• coklatx.blogspot.com

    www.coklatx.blogspot.com

  • berasx.blogspot.com

    www.berasx.blogspot.com

  • kacangx.blogspot.com

    www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label TAFSIF AL ATZAR 21. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TAFSIF AL ATZAR 21. Tampilkan semua postingan

TAFSIF AL ATZAR 21


 l itu, setelah dibesarkan dengan


mikroskop, rupanya mempunyai hati dan jantung juga, mempunyai mata dan


telinga juga, dan bentuk bikinannya tidak kurang dahsyatnya dengan alat-alat


yang terdapat pada gajah.


Orang telah mempelajari llmu Hayat didalam satu Universitas atau Fakul￾tas yang khusus mempelajari itu. Orang hanya dapat mengetahuiserba-serbi


keganjilan hidup pada segala yang hidup itu. Tetapidibelakang pengetahuan


tentang keadaan hidup, namun orang belumlah dapat memecahkan apakah


hakikat hidup. Dan dari mana datangnya hidup. Orang akan sampai kepada


satu pertanyaan: Segala keganjilan hidup yang terdapat itu mungkinkah terjadi


dengan sendirinya? Apakah ada asal-usulnya? Kalau ada asal-usul hidup,


mungkinkah asal-usul itu mati? Artinya mungkinkah timbul yang hidup dari'


pada yang mati?Tentu tidak mungkin.


Di sinilah permulaan sampai fikiran kepada AL-HAYYU; kepada hidup


yang sebenar hidup. DIAlah sumber segala kehidupan yang sebenarnya, DIAlah ruhan, DIAlah ALLAH. Tidak ada yang sebenarnya hidup, melainkan DIA.


sebab segala yang kelihatan hidup ini, bersumber dari hidup itu dan kembalike


dalam hidup itu. Maka hidup yang sebenarnya hidup itu tidaklah pernah


merasai mati. DIA hidup terus.


AL'QAYYUM: Artinya yang berdiri sendirinya, tidak bersandar atau


bergantung kepada yang lain, sebab yang lain seluruhnya adalah makhlukNya.


Yang lain iniada juga; tetapi karena DIA yang menghidupkan. yang lain hanya


bisa berdiri karena DIA yang mendirikan.


Berkata Mujahid: Al-Qayyum ialah yang berdiri sendiri-sendirinya, sedang


yang lain adalah bergantung kepadaNya.


Berkata ar-Rabi': AlQayyum ialah bahwa Dia yang menciptakan segala


sesuatu, Dia yang memberinya rezeki, dan Dia yang memelihara.


Berkata Qatadah: Al'Qayyum artinya, memberi ukuran kekuatannya dan


rezekinya.


Berkata Ibnul Arabi: Al-Qayyum, artinya Pengatur.


Pendeknva AL-QAYYUM ialah yang mutlak berdirisendiri, tidak bergan￾tung kepada yang lain. Dia yang menegakkan segala yang ada ini, sehingga tidak


terupa pada akal adanya sesuatu atau tetap adanya, kecuali dengan DIA.


Lantaran itu maka sifat Allah AL-QAYYUM itu disebut sebagaisalah satu


rangkaian Ism Allah al-A'zham.


"Dia tidak dihampiri oleh kantuk dqn tidqk (pula) oleh fidur. " Hidup yang


sejati itu, yaitu ALLAH, tidaklah masuk pada akalkalau Dia pernah mengantuk.


Yang mengantuk itu hanya manusia dan binatang yang lain karena relah dan


payah. oleh karena beratnya pekerjaan sehari-hari maka urat saraf menjadi


lesu, mesti ditidurkan terlebih dahulu, barulah badan segar kembali setelah


bangun dari tidur. Memanglah demikian manusia ataupun makhluk melata di


atas bumi ini; ada masa giat dan gesit, ada masa payah dan lelah. Maka tidak


terupa pada akal kalau Allah yang hidup mengenal kantuk dan payah, sebab


adanya Allah bukanlah terdiii daripada darah dan daging dan urat-urat saraf.


Kalau Dia mengantuk dan tidur, samalah keadaannya dengan makhluk yang


Dia jadikan. Apatah lagi sementara manusia ditimpa kantuk dan tidur, niscayi


pekerjaan manusia terbengkalai. Tidak dapat diteruskannya selama dia me￾ngantuk dan tidur. Ingatannya menjadi hilang, dia tidak tahu diri. Masakan


Pengatur Maha Tinggi dari alam, sumber dari segala kehidupan, akan terbeng￾kalai pekerjaannya? Matahari selalu beredar, tidak terlambat walaupun sepe￾rempat detik; dia tiba pada ukurannya yang ditentukan pada waktunya yang


tepat. Bumipun mengedari matahari sehingga terjadi siang dan malam.


Tidaklah terkhayal dalam fikiran bahwa Maha Pentadbir itu pemah ter￾kantuk atau tertidur. Dia lebih Maha Besar daripada hanya peredaran siang dan


malam, yang pada siang kita bekerja keras dan pada malam kita mengaso


istirahat. Alam cakrawala, Iangit tujuh tingkat, dan bintang-gemintang, ter￾masuk bumi ini adalah lebih besar, Maha Besar daripada hanya peredaran siang


dan malam, yang bila mataharitelah turun ke Barat badanmulailetihdanminti


istirahat.Bagaimana Dia akan mengantuk ataupun tidur, padahd"Kepunyaanlrlyo￾tah qa yong ado di *mua largit dan ap yarg di bumi. " Maka sangatlah tidak


r*srk dalam akal kalau Yang Maha Kuasa atas segAla sesuatu yang ada di


semua langit dan di bumi itu akan mengantuk dan tertidur. Sebabbagaimana￾pun gugutip"rkasanya nytnusia, namun di saat dia mengantuk ataupun tertidur


idalah saat yang benar-benar menunjukkan kelemahan dan tidak berkuasanya.


Maka sifat i<ekurangan yang demikian adalah mustahil, artinya tidak masuk


akaljika difikirkan pada Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu itu.


"Siopo wng akan memohonkan syalaat di sisNyo, kolau bukan der:grsn


izirNya? "Ini adalahmenuniukkan Kektrasaailya yang mutlak' sehingga pem￾berian ampun atau kumia yang akan Dia berikan kepada hambaNya yang


terlalai ataupun lengah tidak dapat dicampuri orang lain. Sebab tidakadaorang


lain yang boleh disebut lain, sebab semua adalah hambaNya.Kalaudalam ayat


ini Dia menyebutkan "kecuali dengan izinNya", bukanlah maksudnya ada


orang lain yang akan diberiNya izin; ini hanya untuk menjelaskan mutlakNya


kekuasaan saja.


"Dia mengetahui apa yarg di hadapan mereka dan apa yang di belakang


mereka."Hanya Dia yang mengetahui apa yang di hadapan kita, meskipun kita


bermata buat melihat apa yang di hadapan kita, maka banyaklah yang ke￾lindungan yang tidak kelihatan oleh mata. Meskipun kita mempunyaiakaldan


perhitungan, namun perhitungan kita buat menghitung zaman depan kita,


iidaktah selalu tepat. Lebih banyak yang tidak tepat daripada yang tepat.


Demikian pula yang ada di belakang kita, baik yang di belakangi oleh badan kita,


atau masa lampau yang telah kita tinggalkan. Sedang Allah mengetahui itu


semuanya; kadang-kadang seakan-akan tersenyum-senyumlah Tuhan men￾tertawakan kita ketika kita mengelak-elak dari sesuatu yang kita sangka


berbahaya, padahal kita tidak melihat bahwa bahaya itu sudah berdiri dekat


sekali dengan kita. sebab itu maka Tuhan bersabda selanjutnya: "sedong


mereka tidaktah meliputi sesuotu iuapun daripda ilmuNyo. " Kadang-kadang


hanya secubit kecilkita diberiNya ilmu, dan oleh karena diberiNya pengetahuan


tentang yang secubit kecil itu, waktu kitapun tidak ada tersedia lagi buat


mengetahui yang lain. Bertambah orang menjadi spesiolis dalam satu ilmu,


bertimbahlah bingungnya menghadapi ilmu yang lain. "Kecuali apa yang Dia


kehendaki." Artinya apa yang Dia kehendaki buat diberikan sajalah yang


diberikan kepada kita manusia, serba sedikit. Karena kalau sudahagakbanyak


otak kita bisa pecah tidak dapat memikulnya. Sebab: "Meliputi pengetahuan￾Nyo okon semua langit dan bumi." Yang dapat kita ketahui hanyalah serba


sedikit daripada pengetahuan Allah yang ada di bumi. Tempoh manusia tidak


cukup buat pergimenyelidikillmu Tuhan Allah yang ada disemua langit. Kalau


manusia mencoba-coba mendekati matahari, belum sampai ke sana, masih di


tengah jatan dia akan hangus oleh panas sinar matahari itu. Yang paling dekat


daribumi hanya satu bintang satelit bumi yang bemama bulan; waktu "Tafsir"


ini diperbuat, manusia sedang berusaha mempersiapkan perkakas buat sampai


ke sana, moga-moga Tuhan memberi izinmanusia sampai ke bulan. Bukanbuat


membuktikan manusia berkuasa, sebab bulan hanyalah satu bintang kecil,pengrring bumi yang paling dekat kepada kita saja. Padahal di samping matahari


kita ini, ada lasi berjuta matahari dan d! samping bumi kita ada lagi berjuta-juta


bintanglagr. Semuanya itu hanya untuk meyakinkan bahwa memang Ada yang


Maha Kuasa. "Dan tidaklah memberatNya memelil.ora keduanyo." Kekua￾saan mutlak kepunyaan Allah yang mengatur seturuh alaim itu niscaya tidak


rnerasa keberatan atau penat dan lelah mengatur seluruh langit dan bumi.


sebab keberatan dan penat hanya terdapat pada makhluk, mustahil pada Allah


yang tidak mengenal mosa kecil ataupun maso tuo, yang meliputi segala ruang


dan meliputi segala waktu.


"Don Db adaloh Maha Tinggi lagi Maha Agung." (Ujung ayat 2S5)


Maha Tinggilah Allah daripada perumpamaan. KekuasaanNya yang me￾liputi langit dan bumi, demikian tinggidan agungnya, sehinqga terasa oleh tiap￾tiap orang yang berpengetahuan tentang alam dalam serba-serbi cabangnya.


Dan ilmu hayat dalam segala seginya, dan ilmu tubuh manusia (anatomi) dengan


segala keajaibannya.


Maka kalau banyak kita dengar keterangan daripada ahli.ahliagama bahwa


kita selalu dianjurkan membaca ayat ini, yang dikenaldengan nama,,AyATUL


KURsl", dapatlah kita memahami bahwa maksudnya iatah untuk_menambah


khusyu' kita kepada Allah dan untuk menambah kita berusaha beribadat


dengan langsung menghadapkan jiwa raga kepadaNya, dengan tidak memakai


syafaat dan perantaraan. Memang berpahala siapa yang membacanya dan


memahamkan maksudnya, sebab di dalamnya tersimpulrauhid yang sedalam￾dalamnya. Adapun kalau hanya dibaca-baca saja, untirk obat sakit kepara,


untuk menjadi azimat tangkal bahayapianggang,maka samalah artinya dengan


kata pepatah: Asing br'duk kolong diletak.


(256) Tidak ada paksaan dalam agama.


Telah nyata kebenaran dan ke￾sesatan. Maka barangsiapa yang


menolak segala pelanggaran be￾sar dan beriman kepada Allah,


maka sesungguhnya telah ber￾peganglah dia dengan tali yang


amat teguh, yang tidak akan pu￾tus selama-lamanya. Dan Allah


adalah Maha Mendengar, lagi


Mengetahui.


(257) Allahlah Pemimpin bagi orang￾orang yang beriman. Dia menge.


luarkan mereka daripada gelap￾gulita kepada terang-benderang.Akan tetapiorang-orang yang ti￾dak rnau percaya. Pemimpin me￾reka ialah pelanggar-pelanggar


batas. Mereka itu akan menge￾luarkan mereka daripada cahaya


terang kepada gehp-gulita. Me￾reka itulah ahli neraka. Mereka


akan kekal padanya.


