• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label daniel obaja 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label daniel obaja 4. Tampilkan semua postingan

daniel obaja 4

 


ain bagaimana Tuhan   telah 

berurusan dengan kita, baik yang berupa teguran maupun perkenan 

yang telah kita terima dari-Nya. Meskipun apa yang kita ceritakan itu 

dapat mempermalukan kita seperti yang dialami Nebukadnezar, kita 

tidak boleh menyembunyikannya, selama hal itu dapat memberi 

kemuliaan kepada Tuhan  . Banyak orang berani menceritakan apa yang 

telah diperbuat Tuhan   bagi jiwa mereka, sebab hal itu dapat 

mendatangkan pujian bagi diri mereka sendiri, namun mereka tidak mau 

menceritakan apa yang diperbuat Tuhan   untuk melawan mereka, dan 

betapa mereka pantas menerima ganjaran itu. Padahal, kita patut mem-

berikan kemuliaan kepada Tuhan  , tidak saja dengan cara memuji Dia atas 

segala belas kasih-Nya, namun  juga dengan mengakui dosa-dosa kita, 

dengan menerima hukuman atas kejahatan kita, dan merasa malu 

terhadap diri sendiri, seperti yang diperlihatkan sang raja yang jaya 

perkasa ini. 

2. Untuk menunjukkan betapa ia sendiri telah dijamah dan diyakinkan oleh 

tanda-tanda dan mujizat Tuhan   dalam semua peristiwa itu (ay. 3). Kita 

harus senantiasa membicarakan firman dan karya Tuhan   dengan penuh 

perhatian serta kesungguhan. Kita harus menunjukkan betapa kita 

tersentuh oleh perkara-perkara agung tentang Tuhan  , supaya orang lain 

juga boleh memperhatikannya.  

(1) Nebukadnezar mengagumi segala perbuatan Tuhan  . Dengan rasa 

takjub ia berujar: Betapa besarnya tanda-tanda-Nya dan betapa 

hebatnya mujizat-mujizat-Nya! Nebukadnezar sudah tua, telah 

memerintah lebih dari empat puluh tahun, dan telah banyak melihat 

kejadian di dunia berikut segala perubahan di dalamnya, seperti 

kebanyakan orang. Namun, tidak pernah sebelum ini, sampai ia 

dijamah dengan dalamnya, ia dibuat terkagum-kagum dengan peris-

tiwa-peristiwa mengejutkan dari tanda-tanda dan mujizat Tuhan  . 

Sekarang aku tahu, betapa besarnya dan betapa hebatnya semua itu! 

Perhatikanlah, semakin kita memandang suatu peristiwa sebagai 

perbuatan TUHAN, serta melihatnya sebagai hasil kuasa ilahi dan 

perlakuan hikmat ilahi, maka semakin ajaiblah hal itu di mata kita 

(Mzm. 118:23, KJV; 66:3). 

(2) jsesudah  itu ia menyimpulkan perihal pemerintahan Tuhan  . Inilah yang 

pada akhirnya ia dibuat tunduk: Kerajaan-Nya yaitu  kerajaan yang 

kekal. Tidak seperti kerajaannya sendiri yang sedang menuju 

akhirnya, seperti yang telah dilihatnya sejak lama dalam mimpi. 

Sekarang ia mengakui bahwa ada Tuhan   yang memerintah dunia dan 

memiliki kekuasaan penuh, menyeluruh dan tidak dapat ditentang 

atas dan dalam semua kejadian yang dialami anak-anak manusia. 

Dan merupakan kemuliaan kerajaan ini bahwa ia kekal. 

Pemerintahan-pemerintahan lain hanya terbatas sampai satu 

angkatan, sedangkan kerajaan-kerajaan lain bisa sampai beberapa 

angkatan. Namun, pemerintahan Tuhan   turun-temurun. Sepertinya di 

sini Nebukadnezar merujuk kepada apa yang telah disebutkan 

sebelumnya oleh Daniel perihal kerajaan yang akan didirikan Tuhan   

semesta langit dan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya 

(2:44). Meskipun yang dimaksudkan oleh Daniel yaitu  kerajaan 

Sang Mesias, Nebukadnezar memahaminya sebagai kerajaan Tuhan   

Sang Penyelenggara. Begitulah, kita boleh memanfaatkan nubuat-

nubuat dalam Kitab Suci dalam hidup kita dan menerapkannya, 

walaupun kita tidak begitu memahami artinya sepenuhnya, dan 

mungkin juga secara benar. 

Mimpi Kedua Nebukadnezar  

(4:4-18) 

4 Aku, Nebukadnezar, diam dalam rumahku dengan tenang dan hidup dengan senang 

dalam istanaku; 5 lalu aku mendapat mimpi yang mengejutkan aku, dan khayalanku di 

tempat tidurku serta penglihatan-penglihatan yang kulihat menggelisahkan aku. 6 Maka 

aku mengeluarkan titah, bahwa semua orang bijaksana di Babel harus dibawa menghadap 

aku, supaya mereka memberitahukan kepadaku makna mimpi itu. 7 Kemudian orang-

orang berilmu, ahli jampi, para Kasdim dan ahli nujum datang menghadap dan aku men-

ceritakan kepada mereka mimpi itu, namun  mereka tidak dapat memberitahukan 

maknanya kepadaku. 8 Pada akhirnya Daniel datang menghadap aku, yakni Daniel yang 

dinamai Beltsazar menurut nama dewaku, dan yang penuh dengan roh para dewa yang 

kudus. Lalu kuceritakan kepadanya mimpi itu: 9 Hai Beltsazar, kepala orang-orang 

berilmu! Aku tahu, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa yang kudus, dan bahwa 

tidak ada rahasia yang sukar bagimu! Sebab itu inilah riwayat penglihatan mimpi yang 

kudapat, maka ceritakanlah kepadaku maknanya. 10 Adapun penglihatan yang kudapat di 

tempat tidurku itu, demikian: di tengah-tengah bumi ada sebatang pohon yang sangat 

tinggi; 11 pohon itu bertambah besar dan kuat, tingginya sampai ke langit, dan dapat 

dilihat sampai ke ujung seluruh bumi. 12 Daun-daunnya indah, buahnya berlimpah-

limpah, padanya ada makanan bagi semua yang hidup; di bawahnya binatang-binatang di 

padang mencari tempat bernaung dan di dahan-dahannya bersarang burung-burung di 

udara, dan segala makhluk mendapat makanan dari padanya. 13 Kemudian dalam pengli-

hatan yang kudapat di tempat tidurku itu tampak seorang penjaga, seorang kudus, turun 

dari langit; 14 ia berseru dengan nyaring, demikian katanya: Tebanglah pohon itu dan 

potonglah dahan-dahannya, gugurkanlah daun-daunnya dan hamburkanlah buah-

buahnya! Biarlah binatang-binatang lari dari bawahnya dan burung-burung dari dahan-

dahannya! 15 namun  biarkanlah tunggulnya tinggal di dalam tanah, terikat dengan rantai 

dari besi dan tembaga, di rumput muda di padang; biarlah ia dibasahi dengan embun dari 

langit dan bersama-sama dengan binatang-binatang mendapat bagiannya dari rumput di 

bumi! 16 Biarlah hati manusianya berubah dan diberikan kepadanya hati binatang. 

Demikianlah berlaku atasnya sampai tujuh masa berlalu. 17 Titah ini yaitu  menurut 

putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-orang kudus, supaya orang-

orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan 

memberi nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil se-

kalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu. 18 Itulah mimpi yang telah kudapat, 

aku, raja Nebukadnezar; sekarang engkau, Beltsazar, katakanlah kepadaku maknanya, 

sebab semua orang bijaksana dari kerajaanku tidak dapat memberitahukan maknanya 

kepadaku; namun  engkaulah yang sanggup, sebab  engkau penuh dengan roh para dewa 

yang kudus!” 

Sebelum menceritakan penghakiman Tuhan   atasnya akibat kesombongannya, 

Nebukadnezar menjelaskan tentang peringatan yang baik yang telah 

disampaikan kepadanya sebelum penghakiman Tuhan   itu terjadi. Seandainya ia 

memperhatikan peringatan itu, penghakiman itu dapat dicegah. Ia diberitahu 

tentang hal-hal itu, juga tentang kemunculannya, sebelum semuanya terjadi, 

supaya saat  benar-benar terjadi, ia dapat melihat dengan membandingkannya 

dengan nubuatan sebelum peristiwa itu terjadi, sehingga bisa berkata bahwa 


semua itu merupakan perbuatan Tuhan. Dengan demikian ia dapat dibuat untuk 

percaya bahwa di dunia ini ada wahyu ilahi, dan juga tindakan Penyelenggaraan 

ilahi, dan bahwa karya-karya Tuhan   sesuai dengan firman-Nya. 

Nah, dalam penuturan yang diberikan Nebukadnezar perihal mimpinya, 

yang melaluinya ia mendapat kabar tentang apa yang akan terjadi, kita dapat 

mengamati, 

I. Masa saat  peringatan ini diberikan kepadanya (ay. 4): yakni pada waktu ia 

diam dalam rumahnya dengan tenang dan hidup dengan senang dalam 

istananya. Belum lama berselang ia menaklukkan Mesir, sehingga dengan 

demikian melengkapi semua kemenangannya dan mengakhiri 

peperangannya, dan menjadikan dirinya raja atas seluruh bagian-bagian 

dunia yang ditaklukkannya itu. Hal ini terjadi sekitar tahun ketiga puluh 

empat atau tiga puluh lima pemerintahannya (Yeh. 29:17). Pada masa itulah 

ia mendapat mimpi ini, yang digenapi sekitar satu tahun sesudahnya. Tujuh 

tahun lamanya gangguan jiwa itu berlangsung. Begitu pulih kembali, ia 

mencatat pernyataan ini. Ia hidup sampai dua tahun sesudah pulih, dan 

tutup usia pada tahun keempat puluh lima pemerintahannya. Ia telah 

mengalami keletihan yang panjang selama masa-masa perangnya, dan 

mengadakan banyak pertempuran dan penyerbuan yang melelahkan dan 

berbahaya. Namun, sekarang ia akhirnya diam dalam rumahnya dengan 

tenang. Tidak ada lagi lawan dan tidak ada lagi malapetaka menimpa . 

Perhatikanlah, Tuhan   mampu menjangkau orang-orang terbesar dengan 

kedahsyatan-Nya, bahkan saat mereka merasa aman sentosa dan hidup 

senang. 

