• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 10. Tampilkan semua postingan

ibrani wahyu 10




fi rman Tuhan . 

1.  Kita diminta untuk mempersiapkan diri dalam mendengarkan 

firman Tuhan  (ay. 21), untuk menjauhkan diri dari segala sifat 

dan perasaan bobrok, segala kecenderungan dan keinginan 

merusak, dan untuk menyingkirkan dosa-dosa yang membuat 

kita tidak bisa menilai dengan benar dan membutakan pikir-

an. Segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu ba-

nyak itu, yang dijelaskan sebelumnya, harus terutama ditun-

dukkan dan dibuang, oleh siapa saja yang mendengarkan 

sabda Injil.  

2. Kita diarahkan bagaimana mendengarkan firman Tuhan : Teri-

malah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam 

hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.  

(1) saat  mendengarkan firman Tuhan , kita harus menerima-

nya, menyetujui kebenaran-kebenarannya, dan mengikuti 

hukum-hukumnya. Kita harus menerimanya seperti batang 

menerima cangkokan, sehingga buah yang dihasilkan bu-

kan mengikuti sifat batang yang asam, namun  mengikuti 

sabda Injil yang tertanam dalam jiwa kita.  

(2)  Oleh sebab itu, kita harus menyerahkan diri kepada firman 

Tuhan , dengan tunduk sepenuhnya, rendah hati, dan taat: 

inilah yang dimaksudkan dengan menerimanya dengan le-

mah lembut. Kita harus bersedia mendengar kesalahan-


 310

kesalahan kita, dan menerimanya bukan hanya dengan 

sabar, melainkan juga dengan penuh syukur, sambil meng-

inginkan untuk diarahkan dan dibentuk oleh ajaran dan 

sabda Injil.  

(3) Setiap kali kita mendengar, kita harus menjadikan kesela-

matan jiwa kita sebagai tujuan. yaitu  maksud firman 

Tuhan  untuk memberi kita hikmat dan menuntun kita ke-

pada keselamatan. Barangsiapa memiliki maksud-maksud 

yang lebih hina atau rendah dari pada itu saat  men-

dengarkan firman Tuhan , maka ia menghina Injil dan me-

ngecewakan jiwanya sendiri. Kita harus mendatangi firman 

Tuhan  (baik untuk membaca maupun mendengarkannya) 

seperti orang yang mengetahui bahwa firman Tuhan  itu 

yaitu  kekuatan Tuhan  yang menyelamatkan setiap orang 

yang percaya (Rm. 1:16). 

3. Kita diajarkan tentang apa yang harus dilakukan sesudah  men-

dengar (ay. 22): namun  hendaklah kamu menjadi pelaku firman 

dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian 

kamu menipu diri sendiri. Perhatikanlah di sini,  

(1) Kita mendengar supaya melakukan. Sering mendengarkan 

firman Tuhan  atau mendengarkan dengan penuh perhatian 

tidak akan bermanfaat bagi kita jika tidak disertai dengan 

melakukannya. Sekalipun kita mendengar khotbah setiap 

hari dalam seminggu, dan malaikat dari sorga yaitu  

pengkhotbahnya, namun jika kita berhenti hanya pada 

mendengar, itu tidak akan pernah membawa kita ke sorga. 

Oleh sebab itu, Rasul Yakobus sangat menegaskan hal ini 

(dan, tanpa diragukan lagi, yaitu  hal yang penting tanpa 

bisa ditawar-tawar lagi) bahwa kita harus melakukan apa 

yang kita dengar. “Harus ada pengamalan di dalam batin 

dengan merenung, dan pengamalan dalam bentuk perbuat-

an yang bisa dilihat bila kita memang sungguh-sungguh 

mau taat kepada firman” (Baxter). Tidak cukup hanya meng-

ingat apa yang kita dengar dan bisa mengulanginya, mem-

berikan kesaksian untuknya, memujinya, menuliskannya, 

dan memelihara apa yang kita tulis. Yang membuat semua-

nya ini lengkap, dan yang akan memahkotainya, yaitu  

bahwa kita juga harus menjadi pelaku firman. Amatilah,  

Surat Yakobus 1:19-27 

 311 

(2) Orang yang hanya mendengar berarti menipu diri sendiri. 

Dalam bahasa aslinya, paralogizomenoi, yang berarti orang 

yang mencari-cari alasan bagi dirinya sendiri. Jalan pikiran 

mereka jelas-jelas menipu dan keliru, jika  mereka me-

nyangka bahwa satu bagian dari pekerjaan mereka mem-

buat mereka terlepas dari kewajiban yang harus mereka 

lakukan untuk bagian yang lain. Atau jika  mereka 

meyakinkan diri sendiri bahwa mengisi kepala dengan ga-

gasan-gagasan itu sudah cukup, meskipun hati mereka ko-

song dari perasaan-perasaan dan tekad yang baik, dan hi-

dup mereka tidak membuahkan perbuatan-perbuatan baik. 

Menipu diri pada akhirnya akan didapati sebagai tipuan 

terburuk. 

4.  Rasul Yakobus menunjukkan bagaimana semestinya meman-

faatkan firman Tuhan , seperti apa itu orang yang tidak meman-

faatkannya seperti seharusnya, dan seperti apa itu orang yang 

memang memanfaatkannya dengan benar (ay. 23-25). Mari 

kita lihat masing-masing secara bergantian.  

(1) Bagaimana semestinya memanfaatkan firman Tuhan  dapat 

dipelajari dengan membandingkannya dengan cermin, di 

mana orang bisa mengamati-amati mukanya yang sebenar-

nya. Seperti cermin menunjukkan kepada kita noda-noda 

dan kotoran yang melekat pada wajah kita, supaya bisa di-

obati dan dibersihkan, demikian pula firman Tuhan  menun-

jukkan kepada kita dosa-dosa kita, supaya kita bertobat 

darinya dan mendapat pengampunan. Firman Tuhan  me-

nunjukkan kepada kita apa yang salah, supaya bisa diper-

baiki. Ada cermin yang hanya akan menyanjung orang. Te-

tapi apa yang betul-betul merupakan firman Tuhan  bukan-

lah cermin yang menyanjung. Jika engkau menyanjung 

diri, itu salahmu sendiri. Kebenaran, yang nyata dalam 

Yesus, tidak menyanjung siapa-siapa. Hendaklah firman 

kebenaran diperhatikan betul-betul, maka firman itu akan 

menunjukkan kepadamu kebobrokan sifatmu, kekacauan 

hati dan hidupmu. Firman itu akan memberi tahu engkau 

dengan jelas siapa engkau. Rasul Paulus menggambarkan 

dirinya tidak peka terhadap kebobrokan sifatnya sampai ia 

melihat dirinya dalam cermin hukum Taurat (Rm. 7:9): 


 312

“Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Yaitu, aku meng-

anggap diriku benar, dan memandang diriku bukan hanya 

bersih, melainkan juga indah, dibandingkan dengan dunia 

biasanya . namun   sesudah datang perintah itu, 

saat  cermin hukum dihadapkan padaku, dosa mulai 

hidup, sebaliknya aku mati. Maka aku melihat noda dan 

cela, dan menemukan apa yang salah dalam diriku yang 

tidak aku sadari sebelumnya. Demikianlah kuasa hukum, 

dan dosa, sehingga aku melihat diriku dalam keadaan mati 

dan terkutuk.” Dengan demikian, jika  kita memperhati-

kan firman Tuhan , sehingga dapat melihat diri kita sendiri, 

keadaan dan kondisi kita yang sebenarnya, dapat memper-

baiki apa yang salah, dan memperbaharui diri kita melalui 

cermin firman Tuhan , inilah yang dimaksud dengan meman-

faatkan firman Tuhan  dengan benar.  

(2) Di sini kita mendapati uraian tentang orang-orang yang 

tidak memanfaatkan cermin firman ini sebagaimana mesti-

nya: Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau 

ia segera lupa bagaimana rupanya (ay. 24). Ini yaitu  gam-

baran sebenarnya tentang orang yang mendengar firman 

Tuhan  namun  tidak melaksanakannya. Betapa ada banyak 

orang yang, saat  duduk mendengarkan firman, terjamah 

dan menyadari keberdosaan mereka, kesengsaraan mereka, 

dan bahaya yang mengintai diri mereka, mengakui jahatnya 

dosa, dan kebutuhan mereka akan Kristus. Namun demi-

kian, sesudah  mereka mendengar, semuanya terlupakan, 

semua rasa insaf menghilang, perasaan-perasaan yang baik 

lenyap, dan berlalu seperti air banjir: ia segera lupa. “Firman 

Tuhan  (seperti yang dikatakan Dr. Manton) menyingkapkan 

bagaimana kita dapat menyingkirkan dosa-dosa kita, dan 

menghiasi serta memakaikan kebenaran Yesus Kristus 

pada jiwa kita. Maculæ sunt peccata, quæ ostendit lex; aqua 

est sanguis Christi, quem ostendit evangelium – Dosa-dosa 

kita yaitu  noda-noda yang disingkapkan oleh hukum 

Taurat. Darah Kristus yaitu  bejana pembasuh yang 

ditunjukkan Injil.” namun  sia-sialah kita mendengarkan fir-

man Tuhan , dan melihat di depan cermin Injil, jika kita sege-

ra pergi, lalu melupakan noda-noda kita, dan bukannya 

membasuhnya. Sia-sialah juga jika kita melupakan obat 

Surat Yakobus 1:19-27 

 313 

penawar kita, dan bukannya malah menggunakannya. Ini-

lah contoh orang yang tidak mendengarkan firman sebagai-

mana mestinya.  

(3) Digambarkan juga, dan dinyatakan sebagai berbahagia, 

orang yang mendengar dengan benar, dan yang meman-

faatkan cermin firman Tuhan  seperti seharusnya (ay. 25): 

Barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum 

yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, 

dst. Amatilah di sini,  

[1] Injil yaitu  hukum yang memerdekakan, atau seperti 

Tuan Baxter mengungkapkannya, hukum yang membe-

baskan, yang memerdekakan kita dari hukum Yahudi, 

dan dari dosa dan kebersalahan, dari murka dan maut. 

Hukum keupacaraan yaitu  kuk perbudakan, sedang-

kan Injil Kristus yaitu  hukum yang memerdekakan.  