.- 2z 2 22 , , a


4 irf-&;urT L .rr. 4.llijl


Tidak Ado Paksaan Dalam Agama


t t￾J! r:Jt


@ r,+-vi:Jl


sebelum kita uraikan sebab turun ayat ini(Asbabun-Nuzul) dan uraian


maksudnya lebih panjang, terlebih dahulu kita jelaskan bahwasanya di antara


Ayatul Kursi dengan ayat *Tidak ada paksaan doram agama" ini, yaitu di


antara ayat 255 dengan 256 tidaklah berpisah. Ayat 255 menjelaskan intisari


ajaran Islam tentang Tauhid. Tauhid yang diuraikan dalam Ayatul Kursi ini


meliputi makna Ketuhanan seluruhnya, yang dengan dia sesuai fithrah ma￾nusia. Sebab itu kalau hati seseorang tulus dan ikhlas, tidak dipengaruhioleh


taqlid kepada nenek-moyang atau paksaan dari pemuka-p"-rku agama, de￾ngan sendirinya orang akan menerima keterangan dari Ayatul Kursi itu. Sebab


itu maka dalam ayat 256 ini diterangkan bahwa di antara jalan yang benar, ialan


yang cerdik bijaksana sudah jelas berbeda dengan jalan yanj sesat. sehingga


tidak perlu dipaksakan lagi. Asal orang satu kali sudah mlu melempurlii*n


pengaruh thaghut dari dirinya, dan terus beriman kepada Allah, kebenaran itu pasti diterimanya dengan tidak usah dipaksakan. ylng memaksa orang me￾nganut suatu faham, walaupun faham itu tidak benar, tidak lain hanyalah


thaghut. Inilah yang akan kita perhatikan pada ayat-ayat dan penafsiran se￾lanjutnya kelak.


Sekarang kita masuk kepada Asbabun-Nuzul:


Menurut riwayat dari Abu Daud dan an-Nasa'i, dan Ibnul Mundzir dan Ibnu


Jarir dan lbnu AbiHatim dan Ibnu Hibban dan Ibnu Mardawaihidan al-Baihaqi


dari Ibnu Abbas dan beberapa riwayat yang lain, bahwasanya penduduk


Madinah sebelum mereka memeluk Agama Islam, merasa bahwa kehidupan


orang Yahudi lebih baik dari hidup mereka, sebab mereka Jahiliyah. sebab itu


di antara mereka ada yang menyerahkan anak kepada orang yahudi untuk


mereka didik dan setelah besar anak-anak itu menjadi orang yihudi. Ada pula


perempuan Arab yang tiap beranak tiap mati, maka kalau dapat anak lagi, le'kas￾lekas diserahkannya kepada orang Yahudi. Danoleh oring yahudi anak￾anak itu diYahudikan. Kemudian orang Madinah menjadi Islam, menyambut


Rasulullah s.a.w, dan menjadi kaum Anshar. Maka setelah Raiulullah pindah


ke Madinah dibuatlah perjanjian bertetangga baik dengan kabilah-[abilah


Yahudi yang tinggal diMadinah itu. Tetapidaribulan ke bulan, tahun ke tahunperjanjian itu mereka mungkiri, baik secara halus ataupun secara kasar.


Akhimya terjadilah pengusiran atas BaniNadhir yang telah dua kalikedapatan


hendak membunuh Nabi (lihat tafsiran Surat 59 



AI-Hasyr). Lantaran itu


diputuskanlah mengusir habis seluruh kabilah Bani Nadhir itu keluar dari


Madinah. Rupanya ada pada Bani Nadhir itu anak orang Anshar yang telah


mulai dewasa, dan telah menjadi orang Yahudi. Ayah anak itu memohonkan


kepada Rasulullah s.a.w. supaya anak itu ditarik ke Islam, kalau perlu dengan


paksa. Sebab si ayah tidak sampai hati bahwa dia memeluk Islam, sedang


anaknya menjadi Yahudi. "Belahan diriku sendiri akan masuk neraka, ya


Rasulullah!" Kata orang Anshar itu. Dan di waktu itulah turun ayat ini:


"Tidak ada paksaan dalam agama." (pangkal ayat 256). Kalau anak itu


sudah terang menjadi Yahudi, tidaklah boleh dia dipaksa memeluk Islam.


Menurut riwayat lbnu Abbas, Nabi s.a.w. hanya memanggil anak-anak itu dan


disuruh memilih, apakah mereka sudi memeluk agama ayah mereka, yaitu


Islam atau tetap dalam Yahudi dan turut diusir? Dan menurut riwayat, ada di


antara anak-anak itu yang memilih Islam dan ada yang terus jadiYahudidan


sama berangkat dengan Yahudi yang mengasuhnya itu meninggalkan Madinah.


Keyakinan suatu agama tidaklah boleh dipaksakan, sebab: "Telah nyata


kebenaran dan kesesaton. " Orang boleh mempergunakan akalnya buat me￾nimbang dan memilih kebenaran itu, dan orang pun mempunyai fikiran waras


untuk menjauhi kesesatan. "Maka barangsiapa yong menolak segala pe￾langgaran batas dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnyq telahber￾peganglah dia dengan tali yang amat teguh, yang tidak akan putus selama￾Iamanya." Agama Islam memberi orang kesempatan buat mempergunakan


fikirannya yang murni, guna mencari kebenaran. Asal orang sudi membebas￾kan diri daripada hanya turut-turutan dan pengaruh dari hawanafsunya, niscaya


dia akan bertemu dengan kebenaran itu. Apabila inti kebenaran sudah didapat,


niscaya Iman kepada Tuhan Allah mesti timbul,dan kalau iman kepada Tuhan


Allah YangTunggal telahtumbuh, segala pengaruh dari yang lain, dari sekalian


pelanggaran batas mesti hilang. Tetapi suasana yang seperti ini tidak bisa


dengan paksa, mesti timbul dari keinsafan sendiri. "Dan Alloh adalah Maha


Mendengar, Iagi Mengetahui." (ujung avgt 2561. DidengarNya permohonan


hambaNya minta petunjuk. DiketahuiNya hambaNya berusaha mencari ke￾benaran.


Sungguh-sungguh ayat ini suatu tantangan kepada manusia, karena Islam


adalah benar. Orang tidak akan dipaksa memeluknya, tetapiorang hanya diajak


buat berfikir. Asaldia berfikir sihat, dia pastiakan sampai kepada Islam. Tetapi


kalau ada paksaan, mestilah timbul perkosaan fikiran, dan mestilah timbul


taqlid. Manusia sebagai orang seorang akan datang dan akan pergi, akan lahir


dan akan mati. Tetapi fikiran manusia akan berjalan terus. Penilaian manusia


atas agama akan dilanjutkan dan kebebasan berfikir dalam memilih keyakinan


adalah meniadi tujuan dari manusia yang telah maju.


Ayat ini adalah dasar teguh dari Islam. Musuh-musuh Islam membuat


berbagai fitnah yang dikatakan ilmioh sifatnya bahwa Islam dimajukan denganpedang. Islam dituduh memaksa orang memeluk agamanya. "pengetahuan"


seperti inipun kadang-kadang dipaksakan supaya diterima orang, terutama di


masa-masa negeri-negeri Islam dalam penjajahan. orang dipaksa menerima


feori itu dan orang tidak diberi kesempatan membanding.


Kalau orang benar-benar hendak ilmioh hendaklah menilik kebenaran


sesuatu soal dicari sumber aslinya. Apa sumber aslilslam kalau bukan al-euran


dan sunnah Rasul? Ayat inilah, al-Baqarah 256 sumber itu, yaitu Islam men￾jelaskan bahwa dalam hal agama tidak boleh ada paksaan. Dan Sunnah atau


praktek dari Nabi s.a.w. sendiri dapat pula dilihat pada sebab turunnya ayat.


Kita melihat jelas bahwa kaum YahudiBaniNadhir diusir habis dariMadinah,


karena mereka mengadakan suatu komplotan hendak membunuh Nabis.a.w.


yang pada waktu itu teloh berkuasa dalam masyarakat Madinah. Tidak ada


perkataan ketika itu bahwa kalau mereka sudi memeluk Islam, mereka tidak


akan diusir. Malahan anak-anak kaum Anshar sendiri, yang telah jadiyahudi,


tidak dipaksa untuk memeluk agama ayah mereka, meskipun ayah itu sendiri


meminta kepada Nabi s.a.w. supaya anak-anak itu dipaksa.


Sarjana Kristen Arabia, Prof. Phillips Hittiyang telah menjadiwarganegara


Amerika, di dalam bukunya sejarah Arob mengakui bahwasanya ayat inilah


salah satu ayat dalam Islam yang patut menjadianutan manusia dalam segala


agama.


Dalam kejadian pengusiran Bani Nadhir itu sudahlah sangat terang per￾bedaan soalpolitik dengan soal keyakinan agama. Mereka diusir dariMadinah,


karena mereka hendak membunuh Nabis.a.w. Tetapimereka tidak dipaksa


masuk lslam, dan anak orang Arab sendiri yang telah memeluk agama yahudi


tidak dipaksa supaya memeluk agama ayah-bunda mereka.


Peperangan-peperangan yang terjadidiantara Nabi s.a.w. dengan kaum


musyrikin di Makkah dan di seluruh ranah Arab, pun bukanlah paksaan


agama, meskipun kedudukan penyembah berhala Arab di waktu itu jauh


berbeda dengan kedudukan Yahudi dan Nasrani. Sejak mulai Nabi s.a.w.


menyampaikan da'wahnya, dia telah ditolak oleh kaumnya dengan kekerasan


dan pengikut-pengikutnya disiksa dan dianiaya. sampai beliau diusir dari


Makkah dan Hijrah ke Madinah. Dan dengan keinsafan secara ilmiah haruslah


kita selidiki siapa Nabi Muhammad di tengah-tengah kaum Quraisy diMakkah


itu. Semuanya, baik Muhammad ataupun yang menentangnya, adalah orang


berkeluarga semua. Diantaranya paman kandungnya sendiriAbu Lahab. Maka


kalau timbul Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq dan penaklukan


Makkah, sekali-kalijangan langsung dicap bahwa Muhammad memaksakan


Islam dengan pedang, tetapi harus diakui bahwa ini adalah perebutan pimpinan


di antara orang berkeluarga, di antara faham lama dengan faham baru. Dan


kepala penentangnya sampai saat takluknya Makkah, adalah mertuanya sen￾diri, Abu Sufyan. Dan dengan keinsafan ilmiah pula harus kita selidiki apa


hakikat seruan Muhammad kepada mereka. Mereka mengakuianak-cucu dari


Nabi lbrahim, mereka mengakuiKa'bah sebagaipusat persatuan mereka dan


merekapun mengerjakan Haji dan Umrah tiap tahun, tetapi ajaran asliNabi


Ibrahim itu telah mereka kotori dengan penyembahan berhala. Terhadapmereka Rasulullah s.a.w. tidak memaksakan Islam dengan pedang, tetapi


membersihkan Ka'bah dari berhala dan kembali kepada ajaran lbrahim yang


murni.


Di saat itu datang sendirike Makkah orang-orang Nasrani Arab yang


mengakui kerasulan Muhammad, sebagai Adiy bin Hatim dan saudara pe￾rempuannya. Adiy ini adalah putera dari Hatim Thaiy, dermawan Arab Nasrani


yang masyhur. Dia datang sendiri dari tempat yang amat jauh bukan karena


dipaksa dengan pedang. Demikian juga Tamim ad-Dary; dia pun seorang


Nasrani. Dan ada lagi seorang pemuda bernama Suhaib, bangsa Romawiyang


telah lama tinggaldiMakkah. Dalam NabiMuhammad s.a.w. menerima ber￾bagai penghinaan dari kaumnya yang menyembah berhala itu, Suhaib dengan


sukarelanya sendiri memeluk Islam. Diwaktu Nabis.a.w. pergikeThaif, sampai


di sana dipukuli dan dilempari batu, sampaimengalirdarah ke terompah beliau,


di tengah jalan dia berjumpa dengan seorang pemuda Nasrani dari Ninive


bemama Adas. Dia menjadi budak di tempat itu. Dia sendiri pula yang datang


kepada Rasulullah s.a.w. dan menyatakan masuk Islam. Demikian juga Salman


orang Persia; dia sendiri yang datang ke Madinah, sesudah dia terlebih dahulu


masuk Nasrani, pindah dariMajusi, akhimya masuk ke Islam. Padahalsemua


kejadian ini lama sebelum turun ayat tidak ada poksoon dolam ogomo yang


tersebut itu.


Ajaran Nabi s.a.w. ini atau tegasnya dasar yang telah ditentukan oleh al￾Quran ini dipegang teguh oleh Islam, walaupun dia sedang di puncak ke￾kuasaannya. Menurut riwayat dari Imam Bukhari, yang diterimanya dariAslaj,


bahwa Khalifah Umar bin Khathab mempunyai seorang pelayan p€rempuan tua


beragama Nasrani, yang boleh dikatakan sudah dipandang sebagai keluarga


dan disayangi oleh semua keluarga di rumah beliau. Pernah beliau berkata:


"Masuklah ke Islam, supaya kau selamat!" Tetapi p€rempuan tua itu telah


menggelengkan kepala menolak ajakan itu. Namun dia tetap disayangi. Demi￾kian juga pelayan laki-laki beliau yang bernama Zanbaq orang Romawi, diajak


masuk Islam agar diberijabatan yang lebih tinggi menolong baginda memegang


amanat kaum Muslimin, semua dia tidak mau. Itupun tidak menjadiapa. Bukti


yang hidup dalam perjalanan ayat ini ialah terdapatnya minoritas Nasrani di


Palestina, Suria, Irak dan Mesir. Minoritas Yahudi di negeri Yaman dan di


Afghanistan. Mereka itu hidup damaididalam perlindungan kekuasaan Islam


(Dzimmi) sejak 14 abad yang telah lalu. Berbeda nasib mereka dengan kaum


Muslimin di Spanyol yang diusir meninggalkan negeri itu dan sisanya dipaksa


memeluk agama Nasrani. Habis kekuasaan Islam darisana di tahun 1492, maka


sebelum habis abad ketujuhbelas (1600), sisa yang tinggal telah resmi jadi


Nasrani karena paksaan. Menurut riwayat, berpuluh tahun lamanyaanak-anak


diajar Agama Islam secara diam-diam oleh ayah-bundanya. Tetapi kalau ke￾tahuan, si ayah-bunda dibunuh.


