manasik haji 4

mbut 
juga memberikan pelajaran tentang pentingnya 
sikap tawadlu/rendah hati. Betapapun tinggi pangkat 
seseorang, di hadapan Allah pangkat itu tak akan 
berarti apa-apa jika pangkat tersebut membuatnya lalai 
dan jauh dari-Nya. Potonglah simbol kesombongan 
itu, lalu letakkan dan buanglah ke tanah. Hiduplah 
bersama tanah yang memiliki sifat ketundukan dan 
kasih sayang. 
15   Abī Dāud, Sunan Abī Dāud, nomor hadis: 1984.
l
Hikmah WukufM. 
Wukuf artinya berhenti, diam tanpa bergerak. 
Wukuf adalah berkumpulnya seluruh jemaah haji di 
Arafah pada 9 Dzulhijjah sebagai puncak ibadah haji. 
Jika dikaitkan dengan tha waf, yang diwarnai 
dengan ge rakan, wukuf mengisyaratkan bahwa suatu 
saat ge rakan itu akan berhenti. Jantung ma nusia 
suatu saat akan berhenti ber detak, mata nya akan 
berhenti berke dip, kaki dan tangannya akan berhenti 
melangkah dan bergeliat. Ketika semua yang berge rak 
itu berhenti, ter jadilah kematian dan ma nu sia se bagai 
mikro kos mos pada saatnya nanti akan dikum pulkan di 
Padang Mahsyar. Sampai di sini,  Arafah menjadi lam-
bang dari Padang Mahsyar, sebagai mana yang digam-
bar kan dalam hadis Nabi SAW: “Pa da hari di mana tidak 
ada lagi pengayoman selain pe ngayoman- Nya.”16 
Arafah merupakan lokasi tempat berkum pul-
nya jemaah haji. Arafah ada lah lambang dari maqam 
ma’rifah billah, yang memberikan rasa dan citra 
bahagia bagi ahli ma’rifah, yang tidak dapat dirasakan 
oleh jemaah haji pada umumnya. Di Arafah inilah 
seluruh jemaah haji dari berbagai pen ju ru dunia 
berkum pul  dengan bahasa, suku, bangsa, adat-
istiadat, dan warna kulit yang berbeda-beda, tapi 
mereka punya satu tujuan yang dilandasi per samaan, 
tanpa perbe daan antara yang kaya dan miskin, antara 
yang besar dan kecil, antara pejabat dan rakyat biasa. 
16  Al-Bukhari, nomor hadits 1423.
- 184 -

Di situlah tampak nyata persamaan yang ha kiki. Itulah 
Arafah yang namanya diambil dari kata ta’aruf atau 
saling me ngenal me nuju saling tolong-menolong, 
saling memban tu di antara me reka momen terpenting 
dalam berhaji dan menjadi syiar membanggakan 
tentang kuatnya ajaran egalitarianisme dalam Islam. 
Mu’tamar akbar ini masih akan berlanjut jika para 
jemaah haji berkum pul di Mina. Alangkah he batnya 
peristiwa ini, apalagi setiap tahun peristiwa itu akan 
ber ulang dan berulang sampai hari kiamat tiba.
Pendeknya waktu yang diberikan kepada jemaah 
haji untuk wukuf di Padang Arafah sejak matahari 
terge lincir hingga terbenam pada 9 Dzulhijjah 
mempunyai arti yang sangat penting karena di waktu 
yang singkat itulah seluruh jemaah haji dari ber-
bagai penjuru dunia berkum pul di satu tempat untuk 
melak sanakan rukun haji yang me nentukan sah atau 
tidaknya ibadah haji. Setelah wukuf dila kukan, jemaah 
haji merasakan bebas dari beban dosa kepada Allah, 
yakin doa-doa dikabul kan, dorongan untuk melaku-
kan kebaikan yang lebih banyak terasa sangat kuat, 
dan rahmat Allah SWT pun dirasakan me nentramkan 
jiwa mereka. Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad 
SAW bersabda:
 
ُ

Dari Anas ibn Malik RA. berkata: Nabi Muhammad SAW 
wukuf di Arafah, di saat Matahari hampir terbenam, 
ia berkata: “Wa hai Bilal suruhlah umat ma nusia 
mendengarkan saya. “Maka Bilal pun berdiri seraya 
berkata: “Dengarkanlah Rasu lullah SAW,” maka mereka 
mende ngarkan, lalu Nabi ber sabda: “Wahai umat manu-
sia, baru saja Jibril AS datang kepadaku memba cakan 
salam dari Tuhanku, dan dia menga takan: “Sungguh 
Allah SWT mengam puni dosa-dosa orang-orang yang 
berwukuf di Arafah dan orang-orang yang berma-
lam di Masy’aril Haram (Muz dalifah), dan menjamin 
membe baskan mereka dari tuntutan balasan dan dosa-
dosa mereka. Maka Umar ibn Khat}h}ab pun ber diri dan 
- 186 -

bertanya, Ya Rasu lullah, apakah ini khusus untuk kita 
saja? Rasulullah menjawab, ini untuk kalian dan untuk 
orang-orang yang datang sesudah kalian hingga hari 
kiamat kelak. Umar RA pun lalu berkata: kebaikan Allah 
sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah.’’ 17 (HR. Ibnu 
Mubarak dari Anas RA)
Dalam hadits lain, Nabi SAW bersabda:

Artinya:  
Aisyah RA berkata, sesungguh nya Rasulullah SAW 
bersabda: Tiada hari yang lebih banyak Allah 
membebaskan seorang ham ba dari neraka selain dari 
Hari Arafah….18 (HR. Muslim dar ‘Aisyah RA).
Wukuf bermakna pengenalan. Saat inilah 
seorang Muslim diharapkan bisa lebih mengenali 
dirinya dan Allah SWT sebagai Tuhannya. Di Arafah 
inilah umat Islam diminta untuk berdiam, merenung, 
berintrospeksi dan bertaubat kepada-Nya. Haji baru 
dapat mencapai hakekatnya bila seseorang dapat 
mengetahui hakekat dirinya di hadapan Tuhannya. 
Karena itulah Rasul SAW bersabda :
Haji adalah (wukuf) pada hari Arafah.19 (HR. 
Ashabussunan dan Ahmad)
Dari sudut pandang fikih, haji mereka yang 
tidak berwukuf di Arafah tidak sah. Sementara dari 
sudut pandang spiritual, wukuf di Arafah harus 
mampu mengantarkan seseorang mencapai makrifat; 
pengetahuan tentang status dirinya sebagai hamba 
Allah SWT. Tanpa seseorang mencapai level spiritual 
ini, secara hakekat, hajinya dianggap tidak berarti 
apa- apa.
Karena itu, di padang Arafah inilah, dulu para nabi 
berwuquf, berhenti dan berkontemplasi, bermunajat 
kepada Allah SWT. Di padang inilah dulu Nabi Adam 
dan Siti Hawa alaihimassalaam mengetahui dan 
mengakui dosa-dosa yang pernah mereka lakukan. Di 
tempat inilah, dulu Nabi Ibrahim AS mengetahui dan 
meyakini sepenuh hati bahwa perintah menyembelih 
anaknya, Isma’il AS, adalah wahyu dari Allah. Karena 
itulah mengapa pencapaian terbesar seorang 
hamba Allah diukur saat menunaikan ibadah haji di 
padang Arafah. Saat mampu menemukan hakekat 
19  Ibn Mājah, Sunan Ibn Mājah, nomor hadits: 3015; At-Tirmiżi, 
nomor hadits: 8889; An-Nasa’i nomor hadits 3016 Abī Dāud, nomor 
hadits: 1949,  dan Ahmad, A-Musnad, nomor hadits:18856
- 188 -

kehambaan, mereka tertunduk bersimpuh di hadapan 
keagungan  Dzat-Nya.
Ritual wukuf juga mengisyaratkan pentingnya 
berhenti sejenak dari hiruk-pikuk kehidupan duniawi. 
Manusia butuh waktu-waktu khusus untuk berhenti 
dari kerutinan dan aktivitas, berhenti sejenak agar 
dapat berpikir, menimbang, dan merencanakan 
agenda kehidupan jangka panjang.
Padang Arafah juga menggambarkan bagaimana 
umat manusia nanti di padang Mahsyar; diam, cemas 
dan penuh harap saat menunggu keputusan Allah 
SWT, surga atau neraka. Di padang Arafah inilah 
semua manusia berkumpul dalam status yang sama 
sebagai hamba Allah. Tak ada lagi kesombongan, tak 
ada lagi status sosial. Semua berpakaian putih-putih, 
menunjukkan kesucian jiwa dan kejernihan pikiran 
untuk menggapai ridha Ilahi.
Hikmah Mabit N. di Muzdalifah
Setelah Matahari terbenam pada 9 Dzulhijjah, 
jemaah haji meninggalkan Arafah me nuju Muzdalifah 
untuk ber henti, beristirahat, dan bermalam di sana. Ini 
disebut mabit. Di keheningan malam tempat mabit ini 
sangat ideal untuk melakukan kontemplasi, tafakkur, 
tadabbur, merenung mendekatkan diri kepada Allah. 
Jemaah haji berada di Muzdalifah minimal hingga 
lewat tengah malam, setelah itu dibolehkan ber gerak 
menuju Mina. Selama mabit di Muzdalifah, jemaah 
- 189 -

