agama yahudi 1

 



Ada hal yang menarik dalam membahas 

keberadaan Yahudi dalam kehidupan dunia. Di 

satu sisi Yahudi sebagai etnis telah memer-

ankan berbagai peristiwa sejarah penting 

dalam dinamika kehidupannya sehingga 

menjadi catatan sejarah dunia. Catatan sejarah 

menunjukkan bahwa bangsa Yahudi hidup 

selama 4000 tahun. Beberapa bangsa yang 

sejaman dengan bangsa Yahudi telah musnah, 

seperti Bangsa Babilonia, Persia, Phonenica, 

Hittite, dan Philistine.1 Selama 3000 tahun 

bangsa Yahudi tidak memiliki Negara sendiri, 

tetapi mempu bertahan hidup dan memelihara 

identitas etnik mereka di tengah kebudayaan-

kebudayaan asing. Secara statistik mereka                                                

termasuk kecil karena kurang dari setengah 

persen dari penduduk dunia yang dapat 

diklasifikasikan sebagai bangsa Yahudi, tetapi 

sepertiga dari kebudayaan Barat mempunyai 

ciri-ciri yang bersifat Yahudi2, dan tidak 

kurang dari 12 persen dari semua peraih 

hadiah Nobel yaitu  orang-orang Yahudi.3 

Tokoh-tokoh dunia dari etnis Yahudi pun 

muncul dalam catatan sejarah, diantaranya 

Yesus Kristus yang diklaim sebagai Putra 

Tuhan oleh umat Kristen; Karl Marx yang 

dianggap sebagai “Nabi”-nya aliran pemikiran 

Materialisme dan Komunisme; Sigmund 

Freud yang dianggap sebagai penemu psiko-

analisa dalam psikologi; Baruch Spinoza yang 

disebut sebagai pembebas filsafat dari mis-

tisisme dan mengarahkan pemikiran manusia 

                                                 

Beberapa istilah dalam literatur Inggris digunakan untuk menyebut  Yahudi diantaranya; Hebrew/hebron (Ibrani), 

Israelites (orang-orang Israel), Children of Ismael (anak-anak Ismael), Judeans (orang-orang Judah) dan Jews 

(orang-orang Yahudi).Yahudi dapat ditinjau dari dua sisi yaitu etnis dan agama. Di satu sisi Yahudi sebagai etnis 

telah memerankan berbagai peristiwa sejarah penting dalam dinamika kehidupannya sehingga menjadi catatan 

sejarah dunia. Di sisi lain Yahudi sebagai agama memiliki corak keberagamaan tertentu yang berbeda dengan 

agama-agama lainnya dalam kehidupan. Secara sosiologis Yahudi termasuk agama karena memiliki unsur-unsur 

agama yaitu kepercayaan keagamaan, pengalaman keagamaan, ritual keagamaan dan komunitas keagamaan. 


menuju rasionalisme dan sains modern. Tidak 

lupa pula Alabert Einstein dikenal sebagai 

penemu teori relativitas yang mengakibatkan 

penemuan senjata Bom pada abad modern ini. 

Tentu masih banyak lagi tokoh-tokoh dunia 

keturunan yahudi lainnya tercatat dalam 

catatan sejarah. 

Di sisi lain Yahudi dalam kehidupan 

masyarakat internasional memiliki peran seba-

gai Agama yang memiliki corak kebera-

gamaan tertentu yang berbeda dengan agama-

agama lainnya. Selama 3000 tahun kekuatan 

spiritual juga intelektual, yang kini disebut 

agama telah dimiliki oleh Bangsa Yahudi. 

Keberadaan Agama Yahudi termasuk Agama 

Besar Dunia yang diklasifikasi dalam Agama 

Ibrahim (Abrahamic Religion) bersama deng-

an Kristen dan Islam. Keberadaan Agama 

Yahudi ini mengawali munculnya Agama-

agama Besar lainnya seperti Kristen dan Islam. 

Menurut sebagian sejarawan4 bahwa Agama 

bangsa Yahudi telah mempengaruhi iman 

(faith) Agama Islam dengan konsep mono-

teisme yang bersumber dari ajaran Abraham 

(Ibrahim).  

Dengan demikian peran Yahudi dalam 

sejarah kehidupan dunia tidak hanya sebagai 

etnis tetapi juga sebagai agama atau kekuatan 

spiritual. Hal ini menjadi penting untuk dikaji 

oleh warga dunia termasuk Akademisi Studi 

Agama- Agama dan Ummat Islam untuk 

mengenal dan mengerti bahwa Agama Yahudi 

sebagai fakta sejarah dan fakta sosial kea-

gaman. Dengan kedua fakta itu dapat diketahui 

karakter dan interaksi Yahudi dalam dinamika 

kehidupannya. Oleh karena itu dalam tulisan 

ini penulis akan memaparkan beberapa hal 

penting, diantaranya; istilah-istilah yang ber-

kaitan dengan Yahudi, sejarah singkat Yahudi, 

doktrin Agama Yahudi, ritual Agama Yahudi, 

pengalaman keagamaan Yahudi dan intitusi 

Agama Yahudi. 

 

1. Istilah-istilah 

Terdapat beberapa istilah yang berkaitan 

dengan istilah Yahudi, baik dalam literatur 

                      

bahasa Inggris maupun Arab. Dalam literatur 

Inggris diantaranya; Hebrew/hebron (Ibrani), 

Israelites (orang-orang Israel), Children of 

Ismael (anak-anak Ismael), Judeans (orang-

orang Judah) dan Jews (orang-orang Yahudi). 

Istilah Hebrew (Ibrani) berkaitan dengan masa 

Bapak-Bapak terdahulu, seperti Ibrahim, Ishak 

dan Yakub, dan Ibu-Ibu terdahulu; Sarah, 

Rebeca, Rachel, Leah dan anak-anak mereka. 

Istilah “Israel” (Ibrani; yisrael) bisa bermakna 

seseorang yang berjuang dengan Tuhan. 

Duabelas anak Yakub mewakili dua belas 

suku Israel, dan anggota suku itu dikaitkan 

dalam Bibel sebagai anak-anak Israel (Ibrani; 

bani yisra’el) atau secara singkat Israel. Istilah 

Israel duga dipakai untuk menyebut bangsa 

Yahudi setelah keluar dari Mesir. Istilah 

Judeans (Hebrew; Yahudim) berkaitan dengan 

salah satu suku yang timbul akibat dari 

pembagian wilayah Israel setelah Sulaiman 

meninggal. Karena variasi bahasa dalam 

Bahasa Inggris, istilah Judah menjadi Jews 

(orang-orang Yahudi) dalam bahasa Inggris. 

