ta mem-
punyai alasan yang lebih kuat untuk mene-
rimanya, sebab entah kita pergi meninggalkan
dunia ini kepada Kristus atau tidak, mau
tidak mau sebentar lagi kita akan pergi mela-
lui kematian, sebab di sini kita tidak mempu-
nyai tempat tinggal yang tetap. Dosa, orang
berdosa, dan maut tidak akan memaksa kita
untuk tinggal lama di dunia. sebab itu, kita
harus pergi sekarang dengan iman, dan men-
cari di dalam Kristus perhentian dan tempat
tinggal yang tidak dapat diberikan oleh dunia
ini kepada kita (ay. 14).
Ketiga, Marilah kita menggunakan mezbah
ini dengan semestinya, bukan hanya dengan
turut ambil bagian di dalam hak-hak istimewa
yang diperoleh melalui mezbah itu, namun juga
dengan melaksanakan tugas-tugas di mezbah
ini , seperti orang-orang yang telah di-
jadikan Kristus sebagai imam untuk mengu-
rus mezbah. Marilah kita membawa korban
kita ke mezbah ini, dan kepada Imam Besar
kita ini, dan menghunjukkan semua itu mela-
lui Dia (ay. 15-16). Nah, sekarang korban apa-
kah yang harus kita bawa dan persembahkan
di mezbah ini, yaitu Kristus? Bukan korban
Surat Ibrani 13:1-17
275
penghapusan dosa, sebab itu tidak perlu.
Kristus telah memberi korban penebusan
yang agung. Korban kita hanyalah untuk
mengakui hal ini , yaitu: 1. Korban syu-
kur kepada Tuhan , yang harus senantiasa kita
persembahkan kepada Tuhan . Di dalamnya
termasuk segala puja-puji dan doa, begitu
pula ucapan syukur. Inilah ucapan bibir kita.
Kita harus memperkatakan puji-pujian bagi
Tuhan dari bibir yang tulus, dan ini hanya
boleh dipersembahkan kepada Tuhan , bukan
kepada para malaikat, atau orang-orang ku-
dus, atau makhluk yang mana pun, melain-
kan kepada nama Tuhan semata. Dan persem-
bahan ini harus diberikan melalui Kristus,
dengan bergantung pada penebusan dan sya-
faat-Nya yang terpuji. 2. Korban sedekah, dan
kedermawanan Kristen. Janganlah kamu lupa
berbuat baik dan memberi bantuan, sebab
korban-korban yang demikianlah yang berke-
nan kepada Tuhan (ay. 16). Kita harus memberi
bantuan semampu kita menurut kebutuhan
jiwa dan tubuh orang banyak. Kita hendaknya
jangan merasa puas hanya dengan memper-
sembahkan korban dari bibir kita, yang hanya
berupa perkataan saja, melainkan harus
mempersembahkan korban berupa perbuatan
baik. Semua ini haruslah kita taruh di atas
mezbah, bukan sebab perbuatan kita baik,
melainkan oleh sebab kebaikan Imam Besar
kita. Dengan korban semacam ini, dengan
pengagungan dan sedekah yang dipersembah-
kan, Tuhan sangat berkenan. Ia berkenan me-
nerima persembahan itu dengan senang hati,
dan menerima dan memberkati persembahan
itu melalui Kristus.
2. sesudah memberi tahu kita tentang kewajiban yang harus dila-
kukan orang Kristen untuk membalas kebaikan para pelayan
Tuhan yang sudah mati, yang pada dasarnya yaitu dengan
276
mencontoh iman mereka dan tidak berpaling dari iman ter-
sebut, Rasul Paulus memberi tahu kita tentang kewajiban apa
yang harus dilakukan orang untuk membalas para pelayan
Tuhan yang masih hidup (ay. 17), dan alasan mengapa itu
harus dilakukan.
(1) Kewajiban apakah itu, yaitu menaati mereka, dan tunduk
kepada mereka. Yang diwajibkan di sini bukanlah taat se-
cara buta atau tunduk secara mutlak, melainkan hanya
sejauh ketaatan itu masuk akal dan sesuai dengan kehen-
dak Tuhan yang tersingkap di dalam firman-Nya. Namun,
ketaatan dan penundukan itu haruslah tulus, dan tidak
hanya kepada Tuhan , namun juga kepada kuasa pemegang
jabatan dalam pelayanan, yang jelas berasal dari Tuhan , di
dalam segala hal yang berkaitan dengan jabatan ini ,
seperti halnya orangtua atau para pemimpin masyarakat
berkuasa atas segala hal di dalam ruang lingkup mereka.
Orang Kristen harus mau diajar oleh para hamba Tuhan,
dan tidak menganggap diri mereka sendiri terlalu bijak, ter-
lalu baik, atau terlalu besar untuk belajar dari mereka. Ke-
tika mereka mendapati bahwa ajaran-ajaran para hamba
Tuhan itu sejalan dengan firman yang tertulis, maka me-
reka harus menaatinya.
(2) Alasan mengapa kewajiban ini mesti dilakukan.
[1] Para pelayan Tuhan memiliki kekuasaan atas jemaat.
Sekalipun kedudukan mereka bukanlah sebagai peme-
rintah, namun mereka sungguh-sungguh memiliki we-
wenang. Para pelayan Tuhan bukan berkuasa untuk
memerintah jemaat, melainkan untuk menuntun mere-
ka di jalan Tuhan , dengan memberi tahu dan mengajar
mereka, menjelaskan firman Tuhan kepada mereka, dan
menerapkannya dalam berbagai perkara mereka. Para
pelayan Tuhan tidak boleh membuat hukum sendiri,
melainkan harus menafsirkan hukum Tuhan . Tafsiran
mereka juga belum tentu harus segera diterima tanpa
diuji lagi, namun jemaat mesti menyelidiki firman, dan
selama ajaran para hamba Tuhan itu sesuai dengan
peraturan firman, maka jemaat harus menerima ajaran
itu, bukan sebagai perkataan manusia, namun – dan
Surat Ibrani 13:1-17
277
memang sungguh-sungguh demikian – sebagai firman
Tuhan , yang bekerja juga di dalam mereka yang percaya.
[2] Para pelayan Tuhan berjaga-jaga atas jiwa jemaat, bu-
kan untuk menjebak mereka, melainkan untuk menye-
lamatkan mereka. Para pelayan Tuhan meyakinkan je-
maat, bukan terhadap diri mereka sendiri, melainkan
terhadap Kristus. Mereka membangun jemaat di dalam
pengetahuan, iman, dan kekudusan. Mereka harus ber-
jaga-jaga atas segala sesuatu yang bisa melukai jiwa-
jiwa manusia, dan memperingatkan jemaat akan ber-
bagai kekeliruan yang berbahaya, akan tipu daya Iblis,
akan penghakiman yang semakin dekat. Mereka harus
berjaga-jaga menanti datangnya segala kesempatan un-
tuk membantu jiwa-jiwa manusia semakin dekat de-
ngan sorga.
[3] Para pelayan Tuhan harus mempertanggungjawabkan
bagaimana mereka melaksanakan tugas mereka, dan
apa yang terjadi dengan jiwa-jiwa yang telah dipercaya-
kan kepada mereka, adakah yang hilang gara-gara kela-
laian mereka, dan adakah di antara jemaat yang dime-
nangkan dan dibangun di dalam pelayanan mereka.
[4] Para pelayan Tuhan senang jika bisa memberi per-
tanggungjawaban yang baik tentang diri mereka dan
para pendengar mereka. jika mereka dapat memper-
tanggungjawabkan kesetiaan dan keberhasilan mereka,
maka hari itu akan menjadi hari yang penuh sukacita
bagi mereka. Jiwa-jiwa yang telah dipertobatkan dan di-
teguhkan di dalam pelayanan mereka akan menjadi suka-
cita mereka, mahkota mereka, pada hari Tuhan Yesus.
[5] Jika mereka memberi pertanggungjawaban yang
menyedihkan, maka itu akan menjadi kerugian bagi
orang banyak sekaligus bagi diri mereka sendiri. Para
pendengar mendapatkan manfaat jika para pelayan
Tuhan memberi pertanggungjawaban dengan penuh
sukacita, bukan dengan dukacita. Jika para pelayan
yang setia tidak memperoleh keberhasilan, mereka akan
berdukacita, namun jemaat akan menjadi rugi. Hamba-
hamba Tuhan yang setia telah menyelamatkan jiwa me-
reka sendiri, namun pada kepala mereka akan tertumpah
278
darah dan kebinasaan jemaat yang tidak berbuah dan
tidak beriman.
Penutup
(13:18-25)
18 Berdoalah terus untuk kami; sebab kami yakin, bahwa hati nurani kami
yaitu baik, sebab di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup
yang baik. 19 Dan secara khusus aku menasihatkan kamu, agar kamu mela-
kukannya, supaya aku lebih lekas dikembalikan kepada kamu. 20 Maka Tuhan
damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kem-
bali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus,
Tuhan kita, 21 kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk
melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berke-
nan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-
lamanya! Amin. 22 Dan aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya
kata-kata nasihat ini kamu sambut dengan rela hati, sekalipun pendek saja
suratku ini kepada kamu. 23 Ketahuilah, bahwa Timotius, saudara kita, telah
berangkat. Segera sesudah ia datang, aku akan mengunjungi kamu bersama-
sama dengan dia. 24 Sampaikanlah salam kepada semua pemimpin kamu dan
semua orang kudus. Terimalah salam dari saudara-saudara di Italia. 25 Kasih
karunia menyertai kamu sekalian.
Di sini,
I. Rasul Paulus memohon supaya orang-orang percaya Ibrani men-
doakan dirinya, dan juga para sesama rekan sependeritaannya
(ay. 18). “Berdoalah terus untuk kami, untuk aku dan Timotius”
(disebutkan di ay. 23), “dan bagi kami semua yang bekerja di da-
lam pelayanan Injil.”
