ain bagaimana Tuhan telah
berurusan dengan kita, baik yang berupa teguran maupun perkenan
yang telah kita terima dari-Nya. Meskipun apa yang kita ceritakan itu
dapat mempermalukan kita seperti yang dialami Nebukadnezar, kita
tidak boleh menyembunyikannya, selama hal itu dapat memberi
kemuliaan kepada Tuhan . Banyak orang berani menceritakan apa yang
telah diperbuat Tuhan bagi jiwa mereka, sebab hal itu dapat
mendatangkan pujian bagi diri mereka sendiri, namun mereka tidak mau
menceritakan apa yang diperbuat Tuhan untuk melawan mereka, dan
betapa mereka pantas menerima ganjaran itu. Padahal, kita patut mem-
berikan kemuliaan kepada Tuhan , tidak saja dengan cara memuji Dia atas
segala belas kasih-Nya, namun juga dengan mengakui dosa-dosa kita,
dengan menerima hukuman atas kejahatan kita, dan merasa malu
terhadap diri sendiri, seperti yang diperlihatkan sang raja yang jaya
perkasa ini.
2. Untuk menunjukkan betapa ia sendiri telah dijamah dan diyakinkan oleh
tanda-tanda dan mujizat Tuhan dalam semua peristiwa itu (ay. 3). Kita
harus senantiasa membicarakan firman dan karya Tuhan dengan penuh
perhatian serta kesungguhan. Kita harus menunjukkan betapa kita
tersentuh oleh perkara-perkara agung tentang Tuhan , supaya orang lain
juga boleh memperhatikannya.
(1) Nebukadnezar mengagumi segala perbuatan Tuhan . Dengan rasa
takjub ia berujar: Betapa besarnya tanda-tanda-Nya dan betapa
hebatnya mujizat-mujizat-Nya! Nebukadnezar sudah tua, telah
memerintah lebih dari empat puluh tahun, dan telah banyak melihat
kejadian di dunia berikut segala perubahan di dalamnya, seperti
kebanyakan orang. Namun, tidak pernah sebelum ini, sampai ia
dijamah dengan dalamnya, ia dibuat terkagum-kagum dengan peris-
tiwa-peristiwa mengejutkan dari tanda-tanda dan mujizat Tuhan .
Sekarang aku tahu, betapa besarnya dan betapa hebatnya semua itu!
Perhatikanlah, semakin kita memandang suatu peristiwa sebagai
perbuatan TUHAN, serta melihatnya sebagai hasil kuasa ilahi dan
perlakuan hikmat ilahi, maka semakin ajaiblah hal itu di mata kita
(Mzm. 118:23, KJV; 66:3).
(2) jsesudah itu ia menyimpulkan perihal pemerintahan Tuhan . Inilah yang
pada akhirnya ia dibuat tunduk: Kerajaan-Nya yaitu kerajaan yang
kekal. Tidak seperti kerajaannya sendiri yang sedang menuju
akhirnya, seperti yang telah dilihatnya sejak lama dalam mimpi.
Sekarang ia mengakui bahwa ada Tuhan yang memerintah dunia dan
memiliki kekuasaan penuh, menyeluruh dan tidak dapat ditentang
atas dan dalam semua kejadian yang dialami anak-anak manusia.
Dan merupakan kemuliaan kerajaan ini bahwa ia kekal.
Pemerintahan-pemerintahan lain hanya terbatas sampai satu
angkatan, sedangkan kerajaan-kerajaan lain bisa sampai beberapa
angkatan. Namun, pemerintahan Tuhan turun-temurun. Sepertinya di
sini Nebukadnezar merujuk kepada apa yang telah disebutkan
sebelumnya oleh Daniel perihal kerajaan yang akan didirikan Tuhan
semesta langit dan yang tidak akan binasa sampai selama-lamanya
(2:44). Meskipun yang dimaksudkan oleh Daniel yaitu kerajaan
Sang Mesias, Nebukadnezar memahaminya sebagai kerajaan Tuhan
Sang Penyelenggara. Begitulah, kita boleh memanfaatkan nubuat-
nubuat dalam Kitab Suci dalam hidup kita dan menerapkannya,
walaupun kita tidak begitu memahami artinya sepenuhnya, dan
mungkin juga secara benar.
Mimpi Kedua Nebukadnezar
(4:4-18)
4 Aku, Nebukadnezar, diam dalam rumahku dengan tenang dan hidup dengan senang
dalam istanaku; 5 lalu aku mendapat mimpi yang mengejutkan aku, dan khayalanku di
tempat tidurku serta penglihatan-penglihatan yang kulihat menggelisahkan aku. 6 Maka
aku mengeluarkan titah, bahwa semua orang bijaksana di Babel harus dibawa menghadap
aku, supaya mereka memberitahukan kepadaku makna mimpi itu. 7 Kemudian orang-
orang berilmu, ahli jampi, para Kasdim dan ahli nujum datang menghadap dan aku men-
ceritakan kepada mereka mimpi itu, namun mereka tidak dapat memberitahukan
maknanya kepadaku. 8 Pada akhirnya Daniel datang menghadap aku, yakni Daniel yang
dinamai Beltsazar menurut nama dewaku, dan yang penuh dengan roh para dewa yang
kudus. Lalu kuceritakan kepadanya mimpi itu: 9 Hai Beltsazar, kepala orang-orang
berilmu! Aku tahu, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa yang kudus, dan bahwa
tidak ada rahasia yang sukar bagimu! Sebab itu inilah riwayat penglihatan mimpi yang
kudapat, maka ceritakanlah kepadaku maknanya. 10 Adapun penglihatan yang kudapat di
tempat tidurku itu, demikian: di tengah-tengah bumi ada sebatang pohon yang sangat
tinggi; 11 pohon itu bertambah besar dan kuat, tingginya sampai ke langit, dan dapat
dilihat sampai ke ujung seluruh bumi. 12 Daun-daunnya indah, buahnya berlimpah-
limpah, padanya ada makanan bagi semua yang hidup; di bawahnya binatang-binatang di
padang mencari tempat bernaung dan di dahan-dahannya bersarang burung-burung di
udara, dan segala makhluk mendapat makanan dari padanya. 13 Kemudian dalam pengli-
hatan yang kudapat di tempat tidurku itu tampak seorang penjaga, seorang kudus, turun
dari langit; 14 ia berseru dengan nyaring, demikian katanya: Tebanglah pohon itu dan
potonglah dahan-dahannya, gugurkanlah daun-daunnya dan hamburkanlah buah-
buahnya! Biarlah binatang-binatang lari dari bawahnya dan burung-burung dari dahan-
dahannya! 15 namun biarkanlah tunggulnya tinggal di dalam tanah, terikat dengan rantai
dari besi dan tembaga, di rumput muda di padang; biarlah ia dibasahi dengan embun dari
langit dan bersama-sama dengan binatang-binatang mendapat bagiannya dari rumput di
bumi! 16 Biarlah hati manusianya berubah dan diberikan kepadanya hati binatang.
Demikianlah berlaku atasnya sampai tujuh masa berlalu. 17 Titah ini yaitu menurut
putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-orang kudus, supaya orang-
orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan
memberi nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil se-
kalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu. 18 Itulah mimpi yang telah kudapat,
aku, raja Nebukadnezar; sekarang engkau, Beltsazar, katakanlah kepadaku maknanya,
sebab semua orang bijaksana dari kerajaanku tidak dapat memberitahukan maknanya
kepadaku; namun engkaulah yang sanggup, sebab engkau penuh dengan roh para dewa
yang kudus!”
Sebelum menceritakan penghakiman Tuhan atasnya akibat kesombongannya,
Nebukadnezar menjelaskan tentang peringatan yang baik yang telah
disampaikan kepadanya sebelum penghakiman Tuhan itu terjadi. Seandainya ia
memperhatikan peringatan itu, penghakiman itu dapat dicegah. Ia diberitahu
tentang hal-hal itu, juga tentang kemunculannya, sebelum semuanya terjadi,
supaya saat benar-benar terjadi, ia dapat melihat dengan membandingkannya
dengan nubuatan sebelum peristiwa itu terjadi, sehingga bisa berkata bahwa
semua itu merupakan perbuatan Tuhan. Dengan demikian ia dapat dibuat untuk
percaya bahwa di dunia ini ada wahyu ilahi, dan juga tindakan Penyelenggaraan
ilahi, dan bahwa karya-karya Tuhan sesuai dengan firman-Nya.
Nah, dalam penuturan yang diberikan Nebukadnezar perihal mimpinya,
yang melaluinya ia mendapat kabar tentang apa yang akan terjadi, kita dapat
mengamati,
I. Masa saat peringatan ini diberikan kepadanya (ay. 4): yakni pada waktu ia
diam dalam rumahnya dengan tenang dan hidup dengan senang dalam
istananya. Belum lama berselang ia menaklukkan Mesir, sehingga dengan
demikian melengkapi semua kemenangannya dan mengakhiri
peperangannya, dan menjadikan dirinya raja atas seluruh bagian-bagian
dunia yang ditaklukkannya itu. Hal ini terjadi sekitar tahun ketiga puluh
empat atau tiga puluh lima pemerintahannya (Yeh. 29:17). Pada masa itulah
ia mendapat mimpi ini, yang digenapi sekitar satu tahun sesudahnya. Tujuh
tahun lamanya gangguan jiwa itu berlangsung. Begitu pulih kembali, ia
mencatat pernyataan ini. Ia hidup sampai dua tahun sesudah pulih, dan
tutup usia pada tahun keempat puluh lima pemerintahannya. Ia telah
mengalami keletihan yang panjang selama masa-masa perangnya, dan
mengadakan banyak pertempuran dan penyerbuan yang melelahkan dan
berbahaya. Namun, sekarang ia akhirnya diam dalam rumahnya dengan
tenang. Tidak ada lagi lawan dan tidak ada lagi malapetaka menimpa .
Perhatikanlah, Tuhan mampu menjangkau orang-orang terbesar dengan
kedahsyatan-Nya, bahkan saat mereka merasa aman sentosa dan hidup
senang.
