mereka sama
dengan sebuah ketetapan.
Dalil kesepuluh: Hadits-hadits tentan g mubaabaar (Atlah berbangga
dengal manusia). Sesungguhnya Allah berbangga di hadapr, p.i,
Malaikat dengan hamba-hamba-Nya yangMukmin, yangr.nrrrii*,
melakukan ketaatan, seperti Dia berbangga dengan orang-o rangyang
wukuf di 'Arafah, dan yangsemacamnya.
Dalil kesebelas: Apa yang dijanjikan oleh Allah bagi orang-orang
shalih pada hari Kiamat berupa kebaikan yangmenyeluruh, keutamaan
yangagung, nikmat yangretap, para bidadariyangtidak terbatas, dan
kelezatan memandang kepada wajah-Nya yangmulia. Kita berdo'a
kepada Allah agar Dia menjadikan kita termasuk golongan mereka.Inilah dalil-dalil terpenting yangdisebutkan oleh Syaikhul Islam.
Saya menyebutkannya secara ringkas, namun tidak diragukan lagi
bahwa penjelasan ini sudah menunjukkan apa yangdikehendaki.'
Pada bagian yarLglain, Syaikh 4l$5 berkata: "Ini adalah masalah
besar yangdisebutkan secara lengkap di selain tempat ini. Keutamaan
manusia baru dapat diketahui dengan sebab-sebab yang perlu dijelaskan
di sini. Keutamaan mereka akan tampak ketika sudah masuk tempat
y^nFabadi:fl'.tli"nernr=K{t'*'.v66n66y,ty-*\fi -Sed)ng
Malaikat-Malaikat masuh ke tempat+einpat mereka dari seniua. pintu;
(sambil rnengucdpkan):'salamun'alaihum bima sbabartum.' Maka
alangbab baiknya ternpdt kesudaban itu." (QS. Ar-Ra'd: 23-241"'
Ibnul Qayyim t*M berkata: 'Oleh karena itu, kebanyakan
manusia berpendapat bahwa mereka lebih utama-yaitu orang-orang
shalih-atas para Malaikat. Sebab, ketika para Malaikat beribadah,
mereka terbebas dari dorongan-dorongan nafsu dan syahwat yang
ada pada manusia. Ibadah Malaikat dilaksanakan tanpa tantangan,
hambatan, dan kesulitan, seperti napas bagi makhluk yang hidup.
Berbeda dengan manusia, ibadah mereka disertai dengan tantangantantanBan nafsu, kekangan syahwat, dan dorongan-dorongan naluri.
Maka ia (ibadahnya manusia) lebih sempurna."r,
dari uraian ini ialah bahwasanya orang-orang shalih
lebih utama daripada para Malaikat, jika dilihat dari segi kesudahannya,
karenaAllah \W telah menyediakan bagi merekapahaladan kenikmatan
yatgbanyak dalam tempat kemuliaan yar'gtidak dijanjikan bagi para
Malaikat *i{p. Tugas manusia, saat itu pun terputus dan tidak ada
yang tersisa kecuali menikmati apa-apayangdikaruniakan Allah atas
mereka; sedangkan tugas Malaikat itu abadi dan tiada putus-putusnya.
Oleh karena itu, para Malaikat akan masuk menemui orang-orang
Mukmin lalu mengucapkan salam atas mereka. Adapun jika dilihat
dari segi awalnya, kedudukanparaMalaikat lebih utama karena mereka
diciptakan untuk taat kepada Allah sebelum anak Adam. Merekataat
kepada Allah dan tidak pernah mendurhakai-Nya walau hanyasekejap
mata. Di samping itu, ibadah mereka lebih banyak daripada ibadah
manusia, anllaahu a'lam.
B. Hak-Hak para Malaikat atas Manusia
1. Beriman kepada Malaikat
Beriman kepada para Malaikat adalah rukun kedua dari rukunrukun iman. Tidak sempurna iman seorang hamba, kecuali dengan
beriman kepada mereka. Yang dikehendaki dari beriman kepada
mereka adalah beriman secara global dan terperinci, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Maksudnya, Allah mewajibkan kepada
anak Adam untuk mengakui keberadaan Malaikat dan menjadikan
pengakuan ini sebagai kewajiban dalam agamayangakan ditanyakan
kepada manusia pada hari Kiamat. Pengakuan ini mencakup beberapa
hal, sebagaimanayang telah dijelaskan secara terperinci. setiap kali
pengetahuan seseorang tenrang kondisi paraMalaikat benambah maka
keimanannya pun akan bertambah. Hal itu rermasuk sikap pembenaran
terhadap berita-berita dari Allah dan Rasul-Ny, ffi tentang mereka.
Tidak diragukan lagi, ketidaktahuan terhadap para Malaikat,
tentang kondisi dan sifat mereka mengakibatkan kurangnya iman.
Kekurangan iman ini sangat berpengaruh pada keyakinan-keyakinan
lainnya atau berpengaruh pada perbuatan dan prilakunya dalam
kehidupan.
Seandainya mengetahui kondisi, sifat, dan perbuatan mereka bukan
masalah yang sangat penting, niscaya Allah tidak akan menjadikan
beriman kepada para Malaikat sebagai rukun iman kedua dari rukunrukun iman yangada.
Maka dari itu, hendaklah seorang Muslim senanriasa memperhatikan dengan cermar dan bersemangat untuk mempelajari apa
saja yang bermanfaatbaginyadi dunia dan di akhirat. Seyogianya pula
dia memulai dengan apayatgdimulai oleh para Nabi dan Rasul-Ny,
tpu, yaitu membenarkan tauhid dan memperbaiki keyakinan, yang
di antaranya adalah beriman kepada paraMalaikaq uallaabu a'lam.
2. Mencintai, mengagungkan, dan menyebutkan keutamaan
Malaikat
Para Malaikat adalah hamba-hamba yang mulia di sisi Allah.
Dia memilih dan menugaskan mereka untuk melaksanakan urusanurusan besar, sebagai bentuk ketaatan dan ibadah kepada Allah \H.
Selama kondisi para Malaikat seperti ini, mencintai mereka -rffii
hukumnya wajib, bahkan termasuk bagian dari iman terhadap mereka.
Kita mencintai para Malaikat karena mereka adalah hamba Allah
yangtidak durhaka terhadap apa yang diperintahkan-Nya dan selalu
melaksanakan apa yangdiperintahkan. Kita mencintai para Malaikat
karena tugas-tugas agung yangmereka laksanakan di langit dan bumi, di
samping karena mereka mendo'akan kita di sisi Allah ffi , sebagaimana
firman-NyaW z
"(Malaikat-Malaikat) yang memikul 'Arry dan Malaikat yang berada di
sekililingnya bertasbib memuji Rabbnya dan mereka beriman kepadaNya serta memintakd.n dmPun bagi orang'orangyang beriman (seraya
mengucapkan): Ya Rabb kami, rabmat dan ilmu Engkau meliputi segala
sesudtu, maka berilab arnpundn hepada orrmg-ord.ngyang bertaubat dan
rnmgikuti jalan Engkau danpelibaralab mereka dari siksaan Nerakayang
menyala-nyala,ya Rabb kami, dan masukkanlab mereka ke dalam Surga
'Adn yang tekb Engkau janjikan krpofu mereka dan orang-orang sbalib di
dntard bapak bapak mereka, dzn istqi-istui mereka, dan keturunan mueka
selnud. Sesunguhnya Engkaukh yang Mabapukasa kgi Mdbabila.htd.na dan
peliharakh mereka dari (baksan) hejabaan. Dan orang-orrtngyang Engkau
pelihara dari (pembaksan) kqabaan pada bari itu maka sesungubnya tekh
Engkau anugerahkan rabmat kepadanya dan itulab kemenangan yang
besar.'" (QS. Al-Mu'mi n: 7 -9)
"Diakh yang membui rabmat kepad,amu dan Malaikat-Nya (memobonkan
drnpunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cabaya (yorg terang). Dan adalah Dia Maba Penyayang kepada
ord.ng- orang y dng beriman." (QS. Al- Ahzaab : a3)
"Hampir saja langit itu pecab dari sebelab atasnya (karena kebesaran
Rabb) dan malaikat-malaikat bertasbib serta memuii Rabbnya dan
memohonkan ampun bagi ordng-ordng yang ada di'bumi. Iigatlab,
babuta sesunggubnya Allah Dialab Yang Maba Pengampun lagi Maha
Penyayang." (QS. Asy-Syuura: 5)
Do'a-do'a agung yang tidak ditemukan tandingannya pada
seorang bapak yangmengasihi anaknya ini telah dilakukan oleh para
Malaikat yangbaik itu, di tempat yangmulia, yakni di sisi Yang Maha
Pengasih lH. Itulah sebab yang mewajibkan kita untuk membalas
keutamaan dan do'a para Malaikat tersebut, yaitu dengan mencintai
mereka dan berdo'a kepada Allah agar memberikan balasan yang baik
kepada mereka.
