Tampilkan postingan dengan label teologi 7. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label teologi 7. Tampilkan semua postingan
teologi 7
Walaupun seseorang tidak mengatahui dari mana asalnya hati nurani itu tetapi semuanya harus
mengakui bahwa ia memilikinya. Apa sebenarnya hati nurani itu, yang sering juga disebut
suara hati atau kata hati? Ada beberapa definisi yang sudah diberikan mengenai hati nurani.
Definisi yang mudah dimengerti ialah kesanggupan yang ada di dalam alam sadar seseorang
yang bertindak sebagai hakim dalam soal moral atas pikiran, perkataan, dan perbuatan. Jadi
hati nurani itu adalah sesuatu yang ada dalam alam sadar. Dengan kata lain hati nurani itu ada
pada otak seseorang. Dalam hubungan dengan moral, hakimlah yang menunjukkan bahwa
suatu perbuatan, perkataan, tindakan, atau pikiran adalah benar atau salah. Orang Yunani
sekitar abad pertama sebelum masehi melihat hari nurani ini sebagai sesuatu yang hanya
menunjuk pada hal yang negatif; hati nurani itu dianggap salah. Kemudian definisi itu
berkembang menjadi pengertian tentang hal-hal yang positif juga. Perkembangan ini lebih jelas
terjadi pada zaman kekaisaran Roma.
Dalam buku Perjanjian Lama kata hati nurani tidak ditemukan. Tetapi ini bukan berarti
bahwa Perjanjuan Lama tak mengatahui kenyataan adanya hal itu. Fungsi hati nurani dapat
dilihat dalam 1 Samuel 24:6 dan 2 Samuel 24:10 sehubungan dengan pengalaman orang yang
hatinya diganggu oleh tindakan kejahatan sendiri.
Philo, seorang yang dikatakan sebagai yang pertama mengadakan pemikiran secara
teologi tentang hati nurani, mengatakan bahwa hati nurani adalah bukan saja ruang pengadilan
tetapi sesuatu kegiatan tersendiri yang bersifat memberikan norma kehidupan yang dibentuk
oleh hukum Allah.
Hati nurani itu bukan kemauan, kecenderungan, emosi, ataupun keinginan. Dinyatakan,
apakah suara Roh Suci adalah hati nurani? Suara Roh Suci bukanlah hati nurani. Roh Suci
berbicara melalui hati nurani. Tapi hati nurani bukan Roh Suci. Hati nurani juga bukan sumber
hukum Allah. Sumber hukkum atau prinsip adalah Allah sendiri. Oleh sebab itu hati nurani
juga bukan suara Allah tetapi dari Tuhan.
Melihat difinisi seperti yang digambarkan diatas, hati nurani itu bertindak seperti
membawakan seseorang pada suasana pengadilan dunia dimana dia dituduh, dipersalahkan,
diyakinkan, dan ditegur. Tetapi hati nurani itu juga memberi perintah perbaikan, dan nasihat.
Tiap hari dalam kehidupan, seorang membuat banyak keputusan. Diantaranya keputusan-
keputusan yang bersifat moral. Dengan demikian dari hari ke hari, hal ini terasa fungsinya.
Keputusan kita, apakah itu baru dalam bentuk rencana (masih ada dalam pikiran) maupun
sudah dalam bentuk tindakan melalui perkataan dan perbuatan, semuanya tidak akan lepas dari
sensor hati nurani. Dengan kata lain, semua keputusan moral kita akan melalui pertimbangan
apakah hal itu baik atau jahat.
Dalam bahasa Gerika, hati nurani adalah syneidesis. Kata ini digunakan kira-kira 30 kali.
