elah selesai melempar Jamratul
Aqabah sesampai kita diMina, menurun dari Muzdalifah.
Sesudah itu bernama hari-hari fosyriq, yaitu tanggal 11 dan tanggal 12 atau
dilanjutkan sampai kepada tanggal 13. Tasyriq, artinya ialah menjemur dendeng
ketika matahari naik, sebab banyak.binatang yang disembelih'
Menurut riwayat Imam Ahmad dan keempat ahli Hadis yangmenyusun asSunan, yang diterima dari Abdurrahman bin Ya'mar, bahwa beberapa orang
dari Neied datang bertanya kepada Nabi s.a.w. seketika Haji wada' sedang
beliau masih wukuf di Arafah itu, tentang hari-hari manakah yang disebut harihari yang ditentukan itu. Mendengar pertanyaan demikian, supaya lebih rata
diketahui beliau perintahkan seorang penyeru agar menyerukan keterangan
beliau:Haji itu ialah Arafah. Barongsiap 92oing futong p& waktu teloh ber
kumpul, sebelum terbit fajor, moka diopun telah mendryt juga Hod Mina:
yaitu tigo hari. Barangsiap yang memwrcepat menjodi dua hari. maka
tidaklah dia berdosa dan barangsiapo yang memprlarnfut (t*p hari) tidaklah
pula berdosa."
Selama harihari yang telah ditentukan itu hendaklah dipenuhi dengan
menyebut nama Allah, atau berzikir. Dan semuanya telah ditentukan oleh
Allah, diajarkan oleh Nabi. Seketika wukuf di Arafah, sampai kepada mabit di
Muzdalifah kita mengucapkan Tolbiyah. Selama hari berhenti di Mina kita
mengucapkan Tokbir (Allahu Akbar) dan lohmird (Alhamdulillah) dan Tahlil
(Laa llaaha lllallah): "Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar; Laa llaaha lllallah, Wallahu Akbar. Allahu Akbar walillahil-Hamd." Dan berbagai zikir yang
lain. Dan selama di Mina itu kita melontar (melempar) Jamrah ketiganya; Jamratul-Aqabah, Jamratui-Ula dan Jamratul-Wustha, dengan batu kecil kecil, masing-masing tujuh kali, menurut Sunnah Nabi lbrahim. Tiap-tiap batu kita lemparkan, maka kita ucapkan; Bismillahi Allahu Akbar!"
"Mako barongsiopa yang memwrcept dolam dua hari, maka tidoklah
odo dosa atasnya." Mempercepati dua hari, ialah sehabis tanggal l0 yang
dinamai hari Nahar, lalu ditambah lagi dua hari, yaitu hari ll dan 12 Zul-Hijjah.
Tidaklah salah dan tidaklah berdosa jika pulang saja. sebab rukun-rukun yang
penting telah selesai dikerjakan.
Supaya lekas terlepas dari kewajiban yang berat, sebaiknya sehabis melemparkan Jamratul-Aqabah di hari kesepuluh, lekaslekas ke Makkah langsung mengerjakan tawaf lfadhah dan Sa'i- Dengan demikian, bila selesaiSa'i
boleh terus tohallul (mencukur atau menggunting rambut), terus tanqgalkan
pakaian ihram, dan kembali ke Mina, buat bermalam yang dua hari atau tiga hari
itu. Apatah lagi di sana sekarang hubungan kendaraan-kendaraan bermotor
telah sangat lancar. "Dan furangsiapa yang mentokhirkon, yaitu memenuhi
sampai hari ketigabelas, "moko tidokloh (pula) ada dosa otosnyo." Sebab
mempercepat atau menta'khirkan pulang bukanlah ohh karena sebab-sebab
yang tidak baik. Misalnya hendak lekaslekm pulang karena telah bosan!
Niscaya ilu salah! Atau menta'khirkan pulang karena riya', itupun tidak baik.
Sebab itu dikunci dengan perkataan: "Yaitu bogi borongsiry yong talrtua."
Pendeknya baik pulang terdahulu atau p.rlang terkemudian, pokoknrTa ialah
takwa. Dan takwa adalah dalam hati. Munskin ada yang terburu pulang, karena
ada satu keperluan lain, apalah salahnya. Sebab rukun-rukun penting telah
selesai. Mungkin telah menunggu kapalterbang yang akan rnembawa kembali
pulang ke tanahair, akan beranskat nanti malam. Segera pulang tanggal
duabelas ke Makkah, selesaikan tauraf lfadhah petang itu bagi siapa yang belum
tauraf, dan sa'i, tarpaf wada'(selarrnt tinggal) sekali, terus berangkat menuju
Jeddah. Malamnya berangkat puhng "Dan takwalah kamu kepada Allah."
Moga-moga berkesanlah ibadat haiimu ini, terlukis dengan indahnya dalam
fiwamu- "ban ketahuilah balauwrrya komu sekolion, kepadal'lyalah akon 'dkunpulkan " (uiung ayat ffi). semuanya kita akan berkumpul kelak ke
hadWnTuhan, di hari akhirat. Moga-moga berkumpul di Arafah, berkumpul
di Muzdalifah dan tiga hari di Mina rnenghidupkan dalam kenanganmu, bahwa
kelak akan berkumpul lagi kita ini, iauh lebih ramai, bahkan jauh lebih ramai dari
perkumpulan yang sekarang.
Selalu diulang-ulang kalirnat takwa, sekali lagi takwa. Moga-moga ini selalu
diiadikan ingatan dalam rrnksud Manasik Haji. Adapun rukun-rukun mana
ying walib, -rn:rna yang sunnat, bagaimana wukuf, apa yang dibaca seketika
zikir-, ambillah contoh daripada perbuatan Nabi s.a.w. dan pelajarilah kepada
ahlinya. Moga-moga meniadi Haii yang Mabrur, yang diterima Tuhan, dijauhkan
aflah t<iranya dariHaii yangMordud, Haii yang ditolak. Belania sudah habis,
tenaga
",rduh
terbuang, pahalanya tidak ada, sebab takwa tidak ada seiak
semulaPasanglah cita tenrs buat sekurangnya sekali seumur hidup dapat mengerjakan haii. -
Makadidalammelakukanibadathafiini,hanyagarisbesamyayangdisebut
di dalam alQuran. Disebutkan tentang wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah,
disebut iuga tentang tauraf keliling Ka'bah dan sa'i di antara Shafa dan MarwahTetapi bagainrana cara rnengeriakan semuanya itu,ditanqgal berapa mengerjakan wgkuf, berapa kali pergi dan balik di antara Shafa dan Marwah, adalah
semuanya menurut contoh-contoh yang diberikan Nabi. Apatah lagi dari hal
melempar Jamrah, tidakhh ada disebut dalam al-Quran. Hanya diisyaratkan
saia di dalam surat al-Baqarah ayat 124, sebagai ujian Tuhql kepada Nabi
Ib;ahiln, karena dia diperintah dalam mimpi supaya menyembelih anaknya, lalu
ditafsirkan oleh beberapa Hadis bahwa syaitan merayu-rayu beliau supaya
maksud menyembelih itu beliau urungkan saja. Maka kaifiyat dan carg-cara
melempar ini pun hanya dapat diteladan daripada perbuatan Rasulullah seketika beliau mengeriakan haji.
Beliau rnik haji hanya sekali, yaitu yang dinamai HaiiWada pada tahun
kesepuluh Hijriyah. Sebelum itu beliau masuk Makkah dua kalidiluar musim
haii, yaitu seketika Umrah Qadha'di tahun ketuiuh dan menaklukkan Makkah
di tahun kedehpan. Naik haii tahun kesembilan diserahkannya pimpinan
kepada Abu Bakar.
Maka pada rnik haii penshabto an itulah beliau bersaMa:
tfuu#gL
"Ambillah drlri@arcu Morrcik kamu.Upacara yang kita lakukan didalam haji itu bernama manasik. Termasuk
juga penyembelihan-penyembelihan binatang-binatang Hodyu dan perlengkapannya semua. Tidaklah ada contoh yang dapat diambil, melainkan contoh
yang telah dilakukan Nabi seketika beliau mengerjakan Haji Wada' (selamat
Tinggal) itu.
Dan hanya 80 harisaja setelah selesaimengerjakan Hajipenghabisan itu,
beliaupun berpulang ke rahmatullah. Oleh sebab itu Hadis-hadis disekitar Haji
Wada' itu amat penting artinya menjadipegangan daripada ulama-ulama Fiqh di
dalam membimbingkan ibadat Haji sepeninggalRasulullah s.a.w. sampai kepada
masa kita sekarang ini.
(204) Dan setengah dari manusia ada
yang menarik hati engkau katakatanya dari hidup didunia, dan
dia menjadikan Allah saksi atas
apa yang dalam hatinya, padahal
dia adalah sejahat-jahat musuh.
(205) Dan apabila telah berpisah berjalanlah dia dibumi hendak merusak padanya dan membinasakan pertanian dan peternakan;
padahalAllah tidaklah suka akan
kerusakan.
(206) Dan apabila dikatakan kepadanya: Takwalah kepada Allah!
Dibawalah dia oleh kesombongannya berbuat dosa. Lantaran itu
cukuplah jahannam untuknya
dan itulah seburuk-buruk ketetapan.
(207) Dan setengah dari manusia ada
yang menjual dirinya karena
mengharapkan keridhaan Allah.
Dan Allah adalah Maha Penydntun kepada hamba-hambaNya.Kebohongan Hidup
Ketika membicarakan haji selalu diingatkan maksudnya yang tinggi, yaitu
membina takwa. Kesucian batin dan kebersihan lahir. Meskipun keterangan
tentang haji telah selesai dalam rangkaian inidan akan berjumpa lagikelak pada
ayat-ayat yang lain di surat yang lain, dan diibaratkan bahwa haji telah selesai
dikerjakan, sekarang mulailah menempuh hidup sehari'hari. Maka Tuhan
peringatkanlah kepada RasulNya tentang keadaan manusia:
"Dan setengah dari monusio ada yang menarik hati engkau kata-katanya
dari halhidup di dunia." (pangkalayat 204). Kata-katanya amat menarik, pandai
dia membawakan diri, seakan-akan dia mengerti atau menaruh perhatian akan
segala soal-soal yang penting. Seakan-akan dia turut memikirkan keselamatan
manusia. Seakan-akan dia mempunyai maksud'maksud dan cita'cita yang
baik; "Don dia menjadikan Allah soksi ofos apa yang dalamhatinya."Bahwa
dia bermaksud jujur, dan untuk itu dia berani bersumpah membawa nama
Allah, "podohal dia adqlah sejahat'iahat musuh," (ujung ayat 204).
Orang yang munafik kiranya orang ini. Manis mulutnya berkata-kata,
karena manisnya orang dapat tertarik, dan kalau perlu nama Allah bisa
dijadikannya saksi, bahwa dia seorang jujur. Tambah banyak dia bercakap,
tambah banyak nama Allah disebut. Padahal dalam hati sanubarinya tersimpan
rasa dendam dan permusuhan.
Mulut yang manis janganlah lekas dipercaya. Sebab lidah tidak bertulang.
Orang dapat memutar-mutar lidah menurut keadaan, dan orang dapat memakai 1,001 lidah untuk 1,001 soal. Karena begitu pasangannya, dan ke mari
begini. Semua yang dia ajak bercakap, timbul percaya karena pintarnya.
Kepada orang yang berat kepada agama dia tidak berkeberatan berkata"Allah
jadisaksiku", atau DemiAllah, Wallahi, Billahi,Tallahi. Sebab betapapun manis
bercakap, pembuktian hanya dapat ditilik pada bekas perbuatan. Sebab itu
selanjutnya Tuhan bersabda tentang orang demikian.
"Dan apabila telahberpisoh." (pangkal ayat 205). Yaitu apabila mereka
telah kembali kepada keadaannya sendiri, telah lepas daripada menghadapi
orang tempatnya mengambil muka itu, "berjalanlah dia di bumi merusak
padanyo." Sebab yang dijadikannya pedoman sebenarnya bukanlah kebenaran
dan bukan nama Allah yang hanya bermain di mulutnya itu, melainkan kemegahan untuk dirinya, keuntungan yang hendak dipulutnya. Dia menyimpan
segala rencana yang berbeda daripada kemauan Allah, tetapi untuk menyembunyikan maksudnya yang jahat ia bermulut manis. Bertambah kejam
rencana mereka, bertambah manislah mulut mereka. Mulut yang manis itulah
yang kerapkali mematah siku orang yang hendak ingin menentang kezalimannya. Rencananya adalah kemegahan diri. Peraturan dari Tuhan, kalau dipandangnya merugikan rencananya, niscaya akan dihalangi dan dimusuhinya.