Tidak diragukan lagi bahwa do'a dan shalawat para malaikat kepada
kita memiliki pengaruh yang sangat besar untuk mengeluarkan kita dari
kegelapan menuju cahaya. Oleh karena itu, Allah menggandengkan
shalawat mereka dengan shalawat-Nya serta menyebutkan do'a dan
permohonan ampun mereka bagi kita di tempat yang menjelaskan
nikmat-Nya atas kita.
Nabi ffitelah membalas orang y^ngmengajaknya menghadiri
jamuan makan dengan mendo'akanagar Malaikat bershalawat kepadanya, sebagaimana disebutkan oleh hadits Anas S; dalam kisah
kunjungan Nabi ffikepada Sa'ad bin'Ubadah, diceritakan darinya:
" ... Nabi Allah ffi pu makan. Ketika selesai, beliau bersabda:
'Orang-orang baik telah makan makanan kalian dan Malaikat telah
bershalawat atas kalian serta orang-orang berpuasa telah berbuka di
rumah kalian.'"rr
Kita mencintai para Malaikat karena mereka mencintai kita,
sebagaimana disebutkan dalam hadits sebelumnya bahwasanya jika
Allah mencintai seorang hamba, makaJibril memerintahkan penghuni
langit supaya mencintainya.
Kita mencintai paraMalaikat karena tugas agung yang mereka
laksanakan untuk menolong Rasulullah ffidankaum Muslimin. Kita
mencintai mereka karena tugas agung yangmereka laksanakan untuk
mempermudah kemaslahatan kita di dunia dan akhirat. Kita mencintai
mereka karena syafa'at yalo'g mereka berikan kepada kita pada hari
Kiamat. Kita mencintai mereka karena mereka memberi kabar gembira
kepada kita dengan Surga pada hari Kiamat. Kita mencintai mereka
karena mereka berdo'a demi keselamatan kita ketika menyeberang di
alas asb-sbiratb. Kita mencintai mereka karena mereka adalah penolong
kita di dunia dan di akhirat
Setiap kali manusia merenungkan perbuatan yang dilakukan
para Malaikat niscay a akan benambah kecintaan dan pengagungannya
kepada mereka. seandainya tidak ada kewajiban untuk b.ri*r,
kepada para Malaikat, melainkan hanya beriman kepada Allah,
niscaya tetap layak mencintai mereka karena keimanan yang ada
pada mereka. Bagaimana tidak, terlebih lagi kita telah mengetahui
bahwa paraMalaikat memiliki sifat-sifat agung dan mulia yangsetiap
salah satu darinya sudah cukup (menjadi alasan) untuk mencintai dan
mengagungkan mereka.
Merupakan suatu kewajiban atas seorang Muslim mencintai
wali-wali Allah, di antaranya adalah para Malaikat yang mulia,
serta mengagungkan dan merenungi sifat-sifat mereka yangagung,
sebagaimana disebutkan dalam al-Qur-an dan as-Sunnah, juga meyakini
keutamaan mereka, menyebut kelebihan mereka, dan menyanjung
mereka sesuai dengan sanjungan Allah dalam Kitab-Nya dan melalui
lisan Rasul-Nya ffi. selain itu, hendaklah setiap Muslim merindukan
pertemuan dengan para Malaikat di negeri kemulian mereka,
sebagaimana Nabi (W, merasasenang saat Jibril sering mengunjunginya,
seperti yangtelah dijelaskan sebelumnya.
Para ulama pun berbicara mengenai hukum bershalawat dan
mengucapkan salam kepada mereka. Sebagian mereka melarangnya,
namun sekelompok yang lain membolehkannya. Imam an-Nawawi
'#E berkata: "Mereka (para ulama) bersepakat atas diperbolehkannya,
bahkan disunnahkan, untuk bershalawat kepada Nabi ffi; demikian
pula diperbolehkan dan disunnahkan melakukannya kepada semua
Nabi dan para Malaikat secara khusus."r2
Al-Qadhi 'Iyadh ,4$E berkata: "Para ulama telah sepakat atas
diperbolehkannya bershalawat kepada selain Nabi M."r,
As-Sakhawi 4!15 bercerita: "Guru kami berkata: 'Tidak diketahui
adany a hadit s y ang dap at dij adikan seb agai n ash men genai bershalawat
kepada Malaikat. Akan tetapi, bershalawat kepada Malaikat hanya
didasarkan pada sabda beliau ffi:
'Bershalawatlah kalian kepada para Nabi dan para Rasul-Nya karena
Allah menamai mereka sebagai Rasul.'"ra
As-Sakhawi pun menunjukkan suatu hadits dari Abu Hurairah
g5, bahwasanyaNabi ffi bersabda:
'Bershalawatlah kalian kepada para Nabi dan para Rasul-Nya karena
sesungguhnya Allah mengutus mereka sebagaimana Dia mengutusku."
Diriwayatkan dari \7a-i1 bin Hujr 4B , dta berkata bahwa
Rasulullah ffi bersabda:
'Bershalawatlah kalian atas para Nabi jika kalian menyebutku karena
sesungguhnya mereka diutus sebagaimana aku diutus.'"r6
Masuknya para Malaikat di sini karena mereka adalah utusan
(Rasul) Allah. Jadi, jelaslah bahwa hal ini menunjukkan disunnahkannya bershalawat kepada mereka jika nama Malaikat-Malaikat itu
disebutkan.
Ibnul Qayyim +M berkata: "Penjelasan yang benar dalam
masalah bershalawat kepada selain Nabi ffi, boleh jadi atas keluarganya,
isteri-isterinya, dan anak-anaknya atau y anglainnya ini sebagai berikut.
Jika yang pertama fteluarganya) disebutkan, maka bershalawat kepada
mereka disyari'atkan bersama shalawat untuk Nabi
Adapun jika dimaksudkan untuk y^ngkedua, yaitu Malaikat dan
orang taat secara umum, termasuk di dalamnya para Nabi rHl dan
utusan lainnya, maka bershalawat kepada mereka juga diperbolehkan,
yakni mengucapkan: " Allaabumma sballi'alaa Malaa-ikatil muqarrabiin
uta abli tbaa'atika ajma'iin" (Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas
Malaikat-Malaikat-Mu dan orang-orang y angta tkepada-Mu semuanya).
Namun, jika ditujukan kepada orang atau kelompok tertenru, maka
bershalawat seperti itu makruh, bahkan apabila dikatakan haram
pun memiliki alasan, terlebih kalau seseorang menjadikan shalawat
itu sebagai syi'ar baginya. Dilarang juga shalawat yang sebanding
dengannya ata:u yang lebih buruk daripadanya, sebagaimana yang
dilakukan Rafidhah terhadap 'Ali gf . Akan tetapi, jika kadangkadang seseorang bershalawat kepada orang lain tanpa menjadikannya
sebagai sy7'ar,sebagaimana orang yangbershalawat kepada orang yang
membaya r zakat,sebagaimana Nabi M y
^ngbershalawat
untuk seorang
perempuan dan suaminya, serta sebagaimana'Ali yang bershalawat atas
'IJmar, maka hal ini diperbolehkan."rT
Apa yang disebutkan oleh Ibnul Qayyim ,rl'i6 dengan menjadikan
hal itu sebagai syi'ar ahlul bid'ah, tanpa menyebutkan di dalamnya
shalawat atas Malaikat, maka tidak diragukan lagi bahwa masalah itu
(shalawat atas Malaikat) tetap menj adi hak merek a antar adiperbolehkan
atau disunnahkan. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk menganggapnya makruh atau haram,uallaahu a'lam.Jika shalawat tersebut
terkadang dilakukan dan terkadang ditinggalkan, maka cara itu
dianggap lebih baik karena dengann ya dapat dibedakan arTtaramereka
dan Nabi ffi.