Jadi istilah Yahudi kemungkinan berasal dari 

bahasa Ibrani yaitu Yahudim.Dalam bahasa 

Arab terutama dalam Al-Qur’an terdapat dua 

istilah yang berbeda. Kedua istilah itu yaitu  

Bani Israel dan Yahud (alladhina hadu). 

Istilah Bani Israel berhubungan dengan orang-

orang Israel sebagaimana terdapat dalam 

Bibel, sedang istilah “Yahud” memberikan 

arti orang-orang Yahudi (Jews) yang sejaman 

dengan Muhammad.

 

2. Agama Yahudi sebagai Fakta Sejarah 

Sejarah Yahudi baik sebagai bangsa 

maupun agama bersumber dari fakta sejarah 

Kitab Suci yang bernama Bibel disertai 

dengan bukti sumber lain seperti artifak kuno, 

kronologi kerajaan atau arsip kerajaan 

tetangga, arsip buku lainnya dan arkeologi. 

Para sejarawan terkadang menganggap mitos 

terhadap fakta sejarah yang berupa kitab suci 

itu. Timbulnya sejarah yang diikuti dengan 

                                                 


mitos ini disebut sejarah suci (sacred history). 

sejarah dan mitos muncul dalam pembahasan 

sejarah agama Yahudi dan orang Yahudi 

dahulu sebagaimana munculnya dunia kuno. 

Begitu pula secara akademik sejarah Agama 

Yahudi bersumber dari Bibel Yahudi. Selain 

itu untuk memahami Yahudi sebagai agama 

dalam tulisan ini dapat direspon dengan kitab 

suci lainnya, termasuk Al-Qur’an sebagai 

pembanding. 

Para ahli Ilmu Agama mengungkapkan 

bahwa kisah Agama Yahudi berawal dari 

peristiwa hijrah dan Perjanjian. Peristiwa 

hijrahnya Ibrahim dari kota Ur di Chaldea 

(Babylonia) ke daerah “Canaan” (kini 

Palestina) sekitar Tahun 2000 S.M6 merupakan 

awal sejarah Agama Yahudi. Pada saat itu 

kekaisaran Babilonia dipimpin oleh Hamurabi 

dan pada saat yang sama kekaisaran Mesir 

sedang memperluas daerah kekuasaannya. 

Dalam Bibel diceritakan bahwa Tuhan 

menjadikan Ibrahim seorang yang taat kepada 

Tuhan dan memanggil Ibrahim untuk mening-

galkan tanah kelahirannya dan menjanjikan dia 

berkat yang besar. Sebagaimana dalam keja-

dian 12:1 bahwa : 

Tuhan berkata kepada Ibrahim, “pergilah 

jauh dari kampung halamanmu dan dari 

rumah bapakmu menuju tanah yang aku 

akan tunjukan kepadamu. Aku akan 

membuat kamu bangsa besar, Aku akan 

memberkatimu, Aku akan membuat nama-

mu besar. Kamu seharusnya menjadi ber-

kat, Aku akan memberkati siapa saja yang 

memberkatimu, dan akan mengutuk siapa 

saja yang mengutuk kamu, dan semua 

keluarga di bumi akan diberkati oleh kamu. 

Perintah ini dikarenakan peringatan ajaran 

ketuhanan yang monoteis dan pengaruh buruk 

yang akan ditimbulkan dari Raja Namrud 

kepada Ibrahim. Ibrahim pergi dari daerahnya 

                                                 

S.M yaitu  singkatan dari sebelum masehi, dalam 

bahasa Inggris biasanya digunakan BCE (Before the 

common Era) yaitu  bersifat universal –berlawanan 

dengan Kristen cara menyebutkan tanggal pada kalender 

Barat. BCE lebih baik daripada B.c (Before Christ) dan 

C.E (Common Era) daripada  A.D (Anna Domini)-

Tahun Tuhan Kita. Moojan Momen, The Phenomenon 

of Religion- A Thematic Approach (Washington: 

Oneworld. 1999), 455. 

di sebelah Timur sungat Eufrat (Irak) ke 

daerah Canaan (Palestina) bersama isterinya 

Sarah, kemenakannya lot bin haran dan 

beberapa keluarga lainnya. Namun saat  

terjadi kelaparan di Canaan, Ibrahim bersama 

keluarganya pindah lagi ke Mesir “bekerja 

sama” kepada Raja Firaun dan menyerahkan 

Sarah yang dikatakannya sebagai adiknya. 

Akibat balas jasa itu Ibrahim mendapat hadiah 

ternak dan beberapa budak, diantaranya 

bernama Hajar. Akibat Raja Firaun memper-

isteri Sarah keadaan menjadi kacau, maka 

Sarah dikembalikan lagi kepada Ibrahim dan 

mereka diusir dari Mesir. Ibrahim dan keluar-

ganya pergi ke daerah Negeb dekat Betel 

(kejadian: 13).  

Dalam peristiwa perjanjian disebutkan bah-

wa Tuhan telah menetapkan perjanjian dangan 

Ibrahim suatu perjanjian abadi atau kontrak 

Tuhan dengan Ibrahim dan keturunannya bagi 

Agama Yahudi sebagaimana disebutkan 

dalam kejadian 17 bahwa;  

saat  Ibrahim berusia sembilan puluh 

sembilan Tahun Tuhan mengangkat 

Ibrahim dan berkata kepadanya, “Aku 

Tuhan yang Maha Kuasa, kamu akan benar 

jika kamu berjalan di jalan Ku. Aku akan 

menetapkan perjanjian-Ku antara Aku dan 

Kamu, Aku akan membuatmu keturunan 

yang banyak..... Kamu seharusnya akan 

menjadi Bapak dari berbagai bangsa.... Aku 

akan menjaga perjanjian-Ku antara Aku 

dan Kamu juga keturunanmu yang akan 

datang sebagai perjanjian abadi.....Aku 

menetapkan tanah tempat tinggal bagi 

kamu dan keturunanmu yang datang, yaitu 

tanah “Canaan” sebagai tempat abadi 

selama Aku yaitu  Tuhan mereka. 

Bagi orang Yahudi, Ibrahim yaitu  Bapak 

mereka dan perjanjian ini dipahami tidak 

hanya persoalan teologi, tetapi juga berlanjut 

kepada persoalan sosial politik. Dengan 

pemahaman ini, sebagian orang Yahudi 

memahami bahwa Agama dan etinis menyatu.  

Begitu pula antara teologi dan sosial politik 

tidak bisa dipisahkan. Perjanjian ini kelak 

menjadikan agama Yahudi sebagai agama 

bangsa.  

Tokoh Ibrahim bagi tradisi Yahudi mem-

beri suatu paradigma sifat-sifat manusia yang 

bernilai. Dia sabar dalam penderitaan, pecinta 

perdamaian (Kitab Kejadian 13:8-9), ramah 

terhadap orang tak dikenal (18:1), memper-

hatikan keselamatan orang lain (18:23-33), 

menjalankan penyebaran hal-hal yang bersifat 

ideal semacam keadilan dan kebenaran kepada 

keturunannya (18:19), dan selalu taat kepada 

Tuhan dan perintah-Nya. 