II. Pengaruh mimpi itu terhadap dirinya (ay. 5): Aku mendapat mimpi yang 

mengejutkan aku. Orang akan berpikir bahwa hal kecil apa pun tidak akan 

ada yang mampu membuat takut dia, orang yang sudah terbiasa berperang 

sejak muda, dan terbiasa melihat bahaya di medan perang tanpa merasa 

gentar sedikit pun. Walaupun demikian, sekali Tuhan   berkehendak, sebuah 

mimpi pun dapat menghujamkan rasa ngeri ke atasnya. Tempat tidurnya 

pastilah empuk, lembut, dan dijaga dengan ketat. Namun, khayalannya di 

tempat tidur membuatnya tidak tenang, dan penglihatan-penglihatan yang ia 

lihat menggelisahkan hatinya. Perhatikanlah, Tuhan   mampu membuat orang-

orang terbesar sekalipun merasa tidak tenang, bahkan saat mereka berkata 

kepada jiwa mereka, Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-

senanglah. Ia dapat membuat orang-orang yang tadinya menyusahkan dunia 

dan menyiksa ribuan orang, menyusahkan dan menyiksa diri mereka 

sendiri. Mereka yang dahulu membuat orang ketakutan terhadap pahlawan-

pahlawan akan menjadi ketakutan sendiri. Melalui ketakutan yang 

disebabkan oleh mimpi itu, dan pengaruhnya atas dirinya, Nebukadnezar 

merasa bahwa ini bukanlah mimpi biasa, melainkan dikirimkan Tuhan   untuk 

tujuan khusus. 

III. Usaha sia-sia Nebukadnezar dalam menanyakan makna mimpi itu kepada 

orang-orang berilmu dan para ahli jampi. Sekarang ia tidak melupakan 

mimpi yang didapatnya seperti dahulu (ps. 2). Ia masih mengingat mimpi itu, 

namun  ingin mengetahui maknanya dan apa yang diperlambangkan oleh 

mimpi itu. (ay. 6). Perintah langsung dikeluarkan untuk memanggil semua 

orang bijaksana di Babel yang begitu bodoh sebab  berpura-pura mampu 

memprakirakan hal-hal yang akan terjadi melalui sihir, ramalan, pemeriksa-

an isi perut hewan, atau pengamatan bintang. Mereka semua harus datang 

berkumpul, supaya tahu mungkin ada seseorang, atau mereka semua 

bekerja sama, mampu mengartikan mimpi raja itu. Boleh jadi orang-orang 

ini sebelumnya kadang-kadang telah memuaskan hati raja dalam suatu 

perkara serupa, dan dengan keahlian masing-masing, mereka telah 

menjawab pertanyaan raja dengan cara yang menyenangkan hatinya, entah 

jawaban itu benar atau salah, jitu atau meleset. Namun sekarang, pengharap-

an raja terhadap mereka dikecewakan. Ia menceritakan kepada mereka 

mimpi itu (ay. 7), namun  mereka tidak dapat memberitahukan maknanya, 

meskipun mereka sudah membangga-banggakan diri dengan sangat yakin 

(2:4, 7), bahwa jika mimpi itu diceritakan kepada mereka, maka mereka 

pasti akan mampu mengartikannya. namun  , kunci mimpi ini terletak 

pada sebuah nubuat kudus (Yeh. 31:3, dst.), di mana sama seperti halnya 

Nebukadnezar di sini, orang Asyur diibaratkan dengan pohon aras yang 

ditebang sebab  kesombongannya. Kitab ini tidak pernah mereka pelajari 

dan selidiki. Seandainya sudah, mereka tentu dapat mengetahui rahasia 

mimpi ini. Penyelenggaraan Tuhan   mengatur sedemikian rupa supaya pada 

awalnya mereka dibuat kebingungan, sehingga saat  Daniel kemudian 

mengartikannya, hal ini dapat mendatangkan kemuliaan kepada Tuhan   

Daniel. Sekarang nubuat yang pernah disampaikan Yesaya (Yes. 47:12-13) 

itu pun digenapi, yaitu menjelang kejatuhan Babel, segala mantera dan sihir, 

orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, dan yang menilik bintang-

bintang, tak akan mampu berguna bagi Babel. 

IV. Ajakannya kepada Daniel, untuk menjelaskan secara terperinci mimpi itu 

kepadanya: Pada akhirnya Daniel datang menghadap (ay. 8). Entah Daniel 

menolak bergabung dengan yang lain akibat kejahatan mereka, atau 

merekalah yang tidak mau berada bersamanya akibat kebaikannya. Bisa jadi 

juga raja lebih suka agar orang-orang berilmunyalah, dan bukan Daniel, yang 

memperoleh kehormatan menjelaskan mimpi itu kalau mereka memang 

mampu. Atau, mengingat bahwa Daniel yaitu  penguasa atas semua orang 

bijaksana (2:48), seperti biasa, ia terakhir dimintai pendapat. Banyak orang 

yang menjadikan firman Tuhan   pelarian terakhir mereka. Mereka tidak 

pernah berpaling dan mencari pertolongan dari-Nya, sampai mereka sudah 

kehabisan sumber bantuan lain. Nebukadnezar memuji-muji Daniel setinggi 

langit, dan menyebutkan nama yang telah diberikannya kepada Daniel. 

Dengan pemberian nama itu, ia menyangka Daniel akan senang sekali, dan 

bahwa hal itu merupakan pertanda yang baik: “Namanya yaitu  Beltsazar, 

yang diambil dari Bel, menurut nama dewaku.” Ia memuji-muji anugerah 

langka yang diberikannya itu: Daniel penuh dengan roh para dewa yang 

kudus (ay. 9). sebab  itu raja terus terang mengatakannya kepada Daniel, 

dan kita boleh beranggapan bahwa Daniel sama sekali tidak menjadi 

sombong sebab  pujian itu. Sebaliknya, ia justru sangat sedih saat men-

dengar pernyataan bahwa karunia yang diperolehnya dari Tuhan   Israel, Tuhan   

yang benar dan hidup, dianggap berasal dari dewa Nebukadnezar, dewa 

yang bagaikan tumpukan kotoran belaka. Di sini kita melihat perpaduan 

sikap yang aneh dalam diri Nebukadnezar. Namun, hal ini memang lazim 

terlihat pada orang-orang yang memihak kepada kecemaran mereka untuk 

melawan nurani sendiri. 

1. Nebukadnezar mempertahankan gaya bahasa dan logat penyembahan 

berhalanya. Oleh sebab itu patut dikhawatirkan bahwa ia belum 

memeluk iman dan penyembahan kepada Tuhan   yang hidup. Ia seorang 

penyembah berhala, dan gaya bicaranya menyingkapkan hal itu. Ia 

berbicara tentang banyak dewa, dan dibuat menyetujui dengan hati yang 

tidak rela bahwa satu dewa saja sudah cukup. Namun ia tidak percaya 

pada Dia yang Maha mencukupi. Sebagian penafsir berpikir saat  ia 

berbicara tentang roh para dewa yang kudus, ia beranggapan bahwa ada 

dewa-dewa jahat yang sangat berbahaya, yang harus disembah manusia 

hanya untuk mencegah mereka mendatangkan celaka, dan ada juga 

dewa-dewa baik yang mendatangkan kebaikan, dan oleh roh dewa-dewa 

seperti inilah Daniel digerakkan. Nebukadnezar juga mengakui bahwa 

Bel masih merupakan dewanya, meskipun ia pernah mengakui dan 

sekarang mengakuinya lagi bahwa Tuhan   Israel yaitu  Tuhan   yang 

mengatasi segala Tuhan   (2:47; 3:29). Ia juga menghargai Daniel, bukan 

sebagai hamba Tuhan  , melainkan kepala orang-orang berilmu (ay. 9). Ia 

beranggapan bahwa pengetahuan Daniel berbeda dengan pengetahuan 

orang-orang itu, bukan dalam hal jenis, melainkan sekadar dalam hal 

tingkatan. Ia meminta pendapat Daniel bukan sebagai nabi, melainkan 

sebagai orang berilmu yang ternama. Dengan demikian ia berusaha 

keras menyelamatkan nama baik keahlian para ahlinya yang ternyata 

membuat kesalahan besar dan kebingungan. Lihatlah betapa melekatnya 

kebiasaan menyembah berhala itu pada dirinya. Dalam dirinya sudah 

ada gagasan tentang banyak dewa, dan ia telah memilih Bel sebagai 

dewanya. sebab  itu ia tidak dapat mendorong diri untuk melepaskan 

gagasan itu atau pilihannya, meskipun Bel dan dewa-dewa itu sungguh 

sudah terbukti baginya lebih dari sekali sangat tidak masuk akal tanpa 

terbantahkan lagi. Ia, seperti halnya orang-orang kafir lainnya, tidak mau 

mengganti dewa-dewanya, meskipun mereka ini sebenarnya bukan Tuhan   

(Yer. 2:11). Banyak orang bersikeras mempertahankan jalan mereka 

yang salah, sebab  mereka tidak dapat meninggalkannya dengan hormat. 

Lihatlah betapa goyah keyakinannya, dan betapa mudah ia melepaskan-

nya. Ia pernah menyebut Tuhan   Israel sebagai Tuhan   yang mengatasi 

segala Tuhan   (2:47). Sekarang ia malah menyejajarkan Dia dengan Tuhan  -

Tuhan   lain yang disebutnya para dewa yang kudus. Perhatikanlah, jika  

keyakinan tidak segera dilaksanakan, besar kemungkinan keyakinan itu 

akan diabaikan dan terlupakan. Nebukadnezar tidak melanjutkan 

dengan pengakuan yang telah dibuatnya perihal kedaulatan Tuhan   yang 

benar, dan dalam waktu singkat pergi meninggalkan Dia dan kembali 

kepada pemujaan sama yang selama ini dilakukannya kepada dewa-

dewa palsunya. Walaupun demikian, 

2. Ia memberi  pengakuan luar biasa kepada Daniel, sebab  tahu bahwa 

ia yaitu  hamba Tuhan   yang benar, dan bukan hamba Tuhan   lain. Ia 

memandang Daniel sebagai orang yang memiliki wawasan sedemikian 

rupa, penglihatan ke masa depan yang begitu luar biasa, yang tidak 

dimiliki orang-orang berilmu lainnya: Aku tahu bahwa tidak ada rahasia 

yang sukar bagimu. Perhatikanlah, roh nubuat mengalahkan roh ramal-

an, bahkan pihak musuh sendirilah yang menilainya. Di sini kenyataan 

ini diputuskan secara hukum, berdasar  pengujian yang adil terhadap 

kecakapan. 