Yang diketahui oleh semua peminat Sejarah Islam ialah bahwa apabila


Angkatan Perang Islam masuk ke suatu negeri, terlebih dahulu dikirim surat


atau utusan yang membawa tiga peringatan:Ajakan masuk Islam. Kalau ajakan ini diterima, timbullah persaudaraan


seagama. Sama derajat, sama kedudukan, tidak ada yang menjajah dan


tidak ada yang terjajah. Hak sama dan kewajiban pun .ama.


2. Kalau tidak mau memeluk Islam, bolehlah terus memeluk agama yanglama.


Mereka akan diberi perlindungan dengan syarat membayir Jizyah.


3. Kalau salah satu dari dua ini tidak diterima, itu adalah alamat akan terjadinya


pep€rangan. Kalau peperangan terjadi, berlakulah hukum perang. Negeri


mereka dikuasai, tetapi tidak juga ada paksaan untuk memelut< tslam.


Apakah lantaran syarat pertama mengajak terrebih dahulu supaya sudi


memeluk Islam itu yang dinamaimemaksakan agama dengan pedang? padahal


ajakan yang kedua yaitu membayar Jizyah terbuka tebai buit mereka?


Dalam pelaksanaan di zaman-zaman mulai perkembangan Islam, di zaman


Abu Bakar dan umar, di bawah pimpinan pahlawan-pahliwan perang Islam,


sebagai Khalid bin al-walid, Abu ubaidah dan 'Amr bin al-'Ash, kerapkali


kepungan atas suatu desa Nasrani dihentikan setelah delegasi (perutusan)


mereka datang menyatakan membayar Jizyah dan kedudukan pemimpin￾pemimpin mereka diakui. uskup Nasrani di palestina meminta supaya Khalifah


Umar bin Khathab sendiri datang menerima penaklukan mereka. Dan beliau


pun datang. Jaminan perlindungan atas mereka dipegang teguh sampai 14


abad. t'idak sekali juga ada se6rang penguasa atau raja Islam yang berani


bertindak memaksa mereka memeluk Islam, meskipun penguasa itu keras


tindakannya, padahal jumlah mereka sangat kecil saja diwaktu itu. Malahan


tenaga-tenaga mereka banyak yang dipakai dalam administrasi kenegaraan.


lt4engapa penguasa-penguasa Islam itu tidak mau menjalankan paksaan? talah


karena takut akan terlanggar ayat ini.


setelahabad-abadterakhirsetelah pengaruh kerajaan.kerajaan penjajah


Kristen masuk ke Dunia tslam, mereki berusaha memakai gobnjan


kecil Kristen dalam negeri-negeri lslam yang hidup damai dengan tetangganya


orang Islam itu untuk menjadipengslanggu ketenteraman pemerintahan islam.


salah seorang sultan Turkiusmanipernah menyatakan niit, Iebih baik dipaksa


saja golongan-golongan kecil Kristen inimasuk lslam,tetapiMuftiatausya;khul￾lslam membantah keras, karena melanggar hukum agama.



Bahkan kadang-kadang toleransi yang ditanamkin oleh ayat inilah yang


diambildijadikan kesempatan yang baik oleh pemeluk Agama Kristen dinegeril


negeri Islam buat mendesak ummat Islam. oleh sebab ltu, jika semangat


beragama telah mundur pada kaum Muslimin sendiri, padahalayat iniada, akin


mudahlah benteng-benteng mereka diruntuhkan. Mereka tiiak boleh oleh


agamanya sendiri melakukan paksaan agama kepada orang lain, padahalorang


lain dengan segala daya-upaya memaksa -ereka meningLalkan Islam. ttuhf,


sebabnya maka ayat vang bertuah ini diikuti oleh ayat Jlinjutnya:



"Allahlah pmimpin bogi orang-orang wng berimon. " (pangkalayat 257).


Apabila iman telah subur, kepercayaan kepada Allah difefihiru, iiludikun


didikan, disyi'arkan dan dimajukan, maka Allah sendirilah yang akan memimpinummat beriman itu. Sebab iman kepada Allah Yang Tunggal, tidak memberi


tempat buat mempercayai yang lain. Hubungan yang langsung dengan Allah,


tidak memakai perantaraan, menyebabkan jiwa mendapat sinar selalu dari llahi:


"Dia mengeluarkan mereka daripada gelap-gulita kepda terang-benderang."


Sebab iman kepada Allah itu membawa terbukanya akal. lman membawanya


tunduk kepada Syariat Ilahi dan peraturanNya. lman menimbulkan ukhuwah


lslarr,iyah dan menyuburkan hidup berjamaah. lman menimbulkan masyarakat


yang bercorak Islam. Kelak akan sangat terasa perbedaan hidup dalam cahaya


dengan hidup dalam gelap. Kita dapat menyaksikan sendiri perbedaan wajah


dan bentuk muka orang, dan kegiatan, kegembiraan, kebaikan budipada satu


negeri yang di sana berjalan tuntunan iman kepada Allah. "Akon tetapi orang￾orang yong tidak mou wrcaya, pemimpin mereka ialah plangar-pelangar


batas." Di dalam ayat, pelanggar batas itu disebut thaghut. Segala pimpinan


yang bukan berdasar atas iman kepada Tuhan, baik raja, atau pemimpin, atau


dukun, atau syaitan, atau berhala, atau orang-orang yang diberhalakan, didewa￾dewakan, semuanya itu termasuk dalam kalirnat thaghut. Pimpinan yang begini


pastilah membawa dari tempat yang terang, kembali kepada gelap.


"Mereko akan mengeluarkan mereka daripoda cahoya terang kepdo


gelap-gulita." Kita akan dapat pula merasakan suasana kufur itu dalam satu


negeri, yang di dalam stotisfik disebut daerah Islam, tetapi pimpinan mereka


adalah thaghut. Cahaya terang kian lama kian berganti dengan gelap-gulita,


fitnah banyak, hasad-dengki, perzinaan, kecabulan dan kemaksiatan yang lain.


Kalau perwalian Allah telah diganti dengan perwalian thaghut, niscaya


padamlah suluh, kembali dalam gelap dan "mereka itulah ahli neroka. Mereka


adalah kekal padanyo. (ujung ayat 257).


Itulah akibat yang wajar darijiwa yang telah gelap, yang telah kehilangan


pedoman, sehingga meraba-raba, merumbu-rumbu, sebab telah putus hu￾bungan dengan bimbingan yang lurus; azab nerakalah ujung dariperjalanan itu.


Di ayat ini mulai kita berjumpa satu perkataan yang penting artinya buat


diperhatikan dan luas perkembangan perkataan itu dipakai dalam lslam, yaitu


kalimat uroli. Luaslah arti yang terkandung dalam kalimat wali itu. Yaitu


pimpinan, penguasa, pengatur, pengurus dan lain-lain arti yang berdekat


dengan itu. Sebab itu maka dalam sejarah perkembangan pemerintah Islam,


kalimat uroli terpakai juga untuk Gubernur wilayah yang besar. 'Amr bin alrAsh


menjadi Wali di l.4esir. Mu'awiyah bin Abu Sufyan sebelum menjadiKhalifah


pertama Bani Umaiyah, adalah Wali di negeriSyam.


Di zaman kekuasaan Belanda di negeri kita, Gubemur Jenderal disebut


juga "Wali Negeri", terjemahan dari "Landvogd". Di zaman Van Mook mem￾bentuk negara-negara kecil guna memecah Kesatuan Indonesia, dia memberi


gelar orang-orang yang diangkatnya menjadi kepala negara yang dibentuknya


itu "Wali Negara". Di Sumatera Barat di zaman Revolusi bersenjata, Kepala


Negeri atau Penghulu Kepala diberi gelar baru, yaitu "Wali Negeri"


Bapa atau Paman atau saudara laki-lakiyang berhak menikahkan seorang


perempuan disebut juga wali. Dia timbuldaridasar sabda Nabi:Tidak (sh) nikah, melainkan dengan u.nli."


Maka didalam ayat yang sedang kita tafsirkan ini kita beriumpa dua wali.


Pertarna Allah sebagai Wali dari orang yang beriman- Kedua Thaghut sebagai


wali orang yang kafir.


Maka yang memimpin langsung orang yang beriman ialah Allah. Tetapi


orang yang tidak mau menerima iman, yang menolak (kafir), diapun ada


pemimpinnya. Tetapibukan Allah, melainkqn lhoghuf, yaitu sekalian pemim￾pin yang akan membawa keluar dari batas yang ditentukan Tuhan. Kadang￾kadang ditegaskan lagi adanya perwalian dari syaitan, sumber yang asli dari


segala macam thaghut. Ini tersebut dalam Surat ali-lmran (Surat 3 ayat 175),


tersebut juga dalam Surat al-Araf (Surat 7 ayat 30). Dengan demikian di


samping orangorang mu'min berusaha mengambil pimpinan dan bimbingan


Allah, syaitanpun berusaha memasukkan pimpinannya yang sesat kepada


orangorang yang memang sengaja mengelak dari pimpinan Allah.


Sebaliknya, orang-orang yang beriman yang telah menerima pimpinan


Allah tadi, yang dikeluarkan Tuhan darigelap kepada cahaya, mereka itupun


diberi kehormatan tertinggi, diberi nama "Auliaa AIlah"; di dalam Surat Yunus


(Surat l0 ayat 62) mereka diberijaminan oleh Tuhan, bahwa wali-wali Allah itu


tidaklah mereka akan merasa takut dan tidaklah mereka berdukacita.


Kemudian itu dijelaskan pula bahwasanya orang-orang yang beriman laki￾laki dan orang-orang yang beriman perempuan, yang sebahagian adalah men￾jadi wali pula dari yang sebahagiannya lagi; sama menyuruh berbuat ma'ruf


sama mencegah berbuat munkar, sama mendirikan sembahyang, sama menge￾luarkan zakat, sama taat kepada Allah dan Rasul. (Surat at-Taubah, Surat 9


ayat 7l). Dikuatkan lagi oleh Surat 8 al-Anfal, ayat 72, bahwa orang yang


berirnan itu sanggup hijrah, dan sanggup pula berjuang fiihad) dengan harta dan


nyawa pada jalan Allah, dan sebahagian mereka jadiwali dari yang sebahagian.


Begitulah luasnya daerah yang tercakup dalam kalimat waliitu. Baik wali


Allah atau wali thaghut dan walisyaitan. Pengikut masing-masing jadiwalipula


bagi masing-masing, sokong-menyokong, bantu-membantu, pimpin-memim￾pin.


Tetapi timbul pula artiyang lain daripada kalimat wali itu kira-kira 200 atau


300 tahun sesudah Rasulullah s.a.w. wafat.lni sangat berkembang,sehingga


kadang-kadang faham kita tentang arti wali yang mula-mula dikaburkannya


atau dikacau-balaukannya. Yaitu faham setengah kaum Shufi bahwa ada


manusia yang dianggap sebagai Waliullah, yang kedudukannya istimewa dari￾pada manusia biasa, sebab dia telah sangat dekat kepada Allah. Maka kalau kita


hendak memohonkan apa-apa kepada Allah, hendaklah dengan perantaraan


beliau itu. Demikian besarnya pengaruh kepercayaan ini sehingga orang yang


dianggap telah mempunyai Maqam Waliullah itu dalam kenyataannya telah


menjadi wali Thaghut; bahkan kuburan-kuburan mereka dijadikanlah sema-cam tempat ziarah yang telah menyerupai berhala. Dan orang yang mencela


perbuatan itu dipandanglah oleh mereka sebagai merusak agatna; sebab me￾reka sudah sangat berkeyakinan bahwa tidak akan sampai doa kepada Allah


kalau tidak diminta dengon perantaraan beliau yang telah bermaqam di ku￾burah itu. Malahan ada semacam kepercayaan bagi pengikut thariqat Syaikh


Samman di Madinah, kalau ada bahaya, misalnya kapal akan karam harap


p€ngll saja: "Ya Samman!" Niscaya terkabul. Malahan ada yang berkata


bahwa kalau diminta kepada Allah dengan langsung: "Ya Allah!" Akan ditolak


oleh Allah dengan marah: "Mengapa diminta langsung kepadaKu, padahal Wali￾Ku telah ada, yaitu Syaikh Samman?"


