an menilai, ia menjadi imam setelah ayahnya, Ali
bin Abi Thalib. Sebab, Ali menyerahkan panji kepadanya dalam Perang
Jamal. Sebagian dari mereka menjadikan peristiwa itu sebagai nash yang
mendasari imamah-ny a. Sebagian lagi menjadikannya petunjuk' Al-Hasan
dan Al-Husain keluar atas restu dari Muhammad bin Al-Hanafiyah.
Andaikata mereka berdua keluar tanpa restu darinya, mereka pasti akan
tersesat. Setelah kematian Al-Husain w, pemerintahan kembali ke tangan
Muhammad bin Al-Hanafiyah.
Sebagian yang lain menil ai, imamah setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib
ua berada di tangan putranya, Al-Hasan, kemudian setelah itu Al-Husain,
baru kemudian Muhammad bin Al-Hanafiyyah.Itupun atas dasar wasiat
dari saudaranya, Al-Husairu ketika ia keluar dari Madinah menuju Makkah
karena lari dari berbaiat kepada Yazidbin Muawiyah.tt*
Tampaknya, pertama kali Al-Mukhtar bin Abi Ubaid muncul - setelah
dibawa ke majelis Ali bin Abi Thalib sewaktu kecil - di Madain. Kala itu, Al-
Husain bin Ali ae sedang menuju ke sana, setelah dipecat oleh masyarakat
Irak. Ia dalam perjalanan ke Syam untuk berperang melawan Muawiyah.
Al-Mukhtar menawarkan kepada pamannya, Sa'ad bin Mas'ud, yar.g
kala itu menjabat sebagai gubernur Madain untuk menangkapnya, lalu
1606 Lihat: Al-Milal wan Nihal, juz I, hlm. L48; Al-Farqu baynal Firaq, hal. 39; dan At-Tabshir
fidDin, hal.35.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 791
[11
menyerahkannya kepada Muawiyah. Gayung pun bersambut, tetapi sa'ad
bin Mas'ud tidak menyukainya.l6,Tselanjutnya, sang paman memintanya
untuk menggantikan jabatannya di Madairy sewaktu sa'ad bin Mas'ud
keluar untuk mencari Abdullah bin wahab dan para pengikutnya dari
kalangan Khawarij.tooa
setelah kematian Muawiyah, juga kepergian Al-Husain dari Madinah
ke Makkah, ia mendapat banyak surat dari masyarakat Irak yang menyata-
kan membaiatnya. Maka, ia mengutus anak pamannya, Muslim bin uqail
bin Abi rhalib, untuk menemui mereka. Ia pun mengambil baiat mereka.
Disuratilah dia agar menemui mereka, tetapi Abdullah bin Ziyad - gubernur
umawiyyun di Irak menggantikan An-Nu'man bin Basyir - membebaskan
diri dari pergerakan Muslim bin Uqail. Maka, ia pun membunuhnya. saat
itu, Al-Mukhtar yang keluar bersama Ibnu Uqail memilih bersembunyi.
usai ziyad membunuh Al-Husain bin Ali ), ia memerintahkan agar
Al-Mukhtar didatangkan. Begitu masuk menemuinya, ia melemparinya
dengan tongkat dalam genggamannya. Matanya terluka. selanjutnya, ia
ditahan. suami dari adik perempuannya, Abduilah bin Umar, meminta
bantuan Yazid bin Muawiyah. Ibnu ziyad pun memerintahkan agar
ia dibebaskan. Ia diberi tenggat waktu tiga hari untuk hengkang dari
Kufah.160eMaka, ia pun menuju Makkah dan membaiat Abdullah bin
Az-Zibar. Kemudian ia bertekad untuk baras dendam atas kematian Al-
Husain. Bersama rbnu Az-Zubair - dan para pendukungnya dari kalangan
Khawarij-ia berperang melawan pasukan yazid,bin Muawiyah. setelah
Yazid bin Muawiyah meninggal, pasukannya kembali ke syam. segala
sesuatu berjalan dengan baik bagi Az-zubair diHijaz, yamary dan Irak,
tetapi tidak demikian dengan Al-Mukhtar. Maka, ia pun keluar menuju
Irak menyerukan dukungan buat Muhammad bin Al-Hanafiyah, juga
balas dendam atas kematian Al-Husain e,v. Tidak sedikit orang yang
menyambut seruannya di Kufah dan sebagainya.
Hebatnya, ia berhasil menarik simpati Ibarhim bin Ar-Asytar. Tidak
lama berselang, Ibrahim membunuh pengawal Abdullah bin Muthi,,
1,607 Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz 8, hlml. 249, ZgO.
1,608 Al-Akhbar Ath-Thiwal, hlm. 205.
L609 Tarikh Ath-Thabari,juz v, hlm. s7o -s71. Lihat sisi yang lain dalamAl-Bidaqahwa An-
N ihay ah, juz 8, hlm. 364.
7gZ Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam
wali Ibnu Az-Zubair di Kufah. Ketika ia diburu Muthi', Al-Mukhtar
mengerahkan seratus tentara berkuda untuk memerangi pengikut Muthi'.
Akhirnya, mereka berhasil ditumbangkan. Setelah itu, Ibnu Muthi' menuju
Darul Imarah, dan Al-Mukhtar menyambutnya dengan 7.000 kavaleri.
Ibnu Muthi' tak keluar dari istana. Peperangan pun tak dapat dihindari.
Pada akhirnya, Ibnu Muthi' meminta suaka untuk dirinya sendiri dan para
pengikutnya. Al-Mukhtar tak keberatan. Ia dijamin aman hingga keluar
dari Kufah.161o
Beginilah Al-Mukhtar menundukkan Kufah, Irak, dan wilayah-wilayah
lairy kecuali Jazirah, Syam, dan Mesir. Sebab, Abdullah melindunginya
dengan mengerahkan orang-orangnya di segala penjuru.1611
Abu Amirah diangkat oleh Al-Mukhtar sebagai kepala kepolisian.
Ia ditugaskan untuk mengumpulkan seribu orang yang energik untuk
mengawasi rumah siapa saja yang ikut membunuh Al-Husain bin Ali
@l untuk dihancurkan. Abu Amirah banyak tahu mengenai hal itu. Ia
pun berkeliling Kufah. Dalam sekejap, rumah telah luluh lantak. jika ada
penghuninya yang melawary langsung dihabisi. Tak pelak dalam peristiwa
itu banyak rumah yang hancur, dan tak sedikit jiwa yang melayang.
Mendengar hal itu, Abdul Malik bin Marwan mengerahkan pasukan-
nya, tetapi tidak berhasil mematahkan mereka. Alih-alih, banyak yang
terbunuh dalam peperangan itu, salah satunya Ubaidillah bin Ziyad.1612Al-
Mukhtar tak berhenti memburu pembunuh Al-Husain, meskipun banyak
menghabiskan biaya. Pencariannya meliputi Sawad, Jabar, Ashbahan,
Ruyy, dan Azerbeijan.1613
Sekitar sepuluh ribu penduduk Kufah lari ke Bashrah, antara lain
Muhammad bin Al-Asy'ats. Mereka menemui Mush'ab bin Az-Zrbair
dan menghasutnya untuk melawan Al-Mukhtar. Lantas, ia menulis surat
kepada Al-Mahlab bin Abi Shafirah, yang kala itu sedang menghadapi
Azariqah dari kalangan Khawarij, untuk berdamai sementara waktu. Ibnu
Al-Faja'ah, pemimpin Azariqah, tidak keberatan. Mereka sepakat berdamai
1.610 Al-Akhbar Ath-Thiwal, hlm. 291 - 292, hlm. 299.
1,61,1, Ibid,293 - 295.
1.612 tbid, hlm.299.
1.613 lbid, hlm.305.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 793
selama delapan belas bulan.l6llSetelah itu, Al-Mahlab menghadap Mush'ab
di Bashrah, kemudian menuju Al-Mukhtar. Perang pun berkecamuk,
menewaskan banyak pengikut Al-Mukhtar. Tidak lama kemudian, Al-
Mukhtar menarik pasukannya ke dalam istana di Kufah. Di sanalah Al-
Mahlab mengepung mereka selama empatpuluhhari, hingga Al-Mukhtar
dilanda kecemasan mendalam. Begitu ia keluar bersama orang-orang
kepercayaannya, perang kembali meletus. Akan tetapi, mereka kembali
berlindung ke dalam istana. Kini pengikut Al-Mukhtar tinggal tiga ratus
orang. Pasukan Mush'ab berusaha menguasai pintu istana, hingga akhirnya
ia berhasil dibunuh bersama mayoritas pengikutnya.l6ls
Kepribadian Al-Mukhtar, berikut lingkungan yang melingkupinya,
baik secara pribadi maupun umum, memperlihatkan kepada kita bahwa
dia sosok yang memiliki keingintahuan cukup besar, dengan tujuan dan
ambisi bernuansa politis. Beberapa informasi yang bersumber darinya, atau
dinisbatkan kepadanya, menyingkap banyak hal mengenai itu semua. Dia
adalah Ibnu Abi ubaid bin Mas'ud bin Amr bin umair bin Auf bin Afirah. . .
Ats-Tsaqafi. Ayahnya masuk Islam di masa Nabi, tetapi tidak pernah
melihatnya. Oleh karena itu, kebanyakan orang tidak menggolongkannya
sahabat. Tetapi tidak demikian dengan Ibnul Atsir. Di dalam usud Al-
Ghabithia menyebutkan; Umar d, mengutusnya bersama pasukan kolosal
untuk berperang melawan Persia pada tahun 13 H. Ia terbunuh kala itu
sebagai syuhada. Ia punya anak bernama Shafiyyah binti Abi Ubaid. Dia
perempuan yang saleh, dinikahi oleh Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab.
Abdullah bin Umar sangat menghormati dan mencintainya.l6l6 Dialah yang
meminta bantuan kepada Yazid agar Al-Mukhtar dikeluarkan dari penjara
Ubaidillah binZiyad di Kufah, karena dituduh berpihak kepada Muslim
bin Uqail. Selanjutnya, ia tinggal bersama sang Paman, Sa'ad bin Mas'ud,
yang menjadi gubernur di Madain. Bahkan, diminta menggantikannya
sewaktu keluar dalam beberapa invasi. Ia melihat keadaan silih berganti.
Orang-orang Umawiyyah merebut kekhalifahan, buah Peperangan yang
1.61.4 lbid, hlm. 308. Al-Baghdadi juga menurunkan dalam buku Al-Farqu bayna Al-Firaq,
hlm. 51., bahwa Mush'ab keluar bersama Al-Mahlab, dan ia mengePungnya selama
tiga hari.
1.615 Al-Bidayahwa An-Nihayah,|uz8, hlm. 289 - 290.
'1.616 Tarikh Ath-Thabai, iuz 5, hlm. 575.
794 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
dikobarkan dendam atas pembunuhan Utsman w dan Al-Hasan bin AIi
@ sehingga mundur dari khilafah dan menyerahkannya pada Muawiyah,
sesuai politik masing-masing dari keduanya, meskipun tujuannya berbeda.
Abdullah bin Az-Zubair menjadi gubernur Hiiaz dan Yaman,
sementara penguasa di Mesir, Irak, dan Persia silih berganti antara Khawarij
dan Umawiyyah. Khawarij sebisa mungkin menguasai Bashrah dan
Khurasan. Masing-masing mengangkat panji berhukum dengan Kitabullah
dan As-Sunnah. Selanjutnya, di masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah,
Al-Husain bin Ali @ mati di tangan pasukan Ubaidillah bin Ziyad.
Masyarakat Kufah telah mengkhianatinya. Peristiwa ini mengguncang
perasaan umat Islam, termasuk perasaanpara pembunuhnya dari kalangan
Umawiyyah dan masyarakat Kufah. Tidak menutup kemungkinan
perasaan Al-Mukhtar juga. Jika kita kesampingkan perasaan pribadinya
yang berhubungan dengan ambisi dan keinginannya, kita bisa pahami
bagaimana ia menghubungkan perasaan masyarakat umum yang tengah
berduka dengan ambisi pribadinya, yaitu senantiasa menyerukan balas
dendam atas kematian Al-Husain aua.
Sewaktu dikeluarkan dari Kufah dan pergi menemui lbnu Az-Zubair
di Makkah, ia membawa ambisinya itu. Oleh karena itu, yang diutarakan
kepada lbmt Az-Zubair sewaktu berbaiat kepadanya bersumber dari
keinginan-keinginan ini. Setelah bertahmid dan memuji Allah ia berkata,
"Tak ada baiknya bicara panjang lebar, atau menyembunyikan keinginan.
Sesungguhnya aku datang kepadamu untuk membaiatmu supaya tidak
memutuskan sesuatu tanpa melibatkanku. Dan, agar aku menjadi orang
pertama yang Anda izinkan. Jika Anda menang, Anda telah meminta
bantuanku untuk perbuatanmu yang paling baik." Ibnu Az-Zrtbairberkata,
"Aku berbaiat kepadamu atas nama Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
Aku tidak berhak mendapatkan sesuatu yang pantas didapat orang yang
lebih tinggi derajatnya darimu. Tidak. Demi Allah, aku tidak akan berbaiat
kepadamu selamanya, kecuali seperti ini." Hinggalbnu Az'Zubair berkata,
"Anda mendapatkan yang Anda minta." Ia pun membentangkan tangannya,
lalu membaiatnya.l6lTla pun tinggal bersamanya, dan membelanya dengan
16'17 AlBidayah wa An-Nihayah, juz8,tim. 248. Sulaiman bin Shard adalah seorang sahabat
yang mulia, ahli ibadah, dan pezuhud yang memiliki riwayat dalam Ash-Shahihain.la
ikut ambil bagian dalam Perang Shiffin bersama Ali ry. Ia merupakan salah satu di
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 795
baik, termasuk membela Makkatu hingga merasa teralienasi. Ia pun mulai
menanyakan keadaan masyarakat Kufah. Setelah menyiapkan segala
sesuatunya, ia berangkat ke Kufah untuk menuntut balas atas kematian
Al-Husain bin Ali @).
