• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ibrani wahyu 9. Tampilkan semua postingan

ibrani wahyu 9


 ta mem-

punyai alasan yang lebih kuat untuk mene-

rimanya, sebab entah kita pergi meninggalkan 

dunia ini kepada Kristus atau tidak, mau 

tidak mau sebentar lagi kita akan pergi mela-

lui kematian, sebab di sini kita tidak mempu-

nyai tempat tinggal yang tetap. Dosa, orang 

berdosa, dan maut tidak akan memaksa kita 

untuk tinggal lama di dunia. sebab  itu, kita 

harus pergi sekarang dengan iman, dan men-

cari di dalam Kristus perhentian dan tempat 

tinggal yang tidak dapat diberikan oleh dunia 

ini kepada kita (ay. 14).  

Ketiga, Marilah kita menggunakan mezbah 

ini dengan semestinya, bukan hanya dengan 

turut ambil bagian di dalam hak-hak istimewa 

yang diperoleh melalui mezbah itu, namun  juga 

dengan melaksanakan tugas-tugas di mezbah 

ini , seperti orang-orang yang telah di-

jadikan Kristus sebagai imam untuk mengu-

rus mezbah. Marilah kita membawa korban 

kita ke mezbah ini, dan kepada Imam Besar 

kita ini, dan menghunjukkan semua itu mela-

lui Dia (ay. 15-16). Nah, sekarang korban apa-

kah yang harus kita bawa dan persembahkan 

di mezbah ini, yaitu Kristus? Bukan korban 

Surat Ibrani 13:1-17 

 275 

penghapusan dosa, sebab  itu tidak perlu. 

Kristus telah memberi  korban penebusan 

yang agung. Korban kita hanyalah untuk 

mengakui hal ini , yaitu: 1. Korban syu-

kur kepada Tuhan , yang harus senantiasa kita 

persembahkan kepada Tuhan . Di dalamnya 

termasuk segala puja-puji dan doa, begitu 

pula ucapan syukur. Inilah ucapan bibir kita. 

Kita harus memperkatakan puji-pujian bagi 

Tuhan  dari bibir yang tulus, dan ini hanya 

boleh dipersembahkan kepada Tuhan , bukan 

kepada para malaikat, atau orang-orang ku-

dus, atau makhluk yang mana pun, melain-

kan kepada nama Tuhan  semata. Dan persem-

bahan ini harus diberikan melalui Kristus, 

dengan bergantung pada penebusan dan sya-

faat-Nya yang terpuji. 2. Korban sedekah, dan 

kedermawanan Kristen. Janganlah kamu lupa 

berbuat baik dan memberi bantuan, sebab 

korban-korban yang demikianlah yang berke-

nan kepada Tuhan  (ay. 16). Kita harus memberi 

bantuan semampu kita menurut kebutuhan 

jiwa dan tubuh orang banyak. Kita hendaknya 

jangan merasa puas hanya dengan memper-

sembahkan korban dari bibir kita, yang hanya 

berupa perkataan saja, melainkan harus 

mempersembahkan korban berupa perbuatan 

baik. Semua ini haruslah kita taruh di atas 

mezbah, bukan sebab  perbuatan kita baik, 

melainkan oleh sebab  kebaikan Imam Besar 

kita. Dengan korban semacam ini, dengan 

pengagungan dan sedekah yang dipersembah-

kan, Tuhan  sangat berkenan. Ia berkenan me-

nerima persembahan itu dengan senang hati, 

dan menerima dan memberkati persembahan 

itu melalui Kristus.  

2. sesudah  memberi tahu kita tentang kewajiban yang harus dila-

kukan orang Kristen untuk membalas kebaikan para pelayan 

Tuhan yang sudah mati, yang pada dasarnya yaitu  dengan 


 276

mencontoh iman mereka dan tidak berpaling dari iman ter-

sebut, Rasul Paulus memberi tahu kita tentang kewajiban apa 

yang harus dilakukan orang untuk membalas para pelayan 

Tuhan yang masih hidup (ay. 17), dan alasan mengapa itu 

harus dilakukan. 

(1) Kewajiban apakah itu, yaitu menaati mereka, dan tunduk 

kepada mereka. Yang diwajibkan di sini bukanlah taat se-

cara buta atau tunduk secara mutlak, melainkan hanya 

sejauh ketaatan itu masuk akal dan sesuai dengan kehen-

dak Tuhan  yang tersingkap di dalam firman-Nya. Namun, 

ketaatan dan penundukan itu haruslah tulus, dan tidak 

hanya kepada Tuhan , namun  juga kepada kuasa pemegang 

jabatan dalam pelayanan, yang jelas berasal dari Tuhan , di 

dalam segala hal yang berkaitan dengan jabatan ini , 

seperti halnya orangtua atau para pemimpin masyarakat 

berkuasa atas segala hal di dalam ruang lingkup mereka. 

Orang Kristen harus mau diajar oleh para hamba Tuhan, 

dan tidak menganggap diri mereka sendiri terlalu bijak, ter-

lalu baik, atau terlalu besar untuk belajar dari mereka. Ke-

tika mereka mendapati bahwa ajaran-ajaran para hamba 

Tuhan itu sejalan dengan firman yang tertulis, maka me-

reka harus menaatinya. 

(2) Alasan mengapa kewajiban ini mesti dilakukan. 

[1] Para pelayan Tuhan memiliki kekuasaan atas jemaat. 

Sekalipun kedudukan mereka bukanlah sebagai peme-

rintah, namun mereka sungguh-sungguh memiliki we-

wenang. Para pelayan Tuhan bukan berkuasa untuk 

memerintah jemaat, melainkan untuk menuntun mere-

ka di jalan Tuhan , dengan memberi tahu dan mengajar 

mereka, menjelaskan firman Tuhan  kepada mereka, dan 

menerapkannya dalam berbagai perkara mereka. Para 

pelayan Tuhan tidak boleh membuat hukum sendiri, 

melainkan harus menafsirkan hukum Tuhan . Tafsiran 

mereka juga belum tentu harus segera diterima tanpa 

diuji lagi, namun  jemaat mesti menyelidiki firman, dan 

selama ajaran para hamba Tuhan itu sesuai dengan 

peraturan firman, maka jemaat harus menerima ajaran 

itu, bukan sebagai perkataan manusia, namun  – dan 

Surat Ibrani 13:1-17 

 277 

memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman 

Tuhan , yang bekerja juga di dalam mereka yang percaya.  

[2] Para pelayan Tuhan berjaga-jaga atas jiwa jemaat, bu-

kan untuk menjebak mereka, melainkan untuk menye-

lamatkan mereka. Para pelayan Tuhan meyakinkan je-

maat, bukan terhadap diri mereka sendiri, melainkan 

terhadap Kristus. Mereka  membangun jemaat di dalam 

pengetahuan, iman, dan kekudusan. Mereka harus ber-

jaga-jaga atas segala sesuatu yang bisa melukai jiwa-

jiwa manusia, dan memperingatkan jemaat akan ber-

bagai kekeliruan yang berbahaya, akan tipu daya Iblis, 

akan penghakiman yang semakin dekat. Mereka harus 

berjaga-jaga menanti datangnya segala kesempatan un-

tuk membantu jiwa-jiwa manusia semakin dekat de-

ngan sorga. 

[3] Para pelayan Tuhan harus mempertanggungjawabkan 

bagaimana mereka melaksanakan tugas mereka, dan 

apa yang terjadi dengan jiwa-jiwa yang telah dipercaya-

kan kepada mereka, adakah yang hilang gara-gara kela-

laian mereka, dan adakah di antara jemaat yang dime-

nangkan dan dibangun di dalam pelayanan mereka. 

[4] Para pelayan Tuhan senang jika bisa memberi  per-

tanggungjawaban yang baik tentang diri mereka dan 

para pendengar mereka. jika  mereka dapat memper-

tanggungjawabkan kesetiaan dan keberhasilan mereka, 

maka hari itu akan menjadi hari yang penuh sukacita 

bagi mereka. Jiwa-jiwa yang telah dipertobatkan dan di-

teguhkan di dalam pelayanan mereka akan menjadi suka-

cita mereka, mahkota mereka, pada hari Tuhan Yesus. 

[5] Jika mereka memberi  pertanggungjawaban yang 

menyedihkan, maka itu akan menjadi kerugian bagi 

orang banyak sekaligus bagi diri mereka sendiri. Para 

pendengar mendapatkan manfaat jika  para pelayan 

Tuhan memberi  pertanggungjawaban dengan penuh 

sukacita, bukan dengan dukacita. Jika para pelayan 

yang setia tidak memperoleh keberhasilan, mereka akan 

berdukacita, namun  jemaat akan menjadi rugi. Hamba-

hamba Tuhan yang setia telah menyelamatkan jiwa me-

reka sendiri, namun  pada kepala mereka akan tertumpah 


 278

darah dan kebinasaan jemaat yang tidak berbuah dan 

tidak beriman.  

Penutup 

(13:18-25) 

18 Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami 

yaitu  baik, sebab  di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup 

yang baik. 19 Dan secara khusus aku menasihatkan kamu, agar kamu mela-

kukannya, supaya aku lebih lekas dikembalikan kepada kamu. 20 Maka Tuhan  

damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kem-

bali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, 

Tuhan kita, 21 kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk 

melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berke-

nan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-

lamanya! Amin. 22 Dan aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya 

kata-kata nasihat ini kamu sambut dengan rela hati, sekalipun pendek saja 

suratku ini kepada kamu. 23 Ketahuilah, bahwa Timotius, saudara kita, telah 

berangkat. Segera sesudah ia datang, aku akan mengunjungi kamu bersama-

sama dengan dia. 24 Sampaikanlah salam kepada semua pemimpin kamu dan 

semua orang kudus. Terimalah salam dari saudara-saudara di Italia. 25 Kasih 

karunia menyertai kamu sekalian.  

Di sini, 

I. Rasul Paulus memohon supaya orang-orang percaya Ibrani men-

doakan dirinya, dan juga para sesama rekan sependeritaannya 

(ay. 18). “Berdoalah terus untuk kami, untuk aku dan Timotius” 

(disebutkan di ay. 23), “dan bagi kami semua yang bekerja di da-

lam pelayanan Injil.” 

