Jurnal teologi 1

 


Abstrak-Kitab Rut merupakan salah-satu dari Kitab Perjanjian Lama yang tergolong 

sebagai kitab sejarah. Kisah dalam kitab Rut terjadi pada zaman pemerintahan 

hakim-hakim. Masa di mana kemurtadan bangsa Israel begitu nampak. Masa di 

mana bangsa Israel mulai menyembah berhala. Masa di mana terjadi persaingan di 

antara suku Israel. Kitab Rut di awali dengan kelaparan di tanah Israel, yang 

membawa keluarga Elimelekh dari Betlehem-Yehuda merantau ke tanah Moab dan 

menetap di sana. Kisahnya terus berlanjut dengan kisah yang menyedihkan. Suami 

Naomi bahkan kedua anaknya meninggal di tanah Moab. Rentetan kisahnya 

meninggalkan kesan tiada kehadiran Allah di tengah-tengah keluarga Naomi. 

Mengakibatkan dua orang janda yang akhirnya berjuang untuk dapat bertahan 

hidup. Melalui studi kepustakaan tersingkap dua hal pokok dari rentetan kisah 

tersebut. Pertama, sekalipun Allah seolah-olah tidak nampak namun di balik 

semuanya Allah tidak berhenti memelihara. Allah hadir dalam kesenyapan. Allah 

berkarya melalui hidup orang yang setia. Kedua, Meskipun berbagai krisis melanda 

negeri, meskipun kejahatan dan dosa terus diperbuat manusia, meskipun seakan￾akan Allah meninggalkan umat manusia. Namun sungguh Allah tetaplah Alfa dan 

Omega, yang tidak akan meninggalkan perbuatan tangannya melainkan selalu dan 

senantiasa berkarya di tengah-tengah umat manusia yang berharap, setia, dan 

berserah kepada-Nya.Kitab Rut dengan 85 ayat menceritakan kisah yang sangat menarik. Kisahnya bak 

novel yang diawali dengan tiada kehadiran Allah, namun di akhir ceritanya berakhir 

dengan happy ending. Kitab ini diawali dengan kisah kelaparan yang terjadi di tanah 

Israel pada zaman pemerintahan para hakim. Periode Hakim-hakim merupakan masa 

penuh gejolak dan keresahan. Persaingan di antara suku dan penindasan asing telah 

melemahkan Israel secara politis, dan kemudian penyembahan berhala telah menghisap 

kekuatan moral dari bangsa yang telah mengalami kuasa Allah pada saat eksodus dari 

Mesir.1 Kelaparan tersebut membawa satu keluarga kecil yakni keluarga Elimelekh dari 

Betlehem-Yehuda bersama dengan isteri yang bernama Naomi beserta kedua anaknya 

laki-laki Mahlon dan Kilyon pergi ke tanah Moab dan menetap di sana sebagai orang 

asing (1:1-2). Kisah tersebut tidaklah berhenti disitu. Kepedihan terus berlanjut, dengan 

meninggalnya Elimelekh suami Naomi. Sepuluh tahun kemudian kedua anak Naomi juga 

meninggal (1:4-5).

Tinggallah Naomi bersama kedua menantunya Orpa dan Rut, yang juga telah 

menjanda tanpa memiliki keturunan. Akhirnya Naomi memutuskan untuk kembali ke 

tanah airnya. Terjadi percakapan antara Naomi dengan kedua menantunya. Naomi 

berharap agar kedua menantunya tetap tinggal di Moab. Orpa meng-ia-kan sedangkan 

Rut tetap memilih untuk mengikuti Naomi ke tanah Yehuda. Bukan hanya memilih 

mengikuti, namun menyerahkan seluruh hidupnya dan kepercayaannya kepada Naomi 

juga kepada Allah Naomi (1:16-17). Di sini nampak kesetiaan Rut. Kesetiaan untuk 

mengikuti mertuanya Naomi hingga akhir hidupnya. Mempercayakan hidupnya kepada 

Naomi, meninggalkan keluarganya di Moab, meninggalkan agamanya, bahkan ingin 

dikuburkan di Yehuda.