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita akan memperhatikan suatu argumen yang dibicarakan
oleh Rasul Paulus dalam Roma 2:5-18 dimana ia menghubungkan hati nurani dengan
penghukuman terakhir. Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma membagi manusia dalam
dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang Yahudi. Mereka ini adalah
kelompok yang memiliki taurat. Taurat ini adalah prinsip/ketetapan Allah yang diberikan
kepada mereka melalui nabi-nabi. Di dalam Taurat diajarkan mana yang baik dan mana yang
tidak baik (lihat Roma 2:17-19). Dengan kata lain Taurat itu membuat seseorang mengenal apa
dosa itu (Roma 7:7). Kelompok yang kedua adalah kelompok orang yang bukan Yahudi
(termasuk orang Yahudi—ayat 10). Mereka ini adalah kelompok yang tidak memiliki Taurat.
Alkitab mengatakan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang
menurut perbuatannya (Roma 2:5, 6).
Dikatakan bahwa akan ada pengadilan Tuhan. Dan keputusan pengadilan itu berdasarkan
perbuatan. Tuhan membalas menurut perbuatan. Allah di Sorga adalah Allah yang adil.
Adilkah Allah menghukum dua irang yang membuat kejahatan (tindakan melanggar hukum
Allah) yang sama dimana yang seseorang telah mengatahui bahwa tindakan itu adalah salah
karena latar belakang pengatahuannya akan Taurat dengan seorang yang lain yang tidak
memiliki pengatahuan moral yang sama. Kedengarannya tidal adil.
Orang Yahudi memiliki hukum Allah dan pikiran mereka telah diterangi olehnya.
Mereka mengatahui dengan jelas apa yang bisa dibuat dan apa yang tidak boleh di buat.
Bagaimana dengan orang kafir, yang dikatakan dalam buku Roma, yang tidak mengatahui
Taurat, apakah mereka tidak akan dihukum oleh karena mereka tidak memiliki pengatahuan
akan Tauran? Tidak demikian dikatakan. Dalam Roma 2:11-12 dikatakan, “Sebab Allah tidak
memandang bulu. Sebab semua orang yang berdisa tanpa hukum Taurat akan binasa dan semua
orang yang berdosa di bawah hukum taurat akan dihakimi oleh hukum taurat”. Orang Yahudi
ataupun bangsa-bangsa lain (Yunani, Roma, dan lain-lain) berdiri sama dihadapan pengadilan
Allah. Cukup jelas paulus mengatakan bahwa Yunani ini, yang tidak mengatahui Taurat, akan
dihukum kalau mereka berdosa. Juga orang yang berada dibawah hukum Taurat (dalam hal ini
orang Yahudi) akan diadili menurut hukum Taurat. Orang yang berbuat dosa yang telah
mengatahui hukum Taurat akan dihakimi menurut hukum Taurat.
Kalau demikian apakah alasan kedua kelompok manusia yang berdosa ini diperlakukan
dengan cara yang sama dalam pengadilan Allah? Paulus memberikan alasannya dalam Roma
2:14 bahwa apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum taurat oleh dorongan diri
sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka mereka menjadi hukum Taurat bagi
diri mereka sendiri. Paulus dalam ayat ini mengatakan bahwa apabila mereka yang tidak
memiliki Taurat berbuat baik, itu adalah karena dorongan dari diri mereka sendiri.
Dijelaskannya lebih jauh dalam Roma 2:15) bahwa isi hukum Taurat itu tertulis di dalam hati
mereka. Allah yang sudah menaruhnya disana. Paulus mengatakan dalam ayat-ayat ini,
siapapun sebenarnya mereka itu, meraka tahu hukum Taurat itu. Kalau orang Yahudi memiliki
hukum Taurat yang bisa dibaca (wahyu melalui nabi) dan juga diajarkan oleh iman-imam,
maka orang Yunani yang tidak memiliki kesempatan yang sama mempunyai Taurat do dalam
hati mereka. Selanjutnya dalam ayat yang sama bagian berikutnya dinyatakan “dan suara hati
mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela.” Hal ini
menunjukkan bahwa hati nurani ada disana bersaksi tentang adanya hukum moral yang ada di
dalam mereka. Jadi, kalau ditanyakan kepada Paulus siapakah yang memiliki hati nurani?
