tu. Sebab
kalau tidak begitu keadaan mereka, orang tidak akan menyangka bahwa
manusia yang berakal sehat dan memegang kendali atas pikiran yang
jernih dan waras, akan melakukan kesalahan yang begitu besar dan tidak
masuk akal itu. sebab itu mereka harus mabuk terlebih dahulu sebelum
dapat kehilangan akal sehat seperti itu. Penyembah-penyembah yang
mabuk, yang bukan manusia melainkan binatang, memang pantas
melayani ilah-ilah yang bagaikan kotoran hewan, yang bukan Tuhan me-
lainkan setan. Mereka pening sebab anggur (Yes. 28:7). Mereka minum
anggur dan memuja berhala-berhala mereka, seolah-olah patung-patung
itu merupakan penemu dari pesta mereka itu dan pemberi semua hal
baik kepada mereka. Atau, saat sedang minum-minum anggur, mereka
memuji-muji para dewa dan mengucapkan selamat kepada mereka. Raja
minum-minum anggur (ay. 1) di hadapan patung-patung itu. Artinya, ia
mulai dengan bersulang untuk dewa yang ini, kemudian yang lain,
sampai selesai melakukannya kepada beragam dewa, termasuk yang
terbuat dari kayu dan batu. Perhatikanlah, pelanggaran susila dan
ketidaksalehan, serta perbuatan jahat dan tidak senonoh, saling
menguatkan dan meningkatkan minat terhadap satu sama lain.
Bermabuk-mabukan merupakan pengantar menuju penyembahan
berhala, sedangkan bersulang kepada berhala merupakan penganjur
kepada perilaku mabuk selanjutnya.
II. Lihatlah bagaimana Tuhan membuat raja ketakutan, dan menghujamkan
kengerian ke atasnya. Belsyazar dan para pembesarnya sedang bersukaria,
cawan anggur beredar dengan cepat, diiringi musik riang, sambil minum
mengharapkan kebingungan, boleh jadi, bagi Koresh dan pasukannya.
Mereka memekik sorak-sorai, yakin penuh akan membubarkan kepungan itu
segera. Namun saatnya telah tiba saat apa yang jauh sebelum itu telah
dinubuatkan tentang raja Babel harus digenapi, saat kotanya dikepung
oleh orang Persia dan Madai (Yes. 21:2-4). Malam hari yang selalu
kurindukan itu sekarang menggentarkan aku. Kegembiraan pesta di istana
itu harus dihentikan, dan sukaria mereka dipadamkan, meskipun raja
sendirilah yang menjadi pemimpin pesta pora itu. Begitu Tuhan berfirman,
segera saja kita melihat raja dan semua tamunya menjadi sangat
kebingungan, dan sukaria mereka berakhir dengan kecemasan.
1. Tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding, tepat di
depan raja (ay. 5). Seorang rabi berkata, “Malaikat Gabriellah yang
menggerakkan dan menulis dengan jari-jari itu.” “Tangan ilahi itu” (kata
seorang rabi kita, yaitu Dr. Lightfoot), “yang telah menulis kedua loh
batu berisi hukum untuk umat-Nya, sekarang menuliskan hukuman atas
Babel dan Belsyazar pada dinding.” Di sini, untuk membuat mereka
ketakutan, tidak didatangkan sesuatu yang menimbulkan bunyi, atau
mengancam nyawa mereka, tidak ada petir menggelegar atau sambaran
kilat, tidak ada malaikat pemusnah dengan pedang terhunus di
tangannya. Yang tampak hanyalah tangan yang memegang alat tulis, dan
menulis di atas dinding, di depan kaki dian, supaya mereka semua bisa
melihat tulisan itu di bawah penerangan kaki dian mereka sendiri.
Perhatikanlah, firman Tuhan yang tertulis sudah cukup untuk membuat
ketakutan orang berdosa yang paling congkak dan berani, saat Ia
berkenan mengutus firman-Nya untuk menyerang. Raja melihat
punggung tangan yang sedang menulis itu, namun tidak melihat orang
yang memiliki tangan itu, sehingga semakin seram keadaannya.
Perhatikanlah, apa yang kita lihat tentang Tuhan , yakni bagian tangan
yang menulis di kitab penciptaan dan Kitab Suci Sesungguhnya,
semuanya itu hanya ujung-ujung jalan-Nya (Ayb. 26:14), dapat berguna
untuk membangkitkan pada kita pikiran menakutkan perihal bagian dari
Tuhan yang tidak kita lihat. Jika inilah tangan Tuhan , seperti apa gerangan
lengan-Nya yang seutuhnya jika diperlihatkan? Seperti apakah Dia?
2. Raja langsung dicekam ketakutan yang amat sangat (ay. 6): Lalu raja
menjadi pucat, yaitu rona wajahnya berubah. Sendi-sendi pangkal
pahanya menjadi lemas, lemah lunglai. Punggungnya terasa nyeri, seperti
yang biasa dialami orang saat sangat ketakutan. Lututnya berantukan,
begitu kerasnya hingga ia gemetar bagaikan daun kering tertiup angin.
Namun, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa raja begitu ketakutan? Ia
tidak memahami apa yang tertulis itu, jadi bagaimana ia bisa tahu
apakah tulisan ini merupakan pertanda gembira perihal
pembebasan baginya dan kerajaannya? Namun, yang jelas pikiran-
pikirannya menggelisahkan dia. Hati nuraninya yang bersalah menampar
wajahnya dan berkata kepadanya bahwa ia tidak memiliki alasan
untuk mengharapkan berita baik dari sorga, dan bahwa tangan malaikat
hanya bisa menuliskan kengerian baginya. Dia yang tahu bahwa dirinya
sangat mungkin menerima penghukuman dari Tuhan , langsung menyim-
pulkan bahwa peristiwa ini ditujukan kepadanya, suatu panggilan
kepadanya untuk diadili. Perhatikanlah, Tuhan mampu membangunkan
orang yang merasa paling aman sekalipun, dan membuat gemetar hati
orang berdosa yang paling bersikukuh. Tidak ada lagi yang perlu
dilakukan selain pikirannya sendiri yang bertaruh melawan dirinya
sendiri. Pikirannya akan segera mencerca dan menggelisahkannya.
3. Orang-orang bijak Babel langsung dipanggil menghadap, untuk melihat
apakah mereka mampu menjelaskan makna tulisan di dinding ini (ay. 7).
Berserulah raja dengan keras, seperti orang yang tergesa-gesa, dengan
sepenuh hati, menyuruh mendatangkan semua orang berilmu, untuk
mencoba membaca tulisan ini dan dapat memberitahukan maknanya.
Raja dan semua pembesarnya tidak dapat berpura-pura mampu
melakukannya, sebab ini ada di luar jangkauan mereka. Penyelidikan
perihal pewahyuan ilahi, seperti yang mereka miliki atau yang mereka
sangka ada pada mereka, dan berhubungan dengan dunia roh, di
kalangan bangsa kafir saat itu hanya dikuasai oleh segolongan orang
yang punya keahlian demikian, dan orang lain tidak bisa melakukannya.
Namun, apa yang dituliskan bagi kita oleh tangan Tuhan , dapat dibaca
oleh semua orang. Siapa pun yang mau, dapat membaca pikiran Tuhan
dalam Kitab Suci. Guna mendorong orang-orang bijaksana ini agar
mengerahkan seluruh kemampuan mereka dalam hal ini, dan
membangkitkan upaya mereka, raja berjanji bahwa siapa pun yang dapat
memberinya penjelasan memuaskan perihal tulisan ini, akan dinaikkan
derajatnya dengan penghormatan tertinggi di dalam istana. Ia
mengetahui apa yang diincar oleh orang-orang yang pura-pura
berhikmat ini, dan apa yang dapat menyenangkan hati mereka. Oleh
sebab itu ia menjanjikan pakaian dari kain ungu dan rantai emas, benda-
benda yang dianggap mulia oleh mereka yang tidak tahu apa yang lebih
baik dibandingkan itu. Bahkan lebih dari itu, ia akan menjadi primus par regni
– perdana menteri, atau orang ketiga dalam kerajaan, sesudah raja dan
pewarisnya.
4. Pengharapan raja kepada mereka ternyata dikecewakan. Tidak seorang
pun dari mereka yang sanggup membaca tulisan itu, apalagi
memberitahukan maknanya (ay. 8), sehingga membuat raja semakin
kacau pikirannya (ay. 9). Ia semakin cemas keadaan bertambah buruk,
dan takut celaka akan menimpanya. Juga para pembesarnya, yang telah
turut bergembira bersamanya, sekarang ikut merasa ngeri bersamanya.
Mereka sendiri terperanjat sebab kehilangan akal. Baik jumlah maupun
hangatnya anggur tidak mampu membangkitkan semangat mereka.
Alasan mengapa orang-orang bijak ini tidak mampu membaca tulisan itu,
bukanlah sebab tertulis dalam bahasa maupun aksara yang tidak
mereka kenal, melainkan sebab Tuhan mengaburkan pandangan mereka.
Ia membuat mereka begitu kebingungan hingga tidak sanggup
membacanya, supaya kehormatan untuk menafsirkan tulisan ini bisa
disediakan bagi Daniel. Perhatikanlah, rasa ngeri yang dialami hati
nurani yang disadarkan dan diyakinkan akan kesalahannya, bisa
bertambah parah dengan ketidakmampuan semua makhluk ciptaan
untuk menenteramkannya.