Mungkin Syaikh Sammannya sendiri tidak sampai mengajarkan begitu.


Tetapi pengikut-pengikut yang di belakang telah menjadi thaghut, membawa


pngikutnya dari terang-benderang Tauhid kepada gelap-gulita syirik.


Selain dari penyembahan kepada orang-orang yang disebut "Waliullah" itu,


yang telah menjadi thaghut yang menyesatkan manusia, terdapat pula thaghut


dalam susunan kenegaraan. Di dalam susunan kenegaraan zaman kuno, raja


dipandang sebagai Tuhan atau Dewa. Raja Cina disebut Putera Langit. Raja


Jepang disebut sebagai Anak matahari. Raja-raja Melayu disebut turun dari atas


bukit Siguntang Mahameru, keturunan dewa-dewa Angkasa. Raja Mesir purba￾kala yang bergelar Fir'aun, dipandang dan mengakui sendiri bahwa dia adalah


putera Tuhan.


Di zaman moden ini mendudukkan raja sebagaidewa, untuk menjadi sendi


kekuasaan mutlak, sehingga manusia tunduk patuh tidak membantah kepada


kehendak raja, sudah tidak ada lagi, karena dikalahkan oleh zaman diktator.


Diktator tidak disebut sebagai Tuhan, tetapi dipuja sebagai memuja Tuhan.


Diktator tidak pernah salah dan tidak boleh disalahkan. DiJerman, timbullah


diktator Hitler yang disebutkan "Fuchrer", pemimpin besar. Di ltalia Mussolini


disebut "El Duce" yang sama artinya dengan Fuchrer. DiRusia demikian pula


dibuat terhadap Stalin semasa hidupnya. DiCina dibuat begitu pula terhadap


Mao Tse Tung. Seluruh diktator itu pada hakikatnya adalah anti agama,


walaupun kaoang-kadang mulut mereka tidak keberatan menyebut "Allah Sub￾hanahu wa Ta'ala." Yaitu untuk membujuk-bujuk rakyat yang mereka perbo￾doh. Musuh diktator yang paling besar dan orang yang mereka benci ialah


ulama-ulama atau pendeta-pendeta yang berani menegakkan kebenaran dan


berani membuka molut. Karena mereka memegang tuntunan sendiri dari


Tuhan di dalam Kitab Suci yang mereka imanidari"Kemerdekaan Mimbar" di


dalam gereja atau mesjid. Maka orang-orang yang beriman tidaklah dapat


menjual jiwa mereka kepada diktator-diktator itu, sebab mereka telah mem￾punyai pegangan yaitu Allah. Sebab Allah menjadi Walibasi orang-orang yang


beriman. Tetapiorang-orang yang lemah pegangannya dengan Tuhan, itulah


yang kerapkalidatang memperhambakan dirinya kepada thaghut. Itulah orang


yang memandang sabda sithaghut sebagaigantiWahyu llahi, maka dizaman


moden pemimpin dipuja-puja dengan selalu menyebut namanya, memberikan


berbagai gelar pujaan. Sehingga dia kian lama kian sombong bahkan kian latah.


Rakyat yang diperintah tadi kian lama kian kehilangan dirinya. Mereka hanyamenjadi laksana binatang-binatang temak dikerahkan pada hari-hari besar buat


beriemur di tanah-lapang buat mendengarkan pidato pemimpin.


Hal ini hanya dapat dihambat dengan memegang teguh ajaran Tauhid


dalam jiwa. Oleh sebab itu rnaka Tauhid itu bukanlah semata-rnata untuk


kepentingan ibadat kepada Tuhan, malahan terhbih lagiuntuk kemerdekaan


jiwa-raga daripada pengaruh sekalian alam ciptaan Allah ini. Salah satu doa


yang diajarkan NabiMuhammad s.a.w. kepada Abu Urnarnah adalah:


)Y.-)t*i.:45;J;


"Dan aku ber*lindung kepada Engkau, ya Alloh, daripada dipengaruhi


orong-orang."


Artinya hilang keperibadian, hilang kesadaran diri, hilang kebebasan mem￾pergunakan fikiran sendiri, karena sudah tenggelam di dalam semboyan￾semboyan dan slogan-slogan yang diciptakan oleh thaghut.


Dengan ayat yang tengah kita tafsirkan ini, dan setelah kita mengukurnya


dengan keadaan dalam masyarakat, dapatlah kita mengertibahwa thaghut itu,


demikian juga manusia yang menjual kebebasan jiwanya kepada thaghut ada


macam-macam. Setengah menyembah berhala, setengah menyembah kubur,


setengahnya menyembah orang-orang hidup, yang dipandang sebagai Hero


(pahlawan), lalu orang menggantungkan nasib kepadanya.


Tauhid ialah untuk membebaskan jiwa manusia daripada pengaruh tha￾ghut itu. Karena pengaruh thaghut menghilangkan nilai manusia pada diri


seorang anak Adam, berganti dengan binatang yang dapat dihalau ke hilir ke


mudik.


(258) Atau tidakkah engkau fikirkan


dari hal orang yang membantah


Ibrahim tentang Tuhannya? Lan￾taran Allah telahmemberikan ke￾rajaan kepadanya? Tatkala


Ibrahim berkata: Tuhankulah


yang menghidupkan dan mema￾tikan. Dia berkata: Akulah yang


menghidupkan dan mematikan.


Berkata lbrahim: Maka sesung￾guhnya Allah mendatangkan


matahari dari timur, maka coba￾lah datangkan matahari itu dari


barat! Maka terdiamlah orang


yang kafir itu. Dan Allah tidaklah


akan memberi petunjuk kepada


kaum yang zalim!

Sofu Contoh Dari Thoshut


Kemudian Tuhan mengemukakan suatu contoh dariwalithaghut itu. yaitu


pr9 N1mrudz yang terkenal dalam sejarah sebelum kerajaan auuiL o".gan ri;; itulah _lbrahim yang menegakkan perwarian Allah mutai b"rnuaupun (konfron￾tasi). sebagaimana kita ketahui daram riwayat-riwayat al-euran, Ibrahim telah menlhancurkan berhala dglgul kapak, ditinggarkannvu L"rniu yang paring b".*r. Dia ditangkap dan dihadapkan ke mulii majtis iaja, t".iiai 


sebagaimana tersebut dalam surat 21, al-Anbiya, airi ayat'st-J-pd "oJju*u6 ayat 73. sampai Ibrahim dibakar mereka, tetapi diselimatkan iuhan at6rr airi api. seketika raja Namrudz-menanyakan siapa benar yang dimaksudnya dengan Tuhan Allah itu, dia telah menjawab bahwa Tuhan Allah]tuhtrvans menghidup_


kan dan mematikan.


"Atau tidakkah engkou likirkan dari hal orangyangmembantahlbrahim


tentangTuhannya?"(pangkal ayat 25g) pangkal ayal ini rnensajak kepada Rasul khususnya dan ummat-beriman umumnya untuk memikirkln ki""h;i 6r""9 itu ialah Raja Namrudz sendiri.'Lon taran Allah telah memberikan kerajaai kepadanya." suatu pengajaran ilmu jiwa yang mendalam dari al-euran, yaitu


seorang manusia, oleh karena diberi Allah kekuasaan dan kerajaan, 


lupa diri, lupa segala, merasa awak sangat berkuasa, "o-bong, seuau itu peikatua., ya.,"g


keluarpun tidak ada batasnya lagi, sebab merasa tidak ada juga orang yang


berani membantah; "Tatkala lbrahim berkata: Tuhankulah ioii kan dan mematikqn." Di hadapan ^ensnidup- raja itu Ibrahim telah mJner"angkan siapa Tuhan, bahwa Tuhan Allahlah yang mematikan dan ,.enshiir;kun. Tetapi karena memang dasar jiwa orang yang merasa berkuasa fidak'berbatas itu sombong dengan kekuasaannya, boleh difikirkannya dengan panjang apa maksud Ibrahim mengatakan demikian, rangsung saja beliiu simbut: .Dl,e


be.rkata: Akulah yang menghidupkan dan memalikan." Nyawa dari seruruh rakyat negeriku ini ada dalam tanganku. Kalau mereka dituiuh bersalah, lalu dihadapkan kepadaku, aku berkuasa memerintahkan supaya dia dibiarkan hidup terus, dan akupun berkuasa pula menjatuhkan k"prir"u. bahwa dia mestidihukum mati.


Rupanya raja tidak mau tahu apa yang dimaksud lbrahim dengan meng- hidupkan dan mematikan. Dia tidak mau tahu bahwa rakyatnya itupun sendiri seketika lahir ke dunia bukanrah atas kehendaknya, dal kaLu merexa mati sewajarnya, tidaklah dia berkuasa menghalangi kematian itu. padahal yang


dapat diberinya ampun atau dibiarkan hidup atau disuruh hukum mati ialah rakyat yang dihadapkan kepadanya, atau budak-budak vans aia di dalam istana. Dia tidak mau mengerti bahwa rakyat yang sebanyit it-u autu- negeri￾nya bukanlah menerima makanan dari dia, melainkan diri karena menerima


buah hasil dari bumi. Diapun tidak mau mengerti bahwa dia sendiripun tidak akan bisa duduk di atas singgasana kerajain kalau rakyat itu tidak bisa bercocok tanam lagi. oleh sebab tidak mau mengerti ini, Ibrahimpun menerus-

kan perkataannya: " Berkota lbrahim: Maka sesungguhnya Allah mendatang￾kan matahari dari timur, maka cobalah datangkan matahan itu dari barat-"


Dengan sambungan kata yang demikian Ibrahim telah membawa raia berfikir,


yang lebih luas. Bukan berfikir sekedar di bawah cangkung kursi kekuasaannya


saja. Allah, Tuhan Ibrahim menganugerahi manusia hidup, terutama dari


teraturnya perjalanan matahari dari timur ke barat, sehingga terjadi edaran


siang dan malam. Di siang hari manusia mencari makan, di waktu malam


manusia beristirahat, termasuk Namrudz sendiri. Kalau tidak ada peraturan


sedemikian, cobalah engkau obah perjalanan matahari; balikkan matahariitu


dari barat ke timur, kalau memang engkau yang kuasa menghidup dan me￾matikan. Sekarang baru dia mengerti apa maksud lbrahim: "Maka terdiamlah


orang yang kat'ir itu." Dia tidak dapat menjawab lagi. Dasar berfikirnya salah,


sebab itu dia terdiam. "Dan Allah tidaklah akan memberi petuniuk kepada


kaum yang zalim." (ujung ayat 258).


Itulah sebab dia terdiam. Sebab dia telah mengambil jalan yang salah,


jalan yang zalim, yaitu yang tidak sesuai dengan akal yang sihat. Apabila orang


telah zalim, perkataan yangakan dikeluarkan tidak ditimbangnya lagi. Sebab itu


kalau datang perkataan yang benar, keluar dari fikiran teratur, dia tidak dapat


menjawab lagi.


Pimpinan yang tidak berdasar kebenaran Tuhan tadi dinamai pimpinan


thaghut. Sebab itu maka penguasa-penguasa zalim sebagaiNamrudz itu dalam


bahasa Arab biasa disebut Thaghiyah, dan yang disebut orang barat Tirani.


Perkataannya kerapkali terlaniur salah dan dia tidak sadar akan kesalahan


itu. Malahan dia selalu menganggap dirinya benar, sebab orang di kirikanannya


tidak ada yang berani menegur kesalahannya. Kian lama dia kian tidak ber￾pijak di bumi lagi. Maka kalau perkataannya yang salah itu ada orang yang


berani menyebut dan menyatakan salahnya, sebagaimana yang dilakukan oleh


Ibrahim itu, dia pasti terdiam. Biasanya timbullah kegoncangan dalam hatinya,


rupanya ada pula orang yang bisa mengeluarkan perkataan berlainan gayanya


daripada perkataannya. Di saat yang demikian biasanya timbullah takutnya.


Takut akan terganggu kekuasaannya. Karena ketakutannya itulah biasanya dia


mengambil tindakan yang beroni. Dan tidak lagi bersandar kepada kebenaran


dan keadilan, melainkan bersandar kepada kekuatan dan kekuasaan. Itulah


sebab seketika di dalam pertukaran fikiran dengan Ibrahim, dia selalu dipihak


yarig kalah, sebab salah! Lantaran itu diapun mengambil tindakan amat berani,


yang dengan demikian kekuasaan dapat membungkemkan kebenaran. Dia


memerintahkan membakar Ibrahim dengan api.


Apa salah lbrahim?


Kesalahannya tidak, cuma dia tidak berkuasa. Yang salah dan yang zalim


ialah Namrudz, tetapi dia berkuasa. Niscaya yang dibakar ialah lbrahim.


Syukurlah Allah mempertunjukkan kekuasaanNya yang lebih tinggi.