Adapun menyampaikan salam atas para Malaikat maka tidak
diragukan akan kebolehannya, baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, karenayangdemikian itu berbeda dengan shalawat. Kita
menyampaikan salam atas hamba-hamba Allah yang shalih dalam setiap
shalat, dan para Malaikat termasuk di antaranya, uallaabu a'lam.ts3. Tidak boleh mencela, meremehkan, atau mengeiek Malaikat
Di antara hak-hak para Malaikat atas kita adalah selalu menyebut
mereka dengan kebaikan dan menjauhi pembicaraan yang mengindikasikan kekurangan mereka. Tidak boleh juga mencela, memaki,
atau menampakkan permusuhan terhadap mereka. Sesungguhnya
membenci dan memusuhi para malaikat berarti kafir kepada mereka,
sedangkan kafir kepada mereka berarti kafir kepada Allah Mi ,
sebagaimana firman-Nya \H :
"Katakanlab: 'Barang siapa menjadi musub
Jibril, maka tibril itu
telab menurunkan (al-Qur-an) ke dalam batimu dengan seizin Allah;
m emb enar k an d,p d, (Kitab - Kita b) y an g s e be l u m ny d. dan m enj ad i p e t unj u k
serta berita gembira bagi orang-ordngyang beriman.' Barang siapa yang
menjadi musub Allab, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibril
dan Mikail, maka sesungguhnya Allab adalab musub orang-ord.ngydng
kafir." (QS. Al-Baqarah: 97 -98)
Al-Qurthubi +SH berkata: "Ayat ini menerangkan ancaman
dan celaan terhadap orang yang memusuhi Jibril ;gO;, serta sebagai
pemberitahuan bahwa memusuhi sebagian Malaikat dapat menyebabkan
Allah memusuhi mereka (orang-orang yang memusuhinya)."t'
Ibnu Katsi, pSU berkata: "Maksudnya, hendaknya siapa sapyang
memusuhi Jibril mengetahui bahwa Malaikat itu adalah Rubul Amin
yangtunrn membawa al-Qur-an ke dalam hatimu (Muhammad) dari
Allah, sesuai dengan izin-Nya untuk melakukan hal itu. Dengan kata
lain, dia (|ibril) adalah salah satu Rasul Allah dari kalangan Malaikat;
dia adalah Malaikat-Ku. Siapa yangmemusuhi seorang Rasul berarti
telah memusuhi semua Rasul, siapa yangberiman kepada seorang Rasul
wajib pula beriman kepada Rasul lainnya,dan siapa yangkafir kepada
seorang Rasul berarti telah kafir kepada Rasul seluruhnya."20
Tidak diragukan lagi bahwa Malaikat Allah W termasuk
para wali yang dekat kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya W:
ALi,Hfr
{@q "Al-Masib sekali-kali tidak enggdn menjadi hamba bagi Allab, dan tidak
(pula mggan) Malaikat-Makikat yang terdekat (kepada Allab). Barang siapa
ydng engg,an dari menltembab-Nya dan men)ombongkan diri, nanti Allab
akan rnengurnpulkan mereka sernua kepada-Nya." (QS. An-Nisaa':172)
Memusuhi parawali-Nya termasuk dosa besar yang menyebabkan
murka dan permusuhan Allah, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah
*!y , dia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
"Allah W berfirman: 'Barang siapa yangmemusuhi wali-Ku maka
sungguh Aku telah menyatakan perang dengannya."'zl
Akan disebutkan pula sebab turunnya firman Allah IH:
4.,t-#-(t3L34iS$ "Kotokanlab: Barang siapa ydng menjadi musuh
Jibril...." (QS. Al-Baqarah: 97) yang menjelaskan keyakinan kaum
Yahudi terhadap Malaikat padajuz kedua, insyaAllab.
Para ulama '^itt ib: telah memberikan peringatan keras agar
seseorang tidak menodai kehormatan para Nabi, Rasul-Rasul Allah,serta para Malaikat-Nya; atav mencela, merendahkan, meremehkan,
dan mendustakan mereka. Para ulama menjelaskan bahwa perbuatan
y^t7g demikian ini berkonsekuensi murtadnya seseorang dari agama
Allah W, anal'iyaadzu billab.
Al-Qadhi 'Iyadh 'iu5 brrpendapat: "Hukum orang y^ng
mencela dan meremehkan Nabi-Nabi Allah dan para Malaikat-Nyr,
atau mendustakan apa yang mereka bawa, atau mengingkari dan
mendurhakai mereka adalah dibunuh sebagaimana orang murtad ..." Ia
menyatakan bahwa Sahnun berpendapat: 'Barang siapa yarLgmencaci
salah satu Malaikat maka dia harus dibunuh."
Dalam kitab an-Nauaadir dari Malik, mengenai orang yang
mengatakan bahwasanyaJibril salah dalam membawakan wahyu sehingga
yang seharusnya menjadi Nabi adalah'Ali bin Abi Thalib, "Maka orang
itu (atas ucapannya tersebut-"d) disuruh bertaubat. Jika bertaubat, maka
dia bebas, dan jika tidak bertaubat, maka dia dibunuh."
'Iyadh berkata: "Abul Hasan al-Qabisi berpendapat tentang orang
yang berbicara kepadayanglain: ''Wajah Malaikat Malik sedang marah.'
Apabila diketahui bahwa dia mencela Malaikat itu dengan sengaja,
maka dia harus dibunuh."
Al-Qadhi 'Iyadh berkata: "(Hukum) ini semuanya berlaku
bagi orang y^ngmembicarakan mereka pada
^pa
yangtelah kami
katakan atas semua Malaikat dan Nabi-Nabi; atau atas sosok tertentu
yang telah kita ketahui bahwa dia termasuk Malaikat atau Nabi
yalgdinashkan oleh Allah di dalam al-Qur-an; atau sudah diketahui
secara jelas dasarnya berdasarkan hadits mutawatiry^ngmasyhur dan
telah disepakati melalui ijma', seperti Jibril, Mikail, Malik, penjaga
Surga, Zabaniyah, penjaga Neraka, dan Malaikat pemikul 'Arsy yang
diterangkan di dalam al-Qur-an .... Adapun (hukum)terhadap Malaikat
atau Nabi, yang nama-namanya belum ditetapkan melalui hadits dan
belum disepakati melalui ijma'sepefti Harut dan Marut di kalangan
Malaikat, maka hukum mencela dan mengingkari mereka tidak sama
seperti hukum yangtelah kami sebutkan di atas. Sebab, tidak ada
ketetapan pengharaman bagi mergka, sedangkan bagi orang_t_ersebut
y^ngmengurangr dan menyakiti (hak-hak Malaikat) wajib diberikan
sanksi jera dan dibina ... Adapun mengingkari keberadaan mereka
atau yang lainnya dari kalangan Malaikat, maka jika yang berbicara
itu adalah seorang ulama, maka hal itu tidak mengapa karena memang
para ulama masih berbeda pendapat dalam hal itu. Akan tetapi, jika
orang awam yang berbicara, maka dia harus diberikan peringatan
agar ddak membicarakan hal tersebut. Jika mau bertaubat, maka dia
diberikan pembinaan. Sesungguhnya mereka tidak memiliki hak untuk
membicarakan hal seperti ini."22
Penulis kitab Daliilut Tbaalib berkata: "Kekafiran dapat terjadi
karena salah satu dari empat hal berikut ini.
1. LIcapan, seperti mencela Allah ffi, Rasul-Nyr, Malaikat-Ny",
atau mengaku sebagai Nabi.
2. Berbuat syirik kepada Allah W.
3. Perbuatan, seperti sujud kepada berhala atau sesembahan lainnya, juga seperti membuang mushaf ke dalam sesuatu yang
mengandung kotoran.
4. I'tiqad (keyakinan), seperti meyakini bahwa Allah memiliki
sekutu atau menghalalkan apa yangdiharamkan-Nya."23
Al-Qarafi berkata: "Ketahuilah, wajib atas setiap mukallaf untuk
mengagungkan para Nabi bersama keluarga mereka, demikian pula
para Malaikat. Barang siapa yangmengganggu kehormatan mereka,
baik dengan sindiran maupun secara terang-terangan, maka sungguh
dia telah kafir. Jadi, barang siapa yangmengatakan terhadap seseorang
yang sangat kuat bahwa dia lebih kasar daripada Malik, penjagaNeraka,
atau berkata kepada seorang laki-laki yang dilihatnya sangat kekar
tubuhnya bahwa dia lebih kejam daripada Munkar dan Nakir, maka dia
telah kafir karen a telah men gucapkan perny ataan y angmenunj ukkan
kekurangan Malaikat, yaitu dalam hal kejam dan kasar.