1. Ini yaitu sebagian dari kewajiban yang harus dilakukan je-
maat untuk membalas kebaikan para pelayan Tuhan. Hamba-
hamba Tuhan membutuhkan doa jemaat, dan semakin sung-
guh-sungguh jemaat mendoakan para pelayan Tuhan, maka
semakin banyak pula keuntungan yang dapat mereka raih dari
pelayanan hamba-hamba Tuhan itu. Jemaat harus berdoa
supaya Tuhan mengajar para hamba Tuhan yang harus meng-
ajar mereka, supaya kiranya Ia menjadikan para hamba-Nya
waspada, bijak, penuh semangat, dan berhasil. Kiranya Ia
menolong mereka di dalam segala pekerjaan mereka, meno-
pang mereka dalam menanggung segala beban mereka, dan
menguatkan mereka di dalam segala pencobaan yang mereka
alami.
Surat Ibrani 13:18-25
279
2. Ada berbagai alasan yang bagus mengapa orang harus berdoa
bagi para pelayan Tuhan. Dua di antaranya disebutkan oleh
Rasul Paulus,
(1) Kami yakin, bahwa hati nurani kami yaitu baik, dst. (ay.
18). Banyak di antara orang Yahudi berpikiran buruk ter-
hadap Paulus, sebab , sebagai seorang yang paling Ibrani
di antara orang-orang Ibrani, ia telah mencampakkan hu-
kum Imamat dan memberitakan Kristus. Sekarang, dengan
rendah hati di sini ia menegaskan ketulusan dan kejujuran
hatinya. Kami yakin, bahwa hati nurani kami yaitu baik,
sebab di dalam segala hal kami menginginkan suatu hidup
yang baik. Kami yakin! Ia bisa saja berkata, kami tahu.
Namun ia memilih berbicara dengan nada merendah, un-
tuk mengajar kita semua supaya jangan terlalu percaya
diri, melainkan harus tetap memiliki rasa cemburu yang
kudus terhadap hati kita sendiri. “Kami yakin bahwa hati
nurani kami yaitu baik, hati nurani yang telah memper-
oleh pencerahan dan pengetahuan luas, nurani yang bersih
dan murni, nurani yang peka dan setia, nurani yang ber-
saksi untuk kami, bukan melawan kami. Nurani yang baik
di dalam segala hal, di dalam kewajiban-kewajiban yang
ada di dalam loh-loh batu baik yang pertama maupun
yang kedua, terhadap Tuhan ataupun terhadap manusia,
dan khususnya di dalam segala hal yang berkenaan dengan
pelayanan kami. Kami akan bertindak jujur dan tulus di
dalam segala hal.“ Perhatikanlah,
[1] Hati nurani yang baik menghormati seluruh perintah
Tuhan dan semua kewajiban kita.
[2] Orang-orang yang bernurani baik ini, masih membutuh-
kan doa orang lain.
[3] Hamba-hamba Tuhan yang berhati nurani merupakan
berkat bagi jemaat, dan layak didoakan oleh jemaat.
(2) Alasan lain mengapa Rasul Paulus menghendaki doa
jemaat yaitu sebab ia berharap supaya dengan demikian
ia lebih lekas dikembalikan kepada mereka (ay. 19). Ini
menyiratkan bahwa tadinya ia berada di antara mereka,
dan bahwa sekarang sesudah tidak lagi berada di antara
mereka, ia memiliki hasrat yang besar dan niat yang kuat
280
untuk datang kembali kepada mereka. Selain itu, cara
terbaik untuk mempermudah kembalinya kepada mereka,
dan supaya Tuhan mengaruniakan hal itu kepadanya dan
kepada mereka, yaitu dengan menjadikan hal itu sebagai
pokok doa mereka. saat para pelayan Tuhan datang ke-
pada jemaat sebagai jawaban doa, mereka datang dengan
sukacita yang lebih besar untuk diri mereka sendiri dan
mendatangkan hasil yang lebih banyak bagi jemaat. Kita
harus menarik segala rahmat yang tersedia bagi kita de-
ngan doa.
II. Rasul Paulus memanjatkan doanya kepada Tuhan bagi jemaat. Ia
bersedia melakukan bagi jemaat sebagaimana yang dikehendakinya
supaya diperbuat oleh mereka baginya: Maka Tuhan damai sejah-
tera, dst. (ay. 20). Di dalam doa yang luar biasa ini perhatikanlah,
1. Gelar yang diberikan kepada Tuhan . Yaitu, Tuhan damai sejah-
tera, yang telah menyatakan jalan untuk mendamaikan diri-
Nya sendiri dengan orang-orang berdosa, dan yang cinta akan
damai sejahtera di bumi, khususnya di dalam Gereja-Nya.
2. Perbuatan luar biasa yang dilakukan Tuhan . Ia telah membawa
kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba,
yaitu Yesus, Tuhan kita. Yesus bangkit dengan kuasa-Nya
sendiri, namun Bapa terlibat di dalamnya, untuk memastikan
bahwa keadilan telah ditegakkan dan hukum telah digenapi.
Yesus bangkit kembali untuk membenarkan kita, dan kuasa
ilahi yang telah membangkitkan Dia itu sanggup melakukan
segala sesuatu yang kita butuhkan.
3. Gelar yang diberikan kepada Kristus, yaitu, Yesus, Tuhan kita,
Tuhan kita yang berdaulat, Juruselamat kita, Gembala Agung
segala domba, seperti dijanjikan di dalam Yesaya 40:11, dan
dinyatakan-Nya sendiri demikian (Yoh. 10:14-15). Para pelayan
Tuhan yaitu gembala biasa, sedang Kristus yaitu Gem-
bala Agung. Ini menunjukkan perhatian-Nya terhadap umat-
Nya. Jemaat ialah kawanan domba di padang rumput-Nya,
dan perhatian serta kepedulian-Nya tertuju kepada mereka. Ia
memberi mereka makan, menuntun mereka, dan berjaga-jaga
atas mereka.
4. Bagaimana Tuhan diperdamaikan, dan cara Kristus dibangkit-
kan dari antara orang mati. Oleh darah perjanjian yang kekal.
Surat Ibrani 13:18-25
281
Darah Kristus memuaskan keadilan ilahi, dan dengan demi-
kian jmemicu terlepasnya Kristus dari penjara kasih
karunia, sebab telah membayar utang kita, menurut perjanji-
an atau persetujuan kekal antara Bapa dan Anak. Darah ini
yaitu pengudusan dan materai dari sebuah perjanjian kekal
antara Tuhan dan umat-Nya.
5. Rahmat yang dipintakan. Kiranya memperlengkapi kamu (KJV:
menyempurnakan kamu – pen.) dengan segala yang baik, dst.
(ay. 21). Perhatikanlah,
(1) Kesempurnaan orang-orang kudus dalam segala yang baik
yaitu hal besar yang diingini oleh para pelayan Tuhan bagi
jemaat, supaya selama di dunia mereka dapat menjadi
sempurna dalam ketulusan dan kejujuran hati, akal budi
yang jernih, hati yang bersih, kasih yang hidup, kehendak
yang wajar dan kuat, serta kekuatan yang sepantasnya
untuk melakukan segala yang baik sebagaimana mereka
sekarang dipanggil. Dan pada akhirnya, supaya mereka
sampai pada tingkat yang sempurna sehingga pantas untuk
melakukan pekerjaan dan mengalami sukacita sorga.
(2) Cara Tuhan menyempurnakan umat-Nya, yaitu dengan se-
nantiasa mengerjakan di dalam mereka apa yang berkenan
di mata-Nya, dan yang dilakukan melalui Yesus Kristus.
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Perhati-
kanlah,
[1] Tidak ada hal baik yang dikerjakan di dalam kita selain
pekerjaan Tuhan . Ia bekerja di dalam kita, sebelum kita
pantas untuk mengerjakan apa saja.
[2] Tidak ada pekerjaan baik yang dilakukan di dalam kita
oleh Tuhan , selain melalui Yesus Kristus, untuk Dia dan
oleh Roh-Nya. Oleh sebab itu,
[3] Kemuliaan yang kekal layak diperuntukkan bagi Yesus,
yang merupakan sumber dari segala pedoman baik yang
dikerjakan di dalam kita dan segala pekerjaan baik yang
kita lakukan. Mengenai hal ini, setiap orang harus ber-
kata, Amin.
III. Rasul Paulus memberi orang-orang Ibrani itu sebuah penjelasan
tentang kebebasan Timotius dan harapannya untuk melihat me-
282
reka ada bersama-sama dengan dia dalam waktu dekat (ay. 23).
Tampaknya, sebelum itu Timotius dipenjarakan, yang jelas oleh
sebab Injil, namun sekarang ia telah dibebaskan. Pemenjaraan
para hamba Tuhan yang setia merupakan sebuah kehormatan
bagi mereka, dan pembebasan mereka yaitu sukacita bagi
jemaat. Rasul Paulus bersukacita dengan adanya harapan untuk
tidak saja melihat Timotius, namun juga melihat orang-orang Ibrani
itu bersama dengan Timotius. Kesempatan untuk menulis kepada
jemaat-jemaat Kristus yaitu hal yang diingini oleh para pelayan
Kristus yang setia, dan menyenangkan bagi mereka.
IV. sesudah memberi penjelasan singkat mengenai surat ini, serta
memohon supaya mereka mengindahkannya (ay. 22), Rasul
Paulus menutup dengan salam dan ucapan berkat yang khidmat
sekalipun singkat.
1. Salam yang diberikan.
(1) Dari dirinya kepada jemaat, yang ditujukan kepada semua
hamba Tuhan yang memimpin mereka, dan kepada semua
orang kudus. Kepada mereka semua, baik hamba Tuhan
maupun jemaat.
(2) Dari orang-orang Kristen di Italia kepada jemaat. Sungguh
baik jika hukum kebaikan dan kasih yang kudus
tertulis di dalam hati orang-orang Kristen satu dengan yang
lain. Agama mengajar manusia tentang keramahtamahan
sejati dan memelihara kebaikan. Itu bukan hal yang buruk
ataupun menyedihkan.
2. Ucapan berkat yang khidmat, sekalipun singkat (ay. 25). Kasih
karunia menyertai kamu sekalian. Kiranya perkenan Tuhan
tertuju kepadamu, dan kasih karunia-Nya senantiasa bekerja di
dalam engkau, dan menyertai engkau, menghasilkan buah-
buah kekudusan, sebagai buah sulung dari kemuliaan. saat
umat Tuhan telah dipersatukan dengan perkataan atau tulisan,
maka yaitu baik untuk berpisah dengan doa, saling menghen-
daki supaya anugerah Tuhan yang penuh kemurahan senantiasa
menyertai mereka, agar mereka dapat kembali bersama-sama di
dalam dunia yang penuh dengan puji-pujian, yaitu di sorga.
