rintah manusia
layaknya mereka sendiri, dan kebaikan yang disampaikan
olehnya tidak lebih berharga dibandingkan kebaikan manusia biasa.
Ada sesuatu yang sakral dan mengikat dalam wasiat dari
manusia (seperti yang ditunjukkan Rasul Paulus, Gal. 3:15),
namun jauh terlebih lagi dalam kovenan dari Tuhan , yang
sekalipun demikian mereka anggap remeh. Dan di sana dalam
kovenan itu, mereka telah berkhianat, menjanjikan hal yang baik,
namun tidak melaksanakan apa pun. Berlaku curang terhadap
Tuhan di sini (ay. 7, KJV) disebut berkhianat terhadap-Nya, sebab
tindakan itu merupakan penghinaan sekaligus permusuhan.
Pembelot yaitu pengkhianat, dan akan diperlakukan sebagai
pengkhianat. Hati yang membangkang yaitu hati yang
memberontak.
(2) Beberapa contoh tertentu dari pengkhianatan mereka diberikan di
sini: Di sana mereka telah berkhianat terhadap Aku, yaitu di tempat-
tempat yang disebutkan berikut ini.
[1] Lihatlah ke seberang sungai Yordan, ke daerah yang paling
rentan diserang bangsa-bangsa sekitar, sehingga penduduknya
harus tetap menjaga diri di bawah perlindungan ilahi. Akan
namun , justru di sanalah diperbuat tindakan-tindakan yang paling
menyulut murka Yang Mahaagung (ay. 8). Gilead, yang terletak di
wilayah Gad dan setengah suku Manasye, yaitu kota para
penjahat. Kefasikan menjadi kegiatan yang hidup di sana. Gilead
yaitu nama daerah, namun seluruhnya disebut kota, sebab
semua penduduknya seolah bergabung dalam satu kumpulan
456
pemberontak melawan Tuhan . Atau (seperti menurut sebagian
besar penafsir), Ramot-Gileadlah kota yang dimaksudkan di sini,
satu dari tiga kota perlindungan di daerah seberang sungai
Yordan sekaligus kota milik orang Lewi. Para penduduknya,
sekalipun berasal dari suku yang dikuduskan, yaitu para pen-
jahat, merancang kejahatan, dan melakukan kejahatan.
Perhatikanlah, sungguh buruk jika kota Lewi menjadi kota
para penjahat, jika mereka yang semestinya mengajarkan
ajaran yang baik justru menjalani kehidupan yang buruk. Secara
khusus, kota itu penuh dengan jejak darah, seolah itulah dosa
yang secara khusus menjadi kesalahan orang-orang Lewi yang
fasik itu. Di negara-negara dengan agama palsu, kaum rohaniwan
mereka dikenal sebagai para penganiaya yang paling kejam.
Atau, sebagai kota perlindungan, Gilead menjadi penuh dengan
jejak darah sebab menyalahgunakan kekuasaannya untuk men-
jatuhkan hukuman atas perkara pembunuhan. Demi suap,
mereka mau melindungi orang-orang yang bersalah sebab
membunuh dengan sengaja, yang seharusnya mereka hukum
mati. Sebaliknya, orang yang membunuh tanpa sengaja akan
mereka serahkan kepada penuntut darah, jika orang itu miskin
dan tidak bisa menyuap mereka. Dan dengan kedua cara itu me-
reka menjadi penuh dengan jejak darah. Perhatikanlah, darah
menajiskan tanah tempat darah itu tertumpah, dan jika di
situ tidak dilakukan penyelidikan atau pembalasan terhadapnya.
Lihatlah betapa ketetapan-ketetapan terbaik, yang dirancang
dengan begitu baik untuk menjaga keseimbangan antara ke-
adilan dan belas kasihan, bisa disalahgunakan dan di-
selewengkan hingga justru merusak dan melanggar keduanya.
[2] Lihatlah di antara orang-orang yang bertugas melayani dengan
barang-barang kudus. Mereka sama jahatnya dengan yang paling
jahat dan sama kejinya dengan yang paling keji (ay. 9):
Demikianlah persekutuan para imam, bukan satu atau dua orang
di sana sini yang menjadi aib bagi jabatan imam, melainkan
seluruh jajaran dan kumpulan imam. Para imam melangkah ke
satu arah semuanya atas kesepakatan bersama, dengan bahu-
membahu (demikian dalam bahasa aslinya), setiap orang tanpa
kecuali. Mereka menjerumuskan satu sama lain menjadi lebih
jahat, lebih lancang, lebih gencar, dan lebih kurang ajar dalam
berdosa. Mereka semakin licik dan keji. Persekutuan para imam
Kitab Hosea 6:1-3
457
akan mengatakan dan melakukan sesuatu dalam
persekongkolan, namun tak satu pun dari mereka akan berani
mengatakan atau melakukannya seorang diri. Persekutuan para
imam itu seperti gerombolan perampok, penggarong, atau ka-
wanan begal yang menggorok leher orang untuk merampas
uangnya.
Pertama, mereka kejam dan haus darah. Para imam itu
membunuh siapa saja yang membuat mereka sakit hati, atau yang
menghalangi jalan mereka. Hanya dengan begitulah mereka
merasa puas.
Kedua, mereka licik. Para imam itu menghadang orang,
supaya mereka bisa mendapat kesempatan baik untuk
menjalankan rencana mereka yang jahat dan penuh kebencian.
Demikian pula persekutuan para imam menghadang Kristus
untuk menangkap-Nya, dengan berkataa, “Jangan pada waktu
perayaan.”
Ketiga, mereka berpadu dengan satu suara bulat. Mereka
membunuh di jalan, di jalan raya, tempat yang semestinya aman
bagi orang-orang yang bepergian. Di sana mereka bersekongkol
membunuh, membantu dan menghasut satu sama lain dalam
melaksanakannya. Lihatlah betapa kompaknya orang-orang fasik
dalam berbuat jahat. Jadi, bukankah demikian juga seharusnya
orang-orang saleh dalam berbuat baik? Mereka membunuh di
jalan ke Sikhem (demikian dalam tafsiran yang agak luas, dengan
mengartikannya sebagai nama tempat), jalan yang dilalui orang
banyak menuju Yerusalem untuk beribadah sebab Sikhem terle-
tak di jalan menuju ke sana. Atau menurut sebagian penafsir, di
jalan ke Sikhem artinya dengan cara yang sama seperti Lewi,
leluhur mereka, bersama Simeon saudaranya, membunuh warga
kota Sikhem (Kej. 34), yaitu dengan kecurangan dan tipu daya.
Dan sebagian penafsir yang lain mengartikannya sebagai
tindakan para imam dalam membinasakan jiwa orang banyak
dengan menyeret mereka kepada dosa.
Keempat, para imam itu melakukannya secara terencana.
Mereka melakukan perbuatan mesum. Kata yang dipakai di sini
mengandung makna kejahatan yang dilakukan secara sengaja,
dan dengan maksud jahat, seperti kita biasa berkata. Semakin
terancang dan terencana suatu dosa, semakin buruklah dosa itu.
458
[3] Lihatlah kumpulan bangsa itu, pandanglah seluruh kaum Israel,
mereka semua sama (ay. 10): Di antara kaum Israel telah Kulihat
hal-hal yang mengerikan. Sekalipun mereka mengaturnya dengan
begitu cerdik, Tuhan membuatnya tersingkap, dan akan menying-
kapkannya kepada mereka. Siapakah yang dapat menyangkal apa
yang Tuhan katakan telah dilihat-Nya? Di sana ada Efraim
bersundal, baik secara jasmani maupun rohani. Hal itu terlalu
jelas untuk disangkal. Perhatikanlah, dosa para pendosa,
khususnya para pendosa dari kaum Israel, sudah cukup untuk
membuat mereka gemetar, sebab dosa itu sangat mengerikan.
Dosa itu mencengangkan dan menakutkan, cukup untuk mem-
permalukan mereka, sebab olehnya Israel menjadi najis dan
dipandang jijik di mata Tuhan .
[4] Lihatlah Yehuda, maka akan kaudapati mereka turut berbuat
jahat bersama Israel (ay. 11): Juga bagimu, hai Yehuda, telah
ditentukan penuaian. Engkau akan dimintai perhitungan juga
seperti Efraim. Engkau sudah matang bagi kehancuran juga, dan
waktu, yaitu waktu yang telah ditentukan, bagi kehancuranmu
sudah dekat. Engkau telah membajak kejahatan dan menabur ke-
susahan, maka engkau akan menuainya juga. Penghakiman atas
umat manusia secara umum diibaratkan waktu menuai (Mat.
13:39), demikian juga dengan penghakiman-penghakiman secara
khusus (Yl. 3:13; Why. 14:15). Aku telah menetapkan suatu
waktu untuk mengadakan perhitungan denganmu, yaitu jika
Aku memulihkan keadaan umat-Ku. Maksudnya, saat tawanan
Yehuda yang diangkut oleh orang Israel dipulangkan, dengan
mematuhi perintah Tuhan yang disampaikan kepada mereka
lewat Nabi Oded (2Taw. 28:8-15). saat Tuhan meluputkan
mereka dari waktu itu, Ia menentukan penuaian bagi mereka,
artinya Ia berencana mengadakan perhitungan dengan mereka
semuanya pada lain waktu. Perhatikanlah, bila saat ini kita dile-
paskan dari penghakiman, namun tidak memanfaatkan
kesempatan itu dengan baik, maka kita akan menerima
penghakiman yang lebih besar di kemudian hari.
PASAL 7
Dalam pasal ini kita dapati,
I. Sebuah dakwaan umum yang ditujukan terhadap Israel atas segala
kejahatan besar dan perilaku buruk mereka yang telah menghalangi
datangnya perkenanan Tuhan kepada mereka (ay. 1-2).
II. Tuduhan khusus,
1. Terhadap pihak istana: raja, para pemuka, dan para hakim (ay. 3-
7).
2. Terhadap seluruh negeri. Efraim di sini didakwa telah berbaur
dengan bangsa-bangsa lain (ay. 8), bersikap bebal dan bodoh di
bawah penghakiman-penghakiman Tuhan (ay. 9-11), tidak tahu
berterima kasih terhadap Tuhan atas segala belas kasihan-Nya (ay.
13), tidak mau berubah di bawah penghakiman-penghakiman-Nya
(ay. 14), memandang hina Tuhan (ay. 15), dan berlaku munafik
dengan verpura-pura kembali kepada-Nya (ay. 16). Mereka juga di-
ancam dengan hukuman keras yang akan merendahkan mereka
(ay. 12). Bila itu tidak berhasil, maka mereka akan dibinasakan
sepenuhnya (ay. 13), terutama para pemuka mereka (ay. 16).