disunahkan mengambil sedikitnya tujuh butir kerikil 
untuk melontar Jamrah Aqa bah esok paginya sesam-
pai  mereka di Mina. Orang mabit di Muzdalifah dengan 
mengambil kerikil itu bagaikan pasukan tentara yang 
sedang me nyi apkan tenaga dan senjata untuk ber-
perang mela wan musuh laten manusia, yaitu setan 
yang ter kutuk.
Muzdalifah berasal dari kata izdilâf yang berarti 
al-iqtirâb (mendekat) atau al-ijtimâ’ (berkumpul). 
Disebut demikian karena tempat ini jaraknya sudah 
dekat dengan Mina. Atau karena di tempat inilah 
para jemaah haji berkumpul untuk menginap 
dan beristirahat pada malam 10 Dzulhijjah untuk 
mempersiapkan diri melempar jamrah Aqabah 
esok  paginya. 
Tempat ini juga disebut sebagai al-masy’ar al-
haram. Di sinilah dulu Nabi Muhammad SAW pernah 
bermalam dan terus berdzikir kepada Allah SWT. 
Secara simbolik, mabit di Muzdalifah memberi pesan 
tentang pentingnya mengingat dan mendekatkan 
diri kepada Allah SWT dan waktu malam adalah salah 
satu waktu terbaik untuk mengetuk pintu langit 
memohon  ampunan. 
“Maka apabila kamu bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah 
kepada Allah di Masy’aril Haram. dan berdzikirlah 
kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk 
kepadamu, sekalipun sebelumnya kamu benar-benar 
termasuk orang yang tidak tau. Al-Baqarah [2]: 198
Hikmah Mabit di MinaO. 
Jemaah haji melaksanakan Mabit di Mina 
sebagai kelanjutan dari pelaksanaan ibadah sebelum-
nya, dilaksanakan pada 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. 
Selama mabit di Mina, jemaah haji harus mampu 
menghayati makna dan hikmahnya, dengan banyak 
bertakbir, berdzikir, berdoa dengan lisan dan hati, dan 
menghayati perjalanan Rasu lullah SAW dan para nabi 
se belumnya. Allah SWT berfir man:
 .
Artinya:
Dan berzikirlah kepada Allah pada hari-hari yang telah 
ditentukan jumlahnya. Al-Baqarah [2]:203).
Rasulullah SAW bersabda:
 
َ

Artinya:
Dari Abdurrahman bin Ya’mar ad-Daliyyi berkata… 
maka Rasulullah SAW bersabda: “...Hari-hari (tinggal) 
di Mina adalah tiga hari…”.20 (HR.Abu Daud 
dan   Ahmad).
Selama di Mina ada dua aktivitas  yang perlu 
dilaku kan oleh jemaah haji: Pertama, mereka melontar 
jamrah Aqabah pada hari Nahar dan melontar Jamrah 
Ūlā, Jamrah Wusta, dan Jamrah Aqabah pada hari-
hari Tasyriq. Kedua,  mereka melakukan mabit, yakni 
tinggal dan menginap di Mina, selama malam hari 
Ayyāmut Tasyriq.
Aisyah RA, Istri Rasulullah SAW, mengemukakan:
 ِْ
Artinya:
Rasulullah SAW melakukan ifadah (tha waf ke 
Makkah) pada waktu shalat zhuhur, kemudian 
kem bali ke Mina, lalu tinggal di Mina sela ma tiga 
hari Tasyriq. 21 (HR. Ibnu Hibban dari ‘Aisyah RA)
Pada hari biasa Mina tampak lengang dan luas, 
sedangkan pada hari nahr dan hari-hari tasyriq penuh 
20 Abi Daud, Sunan Abi Daud, nomor hadits: 1949 dan 
Ahmad,, Al-Musnad,  nomor hadits: 18856 
21 Ibnu Hibban , S}ah}ih } Ibn h}ibbān, nomor hadits: 3956.
sesak dengan Jemaah haji. Meskipun demikian, 
Mina dapat menam pung se luruh jemaah haji. Inilah 
keistimewaan Mina. Hal ini sesuai dengan sabda Rasu-
lullah SAW yang artinya: “Se sung guhnya Mina ini seperti 
rahim, ketika terjadi kehamilan, daerah ini diluas kan 
oleh Allah SWT”. Karena itu, sudah semes tinya umat 
Islam tidak perlu kha watir kehabisan tempat  atau 
tidak dapat tempat di Mina.  
Mina kadang juga disebut Muna yang berarti 
angan-angan atau harapan. Di tempat inilah dulu 
para nabi bermunajat, meminta, dan berharap kepada 
Allah SWT. Sesuai dengan namanya, Muna/Mina, lokasi 
ini adalah tempat dicurahkannya semua harapan dan 
doa. Nabi SAW pernah mengabarkan bahwa di Mina 
– tepatnya di masjid Khaif - sebanyak 70 nabi pernah 
salat dan bermunajat. Nabi Muhammad pun mengikuti 
jejak pendahulunya, selama tiga hari ia bermalam dan 
bermunajat di masjid tersebut. Tempat ini mustajab, 
maka selama mabit di Mina jemaah haji disunnahkan 
untuk memperbanyak doa.
Mina juga tempat menyembelih hewan qurban. 
Ia disebut dengan Mina karena di sinilah darah-
darah hewan kurban/hewan dam ditumpahkan 
(tumna ad-dimâ’). Nabi Ibrahim AS menyembelih 
putranya, Ismail, juga di Mina. Nabi Muhammad SAW 
menyembelih hewan kurbannya juga di Mina. Karena 
itu, disunnahkan bagi jemaah haji untuk menyembelih 
hewan kurban atau dam di tempat ini, sebagai 
pertanda ketundukan dan totalitas ibadah.
Hikmah Melepas Pakaian IhramP. 
Melepas kain ihram setelah tahallul adalah 
gambaran akhir dari semua urusan dunia dan akan 
dibalas dengan surga, yakni diperbolehkannya kem-
bali melakukan kesenangan (syahwat) yang terlarang 
selama ihram. Kelak, gambaran kenikmatan itu 
tersedia di dalam surga. 
Hikmah Melontar Jamrah Q. 
Mina adalah tem pat Nabi Ibrahim AS 
melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyem belih 
pu tra nya, Nabi Ismail AS. Sebelum mereka sampai di 
tempat yang dituju, tiba-tiba Iblis datang menggo-
da Nabi Ibra him AS agar menghen tikan niatnya. 
Namun, dengan penuh keya kinan dan ketak wa an 
kepada Allah SWT, Ibrahim tetap melaksa nakan perin-
tah itu. Ia tahu tujuan iblis pada hakikatnya adalah 
untuk menga jak  melanggar perintah Allah. Karena itu, 
Ibrahim ke mudian mengambil tujuh batu kerikil dan 
melemparnya ke Iblis. Inilah yang disebut Jum rah Ūlā. 
Tak berhasil mem enga ruhi Ibrahim AS, Iblis lalu 
da tang membujuk Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim. Iblis 
mem e nga ruhi Hajar dengan perhitungan, seorang ibu 
pasti tak akan sampai hati membiarkan buah hatinya 
disembelih. Tapi Hajar meno lak dan melempari Iblis 
dengan batu kerikil. Lokasi pelemparan Hajar itu 
kemu dian dijadikan tempat melem par Jamrah Wusta. 
Langkah Iblis tidak berhen ti di situ. Dia 
beralih kepada Ismail AS, putra Ibrahim-Hajar, yang 
dianggapnya masih me mi liki keimanan dan ketakwa-
an yang rapuh. Tapi Ismail ternyata juga menun jukkan 
perlawan an. Ia kukuh me megang keimanan nya dan 
yakin dengan sepenuh hati akan perintah Allah SWT. 
Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail lalu bersama-sama 
melempari Iblis dengan batu kerikil, yang ke mudian 
diaba dikan menjadi lemparan Jam rah Aqabah. Allah 
SWT pun me muji upaya Nabi Ibrahim dan keluar ga-
nya karena di anggap berhasil meng hadapi ujian.
Demikianlah Iblis selalu me  nggo da manusia 
untuk ti dak menaati perintah Allah SWT. Betapapun 
kecilnya kadar ke ba jikan yang akan dila kukan oleh 
manusia, godaan iblis pas ti senantiasa menghadang.
Al-Qur’an menceritakan ikrar Iblis yang dinilai 
sesat dan dilak nat oleh Allah SWT sete lah menolak 
perintah untuk bersu jud kepada Adam AS dan minta 
diberi kesem patan hi dup hingga manusia dibang-
kitkan pada hari kiamat.  Allah SWT ber fir man:

Artinya:
Ia (Iblis) berkata, “Ya Tuhanku”, oleh karena Engkau 
telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan 
menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di 
bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semuanya, 
[39] kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih di an tara 
mereka [40]’’. Al-Hijr [15]:39-40.
Melontar jamrah mengingat kan jemaah haji 
bahwa Iblis senantiasa berusaha mengha langi 
menusia melakukan ke baikan. Nabi Muhammad SAW 
mengingatkan:

Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda: 
‘’Sesungguhnya setan mengalir pada manusia di 
tempat darah mengalir dalam dirinya.’’ (HR. Bukhari, 
Muslim dan Abi Daud)
Inilah simbol perlawanan sepanjang umur 
manusia terhadap setan. Melontar jamrah adalah 
simbol kutukan kepada unsur kejahatan yang 
sering membinasakan manusia. Melontar juga 
mengisyaratkan tekad kuat untuk tidak lagi melakukan 
22 , Al -Bukhārī, nomor hadis: 6219 , Muslim, nomor hadits 
2174. Abi Daud, Sunan Abi Daud, nomor hadits 4719
aktivitas yang mendatangkan bahaya kepada diri 
sendiri dan masyarakat. 
Lemparan jamrah harus dilakukan dengan benda 
padat berupa kerikil, tidak boleh dengan benda cair 
atau benda lembek. Lemparan tidak cukup sekali, 
tapi tujuh kali dan harus mengenai sasaran. Ini 
artinya perlawanan terhadap setan dan sifat-sifatnya 
harus dilakukan secara ulet dan sekuat tenaga. Sifat-
sifat syaitaniyah yang cenderung destruktif harus 
dikeluarkan, dilemparkan, dan dibuang sekuat tenaga 
dari dalam diri manusia. Proses mengeluarkan dan 
melemparnya harus dipastikan tepat agar tidak salah 
sasaran dan dilakukan dengan niat yang kokoh, 
berulang kali, terus-menerus hingga kejahatan benar-
benar sirna dari dalam diri manusia. 
Setan tidak akan pernah ber henti menggoda 
manusia dan godaannya tidak mu dah dirasakan. 
Karena itu, hanya orang-orang yang hidup ikhlas 
sajalah yang akan mampu menanggulangi goda an 
setan itu. Nabi Ibrahim AS selamat dari godaan Iblis 
karena keikhlasan nya menjalani hidup untuk menaati 
perintah-perintah Allah SWT meskipun mengha dapi 
ujian sangat berat untuk menyembelih putranya, Ismail 
AS. Melontar jamarat pada intinya memiliki hikmah 
yang sangat besar, sebagai lambang melempar Iblis 
yang dilaknat oleh Allah SWT, yang kemu dian dikenal 
dengan: Jamrah Ūlā (Sughra), Jamrah Wusta (Tsaniyah), 
dan Jamrah Aqabah (Kubra).
Hikmah NafarR. 
Istilah “nafar” dapat diartikan rombongan atau 
gelombang keberangkatan jemaah haji me  ninggalkan 
Mina. Nafar terbagi dua, yaitu: nafar awwal dan 
nafar tsani. Disebut nafar awwal karena jemaah haji 
menyelesaikan semua ke wajiban haji mereka di Mina 
sam pai hari kedua Tasyriq (12 Dzulhijjah). Disebut 
nafar tsani karena jemaah haji bermalam lagi di Mina 
dan melontar jamrah esok harinya (13 Dzulhijjah) ke-
mudian meninggalkan Mina.
Penetapan nafar se per  ti itu didasarkan atas firman 
Allah SWT dan amalan Rasu lullah SAW, yang mem-
berikan alternatif pilihan buat jemaah haji berdasar-
kan ke pentingan masing-masing. Da lam pengaturan 
tersebut, te cermin toleransi dan keha nifan ajaran Islam 
dalam batas-batas tertentu karena kecenderung an 
untuk melaku kan nafar awwal tidak dapat dilakukan 
begitu saja tanpa memper timbangkan kepenting an 
priba di atau maslahah umum, misalnya pertimbangan 
pengaturan  pu lang  ke kampung hala man. Karena itu, 
Umar bin Khatab melarang penduduk kota Makkah 
untuk mengambil nafar awwal karena mereka tidak di-
desak oleh kepentingan pu lang ke daerah asal, seperti 
yang dije laskan dalam kitab Mausu’ah Fiqhi Umar bin 
Khatab. Se dang kan para imam lain nya mem bo lehkan 
siapa saja mengambil nafar awwal tanpa  dosa te tapi 
kehilangan keutamaan (fadilah), seba gaimana Firman 
Allah SWT:
… Barang siapa mempercepat (meninggalkan Mina) 
setelah dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan 
barang siapa mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) 
baginya, (yakni) bagi orang yang bertakwa. Dan 
bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa 
kamu akan dikumpulkan-Nya. Al-Baqarah [2]: 203. 
Hikmah DamS. 
Dam menurut bahasa berarti darah. Membayar 
dam adalah amalan ibadah yang wajib dilakukan oleh 
orang yang melakukan ibadah haji atau umrah akibat 
sebab-sebab tertentu, baik sebagai konsekuensi dari 
suatu ketentuan tata cara beribadah haji yang dipilih 
oleh jemaah (tamattu’ dan qirān) atau akibat  suatu 
pelanggaran yang dilakukannya karena meninggalkan 
sesuatu yang diperintahkan atau justru me nger -
jakan sesuatu  yang diharam kan dalam ibadah haji 
dan  umrah.
Hikmah yang harus dipaha mi dari syariat 
membayar dam ini adalah bahwa ibadah haji tak 
ubahnya jihad menegak kan agama Allah SWT, yang 
di dalamnya sangat wajar jika darah syahid mengalir 
sebagai akibat dari jihad itu. Menegakkan agama 
dengan jihad berarti membela iman kepada Allah 
SWT, dan pada gilirannya mengangkat keyakinan 
bahwa  “hidup dan mati adalah karena Allah, termasuk 
mati dengan menge luarkan darah”. 
Hikmah Menyembelih Hewan Qur banT. 
Menyembelih hewan qurban adalah mengikuti 
jejak Nabi Ibrahim AS. Allah SWT meme rintahkan 
Ibrahim lewat mimpinya agar menyembelih puteranya, 
Ismail AS, sebagai bukti keimanan dan ketakwa annya 
kepada-Nya. Kemudian Allah SWT menggantikannya 
dengan binatang sembelihan yang besar. Ada dua 
hik mah terdapat dalam kejadian ini:
Ibrahim AS memperli hat kan ketaatan yang 1. 
sempur na kepada Allah SWT Yang Maha 
Agung, pada ia diperintah untuk me nyem belih 
putera ke sa ya ngan nya sendiri. 
Menunaikan kewajiban ber   syukur kepada 2. 
Allah berupa nikmat te busan. Allah SWT men-
jadi kan orang yang me nyem be lih hewan ter-
ma suk orang yang ber se dekah dari nikmat 
yang Allah berikan kepadanya. Dia bukan 
termasuk orang fakir yang berhak menerima 
shadaqah. Je ma  ah haji dan orang-orang yang 
berqur ban pada haki katnya ber ada pada ting-
katan terti nggi di sisi Allah se bab tidak ada 
kedu dukan yang paling tinggi mele bihi ke-
ta atan kepada-Nya dalam setiap perintah-
Nya, seka lipun dalam bentuk me nyem belih 
putera nya sendiri. Karenanya  jemaah haji 
dianjurkan menyembelih hewan qurban 
sesuai kemampuan, setidaknya dengan 
menyembelih seekor kambing, sebagaimana 
Nabi Muhammad SAW memberi contoh 
menyembelih 100 ekor unta untuk qurban 
ketika ia berhaji wada’.
Penyembelihan hewan mengartikan kesucian 
karena darah yang ditumpahkan itu seolah-olah 
adalah darah kotor. Penyembelihan hewan juga 
mengisyaratkan pengorbanan untuk menggapai ridha 
Allah SWT. 
Secara fisik, menyembelih hewan kurban atau 
hewan dam adalah dengan memotong lehernya. Tapi 
secara subtantif-filosofis, penyembelihan hewan ini 
menunjukkan pesan penting kepada umat Islam untuk 
memotong sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam 
diri manusia. Iri, dengki, serakah, rakus, sombong, 
mau menang sendiri, tak kenal sanak saudara adalah 
sebagian dari sifat-sifat kebinatangan yang harus 
dipotong dan disembelih dari diri setiap manusia.
Allah tidak menginginkan daging-daging 
sembelihan karena Dzat Maha Suci itu memang 
tidak membutuhkan daging, tapi Ia menginginkan 
ketakwaan para pelaksana korban atau sembelihan. 
Ketakwaan sejati hanya dapat diimplementasikan oleh 
mereka yang terbebas dari sifa-sifat kebinatangan.
“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali 
tidak akan sampai pada Allah, tetapi yang sampai 
kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia 
menundukkan untukmu agar kamu mengagungkan 
Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan 
sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang 
yang berbuat baik. Al-Hajj [22]: 37
Hikmah Thawaf Wada’U. 
Kata wada’ berarti perpi sahan. Jadi, thawaf 
wada’ adalah thawaf perpisahan dengan Ka’bah al-
Musyarrafah, Masjidil Haram, dan sekaligus dengan 
Tanah Ha ram Makkah. Dalam thawaf wada’ atau 
thawaf perpisahan ini ada bebe rapa hal yang dapat 
diung kapkan dan diharapkan kepada Allah SWT, 
antara lain:
Bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat-1. 
Nya karena atas kehendak-Nyalah seluruh 
rangkaian ibadah haji atau um rah dapat 
diselesaikan dengan baik dan maksimal. 
Berbagai nikmat dan rahmat telah diperoleh 
selama jemaah menjalankan ibadah haji dan 
umrah. Inilah nik mat terbesar yang diberikan 
Allah SWT kepada mereka yang berhaji atau 
berumrah karena tidak semua umat Islam bisa 
melaksanakan ibadah ini kendati mereka ingin 
sekali melaksa nakannya. Sebagai dampak 
dari melaksanakan ibadah haji atau umrah, 
tak terbayangkan berbagai kenik matan yang 
akan diberikan Allah SWT kelak kepada orang-
orang yang melaksanakannya, baik di dunia ini 
maupun di akhirat nanti, Insya Allah.
Mengharap kepada Allah SWT agar semua 2. 
amal ibadah yang dikerjakan, baik berupa  
pengorbanan tenaga, waktu, uang, serta 
materi  lainnya yang dikeluar kan, dapat 
diterima oleh Allah SWT dan iba dah haji dan 
umrah yang mereka kerjakan benar-benar 
mabrur dan memperoleh balasan yang 
dijanjikan Allah, surga penuh kenikmatan. Ini 
karena dalam pe lak sanaan ibadah ini tidak ada 
yang diinginkan kecuali rida, pengampunan, 
dan balasan pahala dari Allah SWT. Rasu lullah 
SAW bersabda:

