iman kita.
[2] Ia membawa iman kita itu kepada kesempurnaan. Ia
menggenapi dan merupakan penggenapan semua janji
serta nubuat di dalam Kitab Suci. Ia menyempurnakan
seluruh kumpulan aturan Alkitab. Ia menyempurnakan
kasih karunia dan karya iman dengan kuasa di dalam
jiwa umat-Nya. Ia juga merupakan hakim dan pemberi
pahala bagi iman mereka. Ia menentukan siapa yang
mencapai tujuan, dan dari Dia, serta di dalam Dia,
mereka memperoleh pahala.
(2) Ujian-ujian yang dihadapi Kristus di dalam perlombaan
dan jalan-Nya.
[1] Ia tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terha-
dap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa (ay. 3). Ia
240
menanggung perlawanan yang mereka lancarkan terha-
dap-Nya, baik melalui perkataan maupun tindak-tan-
duk mereka. Mereka senantiasa membantah-Nya serta
menentang rancangan-rancangan-Nya yang agung. Mes-
kipun mampu membantah dan mengalahkan mereka
dengan mudah, serta sesekali menunjukkan contoh ke-
hebatan kuasa-Nya, namun Ia tetap menanggung peri-
laku mereka yang jahat dengan sangat sabar. Bantahan
mereka ditujukan untuk melawan Kristus sendiri, ter-
hadap pribadi-Nya sebagai Tuhan dalam rupa manusia,
terhadap wewenang dan khotbah-khotbah-Nya, namun
Ia menanggung semuanya itu.
[2] Ia tekun memikul salib, yakni semua penderitaan yang
dialami-Nya di dunia. Ia langsung memikul salib, ter-
paku di atasnya, menjalani kematian terkutuk yang me-
nyakitkan dan memalukan, yang membuat-Nya terhi-
tung bersama para pendosa, para penjahat paling keji.
Namun, semua ini ditanggung-Nya dengan kesabaran
dan keteguhan hati yang tidak terkalahkan.
[3] Ia mengabaikan kehinaan. Semua celaan yang dilontar-
kan kepada-Nya, baik saat Ia masih hidup maupun
pada saat kematian-Nya, ia abaikan saja. Ia jauh mele-
bihi mereka. Ia mengetahui keadaan-Nya yang mulia
dan tidak bersalah, dan mengabaikan kebodohan serta
kedengkian mereka yang menghina-Nya.
(3) Apa itu yang menopang jiwa Kristus sebagai manusia di
bawah penderitaan-penderitaan yang tiada bandingnya ini.
Itu yaitu sukacita yang disediakan bagi Dia. Di balik se-
mua penderitaan-Nya itu, Ia melihat sesuatu yang menye-
nangkan bagi-Nya. Ia bersukacita saat melihat bahwa me-
lalui semua penderitaan-Nya itu, ia akan dapat menebus
keadilan Tuhan yang telah dicederai dan menjamin kehor-
matan serta pemerintahan-Nya, supaya Ia dapat men-
damaikan Tuhan dengan manusia, memeteraikan perjanjian
kasih karunia sekaligus menjadi Pengantaranya, membuka
jalan keselamatan bagi orang-orang yang paling berdosa,
dan berhasil menyelamatkan semua orang yang telah di-
berikan Bapa kepada-Nya, sementara Ia sendiri menjadi
Surat Ibrani 12:1-3
241
yang sulung di antara banyak saudara. Inilah sukacita
yang disediakan bagi-Nya.
(4) Pahala bagi penderitaan-Nya: Ia sekarang duduk di sebelah
kanan takhta Tuhan . Sebagai Pengantara, Kristus ditinggi-
kan sampai mencapai kehormatan tertinggi, serta kekuasa-
an dan pengaruh paling besar. Ia duduk di sebelah kanan
Sang Bapa. Tidak ada suatu pun yang dapat lewat di
antara sorga dan bumi selain melalui Dia. Ia melakukan
segala sesuatu yang telah terjadi. Ia hidup senantiasa untuk
menjadi Pengantara umat-Nya.
(5) Apa kewajiban kepada Yesus ini. Kita harus,
[1] Memandang dengan mata yang tertuju kepada-Nya.
Artinya, kita harus terus-menerus menjadikan-Nya se-
bagai teladan dan sebagai pembesar semangat hati kita.
Kita harus memandang kepada-Nya untuk mendapat-
kan pengarahan, pertolongan, dan perkenanan dalam
semua penderitaan kita.
[2] Kita harus mengingat Dia, banyak merenung tentang
diri-Nya, dan menerapkan apa yang telah dilakukan-
Nya kepada diri kita. Kita harus analogize, sebagaimana
arti kata ini , membandingkan penderitaan Kristus
dengan penderitaan kita sendiri. Dengan demikian kita
akan mendapati bahwa sama seperti penderitaan-Nya
jauh melebihi penderitaan kita, baik dalam hakikat
maupun dalam kadarnya, demikian pula kesabaran-Nya
jauh melebihi kesabaran kita, sehingga menjadi pola
sempurna yang dapat kita teladani.
(6) Keuntungan yang akan kita raih dengan berbuat seperti
itu: Ini akan menjadi sarana yang dapat mencegah kita
menjadi lemah dan putus asa: supaya jangan kamu men-
jadi lemah dan putus asa (ay. 3).
[1] Bahkan pada diri orang-orang terbaik pun ada
kecenderungan untuk menjadi lemah dan putus asa
saat mengalami pencobaan dan penderitaan, terutama
dalam jangka waktu panjang dan secara terus-menerus.
Hal ini terjadi akibat ketidaksempurnaan kasih karunia
dan sisa-sisa sifat cemar di dalam dirinya.
242
[2] Cara terbaik untuk mencegah terjadinya hal ini yaitu
dengan memandang Yesus dan mengingat Dia. Iman
dan perenungan akan menimba kekuatan baru, peng-
hiburan, serta keberanian. Sebab Dia telah meyakinkan
mereka, jika mereka bertekun, mereka pun akan ikut
memerintah dengan Dia. Pengharapan ini akan menjadi
ketopong bagi mereka.
Manfaat dan Penggunaan Penderitaan;
Peringatan terhadap Kemurtadan
(12:4-17)
4 Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan
darah. 5 Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada
kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa jika engkau diperingatkan-Nya; 6
sebab Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang
yang diakui-Nya sebagai anak.” 7 Jika kamu harus menanggung ganjaran;
Tuhan memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah ada anak yang
tidak dihajar oleh ayahnya? 8 namun , jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang
harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, namun anak-anak
gampang. 9 Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjar-
an, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat
kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? 10 Sebab mereka mendidik
kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik,
namun Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian
dalam kekudusan-Nya. 11 Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia
diberikan tidak mendatangkan sukacita, namun dukacita. namun kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberi damai kepada mereka yang
dilatih olehnya. 12 Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang
goyah; 13 dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan
terpelecok, namun menjadi sembuh. 14 Berusahalah hidup damai dengan se-
mua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang-
pun akan melihat Tuhan. 15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun men-
jauhkan diri dari kasih karunia Tuhan , agar jangan tumbuh akar yang pahit
yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. 16
Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang memiliki nafsu yang
rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring
makanan. 17 Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, saat ia hendak menerima
berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Di sini, Rasul Paulus menekankan nasihatnya perihal kesabaran dan
ketekunan, dengan menjelaskan ukuran dan sifat mulia dari pen-
deritaan-penderitaan yang dialami orang-orang percaya Ibrani dalam
perjalanan mereka sebagai orang Kristen.
Surat Ibrani 12:4-17
243
I. Mengenai derajat dan ukuran penderitaan mereka yang masih
ringan dan wajar: Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu
belum sampai mencucurkan darah (ay. 4). Amatilah,
1. Ia mengakui bahwa mereka telah banyak menderita dan
berjuang keras melawan dosa. Di sini,
(1) Penyebab dari pertentangan itu yaitu dosa. Melibatkan
diri dalam perlawanan terhadap dosa berarti berjuang demi
suatu tujuan yang baik, sebab dosa merupakan musuh
terbesar, baik bagi Tuhan maupun manusia. Pertempuran
rohani kita sungguh terhormat sekaligus penting, sebab
kita melindungi diri terhadap hal yang dapat membinasa-
kan kita, jika dosa menang atas kita. Kita berjuang
demi diri kita, hidup kita, dan oleh sebab itu sudah seha-
rusnya bersikap sabar dan bulat hati.
(2) Setiap orang Kristen sudah terdaftar di bawah panji-panji
Kristus, untuk berjuang melawan dosa, melawan pengajar-
an sesat, perilaku berdosa, serta kebiasaan dan adat-adat
penuh dosa, baik di dalam dirinya sendiri maupun di da-
lam diri orang lain.
2. Rasul Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka bisa saja
menderita lebih banyak, bahwa mereka sebenarnya belum
mengalami penderitaan sebanyak orang lain. Mereka belum
sampai mencucurkan darah, mereka belum dipanggil untuk
menjadi martir, meskipun mereka tidak tahu berapa lama lagi
mereka akan mengalaminya. Cermatilah di sini,
(1) Yesus Tuhan kita, yang memimpin kita kepada keselamat-
an, tidak memanggil umat-Nya ke dalam pencobaan terbe-
rat terlebih dahulu. Sebaliknya, dengan bijaksana Ia mela-
tih mereka melalui penderitaan yang lebih ringan agar siap
menghadapi yang lebih berat. Ia tidak akan menyimpan
anggur baru ke dalam kantong kulit tua yang rapuh. Dia
yaitu gembala berhati lembut yang tidak akan mendo-
rong-dorong anak-anak domba dengan berlebihan.
(2) Sudah sepantasnya orang Kristen memperhatikan kelem-
butan hati Kristus dalam menyesuaikan pencobaan dengan
kekuatan mereka. Mereka tidak boleh membesar-besarkan
penderitaan mereka, namun memperhatikan belas kasih
yang bercampur di dalam penderitaan mereka itu. Mereka
244
harus merasa iba terhadap orang-orang yang terpanggil ke
dalam pencobaan berat sampai mencucurkan darah, bukan
untuk mencucurkan darah musuh, melainkan memeterai-
kan kesaksian mereka dengan darah mereka sendiri.
