaikan negeri yang telah 

mereka intai, dan bahwa negeri itu benar-benar layak un-

tuk direbut, dan bukan suatu negeri yang memakan pendu-

duknya, seperti yang telah digambarkan oleh para pengintai  

jahat itu. Negeri itu luar biasa baiknya (ay. 7). Negeri itu 

sangat luar biasa baiknya, demikianlah kata yang dipakai. 

Dengan begitu, tidak beralasan bagi mereka untuk menolak 

negeri yang indah ini. Perhatikanlah, kalau saja orang sepe-

nuhnya yakin bahwa keuntungan-keuntungan agama itu 

layak untuk diinginkan, maka mereka tidak akan ragu-ragu 

untuk melakukan pelayanan-pelayanan agama. 

(2) Mereka tidak gentar terhadap kesulitan-kesulitan yang 

tampak menghadang di jalan mereka untuk menduduki ne-

geri itu: “Janganlah takut kepada bangsa negeri itu (ay. 9). 

Apa pun gagasan-gagasan yang mengerikan yang telah 

diberikan kepadamu tentang mereka, singa itu tidaklah 

seganas seperti yang dilukiskan. Mereka akan kita telan 

habis,” yaitu, “mereka disediakan di hadapan kita lebih un-

tuk disantap dibandingkan  untuk diperangi. Dengan begitu 

mudah, dengan begitu menyenangkan, dan dengan begitu 

banyak keuntungan di pihak kita, kita akan menaklukkan 

mereka.” Firaun dikatakan telah diberikan kepada mereka 

menjadi makanan (Mzm. 74:14), dan demikian pula dengan 

bangsa Kanaan. Mereka menunjukkan bahwa, apa pun 

yang dikemukakan sebaliknya, kemenangan jelas ada di 

pihak Israel. Sebab,  

[1] Meskipun bangsa Kanaan tinggal di kota-kota yang ber-

kubu, namun mereka tanpa perlindungan: Yang melin-

dungi mereka sudah meninggalkan mereka. Penyeleng-

garaan ilahi atas seluruh manusia yang menjaga hak-

hak segala bangsa telah meninggalkan mereka, dan 

tidak akan menjadi tempat bernaung atau berlindung 

bagi mereka. Para pengintai lain memperhatikan ke-

kuatan orang Kanaan, namun  Kaleb dan Yosua memper-

hatikan kefasikan mereka, dan dari situ menyimpulkan 

bahwa Tuhan  telah meninggalkan mereka, dan sebab  

itu yang melindungi mereka sudah meninggalkan me-

reka. Tidak ada bangsa yang bisa aman jika  mereka 

telah menyulut murka Tuhan  untuk meninggalkan 

mereka.  

[2] Meskipun Israel tinggal di perkemahan, mereka diben-

tengi: TUHAN menyertai kita, dan nama-Nya yaitu  mena-

ra yang kuat. Janganlah takut kepada mereka. Perhatikan-

lah, selama ada hadirat Tuhan  bersama kita, kita tidak 

perlu takut terhadap kekuatan yang paling kuat sekali-

pun yang melawan kita. 

(3) Kaleb dan Yosua menunjukkan secara terang-terangan ke-

pada umat bahwa segala marabahaya yang mengintai me-

reka timbul dari sungut-sungut mereka sendiri, dan bahwa 

mereka akan berhasil melawan semua musuh mereka jika 

mereka tidak menjadikan Tuhan  sebagai musuh mereka. 

Hanya dengan syarat ini akan terjadi perubahan (ay. 

Kitab Bilangan 14:5-10 

 195 

8): “Jika TUHAN berkenan kepada kita, seperti yang pasti 

demikian, dan akan demikian jika kita tidak menyulut 

murka-Nya, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri 

yang baik itu. Kita pasti akan berhasil menduduki negeri 

itu dengan perkenanan-Nya, dan dengan cahaya wajah-Nya 

(Mzm. 44:4), jika perkenanan-Nya tidak diambil dari kita 

sebab  perbuatan kita sendiri, dan jika kita tidak menolak 

belas kasihan yang diberikan kepada kita sebab  kebodoh-

an kita sendiri.” Pokoknya begini (ay. 9): Hanya, janganlah 

memberontak kepada TUHAN. Perhatikanlah, tidak ada 

yang dapat menghancurkan orang-orang berdosa kecuali 

pemberontakan mereka sendiri. Jika Tuhan  meninggalkan 

mereka, itu disebabkan mereka menjauhkan Dia dari me-

reka. Dan mereka mati, sebab  mereka mau mati. Tak 

seorang pun dikucilkan dari Kanaan sorgawi selain orang-

orang yang mengucilkan diri mereka sendiri. Dan, seka-

rang, sejelas apa lagi perkara itu harus dibuat? Sekuat apa 

lagi perkara itu harus ditegaskan? namun  apa hasilnya? 

II. Semua itu tidak ada gunanya. Mereka tuli terhadap penalaran 

yang baik ini. Bahkan, mereka dibuat kesal olehnya, dan menjadi 

semakin geram: Segenap umat itu mengancam hendak melontari 

kedua orang itu dengan batu (ay. 10). Para pemimpin jemaat, dan 

para pembesar (menurut Uskup Patrick) memerintahkan rakyat 

untuk menyerang mereka, dan memecahkan tempurung kepala 

mereka. Sungguh menyedihkan keadaan mereka, saat  orang-

orang yang mengendalikan mereka menyesatkan mereka seperti 

itu. Perhatikanlah, sudah biasa bagi orang-orang yang hati-

nya penuh niat untuk berbuat jahat untuk marah kepada orang-

orang yang memberi mereka nasihat yang baik. Orang-orang yang 

benci untuk diperbaharui, membenci orang-orang yang ingin 

memperbaharui mereka, dan menganggap orang-orang itu sebagai 

musuh mereka, sebab orang-orang itu memberitahukan kebenar-

an kepada mereka. Sudah sejak dini seperti itu bangsa Israel mulai 

memperlakukan para nabi dengan semena-mena, dan melempari 

dengan batu orang-orang yang diutus kepada mereka, dan inilah 

yang memenuhi takaran dosa mereka (Mat. 23:37). Melempari 

dengan batu! Mengapa? Kejahatan apakah yang telah diperbuat 

orang-orang itu? Tidak ada kejahatan yang dapat dituduhkan ke-

pada mereka. namun  sebetulnya  kedua nabi itu telah merupa-

kan siksaan bagi semua orang yang berkeras dalam kedurhakaan 

mereka (Why. 11:10). Kaleb dan Yosua baru saja berkata, TUHAN 

menyertai kita; janganlah takut kepada mereka (ay. 9). Dan, jika 

Israel tidak mau menerima kata-kata yang menyemangati itu un-

tuk mengusir ketakutan mereka, maka orang-orang yang meng-

ucapkannya tahu bagaimana menyemangati diri mereka sendiri 

dengan kata-kata itu untuk melawan khalayak ramai yang sangat 

geram ini, yang hendak melempari mereka dengan batu, seperti 

Daud dalam perkara serupa (1Sam. 30:6). Orang-orang yang tidak 

berhasil membangun orang lain dengan segala nasihat dan 

penghiburan mereka, haruslah berusaha setidak-tidaknya untuk 

membangun diri mereka sendiri. Kaleb dan Yosua tahu bahwa 

mereka tampil bagi Tuhan  dan kemuliaan-Nya, dan sebab  itu 

tidak ragu bahwa Tuhan  pasti akan tampil bagi mereka dan kesela-

matan mereka. Dan mereka tidak dikecewakan, sebab pada saat 

itu juga tampaklah kemuliaan TUHAN, yang membuat ngeri dan 

malu orang-orang yang hendak melempari hamba-hamba Tuhan  

dengan batu. saat  mereka menghina Tuhan  (ay. 3), kemuliaan-

Nya tidak tampak untuk membungkam hujatan-hujatan mereka. 

