a merupakan sa-
rana yang memisahkan kita dari dosa dan menyatukan kita
dengan Anak Tuhan (Yoh. 15:3-4). Anak merupakan peran-
tara atau Pengantara yang menyatukan kita dengan Bapa.
658
Oleh sebab itu, betapa kita harus menjunjung tinggi kebe-
naran Injil!
(2) Dengan demikian mereka mengamankan janji akan kehi-
dupan kekal: Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya
sendiri (yaitu Tuhan Bapa, 5:11) kepada kita, yaitu hidup
yang kekal (ay. 25). Agunglah janji yang dibuat Tuhan itu
bagi para pengikut-Nya yang setia. Agungnya janji-Nya itu
sejalan dengan keagungan, kuasa, dan kebaikan-Nya sen-
diri. Janji itu yaitu tentang hidup yang kekal, yang hanya
dapat diberikan oleh Tuhan . Tuhan yang terpuji sangat meng-
hargai Anak-Nya dan kebenaran yang berkaitan dengan-
Nya, saat Ia berkenan berjanji kepada orang-orang yang
tetap bertahan di dalam kebenaran itu (di bawah terang,
kuasa, dan pengaruhnya), yakni hidup yang kekal. Kemu-
dian, nasihat yang disebutkan sebelum ini dikuatkan,
2. Rasul Yohanes menulis surat kepada mereka dengan suatu
tujuan tertentu. Surat ini ditulis untuk membentengi mereka
terhadap para penyesat zaman itu: “Semua itu kutulis kepada-
mu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan
kamu (ay. 26), dan oleh sebab itu, jika kamu tidak terus
berlanjut di dalam apa yang telah kamu dengar dari mulanya,
maka surat dan pelayananku akan sia-sia saja.” Kita harus
berjaga-jaga supaya surat-surat para rasul, bahkan, seluruh
Kitab Suci Tuhan , jangan sampai menjadi tidak penting dan sia-
sia bagi kita. Sekalipun Kutuliskan baginya banyak pengajar-
an-Ku (dan Injil-Ku juga), itu akan dianggap mereka sebagai
sesuatu yang asing (Hos. 8:12).
3. Berkat yang berupa nasihat ini mereka terima dari sorga: Se-
bab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu
terima dari pada-Nya (ay. 27). Orang-orang Kristen sejati me-
miliki penegasan batiniah akan kebenaran ilahi yang telah
mereka reguk: Roh Kudus telah menanamkannya pada pikiran
dan hati mereka. Sungguh layak jika Tuhan Yesus senan-
tiasa memiliki kesaksian di hati murid-murid-Nya. Pengurap-
an, yakni pencurahan kasih karunia ke atas murid-murid yang
bersungguh-sungguh, merupakan meterai bagi kebenaran dan
ajaran Kristus, sebab tidak ada yang bisa memberi meterai
itu selain Tuhan . Sebab Dia yang telah meneguhkan kami ber-
sama-sama dengan kamu (dan kamu bersama-sama kami) di
Surat 1 Yohanes 2:20-27
659
dalam Kristus, yaitu Tuhan yang telah mengurapi (kita) (2Kor.
1:21). Pengurapan ilahi ini sangat dipuji sebab alasan-alasan
berikut:
(1) Sifatnya bertahan dan kekal. Minyak atau pengurapan tidak
cepat kering sebagaimana halnya air: di dalam diri kamu
tetap ada pengurapan (ay. 27). Supaya dapat memberi
penegasan, pencerahan ilahi harus berlangsung terus-me-
nerus. Godaan, jerat, dan penyesatan bermunculan. Peng-
urapan itu harus tetap ada.
(2) Pengurapan itu lebih baik dibandingkan pengajaran yang
diberikan manusia: “sebab itu tidak perlu kamu diajar oleh
orang lain (ay. 27). Namun, bukan berarti bahwa pengurap-
an ini akan mengajarmu tanpa pelayanan yang telah diten-
tukan. Hal ini memang bisa terjadi jika Tuhan berkenan,
namun tidak demikian halnya, meskipun urapan itu mampu
mengajarimu lebih baik dibandingkan kami: sebab itu tidak
perlu kamu diajar oleh orang lain (ay. 27). Kamu telah me-
nerima nasihat kami sebelum kamu diurapi, namun seka-
rang pengajaran kami bukan apa-apa dibandingkan dengan
hal itu. Siapakah guru seperti Dia?” (Ayb. 36:22). Urapan
ilahi tidak menggantikan pengajaran dari para hamba
Tuhan, namun melebihinya.
(3) Pengurapan merupakan bukti pasti akan kebenaran, dan
semua yang diajarkannya merupakan kebenaran sempurna
yang tidak bisa salah: namun sebagaimana pengurapan-Nya
mengajar kamu tentang segala sesuatu – dan pengajaran-
Nya itu benar, tidak dusta (ay. 27). Roh Kudus pastilah Roh
Kebenaran, sebagaimana Ia disebut (Yoh. 14:17). Pengajar-
an dan pencerahan yang diberikan-Nya pastilah di dalam
dan dari kebenaran. Roh Kebenaran tidak akan berdusta.
Ia mengajarkan segala hal, yakni semua hal di dalam tatan-
an sekarang ini, semua hal yang kita perlukan untuk me-
ngenal Tuhan di dalam Kristus dan kemuliaannya di dalam
Injil. Dan,
(4) Pengurapan itu mengandung pengaruh atau kuasa yang
penuh pemeliharaan. Ia akan melindungi mereka yang ting-
gal di dalamnya terhadap para penyesat dan penyesatan
mereka: “Dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu,
demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia
660
(ay. 27). Pengurapan itu mengajarmu untuk tetap tinggal di
dalam Kristus, dan sementara mengajarmu, ia juga meng-
amankanmu. Pengurapan mengendalikan pikiran dan hati-
mu, supaya kamu tidak memberontak dari-Nya. Sebab Dia
yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu
di dalam Kristus, yaitu Tuhan yang telah mengurapi, meme-
teraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberi
Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua
yang telah disediakan untuk kita” (2Kor. 1:21-22).
Kedatangan Kristus yang Kedua
(2:28-29)
28 Maka sekarang, anak-anakku, tinggTuhan di dalam Kristus, supaya jika
Ia menyatakan diri-Nya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah
malu terhadap Dia pada hari kedatangan-Nya. 29 Jikalau kamu tahu, bahwa
Ia yaitu benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat
kebenaran, lahir dari pada-Nya.
Sesudah berbicara mengenai berkat pengurapan kudus, Rasul Yoha-
nes melanjutkan saran dan nasihatnya supaya jemaat tetap di dalam
dan bersama Kristus: Maka sekarang, anak-anakku, tinggTuhan di
dalam Kristus (ay. 28). Rasul Yohanes mengulangi sapaannya yang
ramah: anak-anakku, yang menurut saya tidak begitu menunjukkan
arti pengecilan dibanding rasa kasih sayangnya. Oleh sebab itu,
saya menilai bahwa panggilan itu juga bisa diterjemahkan dengan
anak-anak yang kukasihi. Ia lebih suka membujuk dengan kasih, dan
memenangkan orang dengan menunjukkan rasa kasih dan juga
pertimbangan akal. “Bukan hanya kasih kepada Kristus, melainkan
kasih kepadamu juga, yang mendesak kami untuk menasihati kamu
untuk bertekun, dan supaya kamu tinggal di dalam Kristus, dalam
kebenaran menyangkut pribadi-Nya, dan di dalam penyatuanmu
dengan-Nya serta kesetiaanmu terhadap-Nya.” Hak-hak istimewa Injil
sungguh wajib bagi tugas-tugas Injil. Orang-orang yang diurapi oleh
Tuhan Yesus sangat wajib tinggal di dalam-Nya dalam menentang
musuh-musuh apa pun. Tugas untuk tetap bertekun dan berdiri
teguh di tengah masa-masa pencobaan sangat ditekankan berdasar-
kan pertimbangan-pertimbangan berikut:
1. Oleh pertimbangan bahwa Ia akan kembali pada hari penghakim-
an yang agung itu: supaya jika Ia menyatakan diri-Nya, kita
Surat 1 Yohanes 2:28-29
661
beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu terhadap Dia
pada hari kedatangan-Nya (ay. 28). Di sini diterima benar dengan
sendirinya bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali. Ini merupa-
kan bagian kebenaran yang telah mereka dengar dari mulanya.
