kami dengan sebenarnya telab
memperoleb d,pd yang Rabb kami menjanjikd.nnyd. kEada kami. Maka
apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnyd. apd. (adzab) ydng
Rabb kamu menjanjikannyd. (kepadamu)?' Mereka (penduduk Neraka)
mmj auab:' Betul.' Kemudian seorang penyeru (Malaihat) rnengurnumkan
di antara kedua golongan itu: 'Kutukan Allab ditimpakan kepada ordng'
orangyang zbalirn.'" (QS. Al-A'raaf: 44)
Al-Qurthubila1r-"berkata:"4#.nu:';t:Jirlbermaknaseruandan
suara penyeru dari Malaikat."36
Telah disebutkan bahwa para Malaikat melaknat roh orang kafir
dan berkata: "Roh keji yang datang dari bumi.""
Diriwayatkan juga bahwa para Malaikat berdo'a agar ditimpakan
adzabdan kemurkaan atas suatu kaum disebabkan perbuatan-perbuatan
buruk mereka, di antaranya:
n. Laknat Malaikat atas orang yangmelakukanbid'ah ftemungkaran) di Madinah
Dari Anas 45 , dari Nabi ffi beliau bersabda:
Madinah adalahtanah haram (wajib dihormati) dari batas ini hingga
batas ini. Tidak boleh menebang pohon-pohonnya dan tidak boleh
melakukan kemungkaran di dalamn ya. Barangsiapa yarLgmelakukan
kemungkaran di dalamnyamaka dia akan mendapatkan laknat Allah,
para Malaikat, dan semua manusia."'8
Dalam Shahiib Muslim disebutkan riwayat dari Abu Hurairah
EE' dariNabi ffi bersabda:
"Madinah adalahtanah haram (wajib dihormati). Barang siapa yang
melakukan kemungkaran di dalamnya ata:u melindungi orang yang
melakukan kemungkaran maka dia akan mendapatkan laknat Allah,
para Malaikat, dan semua manusia; bahkan tidak diterima darinya
ibadah" dan taubatnya pada hari Kiamat.n40
Ibnul Atsir berkata: "Al-badats adalah kemunkaran, yaitu sesuatu
yangtidak dilakukan dan tidak dikenal dalam as-Sunnah. Sementara
a I - m u h d it s / a I - m ub dat s, seb a gaima na riw ay at y ang ada, adalah ditulis
den gan h arakat k as r ab dan / atau fat- b ah p ada huntf . dal- ny a, y aitu dal am
bentuk subjek dan/atau objek. Adapun dengan kasrah, maknanya
adalah orang yarlg membela, melindungi, atau menyembunyikan
pelaku kejahatan dari lawannya, serta menghalanginya agar tidak
meng-qishash-nya. Adapun dengan harakat fat'hah, maka maknanya
adalah perkara bid'ah (kejahatan) itu sendiri.
Makna iiuaa'dalam hadits tersebut adalah ridha dan sabar atas
(pelaku)nya. Sebab, siapa saja yang ridha dengan perkara bid'ah dan
mengakui pelakunya serta tidak mengingkarinya berarti sama saja ia
telah melindunginya.
Dalam sebuah hadits disebutkan: 'Hendaklah kalian menjauhi
hal yang diada-adakan (muhdatsaatil umuur). Kata muhdatsaat adalah
bentuk jamak (plural) dari kata rnubdatsah, yaltu yangtidak dikenal
dalam al-Qur-an, as-Sunnah dan ijm4"'.0'
Dengan demikian, perkara yang dilaknat oleh Malaikat, baik
pelaku maupun penolongnya, adalahmengadakan bid'ah dalam agama.
Mengingat kota Madinah adalah tempat bertolaknya (pusat) agama
Islam dan tempat yang menjadi kecenderungan hati orang-orang
Mukmin serta menjadi pusat keimanan; maka seolah-olah perbuatan
yangdilakukan di dalamnya itu sama dengan sunnah. Sebab, orang
ytrrgmelihat perbuatan penduduk Madinah akan menyangka hal itu
adalah sunnah dari Nabi ffi. Oleh karena itu, melakukan perbuatan
bid'ah di sana lebih berbahaya daripada di tempat lainnya.
Semua bid'ah itu sesat, sebagaiman yangditegaskan oleh Nabi
ffi dalam sabdanya:
"Barang siapa yangmengada-adakan sesuatu yangbaru atau melindungi
orang yangberbuat hal baru maka ia akan ditimpa laknat Allah, para
Malaikat, dan manusia semuartya."42
Akan tetapi, lebih berbahayadan keji lagi jika bid'ah itu dilakukan
di Madinah. Pelakunya akan mendapatkan ancaman keras, sePerti yang
telah disebutkan dalam hadits terdahulu.
Maka dari itu, hendaklah seorang Muslim berhati-hari agar tidak
terkena siksaan yangkeji ini. Hendaknya pula ia lebih memperhatikan
sunnah Nabi ffi, terlebih lagi bagi penduduk Madinah.
o. Laknat Malaikat bagi orang yang menc elaparaSahabat Nabi ffi
Allah Mj. telah memuji dan menyanjung para Sahabat Nabi
dalam al-Qur-an, serta menyebut sifat mereka yarLg belum pernah
disebutkan untuk orang lain setelah para Nabi. Hal itu semata-mata
karena keagungan kedudukan mereka di sisi Allah. Allah W menyatakan bahwaparasahabat ridha kepada Allah dan Allah ridha terhadap
mereka. Allah pun menielaskan kedudukan mereka kepada orangorang yangditurunkan kepada mereka kitab Taurat dan Injil (Ahlul
Kitab).
Allah \H berfirman:
"Mubammad itu adalab utusan Allab dan orang'orang yang bersarna
dmgan dia ddalab keras terbadap ordng-orumgkofir, tetapi berkasib saryang
sesd.rna mereka, hamu libat merekaruku dan sujud mmcarikaruniaAllab
dan keri.dhaan-Nya, tanda-tanda mcreka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlab sifutsifut mereka dalam Taurat dan sifutsifut
mereka dalam Inj il, yaitu seperti tand.nxdn ydng mengeluarkan trtndsnya
maka tunds itu menjadikan tand,rndn itu kuat lalu menjadi besarlab
dia dan tegak lurus di atas pokoknya; td.narna.n itu merryenangkan bati
pen andrn-pend.ndlnnyd karena Allah bendak menj engkelkan hati ordny'
orang kafir (d.engan kekuaun ord.ng-ordng Mukmin). Allab mmianj ikan
kEofu orang-ordng y ang beriman dan mengerj akan amal yang sbalib di
antdra rnereha arnPunan dan pabala yang bsar." (QS. ,erl-Fat-h:29)
Orang-orang ydng terdabulu lagi yang pertdm.d.'tama (masuk Islam)
di antara ord.ng-ordng Mubajirin dan Ansbar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allab ridha kepada mereka dan mereka
pun ridha kepada Allab dan Allab menyediakan bagi mereka Surga'
Surga ydng mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamd.nya. Itulah hemenangan ydng besd.r." (QS- AtTaubah: 100)
Masih banyak nash-nash al-Qur-an y^ng semakna dengan ayat
ini; hadits pun demikian. Semua dalil tersebut sarat dengan pujian,
sanjungan, dan penjelasan tentang sifat para Sahabat yang baik;
serta menerangkan bahwa mencintai mereka termasuk keimanan,
sedangkan membenci mereka berarti kemunafikan. Mengenai dalil
diharamkannya mencela dan mencaci Sahabat Nabi M, di antaraflya
adalah hadits'Imran bin Husain <!F', ia berkata bahwa Rasulullah ffi
bersabda:
"sebaik-baik ummatku adalah yanghidup semasa denganku (generasi
Sahabat),lalu pada masa setelah masa mereka (fabi'in), kemudian pada
masa setelah masa mereka (Tabi'ut tabi'in)."
'Imran berkata: "Aku tidak tahu pasti apakah Nabi menyebutkan
dua atau tiga masa setelah masanya. @eliau mengabarkan pula bahwa)
akan muncul setelah kalian kaum yangmenjadi saksi, padahal mereka
tidak pernah diminta menjadi saksi. Mereka berkhianat dan tidak Patut
diberi amanat. Mereka bernadzar, tetapi tidak memenuhi nadzarnya.
Tampak pada diri mereka kegemukan."