Akan namun , saat  mereka mengancam Kaleb dan Yosua, mereka 

telah menyentuh biji mata-Nya, sehingga kemuliaan-Nya tampak 

dengan segera. Perhatikanlah, orang-orang yang dengan setia 

mempertaruhkan nyawa mereka bagi Tuhan  pasti akan dibawa ke 

dalam perlindungan-Nya secara khusus, dan akan disembunyikan 

dari angkara murka manusia, entah di bawah langit atau di dalam 

sorga.  

Doa Syafaat Musa 

(14:11-19) 

11 TUHAN berfirman kepada Musa: “Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, 

dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-Ku, sekalipun sudah 

ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka! 12 Aku 

akan memukul mereka dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka, 

namun  engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih kuat 

dari pada mereka.” 13 Lalu berkatalah Musa kepada TUHAN: “Jikalau hal itu 

kedengaran kepada orang Mesir, padahal Engkau telah menuntun bangsa ini 

dengan kekuatan-Mu dari tengah-tengah mereka, 14 mereka akan berceritera 

kepada penduduk negeri ini, yang telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, 

ada di tengah-tengah bangsa ini, dan bahwa Engkau, TUHAN, menampakkan 

diri-Mu kepada mereka dengan berhadapan muka, waktu awan-Mu berdiri di

Kitab Bilangan 14:11-19 

 197 

atas mereka dan waktu Engkau berjalan mendahului mereka di dalam tiang 

awan pada waktu siang dan di dalam tiang api pada waktu malam. 15 Jadi 

jikalau Engkau membunuh bangsa ini sampai habis, maka bangsa-bangsa 

yang mendengar kabar tentang Engkau itu nanti berkata: 16 Oleh sebab  

TUHAN tidak berkuasa membawa bangsa ini masuk ke negeri yang dijanji-

kan-Nya dengan bersumpah kepada mereka, maka Ia menyembelih mereka di 

padang gurun. 17 Jadi sekarang, biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu nyata 

kebesarannya, seperti yang Kaufirmankan: 18 TUHAN itu berpanjangan sabar 

dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah, Ia mengampuni kesalahan dan pe-

langgaran, namun  sekali-kali tidak membebaskan orang yang bersalah dari 

hukuman, bahkan Ia membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, 

kepada keturunan yang ketiga dan keempat. 19 Ampunilah kiranya kesalahan 

bangsa ini sesuai dengan kebesaran kasih setia-Mu, seperti Engkau telah 

mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir sampai ke mari.”  

Di sini kita mendapati, 

I. Hukuman yang adil yang diberikan Tuhan  kepada Israel sebab  

sungut-sungut dan ketidakpercayaan mereka. Walaupun sesu-

dahnya hukuman itu diringankan, itu menunjukkan hukuman 

apa yang layak untuk dosa mereka dan apa yang dituntut dari 

keadilan yang telah dicederai, dan apa yang akan dilakukan se-

andainya Musa tidak menengahi. Pada waktu kemuliaan TUHAN 

menampakkan diri di Kemah Pertemuan, kita dapat menduga 

bahwa Musa menganggapnya sebagai panggilan baginya untuk 

segera datang dan hadir di sana, sama seperti sebelum Kemah 

Pertemuan itu didirikan ia naik ke atas gunung dalam perkara 

serupa (Kel. 32:30). Dengan demikian, sementara umat sedang 

berusaha untuk mempermalukan Musa, Tuhan  memberi  kehor-

matan kepadanya di hadapan semua orang, sebagai orang ke-

percayaan-Nya. Sekarang di sini kita diberi tahu apa yang di-

katakan Tuhan  kepada Musa di sana.  

1. Ia menunjukkan kepada Musa kejahatan yang besar dari dosa 

umat (ay. 11). Apa yang terjadi antara Tuhan  dan umat Israel 

disampaikan melalui tangan Musa. saat  mereka marah ke-

pada Tuhan , mereka memberitahukan hal itu kepada Musa (ay. 

2). saat  Tuhan  murka terhadap mereka, Ia juga memberi tahu 

Musa, dengan menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-

hamba-Nya, para nabi (Am. 3:7). Dua hal yang secara wajar 

dikeluhkan Tuhan  kepada Musa:  

(1) Dosa mereka. Mereka menista Aku, atau (sesuai arti kata 

itu) mereka menolak, mencela, dan merendahkan Aku, ka-

rena mereka tidak mau percaya kepada-Ku. Inilah akar pa-


 198

hit yang menghasilkan racun atau ipuh. Ketidakpercayaan 

merekalah yang membuat hari ini menjadi hari kegeraman 

di padang gurun (Ibr. 3:8). Perhatikanlah, ketidakpercayaan 

kepada Tuhan , pada kuasa dan janji-Nya, dengan sendirinya 

sangat menyulut murka Tuhan , dan mendasari banyak tin-

dakan lain yang menyulut murka. Ketidakpercayaan yaitu  

dosa besar (1Yoh. 5:10) dan dosa yang berakar (Ibr. 3:12).  

(2) Mereka terus-menerus berbuat dosa: Berapa lama lagi me-

reka berbuat demikian? Perhatikanlah, Tuhan  di sorga men-

catat berapa lama orang-orang berdosa bersikeras dalam 

perbuatan mereka yang menyulut murka Tuhan . Dan sema-

kin lama mereka bersikeras, semakin murka Tuhan  jadinya. 

Hal-hal yang memperparah dosa mereka yaitu , 

[1] Hubungan mereka dengan Tuhan : Bangsa ini, bangsa ke-

sayangan, bangsa yang mengakui Tuhan . Jika suatu 

kaum disebut dan mengaku sebagai umat Tuhan , maka 

semakin dekat mereka dengan Tuhan , semakin Tuhan  

tersulut murka oleh dosa-dosa mereka, terutama oleh 

ketidakpercayaan mereka.  

[2] Pengalaman yang telah mereka alami akan kuasa dan 

kebaikan Tuhan , dalam segala tanda mujizat yang dilaku-

kan-Nya di tengah-tengah mereka, yang melaluinya, orang 

akan berpikir, Tuhan  telah menuntut mereka untuk per-

caya kepada-Nya dan mengikuti Dia. Semakin banyak 

yang telah dilakukan Tuhan  bagi kita, semakin besarlah 

murka yang ditimbulkan jika kita tidak memercayai-Nya. 

2. Tuhan  telah menunjukkan kepada Musa hukuman yang telah 

dijatuhkan oleh keadilan atas mereka sebab  dosa mereka (ay. 