Ibrahim tidak hangus badannya dalam unggun api, bahkan sihat wal-afiat


dan keluar dengan selamat. Keluar dari dalam unggunan api dengan selamat,


makadiapun berangkat meninggalkan negeri itu. Sementara menanglah Nam￾rudz sebab gangguan tidak ada lagi. Tetapikemenangan penghabisan didapat￾


lah oleh lbrahim, menegakkan keyakinan kepada Allah yang Maha Kuasa, yang


disambung oleh anak-cucunya.


ceritera Ibrahim dengan Namrudz ini, demikian pula ceritera sesudah￾nya, yaitu tatkala Musa.menghadap Fir'aun, bukanlah kecil bekas yang di￾tinggalkannya di dalam hati orang yang beriman. Di sini kita dapai -!ng- gambarkan seorang raja perkasa dengan pakaian kebesaran, e-ur dun p"ruf,


sutera dan dewangga, disembah dipuja oleh dayang-dayang dan inang-pe￾ngasuh, dijunjung dan disembah oleh rakyat, dikelilingi oleh menteri-menteri


dan orang besar-besar. Tetapi masuk ke dalam majlis raja itu seorang yang


walinya hanya Allah. seorang yang jiwanya bebas dari benda. Dia masu[


dengan merasa tidak takut akan disiksa dan dihukum, dan tidak merasa bahwa


raja itu lebih mulia daripada makhluk yang lain; sebab dia hanya sama-sama


alam bikinan Allah, dengan benda-benda lain yang ada di sekelilingnya. Maka


akhlak Nabi-nabi inilah hendaknya yang patut dijadikan contoh oleh wakil-wakil


Nabidi dalam dunia, yaitu ulama-ulama. sebab raja-raja itu menjadisombong


sebab dia telah mengetahui khadam-khadam dan budak-budak yang ada di


sekelilingnya. Mereka itu adalah budak-budak yang berebut kurnia, yang di


istana raja-raja Deli disebut Ayapan, yaitu makanan daram tempurung.


Menurut sebuah Hadis yang dirawikan oleh Ibnu AbiHatim dan Abusy￾syaikh daripada Zaid bin Aslai, bahwa tiap-tiap orang yang menghadap raja


Namrudz itu disediakan untuk mereka makanan yang enak-enak dan minum￾an yang sejuk lemak. Tetapi ketika akan masuk ke dalam ditanyai terlebih


dahulu satu demi satu, siapa Tuhan kamu. Masing-masing menjawab: "Tuhan￾ku adalah raja kita Namrudz." setelah memberikan jawaban demikian, baru


boleh masuk ke dalam dan makan sekenyang-kenyangnya. Lalu tiba giliran


Ibrahim, diapun hendak masuk dan perutnya lapar. Lalu ditanyai pula: 'Siapa


Tuhan kamu?" Beliau menjawab: "Tuhanku Allah, yang menghidupkan dan


mematikan." Namrudz, menjawab: "Akulah yang menghidupkan dan me￾matikan." sambil menunjukkan kekuasaannya memberi makan orang dan


tidak ada yang akan membantah, kalau dia menyuruh bunuh 


""r"orurrg. Lulu


Ibrahim menjawab dengan tegas; "Tuhanku itu menerbitkan matahari dari


timur ke barat; coba engkau terbitkan dia dari barat ke timur!" Raja terdiam


mendengar jawab setepat itu, sehingga tidak dapat berkata sepatah juapun lpgi.


Tetapi seketika Nabi Ibrahim selesai menjawab pertanyaan yung gunlil puJu


pandangan isi istana itu, sebab berani bercakap keras di hadapan iulu, tidukluh


beliau dipersilahkan makan, sehingga beliau pulang dengan perut lapar. Tetapi


beliau tidak peduli akan hal ini, sebab yang memberinya makan bukan Nam- rudz, melainkan Allah Tuhan Yang Kaya.


Di sini ditunjukkan bahwa penegak kebenaran tidaklah dapat dibeli; tidak


dengan sesuap nasi, bahkan tidak dengan setumpukan gunung.


(259) Atau seperti seorang yang per￾nah melalui sebuah negeri, se￾

dang negeri itu telah runtuh ba￾ngunan-bangunannya. Dia ber￾kata: Bagaimanakah agaknya ke￾lak Allah akan menghidupkan￾nya sesudah matinya? Maka di￾matikanlah dia oleh Allah seratus


tahun, kemudian itu Dia bangkit￾kan kembali. Bertanya Dia: Be￾rapa lamanya engkau telah ter￾diam? Dia menjawab: Aku telah


berdiam sehari atau sebahagian


hari. Berfirman Dia: Bahkan eng￾kau telah berdiam seratus tahun.


Maka lihatlah kepada makanan￾mu dan minumanmu itu, tidaklah


dia berubah. Dan lihatlah kepada


keledaimu! Dan oleh karena


Kami hendak menjadikan eng￾kau suatu tanda bagi manusia.


Dan lihatlah kepada tulang￾tulang itu, betapa Kami mem￾bangkitkannya kembali, kemu￾dian Kami pakaikan kepadanya


daging. Maka tatkala telah jelas


kepadanya, berkatalah dia:


Tahulah aku (sekarang) bahwa￾sanya Allah atas tiap-tiap sesuatu


adalah Maha Kuasa.


(260) Dan ingatlah tatkala berkata


Ibrahim: Ya Tuhanku! Perlihat￾kanlah kepadaku bagaimana


Engkau menghidupkan orang


yang telah mati. Berfirman Dia:


Apakah engkau tidak percaya?


Berkata dia: Sekali-kali bukan


begitu, akan tetapi untuk me￾netapkan hatiku. Berfirman Dia:


Kalau begitu, ambillah empat


ekor burung dan jinakkanlah dia


kepada dirimu, kemudian letak￾kanlah di atas tiap tiap gunung


daripadanya sebahagian-sebaha￾gian, kemudian itu panggillah me￾


reka, niscaya mereka akan da￾tang kepada engkau dengan se￾gera. Dan ketahuilah bahwasa￾nya Allah adalah Maha Gagah,


lagi Maha Bijaksana!


Telah dikatakan: "Allah menjadi wali daripada orang-orang yang beriman."


Maka Ibrahim a.s. berhadapan dengan Raja Namrudz, Tuhan telah memberi￾nya bimbingan bagaimana menghadapi orang yang seperti demikian, sehingga


mulutnya bungkem terdiam tidak dapat menjawab. Maka kepada orang-orang


yang beriman itu, Allah selalu memberikan petunjuknya dengan berbagai


macam cara. Satu cara lagi ialah sebagai yang diceriterakan pada ayat selanjut￾nya:


"Atau seperti seorang yang pernah melalui satu negeri, sedang negeri itu


teloh runtuh bangunan-bangunannya." (pangkal ayat 259). Di dalam ayat


tidaklah disebutkan siapa orang itu dan dimana negeri itu, tetapiahli-ahlitafsir


mencoba juga menaksir siapa orangnya dan di mana negerinya. Kata setengah￾nya orang itu ialah seorang Nabi, kata yang lain ialah seorang yang amat shalih.


Dalam satu perjalanan dia melalui satu negeri yang telah runtuh, pohon-pohon


telah tinggi-tinggi, tidak ada manusia yang mendiaminya lagi. Dan bangunan￾bangunannya telah runtuh, hanya bertemu saja bekas dari suatu negeri yang


dahulu pernah didiami manusia. Dalam kitab-kitab Melayu lama diungkapkan:


"Telah jadi padang tekukur." Melihat keadaan yang demikian "Dio berkota:


Bogaimanakah agaknya kelak Allah akan menghidupkannya sesudah mati


nyo?" Itulah pertanyaan yang timbul dalam hati Nabi atau orang shalih yang


mengembara itu. Bisakah agaknya negeri ini dibangun Allah kembali? Dan


bagaimanakah cara pembangunannya? Padahal yang tinggal hanya bekas￾bekas negeri saja? Setelah dia bertanya-tanya demikian dalam hati sendiri


"maka dimatikanlah dia oleh Allah seratus tohun, kemudian itu, Dia bangkit￾kan kembali. " Menurut keterangan setengah ahli tafuir, bukanlah dia terus


dimatikan, tetapi diperbuat Allah sebagai keadaan penghunigua (Kahfi) yang


ditidurkan 309 tahun lamanya. Karena sebagai tersebut di dalam surat 39 (az￾Zumar, agat42),seketika orang itu tidur, dia diwafatkan oleh Allah dan kalau dia


telah benar-benar dimatikan, maka roh itu tidak dikembalikan lagi kepada


badannya, sehingga tidurlah dia buat selama-lamanya. Maka setelah seratus


tahun lamanya Nabi atau orang shalih itu diwafatkan, diapun dibangkitkan


Tuhan kembali. Setelah dia dibangunkan kembali "Bertanya Dia (Tuhan): Be￾rapa lamanya engkau telah diam? Dia menjawab: Aku telah berdiom sehari


atau sebahagian hari." Dia menjawab demikian karena dari sangat enaknya


tidur, perasaan telah dicabut dari badannya. Sedangkan kita tidur biasa se￾panjang malam dapat merasakan hanya sebentar saja, padahal orang yang


matanya tidak mau tertidur, yang berbaring di dekat kita merasakan malam


terlalu panjang. Tidaklah dia tahu bahwa dia telah ditakdirkan Tuhan tertidur,laksana mati sampai seratus tahun. Maka "bey'irman Dia: Bahkan engkau


telah berdiam serofus tahun." Setelah Tuhan merhberitahukan kepadanya


bahwa dia telah dihilangkan perasaan selama seratus tahun, barulah dia tahu.


Padahal setelah dibangunkan dari tidurnya, dia hanya merasa sebagai tidur


sehari atau setengah hari saja. Selanjutnya Tuhan bersabda: "Maka lihatlah


kepada makananmu dan minumanmu itu, tidaklah dia berubah. " Tuhan tidak


menyebutkan di dalam ayat, makanan apakah yang tidak berubah keadaannya,


artinya masih bisa dimakan, padahal sudah terletak selama seratus tahun.


Niscaya inipun adalah salah satu dari ayat ketentuan Allah jua adanya. 'Don


lihatlah kepada keledaimu!" Menurut ahli tafsir, dia disuruh memperhatikan


keledainya yang telah lama.mati dan telah berserak-serak tulang-tulangnya,


membuktikan bahwa memang masa dia tertidur itu sudah berlalu lama sekali,


yaitu 100 tahun. Setengah ahli tafsir lagi menafsirkan, bahwa dia disuruh


memperhatikan keledaiitu, karena dia bukan dimatikan pula, melainkan masih


tetap hidup, sebagai makanan yang seratus tahun tidak berubah itu. Selanjut￾nya Tuhan bersabda: "Dan oleh karena Kami hendak menjadikan engkau


suatu tanda bogi monusio." Artinya bahwa tidurmu yang sudah laksana mati


selama seratus tahun adalah untuk menjadi tanda bukti kekuasaan Allah bagi


manusia. Orang yang telah hilang tidak tentu ke mana perginya, sudah seratus


tahun, niscaya sudah dihitung mati oleh kaum keluarganya yang tinggal.


Masa seratus tahun adalah masa sekurang-kurangnya3 atau4 perselisihan


(generasi). Nenek-moyang seratus tahun yang lalu tentu berceritera kepada


anak-cucu bahwa ada nenek-moyang mereka yang hilang tidak pulang-pulang


lagi. Kemudian setelah seratus tahun diapun pulang kembali. Di dalam setengah


tafsir dikatakan bahwa setelah dia pulang kembali, didapatinya cucunya telah


tua-tua bungkuk penuh uban, sedang keadaan dirinya tidak banyak perubahan.


Ditunjukkannya bukti-bukti tentang siapa dirinya, siapa keluarganya, yang


semuanya tidak dapat dibantah orang, hampir sama kejadiannya dengan kisah


penduduk Kahfi. Maka bertambah percayalah manusia-manusia itu akan ke￾kuasaan Tuhan: "Dan lihatlah kepada tulang-tulang itu, betapa Kami mem￾bangkitkannya kembali kemudian Kami pakaikan kepadonyo doging. " Kalau


menurut jalan penafsiran satu golongan tadi, bahwasanya keledai itu telah


tinggal tulang yang berserak-serak, maka dengan lanjutan ayat ini Tuhan


bersabda'bahwa tulang yang berserak itu sekarang diberi berdaging kembali


dan hidup. Dan menurut Syaikh Muhammad Abduh, sabda Tuhan iniadalah


pandangan yang umum, bahwasanya tulang, sebagai rangka badan manusia,


atau sebagai rangka binatang. Maka kuasalah Tuhan memberinya bungkusan


dengan daging, sejak dari masa mulai lahir ke dunia sampai besar dan mati.


Tuhan yang Maha Kuasa menumbuhkan daging dan tulang menjadi tubuh,


sejak masa kecilsampai berhentihidup, adalah satu Qudratlradat llahiMaha


Besar. Lantaran itu maka membangun kembali .negeri yang telah runtuh,


sehingga hidup kembalidengan lincahnya, bukanlah barang yang mustahilbagi


Tuhan. Dan kelak bila kiamat datang, manusiapun dibangkitkan kembalibuat


menempuh hidup akhirat, pun bukan hal yang mustahil bagi Tuhan. "Maka


tqtkala sudoh jelas kepadanya, berkatalah dia: Tahulah aku (sekarang)bahwasonya Allah atas tiop-tiap sesuofu odalah Maha Kuasa." (ujung ayat


259).