II. Pengaruh mimpi itu terhadap dirinya (ay. 5): Aku mendapat mimpi yang
mengejutkan aku. Orang akan berpikir bahwa hal kecil apa pun tidak akan
ada yang mampu membuat takut dia, orang yang sudah terbiasa berperang
sejak muda, dan terbiasa melihat bahaya di medan perang tanpa merasa
gentar sedikit pun. Walaupun demikian, sekali Tuhan berkehendak, sebuah
mimpi pun dapat menghujamkan rasa ngeri ke atasnya. Tempat tidurnya
pastilah empuk, lembut, dan dijaga dengan ketat. Namun, khayalannya di
tempat tidur membuatnya tidak tenang, dan penglihatan-penglihatan yang ia
lihat menggelisahkan hatinya. Perhatikanlah, Tuhan mampu membuat orang-
orang terbesar sekalipun merasa tidak tenang, bahkan saat mereka berkata
kepada jiwa mereka, Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-
senanglah. Ia dapat membuat orang-orang yang tadinya menyusahkan dunia
dan menyiksa ribuan orang, menyusahkan dan menyiksa diri mereka
sendiri. Mereka yang dahulu membuat orang ketakutan terhadap pahlawan-
pahlawan akan menjadi ketakutan sendiri. Melalui ketakutan yang
disebabkan oleh mimpi itu, dan pengaruhnya atas dirinya, Nebukadnezar
merasa bahwa ini bukanlah mimpi biasa, melainkan dikirimkan Tuhan untuk
tujuan khusus.
III. Usaha sia-sia Nebukadnezar dalam menanyakan makna mimpi itu kepada
orang-orang berilmu dan para ahli jampi. Sekarang ia tidak melupakan
mimpi yang didapatnya seperti dahulu (ps. 2). Ia masih mengingat mimpi itu,
namun ingin mengetahui maknanya dan apa yang diperlambangkan oleh
mimpi itu. (ay. 6). Perintah langsung dikeluarkan untuk memanggil semua
orang bijaksana di Babel yang begitu bodoh sebab berpura-pura mampu
memprakirakan hal-hal yang akan terjadi melalui sihir, ramalan, pemeriksa-
an isi perut hewan, atau pengamatan bintang. Mereka semua harus datang
berkumpul, supaya tahu mungkin ada seseorang, atau mereka semua
bekerja sama, mampu mengartikan mimpi raja itu. Boleh jadi orang-orang
ini sebelumnya kadang-kadang telah memuaskan hati raja dalam suatu
perkara serupa, dan dengan keahlian masing-masing, mereka telah
menjawab pertanyaan raja dengan cara yang menyenangkan hatinya, entah
jawaban itu benar atau salah, jitu atau meleset. Namun sekarang, pengharap-
an raja terhadap mereka dikecewakan. Ia menceritakan kepada mereka
mimpi itu (ay. 7), namun mereka tidak dapat memberitahukan maknanya,
meskipun mereka sudah membangga-banggakan diri dengan sangat yakin
(2:4, 7), bahwa jika mimpi itu diceritakan kepada mereka, maka mereka
pasti akan mampu mengartikannya. namun , kunci mimpi ini terletak
pada sebuah nubuat kudus (Yeh. 31:3, dst.), di mana sama seperti halnya
Nebukadnezar di sini, orang Asyur diibaratkan dengan pohon aras yang
ditebang sebab kesombongannya. Kitab ini tidak pernah mereka pelajari
dan selidiki. Seandainya sudah, mereka tentu dapat mengetahui rahasia
mimpi ini. Penyelenggaraan Tuhan mengatur sedemikian rupa supaya pada
awalnya mereka dibuat kebingungan, sehingga saat Daniel kemudian
mengartikannya, hal ini dapat mendatangkan kemuliaan kepada Tuhan
Daniel. Sekarang nubuat yang pernah disampaikan Yesaya (Yes. 47:12-13)
itu pun digenapi, yaitu menjelang kejatuhan Babel, segala mantera dan sihir,
orang-orang yang meneliti segala penjuru langit, dan yang menilik bintang-
bintang, tak akan mampu berguna bagi Babel.
IV. Ajakannya kepada Daniel, untuk menjelaskan secara terperinci mimpi itu
kepadanya: Pada akhirnya Daniel datang menghadap (ay. 8). Entah Daniel
menolak bergabung dengan yang lain akibat kejahatan mereka, atau
merekalah yang tidak mau berada bersamanya akibat kebaikannya. Bisa jadi
juga raja lebih suka agar orang-orang berilmunyalah, dan bukan Daniel, yang
memperoleh kehormatan menjelaskan mimpi itu kalau mereka memang
mampu. Atau, mengingat bahwa Daniel yaitu penguasa atas semua orang
bijaksana (2:48), seperti biasa, ia terakhir dimintai pendapat. Banyak orang
yang menjadikan firman Tuhan pelarian terakhir mereka. Mereka tidak
pernah berpaling dan mencari pertolongan dari-Nya, sampai mereka sudah
kehabisan sumber bantuan lain. Nebukadnezar memuji-muji Daniel setinggi
langit, dan menyebutkan nama yang telah diberikannya kepada Daniel.
Dengan pemberian nama itu, ia menyangka Daniel akan senang sekali, dan
bahwa hal itu merupakan pertanda yang baik: “Namanya yaitu Beltsazar,
yang diambil dari Bel, menurut nama dewaku.” Ia memuji-muji anugerah
langka yang diberikannya itu: Daniel penuh dengan roh para dewa yang
kudus (ay. 9). sebab itu raja terus terang mengatakannya kepada Daniel,
dan kita boleh beranggapan bahwa Daniel sama sekali tidak menjadi
sombong sebab pujian itu. Sebaliknya, ia justru sangat sedih saat men-
dengar pernyataan bahwa karunia yang diperolehnya dari Tuhan Israel, Tuhan
yang benar dan hidup, dianggap berasal dari dewa Nebukadnezar, dewa
yang bagaikan tumpukan kotoran belaka. Di sini kita melihat perpaduan
sikap yang aneh dalam diri Nebukadnezar. Namun, hal ini memang lazim
terlihat pada orang-orang yang memihak kepada kecemaran mereka untuk
melawan nurani sendiri.
1. Nebukadnezar mempertahankan gaya bahasa dan logat penyembahan
berhalanya. Oleh sebab itu patut dikhawatirkan bahwa ia belum
memeluk iman dan penyembahan kepada Tuhan yang hidup. Ia seorang
penyembah berhala, dan gaya bicaranya menyingkapkan hal itu. Ia
berbicara tentang banyak dewa, dan dibuat menyetujui dengan hati yang
tidak rela bahwa satu dewa saja sudah cukup. Namun ia tidak percaya
pada Dia yang Maha mencukupi. Sebagian penafsir berpikir saat ia
berbicara tentang roh para dewa yang kudus, ia beranggapan bahwa ada
dewa-dewa jahat yang sangat berbahaya, yang harus disembah manusia
hanya untuk mencegah mereka mendatangkan celaka, dan ada juga
dewa-dewa baik yang mendatangkan kebaikan, dan oleh roh dewa-dewa
seperti inilah Daniel digerakkan. Nebukadnezar juga mengakui bahwa
Bel masih merupakan dewanya, meskipun ia pernah mengakui dan
sekarang mengakuinya lagi bahwa Tuhan Israel yaitu Tuhan yang
mengatasi segala Tuhan (2:47; 3:29). Ia juga menghargai Daniel, bukan
sebagai hamba Tuhan , melainkan kepala orang-orang berilmu (ay. 9). Ia
beranggapan bahwa pengetahuan Daniel berbeda dengan pengetahuan
orang-orang itu, bukan dalam hal jenis, melainkan sekadar dalam hal
tingkatan. Ia meminta pendapat Daniel bukan sebagai nabi, melainkan
sebagai orang berilmu yang ternama. Dengan demikian ia berusaha
keras menyelamatkan nama baik keahlian para ahlinya yang ternyata
membuat kesalahan besar dan kebingungan. Lihatlah betapa melekatnya
kebiasaan menyembah berhala itu pada dirinya. Dalam dirinya sudah
ada gagasan tentang banyak dewa, dan ia telah memilih Bel sebagai
dewanya. sebab itu ia tidak dapat mendorong diri untuk melepaskan
gagasan itu atau pilihannya, meskipun Bel dan dewa-dewa itu sungguh
sudah terbukti baginya lebih dari sekali sangat tidak masuk akal tanpa
terbantahkan lagi. Ia, seperti halnya orang-orang kafir lainnya, tidak mau
mengganti dewa-dewanya, meskipun mereka ini sebenarnya bukan Tuhan
(Yer. 2:11). Banyak orang bersikeras mempertahankan jalan mereka
yang salah, sebab mereka tidak dapat meninggalkannya dengan hormat.
Lihatlah betapa goyah keyakinannya, dan betapa mudah ia melepaskan-
nya. Ia pernah menyebut Tuhan Israel sebagai Tuhan yang mengatasi
segala Tuhan (2:47). Sekarang ia malah menyejajarkan Dia dengan Tuhan -
Tuhan lain yang disebutnya para dewa yang kudus. Perhatikanlah, jika
keyakinan tidak segera dilaksanakan, besar kemungkinan keyakinan itu
akan diabaikan dan terlupakan. Nebukadnezar tidak melanjutkan
dengan pengakuan yang telah dibuatnya perihal kedaulatan Tuhan yang
benar, dan dalam waktu singkat pergi meninggalkan Dia dan kembali
kepada pemujaan sama yang selama ini dilakukannya kepada dewa-
dewa palsunya. Walaupun demikian,
2. Ia memberi pengakuan luar biasa kepada Daniel, sebab tahu bahwa
ia yaitu hamba Tuhan yang benar, dan bukan hamba Tuhan lain. Ia
memandang Daniel sebagai orang yang memiliki wawasan sedemikian
rupa, penglihatan ke masa depan yang begitu luar biasa, yang tidak
dimiliki orang-orang berilmu lainnya: Aku tahu bahwa tidak ada rahasia
yang sukar bagimu. Perhatikanlah, roh nubuat mengalahkan roh ramal-
an, bahkan pihak musuh sendirilah yang menilainya. Di sini kenyataan
ini diputuskan secara hukum, berdasar pengujian yang adil terhadap
kecakapan.
V. Uraian terperinci yang dijelaskan Nebukadnezar kepada Daniel perihal
mimpinya.