12): “Apa yang tersisa sekarang, selain bahwa Aku akan meng-

habisi mereka dengan sepenuhnya. Hal itu akan segera dilak-

sanakan. Aku akan memukul mereka dengan penyakit sampar, 

tanpa membiarkan seorang pun hidup, namun  sepenuhnya 

menghapus nama dan kaum mereka, dan dengan begitu men-

cabut hak waris mereka, dan Aku tidak akan lagi disusahkan 

oleh mereka. Ha, Aku akan melampiaskan dendam-Ku kepada 

para lawan-Ku. Mereka berharap untuk mati, jadi biarkanlah 

mereka mati, sampai tidak Kutinggalkan akar dan cabang me-

reka. Anak-anak yang pemberontak seperti itu pantas dicabut 

Kitab Bilangan 14:11-19 

 199 

hak warisnya.” Dan jika ada yang bertanya, “Kalau begitu, apa 

yang akan terjadi dengan kovenan Tuhan  dengan Abraham?” 

maka inilah jawabannya, “Aku akan terpelihara dalam keluar-

ga Musa: Engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang lebih 

besar.” Dengan demikian,  

(1) Tuhan  hendak menguji Musa, apakah ia masih tetap me-

nyimpan kasih sayang untuk Israel yang sebelumnya ia 

ungkapkan pada kesempatan serupa, dengan lebih meng-

utamakan kepentingan-kepentingan mereka dibandingkan  peng-

angkatan keluarganya sendiri. Dan terbukti bahwa Musa 

masih tetap berjiwa sama, yaitu ingin melayani kepenting-

an rakyat, dan tidak sanggup berpikir untuk meninggikan 

namanya sendiri di atas kehancuran nama Israel.  

(2) Tuhan  ingin mengajar kita bahwa Ia tidak akan dipecun-

dangi oleh kehancuran orang-orang berdosa. Seandainya 

Adam dan Hawa dibinasakan dan dilenyapkan, Ia bisa saja 

menciptakan Adam dan Hawa yang lain, dan memper-

muliakan rahmat-Nya dalam diri mereka, seperti di sini Ia 

bisa saja mempermuliakan rahmat-Nya dalam diri Musa, 

sekalipun Israel telah dihancurkan. 

II. Permohonan yang penuh kerendahan hati yang  dibuat oleh Musa 

bagi umat. Dosa mereka telah membuat lobang yang mematikan 

dalam tembok pertahanan mereka, yang dari situ kehancuran 

pasti akan masuk seandainya Musa tidak turun tangan pada 

waktunya dan memperbaikinya. Di sini Musa menjadi perlambang 

akan Kristus, yang memohonkan pengampunan bagi orang-orang 

yang menganiaya-Nya, dan berdoa bagi orang-orang yang memper-

lakukan-Nya dengan semena-mena. Dan dengan begitu Kristus 

meninggalkan bagi kita sebuah teladan dari aturan-Nya sendiri 

(Mat. 5:44).  

1. Doa permohonan Musa yaitu , dalam satu kalimat: Ampunilah 

kiranya kesalahan bangsa ini (ay. 19), yaitu, “Jangan timpakan 

ke atas mereka kehancuran yang pantas mereka terima.” Ini 

juga merupakan doa Kristus bagi orang-orang yang menyalib-

kan Dia, Ya Bapa, ampunilah mereka. Pengampunan atas dosa 

seluruh bangsa, sebagai dosa seluruh bangsa, diwujudkan da-

lam penghapusan hukuman untuk seluruh bangsa. Dan un-


 200

tuk pengampunan itulah Musa di sini memohon dengan begitu 

bersungguh-sungguh. 

2. Seruannya banyak, dan didesakkan dengan kuat.  

(1) Ia sebagian besar menegaskan seruan yang bersumber dari 

kemuliaan Tuhan  (ay. 13-16). Dengan seruan inilah Musa 

memulai, dan secara agak tiba-tiba, dengan memanfaatkan 

kesempatan dari kata yang mengerikan itu, Aku akan 

melenyapkan mereka. TUHAN, kata Musa, kalau begitu, hal 

itu akan kedengaran kepada orang Mesir. Kehormatan Tuhan  

lebih melekat di hatinya dibandingkan  kepentingan-kepenting-

annya sendiri. Amatilah bagaimana Musa memaparkan per-

karanya di hadapan Tuhan . Ia berseru:  

[1] Bahwa baik mata Mesir maupun mata Kanaan tertuju 

pada bangsa Israel, dan ada pengharapan-pengharapan 

yang besar berkenaan dengan Israel. Mereka tidak bisa 

tidak pasti telah mendengar bahwa Engkau, TUHAN, 

ada di tengah-tengah bangsa ini (ay. 14). Kabar tentang-

nya menggema di negeri-negeri tetangga, betapa bangsa 

ini mendapat perhatian istimewa dari sorga, seperti 

yang tidak pernah dialami oleh bangsa mana pun di 

bawah matahari.  

[2] Bahwa jika mereka sampai dilenyapkan, maka hal itu 

akan mendapat perhatian yang besar. “Hal itu akan 

kedengaran kepada orang Mesir (ay. 13), sebab mereka 

memiliki  mata-mata di antara kami, dan mereka 

akan berceritera kepada penduduk negeri ini” (ay. 14). 

Sebab sudah ada hubungan yang erat antara Mesir dan 

Kanaan, walaupun bukan melalui padang gurun ini. 

“Jika bangsa yang telah membuat kegemparan begitu 

besar ini dilenyapkan semuanya, jika hal-hal besar yang 

mereka gembar-gemborkan tidak berbuah apa-apa, dan 

terang mereka menjadi padam, maka hal itu akan 

dikabarkan dengan senang hati di Gat, dan diberitakan 

di lorong-lorong Askelon. Dan apa yang akan dikatakan 

oleh bangsa-bangsa bukan Yahudi atas kehancuran 

bangsa Israel? Mustahil membuat mereka memahami-

nya sebagai tindakan keadilan Tuhan , dan sebagai tin-

dakan yang demikian, mendatangkan kehormatan bagi 

Kitab Bilangan 14:11-19 

 201 

Tuhan . Orang bodoh tidak akan mengetahui hal itu (Mzm. 

92:7). namun  mereka akan memandangnya sebagai kega-

galan dari kuasa Tuhan , dan dengan demikian membuat 

hal itu berbalik menjadi celaan bagi-Nya (ay. 16). Mereka 

akan berkata, Tuhan  menyembelih mereka di padang 

gurun sebab  Ia tidak sanggup membawa mereka ke 

Kanaan, sebab lengan-Nya menjadi kurang panjang, dan 

persediaan mujizat-Nya telah habis. Nah, TUHAN, ja-

nganlah kiranya satu sifat-Mu dimuliakan dengan me-

ngorbankan sifat-Mu yang lain. namun  hendaklah belas 

kasihan menang atas penghakiman, dibandingkan  kekuatan 

yang mahakuasa disangsikan.” Perhatikanlah, seruan-

seruan terbaik dalam doa yaitu  seruan-seruan yang 

bersumber dari kehormatan Tuhan . Sebab seruan-seruan 

yang demikian sesuai dengan seruan pertama dari Doa 

Bapa Kami, dikuduskanlah nama-Mu. Janganlah Eng-

kau menghinakan takhta kemuliaan-Mu. Tuhan  menyeru-

kannya kepada diri-Nya sendiri (Ul. 32:27), Aku kuatir 

disakiti hati-Ku oleh musuh. Dan kita harus mengguna-

kan seruan ini sebagai alasan bagi kita untuk hidup 

dengan cara yang begitu rupa dalam segala hal, hingga 

tidak memberi  kesempatan kepada musuh-musuh 

Tuhan untuk menghujat (1Tim. 6:1).   