(3) Orang-orang Kristen seharusnya merasa malu bila merasa
putus asa di bawah tekanan pencobaan yang ringan, saat
mereka melihat orang-orang lain mampu bertahan di ba-
wah pencobaan yang lebih berat, dan tidak tahu kapan me-
reka sendiri akan mengalami pencobaan yang lebih berat.
Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan
engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak
berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai
engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau
perbuat di hutan belukar sungai Yordan? (Yer. 12:5).
II. Rasul Paulus menyampaikan alasannya berdasar sifat khas
penderitaan-penderitaan penuh kasih karunia yang menimpa
umat Tuhan . Walaupun lawan serta penganiaya mereka bisa saja
menjadi sarana untuk menyebabkan penderitaan seperti itu atas
mereka, namun hukuman itu merupakan ganjaran ilahi. Bapa
sorgawi mereka turut serta dalam segala sesuatu, dan semuanya
itu dipakai-Nya untuk melayani maksud-Nya yang bijak. Menge-
nai hal ini, Rasul Paulus telah memberitahukannya terlebih
dahulu, dan mereka tidak boleh melupakannya (ay. 5). Amatilah,
1. Penderitaan-penderitaan yang menurut manusia bisa saja
dianggap sebagai penganiayaan, namun sejauh menyangkut
Tuhan sendiri sebenarnya merupakan teguran dan ganjaran
seorang ayah. Penganiayaan yang berkaitan dengan agama
adakalanya merupakan koreksi serta teguran atas dosa-dosa
para penganut agama. Manusia menganiaya mereka sebab
mereka taat kepada agama. Tuhan menghukum mereka sebab
mereka tidak menjadi penganut agama sebagaimana yang se-
harusnya. Manusia menganiaya mereka sebab mereka tidak
bersedia menyangkali pengakuan mereka. Tuhan menghukum
mereka sebab mereka tidak hidup sesuai pengakuan mereka.
2. Tuhan telah memberi arahan kepada umat-Nya bagaimana ha-
rus berperilaku di bawah tekanan penderitaan. Mereka harus
menghindari perilaku berlebihan yang bisa saja muncul.
Surat Ibrani 12:4-17
245
(1) Mereka tidak boleh memandang rendah didikan Tuhan.
Mereka tidak boleh meremehkan penderitaan dan bersikap
bodoh serta tidak peduli terhadapnya, sebab penderitaan
merupakan tangan serta cambuk Tuhan , dan teguran-Nya
terhadap dosa. Orang-orang yang meremehkan penderitaan,
berarti meremehkan Tuhan dan menganggap ringan dosa.
(2) Mereka tidak boleh berputus asa saat ditegur. Mereka
tidak boleh patah semangat dan terpuruk di bawah tekan-
an pencobaan mereka, tidak boleh menggerutu dan menge-
luh, namun menanggungnya dengan iman serta kesabaran.
(3) jika mereka menunjukkan perilaku berlebihan seperti
ini, maka itu merupakan tanda bahwa mereka telah melu-
pakan nasihat dan teguran Bapa sorgawi mereka, yang
telah diberikan-Nya kepada mereka sebagai wujud kasih
sayang sejati dan dalam.
3. Penderitaan yang ditanggung dengan sikap benar, meskipun
hal itu merupakan buah rasa tidak senang Tuhan , tetap saja
merupakan bukti kasih kebapakan-Nya terhadap umat-Nya
dan kepedulian-Nya terhadap mereka (ay. 6-7): Tuhan mengha-
jar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang
diakui-Nya sebagai anak. Amatilah,
(1) Anak-anak Tuhan yang terbaik membutuhkan ganjaran.
Mereka melakukan kesalahan dan kebodohan yang perlu
diperbaiki.
(2) Meskipun Tuhan mungkin saja membiarkan orang lain ber-
kanjang di dalam dosa, Ia akan memperbaiki dosa yang
dilakukan anak-anak-Nya sendiri. Mereka yaitu anggota
keluarga-Nya dan tidak akan lepas dari teguran-Nya pada
waktu mereka membutuhkannya.
(3) Di dalam hal ini, Ia bertindak sebagaimana seorang ayah,
dan memperlakukan mereka sebagai anak-anak-Nya. Tidak
ada ayah yang baik dan bijaksana yang menutup mata
terhadap kesalahan anak-anaknya sendiri, sebagaimana
yang dilakukannya terhadap orang lain. Hubungan dan
kasih sayang-Nya mewajibkan-Nya untuk lebih memper-
hatikan kesalahan anak-anak-Nya sendiri dibandingkan kesa-
lahan orang lain.
246
(4) Dibiarkan berkanjang di dalam dosa tanpa memperoleh te-
guran merupakan tanda yang menyedihkan bahwa orang
yang bersangkutan terpisah dari Tuhan . Orang-orang seperti
itu yaitu anak-anak gampang, bukan anak kandung.
Mereka mungkin saja menyebut-Nya Bapa, sebab terlahir di
lingkungan gereja, namun sebenarnya mereka yaitu ketu-
runan palsu dari bapa yang lain, bukan dari Tuhan (ay. 7-8).
4. Orang-orang yang bersikap tidak sabar saat menerima hukum-
an dari Bapa sorgawi mereka, akan berperilaku lebih buruk
kepada-Nya dibandingkan terhadap orangtua mereka di bumi ini
(ay. 9-10). Di sini,
(1) Rasul Paulus memuji perilaku patuh dan tunduk di dalam
diri anak-anak terhadap orangtua mereka di bumi ini.
Mereka kita hormati, bahkan saat mereka memperbaiki
kesalahan kita. Sudah merupakan kewajiban anak-anak
untuk dengan taat menghormati perintah orangtua mereka
yang benar, dan dengan tunduk menghormati teguran
orangtua atas ketidapatuhan mereka. Orangtua tidak saja
memiliki wewenang, namun juga menerima tugas dari Tuhan
untuk memperbaiki perilaku anak-anak mereka bila perlu.
Ia juga telah memerintahkan kepada anak-anak untuk me-
nerima teguran seperti itu. Bersikap keras kepala dan tidak
puas terhadap teguran seperti itu merupakan kesalahan
ganda, sebab teguran itu menunjukkan adanya kesalahan
yang telah diperbuat melawan kekuasaan orangtua untuk
memerintah, dan semakin memperparah kesalahan mela-
wan kekuasaannya untuk mendidik. Oleh sebab itu,
(2) Rasul Paulus menganjurkan perilaku rendah hati dan
tunduk terhadap Bapa sorgawi kita pada waktu menerima
teguran dari-Nya. Dan ini dilakukannya dengan memban-
dingkan yang lebih kecil dengan yang lebih besar.
[1] Ayah kita yang di bumi hanyalah ayah jasmani, namun
Tuhan yaitu Bapa segala roh. Ayah kita di bumi ini
sekadar alat dalam menghasilkan tubuh kita yang tidak
lebih dari daging, yakni tubuh yang rendah, fana, dan
jahat, yang terbentuk dari debu tanah, sama seperti
halnya tubuh hewan. Walaupun demikian, tubuh ini
dibentuk dengan cara ajaib sehingga menjadi bagian-
Surat Ibrani 12:4-17
247
bagian dari diri kita, tempat tinggal yang layak bagi jiwa
dan sarana bagi jiwa untuk melakukan tindakan. Dan
untuk itu kita patut menaruh hormat dan kasih sayang
kepada mereka yang menjadi sarana keberadaan kita.
Namun, terlebih lagi kita harus menaruh hormat dan
kasih yang lebih besar kepada Dia yang yaitu Bapa
segala roh. Jiwa kita tidak terbuat dari bahan yang
kasatmata atau dari jenis bahan yang paling halus.
Jiwa kita tidak termasuk ex traduce – sesuatu yang da-
pat dijabarkan. Berusaha menegaskan hal ini merupa-
kan falsafah yang buruk dan bahkan ilmu ketuhanan
yang lebih buruk lagi. Jiwa yaitu keturunan langsung
dari Tuhan , yang sesudah membentuk badan manusia
dari debu tanah, kemudian mengembuskan roh hidup
ke dalamnya, sehingga menjadi jiwa yang hidup.
[2] Orangtua kita di bumi mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik.
Adakalanya mereka melakukan hal itu untuk memuas-
kan gejolak hati mereka dan bukan untuk memperbaiki
perilaku kita. Inilah kelemahan yang sering dilakukan
ayah kita, dan mereka harus berhati-hati terhadap ke-
cenderungan ini. Sebab melalui kelemahan itu, mereka
tidak menghormati wewenang sebagai orangtua yang
telah ditaruh Tuhan atas mereka dan sangat mengha-
langi keberhasilan ganjaran mereka. Sebaliknya, Bapa
roh kita tidak pernah gemar membuat anak-anak ma-
nusia sedih atau menderita, apalagi anak-anak-Nya
sendiri. Teguran senantiasa diberikan untuk kebaikan
kita. Keuntungan yang dimaksudkan-Nya bagi kita
melalui teguran itu tidak lain yaitu supaya kita bisa
mengambil bagian dalam kekudusan-Nya. Tujuannya
yaitu untuk memperbaiki dan menyembuhkan semua
perilaku dan perbuatan tidak tertib yang berdosa yang
membuat kita tidak menyerupai Tuhan , serta untuk
memperbaiki dan meningkatkan kasih karunia yang me-
rupakan gambaran Tuhan di dalam diri kita, supaya kita
lebih menyerupai dan bertindak seperti Bapa sorgawi
kita. Tuhan mengasihi anak-anak-Nya supaya mereka
248
bisa semirip mungkin dengan diri-Nya, dan untuk tu-
juan inilah Ia menghajar mereka jika diperlukan.