[2] Injil yaitu  hukum yang sempurna. Tidak bisa ditam-

bah-tambahi lagi dengan apa pun.  

[3] Dalam mendengarkan firman, kita meneliti hukum yang 

sempurna ini. Kita mencari nasihat dan bimbingan dari-

nya. Kita meneliti, supaya dari situ kita dapat menilai 

diri sendiri.  

[4] Kita baru dikatakan meneliti hukum yang memerdeka-

kan seperti seharusnya jika  kita bertekun di dalam-

nya, yaitu “jika  kita tinggal terus mempelajarinya, 

sampai hukum itu mewujud dalam kehidupan rohani, 

tertanam dan tercerna dalam diri kita” (Baxter). Ini arti-

nya jika  kita tidak melupakannya, namun  melaksana-

kannya sebagai pekerjaan dan urusan kita, selalu 

menempatkannya di hadapan kita, dan menjadikannya 

pedoman bagi perilaku kita senantiasa, dan membiar-

kannya membentuk sikap pikiran kita.  

[5] Orang yang berbuat demikian, dan bertekun di dalam 

hukum dan firman Tuhan , sudah dan akan berbahagia 

oleh perbuatannya. Diberkati dalam segala jalannya, 

menurut Mazmur pertama, yang menurut sebagian 

orang dirujuk Rasul Yakobus di sini. Orang yang mere-

nungkan Taurat Tuhan , dan berjalan menurutinya, kata 

sang pemazmur, apa saja yang dibuatnya berhasil. Dan 

orang yang bukan hanya mendengar untuk melupakan-


 314

nya, namun  sungguh-sungguh melakukan pekerjaan yang 

ditetapkan untuknya oleh firman Tuhan , kata Rasul 

Yakobus, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Ada 

sebagian orang yang berdalih bahwa di sini jelas ada 

bagian Kitab Suci yang membuktikan bahwa kita 

diberkati sebab  perbuatan-perbuatan baik kita. Akan 

namun  Dr. Manton, untuk menanggapi dalih ini , 

meminta pembaca untuk memperhatikan ketepatan 

ungkapan Kitab Suci. Rasul Yakobus tidak berkata, ka-

rena perbuatannyalah orang diberkati, melainkan dalam 

perbuatannya (KJV). Perbuatan baik yaitu  jalan di 

mana kita pasti akan menemukan diri dalam keadaan 

diberkati, namun  perbuatan itu bukan penyebab keadaan 

itu. Keterberkatan ini tidak diperoleh dalam mengeta-

hui, melainkan dalam melaksanakan kehendak Tuhan . 

Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah 

kamu, jika kamu melakukannya (Yoh. 13:17). Bukan 

berbicara, melainkan berjalan, itulah yang akan mem-

bawa kita ke sorga. 

V.   Selanjutnya Rasul Yakobus memberi tahu kita bagaimana kita 

dapat membedakan antara ibadah yang sia-sia dan apa yang 

murni dan berkenan kepada Tuhan . Sungguh besar dan panas per-

debatan-perdebatan yang ada di dunia mengenai masalah ini: 

ibadah apa yang palsu dan sia-sia, dan apa yang benar dan mur-

ni. Saya berharap orang mau membiarkan Kitab Suci dalam hal 

ini menentukan masalahnya. Dan di sini dengan jelas dan tegas 

dinyatakan,  

1.  Apa itu ibadah yang sia-sia: Jikalau ada seorang menganggap 

dirinya beribadah, namun  tidak mengekang lidahnya, ia menipu 

dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Di sini ada tiga hal 

yang perlu diperhatikan: 

(1) Dalam ibadah yang sia-sia ada banyak hal yang dipamer-

kan, dan orang bertingkah sedemikian rupa supaya tampak 

saleh di mata orang lain. Hal ini, menurut saya, disebutkan 

sedemikian rupa supaya kita memusatkan perhatian pada 

kata tampak. jika  orang lebih peduli untuk tampak sa-

leh dibandingkan  yang sebenarnya, itu pertanda bahwa ibadah 

Surat Yakobus 1:19-27 

 315 

mereka hanyalah sia-sia. Bukan berarti bahwa ibadah de-

ngan sendirinya merupakan hal yang sia-sia (orang berbuat 

sangat tidak adil terhadap ibadah jika mereka berkata, ada-

lah sia-sia beribah kepada Tuhan ). namun  bisa saja orang men-

jadikan ibadah itu sebagai hal yang sia-sia, jika mereka ha-

nya tampak saleh dari luar, namun  tidak memiliki kuasanya.  

(2) Dalam ibadah yang sia-sia ada banyak celaan, cercaan, dan 

perbuatan mengecilkan orang lain. Yang terutama dimak-

sud dengan tidak mengekang lidah di sini yaitu  tidak 

menahan diri dari kejahatan-kejahatan lidah ini. jika  

kita mendengar orang mudah membicarakan kesalahan-

kesalahan orang lain, atau mengecam mereka sebagai ter-

libat dalam aib-aib tertentu, atau merendahkan hikmat dan 

kesalehan orang-orang di sekitar mereka, supaya mereka 

sendiri bisa tampak lebih bijak dan lebih baik, ini pertanda 

bahwa ibadah mereka hanyalah sia-sia. Orang yang 

lidahnya suka merendahkan pasti tidak memiliki kerendah-

an dan kemurahan hati. Orang yang senang menyakiti 

sesamanya sia-sia saja mengaku mengasihi Tuhan . Oleh 

sebab itu, lidah yang suka mencerca akan membuktikan 

bahwa ia orang munafik. Mencela yaitu  dosa yang menye-

nangkan, suatu penyakit yang sangat alami, dan sebab  itu 

menunjukkan orang dalam keadaannya yang alami. Dosa-

dosa lidah ini yaitu  dosa besar di zaman saat  Rasul 

Yakobus menulis suratnya ini (seperti yang ditunjukkan 

dalam bagian-bagian lain dari surat ini), dan  merupakan 

pertanda kuat dari ibadah yang sia-sia (tegas Dr. Manton) 

jika ibadah itu bisa terbawa-bawa oleh kejahatan zaman. 

Ini sudah menjadi dosa terkemuka dari orang-orang muna-

fik, bahwa semakin kuat keinginan mereka untuk menam-

pakkan diri sebagai orang baik, semakin leluasa mereka 

mencela dan mempergunjingkan orang lain. Ada hubungan 

yang begitu cepat antara lidah dan hati sehingga hati bisa 

diketahui dari lidah, dan begitu pula sebaliknya. Atas dasar 

inilah Rasul Yakobus menjadikan perbuatan tidak menge-

kang lidah sebagai bukti yang pasti dan tidak diragukan 

lagi dari ibadah yang sia-sia. Tidak ada kekuatan atau 

kuasa di dalam ibadah yang tidak mampu membuat orang 

mengekang lidahnya.  


 316

(3) Dalam ibadah yang sia-sia orang menipu hatinya sendiri. Ia 

terus saja mengecilkan orang lain, dan menjadikan dirinya 

tampak seperti orang hebat, sehingga pada akhirnya kesia-

siaan ibadahnya mencapai puncak dengan tertipunya jiwa-

nya sendiri. jika  ibadah sudah menjadi hal yang sia-sia, 

betapa besarnya kesia-siaan itu! 

2. Di sini dengan jelas dan tegas dinyatakan agama itu menyang-

kut hal-hal apa saja: Ibadah yang murni dan yang tak bercacat 

di hadapan Tuhan , Bapa kita, ialah (ay. 27). Cermatilah,  

(1) Merupakan kemuliaan dari ibadah bahwa ia murni dan 

tidak bercacat, tidak bercampur baur dengan temuan-

temuan manusia atau kebobrokan dunia. Ibadah-ibadah 

palsu dapat diketahui dari ketidakmurniannya dan per-

buatannya yang tanpa kasih. Menurut pengertian Rasul 

Yohanes, setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak 

berasal dari Tuhan , demikian juga barangsiapa yang tidak 

mengasihi saudaranya (1Yoh. 3:10). Sebaliknya, hidup yang 

kudus dan hati yang penuh kasih menunjukkan ibadah 

yang benar. Ibadah kita (tegas Dr. Manton) tidak dihiasi 

dengan upacara-upacara, melainkan kemurnian dan kasih. 

Dan beliau memberi  pengamatan yang baik bahwa iba-

dah yang murni harus tetap dijaga supaya tidak tercemar.  

(2) Ibadah itu murni dan tidak bercacat jika  memang demi-

kian di hadapan Tuhan  Bapa. Apa yang benar yaitu  yang 

benar di mata Tuhan , dan yang terutama mencari perkenan-

an-Nya. Agama yang benar mengajar kita untuk melakukan 

segala sesuatu seperti kita melakukannya di hadapan 

Tuhan , dan untuk mencari perkenanan-Nya, serta berusaha 

menyenangkan-Nya dalam segala tindakan kita.  

(3) Belas kasihan dan amal kepada orang miskin dan orang 

susah membentuk satu bagian yang amat besar dan pen-

ting dari ibadah yang benar: Mengunjungi yatim piatu dan 

janda-janda dalam kesusahan mereka. Mengunjungi di sini 

berarti segala macam bantuan yang dapat kita berikan 

kepada orang lain. Yatim piatu dan janda-janda disebutkan 

secara khusus di sini, sebab  biasanya  mereka 

sangat mudah diabaikan atau ditindas. namun  yang harus 

kita pahami dengan mereka ini yaitu  semua orang yang 

Surat Yakobus 1:19-27 

 317 

pantas diberi amal, semua orang yang sedang kesusahan. 