(2) Musa menyerukan bagaimana Tuhan  menyatakan nama-Nya 

di Horeb (ay. 17-18): Biarlah kiranya kekuatan TUHAN itu 

nyata kebesarannya. Yang dimaksud dengan kekuatan di 

sini yaitu  belas kasihan yang mengampuni. Belas kasihan 

itu yaitu  kekuatan Tuhan  atas murka-Nya sendiri. Sean-

dainya Ia membinasakan mereka, maka kekuatan Tuhan  

akan dipertanyakan. namun  jika Ia meneruskan dan me-

nuntaskan keselamatan mereka, kendati dengan kesulitan-

kesulitan yang timbul, bukan hanya dari kekuatan para 

musuh mereka, melainkan juga dari tindakan-tindakan 

mereka sendiri yang menyulut murka, maka hal ini akan 

sangat mengagungkan kuasa ilahi. Apa yang tidak dapat 

dilakukan oleh Dia yang sanggup membuat umat yang 

begitu lemah menjadi para penakluk, dan umat yang begitu 

tidak layak menjadi umat kesayangan? Semakin besar ba-

haya yang mengintai bahwa orang lain akan mencela kuasa 


 202

Tuhan , semakin kita harus berkeinginan untuk melihat kua-

sa Tuhan  dimuliakan. Untuk menegaskan seruan ini, Musa 

merujuk pada firman yang telah diucapkan Tuhan : TUHAN 

itu berpanjangan sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-lim-

pah. Kebaikan Tuhan  dalam kitab Keluaran dibicarakan 

sebagai kemuliaan-Nya. Tuhan  bermegah di dalamnya (Kel. 

34:6-7). Sekarang di sini Musa berdoa supaya pada kesem-

patan ini Tuhan  mau memuliakan kebaikan-Nya. Perhatikan-

lah, dalam doa, kita harus mendapat dorongan dari firman 

Tuhan , yang di atasnya Ia telah membuat kita berharap (Mzm. 

119:49). “Tuhan, jadilah dan lakukanlah seperti yang Kau-

firmankan. Sebab Engkau telah berfirman, dan bukankah 

Engkau akan menepatinya?” Ada tiga hal yang telah dinya-

takan Tuhan  dengan sungguh-sungguh, yang di sini dite-

kankan oleh Musa, dan dimanfaatkannya untuk menegas-

kan seruannya:  

[1] Kebaikan dari sifat Tuhan  secara umum, bahwa Ia pan-

jang sabar, atau tidak cepat murka, dan dan kasih setia-

Nya berlimpah-limpah. Ia tidak mudah tersulut murka, 

namun  pengasih dan penyayang terhadap para pelanggar 

hukum.  

[2] Kesiapan-Nya secara khusus untuk mengampuni dosa: 

Mengampuni kesalahan dan pelanggaran, segala macam 

dosa.  

[3] Keengganan-Nya untuk bertindak di luar batas, bahkan 

saat  Ia benar-benar menghukum. Sebab dalam peng-

ertian inilah perkataan berikut dapat dibaca: Bahwa Ia 

sama sekali tidak akan menghancurkan dengan sehabis-

habisnya, dalam membalaskan kesalahan bapa kepada 

anak-anaknya. Tuhan  memang sudah berfirman dalam 

hukum yang kedua bahwa Ia akan membalaskan kesa-

lahan seperti itu, namun  di sini Ia berjanji untuk tidak 

memusnahkan semua keluarga, jemaat, dan bangsa 

secara sekaligus. Dan dengan demikian sifat Tuhan  itu 

sangat cocok untuk diserukan dalam kesempatan ini, 

sebab Musa tidak dapat memohon supaya Tuhan  tidak 

menghukum dosa ini sama sekali, melainkan supaya Ia 

tidak membunuh bangsa ini sampai habis (ay. 15). Sean-

dainya Ia tidak memberi  tanda murka-Nya atas dosa

Kitab Bilangan 14:20-35 

 203 

 itu, maka hal itu akan memberi  dorongan yang ter-

lalu besar bagi bangsa itu untuk memberontak. Musa 

tidak meminta supaya bangsa ini tidak dihajar, melain-

kan supaya mereka tidak dilenyapkan. Dan penyataan 

nama Tuhan  ini lebih sesuai lagi dengan tujuan Musa, 

sebab nama Tuhan  itu dinyatakan saat  Ia mengampuni 

dosa mereka sebab  telah membuat lembu tuangan. 

Dosa yang ke dalamnya mereka sekarang telah jatuh ini 

cukup buruk, namun  itu bukanlah penyembahan berhala.  

(3) Musa menyerukan pengalaman di masa lalu: Seperti Eng-

kau telah mengampuni bangsa ini mulai dari Mesir (ay. 19). 

Hal ini tampaknya justru tidak menguntungkan Musa. 

Mengapa orang-orang itu harus diampuni lagi, sebab 

Sesudah  begitu sering diampuni, mereka memberontak lagi 

dan lagi. Dan mereka tampak dibuat berkeras dan ter-

dorong untuk memberontak oleh kelemah-lembutan dan 

kesabaran Tuhan  mereka, dan oleh pengampunan-pengam-

punan yang sering mereka terima. Di antara manusia, akan 

dianggap tidak cerdik untuk memberi perhatian terhadap 

kejadian seperti itu dalam permohonan seperti ini, sebab  

hal itu bisa saja merugikan si pemohon. Akan namun , sama 

seperti dalam hal-hal lain, demikian pula dalam pengampun-

an dosa, rancangan dan jalan Tuhan  melampaui rancangan 

dan jalan kita secara tak terhingga (Yes. 55:9). Musa me-

mandangnya sebagai permohonan yang baik, TUHAN, am-

punilah seperti Engkau telah mengampuni. Tidak akan me-

nambah cela bagi keadilan-Mu, tidak pula akan mengurangi 

pujian terhadap kasih setia-Mu, untuk mengampuni seka-

rang, sama seperti sebelumnya. Bani Yakub tidak akan 

lenyap, sebab mereka berurusan dengan Tuhan  yang tidak 

berubah (Mal. 3:6). 

Jawaban Tuhan  kepada Musa,  

Bangsa Israel Diancam  

(14:20-35)  

20 Berfirmanlah TUHAN: “Aku mengampuninya sesuai dengan permintaanmu. 

21 Hanya, demi Aku yang hidup dan kemuliaan TUHAN memenuhi seluruh 

bumi: 22 Semua orang yang telah melihat kemuliaan-Ku dan tanda-tanda 


 204

mujizat yang Kuperbuat di Mesir dan di padang gurun, namun telah sepuluh 

kali mencobai Aku dan tidak mau mendengarkan suara-Ku,23 pastilah tidak 

akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek 

moyang mereka! Semua yang menista Aku ini tidak akan melihatnya.24 namun  

hamba-Ku Kaleb, sebab  lain jiwa yang ada padanya dan ia mengikut Aku 

dengan sepenuhnya, akan Kubawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya 

itu, dan keturunannya akan memilikinya. 25 Orang Amalek dan orang Kanaan 

diam di lembah. Sebab itu berpalinglah besok dan berangkatlah ke padang 

gurun, ke arah Laut Teberau.” 26 Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan 

Harun: 27 “Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut 

kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepada-

Ku telah Kudengar. 28 Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, 

demikianlah firman TUHAN, bahwasanya seperti yang kamu katakan di 

hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu. 29 Di padang gurun 

ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yaitu  semua orang di antara 

kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun 

ke atas, sebab  kamu telah bersungut-sungut kepada-Ku. 30 Bahwasanya 

kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah 

Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin 

Nun! 31 Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan 

menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka 

mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu. 32 namun  mengenai kamu, 

bangkai-bangkaimu akan berhantaran di padang gurun ini, 33 dan anak-

anakmu akan mengembara sebagai penggembala di padang gurun empat 

puluh tahun lamanya dan akan menanggung akibat ketidaksetiaan, sampai 

bangkai-bangkaimu habis di padang gurun.34 Sesuai dengan jumlah hari 

yang kamu mengintai negeri itu, yaitu  empat puluh hari, satu hari dihitung 

satu tahun, jadi empat puluh tahun lamanya kamu harus menanggung 

akibat kesalahanmu, supaya kamu tahu rasanya, jika Aku berbalik dari 

padamu: 35 Aku, TUHAN, yang berkata demikian. sebetulnya  Aku akan 

melakukan semuanya itu kepada segenap umat yang jahat ini yang telah 

bersepakat melawan Aku. Di padang gurun ini mereka akan habis dan di 

sinilah mereka akan mati.” 