Nabi ffi telah menegaskan bahwa fungsi keberadaan para Sahabat
adalah sebagai amanah bagi ummat manusia, sebagaimana disebutkan
dalam hadits riwayat Abu Burdah dari ayahnya, ia bercerita: "Kami
pernah shalat Maghrib bersama Rasulullah M. Setelah itu, kami
berinisiatif untuk duduk-duduk (menunggu) hingga shalat 'Isya' bersama
beliau." Ia (Abu Burdah) melanjutkan kisahnya: "Maka kami pun
duduk (menunggu).' Tidak lama kemudian, Rasulullah menghampiri
kami dan bersabda: 'Kalian masih di sini?'Kami menjawab: ''S7ahai
Rasulullah, seusai shalat Maghrib bersamamu, kami berinisiatif untuk
menunggu hingga kami mengerjakan shalat'Isya' bersamamu.' Beliau
bersabda: 'Kalian telah berbuat kebaikan dan kalian benar."'
Abu Burdah berkata: "Kemudian, beliau berkali-kali mengangkat
kepalanya (melihat) ke atas langit lalu bersabda:
"Bintang-bintang itu adalah amanah (p."jrg;iangit. Jika bintangbintang itu hilang, maka langit akan ditimpaapayangtelah dijaniikan
kepadanya. Aku adalah amanah (penjaga) bagiparaSahabatku. Apabila
aku telah pergi, maka para Sahabatku akan ditimpa apayangdijanjikan
kepada mereka. Para Sahabatku adalah amanah (peniaga) bagi ummatku.
Kalau Sahabatku telah pergi, niscaya ummatku akan ditimpaarpayang
telah dijanjikan (ditetapkan) kepada mereka."*
Rasulullah;[# memperingatkan orang y^ng mencela dan mengurangi (hak) para Sahabatnya, sebagaimana sabdanya:
Janganlah kalian mencela Sahabat-Sahabatku! Janganlah kalian mencela
Sahabat-Sahabatku! Demi Allah yangjiwaku berada di tangan-Ny",
seandainya salah seorang kamu membelanjakan emas sebesar Gunung
Uhud, maka sungguh ia tidak akan pernah mencapai (keimanan
mereka) walaupun hanya seberat satu mudd atau sepanrhnya."as
Para Malaikat rffiu mencintai orang yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya. Sebaliknya, mereka memusuhi orang yang memusuhi
Allah dan Rasul-Nyr. Oleh karena itu, Malaikat mencintai SahabatSahabat Nabi ffi dan memusuhi serta melaknat orang y^ng mencela
dan memusuhi mereka.
Dalilnya, adalah hadits Abu Hurairah 4b ,
ia berkata bahwa
Rasulullah ffi bersabda:
"sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil
Jibril lalu berkata: 'sesungguhnya aku mencintai Fulan, maka cintailah
dia.' Rasulullah melanjutkan: 'Orang itu pun dicintai Jibril yang
kemudian berseru di langit dengan berkata: 'sesungguhnya Allah
mencintai Fulan, maka cintailah dia.' Orang itu pun dicintai oleh
seluruh penghuni langit hingga kemudian menjadi makhluk yang
dicintai di muka bumi. Demikian pula, apabila Allah membenci
seorang hamba, Dia menyuruhJibril dan berkata: 'sesungguhnya Aku
membenci Fulan, maka bencilah dia.'Jibril pun membencinya dan
menyerukan kepada seluruh penghuni langit: 'sesungguhnya Allah
membenci Fulan, maka bencilah dia.'Mereka (penghuni langit) lantas
membencinya hingga kemudian orang itu menjadi makhluk yang
dibenci di muka bumi."a6
Tidak diragukan lagi bahwasanya siapa saia yang mencintai
para Sahabat det akan memperoleh keutamaan yang terdapat dalam
hadits ini. Sebaliknya, siapa salayangmembenci mereka niscaya akan
dibenci oleh para Malaikat dan seluruh penghuni bumi. Kenyataan
telah menjadi saksi atas kebenaran ini. Sungguh, tidak ada daya dan
kekuatan melainkan dengan pertolongan Allah.
Dalam beberapa hadits disebutkan dengan tegas mengenai laknat
para Malaikat kepada orang yang mencela Sahabat Nabi ffi, sebagaimana
tertera pada riwayat Ibnu'Abbas d#.,,iaberkata bahwa Rasulullah ffi
bersabda:
"Barang siapa mencela Sahabatku niscaya ia akan ditimpa laknat Allah,
para Malaikat, dan manusia seluruhnya.aT
Maka dari itu, renungkanlah hukuman bagi orang yangmencela
para Sahabat Nabi ffi supaya Anda mengetahui kejinya perbuatan
tersebut. Tindakan kotor itu tidak mungkin dilakukan kecuali oleh
orang yangtelah Allah W butakan mata hatinya.
Renungkanlah perkataan .Ps.bu Zar'ah ar-Razi 4!f5 mengenai
orang yangmencela Sahabat Nabi ffi agar Anda mengetahui sumber
pemikiran ini beserta penyebab meluasnya (fenomena ini). Ia berkata:
"Apabila kalian melihat orang yarlg mencela salah seorang Sahabat
Rasulullah 4W, maka ketahuilah bahwa dia seorang zindiq. Sebab,
Rasulullah bagi kami adalah benar dan al-Qur-an itu benar. Yang
membawa al-Qur-an dan as-Sunnah kepada kami adalah para Sahabat
Rasulullah M. Sesungguhnya mereka hanya ingin mencela para
saksi (para Sahabat Nabi) ini dengan tujuan membatalkan al-Qur-an
dan as-Sunnah. Padahal, celaan itu lebih Pantas ditujukan kepada
mereka sendiri. Oleh sebab itu, mereka dikatakan sebagai orang-orang
zindiq."or
p. Laknat Malaikat bagi orangya,ng menodongkan senjata
(mengancam) terhadap orang Muslim
Dari Abu Hurairah 4b ,iaberkata bahwa Abul Qasim (Rasulullah
ffi) bersabda:
"Barang siapa yangmengisyaratkan (menodongkan) besi tajam kepada
saudaranya maka sesungguhnya Malaikat melak natny a, meskipun orang
tersebut adalah saudara seayah dan seibu (saudara kandungnya)."0n
'Illat (alasan hukum)-ry, adalah karena hal tersebut sangat
berbahaya. Selain itu, dikhawatirkan seorang Muslim memberikan
gangguan kepada saudaranya itu atau bahkan dapat membunuhnya
sehingga ia harus menerima sanksi sebagai seorang pembunuh, sedangkan hukuman itu sungguh berat sekali.
Dalam hadits lain hal itu juga telah disebutkan, yaitu dalam riwayat
Abu Hurairah 4F' dari Rasulullah M, beliau bersabda: 'Janganlah
salah seorang di antara kalian mengisyaratkan (menodongkan)
senjata ke hadapan saudaranya. Sebab, dia tidak sadar ketika syaitan
menghunuskan (senjata itu) dari tangannya (mendorongnya untuk
melakukan pembunuhan) sehingga ia pun terjerumus ke dalam jurang
Neraka.
q. Laknat Malaikat bagi orangyang bernasab kepada selain
ayahnya atau berwali kepada yangbukan walinya
Terdapat riwayat dari Ibnu 'Abbas q!*i.,, ia berkata bahwa
Rasulullah ffi bersabda:
"Barangsiapa bernasab kepada selain bapaknya atau jika seorang bekas
budak tidak memberikan hak wala' kepada mantan majikannya, maka
dia ditimpa laknat Allah, paraMalaikat, dan manusia semuanya."5l
Banyak hadits yang diriwayatkan mengenai ancaman keras
terhadap orang yang bernasab kepada selain bapaknya-sedang ia
mengetahui-atau berwali kepada selain walinya. Bahkan, para ulama
mengangg apnya sebagai dosa besar-kita berlindung diri kepada Allah
darinya. Sebab, hal itu dapat mengakibatkan bercampurbaurnya
(kerancuan) nasab (keturunan), menyia-nyiakan hak dan harta, serta
akibat lainnya yangsangat berbahaya.
