• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label daniel obaja 20. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label daniel obaja 20. Tampilkan semua postingan

daniel obaja 20


 in. namun  sebagian penafsir lain berpikir bahwa 

semuanya datang sekaligus dalam satu tahun. Kita tidak diberi tahu, dalam 

sejarah Perjanjian Lama, kapan hal ini terjadi, namun  kita yakin bahwa tidak 

ada perkataan Tuhan   yang jatuh ke tanah dengan sia-sia. Dan, kendati kehan-

curan oleh serangga ini terutama dimaksudkan di sini, namun hal itu 

diungkapkan dalam suatu bahasa yang sangat mungkin berlaku bagi 

kehancuran negeri oleh suatu serbuan musuh asing. Sebab, jika bangsa 

Yehuda tidak mau merendahkan diri dan direformasi oleh hukuman yang 

lebih ringan yang memakan habis negeri, maka Tuhan   akan mengirimkan 

yang lebih besar lagi ke atas mereka, yang akan memakan habis 

penduduknya. Dan dengan penjelasan ini  mereka diminta untuk 

menerimanya sebagai suatu peringatan. Jika bangsa belalang ini tidak dapat 

menundukkan mereka, maka bangsa lain akan datang untuk menghancurkan 

mereka. Amatilah,  


 

632 

1. Binatang-binatang apa yang dikirim untuk melawan mereka, yaitu 

belalang pengerip dan belalang pindahan, belalang pelompat dan 

belalang pelahap (ay. 4; KJV: belalang dan segala ulat). Sekarang ini kita 

tidak dapat menjelaskan bagaimana perbedaan binatang ini satu dengan 

yang lainnya. Mereka semua binatang serangga yang kecil, semuanya 

hina, dan dengan mudah dapat diinjak atau pencet dengan tangan 

manusia. namun  saat  kereka datang dalam kawanan yang besar, 

mereka menjadi tangguh dan memakan habis semua di hadapan mereka. 

Perhatikanlah, Tuhan   yaitu  TUHAN atas segala bala tentara, yang 

memerintah semua makhluk ciptaan-Nya, dan saat  Ia mau, Ia dapat 

merendahkan dan membuat malu suatu umat yang sombong dan 

memberontak melalui makhluk yang paling lemah dan paling hina. 

Manusia dikatakan bagaikan seekor ulat, dan dengan ini tampaknya ia 

itu lebih kecil dari seekor ulat, sebab, saat  Tuhan   berkehendak, maka 

ulat atau belalang pun terlalu sukar baginya, sehingga mampu menjarah 

negerinya, memakan habis semua yang telah diusahakannya, membi-

nasakan semua yang hijau, dan memutus topangan hidup dari suatu 

bangsa yang kuat. Semakin lemah sarana yang dipakai Tuhan  , semakin 

besar kuasa-Nya diagungkan.  

2. Betapa ganas dan dahsyatnya mereka datang. Para penyerbu ini disebut 

suatu bangsa (ay. 6), sebab  mereka menyatu dalam suatu kumpulan 

besar dan bertindak melalui kesepakatan seolah-olah dengan suatu 

rancangan bersama. Sebab, kendati belalang tidak memiliki  raja, 

namun semuanya berbaris dengan teratur (Ams. 30:27), dan ini 

disebutkan sebagai sebuah contoh dari hikmat mereka. Bijaklah bagi 

mereka yang lemah untuk bersatu dan bertindak bersama. Mereka kuat, 

sebab mereka tak terbilang banyaknya. Sebutir debu pada neraca ringan 

saja, dan mudah ditiup angin, namun  setumpuk debu yaitu  berat. 

Demikian pula seekor belalang hanya dapat berbuat sedikit namun  satu 

belalang (LAI: ulat) cukup untuk menghancurkan pohon jarak Yunus, 

sebaliknya dalam jumlah yang besar mereka dapat melakukan keajaiban. 

Mereka dikatakan memiliki gigi singa, gigi dari seekor singa yang besar, 

oleh sebab  besar dan hebatnya kehancuran yang mereka akibatkan. 

Perhatikanlah, belalang menjadi seperti singa saat  mereka datang 

dengan dipersenjatai sebuah tugas ilahi. Kita membaca tentang belalang 

yang keluar dari lubang yang tak berdasar, sehingga gigi mereka sama 

seperti gigi singa (Why. 9:8).  

3. Kerusakan yang mereka timbulkan. Mereka memakan habis semua di 

hadapan mereka (ay. 4). Apa yang ditinggalkan yang satu dimakan habis 

Kitab Yoel 1:1-7 

 

633 

oleh yang lain. Mereka membinasakan tidak hanya rumput dan gandum, 

namun  juga pohon-pohon (ay. 7): telah dibuatnya pohon anggurku 

menjadi musnah. Di sana hama memakan daun-daun yang seharusnya 

menjadi tempat perlindungan bagi buah saat  hendak masak, dan itu 

pun juga binasa dan tak tersisakan. Mereka memakan bahkan kulit dari 

pohon ara hingga binasa. Jadi, pohon araku menjadi buntung, demikian 

pula tidak ada buah pada pohon anggur. 

III. Sebuah panggilan kepada pemabuk untuk meratapi hukuman ini (ay. 5): 

Bangunlah, hai pemabuk, dan menangislah! Merataplah, hai semua peminum 

anggur. Hal ini menyatakan,  

1. Bahwa mereka akan menderita dengan sangat oleh bencana ini. Bencana 

menyentuh mereka di bagian yang paling lemah. Anggur baru yang 

mereka cintai dengan sangat akan dirampas dari mulut 

mereka. Perhatikanlah, yaitu  adil bagi Tuhan   untuk merampas 

kesenangan yang diselewengkan menjadi kemewahan dan foya-foya, 

untuk memulihkan  gandum dan anggur yang dipersiapkan bagi Baal, 

yang dijadikan makanan dan bahan bakar bagi hawa nafsu yang 

mematikan. Dan bagi mereka hukuman jenis ini  yaitu  yang paling 

mengerikan. Semakin orang menempatkan kebahagiaan mereka dalam 

pemuasan jasmani, semakin berat rasanya penderitaan jasmani. Pemi-

num air tidak perlu khawatir saat  anggur dirampas. Mereka dapat 

hidup dengan baik tanpa anggur. Tidak ada masalah bagi orang-orang 

yang terbiasa mematikan raga mereka. namun  peminum anggur akan 

menangis dan meratap. Semakin banyak kesenangan yang kita buat 

untuk kepuasan kita, semakin banyak kita membuat diri kita 

menghadapi masalah dan kekecewaan.  

2. Menyiratkan bahwa para peminum anggur itu selama ini tidak peduli 

dan masa bodoh terhadap berbagai tanda ketidaksenangan Tuhan   

sebelumnya. sebab  itu mereka di sini dipanggil untuk bangunlah, dan 

menangislah. Orang-orang yang tidak mau dibangkitkan dari 

kenyamanan mereka oleh firman Tuhan   akan dibangkitkan oleh tongkat 

hajaran-Nya. Orang-orang yang tidak mau disadarkan oleh hukuman 

yang diancamkan akan ditawan olehnya. Dan saat  mereka ingin makan 

buah terlarang, maka suatu larangan dalam bentuk lain akan datang di 

antara cangkir dan bibir, dan merampas anggur dari mulut mereka. 


 

634 

Ancaman Hukuman 

(1:8-13) 

8 Merataplah seperti anak dara yang berlilitkan kain kabung sebab  mempelai, kekasih 

masa mudanya. 9 Korban sajian dan korban curahan sudah lenyap dari rumah TUHAN; 

dan berkabunglah para imam, yakni pelayan-pelayan TUHAN. 10 Ladang sudah musnah, 

tanah berkabung, sebab gandum sudah musnah, buah anggur sudah kering, minyak sudah 

menipis. 11 Para petani menjadi malu, tukang-tukang kebun anggur meratap sebab  

gandum dan sebab  jelai, sebab sudah musnah panen ladang. 12 Pohon anggur sudah 

kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel, 

segala pohon di padang sudah mengering. Sungguh, kegirangan melayu dari antara anak-

anak manusia. 13 Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, 

hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para 

pelayan Tuhan  ku, sebab sudah ditahan dari rumah Tuhan  mu, korban sajian dan korban 

curahan. 

Hukuman yang digambarkan di sini sangatlah menyedihkan, dan sedemikian 

hebatnya sampai akan dialami oleh berbagai macam orang. Hukuman itu tidak 

hanya akan merampas kesenangan pemabuk (jika ini menjadi yang terburuk, 

maka pantaslah untuk ditanggung), namun  juga akan melenyapkan kebutuhan 

hidup orang lain, yang sebab nya dipanggil untuk menangis dan meratap (ay. 8), 

seperti seorang perawan meratapi kematian tunangannya, yang belum sempat 

dinikahinya, namun  sudah seperti menjadi suaminya, atau seperti seorang 

wanita  muda yang baru menikah, lalu darinya kekasih masa mudanya, 

suaminya yang masih muda, atau suami yang dinikahinya saat  ia masih muda, 

dengan tiba-tiba diambil pergi oleh kematian. Di antara pasangan yang baru 

menikah yang masih muda, yang menikah sebab  kasih, dan yang sangat intim 

dan karib, pastilah ada kesukaan yang besar, dan sebab  itu sangatlah hebat 

kesedihannya jika salah satu diambil. Ratapan hebat juga akan terjadi sebab  

kehilangan gandum dan anggur. Perhatikanlah, semakin kita terikat pada 

kesenangan lahiriah, semakin sukar untuk berpisah dengannya. Lihatlah hal 

yang sama di dalam Yesaya 32:10-12. Dua macam orang disebutkan di sini, yang 

akan meratapi kehancuran ini, yaitu para petani dan pelayan-pelayan TUHAN.  

I. Hendaklah para petani dan tukang-tukang kebun anggur meratap (ay. 11). 

Hendaklah mereka menjadi malu dengan segala susah payah yang sudah 

mereka kerjakan dalam mengurus kebun anggur mereka, sebab semuanya 

itu akan sia-sia dan tidak ada keuntungan apa-apa. Mereka akan melihat 

hasil panen mereka dimakan habis di depan mata mereka dan tidak akan 

sanggup menyelamatkannya. Perhatikanlah, orang-orang yang bekerja 

hanya untuk makanan yang dapat binasa, lambat atau cepat, akan menjadi 

malu sebab  segala susah payahnya. Tukang-tukang kebun anggur akan 

menyatakan tangisan hebat mereka dengan melonglong, saat  mereka 

Kitab Yoel 1:1-7 

 

635 

melihat kebun-kebun anggurnya berguguran daun dan buahnya, dan batang-

batangnya menjadi kering. Tidak ada yang didapat atau diharapkan darinya, 

padahal dengan panen ini  mereka dapat membayar uang sewa tanah 

dan mencukupi hidup keluarga mereka. Kehancuran secara khusus 

dijelaskan di sini: Ladang sudah musnah (ay. 10). Semua yang dihasilkan su-

dah habis. Tanah berkabung. Tanah juga memiliki perasaan dan kelihatan 

sedang sedih. Semua yang tinggal di negeri menangis sebab  kehilangan apa 

yang mereka dapatkan, takut binasa sebab  kekurangan (Yes. 24:4; Yer. 