1. Ini yaitu  sebagian dari kewajiban yang harus dilakukan je-

maat untuk membalas kebaikan para pelayan Tuhan. Hamba-

hamba Tuhan membutuhkan doa jemaat, dan semakin sung-

guh-sungguh jemaat mendoakan para pelayan Tuhan, maka 

semakin banyak pula keuntungan yang dapat mereka raih dari 

pelayanan hamba-hamba Tuhan itu. Jemaat harus berdoa 

supaya Tuhan  mengajar para hamba Tuhan yang harus meng-

ajar mereka, supaya kiranya Ia menjadikan para hamba-Nya 

waspada, bijak, penuh semangat, dan berhasil. Kiranya Ia 

menolong mereka di dalam segala pekerjaan mereka, meno-

pang mereka dalam menanggung segala beban mereka, dan 

menguatkan mereka di dalam segala pencobaan yang mereka 

alami.

Surat Ibrani 13:18-25 

 279 

2. Ada berbagai alasan yang bagus mengapa orang harus berdoa 

bagi para pelayan Tuhan. Dua di antaranya disebutkan oleh 

Rasul Paulus, 

(1) Kami yakin, bahwa hati nurani kami yaitu  baik, dst. (ay. 

18). Banyak di antara orang Yahudi berpikiran buruk ter-

hadap Paulus, sebab , sebagai seorang yang paling Ibrani 

di antara orang-orang Ibrani, ia telah mencampakkan hu-

kum Imamat dan memberitakan Kristus. Sekarang, dengan 

rendah hati di sini ia menegaskan ketulusan dan kejujuran 

hatinya. Kami yakin, bahwa hati nurani kami yaitu  baik, 

sebab  di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup 

yang baik. Kami yakin! Ia bisa saja berkata, kami tahu. 

Namun ia memilih berbicara dengan nada merendah, un-

tuk mengajar kita semua supaya jangan terlalu percaya 

diri, melainkan harus tetap memiliki  rasa cemburu yang 

kudus terhadap hati kita sendiri. “Kami yakin bahwa hati 

nurani kami yaitu  baik, hati nurani yang telah memper-

oleh pencerahan dan pengetahuan luas, nurani yang bersih 

dan murni, nurani yang peka dan setia, nurani yang ber-

saksi untuk kami, bukan melawan kami. Nurani yang baik 

di dalam segala hal, di dalam kewajiban-kewajiban yang 

ada  di dalam loh-loh batu baik yang pertama maupun 

yang kedua, terhadap Tuhan  ataupun terhadap manusia, 

dan khususnya di dalam segala hal yang berkenaan dengan 

pelayanan kami. Kami akan bertindak jujur dan tulus di 

dalam segala hal.“ Perhatikanlah, 

[1] Hati nurani yang baik menghormati seluruh perintah 

Tuhan  dan semua kewajiban kita. 

[2] Orang-orang yang bernurani baik ini, masih membutuh-

kan doa orang lain. 

[3] Hamba-hamba Tuhan yang berhati nurani merupakan 

berkat bagi jemaat, dan layak didoakan oleh jemaat. 

(2) Alasan lain mengapa Rasul Paulus menghendaki doa 

jemaat yaitu  sebab  ia berharap supaya dengan demikian 

ia lebih lekas dikembalikan kepada mereka (ay. 19). Ini 

menyiratkan bahwa tadinya ia berada di antara mereka, 

dan bahwa sekarang sesudah  tidak lagi berada di antara 

mereka, ia memiliki hasrat yang besar dan niat yang kuat 


 280

untuk datang kembali kepada mereka. Selain itu, cara 

terbaik untuk mempermudah kembalinya kepada mereka, 

dan supaya Tuhan  mengaruniakan hal itu kepadanya dan 

kepada mereka, yaitu  dengan menjadikan hal itu sebagai 

pokok doa mereka. saat  para pelayan Tuhan datang ke-

pada jemaat sebagai jawaban doa, mereka datang dengan 

sukacita yang lebih besar untuk diri mereka sendiri dan 

mendatangkan hasil yang lebih banyak bagi jemaat. Kita 

harus menarik segala rahmat yang tersedia bagi kita de-

ngan doa. 

II. Rasul Paulus memanjatkan doanya kepada Tuhan  bagi jemaat. Ia 

bersedia melakukan bagi jemaat sebagaimana yang dikehendakinya 

supaya diperbuat oleh mereka baginya: Maka Tuhan  damai sejah-

tera, dst. (ay. 20). Di dalam doa yang luar biasa ini perhatikanlah, 

1. Gelar yang diberikan kepada Tuhan . Yaitu, Tuhan  damai sejah-

tera, yang telah menyatakan jalan untuk mendamaikan diri-

Nya sendiri dengan orang-orang berdosa, dan yang cinta akan 

damai sejahtera di bumi, khususnya di dalam Gereja-Nya. 

2. Perbuatan luar biasa yang dilakukan Tuhan . Ia telah membawa 

kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, 

yaitu Yesus, Tuhan kita. Yesus bangkit dengan kuasa-Nya 

sendiri, namun  Bapa terlibat di dalamnya, untuk memastikan 

bahwa keadilan telah ditegakkan dan hukum telah digenapi. 

Yesus bangkit kembali untuk membenarkan kita, dan kuasa 

ilahi yang telah membangkitkan Dia itu sanggup melakukan 

segala sesuatu yang kita butuhkan. 

3. Gelar yang diberikan kepada Kristus, yaitu, Yesus, Tuhan kita, 

Tuhan  kita yang berdaulat, Juruselamat kita, Gembala Agung 

segala domba, seperti dijanjikan di dalam Yesaya 40:11, dan 

dinyatakan-Nya sendiri demikian (Yoh. 10:14-15). Para pelayan 

Tuhan yaitu  gembala biasa, sedang  Kristus yaitu  Gem-

bala Agung. Ini menunjukkan perhatian-Nya terhadap umat-

Nya. Jemaat ialah kawanan domba di padang rumput-Nya, 

dan perhatian serta kepedulian-Nya tertuju kepada mereka. Ia 

memberi mereka makan, menuntun mereka, dan berjaga-jaga 

atas mereka. 

4. Bagaimana Tuhan  diperdamaikan, dan cara Kristus dibangkit-

kan dari antara orang mati. Oleh darah perjanjian yang kekal. 

Surat Ibrani 13:18-25 

 281 

Darah Kristus memuaskan keadilan ilahi, dan dengan demi-

kian jmemicu  terlepasnya Kristus dari penjara kasih 

karunia, sebab  telah membayar utang kita, menurut perjanji-

an atau persetujuan kekal antara Bapa dan Anak. Darah ini 

yaitu  pengudusan dan materai dari sebuah perjanjian kekal 

antara Tuhan  dan umat-Nya. 

5. Rahmat yang dipintakan. Kiranya memperlengkapi kamu (KJV: 

menyempurnakan kamu – pen.) dengan segala yang baik, dst.  

(ay. 21). Perhatikanlah, 

(1) Kesempurnaan orang-orang kudus dalam segala yang baik 

yaitu  hal besar yang diingini oleh para pelayan Tuhan bagi 

jemaat, supaya selama di dunia mereka dapat menjadi 

sempurna dalam ketulusan dan kejujuran hati, akal budi 

yang jernih, hati yang bersih, kasih yang hidup, kehendak 

yang wajar dan kuat, serta kekuatan yang sepantasnya 

untuk melakukan segala yang baik sebagaimana mereka 

sekarang dipanggil. Dan pada akhirnya, supaya mereka 

sampai pada tingkat yang sempurna sehingga pantas untuk 

melakukan pekerjaan dan mengalami sukacita sorga. 

(2) Cara Tuhan  menyempurnakan umat-Nya, yaitu dengan se-

nantiasa mengerjakan di dalam mereka apa yang berkenan 

di mata-Nya, dan yang dilakukan melalui Yesus Kristus. 

Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Perhati-

kanlah,  

[1] Tidak ada hal baik yang dikerjakan di dalam kita selain 

pekerjaan Tuhan . Ia bekerja di dalam kita, sebelum kita 

pantas untuk mengerjakan apa saja. 

[2] Tidak ada pekerjaan baik yang dilakukan di dalam kita 

oleh Tuhan , selain melalui Yesus Kristus, untuk Dia dan 

oleh Roh-Nya. Oleh sebab itu, 

[3] Kemuliaan yang kekal layak diperuntukkan bagi Yesus, 

yang merupakan sumber dari segala pedoman baik yang 

dikerjakan di dalam kita dan segala pekerjaan baik yang 

kita lakukan. Mengenai hal ini, setiap orang harus ber-

kata, Amin. 

III. Rasul Paulus memberi orang-orang Ibrani itu sebuah penjelasan 

tentang kebebasan Timotius dan harapannya untuk melihat me-


 282

reka ada bersama-sama dengan dia dalam waktu dekat (ay. 23). 

Tampaknya, sebelum itu Timotius dipenjarakan, yang jelas oleh 

sebab  Injil, namun  sekarang ia telah dibebaskan. Pemenjaraan 

para hamba Tuhan yang setia merupakan sebuah kehormatan 

bagi mereka, dan pembebasan mereka yaitu  sukacita bagi 

jemaat. Rasul Paulus bersukacita dengan adanya harapan untuk 

tidak saja melihat Timotius, namun  juga melihat orang-orang Ibrani 

itu bersama dengan Timotius. Kesempatan untuk menulis kepada 

jemaat-jemaat Kristus yaitu  hal yang diingini oleh para pelayan 

Kristus yang setia, dan menyenangkan bagi mereka. 

IV. sesudah  memberi  penjelasan singkat mengenai surat ini, serta 

memohon supaya mereka mengindahkannya (ay. 22), Rasul 

Paulus menutup dengan salam dan ucapan berkat yang khidmat 

sekalipun singkat. 

1. Salam yang diberikan. 

(1) Dari dirinya kepada jemaat, yang ditujukan kepada semua 

hamba Tuhan yang memimpin mereka, dan kepada semua 

orang kudus. Kepada mereka semua, baik hamba Tuhan 

maupun jemaat. 

(2) Dari orang-orang Kristen di Italia kepada jemaat. Sungguh 

baik jika  hukum kebaikan dan kasih yang kudus 

tertulis di dalam hati orang-orang Kristen satu dengan yang 

lain. Agama mengajar manusia tentang keramahtamahan 

sejati dan memelihara kebaikan. Itu bukan hal yang buruk 

ataupun menyedihkan.   