Berjalanlah dua orang janda menuju Yehuda, dengan harapan dapat bertahan 

hidup di sana. Rut yang dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap mertuanya, 

berinisiatif untuk bekerja demi menafkahi hidup mereka berdua. Dimanakah Allah? 

Apakah Allah diam melihat kepedihan mereka? ataukah Allah tidak berkenan kepada 

Rut seorang Moab itu, seorang yang bukan Israel?

2. 

Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini yaitu studi kepustakaan 

(Library research), dengan menginterpretasi bagian-bagian yang terkait dengan karya 

ini. Kepustakaan adalah suatu teknik atau cara yang dipakai untuk memperoleh data￾data teoritis guna memperoleh pendapat atau pandangan dari berbagai ahli dengan mengumpulkan bahan atau informasi dan literatur yang berkaitan dengan pokok 

permasalahan dari penulisan ini. Buku-buku yang penulis akan gunakan yaitu pengantar 

Perjanjian Lama, tafsiran kitab Rut, atau buku-buku yang berkaitan dengan tulisan ini. 

Data yang penulis peroleh melalui sumber-sumber tertulis tersebut, khususnya gagasan 

teologis akan direlevansikan untuk kehidupan kekristenan.

3. Hasil dan Pembahasan

Penulisan Kitab

Judul kitab Rut merupakan nama dari salah-satu tokoh perempuan dari kitab ini. 

Seorang perempuan Moab, sebagaimana yang dikisahkan dalam latar belakang tulisan 

ini. Di dalam Kanon Ibrani dan Septuaginta hanya kitab Rut dan Ester yang 

menggunakan judul kitab dengan nama perempuan. Mungkin pemilihan judul tersebut 

dikarenakan Rut merupakan tokoh yang cukup sentral diceritakan. Tetapi yang pasti 

bukanlah Rut sang tokoh yang menulis kitab ini. Banyak pendapat para ahli mengenai 

siapa, kapan, dan apa tujuan penulisannya. Dengan demikian penulis perlu untuk 

memilah dan membahas mengenai topik penulisan kitab, dengan point-point sebagai 

berikut:

Penulis Kitab

Kitab Rut tidak mencantumkan nama penulisnya, sehingga sulit menentukan 

siapa penulis kitab ini. Banyak pendapat mengenai siapa penulis kitab tersebut. Menurut 

tradisi Talmud, penulisnya adalah Nabi Samuel. Karena silsilah dalam kitab Rut hanya 

menyebutkan nama Daud-tidak ada Salomo (4:22), maka sejumlah pakar Alkitab 

meyakini bahwa Samuel menulis kitab ini setelah ia mengurapi Daud menjadi raja 

sekitar tahun 1025 sM (1 Sam. 16:1-13).

Meskipin demikian, sebagian besar pakar sependapat bahwa kitab Rut ditulis 

saat Daud sudah menjadi raja. Karena Samuel sudah wafat lima tahun sebelum Daud 

dinobatkan menjadi raja (1 Sam 25:1; 2 Sam 2:1-4), maka mustahil ia adalah penulisnya. 

Mereka meyakini bahwa kitab Rut ditulis oleh seorang sekretaris kerajaan atau penulis 

catatan sejarah yang disebutkan namanya pada masa pemerintahan Daud (sekitar 1010-

970 sM).2 Pendapat lain mengatakan bahwa pengarangnya ialah seorang wanita, sebab 

dua tokoh utamanya adalah perempuan dan diseluruh kitab ini mereka ditampilkan 

secara menonjol.3 Siapa penulis kitab ini memang tidak dapat diketahui dengan pasti.