Keterangan: Ahli-ahli tafsir setengah berpendapat bahwa orang yang di￾sebutkan ini mungkin seorang Nabi, ataupun mungkin seorang yang amat


shalih, yang telah mencapai derajat shiddiqin. sebab itu untuk menambah


keyakinannya kepada Tuhan, maka Tuhan telah mempertunjukkan ayat-ayat


(bukti-bukti) kebesaran dan kekuasaanNya itu kepadanya. sebab kepada


orang yang hatinya telah kufur, tidaklah ruhan akan berkenan menunjukkan


yang demikian. Menjadi tafsir lagi dari ayat bermula diatas, bahwasanya Ailah


telahmenjadiwali daripada orang yang beriman, mengeluarkan mereka dari￾pada gelap kepada cahaya. sedang orang yang kafir walinya ialah thaghut;


mengeluarkannya dari cahaya kepada gelap.


Yang kedua, teranglah bahwa tidur nyenyak seratus tahun, atau tulang


diberi pakaian daging kembali, atau makanan tidak rusak selama seratus tahun,


semuanya ini termasuk ayat kebesaran Allah. Yang bila terjadipada Nabi-nabi


mu'jizat namanya. Adapun mu'jizat bukanlah perkara yang mustahil pada akal,


cuma berbeda daripada yang kebiasaan. Tidur seratus tahun bukanlah hal yang


mustahil. Sebab telah pernah ada orang yang tertidur nyenyak sampai 5,500


hari, atau 15 tahun, yang diceriterakan orang kepada sebuah majalah ilmu


pengetahuan al-Moktataf pada tahun 1904 di Mesir. Tidur 15 tahun bukanlah


mustahil, tidak masuk akal, cuma jarang sekali terjadi. Jarang terjadi, bukan


berarti tidak bisa kejadian. Maka keterangan al-Quran ada orang tidur 100


tahun atau 309 tahun, memanglah hal yang sangat jarang terjadi. Itulah dia yang


ayat atau bukti kebesaran Allah. Dan kita sebagaiMuslimpun tentu tidak akan


segera menerima saja perkhabaran begini dari manapun datangnya, kecualiapa


yang telah dikatakan oleh al-Quran ini.


Kemudian Tuhan menunjukkan lagi contoh yang ketiga tentang bagaimana


Allah memimpin orang yang beriman, untuk mengeluarkan mereka daripada


gelap kepada terang-benderang. Ini terjadi pada Nabi Ibrahim a.s. sendiri.


"Dan ingatlah tatkala berkata lbrahim: Ya Tuhanku! Perlihatkanlah


kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang yang telah mati. Ber￾firman Dia: Apakah engkau tidak percaya? Berkata dr'.a: sekoli-kali bukan


begitu, akan tetapi untuk menetapkan hatiku." (pangkal ayat 2@1.


Pada ayat ini teranglah bahwa Nabilbrahim ingin menambah pengetahuan￾nya. Dia ingin kenaikan derajat imannya daripada Ilmul-Yaqin menjadi'Ainul￾Yaqin. oleh sebab itu kalau dia memohon kepada Allah supaya AIIah memper￾lihatkan kepadanya bagaimana Allah menghidupkan orang yang telah mati


kelak, bukanlah karena dia tidak percaya atau kurang percaya. Tuhan me￾nanyakan kepadanya apakah dia tidak percaya? Bukan berarti bahwa Tuhan


tahu bahwa belum percaya Ibrahim akan sabda Tuhan. Pertanyaan Ibrahim


kepada Tuhan yang demikian samalah dengan keadaan yang telah kita alamidi


zaman moden ini. Semua orang yang menaruh pesawat televisi di rumahnya,


sudah tahu bahwa dari tempat jauh kita dapat melihat rupa orang yang sedang


bercakap atau menyanyi dengan melihatnya di layar televisi. Tetapi ada pula

orang yang mau tahu bagaimana seluk-beluk pesawatnya, sehingga dipelajari￾nyalah lebih mendalam lagi. Dia sudah percaya, tetapi dia inqin nrenambah


pengetahuannya, sehingga derajat kepercayaan naik setingkat lagi. Maka


diperkenankan Tuhanlah permohonan Khalil Allah Ibrahim itu: "furfirman Dia:


Kalau begitu ambillah empat ekor burung dan jinakkanlah dio kepada dirimu.


Kemudion letakkanlah di ofos tiap-ttap gunung daripodanya sebahagian￾sebahagian, kemudian itu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang


kepada engkau dengan segera. Dan ketahuilah bahwasanya Allah adalah


Maha Gagoh,lagi Maha Bijaksana." (ujung ayat 250).


Menurut tafsir yang umum, Tuhan memerintahkan lbrahim mengambil


empat ekor burung Ialu diajar dan diasuh, sehingga dia jinak benar-benardapat


disuruh terbang dan dapat dipanggilkembali. Dapat kita umpamakan sebagai


orang mengajar burung merpati buat mengantar-antarkan surat, sehingga ke


manapun dia lepaskan, karena dia sudah diajar jinak, diapun mesti kembali


pulang juga. Kata tafsir itu selanjutnya, Tuhan memerintahkan menyembelih


keempat burung itu dan mengocoknya jadi satu, lalu dibagi-bagi dan sebaha￾gian-sebahagian diantarkan ke puncak gunung. Apakah Ibrahim sendiri yang


mengantarkan atau orang lain yang disuruhnya, tidaklah dijelaskan. Kemudian


burung-burung yang telah cair dan dibagi-bagi itu dipanggil pulang kembali,


maka merekapun telah pulang lengkap dengan tulang, daging dan bulunya


masing-masing, persis burung-burung yang telah dicencang itu.


Tetapi seorang ahli tafsir lagi, Abu Muslim, yang kadang-kadang penafsi￾rannya lebih bebas daripada cara penafsiran yang lain, dia berkata bahwa di


dalam ayat itu sendiri tidak dijelaskan bahwa burung-burung itudisembelih dan


dicencang dan setelah dikocok baru sebahagian-sebahagian diantarkan ke


puncak gunung. Kata beliau, burung yang telah dijinakkan, kalaupun dikirim ke


mina jauhnya, sebab dia telah jinak, dia pasti akan pulang kembiti. Kalau telah


dipanggil niscaya dia akan pulang segera.


Demikian penafsiran dari Abu Muslim. Dan dia melanjutkan bahwasanya


Tuhan menunjukkan kepada Ibrahim, bahwa laksana burung-burung yang


telah dijinakkan itulah kelak roh-roh manusia akan datang kembali [epadi


Tuhan apabila panggilan kiamat sudah datang. Malaikat (lsrafil) akan mem￾bunyikan serunai sangkakala; maka akan bangkitlah seluruh manusia dari alam￾nya memenuhi panggilan itu, laksana burung jinak yang telah terbang jauh akan


pulang segera setelah dia dipanggil kembali oleh yang menjinakkannya.


Untuk menambah keterangan bolehlah kita ingat bahwa orang-orangyang


menjinakkan burung-burung itu, baik burung merpati pengantar surat, atau


burung elang pemburu, ada yang memanggilnya kembali dengan siul, ada juga


dengan melambai-lambaikan kain putih. Dalam Sejarah Islam, Hasan shabah


pemimpin kaum Bathiniyah atau Hasysyasyin menjinakkan beratus-ratus ekor


burung merpati yang dipergunakannya mengantar surat atau membawa kem￾bali surat dari agen-agennya yang tersebar pada masa itu di negeri-negeri Islam


diTimur Tengah.


Kita kemukakan kedua macam penafsiran itu, yang keduanya sama boleh


dipakai. Dan penafsiran Abu Muslim bukanlah memperingankan nilai ayat,tetapi memperdekat kepada faham kita dengan cara mentamsilkan penjinak￾an burung. Artinya ke manapun terbangnyajiwa kita, oleh karena kita telah


terikat kepada Tuhan, bila datang penggilan, kita pastipulang kembali, laksana


"ayam pulang ke pautan, itik pulang ke kandangnya."


Yang menjadi pangkal perbedaan pendapat tentang tafsir ini di antara


sebahagian terbesar (jumhur) dengan kebebasan berfikir Abu Muslim, ialah


karena terdapatnya kata-kata Juz-an, yang berarti sebahagian-sebahagian,


sehingga menimbulkan kecenderungan fikiran bahwa sesudah burung-burung


itu disembelih lalu dikocok jadisatu, lalu dibagi-bagisebahagian-sebahagian dan


tiap bahagian diantar ke satu gunung. Tetapi Abu Muslim tidak dapat menerima


jika kata "sebahagian-sebahagian" itu dipastikan sesudah disembelih. Bahkan


keempat burung jinak itu telah dibagibagi tempatnya, namanyapun "sebaha￾gian-sebahagian" juga. Demikian pendapat beliau.


Dalam tafsir yang umum itu terdapat juga beberapa perselisihan. Satu tafsir


menyatakan bahwa keempat macam burung itu ialah ayam jantan putih, gagak


hitam, merpati hijau dan burungherak. Dalam tafsir lain dikatakan seekor itik,


seekor burung unta, seekor ayam jantan dan burung merak. Dan ada lagi


riwayat lain, bukan merpati tetapi burung elang. Kemudian terdapat pula


perlainan penafsiran tentang gunung itu; kata setengah tafsir adalah empat


gunung, di timur, barat, utara dan selatan. Kata setengahnya pula tujuh gunung.


Disebutkan bahwa burung-burung itu dicencang lumat, dikocok sehingga


menjadi satu di antara daging, tulang, darah dan bulu-bulu burung itu yang telah


cair. Lalu diantarkan ke gunung. Satu riwayat lagi mengatakan bahwa empat


kepala burung itu dipegang beliau, atau diinjak beliau dengan kakinya. Maka


setelah beliau panggil, datanglah burung-burung itu berkumpul di hadapan


beliau dengan tidak berkepala. Dan setelah tiba di hadapan beliau, barulah


semuanya bertaut dengan kepalanya.


Setengah penafsir mengartikan Fashurhunno dengan potong-potong dan


robek-robeklah dia. Setengah penafsir lagi mengartikan, jinakkanlah dia kepada


dirimu. Tetapi kata-kata sembelihlah dia lebih dahulu, tidaklah terdapat di


dalam ayat. Dan kalau Fashurhunno diartikan dengan potong-potonglah dia,


robek-robeklah dia, tidaklah perlu dipakaiMuta'addinya dengan lloiko kepada


engkau. Bahwa Nabi Ibrahim memegang kepala burung itupun tidak ada dalam


ayat. Ini hanyalah semata-mata tafsir!


Menilik kepada penafsiran yang umum ini, dengan ayat ini mereka hendak


menguatkan bahwasanya Tuhan mempertunjukkan kemaha-kuasaanNya ke￾pada Nabi lbrahim dengan jalan mengocok jadi halus seluruh tubuh empar ekor


burung, antarkan ke gunung, lalu panggil pulang; semuanya datang.


Jika sekalilagidibaca ayat dengan seksama, tidaklah terdapat bahwa Nabi


Ibrahim mengerjakan sepanjang yang disabdakan Tuhan itu.


"Ambillah empat ekor burung, dan jinakkanlah dia kepada dirimu, kemu￾dian letakkanlah di atas tiap-tiap gunung daripadanya sebahagian-sebaha￾gian, kemudian itu panggillah mereka, niscaya mereka akan datang kepada


engkau dengan segera."

Di sini maka timbul faham dari Abu Muslim bahwa maksud ayat iniialah


bahwa Tuhan mengumpamakan panggilan manusia sesudah mati, akan dihi￾dupkan kembali ialah sebagai orang menjinakkan empat ekor burung. Apabila


burung-burung itu telah jinak, ke manapun dia diantarkan, walaupun ke puncak


sebuah gunung yang tinggi, datang waktunya dia mestipulang kembalike dalam


kandang aslinya di dekat tuan yang mengasuhnya.


Manakah di antara kedua penafsiran iniyang sesuaidan lebih dekat kepada


faham kita di zaman ini, terserahlah kepada kita semuanya. Dan dengan


mendekati penafsiran yang dikemukakan oleh Abu Muslim, tidaklah kita akan


keluar daripada lingkaran kebenaran, sebab al-Quran masih dapat ditinjau


tafsirnya kembali, walaupun penafsiran yang lama sudah menafsirkannya ter￾lebih dahulu. Dan dengan kata penutup ayat, menyuruh kita ingat dan mengeta￾hui bahwa Allah adalah Maha Gagah dan Bijaksana, dapatlah kita fahamkan


betapa Allah mengurniakan kegagahanNya itu kepada manusia, sehingga


manusia sanggup menguasai burung-burung liar di hutan, dan dengan kurnia


bijaksana Tuhan, manusiapun dapat pula menjinakkan dan mengajar burung￾burung itu, sehingga dapat diambil faedahnya.