2.  Ucapan berkat yang khidmat, sekalipun singkat (ay. 25). Kasih 

karunia menyertai kamu sekalian. Kiranya perkenan Tuhan  

tertuju kepadamu, dan kasih karunia-Nya senantiasa bekerja di 

dalam engkau, dan menyertai engkau, menghasilkan buah-

buah kekudusan, sebagai buah sulung dari kemuliaan. saat  

umat Tuhan  telah dipersatukan dengan perkataan atau tulisan, 

maka yaitu  baik untuk berpisah dengan doa, saling menghen-

daki supaya anugerah Tuhan  yang penuh kemurahan senantiasa 

menyertai mereka, agar mereka dapat kembali bersama-sama di 

dalam dunia yang penuh dengan puji-pujian, yaitu di sorga. 


Surat  

Yakobus 

   

 

  

 

 

 

 

 

 

Tafsiran  

SURAT Yakobus  


enulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, sebab  ia dihu-

kum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup ber-

hasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di peran-

tauan, seperti yang tersirat di sini. namun  dia yaitu  Yakobus lain, 

anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah 

seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai soko-

guru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini yaitu  tulisannya tidak dapat 

dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan je-

maat. Surat ini disebut sebagai surat umum, sebab  (seperti menurut 

sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat terten-

tu, namun  merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat 

edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut 

umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius, 

Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman 

mula-mula, namun  yang biasanya  tidak diterima di dalam 

jemaat. sebab  alasan itu, surat-surat ini  tidak termasuk kanon 

Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga – 

pen.) mengatakan bahwa surat ini “biasanya  dibacakan di 

dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm. 

53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, kare-

na kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari 

karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sa-

ngat disegani sebab  keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdi-

annya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai 


 286

salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus 

menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa 

kita akan memberi  perhatian lebih besar pada apa yang ditulis 

oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini 

tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya yaitu  untuk menegur orang-

orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman 

maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran 

yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan 

kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk 

menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan 

sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa 

mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sung-

guh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka 

dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-

kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu 

dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinya-

takan di sini, yaitu  sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di 

zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.  

 

 

PASAL  1  

etelah diberikan salam pembuka dari penulis (ay. 1), orang-orang 

Kristen diajar bagaimana mereka harus berperilaku jika  se-

dang memikul salib. beberapa  anugerah dan kewajiban pun dianjur-

kan. Dan barang siapa yang bertahan dalam pencobaan dan pen-

deritaan seperti yang disampaikan Rasul Yakobus di sini dinyatakan 

diberkati dan dijamin mendapat upah yang mulia (ay. 2-12). namun  

dosa-dosa yang jmemicu  penderitaan, atau kelemahan dan 

kesalahan yang dilakukan manusia di dalam penderitaan itu, sama 

sekali tidak dapat ditanggungkan kepada Tuhan , yang tidak mungkin 

menjadi penyebab dosa, melainkan penyebab semua kebaikan (ay. 

13-18). Segala murka, kemarahan yang membabi buta, dan perasaan 

yang keji, harus ditekan. Firman Tuhan  harus menjadi apa yang ter-

utama kita pelajari. Apa yang kita dengar dan kita ketahui darinya 

harus berusaha kita lakukan, sebab kalau tidak, ibadah kita hanya-

lah sia-sia. Selain itu, ditambahkan uraian mengenai hal-hal apa saja 

yang terkandung dalam ibadah yang murni (ay. 19-27). 

Salam Pembuka 

(1:1) 

1 Salam dari Yakobus, hamba Tuhan  dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua 

belas suku di perantauan. 

Di sini kita mendapati salam pembuka dari surat ini, yang terdiri atas 

tiga hal utama: 

I.  Ciri-ciri yang dengannya penulis ingin dikenal: Yakobus, hamba 

Tuhan  dan Tuhan Yesus Kristus. Meskipun seorang pelayan utama 

dalam kerajaan Kristus, namun ia hanya menyebut dirinya seba-


 288

gai seorang hamba. Maka dari itu perhatikanlah, mereka yang 

memegang jabatan atau pencapaian tertinggi dalam jemaat Kris-

tus hanyalah hamba-hamba. Oleh sebab  itu, mereka tidak boleh 

bertindak sebagai tuan, melainkan sebagai pelayan. Lebih jauh 

lagi, meskipun disebut oleh penulis Injil sebagai saudara Tuhan 

Yesus, namun Yakobus lebih bermegah sebab  melayani Kristus 

di dalam roh dibandingkan  menyombongkan diri sebagai orang yang 

bersaudara dengan Yesus secara jasmani. Maka dari itu, marilah 

kita belajar untuk menghargai gelar ini di atas semua hal lain di 

dunia – hamba-hamba Tuhan  dan Kristus. Selain itu, harus diamati 

bahwa Yakobus mengaku sebagai hamba Tuhan  dan Tuhan Yesus 

Kristus, untuk mengajar kita bahwa dalam semua pelayanan yang 

kita lakukan, kita harus mengarahkan pandangan kepada Sang 

Anak dan juga Sang Bapa. Kita tidak bisa melayani Sang Bapa 

secara berkenan, kecuali kita juga merupakan hamba Sang Anak. 

Tuhan  ingin supaya semua orang menghormati Anak sama seperti 

mereka menghormati Bapa (Yoh. 5:23), supaya berusaha berkenan 

pada Kristus, mengharapkan pertolongan dari-Nya, patuh terha-

dap-Nya dalam segala hal, dan dengan demikian mengakui bahwa 

Yesus Kristus yaitu  Tuhan, bagi kemuliaan Tuhan , Bapa. 

II. Rasul Yakobus di sini menyebutkan keadaan orang-orang yang 

disuratinya: Kedua belas suku di perantauan. Sebagian orang me-

mahami hal ini sebagai tersebarnya orang-orang percaya sesudah  

penganiayaan terhadap Stefanus (Kis. 8). namun  , mereka ini 

hanya sampai Yudea dan Samaria. Sebagian orang lagi mema-

haminya sebagai orang-orang Yahudi yang ada di Asyur, Babel, 

Mesir, dan kerajaan-kerajaan lain yang ke sana mereka terusir 

sebab  perang. Memang sebagian besar dari sepuluh suku, dari 

antara dua belas suku Israel, hilang di tawanan. Walaupun be-

gitu, sebagian dari setiap suku itu tetap terpelihara, dan mereka 

masih dihormati dengan sebutan kuno kedua belas suku. Namun, 

mereka ini terserak dan terpencar.  

1.  Mereka terserak di dalam belas kasihan. Dengan memiliki Ki-

tab Suci Perjanjian Lama, pemeliharaan Tuhan  mengatur sede-

mikian rupa sehingga mereka tersebar di beberapa  negeri un-

tuk menyebarkan terang wahyu ilahi.  

2. Sekarang mereka mulai terserak di dalam murka. Bangsa Ya-

hudi terpecah-belah ke dalam kelompok dan golongan, dan

Surat Yakobus 1:1 

 289 

  banyak di antara mereka terpaksa meninggalkan negeri mere-

ka sendiri, sebab  sudah menjadi terlalu panas bagi mereka. 

Bahkan orang-orang baik di antara mereka ikut tertimpa 

malapetaka bersama ini.  

3. Orang-orang Yahudi yang terserak ini yaitu  mereka yang 

sudah memeluk iman Kristen. Mereka dianiaya dan dipaksa 

mencari tempat berlindung di negeri-negeri lain, sebab bangsa-

bangsa bukan Yahudi bersikap lebih baik terhadap orang 

Kristen dibandingkan  bangsa Yahudi. Perhatikanlah di sini, sering 

kali bahkan suku-suku kepunyaan Tuhan  sendiri menanggung 

nasib terpencar ke tempat-tempat yang jauh. Hari berkumpul 

kembali disediakan untuk akhir zaman, saat  semua anak 

Tuhan  yang terserak akan dikumpulkan bersama-sama kepada 

Kristus sebagai Kepala mereka. Sementara itu, selagi suku-

suku Tuhan  tersebar ke tempat-tempat yang jauh, Ia akan me-

ngirim utusan untuk menjagai mereka. Di sini Rasul Yakobus 

menulis kepada mereka yang di perantauan. Sebuah surat dari 

Tuhan  untuk mereka, saat  terusir jauh dari bait-Nya, dan 

tampak diabaikan oleh-Nya. Di sini dapat diterapkan kata-kata 

dari Nabi Yehezkiel itu, beginilah firman Tuhan Tuhan : Walau-

pun Aku membawa mereka jauh-jauh di antara bangsa-bangsa 

dan menyerakkan mereka di negeri-negeri itu, namun Aku 

menjadi tempat kudus yang sedikit artinya bagi mereka di 

negeri-negeri di mana mereka datang (Yeh. 11:16). Tuhan  mem-

berikan perhatian khusus terhadap umat-Nya yang terbuang. 

Biarkanlah orang-orang yang terbuang dari Moab menumpang 

padamu (Yes. 16:3-4). Suku-suku kepunyaan Tuhan  pun bisa 

saja terserak. Oleh sebab itu, janganlah kita menilai terlalu 

tinggi hak-hak istimewa kita yang bersifat lahiriah. Di sisi lain, 

kita juga tidak boleh berputus asa dan menganggap diri kita 

ditolak, saat  sedang menghadapi malapetaka-malapetaka 

yang bersifat lahiriah, sebab Tuhan  mengingat dan mengirim-

kan penghiburan-penghiburan bagi umat-Nya yang terserak. 

III. Di sini Rasul Yakobus menunjukkan penghormatannya bahkan 

kepada mereka yang terserak sekalipun: salam, ia menyapa mere-

ka, mengharapkan kedamaian dan keselamatan bagi mereka. Ja-

nganlah penghargaan kita berkurang kepada orang Kristen yang 

sungguh-sungguh sebab  mereka hidup susah. Keinginan hati 


 290

Rasul Yakobus yaitu  supaya mereka yang terserak dihibur, su-

paya mereka baik-baik saja, dan dimampukan untuk bersukacita 

bahkan dalam kesusahan-kesusahan mereka. Umat Tuhan  mem-

punyai alasan untuk bersukacita di segala tempat, dan segala 

waktu, seperti yang tampak jelas dalam bagian selanjutnya. 

