• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label TAFSIF AL ATZAR 16. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TAFSIF AL ATZAR 16. Tampilkan semua postingan

TAFSIF AL ATZAR 16


 elah selesai melempar Jamratul


Aqabah sesampai kita diMina, menurun dari Muzdalifah.


Sesudah itu bernama hari-hari fosyriq, yaitu tanggal 11 dan tanggal 12 atau


dilanjutkan sampai kepada tanggal 13. Tasyriq, artinya ialah menjemur dendeng


ketika matahari naik, sebab banyak.binatang yang disembelih'


Menurut riwayat Imam Ahmad dan keempat ahli Hadis yangmenyusun as￾Sunan, yang diterima dari Abdurrahman bin Ya'mar, bahwa beberapa orang


dari Neied datang bertanya kepada Nabi s.a.w. seketika Haji wada' sedang


beliau masih wukuf di Arafah itu, tentang hari-hari manakah yang disebut hari￾hari yang ditentukan itu. Mendengar pertanyaan demikian, supaya lebih rata


diketahui beliau perintahkan seorang penyeru agar menyerukan keterangan


beliau:Haji itu ialah Arafah. Barongsiap 92oing futong p& waktu teloh ber


kumpul, sebelum terbit fajor, moka diopun telah mendryt juga Hod Mina:


yaitu tigo hari. Barangsiap yang memwrcepat menjodi dua hari. maka


tidaklah dia berdosa dan barangsiapo yang memprlarnfut (t*p hari) tidaklah


pula berdosa."


Selama harihari yang telah ditentukan itu hendaklah dipenuhi dengan


menyebut nama Allah, atau berzikir. Dan semuanya telah ditentukan oleh


Allah, diajarkan oleh Nabi. Seketika wukuf di Arafah, sampai kepada mabit di


Muzdalifah kita mengucapkan Tolbiyah. Selama hari berhenti di Mina kita


mengucapkan Tokbir (Allahu Akbar) dan lohmird (Alhamdulillah) dan Tahlil


(Laa llaaha lllallah): "Allahu Akbar, Allahu Akbar Allahu Akbar; Laa llaaha lllal￾lah, Wallahu Akbar. Allahu Akbar walillahil-Hamd." Dan berbagai zikir yang


lain. Dan selama di Mina itu kita melontar (melempar) Jamrah ketiganya; Jam￾ratul-Aqabah, Jamratui-Ula dan Jamratul-Wustha, dengan batu kecil kecil, ma￾sing-masing tujuh kali, menurut Sunnah Nabi lbrahim. Tiap-tiap batu kita lem￾parkan, maka kita ucapkan; Bismillahi Allahu Akbar!"


"Mako barongsiopa yang memwrcept dolam dua hari, maka tidoklah


odo dosa atasnya." Mempercepati dua hari, ialah sehabis tanggal l0 yang


dinamai hari Nahar, lalu ditambah lagi dua hari, yaitu hari ll dan 12 Zul-Hijjah.


Tidaklah salah dan tidaklah berdosa jika pulang saja. sebab rukun-rukun yang


penting telah selesai dikerjakan.


Supaya lekas terlepas dari kewajiban yang berat, sebaiknya sehabis me￾lemparkan Jamratul-Aqabah di hari kesepuluh, lekaslekas ke Makkah lang￾sung mengerjakan tawaf lfadhah dan Sa'i- Dengan demikian, bila selesaiSa'i


boleh terus tohallul (mencukur atau menggunting rambut), terus tanqgalkan


pakaian ihram, dan kembali ke Mina, buat bermalam yang dua hari atau tiga hari


itu. Apatah lagi di sana sekarang hubungan kendaraan-kendaraan bermotor


telah sangat lancar. "Dan furangsiapa yang mentokhirkon, yaitu memenuhi


sampai hari ketigabelas, "moko tidokloh (pula) ada dosa otosnyo." Sebab


mempercepat atau menta'khirkan pulang bukanlah ohh karena sebab-sebab


yang tidak baik. Misalnya hendak lekaslekm pulang karena telah bosan!


Niscaya ilu salah! Atau menta'khirkan pulang karena riya', itupun tidak baik.


Sebab itu dikunci dengan perkataan: "Yaitu bogi borongsiry yong talrtua."


Pendeknya baik pulang terdahulu atau p.rlang terkemudian, pokoknrTa ialah


takwa. Dan takwa adalah dalam hati. Munskin ada yang terburu pulang, karena


ada satu keperluan lain, apalah salahnya. Sebab rukun-rukun penting telah


selesai. Mungkin telah menunggu kapalterbang yang akan rnembawa kembali

pulang ke tanahair, akan beranskat nanti malam. Segera pulang tanggal


duabelas ke Makkah, selesaikan tauraf lfadhah petang itu bagi siapa yang belum


tauraf, dan sa'i, tarpaf wada'(selarrnt tinggal) sekali, terus berangkat menuju


Jeddah. Malamnya berangkat puhng "Dan takwalah kamu kepada Allah."


Moga-moga berkesanlah ibadat haiimu ini, terlukis dengan indahnya dalam


fiwamu- "ban ketahuilah balauwrrya komu sekolion, kepadal'lyalah akon 'dkunpulkan " (uiung ayat ffi). semuanya kita akan berkumpul kelak ke


hadWnTuhan, di hari akhirat. Moga-moga berkumpul di Arafah, berkumpul


di Muzdalifah dan tiga hari di Mina rnenghidupkan dalam kenanganmu, bahwa


kelak akan berkumpul lagi kita ini, iauh lebih ramai, bahkan jauh lebih ramai dari


perkumpulan yang sekarang.


Selalu diulang-ulang kalirnat takwa, sekali lagi takwa. Moga-moga ini selalu


diiadikan ingatan dalam rrnksud Manasik Haji. Adapun rukun-rukun mana


ying walib, -rn:rna yang sunnat, bagaimana wukuf, apa yang dibaca seketika


zikir-, ambillah contoh daripada perbuatan Nabi s.a.w. dan pelajarilah kepada


ahlinya. Moga-moga meniadi Haii yang Mabrur, yang diterima Tuhan, dijauhkan


aflah t<iranya dariHaii yangMordud, Haii yang ditolak. Belania sudah habis,


tenaga 


",rduh 


terbuang, pahalanya tidak ada, sebab takwa tidak ada seiak


semula￾Pasanglah cita tenrs buat sekurangnya sekali seumur hidup dapat menger￾jakan haii. - 


Makadidalammelakukanibadathafiini,hanyagarisbesamyayangdisebut


di dalam alQuran. Disebutkan tentang wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah,


disebut iuga tentang tauraf keliling Ka'bah dan sa'i di antara Shafa dan Marwah￾Tetapi bagainrana cara rnengeriakan semuanya itu,ditanqgal berapa mengerja￾kan wgkuf, berapa kali pergi dan balik di antara Shafa dan Marwah, adalah


semuanya menurut contoh-contoh yang diberikan Nabi. Apatah lagi dari hal


melempar Jamrah, tidakhh ada disebut dalam al-Quran. Hanya diisyaratkan


saia di dalam surat al-Baqarah ayat 124, sebagai ujian Tuhql kepada Nabi


Ib;ahiln, karena dia diperintah dalam mimpi supaya menyembelih anaknya, lalu


ditafsirkan oleh beberapa Hadis bahwa syaitan merayu-rayu beliau supaya


maksud menyembelih itu beliau urungkan saja. Maka kaifiyat dan carg-cara


melempar ini pun hanya dapat diteladan daripada perbuatan Rasulullah seke￾tika beliau mengeriakan haji.


Beliau rnik haji hanya sekali, yaitu yang dinamai HaiiWada pada tahun


kesepuluh Hijriyah. Sebelum itu beliau masuk Makkah dua kalidiluar musim


haii, yaitu seketika Umrah Qadha'di tahun ketuiuh dan menaklukkan Makkah


di tahun kedehpan. Naik haii tahun kesembilan diserahkannya pimpinan


kepada Abu Bakar.


Maka pada rnik haii penshabto an itulah beliau bersaMa:


tfuu#gL


"Ambillah drlri@arcu Morrcik kamu.Upacara yang kita lakukan didalam haji itu bernama manasik. Termasuk


juga penyembelihan-penyembelihan binatang-binatang Hodyu dan perlengka￾pannya semua. Tidaklah ada contoh yang dapat diambil, melainkan contoh


yang telah dilakukan Nabi seketika beliau mengerjakan Haji Wada' (selamat


Tinggal) itu.


Dan hanya 80 harisaja setelah selesaimengerjakan Hajipenghabisan itu,


beliaupun berpulang ke rahmatullah. Oleh sebab itu Hadis-hadis disekitar Haji


Wada' itu amat penting artinya menjadipegangan daripada ulama-ulama Fiqh di


dalam membimbingkan ibadat Haji sepeninggalRasulullah s.a.w. sampai kepada


masa kita sekarang ini.


(204) Dan setengah dari manusia ada


yang menarik hati engkau kata￾katanya dari hidup didunia, dan


dia menjadikan Allah saksi atas


apa yang dalam hatinya, padahal


dia adalah sejahat-jahat musuh.


(205) Dan apabila telah berpisah ber￾jalanlah dia dibumi hendak me￾rusak padanya dan membinasa￾kan pertanian dan peternakan;


padahalAllah tidaklah suka akan


kerusakan.


(206) Dan apabila dikatakan kepada￾nya: Takwalah kepada Allah!


Dibawalah dia oleh kesombong￾annya berbuat dosa. Lantaran itu


cukuplah jahannam untuknya


dan itulah seburuk-buruk kete￾tapan.


(207) Dan setengah dari manusia ada


yang menjual dirinya karena


mengharapkan keridhaan Allah.


Dan Allah adalah Maha Penydn￾tun kepada hamba-hambaNya.Kebohongan Hidup


Ketika membicarakan haji selalu diingatkan maksudnya yang tinggi, yaitu


membina takwa. Kesucian batin dan kebersihan lahir. Meskipun keterangan


tentang haji telah selesai dalam rangkaian inidan akan berjumpa lagikelak pada


ayat-ayat yang lain di surat yang lain, dan diibaratkan bahwa haji telah selesai


dikerjakan, sekarang mulailah menempuh hidup sehari'hari. Maka Tuhan


peringatkanlah kepada RasulNya tentang keadaan manusia:


"Dan setengah dari monusio ada yang menarik hati engkau kata-katanya


dari halhidup di dunia." (pangkalayat 204). Kata-katanya amat menarik, pandai


dia membawakan diri, seakan-akan dia mengerti atau menaruh perhatian akan


segala soal-soal yang penting. Seakan-akan dia turut memikirkan keselamatan


manusia. Seakan-akan dia mempunyai maksud'maksud dan cita'cita yang


baik; "Don dia menjadikan Allah soksi ofos apa yang dalamhatinya."Bahwa


dia bermaksud jujur, dan untuk itu dia berani bersumpah membawa nama


Allah, "podohal dia adqlah sejahat'iahat musuh," (ujung ayat 204).


Orang yang munafik kiranya orang ini. Manis mulutnya berkata-kata,


karena manisnya orang dapat tertarik, dan kalau perlu nama Allah bisa


dijadikannya saksi, bahwa dia seorang jujur. Tambah banyak dia bercakap,


tambah banyak nama Allah disebut. Padahal dalam hati sanubarinya tersimpan


rasa dendam dan permusuhan.


Mulut yang manis janganlah lekas dipercaya. Sebab lidah tidak bertulang.


Orang dapat memutar-mutar lidah menurut keadaan, dan orang dapat me￾makai 1,001 lidah untuk 1,001 soal. Karena begitu pasangannya, dan ke mari


begini. Semua yang dia ajak bercakap, timbul percaya karena pintarnya.


Kepada orang yang berat kepada agama dia tidak berkeberatan berkata"Allah


jadisaksiku", atau DemiAllah, Wallahi, Billahi,Tallahi. Sebab betapapun manis


bercakap, pembuktian hanya dapat ditilik pada bekas perbuatan. Sebab itu


selanjutnya Tuhan bersabda tentang orang demikian.


"Dan apabila telahberpisoh." (pangkal ayat 205). Yaitu apabila mereka


telah kembali kepada keadaannya sendiri, telah lepas daripada menghadapi


orang tempatnya mengambil muka itu, "berjalanlah dia di bumi merusak


padanyo." Sebab yang dijadikannya pedoman sebenarnya bukanlah kebenaran


dan bukan nama Allah yang hanya bermain di mulutnya itu, melainkan ke￾megahan untuk dirinya, keuntungan yang hendak dipulutnya. Dia menyimpan


segala rencana yang berbeda daripada kemauan Allah, tetapi untuk me￾nyembunyikan maksudnya yang jahat ia bermulut manis. Bertambah kejam


rencana mereka, bertambah manislah mulut mereka. Mulut yang manis itulah


yang kerapkali mematah siku orang yang hendak ingin menentang kezaliman￾nya. Rencananya adalah kemegahan diri. Peraturan dari Tuhan, kalau di￾pandangnya merugikan rencananya, niscaya akan dihalangi dan dimusuhinya.