Dalam perikop ini kita mendapati jawaban Tuhan  terhadap doa Musa, 

yang mengalunkan belas kasihan maupun hukuman. Jawaban itu 

diberikan secara khusus kepada Musa (ay. 20-25), dan lalu  

diperintahkan untuk diberitahukan kepada umat (ay. 26-35). Sering-

nya hal-hal yang sama diulangi dalam jawaban itu menunjukkan 

bahwa ketetapan-ketetapan ini tidak dapat diubah. Marilah kita lihat 

rincian-rinciannya: 

I. Kerasnya hukuman itu dikurangi (ay. 20): “Aku mengampuninya, 

sehingga Aku tidak akan menghabiskan mereka semua sekaligus, 

dan melenyapkan mereka.” Lihatlah kuasa doa, dan betapa Tuhan  

berkenan untuk memberi  kehormatan pada doa. Tuhan  telah 

merancang pengampunan, namun  Musa akan mendapat pujian 

dalam memperoleh pengampunan itu melalui doa: Pengampunan 

itu akan diberikan sesuai dengan permintaanmu. Demikianlah, se-

Kitab Bilangan 14:20-35 

 205 

bagai seorang raja, ia telah bergumul melawan Tuhan , dan me-

nang. Lihatlah sokongan dan dorongan apa yang diberikan Tuhan  

pada doa-doa permohonan kita bagi orang lain, supaya dalam 

doa, kita juga memperhitungkan kebutuhan orang banyak. Di sini 

ada suatu bangsa secara keseluruhan yang diselamatkan dari 

kehancuran melalui doa orang yang benar, yang dengan yakin 

didoakan. Lihatlah betapa siapnya Tuhan  untuk mengampuni 

dosa, dan betapa mudah untuk dimohon: Ampunilah, pinta Musa 

(ay. 19); Aku mengampuninya, jawab Tuhan  (ay. 20). Daud men-

dapati Tuhan  cepat menunjukkan belas kasihan seperti itu (Mzm. 

32:5). Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa 

kita (Mzm. 103:10).   

II. Dimuliakannya nama Tuhan , secara umum, ditetapkan (ay. 21). 

Dikatakan, dan dinyatakan dengan sumpah, bahwa kemuliaan 

TUHAN akan memenuhi seluruh bumi. Musa dalam doanya telah 

menunjukkan perhatian yang besar terhadap kemuliaan Tuhan . 

“Biar Aku saja,” firman Tuhan , “yang menjamin hal itu dengan ber-

hasil, dan memajukannya, melalui tata aturan ini.” Seluruh dunia 

akan melihat bagaimana Tuhan  membenci dosa bahkan dalam diri 

umat-Nya sendiri, dan akan mengadakan perhitungan untuk itu. 

Dan sekalipun begitu, betapa Ia pengasih dan penyayang, dan 

betapa panjang sabar. Demikian pula saat  Juruselamat kita 

berdoa, Bapa, muliakanlah nama-Mu, Ia segera mendapat jawab-

an, Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya 

lagi (Yoh. 12:28). Perhatikanlah, orang-orang yang dengan tulus 

mengupayakan kemuliaan Tuhan , bisa yakin akan apa yang 

mereka upayakan. sebab  Tuhan  telah mengubah doa supaya diri-

Nya dipermuliakan ini menjadi sebuah janji, maka kita dapat 

mengubahnya menjadi pujian, bersama-sama dengan para malai-

kat, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya (Yes. 6:3).   

III. Dosa umat ini, yang telah menyulut murka Tuhan  untuk bertindak 

menentang mereka, di sini diperparah (ay. 22, 27). Dosa itu tidak 

dibuat lebih buruk dibandingkan  yang sebetulnya , namun  ditunjuk-

kan sebagai luar biasa berdosa. Umat itu yaitu  umat yang jahat, 

tiap-tiap orangnya jahat, namun  secara keseluruhan dalam jemaat, 

sangat jahat.  


 206

1. Mereka mencobai Tuhan , mencobai kuasa-Nya, apakah Ia sang-

gup menolong mereka dalam kesusahan mereka. Mereka men-

cobai kebaikan-Nya, apakah Ia mau menolong, dan mencobai 

kesetiaan-Nya, apakah janji-Nya akan digenapi. Mereka men-

cobai keadilan-Nya, apakah Ia akan murka terhadap penistaan-

penistaan mereka dan menghukum mereka atau tidak. Mereka 

memanas-manasi Tuhan , dan pada dasarnya menantang Dia, 

seperti Tuhan  menantang berhala-berhala (Yes. 41:23), untuk 

bertindak secara baik ataupun secara buruk.  

2. Mereka bersungut-sungut kepada Tuhan . Hal ini sangat dite-

kankan (ay. 27). Sama seperti mereka mempertanyakan apa 

yang akan Ia lakukan, demikian pula mereka berbantah 

dengan-Nya atas segala sesuatu yang Ia lakukan atau telah Ia 

lakukan, dengan terus-menerus marah-marah dan mencari-

cari kesalahan. Tidak tampak bahwa mereka bersungut-

sungut tentang hukum-hukum atau ketetapan-ketetapan yang 

telah diberikan Tuhan  kepada mereka (meskipun segala hukum 

dan ketetapan itu terbukti sebagai kuk yang berat). namun  

mereka bersungut-sungut tentang kepemimpinan yang di 

bawahnya mereka berada, dan persediaan yang dibuat bagi 

mereka. Perhatikanlah, jauh lebih mudah untuk membuat diri 

kita melakukan pelayanan-pelayanan agama secara lahiriah, 

dan menjalankan semua kewajiban ibadah, dibandingkan  untuk 

hidup dengan bergantung dan berserah diri pada Penyeleng-

garaan ilahi dalam segala perilaku kita.  

3. Mereka berbuat demikian sesudah melihat mujizat-mujizat 

Tuhan  di Mesir dan di padang gurun (ay. 2). Mereka tidak mau 

memercayai mata mereka sendiri, yang menjadi saksi bagi Tuhan  

bahwa Ia sungguh-sungguh ada di tengah-tengah mereka.  

4. Mereka telah mengulangi tindakan-tindakan yang menyulut 

murka itu sebanyak sepuluh kali, yaitu, sangat sering. Para 

penulis Yahudi menghitung bahwa ini tepat kesepuluh kalinya 

seluruh jemaat itu telah menyulut murka Tuhan . Pertama, di 

Laut Teberau (Kel. 14:11). Di Mara (Kel. 15:23-24). Di padang 

gurun Sinai (Kel. 16:2). Di Rafidim (Kel. 17:1-2). Anak lembu 

tuangan (Kel. 32). Lalu di Tabera. lalu  di Kibrot-Taawa 

(ps. 11). Jadi, ini yaitu  yang kesepuluh. Perhatikanlah, Tuhan  

mencatat seberapa sering kita mengulangi tindakan-tindakan 

Kitab Bilangan 14:20-35 

 207 

kita yang menyulut murka-Nya, dan cepat atau lambat akan 

memperlihatkannya secara berjejer di hadapan kita.  