Aku mendengar Abu Hurairah RA berkata: Aku 
Mendengar Nabi SAW bersabda: Barang siapa 
yang melaksa nakan haji karena Allah dengan tidak 
melakukan rafas\ (kata-kata kotor) dan tidak berbuat 
fusuq (durhaka), maka dia kem bali suci seperti bayi 
yang baru dilahirkan dari kandungan ibu nya (tanpa 
dosa).23 (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Perjalanan dari Indonesia ke Tanah Suci 3. 
Makkah dan kem bali ke Tanah Air tentulah 
per jalanan yang cukup panjang, melelahkan, 
dan berisiko tinggi serta penuh dengan tan-
tangan yang berat. Dalam thawaf wada’ ini, 
doa mereka panjatkan kepada Allah SWT 
agar selama dalam perjalanan senantiasa 
dilindungi Allah de ngan keselamatan dan 
kese hatan. Perjalanan yang demi kian panjang, 
bahkan semua perjalanan hidup, perlu men-
dapat lindungan Allah SWT. Dialah yang Maha 
Bijaksana dan Maha Kuasa mengatur segala 
perjalanan dan melin dungi semuanya.
Mengerjakan haji merupakan kewajiban 4. 
sekali seumur hi dup, tapi tidak salah pula bila 
seseorang ingin menger ja kan nya lebih dari 
satu kali selama hidup. Pertemuan atau berada 
di Ka’bah memiliki makna ter sendiri bagi setiap 
orang yang mengerjakan haji atau umrah. 
Baitullah bukan se ka dar “ru mah” yang ditatap 
se pin tas dan kemudian di tinggal kan. Ter nyata 
Baitullah adalah sum ber kerinduan bagi setiap 
jemaah haji karena setiap je ma ah yang akan 
mening gal kan Ka’bah ternyata rindu untuk 
23  Al- Bukharī, s}ah}ih} Bukharī, nomor  hadits: 1521 dan Muslim, 
nomor hadits: 1350
kembali ke sana, bahkan tidak sedikit orang 
yang mene teskan air mata ka renanya. Ber beda 
ketika orang meli  hat sesuatu tanpa kesan dan 
tidak tertarik lagi untuk kali kedua dan sete-
rus nya. Berbeda de ngan Ka’bah, setelah meli-
hat nya atau ber ada di sana, mun cul keimanan 
dalam hati. Sebab itu, ke tika thawaf wada’, 
setiap jemaah ber doa agar dapat ber kun jung 
kembali ke Baitullah.
Hikmah Ziarah V. 
Ziarah sesuai dengan hukum dasarnya adalah 
jaiz (boleh) dan dapat menjadi sunnah atau dapat 
pula menjadi makruh atau menjadi haram, tergantung 
dari niat yang melaksanakan ziarah. Apabila dia 
berziarah semata-mata karena Allah SWT, ziarah yang 
ia lakukan menjadi ibadah baginya. Bila ziarahnya 
untuk mengambil i’tibar atau nilai pelajaran atas yang 
didapatnya, apa yang ia lakukan menjadi sunnah. 
Sebaliknya, bila ziarahnya hanya semata-mata karena 
didorong oleh nafsu atau pertimbangan lain yang tidak 
dibenarkan agama, yang dapat merusak akidah, apa 
yang ia lakukan menjadi ziarah yang makruh, bahkan 
haram dan diazab di sisi Allah SWT. Karena itu, hikmah 
yang dapat dipetik dari ziarah adalah:
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan 1. 
kepada Allah SWT dan menambah rasa cinta 
terhadap ajaran-ajaran agama. Hal ini termasuk 
dalam pemahaman firman Allah SWT:
Artinya:
Katakanlah (Muhammad), “Jelajahilah bumi, kemudian 
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang 
yang mendustakan itu”. Al-An’am  [6]: 11.
Mengambil pelajaran dari apa yang 2. 
ditemukannya dalam ziarah untuk kepentingan 
hidupnya selagi tidak bertentangan dengan 
ajaran agama Islam. Sikap seperti ini termasuk 
yang difirman kan Allah SWT:
Artinya:
Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, 
wahai orang- orang yang mempunyai pandangan! Al-
Hasyr [59]: 2.
Ziarah mengajarkan umat Islam tentang 
pentinganya menghargai sejarah dan konservasi 
peninggalan para pendahulu. Ziarah juga memberi 
pelajaran bahwa hidup ini berproses dan bersiklus, 
mulai dari lahir, tumbuh menjadi anak-anak, 
remaja, dewasa, hingga usia tua dan mati kembali 
ke haribaan Tuhan. Ziarah mengingatkan setiap 
manusia tentang hakekat hidup tak lebih dari sebuah 
proses silih berganti dari satu kondisi ke kondisi lain. 
Allah  berfirman: 
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka 
merekapun (pada perang Badar) mendapat luka 
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) 
itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka 
mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan 
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang 
kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur 
sebagai) syuhada’.  Dan Allah tidak menyukai orang-
orang yang zalim.” Ali Imran : 140.

TEMPAT-TEMPAT ZIARAH DI TANAH SUCI
Saat menetap di tanah suci Madinah dan 
Makkah, jemaah haji mendapat kesempatan untuk 
melakukan ziarah ke sejumlah situs bersejarah. Jemaah 
hendaknya memilih tempat ziarah sesuai tuntunan 
yang benar. Di antara banyak tempat yang disarankan 
untuk dikunjungi adalah situs-situs bersejarah atau 
masjid-masjid yang dulu Nabi SAW pernah singgah 
dan salat di sana. Ziarah dilakukan bukan hanya 
untuk menyaksikan bangunan atau mengambil foto-
foto bangunan sebagai kenangan, tapi juga untuk 
beribadah pada Allah dengan melaksanakan salat 
tahiyatul masjid sebagaimana yang dilakukan Nabi 
atau melakukan ibadah-ibadah lain sesuai tuntunan 
Islam, misalnya bertasbih ketika mengagumi 
bangunan atau pemandangan alam.  
Kota MadinahA. 
Keutamaan Madinatul Rasul1. 
Madinah terletak di tengah pa dang pasir yang 
subur. Di sebelah barat laut kota ini dikelilingi oleh 
bukit Silaa’, di sebelah selatan dipagari oleh bukit E’ir 
dan Wadi al-Aqiq, di sebelah utara dibatasi oleh Jabal 
Uhud, Jabal s}ur, dan Wadi Qanat, di sebelah timur 
dihadang kawasan Tanah Hitam (Harrah) Waqim asy-
Sya riyyah, dan di sebelah barat dibatasi oleh Harrah 
Wabrah al-Gharbiyyah. Rasulullah SAW menja dikan 
Madi nah sebagai tanah haram atau Tanah Suci setelah 
Makkah al-Mukarra mah. Dalam sebuah hadis riwayat 
Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:
 

Artinya:
Dari Abdullah bin Zaid, Nabi SAW bersabda: 
Sesungguhnya Nabi Ibrahim telah meng haramkan 
Makkah dan berdoa untuknya dan aku mengharamkan 
Madinah sebagai mana Nabi Ibrahim mengharamkan 
Mak kah dan aku berdoa untuk keberkatan Madinah, 
baik dalam mud maupun s}a’-nya, sebagai mana 
Nabi Ibrahim AS berdoa untuk Makkah (HR. Bukhari 
dan Muslim). Menurut sebuah riwayat: Dari Anas RA: 
Sesungguhnya Nabi SAW berdoa: Ya Allah jadikanlah 
keber kahan kota Madinah dua kali lipat daripada 
keberkahan yang Engkau berikan kepada kota 
Makkah” (HR. Mutta faq ‘Alaih). 
Adapun keistimewaan atau kelebihan Madi nah 
antara lain:
Kota ini sangat permai karena jumhur 1. 
ulama, seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, dan 
Imam Ahmad me nyatakan bahwa hukum 
menangkap bina tang buruan dan menebang 
pohon yang tumbuh di Madinah haram 
berdasarkan hadis Nabi SAW:
 