Kemudian, jika Ia akan datang lagi, Ia akan tampil di depan
umum untuk menyatakan diri kepada semua orang. Sebagai per-
bandingan, saat berada di bumi sebelum ini, Ia datang secara
pribadi. Ia lahir dari rahim, dan diperkenalkan di sebuah kan-
dang. Namun, saat datang kembali, Ia akan datang dari langit
yang terbuka, dan setiap mata akan melihat-Nya. Mereka yang
tetap bersama-Nya melalui semua pencobaan akan beroleh kebe-
ranian, jaminan, dan sukacita saat melihat Dia. Mereka akan
menengadah dengan sukacita penuh kemenangan tidak terkata-
kan, sebab tahu bahwa penebusan sempurna mereka datang
bersama-Nya. Sebaliknya, orang-orang yang telah meninggalkan-
Nya akan malu terhadap Dia. Mereka akan malu dengan diri
sendiri, malu sebab ketidakpercayaan, sikap pengecut, rasa tidak
berterima kasih, sikap gegabah, dan kebodohan mereka, sebab
telah meninggalkan Penebus yang begitu agung. Mereka akan me-
rasa malu sebab pengharapan, sangkaan, dan sikap berpura-
pura mereka, serta malu sebab semua upah ketidakbenaran
yang menyebabkan mereka meninggalkan Dia: Supaya kita ber-
oleh keberanian percaya dan tidak usah malu. Rasul Yohanes me-
masukkan dirinya di dalam kelompok itu. “Janganlah kita malu
sebab kamu,” dan juga, “kamu tidak akan malu terhadap diri
sendiri.” Atau juga mē aischynthōmen ap’ autou, supaya kita tidak
malu (dibuat malu, atau dipermalukan) oleh Dia pada hari keda-
tangan-Nya. Saat tampil di depan umum kelak, Ia akan memper-
malukan semua orang yang telah meninggalkan-Nya. Ia akan
menyangkal bahwa Ia mengenal mereka, membungkus mereka
dengan rasa malu dan bingung, meninggalkan mereka untuk di-
serahkan kepada kegelapan, setan-setan, dan keputusasaan tan-
pa akhir, dengan mengakui di depan manusia dan malaikat bah-
wa Ia malu dengan mereka (Mrk. 8:38). Rasul Yohanes lalu melan-
jutkan dengan saran dan nasihat yang sama,
2. berdasar pertimbangan akan martabat orang-orang yang setia
mengikuti Kristus dan pengajaran-Nya: Jikalau kamu tahu, bahwa
Ia yaitu benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang
berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya (ay. 29). Kata sambung
662
yang di sini diterjemahkan dengan jikalau, sepertinya bukanlah
vox dubitantis, melainkan concedentis. Ini bukanlah kata sambung
yang menyatakan suatu persyaratan, melainkan anggapan, jika
saya boleh menyebutnya demikian, yang menyatakan sesuatu
akan terjadi, sehingga dengan demikian sepertinya memiliki mak-
na sama dengan istilah sebab , atau mengingat bahwa, atau
berhubung. Dengan demikian, artinya akan menjadi lebih jelas:
Berhubung kamu tahu, bahwa Ia yaitu benar, kamu harus tahu
juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari
pada-Nya. Di sini, orang yang berbuat benar dapat dianggap seba-
gai orang yang tinggal di dalam Kristus. Sebab orang yang tinggal
di dalam Kristus, juga tinggal di dalam hukum serta kasih Kris-
tus, sehingga taat dan patuh kepada-Nya juga. Dengan demikian,
ia harus melakukan, mengerjakan, atau menjalankan kebenaran
ataupun bagian-bagian kekudusan Injil. Orang seperti itu pasti
lahir dari pada-Nya. Ia diperbarui oleh Roh Kristus, menurut
gambar Kristus, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik, yang dipersiapkan Tuhan sebelumnya. Ia mau,
supaya kita hidup di dalamnya (Ef. 2:10). “Berhubung kamu tahu,
bahwa Kristus Tuhan yaitu benar (benar di dalam sifat dan
kecakapan, Tuhan kebenaran kita, dan Tuhan yang mengudus-
kan atau pengudusan kita (1Kor. 1:30), kamu tidak bisa tidak
tentu mengetahuinya” (atau ketahuilah bahwa ini yaitu untuk
dipikirkan dan dipertimbangkan olehmu) “bahwa barang siapa
yang tinggal di dalam Dia dengan terus menjalankan ajaran Kris-
ten, ia lahir dari-Nya.” Kodrat rohani yang baru diperoleh dari
Kristus Tuhan. Orang yang tetap menjalankan iman di tengah
masa-masa kesukaran, memberi bukti nyata bahwa ia lahir
dari atas, dari Kristus Tuhan. Kristus Tuhan yaitu Bapa yang
kekal. Sungguh merupakan hak istimewa dan martabat yang
luhur untuk lahir dari-Nya. Mereka yang seperti ini yaitu anak-
anak Tuhan . Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa
supaya menjadi anak-anak Tuhan (Yoh. 1:12). Dan hal ini menjadi
pengantar bagi pasal selanjutnya.
PASAL 3
asul Yohanes di sini mengagungkan kasih Tuhan dalam mengang-
kat kita sebagai anak (ay. 1-2). Lalu ia menegaskan pentingnya
kekudusan (ay. 3) dan menentang dosa (ay. 4-19). Ia menekankan
kasih persaudaraan (ay. 11-18), bagaimana menenangkan hati kita di
hadapan Tuhan (ay. 19-22), perintah untuk percaya (ay. 23), dan
baiknya ketaatan (ay. 24).
Diangkat sebagai Anak
(3:1-3)
1 Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Tuhan , dan memang kita yaitu anak-anak
Tuhan . sebab itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal
Dia. 2 Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita yaitu anak-anak
Tuhan , namun belum nyata apa keadaan kita kelak; namun kita tahu,
bahwa jika Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti
Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. 3
Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri
sama seperti Dia yang yaitu suci.
sesudah memperlihatkan martabat para pengikut Kristus yang setia,
bahwa mereka lahir dari Dia dan dengan demikian bersekutu erat
dengan Tuhan , Rasul Yohanes di sini,
I. Meluap dalam pemujaan terhadap anugerah yang merupakan
sumber dari pemberian yang sedemikian menakjubkan itu:
Lihatlah (perhatikan, cermatilah) betapa besarnya kasih, betapa
agungnya kasih, yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga
kita disebut, dan benar-benar dijadikan, anak-anak Tuhan ! (Dia
yang membuat apa yang tidak ada menjadi ada, menjadikan me-
reka sebagai apa yang sebelumnya bukan mereka). Bapa meng-
R
664
angkat sebagai anak semua anak dari Sang Anak. Sang Anak me-
mang memanggil mereka, dan menjadikan mereka sebagai sau-
dara-saudara-Nya. Dan dengan begitu Ia menganugerahkan ke-
pada mereka kuasa dan martabat sebagai anak-anak Tuhan . Sung-
guh suatu kasih yang penuh kerendahan diri dan menakjubkan
dari Bapa yang kekal, bahwa makhluk seperti kita ini sampai
dijadikan dan disebut sebagai anak-anak-Nya. Padahal kita ini
yang secara kodrat merupakan pewaris dosa, kesalahan, dan
kutukan Tuhan . Kita yang dalam perbuatan merupakan anak-anak
yang bejat, tidak taat, dan tidak tahu berterima kasih! Sungguh
mengherankan, bahwa Tuhan yang kudus tidak malu disebut
sebagai Bapa kita, dan menyebut kita sebagai anak-anak-Nya!
Dari sini Rasul Yohanes,
II. Menyimpulkan kehormatan orang-orang percaya melebihi apa
yang dapat diketahui oleh dunia. Orang-orang kafir tahu sedikit
saja tentang mereka. sebab itu (atau oleh sebab itu, untuk
alasan ini) dunia tidak mengenal kita (ay. 1). Betapa sedikit saja
dunia memahami tingginya kedudukan dan kebahagiaan para
pengikut Kristus yang sejati. Mereka di sini rentan terhadap
bencana-bencana dunia dan zaman yang menimpa semuanya.
Segala sesuatu menimpa mereka sama seperti menimpa orang
lain, atau lebih tepatnya mereka rentan terhadap dukacita yang
lebih besar, sebab sering kali mereka memiliki alasan untuk
berkata, jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh peng-
harapan pada Kristus, maka kita yaitu orang-orang yang paling
malang dari segala manusia (1Kor. 15:19). Oleh sebab itu, dunia
yang bukan Kristen ini, yang hidup mengandalkan penglihatan,
tidak mengetahui martabat mereka, hak-hak istimewa mereka,
kesenangan-kesenangan yang mereka nikmati, atau apa yang
berhak mereka dapatkan. Betapa sedikit saja dunia mengira bah-
wa orang-orang yang malang, rendah hati, dan hina ini sebenar-
nya merupakan orang-orang kesayangan sorga, dan akan segera
menjadi para penghuni di sana. namun mereka dapat menanggung
perkara mereka itu dengan lebih baik sebab Tuhan mereka juga
tidak dikenal di sini seperti halnya mereka: Sebab dunia tidak
mengenal Dia (ay. 1). Betapa sedikit saja dunia mengira betapa
agungnya seorang Pribadi yang pernah tinggal untuk sementara di
sini, bahwa Pencipta dunia pernah menjadi penghuninya. Betapa
Surat 1 Yohanes 3:1-3
665
sedikit saja dunia Yahudi mengira bahwa Tuhan Abraham, Ishak,
dan Yakub yaitu sedarah dengan mereka, dan berdiam di negeri
mereka. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, namun orang-
orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Ia datang kepada
milik kepunyaan-Nya, namun orang-orang kepunyaan-Nya itu me-
nyalibkan Dia. namun pasti, kalau sekiranya mereka mengenal-
Nya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia (1Kor. 2:8).
Hendaklah para pengikut Kristus menerima beban hidup yang
berat di sini, sebab mereka ada di negeri orang asing, di antara
orang-orang yang sedikit saja mengenal mereka, dan Tuhan
mereka pun diperlakukan demikian sebelum mereka. Lalu dari
sini Rasul Yohanes,
III. Meninggikan murid-murid yang bertekun ini, sebab ia melihat
penyingkapan yang pasti tentang keadaan dan martabat mereka.
Di sini,
1. Hubungan mereka yang terhormat pada saat ini ditegaskan:
Saudara-saudaraku yang kekasih (kalian bisa menjadi sau-
dara-saudara yang kami kasihi, sebab kalian dikasihi Tuhan ),
sekarang kita yaitu anak-anak Tuhan (ay. 2). Kita memiliki
kodrat anak melalui pembaharuan hidup kita. Kita memiliki
gelar, roh, dan hak untuk mendapat warisan sebagai anak me-
lalui pengangkatan kita sebagai anak. Kehormatan ini dimiliki
oleh semua orang kudus.
2. Kebahagiaan yang selayaknya didapat dari hubungan ini be-
lum disingkapkan: namun belum nyata apa keadaan kita kelak
(ay. 2). Kemuliaan yang berkaitan dengan kedudukan kita
sebagai anak dan pengangkatan sebagai anak ditunda dan
disimpan untuk dunia lain. Jika hal itu disingkapkan di sini,
maka itu akan menghentikan jalannya perkara-perkara yang
harus terus berlanjut untuk saat ini. Anak-anak Tuhan harus
berjalan dengan iman, dan hidup dengan pengharapan.
3. Waktu bagi penyingkapan anak-anak Tuhan dalam keadaan
dan kemuliaan mereka yang sebenarnya sudah ditentukan.