Sebab itu agama hanya dipakainya mana yang akan memberikan keuntungan


kepadanya. Kalau merugikan, niscaya dia lemparkan. "Dan membinasakqn


pertanian dan peternakon. " Mengapa bekas perbuatannya merusak pertanian


dan peternakan? Sebab yang menjadi tujuannya yang sebenarnya ialah ke-untungan diri sendiri, tidaklah difikirkannya bahwa dia telah merusak dan


merugikan. Pertanian adalah dasar kemakmuran. Hati orang senang bertani


kalau dia merasa aman. Tetapi kalau fikiran telah kacau, pertanianpun mundur.


Kalau pertanian telah mundur, kemakmuran masyarakat tidak ada lagi. Demi￾kian juga peternakan. Setengah ulama menafsirkan bahwa annasla bukan saja


berarti peternakan binatang, tetapi juga keturunan manusia. Dan setengah


ulama lagi memberi arti tawalla. bukan saja berpisah, tetapi kalau berkuasa.


Yaitu kalau sekiranya orang-orang yang berjiwa demikian mendapat kekuasaan


dalam bidang manapun juga, kemunduranlah yang akan didapat. Mundur di


dalam pertanian, mundur di dalam peternakan dan mundur cita-cita murni dari


anak dan keturunan. "Padahal Allah tidaklah suko akan kerusokon." (ujung


ayat 205).


Lantaran itu nampaklah kehendak orang yang demikian sangat berbeda


dengan kehendak Allah. Dan apabila manusia demikian bertindak melancarkan


rencana yang berlawanan dengan kehendak Allah, kehancuranlah yang akan


menimpa mereka, dan akan hilanglah ketenteraman jiwa masyarakat.


Sebagai kita katakan tadi, kalimat tawalla mengandung dua arti. Pertama


berpaling, kedua berkuasa. Dalam penafsiran yang pertama dilukiskan orang￾orang munafik, yang apabila duduk berhadapan manis bicaranya, tetapi kalau


dia telah berpaling pergi, cakapnya lain pula. Orang-orang ini tidak dapat


dipercayai percakapannya dan tidak dapat dipegang janjinya. Pada penafsiran


makna yang kedua, apabila dia telah memerintah, atau telah berkuasa, ke￾lihatanlah coraknya yang sebenarnya. Mereka tipu rakyat yang telah mem￾percayakan kekuasaan kepadanya dengan tutur lemak manis, sehingga orang


hanya dininabobokkan dengan pidato, padahalapa yang dituju bertambah lama


bertambah jauh. Mudah saja lidah mereka menyebut Allah, laksana seorang


penyembelih sapi di tempat penyembelihan, mengucapkan "Bismilloh" lebih


dahulu sebelum menggorok leher sapinya. Dia berjalan di atas bumi, bekerja


yang utama adalah merusak. Betapa tidak akan merusak? Padahal yang


dipentingkannya hanya bercakap dengan berpidato membujuk orang sedang￾kan mengurus negeri jarang sekali. Jiwa rakyat yang diperintah telah lesu dan


putusasa, atau apatis!


Demikianlah yang diperbuat oleh penguasa negara yang bersikap diktator,


atau kultus perseorangan. Setiap waktu hanya mempertunjuk kekuasaan


(show). Hampir setiap hari rakyat dikerahkan menonton kebesaran "paduka",


bertepuk tangan menyambut pidato"paduka" sehingga kebun-kebun tertinggal


dan sawah-sawah terbengkalai. Rimba-rimba larangan ditebas dan ditebang


orang karena hendak mencuri kayunya, lalu terjadilah erosi. Di musim hujan


timbullah banjir, di musim kemarau seluruhnya menjadi kering. Kesuburan


tidak ada lagi, jalan-jalan penghubung menjadi rusak. Rumput-rumput jadi


kering, binatang ternak tidak berkembang lagi, sehingga akhirnya negeri jatuh


kepada kemiskinan dan rakyat kelaparan. Sedang beliau penguasa setelah


kesengsaraan memuncak, hanya pandai memuji diri dan mendabik dada,


mengatakan bahwa dialah yang berjasa. Bertambah negeri sengsara, ber￾tambah dia membuka janji baru, untuk dimungkirinya lagi.Di dalam ayat ini disebut membinasakan alhartsa, yang berarti kesuburan


pertanian. Dan disebut pula onnoslo, yang berarti keturunan. Setengah ahli


tafsir memberi arti alhartsa itu dengan isteri dan beristeri dan onnqslo dengan


anak keturunan. Sedang penafsir pertama tadi ialah pertanian dan peternakan.


Keduanya boleh diambil menjadi penafsiran, dan keduanya kena apabila


penguasa adalah si penguasa yang bermulut manis tadi. Mereka pada hakikal


nya adalah A taddul khishoom, musuh yang paling jahat. Musuh yang membawa


penderitaan batin, membujuk dengan mulutnya yang manis, tetapi bekas


perbuatannya menyebabkan negeri kian lama kian sengsara, pertanian jadi


mundur, peternakan jadi mandul. Atau isteri-isteri tidak aman lagi dalam


rumahtangganya, bisa ditimpa berbagai penyakit, sebagai darah tinggi dan


penyakit gila, karena kesusahan hidup. Dan juga perzinaan. Dan apabila isteri


dalam rumahtangga sudah selalu ditimpa sengsara, anak-anak keturunan,


(annasla) pun tidak beres lagi. Maka datanglah sambungan ayat: "Dan apabila


dikatakan padanya: T akwalah kepado Allah! Dibawalah dia oleh kesombong￾an berbuat dosa." Inilah kata yang tepat tentang sikap hidup seorang pe￾merintah dan penguasa yang zalim, seorang diktator dan tirani, seorang


pembina kultus perseorangan. Dia tidak boleh ditegur sapa, dia tidak boleh


diberi nasihat. Orang yang jujur akan dimusuhinya, orang yang suka mengambil


muka, itulah yang disenanginya. Puji dia terus, sanjung dia. Berikan gelar-gelar


lang agung padanya. Bertambah ditegur dengan jujur, akan bertambah dibuat￾nya dosa yang baru. Dia amat sombong dengan kekuasaannya, dan ke￾sombongannya itu akan ditambah lagi oleh pengambil-pengambil muka yang


datang menyembahnya.


Maka datanglah sambungan ayat: "Lantaran itu cukuplah iahannam


untuknyo, dan itulah yang seburuk-buruk ketetapan." (ujung ayat206).


Di sini diterangkanlah dengan tegas oleh Tuhan, bahwasanya Allah tidak￾lah ridha kepada orang yang demikian. Tempat mereka yang pantas tidak lain


hanyalah .iahannam, yaitu api neraka yang menyala. Api neraka ini ada yang


mereka dapati sementara mereka masih hidup. Satu waktu kemarahan rakyat


akan memuncak, dan merekapun akan direnggutkan dari atas tahtanya. Atau


negeri-negeri lain yang bertetangga dengan dia akan merasa tidak tenteram


melihat kesombongan angkuh ini.


Kemunafikan dan kezaliman dan kerusakan yang diperbuat manusia￾manusia di muka bumi itu wajiblah ditantang oleh manusia sendiri. Manusia


tidak boleh hanya semata-mata menunggu takdir Allah akan merobah nasib￾nya. Oleh sebab itu selalu wajib ada orang yang memberanikannya tampil ke


muka menantang kezaliman, walaupun dia akan menderita berbagai pen￾deritaan. Oleh sebab itu maka lanjutan ayat adalah imbangan daripada ke￾munafikan dan kezaliman yang tersebut di atas tadi:


"Dan setengah dari manusia adaloh yang menjual dirinya, karena meng￾harapkan keridliaan Allah." (pangkal ayat207). orang yang telah menjualdiri


kepada Allah adalah tandingan, bandingan dan imbangan daripada orang yangmulut manisnya menakjubkan tadi, dan yang mudah saja menyebut nama Allah


mengucapkan sumpah, padahal perkataannya tidak dapat ditebusnya dengan


perbuatannya. Orang yang telah menjual diri kepada Allah tidaklah banyak


cakap manis mulut. Tidaklah dia berhenti pada amalan yang saleh dan yang


diharapkannya hanya semata-mata ridha Allah. Syahadat yang telah diucap￾kannya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah membawanya kepada sikap teguh


yang tidak dapat ditawar-tawar. Dia tidak mempunyai dua atau seribu muka;


dua atau seribu cabang lidah. Di dalam surat kesembilan (at-Taubah) ayat 112


ada tersebut bahwasanya Allah Ta'ala telah membeli dari orang yang beriman


itu, yaitu dirinya dan h:rtabendanya. Tuhan membeli semuanya itu dengan


pembayaran syurga. Oleh karena syahadatnya dan oleh karena kepercayaan￾nya kepada Allah bahwa harga itu akan diterimanya kelak, maka tidak ada lagi


matabenda dunia ini yang dapat mempengaruhinya.


Menjual diri kepada Allah ini tidaklah akan tercapai dan terbukti kalau


orang tidak berani mengurbankan hartabenda dan kalau perlu jiwanya untuk


itu, kalau keadaan menghendaki. Di hadapan kekuasaan yang zalim dia berani


mengangkat mulut menyanggah kezaliman itu walaupun apa yang akan me￾nimpa dirinya. Sebab bertambah banyak dia menderita bertambah pulalah


dekatnya kepada Allah dan bertambah dia mencapai ridhaNya.


Ucapan Syahadat "Tidak ada Tuhan yang aku sembah, melainkan Allah,"


diiringi lagi dengan ucapan "Dan Muhammad adalah Rasul Allah," adalah


laksana kontrak penjualan diri, yang menyebabkan seluruh diri sudah diserah￾kan kepada Tuhan. Sekali sudah berkontrak dengan Dia, kita tidak dapat lagi


menandatangai kontrak lain. Kehidupan adalah seluruhnya untuk Dia dan


kematian sudah untuk menemuiNya. Di mana saja tanah, walaupun hanya


sejengkal, ataupun di dalam penjara berpagar besi yang sempit, asal masih muat


bagi kening untuk dicecahkan ke bumi bagi bersujud, adalah lapang bagi


seorang yang telah menjual diri kepada Allah.


Menilik bunyi ayat ini dapatlah disimpulkan bahwa menjadi seorangMuslim


yang artinya menyerahkan diri sebulat-bulatnya, seluruhnya kepada Allah,


belumlah berarti menjadi orang Islam kalau hidup hanya semata-mata cari


makan yang halal, tekun shalat lima waktu, menjaga diri jangan berbuat dosa,


dan tidak mengganggu orang lain, puasa taat di bulan Ramadhan. Islam yang


egoisfis, mementingkan diri sendiri, membaca wirid ini dan ayat itu, Surat Yasin


malam Jum'at, ayat Kursi ketika hendak tidur, akan'segera masuk syurga. Itu


belumlah cukup, dan Islam yang demikian tidaklah menimbulkan opi. Tetapi


kewajiban seorang Muslim adalah lebih luas, manfaatnya lebih merata. Seorang


Muslim harus aktif! Dia wajib berusaha membahagiakan diridan membahagia￾kan orang lain. Pelihara syariat dan perjuangkan dia agar tegak. Cari harta￾benda banyak-banyak dari yang halal, lalu nafkahkan dia untuk membela


kepentingan bersama dan menolak bahaya yang mengancam. Segenap ke￾kayaan yang ada, baik kekayaan harta, atau kehandalan lidah, atau kepiawaian


pena, harus dipergunakan untuk membahagiakan ummat, menghembuskan


nafas yang hidup, bukan nafas mati. Menyeru kepada kebajikan, menentang


kebatilan dan kezaliman, walaupun untuk itu dia mati. Sebab kadang-kadang


menuntut keadilan itu meminta pengurbanan jiwa.Shalat, puasa, zakat, haji dan amal shalih yang lain bukanlah semata


amalan yang beku. Shalat berjamaah beramai-ramai di waktu subuh dan amalan


yang lain, bukanlah tujuan, tetapi jalan untuk menuju dan membuat iiwa lebih


besar sehingga sanggup memikul tugas hidup berbuat baik dan berbuat yang


mulia. Jiwa bertambah besar dan besar lagi, tidak tersangkut dan terikat oleh


perkara-perkara remeh, sehingga hidup yang hanya sebentar singgah di dunia


ini hendak meninggalkan bekas yang lama, beratus kali lipat daripada umur


yang dilalui. Sehingga walaupun jasmani telah mati, namun dia tetap hidup dari


abad ke abad. Dan setelah dia meninggal dunia, pastilah dia berhak duduk


menjadi tetangga Allah, bersama Nabi-nabi, Rasul-rasul dan Shiddiqin serta


Syuhada dan Shalihin.