Dan semua ayat ini, baik orang shalih yang ditidurkan 100 tahun, atau


keahlian Ibrahim yang dapat mengalahkan hujjah raja Namrudz, atau tentang


menjinakkan burung-burung atau menurut penafsir yang tadi memotong￾motong burung adalah sebagai pelengkap dari a9at257 di atas tadi, bahwasanya


Allah menjadi Wali daripada orang yang beriman sehingga dengan berkat


kurnia perwalianNya orang-orang yang beriman itu dikeluarkanNya daripada


gelap-gulita kepada terang-benderang; berbagai ilmu pengetahuan buat per￾kembangan akal, dan berbagai rahasia ghaib sebagai penerangan rohani akan


diberikan oleh Tuhan. Sebaliknya orang yang berwalikepada thaghut, bertam￾bah lama mereka akan bertambah gelap, sebab mereka dibawa daripada


tempat terang ke tempat gelap.


(261) Perumpamaan orang-orang yang


membelanjakan hartabenda me￾reka pada jalan Allah, adalah


laksana satu biji menumbuhkan


tujuh arai; pada tiap-tiap satu arai


ada seratus biji. Dan Allah akan


menggandakan (pahala) kepada


barangsiapa yangdikehendaki￾Nya dan Allah adalah Maha


Luas, lagi Mengetahui.


z - o)zz>lz 2 2z i. r.a


WCCr' bt'i'-all}:,


4,tcueif ,f il


2 z2)z-z L-.tr.- z)Q) t I


',*_a1: rilll+ ,F


LI z). E'


@*ai'n;{:^-e


(262) Orang-orang yang membelanja￾kan hartabenda mereka oada ", i t , 


/ .^


jalan Allah kemudian itu iidak f )'W q



mereka iringkan apa yang telah


mereka belanjakan itu dengan


membangkit-bangkit dan tidak


dengan menyakit; untuk mereka


pahala disisiTuhan mereka, dan


tidak ada ketakutan atas mereka


dan tidaklah mereka akan ber￾dukacita.


(263) Suatu kata-kata yang patut dan


menurup (rahasia) lebih baik


daripada sedekah yang diiringi


dengan menyakiti; dan Allah ada￾lah Maha Kaya, lagiMaha Sabar.


irr-,. 4. . t. a-.


s;ilYe U, l.i,ijlL. rry)


lf c z zz Jr)-r


Mengurbankan Horta


Talsir AI-Azhar (Juzu' 3)


o2a d


iL.;


. -.. .rt.L tr:Yt'r]


z )2..,1 


--


@ .,y;4d Y-r


lloz lz -zz tt ,.a trr/


. t. F cF osp Jf


oL It zZ z)t.z ./1-z)zoz @# qnit is:lr*r-i,


Apabila cinta dan takwa telah berpusat kepada Allah, maka hartabenda


dunia tidaklah lasimengikat mengebat hati orang yang beriman. Hidup yang


dermawan adalah bukti yang amat nyata dari Iman dan Tauhid. Kalau hati


masih lekat kepada hartabenda sehingga menimbulkan bakhil, kikir, sempelit,


kedekut, tandanya sisa syirik masih ada dalam hati. Tandanya hartabenda itu


masih dipersekutukan dengan Allah. Oleh sebab itu maka pada ayat-ayat yang


berikut ini Tuhan memberikan didikan agar murah-hati, murah-tangan, ter￾utama di dalam menegakkan jalan Allah. Jalan Allah itu amat luas dan me￾ngandung berbagai macam segi, yang semuanya menghendaki pengurbanan


hartabenda. Kadang-kadang timbul peperangan menegakkan agama Allah; dia


menghendaki pengurbanan hartabenda. Kadang-kadang fakir-miskin mesti


dibantu; dia menghendaki pengurbanan hartabenda. Kadang Da'wah Islam


hendak disampaikan kepada orang yang masih jahil. Kadang-kadang pen￾didikan agama pada kanak-kanak mesti disempurnakan. Kadang-kadang mes￾jid yang baru mesti didirikan. Atau rumah yatim-piatu, rumahsakit dan lain-lain,


dan seribu macam lagi yang lain. Semuanya menghendaki pengurbanan harta￾benda. Sebab itu maka tiap-tiap orang yang mengakuiberiman, wajiblah rendah


hati mengeluarkan hartabenda pada jalan Allah. sebab itu pula maka didalam


al-Quran kadang-kadang disampaikan seruan berkurban harta itu dengan


Targhib, rayuan dan janji gembira, sebagai pada ayat yang terdahulu Tuhan


bertanya siapa yang sudi meminjamkan harta kepada Allah. Kadang-kadang


bersifat Tarhib, sebagai ancaman kepada orang yang bakhil, akan ditunggang￾balikkan ke dalam neraka bersama harta yang disimpannya dengan sifat


bakhilnya itu.

Maka di dalam surat al-Baqarah ini sesudah hampir sampai ke akhirnya


bertemulah 14 ayat berturut-turut menerangkan kepentingan menafkahkan


hartabenda, menghilangkan sifat-sifat bakhil dan memberikan tuntunan bagai￾mana caranya bersedekah yang diridhai oleh Allah. Dan nampaklah pula disini


bahwasanya bersedekah, memberikan bantuan kepada orang-orang yang patut


dibantu, lain tidak adalah hasildaripada iman yang mendalam. Dan keua[niun


adalah gejala daripada diri yang telah diperbudak oleh harta, yang akhir


kelaknya akan membawa kepada syirik jua.


Sekarang datanglah ayat Targhib:


"Perumpamaan orong-orang yang membelanjakan hartabenda mereka


pada jalan Allah adalah loksono satu biji menumbuhkan tujuh oroi. " (pangkal


ayat 26L). Ingatlah arai pinang atau arai kelapa. Dan kalau pada padi disebut


tangkai. 'Pada tiap-tiap satu arai ada serafus bi'i. " Dengan demikian diberikan￾lah targhib bahwasanya satu kebajikan ditanamkan akan bergandalah hasilnya


sampai tujuh kali seratus. Dengan demikian dijelaskanrah bahwasanya pe￾ngurbanan harta menegakkan jalan Allah bukanlah merugikan, tetapi memberi￾kan untung. Dimisalkan sebagai seorang hartawan-dernawan mendirikan se￾buah sekolah Dasar dalam sebuah desa atau kampung yang miskin, sehingga


anak-anak tak usah belajar ke tempat jauh, dapat belajar di kampung mereka


sendiri. Beratus anak dikirimkan orang menjadi murid tiap-tiap tahun dan


beratus pula yang melanjutkan sekolahnya kepada yang lebih atur, dun beratus


pula yang telah berkecimpung dalam masyarakat. Kadang-kadang orang yang


mendirikan bermula itu telah lama meninggal, tetapi bekas tangannya sebuoh


rumah sekolah sebagai biji yang pertama, telah menghasilkan buah berpuluh


ataupun beratus, bahkan beribu dari tahun ke tahun. Kalau Tuhan mengatakan


bahwa hasil itu ialah tujuhratus, bukanlah mesti persis tujuhratus, melainkan


beribu-ribu.


Yang dapat mengenal dan menginsafi hal ini tentu saja orang yang beriman.


Adapun orang yang mementingkan diri sendiri dan diperbudak harta, yang


dipandangnya hanyalah berat mengeluarkan yang sebr)i dari dalam pundi


pundinya, dan tidak diingatnya 700 laba keuntungan untuk membina jalan Ailah


yang akan dihasilkan oleh apa yang dikeluarkannya itu. Itu sebabnya maka


lanjutan ayat demikian bunyinya: "Dan Allah akan menggandakan (pahala)


kepada barongsiapa yang dikehendakNya." Padahal akan digandakankepada


barangsiapa yang dikehendaki. Artinya sesudah yang 700 itu masih bisa diiipat￾gandakan lagi. siapakah yang dikehendakiTuhan buat digandakan pahalanya


itu? Niscaya yang mengurbankan hartanya dengan ikhlas, bukan dengan riya'


dan bukan karena terpaksa dan segan-menyegan. orang yang ikhlas itu


menerima keuntungan dunia dan akhirat, berganda lipat, sehingga tidak se￾padan besar pahala yang diterima dengan pengurbanan yang diberikan, se￾hingga timbul sesal mengapa hanya sebegitu aku berikan dahulu, padahalaku


sanggup lebih. 'Don Allah adalah Maha Luas, lagi Mengetahui.,; (ujung ayat


2611.

Maha Luas, sehingga kalau seorang dermawan memberikan hartanya pada


jalan Allah dengan ikhlas, masih luas sumber rezeki terbuka buat penggantinya.


Maha Mengetahui pula akan keikhlasan hati hambaNya.


Kemudian diterangkanlah adab sopan-santun membelanjakan harta di


jalan Allah. "Orong-orang yang membelanjakan benda-bendo mereka pada


jalan Allah, kemudian itu tidak mereka iringkan opa yang telah mereka


belanjakan itu dengan membangkit-bangkit don tidok dengon menyakiti;


untuk mereka phalo di sisi Tuhon mereka, don tidak ada ketakutan atas


mereka dan tidaklah mereka akon berdukacita." (ayat 262l.


Pada ayat ini dituntun budi orang yang berkurban harta untuk jalan Allah


yang luas itu, supaya pemberian yang telah diberikan jangan hendaknya


dibangkit-bangkit. Sebab seorang yang membangkit-bangkit kembali pembe￾rian yang telah diberikannya, nyatalah bahwa dia tidak memberikarena Allah.


Seumpama seseorang yang telah memberikan bantuan mendirikan sebuah


tempat belajar agama. Satu kali dia telah memberi, tetapi belum mencukupi.


Pekerjaan itu belum selesai. Lalu orang datang lagi meminta perbantuannya.


Tiba-tiba disebut-sebutnya pemberiannya yang lama, mengapa datang lagi,


padahal tempohari saya sudah memberi bantuan. Padahal kalau dia suka 1,000


kali tidaklah ada salahnya.


Atau orang yang membantu seorang fakir-miskin sehingga orang itu bisa


membangun hidupnya lantaran perbantuan itu. Kemudian setelah hidup si


fakir-miskin itu berubah jadi baik, maka yang pernah memberinya bantuan itu


berkata: "Kalau bukan lantaran perbantuan saya tempohari, tidaklah dia akan


sesenang sebagai sekarang itu." Ini namanya membangkit-bangkit. Banyak


orang yang ribut dalam urusan-urusan kemasyarakatan, menyalahkan si anu,


memburukkan panitia, sebab dia telah berkurban, padahal pekerjaan belum


selesai. Dia sendiri yang menghancurkan nilai perbantuannya karena dibangkit￾bangkitnya.


Kemudian itu ialan menyakiti. Derma perbantuan diberikannya juga, tetapi


dilepaskannya dahulu mulut kasar. Mengapa datang meminta bantu ke mari,


mengapa maka tidak diurus sendiri di kampung itu, dan lain-lain sebagainya.


Atau membiarkan orang yang datang meminta bantu bercakap sepanjang￾panjangnya menerangkan maksudnya. Padahal yang diurusnya itu adalah


urusan masyarakat umum. Setelah dia payah bercerita baru diberi bantuan ala￾kadarnya, tidak sepadan dengan kepayahannya. Itupun termasuk menyakiti.


Maka membangkit-bangkit pemberian dan menyakiti hati orang yang


diberi, termasuklah akhlak yang rendah. Inilah orang yang tidak insaf bahwa


kekayaan dan rezekiyang diberikan Allah kepadanya, tidaklah akan ada artinya


kalau dia terputus dalam masyarakat. Berikanlah bantuan dan perbelanjaan


dengan hati tulus; pandanglah orang yang datang meminta bantu itu sebagai


alat dari Allah buat membuka pintu hati dan bungkusan uang, supaya di￾keluarkan kepada jalan yang baik.


Di ujung ayat Tuhan memberikan jaminan yang amat mulia kepada orang


yang dermawan. Jaminan yang selalu diberikan kepada orang yang beriman,

yaitu bahwa dia tidak akan ditimpa oleh perasaan takut, dan tidak pula oleh


perasaan dukacita. Dia tidak akan merasa takut bahwa hartanya akan ber￾kurang karena dia dermawan, yang pergi akan mendapat gantinya yang baru.


Dia kaya terus, tidak pemah miskin, sebab kekayaan itu berurat berakar pada


hatinya sendiri. Dan dia tidak akan merasa dukacita karena kekurangan atau


kehilangan. sebab dia tidak merasa berhutang kepada orang. Hatinya lapang


terus dan fikirannya terbuka.


Karena dia tidak merasa takut, niscaya yang ada ialah timbalan takut, yaitu


berani! Dia berani mengurbankan hartabendanya untuk keperluan jalan Allah


sebab dia yakin bahwa dia akan diganti oleh Tuhan dan dia tidak akan terlantar


kalau memberi..