Surat
Yakobus
Tafsiran
SURAT Yakobus
enulis surat ini bukan Yakobus anak Zebedeus, sebab ia dihu-
kum mati oleh Herodes (Kis. 12) sebelum Kekristenan cukup ber-
hasil ditanamkan di antara orang-orang Yahudi yang ada di peran-
tauan, seperti yang tersirat di sini. namun dia yaitu Yakobus lain,
anak Alfeus, yang merupakan saudara sepupu Kristus, dan salah
seorang dari kedua belas rasul (Mat. 10:3). Ia disebut sebagai soko-
guru jemaat (Gal. 2:9), dan surat ini yaitu tulisannya tidak dapat
dibantah, tanpa melonggarkan satu batu dasar dalam bangunan je-
maat. Surat ini disebut sebagai surat umum, sebab (seperti menurut
sebagian orang) tidak ditujukan kepada seseorang atau jemaat terten-
tu, namun merupakan semacam surat yang kita sebut sebagai surat
edaran. Sebagian orang lain lagi berpendapat bahwa surat itu disebut
umum, atau am, untuk membedakannya dari surat-surat Ignatius,
Barnabas, Polikarpus dan lain-lain yang dikenal orang pada zaman
mula-mula, namun yang biasanya tidak diterima di dalam
jemaat. sebab alasan itu, surat-surat ini tidak termasuk kanon
Kitab Suci, seperti surat ini. Eusebius (sejarawan gereja abad ketiga –
pen.) mengatakan bahwa surat ini “biasanya dibacakan di
dalam jemaat-jemaat bersama surat-surat am yang lain” (Eccles. hlm.
53. Ed. Val. 1678). Yakobus, penulis kita, disebut orang benar, kare-
na kesalehannya yang tinggi. Ia merupakan contoh terkemuka dari
karunia-karunia yang ditekankannya kepada orang lain. Ia begitu sa-
ngat disegani sebab keadilannya, kebersahajaannya, dan pengabdi-
annya sehingga Yosefus, seorang sejarawan Yahudi, mencatat sebagai
P
286
salah satu penyebab kehancuran Yerusalem “bahwa Rasul Yakobus
menjadi martir di sana.” Hal ini disebutkan dengan harapan bahwa
kita akan memberi perhatian lebih besar pada apa yang ditulis
oleh orang yang begitu suci dan luhur ini. Waktu penulisan surat ini
tidaklah pasti. Maksud dan tujuannya yaitu untuk menegur orang-
orang Kristen atas kemerosotan mereka yang besar baik dalam iman
maupun perilaku, dan untuk mencegah penyebaran ajaran-ajaran
yang menolak agama, yang mengancam kehancuran segala tindakan
kesalehan. Juga menjadi niat khusus dari penulis surat ini untuk
menggugah bangsa Yahudi supaya sadar akan kedahsyatan dan
sudah mendekatnya penghakiman-penghakiman yang akan menimpa
mereka. Serta untuk mendukung semua orang Kristen yang sung-
guh-sungguh di jalan kewajiban mereka, di bawah segala malapetaka
dan penganiayaan yang mungkin akan mereka jumpai. Kebenaran-
kebenaran yang dipaparkan di sini sangatlah penting, dan perlu
dijaga. Dan pedoman-pedoman untuk bertindak, seperti yang dinya-
takan di sini, yaitu sedemikian rupa sehingga harus dijalankan di
zaman kita seperti juga di zaman-zaman sebelumnya.
PASAL 1
etelah diberikan salam pembuka dari penulis (ay. 1), orang-orang
Kristen diajar bagaimana mereka harus berperilaku jika se-
dang memikul salib. beberapa anugerah dan kewajiban pun dianjur-
kan. Dan barang siapa yang bertahan dalam pencobaan dan pen-
deritaan seperti yang disampaikan Rasul Yakobus di sini dinyatakan
diberkati dan dijamin mendapat upah yang mulia (ay. 2-12). namun
dosa-dosa yang jmemicu penderitaan, atau kelemahan dan
kesalahan yang dilakukan manusia di dalam penderitaan itu, sama
sekali tidak dapat ditanggungkan kepada Tuhan , yang tidak mungkin
menjadi penyebab dosa, melainkan penyebab semua kebaikan (ay.
13-18). Segala murka, kemarahan yang membabi buta, dan perasaan
yang keji, harus ditekan. Firman Tuhan harus menjadi apa yang ter-
utama kita pelajari. Apa yang kita dengar dan kita ketahui darinya
harus berusaha kita lakukan, sebab kalau tidak, ibadah kita hanya-
lah sia-sia. Selain itu, ditambahkan uraian mengenai hal-hal apa saja
yang terkandung dalam ibadah yang murni (ay. 19-27).
Salam Pembuka
(1:1)
1 Salam dari Yakobus, hamba Tuhan dan Tuhan Yesus Kristus, kepada kedua
belas suku di perantauan.
Di sini kita mendapati salam pembuka dari surat ini, yang terdiri atas
tiga hal utama:
I. Ciri-ciri yang dengannya penulis ingin dikenal: Yakobus, hamba
Tuhan dan Tuhan Yesus Kristus. Meskipun seorang pelayan utama
dalam kerajaan Kristus, namun ia hanya menyebut dirinya seba-
S
288
gai seorang hamba. Maka dari itu perhatikanlah, mereka yang
memegang jabatan atau pencapaian tertinggi dalam jemaat Kris-
tus hanyalah hamba-hamba. Oleh sebab itu, mereka tidak boleh
bertindak sebagai tuan, melainkan sebagai pelayan. Lebih jauh
lagi, meskipun disebut oleh penulis Injil sebagai saudara Tuhan
Yesus, namun Yakobus lebih bermegah sebab melayani Kristus
di dalam roh dibandingkan menyombongkan diri sebagai orang yang
bersaudara dengan Yesus secara jasmani. Maka dari itu, marilah
kita belajar untuk menghargai gelar ini di atas semua hal lain di
dunia – hamba-hamba Tuhan dan Kristus. Selain itu, harus diamati
bahwa Yakobus mengaku sebagai hamba Tuhan dan Tuhan Yesus
Kristus, untuk mengajar kita bahwa dalam semua pelayanan yang
kita lakukan, kita harus mengarahkan pandangan kepada Sang
Anak dan juga Sang Bapa. Kita tidak bisa melayani Sang Bapa
secara berkenan, kecuali kita juga merupakan hamba Sang Anak.
Tuhan ingin supaya semua orang menghormati Anak sama seperti
mereka menghormati Bapa (Yoh. 5:23), supaya berusaha berkenan
pada Kristus, mengharapkan pertolongan dari-Nya, patuh terha-
dap-Nya dalam segala hal, dan dengan demikian mengakui bahwa
Yesus Kristus yaitu Tuhan, bagi kemuliaan Tuhan , Bapa.
II. Rasul Yakobus di sini menyebutkan keadaan orang-orang yang
disuratinya: Kedua belas suku di perantauan. Sebagian orang me-
mahami hal ini sebagai tersebarnya orang-orang percaya sesudah
penganiayaan terhadap Stefanus (Kis. 8). namun , mereka ini
hanya sampai Yudea dan Samaria. Sebagian orang lagi mema-
haminya sebagai orang-orang Yahudi yang ada di Asyur, Babel,
Mesir, dan kerajaan-kerajaan lain yang ke sana mereka terusir
sebab perang. Memang sebagian besar dari sepuluh suku, dari
antara dua belas suku Israel, hilang di tawanan. Walaupun be-
gitu, sebagian dari setiap suku itu tetap terpelihara, dan mereka
masih dihormati dengan sebutan kuno kedua belas suku. Namun,
mereka ini terserak dan terpencar.
1. Mereka terserak di dalam belas kasihan. Dengan memiliki Ki-
tab Suci Perjanjian Lama, pemeliharaan Tuhan mengatur sede-
mikian rupa sehingga mereka tersebar di beberapa negeri un-
tuk menyebarkan terang wahyu ilahi.
2. Sekarang mereka mulai terserak di dalam murka. Bangsa Ya-
hudi terpecah-belah ke dalam kelompok dan golongan, dan
Surat Yakobus 1:1
289
banyak di antara mereka terpaksa meninggalkan negeri mere-
ka sendiri, sebab sudah menjadi terlalu panas bagi mereka.
Bahkan orang-orang baik di antara mereka ikut tertimpa
malapetaka bersama ini.
3. Orang-orang Yahudi yang terserak ini yaitu mereka yang
sudah memeluk iman Kristen. Mereka dianiaya dan dipaksa
mencari tempat berlindung di negeri-negeri lain, sebab bangsa-
bangsa bukan Yahudi bersikap lebih baik terhadap orang
Kristen dibandingkan bangsa Yahudi. Perhatikanlah di sini, sering
kali bahkan suku-suku kepunyaan Tuhan sendiri menanggung
nasib terpencar ke tempat-tempat yang jauh. Hari berkumpul
kembali disediakan untuk akhir zaman, saat semua anak
Tuhan yang terserak akan dikumpulkan bersama-sama kepada
Kristus sebagai Kepala mereka. Sementara itu, selagi suku-
suku Tuhan tersebar ke tempat-tempat yang jauh, Ia akan me-
ngirim utusan untuk menjagai mereka. Di sini Rasul Yakobus
menulis kepada mereka yang di perantauan. Sebuah surat dari
Tuhan untuk mereka, saat terusir jauh dari bait-Nya, dan
tampak diabaikan oleh-Nya. Di sini dapat diterapkan kata-kata
dari Nabi Yehezkiel itu, beginilah firman Tuhan Tuhan : Walau-
pun Aku membawa mereka jauh-jauh di antara bangsa-bangsa
dan menyerakkan mereka di negeri-negeri itu, namun Aku
menjadi tempat kudus yang sedikit artinya bagi mereka di
negeri-negeri di mana mereka datang (Yeh. 11:16). Tuhan mem-
berikan perhatian khusus terhadap umat-Nya yang terbuang.