1. Ia melihat sebatang pohon yang sangat tinggi dan megah, melebihi
semua pohon di hutan. Pohon ini tumbuh di tengah-tengah bumi (ay. 10),
yang dengan tepat menggambarkan dia yang memerintah Babel yang
terletak kira-kira di tengah dunia yang pada masa itu dikenal orang.
Martabat dan keunggulannya atas semua bangsa di sekelilingnya
digambarkan dengan tingginya pohon ini, yaitu sangat tinggi. Pohon itu
tingginya sampai ke langit. Nebukadnezar melebihi semua yang ada di
sekelilingnya, dan bertujuan agar kehormatan ilahi diberikan kepadanya.
Bahkan lebih dari itu, ia menguasai mereka di sekelilingnya, sedangkan
bala tentara kuat yang dipimpin dan dibawa bersamanya, digambarkan
melalui kekuatan pohon ini: pohon itu bertambah besar dan kuat.
Nebukadnezar serta kehebatannya yang bertambah-tambah itu begitu
diperbincangkan dan diperhatikan bangsa-bangsa lain (ada yang dengan
iri hati, namun semuanya dengan mata takjub), hingga dikatakan bahwa
orang dapat melihat pohon ini sampai ke ujung seluruh bumi. Pada pohon
ini ada segala sesuatu yang indah dipandang dan baik untuk
dimakan (ay. 12). Daun-daunnya indah, menandakan kemegahan dan
semarak istana Nebukadnezar yang membuat takjub orang-orang asing,
dan menjadi kebanggaan rakyatnya sendiri. Pohon ini tidak saja indah
dipandang dan megah, namun juga berguna,
(1) Untuk perlindungan. Dahan-dahannya menjadi perlindungan bagi
binatang-binatang dan burung-burung. Raja-raja sudah seharusnya
menjadi perlindungan bagi rakyat mereka terhadap panas terik dan
terhadap angin ribut. Mereka harus tampil untuk mengamankan
rakyat, dan berusaha membuat mereka aman dan nyaman. jika
semak duri pergi melayang di atas pohon-pohon, ia mengajak mereka
datang dan berlindung di bawah naungannya (Hak. 9:13, 15).
Perlindunganlah yang dapat mendatangkan kesetiaan. Raja-raja di
bumi hanyalah bagaikan bayangan pohon besar bagi rakyat mereka,
namun Kristus merupakan naungan batu yang besar bagi umat-Nya
(Yes. 32:2). Bahkan, sebab batu itu meskipun kuat bisa juga dingin,
umat-Nya dikatakan tersembunyi di dalam naungan sayap-Nya
(Mzm. 17:8). Di situ mereka tidak saja aman, namun juga merasa
hangat.
(2) Untuk perbekalan. Orang Asyur diibaratkan dengan pohon aras (Yeh.
31:6), yang hanya memberi naungan belaka. Sebaliknya, pohon
dalam mimpi Nebukadnezar ini memiliki buah berlimpah – di
dalamnya ada makanan bagi semua yang hidup dan segala
makhluk mendapat makanan dari padanya. Melalui hal ini, raja yang
perkasa ini sepertinya tidak saja hebat, namun juga berbuat baik. Ia
tidak memelaratkan, namun memperkaya negerinya. Dan melalui kua-
sa dan perhatiannya kepada negeri asing, ia membawa kekayaan dan
barang-barang dagangan ke sana. Orang-orang yang menjalankan
kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung (Luk. 22:25). Cara
paling bermanfaat yang bisa mereka ambil untuk mendukung
kekuasaan mereka itu yaitu dengan menjadi pelindung sejati. Dan
lihatlah hal terbaik apa yang dapat dicapai orang-orang besar dengan
kekayaan dan kuasa mereka, yaitu memperoleh kehormatan untuk
menghidupi dan memelihara banyak orang. Sebab dengan
bertambahnya harta, bertambah pula orang-orang yang
menghabiskannya.
2. Nebukadnezar mendengar tentang hukuman yang dijatuhkan atas pohon
ini, dan mengingatnya dengan baik. Kemudian ia menceritakannya
kembali di sini, boleh jadi kata demi kata seperti yang didengarnya itu.
Hukuman itu disampaikan oleh seorang malaikat, yang dilihatnya turun
dari langit, lalu menyampaikan isi hukuman itu dengan suara nyaring. Di
sini, malaikat itu disebut penjaga, atau pengawal, tidak saja sebab
malaikat merupakan roh dan oleh sebab itu tidak pernah terlelap atau
tidur, namun juga sebab sesuai jabatan, mereka yaitu roh-roh yang
melayani. Mereka senantiasa melayani sambil memperhatikan setiap
kesempatan untuk melayani Tuhan mereka. Sebagai penjaga, para
malaikat juga berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Tuhan ,
untuk melepaskan mereka, dan menatang mereka di atas tangannya. Ma-
laikat ini yaitu seorang utusan, atau duta (demikianlah yang dipahami
beberapa orang), malaikat yang kudus. Kesucian itulah perhiasan rumah
Tuhan. Itulah sebabnya para malaikat yang menyertai dan diberi tugas
oleh-Nya juga kudus. Mereka memelihara kesucian dan kebenaran yang
merupakan sifat mereka. Dalam segala hal mereka sesuai dengan kehen-
dak ilahi. Marilah kita meninjau hukuman yang dijatuhkan atas pohon
itu.
(1) Perintah dikeluarkan untuk menebang pohon itu (ay. 14). Sekarang
pun kapak sudah tersedia pada akar pohon ini. Meskipun pohon ini
begitu tinggi dan kokoh, hal itu pun tidak dapat menjamin pohon ini
bisa tetap tegak saat sudah tiba saatnya harus roboh. Binatang-
binatang dan burung-burung yang bernaung di dalamnya dan di
bawah dahan-dahannya akan diusir dan tercerai-berai. Ranting-ran-
tingnya dipangkas, daun-daunnya dirontokkan, dan buah-buahnya
diserakkan. Perhatikanlah, kemakmuran duniawi dalam tingkat
paling tinggi sekalipun merupakan hal yang sangat tidak pasti. Dan
bukanlah hal yang aneh jika orang-orang yang dahulu pernah
hidup dalam kemegahan dan kekuasaan, kemudian dilucuti dari
semua yang mereka andalkan dan bangga-banggakan. Oleh perubah-
an penyelenggaraan Tuhan , orang-orang yang tadinya seorang
pembesar menjadi tawanan. Mereka yang tadinya hidup
berkelimpahan dan melebihi apa yang mereka miliki, dibuat
sengsara dan hidup jauh dari cukup. Mereka ini bisa saja berutang
budi kepada orang-orang lain yang dahulu sangat bergantung
kepada mereka dan berusaha menarik perhatian mereka. Namun,
pohon tarbantin kebenaran, tanaman TUHAN yang menghasilkan
buah bagi-Nya, tidak akan ditebang, dan daun-daunnya pun tidak
akan layu.
(2) Bagian akarnya dibiarkan (ay. 15): “Biarkanlah tunggulnya tinggal di
dalam tanah, diterpa segala cuaca. Biarlah tunggul itu diabaikan dan
terkubur di antara rerumputan. Biarlah binatang-binatang yang
dahulu berlindung di bawah dahan-dahannya, sekarang beristirahat
di atas tunggul itu. Namun, supaya tidak ditebas sampai hancur atau
diinjak-injak hingga rata dengan tanah, dan untuk menunjukkan
bahwa tunggul itu akan mengalami masa yang lebih baik lagi, maka
biarlah sekelilingnya terikat dengan rantai dari besi dan tembaga,
agar tetap kuat.” Perhatikanlah, di dalam penghukuman pun Tuhan
masih mengingat belas kasihan dan menyediakan hal-hal baik bagi
orang-orang yang keadaannya tampak teramat mengenaskan. Bagi
pohon masih ada harapan: jika ditebang, ia bertunas kembali,
maka bersemilah ia, jsesudah diciumnya air (Ayb. 14:7-9).
(3) Makna penglihatan ini dijelaskan sendiri oleh malaikat kepada
Nebukadnezar (ay. 16). Siapa pun yang dilambangkan oleh pohon ini,
ditentukan untuk dilucuti dari kehormatan, kebesaran, dan martabat
sebagai seorang manusia. Ia akan kehilangan akal sehatnya,
berperilaku dan hidup seperti binatang, hingga tujuh masa berlalu.
Maka diberikan kepadanya hati binatang. Ini jelas merupakan
hukuman lahiriah yang paling mengenaskan dan berat, seribu kali
lebih buruk dibandingkan kematian. Meskipun paling tidak dirasakan
oleh orang yang menjalaninya, hal ini paling ditakuti dan dicela
dibanding hukuman lain. Bahkan lebih dari itu, penderitaan lahiriah
apa pun yang diizinkan Tuhan untuk kita alami, kita masih
memiliki akal budi untuk menanggungnya dengan sabar, dan
bersyukur sebab Ia masih terus memperbolehkan kita
menggunakan akal sehat dan hati nurani yang tenteram. Namun,
raja-raja lalim dan congkak yang hatinya menempatkan diri sama
dengan Tuhan (Yeh. 28:2), sudah sepantasnya dirampas dari mereka
hati manusia dan diberikan hati binatang.
(4) Kebenaran penglihatan itu diteguhkan (ay. 17): Titah ini yaitu
menurut putusan para penjaga dan hal ini menurut perkataan orang-
orang kudus. Sebagai Hakim yang adil, Tuhan telah menetapkannya. Ia
telah mengesahkan maklumat ini. Menurut keputusan hikmat-Nya
yang kekal, maklumat itu telah dikeluarkan, dan,
[1] Para malaikat di sorga telah tunduk pada keputusan-Nya itu,
jsesudah membuktikannya, menyetujuinya, dan menyambutnya.
Maklumat ini dikeluarkan menurut putusan para penjaga. Ini
tidak berarti bahwa Tuhan membutuhkan nasihat atau
persetujuan para malaikat dalam hal apa pun yang ditetapkan
atau dilakukan-Nya. Sebaliknya, sama seperti Ia menggunakan
pelayanan mereka dalam melaksanakan rancangan-Nya, demi-
kianlah Ia terkadang digambarkan sesuai cara manusia, seolah-
olah Ia meminta nasihat dari mereka. Siapakah yang akan Kuutus?