Hendaknya setiap Muslim berhati-hati dari hal-hal yang sangat besar
dan mulia ini sebab ia dapat mengeluarkannya dari agama secara tidak
sadar. Sungguh, sebagian orarLg-@d.laa hauk wal.aa quwuatd illaa Alkbtelah meremehkan hal yangsangat berbahaya ini. Mereka menjadikan
Kitab Allah, sunnah Rasul-Nya, Nabi-Nabi-Nya, dan para MalaikatNya termasuk hal yang asing, meremehkannya atau meremehkan
individunya. Tidaklah hal itu terjadi melainkan karena lemahnya
iman dan kosongnya hati dari mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah.
Cukuplah ayatdibawah ini sebagai peringatan, yakni firman Allah \H:
"DAn jika kamu tanyakan kEada mereka (tentang dpd ydng rnereka
lahukan itu), tentu mereka akan menjauab: 'sesunggubnya kami hanya
bersenda gurd.u dan bermain-main saja.' Katakanlah: 'Apakah dengan
Allab, aydt-d1dl-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?' Tidak
usah kamu minta maaf, karena kamu kafi.r sesudab beriman. Jika Kami
memaa/kan segolongan dari kamu (antaran mereka taubat), niscaya
Kami akan mengadzab golongan (yonglain) di sebabkan mereka adalab
ordng-orangydng selalu berbuat dosd." (QS. At-Taubah: 65-66)
4. Meniauhi apa-apa yang dibenci Malaikat r)Sl
Di antara hak para Malaikat terhadap kaum Muslimin adalah
menjauhkan mereka dari setiap hal yang dibenci, baik berupa perbuatan
maupun perkataan. Membuang segala sesuatu yangmereka benci dapat
mendekatkan paraMalaikat kepada kita karena persahabatan mereka
bagi kita p asti memberikan manfaat-m anfaat, namun hany a Allah y ang
mengetahuinya. Telah disebutkan dengan tegas laranganuntuk masuk
masj id bagi seseo r
^ng
y algmakan sesuatu y arLgmen ggan ggu Malaikat,
bahkan banyak hadits-hadits yang melarang segala sesuatu yangdapat
mengganggu Malaikat. Hadits-hadits lainnya memberi tahu bahwa
paraMalaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya
terdapat apa y arg dibencinya.
Di antara hal-hal yangdibenci Malaikat dan yang wajib dijauhi
agar kebaikan tidak luput dari kita dengan menjauhnya Malaikat
tersebut adalah:
L. Gambar dan lukisan.
2. Memelihara anjingdi rumah.
3. Menggantungkan lonceng pada binatang.
4. Tidak mandi junub hingga Shubuh, seperti kebiasaan manusia
pada umumnya.
5. Memakai al-kbaluq.
Yaitu minyak wangi yangterbuat darizafaran (kunyit) atau yang
semacamnya, yang khusus bagi perempuan. Telah disebutkan
hadits-hadits yang melarang penggunaan wewangian itu."
6. Makan bawang putih, bawang merah, dan bawang bakung, atau
sayur sejenisnya yangmemiliki bau tidak sedap.
Disebutkan dalam hadits Jabir bin 'Abdullah gf , dia berkata:
"Nabi ffi melarang makan bawang merah dan bawang bakung.
Namun, ketika sangat membutuhkannya, kami pun memakannya,
hingga beliau bersabda:
'Siapa sala yang makan dari pohon yang berbau busuk ini maka dia
tidak boleh mendekati masjid kami. Sesungguhnya Malaikat terganggu
dari apa yang mengganggu manus ia."'
Hadits ini menjadi dalil wajibnya mengagungkan para Malaikat
dan menjauhi segala sesuatu yangtidak disukai mereka.
Para ulama rnutaakbirin menganalogikan bawang merah dan
bawang putih y^ngtelah terbiasa dikonsumsi orang saat ini dengan
segala sesuatu yangmemiliki bau tidak sedap, seperti asap rokok dan
semacamny^, yangdapat mengganggu orang lain karena baunya.
Perlu diketahui bahwa di samping asap rokok memiliki bau tidak
sedap, ia |uga dihagamkan karena memiliki mudharat yang sangat
banyak, sebagaimana telah diketahui. Hal ini termasuk ke dalam
keumuman firman Allah \H:
"... dd.n mengbalalkan bagi mereka segalayangbaik dan mengbaramkan
bagi mereka segala ydng buruk...." (QS. Al-A'raaf : 1.57)
"Mereka menanyahan kepadamu: 'Apakah yang dihalalkan bagi mereka.'
Katakankb: 'Dibalalkan bagimu yang baik-baiA ... '" (QS. Al-Maa-idah: a)
Sudah maklum bahwa rokoktidak dikategorikan ke dalam sesuatu
yarLgbaik sehingga benda tersebut diharamkan bagi ummat ini.27
Nabi ffi membenci jenis sayuran ini (bawang merah dan bawang
putih) dan yang sejenisnya. Beliau tidak menyukai baunya dan tidak
makan makanan yangdi dalamnyaterdapat bawang merah dan bawang
putih.
Diriwayatkan dariJabir €5: "Nabiffipernah disuguhi sebuah
panci berisi sayuran bawang. Tatkala mencium baunya, beliau pun
bertanya.Maka diberitahukanlah bahwa makanan itu adalah bawang,
lalu beliau bersabda: 'Dekatkanlah sayur itu ftepada sebagian Sahabat
yang hadir bersama beliau).' Karena melihat Sahabat itu tidak memakannya, Rasulullah pun bersabda:
'silakan kalian makan. Sesungguhnya aku sering berbisikan dengan
yangkalian tidak berbisikan dengannya."'28
Yang dimaksud oleh beliau adalah Malaikat rW. Nabi ffi ingin
memuliakan Malaikat dan menjauhi apa-apa yang tidak disukainya.
Beliau memerintahkan ummatnya akan hal itu ketika mereka bertemu
dengan Malaikat di Masjid. Para ulama menyamakan pemberlakuan
ini di masjid dengan tempat-tempat berkumpul, seperti tempat shalat
hari raya, tempat shalat Jenazah, dan tempat walimah."
Secara zhahir, termasuk yang disebutkan oleh beberapa nash,
halaqah ilmu pun disaksikan oleh para Malaikat, uallaabu a'lam.
Penjelasan tersebut tidak berarti makanan itu (bawang) diharamkan bagi kita. Hanya saja dimakruhkan pergi ke masjid setelah
memakannya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu
Ayyub al-Anshari, dia berkata: "Apabila diberi makanan, Nabi ffi
selalu memberikan sisanya kepadaku. Pada suatu hari, Rasulullah
ffi memberikan kepadaku makanan yang belum dimakan sama
sekali karena di dalamnya terdapat bawang putih, lalu aku bertanya
kepada beliau: 'Apakah bawang putih itu haram?' Beliau menjawab:
'Tidak, hanya saja aku tidak menyukai baunya.'Abu Afpb berkata:
'Sesungguhnya aku membenci apa yangengkau benci."'
Abu Ayyub W menyebutkan alasan Nabi ffi tidak makan
bawang putih, yakni karena Malaikat datang membawa wahyu
kepadanya,3, sebagaimana dalam hadits yangtelah disebutkan:sesungguhnya aku sering berbisikan dengan (Malaikat) yangkalian
tidak berbisikan dengannya."