Biarkanlah orang-orang yang terbuang dari Moab menumpang
padamu (Yes. 16:3-4). Suku-suku kepunyaan Tuhan pun bisa
saja terserak. Oleh sebab itu, janganlah kita menilai terlalu
tinggi hak-hak istimewa kita yang bersifat lahiriah. Di sisi lain,
kita juga tidak boleh berputus asa dan menganggap diri kita
ditolak, saat sedang menghadapi malapetaka-malapetaka
yang bersifat lahiriah, sebab Tuhan mengingat dan mengirim-
kan penghiburan-penghiburan bagi umat-Nya yang terserak.
III. Di sini Rasul Yakobus menunjukkan penghormatannya bahkan
kepada mereka yang terserak sekalipun: salam, ia menyapa mere-
ka, mengharapkan kedamaian dan keselamatan bagi mereka. Ja-
nganlah penghargaan kita berkurang kepada orang Kristen yang
sungguh-sungguh sebab mereka hidup susah. Keinginan hati
290
Rasul Yakobus yaitu supaya mereka yang terserak dihibur, su-
paya mereka baik-baik saja, dan dimampukan untuk bersukacita
bahkan dalam kesusahan-kesusahan mereka. Umat Tuhan mem-
punyai alasan untuk bersukacita di segala tempat, dan segala
waktu, seperti yang tampak jelas dalam bagian selanjutnya.
Pentingnya Iman dan Ketekunan;
Buruknya Kebimbangan
(1:2-12)
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, jika kamu
jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian
terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4 Dan biarkanlah ketekunan
itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan
utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. 5 namun jika di antara kamu
ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Tuhan , –
yang memberi kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak
membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya. 6 Hendaklah
ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang
yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian
ke mari oleh angin. 7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan
menerima sesuatu dari Tuhan. 8 Sebab orang yang mendua hati tidak akan
tenang dalam hidupnya. 9 Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang
rendah bermegah sebab kedudukannya yang tinggi, 10 dan orang kaya kare-
na kedudukannya yang rendah sebab ia akan lenyap seperti bunga rumput.
11 sebab matahari terbit dengan panasnya yang terik dan melayukan rum-
put itu, sehingga gugurlah bunganya dan hilanglah semaraknya. Demikian
jugalah halnya dengan orang kaya; di tengah-tengah segala usahanya ia akan
lenyap. 12 Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apa-
bila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanji-
kan Tuhan kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.
Sekarang tiba saatnya kita membahas isi surat ini. Dalam perikop
ini, kita mendapati hal-hal sebagai berikut untuk kita perhatikan:
I. Keadaan orang-orang Kristen yang menderita di dunia digambar-
kan di sini, dan dengan cara yang banyak memberi pelajaran, jika
kita memperhatikan apa yang tersirat dengan jelas, bersama
dengan apa yang diungkapkan secara penuh.
1. Tersirat bahwa masalah dan penderitaan bisa saja menimpa
orang-orang Kristen yang terbaik, bahkan mereka yang mem-
punyai alasan paling kuat untuk berpikir dan berharap bahwa
mereka akan baik-baik saja. Orang yang berhak mendapat
sukacita terbesar mungkin harus bertahan menghadapi pen-
deritaan-penderitaan yang teramat pedih. sebab orang-orang
Surat Yakobus 1:2-12
291
baik sekalipun bisa saja diserakkan, maka mereka tidak boleh
menganggap aneh jika mereka menghadapi masalah.
2. Penderitaan dan masalah lahiriah ini merupakan cobaan bagi
mereka. Melalui penderitaan dan salib, Iblis berusaha menarik
orang untuk berbuat dosa dan menghalang-halangi mereka
dari kewajiban, atau membuat mereka tidak layak menjalan-
kannya. Walaupun begitu, sebab penderitaan kita ada di
tangan Tuhan , penderitaan itu dimaksudkan sebagai ujian bagi
anugerah-anugerah yang kita miliki supaya semua anugerah
itu dapat dikembangkan. Emas dimasukkan ke dalam perapi-
an, supaya bisa dimurnikan.
3. Cobaan-cobaan ini bisa sangat banyak dan beragam: Berbagai-
bagai pencobaan, demikian Rasul Yakobus mengatakannya.
Ujian yang menimpa kita bisa banyak dan berbeda-beda, dan
sebab itu kita perlu mengenakan seluruh perlengkapan sen-
jata Tuhan . Kita harus bersenjata di segala sisi, sebab godaan-
godaan datang dari segala arah.
4. Ujian-ujian terhadap orang baik itu bukanlah ujian yang ia
ciptakan sendiri, atau yang datang sendiri kepadanya sebab
dosa. Sebaliknya, dikatakan bahwa ia jatuh ke dalam ujian-
ujian itu. Dan sebab itulah mereka ditopang dengan lebih
baik olehnya.
II. Anugerah dan kewajiban dalam masa pencobaan dan penderitaan
ditunjukkan kepada kita di sini. Sekiranya kita memperhatikan
anugerah dan kewajiban ini, dan bertumbuh di dalamnya seperti
seharusnya, maka alangkah baiknya jika kita sampai tertimpa
penderitaan!
1. Satu anugerah kristiani yang harus diterapkan dalam perbuat-
an nyata yaitu sukacita atau kebahagiaan: Anggaplah seba-
gai suatu kebahagiaan (ay. 2). Kita tidak boleh tenggelam da-
lam kesedihan dan berputus asa, yang akan membuat kita tak
berdaya dalam menghadapi cobaan-cobaan. Sebaliknya, kita
harus berusaha menjaga supaya roh kita tetap lapang, agar
kita memahami dengan lebih baik keadaan kita yang sebenar-
nya, dan dengan lebih diuntungkan bertekad untuk meman-
faatkan keadaan sebaik-baiknya. Filsafat bisa mengajar orang
untuk bersikap tenang dalam menghadapi masalah, namun Ke-
kristenan mengajar orang untuk bersukacita, sebab bersuka-
292
cita timbul dari kasih, dan bukan amarah, terhadap Tuhan . Da-
lam bersukacita, kita menyerupai Kristus sebagai Kepala kita,
dan itu menjadi tanda bahwa kita sudah diangkat menjadi
anak-Nya. Dengan menderita di jalan-jalan kebenaran, kita
melayani kepentingan-kepentingan kerajaan Tuhan kita di
antara manusia, dan membangun tubuh Kristus. Ujian-ujian
kita akan membuat cemerlang anugerah-anugerah kita pada
saat ini, dan mahkota kita pada akhirnya. Oleh sebab itu, ada
alasan mengapa kita harus menganggap sebagai kebahagiaan
jika ujian dan kesulitan menimpa kita sewaktu kita men-
jalankan kewajiban. Paradoks atau ungkapan yang bertolak
belakang dengan pikiran orang biasanya ini bukan mur-
ni milik Perjanjian Baru, sebab bahkan di masa Ayub dikata-
kan, sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Tuhan .
Ada alasan yang lebih lagi untuk bersukacita dalam penderita-
an, jika kita mempertimbangkan bahwa anugerah-anugerah
lain akan datang lagi melalui berbagai penderitaan itu.
2. Iman yaitu anugerah, seperti yang disebutkan dalam ayat 3,
Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu, dan yang
dengan jelas dituntut dalam ayat 6, hendaklah ia memintanya
dalam iman. Kita harus betul-betul mempercayai kebenaran-
kebenaran agung dalam Kekristenan, dan berpegang teguh
padanya, dalam masa-masa pencobaan. Iman yang di sini
dikatakan diuji oleh penderitaan yaitu keyakinan terhadap
kuasa, firman, dan janji Tuhan , dan kesetiaan serta keteguhan
terhadap Tuhan Yesus.
3. Yang dihasilkan pasti ketekunan: Ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan. Ujian terhadap satu anugerah meng-
hasilkan anugerah lain. Semakin sering anugerah-anugerah
orang Kristen diuji dalam penderitaan, semakin kuat anuge-
rah-anugerah itu bertumbuh. Kesengsaraan itu menimbulkan
ketekunan (Rm. 5:3). Nah, untuk melatih ketekunan orang
Kristen dengan benar, kita harus,
(1) Membiarkannya bekerja. Ketekunan atau kesabaran bu-
kanlah hal yang diam membatu, namun giat bekerja. Sikap
tak acuh dari ajaran Stoa dan kesabaran kristiani sangat-
lah berbeda: oleh ajaran Stoa, orang kurang lebih dibuat
tidak merasakan penderitaan-penderitaan mereka, sedang-
kan oleh Kekristenan orang akan berkemenangan di dalam
Surat Yakobus 1:2-12
293
dan atas penderitaan-penderitaan itu. Marilah kita ber-
usaha, supaya pada masa-masa pencobaan, kesabaranlah,
dan bukan amarah, yang bekerja dalam diri kita. Apa pun
yang dikatakan atau dilakukan, hendaklah kesabaran yang
mengatakan dan melakukannya. Janganlah kita biarkan
amarah kita menghalang-halangi bekerjanya kesabaran
dan dampak-dampaknya yang luhur. Marilah kita biarkan
kesabaran bekerja, maka kesabaran itu akan mengerjakan
keajaiban-keajaiban di masa susah.
(2) Kita harus membiarkan kesabaran bekerja dengan sempur-
na. Jangan melakukan apa saja yang membatasi atau me-
lemahkannya, namun biarkanlah kesabaran bekerja sepe-
nuh-penuhnya. Jika satu penderitaan merambat ke pende-
ritaan lain, lalu sederet penderitaan menimpa kita, biar-
kanlah kesabaran terus bekerja hingga pekerjaannya sem-
purna. jika kita menanggung segala sesuatu yang su-
dah ditetapkan Tuhan , dan sejauh Ia menetapkannya, de-
ngan mata yang tertuju pada-Nya dengan taat dan rendah
hati, dan jika kita tidak hanya menanggung kesusahan-
kesusahan, namun juga bersukacita di dalamnya, maka
kesabaran sudah bekerja dengan sempurna.