Di sini mengertilah kita bahwasanya Tuhan membeli diri dan hartabenda


seorang Muslim, dan akan dibayarNya dengan syurga, bukanlah untuk ke￾pentingan Allah, laksana seorang kaya di zaman purba membeli seorang budak


belian untuk disuruhnya mengerjakan pekerjaan yang berat. Si Muslim yang


telah dibeli angkuhnya, lalu negerinya diserang orang dari luar. Bila penye￾rangan datang, meskipun betapa cinta rakyat akan tanahairnya, mereka tidak


dapat bertahan lagi, sebab rakyat ini sudah lama kurus-kering diisap darahnya


oleh penguasanya sendiri. Ataupun negeri itu menjadi kering, karena putus


perhubungan dengan luaran.


Telah kita baca nasib Julius Caesar, yang mati dibunuh oleh orang-orang


yang dipercayainya sendiri. Di abad yang telah lalu kita kenalsejarah Napoleon.


Dan di zaman moden kita ini telah kita ketahui nasib orang-orang sebagai Hitler


dan Mussolini yang keduanya bersama hancur dengan negerinya.


Louis XIV dari Perancis yang terkenal membangunkan kemegahan untuk


negerinya, danpercayabetul bahwa Perancis itu ialah dirinya. Dia keburu mati


menurut adat biasa. Tetapi raja-raja yang menggantikannya yang menanggung


akibat dari kezalimannya, sehingga timbul revolusi Perancis.


Di dalam lslam orang-orang yang berpengetahuan yang disebul ulamo,


atau di dalam kata-kata moden, orang-orang disebut intelektuil mempunyai


kewajiban amat berat membendung kezaliman itu dan memberikan peringatan


serta nasihat kepada penguasa-penguasa yang zalim itu. Tersebut di dalam


sebuah Hadis yang shahih:


$Y"1f .*a: **; l.ll; b, je 1 #,y# i6rt


,P,t)


"Agama itu ialah nasihat. Kamibertanya: Kepada siapa? Jawabnya; yaitu


nasihat kepoda Allah dan kepada RosulNyo dan kepada lmam-imam (pe￾nguasa-penguasa) kaum Mu\limin dan kepada orang awamny a." (Dirawikan


oleh Muslim).

Nasihat kepada Allah dan Rasul ialah berlaku jujur dan ikhlas di dalam


mengerjakan yang disuruh dan menghentikan yang dilarang. Nasihat kepada


penguasa kaum Muslimin atau pemegang pemerintahan ialah menegur ke￾salahannya dengan jujur. Dan nasihat kepada orang awam ialah membimbing


dan memimpin orang banyak kepada kesadaran akan hak dan kewajibannya.


Lantaran adanya Hadis ini maka ulama tidak boleh berdiam diri. Bila dia


berdiam diri, dia akan dituntut oleh Allah sebagai mengkhianati tugas sucinya.


Dia mesti menegur yang salah:


,* ftiv i'J;t: i;;, 36 1&'it & g.A # 6 i


aal


// 2,


r y,,t \ s3\i ;iit -5\; );4W"


WJiV


"Dqri Abu Said al-Khudri, dia berkota: Sayo dengar Rqsulullah s.o.w.


bersabdo: Barangsiapa di antora kamu melihot yang mungkar hendaklah


tegur dengan tangonnya. Kalau dia tidak songgup, hendoklah dengan lidoh


nya. Kalau dia tidak songgup, hendaklah ditegur dengan hatinya; dan itu


( me negur hany a d e ngan ha t i ), adoloh y ong selemah - lemah imon. " ( Dirawikan


oleh Muslim).


Ulama yang bertanggungjawab tidaklah mau menjadi golongan yang se￾lemah-lemahnya iman. Sebab itu ditegurnya juga dengan lidahnya, dengan


penanya, dengan khutbahnya di hari Jum'at, dengan fatwa-fatwa yang di￾keluarkannya.


Di sinilah selalu terjadi hal hal yang menyedihkan sejak dahulu sampai


sekarang. Apabila mulut dibungkam. Tuhan menyapa "iman yang lemah" dan


dipandang sebagai pengkhianat kepada tugas agama. Dan apabila teguran dan


nasihat itu dikeluarkan, si penguasa atau diktator pula yang akan marah; dia


pula yang akan menuduh pengkhianat. Dituduh pengl<hianat negara, dituduh


subversi men;adi kakitangan asing atau kontra revolusioner. Berpuluh bahkan


beratus ulama telah menjadi kurban sejak dahulu sampai kepada zaman kita


sekarang ini, karena berani mengangkat mulut mengatakan yang benar dan


menegur yang salah.


Dirampas kemerdekaan adalah suatu hal yang pahit. Disimpan di belakang


terali besi adalah satu penderitaan yang moga-moga jangan bertemu hendak￾nya. Maka selalulah terjadi peperangan di dalam hati, akan bicarakah atau akan


diam.


Ada yang berdiam diri, maka selamatlah jasmaninya, tetapi dia dirangsang


oleh suara hatinya sendiri. Dia hanya bisa sembuh dari rangsangan itu apabila


dia mendustai rangsangan batin itu. Ada pula yang berkata; dia katakan terus￾terang, fnaka diapun terbenamlah masuk penjara, atau difitnah atau dibunuh.


Maka kalau imannya lebih kuat, merasalah kepuasan batin, sebab tugasnya


telah diselesaikan. Maka setelah dipenjarakan, merasalah dia bahwa kehidupan


di dalam penjara menjaditempat latihan batin yang indah sekali, sebab hanya


kemerdekaan badannya yang dirampas, dan tidak ada makhluk yang sanggup


merampas kemerdekaan jiwa. Adapun orang yang kelihatannya bebas di luar


dan berulang-ulang datang ke istana menjunjung duli; mereka bebas ialah


karena mereka telah menyediakan diri menjadi budak.


Memang sangatlah nisbi (relatif) wajah hidup yang dihadapi di dunia ini.


Itulah agaknya sebabnya maka Sufyan as-Tsauri, ulama Tabi'in yang terkenal,


lebih suka mengembara jauh-jauh, sangat menjauhi hubungan dengan istana,


walaupun berkali-kali disuruh cari oleh Khalifah Abu Ja'far al-Manshur. Dia


lebih suka hidup kelihatan pada akhirnya sengsara, tetapi bebas daripada


menjadi ulama istana, yang kemerdekaannya tidak ada lagi. Oleh Allah itu


dilarang mengerjakan pekerjaan yang jahat, disuruh mengerjakan pekerjaan


yang mulia-mulia, adalah supaya dia layak menempati tempat yang disediakan


buat dia, yaitu kemuliaan dunia dan kemuliaan syurga akhirat. Tuhanpun


maklum betapa perjuangannya dan penderitaannya menegakkan kalimat Allah


melalui Sabilillah, menjurusi Shirathal Mustaqim. Kadang-kadang keringatnya


mengalir sampai ke tumit, dan kadang-kadang airmata jatuh iring-gemiring,


bahkan kadang-kadang darahnya yang tumpah ke bumi. Tetapi karena cinta￾nya telah terpadu kepada Allah yang membelinya, dipikul juga betapa pula


hebat perjuangan mereka itu di dalam batinnya sendiri. Perjuangan di antara


cintanya yang ingin menaik tinggi; menanjak gunung mendaki langit, ber￾lawanan dengan hawanafsunya yang selalu turun ke bawah, ke tempat bahi￾miyah (kebinatangan) Sabu'iyah (kebuasan). Sebab itu maka di ujung ayat


Tuhan bersabda: "Dan Allah adalah Penyontun kepada hambaI,lya." (ujung


ayat 207\.


Keringatnya yang mengalir akan diseka oleh Malaikat, airmatanya yang


melelehcli pipinya akan dihapus dan darahnya yang menyiram membasahibumi


akan jadi saksi atas kebenaran perjuangannya. Jika payah kakinya mendaki.


Tuhan menjadikan tempat bergantung. Dan jika takut akan terantuk kakinya


menurun, Tuhanpun menyediakan tongkat buat bertelekan. Itulah ayat-ayat


dan sabda wahyu yang dibawakan oleh Rasul-rasul. Demikianlah sifat santun


Tuhan, yang disebut menjadi salah satu namaNya dalam rangkaian "Asmaul￾Husna." Rou/ mengandung arti, santun, hiba, kasihan, kasih dan sayanE.


Untuk mendalami nilai perjualan diri kepada Allah ini hendaklah kita


banyak-banyak membaca riwayat-riwayat sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w.


yang memandang harta dan dirinya tidak berharga, asal dapat menegakkan


Sabilillah.


lngatlah Abu Bakar, yang seketika diminta pengurbanannya untuk mem￾belanjai perang Tabuk, telah diberikannya semuo. Lalu seketika Rasulullah,


bertanya, mana lagi sisanya untuk engkau, beliau menjawab: "Sisanya masih


banyak, yaitu Allah dan RasulNya."


Ingatlah seluruh Muhajirin yang berpindah dari Makkah ke Madinah.


Ditinggalkannya habis segala hartabenda yang keras, rumahtangga, kampung


halaman, kebun dan ladang, lalu hijrah ke Madinah dengan hanya sebatang

tubuh. Jiwanya tidak terikat lagi oleh hartabenda itu, sebab sudah ferjuol


dirinya kepada Allah.


Ingatlah kisah Shuhaib, orang Romawi itu. Dia seorang anak dagang yang


telah berdiam bertahun-tahun di Makkah. Dari seorang miskin yang tidak


mempunyai apa-apa, dia telah menjadikaya raya dinegeriitu, karena pandainya


berniaga. Kemudian setelah Rasulullah menyampaikan da'wah Islam, Shuhaib￾pun masuk lslam. Kemudian setelah datang perintah hijrah, diapun hendak


turut hijrah. Lalu dia disesali dan diomeli oleh orang-orang yang berhubungan


dengannya di Makkah. Mereka berkata, telah kaya engkau sekarang. Dari


seorang yang tidak berarti, engkau telah mempunyai emas perak, kebun dan


ladang. Sekarang telah kaya, engkau hendak pindah dengan kekayaan itu


meninggalkan kami.


Dengan serta-merta dia bertanya: "Kalau seluruh harta emas perakku ini


aku tinggalkan pada kamu, apakah kamu masih akan menghalangi aku pin￾dah?"


Mereka menjawab: "Kalau segala hartabendamu itu engkau tinggalkan,


kami tidak akan mencela kepindahahmu!"


"Baik" jawabnya. Lalu segala perbendaharaan harta yang ada padanya


diserahkannya kepada mereka, yang belum dijadikannya uang dibiarkannya


dan disuruhnya mereka membagi-bagi sendiri, dan diapun berangkat ke Madi￾nah dengan hanya pakaian yang lekat di tubuh. Diamemandangbahwaseluruh


hartabenda itu tidak ada artinya lagi samasekali, sebab dia telah mendapat


gantinya, yaitu kekayaan iman kepada Allah dan Rasul.


Oleh sebab itu teringatlah kita akan perkataan yang terkenal dari shufi


lslam yang besar, Maulana Jalaluddin Rumi: "Jiwa ragaku ini telah terjual


kepada Allah. Oleh sebab itu siapapun yang menawar dan betapapun tinggi


tawaran. namun dia tidak dapat aku iual dua kali."


(208) Wahai orang-orang yang ber￾iman, masuklah kamu ke dalam


Islam keseluruhannya, dan


janganlah kamu turut jejak-jejak


syaitan; sesungguhnya dia bagi



kamu adalah musuh yang nyata.


(209) Maka apabila kamu tergelincir


sesudah datang kepada kamu


penjelasan-penjelasan, maka ke￾tahuilah olehmu bahwasanya


.Aillah adalah Maha Gagah, lagi


Maha Bijaksana.


(210) Tiadalah yang mereka tunggu,


kecuali bahwa datang kepada

mereka itu (siksa) Allah didalam


gumpalan awdn bersama Malai￾kat, padahal perkara telah dipu￾tuskan dan kepada Allah akan


kembali segala perkara.


Setelah pada ayat-ayat yang lalu Tuhan Allah membicarakan dari halorang￾orang yang beriman, dan dibicarakan pula orang-orang yang musyrik, kafir dan


dibicarakan pula dari hal ahlul-kitab dan juga orang munafik, maka sekarang


datanglah ayat da'wah kepada semua golongan itu:


"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluru￾hannya." (pangkal ayat 208).


Menurut penafsiran Imam as-Syaukani, pada lubuk hati sekalian golongan


yang tersebut di atas, baik dia disebut kafir atau musyrik ataupun dia ahlul￾kitab, ataupun bahkan dia orang munafik, namun didalam lubuk hatimereka te￾tap ada iman kepada Allah. Orang musyrik dalam hati mereka masih tetap me￾ngakui percaya kepada Allah. Ahlul-Kitab, baik Yahudi atau Nasrani telah diajar


oleh agama mereka percaya kepada Allah, cuma pusaka tua menyembah


berhala itu berat sekali melepaskan. Orang munafik, lidah mereka mengakui


beriman, namun hati mereka tidak mau percaya. Tetapikalau dikaji-kajilebih


mendalam, merekapun merasakan salah mereka menjadi munafik itu. Maka


menurut ayat ini, Tuhan menyeru kepada seluruhnya, lebih baik masuk sajalah


ke dalam Islam, jangan lagi berpecah-pecah juga dibawa hawanafsu dan ke￾hendak masing-masing.