Sebab itu agama hanya dipakainya mana yang akan memberikan keuntungan
kepadanya. Kalau merugikan, niscaya dia lemparkan. "Dan membinasakqn
pertanian dan peternakon. " Mengapa bekas perbuatannya merusak pertanian
dan peternakan? Sebab yang menjadi tujuannya yang sebenarnya ialah ke-untungan diri sendiri, tidaklah difikirkannya bahwa dia telah merusak dan
merugikan. Pertanian adalah dasar kemakmuran. Hati orang senang bertani
kalau dia merasa aman. Tetapi kalau fikiran telah kacau, pertanianpun mundur.
Kalau pertanian telah mundur, kemakmuran masyarakat tidak ada lagi. Demikian juga peternakan. Setengah ulama menafsirkan bahwa annasla bukan saja
berarti peternakan binatang, tetapi juga keturunan manusia. Dan setengah
ulama lagi memberi arti tawalla. bukan saja berpisah, tetapi kalau berkuasa.
Yaitu kalau sekiranya orang-orang yang berjiwa demikian mendapat kekuasaan
dalam bidang manapun juga, kemunduranlah yang akan didapat. Mundur di
dalam pertanian, mundur di dalam peternakan dan mundur cita-cita murni dari
anak dan keturunan. "Padahal Allah tidaklah suko akan kerusokon." (ujung
ayat 205).
Lantaran itu nampaklah kehendak orang yang demikian sangat berbeda
dengan kehendak Allah. Dan apabila manusia demikian bertindak melancarkan
rencana yang berlawanan dengan kehendak Allah, kehancuranlah yang akan
menimpa mereka, dan akan hilanglah ketenteraman jiwa masyarakat.
Sebagai kita katakan tadi, kalimat tawalla mengandung dua arti. Pertama
berpaling, kedua berkuasa. Dalam penafsiran yang pertama dilukiskan orangorang munafik, yang apabila duduk berhadapan manis bicaranya, tetapi kalau
dia telah berpaling pergi, cakapnya lain pula. Orang-orang ini tidak dapat
dipercayai percakapannya dan tidak dapat dipegang janjinya. Pada penafsiran
makna yang kedua, apabila dia telah memerintah, atau telah berkuasa, kelihatanlah coraknya yang sebenarnya. Mereka tipu rakyat yang telah mempercayakan kekuasaan kepadanya dengan tutur lemak manis, sehingga orang
hanya dininabobokkan dengan pidato, padahalapa yang dituju bertambah lama
bertambah jauh. Mudah saja lidah mereka menyebut Allah, laksana seorang
penyembelih sapi di tempat penyembelihan, mengucapkan "Bismilloh" lebih
dahulu sebelum menggorok leher sapinya. Dia berjalan di atas bumi, bekerja
yang utama adalah merusak. Betapa tidak akan merusak? Padahal yang
dipentingkannya hanya bercakap dengan berpidato membujuk orang sedangkan mengurus negeri jarang sekali. Jiwa rakyat yang diperintah telah lesu dan
putusasa, atau apatis!
Demikianlah yang diperbuat oleh penguasa negara yang bersikap diktator,
atau kultus perseorangan. Setiap waktu hanya mempertunjuk kekuasaan
(show). Hampir setiap hari rakyat dikerahkan menonton kebesaran "paduka",
bertepuk tangan menyambut pidato"paduka" sehingga kebun-kebun tertinggal
dan sawah-sawah terbengkalai. Rimba-rimba larangan ditebas dan ditebang
orang karena hendak mencuri kayunya, lalu terjadilah erosi. Di musim hujan
timbullah banjir, di musim kemarau seluruhnya menjadi kering. Kesuburan
tidak ada lagi, jalan-jalan penghubung menjadi rusak. Rumput-rumput jadi
kering, binatang ternak tidak berkembang lagi, sehingga akhirnya negeri jatuh
kepada kemiskinan dan rakyat kelaparan. Sedang beliau penguasa setelah
kesengsaraan memuncak, hanya pandai memuji diri dan mendabik dada,
mengatakan bahwa dialah yang berjasa. Bertambah negeri sengsara, bertambah dia membuka janji baru, untuk dimungkirinya lagi.Di dalam ayat ini disebut membinasakan alhartsa, yang berarti kesuburan
pertanian. Dan disebut pula onnoslo, yang berarti keturunan. Setengah ahli
tafsir memberi arti alhartsa itu dengan isteri dan beristeri dan onnqslo dengan
anak keturunan. Sedang penafsir pertama tadi ialah pertanian dan peternakan.
Keduanya boleh diambil menjadi penafsiran, dan keduanya kena apabila
penguasa adalah si penguasa yang bermulut manis tadi. Mereka pada hakikal
nya adalah A taddul khishoom, musuh yang paling jahat. Musuh yang membawa
penderitaan batin, membujuk dengan mulutnya yang manis, tetapi bekas
perbuatannya menyebabkan negeri kian lama kian sengsara, pertanian jadi
mundur, peternakan jadi mandul. Atau isteri-isteri tidak aman lagi dalam
rumahtangganya, bisa ditimpa berbagai penyakit, sebagai darah tinggi dan
penyakit gila, karena kesusahan hidup. Dan juga perzinaan. Dan apabila isteri
dalam rumahtangga sudah selalu ditimpa sengsara, anak-anak keturunan,
(annasla) pun tidak beres lagi. Maka datanglah sambungan ayat: "Dan apabila
dikatakan padanya: T akwalah kepado Allah! Dibawalah dia oleh kesombongan berbuat dosa." Inilah kata yang tepat tentang sikap hidup seorang pemerintah dan penguasa yang zalim, seorang diktator dan tirani, seorang
pembina kultus perseorangan. Dia tidak boleh ditegur sapa, dia tidak boleh
diberi nasihat. Orang yang jujur akan dimusuhinya, orang yang suka mengambil
muka, itulah yang disenanginya. Puji dia terus, sanjung dia. Berikan gelar-gelar
lang agung padanya. Bertambah ditegur dengan jujur, akan bertambah dibuatnya dosa yang baru. Dia amat sombong dengan kekuasaannya, dan kesombongannya itu akan ditambah lagi oleh pengambil-pengambil muka yang
datang menyembahnya.
Maka datanglah sambungan ayat: "Lantaran itu cukuplah iahannam
untuknyo, dan itulah yang seburuk-buruk ketetapan." (ujung ayat206).
Di sini diterangkanlah dengan tegas oleh Tuhan, bahwasanya Allah tidaklah ridha kepada orang yang demikian. Tempat mereka yang pantas tidak lain
hanyalah .iahannam, yaitu api neraka yang menyala. Api neraka ini ada yang
mereka dapati sementara mereka masih hidup. Satu waktu kemarahan rakyat
akan memuncak, dan merekapun akan direnggutkan dari atas tahtanya. Atau
negeri-negeri lain yang bertetangga dengan dia akan merasa tidak tenteram
melihat kesombongan angkuh ini.
Kemunafikan dan kezaliman dan kerusakan yang diperbuat manusiamanusia di muka bumi itu wajiblah ditantang oleh manusia sendiri. Manusia
tidak boleh hanya semata-mata menunggu takdir Allah akan merobah nasibnya. Oleh sebab itu selalu wajib ada orang yang memberanikannya tampil ke
muka menantang kezaliman, walaupun dia akan menderita berbagai penderitaan. Oleh sebab itu maka lanjutan ayat adalah imbangan daripada kemunafikan dan kezaliman yang tersebut di atas tadi:
"Dan setengah dari manusia adaloh yang menjual dirinya, karena mengharapkan keridliaan Allah." (pangkal ayat207). orang yang telah menjualdiri
kepada Allah adalah tandingan, bandingan dan imbangan daripada orang yangmulut manisnya menakjubkan tadi, dan yang mudah saja menyebut nama Allah
mengucapkan sumpah, padahal perkataannya tidak dapat ditebusnya dengan
perbuatannya. Orang yang telah menjual diri kepada Allah tidaklah banyak
cakap manis mulut. Tidaklah dia berhenti pada amalan yang saleh dan yang
diharapkannya hanya semata-mata ridha Allah. Syahadat yang telah diucapkannya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah membawanya kepada sikap teguh
yang tidak dapat ditawar-tawar. Dia tidak mempunyai dua atau seribu muka;
dua atau seribu cabang lidah. Di dalam surat kesembilan (at-Taubah) ayat 112
ada tersebut bahwasanya Allah Ta'ala telah membeli dari orang yang beriman
itu, yaitu dirinya dan h:rtabendanya. Tuhan membeli semuanya itu dengan
pembayaran syurga. Oleh karena syahadatnya dan oleh karena kepercayaannya kepada Allah bahwa harga itu akan diterimanya kelak, maka tidak ada lagi
matabenda dunia ini yang dapat mempengaruhinya.
Menjual diri kepada Allah ini tidaklah akan tercapai dan terbukti kalau
orang tidak berani mengurbankan hartabenda dan kalau perlu jiwanya untuk
itu, kalau keadaan menghendaki. Di hadapan kekuasaan yang zalim dia berani
mengangkat mulut menyanggah kezaliman itu walaupun apa yang akan menimpa dirinya. Sebab bertambah banyak dia menderita bertambah pulalah
dekatnya kepada Allah dan bertambah dia mencapai ridhaNya.
Ucapan Syahadat "Tidak ada Tuhan yang aku sembah, melainkan Allah,"
diiringi lagi dengan ucapan "Dan Muhammad adalah Rasul Allah," adalah
laksana kontrak penjualan diri, yang menyebabkan seluruh diri sudah diserahkan kepada Tuhan. Sekali sudah berkontrak dengan Dia, kita tidak dapat lagi
menandatangai kontrak lain. Kehidupan adalah seluruhnya untuk Dia dan
kematian sudah untuk menemuiNya. Di mana saja tanah, walaupun hanya
sejengkal, ataupun di dalam penjara berpagar besi yang sempit, asal masih muat
bagi kening untuk dicecahkan ke bumi bagi bersujud, adalah lapang bagi
seorang yang telah menjual diri kepada Allah.
Menilik bunyi ayat ini dapatlah disimpulkan bahwa menjadi seorangMuslim
yang artinya menyerahkan diri sebulat-bulatnya, seluruhnya kepada Allah,
belumlah berarti menjadi orang Islam kalau hidup hanya semata-mata cari
makan yang halal, tekun shalat lima waktu, menjaga diri jangan berbuat dosa,
dan tidak mengganggu orang lain, puasa taat di bulan Ramadhan. Islam yang
egoisfis, mementingkan diri sendiri, membaca wirid ini dan ayat itu, Surat Yasin
malam Jum'at, ayat Kursi ketika hendak tidur, akan'segera masuk syurga. Itu
belumlah cukup, dan Islam yang demikian tidaklah menimbulkan opi. Tetapi
kewajiban seorang Muslim adalah lebih luas, manfaatnya lebih merata. Seorang
Muslim harus aktif! Dia wajib berusaha membahagiakan diridan membahagiakan orang lain. Pelihara syariat dan perjuangkan dia agar tegak. Cari hartabenda banyak-banyak dari yang halal, lalu nafkahkan dia untuk membela
kepentingan bersama dan menolak bahaya yang mengancam. Segenap kekayaan yang ada, baik kekayaan harta, atau kehandalan lidah, atau kepiawaian
pena, harus dipergunakan untuk membahagiakan ummat, menghembuskan
nafas yang hidup, bukan nafas mati. Menyeru kepada kebajikan, menentang
kebatilan dan kezaliman, walaupun untuk itu dia mati. Sebab kadang-kadang
menuntut keadilan itu meminta pengurbanan jiwa.Shalat, puasa, zakat, haji dan amal shalih yang lain bukanlah semata
amalan yang beku. Shalat berjamaah beramai-ramai di waktu subuh dan amalan
yang lain, bukanlah tujuan, tetapi jalan untuk menuju dan membuat iiwa lebih
besar sehingga sanggup memikul tugas hidup berbuat baik dan berbuat yang
mulia. Jiwa bertambah besar dan besar lagi, tidak tersangkut dan terikat oleh
perkara-perkara remeh, sehingga hidup yang hanya sebentar singgah di dunia
ini hendak meninggalkan bekas yang lama, beratus kali lipat daripada umur
yang dilalui. Sehingga walaupun jasmani telah mati, namun dia tetap hidup dari
abad ke abad. Dan setelah dia meninggal dunia, pastilah dia berhak duduk
menjadi tetangga Allah, bersama Nabi-nabi, Rasul-rasul dan Shiddiqin serta
Syuhada dan Shalihin.