Dalam Bibel disebutkan Ibrahim memiliki 

keturunan anak Ismael dan Ishak dari ibu yang 

berbeda. Ismael dari Hajar dan Ishak dari 

Sarah. Keturunan tersebut sangat diharapkan 

terutama menjelang kelahiran anak 

pertamanya yang membutuhkan waktu yang 

cukup lama. 

Dalam tradisi Yahudi dari keturunan 

Ibrahim yang meneruskan perjanjian itu yaitu  

Ishak. Sebagaimana disebutkan Tuhan 

memberkati Ismail, tetapi menjanjikan Ibrahim 

dan Sarah yang kelak anaknya bernama Ishak 

akan menjadi anak Ibrahim yang tetap berhu-

bungan dalam perjanjian dengan Tuhan 

(Kejadian 17:20).  

Bagi Ismael, Aku telah memperhatikan 

kamu dan dengan ini Aku memberkatinya. 

Aku akan membuatnya subur dan tak ter-

kira banyaknya. Dia akan menjadi seorang 

Bapak dari duabelas suku, dan Aku akan 

membuatnya bangsa besar. Namun menge-

nai perjanjian-Ku, Aku akan memelihara 

Ishak yang dengan Sarah akan melahirkan 

kamu pada tahun berikutnya. 

Alasan Ismael tidak diikutsertakan dalam 

perjanjian itu tidak pernah dijelaskan dalam 

Bibel. Para ahli cenderung percaya bahwa 

tujuan cerita ini, seperti banyak cerita lainnya 

dalam kitab kejadian, yaitu  untuk menje-

laskan hubungan etnik dan bahasa yang erat 

antara orang Israel dan orang-orang diantara 

mereka yang hidup. Dalam Kitab Kejadian 21, 

Hajar dan Ismael dikirim jauh dari suku 

Ibrahim, sedikit sekali terdengar soal Ismael 

dan keturunannya dalam Bibel. Menurut 

tradisi Yahudi, Ibrahim memelihara hubungan 

dengan anaknya Ismael namun Agama Yahudi 

tidak mengetahui sesuatu pun soal Ibrahim dan 

Ismael membangun dan memurnikan Ka’bah, 

dan Ibrahim menetapkan Ismael dan 

keturunannya di sana.

Sejarah Yahudi dilanjutkan dengan 

peristiwa Yakub dan keturunannya. Yakub ini 

yaitu  keturunan dari Ishak. Dalam tradisi 

Yahudi Yakub dikenal sebagai Bapak dari 

duabelas anak yang memiliki suku-suku 

Israel. Keturunan Yakub selanjutnya yaitu  

Yusup (Yoseph). Cerita Yusup ini menarik 

bagi para penganut agama Yahudi dan Islam. 

Cerita Yusup dengan saudara-saudaranya ter-

dapat dalam Bibel dan Al-Qur’an. Dalam seja-

rah Yahudi tercatat bahwa menjelang tahun 

1600 S.M., Yoseph membawa bangsa Yahudi 

menuju Mesir. Sekitar tahun 1200 S.M., 

Firaun (Pharoh-pharoh) memperbudak mere-

ka. 

saat  supremasi Mesir mengalami 

tantangan, bahkan terjadi revolusi internal dan 

perang sipil di Mesir sekitar tahun 1500-1250 

S.M., Musa (Moses) yang keturunan Yusup 

memimpin bangsa Yahudi meninggalkan 

Mesir. Peristiwa ini dalam tradisi Yahudi 

disebut exodus (keluaran) yang dijadikan 

nama salah satu Kitab dari Bibel. Dalam 

peristiwa ini Musa diyakini oleh penganut 

Yahudi mendapatkan ajaran berupa wahyu 

dari Tuhan di bukit Sinai. Kelak wahyu 

tersebut dijadikan Kitab Suci oleh penganut 

Yahudi. Selama empatpuluh tahun mengem-

bara di gurun bangsa Yahudi mengalami 

berbagai pengalaman keagamaan. Bibel sering 

menggambarkan bangsa Israel tidak mampu 

untuk berbuat sesuai dengan perintah Tuhan. 

Di tengah gurun mereka menyembah Anak 

Lembu Emas (Kitab Keluaran 32)8 gagal 

meyakinkan Tuhan untuk masuk ke Negeri 

yang dijanjikan setelah mendengar laporan 

dari duabelas pengintai (Kitab Bilangan 12-

13), dan secara berulang-ulang mengadukan 

nasib mereka.9 Ritual keagamaan ini meru-

pakan pengaruh dari kepercayaan bangsa 

Mesir, sebagaimana seorang penulis Kristen, 

Richard Rives dalam Buku Too Long in the                                                  

Sun, menulis, “ Hathor dan Aphis yaitu  

dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa 

Mesir yang merupakan lambang dari penyem-

bahan matahari. Penyembahan mereka 

hanyalah satu tahapan dalam sejarah pemujaan 

matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas 

di Gunung Sinai yaitu  bukti yang lebih dari 

cukup untuk mengetahui bahwa pesta yang 

dilakukan berhubungan dengan penyembahan 

matahari.

Menurut Firestone11 Bangsa Israel sepe-

nuhnya yaitu  manusia, mereka secara moral 

lemah dan cenderung kalah terhadap godaan, 

mereka sering gagal melakukan sesuatu yang 

baik. Di sinilah gunanya sejarah Bibel baik 

berupa syair nasional, maupun kisah moral. 

Bahkan dengan  hukum Tuhan, Israel selalu 

tidak bisa berbuat sesuai dengan persyaratan 

ketuhanan. Kegagalan manusia merupakan 

bagian dari kehidupan, namun  dalam setiap 

peristiwa gagal, ada juga  cahaya harapan, 

karena Tuhan memberi maaf dan karena orang 

berbudi mempertunjukan sikap kepahlawanan 

dan  perilaku moral, sebenarnya Israel  ber-

tahan dan masuk ke Tanah yang dijanjikan 

walaupun sebagai orang yang berkekurangan. 

Menjelang tahun 1100 S.M., bangsa Yahudi 

menaklukkan suku Bangsa Canaan di Pales-

tina. 

Selama di Canaan bangsa Yahudi dipimpin 

oleh kepala suku yang disebut Hakim. 

Kemudian pemerintahannya berkembang men-

jadi kerajaan. Raja pertama bangsa Yahudi 

yaitu  Saul. Tercatat pula dalam sejarah 

bahwa Raja Daud dan Sulaeman (Solomon) 

pernah memimpin bangsa Yahudi. Diantara 

prestasi Daud yaitu  penetapan Yerusalem 

sebagai kota kerajaan sekitar tahun 1000 S.M. 