Daniel Dibawa Menghadap Belsyazar
(5:10-29)
10 sebab perkataan raja dan para pembesarnya itu masuklah permaisuri ke dalam ruang
perjamuan; berkatalah ia: “Ya raja, kekTuhan hidup tuanku! Janganlah pikiran-pikiran
tuanku menggelisahkan tuanku dan janganlah menjadi pucat; 11 sebab dalam kerajaan
tuanku ada seorang yang penuh dengan roh para dewa yang kudus! Dalam zaman ayah
tuanku ada ada pada orang itu kecerahan, akal budi dan hikmat yang seperti hikmat
para dewa. Ia telah diangkat oleh raja Nebukadnezar, ayah tuanku menjadi kepala orang-
orang berilmu, para ahli jampi, para Kasdim dan para ahli nujum, 12 sebab pada orang itu
ada roh yang luar biasa dan pengetahuan dan akal budi, sehingga dapat
menerangkan mimpi, menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan menguraikan
kekusutan, yakni pada Daniel yang dinamai Beltsazar oleh raja. Baiklah sekarang Daniel
dipanggil dan ia akan memberitahukan maknanya!” 13 Lalu dibawalah Daniel menghadap
raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: “Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang
telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda? 14 Telah kudengar tentang engkau,
bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu ada kecerahan,
akal budi dan hikmat yang luar biasa. 15 Kepadaku telah dibawa orang-orang bijaksana,
para ahli jampi, supaya mereka membaca tulisan ini dan memberitahukan maknanya
kepadaku, namun mereka tidak sanggup mengatakan makna perkataan itu. 16 namun telah
kudengar tentang engkau, bahwa engkau dapat memberi makna dan dapat meng-
uraikan kekusutan. Oleh sebab itu, jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat
memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari
kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini
engkau akan memiliki kekuasaan sebagai orang ketiga.” 17 Kemudian Daniel menjawab
raja: “Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun
demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya
kepada tuanku. 18 Ya tuanku raja! Tuhan , Yang Mahatinggi, telah memberi kekuasaan
sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan keluhuran kepada Nebukadnezar, ayah tuanku. 19
Dan oleh sebab kebesaran yang telah diberikan-Nya kepadanya itu, maka takut dan
gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa;
dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup siapa yang
dikehendakinya, ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan direndahkannya siapa
yang dikehendakinya. 20 namun saat ia menjadi tinggi hati dan keras kepala, sehingga
berlaku terlalu angkuh, maka ia dijatuhkan dari takhta kerajaannya dan kemuliaannya
diambil dari padanya. 21 Ia dihalau dari antara manusia dan hatinya menjadi sama seperti
hati binatang, dan tempat tinggalnya ada di antara keledai hutan; kepadanya diberikan
makanan rumput seperti kepada lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit,
sampai ia mengakui, bahwa Tuhan , Yang Mahatinggi, berkuasa atas kerajaan manusia dan
mengangkat siapa yang dikehendaki-Nya untuk kedudukan itu. 22 namun tuanku, Belsya-
zar, anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui semuanya ini. 23
Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari Bait-Nya
dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan
para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji
dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat
melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Tuhan , yang
menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku. 24 Sebab itu Ia menyu-
ruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan ini. 25 Maka inilah tulisan yang tertulis
itu: Mene, mene, tekel ufarsin. 26 Dan inilah makna perkataan itu: Mene: masa
pemerintahan tuanku dihitung oleh Tuhan dan telah diakhiri; 27 Tekel: tuanku ditimbang
dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
28 Peres: kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia.” 29 Lalu
atas titah Belsyazar dikenakanlah kepada Daniel pakaian dari kain ungu dan pada
lehernya dikalungkan rantai emas, dan dimaklumkanlah tentang dia, bahwa di dalam
kerajaan ia akan memiliki kekuasaan sebagai orang ketiga.
Di sini ada ,
I. Keterangan yang diberikan permaisuri kepada raja perihal Daniel, betapa ia
sangat cocok untuk dimintai nasihat dalam persoalan pelik ini. Diduga
permaisuri ini yaitu janda Ewil-Merodakh, yang bernama Nitocris yang
oleh Herodotus disebut sebagai wanita yang luar biasa bijaksana. Ia
tidak hadir dalam pesta itu, sebagaimana halnya para isteri dan para gundik
(ay. 2). Pada usia dan wibawanya sebagai permaisuri, tidak pantas baginya
untuk ikut bersukaria pada malam hari. Namun, berita tentang ketakutan
raja dan para pembesarnya itu disampaikan kepadanya di tempat tinggalnya,
lalu ia datang sendiri ke tempat perjamuan, hendak mengusulkan nama
seorang tabib yang dapat mengatasi kegelisahan raja. Permaisuri memohon
dengan sangat agar raja tidak berkecil hati sebab ketidakmampuan orang-
orang bijaksananya dalam memecahkan teka-teki ini, sebab dalam
kerajaannya ada seorang yang sudah lebih dari satu kali membantu kakek
raja saat menghadapi persoalan berat. Tidak perlu diragukan lagi bahwa
orang ini pasti mampu membantunya juga (ay. 11-12). Permaisuri sendiri
tidak mampu membaca tulisan itu, namun ia mengarahkan raja kepada orang
yang mampu melakukannya. Biarlah sekarang Daniel dipanggil, yang
seharusnya dipanggil sejak awal. Sekarang amatilah,
1. Gambaran mulia yang dikatakannya mengenai Daniel: Ia yaitu seorang
yang penuh dengan roh para dewa yang kudus, dalam dirinya ada sesuatu
yang melebihi manusia biasa. Di dalam dirinya tidak sekadar ada
Roh manusia yang yaitu pelita TUHAN, namun roh ilahi. Menurut bahasa
dan agama bangsanya, sang permaisuri tidak dapat memberi pujian
yang lebih tinggi lagi kepada manusia. Ia berbicara penuh hormat
tentang Daniel sebagai orang yang memiliki,
(1) Pikiran cerdas dan mengagumkan: ada pada orang itu
kecerahan, akal budi dan hikmat yang seperti hikmat para dewa .
Daniel memiliki wawasan yang begitu dalam tentang hal-hal rahasia
dan penglihatan tentang hal-hal yang akan terjadi, hingga jelaslah
bahwa ia diilhami secara ilahi. Ia memiliki pengetahuan dan akal
budi melebihi semua orang bijaksana sehingga dapat menerangkan
mimpi, menjelaskan teka-teki atau kata-kata yang sulit dimengerti,
menguraikan kekusutan, dan menghapus keraguan. Salomo memiliki
kebijaksanaan luar biasa semacam ini. Namun, sepertinya dalam hal-
hal tadi, Daniel memperoleh pengarahan ilahi yang lebih langsung.
Sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. Walaupun
demikian, apalah artinya hikmat yang ada pada Salomo dan Daniel
dibanding dengan harta hikmat yang tersembunyi di dalam Kristus?
(2) Daniel memiliki hati yang baik dan mengagumkan: pada orang itu
ada roh yang luar biasa, yang merupakan tambahan yang hebat
bagi hikmat dan pengetahuannya, serta membuat dia memenuhi
syarat untuk menerima karunia itu. sebab kepada orang yang
dikenan-Nya Tuhan mengaruniakan hikmat, pengetahuan dan
kesukaan. Daniel memiliki roh yang rendah hati, kudus, dan sorgawi,
serta memiliki semangat mengabdi dan pengasih, roh penuh
semangat bagi kemuliaan Tuhan dan kebaikan manusia. Ini benar-
benar roh yang unggul.
2. Penjelasan permaisuri tentang rasa hormat yang diberikan
Nebukadnezar kepada Daniel. Daniel sangat disukai dan ditinggikan
olehnya: “Ayah tuanku” artinya, kakek tuanku, sebab bahkan bagi banyak
angkatan, Nebukadnezar bisa juga disebut ayah keluarga kerajaan,
sebab dialah yang telah mengangkat kerajaan menjadi begitu agung.
“Ayah tuanku mengangkat dia menjadi kepala orang-orang berilmu.”
Boleh jadi Belsyazar adakalanya dengan sombong berbicara merendah-
kan Nebukadnezar, pemerintahan, dan kebijakan pemerintahannya,
serta para menteri yang dipekerjakannya. Ia menganggap dirinya lebih
bijaksana dibandingkan Nebukadnezar. Itulah sebabnya sang ibu berbicara
berulang kali mengenai hal itu. “Raja Nebukadnezar, ayah tuanku, yang
kepada pimpinannya yang baik tuanku berutang budi, telah
memaklumatkan Daniel menjadi kepala dan berkuasa atas semua orang
bijaksana Babel, dan Daniel dinamai Beltsazar seperti nama dewa ayah
tuanku, sebab ia pikir dengan demikian ia telah menaruh kehormatan
kepadanya.” Namun Daniel yang senantiasa menggunakan nama Yahudi,
yang tetap akan digunakannya sebagai tanda kesetiaannya kepada
agamanya, tidak pernah menggunakan nama itu. Hanya ibu surilah yang
masih mengingat nama itu, sedangkan umumnya ia dipanggil Daniel.
Perhatikanlah, sungguh merupakan sikap yang sangat baik untuk
mengingat kembali pelayanan baik yang diberikan orang-orang yang
berjasa dan berperilaku sederhana, dan bersedia dilupakan.
3. Usul yang disampaikan permaisuri perihal Daniel: Baiklah sekarang
Daniel dipanggil dan ia akan memberitahukan maknanya. Tampaknya
Daniel sekarang telah dilupakan di istana. Belsyazar menganggapnya
orang asing, tidak tahu bahwa ia memiliki permata yang begitu berharga
di dalam kerajaannya. Raja baru mendatangkan tatanan baru pula, dan
yang lama pun dikesampingkan. Perhatikanlah, ada banyak sekali
orang yang berharga, dan orang-orang seperti ini sangatlah berguna,
namun mereka ini bisa saja sudah lama tidak dikenal lagi. Ada juga yang
telah memberi pelayanan luar biasa namun dilupakan dan tidak
diperhatikan sama sekali. Namun demikian, seperti apa pun keadaan
manusia, Tuhan bukanlah Tuhan yang tidak adil sehingga melupakan
pelayanan yang telah diberikan demi kerajaan-Nya. Daniel yang telah
tersingkir dari kedudukannya, hidup menyendiri. Ia tidak mencari-cari
kesempatan untuk mendapat perhatian lagi. Bagaimanapun, ia tetap
tinggal di dekat istana sehingga mudah dipanggil. Meskipun Babel
sekarang sedang dikepung, ia tetap siap memberi pelayanan bila
diperlukan demi kepentingan orang-orang sebangsanya. Namun, Tuhan
mengatur sedemikian rupa hingga sekarang, tepat sebelum kejatuhan
kerajaan itu, ia dibawa ke istana lagi atas saran permaisuri, supaya ia
siap menerima pemulihan martabat dalam pemerintahan berikut.
Demikianlah orang-orang benar akan bercahaya, dan kerendahan hati
mendahului kehormatan.
II. Daniel diperkenalkan kepada raja, dan raja meminta dia untuk membacakan
serta menjelaskan makna tulisan itu. Daniel dibawa menghadap raja (ay. 13).