[3] Ayah jasmani kita memperbaiki perilaku kita dalam
waktu yang pendek, saat kita masih kecil dan belum
dewasa. Meskipun kita berada di pihak lemah dan me-
rasa kesal, kita harus menaruh hormat kepada mereka.
Dengan begitu, saat kita sudah menjadi dewasa, kita
akan semakin mencintai dan menghormati mereka atas
ganjaran mereka itu. Seluruh kehidupan kita di bumi
ini bagaikan keadaan kanak-kanak yang belum dewasa
dan tidak sempurna. Oleh sebab itu kita harus takluk
kepada berbagai ganjaran untuk menertibkan kita yang
berlaku dalam keadaan ini . sesudah kita tiba pada
tahap sempurna, kita akan diperdamaikan sepenuhnya
dengan semua tindakan ganjaran itu yang ditentukan
Tuhan bagi kita sekarang ini.
[4] Teguran Tuhan bukanlah penghukuman. Mula-mula
anak-anak-Nya boleh jadi merasa takut kalau-kalau
kemalangan menyertai maksud ganjaran yang mengeri-
kan itu, dan kita pun berseru, Jangan mempersalahkan
aku; beritahukanlah aku, mengapa Engkau beperkara
dengan aku (Ayb. 10:2). Namun, hal ini sama sekali
tidak merupakan rencana Tuhan bagi umat-Nya, sehing-
ga Ia menghajar mereka sekarang supaya tidak akan
dihukum bersama-sama dengan dunia (1Kor. 11:32). Ia
melakukan hal itu untuk mencegah kematian dan kebi-
nasaan jiwa mereka, supaya mereka dapat hidup bagi-
Nya, menyerupai Dia, dan tinggal bersama-Nya sampai
selama-lamanya.
5. Di tengah kemalangan, anak-anak Tuhan tidak boleh menilai
penanganan-Nya terhadap mereka berdasar perasaan
belaka, namun berdasar akal sehat, iman, dan pengalaman:
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak
mendatangkan sukacita, namun dukacita. namun kemudian ia
menghasilkan buah kebenaran yang memberi damai (ay.
11). Amatilah di sini,
(1) Penilaian berdasar perasaan dalam hal ini. Kemalangan
memang tidak menyenangkan bagi perasaan, namun men-
Surat Ibrani 12:4-17
249
datangkan dukacita. Daging akan merasakannya dan ber-
dukacita sebab nya, sehingga mengerang di bawah tekan-
annya.
(2) Penilaian berdasar iman, yang meralat penilaian ber-
dasarkan perasaan, serta menyatakan bahwa penderitaan
yang kudus menghasilkan buah-buah kebenaran. Buah-
buah ini membawa rasa damai, serta menenangkan dan
menghibur jiwa. Penderitaan menghasilkan damai sejahtera
dengan cara menghasilkan lebih banyak kebenaran, sebab
buah kebenaran yaitu damai sejahtera. Dan jika kepedih-
an jasmani memberi damai kepada pikiran, dan pen-
deritaan singkat sekarang ini menghasilkan buah-buah
berkat yang bertahan lama, maka tidak ada alasan untuk
menggerutu atau menjadi putus asa di bawah tekanannya.
Yang sangat perlu diperhatikan orang Kristen yaitu bah-
wa ganjaran yang sedang mereka alami itu dapat ditang-
gung melalui kesabaran, dan ditingkatkan ke taraf keku-
dusan yang lebih tinggi.
[1] Bahwa penderitaan mereka dapat ditanggung melalui
kesabaran, yang merupakan tujuan utama pembicaraan
Rasul Paulus mengenai pokok ini. Ia kembali menasi-
hati mereka dengan alasan yang telah disebutkan sebe-
lum ini bahwa mereka harus menguatkan tangan yang
lemah dan lutut yang goyah (ay. 12). Beban penderitaan
mudah membuat orang Kristen lemah dan goyah, serta
mematahkan semangat dan membuatnya berputus asa.
Namun, ia harus melawan hal ini sebab dua alasan:
Pertama, supaya ia dapat menjalani perlombaan ro-
hani dengan lebih baik. Iman, kesabaran, serta keberani-
an dan ketetapan hati yang kudus, akan membuatnya
melangkah lebih mantap, berjalan lebih lurus, serta men-
cegahnya menjadi bimbang dan menyimpang.
Kedua, supaya ia dapat menyemangati dan tidak
malah mematahkan semangat orang-orang lain yang
sedang mengalami hal yang sama dengannya. Banyak
orang sedang dalam perjalanan menuju sorga, namun
berjalan dengan langkah lemah dan timpang. Orang-
orang seperti ini mudah saling melemahkan dan meng-
250
hambat. sebab itu, tugas mereka yaitu bersikap ta-
bah dan bertindak dengan iman, sehingga dengan demi-
kian saling membantu sesamanya untuk terus maju
menuju sorga.
[2] Bahwa penderitaan mereka dapat ditingkatkan ke taraf
kekudusan yang lebih baik. Mengingat ini yaitu ren-
cana Tuhan , maka sudah sepatutnyalah menjadi rencana
dan perhatian anak-anak-Nya juga, bahwa dengan ke-
kuatan dan kesabaran baru mereka dapat hidup damai
dengan semua orang dan mengejar kekudusan (ay. 14).
jika anak-anak Tuhan menjadi tidak sabar di tengah
kemalangan, mereka tidak akan mampu hidup tenang
dan damai dengan orang lain, atau hidup saleh di ha-
dapan Tuhan seperti seharusnya. Sebaliknya, iman dan
kesabaran akan memampukan mereka hidup damai
dan kudus juga, seperti orang yang mengikuti pang-
gilannya, terus-menerus, dengan tekun, dan dengan
senang hati. Amatilah,
Pertama, sudah merupakan kewajiban orang-orang
Kristen, bahkan di dalam penderitaan, untuk hidup da-
mai dengan semua orang. Ya, bahkan dengan mereka
yang mungkin saja menjadi penyebab penderitaan me-
reka itu.
Kedua, damai sejahtera dan kekudusan saling ber-
kaitan. Tidak ada damai sejahtera sejati tanpa kekudus-
an. Memang ada juga kebijaksanaan dan kesabaran
berhikmat, serta sikap bersahabat dan dukungan yang
diberikan kepada semua orang, namun sikap suka ber-
damai Kristen sejati tidak pernah terpisah dari keku-
dusan. Janganlah kita, dengan alasan ingin hidup ber-
damai dengan semua orang, lalu meninggalkan jalan
kekudusan. Sebaliknya, peliharalah kedamaian dengan
cara kudus.
Ketiga, tanpa kekudusan tidak seorangpun akan meli-
hat Tuhan. Kesempatan untuk melihat Tuhan Juruselamat
kita di sorga disediakan sebagai pahala bagi kekudusan,
dan keselamatan kita hanya terletak pada kekudusan
kita, meskipun tabiat suka damai dan tenang sangat
membantu kelayakan kita untuk masuk ke sorga.
Surat Ibrani 12:4-17
251
6. jika kemalangan dan penderitaan demi Kristus tidak
dianggap manusia sebagai didikan Bapa sorgawi dan diman-
faatkan dengan baik, maka akan ada perangkap dan godaan
berbahaya untuk jatuh ke dalam kemurtadan. Dan kemurtad-
an ini harus diperhatikan dengan sangat hati-hati oleh orang
Kristen: Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan
diri dari kasih karunia Tuhan , dst. (ay. 15-16).
(1) Di sini Rasul Paulus memberi peringatan yang sungguh-
sungguh mengenai kemurtadan, dan menyokong peringat-
annya itu dengan sebuah contoh yang buruk.
[1] Ia memberi peringatan yang sungguh-sungguh menge-
nai kemurtadan (ay. 15). Di sini dapat diamati,
Pertama, sifat kemurtadan itu: yakni menjauhkan
diri dari kasih karunia Tuhan . Ini berarti jatuh miskin da-
lam hal agama sebab tidak adanya dasar yang kokoh,
perhatian, dan ketekunan yang diperlukan. Menjauhkan
diri dari kasih karunia Tuhan berarti tidak punya asas
kasih karunia sejati di dalam jiwa, meskipun ada sa-
rana kasih karunia dan pengakuan terhadap agama,
sehingga dengan demikian tidak mendapatkan kasih
dan perkenan Tuhan di sini dan juga di kehidupan sesu-
dah ini.
Kedua, akibat dari kemurtadan: saat orang men-
jauhkan diri dari kasih karunia Tuhan yang sejati, akan
muncul akar kepahitan, dan kebinasaan akan menang
serta menyeruak. Akar pahit, yang menghasilkan buah-
buah pahit bagi diri mereka sendiri dan orang lain. Hal
ini akan menghasilkan asas-asas cemar bagi diri
mereka sendiri yang mengarah kepada kemurtadan dan
sangat diperkuat serta dipancarkan oleh kemurtadan
itu sendiri, yakni segala kekeliruan-kekeliruan yang
mencelakakan (yang merusak pengajaran dan ibadah
jemaat Kristen) dan perbuatan-perbuatan cemar. Peri-
laku orang-orang murtad biasanya akan semakin
buruk, dan mereka akan jatuh ke dalam kejahatan yang
paling keji, yang biasanya berakhir dengan atheisme
atau keputusasaan. Akar pahit juga menghasilkan
buah-buah pahit bagi orang-orang lain dan bagi gereja-
252
gereja tempat mereka berjemaat. Melalui asas-asas dan
perilaku cemar mereka, banyak orang dibuat resah, ke-
damaian jemaat terusik, ketenteraman pikiran orang
terganggu, dan ini tentu saja mencemarkan banyak
orang. Mereka ini dikotori asas-asas yang buruk dan
ditarik kepada perilaku cemar. Dengan demikian, je-
maat menderita, baik dalam kesucian maupun keda-
maian. Namun, pada akhirnya orang-orang murtad itu
sendiri akan paling menderita.