Sebelum penangkapan Daud dari kota itu dari 

Jebusit. Kota itu salah satu dari beberapa 

bagian negeri yang tidak di bawah pengawasan 

seseorang atau yang lainnya dari duabelas 

suku. Yerusalem dikenal sebagai tempat suci 

bahkan sebelum Ibrahim karena memiliki 

suasana dan tempat sakral untuk menyembah 

                                                

Tuhan yang dikenal sebagai El Elyon, “Tuhan 

Yang Mahatinggi” (Kitab Kejadian 14:17-

20).12 Kota itu merupakan kota sempurna bagi 

kerajaan Daud yang bersatu, karena kon-

disinya berada di luar wilayah suku sehingga 

secara politik netral, karena berada di tengah 

telah dikenal sebagai kota suci, dan tetap 

bertahan.  

Raja Sulaeman membangun tempat Ibadah 

pertama bangsa Yahudi –kini tinggal puing-

puingnya sebagai tembok ratapan. Sekitar 

tahun 900 S.M setelah Raja Sulaeman bangsa 

Yahudi terbagi dalam dua kerajaan. Sebelah 

utara, terdiri dari sepuluh suku dan mengambil 

nama Israel. Kerajaan sebelah selatan dido-

minasi oleh suku Judah (Ibrani; Yehudah) dan 

mengambil namanya Judah. Pada tahun 721 

S.M., kerajaan Assiria menghancurkan kera-

jaan sebelah utara Israel dan rakyatnya yang 

tinggal hanya suku Judah yang berada di 

sebelah selatan dengan penduduknya disebut 

orang-orang Judah atau Judean (Ibrani: 

Yahudim). Sejak peristiwa itu orang-orang 

menyebut mereka dengan Judah atau Judean. 

Bangsa Israel ditangkap dan diceraiberaikan 

sehingga akhir dari kerajaan bangsa Yahudi.  

Selanjutnya sejarah Dunia tahun 700 S.M., 

mencatat bahwa Kerajaan Assiria ditaklukkan 

oleh Babylonia yang bangkit kembali. Sekitar 

tahun 600 S.M., bangsa Yahudi dideportasi ke 

Babylonia. Di Babiloni bangsa Yahudi me-

ngalami perbudakan kembali. Namun zaman 

berubah setelah kekuasaan dunia berlanjut 

kepada kerajaan Persia setelah menaklukkan 

Babilonia sekitar tahun 500 S.M., dan gelom-

bang pertama bangsa Yahudi pulang dari 

Babylonia membangun kembali tempat 

Ibadah. Sekitar tahun 457 S.M, gelombang 

kedua bangsa Yahudi pulang dipimpin oleh 

Ezra. Ezra dikenal dalam sejarah dunia seba-

gai pemimpin pembaharuan (restorasi) Agama 

Yahudi, karena dia memperbaiki sistem aga-

ma dan sosial Yahudi. Sebagaimana dalam 

Bibel disebutkan bahwa Ezra mengatur kem-

bali masyarakat, membaca keras seluruh 

Taurat secara umum dan meminta orang-orang 

                                                

Judah kembali menyatukan diri untuk meng-

hormati perintah-perintah tradisi dan ritual 

bangsa Yahudi (Nehemiah 9- 10).  

Terdapat akibat yang ditimbulkan kepe-

mimpinan Ezra, pertama, mengubah Agama 

Yahudi dari Agama etnik lokal menjadi agama 

universal. Sebelum pembuangan, semua aga-

ma-agama manusia dilokalisasi (bersifat 

kedaerahan). Hal ini diduga bahwa jika sese-

orang pindah ke negeri lain, orang itu akan 

menyembah Tuhan baru. Konsep Tuhan uni-

versal hanya datang saat  orang-orang Judah 

yang terbuang mendesak untuk meneruskan 

menyembah Tuhan Israel mereka, walaupun di 

tanah asing di Babilonia. “Tuhan Israel” mem-

buktikan kenyataan di Babilonia sebagaimana 

di Yerusalem, sehingga mempertunjukkan ke-

esaan dan keuniversalan Tuhan yang Mahaesa. 

Kedua, pembuangan itu membuktikan orang-

orang Judean bahwa mereka bisa menyembah 

Tuhan, walaupun tanpa pengorbanan formal di 

tempat ibadah yang talah dihancurkan. Sebe-

lum masa pembuangan Babilonia, penyem-

bahan Tuhan dalam semua agama dilakukan 

melalui pengorbanan di tempat ibadah atau di 

tempat suci. Mungkin kali pertama pengor-

banan formal lainnya melebihi daripada 

pengorbanan binatang yang nampaknya telah 

melahirkan kepentingan di Babilonia yang 

jauh dari tempat ibadah Yerusalem, mereka 

harus merencanakan makna lain dari menyem-

bah Tuhan. Peristiwa ini berpengaruh pula 

dalam sistem ritual Synagog, Greja dan 

Mesjid.13 Namun tempat ibadah kedua ini 

dihancurkan oleh orang-orang Romawi. Upaya 

perbaikan Agama Yahudi yang dilakukan Ezra 

ditemani oleh Nehemiah. Ezra dan Nehemiah 

berupaya menyusun kitab Taurat itu -yang kini 

dijadikan kitab yang bersifat ketuhanan, 

sehingga agama Yahudi berkarakter nasional 

relijius dan spiritual. 

Selama masa kekuasaan Helenisme di ba-

wah pimpinan bernama Antiochus IV, Judea 

menderita dari perang sipil yang hampir meng-

hancurkan seluruh rakyat Yahudi. Kelompok 

konservatif dikenal sebagai Maccobees me-

nang dengan mengajukan orang–orang 

                                                 

Helenisme radikal pada tahun 168 sebelum 

masehi dan mengukir Negara Yahudi 

independen yang memelihara cara-cara lama. 

Kemenangan atas tradisi ini ditandai dengan 

perayaan Hanukkah yang mengingatkan 

pengabdian kembali di tempat ibadah 

Yerusalem, yang telah dirusak oleh orang-

orang Yunani dan sekutu Yahudi Helenatis 

secara radikal. 

saat  berhadapan dengan penganut 

Kristen, Kebanyakan  orang-orang Yahudi 

menolak untuk menerima ke-Juru Selamat-an  

Yesus, karena menurut Agama Yahudi, Juru 

Selamat yang benar akan membawa kesela-

matan dengan segera, tidak memerlukan 

“kedatangan kedua”. Karena para penganut 

Yesus mulai membutuhkan keyakinan bahwa 

Yesus juga diakui Anak Tuhan, Kristen ber-

gerak melewati batas penerimaan keyakinan 

Yahudi. Agama Yahudi menganggap konsep 

Kristen Trinitas menjadi pelanggaran keesaan 

Tuhan. Penolakan absolute yang diberikan 

oleh Agama Yahudi terhadap keyakinan 

Kristen bahwa Yesus yaitu  Anak Tuhan, 

Memasuki kekuasaan Romawi sejak abad 

pertama masehi, Romawi secara tegas mene-

tapkan aturannya tentang Judea (Yahudi). 