Usianya sekarang sudah mendekati sembilan puluh tahun. Mengingat usia,
kehormatan, dan berbagai kedudukan tingginya di masa lalu, ia seharusnya
punya kebebebasan menghadap raja. Namun sekarang ia bersedia dibawa
masuk sebagai orang asing oleh pemimpin acara. Perhatikanlah,
1. Dengan sombong raja bertanya: Engkaukah Daniel itu, salah seorang
buangan? Sebagai orang Yahudi dan buangan, seandainya bisa, ia enggan
dianggap berutang budi kepada raja.
2. Raja berkata tentang pujian yang telah didengarnya perihal Daniel (ay.
14), bahwa ia penuh dengan roh para dewa. Raja telah menyuruhnya
datang untuk melihat apakah ia memang pantas memperoleh pujian
setinggi itu atau tidak.
3. Raja mengaku bahwa semua orang bijaksana Babel sudah kebingungan.
Mereka tidak mampu membaca tulisan ini, ataupun mengatakan makna
perkataan itu (ay. 15). Namun,
4. Ia berjanji kepada Daniel untuk memberi hadiah sama seperti yang
telah dijanjikannya kepada mereka jika ia mampu melakukannya (ay.
16). Sungguh aneh bagaimana orang-orang berilmu yang sekarang dan
pada zaman Nebukadnezar dulu sekali lagi merasa kebingungan dan
tidak mengupayakan sesuatu guna menyelamatkan kehormatan mereka.
Seandainya mereka berkata dengan yakin, “Inilah makna mimpi ini dan
tulisan itu,” siapa pula yang dapat membantah mereka? Namun, Tuhan
telah mengatur sedemikian rupa hingga mereka tidak mampu berkata
apa pun. Sama seperti saat Kristus lahir, para pembawa sabda dewa
terbungkam.
III. Makna tulisan penuh rahasia yang disampaikan Daniel, yang begitu jauh dari
meredakan ketakutan raja, hingga kita dapat menduga bahwa hal itu justru
membuat ketakutannya semakin menjadi-jadi. Daniel sudah lanjut usia,
sedangkan Belsyazar masih muda. Oleh sebab itu ia agaknya lebih bebas
bersikap terus terang dan jelas kepada raja, dibanding pada waktu
menghadapi hal serupa dengan Nebukadnezar. Dalam menegur seseorang,
terutama orang-orang besar, dibutuhkan hikmat untuk mempertimbangkan
segala keadaan. Sebab teguran itu merupakan teguran yang mendidik dan
jalan kehidupan. Dalam perkara Daniel di sini,
1. Ia membacakan tulisan yang memberi mereka peringatan, dan
memberitahukan maknanya kepada mereka (ay. 17). Ia meremehkan
hadiah yang ditawarkan kepadanya. Ia tidak senang raja menyebut-
nyebut hal itu, sebab ia bukanlah orang yang menenung sebab uang.
Segala pemberian Nebukadnezar diterimanya dengan senang hati, namun
ia menolak untuk tawar-menawar, atau membacakan tulisan itu bagi
raja sebab mempertimbangkan kehormatan yang dijanjikan kepadanya.
Tidak, “Tahanlah hadiah tuanku, sebab hadiah itu tidak akan lama
menjadi milik tuanku, dan berikanlah pemberian tuanku kepada orang
lain, kepada orang-orang bijaksana yang paling tuanku inginkan untuk
menerimanya. Aku tidak menghargai hadiah semacam itu.” Daniel
melihat bahwa kerajaannya saat ini sudah mendekati akhir, dan oleh
sebab itu memandang rendah semua hadiah dan penghargaan raja.
Demikianlah juga kita harus memandang rendah semua hadiah dan
penghargaan yang bisa diberikan dunia ini, saat kita melihat dengan
iman, masa akhirnya yang akan segera tiba. Biarlah dunia memberi
hadiah-hadiahnya yang fana itu kepada orang lain. Ada hadiah-hadiah
lebih baik yang ditatap mata kita dan dituju hati kita. Namun, marilah
kita melaksanakan tugas kita di dunia, melayani sebaik mungkin,
membaca tulisan Tuhan melalui pengakuan iman, dan dengan perilaku
yang sesuai dengan pengakuan itu menyampaikan makna tulisan Tuhan
itu. Sesudah itu percaya bahwa Tuhan akan memberi anugerah-Nya,
pahala-Nya, yang tiada bandingannya dengan yang bisa diberikan dunia
ini yang semata sampah dan tidak berharga.
2. Dengan panjang lebar Daniel menceritakan apa yang telah diperbuat
Tuhan dengan Nebukadnezar, ayahnya, dengan tujuan mengajar dan
memperingatkannya (ay. 18, 21). Hal ini tidak dimaksudkan sebagai
pemanis bibir atau hiburan, namun sebagai pendahuluan yang
diperlukan untuk menjelaskan makna tulisan itu. Perhatikanlah, supaya
dapat memahami dengan benar apa yang sedang dilakukan Tuhan kepada
kita, sungguh bermanfaat jika kita meninjau apa yang telah
dilakukan-Nya terhadap orang lain.
(1) Daniel menggambarkan martabat dan kekuasaan luar biasa yang
diberikan Tuhan untuk meninggikan Nebukadnezar (ay. 18-19). Ia
memiliki kekuasaan sebagai raja, kebesaran, kemuliaan dan
keluhuran, yang setahu kita melebihi yang dimiliki raja kafir mana
pun yang hidup sebelum dia. Ia menyangka bahwa ia memperoleh
kemuliaan itu berkat kepemimpinan dan keberaniannya sendiri, dan
beranggapan bahwa keberhasilannya itu berasal dari kecerdasannya
sendiri. Namun, Daniel mengatakan kepada Belsyazar yang sekarang
menikmati jerih payah Nebukadnezar, bahwa Tuhan , Yang
Mahatinggi, Tuhan segala Tuhan dan Tuhan segala tuhan (sebutan
Nebukadnezar sendiri bagi-Nya), yang telah memberinya kekuasaan
sebagai raja, wilayah kekuasaan yang sangat luas, kekuasaan
tertinggi yang digunakannya untuk mengatur urusan-urusan di
dalamnya, serta kemuliaan dan keluhuran yang diperolehnya melalui
pengelolaan pemerintahan yang sangat berhasil. Perhatikanlah,
sebesar apa pun kemakmuran lahiriah yang dicapai orang, mereka
harus mengakui bahwa itu yaitu pemberian Tuhan , bukan upaya
mereka sendiri. Jangan pernah ada yang berkata, Kekuasaanku dan
kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini ,
kedudukan tinggi ini. Sebaliknya, haruslah senantiasa diingat bahwa
Dialah yang memberi kepada manusia kekuatan untuk
memperoleh kekayaan, dan membuat upaya mereka berhasil. Di sini,
kekuatan yang diberikan Tuhan kepada Nebukadnezar digambarkan
sangat besar, baik dalam hal kemampuan maupun wewenang.
[1] Kemampuannya begitu besar hingga tidak dapat dilawan.
Keagungan yang diberikan Tuhan kepadanya begitu luar biasanya,
pasukan yang dipimpinnya begitu banyak, dan kepiawaiannya
dalam memimpin mereka begitu mengagumkan, hingga ke arah
mana pun pedangnya terayun, pastilah berhasil. Ia mampu
menawan dan menaklukkan bangsa-bangsa dengan cara
mengancam mereka tanpa melancarkan pukulan, sebab takut
dan gentarlah terhadap dia orang-orang dari segala bangsa, dan
mau bergabung dengannya demi nyawa mereka dengan syarat
apa pun. Lihatlah seperti apa kekuatan itu, dan bagaimana
ketakutan yang ditimbulkannya. Melalui kekuatanlah bagian
dunia yang bengis, bahkan dunia umat manusia, menguasai dan
dikuasai.
[2] Wewenangnya begitu mutlak hingga tidak terkendali lagi. Kuasa
yang diizinkan kepadanya, yang turun ke atasnya, atau
setidaknya menurut anggapannya demikian, tidak dapat
ditentang, mutlak, dan lalim. Tidak seorang pun turut mengambil
bagian, baik dalam wewenang membuat peraturan maupun
dalam menjalankannya. Dalam menjatuhkan hukuman, ia
menghukum atau membebaskan seseorang sesuka hati:
dibunuhnya siapa yang dikehendakinya dan dibiarkannya hidup
siapa yang dikehendakinya, tidak peduli orangnya tidak bersalah
atau bersalah. Jus vitæ et necis – kuasa hidup dan mati
sepenuhnya berada di dalam tangannya. Dalam membagikan
penghargaan, ia juga memberi atau meniadakan kedudukan
tinggi sesuka hati: ditinggikannya siapa yang dikehendakinya dan
direndahkannya siapa yang dikehendakinya. Ini dilakukannya
untuk kesenangan semata, tanpa alasan bahkan kepada diri sen-
diri. Semuanya ex mero motu – berdasar kesenangannya
sendiri, dan stat pro ratione voluntas – kehendaknya sendiri yang
menjadi alasan. Seperti itulah tata pemerintahan kerajaan-
kerajaan timur waktu itu dan perilaku raja-raja mereka.
(2) Daniel membukakan dosa-dosa Nebukadnezar kepada raja,
kesalahan-kesalahan Nebukadnezar yang membangkitkan
perlawanan Tuhan terhadapnya.
[1] Perilaku Nebukadnezar terhadap rakyat taklukannya sungguh
merendahkan. Ia menjadi raja yang lalim dan suka menindas.
Gambaran tentang kuasanya menyiratkan penyalahgunaan
kuasanya. Segala perbuatannya dipimpin oleh kesenangan diri
dan nafsu, bukan oleh akal budi dan keadilan. Akibatnya, ia
sering menghukum orang yang tidak bersalah dan membebaskan
yang bersalah, dan perbuatan ini yaitu kekejian bagi TUHAN. Ia
memecat orang yang berjasa dan meninggikan orang yang tidak
berguna, sehingga sangat merugikan orang banyak. Untuk inilah
ia harus bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Mahatinggi, yang
memberinya kekuasaan. Perhatikanlah, sangatlah sulit dan
jarang bagi orang untuk memiliki kuasa sewenang-wenang yang
mutlak namun tidak menyalahgunakannya. Dalam sejarah
Inggris, Camden memiliki sajak dua baris tentang Giraldus. Di
dalam sajaknya itu ia berbicara tentang kekuasaan mutlak, yaitu
mengenai Raja Henry II dari Inggris, sebagai sesuatu yang jarang
terjadi, bahwa tidak seorang pun pernah memiliki kuasa sebesar
itu dan hanya berbuat hal-hal kecil yang merugikan dengan
kuasa itu.