Di sini terdapat dua kalimat yang seyogyanya kita ketahuibenar-benarapa


maksudnya. Pertama kalimat os-Silmi. Kedua perkataan Kaalfatan.


As-Silmi, menurut penafsiran dari al-Kisa'i, pada asal loghatnya boleh


dibaca dengan huruf sin yang difathahkan, (baris di atas) jadi os Solmi. Dan


boleh dibaca os-Silmi, sebagai yang masyhur yang kita baca ini. Arti kedua


bacaan itu ialah satu saja yaitu /slom yang berarti menyerah diri dengan tulus￾ikhlas. Dan berarti juga ol-Musalamah yang berarti suasana perdamaian di


antara dua pihak yang selama ini belum damai. Maka jika dituruti tafsiran as￾Syaukani tadi, berartilah orang yang kriman atau ahlul-kitab atau munafik itu,


yang selama ini seakan-akan masih menentang Tuhan dan Tuhanpun murka


kepada mereka, agar mereka rujuk kembali kepada Allah, berdamai terhadap


Tuhan, supaya Tuhanpun memberi ampun mereka.


Lalu datang kalimat Kaaflatan yang berarti semuanya atau seluruhnya.


Kalau kita anggap dia sebagai hal daripada orang-orang yang telah dianggap


beriman tadi, maka yang dimaksud dengan keseluruhan ialah seluruh kafir,


musyrik, munafik dan orang-orang yang telah masuk lslam lebih dahulu itu,


supaya mulai saat ini lebih baik mereka seluruhnya bersatu di dalam Islam.


Tetapi kalau Kaalfafon kita jadikan hal dari os-Silmi atau Islam itu sendiri,


berartilah dia sebagai seruan kepada sekalian orang yang telah mengaku

beriman kepada Allah supaya kalau mereka Islam janganlah masuk separoh￾separoh, sebahagian-sebahagian, bahkan masukilah keseluruhannya.


Diriwayatkan oleh Ibnu AbiHatim, bahwasanya lbnu Abbas menafsirkan


ayat ini ialah mengenai orang-orang ahlul kitab (Yahudidan Nasrani) yang telah


beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. berkata: "Ya Rasulullah, hari sabtu


adalah hari yang sangat kami muliakan, bolehkanlah kiranya kami tetap me￾muliakan hari itu. Dan Kitab Tauratpun Kitab Allah juga, sebab itu biarkanlah


kami kalau malam-malam tetap sembahyang secara Taurat.l'Maka turunlah


ayat ini mengatakan kalau masuk Islam hendaklah memasuki keseluruhannya,


jangan separoh-separoh.


Kita akan dapat lebih faham penafsiran yang kedua ini, bahwa maksud ayat


ialah Kaalfafon menjadi hal dari os Silmi itu sendiri, yaitu tafsir yang kedua.


Apatah lagi jika kita ingat ayat yang sebelumnya, yang menerangkan bahwa ada


manusia yang telah menjual diri kepada Allah, karena mengharapkan ridha


Allah. Menjual diri kepada Allah niscaya tidak boleh tanggung-tanggung, me￾lainkan keseluruhannya.


Maka dapatlah kita tafsirkan ayat ini, bahwasanya kita kalau telah me￾ngakui beriman, dan telah menerima Islam sebagai agama, hendaklah seluruh


isi al-Quran dan tuntunan Nabi diakui dan diikuti.


Semuanya diakui kebenarannya, dengan mutlak. Meskipun misalnya be￾lum dikerjakan semuanya, sekali-kali jangan dibantah! Sekalikali janganlah


diakui ada satu peraturan lain yang lebih baik dari peraturan Islam. Dalam pada


itu hendaklah kita melatih diri, agar sampaipun kita menutup mata yang


terakhir, meninggal dunia, hendaknya kita telah menjadi orang Islam yang


1007,.


( t. t oy g)';;A;' ft-ti/ t-l;; *;


" J anganlah kamu meninggol, meloinkan adalah he ndakny a kamu M uslim


sejati." (ali Imran: 102)


Sebagai bangsa, sebelum nenek-moyang kita memeluk Islam, kita telah


mempunyai peraturan-peraturan pusaka nenek-moyang yang terdahulu. Se￾umpama orang Tapanuli dengan adat patriarchat dan orangMinangkabau telah


mempunyai adat matriarchat, yang keduanya mempunyai peraturan-peraturan


warisan yang berbeda samasekali daripada hukum yang ditentukan Islam.


Orang Minangkabau telah Islam tetapi kadang-kadang harta pencaharian


seorang laki-laki dirampas juga dari anaknya, karena menurut adat. Demikian


juga orang Tapanuli, yang mewariskan harta kepada saudara laki laki, sehingga


isteripun dia wariskan pula dan tidak mendapat bahagian.


Maka belumlah sempurna, belumlah "masuk Islam keseluruhannya" di


Minangkabau dan Mandailing, kalau peraturanwarisnya masih belum menurut


peraturan al-Quran walaupun di tempat itu telah berdiri mesjid-mesjid yang


megah perkasa. Kitapun dapat memahami hukum-hukum Sosiologi, bahwasa￾nya merobah dari orde yang lama kepada orde yang baru tidaklah dapat

secepat kilat. Inipun tidak mengapa, asal saja dimengerti bahwasanya peraturan


Islam lebih baik daripada peraturan adat lama itu.


Demikian juga dalam pendirian negara yang moden dan bcrdasarkan


demokrasi. Hendaklah di negeri-negeri Islam, agar ummatnya menjalankan


peraturan-peraturan Islam. Jangan sampai peraturan-peraturan dan hukum


yang berasal dari Islam ditinggalkan, lalu diganti dengan hukum barat yang


bersumber dan latar-belakangnya kalau tidak dari Kristen, tentu Hukum


Romawi Kuno. Dan di dalam negara yang penduduknya sebahagian besar


ummat Islam, dan ada pula pemeluk agama yang lain, agar terhadap golongan


yang besar Muslim itu dibiarkan berlaku hukum syariat Islam.


Pendeknya kita wajib berikhtiar agar Islam dalam keseluruhannya berlaku


pada masing-masing peribadi kita, lalu kepada masyarakat kita, lalu kepada


negara kita. Selama hayat dikandung badan, kita harus berjuang terus agar


Islam dalam keseluruhannya dapat berdiri dalam kehidupan kita. Dan jangan


sampaikita mengakuibahwa ada satu peraturan lain yang lebih baik daripada


peraturan Islam.


Demikianlah misalnya tentang percakapan saya dengan seorang sahabat


saya yang telah lama sekali mendapat pendidikan secara barat, tetapi masih


niengakui dirinya seorang Muslim. Lalu, Iantaran pendidikan dan pergaulan itu,


dia susah sekali melepaskan dirinya daripada kebiasaan yang buruk, yaitu


meminum minuman keras. Lalu dia berkata kepadaku bahwa dia seorang Islam.


Dia banyak membaca terjemah al-Quran menghasung dan megajak seorang


Islam memakai akal dan fikirannya. Menurut fikirannya, minuman keras


diharamkan Tuhan, karena dia menjadikan manusia mabok. Dia setuju sekali


dengan larangan itu. Sebab itu kalau dia minum, dia berusaha supaya jangan


mabok.


Lalu saya jawab, bahwa dalam mempergunakan akal dan fikiran, saudara


telah menuruti al-Quran. Sayangnya saudara mempergunakan akal fikiran itu


ialah buat mempertahankan diri, karena saudara telah melanggar larangan


Allah yang tertulis di dalam al-Quran sendiri. Saya sendiri, oleh karena saya


bukan mendapat didikan barat, jangankan meminum minuman keras, men￾dengar sajapun perasaan saya telah menolaknya. Oleh sebab itu akal kita yang


merdeka itu hendaklah kita latih pula didalam kepatuhan kepada Allah. Sebab


hasil akal dan fikiran itupun kadang-kadang dipengaruhi oleh lingkungan kita


dan sikap jiwa yang telah mempengaruhi kita.


Ada seorang kiyai membolehkan seorang perempuan yang sedang haidh


masuk mesjid, padahal al-Quran melarangnya. Kiyai itu menghalalkan karena


katanya, di zaman sekarang sudah ada celana perempuan yang khusus untuk


haidh, sehingga darah tidak akan menetes lagi ke bawah. Kiyai itu memperguna￾kan akalnya membukapintu yangditutup Allah,sebab kebetulan ada beberapa


ibu, nyonya-nyonya menteri yang ingin masuk mesjid Baitur-Rahim di Istana


Merdeka Jakarta. Maka untuk menunjukkan bahwa dia adalah kiyaiprogressr/


dikeluarkannya fatwa itu. Padahal kalau akalnya masih murni, belum dipe￾ngaruhi oleh keinginan dapat julukan progressil dia tidak akan sampai hati


meringankan larangan al-Quran yang senyata itu.Kitapun mengakui dan melihat bahwa tidak ada orang Islam zaman se￾karang yang 1007o dapat menjadi orang Islam, akan ada yang masih kekurangan


dan tidak pula ada satu negeri Islam, yang di sana hukum lslam telah berjalan


100"/". Tetapi belum adanya itu bukanlah menunjukkan bahwa Islam boleh kita


pegang separoh-separoh. Kita selalu wajib berusaha mencapai puncak kesem￾purnaan hidup menurut kemauan Islam, sampai kita mencapai Husnul Khati￾mah.


Kita mengakui bahwa kita rpanusia mempunyai banyak kelemahan, se￾hingga hasil cita-cita yang bulat tidaklah dapat dicapaisekaligus. Dia kadang￾kadang menghendaki tenaga, turunan demi turunan. Tetapi dengan adanya


tujuan cita-cita, jelaslah apa yang diperjuangankan. Jangan hanya mejrasa puas


dengan apa yang telah dicapai. "Dan janganlah kamu turut rciak-ieiak syaitan;


sesungguhnya dia bagi kamu adalah musuh yang nyata." (ujung ayat 208).


Niscaya syaitan, baik yang halus maupun yang kasar, senantiasa berusaha


hendak membelokkan perhatian orang yang beriman daripada tujuan yang


telah ditentukan itu. Niscaya syaitan-syaitan tidak merasa senang kalau ter￾capai tujuan itu. Sebab itu gangguan syaitan akan mengemukakan pula ren￾cana-rencana lain, jejak dan pengaruh lain, sehingga bukan sedikit negeri Islam


atau orang yang terkemuka beragama Islam tidak merasa yakin, bahkan ada


yang menolak kebenaran kehendak Islam. Seumpama negeri Turki di bawah


pimpinan Kemal Attaturk, karena merasa sulit menggabungkan beberapa


ijtihad ulama Islam untuk hukum pidana dan perdata negerinya, lalu diambilnya


saja secara langsung undang-undang Swizerland untuk pengganti undang￾undang negerinya. Di Indonesia ini pemerintah jajahan Belanda, untuk meng￾hilangkan pengaruh hukum Islam, sengaja menon.iolkan beberapa hukum adat.


Dan hukum-hukum adat itu dicari-cari pada tiap-tiap daerah, sehingga timbul


lah berbagai rona corak hukum, karena perbedaan adat. Belanda lebih suka


hukum adat yang berpecah-belah, daripada penduduk negeri golongan ter￾besar (mayoritas) beragama Islam itu bersatu hukumnya menurut agamanya,


padahal hukum itu memang ada.


Tetapi lucunya, di negeri yang hukum Islam telah di.iadikan hukum adat,


mereka tidak pula mau mengakui hukum itu. Seumpama di dalam negeri


Kerajaan Buton (Pulau Buton, Sulawesi) telah di.iadikan hukum adat merajam


orang yang kedapatan berzina dengan disaksikan oleh saksi menurut keten￾tuan al-Quran, dan telah pernah dipotong tangan orang yang mencuri. Di


samping istana raja Buton masih didapati batu hampar tempat orang menjalani


hukum rajam dan potong tangan itu. Pemerintah Belanda tidak mau mengakui


hukum adat yang demikian, sebab "katanya" melanggar perikemanusiaan yang


amat dijaga dan dipertahankan oleh pemerintah Hindia-Belanda! Seakan-akan


hanya mereka yangmempertahankan kemanusiaan,dan rakyat jajahan tidak.