Kalaupun klaim ini benar untuk mengobarkan Perasaan agar tetap
hidup di dalam jiwa, tetapi tidaklah cukup untuk menghimpun kaum
muslimin bersama lbnu Az-Zubair, atau kesultanan yang dinikmati
Umawiyyah di Syam, dan atau pergerakan At-Tawwabin di bawah
pimpinan Sulaiman bin Shard. Semua itu menyuarakan balas dendam
atas kematian Al-Husain d;.1618 Di kalangan Ahlul Bait sendiri tidak ada
yang mengembangkan payung agar Al-Mukhtar menyuarakan seruannya
di bawahnya. Akan tetapi, adalah seorang Muhammad bin Al-Hanafiyah,
putra Ali bin Abi Thalib dari selain Fatimah Az-Zahra @), ibunya bernama
Khawlah binti Ja'far bin Qais dari Bani Hanifah. Al-Mukhtar adalah
seorang yang baik, pemberani, berpikiran terbuka, dan memiliki intuisi
yang tajam.161e Maka, iapun angkat suara mengajaknya. Mungkin ia sudah
memprediksi, kalaulah Ibnu Al-Hanafiyah tidak bersemangat untuk ikut
serta, setidaknya ia tidak akan menentangnya.
Begitulah Al-Mukhtar menyuarakan balasan dendam kepada Ahlul
Bait, jqga imamah Muhammad bin Al-Hanafiyah. Ia bahkan menjulukinya
dengan Al-Mahdi, diikuti oleh banyak kalangan Syiah yang lain, yang
kemudian meninggalkan Sulaiman bin Shard hingga Syiah terbagi dua;
mayoritas masih mengikuti Sulaiman bin Shard; ingin keluar untuk balas
dendam atas kematian Husain. Dary sebagian lagi bersama Al-Mukhtar,
menyerukan imamah Muhammad bin Al-Hanafiyah.1620
Al-Mukhtar mengutus seseorang kepada kalangan Syiah yang
terhimpun di bawah kepemimpinan Sulaiman bin Shard. Kepada mereka
ia katakary "Aku datang pada kalian diutus oleh waliyyul amri, tambang
antara mereka yang berkirim surat kepada Al-Husain suPaya datang ke Irak. Ketika
mereka mengkhianatinya, mereka menyadari telah menjadi penyebab kedatangannya
ke sana. Mereka pun menyesal. Maka, mereka bergabung ke dalam pasukan ini untuk
menuntut balas. Pasukan itu diberi nama pasukan At-Tawwabin. Al-Bidayah wa An-
Nihayah, juz 8, hlm. 255.
Al-Milal wa An-Nihal, iuz I, hlm. 149.
Al-Bidayah wa An-Nihayah, iuz 8, hlm. 248.
Ibid, juz 8, hlm. 249.
1618
1,61,9
-t620
796 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
kebajikan, dan Imam Al-Mahdi, untuk menyampaikan sesuatu yang
mengandung kesembuhan, menyingkap ketertutupan, pembunuhan
musuh, dan kesempurnaan nikmat. Sesungguhnya Sulaiman bin Shard-
semoga Allah merahmati kita dan dia-itu tidak punya pengalaman dan
tidak pula memiliki ilmu perang. Dia ingin mengeluarkan kalian untuk
bunuh diri dan membunuh kalian. Sementara itu, aku melakukan sesuatu
berdasarkan teladan. Sesuatu yang nyata bagiku di dalamnya mengandung
kejayaan, terbunuhnya musuh-musuh kalian, dan kesembuhan hati
kalian. Ivlaka, dengarkanlah perkataanku, dan ikutilah perintahku.
Dan, berbahagialah, karena aku sudah memiliki pemimpin terbaik bagi
kalian.z.l621
Suatu hari, Ibnu Shard sudah membulatkan tekat untuk keluar,
sedangkan Al-Mukhtar tak ingin bergerak. Tidak pula mengobarkan
semangat apa-apa, melainkan mencermati yang terjadi pada Sulaiman.
Ia berharap, Syiah dapat bersatu, sehingga menjadi lebih kuat dari yang
diharapkan.1622
Ketika Sulaiman hendak menuju An-Nukhailah, tempat berkumpul yang
disepakati dengan para pengikutnya, ia memasuki pasukan dan berkeliling.
Beberapa orang ia nilai tidak menarik. Maka, ia mengutus seseorang ke Kufah
untuk menyerukan balas dendam atas kematian Husain. Datanglah kurang
lebih sejumlah pasukannya. Setelah diperiksa, mereka berjumlah enam belas
ribu orang. Ia berkata, " Subhanallah, dia hanya bantu kita empat ribu orang."
Hamid bin Muslim berkata kepadanya, "Sesungguhnya Al-Mukhtar telah
membuat mereka patah semangat kepadamu."16ts
Begitulah politik Al-Mukhtar yang ingin menguasai mayoritas Syiah di
kalangan pengikut Sulaiman bin Shard, dengan syiar yang sama ditambah
mendukung Imam Muhammad bin Ali bin Abi Thalib.
Sulaiman bin Shard berangkat perang, sedangkan Al-Mukhtar tetap
dengan politiknya. Apakah mereka berdua berbeda cara, tetapi satu tujuan?
Ataukah, karena berbeda tujuan, maka mereka berbeda dalam hal politik
dan cara yang ditempuhnya?
1621. Tarikh Ath-Thabari, juz 5, hlm. 580.
1622 lbid, juz 5, hlm.583 - 584.
1,623 Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz 8, hlm. 255; Tarikh Ath-Thabari, juz 5, hlm. 606.
L--
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 797
Da1am Perang Ainul Wardah, tidak sedikit pasukan At-Tawwabin yang
tewas, termasuk Sulaiman itu sendiri. Tentu setelah mereka juga menghabisi
pasukan Syam yang tidak sedikit. Al-Mukhtar sebenamya mendengar berita
kekalahan pasukan At-Tawwabin, tetapi ia tidak ikut memberikan nasihat
pada mereka, sebagaimana dilakukan banyak orang. Mereka tetap berusaha
memuji jalan yang ditempuh Sulaiman. Karena memiliki tujuan yang sama,
mereka diharapkan bisa menempuh jalan yang sama, atau memisahkan
diri dari mereka. Tetapi, Al-Mukhtar memilih menunggu. Sekembalinya
mereka ke Kufah-saat itu Al-Mukhtar di dalam penjara-ia menulis surat
yang berisi pemyataan bela sungkawa atas korban perang. Ikut mendoakan
mereka agar mendapat syahadah. Ia berkata, "Waba'du. Akulah amir yang
dapat dipercaya, pembunuh orang-orang tiran dan perusal insya Allah.
Maka, bersiaplah dan bergembiralah. Aku menyeru kalian pada Kitabullah
dan Sunnah Rasulullah, menuntut balas darah Ahlul Bait, melindungi kaum
lemah, dan berjihad melawan al-muhillun (orang-oran g y xtgmenghalalkan
darah Ahlul Bait\." tozt
Sebagian kecil pengikut ingin memastikan pada Ibnu Al-Hanafiyyah
tentang pengakuan Al-Mukhtar bahwa yang didakwahkan sudah atas
persetujuannya. Mereka di bawah pimpinan Abdurrahman bin Syuraih.
Mereka pun menemuinya. Setelah berbincang-bincang mengenai keadaan
mereka, Abdurrahman bin Syuraih angkat bicara, "Al-Mukhtar bin Abi
Ubaid datang menemui kami, mengaku atas perintah kalian. Ia mengajak
kami pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah {f_, menuntut balas darah
Ahlul Baif dan membela kaum lemah. Kami pun berbaiat kepadanya
untuk semua itu. Selanjutnya, kami berinisiatif untuk datang menemuimu,
menceritakan seru.ilrnya itu. Jika Anda perintahkan kami mengikutinya,
kami akan mengikutinya. Tetapi, jika Anda melarang kami mengikutinya,
kami akan menjauhinya."
Ibnu Al-Hanafiyah menjawab, "Tentang seruan seseorang yang
mengajak kalian menuntut balas darah kami, demi Allah, aku ingin Allah
memenangkan kami atas musuh-musuh kami melalui siapa saja dari
hamba-Nya. Demikian pemyataanku, aku memohon ampun kepada Allah
untuk diriku dan kalian."165
1.624 TarikhAth-Thabai,iuz6,hlm. 13 -1.4.Llhatl.Al-BidayahwaAn-Nihayah,iuz8,hlm.265.
1.6?5 TarilchAth-Thabai,ittz6,hlm. 15 -77;Al-BidayahwaAn-Nihayah,jttz8,hlm.265-266.
798 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Begitulah, Ibnu Al-Hanafiyah tidak merasa keberatan dianggap oleh
Al-Mukhtar sebagai Al-Mahdi atau Imam. Dalam arti kata, ia membenarkan
siapa saja yang menyerukan seperti itu.
Mereka pun meninggalkan Ibnu Al-Hanafiyah sembari berkata,
"Berarti ia mengizinkan kita. fika tidak berkenan, pasti dia akan mengatakan,
'Jangan lakukan itu!"' Begitulah mereka menafsirkan pemyataannya, sesuai
keinginan mereka. Padahal, Ibnu Al-Hanafiyah tidak menentukan siapa-
siapa, tidak mengizinkan, dan tidak pula menolak.
Mendengar kepergian mereka, Al-Mukhtar mulai khawatir mereka
kembali dengan sesuatu yang membuat keluar pada Syiahnya. [a pun
mengomentari mereka dengan berkata, "Jika benar, mereka akan datang
dan bertobat. Tetapi, jika berpaling, mereka akan sia-sia." Setelah pulang,
mulailah mereka menemui Al-Mukhtar. Mereka berkata kepadanya, "Kami
diperintahkan untuk mendukungmu." Al-Mukhtar berkata, "Allahu
akbar, aku adalah Abu Ishaq. Syiah berkumpul kepadaku." Lebih laniut ia
berkata, "Wahai kaum Syiah semua, seseor;ulg dari kalian ingin mengetahui
kebenaran yang kubawa. Ia pergi menemui Imam Al-Mahdi, danAn-Najib
Al-Murtadha (Orang Cerdas yang Diridhai)... Tanyakanlah pada mereka,
apa yang dibawanya pulang pada kalian. Ia memberi kabar pada mereka
bahwa aku adalah menteri dan pendukungnya, utusan dan kekasihnya.
Ia memerintahkan kalian agar mengikuti dan menaati seruanku untuk
memerangi orang-orangyal.lg menghalalkan darah Ahlul Bait, menuntut
balas darah Ahlul Bait yang suci." Beberapa orang tersebut berdiri, kemudian
bersaksi bahwa telah menemui Al-Mahdi bin Ali, yang memerintahkan
mereka untuk mendukung Al-Mukhtar dan menyambut seruannya.
Peristiwa ini kemudian oleh Al-Mukhtar dijadikan bukti untuk
menjustifikasi seruannya yilrg ganda: menuntut balas bagi Ahlul Bait\
dan imamah Al-Mahdi Muhammad bin Al-Hanafiyyah.
Sebelum Abdullah bin Az-Zubair, Kufah dipimpin oleh Abdullah bin
Muthi'. Syiah dan Al-Mukhtar tidak berani menantangnya. Maka, Ahmad
bin Syumaith dan kelompoknya mengusulkan kepada Al-Mukhtar supaya
Ibrahim bin Al-Asytar bergabung ke dalam pasukannya. Al-Mukhtar
meminta mereka memanggilnya untuk menuntut balas Al-Husain dan
Ahlul Bait. Tetapi, ia tidak merespon. Mereka berkata, "Al-Mukhtar datang
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 799
pada kita dari Al-Mahdi." Setelah itu, mereka pergi dan memberi tahu Al-
Mukhtar perihal penolakannya.
Selang tiga hari kemudian, Al-Mukhtar memanggil sepuluh orang
lebih dari kalangan pengikutnya. Asy-Sya'bi berkata, "Aku dan ayahku
salah satu dari mereka." Mereka menuju rumah Ibrahim bin Al-Asytar.
Setelah meminta izin dan diizinkan, mereka duduk di atas bantal yang
diberikan, sedangkan Al-Mukhtar duduk di atas kasur. Al-Mukhtar
berkata kepadanya, "Ini ada surat dari Al-Mahdi Muhammad bin Amirul
Mukminin Al-Washi... Ia memintamu mendukung kami."
Asy-Sya'bi berkata, "Al-Mukhtar menyodorkan surat itu kepadaku
sewaktu keluar dari rumahnya. Selesai berbicara, ia berkata kepadaku,
'serahkan surat ini kepadanya.' Aku pun menyerahkannya. Ibrahim bin
Al-Asytar meminta lentera, kemudian membacanya. Surat itu berbunyi;
Dari Muhammad Al-Mahdi kepada Ibrahim bin Malik Al-Asytar. Semoga
keselamatan tercurah kepadamu... Aku telah mengutus menteri dan
orang kepercayaanku pada kalian. Aku telah memerintahkannya untuk
berperang melawan musuh-musuhku, menuntut balas darah Ahlul Bait.