Jawabannya adalah semua orang. Semua orang menerima hati nurani dari Tuhan.
Kalau pada zaman Paulus ia katakan bahwa bangsa Yahudi ataupun bangsa-bangsa lain
(Yunani, Roma dan lain-lain) berdiri sama dihadapan pengadilan Allah, bagaimana dengan kita
yang hidup sekarang ini? Tentunya pada dasarnya sama yaitu bahwa baik orang yang sudah
pernah mendengar, mempelajari ataupun mengatahui hukum Allah dalam cara apapun ataupun
orang yang tidak memiliki kesempatan yang sama, keduanya berdiri sama di hadapan
pengadilan hukum. Hati nurani dimiliki semua orang. Kalau demikian, perampok-perampok
itu tentunya memiliki hati nurani.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa siapapun kita, suku manapun kita, gereja
manapun kita berasal, apakah kita mengakui beragama atau tidak. Semua kita memiliki hati
nurani. Alkitab katakan isi Taurat ada di dalam hati setiap orang. Tidak ada orang yang dapat
memberikan alasan bahwa ia tidak memiliki hati nurani. Pemberian Allah ini menunjukkan
bahwa Allah mengasihi semua orang. Allah yang bermoral menciptakan kita manusia menurut
citranya yang memiliki moral; Allah memberikan moral kepada kita agar kita hidup bermoral,
karena itu diberikan-Nya hati nurani kepada kita.
E. G. White dan Hati Nurani
Ellen G. White menulis cukup banyak tentang hati nurani dalam buku-bukunya. Beliau
berbicara mengenai otoritas hati nurani dan bagaiman pentingnya insur ini pada manusia. Apa
seharusnya sikap manusia terhadapnya, bahayanya dengan sikap negatif terhadapnya
bahayanya dengan sikap negatif terhadapnya dan lain-lain? Berikut ini adalah pembahasan
yang didasarkan pada tulisan-tulisannya.
1. Otiritas Atas Hati Nurani
Allah sendirilah yang telah memberikan hati nuranitu kepada manusia, Segala sesuatu
yang berasal dari Allah itu baik karena Allah itu baik adanya dan apa saja yang diberikan-Nya
kepada manusia itu adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu Allah sudah
merancang bahwa tiap orang menggunakan hati nuraninya untuk dirinya sendiri Roh
Allah dengan cara yang ajaib bekerja atau mempengaruhi hati nurani manusia dan
Roh Suci ini harus mengontrolnya untuk selalu mengarahkan pada pembentuknya
2. Fungsi Hati Nurani
Allah memiliki patokan hidup moral manusia dan patokan itu adalah hukum-Nya. Dalam cara
yang tertentu Allah menempatkan hukum-Nya ini adalah hati manusia. Manusia mengatahui
patokan ini. Patokan ini adalah benar karena berasal dari Allah yang benar. White
menggabarkan bahwa hati nurani yang sensitif adlah marta dari pikiran Tentunya
itu adalah untuk melihat atau membedakan terang dan gelap yaitu yang benar dan yang salah,
yang baik dan yang jahat. Dalam setiap tindakan manusia hati nurani itu akan menyetujui atau
menyalahkan. Hati nurani bertindak sebagai evalator dari setiap perbuatan.Hati nurani
berfungsi mengamarkan segala tindakan Di tengah-tengah pergumulan dalam
berbagai nafsu manusia, suara Allah dapat didengar melalui hati nurani ,Melalui hati
nurani manusia dapat menyadari tuntutan hukum Allah ) dan dengan demikian
melaluinya juga manusia dapat menginsafi dosanya
3. Nilai Hati Nurani
Sesungguhnya Allah menempatkan hati nurani ini pada tempat yang tertinggi . Hati
nurani yang bersih itu bernilai melebihi emas Dalam cara yang lain, hati nurani itu
digambarkan sebagai sesuatu yang lebih berharga dari kekayaan yang besar
Malah lebih jauh lagi tulisnya bahwa hal itu lebih bernilai dari kehidupan fisik itu sendiri,
karena dalam Testimonies jilid 3 halaman 23, ia menulis “prefer death than to violate
conscience” (pilih kematuan daripada melanggar hati nurani).