Dan waktunya yaitu saat Saudara sulung mereka datang
untuk memanggil dan mengumpulkan mereka semua ber-
sama-sama: namun kita tahu, bahwa jika Kristus
menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia. Kata
ean, yang biasanya diterjemahkan dengan jika, di sini dengan
666
baik diartikan dengan jika . Sebab kata Ibrani am (yang di-
anggap berpadanan dengan kata ean) memang berarti demi-
kian, seperti yang dicatat oleh Dr. Whitby di sini. Dan bukan
saja ean kadang-kadang digunakan untuk hotan, namun juga
beberapa naskah bahkan menggunakan kata hotan, jika .
Oleh sebab itu tepatlah jika kita mengartikannya demikian
dalam Yohanes 14:3, di mana kita membacanya (dalam ter-
jemahan KJV – pen.), dan jika Aku pergi, dan mempersiapkan
tempat. namun secara lebih wajar dan tepat, jika Aku telah
pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan
datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, atau
paralēpsomai – Aku akan membawa kamu bersama-Ku, supaya
di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada. jika Sang
Kepala jemaat, Anak Tunggal Bapa, menyatakan diri, maka
anggota-anggota-Nya, anak-anak yang diangkat anak oleh
Tuhan , akan ikut menyatakan diri dan dinyatakan bersama-
sama dengan Dia. Oleh sebab itu mereka hendaklah dalam
iman, harapan, dan keinginan yang sungguh-sungguh menan-
tikan saat-saat penyataan Tuhan Yesus itu. sebab bahkan
makhluk ciptaan sendiri menantikan penyempurnaan mereka,
dan saat anak-anak Tuhan dinyatakan (Rm. 8:19). Anak-anak
Tuhan akan diketahui dan dinyatakan melalui keserupaan me-
reka dengan Kepala mereka: Mereka akan menjadi sama seper-
ti Dia – seperti Dia dalam kehormatan, kuasa, dan kemuliaan.
Tubuh-tubuh hina mereka akan dijadikan serupa seperti
tubuh-Nya yang mulia. Mereka akan dipenuhi dengan hidup,
terang, dan kebahagiaan dari Dia. jika Kristus, yang ada-
lah hidup mereka, menyatakan diri kelak, mereka pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan (Kol.
3:4). Lalu dari sini,
4. Keserupaan mereka dengan-Nya ditegaskan berdasar ba-
gaimana mereka akan melihat Dia: Kita akan menjadi sama
seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya
yang sebenarnya. Keserupaan mereka akan menjadi penyebab
mereka melihat Dia. Memang, semua orang akan melihat Dia,
namun tidak seperti mereka melihat Dia. Tidak melihat Dia
dalam keadaan-Nya yang sebenarnya, yaitu seperti yang dili-
hat mereka yang diam di sorga. Orang-orang fasik akan meli-
hat Dia dalam kernyit dahi-Nya, dalam kengerian kebesaran-
Surat 1 Yohanes 3:1-3
667
Nya, dan semarak kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang
menuntut balas. namun anak-anak Tuhan ini akan melihat Dia
dalam senyum dan keindahan wajah-Nya, dalam kemuliaan-
Nya yang ramah dan menyenangkan, dalam keselarasan dan
keserasian kesempurnaan-kesempurnaan-Nya yang membawa
kebahagiaan sorgawi. Keserupaan mereka akan memampukan
mereka untuk melihat Dia seperti orang-orang yang terberkati
melihat Dia di sorga. Atau dengan melihat Dia, itu akan men-
jadikan mereka serupa dengan-Nya. Penglihatan itu akan mem-
bawa perubahan menyeluruh. Mereka akan diubah ke dalam
rupa yang penuh dengan kebahagiaan sorgawi yang sama saat
mereka memandang Dia dalam keadaan demikian. Lalu Rasul
Yohanes,
IV. Menekankan kepada anak-anak Tuhan ini supaya menjalankan
kekudusan: Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-
Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang yaitu suci (ay. 3).
Anak-anak Tuhan tahu bahwa Tuhan mereka yaitu kudus dan
suci. Hati dan mata-Nya sedemikian suci sehingga kecemaran dan
kenajisan tidak diakui untuk berdiam bersama-sama dengan Dia.
Maka dari itu, orang-orang yang berharap untuk hidup bersama-
sama dengan Dia harus mengusahakan kesucian yang setinggi-
tingginya mengatasi dunia, daging, dan dosa. Mereka harus ber-
tumbuh dalam anugerah dan kekudusan. Bukan saja Tuhan me-
reka memerintahkan mereka untuk menyucikan diri, namun juga
kodrat baru mereka mencondongkan mereka untuk berbuat
demikian. Ya, pengharapan mereka akan sorga akan menyuruh
dan mengendalikan mereka untuk menyucikan diri. Mereka tahu
bahwa Imam Besar mereka saleh, tanpa salah, dan tanpa noda.
Mereka tahu bahwa Tuhan dan Bapa mereka yaitu Yang Maha-
tinggi dan Kudus, bahwa seluruh perkumpulan mereka murni
dan kudus, dan bahwa warisan mereka yaitu warisan orang-
orang kudus di dalam terang. Akan bertentangan dengan harapan
yang demikian jika mereka memanjakan diri dalam dosa dan
kecemaran. Oleh sebab itu, sama seperti kita dikuduskan me-
lalui iman, demikian pula kita harus dikuduskan melalui harap-
an. Supaya kita diselamatkan melalui harapan, kita harus disuci-
kan melalui harapan. Harapan orang-orang munafiklah, dan bu-
668
kan harapan anak-anak Tuhan , yang membolehkan pemuasan ter-
hadap keinginan-keinginan dan nafsu-nafsu yang najis.
Tanda Anak-anak Tuhan
(3:4-10)
4 Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Tuhan , sebab dosa
ialah pelanggaran hukum Tuhan . 5 Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyata-
kan diri-Nya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada
dosa. 6 sebab itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat
dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak me-
ngenal Dia. 7 Anak-anakku, janganlah membiarkan seorang pun menyesat-
kan kamu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran yaitu benar, sama seperti
Kristus yaitu benar; 8 barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari
Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Tuhan menya-
takan diri-Nya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.
9 Setiap orang yang lahir dari Tuhan , tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi
tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, sebab ia lahir dari
Tuhan . 10 Inilah tandanya anak-anak Tuhan dan anak-anak Iblis: setiap orang
yang tidak berbuat kebenaran, tidak berasal dari Tuhan , demikian juga ba-
rangsiapa yang tidak mengasihi saudaranya.
sesudah menyatakan kewajiban orang percaya untuk hidup suci ber-
dasarkan pengharapannya akan sorga, dan persekutuan dengan
Kristus di dalam kemuliaan pada saat Ia menyatakan diri nanti,
Rasul Yohanes sekarang melanjutkan dengan memenuhi mulutnya
sendiri dan pikiran orang percaya dengan sanggahan-sanggahan yang
berlipat ganda melawan dosa, dan melawan segala persekutuan de-
ngan pekerjaan-pekerjaan kegelapan yang cemar dan tidak berbuah.
Maka ia memberi alasan dan penjelasan,
I. berdasar sifat dosa dan kejahatannya yang dikandungnya.
Dosa yaitu pertentangan dengan hukum ilahi: Setiap orang yang
berbuat dosa, melanggar juga (atau bahkan melanggar) hukum
Tuhan (atau, setiap orang yang berbuat dosa bahkan melakukan
pelanggaran besar-besaran, atau menyimpang dari hukum, atau
dari hukum Tuhan ). Sebab dosa ialah pelanggaran hukum Tuhan ,
atau perbuatan melanggar hukum (ay. 4). Dosa yaitu ketidak-
punyaan atau ketiadaan kesepadanan dan kesesuaian dengan
hukum ilahi, hukum yang merupakan catatan atau rekaman yang
berisi hakikat dan kesucian ilahi. Catatan ini berisi kehendak-Nya
untuk mengatur dunia, yang sesuai dengan akal budi, dan yang
dibuat untuk kebaikan dunia. Catatan ini menunjukkan kepada
Surat 1 Yohanes 3:4-10
669
manusia jalan menuju kebahagiaan dan kedamaian, dan memim-
pinnya kepada Sang Pencipta kodratnya dan Sang Pencipta hu-
kum. Jadi perbuatan dosa berarti penolakan terhadap hukum
ilahi, dan ini merupakan penolakan terhadap kewenangan ilahi,
dan sebab itu terhadap Tuhan sendiri.
II. berdasar rancangan dan kepentingan Tuhan Yesus di dalam
dan untuk dunia ini, yaitu untuk menyingkirkan dosa: Dan kamu
tahu, bahwa Ia telah menyatakan diri-Nya, supaya Ia menghapus
segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa (ay. 5). Anak Tuhan
tampak dan dikenal di dalam kodrat kita. Ia datang untuk mem-
benarkan dan meninggikan hukum ilahi, dan itu dilakukan de-
ngan patuh terhadap perintah, dan dengan menundukkan diri
dan menderita di bawah sanksi hukum, di bawah kutukannya.
sebab itu Ia datang untuk menghapus dosa-dosa kita, untuk
menghapus kesalahan dosa melalui pengorbanan diri-Nya, untuk
menghapus perbuatan dosa dengan menanamkan kodrat baru
dalam diri kita (sebab kita dikuduskan oleh kuasa kematian-Nya),
dan untuk menjauhkan dan menyelamatkan kita dari dosa mela-
lui teladan-Nya sendiri, dan (atau sebab ) di dalam Dia tidak ada
dosa. Atau, Ia menghapus segala dosa, supaya Ia bisa menjadikan
kita serupa dengan diri-Nya sendiri, dan di dalam Dia tidak ada
dosa. Siapa yang mengharapkan persekutuan dengan Kristus di
dunia di atas, ia harus mengusahakan persekutuan dengan Dia di
bawah sini dengan hidup suci semurni-murninya. Semua orang
Kristen harus mengetahui dan merenungkan maksud agung keda-
tangan Anak Tuhan ke dunia sini, yaitu untuk menghapus dosa-
dosa kita: Dan kamu tahu (dan pengetahuan ini haruslah men-
dalam dan berpengaruh nyata) bahwa Ia telah menyatakan diri-
Nya, supaya Ia menghapus segala dosa.