Glorior hoc uno, quod nunquam vidimus unum,
Nec potuisse magis, nec nocuisse minus –
Tentang dia aku bisa berkata, dengan sukacita, bahwa
dengan kuasa untuk menyakiti, tidak seorang pun pernah
disakitinya. Namun ini belumlah semuanya.
[2] Nebukadnezar bersikap kurang ajar terhadap Tuhan di atasnya,
dan menjadi congkak serta sombong (ay. 20): ia menjadi tinggi
hati, dan di situlah dosa dan kejatuhannya diawali. Ia menjadi
keras kepala dalam kesombongannya, keras hati terhadap
perintah-perintah Tuhan dan semua penghakiman-Nya. Ia
menjadi degil dan bebal. Baik firman Tuhan maupun gada-Nya
tidak berpengaruh banyak padanya. Perhatikanlah,
kesombongan yaitu dosa yang mengeraskan hati orang untuk
bersikukuh dalam semua dosa lain, dan membuat sarana per-
tobatan serta pembaharuan diri menjadi tidak berpengaruh apa-
apa.
(3) Daniel mengingatkan raja perihal penghakiman yang dijatuhkan
Tuhan ke atas Nebukadnezar sebab kesombongan dan kedegilannya.
Bagaimana ia kehilangan akal sehatnya, dan dijatuhkan dari takhta
kerajaannya (ay. 20), dihalau dari antara manusia, dan tempat
tinggalnya ada di antara keledai hutan (ay. 21). Orang yang tidak
mau memerintah rakyatnya dengan peraturan berdasar akal
sehat, tidak memiliki cukup akal sehat untuk mengatur dirinya
sendiri. Perhatikanlah, sudah sepantasnya Tuhan mencabut akal budi
orang jika mereka bersikap tidak masuk akal dan tidak mau
menggunakannya. Kuasa mereka juga akan dicabut-Nya jika
mereka suka menindas dan menyalahgunakan kekuasaan mereka.
Nebukadnezar tetap berperilaku seperti binatang sampai ia mengaku
dan menerima asas pertama agama, bahwa Tuhan , Yang Mahatinggi,
berkuasa. Dan manusia lebih dibedakan melalui agamanya dibandingkan
melalui akal budinya, dan ditinggikan derajatnya di atas binatang.
Lebih terhormat bagi manusia untuk menjadi umat dari Pencipta
tertinggi dibandingkan menjadi tuan atas makhluk-makhluk rendah.
Perhatikanlah, para raja harus tahu, atau akan dibuat mengetahui,
bahwa Tuhan Yang Mahatinggi memerintah di dalam kerajaan mereka
(yaitu, imperium in imperio – kerajaan di dalam kerajaan, yang tidak
boleh ditentang), dan bahwa Ia mengangkat siapa pun untuk
berkuasa atas mereka sesuai kehendak-Nya. Sama seperti Ia
menetapkan para pewaris, begitu pula Ia mengangkat raja-raja.
3. Di dalam nama Tuhan , Daniel menyatakan tuduhan-tuduhan terhadap
Belsyazar. Sebelum membacakan hukuman yang dijatuhkan ke atasnya
menurut tulisan tangan di dinding, Daniel menunjukkan kejahatan yang
telah diperbuatnya, supaya Tuhan adil dalam putusan-Nya, bersih dalam
penghukuman-Nya. Nah, yang dituduhkannya yaitu ,
(1) Bahwa Belsyazar tidak menerima peringatan melalui berbagai
penghukuman Tuhan atas ayahnya (ay. 22): namun tuanku, Belsyazar,
anaknya, tidak merendahkan diri, walaupun tuanku mengetahui
semuanya ini. Perhatikanlah, sungguh menyakitkan hati Tuhan jika
kita tidak merendahkan hati di hadapan-Nya untuk mematuhi Dia
sesuai dengan ajaran dan tindakan penyelenggaraan-Nya, tidak mau
merendahkan hati melalui pertobatan, ketaatan, dan kesabaran.
Bahkan lebih dari itu, Tuhan mengharapkan orang-orang besar untuk
merendahkan hati di hadapan-Nya, dengan mengakui bahwa sebesar
apa pun mereka, mereka tetap bertanggung jawab kepada-Nya.
Lebih parah lagi keadaan kita yang tidak mau merendahkan hati apa-
bila kita sudah tahu harus merendah namun tidak mau peduli dan
memperbaiki diri. Apa lagi kalau kita sudah tahu bagaimana orang
lain menjadi hancur sebab tidak mau diluruskan, jatuh sebab tidak
mau tunduk, namun kita tetap bersikeras dan tidak mau berubah.
Dosa anak-anak akan semakin mengerikan jika mereka
mengikuti jejak kejahatan orangtua mereka, meskipun mereka telah
melihat betapa mahal harga yang harus dibayar dan betapa dahsyat
akibatnya. Apakah kita sudah mengetahui hal ini, mengetahui
semuanya ini, namun belum juga mau merendahkan hati?
(2) Bahwa Belsyazar telah menghina Tuhan dengan lebih lancang
dibanding Nebukadnezar sendiri. Lihat saja pesta pora malam ini,
yang sementara berlangsung saat ia dicekam kengerian ini (ay.
23): “Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga,
penuh murka terhadap Dia, mengangkat senjata melawan mahkota
dan martabat-Nya. Lihat saja sekarang, tuanku telah menajiskan
perkakas dari Bait-Nya, dan memanfaatkan perkakas-perkakas di
tempat kudus-Nya sebagai alat bagi perbuatan jahat tuanku. Dengan
sengaja tuanku menghina Dia, dengan memuji-muji dewa-dewa dari
perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat
melihat atau mendengar atau mengetahui apa pun, seolah-olah
mereka harus lebih ditinggikan dibandingkan Tuhan yang dapat melihat,
mendengar, dan mengetahui segala sesuatu.” Orang-orang berdosa
yang berketetapan hati untuk terus hidup dalam dosa, cukup puas
dengan dewa-dewa yang tidak dapat melihat, tidak dapat mendengar,
atau mengetahui apa pun, sebab dengan demikian mereka dapat
terus berbuat dosa dengan aman. namun , mereka akan
mendapati, dan menjadi kalut, bahwa meskipun dewa-dewa yang
mereka pilih itu tidak akan menghakimi, namun ada satu Tuhan yang
akan melakukannya, yang bagi-Nya segala sesuatu telanjang dan
terbuka.
(3) Bahwa Belsyazar belum memenuhi tujuan penciptaan dan
pemeliharaan-Nya: tidak tuanku muliakan Tuhan , yang menggenggam
nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku. Ini merupakan
dakwaan umum, yang juga berlaku untuk kita semua. Marilah kita
mempertimbangkan bagaimana kita akan memenuhinya. Amatilah,
[1] Ketergantungan kita kepada Tuhan sebagai pencipta, pemelihara,
pelindung, pemilik, dan penguasa kita. Tidak saja dari tangan-
Nya napas kita berasal pada awal mulanya, namun sampai
sekarang pun Ia masih menggenggam nafas kita. Dialah yang
mempertahankan jiwa kita di dalam hidup, dan jika Ia mengambil
roh kita, kita mati binasa. Sama seperti masa hidup kita berada di
dalam genggaman-Nya, begitu pula napas kita, yang dengannya
masa hidup kita diukur. Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak,
kita ada. Kita hidup oleh Dia, hidup bergantung pada Dia, dan
tidak dapat hidup tanpa Dia. Manusia tidak berkuasa untuk
menentukan jalannya, tidak berhak memerintah jalannya, tidak
menguasainya, jalan-Nyalah yang menjadi jalan kita. Hati kita
berada di dalam genggaman-Nya, begitu pula hati semua
manusia, bahkan raja-raja, yang cenderung mau berbuat
seenaknya.
[2] Kewajiban kita kepada Tuhan , mengingat ketergantungan ini. Kita
patut memuliakan Dia, mengabdikan diri demi kehormatan-Nya,
dan melayani Dia. Kita harus berusaha menyenangkan hati-Nya
dan giat memuji Dia.
[3] Kelalaian kita dalam kewajiban ini, yang tidak mau peduli
dengan ketergantungan ini. Kita tidak melaksanakan kewajiban
kita, sebab kita semua telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Tuhan . Inilah dakwaan yang dikenakan pada Belsyazar.
Tidak diperlukan bukti lagi, sudah jelas kelihatan melalui
kenyataan buruk yang sudah terkenal itu, dan hati nuraninya
tidak bisa berbuat apa-apa selain menyatakan dia memang
bersalah. Oleh sebab itu,
4. Lalu Daniel membacakan kalimat itu, yang dilihatnya tertulis pada kapur
dinding itu: “Sebab itu,” kata Daniel, “saat kebobrokan hati tuanku
sudah begitu mencapai puncaknya hingga menginjak-injak benda-benda
yang paling kudus, sebab itu, saat tuanku sedang besukaria di tengah
pesta yang penuh berhala yang menodai hal-hal yang kudus itu, maka
Tuhan yang tuanku hina dengan begitu beraninya, yang telah begitu lama
bersabar terhadap tuanku, namun yang akhirnya tidak tahan lagi,
sekarang menyuruh punggung tangan itu, jari-jari tangan yang menulis
itu. Ia menyuruh jari-jari itu, dan dituliskanlah tulisan ini, yang sekarang
tuanku lihat (ay. 24). Dialah yang sekarang menulis hal-hal yang pahit
terhadap tuanku dan menghukum tuanku sebab kesalahan tuanku”
(Ayb. 13:26). Perhatikanlah, sama seperti dosa orang berdosa tertulis di
dalam kitab kemahatahuan Tuhan , begitu pula hukuman orang berdosa
tertulis di dalam kitab hukum Taurat Tuhan . Akan tiba harinya saat
dibuka semua kitab itu, dan mereka akan dihakimi menurut kitab-kitab
ini . Nah, tulisan di dinding itu berbunyi, Mene, mene, tekel ufarsin
(ay. 25). Sungguh baik bahwa penjelasan asli tentang kata-kata ini ikut
ditambahkan, sebab kalau tidak, sedikit saja yang bisa kita artikan dari
tulisan itu, sebab begitu singkat. Makna tulisan itu yaitu , Belsyazar
telah dihitung, ditimbang, dan kerajaannya dipecah oleh Dia. Orang-
orang bijaksana Kasdim yang tidak tahu bahwa hanya ada satu Tuhan ,
tidak dapat mengerti siapa gerangan Dia itu, sehingga, menurut
pendapat sebagian orang, tulisan tadi membingungkan mereka.
