fi rman Tuhan .
1. Kita diminta untuk mempersiapkan diri dalam mendengarkan
firman Tuhan (ay. 21), untuk menjauhkan diri dari segala sifat
dan perasaan bobrok, segala kecenderungan dan keinginan
merusak, dan untuk menyingkirkan dosa-dosa yang membuat
kita tidak bisa menilai dengan benar dan membutakan pikir-
an. Segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu ba-
nyak itu, yang dijelaskan sebelumnya, harus terutama ditun-
dukkan dan dibuang, oleh siapa saja yang mendengarkan
sabda Injil.
2. Kita diarahkan bagaimana mendengarkan firman Tuhan : Teri-
malah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam
hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(1) saat mendengarkan firman Tuhan , kita harus menerima-
nya, menyetujui kebenaran-kebenarannya, dan mengikuti
hukum-hukumnya. Kita harus menerimanya seperti batang
menerima cangkokan, sehingga buah yang dihasilkan bu-
kan mengikuti sifat batang yang asam, namun mengikuti
sabda Injil yang tertanam dalam jiwa kita.
(2) Oleh sebab itu, kita harus menyerahkan diri kepada firman
Tuhan , dengan tunduk sepenuhnya, rendah hati, dan taat:
inilah yang dimaksudkan dengan menerimanya dengan le-
mah lembut. Kita harus bersedia mendengar kesalahan-
310
kesalahan kita, dan menerimanya bukan hanya dengan
sabar, melainkan juga dengan penuh syukur, sambil meng-
inginkan untuk diarahkan dan dibentuk oleh ajaran dan
sabda Injil.
(3) Setiap kali kita mendengar, kita harus menjadikan kesela-
matan jiwa kita sebagai tujuan. yaitu maksud firman
Tuhan untuk memberi kita hikmat dan menuntun kita ke-
pada keselamatan. Barangsiapa memiliki maksud-maksud
yang lebih hina atau rendah dari pada itu saat men-
dengarkan firman Tuhan , maka ia menghina Injil dan me-
ngecewakan jiwanya sendiri. Kita harus mendatangi firman
Tuhan (baik untuk membaca maupun mendengarkannya)
seperti orang yang mengetahui bahwa firman Tuhan itu
yaitu kekuatan Tuhan yang menyelamatkan setiap orang
yang percaya (Rm. 1:16).
3. Kita diajarkan tentang apa yang harus dilakukan sesudah men-
dengar (ay. 22): namun hendaklah kamu menjadi pelaku firman
dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian
kamu menipu diri sendiri. Perhatikanlah di sini,
(1) Kita mendengar supaya melakukan. Sering mendengarkan
firman Tuhan atau mendengarkan dengan penuh perhatian
tidak akan bermanfaat bagi kita jika tidak disertai dengan
melakukannya. Sekalipun kita mendengar khotbah setiap
hari dalam seminggu, dan malaikat dari sorga yaitu
pengkhotbahnya, namun jika kita berhenti hanya pada
mendengar, itu tidak akan pernah membawa kita ke sorga.
Oleh sebab itu, Rasul Yakobus sangat menegaskan hal ini
(dan, tanpa diragukan lagi, yaitu hal yang penting tanpa
bisa ditawar-tawar lagi) bahwa kita harus melakukan apa
yang kita dengar. “Harus ada pengamalan di dalam batin
dengan merenung, dan pengamalan dalam bentuk perbuat-
an yang bisa dilihat bila kita memang sungguh-sungguh
mau taat kepada firman” (Baxter). Tidak cukup hanya meng-
ingat apa yang kita dengar dan bisa mengulanginya, mem-
berikan kesaksian untuknya, memujinya, menuliskannya,
dan memelihara apa yang kita tulis. Yang membuat semua-
nya ini lengkap, dan yang akan memahkotainya, yaitu
bahwa kita juga harus menjadi pelaku firman. Amatilah,
Surat Yakobus 1:19-27
311
(2) Orang yang hanya mendengar berarti menipu diri sendiri.
Dalam bahasa aslinya, paralogizomenoi, yang berarti orang
yang mencari-cari alasan bagi dirinya sendiri. Jalan pikiran
mereka jelas-jelas menipu dan keliru, jika mereka me-
nyangka bahwa satu bagian dari pekerjaan mereka mem-
buat mereka terlepas dari kewajiban yang harus mereka
lakukan untuk bagian yang lain. Atau jika mereka
meyakinkan diri sendiri bahwa mengisi kepala dengan ga-
gasan-gagasan itu sudah cukup, meskipun hati mereka ko-
song dari perasaan-perasaan dan tekad yang baik, dan hi-
dup mereka tidak membuahkan perbuatan-perbuatan baik.
Menipu diri pada akhirnya akan didapati sebagai tipuan
terburuk.
4. Rasul Yakobus menunjukkan bagaimana semestinya meman-
faatkan firman Tuhan , seperti apa itu orang yang tidak meman-
faatkannya seperti seharusnya, dan seperti apa itu orang yang
memang memanfaatkannya dengan benar (ay. 23-25). Mari
kita lihat masing-masing secara bergantian.
(1) Bagaimana semestinya memanfaatkan firman Tuhan dapat
dipelajari dengan membandingkannya dengan cermin, di
mana orang bisa mengamati-amati mukanya yang sebenar-
nya. Seperti cermin menunjukkan kepada kita noda-noda
dan kotoran yang melekat pada wajah kita, supaya bisa di-
obati dan dibersihkan, demikian pula firman Tuhan menun-
jukkan kepada kita dosa-dosa kita, supaya kita bertobat
darinya dan mendapat pengampunan. Firman Tuhan me-
nunjukkan kepada kita apa yang salah, supaya bisa diper-
baiki. Ada cermin yang hanya akan menyanjung orang. Te-
tapi apa yang betul-betul merupakan firman Tuhan bukan-
lah cermin yang menyanjung. Jika engkau menyanjung
diri, itu salahmu sendiri. Kebenaran, yang nyata dalam
Yesus, tidak menyanjung siapa-siapa. Hendaklah firman
kebenaran diperhatikan betul-betul, maka firman itu akan
menunjukkan kepadamu kebobrokan sifatmu, kekacauan
hati dan hidupmu. Firman itu akan memberi tahu engkau
dengan jelas siapa engkau. Rasul Paulus menggambarkan
dirinya tidak peka terhadap kebobrokan sifatnya sampai ia
melihat dirinya dalam cermin hukum Taurat (Rm. 7:9):
312
“Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Yaitu, aku meng-
anggap diriku benar, dan memandang diriku bukan hanya
bersih, melainkan juga indah, dibandingkan dengan dunia
biasanya . namun sesudah datang perintah itu,
saat cermin hukum dihadapkan padaku, dosa mulai
hidup, sebaliknya aku mati. Maka aku melihat noda dan
cela, dan menemukan apa yang salah dalam diriku yang
tidak aku sadari sebelumnya. Demikianlah kuasa hukum,
dan dosa, sehingga aku melihat diriku dalam keadaan mati
dan terkutuk.” Dengan demikian, jika kita memperhati-
kan firman Tuhan , sehingga dapat melihat diri kita sendiri,
keadaan dan kondisi kita yang sebenarnya, dapat memper-
baiki apa yang salah, dan memperbaharui diri kita melalui
cermin firman Tuhan , inilah yang dimaksud dengan meman-
faatkan firman Tuhan dengan benar.
(2) Di sini kita mendapati uraian tentang orang-orang yang
tidak memanfaatkan cermin firman ini sebagaimana mesti-
nya: Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau
ia segera lupa bagaimana rupanya (ay. 24). Ini yaitu gam-
baran sebenarnya tentang orang yang mendengar firman
Tuhan namun tidak melaksanakannya. Betapa ada banyak
orang yang, saat duduk mendengarkan firman, terjamah
dan menyadari keberdosaan mereka, kesengsaraan mereka,
dan bahaya yang mengintai diri mereka, mengakui jahatnya
dosa, dan kebutuhan mereka akan Kristus. Namun demi-
kian, sesudah mereka mendengar, semuanya terlupakan,
semua rasa insaf menghilang, perasaan-perasaan yang baik
lenyap, dan berlalu seperti air banjir: ia segera lupa. “Firman
Tuhan (seperti yang dikatakan Dr. Manton) menyingkapkan
bagaimana kita dapat menyingkirkan dosa-dosa kita, dan
menghiasi serta memakaikan kebenaran Yesus Kristus
pada jiwa kita. Maculæ sunt peccata, quæ ostendit lex; aqua
est sanguis Christi, quem ostendit evangelium – Dosa-dosa
kita yaitu noda-noda yang disingkapkan oleh hukum
Taurat. Darah Kristus yaitu bejana pembasuh yang
ditunjukkan Injil.” namun sia-sialah kita mendengarkan fir-
man Tuhan , dan melihat di depan cermin Injil, jika kita sege-
ra pergi, lalu melupakan noda-noda kita, dan bukannya
membasuhnya. Sia-sialah juga jika kita melupakan obat
Surat Yakobus 1:19-27
313
penawar kita, dan bukannya malah menggunakannya. Ini-
lah contoh orang yang tidak mendengarkan firman sebagai-
mana mestinya.
(3) Digambarkan juga, dan dinyatakan sebagai berbahagia,
orang yang mendengar dengan benar, dan yang meman-
faatkan cermin firman Tuhan seperti seharusnya (ay. 25):
Barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum
yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya,
dst. Amatilah di sini,
[1] Injil yaitu hukum yang memerdekakan, atau seperti
Tuan Baxter mengungkapkannya, hukum yang membe-
baskan, yang memerdekakan kita dari hukum Yahudi,
dan dari dosa dan kebersalahan, dari murka dan maut.
Hukum keupacaraan yaitu kuk perbudakan, sedang-
kan Injil Kristus yaitu hukum yang memerdekakan.
[2] Injil yaitu hukum yang sempurna. Tidak bisa ditam-
bah-tambahi lagi dengan apa pun.