Artinya:
Dari Jabir RA. berkata: Bersabda Nabi SAW: 
Sesungguhnya Nabi Ibrahim me mu liakan Makkah, 
dan aku memu lia kan Madinah di antara dua tanah 
hitam nya, jangan ditebang pohon-pohonnya dan 
jangan ditang kap bina tang bu ruannya. (HR. Muslim)
Kota ini sangat aman karena Allah, malaikat, 2. 
dan semua manusia akan melaknat orang-
orang yang melakukan kezaliman atau 
kemaksiatan di Madinah sebagai ma na sebuah 
hadis Nabi Muhammad SAW:

Artinya: 
Ali bin Abi Thalib berkata bah wa Nabi SAW bersabda: 
‘’Madinah adalah tanah haram, letak nya di antara 
bukit E’ir dan bukit Tsur. Barang siapa yang melakukan 
kedza liman (kemak siatan) di dalamnya, maka baginya 
lak nat Allah, Malaikat dan manusia selu ruhnya dan 
semua amal baiknya yang wajib maupun yang sunat 
tidak akan diterima oleh Allah pada hari kiamat.’’ (HR. 
Bukhari dan Muslim).
Kota ini menenteramkan hati siapa pun yang 3. 
mengunjunginya karena hati orang-orang 
beriman yang memasuki kota ini akan dibuat 
tenteram oleh Allah sebagaimana ketenteraman 
ular saat memasuki sarang mereka. Hal ini 
berdasarkan hadits Nabi Mu hammad SAW:

Artinya:
Dari Abu Hurairah RA Rasu lullah SAW telah bersabda: 
Sesungguh nya iman akan berkumpul di Madinah 
se ba  gai mana berkumpulnya ular ke sarang nya 
(HR.   Bukhari).
Masjid Nabawi2. 
Nilai dan pahala salat di Masjid Nabawi sangat 
tinggi sebagaimana sabda Nabi SAW:
 
Artinya: 
Jabir RA berkata: sesungguhnya Rasu lullah SAW 
bersabda: ‘’Salat di masjidku lebih mulia nilainya 1.000 
kali lipat dibanding salat di masjid lain, kecuali di 
Masjidil Haram dan salat di Masjidil Haram lebih mulia 
nilainya 100.000 kali lipat dibanding salat di masjid 
lain.’’ (HR.Ibnu Majah)
nah, kaum 
Anshar mengelu-elukannya serta menawarkan rumah 
untuk beristirahat. Namun, Rasulullah SAW menjawab 
dengan bijaksana: “Biar kanlah unta ini berjalan karena 
ia diperintah Allah.” Setelah sampai di hadapan rumah 
Abu Ayyub al-Ans}ari, unta tersebut berhenti, kemudian 
Nabi dipersilkan oleh Abu Ayyub al-Ans}ari tinggal di 
rumahnya. Setelah beberapa bulan tinggal di rumah 
Abu Ayyub al-Ans}ari, Nabi SAW mendirikan mas jid di 
atas sebidang tanah, yang se bagian milik As’ad bin 
Zurarah yang dise rahkan sebagai wakaf. Sebagian lagi 
dibeli dari milik anak yatim ber na ma Sahal dan Suhail, 
anak Amir bin Amarah di bawah asuhan Mu’az bin 
Atrah. Waktu membangun masjid, Nabi meletakkan 
batu pertama dan selan jutnya kedua, ketiga, keempat, 
6  Ibnu Majah, nomor hadis: 1406
a. Sejarah Berdirinya 
Waktu Rasulullah SAW masuk Madi 
dan kelima masing-masing oleh saha bat Abu Bakar, 
Umar, Us\man, dan Ali.  
 Kemudian dikerjakan dengan go tong royong 
sampai selesai. Pagar nya dari batu tanah (setinggi ± 
2 meter). Tiang-tiangnya dari batang kurma, atap dari 
pelepah daun kurma, hala man ditutup dengan batu-
batu kecil, kiblat meng hadap Baitul Maqdis, karena 
waktu itu perintah Allah untuk menghadap Ka’bah 
belum turun. Pintunya terdiri dari tiga buah, yaitu: 
pintu kanan, pintu kiri, dan pintu bela kang. Panjang 
masjid 70 hasta, lebar 60 hasta. Dengan demikian, 
masjid itu sederha na sekali tanpa hiasan.
 Masjid tersebut dibuat tahun pertama Hijriyah. 
Di sekitar masjid dibangun tempat keluarga Rasulullah 
SAW, sementara di sebelah timur masjid dibangun 
rumah Siti Aisyah yang kemudian menjadi tempat 
pemakaman Rasulullah SAW dan kedua sahabatnya.
Masjid Nabawi Madinah
bar. Luas Raudah dari arah timur ke 
barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan 
15 meter. Raudah adalah tempat di mana doa-doa 
dikabulkan. Sabda Rasulullah SAW:

Artinya:
Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda: 
‘’Di antara rumahku dengan mimbarku 
ada lah Raudah (taman) di antara ta man-
taman surga.’’ (HR. Bukhari)
7 Al-Bukhari, nomor hadis: 1888
Raudah adalah tempat di dalam Masjid Nabawi 
yang letaknya ditandai tiang-tiang putih, berada di 
antara rumah Siti Aisyah (sekarang makam Rasulullah 
SAW) sampai mim 
b. Raudah
Raudah di Masjid Nabawi Madinah.


Mihrab c. 
Masjid Nabawi mula-mula dibangun tanpa mih-
rab. Mihrab pertama dibangun pada 15 Sya’ban tahun 
kedua Hijriyyah setelah Rasulullah SAW menerima 
perintah memindahkan arah kiblat dari Baitul Maqdis 
di Yerussalem ke Baitullah di Makkah. Saat ini ada lima 
mihrab di Masjid Nabawi, masing-masing:
Mihrab Nabawi di sebelah timur mimbar. 1. 
Tempat ini mula-mula di pa kai untuk imam 
waktu Rasu lullah SAW memimpin salat. Mihrab 
yang ada sekarang ini meru pakan hadiah dari 
al-Asyraf Qait Bey dari Mesir;
Mihrab Sulaiman di sebelah kiri mimbar. 2. 
Bentuk mihrab ini sama dengan bentuk Mihrab 
Nabawi, dibangun pada 938 H, hadiah dari 
Sultan bin Salim dari Turki;
Mihrab Us3. \mani terletak di te ngah-tengah 
dinding arah kiblat, yang sekarang digunakan 
imam me mim pin salat berjamaah; 
Mihrab Tahajjud di sebelah utara jendela 4. 
makam Rasulullah SAW, bentuknya lebih kecil 
dari Mihrab Nabawi dan Mihrab Sulaiman. Di 
tempat ini, Rasulullah SAW sering melakukan 
salat tahajjud dan mihrab ini mengalami 
perubahan pada zaman Sultan Abdul Majid ;
Mihrab al-Majidi di sebelah utara 5. Dakkatul 
Agawat, jaraknya lebih kurang empat meter. 
Tempat Dakkatul Agawat agak meninggi 

antara Mihrab Tahajjud dan Mihrab al-Majidi, 
dengan panjang 12 meter dan tinggi 0,5 meter. 
Tempat ini dulu menjadi lokasi berkumpulnya 
fakir miskin ahlus suffah.
Makam Rasulullah SAWd. 
Makam Nabi Muhammad SAW dahulu di na-
makan Maqsurah. Setelah masjid diper luas, makam ini 
termasuk di dalam ba ngunan masjid. Pada bangunan 
ini terda pat empat buah pintu:
Pintu sebelah kiblat dinamai pintu 1) at-Taubah;
Pintu sebelah timur dinamai pintu 2) Fatimah; 
Pintu sebelah utara dinamai pintu 3) Tahajjud;
Pintu sebelah barat ke Raudah (sudah ditutup).4) 
Dalam ruangan ini terdapat tiga ma kam, yaitu 
makam Rasulullah SAW, Abu Bakar as }-s}iddiq RA, dan 
Umar bin Khat}t}ab RA.
Waktu Ziarah ke Makam Rasulullah SAW dan Raudah
Berbeda dengan Masjidil Haram Makkah yang 
terbuka untuk jemaah selama 24 jam, Masjid Nabawi 
hanya dibuka pada pukul 03.00-22.00 Waktu Saudi 
Arabia. Untuk itu, pengurus masjid mengatur waktu 
untuk berziarah. Jemaah haji perempuan dapat 
mengunjungi Raudah dan berziarah ke makam 
Rasulullah SAW pada pukul 07:00 -10:00 dan mulai 
ba’da isya’ hingga pukul 22:00 Waktu Saudi Arabia. 
Tempat berziarah perempuan terpisah dengan tempat 
berziarah  laki-laki yang dibatasi dengan sekat yang 
dipasang khusus ketika perempuan berziarah.
Makam Rasulullah SAW
Makam Baqi’ al-Gharqade. 
Baqi’ al-Gharqad adalah tanah kuburan sejak 
zaman jahiliyah sampai sekarang. Jemaah haji yang 
meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi’, terletak 
di sebelah timur Masjid Nabawi. Di tempat itu 
dimakamkan Us\man bin Affan RA (Khali fah III) dan 
para istri Nabi Muhammad SAW, yaitu Siti Aisyah RA, 
Ummi Salamah RA, Juwairiyah RA, Zainab RA, Hafsah 
binti Umar bin Khat}t}ab RA, dan Mariyah al-Qibtiyah 
RA serta putra-putri Rasu lullah SAW di antara mereka 
Ibrahim, Siti Fatimah, dan Ummu Kulsum. Ruqayyah 
Halimatus Sa’diyah, ibu susuan (rad}a’) Rasulullah 
SAW, juga dimakamkan di permakaman ini. Di sini 
pula dima kamkan ulama t}abi’in al-kubra Imam Nafi 
(guru Imam Malik bin Anas). Sahabat yang mula-mula 
dimakamkan di Baqi’ adalah Abu Uma mah, Hasan 
bin Zararah dari kaum Ansar dan Us \man bin Maz’un 
dari golongan Muha jirin. Dikenal dengan na ma Baqi’ 
- 218 -

