in. namun sebagian penafsir lain berpikir bahwa
semuanya datang sekaligus dalam satu tahun. Kita tidak diberi tahu, dalam
sejarah Perjanjian Lama, kapan hal ini terjadi, namun kita yakin bahwa tidak
ada perkataan Tuhan yang jatuh ke tanah dengan sia-sia. Dan, kendati kehan-
curan oleh serangga ini terutama dimaksudkan di sini, namun hal itu
diungkapkan dalam suatu bahasa yang sangat mungkin berlaku bagi
kehancuran negeri oleh suatu serbuan musuh asing. Sebab, jika bangsa
Yehuda tidak mau merendahkan diri dan direformasi oleh hukuman yang
lebih ringan yang memakan habis negeri, maka Tuhan akan mengirimkan
yang lebih besar lagi ke atas mereka, yang akan memakan habis
penduduknya. Dan dengan penjelasan ini mereka diminta untuk
menerimanya sebagai suatu peringatan. Jika bangsa belalang ini tidak dapat
menundukkan mereka, maka bangsa lain akan datang untuk menghancurkan
mereka. Amatilah,
632
1. Binatang-binatang apa yang dikirim untuk melawan mereka, yaitu
belalang pengerip dan belalang pindahan, belalang pelompat dan
belalang pelahap (ay. 4; KJV: belalang dan segala ulat). Sekarang ini kita
tidak dapat menjelaskan bagaimana perbedaan binatang ini satu dengan
yang lainnya. Mereka semua binatang serangga yang kecil, semuanya
hina, dan dengan mudah dapat diinjak atau pencet dengan tangan
manusia. namun saat kereka datang dalam kawanan yang besar,
mereka menjadi tangguh dan memakan habis semua di hadapan mereka.
Perhatikanlah, Tuhan yaitu TUHAN atas segala bala tentara, yang
memerintah semua makhluk ciptaan-Nya, dan saat Ia mau, Ia dapat
merendahkan dan membuat malu suatu umat yang sombong dan
memberontak melalui makhluk yang paling lemah dan paling hina.
Manusia dikatakan bagaikan seekor ulat, dan dengan ini tampaknya ia
itu lebih kecil dari seekor ulat, sebab, saat Tuhan berkehendak, maka
ulat atau belalang pun terlalu sukar baginya, sehingga mampu menjarah
negerinya, memakan habis semua yang telah diusahakannya, membi-
nasakan semua yang hijau, dan memutus topangan hidup dari suatu
bangsa yang kuat. Semakin lemah sarana yang dipakai Tuhan , semakin
besar kuasa-Nya diagungkan.
2. Betapa ganas dan dahsyatnya mereka datang. Para penyerbu ini disebut
suatu bangsa (ay. 6), sebab mereka menyatu dalam suatu kumpulan
besar dan bertindak melalui kesepakatan seolah-olah dengan suatu
rancangan bersama. Sebab, kendati belalang tidak memiliki raja,
namun semuanya berbaris dengan teratur (Ams. 30:27), dan ini
disebutkan sebagai sebuah contoh dari hikmat mereka. Bijaklah bagi
mereka yang lemah untuk bersatu dan bertindak bersama. Mereka kuat,
sebab mereka tak terbilang banyaknya. Sebutir debu pada neraca ringan
saja, dan mudah ditiup angin, namun setumpuk debu yaitu berat.
Demikian pula seekor belalang hanya dapat berbuat sedikit namun satu
belalang (LAI: ulat) cukup untuk menghancurkan pohon jarak Yunus,
sebaliknya dalam jumlah yang besar mereka dapat melakukan keajaiban.
Mereka dikatakan memiliki gigi singa, gigi dari seekor singa yang besar,
oleh sebab besar dan hebatnya kehancuran yang mereka akibatkan.
Perhatikanlah, belalang menjadi seperti singa saat mereka datang
dengan dipersenjatai sebuah tugas ilahi. Kita membaca tentang belalang
yang keluar dari lubang yang tak berdasar, sehingga gigi mereka sama
seperti gigi singa (Why. 9:8).
3. Kerusakan yang mereka timbulkan. Mereka memakan habis semua di
hadapan mereka (ay. 4). Apa yang ditinggalkan yang satu dimakan habis
Kitab Yoel 1:1-7
633
oleh yang lain. Mereka membinasakan tidak hanya rumput dan gandum,
namun juga pohon-pohon (ay. 7): telah dibuatnya pohon anggurku
menjadi musnah. Di sana hama memakan daun-daun yang seharusnya
menjadi tempat perlindungan bagi buah saat hendak masak, dan itu
pun juga binasa dan tak tersisakan. Mereka memakan bahkan kulit dari
pohon ara hingga binasa. Jadi, pohon araku menjadi buntung, demikian
pula tidak ada buah pada pohon anggur.
III. Sebuah panggilan kepada pemabuk untuk meratapi hukuman ini (ay. 5):
Bangunlah, hai pemabuk, dan menangislah! Merataplah, hai semua peminum
anggur. Hal ini menyatakan,
1. Bahwa mereka akan menderita dengan sangat oleh bencana ini. Bencana
menyentuh mereka di bagian yang paling lemah. Anggur baru yang
mereka cintai dengan sangat akan dirampas dari mulut
mereka. Perhatikanlah, yaitu adil bagi Tuhan untuk merampas
kesenangan yang diselewengkan menjadi kemewahan dan foya-foya,
untuk memulihkan gandum dan anggur yang dipersiapkan bagi Baal,
yang dijadikan makanan dan bahan bakar bagi hawa nafsu yang
mematikan. Dan bagi mereka hukuman jenis ini yaitu yang paling
mengerikan. Semakin orang menempatkan kebahagiaan mereka dalam
pemuasan jasmani, semakin berat rasanya penderitaan jasmani. Pemi-
num air tidak perlu khawatir saat anggur dirampas. Mereka dapat
hidup dengan baik tanpa anggur. Tidak ada masalah bagi orang-orang
yang terbiasa mematikan raga mereka. namun peminum anggur akan
menangis dan meratap. Semakin banyak kesenangan yang kita buat
untuk kepuasan kita, semakin banyak kita membuat diri kita
menghadapi masalah dan kekecewaan.
2. Menyiratkan bahwa para peminum anggur itu selama ini tidak peduli
dan masa bodoh terhadap berbagai tanda ketidaksenangan Tuhan
sebelumnya. sebab itu mereka di sini dipanggil untuk bangunlah, dan
menangislah. Orang-orang yang tidak mau dibangkitkan dari
kenyamanan mereka oleh firman Tuhan akan dibangkitkan oleh tongkat
hajaran-Nya. Orang-orang yang tidak mau disadarkan oleh hukuman
yang diancamkan akan ditawan olehnya. Dan saat mereka ingin makan
buah terlarang, maka suatu larangan dalam bentuk lain akan datang di
antara cangkir dan bibir, dan merampas anggur dari mulut mereka.
634
Ancaman Hukuman
(1:8-13)
8 Merataplah seperti anak dara yang berlilitkan kain kabung sebab mempelai, kekasih
masa mudanya. 9 Korban sajian dan korban curahan sudah lenyap dari rumah TUHAN;
dan berkabunglah para imam, yakni pelayan-pelayan TUHAN. 10 Ladang sudah musnah,
tanah berkabung, sebab gandum sudah musnah, buah anggur sudah kering, minyak sudah
menipis. 11 Para petani menjadi malu, tukang-tukang kebun anggur meratap sebab
gandum dan sebab jelai, sebab sudah musnah panen ladang. 12 Pohon anggur sudah
kering dan pohon ara sudah merana; pohon delima, juga pohon korma dan pohon apel,
segala pohon di padang sudah mengering. Sungguh, kegirangan melayu dari antara anak-
anak manusia. 13 Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah,
hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para
pelayan Tuhan ku, sebab sudah ditahan dari rumah Tuhan mu, korban sajian dan korban
curahan.
Hukuman yang digambarkan di sini sangatlah menyedihkan, dan sedemikian
hebatnya sampai akan dialami oleh berbagai macam orang. Hukuman itu tidak
hanya akan merampas kesenangan pemabuk (jika ini menjadi yang terburuk,
maka pantaslah untuk ditanggung), namun juga akan melenyapkan kebutuhan
hidup orang lain, yang sebab nya dipanggil untuk menangis dan meratap (ay. 8),
seperti seorang perawan meratapi kematian tunangannya, yang belum sempat
dinikahinya, namun sudah seperti menjadi suaminya, atau seperti seorang
wanita muda yang baru menikah, lalu darinya kekasih masa mudanya,
suaminya yang masih muda, atau suami yang dinikahinya saat ia masih muda,
dengan tiba-tiba diambil pergi oleh kematian. Di antara pasangan yang baru
menikah yang masih muda, yang menikah sebab kasih, dan yang sangat intim
dan karib, pastilah ada kesukaan yang besar, dan sebab itu sangatlah hebat
kesedihannya jika salah satu diambil. Ratapan hebat juga akan terjadi sebab
kehilangan gandum dan anggur. Perhatikanlah, semakin kita terikat pada
kesenangan lahiriah, semakin sukar untuk berpisah dengannya. Lihatlah hal
yang sama di dalam Yesaya 32:10-12. Dua macam orang disebutkan di sini, yang
akan meratapi kehancuran ini, yaitu para petani dan pelayan-pelayan TUHAN.
I. Hendaklah para petani dan tukang-tukang kebun anggur meratap (ay. 11).
Hendaklah mereka menjadi malu dengan segala susah payah yang sudah
mereka kerjakan dalam mengurus kebun anggur mereka, sebab semuanya
itu akan sia-sia dan tidak ada keuntungan apa-apa. Mereka akan melihat
hasil panen mereka dimakan habis di depan mata mereka dan tidak akan
sanggup menyelamatkannya. Perhatikanlah, orang-orang yang bekerja
hanya untuk makanan yang dapat binasa, lambat atau cepat, akan menjadi
malu sebab segala susah payahnya. Tukang-tukang kebun anggur akan
menyatakan tangisan hebat mereka dengan melonglong, saat mereka
Kitab Yoel 1:1-7
635
melihat kebun-kebun anggurnya berguguran daun dan buahnya, dan batang-
batangnya menjadi kering. Tidak ada yang didapat atau diharapkan darinya,
padahal dengan panen ini mereka dapat membayar uang sewa tanah
dan mencukupi hidup keluarga mereka. Kehancuran secara khusus
dijelaskan di sini: Ladang sudah musnah (ay. 10). Semua yang dihasilkan su-
dah habis. Tanah berkabung. Tanah juga memiliki perasaan dan kelihatan
sedang sedih. Semua yang tinggal di negeri menangis sebab kehilangan apa
yang mereka dapatkan, takut binasa sebab kekurangan (Yes. 24:4; Yer.