4:28). “Gandum, jelai, yang menjadi makanan pokok, telah musnah. Anggur 

baru, yang seharusnya dibawa masuk ke dalam gudang penyimpanan, sudah 

kering. Mereka malu sebab  apa yang mereka harapkan tidak terwujud. 

Minyak sudah menipis,  sebab  (menurut kitab terjemahan bahasa Aram) 

buah zaitun telah gugur.” Orang-orang tidak lagi bersyukur kepada Tuhan   

seperti yang mereka biasa lakukan atas makanan yang menyegarkan hati 

manusia, anggur yang menyukakan hati manusia, dan minyak yang membuat 

muka berseri (Mzm. 104:15). Oleh sebab  itu sudah sepantasnya mereka 

dipanggil untuk meratapi kehilangan dan kekurangan yang akan mereka 

alami, atas semua hasil bumi, yang telah diberikan Tuhan   bagi kecukupan 

atau kesenangan (hal ini diulangi lagi, ay. 11-12). Ini termasuk gandum dan 

jelai, dua unsur utama untuk membuat roti, gandum untuk orang kaya dan 

jelai untuk orang miskin, sehingga yang kaya dan yang miskin bertemu 

bersama di dalam bencana. Pohon-pohon dihancurkan, tidak hanya pohon 

anggur dan pohon ara (seperti sebelumnya, ay. 7), yang lebih berguna dan 

diperlukan, namun  juga pohon-pohon lain yang berguna bagi kesenangan, 

seperti pohon delima, pohon korma dan pohon apel, ya, segala pohon di 

padang, dan pohon kayu serta pohon buah-buahan. Ringkasnya, sudah 

musnah panen ladang (ay. 11). Dan dengan demikian kegirangan melayu dari 

antara anak-anak manusia (ay. 12). Kegirangan sebab  panen, yang biasa 

dipakai untuk mengungkapkan sukacita bersama yang besar, sudah musnah, 

berubah menjadi rasa malu dan ratapan. Perhatikanlah, kemusnahan panen 

berarti layu juga kegirangan anak-anak manusia. Orang-orang yang menaruh 

kebahagiaan mereka pada berbagai kesukaan jasmani, saat  semuanya itu 

diambil dari mereka, atau terganggu dalam menikmatinya, akan kehilangan 

seluruh kegirangan mereka. Sedangkan anak-anak Tuhan  , yang memandang 

kesukaan jasmani dengan sikap hina yang kudus, dan yang tahu bagaimana 

menjadikan Tuhan   sebagai kesukaan hati mereka, dapat bersukacita di dalam 

Dia sebagai Tuhan   keselamatan mereka bahkan saat  pohon ara tidak lagi 

berbuah. Sukacita rohani sangat jauh dari mengering sehingga ia terus 

mekar (Hab. 3:17-18). Mari kita lihat di sini,  


 

636 

1. Betapa segala penghiburan dan kesenangan yang berasal dari ciptaan 

tidaklah pasti dan sedang lenyap. Kita tidak pernah dapat merasa pasti 

dengan kelangsungannya. Kita lihat di sini langit telah memberi hujan 

pada waktunya, bumi telah memberi  kekuatannya, dan saat  

minggu panen yang ditentukan segera tiba, orang merasa yakin pasti 

akan mendapatkan panen yang berlimpah. namun  , di saat terakhir 

itu, mereka diserbu oleh musuh-musuh yang tidak disangka-sangka, dan 

memusnahkan semuanya, dan bukan dengan api atau pedang. sebab  

itu, berhikmatlah kita untuk tidak menumpuk harta kita pada hal-hal 

yang rentan terhadap banyak kejadian yang tidak terduga.  

2. Lihatlah betapa perlunya kita hidup dalam kebergantungan terus-menerus 

kepada Tuhan   dan penyelenggaraan-Nya, sebab  tangan kita sendiri 

tidaklah cukup bagi kita. saat  kita melihat butir-butir yang penuh 

isinya, dan merasa yakin, bahkan, saat  kita berhasil membawanya 

pulang, namun jika Ia menghembuskannya, bahkan, jika Ia tidak 

memberkatinya, maka kita tidak akan mendapat apa yang baik darinya.  

3. Lihatlah betapa rusaknya akibat yang ditimbulkan oleh dosa. Taman 

firdaus diubahnya menjadi padang gurun, ladang yang subur, yang 

tersubur di muka bumi, menjadi kering,  sebab  kesalahan orang-orang 

yang tinggal di dalamnya. 

II. Hendaklah imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN, meratap sebab  mereka 

juga berbagi dalam malapetaka itu: Lilitkanlah kain kabung (ay. 13). Bahkan, 

berkabunglah (ay. 9). Amatilah, para imam disebut para pelayan mezbah,  

sebab  mezbah yang mereka layani, dan pelayan-pelayan TUHAN (Tuhan  ku, 

kata sang nabi), sebab  dengan menjaga mezbah mereka melayani Dia, 

melakukan pekerjaan-Nya dan memberi-Nya kemuliaan. Perhatikanlah, orang-

orang yang dipakai dalam hal-hal yang kudus yaitu  para pelayan Tuhan  , dan 

Dialah yang mereka layani. Para pelayan mezbah biasanya bersukacita di 

hadapan TUHAN dan menghabiskan banyak waktu di dalam menyanyi 

menyembah-Nya. namun  sekarang mereka harus berkabung dan meratap, 

sebab korban sajian dan korban curahan sudah lenyap dari rumah TUHAN 

(ay. 9), dan juga (ay. 13), dari rumah Tuhan  mu. “Ia yaitu  Tuhan  mu dengan 

cara yang istimewa. Engkau memiliki hubungan yang lebih erat dengan Dia 

dibandingkan  orang Israel yang lain. Oleh sebab  itu, diharapkan bahwa engkau 

seharusnya lebih prihatin dibandingkan  yang lain untuk memperhatikan apa 

yang menghalangi pelayanan di tempat kudus-Nya.” Hal itu menyiratkan,  

1.  Bahwa umat, selama mereka memperoleh hasil bumi pada musimnya, 

mereka membawa dan mempersembahkan kepada TUHAN apa yang 

Kitab Yoel 1:1-7 

 

637 

menjadi bagian-Nya, dan membawa persembahan ke mezbah serta 

persepuluhan kepada orang-orang yang melayani mezbah. 

Perhatikanlah, suatu umat bisa saja memenuhi takaran kejahatan 

mereka, sementara terus menjalankan kegiatan keagamaan secara 

lahiriah.  

2. Bahwa, saat  hasil bumi untuk makanan dan minuman mengecewakan, 

maka korban sajian dan korban curahan juga mengecewakan. Dan ini 

yaitu  bentuk melapetaka yang paling menyedihkan. Perhatikanlah, 

saat  masalah rakyat menimbulkan halangan bagi pelayanan 

keagamaan, maka yang paling meratapi keadaan itu terutama yaitu  

para imam, para pelayan TUHAN. saat  kemiskinan menyebabkan 

kemerosotan kesalehan dan pengabaian tugas-tugas jabatan ilahi, se-

hingga kepentingan agama merana di tengah umat, maka hal itu sungguh 

merupakan sebuah hukuman yang menyedihkan. saat  kelaparan 

terjadi, Tuhan   tidak mendapat korban persembahan bagi-Nya, juga para 

imam tidak mendapatkan tunjangan hidup mereka. Oleh sebab  itu, 

berkabunglah para imam, pelayan-pelayan TUHAN. 

Ancaman Hukuman dan Permakluman Puasa 

(1:14-20) 

14 Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para 

tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Tuhan  mu, dan berteriaklah 

kepada TUHAN. 15 Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai 

pemusnahan dari Yang Mahakuasa. 16 Bukankah di depan mata kita sudah lenyap 

makanan, sukaria dan sorak-sorai dari rumah Tuhan   kita? 17 Biji-bijian menjadi kering di 

dalam tanah, lumbung-lumbung sudah licin tandas, rengkiang-rengkiang sudah runtuh, 

sebab gandum sudah habis. 18 Betapa mengeluhnya hewan dan gempar kawanan-

kawanan lembu, sebab tidak ada lagi padang rumput baginya; juga kawanan kambing 

domba terkejut. 19 Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, sebab api telah memakan habis 

tanah gembalaan di padang gurun, dan nyala api telah menghanguskan segala pohon di 

padang. 20 Juga binatang-binatang di padang menjerit sebab  rindu kepada-Mu, sebab 

wadi telah kering, dan api pun telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun. 

Kita telah melihat banyaknya air mata yang tertumpah sebab  kemusnahan hasil 

bumi oleh belalang. Kini di sini kita mendapati tumpahan air mata diarahkan ke 

saluran yang benar, yaitu kepada pertobatan dan perendahan diri di hadapan 

Tuhan  . Hukuman memang sangat berat, dan di sini mereka diarahkan untuk 

mengakui tangan Tuhan   di dalamnya, tangan Yang Mahakuasa, dan untuk 

merendahkan diri di bawahnya. Inilah,  


 

638 

I. Sebuah pengumuman dikeluarkan untuk berpuasa bersama. Imam-imam 

diperintahkan untuk menetapkan hari puasa umum. Mereka tidak boleh 

hanya berkabung sendiri, namun  juga harus memanggil yang lain untuk 

berkabung: “Adakanlah puasa yang kudus. Hendaknya suatu waktu 

dipisahkan dari segala urusan duniawi untuk disediakan bagi kegiatan 

ibadah, sebagai ungkapan pertobatan dan ibadah khusus.” Perhatikanlah, 

saat  terjadi hukuman atas semua orang, maka harus ada perendahan diri 

bersama. Sebab sebab  penghukuman itu TUHAN Tuhan   memanggil untuk 

meratap dan berkabung. Dengan segala tanda kesedihan dan rasa malu dosa 

harus diakui dan diratapi, kebenaran Tuhan   harus diakui, dan perkenanan-

Nya dimohonkan. Amatilah apa yang harus dilakukan oleh suatu bangsa di 

saat yang demikian.  