al-Gharqad karena di sini dahulu kala tumbuh pohon-
pohon Gharqad (ge rum bul), sejenis pohon yang ber-
daun kecil dan berduri. Di Baqi’ ini Rasulullah SAW 
membaca salam dan doa berikut:

Artinya:
Dari Aisyah RA. berkata: Rasulullah SAW keluar dan 
menjelang malam sampai di Baqi’, lalu bersabda: 
‘’Salam sejahtera atas kalian wahai (penghuni) rumah 
kaum beriman! Apa yang dijanjikan kepa da kalian 
yang masih ditangguhkan besok itu pasti akan datang 
kepada kalian dan kami Insya Allah akan menyusul 
kalian. Ya Allah! Am punilah ahli Baqi’ al-Gharqad 
(HR.  Muslim)
8  Muslim, nomor hadis: 974.
- 219 -

Makam Baqi’ al-Gharqad di Madinah
Masjid Quba3. 
Masjid Quba adalah sebuah masjid yang terletak 
di daerah Quba, desa kecil terletak ± 5 kilometer 
sebelah barat daya Madinah. Waktu Nabi Muhammad 
SAW berhijrah ke Madinah, orang-orang perta ma yang 
menyongsong kedatangan Rasulullah SAW adalah 
penduduk Quba. Ketika Nabi bersama pengiring 
tunggalnya, Abu Bakar a s }- s }iddiq, datang kali pertama 
ke Madinah dengan berpa kaian yang sama-sama 
putih, masyarakat Quba dan Madinah bingung 
karena mereka belum mengenal Nabi. Hal ini mena rik 
perhatian Abu Bakar. Untuk menghi lang kan keragu-
raguan mereka, Abu Bakar langsung memegang 
selendangnya dan dilin dungkan di atas kepala Nabi. 
Dengan demikian, para penjemput me ngerti siapa 
Nabi SAW di antara keduanya. Nabi tiba di Quba pada 
Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun  13  kenabian  atau di usia 
53  tahun. Menurut kete rangan Mahmud Pasya al-Falaki, 
ulama ahli falak yang terkenal asal Mesir, hari kedatangan 
Nabi di Quba bertepatan dengan 20 September 622 
M. Waktu itu, di Quba Nabi menempati rumah Kalsum 
- 220 -

bin Hadam dari Kabilah Amir bin Auf. Di Quba inilah 
Rasulullah mendirikan masjid di atas sebidang tanah 
yang dibeli dari Kalsum bin Hadam. Batu pertama 
diletakkan oleh Nabi sendiri, kemudian berturut-turut 
diletakkan oleh Abu Bakar, Umar, Us\man, dan Ali bin Abi 
T}alib. Selanjutnya, pembangunan masjid dikerjakan oleh 
sahabat Muhajirin dan Ansar sampai selesai. 
Masjid Quba adalah masjid pertama yang 
didirikan oleh Nabi Muhammad SAW dan dibangun 
dua kali. Pertama, ketika kiblat masjid ini menghadap 
Baitul Maqdis. Kedua, ketika kiblatnya meng hadap Bai-
tullah. Dalam memba ngun masjid ini, Nabi dibantu 
Malaikat Jibril yang mem beri petunjuk arah kiblat 
masjid  tersebut.
Letak Masjid Quba saat ini berada di sudut 
perempatan jalan tidak jauh dari jalan baru yang 
menghubungkan Madinah-Jeddah-Makkah. Rasulullah 
SAW memberi prioritas untuk mendatangi masjid ini dan 
mempunyai kebiasaan mengun jungi nya setiap Sabtu. 
Keutamaan masjid ini dijelaskan dalam sabda Rasu-
lullah  SAW: 
 

Artinya:
Sahl bin Hunaif RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: 
‘’Barang siapa bersuci (membersihkan diri dari najis 
dan hadas\) di rumahnya kemu dian datang ke masjid 
Quba dan salat di dalamnya, ia mendapatkan pahala 
seperti pahala umrah.’’ (HR. Ibnu Majah)
Masjid Quba di Madinah
Jabal (Bukit) Uhud4. 
Jabal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar 
di Madinah. Letaknya ± 5 kilometer dari pusat kota 
Madinah, berada di pinggir jalan lama Madinah-
Makkah. Di lembah bukit ini pernah terjadi perang 
dahsyat antara 700 kaum Muslimin melawan 3.000 
kaum Musyrikin Makkah. Dalam pertem puran itu, 70 
syuhada Muslim gugur, antara lain Hamzah bin Abdul 
Mut}alib, paman Nabi Muhammad SAW. Perang Uhud 
terjadi pada 3 H. 
Waktu kaum Musyrikin Makkah sampai di 
perbatasan Madinah, umat Islam menga dakan 
musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin 
oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak para sahabat 
mengusulkan agar umat Islam menyongsong keda-
- 222 -

tangan musuh di luar kota Madinah. Usul ini akhirnya 
disetujui oleh Nabi Muham mad SAW. Rasulullah 
kemudian me nem patkan beberapa pemanah di atas 
bukit ar-Rimah (bukit sebelah utara Uhud) di bawah 
pimpinan Mas}’ab bin Umair untuk mengadakan 
serangan-serangan bilamana kaum Musyrikin mulai 
menggempur kedudukan umat Islam. 
Dalam perang yang dahsyat tersebut, umat Islam 
sempat mendapat keme nangan gemilang, sehingga 
kaum Musyrikin lari pontang-panting. Namun, 
pasukan pemanah yang berada di atas gunung 
tergoda setelah melihat barang-barang berharga 
yang ditinggalkan musuh. Sebagian besar mereka 
meninggalkan pos untuk turut mengambil harta ram-
pasan perang, padahal Nabi Muhammad SAW telah 
memerintahkan agar mereka tidak me ning galkan pos, 
apa pun yang  terjadi. 
Pos jaga yang kosong itu dimanfaatkan oleh 
Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam), seorang ahli 
strategi perang yang memimpin tentara berkuda 
(kaum Musyrikin), untuk me nggerakkan tentaranya 
kembali menyerang dari arah belakang (Selatan), 
sehingga umat Islam mengalami keka lahan yang 
tidak sedikit. Dalam perang ini, Hindun binti ‘Utbah 
mengupah Wahsyi Alhabsyi, budak Zubair, untuk 
membunuh Hamzah bin Abdul Mut }alib karena 
ayah Hindun dibu nuh oleh Hamzah dalam perang 
Badar. Begitu pula Zubair bin Mut’im berjanji kepada 

Wahsyi akan memerdekakannya jika ia berhasil 
membunuh  Hamzah.
Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan 
tersebut mendapat luka-luka dan beberapa buah 
giginya tanggal. Para sahabat yang menjadi perisai 
diri Nabi Muhammad SAW gugur karena ba dan 
mereka penuh dengan anak panah. Sete lah perang 
usai, kaum Musyrikin mengun durkan diri kembali ke 
Makkah. Nabi SAW kemudian memerin tahkan agar 
mereka yang gugur dima kamkan di tem pat mereka 
roboh sehingga ada satu liang kubur berisi beberapa 
syuhada. Kuburan Uhud saat ini dikelilingi tembok. 
Ucapan salam saat umat Islam  menziarahi tempat 
ini patut disampaikan kepada Sayyidina Hamzah 
RA, Mas\’ab bin Umair RA, dan para syuhada Uhud 
sebagai  berikut:
 