Pentingnya Iman dan Ketekunan;  

Buruknya Kebimbangan  

(1:2-12) 

2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, jika  kamu 

jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian 

terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4 Dan biarkanlah ketekunan 

itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan 

utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. 5 namun  jika  di antara kamu 

ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Tuhan , – 

yang memberi  kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak 

membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya. 6 Hendaklah 

ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang 

yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian 

ke mari oleh angin. 7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan 

menerima sesuatu dari Tuhan. 8 Sebab orang yang mendua hati tidak akan 

tenang dalam hidupnya. 9 Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang 

rendah bermegah sebab  kedudukannya yang tinggi, 10 dan orang kaya kare-

na kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput. 

11 sebab  matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rum-

put itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian 

jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan 

lenyap. 12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apa-

bila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanji-

kan Tuhan  kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. 

Sekarang tiba saatnya kita membahas isi surat ini. Dalam perikop 

ini, kita mendapati hal-hal sebagai berikut untuk kita perhatikan:  

I. Keadaan orang-orang Kristen yang menderita di dunia digambar-

kan di sini, dan dengan cara yang banyak memberi pelajaran, jika 

kita memperhatikan apa yang tersirat dengan jelas, bersama 

dengan apa yang diungkapkan secara penuh. 

1. Tersirat bahwa masalah dan penderitaan bisa saja menimpa 

orang-orang Kristen yang terbaik, bahkan mereka yang mem-

punyai alasan paling kuat untuk berpikir dan berharap bahwa 

mereka akan baik-baik saja. Orang yang berhak mendapat 

sukacita terbesar mungkin harus bertahan menghadapi pen-

deritaan-penderitaan yang teramat pedih. sebab  orang-orang

Surat Yakobus 1:2-12 

 291 

 baik sekalipun bisa saja diserakkan, maka mereka tidak boleh 

menganggap aneh jika mereka menghadapi masalah.  

2. Penderitaan dan masalah lahiriah ini merupakan cobaan bagi 

mereka. Melalui penderitaan dan salib, Iblis berusaha menarik 

orang untuk berbuat dosa dan menghalang-halangi mereka 

dari kewajiban, atau membuat mereka tidak layak menjalan-

kannya. Walaupun begitu, sebab  penderitaan kita ada di 

tangan Tuhan , penderitaan itu dimaksudkan sebagai ujian bagi 

anugerah-anugerah yang kita miliki supaya semua anugerah 

itu dapat dikembangkan. Emas dimasukkan ke dalam perapi-

an, supaya bisa dimurnikan.  

3.  Cobaan-cobaan ini bisa sangat banyak dan beragam: Berbagai-

bagai pencobaan, demikian Rasul Yakobus mengatakannya. 

Ujian yang menimpa kita bisa banyak dan berbeda-beda, dan 

sebab  itu kita perlu mengenakan seluruh perlengkapan sen-

jata Tuhan . Kita harus bersenjata di segala sisi, sebab godaan-

godaan datang dari segala arah.  

4. Ujian-ujian terhadap orang baik itu bukanlah ujian yang ia 

ciptakan sendiri, atau yang datang sendiri kepadanya sebab  

dosa. Sebaliknya, dikatakan bahwa ia jatuh ke dalam ujian-

ujian itu. Dan sebab  itulah mereka ditopang dengan lebih 

baik olehnya. 

II.  Anugerah dan kewajiban dalam masa pencobaan dan penderitaan 

ditunjukkan kepada kita di sini. Sekiranya kita memperhatikan 

anugerah dan kewajiban ini, dan bertumbuh di dalamnya seperti 

seharusnya, maka alangkah baiknya jika kita sampai tertimpa 

penderitaan! 

1. Satu anugerah kristiani yang harus diterapkan dalam perbuat-

an nyata yaitu  sukacita atau kebahagiaan: Anggaplah seba-

gai suatu kebahagiaan (ay. 2). Kita tidak boleh tenggelam da-

lam kesedihan dan berputus asa, yang akan membuat kita tak 

berdaya dalam menghadapi cobaan-cobaan. Sebaliknya, kita 

harus berusaha menjaga supaya roh kita tetap lapang, agar 

kita memahami dengan lebih baik keadaan kita yang sebenar-

nya, dan dengan lebih diuntungkan bertekad untuk meman-

faatkan keadaan sebaik-baiknya. Filsafat bisa mengajar orang 

untuk bersikap tenang dalam menghadapi masalah, namun  Ke-

kristenan mengajar orang untuk bersukacita, sebab  bersuka-


 292

cita timbul dari kasih, dan bukan amarah, terhadap Tuhan . Da-

lam bersukacita, kita menyerupai Kristus sebagai Kepala kita, 

dan itu menjadi tanda bahwa kita sudah diangkat menjadi 

anak-Nya. Dengan menderita di jalan-jalan kebenaran, kita 

melayani kepentingan-kepentingan kerajaan Tuhan kita di 

antara manusia, dan membangun tubuh Kristus. Ujian-ujian 

kita akan membuat cemerlang anugerah-anugerah kita pada 

saat ini, dan mahkota kita pada akhirnya. Oleh sebab itu, ada 

alasan mengapa kita harus menganggap sebagai kebahagiaan 

jika  ujian dan kesulitan menimpa kita sewaktu kita men-

jalankan kewajiban. Paradoks atau ungkapan yang bertolak 

belakang dengan pikiran orang biasanya  ini bukan mur-

ni milik Perjanjian Baru, sebab bahkan di masa Ayub dikata-

kan, sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Tuhan . 

Ada alasan yang lebih lagi untuk bersukacita dalam penderita-

an, jika kita mempertimbangkan bahwa anugerah-anugerah 

lain akan datang lagi melalui berbagai penderitaan itu. 

2.  Iman yaitu  anugerah, seperti yang disebutkan dalam ayat 3, 

Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu, dan yang 

dengan jelas dituntut dalam ayat 6, hendaklah ia memintanya 

dalam iman. Kita harus betul-betul mempercayai kebenaran-

kebenaran agung dalam Kekristenan, dan berpegang teguh 

padanya, dalam masa-masa pencobaan. Iman yang di sini 

dikatakan diuji oleh penderitaan yaitu  keyakinan terhadap 

kuasa, firman, dan janji Tuhan , dan kesetiaan serta keteguhan 

terhadap Tuhan Yesus.  

3. Yang dihasilkan pasti ketekunan: Ujian terhadap imanmu itu 

menghasilkan ketekunan. Ujian terhadap satu anugerah meng-

hasilkan anugerah lain. Semakin sering anugerah-anugerah 

orang Kristen diuji dalam penderitaan, semakin kuat anuge-

rah-anugerah itu bertumbuh. Kesengsaraan itu menimbulkan 

ketekunan (Rm. 5:3). Nah, untuk melatih ketekunan orang 

Kristen dengan benar, kita harus,  

(1) Membiarkannya bekerja. Ketekunan atau kesabaran bu-

kanlah hal yang diam membatu, namun  giat bekerja. Sikap 

tak acuh dari ajaran Stoa dan kesabaran kristiani sangat-

lah berbeda: oleh ajaran Stoa, orang kurang lebih dibuat 

tidak merasakan penderitaan-penderitaan mereka, sedang-

kan oleh Kekristenan orang akan berkemenangan di dalam 

Surat Yakobus 1:2-12 

 293 

dan atas penderitaan-penderitaan itu. Marilah kita ber-

usaha, supaya pada masa-masa pencobaan, kesabaranlah, 

dan bukan amarah, yang bekerja dalam diri kita. Apa pun 

yang dikatakan atau dilakukan, hendaklah kesabaran yang 

mengatakan dan melakukannya. Janganlah kita biarkan 

amarah kita menghalang-halangi bekerjanya kesabaran 

dan dampak-dampaknya yang luhur. Marilah kita biarkan 

kesabaran bekerja, maka kesabaran itu akan mengerjakan 

keajaiban-keajaiban di masa susah.  

(2) Kita harus membiarkan kesabaran bekerja dengan sempur-

na. Jangan melakukan apa saja yang membatasi atau me-

lemahkannya, namun  biarkanlah kesabaran bekerja sepe-

nuh-penuhnya. Jika satu penderitaan merambat ke pende-

ritaan lain, lalu sederet penderitaan menimpa kita, biar-

kanlah kesabaran terus bekerja hingga pekerjaannya sem-

purna. jika  kita menanggung segala sesuatu yang su-

dah ditetapkan Tuhan , dan sejauh Ia menetapkannya, de-

ngan mata yang tertuju pada-Nya dengan taat dan rendah 

hati, dan jika  kita tidak hanya menanggung kesusahan-

kesusahan, namun  juga bersukacita di dalamnya, maka 

kesabaran sudah bekerja dengan sempurna.  

(3) jika  kesabaran atau ketekunan sudah tuntas bekerja, 

maka orang Kristen menjadi utuh, dan tidak akan keku-

rangan suatu apa pun. Ketekunan akan memperlengkapi 

kita dengan segala hal yang diperlukan untuk pertandingan 

dan peperangan rohani kita, dan akan membuat kita mam-

pu bertahan sampai akhir. Pada saat itulah pekerjaannya 

akan berakhir, dan dimahkotai dengan kemuliaan. sesudah  

berlimpah dalam anugerah-anugerah lain, kita memerlukan 

ketekunan (Ibr. 10:36). namun  biarkanlah ketekunan itu 

memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi 

sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. 

4. Doa yaitu  kewajiban yang juga dianjurkan kepada orang-

orang Kristen yang menderita. Di sini Rasul Yakobus menun-

jukkan,  

(1) Apa yang terutama harus kita doakan, yaitu  hikmat: Apa-

bila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendak-

lah ia memintakannya kepada Tuhan . Janganlah kita berdoa 


 294

untuk menghilangkan penderitaan, melainkan untuk mem-

peroleh hikmat supaya memanfaatkan penderitaan itu de-

ngan benar. Siapakah yang tidak menginginkan hikmat di 

dalam ujian atau cobaan besar apa saja untuk membim-

bingnya dalam menilai segala perkara, mengatur jiwa dan 

perilakunya sendiri, dan menangani urusan-urusannya? 

Berhikmat pada masa-masa pencobaan yaitu  karunia 

istimewa dari Tuhan , dan dari Dialah kita harus mencarinya.  