[3] Dalam mendengarkan firman, kita meneliti hukum yang
sempurna ini. Kita mencari nasihat dan bimbingan dari-
nya. Kita meneliti, supaya dari situ kita dapat menilai
diri sendiri.
[4] Kita baru dikatakan meneliti hukum yang memerdeka-
kan seperti seharusnya jika kita bertekun di dalam-
nya, yaitu “jika kita tinggal terus mempelajarinya,
sampai hukum itu mewujud dalam kehidupan rohani,
tertanam dan tercerna dalam diri kita” (Baxter). Ini arti-
nya jika kita tidak melupakannya, namun melaksana-
kannya sebagai pekerjaan dan urusan kita, selalu
menempatkannya di hadapan kita, dan menjadikannya
pedoman bagi perilaku kita senantiasa, dan membiar-
kannya membentuk sikap pikiran kita.
[5] Orang yang berbuat demikian, dan bertekun di dalam
hukum dan firman Tuhan , sudah dan akan berbahagia
oleh perbuatannya. Diberkati dalam segala jalannya,
menurut Mazmur pertama, yang menurut sebagian
orang dirujuk Rasul Yakobus di sini. Orang yang mere-
nungkan Taurat Tuhan , dan berjalan menurutinya, kata
sang pemazmur, apa saja yang dibuatnya berhasil. Dan
orang yang bukan hanya mendengar untuk melupakan-
314
nya, namun sungguh-sungguh melakukan pekerjaan yang
ditetapkan untuknya oleh firman Tuhan , kata Rasul
Yakobus, ia akan berbahagia oleh perbuatannya. Ada
sebagian orang yang berdalih bahwa di sini jelas ada
bagian Kitab Suci yang membuktikan bahwa kita
diberkati sebab perbuatan-perbuatan baik kita. Akan
namun Dr. Manton, untuk menanggapi dalih ini ,
meminta pembaca untuk memperhatikan ketepatan
ungkapan Kitab Suci. Rasul Yakobus tidak berkata, ka-
rena perbuatannyalah orang diberkati, melainkan dalam
perbuatannya (KJV). Perbuatan baik yaitu jalan di
mana kita pasti akan menemukan diri dalam keadaan
diberkati, namun perbuatan itu bukan penyebab keadaan
itu. Keterberkatan ini tidak diperoleh dalam mengeta-
hui, melainkan dalam melaksanakan kehendak Tuhan .
Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah
kamu, jika kamu melakukannya (Yoh. 13:17). Bukan
berbicara, melainkan berjalan, itulah yang akan mem-
bawa kita ke sorga.
V. Selanjutnya Rasul Yakobus memberi tahu kita bagaimana kita
dapat membedakan antara ibadah yang sia-sia dan apa yang
murni dan berkenan kepada Tuhan . Sungguh besar dan panas per-
debatan-perdebatan yang ada di dunia mengenai masalah ini:
ibadah apa yang palsu dan sia-sia, dan apa yang benar dan mur-
ni. Saya berharap orang mau membiarkan Kitab Suci dalam hal
ini menentukan masalahnya. Dan di sini dengan jelas dan tegas
dinyatakan,
1. Apa itu ibadah yang sia-sia: Jikalau ada seorang menganggap
dirinya beribadah, namun tidak mengekang lidahnya, ia menipu
dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Di sini ada tiga hal
yang perlu diperhatikan:
(1) Dalam ibadah yang sia-sia ada banyak hal yang dipamer-
kan, dan orang bertingkah sedemikian rupa supaya tampak
saleh di mata orang lain. Hal ini, menurut saya, disebutkan
sedemikian rupa supaya kita memusatkan perhatian pada
kata tampak. jika orang lebih peduli untuk tampak sa-
leh dibandingkan yang sebenarnya, itu pertanda bahwa ibadah
Surat Yakobus 1:19-27
315
mereka hanyalah sia-sia. Bukan berarti bahwa ibadah de-
ngan sendirinya merupakan hal yang sia-sia (orang berbuat
sangat tidak adil terhadap ibadah jika mereka berkata, ada-
lah sia-sia beribah kepada Tuhan ). namun bisa saja orang men-
jadikan ibadah itu sebagai hal yang sia-sia, jika mereka ha-
nya tampak saleh dari luar, namun tidak memiliki kuasanya.
(2) Dalam ibadah yang sia-sia ada banyak celaan, cercaan, dan
perbuatan mengecilkan orang lain. Yang terutama dimak-
sud dengan tidak mengekang lidah di sini yaitu tidak
menahan diri dari kejahatan-kejahatan lidah ini. jika
kita mendengar orang mudah membicarakan kesalahan-
kesalahan orang lain, atau mengecam mereka sebagai ter-
libat dalam aib-aib tertentu, atau merendahkan hikmat dan
kesalehan orang-orang di sekitar mereka, supaya mereka
sendiri bisa tampak lebih bijak dan lebih baik, ini pertanda
bahwa ibadah mereka hanyalah sia-sia. Orang yang
lidahnya suka merendahkan pasti tidak memiliki kerendah-
an dan kemurahan hati. Orang yang senang menyakiti
sesamanya sia-sia saja mengaku mengasihi Tuhan . Oleh
sebab itu, lidah yang suka mencerca akan membuktikan
bahwa ia orang munafik. Mencela yaitu dosa yang menye-
nangkan, suatu penyakit yang sangat alami, dan sebab itu
menunjukkan orang dalam keadaannya yang alami. Dosa-
dosa lidah ini yaitu dosa besar di zaman saat Rasul
Yakobus menulis suratnya ini (seperti yang ditunjukkan
dalam bagian-bagian lain dari surat ini), dan merupakan
pertanda kuat dari ibadah yang sia-sia (tegas Dr. Manton)
jika ibadah itu bisa terbawa-bawa oleh kejahatan zaman.
Ini sudah menjadi dosa terkemuka dari orang-orang muna-
fik, bahwa semakin kuat keinginan mereka untuk menam-
pakkan diri sebagai orang baik, semakin leluasa mereka
mencela dan mempergunjingkan orang lain. Ada hubungan
yang begitu cepat antara lidah dan hati sehingga hati bisa
diketahui dari lidah, dan begitu pula sebaliknya. Atas dasar
inilah Rasul Yakobus menjadikan perbuatan tidak menge-
kang lidah sebagai bukti yang pasti dan tidak diragukan
lagi dari ibadah yang sia-sia. Tidak ada kekuatan atau
kuasa di dalam ibadah yang tidak mampu membuat orang
mengekang lidahnya.
316
(3) Dalam ibadah yang sia-sia orang menipu hatinya sendiri. Ia
terus saja mengecilkan orang lain, dan menjadikan dirinya
tampak seperti orang hebat, sehingga pada akhirnya kesia-
siaan ibadahnya mencapai puncak dengan tertipunya jiwa-
nya sendiri. jika ibadah sudah menjadi hal yang sia-sia,
betapa besarnya kesia-siaan itu!
2. Di sini dengan jelas dan tegas dinyatakan agama itu menyang-
kut hal-hal apa saja: Ibadah yang murni dan yang tak bercacat
di hadapan Tuhan , Bapa kita, ialah (ay. 27). Cermatilah,
(1) Merupakan kemuliaan dari ibadah bahwa ia murni dan
tidak bercacat, tidak bercampur baur dengan temuan-
temuan manusia atau kebobrokan dunia. Ibadah-ibadah
palsu dapat diketahui dari ketidakmurniannya dan per-
buatannya yang tanpa kasih. Menurut pengertian Rasul
Yohanes, setiap orang yang tidak berbuat kebenaran, tidak
berasal dari Tuhan , demikian juga barangsiapa yang tidak
mengasihi saudaranya (1Yoh. 3:10). Sebaliknya, hidup yang
kudus dan hati yang penuh kasih menunjukkan ibadah
yang benar. Ibadah kita (tegas Dr. Manton) tidak dihiasi
dengan upacara-upacara, melainkan kemurnian dan kasih.
Dan beliau memberi pengamatan yang baik bahwa iba-
dah yang murni harus tetap dijaga supaya tidak tercemar.
(2) Ibadah itu murni dan tidak bercacat jika memang demi-
kian di hadapan Tuhan Bapa. Apa yang benar yaitu yang
benar di mata Tuhan , dan yang terutama mencari perkenan-
an-Nya. Agama yang benar mengajar kita untuk melakukan
segala sesuatu seperti kita melakukannya di hadapan
Tuhan , dan untuk mencari perkenanan-Nya, serta berusaha
menyenangkan-Nya dalam segala tindakan kita.
(3) Belas kasihan dan amal kepada orang miskin dan orang
susah membentuk satu bagian yang amat besar dan pen-
ting dari ibadah yang benar: Mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka. Mengunjungi di sini
berarti segala macam bantuan yang dapat kita berikan
kepada orang lain. Yatim piatu dan janda-janda disebutkan
secara khusus di sini, sebab biasanya mereka
sangat mudah diabaikan atau ditindas. namun yang harus
kita pahami dengan mereka ini yaitu semua orang yang
Surat Yakobus 1:19-27
317
pantas diberi amal, semua orang yang sedang kesusahan.
Sungguh menakjubkan bahwa jika ibadah secara keselu-
ruhan bisa dirangkum dalam dua butir, maka inilah jadi-
nya: mengasihi dan melegakan orang yang menderita. Per-
hatikanlah,
(4) Hidup yang tidak tercemar pasti mendampingi kasih dan
amal yang tulus: Menjaga supaya dirinya sendiri tidak
dicemarkan oleh dunia. Dunia mudah mencemarkan dan
menodai jiwa, dan sulit untuk hidup di dalamnya, berurus-
an dengannya, dan tetap tidak bercela. Namun ini harus
senantiasa kita usahakan. Dalam hal inilah ada iba-
dah yang murni dan tak bercacat. Perkara-perkara duniawi
yang terlalu berlebihan akan menodai roh kita, jika kita
banyak terlibat dengannya. namun terlebih lagi dosa-dosa
dan nafsu dunia akan mengotori dan menajiskan roh kita
dengan sangat terkutuk. Rasul Yohanes merangkum semua
yang ada di dalam dunia, yang tidak boleh kita cintai, da-
lam tiga hal berikut ini: keinginan daging, keinginan mata,
dan keangkuhan hidup. Menjaga supaya tidak tercemar
oleh kesemuanya ini berarti menjaga diri untuk tidak ter-
cemar oleh dunia. Semoga Tuhan dengan anugerah-Nya
menjaga baik hati maupun hidup kita supaya tetap bersih
dari cinta terhadap dunia, dan dari godaan-godaan manu-
sia duniawi dan fasik.