(3) jika kesabaran atau ketekunan sudah tuntas bekerja,
maka orang Kristen menjadi utuh, dan tidak akan keku-
rangan suatu apa pun. Ketekunan akan memperlengkapi
kita dengan segala hal yang diperlukan untuk pertandingan
dan peperangan rohani kita, dan akan membuat kita mam-
pu bertahan sampai akhir. Pada saat itulah pekerjaannya
akan berakhir, dan dimahkotai dengan kemuliaan. sesudah
berlimpah dalam anugerah-anugerah lain, kita memerlukan
ketekunan (Ibr. 10:36). namun biarkanlah ketekunan itu
memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi
sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
4. Doa yaitu kewajiban yang juga dianjurkan kepada orang-
orang Kristen yang menderita. Di sini Rasul Yakobus menun-
jukkan,
(1) Apa yang terutama harus kita doakan, yaitu hikmat: Apa-
bila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendak-
lah ia memintakannya kepada Tuhan . Janganlah kita berdoa
294
untuk menghilangkan penderitaan, melainkan untuk mem-
peroleh hikmat supaya memanfaatkan penderitaan itu de-
ngan benar. Siapakah yang tidak menginginkan hikmat di
dalam ujian atau cobaan besar apa saja untuk membim-
bingnya dalam menilai segala perkara, mengatur jiwa dan
perilakunya sendiri, dan menangani urusan-urusannya?
Berhikmat pada masa-masa pencobaan yaitu karunia
istimewa dari Tuhan , dan dari Dialah kita harus mencarinya.
(2) Dengan cara apa hikmat ini harus diperoleh, yaitu dengan
memohonkan atau memintakannya. Biarlah orang bodoh
menjadi pengemis di hadapan takhta anugerah, maka ia
sedang berjalan mulus menjadi bijak. Tidak dikatakan,
“Hendaklah orang yang ingin mendapat hikmat memin-
tanya kepada manusia.” Tidak, bukan manusia mana pun,
melainkan, “Hendaklah ia memintanya kepada Tuhan ,” yang
menjadikan dia, dan memberinya pengertian dan kekuatan
akal budi pada mulanya. Hendaklah ia memintanya kepada
Tuhan , yang di dalam Dia ada segala harta hikmat dan
pengetahuan. Marilah kita mengakui kebutuhan kita akan
hikmat kepada Tuhan dan setiap hari memintanya kepada
Dia.
(3) Pada kita ada dorongan terbesar untuk memintanya: Ia
memberi kepada semua orang dengan murah hati dan
dengan tidak membangkit-bangkit. Ya, dengan jelas dijanji-
kan bahwa hal itu akan diberikan (ay. 5). Di sini ada jawab-
an setiap kali kita memiliki pikiran yang mengecilkan
hati, merasa lemah dan bodoh, saat sedang menghadap
Tuhan untuk meminta hikmat. Tuhan yang kepada-Nya kita
disuruh datang, kita yakini, memiliki hikmat sehingga Ia
dapat memberi nya. Dan Ia suka memberi, mau mem-
berikan hikmat ini kepada siapa saja yang memintanya.
Juga tidak perlu takut bahwa perkenanan-Nya hanya
terbatas untuk sebagian orang saja dalam hal ini, sehingga
yang lain, atau jiwa-jiwa mana saja yang memohon dengan
rendah hati, dikucilkan. Sebab Ia memberi kepada
semua orang. Jika engkau berkata bahwa engkau meng-
inginkan banyak hikmat, dan sedikit hikmat saja tidaklah
cukup, maka Rasul Yakobus menegaskan, Ia memberi
dengan murah hati. Dan kalau-kalau engkau takut datang
Surat Yakobus 1:2-12
295
menghadap Dia pada waktu yang tidak tepat, atau diper-
malukan sebab kebodohanmu, di sini ditambahkan, Ia
tidak membangkit-bangkit (atau marah). Mintalah kapan
saja engkau mau, dan sesering yang engkau mau, dan eng-
kau tidak akan dimarahi sebab itu. Dan, jika ada orang
yang berkata, “Mungkin ini berlaku untuk sebagian orang
saja, dan aku takut aku tidak akan berhasil dalam usaha-
ku untuk mencari hikmat seperti orang lain,” maka hen-
daklah orang yang berpikiran demikian mempertimbang-
kan betapa jelas dan tegasnya janji itu: Hal itu akan diberi-
kan kepadanya. Maka sudah sewajarnya orang-orang bo-
doh binasa dalam kebodohan mereka, jika hikmat dapat
diperoleh dengan meminta, namun mereka tidak mau
berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkannya. namun ,
(4) Ada satu hal yang perlu diperhatikan saat kita meminta,
yaitu bahwa kita melakukannya dengan hati yang percaya
dan tidak goyah: Hendaklah ia memintanya dalam iman,
dan sama sekali jangan bimbang (ay. 6). Janji di atas
sangat pasti, asalkan dengan syarat ini . Hikmat akan
diberikan kepada orang-orang yang memintanya dari Tuhan ,
asalkan mereka percaya bahwa Tuhan mampu membuat
orang sederhana menjadi bijak, dan bahwa Ia setia mene-
pati janji-Nya kepada orang-orang yang datang kepada-Nya.
Ini yaitu syarat yang senantiasa dituntut oleh Kristus, da-
lam memperlakukan orang-orang yang datang kepada-Nya
untuk disembuhkan: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat
melakukannya?” Jangan ada kebimbangan, jangan meragu-
kan janji Tuhan dengan ketidakpercayaan, atau perasaan
bahwa kita tidak akan berhasil sebab kekurangan dan
kelemahan kita. Oleh sebab itu, di sini kita melihat,
5. Bahwa tekad bulat, ketulusan niat, dan keteguhan hati meru-
pakan kewajiban lain yang dituntut di dalam penderitaan:
Orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang
diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Adakalanya me-
reka diangkat oleh iman, namun kemudian terhempas kembali
oleh ketidakpercayaan. Adakalanya mereka mendaki ke langit,
dengan maksud untuk memperoleh kemuliaan, kehormatan,
dan keabadian, namun kemudian tenggelam kembali dalam
pencarian akan kesenangan tubuh atau kenikmatan dunia ini.
296
Hal ini dengan sangat cocok dan elok dibandingkan dengan
gelombang laut, yang naik turun, pasang surut, tergantung
apakah angin mengayunkannya lebih tinggi atau lebih rendah,
ke arah sana atau ke arah sini. Orang yang pikirannya hanya
tertuju secara utuh pada kepentingannya yang bersifat rohani
dan abadi, dan yang tetap tegak dalam tujuan-tujuannya bagi
Tuhan , akan bertumbuh bijak oleh penderitaan-penderitaan,
akan terus sungguh-sungguh dalam ibadahnya, dan akan
mengatasi semua cobaan dan perlawanan. Nah, untuk me-
nyembuhkan roh yang bimbang dan iman yang lemah, Rasul
Yakobus menunjukkan akibat-akibat buruk dari roh dan iman
yang demikian,
(1) Bahwa keberhasilan doa dirusakkan olehnya: Orang yang
demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima se-
suatu dari Tuhan (ay. 7). Orang yang tidak percaya, goyah,
dan bimbang seperti itu tidak akan menghargai perkenan-
an Tuhan sebagaimana mestinya, dan sebab itu tidak bisa
berharap untuk menerimanya. Dalam meminta hikmat
ilahi dan sorgawi, kita tidak akan berhasil jika tidak mem-
punyai hati yang menghargai hikmat itu melebihi batu-
batu permata, dan hal-hal terbesar di dunia ini.
(2) Iman dan roh yang goyah berpengaruh buruk terhadap
perilaku kita. Orang yang mendua hati tidak akan tenang
dalam hidupnya (ay. 8). jika iman dan roh kita naik
turun mengikuti penyebab-penyebab duniawi, maka pasti
segala perilaku dan tindakan kita akan sangat goyah. Hal
ini kadang-kadang membuat orang mudah direndahkan di
dunia. namun sudah pasti bahwa cara-cara seperti itu tidak
akan menyenangkan Tuhan atau mendatangkan apa saja
yang baik bagi kita pada akhirnya. Sementara kita memiliki
satu Tuhan untuk kita percayai, kita juga hanya memiliki
satu Tuhan yang mengatur kita, dan ini harus membuat kita
tetap tegak dan mantap. Siapa yang goyah seperti air tidak
akan unggul dalam hidupnya. Dalam hal ini,
III. Perangai orang Kristen yang kudus dan rendah hati, baik dalam
keadaan ditinggikan maupun kehinaan, digambarkan di sini. Baik
orang miskin maupun orang kaya diarahkan untuk mengetahui
Surat Yakobus 1:2-12
297
atas dasar apa saja mereka dapat membangun sukacita dan
penghiburan mereka (ay. 9-11). Di sini dapat kita camkan,
1. Orang-orang dari kalangan rendah harus dipandang sebagai
saudara: Baiklah saudara yang berada dalam keadaan yang
rendah, dst. Kemiskinan tidak merusak hubungan di antara
orang-orang Kristen.
2. Orang Kristen yang baik bisa saja kaya di dunia ini (ay. 10).
Anugerah dan kekayaan bukanlah hal yang sepenuhnya tidak
berdampingan. Abraham, bapak orang beriman, kaya dengan
perak dan emas.
3. Baik orang miskin maupun orang kaya ini boleh bersukacita.
Tidak ada keadaan dalam hidup yang membuat kita tidak bisa
bersukacita di dalam Tuhan . Kalau kita tidak selalu bersukacita
di dalam Dia, itu salah kita sendiri. Orang dari kalangan ren-
dah boleh bersukacita, jika mereka diangkat menjadi kaya da-
lam iman dan menjadi ahli waris kerajaan Tuhan (seperti pen-
jelasan Dr. Whitby dalam hal ini). Orang kaya juga boleh ber-
sukacita dalam pemeliharaan-pemeliharaan ilahi yang meren-
dahkan hati, sebab pemeliharaan seperti itu membuahkan
kecenderungan pikiran yang merendah, yang bernilai tinggi di
mata Tuhan . jika ada orang yang menjadi miskin demi kebe-
naran, kemiskinan mereka itu justru membuat mereka diang-
kat. yaitu sebuah kehormatan untuk tidak dihormati sebab
Kristus. Kepada kamu dikaruniakan untuk menderita (Flp.
1:29). Semua orang yang direndahkan, dan direndahkan oleh
sebab anugerah, dapat bersukacita dengan pengharapan bah-
wa mereka akan ditinggikan di sorga nanti.
4. Cermatilah mengapa orang kaya, kendati dengan kekayaan
mereka, harus merendah di mata mereka sendiri, yaitu sebab
baik mereka maupun kekayaan mereka akan berlalu: Ia akan
lenyap seperti bunga rumput. Ia, dan kekayaannya bersama-
sama dia, akan lenyap (ay. 11). sebab matahari terbit dengan
panasnya yang terik dan melayukan rumput itu. Maka dari itu
perhatikanlah, kekayaan duniawi yaitu hal yang akan layu.