Di sini mengertilah kita bahwasanya Tuhan membeli diri dan hartabenda
seorang Muslim, dan akan dibayarNya dengan syurga, bukanlah untuk kepentingan Allah, laksana seorang kaya di zaman purba membeli seorang budak
belian untuk disuruhnya mengerjakan pekerjaan yang berat. Si Muslim yang
telah dibeli angkuhnya, lalu negerinya diserang orang dari luar. Bila penyerangan datang, meskipun betapa cinta rakyat akan tanahairnya, mereka tidak
dapat bertahan lagi, sebab rakyat ini sudah lama kurus-kering diisap darahnya
oleh penguasanya sendiri. Ataupun negeri itu menjadi kering, karena putus
perhubungan dengan luaran.
Telah kita baca nasib Julius Caesar, yang mati dibunuh oleh orang-orang
yang dipercayainya sendiri. Di abad yang telah lalu kita kenalsejarah Napoleon.
Dan di zaman moden kita ini telah kita ketahui nasib orang-orang sebagai Hitler
dan Mussolini yang keduanya bersama hancur dengan negerinya.
Louis XIV dari Perancis yang terkenal membangunkan kemegahan untuk
negerinya, danpercayabetul bahwa Perancis itu ialah dirinya. Dia keburu mati
menurut adat biasa. Tetapi raja-raja yang menggantikannya yang menanggung
akibat dari kezalimannya, sehingga timbul revolusi Perancis.
Di dalam lslam orang-orang yang berpengetahuan yang disebul ulamo,
atau di dalam kata-kata moden, orang-orang disebut intelektuil mempunyai
kewajiban amat berat membendung kezaliman itu dan memberikan peringatan
serta nasihat kepada penguasa-penguasa yang zalim itu. Tersebut di dalam
sebuah Hadis yang shahih:
$Y"1f .*a: **; l.ll; b, je 1 #,y# i6rt
,P,t)
"Agama itu ialah nasihat. Kamibertanya: Kepada siapa? Jawabnya; yaitu
nasihat kepoda Allah dan kepada RosulNyo dan kepada lmam-imam (penguasa-penguasa) kaum Mu\limin dan kepada orang awamny a." (Dirawikan
oleh Muslim).
Nasihat kepada Allah dan Rasul ialah berlaku jujur dan ikhlas di dalam
mengerjakan yang disuruh dan menghentikan yang dilarang. Nasihat kepada
penguasa kaum Muslimin atau pemegang pemerintahan ialah menegur kesalahannya dengan jujur. Dan nasihat kepada orang awam ialah membimbing
dan memimpin orang banyak kepada kesadaran akan hak dan kewajibannya.
Lantaran adanya Hadis ini maka ulama tidak boleh berdiam diri. Bila dia
berdiam diri, dia akan dituntut oleh Allah sebagai mengkhianati tugas sucinya.
Dia mesti menegur yang salah:
,* ftiv i'J;t: i;;, 36 1&'it & g.A # 6 i
aal
// 2,
r y,,t \ s3\i ;iit -5\; );4W"
WJiV
"Dqri Abu Said al-Khudri, dia berkota: Sayo dengar Rqsulullah s.o.w.
bersabdo: Barangsiapa di antora kamu melihot yang mungkar hendaklah
tegur dengan tangonnya. Kalau dia tidak songgup, hendoklah dengan lidoh
nya. Kalau dia tidak songgup, hendaklah ditegur dengan hatinya; dan itu
( me negur hany a d e ngan ha t i ), adoloh y ong selemah - lemah imon. " ( Dirawikan
oleh Muslim).
Ulama yang bertanggungjawab tidaklah mau menjadi golongan yang selemah-lemahnya iman. Sebab itu ditegurnya juga dengan lidahnya, dengan
penanya, dengan khutbahnya di hari Jum'at, dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkannya.
Di sinilah selalu terjadi hal hal yang menyedihkan sejak dahulu sampai
sekarang. Apabila mulut dibungkam. Tuhan menyapa "iman yang lemah" dan
dipandang sebagai pengkhianat kepada tugas agama. Dan apabila teguran dan
nasihat itu dikeluarkan, si penguasa atau diktator pula yang akan marah; dia
pula yang akan menuduh pengkhianat. Dituduh pengl<hianat negara, dituduh
subversi men;adi kakitangan asing atau kontra revolusioner. Berpuluh bahkan
beratus ulama telah menjadi kurban sejak dahulu sampai kepada zaman kita
sekarang ini, karena berani mengangkat mulut mengatakan yang benar dan
menegur yang salah.
Dirampas kemerdekaan adalah suatu hal yang pahit. Disimpan di belakang
terali besi adalah satu penderitaan yang moga-moga jangan bertemu hendaknya. Maka selalulah terjadi peperangan di dalam hati, akan bicarakah atau akan
diam.
Ada yang berdiam diri, maka selamatlah jasmaninya, tetapi dia dirangsang
oleh suara hatinya sendiri. Dia hanya bisa sembuh dari rangsangan itu apabila
dia mendustai rangsangan batin itu. Ada pula yang berkata; dia katakan terusterang, fnaka diapun terbenamlah masuk penjara, atau difitnah atau dibunuh.
Maka kalau imannya lebih kuat, merasalah kepuasan batin, sebab tugasnya
telah diselesaikan. Maka setelah dipenjarakan, merasalah dia bahwa kehidupan
di dalam penjara menjaditempat latihan batin yang indah sekali, sebab hanya
kemerdekaan badannya yang dirampas, dan tidak ada makhluk yang sanggup
merampas kemerdekaan jiwa. Adapun orang yang kelihatannya bebas di luar
dan berulang-ulang datang ke istana menjunjung duli; mereka bebas ialah
karena mereka telah menyediakan diri menjadi budak.
Memang sangatlah nisbi (relatif) wajah hidup yang dihadapi di dunia ini.
Itulah agaknya sebabnya maka Sufyan as-Tsauri, ulama Tabi'in yang terkenal,
lebih suka mengembara jauh-jauh, sangat menjauhi hubungan dengan istana,
walaupun berkali-kali disuruh cari oleh Khalifah Abu Ja'far al-Manshur. Dia
lebih suka hidup kelihatan pada akhirnya sengsara, tetapi bebas daripada
menjadi ulama istana, yang kemerdekaannya tidak ada lagi. Oleh Allah itu
dilarang mengerjakan pekerjaan yang jahat, disuruh mengerjakan pekerjaan
yang mulia-mulia, adalah supaya dia layak menempati tempat yang disediakan
buat dia, yaitu kemuliaan dunia dan kemuliaan syurga akhirat. Tuhanpun
maklum betapa perjuangannya dan penderitaannya menegakkan kalimat Allah
melalui Sabilillah, menjurusi Shirathal Mustaqim. Kadang-kadang keringatnya
mengalir sampai ke tumit, dan kadang-kadang airmata jatuh iring-gemiring,
bahkan kadang-kadang darahnya yang tumpah ke bumi. Tetapi karena cintanya telah terpadu kepada Allah yang membelinya, dipikul juga betapa pula
hebat perjuangan mereka itu di dalam batinnya sendiri. Perjuangan di antara
cintanya yang ingin menaik tinggi; menanjak gunung mendaki langit, berlawanan dengan hawanafsunya yang selalu turun ke bawah, ke tempat bahimiyah (kebinatangan) Sabu'iyah (kebuasan). Sebab itu maka di ujung ayat
Tuhan bersabda: "Dan Allah adalah Penyontun kepada hambaI,lya." (ujung
ayat 207\.
Keringatnya yang mengalir akan diseka oleh Malaikat, airmatanya yang
melelehcli pipinya akan dihapus dan darahnya yang menyiram membasahibumi
akan jadi saksi atas kebenaran perjuangannya. Jika payah kakinya mendaki.
Tuhan menjadikan tempat bergantung. Dan jika takut akan terantuk kakinya
menurun, Tuhanpun menyediakan tongkat buat bertelekan. Itulah ayat-ayat
dan sabda wahyu yang dibawakan oleh Rasul-rasul. Demikianlah sifat santun
Tuhan, yang disebut menjadi salah satu namaNya dalam rangkaian "AsmaulHusna." Rou/ mengandung arti, santun, hiba, kasihan, kasih dan sayanE.
Untuk mendalami nilai perjualan diri kepada Allah ini hendaklah kita
banyak-banyak membaca riwayat-riwayat sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w.
yang memandang harta dan dirinya tidak berharga, asal dapat menegakkan
Sabilillah.
lngatlah Abu Bakar, yang seketika diminta pengurbanannya untuk membelanjai perang Tabuk, telah diberikannya semuo. Lalu seketika Rasulullah,
bertanya, mana lagi sisanya untuk engkau, beliau menjawab: "Sisanya masih
banyak, yaitu Allah dan RasulNya."
Ingatlah seluruh Muhajirin yang berpindah dari Makkah ke Madinah.
Ditinggalkannya habis segala hartabenda yang keras, rumahtangga, kampung
halaman, kebun dan ladang, lalu hijrah ke Madinah dengan hanya sebatang
tubuh. Jiwanya tidak terikat lagi oleh hartabenda itu, sebab sudah ferjuol
dirinya kepada Allah.
Ingatlah kisah Shuhaib, orang Romawi itu. Dia seorang anak dagang yang
telah berdiam bertahun-tahun di Makkah. Dari seorang miskin yang tidak
mempunyai apa-apa, dia telah menjadikaya raya dinegeriitu, karena pandainya
berniaga. Kemudian setelah Rasulullah menyampaikan da'wah Islam, Shuhaibpun masuk lslam. Kemudian setelah datang perintah hijrah, diapun hendak
turut hijrah. Lalu dia disesali dan diomeli oleh orang-orang yang berhubungan
dengannya di Makkah. Mereka berkata, telah kaya engkau sekarang. Dari
seorang yang tidak berarti, engkau telah mempunyai emas perak, kebun dan
ladang. Sekarang telah kaya, engkau hendak pindah dengan kekayaan itu
meninggalkan kami.
Dengan serta-merta dia bertanya: "Kalau seluruh harta emas perakku ini
aku tinggalkan pada kamu, apakah kamu masih akan menghalangi aku pindah?"
Mereka menjawab: "Kalau segala hartabendamu itu engkau tinggalkan,
kami tidak akan mencela kepindahahmu!"
"Baik" jawabnya. Lalu segala perbendaharaan harta yang ada padanya
diserahkannya kepada mereka, yang belum dijadikannya uang dibiarkannya
dan disuruhnya mereka membagi-bagi sendiri, dan diapun berangkat ke Madinah dengan hanya pakaian yang lekat di tubuh. Diamemandangbahwaseluruh
hartabenda itu tidak ada artinya lagi samasekali, sebab dia telah mendapat
gantinya, yaitu kekayaan iman kepada Allah dan Rasul.
Oleh sebab itu teringatlah kita akan perkataan yang terkenal dari shufi
lslam yang besar, Maulana Jalaluddin Rumi: "Jiwa ragaku ini telah terjual
kepada Allah. Oleh sebab itu siapapun yang menawar dan betapapun tinggi
tawaran. namun dia tidak dapat aku iual dua kali."
(208) Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut jejak-jejak
syaitan; sesungguhnya dia bagi
.
kamu adalah musuh yang nyata.
(209) Maka apabila kamu tergelincir
sesudah datang kepada kamu
penjelasan-penjelasan, maka ketahuilah olehmu bahwasanya
.Aillah adalah Maha Gagah, lagi
Maha Bijaksana.
(210) Tiadalah yang mereka tunggu,
kecuali bahwa datang kepada
mereka itu (siksa) Allah didalam
gumpalan awdn bersama Malaikat, padahal perkara telah diputuskan dan kepada Allah akan
kembali segala perkara.
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Tuhan Allah membicarakan dari halorangorang yang beriman, dan dibicarakan pula orang-orang yang musyrik, kafir dan
dibicarakan pula dari hal ahlul-kitab dan juga orang munafik, maka sekarang
datanglah ayat da'wah kepada semua golongan itu:
"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhannya." (pangkal ayat 208).
Menurut penafsiran Imam as-Syaukani, pada lubuk hati sekalian golongan
yang tersebut di atas, baik dia disebut kafir atau musyrik ataupun dia ahlulkitab, ataupun bahkan dia orang munafik, namun didalam lubuk hatimereka tetap ada iman kepada Allah. Orang musyrik dalam hati mereka masih tetap mengakui percaya kepada Allah. Ahlul-Kitab, baik Yahudi atau Nasrani telah diajar
oleh agama mereka percaya kepada Allah, cuma pusaka tua menyembah
berhala itu berat sekali melepaskan. Orang munafik, lidah mereka mengakui
beriman, namun hati mereka tidak mau percaya. Tetapikalau dikaji-kajilebih
mendalam, merekapun merasakan salah mereka menjadi munafik itu. Maka
menurut ayat ini, Tuhan menyeru kepada seluruhnya, lebih baik masuk sajalah
ke dalam Islam, jangan lagi berpecah-pecah juga dibawa hawanafsu dan kehendak masing-masing.