4:28). “Gandum, jelai, yang menjadi makanan pokok, telah musnah. Anggur
baru, yang seharusnya dibawa masuk ke dalam gudang penyimpanan, sudah
kering. Mereka malu sebab apa yang mereka harapkan tidak terwujud.
Minyak sudah menipis, sebab (menurut kitab terjemahan bahasa Aram)
buah zaitun telah gugur.” Orang-orang tidak lagi bersyukur kepada Tuhan
seperti yang mereka biasa lakukan atas makanan yang menyegarkan hati
manusia, anggur yang menyukakan hati manusia, dan minyak yang membuat
muka berseri (Mzm. 104:15). Oleh sebab itu sudah sepantasnya mereka
dipanggil untuk meratapi kehilangan dan kekurangan yang akan mereka
alami, atas semua hasil bumi, yang telah diberikan Tuhan bagi kecukupan
atau kesenangan (hal ini diulangi lagi, ay. 11-12). Ini termasuk gandum dan
jelai, dua unsur utama untuk membuat roti, gandum untuk orang kaya dan
jelai untuk orang miskin, sehingga yang kaya dan yang miskin bertemu
bersama di dalam bencana. Pohon-pohon dihancurkan, tidak hanya pohon
anggur dan pohon ara (seperti sebelumnya, ay. 7), yang lebih berguna dan
diperlukan, namun juga pohon-pohon lain yang berguna bagi kesenangan,
seperti pohon delima, pohon korma dan pohon apel, ya, segala pohon di
padang, dan pohon kayu serta pohon buah-buahan. Ringkasnya, sudah
musnah panen ladang (ay. 11). Dan dengan demikian kegirangan melayu dari
antara anak-anak manusia (ay. 12). Kegirangan sebab panen, yang biasa
dipakai untuk mengungkapkan sukacita bersama yang besar, sudah musnah,
berubah menjadi rasa malu dan ratapan. Perhatikanlah, kemusnahan panen
berarti layu juga kegirangan anak-anak manusia. Orang-orang yang menaruh
kebahagiaan mereka pada berbagai kesukaan jasmani, saat semuanya itu
diambil dari mereka, atau terganggu dalam menikmatinya, akan kehilangan
seluruh kegirangan mereka. Sedangkan anak-anak Tuhan , yang memandang
kesukaan jasmani dengan sikap hina yang kudus, dan yang tahu bagaimana
menjadikan Tuhan sebagai kesukaan hati mereka, dapat bersukacita di dalam
Dia sebagai Tuhan keselamatan mereka bahkan saat pohon ara tidak lagi
berbuah. Sukacita rohani sangat jauh dari mengering sehingga ia terus
mekar (Hab. 3:17-18). Mari kita lihat di sini,
636
1. Betapa segala penghiburan dan kesenangan yang berasal dari ciptaan
tidaklah pasti dan sedang lenyap. Kita tidak pernah dapat merasa pasti
dengan kelangsungannya. Kita lihat di sini langit telah memberi hujan
pada waktunya, bumi telah memberi kekuatannya, dan saat
minggu panen yang ditentukan segera tiba, orang merasa yakin pasti
akan mendapatkan panen yang berlimpah. namun , di saat terakhir
itu, mereka diserbu oleh musuh-musuh yang tidak disangka-sangka, dan
memusnahkan semuanya, dan bukan dengan api atau pedang. sebab
itu, berhikmatlah kita untuk tidak menumpuk harta kita pada hal-hal
yang rentan terhadap banyak kejadian yang tidak terduga.
2. Lihatlah betapa perlunya kita hidup dalam kebergantungan terus-menerus
kepada Tuhan dan penyelenggaraan-Nya, sebab tangan kita sendiri
tidaklah cukup bagi kita. saat kita melihat butir-butir yang penuh
isinya, dan merasa yakin, bahkan, saat kita berhasil membawanya
pulang, namun jika Ia menghembuskannya, bahkan, jika Ia tidak
memberkatinya, maka kita tidak akan mendapat apa yang baik darinya.
3. Lihatlah betapa rusaknya akibat yang ditimbulkan oleh dosa. Taman
firdaus diubahnya menjadi padang gurun, ladang yang subur, yang
tersubur di muka bumi, menjadi kering, sebab kesalahan orang-orang
yang tinggal di dalamnya.
II. Hendaklah imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN, meratap sebab mereka
juga berbagi dalam malapetaka itu: Lilitkanlah kain kabung (ay. 13). Bahkan,
berkabunglah (ay. 9). Amatilah, para imam disebut para pelayan mezbah,
sebab mezbah yang mereka layani, dan pelayan-pelayan TUHAN (Tuhan ku,
kata sang nabi), sebab dengan menjaga mezbah mereka melayani Dia,
melakukan pekerjaan-Nya dan memberi-Nya kemuliaan. Perhatikanlah, orang-
orang yang dipakai dalam hal-hal yang kudus yaitu para pelayan Tuhan , dan
Dialah yang mereka layani. Para pelayan mezbah biasanya bersukacita di
hadapan TUHAN dan menghabiskan banyak waktu di dalam menyanyi
menyembah-Nya. namun sekarang mereka harus berkabung dan meratap,
sebab korban sajian dan korban curahan sudah lenyap dari rumah TUHAN
(ay. 9), dan juga (ay. 13), dari rumah Tuhan mu. “Ia yaitu Tuhan mu dengan
cara yang istimewa. Engkau memiliki hubungan yang lebih erat dengan Dia
dibandingkan orang Israel yang lain. Oleh sebab itu, diharapkan bahwa engkau
seharusnya lebih prihatin dibandingkan yang lain untuk memperhatikan apa
yang menghalangi pelayanan di tempat kudus-Nya.” Hal itu menyiratkan,
1. Bahwa umat, selama mereka memperoleh hasil bumi pada musimnya,
mereka membawa dan mempersembahkan kepada TUHAN apa yang
Kitab Yoel 1:1-7
637
menjadi bagian-Nya, dan membawa persembahan ke mezbah serta
persepuluhan kepada orang-orang yang melayani mezbah.
Perhatikanlah, suatu umat bisa saja memenuhi takaran kejahatan
mereka, sementara terus menjalankan kegiatan keagamaan secara
lahiriah.
2. Bahwa, saat hasil bumi untuk makanan dan minuman mengecewakan,
maka korban sajian dan korban curahan juga mengecewakan. Dan ini
yaitu bentuk melapetaka yang paling menyedihkan. Perhatikanlah,
saat masalah rakyat menimbulkan halangan bagi pelayanan
keagamaan, maka yang paling meratapi keadaan itu terutama yaitu
para imam, para pelayan TUHAN. saat kemiskinan menyebabkan
kemerosotan kesalehan dan pengabaian tugas-tugas jabatan ilahi, se-
hingga kepentingan agama merana di tengah umat, maka hal itu sungguh
merupakan sebuah hukuman yang menyedihkan. saat kelaparan
terjadi, Tuhan tidak mendapat korban persembahan bagi-Nya, juga para
imam tidak mendapatkan tunjangan hidup mereka. Oleh sebab itu,
berkabunglah para imam, pelayan-pelayan TUHAN.
Ancaman Hukuman dan Permakluman Puasa
(1:14-20)
14 Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para
tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Tuhan mu, dan berteriaklah
kepada TUHAN. 15 Wahai, hari itu! Sungguh, hari TUHAN sudah dekat, datangnya sebagai
pemusnahan dari Yang Mahakuasa. 16 Bukankah di depan mata kita sudah lenyap
makanan, sukaria dan sorak-sorai dari rumah Tuhan kita? 17 Biji-bijian menjadi kering di
dalam tanah, lumbung-lumbung sudah licin tandas, rengkiang-rengkiang sudah runtuh,
sebab gandum sudah habis. 18 Betapa mengeluhnya hewan dan gempar kawanan-
kawanan lembu, sebab tidak ada lagi padang rumput baginya; juga kawanan kambing
domba terkejut. 19 Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru, sebab api telah memakan habis
tanah gembalaan di padang gurun, dan nyala api telah menghanguskan segala pohon di
padang. 20 Juga binatang-binatang di padang menjerit sebab rindu kepada-Mu, sebab
wadi telah kering, dan api pun telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun.
Kita telah melihat banyaknya air mata yang tertumpah sebab kemusnahan hasil
bumi oleh belalang. Kini di sini kita mendapati tumpahan air mata diarahkan ke
saluran yang benar, yaitu kepada pertobatan dan perendahan diri di hadapan
Tuhan . Hukuman memang sangat berat, dan di sini mereka diarahkan untuk
mengakui tangan Tuhan di dalamnya, tangan Yang Mahakuasa, dan untuk
merendahkan diri di bawahnya. Inilah,
638
I. Sebuah pengumuman dikeluarkan untuk berpuasa bersama. Imam-imam
diperintahkan untuk menetapkan hari puasa umum. Mereka tidak boleh
hanya berkabung sendiri, namun juga harus memanggil yang lain untuk
berkabung: “Adakanlah puasa yang kudus. Hendaknya suatu waktu
dipisahkan dari segala urusan duniawi untuk disediakan bagi kegiatan
ibadah, sebagai ungkapan pertobatan dan ibadah khusus.” Perhatikanlah,
saat terjadi hukuman atas semua orang, maka harus ada perendahan diri
bersama. Sebab sebab penghukuman itu TUHAN Tuhan memanggil untuk
meratap dan berkabung. Dengan segala tanda kesedihan dan rasa malu dosa
harus diakui dan diratapi, kebenaran Tuhan harus diakui, dan perkenanan-
Nya dimohonkan. Amatilah apa yang harus dilakukan oleh suatu bangsa di
saat yang demikian.
1. Suatu hari harus ditetapkan bagi tujuan ini, Satu hari untuk menahan diri
(demikian dalam terjemahan agak luas), suatu hari di mana umat harus
menahan diri dari segala urusan mereka sehari-hari supaya mereka
dapat lebih bersungguh-sungguh beribadah kepada Tuhan , dan dari
semua kesenangan tubuh. Sebab,
2. Harus ada suatu puasa, untuk tidak makan dan minum sebab ibadah,
bukan sebab masalah makan dan minum saja. Raja Niniwe menetapkan
suatu puasa, di mana mereka tidak boleh makan apa-apa (Yun. 3:7).