Allah \H memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya
dan menjadikan hal-hal mubah seperti ini sebagai 'udzur (alasan)
untuk tidak menghadiri shalat berjamaah karena maslahat syar'i
(syari'at). Namun, jika seseorang sengaja menjadikannya alasan untuk
meninggalkan shalat berjamaah, maka makanan itu diharamkan
baginya, wallaahu d'ldrn.3l
7. Meludah ke samping kanan dalam shalat
Dalam masalah ini terdapat adab dalam Islam yang berkaitan
dengan apa yarlg dikeluarkan seseorang dari mulutnya, apalagi pada
waktu menunaikan shalat atau ketika berada di masjid. Larangan
meludah ke samping kanan di dalam masjid disebutkan dalam hadits
Anas q;' , dia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
((.ti.3i V:KS Ws;t e,3iir l
'Meludah di masjid adalah kesalahan dan kffirat-ny^ adalah dengan
menimbunnya."'32
Ibnu Hajar ffi berkar.a: "Imam an-Nawawi berpendapat:
'Yang dimaksud dengan menimbunnyi- adalah jika masjid tersebut
berlantaikan tanah atau pasir. Namun, jika berlantaikan ubin atau
keramik, jangan mencampurkannya dengan sesuatu karena perbuatan
itu tidak termasuk menimbun, bahkan akan menambah kotor."33
Nabi ffi telah memberikan bimbingan y^ng benar tentang
cara yang mungkin dilakukan pada masjid-masjid yang berlantaikan
keramik atau karpet. Anas gF, berkata: "Ketika melihat dahak di
bagian Kiblat, Nabi ffi pm mengerik kotoran itu dengan tangan
karena beliau membencinya-atau terlihat kebencian terhadap hal
itu-seraya bersabda:
Jika seseorang di antara kalian telah berdiri pada tempat shalatnya,
sesun gguh ny a dia sedan g bermunaj at kep ada Rabbnya-at au Rabbnya
berada antara dirinya dan arah kiblat-maka dia tidak boleh meludah
ke arah kiblat. Akan tetapi, hendaklah dia meludah ke sebelah kiri atau
ke bagian bawah kakinya. Setelah itu, beliau mengambil ujung kainnya
lalu meludah padanya kemudian melipatkan sebagiannyaatas sebagian
yanglain seraya bersabda: 'Boleh juga dia melakukan seperti ini."3a
Padazaman sekarang, Allah telah memudahkan segala sesuarunya.
Oleh karena itu, setiap orang dapat mengantisipasi terjadinya hal
seperti ini dengan menyiapkan
^pa
yang bisa dia gunakan untuk
meludah, seperti sapu tangan atau yangsejenisnya.
Disebutkan alasan dari larangan meludah ke sebelah kanan, yaitu
bahwasanya di sebelah kanan orang yang shalat terdapat Malaikat.
Demi menghormati dan agar tidak mengganggu Malaikar tersebut,
maka dilarang meludah ke arah kanan dalam shalat, sebagaimana
disebutkan dalam hadits Abu Hurairah QF, , dari Nabi ffi, beliau
bersabda:
Jika salah seorang di antara kalian berdiri (untuk shalat), maka dia
dilarang meludah ke bagian depan, karena dia sedang bermunajat
kepada Rabbnya, selama dia berada di tempat shalatnya, dan tidak
boleh juga meludah ke sebelah kanan karena di sebelah kanannya
terdapat Malaikat. Hendaklah dia meludah ke sebelah kiri atau ke
bagian bawah kaki lalu menimbuttnya.n3s
Sebagian ulama melarang seseorang meludah ke sebelah kanan
secara mutlak, baik di dalam mauPun di luar shalat, juga di dalam
masjid atau di tempat lainnya.
Imam an-Nawawi'ritS6 berkata: "Dalam hadits itu terdapat
larangan, bagi orangyang sedang shalat, meludah ke depan atau ke
sebelah kanannya. Hal ini berlaku umum di dalam masjid atau di
tempat lainnya. Adapun sabda Nabi ffi:'Hendaklah dia meludah
ke bagian bawah kakinya atau ke sebelah kirinya,' hal ini berlaku di
tempat selain masjid. Maka dari itu, orang yangsedang shalat di dalam
masjid tidak boleh meludah, kecuali pada pakaiannya, berdasarkan
sabda Nabi ffi: 'Meludah di masjid adalah kesalahan (dosa).' Atas
dasar itu, bagaimana mungkin beliau ffi membolehkan meludah di
dalamnya? Beliau melarang meludah ke sebelah kanan tidak lain untuk
memuliakan Malaikat. Dalam riwayat al-Bukhari yanglain disebutkan:
'Ia dilarang meludah ke depan atau ke sebelah kanan karena disebelah
kanannya ada Ma1aikat."36
Setiap Muslim wajib berhati-hati terhadap ag manya, serta
menjauhi hal-hal yangdapat mengganggu sesama kaum Muslimin atau
Malaikat rS. Hal yangpaling dibenci Malaikat, tanPa diragukan lagi,
adalah syirik kepada Allah karena perbuatan itu mengandung dosa
terbesar dalam mendurhakai Allah. Hal yang dibenci selanjutnyaadalah
bid'ah dan mengada-adakan hal yar.g baru dalam agama. Kemudian,
malaikat membenci berbagai kemaksiatan sesuai dengan tingkatannya
masing-masing, uallaabu a'lam.C. Buah Keimanan kepada paraMalaikat
Beriman kepada para Malaikat memiliki faedah yangsangar besar
dan buah yangsangat mulia yangdapat dirasakan oleh manusia di dunia
dan di akhirat. Setiap pengetahuan seseorang terhadap kondisi mereka
bertambah maka bertambah pula keimanannya, demikian pula buah
dan faedahnya. Di antara buah keimanan yangdimaksud adalah:
1. Kebenaran Iman
Iman adalah martabat (tingkatan) yangsangar agung dalam ag ma.
Ia berdiri di atas enam rukun, yarLgpertama adalah beriman kepada
Allah, kemudian beriman kepada para Malaikat, Rasul-Rasul, KitabKitab, dan hari akhir, serta beriman kepada takdir Allah yangbaik dan
yangburuk. Keenam rukun ini adalah satu kesatuan yang Allah tidak
menerima salah satunya kecuali dengan yanglainnya. Oleh sebab itu,
tidak sah iman seseorang hingga dia membenarkan semua rukun ini.
Firman Allah LH:
"Rasul telah beriman kepada al-Qur-anyangditurunkan kepadanya dari
Rabbnya, demikian pula orang-ordngyang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, dan RasulRasul-Ny a. (Mereka mengatak an) :' Kami ti.dak membeda-bedakan dntard
seseordng pun (dengan yd.ng lain) dari Rasul-Rasul-Nya,' dan mereka
mengatakan: 'Kami dengar dan kami taat.'(Mereka berdo'a): Ampunilab
kami, ya Rabb kami, dan kepada Enghaulait ternpdt kernbali.'" (QS. A1-
Baqarah:285)
Allah menjadikan keimanan dengan beriman kepada enam
rukun ini dan menamakan orang yangberiman kepada rukun-rukun
ini dengan sebutan Mukmin, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
yangsangat masyhur: "Iman itu adalah kamu beriman kepada Allah,
Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan hari akhir, serta takdir
yangbaik dan yangburuk."37
Inilah iman. Siapa salayang beriman kepada Malaikat berarti
telah memenuhi satu rukun y^ngwajib dari rukun-rukun iman dan dia
wajib memenuhi rukun-rukun lainnya. Adapun mengingkari sebagian
rukun iman tersebut, tidak diragukan lagi adalah kafir terhadap-Nya
dan menyebabkan hilangnya rukun yanglainnya, sebagaimana firman
Allah W:
"... Barang siapa y ang kafi.r kepada Allah, Malaikat -Malaikat-Ny o, Kitab'
Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan bari Kemudian, maka sesunggubnya
ordng itu telab sesat sejauh-jauhnya." (QS. An-Nisaa': 136)
Hilangnya satu rukun dari rukun-rukun ini mengharuskan
hilangnya semua rukun, sebagaimana disebutkan dalam penuturan
Y ahy a bin Ma' m ar, dia berkata: "Orang y aflgpertama membicarakan
tentang takdir di Bashrah adalah Ma'bad al-Juhani. (Suatu ketika)
aku berangkat bersama Humaid bin 'Abdurrahman al-Himyari
untuk menunaikan haji atau umrah, lalu kami berbincang-bincang:
'seandainya kami bertemu dengan salah seorang Sahabat Rasulullah ffi,
maka kami akan bertanya kepadanya tentang takdir. Kami pun bertemu dengan'Abdullah bin'Umar bin al-Khaththab di dalam masjid,
lalu kami berdua merangkulnya, salah seorang dari kami di bagian
kanan dan yang lain di bagian kiri.