(Yes. 6:8). Siapakah yang akan membujuk Ahab? (1Raj. 22:20).
Dengan demikian kekhidmatan kalimat ini ditunjukkan.
Ringkasan atau tulisan singkat raja disampaikan Teste me ipso –
di hadapanku. namun , piagam biasanya disahkan His testibus – Di
hadapan orang-orang yang namanya tertera di dalamnya. Seperti
itulah yang juga terjadi dengan hukuman yang dijatuhkan ke atas
Nebukadnezar, melalui putusan para penjaga.
[2] Orang-orang kudus di bumi mengajukan permohonan untuk itu,
begitu juga para malaikat di sorga: hal ini menurut perkataan
orang-orang kudus. Umat Tuhan yang menderita dan sudah lama
mengerang di bawah tekanan kuk kelaliman Nebukadnezar,
berseru kepada-Nya supaya Ia membalaskan dendam. Mereka
mengajukan tuntutan itu, dan Tuhan menjawabnya. Sebab saat
orang-orang yang tertindas berseru-seru kepada Tuhan , Ia akan
mendengarkannya (Kel. 22:27). Hukuman dijatuhkan pada masa
pemerintahan Ahab, bahwa tidak akan turun hujan lagi sesuai
perkataan Elia, saat ia berdoa bagi orang Israel (1Raj. 17:1).
(5) Tujuan penglihatan itu dinyatakan. Perintah dikeluarkan untuk
menebang pohon ini, supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa
Yang Mahatinggi berkuasa. Penghukuman ini harus dilaksanakan
untuk meyakinkan dunia yang acuh tak acuh dan tidak percaya ini,
bahwa sesungguhnya ada Tuhan yang memberi keadilan di bumi, Tuhan
yang menguasai dunia, yang tidak saja memiliki kerajaan-Nya sendiri
di dalamnya dan mengelola urusan kerajaan itu, namun juga berkuasa
atas kerajaan manusia, atas kekuasaan manusia atas sesamanya. Ia
memberi kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dari
Dialah kedudukan tinggi berasal (Mzm. 75: 7-8). Ia mengangkat
manusia untuk memegang kuasa dan kekuasaan tanpa terduga, dan
merusak rencana-rencana besar yang dirancangkan orang dengan
tinggi hati. Adakalanya bahkan orang yang paling kecil sekalipun
dapat diangkat-Nya, dan mencapai tujuan-Nya melalui mereka. Ia
mengangkat orang-orang sederhana seperti Daud dari kandang
domba. Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, untuk
mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan (Mzm.
113:7-8). Bahkan, terkadang Ia mengangkat orang-orang jahat untuk
mendatangkan bencana kepada umat yang menjengkelkan. Begitulah
yang dapat dilakukan-Nya, begitulah yang dapat dilakukan-Nya, dan
begitulah yang sering dilakukan-Nya. Dan Ia tidak menjawab segala
perkataan orang yang meminta penjelasan dari-Nya. Dengan
merendahkan Nebukadnezar, orang-orang yang hidup dibuat supaya
mengetahui hal ini. Orang mati tahu ini, yaitu mereka yang sudah
pergi ke dunia roh, dunia penghukuman. Mereka tahu bahwa Yang
Mahatinggi berkuasa. namun , orang-orang yang masih hidup harus
dibuat tahu tentang hal ini dan mengingatnya baik-baik, supaya
mereka kiranya berdamai dengan Tuhan sebelum terlambat.
Demikianlah Nebukadnezar menceritakan mimpinya dengan
lengkap dan terperinci, semua apa yang dilihat dan didengarnya.
jsesudah itu ia meminta Daniel menjelaskan makna mimpi itu (ay. 18),
sebab ia mendapati bahwa tidak seorang pun mampu
mengartikannya, dan ia yakin bahwa Daniel mampu. Sebab, engkau
penuh dengan roh para dewa yang kudus, atau Tuhan yang kudus,
sebutan yang tepat bagi Tuhan Israel. Banyak yang dapat diharapkan
dari orang-orang yang memiliki Roh Tuhan yang kudus di dalam diri
mereka. Tidak tampak apakah Nebukadnezar merasa jengkel bahwa
yang digambarkan dalam mimpinya ini yaitu hukuman yang akan
menimpanya. Boleh jadi ia begitu sombong dan merasa aman-aman
saja sehingga membayangkan bahwa mimpi itu tentang raja lain
yang merupakan pesaingnya, yang kejatuhannya dilihatnya dengan
gembira dalam mimpinya itu. Namun, apakah mimpi itu berarti baik
atau tidak bagi dia, ia tetap sangat ingin mengetahui makna
sesungguhnya dari mimpi itu, dan ia mengandalkan Daniel untuk
menyampaikan maknanya kepadanya. Nah, saat Tuhan memberi
kita peringatan tentang hukuman-Nya secara umum, sudah
seharusnya kita berkeinginan untuk mengetahui jalan pikiran-Nya di
dalam hukuman-Nya itu, untuk mendengar suara Tuhan berseru-seru
di kota.
Mimpi Nebukadnezar Ditafsirkan
(4:19-27)
19 Lalu berdirilah Daniel yang namanya Beltsazar, tercengang beberapa saat, pikiran-
pikirannya menggelisahkan dia. Berkatalah raja: “Beltsazar, janganlah mimpi dan
maknanya itu menggelisahkan engkau!” Beltsazar menjawab: “Tuanku, biarlah mimpi itu
tertimpa atas musuh tuanku dan maknanya atas seteru tuanku! 20 Pohon yang tuanku
lihat itu, yang bertambah besar dan kuat, yang tingginya sampai ke langit dan yang
terlihat sampai ke seluruh bumi, 21 yang daun-daunnya indah dan buahnya berlimpah-
limpah dan padanya ada makanan bagi semua yang hidup, yang di bawahnya ada
binatang-binatang di padang dan di dahan-dahannya bersarang burung-burung di udara –
22 tuankulah itu, ya raja, tuanku yang telah bertambah besar dan kuat, yang kebesarannya
bertambah sampai ke langit, dan yang kekuasaannya sampai ke ujung bumi! 23 Tentang
yang tuanku raja lihat, yakni seorang penjaga, seorang kudus, yang turun dari langit,
sambil berkata: Tebanglah pohon ini dan binasakanlah dia, namun biarkanlah tunggulnya
ada di dalam tanah, terikat dengan rantai dari besi dan tembaga, di rumput muda di
padang, dan biarlah ia dibasahi dengan embun dari langit dan mendapat bagiannya
bersama-sama dengan binatang-binatang di padang, hingga sudah berlaku yang demikian
atasnya sampai tujuh masa berlalu – 24 inilah maknanya, ya raja, dan inilah putusan Yang
Mahatinggi mengenai tuanku raja: 25 tuanku akan dihalau dari antara manusia dan tempat
tinggal tuanku akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepada tuanku akan
diberikan makanan rumput, seperti kepada lembu, dan tuanku akan dibasahi dengan
embun dari langit; dan demikianlah akan berlaku atas tuanku sampai tujuh masa berlalu,
hingga tuanku mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan
memberi nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. 26 Yang dikatakan tentang mem-
biarkan tunggul pohon itu, berarti: kerajaan tuanku akan kembali tuanku pegang segera
sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah yang memiliki kekuasaan. 27 Jadi, ya raja,
biarlah nasihatku berkenan pada hati tuanku: lepaskanlah diri tuanku dari pada dosa
dengan melakukan keadilan, dan dari pada kesalahan dengan menunjukkan belas kasihan
terhadap orang yang tertindas; dengan demikian kebahagiaan tuanku akan dilanjutkan!”
Di sini diceritakan tentang makna mimpi Nebukadnezar. Begitu mimpi itu
diterapkan pada dirinya sendiri, dan dinyatakan bahwa dialah pohon di dalam
mimpi itu (Mutato nomine de te fabula narratur – Gantilah namanya saja, maka
cerita ini berbicara tentang dirimu), begitu dikatakan, Tuankulah itu, maka tidak
banyak lagi yang perlu dikatakan untuk menjelaskan arti mimpi itu. Orang akan
dihakimi menurut perkataannya sendiri. Begitu jugalah hukumannya, ia sendiri
telah menetapkannya. Mimpi itu begitu jelas hingga Daniel, jsesudah mendengar
isi mimpi itu, tercengang beberapa saat (ay. 19). Ia merasa takjub sekaligus ngeri
sebab hukuman sedahsyat itu dapat menimpa seorang raja sehebat itu.
Badannya gemetar sebab ketakutan terhadap Tuhan . Daniel juga kebingungan
saat mendapati dirinya harus menjadi orang yang menyampaikan pesan yang
keras ini kepada raja. jsesudah menerima begitu banyak kebaikan dari sang raja,
Daniel lebih suka raja mendengar pesan itu dari orang lain. Ia sama sekali tidak
menginginkan hari menyedihkan itu, hingga ia merasa sangat takut. Pikiran
tentang hal itu membuatnya gelisah. Mereka yang mengejar para pendosa
dikatakan merasa tercengang atas hari ajalnya, dan dihinggapi ketakutan (Ayb.
18:20), saat melihat hari itu datang, seperti Daniel di sini.
I. Ia mendahului penafsiran mimpi itu dengan sebuah pujian kepada raja,
sebagai seorang pegawai istana. Nebukadnezar mengamati Daniel seperti
orang yang sedang tercengang. sebab menyangka bahwa Daniel enggan
berbicara terus terang oleh sebab khawatir menyinggung perasaannya, raja
mendorongnya untuk berbicara apa adanya dan terus terang kepadanya.