1. Suatu hari harus ditetapkan bagi tujuan ini, Satu hari untuk menahan diri 

(demikian dalam terjemahan agak luas), suatu hari di mana umat harus 

menahan diri dari segala urusan mereka sehari-hari supaya mereka 

dapat lebih bersungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan  , dan dari 

semua kesenangan tubuh. Sebab,  

2. Harus ada suatu puasa, untuk tidak makan dan minum sebab  ibadah, 

bukan sebab  masalah makan dan minum saja. Raja Niniwe menetapkan 

suatu puasa, di mana mereka tidak boleh makan apa-apa (Yun. 3:7). 

Dengan berpuasa, kita mengakui diri tidak layak terhadap makanan 

pokok kita, dan telah kehilangan semuanya itu serta layak untuk 

dijauhkan darinya. Kita menghukum diri sendiri dan mematikan keingin-

an tubuh, yang telah memberi kesempatan bagi dosa. Dengan berpuasa 

kita menjaga tubuh agar pantas melayani jiwa untuk melayani Tuhan  . Dan 

dengan mematikan keinginan nafsu terhadap makanan, maka keinginan 

jiwa terhadap apa yang lebih baik dibandingkan  hidup, dengan segala 

penopangnya, digairahkan. Secara khusus sekaranglah waktu yang tepat 

saat  Tuhan   merampas dari mereka makanan dan minuman. Sebab 

dengan demikian mereka dapat menyesuaikan diri terhadap malapetaka 

yang menimpa mereka. saat  Tuhan   berkata, “Adakanlah puasa!” maka 

sudah waktunya untuk berkata, “Kita akan berpuasa”.  

3. Harus ada suatu pertemuan yang khidmat. Tua-tua dan seluruh 

penduduk, para pemuka dan rakyat, harus dikumpulkan bersama, bahkan 

seluruh penduduk negeri, supaya Tuhan   dihormati oleh perendahan diri 

semua orang, supaya mereka malu pada diri sendiri, dan supaya mereka 

dapat menarik serta mendorong satu sama lain untuk melaksanakan ke-

wajiban ibadah setiap hari. Seluruh rakyat ikut berbuat salah, semuanya 

Kitab Yoel 1:1-7 

 

639 

ikut berbagi dalam malapetaka yang menimpa seluruh bangsa ini, dan 

sebab nya mereka semua harus bergabung dan mengakui pertobatan.  

4. Mereka harus datang bersama di bait Tuhan  , rumah TUHAN, Tuhan   mereka, 

sebab  itu yaitu  rumah doa. Di sana mereka ada harapan untuk 

bertemu dengan Tuhan  , sebab  itu yaitu  tempat yang telah dipilih-Nya 

untuk menaruh nama-Nya di sana. Di sana mereka dapat berharap akan 

berhasil, sebab tempat itu yaitu  gambaran Kristus dan pengantaraan-

Nya. Demikianlah mereka memperoleh berkat dari doa Salomo, bahwa 

semua permohonan mereka terkabulkan saat  dipanjatkan di atau 

menghadap rumah ini. Di rumah Tuhan   itulah masalah yang menimpa 

mereka sekarang secara khusus dipanjatkan kepada-Nya. 1 Raja-raja 

8:37, jika  di negeri ini ada belalang, atau belalang pelahap.  

5. Mereka harus menguduskan puasa ini, harus menjalaninya menurut 

aturan ibadah yang benar, dengan tulus hati dan saleh. Apa gunanya 

berpuasa jika tidak dikuduskan?  

6. Mereka harus berteriaklah kepada TUHAN. Kepada Dia mereka harus 

menyampaikan keluhan mereka dan mempersembahkan doa 

permohonan mereka. saat  kita berseru di dalam kesengsaraan kita, 

kita harus berseru kepada TUHAN. Inilah berpuasa untuk Aku (Za. 7:5). 

II. Beberapa pertimbangan disarankan kepada mereka untuk melakukan puasa 

ini dan menjalaninya dengan ketat.  

1. Tuhan   sedang memulai suatu pertentangan dengan mereka. Inilah 

waktunya untuk berteriak kepada TUHAN, sebab hari TUHAN sudah 

dekat (ay. 15). Yang mereka maksudkan yaitu  kelangsungan dan akibat 

dari suatu hukuman yang mereka lihat sedang menerobos masuk 

menimpa mereka, atau beberapa hukuman yang lebih hebat yang 

sekarang diawali dengan hukuman yang sekarang sedang menerobos ini. 

Apa pun itu, di sini mereka diajar untuk meratapinya: Wahai, hari itu! 

Sungguh, hari TUHAN sudah dekat. Oleh sebab  itu, berteriaklah kepada 

TUHAN. Sebab,  

(1) “Hari hukuman-Nya sudah sangat dekat, sudah dekat. Hukuman itu 

tidak akan berlambat-lambat, dan sebab nya engkau juga jangan 

berlambat-lambat. Inilah waktunya untuk berpuasa dan berdoa, 

sebab hanya ada sedikit waktu saja untuk berbalik.”  

(2) Hari itu akan sangat mengerikan. Tidak ada jalan untuk meluputkan 

diri, tidak tertahankan: Datangnya sebagai pemusnahan dari Yang 

Mahakuasa (Lihat Yes. 13:6). Ini bukan suatu hajaran, namun  

penghancuran. Dan hukuman itu datang dari tangan, bukan dari 

suatu makhluk yang lemah, melainkan dari Yang Mahakuasa. Dan 

siapakah yang mengenal (bahkan siapa yang tidak mengenal) kekuat-

an murka-Nya? Ke mana lagi kita harus pergi dengan tangisan selain 

kepada Dia yang dari-Nya datang hukuman yang kita takuti itu? 

Tidak ada jalan untuk melarikan diri dari Dia selain berlari kepada 

Dia. Tidak ada jalan untuk meloloskan diri dari kehancuran yang 

datang dari Yang Mahakuasa selain dengan tunduk dan memohon 

kepada Yang Mahakuasa. Kecuali kalau mereka mencari perlindungan 

kepada-Ku dan mencari damai dengan Aku (Yes. 27:5). 

2. Mereka melihat diri mereka sudah ada di bawah tanda-tanda 

ketidaksenanang-Nya. Sudah waktunya untuk berpuasa dan berdoa, 

sebab kesesakan itu sangatlah hebat (ay. 16).  

(1) Hendaklah mereka melihat ke dalam rumah mereka sendiri, sudah 

tidak ada kelimpahan seperti biasanya. Orang-orang yang bertugas 

menjaga meja yang penuh tersedia kini harus berhemat-

hemat: Bukankah di depan mata kita sudah lenyap makanan? saat  

tangan Tuhan   diangkat, manusia tidak akan melihat, saat  tangan-

Nya diturunkan, mereka akan melihat. Bukankah sering kali 

makanan lenyap di depan mata kita? Marilah kita bekerja untuk 

makanan rohani yang tidak terlihat oleh mata kita, dan yang tidak 

dapat lenyap.  

(2) Kiranya mereka melihat ke dalam rumah Tuhan  , dan melihat akibat 

dari hukuman itu di sana. Sukaria dan sorak-sorai lenyap dari rumah 

Tuhan   kita. Perhatikanlah, rumah Tuhan   kita yaitu  tempat yang layak 

untuk sukaria dan sorak-sorai. saat  Daud pergi ke mezbah 

Tuhan  , dia pergi kepada Tuhan   sukacitaku yang luar biasa. namun  

saat  sukaria dan sorak-sorai lenyap dari rumah Tuhan  , entah akibat 

pencemaran terhadap hal-hal yang kudus atau penganiayaan ter-

hadap orang-orang kudus, saat  kesalehan merosot dan kasih yang 

menjadi dingin, maka itulah waktunya untuk berseru kepada 

TUHAN, waktunya untuk berteriak, Wahai! 

3. Sang nabi kembali menggambarkan kengerian dari bencana itu, dengan 

beberapa rincian. Gandum dan ternak yaitu  hasil pokok peternak. Kini 

peternak pun kehilangan keduanya.  

(1) Belalang telah memakan habis gandum (ay. 17). Rengkiang (tempat 

penyimpanan – pen.), yang biasa mereka pakai untuk mengisi 

gandum, telah runtuh, dan lumbung-lumbung sudah licin tandas, 

sebab gandum sudah habis, dan pemiliknya berpikir tidak ada guna 

memperbaikinya saat  tidak ada apa-apa untuk disimpan, dan juga 

tidak mungkin ada gandum lagi. Sebab biji-bijian menjadi kering di 

dalam tanah, entah sebab  terlalu banyak curah hujan atau (yang 

lebih umum terjadi di Kanaan) sebab  kekurangan hujan, atau 

mungkin ada serangga di bawah tanah telah memakannya habis. 

saat  panen kali ini mengecewakan, petani berharap panen 

berikutnya akan berhasil. namun  sekarang mereka tidak dapat 

berharap seperti itu, sebab  biji-bijian untuk benih pun menjadi 

sama buruknya seperti hasil panen.  

(2) Ternak juga binasa sebab  kekurangan rumput (ay. 18): Betapa 

mengeluhnya hewan! Hal ini disebutkan oleh sang nabi, supaya umat 

tergugah dengannya dan merasa ngeri terhadap hukuman itu. 

Keluhan dan rengekan ternak seharusnya melembutkan hati mereka 

yang keras dan tidak mau bertobat. Kawan-kawanan lembu, ternak 

yang besar, menjadi gempar.  Bahkan kawanan kambing domba, yang 

biasa hidup dan puas dengan rumput yang sangat sedikit saja, 

menjadi terkejut. Lihatlah di sini makhluk ciptaan yang lebih rendah 

pun menderita sebab  pelanggaran kita, dan mengeluh di bahwa 

berat beban ganda, yaitu harus melayani dosa manusia dan tunduk 

kepada kutukan Tuhan   sebab  dosa itu. Terkutuklah tanah sebab  

engkau. 

III. Sang nabi mendorong mereka untuk berseru kepada Tuhan  , dengan melihat 

apa yang terjadi.  