Dengan berpuasa, kita mengakui diri tidak layak terhadap makanan
pokok kita, dan telah kehilangan semuanya itu serta layak untuk
dijauhkan darinya. Kita menghukum diri sendiri dan mematikan keingin-
an tubuh, yang telah memberi kesempatan bagi dosa. Dengan berpuasa
kita menjaga tubuh agar pantas melayani jiwa untuk melayani Tuhan . Dan
dengan mematikan keinginan nafsu terhadap makanan, maka keinginan
jiwa terhadap apa yang lebih baik dibandingkan hidup, dengan segala
penopangnya, digairahkan. Secara khusus sekaranglah waktu yang tepat
saat Tuhan merampas dari mereka makanan dan minuman. Sebab
dengan demikian mereka dapat menyesuaikan diri terhadap malapetaka
yang menimpa mereka. saat Tuhan berkata, “Adakanlah puasa!” maka
sudah waktunya untuk berkata, “Kita akan berpuasa”.
3. Harus ada suatu pertemuan yang khidmat. Tua-tua dan seluruh
penduduk, para pemuka dan rakyat, harus dikumpulkan bersama, bahkan
seluruh penduduk negeri, supaya Tuhan dihormati oleh perendahan diri
semua orang, supaya mereka malu pada diri sendiri, dan supaya mereka
dapat menarik serta mendorong satu sama lain untuk melaksanakan ke-
wajiban ibadah setiap hari. Seluruh rakyat ikut berbuat salah, semuanya
Kitab Yoel 1:1-7
639
ikut berbagi dalam malapetaka yang menimpa seluruh bangsa ini, dan
sebab nya mereka semua harus bergabung dan mengakui pertobatan.
4. Mereka harus datang bersama di bait Tuhan , rumah TUHAN, Tuhan mereka,
sebab itu yaitu rumah doa. Di sana mereka ada harapan untuk
bertemu dengan Tuhan , sebab itu yaitu tempat yang telah dipilih-Nya
untuk menaruh nama-Nya di sana. Di sana mereka dapat berharap akan
berhasil, sebab tempat itu yaitu gambaran Kristus dan pengantaraan-
Nya. Demikianlah mereka memperoleh berkat dari doa Salomo, bahwa
semua permohonan mereka terkabulkan saat dipanjatkan di atau
menghadap rumah ini. Di rumah Tuhan itulah masalah yang menimpa
mereka sekarang secara khusus dipanjatkan kepada-Nya. 1 Raja-raja
8:37, jika di negeri ini ada belalang, atau belalang pelahap.
5. Mereka harus menguduskan puasa ini, harus menjalaninya menurut
aturan ibadah yang benar, dengan tulus hati dan saleh. Apa gunanya
berpuasa jika tidak dikuduskan?
6. Mereka harus berteriaklah kepada TUHAN. Kepada Dia mereka harus
menyampaikan keluhan mereka dan mempersembahkan doa
permohonan mereka. saat kita berseru di dalam kesengsaraan kita,
kita harus berseru kepada TUHAN. Inilah berpuasa untuk Aku (Za. 7:5).
II. Beberapa pertimbangan disarankan kepada mereka untuk melakukan puasa
ini dan menjalaninya dengan ketat.
1. Tuhan sedang memulai suatu pertentangan dengan mereka. Inilah
waktunya untuk berteriak kepada TUHAN, sebab hari TUHAN sudah
dekat (ay. 15). Yang mereka maksudkan yaitu kelangsungan dan akibat
dari suatu hukuman yang mereka lihat sedang menerobos masuk
menimpa mereka, atau beberapa hukuman yang lebih hebat yang
sekarang diawali dengan hukuman yang sekarang sedang menerobos ini.
Apa pun itu, di sini mereka diajar untuk meratapinya: Wahai, hari itu!
Sungguh, hari TUHAN sudah dekat. Oleh sebab itu, berteriaklah kepada
TUHAN. Sebab,
(1) “Hari hukuman-Nya sudah sangat dekat, sudah dekat. Hukuman itu
tidak akan berlambat-lambat, dan sebab nya engkau juga jangan
berlambat-lambat. Inilah waktunya untuk berpuasa dan berdoa,
sebab hanya ada sedikit waktu saja untuk berbalik.”
(2) Hari itu akan sangat mengerikan. Tidak ada jalan untuk meluputkan
diri, tidak tertahankan: Datangnya sebagai pemusnahan dari Yang
Mahakuasa (Lihat Yes. 13:6). Ini bukan suatu hajaran, namun
penghancuran. Dan hukuman itu datang dari tangan, bukan dari
suatu makhluk yang lemah, melainkan dari Yang Mahakuasa. Dan
siapakah yang mengenal (bahkan siapa yang tidak mengenal) kekuat-
an murka-Nya? Ke mana lagi kita harus pergi dengan tangisan selain
kepada Dia yang dari-Nya datang hukuman yang kita takuti itu?
Tidak ada jalan untuk melarikan diri dari Dia selain berlari kepada
Dia. Tidak ada jalan untuk meloloskan diri dari kehancuran yang
datang dari Yang Mahakuasa selain dengan tunduk dan memohon
kepada Yang Mahakuasa. Kecuali kalau mereka mencari perlindungan
kepada-Ku dan mencari damai dengan Aku (Yes. 27:5).
2. Mereka melihat diri mereka sudah ada di bawah tanda-tanda
ketidaksenanang-Nya. Sudah waktunya untuk berpuasa dan berdoa,
sebab kesesakan itu sangatlah hebat (ay. 16).
(1) Hendaklah mereka melihat ke dalam rumah mereka sendiri, sudah
tidak ada kelimpahan seperti biasanya. Orang-orang yang bertugas
menjaga meja yang penuh tersedia kini harus berhemat-
hemat: Bukankah di depan mata kita sudah lenyap makanan? saat
tangan Tuhan diangkat, manusia tidak akan melihat, saat tangan-
Nya diturunkan, mereka akan melihat. Bukankah sering kali
makanan lenyap di depan mata kita? Marilah kita bekerja untuk
makanan rohani yang tidak terlihat oleh mata kita, dan yang tidak
dapat lenyap.
(2) Kiranya mereka melihat ke dalam rumah Tuhan , dan melihat akibat
dari hukuman itu di sana. Sukaria dan sorak-sorai lenyap dari rumah
Tuhan kita. Perhatikanlah, rumah Tuhan kita yaitu tempat yang layak
untuk sukaria dan sorak-sorai. saat Daud pergi ke mezbah
Tuhan , dia pergi kepada Tuhan sukacitaku yang luar biasa. namun
saat sukaria dan sorak-sorai lenyap dari rumah Tuhan , entah akibat
pencemaran terhadap hal-hal yang kudus atau penganiayaan ter-
hadap orang-orang kudus, saat kesalehan merosot dan kasih yang
menjadi dingin, maka itulah waktunya untuk berseru kepada
TUHAN, waktunya untuk berteriak, Wahai!
3. Sang nabi kembali menggambarkan kengerian dari bencana itu, dengan
beberapa rincian. Gandum dan ternak yaitu hasil pokok peternak. Kini
peternak pun kehilangan keduanya.
(1) Belalang telah memakan habis gandum (ay. 17). Rengkiang (tempat
penyimpanan – pen.), yang biasa mereka pakai untuk mengisi
gandum, telah runtuh, dan lumbung-lumbung sudah licin tandas,
sebab gandum sudah habis, dan pemiliknya berpikir tidak ada guna
memperbaikinya saat tidak ada apa-apa untuk disimpan, dan juga
tidak mungkin ada gandum lagi. Sebab biji-bijian menjadi kering di
dalam tanah, entah sebab terlalu banyak curah hujan atau (yang
lebih umum terjadi di Kanaan) sebab kekurangan hujan, atau
mungkin ada serangga di bawah tanah telah memakannya habis.
saat panen kali ini mengecewakan, petani berharap panen
berikutnya akan berhasil. namun sekarang mereka tidak dapat
berharap seperti itu, sebab biji-bijian untuk benih pun menjadi
sama buruknya seperti hasil panen.
(2) Ternak juga binasa sebab kekurangan rumput (ay. 18): Betapa
mengeluhnya hewan! Hal ini disebutkan oleh sang nabi, supaya umat
tergugah dengannya dan merasa ngeri terhadap hukuman itu.
Keluhan dan rengekan ternak seharusnya melembutkan hati mereka
yang keras dan tidak mau bertobat. Kawan-kawanan lembu, ternak
yang besar, menjadi gempar. Bahkan kawanan kambing domba, yang
biasa hidup dan puas dengan rumput yang sangat sedikit saja,
menjadi terkejut. Lihatlah di sini makhluk ciptaan yang lebih rendah
pun menderita sebab pelanggaran kita, dan mengeluh di bahwa
berat beban ganda, yaitu harus melayani dosa manusia dan tunduk
kepada kutukan Tuhan sebab dosa itu. Terkutuklah tanah sebab
engkau.
III. Sang nabi mendorong mereka untuk berseru kepada Tuhan , dengan melihat
apa yang terjadi.
1. Teladan dari dirinya sendiri (ay. 19): Kepada-Mu, ya TUHAN, aku berseru.
Ia tidak akan membiarkan mereka melakukan apa yang tidak ingin
dilakukannya sendiri. Bahkan, apakah mereka mau melakukannya atau
tidak, Ia tetap akan melakukannya. Perhatikanlah, jika para pelayan
Tuhan tidak berhasil menggugah hati orang lain untuk menyadari murka
ilahi, maka mereka sendiri tetap harus menyadari murka-Nya itu. Jika
mereka tidak dapat membawa orang lain untuk berseru kepada Tuhan ,
mereka sendiri harus banyak berdoa. Di waktu kesesakan, kita tidak
hanya harus berdoa, namun juga berseru, harus bertekun dan tidak jemu-
jemu dalam doa. Dan kepada Tuhan , dari siapa kehancuran dan
keselamatan berasal, seruan harus kita arahkan. Apa yang mendesak
sang nabi untuk berseru kepada Tuhan bukanlah penderitaan pribadinya,
melainkan malapetaka yang menimpa seluruh bangsa itu: api telah
memakan habis tanah penggembalaan di padang gurun, yang sepertinya
disebabkan oleh panas terik matahari, yang membakar seperti api segala
hasil tanah. Api telah membakar semuanya. Perhatikanlah, saat Tuhan
memanggil api untuk melakukan hukuman, maka baiklah semua orang
yang punya kepentingan di sorga berseru sekuat-kuatnya kepada-Nya
untuk memohon kelegaan (Lihat Bil. 11:2; Am. 7:4-5).