(2) Dengan cara apa hikmat ini harus diperoleh, yaitu dengan 

memohonkan atau memintakannya. Biarlah orang bodoh 

menjadi pengemis di hadapan takhta anugerah, maka ia 

sedang berjalan mulus menjadi bijak. Tidak dikatakan, 

“Hendaklah orang yang ingin mendapat hikmat memin-

tanya kepada manusia.” Tidak, bukan manusia mana pun, 

melainkan, “Hendaklah ia memintanya kepada Tuhan ,” yang 

menjadikan dia, dan memberinya pengertian dan kekuatan 

akal budi pada mulanya. Hendaklah ia memintanya kepada 

Tuhan , yang di dalam Dia ada  segala harta hikmat dan 

pengetahuan. Marilah kita mengakui kebutuhan kita akan 

hikmat kepada Tuhan  dan setiap hari memintanya kepada 

Dia.  

(3) Pada kita ada dorongan terbesar untuk memintanya: Ia 

memberi  kepada semua orang dengan murah hati dan 

dengan tidak membangkit-bangkit. Ya, dengan jelas dijanji-

kan bahwa hal itu akan diberikan (ay. 5). Di sini ada jawab-

an setiap kali kita memiliki  pikiran yang mengecilkan 

hati, merasa lemah dan bodoh, saat  sedang menghadap 

Tuhan  untuk meminta hikmat. Tuhan  yang kepada-Nya kita 

disuruh datang, kita yakini, memiliki hikmat sehingga Ia 

dapat memberi nya. Dan Ia suka memberi, mau mem-

berikan hikmat ini kepada siapa saja yang memintanya. 

Juga tidak perlu takut bahwa perkenanan-Nya hanya 

terbatas untuk sebagian orang saja dalam hal ini, sehingga 

yang lain, atau jiwa-jiwa mana saja yang memohon dengan 

rendah hati, dikucilkan. Sebab Ia memberi  kepada 

semua orang. Jika engkau berkata bahwa engkau meng-

inginkan banyak hikmat, dan sedikit hikmat saja tidaklah 

cukup, maka Rasul Yakobus menegaskan, Ia memberi 

dengan murah hati. Dan kalau-kalau engkau takut datang 

Surat Yakobus 1:2-12 

 295 

menghadap Dia pada waktu yang tidak tepat, atau diper-

malukan sebab  kebodohanmu, di sini ditambahkan, Ia 

tidak membangkit-bangkit (atau marah). Mintalah kapan 

saja engkau mau, dan sesering yang engkau mau, dan eng-

kau tidak akan dimarahi sebab  itu. Dan, jika ada orang 

yang berkata, “Mungkin ini berlaku untuk sebagian orang 

saja, dan aku takut aku tidak akan berhasil dalam usaha-

ku untuk mencari hikmat seperti orang lain,” maka hen-

daklah orang yang berpikiran demikian mempertimbang-

kan betapa jelas dan tegasnya janji itu: Hal itu akan diberi-

kan kepadanya. Maka sudah sewajarnya orang-orang bo-

doh binasa dalam kebodohan mereka, jika hikmat dapat 

diperoleh dengan meminta, namun mereka tidak mau 

berdoa kepada Tuhan  untuk mendapatkannya. namun  ,  

(4) Ada satu hal yang perlu diperhatikan saat  kita meminta, 

yaitu bahwa kita melakukannya dengan hati yang percaya 

dan tidak goyah: Hendaklah ia memintanya dalam iman, 

dan sama sekali jangan bimbang (ay. 6). Janji di atas 

sangat pasti, asalkan dengan syarat ini . Hikmat akan 

diberikan kepada orang-orang yang memintanya dari Tuhan , 

asalkan mereka percaya bahwa Tuhan  mampu membuat 

orang sederhana menjadi bijak, dan bahwa Ia setia mene-

pati janji-Nya kepada orang-orang yang datang kepada-Nya. 

Ini yaitu  syarat yang senantiasa dituntut oleh Kristus, da-

lam memperlakukan orang-orang yang datang kepada-Nya 

untuk disembuhkan: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat 

melakukannya?” Jangan ada kebimbangan, jangan meragu-

kan janji Tuhan  dengan ketidakpercayaan, atau perasaan 

bahwa kita tidak akan berhasil sebab  kekurangan dan 

kelemahan kita. Oleh sebab  itu, di sini kita melihat, 

5. Bahwa tekad bulat, ketulusan niat, dan keteguhan hati meru-

pakan kewajiban lain yang dituntut di dalam penderitaan: 

Orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang 

diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Adakalanya me-

reka diangkat oleh iman, namun  kemudian terhempas kembali 

oleh ketidakpercayaan. Adakalanya mereka mendaki ke langit, 

dengan maksud untuk memperoleh kemuliaan, kehormatan, 

dan keabadian, namun  kemudian tenggelam kembali dalam 

pencarian akan kesenangan tubuh atau kenikmatan dunia ini. 


 296

Hal ini dengan sangat cocok dan elok dibandingkan dengan 

gelombang laut, yang naik turun, pasang surut, tergantung 

apakah angin mengayunkannya lebih tinggi atau lebih rendah, 

ke arah sana atau ke arah sini. Orang yang pikirannya hanya 

tertuju secara utuh pada kepentingannya yang bersifat rohani 

dan abadi, dan yang tetap tegak dalam tujuan-tujuannya bagi 

Tuhan , akan bertumbuh bijak oleh penderitaan-penderitaan, 

akan terus sungguh-sungguh dalam ibadahnya, dan akan 

mengatasi semua cobaan dan perlawanan. Nah, untuk me-

nyembuhkan roh yang bimbang dan iman yang lemah, Rasul 

Yakobus menunjukkan akibat-akibat buruk dari roh dan iman 

yang demikian,  

(1) Bahwa keberhasilan doa dirusakkan olehnya: Orang yang 

demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima se-

suatu dari Tuhan (ay. 7). Orang yang tidak percaya, goyah, 

dan bimbang seperti itu tidak akan menghargai perkenan-

an Tuhan  sebagaimana mestinya, dan sebab  itu tidak bisa 

berharap untuk menerimanya. Dalam meminta hikmat 

ilahi dan sorgawi, kita tidak akan berhasil jika tidak mem-

punyai hati yang menghargai hikmat itu melebihi batu-

batu permata, dan hal-hal terbesar di dunia ini.  

(2) Iman dan roh yang goyah berpengaruh buruk terhadap 

perilaku kita. Orang yang mendua hati tidak akan tenang 

dalam hidupnya (ay. 8). jika  iman dan roh kita naik 

turun mengikuti penyebab-penyebab duniawi, maka pasti 

segala perilaku dan tindakan kita akan sangat goyah. Hal 

ini kadang-kadang membuat orang mudah direndahkan di 

dunia. namun  sudah pasti bahwa cara-cara seperti itu tidak 

akan menyenangkan Tuhan  atau mendatangkan apa saja 

yang baik bagi kita pada akhirnya. Sementara kita memiliki 

satu Tuhan  untuk kita percayai, kita juga hanya memiliki 

satu Tuhan  yang mengatur kita, dan ini harus membuat kita 

tetap tegak dan mantap. Siapa yang goyah seperti air tidak 

akan unggul dalam hidupnya. Dalam hal ini, 

III. Perangai orang Kristen yang kudus dan rendah hati, baik dalam 

keadaan ditinggikan maupun kehinaan, digambarkan di sini. Baik 

orang miskin maupun orang kaya diarahkan untuk mengetahui 

Surat Yakobus 1:2-12 

 297 

atas dasar apa saja mereka dapat membangun sukacita dan 

penghiburan mereka (ay. 9-11). Di sini dapat kita camkan,  

1. Orang-orang dari kalangan rendah harus dipandang sebagai 

saudara: Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang 

rendah, dst. Kemiskinan tidak merusak hubungan di antara 

orang-orang Kristen.  

2. Orang Kristen yang baik bisa saja kaya di dunia ini (ay. 10). 

Anugerah dan kekayaan bukanlah hal yang sepenuhnya tidak 

berdampingan. Abraham, bapak orang beriman, kaya dengan 

perak dan emas.  

3. Baik orang miskin maupun orang kaya ini boleh bersukacita. 

Tidak ada keadaan dalam hidup yang membuat kita tidak bisa 

bersukacita di dalam Tuhan . Kalau kita tidak selalu bersukacita 

di dalam Dia, itu salah kita sendiri. Orang dari kalangan ren-

dah boleh bersukacita, jika mereka diangkat menjadi kaya da-

lam iman dan menjadi ahli waris kerajaan Tuhan  (seperti pen-

jelasan Dr. Whitby dalam hal ini). Orang kaya juga boleh ber-

sukacita dalam pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang meren-

dahkan hati, sebab  pemeliharaan seperti itu membuahkan 

kecenderungan pikiran yang merendah, yang bernilai tinggi di 

mata Tuhan . jika  ada orang yang menjadi miskin demi kebe-

naran, kemiskinan mereka itu justru membuat mereka diang-

kat. yaitu  sebuah kehormatan untuk tidak dihormati sebab  

Kristus. Kepada kamu dikaruniakan untuk menderita (Flp. 

1:29). Semua orang yang direndahkan, dan direndahkan oleh 

sebab  anugerah, dapat bersukacita dengan pengharapan bah-

wa mereka akan ditinggikan di sorga nanti.  

4. Cermatilah mengapa orang kaya, kendati dengan kekayaan 

mereka, harus merendah di mata mereka sendiri, yaitu sebab  

baik mereka maupun kekayaan mereka akan berlalu: Ia akan 

lenyap seperti bunga rumput. Ia, dan kekayaannya bersama-

sama dia, akan lenyap (ay. 11). sebab  matahari terbit dengan 

panasnya yang terik dan melayukan rumput itu. Maka dari itu 

perhatikanlah, kekayaan duniawi yaitu  hal yang akan layu. 

Kekayaan yaitu  suatu hal yang terlalu tidak pasti (ujar Tuan 

Baxter mengenai hal ini), terlalu tidak berarti untuk membuat 

perubahan yang besar atau yang dapat dibenarkan dalam 

pikiran kita. Seperti bunga menjadi layu di tengah teriknya 

sinar matahari, demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di 


 298

tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap. Segala ren-

cananya, keputusannya, dan jerih payahnya untuk  dunia ini 

disebut sebagai usaha-usahanya. Dalam kesemuanya ini ia 

akan lenyap. sebab  itu hendaklah orang kaya bersukacita, 

bukan dalam pemeliharaan Tuhan  yang membuatnya kaya, 

melainkan terlebih dalam anugerah Tuhan  yang membuatnya 

tetap rendah hati. Hendaklah ia juga bersukacita dalam segala 

ujian dan cobaan yang mengajarnya untuk mencari kebaha-

giaan di dalam dan dari Tuhan , dan bukan dari kenikmatan-

kenikmatan yang akan binasa ini. 