V. Uraian terperinci yang dijelaskan Nebukadnezar kepada Daniel perihal 

mimpinya.  

1.  Ia melihat sebatang pohon yang sangat tinggi dan megah, melebihi 

semua pohon di hutan. Pohon ini tumbuh di tengah-tengah bumi (ay. 10), 

yang dengan tepat menggambarkan dia yang memerintah Babel yang 

terletak kira-kira di tengah dunia yang pada masa itu dikenal orang. 

Martabat dan keunggulannya atas semua bangsa di sekelilingnya 

digambarkan dengan tingginya pohon ini, yaitu sangat tinggi. Pohon itu 

tingginya sampai ke langit. Nebukadnezar melebihi semua yang ada di 

sekelilingnya, dan bertujuan agar kehormatan ilahi diberikan kepadanya. 

Bahkan lebih dari itu, ia menguasai mereka di sekelilingnya, sedangkan 

bala tentara kuat yang dipimpin dan dibawa bersamanya, digambarkan 

melalui kekuatan pohon ini: pohon itu bertambah besar dan kuat. 

Nebukadnezar serta kehebatannya yang bertambah-tambah itu begitu 

diperbincangkan dan diperhatikan bangsa-bangsa lain (ada yang dengan 

iri hati, namun semuanya dengan mata takjub), hingga dikatakan bahwa 

orang dapat melihat pohon ini sampai ke ujung seluruh bumi. Pada pohon 

ini ada  segala sesuatu yang indah dipandang dan baik untuk 

dimakan (ay. 12). Daun-daunnya indah, menandakan kemegahan dan 

semarak istana Nebukadnezar yang membuat takjub orang-orang asing, 

dan menjadi kebanggaan rakyatnya sendiri. Pohon ini tidak saja indah 

dipandang dan megah, namun  juga berguna, 

(1) Untuk perlindungan. Dahan-dahannya menjadi perlindungan bagi 

binatang-binatang dan burung-burung. Raja-raja sudah seharusnya 

menjadi perlindungan bagi rakyat mereka terhadap panas terik dan 

terhadap angin ribut. Mereka harus tampil untuk mengamankan 

rakyat, dan berusaha membuat mereka aman dan nyaman. jika  

semak duri pergi melayang di atas pohon-pohon, ia mengajak mereka 

datang dan berlindung di bawah naungannya (Hak. 9:13, 15). 

Perlindunganlah yang dapat mendatangkan kesetiaan. Raja-raja di 

bumi hanyalah bagaikan bayangan pohon besar bagi rakyat mereka, 

namun  Kristus merupakan naungan batu yang besar bagi umat-Nya 

(Yes. 32:2). Bahkan, sebab  batu itu meskipun kuat bisa juga dingin, 

umat-Nya dikatakan tersembunyi di dalam naungan sayap-Nya 

(Mzm. 17:8). Di situ mereka tidak saja aman, namun  juga merasa 

hangat.  

(2) Untuk perbekalan. Orang Asyur diibaratkan dengan pohon aras (Yeh. 

31:6), yang hanya memberi  naungan belaka. Sebaliknya, pohon 

dalam mimpi Nebukadnezar ini memiliki buah berlimpah – di 

dalamnya ada  makanan bagi semua yang hidup dan segala 

makhluk mendapat makanan dari padanya. Melalui hal ini, raja yang 

perkasa ini sepertinya tidak saja hebat, namun  juga berbuat baik. Ia 

tidak memelaratkan, namun  memperkaya negerinya. Dan melalui kua-

sa dan perhatiannya kepada negeri asing, ia membawa kekayaan dan 

barang-barang dagangan ke sana. Orang-orang yang menjalankan 

kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung (Luk. 22:25). Cara 

paling bermanfaat yang bisa mereka ambil untuk mendukung 

kekuasaan mereka itu yaitu  dengan menjadi pelindung sejati. Dan 

lihatlah hal terbaik apa yang dapat dicapai orang-orang besar dengan 

kekayaan dan kuasa mereka, yaitu memperoleh kehormatan untuk 

menghidupi dan memelihara banyak orang. Sebab dengan 

bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang 

menghabiskannya. 

2. Nebukadnezar mendengar tentang hukuman yang dijatuhkan atas pohon 

ini, dan mengingatnya dengan baik. Kemudian ia menceritakannya 

kembali di sini, boleh jadi kata demi kata seperti yang didengarnya itu. 

Hukuman itu disampaikan oleh seorang malaikat, yang dilihatnya turun 

dari langit, lalu menyampaikan isi hukuman itu dengan suara nyaring. Di 

sini, malaikat itu disebut penjaga, atau pengawal, tidak saja sebab  

malaikat merupakan roh dan oleh sebab itu tidak pernah terlelap atau 

tidur, namun  juga sebab  sesuai jabatan, mereka yaitu  roh-roh yang 

melayani. Mereka senantiasa melayani sambil memperhatikan setiap 

kesempatan untuk melayani Tuhan mereka. Sebagai penjaga, para 

malaikat juga berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Tuhan  , 

untuk melepaskan mereka, dan menatang mereka di atas tangannya. Ma-

laikat ini yaitu  seorang utusan, atau duta (demikianlah yang dipahami 

beberapa orang), malaikat yang kudus. Kesucian itulah perhiasan rumah 

Tuhan. Itulah sebabnya para malaikat yang menyertai dan diberi tugas 

oleh-Nya juga kudus. Mereka memelihara kesucian dan kebenaran yang 

merupakan sifat mereka. Dalam segala hal mereka sesuai dengan kehen-

dak ilahi. Marilah kita meninjau hukuman yang dijatuhkan atas pohon 

itu.  

(1) Perintah dikeluarkan untuk menebang pohon itu (ay. 14). Sekarang 

pun kapak sudah tersedia pada akar pohon ini. Meskipun pohon ini 

begitu tinggi dan kokoh, hal itu pun tidak dapat menjamin pohon ini 

bisa tetap tegak saat  sudah tiba saatnya harus roboh. Binatang-

binatang dan burung-burung yang bernaung di dalamnya dan di 

bawah dahan-dahannya akan diusir dan tercerai-berai. Ranting-ran-

tingnya dipangkas, daun-daunnya dirontokkan, dan buah-buahnya 

diserakkan. Perhatikanlah, kemakmuran duniawi dalam tingkat 

paling tinggi sekalipun merupakan hal yang sangat tidak pasti. Dan 

bukanlah hal yang aneh jika  orang-orang yang dahulu pernah 

hidup dalam kemegahan dan kekuasaan, kemudian dilucuti dari 

semua yang mereka andalkan dan bangga-banggakan. Oleh perubah-

an penyelenggaraan Tuhan  , orang-orang yang tadinya seorang 

pembesar menjadi tawanan. Mereka yang tadinya hidup 

berkelimpahan dan melebihi apa yang mereka miliki, dibuat 

sengsara dan hidup jauh dari cukup. Mereka ini bisa saja berutang 

budi kepada orang-orang lain yang dahulu sangat bergantung 

kepada mereka dan berusaha menarik perhatian mereka. Namun, 

pohon tarbantin kebenaran, tanaman TUHAN yang menghasilkan 

buah bagi-Nya, tidak akan ditebang, dan daun-daunnya pun tidak 

akan layu. 

(2) Bagian akarnya dibiarkan (ay. 15): “Biarkanlah tunggulnya tinggal di 

dalam tanah, diterpa segala cuaca. Biarlah tunggul itu diabaikan dan 

terkubur di antara rerumputan. Biarlah binatang-binatang yang 

dahulu berlindung di bawah dahan-dahannya, sekarang beristirahat 

di atas tunggul itu. Namun, supaya tidak ditebas sampai hancur atau 

diinjak-injak hingga rata dengan tanah, dan untuk menunjukkan 

bahwa tunggul itu akan mengalami masa yang lebih baik lagi, maka 

biarlah sekelilingnya terikat dengan rantai dari besi dan tembaga, 

agar tetap kuat.” Perhatikanlah, di dalam penghukuman pun Tuhan   

masih mengingat belas kasihan dan menyediakan hal-hal baik bagi 

orang-orang yang keadaannya tampak teramat mengenaskan. Bagi 

pohon masih ada harapan: jika  ditebang, ia bertunas kembali, 

maka bersemilah ia, jsesudah  diciumnya air (Ayb. 14:7-9). 

(3) Makna penglihatan ini dijelaskan sendiri oleh malaikat kepada 

Nebukadnezar (ay. 16). Siapa pun yang dilambangkan oleh pohon ini, 

ditentukan untuk dilucuti dari kehormatan, kebesaran, dan martabat 

sebagai seorang manusia. Ia akan kehilangan akal sehatnya, 

berperilaku dan hidup seperti binatang, hingga tujuh masa berlalu. 

Maka diberikan kepadanya hati binatang. Ini jelas merupakan 

hukuman lahiriah yang paling mengenaskan dan berat, seribu kali 

lebih buruk dibandingkan  kematian. Meskipun paling tidak dirasakan 

oleh orang yang menjalaninya, hal ini paling ditakuti dan dicela 

dibanding hukuman lain. Bahkan lebih dari itu, penderitaan lahiriah 

apa pun yang diizinkan Tuhan   untuk kita alami, kita masih 

memiliki  akal budi untuk menanggungnya dengan sabar, dan 

bersyukur sebab  Ia masih terus memperbolehkan kita 

menggunakan akal sehat dan hati nurani yang tenteram. Namun, 

raja-raja lalim dan congkak yang hatinya menempatkan diri sama 

dengan Tuhan   (Yeh. 28:2), sudah sepantasnya dirampas dari mereka 

hati manusia dan diberikan hati binatang. 

(4) Kebenaran penglihatan itu diteguhkan (ay. 17): Titah ini yaitu  

menurut putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-

orang kudus. Sebagai Hakim yang adil, Tuhan   telah menetapkannya. Ia 

telah mengesahkan maklumat ini. Menurut keputusan hikmat-Nya 

yang kekal, maklumat itu telah dikeluarkan, dan, 

[1] Para malaikat di sorga telah tunduk pada keputusan-Nya itu, 

jsesudah  membuktikannya, menyetujuinya, dan menyambutnya. 

Maklumat ini dikeluarkan menurut putusan para penjaga. Ini 

tidak berarti bahwa Tuhan   membutuhkan nasihat atau 

persetujuan para malaikat dalam hal apa pun yang ditetapkan 

atau dilakukan-Nya. Sebaliknya, sama seperti Ia menggunakan 

pelayanan mereka dalam melaksanakan rancangan-Nya, demi-

kianlah Ia terkadang digambarkan sesuai cara manusia, seolah-

olah Ia meminta nasihat dari mereka. Siapakah yang akan Kuutus? 