(1) Mene, kata ini diulang-ulang, sebab sudah pasti, Mene, mene. Di
dalam bahasa Ibrani dan Aram, itu berarti dihitung oleh Tuhan dan
telah diakhiri, yang oleh Daniel dijelaskan sebagai berikut (ay. 26):
“Masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Tuhan , yaitu tahun-tahun
dan hari-hari kelanjutannya. Masa ini telah dihitung menurut
rancangan Tuhan , dan sekarang telah berakhir. Masa keberlangsung-
annya sudah habis bagi dan untuk tuanku emban, dan sekarang masa
itu harus diserahkan kembali. Sampai di sinilah akhir kerajaan
tuanku.”
(2) Tekel, yang dalam bahasa Aram berarti tuanku ditimbang, lalu dalam
bahasa Ibrani, dan didapati terlalu ringan. Ini penjelasan menurut Dr.
Lightfoot. Sebab, raja ini berikut perilakunya telah ditimbang dengan
neraca keadilan ilahi yang tepat dan tidak pernah menyimpang. Tuhan
mengenal sifat sejati-Nya dengan sempurna, sama seperti tukang
emas mengenal berat emas yang telah ditimbangnya dengan neraca
yang paling tepat. Tuhan tidak menjatuhkan hukuman ke atas raja
sebelum Ia terlebih dahulu menimbang-nimbang perilakunya dan
mempertimbangkan benar salah perkaranya. “namun tuanku
didapati terlalu ringan, tidak layak memperoleh kepercayaan sebesar
itu dalam diri tuanku, orang yang tidak berguna, tidak ada isinya, dan
hampa, orang yang tidak berbobot dan tidak ada harganya.”
(3) Ufarsin, yang seharusnya ditulis, dan Pharsin, atau Peres. Di dalam
bahasa Ibrani, Pharsin berarti orang Persia. Dalam bahasa Aram,
Paresin berarti memecah. Daniel menggabungkan keduanya (ay. 28):
“Kerajaan tuanku dipecah, direnggut dari tangan tuanku, dan
diberikan kepada orang Media dan Persia, bagaikan mangsa yang
dibagi di antara mereka.” Nah, hal ini, tanpa paksaan, bisa saja
diterapkan kepada hukuman atas orang-orang berdosa. Mene, Tekel,
Peres, dapat dengan mudah berarti maut, penghakiman, dan kerajaan
maut. Pada saat kematian, hari-hari orang berdosa telah dihitung dan
diakhiri. Sesudah kematian tibalah penghakiman, saat ia ditimbang
dengan neraca dan didapati terlalu ringan. Dan sesudah
penghakiman, orang berdosa akan remuk redam dan diberikan
seperti mangsa kepada Iblis dan para pengikutnya. Di sini Daniel
tidak memberi nasihat atau dorongan kepada Belsyazar untuk
bertobat seperti yang diberikannya kepada Nebukadnezar, sebab ia
melihat bahwa keputusan sudah dikeluarkan dan Belsyazar tidak
beroleh peluang lagi untuk bertobat.
Orang mungkin akan berpikir bahwa Belsyazar akan sangat kesal
kepada Daniel, dan saat melihat bahwa perkaranya sendiri sudah
tidak tertolong lagi, ia pasti akan sangat murka kepada Daniel.
Namun, ia ternyata sudah begitu disadarkan oleh hati nuraninya
sendiri tentang semua perkataan Daniel yang sungguh masuk akal
itu, hingga ia tidak menyangkalnya sama sekali. Sebaliknya, ia malah
memberi penghargaan kepada Daniel seperti yang telah
dijanjikannya, memakaikan kepadanya pakaian dari kain ungu dan
rantai emas, dan menyatakan bahwa di dalam kerajaan ia akan
memiliki kekuasaan sebagai orang ketiga (ay. 29). Ia hendak
menepati janjinya, dan bukanlah kesalahan Daniel jika penjelasan
tentang tulisan tangan itu tidak sesuai dengan apa yang diinginkan-
nya. Daniel tidak memandang tinggi gelar-gelar dan lambang-
lambang kehormatan ini. Namun ia tidak menolaknya, sebab hal
ini merupakan bukti niat baik raja. Namun, kita bisa
membayangkan bahwa ia menerima semua penghargaan itu sambil
tersenyum, sebab sudah bisa melihat jauh ke depan bahwa tidak
lama lagi semuanya itu akan lenyap bersama orang yang
memberi nya. Semua itu seperti pohon jarak Yunus, yang tumbuh
dalam satu malam dan layu dalam semalam juga. Oleh sebab itu
sungguh bodoh jika ia sangat bersukacita dengan semua
penghargaan itu.
Tulisan Dinding Digenapi
(5:30-6:1)
30 Pada malam itu juga terbunuhlah Belsyazar, raja orang Kasdim itu. 6:1 Darius, orang
Media, menerima pemerintahan saat ia berumur enam puluh dua tahun.
Di sini diceritakan tentang,
1. Kematian sang raja. Cukup beralasan bila ia gemetar, sebab ia baru saja jatuh
ke tangan raja kedahsyatan (ay. 30). Pada malam itu juga, saat hatinya
bersukaria sebab anggur, para pengepung menerobos masuk ke dalam
kota, dan menuju istana. Di sana mereka mendapati sang raja, dan
menghadiahi dia dengan luka kematian. Belsyazar tidak bisa menemukan
tempat rahasia yang dapat menyembunyikan dirinya, atau tempat yang
kokoh untuk melindunginya. Para penulis kafir menyebutkan bahwa Koresh
merebut Babel tanpa diduga, dengan bantuan dua pembelot yang
menunjukkan jalan masuk ke kota. Dan telah dinubuatkan, betapa kacau
suasana yang akan terjadi di dalam istana (Yer. 51:11, 39). Perhatikanlah,
maut datang bagaikan jerat kepada orang-orang yang hatinya terbuai
dengan kekenyangan dan kemabukan.
2. Beralihnya kerajaan itu ke tangan orang lain. Dari kepala yang terbuat dari
emas, kita sekarang turun ke dada dan lengan yang terbuat dari perak.
Darius, orang Media, menerima pemerintahan bersama dan atas persetujuan
Koresh yang telah menaklukkannya (6:1). Mereka merupakan mitra dalam
perang dan penaklukan, dan sebab itu mereka memerintah bersama-sama
(6:29). Usia Darius saat itu dicatat, yakni enam puluh dua tahun. Untuk
alasan itulah Koresh, keponakannya, mendahulukan dia. Beberapa orang
berpendapat bahwa sebab usianya sudah enam puluh dua tahun dan ia
berada di tahun terakhir masa pembuangan, ia semestinya lahir pada tahun
ke delapan masa pembuangan itu. Pada tahun itulah Yekhonya ditawan
bersama semua bangsawan (2Raj. 24:13-15). Tepat pada saat itulah, saat
malapetaka itu terjadi, lahirlah seorang pangeran yang dengan berjalannya
waktu akan membalas dendam kepada Babel untuk Yerusalem, dan
menyembuhkan luka yang telah terjadi. Sedemikian dalamnya segala
rencana Tuhan bagi umat-Nya, dan sedemikian baik segala rancangan-Nya
bagi mereka.
PASAL 6
aniel tidak mencatat sejarah pemerintahan semasa hidupnya secara
berkesinambungan. Begitu pula tentang pemerintahan kerajaan Kasdim
dan Persia, meskipun ia sendiri merupakan seorang tokoh besar di kedua
kerajaan itu. Sebab, apa gunanya bagi kita? Sebaliknya, ia memilih bagian-bagian
kisah tertentu yang berguna untuk menguatkan iman kita kepada Tuhan dan demi
mendorong kita agar taat kepada-Nya. Sebab, hal-hal yang dicatat di waktu dulu
dimaksudkan sebagai pembelajaran bagi kita. Di dalam pasal ini kita mendapati
kisah yang jelas sangat bermanfaat, tentang bagaimana Daniel dengan iman
“menutup mulut singa-singa,” sehingga dengan ia “dibicarakan orang dengan
pujian” (Ibr. 11:33). Ketiga temannya dilemparkan ke dalam perapian sebab
tidak melakukan dosa yang sudah dikenal, sedangkan Daniel sebab tidak
mengabaikan kewajiban yang dikenal. Namun dengan ajaib Tuhan
menyelamatkan ketiga temannya dan Daniel, dan semua ini dicatat guna
membesarkan hati hamba-hamba-Nya di segala zaman, agar mereka bersikap
tegas dan tetap membenci hal-hal jahat, dan bertaut pada apa yang baik, berapa
pun harga yang harus mereka bayar. Di dalam pasal ini kita mendapati,
I. Daniel diberi kedudukan tinggi di istana Darius (ay. 2-4).
II. Rasa iri dan niat jahat musuh-musuhnya terhadap dirinya (ay. 5-6).
III. Ketetapan yang diperoleh musuh-musuhnya berupa larangan berdoa
selama tiga puluh hari (ay. 7-10).
IV. Ketekunan dan kesetiaan Daniel dalam doa, tanpa mengindahkan
larangan itu (ay. 11).
V. Kabar yang disampaikan tentang hal itu untuk menjatuhkan dia,
sehingga ia dilemparkan ke gua singa (ay. 12-18).
VI. Pemeliharaan ajaib atas dirinya di dalam gua singa, dan pem-
bebasannya dari sana (ay. 19-24).
VII. Para pendakwanya dilemparkan ke dalam gua singa, dan mereka pun
binasa di sana (ay. 25).