1. Teladan dari dirinya sendiri (ay. 19): Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru. 

Ia tidak akan membiarkan mereka melakukan apa yang tidak ingin 

dilakukannya sendiri. Bahkan, apakah mereka mau melakukannya atau 

tidak, Ia tetap akan melakukannya. Perhatikanlah, jika para pelayan 

Tuhan   tidak berhasil menggugah hati orang lain untuk menyadari murka 

ilahi, maka mereka sendiri tetap harus menyadari murka-Nya itu. Jika 

mereka tidak dapat membawa orang lain untuk berseru kepada Tuhan  , 

mereka sendiri harus banyak berdoa. Di waktu kesesakan, kita tidak 

hanya harus berdoa, namun  juga berseru, harus bertekun dan tidak jemu-

jemu dalam doa. Dan kepada Tuhan  , dari siapa kehancuran dan 

keselamatan berasal, seruan harus kita arahkan. Apa yang mendesak 

sang nabi untuk berseru kepada Tuhan   bukanlah penderitaan pribadinya, 

melainkan malapetaka yang menimpa seluruh bangsa itu: api telah 

memakan habis tanah penggembalaan di padang gurun, yang sepertinya 


disebabkan oleh panas terik matahari, yang membakar seperti api segala 

hasil tanah. Api telah membakar semuanya. Perhatikanlah, saat  Tuhan   

memanggil api untuk melakukan hukuman, maka baiklah semua orang 

yang punya kepentingan di sorga berseru sekuat-kuatnya kepada-Nya 

untuk memohon kelegaan (Lihat Bil. 11:2; Am. 7:4-5). 

2. Makhluk ciptaan yang lebih rendah: “Binatang-binatang di padang tidak 

hanya mengeluh, tapi juga menjerit sebab  rindu kepada-Mu (ay. 20). 

Mereka berharap pada pengasihan-Mu, sesuai dengan kemampuan 

mereka, dan seakan-akan, kendati mereka tidak mampu berdoa dan 

menyembah seperti manusia, mereka tetap memiliki rasa 

kebergantungan kepada Tuhan   melalui naluri alami mereka.” Paling tidak, 

saat  binatang juga mengeluh sebab  bencana, Ia senang menafsirnya 

seakan-akan mereka berseru kepada-Nya. Betapa lebih lagi Ia akan 

memberi  perkenanan-Nya atas keluhan dari anak-anak-Nya sendiri, 

walau kadang-kadang begitu lemahnya sehingga tidak terucapkan (Rm. 

8:26). Binatang-binatang di sini dikatakan menjerit kepada Tuhan  , 

sebagaimana dari Dia singa-singa muda menuntut makanannya (Mzm. 

104:21) dan anak-anak burung gagak berkaok-kaok (Ayb. 39:3). Keluhan 

binatang-binatang buas di sini yaitu  sebab  kekurangan air wadi telah 

kering, sebab  panas yang berlebihan), dan sebab  kekurangan rumput, 

sebab  api telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun. Dan 

untuk orang-orang yang tidak pernah berseru kepada Tuhan   selain 

sebab  gandum dan anggur, dan mengeluh bukan sebab  apa-apa selain 

sebab  kekurangan kesukaan lahiriah, apakah kelebihan mereka dari 

binatang-binatang itu? Walaupun begitu, seruan mereka kepada Tuhan   di 

dalam masalah-masalah ini  mempermalukan kebodohan orang-

orang yang sama sekali tidak berseru kepada Tuhan   dalam masalah apa 

pun. 

 

 

PASAL  2  

Dalam pasal ini kita mendapati, 

I. Penjelasan lebih lanjut tentang dahsyatnya ketandusan yang akan 

ditimbulkan oleh belalang dan ulat (ay. 1-11). 

II. Panggilan yang sungguh-sungguh kepada umat yang sedang mengalami 

hukuman pahit itu untuk berbalik dan bertobat, berpuasa dan berdoa, 

serta mencari belas kasihan Tuhan  , disertai petunjuk untuk 

melakukannya dengan benar (ay. 12-17). 

III. Janji bahwa jika mereka bertobat, Tuhan   akan menyingkirkan 

penghukuman itu, memulihkan kerugian yang diakibatkan olehnya, 

dan mengembalikan kelimpahan segala yang baik ke atas mereka (ay. 

18-27). 

IV. Nubuatan tentang berdirinya kerajaan Sang Mesias di dunia, dengan 

pencurahan Roh Tuhan   pada hari-hari yang terakhir (ay. 28-32). 

Demikianlah pasal ini diawali dengan kengerian dengan tanda-

tanda murka Tuhan  , namun  diakhiri dengan penghiburan dengan jaminan 

perkenanan-Nya, dan perubahan yang indah itu terjadi sebab  

pertobatan. Meskipun hanya paragraf terakhir yang merujuk pada 

zaman Injil, namun keseluruhan pasal ini dapat dipahami sebagai suatu 

perlambang dan gambaran yang mencerminkan kutuk hukum Taurat 

yang menyerbu manusia sebab  dosa mereka, dan penghiburan Injil 

yang mengalir ke dalam diri manusia saat  mereka bertobat. 

Ancaman Hukuman  

(2:1-11) 

1 Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus! Biarlah gemetar 

seluruh penduduk negeri, sebab hari TUHAN datang, sebab hari itu sudah dekat; 2 suatu 

hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat; seperti fajar di 

atas gunung-gunung terbentang suatu bangsa yang banyak dan kuat, yang serupa itu 

tidak pernah ada sejak purbakala, dan tidak akan ada lagi sesudah itu turun-temurun, 

pada masa yang akan datang. 3 Di depannya api memakan habis, di belakangnya nyala api 

berkobar. Tanah di depannya seperti Taman Eden, namun  di belakangnya padang gurun 

tandus, dan sama sekali tidak ada yang dapat luput. 4 Rupanya seperti kuda, dan seperti 

kuda balapan mereka berlari. 5 Seperti gemertaknya kereta-kereta, mereka melompat-

lompat di atas puncak gunung-gunung; seperti geletiknya nyala api yang memakan habis 

jerami; seperti suatu bangsa yang kuat, teratur barisannya untuk berperang. 6 

Terhadapnya bangsa-bangsa gemetar, segala muka bertambah menjadi pucat pasi. 7 

Seperti pahlawan mereka berlari, seperti prajurit mereka naik tembok; dan mereka 

masing-masing berjalan terus dengan tidak membelok dari jalannya; 8 mereka tidak 

berdesak-desakan, mereka berjalan terus masing-masing di jalannya; mereka menerobos 

pertahanan dengan tombak, mereka tidak membiarkan barisannya terputus. 9 Mereka 

menyerbu ke dalam kota, mereka berlari ke atas tembok, mereka memanjat ke dalam 

rumah-rumah, mereka masuk melalui jendela-jendela seperti pencuri. 10 Di depannya 

bumi gemetar, langit bergoncang; matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang 

menghilangkan cahayanya. 11 Dan TUHAN memperdengarkan suara-Nya di depan 

tentara-Nya. Pasukan-Nya sangat banyak dan pelaksana firman-Nya kuat. Betapa hebat 

dan sangat dahsyat hari TUHAN! Siapakah yang dapat menahannya? 

Dalam ayat-ayat di atas, Tuhan   melawan umat-Nya sendiri sebab  dosa-dosa 

mereka dan melaksanakan penghukuman yang tertulis dalam hukum Taurat ke 

atas mereka (Ul. 28:42), segala pohon-pohonmu dan hasil bumimu akan diduduki 

oleh kawanan belalang. Ini merupakan salah satu tulah Mesir yang akan Tuhan   

datangkan ke atas mereka (Ul. 28:60). 

I. Peperangan diumumkan (ay. 1): Tiuplah sangkakala di Sion. Ini yaitu  

panggilan entah untuk mengumpulkan pasukan tentara yang akan menyerbu 

dan sangkakala dibunyikan sebagai perintah, atau untuk memberi 

peringatan kepada Yehuda dan Yerusalem akan datangnya penghakiman itu, 

supaya mereka bersiap untuk bertemu dengan Tuhan   mereka dalam 

penghakiman-Nya, dan supaya mereka berusaha untuk mencegah pukulan 

itu dengan doa dan air mata, senjata terbaik umat Tuhan  . Membunyikan sang-

kakala yaitu  tugas para imam (Bil. 10:8), baik untuk berseru kepada Tuhan   

pada waktu kesesakan maupun untuk memanggil umat agar berkumpul dan 

mencari wajah-Nya. Perhatikanlah, yaitu  pekerjaan para hamba TUHAN 

untuk memberi  peringatan berdasar  firman Tuhan   mengenai akibat 

mematikan dari dosa. Mereka juga bertugas menyatakan murka-Nya dari 

surga terhadap kefasikan dan kecemaran manusia. Dan meskipun Sion dan 

Yerusalem tidak memiliki hak istimewa untuk dikecualikan dari 

penghukuman Tuhan   jika mereka membangkitkan murka-Nya, namun 

mereka berhak mendapat peringatan supaya bisa berdamai dengan-Nya. 

Bahkan Di gunung yang kudus sekalipun harus dibunyikan tanda peringatan, 

dan saat itulah bunyinya kedengaran paling menggentarkan (Am. 3:2). Nah, 

Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, kota yang kudus, dan orang-orang 

tidak gemetar? Tentu saja, mereka pasti gemetar (Am. 3:6). Biarlah gemetar 

seluruh penduduk negeri. Mereka akan dibuat gemetar oleh sebab  hukuman 

itu sendiri, maka biarlah mereka gemetar saat mendengar peringatannya. 

II. Gambaran umum mengenai hari pertempuran yang sudah dekat dan tidak 

terhindarkan. Itulah hari TUHAN, hari penghakiman-Nya, di mana Ia akan 

menyatakan serta mengagungkan diri-Nya. Suatu hari gelap gulita dan kelam 

kabut (ay. 2), benar-benar nyata demikian secara lahiriah, sebab  besar dan 

padatnya kawanan segala belalang itu sehingga menggelapkan langit (Kel. 

10:15), atau hanya kiasan saja. Hari itu yaitu  waktu yang suram, penuh 

penderitaan dan dukacita. Hari itu akan datang seperti fajar di atas gunung-

gunung terbentang. Kegelapannya menyeruak secara tiba-tiba seperti cahaya 

mentari pagi, tidak dapat dilawan, dan akan meluas serta bertambah pekat 

tanpa tertahankan. 

III. Pasukan itu ditata dalam barisan (ay. 2): Mereka suatu bangsa yang banyak 

dan kuat. Siapa pun yang melihat jutaan belalang melalap negeri, seperti 

halnya kita semua cenderung tersentak dengan sesuatu yang sedang terjadi, 

maka pasti berkata, “Yang seperti ini jelas belum pernah ada sebelumnya, 

dan tidak mungkin akan ada lagi.” Perhatikanlah, hukuman luar biasa 

merupakan sesuatu yang langka dan jarang terjadi, yang merupakan bukti 

kesabaran Tuhan  . saat  Tuhan   menenggelamkan bumi dengan air bah satu 

kali, Dia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Pasukan tentara di sini 

digambarkan,  

1. Sangat gagah berani: Rupanya seperti kuda (ay. 4), kuda-kuda perang, 

menyerbu kencang ke medan perang dan tidak kecut hati (Ayb. 39:25). 