Dakwaan Diajukan terhadap Israel;
Kejahatan Para Pemuka
(7:1-7)
1 jika Aku menyembuhkan Israel, maka tersingkaplah kesalahan Efraim dan
kejahatan-kejahatan Samaria: sebab mereka melakukan penipuan: pencuri mendobrak
masuk, gerombolan merampas di luar. 2 Dan tidak terpikir mereka bahwa Aku mengingat
segala kejahatan mereka. Sekarang pun perbuatan-perbuatan mereka mengepung
mereka, semuanya ada di hadapan wajah-Ku. 3 Mereka menyukakan raja dengan
kejahatan mereka, dan para pemuka dengan kebohongan mereka. 4 Sekaliannya mereka
orang-orang berzinah, bagaikan dapur perapian yang menyala terus, saat tukang bakar
roti berhenti membesarkan apinya, sementara ia meremas adonan sampai menjadi muai
464
oleh ragi. 5 Pada pesta raja kita mereka membuat sakit para pemuka dengan anggur yang
menghangatkan; ia bersekutu dengan para pencemooh. 6 Batin mereka seperti dapur
perapian; hati mereka menyala-nyala; semalam-malaman murka mereka surut, pada
waktu pagi menyala kembali seperti api yang menjilat. 7 Mereka semua sudah panas
seperti dapur perapian, dan memakan habis para hakim mereka. Semua raja mereka
sudah tewas, tidak ada seorang di antara mereka yang berseru kepada-Ku.
Dalam sejumlah terjemahan lain, kalimat terakhir pada pasal sebelumnya
dijadikan sebagai permulaan pasal ini: “jika Aku memulihkan, atau hendak
memulihkan, keadaan umat-Ku, jika Aku hendak menghampiri mereka
dengan belas kasihan, yaitu jika Aku menyembuhkan Israel, maka
tersingkaplah kesalahan Efraim (yakni negeri serta rakyatnya) dan kejahatan-
kejahatan Samaria (yakni istana raja dan kota utamanya).” Sekarang, dalam
ayat-ayat di atas, bisa kita cermati,
I. Gambaran umum yang diberikan tentang keadaan Israel pada saat itu (ay. 1-
2). Lihatlah bagaimana perkara mereka sekarang.
1. Tuhan dengan penuh rahmat hendak berbuat baik bagi mereka: “Aku
menyembuhkan Israel.” Israel sedang lara dan terluka. Penyakit mereka
berbahaya, ganas, dan ada kemungkinan akan mematikan (Yes. 1:6).
Namun, Tuhan menawarkan diri untuk menjadi tabib mereka, untuk
mengadakan penyembuhan, dan di Gilead ada balsam yang cukup untuk
memulihkan kesehatan putri bangsa-Nya. Penyakit mereka parah, namun
bukan tanpa harapan, bahkan penuh pengharapan, jika Tuhan hendak
menyembuhkan Israel.
(1) Ia hendak mereformasi mereka, hendak memisahkan mereka dari
dosa-dosa mereka, hendak membersihkan kebusukan yang ada di
antara mereka, melalui hukum-hukum-Nya dan para nabi-Nya.
(2) Ia hendak melepaskan mereka dari kesesakan mereka, dan me-
mulihkan kedamaian serta kemakmuran mereka. Sejumlah usaha
penyembuhan sudah dilakukan, dan terkadang tampak ada harapan
bahwa keadaan mereka yang merosot akan segera pulih. namun ,
kebodohan mereka sendiri membuat mereka terpuruk lagi.
Perhatikanlah, jika jiwa yang berdosa dan sengsara tidak sembuh
dan tertolong, namun malah binasa dalam dosa dan kesengsaraannya,
Tuhan tidak dapat disalahkan, sebab Dia sanggup dan juga mau
menyembuhkan mereka. Ia menawarkan diri untuk mengatasi
kehancuran mereka. Ada masa-masa tertentu saat Tuhan
menyatakan kesiapan-Nya untuk menyembuhkan jemaat dan bangsa
yang sakit. Walaupun penyakit itu gawat, namun masih tersisa
Kitab Hosea 7:1-7
465
secercah harapan. Dan, jika harapan itu dijaga dengan hati-hati dan
dimanfaatkan dengan baik, maka sekalipun keadaannya sangat
parah, jemaat dan bangsa itu bisa hidup dan sehat.
2. Mereka melewatkan kesempatan yang ada pada mereka dan menutup
jalan mereka sendiri. saat Tuhan mau menyembuhkan mereka, saat
mereka hampir melakukan reformasi dan memperoleh damai sejahtera,
tersingkaplah kesalahan dan kejahatan-kejahatan mereka, yang
menghentikan aliran perkenanan Tuhan dan membatalkan semuanya.
(1) Pada saat itu, saat penyakit mereka diselidiki dan diperiksa guna
menyembuhkannya, kefasikan yang selama ini ditutup-tutupi dan
dianggap enteng pun tersingkap. Bukan berarti semuanya itu pernah
tersembunyi dari Tuhan , namun Ia berbicara dengan gaya bicara
manusia. Seorang tabib, sewaktu mengorek luka untuk mengobati-
nya, dan mendapati bahwa luka itu sudah mengenai bagian tubuh
yang penting dan tidak dapat disembuhkan, tidak akan bertindak
lebih jauh untuk menyembuhkannya. Begitu juga halnya saat Tuhan
turun untuk melihat keadaan Israel, sebagaimana ungkapan yang
dipakai dalam Kejadian 18:21, dengan maksud baik terhadap
mereka. Ia mendapati kejahatan mereka amatlah mencolok, dan
mereka sendiri begitu berkeras hati di dalamnya, begitu kurang ajar
dan tidak mau bertobat, hingga Ia tidak dapat secara terhormat
menunjukkan kepada mereka perkenanan yang direncanakan-Nya
bagi mereka. Perhatikanlah, jika orang berdosa tidak
disembuhkan, itu sebab mereka sendiri tidak mau disembuhkan.
Kristus rindu mengumpulkan mereka, namun mereka tidak mau.
(2) Pada saat itu, saat dilakukan sejumlah upaya untuk mereformasi
mereka dan membuat mereka berbalik, kejahatan yang telah mereka
tahan dan kekang pun menyeruak. Dan langkah-langkah yang diambil
Tuhan untuk menyembuhkan mereka, justru mereka manfaatkan
untuk melakukan tindakan yang jauh lebih membangkitkan murka-
Nya. saat berbagai cara dipakai untuk mereformasi mereka,
kejahatan mereka justru semakin menggebu-gebu, semakin ganas,
dan menanjak semakin tinggi, seperti sungai saat dibendung. Saat
mulai makmur, mereka menjadi semakin sombong, liar, dan merasa
aman, dan dengan demikian menghentikan gerak laju pemulihan
mereka. Perhatikanlah, dosalah yang menjauhkan hal-hal yang baik
dari kita, saat semuanya itu sedang datang menghampiri kita. Dan
sungguh suatu kebodohan dan kehancuran banyak orang bahwa,
466
saat Tuhan hendak berbuat baik kepada mereka, mereka malah
mencelakakan diri mereka sendiri. Lantas, apakah yang
menyebabkan kekacauan terhadap Israel ini? Singkatnya, mereka
melakukan penipuan. Mereka menyembah berhala (demikian
menurut sebagian penafsir), memperdaya satu sama lain (demikian
menurut sebagian yang lain). Atau lebih tepatnya, mereka berpura-
pura kepada Tuhan saat mengaku bertobat dan mengindahkan Dia.
Mereka berkata bahwa mereka rindu dipulihkan oleh Dia, dan untuk
itu, mereka bersedia dipimpin oleh-Nya. Namun, mereka
memperdaya Dia dengan mulut mereka, dan dengan lidahnya mereka
membohongi Dia.
3. Akar segala kejahatan mereka yaitu bahwa mereka bertindak dengan
dilandasi ketidakpercayaan akan kemahatahuan Tuhan dan
pemerintahan-Nya (ay. 2): “Tidak terpikir mereka, tidak pernah mereka
berkata dalam hati mereka, dan tidak pernah terlintas di benak mereka,
bahwa Aku mengingat segala kejahatan mereka.” Seolah-olah Tuhan tidak
dapat melihat kejahatan mereka, padahal Dia Maha melihat, atau tidak
menghiraukannya, padahal nama-Nya yaitu Tuhan yang cemburu.
Seolah-olah Tuhan sudah melupakan kejahatan itu, padahal pikiran-Nya
kekal dan tidak akan pernah lupa, atau tidak akan memperhitungkannya,
padahal Dialah Hakim langit dan bumi. Seperti itulah pola pikir orang
berdosa, yang pada dasarnya menyangkal keberadaan Tuhan .
Beranggapan bahwa Tuhan tidak tahu atau lupa sama saja dengan
mengatakan bahwa tidak ada Tuhan . Dan berpikir bahwa Dia tidak
mengingat hal-hal yang akan dihakimi-Nya sama saja dengan
mengatakan bahwa tidak ada yang menghakimi di bumi. Penghinaan
besarlah yang mereka berikan terhadap Tuhan , dan tipuan yang mem-
binasakanlah yang mereka berikan terhadap diri mereka sendiri. Mereka
berkata, “TUHAN tidak melihatnya” (Mzm. 94:7). Mereka tidak bisa tidak
tahu bahwa Tuhan mengingat segala perbuatan mereka, sebab mereka
sudah diberi tahu tentangnya berkali-kali. Bahkan, jika ditanya, mereka
tidak bisa tidak mengakuinya. Namun, hal itu tidak terpikir oleh mereka.
Mereka tidak memikirkannya padahal seharusnya mereka
memikirkannya, dengan menerapkannya pada diri mereka dan
perbuatan mereka sendiri. Sebab seandainya mereka berpikir, tentu
mereka tidak akan, dan tidak berani, melakukan apa yang mereka
perbuat itu. Namun, akan tiba saatnya saat orang-orang yang menipu
diri sendiri seperti itu akan terbuka matanya: “Sekarang pun perbuatan-
perbuatan mereka mengepung mereka. Artinya, mereka pada akhirnya
Kitab Hosea 7:1-7
467
sudah sampai pada puncak kejahatan yang sedemikian rupa, hingga
dosa-dosa mereka tampak dari segala segi. Semua orang di sekeliling
mereka bisa melihat betapa jahatnya mereka. Masakan mereka berpikir
bahwa Tuhan tidak melihatnya?” Atau lebih tepatnya, “Hukuman atas
perbuatan-perbuatan mereka telah mengepung mereka. Mereka
dilingkupi dan dipermalukan oleh banyak kesusahan, hingga mereka
tidak dapat melepaskan diri. Melalui hal ini tampaklah bahwa dosa-dosa
yang sebab nya mereka menderita ada di hadapan wajah-Ku. Bukan saja
Aku telah melihatnya, namun juga Aku murka terhadapnya.” Sebab,
sebelum Tuhan mengampuni dan melemparkan segala dosa kita jauh dari
hadapan-Nya, semua dosa itu masih ada di hadapan wajah-Nya.