Artinya:
Salam untukmu wahai paman Nabi Sayyi dina Hamzah 
bin Abdul Mut}alib, salam untukmu wahai singa 
Allah dan singa Rasu lullah. Salam untukmu wahai 

pemimpin syuhada. Salam untukmu wahai Mus\’ab 
bin Umair, wahai pang lima pilihan, wahai yang 
mengokohkan kedua kakinya di atas bukit ar-Rimah 
sampai datang  ajalnya.
Jabal Uhud di Madinah
Masjid Qiblatain5. 
Masjid tersebut mula-mula dikenal dengan nama 
Masjid Bani Salamah karena masjid ini dibangun di 
atas tanah bekas rumah Bani Salamah. Letaknya di tepi 
jalan menuju kampus Universitas Madinah di dekat 
Istana Raja ke jurusan Wadi Aqiq. Pada permulaan 
Islam, orang melakukan salat dengan menghadap 
kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina. 
Pada tahun kedua Hijriyah,  Senin bulan Rajab waktu 
Żuhur,  turunlah wahyu QS. al-Baqarah [2]: 144, yang 
memerin tahkan Nabi SAW untuk menjadikan Ka’bah 
di Masjidil Haram Makkah seba gai kiblat. Pada waktu 
As}ar, para sahabat yang salat berjamaah di Masjid 
Qiblatain masih menghadap Baitul Maqdis. Namun, 
di tengah salat berjamaah tersebut, datang seorang 
saha bat yang masbuk  (terlambat) dan berteriak 
bahwa Rasulullah SAW dan para saha batnya di Masjid 

Nabawi telah beralih kiblat ke Masjidil Haram. Maka, 
serentaklah imam dan mak mumnya mengubah arah 
kiblat dari Baitul Maqdiss ke Masjidil Haram. Karena 
peristiwa tersebut, akhir nya masjid ini diberi nama 
Masjid Qibla tain yang berarti masjid ber kiblat dua.
Masjid Qiblatain di Madinah
Khandaq/Masjid Khamsah6. 
Khandaq dari segi bahasa berarti parit. Dalam 
sejarah Islam, yang dimaksud Khandak adalah 
peristiwa penggalian parit pertahanan sehubungan 
dengan peristiwa pengepungan kota Madinah oleh 
kafir Quraisy bersama dengan sekutu-sekutunya dari 
Yahudi, Bani Nadir, Bani Ghat }afan, dan lainnya. Saat 
Rasulullah SAW mendengar bahwa kafir Quraisy ber-
sama sekutu-sekutunya akan menggem pur kota 
Madinah, Rasulullah SAW mengadakan musyawa rah 
dengan para sahabatnya bagaimana cara mena nggu-
langi penyerangan ter sebut.
Waktu itu Salman al-Farisi, salah satu sahabat 
Nabi yang berasal dari Persia,  memberikan saran supa-
ya Rasulullah SAW menggali parit sebagai benteng 
per tahanan. Usul tersebut diterima oleh Rasulullah 

SAW. Maka digalilah parit tersebut di bawah pimpinan 
Rasulullah SAW sendiri. Peristiwa pengepungan 
kota Madinah ini terjadi pada Syawal tahun kelima 
Hijriyah. Peninggalan perang Khandaq yang ada 
sampai sekarang hanyalah berupa lima unit pos jaga 
yang semula berjumlah tujuh unit. Sebagian riwayat 
menyatakan, tempat tersebut adalah bekas pos pen-
jagaan yang kemudian dibangun masjid yang megah 
di atasnya. 
Masjid Khamsah di Madinah
Masjid al-Ijabah7. 
Masjid al-Ijabah terletak di sebelah utara barat laut 
Masjid Nabawi, dulu dikenal dengan nama Manazil Bani 
Mua wiyah. Disebut Masjid al-Ijabah karena Rasulullah 
SAW pada suatu hari mampir di sana salat dua rakaat 
di Masjid Bani Mua wiyah dengan doa yang sangat 
panjang dan para sahabat ikut salat bersamanya. Selesai 
salat, Rasulullah SAW ber balik ke pada sahabatnya dan 
bersabda: (berikut petikan hadis  lengkapnya):

Artinya:
Aku telah meminta kepada Tuhanku tiga perkara, 
dikabulkan dua dan ditolak satu, yaitu: aku memohon 
kepada-Nya agar Tuhanku tidak membinasakan 
umatku dengan kekeringan, Tuhanku menga bulkannya; 
aku meminta-Nya untuk tidak menghancurkan umatku 
dengan ben cana tenggelam, Tuhanku mengabulkannya; 
lalu aku memohon kepada Tuhanku untuk tidak terjadi 
derita karena permusuhan di antara umatku, maka 
Tuhanku menolaknya.’’ (HR. Muslim).
10  Muslim, nomor hadits 2890.


Masjid Al-Ijabah di Madinah
Masjid Jum’ah8. 
Masjid Jum’ah terletak ± 500 meter sebe lah utara 
Masjid Quba. Di tanah ini dulu tinggal Bani Salim 
bin ‘Auf. Rasulullah SAW mampir ke tem pat tersebut 
pada hari Jumat, lalu tiba waktu salat Żuhur.  Rasu-
lullah SAW kemudian salat dua rakaat dida hului dua 
khutbah. Inilah salat berjamaah Jum’at pertama yang 
dilak sanakan oleh Rasulullah SAW walau pun perintah 
salat berjamaah Jum’at telah turun sewaktu Rasulullah 
SAW masih berada di Makkah. Saat itu Rasulullah SAW 
tidak melaksana kan nya karena menghindari azab 
kaum Musyrikin Makkah. Tapi waktu itu, Mas }’ab bin 
Umair telah melaksanakannya di Quba, di tempat 
Bani Amru bin ‘Auf yang nantinya menjadi bagian dari 
Masjid Quba yang dibangun oleh Rasulullah SAW di 
saat berhijrah. Riwayat lain me nye but kan, sahabat 
pertama yang melak sanakan salat berjamaah Jum’at 
sebe lum Rasu lullah SAW adalah As’ad bin Zurarah. 
Khutbah yang disampai kan Rasulullah SAW di masjid 

ini, yang selanjutnya dise but dengan Masjid Jum’ah, 
merupakan khut bah pertama yang disampaikan Rasu-
lullah SAW dalam salat Jum’at.
Masjid Jum’ah di Madinah
Masjid Abi Dzarr al-Ghifari9. 
Awalnya dikenal dengan nama Masjid al-Bukhair, 
masjid ini terletak di sebuah perkebunan sekitar 650 
meter dari Masjid Nabawi. Masjid ini dikenal juga 
dengan nama Masjid as-Sajadah karena Rasulullah 
SAW pernah mampir ke masjid ini dan salat dua rakaat 
dengan  sujud akhirnya pan jang sekali, sehingga 
para sahabat mengi ra dan khawatir Rasulullah SAW 
telah meninggal dalam sujudnya. Namun, ternyata 
Nabi bangkit dan menyelesaikan sa lat nya. Selepas 
salat,  Abdur rahman bin Auf berta nya kepada Rasu-
lullah SAW tentang sujudnya yang pan jang, Rasulullah 
SAW  menjawab:

Artinya: 
Abdurrahman bin Auf RA berkata… Nabi SAW 
bersabda: ‘’Sesungguhnya Jibril AS datang kepadaku 
menyampaikan kabar gembira, katanya Allah ‘Azza wa 
Jalla berfirman: ‘’siapa saja bersha lawat kepadamu, 
maka Aku akan bersalawat kepadanya, dan siapa 
saja yang memberi salam kepadamu, niscaya Aku 
akan memberi salam kepadanya,’’ maka aku bersujud 
kepada Allah Azza wa Jalla sebagai wujud rasa syukur.’’ 
(HR. Ahmad)
Berdasarkan peristiwa di atas, masjid yang kini 
berada di jalan Abu Dzar al-Ghifari Madinah ini juga 
dikenal dengan nama Masjid s }alawat.
Masjid Abi Dzarr Al-Ghifari di Madinah
11  Ahmad, Al-Musnad, nomor hadits: 1664
- 231 -

Masjid Ghamamah10. 
Masjid Ghamamah artinya masjid men dung 
atau awan tebal. Terletak di arah barat daya Masjid 
Nabawi ± 500 meter, masjid ini pada zaman Rasulullah 
SAW merupakan alun-alun atau tanah lapang di  
tengah  kota.
Setiap hari  raya  Idul  Fitri atau Idul Adha, Nabi 
SAW selalu melaksanakan salat di alun-alun ini, juga 
pada waktu salat Istisqa (salat minta hujan). Ini terjadi 
karena pada acara-acara tersebut Nabi memerintahkan 
semua kaum Muslimin mengikutinya, ter ma suk para 
perempuan yang sedang haid. Ketika Nabi Muhammad 
SAW dan pen duduk kota Madinah melakukan salat 
minta hujan, belum lagi acara itu selesai, mendung pun 
tiba kemu dian turunlah hujan. 
Riwayat lain menye butkan, pada suatu ketika, 
Nabi melaksanakan khutbah Idul Fitri terlalu panjang 
sehingga para jemaah gelisah karena terik Matahari. 
Lalu datanglah mendung atau awan tebal yang 
menutupi sinar Matahari hingga acara selesai. Untuk 
mengingatkan acara ini diba ngunlah sebuah masjid 
yang diberi nama Masjid Ghamamah, yang berarti awan 
atau mendung.
Masjid ini sampai sekarang masih diguna kan 
untuk salat lima waktu bagi orang-orang di sekitarnya, 
namun tidak lagi digunakan untuk salat Idul Fitri, Idul 
Adha, Istisqa, atau salat Jum’at. 