(Yes. 6:8). Siapakah yang akan membujuk Ahab? (1Raj. 22:20). 

Dengan demikian kekhidmatan kalimat ini ditunjukkan. 

Ringkasan atau tulisan singkat raja disampaikan Teste me ipso – 

di hadapanku. namun , piagam biasanya disahkan His testibus – Di 

hadapan orang-orang yang namanya tertera di dalamnya. Seperti 

itulah yang juga terjadi dengan hukuman yang dijatuhkan ke atas 

Nebukadnezar, melalui putusan para penjaga. 

[2] Orang-orang kudus di bumi mengajukan permohonan untuk itu, 

begitu juga para malaikat di sorga: hal ini menurut perkataan 

orang-orang kudus. Umat Tuhan   yang menderita dan sudah lama 

mengerang di bawah tekanan kuk kelaliman Nebukadnezar, 

berseru kepada-Nya supaya Ia membalaskan dendam. Mereka 

mengajukan tuntutan itu, dan Tuhan   menjawabnya. Sebab saat  

orang-orang yang tertindas berseru-seru kepada Tuhan  , Ia akan 

mendengarkannya (Kel. 22:27). Hukuman dijatuhkan pada masa 

pemerintahan Ahab, bahwa tidak akan turun hujan lagi sesuai 

perkataan Elia, saat  ia berdoa bagi orang Israel (1Raj. 17:1). 

(5) Tujuan penglihatan itu dinyatakan. Perintah dikeluarkan untuk 

menebang pohon ini, supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa 

Yang Mahatinggi berkuasa. Penghukuman ini harus dilaksanakan 

untuk meyakinkan dunia yang acuh tak acuh dan tidak percaya ini, 

bahwa sesungguhnya ada Tuhan   yang memberi keadilan di bumi, Tuhan   

yang menguasai dunia, yang tidak saja memiliki kerajaan-Nya sendiri 

di dalamnya dan mengelola urusan kerajaan itu, namun  juga berkuasa 

atas kerajaan manusia, atas kekuasaan manusia atas sesamanya. Ia 

memberi  kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dari 

Dialah kedudukan tinggi berasal (Mzm. 75: 7-8). Ia mengangkat 

manusia untuk memegang kuasa dan kekuasaan tanpa terduga, dan 

merusak rencana-rencana besar yang dirancangkan orang dengan 

tinggi hati. Adakalanya bahkan orang yang paling kecil sekalipun 

dapat diangkat-Nya, dan mencapai tujuan-Nya melalui mereka. Ia 

mengangkat orang-orang sederhana seperti Daud dari kandang 

domba. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, untuk 

mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan (Mzm. 

113:7-8). Bahkan, terkadang Ia mengangkat orang-orang jahat untuk 

mendatangkan bencana kepada umat yang menjengkelkan. Begitulah 

yang dapat dilakukan-Nya, begitulah yang dapat dilakukan-Nya, dan 

begitulah yang sering dilakukan-Nya. Dan Ia tidak menjawab segala 

perkataan orang yang meminta penjelasan dari-Nya. Dengan 

merendahkan Nebukadnezar, orang-orang yang hidup dibuat supaya 

mengetahui hal ini. Orang mati tahu ini, yaitu mereka yang sudah 

pergi ke dunia roh, dunia penghukuman. Mereka tahu bahwa Yang 

Mahatinggi berkuasa. namun , orang-orang yang masih hidup harus 

dibuat tahu tentang hal ini dan mengingatnya baik-baik, supaya 

mereka kiranya berdamai dengan Tuhan   sebelum terlambat. 

Demikianlah Nebukadnezar menceritakan mimpinya dengan 

lengkap dan terperinci, semua apa yang dilihat dan didengarnya. 

jsesudah  itu ia meminta Daniel menjelaskan makna mimpi itu (ay. 18), 

sebab  ia mendapati bahwa tidak seorang pun mampu 

mengartikannya, dan ia yakin bahwa Daniel mampu. Sebab, engkau 

penuh dengan roh para dewa yang kudus, atau Tuhan   yang kudus, 

sebutan yang tepat bagi Tuhan   Israel. Banyak yang dapat diharapkan 

dari orang-orang yang memiliki Roh Tuhan   yang kudus di dalam diri 

mereka. Tidak tampak apakah Nebukadnezar merasa jengkel bahwa 

yang digambarkan dalam mimpinya ini yaitu  hukuman yang akan 

menimpanya. Boleh jadi ia begitu sombong dan merasa aman-aman 

saja sehingga membayangkan bahwa mimpi itu tentang raja lain 

yang merupakan pesaingnya, yang kejatuhannya dilihatnya dengan 

gembira dalam mimpinya itu. Namun, apakah mimpi itu berarti baik 

atau tidak bagi dia, ia tetap sangat ingin mengetahui makna 

sesungguhnya dari mimpi itu, dan ia mengandalkan Daniel untuk 

menyampaikan maknanya kepadanya. Nah, saat  Tuhan   memberi 

kita peringatan tentang hukuman-Nya secara umum, sudah 

seharusnya kita berkeinginan untuk mengetahui jalan pikiran-Nya di 

dalam hukuman-Nya itu, untuk mendengar suara Tuhan berseru-seru 

di kota.  

Mimpi Nebukadnezar Ditafsirkan 

(4:19-27) 

19 Lalu berdirilah Daniel yang namanya Beltsazar, tercengang beberapa saat, pikiran-

pikirannya menggelisahkan dia. Berkatalah raja: “Beltsazar, janganlah mimpi dan 

maknanya itu menggelisahkan engkau!” Beltsazar menjawab: “Tuanku, biarlah mimpi itu 

tertimpa atas musuh tuanku dan maknanya atas seteru tuanku! 20 Pohon yang tuanku 

lihat itu, yang bertambah besar dan kuat, yang tingginya sampai ke langit dan yang 

terlihat sampai ke seluruh bumi, 21 yang daun-daunnya indah dan buahnya berlimpah-

limpah dan padanya ada makanan bagi semua yang hidup, yang di bawahnya ada 

binatang-binatang di padang dan di dahan-dahannya bersarang burung-burung di udara – 

22 tuankulah itu, ya raja, tuanku yang telah bertambah besar dan kuat, yang kebesarannya 

bertambah sampai ke langit, dan yang kekuasaannya sampai ke ujung bumi! 23 Tentang 

yang tuanku raja lihat, yakni seorang penjaga, seorang kudus, yang turun dari langit, 

sambil berkata: Tebanglah pohon ini dan binasakanlah dia, namun  biarkanlah tunggulnya 

ada di dalam tanah, terikat dengan rantai dari besi dan tembaga, di rumput muda di 

padang, dan biarlah ia dibasahi dengan embun dari langit dan mendapat bagiannya 

bersama-sama dengan binatang-binatang di padang, hingga sudah berlaku yang demikian 

atasnya sampai tujuh masa berlalu – 24 inilah maknanya, ya raja, dan inilah putusan Yang 

Mahatinggi mengenai tuanku raja: 25 tuanku akan dihalau dari antara manusia dan tempat 

tinggal tuanku akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepada tuanku akan 

diberikan makanan rumput, seperti kepada lembu, dan tuanku akan dibasahi dengan 

embun dari langit; dan demikianlah akan berlaku atas tuanku sampai tujuh masa berlalu, 

hingga tuanku mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan 

memberi nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. 26 Yang dikatakan tentang mem-

biarkan tunggul pohon itu, berarti: kerajaan tuanku akan kembali tuanku pegang segera 

sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah yang memiliki  kekuasaan. 27 Jadi, ya raja, 

biarlah nasihatku berkenan pada hati tuanku: lepaskanlah diri tuanku dari pada dosa 

dengan melakukan keadilan, dan dari pada kesalahan dengan menunjukkan belas kasihan 

terhadap orang yang tertindas; dengan demikian kebahagiaan tuanku akan dilanjutkan!” 

Di sini diceritakan tentang makna mimpi Nebukadnezar. Begitu mimpi itu 

diterapkan pada dirinya sendiri, dan dinyatakan bahwa dialah pohon di dalam 

mimpi itu (Mutato nomine de te fabula narratur – Gantilah namanya saja, maka 

cerita ini berbicara tentang dirimu), begitu dikatakan, Tuankulah itu, maka tidak 

banyak lagi yang perlu dikatakan untuk menjelaskan arti mimpi itu. Orang akan 

dihakimi menurut perkataannya sendiri. Begitu jugalah hukumannya, ia sendiri 

telah menetapkannya. Mimpi itu begitu jelas hingga Daniel, jsesudah  mendengar 

isi mimpi itu, tercengang beberapa saat (ay. 19). Ia merasa takjub sekaligus ngeri 

sebab  hukuman sedahsyat itu dapat menimpa seorang raja sehebat itu. 

Badannya gemetar sebab  ketakutan terhadap Tuhan  . Daniel juga kebingungan 

saat mendapati dirinya harus menjadi orang yang menyampaikan pesan yang 

keras ini kepada raja. jsesudah  menerima begitu banyak kebaikan dari sang raja, 

Daniel lebih suka raja mendengar pesan itu dari orang lain. Ia sama sekali tidak 

menginginkan hari menyedihkan itu, hingga ia merasa sangat takut. Pikiran 

tentang hal itu membuatnya gelisah. Mereka yang mengejar para pendosa 

dikatakan merasa tercengang atas hari ajalnya, dan dihinggapi ketakutan (Ayb. 

18:20), saat  melihat hari itu datang, seperti Daniel di sini. 

I. Ia mendahului penafsiran mimpi itu dengan sebuah pujian kepada raja, 

sebagai seorang pegawai istana. Nebukadnezar mengamati Daniel seperti 

orang yang sedang tercengang. sebab  menyangka bahwa Daniel enggan 

berbicara terus terang oleh sebab khawatir menyinggung perasaannya, raja 

mendorongnya untuk berbicara apa adanya dan terus terang kepadanya. 