Dari Abu Hurairah #, ,iaberkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
"Barang siapa yangmengangkat wali dari suatu kaum (ain) tanpaizin
walinya (sendiri) maka ia akan ditimpa laknat Allah, para Malaikat,
dan semua manusia; bahkan tidak diterima ibadah dan taubat darinya
kelak pada hari Kiamat."52
r. Laknat Malaikat terhadap orang yang menghalang-halangi
wali dari orang yangterbunuh untuk menegakkan qisbash
(hukuman mati) atau diyat (denda)
Termasuk rahmat Allah bagi ummat Islam ialah disyari'atkannya
penegakan hukum terhadap mereka. Sesungguhnya di dalamnya
terdapat kehidupan dan keselamatan bagi kehormatan dan harta
mereka. Barang siapa y^ngmenghalangi hal tersebut berarti ia telah
sesat dan menyesatkan; berhak mendapat laknat dan kutukan Allah,
sefta lakn^t para Malaikat dan semua manusia. Hal ini sebagaimana
yangdisebutkan dalam hadits dari Ibnu 'Abbas M, ia berkata bahwa
Rasulullah ffi bersabda:
'Barang siapa yang membunuh karena perkara yang samar atau
berdasark an 'asbabiyyah (fanatisme golongan) dengan batu, cambuk,
atau tongkat maka diyat-nya seperti diyat orang yang membunuh
karena salah sasaran. Barang siapa yaflgmembunuh secara sengaja maka
dia harus di-qishash, sedangkan barang siapa yangmenghalangi antara
dirinya (orang yangmembunuh) dan hukum yangditetapkan maka
ia akan ditimpa laknat Allah, para Malaikat, beserta seluruh manusia;
bahkan Allah tidak akan menerima taubat mauPun fidyah darinya."s3
s. Laknat Malaikat terhadap isteri yang tidak mau melayani
suaminya di tempat tidur
Dari Abu Hurairah ,Eb
,
ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
"Apabila seorang suami mengajak isterinya ke tempat tidur lalu dia
enggan melayaninya, maka ia dilaknat oleh para Malaikat hingga
shubuh,
t. Malaikat tidak bershalawat kepada orang yang meratapi
mayat
Telah disebutkan sebelumnya bahw a para Malaikat bershalawat
untuk kita dan dalam shalawat tersebut terdapat pengaruh yarLgbesar
agar kita dapat keluar dari kegelapan menuju cahaya. Namun, ada
beberapa perbuatan yang pelakunya akan mendapatkan hukuman
dengan tidak bershalawatnya Malaikat untuk mereka. Di antara
perbuatan itu adalah meratapi mayat, sebagaimana dinyatakan dalam
hadits Abu Hurairah qB
,
ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
"Malaikat tidak bershalawat (mendo'akan) kepada orang yangmeratap
dan orang y ang berteriak-berteriak (menangisi mayat).tt"tu
Tidak diragukan lagi, meratap termasuk perbuatan buruk yang
telah diperingatkan oleh Rasulullah ffi untuk dihindari. Beliau telah
menjelaskan bahwa perbuatan tersebut termasuk kebiasaan kaum
Jahiliyah sehingga beliau berlepas diri dari orang yang melakukannya.t'
As-Sindi berkata: "Sabda Nabi ffi:'Malaikat tidak bershalawat
untuknya' maksudnya adabhsebagaimana Malaikat itu bershalawat (memohonkan ampunan) untuk semua orang Mukmin. Firman Allah W :
' Dialab yang memberi rabmat kepadamu dan Malaikat-Nya (rnemohonkan
d.rnpund.n untuk mu) ....'" (QS. Al-Ahzaab: a3)
Dalam sabda Nabi tersebut terdapat dalil bahwa sesungguhnya
Allah IH -terlebih lagi-tidak akan bershalawat (memberi rahmat)
untuk orang yang meratapi mayat. Mungkin juga bermakna bahwa
adanyataqyid (pembatasan) pada hadits tersebut untuk menunjukkan
bahwa shalawat Allah tidak pernah putus, karena shalawat-Nyaadalah
rahmat. Rahmat itu tidak akan terputus kecuali atas orang kafir.
Berbeda dengan paraMalaikat, shalawat mereka merupakan do'a
dan sanjungan, yan1termasuk dalam kategori keutamaan (fadbilab),
sehingga shalawat para Malaikat tidak membawa mudharat jika
terputus dari orang-orang y angdurhaka, uallaabu A'lArn." sr
Jadi, yang wajib dilakukan setiap Muslim adalah menghindari
perbuatan-perbuatan yang sangat berbahaya ini agar tidak mendapat
hukuman yang besar, berupa laknat Malaikat. Kita berlindung diri
kepada Allah darinya.
2. Menghadiri maielis-majelis dzikir dan khutbah Jum'at
Diriwayatkan dari Abu Hurairah 4b , dari Nabi ffi, beliau
bersabda:
sesungguhnya Allah W mempunyai Malaikat-Malaikat yang
berkeliling (di muka bumi) sebagai tambahan (atas Malaikat-Malaikat
hafazhah dan lainnya). Mereka mengikuti majelis-majelis dzikir; di
mana saja mendapatkan majelis yang di dalamnya terdapat dzikir,
mereka pun ikut duduk bersama orang-orang yang hadir. Satu sama
lain dari mereka saling menghamparkan sayapnya hingga memenuhi
ruangan di antara mereka dan langit dunia. Apabila majelis dzikir
itu telah selesai dan membubarkan diri, maka mereka segera naik ke
langit."
Rasulullah M, melanjutkan: "Lalu, Allah bertanya kepada
mereka-sementara Dia lebih mengetahui kondisi mereka: 'Dari mana
kalian? Mereka menjawab: 'Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu
di bumi. Mereka bertasbih, bertakbir, benahlil dan bertahmid serta
memohon kepada-Mu.' Allah bertanya:'Ap, y angmereka mohonkan
kepadaku?' Malaikat menjawab:'Mereka memohon Surga-Mu.' Allah
\W bertanyalagi: 'Apakah mereka sudah melihat Surga-Ku? Mereka
menjawab: 'Tidak, wahai Rabb.'Allah \9E bertanyalagi: 'Maka
bagaimana seandainya mereka telah melihat Surga-Ku?' ParaMalaikat
itu melanjutkan: 'Mereka juga memohon perlindungan-Mu.' Allah
[H bertanya:'Dari apa mereka memohon perlindungan kepada-Ku?'
Malaikat menjawab: '(Mereka mohon perlindungan) dari Neraka-Mu,
wahai Rabb.' Allah \H kembali bertanya:'Bagaimana seandainya
mereka sudah melihat Neraka-Ku?' Mereka melanjutkan:'Merek a juga
memohon ampunan-Mu.' Allah W menjawab: 'Sungguh, Aku telah
mengampuni mereka. Aku pun akan memberik^n apa yang mereka
minta dan Aku akan melindungi mereka dariapayangmereka mohon
perlindun gan dariny a."'
Rasulullah M, meneruskan: "Para Malaikat berkata: 'r0flahai
Rabb, di antara mereka ada seorang hamba yarlg banyak melakukan
kesalahan, yakni dia hanya lewat lalu duduk bersama mereka.'Allah
W menjawab: 'Termasuk dirinya juga telah Ku-ampuni. Mereka
adalah suatu kaum yangtidak akan celaka orangyangduduk bersama
mereka.'"5e
An-Nawa wi q!$5 berkat a:
ar a ulama menj elaskan :' Makn any a,
mereka adalah para Malaikat tambahan di luar Malaikat-Malaikat
penjaga serta Malaikat lainnya, yang bertugas menyertai makhluk
(manusia). Mereka adalah Malaikat yangselalu berkeliling dan tidak
mempunyai tugas selain hanya untuk menghadiri majelis-majelis
dzikir."uo
Renungkanlah, wahai pembaca yang mulia! Demikianlah
keutamaan besar yangAllah berikan kepada orang yangmenghadiri
balaqah (majelis) ilmu. Oleh karena itu, berusahalah agar Anda
termasuk orang yangmemperolehnya. Dalam hadits ini terdapat dalil
bahwa semua yang menghadiri halaqah-halaqah atau maielis-majelis
ilmu pasti memperoleh keutamaan itu. Bahkan, seandainya ia bukan
seorang tbalib (penuntut ilmu), tetapi hanya duduk bersama mereka
lantaran suatu keperluan, niscaya keberkahan ilmu dan majelis-majelis
itulah yangakan meraih dirinya. Inilah keutamaan yang Allah berikan
kepada siapa sqa yangdikehendaki-Nya.
Telah disebutkan pada pembahasan-pembahasan yang lalu
pula bahwa Malaikat bershalawat dan berdo'a untuk penuntut ilmu
dan pengajarnya, meliputi mereka dengan sayap-sayapnya, dan
meletakkan sayap-sayapnya untuk mereka karena ridha terhadap
apayangmereka perbuat. Demikian pula, bahwasanya para Malaikat
mendengarkan dzikir (khutbah) di masjid-masjid pada hari Jum'at,sebagaimana dinyatakan dalam hadits Abu Hurairah #, ,
ia berkata
bahwa Rasulullah ffi bersabda: "Apabila datang hari Jum'at, maka
di setiap pintu-pintu masjid terdapat Malaikat yang siap mencatat
setiap orang yangdatang pertama kali, lalu yatghadir setelahnya, dan
demikian seterusnya. Kemudian, apabila imam telah duduk, mereka
pun menutup lembaran-lembaran (catatan tersebut) dan bergegas
datang untuk mendengarkan dzikir (khutbah)." (A1-Hadits)u'
Ibnu Hajar 43)H berkata: "Hadits ini menunjukkan bahwa para
Malaikat tersebut bukan para Malaikat penjaga. Adapun yang dimaksud
dengan menutup lembaran-lembaran adalah ditutupnya lembaran
berisi catatan pahala yang berkaitan dengan kesegeraan orang yar.g
menghadiri shalat Jum'at; bukan yanglainnya, seperti mendengarkan
khutbah, mendapatkan shalat, berdzikir, berdo'a, khusyu', dan yang
lainnya. Sebab, catatan amal yang demikian itu secara mutlak sudah
dicatat oleh kedua (Malaikat) penjaga...."