III. berdasar pertentangan antara dosa dan kesatuan atau mele-
katnya kita secara nyata dengan Kristus Tuhan: sebab itu setiap
orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi (ay.
6). Berdosa di sini (dalam terjemahan KJV – pen.) sama saja de-
ngan berbuat dosa (ayat 8 dan 9), dan berbuat dosa berarti mela-
kukan dosa. Orang yang berada di dalam Kristus berhenti mela-
kukan dosa. Seperti halnya persatuan yang hidup dengan Tuhan
Yesus mematahkan kuasa dosa di dalam hati dan kodrat kita,
670
demikian pula terus berbuat dosa akan menghalang-halangi
bertakhta dan merajanya Kristus dalam hidup dan perilaku kita.
Atau ungkapan negatif di sini diartikan sebagai hal positif: ia tidak
berbuat dosa lagi, yaitu ia taat, ia menjalankan perintah-perintah
(dengan tulus hati, dan dalam hidup sehari-hari) dan berbuat apa
yang berkenan kepada-Nya, seperti yang dikatakan dalam ayat
22. Orang yang berada di dalam Kristus berada di dalam perjanji-
an mereka dengan-Nya, dan sebab itu waspada tehadap dosa
yang bertentangan dengan perjanjian itu. Mereka tinggal di dalam
terang yang kuat dan pengenalan yang mendalam akan Dia. Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang tetap
berbuat dosa (tinggal dalam perbuatan dosa yang meraja) tidak
melihat Dia (pikirannya tidak dicerahkan oleh pemahaman yang
baik dan bersifat Injil akan Dia), dan tidak mengenal Dia, tidak
mengenal Dia dari pengalaman. Menolak berbuat dosa yaitu
bukti besar dari kesatuan rohani dengan, dan keberlanjutan di
dalam, pengenalan yang menyelamatkan akan Kristus Tuhan.
IV. berdasar hubungan antara melakukan kebenaran dan ada
dalam keadaan benar, yang menyiratkan bahwa perbuatan dosa
dan keadaan dibenarkan itu tidak sejalan atau bertentangan. Hal
ini didahului dengan anggapan bahwa apa saja yang bertentangan
jelas-jelas merupakan suatu tipuan: “Anak-anakku, anak-anakku
yang terkasih, dan kalian sebagai anak-anak, dalam hal ini ja-
nganlah membiarkan seorang pun menyesatkan kamu. Akan ada
orang-orang yang membesar-besarkan terang baru dan penerima-
anmu terhadap Kekristenan, yang akan membuat kamu percaya
bahwa pengetahuanmu, pengakuanmu, dan baptisanmu mem-
berimu alasan untuk tidak perlu memperhatikan dengan saksama
kehidupan kristianimu. namun waspyaitu terhadap tipuan seper-
ti itu. Barangsiapa yang berbuat kebenaran yaitu benar.” Di be-
berapa tempat dalam Kitab Suci tampak bahwa kebenaran de-
ngan tepat diartikan sebagai agama, seperti dalam Matius 5:10,
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, yaitu
sebab agama. 1 Petrus 3:14, namun sekalipun kamu harus men-
derita juga sebab kebenaran (sebab agama), kamu akan berba-
hagia. Dan 2 Timotius 3:16, Segala tulisan, atau seluruh Kitab
Suci, yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat untuk mengajar –
dan untuk mendidik orang dalam kebenaran, yaitu dalam hakikat
Surat 1 Yohanes 3:4-10
671
dan perkara-perkara agama. Jadi berbuat kebenaran itu, teruta-
ma sebagai lawan dari berbuat, melakukan, dan menjalankan
dosa, yaitu menjalankan agama. Nah, orang yang menjalankan
agama yaitu benar. Ia orang benar dalam segala hal. Ia tulus
dan lurus di hadapan Tuhan . Menjalankan agama tidak bisa dila-
kukan tanpa kaidah kejujuran dan hati nurani. Ia memiliki kebe-
naran yang terdiri atas pengampunan dosa dan hak untuk hidup,
yang didasarkan pada kebenaran Sang Pengantara yang diper-
hitungkan kepadanya. Ia berhak mendapat mahkota kebenaran,
yang akan dikaruniakan oleh Hakim yang adil, sesuai dengan kove-
nan (perjanjian) dan janji-Nya, kepada semua orang yang merindu-
kan kedatangan-Nya (2Tim. 4:8). Ia bersekutu dengan Kristus, pa-
tuh terhadap hukum ilahi, dan dalam kadar tertentu benar dalam
perbuatannya sebagaimana Kristus itu benar. Ia bersekutu dengan
Kristus dalam keadaan yang dibenarkan, sebab sekarang ia bisa
dikatakan sebagai orang benar bersama-sama dengan Kristus.
V. berdasar hubungan antara orang berdosa dan Iblis, dan dari
situ berdasar rancangan dan pekerjaan Kristus Tuhan mela-
wan Iblis.
1. berdasar hubungan antara orang berdosa dan Iblis. Seper-
ti halnya di tempat-tempat lain dalam Kitab Suci orang ber-
dosa dan orang kudus dibedakan (meskipun orang kudus
yaitu sebagian besar orang yang bisa juga disebut sebagai
orang berdosa), demikian pula berbuat dosa di sini berarti
melakukan dosa sebagaimana para pendosa melakukannya,
yaitu hidup di bawah kuasa dan perintah dosa, dan ini ber-
beda dari orang-orang kudus. Orang yang berbuat dosa demi-
kian berasal dari Iblis. Sifat berdosanya diilhami oleh Iblis, dan
sesuai serta menyenangkan bagi Iblis. Ia merupakan milik
pihak, kepentingan, dan kerajaan Iblis. Dialah penyebab dan
penyokong dosa, dan sudah sejak dulu ia menjadi pelaku
dosa, penggoda dan penghasut orang-orang supaya berdosa,
bahkan sejak dari awal mula dunia. Dari sini kita harus meli-
hat bagaimana Rasul Yohanes memberi alasan,
2. berdasar rancangan dan pekerjaan Kristus Tuhan mela-
wan Iblis: Untuk inilah Anak Tuhan menyatakan diri-Nya, yaitu
supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu (ay. 8).
Iblis telah merancang dan berusaha untuk menghancurkan
672
pekerjaan Tuhan di dunia ini. Anak Tuhan telah menjalankan pe-
rang suci melawannya. Ia datang ke dunia kita, dan menjelma
dalam daging seperti kita, supaya Ia menaklukkan Iblis dan
menghancurleburkan pekerjaan-pekerjaannya. Dosa akan le-
bih dan lebih lagi Ia hancurleburkan, sampai Ia memusnah-
kannya sama sekali pada akhirnya. Maka janganlah kita
melayani atau memanjakan apa yang ingin dihancurkan Anak
Tuhan dengan kedatangan-Nya itu.
VI. berdasar hubungan antara pembaharuan diri dan penghapus-
an dosa: Setiap orang yang lahir dari Tuhan , tidak berbuat dosa
lagi. Lahir dari Tuhan berarti diperbaharui secara batiniah, dan
dikembalikan pada keutuhan yang kudus atau kodrat yang
diluruskan oleh kuasa Roh Tuhan . Orang seperti itu tidak berbuat
dosa lagi, tidak melakukan kejahatan atau berbuat tidak taat,
yang bertentangan dengan kodrat barunya dan tabiat rohnya yang
sudah diperbaharui. Sebab, seperti yang ditambahkan oleh Rasul
Yohanes, benih ilahi tetap ada di dalam dia, apakah itu firman
Tuhan dalam terang dan kuasanya tetap ada di dalam dia (seperti
dalam 1Ptr. 1:23, sebab kamu telah dilahirkan kembali bukan
dari benih yang fana, namun dari benih yang tidak fana, oleh firman
Tuhan , yang hidup dan yang kekal), atau apa yang dilahirkan dari
Roh, yaitu roh. Benih kekudusan yang bersifat rohani ada di
dalam dia dan bertumbuh. Anugerah yang memperbaharui yaitu
benih yang akan tetap ada. Agama, dalam kemunculannya,
bukanlah suatu keahlian, suatu ketangkasan dan keterampilan
yang dipelajari, melainkan suatu kodrat baru. Sebagai dampak-
nya, orang yang sudah diperbaharui tidak dapat berbuat dosa.
Bahwa ia tidak dapat melakukan tindakan dosa, saya pikir tidak
ada penafsir bijaksana yang memahaminya. Ini akan bertentang-
an dengan pasal 1:9, di mana sudah menjadi kewajiban kita
untuk mengakui dosa-dosa kita, dan di situ dianggap bahwa hak
istimewa kita dalam hal itu yaitu mendapat pengampunan bagi
dosa-dosa kita. Oleh sebab itu, ia tidak dapat berdosa di sini
(KJV) harus dipahami dalam arti saat Rasul Yohanes berkata, ia
tidak dapat berbuat dosa. Ia tidak dapat terus hidup di jalan dosa
dan perbuatan dosa. Ia tidak dapat berbuat dosa sehingga disebut
pendosa, sebagai lawan dari orang kudus atau hamba Tuhan . Dan
juga, ia tidak dapat berbuat dosa seperti dulu, seperti yang dila-
Surat 1 Yohanes 3:4-10
673
kukannya sebelum ia lahir dari Tuhan , dan seperti yang dilakukan
oleh orang lain yang tidak lahir dari Tuhan . Alasannya yaitu
sebab ia lahir dari Tuhan , yang akan membuatnya mengekang dan
menahan diri dari semua dosa ini.
1. Ada terang dalam akal budinya yang menunjukkan kepada dia
kejahatan dan keburukan dosa.
2. Ada kecenderungan dalam hatinya yang mencondongkan dia
untuk merasa jijik dan membenci dosa.