PASAL 2
alam pasal ini, Rasul Yakobus mengecam tindakan berdosa
yang menghormati orang kaya dan menghina orang miskin,
yang dikaitkannya dengan sikap membeda-bedakan dan ketidakadil-
an. Ia juga menunjukkan bahwa tindakan itu bertolak belakang
dengan Tuhan , yang telah memilih orang miskin, yang kepentingan-
Nya sering dirugikan, dan nama-Nya dihujat, oleh orang kaya (ay. 1-
7). Ia menunjukkan bahwa seluruh hukum Tuhan harus dilaksana-
kan, dan bahwa belas kasihan harus dijalankan, seperti halnya ke-
adilan (ay. 8-13). Ia menyingkapkan kesalahan dan kebodohan orang-
orang yang menyombongkan iman tanpa perbuatan, dengan memberi
tahu kita bahwa ini hanya iman yang mati belaka, dan merupakan
iman seperti yang ada pada setan-setan, bukan iman Abraham, atau
Rahab (ay. 14, sampai selesai).
Sikap Hormat terhadap orang Kristen yang Miskin;
Teguran terhadap Sikap Membeda-bedakan
(2:1-7)
1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus,
Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan meman-
dang muka. 2 Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan
memakai cincin emas dan pakaian indah dan datang juga seorang miskin ke
situ dengan memakai pakaian buruk, 3 dan kamu menghormati orang yang
berpakaian indah itu dan berkata kepadanya: “Silakan tuan duduk di tempat
yang baik ini!”, sedang kepada orang yang miskin itu kamu berkata:
“Berdirilah di sana!” atau: “Duduklah di lantai ini dekat tumpuan kakiku!“, 4
bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak
sebagai hakim dengan pikiran yang jahat? 5 Dengarkanlah, hai saudara-
saudara yang kukasihi! Bukankah Tuhan memilih orang-orang yang dianggap
miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris
Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
D
320
6 namun kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru
orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke peng-
adilan? 7 Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-
Nya kamu menjadi milik Tuhan ?
Di sini Rasul Yakobus sedang mengecam suatu kebiasaan yang sa-
ngat bejat. Ia menunjukkan betapa jahatnya dosa prosōpolēpsia – me-
mandang muka, yang agaknya justru menjadi suatu kejahatan yang
sedang bertumbuh dalam gereja-gereja Kristus bahkan pada zaman-
zaman gereja yang mula-mula, dan yang pada masa-masa sesudah-
nya, dan yang telah merusak dan memecah belah bangsa-bangsa dan
masyarakat Kristen dengan menyedihkan. Di sini ada ,
I. Peringatan terhadap dosa ini yang dikemukakan secara umum.
Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus
Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan
dengan memandang muka (ay. 1). Perhatikan di sini,
1. Ciri-ciri seorang Kristen sepenuhnya tersirat. Mereka yaitu
orang-orang yang telah beriman kepada Tuhan kita Yesus
Kristus. Mereka menyambutnya, mereka menerimanya, mere-
ka menguasai diri mereka berdasar iman itu. Mereka me-
nerima ajaran, serta tunduk kepada hukum dan pemerintah-
an, Kristus. Mereka memilikinya sebagai suatu jaminan, mere-
ka menyimpannya sebagai suatu harta karun.
2. Betapa penuh hormatnya Yakobus berbicara tentang Yesus
Kristus. Ia menyebut-Nya Tuhan yang mulia, sebab Dia ada-
lah cahaya kemuliaan Tuhan dan gambar wujud Tuhan .
3. sebab Kristus yaitu Tuhan yang mulia, maka dari situ se-
harusnya kita belajar untuk tidak menghormati orang Kristen
selain sebab hubungan mereka dan keserupaan mereka de-
ngan Kristus. Engkau yang mengaku percaya akan kemuliaan
Tuhan kita Yesus Kristus, tidak boleh menjadikan penampilan
lahiriah manusia dan keuntungan duniawi sebagai ukuran
dalam memberi hormat. Kemuliaan Tuhan Yesus sama-sama
dinikmati oleh orang Kristen yang paling miskin bersama-sama
dengan yang kaya, dan di hadapannya segala kemuliaan du-
niawi sia-sia belaka. saat mengaku beriman kepada Tuhan
kita Yesus Kristus, kita tidak boleh bersikap memandang
muka terhadap orang, sehingga menutupi atau mengurangi
kemuliaan Tuhan kita yang mulia. Apa pun pemikiran orang
Surat Yakobus 2:1-7
321
tentang sikap ini, jelas ini yaitu suatu dosa yang sangat
menjijikkan.
II. Kepada kita telah disampaikan penjelasan dan peringatan akan
dosa ini, dengan sebuah contoh mengenai hal ini (ay. 2-3).
Sebab, jika ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu dengan
memakai cincin emas, dst. Kumpulan di sini maksudnya yaitu
pertemuan-pertemuan yang diadakan untuk mengambil keputus-
an mengenai perbedaan-perbedaan di kalangan anggota jemaat,
atau untuk menentukan bilamana teguran harus diberikan ke-
pada seseorang, dan teguran apakah itu. sebab itu, kata Yunani
yang dipakai di sini, yaitu synagōgē, menandakan semacam
kumpulan seperti yang ada di rumah-rumah ibadat orang Yahudi,
saat mereka berkumpul untuk bersidang memutuskan keadilan.
Maimonides (seorang cendekiawan Yahudi abad kedua belas –
pen.) berkata (sebagaimana yang saya temukan dikutip oleh Dr.
Manton) “bahwa dinyatakan dengan jelas oleh perundang-undang-
an Yahudi bahwa, saat seorang miskin dan seorang kaya sama-
sama mengajukan tuntutan, maka yang kaya tidak boleh disuruh
duduk sedang yang miskin berdiri, atau duduk di tempat yang
lebih jelek, melainkan harus keduanya sama-sama duduk atau
sama-sama berdiri.” Terhadap pernyataan inilah ungkapan Rasul
Yakobus jelas-jelas mengacu, dan oleh sebab itu kumpulan yang
dibicarakan di sini pastilah sesuatu yang menyerupai kumpulan
orang di rumah ibadat Yahudi, saat mereka berkumpul untuk
mendengarkan kasus persidangan dan menjatuhkan putusan.
Dengan inilah persidangan dan putusan jemaat Kristen mereka
dibandingkan. Namun kita harus berhati-hati supaya jangan me-
nerapkan apa yang dikatakan di sini kepada jemaat yang berkum-
pul untuk menyembah. sebab tentu di dalam pertemuan-perte-
muan ibadah bisa jadi ada tempat untuk berbagai macam orang
menurut kedudukan dan keadaan mereka, yang bukan merupa-
kan perbuatan dosa. Orang yang menjalankan praktik ini secara
ketat, berarti tidak memahami Rasul Yakobus. Mereka tidak mem-
perhatikan kata hakim (yang dipakai di ay. 4), atau seperti yang
sudah dikatakan bahwa mereka dinyatakan telah melakukan
pelanggaran hukum, jika memandang muka seperti yang di-
katakan di sini, menurut ayat 9. Sehingga, katakanlah sekarang
seperti ini: “Ada seorang masuk ke dalam kumpulanmu (saat
322
yang dimaksud yaitu kumpulan yang sifatnya sama dengan
yang ada pada rumah ibadat Yahudi) yang terlihat menonjol dari
pakaiannya, dan seorang tokoh penting, dan datang juga seorang
miskin ke situ dengan memakai pakaian buruk, dan engkau ber-
sikap membeda-bedakan, serta menilai dengan keliru, hanya ka-
rena orang yang satu berpenampilan lebih baik, atau keadaannya
lebih baik, dibandingkan yang satunya.” Jadi perhatikanlah,
1. Sisa-sisa umat Tuhan tersebar di antara berbagai macam orang,
di antara mereka yang mengenakan pakaian yang halus dan
indah, dan di antara mereka yang mengenakan pakaian yang
buruk dan jelek.
2. Dalam hal agama, orang kaya dan orang miskin sejajar. Keka-
yaan seseorang tidak menjadikannya semakin dekat dengan
Tuhan , begitu juga kemiskinan seseorang tidak menjauhkan dia
dari Tuhan . Yang Mahatinggi tidak memandang bulu. Itu sebab-
nya dalam hal nurani, kita juga jangan begitu.
3. Segala penghormatan yang diberikan dengan tidak sepantas-
nya terhadap kebesaran dan kekayaan duniawi seharusnya
secara khusus diwaspadai dalam masyarakat Kristen. Di sini
Yakobus bukan mendorong orang berperilaku kasar atau tidak
tertib. Kita harus memberi hormat dengan sepantasnya ke-
pada orang lain, dan boleh saja ada beberapa perbedaan da-
lam sikap kita terhadap orang-orang dengan kedudukan yang
berlainan. Namun, sikap hormat ini tidak boleh dilakukan
sedemikian rupa sehingga mempengaruhi perilaku masyarakat
Kristen saat menentukan jabatan di dalam gereja, atau
dalam memberi teguran dari gereja, atau di dalam apa saja
yang murni merupakan persoalan agama. Di sini, kita tidak
boleh menilai seorang pun menurut ukuran manusia. Meru-
pakan watak seorang warga Sion untuk memandang hina
orang yang jahat, namun memuliakan orang yang takut akan
Tuhan. Jika seorang miskin yaitu seorang yang baik, maka
kita tidak boleh kurang menghargai dia gara-gara kemiskinan-
nya. sedang jika seorang kaya kebetulan yaitu seorang
yang fasik (sekalipun barangkali ia memiliki pakaian yang
bagus dan pekerjaan yang bagus), kita tidak boleh lebih
menghargai dia gara-gara kekayaannya.