Gubernur dan pejabat pengadilan Romawi 

menjadi lebih bersikap keras bahkan sampai 

tidak adil. Pada tahun  66 orang-orang Yahudi 

memberontak yang dipimpin oleh bangsa 

Zealot yang meyakini bahwa Tuhan akan 

membantu mereka dalam perangnya melawan 

kaum kafir Romawi dan membawa Hari Akhir 

yang diharapkan. Namun orang-orang Yahudi 

tidak semuanya satu pendapat terhadap 

pemberontakan itu. Sebagian besar meyakini 

bahwa hal itu bukanlah waktu yang tepat atau 

perang itu bukanlah cara yang tepat dalam 

mewujudkan penyelamatan. Bangsa Yahudi 

memberontak terhadap Romawi menyebabkan 

kekacauan besar di kerajaan Romawi dan 

pasukan dibawa dari berbagai belahan Eropa 

dan Timur Tengah untuk mengatasinya. 

Akhirnya Romawi berhasil mendapatkan 

pengawasan Yerusalem pada tahun 70 M, dan 

menghancurkan tempat ibadah yang sedang 

dibangun itu. Begitu pula saat  berhadapan 

dengan kelompok Muslim, mereka tidak mau 

mengakui menjadi Muslim karena seba-

gaimana tradisi yang terjadi pada saat itu 

bahwa Muhammad tidak sesuai dengan 

harapan khusus mereka tentang seorang yang 

dinantikan. 

Selanjutnya bangsa Yahudi memasuki ma-

sa-masa lainnya diantaranya;  masa eropa 

modern, masa semangat nasionalisme, peben-

tukan Zionisme, peristiwa Holocaust, pemben-

tukan negara Israel, masa penyebaran ke 

berbagai wilayah dunia -termasuk Indo-

nesia14,dan zaman post modern.  

3. Agama Yahudi sebagai Fakta Sosial 

Keagamaan 

Agama dalam konteks sosial dapat dilihat 

dari empat aspek yaitu kepercayaan keaga-

maan, pengalaman keagamaan, ritual keaga-

maan dan Komunitas keagamaan,15walaupun 

terdapat beberapa dimensi lain yang diungkap 

ahli agama lainnya.16 Begitu juga dalam me-

lihat Agama Yahudi dalam konteks social 

dapat ditinjau dari empat aspek tersebut.  

Kepercayaan Keagamaan 

Kepercayaan keagamaan (religious belief) 

berupa gagasan ide-ide atau pemikiran dan 

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan 

Agama, atau berisi doktrin ajaran keber-

agamaan. Doktrin atau ajaran itu bersumber 

dari yang dianggap suci –sacred dan biasanya 

ditulis dalam bentuk Kitab Suci. Doktrin 

Keagamaan Yahudi menyangkut berbagai hal, 

diantaranya konsep Ketuhanan, Alam, Umat 

Pilihan, moral, asketis dan sebagainya. 

Gagasan pemikiran ketuhanan Agama 

Yahudi yaitu  monoteisme, secara sederhana 

diartikan Tuhan yang Mahaesa. Istilah Tuhan 

                                                

dalam Agama Yahudi dengan bahasa Ibrani 

yaitu  YHWH dibaca “Yahweh” diter-

jemahkan dalam bahasa Inggris dengan kata 

“Lord”. Yahweh dikenal juga sebagai dalam 

bahasa Ibrani El, Elohim, (El) Shaddai, (El) 

Elyon dan Adonai.17 Diterjemahkan dalam 

bahasa Inggris dengan kata “God”.18 Mungkin 

dalam Bahasa Arab istilah Yahweh disebut 

“Ya Hua” artinya “Dia”. Yahweh disembah 

oleh semua penganut Agama Yahudi. Agama 

Yahudi melarang menerima berbagai Tuhan 

(Politeisme), menyembah Patung. Keesaan 

(monoteis) Tuhan diyakini penganut Yahudi 

cenderung sebagai yang Mahakuasa, pencipta 

dunia, pembuat hukum alam dan pemberi 

aturannya. Tuhan melewati sifat dunia dan 

Tuhan itu abadi. Tuhan mendahului alam, 

semua yang lain pasti binasa, Tuhan akan 

hidup selamanya.  

Penganut Agama Yahudi yakin bahwa 

alam semesta diciptakan Tuhan, dalam 

sejarahnya hanya bangsa Yahudi yang 

mengakui keesaan Tuhan sejati. Mereka 

percaya bahwa tak ada penduduk lain di bumi 

yang menyatakan kebenaran keesaan Tuhan 

dan tetap loyal kepada kebenaran itu. 

Sehingga mereka menganggap bahwa Bibel 

memerintahkan kepada hampir seluruh Israel 

secara ekslusif, karena tidak ada penduduk 

atau penganut lain yang bisa memahami dan 

meresponnya secara efektif.  

Dengan pemahaman ini penganut Agama 

Yahudi dan penduduk Israel percaya bahwa 

Tuhan telah mengatur Israel menjadi 

“penduduk yang berharga” the Choosen peope 

milik Tuhan (am segullah).  Mereka percaya 

bahwa Israel menjadi terpilih oleh Tuhan 

dengan adanya perjanjian antara Ibrahim dan 

keturunannya dengan Tuhan; dan diberinya 

Taurat (Ajaran) kepada Musa, sehingga 

penduduk Israel mesti menjadi “orang-orang 

pilihan” yang tetap loyal perintah Tuhan 

meskipun mereka menganggap banyak godaan 

yang dilambangkan dengan berbagai 

peradaban manusia di sekelilingnya. 

Para penganut Agama Yahudi yakin bahwa 

Tuhan sebagai pemberi Hukuman. Mereka 

percaya bahwa Tuhan telah memberi ajaran 

kepada penganut Agama Yahudi, berupa atu-

ran-aturan perilaku spiritual, ritual, sosial, 

moral dan sebagainya. Penganut Yahudi per-

caya bahwa Tuhan akan menghukum manusia 

selama manusia memiliki banyak dosa, tetapi 

Tuhan yaitu  Maha Pengasih dan Pemaaf bagi 

manusia yang memiliki kelemahan. Pema-

haman ini dapat disebut rasional, karena 

berkaitan dengan sebab akibat.  