Bangkitlah dirimu bersamany a, juga keluargamu, dan orang-orang yang
menaatimu ..."7626
Ibrahim meragukan surat itu. Ia berkata, "Ibnu Al-Hanafiyyah telah
menulis surat kepadaku, dan aku juga telah menulis surat kepadanya
kemarin. Tidak ada yang ia tulis, selain nama dirinya dan nama ayahnya."
Al-Mukhtar berkata, "Surat itu dan surat ini memiliki waktu sendiri-
sendiri." Ibrahim berkata,"Lantas, siapa yang tahu bahwa surat ini dari Ibnu
Al-Hanafiyah yang ditujukan kepadaku?" Para pengikutnya menjawab,
"Kami bersaksi bahwa surat itu dari Muhammad bin Ali yang ditujukan
kepadamu." Saat itu juga Ibrahim mundur dan meminta Al-Mukhtar
duduk, lalu ia berkata, "Ulurkan tanganmu, aku akan membaiatmu."
Ibnu Al-Asytar masih didera kebimbangan. Sampai-sampai ia
bertanya pada Asy-Sya'bi, mengapa ia dan ayahnya tidak bersaksi? Apakah
kesaksian yang lain itu benar? Jawaban Asy-Sya'bi cukup cerdas, tetapi
Al-Mukhtar sudah terlampau mendapat baiatnya.
1.626 Al-MilalwnAn-Nilnl,juzI,hlm. 1,48-149.DidalamA/-AkltbarAth-Tltiwal,namaAhmad
bin Syamith disebutkan sebagai Ahmad b in Salith.
800 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Bisa jadi pernyataan yang dinisbatkan kepadanya tentang dibolehkan-
nyabida'kepada Allah, kembali pada manhajnya dalam menarik simpati
kaum Anshar dan upaya menjaga mereka agar tetap mendukungnya
merealisasikan tujuan dan ambisinya. Sebagaimana dikatakan Asy-
Syahrastani, bida' itu memiliki beberapa makna, yaitu:
Bida' dalam bidang ilmu: Menampakkan sesuatu yang bertentangan
dengan yang diketahui. Menurutku, tak seorang pun orang berakal yang
meyakini keyakinan ini.
Bida' dalam kemauan: Menampakkan yang sesungguhnya, berbeda
dengan yang diinginkan.
Bida' dalam perintah: Memerintahkan sesuatu, kemudian setelah itu
memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah sebelumnya.
Asy-Syahrastani berkata, "Al-Mukhtar memilih pernyataan bida',
karena ia mengaku tahu peristiwa yang bakal terjadi, baik melalui wahyu
yang diturunkan kepadanya maupun risalah dari Sang Imam. Jika ia
menjanjikan sesuatu bakal terjadi pada para pengikutnya, kemudian benar-
benar terjadi, itu dijadikan bukti untuk menjustifikasi pengakuannya,
meskipun tidak sama persis."
Ia tidak membedakan antara nasakh dengan bida'. Ia berkata, "Jika
dalam konteks hukum dibolehkan nasakh, maka dalam konteks khabar
dibolehkan bida' .'t'1627
Abdul Qahir Al-Baghdadi menceritakan kepada kita sebab-sebab ia
mengatakan bida'kepadaAllah itu boleh, yaitu ketika Ibrahim bin Al-Asytar
mendengar pengakuan Al-Mukhtar bahwa dirinya mendapatkan wahyu,
ia pun berhenti mendukungnya. Mush'ab bin Az-Zubair yang kala itu
menjabat gubernur Bashrah pun berambisi untuk menekan Al-Mukhtar.
Bersama ribuan masyarakat Bashrah, ditambah beberapa masyarakat Kufah
yang ikut bergabung, mereka datang menemui Al-Mukhtar. Mendengar
kabar itu, Al-Mukhtar mengutus sahabatnya, Ahmad bin Syamittr, bersama
tiga ribu orang. Kepada mereka disampaikan bahwa pasukannya akan
menang. Ia mengklaim telah mendapatkan wahyu mengenai hal itu. Nah,
ketika Ibnu Syamith terbunuh dan pasukannya berhasil dipukul mundur,
1.627 Al-Farqu bayna Al-Firaq, hlm. 51 - 52; At-Tabshir fi Ad-Din, hlm. 37.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 801
mereka berkata kepada Al-Mukhtar, "Mengapa Anda janjikan pada kami
kemenangan atas musuh kami?" Ia menjawab, "Allah menjanjikan ifu
kepadaku, tetapi kemudian menggantinya." Dalam pada itu, ia menyitir
firman Allah, 'Allah menghapus dnn menetapkan apa saja yang dikehendaki-Nya"
(Ar-Ra'd: 39y.rozs
Mendengar kekalahan Ibnu Syamith, orang-orang non-Arab berkata,
"Kali ini ia telah berdusta."162e
Ia mengklaim menerima wahyu melalui malaikat Jibril. Dari sinilah
ia mengklaim mengetahui perkara-perkara gaib.
Asy-Syahrastani berkata, "Di antara kebohongannya, ia mengaku
punya kursi kuno'* yu.g ditutupi sutera dan dihiasi aneka perhiasan. Ia
bilang,'Itu simpanan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Bagi kami,
ia tak ubahnya Tabut bagi Bani Israil.' jika berperang dengan musuh, ia
meletakkannya di barisan depan sembari berkata,'Berperanglah, niscaya
kalian akan mendapatkan kemenangan dan pertolongan. Kursi ini bagi
kalian tak ubahnya Tabut bagi Bani Israil. Padanya terdapat ketenangan,
keabadian, dan malaikat turun dari atas untuk memberikan dukungan
pada kalian.'Kisah merpati putih di angkasa-Al-Mukhtar memberitahu
pengikutnya bahwa malaikat turun dalam ruPa merpati putih-sudah
cukup terkenal."161
Jika kita ingin mengetahui tingkat keikhlasannya kepada Muhammad
bin Al-Hanahyah, pun apakah seruannya yang mengatas-namakannya
itu benar atau dusta, lalu kita bandingkan dengan keikhlasannya
pada Abdullah bin Az-Zubair, ternyata sangat mirip. Mencermati
hubungan di antara mereka berdua, Abdul Qahir Al-Baghdadi berkata,
"Berita tentang Al-Mukhtar disampaikan kepada Ibnu Al-Hanafiyah.
Karena mengkhawatirkan bencana dalam agama, ia berniat pergi ke
Irak, menjumpai orang-orang yang meyakini imamah-nya. Mendengar
rencana kedatangan Ibnu Al-Hanafiyah ke Irak, Al-Mukhtar khawatir
akan kehilangan kepemimpinan. Maka, ia berkata kepada pasukannya,
1,628 Taikh Ath-Thabai, juz 6, hlm. 98.
1.629 Al-Milal wa An-Nihal,juz I, hlm. 149; Al-Earqu bayna Al-Firaq, hlm. 47. Lihat kisah kursi
ini dalam Taikh Ath-Thabari, juz 6, hlm. 82-85.
1630 Al-Milalwa An-Nihal, juz I, hlm. 149'
1,631, At-Tabshir f Ad-Din, hlm. 36.
802 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
'Sesungguhnya kita membaiat Al-Mahdi. Akan tetapi, Al-Mahdi itu
memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu jika ditebas denganpedang, kulitnya tidak
akan terkelupas. Itulah Al-Mahdi. Mendengar pernyataan Al-Mukhtar itu,
Ibnu Al-Hanafiyah memilih tinggal di Makkah, karena khawatir dibunuh
oleh Al-Mukhtar di Kufah.1632
Sementara itu, Asy-Syahrastani berkata, "Konon, Sayyid Muhammad
bin Al-Hanafiyah membebaskan diri dari Al-Mukhtar, ketika ia mendengar
berita bahwa Al-Mukhtar telah membohongi masyarakat dengan mengaku
sebagai juru dakwah.yu. Ia juga membebaskan diri dari kesesatan Al-
Mukhtar dengan takwil-takwil sesatnya."163 Al-Isfariyani menyebutkan
hal itu di dalam buku At-Tabshir.163a
Tidak sedikit dari pengikut Al-Mukhtar sendiri yang mengetahui
kebohongan seruilmya pada Ibnu Al-Hanafiyah. Ath-Thabari menuturkan,
"Syabts bin Rab'i mengeritisi Al-Mukhtar dengan berkata,'Ia memerintah
kita tanpa kerelaan hati kita. Ia mengklaim bahwa Ibnu Al-Hanafiyah
telah mengutusnya kepada kita. Padahal, kami pun tahu bahwa lbnu Al-
Hanafiyah tidak melakukan itu."/163s
Selain itu, ia menuturkan terkait peristiwa berkumpulnya orang-
orang di Jibanatus Sabi'. Ia berkata, "Al-Mukhtar pada hari itu mengutus
seseorang kepada mereka untuk menyampaikan,'Beritahu aku, apa yang
kalian inginkan dariku. Sesungguhnya aku akan melakukan apa saja yang
kalian mau.' Mereka berkata, 'Kami ingin Anda meninggalkan kami. Anda
mengklaim Ibnu Al-Hanafiyah mengutusmu, padahal tidak."1ffi Mereka
berkata satu sama lain, "Orang ini bohong, mengklaim mewakili Bani
Hasyim, padahal ia mencari dvria.il1'637
Buku-buku tentang kelompok dan aliran menyebutkan, ketika
Al-Mukhtar menguasai wilayah Kufah, Jazirah, dan Irak hingga batas
Armenia, ia mengklaim menerima wahyu. Mereka berkata, "Sesungguh-
nya As-Sabaiyah telah menipunya dengan berkata, 'Andalah hujjah di
1.632 Taikh Ath-Thabai, jtz6,hlm. M.
1.633 Al-Akhbar Ath-Thiwal, hlm. 246.
1634 tbid.,
1,635 Al-Farqu bayna Al-Firaq, hlm. 46-47; At-Tabshir fi Ad-Din, hlm.36 - 37.
7636 N asy' at Eikr Al-F alsafi fi Al-lslam, juz 2, lllm. 47 .
7637 Al-Milalwa An-Nihal, juz 1., hlm. 150.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 803
zaman ini.'Mereka telah menyebabkannya mengklaim kenabian. Ia pun
mengklaim itu di kalangan pengikutnya, dan ia mengklaim mendapatkan
wahyu."1638
Dr. Ali Sami An-Nasysyar berusaha membela Al-Mukhtar. Ia berkata,
"Dia pengikut Muhammad bin Al-Hanafiyah yang ikhlas. jika terjadi
aksi anarkis waktu itu, dia mengawal Abu Amirah yang dijuluki dengan
Kaisan./163e Menurut hemat kami, pernyataan-pernyataan ini, baik dari
Al-Mukhtar maupun pengikutnya, dibiarkan menggelegak di relung hati
kaum Syiah pendukung Al-Mukhtar, dan pengikutnya sesudah itu. Adalah
tanggung jawab Al-Mukhtar membiarkannya menggelegak seperti itu,
padahal ia tahu itu bukanlah aib politik, baik mendukungnya atau tidak
membantahnya. Sebab, di kemudian hari menjadi keyakinan yang disadari
atau tidak dipeluk secara fanatik.
Apapun yang terjadi, pemikiran mahdiyyah danraj'ah waktu itu telah
mengemuka. Setelah kepindahan Ibnu Al-Hanafiyah, Al-Kaisaniyah pecah.
Sebagian mengklaimnya masih hidup, dan sebagian lagi meyakini ia
ditahan di gunung, dijaga oleh harimau dan cheetah. Matanya mengalirkan
air dan madu. Setelah menghilang, ia akan kembali dan mewarnai dunia
dengan keadilan. Inilah llukum pertama tentang kehilangannya, dan
kembElinya setelah menghilang. Demikian itu dipercaya oleh beberapa
kelompok, sampai-sampai meyakininya sebagai agama dan salah satu
rukun bersyiah (at-tasy ayy u').1eo
Sebab-sebab ia menghilang masih dalam perdebatan. Ada yang
bilang, "Demi Allah, tak ada yang tahu selain Dia." Ada yang bilang,
"Allah menghukumnya dengan menahannya. Sebab, setelah kematian Al-
Husain bin Ali @), ia pergi menemui Yazid bin Muawiyah dan meminta
suaka darinya. Lebih dari itu, ia menerima pemberiannya. Selain itu,
ia juga pergi ke Makkah, dari Ibnu Az-Zubair menuju Abdul Malik bin
Marwan. Menurut anggapan mereka, sahabatnya yang bernama Amir
bin Watsilah Al-Kinani berjalan di barisan depan sembari berkata kepada
para pengikutnya,
1638 Al-farqu bayna Al-Firaq, hlm. 52 - 53.
'1639 lbid., hal. 53.
1640 lbid, hlm. 39.
804 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Wahai saudaraku, wahai Syiahku, janganlah menjauh
Temanilah Al-Mahdi agar kalian mendapat petunjuk
Muhammad, keb aikan, w ahai Muhammad
Engkaulah imam yang suci dan benar
Bukan lbnu Az-Zubair As-Samiri yang kafir
Bukan pula orang yang kita tuju16a1
Mereka juga mengatakan, "Ia telah bermaksiat kepada Tuhannya
dengan meninggalkan peperangan bersama lbnu Az-Zubair. Ia bermaksiat
kepada-Nya, karena mendatangi Abdul Malik bin Marwan. Setelah itu, ia
kembali ke Thaif. Di sanalah Ibnu Abbas meninggal dunia dan dikuburkan.
Selanjutnya, ia pergi dari sana. Sesampainya di wilayah Radhawi, mereka
berbeda pendapat mengenainya. Sebagian meyakininya meninggal dunia,
sebagian lagi meyakini Allah menahannya di sana. Allah tutupi dia dari
penglihatan manusia hingga diizinkan keluar. Dialah Al-Mahdi yang
ditunggu-tu rrggu."'*'
Inilah awal pemikiran tentang Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu itu.