4. Hati Nurani Pengontrol Manusia
Manusia mempunyai banyak unsur. Allah sendiri yang menempatkan unsur-unsur ini di dalam
manusia. Semuanya itu penting dan harus ada dalam kehidupan manusia yang sempurna. Ada
banyak hal yang terhadi pendorong seseorang dalam melakukan tindakan. Sebagai contoh,
nafsu makan. Ada jenis makanan yang dirasa enak. Bagaimanapun enaknya makanan itu tetapi
kalau sudah diketahui bahwa makanan itu merusak kesehatan, maka hati nurani akan tidak
menyetujui apabila kita memakannya. Nafsu makan itu harus dikontrol oleh hati nurani ( ). Demikian halnya dengan motif kita. Itu harus berada di bawah pengatuean hati nurani
. Menolong seseorang itu, kelihatannya adalah sesuatu hal yang bauk untuk dilakukan.
Tetapi motif dalam melaksanakan tindakan itu adalah supaya diri penolong itu ditinggikan,
maka hati nurani itu akan mengatakan bahwa perbuatan itu tidak patut dibuat. Unsur-unsur
yang lain juga, termasuk kecintaan kepada sesuatu atau seseorang (MH 399), keinginan ), emosi (), kemauan ( ), semuanya harus tunduk pada hati nurani. Jadi
singkatnya harus tunduk pada hati nurani
Pengaruh Luar Mengabaikan Hati Nurani
Allah telah menempatkan hati nurani itu pada posisi yang sangat penting dalam kehidupan
manusia demi kebaikan manusia itu sendiri. Setan berusaha untuk merusak rancangan Allah
itu. Ia mau supaya manusia hidup tanpa memperdulikan hati nurani Ia menggunakan
berbagai cara untuk mencapai maksudnya itu. Ia berusaha untuk memerintah hati nurani
manusia dengan cara manakut-nakuti dan memaksa (GC 591). Ia menggunakan agen-agen
manusia dalam menjalankan usahanya.
32
Satu Teologi Tentang Hati Nurani (A. Legoh)
Dalam usaha menguasai hati nurani anak-anak, ia menggunakan orang tua dan gutu (3T
134). Dalam menguasai istri ia menggunakan suami (4T 255) ataupun sebaliknya. Dalam
menguasau anggota-anggota gereja ua menggunakan organisasi gereja dan pemimpin-
pemimpin gereja (TM 295). Dalam menguasai anggota-anggota masyarakat ia menggunaakan
keputusan dewan atau suara mayoritas (SR 352, 6T 402). Dia juga menggunakan negara untuk
maksud ini (GC 588) dengan cara menganiaya (GC 172). Ada banyak juga orang yang punya
otoritas atas orang lainnya, seperti orang pintar, majikan, professional seperti dokter, ahli
hukum, dan lain-lain. Tatapi siapapun dia, apapun organisasi itu, apakah itu irganisasi agama,
kemasyarakatan, pemerintah, tidak ada yang diluaskan oleh Allah untuk mengontrol hati nurani
seseorang (TM 477). Oleh sebab itu jangan ada seseorang yang mencoba menjadi hati untuk
orang lain (Ev 216) selain dari Allah sendiri, Roh Suci, kebenaran, dan FirmanNya.
Perlakuan Negatif Secara Pribadi Atas Hati Nurani
Hati nurani itu bisa dirusakkan, ditumpulkan, dikeraskan, dibuai, ditidurkan,
diputarbalikan, didiamkan, atau dilanggar oleh diri sendiri. Bagaimana hal-hal ini bisa terjadi?
Apabila seseorang mau berbuat sesuatu yang salah, hati nuraninya akan memberi amaran.