[2] Rasul Paulus menyokong peringatannya dengan sebuah
contoh buruk, yakni tentang Esau, yang meskipun ter-
lahir di lingkungan rohani dan memperoleh hak kesu-
lungan sebagai anak pertama, sehingga dengan demi-
kian berhak menjadi nabi, imam, dan raja di dalam ke-
luarganya, telah bertindak begitu duniawi sampai
menghina hak-hak istimewa yang kudus ini. Sampai-
sampai ia menjual hak kesulungannya demi sepiring
makanan. Amatilah di sini,
Pertama, dosa Esau. Dengan nafsu rendahnya ia
telah menghina dan menjual hak kesulungannya beri-
kut semua keuntungan yang menyertainya. Itu jugalah
yang dilakukan orang-orang murtad, yang demi meng-
hindari penganiayaan dan menikmati kesenangan pe-
nuh hawa nafsu, meskipun menyandang tabiat anak-
anak Tuhan dan memiliki hak nyata untuk menerima
berkat serta warisan dari-Nya, malah memuaskan selu-
ruh keinginan mereka yang cemar itu.
Kedua, hukuman atas Esau yang setimpal dengan
dosanya. Hati nuraninya menyadari dosa dan kebodoh-
annya itu saat sudah terlambat: kemudian, saat ia
hendak menerima berkat itu, dst. Hukumannya terdiri
atas dua hal:
1. Ia dihukum oleh hati nuraninya sendiri. Sekarang ia
menyadari bahwa berkat yang diremehkannya itu
sebenarnya layak dimiliki dan layak dicari, meski-
pun dengan susah payah dan dengan mencucurkan
air mata.
Surat Ibrani 12:4-17
253
2. Ia ditolak oleh Tuhan : ia tidak beroleh kesempatan un-
tuk memperbaiki kesalahannya, baik di hadapan
Tuhan maupun ayahnya. Berkat itu diberikan kepada
orang lain, yaitu orang yang kepadanya ia telah
menjual haknya demi sepiring makanan. Esau, da-
lam kejahatannya yang luar biasa itu, telah mem-
buat keputusan itu, dan Tuhan dalam penghakiman-
Nya yang adil mengesahkan dan meneguhkannya,
dan tidak membiarkan Ishak mengubahnya.
(2) Dari sini kita bisa belajar,
[1] Bahwa murtad dari Kristus merupakan buah dari per-
buatan yang lebih menginginkan pemuasan hawa nafsu
dibandingkan berkat Tuhan dan warisan sorgawi.
[2] Orang-orang berdosa tidak akan terus memiliki pikiran
yang rendah seperti itu tentang berkat dan warisan ilahi
seperti yang mereka lakukan sekarang. Sebab, akan
tiba saatnya juga mereka menyadari betapa tidak akan
ada jerih payah yang terlalu berat, tidak akan ada upa-
ya dan air mata yang terlampau banyak untuk memper-
oleh kembali berkat yang telah hilang itu.
[3] saat masa anugerah itu telah berlalu (seperti yang
adakalanya terjadi dalam hidup ini), mereka tidak akan
menemukan tempat untuk bertobat: mereka tidak
mampu segera bertobat atas dosa mereka. Tuhan tidak
akan menyesali hukuman yang telah dijatuhkan-Nya
atas mereka sebab dosa mereka. Oleh sebab itu, seba-
gai rencana yang berlaku bagi semua, orang-orang Kris-
ten janganlah sekali-kali membuang hak dan pengha-
rapan mereka akan berkat serta warisan Bapa mereka.
Janganlah mereka memperhadapkan diri terhadap mur-
ka dan kutuk-Nya yang tidak dapat dibatalkan, dengan
meninggalkan agama mereka yang kudus demi meng-
hindari penderitaan. Meskipun penderitaan ini mungkin
saja berupa aniaya yang melibatkan orang-orang keji,
itu hanyalah merupakan tongkat untuk memperbaiki
kesalahan dan menghajar mereka, oleh Bapa Sorgawi
mereka, untuk membawa mereka dekat kepada-Nya su-
paya menyerupai dan bersekutu dengan Dia. Inilah
254
kekuatan pernyataan Rasul Paulus, yang memakai ha-
kikat penderitaan umat Tuhan sebagai dasarnya, bahkan
saat mereka menderita demi kebenaran. Dan pemikir-
annya ini sangatlah kuat.
Hakikat Aturan Kristen
(12:18-29)
18 Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api
yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, 19
kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang
mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, 20
sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: “Bahkan jika binatangpun
yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu.” 21 Dan sangat me-
ngerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: “Aku sangat ketakutan
dan sangat gemetar.” 22 namun kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota
Tuhan yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu
kumpulan yang meriah, 23 dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang nama-
nya terdaftar di sorga, dan kepada Tuhan , yang menghakimi semua orang, dan
kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, 24 dan
kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan,
yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel. 25 Jagalah supaya kamu
jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak
Dia yang menyampaikan firman Tuhan di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika
kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? 26 Waktu itu suara-Nya
menggoncangkan bumi, namun sekarang Ia memberi janji: “Satu kali lagi
Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga.”
27 Ungkapan “Satu kali lagi” menunjuk kepada perubahan pada apa yang
dapat digoncangkan, sebab ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak
tergoncangkan. 28 Jadi, sebab kita menerima kerajaan yang tidak tergon-
cangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Tuhan menu-
rut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. 29 Sebab
Tuhan kita yaitu api yang menghanguskan.
Di sini Rasul Paulus melanjutkan untuk mengajak orang-orang per-
caya Ibrani supaya bertekun di dalam perjalanan dan pertempuran
kristiani mereka, dan tidak kembali menganut ajaran agama Yahudi
lagi. Ia melakukan ini dengan menunjukkan kepada mereka betapa
berbedanya jemaat Injil dengan jemaat Yahudi, dan betapa miripnya
keadaan mereka dengan keadaan jemaat di sorga, dan sebab itu
kedua alasan ini menuntut serta layak mendapatkan dari kita kera-
jinan, kesabaran, dan ketekunan kita dalam menjalani hidup Kekris-
tenan kita.
I. Rasul Paulus menunjukkan betapa berbedanya jemaat Injil dari
jemaat Yahudi, dan betapa ia jauh mengunggulinya. Dan di sini
Surat Ibrani 12:18-29
255
kita melihat uraian yang sangat khusus perihal keadaan jemaat di
bawah hukum Musa (ay. 18-21).
1. Keadaannya sangat dapat dirasakan. Gunung Sinai tempat
keadaan rohani itu didirikan, merupakan gunung yang dapat
disentuh (ay. 18), sebuah tempat yang dapat diraba. Begitulah
aturannya. Aturan yang berlaku saat itu bersifat sangat
lahiriah, duniawi, dan sebab itu lebih berat. Keadaan Injil di
gunung Sion bersifat lebih rohani, masuk di akal, dan mudah.
2. Aturan di gunung Sinai sungguh gelap. Gunung itu diliputi
kekelaman dan kegelapan, dan keadaan rohaninya tertutup
oleh bayang-bayang serta berbagai perlambang gelap. Keadaan
Injil jauh lebih jelas dan terang.
3. Aturan di gunung itu menakutkan dan mencekam. Umat
Yahudi tidak tahan menanggung kengeriannya. Gelegar petir
dan kilat, bunyi sangkakala, dan suara Tuhan sendiri yang
berbicara kepada mereka, menghantam mereka dengan begitu
mencekam sampai mereka yang mendengarnya memohon,
supaya jangan lagi berbicara kepada mereka (ay. 19). Bahkan
Musa sendiri berkata, Aku sangat ketakutan dan sangat geme-
tar. Orang-orang terbaik di bumi pun tidak dapat berbicara
langsung dengan Tuhan dan para malaikat-Nya. Keadaan Injil
bersifat lunak, ramah, dan merendah, sehingga sesuai bagi diri
kita yang lemah.
4. Aturan di gunung itu sangat terbatas. Semua orang kecuali
Musa dan Harun tidak boleh mendekati gunung itu. namun , di
bawah Injil, kita semua boleh menghampiri Tuhan dengan
berani.
5. Aturan di gunung itu sangat berbahaya. Gunung itu menyala-
nyala dengan api, dan manusia ataupun hewan yang menyen-
tuh gunung itu harus dilempari dengan batu (ay. 20). Benar,
sungguh berbahaya bagi orang berdosa keji dan congkak untuk
menghampiri Tuhan , namun mereka tidak akan mengalami ke-
matian yang langsung dan pasti seperti yang terjadi di gunung
Sinai. Inilah keadaan jemaat Yahudi yang memang pantas bagi
umat yang keras kepala dan degil, untuk menegakkan keadilan
Tuhan yang ketat dan hebat, untuk menjauhkan umat Tuhan dari
kebergantungan pada aturan itu, dan mendorong mereka untuk
lebih mudah menyambut pengaturan lembut jemaat Injil, serta
melekat padanya.
256
II. Rasul Paulus menunjukkan betapa jemaat Injil mewakili atau
menggambarkan jemaat yang berjaya di sorga, dan hubungan apa
yang ada di antara kedua jemaat itu. Jemaat Injil disebut Bukit
Sion, Yerusalem sorgawi yang merdeka, kebalikan dari gunung
Sinai yang melahirkan perhambaan (Gal. 4:24). Inilah bukit
tempat Tuhan menetapkan raja yakni Mesias. Nah, saat datang
ke Bukit Sion, orang-orang percaya datang ke tempat sorgawi, dan
masuk ke masyarakat sorgawi.
1. Datang ke tempat sorgawi.
(1) Ke kota Tuhan yang hidup. Tuhan berdiam di dalam jemaat
Injil, yang dalam hal ini merupakan lambang sorga. Di sana
jemaat-Nya bisa mendapati-Nya memerintah, membimbing,
menyucikan, dan menghibur mereka. Di sana Ia berbicara
kepada mereka melalui pelayanan Injil. Di sana mereka
berbicara kepada-Nya melalui doa, dan Ia mendengarkan
mereka. Di sana Ia melatih mereka untuk mempersiapkan
diri bagi sorga, serta memberi mereka jaminan akan waris-
an mereka.