Sungguh menakjubkan bahwa jika ibadah secara keselu-

ruhan bisa dirangkum dalam dua butir, maka inilah jadi-

nya: mengasihi dan melegakan orang yang menderita. Per-

hatikanlah,  

(4) Hidup yang tidak tercemar pasti mendampingi kasih dan 

amal yang tulus: Menjaga supaya dirinya sendiri tidak 

dicemarkan oleh dunia. Dunia mudah mencemarkan dan 

menodai jiwa, dan sulit untuk hidup di dalamnya, berurus-

an dengannya, dan tetap tidak bercela. Namun ini harus 

senantiasa kita usahakan. Dalam hal inilah ada  iba-

dah yang murni dan tak bercacat. Perkara-perkara duniawi 

yang terlalu berlebihan akan menodai roh kita, jika kita 

banyak terlibat dengannya. namun  terlebih lagi dosa-dosa 

dan nafsu dunia akan mengotori dan menajiskan roh kita 

dengan sangat terkutuk. Rasul Yohanes merangkum semua 

yang ada di dalam dunia, yang tidak boleh kita cintai, da-

lam tiga hal berikut ini: keinginan daging, keinginan mata, 

dan keangkuhan hidup. Menjaga supaya tidak tercemar 

oleh kesemuanya ini berarti menjaga diri untuk tidak ter-

cemar oleh dunia. Semoga Tuhan  dengan anugerah-Nya 

menjaga baik hati maupun hidup kita supaya tetap bersih 

dari cinta terhadap dunia, dan dari godaan-godaan manu-

sia duniawi dan fasik. 

  

 

 

 

 

 

 

PASAL  2  

alam pasal ini, Rasul Yakobus mengecam tindakan berdosa 

yang menghormati orang kaya dan menghina orang miskin, 

yang dikaitkannya dengan sikap membeda-bedakan dan ketidakadil-

an. Ia juga menunjukkan bahwa tindakan itu bertolak belakang 

dengan Tuhan , yang telah memilih orang miskin, yang kepentingan-

Nya sering dirugikan, dan nama-Nya dihujat, oleh orang kaya (ay. 1-

7). Ia menunjukkan bahwa seluruh hukum Tuhan  harus dilaksana-

kan, dan bahwa belas kasihan harus dijalankan, seperti halnya ke-

adilan (ay. 8-13). Ia menyingkapkan kesalahan dan kebodohan orang-

orang yang menyombongkan iman tanpa perbuatan, dengan memberi 

tahu kita bahwa ini hanya iman yang mati belaka, dan merupakan 

iman seperti yang ada pada setan-setan, bukan iman Abraham, atau 

Rahab (ay. 14, sampai selesai).  

 

Sikap Hormat terhadap orang Kristen yang Miskin;  

Teguran terhadap Sikap Membeda-bedakan 

(2:1-7) 

1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, 

Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan meman-

dang muka. 2 Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan 

memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke 

situ dengan memakai pakaian buruk, 3 dan kamu menghormati orang yang 

berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: “Silakan tuan duduk di tempat 

yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata: 

“Berdirilah di sana!” atau: “Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!“, 4 

bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak 

sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? 5 Dengarkanlah, hai saudara-

saudara yang kukasihi! Bukankah Tuhan  memilih orang-orang yang dianggap 

miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris 

Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia? 


 320

6 namun  kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru 

orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke peng-

adilan? 7 Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-

Nya kamu menjadi milik Tuhan ? 

Di sini Rasul Yakobus sedang mengecam suatu kebiasaan yang sa-

ngat bejat. Ia menunjukkan betapa jahatnya dosa prosōpolēpsia – me-

mandang muka, yang agaknya justru menjadi suatu kejahatan yang 

sedang bertumbuh dalam gereja-gereja Kristus bahkan pada zaman-

zaman gereja yang mula-mula, dan yang pada masa-masa sesudah-

nya, dan yang telah merusak dan memecah belah bangsa-bangsa dan 

masyarakat Kristen dengan menyedihkan. Di sini ada , 

I. Peringatan terhadap dosa ini yang dikemukakan secara umum. 

Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus 

Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan 

dengan memandang muka (ay. 1). Perhatikan di sini, 

1. Ciri-ciri seorang Kristen sepenuhnya tersirat. Mereka yaitu  

orang-orang yang telah beriman kepada Tuhan kita Yesus 

Kristus. Mereka menyambutnya, mereka menerimanya, mere-

ka menguasai diri mereka berdasar  iman itu. Mereka me-

nerima ajaran, serta tunduk kepada hukum dan pemerintah-

an, Kristus. Mereka memilikinya sebagai suatu jaminan, mere-

ka menyimpannya sebagai suatu harta karun.  

2. Betapa penuh hormatnya Yakobus berbicara tentang Yesus 

Kristus. Ia menyebut-Nya Tuhan yang mulia, sebab  Dia ada-

lah cahaya kemuliaan Tuhan  dan gambar wujud Tuhan . 

3. sebab  Kristus yaitu  Tuhan yang mulia, maka dari situ se-

harusnya kita belajar untuk tidak menghormati orang Kristen 

selain sebab  hubungan mereka dan keserupaan mereka de-

ngan Kristus. Engkau yang mengaku percaya akan kemuliaan 

Tuhan kita Yesus Kristus, tidak boleh menjadikan penampilan 

lahiriah manusia dan keuntungan duniawi sebagai ukuran 

dalam memberi hormat. Kemuliaan Tuhan Yesus sama-sama 

dinikmati oleh orang Kristen yang paling miskin bersama-sama 

dengan yang kaya, dan di hadapannya segala kemuliaan du-

niawi sia-sia belaka. saat  mengaku beriman kepada Tuhan 

kita Yesus Kristus, kita tidak boleh bersikap memandang 

muka terhadap orang, sehingga menutupi atau mengurangi 

kemuliaan Tuhan kita yang mulia. Apa pun pemikiran orang

Surat Yakobus 2:1-7 

 321 

tentang sikap ini, jelas ini yaitu  suatu dosa yang sangat 

menjijikkan. 

II. Kepada kita telah disampaikan penjelasan dan peringatan akan 

dosa ini, dengan sebuah contoh mengenai hal ini  (ay. 2-3). 

Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan 

memakai cincin emas, dst. Kumpulan di sini maksudnya yaitu  

pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk mengambil keputus-

an mengenai perbedaan-perbedaan di kalangan anggota jemaat, 

atau untuk menentukan bilamana teguran harus diberikan ke-

pada seseorang, dan teguran apakah itu. sebab  itu, kata Yunani 

yang dipakai di sini, yaitu synagōgē, menandakan semacam 

kumpulan seperti yang ada di rumah-rumah ibadat orang Yahudi, 

saat  mereka berkumpul untuk bersidang memutuskan keadilan. 

Maimonides (seorang cendekiawan Yahudi abad kedua belas – 

pen.) berkata (sebagaimana yang saya temukan dikutip oleh Dr. 

Manton) “bahwa dinyatakan dengan jelas oleh perundang-undang-

an Yahudi bahwa, saat  seorang miskin dan seorang kaya sama-

sama mengajukan tuntutan, maka yang kaya tidak boleh disuruh 

duduk sedang  yang miskin berdiri, atau duduk di tempat yang 

lebih jelek, melainkan harus keduanya sama-sama duduk atau 

sama-sama berdiri.” Terhadap pernyataan inilah ungkapan Rasul 

Yakobus jelas-jelas mengacu, dan oleh sebab  itu kumpulan yang 

dibicarakan di sini pastilah sesuatu yang menyerupai kumpulan 

orang di rumah ibadat Yahudi, saat  mereka berkumpul untuk 

mendengarkan kasus persidangan dan menjatuhkan putusan. 

Dengan inilah persidangan dan putusan jemaat Kristen mereka 

dibandingkan. Namun kita harus berhati-hati supaya jangan me-

nerapkan apa yang dikatakan di sini kepada jemaat yang berkum-

pul untuk menyembah. sebab  tentu di dalam pertemuan-perte-

muan ibadah bisa jadi ada tempat untuk berbagai macam orang 

menurut kedudukan dan keadaan mereka, yang bukan merupa-

kan perbuatan dosa. Orang yang menjalankan praktik ini secara 

ketat, berarti tidak memahami Rasul Yakobus. Mereka tidak mem-

perhatikan kata hakim (yang dipakai di ay. 4), atau seperti yang 

sudah dikatakan bahwa mereka dinyatakan telah melakukan 

pelanggaran hukum, jika  memandang muka seperti yang di-

katakan di sini, menurut ayat 9. Sehingga, katakanlah sekarang 

seperti ini: “Ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu (saat  


 322

yang dimaksud yaitu  kumpulan yang sifatnya sama dengan 

yang ada pada rumah ibadat Yahudi) yang terlihat menonjol dari 

pakaiannya, dan seorang tokoh penting, dan datang juga seorang 

miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan engkau ber-

sikap membeda-bedakan, serta menilai dengan keliru, hanya ka-

rena orang yang satu berpenampilan lebih baik, atau keadaannya 

lebih baik, dibandingkan  yang satunya.” Jadi perhatikanlah, 

1. Sisa-sisa umat Tuhan  tersebar di antara berbagai macam orang, 

di antara mereka yang mengenakan pakaian yang halus dan 

indah, dan di antara mereka yang mengenakan pakaian yang 

buruk dan jelek. 

2. Dalam hal agama, orang kaya dan orang miskin sejajar. Keka-

yaan seseorang tidak menjadikannya semakin dekat dengan 

Tuhan , begitu juga kemiskinan seseorang tidak menjauhkan dia 

dari Tuhan . Yang Mahatinggi tidak memandang bulu. Itu sebab-

nya dalam hal nurani, kita juga jangan begitu. 

3. Segala penghormatan yang diberikan dengan tidak sepantas-

nya terhadap kebesaran dan kekayaan duniawi seharusnya 

secara khusus diwaspadai dalam masyarakat Kristen. Di sini 

Yakobus bukan mendorong orang berperilaku kasar atau tidak 

tertib. Kita harus memberi hormat dengan sepantasnya ke-

pada orang lain, dan boleh saja ada beberapa perbedaan da-

lam sikap kita terhadap orang-orang dengan kedudukan yang 

berlainan. Namun, sikap hormat ini tidak boleh dilakukan 

sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat 

Kristen saat  menentukan jabatan di dalam gereja, atau 

dalam memberi  teguran dari gereja, atau di dalam apa saja 

yang murni merupakan persoalan agama. Di sini, kita tidak 

boleh menilai seorang pun menurut ukuran manusia. Meru-

pakan watak seorang warga Sion untuk memandang hina 

orang yang jahat, namun  memuliakan orang yang takut akan 

Tuhan. Jika seorang miskin yaitu  seorang yang baik, maka 

kita tidak boleh kurang menghargai dia gara-gara kemiskinan-

nya. sedang  jika seorang kaya kebetulan yaitu  seorang 

yang fasik (sekalipun barangkali ia memiliki  pakaian yang 

bagus dan pekerjaan yang bagus), kita tidak boleh lebih 

menghargai dia gara-gara kekayaannya.  