Al-Hafizh juga berkata: "Dalam hadits 'Amr bin Syu'aib yang
diriwayatkan dari bapaknya, dari kakeknya, menurut riwayat yang
dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah: "sebagian Malaikat bertanya
kepada Malaikat lainnya: 'Ap" yang menghalangi Fulan?' Maka ia
pun berdo'a:'Ya A1lah, berilah petunjuk kepadanya jika dia tersesat,
cukupkanlah jika dia faqir (miskin), dan sembuhkanlah dia jika sedang
sakit."6'
3. Menghadiri shalat di masfid-masiid dan mengucapkan apa
yang diucapkan makmum
Banyak nash dari al-Qur-an maupun hadits yangmenunjukkan
bahwa para Malaikat menghadiri shalat di masjid-masjid. Mereka juga
selalu berkumpul pada setiap shalat Shubuh dan shalat'Ashar. Nashnash tersebut juga menunjukkan bahwa mereka menjawab (ucapan)
imam sebagaimana jawaban para makmum, seperti ucapan Aamiin
dan ucapan Rabbanaa lakal bamd. Akan tetapi, apakah mereka ikut
melakukan shalat bersama manusia atau tidak? Inilah yangbelum kita
temukan jawabannya, baik dalam al-Qur-an maupun as-Sunnah. Oleh
karena itu, dalam masalah ini hendaknya kita bersikap diam karena kita
hanya meyakini apayangditerangkan oleh al-Qur-an dan as-Sunnah.
Di antara ibadah para Malaikat adalah menghadiri shalat yang
dilakukan umat manusia di masjid-masjid.
Allah \99 berfirman:
"Dirikanlah shalat dari sesudalt matabari tergelincir sampai gelap malam
dan (dirikanlab pula sbalat) Shubuh. Sesunggubnya shalat Sbubub itu
disaksikan (oleh Malaikat). " (QS. Al-Is raa' : 7 8)
Dari Abu Hurairah €F,, bahwasanya Rasulullah ffi bersabda:
"ParaMalaikat secara bergiliran datang kepada kalian pada waktu malam
dan siang hari. Mereka juga berkumpul pada waktu shalat Shubuh dan
'Ashar. Malaikat-Malaikat yangbermalam dengan kalian pun naik ke
langit dan ditanya oleh Rabb mereka-sedang Dia lebih tahu tentang
keadaan mereka:'Bagaimana kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?'
Mereka menjawab: 'Kami meninggalkan mereka ketika sedang shalat
dan kami datang kepada mereka ketika sedang shalat.'"
Ibnu Hajar $tE berkata: "Ada ulama yang mengatakan bahwa
mereka adalah b afazh ab (Malaikat p enj aga), seb agaima na y ang dinukil
oleh 'Iyadh dari pendapat mayoritas ulama. Al-Qunhubi berkata:
'Bagi saya, pendapat yang lebih jelas (kuat) adalah mereka bukan
para Malaikat penjaga.' Yang menguatkan pendapat ini ialah tidak
adanya riwayat yang menyatakan para Malaikat penjaga itu berpisah
dengan seorang hamba, juga tidak terdapat riwayat yangmengatakan
bahwa para Malaikat penjaga pada awal malam hari bukanlah para
Malaikat penjaga yang bertugas pada waktu siang hari. Seandainya
mereka adalah paraMalaikat penjaga, maka tentu tidak cukup hanya
dengan menanyakan bagaimana kondisi kita ketika ditinggalkan,tanpa
menanyakan hal lainnya, yaitu tatkala Allah \H bertanya: 'Bagaimana
kalian meninggalkan hamba-hamba-Ku?'"s
Mengaminkan bacaan imam.
Dari Abu Hurairah gE
, Rasulullah ffi bersabda:
'
"Apabila imam mengucapkan:' Aamiin', maka ucapkanlah' A amiin.'
Barang siapa yang ucapan aamiin-nya bertepatan dengan ucapan
aamiin-nyaparaMalaikat maka dia akan diampuni dosanya yanglalu."
Ibnu Syihab berkata: 'Rasulullah Mpun menucapkan: Aamiin."6s
Ibnu Hajar 4!$5 berkata: "Hadits ini menerangkan maksud
kara muuaofoqob (bertepatan) dari segi ucapan dan waktu. Berbeda
den gan pendap at y arLgmenyatakan maksud ny a adalah bertepatan p ada
keikhlasan dan kekhusyu'an ..."
Ibnu Hajar berkata lagi: "Ibnul Munayyir berkata: 'Hikmah dalam
mengutamakan kebertepatan dari segi ucapan dan waktu adalah agar
makmum senantiasa terjaga untuk melaksanakan tugas tepat waktunya. Sungguh, para Malaikat tidak pernah lalai. Maka dari itu, siapa
saja yang ucapannya bertepatan dengan mereka berarti ia termasuk
orang yangselalu siaga.'
Kemudian, zhahrr hadits tersebut menunjukkan bahwa yang
dimaksud dengan para Malaikat adalah seluruhnya. Ada yang
berpendap at hany a p ara Malaikat penj aga. Ada lagi y ang men gatakan
mereka adalah Malaikat yang saling bergiliran selain para Malaikat
penjaga. Yang tampak jelas bahwa yang dimaksud dengan mereka
adalah Malaikat yang menyaksikan shalat tersebut, baik yar'g ada di
bumi maupun y^ngada di langit."uu
Mereka (para Malaikat) menjawab imam ketika mengucapkan
"Sami'allabu lirnan hamidab", dengan mengucapkan "Rabbanaa ua
lakal hamdu".
Dari Abu Hurairah 4b ,iaberkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
"Apabila imam mengucapkan'Sami'allabu liman hamidab, maka
katakanlah:' Allaah urnrna Rabbanaa lakal bamdu.' Sebab, barang siapa
yangucapannya bertepatan dengan ucapan Malaikat (dalam hal ini)
niscaya ia akan diampuni dosanya yangtelah 1a1u."67
Sepertiny a-wallaabu a'lam-jaw aban-jawaban ini khusus bagi
para Malaikat yang menyaksikan shalat.
Terkadang, para Malaikat mendengarkan do'a yang memiliki
keutamaan dari salah seorang yangshalat,lalu mereka berlombaJomba
untuk mencatatnya, sebagaimana dinyatakan dalam hadits riwayat
Rifa'ah bin Rafi', ia berkata:
kepalanya dari ruku', beliau berkata: Sami'allabu liman bamidah
(semoga Allah mendengarkan orang yang memuii-Nya). Seorang
laki-Iaki di belakang beliau berkata: 'Rabbanaa lakal bamdu hamdan
katsiiran tbalryiban mubaarakan fiih (wahai Rabb kami, bagi-Mulah
segala puji, pujianyangbanyak lagi baik dan mengandung berkah)-'
fetika betpdittg, Nabi pun bertanya:'Siap a yangmengucaPkannya?'
Laki-taki tersebut menjawab: 'Saya.' Beliau bersabda: 'Aku melihat
lebih dari tiga puluh Malaikat memperebutkannya, yakni siapa di
antar a mereka y ang p ertama kali menc atatny a -" 68
Disebutkan pula riwayat hadits dari Anas gB : "seorang laki-laki
datang lalu masuk k. d"lrtt shaf dengan naPas terengah-engah,u'lalu
ia membacaz 'Alhamdu lillabi bamdan katsiran tha'1ryiban mubaarakan
fiih (segala puji bagi Allah dengan pujian yangbanyak lagi baik dan --.rrgrndung
berkah).' Tatkala Rasulullah ffi telah selesai shalat,
beliau bertinya: 'siapakah di antara kalian yar]g mengucapkan
kalimat itu?'Kaum itu pun terdiam.To Beliau bersabda: 'siapakah yarLg
mengucapkannya? Sungguh, dia tidak mengucaPkan suatu dosa.' Maka
,.or"ttg tat<i-tat<i berkata: 'Aku datang terburu-buru sehingga napasku
t.r.rrgrh-.ngah. OIeh sebab itu, aku mengucaPkannya.'Beliau lantas
bersabda, '4k., melihat ada dua belas Malaikat yangsaling berlombalomba, yaitu siapakah di antaramereka yangakan mengangkatnya.'""