4. Mengenai seberapa pentingnya menentukan aturan mana yang
akan kita pakai untuk menilai orang. Jika kita membiarkan
Surat Yakobus 2:1-7
323
diri biasa menilai orang berdasar penampilan luarnya, ini
juga akan mempengaruhi roh kita dan perilaku kita di dalam
kumpulan-kumpulan ibadah. Ada banyak orang, yang kejahat-
annya membuat dia keji dan hina, namun menjadi tokoh di
dunia. Di sisi lain, ada banyak orang Kristen yang rendah hati,
saleh, dan baik, yang berpakaian buruk. Namun, tidak boleh
jika dirinya maupun Kekristenannya dipandang lebih
buruk oleh sebab hal ini.
III. Di sini dikemukakan mengenai besarnya dosa ini (ay. 4-5). Ini ada-
lah dosa membeda-bedakan yang amat luar biasa. Ini merupakan
ketidakadilan, dan berarti menempatkan diri kita melawan Tuhan ,
yang telah memilih orang miskin, dan akan memuliakan serta
meninggikan mereka (yang berlaku baik), dan mencegah orang yang
hendak menghina mereka.
1. Dalam dosa ini ada sikap membeda-bedakan yang memalu-
kan. Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hati-
mu? Di sini pertanyaannya diajukan, sebagai pertanyaan yang
tidak mungkin tidak dijawab oleh setiap nurani manusia yang
mau mengajukannya dengan sungguh-sungguh kepada diri-
nya sendiri. Menurut terjemahan yang ketat terhadap naskah
aslinya, pertanyaan ini berbunyi, “Bukankah kamu telah mem-
buat perbedaan? Dan, di dalam perbedaan itu, bukankah kamu
menilai dengan peraturan yang keliru, dan menggunakan ukur-
an yang keliru? Dan bukankah tuduhan akan sikap membeda-
bedakan yang dikecam oleh hukum itu sepenuhnya melawan
kamu? Tidakkah hati nuranimu sendiri memberitahumu bah-
wa kamu bersalah?” Tuduhan terhadap hati nurani sangat
bermanfaat, saat kita harus berurusan dengan orang-orang
yang mengaku beriman, sekalipun mungkin mereka sudah
jatuh ke dalam keadaan yang sangat bobrok.
2. Sikap memandang muka ini disebabkan oleh kejahatan dan
ketidakadilan di dalam pikiran. saat watak, perilaku, dan
tindakan bersikap membeda-bedakan, maka begitu juga hati
dan pikiran, dari mana segala sesuatu mengalir, yaitu jahat.
“Engkau telah bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang
jahat. Yakni, engkau menjadi hakim menurut ukuran yang
tidak adil dan pendapat yang bobrok yang telah engkau ben-
tuk bagi dirimu sendiri. Telusurilah sikapmu yang membeda-
324
bedakan itu sampai engkau menemukan pikiran-pikiran ter-
sembunyi yang menyertai dan mendukung sikap itu, dan eng-
kau akan mendapati bahwa semua itu luar biasa jahat. Eng-
kau diam-diam lebih menyukai kemegahan lahiriah dibandingkan
keanggunan batiniah. Engkau lebih menginginkan hal-hal yang
kelihatan dibandingkan yang tidak kelihatan.” Kebejatan dosa tidak
pernah sungguh-sungguh dimengerti seutuhnya sampai keja-
hatan pikiran kita tersingkap. Inilah yang amat memperparah
kelemahan watak dan hidup kita, yaitu sebab kecenderungan
hati selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej. 6:5).
3. Sikap memandang muka ini yaitu dosa yang menjijikkan,
sebab ini menunjukkan bahwa diri kita secara langsung ber-
tentangan dengan Tuhan (ay. 5). “Bukankah Tuhan memilih
orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi
kaya dalam iman? dst. namun kamu telah menghinakan orang-
orang miskin (ay. 6). Tuhan telah membuat orang-orang yang
tidak engkau pandang menjadi pewaris sebuah kerajaan, dan
telah memberi janji yang sangat besar dan mulia kepada
orang-orang yang nyaris bisa engkau beri perkataan yang baik
atau tatapan yang penuh hormat. Bukankah ini yaitu se-
buah kejahatan besar di dalam dirimu, yang mengaku-ngaku
menjadi anak Tuhan dan serupa dengan Dia? Dengarkanlah, hai
saudara-saudara yang kukasihi! Dengan segala kasihku akan
engkau, dan segala hormatmu terhadapku, aku memohon
kepadamu supaya mau merenungkan hal-hal ini. Perhatikan-
lah bahwa banyak di antara orang yang miskin di dunia ini
yaitu orang-orang yang dipilih Tuhan . Menjadi pilihan Tuhan
tidak menghalangi mereka menjadi orang miskin, sedang
kemiskinan mereka sama sekali tidak mengurangi bukti-bukti
pemilihan mereka. Kepada orang miskin diberitakan kabar baik
(Mat. 11:5).” Tuhan telah merancang untuk menyerahkan ajar-
an-Nya yang kudus supaya dikasihi dan dihargai oleh manu-
sia, bukan melalui keuntungan secara lahiriah berupa keme-
gahan dan keindahan, melainkan melalui nilai dan keunggul-
an yang ada di dalamnya. Oleh sebab itulah, Dia memilih
orang miskin di dunia ini. Sekali lagi, perhatikanlah bahwa
banyak orang miskin di dunia ini yang kaya imannya. Jadi,
yang termiskin pun dapat menjadi kaya, dan secara khusus
inilah yang semestinya mereka kejar. Dari orang yang memiliki
Surat Yakobus 2:1-7
325
kekayaan dan kedudukan, diharapkan supaya mereka kaya
dalam perbuatan baik, sebab semakin banyak yang mereka
miliki, semakin banyak pula yang bisa mereka pakai untuk
berbuat baik. Namun, dari orang yang miskin di dunia ini,
diharapkan supaya mereka kaya di dalam iman, sebab
semakin sedikit yang mereka miliki di sini, semakin mampu
pula mereka, dan semestinya, hidup dalam pengharapan
dengan penuh iman akan hal-hal yang lebih baik di dunia
yang lebih baik. Perhatikan lebih jauh, orang-orang Kristen
yang percaya kaya dalam hak, dan menjadi pewaris sebuah
kerajaan, sekalipun barangkali dalam hal harta mereka saat
ini sangat miskin. Apa yang diberikan kepada mereka hanya
sedikit, namun apa yang disimpan bagi mereka tidak terlukis-
kan besarnya dan banyaknya. Perhatikanlah lagi, di mana ada
orang yang kaya di dalam iman, di situ ada pula kasih ilahi.
Iman yang bekerja dengan kasih akan ada di dalam diri semua
pewaris kemuliaan. Catat sekali lagi, dalam benak kita, sorga
yaitu sebuah kerajaan, dan sebuah kerajaan yang dijanjikan
kepada mereka yang mengasihi Tuhan . Kita membaca tentang
mahkota yang dijanjikan kepada mereka yang mengasihi Tuhan ,
di pasal sebelumnya (ay. 12). Di sini kita mendapati ada pula
sebuah kerajaan. Dan, sebab mahkota ini yaitu mahkota
kehidupan, begitu juga kerajaan ini akan menjadi kerajaan
yang kekal. Semua ini, jika dijabarkan bersama-sama, me-
nunjukkan betapa tingginya orang miskin di dunia ini dihor-
mati sekarang, jika mereka kaya di dalam iman. Ditambah
lagi, mereka akan ditinggikan oleh Tuhan nantinya. Oleh sebab
itu betapa berdosanya jika orang miskin dihina. Sesudah
menyampaikan renungan sedemikian rupa seperti ini, teguran
yang diberikan sungguh menyayat: namun kamu telah meng-
hinakan orang-orang miskin (ay. 6).
4. Sikap memandang muka, dalam artian di sini, berdasar
kekayaan atau penampilan lahiriah orang, ditunjukkan seba-
gai suatu dosa yang amat besar, disebab kan berbagai keja-
hatan yang disebabkan oleh kekayaan dan kebesaran duniawi,
serta kebodohan orang Kristen yang memberi penghormat-
an tidak semestinya kepada orang-orang yang hampir-hampir
tidak menghargai Tuhan mereka atau mereka sendiri, “Bukan-
kah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang
326
menyeret kamu ke pengadilan? Bukankah mereka yang meng-
hujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik
Tuhan ? (ay. 7). Renungkan bagaimana seringnya orang kaya
menjadi pemicu terjadinya kejahatan dan kedurjanaan, peng-
hujatan dan penganiayaan. Renungkan betapa banyaknya ma-
lapetaka yang engkau alami sendiri, dan betapa besar celaan
yang dilontarkan terhadap agamamu dan Tuhan mu oleh orang-
orang yang kaya dan berkuasa dan memiliki kedudukan di
dunia. Ini akan membuat dosamu tampak semakin luar biasa
berdosa dan bodoh, sebab kamu mendukung apa yang justru
cenderung menjatuhkan engkau, dan menghancurkan segala
sesuatu yang engkau bangun, dan mempermalukan Nama
yang mulia yang olehnya kamu dipanggil.” Nama Kristus ada-
lah nama yang mulia. Nama itu mencerminkan kemuliaan dan
memberi nilai bagi mereka yang menyandangnya.
Hukum Kristen
(2:8-13)
8 namun , jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam
Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri,” kamu
berbuat baik. 9 namun , jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa,
dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran. 10
Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, namun mengabaikan satu
bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. 11 Sebab Ia yang me-
ngatakan: “Jangan berzinah,” Ia mengatakan juga: “Jangan membunuh”.
Jadi jika kamu tidak berzinah namun membunuh, maka kamu menjadi
pelanggar hukum juga. 12 Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang
yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang. 13 Sebab
penghakiman yang tak berbelas kasihan akan berlaku atas orang yang tidak
berbelas kasihan. namun belas kasihan akan menang atas penghakiman.