4. Mengenai seberapa pentingnya menentukan aturan mana yang 

akan kita pakai untuk menilai orang. Jika kita membiarkan 

Surat Yakobus 2:1-7 

 323 

diri biasa menilai orang berdasar  penampilan luarnya, ini 

juga akan mempengaruhi roh kita dan perilaku kita di dalam 

kumpulan-kumpulan ibadah. Ada banyak orang, yang kejahat-

annya membuat dia keji dan hina, namun menjadi tokoh di 

dunia. Di sisi lain, ada banyak orang Kristen yang rendah hati, 

saleh, dan baik, yang berpakaian buruk. Namun, tidak boleh 

jika  dirinya maupun Kekristenannya dipandang lebih 

buruk oleh sebab  hal ini.  

III. Di sini dikemukakan mengenai besarnya dosa ini (ay. 4-5). Ini ada-

lah dosa membeda-bedakan yang amat luar biasa. Ini merupakan 

ketidakadilan, dan berarti menempatkan diri kita melawan Tuhan , 

yang telah memilih orang miskin, dan akan memuliakan serta 

meninggikan mereka (yang berlaku baik), dan mencegah orang yang 

hendak menghina mereka. 

1. Dalam dosa ini ada sikap membeda-bedakan yang memalu-

kan. Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hati-

mu? Di sini pertanyaannya diajukan, sebagai pertanyaan yang 

tidak mungkin tidak dijawab oleh setiap nurani manusia yang 

mau mengajukannya dengan sungguh-sungguh kepada diri-

nya sendiri. Menurut terjemahan yang ketat terhadap naskah 

aslinya, pertanyaan ini berbunyi, “Bukankah kamu telah mem-

buat perbedaan? Dan, di dalam perbedaan itu, bukankah kamu 

menilai dengan peraturan yang keliru, dan menggunakan ukur-

an yang keliru? Dan bukankah tuduhan akan sikap membeda-

bedakan yang dikecam oleh hukum itu sepenuhnya melawan 

kamu? Tidakkah hati nuranimu sendiri memberitahumu bah-

wa kamu bersalah?” Tuduhan terhadap hati nurani sangat 

bermanfaat, saat  kita harus berurusan dengan orang-orang 

yang mengaku beriman, sekalipun mungkin mereka sudah 

jatuh ke dalam keadaan yang sangat bobrok.  

2. Sikap memandang muka ini disebabkan oleh kejahatan dan 

ketidakadilan di dalam pikiran. saat  watak, perilaku, dan 

tindakan bersikap membeda-bedakan, maka begitu juga hati 

dan pikiran, dari mana segala sesuatu mengalir, yaitu  jahat. 

“Engkau telah bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang 

jahat. Yakni, engkau menjadi hakim menurut ukuran yang 

tidak adil dan pendapat yang bobrok yang telah engkau ben-

tuk bagi dirimu sendiri. Telusurilah sikapmu yang membeda-


 324

bedakan itu sampai engkau menemukan pikiran-pikiran ter-

sembunyi yang menyertai dan mendukung sikap itu, dan eng-

kau akan mendapati bahwa semua itu luar biasa jahat. Eng-

kau diam-diam lebih menyukai kemegahan lahiriah dibandingkan  

keanggunan batiniah. Engkau lebih menginginkan hal-hal yang 

kelihatan dibandingkan  yang tidak kelihatan.” Kebejatan dosa tidak 

pernah sungguh-sungguh dimengerti seutuhnya sampai keja-

hatan pikiran kita tersingkap. Inilah yang amat memperparah 

kelemahan watak dan hidup kita, yaitu sebab  kecenderungan 

hati selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej. 6:5).  

3. Sikap memandang muka ini yaitu  dosa yang menjijikkan, 

sebab  ini menunjukkan bahwa diri kita secara langsung ber-

tentangan dengan Tuhan  (ay. 5). “Bukankah Tuhan  memilih 

orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi 

kaya dalam iman? dst. namun  kamu telah menghinakan orang-

orang miskin (ay. 6). Tuhan  telah membuat orang-orang yang 

tidak engkau pandang menjadi pewaris sebuah kerajaan, dan 

telah memberi  janji yang sangat besar dan mulia kepada 

orang-orang yang nyaris bisa engkau beri perkataan yang baik 

atau tatapan yang penuh hormat. Bukankah ini yaitu  se-

buah kejahatan besar di dalam dirimu, yang mengaku-ngaku 

menjadi anak Tuhan  dan serupa dengan Dia? Dengarkanlah, hai 

saudara-saudara yang kukasihi! Dengan segala kasihku akan 

engkau, dan segala hormatmu terhadapku, aku memohon 

kepadamu supaya mau merenungkan hal-hal ini. Perhatikan-

lah bahwa banyak di antara orang yang miskin di dunia ini 

yaitu  orang-orang yang dipilih Tuhan . Menjadi pilihan Tuhan  

tidak menghalangi mereka menjadi orang miskin, sedang  

kemiskinan mereka sama sekali tidak mengurangi bukti-bukti 

pemilihan mereka. Kepada orang miskin diberitakan kabar baik 

(Mat. 11:5).” Tuhan  telah merancang untuk menyerahkan ajar-

an-Nya yang kudus supaya dikasihi dan dihargai oleh manu-

sia, bukan melalui keuntungan secara lahiriah berupa keme-

gahan dan keindahan, melainkan melalui nilai dan keunggul-

an yang ada di dalamnya. Oleh sebab  itulah, Dia  memilih 

orang miskin di dunia ini. Sekali lagi, perhatikanlah bahwa 

banyak orang miskin di dunia ini yang kaya imannya. Jadi, 

yang termiskin pun dapat menjadi kaya, dan secara khusus 

inilah yang semestinya mereka kejar. Dari orang yang memiliki 

Surat Yakobus 2:1-7 

 325 

kekayaan dan kedudukan, diharapkan supaya mereka kaya 

dalam perbuatan baik, sebab  semakin banyak yang mereka 

miliki, semakin banyak pula yang bisa mereka pakai untuk 

berbuat baik. Namun, dari orang yang miskin di dunia ini, 

diharapkan supaya mereka kaya di dalam iman, sebab  

semakin sedikit yang mereka miliki di sini, semakin mampu 

pula mereka, dan semestinya, hidup dalam pengharapan 

dengan penuh iman akan hal-hal yang lebih baik di dunia 

yang lebih baik. Perhatikan lebih jauh, orang-orang Kristen 

yang percaya kaya dalam hak, dan menjadi pewaris sebuah 

kerajaan, sekalipun barangkali dalam hal harta mereka saat 

ini sangat miskin. Apa yang diberikan kepada mereka hanya 

sedikit, namun  apa yang disimpan bagi mereka tidak terlukis-

kan besarnya dan banyaknya. Perhatikanlah lagi, di mana ada 

orang yang kaya di dalam iman, di situ ada pula kasih ilahi. 

Iman yang bekerja dengan kasih akan ada di dalam diri semua 

pewaris kemuliaan. Catat sekali lagi, dalam benak kita, sorga 

yaitu  sebuah kerajaan, dan sebuah kerajaan yang dijanjikan 

kepada mereka yang mengasihi Tuhan . Kita membaca tentang 

mahkota yang dijanjikan kepada mereka yang mengasihi Tuhan , 

di pasal sebelumnya (ay. 12). Di sini kita mendapati ada pula 

sebuah kerajaan. Dan, sebab  mahkota ini yaitu  mahkota 

kehidupan, begitu juga  kerajaan ini akan menjadi kerajaan 

yang kekal. Semua ini, jika  dijabarkan bersama-sama, me-

nunjukkan betapa tingginya orang miskin di dunia ini dihor-

mati sekarang, jika  mereka kaya di dalam iman. Ditambah 

lagi, mereka akan ditinggikan oleh Tuhan  nantinya. Oleh sebab 

itu betapa berdosanya jika  orang miskin dihina. Sesudah 

menyampaikan renungan sedemikian rupa seperti ini, teguran 

yang diberikan sungguh menyayat: namun  kamu telah meng-

hinakan orang-orang miskin (ay. 6). 

4. Sikap memandang muka, dalam artian di sini, berdasar  

kekayaan atau penampilan lahiriah orang, ditunjukkan seba-

gai suatu dosa yang amat besar, disebab kan berbagai keja-

hatan yang disebabkan oleh kekayaan dan kebesaran duniawi, 

serta kebodohan orang Kristen yang memberi  penghormat-

an tidak semestinya kepada orang-orang yang hampir-hampir 

tidak menghargai Tuhan  mereka atau mereka sendiri, “Bukan-

kah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang 


 326

menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang meng-

hujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik 

Tuhan ? (ay. 7). Renungkan bagaimana seringnya orang kaya 

menjadi pemicu terjadinya kejahatan dan kedurjanaan, peng-

hujatan dan penganiayaan. Renungkan betapa banyaknya ma-

lapetaka yang engkau alami sendiri, dan betapa besar celaan 

yang dilontarkan terhadap agamamu dan Tuhan mu oleh orang-

orang yang kaya dan berkuasa dan memiliki kedudukan di 

dunia. Ini akan membuat dosamu tampak semakin luar biasa 

berdosa dan bodoh, sebab  kamu mendukung apa yang justru 

cenderung menjatuhkan engkau, dan menghancurkan segala 

sesuatu yang engkau bangun, dan mempermalukan Nama 

yang mulia yang olehnya kamu dipanggil.” Nama Kristus ada-

lah nama yang mulia. Nama itu mencerminkan kemuliaan dan 

memberi  nilai bagi mereka yang menyandangnya. 

Hukum Kristen 

(2:8-13) 

8 namun  , jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam 

Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” kamu 

berbuat baik. 9 namun , jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, 

dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran. 10 

Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, namun  mengabaikan satu 

bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. 11 Sebab Ia yang me-

ngatakan: “Jangan berzinah,” Ia mengatakan juga: “Jangan membunuh”. 

Jadi jika kamu tidak berzinah namun  membunuh, maka kamu menjadi 

pelanggar hukum juga. 12 Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang 

yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang. 13 Sebab 

penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak 

berbelas kasihan. namun  belas kasihan akan menang atas penghakiman. 