Inilah pula pernyataan pertama tentang ar-raj'ah dalam Islam, setelah
sebelumnya dilontarkan kaum Sabaiyah tentang Ali bin Abi Thalib e,.
Pernyataan senada pernah dilontarkan oleh Al-Karbiyah, yang dinisbatkan
kepada Abu Karb Adh-Dharir.1e3Dan, di antara yang menyatakan seperti
itu adalah penyair Kutsair,yangdikenal dengan Kutsairlzzah, juga penyair
yang dikenal dengan nama As-Sayyid Al-Humairi.
Di kalangan yang meyakininya meninggal dunia, timbul silang
pendapat. Sebagian mengklaim imamah sesudahnya kembali pada putra
saudaranya, Ali bin Al-Husain, yakni Zainal Abidin. Tahun kematiannya
juga masih diperselisihkan, antara tahun 92 sampai 95 H/71,0-713 M.
Akan tetapi, ada juga yang mengklaim imamah itu kembali pada Hasyim
Abdullah bin Muhammad bin Al-Hanafiyah (w. 98 H/71.6 M atau 99
H/717 M). Mereka mengatakan bahwa Ibnu Al-Hanafiyah menyampaikan
beberapa ilmu rahasia kepadanya. Ia mengajarinya cara menyatu-padukan
langit dengan jiwa, menakar tanzilpada takwil, penggambaran yang tidak
1641. Maqalat Al-Islamiyyin, hlm. 90; Al-Milal zoa An-Nihal, juz 1, hlm. 1.50; Al-Farqu bayna
Al-Firaq, hlm. 43.
1.642 Al-Milal wa An-Nihal, juz 1, hlm. 150-151.
1.643 lbid, juz1, hlm. 151. - 1.52. Lihat juga: Al-Farqu bayna Al-Firaq, hlm. 40 - 41.
\-_
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 805
terlihat dari yang terlihat. Mereka bilang, segala yang tampak memiliki
sisi batin. Setiap orang punya ruh. Setiap tanzil punya takwil. Dan, segala
contoh di semesta ini memiliki hakikat di semesta itu. Hukum dan rahasia
yang bertebaran di ufuk terhimpun di dalam pribadi manusia. Itulah ilmu
yang dipilih Ali bin Abi Thalib kepada putranya, Muhammad bin Al-
Hanafiyah. Dan, pada gilirannya, ia menyampaikan ilmu tersebut kepada
putranya, Abu Hisyam. Siapapun yang memiliki ilmu itu, dialah imam
yang sebenar-benarnya.l@
Dari sinilah kemudian muncul pemikiran-pemikiran mendalam yang
dikembangkan di kemudian hari oleh kelompok atau aliran-aliran yang
radikal.
Setelah Abu Hisyam, perpecahan dan perbedan kian meluas. Ada
kelompok yang menyatakary "Dia mewasiatkan imamah kepada Ali bin
Abdillah bin Abbas. Wasiat itu pun terus menerus diberikan kepada sang putra
hingga kekhalifahan berada di tampuk Bani Abbasiyah." Kelompok yang lain
menyatakan bahw a imamah itu diberikan kepada putra saudaranya, AI-Hasan
bin Ali bin Muhammad bin Al-Hanafiyah. Atau, kepada saudaranya, Ali,
kemudian darinya kepada putranya, Al-Hasan. Dalam pandangan mereka,
tidak keluar dari Bani Al-Hanafiyah. Sebagian lagi beranggapan bahwa Abu
Hasyi$ mewasiatkannya kepada Abdullah bin Amr bin Harb Al-Kindi. Pun
bahwa ruh Abu Hasyim berpindah kepadanya. Ibnu Harb-seperti halnya
Al-Harbiyah-meyakini reinkarnasi ruh. Bahwa ruh Allah-Mahasuci
Allah dari kebohongan mereka-mereinkarnasi padanya. Tak pelak ia pun
mengaku Tuhan sekaligus nabi. Mengaku mengetahui perkara gaib, dan
mengingkari Hari Kiamat. Itulah dampak logis dari pemikiran reinkarnasi.
Pemyataan senada dilontarkan oleh Al-Jinahiyah, pengikut Abdullah bin
Muawiyah bin Abdullah bin Ja'far Ath-Thayyar. Dari mereka muncullah A1-
Hazmiyah dan Al-Mazdakiyah di Irak. Ketika Ibnu Harb meninggal dunia,
beberapa pengikutnya mengatakan ia masih hidup dan akan kembali. Akan
tetapi, ada pula yang mengatakan, ruhnya mereinkamasi dalam diri Ishaq
bin Yazid bin Al-Harits. Ada juga yang mengatakan seperti itu terhadap
Bayan bin Sam'an.]d5
1,6M Maqalatul lslamiyyin, juz '1., hlrr.. 67 .
1,645 Al-Milal wa An-Nihal, juz 1., hlm. 1.47 .
806 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Setelah para pengikut Ibnu Harb menghentikan kebohongannya/
mereka mencari yang lain. Alhasil, mereka berjumpa dengan Abdullah bin
Muawiyah bin Abdillah bin Ja'far bin Abi Thalib. Ia memanggil mereka
agar berimam kepadanya. Mereka pun tunduk. Setelah itu, mereka terbagi
menjadi beberapa kelompok; sebagian meyakininya akan kembali, dan
sebagian lagi meyakininya telah mati. Al-Asy'ari berkata dalamAl-Maqalat,
"Mereka beranggapan bahwa Abdullah bin Muawiyah (Ibnu Abdillah
bin Ja'far dzil janahayrzi), mengklaim bahwa ilmu telah tumbuh di dalam
hatinya, seperti tumbuhnya rerumputan. Pun bahwa ruh itu mereinkarnasi.
Pun bahwa ruh Allah itu berada dalam diri Adam, kemudian terkopi atau
mereinkarnasi hingga tetap berada di dalamnya." Ia berkata,"Iamengaku
Tuhan dan nabi, sedangkan hambanya adalah Syiahnya."
Asy-Syahrastani berkata, "Al-Kaisaniyah sepakat bahwa agama itu
adalah ketaatan seseorang. Demikian itu mereka bawa dalam menakwilkan
rukun agama, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Sebagian
mengatakan, boleh meninggalkan syariat setelah seseorang mencapai
ketaatan. Di sisi lain, sebagian menjadi lemah keyakinannya terhadap
Kiamat. Dan, sebagian lagi menyebabkan mereka meyakini reinkarnasi dan
kembalinya ruh setelah mati. Maka, ada yang fokus pada satu hal, yaitu
meyakini dia tidak mati, dan tidak boleh mati sampai ia kembali. Ada yang
meyakini kebenaran perpindahan imamah pada yang lain, kemudian ragu-
ragu. Ada pula yang mengkJairnimamah.Semua itu ragu-ragu dan putus asa.
Andaikata Al-Kaisaniyah tidak mempunyai pengikut, maka syiar dan
pernyataan-pernyataannya yang semula bernuansakan politis bermain-
main atas nama agarr:ta, akan berubah menjadi kaidah dan keyakinan
agama. Demikian itu akan berdampak para berbagai sekte Syiah.
Dn Abdul Fattah Abilullah Barakah
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 807
AL.MATURIDIYAH
ALIRAN dalam teologi Islam ini dinisbatkan kepada Imam Abu Manshur
Mahmud bin Mahmud Al-Maturidi. Sebutan Al-Maturidi dinisbatkan
kepada daerah tempat tinggalnya, Maturid, salah satu desa di Samarkand,
termasuk di wilayah Transoxiana (Ma Wara'a An- Nahr). Ada juga yang
menyebutnya Maturit dengan ta' mutsanna. Di wilayah Transoxiana, Al-
Maturidi juga dijuluki Imam Ahlu Sunnah. Selain itu, dijuluki Al-Anshari,
dinisbatkan kepada Abu Ayyub Al-Anshari, seseorang yang ketempatan
Rasulullah ffi sewaktu hijrah ke Madinah. Ia juga disebut Imam Al-Huda,
juga imam para teolog kalam di masanya.
Akan tetapi, buku-buku biografi yang ada tidak menyebutkan secara
pasti tanggal kelahirannya. Tidak pula menceritakan keluarganya. Beberapa
kalangan menduga kuat, ia lahir sekitar tahun 228}l.. Sebab, Al-Maturidi
sempat berguru kepada Muhammad bin Muqatil Ar-Razi (w. 2a8 H.).
Namun, ada semacam kesepakatary bahwa ia meninggal dunia pada tahun
333 H. Jika dugaan ini benar, berarti Al-Maturidi dikaruniai umur panjang;
kurang lebih satu abad.Jenazahnya dikuburkan di Samarkand.la6
Al-Maturidi belajar pada banyak syaikh. Ia belajar fikih dan ushul
kepada Abu Bakar Al-Jauzani, Abu Nahr Al-Iyadh, Muhammad bin Muqatil
Ar-Razi, dan Nashir bin Yahya. Semuanya adalah syaikh Madzhab Hanafi.
Mereka juga termasukyang memberikan penjelasan atas Rasa'il AbiHanifah
dan wasiat-wasiatnya, yang di tangan Abu Manshur Al-Maturidi kemudian
beralih menjadi manhaj tersendiri di bidang ilmu kalam. Ia membenarkan
L646 Al-Aqidah Al-Maturidiyyah, htm.250, abstrak tesis magister Universitas Darul Ulum,
oleh Abu Al-Khair Mahmud Ali.
808 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
dan membuktikan kebenarannya dengan dalil-dalil Iogika.16a7 Para
sejarawan menganggap Al-Maturidi sebagai teolog kalam dari kalangan
Hanafiyah. Dialah pendiri madrasah kalamiyah yang diberi nama sesuai
namanya, Al-Maturidiyah. Di bidang akidah dan furu' fikih, mayoritas
pengikut Hanafiyyah bergantung kepadanya, terutama mereka yang tinggal
di negeri Transoxiana, Turki, Asia Timur, dan Asia Tengah secara umum.
Di antara murid Al-Maturidi yang terkenal adalah Abu Al-Qasim
Ishaq bin Muhammad bin Ismail, yang dikenal dengan Al-Hakim As-
samarqandi (w. 340 H), Abu Muhammad Abdut Karim, yang dikenal
dengan Al-Bazdawi(w. 390 H), Abu Al-layts Al-Bukhari. Melalui keempat
imam itulah Madzhab Al-Maturidiyah tersebar di seantero Samarkand dan
dunia Islam, terutama wilayah-wilayah yang tunduk pada Dinasti Ottoman.
Imam Al-Maturidi muncul pada masa-masa bersejarah yang sangat
penting bagi sejarah pemikiran Islam, yaitu ketika Madzhab I'tizal
(Mu'tazilah) menguasai para Khalifah Abbasiyah yang mendukung
pemikiran Mu'tazilah, bahkan terkadang memaksakannya pada khalayak
dengan pedang dan kekuasaan. Di sisi lain, kaum salaf dan pata al-
muhaddits yang berpegang teguh pada nash-nash shahih. menghadapi
"rasionalisasi" yang diusung Mu'tazilah, dan dalam beberapa masalah
akidah dikedepankan daripada nash. Pemikiran mereka meniadi ujian bagi
umat Islam. Beberapa kalangan yang berpegang teguh pada dalil-dalil naqli
bereaksi keras terhadap pemikiran dan pandangan Mu'tazilah yang tidak
sejalan dengan akidah Islam yang benar.
Di tengah pePerangan antara mereka yang memegang teguh nash
dengan yang mengedepan akal, muncullah Abu lvlanshur Al-Maturidi
di wilayah Transoxiana, sebagaimana juga muncul Imam Abu Hasan A1-
Asy'ari di Baghdad (w. 324 $. Masing-masing mereka menSusung semangat
membela akidah Islam yang benar,yan1didasarkan pada Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah M yang shahih. Sekaligus, pada waktu bersamaan,
sejalan dengan logika. Oleh karena itu, bagi siapapun yang membaca turats
ketiga imam itu, akan mendapati mereka membantah Mu'tazilah yang
mengedepankan akal daripada nash. Pada waktu bersamaan, mereka juga
mengemukakan dalil-dalil akidah yang menggabungkan unsur nash dan
1647 lsyarat Al-Muram min lbarat Al-lmam.Lihatiuga: Al-Aqidah Al-Maturidiyyah (ibia.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 809
logika. Dalam manhajmereka terlihat jelas nash dan logika itu bersaudara,
bukan bertentangan, di dalam memandang akidah Islam.
Al-Maturidi memiliki wawasan yang luas. Ilmu-ilmu keislamannya
berlimpah. Ia menulis buku di bidang fikih, tafsir, dan ilmu kalam. Ia juga
meloniarkan bantahan terhadap kelompok yang berseberangan, seperti
Mu'tazilah dan Mujassimah, sebagaimana mereka membela Islam dari
rongrongan Majusi, Watsaniyah (Paganis), dan sebagainya. Kitab-kitab
yang menggambarkan kehebatannya di bidang ilmu-ilmu syariat, juga
berisi bantahannya atas kelompok-kelompok yang berseberangan dengan
Ahlu Sunnah wal ]amaah, antara lain:
. Kitab Ta'wilat Ahli As-Sunnah fi Tafsir Al-Qur'an. Salah satu jilidnya
dicetak di Kairo.