VIII. Ketetapan yang dikeluarkan Darius akibat kejadian ini demi
menghormati Tuhan Daniel, dan keberhasilan Daniel jsesudah nya (ay.
26-29). Dan Tuhan ini yaitu Tuhan kita sampai selama-lamanya.
Daniel Ditinggikan oleh Darius;
Orang-orang Ingin Menjatuhkan Daniel
(6:2-6)
2 Lalu berkenanlah Darius mengangkat seratus dua puluh wakil-wakil raja atas
kerajaannya; mereka akan ditempatkan di seluruh kerajaan; 3 membawahi mereka
diangkat pula tiga pejabat tinggi, dan Daniel yaitu salah satu dari ketiga orang itu;
kepada merekalah para wakil-wakil raja harus memberi pertanggungan jawab, supaya
raja jangan dirugikan. 4 Maka Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja
itu, sebab ia memiliki roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkan-
nya atas seluruh kerajaannya. 5 Kemudian para pejabat tinggi dan wakil raja itu mencari
alasan dakwaan terhadap Daniel dalam hal pemerintahan, namun mereka tidak mendapat
alasan apapun atau sesuatu kesalahan, sebab ia setia dan tidak ada didapati sesuatu
kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. 6 Maka berkatalah orang-orang itu: “Kita tidak
akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya
kepada Tuhan nya!”
Di sini dikisahkan tentang Daniel,
I. Betapa agungnya dia. saat Darius yang berdaulat atas Babel melalui
penaklukan, menata ulang pemerintahan, Ia mengangkat Daniel sebagai
perdana menteri, sebagai seorang pemimpin, dan menunjuk dia sebagai
pejabat tertinggi yang bertanggung jawab atas perbendaharaan dan meterai
kerajaan. Wilayah kekuasaan Darius sangatlah luas. Hasil yang diperolehnya
melalui penaklukan begitu banyak, sehingga bertambahlah negeri-negeri
yang harus diurusnya. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan darinya selain
yang hanya mampu dikerjakan oleh lebih dari satu orang, sehingga orang
lain harus dipekerjakan di bawah dia. Ia mengangkat seratus dua puluh
wakil-wakil raja (ay. 2), dan menetapkan wilayah kepada mereka masing-
masing, supaya mereka menjalankan keadilan di situ, memelihara
ketenteraman umum, dan menarik pajak bagi pendapatan raja.
Perhatikanlah, para pejabat rendah merupakan hamba-hamba Tuhan yang
bekerja bagi kebaikan dan juga bagi pemerintahan. Oleh sebab itu kita
harus tunduk, baik kepada raja sebagai penguasa tertinggi dan kepada para
wakil yang telah ditunjuk dan diutus olehnya (1Ptr. 2:13-14). Di atas wakil-
wakil raja tadi ada tiga serangkai atau tiga pejabat tinggi, yang bertugas
menerima dan mengurus persoalan-persoalan masyarakat, menerima
laporan dari para wakil raja, atau keluhan perihal mereka seandainya terjadi
kesalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan, supaya raja jangan
dirugikan (ay. 3), tidak menerima pajak pendapatan kurang dibandingkan
seharusnya, dan supaya kuasa yang diberikannya kepada para wakilnya itu
tidak disalahgunakan untuk menindas rakyat. Sebab bila ini terjadi, maka
raja, baik dia menyadarinya atau tidak, akan sangat dirugikan sebab
kehilangan rasa sayang rakyat, dan juga memicu rasa tidak suka Tuhan
terhadap dirinya. Dari ketiga wakil raja ini, Daniel merupakan kepalanya,
sebab ia didapati melebihi mereka semua dalam segala hal menyangkut
kecakapan. Daniel melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu (ay. 4),
dan begitu menyukakan hati raja dengan kinerjanya hingga raja bermaksud
untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya, serta membiarkan Daniel
mengangkat dan memecat seseorang sesuka hati. Sekarang,
1. Kita patut memperhatikan dan memuji sikap Darius, sebab ia memilih
orang semata-mata sebab jasa pribadinya dan kecakapannya dalam
bekerja. Para penguasa yang ingin dilayani dengan baik haruslah
mengikuti aturan ini. Sebelumnya, di dalam kerajaan Babel yang telah
ditaklukkan itu, Daniel telah menjadi seorang tokoh besar, sehingga bisa
saja orang berpikir, bahwa ia pantas dipandang sebagai musuh, dan
harus dipenjarakan atau disingkirkan. Ia berasal dari sebuah kerajaan
asing, yang sudah runtuh, dan sebab itu bisa saja dianggap hina sebagai
orang asing dan tawanan. namun , Darius sepertinya berpandangan
tajam dalam menilai kemampuan orang, dan segera menyadari bahwa di
dalam diri Daniel ada sesuatu yang istimewa. Oleh sebab itu,
meskipun ia pasti memiliki cukup banyak bawahan yang berharap di-
beri kedudukan tinggi dalam kerajaan yang baru ditaklukkan ini serta
sangat mendambakannya, dan orang-orang yang sudah sejak lama
merupakan orang kepercayaannya merasa yakin bahwa sekarang
mereka tentu akan diangkat menjadi wakilnya, namun raja justru lebih
mementingkan kesejahteraan umum. Ia mendapati Daniel melebihi
mereka semua dalam hal kebijaksanaan dan kebajikan, dan mungkin
juga telah mendengar bahwa Daniel diilhami roh ilahi, sehingga ia men-
jadikan Daniel sebagai tangan kanannya.
2. Kita harus memperhatikan, demi kemuliaan Tuhan , bahwa meskipun
Daniel sekarang sudah sangat tua (sudah lebih dari tujuh puluh tahun
berlalu sejak ia dibawa ke Babel sebagai tawanan), ia masih cakap
seperti dahulu dalam melakukan pekerjaan, baik secara jasmani maupun
pikiran. Ia tetap setia kepada ibadah agamanya di tengah semua
pencobaan dalam pemerintahan sebelumnya, dan kini tetap dihormati
dalam pemerintahan baru. Ia tegak bertahan bagaikan pohon tarbantin
yang kokoh dan bukan pohon gandarusa yang lemah, terus
mementingkan kebajikan dan tidak memihak kepada kejahatan.
Ketulusan semacam ini merupakan kebijakan terbaik, sebab hal ini
menjamin nama baik. Orang-orang yang dengan cara demikian
menghormati Tuhan , ia akan dihormati juga oleh-Nya.
II. Betapa Daniel yaitu seorang yang baik: ia memiliki roh yang luar biasa
(ay. 4). Ia selalu menjaga setiap kepercayaan yang diberikan kepadanya,
bertindak adil di antara sang penguasa dan rakyatnya, serta menjaga agar
tidak ada pihak yang diperlakukan dengan tidak benar. Dengan demikian
tidak didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya (ay. 5).
Daniel tidak saja tidak dapat dikenai tuduhan atas pengkhianatan atau keti-
dakjujuran, namun juga atas kesalahan atau ketidakbijaksanaan apa pun. Ia
tidak pernah membuat kesalahan besar, bertindak kurang hati-hati, atau
lupa meminta maaf. Hal ini dicatat sebagai contoh bagi semua orang yang
diberi kepercayaan untuk mengurus urusan masyarakat, agar mereka
membuktikan diri sebagai orang yang berhati-hati dan bersungguh-sungguh.
Dengan demikian mereka bebas, bukan saja dari kelalaian, melainkan juga
dari kesalahan. Bukan saja dari kejahatan, melainkan juga dari kekeliruan.
III. Betapa ada yang berniat jahat terhadapnya, baik sebab kebesarannya
maupun sebab kebaikannya. Para pejabat tinggi dan wakil-wakil raja
merasa iri terhadapnya sebab ia diangkat lebih tinggi dibandingkan mereka. Dan
boleh jadi mereka membenci Daniel sebab ia mengawasi mereka dan
menjaga agar mereka tidak merugikan kerajaan demi memperkaya diri
sendiri. Lihatlah di sini,
1. Penyebab rasa iri, dan itu yaitu segala sesuatu yang baik. Salomo
mengeluhkannya sebagai sesuatu yang menyusahkan, sebab segala
jerih payah dan segala kecakapan dalam pekerjaan yaitu iri hati
seseorang terhadap yang lain (Pkh. 4:4). Semakin baik hati seseorang,
semakin buruk dirinya di pemandangan para pesaingnya. Daniel
dicemburui sebab ia memiliki roh yang lebih luar biasa dibanding
sesamanya.
2. Akibat dari cemburu, dan itu yaitu segala sesuatu yang buruk. Orang-
orang yang dengki terhadap Daniel menginginkan kehancurannya
semata-mata. Sekadar mempermalukan dia belumlah cukup bagi
mereka. Kematiannyalah yang mereka inginkan. Panas hati kejam dan
murka melanda, namun siapa dapat tahan terhadap cemburu? (Ams. 27:4).
Musuh-musuh Daniel menyuruh mata-mata mengamati dia di
lingkungan tempat tinggalnya. Mereka mencari alasan dakwaan terhadap
Daniel, sesuatu yang dapat dijadikan dasar untuk menuduh dia dalam hal
pemerintahan. Mereka mencari-cari kejadian yang menunjukkan
kelalaian atau sikap memihak, ucapan gegabah, tindakan keras terhadap
seseorang, atau tugas penting yang terlupakan. Kalau saja mereka
berhasil menemukan noda atau celah akibat suatu kesalahan kecil, maka
hal itu akan dibesar-besarkan sebagai pelanggaran hukum yang tidak
dapat dimaafkan. Ternyata mereka tidak mendapat alasan apapun untuk
menjatuhkannya. Mereka mengakui hal ini. Daniel senantiasa bersikap
jujur, dan sekarang ia semakin waspada dan berjaga-jaga oleh sebab
seterunya (Mzm. 27:11). Perhatikanlah, kita semua patut sangat berhati-
hati, sebab banyak mata tertuju kepada kita, dan ada yang memperhati-
kan kelemahan kita. Terutama mereka yang telah berlaku sangat baik
pun patut menjaga perilaku. Akhirnya, musuh-musuh Daniel
menyimpulkan bahwa mereka tidak akan menemukan apa pun untuk
melawan dia selain hal ibadahnya kepada Tuhan nya (ay. 6). Tampaknya
Daniel tetap setia memeluk ibadah agamanya dan berpegang teguh
padanya tanpa ragu sedikit pun, dan walaupun begitu hal ini tidak
menjadi penghalang bagi dia untuk diangkat menduduki ke kedudukan
yang tinggi. Tidak ada hukum yang mengharuskan dia menganut agama
raja, atau membuatnya tidak dapat menerima jabatan dalam pemerin-
tahan kecuali ia melakukan hal ini . Bagi raja tidak ada masalah
kepada Tuhan apa ia berdoa, yang penting ia melaksanakan tugasnya
dengan setia dan baik. Ia tetap melayani raja usque ad aras – sebatas
pada mezbah. saat menyangkut mezbah, ia harus meninggalkan raja.