Perhatikanlah, cepat atau lambat, Tuhan akan menyadarkan setiap orang
yang saat ini abai bahwa Dia mengingat segala perbuatan mereka.
4. Tuhan telah mulai beperkara dengan mereka melalui penghakiman-
penghakiman-Nya, sebagai pertanda akan apa yang terjadi selanjutnya:
Pencuri mendobrak masuk, gerombolan merampas di luar. Sebagian
penafsir mengartikan kalimat ini sebagai contoh kejahatan mereka,
bahwa mereka saling merampok dan merampas sesama. Nec hospes ab
hospite tutus – Tuan rumah dan tamu merasa takut satu sama lain. namun
tampaknya itu lebih merupakan hukuman atas dosa mereka. Mereka
diserbu oleh pencuri-pencuri terselubung dari kalangan mereka sendiri,
yang merampok rumah-rumah dan tempat-tempat berjualan mereka,
dan mencopet barang-barang bawaan mereka. Mereka juga diserbu oleh
gerombolan, yaitu para penyerang dari bangsa asing, yang merampas di
luar dengan kekerasan secara terang-terangan. Israel sama sekali jauh
dari pulih, mereka justru mengalami luka-luka baru setiap harinya
akibat para pencuri dan perampas. Dan semuanya itu merupakan akibat
dari dosa, yang bertujuan untuk menghukum mereka sebab telah
menipu Tuhan (Yes. 42:24; Mal. 3:8, 11).
II. Penjelasan khusus tentang dosa-dosa keluarga kerajaan, sang raja beserta
para pemuka, dan orang-orang di sekeliling mereka, serta tanda-tanda
murka Tuhan yang menimpa mereka sebab nya.
1. Raja dan para pemuka senang dengan kejahatan dan kecemaran rakyat
mereka, sehingga rakyat pun berani untuk berbuat jauh lebih jahat (ay.
3): Mereka menyukakan raja dan para pemuka dengan kejahatan mereka.
Raja dan para pemuka itu senang melihat rakyat mengikuti hukum-
hukum mereka yang jahat dan teladan mereka yang buruk, dalam
penyembahan berhala, serta bentuk-bentuk kedurhakaan dan kebejatan
468
lainnya. Raja dan para pemuka itu juga senang mendengar rakyat
menyanjung dan mengelu-elukan mereka di jalan-jalan mereka yang
jahat. saat Herodes melihat bahwa kejahatannya menyenangkan hati
rakyat, ia melanjutkan perbuatannya itu (Kis. 12:3). Terlebih lagi rakyat,
mereka akan berbuat demikian saat melihat bahwa kejahatan mereka
menyenangkan hati pemimpin mereka. Secara khusus, mereka menyuka-
kan raja dan para pemuka dengan kebohongan mereka, yakni dengan
puji-pujian dusta yang mereka berikan kepada orang-orang kesayangan
raja, dan dengan fitnah serta kecaman palsu untuk menjelek-jelekkan
orang-orang yang mereka ketahui dibenci oleh para pemuka. Barang
siapa menunjukkan dirinya senang dengan fitnah dan cerita-cerita
buruk, pasti akan selalu dikelilingi oleh orang-orang yang suka
menceritakan hal-hal seperti itu. Kalau pemerintah memperhatikan
kebohongan, semua pegawainya menjadi fasik (Ams. 29:12), dan akan
menyenangkan hatinya dengan kebohongan-kebohongan mereka.
2. Kemabukan dan pesta pora banyak terjadi di istana kerajaan (ay. 5).
Pesta raja kita yaitu hari yang meriah yang dihabiskan bersama dengan
para pemuka, entah ulang tahun sang raja atau peringatan hari
pelantikannya, yang kemungkinan mereka rayakan setiap tahun. Atau
barangkali itu merupakan suatu hari besar yang ditetapkan sang raja,
sehingga disebut pesta raja kita. Pada hari itulah para pemuka berkum-
pul untuk minum-minum dan bersulang mendoakan kejayaan sang raja.
Mereka membuatnya bergembira ria di tengah-tengah mereka,
dan membuatnya sakit dengan anggur yang menghangatkan. Tampaknya
sang raja tidak biasa minum secara verlebihan. Namun, pada suatu pesta
ia berhasil dibujuk untuk melakukannya oleh kelicikan para pemuka,
atau merasa tergoda oleh kehangatan anggur, keriangan perkumpulan
itu, atau oleh sulang yang mereka desakkan. Dan betapa sang raja tidak
terbiasa minum-minum sehingga anggur itu membuatnya sakit. Orang-
orang yang memperdaya raja dan membuatnya sakit itu layak didakwa
dengan sebuah tindak kejahatan, dengan crimen læsæ majestatis – peng-
khianatan. Pesta raja mereka tidaklah bisa dijadikan alasan, namun justru
memperberat kejahatan ini , sebab saat mereka berpura-pura
memuliakan dia, mereka malah mempermalukannya dengan sejadi-
jadinya. Jika membuat rakyat biasa mabuk saja sudah merupakan
penghinaan dan celaka besar (Hab. 2:15), jauh terlebih lagi bagi raja
yang bermahkota. Sebab semakin tinggi derajat seseorang, semakin
besarlah aibnya jika ia mabuk. Tidaklah pantas bagi raja, hai Lemuel,
tidaklah pantas bagi raja meminum anggur (Ams. 31:4-5). Lihatlah
Kitab Hosea 7:1-7
469
betapa merugikannya dosa kemabukan untuk seorang manusia, untuk
seorang raja.
(1) Bagi kesehatannya. Mabuk membuatnya sakit. Kemabukan itu
melawan keadaan alamiah. Dan sungguh aneh oleh pesona apa
manusia, yang sebenarnya makhluk berakal, dapat dibuat tertarik
pada kemabukan, sesuatu yang selain menista Tuhan sekaligus
membahayakan kesejahteraan rohani dan keselamatan kekal
mereka, juga merusak dan membuat sakit tubuh mereka sendiri
pada saat ini.
(2) Bagi kehormatannya. Sebab, pada saat mabuk seperti itu, sang raja
bersekutu dengan para pencemooh. Dengan demikian, ia yang
mendapat kepercayaan untuk memerintah kerajaan justru
kehilangan pemerintahan atas dirinya sendiri, dan sungguh
melupakan,
[1] Martabatnya sebagai raja, hingga ia membiarkan dirinya bergaul
akrab dengan orang-orang bodoh dan konyol, dan yang tidak
pantas ia temani.
[2] Kewajibannya sebagai seorang raja, hingga ia bersekutu dengan
orang-orang yang menyangkal keberadaan Tuhan dan
mencemooh agama, yang seharusnya ia bungkam dan
permalukan. Ia duduk dalam kumpulan pencemooh, kumpulan
orang yang sudah mencapai puncak kedurhakaan. Ia berbaur
dengan mereka, berkata-kata seperti mereka, berbuat seperti
mereka, mengerahkan kekuasaannya, dan mengulurkan tangan
pemerintahannya, dalam kesepakatan dengan mereka. Kebaikan
dan orang-orang baik sering kali menjadi buah bibir peminum-
peminum (Mzm. 69:13; 35:16). namun , celakalah wahai
engkau tanah, kalau rajamu seorang yang begitu kanak-kanak
hingga ia bersekutu dengan orang-orang yang menjadikannya
pemabuk (Pkh. 10:16).
3. Perzinahan dan kenajisan merajalela di kalangan pejabat istana. Hal itu
dikatakan dalam ayat 4, 6-7, dan tuduhan kemabukan terselip di tengah-
tengahnya. Sebab anggur bagaikan minyak yang memicu api hawa nafsu
(Ams. 23:33). Orang yang berkobar-kobar dengan hawa nafsu
kedagingan, yang merupakan pezinah (ay. 4), di sini berulang kali
diibaratkan dapur perapian yang dipanaskan oleh tukang bakar roti (ay.
4): Batin mereka seperti dapur perapian, hati mereka menyala-nyala (ay.
470
6). Mereka semua sudah panas seperti dapur perapian (ay. 7).
Perhatikanlah,
(1) Hati yang cemar itu seperti dapur perapian yang dipanaskan, dan
hawa nafsu yang najis dari dalam hati itu ibarat bahan bakar yang
memanaskannya. Hawa nafsu itu merupakan api di dalam batin,
yang tetap menjaga panasnya sendiri. Demikianlah para pezinah dan
orang-orang cabul diam-diam menyala-nyala dalam berahi, seperti
yang diungkapkan dalam Roma 1:27. Panasnya dapur perapian itu
sangat hebat menyengat, terutama seperti yang digambarkan dalam
ayat-ayat ini. Orang yang memanaskannya menyalakan api, dan tidak
berhenti membesarkan apinya hingga adonan yang sudah diremas
dan muai oleh ragi siap dimasukkan. Semua itu hanya menunjukkan
bahwa mereka seperti dapur perapian saat sedang panas-panas-
nya. Bahkan, seperti dapur perapian saat terlalu panas bagi tukang
bakar roti (demikian menurut cendekiawan Dr. Pocock), saat
dapur itu lebih panas dibandingkan yang dikehendakinya, sehingga orang
berhenti membesarkan api selama adonan yang sudah diremas
sedang menjadi muai oleh ragi, supaya suhu perapian itu sedikit
turun. Seperti itulah panasnya hawa nafsu dalam hati yang cemar.
(2) Orang yang najis menantikan kesempatan untuk memenuhi
keinginan-keinginan mereka yang jahat. jsesudah memanaskan hati
seperti dapur perapian, mereka menghadang untuk menangkap
mangsa mereka. Orang yang berzinah menunggu senja (Ayb. 24:15).