Rasul Yakobus, sesudah mengecam dosa orang-orang yang meman-
dang muka, dan menyampaikan apa yang cukup untuk menyadarkan
mereka akan besarnya kejahatan ini, sekarang melanjutkan dengan
menunjukkan bagaimana persoalan ini dapat diperbaiki. Merupakan
pekerjaan sebuah pelayanan Injil, tidak hanya untuk menegur dan
memperingatkan, namun juga untuk mengajar dan mengarahkan.
Tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam
segala hikmat (Kol. 1:28). Di sini,
I. Kepada kita dijabarkan secara umum hukum yang dimaksudkan
untuk menjadi pedoman kita dalam bersikap hormat kepada
Surat Yakobus 2:8-13
327
manusia. namun , jikalau kamu menjalankan hukum utama
yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri,” kamu berbuat baik (ay. 8). Supaya jangan
ada orang yang mengira bahwa Yakobus membela orang miskin
agar dapat melontarkan hinaan kepada orang kaya, sekarang ia
membiarkan mereka tahu bahwa ia tidak bermaksud mendorong
perilaku yang tidak pantas terhadap siapa saja. Mereka tidak
boleh membenci ataupun bersikap kasar kepada orang kaya,
sebagaimana mereka tidak boleh menghina orang miskin. Sebalik-
nya, sebagaimana firman mengajar kita untuk mengasihi sesama
kita, entah kaya atau miskin, seperti diri kita sendiri, maka,
untuk menghormati ketetapan ini dengan teguh, kita harus
berbuat baik. Perhatikanlah di sini,
1. Ketetapan yang harus dijalani oleh orang Kristen ditetapkan di
dalam firman: namun jikalau tertulis dalam Kitab Suci, dst.
Bukan orang besar, atau kekayaan duniawi, atau kebiasaan-
kebiasaan yang bejat di kalangan orang-orang yang mengaku
beriman itu sendiri, yang mesti menuntun kita, melainkan
firman kebenaran.
2. Firman menyampaikan ini kepada kita sebagai hukum, supaya
kita mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Hukum ini
masih tetap berlaku sepenuhnya, dan justru dijunjung lebih
tinggi dan lebih jauh oleh Kristus dan bukan membuatnya
menjadi kurang penting bagi kita.
3. Hukum ini yaitu sebuah hukum kerajaan, yang berasal dari
Raja segala raja. Nilai dan kemuliaan dari hukum ini sendiri
menjadikannya layak dihormati. Selain itu, keadaan di mana
semua orang Kristen sekarang berada, yaitu suatu keadaan
yang merdeka, dan bukan keadaan terbelenggu atau tertindas,
menjadikan hukum ini, yang harus mereka pakai untuk meng-
atur semua tindakan mereka satu dengan yang lain, sebagai
suatu hukum kerajaan.
4. Pelanggaran terhadap hukum kerajaan ini, dengan menjalan-
kannya secara memihak, tidak akan membebaskan orang keti-
ka diadili sebab ketidakadilan yang dilakukannya. Tersirat di
sini bahwa sebagian orang suka menyanjung orang kaya dan
bersikap membeda-bedakan terhadap mereka, sebab jika
mereka berada di dalam keadaan serupa, mereka akan meng-
harapkan penghormatan semacam itu bagi diri mereka sendiri.
328
Atau, mereka barangkali beralasan bahwa mereka berbuat be-
nar dalam menunjukkan hormat yang besar kepada orang-
orang yang telah dibedakan oleh Tuhan begitu rupa melalui pe-
meliharaan-Nya dengan memberi orang-orang itu kedu-
dukan dan derajat yang tinggi di dunia ini. sebab itu, Rasul
Yakobus membenarkan bahwa, sejauh kewajiban mereka untuk
menjalankan perintah-perintah dalam loh batu yang kedua, me-
reka berbuat baik dengan memberi hormat kepada siapa hormat
layak diberikan. Namun, sekalipun mereka menjalankan perin-
tah ini, hal ini tidak akan menutupi dosa mereka dalam hal me-
mandang muka, yang menjadi alasan mengapa mereka dikecam,
sebab ,
II. Hukum yang bersifat umum ini harus dipertimbangkan bersama-
sama dengan sebuah hukum yang khusus, “namun , jikalau kamu
memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu me-
njadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran (ay. 9). Sekali-
pun hukum yang terutama mengatakan kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri, dan tujuannya yaitu untuk
menunjukkan kepada mereka rasa hormat, yang juga cenderung
akan kamu kehendaki bagi dirimu sendiri jika kamu berada di
posisi mereka, namun ini tidak bisa menjadi alasan bagimu untuk
berbuat baik atau mengecam kepada jemaat menurut keadaan
lahiriah orang. Sebaliknya, di sini engkau harus memperhatikan
sebuah hukum tertentu, yang telah diberikan oleh Tuhan bersama-
sama dengan hukum lain yang juga diberikan-Nya kepadamu.
Dan dengan hukum ini, engkau akan sepenuhnya dinyatakan
bersalah atas dosa yang aku tuduhkan kepadamu.” Hukum ini
ada di dalam Imamat 19:15, Janganlah kamu berbuat curang
dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan
tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-
orang besar, namun engkau harus mengadili orang sesamamu de-
ngan kebenaran. Bukan itu saja, hukum kerajaan itu sendiri, jika
dijelaskan dengan tepat, akan berguna untuk menyatakan keber-
salahan mereka, sebab hukum itu mengajar mereka untuk me-
nempatkan diri baik pada kedudukan orang miskin maupun kedu-
dukan orang kaya, sehingga bertindak secara adil terhadap yang
satu seperti kepada yang lain. Dari sini, Yakobus melanjutkan,
Surat Yakobus 2:8-13
329
III. Dengan menunjukkan luasnya cakupan hukum ini, dan sejauh
mana ketaatan harus diberikan terhadapnya. Mereka harus men-
jalankan hukum kerajaan, menghormati bagian yang satu seperti
bagian yang lain, sebab jika tidak demikian maka hukum itu
tidak akan berguna bagi mereka, saat mereka berusaha mema-
kainya sebagai alasan bagi tindakan-tindakan tertentu. Sebab
barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, namun mengabaikan satu
bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya (ay. 10). Ini
bisa direnungkan,
1. Dengan merujuk pada perkara yang dibahas oleh Yakobus.
Apakah engkau membela sikapmu yang menghormati orang
kaya, sebab engkau harus mengasihi sesamamu seperti diri-
mu sendiri? Maka jika demikian tunjukkanlah pula hormat
yang sama dan sepantasnya kepada orang miskin, sebab
engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.
Jika tidak, berarti pengabaianmu dalam hal yang satu akan
mencemari usahamu dalam menaati hukum itu sepenuhnya.
Barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, namun mengabaikan
satu bagian dari padanya, secara sengaja, secara terbuka, dan
terus-menerus, dan saat berbuat demikian mengira bahwa ia
bisa dimaafkan dalam beberapa hal oleh sebab ketaatannya
dalam hal yang lain, ia bersalah terhadap seluruhnya. Artinya,
ia dapat dikenai hukuman yang sama, oleh pernyataan hukum
ini , seolah-seolah ia telah membuat pelanggaran terha-
dap hal yang dituduhkan kepadanya. Bukan berarti semua
dosa itu sama, namun semuanya sama-sama menghina kekua-
saan dari Sang Pemberi Hukum, dan dengan begitu terikat
pada hukuman seperti yang telah diancamkan atas pelanggar-
an hukum ini . Ini menunjukkan kepada kita betapa sia-
sianya jika kita menyangka bahwa perbuatan baik kita dapat
menebus perbuatan kita yang buruk, dan jelas-jelas menghen-
daki kita untuk mencari penebusan yang lain.
2. Ini dilukiskan lebih jauh dengan mengemukakan sebuah
persoalan yang berbeda dengan yang disampaikan sebelumnya
(ay. 11). Sebab Ia yang mengatakan: “Jangan berzinah,” Ia me-
ngatakan juga: “Jangan membunuh.” Jadi jika kamu tidak ber-
zinah namun membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum
juga. Mungkin, ada orang yang sangat ketat dalam hal perzi-
nahan, atau hal-hal yang cenderung mencemarkan daging,
330
namun tidak cepat mengecam pembunuhan, atau hal-hal yang
cenderung merusak kesehatan, mematahkan hati, dan mem-
binasakan kehidupan orang lain. Orang yang lain luar biasa
menjauhi pembunuhan, namun lebih memandang ringan perzi-
nahan. Sementara itu, orang yang menganggap kekuasaan
Sang Pemberi Hukum lebih penting dibandingkan soal perintah
akan melihat ada alasan yang sama untuk mengecam yang
satu seperti yang lain. Maka, ketaatan bisa diterima saat se-
muanya dilakukan dengan mata yang tertuju pada kehendak
Tuhan , sedang ketidaktaatan harus dikecam, dalam hal apa
pun juga, sebab itu merupakan sebuah penghinaan terhadap
kekuasaan Tuhan . Oleh sebab itu, jika kita mengabaikan
satu hal, berarti kita menghina kekuasaan-Nya, yang mem-
berikan hukum itu seluruhnya, dan dengan begitu kita ber-
salah terhadap hukum itu seluruhnya. Maka, jika kamu hanya
berpegang pada hukum yang lama, kamu akan dihukum,
sebab terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala
sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat (Gal. 3:10).
IV. Yakobus mengajarkan orang Kristen untuk mengatur dan me-
nguasai diri mereka lebih lagi khususnya dengan hukum Kristus.
Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi
oleh hukum yang memerdekakan orang (ay. 12). Ini akan mengajar
kita, tidak hanya untuk berlaku adil dan tidak membeda-beda-
kan, namun juga penuh belas kasihan dan kemurahan terhadap
orang miskin. Itu akan membebaskan kita sepenuhnya dari segala
bentuk hormat yang jahat dan tidak sepantasnya kepada orang
kaya. Perhatikanlah di sini,
1. Injil disebut sebagai sebuah hukum. Injil memenuhi segala
persyaratan sebagai sebuah hukum, antara lain merupakan
peraturan yang disertai dengan upah dan hukuman, menetap-
kan kewajiban sekaligus menyatakan penghiburan, dan Kris-
tus menjadi raja yang memerintah kita sekaligus menjadi nabi
yang mengajar kita, dan imam yang mempersembahkan kor-
ban dan bersyafaat bagi kita. Kita hidup di bawah hukum Kris-
tus.