Semua hadits ini dan hadits lain yang semakna menunjukkan
bahwa para Malaikat hadir di masiid-masjid dan di dalam shalat. Mereka
mendengarkan bacaan imam, menj awab den gan men gucaPkan aamiin,
serta membaca Rabbanaa lakal bamdu sebagai ibadah kepada Lllah Mi .
Riwayat tersebut juga menunjukkan bahwa mereka memahami makna
al-Qur-an dan dzikir-dzikir yarLgdisyari'atkan dalam shalat. Bersamaan
dengan amal yang demikian, para Malaikat pun diperintahkan untuk
mencatat dzikir-dzrkir orang yangshalat beserta do'a-do'a mereka.
Catatan:
Ibnu Hqar '{oE berkata: "Fladits tersebut dapat dijadikan dalil
diperbolehkannya membaca dzlkir dalam shalat selain yang rnd.'tsltr,
selama tidak menyelisihi yang rna'tsur."
Syaikh 'Abdul 'AzizbinBaz mengomentarinya: "Hal ini perlu
ditinjau kembali. Seandainya perbuatan ini dibatasi hanya padazaman
Nabi ffi, niscaya pendapat itu akan lebih terarah. Sebab, Rasulullah
pada waktu itu tidak menyatak^nnyasebagai suatu kebathilan, berbeda
dengan kondisi sepeninggal Nabi ffi, dikarenakan wahyu sudah
terputus, syari'at sudah sempurna, dan segala puji hanya bagi Allah.
Maka dari itu, tidak diperbolehkan memberikan tambahan dalam
ibadah yangtidak diterangkan oleh syari'at, uallaabu A'ld.rn.o"
Yang disebutkan syaikh, itulah yang benar. Dalilnya ialah para
Sahabat takut laki-laki itu salah sehingga mereka terlambat menjawab
(pertanyaan Nabi M).Oleh karena itu, Rasulullah mengulangi
pertanyaannya sambil menjelaskan bahwa ia tidak berdosa karena
mengucapkan dzikir iersebut.
Nabi ffi mengakui beberapa kaum, baik atas ucapan maupun
perbuatan mereka,lalu denganiqrar (pengakuan) beliau hal itu menjadi
sunnah yangdiikuti. Beliau juga mengingkari beberapa kaum, seperti
y^ngmengatak an: fia\2iirr ;Uu1 "Maa syaa Allab uaa syi'ta (Ap, yang
Allah dan engkau kehendaki)". Seperti pengingkaran terhadap orang
yangberkata: 'Siapa yangmendurhakai keduanya (Allah dan Rasul)
maka sungguh ia telah sesat.'Begitu pula dengan Sahabatyatghendak
puasa dabr (sepanjang tahun), yangberniat bangun shalat malam dan
tidak mau tidur t fang meninggalkan makanan-makanan lezaq dan
yangtidak mau menikah. Jadi, pengingkaran beliau itu menunjukkan
bahwa perbuatan tersebut termasuk bid'ah yangsesat.
4. Bershalawat
Shalawat dari para Malaikat
yang berarti do'a, seperti halnya
dalam firman Allah \99:
tkw(
adayang berkaitan dengan dzikir
shalawat mereka kepada Nabi ffi
"Sesungubnya Allab dan Makikat-Malaikat-Nya bersbalawat untuk, Nabi.
Hai orang-orang ydng berirnan, bershalarutatlab kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam p engh ormatan kepadany d." (QS. A1-A hzaab: 5 6) .
Demikian juga seperti shalawat mereka kepada kita (kaum
Muslimin), sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Begitu pula shalawat yang khusus bagi mereka di Baitul Ma'mur,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Isra Mi'raj. Dalam hadits tersebut
Rasulullah ffi bersabda: "Maka diangkatlah Baitul Ma'mur kepadaku,
lalu aku bertanya kepada Jibril, maka ia menjawab: 'Inilah Baitul
Ma'mur yarLgsetiap hari di dalamnya terdapat 70.000 Malaikat yang
bershalawat. Jika telah keluar, maka mereka tidak kembali lagi kepada
hal yang terakhir mereka lakukan.""
Shalawat ini adalah shalawat khusus yang dilakukan di tempat
khusus pula. Para Malaikat tidak melakukannya, kecuali hanya satu
kali sepanjang umur mereka. Setiap hari shalawat ini dilakukan oleh
70.000 Malaikat, kemudian mereka tidak kembali kepadanya. Mengenai
kaifiyat (tata cara) shalawat ini, tidak adayangmengetahuinya karena
tidak disebutkan oleh nash.
Apakah masuknya para Malaikat ke dalam Baitul Ma'mur bisa
disebut haji? Jawabannya, jika yang kita inginkan adalah makna haji
y^ngditinjau dari segi bahasa, yaitu al-qasd (bermaksud atau menuju),
maka itu mungkin (disebut haji); tetapi jika yang kita inginkankan
adalah haji dalam artian syari'at, maka masuknya mereka ke dalam
Baitul Ma'mur itu tidak bisa dikategorikan sebagai haji.
Bagaimana tidak? Bukankah Malaikat Jibril telah menyebutkan kepada Nabi ffi bahwa mereka melakukan shalat (shalawat) di
dalamnya? Selain itu, dalam hadits Anas yang diriwayatkanoleh Muslim
disebutkan: 'Ia masuk ke dalamnya." Adapula riwayat mauquf dari 'Ali
# bahwa beliau bersabda: "Baitul Ma'mur adalah sebuah rumah di
langit yang disebut adb-Dburab, sejapr dengan garis atas Ka'bah (angit).
Kemuliaannya di langit sama dengan kemuliaan Ka'bah di bumi. Setiap
hari Malaikat yang bershalawat di dalamnya burjumlah 70.000, dan
mereka tidak kembali lagi ke dalamnya untuk selama-lamanya.",a
Rumah ini disebut sebagai masjid, berdasarkan riwayat mursal
dari Qatadah, Nabi berkata: "Apakah kalian tahu Baitul Ma'mur?"
Mereka menjawab: 'Allah dan Rasul-Ny, lebih mengetahui.' Beliau
menjawab: 'Baitul Ma'mur adalah masjid di langit yangdi bawahnya
terdapat Ka'bah. Seandainya (bangunan itu) roboh, niscaya ia akan
menimpa Ka'bah. Sebanyak 70.000 Malaikat bershalawat setiap hari
di dalamnya. Apabila sudah keluar (selesai), mereka tidak kembali lagi
melakuka fl apa yangterakhir mereka lakukan. "'s
Semua riwayat tersebut menunjukkan bahwa rumah ini @aitul
Ma'mur) adalah tempat untuk bershalawat, tetapi tidak dijelaskan
mengenai hakikat shalawat ini. Namun, telah diisyaratkan mengenai
sifat shalawat itu, bahwa ia termasuk dzikir dan do'a, dalam hadits Anas
yang diriwayatkan oleh Ibnu Jartr ath-Thabari. Akan tetapi, hadits
tersebut berasal dari riwayat Muhammad bin Sinan al-Fazaz-Syaikh
(g.") Ibnu Jarir-yans termasuk perawi dha'iFu. Riwayat ini tidak6menunjukkan sesuatu secara detail sebab-sebab kedha'ifa nryasehingga
shalawat tersebut bagi kita tetap saja tidak diketahui secara terperinci,
uallaahu a'lam.
Dalam menafsirkan firman Allah wj.:
"Ddn demi Baitul Md'rnnr." (QS. Ath-Thuur: 4)
Ibnu Katsir '+!$5 menyebutkan: "Bahwasanya para Malaikat
masuk ke dalamnya. Artinya, mereka beribadah dan ber-rbaauf
(mengelilinginya), sebagaimana penduduk bumi mengelilingi Ka'bah.
Itulah Baitul Ma'mur, yaitu Ka'bah bagi para penghuni langit ketujuh.