Nah, dalam hal inilah musuh-musuhnya berharap dapat menjerat dia.
Menurut Grotius, Quærendum est crimen læsæ religionis ubi majestatis
deficit – saat perbuatan khianat tidak dapat dituduhkan ke atasnya, ia
dikenai tuduhan ketidaksalehan. Perhatikanlah, sungguh luar biasa dan
sangat memuliakan Tuhan , jika orang-orang yang mengaku percaya
kepada Tuhan berperilaku begitu patut hingga musuh-musuh mereka
yang dengki tidak berhasil menemukan alasan untuk mempersalahkan
mereka, selain perbuatan saleh yang berkaitan dengan Tuhan mereka,
yang mereka lakukan sesuai hati nurani mereka. Dapat dilihat bahwa
saat musuh-musuh Daniel tidak berhasil menemukan tuduhan dalam
hal pemerintahan, mereka masih memiliki rasa keadilan yang cukup
sehingga tidak memberi kesaksian palsu terhadap dia dan
menuduhnya melakukan kejahatan yang tidak dilakukannya. Mereka
juga tidak bersumpah bahwa ia telah berbuat khianat, dan ini sungguh
mempermalukan banyak orang yang menyebut-nyebut diri Yahudi dan
Kristen.
Usaha dalam Menjatuhkan Daniel
(6:7-11)
7 Kemudian bergegas-gegaslah para pejabat tinggi dan wakil raja itu menghadap raja
serta berkata kepadanya: “Ya raja Darius, kekTuhan hidup tuanku!
8 Semua pejabat tinggi kerajaan ini, semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan
bupati telah mufakat, supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan raja dan ditetapkan
suatu larangan, agar barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan permohonan
kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku, ya raja, maka ia akan
dilemparkan ke dalam gua singa. 9 Oleh sebab itu, ya raja, keluarkanlah larangan itu dan
buatlah suatu surat perintah yang tidak dapat diubah, menurut undang-undang orang
Media dan Persia, yang tidak dapat dicabut kembali.” 10 Sebab itu raja Darius membuat
surat perintah dengan larangan itu. 11 Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu
telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang
terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Tuhan nya,
seperti yang biasa dilakukannya.
Musuh-musuh Daniel tidak dapat menarik keuntungan untuk menjatuhkan
Daniel lewat hukum yang sedang berlaku. Oleh sebab itu mereka menyusun
hukum baru, dengan harapan dapat menjerat dia dalam perkara yang mereka
tahu pasti dapat dikenakan terhadapnya. Kesetiaannya terhadap Tuhan nya yang
begitu rupa membuat mereka mencapai tujuan mereka. Di sini kita dapati,
I. Hukum Darius mengenai perbuatan ketidaksalehan. Disebut hukum Darius,
sebab ia memberi persetujuan raja untuk mengeluarkan hukum itu.
Sebab, kalau tidak melalui persetujuannya, hukum itu tidak berlaku. Namun,
hukum baru ini tidak sepenuhnya dari dia, sebab ia tidak menyusunnya. Ia
dibujuk untuk menyetujuinya. Para pejabat tinggi dan wakil rajalah yang
menyusun maklumat itu dan mengajukan permohonan itu. Melalui upaya
merekalah permohonan itu disetujui oleh pemerintah, yang mungkin sedang
berhimpun dalam suatu kesempatan yang dihadiri semua pejabat. Maklumat
yang seharusnya dijadikan hukum resmi itu seolah-olah telah dibuat sudah
dimusyawarahkan dengan matang, bahwa semua pejabat tinggi kerajaan ini,
semua penguasa dan wakil raja, para menteri dan bupati telah mufakat
tentang hukum itu. Bahwa mereka tidak saja menyetujuinya, namun bahkan
mengusulkannya, demi berbagai tujuan dan pertimbangan yang baik. Mereka
telah berbuat sebisa-bisanya supaya dikeluarkan kiranya suatu penetapan
raja. Bahkan lebih dari itu, mereka menyiratkan kepada raja bahwa
maklumat itu telah disusun nemine contradicente – dengan suara bulat.
“Semua pejabat tinggi kerajaan ini sudah sependapat.” Namun kita yakin
bahwa Daniel, pemimpin ketiga pejabat tinggi itu, tidak menyetujuinya, dan
cukup beralasan bahwa banyak lagi pejabat tinggi lain menganggapnya
sebagai hukum yang menggelikan dan tidak masuk akal. Perhatikanlah,
bukanlah hal aneh bila hal itu dengan yakin disebut mewakili pendapat
seluruh bangsa, padahal sama sekali bukan demikian halnya. Dan tidaklah
aneh juga jika apa yang disetujui segelintir orang, adakalanya dikatakan
dengan yakin telah disetujui semua pihak. Namun, alangkah tidak patut
sikap raja, yang sebab mengandalkan mata dan telinga orang lain, sering
kali dipaksa dengan cara menyedihkan! Orang-orang yang bersekongkol ini,
dengan dalih demi kehormatan sang raja, padahal sebenarnya bermaksud
menghancurkan orang kesayangan sang raja, menekan dia untuk
mengesahkan aturan ini menjadi hukum dan menjadikannya ketetapan raja.
Dengan begitu, maka barangsiapa yang dalam tiga puluh hari menyampaikan
permohonan kepada salah satu dewa atau manusia kecuali kepada tuanku,
akan dihukum mati dengan cara paling biadab, yakni dilemparkan ke dalam
gua singa (ay. 8). Inilah ketetapan yang telah mereka rangkai dan ajukan ke
hadapan raja supaya ditandatangani dan ditetapkan sebagai hukum resmi.
Sekarang,
1. Tidak ada apa pun di dalam ketetapan itu yang tampak baik, selain
memuliakan raja, dan membuatnya tampak sangat agung dan baik
kepada rakyatnya. Menurut mereka, hal ini akan bermanfaat baginya
jsesudah ia kembali menjadi raja lagi belum lama ini, dan akan
memperkuat semua kepentingannya. Semua orang harus dibuat percaya
bahwa sang raja begitu kaya dan juga begitu siap menerima para
pemohon, hingga siapa saja yang sedang kekurangan atau dalam
kesulitan, tidak perlu meminta pertolongan kepada Tuhan atau pun ma-
nusia selain kepada raja saja. Tiga puluh hari lamanya raja akan siap
menjumpai semua orang yang hendak mengajukan permohonan
kepadanya. Memang sungguh merupakan kehormatan bagi seorang raja
untuk menjadi pelindung bagi rakyatnya, dan untuk membuka telinga
terhadap keluhan dan permintaan mereka. Namun, jika raja
menganggap diri menjadi satu-satunya pelindung rakyat dan bukannya
Tuhan saja, dan menuntut kehormatan dari rakyatnya yang seharusnya
hanya diberikan kepada Tuhan saja, maka hal ini justru merupakan aib
baginya, dan bukannya kehormatan bagi dirinya.
2. Justru sebaliknya, ada banyak segi di dalam ketetapan itu yang
sepertinya justru jahat. Melarang orang untuk tidak mengajukan
permohonan saja sudah cukup buruk. Masakan seorang pengemis tidak
boleh meminta sedekah, atau orang memohon bantuan dari sesamanya?
Jika seorang anak menginginkan roti, bukankah ia patut memintanya
kepada orangtuanya? Masakan ia harus dilemparkan ke dalam gua singa
jika ia melakukan hal ini? Bahkan lebih dari itu, tidak bolehkah
mereka yang berurusan dengan raja meminta tolong kepada orang-
orang di sekitarnya untuk memperkenalkan mereka? Namun, jauh lebih
buruk lagi dan merupakan penghinaan kurang ajar terhadap agama apa
saja jika sampai melarang orang untuk mengajukan permohonan kepada
salah satu dewa. Melalui doalah kita memuliakan Tuhan , menerima belas
kasihan dari Tuhan , sehingga dengan demikian memelihara persekutuan
dengan Tuhan . Melarang orang berdoa selama tiga puluh hari, sama saja
dengan merampok dari Tuhan penghormatan yang diberikan manusia
kepada-Nya, dan juga merampok dari dari manusia segala penghiburan
yang diterimanya dari Tuhan . saat terang alam mengajar kita bahwa
tindakan penyelenggaraan Tuhan -lah yang mengatur dan menentukan
semua perkara kita, bukankah hukum alam mengharuskan kita untuk
mengakui dan mencari Tuhan melalui doa? Bukankah hati nurani setiap
manusia memimpinnya agar berseru kepada Tuhan saat ia sedang
dalam kekurangan atau kesulitan, dan haruskah hal ini dianggap
pengkhianatan berat? Kita tidak dapat hidup satu hari pun tanpa Tuhan ,
jadi mampukah orang hidup tiga puluh hari tanpa doa? Bersediakah raja
sendiri ditahan selama itu untuk tidak berdoa kepada Tuhan ? Atau, jika ia
diizinkan untuk berdoa, akankah ia menjamin untuk berdoa bagi seluruh
rakyatnya? Pernahkah ada bangsa yang mengabaikan dewa-dewa
mereka seperti itu? Namun demikian, lihatlah bagaimana niat jahat bisa
mendorong orang untuk berbuat hal-hal yang tidak masuk akal. Mereka
lebih suka mendatangkan masalah bagi Daniel sebab berdoa kepada
Tuhan nya, dan membiarkan diri sendiri dan teman-teman mereka
kehilangan kepuasan hati dengan berdoa kepada dewa-dewa. Andai kata
mereka hanya melarang orang Yahudi berdoa kepada Tuhan mereka,
maka Daniel akan berhasil dijerat juga. Namun, mereka tahu raja tidak
akan mengeluarkan hukum semacam itu. Oleh sebab itu mereka meran-
cang hukum yang berlaku bagi semua orang. Raja sendiri, yang termakan
dengan angan-angan bagaimana hukum ini akan membuat dirinya
bagaikan dewa kecil, tergila-gila dengan kehormatan dan bukannya
pencapaian terbaik untuk dibangga-banggakan, sehingga ia membuat
surat perintah dengan larangan itu (ay. 10). Padahal menurut undang-
undang perserikatan kerajaan Media dan Persia, begitu disahkan, surat
perintah itu tidak boleh diubah atau dibatalkan sebab alasan apa pun.