Rasul Yakobus, sesudah mengecam dosa orang-orang yang meman-

dang muka, dan menyampaikan apa yang cukup untuk menyadarkan 

mereka akan besarnya kejahatan ini, sekarang melanjutkan dengan 

menunjukkan bagaimana persoalan ini dapat diperbaiki. Merupakan 

pekerjaan sebuah pelayanan Injil, tidak hanya untuk menegur dan 

memperingatkan, namun  juga untuk mengajar dan mengarahkan. 

Tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam 

segala hikmat (Kol. 1:28). Di sini, 

I. Kepada kita dijabarkan secara umum hukum yang dimaksudkan 

untuk menjadi pedoman kita dalam bersikap hormat kepada

Surat Yakobus 2:8-13 

 327 

manusia. namun  , jikalau kamu menjalankan hukum utama 

yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia 

seperti dirimu sendiri,” kamu berbuat baik (ay. 8). Supaya jangan 

ada orang yang mengira bahwa Yakobus membela orang miskin 

agar dapat melontarkan hinaan kepada orang kaya, sekarang ia 

membiarkan mereka tahu bahwa ia tidak bermaksud mendorong 

perilaku yang tidak pantas terhadap siapa saja. Mereka tidak 

boleh membenci ataupun bersikap kasar kepada orang kaya, 

sebagaimana mereka tidak boleh menghina orang miskin. Sebalik-

nya, sebagaimana firman mengajar kita untuk mengasihi sesama 

kita, entah kaya atau miskin, seperti diri kita sendiri, maka, 

untuk menghormati ketetapan ini dengan teguh, kita harus 

berbuat baik. Perhatikanlah di sini, 

1. Ketetapan yang harus dijalani oleh orang Kristen ditetapkan di 

dalam firman: namun  jikalau tertulis dalam Kitab Suci, dst. 

Bukan orang besar, atau kekayaan duniawi, atau kebiasaan-

kebiasaan yang bejat di kalangan orang-orang yang mengaku 

beriman itu sendiri, yang mesti menuntun kita, melainkan 

firman kebenaran. 

2. Firman menyampaikan ini kepada kita sebagai hukum, supaya 

kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Hukum ini 

masih tetap berlaku sepenuhnya, dan justru dijunjung lebih  

tinggi dan lebih jauh oleh Kristus dan bukan membuatnya 

menjadi kurang penting bagi kita. 

3. Hukum ini yaitu  sebuah hukum kerajaan, yang berasal dari 

Raja segala raja. Nilai dan kemuliaan dari hukum ini sendiri 

menjadikannya layak dihormati. Selain itu, keadaan di mana 

semua orang Kristen sekarang berada, yaitu suatu keadaan 

yang merdeka, dan bukan keadaan terbelenggu atau tertindas, 

menjadikan hukum ini, yang harus mereka pakai untuk meng-

atur semua tindakan mereka satu dengan yang lain, sebagai 

suatu hukum kerajaan. 

4. Pelanggaran terhadap hukum kerajaan ini, dengan menjalan-

kannya secara memihak, tidak akan membebaskan orang keti-

ka diadili sebab  ketidakadilan yang dilakukannya. Tersirat di 

sini bahwa sebagian orang suka menyanjung orang kaya dan 

bersikap membeda-bedakan terhadap mereka, sebab  jika  

mereka berada di dalam keadaan serupa, mereka akan meng-

harapkan penghormatan semacam itu bagi diri mereka sendiri. 


 328

Atau, mereka barangkali beralasan bahwa mereka berbuat be-

nar dalam menunjukkan hormat yang besar kepada orang-

orang yang telah dibedakan oleh Tuhan  begitu rupa melalui pe-

meliharaan-Nya dengan memberi  orang-orang itu kedu-

dukan dan derajat yang tinggi di dunia ini. sebab  itu, Rasul 

Yakobus membenarkan bahwa, sejauh kewajiban mereka untuk 

menjalankan perintah-perintah dalam loh batu yang kedua, me-

reka berbuat baik dengan memberi hormat kepada siapa hormat 

layak diberikan. Namun, sekalipun mereka menjalankan perin-

tah ini, hal ini tidak akan menutupi dosa mereka dalam hal me-

mandang muka, yang menjadi alasan mengapa mereka dikecam, 

sebab ,  

II. Hukum yang bersifat umum ini harus dipertimbangkan bersama-

sama dengan sebuah hukum yang khusus, “namun , jikalau kamu 

memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu me-

njadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran (ay. 9). Sekali-

pun hukum yang terutama mengatakan kasihilah sesamamu 

manusia seperti dirimu sendiri, dan tujuannya yaitu  untuk 

menunjukkan kepada mereka rasa hormat, yang juga cenderung 

akan kamu kehendaki bagi dirimu sendiri jika kamu berada di 

posisi mereka, namun ini tidak bisa menjadi alasan bagimu untuk 

berbuat baik atau mengecam kepada jemaat menurut keadaan 

lahiriah orang. Sebaliknya, di sini engkau harus memperhatikan 

sebuah hukum tertentu, yang telah diberikan oleh Tuhan  bersama-

sama dengan hukum lain yang juga diberikan-Nya kepadamu. 

Dan dengan hukum ini, engkau akan sepenuhnya dinyatakan 

bersalah atas dosa yang aku tuduhkan kepadamu.” Hukum ini 

ada di dalam Imamat 19:15, Janganlah kamu berbuat curang 

dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan 

tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-

orang besar, namun  engkau harus mengadili orang sesamamu de-

ngan kebenaran. Bukan itu saja, hukum kerajaan itu sendiri, jika 

dijelaskan dengan tepat, akan berguna untuk menyatakan keber-

salahan mereka, sebab  hukum itu mengajar mereka untuk me-

nempatkan diri baik pada kedudukan orang miskin maupun kedu-

dukan orang kaya, sehingga bertindak secara adil terhadap yang 

satu seperti kepada yang lain. Dari sini, Yakobus melanjutkan, 

Surat Yakobus 2:8-13 

 329 

III. Dengan menunjukkan luasnya cakupan hukum ini, dan sejauh 

mana ketaatan harus diberikan terhadapnya. Mereka harus men-

jalankan hukum kerajaan, menghormati bagian yang satu seperti 

bagian yang lain, sebab  jika tidak demikian maka hukum itu 

tidak akan berguna bagi mereka, saat  mereka berusaha mema-

kainya sebagai alasan bagi tindakan-tindakan tertentu. Sebab 

barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, namun  mengabaikan satu 

bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (ay. 10). Ini 

bisa direnungkan,  

1. Dengan merujuk pada perkara yang dibahas oleh Yakobus. 

Apakah engkau membela sikapmu yang menghormati orang 

kaya, sebab  engkau harus mengasihi sesamamu seperti diri-

mu sendiri? Maka jika demikian tunjukkanlah pula hormat 

yang sama dan sepantasnya kepada orang miskin, sebab  

engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri. 

Jika tidak, berarti pengabaianmu dalam hal yang satu akan 

mencemari usahamu dalam menaati hukum itu sepenuhnya. 

Barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, namun  mengabaikan 

satu bagian dari padanya, secara sengaja, secara terbuka, dan 

terus-menerus, dan saat  berbuat demikian mengira bahwa ia 

bisa dimaafkan dalam beberapa hal oleh sebab  ketaatannya 

dalam hal yang lain, ia bersalah terhadap seluruhnya. Artinya, 

ia dapat dikenai hukuman yang sama, oleh pernyataan hukum 

ini , seolah-seolah ia telah membuat pelanggaran terha-

dap hal yang dituduhkan kepadanya. Bukan berarti semua 

dosa itu sama, namun  semuanya sama-sama menghina kekua-

saan dari Sang Pemberi Hukum, dan dengan begitu terikat 

pada hukuman seperti yang telah diancamkan atas pelanggar-

an hukum ini . Ini menunjukkan kepada kita betapa sia-

sianya jika kita menyangka bahwa perbuatan baik kita dapat 

menebus perbuatan kita yang buruk, dan jelas-jelas menghen-

daki kita untuk mencari penebusan yang lain. 

2. Ini dilukiskan lebih jauh dengan mengemukakan sebuah 

persoalan yang berbeda dengan yang disampaikan sebelumnya 

(ay. 11). Sebab Ia yang mengatakan: “Jangan berzinah,” Ia me-

ngatakan juga: “Jangan membunuh.” Jadi jika kamu tidak ber-

zinah namun  membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum 

juga. Mungkin, ada orang yang sangat ketat dalam hal perzi-

nahan, atau hal-hal yang cenderung mencemarkan daging, 


 330

namun  tidak cepat mengecam pembunuhan, atau hal-hal yang 

cenderung merusak kesehatan, mematahkan hati, dan mem-

binasakan kehidupan orang lain. Orang yang lain luar biasa 

menjauhi pembunuhan, namun  lebih memandang ringan perzi-

nahan. Sementara itu, orang yang menganggap kekuasaan 

Sang Pemberi Hukum lebih penting dibandingkan  soal perintah 

akan melihat ada alasan yang sama untuk mengecam yang 

satu seperti yang lain. Maka, ketaatan bisa diterima saat  se-

muanya dilakukan dengan mata yang tertuju pada kehendak 

Tuhan , sedang  ketidaktaatan harus dikecam, dalam hal apa 

pun juga, sebab  itu merupakan sebuah penghinaan terhadap 

kekuasaan Tuhan . Oleh sebab  itu, jika  kita mengabaikan 

satu hal, berarti kita menghina kekuasaan-Nya, yang mem-

berikan hukum itu seluruhnya, dan dengan begitu kita ber-

salah terhadap hukum itu seluruhnya. Maka, jika kamu hanya 

berpegang pada hukum yang lama, kamu akan dihukum, 

sebab  terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala 

sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat (Gal. 3:10). 

IV. Yakobus mengajarkan orang Kristen untuk mengatur dan me-

nguasai diri mereka lebih lagi khususnya dengan hukum Kristus. 

Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi 

oleh hukum yang memerdekakan orang (ay. 12). Ini akan mengajar 

kita, tidak hanya untuk berlaku adil dan tidak membeda-beda-

kan, namun  juga penuh belas kasihan dan kemurahan terhadap 

orang miskin. Itu akan membebaskan kita sepenuhnya dari segala 

bentuk hormat yang jahat dan tidak sepantasnya kepada orang 

kaya. Perhatikanlah di sini,  

1. Injil disebut sebagai sebuah hukum. Injil memenuhi segala 

persyaratan sebagai sebuah hukum, antara lain merupakan 

peraturan yang disertai dengan upah dan hukuman, menetap-

kan kewajiban sekaligus menyatakan penghiburan, dan Kris-

tus menjadi raja yang memerintah kita sekaligus menjadi nabi 

yang mengajar kita, dan imam yang mempersembahkan kor-

ban dan bersyafaat bagi kita. Kita hidup di bawah hukum Kris-

tus. 

2. Injil yaitu  hukum yang memerdekakan orang. Injil yaitu  

hukum yang tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluhkan-

nya sebagai suatu kuk atau beban. Sebab menurut Injil, 

Surat Yakobus 2:8-13 

 331 

melayani Tuhan  yaitu  kebebasan yang sempurna. Dengan 

melayani Tuhan , kita terbebas dari segala bentuk perbudakan 

untuk memberi hormat, baik kepada manusia maupun kepada 

hal-hal yang berasal dari dunia ini. 

3. Kita semua harus dihakimi oleh hukum yang memerdekakan 

ini. Keadaan kekal manusia akan ditentukan menurut Injil. 

Inilah kitab yang akan dibuka, saat  kita nanti berdiri di 

hadapan takhta pengadilan. Tidak akan ada kelegaan bagi 

mereka yang dinyatakan bersalah oleh Injil, begitu juga tidak 

akan ada tuduhan yang dapat dikenakan pada mereka yang 

dibenarkan oleh Injil. 

4. sebab  itu, kita perlu waspada agar kita sekarang berbicara 

dan berlaku sebagai orang yang akan segera dihakimi oleh 

hukum yang memerdekakan ini. Maksudnya, kita harus 

mengikuti semua ketetapan Injil, harus menyadari kewajiban-

kewajiban Injil, harus memiliki karakter Injil, dan tingkah laku 

kita yaitu  tingkah laku Injil, sebab menurut peraturan inilah 

kita pasti akan dihakimi. 

5. Pertimbangan bahwa kita akan dihakimi oleh Injil, sudah se-

harusnya membuat kita lebih berbelas kasihan lagi kepada 

orang miskin (ay. 13). Sebab penghakiman yang tak berbelas 

kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan. 

namun  belas kasihan akan menang atas penghakiman. Perhati-

kanlah di sini, 

(1) Nasib yang pada akhirnya akan ditimpakan atas orang-

orang berdosa yang tidak bertobat akan menjadi pengha-

kiman yang tidak berbelas kasihan. Tidak akan ada cam-

puran atau pengurangan pada cawan murka dan kenge-

rian, ampas yang harus mereka minum. 

(2) Orang yang sekarang tidak berbelas kasihan tidak akan 

dikasihani pada hari yang besar itu. Namun, di sisi lain, 

kita bisa memperhatikan, 

(3) Bahwa akan ada orang-orang yang akan menjadi contoh 

kemenangan belas kasihan, sebab  dalam diri mereka be-

las kasihan menang atas penghakiman. Semua anak ma-

nusia, pada hari terakhir, akan menjadi benda-benda 

kemurkaan atau benda-benda belas kasihan. Semua orang 

harus merenungkan dalam golongan yang mana mereka 

akan ditemukan, dan marilah kita mengingat bahwa berba-


 332

hagialah orang yang murah hatinya, sebab  mereka akan 

beroleh kemurahan. 

Iman dan Perbuatan 

(2:14-26) 

14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia 

memiliki  iman, padahal ia tidak memiliki  perbuatan? Dapatkah iman 

itu menyelamatkan dia? 15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mem-

punyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 16 dan seorang dari 

antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah 

sampai kenyang!”, namun  ia tidak memberi  kepadanya apa yang perlu bagi 

tubuhnya, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika 

iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya yaitu  

mati. 18 namun  mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku 

ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu 

itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari 

perbuatan-perbuatanku.” 19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Tuhan  

saja? Itu baik! namun  setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka 

gemetar. 20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, 

bahwa iman tanpa perbuatan yaitu  iman yang kosong? 21 Bukankah Abra-

ham, bapa kita, dibenarkan sebab  perbuatan-perbuatannya, saat  ia mem-

persembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 22 Kamu lihat, bahwa iman 

bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu 

iman menjadi sempurna. 23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang 

mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan , maka Tuhan  memper-

hitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” sebab  itu Abraham 

disebut: “Sahabat Tuhan .” 24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan ka-

rena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya sebab  iman. 25 Dan bukan-

kah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan sebab  perbuatan-per-

buatannya, saat  ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di 

dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? 26 

Sebab seperti tubuh tanpa roh yaitu  mati, demikian jugalah iman tanpa 

perbuatan-perbuatan yaitu  mati. 

Di bagian terakhir dari pasal ini, Rasul Yakobus menunjukkan keke-

liruan mereka yang mengandalkan pengakuan iman Kristen semata, 

seolah-olah itu akan menyelamatkan mereka, padahal keadaan pikir-

an mereka dan kebiasaan hidup mereka sama sekali tidak sejalan 

dengan ibadah suci yang mereka akui. sebab  itu, untuk membuat 

mereka melihat betapa busuknya dasar yang mengalasi pengharapan 

mereka, di sini dibuktikan secara umum bahwa seseorang dibenar-

kan, tidak hanya oleh iman, namun  juga oleh perbuatan. Sekarang, 

I. Mengenai hal ini timbullah sebuah pertanyaan yang amat besar, 

yaitu bagaimana menyepakatkan Paulus dengan Yakobus. Paulus, 

di dalam suratnya kepada jemaat di Roma dan Galatia, sepertinya

Surat Yakobus 2:14-26 

 333 

menyatakan hal yang secara langsung bertolak belakang dengan 

apa yang dijabarkan oleh Yakobus di sini. Ia kerap berkata de-

ngan penuh penekanan, bahwa kita dibenarkan hanya oleh kare-

na iman dan bukan oleh sebab  melakukan hukum Taurat. Amicæ 

scripturarum lites, utinam et nostræ – Ada suatu keselarasan yang 

sangat baik antara satu bagian firman dengan bagian yang lain, 

sekalipun kelihatannya ada perbedaan: sungguh baik seandainya 

perbedaan di antara orang Kristen sama mudahnya diselaraskan. 

“Tidak ada yang lain,” kata Baxter, “selain kesalahpahaman ma-

nusia akan arah dan maksud yang jelas dari surat-surat Paulus, 

yang membuat begitu banyak orang menganggap begitu sukar 

untuk menyelaraskan Paulus dengan Yakobus.” Suatu gambaran 

umum tentang hal-hal yang ditekankan oleh golongan Antinomian 

(yang menganggap bahwa hukum atau kewajiban moral tidak 

diperlukan, sebab  hanya iman yang menyelamatkan – pen.) bisa 

dilihat di dalam tafsiran Baxter: dan banyak cara mungkin bisa 

disebutkan, yang telah dibuat oleh golongan terpelajar demi me-

nyelaraskan kedua rasul ini , namun  barangkali sudah cukup 

hanya dengan mengamati beberapa hal berikut.  

1. saat  Paulus berkata bahwa manusia dibenarkan sebab  

iman, dan bukan sebab  melakukan hukum Taurat (Rm. 3:28), 

ia jelas  berbicara tentang perbuatan yang berbeda dengan 

yang dimaksud oleh Yakobus, namun  bukan tentang iman yang 

berbeda. Paulus berbicara tentang perbuatan yang dilakukan 

untuk menaati hukum Musa, dan sebelum manusia menerima 

iman akan Injil. Selain itu, ia harus berhadapan dengan orang-

orang yang menilai diri begitu hebat dalam hal perbuatan-

perbuatan ini sehingga mereka menolak Injil (seperti yang 

dikemukakan dengan sangat jelas pada bagian awal Roma 10). 

namun  , Yakobus berbicara tentang perbuatan yang 

dilakukan untuk menaati Injil, dan sebagai hasil dan buah 

yang pantas dan wajib ada dari kepercayaan yang sungguh-

sungguh akan Kristus Yesus. Baik Paulus maupun Yakobus 

sama-sama menekankan iman kepada Injil, sebab  Injillah 

satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita dan membenar-

kan kita. Namun Paulus menekankannya dengan menunjuk-

kan ketidakcukupan segala perbuatan di dalam hukum Taurat 

dibandingkan iman, atau bertentangan dengan ajaran tentang 

pembenaran oleh Yesus Kristus. Yakobus menekankan iman 


 334

yang sama, dengan menunjukkan apa itu yang sesungguhnya 

dan semestinya dihasilkan dan dikerjakan oleh iman itu. 

2. Paulus tidak hanya berbicara tentang perbuatan yang berbeda 

dengan perbuatan yang ditekankan oleh Yakobus, namun  ia 

juga berbicara tentang manfaat dari perbuatan baik yang ber-

beda dari apa yang ditekankan dan dimaksudkan di sini oleh 

Yakobus. Paulus harus berurusan dengan orang-orang yang 

mengandalkan kebaikan perbuatan mereka di mata Tuhan , 

sehingga ia berusaha menegaskan bahwa perbuatan tidak ada 

artinya. Yakobus harus menghadapi orang-orang yang membe-

sar-besarkan iman, namun  tidak mau jika  perbuatan dijadi-

kan sebagai bukti. Mereka mengandalkan pengakuan semata, 

seolah-olah cukup untuk membenarkan mereka. Dengan be-

gini, ia hendak menegaskan betapa perlu dan pentingnya per-

buatan baik. Sebagaimana kita tidak boleh memecahkan salah 

satu loh hukum Taurat, dengan membenturkannya pada loh 

yang lain, begitu juga kita tidak boleh menghancurkan hukum 

Taurat dan Injil hingga berkeping-keping, dengan memben-

trokkannya satu dengan yang lain. Orang yang membesar-

besarkan Injil untuk mengesampingkan Taurat, dan orang 

yang membesar-besarkan Taurat untuk mengesampingkan 

Injil, sama-sama keliru. Sebab kita harus mempertanggung-

jawabkan pekerjaan kita. Harus ada baik iman kepada Yesus 

Kristus maupun perbuatan baik yang dihasilkan oleh iman. 