OIeh karena itu, Nabi Ibrahim menyandarkan punggungnya di Baitul
Ma'mur karena beliaulah yarTgmembangun Ka'bah di bumi. Sungguh,
pada setiap langit ada sebuah rumah yangditempati untuk beribadah
bagi para penghuninya danuntuk shalat menghadapnya. Adapun yang
ada di langit dunia disebut Baitul 'Izzah. IVallaahu d.'1d.rn."77
Apa yang dikatakan Ibnu Katsir '+i;8, bahwa para Malaikat mengelilinginya, tidak ada dalilnya dalam hadits-hadits yang ia riwayatkan, yakni ketika menafsirkanayat ini. Penulis juga tidak menemukan
riwayat yangmenunjukkan hal tersebut. Demikian pula, tidak ada dalil
yan1 mendukung perkataannya, yaitu pada setiap langit ada sebuah
rumah untuk beribadah bagi para penghuninya.
Dengan demikian, pendapat mengenai masuknya para Malaikat
ke dalam Baitul Ma'mur dan mereka bershala\Mat di dalamnya tetap
bersifat global (umum), tanpa perincian, sebagaimana yang telah
diriwayatkan. Wallaabu a'lam.
Ibadah para Malaikat sangat banyak, sepertinya tidak ada yang
kita ketahui, kecuali sedikit. Dalam nash-nash yang ada disebutkan
bahwasanya para Malaikat mempunyai ibadah yang menyerupai
sebagian rukun shalat yang disyari'atkan kepada kita. Akan tetapi,apakah mereka pun menunaikannya sebagaimana kita menunaikan
shalat secara berjamaah dalam satu bai-aD (posisi-posisi) yang telah
ditentukan atau mereka menunaikar,'rrya menurut posisi mereka
secara khusus, baik berjamaah maupun terpisah? Semua pengetahuan
mengenai hal itu ada di sisi Allah sebab tidak ada riwayat yang
menjelaskan hal tersebut. Di antara posisi-posisi tersebut adalah:
a. Berdiri dan membuat barisan shalat Ghr|
Allah \H berfirman:
seorang pun di antdra kami (Malaikat) melainkan mempunyai
kedudukan yang tertentu. Dan sesunggubnya Kami benar-benar bersbafshaf (dalam menunaikan perintdh Allab)." (QS. Ash-Shaaffaat: 164-165)
Diriwayatkan dari Hudzaifah, ia berkata bahwa Rasulullah ffi
bersabda: "Kami diberikan keutamaan atas manusia dengan tiga hal:
shaf-shaf kami dijadikan seperti shaf-shaf para Malaikat, dijadikan bumi
itu bagi kami sebagai masjid dan tempatyangsuci, serta dijadikan debu
bagi kami alat bersuci jika kami tidak mendapatkan air." Kemudian,
beliau menyebutkan hal yaflglain.Ts
Catatan:
Banyak hadits yang diriwayatkan mengenai bab (masalah) ini.
Salah satunya menyatakan bahwa Rasulullah ffi bersabda: "Aku
diberikan lima hal yangbelum pernah diberikan kepada seorang pun
sebelumkv."'e Dalam riwayat lain: "Aku diberikan keutamaan di atas
NabiNabiyanglain dengan enam perkara."80 Pada hadits-hadits yang
lain disebutkan kelebihan ummat Nabi Muhammad tanpa dijelaskan
jumlahnya, sedangkan dalam hadits Hudzaifah ini disebutkan ada tiga.
Maka bagaimanakah men gkomp romikan antar a riw ay at-riw ay at y
^ng bertentangan tersebut?
Ibnu Hajar #E ^rnjawab sebagai berikut: "Cara mengkompromikan ri'w ayattersebut ialah dengan mengatakan:'Sepertinya, mulamula beliau melihat sesuatu yang menjadi kelebihannya, kemudian
beliau melihat yang lain lagi pada kesempatan lain. Bagi yangtidak
berpendapat bahwa konsep penetapan jumlah sebagai suatu hujjah,
tentu ia akan menolak kemusykilan ini dari asalnya."8r
Syahid dari hadits tersebut adalah ucapan beliau: "Dijadikan shaf
kami sepefti shaf para Malaikat." Dari Abud Darda', ia berkata bahwa
Rasulullah ffi bersabda: "Aku diberikan keutamaan dengan empat hal:
'Aku dan ummatku dijadikan dalam shalat sebagaimanaparaMalaikat
dengan bershaf-shaf, dijadikan bagiku tanah sebagai pengganti wudhu,
dijadikan bumi sebagai masjid dan alat bersuci, serta dihalalkan bagiku
harta rampasan perang. "82
Dalam hadits ini, shaf ummat (Islam) dalam shalat diserupakan dengan shaf para Malaikat; sepertinya begitu pula dalam shalat
(MalaikaQ.
DariJabir bin Samurah .!y.', ia berkata: "Suatu ketika, Rasulullah
ffi keluar menemui kami lalu bersabda: 'Mengapa aku melihat kalian
mengangkat tangan seolah-olah seperti ujung ekor kuda liar? Bersikaplah
tenang di dalam shalat kalian!'"Jabir berkata: "Kemudian, beliau keluar
menemui kami. Tatkala melihat kami sedang berbaris melingkar,
beliau bersabda: 'Mengapa aku melihat kalian berbaris melingkar?"'
Jabir berkata: "sesudah itu, beliau keluar menemui kami lalu bersabda:
'Mengapa kalian tidak bershaf (berbaris) sebagaimana para Malaikat
bershaf di sisi Rabbnya?' Maka kami menjawab: ''Wahai Rasulullah,
bagaimana para Malaikat itu bershaf di sisi Rabbnya?' Beliau menjawab:
'Mereka menyempurnakan shaf pertama dan merapatkan barisan
mereka."
Imam an-Nawawi 4lf5 berkata: "Dalam hadits tersebut terdapat
perintah untuk bersikap tenang dan khusyu' dalam shalat serta
memfokuskan hati. Para Malaikat itu melakukan shalat dan merapikan
shaf seperti sifat yangtelah disebutkan, wallaabrt d'lArn."8a
b. Ruku'dan Sujud
Allah \99 berfirman:
"sesungguhnya Malaikat-Malaikat yang ada di sisi Rabbmu tidaklah
rnerasa engd.n dalam beribadah hepadaAllah dan mereka mentasbibkanNya dan banya kepada-Nyalah mereka bersujud." (QS. Al-A'raaf :206)
fr{<$xv
"Ddn kepada Allab sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan
sernud. makhluk ydng melata di bumi dan (juga) para Malaikat, sedang
mereka (Malaikat) tidak menyombongkan diri." (QS. An-Nahl: 49)
Ay at-ay at y angsemakna dengan y angtelah disebutkan ini san gatlah banyak.
Sujud yangpara Malaikat lakukan kepada Allah M merupakan
bentuk ibadah dan cerminan rasa takut serta ketaatan. Berbeda dengan
sujud yang mereka lakukan terhadap Nabi Adam, karena sujud itu
merupakan sujud penghormatan dan pengagungan, sebagaimana firman
Allah
Ddn (ingatlab) ketiha Kami berfirman kepadapara Malaikat: *Sujudlah
kamu kepada Adarn," rnd.kA sujudlab mereka kecuali lblis; ia enggan dan
takabur dan adalab ia termasuk golongan ordng-ord.ngyd.ngkafi.r." (QS.
Al-Baqarah:3a)
Ibnu Katsir #)5 ^rnqatakan:
"Sebagian ulama berpendapat
bahwa sujud ini adalah sebagai penghormatar,, keselamatan, dan
kemuliaan, seperti halnya firman Allah W:
"Ddn ia rnenaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka
(semuanya) merebabkan diri suaya sujud kqada Yusuf, Dan bqkaa Yusuf;
"W'abai ayahku, inilab ta'bir mimpiku yang dabulu itu; sesunggubnya
Rabbku telab menjadikannya sild.tu kenyataan...." (QS. Yusuf: 100)
Sujud semacam ini juga disyari'atkan bagi ummat-ummat terdahulu,
tetapi syari'at itu telah dihapus dalam agama kita. Mu'adz berkata:
"Ketika dr.*g ke Syam, aku melihat mereka (Ahlul Kitab) sujud kepada
uskup-uskup dan ulama-ulama mereka. Maka dari itu, engkau, wahai
Rasulullah, lebih berhak untuk menjadi objek sujud.' Beliau menjawab:
'Tidak. Seandainya aku boleh menyuruh manusia untuk sujud kepada
sesamanya niscaya akan kuperintahkan seorang isteri untuk sujud
kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suami atas isteri."8sD86
Demikian pula telah disebutkan dalam as-Sunnah sifat para
Malaikat, yaitu sujud dan ruku'. Di antaranyaadalahhadits Abu Dzarr
eB ,ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda: "Langit bergemuruh
dan memang pantas kalau dia bergemuruh. Sungguh, tidak ada tempat
padanyaselebar empat jari pun, melainkan ada Malaik at ya{Lgmeletakkan
dahinya, bersujud kepada-Nya. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan
lebih banyak menangis."sT
Dari 'Ala' bin Sa'ad, bahwasanya pada suatu hari Nabi ffibertanya kepada para Sahabatnya: "Apakah kalian mendengar apa yang
kudengar? Mereka menjawab: "Apa yang engkau dengar wahai
Rasulullah?" Beliau menjawab: "Langit bergemuruh dan memang
pantas kalau dia bergemuruh. Sungguh, tidak adatempat selebartelapak
kaki pun, melainkan di atasnya ada Malaikatyangberdiri, ruku', atau
sujud. Para Malaikat berkata: 'Kami benar-benar bershaf-shaf dan
sesungguhnya kami bertasbih. "'88
Nash-nash ini dan yffigsemakna dengannya menunjukkan bahwa
Malaikat melakukan sujud, ruku', dan berdiri dalam beribadah kepada
Allah \H. Apakah ruku', sujud dan berdiri ini berurutan seperti
urutan dalam shalat kita atau tidak? Tidak ada dalil yangdiriwayatkan
mengenai hal itu. Kita berkeyakinan bahwa mereka berdiri kepada
Allah dengan bershaf-shaf .ParaMalaikat pun ruku'dan sujud kepadaNya sebagaimana yang diperintahkan oleh Rabb mereka \H . Kita tidak
mengetahui hal itu secara mendalam dan menyerahkan hakikat hal itu
semua kepada Allah \H.