(2) Menuju Yerusalem sorgawi sebagai warga yang lahir dan
dibesarkan di sana sebagai penduduk yang merdeka. Di
sini orang-orang percaya memperoleh pandangan yang le-
bih jelas perihal sorga, bukti-bukti yang lebih nyata tentang
sorga, dan kelayakan yang lebih besar serta tabiat jiwa
yang lebih sorgawi.
2. Memasuki masyarakat sorgawi.
(1) Kepada beribu-ribu malaikat, yang sekeluarga dengan
orang-orang kudus, di bawah Kepala yang sama, dan da-
lam jumlah besar melaksanakan pekerjaan yang sama, me-
layani orang-orang percaya demi kebaikan mereka, memeli-
hara mereka dalam seluruh jalan hidup mereka, dan ber-
kemah di sekeliling mereka. Jumlah mereka tidak terhitung
banyaknya, dan dalam tatanan mereka merupakan kesatu-
an yang agung dan mulia. Mereka yang melalui iman telah
tergabung dalam jemaat Injil, juga tergabung dengan para
malaikat itu, dan pada akhirnya nanti akan menjadi seperti
mereka dan setara dengan mereka.
(2) Kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar
di sorga, yakni kepada jemaat dari segala penjuru, tak
Surat Ibrani 12:18-29
257
peduli berjauhannya mereka. Melalui iman kita datang ke-
pada mereka, bersekutu dengan mereka di bawah Kepala
yang sama, oleh Roh yang sama, dan di dalam pengharap-
an yang sama. Kita melangkah di jalan suci yang sama,
berjuang melawan musuh-musuh rohani yang sama, dan
bergegas menuju perhentian, kemenangan, dan kejayaan
agung yang sama. Di sinilah ada jemaat anak-anak
sulung, orang-orang kudus dari masa sebelumnya, yang
melihat janji-janji keadaan Injil namun tidak menerimanya,
dan juga mereka yang pertama-tama menerimanya di ba-
wah Injil sehingga diperbaharui dan menjadi jemaat anak-
anak sulung serta buah-buah sulung jemaat Injil. Dan
sebab itu, sebagai anak-anak sulung, mereka ini ditinggi-
kan sehingga menerima kehormatan dan hak-hak istimewa
yang lebih besar dibandingkan penduduk dunia yang lain. Se-
sungguhnya, semua anak Tuhan merupakan ahli waris, dan
setiap orang memperoleh hak istimewa anak sulung. Nama-
nama mereka ini tercatat di sorga, dan di dalam catatan
gereja di bumi. Nama mereka ada di rumah Tuhan , tercatat
di antara orang-orang yang hidup di Yerusalem. Mereka
terkenal sebab iman dan kesetiaan mereka, dan tercatat di
dalam kitab kehidupan Anak Domba, seperti nama-nama
warga yang terdaftar di dalam artikel pencatatan penduduk.
(3) Kepada Tuhan , yang menghakimi semua orang, Tuhan yang
Mahabesar itu, yang akan menghakimi baik orang Yahudi
maupun orang bukan Yahudi sesuai hukum yang berlaku
bagi mereka. Sekarang orang-orang percaya datang ke-
pada-Nya melalui iman, mengajukan permohonan mereka
kepada Sang Hakim, dan menerima surat pengampunan di
dalam Injil di pengadilan hati nurani mereka sekarang ini,
sehingga mereka tahu bahwa mereka akan dibenarkan
sesudah ini.
(4) Kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sem-
purna. Kepada orang-orang yang terbaik, yang benar, yang
lebih ungggul dibandingkan sesama mereka. Kepada bagian ter-
baik dari orang-orang benar, kepada roh-roh mereka yang
berada dalam keadaan terbaik yang telah menjadi sempur-
na. Orang-orang percaya memiliki persekutuan dengan
orang-orang kudus yang telah pergi lebih dahulu dalam
258
Kepala dan Roh yang sama, serta memperoleh hak atas
warisan yang sama, yang diwarisi mereka yang masih hidup
di bumi dan dimiliki mereka yang sudah berada di sorga.
(5) Kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada da-
rah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah
Habel. Ini sungguh merupakan salah satu yang terpenting
dari sekian banyak dorongan yang diberikan supaya berte-
kun di dalam Injil, mengingat bahwa ini merupakan perse-
kutuan dengan Kristus Sang Pengantara perjanjian baru,
dan tentang pemercikan darah-Nya, yang berbicara tentang
hal-hal yang lebih baik dibandingkan darah Habel.
[1] Perjanjian Injil merupakan perjanjian baru yang berbeda
dengan perjanjian yang berdasar pada perbuatan.
Sekarang ada perjanjian yang berada di bawah peng-
aturan baru, yang berbeda dengan Perjanjian Lama.
[2] Kristus yaitu Pengantara perjanjian yang baru ini.
Dialah orang yang menengahi kedua belah pihak, yakni
Tuhan dan manusia, untuk mempersatukan mereka di
dalam perjanjian ini. Untuk mempersatukan mereka,
tidak peduli sebesar apa pun dosa-dosa umat dan rasa
tidak senang Tuhan terhadap mereka sebab dosa, serta
untuk memanjatkan doa-doa kepada Tuhan . Ia menu-
runkan perkenan Tuhan kepada kita, untuk memohon
kepada Tuhan bagi kita dan untuk memohon bersama
kita kepada Tuhan . Dan pada akhirnya, Ia mempersatu-
kan Tuhan dengan umat-Nya di sorga, dan menjadi Peng-
antara di antara mereka sampai selama-lamanya, di
mana umat-Nya memandang serta menikmati keber-
samaan dengan Tuhan di dalam Kristus, dan Tuhan me-
mandang serta memberkati mereka di dalam Kristus.
[3] Perjanjian ini disahkan melalui darah Kristus yang
dipercikkan ke atas hati nurani kita, seperti darah kor-
ban persembahan dipercikkan ke atas mezbah dan kor-
bannya sendiri. Darah Kristus ini mendamaikan Tuhan
dan menyucikan hati nurani manusia.
[4] Inilah darah yang berbicara, yang membicarakan hal-
hal yang lebih baik dibandingkan darah Habel.
Surat Ibrani 12:18-29
259
Pertama, darah-Nya berbicara kepada Tuhan demi ke-
pentingan orang berdosa. Darah itu tidak memohonkan
pembalasan dendam, seperti yang dilakukan darah
Habel atas orang yang telah menumpahkan darahnya,
namun memohonkan belas kasihan.
Kedua, darah-Nya berbicara kepada orang-orang ber-
dosa, atas nama Tuhan . Darah itu berbicara tentang
pengampunan bagi dosa-dosa mereka dan damai sejah-
tera bagi jiwa mereka. Darah ini meminta ketaatan mut-
lak, kasih terdalam, dan ungkapan terima kasih mereka.
III. sesudah menekankan pentingnya ketekunan dengan mengguna-
kan alasan yang diambil dari hakikat keadaan jemaat Injil yang
bersifat sorgawi, Rasul Paulus menutup pasal ini dengan mene-
rapkan penjelasannya itu dengan cara yang sesuai (ay. 25): Jaga-
lah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman, yang ber-
firman melalui darah-Nya. Ia tidak sekadar berbicara dengan cara
yang berbeda dengan darah Habel yang berbicara dari dalam
tanah, namun lebih dibandingkan cara Tuhan berbicara melalui para
malaikat dan melalui Musa di atas gunung Sinai. Jika dahulu Ia
berbicara di bumi, sekarang Ia berbicara dari sorga. Amatilah di
sini,
1. saat Tuhan berbicara kepada manusia dengan cara yang ter-
amat luar biasa, sudah sepantasnyalah Ia mengharapkan per-
hatian dan rasa hormat sepenuh-sepenuhnya pula dari mere-
ka. Nah, dalam Injil inilah Tuhan sekarang berbicara kepada
manusia dengan cara yang teramat luar biasa. Sebab,
(1) Sekarang Ia berbicara dari takhta dan singgasana yang
lebih agung, bukan dari gunung Sinai yang berada di bumi,
melainkan dari sorga.
(2) Sekarang Ia berbicara lebih langsung melalui firman-Nya
yang diilhamkan-Nya dan melalui Roh-Nya, yang menjadi
saksi-saksi-Nya. Sekarang Ia tidak menyampaikan hal baru
kepada manusia, namun menyampaikan firman yang sama
langsung kepada hati nurani melalui Roh-Nya.
(3) Sekarang Ia berbicara dengan lebih penuh kuasa dan ber-
hasil. Dahulu, suara-Nya mengguncang bumi, namun seka-
rang, dengan memperkenalkan pemerintahan Injil, Ia tidak
260
saja mengguncang bumi, namun juga langit. Ia tidak saja
mengguncang bukit-bukit dan gunung-gunung, atau roh-
roh manusia, atau pemerintahan negeri Kanaan untuk me-
nyediakan tempat bagi umat-Nya. Ia tidak saja menggun-
cang dunia, seperti yang dilakukan-Nya dahulu kala, namun
juga mengguncang jemaat, yakni bangsa Yahudi. Ia meng-
guncang mereka dalam pemerintahan jemaat mereka yang
pada zaman Perjanjian Lama merupakan sorga di bumi.
Sekarang pemerintahan rohani sorgawi merekalah yang
diguncang oleh-Nya. Melalui Injil dari sorgalah Tuhan meng-
guncang dan memorakporandakan pemerintahan masyara-
kat dan gerejawi bangsa Yahudi, dan memperkenalkan
sebuah pemerintahan jemaat yang baru yang tidak bisa
disingkirkan dan tidak akan pernah tergantikan dengan
yang lain di bumi, namun akan tinggal tetap sampai menjadi
sempurna di sorga.