2. Makhluk ciptaan yang lebih rendah: “Binatang-binatang di padang tidak
hanya mengeluh, tapi juga menjerit sebab rindu kepada-Mu (ay. 20).
Mereka berharap pada pengasihan-Mu, sesuai dengan kemampuan
mereka, dan seakan-akan, kendati mereka tidak mampu berdoa dan
menyembah seperti manusia, mereka tetap memiliki rasa
kebergantungan kepada Tuhan melalui naluri alami mereka.” Paling tidak,
saat binatang juga mengeluh sebab bencana, Ia senang menafsirnya
seakan-akan mereka berseru kepada-Nya. Betapa lebih lagi Ia akan
memberi perkenanan-Nya atas keluhan dari anak-anak-Nya sendiri,
walau kadang-kadang begitu lemahnya sehingga tidak terucapkan (Rm.
8:26). Binatang-binatang di sini dikatakan menjerit kepada Tuhan ,
sebagaimana dari Dia singa-singa muda menuntut makanannya (Mzm.
104:21) dan anak-anak burung gagak berkaok-kaok (Ayb. 39:3). Keluhan
binatang-binatang buas di sini yaitu sebab kekurangan air wadi telah
kering, sebab panas yang berlebihan), dan sebab kekurangan rumput,
sebab api telah memakan habis tanah gembalaan di padang gurun. Dan
untuk orang-orang yang tidak pernah berseru kepada Tuhan selain
sebab gandum dan anggur, dan mengeluh bukan sebab apa-apa selain
sebab kekurangan kesukaan lahiriah, apakah kelebihan mereka dari
binatang-binatang itu? Walaupun begitu, seruan mereka kepada Tuhan di
dalam masalah-masalah ini mempermalukan kebodohan orang-
orang yang sama sekali tidak berseru kepada Tuhan dalam masalah apa
pun.
PASAL 2
Dalam pasal ini kita mendapati,
I. Penjelasan lebih lanjut tentang dahsyatnya ketandusan yang akan
ditimbulkan oleh belalang dan ulat (ay. 1-11).
II. Panggilan yang sungguh-sungguh kepada umat yang sedang mengalami
hukuman pahit itu untuk berbalik dan bertobat, berpuasa dan berdoa,
serta mencari belas kasihan Tuhan , disertai petunjuk untuk
melakukannya dengan benar (ay. 12-17).
III. Janji bahwa jika mereka bertobat, Tuhan akan menyingkirkan
penghukuman itu, memulihkan kerugian yang diakibatkan olehnya,
dan mengembalikan kelimpahan segala yang baik ke atas mereka (ay.
18-27).
IV. Nubuatan tentang berdirinya kerajaan Sang Mesias di dunia, dengan
pencurahan Roh Tuhan pada hari-hari yang terakhir (ay. 28-32).
Demikianlah pasal ini diawali dengan kengerian dengan tanda-
tanda murka Tuhan , namun diakhiri dengan penghiburan dengan jaminan
perkenanan-Nya, dan perubahan yang indah itu terjadi sebab
pertobatan. Meskipun hanya paragraf terakhir yang merujuk pada
zaman Injil, namun keseluruhan pasal ini dapat dipahami sebagai suatu
perlambang dan gambaran yang mencerminkan kutuk hukum Taurat
yang menyerbu manusia sebab dosa mereka, dan penghiburan Injil
yang mengalir ke dalam diri manusia saat mereka bertobat.
Ancaman Hukuman
(2:1-11)
1 Tiuplah sangkakala di Sion dan berteriaklah di gunung-Ku yang kudus! Biarlah gemetar
seluruh penduduk negeri, sebab hari TUHAN datang, sebab hari itu sudah dekat; 2 suatu
hari gelap gulita dan kelam kabut, suatu hari berawan dan kelam pekat; seperti fajar di
atas gunung-gunung terbentang suatu bangsa yang banyak dan kuat, yang serupa itu
tidak pernah ada sejak purbakala, dan tidak akan ada lagi sesudah itu turun-temurun,
pada masa yang akan datang. 3 Di depannya api memakan habis, di belakangnya nyala api
berkobar. Tanah di depannya seperti Taman Eden, namun di belakangnya padang gurun
tandus, dan sama sekali tidak ada yang dapat luput. 4 Rupanya seperti kuda, dan seperti
kuda balapan mereka berlari. 5 Seperti gemertaknya kereta-kereta, mereka melompat-
lompat di atas puncak gunung-gunung; seperti geletiknya nyala api yang memakan habis
jerami; seperti suatu bangsa yang kuat, teratur barisannya untuk berperang. 6
Terhadapnya bangsa-bangsa gemetar, segala muka bertambah menjadi pucat pasi. 7
Seperti pahlawan mereka berlari, seperti prajurit mereka naik tembok; dan mereka
masing-masing berjalan terus dengan tidak membelok dari jalannya; 8 mereka tidak
berdesak-desakan, mereka berjalan terus masing-masing di jalannya; mereka menerobos
pertahanan dengan tombak, mereka tidak membiarkan barisannya terputus. 9 Mereka
menyerbu ke dalam kota, mereka berlari ke atas tembok, mereka memanjat ke dalam
rumah-rumah, mereka masuk melalui jendela-jendela seperti pencuri. 10 Di depannya
bumi gemetar, langit bergoncang; matahari dan bulan menjadi gelap, dan bintang-bintang
menghilangkan cahayanya. 11 Dan TUHAN memperdengarkan suara-Nya di depan
tentara-Nya. Pasukan-Nya sangat banyak dan pelaksana firman-Nya kuat. Betapa hebat
dan sangat dahsyat hari TUHAN! Siapakah yang dapat menahannya?
Dalam ayat-ayat di atas, Tuhan melawan umat-Nya sendiri sebab dosa-dosa
mereka dan melaksanakan penghukuman yang tertulis dalam hukum Taurat ke
atas mereka (Ul. 28:42), segala pohon-pohonmu dan hasil bumimu akan diduduki
oleh kawanan belalang. Ini merupakan salah satu tulah Mesir yang akan Tuhan
datangkan ke atas mereka (Ul. 28:60).
I. Peperangan diumumkan (ay. 1): Tiuplah sangkakala di Sion. Ini yaitu
panggilan entah untuk mengumpulkan pasukan tentara yang akan menyerbu
dan sangkakala dibunyikan sebagai perintah, atau untuk memberi
peringatan kepada Yehuda dan Yerusalem akan datangnya penghakiman itu,
supaya mereka bersiap untuk bertemu dengan Tuhan mereka dalam
penghakiman-Nya, dan supaya mereka berusaha untuk mencegah pukulan
itu dengan doa dan air mata, senjata terbaik umat Tuhan . Membunyikan sang-
kakala yaitu tugas para imam (Bil. 10:8), baik untuk berseru kepada Tuhan
pada waktu kesesakan maupun untuk memanggil umat agar berkumpul dan
mencari wajah-Nya. Perhatikanlah, yaitu pekerjaan para hamba TUHAN
untuk memberi peringatan berdasar firman Tuhan mengenai akibat
mematikan dari dosa. Mereka juga bertugas menyatakan murka-Nya dari
surga terhadap kefasikan dan kecemaran manusia. Dan meskipun Sion dan
Yerusalem tidak memiliki hak istimewa untuk dikecualikan dari
penghukuman Tuhan jika mereka membangkitkan murka-Nya, namun
mereka berhak mendapat peringatan supaya bisa berdamai dengan-Nya.
Bahkan Di gunung yang kudus sekalipun harus dibunyikan tanda peringatan,
dan saat itulah bunyinya kedengaran paling menggentarkan (Am. 3:2). Nah,
Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, kota yang kudus, dan orang-orang
tidak gemetar? Tentu saja, mereka pasti gemetar (Am. 3:6). Biarlah gemetar
seluruh penduduk negeri. Mereka akan dibuat gemetar oleh sebab hukuman
itu sendiri, maka biarlah mereka gemetar saat mendengar peringatannya.
II. Gambaran umum mengenai hari pertempuran yang sudah dekat dan tidak
terhindarkan. Itulah hari TUHAN, hari penghakiman-Nya, di mana Ia akan
menyatakan serta mengagungkan diri-Nya. Suatu hari gelap gulita dan kelam
kabut (ay. 2), benar-benar nyata demikian secara lahiriah, sebab besar dan
padatnya kawanan segala belalang itu sehingga menggelapkan langit (Kel.
10:15), atau hanya kiasan saja. Hari itu yaitu waktu yang suram, penuh
penderitaan dan dukacita. Hari itu akan datang seperti fajar di atas gunung-
gunung terbentang. Kegelapannya menyeruak secara tiba-tiba seperti cahaya
mentari pagi, tidak dapat dilawan, dan akan meluas serta bertambah pekat
tanpa tertahankan.
III. Pasukan itu ditata dalam barisan (ay. 2): Mereka suatu bangsa yang banyak
dan kuat. Siapa pun yang melihat jutaan belalang melalap negeri, seperti
halnya kita semua cenderung tersentak dengan sesuatu yang sedang terjadi,
maka pasti berkata, “Yang seperti ini jelas belum pernah ada sebelumnya,
dan tidak mungkin akan ada lagi.” Perhatikanlah, hukuman luar biasa
merupakan sesuatu yang langka dan jarang terjadi, yang merupakan bukti
kesabaran Tuhan . saat Tuhan menenggelamkan bumi dengan air bah satu
kali, Dia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Pasukan tentara di sini
digambarkan,
1. Sangat gagah berani: Rupanya seperti kuda (ay. 4), kuda-kuda perang,
menyerbu kencang ke medan perang dan tidak kecut hati (Ayb. 39:25).
Mereka seperti kuda balapan, diperlengkapi keganasan dan kebuasan
mereka berlari. Beberapa sumber kuno mengamati bentuk kepala
belalang sangat mirip dengan kepala kuda.
2. Sangat bising dan ingar bingar, seperti gemertaknya kereta-kereta,
kumpulan besar kereta yang dikendarai dengan ganas di atas tanah
berbatu, mereka melompat-lompat di atas puncak-puncak gunung (ay. 5).