Apabila dia menolak amaran ini maka pada kali nurani itu akan terdengar kurang jelas (5T
682). Apabila seseorang tidak berbuat sesuai dengan tuntutan hukum, keadaan tidak menurut
itu akan mengeraskan hati nurani (4T 146). Akibat yang sama juga terjadi apabila seseorang
terlalu banyak mendengar dan membaca tentang kejahatan-kejahatan (PP 459). Mengikuti
dorongan-dorongan nafsu yang rendah akan membutakan hati nurani seseorang (4T 31).
Pemajaan nafsu makan akan melumpuhkan hati nurani , demikian juga akibatnya dari
kesombingan dalam berpakaian (PP 558).
Diet yang tidak sehat mengurangi kecerdasan/ketajaman hati nurani (CD 426). Kebiasaan
berpesta pora dan minum minuman keras menjadikan hati nurani itu tidak berfungsi (DA 222).
Dalam mengikuti kesukaan mendengarkan/membaca hal-hal yang bersifat fiktif akan
mendiamkan hati nurani (GC 523). Banyak hal yang dibuat oleh seseorang dapat membawakan
pengaruh yang negatif pada hati nuraninya. Tetapi lebih dari pada hal-hal ini, kelalaian
mempelajari Alkitab dan berdoa secara pribadi adalah sebab mendasar dari kerusakan hati
nurani manusia (5T 120). Jadi selain ada pengaruh dari luar, manusia itu sendiri yang berusaha
untuk membombardirnya. Praktek hidup dir sendiri juga memberikan kontribusi pada tidak
berfunsinya hati nurani itu sesuai dengan rencana sebenarnya.
Memiliki Hati Nurani Yang Bersih
Manusia yang hidup dalam dosa atau dengan kata lain hidup di luar kemauan Allah, hati
nurani mereka sudah menjadi keras atau dalam keadaan tidur (PP 720, 2T 563). Maka yang
dibutuhkan ialah hati nurani itu perlu dilembutkan ataupun dibangunkan. Hati nurani ini akan
dibangunkan pada saat seorang bertobat atau berbalik kepada Tuhan (COL 98-99). Hati nurani
orang berdosa akan diaktifkan apabila hati diserahkan pada pengaruh Roh Tuhan (DA 71-72).
Untuk melihat hati yang bersih, sesungguhnya tidak mungkin tanpa pertolongan Ilahi
(SD 111). Rahmat Allahlah yang dapat menerangi hati nurani yang sudah digelapkan (2T 407-
8). Selain Allah melalui Roh Suci yang bekerja, malaikat-Nyapun turut aktif menolong
manusia dalam usaha ini (CT 507). Dari pihak Allah usaha-Nya selalu ada, tetapi perlu juga
hal-hal yang harus diuasahakan oleh pihak manusia. Kerja sama harus ditunjukkan dari manusi
itu sendiri. Sesudah hati nurani dibangunkan pada waktu pertobatan yaitu sesudah menyerah
kepada pengaruh Roh Suci, hati nurani ini perlu dididik
Manusia harus terus-menerus mengadakan kontak dengan Firman Allah
Firman Allah itu membangunkannya . Firman Allah itu akan menjadikan hati nurani
pintar apabila dihidupkan Tuntutan-tuntutan Allah harus dibawakan dalam hati
. Pemerintah tertinggi yang datang dari hati nurani itu adalah penurutan pada Firman
Allah
Jadi sangatlah perlu untuk membinasakan diri untuk memperlajari Alkitab. Dengan ini
juga hati nurani menjadi lebih sensitif (). Selain memperlajari Firman Allah dan
menurutnya, dibutuhkan juga kehidupan berjaga-jaga dan berdoa (. Komunikasi
dengan Allah secara pribadi dalam doa adalah faktor pendidik hati nurani yang baik untuk
menjadikannya lebih sensitif
Hal lain yang perlu dibuat adalah bekerja sama dengan Kristus. Hal yang dapat dibuat
dalam bekerja sama dengan dia diantaranya ialah melalui penginjilan. Dalam cara itu hati
nurani itu akan berada di bawah tuntutan-Nya . Hati nurani dididik melalui belajar dan
menuruti Firman Allah itu, berdoa dan bekerja sama denga Dia.