2. saat Tuhan berbicara kepada manusia dengan cara yang ter-
amat luar biasa, kesalahan orang-orang yang menolak-Nya
menjadi semakin besar, dan hukuman mereka akan semakin
tidak terelakkan dan tidak tertahankan. Tidak ada lagi cara
untuk menghindari atau menanggungnya (ay. 25). Cara lain
Tuhan menangani manusia di bawah Injil, yakni dengan cara
kasih karunia, meyakinkan kita bahwa Ia akan berurusan
dengan para penghina Injil dengan cara yang berbeda dengan
orang lain, yakni melalui penghukuman. Kemuliaan Injil, yang
harus mendapat perhatian kita sepenuhnya, tampak melalui
tiga hal berikut:
(1) Melalui bunyi sangkakala Injillah pengaturan dan pemerin-
tahan jemaat Tuhan yang lama telah diguncangkan dan
disingkirkan. Jadi, akankah kita menghina suara Tuhan
yang telah meruntuhkan jemaat dan pemerintahan yang
telah berdiri begitu lama dan dibangun sendiri oleh Tuhan ?
(2) Melalui bunyi sangkakala Injillah sebuah kerajaan baru
telah ditegakkan bagi Tuhan di dunia, kerajaan yang tidak
akan pernah dapat diguncangkan sehingga tersingkir. Ini
merupakan perubahan yang dibuat satu kali dan untuk
selamanya. Tidak ada kerajaan lain yang mampu meng-
ambil alih tempatnya sampai langit hilang lenyap. Sekarang
Surat Ibrani 12:18-29
261
kita telah menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan,
tidak akan pernah tersingkirkan, dan tidak akan pernah
memberi jalan kepada perjanjian baru mana pun. Sekarang
kanon Kitab Suci sudah sempurna, Roh nubuat akan ber-
akhir, rahasia Tuhan sudah selesai, Ia telah mengakhirinya.
Jemaat Injil boleh diperbesar, lebih berhasil, dan lebih di-
murnikan dari pencemaran yang telah terjadi, namun tidak
akan pernah diubah untuk digantikan dengan pengaturan
yang lain. Orang-orang yang binasa di bawah Injil, binasa
tanpa obat penawar. Oleh sebab itulah Rasul Paulus meng-
akhiri dengan tepat,
[1] Betapa pentingnya bagi kita untuk mengucap syukur dan
beribadah kepada Tuhan . Jika kita tidak diterima Tuhan di
bawah pengaturan ini, kita tidak akan pernah diterima
sama sekali. Kita akan kehilangan seluruh jerih payah
kita dalam beragama jika kita tidak diterima Tuhan .
[2] Ibadah kita kepada Tuhan tidak akan dapat diterima,
kecuali kita menyembah Dia dengan hormat dan takut.
Sama seperti halnya iman, rasa takut yang kudus
diperlukan agar penyembahan dapat diterima.
[3] Hanya kasih karunia Tuhan sajalah yang memampukan
kita menyembah Tuhan dengan cara yang benar. Alam tidak
dapat menggantikannya, sebab alam tidak dapat meng-
hasilkan iman yang berharga ataupun rasa takut kudus
yang dibutuhkan agar penyembahan dapat diterima.
[4] Tuhan yaitu Tuhan yang sama, yang adil dan benar baik
di bawah Injil maupun di bawah hukum Taurat. Meski-
pun Dia yaitu Tuhan kita di dalam Kristus, dan seka-
rang berurusan dengan kita dengan cara yang lebih
ramah dan penuh kasih, namun Ia tetap juga api yang
menghanguskan. Artinya, Dia yaitu Tuhan yang tegas
dan adil, yang akan membalas dendam terhadap semua
orang yang menghina kasih karunia-Nya dan yang
murtad. Di bawah Injil, keadilan Tuhan diperlihatkan
dengan cara yang lebih mengerikan, meskipun tidak ter-
lihat dan dirasakan seperti di bawah hukum Taurat. Se-
babnya yaitu sebab sekarang kita melihat keadilan
ilahi telah dijatuhkan ke atas Tuhan Yesus Kristus, yang
menjadikan diri-Nya korban pendamaian, menjadikan
262
jiwa dan tubuh-Nya korban persembahan bagi dosa, yang
memperlihatkan suatu tindakan keadilan yang jauh me-
lampaui apa yang pernah dilihat dan didengar di gunung
Sinai saat hukum Taurat diberikan.
PASAL 1 3
asul Paulus telah banyak membahas tentang Kristus, tentang
iman, tentang anugerah yang diberikan secara cuma-cuma, ten-
tang hak-hak istimewa Injil, dan memperingatkan orang Ibrani ter-
hadap kemurtadan. Sekarang, sebagai penutup dari semuanya itu, ia
menasihatkan mereka beberapa kewajiban yang sangat baik, sebagai
buah yang benar dari iman (ay. 1-17). Sesudah itu, Rasul Paulus me-
mohon supaya mereka mendoakan dirinya, dan ia sendiri meman-jat-
kan doa-doanya kepada Tuhan bagi mereka. Ia juga membangkitkan
harapan mereka bahwa mereka dapat berjumpa dengan dia dan
Timotius, dan sesudah itu mengakhiri suratnya dengan salam dan
berkat kepada mereka semua (ay. 18, sampai selesai).
Berbagai-bagai Kewajiban
(13:1-17)
1 Peliharalah kasih persaudaraan! 2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan
kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak
diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat. 3 Ingatlah akan orang-orang
hukuman, sebab kamu sendiri juga yaitu orang-orang hukuman. Dan
ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, sebab
kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini. 4 Hendaklah kamu semua penuh
hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat
tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Tuhan . 5 Jangan-
lah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang
ada padamu. sebab Tuhan telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan mem-
biarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” 6 Se-
bab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan yaitu Penolongku. Aku
tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
7 Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman
Tuhan kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman
mereka. 8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan
sampai selama-lamanya. 9 Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai
ajaran asing. Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan
kasih karunia dan bukan dengan pelbagai makanan yang tidak memberi
R
264
faedah kepada mereka yang menuruti aturan-aturan makanan macam itu.
10 Kita memiliki suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah
tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya. 11 sebab tubuh binatang-
binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar
sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. 12 Itu jugalah
sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan
umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. 13 sebab itu marilah kita pergi kepada-
Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya. 14 Sebab di sini kita
tidak memiliki tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan
datang. 15 Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan kor-
ban syukur kepada Tuhan , yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.
16 Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kor-
ban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Tuhan . 17 Taatilah pemim-
pin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga
atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya.
Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan
keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.
Tujuan Kristus menyerahkan diri-Nya untuk kita yaitu supaya Ia
dapat membeli bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang
rajin berbuat baik. Nah, Rasul Paulus memanggil orang-orang Ibrani
yang percaya untuk melaksanakan berbagai kewajiban yang sangat
baik, sebab sudah sepantasnya jika orang Kristen unggul di
dalam hal-hal ini .
I. Untuk memelihara kasih persaudaraan (ay. 1). Dengan ini yang
dimaksudkannya bukan hanya kasih secara umum kepada semua
orang, yang secara alami yaitu saudara-saudara kita, yang
semuanya diciptakan dengan darah yang sama. Kasih ini juga
bukan kasih dalam makna lebih terbatas yang pantas diberikan
kepada mereka yang seayah seibu dengan kita, melainkan juga
kasih secara rohani dan khusus yang harus hidup di tengah
anak-anak Tuhan .
1. Di sini, orang-orang Ibrani dipandang telah memiliki kasih per-
saudaraan ini seorang kepada yang lain. Sekalipun pada masa
ini bangsa Ibrani mengalami perpecahan dan kekacauan
berat di antara mereka, baik mengenai berbagai macam per-
soalan keagamaan maupun dalam hidup bermasyarakat, na-
mun masih ada kasih persaudaraan sejati yang ada di
antara orang-orang yang percaya kepada Kristus. Ini tampak
dengan sangat jelas segera sesudah Roh Kudus dicurahkan,
saat mereka menjadikan segala sesuatu kepunyaan mereka
bersama, dan menjual harta milik mereka untuk mengumpul-
kan uang guna menopang hidup saudara-saudara mereka
Surat Ibrani 13:1-17
265
seiman. Semangat Kekristenan yaitu semangat kasih. Iman
bekerja melalui kasih. Ibadah yang sejati yaitu ikatan persa-
habatan yang paling kuat. Jika tidak demikian, maka percuma
saja mereka menyandang nama Kristen.
2. Kasih persaudaraan ini terancam lenyap, dan ini terjadi di
masa aniaya, yang justru paling dibutuhkan pada saat-saat
ini . Ini terjadi sebab berbagai perselisihan di antara
orang-orang Ibrani mengenai apakah mereka masih harus
menghormati upacara-upacara di dalam hukum Musa atau
tidak. Perselisihan tentang agama terlalu sering berakibat pada
membusuknya kasih Kristen. Walau begitu, ini harus dicegah,
dan segala cara yang pantas harus dipakai untuk memelihara
kasih persaudaraan. Orang Kristen harus selalu mengasihi
dan hidup sebagai saudara. Semakin mereka bertumbuh di
dalam kasih yang tulus kepada Tuhan Bapa mereka di sorga,
maka semakin pula mereka bertumbuh di dalam kasih satu
dengan yang lain oleh sebab Dia.
II. Untuk saling memberi tumpangan. Jangan kamu lupa memberi
tumpangan kepada orang (ay. 2). Kita harus menambahkan ke-
pada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Di
sini perhatikanlah,
1. Tugas apa yang diwajibkan, yaitu memberi tumpangan kepada
orang, baik orang di luar bangsa Israel, maupun orang yang
tidak kita kenal, khususnya orang-orang yang menyadari bah-
wa diri mereka yaitu orang asing di dunia ini dan sedang
mencari negeri yang lain. Sebab itulah yang dialami oleh umat
Tuhan , dan demikianlah yang terjadi pada zaman itu, saat
orang Yahudi yang percaya sedang dalam keadaan putus asa
dan tertekan. Namun, agaknya Rasul Paulus berbicara menge-
nai orang dalam artian orang asing itu sendiri. Sekalipun kita
tidak tahu siapa mereka, atau dari mana asal mereka, namun
saat melihat bahwa mereka tidak memiliki tempat tinggal,
kita harus memberi tempat bagi mereka di hati kita dan di
rumah kita, saat kita memiliki kesempatan dan kemampuan
untuk itu.