Semalam-malaman tukang bakar itu terlelap, pada waktu pagi dapur
itu menyala seperti api yang menjilat (KJV). Sama seperti si tukang ba-
kar, jsesudah menyalakan api di dapur perapian dan menaruh cukup
bahan bakar di dalamnya, lalu pergi tidur, terlelap sepanjang malam,
dan pagi-pagi mendapati dapur perapiannya sudah panas dan siap
dipakai, demikian pula halnya dengan orang-orang jahat itu. jsesudah
menyusun suatu rancangan jahat, dan membuat rencana untuk me-
muaskan suatu hawa nafsu yang penuh dengan ketamakan, hasrat
untuk berkuasa, dendam kesumat, atau kenajisan, hati mereka begitu
siap untuk berbuat jahat sehingga, walaupun mereka bisa saja
menahannya untuk sementara waktu, namun api keinginan yang
bobrok tetap membara dalam diri mereka. Dan, begitu ada
kesempatan, rancangan-rancangan yang telah mereka susun dan
angankan tadi segera terwujud dalam tindakan nyata, bagaikan api
langsung menjilat saat ada jalan udara. Demikianlah mereka semua
sudah panas seperti dapur perapian. Perhatikanlah, hawa nafsu di
Kitab Hosea 7:1-7
471
dalam hati seumpama api di dalam tungku, yang membuatnya panas.
Namun, akan tiba saatnya saat orang-orang yang menjadikan diri
mereka seperti kobaran dapur perapian oleh nafsu jahat, jika api itu
tidak dipadamkan oleh anugerah ilahi, akan dijadikan seperti dapur
perapian murka ilahi yang menyala-nyala (Mzm. 21:10), saat
datang hari yang menyala seperti perapian (Mal. 4:1).
4. Bangsa itu menolak cara-cara yang patut untuk mereformasi dan
memperbaiki diri: Mereka telah memakan habis para hakim mereka,
yakni sejumlah kecil hakim yang saleh di antara mereka, yang hendak
memadamkan api kejahatan yang memanaskan mereka itu. Mereka
memusuhi para hakim, dan tidak mau membiarkan para hakim itu
menegakkan keadilan. Sebaliknya, mereka justru siap merajam para
hakim itu, dan mungkin malah sudah melakukannya. Atau, seperti
menurut sebagian penafsir, mereka menyulut murka Tuhan hingga Ia
mencabut berkat berupa penegak hukum dari mereka, dan membiarkan
mereka semua dalam kekacauan. Semua raja mereka sudah tewas satu
demi satu, beserta keluarga mereka, sehingga kerajaan itu pasti goncang,
pecah menjadi kelompok-kelompok yang saling bertikai, dan
menimbulkan banyak pertumpahan darah. Ada hati yang membara di
antara mereka. Mereka semua sudah panas seperti dapur perapian,
menyala dengan angkara dan kebencian satu sama lain, dan hal ini mem-
buat para hakim mereka dimakan habis dan raja-raja mereka tewas.
sebab pemberontakan negeri banyaklah penguasa-penguasanya (Ams.
28:2). namun , di tengah segala persoalan dan kekacauan itu, tidak
ada seorang di antara mereka yang berseru kepada Tuhan , yang
menyadari bahwa tangan-Nya terulur melawan mereka dalam peng-
hakiman-penghakiman ini, dan yang berusaha menjauhkan hantaman-
hantaman tangan-Nya itu. Tiada seorang pun, atau hampir tak ada satu
pun, yang bangkit untuk berpegang kepada Tuhan (Yes. 64:7).
Perhatikanlah, jika orang tetap menjalankan hidup tanpa berdoa
walaupun sedang dirundung masalah dan tekanan, orang itu bukan
hanya dipanaskan oleh dosa, namun juga sudah mengeras dalam dosa.
Kejahatan Rakyat;
Efraim Berkeras dalam Pemberontakan
(7:8-16)
8 Efraim mencampurkan dirinya di antara bangsa-bangsa, Efraim telah menjadi roti
bundar yang tidak dibalik. 9 Orang-orang luar memakan habis kekuatannya, namun ia
472
sendiri tidak mengetahuinya; juga ia sudah banyak beruban, namun ia sendiri tidak
mengetahuinya. 10 Kecongkakan Israel menjadi saksi terhadap dirinya, namun mereka
tidak berbalik kepada TUHAN, Tuhan mereka, dan tidak mencari Dia kendati semuanya ini.
11 Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal, dengan memanggil kepada Mesir,
dengan pergi kepada Asyur. 12 jika mereka pergi, Aku akan membentangkan jaring-Ku
ke atas mereka; Aku akan menurunkan mereka seperti burung-burung di udara, Aku akan
menghajar mereka sebab kejahatan-kejahatan mereka.
13 Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku! Binasalah mereka, sebab
mereka memberontak terhadap Aku! Aku ini mau menebus mereka, namun mereka
berdusta terhadap Aku. 14 Seruan mereka kepada-Ku tidak keluar dari hatinya, namun
mereka meratap di pembaringan mereka. Mereka menoreh-noreh diri sebab gandum
dan anggur, dan mereka berontak terhadap Aku. 15 Sekalipun Aku telah melatih dan
menguatkan lengan-lengan mereka, namun mereka merancang kejahatan terhadap Aku. 16
Mereka berbalik kepada Baal, mereka yaitu seperti busur tipu; pemuka-pemuka mereka
akan tewas oleh pedang sebab ucapan mereka yang kasar. Inilah yang akan menjadi
olok-olok kepada mereka di tanah Mesir.
jsesudah melihat betapa keji dan bobroknya para pejabat istana, sekarang kita
akan mencari tahu bagaimana keadaan negeri, dan ternyata tidak lebih baik.
Tidak heran jika penyakit yang telah menyerang kepala kini juga memengaruhi
seluruh bagian tubuh, sehingga tidak ada yang sehat padanya. Tersingkap sudah
kesalahan Efraim, seperti juga kejahatan-kejahatan Samaria, baik rakyatnya
maupun para pemukanya, dan berikut ini yaitu beragam contoh kejahatan
mereka.
I. Efraim tidak membedakan diri dan memberi diri seutuhnya kepada Tuhan ,
seperti yang seharusnya mereka lakukan (ay. 8).
1. Mereka tidak memisahkan diri dari bangsa-bangsa kafir, sebagaimana
Tuhan telah memisahkan mereka dari bangsa-bangsa itu: Efraim
mencampurkan dirinya di antara bangsa-bangsa, bersekutu dengan
mereka, dan menjadi serupa dengan mereka. Efraim boleh dikatakan
telah bercampur lebur dengan mereka dan kehilangan jati dirinya di
antara mereka. Tuhan telah berfirman bahwa umat itu yaitu suatu
bangsa yang diam tersendiri (Bil. 23:9), namun mereka bercampur baur
dengan bangsa-bangsa, dan belajar cara-cara mereka bekerja (Mzm.
106:35). Efraim pergi ke sana kemari di antara bangsa-bangsa kafir,
untuk meminta pertolongan dari salah satu negeri untuk melawan
negeri lainnya (demikian menurut sejumlah penafsir). Padahal,
seandainya tetap melekat kepada Tuhan , mereka tidak akan sampai
membutuhkan pertolongan bangsa mana pun.
2. Mereka tidak berbakti sepenuhnya kepada Tuhan : Efraim telah menjadi
roti bundar yang tidak dibalik, dan dengan demikian satu sisinya gosong
sedangkan sisi lainnya mentah, sehingga kedua sisinya tidak berguna
sama sekali. Sama seperti pada zaman Ahab, demikian pula sekarang
Kitab Hosea 7:1-7
473
mereka berlaku timpang dan bercabang hati antara Tuhan dan Baal.
Terkadang mereka tampak bersungguh-sungguh bagi Tuhan , namun pada
lain waktu mereka sama gigihnya bagi Baal. Perhatikanlah, sungguh
menyedihkan memikirkan betapa banyak orang yang mengaku-ngaku
beragama, namun hidup berlawanan dan tidak sesuai dengan ajaran
agama. Mereka itu seperti roti bundar yang tidak dibalik, terus-menerus
ada pertentangan dalam diri mereka sendiri, dan selalu berlebihan pada
satu atau lain pihak.
II. Efraim secara mengherankan tidak peka terhadap penghakiman-
penghakiman Tuhan yang tengah menimpa mereka dan mengancam
kebinasaan mereka (ay. 9). Amatilah,
1. Keadaan bangsa itu. Dalam penghakiman-penghakiman-Nya, Tuhan tidak
berlaku seperti ngengat dan belatung terhadap mereka. Tanpa
kegaduhan dan secara perlahan-lahan, mereka semakin dekat pada
kehancuran negeri mereka, sebagian disebab kan bangsa-bangsa asing
yang terus mengusik mereka: Orang-orang luar memakan habis
kekuatannya dan melahap mereka. Orang-orang luar itu menghabiskan
harta kekayaan Efraim, mengurangi jumlah penduduknya, dan menelan
hasil buminya. Sebagian bangsa memakan habis mereka melalui perang
secara terang-terangan (seperti dalam 2 Raja-raja 13:7, saat raja Aram
meniupkan mereka seperti abu pengirikan). Sebagian yang lain
melakukannya dengan jalan berpura-pura mengadakan perjanjian damai
dan persahabatan, lalu mengeruk kekayaan berlimpah dari Efraim, dan
membuat mereka membayar mahal untuk sesuatu yang sama sekali
tidak bermanfaat bagi mereka, namun yang di kemudian hari harus me-
reka bayar lebih mahal lagi (seperti dalam 2 Raja-raja 16:9). Itulah yang
dialami Efraim akibat berbaur dengan bangsa-bangsa kafir, dan
membiarkan mereka berbaur dengannya. Mereka memakan habis apa
yang menjadi sandaran dan sokongannya. Perhatikanlah, barangsiapa
tidak menjadikan Tuhan sebagai kekuatannya (Mzm. 52:9), maka apa
yang dijadikan sebagai sumber kekuatannya akan segera dimakan habis
oleh orang-orang luar. Efraim juga terpuruk seperti itu sebab mereka
tidak bisa mengurus diri mereka sendiri: Ia sudah banyak beruban (uban
bertaburan di atasnya, demikian dalam bahasa aslinya), yang merupakan
gejala menyedihkan dari keadaan yang sudah rusak dan merosot, yaitu
menjadi tua dan telah dekat kepada kemusnahannya, dan juga dampak
dari kesesakan dan kesusahan. Cura facit canos – Kekhawatiran me-
nyebabkan rambut beruban. Pohon badam belum lagi berbunga, namun
474
warnanya mulai berubah, seolah-olah menyerukan tibanya hari-hari
yang malang dan tahun-tahun yang ia katakan: “Tak ada kesenangan
bagiku di dalamnya!” (Pkh. 12:1, 5).