Waktu Penulisan

Banyak pandangan mengenai penulisan kitab ini. Ada yang berpendapat bahwa 

kitab ini ditulis pada abad ke-4 sM, adapula yang memberi tanggal sebelum masa 

pembuangan. Edward Young lebih berfokus pada soal tidak disebutnya nama Salomo di 

dalam silsilah. Baginya jika seandainya kitab ini ditulis pada zaman Salomo atau 

setelahnya maka pasti akan memperluas silsilah itu sampai masa sesudah Daud atau 

pada zaman Salomo memerintah. Dengan demikian kitab ini mungkin ditulis pada masa 

pemerintahan Daud.4 Dalam hal ini memang cukup mendekati pandangan Edward 

Young di mana nama Daud disebutkan dalam pasal 4:17, 22 tetapi nama Salomo tidak 

disebutkan, menurut pandangan ini berarti kitab Rut ditulis sebelum Salomo menjadi 

raja yakni pada sekitaran pemerintahan raja Daud.

Pandangan lain mengatakan bahwa kitab ini ditulis pada zaman Nabi Ezra￾Nehemia, sesudah masa pembuangan. Kemungkinan penulisannya ialah untuk 

menentang cara kepemimpinan mereka, yang menindak tegas orang Israel yang 

menikahi perempuan Moab.5 Namun gaya bahasa kitab ini cukup berbeda dengan kitab￾kitab yang dapat dipastikan waktu penulisannya sesudah masa pembuangan. Sebaliknya 

gaya bahasanya sangatlah cocok dengan zaman Daud.

Tujuan Penulisan

Banyak usul yang telah dikemukakan mengenai tujuan penulisan kitab Rut, di 

antaranya sebagai berikut:

“a) Rut dimaksudkan untuk memberikan silsilah raja akbar Israel, yaitu Daud. 

b)Rut merupakan brosur anti separatis yang ditulis untuk melawan sikap keras Ezra dan 

Nehemia menentang perkawinan campuran. c) Rut adalah pembelaan kemanusiaan bagi 

janda tanpa anak, supaya ‘penebus’ memikul tanggung jawabnya. d) Rut dirancang 

untuk menggambarkan pemeliharaan illahi. e) Rut menunjang toleransi ras.”6

Usul tujuan di atas masing-masing memiliki pertimbangan tersendiri 

sebagaimana kaitannya yang dibahas pada point waktu penulisan. Beberapa orang tetap 

berpendapat kitab ini bertujuan menunjukkan berbagai kebiasaan masyarakat yang 

berlaku, seperti mengawini isteri saudara yang mati atau menebus perkawinan. Namun 

sebenarnya, kitab ini tidak terdapat kebiasaan tersebut. Peranan kebiasaan-kebiasaan 

ini tidak cukup penting untuk bisa dijadikan tujuan utamanya. Pendapat yang lain 

cenderung menekankan tujuan yang lebih umum: untuk menghibur atau untuk 

menyajikan kisah menyenangkan tentang persahabatan. Namun, mengenai hal tersebut 

hal yang perlu diperhatikan bahwa kisah ini lebih menekankan hubungan kekeluargaan


ketimbang persahabatan. 

Hal yang paling menarik dalam tujuan penulisan kitab ini adalah pemeliharaan 

Allah. Allah terlihat seperti mengendalikan kejadian-kejadian dalam kitab ini. Hal ini 

sangat cocok dengan pernyataan-pernyataan dalam kitab tersebut (2:12, 20; 3:10, 13; 

4:14). Kitab ini bisa mengakomodasikan dan memberikan penjelasan pada silsilah Daud, 

sebab hanya oleh pemeliharaan Allah maka Rut dan Boas terangkat ke dalam garis “raja” 

yang telah dijaga dengan penuh pemeliharaan sejak zaman para leluhur.7

Bentuk Sastra

Sejak terbitnysa artikel Gunkel, para ahli umumnya sependapat bahwa jenis 

sastra kitab Rut adalah cerita pendek. Ceritanya sangat artitistik baik dalam gaya 

maupun susunannya, jalur ceritanya dikembangkan melalui beberapa episode sampai 

mencapai puncaknya. Cerita semacam itu memang mempunyai tujuan tertentu, yaitu 

untuk mendidik dan mengajar. Cerita Rut dapat disejajarkan dengan cerita Yusuf (Kej 