Janganlah mimpi dan maknanya itu menggelisahkan engkau . Hal ini diucap-

kannya,  

1. Sebagai orang yang benar-benar ingin mengetahui kebenaran. 

Perhatikanlah, mereka yang meminta pendapat orang yang me-

nyampaikan sabda Tuhan  , harus siap menerimanya sebagaimana adanya, 

entah pesan itu berpihak atau bertentangan dengan diri mereka. Oleh 

sebab itu mereka harus memberi  kebebasan kepada para pelayan 

Tuhan itu. Atau, 

2. Sebagai orang yang membenci kebenaran, kemudian menentangnya. 

jsesudah  melihat betapa ia sesudah itu tidak menghiraukan peringatan ini, 

kita bisa saja beranggapan bahwa kata-katanya berarti, “Janganlah hal 

itu menggelisahkan engkau, sebab aku sudah memutuskan bahwa mimpi 

itu tidak akan menggelisahkanku. Aku juga tidak akan terlalu memikir-

kannya.” Namun, entah ia merisaukan dirinya sendiri atau tidak, Daniel 

merasa prihatin terhadap dia, dan oleh sebab itu ia berharap, “Biarlah 

mimpi itu tertimpa atas musuh tuanku. Biarlah malapetaka yang menjadi 

pertanda buruk mimpi itu menimpa musuh-musuh tuanku, dan bukan 

atas tuanku.” Meskipun Nebukadnezar sebenarnya seorang penyembah 

berhala, penganiaya, dan penindas umat Tuhan  , namun ia yaitu  raja 

Daniel. Oleh sebab  itu, meskipun telah melihat malapetaka yang akan 

terjadi nanti dan sekarang akan menubuatkannya kepada sang raja, 

Daniel tetap saja tidak berani mengharapkan celaka itu menimpa sang 

raja. 

II. Penafsiran itu sendiri hanyalah merupakan pengulangan mimpi itu, dengan 

penerapan kepada raja. “Mengenai pohon yang tuanku lihat bertambah besar 

dan kuat (ay. 20-21), tuankulah itu, ya raja (ay. 22). Raja tentu saja cukup 

senang mendengar tentang hal ini (seperti saat mendengar sebelum itu, 

tuankulah kepala yang dari emas itu), kecuali apa yang kemudian 

disampaikan. Daniel menunjukkan keadaan makmur yang sedang 

dialaminya melalui mimpinya sendiri: “Kebesaran tuanku bertambah sampai 

ke langit seperti yang dapat dicapai oleh kebesaran manusia, dan kekuasaan 

tuanku sampai ke ujung bumi,” (2:37-38). “Mengenai hukuman yang 

dijatuhkan ke atas pohon itu (ay. 23), itulah putusan Yang Mahatinggi 

mengenai tuanku raja,” (ay. 24). Nebukadnezar tidak saja akan diturunkan 

dari takhtanya, namun  juga akan dihalau dari antara manusia. Ia akan 

kehilangan akal sehat dan diberi hati binatang, dan tinggal  di antara 

binatang-binatang di padang. Bersama mereka ia akan menjadi seperti 

rakyat jelata. Ia akan diberikan makanan rumput, seperti kepada lembu, dan 

seperti binatang-binatang itu, ia akan tinggal di luar dalam segala cuaca. Ia 

akan dibasahi dengan embun dari langit, dan ini akan berlangsung sampai 

tujuh masa, atau tujuh tahun. Saat itulah ia akan tahu bahwa Yang 

Mahatinggi berkuasa. Sesudah ia dibuat mengetahui dan mengakui hal ini, ia 

akan dipulihkan kepada kekuasaannya lagi (ay. 26): “Sama kuatnya seperti 

tunggul pohon itu, kerajaan tuanku akan kembali tuanku pegang , dan tuanku 

akan memperolehnya segera sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah 

yang memiliki  kekuasaan.” Di sini Tuhan   disebut Sorga, sebab  di Sorgalah 

Ia sudah menegakkan takhta-Nya (Mzm. 103:19). Dari sorgalah Ia melihat 

semua anak manusia (Mzm. 33:13). Langit itu langit kepunyaan TUHAN. 

Pengaruh langit yang tampak atas bumi ini dimaksudkan sebagai gambaran 

sekilas tentang kekuasaan yang dimiliki Tuhan   Sorgawi atas bumi yang di 

bawah ini. Disebutkan bahwa kita telah berdosa terhadap sorga (Luk. 15:18). 

Perhatikanlah, hanya jsesudah  kita dengan patuh mengakui hak dan 

kekuasaan Tuhan   atas diri kita dan semua yang kita milikilah, barulah kita 

dapat berharap dengan tenang untuk menikmati hak kita dan kendali kita 

atas diri sendiri dan juga orang lain. 

III. Bagian akhir penafsiran mimpi itu berupa nasihat saleh yang diberikan 

Daniel sebagai nabi kepada raja (ay. 27). Entah raja tampak risau atau tidak 

mendengar arti mimpi itu, sebuah nasihat akan sangat sesuai baginya. Jika ia 

tidak peduli, nasihat itu bisa menyadarkannya. Jika ia gelisah, nasihat itu 

dapat menghiburnya. Nasihat itu sesuai dengan mimpi maupun maknanya, 

sebab Daniel tahu pasti bahwa mimpi itu bisa saja mengandung syarat 

seperti halnya nubuat tentang kehancuran Niniwe. Amatilah, 

1. Betapa dengan rendah hati ia menyampaikan nasihatnya, dan betapa 

lembut dan penuh hormat sikapnya: “Jadi, ya raja, biarlah nasihatku 

berkenan pada hati tuanku. Terimalah dengan baik sebab  nasihat ini 

diberikan berdasar  kasih dan maksud baik. Janganlah nasihat ini 

disalahartikan.” Perhatikanlah, orang berdosa memang perlu dibujuk 

demi kebaikan mereka sendiri, dan diminta dengan hormat agar berbuat 

baik bagi diri mereka sendiri. Rasul Paulus memohon dengan sangat 

kepada orang-orang agar kata-kata nasihatnya disambut dengan rela 

hati (Ibr. 13:22). Kita menganggapnya sebagai keuntungan jika  orang 

mau diajak menerima nasihat yang baik dengan hati lapang, bahkan 

menerimanya dengan sabar. 

2. Isi nasihat Daniel. Ia tidak menasihati raja untuk bertindak secara 

lahiriah guna mencegah kekacauan dalam pikirannya, namun  bertindak 

dengan meninggalkan perbuatan dosa yang dilakukannya, untuk 

memperbaharui hidupnya. Ia telah memperlakukan rakyatnya sendiri 

dengan tidak benar, dan memperlakukan para sekutunya dengan tidak 

adil. Ia harus melepaskan diri dari perbuatan demikian dengan 

melakukan keadilan, dengan berbuat apa yang semestinya kepada mere-

ka, mengganti kerugian atas semua kesalahan yang telah diperbuat, dan 

tidak merebut hak orang dengan memakai kekuatan. Ia telah bertindak 

keji terhadap orang miskin, terhadap kaum miskin milik Tuhan  , terhadap 

orang-orang Yahudi yang malang. Ia harus melepaskan diri dari pada 

dosa dengan menunjukkan belas kasihan terhadap orang tertindas yang 

malang dan mengenaskan itu, dengan membebaskan mereka atau 

meringankan kehidupan mereka selama masa pembuangan. 

Perhatikanlah, saat  kita bertobat, sungguh penting bagi kita untuk 

tidak sekadar berhenti berbuat jahat, namun  juga belajar berbuat baik. 

Jangan hanya tidak berbuat jahat kepada siapa pun, namun  juga berbuat 

baik kepada semua orang. 

3. Alasan yang mendukung nasihatnya: Supaya dengan demikian 

kebahagiaan tuanku akan dilanjutkan. Walaupun hal ini tidak akan 

sepenuhnya mencegah penghukuman itu, namun melalui sarana ini 

penangguhan hukuman dapat dicapai, seperti halnya Ahab yang 

merendahkan diri (1Raj. 21:29). Boleh jadi kesulitan itu akan tertunda 

lebih lama sebelum benar-benar terjadi, atau lebih singkat saat  benar-

benar terjadi. Namun, Daniel tidak dapat memastikan hal ini. Ia hanya 

berkata, dengan demikian, dapat saja terjadi seperti. Perhatikanlah, jika 

kemungkinan untuk mencegah penghukuman lahiriah saja sudah cukup 

menjadi pendorong bagi kita untuk melakukan perbuatan baik dengan 

menanggalkan dosa-dosa dan memperbaharui hidup kita, maka terlebih 

lagi perbuatan itu pasti akan mencegah kebinasaan kekal terhadap kita. 

“Itu akan memulihkan kesalahanmu” (begitulah yang dipahami sebagian 

orang). “Dengan demikian perselisihan itu akan diakhiri, dan semua akan 

menjadi baik kembali.” 

Nebukadnezar Dihalau ke Tengah-tengah Binatang 

(4:28-33) 

28 Semuanya itu terjadi atas raja Nebukadnezar; 29 sebab jsesudah  lewat dua belas bulan, 

saat  ia sedang berjalan-jalan di atas istana raja di Babel, 30 berkatalah raja: “Bukankah itu 

Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku 

telah kubangun menjadi kota kerajaan?” 31 Raja belum habis bicara, saat  suatu suara 

terdengar dari langit: “Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan 

telah beralih dari padamu; 32 engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat 

tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan 

makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai 

tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas 

kerajaan manusia dan memberi nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!” 33 Pada saat 

itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara 

manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, 

sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti 

kuku burung. 

Kita dapati di sini mimpi Nebukadnezar digenapi. Penerapan Daniel tentang 

mimpi itu padanya terbukti dan diteguhkan. Tidak diberitahukan kepada kita 

bagaimana raja menerima kenyataan itu, apakah ia senang dengan Daniel atau 

marah terhadapnya. Namun, di sini kita mendapati, 

I. Kesabaran Tuhan   terhadapnya: Semuanya itu terjadi atas raja namun jsesudah  

lewat dua belas bulan (ay. 29). Begitu lama kebahagiaannya dilanjutkan, 

meskipun tidak tampak bahwa ia melepaskan diri dari pada dosa, atau 

menunjukkan belas kasihan terhadap orang yang tertindas. Hal ini masih 

tetap merupakan perselisihan Tuhan   dengannya, sebab  raja tidak 

melepaskan orang-orangnya yang terkurung (Yes. 14:17). jsesudah  Daniel 

menasihati raja untuk bertobat, Tuhan   menegaskan firman-Nya begitu rupa 

hingga Ia memberinya kesempatan untuk bertobat. Ia  membiarkan dia tum-

buh tahun ini lagi, sebelum menjatuhkan penghukuman ini ke atasnya. 

Perhatikanlah, Tuhan   panjang sabar terhadap orang berdosa yang 

menjengkelkan, sebab Ia tidak mau ada yang binasa, melainkan supaya 

semua orang berbalik dan bertobat (2Ptr. 3:9). 