3. Pembenaran yang dibicarakan Paulus berbeda dengan pem-

benaran yang dikatakan oleh Yakobus. Yang satu berbicara ten-

tang pribadi kita yang dibenarkan di hadapan Tuhan , sedang  

yang lainnya berbicara tentang iman kita yang dibenarkan di 

hadapan manusia. “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu dari 

perbuatanmu,” kata Yakobus, “Biarlah imanmu dibenarkan di 

mata orang yang melihat engkau dari perbuatan-perbuatan-

mu.” Namun Paulus berbicara tentang pembenaran di mata 

Tuhan , yang hanya membenarkan orang yang percaya kepada 

Yesus, dan murni berdasar  penebusan yang ada di dalam 

Dia. Jadi, kita melihat bahwa pribadi kita dibenarkan di 

hadapan Tuhan  melalui iman, namun  iman kita dibenarkan di 

hadapan manusia melalui perbuatan. Jelas sekali inilah yang 

menjadi tujuan dan maksud Rasul Yakobus yang sungguh-

sungguh menegaskan apa yang dikatakan oleh Paulus, di 

Surat Yakobus 2:14-26 

 335 

tempat lain, mengenai imannya, bahwa itu yaitu  iman yang 

disertai usaha, dan iman yang bekerja oleh kasih (Gal. 5:6; 

1Tes. 1:3; Tit. 3:8; dan di banyak tempat lain lagi.) 

4. Paulus bisa dimengerti sebagai berbicara tentang pembenaran 

yang belum utuh, sedang  Yakobus berbicara tentang pem-

benaran yang utuh. Oleh sebab  iman saja kita ditaruh dalam 

keadaan dibenarkan, namun  sesudah itu perbuatan baik turut 

serta untuk menyempurnakan pembenaran kita pada hari 

terakhir. sebab  itulah, mari, hai kamu anak-anak Bapa-Ku – 

sebab saat  Aku lapar, kamu memberi Aku makan, dst. 

II. sesudah  menjernihkan bagian firman ini dari segala sesuatu di ba-

gian firman yang lain yang tampaknya bertentangan, marilah kita 

melihat apa yang perlu dipelajari secara lebih khusus dari bagian 

bacaan yang luar biasa dari Yakobus ini. Kita diajar, 

1. Bahwa iman tanpa perbuatan tidak akan mendatangkan man-

faat, dan tidak dapat menyelamatkan kita. Apakah gunanya, 

saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mem-

punyai iman, padahal ia tidak memiliki  perbuatan? Dapat-

kah iman itu menyelamatkan dia? Perhatikanlah di sini, 

(1) Bahwa iman yang tidak menyelamatkan tidak akan sung-

guh-sungguh bermanfaat bagi kita. Pengakuan belaka ter-

kadang boleh jadi menguntungkan, supaya dipandang baik 

oleh orang yang memang sungguh-sungguh baik, dan 

dalam beberapa kejadian juga bisa mendatangkan hal-hal 

yang baik dari dunia. Namun keuntungan macam apakah 

ini bagi seseorang, jika mereka mendapatkan seluruh du-

nia namun  kehilangan nyawa mereka? Apakah gunanya? – 

Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Segala sesuatu 

harus diperhitungkan sebagai menguntungkan atau tidak 

menguntungkan bagi kita lewat kecenderungannya untuk 

memajukan atau menghambat keselamatan jiwa kita. Dan, 

lebih dari segala-galanya, kita harus waspada untuk mem-

perhitungkan iman kita, jangan sampai tidak berguna, 

sebab  tidak menyelamatkan, dan malah pada akhirnya 

justru memperbesar penghukuman dan kebinasaan kita.   

(2) Bagi seseorang, memiliki iman dan berkata bahwa ia me-

miliki iman yaitu  dua hal yang berbeda. Rasul Yakobus 


 336

tidak berkata, jika seseorang memiliki iman tanpa perbuat-

an, sebab itu yaitu  suatu keadaan yang tidak dapat di-

terima. Maksud dari bagian firman ini jelas yaitu  untuk 

menunjukkan bahwa sebuah pendapat, atau dugaan, atau 

pengakuan, tanpa disertai perbuatan, bukanlah iman. Se-

baliknya, masalah ini digambarkan begini, jika seorang 

mengatakan, bahwa ia memiliki  iman, dst. Orang bisa 

saja membual kepada orang lain, dan menjadi congkak da-

lam hatinya sendiri, tentang suatu hal yang sesungguhnya 

tidak mereka punyai. 

2. Kita diajar bahwa, seperti halnya kasih yaitu  ajaran yang 

berkaitan dengan perbuatan, maka begitu juga iman. Tanpa 

perbuatan, tidak satu pun dari kedua hal itu ada gunanya. 

Dengan menguji bagaimana bila seseorang mengaku dirinya 

penuh kasih padahal tidak pernah melakukan perbuatan ka-

sih, maka engkau bisa menilai apa artinya jika mengaku ber-

iman namun  tidak memiliki buah yang sesuai dan semestinya 

dari iman ini . Jika seorang saudara atau saudari tidak 

memiliki  pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan 

seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah 

kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, namun  ia tidak 

memberi  kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah 

gunanya itu? (ay. 15-17). Apa gunanya bagimu, dan juga bagi 

orang miskin itu, kasih yang semacam ini, yang hanya terdiri 

dari kata-kata belaka? Akankah engkau datang ke hadapan 

Tuhan  dengan menunjukkan kasih yang kosong semacam ini? 

Engkau juga bisa mengaku-ngaku bahwa kasihmu akan tahan 

uji tanpa melakukan perbuatan belas kasihan, sebagaimana 

mengira bahwa pengakuan iman akan meneguhkan engkau di 

hadapan Tuhan  tanpa adanya perbuatan saleh dan ketaatan. 

Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai 

perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya yaitu  mati (ay. 

17). Kita terlalu cenderung mengandalkan pengakuan iman 

belaka, dan menyangka bahwa ini akan menyelamatkan kita. 

Merupakan ibadah yang murah dan mudah untuk berkata, 

“Kami percaya pada setiap pokok iman Kristen,” namun  meru-

pakan khayalan yang luar biasa membayangkan bahwa ini 

sudah cukup untuk membawa kita ke sorga. Orang yang ber-

pikir demikian berbuat salah terhadap Tuhan , dan menipu jiwa 

Surat Yakobus 2:14-26 

 337 

mereka sendiri. Iman yang palsu sama menjijikkannya dengan 

kasih yang palsu, dan keduanya menunjukkan hati yang mati 

terhadap segala kesalehan sejati. Sama seperti engkau bisa 

langsung mengenal tubuh yang mati, tanpa jiwa, atau indra, 

atau tindakan, demikian pula Tuhan  bisa langsung mengetahui 

mana iman yang mati, yang tidak punya perbuatan.  

3. Kita diajar untuk membandingkan iman yang membanggakan 

dirinya tanpa perbuatan dengan iman yang terbukti oleh per-

buatan, dengan melihat pada keduanya, untuk menguji bagai-

mana hasil dari perbandingan ini terhadap pikiran kita. namun  

mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku 

ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah ke-

padaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjuk-

kan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (ay. 18). 

Misalkan seorang percaya yang sungguh-sungguh berkata 

dengan sikap munafik yang congkak, “Engkau membuat 

sebuah pengakuan, dan berkata bahwa engkau memiliki iman. 

Aku tidak membual demikian, namun  membiarkan perbuatan-

ku berbicara untuk diriku. Sekarang berikanlah bukti bahwa 

engkau memiliki iman menurut pengakuanmu tanpa disertai 

perbuatan kalau engkau bisa, dan aku akan segera membiar-

kanmu melihat bagaimana perbuatanku mengalir dari iman 

dan menjadi bukti yang tidak terbantahkan atas adanya 

imanku.” Inilah bukti dari yang selama ini diajarkan oleh 

firman kepada manusia untuk menilai diri mereka sendiri dan 

juga orang lain. Dan menurut bukti inilah Kristus akan men-

jalankan peradilan pada hari penghakiman itu. Dan orang-

orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka (Why. 20:12). 

Maka betapa akan nyatalah orang-orang yang membual ten-

tang hal-hal yang tidak dapat mereka buktikan, atau yang 

hendak membuktikan iman mereka dengan apa pun selain 

perbuatan saleh dan belas kasihan! 

4. Kita diajar untuk memandang iman yang didasarkan atas 

kata-kata dan pengetahuan semata sebagai iman yang dimiliki 

setan-setan. Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Tuhan  

saja? Itu baik! namun  setan-setan pun juga percaya akan hal itu 

dan mereka gemetar (ay. 19). Contoh iman yang dipilih untuk 

disebutkan oleh Rasul Yakobus di sini yaitu  ajaran pertama 

dari seluruh agama Kristen. “Engkau percaya bahwa ada 


 338

Tuhan , bertentangan dengan golongan atheis. Dan bahwa hanya 

ada satu Tuhan  saja, bertentangan dengan para penyembah 

berhala. Itu baik! Artinya, sejauh ini semua itu benar. Namun 

bersandar di sini, dan menilai baik dirimu sendiri, atau ke-

adaanmu di hadapan Tuhan , hanya semata-mata sebab  eng-

kau percaya kepada-Nya, ini akan menjadikan engkau malang. 

Setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar. 

Jika engkau berpuas diri hanya sebab  sudah sepakat dengan 

berbagai pokok pengakuan iman, dan memiliki beberapa pemi-

kiran tentang pokok-pokok iman itu, sejauh itu pulalah yang 

sudah dilakukan setan-setan. sebab  iman dan pengetahuan 

mereka hanya berguna untuk membangkitkan rasa takut, 

maka dalam waktu dekat itu jugalah yang akan terjadi pada-

mu.” Kata gemetar umumnya dianggap sebagai gambaran 

akibat yang baik dari iman, namun di sini ini lebih dipandang 

sebagai akibat yang buruk, saat  diterapkan pada iman se-

tan-setan. Mereka gemetar, bukan sebab  rasa hormat, me-

lainkan sebab  benci dan melawan Tuhan  yang satu itu, yang 

mereka percayai. Mengutip pokok pengakuan iman kita terse-

but, yaitu Aku percaya akan Tuhan  Bapa yang Mahakuasa, 

tidak akan membedakan kita dari setan-setan, kecuali kita 

juga menyerahkan diri kepada Tuhan  sesuai tuntunan Injil, dan 

mengasihi-Nya, dan bersuka di dalam Dia, dan melayani Dia. 