Berkaitan dengan ajaran moral Agama 

Yahudi sebagaimana tercantum secara ekspli-

sit dalam Taurat sebanyak 613 perintah Tuhan 

terdiri dari 248 kewajiban pelaksanaan dan 

365 perintah larangan. Secara singkat terang-

kum dalam sepuluh perintah Tuhan yaitu; 1). 

Akulah Yahweh Tuhanmu, 2) Jangan ada 

Tuhan lain padamu di hadapan-Ku, jangan 

membuat patung, 3) Jangan menyebut nama 

Tuhan dengan sembarangan, 4) Ingatlah keku-

dusan hari Sabbath, 5) Hormatilah ayahmu dan 

ibumu, 6) Jangan membunuh, 7) Jangan berzi-

nah, 8) Jangan mencuri, 9) Jangan mengu-

capkan saksi dusta, 10) Jangan menginginkan 

rumah (harta, istri/suami, milik) sesamamu. 

Doktrin Agama Yahudi mengajarkan pula 

tentang kehidupan setelah kematian seperti 

Kristen dan Islam.19 Sebagaimana tercatat 

dalam Talmud dan Midrash yang dikutif 

bahwa jiwa itu meninggalkan tubuh setelah 

meninggal, namun memelihara hubungan 

sementara dengannya selama setahun sampai 

tubuhnya membusuk sepenuhnya. Berbagai 

pendapat berbeda diantara para guru-guru 

Yahudi mengenai hal ini. Sebagian pendapat 

melihat bahwa jiwa-jiwa yang benar masuk 

surga selanjutnya, sedangkan jiwa yang 

bersalah menderita di Gehenna atau tidak 

mampu membebaskan dirinya dari tubuh yang 

membusuk sampai tahun itu berlalu. Sehingga 

dalam masa itu anggota keluarga yang masih 

hidup mendoakan orang yang telah meninggal 

itu (kaddish), karena perilaku anggota keluarga 

yang baik (anak sholeh) akan membantu jiwa-

jiwa orang yang telah meninggal masuk surga. 

Setelah satu tahun di pasanglah batu nisan dan 

ucapan orang yang berduka berhenti kecuali 

pada peringatan kematian. 

Kemudian doktrin kebangkitan Agama 

Yahudi mengajarkan bahwa kematian itu akan 

dihidupkan kembali demi pengadilan terakhir. 

Terdapat berbagai pendapat mengenai siapa 

saja yang akan dibangkitkan selama penga-

dilan itu. Sebagian pendapat menjelaskan 

bahwa hanya orang-orang Israel yang akan 

dibangkitkan dan diadili. Sebagian besar 

pendapat menjelaskan bahwa kebangkitan itu 

berlaku bagi semua manusia. Sebagaimana 

menurut Rabbi Joshua b. Hanoniah bahwa 

orang-orang non Yahudi mempunyai tempat 

di dunia yang akan datang. Kebangkitan itu 

bersatunya tubuh dan jiwa demi pengadilan 

terakhir, karena hal itu tidak mungkin diadili 

secara terpisah.20 

Gagasan-gagasan keagamaan dalam Aga-

ma Yahudi termuat dalam beberapa jenis, 

terutama dalam teks kitab suci, walaupun 

terdapat pula dalam pemikiran filosof dan 

mistik kabalah. Kitab Suci itu merupakan 

teks-teks yang berisi gagasan ide dan 

peraturan yang berkaitan dengan Agama. 

Dalam Agama Yahudi terdapat teks-teks yang 

dijadikan pedoman beragama diantaranya; 

Tanakh, Talmud Midrash, Halakhah dan 

Aggadah. Tanakh dalam bahasa Inggris 

disebut Hebrew Bible (Bibel Yahudi). Tanakh 

ini merupakan akronim dari Torah (Taurat), 

Nevi’im (Para Nabi) dan Ketuvim (Tulisan-

tulisan). Taurat sebagai diyakini penganut 

Yahudi sebagai ajaran yang diterima Musa 

langsung dari Tuhan/ Yahweh di Gunung 

Sinai.21 Kitab ini berisi aturan ketuhanan 

menyangkut perilaku, cerita sejarah dunia, 

umat manusia dan asal usul orang Israel. 

Nevi’im berisi penjelasan perkembangan 

sejarah Israel dari penaklukan tanah Israel di 

bawah Josua sampai penaklukan tempat suci 

pertama. Ketuvim berisi kumpulan cerita dan 

syair tentang ajaran moral, etika social, 

kedudukan manusia di bumi dan hal-hal pokok 

lainnya. 

Talmud merupakan tradisi lisan yang sangat 

berwenang dalam agama Yahudi dihimpun 

dalam dua kumpulan yaitu Mishnah dan 

Gemara. Mishnah itu terkumpul dan ditulis 

sekitar tahun 200 M. Ia terkumpul dalam enam 

kitab atau perintah yang memuat  kebijakan 

guru yang mengajarkan bagaimana Taurat 

seharusnya dijalankan untuk perilaku manusia 

dalam kehidupan sehari-hari.  Pada saat 

pengumpulan Mishnah itu, bahasa orang-orang 

Yahudi telah berubah dari Ibrani (Hebrew) ke 

bahasa saudaranya – Aramic, bahasa pergaulan 

Timur-Tengah saat ini. Gemara merupakan 

Koleksi yang ditulis dalam bahasa Aramic. 

Istilah  “Gemara” atau “penyelesaian”, berben-

tuk tafsir pelengkap Mishnah. Mishnah dan 

Gemara bersama-sama membentuk Talmud- 

“buku pelajaran”. Menurut sebagian pendapat 

bahwa Talmud merupakan wahyu dari Tuhan 

yang tidak ditulis bersamaan dengan Taurat.22 

Midrash merupakan kumpulan penjelasan-

penjelasan kuno terhadap semua bagi Bibel. 

Istilah Midrash dari akar yang sama dari 

bahasa Arab yaitu “darasa” artinya “belajar”.  

Terdapat dua Istilah yang berkaitan dengan 

teks ajaran Agama Yahudi yaitu Halakhah dan 

Aggadah. Halakhah ini berkaitan dengan mate-

ri legal yang terdapat dalam Bibel, Talmud dan 

Midrash. Istilah Halakhah berarti “jalan menu-

ju”. Istilah ini mirip dengan istilah “syari’ah” 

dalam agama Islam yang berarti “jalan menuju 

sumber.” Istilah “aggadah” digunakan untuk 

menyusun materi yang non-legal, seperti 

legenda, aphorisme dan kisah moral, disikusi 

dan debat teologi, syair, cerita rakyat, nasihat 

medis dan informasi lainnya.