Pelanggaran atasnya tidak akan diampuni.
II. Ketidaktaatan Daniel oleh sebab kesalehannya terhadap hukum ini (ay. 11).
Ia tidak mengundurkan diri ke daerah pedesaan atau menghilang selama
beberapa waktu, meskipun tahu bahwa hukum itu ditujukan kepadanya.
Sebaliknya, sebab mengetahui hal ini, ia berdiri teguh sebab tahu bahwa
sekarang ia justru memperoleh kesempatan bagus untuk memuliakan Tuhan
di hadapan orang banyak, dan menunjukkan bahwa ia lebih memilih perke-
nan-Nya, dan kewajibannya kepada-Nya, dibandingkan nyawanya sendiri. Demi
didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat , ia bisa saja pergi
menghadap raja dan bertukar pikiran mengenai hal itu. Bahkan, ia bisa juga
menyanggah perintah itu, sebab didasarkan atas laporan palsu bahwa
semua pejabat tinggi telah mufakat, padahal ia yang yaitu kepala dari
semua pejabat itu tidak pernah dimintai pendapat tentang hal itu. Bukannya
berbuat demikian, ia malah pergi ke rumahnya, dan melaksanakan
kewajibannya, dan mempercayakan hal itu kepada Tuhan dengan hati
gembira. Amatilah sekarang,
1. Kebiasaan tetap Daniel, yang sebelum ini tidak pernah disebutkan.
Namun, kita memiliki alasan untuk berpikir bahwa inilah kebiasaan
yang lazim dilakukan orang Yahudi yang saleh.
(1) Dalam kamar atasnya ia berdoa. Adakalanya seorang diri, dan
terkadang bersama anggota keluarga, dan melakukannya dengan
khidmat. Kornelius seorang yang juga berdoa di rumah (Kis. 10:30).
Perhatikanlah, setiap rumah tidak saja boleh, namun seharusnya
menjadi rumah doa. Di mana kita memiliki tempat tinggal, maka
Tuhan juga patut memiliki mezbah di situ, dan atas tempat tinggal
itu kita harus mempersembahkan korban rohani.
(2) Dalam setiap doa, Daniel mengucap syukur. saat berdoa kepada
Tuhan memohon belas kasihan yang kita inginkan, kita harus memuji
Dia atas segala sesuatu yang telah kita terima. Ucapan syukur
haruslah menjadi bagian dari setiap doa.
(3) Di dalam doa dan ucapan syukurnya, Daniel memandang Tuhan
sebagai Tuhan nya, Tuhan nya menurut perjanjian, dan menyerahkan
diri dalam hadirat-Nya. Ia melakukan hal ini di hadapan Tuhan nya,
dengan mata tertuju kepada-Nya.
(4) saat berdoa dan mengucap syukur, Daniel berlutut, yang
merupakan sikap doa yang paling pantas dan sungguh menunjukkan
kerendahan hati, rasa hormat, dan tunduk kepada Tuhan . Berlutut
merupakan sikap tubuh untuk memohon. Kita datang kepada Tuhan
sebagai pengemis, memohon-mohon bagi kehidupan kita, meminta
dengan sangat.
(5) Di dalam kamar Daniel ada tingkap-tingkap yang terbuka,
sehingga pemandangan langit dapat menyentuh hatinya dengan rasa
takjub terhadap Tuhan yang berada di sorga. Namun, bukan cuma itu.
Tingkap-tingkap atau jendela-jendela itu terbuka ke arah Yerusalem,
kota suci, meskipun sudah hancur, yang menandakan rasa sayangnya
terhadap batu-batu dan debunya (Mzm. 102:15). Kenangannya
tentang kota itu senantiasa ada dalam doa-doanya setiap hari.
Demikianlah, walau tinggal sebagai orang besar di Babel, ia tetap
memperlihatkan kesehatian dengan saudara-saudaranya yang paling
rendah derajatnya di pembuangan, dengan cara mengingat
Yerusalem dan mendahulukannya dibanding puncak sukacitanya
(Mzm. 137:5-6). Yerusalem yaitu tempat yang dipilih Tuhan untuk
menempatkan nama-Nya. saat Bait Suci dipersembahkan, Salomo
berdoa kepada Tuhan , bahwa jika umat-Nya yang berada di negeri
musuh berdoa kepada-Nya dengan mata menghadap negeri yang telah
diberikan-Nya kepada mereka, ke kota yang telah dipilih-Nya, dan ke
rumah yang telah dibangun bagi nama-Nya itu, maka Ia akan
mendengarkan dan memberi keadilan kepada mereka (1Raj. 8:48-
49). Dengan memikirkan doa inilah Daniel menjalankan ibadahnya.
(6) Daniel beribadah tiga kali sehari setiap hari, sesuai contoh yang
diberikan Daud (Mzm. 55:18). Di waktu petang, pagi dan tengah hari
aku cemas dan menangis. Sungguh baik jika kita menyediakan
waktu untuk berdoa, bukan untuk mengikat, melainkan untuk
mengingatkan hati nurani kita. Jika kita berpendapat tubuh kita
perlu disegarkan dengan makanan tiga kali sehari, bisakah kita
berpikir juga, bahwa akankah ibadah yang jarang baik bagi jiwa kita?
Ini pastilah jumlah paling sedikit yang dimaksudkan dengan perintah
untuk senantiasa berdoa.
(7) Daniel menjalankan ibadah ini dengan begitu terbuka dan terus
terang, hingga semua orang yang mengenalnya tahu bahwa ini
memang kebiasaannya. Daniel memperlihatkan kebiasaannya ini
bukan sebab hendak membanggakan diri (di lingkungan tempat ia
tinggal, tidak ada ruang bagi godaan ini, sebab kebiasaan ini
bukanlah sesuatu yang dipuji orang, melainkan justru sesuatu yang
tercela), melainkan sebab ia tidak merasa malu untuk melakukan-
nya. Walaupun Daniel seorang tokoh besar, ia tidak merasa hina
untuk tiga kali sehari berlutut di hadapan Penciptanya dan menjadi
rohaniwan bagi diri sendiri. Walaupun sudah lanjut usia, ia tidak
merasa terlampau tua untuk itu. Tidak pula, meskipun hal ini sudah
menjadi kebiasaannya sejak muda, ia menjadi jemu melakukan
perbuatan baik ini. Meskipun ia seorang yang sangat sibuk, luar biasa
sibuk, untuk melayani orang banyak, ia tidak berpikir untuk
menjadikan hal ini sebagai alasan untuk tidak melaksanakan saat
teduh setiap hari. Jadi, betapa sungguh tidak dapat dimaafkan bila
orang-orang yang tidak banyak kesibukan di dunia ini enggan
bersaat teduh bagi Tuhan dan jiwa mereka! Daniel terkenal sebagai
seorang pendoa dan sangat berhasil dalam doa (Yeh. 14:14). Hal ini
dicapainya berkat ketekunannya dalam doa dan sebab menjadikan
doa sebagai kebiasaan sehari-hari. Dan sebab berbuat demikianlah
maka Tuhan memberkatinya dengan begitu indah.
2. Kesetiaan Daniel dalam menjalankan kebiasaan ini, meskipun hukum
yang baru itu menjadikannya sebagai suatu kejahatan besar. saat tahu
bahwa surat perintah itu telah dibuat, ia tetap melanjutkan kebiasaan itu
seperti yang biasa dilakukannya. Ia sama sekali tidak mengubahnya.
Banyak orang, bahkan banyak orang baik, akan menganggap bijaksana
untuk menghentikan kebiasaan itu selama tiga puluh hari ini, saat
mereka tidak bisa melakukannya tanpa membahayakan nyawanya.
Orang bisa saja berdoa jauh lebih sering jsesudah ketiga puluh hari itu
berlalu dan bahaya sudah lewat. Atau, ia juga bisa melaksanakan
kewajiban itu di waktu tertentu saja dan di tempat lain, dengan diam-
diam sehingga para musuhnya tidak akan mengetahuinya. Dengan
demikian ia bisa menenangkan hati nurani sekaligus memelihara
persekutuan dengan Tuhan , namun juga menghindari hukum itu serta
tetap bisa bekerja. Namun, seandainya orang melakukan seperti itu,
maka baik teman-teman maupun musuh-musuhnya akan menyangka
bahwa ia telah melepaskan kewajibannya untuk sementara waktu, oleh
sebab sifat pengecut dan rasa takut yang memalukan. Dan hal ini akan
justru membawa aib besar bagi Tuhan dan mengecilkan hati teman-
temannya. Orang lain yang berada di lingkungan yang lebih rendah
derajatnya bisa saja bertindak dengan hati-hati. namun , Daniel, yang
diperhatikan begitu banyak orang, harus bertindak dengan berani, lebih-
lebih lagi ia tahu bahwa saat dirancang, perintah itu terutama
ditujukan untuk melawan dia. Perhatikanlah, kita tidak boleh melalaikan
kewajiban sebab takut menderita, atau bahkan jangan ada seorang yang
dianggap ketinggalan. Dalam masa-masa kesukaran, sangatlah
ditekankan agar kita mengakui Dia di depan manusia (Mat. 10:32). Kita
harus waspada agar jangan sampai di balik dalih mau bertindak bijak-
sana, kita didapati bersalah sebab sikap pengecut dalam perkara Tuhan .
Kalaupun kita tidak berpendapat bahwa contoh tentang Daniel ini
mewajibkan kita berbuat sama, saya yakin kita tidak boleh mengecam
orang-orang yang melakukannya, sebab Tuhan mengakui Daniel dalam
hal itu. Daniel sangat taat dalam melaksanakan kewajiban ibada