Di sini terdapat dua kalimat yang seyogyanya kita ketahuibenar-benarapa
maksudnya. Pertama kalimat os-Silmi. Kedua perkataan Kaalfatan.
As-Silmi, menurut penafsiran dari al-Kisa'i, pada asal loghatnya boleh
dibaca dengan huruf sin yang difathahkan, (baris di atas) jadi os Solmi. Dan
boleh dibaca os-Silmi, sebagai yang masyhur yang kita baca ini. Arti kedua
bacaan itu ialah satu saja yaitu /slom yang berarti menyerah diri dengan tulusikhlas. Dan berarti juga ol-Musalamah yang berarti suasana perdamaian di
antara dua pihak yang selama ini belum damai. Maka jika dituruti tafsiran asSyaukani tadi, berartilah orang yang kriman atau ahlul-kitab atau munafik itu,
yang selama ini seakan-akan masih menentang Tuhan dan Tuhanpun murka
kepada mereka, agar mereka rujuk kembali kepada Allah, berdamai terhadap
Tuhan, supaya Tuhanpun memberi ampun mereka.
Lalu datang kalimat Kaaflatan yang berarti semuanya atau seluruhnya.
Kalau kita anggap dia sebagai hal daripada orang-orang yang telah dianggap
beriman tadi, maka yang dimaksud dengan keseluruhan ialah seluruh kafir,
musyrik, munafik dan orang-orang yang telah masuk lslam lebih dahulu itu,
supaya mulai saat ini lebih baik mereka seluruhnya bersatu di dalam Islam.
Tetapi kalau Kaalfafon kita jadikan hal dari os-Silmi atau Islam itu sendiri,
berartilah dia sebagai seruan kepada sekalian orang yang telah mengaku
beriman kepada Allah supaya kalau mereka Islam janganlah masuk separohseparoh, sebahagian-sebahagian, bahkan masukilah keseluruhannya.
Diriwayatkan oleh Ibnu AbiHatim, bahwasanya lbnu Abbas menafsirkan
ayat ini ialah mengenai orang-orang ahlul kitab (Yahudidan Nasrani) yang telah
beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. berkata: "Ya Rasulullah, hari sabtu
adalah hari yang sangat kami muliakan, bolehkanlah kiranya kami tetap memuliakan hari itu. Dan Kitab Tauratpun Kitab Allah juga, sebab itu biarkanlah
kami kalau malam-malam tetap sembahyang secara Taurat.l'Maka turunlah
ayat ini mengatakan kalau masuk Islam hendaklah memasuki keseluruhannya,
jangan separoh-separoh.
Kita akan dapat lebih faham penafsiran yang kedua ini, bahwa maksud ayat
ialah Kaalfafon menjadi hal dari os Silmi itu sendiri, yaitu tafsir yang kedua.
Apatah lagi jika kita ingat ayat yang sebelumnya, yang menerangkan bahwa ada
manusia yang telah menjual diri kepada Allah, karena mengharapkan ridha
Allah. Menjual diri kepada Allah niscaya tidak boleh tanggung-tanggung, melainkan keseluruhannya.
Maka dapatlah kita tafsirkan ayat ini, bahwasanya kita kalau telah mengakui beriman, dan telah menerima Islam sebagai agama, hendaklah seluruh
isi al-Quran dan tuntunan Nabi diakui dan diikuti.
Semuanya diakui kebenarannya, dengan mutlak. Meskipun misalnya belum dikerjakan semuanya, sekali-kali jangan dibantah! Sekalikali janganlah
diakui ada satu peraturan lain yang lebih baik dari peraturan Islam. Dalam pada
itu hendaklah kita melatih diri, agar sampaipun kita menutup mata yang
terakhir, meninggal dunia, hendaknya kita telah menjadi orang Islam yang
1007,.
( t. t oy g)';;A;' ft-ti/ t-l;; *;
" J anganlah kamu meninggol, meloinkan adalah he ndakny a kamu M uslim
sejati." (ali Imran: 102)
Sebagai bangsa, sebelum nenek-moyang kita memeluk Islam, kita telah
mempunyai peraturan-peraturan pusaka nenek-moyang yang terdahulu. Seumpama orang Tapanuli dengan adat patriarchat dan orangMinangkabau telah
mempunyai adat matriarchat, yang keduanya mempunyai peraturan-peraturan
warisan yang berbeda samasekali daripada hukum yang ditentukan Islam.
Orang Minangkabau telah Islam tetapi kadang-kadang harta pencaharian
seorang laki-laki dirampas juga dari anaknya, karena menurut adat. Demikian
juga orang Tapanuli, yang mewariskan harta kepada saudara laki laki, sehingga
isteripun dia wariskan pula dan tidak mendapat bahagian.
Maka belumlah sempurna, belumlah "masuk Islam keseluruhannya" di
Minangkabau dan Mandailing, kalau peraturanwarisnya masih belum menurut
peraturan al-Quran walaupun di tempat itu telah berdiri mesjid-mesjid yang
megah perkasa. Kitapun dapat memahami hukum-hukum Sosiologi, bahwasanya merobah dari orde yang lama kepada orde yang baru tidaklah dapat
secepat kilat. Inipun tidak mengapa, asal saja dimengerti bahwasanya peraturan
Islam lebih baik daripada peraturan adat lama itu.
Demikian juga dalam pendirian negara yang moden dan bcrdasarkan
demokrasi. Hendaklah di negeri-negeri Islam, agar ummatnya menjalankan
peraturan-peraturan Islam. Jangan sampai peraturan-peraturan dan hukum
yang berasal dari Islam ditinggalkan, lalu diganti dengan hukum barat yang
bersumber dan latar-belakangnya kalau tidak dari Kristen, tentu Hukum
Romawi Kuno. Dan di dalam negara yang penduduknya sebahagian besar
ummat Islam, dan ada pula pemeluk agama yang lain, agar terhadap golongan
yang besar Muslim itu dibiarkan berlaku hukum syariat Islam.
Pendeknya kita wajib berikhtiar agar Islam dalam keseluruhannya berlaku
pada masing-masing peribadi kita, lalu kepada masyarakat kita, lalu kepada
negara kita. Selama hayat dikandung badan, kita harus berjuang terus agar
Islam dalam keseluruhannya dapat berdiri dalam kehidupan kita. Dan jangan
sampaikita mengakuibahwa ada satu peraturan lain yang lebih baik daripada
peraturan Islam.
Demikianlah misalnya tentang percakapan saya dengan seorang sahabat
saya yang telah lama sekali mendapat pendidikan secara barat, tetapi masih
niengakui dirinya seorang Muslim. Lalu, Iantaran pendidikan dan pergaulan itu,
dia susah sekali melepaskan dirinya daripada kebiasaan yang buruk, yaitu
meminum minuman keras. Lalu dia berkata kepadaku bahwa dia seorang Islam.
Dia banyak membaca terjemah al-Quran menghasung dan megajak seorang
Islam memakai akal dan fikirannya. Menurut fikirannya, minuman keras
diharamkan Tuhan, karena dia menjadikan manusia mabok. Dia setuju sekali
dengan larangan itu. Sebab itu kalau dia minum, dia berusaha supaya jangan
mabok.
Lalu saya jawab, bahwa dalam mempergunakan akal dan fikiran, saudara
telah menuruti al-Quran. Sayangnya saudara mempergunakan akal fikiran itu
ialah buat mempertahankan diri, karena saudara telah melanggar larangan
Allah yang tertulis di dalam al-Quran sendiri. Saya sendiri, oleh karena saya
bukan mendapat didikan barat, jangankan meminum minuman keras, mendengar sajapun perasaan saya telah menolaknya. Oleh sebab itu akal kita yang
merdeka itu hendaklah kita latih pula didalam kepatuhan kepada Allah. Sebab
hasil akal dan fikiran itupun kadang-kadang dipengaruhi oleh lingkungan kita
dan sikap jiwa yang telah mempengaruhi kita.
Ada seorang kiyai membolehkan seorang perempuan yang sedang haidh
masuk mesjid, padahal al-Quran melarangnya. Kiyai itu menghalalkan karena
katanya, di zaman sekarang sudah ada celana perempuan yang khusus untuk
haidh, sehingga darah tidak akan menetes lagi ke bawah. Kiyai itu mempergunakan akalnya membukapintu yangditutup Allah,sebab kebetulan ada beberapa
ibu, nyonya-nyonya menteri yang ingin masuk mesjid Baitur-Rahim di Istana
Merdeka Jakarta. Maka untuk menunjukkan bahwa dia adalah kiyaiprogressr/
dikeluarkannya fatwa itu. Padahal kalau akalnya masih murni, belum dipengaruhi oleh keinginan dapat julukan progressil dia tidak akan sampai hati
meringankan larangan al-Quran yang senyata itu.Kitapun mengakui dan melihat bahwa tidak ada orang Islam zaman sekarang yang 1007o dapat menjadi orang Islam, akan ada yang masih kekurangan
dan tidak pula ada satu negeri Islam, yang di sana hukum lslam telah berjalan
100"/". Tetapi belum adanya itu bukanlah menunjukkan bahwa Islam boleh kita
pegang separoh-separoh. Kita selalu wajib berusaha mencapai puncak kesempurnaan hidup menurut kemauan Islam, sampai kita mencapai Husnul Khatimah.
Kita mengakui bahwa kita rpanusia mempunyai banyak kelemahan, sehingga hasil cita-cita yang bulat tidaklah dapat dicapaisekaligus. Dia kadangkadang menghendaki tenaga, turunan demi turunan. Tetapi dengan adanya
tujuan cita-cita, jelaslah apa yang diperjuangankan. Jangan hanya mejrasa puas
dengan apa yang telah dicapai. "Dan janganlah kamu turut rciak-ieiak syaitan;
sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang nyata." (ujung ayat 208).
Niscaya syaitan, baik yang halus maupun yang kasar, senantiasa berusaha
hendak membelokkan perhatian orang yang beriman daripada tujuan yang
telah ditentukan itu. Niscaya syaitan-syaitan tidak merasa senang kalau tercapai tujuan itu. Sebab itu gangguan syaitan akan mengemukakan pula rencana-rencana lain, jejak dan pengaruh lain, sehingga bukan sedikit negeri Islam
atau orang yang terkemuka beragama Islam tidak merasa yakin, bahkan ada
yang menolak kebenaran kehendak Islam. Seumpama negeri Turki di bawah
pimpinan Kemal Attaturk, karena merasa sulit menggabungkan beberapa
ijtihad ulama Islam untuk hukum pidana dan perdata negerinya, lalu diambilnya
saja secara langsung undang-undang Swizerland untuk pengganti undangundang negerinya. Di Indonesia ini pemerintah jajahan Belanda, untuk menghilangkan pengaruh hukum Islam, sengaja menon.iolkan beberapa hukum adat.
Dan hukum-hukum adat itu dicari-cari pada tiap-tiap daerah, sehingga timbul
lah berbagai rona corak hukum, karena perbedaan adat. Belanda lebih suka
hukum adat yang berpecah-belah, daripada penduduk negeri golongan terbesar (mayoritas) beragama Islam itu bersatu hukumnya menurut agamanya,
padahal hukum itu memang ada.
Tetapi lucunya, di negeri yang hukum Islam telah di.iadikan hukum adat,
mereka tidak pula mau mengakui hukum itu. Seumpama di dalam negeri
Kerajaan Buton (Pulau Buton, Sulawesi) telah di.iadikan hukum adat merajam
orang yang kedapatan berzina dengan disaksikan oleh saksi menurut ketentuan al-Quran, dan telah pernah dipotong tangan orang yang mencuri. Di
samping istana raja Buton masih didapati batu hampar tempat orang menjalani
hukum rajam dan potong tangan itu. Pemerintah Belanda tidak mau mengakui
hukum adat yang demikian, sebab "katanya" melanggar perikemanusiaan yang
amat dijaga dan dipertahankan oleh pemerintah Hindia-Belanda! Seakan-akan
hanya mereka yangmempertahankan kemanusiaan,dan rakyat jajahan tidak.