Negara-negara penjajah dan negara besar yang berpengaruh telah ber￾usaha dengan jalan pendidikan atau propaganda memasukkan jejak jejok


syaitan ke dalam jiwa kaum Muslimin pada negeri-negeri Islam yang mereka


jajah atau pengaruhi, agar orang Islam memakai peraturan lain untuk mengatur


pergaulan hidup mereka. Sehingga meskipun mereka masih mengaku Islam,


tetapi mereka menolak tiap-tiap cita Islam untuk memperbaiki masyarakat.Demikian;,n"0",","tJ,1'oljlr#::::'.:*"e,erinaprah,r",l,l


memasukkan pengaruh, menunjukkan jalan dan meninggalkan jejak-jejak se￾hingga akhirnya kelak Islam itu hanya tinggal menjadi nama dan sebutan, tetapi


telah menempuh berbagai jalan yang bersimpang-siur di dalam ntenghadapi


serba-serbi kehidupan. Kadang-kadang timbul perpecahan di antara Muslimin,


masing-masing mendakwakan dirinya yang benar, kawan yang lain kawan salah


belaka. Syaitanpun memasukkan rasa permusuhan kepada masing-masing


pihak sehingga sukar dipertemukan. Maka terjuallah diri mereka kepada


syaitan, bukan lagi menjual diri kepada Allah.


"Maka apobila kamu tergelincir sesudoh datang kepoda kamu Wnie￾losan-penjeloson, moko ketahuilah olehmu bahwasanya Allah Maha Gogoh


lagi Maha Bijaksana." (ayat 209). Di ayat inilah ditunjukkan akibat menuruti


jejak syaitan-syaitan. Sebab jalan Tuhan hanya satu dan kitab pedomanpun


hanya satu, yaitu al-Quran dan pimpinan hanya satu yaitu Muhammad s.a.w.


Syaitan selalu merayu di pinggir jalan itu, menggamit-gamit supaya tinggalkan


itu, turuti dia.


Shirathal Mustaqim diibaratkan sehalus rambut dibelah tujuh. Lengah


sedikit saja pasti tergelincir. Padahal penjelasan-penjelasan sebagai panduan


telah diberikan. Ijmal al-Quran sudah ditafsirkan. Teladan dariSunnah Rasul


sudah terbentang nyata. Ijtihad dianjurkan, tetapi dalam rangka memelihara


jalan itu dan kembali kepada itu. Kalau tidak awas, diripun jatuh tergelincir


masuk lobang kebinasaan. Tuhan Maha Gagah, balasanNya amat pedih. Dari


daulat kebesaran Islam bisa jatuh ke dalam kehinaan kufur. Dari ummat terjajah


di bawah pengaruh syaitan. Kekuatan hilang, tenaganya habis. Kutuk Tuhan


Maha Gagah, balasanNya amat pedih. Daridaulat kebesaran adil; ummat yang


lengah kalau tidak diberi hukum, bukanlah itu satu kebijaksanaan. Tetapikalau


ummat itu insaf dan bangun, dan kembali, maka Tuhanpun bijaksana pula buat


memulangkan kembali kemuliaan mereka yang telah dicabut. Tidakpun dapat


pada generasi sekarang, niscaya generasi yang akan menurutinya


Kemudian datanglah ancaman dan pengecaman Tuhan atas yang lalai:


"Tiadalah yang mereka tunggu, kecuali bahwo datang kepada mereko itu


(sikso) Allah di dalam gumpalan awan bersama Malaikot. Padahal perkara


telah diputuskon don kepoda Allah akan kembali segolo perkaro."(ayat 210).


Di dalam ayat tidak ada kata sikso. Dan inilah ancaman-ancaman atas


orang yang tergelincir daripada jalan benar. Tergelincir adalah dalam dua hal


yang pokok. Pertama ialah tergelincir daripada Tauhid kepada syirik. Lantaran


itu mereka jadikanlah yang batil menjadi ganti yang hak. Karena telah mereka


persekutukan yang lain dengan Allah. Mereka telah menghabiskan tenaga buat


memuja benda dan alam dalam berbagai bentuknya, padahal alam itu adalah


makhluk belaka. Kalau di zaman purbakala benar-benar orang mendirikan


patung dan berhala buat disembah, dan mereka melupakan Tuhan karena


mementingkan diri. Tergelincir yang kedua ialah karena menurutkan purba￾sangka belaka. Tidak mau mempelajari hakikat dari agama yang dipeluknya,


sehingga apa yang dikerjakannya hanyalah turut-turutan, sehingga hakikatagama hilang dalam selimut dan selubung dari bid'ah dan khurafat. Mereka


telah tekun beramal padahal yang diamalkannya itu tidak ada dalam Islam.


Tanda mereka Islam, ialah bila lahir ke dunia diberi nama Arab. Dan setelah usia


tujuh tahun lalu disunnatkan, dan setelah kawin dibawa ke muka penghutu atau


tukang catat nikah; dan penghulu itu membacakan ljab-eabui Nikah pakai


bahasa Arab dan dibakar kemenyan, sampai membaca doa bahasa Arab dan


kelak kalau mati dikurbankan orang Islam dan masuklah seorang Lebai ke


dalam lahad menyerukan azan (bans), setelah itu baru ditimbun, lilu ditalqin


dengan suara sedih, lalu disiram kuburan itu dengan air dan murut yang


menyiramkan air itu berkemat-kemit membaca apa-apa. Maka puaslah sekatian


keluarga sebab segala syarat sebagai orang Islam telah dipenuhi, walaupun


gelama hidupnya dia tidak mengenal apa itu Islam, apa shalat, apa puasa,


bahkan kadang-kadang tidak mengerti apa yang dinamakan mandi iunubi


Maka datanglah ancaman ayat! Apakah akan lalaijuga? Belum juga sadar


dari langkah yang sudahtergelincir?Apakah menunggu datangnya aiab ber￾gulung-gulung di dalam awan dan Malaikat membawa azab datang pada waktu


itu?


Apakah hakikat dari awan yang bergumpal itu, dan bilakah akan datang￾nya? Tidaklah penafsiran akan sampai ke sana. Karena itu urusan ghaib.


Apakah awan itu sebagai yang dinyatakan oleh Imam Ghazali, bahwaianya


awan itu ialah hijab atau dinding yang mendinding manusia dari kebenaran.


Kelak kalau Kiamat datang, maka hijab-hijab itu akan hilang sirna satu demi


satu, kecuali satu hijab saja, yaitu hijab untuk mengenal Allah dengan pe￾ngenalan yang sempurna. Itulah bahagia terakhir yang pada waktu itu akan


tenggelam Roh ke dalam suatu keadaan yang dengan mulut dan tulisan tidaklah


dapat diterangkan lagi.


Untuk menghindarkan dari panjang-lebarnya penafsiran, maka di dalam


terjemahan al-Quran, baik dari A. Hassan (Tafsir Furqan), atau Tafsiran panitia


Kementerian Agama dan tafsir yang lain-lain, penafsirnya.. *Datang kepada


mereka itu Alloh, mereka tambah saja di tengah, yaitu: 'Datang kepada


mereka itu siksa Allah. "Padahal kalimat shahadat aslinya ialah:


'ir'*+);


"Datang kepada mereka itu Allah."


Terjemah yang dipilih oleh ahli-ahli tafsir kita ialah untuk menghilangkan


banyak musykil pertanyaan dari banyak pembaca yang masih dangkai pe￾ngertiannya dalam agama. Adakah mungkin Tuhan Allah sendiriyangdatang,


padahal Dia tidak dikandung tempat, dan lebih luas, lebih besar daripadi


tempat yang akan didatangNya. Lantaran itu mereka ambil saja jalan yang


ringkas, yaitu mentakdirkan atau menjangkakan ada Mudhal yang berieml


bunyi menurut hukum-hukum ilmu nahwu dan balaghah. Perkataan yang


tersembunyi itu ialah azab! Yang berarti siksa. Maka pada masa itu kelak, akan


datanglah azab Allah, bukan Allah sendiri. Sebagaimana jua tersebut didalam


Surat Yusuf ayat 82.Surat Al-Baqarah (Ayat 210) 489


--/o /e1 ,- (rt,)t \-tj$ifutt


"Was-alil qeryata," yang berarti tanyakanlah kepada pendudukdeso ifu'


Maka kalimat yang tersembunyi ialah ohli; jadi asalnya:


"Was-al ahlal qaryati," berarti tanyailah penduduk desa itu' Sebab tidak


mungkin akan menjawab desa itu sendiri, sebab desa bukan orang. Dibawa


kepa-da ayat ini, tidak mungkin Allah itu sendiri yang datang, melainkan


azabNyalah yang akan datang di dalam awan-gumawan'


Tetapi tentang Allah akan datang itu, bukanlah satu inisaja ayatnya dalam


al-Quran. Di dalam Surat alFajar, ayat 22 ditegaskan pula bahwa "Tuhan


Allahpun datang, dan Malaikat-malaikat berbaris-baris." Diayat 38, Surat an￾Nabal (Surat 80) pun disebutkan bahwa Roh dan Mataikat akan berdiribersaf￾saf dan tidak ada yang akan dapat bicara kalau tidak diizinkan oleh Allah Yang


Rahman.


Maka setengah dari ulama Salaf tidaklah mau menafsirkan panjang-lebar


ayat-ayat yang demikian. Telah tertulis bahwa Allah akan datang dihariitu, di


dalam-bayang-bayang atau lindungan daripada awam-gumawan. Bagaimana


keadaannya dan bagaimana keadaan awan. Di mana tegaknya Malaikat yang


banyak, yang bersaf mengalu-alukan kedatangan Tuhan sehingga tiada se￾orungprn yang berani bicara kalau tidak dengan izin Allah? Apakah yang


sebenarnya? Tidaklah akan mungkin di dalam kehidupan duniawiyang sempit


terbatas ini t<ita memberikan tafsiran yang nyata. Sebab soal itu adalah soal hari


nanti, yang percaya akan hari itu adalah, termasuk salah satu tiang dari iman


kita.


Apakah awan yang disebutkan itu ialah Nur atau cahaya yang mendinding


di antara kita dengan Dia, bahkan mendinding di antara makhluk yang sangat


dekat kepadaNya, sebagai Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad s.a.w. sendiri￾pun tidak dapat melihat Dia, sebab dihambat oleh dinding itu. Dan bila Kiamat


datang dan Hari Perhitungan sampai, dinding itu dibukakan dan kita dapat


melihat Dia, buat menerima ridhaNya atau menunggu keputusan siksaNya.


Dalam kehidupan dunia inipun, di dalam al-Quran sendiri tentang pe￾ngalaman Nabi Ibrahim telah dapat kita baca nyata. Di dalam Surat al-An'am


aJat 77 dan 78 kita diberitahu bahwa seketika lbrahim melihat bulan, beliau


mulanya telah merasa inikah agaknya Tuhannya' Maka bintang adalah salah


satu dinding. Terlepas dari bintang akan bertemu bulan, dikesan pertama dia


akan disanjka Tul-ran, padahal diapun masih dinding. Terbuka dinding bulan,


sampailah kepada matahari. Kemudian ternyata mataharipun masih dinding.


Dan banyak lagi dinding Yang lain.


Dinding-dinding yang menghambat kita dari al-Haq itu memang teramat


banyak. Teiapi*"skipun banyak, yang penting ialah kesadaran bahwa dindingitu ada. Sehingga kita selalu melatih diri menyeruak dan menembus dinding itu


satu demi satu. Sehingga terang yang akan kita saksikan (musyahadah) ter￾akhir sekali tidak menyilaukan mata kita dan menyebabkan kita kembali buta.


Adalah seibarat orang yang telah berhari-hari lamanya duduk dalam lobang


yang kelam, tiba-tiba dibawa melihat matahari, maka tidaklah dapat ditan￾tangnya cahaya itu, bahwa dia akan terikat dalam suasana kelam. Sebab itu


latihlah diri dan mata sehingga tidak silau jika datang waktunya.


Menurut Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim daripada Abu


Musa al-Asy'ari, tersebut sabda Nabi demikian:


y. ; -Y zri;$ )19 t fi+ V:J |{j +fi\,+.u5


"Dsn tidakloh ada di antaro kaunt itu dan di antaro suosono akon merihot


Tuhon mereka, meloinkan sehubung kebesoran Tuhan yong meliputi wojoh


Nyo."


Dan menurut Hadis yang shahih pula, Rasulullah s.a.w., pernah me_


nanyakan kepada Jibril, adakah Jibril itu pernah melihat Tuhannya? Jibril


menjawab, bahkan di antaranya dengan Tuhan adalah terdapat tujuhpuluh


dinding daripada Nur. Bagaimana dia akan dapat melihat?


Dan di waktu Mi'raj Nabi kita s.a.w. sampai ke suatu yang paling tinggi,


maka setelah pulangnya bertanyalah Abu Zar, adakah dia melihat Tuhan? NiLi


menjawab:


t:rJi


"Bagoimana oku akon depot melihotNya?"


Lalu Nabi menerangkan pengalamannya, sebagai pengaraman Jibril itu


pula, bahwa batasnya dengan Tuhan adalah Nur belaka.