. Al-lidal fiUshul Al-Fiqh
. Ushuluddin
. Al-Maqalat fi'llmi Al-Kalam
. At-Tauhid; fi Shahih Al-l'tiqad, yangdi-tahqiq dan dipublikasikan sejak
beberapa abad yang silam
. Wahmu Al-Mtt'tazilah, yang merupakan bantahan atas Mu'tazilah;
. Raddu Awa'ili Adillat Al-Ka'bi, di bidang ilmu kalam;
. Radd Al-Ushul Al-Khamsahli AlBahili, yang merupakan bantahan atas
Mu'tazilah;
. Ar-Raddu'ala Al-Qaramithah, mertpakan diskusi atas Bathiniyah
. Kitab Al-lmamah oleh salah seorang penganut Syiah di dalam
mendiskusikan pemikiran-pemikiran mereka tentang imamah;
. Wa'id Al-Fussaq li Al-Ka'bi, yang mendiskusikan salah satu ushul Al-
I'tidzal.16a8
ManhaiAl-Maturidiyah
Al-Maturidi membangun manhaj berdasarkan teori ma'rifah dalam
menghasilkan ilmu hakikat, yang dilandaskan tiga perkara. Demikian
1648 Untuk mengetahui lebih banyak mengenai tulisan Al-Maturidi, baca: Miftah As-Sa'adah,
oleh Thasy Kubra zadah, 2/21. dan Kasyf Azh-Zhunun oleh Haji Khalifah, Istambul,
1/235.
81 0 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
itu dikemukakan Al-Maturidi di awal Kitab At-Tauhid.Ia berkata, "lalan
untuk mencapai ilmu tentang hakikat sesuatu itu ada tiga, yaitu; 'iyan
(mengamati), akhbar (informasi) , dan nazhar (berpikir).1ee
Selanjutnya, ia menjelaskan, " Al-'lyan itu adalah mengamati sesuatu
yang dapat diindera. Ilmu ini tidak terbantahkan. Dalam arti kata, tidak bisa
dibilang tidak tahu. Barangsiapa bilang tidak tahu, berarti ia mengingkari
hakikat sesuatu." Al-Maturidi menambahkan, "Barangsiapa seperti itu, ia
tak ubahnya binatang. Sebab, ia mengingkari sesuatu yang dapat disaksikan
dengan mata, dan dapat diindera. Tak ada yang mengingkari hal itu selain
orang yang akalnya tertimpa bencana (bodoh)."
Al-Akhbar atau informasi, menurutnya ada dua macam, yaitu; al-khabar
ash-shadiq (in{ormasi yang benar). Berangsiapa mengingkarinya, berarti ia
keluar dari wilayahkhithab. Selanjutnya, ia digabungkan dengan mereka
yang mengingkari hal-hal inderawi. Sebab, ia mengingkari sesuatu yang
meliputi namanya, nasabnya, substansinya, nama jauharnya, dan nama
segala sesuatu darinya. Padahal, ilmu tentang segala sesuatu ini dihasilkan
oleh kita darikhabar atau informasi, bukan dari mengamati atau berpikir.
Bagaimana mungkin seseorang mengingkari sesuatu yang tidak ada
di masa lalu, atau tidak ada pada saat itu, padahal itu diketahui menjadi
sumber penghidupan dan makanannya, juga untuk menjaga kesehatannya.
Semua itu diperoleh melalui informasi, bukan dengan mengamati. Al-
Maturidi mengetengahkan banyak dalil yang menunjukkan dibenarkannya
menjadikan al-khabar ash-shadiq sebagai sumber ilmu tentang hakikat
sesuatu.
Adapun an-nazhar al-aqli (berpikir) merupakan jalan untuk mencapai
ilmu tentang sesuatu yang tidak dapat diindera atau samar, seperti
ilmu tentang al-kulliyyat al-aqliyyah. Sebagai contotL ilmu tentang tanda-
tanda kerasulary juga perbedaannva dengan sihir. Melalui akal, cahaya
kebenaran dapat dibedakan dari gelapnya kebatilan. Atas dasar itu, Allah
de menurdnkan dalil-dalil shahih yang menakjubkan tentang kebenaran
Rasul dan Al-Qur'an.16so
1.649 Kitab At-Tauhid, h.lm.7
1650 Lihat Kitab At-Tauhid, hlm. 9 - 10
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 81 1
Seseorang tidak akan bisa membantah pemikiran, kecuali dengan
pemikiran juga. Itu saja sudah cukup untuk menyanggah pernyataan
mereka yang mengingkari pemikiran di dalammenghasilkan ilmu tentang
hakikat sesuatu.
Dalam pandangan Al-Maturidi dan para pengikutnya, tidak semua
khabar menghasilkan ilmu yakin. Hanya ada dua macam khabar yang
menghasilkan ilmu yakin, yaitu: khabar yang mutautatir, dan khabar para
Rasul. Sebab, keduanya terpelihara dari kesalahan dan kebohongan. Selain
itu, keduanya diperkuat ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran informasi
mereka. Jadi, akal dan nash itu merupakan sumber untuk mengetahtiushul
danfuru'agama.
Sebagai cabang pembahasan tentang wasa'il al-ma'rifah dalam teologi
Al-Maturidiyah, mereka mengkaji penggunaa n khab ar ahad sebagai dalil
termasuk apakah ia menghasilkan ilmu atau tidak? Apakah mengenal Allah
itu diwajibkan oleh pemikiran atau diwajibkansyara'?
Dalam Kitab At-Tauhid,tast Al-Maturidi secara gamblang mengatakan
bahwa khabar yang tidak mencapai derajat mutawatir wajib diamalkan.
Akan tetapi, ia tidak mencapai tingkatan yakin dalam menghasilkan ilmu.
Dalam menyikapi khabar ahad, para pengikut Al-Maturidi juga
mengikuti manhaj itu. An-Nashiri berkata, "Khabar ahad itu mewajibkan
amal, tetapi tidak mewajibkan ilmu... Selain itu, akidah tidak dapat
dibangun di atas pondasi khabar ahad. Sebab, ia tidak menghasilkan ilmu
yakin." At-Tiftazani berkata, "Di bidang akidah, dengan memerhatikan
keterpenuhan syarat, khab ar ahad hany a menghasilk an zhann.' r 16s2
An-Nazhar Al-Aqli (berpikir) itu wajib menurut Al-Maturidiyah.
Sebab, itu meniscayakan ma'rifatullah. Selain itu, baik dan buruk itu
sesuai pertimbangan akal, bukan agama. Sebab, keduanya merupakan zat
sesuatu. Akan tetapi, pengetahuan akal tentang sisi-sisi baik dan buruk
tidaklah mutlak dalam segala sesuatu dan perbuatan, melainkan hanya
pada beberapa saja. Ia berhubungan dengan hal-hal yang membahayakan
dan bermanfaat bagi kehidupan saja. Sebab, Allah de menjadikan manusia
1651 Hal.S.Lihatjuga:Al-MaturidiyaholehAhmadAl-Harbi,hlm. 128,KitabAt-Tauhid,hlrn.
223, dinukil dariAl-Firaq Al-lslamiyyahwalJshuliha, oleh Abdul Fattah Fuad, hlm.244.
L652 Lihat: Kitab At-Tauhrd, hlm. 9 - 10.
812 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
mampu membedakan, juga mengetahui yang terpuji dan tercela dalam
segala sesuatu. selain itu, yang tercela Dia jadikan buruk dalam pandangan
akal mereka, sedangkan yang terpuji dijadikan baik dalam pandangan akal
mereka. Menurut akal mereka, lebih mengutamakan yang buruk daripada
yang baik itu merupakan persoalan besar. Dan, menginginkan yang tercela,
merupakan kebalikan dari yang terpuji.
Allah menjadikan yang ada pada diri mereka berganti-ganti, antara
yang berbahaya untuk dihindari dengan yang bermanfaat untuk diminati.
Demikian itu agar mereka mengenal Hari Akhir yang berisikan janji dan
ancaman. selain itu, Allah juga memberikan mereka tabiat cenderung pada
sesuatu. Dia perlihatkan pada akal mereka akibat yang baik dari menjauhi
kebaikan yang dibenci tabiat, dan Dia juga perlihatkan pada akal mereka
akibat yang buruk dari keburukan yang digandrungi tabiat mereka.1653
Melalui pernyataan di atas, terlihat jelas perhatian Al-Maturidi dan
murid-muridnya terhadap Peran pemikiran, termasuk urgensinya secara
umum di dalam madzhabnya, sehingga dalam beberapa perso4lan ia
mendekati Mu'tazilah.
Hal ini menggambarkan perkembangan madzhab secara keseluruhan
di tangan para sejarawan, sampai-sampai beberapa di antara mereka ada
yang terus terang menyatakanbahwa akal itu merupakan salah satu huijah
Allah $8. Sebelum datangnya syariat, kita wajib mencari pembuktian lewat
akal. Adapun Rasul dan wahyu menjadi penyempuma agama dari petunjuk
yang telah dicapai akal dalam hal ibadah, perintah, batasan, persoalan Hari
Kiamat hingga berbagai sam'iyyatlainnya. sebab, iika hanya mengandalkan
akal saja, akan menjadi masalah.16il
Belakangan ini, ada beberapa golongan yang lebih mengedepankan
akal daripada nash, ketika keduanya diduga bertentangan. Ia berhujiah
dengan pendapatnya sendiri, sebagaimana dilakukan Mu'tazilah dan
generasi terakhir Asy'ariyah, yaitu bahwa syariat itu ditetapkan oleh
akal. Jadi, ketetapannya bergantung pada bukti mengagumkan atas
kebenaran yang disampaikan. Dan, bukti tersebut ditetapkan oleh akal.
1.653 Kitab AtTauhid, hlm. 201-202 -221.-222.
1654 Lihat: Natsr Al-Lali'i ala Nazhm At-Amali, hlm. 204 dinukil dari Al-Firaq Al-lslamiyyah,
hlm.240.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 813
Maka, jika agama membenarkan sesuatu yang didustakan akal-padahal
ia merupakan saksinya -, niscaya keduanya sama-sama batal.165s
Hal ini menjelaskan bahwa madzhab telah melalui beberapa tahap
perkembangan di tangan para pengikutnya sesudah kepergian Al-Maturidi.
Bagaimana pun, perhatian Al-Maturidi terhadap pemikiran, mengajaknya
untuk menolak taklid, serta mewajibkan untuk mengenal agama dengan
dalil yang shatrih, baik melalui pendengaran maupun pemikiran. Dua hal
itulah yang menurutnya menjadi sumber pengetahuan agama. Tak lupa ia
menjelaskan bahwa taklid di bidang akidah tidak bisa dimaafkan, karena
masing-masing kita dituntut untuk mengetahui kebenaran agama yang
dianutnya. Dan, itu tidak bisa dicapai dengan kebodohan.l6s6
Dalam bab Asma' ua Ash-Shifaf, Al-Maturidi menilai, pembicaraan
mengenai nama dan sifat Allah harus berlandaskan kaidah universal dan
holistik sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur/an, "Tidak ada sesuatu pun
yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Mahn Mendenger, Mahn Melihnt" (Asy-
Syura:11).
Kaidah ini merupakan landasan berpilak dalam menerima informasi
mengenai sifat dan nama Allah. Semua nama atau sifat yang disebutkan
dalam Al-Qur'an atau hadits wajib dipahami berdasarkan pondasi ini. Jadi,
kita pun mengimaninya sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, tidak
perlu menyamakan Allah dengan makhluk-Nya y angmemiliki kesamaan
sifat. Sebab, kesamaan nama tidak lantas berarti kesamaan substansi yang
diberi nama.
Al-Maturidi menegaskan hal ini di banyak bagian Kitab At-Tauhid.la
berkata, "Yang prinsip bagi kami, Allah memiliki sifat-sifat dzatiyah untuk
menamakan diri-Nya, seperti; Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih). Sifat-sifat
dzatiyah y ang kita sandangkan kepada-Nya, seperti Mengetahui Sesuatu dan
Berkuasa Atas Segala Sesuatu, adalah sesuai kemampuan dan keterbatasan
ungkapan kita. Karena pengetahuan tentang sifat-sifat itu diperoleh dari
kesaksian, maka bisa dipastikan sama dalam pelafalan.l6s\adi, hanya soal
pelafalan. Bukankah kata yang dipakai untuk menyifati-Nya, seperti'Alim
(berilmu) dan Qadir (berkuasa) itu lebih mudah dipahami?
1655 Ibnu Himam, Syarhul Musamarah,hlm.21 -22.
L656 AtTauhid, t:.trr.. -1..
1657 lbid., hlm. 93.