5. Mereka tidak mau mendengarkan suara-Nya, sekalipun Tuhan  

sudah berkali-kali memperingatkan mereka akan dosa mereka.  

IV. Hukuman dijatuhkan ke atas mereka sebab  dosa ini.  

1. Bahwa mereka tidak akan melihat tanah perjanjian (ay. 23), 

atau masuk ke dalamnya (ay. 30). Aku bersumpah dalam murka-

Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku” (Mzm. 

95:11). Perhatikanlah, ketidakpercayaan pada janji membuat 

mereka kehilangan keuntungan dari janji itu. Orang-orang 

yang memandang rendah negeri yang permai itu akan mem-

buat negeri itu tertutup bagi mereka. Janji Tuhan  akan digenapi 

bagi keturunan mereka, namun  tidak bagi mereka.  

2. Bahwa mereka harus segera berpaling dan berangkat ke padang 

gurun (ay. 25). Langkah mereka selanjutnya haruslah merupa-

kan langkah mundur. Mereka harus berputar balik, dan 

bukannya terus maju ke Kanaan, tepat di perbatasannya, di 

mana mereka berada sekarang, mereka harus mundur menuju 

Laut Merah lagi. Berpalinglah besok, yaitu, “Tak lama lagi 

engkau akan dibawa kembali ke padang belantara yang luas 

dan menderu itu, yang sudah membuatmu begitu letih. Dan 

sekarang tiba waktunya untuk bergerak menyelamatkan diri-

mu sendiri, sebab orang Amalek dan orang Kanaan sedang 

menghadang di lembah, siap untuk menyerangmu jika engkau 

terus maju.” Terhadap orang Amalek dan orang Kanaan, umat 

Israel sudah takut sebab mereka tidak percaya pada janji Tuhan  

(13:29), namun  sekarang Tuhan  secara adil justru menakut-

nakuti mereka dengan orang Amalek dan orang Kanaan 

itu. Apa yang menggentarkan orang fasik, itulah yang akan 

menimpa dia.  

3. Bahwa semua orang yang sekarang telah bertumbuh dewasa 

akan mati di padang gurun, tidak semuanya sekaligus, melain-

kan secara bertahap. Mereka berharap untuk mati di padang 

gurun, dan Tuhan  mengucapkan amin untuk menyetujui harap-

an mereka yang menggebu-gebu itu, dan menjadikan dosa 

mereka sebagai kehancuran mereka. Ia menjerat mereka dalam 

perkataan mulut mereka, dan membuat mereka tergelincir ka-

rena lidah mereka. Ia berbuat sesuai dengan perkataan me-


 208

reka, dan menetapkan bahwa bangkai-bangkai mereka akan 

berhantaran di padang gurun (ay. 28-29), dan sekali lagi (ay. 

32, 35). Lihatlah betapa dengan pandangan rendah mereka di-

bicarakan, sebab sekarang mereka, melalui dosa mereka, telah 

membuat diri mereka menjadi hina. Orang-orang yang gagah 

perkasa hanyalah bangkai, saat  Roh Tuhan telah meninggal-

kan mereka. Mereka semua seperti orang mati. Nenek-moyang 

mereka begitu menjunjung tinggi Kanaan, sampai-sampai me-

reka ingin agar jasad mereka dibawa ke sana untuk dikubur-

kan, sebagai tanda dari kebergantungan mereka pada janji 

Tuhan  bahwa mereka akan menduduki negeri itu. namun  orang-

orang ini, sebab  telah memandang rendah negeri yang baik 

itu dan tidak mempercayai janji tentangnya, tidak akan men-

dapat kehormatan untuk dikuburkan di dalamnya, namun  akan 

dikuburkan di padang gurun.  

4. Bahwa menurut hukuman ini, mereka akan mengembara ke 

sana kemari di padang gurun, seperti para musafir yang 

tersesat, selama empat puluh tahun. Yaitu, untuk waktu yang 

begitu lama hingga genap empat puluh tahun sejak mereka 

keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan (ay. 33-

34). Sedemikian lama mereka dibiarkan mengembara,  

(1) Untuk menyamai jumlah hari yang dihabiskan para peng-

intai untuk mengintai negeri Kanaan. Mereka mau me-

nunggu selama empat puluh hari untuk mendengar kesak-

sian manusia, sebab mereka tidak mau meyakini firman 

Tuhan . Oleh sebab  itu, adillah bagi mereka untuk dibuat 

menunggu selama empat puluh tahun untuk melihat 

penggenapan janji Tuhan .  

(2) Supaya dengan begitu mereka dapat dibuat bertobat, dan 

beroleh rahmat dari Tuhan  di dunia lain, apa pun yang ter-

jadi pada mereka di dunia ini. Sekarang mereka mempu-

nyai waktu untuk merenungkan diri mereka, dan memikir-

kan jalan hidup mereka. Dan keadaan-keadaan yang tidak 

nyaman di padang gurun akan membantu merendahkan 

hati mereka dan mencobai mereka, serta menunjukkan 

kepada mereka apa yang ada dalam hati mereka (Ul. 8:2). 

Demikianlah lamanya mereka menanggung akibat kesalah-

an mereka, dengan merasakan beratnya murka Tuhan  dalam 

hukuman itu. Mereka dibuat mengerang di bawah beban 

Kitab Bilangan 14:20-35 

 209 

dosa mereka sendiri, dosa yang mendatangkan beban itu 

ke atas mereka, yang terlalu berat untuk mereka tanggung.  

(3) Supaya mereka betul-betul merasakan betapa berbahayanya 

umat yang mengikat kovenan dengan Tuhan  untuk memu-

tuskan hubungan dengan-Nya: ”Supaya kamu tahu rasanya, 

jika Aku berbalik dari padamu, baik itu penyebab-penyebab-

nya, yang ditimbulkan oleh dosamu” (sebab Tuhan  tidak per-

nah meninggalkan siapa pun sebelum mereka terlebih dahu-

lu meninggalkan Dia), “maupun akibat-akibatnya, yang akan 

mendatangkan kehancuran bagimu. Engkau benar-benar 

binasa saat  engkau dilempar keluar dari kovenan.”  

(4) Bahwa angkatan yang baru bisa saja dibangkitkan pada 

masa ini, yang tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba. Dan 

anak-anak mereka, sebab  dibesarkan di bawah tanda-tan-

da murka Tuhan  terhadap nenek moyang mereka, bisa bela-

jar dari peringatan untuk tidak mengikuti jejak ketidak-

taatan nenek moyang mereka. Anak-anak itu menanggung 

akibat ketidaksetiaan mereka (yaitu, hukuman atas dosa-

dosa mereka, terutama penyembahan berhala yang berke-

naan dengan anak lembu tuangan, yang sekarang diingat 

Tuhan  melawan mereka). Dan pengembaraan mereka yang 

begitu lama di padang gurun akan membuat Kanaan lebih 

disambut oleh mereka pada akhirnya. Sepertinya pada saat 

hukuman ini diberikanlah Musa menorehkan Mazmur 90, 

yang sangat sesuai dengan keadaan Israel sekarang. Dan 

dalam Mazmur itu mereka diajar untuk berdoa bahwa ka-

rena hukuman ini tidak dapat dibatalkan, maka hukuman 

itu bisa saja dikuduskan, dan mereka dapat belajar untuk 

beroleh hati yang bijaksana.   