IV. Sebuah berkat diucapkan kepada mereka yang bertahan dalam 

cobaan dan ujian, seperti yang disampaikan di sini: Berbahagialah 

orang yang bertahan dalam pencobaan (ay. 12). Perhatikanlah,  

1. Bukan orang yang menderita saja yang diberkati, melainkan 

juga orang yang bertahan, yang dengan sabar dan tekun 

melewati semua kesulitan di jalan kewajibannya.  

2. Penderitaan tidak akan membuat kita sengsara, kalau bukan 

sebab  salah kita sendiri. Berkat bisa saja muncul dari pen-

deritaan, dan kita bisa diberkati di dalamnya. Penderitaan 

sama sekali tidak merampas kebahagiaan orang baik, namun  

justru benar-benar membuatnya bertambah.  

3. Penderitaan dan cobaan yaitu  jalan menuju keterberkatan 

kekal: jika  ia diuji, ia akan menerima mahkota kehidupan, 

dokimos genomenos – jika  ia sudah tahan uji, jika  anu-

gerah-anugerahnya didapati benar dan bernilai amat tinggi 

(seperti logam yang diuji nilainya dengan api), dan jika  

ketulusan dan kejujurannya nyata, dan semuanya berkenan 

pada Sang Hakim agung. Maka dari itu perhatikanlah, ber-

kenan kepada Tuhan , itulah tujuan agung orang Kristen dalam 

segala ujiannya. Hal itu akan membawa berkat bagi dia pada 

akhirnya, saat  ia menerima mahkota kehidupan. Orang Kris-

ten yang sudah tahan uji akan dimahkotai, dan mahkota yang 

akan dipakainya yaitu  mahkota kehidupan. Mahkota itu 

akan menjadi kehidupan dan kebahagiaan baginya, dan akan 

bertahan selama-lamanya. Kita menanggung salib hanya se-

bentar, namun  akan memakai mahkota sampai selama-lama-

nya. 

Surat Yakobus 1:13-18 

 299 

4. Keterberkatan ini, yang merupakan bagian dari mahkota kehi-

dupan, yaitu  hal yang dijanjikan kepada orang benar yang 

menderita. Oleh sebab  itu, janji ini yaitu  hal yang dapat kita 

andalkan dengan pasti. Sebab, saat  langit dan bumi lenyap, 

firman Tuhan  ini tidak akan gagal digenapi. namun  selain itu 

marilah kita perhatikan bahwa upah kita di masa depan 

diberikan bukan sebagai pelunasan utang, melainkan sebagai 

janji yang dianugerahkan.  

5. Bertahan menghadapi cobaan haruslah didasarkan pada kasih 

kepada Tuhan  dan Yesus Kristus Tuhan kita, sebab kalau tidak, 

kita tidak memiliki  kepentingan dalam janji ini: Dijanjikan 

Tuhan  kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Rasul Paulus 

berpendapat bahwa pada titik tertentu dalam kehidupan ber-

iman, orang bisa saja menyerahkan tubuhnya untuk dibakar. 

Namun, sekalipun melakukan demikian, ia tidak berkenan 

pada Tuhan , tidak pula dianggap oleh-Nya, kalau ia tidak me-

miliki kasih, atau jika di dalam hatinya tidak dipenuhi oleh 

kasih sayang yang tulus kepada Tuhan  dan manusia (1Kor. 

13:3).  

6. Mahkota kehidupan dijanjikan bukan hanya kepada orang-

orang kudus yang besar dan terkemuka, melainkan juga ke-

pada orang yang memiliki kasih Tuhan  yang bertakhta di dalam 

hatinya. Setiap jiwa yang benar-benar mengasihi Tuhan  akan 

mendapati bahwa cobaan-cobaan mereka di dunia ini dibayar 

penuh di dunia atas, di mana kasih menjadi sempurna. 

Cara Kerja Dosa dan Akibat-akibatnya 

(1:13-18) 

13 jika  seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari 

Tuhan !” Sebab Tuhan  tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak 

mencobai siapa pun. 14 namun  tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sen-

diri, sebab  ia diseret dan dipikat olehnya. 15 Dan jika  keinginan itu telah 

dibuahi, ia melahirkan dosa; dan jika  dosa itu sudah matang, ia melahir-

kan maut. 16 Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! 17 Setiap pem-

berian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, 

diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau ba-

yangan sebab  pertukaran. 18 Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan 

kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi 

anak sulung di antara semua ciptaan-Nya. 


 300

I.  Di sini kita diajar bahwa Tuhan  bukanlah penyebab dosa siapa 

saja. Siapa pun yang melancarkan penganiayaan terhadap manu-

sia, dan apa pun ketidakadilan dan dosa yang atasnya mereka 

bersalah dalam perbuatan itu, Tuhan  tidak boleh dipersalahkan 

untuk itu. Dan, apa pun dosa yang mungkin menggoda orang-

orang baik itu sendiri melalui ujian dan penderitaan mereka, Tuhan  

bukanlah penyebabnya. Tampaknya di sini dianggap bahwa 

sebagian orang yang mengaku beriman bisa saja jatuh pada saat 

pencobaan, bahwa tongkat yang memukul mereka bisa jadi meng-

giring sebagian orang ke jalan-jalan yang jahat, dan membuat 

mereka mengulurkan tangan pada kejahatan. namun  , meski-

pun ini bisa terjadi, dan walaupun penjahat-penjahat seperti itu 

akan berusaha mempersalahkan Tuhan  untuk itu, mereka sendiri-

lah yang harus sepenuhnya dipersalahkan atas pelanggaran 

mereka. Sebab,  

1. Pada sifat Tuhan , tidak ada suatu apa pun yang dapat mereka 

persalahkan: jika  seorang dicobai untuk berjalan di jalan 

kejahatan, atau melakukan apa saja yang jahat, janganlah ia 

berkata: “Pencobaan ini datang dari Tuhan !” Sebab Tuhan  tidak 

dapat dicobai oleh yang jahat. Semua kejahatan moral terjadi 

akibat adanya suatu kekacauan dalam makhluk yang bersalah 

atas kejahatan itu, akibat tidak adanya hikmat, atau kekuat-

an, atau kepatutan dan kemurnian dalam kehendak. namun  

siapa yang bisa mendakwa Tuhan  yang kudus bahwa Ia tidak 

memiliki  kesemuanya ini, yang justru merupakan hakikat-

Nya? Tidak ada urusan darurat apa pun yang dapat mencobai 

Tuhan  untuk merendahkan atau menyangkal diri-Nya, dan 

sebab  itu Ia tidak dapat dicobai oleh yang jahat.  

2.  Dalam pemeliharaan-pemeliharaan Tuhan , tidak ada suatu apa 

pun yang dapat dipersalahkan atas dosa siapa saja (ay. 13): 

Dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Seperti halnya Tuhan  

sendiri tidak dapat dicobai oleh yang jahat, demikian pula Ia 

tidak mungkin mencobai orang lain. Tidak mungkin Ia mendu-

kung apa yang menjijikkan bagi kodrat-Nya. Pikiran yang 

bersifat kedagingan ingin mempersalahkan Tuhan  atas dosa-

dosanya. Dalam hal ini ada faktor keturunan yang berperan. 

Adam, orangtua kita yang pertama, berkata kepada Tuhan , 

wanita  yang Kautempatkan di sisiku menggodaku, dan 

dengan demikian, pada dasarnya, ia mempersalahkan Tuhan  

Surat Yakobus 1:13-18 

 301 

sebab  sudah memberinya si penggoda. Janganlah orang 

berkata demikian. Berbuat dosa itu sangat buruk, namun  jauh 

lebih buruk jika  kita, sesudah  berbuat salah, mempersalah-

kan Tuhan  untuk itu, dan berkata bahwa itu terjadi sebab  Dia. 

Orang yang mempersalahkan kedudukan atau keadaan 

mereka di dunia ini atas dosa-dosa mereka, atau yang meng-

aku bahwa sudah menjadi takdir mereka untuk berbuat dosa, 

berarti mempersalahkan Tuhan , seolah-olah Dialah yang me-

nyebabkan dosa. Penderitaan, yang dikirimkan Tuhan , dimak-

sudkan untuk mengerjakan anugerah-anugerah kita, bukan 

kebobrokan-kebobrokan kita. 

II.  Kita diajar di mana sebenarnya penyebab kejahatan, dan siapa 

yang harus dipersalahkan (ay. 14): Tiap-tiap orang dicobai (dalam 

arti yang buruk) oleh keinginannya sendiri, sebab  ia diseret dan 

dipikat olehnya. Dalam bacaan-bacaan lain dalam Kitab Suci, Iblis 

disebut sebagai si pencoba, dan hal-hal lain adakalanya ikut 

bekerja untuk mencobai kita. namun  bukan Iblis bukan pula orang 

atau hal lain yang harus dipersalahkan supaya kita bisa berdalih. 

Sebab kejahatan dan godaan sebenarnya berasal dari dalam hati 

kita sendiri. Bahan yang mudah terbakar itu ada dalam diri kita, 

meskipun apinya bisa saja disulut oleh penyebab-penyebab luar. 

Oleh sebab  itu, jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah 

orang yang akan menanggungnya (Ams. 9:12). Amatilah di sini, 

1. Cara kerja dosa. Pertama-tama dosa menyeret, kemudian me-

mikat. Seperti halnya kekudusan terdiri atas dua hal, yaitu 

meninggalkan yang buruk dan melekat pada yang baik, demi-

kian pula jika kedua hal ini dibalik, maka itu merupakan dua 

bagian dari dosa. Hati diseret dari apa yang baik, dan dipikat 

untuk melekat pada apa yang buruk. Ini terjadi pertama-tama 

melalui kecenderungan hati yang bobrok, atau sebab  

bernafsu dan mengingini suatu kepuasan ragawi atau duniawi, 

yang terasing dari hidup di dalam Tuhan , dan kemudian secara 

perlahan-lahan hati pun menetap di jalan dosa.  