Dari ayat inilah Rasul Yohanes mengutip gambaran belalang yang
dilihatnya muncul dari dalam jurang maut (Why. 9:7, 9). Rupa belalang-
belalang itu sama seperti kuda yang disiapkan untuk peperangan, dan
bunyi sayap mereka bagaikan bunyi kereta-kereta yang ditarik banyak
kuda, yang sedang lari ke medan peperangan. Menurut para sejarawan,
suara keriuhan kawanan belalang di negeri yang mereka serbu dapat
terdengar hingga jarak 9 kilometer lebih. Itu sebabnya, kebisingan itu
diibaratkan seperti geletiknya nyala api yang memakan habis jerami,
bunyi yang lebih mengerikan sebab menandakan bahwa sesuatu sedang
habis dilahap. Perhatikanlah, saat penghukuman Tuhan keluar, mereka
menimbulkan bunyi yang dahsyat. Itu diperlukan guna membangunkan
dunia yang bebal dan merasa aman.
3. Sangat teratur dan menjaga kerapian barisan. Sekalipun jumlahnya
besar dan rakus menjarah, mereka seperti suatu bangsa yang kuat,
teratur barisannya untuk berperang (ay. 5). Mereka masing-masing
berjalan, lurus jalannya, seolah sudah terlatih oleh disiplin perang untuk
berjalan pada tempatnya dan memperhatikan jalurnya. Mereka tidak
membelok dari jalannya dan tidak berdesak-desakan (ay. 7-8). Jumlah
yang banyak dan kecepatan mereka tidak menimbulkan kekacauan.
Lihatlah betapa Tuhan mampu membuat makhluk yang tidak berakal budi
bisa bergerak dengan teratur saat Dia hendak memakai mereka untuk
mencapai tujuan-Nya. Perhatikan juga betapa pentingnya bagi orang-
orang yang dipakai dalam pelayanan Tuhan untuk menjaga keteraturan
dan tatanan, serta melakukan pekerjaan mereka dengan tekun dan tidak
menghalangi jalan orang lain.
4. Sangat cepat. Seperti kuda balapan mereka berlari (ay. 4), seperti
pahlawan mereka berlari (ay. 7). Mereka menyerbu ke dalam kota,
mereka berlari ke atas tembok (ay. 9). saat Tuhan menyampaikan
perintah-Nya ke bumi; dengan segera firman-Nya berlari (Mzm. 147:15).
Malaikat punya sayap, begitu juga belalang, saat Tuhan memakai mereka.
IV. Beginilah penghakiman mengerikan yang dilaksanakan oleh pasukan yang
dahsyat itu,
1. Di desa-desa. Lihatlah di depan pasukan itu, tampak api memakan habis.
Mereka melahap segala sesuatu seolah napas mereka menyemburkan
api. Lihatlah di belakangnya, tampaklah pasukan yang datang di
belakangnya juga mengamuk sama seperti yang pertama: di belakangnya
nyala api berkobar. jsesudah mereka berlalu, kelihatanlah kehancuran
yang mereka sebabkan. Lihatlah ladang-ladang yang belum mereka
serbu, seperti taman Eden, sedap dipandang dan penuh buah-buah yang
baik. Itulah kebanggaan dan kejayaan negeri. Namun, pandanglah
ladang-ladang yang telah mereka lahap, tampak seperti padang gurun
tandus. Sungguh tidak dinyana bahwa ketandusan itu tadinya pernah
indah seperti taman Eden, bahwa perubahan itu hanya memakan waktu
sehari, dan bahwa keindahan seperti itu bisa menjadi gersang dalam
semalam saja. Sama sekali tidak ada yang dapat luput menjadi makanan
mereka. Janganlah seorang pun bangga akan kesegaran tanahnya,
apalagi keindahan raganya, sebab Tuhan dapat mengubah rupa keduanya
dalam sekejap.
2. Di kota. Seperti prajurit mereka naik tembok (ay. 7), memanjat ke dalam
rumah-rumah, mereka masuk melalui jendela-jendela seperti pencuri (ay.
9). saat Mesir ditulahi belalang, hewan itu memenuhi rumah Firaun
dan rumah semua pegawainya (Kel. 10:5-6). Belalang-belalang yang
keluar dari jurang maut, yakni kaki tangan Iblis dan duta orang-orang
berdosa, juga bergerak seperti belalang itu. Demikian pula segala peng-
hukuman Tuhan , saat dikirimkan, tidak dapat ditahan dengan kurungan
maupun pasak. Mereka pasti menemukan jalan keluar atau
mendobraknya.
V. Kengerian yang ditimbulkan oleh ancaman itu terhadap seluruh bangsa.
Mereka akan melihat bahwa sia-sia saja melawan. Musuh yang disebutkan
ini kebal perlawanan, maka mereka tidak dapat ditahan. Mereka menerobos
pertahanan dengan tombak (ay. 8). Siapa yang tidak dapat dilukai, pasti tidak
dapat dihentikan. Oleh sebab itulah terhadapnya bangsa-bangsa gemetar (ay.
6), seperti gemetarnya para saudagar saat mendengar bahwa kapal-kapal
dagang mereka jatuh ke tangan musuh. “Yang satu gemetar sebab
ladangnya, yang lain sebab kebun anggurnya, dan segala muka bertambah
menjadi pucat pasi” (KJV: segala muka menghitam). Itu menunjukkan
kekejutan teramat hebat yang bisa dibayangkan. Orang yang ketakutan
terlihat pucat, namun orang yang patah arang menjadi hitam. Pucat pasih
sebab ketakutan yang tiba-tiba, saat memuncak, berubah menjadi hitam.
Apa yang menjadi kebanggaan dan kenikmatan kita bisa diubah oleh Tuhan
menjadi kesusahan dalam sekejap. Kengerian yang akan dialami negeri itu
digambarkan dengan bahasa kiasan (ay. 10): Di depannya bumi gemetar,
langit bergoncang. Bahkan orang yang tampak berjiwa pemberani dan tidak
kenal takut pun, yang seolah tidak tergoyahkan bagai langit atau bumi, akan
terperanjat kekejutan. Atau, saat penduduk negeri itu gemetar, di mata
mereka segala sesuatunya kelihatan seolah-olah bergetar juga. sebab
ketakutan menyergap semua orang, atau sebab ketiadaan topangan hidup
yang biasanya mereka miliki, pandangan mereka pun kabur dan penglihatan
mereka hilang, sehingga matahari dan bulan menjadi gelap di mata mereka,
dan bintang-bintang menghilangkan cahayanya. Perhatikanlah, saat Tuhan
memurkai manusia, cahaya-cahaya langit pun tidak banyak berarti lagi,
sebab dengan memberontak terhadap Penciptanya, manusia kehilangan
manfaat dari segala ciptaan. Namun, sekalipun ayat 10 ini harus dipahami
sebagai kiasan, namun akan tiba harinya saat semua itu digenapi secara
nyata, yakni saat langit akan digulung seperti gulungan kitab dan unsur-
unsur dunia akan hangus dalam nyala api. Penghakiman-penghakiman
tertentu saat ini mestinya membangunkan kita agar memikirkan
penghakiman akbar kelak yang akan menimpa semua orang.
VI. Kita diarahkan untuk memandang sang Panglima Tertinggi dari pasukan
tentara yang dahsyat ini, dan Dialah Tuhan sendiri (ay. 11). Mereka yaitu
tentara-Nya, pasukan-Nya, dan pelaksana firman-Nya. Dia yang
membangkitkan mereka, mengutus mereka, dan Dia yang memperdengarkan
suara-Nya di depan mereka, seperti jenderal memberi komando kepada
pasukannya dan menyampaikan pidato untuk mengobarkan semangat
mereka. TUHAN-lah yang memberi aba-aba kepada seluruh binatang itu
dan mereka menaatinya dengan tepat. Menurut sebagian penafsir,
bersamaan dengan badai kawanan belalang itu, Tuhan mengeluarkan guruh
yang membahana, sebab dikatakan, “TUHAN memperdengarkan suara-Nya,”
dan ini juga salah satu tulah Mesir, dan membuat langit dan bumi gemetar.
Itulah hari TUHAN, seperti disebut dalam ayat 1, sebab dalam peperangan
ini, kita yakin bahwa Dia menang. Kemenangan pastilah milik-Nya, sebab
pasukan-Nya sangat banyak dan besar. Tuhan sanggup mengungguli siapa saja
yang diperanginya dalam hal jumlah, dan siapa pun yang ditugaskan-Nya
untuk menjadi pelaksana firman-Nya sebagai pelayan keadilan-Nya pasti
dibuat-Nya kuat dan par negotio – sebanding dengan tugas yang dikerjakan.
Tuhan mengikatkan kekuatan kepada mereka yang diutus-Nya untuk melak-
sanakan tugas ini . sebab itulah, hari TUHAN hebat dan sangat dahsyat
bagi semua orang yang menjadi sasaran keadilan-Nya pada waktu itu. Sebab,
siapakah yang dapat menahannya? Tiada yang sanggup meloloskan diri dari
sergapan murka Tuhan , melawan kekuatannya, maupun bertahan
menanggungnya (1Sam. 6:20; Mzm. 76:8).
Seruan untuk Bertobat
(2:12-17)
12 “namun sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan
segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” 13
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Tuhan mu, sebab
Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal
sebab hukuman-Nya. 14 Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan
ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Tuhan mu. 15
Tiuplah sangkakala di Sion, adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan
raya; 16 kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah, himpunkanlah orang-orang yang
tua, kumpulkanlah anak-anak, bahkan anak-anak yang menyusu; baiklah penganten laki-
laki keluar dari kamarnya, dan penganten wanita dari kamar tidurnya; 17 baiklah
para imam, pelayan-pelayan TUHAN, menangis di antara balai depan dan mezbah, dan
berkata: “Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu, dan janganlah biarkan milik-Mu sendiri
menjadi cela, sehingga bangsa-bangsa menyindir kepada mereka. Mengapa orang berkata
di antara bangsa: Di mana Tuhan mereka?”
Dalam ayat-ayat di atas kita mendapati ajakan sungguh-sungguh untuk bertobat,
sebagai akibat penghakiman mematikan yang digambarkan dan diancamkan
dalam perikop sebelumnya. “Oleh sebab itu, sekarang juga, berbaliklah kepada-
Ku.”
1. “Demikianlah engkau harus memenuhi tujuan dan maksud dari
penghakiman itu, sebab hukuman itu diberikan untuk menyadarkan engkau
dari dosa-dosamu, merendahkan hatimu, serta mengembalikan akal
sehatmu dan kesetiaanmu.” Tuhan membuat kita mengalami kesulitan agar
kita bertobat dan dengan demikian Dia menarik kita kepada diri-Nya.