V. Belas kasihan yang bercampur dengan hukuman yang keras ini.   

1. Belas kasihan untuk Kaleb dan Yosua, bahwa kendati mereka 

harus mengembara bersama yang lain di padang gurun, na-

mun mereka, dan mereka saja dari semua orang yang seka-

rang berumur di atas dua puluh tahun, akan bertahan dalam 

pembuangan selama bertahun-tahun itu, dan hidup untuk 

memasuki negeri Kanaan. Hanya Kaleb yang dibicarakan (ay. 

24), dan tanda kehormatan khusus disematkan kepadanya, 

baik itu, 


 210

(1) Dalam tabiat yang diberikan kepadanya: Lain jiwa ada pada-

nya, berbeda dari para pengintai yang lain, jiwa yang suka 

memikirkan kejadian yang telah lalu, yang melengkapinya 

dengan pemikiran-pemikiran tambahan. Dan dia mengikut 

TUHAN dengan sepenuhnya, tetap setia menjalankan kewa-

jibannya, dan menuntaskannya, meskipun ditinggalkan dan 

diancam. Dan, 

(2) Dalam imbalan yang dijanjikan kepadanya: Kaleb akan Ku-

bawa masuk ke negeri yang telah dimasukinya itu. Perhati-

kanlah, 

[1] Harus menjadi perhatian dan usaha yang besar dari 

kita semua untuk mengikut Tuhan dengan sepenuhnya. 

Dalam ketaatan pada kehendak Tuhan , dan dalam mela-

kukan pelayanan untuk kehormatan-Nya, kita harus 

mengikut Dia dengan segenap jiwa raga, tanpa mendua 

hati – dengan jujur, tanpa menyembunyikan sesuatu – 

dengan riang hati, tanpa membantah – dan dengan terus-

menerus, tanpa menjadi kendor. Inilah yang dimaksud 

dengan mengikut Dia dengan sepenuhnya.  

[2] Orang-orang yang mau mengikut Tuhan  dengan sepe-

nuhnya harus memiliki jiwa yang lain, yang berbeda 

dari roh dunia, dan berbeda dari roh mereka sendiri 

sebelumnya. Mereka harus memiliki roh seperti Kaleb.  

[3] Orang-orang yang mengikut Tuhan  dengan sepenuhnya 

pada masa kemurtadan besar-besaran akan diakui 

Tuhan  dan diberi kehormatan, dengan dilindungi secara 

istimewa pada saat terjadi malapetaka besar-besaran. 

Kanaan sorgawi akan menjadi milik pusaka yang kekal 

bagi orang-orang yang mengikut Tuhan dengan sepe-

nuhnya. Pada waktu Kaleb disebut sekali lagi (ay. 30), 

Yosua ada bersamanya, dengan dikelilingi oleh perke-

nanan-perkenanan yang sama dan dimahkotai dengan 

kehormatan-kehormatan yang sama, sebab  Yosua su-

dah mendampingi Kaleb dalam pelayanan-pelayanan 

yang sama.  

2. Belas kasihan bahkan kepada anak-anak dari para pemberon-

tak ini. Akan ada keturunan yang dipelihara untuk mereka, 

dan Kanaan yang disediakan bagi keturunan itu: Anak-anak-

Kitab Bilangan 14:36-45 

 211 

mu, yang sekarang berumur di bawah dua puluh tahun, yang 

telah kamu katakan, dalam ketidakpercayaanmu, akan men-

jadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk (ay. 31). 

Mereka secara menyakitkan telah menuduh Tuhan  bahwa Ia 

merancang untuk menghancurkan keturunan mereka (ay. 3). 

namun  Tuhan  akan membiarkan mereka tahu bahwa Ia dapat 

membedakan antara yang bersalah dan yang tidak bersalah, 

dan melenyapkan mereka tanpa menyentuh keturunan me-

reka. Demikian pula janji yang dibuat kepada Abraham, mes-

kipun tampak gagal untuk sementara waktu, namun dicegah 

untuk gagal selama-lamanya. Dan, kendati Tuhan  menghukum 

pelanggaran-pelanggaran mereka dengan rotan, namun  kasih 

setia-Nya tidak akan Dia jauhkan dari pada mereka.   

Kematian Sepuluh Pengintai  

(14:36-45) 

36 Adapun orang-orang yang telah disuruh Musa untuk mengintai negeri itu, 

yang sudah pulang dan menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut 

kepada Musa dengan menyampaikan kabar busuk tentang negeri itu,  

37 orang-orang itu mati, kena tulah di hadapan TUHAN. 38 namun  yang tinggal 

hidup dari orang-orang yang telah pergi mengintai negeri itu hanyalah Yosua 

bin Nun dan Kaleb bin Yefune. 39 Sesudah  Musa menyampaikan perkataan ini 

kepada semua orang Israel, maka berkabunglah bangsa itu dengan sangat.  

40 Dan keesokan harinya bangunlah mereka pagi-pagi hendak naik ke pun-

cak gunung sambil berkata: “Sekarang kita hendak maju ke negeri yang difir-

mankan TUHAN itu; memang kita telah berbuat dosa.” 41 namun  kata Musa: 

“Mengapakah kamu hendak melanggar titah TUHAN? Hal itu tidak akan 

berhasil. 42 Janganlah maju, sebab TUHAN tidak ada di tengah-tengahmu, 

supaya jangan kamu dikalahkan oleh musuhmu, 43 sebab orang Amalek dan 

orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; 

dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan 

menyertai kamu.” 44 Meskipun demikian, mereka nekat naik ke puncak gu-

nung itu, namun  tabut perjanjian TUHAN dan Musa juga tidaklah meninggal-

kan tempat perkemahan. 45 Lalu turunlah orang Amalek dan orang Kanaan 

yang mendiami pegunungan itu dan menyerang mereka; lalu  orang-

orang itu mencerai-beraikan mereka sampai ke Horma. 

Di sini kita mendapati, 

I.  Kematian yang mendadak dari sepuluh pengintai yang jahat. 

saat  hukuman sedang dijatuhkan atas umat, sebelum hukum-

an itu dilaksanakan, kesepuluh pengintai itu mati, kena tulah di 

hadapan TUHAN (ay. 36, 37). Nah,  


 212

1. Tuhan  dengan ini menunjukkan murka-Nya secara khusus ter-

hadap orang-orang yang telah berbuat dosa dan mengakibat-

kan orang Israel berdosa pula.  

(1) Mereka sendiri berbuat dosa, dengan menyampaikan kabar 

busuk tentang tanah perjanjian. Perhatikanlah, orang-

orang yang sangat menyulut murka Tuhan  yaitu  mereka 

yang menggambarkan agama secara keliru, melontarkan 

celaan terhadapnya, dan menimbulkan prasangka buruk 

terhadapnya dalam pikiran manusia, atau memberi  

peluang kepada orang-orang yang mencari kesempatan 

untuk melakukan semuanya itu. Orang-orang yang meng-

gambarkan pelayanan kepada Tuhan  sebagai sesuatu yang 

hina dan tercela, menyedihkan dan tidak menghibur, berat 

dan tidak dapat dilaksanakan, tidak perlu dan tidak ber-

manfaat, mereka itu menyampaikan kabar busuk tentang 

negeri yang baik. Mereka membelokkan Jalan Tuhan yang 

lurus, dan pada dasarnya membuat-Nya menjadi pendusta.  