Aku mengira sahabatku akan mewakilkan pembicaraan tadi,
hingga akhirnya aku berkata: ''\tr(ahai Abu'Abdurrahman, kami melihat
orang-orang yang membaca al-Qur-an, tetapi picik pengetahuan.
Demikianlah keadaan mereka, bahkan mereka menyangka tidak ada
takdir dan menganggap remeh masalah itu." 'Ibnu'IJmar menjawab:
'Jika kamu menemui mereka, maka beritahukanlah bahwa aku
berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri dariku.' Yang
dijadikan sumpah oleh 'Abdullah bin'tlmar adalah seandainya salah
seorang di antara mereka memiliki emas seperti Gunung Uhud lalu
dia menginfakkannya, niscaya tidak akan diterima oleh Allah darinya
hingga dia beriman kepada takdir." Setelah itu, dia menyebutkan hadits
Jibril yangmasyhur.38
Demikianlah iman kepada paraMalaikat dan demikian pulalah
rukun-rukun iman lainnya. Allah tidak menerima iman seseorang
terhadap salah satu rukun iman, kecuali dengan beriman kepada yang
lainnya.
Barang siapa yangtelah menyempurnakan imannya berarti dia
telah mendapatkan kemenangan di dunia dan akhirat, seperti halnya
firman Allah \H berikut ini:
" Sesunggubny a beruntunglab ordng- ordng y ang beriman, (y aitu) ordngorang y a.ng kb usy u' dal am sb al atny a, dan ora.ng- o ran g y an g m enj aub k an(perbuatan d.an perkataan) yangtiada berguna, d.an orang'ord.ng
I yang rnenunaikan zakat, dan orang'ord.ngydng menjaga kemaluannya,
I f ecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka
! sesunggubnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari
I yongdi balik itu maka mereka itulah ord.ng-ordngydngmelampaui batas.
I Oon ordng-ord.ng yang memelibard an1.d.nat'd.rnand,t (yorg dipikulnya)
I dan janjinya, dan orang-ord.ngyd.ng memelibara shalatnya. Mereka itulah
[ , rdng-ordng ydng akan meuarisi, (yakni) ydng akan mewarisi Surga
I prdaus. Mereka kekal di dalamrrya" (QS. A1-Mu'minuun: 1-11)
ll " Alif laam miim. Kitab (al-Qur-an) ini tidak ada keraguan padanya;
ll p*unjukbagimerekayangbertakan,(yaitu)merekayangberimankepada
ll yongghaib,yangmmdirikansbalat,danmena/kahkansebagianrizkiyang
11 Xomi anugerabkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada
l) X;tab(al-Qur-an)yangtelabditurunkankepadamudanKitab-Kitabyang
11 *khditurunkansebelummu,se'rtdmerekayakinakanadanya(kebdupan)
ll okbirat. Mereka itulab yangtetap mendapat petunjuk, dari Rabbnya, dan
ll *erekalah ora.ng'ora,ngydng beruntung." (QS. Al-Baqarah: 1-5)
ll pengan kata lain, tidak ada keamanarL dan kemenangan bagi
ll reseorang tanpa beriman kepada para Malaikat, baik di dunia
li *aupun di akhirat. Setiap orang yang bertambah pengetahuan dan
lf ilmunya terhadap mereka (para Malaikat) maka bertambah jelas pula
I t emenangannyadi dunia dan di akhirat.
I tr,tengenai firman Allah Wt 4r;43;;i.* "Yang beriman kepada
It yong ghaib," Abul 'Aliyah berkata:'"Mereki beriman kepada Allah,
I tvtalaikat-Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-Rasul, hari Akhir, Surga dan
Neraka, serta pertemuan dengan-Nya; jugaberiman kepada kehidupan
setelah mati dan hari Kebangkitan. Semuanya ini termasuk hal-hal
yangBhaib.":s
Ibnu Katsir berkata mengenai firman-Nya: $ <,1.r;siil"rpjU* "Ddn
merek alab ordng-orang yang beruntung." "Yang dimaksud iala(orangorang yang memiliki sifat-sifat tersebut, yaitu beriman kepada yang
ghaib, mendirikan shalat, berinfak dari rizki yang diberikan Allah,
beriman terhadap Kitab yangditurunkan Allah kepada Rasulullah dan
Rasul-Rasul sebelumnya, serta beriman kepada negeri akhirat yang
mengharuskan setiap mereka bersiap-siap, berupa mengerjakan amalamal shalih dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan berdasarkan
petunjuk, cahaya, keterangan, dan basbirah (pengetahuan) dari Allah
\E. Merekalah orang-orang yangselamat dan mendaparkan apa-yang
diminta di sisi-Nya karena amal perbuatan mereka, disebabkan Attrti
meneguhkan dan memberi taufik kepada mereka."a,
Dengan penjelasan tadi, jelaslah sudah betapa penringnya beriman
kepada para Malaikat dan besarnya manfaat serta buah yangdihasilkannya. Keimanan yangdiwajibkan tergantung pada hal itu semua.
Oleh karena itu, setiap Muslim wajib berusaha seoptimal mungkin
memperhatikan rukun iman yang agung ini, yaitu beriman kepada
para Malaikat. Hendaknya juga dia merenungkan apa yalgdikabarkan
mengenai mereka dalam Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nyaffisehingga
dia dapat beriman kepada mereka dengan iman yangbermanfaat dan
berbuah di dunia dan di akhirat. Ia tidak boleh merasa cukup dengan
penjelasan tentang mereka (para Malaikat), berupa kisah-kisah dan
sifat-sifat y^ng boleh j adi keban yakannya tidak shahih, karena beritaberita seperti ini tidak memberikan manfaat sedikit pun bagi orang
y ang meyakini ny a ata:u be riman kep adany a, ap alagi j ika berita-berita
(riwayat-riwayat) yangtidak shahih itu diterima sebagian manusia dari
sebagian yanglain tanpa dasar syar'i, wallaahu a'lam.Mengagungkan Allah \H serta mengesakan-Nya dalam
Rububiyyab, (Ilubiyyab, serta AstnA' dan Sifat-Ny"
Hal ini adalah buah yarLg paling agung dan paling banyak
faedahnya, serta paling kuat dan paling wajib atas manusia, karena
inilah Allah menciptakan manusia dan jin, serta langit dan bumi
menjadi tegak. Untuk orang-orang yang membenarkan hal tersebut,
Allah menciptakan Surga beserta isinya; sedangkan bagi siapa yar.g
mengingkari hal tersebut, Allah menciptakan Neraka beserta isinya.
Karenanya pula Allah mengutus para Rasul, menurunkan Kitab-Kitab,
serta menjadikannya sebagai sebab permusuhatT antarapara Nabi dan
ummat-ummat mereka.
Al-Qur-an penuh dengan ay^t-ayat yang mengajak kita untuk
memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya dan makhluk-Nya, agar kita
dapat mengetahui keesaan-Ny" W dan keagungan-Ny, serta bekasbekas nikmat-Nya, di antararrya firman Allah W di bawah ini:
"Kami akan memperlibatkan kEada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sebingga jelaslah bagi
mereka baban al-Qur-an itu benar. Dan apakab Rabbmu tidak cukup
Bagi kamu) bahan sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesudtu." (QS.
Fushshilat: 53)
"sesunggubnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silib bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang'ord,ngyang berakal."
(QS. Ali'Imran: 190)
"Ddn mengdpd mereka tidak memikirhan tmtang(kejadian) diri mereka?
Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa ydng ada di antd.rd.
keduanya melainkan dengan (tujuan) ydng benar dan waktu ydng
ditentukan. Dan sesunggubnya kebanyakan di antara manusia benarbenar ingkar akan perternudn dengan Rabbnya." (QS. Ar-Ruum: 8)
,
"Kaakanlah: 'Perbatikankb apayangada di langit dan di bumi. Tidaklab
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-ordngydngtidak beriman.'" (QS. Yunus: 101)
"Hai manusia, sembahlab Rabbmu Yang telab menciptakanmu dan
ordng-ordng ydng sebelummu, agrtr kamu bertakua. Dialah Yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan
Dia rnenurunkan air ftujan) dari langit,lalu Dia menghasilkan dengan
bujan itu segala buah-buaban sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."