3. Ada benih atau kecenderungan rohani yang tumbuh dan ber-
kembang, dan menghancurkan kekuatan dan kuasa dari per-
buatan-perbuatan dosa. Perbuatan-perbuatan dosa tidak me-
luap dengan hebat dalam diri mereka oleh sebab kuasa kebe-
jatan seperti yang terjadi pada orang lain. Perbuatan-perbuat-
an dosa juga tidak mendapat hati, roh, dan persetujuan
sepenuh-penuhnya pada diri mereka seperti yang terjadi pada
diri orang lain. Keinginan Roh berlawanan dengan keinginan
daging. Oleh sebab itu, berkenaan dengan kecenderungan
dosa seperti itu di dalam diri orang-orang kudus, dapat dikata-
kan, bukan aku lagi yang memperbuatnya, namun dosa yang
ada di dalam aku. Kecenderungan itu tidak diperhitungkan
sebagai dosa bagi orang yang bersangkutan dalam pandangan
Injil, sebab kecenderungan dan sikap pikiran dan rohnya
menentang dosa. Lalu,
4. Ada kecenderungan untuk merendah diri dan bertobat atas
dosa, sesudah dosa diperbuat. Setiap orang yang lahir dari Tuhan
tidak dapat berbuat dosa. Di sini kita dapat mengingat kembali
pembedaan yang biasa dibuat antara ketidakmampuan alami
dan ketidakmampuan moral. Orang yang belum diperbaharui
tidak mampu secara moral untuk melakukan apa yang baik
dalam agama. Sementara orang yang sudah diperbaharui
secara membahagiakan dibuat tidak mampu untuk berdosa.
Ada penghalang, atau bisa dikatakan larangan, yang menge-
kang kekuatan-kekuatannya untuk berdosa. Akan bertentang-
an dengan dia untuk berbuat dosa dengan tenang dan sengaja.
Biasanya kita berkata tentang orang yang hidupnya terkenal
lurus, “Ia tidak bisa berbohong, ia tidak bisa berbuat curang,
dan melakukan kejahatan-kejahatan besar lain.” Bagaimana-
kah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan
berbuat dosa terhadap Tuhan ? (Kej. 39:9). Dengan demikian,
674
mereka yang bersikeras hidup di dalam dosa cukup menun-
jukkan bahwa mereka tidak lahir dari Tuhan .
VII. berdasar pembedaan antara anak-anak Tuhan dan anak-anak
Iblis. Mereka memiliki ciri-ciri sendiri yang berbeda. Inilah tanda-
nya anak-anak Tuhan dan anak-anak Iblis (ay. 10). Di dalam
dunia (menurut pembedaan yang sudah dibuat sejak dulu kala)
ada keturunan Tuhan dan keturunan ular. Nah, keturunan ular
ini dikenal dengan dua tanda ini:
1. Mengabaikan agama: Setiap orang yang tidak berbuat kebe-
naran (yang meniadakan dan tidak mengacuhkan hak-hak
Tuhan dan apa saja yang selayaknya menjadi milik Dia. Sebab
pada intinya agama merupakan kebenaran kita di hadapan
Tuhan , atau memberi kepada Dia apa yang selayaknya Ia
dapatkan, dan siapa saja yang tidak melakukan hal ini
dengan kesadaran hati nurani) tidak berasal dari Tuhan , namun
sebaliknya, berasal dari Iblis. Iblis yaitu bapa dari jiwa-jiwa
yang tidak benar atau tidak saleh. Dan,
2. Membenci saudara seiman: Demikian juga barangsiapa yang
tidak mengasihi saudaranya (ay. 10). Orang-orang Kristen
sejati harus dikasihi demi Tuhan dan demi Kristus. Barang-
siapa yang tidak mengasihi mereka dengan cara demikian,
namun sebaliknya merendahkan, membenci, dan menganiaya
mereka, memiliki sifat ular yang tetap ada dalam diri mereka.
Kasih Persaudaraan
(3:11-13)
11 Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita
harus saling mengasihi; 12 bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan
yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab
segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar. 13 Janganlah kamu
heran, saudara-saudara, jika dunia membenci kamu.
sesudah menunjukkan bahwa salah satu tanda dari anak-anak Iblis
yaitu membenci saudara seiman, Rasul Yohanes mengambil kesem-
patan dari situ,
I. Untuk menganjurkan kasih persaudaraan Kristen, dan itu berda-
sarkan keluhuran, atau keberadaan yang sudah sejak dulu kala,
Surat 1 Yohanes 3:11-13
675
atau keutamaan dari perintah yang berkaitan dengannya: Sebab
inilah berita (tugas atau perintah) yang telah kamu dengar dari
mulanya (ini merupakan bagian-bagian utama dari Kekristenan
yang terwujud dalam perbuatan nyata), yaitu bahwa kita harus
saling mengasihi (ay. 11). Kita harus mengasihi Tuhan Yesus, dan
menghargai kasih-Nya, dan sejalan dengan itu kita harus menga-
sihi semua yang dikasihi-Nya, dan itu berarti semua saudara kita
di dalam Kristus.
II. Untuk menjauhkan apa yang bertentangan dengannya, yaitu se-
mua kehendak jahat terhadap saudara, dan itu disampaikan me-
lalui contoh Kain. Iri hati dan kebenciannya haruslah mencegah
kita supaya jangan memendam amarah yang serupa, dan itu
didasarkan pada alasan-alasan berikut ini:
1. Kehendak jahat menunjukkan bahwa ia seperti anak sulung
keturunan ular. Bahkan dia, anak sulung dari manusia per-
tama, berasal dari si jahat. Ia meniru dan menyerupai si jahat
yang pertama, Iblis.
2. Kehendak jahatnya tidak mengenal batas. Kehendak jahat itu
berlanjut sedemikian jauh sampai merancangkan dan men-
jalankan pembunuhan, dan itu yaitu pembunuhan terhadap
saudara kandung, dan itu terjadi di awal mula dunia, saat
hanya ada sedikit orang yang memenuhi bumi. Ia membunuh
adiknya (ay. 12). Dosa, jika dituruti, tidak mengenal batas.
Dan,
3. Kehendak jahat itu berlanjut sedemikian jauh, dan di dalam-
nya terkandung begitu banyak kejahatan, sampai ia membu-
nuh adiknya sebab agama. Ia kesal dengan pelayanan Habel
yang lebih unggul, dan iri hati sebab perkenanan dan peneri-
maan Tuhan terhadapnya. Dan sebab alasan-alasan ini, ia
menghabisi nyawa adiknya. Dan apakah sebabnya ia membu-
nuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan
adiknya benar (ay. 12). Kehendak jahat akan mengajar kita
untuk membenci dan membalas dendam terhadap apa yang
seharusnya kita kagumi dan teladani. Lalu Rasul Yohanes
mengambil kesempatan dari situ,
III. Untuk menyimpulkan bahwa tidak mengherankan jika orang baik
bernasib demikian sekarang: Janganlah kamu heran, saudara-
676
saudara, jika dunia membenci kamu (ay. 13). Sifat ular masih
tetap ada di dunia. Ular besar itu sendiri bertakhta sebagai ilah
dunia ini. Jadi jangan heran jika dunia yang bersifat seperti ular
ini membenci dan mendesis padamu yang merupakan keturunan
si wanita yang akan meremukkan kepala si ular.
Kasih Persaudaraan
(3:14-19)
14 Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup,
yaitu sebab kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia
tetap di dalam maut. 15 Setiap orang yang membenci saudaranya, yaitu
seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang
pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. 16
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan
nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita. 17 Barangsiapa memiliki harta duniawi dan melihat
saudaranya menderita kekurangan namun menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Tuhan dapat tetap di dalam dirinya? 18
Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan
lidah, namun dengan perbuatan dan dalam kebenaran. 19 Demikianlah kita
ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh
menenangkan hati kita di hadapan Tuhan .
Rasul Yohanes yang terkasih hampir tidak bisa menyebutkan kasih
suci tanpa berbicara panjang lebar tentang pengamalannya, seperti
yang dilakukannya di sini melalui berbagai macam alasan dan
dorongan, seperti,
I. Bahwa kasih suci itu merupakan tanda pembenaran Injil kita,
tanda perpindahan kita ke dalam hidup: Kita tahu, bahwa kita
sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu sebab
kita mengasihi saudara kita (ay. 14). Secara kodrat, kita yaitu
anak-anak yang harus dimurkai dan ahli waris maut. Oleh Injil
(perjanjian atau kovenan Injil) keadaan kita di dunia lain diganti
dan diubah. Kita berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, dari
kesalahan yang membawa maut ke dalam hak untuk hidup.
Peralihan ini terjadi saat kita percaya pada Tuhan Yesus:
Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal,
dan siapa yang tidak percaya murka Tuhan tetap ada di atasnya
(Yoh. 3:36). Nah, perubahan yang membahagiakan ini dapat kita
yakini kebenarannya: Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari
dalam maut ke dalam hidup. Kita dapat mengetahuinya melalui
Surat 1 Yohanes 3:14-19
677
bukti-bukti iman kita kepada Kristus, dan kasih kepada saudara-
saudara kita ini yaitu salah satu buktinya, yang menuntun kita
untuk mencirikan kasih ini sebagai tanda bahwa kita ada dalam
keadaan dibenarkan. Bukan semangat yang menggebu-gebu un-
tuk membela suatu golongan dalam agama yang sama, atau rasa
senang terhadap mereka yang berasal dari aliran yang sama dan
yang sehati sepikiran dengan kita, atau tindakan yang dibuat-
buat untuk meniru mereka. Sebaliknya kasih ini,
1. Pada dasarnya mencakup kasih yang umum terhadap umat
manusia: hukum kasih kristiani, dalam komunitas Kristen,
didasarkan pada hukum yang berlaku di mana-mana, di da-
lam masyarakat umat manusia, kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Umat manusia harus dikasihi terutama
sebab dua alasan ini:
(1) Sebagai karya Tuhan yang luhur, yang diciptakan oleh-Nya,
dan secara menakjubkan dijadikan serupa dengan-Nya.
Alasan mengapa Tuhan menentukan suatu hukuman bagi
pembunuh yaitu alasan yang melawan kebencian kita
terhadap saudara-saudara dari sesama umat manusia, dan
sebab itu merupakan alasan supaya kita mengasihi
mereka: sebab Tuhan membuat manusia itu menurut gambar-
Nya sendiri (Kej. 9:6).