2. Sikap mereka yang tak acuh terhadap peringatan-peringatan ini : Ia
sendiri tidak mengetahuinya. Efraim tidak menyadari tangan Tuhan yang
teracung menentangnya. Tangan itu dinaikkan, namun ia tidak melihatnya
(Yes. 26:11). Ia tidak tahu betapa dekat kehancurannya, dan tidak
berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Perhatikanlah, kebodohan dalam
menghadapi hukuman ringan merupakan pertanda datangnya hukuman
yang lebih berat.
III. Efraim dengan membangkang tetap melanjutkan jalannya yang jahat, dan
tidak dibuat bertobat oleh teguran-teguran yang tengah menimpanya (ay.
10): Kecongkakan Israel akan menjadi saksi terhadap dirinya, seperti yang
telah terjadi sebelumnya (5:5). Di bawah tindakan-tindakan Tuhan yang
merendahkan, hati mereka tetap tidak merendah, hawa nafsu mereka tidak
mati. Dan dengan batang hidung ke atas, mereka berkata bahwa mereka
tidak akan mencari Tuhan (Mzm. 10:4, KJV). Mereka tidak berbalik kepada
TUHAN, Tuhan mereka, melalui pertobatan dan reformasi, tidak pula mencari
Dia melalui iman dan doa, kendati semuanya ini. Meskipun mereka
menderita sebab menyimpang dari-Nya, walaupun keadaan mereka tidak
akan pernah baik sebelum mereka berbalik kepada-Nya, dan sekalipun sia-
sia saja usaha mereka mencari kelegaan dari pihak-pihak lain, namun
mereka tidak berpikir untuk datang kepada Tuhan .
IV. Mereka menjadi hilang akal sehat dalam rencana-rencana mereka, dan
mengambil langkah-langkah yang salah besar di tengah kesesakan (ay. 11-
12): Efraim telah menjadi merpati tolol, tidak berakal. Menjadi jinak seperti
merpati, tanpa pernah menyakiti, dan tidak mencelakakan atau melukai
orang lain, yaitu sifat yang terpuji. Namun, menjadi tolol seperti merpati,
tidak berakal, tidak tahu cara melindungi dan menyelamatkan diri, yaitu
hal yang memalukan.
1. Ketololan merpati ini antara lain,
(1) Bahwa ia tidak meratapi kehilangan anak-anaknya yang dirampas
darinya, namun lagi-lagi membuat sarang di tempat yang sama.
Demikian pula Efraim membiarkan rakyatnya diangkut tertawan
oleh musuh, dan tidak tergerak olehnya, namun malah tetap
Kitab Hosea 7:1-7
475
melanjutkan hubungannya dengan bangsa-bangsa yang
memperlakukan dirinya secara biadab.
(2) Bahwa ia mudah dijebak dengan umpan dan masuk perangkap. Ia
tidak berakal, tidak punya pengertian untuk mengenali bahaya,
seperti yang dikenali oleh banyak jenis burung lainnya (Ams. 1:17).
Ia dengan cepat menuju perangkap, dengan tidak sadar, bahwa
hidupnya terancam (Ams. 7:23). Demikian pula Efraim tertarik
mengadakan persekutuan dengan negeri-negeri tetangga yang akan
menjadi kehancurannya.
(3) Bahwa, saat sedang ketakutan, merpati tidak berani tinggal diam
di dalam kandang, di mana ia aman dan berada dalam perlindungan
pemiliknya. Ia justru berkepak-kepak dan terbang berputar-putar,
mencari perlindungan dari satu tempat ke tempat lain, sehingga
justru semakin memperhadapkan dirinya pada bahaya. Demikian
pula umat Efraim ini. Di tengah kesesakan, mereka tidak mencari
Tuhan , tidak seperti burung merpati terbang ke pintu kandangnya di
mana ia akan aman dari segala burung pemangsa yang mengejarnya,
namun justru melepaskan diri dari perlindungan Tuhan . Lalu mereka
memanggil kepada Mesir untuk meminta pertolongan, dan dengan
tergesa-gesa pergi kepada Asyur untuk meminta bantuan yang sia-sia
saja. Padahal, dengan pertobatan dan doa, mereka bisa mendapatkan
bantuan itu di tempat yang lebih dekat, yaitu di dalam Tuhan mereka.
Perhatikanlah, sungguh tolol dan bodoh jika orang-orang yang
memiliki Tuhan di sorga mengharapkan perlindungan dan kelegaan
dari makhluk-makhluk ciptaan, yang hanya dapat diperoleh dari Dia
saja. Barang siapa melakukan itu, mereka yaitu bangsa yang tidak
berakal budi, mereka tidak berpengertian. Sekarang,
2. Lihatlah apa jadinya merpati tolol ini (ay. 12): jika mereka pergi ke
Mesir dan Asyur, Aku akan membentangkan jaring-Ku ke atas mereka.
Perhatikanlah, barang siapa tidak mau tinggal dalam belas kasihan Tuhan ,
harus bersiap untuk dikejar oleh keadilan Tuhan . Di sini,
(1) Efraim dijerat: “Aku akan membentangkan jaring-Ku ke atas mereka,
membawa mereka ke dalam kesukaran, supaya mereka melihat
kebodohan mereka dan berpikir untuk kembali.” Ingatlah, orang yang
pergi meninggalkan Tuhan biasanya justru mendapati perangkap di
mana mereka mengharapkan perlindungan.
(2) Efraim direndahkan. Mereka membubung tinggi, bangga akan
persekutuan mereka dengan bangsa-bangsa asing dan
476
mengandalkan persekutuan itu. Namun, Aku akan menurunkan
mereka, setinggi apa pun mereka terbang, seperti burung-burung di
udara yang ditembak jatuh. Perhatikanlah, Tuhan dapat dan akan
menurunkan orang-orang yang terbang tinggi seperti burung rajawali
(Ob. 1:3-4).
(3) Efraim dibuat menderita sebab kebodohannya: Aku akan menghajar
mereka. Perhatikanlah, saat kita dikecewakan oleh sesama makhluk
ciptaan yang kita andalkan, itu merupakan hajaran atau teguran yang
perlu agar kita belajar lebih bijaksana di kemudian hari.
(4) Dalam semuanya itu Kitab Suci tergenapi. Hajaran itu seperti yang
telah didengar oleh umat (ay. 12, KJV). Mereka sudah berkali-kali
diperingatkan oleh firman Tuhan yang dibacakan, dikhotbahkan, dan
dinyanyikan dalam pertemuan-pertemuan ibadah mereka, bahwa
sia-sia penyelamatan dari manusia, bahwa anak manusia tidak dapat
memberi keselamatan. Baik dari hukum Taurat maupun para
nabi, mereka telah mendengar penghakiman-penghakiman apa yang
akan ditimpakan Tuhan atas mereka sebab kejahatan mereka. Dan
seperti yang telah mereka dengar, itulah yang sekarang akan mereka
lihat, yang akan mereka rasakan. Perhatikanlah, sudah menjadi
kepentingan kita untuk memperhatikan firman Tuhan yang
senantiasa kita dengar dalam jemaat, dan untuk memberi diri dipim-
pin oleh firman itu, sebab kita akan segera dihakimi olehnya. Dalam
penghukuman orang-orang berdosa, Tuhan akan dibenarkan, dan
penghukuman mereka akan diperberat, sebab mereka telah jelas-
jelas diperingatkan tentangnya di hadapan umum. Mereka telah
mendengarnya berkali-kali dalam kumpulan jemaat, namun mereka
tidak mau mengindahkan peringatannya. “Anak, ingatlah bahwa
engkau sudah diberi tahu apa akibatnya kelak. Dan sekarang kaulihat
bahwa semua itu bukan omong kosong belaka” (Lihat Za. 1:6).
V. Efraim memberontak dan membangkang terhadap Tuhan , sekalipun Ia telah
berusaha membuat mereka tetap setia dengan berbagai cara (ay. 13-15). Di
sini amatilah,
1. Betapa Tuhan telah memperlakukan mereka dengan baik dan lembut,
layaknya seorang raja yang murah hati terhadap rakyat yang
dikasihinya, dan yang kesejahteraannya ia pikirkan. Ia telah menebus
mereka (ay. 13), membawa mereka keluar pertama-tama dari tanah
Mesir, dan sejak saat itu melepaskan mereka dari banyak kesesakan. Ia
telah melatih dan menguatkan lengan-lengan mereka (ay. 15). Sewaktu
Kitab Hosea 7:1-7
477
kekuatan mereka melemah, seperti lengan yang patah atau terkilir, Tuhan
meluruskannya lagi, dan membalutnya, seperti tabib mengobati tulang
yang patah supaya tersambung kembali. Tuhan telah memberi Israel
kemenangan-kemenangan atas orang Aram (2Raj. 13:16-17), telah
mengembalikan daerah Israel (2Raj. 14: 25-26), dan telah mengikat
pinggang mereka dengan keperkasaan untuk berperang (Mzm. 18:40).
“Sekalipun Aku telah menghajar mereka” (demikian dalam terjemahan
yang agak luas), “terkadang menghajar mereka sebab kesalahan mereka
dan dengan begitu memberi mereka pelajaran, dan pada kesempatan
lain menguatkan lengan-lengan mereka dan melegakan mereka, meski
sudah Kupakai cara-cara yang halus maupun yang keras untuk
membentuk mereka, namun semuanya sia-sia. Umat itu kebal terhadap
belas kasihan maupun hukuman.”
2. Betapa kurang ajarnya sikap mereka selama ini terhadap-Nya sekalipun
Dia sudah berbuat baik. Hal ini digambarkan di sini untuk
menyatakan kesalahan dan merendahkan hati semua orang yang terus
berbuat jahat, supaya mereka melihat betapa besarnya dosa mereka,
betapa kejinya dosa itu, dan bagaimana Tuhan di sorga memandangnya,
bagaimana Ia membencinya.
(1) Ia telah menarik mereka kepada diri-Nya, dan mengadakan kovenan
dengan mereka. namun , mereka melarikan diri dari pada-Nya
seolah-olah Ia yaitu musuh mereka yang berbahaya, padahal Dia
telah senantiasa membuktikan diri-Nya sebagai sahabat setia
mereka. Mereka menyimpang dari-Nya, seperti merpati tolol
meninggalkan sarangnya, sebab barang siapa pergi meninggalkan
Tuhan , ia tidak akan mendapat tempat persinggahan ataupun
perhentian pada makhluk-makhluk ciptaan, namun akan mengembara
selamanya. Mereka melarikan diri dari Tuhan saat mereka
mengabaikan ibadah kepada-Nya, tidak mau lagi melayani-Nya, dan
menarik diri dari sumpah setia terhadap-Nya.
(2) Ia telah memberi mereka hukum-hukum-Nya, yang semuanya kudus,
adil, dan baik, hukum yang dirancang-Nya untuk menjaga mereka
tetap di jalan yang benar. namun mereka memberontak terhadap Dia.