Negara-negara penjajah dan negara besar yang berpengaruh telah berusaha dengan jalan pendidikan atau propaganda memasukkan jejak jejok
syaitan ke dalam jiwa kaum Muslimin pada negeri-negeri Islam yang mereka
jajah atau pengaruhi, agar orang Islam memakai peraturan lain untuk mengatur
pergaulan hidup mereka. Sehingga meskipun mereka masih mengaku Islam,
tetapi mereka menolak tiap-tiap cita Islam untuk memperbaiki masyarakat.Demikian;,n"0",","tJ,1'oljlr#::::'.:*"e,erinaprah,r",l,l
memasukkan pengaruh, menunjukkan jalan dan meninggalkan jejak-jejak sehingga akhirnya kelak Islam itu hanya tinggal menjadi nama dan sebutan, tetapi
telah menempuh berbagai jalan yang bersimpang-siur di dalam ntenghadapi
serba-serbi kehidupan. Kadang-kadang timbul perpecahan di antara Muslimin,
masing-masing mendakwakan dirinya yang benar, kawan yang lain kawan salah
belaka. Syaitanpun memasukkan rasa permusuhan kepada masing-masing
pihak sehingga sukar dipertemukan. Maka terjuallah diri mereka kepada
syaitan, bukan lagi menjual diri kepada Allah.
"Maka apobila kamu tergelincir sesudoh datang kepoda kamu Wnielosan-penjeloson, moko ketahuilah olehmu bahwasanya Allah Maha Gogoh
lagi Maha Bijaksana." (ayat 209). Di ayat inilah ditunjukkan akibat menuruti
jejak syaitan-syaitan. Sebab jalan Tuhan hanya satu dan kitab pedomanpun
hanya satu, yaitu al-Quran dan pimpinan hanya satu yaitu Muhammad s.a.w.
Syaitan selalu merayu di pinggir jalan itu, menggamit-gamit supaya tinggalkan
itu, turuti dia.
Shirathal Mustaqim diibaratkan sehalus rambut dibelah tujuh. Lengah
sedikit saja pasti tergelincir. Padahal penjelasan-penjelasan sebagai panduan
telah diberikan. Ijmal al-Quran sudah ditafsirkan. Teladan dariSunnah Rasul
sudah terbentang nyata. Ijtihad dianjurkan, tetapi dalam rangka memelihara
jalan itu dan kembali kepada itu. Kalau tidak awas, diripun jatuh tergelincir
masuk lobang kebinasaan. Tuhan Maha Gagah, balasanNya amat pedih. Dari
daulat kebesaran Islam bisa jatuh ke dalam kehinaan kufur. Dari ummat terjajah
di bawah pengaruh syaitan. Kekuatan hilang, tenaganya habis. Kutuk Tuhan
Maha Gagah, balasanNya amat pedih. Daridaulat kebesaran adil; ummat yang
lengah kalau tidak diberi hukum, bukanlah itu satu kebijaksanaan. Tetapikalau
ummat itu insaf dan bangun, dan kembali, maka Tuhanpun bijaksana pula buat
memulangkan kembali kemuliaan mereka yang telah dicabut. Tidakpun dapat
pada generasi sekarang, niscaya generasi yang akan menurutinya
Kemudian datanglah ancaman dan pengecaman Tuhan atas yang lalai:
"Tiadalah yang mereka tunggu, kecuali bahwo datang kepada mereko itu
(sikso) Allah di dalam gumpalan awan bersama Malaikot. Padahal perkara
telah diputuskon don kepoda Allah akan kembali segolo perkaro."(ayat 210).
Di dalam ayat tidak ada kata sikso. Dan inilah ancaman-ancaman atas
orang yang tergelincir daripada jalan benar. Tergelincir adalah dalam dua hal
yang pokok. Pertama ialah tergelincir daripada Tauhid kepada syirik. Lantaran
itu mereka jadikanlah yang batil menjadi ganti yang hak. Karena telah mereka
persekutukan yang lain dengan Allah. Mereka telah menghabiskan tenaga buat
memuja benda dan alam dalam berbagai bentuknya, padahal alam itu adalah
makhluk belaka. Kalau di zaman purbakala benar-benar orang mendirikan
patung dan berhala buat disembah, dan mereka melupakan Tuhan karena
mementingkan diri. Tergelincir yang kedua ialah karena menurutkan purbasangka belaka. Tidak mau mempelajari hakikat dari agama yang dipeluknya,
sehingga apa yang dikerjakannya hanyalah turut-turutan, sehingga hakikatagama hilang dalam selimut dan selubung dari bid'ah dan khurafat. Mereka
telah tekun beramal padahal yang diamalkannya itu tidak ada dalam Islam.
Tanda mereka Islam, ialah bila lahir ke dunia diberi nama Arab. Dan setelah usia
tujuh tahun lalu disunnatkan, dan setelah kawin dibawa ke muka penghutu atau
tukang catat nikah; dan penghulu itu membacakan ljab-eabui Nikah pakai
bahasa Arab dan dibakar kemenyan, sampai membaca doa bahasa Arab dan
kelak kalau mati dikurbankan orang Islam dan masuklah seorang Lebai ke
dalam lahad menyerukan azan (bans), setelah itu baru ditimbun, lilu ditalqin
dengan suara sedih, lalu disiram kuburan itu dengan air dan murut yang
menyiramkan air itu berkemat-kemit membaca apa-apa. Maka puaslah sekatian
keluarga sebab segala syarat sebagai orang Islam telah dipenuhi, walaupun
gelama hidupnya dia tidak mengenal apa itu Islam, apa shalat, apa puasa,
bahkan kadang-kadang tidak mengerti apa yang dinamakan mandi iunubi
Maka datanglah ancaman ayat! Apakah akan lalaijuga? Belum juga sadar
dari langkah yang sudahtergelincir?Apakah menunggu datangnya aiab bergulung-gulung di dalam awan dan Malaikat membawa azab datang pada waktu
itu?
Apakah hakikat dari awan yang bergumpal itu, dan bilakah akan datangnya? Tidaklah penafsiran akan sampai ke sana. Karena itu urusan ghaib.
Apakah awan itu sebagai yang dinyatakan oleh Imam Ghazali, bahwaianya
awan itu ialah hijab atau dinding yang mendinding manusia dari kebenaran.
Kelak kalau Kiamat datang, maka hijab-hijab itu akan hilang sirna satu demi
satu, kecuali satu hijab saja, yaitu hijab untuk mengenal Allah dengan pengenalan yang sempurna. Itulah bahagia terakhir yang pada waktu itu akan
tenggelam Roh ke dalam suatu keadaan yang dengan mulut dan tulisan tidaklah
dapat diterangkan lagi.
Untuk menghindarkan dari panjang-lebarnya penafsiran, maka di dalam
terjemahan al-Quran, baik dari A. Hassan (Tafsir Furqan), atau Tafsiran panitia
Kementerian Agama dan tafsir yang lain-lain, penafsirnya.. *Datang kepada
mereka itu Alloh, mereka tambah saja di tengah, yaitu: 'Datang kepada
mereka itu siksa Allah. "Padahal kalimat shahadat aslinya ialah:
'ir'*+);
"Datang kepada mereka itu Allah."
Terjemah yang dipilih oleh ahli-ahli tafsir kita ialah untuk menghilangkan
banyak musykil pertanyaan dari banyak pembaca yang masih dangkai pengertiannya dalam agama. Adakah mungkin Tuhan Allah sendiriyangdatang,
padahal Dia tidak dikandung tempat, dan lebih luas, lebih besar daripadi
tempat yang akan didatangNya. Lantaran itu mereka ambil saja jalan yang
ringkas, yaitu mentakdirkan atau menjangkakan ada Mudhal yang berieml
bunyi menurut hukum-hukum ilmu nahwu dan balaghah. Perkataan yang
tersembunyi itu ialah azab! Yang berarti siksa. Maka pada masa itu kelak, akan
datanglah azab Allah, bukan Allah sendiri. Sebagaimana jua tersebut didalam
Surat Yusuf ayat 82.Surat Al-Baqarah (Ayat 210) 489
--/o /e1 ,- (rt,)t \-tj$ifutt
"Was-alil qeryata," yang berarti tanyakanlah kepada pendudukdeso ifu'
Maka kalimat yang tersembunyi ialah ohli; jadi asalnya:
"Was-al ahlal qaryati," berarti tanyailah penduduk desa itu' Sebab tidak
mungkin akan menjawab desa itu sendiri, sebab desa bukan orang. Dibawa
kepa-da ayat ini, tidak mungkin Allah itu sendiri yang datang, melainkan
azabNyalah yang akan datang di dalam awan-gumawan'
Tetapi tentang Allah akan datang itu, bukanlah satu inisaja ayatnya dalam
al-Quran. Di dalam Surat alFajar, ayat 22 ditegaskan pula bahwa "Tuhan
Allahpun datang, dan Malaikat-malaikat berbaris-baris." Diayat 38, Surat anNabal (Surat 80) pun disebutkan bahwa Roh dan Mataikat akan berdiribersafsaf dan tidak ada yang akan dapat bicara kalau tidak diizinkan oleh Allah Yang
Rahman.
Maka setengah dari ulama Salaf tidaklah mau menafsirkan panjang-lebar
ayat-ayat yang demikian. Telah tertulis bahwa Allah akan datang dihariitu, di
dalam-bayang-bayang atau lindungan daripada awam-gumawan. Bagaimana
keadaannya dan bagaimana keadaan awan. Di mana tegaknya Malaikat yang
banyak, yang bersaf mengalu-alukan kedatangan Tuhan sehingga tiada seorungprn yang berani bicara kalau tidak dengan izin Allah? Apakah yang
sebenarnya? Tidaklah akan mungkin di dalam kehidupan duniawiyang sempit
terbatas ini t<ita memberikan tafsiran yang nyata. Sebab soal itu adalah soal hari
nanti, yang percaya akan hari itu adalah, termasuk salah satu tiang dari iman
kita.
Apakah awan yang disebutkan itu ialah Nur atau cahaya yang mendinding
di antara kita dengan Dia, bahkan mendinding di antara makhluk yang sangat
dekat kepadaNya, sebagai Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad s.a.w. sendiripun tidak dapat melihat Dia, sebab dihambat oleh dinding itu. Dan bila Kiamat
datang dan Hari Perhitungan sampai, dinding itu dibukakan dan kita dapat
melihat Dia, buat menerima ridhaNya atau menunggu keputusan siksaNya.
Dalam kehidupan dunia inipun, di dalam al-Quran sendiri tentang pengalaman Nabi Ibrahim telah dapat kita baca nyata. Di dalam Surat al-An'am
aJat 77 dan 78 kita diberitahu bahwa seketika lbrahim melihat bulan, beliau
mulanya telah merasa inikah agaknya Tuhannya' Maka bintang adalah salah
satu dinding. Terlepas dari bintang akan bertemu bulan, dikesan pertama dia
akan disanjka Tul-ran, padahal diapun masih dinding. Terbuka dinding bulan,
sampailah kepada matahari. Kemudian ternyata mataharipun masih dinding.
Dan banyak lagi dinding Yang lain.
Dinding-dinding yang menghambat kita dari al-Haq itu memang teramat
banyak. Teiapi*"skipun banyak, yang penting ialah kesadaran bahwa dindingitu ada. Sehingga kita selalu melatih diri menyeruak dan menembus dinding itu
satu demi satu. Sehingga terang yang akan kita saksikan (musyahadah) terakhir sekali tidak menyilaukan mata kita dan menyebabkan kita kembali buta.
Adalah seibarat orang yang telah berhari-hari lamanya duduk dalam lobang
yang kelam, tiba-tiba dibawa melihat matahari, maka tidaklah dapat ditantangnya cahaya itu, bahwa dia akan terikat dalam suasana kelam. Sebab itu
latihlah diri dan mata sehingga tidak silau jika datang waktunya.
Menurut Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim daripada Abu
Musa al-Asy'ari, tersebut sabda Nabi demikian:
y. ; -Y zri;$ )19 t fi+ V:J |{j +fi\,+.u5
"Dsn tidakloh ada di antaro kaunt itu dan di antaro suosono akon merihot
Tuhon mereka, meloinkan sehubung kebesoran Tuhan yong meliputi wojoh
Nyo."
Dan menurut Hadis yang shahih pula, Rasulullah s.a.w., pernah me_
nanyakan kepada Jibril, adakah Jibril itu pernah melihat Tuhannya? Jibril
menjawab, bahkan di antaranya dengan Tuhan adalah terdapat tujuhpuluh
dinding daripada Nur. Bagaimana dia akan dapat melihat?
Dan di waktu Mi'raj Nabi kita s.a.w. sampai ke suatu yang paling tinggi,
maka setelah pulangnya bertanyalah Abu Zar, adakah dia melihat Tuhan? NiLi
menjawab:
t:rJi
"Bagoimana oku akon depot melihotNya?"
Lalu Nabi menerangkan pengalamannya, sebagai pengaraman Jibril itu
pula, bahwa batasnya dengan Tuhan adalah Nur belaka.
Kemuliaan tertinggimelihat wajahruhan, akan diberikan kelak kepada kita
di alam akhirat, bagi siapa yang melatih dirinya dari sekarang untuk mencapai
itu, dengan menuntut Shirathal Mustaqim.
