Abstrak-Kitab Rut merupakan salah-satu dari Kitab Perjanjian Lama yang tergolong
sebagai kitab sejarah. Kisah dalam kitab Rut terjadi pada zaman pemerintahan
hakim-hakim. Masa di mana kemurtadan bangsa Israel begitu nampak. Masa di
mana bangsa Israel mulai menyembah berhala. Masa di mana terjadi persaingan di
antara suku Israel. Kitab Rut di awali dengan kelaparan di tanah Israel, yang
membawa keluarga Elimelekh dari Betlehem-Yehuda merantau ke tanah Moab dan
menetap di sana. Kisahnya terus berlanjut dengan kisah yang menyedihkan. Suami
Naomi bahkan kedua anaknya meninggal di tanah Moab. Rentetan kisahnya
meninggalkan kesan tiada kehadiran Allah di tengah-tengah keluarga Naomi.
Mengakibatkan dua orang janda yang akhirnya berjuang untuk dapat bertahan
hidup. Melalui studi kepustakaan tersingkap dua hal pokok dari rentetan kisah
tersebut. Pertama, sekalipun Allah seolah-olah tidak nampak namun di balik
semuanya Allah tidak berhenti memelihara. Allah hadir dalam kesenyapan. Allah
berkarya melalui hidup orang yang setia. Kedua, Meskipun berbagai krisis melanda
negeri, meskipun kejahatan dan dosa terus diperbuat manusia, meskipun seakanakan Allah meninggalkan umat manusia. Namun sungguh Allah tetaplah Alfa dan
Omega, yang tidak akan meninggalkan perbuatan tangannya melainkan selalu dan
senantiasa berkarya di tengah-tengah umat manusia yang berharap, setia, dan
berserah kepada-Nya.Kitab Rut dengan 85 ayat menceritakan kisah yang sangat menarik. Kisahnya bak
novel yang diawali dengan tiada kehadiran Allah, namun di akhir ceritanya berakhir
dengan happy ending. Kitab ini diawali dengan kisah kelaparan yang terjadi di tanah
Israel pada zaman pemerintahan para hakim. Periode Hakim-hakim merupakan masa
penuh gejolak dan keresahan. Persaingan di antara suku dan penindasan asing telah
melemahkan Israel secara politis, dan kemudian penyembahan berhala telah menghisap
kekuatan moral dari bangsa yang telah mengalami kuasa Allah pada saat eksodus dari
Mesir.1 Kelaparan tersebut membawa satu keluarga kecil yakni keluarga Elimelekh dari
Betlehem-Yehuda bersama dengan isteri yang bernama Naomi beserta kedua anaknya
laki-laki Mahlon dan Kilyon pergi ke tanah Moab dan menetap di sana sebagai orang
asing (1:1-2). Kisah tersebut tidaklah berhenti disitu. Kepedihan terus berlanjut, dengan
meninggalnya Elimelekh suami Naomi. Sepuluh tahun kemudian kedua anak Naomi juga
meninggal (1:4-5).
Tinggallah Naomi bersama kedua menantunya Orpa dan Rut, yang juga telah
menjanda tanpa memiliki keturunan. Akhirnya Naomi memutuskan untuk kembali ke
tanah airnya. Terjadi percakapan antara Naomi dengan kedua menantunya. Naomi
berharap agar kedua menantunya tetap tinggal di Moab. Orpa meng-ia-kan sedangkan
Rut tetap memilih untuk mengikuti Naomi ke tanah Yehuda. Bukan hanya memilih
mengikuti, namun menyerahkan seluruh hidupnya dan kepercayaannya kepada Naomi
juga kepada Allah Naomi (1:16-17). Di sini nampak kesetiaan Rut. Kesetiaan untuk
mengikuti mertuanya Naomi hingga akhir hidupnya. Mempercayakan hidupnya kepada
Naomi, meninggalkan keluarganya di Moab, meninggalkan agamanya, bahkan ingin
dikuburkan di Yehuda.