Janganlah mimpi dan maknanya itu menggelisahkan engkau . Hal ini diucap-
kannya,
1. Sebagai orang yang benar-benar ingin mengetahui kebenaran.
Perhatikanlah, mereka yang meminta pendapat orang yang me-
nyampaikan sabda Tuhan , harus siap menerimanya sebagaimana adanya,
entah pesan itu berpihak atau bertentangan dengan diri mereka. Oleh
sebab itu mereka harus memberi kebebasan kepada para pelayan
Tuhan itu. Atau,
2. Sebagai orang yang membenci kebenaran, kemudian menentangnya.
jsesudah melihat betapa ia sesudah itu tidak menghiraukan peringatan ini,
kita bisa saja beranggapan bahwa kata-katanya berarti, “Janganlah hal
itu menggelisahkan engkau, sebab aku sudah memutuskan bahwa mimpi
itu tidak akan menggelisahkanku. Aku juga tidak akan terlalu memikir-
kannya.” Namun, entah ia merisaukan dirinya sendiri atau tidak, Daniel
merasa prihatin terhadap dia, dan oleh sebab itu ia berharap, “Biarlah
mimpi itu tertimpa atas musuh tuanku. Biarlah malapetaka yang menjadi
pertanda buruk mimpi itu menimpa musuh-musuh tuanku, dan bukan
atas tuanku.” Meskipun Nebukadnezar sebenarnya seorang penyembah
berhala, penganiaya, dan penindas umat Tuhan , namun ia yaitu raja
Daniel. Oleh sebab itu, meskipun telah melihat malapetaka yang akan
terjadi nanti dan sekarang akan menubuatkannya kepada sang raja,
Daniel tetap saja tidak berani mengharapkan celaka itu menimpa sang
raja.
II. Penafsiran itu sendiri hanyalah merupakan pengulangan mimpi itu, dengan
penerapan kepada raja. “Mengenai pohon yang tuanku lihat bertambah besar
dan kuat (ay. 20-21), tuankulah itu, ya raja (ay. 22). Raja tentu saja cukup
senang mendengar tentang hal ini (seperti saat mendengar sebelum itu,
tuankulah kepala yang dari emas itu), kecuali apa yang kemudian
disampaikan. Daniel menunjukkan keadaan makmur yang sedang
dialaminya melalui mimpinya sendiri: “Kebesaran tuanku bertambah sampai
ke langit seperti yang dapat dicapai oleh kebesaran manusia, dan kekuasaan
tuanku sampai ke ujung bumi,” (2:37-38). “Mengenai hukuman yang
dijatuhkan ke atas pohon itu (ay. 23), itulah putusan Yang Mahatinggi
mengenai tuanku raja,” (ay. 24). Nebukadnezar tidak saja akan diturunkan
dari takhtanya, namun juga akan dihalau dari antara manusia. Ia akan
kehilangan akal sehat dan diberi hati binatang, dan tinggal di antara
binatang-binatang di padang. Bersama mereka ia akan menjadi seperti
rakyat jelata. Ia akan diberikan makanan rumput, seperti kepada lembu, dan
seperti binatang-binatang itu, ia akan tinggal di luar dalam segala cuaca. Ia
akan dibasahi dengan embun dari langit, dan ini akan berlangsung sampai
tujuh masa, atau tujuh tahun. Saat itulah ia akan tahu bahwa Yang
Mahatinggi berkuasa. Sesudah ia dibuat mengetahui dan mengakui hal ini, ia
akan dipulihkan kepada kekuasaannya lagi (ay. 26): “Sama kuatnya seperti
tunggul pohon itu, kerajaan tuanku akan kembali tuanku pegang , dan tuanku
akan memperolehnya segera sesudah tuanku mengakui, bahwa Sorgalah
yang memiliki kekuasaan.” Di sini Tuhan disebut Sorga, sebab di Sorgalah
Ia sudah menegakkan takhta-Nya (Mzm. 103:19). Dari sorgalah Ia melihat
semua anak manusia (Mzm. 33:13). Langit itu langit kepunyaan TUHAN.
Pengaruh langit yang tampak atas bumi ini dimaksudkan sebagai gambaran
sekilas tentang kekuasaan yang dimiliki Tuhan Sorgawi atas bumi yang di
bawah ini. Disebutkan bahwa kita telah berdosa terhadap sorga (Luk. 15:18).
Perhatikanlah, hanya jsesudah kita dengan patuh mengakui hak dan
kekuasaan Tuhan atas diri kita dan semua yang kita milikilah, barulah kita
dapat berharap dengan tenang untuk menikmati hak kita dan kendali kita
atas diri sendiri dan juga orang lain.
III. Bagian akhir penafsiran mimpi itu berupa nasihat saleh yang diberikan
Daniel sebagai nabi kepada raja (ay. 27). Entah raja tampak risau atau tidak
mendengar arti mimpi itu, sebuah nasihat akan sangat sesuai baginya. Jika ia
tidak peduli, nasihat itu bisa menyadarkannya. Jika ia gelisah, nasihat itu
dapat menghiburnya. Nasihat itu sesuai dengan mimpi maupun maknanya,
sebab Daniel tahu pasti bahwa mimpi itu bisa saja mengandung syarat
seperti halnya nubuat tentang kehancuran Niniwe. Amatilah,
1. Betapa dengan rendah hati ia menyampaikan nasihatnya, dan betapa
lembut dan penuh hormat sikapnya: “Jadi, ya raja, biarlah nasihatku
berkenan pada hati tuanku. Terimalah dengan baik sebab nasihat ini
diberikan berdasar kasih dan maksud baik. Janganlah nasihat ini
disalahartikan.” Perhatikanlah, orang berdosa memang perlu dibujuk
demi kebaikan mereka sendiri, dan diminta dengan hormat agar berbuat
baik bagi diri mereka sendiri. Rasul Paulus memohon dengan sangat
kepada orang-orang agar kata-kata nasihatnya disambut dengan rela
hati (Ibr. 13:22). Kita menganggapnya sebagai keuntungan jika orang
mau diajak menerima nasihat yang baik dengan hati lapang, bahkan
menerimanya dengan sabar.
2. Isi nasihat Daniel. Ia tidak menasihati raja untuk bertindak secara
lahiriah guna mencegah kekacauan dalam pikirannya, namun bertindak
dengan meninggalkan perbuatan dosa yang dilakukannya, untuk
memperbaharui hidupnya. Ia telah memperlakukan rakyatnya sendiri
dengan tidak benar, dan memperlakukan para sekutunya dengan tidak
adil. Ia harus melepaskan diri dari perbuatan demikian dengan
melakukan keadilan, dengan berbuat apa yang semestinya kepada mere-
ka, mengganti kerugian atas semua kesalahan yang telah diperbuat, dan
tidak merebut hak orang dengan memakai kekuatan. Ia telah bertindak
keji terhadap orang miskin, terhadap kaum miskin milik Tuhan , terhadap
orang-orang Yahudi yang malang. Ia harus melepaskan diri dari pada
dosa dengan menunjukkan belas kasihan terhadap orang tertindas yang
malang dan mengenaskan itu, dengan membebaskan mereka atau
meringankan kehidupan mereka selama masa pembuangan.
Perhatikanlah, saat kita bertobat, sungguh penting bagi kita untuk
tidak sekadar berhenti berbuat jahat, namun juga belajar berbuat baik.
Jangan hanya tidak berbuat jahat kepada siapa pun, namun juga berbuat
baik kepada semua orang.
3. Alasan yang mendukung nasihatnya: Supaya dengan demikian
kebahagiaan tuanku akan dilanjutkan. Walaupun hal ini tidak akan
sepenuhnya mencegah penghukuman itu, namun melalui sarana ini
penangguhan hukuman dapat dicapai, seperti halnya Ahab yang
merendahkan diri (1Raj. 21:29). Boleh jadi kesulitan itu akan tertunda
lebih lama sebelum benar-benar terjadi, atau lebih singkat saat benar-
benar terjadi. Namun, Daniel tidak dapat memastikan hal ini. Ia hanya
berkata, dengan demikian, dapat saja terjadi seperti. Perhatikanlah, jika
kemungkinan untuk mencegah penghukuman lahiriah saja sudah cukup
menjadi pendorong bagi kita untuk melakukan perbuatan baik dengan
menanggalkan dosa-dosa dan memperbaharui hidup kita, maka terlebih
lagi perbuatan itu pasti akan mencegah kebinasaan kekal terhadap kita.
“Itu akan memulihkan kesalahanmu” (begitulah yang dipahami sebagian
orang). “Dengan demikian perselisihan itu akan diakhiri, dan semua akan
menjadi baik kembali.”
Nebukadnezar Dihalau ke Tengah-tengah Binatang
(4:28-33)
28 Semuanya itu terjadi atas raja Nebukadnezar; 29 sebab jsesudah lewat dua belas bulan,
saat ia sedang berjalan-jalan di atas istana raja di Babel, 30 berkatalah raja: “Bukankah itu
Babel yang besar itu, yang dengan kekuatan kuasaku dan untuk kemuliaan kebesaranku
telah kubangun menjadi kota kerajaan?” 31 Raja belum habis bicara, saat suatu suara
terdengar dari langit: “Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan
telah beralih dari padamu; 32 engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat
tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan
makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai
tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas
kerajaan manusia dan memberi nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!” 33 Pada saat
itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar, dan ia dihalau dari antara
manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit,
sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti
kuku burung.
Kita dapati di sini mimpi Nebukadnezar digenapi. Penerapan Daniel tentang
mimpi itu padanya terbukti dan diteguhkan. Tidak diberitahukan kepada kita
bagaimana raja menerima kenyataan itu, apakah ia senang dengan Daniel atau
marah terhadapnya. Namun, di sini kita mendapati,
I. Kesabaran Tuhan terhadapnya: Semuanya itu terjadi atas raja namun jsesudah
lewat dua belas bulan (ay. 29). Begitu lama kebahagiaannya dilanjutkan,
meskipun tidak tampak bahwa ia melepaskan diri dari pada dosa, atau
menunjukkan belas kasihan terhadap orang yang tertindas. Hal ini masih
tetap merupakan perselisihan Tuhan dengannya, sebab raja tidak
melepaskan orang-orangnya yang terkurung (Yes. 14:17). jsesudah Daniel
menasihati raja untuk bertobat, Tuhan menegaskan firman-Nya begitu rupa
hingga Ia memberinya kesempatan untuk bertobat. Ia membiarkan dia tum-
buh tahun ini lagi, sebelum menjatuhkan penghukuman ini ke atasnya.
Perhatikanlah, Tuhan panjang sabar terhadap orang berdosa yang
menjengkelkan, sebab Ia tidak mau ada yang binasa, melainkan supaya
semua orang berbalik dan bertobat (2Ptr. 3:9).