Penurutan Pada Hati Nurani
Kebutuhan dunia yang terbesar adalah kebutuhan akan orang-orang yang jujur dan benar
terhadap tugas dan tanggung jawabnya, bagaikan jarum kompas yang tetap mengarah ke kutub
tanggung jawab yang terutama dari manusia adalah kepada Allahnya. Allah
memberikan hati nurani kepada manusia dan manusia harus dikendalikan oleh satu prinsip
dalam kehidupannya, yaitu hidup menurut hati nuraninya Ia harus melakukan apa
yang benar sesuai hati nuraninya Bertindak sesuai dengan hati nurani tidak selalu
mudah. Sering apa yang benar bertantangan dengan apa yang dikehendaki oleh manusia itu
sendiri. Tetapi kemauan harus dilatih untuk menurut hati nurani
Faktor lain yang menyebabkan penurutan itu sukar adalah lingkungan dimana manusia
itu hidup yang memaksanya membuat hal yang berbeda. Seperti negara, masyarakat, gereja,
kaum keluarga, ataupun orang penting yang lain. White menasihatkan untuk tetap menuruti
hati nurani walaupun sukar Untuk menurutnya harus tanpa tawar menawar ataupun
kompromi
Begitu penting penurutan pada hati nurani pribadi, sehingga lebih baik mati daripada
melanggarnya ,Hidup menurut hati nurani akan membawakan seseorang kepada
kehidupan yang tentram dengan Allah.
Hidup Damai Dengan Allah
Hidup yang tentaram hanya ada dalam hidup dengan Allah. Hidup damai dengan Allah
adalah hidup yang menuruti hati nurani yang dikaruniakan Allah. Hidup damai adalah hidup
dalam kehidupan penurutan kepada Allah, idup menurut standard moral Allah. Memiliki
kehidupan sesuai strandard moral Allah akan kelihatan dari wahah seseorangan. White katakan
bahwa wajah akan ceria apabila memiliki hati nurani yang bersih (). Juga dengan
mendengar dan menuruti hati nurani, kesanggupan intelek akan terangsang dan dikuatkan ( ).
Selain pengaruh yang positif pada mental dan intelektual, memiliki hati nurani adalah
Yudas yang mengkhianati Yesus, gurunya. Ia tidak sanggup bertahan terhadap siksaan hati
nurani kemudian mengakhiri hidupnya sendiri Kedamaian hidup yang menjadi
dambaan tiap-tiap orang sesungguhnya hanya terdapat dalam mendengarkan dan menurut hati
nurani itu tanpa syarat.
Satu Teologi Tentang Hati Nurani (A. Legoh)
Hati Nurani dan Keselamatan
Keselamatan manusia hanyalah merupakan aktifitas Allah semata-mata. Dengan kata
lain bahwa penyelamatan itu adalah kegiatan yang sumbernya di luar manusia sendiri. Masing-
masing oknum dalam Trirunggal Allah mempunyai fungsi dalam proses terlaksananya
keselamatan manusia itu. Dalam perwujudan rencana keselamatan bagi tiap-tiap pribadi
manusia, Roh Sucilah yang berperan. Dalam proses keselamatan dalam pribadi seseorang, Roh
Suci menggunakan unsur yang ada dalam manusia yang diberikan oleh Allah sendiri. Itu adalah
hati nurani, yang ada dalam manusia yang diberikan oleh Allah sendiri.