II. Kesombongan, keangkuhan, dan penyalahgunaan Nebukadnezar terhadap 

kesabaran itu. Ia berjalan-jalan di atas istana raja di Babel dalam kemegahan 

dan kesombongan, menikmati pemandangan kota yang megah itu. Seluruh 

wilayah yang termasuk di dalamnya berada di bawah kekuasaannya. Lalu 

berkatalah raja, entah kepada diri sendiri atau kepada orang-orang di sekeli-

lingnya yang barangkali yaitu  beberapa orang asing kepada siapa ia 

memamerkan kerajaan serta keagungannya, Bukankah itu Babel yang besar 

itu? Betul, kerajaan sungguh besar, sangat luas, tidak kurang dari tujuh puluh 

dua kilometer panjangnya dan dikelilingi tembok. Kerajaan ini berpenduduk 

padat dan penuh dengan harta benda. Babel disebut kota emas, dan ini cukup 

untuk menyatakan keagungannya (Yes. 14:4, KJV). Tengoklah kemegahan 

rumah-rumah, tembok kota, menara-menara, dan gedung-gedungnya. Segala 

sesuatu di Babel tampak megah di matanya, dan “Babel yang besar itu telah 

kubangun.” Kota Babel dibangun berabad-abad sebelum Nebukadnezar lahir. 

Namun, sebab  dialah yang memperkuat dan memperindahnya, dan kita 

boleh beranggapan bahwa banyak bagian dari kota itu yang telah dibangun 

kembali dalam masa pemerintahannya yang panjang dan makmur, ia pun 

menyombongkan diri dan berkata bahwa dialah yang telah membangunnya. 

Sama seperti Kaisar Augustus menyombongkan diri perihal Kota Roma, 

Lateritiam inveni, marmoream reliqui – Aku mendapatinya hanya terdiri dari 

batu bata, namun aku meninggalkannya dengan batu pualam. Ia 

menyombongkan diri telah membangun rumah bagi kerajaan itu, kota induk 

yang megah bagi seluruh kekaisarannya. Dibandingkan dengan negeri-

negeri yang termasuk di dalam wilayah kekuasaannya, kota yang sangat luas 

ini bagaikan sebuah rumah. Nebukadnezar membangun kota itu dengan 

bantuan rakyatnya, namun ia menyombongkan diri bahwa ia 

membangunnya dengan kekuatan kuasanya. Ia membangun Babel demi 

keamanan dan kenyamanannya sendiri. Namun, ia berpura-pura bukan 

untuk alasan itu. Ia membual bahwa ia membangun kota itu hanya demi 

kemuliaan kebesarannya semata. Perhatikanlah, sikap congkak dan 

menyombongkan diri sendiri merupakan dosa-dosa yang paling mudah 

menimpa orang-orang besar, yang memiliki segala sesuatu yang hebat di 

dunia. Mereka cenderung mengambil kemuliaan bagi diri sendiri, kemuliaan 

yang seharusnya bagi Tuhan   saja.  

III. Hukuman atas kesombongan Nebukadnezar. Sementara ia sedang berjalan-

jalan dengan angkuhnya, dan menyombongkan diri, memuja bayangannya 

sendiri, saat  raja belum habis bicara, terdengarlah suara dari langit yang 

langsung mencabut, 

1. Kehormatannya sebagai raja: kerajaan telah beralih dari padamu. saat  

Nebukadnezar menyangka bahwa ia telah membangun benteng yang 

tidak dapat ditembus demi melindungi kerajaannya, sekarang dalam 

sekejap kerajaan itu telah beralih dari padanya. saat  ia menyangka 

bahwa tidak ada yang dapat mengambil kerajaan itu darinya, maka 

lihatlah, kerajaan itu justru beralih darinya. Begitu ia sama sekali tidak 

mampu mengurusnya sendiri, kerajaan itu tentu saja diambil darinya. 

2. Nebukadnezar kehilangan kehormatan sebagai manusia. Ia kehilangan 

akal sehatnya, dan dengan demikian juga kehilangan kekuasaannya: 

Engkau akan dihalau dari antara manusia (ay. 32). Dan kata-kata ini pun 

digenapi (ay. 33): Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas 

dirinya. Tiba-tiba saja raja menjadi gila, dan hilang pikiran seperti yang 

belum pernah dialami siapa pun. Akal budi dan ingatannya lenyap. Selu-

ruh kecakapan jiwa yang berakal budi hancur, sehingga ia menjadi 

seperti binatang dalam bentuk manusia. Ia merangkak ke sana kemari 

dalam keadaan telanjang seperti hewan. Ia menjauhkan diri dari segala 

makhluk yang berakal budi, dan berkeliaran di padang dan hutan. Ia juga 

dihalau oleh pelayan-pelayannya sendiri, yang jsesudah  beberapa waktu 

berusaha keras memulihkan akal sehatnya, meninggalkan dia dan tidak 

mengurusinya lagi. Ia tidak memiliki semangat binatang pemangsa 

(seperti singa si raja hutan), namun  perilaku hewan yang hina dan lebih 

rendah, sebab kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada 

lembu. Dan boleh jadi ia juga tidak berbicara dengan suara manusia, 

namun  melenguh seperti lembu. Ada yang berpendapat bahwa seluruh 

tubuhnya tertutup bulu. Bagaimanapun juga, sebab  tidak pernah 

dipangkas ataupun disisir, rambut di kepala dan janggutnya tumbuh 

menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku 

burung. Marilah kita istirahat sejenak dan membayangkan pemandangan 

yang mengenaskan ini. Mari kita menarik pelajaran darinya. 

(1) Mari kita lihat betapa besar belas kasih yang kita terima sebab  

dapat menggunakan akal budi kita. Betapa patut kita 

mensyukurinya, dan betapa kita harus menjaga agar tidak 

melakukan apa pun yang dapat menjengkelkan hati Tuhan   atau yang 

dengan sendirinya mengakibatkan kita kehilangan kendali atas jiwa 

kita sendiri. Marilah kita belajar menghargai akal budi kita, dan iba 

terhadap orang-orang yang sedang mengalami hebatnya kehilangan 

atau gangguan jiwa, atau guncangan pikiran. Biarlah kita bersikap sa-

ngat lembut dalam memberi mereka teguran dan menjaga perilaku 

kita terhadap mereka. Sebab, hal ini merupakan pencobaan yang 

lazim terjadi pada manusia, dan suatu saat nanti mungkin saja 

menimpa kita. 

(2) Mari kita lihat di sini kesia-siaan kemuliaan serta kebesaran 

manusia. Inikah Nebukadnezar yang Agung itu? Apa gerangan 

binatang hina yang lebih rendah dibandingkan  pengemis termiskin ini? 

Inikah raja yang tampak begitu mulia di atas takhtanya, begitu 

menakutkan sosoknya, yang memiliki keahlian untuk menundukkan 

dan memimpin kerajaan-kerajaan lain, namun sekarang bahkan 

tidak memiliki cukup akal sehat untuk mengenakan pakaian? Inikah 

dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kera-

jaan-kerajaan bergoncang? (Yes. 14:16). Janganlah orang bijaksana 

bermegah sebab  kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah 

sebab  kekuatannya. 

(3)  Marilah kita lihat di sini bagaimana Tuhan   melawan orang yang 

sombong, dan bersuka untuk merendahkan serta menjadikan mereka 

hina. Nebukadnezar ingin menjadi lebih hebat dibandingkan  manusia, dan 

oleh sebab itu Tuhan   sudah sepantasnya membuat dia lebih rendah 

dibandingkan  manusia. Tuhan   menjadikan dia sederajat dengan binatang, 

sebab  hendak bersaing dengan Penciptanya (Lih. Ayb. 40:11-13).  

Nebukadnezar Dipulihkan 

(4:34-37) 

34 namun  jsesudah  lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit, 

dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan 

membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, sebab  kekuasaan-Nya ialah 

kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. 35 Semua penduduk bumi 

dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan 

penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan 

berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” 36 Pada waktu akal budiku kembali kepadaku, 

kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku. 

Para menteriku dan para pembesarku menjemput aku lagi; aku dikembalikan kepada 

kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar dari dahulu diberikan kepadaku. 37 Jadi 

sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang 

segala perbuatan-Nya yaitu  benar dan jalan-jalan-Nya yaitu  adil, dan yang sanggup 

merendahkan mereka yang berlaku congkak. 

Di sini diceritakan tentang pulihnya Nebukadnezar dari goncangan jiwa yang 

dialaminya. Akal sehatnya pulih kembali jsesudah  lewat waktu yang ditentukan, 

yaitu sesudah tujuh tahun. Selama itu ia menjadi tugu peringatan akan keadilan 

Tuhan   dan sekaligus menggambarkan piala kemenangan Tuhan   atas anak-anak 

yang sombong. Ia lebih tampak seperti demikian dengan dibuat menjadi gila 

dibandingkan  jika  ia mati disambar petir dalam sekejap. Walaupun demikian, 

sungguh merupakan rahmat bahwa ia dibiarkan hidup, sebab selama masih ada 

kehidupan, masih ada pengharapan, sehingga kita masih dapat memuji Tuhan  , 

seperti yang dilakukan Nebukadnezar di sini. jsesudah  lewat waktu yang 

ditentukan (katanya), aku menengadah ke langit (ay. 34). Aku tidak lagi 

tertunduk ke tanah seperti binatang, namun  mulai menengadah seperti manusia. 

Os homini sublime dedit – Langit memberi manusia sikap tegak. Namun, tidak 

hanya itu saja. Nebukadnezar menengadah sebagai manusia saleh, sebagai orang 

yang menyesali dosanya, yang dengan rendah hati memohon belas kasihan. 

Boleh jadi sebelum itu ia tidak pernah menyadari penderitaannya sendiri. 

Sekarang,  

I. Akal budinya sudah dipulihkan sedemikian rupa sehingga ia memuliakan 

Tuhan   dan merendahkan hati di bawah tangan-Nya yang perkasa. 

Nebukadnezar diberitahu bahwa keadaannya akan tetap mengenaskan 

seperti itu sampai ia tahu bahwa Yang Mahatinggi berkuasa. Di sini kita 

melihat bagaimana ia menyadari hal ini: Akal budiku kembali lagi kepadaku. 