2. Injil yaitu hukum yang memerdekakan orang. Injil yaitu
hukum yang tidak ada alasan bagi kita untuk mengeluhkan-
nya sebagai suatu kuk atau beban. Sebab menurut Injil,
Surat Yakobus 2:8-13
331
melayani Tuhan yaitu kebebasan yang sempurna. Dengan
melayani Tuhan , kita terbebas dari segala bentuk perbudakan
untuk memberi hormat, baik kepada manusia maupun kepada
hal-hal yang berasal dari dunia ini.
3. Kita semua harus dihakimi oleh hukum yang memerdekakan
ini. Keadaan kekal manusia akan ditentukan menurut Injil.
Inilah kitab yang akan dibuka, saat kita nanti berdiri di
hadapan takhta pengadilan. Tidak akan ada kelegaan bagi
mereka yang dinyatakan bersalah oleh Injil, begitu juga tidak
akan ada tuduhan yang dapat dikenakan pada mereka yang
dibenarkan oleh Injil.
4. sebab itu, kita perlu waspada agar kita sekarang berbicara
dan berlaku sebagai orang yang akan segera dihakimi oleh
hukum yang memerdekakan ini. Maksudnya, kita harus
mengikuti semua ketetapan Injil, harus menyadari kewajiban-
kewajiban Injil, harus memiliki karakter Injil, dan tingkah laku
kita yaitu tingkah laku Injil, sebab menurut peraturan inilah
kita pasti akan dihakimi.
5. Pertimbangan bahwa kita akan dihakimi oleh Injil, sudah se-
harusnya membuat kita lebih berbelas kasihan lagi kepada
orang miskin (ay. 13). Sebab penghakiman yang tak berbelas
kasihan akan berlaku atas orang yang tidak berbelas kasihan.
namun belas kasihan akan menang atas penghakiman. Perhati-
kanlah di sini,
(1) Nasib yang pada akhirnya akan ditimpakan atas orang-
orang berdosa yang tidak bertobat akan menjadi pengha-
kiman yang tidak berbelas kasihan. Tidak akan ada cam-
puran atau pengurangan pada cawan murka dan kenge-
rian, ampas yang harus mereka minum.
(2) Orang yang sekarang tidak berbelas kasihan tidak akan
dikasihani pada hari yang besar itu. Namun, di sisi lain,
kita bisa memperhatikan,
(3) Bahwa akan ada orang-orang yang akan menjadi contoh
kemenangan belas kasihan, sebab dalam diri mereka be-
las kasihan menang atas penghakiman. Semua anak ma-
nusia, pada hari terakhir, akan menjadi benda-benda
kemurkaan atau benda-benda belas kasihan. Semua orang
harus merenungkan dalam golongan yang mana mereka
akan ditemukan, dan marilah kita mengingat bahwa berba-
332
hagialah orang yang murah hatinya, sebab mereka akan
beroleh kemurahan.
Iman dan Perbuatan
(2:14-26)
14 Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia
memiliki iman, padahal ia tidak memiliki perbuatan? Dapatkah iman
itu menyelamatkan dia? 15 Jika seorang saudara atau saudari tidak mem-
punyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, 16 dan seorang dari
antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah
sampai kenyang!”, namun ia tidak memberi kepadanya apa yang perlu bagi
tubuhnya, apakah gunanya itu? 17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika
iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya yaitu
mati. 18 namun mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku
ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah kepadaku imanmu
itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari
perbuatan-perbuatanku.” 19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Tuhan
saja? Itu baik! namun setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka
gemetar. 20 Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang,
bahwa iman tanpa perbuatan yaitu iman yang kosong? 21 Bukankah Abra-
ham, bapa kita, dibenarkan sebab perbuatan-perbuatannya, saat ia mem-
persembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? 22 Kamu lihat, bahwa iman
bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu
iman menjadi sempurna. 23 Dengan jalan demikian genaplah nas yang
mengatakan: “Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan , maka Tuhan memper-
hitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” sebab itu Abraham
disebut: “Sahabat Tuhan .” 24 Jadi kamu lihat, bahwa manusia dibenarkan ka-
rena perbuatan-perbuatannya dan bukan hanya sebab iman. 25 Dan bukan-
kah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan sebab perbuatan-per-
buatannya, saat ia menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di
dalam rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? 26
Sebab seperti tubuh tanpa roh yaitu mati, demikian jugalah iman tanpa
perbuatan-perbuatan yaitu mati.
Di bagian terakhir dari pasal ini, Rasul Yakobus menunjukkan keke-
liruan mereka yang mengandalkan pengakuan iman Kristen semata,
seolah-olah itu akan menyelamatkan mereka, padahal keadaan pikir-
an mereka dan kebiasaan hidup mereka sama sekali tidak sejalan
dengan ibadah suci yang mereka akui. sebab itu, untuk membuat
mereka melihat betapa busuknya dasar yang mengalasi pengharapan
mereka, di sini dibuktikan secara umum bahwa seseorang dibenar-
kan, tidak hanya oleh iman, namun juga oleh perbuatan. Sekarang,
I. Mengenai hal ini timbullah sebuah pertanyaan yang amat besar,
yaitu bagaimana menyepakatkan Paulus dengan Yakobus. Paulus,
di dalam suratnya kepada jemaat di Roma dan Galatia, sepertinya
Surat Yakobus 2:14-26
333
menyatakan hal yang secara langsung bertolak belakang dengan
apa yang dijabarkan oleh Yakobus di sini. Ia kerap berkata de-
ngan penuh penekanan, bahwa kita dibenarkan hanya oleh kare-
na iman dan bukan oleh sebab melakukan hukum Taurat. Amicæ
scripturarum lites, utinam et nostræ – Ada suatu keselarasan yang
sangat baik antara satu bagian firman dengan bagian yang lain,
sekalipun kelihatannya ada perbedaan: sungguh baik seandainya
perbedaan di antara orang Kristen sama mudahnya diselaraskan.
“Tidak ada yang lain,” kata Baxter, “selain kesalahpahaman ma-
nusia akan arah dan maksud yang jelas dari surat-surat Paulus,
yang membuat begitu banyak orang menganggap begitu sukar
untuk menyelaraskan Paulus dengan Yakobus.” Suatu gambaran
umum tentang hal-hal yang ditekankan oleh golongan Antinomian
(yang menganggap bahwa hukum atau kewajiban moral tidak
diperlukan, sebab hanya iman yang menyelamatkan – pen.) bisa
dilihat di dalam tafsiran Baxter: dan banyak cara mungkin bisa
disebutkan, yang telah dibuat oleh golongan terpelajar demi me-
nyelaraskan kedua rasul ini , namun barangkali sudah cukup
hanya dengan mengamati beberapa hal berikut.
1. saat Paulus berkata bahwa manusia dibenarkan sebab
iman, dan bukan sebab melakukan hukum Taurat (Rm. 3:28),
ia jelas berbicara tentang perbuatan yang berbeda dengan
yang dimaksud oleh Yakobus, namun bukan tentang iman yang
berbeda. Paulus berbicara tentang perbuatan yang dilakukan
untuk menaati hukum Musa, dan sebelum manusia menerima
iman akan Injil. Selain itu, ia harus berhadapan dengan orang-
orang yang menilai diri begitu hebat dalam hal perbuatan-
perbuatan ini sehingga mereka menolak Injil (seperti yang
dikemukakan dengan sangat jelas pada bagian awal Roma 10).
namun , Yakobus berbicara tentang perbuatan yang
dilakukan untuk menaati Injil, dan sebagai hasil dan buah
yang pantas dan wajib ada dari kepercayaan yang sungguh-
sungguh akan Kristus Yesus. Baik Paulus maupun Yakobus
sama-sama menekankan iman kepada Injil, sebab Injillah
satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita dan membenar-
kan kita. Namun Paulus menekankannya dengan menunjuk-
kan ketidakcukupan segala perbuatan di dalam hukum Taurat
dibandingkan iman, atau bertentangan dengan ajaran tentang
pembenaran oleh Yesus Kristus. Yakobus menekankan iman
334
yang sama, dengan menunjukkan apa itu yang sesungguhnya
dan semestinya dihasilkan dan dikerjakan oleh iman itu.
2. Paulus tidak hanya berbicara tentang perbuatan yang berbeda
dengan perbuatan yang ditekankan oleh Yakobus, namun ia
juga berbicara tentang manfaat dari perbuatan baik yang ber-
beda dari apa yang ditekankan dan dimaksudkan di sini oleh
Yakobus. Paulus harus berurusan dengan orang-orang yang
mengandalkan kebaikan perbuatan mereka di mata Tuhan ,
sehingga ia berusaha menegaskan bahwa perbuatan tidak ada
artinya. Yakobus harus menghadapi orang-orang yang membe-
sar-besarkan iman, namun tidak mau jika perbuatan dijadi-
kan sebagai bukti. Mereka mengandalkan pengakuan semata,
seolah-olah cukup untuk membenarkan mereka. Dengan be-
gini, ia hendak menegaskan betapa perlu dan pentingnya per-
buatan baik. Sebagaimana kita tidak boleh memecahkan salah
satu loh hukum Taurat, dengan membenturkannya pada loh
yang lain, begitu juga kita tidak boleh menghancurkan hukum
Taurat dan Injil hingga berkeping-keping, dengan memben-
trokkannya satu dengan yang lain. Orang yang membesar-
besarkan Injil untuk mengesampingkan Taurat, dan orang
yang membesar-besarkan Taurat untuk mengesampingkan
Injil, sama-sama keliru. Sebab kita harus mempertanggung-
jawabkan pekerjaan kita. Harus ada baik iman kepada Yesus
Kristus maupun perbuatan baik yang dihasilkan oleh iman.