Mereka seperti kuda balapan, diperlengkapi keganasan dan kebuasan 

mereka berlari. Beberapa sumber kuno mengamati bentuk kepala 

belalang sangat mirip dengan kepala kuda.  

2. Sangat bising dan ingar bingar, seperti gemertaknya kereta-kereta, 

kumpulan besar kereta yang dikendarai dengan ganas di atas tanah 

berbatu, mereka melompat-lompat di atas puncak-puncak gunung (ay. 5). 

Dari ayat inilah Rasul Yohanes mengutip gambaran belalang yang 

dilihatnya muncul dari dalam jurang maut (Why. 9:7, 9). Rupa belalang-

belalang itu sama seperti kuda yang disiapkan untuk peperangan, dan 

bunyi sayap mereka bagaikan bunyi kereta-kereta yang ditarik banyak 

kuda, yang sedang lari ke medan peperangan. Menurut para sejarawan, 

suara keriuhan kawanan belalang di negeri yang mereka serbu dapat 

terdengar hingga jarak 9 kilometer lebih. Itu sebabnya, kebisingan itu 

diibaratkan seperti geletiknya nyala api yang memakan habis jerami, 

bunyi yang lebih mengerikan sebab  menandakan bahwa sesuatu sedang 

habis dilahap. Perhatikanlah, saat  penghukuman Tuhan   keluar, mereka 

menimbulkan bunyi yang dahsyat. Itu diperlukan guna membangunkan 

dunia yang bebal dan merasa aman. 

3. Sangat teratur dan menjaga kerapian barisan. Sekalipun jumlahnya 

besar dan rakus menjarah, mereka seperti suatu bangsa yang kuat, 

teratur barisannya untuk berperang (ay. 5). Mereka masing-masing 

berjalan, lurus jalannya, seolah sudah terlatih oleh disiplin perang untuk 

berjalan pada tempatnya dan memperhatikan jalurnya. Mereka tidak 

membelok dari jalannya dan tidak berdesak-desakan (ay. 7-8). Jumlah 

yang banyak dan kecepatan mereka tidak menimbulkan kekacauan. 

Lihatlah betapa Tuhan   mampu membuat makhluk yang tidak berakal budi 

bisa bergerak dengan teratur saat  Dia hendak memakai mereka untuk 

mencapai tujuan-Nya. Perhatikan juga betapa pentingnya bagi orang-

orang yang dipakai dalam pelayanan Tuhan   untuk menjaga keteraturan 

dan tatanan, serta melakukan pekerjaan mereka dengan tekun dan tidak 

menghalangi jalan orang lain. 

4. Sangat cepat. Seperti kuda balapan mereka berlari (ay. 4), seperti 

pahlawan mereka berlari (ay. 7). Mereka menyerbu ke dalam kota, 

mereka berlari ke atas tembok (ay. 9). saat  Tuhan   menyampaikan 

perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari (Mzm. 147:15). 

Malaikat punya sayap, begitu juga belalang, saat Tuhan   memakai mereka. 

IV. Beginilah penghakiman mengerikan yang dilaksanakan oleh pasukan yang 

dahsyat itu, 

1. Di desa-desa. Lihatlah di depan pasukan itu, tampak api memakan habis. 

Mereka melahap segala sesuatu seolah napas mereka menyemburkan 

api. Lihatlah di belakangnya, tampaklah pasukan yang datang di 

belakangnya juga mengamuk sama seperti yang pertama: di belakangnya 

nyala api berkobar. jsesudah  mereka berlalu, kelihatanlah kehancuran 

yang mereka sebabkan. Lihatlah ladang-ladang yang belum mereka 

serbu, seperti taman Eden, sedap dipandang dan penuh buah-buah yang 

baik. Itulah kebanggaan dan kejayaan negeri. Namun, pandanglah 

ladang-ladang yang telah mereka lahap, tampak seperti padang gurun 

tandus. Sungguh tidak dinyana bahwa ketandusan itu tadinya pernah 

indah seperti taman Eden, bahwa perubahan itu hanya memakan waktu 

sehari, dan bahwa keindahan seperti itu bisa menjadi gersang dalam 

semalam saja. Sama sekali tidak ada yang dapat luput menjadi makanan 

mereka. Janganlah seorang pun bangga akan kesegaran tanahnya, 

apalagi keindahan raganya, sebab Tuhan   dapat mengubah rupa keduanya 

dalam sekejap. 

2. Di kota. Seperti prajurit mereka naik tembok (ay. 7), memanjat ke dalam 

rumah-rumah, mereka masuk melalui jendela-jendela seperti pencuri (ay. 

9). saat  Mesir ditulahi belalang, hewan itu memenuhi rumah Firaun 

dan rumah semua pegawainya (Kel. 10:5-6). Belalang-belalang yang 

keluar dari jurang maut, yakni kaki tangan Iblis dan duta orang-orang 

berdosa, juga bergerak seperti belalang itu. Demikian pula segala peng-

hukuman Tuhan  , saat  dikirimkan, tidak dapat ditahan dengan kurungan 

maupun pasak. Mereka pasti menemukan jalan keluar atau 

mendobraknya. 

V. Kengerian yang ditimbulkan oleh ancaman itu terhadap seluruh bangsa. 

Mereka akan melihat bahwa sia-sia saja melawan. Musuh yang disebutkan 

ini kebal perlawanan, maka mereka tidak dapat ditahan. Mereka menerobos 

pertahanan dengan tombak (ay. 8). Siapa yang tidak dapat dilukai, pasti tidak 

dapat dihentikan. Oleh sebab itulah terhadapnya bangsa-bangsa gemetar (ay. 

6), seperti gemetarnya para saudagar saat mendengar bahwa kapal-kapal 

dagang mereka jatuh ke tangan musuh. “Yang satu gemetar sebab  

ladangnya, yang lain sebab  kebun anggurnya, dan segala muka bertambah 

menjadi pucat pasi” (KJV: segala muka menghitam). Itu menunjukkan 

kekejutan teramat hebat yang bisa dibayangkan. Orang yang ketakutan 

terlihat pucat, namun  orang yang patah arang menjadi hitam. Pucat pasih 

sebab  ketakutan yang tiba-tiba, saat  memuncak, berubah menjadi hitam. 

Apa yang menjadi kebanggaan dan kenikmatan kita bisa diubah oleh Tuhan   

menjadi kesusahan dalam sekejap. Kengerian yang akan dialami negeri itu 

digambarkan dengan bahasa kiasan (ay. 10): Di depannya bumi gemetar, 

langit bergoncang. Bahkan orang yang tampak berjiwa pemberani dan tidak 

kenal takut pun, yang seolah tidak tergoyahkan bagai langit atau bumi, akan 

terperanjat kekejutan. Atau, saat  penduduk negeri itu gemetar, di mata 

mereka segala sesuatunya kelihatan seolah-olah bergetar juga. sebab  

ketakutan menyergap semua orang, atau sebab  ketiadaan topangan hidup 

yang biasanya mereka miliki, pandangan mereka pun kabur dan penglihatan 

mereka hilang, sehingga matahari dan bulan menjadi gelap di mata mereka, 

dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya. Perhatikanlah, saat  Tuhan   

memurkai manusia, cahaya-cahaya langit pun tidak banyak berarti lagi, 

sebab dengan memberontak terhadap Penciptanya, manusia kehilangan 

manfaat dari segala ciptaan. Namun, sekalipun ayat 10 ini harus dipahami 

sebagai kiasan, namun akan tiba harinya saat  semua itu digenapi secara 

nyata, yakni saat  langit akan digulung seperti gulungan kitab dan unsur-

unsur dunia akan hangus dalam nyala api. Penghakiman-penghakiman 

tertentu saat ini mestinya membangunkan kita agar memikirkan 

penghakiman akbar kelak yang akan menimpa semua orang. 

VI. Kita diarahkan untuk memandang sang Panglima Tertinggi dari pasukan 

tentara yang dahsyat ini, dan Dialah Tuhan   sendiri (ay. 11). Mereka yaitu  

tentara-Nya, pasukan-Nya, dan pelaksana firman-Nya. Dia yang 

membangkitkan mereka, mengutus mereka, dan Dia yang memperdengarkan 

suara-Nya di depan mereka, seperti jenderal memberi  komando kepada 

pasukannya dan menyampaikan pidato untuk mengobarkan semangat 

mereka. TUHAN-lah yang memberi  aba-aba kepada seluruh binatang itu 

dan mereka menaatinya dengan tepat. Menurut sebagian penafsir, 

bersamaan dengan badai kawanan belalang itu, Tuhan   mengeluarkan guruh 

yang membahana, sebab dikatakan, “TUHAN memperdengarkan suara-Nya,” 

dan ini juga salah satu tulah Mesir, dan membuat langit dan bumi gemetar. 

Itulah hari TUHAN, seperti disebut dalam ayat 1, sebab dalam peperangan 

ini, kita yakin bahwa Dia menang. Kemenangan pastilah milik-Nya, sebab  

pasukan-Nya sangat banyak dan besar. Tuhan   sanggup mengungguli siapa saja 

yang diperanginya dalam hal jumlah, dan siapa pun yang ditugaskan-Nya 

untuk menjadi pelaksana firman-Nya sebagai pelayan keadilan-Nya pasti 

dibuat-Nya kuat dan par negotio – sebanding dengan tugas yang dikerjakan. 

Tuhan   mengikatkan kekuatan kepada mereka yang diutus-Nya untuk melak-

sanakan tugas ini . sebab  itulah, hari TUHAN hebat dan sangat dahsyat 

bagi semua orang yang menjadi sasaran keadilan-Nya pada waktu itu. Sebab, 

siapakah yang dapat menahannya? Tiada yang sanggup meloloskan diri dari 

sergapan murka Tuhan  , melawan kekuatannya, maupun bertahan 

menanggungnya (1Sam. 6:20; Mzm. 76:8). 

Seruan untuk Bertobat 

(2:12-17) 

12 “namun  sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan 

segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” 13 

Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Tuhan  mu, sebab 

Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal 

sebab  hukuman-Nya. 14 Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan 

ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Tuhan  mu. 15 

Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan 

raya; 16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang 

tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-

laki keluar dari kamarnya, dan penganten wanita  dari kamar tidurnya; 17 baiklah 

para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan 

berkata: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri 

menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata 

di antara bangsa: Di mana Tuhan   mereka?” 

Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati ajakan sungguh-sungguh untuk bertobat, 

sebagai akibat penghakiman mematikan yang digambarkan dan diancamkan 

dalam perikop sebelumnya. “Oleh sebab  itu, sekarang juga, berbaliklah kepada-

Ku.”  