(QS. Al-Baqarah: 21-22)
Ayat-ayatyangsemakna dengan ayat diaras sangar banyak. Inilah
tujuan dari tafakkur, nazhar, dan tadabbur, yaitu agar manusia dapat
mengesakan Allah M dalam beribadah yang mencakup pengakuan
terhadap rububiyyah Allah serta r6rna'dan sifat-Nyr.
Allah Mi mencela orang-orangyangtidak berpikir dan bertadabbur dengan cara yangbenar, sebagaimana firman-Nya:
"Dd.n banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi
yang mereka melaluiny a, sedang mereka berpaling darinya. " (QS. Yusuf:
105)
"Da.n Kami jadikan langit itu sebagai atap ydng terpelibara, sedang
mereka beryaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allab) yang terdapat
padanya." (QS. Al-Anbiyaa' : 32)
"Dd.n Dialab Allah (Yo"S disembah), baik di langit tnduPun di bumi;
Dia mengetabui apayangkamu rabasinkan dan apayangkamu lahirkan
dan mengetahui (pula) apayangkamu usabakan. Dan tidak, ada satu ayat
pun dari dlat dyat Rabb sampai pada mereka, melainkan rnereka selalu
berpaling dariny a (mendustakanny a)." (QS. Al-An' aam : 3 -4)
Ayat-ayat yangsemakna dengan ayat tersebut sangat banyak.
Memikirkan ayat-ayat Allah ada dua macam:
1) Memikirkan ayat-ayat qur-anfiryah.
Yaitu kalam Allah W, dalam arti mentadabburinya dengan
cara-cara yang sesuai dengan syari'at sehingga manusia dapat
mengetahui maksud Allah W dan menjadikannyauntuk sampai
kepada setiap kebaikan di dunia dan di akhirat, seperti firmanNya \H:
W #-\rA;'i*xbi,(1;
*Maka apakah mereka tiddk memperbatikan al-Qur-an? Kalau kiranya alQur-an itu bukan dari sisiAllah, tmtulab mereka mendapatpmsfid.ngd.n
ydngbanyak di dalamnya." (QS. An-Nisaa': 82)
Ayat-ayat yangsemakna dengan ayat ini banyak sekali.
2) Memikirkan ayat-ayat Allah yangdiciptakan-Nyr.
Jenis inilah yangkita maksudkan dalam pembicaraan ini.
Ibnul Qayyim 'u!'i5 berkata: "Dengan bertafakkur (memikirkan
ciptaan Allah), pelakunya mendapatkan keima nan yangtidak diperoleh
dari sekadar mengamalkannya. Sebab, dengan bertafakkur dapat
tersingkap hakikat-hakikat setiap perkara sehingga tampak jelas
baginya. Dengannya pula seseorang dapat membedakan tingkarantingkatan keimanan dalam kebaikan dan keburukan, mengetahui yang
lebih utama daripada yangutama, yangterjelek daripada yangjelek,
serta mengetahui sebab-sebab yang mengantarkan kepada hal-hal itu
dan apa-ap a yangberlawanan dengan penyebab-penyebab tersebut dan
menghalanginya. Dapat pula, dengan tafakkur tadi, dibedakan antara
yangpantas dilakukan untuk mendapatkan semua itu dan yangtidak
pantas dilakukan untuk menolak penyebab-penyebab rlya." 4t
Penyebab penyingkapan itu wallaahu a'lam, karena hal-hal
yar.g dapat disaksikan (panca indera) lebih cepat merasuk ke dalam
hati daripada hal-hal ghaib. Apabila seseorang berusaha mengaitkan
antar a hal-hal y angghaib dengan hal-hal y arlg dapat disaksikan, niscaya
perenungan itu akan masuk ke dalam hati dan menambah keimanan.
Tafakkur yang dituntut di sini adalah yarLg sesuai dengan al-Qur-an
dan as-Sunnah. Adapun yang diklaim oleh para ahli ilmu kalam dan
filsafat, yakni memikirkan dengan menggunakan akal melalui caracara tertentu dan peraturan-peraturan yang diada-adakan, maka ini
tidak termasuk tafakkur. Caratersebut hanyalah taklid terhadap para
pendahulu mereka taflpl- hujjah (argumen) yangdapat diterima akal.
Jika Anda merenungkan perkataan-Perkataan dan cara-cara yang
mereka anggap dapat mengantarkan untuk mentauhidkan Allah, maka
pasti Anda akan menyadari semua itu sebagai metode mandul yang
tidak dapat menyampaikan kepada apa yang dikehendaki. Ada y^ng
berhasil, tetapi hal itu dicapai setelah mengalami keletihan yangsangat
dan menempuh bahayayan1besar. Mencapai tujuan (kebenaran) setelah
mengerahkan seluruh dayadan upaya berupa hal-hal yangaksiomatik
tidaklah dibenarkan oleh al-Qur-an. Sebab, berlebihan dalam mendalami
hal-hal yarlgsudah pasti itu termasuk perbuatan yangtidak bermanfaat.
Bahkan, jika Anda bertanya kepada seluruh ulama ahli kalam,
apakah di antara mereka adayangdapatmengenal Allah \i& dengan caracara yangmereka canangkan ataukah mereka mencapai pengetahuan
tentang Allah dengan car a-cara y mgdisyari' atkan, yakni melalui fitrah
(nurani) sefia ayat-ayat syar'iryah dan kauniWah, maka niscaya para
ulama tadi akan menjawab bahwa mereka tidak mengamalkan metode
ilmu kalam secara benar karena memang tidak membutuhkannya.
Meskipun demikian, mereka tetap menyebutkan cara-cara sePerti ini
dalam buku-buku mereka, tidak lain karena taklid terhadap guru-guru
mereka. Padahal, ahli ilmu kalam sangat mencela taklid dan tidak
membenarkan iman orang yangbenaklid.
Penulis al-laubarab berkata dalam sya'irnya:
Setiap orang yarlgbertaklid dalam tauhid
imannya pasti tidak kosong dari keraguan.
Maksudnya, memikirkan makhluk-makhluk Allah , di antaranya
para Malaikat, dan mentadabburi keadaan-keadaan serra sifat-sifat
mereka akan menanamkan keimanan dan pengagungan terhadap Allah
di dalam hati.
Ibnul Qayyim '1ffi berkata: Jika engkau merenungkan apa
yangdiserukan Allah \iM kepada hamba-hamba-Nya dalam Kitab-Nya
untuk dipikirkan, niscaya hal itu akan membuahkan ilmu rentang
Allah I99; berupa keesaan, sifat-sifat kesempurnaan, sifat kemuliaan,
kekuasaan, ilmu-Nya dan kesempurnaan hikmah, rahmat, ihsan,
kebaikan, kelembutan, keadilan, ridha, marah, serta pahala dan siksaNya yang menyeluruh. Oleh karena itu, Allah memperkenalkan (a1-
Qur-an) kepada hamba-Nya dan mengajak mereka untuk memikirkan
tanda-tanda kekuasaan-Nya. "a3
Beliau'ai$5 juga berkata: "Memperhatikan tanda-tanda kekuasaan
Allah ada dua macam. Pmama, memperhatikannya dengan pandangan
lahiriah, misalnya dengan melihat langit biru, bintang-bintang, dan
ketinggian serta keluasannya. Perbuatan ini dapat juga dilakukan oleh
selain manusia, seperti hewan, sehingga bukan ini yang dimaksudkan
di sini.
Kedua, melihat secara lahiriah lalu menembus basbirab (pandangan)
batin. Maka dengannya akan dibukakan baginya pintu-pintu langit
agar diadapat berkelana di seluruh ufuk dan kerajaan-Nya, bahkan di
arLtara Malaikat-Malaikat-Nyr. Setelah itu, dibukakan baginya pintu
demi pintu hingga hainya sampai kepada'Arsy Allah Yang Maha
Pengasih. Kemudian, dia melihat keluasan, keagungan, kemuliaan, dan
kehormatan serta ketinggiannya.lapun melihat tujuh lapis langit dan
tujuh lapis bumi seperti sebuah gelang yangdibuang di padang pasir
yangluas. Ia juga melihat Malaikat-Malaikat mengelilingi di sekitarnya
('Arsy) dan sibuk bertasbih, bertahmid, dan bertakbir. Lantas, ia
melihat Malaikat pemikul 'Arsy yang jarak antara ujung telinga dan
pundaknya sejauh perjalanan 700 tahun, dan semua urusan turun dari
atasnya dengan pengaturan Malaikat-Malaikat dan tentara-te ntara
Allah yangtidak ada yang mengetahuinya, kecuali Al1ah, Rabb dan
Pemiliknya.