37, 39-50), perkawinan Ishak (Kej 24), Yehuda dan Tamar (Kej 38) dan sejarah kerajaan 

Daud (2 Sam 9-20). Cerita-cerita yang utuh ini berbeda sekali dengan kumpulan￾kumpulan tradisi seperti cerita-cerita tentang Abraham atau Yakub dalam Kejadian 12-

36. Jenis sastra ini ditandai dengan gaya dan irama prosa yang bernilai tinggi, hampir 

seperti puisi. Cerita itu menghibur dan memberi pengajaran, khususnya mengenai 

pemeliharaan Allah dalam kehidupan tokoh-tokoh cerita itu. Pembaca diharapkan dan 

didorong secara halus untuk menghayati pengalaman-pengalaman dalam cerita tersebut 

dan meneladani ataupun menghindari contoh-contoh yang digambarkan.8

Gagasan Teologis

Penebusan 

Penebusan yang begitu nampak dalam kitab ini yaitu ketika Boas menebus Rut 

dan menjadi suami bagi Rut. Sudah menjadi kebiasaan dalam tradisi Israel Kuno 

mengenai pernikahan levirat. Jika seorang suami meninggal dan tidak memiliki 

keturunan, maka sang janda akan dinikahi oleh salah seorang saudara dari yang 

meninggal. Anak-anak yang dilahirkan akan dianggap sebagai anak dari saudara yang 

meninggal, supaya namanya tidak terhapus.9 Persoalannya adalah Naomi tidak lagi 

memiliki anak untuk menikahi Rut. Sehingga tidak dapat melangsungkan pernikahan, 

yang mengakibatkan Rut tidak mendapatkan perlindungan melalui rumah tangga. 

Tampillah Boas sebagai seorang penebus. Melalui penebusan tanah dan juga 

menikahi Rut. Penebusan ini boleh dikata merupakan langkah yang sangat berani dan


bukan perkara yang mudah. Selain Rut seorang asing, ada beberapa alasan lain yang 

juga kemudian membuat penebus pertama yang berhak sebelum Baos, menolak 

penebusan tersebut. Para ahli mengatakan bahwa alasan penebus pertama menolak 

tebusan tersebut karena kurang beriman. Tafsiran lain berpendapat bahwa alasannya 

tidak ingin menikahi Rut karena demi memelihara warisannya sendiri. Jika Rut 

melahirkan anak baginya, tentu yang menjadi hak waris adalah anak tersebut.10 Akan 

tetapi alasan tersebut tidaklah dipikirkan oleh Boas. Semua konsekuensi tersebut 

menjadi tanggungan pribadi bagi Boas. Pada akhirnya dia menjadi pelindung bagi Rut. 

Memberikan kebahagiaan serta kedamaian dan bahkan keamanan dalam rumah 

tangganya. Melalui keturunan mereka lahirlah raja Daud, yang juga menjadi garis 

keturunan Yesus Kristus.

Wanita sang Pahlawan Iman

Pada periode hakim-hakim yang juga merupakan periode dari kitab Rut (Rut 

1:1), “setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hak. 

21:25). Pasal-pasal terakhir dari kitab Hakim-Hakim (17-21) menunjukkan iman-iman 

yang murtad dan tidak setia kepada Allah, penyembahan berhala, kejahatan seksual, 

perang saudara, dan hampir semua jenis dosa yang ada. Perlakuan yang salah terhadap 

gundik seorang Lewi oleh orang-orang dursila di Gibea (19:25) telah menyebabkan 

kematiannya. Kemudian orang Lewi itu memotong mayat gundiknya menjadi dua belas 

bagian dan mengirimkan setiap bagian kepada setiap distrik Israel sebagai suatu 

peringatan yang mengerikan tentang kejadian tersebut (ay. 23-20).11 Meskipun periode 

tersebut ditandai dengan kekacaun dan ketidaktaatan umat Tuhan namun kitab Rut 

memperlihatkan bahwa masih ada orang yang tetap setia kepada Allah yang sungguh 

mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Bahkan Rut seorang asing dari tanah Moab, 

menunjukkan kesetiaannya dan mengikut Yahweh. Rut merupakan salah-satu di antara 

empat wanita, bersama tamar, Rahab, Batsyeba, dan orang-orang asing yang masuk 

dalam garis keturunan Yesus dalam Injil Matius. Rut menjadi gambaran tentang prinsip 

atau konsep yang dinyatakan dalam Kejadian 12:2-3, bahwa orang akan diberkati 

melalui kontak mereka dengan keturunan Abaraham dan dengan Allah mereka.