5. Mengucapkan salam
Menyebarkan salam dalam syari'at Islam adalah hal yang disukai
(disunnahkan) dan sangat dianjurkan. Nabi ffi menganjurkan untuk
melakukannya dalam banyak hadits.8e
Pada dasarnya, mengucapkan salam merupakan salam penghormatan yangdisampaikan oleh Nabi Adam dan keturunannya secara
keseluruhan, sebagaimana yangdisebutkan dalam hadits Abu Hurairah,
ia berkata bahwa Rasulullah ffi bersabda:
Allah menciptakan Nabi Adam sesuai dengan bentuknya, yakni
tingginya 60 hasta. Ketika telah menciptakannya (dengan sempurna),
Allah \iE berkata: 'Pergilah dan ucapkanlah salam kepada kelompok
itu, yaitu sekelompok Malaikat yang sedang duduk-duduk, lalu
dengarkanlah bagaimana mereka menjawab salammu karena ucapan
itu akan menjadi salam penghormatanmu dan anak keturunanmtl."'
Rasulullah ffimelanjutkan: "Maka Adam pun pergi lalu mengucapkan
" Assalaamu'alaikum (semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian).'
Mereka menjawab: 'As-Salaamu 'alaika ua rabmatullab' (semoga
keselamatan dilimpahkan kepadamu, demikian pula rahmat Allah).'
Rasulullah ffi berkata lagi: "Mereka menambahkan ua rabmatullah
(dan rahmat Allah). Maka semua yarTg masuk Surga berbentuk sama
dengan Nabi Adam dan tingginya 60 hasta, kemudian manusia yarLg
datang setelahnya senantiasa berkurang hingga sekarang."'0
Allah telah mensyari'atkan kepada Nabi Adam dan keturunannya
tabiyat (salam penghormatan) yar'g penuh berkah ini. Akan tetapi,
semua ummat telah menyia-nyiakan ap^yangtelah Allah syari'atkan
ini sehingga tinggallah (disunnahkanlah) syarT'at ini kepada ummat
Muhamm ad M. Oleh karena itu, kaum Yahudi-semoga Allah
melaknat mereka-iri terhadap ummat (Islam) disebabkan kalimatpenghormat^nyaflgpenuh berkah ini, sebagaimana hal itu disebutkan
dalam hadits'Aisyah €F-, secara marfu': "Orang Yahudi tidak pernah
iri atas sesuatu kepada kalian seperti irinya mereka terhadap ucapan
salaarn dan amiin kalian."e'
Hadits ini tidak menunjukkan pengkhususan ucapan salam bagi
ummat ini, melainkan hanya menegaskan kebenaran salam itu. Oleh
sebab itu, ketika kita mengamalkannyadan orang Yahudi mengetahui
keutamaannya dalam persatuan dan kecintaan kaum Muslimin, mereka
pun menjadi iri dengan salam ini, rutallaahu a'lam.
Nash-nash yang ada menunjukkan ucapan salam para Malaikat
kepada manusia adalah sebagaimana ucapan salamnya mereka kepada
Nabi Adam dalam hadits yar;tglalu. Demikian juga seperti ucapan salam
mereka terhadap Nabi Ibrahim )p;; serta ucapan salam mereka kepada
IGadijah dan 'Aisyah '4;, dengan perantaraan Nabi ffi, sebagaimana
hal itu telah disebutkan pula."e2
Termasuk juga ucapan salam para Malaikat kepada orang-orang
Mukmin ketika mengalami sakaratul maut, sebagaimana firman Allah [H :
"(yaitu) ord.ng-ord.ng yd.ng dianfatkan dalam keadaan baik oleb para
Malaikat dengan mengatakan (hepada mereka): 'Salaarnun 'alaikum,
masuklab kamu ke dalam Surga itu disebabkan apa yang telah kamu
kerjakan." (QS. An-N ahl: 32)
Ibnu Katsir ,i$5 berkata: "Allah \g memberitakan kondisi
orang-orang Mukmin ketika sedang sakaratul maut, yaitu mereka
dalam keadaan baik, yakni bersih dari kemusyrikan, kekotoran, dan
setiap kejahatan. Para Malaikat mengucapkan salam kepada mereka
dan menggembirakan mereka dengan Surga."e3
P ada zhahir ny a, oran g y angsedan g sakaratul maut itu mendengar
ucapan salam paraMalaikat. Alhasil, iapun merasatenteram dan senang
bertemu dengan Allah; serta Allah pun senang bertemu dengannya.
Hadits-hadits yang semakna dengan riwayat ini banyak sekali.
Malaikat juga mengucapkan salam kepada para penghuni Surga
setelah pintu-pintunya dibuka. Semoga Allah menjadikan penulis dan
diri Anda serta para pembaca, demikian pula semua kaum Muslimin
semuanya, termasuk dalam golongan mereka (penghuni Surga).
Allah berfirman:
"Ddn ordng-ordngyangbertakan kepad,a Rabbr4ta dibaua ke dalam Surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke Surga
itu sedang pintu-pintilnya telab terbuka dan berkatalab kepada mereka
penj aga-penj aganya: "Kesejabteraan (dilimpabkan) atasmu, berbabagialah
kamu! maka masukilab Surga ini, sedang hamu kekal di dalamnya. " (QS.
Az-Zumar:73)
Para Malaikat masuk menemui penghuni Surga lewat seriap pintu
yangadadan mengucapkan salam atas mereka, seperti firman Allah W:
"(Yaitu) Surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sarnd
dengan orang-ord,ng y ang shalih dari bapak-bap ak ny a, isteri-isteriny a,
dan anak cucunya; sedangkan Malaikat-Malaikat masuk ke tempat-ternpat
mereka dari semua pintu; (sambil ?nengucdpkan): 'salamun 'alaikum
bima sbabartum.'Maka alangkab baiknya tempdt h.esudaban itu." (QS.
Ar-Ra'd: 23-24)
Terkadang, Malaikat menyampaikan salam kepada sebagian orang
shalih di dunia dan ia pun mendengarkan salam mereka. Akan tetapi,
seyogianya manusia selalu berhati-hati agar syaitan tidak mempermainkan dan menyesatkannya. Sebab, boleh jadi seorang Muslim
menjadi syaitan yang mempermainkan manusia, sebagaimana telah
disebutkan dalam Bab "Melihat Malaikat." Akan diterangkan lebih
lanjut sebagian dari hal itu dalam pembahasan Malaikat menunrt kaum
Shufi.
Telah diriwayatkan beberapa hadits shahih mengenai ucapan
salam para Malaikat kepada manusia. Di antaranya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahib-nya, lengkap dengan
sanadnya dari Mutharrif., ia berkata: "'Imran bin Hushain berkata
kepadaku: 'Aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang
mudah-mudahan Allah memberikan manfaat kepadamu dengan
perantaranya. Sesungguhnya Rasulullah ffi menggabungkan antara
haji dan 'LJmrah. Beliau tidak melarang melakukannya hingga wafat,
bahkan tidak ada ayat al-Qur-an yang turun mengharamkannya.
Sedianya diriku selalu menerima salam dari Malaikat hingga aku
melakukan pengobatan secara bai (dengan besi yang dibakar). Oleh
sebab itulah, aku ditinggalkan (tidak menerima salam lagi). Tatkala
aku meninggalkan terapi kaiittt, Malaikat pun kembali mengucapkan
salam kepadaku.