Kekayaan yaitu suatu hal yang terlalu tidak pasti (ujar Tuan
Baxter mengenai hal ini), terlalu tidak berarti untuk membuat
perubahan yang besar atau yang dapat dibenarkan dalam
pikiran kita. Seperti bunga menjadi layu di tengah teriknya
sinar matahari, demikian jugalah halnya dengan orang kaya; di
298
tengah-tengah segala usahanya ia akan lenyap. Segala ren-
cananya, keputusannya, dan jerih payahnya untuk dunia ini
disebut sebagai usaha-usahanya. Dalam kesemuanya ini ia
akan lenyap. sebab itu hendaklah orang kaya bersukacita,
bukan dalam pemeliharaan Tuhan yang membuatnya kaya,
melainkan terlebih dalam anugerah Tuhan yang membuatnya
tetap rendah hati. Hendaklah ia juga bersukacita dalam segala
ujian dan cobaan yang mengajarnya untuk mencari kebaha-
giaan di dalam dan dari Tuhan , dan bukan dari kenikmatan-
kenikmatan yang akan binasa ini.
IV. Sebuah berkat diucapkan kepada mereka yang bertahan dalam
cobaan dan ujian, seperti yang disampaikan di sini: Berbahagialah
orang yang bertahan dalam pencobaan (ay. 12). Perhatikanlah,
1. Bukan orang yang menderita saja yang diberkati, melainkan
juga orang yang bertahan, yang dengan sabar dan tekun
melewati semua kesulitan di jalan kewajibannya.
2. Penderitaan tidak akan membuat kita sengsara, kalau bukan
sebab salah kita sendiri. Berkat bisa saja muncul dari pen-
deritaan, dan kita bisa diberkati di dalamnya. Penderitaan
sama sekali tidak merampas kebahagiaan orang baik, namun
justru benar-benar membuatnya bertambah.
3. Penderitaan dan cobaan yaitu jalan menuju keterberkatan
kekal: jika ia diuji, ia akan menerima mahkota kehidupan,
dokimos genomenos – jika ia sudah tahan uji, jika anu-
gerah-anugerahnya didapati benar dan bernilai amat tinggi
(seperti logam yang diuji nilainya dengan api), dan jika
ketulusan dan kejujurannya nyata, dan semuanya berkenan
pada Sang Hakim agung. Maka dari itu perhatikanlah, ber-
kenan kepada Tuhan , itulah tujuan agung orang Kristen dalam
segala ujiannya. Hal itu akan membawa berkat bagi dia pada
akhirnya, saat ia menerima mahkota kehidupan. Orang Kris-
ten yang sudah tahan uji akan dimahkotai, dan mahkota yang
akan dipakainya yaitu mahkota kehidupan. Mahkota itu
akan menjadi kehidupan dan kebahagiaan baginya, dan akan
bertahan selama-lamanya. Kita menanggung salib hanya se-
bentar, namun akan memakai mahkota sampai selama-lama-
nya.
Surat Yakobus 1:13-18
299
4. Keterberkatan ini, yang merupakan bagian dari mahkota kehi-
dupan, yaitu hal yang dijanjikan kepada orang benar yang
menderita. Oleh sebab itu, janji ini yaitu hal yang dapat kita
andalkan dengan pasti. Sebab, saat langit dan bumi lenyap,
firman Tuhan ini tidak akan gagal digenapi. namun selain itu
marilah kita perhatikan bahwa upah kita di masa depan
diberikan bukan sebagai pelunasan utang, melainkan sebagai
janji yang dianugerahkan.
5. Bertahan menghadapi cobaan haruslah didasarkan pada kasih
kepada Tuhan dan Yesus Kristus Tuhan kita, sebab kalau tidak,
kita tidak memiliki kepentingan dalam janji ini: Dijanjikan
Tuhan kepada barangsiapa yang mengasihi Dia. Rasul Paulus
berpendapat bahwa pada titik tertentu dalam kehidupan ber-
iman, orang bisa saja menyerahkan tubuhnya untuk dibakar.
Namun, sekalipun melakukan demikian, ia tidak berkenan
pada Tuhan , tidak pula dianggap oleh-Nya, kalau ia tidak me-
miliki kasih, atau jika di dalam hatinya tidak dipenuhi oleh
kasih sayang yang tulus kepada Tuhan dan manusia (1Kor.
13:3).
6. Mahkota kehidupan dijanjikan bukan hanya kepada orang-
orang kudus yang besar dan terkemuka, melainkan juga ke-
pada orang yang memiliki kasih Tuhan yang bertakhta di dalam
hatinya. Setiap jiwa yang benar-benar mengasihi Tuhan akan
mendapati bahwa cobaan-cobaan mereka di dunia ini dibayar
penuh di dunia atas, di mana kasih menjadi sempurna.
Cara Kerja Dosa dan Akibat-akibatnya
(1:13-18)
13 jika seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari
Tuhan !” Sebab Tuhan tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak
mencobai siapa pun. 14 namun tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sen-
diri, sebab ia diseret dan dipikat olehnya. 15 Dan jika keinginan itu telah
dibuahi, ia melahirkan dosa; dan jika dosa itu sudah matang, ia melahir-
kan maut. 16 Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat! 17 Setiap pem-
berian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas,
diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau ba-
yangan sebab pertukaran. 18 Atas kehendak-Nya sendiri Ia telah menjadikan
kita oleh firman kebenaran, supaya kita pada tingkat yang tertentu menjadi
anak sulung di antara semua ciptaan-Nya.
300
I. Di sini kita diajar bahwa Tuhan bukanlah penyebab dosa siapa
saja. Siapa pun yang melancarkan penganiayaan terhadap manu-
sia, dan apa pun ketidakadilan dan dosa yang atasnya mereka
bersalah dalam perbuatan itu, Tuhan tidak boleh dipersalahkan
untuk itu. Dan, apa pun dosa yang mungkin menggoda orang-
orang baik itu sendiri melalui ujian dan penderitaan mereka, Tuhan
bukanlah penyebabnya. Tampaknya di sini dianggap bahwa
sebagian orang yang mengaku beriman bisa saja jatuh pada saat
pencobaan, bahwa tongkat yang memukul mereka bisa jadi meng-
giring sebagian orang ke jalan-jalan yang jahat, dan membuat
mereka mengulurkan tangan pada kejahatan. namun , meski-
pun ini bisa terjadi, dan walaupun penjahat-penjahat seperti itu
akan berusaha mempersalahkan Tuhan untuk itu, mereka sendiri-
lah yang harus sepenuhnya dipersalahkan atas pelanggaran
mereka. Sebab,
1. Pada sifat Tuhan , tidak ada suatu apa pun yang dapat mereka
persalahkan: jika seorang dicobai untuk berjalan di jalan
kejahatan, atau melakukan apa saja yang jahat, janganlah ia
berkata: “Pencobaan ini datang dari Tuhan !” Sebab Tuhan tidak
dapat dicobai oleh yang jahat. Semua kejahatan moral terjadi
akibat adanya suatu kekacauan dalam makhluk yang bersalah
atas kejahatan itu, akibat tidak adanya hikmat, atau kekuat-
an, atau kepatutan dan kemurnian dalam kehendak. namun
siapa yang bisa mendakwa Tuhan yang kudus bahwa Ia tidak
memiliki kesemuanya ini, yang justru merupakan hakikat-
Nya? Tidak ada urusan darurat apa pun yang dapat mencobai
Tuhan untuk merendahkan atau menyangkal diri-Nya, dan
sebab itu Ia tidak dapat dicobai oleh yang jahat.
2. Dalam pemeliharaan-pemeliharaan Tuhan , tidak ada suatu apa
pun yang dapat dipersalahkan atas dosa siapa saja (ay. 13):
Dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Seperti halnya Tuhan
sendiri tidak dapat dicobai oleh yang jahat, demikian pula Ia
tidak mungkin mencobai orang lain. Tidak mungkin Ia mendu-
kung apa yang menjijikkan bagi kodrat-Nya. Pikiran yang
bersifat kedagingan ingin mempersalahkan Tuhan atas dosa-
dosanya. Dalam hal ini ada faktor keturunan yang berperan.
Adam, orangtua kita yang pertama, berkata kepada Tuhan ,
wanita yang Kautempatkan di sisiku menggodaku, dan
dengan demikian, pada dasarnya, ia mempersalahkan Tuhan
Surat Yakobus 1:13-18
301
sebab sudah memberinya si penggoda. Janganlah orang
berkata demikian. Berbuat dosa itu sangat buruk, namun jauh
lebih buruk jika kita, sesudah berbuat salah, mempersalah-
kan Tuhan untuk itu, dan berkata bahwa itu terjadi sebab Dia.
Orang yang mempersalahkan kedudukan atau keadaan
mereka di dunia ini atas dosa-dosa mereka, atau yang meng-
aku bahwa sudah menjadi takdir mereka untuk berbuat dosa,
berarti mempersalahkan Tuhan , seolah-olah Dialah yang me-
nyebabkan dosa. Penderitaan, yang dikirimkan Tuhan , dimak-
sudkan untuk mengerjakan anugerah-anugerah kita, bukan
kebobrokan-kebobrokan kita.
II. Kita diajar di mana sebenarnya penyebab kejahatan, dan siapa
yang harus dipersalahkan (ay. 14): Tiap-tiap orang dicobai (dalam
arti yang buruk) oleh keinginannya sendiri, sebab ia diseret dan
dipikat olehnya. Dalam bacaan-bacaan lain dalam Kitab Suci, Iblis
disebut sebagai si pencoba, dan hal-hal lain adakalanya ikut
bekerja untuk mencobai kita. namun bukan Iblis bukan pula orang
atau hal lain yang harus dipersalahkan supaya kita bisa berdalih.
Sebab kejahatan dan godaan sebenarnya berasal dari dalam hati
kita sendiri. Bahan yang mudah terbakar itu ada dalam diri kita,
meskipun apinya bisa saja disulut oleh penyebab-penyebab luar.