3. Pembenaran yang dibicarakan Paulus berbeda dengan pem-
benaran yang dikatakan oleh Yakobus. Yang satu berbicara ten-
tang pribadi kita yang dibenarkan di hadapan Tuhan , sedang
yang lainnya berbicara tentang iman kita yang dibenarkan di
hadapan manusia. “Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu dari
perbuatanmu,” kata Yakobus, “Biarlah imanmu dibenarkan di
mata orang yang melihat engkau dari perbuatan-perbuatan-
mu.” Namun Paulus berbicara tentang pembenaran di mata
Tuhan , yang hanya membenarkan orang yang percaya kepada
Yesus, dan murni berdasar penebusan yang ada di dalam
Dia. Jadi, kita melihat bahwa pribadi kita dibenarkan di
hadapan Tuhan melalui iman, namun iman kita dibenarkan di
hadapan manusia melalui perbuatan. Jelas sekali inilah yang
menjadi tujuan dan maksud Rasul Yakobus yang sungguh-
sungguh menegaskan apa yang dikatakan oleh Paulus, di
Surat Yakobus 2:14-26
335
tempat lain, mengenai imannya, bahwa itu yaitu iman yang
disertai usaha, dan iman yang bekerja oleh kasih (Gal. 5:6;
1Tes. 1:3; Tit. 3:8; dan di banyak tempat lain lagi.)
4. Paulus bisa dimengerti sebagai berbicara tentang pembenaran
yang belum utuh, sedang Yakobus berbicara tentang pem-
benaran yang utuh. Oleh sebab iman saja kita ditaruh dalam
keadaan dibenarkan, namun sesudah itu perbuatan baik turut
serta untuk menyempurnakan pembenaran kita pada hari
terakhir. sebab itulah, mari, hai kamu anak-anak Bapa-Ku –
sebab saat Aku lapar, kamu memberi Aku makan, dst.
II. sesudah menjernihkan bagian firman ini dari segala sesuatu di ba-
gian firman yang lain yang tampaknya bertentangan, marilah kita
melihat apa yang perlu dipelajari secara lebih khusus dari bagian
bacaan yang luar biasa dari Yakobus ini. Kita diajar,
1. Bahwa iman tanpa perbuatan tidak akan mendatangkan man-
faat, dan tidak dapat menyelamatkan kita. Apakah gunanya,
saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mem-
punyai iman, padahal ia tidak memiliki perbuatan? Dapat-
kah iman itu menyelamatkan dia? Perhatikanlah di sini,
(1) Bahwa iman yang tidak menyelamatkan tidak akan sung-
guh-sungguh bermanfaat bagi kita. Pengakuan belaka ter-
kadang boleh jadi menguntungkan, supaya dipandang baik
oleh orang yang memang sungguh-sungguh baik, dan
dalam beberapa kejadian juga bisa mendatangkan hal-hal
yang baik dari dunia. Namun keuntungan macam apakah
ini bagi seseorang, jika mereka mendapatkan seluruh du-
nia namun kehilangan nyawa mereka? Apakah gunanya? –
Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Segala sesuatu
harus diperhitungkan sebagai menguntungkan atau tidak
menguntungkan bagi kita lewat kecenderungannya untuk
memajukan atau menghambat keselamatan jiwa kita. Dan,
lebih dari segala-galanya, kita harus waspada untuk mem-
perhitungkan iman kita, jangan sampai tidak berguna,
sebab tidak menyelamatkan, dan malah pada akhirnya
justru memperbesar penghukuman dan kebinasaan kita.
(2) Bagi seseorang, memiliki iman dan berkata bahwa ia me-
miliki iman yaitu dua hal yang berbeda. Rasul Yakobus
336
tidak berkata, jika seseorang memiliki iman tanpa perbuat-
an, sebab itu yaitu suatu keadaan yang tidak dapat di-
terima. Maksud dari bagian firman ini jelas yaitu untuk
menunjukkan bahwa sebuah pendapat, atau dugaan, atau
pengakuan, tanpa disertai perbuatan, bukanlah iman. Se-
baliknya, masalah ini digambarkan begini, jika seorang
mengatakan, bahwa ia memiliki iman, dst. Orang bisa
saja membual kepada orang lain, dan menjadi congkak da-
lam hatinya sendiri, tentang suatu hal yang sesungguhnya
tidak mereka punyai.
2. Kita diajar bahwa, seperti halnya kasih yaitu ajaran yang
berkaitan dengan perbuatan, maka begitu juga iman. Tanpa
perbuatan, tidak satu pun dari kedua hal itu ada gunanya.
Dengan menguji bagaimana bila seseorang mengaku dirinya
penuh kasih padahal tidak pernah melakukan perbuatan ka-
sih, maka engkau bisa menilai apa artinya jika mengaku ber-
iman namun tidak memiliki buah yang sesuai dan semestinya
dari iman ini . Jika seorang saudara atau saudari tidak
memiliki pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan
seorang dari antara kamu berkata: “Selamat jalan, kenakanlah
kain panas dan makanlah sampai kenyang!”, namun ia tidak
memberi kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah
gunanya itu? (ay. 15-17). Apa gunanya bagimu, dan juga bagi
orang miskin itu, kasih yang semacam ini, yang hanya terdiri
dari kata-kata belaka? Akankah engkau datang ke hadapan
Tuhan dengan menunjukkan kasih yang kosong semacam ini?
Engkau juga bisa mengaku-ngaku bahwa kasihmu akan tahan
uji tanpa melakukan perbuatan belas kasihan, sebagaimana
mengira bahwa pengakuan iman akan meneguhkan engkau di
hadapan Tuhan tanpa adanya perbuatan saleh dan ketaatan.
Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai
perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya yaitu mati (ay.
17). Kita terlalu cenderung mengandalkan pengakuan iman
belaka, dan menyangka bahwa ini akan menyelamatkan kita.
Merupakan ibadah yang murah dan mudah untuk berkata,
“Kami percaya pada setiap pokok iman Kristen,” namun meru-
pakan khayalan yang luar biasa membayangkan bahwa ini
sudah cukup untuk membawa kita ke sorga. Orang yang ber-
pikir demikian berbuat salah terhadap Tuhan , dan menipu jiwa
Surat Yakobus 2:14-26
337
mereka sendiri. Iman yang palsu sama menjijikkannya dengan
kasih yang palsu, dan keduanya menunjukkan hati yang mati
terhadap segala kesalehan sejati. Sama seperti engkau bisa
langsung mengenal tubuh yang mati, tanpa jiwa, atau indra,
atau tindakan, demikian pula Tuhan bisa langsung mengetahui
mana iman yang mati, yang tidak punya perbuatan.
3. Kita diajar untuk membandingkan iman yang membanggakan
dirinya tanpa perbuatan dengan iman yang terbukti oleh per-
buatan, dengan melihat pada keduanya, untuk menguji bagai-
mana hasil dari perbandingan ini terhadap pikiran kita. namun
mungkin ada orang berkata: “Padamu ada iman dan padaku
ada perbuatan,” aku akan menjawab dia: “Tunjukkanlah ke-
padaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjuk-
kan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku” (ay. 18).
Misalkan seorang percaya yang sungguh-sungguh berkata
dengan sikap munafik yang congkak, “Engkau membuat
sebuah pengakuan, dan berkata bahwa engkau memiliki iman.
Aku tidak membual demikian, namun membiarkan perbuatan-
ku berbicara untuk diriku. Sekarang berikanlah bukti bahwa
engkau memiliki iman menurut pengakuanmu tanpa disertai
perbuatan kalau engkau bisa, dan aku akan segera membiar-
kanmu melihat bagaimana perbuatanku mengalir dari iman
dan menjadi bukti yang tidak terbantahkan atas adanya
imanku.” Inilah bukti dari yang selama ini diajarkan oleh
firman kepada manusia untuk menilai diri mereka sendiri dan
juga orang lain. Dan menurut bukti inilah Kristus akan men-
jalankan peradilan pada hari penghakiman itu. Dan orang-
orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka (Why. 20:12).
Maka betapa akan nyatalah orang-orang yang membual ten-
tang hal-hal yang tidak dapat mereka buktikan, atau yang
hendak membuktikan iman mereka dengan apa pun selain
perbuatan saleh dan belas kasihan!
4. Kita diajar untuk memandang iman yang didasarkan atas
kata-kata dan pengetahuan semata sebagai iman yang dimiliki
setan-setan. Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Tuhan
saja? Itu baik! namun setan-setan pun juga percaya akan hal itu
dan mereka gemetar (ay. 19). Contoh iman yang dipilih untuk
disebutkan oleh Rasul Yakobus di sini yaitu ajaran pertama
dari seluruh agama Kristen. “Engkau percaya bahwa ada
338
Tuhan , bertentangan dengan golongan atheis. Dan bahwa hanya
ada satu Tuhan saja, bertentangan dengan para penyembah
berhala. Itu baik! Artinya, sejauh ini semua itu benar. Namun
bersandar di sini, dan menilai baik dirimu sendiri, atau ke-
adaanmu di hadapan Tuhan , hanya semata-mata sebab eng-
kau percaya kepada-Nya, ini akan menjadikan engkau malang.
Setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Jika engkau berpuas diri hanya sebab sudah sepakat dengan
berbagai pokok pengakuan iman, dan memiliki beberapa pemi-
kiran tentang pokok-pokok iman itu, sejauh itu pulalah yang
sudah dilakukan setan-setan. sebab iman dan pengetahuan
mereka hanya berguna untuk membangkitkan rasa takut,
maka dalam waktu dekat itu jugalah yang akan terjadi pada-
mu.” Kata gemetar umumnya dianggap sebagai gambaran
akibat yang baik dari iman, namun di sini ini lebih dipandang
sebagai akibat yang buruk, saat diterapkan pada iman se-
tan-setan. Mereka gemetar, bukan sebab rasa hormat, me-
lainkan sebab benci dan melawan Tuhan yang satu itu, yang
mereka percayai. Mengutip pokok pengakuan iman kita terse-
but, yaitu Aku percaya akan Tuhan Bapa yang Mahakuasa,
tidak akan membedakan kita dari setan-setan, kecuali kita
juga menyerahkan diri kepada Tuhan sesuai tuntunan Injil, dan
mengasihi-Nya, dan bersuka di dalam Dia, dan melayani Dia.