2. “Dengan begitu, engkau menghentikan kelangsungan hukuman itu.
Keadaanmu sudah buruk saat ini, namun dengan bertobat, engkau mencegah
keadaan menjadi lebih buruk lagi. Bahkan, akan segera membaik jika engkau
bertobat.” Inilah ajakan yang penuh anugerah itu,
I. Untuk melakukan pertobatan pribadi, di dalam jiwa, setiap kaum keluarga
tersendiri dan isteri mereka tersendiri (Za. 12:12). saat penghakiman Tuhan
merebak, setiap orang perlu memberi sumbangsihnya masing-masing
dalam doa permohonan bersama, sebab setiap orang telah turut andil
dalam dosa bersama. Setiap orang harus memperbaiki diri dan meratap,
maka semuanya akan diubahkan dan semuanya termasuk dalam umat Tuhan
yang meratap. Perhatikanlah,
1. Panggilan yang diberikan kepada kita, yang akan mengajarkan apa
artinya bertobat, sebab ini pulalah yang masih dikehendaki oleh TUHAN,
Tuhan kita, walaupun kita semua telah melakukan pertobatan.
(1) Kita harus sungguh-sungguh merendahkan diri sebab dosa, harus
menyesal sebab telah menyakiti hati Tuhan dengan dosa, dan harus
malu sebab telah menodai diri sendiri dengan dosa, yakni merusak
penilaian atas diri kita dan merusak semua kepentingan diri kita
sendiri. Harus ada ungkapan dukacita dan rasa malu yang nyata
secara lahiriah, yaitu dengan berpuasa, menangis, dan mengaduh, air
mata sebab dosa yang telah menyebabkannya. Namun, apa gunanya
mengungkapkan sesal secara lahiriah, bila batin tidak sejalan
dengannya? Batin harus juga mengikuti ungkapan lahiriah itu,
menjadi akar dan sumber baginya, yang membangkitkannya. sebab
itulah selanjutnya dikatakan, “Koyakkanlah hatimu dan jangan
pakaianmu.” Sesuai adat istiadat pada zaman itu, orang biasa mengo-
yakkan pakaian sebagai tanda dukacita yang sangat besar atas dosa
mereka dan wujud kemarahan yang baik terhadap diri sendiri
sebab tindakan bodoh mereka. namun , “Jangan berhenti sampai
di situ, seolah melakukan itu saja sudah cukup. Yang lebih penting lagi
yaitu menata hati pada hari berpuasa dan merendahkan diri
bukannya mengurusi pakaian. Bahkan, tidak perlulah mengoyak pa-
kaian jika engkau tidak mengoyakkan hati, sebab tanda saja tanpa
maknanya yang sebenarnya tak ubahnya seperti berolok-olok dan
menghina serta menantang Tuhan .” Yang dicari dan dikehendaki Tuhan
yaitu hati yang terkoyak. Jiwa yang hancur, hati yang patah dan
remuk, tidak akan dipandang hina oleh-Nya (Mzm. 51:19). Sewaktu
kita amat berdukacita sebab dosa hingga sangatlah tertusuk hati
kita memikirkan betapa kita telah menyepelekan Tuhan dan
menghinakan diri sendiri, sewaktu kita mulai merasa jijik pada dosa,
dan dengan sungguh-sungguh mendambakan serta berusaha
membersihkan diri darinya dan tidak akan pernah melakukannya
lagi, maka saat itulah kita mengoyakkan hati, dan barulah Tuhan akan
mengoyakkkan langit dan turun menghampiri kita dengan belas
kasihan.
(2) Kita harus sepenuhnya berbalik kepada Tuhan kita dan pulang
kepada-Nya jsesudah tergelincir ke dalam dosa. “Berbaliklah kepada-
Ku,” firman TUHAN (ay. 12), dan sekali lagi (ay. 13), “Berbaliklah
kepada TUHAN, Tuhan mu.” Puasa dan ratap tangis kita tidak berarti
apa-apa bila dengan itu kita tidak berbalik kepada Tuhan sebagai
Tuhan kita. saat kita benar-benar sadar bahwa kewajiban dan
kepentingan kita ialah tetap melekat pada-Nya, dan saat kita
sungguh-sungguh menyesal sebab telah membelakangi Dia, lalu
dengan keputusan yang teguh dan pasti, kita menjadikan kemuliaan-
Nya sebagai tujuan hidup kita, kehendak-Nya sebagai aturan kita,
dan perkenanan-Nya sebagai kebahagiaan kita, maka saat itulah kita
berbalik kepada TUHAN, Tuhan kita. Hal inilah yang diperintahkan
kepada kita, dan kita diundang agar melakukannya dengan segera.
2. Alasan-alasan yang dikemukakan guna meyakinkan umat itu untuk
kembali kepada TUHAN dan kembali kepada-Nya dengan segenap hati.
saat hati sudah terkoyak sebab dosa dan tercabik dari dosa itu, maka
ia siap berbalik kepada Tuhan sepenuhnya dan mengabdi seutuhnya
kepada Dia. Tuhan mengingini hati kita seluruhnya, atau tidak sama
sekali. Nah, untuk memahami hal ini, mari kita renungkan,
(1) Kita yakin bahwa Dia yaitu Tuhan yang baik dalam segalanya. Kita
harus berbalik kepada TUHAN, Tuhan kita, bukan hanya sebab Dia
telah bertindak adil dan benar dengan menghukum kita sebab dosa,
sehingga rasa takut mendorong kita kembali kepada-Nya, namun juga
sebab Dia pengasih dan penyayang dalam menerima pertobatan
kita, sehingga pengharapan akan kasih sayang-Nya itu harusnya
menarik kita mendekat kepada-Nya. Dia itu pengasih dan penyayang,
Dia tidak senang melihat kebinasaan orang berdosa, melainkan rindu
melihat mereka berbalik dan hidup. Dia panjang sabar terhadap
orang-orang yang menyakiti-Nya, dan berlimpah kasih setia terhadap
yang ingin menyenangkan Dia. Ungkapan yang tepat sama dipakai
Tuhan saat Dia menyerukan nama-Nya dengan berjalan lewat di
depan Musa dengan segala kemuliaan-Nya (Kel. 34:6-7). Ia menyesal
sebab hukuman-Nya, bukan berarti Ia berubah pikiran, namun saat
orang berdosa berubah pikiran, sikap Tuhan terhadap dia pun
berubah. Putusan hukuman pun dibatalkan dan kutuk hukum Taurat
pun dicabut kembali. Perhatikanlah, pertobatan yang timbul dari
keyakinan penuh akan kasih sayang Tuhan yang kepada-Nya kita
telah berdosa, itulah pertobatan yang sejati, tulus, dan sesuai dengan
Injil. Bertobatlah, sebab kerajaan Tuhan sudah dekat. Kebaikan Tuhan ,
bila dipahami dengan tepat, bukan membuat kita semakin berani
berbuat dosa, melainkan akan menjadi dorongan yang sungguh kuat
untuk bertobat (Mzm.130:4). Jaminan perlindungan membawa orang
kepada Tuhan , sementara ancaman hukuman menakuti orang hingga
menjauh dari-Nya.
(2) Kita punya alasan untuk berharap bahwa jika kita bertobat, Dia akan
memberi hal-hal baik yang telah hilang dari kita akibat dosa kita
sendiri (ay. 14). Dia akan berbalik dan menyesal, dan tidak akan terus
menghajar kita seperti sebelumnya, sebaliknya Ia akan bertindak
untuk kebaikan kita. sebab itu, marilah kita bertobat dari dosa-dosa
kita yang melawan-Nya, dan kembali kepada-Nya dengan melakukan
tanggung jawab kita kepada Dia. Sebab, dengan begitu kita bisa
berharap Dia akan menyesal atas hukuman-Nya terhadap kita dan
berbalik kepada kita dengan belas kasihan-Nya. Di sini, amatilah,
[1] Cara berharap sangatlah rendah hati dan sopan: “Siapa tahu,
mungkin Ia mau....” Sebagian penafsir beranggapan bahwa
pengharapan tadi diungkapkan dengan penuh keraguan seperti
itu guna menegur bangsa itu supaya jangan lancang dan merasa
aman, serta untuk mendorong mereka untuk berhati-hati dan
bersemangat dengan penuh kesalehan dalam pertobatannya
(Lihat Yos. 24:19). Atau, ungkapan keraguan itu muncul sebab
kelepasan dari penghukuman sementaralah yang diharap-
harapkan bangsa itu, dan kita tidak dapat sepenuhnya yakin
bahwa Tuhan akan bermurah hati dalam mengabulkan keinginan
hal lahiriah seperti ini. Tidak diragukan lagi bahwa jika kita
benar-benar bertobat dari dosa, Tuhan akan mengampuni dan
berdamai dengan kita. Namun, kita tidak tahu apakah Ia akan
menyingkirkan persoalan kita yang satu atau yang lainnya.
Meskipun demikian, kemungkinan itu semestinya mendorong
kita untuk bertobat. Janji-janji tentang hal-hal baik yang sifatnya
lahiriah sering kali tidak diberikan dengan kepastian penuh.
Mungkin kamu akan terlindung (Zef. 2:3). Dosa Daud diampuni,
namun anaknya tetap mati, dan saat Daud berdoa memohon agar
ia hidup, katanya, “Siapa tahu TUHAN mengasihani aku juga dalam
perkara ini” (2Sam. 12:22). Penduduk Niniwe bertobat dan
mereformasi diri sebab memikirkan kemungkinan seperti itu
juga (Yun. 3:9).
[2] Isi pengharapan mereka sangatlah saleh. Mereka berharap Tuhan
akan berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat.
Maksudnya bukan seolah Tuhan hendak meninggalkan mereka,
lalu mereka boleh merasa puas saja dengan berkat yang
ditinggalkan-Nya sebagai pengganti kehadiran-Nya. Sebaliknya,
maksudnya yaitu “jsesudah menghentikan permusuhan-Nya
dengan kita, Ia akan mengaruniakan berkat atas kita.” Dan,
berkat apakah itu? Yaitu, korban sajian dan korban curahan bagi
TUHAN, Tuhan kita. Hasil bumi disebut berkat (Yes. 45:8), sebab
semua itu tergantung pada berkat Tuhan dan merupakan berkat
yang perlu bagi hidup kita. Berkat berupa hasil bumi itu telah
dicabut dari mereka, dan yang paling menyedihkan bagi mereka
dalam keadaan ini yaitu bahwa mezbah Tuhan turut ke-
hilangan semua persembahannya dan imam-imam Tuhan
kehilangan topangan hidup mereka. Itu sebabnya, penghiburan
bagi mereka ialah harapan akan kembalinya kelimpahan
sehingga akan ada lagi korban sajian dan korban curahan yang
dibawa ke mezbah Tuhan . Mereka lebih menginginkannya
dibandingkan makanan dan minuman untuk meja mereka sendiri.