814 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Kalau saja yang dibar,t'a para Rasul itu mengandung unsur tasybih
(penyamaan Tuhan dengan makhluk), berarti mereka telah menjadi sebab
pengingkaran tauhid.t6s8 Atas dasar inilah Al-Maturidi menentukan sikap
dalam soal sifat-sifat Tuhan. Ia menetapkan bahwa Allah memiliki sifat-
sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an, tanpa mempertanyakan
bagaimana, atau menyamakannya dengan sifat makhluk (tasybih), dan
tidak pula menginterpretasikannya. Ia berkata, "Yang prinsip bagi kami,
tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai Allah. |adi, irri menafikan
keserupaan dengan makhluk-Nya. Sebagaimana kami jelaskan, perbuatan
dan sifat-sifat Allah tersucikan dari keserupaan dengan makhluk. Maka,
kita wajib mengimani bahwa Allah Yang Maha Pengasih bertahta di atas
singgasana, sebagaimana dijelaskan Al-Qur'an, dibenarkan oleh akal,
dan tidak diinterpretasikan sama sekali. Kita mengimani apa saja yang
dikehendaki Allah, termasuk segala sesuatu yang ditetapkan Al-Qur'an
seperti ar-ru' y ah (penglihatan) dan sebagainya."l6se
jika ada yang bertanya, "Bagaimana Allah melihat?" Jawab, "Tak perlu
kamu tanyakan bagaimana. Sebab, pertanyaan bagaimana itu hanya untuk
yang memiliki bentuk. Dia melihat tanpa dikaitkan dengan sifat berdiri,
duduk, bersandar, bergelantung, tersambung, terpisah, menghadap,
membelakangi, pendek, panjang, dan sebagainya... Tidak ada kandungan
makna wahm di dalamnya, karena Allah Mahasuci dari hal itu.//1660
Inilah manhajumum yang ditempuh Al-Maturidi dalam menyikapi
sifat-sifat Allah. Demikian itu dinyatakan berulang kali dalam tafsir Al-
Qur'an, setiap kali diperlukan. Itulah manhaj yang diisyaratkan Imam
Malik dalam pernyataannya ketika ditanya tentang istiwa'.Ia menjawab,
"lstiwa'itu dapat diketahui, tetapi bagaimana cara Allah bet-istiwa' tidak
dapat diketahui." Jadi, cukuplah makna yang tersebut dalam Al-Qur'an
sebagai sifat Allah, tanpa menentukan bagaimananya, pun tanpa zo ahm y ang
menyerupakan Dia dengan makhluk-Nya. Al-Maturidi menaruh perhatian
besar terhadap pernyataan sikapnya ini secara terus terang, khususnya
dalam membantah Mu'tazilah, Mujassimah, dan Hasywiyah.1661
1.658 lbid., hlm.94.
1.659 lbid.,hlm.74.
1.660 lbid., hlm. 85.
1661. lbid.,hlm.46 - 47.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 81 5
||'l
l
i
i
Adapun ayat yang menyifati Allah seolah-olah memiliki "anggota
badan" -seperti tangary memegang, mata, wajah-, atau menyifati-Nya
seolah-olah merupakan jism - seperti seperti datang dan sebagainya-Al-
Maturidi menafikan semua itu dari Allah Jc. Penyandangan sifat-sifat ini
kepada Allah tidak lantas berarti ia memiliki anggota badan atat jism.
Sebab, ayat tersebut harus dipahami sesuai kaidah umum dalam Al-Qnr'a7';
"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar,
Maha Melihat" (Asy-Syura:11). Ayat ini menghimpun penetapan sifat Allah
Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat, sekaligus penafian keserupaan
dengan makhluk-Nya. Sifat-sifat ini harus ditafsirkan berdasarkan makna
linguistik yang diturunkan Al-Qur'an, bukan dengan makna tekstualnya.
Alih-alih, lafazh tersebut digiring pada makna yang sesuai dengan
Zat Allah. Karena itu kami katakan, "Yang dimaksud ayat ini, tentang
bagaimananya, serahkan semua itu kepada Allah. Kata tangan memang
muncul sebagai sifat Allah, tetapi di dalam bahasa Arab memiliki lebih
dari satu makna, antara lain bermakna kekuasaan dan nikrnat. Begitu pula
wajah dan mata. Semua sifat ini jangan dimaknai secara tekstual, supaya
tidak menimbulkan tasybih. Biarkan makna yang sesungguhnya Allah saja
yang mengetahui, kita tidak perlu menentukannya. Selain itu, tolak semua
penafsiran yang bernuansakaniismiyyah di satu sisi, dan menganulir sifat
di sisi yang lain." Al-Maturidi berkata, "Telah kami tegaskan bahwa yang
menciptakan alam ini Esa dan eternal. Jacli, tidak ada yang menyerupai-
Nya... Sifat yang disandangkan kepada Allah d6 berbeda dengan sifat yang
disandangkan kepada makhluk. Penetapan sifat-sifat ini kepada Allah tak
ubahnya penetapan keberadaan-Nya. Oleh karena keberadaan-Nya tidak
sama dengan keberadaan yang lain-Nya, maka begitu pula nama dan sifat-
Nya tidak ada yang menyerupai atau sama.1662
Di tangan para pengikutnya, Al-Maturidiyah terus berkembang
setelah kepergiannya. Belakangan banyak yang secara terang-terangan
menyatakan terjadinya silangpendapat di kalangan imam madzhab setelah
kepergiannya mengenai masalah sifat, juga ayat mutasyabihat dan makna
yang dimaksudkannya. Beberapa menyerahkan makna dimaksud kepada
Allah $c, sebagian lagi berusaha menafsirkannya.
1662 Untuk lebih jelasnya ,lihat: Kitab At-Tauhid, l:.lm. 44-75.
81 6 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Dalam menyikapi masalah sifat-sifat Allah, Al-Maturidi meng-
kombinasikan antara dalilnaqli dengan dalll aqli.Selain berdalilkan ayat Al-
Qur'ary ia juga menambahkan dalil-dalil akal, yaitu dengan memerhatikan
alam semesta. Di sinilah terlihat sifat-sifat Sang Pencipta, mulai dari
Berilmu, Berkeinginan, Memiliki Kekuasaan, dan Hikmah. |adi, di dalam
manhajnya, ia menggabungkan antara cahaya akal dengan syariat. Pada
dasarnya, jika Allah memutlakkan suatu sifat, berarti ia disifati dengan
perbuatary ilmu, dan sebagainya. Penyifatan diri-Nya itu sudah pasti azali.
Itu menunjukkan bahwa ZatYang Mahakuasa berbuat atas pilihan dan
kehendak-Nya. Sifat yang di dalamnya mengandung tanda-tanda hikmah,
menunjukkan ilmu dan hikmah.
Abu Al-Mu'in An-Nasafi - tokoh Al-Maturidiyah - berk ata, " P at a
syaikh Rahimahumullah di kalangan kami berbeda pendapat. Di antara
mereka ada yang mengatakan ayat iti mutasyabihat sehingga tidak bisa
dipahami secara tekstual dan tidak pula perlu ditafsirkan, melainkan cukup
meyakini bahwa yang dikehendaki Allah itu benar.
Namun, di antara mereka ada pula yang sibuk menelisik kemungkinan-
kemungkinan maknanya, selain makna tekstualnya. Mereka mengatakan,
kami mengetahui beberapa kemungkinan makna yang tidak menafikan
tauhid dan eternalitas. Tidak pula memastikan yang diinginkan Allah,
kaema tidak ada dalil yang dapatmemastikannya sehingga bisa ditentukan
beberapa makna."
Tentang makna itu sendiri, Nuruddin Ash-Shabuni berkata, "Ahlu
Sunnah (maksudnya Al-Maturidiyah) memiliki dua metode:
Pertama, menerima dan membenarkannya, serta menyerahkan
takwilnya kepada Allah, sembari menyucikan-Nya dari hal-hal yang
meniscayakan tasybih.Itulah metode salafus shaleh di antara kami.
Keduu, rnenerima dan mencari penafsiran yang pant asba$Zat Allah d6.
Generasi terakhir dari mereka berpandangan bahwa takwil itu
hanyalah pantas bagi ahlun nazhar (golongan yang bisa menggunakan
kemampuan olah pikirnya), sedangkan penyerahan pantas bagi kaum
awam.'1663
1663 Lihat: Al-Firaq Al-lslamiyyah, Llshuluha Al-lmaniyyah, t:.lm- 24'l' - 243'
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 817
Dalam hal ini, Al-Maturidiyah -sebagaimana Ahlu Sunnah - sepakat
bahwa sifat-sifat Allah itu azali, bukan baru.
Al-Maturidi berkata, "Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui
dengan sendiri-Nya, Mahakuasa dengan sendiri-Nya, dan Mahahidup
dengan sendiri-Nya. Sifat-sifat-Nya bukanlah selain Dia."
Adapun generasi terakhir dari pengikutnya mengatakan - sebagai-
mana diutarakan Asy'ariyah-, yaitu bahwa sifat Allah. itu bukanlah
Zat-Nya, cian bukan pula selain Zat-Nya. Jadi, menurut mereka, Allah itu
MahaMengetahui disebabkanilmu. Dalamarti kata, Dia Maha Mengetahui
karena memiliki ilmu. Dary ilmu-Nya itulah makna yang eternal, yang
melekat pada Zat-Nya, dan menjadi penambahnya.
An-Nasafi mengisyalatkan beberapa golongan di antara Al-Maturidi
dan para pengikutnya. Ia berkata, "Mayoritas syaikh kami mengatakan, Dia
Maha Mengetahui karena Dia punya ilmu, dan begitu seterusnya terkait
sifat-sifat yang lain... Padahal, Syaikh Abu Manshur airij; mengatakan,
sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui dengan sendiri-Nya, Mahahidup
dengan sendiri-Nya, dan Mahakuasa dengan sendiri-Nya. Demikian itu
tidak dimaksudkan untuk menafikan sifat. Sebab, ia menetapkan sifat pada
setiap yang disifati, serta menyertai dalil penetapannya."r6il
Di antara yang mernbedakan Al-Maturidiyah adalah ketika menetap-
kan sifat penciptaan. Mereka menilai sifat penciptaan ini termasuk sifat-sifat
Allah yang eternal dan melekat pada Zat-Nya. Demikian itu berdasarkan
firman Allah M, " Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
Dia hanya berkata kepadanya, 'ladilah!' Maka jadilah sesuatu itu" (Yasin:82).
Sifat ini berhubungan dengan probabilitas (al-mumkinat) pada saat ada.
Atau dengan kata lain, pada saat keluar dari tidak ada menjadi ada. Inilah
yang berpengaruh dalam kemungkinan, karena telah keluar dari wilayah
kemungkinan menuju keberadaan yang sesungguhnya (al-wujud al-fi'Iiy.
Mereka membedakan antara sifat penciptaan dengan sifat kekuasaan,
dalam hubungan masing-masing dengan kemungkinan. Mereka berkata,
"Kekuasaan itu berhubungan dengan kernungkinan pada saat Dia
mungkin dalam Zat-Nya, dan cocok kekuasaan berhubungan dengan-
1664 Tabshirnt Al-Adillah oieh An-Nasfi, dinukil dari mukadimahKitab At-Tauhid,hlm.1,9.
81 I Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Nya. Saat Dia mungkin itulah dianggap sebagai maqdurat al-qudrah (hal-
hal yang mendukung Dia kuasa). Akan tetapi, tidak ada hubungannya
dengan kekuasaan manakala hal-hal yang mungkin keluar pada wujud
atau keberadaan yang sesungguhnya. Itu terjadi karena sifat penciptaan.
Kekuasaan meniscayakan adanya sesuatu yang menjadikan-Nya kuasa,
bukan yang menjadikan-Nya ada. |ika meniscayakan-Nya ada, berarti
dialah yang mengadakan dan menciptakan-Nya. Oleh karena itu, Al-
Maturidiyah membedakan antara ada (wuiud) dan pengadaan (iyjad),
atau ciptaan (khalq) dengan penciptaan (takhliq)- sifat penciptaan inilah
yang mempengaruhi pengadaan wujud, atau penciptaan suatu ciptaan.
Bukan sifat kekuasaan. Sebab, kekuasaan Allah itu berhubungan dengan
adanya sesuatu yang mungkin (wujudul mumkin), sedangkan penciptaan
berhubungan dengan pengadaannya.
Al-Maturidiyah menyodorkan pertanyaan penting; jika sifat
penciptaan itu eternal, mengapa yang diciptakan tidak eternal juga?
Demikian itu meniscayakan hubungan antara penciptaan dengan ciptaan,
seperti hubungan kekuasaan, ilmu, dan kehendak dengan hal-hal yang
dikehendaki dan yang diketahui, agar segala sesuatu terjadi pada waktu
yang telah ditentukan. Tak seorang Pun boleh memahami, bahwa
penundaan ciptaan menandakan ketidakmampuan. Sebab, adakalanya
sesuatu dikehendaki pada waktu tertentu, tetapi jika Allah tidak
menghendakinya, maka tidak akan terjadi. Adapun jika diinginkan sesuai
waktu yang dikehendaki Allah, maka itu akan menjadi bukti kekuasaan
dan implementasi kehendak-Ny a.1665
Al-Nlaturidiyah mayakini eternalitas sifat penciptaan berdasarkan
firman Allah M, " sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
Dia hanya berkata kepndanya, 'ladilah!' Maka jadilah sesuatu itu" (Yasin:821.
Andaikata penciptaan dan sesuatu yang diciptakan itu satu, tidak perlu
menyebutk an " kLtn" dan tidak pula ".fa y akun" dalam kalimat penciptaan.
Allah menggambarkan penciptaan dengan kata"kltn" , sedangkan sesuatu
yang diciptakan dengan kata" fa yakufl", ini menunjukkan bahwa penciptaan
itu berbeda dengan sesuatu yang diciptakan. Pun bahwa penciptaan itu
1665 Lihat: At-tauhid, hlm. 57.
Ensiklopedi Aliran dan l\'tadzhab di Dunia tslam 819
]l
eternal, bukan baru. Sedangkan sesuatu yang diciptakan itu baru, karena
ada pada waktu benar-benar ada.766
Begitulah. Di antara sifat yang paling mendapat perhatian dari para
teolog kalam di kalangan Ahlu Sunnah adalah; sifat Kalam (Berbicara).