( r r - r r ./v )WW; -yf.,q.;i$
"Wajah-wajah pada hari itu akan berseri-seri (karena) kepadaTuhannya
mereka okan memandong." (al-Qiyamah: 22 - 23)
Dan janganlah sampai hendaknya, Tuhanpun datang, padahal Dia tidak
sudi melihat kita, dan tidak mengajak kita bercakap, sebagai tersebut dalam
surat alEaqarah ayat i74 atau ali Imran ayat77 ,karena murkaNya kepada kita.DrA datans, *"*"o, 0,u1" o::.ll].;:ff : :1ff hanva,ah me.,".:"'
murkaNya. Moga-moga jangan demikian hendaknya kita. Amin'
(211) Tanyakanlah !"Pu.9u Bani Israil Lr'i jaiU,'; l,-; rL-e, y
berapakah sudah Kami berikan t" e ' \. ' L
kepada mereka keterangan yang ), -. .z tz I z
,
z z t- t,tz) ., 7.,
nyata? Dan baranssiapa yang tiVV iq ll Y Jr,y, y.
mengganti nikmat Allah sesudah
S;9r i*'6ir\i datang kepadanya, maka se'
sungguhnya Allah adalah amat
keras siksaanNya.
(212) Dihiaskan bagi orang-orang yang
kafir kehidupan dunia dan mereka hinakan orang-orang Yang
beriman. Padahal orang-orang
yang bertakwa itu akan lebih atas
dari mereka di hari kiamat. Dan
Allah mengurniakan rezeki ke'
pada siapa yang dikehendakiNYa
dengan tidak dihitung.
Kitab dengan kebenaran. Supaya (kitab itu) memberi keputusan di antara manusia dalam
hal-hal yang mereka perselisih'
kan padanya. Dan tidaklah berselisih tentang (Kitab) itu melainkan orang-orang yang telah di'
berikan dia kepada mereka, se'
sudah datang kepada mereka keterangan-keterangan lantaran
dengki di antara mereka. Maka
Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang beriman,dari hal yang diperselisihkan oleh
orang-orang itu dengan kebenaran atas izinNya. Dan Allah
memberikan petunjuk kepada
barangsiapa yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus.
@ e--, t:1{IL',c;.;
Jalan yang Iurus dengan keterangan-keterangan yang nyata telah cukup
diberikan Tuhan. Tempuhlah jalan itu, jangan sampai menempuh jejak yang
digariskan oleh syaitan-syaitan dan hati-hatilah jangan sampaitergelincir. Sebab
Tuhan mempunyai undang-undang yang tetap, berdasar kepada sifat gagahNya
dan BijaksanaNya. Yaitu yang tergelincir darijalan lurus itu dan meninggalkan
keterangan-keterangan itu mesti hancur dan sengsara. Untuk membuktikan
disuruhlah menanyakan kembali kepada Bani Israil.
"Tanyakanlah kepada Bani Isroil berapakah sudah Kami berikan kepada
mereka keterangan yang nyata?" (pangkal ayat 211). Kalau ditanyakan kepada
mereka? Berapa Musa telah memperlihatkan mu'jizat? Berapa Nabi nabi yang
lain berpuluh banyaknya telah membawa keterangan untuk menunjukkan
mereka jalan yang benar, niscaya Bani Israil akan mengakui bahwa mereka
telah menerima banyak sekali. Kalau melihat riwayat Bani Israil itu nampaklah
betapa kasih Allah kepada hambaNya. Benar-benar, dituntun dan diberi penerangan. diberi Nabi nabi dan Rasul-rasul berulang-ulang, sesudah pertolongan besar yang pertama yaitu pembebasan mereka daripada tindasan Fir'aun
dengan mu'jizat yang luarbiasa. Tetapi bagaimana pula riwayat Bani Israil
kemudiannya? Nikmat yang diberikan Allah berganda-ganda itu mereka siasiakan, bahkan mereka lebih mengemukakan hawanafsu. Peraturan Allah
mereka tukar-tukar. Pemuka-pemuka agama membawa cara mereka sendirisendiri. Bagaimana jadinya Bani Israil kemudian? Bukankah mereka hancurlebur? Sampai bangsa Babil menawan, bangsa Mesir menawan, bpngsa yunani
dan Romawi menawan, sehingga habis kucar-kacir? Namun mereka masih
berbangga mengatakan diri mereka "bangsa pilihan Allah di muka bumi?" Maka
bersabdalah ruhan tentang nasib mereka lantaran itu. "Don barongsiapoyang
mengganti nikmqt Allah sesudah datang kepadanya, maka sesungguhnya
Allah adalah amot keras siksoonNyo." (ujung ayat 211).
Inilah undang-undang Tuhan yang berlaku terhadap Bani Israil, yang dapat
dilihat nyata pada waktu ayat diturunkan. Maka supaya bahaya beginijangan
menimpa kepada ummat yang telah beriman kepada Muhammad s.a.w. pun
yang telah disebut ummatanwasothan, sebaik-baik ummat, sebagai kelak
akan ditafsirkan dalam surat ali Imran, untuk mencegah bahaya itulah maka
pada ayat yang telah terdahulu tadi (ayat 208), ummat yang beriman kepada
Muhammad s.a.w. disuruh memasuki Islam dalam keseluruhannya. As-silmi,
mencari jalan damai, ialan bersatu, jangan berpecah memperturutkan hawanafsu dan kehendak-kehendak sendiri. Yang satu pecahan tidak mau lagi
mengenal kepada pecahan yang lain, semua pihak mengatakan bahwa merekalah yang benar, dan semuanya masih mengakui orang Islam.Kemudian diberilah keterangan yang lebih jelas lagi, apa yang membawa
pecah: "Dihiaskan bagi orang'orang yang kafir kehidupan dunia dan mereka
hinakan orang-orang yang beriman." (pangkal ayat2l2). Maksud kafir di sini
tentu saja perangaidan dasar tempat tegak yang tidak benar. Jerutarna tidak
mau menerima ajakan kepada persatuan, kepada os-Silmi. Mengapa orang
tidak mau diajak? Ialah karena mereka telah dirayu oleh kemegahan duniawi.
Hawanafsu dan syaitan-syaitan, itulah yang senantiasa menghabiskan
keduniaan itu sehingga orang tetap di dalam kekafirannya. Segala kemegahan
dunia, baik pangkat dan kedudukan yang tinggi, atau kekuasaan, atau kekayaan, ataupun pengaruh, mengikatnya sehingga tidak kuat dia melepaskan
diri, untuk masuk ke dalam persatuan akidah. Di Makkah pemuka-pemuka
Quraisy menolak Islam dengan keras, karena ikatan adat lama pusaka usang,
dan mereka terkemuka dalam hal itu. Orang kaya-kaya mereka menolak masuk
kesatuan akidah karena riba dihalangi, sedang kehidupan mereka ialah dari
menghisap darah si miskin. Pemuka-pemuka Yahudi di Madinah tidak mau
masuk meskipun kebenaran yang dibawa Muhammad s.a.w. terang-terang
sesuai dengan isi Taurat, yaitu Tauhid, ialah karena dengki mengapa sekarang
Nabi tidak Bani Israil, dan pendeta-pendeta mereka keberatan masuk, sebab
kedudukan mereka menjadi pemuka agama sudah menjadi suatu kemegahan
duniawi. Kaum munafik di bawah pimpinan Abdullah bin Ubai tidak mau
masuk, serba benci, mengapa sejak Muhammad datang, kepemimpinannya
terhadap orangMadinah kelindungan oleh cahaya Nubuwat Muhammad. Maka
semuanya itu merasa diri jatuh, kalau sekarang menjadi orang yang beriman
kepada M uhammad s. a. w.'?qdo hal or ang- or ang y ang b er t akw a itu akan lebih
atas dari mereka di hari kiamat." Maka oleh sebab yang mereka fikirkan hanya
kemegahan dunia, tidak memikirkan hari depan, hari bahagia karena iman,
mereka tidak mau turut dalam rombongan orang yang bertakwa itu. "Dan Allah
mengaruniakan rezeki kepada siapa yang dikehendakNya dengan tiada
dihitung." (ujung ayat 2721.
Artinya, bukan saja di akhirat orang yang takwa itu akan mendapat derajat
lebih atas, bahkan di dunia inipun, karena ketulusan hati mereka dan pernyataan iman mereka, kehidupan mereka kelak akan dijamin Tuhan lebih baik.
Mulanya memang kelihatan susah, tetapi tidak lama kemudian keadaan itu
akan berubah. Yang penting ialah kesabaran pada saat peralihan. Orang-orang
Muhajirin yang hijrah dari Makkah ke Madinah itu membebaskan diri dari
segala ikatan hartabenda yang ada di Makkah, bahkan rumahtangga mereka
yang baik. Mereka pindah ke Madinah dengan tangan kosong hanya pakaian
yang lekat di tubuh, tidak mempunyai apa-apa selain iman. Tetapi kemudian
rezeki datang membanjir tak terhitung. Terutama oleh karena harta rampasan
(ghanimah) peperangan, yang empat perlima dibagibagikan kepada tiap tiap
Mujahid fi-sabilillah. Modal iman, adalah modal pertama. Biar dimulai dari
kosong (nol), kelak dia akan merebak merajah, lipatganda.
Tetapi orang yang kafir terikat oleh keduniawian yang ada. Mereka tidak
berani melepaskan diri, tidak mempunyai iradat yang kuat. Memang dapatlah
kita rasakan sendiri betapa sulitnya berpindah dari luor ke dalam. Dari kekayaan terjadi peperangan yang hebat di dalam hati sanubari ialah mana yang
kuat. Kalau iman menang, iblispun kalah. Sebentar canggung cerai dengan yanglama, tetapi hanya sebentar. Sebab iman itu mempunyai sinar sendiri untuk
membuka jalan.
Kemudian Tuhan terangkan tentang kesatuan ummat manusia:
'Adalah manusio itu Ummat yong satu." (pangkal ayat 213). Pangkal ayat
ini adalah satu dasar ilmu sosiologi yang ditanamkan oleh Islam, untuk direntang panjang oleh alam fikiran yang cerdas dan sudi rnenyelidik. Manusia
seluruhnya ini pada hakikatnya adalah ummat yang satu. Artinya, walaupun
berbeda warna kulitnya, berlainan bahasa yang dipakainya, berdiam di berbagai
benua dan pulau, namun dalam peri-kemanusiaan mereka itu satu. seluruh
manusia sama-sama menggunakan akal untuk menyeberangi hidup ini. Hanya
manusia saja di antara makhluk yang hidup didalam bumi iniyang mempunyai
akal. Dan semua manusia itupun satu dalam kehendak mencari yang bermanfaat dan menjauhi yang mudharat. semua satu dalam keinginan akan laba dan
ketakutan akan rugi. Dan yang lebih-lebih lagi, semua manusia itu dalam
perasaan yang murni, sernuanya, tidak terkecuali, mengakui adanya sesuofu
kekuosaan yang lebih tinggi yang mengatur alam ini, yang seluruh manusia
itupun keinginannya hendak mengenal hakikat yang satu itu.
Tetapi, meskipun manusia satu pada hakikatnya, baik karena satu keturunannya dari Adam, atau karena satu corak jiwa dan akal, dalam kenyataannya dari mereka menjadi berpecah-belah. Dalam kenyataannya terjadi beribu
macam bahasa. Dan karena pengaruh iklim terjadi perlainan warna kulit, ada
yang sangat hitam, ada yang putih, ada yang merah,adayang kuning. Dalam
perbedaan itu, sekali-kalijelas juga kesatuannya. Dimisalkan berkumpulbeberapa orang kulit putih, kulit hitam, kulit kuning, kulit merah di dalam suatu
perjalanan, misalnya dalam satu keretapi berjalan kencang, semua melihat anak
kecil hanyut ketika menyeberangi satu sungai. Semua mereka itu, serentak
sama kasihan dan cemas melihat anak itu, kalau-kalau dia tidak dapat ditolong.
Semua akan melihat dari jendela keretapi dengan perasaan kasihan. Meskipun
hanya dengan isyarat saja, karena tidak tahu bahasa yang akan menghubungkan mereka, masing-masing akan mengisyaratkan perasaan kasihan yang ada
dalam hati kepada temannya, dan semua akan faham.