Berjalanlah dua orang janda menuju Yehuda, dengan harapan dapat bertahan
hidup di sana. Rut yang dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap mertuanya,
berinisiatif untuk bekerja demi menafkahi hidup mereka berdua. Dimanakah Allah?
Apakah Allah diam melihat kepedihan mereka? ataukah Allah tidak berkenan kepada
Rut seorang Moab itu, seorang yang bukan Israel?
2.
Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini yaitu studi kepustakaan
(Library research), dengan menginterpretasi bagian-bagian yang terkait dengan karya
ini. Kepustakaan adalah suatu teknik atau cara yang dipakai untuk memperoleh datadata teoritis guna memperoleh pendapat atau pandangan dari berbagai ahli dengan mengumpulkan bahan atau informasi dan literatur yang berkaitan dengan pokok
permasalahan dari penulisan ini. Buku-buku yang penulis akan gunakan yaitu pengantar
Perjanjian Lama, tafsiran kitab Rut, atau buku-buku yang berkaitan dengan tulisan ini.
Data yang penulis peroleh melalui sumber-sumber tertulis tersebut, khususnya gagasan
teologis akan direlevansikan untuk kehidupan kekristenan.
3. Hasil dan Pembahasan
Penulisan Kitab
Judul kitab Rut merupakan nama dari salah-satu tokoh perempuan dari kitab ini.
Seorang perempuan Moab, sebagaimana yang dikisahkan dalam latar belakang tulisan
ini. Di dalam Kanon Ibrani dan Septuaginta hanya kitab Rut dan Ester yang
menggunakan judul kitab dengan nama perempuan. Mungkin pemilihan judul tersebut
dikarenakan Rut merupakan tokoh yang cukup sentral diceritakan. Tetapi yang pasti
bukanlah Rut sang tokoh yang menulis kitab ini. Banyak pendapat para ahli mengenai
siapa, kapan, dan apa tujuan penulisannya. Dengan demikian penulis perlu untuk
memilah dan membahas mengenai topik penulisan kitab, dengan point-point sebagai
berikut:
Penulis Kitab
Kitab Rut tidak mencantumkan nama penulisnya, sehingga sulit menentukan
siapa penulis kitab ini. Banyak pendapat mengenai siapa penulis kitab tersebut. Menurut
tradisi Talmud, penulisnya adalah Nabi Samuel. Karena silsilah dalam kitab Rut hanya
menyebutkan nama Daud-tidak ada Salomo (4:22), maka sejumlah pakar Alkitab
meyakini bahwa Samuel menulis kitab ini setelah ia mengurapi Daud menjadi raja
sekitar tahun 1025 sM (1 Sam. 16:1-13).
Meskipin demikian, sebagian besar pakar sependapat bahwa kitab Rut ditulis
saat Daud sudah menjadi raja. Karena Samuel sudah wafat lima tahun sebelum Daud
dinobatkan menjadi raja (1 Sam 25:1; 2 Sam 2:1-4), maka mustahil ia adalah penulisnya.
Mereka meyakini bahwa kitab Rut ditulis oleh seorang sekretaris kerajaan atau penulis
catatan sejarah yang disebutkan namanya pada masa pemerintahan Daud (sekitar 1010-
970 sM).2 Pendapat lain mengatakan bahwa pengarangnya ialah seorang wanita, sebab
dua tokoh utamanya adalah perempuan dan diseluruh kitab ini mereka ditampilkan
secara menonjol.3 Siapa penulis kitab ini memang tidak dapat diketahui dengan pasti.