Al-Maturidiyah telah menetapkan sifat kalam bagi Allah lk, sebagaimana
disebutkan dalam Kitabullah danSunah Rasul-Nya. Menurutnya, sifat ini
tergolong azaliyah dzatiyah. Dalam hal ini, selain menggunak an dalil naqli,
Al-Maturidiyah juga menggunakan dalil aqli. Al-Qrr'an menuturkan sifat
kalam Allah. Dia berfirman, "Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung"
(An-Nisaa':164). Dan Allah berfirman, "Dan jika di antarakaummusyrikin ada
yangmemintaperlindungankepadnmu,maknlindungilah agar dia dapat mendengar
firman Allah" (At-Taubah:5).Dengan begitu, Allah itu berbicara, dan Dia
mempunyai pembicaraan (Kalam). Al-Maturidi mengisahkan kesepakatan
mengenai hal itu.167
Adapun menurut dalil aqli, ZatYang Mahakuasa dan Maha Menge-
tahui jika tidak berbicara, berarti tertimpa bencana atau cacat. Mahasuci
Allah dari yang seperti itu. Jadi, Dia pasti berbicara. Terlebih dalam
dunia nyata, yang tidak bisa berbicara berarti cacat. Mahasuci Allah dari
makna-makna yang meniscayakan Dia buta, tuli, dan bisu.1668 Firman
Allah Ss didengar oleh Nabi Musa berupa huruf dan suara yang diciptakan
oleh-Nya. Ini menegaskan bahwa Allah memperdengarkan kalam-Nya
kepada Musa melalui huruf dan suara yang diciptakan oleh-Nya. Apakah
Al-Maturidiyah berpendapat Kalamullah terhadap Musa itu merupakan
pembicaraan ruh, sebagaimana dikemukakan Asy'ariyah ?166e Syaikh
Zadah menceritakan kepada kami bahwa beberapa pengikut Al-Maturidi
mengatakan itu kalam nafsi, tetapi boleh disimak. Sebab, tidak mustahil
bagi Allah untuk memberikan kekuatan pada seseorang agar dapat
menyimak kalam nafsi. Namury sebagian yang lain di kalangan pengikut
Al-Maturidiyah menampik itu bukan kalam nafsi. Dalam pandangan
mereka, supaya pembicaraan dapat didengar, mempersyaratkan adanya
1.666 Ta'wilatAhlAs-Sunnah,2/llT.TatsrayatdiatasdinuktldariAl-AqidahAl-Matundiyah,
hlm. 250 dan sesudahnya.
1.667 At-tauhid, hlm.57.
1668 tbid.
1669 lbid, hlm.59.
820 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
huruf dan suara. Al-Bayadhi mengatakan, "Suara dan huruf merupakan
syarat dan tanda sesuatu bisa didengar. Itulah yang menentukan sesuatu
bisa didengar atau tidak.t'1670
Al-Maturidi menegaskan perbedaan antara firman Allah dengan
perkataan makhluk. Sebab, perkataan kita terdiri dari huruf dan suara,
sedangkan firman Allah tidaklah demikian. Perkataan yang tersusun dari
suara itu tergolongbaru, sedangkan firman Allah itu azali dan eternal.
Menurut Al-Maturidi, menyebut firman Allah tersusun dari suara dan
huruf itu hanyalah majaz, bukan makna yang sesungguhnya. sebab,
pendengaran berhubungan erat dengan suara. Sesuatu yang tidak bersuara,
tidak mungkin dapat didengar.
Firman Allah juga tidak terdiri dari huruf dan suara. Maka, tidak
mungkin dapat didengar, kecuali melalui perantaraan suara yang diciptakan
oleh-Nya, sebagaimana diperdengarkan kepada Musa. Berarti, tidaklah
keliru menyebut Kalamullahyang terdengar seperti ini sebagai majaz.
Al-Maturidi mengetengahkan banyak dalil yang menunjukkanbahwa
suara yang terdengar itu adalah kalam. Allah Sg berfirman, " D an j ika seorang
diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia, supaya ia mendengar firman Allah...(At-Taubah:6)
Kelihatannya, yartg terdengar dari Rasulullah M bukanlah Kalam
Allah yang sesungguhnya. Begitu pula perbincangan melalui wahyu,
tidak ada unsur pendengaran. Wahyu melontarkan makna ke dalam hati.
Begitu pula wahyu yang disampaikan melalui utusan (malaikat Jibril), yang
terdengar adalah suara Rasulullah, bukan suara utusan itu.1671
Menyoal perbuatan manusia, Al-Maturidiyah berada di tengah-
tengah, antara Mu'tazilah yang menafikan perbuatan manusia sebagai
makhluk Allah dan menisbatkannya pada manusia sendiri, dengan
Asy'ariyah yang menafikan perbuatan manusia sebagai ciptaan manusia
sendiri dan menisbatkannya kepadakasab (hasil usaha). Akan tetapi, mereka
men#ikan kekuasaan insani berpengaruh terhadap perbuatan ini. Menurut
1570 Lihat: mukadimahAt-tauhid,lim.22;lsyaratAl-MuramolehAl-Bayadhi,hlm. 181-182.
1671 Untuk mengetahui lebih banyak mengenai masalah ini, baca Ta'wilat Ahl As-Sunnah
li AlMatuiiiyyah fiTafsir Ayati surah Asy-syura: 51, dan Kitab At-Tauhid, h.lrr.. 57 dan
sesudahnya.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 821
Al-Maturidi, perbuatan manusia itu diciptakan Allah dengan kekuasaan-
Nya yang mutlak dan tunduk pada kehendak-Nya yang bersifat umum,
tetapi dapat dikerjakan oleh manusia dengan ikhtiar dan keinginannya
yangmuhdatsah (baru).Jadi, perbuatan itu disandarkan kepada Allah dalam
hal penciptaan-menjadikannya ada dari tidak ada-dan disandarkan
kepada manusia dalam hal pengerjaan. Penyandaran ganda ini tidaklah
bertentangan satu sama lain. Sebab, sisi penyandarannya terpisah.
Abu Manshur mengemukakan beberapa dalil yang mendukung
kesahihan pendapatnya ini, baik bersifat aqli maupun naqli. Pada waktu
beramaan, Al-Maturidiyah membantah Mu'tazilah yang memerdekakan
kekuasaan manusia untuk melakukan perbuatan dari kekuasaan Allah.
Menurut mereka, hal itu bertentangan dengan nash-nash yang menyata-
kan bahwa Allah menciptakan dan menjadikannya ada. Begitu pula
bertentangan dengan akal, karena bagaimana mungkin sesuatu yang tidak
masuk dalam kuasa-Nya berada di dalam kerajaan-Nya.
Di sisi lain, membantah dalil-clalil ]abariyah, karena meniscayakan
kesia-siaan bagi adanya perintah, larangan, dan pengutusan para Rasul.1672
Allah jualah yang memberikan perintah, larangan, janji, dan ancaman.
Allah dc berfirman, "Lakukanlah apa saja yang kalian inginkar" (Fushshilat:
40). Qan Dia berfirman, "Sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan"
(As-Sajdah: 17). Pada saat bersamaan Allah berfirman, "Allablah yang
m e n cip t akan s e gal a se su atu " (Az-Zurnar: 62l. Dan Dia berfirmary " D an D ial ah
Allah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan" (Ash-Shaffat:
96). Ayat-ayat ini dan lainnya menunjukkan bahwa Sang Pencipta yang
menjadikan sesuatu ada dari tidak ada adalah Allatu tidak ada Tuhan selain
Dia. Tidak ada Pencipta selain Dia. Selain itu, ayat ini juga menunjukkan
bahwa manusia pula hakuntukmemiliki untukmelakukanatau tidak. Jadi,
naqli maupun aqli secara tegas menyatakan bahwa dalam hal pengadaan, itu
disandarkan kepada Allah. Adapun dalam hal melakukannya disandarkan
kepada manusia. Masing-masing mengetahui dengan sendirinya bahwa ia
memilih yang dilakukannya.r6T3
1572 Untuk mengetahui lebih banyak mengenai masalah ini, baca Kitab At-Tauhid oleh Al-
Maturidi, hlm. 225 - 256.
1,673 A t-Tnultid, hlm. 226.
822 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam
Ulama sepakat bahwa tidak ada Pencipta selain Allah. Kalau saja yang
menciptakan atau mengeluarkan dari tidak ada menjadi ada-sebagaimana
firrnan Allah $4, "Adakah pencipta selain AllahT" (Fathir: 3)-sebagaimana
dikatakan M u'tazilah, maka berarti mengakui adanya pencipta selain Allah.
Ketika seseorang langsung melakukan suatu perbuatan, berarti ia mampu
mengerjakannya karena dibuat mampu oleh Allah. Tidak boleh ia mampu
karena dibuat mampu oleh siapa saja yang tidak punya kemampuan untuk
melakukan. Di sinilah letak pertentangan.l6Ta Selanjutnya, Al-Maturidi
menuturkan dalil-dalil atas kebenaran madzhabnya, yang pada akhirnya
menegaskan kesalahan Madzhab Mu'tazilah dan Jabariyah. Hakikat
ini seiring berkelindan dengan pendapat kaum salaf yang mengatakan,
"Allah-lah yang menciptakan perbuatan, dan manusia mengerjakannya
atas ikhtiamya sendiri."1675 Dengan begifu, ia telah mempertemukan ayat-
ayat yang tampak bertentangan, yartg dijadikan dalil oleh Mu'tazilah dan
Jabariyah berdasarkan sudut pandang masing-masing. Sikap Al-Maturidiyah
ini berbeda dengan Asy'ariyah dengan adanya tambahan kebebasan
kehendak (hurriyyatul iradall dan ikhtiar dalam diri manusia. Di situlah letak
tanggung jawabnya.
Di antara cabang masalah penciptaan perbuatan menurut para teolog
kalam berhubungan dengan masalah kemampuan manusia. Termasuk,
apakah kemampuan tersebut sudah ada sebelum, atau bersamaan dengan
perbuatan itu sendiri? Dan, apakah ia cocok bagi perbuatan sebaliknya atau
tidak? Menurut pendapat yang rnasyhur di kalangan Mu'tazilatr, kemampuan
tersebut sudah ada sebelum perbuatan, dan cocok bagi perbuatan sebaliknya.
Sementara itu, Asy'ariyah menilai, kemampuan tersebut bersamaan
dengan perbuatan, dan tidak cocok bagi perbuatan sebaliknya. Kemampuan
yang cocok bagi ketaatan, pada saat yang bersamaan tidak cocok bagi
kemaksiatan.
Al-Maturidi menjelaskan hal itu secara rinci. Ia berkata, "Bagi kami,
yang disebut kemampuan itu pada dasarnya ada dua macam:
Pertama, sebab dan alatnya benar dan sah. Kemampuan seperti ini
mendahului perbuatan, tidak terikat dengan perbuatan tertentu, meskipun
perbuatan tidaklah sempurna kecuali dengannya. Ini merupakan nikmat
1,674 At-Tauhid, h1m.230.
1.675 lbid,,hlm.232.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslarn 823
Allah yang wajib disyukuri. Nah, kemampuan inilah yang meniscayakan
taklif lunfuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Jika
tidak memiliki kemampuan ini, seseorang tidaklah dibebani perintah dan
larangan sama sekali.1676
Kedua, kemampuan yang berbarengan dengan perbuatan. Suatu
perbuatan tidak akan terjadi kecuali dengannya. Kemampuan dimaksud
adalah dalam memilih dan memprioritaskan perbuatan. Dengan kemampuan
ini, perbuatan terasa ringarr.l6n Tentang kedua kemampuanini, Al-Maturidi
mengemukakan dalil-dalil Al-Qur'an, salah satunya firman Allah d6, " Makfr ,
barangsiapa tidak marnpu, (cukuplah baginya) membei makan enam puluh orang
miskin" (Al-Mujaditah:4). Dan Allah $6 berfirman, "Kalau sajakami tnampu,
pastilah kami keluar bersama kalian." Di dalam ayat pertama, kemampuan
dimaksud mengungkapkan perolehan alat dan kesanggupan, seperti
memiliki makanan untuk sejumlah enam puluh orang miskin. Sedangkan di
dalam ayat kedua, menggambarkan kepemilikan alat-alat untuk berperang.
Adapun dalil kemampuan jenis kedua terdapat dalam firman Allah " Merekn
tidak mampu mmdengar kebcnaran) dnn tidak dapat melihnt(nya) " (Hud: 20). Dan,
Allah berfirman, " Sesungguhnya kamu tidak akan mampu bersabar bersamaku."
Di dalam ayat pertama di atas, kemampuan dimaksud adalah hilangnya
pendengaran dan penglihatan. Demikian itu bisa bermakna hakiki, bisa
pula liermaknamajazi. Adapun di dalam ayat kedua, kemampuan dimaksud
adalah hilangnya kesabaran Musa ketika perahu ditenggelamkan, dan ketika
anak kecil dibunuh.
Banyak sekali dalil yang dikemukakan Al-Maturidi berkenaan dengan
dua jenis kemampuan ini. Akhir dari perbincangannya dengan Mu'tazilah
menegaskan kesalahan madzhab mereka. Termasuk dengan Asy'ariyah
yang mengatakan bahwa kemampuan tidak lain berbarengan dengan
perbuatan.1678
Dalam pandangan Al-Maturidi, kemampuan itu cocok bagi suatu
perbuatan dan kebalikannya/ sebagaimana diceritakan dari Abu Hanifah
dan para pengikutnya.l6Te
1.676 lbid.,hlm.256.
1677 tbid.
1.678 At-Tauhid, hlrr.. 257 -258.
1.679 lbid, hIm.263.