Kasih Setia Tuhan

Berhubungan dengan kesetiaan Tuhan pada perjanjianNya, maka Hesed 

mengandung semua implikasi yang sangat jauh jangkauannya yang berkaitan dengan 

kesetiaan Yahwe pada perjanjian-Nya. Versi Alkitab King James berulang-ulang 

menerjemahkan istilah tersebut sebagai “kemurahan”, sementara versi New American Standard memilih istilah majemuk “kasih setia”. Kedua istilah ini hanya mulai 

memperkenalkan bermacam-macam cara yang berbeda-beda yang dipakai Allah untuk 

menunjukkan kesetiaan-Nya kepada perjanjian, dan keanekaragaman ini dicerminkan 

dalam keputusan yang diambil oleh para penerjemah New Internasional Version yang 

mempergunakan susunan istilah: kebaikan, kasih, kesetiaan dan masih banyak lagi.

Rut merupakan kitab terkait hesed baik pada tingkat manusia maupun pada 

tingkat ilahi. Pernyataan yang paling tegas tentang hal ini terdapat di dalam pernyataan 

komitmen Rut yang mengharukan kepada Naomi (1:16-17). Sifat inilah yang membuat 

Boaz menyukai dia (2:12). Demikian pula Boaz dipuji karena hesed yang ditunjukkannya 

kepada Naomi (2:20, di mana pokoknya kalimatnya adalah Boaz (demikian NIV) dan 

bukan (Yahweh). Soal hesed ini menjadi dasar pikiran untuk pembicaraan antara Boaz 

dan Rut ketika mulai mengadakan perundingan (3:9-13). Hesed Tuhan diperkenalkan 

dalam 1:8-9 merupakan faktor yang akhirnya akan menunjukkan keberhasilan 

perkawinan kembali pada menantu perempuan Naomi, sehingga harus diakui dalam 

penyediaan dari goel untuk Rut.

Semua ini menunjukkan satu kepada yang lain bahwa hesed merupakan sarana 

yang paling tepat yang dapat dipakai Allah untuk menunjukkan hesed-Nya sendiri. 

Sekali lagi hal ini menunjukkan adanya perbedaan dengan kitab Hakim- hakim, di mana 

kesetiaan dalam ikatan perjanjian adalah langka.12 ‘

Relevansi bagi Kehidupan Kristen

Beberapa relevansi bagi kehidupan Kristen saat ini yang dapat ditarik dari 

pembahasan kitab Rut ini:

Allah Tetap Dan Akan Terus Hadir Di Tengah Umat Manusia

Allah hadir dalam kesenyapan merupakan ungkapan yang cukup 

menggambarkan akan campur tangan Allah terhadap kehidupan keluarga Naomi. 

Meskipun Allah tidak berbicara sama sekali, tetapi rentetan ceritanya sungguh 

menggambarkan kehadiran Allah dalam mempermudah setiap rencana Naomi, hingga 

pada akhirnya seorang yang kaya menebus mereka daripada kemalangannya. Meskipun 

awalnya Naomi mengutuk Allah (1:20-21), namun pada akhirnya wanita tersebut 

mencapai tujuannya memiliki pewaris yang menjamin masa depannya. Wanita-wanita 

desa bernyanyi: “Terpujilah Tuhan, yang rela menolong engkau pada hari ini dengan 

seorang penebus” (4:10).