Mereka berbuat dosa dengan tangan teracung dan tegar tengkuk,
dengan sengaja dan lancang (demikian arti kata-kata itu). Mereka
menerobos pagar hukum ilahi, dan dengan begitu menghalang-
halangi rancangan kasih ilahi.
(3) Ia telah menyatakan kebenaran-Nya kepada mereka, dan memberi
mereka segala bukti yang memungkinkan akan tulusnya maksud
478
baik-Nya terhadap mereka, namun mereka berdusta terhadap Dia.
Mereka menegakkan ilah-ilah palsu untuk menyaingi-Nya. Mereka
menyangkal penyelenggaraan dan kuasa-Nya. Demikianlah mereka
memungkiri TUHAN (Yer. 5:12). Mereka menolak sabda-sabda-Nya
yang dikirimkan kepada mereka melalui para nabi-Nya, dan me-
ngatakan bahwa mereka akan beroleh damai, walaupun mereka
terus berbuat dosa, bertentangan langsung dengan apa yang telah
difirmankan-Nya. Dalam pengakuan iman mereka yang penuh
kemunafikan, tindakan-tindakan ibadah secara lahiriah, dan janji-
janji untuk memperbaiki diri, mereka memungkiri Tuhan, yang
dipandang-Nya sebagai dusta terhadap-Nya.
(4) Dialah Tuhan dan Raja mereka yang sah, dan senantiasa memerintah
atas Yakub dengan keadilan, serta demi kebaikan umat. Namun,
mereka berontak terhadap Dia (ay. 14). Mereka tidak hanya
meninggalkan Dia, namun juga mengangkat senjata melawan Dia.
Seandainya bisa, mereka bahkan mau menggulingkan Dia dan
mengangkat raja lain.
(5) Ia merancang kebaikan bagi mereka, namun mereka merancang
kejahatan terhadap Dia (ay. 15). Dosa yaitu suatu hal yang jahat,
suatu kejahatan terhadap Tuhan , sebab dosa berarti pengkhianatan
terhadap mahkota kehormatan dan kemuliaan-Nya. Bukan berarti
bahwa para pendosa bisa berbuat sesuatu yang dapat melukai
Pencipta mereka (sebagaimana yang dicermati oleh salah satu ahli
tafsir kuno terhadap ayat ini), namun apa yang bisa mereka lakukan,
itu akan mereka lakukan. Jauh lebih buruk lagi bila dosa itu bukan
diperbuat dengan tidak sengaja, atau sebab kelalaian, melainkan
dengan sengaja dan terencana. Ada sebuah pepatah di antara orang
Yahudi, yang dikutip oleh Dr. Pocock di sini, niat untuk melakukan
pelanggaran yaitu lebih jahat dibandingkan tindakan pelanggaran itu
sendiri. Di mata Tuhan , merencanakan kejahatan sama saja dengan
melakukannya. Merencanakan dan membayangkan kematian raja
merupakan perbuatan makar menurut hukum Inggris. Barang siapa
merancangkan hal yang jahat, sekalipun itu ternyata sia-sia saja
(Mzm. 2:1), akan dimintai perhitungan atas pikiran jahatnya itu.
3. Bagaimana mereka akan dihukum sebab kejahatan itu (ay. 13):
Celakalah mereka, sebab mereka melarikan diri dari pada-Ku!
Perhatikanlah, barangbsiapa melarikan diri dari Tuhan , celaka akan
mengejarnya, dan tanpa diragukan lagi ia berada dalam keadaan celaka.
Murka Tuhan dinyatakan dari sorga melawan mereka. Firman-Nya
Kitab Hosea 7:1-7
479
berbunyi, “Celakalah mereka!” Dan perhatikan apa yang selanjutnya
langsung terjadi, “Binasalah mereka!” Camkanlah, segala celaka yang
diancamkan firman Tuhan menimbulkan akibat-akibat yang nyata.
Kebinasaan mewujudkan segala celaka itu. Penghakiman tangan-Nya
menegaskan penghakiman dari mulut-Nya. Barang siapa dikutuk-Nya
dan disebut-Nya celaka, sungguh terkutuklah mereka, sungguh celakalah
mereka.
VI. Ibadah dan reformasi yang mereka perlihatkan hanyalah pertunjukan
belaka, dan dalam perbuatan ini mereka tak ubahnya mengolok-olok
Tuhan .
1. Mereka berpura-pura beribadah, namun itu tidaklah tulus (ay. 14).
saat tangan Tuhan telah menghajar mereka, mereka boleh dikatakan
datang kepada-Nya. jika Ia membunuh mereka, maka mereka mencari
Dia. Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau. Namun,
semuanya itu hanya kemunafikan.
(1) Saat menghadapi persoalan pribadi, dan diam-diam berseru kepada
Tuhan , mereka tidak melakukannya dengan tulus: Seruan mereka
kepada-Ku tidak keluar dari hatinya, saat mereka meratap di
pembaringan mereka. saat mereka ditegur dengan penderitaan di
tempat tidur mereka, dan berkobar terus-menerus bentrokan dalam
tulang-tulang mereka, mungkin kesakitan akibat luka-luka perang,
mereka berseru, mengerang, dan mengeluh dalam doa. Dan
barangkali juga mereka mengucapkan untaian kata-kata yang indah,
yang sesuai dengan keadaan mereka. Mereka berseru, “Ya Tuhan ,
tolonglah kami,” dan “Tuhan, lihatlah kami.” namun , seruan
mereka tidak keluar dari hati, itu sebabnya Tuhan tidak
menganggapnya sebagai seruan kepada-Nya. Musa dikatakan
berseru-seru kepada TUHAN (Kel. 14:15), padahal ia tidak
mengucapkan sepatah kata pun, hanya berdoa dalam hati dengan
iman dan kesungguhan. Sebaliknya, orang-orang Israel ini sangat
gaduh dan banyak cakap, namun mereka tidak berseru kepada Tuhan ,
sebab hati mereka tidak tetap pada Dia, tidak tunduk pada
kehendak-Nya, tidak mengejar kehormatan-Nya, dan tidak pula ber-
bakti melayani Dia. Berdoa yaitu mengangkat jiwa kepada Tuhan ,
itulah hakikat doa. Bila hal ini tidak dilakukan, maka ucapan
hanyalah omong kosong, seindah apa pun kata-kata yang dipilih.
Sebaliknya, bila kita mengangkat jiwa kepada-Nya, maka doa kita
480
diterima, walaupun dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan
Perhatikanlah, barang siapa tidak berdoa dalam roh, ia tidak berdoa
kepada Tuhan sama sekali. Bahkan, Tuhan sama sekali tidak berkenan
pada doa mereka dan tidak menerimanya, namun justru menyebutnya
raungan belaka (ay. 14, KJV). Sebagian penafsir berpendapat bahwa
kata ini menyiratkan kegaduhan doa-doa mereka (mereka
berseru kepada Tuhan seperti mereka dulu berseru kepada Baal, yang
mereka anggap harus dibangunkan), atau semangat membabi buta
yang mereka lampiaskan dalam doa-doa mereka. Mereka
menggeram saat dirajam, dan meraung-raung saat dicambuk,
namun tidak mengindahkan tangan yang menghukum mereka. Atau
kata raungan tadi berarti bahwa doa-doa mereka yang penuh
kemunafikan itu sama sekali tidak berkenan pada Tuhan , namun justru
menyebalkan bagi-Nya. Tuhan murka terhadap doa-doa mereka.
Nyanyian-nyanyian di tempat suci akan menjadi raungan (Am. 8:3,
KJV). Tuhan tidak akan mengasihani mereka sama sekali, namun justru
dengan sepantasnya akan menertawakan celaka mereka, sebab
mereka sudah begitu sering menertawakan wewenang-Nya.
(2) Saat mereka tengah menghadapi persoalan bangsa, dan berkumpul
bersama untuk memohon perkenanan Tuhan , dalam hal itu pun
mereka berlaku munafik. Mereka berhimpun sebab kebiasaan
semata-mata (ay. 14, KJV), sebab memaklumkan perkumpulan raya
yaitu hal yang biasa dilakukan saat ada perkabungan di seluruh
negeri (Zef. 2:1). Namun, mereka datang hanya untuk berdoa
meminta gandum dan anggur, yang merupakan barang-barang yang
mereka inginkan. Dan mereka takut kekurangan bahan pangan itu
sebab tidak ada hujan, bentuk hukuman yang tengah menimpa
mereka saat ini. Mereka tidak berdoa meminta perkenanan atau
anugerah Tuhan , yaitu agar Tuhan mengaruniakan pertobatan kepada
mereka, mengampuni dosa-dosa mereka, dan menyingkirkan murka-
Nya dari mereka, namun hanya agar Ia jangan mengambil gandum dan
anggur mereka. Perhatikanlah, hati yang penuh nafsu kedagingan,
dalam doa-doanya kepada Tuhan , hanya mengingini belas kasihan
duniawi dan takut pada hukuman-hukuman yang fana, serta ingin
menjauhkan hukuman-hukuman itu saja, sebab ia tidak dapat
memahami adanya hukuman lain.
2. Mereka berpura-pura mengadakan reformasi, namun itu pun tidak tulus
(ay. 16). Dalam ayat ini kita dapati,
Kitab Hosea 7:1-7
481
(1) Dosa Israel: Mereka berbalik, artinya mereka berlaku seolah-olah
hendak berbalik. Mereka mengaku bertobat dan memperbaiki
perilaku mereka, namun mereka tidak versungguh-sungguh
melakukannya. Mereka tidak berbalik kepada Tuhan ataupun kembali
setia kepada-Nya, padahal Tuhan verfirman (Yer. 4:1), “Jika engkau
mau kembali, hai Israel, kembalilah engkau kepada-Ku. Jangan hanya
berpaling menghadap Aku, namun kembalilah kepada-Ku.” Kepura-
puraan mereka itu membuat mereka seperti busur tipu, yang kelihat-
annya bisa berfungsi dengan benar, dan dengan demikian
dilengkungkan dan ditarik sebagaimana mestinya. namun ,
saat ditarik sekuat tenaga, patahlah busur itu atau putus tali
senarnya, sehingga anak panahnya jatuh ke kaki si pemanah,
bukannya melesat ke sasaran. Seperti itulah upaya-upaya mereka
untuk bertobat dan mereformasi diri.