Begitu juga Hizkia, saat mengharapkan kesembuhan dari pe-
nyakitnya, ia berkata, “Apakah yang akan menjadi tanda, bahwa
aku akan pergi ke rumah TUHAN?” Bukan ke takhta penghakiman
atau ke tempat dewan pejabat, melainkan ke rumah TUHAN (Yes.
38:22). Perhatikanlah, kenikmatan berlimpah akan ketetapan-
ketetapan Tuhan beserta kuasa dan kemurniannya merupakan
bentuk kemakmuran dan berkat terbesar suatu umat. Itulah hal
terbesar yang dapat dirindukan umat. Jika Tuhan memberi ber-
kat berupa korban sajian dan korban curahan, maka berkat-berkat
itu akan membawa serta berkat-berkat lain, dan menguduskannya,
memaniskannya, dan mengamankannya.
II. Seluruh bangsa Yehuda dipanggil untuk bertobat bersama, untuk
mengadakan suatu perkumpulan raya sebagai tindakan seluruh bangsa,
untuk memuliakan Tuhan dan membangkitkan hati satu sama lain. Dengan
begitu, bangsa-bangsa tetangga juga akan mengetahui dan mengamati apa
yang melayakkan Israel menerima kembali belas kasihan Tuhan . Itulah yang
akan memberi kesaksian yang mengagumkan mereka. Mari kita amati,
1. Bagaimana umat harus dikumpulkan (ay. 15-16). Sangkakala ditiup (ay.
1), untuk mengumumkan peringatan perang. Namun, sekarang ia ditiup
sebagai perjanjian damai. Tuhan bersedia menyatakan belas kasih kepada
umat-Nya hanya jika Ia melihat mereka berada dalam sikap yang tepat.
Itu sebabnya, suruhlah mereka berkumpul, adakanlah puasa yang kudus.
Menurut hukum Taurat, ada banyak hari raya tahunan yang ditetapkan,
namun hanya ada satu hari dalam setahun yang harus dirayakan dengan
berpuasa, yaitu hari raya pendamaian, hari untuk merendahkan diri. Jika
mereka senantiasa melekat pada Tuhan dan menjalankan kewajibannya,
tidak ada hari lain di mana mereka harus berpuasa. Namun, sebab me-
reka telah mendatangkan hukuman Tuhan dengan berdosa, mereka sering
diperintahkan untuk berpuasa. Perkataan pada pasal 1:14 diulangi di
sini, “Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya,
kumpulkanlah bangsa ini, kuduskanlah jemaah. Tetapkanlah waktu untuk
mengadakan persiapan kudus sebelumnya dan ingatkan mereka untuk
mempersiapkan diri. Orang-orang terhormat pun tidak terkecuali,
himpunkanlah orang-orang yang tua, para hakim dan pejabat. Orang-
orang terendah jangan terlewatkan, kumpulkanlah anak-anak, bahkan
anak-anak yang menyusu.” Mengajak anak-anak kecil ke pertemuan
ibadah begitu mereka mampu mengerti, itu tindakan yang baik, supaya
mereka terlatih sejak dini untuk melangkah pada jalan yang semestinya.
namun , dalam kesempatan ini, anak-anak yang menyusu pun harus
dibawa dan diajak berpuasa, supaya oleh tangisan mereka meminta
susu, hati orangtuanya tergerak untuk bertobat. Dan sebab lidah bayi
melekat pada langit-langit sebab haus (Rat. 4:4), Tuhan pun berbelas
kasihan kepada mereka, seperti kepada anak-anak Niniwe (Yun. 4:11).
Pasangan yang baru menikah pun tidak boleh dikecualikan, baiklah
penganten laki-laki keluar dari kamarnya, dan penganten wanita dari
kamar tidurnya. Janganlah mereka berlaku seperti biasa, mengenakan
perhiasan-perhiasan, dan bersukaria, melainkan haruslah mereka turut
dalam kewajiban untuk berpuasa bersama dengan kesungguhan hati dan
kesedihan yang sama seperti orang-orang lainnya. Perhatikanlah, suka-
cita pribadi harus dikesampingkan demi dukacita bersama, baik dukacita
sebab penderitaan maupun sebab dosa.
2. Bagaimana tugas hari itu harus dijalankan (ay. 17).
(1) Para imam, pelayan-pelayan TUHAN, harus memimpin jemaat serta
menjadi penyambung lidah Tuhan bagi umat dan sebaliknya menjadi
penyambung suara umat kepada Tuhan . Siapakah yang harus menjadi
perantara untuk memalingkan murka Tuhan , selain mereka yang
bertugas menaikkan syafaat pada hari-hari biasa?
(2) Mereka harus bertugas di antara balai depan dan mezbah. Di situlah
mereka biasanya mempersembahkan korban. Sekarang, sebab tidak
ada, atau hampir tidak ada korban yang dapat dipersembahkan, di
situ pula mereka harus berdiri mempersembahkan korban rohani. Di
situlah mereka harus dilihat oleh umat sedang menangis dan ber-
gumul, seperti leluhur mereka, Yakub, dan mengambil sikap sujud
yang sama. Para pelayan TUHAN sendiri harus merasakan apa yang
mereka ingin agar dirasakan oleh jemaat. Di antara balai depan dan
mezbah, Zakharia bin Yoyada dibunuh sebab kesetiaannya. Tuhan
menuntut darah yang berharga itu dari tangan mereka, maka, untuk
menyingkirkan hukuman yang diancamkan akibat dosa itu, di
sanalah mereka harus menangis.
(3) Mereka harus berdoa. Di sini diajarkan apa yang harus mereka
katakan dalam doa. Beginilah seharusnya permohonan mereka,
“Sayangilah, ya TUHAN, umat-Mu.” Di tengah kesesakan, kelegaan
yang dapat diharapkan umat Tuhan hanyalah belas kasihan-Nya.
Mereka tidak bisa berkata, “Ya TUHAN, benarkanlah kami,”
melainkan, “TUHAN yang baik, sayangilah kami. Kami pantas dihajar,
kami perlu itu. namun , ya TUHAN, ringankanlah hukuman kami.”
Permohonan pendosa yaitu , Sayangilah kami, ya TUHAN yang baik.
Permohonan mereka haruslah berasal dari hubungan mereka
dengan Tuhan , “Mereka itu umat-Mu, milik-Mu sendiri, maka
kasihanilah mereka,” khususnya dengan mengedepankan kemuliaan
Tuhan di tengah persoalan mereka. “Ya TUHAN, janganlah biarkan
milik-Mu sendiri menjadi cela, dicela sebab kelaparan. Jangan
biarkan tanah Kanaan yang selama ini dipuja sebagai kemakmuran
seluruh negeri, kini menjadi cibiran segala bangsa. Jangan biarkan
bangsa-bangsa menguasai mereka sebab umat milik-Mu melarat
dan tidak mampu menopang hidupnya. Jangan biarkan bangsa-
bangsa menyindir kepada mereka dan memakai keadaan mereka
menjadi peribahasa, ‘Menjadi miskin dan peminta-minta seperti orang
Israel.’” Perhatikanlah, mempertahankan nama baik suatu bangsa di
antara negeri tetangganya merupakan berkat yang harus didamba-
kan dan didoakan oleh semua orang yang mengharapkannya.
Namun, yang harus ditakuti dan dijauhi ialah cemooh kepada umat
Tuhan yang menghinakan Tuhan : “Jangan sampai orang berkata di
antara bangsa: Di mana Tuhan mereka, Tuhan yang berjanji menolong
mereka, Tuhan yang mereka bangga-banggakan dan percayai begitu
rupa?” Bila milik Tuhan dimusnahkan, bangsa-bangsa di sekeliling
mereka akan berkata, “Tuhan itu lemah dan tidak mampu melepaskan
mereka, atau jahat dan tidak mau melakukannya.” Ulangan 32:37, “Di
manakah Tuhan mereka, gunung batu tempat mereka berlindung?”
Demikianlah Sanherib bersorak-sorai atas orang Israel, “Di manakah
para Tuhan negeri Hamat dan Arpad?” Namun, jangan sampai dikata-
kan tentang Israel, “Di manakah Tuhan mereka?” Sebab kita yakin bah-
wa Tuhan kita di sorga (Mzm. 115:2-3), di bait-Nya (Mzm.11:4).
Janji Rahmat
(2:18-27)
18 TUHAN menjadi cemburu sebab tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya. 19
TUHAN menjawab, kata-Nya kepada umat-Nya: “Sesungguhnya, Aku akan mengirim
kepadamu gandum, anggur dan minyak, dan kamu akan kenyang memakannya; Aku tidak
akan menyerahkan kamu lagi menjadi cela di antara bangsa-bangsa. 20 Yang datang dari
utara itu akan Kujauhkan dari padamu, dan akan Kuusir ke suatu negeri kering dan
tandus, barisan mukanya ke laut timur, dan barisan belakangnya ke laut barat, maka bau
busuknya dan bau anyirnya akan naik, sebab ia telah melakukan perkara yang besar. 21
Jangan takut, hai tanah, bersorak-soraklah dan bersukacitalah, sebab juga TUHAN telah
melakukan perkara yang besar! 22 Jangan takut, hai binatang-binatang di padang, sebab
tanah gembalaan di padang gurun menghijau, pohon menghasilkan buahnya, pohon ara
dan pohon anggur memberi kekayaannya. 23 Hai bani Sion, bersorak-soraklah dan ber-
sukacitalah sebab TUHAN, Tuhan mu! Sebab telah diberikan-Nya kepadamu hujan pada
awal musim dengan adilnya, dan diturunkan-Nya kepadamu hujan, hujan pada awal dan
hujan pada akhir musim seperti dahulu. 24 Tempat-tempat pengirikan menjadi penuh
dengan gandum, dan tempat pemerasan kelimpahan anggur dan minyak. 25 Aku akan
memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh belalang
pindahan, belalang pelompat, belalang pelahap dan belalang pengerip, tentara-Ku yang
besar yang Kukirim ke antara kamu. 26 Maka kamu akan makan banyak-banyak dan
menjadi kenyang, dan kamu akan memuji-muji nama TUHAN, Tuhan mu, yang telah mem-
perlakukan kamu dengan ajaib; dan umat-Ku tidak akan menjadi malu lagi untuk selama-
lamanya. 27 Kamu akan mengetahui bahwa Aku ini ada di antara orang Israel, dan bahwa
Aku ini, TUHAN, yaitu Tuhan mu dan tidak ada yang lain; dan umat-Ku tidak akan menjadi
malu lagi untuk selama-lamanya.”