Ritual Keagamaan 

Ritual keagamaan (religious ritual) meru-

pakan aktivitas simbolik yang mempresen-

tasikan nilai-nilai keagamaan. Dengan ritual 

keagamaan ini, kelompok penganut agama 

dapat memahami makna dan memperkuat 

kesadaran dirinya secara kolektif. Para penga-

                                                 

nut Yahudi menyembah hanya kepada Tuhan 

Yahweh. Terdapat beberapa bentuk ritual 

keagamaan dalam Agama Yahudi, baik yang 

berbentuk personal maupun kolektif. Bentuk 

ritual individu diantaranya; berdoa (bahasa 

Hebrew; terpillah, bahasa Aramic; selota) dan 

tzedakah. Bentuk ritual kolektif diantaranya 

doa komunal, dan membaca gulungan Taurat. 

Doa-doa tersebut dilakukan baik di Sinagog 

maupun di rumah. Waktu yang digunakan 

untuk aktivitas berdoa dilakukan pada setiap 

hari dan perayaan tertentu. Banyak perayaan 

sebagai ritual keagamaan dalam Agama 

Yahudi yang dilakukan pada saat-saat tertentu, 

diantaranya; sabath, berith, bat Mitzvah, 

pernikahan, kematian, rosh Hashanah, yom 

kippur, sukkot, pesach, Shavuot, Hanukkah, 

purim dan  tishah av. Terdapat penambahan 

ritual dalam Agama Yahudi yang berhu-

bungan dengan peristiwa politik seperti Yom 

ha-Sho’ah  yaitu hari holocaust dikenal untuk 

memperingati penindasan bangsa Israel oleh 

Nazi Jerman. Yom ha-Atzma’ut yakni hari 

kemerdekaan dikenal untuk memperingati 

pendirian Negara Israel. Perayaan keagamaan 

Yahudi menjadi kalender keagamaan yang 

terdiri dari 12 bulan, yaitu Nisan, Iyar, Siwan, 

Tamus, Ab, Ekul,  Tisyri, Markhesywan, 

Kislev, Tebet, Syebat, dan Adar. 

Perilaku individu yang berkaitan dengan 

nilai-nilai ketuhanan yaitu  Tzedakah yang 

berarti pemberian harta kepada yang berhak 

menerimanya sebagai kewajiban beragama. 

Hebrew Bibel menegaskan untuk memberi 

makan kepada yang lapar, memberi pakaian 

kepada yang telanjang, menjaga anak yatim, 

janda dan orang miskin sebagai sifat 

ketuhanan (Kitab Ulangan 10:17-18). 

Pengalaman Keagamaan 

 Pengalaman keagamaan (religious 

experience) merupakan keterlibatan individu 

secara sunyektif terhadap yang dianggap suci. 

Meskipun pengalaman itu secara esensi 

bersifat pribadi, tetapi masyarakat mencoba 

mengkomunikasikannya melalui ekspresi 

keyakinan dan dalam prilaku ritual. 

Pengalaman keagamaan dalam agama Yahudi 

bisa diekspresikan dalam gagasan pemikiran 

dan dalam ritual doa. Ekspresi pemikiran 

seperti dilakukan para Rabi dalam mengatur 

sistem keagamaan, para filosof dalam 

memahami kesakralan Agama Yahudi, dan 

orang-orang biasa sebagai pengikut agama 

Yahudi.  

Para penganut Yahudi memiliki 

pengalaman dalam memahami Tuhan, Umat 

Pilihan, dan benda-benda tertentu. Sebagian 

pengikut Yahudi dalam tradisi kabalah 

mengakui bahwa Tuhan tidak mampu dikenal 

dan masih dalam pencapaian. Artinya Tuhan 

tersembunyi bagi penganut Yahudi di 

kedalaman wujud Tuhan, tetapi Tuhan 

mewahyukan kepada mereka malalui perilaku 

penciptaan dan terus menerus memelihara 

ciptaan itu. Para menganut Yahudi mengakui 

bahwa Tuhan mereka yaitu  Yahweh, tetapi 

nama itu jarang disebut karena untuk menjaga 

kesucian dilarang diucapkan disembarang 

tempat dan waktu. Umumnya mereka 

menyebut tuhan mereka dengan istilah 

“adonai” yang berarti “Tuhan kita”.  

Para filosof atau pemikir Yahudi terkadang 

berbeda dengan pemahaman umumnya dalam 

memahami penganut agama lain; seperti 

Saadialah Gaon (882-942)24 seorang pemikir 

Yahudi terpengaruh oleh pemikiran Islam 

berpendapat bahwa Tuhan yaitu  satu namun 

memiliki banyak sifat. Penegasan ini 

memberikan pemahaman bahwa bermacam-

macam agama sebagai sifat-sifat atau 

perwujudan yang berbeda dari satu Tuhan.  

Dalam memahami umat pilihan, sebagian 

penganut Yahudi merasa bahwa agama dan 

bangsa tidak bisa dipisahkan. Mereka yakin 

bahwa Tuhan telah memilih mereka sebagai 

bangsa atau umat pilihan di dunia ini. Terbukti 

dengan adanya kontrak perjanjian Ibrahim 

dengan Tuhan dan adanya Taurat yang 

diberikan kepada Musa. Mereka juga merasa 

bahwa tanah Canaan yaitu  tanah yang 

dijanjikan Tuhan bagi orang-orang Israel 

sesuai dengan Taurat. Dalam menyikapi 

tembok ratapan para penganut Yahudi merasa 

bahwa tembok itu penuh bermakna terutama 

saat  berdoa mereka percaya bahwa Tuhan 

                                                 

akan mengabulkan segala permintaan. Paus 

Johanes Paulus II pernah berdoa di depan 

tembok Ratapan itu memohon kepada Tuhan 

diberi perdamaian di Timur Tengah. Perilaku 

itu diabadikan oleh pemerintah Israel dengan 

membuat perangko. 

Komunitas  Keagamaan 

Komunitas Keagamaan (religious 

community) sebagai wujud keterlibatan 

masyarakat dalam suatu klompok atau 

golongan penganut keagamaan. Komunitas 

penganut keagamaan diatur secara formal dan 

informal. Komunitas Yahudi terorganisir 

dalam kelompok keagamaan yaitu penganut 

Agama Yahudi. Istilah Yahudi tidak hanya 

ditujukan untuk nama agama tetapi juga 

ditujukan kepada nama bangsa. Dalam 

sejarahnya istilah bagi orang-orang Yahudi 

mengalami perubahan istilah-istilah; seperti 

Hebrew, Israel, Judean Zionis dan Jews.  