(2) Sebagai yang, dalam kadar tertentu, dikasihi Kristus. Selu-
ruh umat manusia – gens humana, harus dianggap sebagai
bangsa yang sudah ditebus, yang berbeda dari malaikat-
malaikat yang telah jatuh. Sebagai makhluk yang memiliki
Sang Penebus ilahi yang direncanakan, dipersiapkan, dan
diberikan kepada mereka. sebab begitu besar kasih Tuhan
akan dunia ini, bahkan dunia ini, sehingga Ia telah menga-
runiakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup
yang kekal (Yoh. 3:16). Dunia yang begitu dikasihi Tuhan
seharusnya juga kita kasihi. Kasih ini akan menunjukkan
dirinya dalam keinginan-keinginan, doa-doa, dan upaya
yang sungguh-sungguh untuk pertobatan dan keselamatan
dunia yang belum terpanggil dan dibutakan ini. Keinginan
hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka
diselamatkan. Maka barulah kasih ini akan mencakup
678
semua kasih yang semestinya diberikan bahkan kepada
musuh-musuh sendiri.
2. Kasih kristiani mencakup kasih khusus terhadap kumpulan
orang Kristen, kepada jemaat yang am, dan itu demi Kepala-
nya, sebagai tubuh-Nya, sebagai yang ditebus, dibenarkan,
dan dikuduskan di dalam dan oleh Dia. Kasih ini terutama
bekerja dan tertuju kepada orang-orang dari jemaat yang am
itu, di mana kita punya kesempatan untuk mengenal mereka
secara pribadi atau tahu betul keadaan mereka. Mereka
dikasihi bukan sebab diri mereka sendiri, melainkan terlebih
sebab Tuhan dan Kristus, yang telah mengasihi mereka. Tuhan
dan Kristuslah, atau lebih tepatnya, kasih Tuhan dan anugerah
Kristuslah yang dikasihi dan dihargai dalam diri mereka dan
terhadap mereka. Jadi inilah hasil dari iman kepada Kristus,
dan dari situ terlihat perpindahan kita dari dalam maut ke
dalam hidup.
II. Kebencian terhadap saudara-saudara kita, sebaliknya, merupa-
kan tanda dari keadaan kita yang mati, tanda bahwa kita terus
hidup di bawah hukuman maut: Barangsiapa tidak mengasihi
saudaranya (saudaranya di dalam Kristus), ia tetap di dalam maut
(ay. 14). Ia sedang berdiri di bawah kutukan dan hukuman. Hal
ini ditegaskan oleh Rasul Yohanes melalui penalaran yang jelas:
“Kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap
memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Nah, kalau orang
yang membenci saudaranya yaitu pembunuh, dan maka pasti-
lah orang yang membenci saudaranya tidak memiliki hidup yang
kekal di dalam dirinya” (ay. 15). Atau, ia tetap di dalam maut, se-
perti yang diungkapkan dalam ayat 14, setiap orang yang mem-
benci saudaranya, yaitu seorang pembunuh manusia. Sebab ke-
bencian terhadap orang yaitu , bila terus berlangsung, kebencian
terhadap hidup dan kesejahteraan, dan secara alami cenderung
pada keinginan untuk memusnahkan hidup itu. Kain membenci,
dan kemudian membunuh, saudaranya. Kebencian akan menu-
tup pintu belas kasihan terhadap saudara-saudara yang malang,
dan dengan begitu membukakan mereka pada segala dukacita
maut. Sudah jelas bahwa kebencian terhadap saudara-saudara di
segala zaman membuat orang menggambarkan saudara-saudara
dengan nama-nama yang buruk, sifat-sifat yang menjijikkan, dan
Surat 1 Yohanes 3:14-19
679
fitnah-fitnah, dan menghadapkan mereka pada penganiayaan dan
pedang. Maka tidak mengherankan bahwa orang yang sangat
mengenal hati manusia, atau yang diajar oleh Dia yang sepenuh-
nya mengenalnya, yang mengetahui kecenderungan alami dan
akhir dari amarah-amarah yang hina dan keji, dan bersama itu
pula mengetahui kegenapan hukum ilahi, menyatakan bahwa
orang yang membenci saudaranya yaitu pembunuh. Nah, orang
yang memiliki sikap dan kecenderungan hati sebagai pembunuh
tidak dapat memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya. Sebab
orang seperti itu pasti mengutamakan keinginan daging, dan
keinginan daging yaitu maut (Rm. 8:6). Rasul Yohanes, melalui
ungkapan memiliki hidup yang kekal di dalam kita, tampaknya
bermaksud mengatakan mengenai memiliki kaidah hidup kekal di
dalam batin, sesuai dengan kaidah Sang Juruselamat, barang-
siapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan
haus untuk selama-lamanya, tidak akan pernah sepenuhnya
kekurangan air. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal (Yoh. 4:14). Dari sini
sebagian orang mungkin akan menganggap bahwa peralihan dari
dalam maut ke dalam hidup (ay. 14) tidak menandakan perubah-
an sementara dalam hidup yang dibenarkan, melainkan perubah-
an nyata dalam pembaharuan diri untuk hidup. Dengan demi-
kian, tinggal di dalam maut seperti yang sudah disebutkan dalam
ayat 14 berarti tetap tinggal dalam kematian rohani, seperti yang
biasa disebut, atau tinggal dalam sifat alami yang bobrok dan
mematikan. namun sebab ayat-ayat di atas ini secara lebih wajar
menggambarkan keadaan seseorang, entah diputuskan untuk
hidup atau mati, maka perubahan dari dalam maut ke dalam
hidup bisa dibuktikan atau dibantah dengan dimiliki atau tidak
dimilikinya kaidah hidup kekal di dalam batin, sebab membasuh
diri dari kesalahan dosa tak terpisahkan dengan membasuh diri
dari kecemaran dan kuasa dosa. namun kamu telah memberi
dirimu disucikan, kamu telah dikuduskan, kamu telah dibenarkan
dalam nama Tuhan Yesus Kristus dan dalam Roh Tuhan kita (1Kor.
6:11).
III. Teladan dari Tuhan dan Kristus haruslah mengobarkan kasih yang
kudus ini dalam hati kita: Demikianlah kita ketahui kasih Kristus,
680
yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita
pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita
(ay. 16). Tuhan yang besar telah memberi Anak-Nya untuk mati
bagi kita. namun sebab rasul ini telah menyatakan bahwa Firman
itu yaitu Tuhan , dan bahwa Ia telah menjadi manusia untuk kita,
saya tidak melihat alasan mengapa kita tidak dapat menafsirkan
ini sebagai Tuhan Firman. Inilah kasih Tuhan sendiri, kasih Dia
yang secara pribadi yaitu Tuhan , meskipun bukan Bapa, bahwa
Ia mengenakan hidup, supaya Ia dapat menyerahkannya bagi
kita! Inilah perendahan diri, keajaiban, dan rahasia kasih ilahi,
bahwa Tuhan berkenan menebus jemaat dengan darah-Nya sendiri!
Sudah pasti bahwa kita harus mengasihi mereka yang sudah
dikasihi Tuhan , dan dikasihi seperti itu. Dan kita pasti akan
mengasihi mereka jika memang kita memiliki kasih kepada Tuhan .
IV. sesudah mengajukan contoh kasih yang menyala dan mendesak
kita untuk menyerahkan diri ini, dan memberi dorongan
untuk memiliki kasih seperti itu, Rasul Yohanes melanjutkan
dengan menunjukkan kepada kita apa yang seharusnya menjadi
sifat dan dampak dari kasih kristiani kita ini. Dan,
1. Kasih itu haruslah, pada tingkat tertinggi, sedemikian kuat
sehingga membuat kita rela menderita bahkan sampai mati
demi kebaikan jemaat, demi keamanan dan keselamatan sau-
dara-saudara yang terkasih: Jadi kita pun wajib menyerahkan
nyawa kita untuk saudara-saudara kita (ay. 16), yaitu dalam
pelayanan-pelayanan kita terhadap mereka (namun sekalipun
darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku
bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian – aku
akan bersuka sebab kebahagiaanmu, Flp. 2:17), atau berse-
dia menempuh bahaya, jika kita dipanggil untuk itu, demi
keselamatan dan kelangsungan hidup orang-orang yang, di-
bandingkan dengan kita, lebih berguna bagi kemuliaan Tuhan
dan untuk membangun jemaat. Mereka telah mempertaruhkan
nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja
yang berterima kasih, namun juga semua jemaat bukan Yahudi
(Rm. 16:4). Betapa seharusnya orang Kristen mati terhadap
kehidupan ini! Betapa mereka seharusnya siap untuk berpisah
dengannya! Dan betapa mereka seharusnya yakin betul akan
kehidupan yang lebih baik!
Surat 1 Yohanes 3:14-19
681
2. Kasih itu haruslah, pada tingkat berikutnya, penyayang, mu-
rah hati, dan peka terhadap kebutuhan saudara-saudara: Ba-
rangsiapa memiliki harta duniawi dan melihat saudaranya
menderita kekurangan namun menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Tuhan dapat tetap di
dalam dirinya? (ay. 17). Tuhan berkenan membiarkan sebagian
saudara seiman untuk miskin, supaya orang-orang yang kaya
dapat beramal dan mengasihi mereka. Tuhan yang sama juga
berkenan memberi harta duniawi kepada sebagian saudara
seiman, supaya mereka dapat mengamalkan anugerah yang
mereka miliki kepada orang-orang kudus yang miskin. Mereka
yang memiliki harta duniawi harus lebih lagi mengasihi Tuhan
yang baik, dan saudara-saudara mereka yang baik, dan harus
bersedia membagikannya demi mereka. Tampak di sini bahwa
kasih terhadap saudara-saudara ini didasarkan pada kasih
kepada Tuhan , sebab demikianlah kasih itu disebut di sini oleh
Rasul Yohanes: Bagaimanakah kasih Tuhan dapat tetap di da-
lam dirinya? Kasih kepada saudara-saudara ini yaitu kasih
kepada Tuhan di dalam diri saudara-saudara itu. jika tidak
ada kasih kepada mereka ini, maka tidak ada kasih yang sejati
kepada Tuhan sama sekali.