II. Kesombongan, keangkuhan, dan penyalahgunaan Nebukadnezar terhadap
kesabaran itu. Ia berjalan-jalan di atas istana raja di Babel dalam kemegahan
dan kesombongan, menikmati pemandangan kota yang megah itu. Seluruh
wilayah yang termasuk di dalamnya berada di bawah kekuasaannya. Lalu
berkatalah raja, entah kepada diri sendiri atau kepada orang-orang di sekeli-
lingnya yang barangkali yaitu beberapa orang asing kepada siapa ia
memamerkan kerajaan serta keagungannya, Bukankah itu Babel yang besar
itu? Betul, kerajaan sungguh besar, sangat luas, tidak kurang dari tujuh puluh
dua kilometer panjangnya dan dikelilingi tembok. Kerajaan ini berpenduduk
padat dan penuh dengan harta benda. Babel disebut kota emas, dan ini cukup
untuk menyatakan keagungannya (Yes. 14:4, KJV). Tengoklah kemegahan
rumah-rumah, tembok kota, menara-menara, dan gedung-gedungnya. Segala
sesuatu di Babel tampak megah di matanya, dan “Babel yang besar itu telah
kubangun.” Kota Babel dibangun berabad-abad sebelum Nebukadnezar lahir.
Namun, sebab dialah yang memperkuat dan memperindahnya, dan kita
boleh beranggapan bahwa banyak bagian dari kota itu yang telah dibangun
kembali dalam masa pemerintahannya yang panjang dan makmur, ia pun
menyombongkan diri dan berkata bahwa dialah yang telah membangunnya.
Sama seperti Kaisar Augustus menyombongkan diri perihal Kota Roma,
Lateritiam inveni, marmoream reliqui – Aku mendapatinya hanya terdiri dari
batu bata, namun aku meninggalkannya dengan batu pualam. Ia
menyombongkan diri telah membangun rumah bagi kerajaan itu, kota induk
yang megah bagi seluruh kekaisarannya. Dibandingkan dengan negeri-
negeri yang termasuk di dalam wilayah kekuasaannya, kota yang sangat luas
ini bagaikan sebuah rumah. Nebukadnezar membangun kota itu dengan
bantuan rakyatnya, namun ia menyombongkan diri bahwa ia
membangunnya dengan kekuatan kuasanya. Ia membangun Babel demi
keamanan dan kenyamanannya sendiri. Namun, ia berpura-pura bukan
untuk alasan itu. Ia membual bahwa ia membangun kota itu hanya demi
kemuliaan kebesarannya semata. Perhatikanlah, sikap congkak dan
menyombongkan diri sendiri merupakan dosa-dosa yang paling mudah
menimpa orang-orang besar, yang memiliki segala sesuatu yang hebat di
dunia. Mereka cenderung mengambil kemuliaan bagi diri sendiri, kemuliaan
yang seharusnya bagi Tuhan saja.
III. Hukuman atas kesombongan Nebukadnezar. Sementara ia sedang berjalan-
jalan dengan angkuhnya, dan menyombongkan diri, memuja bayangannya
sendiri, saat raja belum habis bicara, terdengarlah suara dari langit yang
langsung mencabut,
1. Kehormatannya sebagai raja: kerajaan telah beralih dari padamu. saat
Nebukadnezar menyangka bahwa ia telah membangun benteng yang
tidak dapat ditembus demi melindungi kerajaannya, sekarang dalam
sekejap kerajaan itu telah beralih dari padanya. saat ia menyangka
bahwa tidak ada yang dapat mengambil kerajaan itu darinya, maka
lihatlah, kerajaan itu justru beralih darinya. Begitu ia sama sekali tidak
mampu mengurusnya sendiri, kerajaan itu tentu saja diambil darinya.
2. Nebukadnezar kehilangan kehormatan sebagai manusia. Ia kehilangan
akal sehatnya, dan dengan demikian juga kehilangan kekuasaannya:
Engkau akan dihalau dari antara manusia (ay. 32). Dan kata-kata ini pun
digenapi (ay. 33): Pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas
dirinya. Tiba-tiba saja raja menjadi gila, dan hilang pikiran seperti yang
belum pernah dialami siapa pun. Akal budi dan ingatannya lenyap. Selu-
ruh kecakapan jiwa yang berakal budi hancur, sehingga ia menjadi
seperti binatang dalam bentuk manusia. Ia merangkak ke sana kemari
dalam keadaan telanjang seperti hewan. Ia menjauhkan diri dari segala
makhluk yang berakal budi, dan berkeliaran di padang dan hutan. Ia juga
dihalau oleh pelayan-pelayannya sendiri, yang jsesudah beberapa waktu
berusaha keras memulihkan akal sehatnya, meninggalkan dia dan tidak
mengurusinya lagi. Ia tidak memiliki semangat binatang pemangsa
(seperti singa si raja hutan), namun perilaku hewan yang hina dan lebih
rendah, sebab kepadanya diberikan makanan rumput seperti kepada
lembu. Dan boleh jadi ia juga tidak berbicara dengan suara manusia,
namun melenguh seperti lembu. Ada yang berpendapat bahwa seluruh
tubuhnya tertutup bulu. Bagaimanapun juga, sebab tidak pernah
dipangkas ataupun disisir, rambut di kepala dan janggutnya tumbuh
menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku
burung. Marilah kita istirahat sejenak dan membayangkan pemandangan
yang mengenaskan ini. Mari kita menarik pelajaran darinya.
(1) Mari kita lihat betapa besar belas kasih yang kita terima sebab
dapat menggunakan akal budi kita. Betapa patut kita
mensyukurinya, dan betapa kita harus menjaga agar tidak
melakukan apa pun yang dapat menjengkelkan hati Tuhan atau yang
dengan sendirinya mengakibatkan kita kehilangan kendali atas jiwa
kita sendiri. Marilah kita belajar menghargai akal budi kita, dan iba
terhadap orang-orang yang sedang mengalami hebatnya kehilangan
atau gangguan jiwa, atau guncangan pikiran. Biarlah kita bersikap sa-
ngat lembut dalam memberi mereka teguran dan menjaga perilaku
kita terhadap mereka. Sebab, hal ini merupakan pencobaan yang
lazim terjadi pada manusia, dan suatu saat nanti mungkin saja
menimpa kita.
(2) Mari kita lihat di sini kesia-siaan kemuliaan serta kebesaran
manusia. Inikah Nebukadnezar yang Agung itu? Apa gerangan
binatang hina yang lebih rendah dibandingkan pengemis termiskin ini?
Inikah raja yang tampak begitu mulia di atas takhtanya, begitu
menakutkan sosoknya, yang memiliki keahlian untuk menundukkan
dan memimpin kerajaan-kerajaan lain, namun sekarang bahkan
tidak memiliki cukup akal sehat untuk mengenakan pakaian? Inikah
dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kera-
jaan-kerajaan bergoncang? (Yes. 14:16). Janganlah orang bijaksana
bermegah sebab kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah
sebab kekuatannya.
(3) Marilah kita lihat di sini bagaimana Tuhan melawan orang yang
sombong, dan bersuka untuk merendahkan serta menjadikan mereka
hina. Nebukadnezar ingin menjadi lebih hebat dibandingkan manusia, dan
oleh sebab itu Tuhan sudah sepantasnya membuat dia lebih rendah
dibandingkan manusia. Tuhan menjadikan dia sederajat dengan binatang,
sebab hendak bersaing dengan Penciptanya (Lih. Ayb. 40:11-13).
Nebukadnezar Dipulihkan
(4:34-37)
34 namun jsesudah lewat waktu yang ditentukan, aku, Nebukadnezar, menengadah ke langit,
dan akal budiku kembali lagi kepadaku. Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan
membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, sebab kekuasaan-Nya ialah
kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. 35 Semua penduduk bumi
dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan
penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan
berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” 36 Pada waktu akal budiku kembali kepadaku,
kembalilah juga kepadaku kebesaran dan kemuliaanku untuk kemasyhuran kerajaanku.
Para menteriku dan para pembesarku menjemput aku lagi; aku dikembalikan kepada
kerajaanku, bahkan kemuliaan yang lebih besar dari dahulu diberikan kepadaku. 37 Jadi
sekarang aku, Nebukadnezar, memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga, yang
segala perbuatan-Nya yaitu benar dan jalan-jalan-Nya yaitu adil, dan yang sanggup
merendahkan mereka yang berlaku congkak.
Di sini diceritakan tentang pulihnya Nebukadnezar dari goncangan jiwa yang
dialaminya. Akal sehatnya pulih kembali jsesudah lewat waktu yang ditentukan,
yaitu sesudah tujuh tahun. Selama itu ia menjadi tugu peringatan akan keadilan
Tuhan dan sekaligus menggambarkan piala kemenangan Tuhan atas anak-anak
yang sombong. Ia lebih tampak seperti demikian dengan dibuat menjadi gila
dibandingkan jika ia mati disambar petir dalam sekejap. Walaupun demikian,
sungguh merupakan rahmat bahwa ia dibiarkan hidup, sebab selama masih ada
kehidupan, masih ada pengharapan, sehingga kita masih dapat memuji Tuhan ,
seperti yang dilakukan Nebukadnezar di sini. jsesudah lewat waktu yang
ditentukan (katanya), aku menengadah ke langit (ay. 34). Aku tidak lagi
tertunduk ke tanah seperti binatang, namun mulai menengadah seperti manusia.
Os homini sublime dedit – Langit memberi manusia sikap tegak. Namun, tidak
hanya itu saja. Nebukadnezar menengadah sebagai manusia saleh, sebagai orang
yang menyesali dosanya, yang dengan rendah hati memohon belas kasihan.
Boleh jadi sebelum itu ia tidak pernah menyadari penderitaannya sendiri.
Sekarang,
I. Akal budinya sudah dipulihkan sedemikian rupa sehingga ia memuliakan
Tuhan dan merendahkan hati di bawah tangan-Nya yang perkasa.
Nebukadnezar diberitahu bahwa keadaannya akan tetap mengenaskan
seperti itu sampai ia tahu bahwa Yang Mahatinggi berkuasa. Di sini kita
melihat bagaimana ia menyadari hal ini: Akal budiku kembali lagi kepadaku.