Waktu Penulisan
Banyak pandangan mengenai penulisan kitab ini. Ada yang berpendapat bahwa
kitab ini ditulis pada abad ke-4 sM, adapula yang memberi tanggal sebelum masa
pembuangan. Edward Young lebih berfokus pada soal tidak disebutnya nama Salomo di
dalam silsilah. Baginya jika seandainya kitab ini ditulis pada zaman Salomo atau
setelahnya maka pasti akan memperluas silsilah itu sampai masa sesudah Daud atau
pada zaman Salomo memerintah. Dengan demikian kitab ini mungkin ditulis pada masa
pemerintahan Daud.4 Dalam hal ini memang cukup mendekati pandangan Edward
Young di mana nama Daud disebutkan dalam pasal 4:17, 22 tetapi nama Salomo tidak
disebutkan, menurut pandangan ini berarti kitab Rut ditulis sebelum Salomo menjadi
raja yakni pada sekitaran pemerintahan raja Daud.
Pandangan lain mengatakan bahwa kitab ini ditulis pada zaman Nabi EzraNehemia, sesudah masa pembuangan. Kemungkinan penulisannya ialah untuk
menentang cara kepemimpinan mereka, yang menindak tegas orang Israel yang
menikahi perempuan Moab.5 Namun gaya bahasa kitab ini cukup berbeda dengan kitabkitab yang dapat dipastikan waktu penulisannya sesudah masa pembuangan. Sebaliknya
gaya bahasanya sangatlah cocok dengan zaman Daud.
Tujuan Penulisan
Banyak usul yang telah dikemukakan mengenai tujuan penulisan kitab Rut, di
antaranya sebagai berikut:
“a) Rut dimaksudkan untuk memberikan silsilah raja akbar Israel, yaitu Daud.
b)Rut merupakan brosur anti separatis yang ditulis untuk melawan sikap keras Ezra dan
Nehemia menentang perkawinan campuran. c) Rut adalah pembelaan kemanusiaan bagi
janda tanpa anak, supaya ‘penebus’ memikul tanggung jawabnya. d) Rut dirancang
untuk menggambarkan pemeliharaan illahi. e) Rut menunjang toleransi ras.”6
Usul tujuan di atas masing-masing memiliki pertimbangan tersendiri
sebagaimana kaitannya yang dibahas pada point waktu penulisan. Beberapa orang tetap
berpendapat kitab ini bertujuan menunjukkan berbagai kebiasaan masyarakat yang
berlaku, seperti mengawini isteri saudara yang mati atau menebus perkawinan. Namun
sebenarnya, kitab ini tidak terdapat kebiasaan tersebut. Peranan kebiasaan-kebiasaan
ini tidak cukup penting untuk bisa dijadikan tujuan utamanya. Pendapat yang lain
cenderung menekankan tujuan yang lebih umum: untuk menghibur atau untuk
menyajikan kisah menyenangkan tentang persahabatan. Namun, mengenai hal tersebut
hal yang perlu diperhatikan bahwa kisah ini lebih menekankan hubungan kekeluargaan
ketimbang persahabatan.
Hal yang paling menarik dalam tujuan penulisan kitab ini adalah pemeliharaan
Allah. Allah terlihat seperti mengendalikan kejadian-kejadian dalam kitab ini. Hal ini
sangat cocok dengan pernyataan-pernyataan dalam kitab tersebut (2:12, 20; 3:10, 13;
4:14). Kitab ini bisa mengakomodasikan dan memberikan penjelasan pada silsilah Daud,
sebab hanya oleh pemeliharaan Allah maka Rut dan Boas terangkat ke dalam garis “raja”
yang telah dijaga dengan penuh pemeliharaan sejak zaman para leluhur.7
Bentuk Sastra
Sejak terbitnysa artikel Gunkel, para ahli umumnya sependapat bahwa jenis
sastra kitab Rut adalah cerita pendek. Ceritanya sangat artitistik baik dalam gaya
maupun susunannya, jalur ceritanya dikembangkan melalui beberapa episode sampai
mencapai puncaknya. Cerita semacam itu memang mempunyai tujuan tertentu, yaitu
untuk mendidik dan mengajar. Cerita Rut dapat disejajarkan dengan cerita Yusuf (Kej
37, 39-50), perkawinan Ishak (Kej 24), Yehuda dan Tamar (Kej 38) dan sejarah kerajaan