2. Maksud dari kewajiban itu. Sebab dengan berbuat demikian
beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu
malaikat-malaikat. Itulah yang dialami oleh Abraham (Kej. 18)
266
dan Lot (Kej. 19), dan salah satu yang dijamu oleh Abraham
yaitu Anak Tuhan . Sekalipun kita tidak dapat menjamin bah-
wa kita akan mengalaminya, namun saat kita berbuat demi-
kian terhadap orang asing, sebab taat kepada Tuhan , maka Ia
akan menganggap dan membalas perbuatan itu sebagai per-
buatan yang dilakukan terhadap diri-Nya sendiri (Mat. 25:35).
saat Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan. Tuhan
sudah sering mengaruniakan kehormatan dan perkenan ke-
pada para hamba-Nya yang suka memberi tumpangan, melam-
paui segala pemikiran mereka, dengan tidak diketahui mereka.
III. Untuk menjadi orang Kristen yang penuh berbela rasa. Ingatlah
akan orang-orang hukuman (ay. 3). Di sini perhatikanlah,
1. Tugas yang dimaksud, yaitu mengingat akan orang-orang hu-
kuman dan yang diperlakukan sewenang-wenang.
(1) Tuhan sering mengatur sedemikian rupa supaya sementara
sebagian orang Kristen dan gereja-gereja diperlakukan se-
wenang-wenang, yang lainnya justru menikmati kedamaian
dan kebebasan. Semua orang tidak dipanggil secara ber-
samaan untuk bertahan sampai titik darah penghabisan.
(2) Orang-orang yang hidup dalam kebebasan harus berbela
rasa terhadap mereka yang sedang menjalani hukuman
dan diperlakukan sewenang-wenang, seakan-akan mereka
sendiri juga sedang dihukum bersama-sama dengan orang-
orang itu. Mereka harus turut merasakan penderitaan sau-
dara-saudara mereka.
2. Alasan mengapa tugas itu diberikan. sebab kamu sendiri juga
masih hidup di dunia ini (KJV: juga hidup di dalam tubuh itu –
pen.). Mereka tidak hanya masih ada di dalam tubuh secara
jasmani, yang kemungkinannya bisa mengalami penderitaan
serupa, sehingga sekarang kita harus bersimpati terhadap
mereka supaya orang lain juga bersimpati terhadap kita saat
masa pencobaan kita sendiri tiba, namun juga ada di dalam
tubuh rohani yang sama, di bawah kepala yang sama. Jika
satu anggota menderita, semua anggota turut menderita (1Kor.
12:26). Tidak wajar jika orang Kristen tidak saling ber-
tolong-tolongan menanggung beban mereka.
Surat Ibrani 13:1-17
267
IV. Untuk hidup murni dan suci (ay. 4). Di sini disampaikan,
1. Suatu anjuran untuk menaati ketetapan Tuhan tentang per-
kawinan. Perkawinan yaitu sesuatu yang terhormat dalam
segala hal (KJV), dan harus dipandang hormat oleh semua
orang, dan tidak dilarang bagi orang yang baginya Tuhan tidak
melarang. Perkawinan yaitu hal yang terhormat, sebab Tuhan ,
yang mengetahui bahwa tidak baik jika manusia itu sendirian
saja, telah menetapkannya bagi manusia di Firdaus. Tuhan
mempersatukan dan memberkati pasangan yang pertama itu,
orangtua yang pertama dari umat manusia, sebagai petunjuk
kepada semua orang untuk berpaling kepada Tuhan dalam
urusan yang sangat penting ini, dan supaya mereka menikah
di dalam Tuhan. Kristus menunjukkan hormat-Nya pada per-
kawinan melalui kehadiran-Nya dan mujizat-Nya yang per-
tama. Perkawinan yaitu hal yang terhormat, menjadi sarana
untuk menghindari ketidakmurnian dan ranjang yang terce-
mar. Perkawinan yaitu hal yang terhormat dan membahagia-
kan, saat orang-orang dipersatukan dalam keadaan murni
dan suci. Perkawinan juga menjaga supaya ranjang perkawin-
an jangan sampai menjadi cemar, tidak saja dari hubungan
yang terlarang namun juga dari cinta yang tidak wajar dan ber-
lebih-lebihan.
2. Teguran yang menakutkan namun adil terhadap ketidakmurni-
an dan kekejian. Orang-orang sundal dan pezinah akan diha-
kimi Tuhan .
(1) Tuhan tahu siapa yang bersalah atas dosa-dosa semacam
itu, tidak ada kegelapan yang dapat menyembunyikan hal
itu dari-Nya.
(2) Tuhan akan menyebutkan dosa-dosa semacam itu apa ada-
nya menurut namanya. Tuhan tidak akan menyebutnya se-
bagai cinta dan sikap kesatria, melainkan sebagai persun-
dalan dan perzinahan. Sundal jika dilakukan seorang la-
jang, dan zinah jika dilakukan orang yang sudah menikah.
(3) Tuhan akan menghukum mereka, Ia akan menghakimi me-
reka. Tuhan menghukum dengan hati nurani mereka sendiri
di dunia ini, dan membawa dosa-dosa mereka ke hadapan
mereka untuk mempermalukan mereka dengan amat
sangat (hati nurani, saat tersadar, akan berakibat sangat
268
keras terhadap para pendosa yang demikian). Atau, Ia akan
memperhadapkan mereka pada pengadilan-Nya saat me-
reka mati, dan pada hari terakhir. Ia akan menghakimi me-
reka, menghukum mereka, dan membuang mereka untuk
selamanya, jika mereka mati di dalam dosa ini.
V. Untuk menjadi orang Kristen yang mencukupkan diri apa adanya
(ay. 5-6). Di sini perhatikanlah,
1. Dosa yang bertentangan dengan anugerah dan kewajiban ini,
yaitu menjadi hamba uang. Menjadi hamba uang berarti memi-
liki keinginan atau nafsu yang berlebihan terhadap kekayaan
dunia ini, mencemburui orang-orang yang memiliki lebih
banyak dibandingkan kita. Kita tidak boleh memberi tempat kepada
dosa ini di dalam tindak-tanduk kita, sebab sekalipun ini
yaitu nafsu tersembunyi yang bercokol di dalam hati, jika
tidak ditaklukkan maka ia akan memasuki tindak-tanduk kita,
dan muncul di dalam perkataan dan perbuatan kita. Kita ha-
rus berusaha untuk tidak saja menundukkan dosa ini, namun
juga mencabutnya dari jiwa kita.
2. Kewajiban dan anugerah yang bertentangan dengan sikap
memperhambakan diri terhadap uang, yaitu merasa puas dan
senang dengan apa yang ada pada kita, yaitu segala sesuatu
yang ada sekarang, sebab hal-hal yang sudah lalu tidak dapat
dikembalikan, sedang hal-hal yang akan datang berada di
tangan Tuhan . Kita harus mencukupkan diri dengan apa yang
diberikan Tuhan kepada kita hari demi hari, sekalipun itu ma-
sih kurang baik bila dibandingkan dengan apa yang telah kita
nikmati sebelumnya, dan sekalipun itu tidak sesuai dengan
apa yang kita harapkan untuk masa depan. Kita harus mencu-
kupkan diri dengan bagian kita saat ini. Kita harus mengarah-
kan pikiran kita pada keadaan kita yang sekarang, dan inilah
cara yang ampuh supaya kita merasa puas. Orang yang tidak
dapat berbuat demikian tidak akan merasa puas sekalipun
Tuhan memperbaiki keadaan mereka sesuai dengan apa yang
mereka pikirkan, sebab seiring dengan membaiknya keadaan
mereka, maka pikiran mereka juga menghendaki lebih lagi.
Haman sudah menjadi kesayangan raja, namun masih belum
puas. Ahab sudah menduduki takhta, namun masih belum
puas. Adam sudah hidup di Firdaus, namun masih belum puas.
Surat Ibrani 13:1-17
269
Bahkan, para malaikat sudah tinggal di sorga, namun masih
belum puas. Namun Paulus, sekalipun dihina dan tidak punya
apa-apa, telah belajar mencukupkan diri dalam setiap keada-
an, dalam segala keadaan.
3. Mengapa orang Kristen harus mencukupkan diri dengan ke-
adaan mereka.
(1) Tuhan telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiar-
kan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan
engkau” (ay. 5-6). Ini dikatakan kepada Yosua (Yos. 1:5),
namun perkataan ini berlaku bagi semua hamba Tuhan yang
setia. Janji-janji di dalam Perjanjian Lama dapat diterap-
kan kepada orang-orang kudus zaman Perjanjian Baru.
Janji ini mengandung inti dan merupakan hakikat dari
semua janji Tuhan . Aku sekali-kali tidak akan, tidak, tidak
akan membiarkan engkau, ataupun sekali-kali meninggal-
kan engkau. Di sini ada tidak kurang dari lima ung-
kapan negatif sekaligus, untuk menegaskan janji itu. Orang
percaya yang sejati akan mengalami penyertaan Tuhan yang
penuh dengan kemurahan semasa ia hidup, saat ia mati,
dan untuk selama-lamanya.
(2) Dari janji yang bersifat luas dan mencakup semuanya ini,
orang Kristen boleh yakin bahwa mereka beroleh pertolong-
an dari Tuhan . Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata:
“Tuhan yaitu Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah
yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” (ay. 6). Ma-
nusia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Tuhan , dan Tuhan
dapat membuat apa saja yang dilakukan orang terhadap
umat-Nya berbalik menjadi kebaikan bagi umat-Nya itu.
VI. Untuk membalas kebaikan hamba-hamba Tuhan yang sudah me-
layani mereka, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup.
1. Kepada para pelayan Tuhan yang sudah mati. Ingatlah akan
pemimpin-pemimpin kamu (ay. 7). Di sini perhatikanlah,
(1) Gambaran yang diberikan tentang para pelayan Tuhan ini.