Lalu aku memuji Yang Mahatinggi. Perhatikanlah, orang-orang yang tidak
memuji dan memuliakan Tuhan sudah sepantasnya dianggap tidak memiliki
akal budi. Manusia tidak akan pernah bisa menggunakan akal mereka
dengan benar, sampai mereka mulai menjalani kehidupan saleh. Mereka
tidak dapat menjalani kehidupan seperti layaknya manusia sampai mereka
hidup demi kemuliaan Tuhan . Sama seperti akal budi merupakan dasar atau
inti dari agama (sehingga makhluk yang tidak memiliki akal budi tidak
mampu beragama), demikian juga agama merupakan mahkota dan
kemuliaan dari akal budi. Akal budi kita akan sia-sia saja, dan suatu hari
kelak kita berharap seandainya saja kita tidak pernah memilikinya, jika
kita tidak memuliakan Tuhan dengannya. Inilah tindakan pertama yang
dilakukan Nebukadnezar begitu akal budinya pulih kembali. Begitu akal
budinya digunakan untuk memuliakan Tuhan , maka saat itulah, dan hanya
pada saat itulah, ia memenuhi syarat untuk menikmati semua kenikmatan
lainnya. Sebelum ia dibuat tidak mampu menggunakan akal budinya selama
waktu cukup lama dalam hal-hal lain, ia tidak pernah dapat memakai akal
budinya sedemikian rupa, yang merupakan tujuan agung mengapa kita
diberi akal budi. Kebodohannya merupakan sarana yang membuatnya
menjadi bijak. Ia tidak menjadi bijak akibat mimpi tentang penghukuman ini
yang segera dilupakan seperti lazimnya mimpi. Namun, ia dibuat merasakan
penghukuman itu, sehingga ia pun membukakan telinga bagi ajaran. Supaya
membuat dia waras, pertama-tama ia harus dibuat menjadi tidak waras. Dan
dengan pemulihannya itu, tampaklah bahwa pikiran-pikiran baik yang ada
dalam benaknya, dan perbuatan baik yang digerakkan di situ, tidak berasal
dari dirinya sendiri (sebab ia bukanlah milik diri sendiri), namun merupakan
anugerah dari Tuhan . Mari kita lihat apa yang sekarang berhasil disadari oleh
Nebukadnezar. Dan kita dapat belajar dari hal itu tentang apa yang patut kita
percayai perihal Tuhan .
1. Bahwa Yang Mahatinggi hidup kekal selamanya, dan keberadaan-Nya
tidak mengenal perubahan ataupun akhir, sebab Ia memiliki keberadaan
di dalam diri-Nya sendiri. Para penyanjung Nebukadnezar sering kali
menyanjung-nyanjung dia dengan kata-kata pujian, Ya raja, kekTuhan
hidupmu. Namun, sekarang ia yakin bahwa tidak ada raja yang hidup
selamanya, selain Tuhan Israel, yang masih tetap sama.
2. Bahwa kerajaan-Nya sama dengan diri-Nya, yaitu kekal, dan kekuasaan-
Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun. Di
dalam kerajaan-Nya tidak ada pergantian ataupun perubahan
pemerintahan. Sama seperti Ia hidup, begitu pula Ia memerintah untuk
selama-lamanya. Pemerintahan-Nya tidak akan pernah berakhir.
3. Bahwa di hadapan-Nya, semua penduduk bumi dianggap remeh. Ia tidak
membutuhkan mereka, dan Ia tidak mengindahkan mereka.
Dibandingkan dengan diri-Nya, orang-orang yang paling hebat pun tidak
ada artinya sama sekali. Orang-orang yang meninggikan Tuhan
memandang diri sangat rendah.
4. Bahwa kerajaan-Nya berkuasa atas seluruh dunia dan isinya. Bala
tentara langit dan penduduk bumi merupakan rakyat-Nya dan berada di
bawah pengawasan serta kendali-Nya. Baik malaikat maupun manusia
dipekerjakan oleh-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya. Malaikat
yang paling tinggi pun tidak melampaui kekuasaan-Nya, sedangkan
anak-anak manusia tidak berada di luar pengetahuan-Nya. Para malaikat
di sorga merupakan bala tentara-Nya, sedangkan penduduk bumi me-
rupakan para penyewa lahan-Nya.
5. Bahwa kekuasaan-Nya tidak dapat dilawan, dan kedaulatan-Nya tidak
dapat dikendalikan siapa pun, sebab Ia berbuat menurut kehendak-Nya,
sesuai rancangan dan tujuan-Nya, sesuai putusan kehendak-Nya. Apa
pun yang diingini-Nya, itulah yang dilakukan-Nya. Apa pun yang telah
ditetapkan-Nya, itulah yang dilaksanakan-Nya. Tidak seorang pun dapat
melawan kehendak-Nya, mengubah putusan-Nya, ataupun menolak ta-
ngan-Nya dengan berkata kepada-Nya: “Apa yang Kaubuat?” Tidak
seorang pun mampu menyalahkan cara kerja-Nya, menanyakan
maksudnya, ataupun menuntut alasan yang ada di baliknya. Celakalah
orang yang berusaha menentang Penciptanya, dan berkata kepada-Nya,
Apa yang Kaubuat? Atau bertanya, Mengapa engkau berbuat demikian?
6. Bahwa segala sesuatu yang dikerjakan Tuhan dilakukan dengan baik:
Segala perbuatan-Nya yaitu benar, sebab semuanya sesuai dengan
firman-Nya. Jalan-jalan-Nya yaitu adil, penuh hikmat dan benar, sangat
sesuai dengan peraturan tentang kebijaksanaan dan keadilan. Tidak
ada kesalahan di dalamnya.
7. Bahwa Ia memiliki kuasa untuk merendahkan musuh paling congkak
yang bertindak melawan Dia atau bersaing dengan-Nya: Ia sanggup
merendahkan mereka yang berlaku congkak (ay. 37). Ia mampu
menangani orang-orang yang sangat yakin akan kemampuan mereka
sendiri untuk menentang-Nya.
II. Akal budi Nebukadnezar sudah dipulihkan sedemikian rupa hingga ia dapat
menikmati diri kembali, termasuk kebesaran dan kemuliaannya yang telah
dikukuhkan kembali (ay. 36): pada waktu akal budiku kembali kepadaku.
Sebelum itu ia pernah mengatakan (ay. 34) bahwa akal budinya kembali lagi
kepadanya. Di sini ia menyebutnya lagi, sebab menggunakan akal budi
merupakan belas kasiham yang tidak akan pernah cukup kita syukuri. Seka-
rang para menteri dan para pembesarnya menjemput dia lagi. Nebukadnezar
tidak perlu mencari mereka. Mereka segera merasa bahwa ia tidak saja
memperoleh kembali akal sehatnya dan layak memerintah, namun juga
mendapatkannya kembali dengan keuntungan lain, sehingga ia lebih dari
layak untuk memerintah dibanding sebelum-sebelumnya. Mungkin mimpi
dan maknanya itu sudah diketahui banyak orang dan sering
diperbincangkan di istana. Dan saat bagian awal nubuat bahwa ia akan
menjadi gila digenapi, maka tidak ragulah mereka bahwa, sesuai dengan
nubuat itu juga, ia akan pulih lagi sesudah tujuh tahun. sebab meyakini hal
itu, saat waktu itu berlalu, mereka pun siap menerimanya kembali.
Kemudian kembalilah juga kepadanya kebesaran dan kemuliaannya, sama
seperti yang dimilikinya sebelum ia menjadi gila. Sekarang ia dikukuhkan
dalam kerajaannya dengan teguh, seolah-olah tidak pernah terjadi gangguan
pada dirinya. Biarlah ia menjadi bodoh, supaya ia berhikmat, lebih berhikmat
dibandingkan sebelumnya. Orang yang baru saja menanggung aib dan cela,
sekarang telah menerima kemuliaan yang lebih besar, melebihi apa yang
dimilikinya dahulu saat ia menaklukkan kerajaan demi kerajaan.
Perhatikanlah,
1. saat manusia dibawa untuk menghormati Tuhan , khususnya melalui
pengakuan dosa disertai penyesalan mendalam dan pengakuan iman
perihal kedaulatan-Nya, maka pada saat itulah, hanya pada waktu itu
sajalah, ia dapat berharap bahwa Tuhan akan menaruh kehormatan ke
atas dirinya. Ia tidak saja akan memulihkan martabat mereka yang
hilang oleh sebab dosa Adam pertama, namun juga menambahkan
kemuliaan yang lebih besar kepada mereka melalui keadilan dan anuge-
rah Adam kedua.
2. Penderitaan tidak akan berlangsung lebih lama dari saat saat ia sudah
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Penderitaan itu
berhenti saat raja ini mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya.
3. Semua tindakan Tuhan yang kita alami dan kita tanggapi, haruslah
diakhiri dengan puji-pujian kepada-Nya. saat Nebukadnezar
dikembalikan kepada kerajaannya, ia memuji, meninggikan dan
memuliakan Raja Sorga (ay. 37), sebelum ia menyibukkan diri dengan
semua urusan duniawinya. Kita memiliki akal budi supaya dapat memuji
Dia, dan menerima kemakmuran supaya memiliki alasan untuk
memuji-Nya.
Tidak lama sesudah itu, hidup dan pemerintahan Nebukadnezar pun
berakhir. Menurut kutipan sejarawan gereja Eusebius (dalam Præp. Evang.
1.9), Abydenus melaporkan, sesuai adat kebiasaan orang Kasdim,
menjelang ajalnya di tempat tidur, Nebukadnezar meramalkan bahwa
Babel akan direbut oleh Koresh. Apakah ia terus hidup dengan akal sehat
yang baik ini, tidaklah diceritakan kepada kita. Tidak tampak juga kalau
ia berbuat sesuatu yang bertentangan dengan perilakunya yang
disebutkan di sini. Dan jika seorang penghujat dan seorang penganiaya
yang sedemikian hebatnya ini bisa memperoleh belas kasihan, maka dia
bukanlah orang yang terakhir. Dan jika kasih kita terhadap sesama
cukup besar sehingga bisa berharap bahwa Nebukadnezar memperoleh
anugerah, maka kita harus mengagumi anugerah yang diberikan
kepadanya dengan cuma-cuma itu, sehingga ia kehilangan akal budi
untuk sementara waktu supaya jiwanya selamat sampai selamanya.