Karena dia tidak merasa dukacita, niscaya yang ada ialah timbalannya,


yaitu gembira sukacita, muka selalu jernih berseri-seri. Karena sebagai orang


yang hidup di tengah masyarakat kaumnya, dia telah melakukan kehidupan


sekedar tenaga yang ada padanya. Dia tidak takut akan miskin. Dia tidak


dukacita kalau ada yang kurang. Gembira terus, sebab walaupun hartabenda


ini kadang-kadang datang dan kadang-kadang pergi, namun satu kekayaan


tidak pernah hilang dari dirinya, yaitu kepercayaannya kepada Tuhan.


Selanjutnya Tuhan bersabda: "Suatu kata-kata yang patut dan menutup


(rahasia) lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti; dan


Allah adalah Maha Kaya,lagi Maha Sobor." (Avat 263).


Kadang-kadang sedang tidak ada yang dibantukan dan akan diberikan.


Kadang-kadang keadaan diri sendiri sedang susah pula. Datangorangmeminta


bantu. Maka bukanlah bantuan harta saja yang perlu bagi orang itu. Mulut


manis dan kaya yang jujur kadang-kadang membuat hatinya puas juga, warau￾pun dia tidak mendapat. Inilah yang dinamai Qaulun Ma' rufun.Kata yang patut


dan sopan, kata yang mengobat hati. Misalnya: "saya sangat menyesar sekali


kedatangan saudara kepada saya pada waktu ini terpaksa tidak berhasil, sebab


sayapun dalam kesusahan. Tetapi sukakah saudara saya tolong denganjalan


lain? Bawalah surat kecil saya ini kepada si Fulan; pada fikiran saya dia dapat


membantu saudara!" Itupun sudah namanya pertolongan. Sebagaimana pe￾patah orang tua-tua kita: "Nasi dimakan akan habis, kain dipakaiakan lusuh,


uang dibelanjakan akan habis. Tetapi mulut yang manis dan budibahasa yang


baik lebih berkesan ke dalam hati daripada nasi, kain dan uang." Kemudian


dituntunkan lagi supaya menutup rahasia. sebab ada orang yang kadang￾kadang amat malu membuka rahasia kesusahan hidupnya kepada orang lain.


Kalau tidiklah sangat terdesak, tidaktah dia akan datang meminta bantu


kepada saudara. Dan niscaya dia telah menduga-duga bahwa maksudnyatidak


akan dihampakan. Kalau kejadian yang seperti itu, dan saudara sanS;up


memberinya bantuan, berikanlah bantuan itu dengan diam-diam, dan tutup


rahasianya supaya jangan sampai ketahui orang lain bahwa dia pernah meminta


bantu kepada saudara. Biasakanlah mengirimkan pos wessel kepada orang


yang patut dibantu dengan tidak menuliskan alamat, sehinqga dia sendiripun


tidak tahu dari mana dia mendapat bantuan. Di ujuirg ayat disebutkanlah sifat

Tuhan, bahwa Tuhan Maha Kaya; oleh sebab Tuhan Maha Kaya, maka


janganlah ragu'ragu membantu orang yang susah. Pasti akan diganti Tuhan


dengan yang lebih banyak. Disebut pula sifat Tuhan Maha Sabar, karena tidak


lekas dinyatakanNya hukumanNya kepada orang yang suka membangkit￾bangkit dan menyakiti. Namun lamalama hukuman Tuhan itu akan datang


juga. Orang-orang yang demikian, dengan tidak sadar, lama-lama akan ber￾tukar menjadi budak daripada hartanya, sesudah tadinya dia masih menguasai


harta itu.


(264) Wahai orang-orang yang ber￾iman! Janganlah kamu rusakkan


sedekah kamu dengan mem￾bangkit-bangkit dan menyakiti,


sebagaimana orang yang mem￾belanjakan hartanya dalam ke￾adaan riya' terhadap manusia,


dan tidak dia'beriman kepada


Allah dan Hari Kemudian. Per￾umpamaan orang ini adalah lak￾sana satu batu tandus yang di


atasnya ada tanah-debu, lalu dia


ditimpa oleh hujan lebat, maka


jadilah dia licin. Tidaklah mereka


berdaya sesuatupun atas apa


yang telah mereka usahakan itu.


Dan AIlah tidaklah memberikan


petunjuk kepada orang yang


kafir.


(265) Dan perumpamaan orang-orang


yang membelanjakan harta￾benda mereka karena meng￾harapkan ridha Allah dan untuk


meneguhkan (keyakinan) dalam


diri mereka, adalah laksana se￾buah kebun di tanah subur, di￾timpa dia oleh hujan, maka da￾tanglah hasilnya berlipat dua.


Maka walaupun dia tidakditimpa


hujan, hujan rintikpun jadilah.


Dan Allah atas apa yang kamu


kerjakan adalah melihat. Adakah suka seseorang diantara


kamu bahwa ada baginyasebuah


kebun dari korma dan anggur,


yang mengalir padanya sungai￾sungai, dan ada pula baginya di


kebun itu berbagai macam buah￾buahan dan diapun telah dijelang


tua dandiapun mempunyai anak￾cucu yang lemah-lemah. Maka


menyeranglah kepadanya angin


puting-beliung dan padanya ada


api, maka terbakarlah (kebun


itu). Demikianlah Allah menjelas￾kan ayat-ayatNya kepada kamu,


supaya kamu berfikir.


i)"|$$ti.C5 r'At,jl


. aaa..att. t, .u 


-.a zit grj-U -zt)


)U + )l,a,elkUU rLi*


'ki; *gt *'l'tga;n


z 2i -., -JOL- 



. .


gp .-:/-!lr.C,-


,y;U:i3Kif .':1';;1


z 2zlz-tr-a t .a zolz


qW,,.l;YTVCrst,lwte


Kemudian dijelaskan lagi bahwasanya sedekah atau pengurbanan harta￾benda yang diberikan dengan diiringioleh membangkit-bangkit dan menyakiti,


adalah perbuatan yang sangat rendah.


"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu rusakkan sedekah


kamu dengan membangkifbangkit dan menyakifi." (pangkal ayat 264). Ter￾lebih dahulu Tuhan Allah menyebut tuah dari manusia yang diseru dengan ayat


ini, yaitu orang yang beriman. Dengan menyebut itu terlebih dahulu, dapatlah


orang merasakan, kalau dia mengaku beriman, bahwa membangkit-bangkit


dan menyakiti kepada yang diberi sedekah adalah merusakkan sedekah itu


sendiri. Shadaqah (sedekah), baik kepada orang yang perlu dibantu, atau pada


jalan yang lain, yakni keperluan-keperluan umum untuk pembangunan Masya￾rakat Islam, gunanya ialah untuk membantu dan untuk menunjukkan kesucian


hati. Tidak untuk lain. Maka kalau dimulai membangkit-bangkit atau menyakiti,


niscaya habislah arti sedekah itu. Lebih baik tidak memberi, tetapi dengan budi


yang baik daripada memberi tetapi dihamun dicercakan. Maka kalau telah


ditentukan oleh Tuhan sedekah itu telah rusak, karena dirusakkan sendiri oleh


yang memberikannya dengan membangkit-bangkit dan mennki , apa artinya


lagi? "Sebogaimana orang yang membelanjakan hartanya dalam keadaan


riya' terhadap manusia, dan tidak dia beriman kepada Allah danHariKemu￾dian." Dengan lanjutan ini sudah terang bahwa membangkit dan menyakiti


orang yang diberibukanlah sedekah orang yang beriman, melainkan sedekah


orang yang riya', yaitu orang beramal karena mengha.rapkan pujian dan


sanjungan dari manusia, mencari nama dan sebagainya. Dia memberi bukan


karena Allah, tetapi memasang reklame. Terutama sebagai di zaman kita


sekarang ini; surat-surat khabar dapat menyiarkan berita si anu menderma


sekian juta. orang sepertiini berderma bukanlah karena percaya kepada Allah


dan Hari Kemudian. Sehingga kalau datanglah orang di satu waktu memohon-

kan bantuannya, tetapi tidak akan tersiar di surat-surat khabar, tidaklah dia


akan memberi, dan kalaupun diberinya, hanyalah pemberian yang menambah


sakit hati saja. Untuk perbuatan foya-foya dia berderma 10 juta dan langsung


masuk ke surat-surat khabar, dan untuk mendirikan sebuah Rumahsakit dah;


Da'wah Islam diberinya saja 500 ribu rupiah, itupun dengan berjanji berulang￾ulang dan dijemput berulang-ulang.


Kalau namanya kurang tersebut, diapun membangkit-bangkit, mengomel


sebab dia memberi hanyalah karena ingin dip-uji. Dan kadang-kadang pula dia


memberikan bantuannya karena hendak memasukkan pengaruh kepida orang


yang diberi. Dia menyangka bahwa pemberiannya itu bisa membelip"ru"uun


dan harga diri orang lain. Apabila uangnya sudah keluar, mulutnyapun nyinyir.


Dan kalau dia tidak diangkat-angkat, dia lekas hiba hati. Inisemuanya adalah


perangai dari orang yang beramal karena riya'. Dan orang-orang yang menjadi


pemimpin ummat, atau ulama-ulama yang tahu akan harga dirinya lebih baik


menjauhi orang yang seperti ini. orang begini menyangka bahwa dengan


kekayaan uangnya, rumah indahnya, kenderaannya yang rnahal, akan dapat dia


menguasai segala sesuatu. Dia tidak faham bahwa di samping hartabenda


adalah lagi suatu kekayaan yang pada dirinya sendiritidak ada; yaitu kekayaan


jiwa.


"Perumpomaan orang ini adalah laksana satu batu tondus yang di


atasnya ada tanah-debu,lalu dia ditimpa oleh hujan lebat, maka jadilah dia


licin."


Suatu perumpamaan yang amat jitu dari ruhan; hati orang yang seperti ini


diumpamakan dengan sebuah batu besar yang tandus, yang waraupun ada


tanah di atas datarannya, hanyalah tanah-debu dibawa angin, sebab itu maka


tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di atas tanah singgah itu, tidaklah tumbuh￾tumbuhan yang bisa berurat ke bawah, sebab yang menanti di bawahnya hanya


batu belaka. Kemudian datanglah hujan yang sangat lebat. Maka tanah yang


tertumpuk di atas batu tandus itupun disapu habis oleh air, turut mengalir


dengan air hujan itu ke bawah, sehingga batu itu menjadilicin kemball. Kilau


pun ada terkumpul pula tanah di sana kemudiannya, tidaklah diharap dia akan


menumbuhkan apa-apa, sebab hujan akan datang pula membersihkan tanah itu


dari atas batu itu dan diapun akan licin kembali. "Tidaklah mereka berdaya


sesuatupun atas apa yang telah mereka usahakon ifu." Artinya janganlah


mengharapkan hasil baik dari batu licin, tandus dan kersang. Memang dasar


untuk tumbuh urat itu benarlah yang tidak ada padanya.


Yang dimaksud di sini ialah penderma-penderma yang menghamun, men￾cerca sedekah itu, membangkit-bangkitkan dan menyakiti, walaupun berulang￾ulang dia memberi sedekah, samalah saja dengan berulang-ulang tumbuh


rumput di atas tanah yang disinggahkan angin di atas batu kersang tadi,


hartanya keluar tetapi nilainya di sisi Tuhan dan di sisimanusia tidak ada. Di


dunia kian lama nilainya kian jatuh dan diakhirat tidak mendapat pahala dari


Tuhan. Sehingga satu waktu dia akan dijadikan orang catatan, dijadikan


peringatan: "Jangan meminta bantuan kepadanya, dia suka membangkit dan


menyakiti.

Penutup ayat:"Dan Allah tidaklah memberikan petunjuk kepada orang


yang kafir." (ujung ayat 2641.


Inilah keputusan Tuhan yang amat berbahaya kepada orang yang ber￾sedekah karena riya'. Dia tidak percaya sungguh-sungguh kepada Allah dan


hari akhirat, sebab itu bukan pahala rltriAllah yang diharapkannya, melainkan


pujian manusia. Teranglah bahwa kalau dia tidak dipuji, dia akan berhenti


bersedekah. Walaupun dia mengakui beragama Islam, sudah sama saja ke￾adaannya dengan orang yang kafir. Kian lama dia akan kian hanyut, petunjuk


tidak akan datang, sebab itu hartabendanya tidak akan membawa berkat


baginya.


Sebaliknya: "Don perumpomoon orang-orang yang membelanjakan


hartabenda mereka karena mengharapkan ridha Allah dan untuk mene￾guhkan (keyakinan) dalam diri mereka, adalahloksono seb uah kebun di tanah


subur, ditimp dia oleh hujan, maka datanglah hasilnya berlipot duo. " (pangkal


ayat 265).


Orang-orang yang mengeluarkan hartabenda karena mengharapkan ridha


Allah, sebab insaf bahwa harta itu adalah semata-mata pemberian Tuhan


kepadanya. Dia insaf ba