1. “Demikianlah engkau harus memenuhi tujuan dan maksud dari 

penghakiman itu, sebab hukuman itu diberikan untuk menyadarkan engkau 

dari dosa-dosamu, merendahkan hatimu, serta mengembalikan akal 

sehatmu dan kesetiaanmu.” Tuhan   membuat kita mengalami kesulitan agar 

kita bertobat dan dengan demikian Dia menarik kita kepada diri-Nya.  

2. “Dengan begitu, engkau menghentikan kelangsungan hukuman itu. 

Keadaanmu sudah buruk saat ini, namun  dengan bertobat, engkau mencegah 

keadaan menjadi lebih buruk lagi. Bahkan, akan segera membaik jika engkau 

bertobat.” Inilah ajakan yang penuh anugerah itu,  

I. Untuk melakukan pertobatan pribadi, di dalam jiwa, setiap kaum keluarga 

tersendiri dan isteri mereka tersendiri (Za. 12:12). saat  penghakiman Tuhan   

merebak, setiap orang perlu memberi  sumbangsihnya masing-masing 

dalam doa permohonan bersama, sebab  setiap orang telah turut andil 

dalam dosa bersama. Setiap orang harus memperbaiki diri dan meratap, 

maka semuanya akan diubahkan dan semuanya termasuk dalam umat Tuhan   

yang meratap. Perhatikanlah, 

1. Panggilan yang diberikan kepada kita, yang akan mengajarkan apa 

artinya bertobat, sebab ini pulalah yang masih dikehendaki oleh TUHAN, 

Tuhan   kita, walaupun kita semua telah melakukan pertobatan.  

(1) Kita harus sungguh-sungguh merendahkan diri sebab  dosa, harus 

menyesal sebab  telah menyakiti hati Tuhan   dengan dosa, dan harus 

malu sebab  telah menodai diri sendiri dengan dosa, yakni merusak 

penilaian atas diri kita dan merusak semua kepentingan diri kita 

sendiri. Harus ada ungkapan dukacita dan rasa malu yang nyata 

secara lahiriah, yaitu dengan berpuasa, menangis, dan mengaduh, air 

mata sebab  dosa yang telah menyebabkannya. Namun, apa gunanya 

mengungkapkan sesal secara lahiriah, bila batin tidak sejalan 

dengannya? Batin harus juga mengikuti ungkapan lahiriah itu, 

menjadi akar dan sumber baginya, yang membangkitkannya. sebab  

itulah selanjutnya dikatakan, “Koyakkanlah hatimu dan jangan 

pakaianmu.” Sesuai adat istiadat pada zaman itu, orang biasa mengo-

yakkan pakaian sebagai tanda dukacita yang sangat besar atas dosa 

mereka dan wujud kemarahan yang baik terhadap diri sendiri 

sebab  tindakan bodoh mereka. namun  , “Jangan berhenti sampai 

di situ, seolah melakukan itu saja sudah cukup. Yang lebih penting lagi 

yaitu  menata hati pada hari berpuasa dan merendahkan diri 

bukannya mengurusi pakaian. Bahkan, tidak perlulah mengoyak pa-

kaian jika engkau tidak mengoyakkan hati, sebab  tanda saja tanpa 

maknanya yang sebenarnya tak ubahnya seperti berolok-olok dan 

menghina serta menantang Tuhan  .” Yang dicari dan dikehendaki Tuhan   

yaitu  hati yang terkoyak. Jiwa yang hancur, hati yang patah dan 

remuk, tidak akan dipandang hina oleh-Nya (Mzm. 51:19). Sewaktu 

kita amat berdukacita sebab  dosa hingga sangatlah tertusuk hati 

kita memikirkan betapa kita telah menyepelekan Tuhan   dan 

menghinakan diri sendiri, sewaktu kita mulai merasa jijik pada dosa, 

dan dengan sungguh-sungguh mendambakan serta berusaha 

membersihkan diri darinya dan tidak akan pernah melakukannya 

lagi, maka saat itulah kita mengoyakkan hati, dan barulah Tuhan   akan 

mengoyakkkan langit dan turun menghampiri kita dengan belas 

kasihan.  

(2) Kita harus sepenuhnya berbalik kepada Tuhan   kita dan pulang 

kepada-Nya jsesudah  tergelincir ke dalam dosa. “Berbaliklah kepada-

Ku,” firman TUHAN (ay. 12), dan sekali lagi (ay. 13), “Berbaliklah 

kepada TUHAN, Tuhan  mu.” Puasa dan ratap tangis kita tidak berarti 

apa-apa bila dengan itu kita tidak berbalik kepada Tuhan   sebagai 

Tuhan   kita. saat  kita benar-benar sadar bahwa kewajiban dan 

kepentingan kita ialah tetap melekat pada-Nya, dan saat  kita 

sungguh-sungguh menyesal sebab  telah membelakangi Dia, lalu 

dengan keputusan yang teguh dan pasti, kita menjadikan kemuliaan-

Nya sebagai tujuan hidup kita, kehendak-Nya sebagai aturan kita, 

dan perkenanan-Nya sebagai kebahagiaan kita, maka saat itulah kita 

berbalik kepada TUHAN, Tuhan   kita. Hal inilah yang diperintahkan 

kepada kita, dan kita diundang agar melakukannya dengan segera. 

2. Alasan-alasan yang dikemukakan guna meyakinkan umat itu untuk 

kembali kepada TUHAN dan kembali kepada-Nya dengan segenap hati. 

saat  hati sudah terkoyak sebab  dosa dan tercabik dari dosa itu, maka 

ia siap berbalik kepada Tuhan   sepenuhnya dan mengabdi seutuhnya 

kepada Dia. Tuhan   mengingini hati kita seluruhnya, atau tidak sama 

sekali. Nah, untuk memahami hal ini, mari kita renungkan,  

(1) Kita yakin bahwa Dia yaitu  Tuhan   yang baik dalam segalanya. Kita 

harus berbalik kepada TUHAN, Tuhan   kita, bukan hanya sebab  Dia 

telah bertindak adil dan benar dengan menghukum kita sebab  dosa, 

sehingga rasa takut mendorong kita kembali kepada-Nya, namun  juga 

sebab  Dia pengasih dan penyayang dalam menerima pertobatan 

kita, sehingga pengharapan akan kasih sayang-Nya itu harusnya 

menarik kita mendekat kepada-Nya. Dia itu pengasih dan penyayang, 

Dia tidak senang melihat kebinasaan orang berdosa, melainkan rindu 

melihat mereka berbalik dan hidup. Dia panjang sabar terhadap 

orang-orang yang menyakiti-Nya, dan berlimpah kasih setia terhadap 

yang ingin menyenangkan Dia. Ungkapan yang tepat sama dipakai 

Tuhan   saat  Dia menyerukan nama-Nya dengan berjalan lewat di 

depan Musa dengan segala kemuliaan-Nya (Kel. 34:6-7). Ia menyesal 

sebab  hukuman-Nya, bukan berarti Ia berubah pikiran, namun  saat  

orang berdosa berubah pikiran, sikap Tuhan   terhadap dia pun 

berubah. Putusan hukuman pun dibatalkan dan kutuk hukum Taurat 

pun dicabut kembali. Perhatikanlah, pertobatan yang timbul dari 

keyakinan penuh akan kasih sayang Tuhan   yang kepada-Nya kita 

telah berdosa, itulah pertobatan yang sejati, tulus, dan sesuai dengan 

Injil. Bertobatlah, sebab kerajaan Tuhan   sudah dekat. Kebaikan Tuhan  , 

bila dipahami dengan tepat, bukan membuat kita semakin berani 

berbuat dosa, melainkan akan menjadi dorongan yang sungguh kuat 

untuk bertobat (Mzm.130:4). Jaminan perlindungan membawa orang 

kepada Tuhan  , sementara ancaman hukuman menakuti orang hingga 

menjauh dari-Nya.  

(2) Kita punya alasan untuk berharap bahwa jika kita bertobat, Dia akan 

memberi  hal-hal baik yang telah hilang dari kita akibat dosa kita 

sendiri (ay. 14). Dia akan berbalik dan menyesal, dan tidak akan terus 

menghajar kita seperti sebelumnya, sebaliknya Ia akan bertindak 

untuk kebaikan kita. sebab  itu, marilah kita bertobat dari dosa-dosa 

kita yang melawan-Nya, dan kembali kepada-Nya dengan melakukan 

tanggung jawab kita kepada Dia. Sebab, dengan begitu kita bisa 

berharap Dia akan menyesal atas hukuman-Nya terhadap kita dan 

berbalik kepada kita dengan belas kasihan-Nya. Di sini, amatilah,  

[1] Cara berharap sangatlah rendah hati dan sopan: “Siapa tahu, 

mungkin Ia mau....” Sebagian penafsir beranggapan bahwa 

pengharapan tadi diungkapkan dengan penuh keraguan seperti 

itu guna menegur bangsa itu supaya jangan lancang dan merasa 

aman, serta untuk mendorong mereka untuk berhati-hati dan 

bersemangat dengan penuh kesalehan dalam pertobatannya 

(Lihat Yos. 24:19). Atau, ungkapan keraguan itu muncul sebab  

kelepasan dari penghukuman sementaralah yang diharap-

harapkan bangsa itu, dan kita tidak dapat sepenuhnya yakin 

bahwa Tuhan   akan bermurah hati dalam mengabulkan keinginan 

hal lahiriah seperti ini. Tidak diragukan lagi bahwa jika kita 

benar-benar bertobat dari dosa, Tuhan   akan mengampuni dan 

berdamai dengan kita. Namun, kita tidak tahu apakah Ia akan 

menyingkirkan persoalan kita yang satu atau yang lainnya. 

Meskipun demikian, kemungkinan itu semestinya mendorong 

kita untuk bertobat. Janji-janji tentang hal-hal baik yang sifatnya 

lahiriah sering kali tidak diberikan dengan kepastian penuh. 

Mungkin kamu akan terlindung (Zef. 2:3). Dosa Daud diampuni, 

namun  anaknya tetap mati, dan saat  Daud berdoa memohon agar 

ia hidup, katanya, “Siapa tahu TUHAN mengasihani aku juga dalam 

perkara ini” (2Sam. 12:22). Penduduk Niniwe bertobat dan 

mereformasi diri sebab  memikirkan kemungkinan seperti itu 

juga (Yun. 3:9).  

[2] Isi pengharapan mereka sangatlah saleh. Mereka berharap Tuhan   

akan berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat. 