Meskipun berbagai krisis melanda negeri, meskipun kejahatan dan dosa terus 

diperbuat manusia, meskipun seakan-akan Allah meninggalkan umat manusia. Namun 

sungguh Allah tetaplah Alfa dan Omega, yang tidak akan meninggalkan perbuatan tangannya melainkan selalu dan senantiasa berkarya di tengah-tengah umat manusia 

yang berharap, setia, dan berserah kepada-Nya. Allah bekerja dalam dan melalui 

berbagai peristiwa hidup sehari-hari. Meskipun tidak ada tanda-tanda ajaib dan mujizat. 

Para tokoh di dalamnya adalah orang-orang biasa yang menjalani keseharian mereka, 

bergumul dengan nafkah dan penghidupan, serta berusaha membangun keluarga di 

tengah dunia yang sesat dan membelakangi Allah (Rut 1:1). Namun, tangan Allah yang 

teguh, meskipun tak kasat mata, mengarahkan dan menuntun orang-orang itu untuk 

menggenapi kehendak dan rencana illahi-Nya. Kapan dan di manapun Allah bekerja, 

karya-Nya pasti luar biasa, ajaib dan indah. Sekali lagi bahwa Allah menyatakan kasih 

setianya tak hanya kepada bangsa Yahudi dan keturunannya tetapi Allah juga 

menyatakan kasihnya kepada bangsa yang lain.

Allah Berkarya Dalam Hidup Orang Yang Setia

Kesetiaan merupakan salah satu penekanan teologi dalam kitab Rut. Salah satu 

teladan kesetiaan secara konsisten terdapat dalam contoh tokoh Rut kepada Naomi, 

mertuanya yang dinarasikan dari awal sampai berakhirnya seluruh narasi ini. Kesetiaan 

antara menantu dan mertua ini pun selalu berjalan beriringan. Rut terus bersama Naomi 

dalam mengalami masa-masa sulit hingga kesulitan tersebut berakhir digantikan 

dengan kebahagian. Rut adalah sosok wanita yang tidak banyak berbicara, tetapi 

bertindak sesuai dengan kasih yang ada dalam hatinya. Rut adalah menantu yang selalu 

menghibur mertuanya yang mengalami kepahitan. Perwujudan kasih setia Allah nyata 

dalam kehidupan Rut yang juga memercayai Allah dan dalam kesetiaannya terus 

mengikuti Naomi sekalipun dalam duka, penderitaan, dan kepahitan mertuanya.

Melihat kehidupan saat ini, khususnya dalam hubungan mertua dan menantu 

sangat sedikit yang didapati memiliki relasi yang baik. Sebagian besar memiliki 

permasalahan yang cukup rumit. Melalui kesetiaan dan kasih Rut terhadap mertuanya 

Naomi memberikan pengajaran yang patut diteladani bahwa sekalipun di dalam 

penderitaan, kepahitan, kedukaan mertuanya, ia tetap setia mengikuti. Meninggalkan 

kehidupan ternyaman di negerinya dan memilih mengikuti Naomi ke negeri asing 

bahkan meninggalkan allahnya dan bersedia menyembah YHWH. Tetapi pada akhinya ia 

mendapatkan berkat yang lebih daripada kehidupan lamanya. Kesetiaan dan kasih 

kiranya tetap menjadi bahagiaan hidup orang percaya saat ini. Baik itu kepada sesama 

terlebih kepada Allah yang hidup.

Allah Tempat Mengeluh

Allah mengijinkan umat-Nya untuk menumpahkan kekecewaan, bahkan amarah 

kepada Dia. Ketika Naomi telah tiba di Betlehem, dengan persaan yang pedih ia ingin 

mengganti nama-Nya menjadi “Mara” untuk mencerminkan kehidupannya yang pahit 

(Rut 1:20). Ia menyalahkan Allah atas kesengsaraannya: “Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku....., Yang Mahakuasa telah mendatangkan 

malapetaka kepadaku” (1:20-21). Pertanyaannya ialah apakah tuduhan Naomi terhadap 

Allah itu keliru atau menghujat? Mungkin tidak. Naomi menyebut “Yang Mahakuasa” 

(Shaddai dalam bahasa Ibrani), nama yang dipakai Allah sendiri saat menampakkan diri 

terhadap Abraham dan Yakub untuk menyatakan berkat perjanjian yang besar, hanya 

Allah yang berkuasa memenuhi janji-janji demikian (Kej 17:1; 35:11).13 Dengan 

menyebut “Yang Mahakuasa”, Naomi mengakui kedaulatan Allah dalam kehidupannya, 

bahwa tragedi yang dialaminya bukan kebetulan, melainkan ada tangan Allah bekerja di 

balik semua itu.