Semua ini tidak dilakukan, dan tidak dapat dilakukan, oleh 

setan-setan. 

5. Kita diajar bahwa orang yang menyombongkan iman tanpa 

perbuatan harus dilihat sekarang sebagai orang yang sungguh 

teramat bodoh. Hai manusia yang bebal, maukah engkau 

mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan yaitu  iman 

yang kosong? (ay. 20). Perkataan yang diterjemahkan sebagai 

manusia yang bebal – anthrōpe kene, dianggap memiliki makna 

yang sama dengan kata kafir, yang tidak boleh diucapkan ke-

pada orang per orang, atau untuk mengungkapkan amarah 

(Mat. 5:22), namun  boleh dipakai seperti di sini, untuk menyata-

kan rasa tidak suka teramat sangat yang sepantasnya terha-

dap orang-orang semacam ini, yang tidak memiliki perbuatan 

baik namun  menyombongkan iman mereka. Selain itu, kata ini 

dengan jelas menggambarkan mereka sebagai orang yang bo-

doh dan hina di mata Tuhan . Iman tanpa perbuatan dikatakan 

Surat Yakobus 2:14-26 

 339 

mati, bukan saja sebab  tidak memiliki apa-apa yang membuk-

tikan adanya kehidupan rohani, melainkan juga tidak mendapat 

bagian dalam kehidupan kekal. Orang percaya semacam ini 

yang bersandar pada pengakuan iman belaka yaitu  orang yang 

sudah mati selagi hidup. 

6. Kita diajar bahwa iman yang membenarkan tidak bisa tidak 

disertai perbuatan, dari dua contoh, yaitu Abraham dan Rahab. 

(1) Contoh yang pertama yaitu  iman Abraham, bapa orang 

beriman, dan merupakan contoh utama tentang pembenar-

an. Kepada Abrahamlah orang Yahudi memberi  peng-

hormatan secara khusus (ay. 21). Bukankah Abraham, 

bapa kita, dibenarkan sebab  perbuatan-perbuatannya, ke-

tika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 

Di sisi lain, Paulus berkata (dalam pasal 4 dari surat ke-

pada jemaat di Roma) bahwa percayalah Abraham, dan 

Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebe-

naran. Namun semuanya ini selaras, dengan memperhati-

kan apa yang dikatakan di dalam Ibrani 11, yang menun-

jukkan bahwa baik iman Abraham maupun Rahab yaitu  

iman yang sedemikian rupa sehingga menghasilkan per-

buatan baik seperti yang dibicarakan oleh Yakobus. Iman 

ini tidak boleh dipisahkan dari iman yang membenarkan 

dan menyelamatkan. Melalui apa yang diperbuat Abraham, 

tampaklah bahwa ia sungguh-sungguh percaya. Mengenai 

dasar ini, firman Tuhan  sendiri jelas mengatakannya. 

sebab  engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak 

segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal 

kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-

limpah (Kej. 22:16-17). Dengan begitu iman Abraham 

yaitu  iman yang bekerja (ay. 22), iman bekerjasama 

dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan 

itu iman menjadi sempurna. Melalui hal ini engkau sampai 

pada pengertian yang sesungguhnya dari firman yang 

mengatakan, lalu percayalah Abraham kepada Tuhan , maka 

Tuhan  memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenar-

an (ay. 23). Itu sebabnya ia menjadi sahabat Tuhan . Iman, 

yang menghasilkan perbuatan semacam itu, membuat 

Abraham begitu dikasihi oleh Sang Pribadi Ilahi, dan me-

ninggikannya hingga pada taraf perkenan dan keintiman 


 340

yang sangat istimewa dengan Tuhan . Sungguh suatu kehor-

matan besar bagi Abraham untuk disebut dan diperhitung-

kan sebagai sahabat Tuhan . Jadi, kamu lihat (ay. 24) bahwa 

manusia dibenarkan (mengalami perkenan dan persahabat-

an dengan Tuhan ) sebab  perbuatan-perbuatannya dan bukan 

hanya sebab  iman. Bukan hanya semata-mata sebab  pen-

dapat, atau pengakuan, atau percaya tanpa menaati, melain-

kan dengan memiliki iman yang begitu rupa sehingga meng-

hasilkan perbuatan baik. Sekarang di samping penjelasan 

mengenai ayat bacaan ini beserta contoh, yang menggam-

barkan dan mendukung pendapat yang diutarakan oleh 

Yakobus, banyak pelajaran lain yang berguna juga dapat 

kita peroleh dari apa yang dikatakan di sini tentang Abra-

ham. 

[1] Barangsiapa ingin memperoleh berkat-berkat seperti 

yang diperoleh Abraham harus sungguh-sungguh meni-

ru imannya. Membual sebagai keturunan Abraham 

tidak ada gunanya bagi siapa saja, jika mereka tidak 

percaya seperti yang dilakukannya. 

[2] Perbuatan-perbuatan yang membuktikan iman sejati 

pastilah perbuatan yang menyangkal diri, dan seperti 

yang diperintahkan oleh Tuhan  sendiri (seperti Abraham 

yang mempersembahkan anaknya, yaitu anaknya yang 

tunggal), dan bukan pekerjaan yang menyenangkan da-

rah dan daging dan melayani kepentingan kita sendiri, 

atau hanya merupakan buah dari khayalan dan ran-

cangan kita sendiri. 

[3] Apa yang kita rencanakan dalam kesalehan dan tekad-

kan dalam ketulusan untuk dilakukan bagi Tuhan  diteri-

ma sebagai sesuatu yang seolah-olah benar-benar dilaku-

kan. Demikianlah Abraham dianggap telah mempersem-

bahkan anaknya, sekalipun ia tidak jadi mempersembah-

kan anaknya itu. Perbuatan itu yaitu  sesuatu yang te-

lah dilakukan di dalam pikiran, roh, dan tekad Abraham, 

dan Tuhan  menerimanya sebagai sesuatu yang seolah-olah 

sudah sepenuhnya dilaksanakan dengan tuntas. 

[4] Tindakan iman menjadikan iman itu bertumbuh sem-

purna, sebagaimana kebenaran iman menjadikan iman 

bertindak. 

Surat Yakobus 2:14-26 

 341 

[5] Iman yang bertindak semacam itu akan menjadikan 

orang, seperti Abraham, sebagai sahabat Tuhan . Demi-

kianlah Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, Aku 

menyebut kamu sahabat (Yoh. 15:15). Segala hubungan 

antara Tuhan  dan orang yang sungguh-sungguh percaya 

yaitu  mudah, menyenangkan, dan membahagiakan. 

Hanya ada satu kehendak dan satu hati, dan ada 

kepuasan yang dirasakan kedua pihak. Tuhan  girang hati 

atas mereka yang sungguh-sungguh percaya, untuk 

melakukan kebaikan bagi mereka, dan mereka bersuka 

di dalam Dia. 

(2) Contoh kedua tentang iman yang membenarkan dirinya 

sendiri dan kita dengan dan melalui perbuatan yaitu  Ra-

hab. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibe-

narkan sebab  perbuatan-perbuatannya, saat  ia menyem-

bunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya, 

lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (ay. 25). 

Contoh yang pertama yaitu  tentang iman orang yang 

sudah dikenal akan imannya sepanjang hidupnya. Yang 

satu ini yaitu  contoh dari orang yang dikenal sebab  

dosanya, yang imannya lebih hina dan derajatnya jauh 

lebih rendah. Dengan begitu, baik iman yang paling kuat 

maupun yang paling hina tidak dibolehkan berjalan tanpa 

perbuatan. Beberapa orang berkata bahwa kata yang 

diterjemahkan sebagai pelacur di sini yaitu  sebutan yang 

tepat bagi Rahab. Yang lain mengatakan bahwa kata ini 

berarti tidak lebih dari seorang penjaga penginapan, tempat 

para pengintai itu menginap. Namun sangat mungkin bah-

wa wataknya dikenal tidak baik, dan contoh semacam ini 

disebutkan untuk menunjukkan bahwa iman akan menye-

lamatkan orang yang paling buruk, jika dibuktikan dengan 

perbuatan yang sepantasnya. Sebaliknya iman tidak akan 

menyelamatkan orang yang paling baik sekalipun tanpa 

adanya perbuatan seperti yang diwajibkan oleh Tuhan . 

Rahab ini mempercayai laporan yang didengarnya tentang 

hadirat Tuhan  yang dahsyat yang menyertai Israel. Namun 

yang membuktikan bahwa imannya tulus yaitu  bahwa ia 

menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam 

rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang 


 342

lain, sekalipun itu membahayakan nyawanya. Perhatikan-

lah di sini, 

[1] Luar biasanya kuasa iman dalam mengubahkan orang 

berdosa. 

[2] Penghargaan yang dijumpai oleh iman yang bekerja dari 

Tuhan , untuk memperoleh rahmat dan perkenan-Nya. 

[3] saat  dosa-dosa yang besar diampuni, ia harus lebih 

mengingini kemuliaan bagi Tuhan  dan kebaikan bagi 

umat-Nya dibandingkan  perlindungan bagi negerinya sendiri. 

Kenalan-kenalannya yang terdahulu harus dijauhi, dan 

jalan hidupnya yang terdahulu sepenuhnya ditinggal-

kan. Ia harus memberi  bukti yang jelas akan hal ini 

sebelum dapat dibenarkan. Bahkan sesudah ia dibenar-

kan, sifatnya yang dahulu harus diingat, bukan untuk 

merendahkannya melainkan untuk memuliakan kasih 

karunia dan rahmat yang kaya dari Tuhan . Sekalipun 

dibenarkan, ia disebut sebagai Rahab, pelacur itu. 

7. Sekarang, mengenai seluruh persoalan ini, Rasul Yakobus me-

narik kesimpulan, sebab seperti tubuh tanpa roh yaitu  mati, 

demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan yaitu  mati 

(ay. 26). Perkataan ini ditafsirkan berbeda-beda. Beber