3. Tadinya saya ingin menunjukkan tingkat ketiga dan terendah
dalam ayat berikutnya. namun Rasul Yohanes mencegah saya,
dengan menyiratkan bahwa kasih yang terakhir itu, yang ber-
hubungan dengan amal dan perbuatan memberi, pada orang-
orang yang mampu, yaitu kasih yang terendah yang bisa ada
dalam kasih terhadap Tuhan . namun mungkin ada buah-buah
lain dari kasih ini. Dan sebab itu Rasul Yohanes mengingin-
kan supaya dalam segala hal kasih itu tidak dibuat-buat dan
betul-betul bekerja, bila keadaan memungkinkan: Anak-anak-
ku (anak-anakku yang terkasih di dalam Kristus), marilah kita
mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, namun
dengan perbuatan dan dalam kebenaran (ay. 18). Pujian dan
sanjungan tidaklah pantas bagi orang-orang Kristen. Yang pan-
tas yaitu ungkapan-ungkapan yang tulus dari perasaan yang
kudus, dan pelayanan-pelayanan atau pekerjaan-pekerjaan
kasih. Maka,
682
V. Kasih ini akan membuktikan ketulusan kita dalam beragama, dan
memberi kita harapan di hadapan Tuhan : Demikianlah kita ketahui,
bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh
menenangkan hati kita di hadapan Tuhan (ay. 19). Suatu kebaha-
giaan besar jika kita bisa yakin akan kejujuran kita dalam ber-
agama. Orang-orang yang diyakinkan seperti itu bisa berani dan
percaya diri, dengan hati yang kudus, di hadapan Tuhan . Mereka
dapat berseru kepada-Nya untuk membela mereka dari celaan-
celaan dan penghukuman dunia. Jalan untuk mengetahui kebe-
naran dan kelurusan hati kita dalam iman Kristen, dan untuk
menjaga kedamaian di dalam batin kita, yaitu dengan berlim-
pah-limpah di dalam kasih dan di dalam pekerjaan-pekerjaan ka-
sih terhadap saudara-saudara seiman.
Kesaksian Hati Nurani
(3:20-22)
20 sebab jika kita dituduh olehnya, Tuhan yaitu lebih besar dari pada hati
kita serta mengetahui segala sesuatu. 21 Saudara-saudaraku yang kekasih,
jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita memiliki keberanian per-
caya untuk mendekati Tuhan , 22 dan apa saja yang kita minta, kita memper-
olehnya dari pada-Nya, sebab kita menuruti segala perintah-Nya dan
berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
sesudah menyiratkan bahwa bisa saja ada, bahkan di antara kita, hak
istimewa seperti jaminan atau keyakinan hati yang benar di hadapan
Tuhan , Rasul Yohanes melanjutkan di sini,
I. Untuk menegakkan pengadilan hati nurani, dan menegaskan
kewenangannya: Sebab jika kita dituduh olehnya, Tuhan yaitu
lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu
(ay. 20). Hati kita di sini yaitu kekuatan kita untuk memberi
penilaian dengan bercermin pada diri sendiri. Kemampuan yang
luhur dan mulia yang dengannya kita dapat mengenal diri kita
sendiri, roh kita, kecenderungan-kecenderungan kita, dan tindak-
an-tindakan kita, dan sesuai dengan pengenalan itu kita dapat
menjatuhkan penghakiman atas keadaan kita di hadapan Tuhan .
Sama pula halnya dengan hati nurani, atau kekuatan moral dari
kesadaran diri. Kekuatan ini dapat bertindak sebagai saksi, ha-
kim, dan pelaksana hukum. Kekuatan itu entah menuduh atau
membela, menghukum atau membenarkan. Kekuatan itu diatur
Surat 1 Yohanes 3:20-22
683
dan ditempatkan untuk melakukan pekerjaan ini oleh Tuhan sen-
diri: roh manusia, dengan dimampukan dan diberdayakan seperti
itu, yaitu pelita TUHAN, terang yang dinyalakan dan ditempat-
kan oleh Tuhan, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya, meme-
riksa dan mengamati bagian penetralia – relung-relung hati dan
rahasia-rahasia manusia batiniah (Ams. 20:27). Hati nurani ada-
lah wakil Tuhan , menegakkan pengadilan dalam nama-Nya, dan
bertindak untuk Dia. Memohonkan hati nurani yang baik kepada
Tuhan (1Ptr. 3:21). Tuhan yaitu Hakim Utama dari pengadilan itu:
Jika kita dituduh olehnya, Tuhan yaitu lebih besar dari pada hati
kita, lebih tinggi kedudukan-Nya dibandingkan hati dan nurani kita
dalam kuasa dan penghakiman. sebab itulah tindakan dan kepu-
tusan pengadilan hati nurani merupakan tindakan dan keputusan
Tuhan . sebab ,
1. Jika hati nurani menghukum kita, maka Tuhan juga demikian:
Sebab jika kita dituduh olehnya, Tuhan yaitu lebih besar dari
pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu (ay. 20). Tuhan
yaitu saksi yang lebih besar dibandingkan hati nurani kita, dan
lebih mengetahui sesuatu yang menentang kita dibandingkan hati
nurani kita: Ia mengetahui segala sesuatu. Ia Hakim yang lebih
besar dibandingkan hati nurani. Sebab, sebagai yang tertinggi,
penghakiman-Nya akan tetap, dan akan terlaksana pada
akhirnya dan sepenuhnya. Tampak bahwa ini merupakan ran-
cangan dari seorang rasul lain saat ia berkata, sebab me-
mang aku tidak sadar akan sesuatu, yaitu dalam hal di mana
aku dikecam oleh sebagian orang. “Aku tidak sadar akan tipu
muslihat apa pun, tidak pula membiarkan diri berlaku tidak
setia dalam pekerjaan mengurus dan melayani jemaat. namun
bukan sebab itulah aku dibenarkan. Bukan oleh hati nurani-
ku sendiri aku harus berdiri atau jatuh pada akhirnya. Pem-
benaran atau keputusan yang membenarkan dari suara hati
nuraniku, atau kesadaran diriku, tidak akan menentukan per-
selisihan antara kamu dan aku. Sama seperti kamu tidak
bersandar pada penilaian hati nurani, demikian pula kamu
tidak akan ditentukan oleh keputusannya. Dia, yang mengha-
kimi aku (yang menghakimi aku pada akhirnya dan dengan
kuasa tertinggi), dan yang penghakiman-Nya akan menentu-
kan kamu dan aku, ialah Tuhan” (1Kor. 4:4). Atau,
684
2. Jika hati nurani membebaskan kita, maka Tuhan pun demi-
kian: Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak
menuduh kita, maka kita memiliki keberanian percaya untuk
mendekati Tuhan (ay. 21), maka kita mendapat jaminan bahwa
Ia menerima kita sekarang, dan akan membebaskan kita pada
hari penghakiman terakhir. namun , mungkin ada jiwa
yang lancang akan berkata di sini, “Aku senang dengan hal ini.
Hatiku tidak menuduhku, dan sebab itu aku dapat menyim-
pulkan bahwa Tuhan juga tidak.” Seperti juga, sebaliknya,
dalam ayat sebelumnya, mungkin ada jiwa yang saleh dan
gemetar akan segera berteriak, “Semoga saja ini tidak benar!
namun hati nuraniku menuduhku, dan kalau begitu apakah
sudah pasti aku harus menantikan penghukuman Tuhan ?” Te-
tapi hendaklah orang-orang seperti itu tahu bahwa kekeliruan-
kekeliruan saksi tidak diperhitungkan di sini sebagai tindakan
pengadilan. Kebodohan, kekeliruan, prasangka, keberpihakan,
dan kelancangan dapat dikatakan sebagai kesalahan-kesalah-
an para petugas pengadilan, atau para pelayan hakim (seperti
pikiran, kehendak, nafsu, amarah, keinginan daging, atau otak
yang kacau), atau hal-hal demikian dari juri, yang memberi
putusan keliru, dan bukan kesalahan hakim itu sendiri. Hati
nurani – syneidēsis sepantasnya yaitu kesadaran diri. Tin-
dakan-tindakan yang bodoh dan salah bukanlah tindakan-tin-
dakan kesadaran diri, melainkan tindakan dari suatu kekuat-
an yang salah. Pengadilan hati nurani di sini dijelaskan dalam
prosesnya, sesuai dengan pendiriannya pada awal mula oleh
Tuhan sendiri. Dan sesuai dengan proses itu, apa yang terikat
dalam hati nurani terikat juga di sorga. Oleh sebab itu, hen-
daklah hati nurani didengar, berhikmat, dan diperhatikan
dengan sungguh-sungguh.
II. Untuk menunjukkan hak istimewa orang-orang yang memiliki
hati nurani yang baik di hadapan Tuhan . Mereka memiliki kepen-
tingan di sorga dan di pengadilan yang di atas. Tuntutan-tuntutan
mereka didengar di sana: Dan apa saja yang kita minta, kita
memperolehnya dari pada-Nya (ay. 22). Di sini dianggap bahwa
orang-orang yang memohon tidak menginginkan, atau tidak ber-
niat menginginkan, apa saja yang bertentangan dengan kehormat-
an dan kemuliaan pengadilan yang di atas itu, atau kebaikan
Surat 1 Yohanes 3:23-24
685
rohani yang mereka niatkan sendiri. sebab itu mereka bisa yakin
akan menerima hal-hal baik yang mereka minta. Anggapan ini
sangat tepat berlaku bagi orang-orang yang memohon itu, atau
bahwa mereka dianggap pasti akan menerima hal-hal baik yang
mereka minta, mengingat bahwa mereka memenuhi syarat dan
telah melakukan perbuatan baik: sebab kita menuruti segala
perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya (ay. 22).