Maka turunlah perintah dari Allah kepada para MalaikatNya untuk menghidupkan suatu kaum dan mematikan yang lainnya; memuliakan suatu kaum dan menghinakan yang lainnya;
membahagiakan suatu kaum dan menyengsarakan yang lainnya;
menumbuhkan suatu kerajaan dan menghilangkan yang lainnya;
memindahkan nikmat darisuatu tempat ke tempat lainnya; memenuhi
berbagai kebutuhan dengan berbagai ragam keperluannya, Perbedaannya, serta banyak dan sedikitnya; memberi kekuasaan dan
menghancurkannya; memberikan kekayaan kepada orang miskin;
memberi kesembuhan kepada orang sakit; meringankan beban,
mengampuni dosa; menghilangkan mudharat; menolong orang yang
terzhalimi; memberi hidayah orang yang bimbang; memberi ilmu
kepada yangawam; mengembalikan yanghilang; memberi keamanan
kepada yang takut; melindungi yang meminta perlindungan; membantu
yanglemah; menolong yangterkena bencana, menolong yang susah
payah; membalas orang zhalim; dan mencegah permusuhan.
Demikianlah rancangan-rancangan Allah yangberputar pada
keadilan, keutamaan, hikmah, dan rahmat yarLg berjalan di seluruh
penjuru alam. Semua itu tidak menyibukkan pendengar^nAllah sedikit
pun dari pendengaran yang lainnya; serta tidak tercamPuri dengan
banyaknya masalah dan kebutuhan walaupun beragam, berbedabeda dan bersamaan waktunya. Allah tidak pernah bosan dengan
kedurhakaan orang-orang yarlgdurhaka dan hal itu tidak mengurangi
perbendaharaan-Nya walau hanyasebesar dzarrah. Tidak ada ilab yang
berhak diibadabi dengan benar melainkan Dia yang Mabaperkasa lagi
Mababijahsana.
Ketika itulah, hati berada di hadapan Allah Yang Maha Pengasih,
mengetuk kekhusyu'an karena keagungan-Nya, dan tunduk pada
kemuliaan-Nya. Sesudah itu, orang tadi pun bersujud di hadapan
Raja yang sebenarnya dania tidak mengangkat kepalanya hingga hari
Kiamat. Inilah pengembaraan hati, sedangkan dia (asadnya) tetap
berada di negeri dan rumahnya, dan inilah ciptaan Allah yangpalingagung dan sangat mengagumkan. Alangkah indahnya pengembaraan
ini, penuh berkah, dan menyenangkan. Hasil dan unrungnya yang
paling agung, manfaat yalgpaling mulia dan akhir yangpaling baik.
Perjalanan yangmenghidupkan roh, sebagai kunci kebahagiaan serra
kekayaan akal dan pikiran ini, tidak sama dengan perjalanan (safar pada
umumnya) yangmerupakan bagian dari adzab."aa
Perhatikanlah hakikat memikirkan makhluk-makhluk Allah,
bagaimana tafakkur ini dapat menghasilkan buah yatgsangar agung
ini. Tidak ada amal yang dapat menyamainya, meskipun perbuatan
itu sangat ringan diamalkan dan sangat mudah dicapai bagi orang yang
diberikan taufik oleh Allah.
sebagian orang padazamansekarang mengklaim bahwa para Salaf
tidak memperhatikan rububfiryab. Tuduhan bathil ini terbantahkan
dengan nukilan yangdisebutkan sebelumnya oleh Ibnul Qayyim A!fiH.
Hany a saja, p ar a s alaf tidak menj adikan tafakkur sebagai tuj uan, sepeft i
halnya para ahli kalam, dalam pembahasan dan ilmu mereka. Para
salaf menjadikannya sebagai sarana untuk mencapai kelaziman-Nyr,
yaitu mentauhidkal ulubfiryah. Dalam hal ini, para Salaf ii:r'ri;rtelah
mentsusun banyak kitab, di antaranya:
1. KitaabutTaubiidkaryalbnuMandah.os
2. Dar-u Ta'aarudbil 'Aqli anan Naql karya Ibnu Taimiyyah.
3. Miftaab Daaris Sa'aadahkaryalbnul Qayyim.
4. At-Tibyaanu fii Asmaa-il Qur-an, karya Ibnul Qayyim j.rgr.
5. Al-Azbamab karya Ibnu Abisy Syaikh.ou
Kitab yang beft ema sama dengan kitabkitab tersebut banyak sekali.
Intinya, tujuan mereka (para ulama Salaf) adalah tidak hanyamengakui
rububilryah Allah atas makhluk-Nya, tetapi juga menjadikannya sebagai
hujjah untuk menetapkan kelaziman-Nya, yaitu mengesakan Allah
dalam beribadah (ulubfirytah)
Maksudnya, mengetahui makhluk-makhluk yang agung ini, yaitu
Malaikat-Malaikat Allah, serta mentadabburi sifat-sifat mereka yang
Allah beritahukan kepada kita dalam al-Qur-an dan yang ditetapkanNya dalam as-Sunnah, dapat menjadikan hati tunduk mengagungkan
Ciptaan-Nya, mengagumi-Nya, takut kepada-Nya, dan berharap
kepada-Nya. Karena Pencipta makhluk-makhluk ini sangat agung, tanpa
diragukan lagi, Dia berhak untuk diibadahi dengan sendiriNya \lV.
Hendaklah seseorang juga senantiasa bertakwa dengan mengingat-Nyr,
tidak melupakan-Nya, taat kepada-Nya, dan tidak mendurhakai-Nya.
Firman Allah \SE :
"Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar'benarnya. Sesunguhnya
Allah benar-benar Mabahuat lagi Mahaperkasa. Allab memilib utusdn'
utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari manusia. Sesunggubnya Allab Maba
Mendengar lagi Maba Melihat. Allab mengetabui apa yang di badapan
mereka dan apa yang di belakang mereka. Dan banya kepada Allab
dikembalikan semua urusan." (QS. Al-Hajj: 74-76)
"DAn mereka tidak rnengtgungkan Allah dengan pengd.gungan yd.ng
semestinya padabal burni seluruhnya dalam genggd.mdn-Nya pada bari
kiamat dan langit digulungdengan tdngan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan
Mabatingi Dia dari apa yang mereka persehutukan. " (QS. Az-Zumar: 67)
Penulis akan menutup pembahasan ini dengan sebuah penjelasan
berharga yangdisampaikan oleh Syaikh as-Sa'di '#E berikut ini:
"Di antara sebab-sebab keimanan dan pendukung-pendukungnya
adalah memikirkan alam ini, yakni penciptaan langit dan bumi beserta
isinya berupa makhluk yangbermacam-macam, serta memperhatikan
jiwa manusia dan sifat-sifat yang dimilikinya, karena merenungi hal
tersebut merupakan pendukung yang sangat kuat untuk beriman
terhadap apa-apa yang terdapat di alam semesta, seperti menyadari
keagungan penciptaan yangmenunjukkan kekuasaan Penciptanya
dan keagungan-Nya, serta keindahan, keteraturan, dan kepatuhan di
dalamnya yang menjadikan akal bingung memikirkannya.... Namun,
semua itu mengaj ak kita untuk mengagun gkan D zat y angmengadakan
dan menciptakannya, mensyukuri nikmat-Nya dan tekun berdzikir
kepada-Nya, serta menjadikan kita ikhlas menerima agama-Nya.Inilah
ruh iman dan rahasianya."a1
Oleh karena itu, Syaikhul Islam, al-Imamul Mujaddid, Muhammad
bin 'Abdul \Tahhab 'rtS6 dalam Kitaabut Tauhiid berargumentasi
dengan kondisi (kedekatan) para Malaikat bersama Allah Mj atas
wajibnya mengesakan-Nya @ dalam beribadah. Ia berkata: "Bab
fir'mai-Nyr,
"... sebingga apibila telab dihilangkai ketakutan dari bat-mereka,
mereka berkata: 'Apakab ydngtelab difirmankan oleh Rabbmu?'Mereka
menjauab: '(Perkataan) yangbenar, dan Dialab YangMaba Tinggi lagi
Maba Besdrn' (QS. Saba':23). Kemudian ia menyebutkan