Lalu aku memuji Yang Mahatinggi. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak 

memuji dan memuliakan Tuhan   sudah sepantasnya dianggap tidak memiliki 

akal budi. Manusia tidak akan pernah bisa menggunakan akal mereka 

dengan benar, sampai mereka mulai menjalani kehidupan saleh. Mereka 

tidak dapat menjalani kehidupan seperti layaknya manusia sampai mereka 

hidup demi kemuliaan Tuhan  . Sama seperti akal budi merupakan dasar atau 

inti dari agama (sehingga makhluk yang tidak memiliki akal budi tidak 

mampu beragama), demikian juga agama merupakan mahkota dan 

kemuliaan dari akal budi. Akal budi kita akan sia-sia saja, dan suatu hari 

kelak kita berharap seandainya saja kita tidak pernah memilikinya, jika  

kita tidak memuliakan Tuhan   dengannya. Inilah tindakan pertama yang 

dilakukan Nebukadnezar begitu akal budinya pulih kembali. Begitu akal 

budinya digunakan untuk memuliakan Tuhan  , maka saat itulah, dan hanya 

pada saat itulah, ia memenuhi syarat untuk menikmati semua kenikmatan 

lainnya. Sebelum ia dibuat tidak mampu menggunakan akal budinya selama 

waktu cukup lama dalam hal-hal lain, ia tidak pernah dapat memakai akal 

budinya sedemikian rupa, yang merupakan tujuan agung mengapa kita 

diberi akal budi. Kebodohannya merupakan sarana yang membuatnya 

menjadi bijak. Ia tidak menjadi bijak akibat mimpi tentang penghukuman ini 

yang segera dilupakan seperti lazimnya mimpi. Namun, ia dibuat merasakan 

penghukuman itu, sehingga ia pun membukakan telinga bagi ajaran. Supaya 

membuat dia waras, pertama-tama ia harus dibuat menjadi tidak waras. Dan 

dengan pemulihannya itu, tampaklah bahwa pikiran-pikiran baik yang ada 


dalam benaknya, dan perbuatan baik yang digerakkan di situ, tidak berasal 

dari dirinya sendiri (sebab ia bukanlah milik diri sendiri), namun  merupakan 

anugerah dari Tuhan  . Mari kita lihat apa yang sekarang berhasil disadari oleh 

Nebukadnezar. Dan kita dapat belajar dari hal itu tentang apa yang patut kita 

percayai perihal Tuhan  . 

1. Bahwa Yang Mahatinggi hidup kekal selamanya, dan keberadaan-Nya 

tidak mengenal perubahan ataupun akhir, sebab Ia memiliki keberadaan 

di dalam diri-Nya sendiri. Para penyanjung Nebukadnezar sering kali 

menyanjung-nyanjung dia dengan kata-kata pujian, Ya raja, kekTuhan   

hidupmu. Namun, sekarang ia yakin bahwa tidak ada raja yang hidup 

selamanya, selain Tuhan   Israel, yang masih tetap sama. 

2. Bahwa kerajaan-Nya sama dengan diri-Nya, yaitu kekal, dan kekuasaan-

Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. Di 

dalam kerajaan-Nya tidak ada  pergantian ataupun perubahan 

pemerintahan. Sama seperti Ia hidup, begitu pula Ia memerintah untuk 

selama-lamanya. Pemerintahan-Nya tidak akan pernah berakhir. 

3. Bahwa di hadapan-Nya, semua penduduk bumi dianggap remeh. Ia tidak 

membutuhkan mereka, dan Ia tidak mengindahkan mereka. 

Dibandingkan dengan diri-Nya, orang-orang yang paling hebat pun tidak 

ada artinya sama sekali. Orang-orang yang meninggikan Tuhan   

memandang diri sangat rendah.  

4. Bahwa kerajaan-Nya berkuasa atas seluruh dunia dan isinya. Bala 

tentara langit dan penduduk bumi merupakan rakyat-Nya dan berada di 

bawah pengawasan serta kendali-Nya. Baik malaikat maupun manusia 

dipekerjakan oleh-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya. Malaikat 

yang paling tinggi pun tidak melampaui kekuasaan-Nya, sedangkan 

anak-anak manusia tidak berada di luar pengetahuan-Nya. Para malaikat 

di sorga merupakan bala tentara-Nya, sedangkan penduduk bumi me-

rupakan para penyewa lahan-Nya. 

5. Bahwa kekuasaan-Nya tidak dapat dilawan, dan kedaulatan-Nya tidak 

dapat dikendalikan siapa pun, sebab Ia berbuat menurut kehendak-Nya, 

sesuai rancangan dan tujuan-Nya, sesuai putusan kehendak-Nya. Apa 

pun yang diingini-Nya, itulah yang dilakukan-Nya. Apa pun yang telah 

ditetapkan-Nya, itulah yang dilaksanakan-Nya. Tidak seorang pun dapat 

melawan kehendak-Nya, mengubah putusan-Nya, ataupun menolak ta-

ngan-Nya dengan berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” Tidak 

seorang pun mampu menyalahkan cara kerja-Nya, menanyakan 

maksudnya, ataupun menuntut alasan yang ada di baliknya. Celakalah 

orang yang berusaha menentang Penciptanya, dan berkata kepada-Nya, 

Apa yang Kaubuat? Atau bertanya, Mengapa engkau berbuat demikian? 

6. Bahwa segala sesuatu yang dikerjakan Tuhan   dilakukan dengan baik: 

Segala perbuatan-Nya yaitu  benar, sebab  semuanya sesuai dengan 

firman-Nya. Jalan-jalan-Nya yaitu  adil, penuh hikmat dan benar, sangat 

sesuai dengan peraturan tentang kebijaksanaan dan keadilan. Tidak 

ada  kesalahan di dalamnya. 

7. Bahwa Ia memiliki kuasa untuk merendahkan musuh paling congkak 

yang bertindak melawan Dia atau bersaing dengan-Nya: Ia sanggup 

merendahkan mereka yang berlaku congkak (ay. 37). Ia mampu 

menangani orang-orang yang sangat yakin akan kemampuan mereka 

sendiri untuk menentang-Nya. 

II. Akal budi Nebukadnezar sudah dipulihkan sedemikian rupa hingga ia dapat 

menikmati diri kembali, termasuk kebesaran dan kemuliaannya yang telah 

dikukuhkan kembali (ay. 36): pada waktu akal budiku kembali kepadaku. 

Sebelum itu ia pernah mengatakan (ay. 34) bahwa akal budinya kembali lagi 

kepadanya. Di sini ia menyebutnya lagi, sebab menggunakan akal budi 

merupakan belas kasiham yang tidak akan pernah cukup kita syukuri. Seka-

rang para menteri dan para pembesarnya menjemput dia lagi. Nebukadnezar 

tidak perlu mencari mereka. Mereka segera merasa bahwa ia tidak saja 

memperoleh kembali akal sehatnya dan layak memerintah, namun  juga 

mendapatkannya kembali dengan keuntungan lain, sehingga ia lebih dari 

layak untuk memerintah dibanding sebelum-sebelumnya. Mungkin mimpi 

dan maknanya itu sudah diketahui banyak orang dan sering 

diperbincangkan di istana. Dan saat  bagian awal nubuat bahwa ia akan 

menjadi gila digenapi, maka tidak ragulah mereka bahwa, sesuai dengan 

nubuat itu juga, ia akan pulih lagi sesudah tujuh tahun. sebab  meyakini hal 

itu, saat waktu itu berlalu, mereka pun siap menerimanya kembali. 

Kemudian kembalilah juga kepadanya kebesaran dan kemuliaannya, sama 

seperti yang dimilikinya sebelum ia menjadi gila. Sekarang ia dikukuhkan 

dalam kerajaannya dengan teguh, seolah-olah tidak pernah terjadi gangguan 

pada dirinya. Biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat, lebih berhikmat 

dibandingkan  sebelumnya. Orang yang baru saja menanggung aib dan cela, 

sekarang telah menerima kemuliaan yang lebih besar, melebihi apa yang 

dimilikinya dahulu saat  ia menaklukkan kerajaan demi kerajaan. 

Perhatikanlah, 

1. saat  manusia dibawa untuk menghormati Tuhan  , khususnya melalui 

pengakuan dosa disertai penyesalan mendalam dan pengakuan iman 

perihal kedaulatan-Nya, maka pada saat itulah, hanya pada waktu itu 

sajalah, ia dapat berharap bahwa Tuhan   akan menaruh kehormatan ke 

atas dirinya. Ia tidak saja akan memulihkan martabat mereka yang 

hilang oleh sebab  dosa Adam pertama, namun  juga menambahkan 

kemuliaan yang lebih besar kepada mereka melalui keadilan dan anuge-

rah Adam kedua. 

2. Penderitaan tidak akan berlangsung lebih lama dari saat saat  ia sudah 

melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Penderitaan itu 

berhenti saat  raja ini mengakui kekuasaan Tuhan   atas dirinya. 

3. Semua tindakan Tuhan   yang kita alami dan kita tanggapi, haruslah 

diakhiri dengan puji-pujian kepada-Nya. saat  Nebukadnezar 

dikembalikan kepada kerajaannya, ia memuji, meninggikan dan 

memuliakan Raja Sorga (ay. 37), sebelum ia menyibukkan diri dengan 

semua urusan duniawinya. Kita memiliki akal budi supaya dapat memuji 

Dia, dan menerima kemakmuran supaya memiliki  alasan untuk 

memuji-Nya. 

Tidak lama sesudah itu, hidup dan pemerintahan Nebukadnezar pun 

berakhir. Menurut kutipan sejarawan gereja Eusebius (dalam Præp. Evang. 

1.9), Abydenus melaporkan, sesuai adat kebiasaan orang Kasdim, 

menjelang ajalnya di tempat tidur, Nebukadnezar meramalkan bahwa 

Babel akan direbut oleh Koresh. Apakah ia terus hidup dengan akal sehat 

yang baik ini, tidaklah diceritakan kepada kita. Tidak tampak juga kalau 

ia berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perilakunya yang 

disebutkan di sini. Dan jika seorang penghujat dan seorang penganiaya 

yang sedemikian hebatnya ini bisa memperoleh belas kasihan, maka dia 

bukanlah orang yang terakhir. Dan jika kasih kita terhadap sesama 

cukup besar sehingga bisa berharap bahwa Nebukadnezar memperoleh 

anugerah, maka kita harus mengagumi anugerah yang diberikan 

kepadanya dengan cuma-cuma itu, sehingga ia kehilangan akal budi 

untuk sementara waktu supaya jiwanya selamat sampai selamanya. 