Oleh karena seluruh manusia berperasaan satu dan berkeadaan satu, dan
satu perasaan mencari hakikat, berusahalah manusia itu dengan akal budi yang
ada padanya mencari hakikat itu. Oleh sebab itu bilamana digali orang bekasbekas suku bangsa purbakala yang telah beribu tahun di satu daerah, yang
kadang-kadang telah terbenam ke dalam lapis bumi sampai30 atau 40 meter.
terdapatlah kehidupan manusia purbakala, baik di Mongoha dalam atau di
Mohenyodaro. ( di wilayah Pakistan) sekarang atau di pulau-pulau Yunani,
bahwa ada persamaan keperluan hidup. Sampai kepada piring dan cangkir,
perhiasaan badan, dan yang lebih menakjubkan lagiialah terdapatnya persama.
an kepercayaan bangsa-bangsa purbakala itu kepada Zat Yang Maha Kuasa.
Macam-macam teori telah dikemukakan oleh ahli-ahh sejarah purbakala
untuk menilai kenyataan yang didapati. Tanda-tanda kepercayaan kepada
Tuhan terdapat pada timbunan di Yunani sebelum Homerus, serupa dalam
banyak haldengan yang didapatidiMongolia, dan ada pula perserupaan denganyang didapati diMohenyodaro. Penyelidikan sejarah itu semuanya membuktikan bahwa kepercayaan akan adanya Tuhan telah sama tumbuh dengan
akal manusia. Dan itulah yang dinamaiFithrah. Kepercayaan bukan semata kepercayaan. Tetapi kepercayaan senantiasa diiringi oleh penyerahafi diri, yang
dalam bahasa Arab disebut Islom. Sebab itu maka dapatlah dikatakan bahwa
sejak asal semula manusia terjadi, Islam telah ada.
Dengan Isnad yang shahih at-Thabrani dan lbnu Ya'la dan IbnulMundzir
dan lbnu Abi Hatim telah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat
ini: "Adalah monusio ummot yong sotu, artinya, semuanya pada mulanya
adalah lslam."
Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim pun meriwayatkan daripada Ubai bin Ka'ab
demikian: "Manusia itu adalah ummat yang satu, yaitu seketika telah diperhatikan seluruh manusia itu dalam soal dan asal kejadian kepada Adam, maka telah
difithrahkan Tuhan dalam Islam, dan telah mengikrarkan semua bahwa mereka
menghambakan diri (Ubudiyah) kepada Allah dan semuanya Islam. Sesudah
Adam kemudian barulah mereka berselisih faham."
Kadang-kadang bertemu bahwa kepercayaan kepada Tuhan dirumuskan
menyerupai berhala. Ada yang mencapai kepercayaan bahwa Tuhan itu hanya
satu, tetapi mempunyai berbagai dewa yang di bawah kuasanya. Maka timbullah teori bahwa dizaman purbakala telah ada pelayaran daribenua ke benua.
Sebab itu ada teori bahwa orang Red Indian diAmerika itu datang daridaerah
pulau-pulau Melayu. Tetapi karena di sana didapati pula mummie sebagaidi
Mesir, dikatakan pula bahwa mereka dariMesir.
Penulis "Tafsir" ini hanya mempunyai pengetahuan selayang-pandang saja
tentang sejarah purbakala itu, sebab itu bukanlah maksud membicarakan lebih
mendalam. Yang terang sekarang ialah bahwa benarlah manusia itu adalah
ummat yang satu. Ahli tafsirpun berbagai penafsirannya tentang itu. Dan yang
lebih umum ialah bahwa Adam sebagai nenek pertama manusia telah membawa
ajaran yang satu buat ummat manusia, yaitu kepercayaan kepada Allah dan
menyerah diri kepadaNya.
Lantas sambungan ayat: "Lalu Allah mengufus Nobi-nabi membowo
berito kesukaan dan beritc ancamon, dan Dia turunkan bersoma mereka
akan Kitab dengan kebenaran."Pada pangkal yang pertama sudah jelas bahwa
manusia itu pada hakikatnya ialah satu. Dalam jiwanyapun adalah kesatuan
kepercayaan, sejak zaman purbakala bahwa ada Kekuasaan Maha Tinggiatas
alam ini, yang menurunkan hujan dan yang menjadikan awan yang memberikan
perlindungan dari ketakutan. Dan juga yang memelihara Roh dari nenek yang
telah mati. Berbagaiusaha telah dibuat manusia untuk menghubungiKekuosoan Mutlok itu. Tegasnya, bahwasanya dalam lithrah manusia ada kesotuon
kepercayaan itu. Maka kemudian itu, Yang Maha Kuasa itu sendiripun mengutuslah dalam kalahgan manusia itu sendiri, akan orang-orang pilihan yang
disebut Nabi atau Rasul, menuntun kepercayaan yang murni itu dan mengakuinya. Memang Tuhan itu Ada, memang Dialah Yang Maha Kuasa. Dia bukan
saja mengadakan, tetapi juga memelihara. Bukan saja memelihara, bahkan
memberi khabar kesukaan bagi yang berbuat baik dan mengancam dengan
azab bagi yang berbuat kejahatan. Dengan kedatangan Nabi-nabi itu kesotuonmanusia tadi dipimpin melalui jalannya yang wajar, sehingga benar-benar satu.
Kepada manusia yang satu itu, tetapi selama ini belum tahu bahwa mereka
adalah satu, oleh Nabi-nabi itu diingatkanlah bahwa mereka memang adalah
satu, dan hakikat Kebenaran dan Kekuasaan Tertinggi itupun adalah satu pula.
Dan Nabi-nabiitu diberiKitab. Pokok Kitab itu ialah wahyu llahi, sebab Kitab itupun berartiperintah. Kadang-kadang bertemulah orang Kitab itu sampai
dituliskan menurut huruf yang ada pada masa purbakala itu, misalnya huruf
paku, atau huruf Hyroglif dan sebagainya. Kadang-kadang hanya tinggal dalam
hafalan, dan ada juga yang lupa. Tetapi pada pokoknya pada ummat yang
terpencar-pencar di pulau, dan di benua-benua itu telah dikirim Nabi-nabi.
Sesuai dengan sabda Tuhan dalam Surat Fathir (Surot 35), ayat 24:
{ve!u, *tq+is*llb'bb
"Dan tidak ada satu ummatpun, melainkan telah lalu padanya seorong
pemberi peringatan."
Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu banyak, sebab ummat itupun terpencarpencar banyak. Tetapi sebagai disaMakan Tuhan di dalam Surat an-Nisa'
(Surat 4, ayat 163), tidaklah semua mereka diterangkan kisahnya oleh Tuhan
kepadaNabikitaMuhammad s.a.w. Oleh sebab itu tidaklah agaknyaakan jauh
dari kemungkinan kalau pemimpin-pemimpin rohaniyah yang besar-besar, sebagai Lao Tse, Khung Fhu Tse (Konghucu) atau Budha Gautama, Zarathrustra
di Persia, dan pengarang pertama dari Upanisab adalah Nabi-nabiAllah belaka
yang diutus kepada ummat mereka. Dan mungkin juga Socrates di Yunani seorang Nabi.
Bersama Nabi-nabi itu diturunkan kitab dengan Kebenaran. Yaitu tuntunan bagi ummat itu dalam mencari hakikat Yang Maha Kuasa yang memang
telah diakui adanya oleh akal murninya. "Supaya (Kitab) itu memberi keputuson di antara monusio pado hal-hal yang mereka perselisihkon pdanya."
Terutama tentu pokok perselisihan sesudah mengakui akan AdoNya, ialah
tentang bagaimana keadaannya. Di sinilah yang kerapkali terjadiperselisihan
manusia. Semuanya menurut fithrahnya mengakui Ada. Tetapi mereka berselisih apakah Dio itu Sofu atau Berbilong? Secara istilah filsafat, apakah Monoteisme atau Polyreisme? Apakah Tauhid atau syirik? Kitab-kitab itu menuntun
kepada Tauhid. Dalam sejarah perkembangan fikiran tentang Ketuhanan
memang selalu ada selisih di antara Tauhid dan syirik. Dan dalam sejarahpun
terdapat bahwa pada pokoknya manusia tetap percaya akan satu fuhon Yong
Maha Besar, dan Tuhan-tuhan yang lain hanya di bawah kuasaNya jua. Orang
Yunani mengakui bahwa Yang Maha Kuasa TertinggihanyaSotu, yaitu Apollo!
Tetapi setelah Nabi-nabi itu datang dan pergi, dan Kitab-kitab telah tinggal
ternyata timbul lagi perselisihan. Mengapa jadi timbul perselisihan? Lanjutan
ayat menerangkan dengan jelas: 'Don tidaklah berselisih tentang (Kitab) itu,
melainkan orang-orong yang telah diberikan dia kepada mereka, sesudohdatang kepada mereko keterangan-keterangan, lantaron dengki di antara
mereka." Inilah rahasianya!
Kitab-kitab sudah banyak, catatanpun ada, tetapi perselisihan timbuljuga.
Sebabnya ialah karena dengki, walaupun manusia itu hakikatnya satu, tetapi
dalam dirinya sendiri-sendiri terdapat pula rangsangan-rangsangan hawanafsu
yang membawa selisih. Sedangkan orang-orang bersaudara seibu sebapak
kadang-kadang berselisih dan bertengkar lebih hebat daripada perselisihan dan
pertengkaran mereka dengan orang lain. Kadang-kadang orang mau bersatu
semua tetapi semuanya pula ingin memimpin. Semua ingin bersatu, tetapi tidak
semua ingin dipimpin. Kadang-kadang manusia bagai katak di bawah tempurung, tidak mengenal langit lain daripada langitnya. Kadang-kadang mereka
telah tahu, baik tahu yang fithri, atau tahu dengan tuntunan wahyu bahwa Allah
itu Esa adanya, tetapi mereka hendak mengambil kesempatan mengambil
keuntungan untuk diri sendiri dari pengakuannya pada adanya Allah itu.
Misalnya seorang terkemuka dalam kaumnya, lebih dariyang lain-lain. Sebab
itu dia mengakui diri atau diakui orang jelmaan dari Tuhan itu, atau dia
wakilNya, atau dia anakNya. Kadang-kadang ketua-ketua agama yang mendakwakan bahwa agama itu adalah dalam kekuasaan mereka. MenghadapTuhan
wajib dengan perantaraannya. Kalau tidak dengan perantaraannya tidak sah.
Kadang-kadang agama itu atau Kitab itu disebut, sebagai suatu kekayaan
nosrbno[ orang lain dan bangsa lain tidak boleh menyentuhnya, usahkan
menganutnya. Dan kadang-kadang dijadikan alat untuk menaklukkan bangsa
atau ummat yang lemah, sebagai bangsa-bangsa penjajah. Eropa ketika menjajah negeri-negeri timur dan negerinegeri lslam mendakwakan bahwa kedatangan mereka adalah membawa sacred mission (tugas suci) ke negeri yang
dijajah itu. Dan di dalam ayat ini disebut lagi sebab terpenting, yaitu dengki.
Dengki karena telah ada pula orang lain mengeluarkan ajaran yang membawa
pengaruh besar sehingga mereka terselindung.
Maka terombang-ambinglah kebenaran oleh hawanafsu manusia dan timbullah perpecahan ummat yang pada hakikatnya satu, oleh nafsu perpecahan
yang ada pada manusia.
Ini didapati oleh NabiMuhammad s.a.w. dan ummat yang beriman kepadanya, dari sikap orang Yahudi dan Nasrani, yaitu isi Taurat dan Injil yang mereka
pegang, kalau dibebaskan darinafsu angkara dan dengki manusia, adalah satu
dengan al-Quran.
Dan satu lagi sebab-sebab perpecahan ialah karena kesucian Kitab Suci
dikotori oleh tulisan manusia, sehingga tidak dapat dibedakan lagi mana yang
wahyu dan mana yang tambahan pemuka agama. Ilmu pengetahuan modenpun
sesudah menyelidiki dengan seksama mengakui hal ini.
Tetapi dapatkah manusia terlepas dari perselisihan ini? Ujung ayat memberikan penegasan: "Mako Alloh memberikan petunjuk kepada orang-orang
yang beriman, dori hal yang diperselisihkan oleh orang-orang itu dengan
kebenaron, atas izinl'lya. " Maka dengan petunjuk Allah dapatlah orang-orang
yang beriman itu, orang-orang yang percaya itu, mengatasi segala perselisihan
dan langsung menuju kepada hakikat yang asli, yaitu bahwa ummat manusia
adalah ummat yang satu. SATU sejak dalam Fithrahnya, mengakui bahwa Allahitu ESA adanya. Dan percayalah mereka kepada kesatuan seluruh Kitab dan
kesatuan seluruh Nabi. Mereka akuilah sekalian Nabi itu, baik yang tersebut
namanya dalam al-Quran atau tidak. Dan merekapun berimanlah bahwa Nabi
Musa pernah membawa Kitab Wahyu yang bernama Taural, dan Nabi Isa
membawa Kitab Suci yang bernama lnjil. Dan Nabi-nabi yang lain membawa
pula Zabur-zabur dan Shuhuf. Semuanya itu diperkenalkan didalam Kitab yang
terakhir yang mereka terima yaitu al.Quran. Mereka percaya bahwa Kitab.
kitab Suci itu memang pernah ada. Dan terhadap catatan-calatan yang se.
karang ini karena telah banyak campurtangan manusia, beratus kali salinan.
telah banyaklah hal yang meragukan padanya. Meskipun kalau dicaridengan
seksama, namun pelajaran kesatuan itu masih ada di dalamnya. Untuk menghilangkan keraguan beragama, dihimpunkanlah semuanya kepada Kitab terakhir, ialah al-Quran. "Don Alloh memberikon petunjuk kepada barangsiapa
yang dikehendokiNyo kepada jalan yang !urus." (ujung ayat 213\.