(2) Dosa para pemuka Israel. Dakwaan atas mereka yaitu ucapan
mereka yang kasar, berbantah dengan Tuhan dan penyelenggaraan-
Nya, dan dengan semua orang di sekeliling mereka saat mereka
marah. Para pemuka itu beranggapan bahwa mereka dapat
mengucapkan apa pun yang mereka mau, dan sudah menjadi hak
istimewa mereka untuk membentak dan mengamuk, mengutuk dan
mengumpat, serta mencemooh sesuka hati. Namun, ketahuilah
bahwa ada Tuhan di atas mereka yang akan mengadakan perhitungan
dengan mereka sebab ucapan mereka yang kasar, dan akan
membuat mereka tergelincir sebab lidah mereka.
(3) Hukuman atas Israel dan para pemukanya sebab dosa mereka.
Adapun para pemuka, mereka akan tewas oleh pedang musuh
mereka ataupún pedang rakyat mereka sendiri, sebagian oleh
pedang musuh, sebagian yang lain oleh pedang rakyat. dan inilah
yang akan menjadi olok-olok kepada mereka, inilah alasan mereka
akan diolok-olok di tanah Mesir, saat mereka berlari kepada orang
Mesir untuk meminta bantuan (ay. 11). Dosa dan hukuman mereka
itu akan menjadikan mereka bahan tertawaan bagi semua bangsa di
sekeliling mereka. Perhatikanlah, barang siapa berkhianat dan
berlaku penuh tipu daya terhadap Tuhan , serta penuh kemarahan dan
kegeraman terhadap sesama manusia, dengan sepantasnya akan
dijadikan olok-olok bagi orang-orang di sekitarnya, sebab ia
menjadikan dirinya sendiri bahan cemoohan.
PASAL 8
asal ini, seperti pasal sebelumnya, terbagi atas dosa dan hukuman Israel.
Setiap ayat hampir menyatakan kedua-duanya, dan semuanya dimaksudkan
untuk membawa mereka pada pertobatan. saat mereka melihat sifat jahat dari
dosa mereka, di dalam gambarannya, mereka tentu sadar betapa sudah menjadi
kewajiban mereka untuk bertobat dari suatu hal yang memang begitu jahat
dengan sendirinya. Dan saat mereka melihat akibat-akibat yang merusak dari
dosa mereka, di dalam nubuatan tentangnya, mereka tentu memahami betapa
sudah menjadi kepentingan mereka untuk bertobat guna mencegahnya.
I. Dosa Israel di sini dikemukakan,
1. Dalam banyak ungkapan umum (ay. 1, 3, 12, 14).
2. Dalam banyak contoh khusus, yaitu mengangkat raja tanpa
persetujuan Tuhan (ay. 4), menegakkan berhala-berhala untuk
melawan Tuhan (ay. 4-6, 11), dan mengadakan persekutuan dengan
bangsa-bengsa tetangga (ay. 8-10).
3. Dalam hal berikut yang memperberat dosa itu, bahwa mereka
masih tetap mengaku beragama dan berhubungan dengan Tuhan
(ay. 2, 13-14).
II. Hukuman atas Israel di sini dikemukakan sebagai sesuatu yang sesuai
dengan dosa yang diperbuat. Tuhan akan mendatangkan seorang musuh
kepada mereka (ay. 1, 3). Semua rencana mereka akan dihancurkan
(ay. 7). Keyakinan yang mereka andalkan pada semua berhala dan
persekutuan mereka dengan bangsa asing akan mengecewakan mereka
(ay. 6, 8, 10). Kekuatan mereka di dalam negeri sendiri akan runtuh
(ay. 14). Korban-korban mereka tidak akan diperhitungkan, sedangkan
dosa-dosa mereka justru akan diperhitungkan (ay. 13).
P
486
Dosa dan Hukuman Israel;
Kejahatan-kejahatan Didakwakan atas Israel
(8:1-7)
1 Tiuplah sangkakala! Serangan laksana rajawali atas rumah TUHAN! Oleh sebab mereka
telah melangkahi perjanjian-Ku dan telah mendurhaka terhadap pengajaran-Ku. 2
Kepada-Ku mereka berseru-seru: “Ya Tuhan ku, kami, Israel mengenal Engkau!” 3 Israel
telah menolak yang baik – biarlah musuh mengejar dia! 4 Mereka telah mengangkat raja,
namun tanpa persetujuan-Ku; mereka mengangkat pemuka, namun dengan tidak setahu-Ku.
Dari emas dan peraknya mereka membuat berhala-berhala bagi dirinya sendiri, sehingga
mereka dilenyapkan. 5 Aku menolak anak lembumu, hai Samaria; murka-Ku menyala
terhadap mereka! Sampai berapa lama tidak dapat disucikan,
6 orang-orang Israel itu? Itu dibuat oleh tukang, dan itu bukan Tuhan ! Sungguh, akan
menjadi serpih anak lembu Samaria itu! 7 Sebab mereka menabur angin, maka mereka
akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada pada mereka;
tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil, maka orang-
orang lain menelannya.
Teguran dan ancaman diperkenalkan di sini dengan sebuah perintah kepada
Nabi Hosea untuk meniup sangkakala (ay. 1), dan dengan demikian untuk
memaklumkan perkumpulan raya, supaya semua orang dapat memperhatikan
apa yang hendak disampaikannya dan menerima peringatan darinya. Ia harus
membunyikan tanda bahaya, harus menyatakan perang di dalam nama Tuhan
terhadap bangsa yang memberontak ini. Seorang musuh akan datang dengan
segera dan penuh kegeraman untuk merebut negeri mereka, dan Nabi Hosea
harus menyadarkan mereka agar bersiap-siap menghadapinya. Demikianlah
sang nabi harus melakukan bagian tugas dari seorang penjaga, yaitu
membunyikan sangkakala untuk memanggil orang-orang yang terkepung agar
mengangkat senjata, saat dia melihat para pengepung sedang melakukan
serangan (Yeh. 33:3). Sang nabi harus menyaringkan suara bagaikan sangkakala
(Yes. 58:1), dan umat harus memperhatikan bunyi sangkakala itu (Yer. 6:17).
Sekarang,
I. Inilah dakwaan umum yang ditujukan terhadap mereka sebagai orang-orang
berdosa, sebagai pemberontak dan pengkhianat melawan Tuhan mereka
yang berdaulat.
1. Mereka telah melangkahi perjanjian-Ku (ay. 1). Mereka tidak hanya sudah
melanggar perintah (setiap dosa memang melanggar perintah), namun
juga telah melangkahi perjanjian. Mereka telah bersalah atas dosa-dosa
yang begitu rupa hingga memutuskan perjanjian mula-mula. Mereka
telah memberontak dari sumpah setia mereka, dan melanggar kovenan
pernikahan melalui persundalan rohani mereka. Mereka, pada dasarnya,
telah menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi menjadi umat Tuhan ,
Kitab Hosea 8:1-7
487
atau menerima Dia sebagai Tuhan mereka. Itulah yang disebut
melangkahi perjanjian. Mereka tidak hanya telah berlaku bodoh, namun
juga telah berlaku curang.
2. Mereka telah mendurhaka terhadap pengajaran-Ku di dalam banyak hal.
Hukum Tuhan yaitu pedoman untuk menuntun hidup kita. Dan inilah
kejahatan dari dosa, bahwa dosa melanggar batasan-batasan yang
ditetapkan bagi kita melalui hukum ini .
3. Mereka telah menolak yang baik. Mereka telah menyingkirkan dan
menampik kebaikan, yaitu Tuhan sendiri. Demikianlah pemahaman
sebagian penafsir, dan itu memang sangat tepat. Tuhan itu baik, dan
melakukan kebaikan, serta merupakan kebaikan kita. Tak seorang pun
yang baik selain dari pada Tuhan saja, sumber segala kebaikan. Mereka
telah menolak Dia, sebab tidak ingin lagi berurusan dengan-Nya. Tuhan
telah meninggalkan mereka pada kehancuran, dan di sini memberi
alasannya. Perhatikanlah, Tuhan tidak pernah menolak siapa pun sebelum
mereka terlebih dahulu menolak-Nya. Atau, sebagaimana kita
membacanya, mereka telah menolak hal yang baik. Mereka telah
menolak pelayanan dan ibadah kepada Tuhan , yang pada dasarnya sama
saja dengan menolak Tuhan . Mereka telah menolak apa yang membuat
manusia dinyatakan baik. Mereka telah menolak rasa takut akan Tuhan ,
rasa hormat terhadap manusia, serta segala kesadaran akan kebajikan
dan kejujuran. Cermatilah, mereka telah melangkahi perjanjian-Ku.
Beginilah akhirnya, sebab mereka telah mendurhaka terhadap
pengajaran-Ku. Pelanggaran terhadap perintah membuka jalan bagi
pelanggaran terhadap kovenan. Dan itulah yang mereka lakukan, sebab
mereka telah menolak yang baik. Itulah awal mulanya. Mereka berhenti
berlaku bijaksana dan berbuat baik, maka kemudian perbuatan mereka
semua menjadi sia-sia (Mzm. 36:4). Lihatlah bagaimana terjadinya
kemurtadan. Manusia pertama-tama menolak yang baik, lalu penolakan
terhadap yang baik ini membuka jalan bagi perbuatan yang tidak
baik. Dan seringnya pelanggaran terhadap hukum Tuhan membawa
manusia pada akhirnya kepada kebiasaan menolak kovenan-Nya. saat
manusia menolak berdoa, mendengar firman, menguduskan hari Sabat,
dan hal-hal lain yang baik, maka mereka berada di jalur cepat menuju
penolakan terhadap Tuhan sepenuhnya.