PASAL 5
ehancuran kerajaan Babel telah lama dan telah sering dinubuatkan jauh
sebelumnya. Di dalam pasal ini kita dapati nubuatan tentang
kehancurannya itu tergenapi, dan ada juga sebuah nubuatan yang berhubungan
dengan kehancuran itu, yang tergenapi malam itu juga saat disampaikan. Saat itu
Raja Belsyazar memerintah di Babel. Menurut suatu perhitungan, ia telah
memerintah tujuh belas tahun lamanya, dan ada pula perhitungan lain yang
memperkirakan hanya tiga tahun. Di sini kita melihat kisah tentang
kesudahannya dan masa pemerintahannya. Kita harus tahu bahwa sekitar dua
tahun sebelum itu, Raja Koresh dari Persia, sebuah kerajaan yang sedang
berkembang, datang menyerang Babel dengan bala tentara besar. Belsyazar
menemui dia dan melawannya, namun dikalahkan olehnya dalam pertempuran
sengit. Belsyazar dan pasukannya mundur masuk kota, yang dikepung oleh
Koresh. Di dalam kota, mereka merasa sangat aman, sebab sungai Efrat menjadi
pertahanan mereka. Mereka memiliki persediaan makanan yang cukup untuk
dua puluh tahun di dalam kota. Namun, pada tahun kedua pengepungan, Koresh
merebut kota seperti yang dikisahkan di sini. Di dalam pasal ini diceritakan
tentang,
I. Pesta pora liar, penuh perbuatan berhala dan cemar yang diadakan
Belsyazar, dan kejahatannya pun mencapai puncaknya (ay. 1-4).
II. Peringatan yang diberikan kepadanya di tengah keriaanya, oleh sebuah
tulisan tangan di dinding, yang tidak mampu dibaca atau dijelaskan
maknanya kepadanya oleh para orang bijaknya (ay. 5-9).
III. Penafsiran tulisan penuh mistis dan rahasia itu oleh Daniel, yang pada
akhirnya dibawa menghadapnya. Daniel berterus terang kepada raja,
dan menyampaikan hukuman yang akan menimpa dia seperti yang
tertulis di dinding itu (ay. 10-28).
IV. Penggenapan penafsiran Daniel itu, yang terjadi dengan terbunuhnya
sang raja dan direbutnya kerajaan Babel (ay. 30 dan 6:1).
Pesta Belsyazar; Tulisan di Dinding
(5:1-9)
1 Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu
orang jumlahnya; dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur. 2 Dalam
kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan
perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem,
supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari
perkakas itu.
3 Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait
Suci, Rumah Tuhan di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para
gundik mereka minum dari perkakas itu; 4 mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-
dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu. 5 Pada waktu itu juga tampaklah
jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan
raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu. 6 Lalu raja menjadi pucat, dan
pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan
lututnya berantukan. 7 Kemudian berserulah raja dengan keras, supaya para ahli jampi,
para Kasdim dan para ahli nujum dibawa menghadap. Berkatalah raja kepada para orang
bijaksana di Babel itu: “Setiap orang yang dapat membaca tulisan ini dan dapat
memberitahukan maknanya kepadaku, kepadanya akan dikenakan pakaian dari kain
ungu, dan lehernya akan dikalungkan rantai emas, dan di dalam kerajaanku ia akan
memiliki kekuasaan sebagai orang ketiga.” 8 namun semua orang bijaksana dari raja,
yang telah datang menghadap, tidak sanggup membaca tulisan itu dan tidak sanggup
memberitahukan maknanya kepada raja. 9 Sesudah itu sangatlah cemas hati raja
Belsyazar dan ia menjadi pucat; juga para pembesarnya terperanjat.
Kita dapati di sini Raja Belsyazar sedang bergembira-ria, namun tiba-tiba saja
berubah sangat murung, dan merasa tertekan di tengah-tengah kecukupannya
yang berlimpah. Lihatlah bagaimana ia menghina Tuhan , dan bagaimana Tuhan
membuatnya ketakutan. Dan lihatlah bagaimana hasil pertandingan ini, dan juga,
apakah ia yang mengeraskan hati terhadap Tuhan masih bisa tetap berjaya.
I. Lihatlah bagaimana raja menghina Tuhan dan sangat memandang rendah
kepada-Nya. Ia mengadakan perjamuan yang besar, atau pesta pora dengan
minum-minum anggur. Boleh jadi pesta itu merupakan upacara khidmat
yang diadakan untuk memperingati ulang tahun, untuk menghormati hari
ulang tahun raja atau hari penobatannya, atau guna menghormati beberapa
dewa mereka. Para sejarawan berkata bahwa Raja Koresh yang saat itu
sedang mengepung Babel dengan pasukannya, tahu tentang pesta itu. Ia
menduga mereka akan lengah, somno vinoque sepulti – terkubur di dalam
tidur dan anggur, jadi ia pun memanfaatkan kesempatan untuk menyerang
kota itu, dan dengan mudah saja bisa menguasainya. Pada pesta itu
Belsyazar mengundang para pembesarnya, seribu orang jumlahnya, untuk
datang dan minum-minum bersamanya. Mungkin mereka ini sudah terkenal
dengan kuatnya pertahanan kota terhadap para pengepung. Boleh jadi juga
mereka yaitu dewan perang raja, dengan siapa, jsesudah mereka minum-
minum bersama, raja akan menyarankan apa yang selanjutnya harus mereka
lakukan. Dan mereka pun memandang kesempatan ini sebagai perkenanan
luar biasa bahwa di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur,
sebab merupakan kebanggaan para raja timur kalau mereka jarang dilihat
orang. Raja minum anggur di hadapan mereka, sebab ia mengadakan per-
jamuan ini, seperti yang dilakukan Ahasyweros, untuk memamerkan
keindahan kebesarannya yang bersemarak. Nah, di pesta yang mewah ini,
1. Raja Belsyazar menghina penyelenggaran Tuhan dan menantang
penghakiman-Nya. Sekarang kotanya sedang dikepung. Musuh yang kuat
mengadang di depan gerbang-gerbangnya. Nyawa dan kerajaannya
sedang dalam bahaya. Di dalam semua ini, tangan Tuhan sudah terulur
melawan dia, dan Tuhan menyerukan dia untuk menangis dan meratap
dan melilitkan kain kabung. Suara Tuhan berseru-seru di kota, seperti
halnya Yunus berseru kepada penduduk Niniwe, empat puluh hari lagi,
atau bahkan kurang dari itu, maka Babel akan ditunggangbalikkan. Oleh
sebab itu, seperti halnya raja Niniwe, seharusnya Raja Belsyazar
mengumumkan agar diadakan puasa. Namun, sudah bulat tekadnya
untuk melawan Tuhan , sehingga ia justru mengadakan pesta, dan lihatlah
kegirangan dan sukacita, membantai lembu dan menyembelih domba,
makan daging dan minum anggur. Seakan-akan ia menantang Yang
Mahakuasa untuk bertindak melakukan yang terburuk terhadapnya
(Yes. 22:12-13). Guna menunjukkan betapa ia tidak takut dipaksa
menyerah sebab kekurangan perbekalan, ia justru menghambur-
hamburkannya. Perhatikanlah, rasa aman dan hawa nafsu merupakan
pertanda menyedihkan akan datangnya kehancuran. Orang-orang yang
tidak mau diperingatkan melalui penghakiman Tuhan pasti akan terluka
sebab nya.
2. Raja menghina Bait Suci Tuhan dan menantang tempat kudus-Nya (ay. 2).
Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa
perkakas Bait Suci, untuk mereka pakai minum-minum darinya. Saat
mengecap betapa lezat dan nikmat rasa anggur itu, ia berkata, “Oh,
sayang sekali, kita seharusnya minum anggur selezat ini dengan meng-
gunakan perkakas-perkakas kudus.” Ia menganggap usul ini sebagai
gagasan cerdas, sehingga untuk melanjutkan kegembiraan, dibawalah
segera perkakas-perkakas Bait Suci itu kepadanya. Bahkan lebih dari itu,
sepertinya perbuatannya itu bukan sekadar untuk bersenang-senang,
melainkan sebagai sikap dengki terhadap Tuhan Israel. Hati umat-Nya
sungguh sangat terpatri pada perkakas-perkakas kudus ini, seperti yang
tampak dalam Yeremia 27:16, 18. Perhatian utama mereka tertuju
kepada benda-benda ini saat mereka kembali dari pembuangan (Ezr.
1:7). Nah, kita boleh menduga bahwa mereka berharap pembebasan
akan segera tiba, mengingat bahwa masa waktu tujuh puluh tahun
pembuangan mereka sudah hampir tiba. Beberapa dari antara mereka
mungkin telah membicarakannya, bahwa tidak lama lagi perkakas
tempat kudus akan dikembalikan kepada mereka. namun , dengan
menentang mereka, Belsyazar pun mengumandangkan benda-benda
ini sebagai miliknya. Ia menyatakan tidak akan menyimpan lagi
perkakas-perkakas itu, namun akan menggunakannya sebagai peralatan
makannya. Perhatikanlah, keriangan sungguh merupakan dosa dan
memenuhi takaran kejahatan manusia, bila sampai mencemarkan
benda-benda kudus dan menjadikannya lelucon. Perbuatan Belsyazar ini
membuat Babel semakin matang untuk kehancuran, sehingga tidak akan
ada lagi nyanyian yang bisa menyelamatkan selain nyanyian dari Sion
(Mzm. 137:3), dan tidak akan ada lagi perkakas penyelamat selain
perkakas tempat kudus. sebab itu, hendaklah orang-orang yang dengan
cemar menyalahgunakan apa yang dipersembahkan kepada Tuhan dan
menghina kehormatan-Nya tahu, bahwa Ia tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan.
3. Belsyazar menghina Tuhan dan menantang keilahian-Nya. Mereka minum
anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak (ay. 4). Mereka
memberi kemuliaan kepada patung-patung, hasil pekerjaan tangan
mereka sendiri, makhluk-makhluk khayalan mereka, padahal kemuliaan
itu seharusnya hanya diberikan kepada Tuhan yang sejati dan yang hidup
saja. Mereka memuja patung-patung itu dengan mempersembahkan
korban diiringi nyanyian guna menghormati benda-benda itu. saat
kepala mereka sudah pening dan hati mereka riang gembira sebab
mabuk anggur, suasana hati mereka benar-benar siap untuk memuji-muji
dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan ba