824 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
Kesahihan pendapatnya dibuktikan dengan sebab terjadinya suatu
perbuatan bisa bersumber darinya, bisa pula dari kebalikannya. Lidah itu
bisa berbicara jujur, bisa pula berbohong. Tangan itu bisa menjulurkan
sedekah, bisa pula terjulur untuk mencuri. Kedua kaki bisa menyeret
seseorang ke masjid, bisa pula menyeretnya untuk merampok. Jadi, dari
sudut pandangan seperti ini, kemamPu.rn seseorang itu bisa menjadi sebab
ketaatary bisa pula menjadi sebab kemaksiatan. Jika kemampuan tidak
cocok bagi kebalikannya, maka perbuatan manusia pasti karena dipaksa,
bukan atas pilihannya sendiri. ]ika itu terjadi, perbuatannya tidak patut
diperhitungkan; apakah mendapat pahala atau siksa. Percuma, karena tidak
ada unsur keinginan dan ikhtiar dalam perbuatan manusia.ldo
Keberadaan Allah
Al-Maturidiyah menjadikan ke-huduts-art alam sebagai bukti bahwa
ia ada yang mengadakan atau menciptakan. Oleh karena itu, ia memulai
Kitab Tauhid-nyadengan membuktikan bahwa alaminihudufs (baru), baru
kemudian membuktikan bahwa Allah itu ada.
Ke-huduts-an alam ini ia buktikan dengan datll naqli maupun aqli.
Mula-mula ia buktikan dengan pendengaran (maksudnya, Al-Qur'an),
kemudian logika. Keduanya sama-sama merupakan sumber pengetahuan.
Di dalam Al-Qur'an Allah berfirman, "Allah-lah yang menciptakan segala
sesuatu." Dalam arti kata, Dialah Allah yang menciptakan segala yang ada
di langit dan bumi. Adapun pembuktian dengan indera, segala sesuatu
yang ada di dalam semesta ini, baik yang kecil mauPun yang besar, bisa
dipastikan membutuhkan yang lain. Indera menyaksikan bahwa seluruh
yang ada di alam semesta ini membutuhkan yang lain. Dan, kebutuhan
meniscayakanhuduts. Oleh karena itu, alam ini berarti huduts (kebaruan).
Al-Maturidi mengemukakan banyak dalil tentang ke-huduts-an alam
ini,sebagian diambil dari Mu'tazilah, dan sebagian lagi dari para filsuf.
Sebagai contoh, dalil perubahary gerak dan diam, iuga jauhar dmr/ardh.1681
Setelah itu, berpindah pada pembuktian keberadaan Allah. [a berkata,
"Bukti bahwa alam ini muhdats telah kami jelaskan. Kami juga menjelaskan
1680 Untuk mengetahui lebih banyak lagi, lihat At-Tauhid, hlm. 263-286.
168L Untuk mengetahui lebih banyak lagi, lihat: At-Tauhid, hlm. 11-17.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 825
bahwa tidak ada sesuatu sepertinya di alam nyata ini, yang bergabung atau
terpisah dengannya. Hal ini menegaskan bahwa persatuan atau perpisahan
itu karena lainnya. Sejatinya, di dalam membuktikan keberadaan Allah,
banyak sekali kita temukan dalil-dalil akal yang dikemukakan oleh Al-
Maturidi, antara lain:
1. Andaikata alam ini ada dengan sendirinya, tidak ada waktu yang lebih
pantas, tidak ada keadaan yang lebih baik, dan tidak ada pula sifat
yang lebih patut. Akan tetapi, jika alam ini ada pada waktu, keadaan,
dan sifat tertentu, berarti jelas itu bukan ada dengan sendirinya. Jika
masih diklaim ada dengan sendirinya, maka segala sesuatu boleh
menentukan bagi dirinya sendiri keadaan dan sifat terbaik. Jika itu
terjadi, apalah arti kejahatan dan keburukan. Akan tetapi, kejahatan
dan keburukan itu ada di alam ini. Jadi, ini menunjukkan bahwa alam
ini ada karena yang lain.162
2. Andaikata alam ini ada dengan sendirinya, maka ia pun akan kekal
dengan sendirinya. Selain itu, ia akan berada dalam satu keadaan yang
sama. Oleh karena alam ini tidak bisa kekal dalam satu keadaan, ini
menunjukkan bahwa ia ada karena lainnya.
3. Setiap substansi terkumpul di alam ini, termasuk bagian-bagian yang
'bertolak belakang atau bertentangan. Ini tidak mungkin terjadi kalau
tidak ada yang mengumpulkan. Nah, demikian itu pasti memiliki
hikmah dan tujuan tertentu. Persatuan atau perkumpulan di tengah
perbedaan ini menunjukkan adanya yang menyatukan. Begitulah
Al-Maturidi membuktikan keberadaan Allah berdasarkan konsepsi
akal. Itulah cara dia membantah orang-orang kafir yang mengingkari
keberadaan Allah.
4. Salah satu dalil yang dipakai Al-Maturidi dalam hal ini adalah dalil
al-'ilyah, menggunakan dua konsep pemikiran; al:illah al-fa'ilah (sebab
yang aktif) dan al:illah al-ghaibah (sebab yang gaib). |adi, alam ini
adalah akibat penciptaan dari ketiadaan. Juga akibat dari penyatuan
substansi-substansi di dalamnya yang berbeda-beda. Sebagaimana
perahu dan tulisan itu adalah akibat dari penulis dan pembangunan/
1.682 At-Tauhid, hlm. 17.
826 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam
maka alam ini pun juga akibat dari Pencipta yang menjadikannya ada
dari ketiadaan. Ini dalil logika yang tidak terbantahkan.l683
Begitu jug,a al-'illah al-ghaibah (sebab yang gaib), sesungguhnya
konsepsi akal tentang keadaan alam yang berubah-ubah, termasuk di
dalamnya ketelitian pembuatan dan tanda-tanda perhatian terhadap
manusia dengan ditundukkannya segala sesuatu kepadanya, menunjukkan
penafian kesia-siaan dari satu sisi, juga menunjukkan adanya hikmah
dan tujuan tertentu di sisi yang lain. Menurutnya, alam ini adalah cermin
untuk melihat sifat-sifat Tuhan, akal harus dapat membaca hal itu sebisa
mungkin.l6& Itulah bukti kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Dan, itulah
bukti adanya Pencipta Yang Mahabijaksana.
Tauhid dan Wahdaniyyah
Terkait dengan Keesaan Allah, Al-Maturidiyah menggunakan dalil
sam'iyyah dan aqliyyah. Itulah cara mereka mengimplementasikan manhaj
yang menggabungkan antara akal dan nash. Di dalam Al-Qur'an terdapat
banyak ayatyangmenunjukkan Keesaan Allatu seperti, "Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esn" (An-Nahl :221. Dan Allah berfirman, "Katakanlah,
Dialah Allah Yang Maha Esa" (Al-Ikhlas : 1).
Selain itu, Al-Maturidi juga menggunakan dalil bahasa yang
bersumber dari kata wahid (satu). Kata wahid atau satu ini menunjukkan
keagungan, kekuasaan, keluhuran, keutamaan, dan kemuliaan. Dan, sifat-
sifat tersebut tidak akan terkumpul, kecuali pada yang satu. Bahkan, ia
juga menambahkan dalil at-tamanu' yang popular di dunia teologi Islam,
sebagaimana terkandung dalam ayat, "Seandainya pada keduanya (di langit
dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa" (Al-
Anbiya' 222).Jika ada trrhan lebih dari satu, alam ini tidak ada ada, kecuali
mereka sepakat dan saling tolong menolong. Kalaupun ya, demikian itu
merusak makna ketuhanan yang mengisyaratkan kekuasaan mutlak dan
menyeluruh.
Di sisi lain, jika terdapat tuhan lebih dari satu, rentan mengundang
perselisihan. Bisa jadi yang satu menginginkan ada, yang lain menginginkan
1.683 At-Tauhid, hlm. 18
1.684 tbid.
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 827
tiada. jikaitu terjadi, keadaanakanmenjadi kacau, sebagaimana diisyaratkan
ayat di atas. Oleh karena itu, keberadaan alam semesta ini menunjukkan
adanya Tuhan Yang Maha Esa.1ffi Selanjutnya, Al-Maturidiyah membantah
paham tsanawiyyah (dualisme ketuhanan) dan sebagainya di dalam buku-
buku para pengikutnya.le
Hikmah
Al-Maturidiyah juga berbicara mengenai hikmah dan alasary melalui
soal yang dilontarkan syaikh mereka, "IJntuk apa Allah menciptakan
makhluk?" Jawabannya meliputi pendapat berbagai kelompok Islam yang
mendapatkan pertanyaan ini. Ada yang mendukung dan menjelaskan, ada
pula yang menolak. Selanjutrrya syaikh menetapkan pendapatnya mengenai
hikmah di balik perbuatan Allah S6. Menurutnya, Allah menciptakan
makhluk untuk sebuah hikmah yang diketahui oleh-Nya. Pendapat ini
didukung oleh dalil dari AlQur'an dan Sunnah, termasuk juga logika dan
kesaksian inderawi. Allah memberikan perintah dan larangan, juga janji dan
€u:rcaman. Akal secara instingtif menilai baik yang baik, dan menilai buruk
yang buruk. Tidaklah mungkin perbuatan Allah itu hampa hikmah, karena
itu menandakan keburukan yang tidak patut bagi kesempurnaan-Nya. Pun
karena Allah menciptakan makhluk, itu menunjukkan Keesaan dan hikmah-
Nya. Mak4 makhluk harus mengetahui hal itu.
Segala sesuatu yang Punya kekurangary berarti tidaklah bijaksana.
]ika saja tidak ada manfaat bagi orang yang beriman, tidak pula bahaya
bagi orang yang bermaksiat, tentulah perintah dan larangan menjadi tidak
bermakna. hrilah inti kesia-siaan. Dan, Mahasuci Allah dari semacam itu.1ffi7
Semua yang disampaikan Rasul tentang hikmah dan kebijaksanaan
Allah, sudah cukup bagi yang ingin berpikir dan merenungkan alam
semesta ini. Di antara tanda-tanda hikmah-Nya adalah penciptaan manfaat
dan bahaya, juga kebaikan dan keburukan. Sebab, bisa jadi sesuatu menjadi
berbahaya pada suatu waktu, tetapi bermanfaat di waktu yang lain. Atau,
sesuatu menjadi buruk bagi seseorang, tetapi baik bagi yang lain. Akal
manusia tidak mampu mencerna secara detil masalah seperti ini.
Ibid,l'rJ,m.20.
Lihat contoh dalam lsyarat Al-Muram, hlm. 120,
At -T auhi d, hlm. 99-101.
1685
1.686
1.687
828 Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tstam
Berpijak dari semua itu, maka kita wajib mengimani bahwa Allah ds
mempunyai hikmah tertentu di balik ciptaan-Nya secara umum. Allah
berfirmary " Seandainy n IQmi hendak membuat suatu permainan (istri dan anak),
tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami, jika Kami benar-benar menghendaki
berbuat demikian" (Al-Anbiya': lT. Dan Allah berfirman,"Maka apakah
kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud)
dan bahwa kamu tidak aknn dikembalikan kepadn IGmi 7 " (Al-Mukminun: 115).1ffi
Adanya pasangan atau kebalikan sesuatu merupakan salah satu tanda
kekuasaan Allah yang bersifat mutlak. Selain itu, menunjukkan bahwa di balik
ciptaan Allah terdapat hikmah yang tersembunyi. Jika manusia mencermati
dengan seksama hikmah Allah di dalam ciptaan-Nya, alih-alih mengetahui
hikmah tersebut, mereka pasti akan menyadari keterbatasan akal mereka.l6e
An-Nubuwwah dan Kebutuhan Terhadap Rasul
1. Al-Maturidi menjelaskan kebutuhan manusia terhadap Rasul disertai
dalil-dalil yang menguatkan, antara lain bahwa akal tidak gramPu
mengetahui yang bermanfaat dan berbahaya secara rinci dalam
setiap sesuatu, baik menyangkut urusan agama mauPun dunia.
Selalu dibutuhkan seseorang yang dapat ditanya dan memberikan
manfaat dari pengalamannya. Dari itu, wajiblah mengakui kerasulary
pun bahwa akal membutuhkannya dalam urusan agama dan dunia.
Manusia itu pada prinsipnya menyukai keabadian. Oleh karena itu,
mereka mencari yang bermanlaat, karena yang diharapkan abadi
dikhawatirkan binasa. Maka, Allah pun menjadikan yang haram dan
yang halal, perintah dan larangan, termasuk di dalamnya janji dan
ancaman, agar tiap-tiap manusia mengetahui miliknya dari apa-apa
yang bukan miliknya.l6s
2. Kalaupun akal mampu menggiring manusia untuk mengenal
Allah secara global, tetapi ia tidak mampu mengetahui yang wajib
dan mustahil bagi hak Allah. Selain itu, tidak mampu mengetahui
perintah dan larangan-Nya, segala yang wajib disyukuri, juga yang
Ibid., hlm.101-115.
Ibid., hlm.113-11.4.
lbid., lrlm.176-1n .
1688
1689
1.690
Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia lslam 829
menyeretnya keluar dari keimanan. Semua ini bergantung pada
pengutusan Rasul.
3. Terkadang akal ditimpa keraguan, syubhat, dan gangguan yang
menghalangi aktivitasnya. Untuk menghindari itu, diperlukan
seseorang yang dapat membantunya. Maka, harus ada utusan sebagai
anugerah Allah bagi para makhluk-Nya.
Syaikh Al-Maturidi mengemukakan banyak bukti-bukti logika
mengenai kebutuhan manusia terhadap diutusnya Rasul, untuk membantah
klaim Brahmaisme dan paham-paham lain yang mengingkari Rasul, juga
yang menyatakan cukup dengan akal tak perlu Rasul.16e1 Syaikh hanya
fokus pada tiga dalil yang dianggap prinsip untuk menegaskan kebutuhan
manusia