Daud (2 Sam 9-20). Cerita-cerita yang utuh ini berbeda sekali dengan kumpulankumpulan tradisi seperti cerita-cerita tentang Abraham atau Yakub dalam Kejadian 12-
36. Jenis sastra ini ditandai dengan gaya dan irama prosa yang bernilai tinggi, hampir
seperti puisi. Cerita itu menghibur dan memberi pengajaran, khususnya mengenai
pemeliharaan Allah dalam kehidupan tokoh-tokoh cerita itu. Pembaca diharapkan dan
didorong secara halus untuk menghayati pengalaman-pengalaman dalam cerita tersebut
dan meneladani ataupun menghindari contoh-contoh yang digambarkan.8
Gagasan Teologis
Penebusan
Penebusan yang begitu nampak dalam kitab ini yaitu ketika Boas menebus Rut
dan menjadi suami bagi Rut. Sudah menjadi kebiasaan dalam tradisi Israel Kuno
mengenai pernikahan levirat. Jika seorang suami meninggal dan tidak memiliki
keturunan, maka sang janda akan dinikahi oleh salah seorang saudara dari yang
meninggal. Anak-anak yang dilahirkan akan dianggap sebagai anak dari saudara yang
meninggal, supaya namanya tidak terhapus.9 Persoalannya adalah Naomi tidak lagi
memiliki anak untuk menikahi Rut. Sehingga tidak dapat melangsungkan pernikahan,
yang mengakibatkan Rut tidak mendapatkan perlindungan melalui rumah tangga.
Tampillah Boas sebagai seorang penebus. Melalui penebusan tanah dan juga
menikahi Rut. Penebusan ini boleh dikata merupakan langkah yang sangat berani dan
bukan perkara yang mudah. Selain Rut seorang asing, ada beberapa alasan lain yang
juga kemudian membuat penebus pertama yang berhak sebelum Baos, menolak
penebusan tersebut. Para ahli mengatakan bahwa alasan penebus pertama menolak
tebusan tersebut karena kurang beriman. Tafsiran lain berpendapat bahwa alasannya
tidak ingin menikahi Rut karena demi memelihara warisannya sendiri. Jika Rut
melahirkan anak baginya, tentu yang menjadi hak waris adalah anak tersebut.10 Akan
tetapi alasan tersebut tidaklah dipikirkan oleh Boas. Semua konsekuensi tersebut
menjadi tanggungan pribadi bagi Boas. Pada akhirnya dia menjadi pelindung bagi Rut.
Memberikan kebahagiaan serta kedamaian dan bahkan keamanan dalam rumah
tangganya. Melalui keturunan mereka lahirlah raja Daud, yang juga menjadi garis
keturunan Yesus Kristus.
Wanita sang Pahlawan Iman
Pada periode hakim-hakim yang juga merupakan periode dari kitab Rut (Rut
1:1), “setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hak.
21:25). Pasal-pasal terakhir dari kitab Hakim-Hakim (17-21) menunjukkan iman-iman
yang murtad dan tidak setia kepada Allah, penyembahan berhala, kejahatan seksual,
perang saudara, dan hampir semua jenis dosa yang ada. Perlakuan yang salah terhadap
gundik seorang Lewi oleh orang-orang dursila di Gibea (19:25) telah menyebabkan
kematiannya. Kemudian orang Lewi itu memotong mayat gundiknya menjadi dua belas
bagian dan mengirimkan setiap bagian kepada setiap distrik Israel sebagai suatu
peringatan yang mengerikan tentang kejadian tersebut (ay. 23-20).11 Meskipun periode
tersebut ditandai dengan kekacaun dan ketidaktaatan umat Tuhan namun kitab Rut
memperlihatkan bahwa masih ada orang yang tetap setia kepada Allah yang sungguh
mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Bahkan Rut seorang asing dari tanah Moab,
menunjukkan kesetiaannya dan mengikut Yahweh. Rut merupakan salah-satu di antara
empat wanita, bersama tamar, Rahab, Batsyeba, dan orang-orang asing yang masuk
dalam garis keturunan Yesus dalam Injil Matius. Rut menjadi gambaran tentang prinsip
atau konsep yang dinyatakan dalam Kejadian 12:2-3, bahwa orang akan diberkati
melalui kontak mereka dengan keturunan Abaraham dan dengan Allah mereka.