II. Inilah ancaman-ancaman umum tentang murka dan kehancuran akibat dosa
mereka: Musuh akan datang menyerang laksana rajawali atas rumah
TUHAN, dan (ay. 3) akan mengejar Israel. Jika rumah TUHAN kita pahami
488
sebagai Bait Tuhan di Yerusalem, maka rajawali yang datang menyerangnya
harus kita duga entah Sanherib atau Nebukadnezar. Sanherib telah
menduduki segala kota berkubu di Yehuda, dan mengepung Yerusalem dan
tak diragukan lagi mengincar rumah TUHAN, untuk memorak-
porandakannya, seperti yang telah dilakukannya terhadap kuil-kuil berhala
dari bangsa-bangsa lain. Sementara Nebukadnezar telah membakar Bait
Tuhan dan menjarah semua perabot di dalamnya. namun , jika kita
memahaminya sebagai sesuatu yang menunjuk pada penghancuran kerajaan
sepuluh suku oleh raja Asyur, maka kita harus memahaminya sebagai
kumpulan seluruh bangsa itu. Sebagai orang-orang Israel, mereka telah
diangkat menjadi anak, dan menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian,
dan di sini mereka disebut sebagai rumah TUHAN. Mereka menyangka
bahwa kedudukan mereka yang demikian akan menjadi perlindungan
mereka. namun sang nabi diperintahkan untuk memberi tahu mereka bahwa
sekarang mereka telah kehilangan hidup dan semangat dari agama mereka,
kendati nama dan bentuk lahiriahnya masih mereka pertahankan. Mereka
hanyalah seperti mayat tempat burung elang dan burung-burung pemangsa
lainnya berkumpul. Sang musuh akan mengejar mereka laksana rajawali,
dengan sedemikian cepatnya, sedemikian kuatnya, dan sedemikian geram-
nya. Perhatikanlah, orang-orang yang memutuskan kovenan persahabatan
mereka dengan Tuhan memperhadapkan diri mereka sendiri pada
permusuhan semua orang di sekitar mereka, sehingga mereka menjadi
mangsa yang empuk dan gampang bagi musuh-musuh itu. Kedudukan
mereka sebagai rumah TUHAN, dan Bait-Nya yang hidup, tidak akan bisa
menjadi dalih ataupun perlindungan bagi mereka (Lihat Am. 3:2).
III. Di sini bangsa Israel dengan penuh kemunafikan mengaku-ngaku
memiliki hubungan dengan Tuhan , saat mereka sedang kesulitan dan
kesusahan (ay. 2): Israel akan berseru-seru kepada-Ku. Pada waktu mereka
diancam dengan hukuman-hukuman ini, dan hendak memohon supaya
diluputkan darinya, atau saat hukuman-hukuman itu sedang ditimpakan
ke atas mereka dan mereka datang kepada Tuhan untuk meminta kelepasan,
sambil mengeluh dalam doa saat hajaran Tuhan menimpa mereka, mereka
akan berseru bahwa di antara mereka Tuhan terkenal dan nama-Nya masyhur
(Mzm. 76:2). Dan dalam masa susah, mereka akan mengaku-ngaku mengenal
jalan-jalan Tuhan , yang dalam masa senang tidak mereka inginkan, namun
mereka pandang rendah. Maka pada saat itu mereka akan berseru-seru
kepada Tuhan , akan menyebut-Nya sebagai Tuhan mereka, dan, seperti
pengemis yang kurang ajar, akan memberi tahu Dia bahwa mereka sudah
Kitab Hosea 8:1-7
489
mengenal-Nya dengan baik, dan telah lama akrab dengan-Nya. Per-
hatikanlah, ada banyak orang yang dalam perbuatan menyangkal Tuhan dan
tidak mengakui-Nya, namun demi memenuhi tujuan tertentu, akan mengaku
bahwa mereka mengenal Dia, bahwa mereka lebih mengenal Dia dibandingkan
para tetangga mereka. namun apa gunanya seseorang bisa berkata, “Tuhan ku,
aku mengenal Engkau,” jika dia tidak dapat berkata, “Tuhan ku, aku menga-
sihi Engkau,” dan “Tuhan ku, aku melayani Engkau dan berpaut kepada-Mu
saja?”
IV. Inilah peringatan Nabi Hosea kepada mereka, di dalam nama Tuhan (ay.
5): Sampai berapa lama tidak dapat disucikan, orang-orang Israel itu? Yang
dimaksud bukanlah kesucian mutlak (orang yang bersalah tidak akan
pernah dapat mencapainya), melainkan berapa lama lagi mereka akan
bertobat dan mereformasi diri, menjadi suci dalam perkara ini, dan bebas
dari dosa penyembahan berhala? Mereka telah melekat pada berhala-
berhala mereka. Sampai berapa lama lagi mereka bisa disapih dari berhala-
berhala itu, bisa dilepaskan darinya? Demikianlah ayat itu bisa diartikan. Hal
ini menunjukkan bahwa kebiasaan berdosa membuat orang sangat sukar
meninggalkannya. Sulit untuk bersih dari kotoran, entah yang menyangkut
hal kedagingan atau roh, yang di dalamnya kita telah lama berkubang. namun
Tuhan berbicara seakan-akan Ia berpikir bahwa butuh waktu lama bagi
orang-orang berdosa untuk menyingkirkan kesalahan mereka dan menjalani
kehidupan yang baru. Ia mengeluhkan perilaku mereka yang keras kepala.
Inilah yang menyebabkan murka-Nya kepada mereka tetap menyala, yang
bisa saja segera dipadamkan jika mereka dapat disucikan dari dosa-dosa
yang telah menyalakannya. Mereka berseru dalam kesusahan, sampai berapa
lama lagi Tuhan akan kembali kepada kita di jalan belas kasihan? namun
mereka tidak mendengar Ia bertanya, sampai berapa lama lagi mereka akan
kembali kepada Tuhan di jalan kewajiban?
V. Inilah beberapa dosa khusus yang didakwakan kepada mereka. Mereka
dibuat sadar akan kebodohan dari dosa-dosa itu, dan diperingatkan akan
akibat-akibatnya yang mematikan. Dan sebab dosa-dosa itulah murka Tuhan
menyala terhadap mereka.
1. Dalam perkara-perkara yang menyangkut pemerintahan. Mereka telah
mengangkat raja tanpa persetujuan Tuhan , dan dalam penghinaan
terhadap-Nya (ay. 4). Demikianlah yang mereka lakukan saat mereka
menolak Samuel, yang di dalam dirinya Tuhan menjadi raja mereka, dan
memilih Saul, supaya mereka dapat menjadi seperti bangsa-bangsa lain.
490
Demikian pulalah yang mereka lakukan saat mereka memberontak
dari sumpah setia mereka kepada keluarga Daud, dan mengangkat Yero-
beam. Dengan berbuat demikian, kendati mereka menggenapi rancangan
Tuhan yang tersembunyi, namun mereka tidak mengejar kemuliaan-Nya,
tidak pula mencari petunjuk dari sabda-Nya, atau datang kepada Dia
melalui doa untuk meminta bimbingan, atau mengindahkan
penyelenggaraan-Nya. Sebaliknya, mereka dihanyutkan oleh keinginan
mereka sendiri dan diburu oleh desakan nafsu mereka. Demikian pula
yang mereka lakukan sekarang pada masa Hosea bernubuat, saat
tampaknya sudah menjadi kebiasaan untuk mengangkat raja dan
menggulingkannya kembali, tergantung kepandaian orang dalam
merebut mahkota (2Raj. 15:8, dst.). Perhatikanlah, kita tidak dapat
mengharapkan penghiburan dan keberhasilan di dalam urusan kita
jika kita mengusahakannya, dan meneruskannya, tanpa meminta
petunjuk kepada Tuhan dan mengakui-Nya dalam segala jalan kita:
“Mereka telah mengangkat raja, namun dengan tidak setahu-Ku. Yaitu,
Aku tidak mengetahuinya dari mereka, mereka tidak meminta keputusan-
Ku, apakah mereka boleh atau memang sebaiknya melakukannya,
kendati pada mereka ada nabi-nabi dan sabda-sabda ilahi yang dapat
menjadi petunjuk bagi mereka.” Mereka tidak memandang kepada Yang
Mahakudus, Tuhan Israel (Yes. 31:1). Tidak pula raja-raja melakukan
seperti yang dilakukan oleh Yefta, yang sebelum naik takhta membawa
seluruh perkaranya ke hadapan TUHAN, di Mizpa (Hak. 11:11). Perhati-
kanlah, orang-orang yang dipercaya mengurus kepentingan umum, dan
khususnya pemilihan dan pengangkatan para pemimpin, harus
menyertakan Tuhan bersama mereka dalam menjalankannya, dengan
meminta arahan-Nya dan mengejar kehormatan-Nya.
2. Dalam hal-hal keagamaan mereka berbuat jauh lebih buruk lagi. Sebab
mereka mendirikan patung anak lembu melawan Tuhan , untuk menyaingi
dan menentang-Nya. “Dari emas dan perak mereka yang telah diberikan
Tuhan kepada mereka, dan dilipatgandakan-Nya bagi mereka, supaya
mereka dapat melayani dan memuliakan Dia dengannya, mereka telah
membuat berhala-berhala.” Mereka menyebutnya Tuhan , hai Israel, lihat-
lah sekarang Tuhan -Tuhan mu! (1Raj. 12:28) namun Tuhan menyebutnya
berhala. Kata yang dipakai dalam bahasa aslinya berarti kesedihan, atau
masalah, sebab berhala-berhala itu menjijikkan bagi Tuhan dan akan
menghancurkan orang-orang yang menyembah mereka. Dari emas dan
peraknya mereka membuat berhala-berhala bagi dirinya sendiri.
Demikianlah kata-kata yang dipakai, dengan merujuk terutama kepada
Kitab Hosea 8:1-7
491
patung-patung berhala mereka, yang mereka buat dari emas dan perak,
terutama anak lembu emas di Dan dan Betel. Para penyembah berhala
tidak berhemat-hemat dalam menyembah berhala mereka. namun kata-
kata itu sangat dapat diterapkan pada penyembahan berhala rohani yang
dilakukan orang tamak: Emas dan perak mereka yaitu berhala-berhala
yang mereka anggap dapat membahagiakan mereka, yang padanya hati
mereka terpatri, yang kepadanya mereka memberi penghormatan,
dan yang mereka andalkan. Sekarang, untuk menunjukkan kepada
mereka kebodohan dari penyembahan berhala mereka, Tuhan memberi
tahu mereka,
(1) Dari mana Tuhan -Tuhan mereka berasal. Lacaklah asal-usul para Tuhan
itu, maka para Tuhan itu akan didapati sebagai makhluk ciptaan
khayalan mereka sendiri dan pekerjaan tangan mereka sendiri (ay.
6). Anak lembu yang mereka sembah di sini disebut anak lembu
Samaria, sebab ada kemungkinan saat Samaria, pada zaman Ahab,
menjadi ibu kota kerajaan, sebuah patung anak lembu didirikan di
sana di dekat istana, di samping patung-patung yang sudah ada di
Dan dan Betel, atau mungkin salah satu dari antaranya dipindahkan
ke sana. Sebab orang-orang yang senang mencari Tuhan -Tuhan baru,
pasti akan terus mencari Tuhan -Tuhan yang lebih baru lagi. Sekarang
hendaklah mereka renungkan apa yang membuat Tuhan mereka ini
muncul dan ada.
[1] Temuan dan buatan mereka sendiri: Dari orang-orang Israellah
asalnya. Bukan dari Tuhan Israel (Ia dengan tegas melarangnya),
melainkan dari Israel. Berhala ini yaitu rancangan
mereka sendiri (menurut seb