Oleh sebab janji Tuhan bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada
barangsiapa yang Dia kehendaki, selalulah ummat beriman berdoa dalam
'shalatnya yang sekurang-kurangnya lima waktu sehari semalam. supaya dia
diberi petunjuk itu. Dan orang yang lainpun, meskipun mereka dalam ling
kungan Yahudi atau Nasrani, Budha ataupun Hindu, Khong Hu Chu atau Lao
Tse, mudah saja bagi Allah memberimereka petunjuk, kalau Allah menghen.
dakNya. sebab Kitab kebenaran ma5ih terbuka terus untuk dibaca oleh semua
orang.
Salah seorang ahli fikir Islam zaman kita ini, yang masyhur namanya di
seluruh dunia, yaitu Maulana Mohammad lqbal adalah seorang keturunan
Hindu dari Kasta Pandit (pendeta agama, sebagaijuga kasta Nehru). turun dari
Iembah Kashmir, yaitu neneknya yang keempat. Sebab Allah mudah saja
memberikan petunjuk kepada barangsiapa yang dikehendakiNya.
Demikianlah adanya tentang manusia adalah Ummat Yong Sotu.
(214) Ataukah kamu kira bahwa kamu
akan masuk ke dalam syurga,
padahal belum datang kepada
kamu seumpama yang pernah
datang kepada orang yang telah
lalu sebelum kamu; telah menimpa kepada mereka kesusahan,
kecelakaan dan digoncangkan
mereka, sehingga berkatalah
Rastrl dan orang-orang yang berimart scrtanya: Bilakah pertolongan Allah? Ketahuilah! Sesungguhnya pertolongan Allah itu
amat dekat.Mereka akan bertanya kepada
engkau: Apakah yang akan
mereka belanjakan. Katakanlah:
Apa yang akan kamu belanjakan
dari kebaikan ialah kepada ibubapa dan keluarga karib dan
anak-anak yatim dan orangorang miskin dan anak perjalanan. Dan apa saja yang kamu
perbuat dari hal kebaikan maka
sesungguhnya Allah adalah me.
ngetahuinya
tt
.- l>21-. rr. , I zt.t2toz
,Z Pt u Ji irt+ lit,j&lc-{
z 2.1 o-z ,r' ,r 2 ,, 4f\tt ;/.1,'* i
E- \lfrq Wt;t;6;1'
(D * "^iatlfi'F,
Sudah terang pada ayat yang lalu bahwa Allah akan memberikan petunjuk
kepada barangsiapa yang dikehendakiNya. Tetapi sebelum petunjuk datang,
telah diperingatkan bahwa berbagai kesulitan akan bertemu. Sebab meskipun
Tuhan telah memperingatkan bahwa manusia itu adalah ummat yang satu
namun merekapun senantiasa pula berselisih dan kita telah melihat sendiri,
walaupun orang yang tunggal darah dan tunggal daging, seibu dan seayah,
kadang-kadang selisih mereka lebih hebat daripada selisih dengan orang lain. Di
sini nampak bahwa di dalam menuju cita-cita yang mulia, di tengah jalan kita
akan berjumpa keadaan yang berbahaya. Sebab itu janganlah dikira senang
menegakkan kebenaran dalam dunia ini. Dan tidaklah pula mudah akan masuk
ke dalam syurga yang dijanjikan Tuhan. Sebab itulah Tuhan memperingatkan
selanjutnya:
"Atoukah kamu kira bahwa kamu akan mosuk ke dalam syurga, padohal
belum datong kepada komu seumpomo yang pernah dotang kepodo orang
yong telah lalu sebelum kamu." (pangkal ayat 214),yaituNabi-nabi dan Rasulrasul Allah dan orang-orang yang berjuang mengikuti jejak beliau di dalam
menegakkan kebenaran dan pelajaran Tuhan di dalam dunia ini, sejak dari
zaman Adam, sampai Nuh, lbrahim, Luth, Musa dan lsa dan lain-lain "Telah
menimpa kepado mereka kesusohon, kecelakoan dan digoncangkan mereka." Kesusahan karena kekurangan hartabenda dan kemelaratan, kecelaka.
an karena penyakit atau luka-luka, kegoncangan karenadikejar.kejar, dihinakan dan dibunuh. Nabi-nabi Bani lsrail sampai kononnya 70 orang yang mati
dibunuh oleh kaum mereka sendiri. Hampir semua Rasul diusir dari negeri
mereka. Ibrahim sampai dibuatkan orang pembakaran dan dimasukkan beliau
ke dalam. Nabi Nuh sampai disuruh membuat perahu untuk menyelamatkan
orang-orang yang beriman, Nabi Zakariayang telah tua sampai digergaji orang
kepala beliau. Maka kamu, wahai ummat yang mengaku beriman kepada
Muhammad s.a.w. janganlah menyangka bahwa akan enak-enak sebagai "ttik
pulang petang" saja melenggang-lenggok masuk syurga, padahal kamu tidak
tahu menderita karena menegakkan kebenaran. Barulah kamu akan senang,
tiada gangguan tidak ada kesusahan, tiada kecelakaan dan tidak akan digoncangkan oleh rintangan dan kejaran musuh, kalau kamu cuma diam saja!Menurut fiwayat dari Ibnul Mundzir dan Ibnu Jarir dan AMurrazak, bahwa Qatadah menerangkan bahwasanya ayat ini turun ialah seketika kaum sekutu dan yang terdiri dari kaum musyrikin Quraisy dan Yahudi Bani Quraizhah
dan kabilah-kabilah Arab mengepung Madinah, yang terkenal juga dengan
nama "Perang Parit". Nyaris Madinah jatuh ke tangan musuh, nyaris kota itu diserbu dan Islam dipadamkan sebelum menyala. Surat istimewa dengan nama alAhzab telah diturunkan memperingati peristiwa itu. Maka menurut keterangan
Qatadah tadi, ayat ini turun di waktu itu. Ibnu Abbas menafsirkan pula
bahwasanya ayat ini ialah peringatan bagi orang-orang beriman kepada Allah
bahwasanya dunia ini tidak lain daripada negeri percobaan, negeriyang penuh
dengan bala dan ujian. Di ayat ini diterangkan bahwa bala dan cobaan adalah
kemestian yang ditempuh oleh orang-orang mu'min. Dan demikian pulalah
diperbuat Tuhan terhadap Nabi-nabNya yang dibersihkan. Yang dinamai
Shofwatullah, orang-orang pilihan Tuhan, untuk membersihkan jiwa mereka.
Berdasarkan kepada tafsiran lbnu Abbas itu nampaklah bahwasanya
percobaan hidup yang berbagai warna itu tidak lain daripada penggemblengan
jiwa dan latihan. Atau laksanaemasyangdibakar,dititikdanditempa.Tidaklain
gunanya ialah untuk membersihkannya daripada campuran logam lain, sehingga lulen 24 karat. Cobaan membuat orang menjadi Shofu, bersih.
Di dalam surat al-Buruj (bintang-bintang). Surat 85 diterangkan tentang
penganut-penganut Tauhid di Arabia Selatan yang digalikan orang lobang dan
dihalau mereka ke dalam lobang itu, lalu disiram minyak dan dibakar. Sebabnya
lain tidak hanyalah karena mengakui bahwa tidak adaTuhan melainkanAllah.
Dan Nabipun pernah menceritakan tentang seorang anak yang menyerukan
Tauhid telah menyakitkan hati raja yang zalim, sehingga dia dibuang di laut,
tetapi pulang, lalu diantarkan ke gunung supaya dimakan binatang buas, tetapi
dia pulang juga kembali dengan selamat dan telah disiksa dengan macammacam siksaan, namun tidak juga dia kena. Akhirnya dia berkata: "Barulah
saya akan dapat mati kena panah itu, kalau tuan-tuan yang akan memanah dan
raja sendiri seketika menujukan panah kepada saya menyebut: "Dengan nama
Allah, Tuhan anak ini." Setelah wasiatnya itu dijalankan orang menyebut nama
Allah Tuhannya budak itu, diapun dipanah dan memang kena, dan diapun mati.
Jadi sampai saatnya yang terakhir, dia menang. Orang disuruhnya percaya,
tetapi nyawanya diberikannya.
Syurga adalah tempat buat orang yang lebih dahulu telah menempuh
berbagai ujian dan diapun lulus dari ujian itu. Kadang-kadang ujian dengan
memberikan jiwa. Dan kebenaran Allah kadang kadang barulah mau tegak
apabila kita telah sudimemberikan airmata, darah dan nyawa. Kadang-kadang,
karena diri sudah terjual kepada Allah, seorang mu'min bernasib sebagai anak
dagang yang melarat dalam negerinya sendiri. Mukanya hanya tunduk kepada
Tuhan. Hanya kepada Tuhan dia mengenal ruku', kepada lainnya kepalanya
tegak lurus. Hanya kepadaTuhan dia mengenalsujud, adapun kepadayanglain
dipandangnya hanya sama dengan dirinya, asaldaritanah akan pulangkembali
ke tanah. Dia tidak mengenal takut kepada siapapun. Sebab itu dia pasti
bertemu kesusahan dan kegoncangan. Yang tidak susah, diancam kecelakaan
dan kegoncangan hanyalah orang yang selalu dapat menyesuaikan diri, walaupun dengan kekafiran. Demikian memuncaknya kadang-kadang kesusahan,kecelakaan dan kegoncangan itu: "Sehinggo berkatalah Rosul don orangorangwtgberiman sertonya: Bilokah pertolongan Allah." Kalau sudah sampai Rasul sendiri, darisangatnya rintangan itu telah bertanya bila pertolongan
Allah akan datang, dan orang-orang beriman bersama menuruti beliaupun telah
sama mengeluh demikian, niscaya sudahlah sangat memuncaknya rintangan
itu, sehingga pertanyaan demikian seakan-akan telah membayangkan nyaris
atau dekat timbul putusasa. Sebab di waktu rintangan tidak ada, semua orang
mudah sala menyebut bahwa pertolongan Allah akan datang. Tetapiapabila
kesusahan, kecelakaan dan kegoncangan itu benar-benar telah datang, seakanakan tertutuplah segala pintu dan tidaklah nampak harapan.
Hal ini bisa mengenai kepada satu kelompok ummat yang tengah berjuang,
dan bisa juga mengenai diri peribadi. Dan sebab turun ayat, menurut riwayat,
ialah seketika kaum al-Ahzab, yaitu persekutuan orang Quraisy dengan Arab
luar Madirnh dan diikuti lagi oleh Yahudi BaniQuraizhah telah mengikat janji
bersama akan menyerang Madinah dan telah mulai dikepung negeriitu. Kalau
sekiranya maksud mereka berhasil, matilah Islam dan hancurlah dalam negerinya serdiri, di Madinah sebelum tersebar ke seluruh bumi ini. Pada saat itu
rnatna-rrErna orang yang imannya lemah, memang sudah mulai putusasa, mulai
rrcrasa ngeri tinqgal di Madinah, bahkan ada yang menyesal masuk Islam, itulah
orangorang munafik. Tetapi orang yang kuat imannya menyambut kejadian itu
dengsn hati teguh, sampai berkata: "lnilah yang selalu dijanjikan Allah dan
RasulNya kepada kila." Kelak penafsiran kejadian iniakan dapat dibaca dalam
Surat al-Ahzab sendiri: Surat 33. Maka datanglah ujung ayat, ujung yang
penuh kepastian: "Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekot." (ujuns ayat 214).
Mengapa Tuhan memberikan kepastian sepertiitu? Apabila tekanan musuh sudah sangat memurrcak sehingga kita yang berjuang menegakkan kebenaran itu, betapapun lemahnya, dia kuat di dalam batin. Sedang orang yang
menegakkan kezaliman dan kufur, tidaklah mereka mempunyaipendirian yang
benar. Apabila mereka berturut-turut mendapat kemenangan, pasti a