Kasih Setia Tuhan
Berhubungan dengan kesetiaan Tuhan pada perjanjianNya, maka Hesed
mengandung semua implikasi yang sangat jauh jangkauannya yang berkaitan dengan
kesetiaan Yahwe pada perjanjian-Nya. Versi Alkitab King James berulang-ulang
menerjemahkan istilah tersebut sebagai “kemurahan”, sementara versi New American Standard memilih istilah majemuk “kasih setia”. Kedua istilah ini hanya mulai
memperkenalkan bermacam-macam cara yang berbeda-beda yang dipakai Allah untuk
menunjukkan kesetiaan-Nya kepada perjanjian, dan keanekaragaman ini dicerminkan
dalam keputusan yang diambil oleh para penerjemah New Internasional Version yang
mempergunakan susunan istilah: kebaikan, kasih, kesetiaan dan masih banyak lagi.
Rut merupakan kitab terkait hesed baik pada tingkat manusia maupun pada
tingkat ilahi. Pernyataan yang paling tegas tentang hal ini terdapat di dalam pernyataan
komitmen Rut yang mengharukan kepada Naomi (1:16-17). Sifat inilah yang membuat
Boaz menyukai dia (2:12). Demikian pula Boaz dipuji karena hesed yang ditunjukkannya
kepada Naomi (2:20, di mana pokoknya kalimatnya adalah Boaz (demikian NIV) dan
bukan (Yahweh). Soal hesed ini menjadi dasar pikiran untuk pembicaraan antara Boaz
dan Rut ketika mulai mengadakan perundingan (3:9-13). Hesed Tuhan diperkenalkan
dalam 1:8-9 merupakan faktor yang akhirnya akan menunjukkan keberhasilan
perkawinan kembali pada menantu perempuan Naomi, sehingga harus diakui dalam
penyediaan dari goel untuk Rut.
Semua ini menunjukkan satu kepada yang lain bahwa hesed merupakan sarana
yang paling tepat yang dapat dipakai Allah untuk menunjukkan hesed-Nya sendiri.
Sekali lagi hal ini menunjukkan adanya perbedaan dengan kitab Hakim- hakim, di mana
kesetiaan dalam ikatan perjanjian adalah langka.12 ‘
Relevansi bagi Kehidupan Kristen
Beberapa relevansi bagi kehidupan Kristen saat ini yang dapat ditarik dari
pembahasan kitab Rut ini:
Allah Tetap Dan Akan Terus Hadir Di Tengah Umat Manusia
Allah hadir dalam kesenyapan merupakan ungkapan yang cukup
menggambarkan akan campur tangan Allah terhadap kehidupan keluarga Naomi.
Meskipun Allah tidak berbicara sama sekali, tetapi rentetan ceritanya sungguh
menggambarkan kehadiran Allah dalam mempermudah setiap rencana Naomi, hingga
pada akhirnya seorang yang kaya menebus mereka daripada kemalangannya. Meskipun
awalnya Naomi mengutuk Allah (1:20-21), namun pada akhirnya wanita tersebut
mencapai tujuannya memiliki pewaris yang menjamin masa depannya. Wanita-wanita
desa bernyanyi: “Terpujilah Tuhan, yang rela menolong engkau pada hari ini dengan
seorang penebus” (4:10).