Semua manusia adalah berdosa (Roma 5: 12). Dan manusi perlu menyadari keadaannya
sebelum ia menyadari kebutuhannya akan keselamatannya. Roh Suci menyakinkan dosa
seseorang melalui hati nurani . Manusia perlu berubah dari keadaannya itu. Manusia
tidak bisa bertobat kecuali Roh Suci membangunkan hati nurani manusia ). Ini
berarti bahwa sebelum manusia bertobat, Roh Suci lebih dulu membangunkan hati nuraninya
dan melalui hati nurani itu Roh Suci meyakinkan akan keadaannya yang berdosa itu.
Allah memberikan hati nurani kepada manusia supaya dapat menyadari tuntutan hukum-
Nya Hati nurani seseorang juga berbicara kepadanya pada waktu ua mendengarkan
kebenaran Seseorang yang telah yakin akan keadaannya yang berdosa dan kemudian
menerima Yesus sebagai Juruslamat pribadinya akan pasti menghidupkan kehidupan yang
moral yang benar. Dalam mempertahankan kehidupan yang benar, hati nurani berfungsi
sebagai penjaga ataupun pagar, karena hati nurani akan berbicara kepada kita untuk tetap
berbuat yang benar. Irang yang telah diselamatkan itu akan hidup tetapi menjadi pendorong
dalam proses perwujudan keselamatan seseorang.
Kepada tiap-tiap manusia Allah telah mengaruniakan satu unsur yang sangat penting
yang telah dirancang oleh Allah sendiri untuk berfungsi bagi kebaikan manusia itu sendiri.
Allah itu adalah Allah moral dan manusia ciptaanNya adalah manusia moral. Dalam alam sadar
manusia, Allah menempatkan hati nurani sebagai hakim dalam pertimbangan soal yang baik
atau yang jahat. Hati nurani memiliki posisi yang sangat penting sehingga menjadi pengontrol
manusia dalam hal-hal seperti motif, keinginan, kemauan, nafsu makan, kecintaan pasa sesuatu
atau seseorang.
Begitu penting hal ini dalam rancangan Allah sebagai setan, musuh Allah itu, berusaha
agar hati nurani tidak berfungsi semestinya. Untuk maksud itulah ia berusaha supaya manusia
itu sendiri dapat merukkannya, diantaranya melalui cara hidup yang salah seperti cara makan
yang salah ataupun dalam cara kehidupan yang tidak memperdulikan Allah seperti pelanggaran
FirmanNya atau hukumNya. Untuk maksud yang sama setan juga menggunaka agen-agen yang
lain dari pribadi manusia itu sendiri seperti otang tua dan guru-guru terhadap anak-anak, suami
terhadap istri atau sebaliknya, pendeta ataupun organisasi-organisasi gereja terhadap anggota-
anggota jemaatnya, pimimpin masyarakat terhadap anggota masyarakatnya, negara terhadap
warga negaranya, dan lain-lain.
Tetapi bagaimanapun usaha Setan untuk menjadikan hari nurani tidak berfungsi dengan
mestinya dan bagaimanapun sukarnya untuk menuruti hati nurani itu apakah karena kebiasaan
hidup ataupun karena lingkungan, White mengatakan “Lebih baik mati dari pada melanggar
hati nurani.” Oleh sebab itu sangat perlu untuk memiliki hati nurani yang bersih. Untuk
memiliki hati nurani yang bersih seseorang harus menyerah kepada pengadilan Allah dengan
menurut FirmanNya atau hukumNya.
Roh Suci bersama malaikat-malaikat Allah juga terlibat dalam proses itu. Manusia
sendiri harus bekerjasama dengan Allah dalam menjadikan hati nurani itu berfungsi dengan
semestinya melalui selalu belajar FirmanNya, berdoa, dan bekerja bersama dengan Dia.
Kehidupan yang damai hanya dapat dmiliki melalui penurutan pada hati nurani. Dan dalam
soal keselamatan, hati nurani memiliki peran yang sangat penting; melalui hati nurani Allah
oleh RohNya bekerja menobatkan manusia dan mempertahankan pengalaman hidup
keselamatan manusia itu sendiri.