Kemuliaan tertinggimelihat wajahruhan, akan diberikan kelak kepada kita


di alam akhirat, bagi siapa yang melatih dirinya dari sekarang untuk mencapai


itu, dengan menuntut Shirathal Mustaqim.


( r r - r r ./v )WW; -yf.,q.;i$


"Wajah-wajah pada hari itu akan berseri-seri (karena) kepadaTuhannya


mereka okan memandong." (al-Qiyamah: 22 - 23)


Dan janganlah sampai hendaknya, Tuhanpun datang, padahal Dia tidak


sudi melihat kita, dan tidak mengajak kita bercakap, sebagai tersebut dalam


surat alEaqarah ayat i74 atau ali Imran ayat77 ,karena murkaNya kepada kita.DrA datans, *"*"o, 0,u1" o::.ll].;:ff : :1ff hanva,ah me.,".:"'


murkaNya. Moga-moga jangan demikian hendaknya kita. Amin'


(211) Tanyakanlah !"Pu.9u Bani Israil Lr'i jaiU,'; l,-; rL-e, y


berapakah sudah Kami berikan t" e ' \. ' L


kepada mereka keterangan yang ), -. .z tz I z 



z z t- t,tz) ., 7.,


nyata? Dan baranssiapa yang tiVV iq ll Y Jr,y, y.


mengganti nikmat Allah sesudah


S;9r i*'6ir\i datang kepadanya, maka se'


sungguhnya Allah adalah amat


keras siksaanNya.


(212) Dihiaskan bagi orang-orang yang


kafir kehidupan dunia dan me￾reka hinakan orang-orang Yang


beriman. Padahal orang-orang


yang bertakwa itu akan lebih atas


dari mereka di hari kiamat. Dan


Allah mengurniakan rezeki ke'


pada siapa yang dikehendakiNYa


dengan tidak dihitung.


Kitab dengan kebenaran. Su￾paya (kitab itu) memberi ke￾putusan di antara manusia dalam


hal-hal yang mereka perselisih'


kan padanya. Dan tidaklah ber￾selisih tentang (Kitab) itu melain￾kan orang-orang yang telah di'


berikan dia kepada mereka, se'


sudah datang kepada mereka ke￾terangan-keterangan lantaran


dengki di antara mereka. Maka


Allah memberikan petunjuk ke￾pada orang-orang yang beriman,dari hal yang diperselisihkan oleh


orang-orang itu dengan ke￾benaran atas izinNya. Dan Allah


memberikan petunjuk kepada


barangsiapa yang dikehendaki￾Nya kepada jalan yang lurus.


@ e--, t:1{IL',c;.;


Jalan yang Iurus dengan keterangan-keterangan yang nyata telah cukup


diberikan Tuhan. Tempuhlah jalan itu, jangan sampai menempuh jejak yang


digariskan oleh syaitan-syaitan dan hati-hatilah jangan sampaitergelincir. Sebab


Tuhan mempunyai undang-undang yang tetap, berdasar kepada sifat gagahNya


dan BijaksanaNya. Yaitu yang tergelincir darijalan lurus itu dan meninggalkan


keterangan-keterangan itu mesti hancur dan sengsara. Untuk membuktikan


disuruhlah menanyakan kembali kepada Bani Israil.


"Tanyakanlah kepada Bani Isroil berapakah sudah Kami berikan kepada


mereka keterangan yang nyata?" (pangkal ayat 211). Kalau ditanyakan kepada


mereka? Berapa Musa telah memperlihatkan mu'jizat? Berapa Nabi nabi yang


lain berpuluh banyaknya telah membawa keterangan untuk menunjukkan


mereka jalan yang benar, niscaya Bani Israil akan mengakui bahwa mereka


telah menerima banyak sekali. Kalau melihat riwayat Bani Israil itu nampaklah


betapa kasih Allah kepada hambaNya. Benar-benar, dituntun dan diberi pe￾nerangan. diberi Nabi nabi dan Rasul-rasul berulang-ulang, sesudah pertolong￾an besar yang pertama yaitu pembebasan mereka daripada tindasan Fir'aun


dengan mu'jizat yang luarbiasa. Tetapi bagaimana pula riwayat Bani Israil


kemudiannya? Nikmat yang diberikan Allah berganda-ganda itu mereka sia￾siakan, bahkan mereka lebih mengemukakan hawanafsu. Peraturan Allah


mereka tukar-tukar. Pemuka-pemuka agama membawa cara mereka sendiri￾sendiri. Bagaimana jadinya Bani Israil kemudian? Bukankah mereka hancur￾lebur? Sampai bangsa Babil menawan, bangsa Mesir menawan, bpngsa yunani


dan Romawi menawan, sehingga habis kucar-kacir? Namun mereka masih


berbangga mengatakan diri mereka "bangsa pilihan Allah di muka bumi?" Maka


bersabdalah ruhan tentang nasib mereka lantaran itu. "Don barongsiapoyang


mengganti nikmqt Allah sesudah datang kepadanya, maka sesungguhnya


Allah adalah amot keras siksoonNyo." (ujung ayat 211).


Inilah undang-undang Tuhan yang berlaku terhadap Bani Israil, yang dapat


dilihat nyata pada waktu ayat diturunkan. Maka supaya bahaya beginijangan


menimpa kepada ummat yang telah beriman kepada Muhammad s.a.w. pun


yang telah disebut ummatanwasothan, sebaik-baik ummat, sebagai kelak


akan ditafsirkan dalam surat ali Imran, untuk mencegah bahaya itulah maka


pada ayat yang telah terdahulu tadi (ayat 208), ummat yang beriman kepada


Muhammad s.a.w. disuruh memasuki Islam dalam keseluruhannya. As-silmi,


mencari jalan damai, ialan bersatu, jangan berpecah memperturutkan hawa￾nafsu dan kehendak-kehendak sendiri. Yang satu pecahan tidak mau lagi


mengenal kepada pecahan yang lain, semua pihak mengatakan bahwa mereka￾lah yang benar, dan semuanya masih mengakui orang Islam.Kemudian diberilah keterangan yang lebih jelas lagi, apa yang membawa


pecah: "Dihiaskan bagi orang'orang yang kafir kehidupan dunia dan mereka


hinakan orang-orang yang beriman." (pangkal ayat2l2). Maksud kafir di sini


tentu saja perangaidan dasar tempat tegak yang tidak benar. Jerutarna tidak


mau menerima ajakan kepada persatuan, kepada os-Silmi. Mengapa orang


tidak mau diajak? Ialah karena mereka telah dirayu oleh kemegahan duniawi.


Hawanafsu dan syaitan-syaitan, itulah yang senantiasa menghabiskan


keduniaan itu sehingga orang tetap di dalam kekafirannya. Segala kemegahan


dunia, baik pangkat dan kedudukan yang tinggi, atau kekuasaan, atau ke￾kayaan, ataupun pengaruh, mengikatnya sehingga tidak kuat dia melepaskan


diri, untuk masuk ke dalam persatuan akidah. Di Makkah pemuka-pemuka


Quraisy menolak Islam dengan keras, karena ikatan adat lama pusaka usang,


dan mereka terkemuka dalam hal itu. Orang kaya-kaya mereka menolak masuk


kesatuan akidah karena riba dihalangi, sedang kehidupan mereka ialah dari


menghisap darah si miskin. Pemuka-pemuka Yahudi di Madinah tidak mau


masuk meskipun kebenaran yang dibawa Muhammad s.a.w. terang-terang


sesuai dengan isi Taurat, yaitu Tauhid, ialah karena dengki mengapa sekarang


Nabi tidak Bani Israil, dan pendeta-pendeta mereka keberatan masuk, sebab


kedudukan mereka menjadi pemuka agama sudah menjadi suatu kemegahan


duniawi. Kaum munafik di bawah pimpinan Abdullah bin Ubai tidak mau


masuk, serba benci, mengapa sejak Muhammad datang, kepemimpinannya


terhadap orangMadinah kelindungan oleh cahaya Nubuwat Muhammad. Maka


semuanya itu merasa diri jatuh, kalau sekarang menjadi orang yang beriman


kepada M uhammad s. a. w.'?qdo hal or ang- or ang y ang b er t akw a itu akan lebih


atas dari mereka di hari kiamat." Maka oleh sebab yang mereka fikirkan hanya


kemegahan dunia, tidak memikirkan hari depan, hari bahagia karena iman,


mereka tidak mau turut dalam rombongan orang yang bertakwa itu. "Dan Allah


mengaruniakan rezeki kepada siapa yang dikehendakNya dengan tiada


dihitung." (ujung ayat 2721.


Artinya, bukan saja di akhirat orang yang takwa itu akan mendapat derajat


lebih atas, bahkan di dunia inipun, karena ketulusan hati mereka dan per￾nyataan iman mereka, kehidupan mereka kelak akan dijamin Tuhan lebih baik.


Mulanya memang kelihatan susah, tetapi tidak lama kemudian keadaan itu


akan berubah. Yang penting ialah kesabaran pada saat peralihan. Orang-orang


Muhajirin yang hijrah dari Makkah ke Madinah itu membebaskan diri dari


segala ikatan hartabenda yang ada di Makkah, bahkan rumahtangga mereka


yang baik. Mereka pindah ke Madinah dengan tangan kosong hanya pakaian


yang lekat di tubuh, tidak mempunyai apa-apa selain iman. Tetapi kemudian


rezeki datang membanjir tak terhitung. Terutama oleh karena harta rampasan


(ghanimah) peperangan, yang empat perlima dibagibagikan kepada tiap tiap


Mujahid fi-sabilillah. Modal iman, adalah modal pertama. Biar dimulai dari


kosong (nol), kelak dia akan merebak merajah, lipatganda.


Tetapi orang yang kafir terikat oleh keduniawian yang ada. Mereka tidak


berani melepaskan diri, tidak mempunyai iradat yang kuat. Memang dapatlah


kita rasakan sendiri betapa sulitnya berpindah dari luor ke dalam. Dari ke￾kayaan terjadi peperangan yang hebat di dalam hati sanubari ialah mana yang


kuat. Kalau iman menang, iblispun kalah. Sebentar canggung cerai dengan yanglama, tetapi hanya sebentar. Sebab iman itu mempunyai sinar sendiri untuk


membuka jalan.


Kemudian Tuhan terangkan tentang kesatuan ummat manusia:


'Adalah manusio itu Ummat yong satu." (pangkal ayat 213). Pangkal ayat


ini adalah satu dasar ilmu sosiologi yang ditanamkan oleh Islam, untuk di￾rentang panjang oleh alam fikiran yang cerdas dan sudi rnenyelidik. Manusia


seluruhnya ini pada hakikatnya adalah ummat yang satu. Artinya, walaupun


berbeda warna kulitnya, berlainan bahasa yang dipakainya, berdiam di berbagai


benua dan pulau, namun dalam peri-kemanusiaan mereka itu satu. seluruh


manusia sama-sama menggunakan akal untuk menyeberangi hidup ini. Hanya


manusia saja di antara makhluk yang hidup didalam bumi iniyang mempunyai


akal. Dan semua manusia itupun satu dalam kehendak mencari yang berman￾faat dan menjauhi yang mudharat. semua satu dalam keinginan akan laba dan


ketakutan akan rugi. Dan yang lebih-lebih lagi, semua manusia itu dalam


perasaan yang murni, sernuanya, tidak terkecuali, mengakui adanya sesuofu


kekuosaan yang lebih tinggi yang mengatur alam ini, yang seluruh manusia


itupun keinginannya hendak mengenal hakikat yang satu itu.


Tetapi, meskipun manusia satu pada hakikatnya, baik karena satu ke￾turunannya dari Adam, atau karena satu corak jiwa dan akal, dalam kenyataan￾nya dari mereka menjadi berpecah-belah. Dalam kenyataannya terjadi beribu


macam bahasa. Dan karena pengaruh iklim terjadi perlainan warna kulit, ada


yang sangat hitam, ada yang putih, ada yang merah,adayang kuning. Dalam


perbedaan itu, sekali-kalijelas juga kesatuannya. Dimisalkan berkumpulbebe￾rapa orang kulit putih, kulit hitam, kulit kuning, kulit merah di dalam suatu


perjalanan, misalnya dalam satu keretapi berjalan kencang, semua melihat anak


kecil hanyut ketika menyeberangi satu sungai. Semua mereka itu, serentak


sama kasihan dan cemas melihat anak itu, kalau-kalau dia tidak dapat ditolong.


Semua akan melihat dari jendela keretapi dengan perasaan kasihan. Meskipun


hanya dengan isyarat saja, karena tidak tahu bahasa yang akan menghubung￾kan mereka, masing-masing akan mengisyaratkan perasaan kasihan yang ada


dalam hati kepada temannya, dan semua akan faham.