Mereka yaitu orang-orang yang memiliki kuasa atas orang
Kristen dan telah menyampaikan firman Tuhan kepada
mereka. Tampak di sini sejauh mana kehormatan mereka,
sebagai pemimpin dan penguasa atas jemaat, bukan menu-
270
rut kehendak mereka sendiri, melainkan menurut kehen-
dak dan firman Tuhan . Dan jabatan ini mereka penuhi de-
ngan tugas yang sesuai. Mereka tidak memimpin dari jauh,
dan memimpin melalui orang lain, namun mereka memimpin
dengan langsung hadir dan mengajar, menurut firman
Tuhan .
(2) Kewajiban yang harus dilaksanakan kepada para pelayan
Tuhan, sekalipun mereka sudah mati.
[1] “Ingatlah akan mereka. Ingatlah akan pemberitaan me-
reka, doa mereka, nasihat yang mereka berikan secara
perseorangan, dan teladan mereka.”
[2] “Contohlah iman mereka. Tetaplah teguh di dalam peng-
akuan iman yang mereka beritakan kepadamu, dan be-
kerjalah menurut anugerah iman yang mereka pegang
dengan begitu baik selama hidup ataupun saat mati.
Perhatikanlah akhir hidup mereka, betapa cepat, betapa
tenang, betapa penuh sukacita, mereka menyelesaikan
perjalanan mereka!” Sekarang, kewajiban untuk men-
contoh iman sejati yang sama yang telah diajarkan
kepada mereka, dijabarkan seluas-luasnya oleh Rasul
Paulus. Ia juga sungguh-sungguh mendorong mereka
untuk melakukan kewajiban ini , bukan hanya
untuk mengenang para pembimbing setia mereka yang
sudah almarhum itu, namun juga sebab beberapa mak-
sud yang lain.
Pertama, sebab keteguhan dan kekekalan Tuhan
Yesus Kristus. Meskipun beberapa dari hamba Tuhan
yang melayani mereka sudah mati, sedang yang
lainnya akan segera mengikuti, namun kepala agung
dan imam besar jemaat, pemelihara jiwa mereka, tetap
hidup, dan tetap sama. sebab itu, mereka harus teguh
dan tidak tergoyahkan dalam meneladani Kristus, dan
harus ingat bahwa Kristus hidup selamanya untuk
mengawasi dan memberi upah atas ketaatan orang-
orang yang setia kepada kebenaran-Nya, dan untuk
mengawasi serta menjatuhkan hukuman atas kemur-
tadan penuh dosa yang mereka lakukan terhadap-Nya.
Kristus tetap sama di zaman Perjanjian Lama, di zaman
Surat Ibrani 13:1-17
271
Injil, dan akan tetap sama bagi umat-Nya untuk se-
lama-lamanya.
Kedua, sebab sifat dan kecenderungan ajaran-ajaran
yang keliru, yang mengancam untuk menjebak mereka.
a. Ajaran-ajaran itu memiliki berbagai rupa dan ragam
(ay. 9), berbeda dengan apa yang telah mereka teri-
ma dari para pengajar mereka terdahulu yang setia.
Selain itu, isi dari ajaran-ajaran itu sendiri tidak
saling bersesuaian.
b. Ajaran-ajaran ini yaitu ajaran asing. Hal-hal
yang tidak dikenal oleh gereja Injil yaitu asing bagi
Injil.
c. Ajaran-ajaran itu bersifat mengguncang dan mem-
bingungkan, seperti angin yang membuat kapal ter-
ombang-ambing, terancam terseret dari tempatnya
membuang sauh, terbawa arus, dan pecah mena-
brak batu karang. Ajaran-ajaran ini sangat berten-
tangan dengan kasih karunia Tuhan yang memantap-
kan dan menguatkan hati, yang merupakan sesuatu
yang baik. Ajaran-ajaran asing ini membuat hati
terus bergejolak dan tidak tenang.
d. Isi dari ajaran-ajaran ini remeh dan tidak penting. Ajar-
annya berbicara tentang hal-hal yang lahiriah, sepele,
dan tidak kekal, seperti makanan minuman, dst.
e. Ajaran-ajaran ini tidak berfaedah. Orang-orang yang
sangat terpengaruh oleh ajaran-ajaran ini, dan men-
jalankannya, tidak memperoleh manfaat apa-apa
bagi jiwa mereka dari ajaran ini . Semua ajaran
itu tidak membuat mereka menjadi lebih kudus,
ataupun lebih rendah hati, ataupun lebih bersyukur,
atau lebih saleh.
f. Ajaran-ajaran itu akan menghalangi orang-orang
yang menerimanya memperoleh hak-hak istimewa
dari mezbah orang Kristen (ay. 10). Kita memiliki
suatu mezbah. Ini merupakan sebuah alasan yang
amat berbobot, sehingga Rasul Paulus berbicara
lebih banyak tentang hal ini. Perhatikanlah,
272
(a) Gereja Kristen memiliki mezbahnya sendiri. Ada
yang menuding orang Kristen mula-mula bahwa
jemaat mereka tidak memiliki mezbah, namun ini
tidak benar. Kita memiliki suatu mezbah, bu-
kan mezbah bendawi, melainkan berupa seorang
pribadi, yaitu Kristus. Ia yaitu mezbah kita, se-
kaligus korban persembahan kita. Ia mengudus-
kan persembahan kita. Mezbah-mezbah di dalam
Perjanjian Lama merupakan perlambang Kristus.
Mezbah tembaga melambangkan korban, sedang-
kan mezbah emas melambangkan syafaat-Nya.
(b) Mezbah ini menyediakan perjamuan bagi orang-
orang percaya yang sejati, sebuah perjamuan
dengan hidangan korban persembahan, suatu
perjamuan dengan masakan yang bergemuk, ke-
kuatan dan pertumbuhan rohani, serta kesukaan
dan kenikmatan yang kudus. Meja Tuhan bukan-
lah mezbah kita, namun di atasnya disajikan hi-
dangan dari mezbah. Sebab anak domba Paskah
kita juga telah disembelih, yaitu Kristus (1Kor.
5:7), yang dilanjutkan dengan ucapan, sebab itu
marilah kita berpesta. Perjamuan Tuhan yaitu
perjamuan Paskah Injil.
(c) Barangsiapa setia terhadap ketetapan Imamat
atau Kemah Suci, atau berbalik kepadanya, meng-
halangi diri mereka sendiri dari hak-hak istimewa
mezbah ini, dari berbagai keuntungan yang telah
dibeli oleh Kristus. Jika mereka melayani Kemah
Suci, maka mereka telah memutuskan untuk
tunduk kepada ritual dan upacara yang sudah
usang, dan menolak hak mereka terhadap mezbah
Kristen. Mengenai pernyataan ini, Rasul Paulus
mula-mula membuktikannya terlebih dahulu,
baru kemudian memanfaatkannya.
[a] Ia membuktikan bahwa ketaatan mutlak sese-
orang terhadap keyahudiannya ini menjadi
penghalang untuk mendapatkan hak-hak isti-
mewa dari mezbah Injil. Alasan yang dikemu-
kakannya yaitu sebagai berikut. Di bawah
Surat Ibrani 13:1-17
273
hukum Yahudi, tidak ada bagian dari korban
penghapus dosa yang boleh dimakan. Semua-
nya harus dibakar di luar perkemahan saat
mereka masih tinggal di dalam kemah, dan di
luar gerbang saat mereka tinggal di kota-
kota. Nah, jika mereka masih mau tunduk
kepada hukum itu, maka mereka tidak dapat
makan di mezbah Injil. Sebab, apa yang dima-
kan di sana dihidangkan dari Kristus, yang me-
rupakan korban penghapus dosa yang agung.
Makanan ini bukanlah korban penghapus
dosa itu sendiri, seperti yang dikatakan oleh
para pengikut dari golongan tertentu, sebab
bila demikian, maka makanan itu tidak boleh
dimakan, melainkan harus dibakar. Sebalik-
nya, perjamuan Injil merupakan buah dan
hasil dari korban persembahan. Barangsiapa
tidak mengakui korban itu sendiri, tidak ber-
hak menikmati perjamuan. Selain itu, supaya
tampak bahwa sesungguhnya Kristus yaitu
penggenapan atas korban penghapus dosa, dan
sehingga, Ia dapat menguduskan atau men-
tahirkan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri,
maka Ia menjadikan diri-Nya serupa dengan
perlambang itu, dengan menderita di luar
gerbang. Ini yaitu contoh yang mencengang-
kan tentang penghinaan-Nya, seolah-olah Ia
tidak pantas baik untuk kalangan orang kudus
maupun orang biasa! Ini juga menunjukkan
bagaimana dosa, yang menjadi sebab meng-
apa Kristus menderita, merupakan penyebab
hilangnya segala hak baik dalam hal kero-
hanian maupun dalam kehidupan sehari-hari,
serta menjadikan orang yang berdosa itu se-
bagai penyakit dan rongrongan bagi semua
orang, jika Tuhan keras dalam mengingat-ingat
kesalahan-kesalahan. Maka, sesudah menun-
jukkan bahwa ketaatan terhadap hukum Ima-
mat, sekalipun dilakukan sesuai dengan per-
274
aturan hukum itu sendiri, akan menghalangi
orang dari mezbah Kristen, Rasul Paulus me-
lanjutkan,
[b] Dengan menggunakan pendapat ini (ay. 13-
15) untuk memberi nasihat yang sesuai.
Pertama, marilah kita pergi kepada-Nya di
luar perkemahan. Pergi dari hukum upacara,
dari dosa, dari dunia, dari diri kita sendiri,
dari tubuh kita, saat Dia memanggil kita.
Kedua, Marilah kita rela menanggung kehi-
naan-Nya, rela dipandang terbuang dari sega-
la sesuatu, tidak layak hidup, tidak layak
mati dengan cara biasa. Ini yaitu kehinaan-
Nya, dan kita harus menerimanya. Ki