Di tanah perjanjian tersebut, meskipun muram, Naomi menyerahkan sisa 

hidupnya kepada kepada “El Shaddai” dengan percaya bahwa Dia akan memenuhi janji￾janjiNya. Dengan mengatakan bahwa Allah “telah melakukan banyak yang pahit” kepada 

dirinya (Rut 1:20). Naomi sedang menunjukkan “kebebasan iman” yang 

memampukannya untuk berbicara jujur dan gamblang. Naomi bukan orang percaya 

pertama yang mengatakan hal tersebut. Ratusan tahun sebelumnya, Ayub bahkan lebih 

luas lagi “Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku,” katanya untuk menuduh Allah 

(Ayub 19:60). Para pemazmur pun juga berbicara langsung kepada Allah dengan 

keterusterangan yang apa adanya (Mzm. 22:1-3; 38:1-4; 42:10-11; 90:7; 102:11). Allah 

memberi ruang bagi umatNya untuk membuka diri apa adanya dan menyampaikan 

dengan jujur apa yang umat-Nya rasakan tentang Dia. Jadi apapun yang menjadi 

pergumulan setiap orang percaya saat ini tidak ada salahnya untuk mengungkapkan hal 

tersebut secara jujur, dan mengaku bahwa tentu Allah akan membukakan jalan untuk 

setiap persoalan tersebut.


Terdapat tiga point penting dalam kisah kitab Rut, masa di mana Allah seolah￾olah tidak menghiraukan umat-Nya. Masa terjadi kekerasan di tengah-tengah bangsa 

Israel. Ketiga point tersebut yaitu: Pertama, Allah tetap dan akan terus hadir di tengah 

umat manusia. Meskipun berbagai krisis melanda negeri, meskipun kejahatan dan dosa 

terus diperbuat manusia, meskipun seakan-akan Allah meninggalkan umat manusia. 

Namun sungguh Allah tetaplah Alfa dan Omega, yang tidak akan meninggalkan 

perbuatan tangannya melainkan selalu dan senantiasa berkarya di tengah-tengah umat 

manusia yang berharap, setia, dan berserah kepada-Nya. Kedua, Allah berkarya dalam 

hidup orang yang setia. Kesetiaan merupakan salah satu penekanan teologi dalam kitab 

Rut. Teladan kesetiaan terdapat dalam contoh tokoh Rut kepada Naomi, mertuanya 

dinarasikan dari awal sampai akhir. Perwujudan kasih setia Allah juga nyata dalam 

kehidupan Rut yang memercayai Allah Naomi dan dengan kesetia mengikuti Naomi sekalipun dalam duka, penderitaan, dan kepahitan mertuanya. Akhirnya Rut melahirkan 

seorang anak yang menjadi garis keturunan raja Daud. Bahkan menjadi garis keturunan 

Yesus Kristus. Ketiga, Allah tempat mengeluh. Allah berkenan dan mengijinkan umat￾Nya untuk menumpahkan kekecewaan, bahkan amarah kepada Dia. Ketika Naomi telah 

tiba di Betlehem, dengan persaan yang pedih ia ingin mengganti nama-Nya menjadi 

“Mara” untuk mencerminkan kehidupannya yang pahit. Jadi apapun yang menjadi 

pergumulan setiap orang percaya saat ini tidak ada salahnya untuk mengungkapkan hal 

tersebut secara jujur, dan mengaku bahwa tentu Allah akan membukakan jalan untuk 

setiap persoalan tersebut.