2.  Dari sini kita dapat mengamati kuasa dan cara-cara dosa. 

Kata yang di sini diartikan diseret berarti ditarik atau didesak 

secara paksa. Kata yang diterjemahkan terpikat berarti terpan-

cing dan teperdaya oleh daya pikat dan gambaran-gambaran 

yang menipu tentang segala sesuatu, exelkomenos kai 


 302

deleazomenos. Ada banyak kekerasan yang dilakukan terha-

dap hati nurani dan pikiran oleh kuasa dari kebobrokan. Dan 

ada banyak kelicikan, tipu daya, dan sanjungan dalam dosa 

untuk memenangkan kita pada kepentingan-kepentingannya. 

Kekuatan dan kuasa dosa tidak akan pernah bisa menang, 

kalau bukan sebab  kelicikan dan tipu dayanya. Para pendosa 

yang binasa terpancing dan tersanjung, sehingga itu membawa 

kebinasaan bagi diri mereka sendiri. Dan ini akan membenar-

kan Tuhan  untuk selama-lamanya dalam menghukum mereka, 

sebab mereka sudah menghancurkan diri mereka sendiri. 

Dosa mereka ada di depan pintu mereka sendiri, dan sebab  

itu darah mereka akan menimpa kepala mereka sendiri.  

3. Berhasilnya kebobrokan di dalam hati (ay. 15): Dan jika  

keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa. Yaitu, sebab  

dosa dibiarkan merangsang keinginan-keinginan dalam diri 

kita, maka ia akan segera mematangkan keinginan-keinginan 

itu menjadi persetujuan, lalu dikatakan bahwa keinginan itu 

telah dibuahi. Dosa sudah benar-benar ada, meskipun baru 

berupa janin. Dan, jika  sudah bertumbuh penuh di dalam 

pikiran, dosa akan melahirkan perbuatan nyata. Oleh sebab 

itu, hentikanlah mulainya dosa, sebab kalau tidak, semua 

kejahatan yang dihasilkannya akan sepenuhnya ditanggung-

kan kepada kita.  

4.  Akhir dari dosa, dan bagaimana kesudahannya: jika  dosa 

itu sudah matang, ia melahirkan maut. sesudah  dosa melahir-

kan perbuatan-perbuatan nyata, kesudahannya (seperti yang 

diamati Dr. Manton) yaitu  bahwa dosa diperkuat oleh per-

buatan-perbuatan yang sering dilakukan, yang kemudian 

menetap menjadi kebiasaan. Dan, jika  pelanggaran-pelang-

garan manusia sudah penuh seperti itu, maka lahirlah maut. 

Ada maut atas jiwa, dan maut pun mendatangi tubuh jasmani. 

Dan, selain kematian rohani dan jasmani, upah dosa yaitu  

kematian kekal juga. Oleh sebab itu, hendaklah kita bertobat 

dan meninggalkan dosa, sebelum dosa menjadi matang. Meng-

apakah kamu akan mati, hai kaum Israel? (Yeh. 33:11). Tuhan  

tidak bersuka dalam kematianmu, seperti halnya Ia tidak 

memiliki  andil dalam dosamu. Sebaliknya, baik dosa mau-

pun kesengsaraan terjadi sebab  dirimu sendiri. Keinginan 

dan kebobrokan hatimu sendirilah yang menggoda kamu. Dan 

Surat Yakobus 1:13-18 

 303 

jika  sedikit demi sedikit keinginan dan kebobrokan hatimu 

itu menjauhkanmu dari Tuhan , dan mematangkan kekuatan 

dan kuasa dosa dalam dirimu, maka itu akan menghancurkan 

kamu.  

III. Kita diajar lebih jauh bahwa, sementara kita sendirilah yang 

menyebabkan dan mendatangkan semua dosa dan kesengsaraan 

bagi diri kita, Tuhan  yaitu  Bapa dan sumber dari semua kebaikan 

(ay. 16-17). Kita harus sangat berhati-hati supaya tidak salah 

dalam pemikiran-pemikiran kita tentang Tuhan : “Saudara-saudara 

yang kukasihi, janganlah sesat, mē lanasthe – jangan menyim-

pang, yaitu dari firman Tuhan , dan gambaran-gambaran tentang 

Dia yang engkau dapati di dalam firman-Nya itu. Jangan menyim-

pang ke dalam pendapat-pendapat yang salah, dan keluar dari 

patokan kebenaran, yaitu hal-hal yang telah engkau terima dari 

Tuhan Yesus dan oleh pimpinan Roh-Nya.” Ada kemungkinan 

Rasul Yakobus di sini terutama memperingatkan jemaat terhadap 

ajaran-ajaran yang bebas dari Simon dan para pengikut Nikolaus 

(yang dari mereka kemudian muncul kaum Gnostik, sekelompok 

orang yang paling cemar dan bobrok). Kalau mau melihat masalah 

ini lebih jauh lagi, Anda bisa membaca artikel  pertama dari theolog 

Yunani Irenaeus yang berjudul “Melawan Bidah.” Biar saja orang-

orang bobrok mengarang gagasan apa saja yang mereka mau, 

namun  kebenaran, yang nyata di dalam Yesus, tetap berdiri: Bahwa 

Tuhan  bukanlah, dan tidak mungkin, menjadi penyebab dan 

pelindung apa saja yang jahat. Sebaliknya, Ia harus diakui 

sebagai penyebab dan sumber dari segala hal yang baik: Setiap 

pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, 

datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang (ay. 17). 

Di sini amatilah,  

1. Tuhan  yaitu  Bapa segala terang. Terang yang tampak dari 

matahari dan benda-benda langit berasal dari Dia. Ia berfir-

man, “Jadilah terang” lalu terang itu jadi. Demikianlah Tuhan  

digambarkan sekaligus sebagai Pencipta matahari dan diban-

dingkan dengannya dalam beberapa hal. “Seperti halnya mata-

hari sama dalam hal sifat dan dampak-dampaknya, walaupun 

bumi dan awan, yang sering kali menghalang-halangi, mem-

buatnya tampak berubah-ubah bagi kita, dengan terbit dan 

terbenam, dan dengan terlihat berbeda-beda, atau undur de-


 304

ngan sepenuhnya, namun perubahan tidak ada di dalam diri-

nya. Demikian pula Tuhan  tidak berubah, dan perubahan serta 

bayangan kita bukanlah sebab  perubahan atau pertukaran 

bayangan apa pun pada-Nya, melainkan dari diri kita sendiri.” 

Demikian menurut Baxter. Bapa segala terang, yang pada-Nya 

tidak ada perubahan atau bayangan sebab  pertukaran. Seper-

ti kehebatan matahari dengan kodratnya, demikian pula Tuhan  

dalam anugerah, pemeliharaan, dan kemuliaan. Bahkan, da-

lam hal yang jauh lebih banyak dan tak terhingga. Sebab,  

2. Setiap pemberian yang baik datang dari Dia. Sebagai Bapa 

segala terang, Ia memberi  terang akal budi. Nafas Yang 

Mahakuasa, itulah yang memberi pengertian (Ayb. 32:8). Ia 

juga memberi  terang pembelajaran. Hikmat Salomo dalam 

pengetahuan alam, dalam tata pemerintahan, dan dalam 

segala kemajuan yang dibuatnya, berasal dari Tuhan . Terang 

wahyu ilahi datangnya lebih langsung dari atas. Terang iman, 

kemurnian, dan segala macam penghiburan berasal dari Dia. 

Sehingga apa saja yang baik pada kita pasti itu kita terima 

dari Tuhan , sama seperti apa saja kejahatan atau dosa yang ada 

pada diri kita, atau yang kita lakukan, itu pasti sebab  

perbuatan kita sendiri. Kita harus mengakui Tuhan  sebagai 

pencipta semua kekuatan dan kesempurnaan yang ada pada 

makhluk, dan yang memberi  semua kebaikan yang kita 

miliki di dalam dan melalui semua kekuatan dan kesempurna-

an itu. namun  kegelapan, ketidaksempurnaan, atau perbuatan-

perbuatan jahat mereka sama sekali tidak bisa ditanggungkan 

kepada Bapa segala terang. Dari Dialah lahir setiap pemberian 

yang baik dan sempurna, baik yang berkaitan dengan hidup 

ini maupun hidup yang akan datang.  

3.  Seperti halnya setiap pemberian yang baik datang dari Tuhan , 

maka khususnya pembaharuan kodrat kita, kelahiran baru 

kita, dan semua dampak kudus yang membahagiakan darinya 

pastilah berasal dari Dia (ay. 18): Atas kehendak-Nya sendiri Ia 

telah menjadikan kita oleh firman kebenaran. Di sini marilah 

kita perhatikan,  

(1) Orang Kristen yang sungguh-sungguh yaitu  makhluk cip-

taan baru. Ia menjadi orang yang berbeda dari siapa dia 

sebelum anugerah ilahi bekerja memperbaharuinya, seolah-

olah ia diciptakan baru, dan lahir kembali.  

Surat Yakobus 1:19-27 

 305 

(2) Sumber dari pekerjaan baik ini dinyatakan di sini. Pekerja-

an itu datang dari kehendak Tuhan  sendiri, bukan oleh 

kemampuan atau kuasa kita. Bukan pula dari kebaikan 

apa saja yang diperkirakan ada dalam diri kita, atau yang 

kita lakukan, melainkan murni dari kehendak baik dan 

anugerah Tuhan .  

(3) Sarana yang melaluinya pekerjaan baik ini terjadi ditunjuk-

kan: firman kebenaran, yaitu Injil, seperti yang diungkap-

kan Rasul Paulus secara lebih jelas (1Kor. 4:15), akulah 

yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil. 

Injil ini memang merupakan firman kebenaran, sebab ka-

lau tidak, ia tidak akan pernah bisa menghasilkan dampak-

dampak yang sedemikian nyata, bertahan lama, agung, dan 

mulia seperti itu. Kita dapat mengandalkannya, dan mem-

pertaruhkan jiwa kekal kita padanya. Dan kita akan men-

dapatinya sebagai sarana pengudusan bagi kita sebab  ia  

merupakan firman kebenaran (Yoh. 17:17).  