Oleh karena seluruh manusia berperasaan satu dan berkeadaan satu, dan


satu perasaan mencari hakikat, berusahalah manusia itu dengan akal budi yang


ada padanya mencari hakikat itu. Oleh sebab itu bilamana digali orang bekas￾bekas suku bangsa purbakala yang telah beribu tahun di satu daerah, yang


kadang-kadang telah terbenam ke dalam lapis bumi sampai30 atau 40 meter.


terdapatlah kehidupan manusia purbakala, baik di Mongoha dalam atau di


Mohenyodaro. ( di wilayah Pakistan) sekarang atau di pulau-pulau Yunani,


bahwa ada persamaan keperluan hidup. Sampai kepada piring dan cangkir,


perhiasaan badan, dan yang lebih menakjubkan lagiialah terdapatnya persama.


an kepercayaan bangsa-bangsa purbakala itu kepada Zat Yang Maha Kuasa.


Macam-macam teori telah dikemukakan oleh ahli-ahh sejarah purbakala


untuk menilai kenyataan yang didapati. Tanda-tanda kepercayaan kepada


Tuhan terdapat pada timbunan di Yunani sebelum Homerus, serupa dalam


banyak haldengan yang didapatidiMongolia, dan ada pula perserupaan denganyang didapati diMohenyodaro. Penyelidikan sejarah itu semuanya membukti￾kan bahwa kepercayaan akan adanya Tuhan telah sama tumbuh dengan


akal manusia. Dan itulah yang dinamaiFithrah. Kepercayaan bukan semata ke￾percayaan. Tetapi kepercayaan senantiasa diiringi oleh penyerahafi diri, yang


dalam bahasa Arab disebut Islom. Sebab itu maka dapatlah dikatakan bahwa


sejak asal semula manusia terjadi, Islam telah ada.


Dengan Isnad yang shahih at-Thabrani dan lbnu Ya'la dan IbnulMundzir


dan lbnu Abi Hatim telah meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat


ini: "Adalah monusio ummot yong sotu, artinya, semuanya pada mulanya


adalah lslam."


Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim pun meriwayatkan daripada Ubai bin Ka'ab


demikian: "Manusia itu adalah ummat yang satu, yaitu seketika telah diperhati￾kan seluruh manusia itu dalam soal dan asal kejadian kepada Adam, maka telah


difithrahkan Tuhan dalam Islam, dan telah mengikrarkan semua bahwa mereka


menghambakan diri (Ubudiyah) kepada Allah dan semuanya Islam. Sesudah


Adam kemudian barulah mereka berselisih faham."


Kadang-kadang bertemu bahwa kepercayaan kepada Tuhan dirumuskan


menyerupai berhala. Ada yang mencapai kepercayaan bahwa Tuhan itu hanya


satu, tetapi mempunyai berbagai dewa yang di bawah kuasanya. Maka timbul￾lah teori bahwa dizaman purbakala telah ada pelayaran daribenua ke benua.


Sebab itu ada teori bahwa orang Red Indian diAmerika itu datang daridaerah


pulau-pulau Melayu. Tetapi karena di sana didapati pula mummie sebagaidi


Mesir, dikatakan pula bahwa mereka dariMesir.


Penulis "Tafsir" ini hanya mempunyai pengetahuan selayang-pandang saja


tentang sejarah purbakala itu, sebab itu bukanlah maksud membicarakan lebih


mendalam. Yang terang sekarang ialah bahwa benarlah manusia itu adalah


ummat yang satu. Ahli tafsirpun berbagai penafsirannya tentang itu. Dan yang


lebih umum ialah bahwa Adam sebagai nenek pertama manusia telah membawa


ajaran yang satu buat ummat manusia, yaitu kepercayaan kepada Allah dan


menyerah diri kepadaNya.


Lantas sambungan ayat: "Lalu Allah mengufus Nobi-nabi membowo


berito kesukaan dan beritc ancamon, dan Dia turunkan bersoma mereka


akan Kitab dengan kebenaran."Pada pangkal yang pertama sudah jelas bahwa


manusia itu pada hakikatnya ialah satu. Dalam jiwanyapun adalah kesatuan


kepercayaan, sejak zaman purbakala bahwa ada Kekuasaan Maha Tinggiatas


alam ini, yang menurunkan hujan dan yang menjadikan awan yang memberikan


perlindungan dari ketakutan. Dan juga yang memelihara Roh dari nenek yang


telah mati. Berbagaiusaha telah dibuat manusia untuk menghubungiKekuoso￾an Mutlok itu. Tegasnya, bahwasanya dalam lithrah manusia ada kesotuon


kepercayaan itu. Maka kemudian itu, Yang Maha Kuasa itu sendiripun me￾ngutuslah dalam kalahgan manusia itu sendiri, akan orang-orang pilihan yang


disebut Nabi atau Rasul, menuntun kepercayaan yang murni itu dan mengakui￾nya. Memang Tuhan itu Ada, memang Dialah Yang Maha Kuasa. Dia bukan


saja mengadakan, tetapi juga memelihara. Bukan saja memelihara, bahkan


memberi khabar kesukaan bagi yang berbuat baik dan mengancam dengan


azab bagi yang berbuat kejahatan. Dengan kedatangan Nabi-nabi itu kesotuonmanusia tadi dipimpin melalui jalannya yang wajar, sehingga benar-benar satu.


Kepada manusia yang satu itu, tetapi selama ini belum tahu bahwa mereka


adalah satu, oleh Nabi-nabi itu diingatkanlah bahwa mereka memang adalah


satu, dan hakikat Kebenaran dan Kekuasaan Tertinggi itupun adalah satu pula.


Dan Nabi-nabiitu diberiKitab. Pokok Kitab itu ialah wahyu llahi, sebab Ki￾tab itupun berartiperintah. Kadang-kadang bertemulah orang Kitab itu sampai


dituliskan menurut huruf yang ada pada masa purbakala itu, misalnya huruf


paku, atau huruf Hyroglif dan sebagainya. Kadang-kadang hanya tinggal dalam


hafalan, dan ada juga yang lupa. Tetapi pada pokoknya pada ummat yang


terpencar-pencar di pulau, dan di benua-benua itu telah dikirim Nabi-nabi.


Sesuai dengan sabda Tuhan dalam Surat Fathir (Surot 35), ayat 24:


{ve!u, *tq+is*llb'bb


"Dan tidak ada satu ummatpun, melainkan telah lalu padanya seorong


pemberi peringatan."


Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu banyak, sebab ummat itupun terpencar￾pencar banyak. Tetapi sebagai disaMakan Tuhan di dalam Surat an-Nisa'


(Surat 4, ayat 163), tidaklah semua mereka diterangkan kisahnya oleh Tuhan


kepadaNabikitaMuhammad s.a.w. Oleh sebab itu tidaklah agaknyaakan jauh


dari kemungkinan kalau pemimpin-pemimpin rohaniyah yang besar-besar, se￾bagai Lao Tse, Khung Fhu Tse (Konghucu) atau Budha Gautama, Zarathrustra


di Persia, dan pengarang pertama dari Upanisab adalah Nabi-nabiAllah belaka


yang diutus kepada ummat mereka. Dan mungkin juga Socrates di Yunani se￾orang Nabi.


Bersama Nabi-nabi itu diturunkan kitab dengan Kebenaran. Yaitu tun￾tunan bagi ummat itu dalam mencari hakikat Yang Maha Kuasa yang memang


telah diakui adanya oleh akal murninya. "Supaya (Kitab) itu memberi keputu￾son di antara monusio pado hal-hal yang mereka perselisihkon pdanya."


Terutama tentu pokok perselisihan sesudah mengakui akan AdoNya, ialah


tentang bagaimana keadaannya. Di sinilah yang kerapkali terjadiperselisihan


manusia. Semuanya menurut fithrahnya mengakui Ada. Tetapi mereka berseli￾sih apakah Dio itu Sofu atau Berbilong? Secara istilah filsafat, apakah Mono￾teisme atau Polyreisme? Apakah Tauhid atau syirik? Kitab-kitab itu menuntun


kepada Tauhid. Dalam sejarah perkembangan fikiran tentang Ketuhanan


memang selalu ada selisih di antara Tauhid dan syirik. Dan dalam sejarahpun


terdapat bahwa pada pokoknya manusia tetap percaya akan satu fuhon Yong


Maha Besar, dan Tuhan-tuhan yang lain hanya di bawah kuasaNya jua. Orang


Yunani mengakui bahwa Yang Maha Kuasa TertinggihanyaSotu, yaitu Apollo!


Tetapi setelah Nabi-nabi itu datang dan pergi, dan Kitab-kitab telah tinggal


ternyata timbul lagi perselisihan. Mengapa jadi timbul perselisihan? Lanjutan


ayat menerangkan dengan jelas: 'Don tidaklah berselisih tentang (Kitab) itu,


melainkan orang-orong yang telah diberikan dia kepada mereka, sesudohdatang kepada mereko keterangan-keterangan, lantaron dengki di antara


mereka." Inilah rahasianya!


Kitab-kitab sudah banyak, catatanpun ada, tetapi perselisihan timbuljuga.


Sebabnya ialah karena dengki, walaupun manusia itu hakikatnya satu, tetapi


dalam dirinya sendiri-sendiri terdapat pula rangsangan-rangsangan hawanafsu


yang membawa selisih. Sedangkan orang-orang bersaudara seibu sebapak


kadang-kadang berselisih dan bertengkar lebih hebat daripada perselisihan dan


pertengkaran mereka dengan orang lain. Kadang-kadang orang mau bersatu


semua tetapi semuanya pula ingin memimpin. Semua ingin bersatu, tetapi tidak


semua ingin dipimpin. Kadang-kadang manusia bagai katak di bawah tempu￾rung, tidak mengenal langit lain daripada langitnya. Kadang-kadang mereka


telah tahu, baik tahu yang fithri, atau tahu dengan tuntunan wahyu bahwa Allah


itu Esa adanya, tetapi mereka hendak mengambil kesempatan mengambil


keuntungan untuk diri sendiri dari pengakuannya pada adanya Allah itu.


Misalnya seorang terkemuka dalam kaumnya, lebih dariyang lain-lain. Sebab


itu dia mengakui diri atau diakui orang jelmaan dari Tuhan itu, atau dia


wakilNya, atau dia anakNya. Kadang-kadang ketua-ketua agama yang mendak￾wakan bahwa agama itu adalah dalam kekuasaan mereka. MenghadapTuhan


wajib dengan perantaraannya. Kalau tidak dengan perantaraannya tidak sah.


Kadang-kadang agama itu atau Kitab itu disebut, sebagai suatu kekayaan


nosrbno[ orang lain dan bangsa lain tidak boleh menyentuhnya, usahkan


menganutnya. Dan kadang-kadang dijadikan alat untuk menaklukkan bangsa


atau ummat yang lemah, sebagai bangsa-bangsa penjajah. Eropa ketika men￾jajah negeri-negeri timur dan negerinegeri lslam mendakwakan bahwa ke￾datangan mereka adalah membawa sacred mission (tugas suci) ke negeri yang


dijajah itu. Dan di dalam ayat ini disebut lagi sebab terpenting, yaitu dengki.


Dengki karena telah ada pula orang lain mengeluarkan ajaran yang membawa


pengaruh besar sehingga mereka terselindung.


Maka terombang-ambinglah kebenaran oleh hawanafsu manusia dan tim￾bullah perpecahan ummat yang pada hakikatnya satu, oleh nafsu perpecahan


yang ada pada manusia.


Ini didapati oleh NabiMuhammad s.a.w. dan ummat yang beriman kepada￾nya, dari sikap orang Yahudi dan Nasrani, yaitu isi Taurat dan Injil yang mereka


pegang, kalau dibebaskan darinafsu angkara dan dengki manusia, adalah satu


dengan al-Quran.


Dan satu lagi sebab-sebab perpecahan ialah karena kesucian Kitab Suci


dikotori oleh tulisan manusia, sehingga tidak dapat dibedakan lagi mana yang


wahyu dan mana yang tambahan pemuka agama. Ilmu pengetahuan modenpun


sesudah menyelidiki dengan seksama mengakui hal ini.


Tetapi dapatkah manusia terlepas dari perselisihan ini? Ujung ayat mem￾berikan penegasan: "Mako Alloh memberikan petunjuk kepada orang-orang


yang beriman, dori hal yang diperselisihkan oleh orang-orang itu dengan


kebenaron, atas izinl'lya. " Maka dengan petunjuk Allah dapatlah orang-orang


yang beriman itu, orang-orang yang percaya itu, mengatasi segala perselisihan


dan langsung menuju kepada hakikat yang asli, yaitu bahwa ummat manusia


adalah ummat yang satu. SATU sejak dalam Fithrahnya, mengakui bahwa Allahitu ESA adanya. Dan percayalah mereka kepada kesatuan seluruh Kitab dan


kesatuan seluruh Nabi. Mereka akuilah sekalian Nabi itu, baik yang tersebut


namanya dalam al-Quran atau tidak. Dan merekapun berimanlah bahwa Nabi


Musa pernah membawa Kitab Wahyu yang bernama Taural, dan Nabi Isa


membawa Kitab Suci yang bernama lnjil. Dan Nabi-nabi yang lain membawa


pula Zabur-zabur dan Shuhuf. Semuanya itu diperkenalkan didalam Kitab yang


terakhir yang mereka terima yaitu al.Quran. Mereka percaya bahwa Kitab.


kitab Suci itu memang pernah ada. Dan terhadap catatan-calatan yang se.


karang ini karena telah banyak campurtangan manusia, beratus kali salinan.


telah banyaklah hal yang meragukan padanya. Meskipun kalau dicaridengan


seksama, namun pelajaran kesatuan itu masih ada di dalamnya. Untuk meng￾hilangkan keraguan beragama, dihimpunkanlah semuanya kepada Kitab ter￾akhir, ialah al-Quran. "Don Alloh memberikon petunjuk kepada barangsiapa


yang dikehendokiNyo kepada jalan yang !urus." (ujung ayat 213\.