Dalam riwayat yang dikeluarkan oleh Abu Dawud, dari 'Imran
bin Hushain "!b, ia berkata: "Nabi ffi melarang pengobatan dengan
cara kai, namun kami (tetap) berobat dengannya. Maka dari itu, kami
tidak pernah beruntung dan tidak pernah sukses (dengannya)."'u
Abu Dawud berkat a: "Ia mendengarkan ucapan salam Malaikat,
tetapi ketika ia mulai berobat dengan kai @esiyangdipanaskan), salam
untuknya pun terputus. Ketika ia meninggalkan terapi itu, salam itu
pun kembali diterim anya."e,
Hadits ini menunjukkan adanya karamab (kemuliaan) yang
jelas bagi'Imran bin Hushain Eb, salah seorang Sahabat Nabi ffi.
Hadits ini juga menjelaskan dimakruhkannya pengobatan dengan cara
kai. Orangyang melakukannya tanpa adanya kebutuhan mendesak
menunjukkan kurangnya sifat tawakkal yang dimilikinya. Sungguh,
meninggalkan pengobatan kai lebih baik daripada melakukannya.
Ibnul Qayyim 'aiW mengatakan: 'Hadits tentang kai mencakup
empat hal (pandangan): (1) Nabi ffipernah melakukannya, (2) beliau
(Nabi ffi) tidak menyukainya, Q) pujian bagi orang yangmeninggalkannya, dan (a) larangan melakukannya."
Walaupun demikian, tidak ada pertenrangan di antarapendapat
tersebut, segala puji hanya bagi Allah. Kenyataan bahwa Nabi pernah
melakuka nnya menunjukkan diperbolehkannya. Ketidaksukaan
beliau tidak berarti dilarang melakukannya. Pujian kepada orang yang
meninggalkannya berarti meninggalkannya lebih utama dan lebih baik.
Adany a lar angan sup aya tidak melakuka nny a hanyalah seb at as ikhtiar
(boleh memilih) dan makruh."
6 Kbauf (khawatir) dan kbasy-yab (takut)
Khawatir dan takut termasuk dalam ibadah hati bagi manusia.
Keduanya merupakan tingkatan (sifat) yangpaling utama dan paling
mulia dalam agama. Allah memerintahkan para hamba-Nya agar
takut kepada-Nya dan melarang takut kepada selain-Nya. Dia |uga
menjelaskan bahwa takut kepada selain-Nya berasal dari syaitan.
Allah \99 berfirman:
"Sesunggubnya mereka itu tidak lain banyalab syaitan yang menakutnakut i (k am u) den gan k au an - k aut anny a (oran g- o ran g m u sy r i k Qura i sy),
karena itu janganlab kamu takut kepadamereka, tetapitakutlah kepad.aKu,
jika kamu benar-benar ordngydng beriman." (QS. Ali 'Imran: L75)
e*i6 A1p *
"... DAn hanya kepada-Kulah kamu barus takut (tunduk)." (QS. AlBaqarah:40)
"... Kdrend itu janganlab kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku ...." (QS. Al-Maa-idah: 44)
Allah \H memuji orang yangmemiliki sifat tersebut dari kalangan
para Nabi dan orang-orang shalih dalam firman-Nya:
" (Yaitu) orang- ord.ng y dng rneny cillt pdik an risalab -risalab Allab, mereka
takut kepada-Nya dan mereka ti.ada rnerasd' takut kepada seordng (prn)
selain kepadaAllah. Dan cukuplab Allab sebagai Pembuat Perbitungan."
(QS. Al-Ahzaab:39)
ij +,3 i;)tLu ir.$\iLy
" sesunguhnyd. orang- orang berb ati-bati karena takut akan (adzab) Rabb
mereka." (QS. Al-Mu'minun: 57)
A1tah menjelaskan bahwa orang yang paling takut kepadaNya adalah orang y^ngpaling dalam pengetahuannya tentang Dia.
Allah \99 berfirman:
"... Sesunggubnya yang takut kEada Allab di antara hamba-bamba-Nya
banyalab ulanta...." (QS. Faathir: 28)
Oleh sebab itu, karena memiliki pengetahuan yang sangat agung
dan dekat kepada Allah W, pa:l Malaikat rffil sangat takut kepadaNyr.
Allah \H berfirman:
{@"G*'i4# *Allab mengetabui segala sesil.dtuyangdi badapan mereka (Malaikat) dan
yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan
kEada ord.ng yang diridhai Allab, dan mereka itu selalu berbati-hati
h,arena takut kepada-Nya." (QS. Al-Anbiyaa': 28)
Dan firman Allah
Dd.n kepada Allah sajalah bersujud segala a.pdyd.ngberada di langit dan
semud makbluk ydng melata di bumi dan (juga) para Malaikat, sedang
mereka (Malaikat) tidak menyombonghan diri.'(QS. An-Nahl: 49)
Dari Abu Hurairah gb
, dari Nabi ffi, beliau bersabda: "Apabila
Allah telah memutuskan suatu perkara di langit, maka Malaikat
memukulkan sayapnya karena tunduk terhadap perintah-Nya, seolaholah seperti sebuah mata rantaiyang berada di atas batu besar yang
licin. Dalam keadaan takut itu merekabertanya: 'Apa yangdiucapkan
(ditetapkan) oleh Rabb kalian?'Maka dijawab kepada yangbertanya
itu: 'Kebenaran. Sungguh, Dia Mahatinggi lagi Mahabesar.'
Lalu, pembicaraan tersebut didengar oleh (in) yangingin mencuri
berita dari langit. Jin yang menguping itu sebagian berada di atas sebagian
yar,.g lain (tindih-menindih). Sufyan menerangkan dengan telapak
tangannya, yakni dengan memiringkan dan merenggangkan jemarinya.
Ia (in yang mencuri dengar itu) mendengarkan kalimat tersebut dan
menyampaikan kepada yang berada di_bawahnya, kemudian_yang
menerima menyamp atkanny a lagi kepad a y alorg berada di bawahnya,
hingga akhirnya ia menyampaikannya kepada penyihir atau peramal.
Terkadang, fiin itu) ditimpa (lemparan) nyala api sebelum sempat
menyampaikannya. Kadangkala pula ia berhasil menyampaikannya
sebelum terkena lemparan itu sehingga dapat mencampuri kebenaran
itu dengan seratus kedustaan. Akibatnya, ketika dikatakan: 'Bukankah
telah dikatakan pada hari ini dan itu tentang begini dan begitu?'
manusia pun mempercayai kalimat yangia dengar itu dari langit."ee
Untuk membantah orang yang berdo'a kepada selain-Nya,
yakni kepada kalangan Malaikat atau makhluk lainnya, Allah ffiberfirman:
Katakanlab: 'Serulah mereka yang kantu dnggap (sebagai Rabb) selain
Allab, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrab (atom)pun di
langit dan di bumi, dan mereka tidak rnernpunyai suatu saham pun
dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di dntara
rnereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.' Dan tiadalah berguna syafaat
di sisi Allab melainkan bagi ord.ngyangtelab diizinkan-Nya memperoleb
sydfaat itu, sebinga apabila telab dihilangkan ketakutan dari bati mereka,
mereka berkata: "Apakah yangtelab difirmankan oleb Rabb-mu?" Mereka
menjawab: "(Perkataan) yang benar, dan Dialab Yang Mahatinggi lagi
Mahabesar." (QS. Saba' : 22-23)
Ibnul Qayyim 't!$5 berkata: "A1lah \g benar-benar memutus
semua sebab-sebab yang dijadikan tempat bergantung oleh kaum
musyrikin. Hal ini dapat dipahami oleh orangyang merenungkan
dan mengetahui bahwa orang y^ng menjadikan sesuatu selain Allah
sebagai wali (penolong) memiliki perumpamaan seperti labaJaba yang
sedang membuat sarang; sedangkan rumah (sarang) y^ngpaling lemah
adalah sarang laba-laba. Sesungguhnya orang musyrik menjadikan
sesuatu untuk disembah dengan tujuan memperoleh manfaat darinya;
sedangkan manfaat itu tidak dapat diraih selain dari dzat y angmemiliki
salah satu dari empat kriteria berikut:
1. Apakah ia memiliki apayangdikehendaki oleh penyembahnya?
2. Jika dia bukan pemilik, berarti ia sekutu bagi sang pemilik.
3. Jika dia bukan pemilik dan bukan sekutu, maka dia adalah
penolong dan pembantu.
4. Jika bukan pembela