(2) Mereka mengakibatkan orang Israel berdosa. Mereka se-

ngaja menyebabkan segenap umat itu bersungut-sungut 

kepada Tuhan . Perhatikanlah, para biang keladi dalam dosa 

bisa bersiap-siap untuk menantikan saat mereka jatuh di 

bawah tanda-tanda khusus dari murka Tuhan , yang akan 

mengadakan perhitungan yang berat kepada mereka atas 

darah jiwa-jiwa, yang ditumpahkan seperti itu.   

2. Tuhan  dengan ini menunjukkan apa yang dapat diperbuat-Nya 

terhadap seluruh jemaat, dan memberi  tanda dari pelaksa-

naan hukuman yang sekarang dijatuhkan atas mereka. Ia 

yang telah melenyapkan seseorang dari salah satu suku, bisa 

saja melenyapkan semua suku mereka dengan sesaat , dan 

akan melakukannya secara perlahan-lahan. Perhatikanlah, ke-

matian yang luar biasa dari orang-orang yang dikenal sebagai 

para pendosa yaitu  tanda dari kebinasaan kekal orang-orang 

fasik (2Ptr. 2:5-6). Demikianlah murka Tuhan  dinyatakan, su-

paya orang-orang yang berdosa dapat mendengar dan menjadi 

takut.   

II. Pemeliharaan khusus bagi Kaleb dan Yosua: Mereka tinggal hi-

dup (ay. 38). Ada kemungkinan bahwa kedua belas pengintai itu 

Kitab Bilangan 14:36-45 

 213 

berdiri bersama, sebab mata seluruh Israel sedang tertuju pada 

mereka sekarang. Oleh sebab  itu, diperhatikan sebagai sesuatu 

yang sangat luar biasa, dan tidak bisa tidak pasti membuat 

seluruh jemaat tergerak, bahwa saat  kesepuluh pengintai yang 

jahat itu mati tersungkur sebab  tulah, yaitu penyakit ganas yang 

menular, namun kedua orang yang berdiri di antara mereka ini 

tetap hidup, dan baik-baik saja. Tuhan  dengan ini meneguhkan 

kesaksian kedua orang itu, dan mempermalukan orang-orang 

yang hendak merajam mereka. Ia juga memberi mereka jaminan 

bahwa mereka akan terus-menerus dipelihara di padang gurun, 

saat  ribuan orang akan rebah di sebelah kanan dan di sebelah 

kiri mereka (Mzm. 91:7). Kematian tidak pernah meleset dalam 

membidik sasarannya, atau secara khilaf merenggut siapa saja 

yang dirancang untuk hidup, sekalipun mereka berada di tengah-

tengah orang-orang yang harus mati.  

III. Diberitahukannya hukuman itu kepada semua orang (ay. 36). 

Musa memberi tahu mereka segala ketetapan yang telah dikeluar-

kan mengenai mereka, dan yang tidak dapat dibatalkan, bahwa 

mereka semua harus mati di padang gurun, dan Kanaan akan 

disediakan bagi angkatan berikutnya. Kita dapat menduga bahwa 

hal itu sangat mengecewakan bagi Musa sendiri, yang rindu 

untuk berada di Kanaan, dan juga bagi seluruh umat. Meskipun 

begitu Musa menerimanya, namun  mereka menangis dan ber-

kabung dengan sangat. Jaminan yang dimiliki Musa bahwa Tuhan  

akan dimuliakan melalui hukuman ini memberinya kepuasan, 

sementara kesadaran umat akan kesalahan mereka sendiri, dan 

akan perbuatan mereka yang menimpakan hukuman itu ke atas 

diri mereka sendiri, memberi mereka kesusahan terbesar. Mereka 

telah menangis tanpa alasan (ay. 1), dan sekarang mereka diberi 

alasan untuk menangis. Dengan begitu adil orang yang ber-

sungut-sungut dibuat menjadi orang yang berkabung. Seandainya 

mereka berduka atas dosa itu saat  mereka ditegur sebab nya 

seperti yang seharusnya (ay. 9), maka hukuman itu bisa saja 

dicegah. namun  sebab  sekarang mereka berduka atas hukuman-

nya saja, maka perkabungan mereka sudah sangat terlambat, dan 

sama sekali tidak berguna untuk mereka. Mereka tidak beroleh 

kesempatan untuk memperbaiki kesalahan mereka, sekalipun me-

reka mencarinya dengan mencucurkan air mata (Ibr. 12:17). Duka-


 214

cita seperti itu ada di neraka, namun  air mata tidak akan mema-

damkan kobaran api, tidak pula menyejukkan lidah.  

IV. Usaha-usaha yang bodoh dan tidak membuahkan hasil dari bebe-

rapa orang Israel untuk memasuki Kanaan, kendati dengan hu-

kuman yang sudah dijatuhkan.   

1. Mereka sekarang berhasrat untuk terus maju ke Kanaan (ay. 

40). Mereka bangun pagi-pagi, menghimpun seluruh pasukan 

mereka, berkumpul dalam satu kesatuan, dan memohon Musa 

untuk memimpin mereka maju melawan musuh. Sekarang 

tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka untuk mengang-

kat seorang pemimpin untuk kembali ke Mesir. Mereka meng-

akui kesalahan mereka: Memang kita telah berbuat dosa. Mere-

ka mengaku sudah memperbaharui diri: Sekarang kita hendak 

maju. Mereka sekarang menginginkan negeri yang dahulu 

mereka pandang rendah, dan menaruh keyakinan pada janji 

yang dahulu tidak mereka percayai. Demikianlah saat  Tuhan  

menghakimi, Ia akan menang, dan, sekarang atau nanti, akan 

meyakinkan orang-orang berdosa akan kejahatan dari segala 

perbuatan mereka yang durhaka, dan dari umpatan-umpatan 

mereka, dan memaksa mereka untuk mencabut ucapan me-

reka sendiri. Akan namun , walaupun Tuhan  dimuliakan melalui 

pengakuan mereka atas kesalahan mereka, namun mereka 

tidak diuntungkan olehnya, sebab pengakuan itu sudah sangat 

terlambat. Ketetapan telah dikeluarkan, kebinasaan sudah di-

tentukan. Mereka tidak mencari Tuhan saat  Ia berkenan 

untuk ditemui, dan sekarang Ia tidak berkenan untuk ditemui. 

Oh, andai saja manusia mau bersungguh-sungguh untuk sorga 

saat  masa anugerah mereka masih berlangsung, sama se-

perti mereka akan bersungguh-sungguh saat  masa anugerah 

itu sudah berakhir, dan mau memberi perhatian untuk mem-

bekali diri mereka dengan minyak saat  sang mempelai laki-

laki lama tidak datang-datang juga, sama seperti mereka akan 

memberi perhatian saat  sang mempelai itu datang, betapa 

baiknya hal itu bagi mereka!   

2. Musa sama sekali menolak usulan mereka, dan melarang serang-

an yang sedang mereka pikirkan: Janganlah maju (ay. 41-43).  

Kitab Bilangan 14:36-45 

 215 

(1) Ia memberi mereka peringatan akan dosa dari perbuatan 

itu. Hal itu melanggar titah TUHAN, yang secara tegas sudah 

memerintahkan mereka, saat  mereka benar-benar berge-

rak, untuk bergerak mundur ke Laut Merah. Perhatikanlah, 

apa yang sudah menjadi suatu kewajiban, pada waktunya, 

bisa berubah menjadi dosa saat  sudah lewat waktunya. 

Memang benar bahwa perintah yang dirujuk Musa itu ber-

sifat hukuman, namun  barangsiapa tidak menaati hukum di-

wajibkan un