Meskipun berbagai krisis melanda negeri, meskipun kejahatan dan dosa terus
diperbuat manusia, meskipun seakan-akan Allah meninggalkan umat manusia. Namun
sungguh Allah tetaplah Alfa dan Omega, yang tidak akan meninggalkan perbuatan tangannya melainkan selalu dan senantiasa berkarya di tengah-tengah umat manusia
yang berharap, setia, dan berserah kepada-Nya. Allah bekerja dalam dan melalui
berbagai peristiwa hidup sehari-hari. Meskipun tidak ada tanda-tanda ajaib dan mujizat.
Para tokoh di dalamnya adalah orang-orang biasa yang menjalani keseharian mereka,
bergumul dengan nafkah dan penghidupan, serta berusaha membangun keluarga di
tengah dunia yang sesat dan membelakangi Allah (Rut 1:1). Namun, tangan Allah yang
teguh, meskipun tak kasat mata, mengarahkan dan menuntun orang-orang itu untuk
menggenapi kehendak dan rencana illahi-Nya. Kapan dan di manapun Allah bekerja,
karya-Nya pasti luar biasa, ajaib dan indah. Sekali lagi bahwa Allah menyatakan kasih
setianya tak hanya kepada bangsa Yahudi dan keturunannya tetapi Allah juga
menyatakan kasihnya kepada bangsa yang lain.
Allah Berkarya Dalam Hidup Orang Yang Setia
Kesetiaan merupakan salah satu penekanan teologi dalam kitab Rut. Salah satu
teladan kesetiaan secara konsisten terdapat dalam contoh tokoh Rut kepada Naomi,
mertuanya yang dinarasikan dari awal sampai berakhirnya seluruh narasi ini. Kesetiaan
antara menantu dan mertua ini pun selalu berjalan beriringan. Rut terus bersama Naomi
dalam mengalami masa-masa sulit hingga kesulitan tersebut berakhir digantikan
dengan kebahagian. Rut adalah sosok wanita yang tidak banyak berbicara, tetapi
bertindak sesuai dengan kasih yang ada dalam hatinya. Rut adalah menantu yang selalu
menghibur mertuanya yang mengalami kepahitan. Perwujudan kasih setia Allah nyata
dalam kehidupan Rut yang juga memercayai Allah dan dalam kesetiaannya terus
mengikuti Naomi sekalipun dalam duka, penderitaan, dan kepahitan mertuanya.
Melihat kehidupan saat ini, khususnya dalam hubungan mertua dan menantu
sangat sedikit yang didapati memiliki relasi yang baik. Sebagian besar memiliki
permasalahan yang cukup rumit. Melalui kesetiaan dan kasih Rut terhadap mertuanya
Naomi memberikan pengajaran yang patut diteladani bahwa sekalipun di dalam
penderitaan, kepahitan, kedukaan mertuanya, ia tetap setia mengikuti. Meninggalkan
kehidupan ternyaman di negerinya dan memilih mengikuti Naomi ke negeri asing
bahkan meninggalkan allahnya dan bersedia menyembah YHWH. Tetapi pada akhinya ia
mendapatkan berkat yang lebih daripada kehidupan lamanya. Kesetiaan dan kasih
kiranya tetap menjadi bahagiaan hidup orang percaya saat ini. Baik itu kepada sesama
terlebih kepada Allah yang hidup.
Allah Tempat Mengeluh
Allah mengijinkan umat-Nya untuk menumpahkan kekecewaan, bahkan amarah
kepada Dia. Ketika Naomi telah tiba di Betlehem, dengan persaan yang pedih ia ingin
mengganti nama-Nya menjadi “Mara” untuk mencerminkan kehidupannya yang pahit
(Rut 1:20). Ia menyalahkan Allah atas kesengsaraannya: “Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku....., Yang Mahakuasa telah mendatangkan
malapetaka kepadaku” (1:20-21). Pertanyaannya ialah apakah tuduhan Naomi terhadap
Allah itu keliru atau menghujat? Mungkin tidak. Naomi menyebut “Yang Mahakuasa”
(Shaddai dalam bahasa Ibrani), nama yang dipakai Allah sendiri saat menampakkan diri
terhadap Abraham dan Yakub untuk menyatakan berkat perjanjian yang besar, hanya
Allah yang berkuasa memenuhi janji-janji demikian (Kej 17:1; 35:11).13 Dengan
menyebut “Yang Mahakuasa”, Naomi mengakui kedaulatan Allah dalam kehidupannya,
bahwa tragedi yang dialaminya bukan kebetulan, melainkan ada tangan Allah bekerja di
balik semua itu.