Oleh sebab janji Tuhan bahwa Dia akan memberikan petunjuk kepada


barangsiapa yang Dia kehendaki, selalulah ummat beriman berdoa dalam


'shalatnya yang sekurang-kurangnya lima waktu sehari semalam. supaya dia


diberi petunjuk itu. Dan orang yang lainpun, meskipun mereka dalam ling


kungan Yahudi atau Nasrani, Budha ataupun Hindu, Khong Hu Chu atau Lao


Tse, mudah saja bagi Allah memberimereka petunjuk, kalau Allah menghen.


dakNya. sebab Kitab kebenaran ma5ih terbuka terus untuk dibaca oleh semua


orang.


Salah seorang ahli fikir Islam zaman kita ini, yang masyhur namanya di


seluruh dunia, yaitu Maulana Mohammad lqbal adalah seorang keturunan


Hindu dari Kasta Pandit (pendeta agama, sebagaijuga kasta Nehru). turun dari


Iembah Kashmir, yaitu neneknya yang keempat. Sebab Allah mudah saja


memberikan petunjuk kepada barangsiapa yang dikehendakiNya.


Demikianlah adanya tentang manusia adalah Ummat Yong Sotu.


(214) Ataukah kamu kira bahwa kamu


akan masuk ke dalam syurga,


padahal belum datang kepada


kamu seumpama yang pernah


datang kepada orang yang telah


lalu sebelum kamu; telah menim￾pa kepada mereka kesusahan,


kecelakaan dan digoncangkan


mereka, sehingga berkatalah


Rastrl dan orang-orang yang ber￾imart scrtanya: Bilakah pertolo￾ngan Allah? Ketahuilah! Sesung￾guhnya pertolongan Allah itu


amat dekat.Mereka akan bertanya kepada


engkau: Apakah yang akan


mereka belanjakan. Katakanlah:


Apa yang akan kamu belanjakan


dari kebaikan ialah kepada ibu￾bapa dan keluarga karib dan


anak-anak yatim dan orang￾orang miskin dan anak perjala￾nan. Dan apa saja yang kamu


perbuat dari hal kebaikan maka


sesungguhnya Allah adalah me.


ngetahuinya


tt


.- l>21-. rr. , I zt.t2toz


,Z Pt u Ji irt+ lit,j&lc-{


z 2.1 o-z ,r' ,r 2 ,, 4f\tt ;/.1,'* i


E- \lfrq Wt;t;6;1'


(D * "^iatlfi'F,


Sudah terang pada ayat yang lalu bahwa Allah akan memberikan petunjuk


kepada barangsiapa yang dikehendakiNya. Tetapi sebelum petunjuk datang,


telah diperingatkan bahwa berbagai kesulitan akan bertemu. Sebab meskipun


Tuhan telah memperingatkan bahwa manusia itu adalah ummat yang satu


namun merekapun senantiasa pula berselisih dan kita telah melihat sendiri,


walaupun orang yang tunggal darah dan tunggal daging, seibu dan seayah,


kadang-kadang selisih mereka lebih hebat daripada selisih dengan orang lain. Di


sini nampak bahwa di dalam menuju cita-cita yang mulia, di tengah jalan kita


akan berjumpa keadaan yang berbahaya. Sebab itu janganlah dikira senang


menegakkan kebenaran dalam dunia ini. Dan tidaklah pula mudah akan masuk


ke dalam syurga yang dijanjikan Tuhan. Sebab itulah Tuhan memperingatkan


selanjutnya:


"Atoukah kamu kira bahwa kamu akan mosuk ke dalam syurga, padohal


belum datong kepada komu seumpomo yang pernah dotang kepodo orang


yong telah lalu sebelum kamu." (pangkal ayat 214),yaituNabi-nabi dan Rasul￾rasul Allah dan orang-orang yang berjuang mengikuti jejak beliau di dalam


menegakkan kebenaran dan pelajaran Tuhan di dalam dunia ini, sejak dari


zaman Adam, sampai Nuh, lbrahim, Luth, Musa dan lsa dan lain-lain "Telah


menimpa kepado mereka kesusohon, kecelakoan dan digoncangkan me￾reka." Kesusahan karena kekurangan hartabenda dan kemelaratan, kecelaka.


an karena penyakit atau luka-luka, kegoncangan karenadikejar.kejar, dihina￾kan dan dibunuh. Nabi-nabi Bani lsrail sampai kononnya 70 orang yang mati


dibunuh oleh kaum mereka sendiri. Hampir semua Rasul diusir dari negeri


mereka. Ibrahim sampai dibuatkan orang pembakaran dan dimasukkan beliau


ke dalam. Nabi Nuh sampai disuruh membuat perahu untuk menyelamatkan


orang-orang yang beriman, Nabi Zakariayang telah tua sampai digergaji orang


kepala beliau. Maka kamu, wahai ummat yang mengaku beriman kepada


Muhammad s.a.w. janganlah menyangka bahwa akan enak-enak sebagai "ttik


pulang petang" saja melenggang-lenggok masuk syurga, padahal kamu tidak


tahu menderita karena menegakkan kebenaran. Barulah kamu akan senang,


tiada gangguan tidak ada kesusahan, tiada kecelakaan dan tidak akan digon￾cangkan oleh rintangan dan kejaran musuh, kalau kamu cuma diam saja!Menurut fiwayat dari Ibnul Mundzir dan Ibnu Jarir dan AMurrazak, bah￾wa Qatadah menerangkan bahwasanya ayat ini turun ialah seketika kaum se￾kutu dan yang terdiri dari kaum musyrikin Quraisy dan Yahudi Bani Quraizhah


dan kabilah-kabilah Arab mengepung Madinah, yang terkenal juga dengan


nama "Perang Parit". Nyaris Madinah jatuh ke tangan musuh, nyaris kota itu di￾serbu dan Islam dipadamkan sebelum menyala. Surat istimewa dengan nama al￾Ahzab telah diturunkan memperingati peristiwa itu. Maka menurut keterangan


Qatadah tadi, ayat ini turun di waktu itu. Ibnu Abbas menafsirkan pula


bahwasanya ayat ini ialah peringatan bagi orang-orang beriman kepada Allah


bahwasanya dunia ini tidak lain daripada negeri percobaan, negeriyang penuh


dengan bala dan ujian. Di ayat ini diterangkan bahwa bala dan cobaan adalah


kemestian yang ditempuh oleh orang-orang mu'min. Dan demikian pulalah


diperbuat Tuhan terhadap Nabi-nabNya yang dibersihkan. Yang dinamai


Shofwatullah, orang-orang pilihan Tuhan, untuk membersihkan jiwa mereka.


Berdasarkan kepada tafsiran lbnu Abbas itu nampaklah bahwasanya


percobaan hidup yang berbagai warna itu tidak lain daripada penggemblengan


jiwa dan latihan. Atau laksanaemasyangdibakar,dititikdanditempa.Tidaklain


gunanya ialah untuk membersihkannya daripada campuran logam lain, se￾hingga lulen 24 karat. Cobaan membuat orang menjadi Shofu, bersih.


Di dalam surat al-Buruj (bintang-bintang). Surat 85 diterangkan tentang


penganut-penganut Tauhid di Arabia Selatan yang digalikan orang lobang dan


dihalau mereka ke dalam lobang itu, lalu disiram minyak dan dibakar. Sebabnya


lain tidak hanyalah karena mengakui bahwa tidak adaTuhan melainkanAllah.


Dan Nabipun pernah menceritakan tentang seorang anak yang menyerukan


Tauhid telah menyakitkan hati raja yang zalim, sehingga dia dibuang di laut,


tetapi pulang, lalu diantarkan ke gunung supaya dimakan binatang buas, tetapi


dia pulang juga kembali dengan selamat dan telah disiksa dengan macam￾macam siksaan, namun tidak juga dia kena. Akhirnya dia berkata: "Barulah


saya akan dapat mati kena panah itu, kalau tuan-tuan yang akan memanah dan


raja sendiri seketika menujukan panah kepada saya menyebut: "Dengan nama


Allah, Tuhan anak ini." Setelah wasiatnya itu dijalankan orang menyebut nama


Allah Tuhannya budak itu, diapun dipanah dan memang kena, dan diapun mati.


Jadi sampai saatnya yang terakhir, dia menang. Orang disuruhnya percaya,


tetapi nyawanya diberikannya.


Syurga adalah tempat buat orang yang lebih dahulu telah menempuh


berbagai ujian dan diapun lulus dari ujian itu. Kadang-kadang ujian dengan


memberikan jiwa. Dan kebenaran Allah kadang kadang barulah mau tegak


apabila kita telah sudimemberikan airmata, darah dan nyawa. Kadang-kadang,


karena diri sudah terjual kepada Allah, seorang mu'min bernasib sebagai anak


dagang yang melarat dalam negerinya sendiri. Mukanya hanya tunduk kepada


Tuhan. Hanya kepada Tuhan dia mengenal ruku', kepada lainnya kepalanya


tegak lurus. Hanya kepadaTuhan dia mengenalsujud, adapun kepadayanglain


dipandangnya hanya sama dengan dirinya, asaldaritanah akan pulangkembali


ke tanah. Dia tidak mengenal takut kepada siapapun. Sebab itu dia pasti


bertemu kesusahan dan kegoncangan. Yang tidak susah, diancam kecelakaan


dan kegoncangan hanyalah orang yang selalu dapat menyesuaikan diri, walau￾pun dengan kekafiran. Demikian memuncaknya kadang-kadang kesusahan,kecelakaan dan kegoncangan itu: "Sehinggo berkatalah Rosul don orang￾orangwtgberiman sertonya: Bilokah pertolongan Allah." Kalau sudah sam￾pai Rasul sendiri, darisangatnya rintangan itu telah bertanya bila pertolongan


Allah akan datang, dan orang-orang beriman bersama menuruti beliaupun telah


sama mengeluh demikian, niscaya sudahlah sangat memuncaknya rintangan


itu, sehingga pertanyaan demikian seakan-akan telah membayangkan nyaris


atau dekat timbul putusasa. Sebab di waktu rintangan tidak ada, semua orang


mudah sala menyebut bahwa pertolongan Allah akan datang. Tetapiapabila


kesusahan, kecelakaan dan kegoncangan itu benar-benar telah datang, seakan￾akan tertutuplah segala pintu dan tidaklah nampak harapan.


Hal ini bisa mengenai kepada satu kelompok ummat yang tengah berjuang,


dan bisa juga mengenai diri peribadi. Dan sebab turun ayat, menurut riwayat,


ialah seketika kaum al-Ahzab, yaitu persekutuan orang Quraisy dengan Arab


luar Madirnh dan diikuti lagi oleh Yahudi BaniQuraizhah telah mengikat janji


bersama akan menyerang Madinah dan telah mulai dikepung negeriitu. Kalau


sekiranya maksud mereka berhasil, matilah Islam dan hancurlah dalam negeri￾nya serdiri, di Madinah sebelum tersebar ke seluruh bumi ini. Pada saat itu


rnatna-rrErna orang yang imannya lemah, memang sudah mulai putusasa, mulai


rrcrasa ngeri tinqgal di Madinah, bahkan ada yang menyesal masuk Islam, itulah


orangorang munafik. Tetapi orang yang kuat imannya menyambut kejadian itu


dengsn hati teguh, sampai berkata: "lnilah yang selalu dijanjikan Allah dan


RasulNya kepada kila." Kelak penafsiran kejadian iniakan dapat dibaca dalam


Surat al-Ahzab sendiri: Surat 33. Maka datanglah ujung ayat, ujung yang


penuh kepastian: "Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat


dekot." (ujuns ayat 214).


Mengapa Tuhan memberikan kepastian sepertiitu? Apabila tekanan mu￾suh sudah sangat memurrcak sehingga kita yang berjuang menegakkan kebe￾naran itu, betapapun lemahnya, dia kuat di dalam batin. Sedang orang yang


menegakkan kezaliman dan kufur, tidaklah mereka mempunyaipendirian yang


benar. Apabila mereka berturut-turut mendapat kemenangan, pasti a