Semua ini tidak dilakukan, dan tidak dapat dilakukan, oleh
setan-setan.
5. Kita diajar bahwa orang yang menyombongkan iman tanpa
perbuatan harus dilihat sekarang sebagai orang yang sungguh
teramat bodoh. Hai manusia yang bebal, maukah engkau
mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan yaitu iman
yang kosong? (ay. 20). Perkataan yang diterjemahkan sebagai
manusia yang bebal – anthrōpe kene, dianggap memiliki makna
yang sama dengan kata kafir, yang tidak boleh diucapkan ke-
pada orang per orang, atau untuk mengungkapkan amarah
(Mat. 5:22), namun boleh dipakai seperti di sini, untuk menyata-
kan rasa tidak suka teramat sangat yang sepantasnya terha-
dap orang-orang semacam ini, yang tidak memiliki perbuatan
baik namun menyombongkan iman mereka. Selain itu, kata ini
dengan jelas menggambarkan mereka sebagai orang yang bo-
doh dan hina di mata Tuhan . Iman tanpa perbuatan dikatakan
Surat Yakobus 2:14-26
339
mati, bukan saja sebab tidak memiliki apa-apa yang membuk-
tikan adanya kehidupan rohani, melainkan juga tidak mendapat
bagian dalam kehidupan kekal. Orang percaya semacam ini
yang bersandar pada pengakuan iman belaka yaitu orang yang
sudah mati selagi hidup.
6. Kita diajar bahwa iman yang membenarkan tidak bisa tidak
disertai perbuatan, dari dua contoh, yaitu Abraham dan Rahab.
(1) Contoh yang pertama yaitu iman Abraham, bapa orang
beriman, dan merupakan contoh utama tentang pembenar-
an. Kepada Abrahamlah orang Yahudi memberi peng-
hormatan secara khusus (ay. 21). Bukankah Abraham,
bapa kita, dibenarkan sebab perbuatan-perbuatannya, ke-
tika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah?
Di sisi lain, Paulus berkata (dalam pasal 4 dari surat ke-
pada jemaat di Roma) bahwa percayalah Abraham, dan
Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebe-
naran. Namun semuanya ini selaras, dengan memperhati-
kan apa yang dikatakan di dalam Ibrani 11, yang menun-
jukkan bahwa baik iman Abraham maupun Rahab yaitu
iman yang sedemikian rupa sehingga menghasilkan per-
buatan baik seperti yang dibicarakan oleh Yakobus. Iman
ini tidak boleh dipisahkan dari iman yang membenarkan
dan menyelamatkan. Melalui apa yang diperbuat Abraham,
tampaklah bahwa ia sungguh-sungguh percaya. Mengenai
dasar ini, firman Tuhan sendiri jelas mengatakannya.
sebab engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak
segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal
kepada-Ku, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-
limpah (Kej. 22:16-17). Dengan begitu iman Abraham
yaitu iman yang bekerja (ay. 22), iman bekerjasama
dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan
itu iman menjadi sempurna. Melalui hal ini engkau sampai
pada pengertian yang sesungguhnya dari firman yang
mengatakan, lalu percayalah Abraham kepada Tuhan , maka
Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenar-
an (ay. 23). Itu sebabnya ia menjadi sahabat Tuhan . Iman,
yang menghasilkan perbuatan semacam itu, membuat
Abraham begitu dikasihi oleh Sang Pribadi Ilahi, dan me-
ninggikannya hingga pada taraf perkenan dan keintiman
340
yang sangat istimewa dengan Tuhan . Sungguh suatu kehor-
matan besar bagi Abraham untuk disebut dan diperhitung-
kan sebagai sahabat Tuhan . Jadi, kamu lihat (ay. 24) bahwa
manusia dibenarkan (mengalami perkenan dan persahabat-
an dengan Tuhan ) sebab perbuatan-perbuatannya dan bukan
hanya sebab iman. Bukan hanya semata-mata sebab pen-
dapat, atau pengakuan, atau percaya tanpa menaati, melain-
kan dengan memiliki iman yang begitu rupa sehingga meng-
hasilkan perbuatan baik. Sekarang di samping penjelasan
mengenai ayat bacaan ini beserta contoh, yang menggam-
barkan dan mendukung pendapat yang diutarakan oleh
Yakobus, banyak pelajaran lain yang berguna juga dapat
kita peroleh dari apa yang dikatakan di sini tentang Abra-
ham.
[1] Barangsiapa ingin memperoleh berkat-berkat seperti
yang diperoleh Abraham harus sungguh-sungguh meni-
ru imannya. Membual sebagai keturunan Abraham
tidak ada gunanya bagi siapa saja, jika mereka tidak
percaya seperti yang dilakukannya.
[2] Perbuatan-perbuatan yang membuktikan iman sejati
pastilah perbuatan yang menyangkal diri, dan seperti
yang diperintahkan oleh Tuhan sendiri (seperti Abraham
yang mempersembahkan anaknya, yaitu anaknya yang
tunggal), dan bukan pekerjaan yang menyenangkan da-
rah dan daging dan melayani kepentingan kita sendiri,
atau hanya merupakan buah dari khayalan dan ran-
cangan kita sendiri.
[3] Apa yang kita rencanakan dalam kesalehan dan tekad-
kan dalam ketulusan untuk dilakukan bagi Tuhan diteri-
ma sebagai sesuatu yang seolah-olah benar-benar dilaku-
kan. Demikianlah Abraham dianggap telah mempersem-
bahkan anaknya, sekalipun ia tidak jadi mempersembah-
kan anaknya itu. Perbuatan itu yaitu sesuatu yang te-
lah dilakukan di dalam pikiran, roh, dan tekad Abraham,
dan Tuhan menerimanya sebagai sesuatu yang seolah-olah
sudah sepenuhnya dilaksanakan dengan tuntas.
[4] Tindakan iman menjadikan iman itu bertumbuh sem-
purna, sebagaimana kebenaran iman menjadikan iman
bertindak.
Surat Yakobus 2:14-26
341
[5] Iman yang bertindak semacam itu akan menjadikan
orang, seperti Abraham, sebagai sahabat Tuhan . Demi-
kianlah Kristus berkata kepada murid-murid-Nya, Aku
menyebut kamu sahabat (Yoh. 15:15). Segala hubungan
antara Tuhan dan orang yang sungguh-sungguh percaya
yaitu mudah, menyenangkan, dan membahagiakan.
Hanya ada satu kehendak dan satu hati, dan ada
kepuasan yang dirasakan kedua pihak. Tuhan girang hati
atas mereka yang sungguh-sungguh percaya, untuk
melakukan kebaikan bagi mereka, dan mereka bersuka
di dalam Dia.
(2) Contoh kedua tentang iman yang membenarkan dirinya
sendiri dan kita dengan dan melalui perbuatan yaitu Ra-
hab. Dan bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibe-
narkan sebab perbuatan-perbuatannya, saat ia menyem-
bunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam rumahnya,
lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang lain? (ay. 25).
Contoh yang pertama yaitu tentang iman orang yang
sudah dikenal akan imannya sepanjang hidupnya. Yang
satu ini yaitu contoh dari orang yang dikenal sebab
dosanya, yang imannya lebih hina dan derajatnya jauh
lebih rendah. Dengan begitu, baik iman yang paling kuat
maupun yang paling hina tidak dibolehkan berjalan tanpa
perbuatan. Beberapa orang berkata bahwa kata yang
diterjemahkan sebagai pelacur di sini yaitu sebutan yang
tepat bagi Rahab. Yang lain mengatakan bahwa kata ini
berarti tidak lebih dari seorang penjaga penginapan, tempat
para pengintai itu menginap. Namun sangat mungkin bah-
wa wataknya dikenal tidak baik, dan contoh semacam ini
disebutkan untuk menunjukkan bahwa iman akan menye-
lamatkan orang yang paling buruk, jika dibuktikan dengan
perbuatan yang sepantasnya. Sebaliknya iman tidak akan
menyelamatkan orang yang paling baik sekalipun tanpa
adanya perbuatan seperti yang diwajibkan oleh Tuhan .
Rahab ini mempercayai laporan yang didengarnya tentang
hadirat Tuhan yang dahsyat yang menyertai Israel. Namun
yang membuktikan bahwa imannya tulus yaitu bahwa ia
menyembunyikan orang-orang yang disuruh itu di dalam
rumahnya, lalu menolong mereka lolos melalui jalan yang
342
lain, sekalipun itu membahayakan nyawanya. Perhatikan-
lah di sini,
[1] Luar biasanya kuasa iman dalam mengubahkan orang
berdosa.
[2] Penghargaan yang dijumpai oleh iman yang bekerja dari
Tuhan , untuk memperoleh rahmat dan perkenan-Nya.
[3] saat dosa-dosa yang besar diampuni, ia harus lebih
mengingini kemuliaan bagi Tuhan dan kebaikan bagi
umat-Nya dibandingkan perlindungan bagi negerinya sendiri.
Kenalan-kenalannya yang terdahulu harus dijauhi, dan
jalan hidupnya yang terdahulu sepenuhnya ditinggal-
kan. Ia harus memberi bukti yang jelas akan hal ini
sebelum dapat dibenarkan. Bahkan sesudah ia dibenar-
kan, sifatnya yang dahulu harus diingat, bukan untuk
merendahkannya melainkan untuk memuliakan kasih
karunia dan rahmat yang kaya dari Tuhan . Sekalipun
dibenarkan, ia disebut sebagai Rahab, pelacur itu.
7. Sekarang, mengenai seluruh persoalan ini, Rasul Yakobus me-
narik kesimpulan, sebab seperti tubuh tanpa roh yaitu mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan yaitu mati
(ay. 26). Perkataan ini ditafsirkan berbeda-beda. Beber