Oleh sebab itu, jikalau engkau mencemooh, engkau sendirilah
orang yang akan menanggungnya (Ams. 9:12). Amatilah di sini,
1. Cara kerja dosa. Pertama-tama dosa menyeret, kemudian me-
mikat. Seperti halnya kekudusan terdiri atas dua hal, yaitu
meninggalkan yang buruk dan melekat pada yang baik, demi-
kian pula jika kedua hal ini dibalik, maka itu merupakan dua
bagian dari dosa. Hati diseret dari apa yang baik, dan dipikat
untuk melekat pada apa yang buruk. Ini terjadi pertama-tama
melalui kecenderungan hati yang bobrok, atau sebab
bernafsu dan mengingini suatu kepuasan ragawi atau duniawi,
yang terasing dari hidup di dalam Tuhan , dan kemudian secara
perlahan-lahan hati pun menetap di jalan dosa.
2. Dari sini kita dapat mengamati kuasa dan cara-cara dosa.
Kata yang di sini diartikan diseret berarti ditarik atau didesak
secara paksa. Kata yang diterjemahkan terpikat berarti terpan-
cing dan teperdaya oleh daya pikat dan gambaran-gambaran
yang menipu tentang segala sesuatu, exelkomenos kai
302
deleazomenos. Ada banyak kekerasan yang dilakukan terha-
dap hati nurani dan pikiran oleh kuasa dari kebobrokan. Dan
ada banyak kelicikan, tipu daya, dan sanjungan dalam dosa
untuk memenangkan kita pada kepentingan-kepentingannya.
Kekuatan dan kuasa dosa tidak akan pernah bisa menang,
kalau bukan sebab kelicikan dan tipu dayanya. Para pendosa
yang binasa terpancing dan tersanjung, sehingga itu membawa
kebinasaan bagi diri mereka sendiri. Dan ini akan membenar-
kan Tuhan untuk selama-lamanya dalam menghukum mereka,
sebab mereka sudah menghancurkan diri mereka sendiri.
Dosa mereka ada di depan pintu mereka sendiri, dan sebab
itu darah mereka akan menimpa kepala mereka sendiri.
3. Berhasilnya kebobrokan di dalam hati (ay. 15): Dan jika
keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa. Yaitu, sebab
dosa dibiarkan merangsang keinginan-keinginan dalam diri
kita, maka ia akan segera mematangkan keinginan-keinginan
itu menjadi persetujuan, lalu dikatakan bahwa keinginan itu
telah dibuahi. Dosa sudah benar-benar ada, meskipun baru
berupa janin. Dan, jika sudah bertumbuh penuh di dalam
pikiran, dosa akan melahirkan perbuatan nyata. Oleh sebab
itu, hentikanlah mulainya dosa, sebab kalau tidak, semua
kejahatan yang dihasilkannya akan sepenuhnya ditanggung-
kan kepada kita.
4. Akhir dari dosa, dan bagaimana kesudahannya: jika dosa
itu sudah matang, ia melahirkan maut. sesudah dosa melahir-
kan perbuatan-perbuatan nyata, kesudahannya (seperti yang
diamati Dr. Manton) yaitu bahwa dosa diperkuat oleh per-
buatan-perbuatan yang sering dilakukan, yang kemudian
menetap menjadi kebiasaan. Dan, jika pelanggaran-pelang-
garan manusia sudah penuh seperti itu, maka lahirlah maut.
Ada maut atas jiwa, dan maut pun mendatangi tubuh jasmani.
Dan, selain kematian rohani dan jasmani, upah dosa yaitu
kematian kekal juga. Oleh sebab itu, hendaklah kita bertobat
dan meninggalkan dosa, sebelum dosa menjadi matang. Meng-
apakah kamu akan mati, hai kaum Israel? (Yeh. 33:11). Tuhan
tidak bersuka dalam kematianmu, seperti halnya Ia tidak
memiliki andil dalam dosamu. Sebaliknya, baik dosa mau-
pun kesengsaraan terjadi sebab dirimu sendiri. Keinginan
dan kebobrokan hatimu sendirilah yang menggoda kamu. Dan
Surat Yakobus 1:13-18
303
jika sedikit demi sedikit keinginan dan kebobrokan hatimu
itu menjauhkanmu dari Tuhan , dan mematangkan kekuatan
dan kuasa dosa dalam dirimu, maka itu akan menghancurkan
kamu.
III. Kita diajar lebih jauh bahwa, sementara kita sendirilah yang
menyebabkan dan mendatangkan semua dosa dan kesengsaraan
bagi diri kita, Tuhan yaitu Bapa dan sumber dari semua kebaikan
(ay. 16-17). Kita harus sangat berhati-hati supaya tidak salah
dalam pemikiran-pemikiran kita tentang Tuhan : “Saudara-saudara
yang kukasihi, janganlah sesat, mē lanasthe – jangan menyim-
pang, yaitu dari firman Tuhan , dan gambaran-gambaran tentang
Dia yang engkau dapati di dalam firman-Nya itu. Jangan menyim-
pang ke dalam pendapat-pendapat yang salah, dan keluar dari
patokan kebenaran, yaitu hal-hal yang telah engkau terima dari
Tuhan Yesus dan oleh pimpinan Roh-Nya.” Ada kemungkinan
Rasul Yakobus di sini terutama memperingatkan jemaat terhadap
ajaran-ajaran yang bebas dari Simon dan para pengikut Nikolaus
(yang dari mereka kemudian muncul kaum Gnostik, sekelompok
orang yang paling cemar dan bobrok). Kalau mau melihat masalah
ini lebih jauh lagi, Anda bisa membaca artikel pertama dari theolog
Yunani Irenaeus yang berjudul “Melawan Bidah.” Biar saja orang-
orang bobrok mengarang gagasan apa saja yang mereka mau,
namun kebenaran, yang nyata di dalam Yesus, tetap berdiri: Bahwa
Tuhan bukanlah, dan tidak mungkin, menjadi penyebab dan
pelindung apa saja yang jahat. Sebaliknya, Ia harus diakui
sebagai penyebab dan sumber dari segala hal yang baik: Setiap
pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna,
datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang (ay. 17).
Di sini amatilah,
1. Tuhan yaitu Bapa segala terang. Terang yang tampak dari
matahari dan benda-benda langit berasal dari Dia. Ia berfir-
man, “Jadilah terang” lalu terang itu jadi. Demikianlah Tuhan
digambarkan sekaligus sebagai Pencipta matahari dan diban-
dingkan dengannya dalam beberapa hal. “Seperti halnya mata-
hari sama dalam hal sifat dan dampak-dampaknya, walaupun
bumi dan awan, yang sering kali menghalang-halangi, mem-
buatnya tampak berubah-ubah bagi kita, dengan terbit dan
terbenam, dan dengan terlihat berbeda-beda, atau undur de-
304
ngan sepenuhnya, namun perubahan tidak ada di dalam diri-
nya. Demikian pula Tuhan tidak berubah, dan perubahan serta
bayangan kita bukanlah sebab perubahan atau pertukaran
bayangan apa pun pada-Nya, melainkan dari diri kita sendiri.”
Demikian menurut Baxter. Bapa segala terang, yang pada-Nya
tidak ada perubahan atau bayangan sebab pertukaran. Seper-
ti kehebatan matahari dengan kodratnya, demikian pula Tuhan
dalam anugerah, pemeliharaan, dan kemuliaan. Bahkan, da-
lam hal yang jauh lebih banyak dan tak terhingga. Sebab,
2. Setiap pemberian yang baik datang dari Dia. Sebagai Bapa
segala terang, Ia memberi terang akal budi. Nafas Yang
Mahakuasa, itulah yang memberi pengertian (Ayb. 32:8). Ia
juga memberi terang pembelajaran. Hikmat Salomo dalam
pengetahuan alam, dalam tata pemerintahan, dan dalam
segala kemajuan yang dibuatnya, berasal dari Tuhan . Terang
wahyu ilahi datangnya lebih langsung dari atas. Terang iman,
kemurnian, dan segala macam penghiburan berasal dari Dia.
Sehingga apa saja yang baik pada kita pasti itu kita terima
dari Tuhan , sama seperti apa saja kejahatan atau dosa yang ada
pada diri kita, atau yang kita lakukan, itu pasti sebab
perbuatan kita sendiri. Kita harus mengakui Tuhan sebagai
pencipta semua kekuatan dan kesempurnaan yang ada pada
makhluk, dan yang memberi semua kebaikan yang kita
miliki di dalam dan melalui semua kekuatan dan kesempurna-
an itu. namun kegelapan, ketidaksempurnaan, atau perbuatan-
perbuatan jahat mereka sama sekali tidak bisa ditanggungkan
kepada Bapa segala terang. Dari Dialah lahir setiap pemberian
yang baik dan sempurna, baik yang berkaitan dengan hidup
ini maupun hidup yang akan datang.
3. Seperti halnya setiap pemberian yang baik datang dari Tuhan ,
maka khususnya pembaharuan kodrat kita, kelahiran baru
kita, dan semua dampak kudus yang membahagiakan darinya
pastilah berasal dari Dia (ay. 18): Atas kehendak-Nya sendiri Ia
telah menjadikan kita oleh firman kebenaran. Di sini marilah
kita perhatikan,
(1) Orang Kristen yang sungguh-sungguh yaitu makhluk cip-
taan baru. Ia menjadi orang yang berbeda dari siapa dia
sebelum anugerah ilahi bekerja memperbaharuinya, seolah-
olah ia diciptakan baru, dan lahir kembali.
Surat Yakobus 1:19-27
305
(2) Sumber dari pekerjaan baik ini dinyatakan di sini. Pekerja-
an itu datang dari kehendak Tuhan sendiri, bukan oleh
kemampuan atau kuasa kita. Bukan pula dari kebaikan
apa saja yang diperkirakan ada dalam diri kita, atau yang
kita lakukan, melainkan murni dari kehendak baik dan
anugerah Tuhan .
(3) Sarana yang melaluinya pekerjaan baik ini terjadi ditunjuk-
kan: firman kebenaran, yaitu Injil, seperti yang diungkap-
kan Rasul Paulus secara lebih jelas (1Kor. 4:15), akulah
yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil.
Injil ini memang merupakan firman kebenaran, sebab ka-
lau tidak, ia tidak akan pernah bisa menghasilkan dampak-
dampak yang sedemikian nyata, bertahan lama, agung, dan
mulia seperti itu. Kita dapat mengandalkannya, dan mem-
pertaruhkan jiwa kekal kita padanya. Dan kita akan men-
dapatinya sebagai sarana pengudusan bagi kita sebab ia
merupakan firman kebenaran (Yoh. 17:17).