Di tanah perjanjian tersebut, meskipun muram, Naomi menyerahkan sisa
hidupnya kepada kepada “El Shaddai” dengan percaya bahwa Dia akan memenuhi janjijanjiNya. Dengan mengatakan bahwa Allah “telah melakukan banyak yang pahit” kepada
dirinya (Rut 1:20). Naomi sedang menunjukkan “kebebasan iman” yang
memampukannya untuk berbicara jujur dan gamblang. Naomi bukan orang percaya
pertama yang mengatakan hal tersebut. Ratusan tahun sebelumnya, Ayub bahkan lebih
luas lagi “Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku,” katanya untuk menuduh Allah
(Ayub 19:60). Para pemazmur pun juga berbicara langsung kepada Allah dengan
keterusterangan yang apa adanya (Mzm. 22:1-3; 38:1-4; 42:10-11; 90:7; 102:11). Allah
memberi ruang bagi umatNya untuk membuka diri apa adanya dan menyampaikan
dengan jujur apa yang umat-Nya rasakan tentang Dia. Jadi apapun yang menjadi
pergumulan setiap orang percaya saat ini tidak ada salahnya untuk mengungkapkan hal
tersebut secara jujur, dan mengaku bahwa tentu Allah akan membukakan jalan untuk
setiap persoalan tersebut.
Terdapat tiga point penting dalam kisah kitab Rut, masa di mana Allah seolaholah tidak menghiraukan umat-Nya. Masa terjadi kekerasan di tengah-tengah bangsa
Israel. Ketiga point tersebut yaitu: Pertama, Allah tetap dan akan terus hadir di tengah
umat manusia. Meskipun berbagai krisis melanda negeri, meskipun kejahatan dan dosa
terus diperbuat manusia, meskipun seakan-akan Allah meninggalkan umat manusia.
Namun sungguh Allah tetaplah Alfa dan Omega, yang tidak akan meninggalkan
perbuatan tangannya melainkan selalu dan senantiasa berkarya di tengah-tengah umat
manusia yang berharap, setia, dan berserah kepada-Nya. Kedua, Allah berkarya dalam
hidup orang yang setia. Kesetiaan merupakan salah satu penekanan teologi dalam kitab
Rut. Teladan kesetiaan terdapat dalam contoh tokoh Rut kepada Naomi, mertuanya
dinarasikan dari awal sampai akhir. Perwujudan kasih setia Allah juga nyata dalam
kehidupan Rut yang memercayai Allah Naomi dan dengan kesetia mengikuti Naomi sekalipun dalam duka, penderitaan, dan kepahitan mertuanya. Akhirnya Rut melahirkan
seorang anak yang menjadi garis keturunan raja Daud. Bahkan menjadi garis keturunan
Yesus Kristus. Ketiga, Allah tempat mengeluh. Allah berkenan dan mengijinkan umatNya untuk menumpahkan kekecewaan, bahkan amarah kepada Dia. Ketika Naomi telah
tiba di Betlehem, dengan persaan yang pedih ia ingin mengganti nama-Nya menjadi
“Mara” untuk mencerminkan kehidupannya yang pahit. Jadi apapun yang menjadi
pergumulan setiap orang percaya saat ini tidak ada salahnya untuk mengungkapkan hal
tersebut secara jujur, dan mengaku bahwa tentu Allah akan membukakan jalan untuk
setiap persoalan tersebut.