 

 

 

PASAL  5  

ehancuran kerajaan Babel telah lama dan telah sering dinubuatkan jauh 

sebelumnya. Di dalam pasal ini kita dapati nubuatan tentang 

kehancurannya itu tergenapi, dan ada juga sebuah nubuatan yang berhubungan 

dengan kehancuran itu, yang tergenapi malam itu juga saat disampaikan. Saat itu 

Raja Belsyazar memerintah di Babel. Menurut suatu perhitungan, ia telah 

memerintah tujuh belas tahun lamanya, dan ada pula perhitungan lain yang 

memperkirakan hanya tiga tahun. Di sini kita melihat kisah tentang 

kesudahannya dan masa pemerintahannya. Kita harus tahu bahwa sekitar dua 

tahun sebelum itu, Raja Koresh dari Persia, sebuah kerajaan yang sedang 

berkembang, datang menyerang Babel dengan bala tentara besar. Belsyazar 

menemui dia dan melawannya, namun dikalahkan olehnya dalam pertempuran 

sengit. Belsyazar dan pasukannya mundur masuk kota, yang dikepung oleh 

Koresh. Di dalam kota, mereka merasa sangat aman, sebab sungai Efrat menjadi 

pertahanan mereka. Mereka memiliki persediaan makanan yang cukup untuk 

dua puluh tahun di dalam kota. Namun, pada tahun kedua pengepungan, Koresh 

merebut kota seperti yang dikisahkan di sini. Di dalam pasal ini diceritakan 

tentang,  

I.  Pesta pora liar, penuh perbuatan berhala dan cemar yang diadakan 

Belsyazar, dan kejahatannya pun mencapai puncaknya (ay. 1-4). 

II. Peringatan yang diberikan kepadanya di tengah keriaanya, oleh sebuah 

tulisan tangan di dinding, yang tidak mampu dibaca atau dijelaskan 

maknanya kepadanya oleh para orang bijaknya (ay. 5-9). 

III. Penafsiran tulisan penuh mistis dan rahasia itu oleh Daniel, yang pada 

akhirnya dibawa menghadapnya. Daniel berterus terang kepada raja, 

dan menyampaikan hukuman yang akan menimpa dia seperti yang 

tertulis di dinding itu (ay. 10-28). 

IV. Penggenapan penafsiran Daniel itu, yang terjadi dengan terbunuhnya 

sang raja dan direbutnya kerajaan Babel (ay. 30 dan 6:1). 


Pesta Belsyazar; Tulisan di Dinding 

(5:1-9) 

1 Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu 

orang jumlahnya; dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur. 2 Dalam 

kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan 

perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, 

supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari 

perkakas itu.  

3 Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait 

Suci, Rumah Tuhan   di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para 

gundik mereka minum dari perkakas itu; 4 mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-

dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu. 5 Pada waktu itu juga tampaklah 

jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan 

raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. 6 Lalu raja menjadi pucat, dan 

pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan 

lututnya berantukan. 7 Kemudian berserulah raja dengan keras, supaya para ahli jampi, 

para Kasdim dan para ahli nujum dibawa menghadap. Berkatalah raja kepada para orang 

bijaksana di Babel itu: “Setiap orang yang dapat membaca tulisan ini dan dapat 

memberitahukan maknanya kepadaku, kepadanya akan dikenakan pakaian dari kain 

ungu, dan lehernya akan dikalungkan rantai emas, dan di dalam kerajaanku ia akan 

memiliki  kekuasaan sebagai orang ketiga.” 8 namun  semua orang bijaksana dari raja, 

yang telah datang menghadap, tidak sanggup membaca tulisan itu dan tidak sanggup 

memberitahukan maknanya kepada raja. 9 Sesudah itu sangatlah cemas hati raja 

Belsyazar dan ia menjadi pucat; juga para pembesarnya terperanjat. 

Kita dapati di sini Raja Belsyazar sedang bergembira-ria, namun tiba-tiba saja 

berubah sangat murung, dan merasa tertekan di tengah-tengah kecukupannya 

yang berlimpah. Lihatlah bagaimana ia menghina Tuhan  , dan bagaimana Tuhan   

membuatnya ketakutan. Dan lihatlah bagaimana hasil pertandingan ini, dan juga, 

apakah ia yang mengeraskan hati terhadap Tuhan   masih bisa tetap berjaya. 

I. Lihatlah bagaimana raja menghina Tuhan   dan sangat memandang rendah 

kepada-Nya. Ia mengadakan perjamuan yang besar, atau pesta pora dengan 

minum-minum anggur. Boleh jadi pesta itu merupakan upacara khidmat 

yang diadakan untuk memperingati ulang tahun, untuk menghormati hari 

ulang tahun raja atau hari penobatannya, atau guna menghormati beberapa 

dewa mereka. Para sejarawan berkata bahwa Raja Koresh yang saat itu 

sedang mengepung Babel dengan pasukannya, tahu tentang pesta itu. Ia 

menduga mereka akan lengah, somno vinoque sepulti – terkubur di dalam 

tidur dan anggur, jadi ia pun memanfaatkan kesempatan untuk menyerang 

kota itu, dan dengan mudah saja bisa menguasainya. Pada pesta itu 

Belsyazar mengundang para pembesarnya, seribu orang jumlahnya, untuk 

datang dan minum-minum bersamanya. Mungkin mereka ini sudah terkenal 

dengan kuatnya pertahanan kota terhadap para pengepung. Boleh jadi juga 

mereka yaitu  dewan perang raja, dengan siapa, jsesudah  mereka minum-

minum bersama, raja akan menyarankan apa yang selanjutnya harus mereka 

lakukan. Dan mereka pun memandang kesempatan ini sebagai perkenanan 

luar biasa bahwa di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur, 

sebab  merupakan kebanggaan para raja timur kalau mereka jarang dilihat 

orang. Raja minum anggur di hadapan mereka, sebab ia mengadakan per-

jamuan ini, seperti yang dilakukan Ahasyweros, untuk memamerkan 

keindahan kebesarannya yang bersemarak. Nah, di pesta yang mewah ini, 

1. Raja Belsyazar menghina penyelenggaran Tuhan   dan menantang 

penghakiman-Nya. Sekarang kotanya sedang dikepung. Musuh yang kuat 

mengadang di depan gerbang-gerbangnya. Nyawa dan kerajaannya 

sedang dalam bahaya. Di dalam semua ini, tangan Tuhan   sudah terulur 

melawan dia, dan Tuhan   menyerukan dia untuk menangis dan meratap 

dan melilitkan kain kabung. Suara Tuhan   berseru-seru di kota, seperti 

halnya Yunus berseru kepada penduduk Niniwe, empat puluh hari lagi, 

atau bahkan kurang dari itu, maka Babel akan ditunggangbalikkan. Oleh 

sebab itu, seperti halnya raja Niniwe, seharusnya Raja Belsyazar 

mengumumkan agar diadakan puasa. Namun, sudah bulat tekadnya 

untuk melawan Tuhan  , sehingga ia justru mengadakan pesta, dan lihatlah 

kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba, 

makan daging dan minum anggur. Seakan-akan ia menantang Yang 

Mahakuasa untuk bertindak melakukan yang terburuk terhadapnya 

(Yes. 22:12-13). Guna menunjukkan betapa ia tidak takut dipaksa 

menyerah sebab  kekurangan perbekalan, ia justru menghambur-

hamburkannya. Perhatikanlah, rasa aman dan hawa nafsu merupakan 

pertanda menyedihkan akan datangnya kehancuran. Orang-orang yang 

tidak mau diperingatkan melalui penghakiman Tuhan   pasti akan terluka 

sebab nya. 

2. Raja menghina Bait Suci Tuhan   dan menantang tempat kudus-Nya (ay. 2). 

Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa 

perkakas Bait Suci, untuk mereka pakai minum-minum darinya. Saat 

mengecap betapa lezat dan nikmat rasa anggur itu, ia berkata, “Oh, 

sayang sekali, kita seharusnya minum anggur selezat ini dengan meng-

gunakan perkakas-perkakas kudus.” Ia menganggap usul ini sebagai 

gagasan cerdas, sehingga untuk melanjutkan kegembiraan, dibawalah 

segera perkakas-perkakas Bait Suci itu kepadanya. Bahkan lebih dari itu, 

sepertinya perbuatannya itu bukan sekadar untuk bersenang-senang, 

melainkan sebagai sikap dengki terhadap Tuhan   Israel. Hati umat-Nya 

sungguh sangat terpatri pada perkakas-perkakas kudus ini, seperti yang 

tampak dalam Yeremia 27:16, 18. Perhatian utama mereka tertuju 

kepada benda-benda ini saat  mereka kembali dari pembuangan (Ezr. 

1:7). Nah, kita boleh menduga bahwa mereka berharap pembebasan 

akan segera tiba, mengingat bahwa masa waktu tujuh puluh tahun 

pembuangan mereka sudah hampir tiba. Beberapa dari antara mereka 

mungkin telah membicarakannya, bahwa tidak lama lagi perkakas 

tempat kudus akan dikembalikan kepada mereka. namun  , dengan 

menentang mereka, Belsyazar pun mengumandangkan benda-benda 

ini  sebagai miliknya. Ia menyatakan tidak akan menyimpan lagi 

perkakas-perkakas itu, namun  akan menggunakannya sebagai peralatan 

makannya. Perhatikanlah, keriangan sungguh merupakan dosa dan 

memenuhi takaran kejahatan manusia, bila sampai mencemarkan 

benda-benda kudus dan menjadikannya lelucon. Perbuatan Belsyazar ini 

membuat Babel semakin matang untuk kehancuran, sehingga tidak akan 

ada lagi nyanyian yang bisa menyelamatkan selain nyanyian dari Sion 

(Mzm. 137:3), dan tidak akan ada lagi perkakas penyelamat selain 

perkakas tempat kudus. sebab  itu, hendaklah orang-orang yang dengan 

cemar menyalahgunakan apa yang dipersembahkan kepada Tuhan   dan 

menghina kehormatan-Nya tahu, bahwa Ia tidak membiarkan diri-Nya 

dipermainkan.  

3. Belsyazar menghina Tuhan   dan menantang keilahian-Nya. Mereka minum 

anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak (ay. 4). Mereka 

memberi  kemuliaan kepada patung-patung, hasil pekerjaan tangan 

mereka sendiri, makhluk-makhluk khayalan mereka, padahal kemuliaan 

itu seharusnya hanya diberikan kepada Tuhan   yang sejati dan yang hidup 

saja. Mereka memuja patung-patung itu dengan mempersembahkan 

korban diiringi nyanyian guna menghormati benda-benda itu. saat  

kepala mereka sudah pening dan hati mereka riang gembira sebab  

mabuk anggur, suasana hati mereka benar-benar siap untuk memuji-muji 

dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan ba