(4) Maksud dan tujuan Tuhan dalam memberi anugerah
yang memperbarui dipaparkan di sini: Supaya kita pada
tingkat yang tertentu menjadi anak sulung di antara semua
ciptaan-Nya. Supaya kita menjadi bagian dan harta Tuhan ,
dan milik yang lebih khusus bagi-Nya, seperti halnya anak
sulung. Dan supaya kita menjadi kudus bagi Tuhan, seper-
ti halnya anak sulung ditahbiskan bagi Dia. Kristus yaitu
Anak Sulung dari orang-orang Kristen, dan orang-orang
Kristen yaitu anak sulung dari segala makhluk ciptaan.
Menekan Sifat-sifat yang Bobrok; Kewajiban Pendengar;
Ibadah dalam Perbuatan Nyata
(1:19-27)
19 Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hen-
daklah cepat untuk mendengar, namun lambat untuk berkata-kata, dan juga
lambat untuk marah; 20 sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenar-
an di hadapan Tuhan . 21 Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan
kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman
yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu. 22
namun hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar
saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri. 23 Sebab jika
seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia yaitu
seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya
di depan cermin. 24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia
306
segera lupa bagaimana rupanya. 25 namun barangsiapa meneliti hukum yang
sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di da-
lamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, namun sungguh-
sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. 26 Jikalau
ada seorang menganggap dirinya beribadah, namun tidak mengekang lidah-
nya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. 27 Ibadah yang
murni dan yang tak bercacat di hadapan Tuhan , Bapa kita, ialah mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya
dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Dalam bagian pasal ini kita dituntut,
I. Untuk menahan bekerjanya amarah. Kita harus mempelajari hal
ini dalam penderitaan. Dan kita akan belajar jika kita sungguh-
sungguh dilahirkan kembali oleh firman kebenaran. Sebab me-
mang demikianlah hubungannya – roh yang mudah marah cepat
terpancing melakukan hal-hal jahat sebab penderitaan, dan
berbagai kesalahan serta pemikiran yang buruk akan merajai
dengan bekerjanya sifat-sifat kita sendiri yang keji dan hina.
namun anugerah Tuhan yang memperbaharui dan firman Injil
mengajar kita untuk menaklukkan semuanya ini: Hai saudara-
saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah
cepat untuk mendengar, namun lambat untuk berkata-kata, dan juga
lambat untuk marah (ay. 19). Perkataan ini bisa merujuk,
1. Pada firman kebenaran yang dibicarakan dalam ayat sebelum-
nya (ay. 18). Jadi kita dapat mencermati, bahwa sudah menjadi
kewajiban kita untuk mendengarkan firman Tuhan , dan menge-
rahkan pikiran untuk memahaminya, dibandingkan berbicara me-
nuruti khayalan kita sendiri atau pendapat-pendapat orang
lain, lalu menjadi panas dan marah sebab nya. Janganlah ke-
salahan-kesalahan seperti pemikiran bahwa Tuhan lah yang me-
nyebabkan dosa, engkau sebutkan dengan tergesa-gesa, apa-
lagi dengan marah (begitu pula dengan kesalahan-kesalahan
lain). namun bersiaplah untuk mendengar dan mempertim-
bangkan apa yang diajarkan firman Tuhan dalam semua hal itu.
2. Perkataan ini dapat diterapkan pada penderitaan dan cobaan
yang dibicarakan pada awal pasal ini. Maka kita dapat men-
cermati, bahwa sudah menjadi kewajiban kita untuk mende-
ngarkan bagaimana Tuhan menjelaskan pemeliharaan-pemeli-
haraan-Nya, dan apa yang Ia maksudkan dengannya, dibandingkan
berkata seperti Daud dengan tergesa-gesa, aku binasa. Atau
seperti yang dikatakan Yunus dalam amarahnya, pantas saja
Surat Yakobus 1:19-27
307
aku marah. dibandingkan mencela Tuhan dalam cobaan-cobaan
kita, marilah kita membuka telinga dan hati untuk mende-
ngarkan apa yang ingin Ia katakan kepada kita.
3. Perkataan ini dapat dipandang merujuk pada perselisihan dan
perbedaan yang terjadi di antara orang-orang Kristen sendiri,
di masa-masa pencobaan pada waktu itu. Dengan demikian,
bagian pasal ini dapat dipandang tidak memiliki hubungan
apa pun dengan apa yang dikatakan sebelumnya. Di sini kita
dapat mencermati bahwa, setiap kali muncul perbedaan di
antara orang-orang Kristen, tiap-tiap pihak harus bersedia
mendengarkan pihak lain. Sering kali orang memegang penda-
pat mereka sendiri dengan kaku sebab mereka tidak mau
mendengar apa yang dikatakan orang lain untuk melawan
mereka. Sementara kita harus cepat untuk mendengar alasan
dan kebenaran dari semua sisi, dan lambat untuk mengatakan
apa saja yang dapat menghalang-halanginya. Dan, jika
memang kita harus berbicara, janganlah ada amarah dalam
kata-kata kita, sebab jawaban yang lemah lembut meredakan
kegeraman. sebab surat ini dimaksudkan untuk memperbaiki
berbagai macam kekacauan yang terjadi di antara orang-orang
Kristen, maka perkataan ini, cepat untuk mendengar, lambat
untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah, dapat ditaf-
sirkan dengan sangat baik menurut penjelasan yang terakhir
ini. Dan lebih jauh lagi kita dapat mencermati dari perkataan
itu bahwa, jika orang mengekang lidah, mereka juga harus me-
nahan amarah. saat Musa pahit hati, ia teledor dengan kata-
katanya. Jika kita lambat untuk berkata-kata, kita juga harus
lambat untuk marah.
II. Diberikan alasan yang sangat baik untuk menahan amarah: Se-
bab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan
Tuhan (ay. 20). Seolah-olah Rasul Yakobus berkata, “Sementara
orang sering kali mengaku berapi-api demi Tuhan dan kemuliaan-
Nya, dalam amarah mereka, hendaklah mereka sadar bahwa Tuhan
tidak membutuhkan amarah siapa pun. Kepentingan-Nya ter-
layani dengan lebih baik oleh kelemahlembutan dibandingkan oleh
amarah dan kegeraman.” Salomo berkata, perkataan orang berhik-
mat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan
orang yang berkuasa di antara orang bodoh (Pkh. 9:17). Dr.
308
Manton di sini berbicara tentang beberapa anggota sidang jemaat,
“Jika kita cepat untuk mendengar sesigap saat kita hendak ber-
bicara, maka akan ada lebih sedikit kemarahan, dan lebih banyak
manfaat dalam pertemuan-pertemuan kita. Saya ingat saat
seorang pengikut Manikhea berdebat dengan Augustinus, dengan
suara ribut dan tidak sabar orang itu berteriak-teriak, Dengar
aku! dengar aku! Sang bapa gereja menjawab dengan biasa-biasa
saja, Nec ego te, nec tu me, sed ambo audiamus apostolum – bukan
aku yang harus mendengar engkau, bukan pula engkau yang
harus mendengar aku, namun marilah kita berdua mendengarkan
Rasul Yakobus.” Hal terburuk yang bisa kita bawa ke dalam
perdebatan agama yaitu amarah. Amarah, sekalipun memakai
alasan bahwa itu demi keadilan dan kebenaran, tidak boleh diper-
caya. Amarah merupakan sifat manusia, dan amarah manusia
bertentangan dengan kebenaran Tuhan . Orang yang mengaku-
ngaku memajukan kepentingan Tuhan dengan cara ini menunjuk-
kan bahwa mereka tidak mengenal Tuhan ataupun kepentingan-
Nya. Amarah ini harus terutama kita jaga jika kita sedang
mendengarkan firman Tuhan . Lihat 1 Petrus 2:1-2.
III. Kita dipanggil untuk menekan sifat-sifat lain yang bobrok, selain
sifat cepat marah: Buanglah segala sesuatu yang kotor dan keja-
hatan yang begitu banyak itu (ay. 21). Kata yang di sini diter-
jemahkan dengan segala sesuatu yang kotor itu berarti nafsu-
nafsu yang paling keji dan cemar. Sementara kata yang diartikan
sebagai kejahatan yang begitu banyak itu dapat dipahami sebagai
kebencian atau kefasikan rohani lain yang melimpah ruah.
Dengan ini kita, sebagai orang Kristen, diajar untuk waspada, dan
menyingkirkan bukan hanya kecenderungan hati dan sifat yang
lebih kotor dan bersifat kedagingan yang membuat orang dikata-
kan kotor, melainkan juga semua kekacauan dalam hati yang
bobrok, yang akan mencondongkannya melawan firman dan
jalan-jalan Tuhan . Amatilah,
1. Dosa yaitu sesuatu yang mencemarkan. Dosa disebut seba-
gai kekotoran itu sendiri.
2. Ada sangat banyak kejahatan dalam diri kita, yang harus kita
waspadai. Ada kejahatan yang begitu banyak.
3. Menahan sifat-sifat jahat saja tidak cukup, kita juga harus
membuangnya, atau menyingkirkannya dari diri kita. Engkau
Surat Yakobus 1:19-27
309
akan membuangnya seperti kain cemar sambil berkata kepada-
nya: “Keluar!” (Yes. 30:22).
4. Hal ini harus kita lakukan bukan hanya untuk dosa-dosa
lahiriah, dan kekejian-kekejian yang lebih besar, melainkan
juga untuk semua dosa pikiran dan perasaan, dan juga dosa
perkataan dan perbuatan. Pasan rhyparian – segala sesuatu
yang kotor, segala sesuatu yang bobrok dan berdosa.
5. Perhatikanlah, dari bagian-bagian sebelumnya dalam pasal ini,
menyingkirkan segala sesuatu yang kotor merupakan apa yang
dituntut dalam masa pencobaan dan penderitaan, dan hal
yang penting untuk menghindari kesalahan, serta untuk me-
nerima dan memanfaatkan firman kebenaran dengan benar.
Sebab,
IV. Di sini kita diajar secara penuh, walaupun singkat, tentang men-
dengarkan fi