Lihatlah betapa Tuhan siap sedia menolong dan melepaskan umat-Nya, betapa Ia
menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya. Segera jsesudah
mereka merendahkan diri di bawah tangan-Nya, berdoa, dan mencari wajah-
Nya, Ia langsung memberi perkenanan-Nya. Mereka berdoa agar Tuhan
menyayangi mereka, dan lihatlah sekarang betapa Ia menjawab mereka dengan
kata-kata yang ramah dan yang menghiburkan. Sebab, janji-janji Tuhan yaitu
jawaban nyata atas doa-doa yang penuh iman, sebab bagi Tuhan , berkata dan ber-
tindak bukan dua hal berbeda. Sekarang, amatilah,
I. Dari mana asalnya belas kasih yang dijanjikan itu (ay. 18): TUHAN menjadi
cemburu sebab tanah-Nya, dan Ia belas kasihan kepada umat-Nya. Ia akan
memperhatikan,
1. Kehormatan-Nya serta nama baik kovenan-Nya dengan Israel. Dengan
kovenan itu Ia telah menyerahkan tanah yang subur itu kepada mereka
dan sangat menilai tinggi tanah itu. Sekarang Ia tidak akan
membiarkannya diremehkan atau dipandang rendah, sebab Ia cemburu
demi tanah-Nya serta penduduk-Nya yang selama ini dipuji-puji sebagai
umat yang berbahagia. Oleh sebab itu, jangan sampai mereka dihina se-
bagai bangsa yang merana.
2. Kesesakan Israel. Ia belas kasihan kepada umat-Nya, dan dalam belas
kasihan-Nya itu, Ia akan memulihkan berkat yang telah hilang dari
mereka. Belas kasih Tuhan merupakan dorongan yang kuat bagi orang-
orang yang datang kepada-Nya dengan rendah hati untuk bertobat dan
memohon.
II. Seperti apa wujud belas kasihan-Nya, berikut ini beberapa contoh:
1. Bala tentara pemusnah akan dibuyarkan dan dikalahkan (ay. 20): Yang
datang dari utara itu akan Kujauhkan dari padamu, yaitu pasukan
belalang yang menyerbumu dari utara, yang datang dibawa oleh angin
utara, pasukan yang tidak dapat kalian hentikan. Namun, saat kalian
sudah berdamai dengan Tuhan , Ia akan melepaskanmu dari tentara yang
berbaris melawanmu itu dan akan mengusirnya ke suatu negeri kering
dan tandus, yaitu ke padang gurun luas di mana Israel pernah
mengembara, dan di sanalah belalang-belalang yang telah kekenyangan
menikmati kekayaan tanah Kanaan itu akan binasa kekurangan
makanan. Barisan mukanya ke laut timur (Laut Mati, terbentang di timur
Yudea), dan akan musnah di sana, sedangkan barisan belakangnya ke
laut barat (yang disebut Laut Besar). Pasukan itu telah menjadikan tanah
kering dan tandus, maka sekarang Tuhan akan membuang mereka ke
tanah yang kering dan tandus pula. Begitulah, siapa yang dipakai Tuhan
untuk menghukum umat-Nya, mereka akan menerima perhitungan juga
jsesudah itu, dan tongkat pemukul pun dilemparkan ke dalam api. Tiada
yang tersisa dari kawanan serangga itu selain bau busuk mereka. saat
Mesir dibebaskan dari tulah belalang, hewan itu diterbangkan ke Laut
Teberau (Kel. 10:19). Perhatikanlah, jsesudah penderitaan menyelesaikan
tugasnya, ia akan disingkirkan sebab belas kasihan, seperti belalang
Kanaan diusir dari umat yang bertobat, bukan seperti belalang Mesir
yang disingkirkan dari raja bebal yang tidak mau bertobat, sebab bagi-
nya murka hanya untuk memberi ruang bagi tulah lain. Banyak penafsir
mengartikan frasa “yang dari utara” itu sebagai tentara Sanherib yang
diceraiberaikan Tuhan jsesudah Ia menyelesaikan segala pekerjaan-Nya di
gunung Sion dan di Yerusalem (Yes. 10:12). Musuh ini akan diusir, sebab
ia telah melakukan perkara yang besar, kejahatan luar biasa, dan
memperhebat perbuatannya, dan melakukannya dengan keangkuhan
hati. Oleh sebab itu, selanjutnya (ay. 21), juga TUHAN telah melakukan
perkara yang besar bagi umat-Nya, sama seperti pihak musuh telah
melakukan perkara besar terhadap mereka. TUHAN melakukan perkara
besar untuk meyakinkan musuh bahwa seberapa pun angkuhnya
mereka, Dia tetap lebih tinggi dan akan mengatasi mereka, dan hal besar
apa pun yang mereka perbuat, mereka tidak akan berbuat melebihi apa
yang disuruhkan-Nya kepada mereka. Tuhan mengatasi mereka, Ia
berkata kepada mereka, “Pergi!,” maka mereka pergi, dan “Ke mari!,”
maka mereka datang, sebab mereka hanyalah prajurit di bawah
perintah-Nya.
2. Negeri yang telah ditanduskan akan diairi dan dijadikan subur. jsesudah
pasukan tentara diceraiberaikan, apa yang bisa kita lakukan jika tanah
tetap tandus? Oleh sebab itu, dijanjikanlah, bahwa tanah gembalaan di
padang gurun menghijau (ay. 22), tanah gembalaan yang telah
ditanduskan oleh kawanan belalang menjadi seperti padang gurun itu,
dan pohon menghasilkan buahnya, khususnya pohon ara dan pohon ang-
gur. namun , melihat betapa gersangnya negeri itu, kita bisa tergoda
untuk berkata, “Dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?
Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu
mungkin terjadi?” Namun, itu pasti terjadi, sebab TUHAN akan
memberi kepadamu hujan pada awal dan hujan pada akhir musim
seperti dahulu, dan jika Ia memberi nya dalam belas kasihan, Ia akan
memberi dengan adilnya, sehingga hujan itu tidak akan berubah menjadi
petaka. Dia akan memberi nya pada waktu yang tepat, hujan akhir
musim pada bulan pertama (ay. 23, KJV), saat sedang dinantikan dan
diharapkan. Merupakan penghiburan bagi mereka tatkala melihatnya
berasal dari tangan Tuhan dan diatur oleh hikmat-Nya, sebab dengan
demikianlah kita yakin pengaturannya pasti baik. Telah diberikan-Nya
kepadamu guru keadilan (menurut terjemahan yang agak luas, “hujan”
juga bisa berarti “guru” dan terjemahan dari “dengan adilnya” bisa
diartikan “berdasar keadilan”). Menurut seorang rabi Yahudi, yang
dimaksud guru keadilan ini yaitu Raja Mesias. Banyak orang lain juga
memahaminya demikian, sebab guru keadilan ini berasal dari Tuhan , dan
dia menunjukkan kepada kita jalan kebenaran. namun , sebagian pe-
nafsir lain lagi mengartikan guru kebenaran sebagai nabi siapa pun yang
mengajarkan kebenaran, dan sebagian orang memahaminya sebagai
Hizkia, dan sebagian lagi Yesaya. Perhatikanlah, saat Tuhan mengutus
guru-guru kebenaran, gembala-gembala yang berkenan di hati-Nya, itu
merupakan tanda bahwa Tuhan berbelaskasihan kepada umat-Nya.
3. Seluruh kerugian mereka akan dipulihkan (ay. 25): “Aku akan
memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan habis oleh
belalang. Engkau akan dihiburkan sesuai dengan banyaknya waktu
kesesakanmu dan mendapatkan tahun-tahun kelimpahan untuk
menggantikan tahun-tahun kelaparan.” Demikianlah TUHAN akan
sayang kepada hamba-hamba-Nya (KJV: TUHAN menyesal sebab hamba-
hamba-Nya) saat mereka bertobat, dan untuk menunjukkan betapa Dia
telah berdamai sepenuhnya dengan mereka, Dia mengubah kerusakan
akibat penghukuman-Nya menjadi kebaikan, serta membasuh bilur
mereka seperti yang dilakukan oleh si kepala penjara (Kis. 16:33).
Meskipun dalam keadilan Ia merampasi mereka, dan dalam hal itu Dia
tidak bersalah, namun dalam belas kasih-Nya, Dia mengganti kerugian
mereka. Seperti bapa si anak bungsu yang hilang itu, saat anaknya
kembali, menggantikan segala kerugian si anak yang disebabkan oleh
dosa dan kebodohannya sendiri, dan menerimanya kembali sebagai
anggota keluarganya seperti dahulu. Kawanan belalang itu disebut
tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu, maka Dia akan
mengganti apa yang telah mereka lahap, sebab mereka yaitu tentara
milik-Nya.
4. Israel akan mendapatkan segala yang baik dengan berlimpah-limpah.
Bumi akan meningkatkan hasilnya, dan umat Israel akan menikmatinya.
Lihatlah ke tempat-tempat penyimpanan, maka engkau akan mendapati
tempat-tempat pengirikan menjadi penuh dengan gandum, dan tempat
pemerasan kelimpahan anggur dan minyak (ay. 24), sementara selama
hari kesesakan, buah anggur sudah kering, minyak sudah menipis, dan
rengkiang-rengkiang sudah runtuh (1:10, 17). Pandanglah meja-meja
makan mereka, di mana mereka menaruh apa yang mereka simpan itu,
dan lihatlah betapa mereka makan banyak-banyak dan menjadi kenyang
(ay. 26). Mereka tidak makan berlebih sampai menjadi muak. Kiranya
para pemabuk disembuhkan lewat hari kesesakan itu dari cinta mereka
akan anggur dan minuman keras, sebab jsesudah mereka meratap sebab
kekurangan anggur (1:5), kini mereka kembali bernyanyi sebab
kelimpahannya. Namun, sekarang semua orang sudah bertobat dan
merasakan akibat dosa, dan sebab nya mereka sudah tahu k