Maksudnya bukan seolah Tuhan   hendak meninggalkan mereka, 

lalu mereka boleh merasa puas saja dengan berkat yang 

ditinggalkan-Nya sebagai pengganti kehadiran-Nya. Sebaliknya, 

maksudnya yaitu  “jsesudah  menghentikan permusuhan-Nya 

dengan kita, Ia akan mengaruniakan berkat atas kita.” Dan, 

berkat apakah itu? Yaitu, korban sajian dan korban curahan bagi 

TUHAN, Tuhan   kita. Hasil bumi disebut berkat (Yes. 45:8), sebab 

semua itu tergantung pada berkat Tuhan   dan merupakan berkat 

yang perlu bagi hidup kita. Berkat berupa hasil bumi itu telah 

dicabut dari mereka, dan yang paling menyedihkan bagi mereka 

dalam keadaan ini  yaitu  bahwa mezbah Tuhan   turut ke-

hilangan semua persembahannya dan imam-imam Tuhan   

kehilangan topangan hidup mereka. Itu sebabnya, penghiburan 

bagi mereka ialah harapan akan kembalinya kelimpahan 

sehingga akan ada lagi korban sajian dan korban curahan yang 

dibawa ke mezbah Tuhan  . Mereka lebih menginginkannya 

dibandingkan  makanan dan minuman untuk meja mereka sendiri. 

Begitu juga Hizkia, saat  mengharapkan kesembuhan dari pe-

nyakitnya, ia berkata, “Apakah yang akan menjadi tanda, bahwa 

aku akan pergi ke rumah TUHAN?” Bukan ke takhta penghakiman 

atau ke tempat dewan pejabat, melainkan ke rumah TUHAN (Yes. 

38:22). Perhatikanlah, kenikmatan berlimpah akan ketetapan-

ketetapan Tuhan   beserta kuasa dan kemurniannya merupakan 

bentuk kemakmuran dan berkat terbesar suatu umat. Itulah hal 

terbesar yang dapat dirindukan umat. Jika Tuhan   memberi  ber-

kat berupa korban sajian dan korban curahan, maka berkat-berkat 

itu akan membawa serta berkat-berkat lain, dan menguduskannya, 

memaniskannya, dan mengamankannya.  

II. Seluruh bangsa Yehuda dipanggil untuk bertobat bersama, untuk 

mengadakan suatu perkumpulan raya sebagai tindakan seluruh bangsa, 

untuk memuliakan Tuhan   dan membangkitkan hati satu sama lain. Dengan 

begitu, bangsa-bangsa tetangga juga akan mengetahui dan mengamati apa 

yang melayakkan Israel menerima kembali belas kasihan Tuhan  . Itulah yang 

akan memberi kesaksian yang mengagumkan mereka. Mari kita amati,  

1. Bagaimana umat harus dikumpulkan (ay. 15-16). Sangkakala ditiup (ay. 

1), untuk mengumumkan peringatan perang. Namun, sekarang ia ditiup 

sebagai perjanjian damai. Tuhan   bersedia menyatakan belas kasih kepada 

umat-Nya hanya jika Ia melihat mereka berada dalam sikap yang tepat. 

Itu sebabnya, suruhlah mereka berkumpul, adakanlah puasa yang kudus. 

Menurut hukum Taurat, ada banyak hari raya tahunan yang ditetapkan, 

namun  hanya ada satu hari dalam setahun yang harus dirayakan dengan 

berpuasa, yaitu hari raya pendamaian, hari untuk merendahkan diri. Jika 

mereka senantiasa melekat pada Tuhan   dan menjalankan kewajibannya, 

tidak ada hari lain di mana mereka harus berpuasa. Namun, sebab  me-

reka telah mendatangkan hukuman Tuhan   dengan berdosa, mereka sering 

diperintahkan untuk berpuasa. Perkataan pada pasal 1:14 diulangi di 

sini, “Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya, 

kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah. Tetapkanlah waktu untuk 

mengadakan persiapan kudus sebelumnya dan ingatkan mereka untuk 

mempersiapkan diri. Orang-orang terhormat pun tidak terkecuali, 

himpunkanlah orang-orang yang tua, para hakim dan pejabat. Orang-

orang terendah jangan terlewatkan, kumpulkanlah anak-anak, bahkan 

anak-anak yang menyusu.” Mengajak anak-anak kecil ke pertemuan 

ibadah begitu mereka mampu mengerti, itu tindakan yang baik, supaya 

mereka terlatih sejak dini untuk melangkah pada jalan yang semestinya. 

namun  , dalam kesempatan ini, anak-anak yang menyusu pun harus 

dibawa dan diajak berpuasa, supaya oleh tangisan mereka meminta 

susu, hati orangtuanya tergerak untuk bertobat. Dan sebab  lidah bayi 

melekat pada langit-langit sebab  haus (Rat. 4:4), Tuhan   pun berbelas 

kasihan kepada mereka, seperti kepada anak-anak Niniwe (Yun. 4:11). 

Pasangan yang baru menikah pun tidak boleh dikecualikan, baiklah 

penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten wanita  dari 

kamar tidurnya. Janganlah mereka berlaku seperti biasa, mengenakan 

perhiasan-perhiasan, dan bersukaria, melainkan haruslah mereka turut 

dalam kewajiban untuk berpuasa bersama dengan kesungguhan hati dan 

kesedihan yang sama seperti orang-orang lainnya. Perhatikanlah, suka-

cita pribadi harus dikesampingkan demi dukacita bersama, baik dukacita 

sebab  penderitaan maupun sebab  dosa. 

2. Bagaimana tugas hari itu harus dijalankan (ay. 17).  

(1) Para imam, pelayan-pelayan TUHAN, harus memimpin jemaat serta 

menjadi penyambung lidah Tuhan   bagi umat dan sebaliknya menjadi 

penyambung suara umat kepada Tuhan  . Siapakah yang harus menjadi 

perantara untuk memalingkan murka Tuhan  , selain mereka yang 

bertugas menaikkan syafaat pada hari-hari biasa?  

(2) Mereka harus bertugas di antara balai depan dan mezbah. Di situlah 

mereka biasanya mempersembahkan korban. Sekarang, sebab  tidak 

ada, atau hampir tidak ada korban yang dapat dipersembahkan, di 

situ pula mereka harus berdiri mempersembahkan korban rohani. Di 

situlah mereka harus dilihat oleh umat sedang menangis dan ber-

gumul, seperti leluhur mereka, Yakub, dan mengambil sikap sujud 

yang sama. Para pelayan TUHAN sendiri harus merasakan apa yang 

mereka ingin agar dirasakan oleh jemaat. Di antara balai depan dan 

mezbah, Zakharia bin Yoyada dibunuh sebab  kesetiaannya. Tuhan   

menuntut darah yang berharga itu dari tangan mereka, maka, untuk 

menyingkirkan hukuman yang diancamkan akibat dosa itu, di 

sanalah mereka harus menangis.  

(3) Mereka harus berdoa. Di sini diajarkan apa yang harus mereka 

katakan dalam doa. Beginilah seharusnya permohonan mereka, 

“Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu.” Di tengah kesesakan, kelegaan 

yang dapat diharapkan umat Tuhan   hanyalah belas kasihan-Nya. 

Mereka tidak bisa berkata, “Ya TUHAN, benarkanlah kami,” 

melainkan, “TUHAN yang baik, sayangilah kami. Kami pantas dihajar, 

kami perlu itu. namun , ya TUHAN, ringankanlah hukuman kami.” 

Permohonan pendosa yaitu , Sayangilah kami, ya TUHAN yang baik. 

Permohonan mereka haruslah berasal dari hubungan mereka 

dengan Tuhan  , “Mereka itu umat-Mu, milik-Mu sendiri, maka 

kasihanilah mereka,” khususnya dengan mengedepankan kemuliaan 

Tuhan   di tengah persoalan mereka. “Ya TUHAN, janganlah biarkan 

milik-Mu sendiri menjadi cela, dicela sebab  kelaparan. Jangan 

biarkan tanah Kanaan yang selama ini dipuja sebagai kemakmuran 

seluruh negeri, kini menjadi cibiran segala bangsa. Jangan biarkan 

bangsa-bangsa menguasai mereka sebab  umat milik-Mu melarat 

dan tidak mampu menopang hidupnya. Jangan biarkan bangsa-

bangsa menyindir kepada mereka dan memakai keadaan mereka 

menjadi peribahasa, ‘Menjadi miskin dan peminta-minta seperti orang 

Israel.’” Perhatikanlah, mempertahankan nama baik suatu bangsa di 

antara negeri tetangganya merupakan berkat yang harus didamba-

kan dan didoakan oleh semua orang yang mengharapkannya. 

Namun, yang harus ditakuti dan dijauhi ialah cemooh kepada umat 

Tuhan   yang menghinakan Tuhan  : “Jangan sampai orang berkata di 

antara bangsa: Di mana Tuhan   mereka, Tuhan   yang berjanji menolong 

mereka, Tuhan   yang mereka bangga-banggakan dan percayai begitu 

rupa?” Bila milik Tuhan   dimusnahkan, bangsa-bangsa di sekeliling 

mereka akan berkata, “Tuhan   itu lemah dan tidak mampu melepaskan 

mereka, atau jahat dan tidak mau melakukannya.” Ulangan 32:37, “Di 

manakah Tuhan   mereka, gunung batu tempat mereka berlindung?” 

Demikianlah Sanherib bersorak-sorai atas orang Israel, “Di manakah 

para Tuhan   negeri Hamat dan Arpad?” Namun, jangan sampai dikata-

kan tentang Israel, “Di manakah Tuhan   mereka?” Sebab kita yakin bah-

wa Tuhan   kita di sorga (Mzm. 115:2-3), di bait-Nya (Mzm.11:4). 

Janji Rahmat 

(2:18-27) 

18 TUHAN menjadi cemburu sebab  tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya. 19 

TUHAN menjawab, kata-Nya kepada umat-Nya: “Sesungguhnya, Aku akan mengirim 

kepadamu gandum, anggur dan minyak, dan kamu akan kenyang memakannya; Aku tidak 

akan menyerahkan kamu lagi menjadi cela di antara bangsa-bangsa. 20 Yang datang dari 

utara itu akan Kujauhkan dari padamu, dan akan Kuusir ke suatu negeri kering dan 

tandus, barisan mukanya ke laut timur, dan barisan belakangnya ke laut barat, maka bau 

busuknya dan bau anyirnya akan naik, sebab ia telah melakukan perkara yang besar. 21 

Jangan takut, hai tanah, bersorak-soraklah dan bersukacitalah, sebab juga TUHAN telah 

melakukan perkara yang besar! 22 Jangan takut, hai binatang-binatang di padang, sebab 

tanah gembalaan di padang gurun menghijau, pohon menghasilkan buahnya, pohon ara 

dan pohon anggur memberi kekayaannya. 23 Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan ber-

sukacitalah sebab  TUHAN, Tuhan  mu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada 

awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan 

hujan pada akhir musim seperti dahulu. 24 Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh 

dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak. 25 Aku akan 

memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang 

pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang 

besar yang Kukirim ke antara kamu. 26 Maka kamu akan makan banyak-banyak dan 

menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Tuhan  mu, yang telah mem-

perlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-

lamanya. 27 Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa 

Aku ini, TUHAN, yaitu  Tuhan  mu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi 

malu lagi untuk selama-lamanya.” 