Istilah pemimpin komunitas Penganut 

Yahudi dalam sejarahnya mengalami 

perubahan mulai dari Partiarckh (zaman 

Ibrahim), kepala suku, Hakim, Raja sampai 

Rabbi. Namun dalam Negara Israel dipimpin 

oleh perdana Menteri. Sejak Tahun 70 S.M., 

terdapat  komunitas Yahudi di Timur Tengah 

dan Afrika Utara termasuk Mesir dan Yunani 

dan Itali, Prancis, Spanyol, Jerman bahkan 

Inggris. Komunitas lama di Babilonia telah 

tumbuh juga, dan penghuni Bangsa Yahudi 

telah menembus Arab sampai Yaman. 

Sebagai komunitas Agama, penganut 

Agama Yahudi berbeda dengan Kristen dan 

Islam. Perbedaan tersebut dikarenakan konsep 

keyakinan, prilaku dan pengalaman 

keagamaan. Kebanyakan  orang-orang Yahudi 

menolak keberadaan Yesus sebagai juru 

selamat. Mereka beranggapan bahwa Juru 

Selamat yang benar akan membawa 

keselamatan, tidak memerlukan “kedatangan 

kedua”. Para penganut Agama Yahudi 

meyakini bahwa konsep Trinitas merupakan 

hal yang bertentangan dengan keesaan Tuhan, 

terutama keyakinan Kristen bahwa Yesus 

yaitu  Anak Tuhan. 

Begitu pula sikap penganut Agama Yahudi 

tidak mengakui ajaran Islam dikarenakan

ungkapkan bahwa barangkali sebagaimana 

tradisi pada masa itu menegaskan bahwa 

Muhammad tidak sesuai dengan harapan 

mereka tentang seorang yang dinantikan. Hal 

ini jelas dalam Al-Qur’an bahwa walaupun 

wahyu-wahyu itu disebutkan berulang-ulang 

oleh Muhammad kepada masyarakat Madinah 

yang mirip dengan wahyu dalam Taurat tetapi 

berbeda dalam rinciannya. Orang-orang 

Yahudi curiga keotentikannya Al-Qur’an 

diwahyukan dalam bahasa Arab dan dalam 

kontek budaya Arab. Sebagaimana Taurat 

diwahyukan dalam bahasa Ibrani dan dalam 

konteks budaya bangsa Israel. Perbedaan gaya 

wacana ini mungkin menjelaskan banyak 

perbedaan. Tetapi ketidaksesuaian itu rupanya 

kurang bagi orang-orang Yahudi yang telah 

waspada terhadap apa yang mereka anggap 

penyimpangan makna Bibel Yahudi yang 

ditemukan dalam Perjanjian Baru dan 

interpretasi orang-orang Kristen. 

Sejak dulu bangsa Yahudi yaitu  

komunitas kecil yang selalu dikelilingi oleh 

masyarakat lainnya. Dalam Bibel bangsa 

Yahudi atau Israel disebut am segullah (umat 

tersayang) yang selalu memelihara hubungan 

baik dengan Tuhan. Komunitas Yahudi yang 

popular dibicarakan dan menjadi permasalah 

dunia hingga saat ini yaitu  Zionisme dan 

Israel.  

Gerakan Zionis pada awalnya sebagai 

gerakan nasional sekuler yang tidak 

didasarkan pada aturan-aturan keagamaan, 

tetapi dipengaruhi oleh ide-ide Barat modern 

dari Negara sekuler yang merdeka dan 

modern. Walaupun mereka sangat kuat 

kesadarannya terhadap identitas Yahudi, tetapi 

mereka tidak merasa terpaksa untuk mengikuti 

hukum keagamaan. Tujuan utama mereka 

yaitu  imigrasi masa untuk menetapkan tanah 

air bangsa Yahudi agar mengatasi masalah 

besar dari anti semitisme di Eropa. 

Orang-orang Yahudi yang taat secara 

keagamaan pada mulanya tidak mendukung 

bahkan mengutuk garakan zionisme. Kebanya-

kan diantara mereka yaitu  orang-orang Yahu-

                                                

di orthodox, alasan mereka bahwa mereka 

percaya bahwa tujuan menetapkan tanah air 

Yahudi mewakili sebuah upaya untuk 

“memperkuat Tangan Tuhan” dengan cara 

membawa keselamatan politik menurut 

kedudukan normatif orthodox, sedangkan 

beberapa upaya memperkuat Tangan Tuhan 

sebagaimana yang dilakukan pada masa lalu 

akan menghasilkan bencana. Seharusnya 

orang-orang Yahudi perlu menunggu dengan 

sabar sampai Tuhan memberi keputusan 

waktu untuk keselamatan yang abadi. Menurut 

mereka kekuatan sombong terhadap Tangan 

Tuhan oleh Zionist sekuler hanya akan 

menghasilkan kemarahan Tuhan dan 

menimbulkan bencana lain. Sampai hari ini 

sebagian penganut Yahudi Orthodoks 

mengutuk zionisme dan Negara Israel karena 

alasan ini, tetapi kebanyakan orang Yahudi 

yang taat sekarang mendukung Zionisme dan 

Negara Israel dengan sangat antusiasme.  

Pendirian Negara Israel pada tahun 1948 

seiring dengan semangat imperialism dan 

nasionalisme. Sebagian  penganut Yahudi 

menganggap bahwa Israel yaitu  kombinasi 

dari Agama, Bangsa, dan ras karena organisasi 

dan definisi agama Yahudi berada pada aturan 

peradaban keagamaan nasional yang diwu-

judkan dalam bentuk keyakinan, ritual dan 

aturan-aturan perilaku anggota warga yang 

dibentuk bersama dan dihormati. Tetapi 

Negara Israel tidak mewakili seluruh penganut 

Agama Yahudi dunia, karena penganut 

Agama Yahudi tidak hanya terdapat di Israel 

melainkan di tempat-tempat lain, seperti di 

Amerika, Afrika Asia –termasuk di Indonesia. 

Dari uraian di atas penulis dapat 

mengatakan beberapa hal, diantaranya; 

Yahudi merupakan kombinasi dari Agama, 

Budaya, Bangsa dan Ras. Yahudi sebagai 

fakta sejarah menunjukkan suatu kisah sejarah 

yang memiliki karakter spiritual, intelektual 

dan mampu mempertahankan identitasnya 

(survive). Secara sosiologis Yahudi termasuk 

agama karena memiliki unsur-unsur agama 

yaitu kepercayaan keagamaan, pengalaman 

keagamaan, ritual keagamaan dan komunitas 

keagamaan. Yahudi sebagai fakta sosial 

keagamaan telah berperan dan beriteraksi 

dengan masyarakat non-Yahudi baik dalam 

komunikasi konflik maupun integrasi. Hal ini 

penting untuk  bahan pelajaran dalam memeli-

hara perdamaian di masyarakat termasuk di 

Indonesia yang memiliki keanekaragaman 

agama dan budaya. Apabila ancaman konflik 

antar penganut agama bisa diatasi, maka 

memelihara integrasi di kalangan antar etnik 

perlu terus dijaga.