Jiwa-jiwa yang patuh dipersiapkan untuk menerima berkat, dan
mereka dijanjikan akan didengar. namun , siapa yang melakukan
hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan tidak bisa berharap
bahwa Tuhan akan menyenangkan mereka dengan mendengar dan
menjawab doa-doa mereka (Mzm. 66:18; Ams. 28:9).
Perintah-perintah Tuhan
(3:23-24)
23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kris-
tus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah
yang diberikan Kristus kepada kita. 24 Barangsiapa menuruti segala perintah-
Nya, ia diam di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia. Dan demikianlah kita
ketahui, bahwa Tuhan ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan
kepada kita.
sesudah menyebutkan perihal menuruti perintah-perintah dan ber-
buat sesuatu yang berkenan kepada Tuhan , sebagai syarat dikabul-
kannya permohonan kita di dalam dan dengan Sorga, Rasul Yohanes
di sini dengan sesuai melanjutkan,
I. Dengan menjelaskan kepada kita apa perintah-perintah itu secara
utama dan ringkas: perintah-perintah itu terangkum dalam dua
perintah ini: Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan
nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi
sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita (ay.
23). Percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, berarti,
1. Mengenal siapa Dia, sesuai dengan nama-Nya, memahami de-
ngan akal budi pribadi dan jabatan-Nya, sebagai Anak Tuhan dan
Juruselamat dunia yang diurapi. Supaya setiap orang, yang
melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang
kekal (Yoh. 6:40).
2. Mengakui Dia dalam penilaian dan hati nurani, dalam keya-
kinan dan kesadaran diri akan keadaan kita, sebagai Pribadi
686
yang secara bijak dan menakjubkan dipersiapkan dan dise-
suaikan untuk mengerjakan seluruh karya keselamatan kekal.
3. Sepakat dengan Dia, dan berserah pada-Nya, sebagai Penebus
kita dan yang memulihkan kita kepada Tuhan .
4. Percaya kepada-Nya, dan bergantung pada-Nya, untuk melak-
sanakan dengan sepenuhnya dan sampai akhir pekerjaan-Nya
yang menyelamatkan. Orang yang mengenal nama-Mu percaya
kepada-Mu (Mzm. 9:11). Aku tahu kepada siapa aku percaya
dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang
telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan
(2Tim. 1:12). Iman ini yaitu syarat yang diperlukan bagi
mereka yang ingin permohonannya kepada Tuhan dikabulkan,
sebab melalui Anaklah kita harus datang kepada Bapa.
Melalui anugerah dan kebenaran-Nya, kita pasti diterima atau
berkenan pada Bapa (Ef. 1:6), melalui karya penebusan-Nya,
semua berkat yang kita inginkan pasti datang, dan melalui
kepengantaraan-Nya, doa-doa kita pasti didengar dan dikabul-
kan. Ini yaitu bagian pertama dari perintah yang harus dilak-
sanakan oleh para penyembah Tuhan yang mendapat perkenan-
an-Nya. Bagian yang kedua yaitu supaya kita saling menga-
sihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita
(ay. 23). Perintah Kristus haruslah senantiasa ada di hadapan
kita. Kasih kristiani harus menguasai jiwa kita saat kita
menghadap Tuhan di dalam doa. Untuk tujuan itu kita harus
ingat bahwa Tuhan kita mewajibkan kita,
(1) Untuk mengampuni orang-orang yang bersalah kepada kita
(Mat. 6:14), dan
(2) Untuk berdamai dengan orang-orang yang telah kita sakiti
(Mat. 5:23-24). Seperti halnya kehendak baik untuk manu-
sia dinyatakan dari sorga, demikian pula kehendak baik
untuk manusia, khususnya untuk saudara-saudara, harus
ada di dalam hati orang-orang yang sedang menghadap
Tuhan dan sorga.
II. Rasul Yohanes melanjutkan dengan menggambarkan kepada
kita keterberkatan yang akan diperoleh dengan mematuhi
perintah-perintah ini. Orang yang patuh menikmati perseku-
tuan dengan Tuhan : Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya,
khususnya perintah-perintah yang berhubungan dengan iman
Surat 1 Yohanes 3:23-24
687
dan kasih, ia diam di dalam Tuhan dan Tuhan di dalam dia (ay.
24). Kita diam di dalam Tuhan melalui hubungan yang mem-
bahagiakan dengan-Nya, dan melalui kesatuan rohani dengan-
Nya, melalui Anak-Nya, dan melalui pergaulan yang kudus
dengan-Nya. Dan Tuhan diam di dalam kita melalui firman-Nya,
dan iman kita terpancang pada-Nya dan melalui pekerjaan-
pekerjaan Roh-Nya. Lalu ada ujian untuk mengetahui apakah
Ia berdiam di dalam kita: Dan demikianlah kita ketahui, bahwa
Tuhan ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan
kepada kita (ay. 24), yaitu melalui kecenderungan dan sikap
jiwa yang kudus yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita,
yang sebagai roh iman yang percaya kepada Tuhan dan Kristus,
dan sebagai roh kasih terhadap Tuhan dan manusia. Hal demi-
kian tampak sebagai berasal dari Tuhan .
PASAL 4
alam pasal ini Rasul Yohanes menasihati untuk menguji roh-
roh (ay. 1), memberi penjelasan bagaimana menguji roh-roh
ini (ay. 2-3), menunjukkan siapa yang berasal dari dunia dan
siapa yang berasal dari Tuhan (ay. 4-6), mendorong kasih Kristen
dengan berbagai pertimbangan (ay. 7-16), menggambarkan kasih kita
terhadap Tuhan , dan dampaknya (ay. 17-21).
Mengenai Antikristus
(4:1-3)
1 Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, namun
ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Tuhan ; sebab banyak nabi-nabi
palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. 2 Demikianlah kita
mengenal Roh Tuhan : setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah
datang sebagai manusia, berasal dari Tuhan , 3 dan setiap roh, yang tidak
mengaku Yesus, tidak berasal dari Tuhan . Roh itu yaitu roh antikristus dan
tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia
sudah ada di dalam dunia.
sesudah mengatakan bahwa kita dapat mengetahui kalau Tuhan ber-
diam dan bersama kita melalui Roh yang telah Ia karuniakan kepada
kita, Rasul Yohanes memberitahukan bahwa Roh itu dapat dikenali
dan dibedakan dari roh-roh lainnya yang muncul di dunia ini. Jadi di
sini,
I. Dia mengimbau para murid, yang ditulisinya surat ini, supaya
bersikap waspada dan cermat terhadap roh-roh dan para pemeluk
agama yang kini telah muncul.
1. Bersikap waspada: “Saudara-saudaraku yang kekasih, jangan-
lah percaya akan setiap roh. Jangan pedulikan, jangan per-
caya, jangan mengikuti, setiap roh yang berpura-pura sebagai
D
690
Roh Tuhan , atau setiap orang yang mengaku mendapat peng-
lihatan, ilham, pewahyuan dari Tuhan .” Kebenaran bisa ditiru
dan dipalsukan. Telah ada penyampaian nyata dari Roh ilahi,
dan sebab itu ada roh-roh lainnya yang berpura-pura begitu
juga. Tuhan akan menjaga hikmat dan kebaikan-Nya sendiri,
meskipun bisa disalahgunakan. Dia sudah mengutus para
pengajar yang diilhami-Nya ke dunia ini, dan memberi kita pe-
wahyuan adikodrati, meskipun orang-orang lain bisa sedemi-
kian jahat dan lancangnya untuk berpura-pura seperti itu.
sebab itu, setiap orang yang mengaku-ngaku menerima Roh
atau ilham, atau pencerahan luar biasa yang ilahi, tidak boleh
dipercaya. Ada saatnya saat orang yang penuh roh (orang
yang memiliki Roh, yang menggembar-gemborkan dan meme-
gahkan diri tentang Roh) yaitu orang gila (Hos. 9:7).
2. Bersikap cermat, menguji pengakuan-pengakuan yang dibuat
terkait dengan Roh: namun ujilah roh-roh itu, apakah mereka
berasal dari Tuhan (ay. 1). Tuhan sudah memberi Roh-Nya di
zaman-zaman dunia belakangan ini, namun tidak kepada se-
mua yang mengaku diperlengkapi dengan Roh itu. Para murid
diperbolehkan melakukan pertimbangan berhikmat, berkaitan
dengan roh-roh yang harus diimani dan dipercayai dalam
urusan kerohanian. Sebuah alasan diberikan untuk menguji
roh-roh ini: sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul
dan pergi ke seluruh dunia (ay. 1). sebab di masa sekitar
kemunculan Juruselamat kita di dunia ini, ada banyak harap-
an di antara orang-orang Yahudi mengenai seorang Penebus
bagi Israel, dan sebab kesederhanaan, perubahan rohani, ser-
ta penderitaan Sang Juruselamat dipakai sebagai prasangka
untuk melawan-Nya, akibatnya ada orang-orang menampilkan
diri dan mengaku-ngaku sebagai nabi dan mesias bagi Israel,
dan ini sesuai dengan nubuatan Sang Juruselamat (Mat.
24:23-24). Seharusnya kita tidak perlu heran kalau para guru
palsu bermunculan dalam jemaat, sebab hal ini juga terjadi di
zaman para rasul. Roh kesesatan sangat mencelakakan, dan
menyedihkan sekali bahwa manusia membual sebagai nabi
dan guru-guru yang terilhami, padahal tidak demikian!
II. Rasul Yohanes memberi pedoman bagaimana para murid da-
pat menguji roh-roh palsu ini . Roh-roh itu menampilkan diri
Surat 1 Yohanes 4:1-3
691
sebagai nabi, ahli agama, atau penguasa dalam agama, jadi mere-
ka harus diuji melalui pengajaran mereka. Dan pengujian di masa
itu, atau di wilayah tempat Rasul Yohanes tinggal saat itu (sebab
dalam beragam musim, dan dalam beragam jemaat, pengujiannya
berbeda-beda) yaitu demikian: Demikianlah kita mengenal Roh
Tuhan : setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang
seba