Lihatlah betapa Tuhan   siap sedia menolong dan melepaskan umat-Nya, betapa Ia 

menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya. Segera jsesudah  

mereka merendahkan diri di bawah tangan-Nya, berdoa, dan mencari wajah-

Nya, Ia langsung memberi  perkenanan-Nya. Mereka berdoa agar Tuhan   

menyayangi mereka, dan lihatlah sekarang betapa Ia menjawab mereka dengan 

kata-kata yang ramah dan yang menghiburkan. Sebab, janji-janji Tuhan   yaitu  

jawaban nyata atas doa-doa yang penuh iman, sebab bagi Tuhan  , berkata dan ber-

tindak bukan dua hal berbeda. Sekarang, amatilah, 

I. Dari mana asalnya belas kasih yang dijanjikan itu (ay. 18): TUHAN menjadi 

cemburu sebab  tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya. Ia akan 

memperhatikan, 

1. Kehormatan-Nya serta nama baik kovenan-Nya dengan Israel. Dengan 

kovenan itu Ia telah menyerahkan tanah yang subur itu kepada mereka 

dan sangat menilai tinggi tanah itu. Sekarang Ia tidak akan 

membiarkannya diremehkan atau dipandang rendah, sebab  Ia cemburu 

demi tanah-Nya serta penduduk-Nya yang selama ini dipuji-puji sebagai 

umat yang berbahagia. Oleh sebab  itu, jangan sampai mereka dihina se-

bagai bangsa yang merana. 

2. Kesesakan Israel. Ia belas kasihan kepada umat-Nya, dan dalam belas 

kasihan-Nya itu, Ia akan memulihkan berkat yang telah hilang dari 

mereka. Belas kasih Tuhan   merupakan dorongan yang kuat bagi orang-

orang yang datang kepada-Nya dengan rendah hati untuk bertobat dan 

memohon. 

II. Seperti apa wujud belas kasihan-Nya, berikut ini beberapa contoh:  

1. Bala tentara pemusnah akan dibuyarkan dan dikalahkan (ay. 20): Yang 

datang dari utara itu akan Kujauhkan dari padamu, yaitu pasukan 

belalang yang menyerbumu dari utara, yang datang dibawa oleh angin 

utara, pasukan yang tidak dapat kalian hentikan. Namun, saat  kalian 

sudah berdamai dengan Tuhan  , Ia akan melepaskanmu dari tentara yang 

berbaris melawanmu itu dan akan mengusirnya ke suatu negeri kering 

dan tandus, yaitu ke padang gurun luas di mana Israel pernah 

mengembara, dan di sanalah belalang-belalang yang telah kekenyangan 

menikmati kekayaan tanah Kanaan itu akan binasa kekurangan 

makanan. Barisan mukanya ke laut timur (Laut Mati, terbentang di timur 

Yudea), dan akan musnah di sana, sedangkan barisan belakangnya ke 

laut barat (yang disebut Laut Besar). Pasukan itu telah menjadikan tanah 

kering dan tandus, maka sekarang Tuhan   akan membuang mereka ke 

tanah yang kering dan tandus pula. Begitulah, siapa yang dipakai Tuhan   

untuk menghukum umat-Nya, mereka akan menerima perhitungan juga 

jsesudah  itu, dan tongkat pemukul pun dilemparkan ke dalam api. Tiada 

yang tersisa dari kawanan serangga itu selain bau busuk mereka. saat  

Mesir dibebaskan dari tulah belalang, hewan itu diterbangkan ke Laut 

Teberau (Kel. 10:19). Perhatikanlah, jsesudah  penderitaan menyelesaikan 

tugasnya, ia akan disingkirkan sebab  belas kasihan, seperti belalang 

Kanaan diusir dari umat yang bertobat, bukan seperti belalang Mesir 

yang disingkirkan dari raja bebal yang tidak mau bertobat, sebab  bagi-

nya murka hanya untuk memberi ruang bagi tulah lain. Banyak penafsir 

mengartikan frasa “yang dari utara” itu sebagai tentara Sanherib yang 

diceraiberaikan Tuhan   jsesudah  Ia menyelesaikan segala pekerjaan-Nya di 

gunung Sion dan di Yerusalem (Yes. 10:12). Musuh ini akan diusir, sebab 

ia telah melakukan perkara yang besar, kejahatan luar biasa, dan 

memperhebat perbuatannya, dan melakukannya dengan keangkuhan 

hati. Oleh sebab  itu, selanjutnya (ay. 21), juga TUHAN telah melakukan 

perkara yang besar bagi umat-Nya, sama seperti pihak musuh telah 

melakukan perkara besar terhadap mereka. TUHAN melakukan perkara 

besar untuk meyakinkan musuh bahwa seberapa pun angkuhnya 

mereka, Dia tetap lebih tinggi dan akan mengatasi mereka, dan hal besar 

apa pun yang mereka perbuat, mereka tidak akan berbuat melebihi apa 

yang disuruhkan-Nya kepada mereka. Tuhan   mengatasi mereka, Ia 

berkata kepada mereka, “Pergi!,” maka mereka pergi, dan “Ke mari!,” 

maka mereka datang, sebab  mereka hanyalah prajurit di bawah 

perintah-Nya. 

2. Negeri yang telah ditanduskan akan diairi dan dijadikan subur. jsesudah  

pasukan tentara diceraiberaikan, apa yang bisa kita lakukan jika tanah 

tetap tandus? Oleh sebab itu, dijanjikanlah, bahwa tanah gembalaan di 

padang gurun menghijau (ay. 22), tanah gembalaan yang telah 

ditanduskan oleh kawanan belalang menjadi seperti padang gurun itu, 

dan pohon menghasilkan buahnya, khususnya pohon ara dan pohon ang-

gur. namun  , melihat betapa gersangnya negeri itu, kita bisa tergoda 

untuk berkata, “Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali? 

Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu 

mungkin terjadi?” Namun, itu pasti terjadi, sebab TUHAN akan 

memberi  kepadamu hujan pada awal dan hujan pada akhir musim 

seperti dahulu, dan jika Ia memberi nya dalam belas kasihan, Ia akan 

memberi dengan adilnya, sehingga hujan itu tidak akan berubah menjadi 

petaka. Dia akan memberi nya pada waktu yang tepat, hujan akhir 

musim pada bulan pertama (ay. 23, KJV), saat  sedang dinantikan dan 

diharapkan. Merupakan penghiburan bagi mereka tatkala melihatnya 

berasal dari tangan Tuhan   dan diatur oleh hikmat-Nya, sebab dengan 

demikianlah kita yakin pengaturannya pasti baik. Telah diberikan-Nya 

kepadamu guru keadilan (menurut terjemahan yang agak luas, “hujan” 

juga bisa berarti “guru” dan terjemahan dari “dengan adilnya” bisa 

diartikan “berdasar  keadilan”). Menurut seorang rabi Yahudi, yang 

dimaksud guru keadilan ini yaitu  Raja Mesias. Banyak orang lain juga 

memahaminya demikian, sebab guru keadilan ini berasal dari Tuhan  , dan 

dia menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. namun  , sebagian pe-

nafsir lain lagi mengartikan guru kebenaran sebagai nabi siapa pun yang 

mengajarkan kebenaran, dan sebagian orang memahaminya sebagai 

Hizkia, dan sebagian lagi Yesaya. Perhatikanlah, saat  Tuhan   mengutus 

guru-guru kebenaran, gembala-gembala yang berkenan di hati-Nya, itu 

merupakan tanda bahwa Tuhan   berbelaskasihan kepada umat-Nya. 

3. Seluruh kerugian mereka akan dipulihkan (ay. 25): “Aku akan 

memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh 

belalang. Engkau akan dihiburkan sesuai dengan banyaknya waktu 

kesesakanmu dan mendapatkan tahun-tahun kelimpahan untuk 

menggantikan tahun-tahun kelaparan.” Demikianlah TUHAN akan 

sayang kepada hamba-hamba-Nya (KJV: TUHAN menyesal sebab  hamba-

hamba-Nya) saat  mereka bertobat, dan untuk menunjukkan betapa Dia 

telah berdamai sepenuhnya dengan mereka, Dia mengubah kerusakan 

akibat penghukuman-Nya menjadi kebaikan, serta membasuh bilur 

mereka seperti yang dilakukan oleh si kepala penjara (Kis. 16:33). 

Meskipun dalam keadilan Ia merampasi mereka, dan dalam hal itu Dia 

tidak bersalah, namun dalam belas kasih-Nya, Dia mengganti kerugian 

mereka. Seperti bapa si anak bungsu yang hilang itu, saat  anaknya 

kembali, menggantikan segala kerugian si anak yang disebabkan oleh 

dosa dan kebodohannya sendiri, dan menerimanya kembali sebagai 

anggota keluarganya seperti dahulu. Kawanan belalang itu disebut 

tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu, maka Dia akan 

mengganti apa yang telah mereka lahap, sebab mereka yaitu  tentara 

milik-Nya. 

4. Israel akan mendapatkan segala yang baik dengan berlimpah-limpah. 

Bumi akan meningkatkan hasilnya, dan umat Israel akan menikmatinya. 

Lihatlah ke tempat-tempat penyimpanan, maka engkau akan mendapati 

tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat 

pemerasan kelimpahan anggur dan minyak (ay. 24), sementara selama 

hari kesesakan, buah anggur sudah kering, minyak sudah menipis, dan 

rengkiang-rengkiang sudah runtuh (1:10, 17). Pandanglah meja-meja 

makan mereka, di mana mereka menaruh apa yang mereka simpan itu, 

dan lihatlah betapa mereka makan banyak-banyak dan menjadi kenyang 

(ay. 26). Mereka tidak makan berlebih sampai menjadi muak. Kiranya 

para pemabuk disembuhkan lewat hari kesesakan itu dari cinta mereka 

akan anggur dan minuman keras, sebab  jsesudah  mereka meratap sebab  

kekurangan anggur (1:5), kini mereka kembali bernyanyi sebab  

kelimpahannya. Namun, sekarang semua orang sudah bertobat dan 

merasakan akibat dosa, dan sebab nya mereka sudah tahu k