(4) Maksud dan tujuan Tuhan  dalam memberi  anugerah 

yang memperbarui dipaparkan di sini: Supaya kita pada 

tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua 

ciptaan-Nya. Supaya kita menjadi bagian dan harta Tuhan , 

dan milik yang lebih khusus bagi-Nya, seperti halnya anak 

sulung. Dan supaya kita menjadi kudus bagi Tuhan, seper-

ti halnya anak sulung ditahbiskan bagi Dia. Kristus yaitu  

Anak Sulung dari orang-orang Kristen, dan orang-orang 

Kristen yaitu  anak sulung dari segala makhluk ciptaan.  

Menekan Sifat-sifat yang Bobrok; Kewajiban Pendengar; 

Ibadah dalam Perbuatan Nyata 

(1:19-27) 

19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hen-

daklah cepat untuk mendengar, namun  lambat untuk berkata-kata, dan juga 

lambat untuk marah; 20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenar-

an di hadapan Tuhan . 21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan 

kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman 

yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. 22 

namun  hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar 

saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. 23 Sebab jika 

seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia yaitu  

seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya 

di depan cermin. 24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia 


 306

segera lupa bagaimana rupanya. 25 namun  barangsiapa meneliti hukum yang 

sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di da-

lamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, namun  sungguh-

sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. 26 Jikalau 

ada seorang menganggap dirinya beribadah, namun  tidak mengekang lidah-

nya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. 27 Ibadah yang 

murni dan yang tak bercacat di hadapan Tuhan , Bapa kita, ialah mengunjungi 

yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya 

dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia. 

Dalam bagian pasal ini kita dituntut, 

I.   Untuk menahan bekerjanya amarah. Kita harus mempelajari hal 

ini dalam penderitaan. Dan kita akan belajar jika kita sungguh-

sungguh dilahirkan kembali oleh firman kebenaran. Sebab me-

mang demikianlah hubungannya – roh yang mudah marah cepat 

terpancing melakukan hal-hal jahat sebab  penderitaan, dan 

berbagai kesalahan serta pemikiran yang buruk akan merajai 

dengan bekerjanya sifat-sifat kita sendiri yang keji dan hina. 

namun  anugerah Tuhan  yang memperbaharui dan firman Injil 

mengajar kita untuk menaklukkan semuanya ini: Hai saudara-

saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah 

cepat untuk mendengar, namun  lambat untuk berkata-kata, dan juga 

lambat untuk marah (ay. 19). Perkataan ini bisa merujuk,  

1. Pada firman kebenaran yang dibicarakan dalam ayat sebelum-

nya (ay. 18). Jadi kita dapat mencermati, bahwa sudah menjadi 

kewajiban kita untuk mendengarkan firman Tuhan , dan menge-

rahkan pikiran untuk memahaminya, dibandingkan  berbicara me-

nuruti khayalan kita sendiri atau pendapat-pendapat orang 

lain, lalu menjadi panas dan marah sebab nya. Janganlah ke-

salahan-kesalahan seperti pemikiran bahwa Tuhan lah yang me-

nyebabkan dosa, engkau sebutkan dengan tergesa-gesa, apa-

lagi dengan marah (begitu pula dengan kesalahan-kesalahan 

lain). namun  bersiaplah untuk mendengar dan mempertim-

bangkan apa yang diajarkan firman Tuhan  dalam semua hal itu.  

2. Perkataan ini dapat diterapkan pada penderitaan dan cobaan 

yang dibicarakan pada awal pasal ini. Maka kita dapat men-

cermati, bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk mende-

ngarkan bagaimana Tuhan  menjelaskan pemeliharaan-pemeli-

haraan-Nya, dan apa yang Ia maksudkan dengannya, dibandingkan  

berkata seperti Daud dengan tergesa-gesa, aku binasa. Atau 

seperti yang dikatakan Yunus dalam amarahnya, pantas saja 

Surat Yakobus 1:19-27 

 307 

aku marah. dibandingkan  mencela Tuhan  dalam cobaan-cobaan 

kita, marilah kita membuka telinga dan hati untuk mende-

ngarkan apa yang ingin Ia katakan kepada kita.  

3. Perkataan ini dapat dipandang merujuk pada perselisihan dan 

perbedaan yang terjadi di antara orang-orang Kristen sendiri, 

di masa-masa pencobaan pada waktu itu. Dengan demikian, 

bagian pasal ini dapat dipandang tidak memiliki  hubungan 

apa pun dengan apa yang dikatakan sebelumnya. Di sini kita 

dapat mencermati bahwa, setiap kali muncul perbedaan di 

antara orang-orang Kristen, tiap-tiap pihak harus bersedia 

mendengarkan pihak lain. Sering kali orang memegang penda-

pat mereka sendiri dengan kaku sebab  mereka tidak mau 

mendengar apa yang dikatakan orang lain untuk melawan 

mereka. Sementara kita harus cepat untuk mendengar alasan 

dan kebenaran dari semua sisi, dan lambat untuk mengatakan 

apa saja yang dapat menghalang-halanginya. Dan, jika  

memang kita harus berbicara, janganlah ada amarah dalam 

kata-kata kita, sebab jawaban yang lemah lembut meredakan 

kegeraman. sebab  surat ini dimaksudkan untuk memperbaiki 

berbagai macam kekacauan yang terjadi di antara orang-orang 

Kristen, maka perkataan ini, cepat untuk mendengar, lambat 

untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah, dapat ditaf-

sirkan dengan sangat baik menurut penjelasan yang terakhir 

ini. Dan lebih jauh lagi kita dapat mencermati dari perkataan 

itu bahwa, jika orang mengekang lidah, mereka juga harus me-

nahan amarah. saat  Musa pahit hati, ia teledor dengan kata-

katanya. Jika kita lambat untuk berkata-kata, kita juga harus 

lambat untuk marah. 

II.  Diberikan alasan yang sangat baik untuk menahan amarah: Se-

bab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan 

Tuhan  (ay. 20). Seolah-olah Rasul Yakobus berkata, “Sementara 

orang sering kali mengaku berapi-api demi Tuhan  dan kemuliaan-

Nya, dalam amarah mereka, hendaklah mereka sadar bahwa Tuhan  

tidak membutuhkan amarah siapa pun. Kepentingan-Nya ter-

layani dengan lebih baik oleh kelemahlembutan dibandingkan  oleh 

amarah dan kegeraman.” Salomo berkata, perkataan orang berhik-

mat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan 

orang yang berkuasa di antara orang bodoh (Pkh. 9:17). Dr. 


 308

Manton di sini berbicara tentang beberapa anggota sidang jemaat, 

“Jika kita cepat untuk mendengar sesigap saat  kita hendak ber-

bicara, maka akan ada lebih sedikit kemarahan, dan lebih banyak 

manfaat dalam pertemuan-pertemuan kita. Saya ingat saat  

seorang pengikut Manikhea berdebat dengan Augustinus, dengan 

suara ribut dan tidak sabar orang itu berteriak-teriak, Dengar 

aku! dengar aku! Sang bapa gereja menjawab dengan biasa-biasa 

saja, Nec ego te, nec tu me, sed ambo audiamus apostolum – bukan 

aku yang harus mendengar engkau, bukan pula engkau yang 

harus mendengar aku, namun  marilah kita berdua mendengarkan 

Rasul Yakobus.” Hal terburuk yang bisa kita bawa ke dalam 

perdebatan agama yaitu  amarah. Amarah, sekalipun memakai 

alasan bahwa itu demi keadilan dan kebenaran, tidak boleh diper-

caya. Amarah merupakan sifat manusia, dan amarah manusia 

bertentangan dengan kebenaran Tuhan . Orang yang mengaku-

ngaku memajukan kepentingan Tuhan  dengan cara ini menunjuk-

kan bahwa mereka tidak mengenal Tuhan  ataupun kepentingan-

Nya. Amarah ini harus terutama kita jaga jika  kita sedang 

mendengarkan firman Tuhan . Lihat 1 Petrus 2:1-2. 

III. Kita dipanggil untuk menekan sifat-sifat lain yang bobrok, selain 

sifat cepat marah: Buanglah segala sesuatu yang kotor dan keja-

hatan yang begitu banyak itu (ay. 21). Kata yang di sini diter-

jemahkan dengan segala sesuatu yang kotor itu berarti nafsu-

nafsu yang paling keji dan cemar. Sementara kata yang diartikan 

sebagai kejahatan yang begitu banyak itu dapat dipahami sebagai 

kebencian atau kefasikan rohani lain yang melimpah ruah. 

Dengan ini kita, sebagai orang Kristen, diajar untuk waspada, dan 

menyingkirkan bukan hanya kecenderungan hati dan sifat yang 

lebih kotor dan bersifat kedagingan yang membuat orang dikata-

kan kotor, melainkan juga semua kekacauan dalam hati yang 

bobrok, yang akan mencondongkannya melawan firman dan 

jalan-jalan Tuhan . Amatilah,  

1.  Dosa yaitu  sesuatu yang mencemarkan. Dosa disebut seba-

gai kekotoran itu sendiri.  

2.  Ada sangat banyak kejahatan dalam diri kita, yang harus kita 

waspadai. Ada kejahatan yang begitu banyak.  

3.  Menahan sifat-sifat jahat saja tidak cukup, kita juga harus 

membuangnya, atau menyingkirkannya dari diri kita. Engkau 

Surat Yakobus 1:19-27 

 309 

akan membuangnya seperti kain cemar sambil berkata kepada-

nya: “Keluar!” (Yes. 30:22).  

4.  Hal ini harus kita lakukan bukan hanya untuk dosa-dosa 

lahiriah, dan kekejian-kekejian yang lebih besar, melainkan 

juga untuk semua dosa pikiran dan perasaan, dan juga dosa 

perkataan dan perbuatan. Pasan rhyparian – segala sesuatu 

yang kotor, segala sesuatu yang bobrok dan berdosa.  

5.  Perhatikanlah, dari bagian-bagian sebelumnya dalam pasal ini, 

menyingkirkan segala sesuatu yang kotor merupakan apa yang 

dituntut dalam masa pencobaan dan penderitaan, dan hal 

yang penting untuk menghindari kesalahan, serta untuk me-

nerima dan memanfaatkan firman kebenaran dengan benar. 

Sebab,  

IV. Di sini kita diajar secara penuh, walaupun singkat, tentang men-

dengarkan fi