Masjid Al-Ghamamah di Madinah
Masjid Mīqāt11. 
Masjid al-Muhrim adalah nama lain dari Masjid 
al-Mīqāt yang ada di Zul Hulaifah. Saat ini Masjid 
Miqat lebih populer dengan nama Masjid Bir Ali atau 
lebih dikenal dengan Abyar Ali. Dinamakan Masjid al-
Muhrim karena di masjid inilah Rasulullah SAW dan 
para sahabat mengambil mīqāt untuk berihram haji. 
Masjid al-Muhrim terletak di lembah Aqiq kira-kira 
10 kilometer dari Masjid Nabawi. Masjid al-Muhrim 
diberi pula nama Masjid Bir Ali atau Zul Hulaifah 
karena di tempat inilah dulu Sayidina Ali bin Abi Thalib 
mengisolasi diri saat ia menghindar dari memberikan 
ba’iat khilafah kepada Us\man bin Affan.
Masjid Miqat di Madinah


Kota MakkahB. 
Makkah merupakan kota tua di dataran Arab. 
Keberadaan kota Makkah tidak terlepas dari  peran 
Nabi Ibrahim AS ketika ia menempatkan keluarganya 
di sana usai berhijrah dari Palestina atas perintah 
Allah lalu membangun Ka’bah. Sejak dulu Makkah 
menjadi tempat persinggahan para kafilah dagang 
yang mengadakan perjalanan niaga antara Syam-
Palestina- Yaman.12 
Makkah dalam  bahasa Sabean disebut Makuraba 
yang berarti tempat suci.13 Secara bahasa Makkah 
disebut juga Bakkah yang artinya menangis. As-
Shuyûthî mengatakan Makkah adalah keseluruhan 
tanah haram, sedangkan Bakkah nama Baitullah dan 
tempat tawaf yang mencakup Masjidil Haram.14 
Makkah merupakan kota tempat Nabi 
Muhammad SAW dilahirkan dan tempat ayat pertama 
dalam Al- Qur’an diturunkan. Bagi umat Islam, Makkah 
merupakan kota suci pertama, tempat di mana 
doa-doa mustajab, tempat penuh berkah, tempat 
umat Islam berkumpul untuk melaksanakan ibadah 
haji dan umrah.15 Berkat adanya Ka’bah, Allah SWT 
menyucikan seluruh kawasan Makkah dan kemudian 
disebut sebagai tanah haram yang ditetapkan 
melalui Nabi Ibrahim AS.16 [(QS. An Naml (27) : 91 dan 
al- Qashash  (28) : 57]. 
Dataran Arab Saudi merupakan daerah subtropis, 
bermusim panas dan musim dingin. Suhu udara sangat 
ekstrim dengan kelembaban yang sangat rendah. 
Musim panas jatuh antara Mei-Oktober dan musim 
dingin jatuh antara November-April. Pada musim 
dingin, suhu udara kota Makkah mencapai temperatur 
minus 15 derajat Celcius. Pada saat musim panas 
suhu udara bisa mencapai 45–50  derajat Celcius.17 
Suhu udara yang sejuk terjadi pada bulan peralihan 
antarmusim, baik dari musim dingin ke musim panas 
atau sebaliknya. Musim ini disebut sebagai syita >’ 
(musim dingin) dan shaīf (musim panas) keduanya 
diabadikan dalam QS Quraīsy (106) : 2.
Makkah merupakan lembah kering dan tandus 
terletak 330 meter dari permukaan laut. Di sekelilingnya 
berdiri gunung-gunung batu. Saat ini, Kota Makkah 
telah diperluas dan menjadi kota metropolitan. 
Panjang kawasannya mencapai 127 kilometer dengan 
luas kurang lebih 550 kilometer persegi.18 Makkah 
merupakan pusat seluruh daratan di bumi yang 
terletak persis di tengah bumi.19 Sebagian gunung-
gunung tandus di sekeliling Makkah dihancurkan lalu 
dijadikan terowongan untuk jalan raya, permukiman, 
dan perluasan Masjidil Haram. Karena itu, Makkah 
kini dipenuhi bangunan-bangunan tinggi berupa 
rumah penduduk, perkantoran, restoran, toko-toko, 
supermarket dan hotel-hotel untuk akomodasi jemaah 
haji atau jemaah ‘umrah. 
Menurut al-Fakihi, ada lebih dari 18 tempat ziarah 
di Makkah yang pernah disinggahi Nabi SAW. Namun, 
akibat modernisasi kota, tempat-tempat tersebut kini 
banyak yang tidak bisa dikenali lagi. Tempat ziarah 
yang banyak dikunjungi saat ini terbatas pada tempat 
yang mudah dijangkau dan memiliki nilai historis, 
misalnya Ka’bah, Masjidil Haram, rumah tempat 
kelahiran Nabi, makam Ma’la, Masjid Jin, Masjid dzi 
Thuwa, Jabal Nur dan Jabal Tsur. 20 
Masjidil Haram1. 
Masjidil Haram dibangun kembali oleh khalifah 
Umar bin Khattab RA pada 17 H. Saat ini luasnya 
lebih dari 750.000 m² dengan daya tampung dua juta 
jemaah salat. Area masjid sangat luas. Bangunannya 
terdiri atas empat lantai, dengan 95 pintu masuk pada 
masjid bangunan lama dan 79 pintu pada bangunan 
baru. Di Masjidil Haram terdapat Ka’bah, tempat 
thawaf, tempat sa’i dan halaman untuk salat, Semua 
bagian ini tidak terpisahkan dari Masjidil Haram.
Masjidil Haram adalah tempat jemaah haji 
berkumpul untuk mengerjakan thawaf, sa’i, salat dan 
i’tikaf. Salat di Masjidil Haram memiliki keutamaan 
100.000 kali lipat dibanding salat di masjid lain. Saat 
masuk masjid, setiap orang disunahkan melaksanakan 
tawaf sunah, bukan salat tahiyyatul masjid, meskipun 
sebagian ulama membolehkan salat tahiyyatul 
masjid bahkan di waktu larangan sekalipun, misalnya 
setelah salat Subuh atau Ashar. Berbagai keutamaan 
ini memotivasi jemaah haji untuk berbondong-
bondong mendatangi Masjidil Haram, baik siang 
maupun  malam.
Ka’bah2. 
Nabi Ibrahim AS membangun kembali Ka’bah 
yang telah rata dengan tanah. Letak Ka’bah yang 
dibangun Ibrahim tepat di lokasi Ka’bah yang 
dibangun oleh Nabi Adam AS. Tinggi Ka’bah 14 meter, 
panjang dari arah Multazam 12,84 meter, panjang dari 
arah Hijir Isma’il 11,28 meter, antara Rukun Yamani dan 
Hijir Isma’il 12,11 meter dan antara Rukun Yamani dan 
Hajar Aswad 11,5 meter. 
Setiap  Muslim boleh menziarahi Ka’bah. Orang 
yang menetap di sekitar Ka’bah disebut jiwârullâh 
(tetangga Allah), sedangkan orang yang hanya 
berkunjung atau jemaah haji disebut dhuyûfullah 
(tamu Allah). 
Ka’bah merupakan tempat pertobatan di Bumi 
yang diperuntukkan bagi seluruh manusia sehingga 
Ka’bah tidak boleh dimiliki oleh siapa pun, oleh negara 
mana pun. Ka’bah tidak boleh diperjualbelikan. Kaum 
Muslimin memiliki hak yang sama terhadap Ka’bah, 
baik mereka yang tinggal di sekitar Ka’bah maupun 
pendatang atau orang yang hanya sekadar lewat.
Ka’bah merupakan tempat suci, tempat 
berkumpul yang aman, untuk beribadah kepada Allah 
dalam bentuk thawaf, i’tikaf, ruku’ dan sujud. Ka’bah 
tidak boleh dikotori dengan kemusyrikan. Di sekitar 
Ka’bah tidak boleh terjadi tindak kejahatan.  Siapa pun 
yang berada di sekitar Ka’bah dilarang memiliki niat 
jahat, apalagi melakukan tindak kejahatan yang nyata. 
Larangan ini dimaksudkan agar di sekitar Ka’bah 
tercipta kedamaian, ketenteraman, dan kebebasan 
manusia melaksanakan kegiatan ibadah. 
Memandang Ka’bah termasuk ibadah. Karena itu 
memandang kubus raksasa hitam ini menjadikan hati 
tenteram,  jiwa tmerasa aman,  terlindungi dari segala 
gangguan dan ketakutan. Memandang Ka’bah bisa 
menimbulkan rasa haru dan kagum. Namun demikian, 
tidak boleh membentuk pola pikir yang menjurus 
pada kemusyrikan, misalnya jadi lebih mengagungkan 
Ka’bah ketimbang Allah SWT. Melihat Ka’bah perlu 
dibarengi dengan kekaguman terhadap kebesaran 
Allah melalui dzikir dan doa yang dibaca dalam hati 
dan lisan.  Dengan demikian, melihat Ka’bah bukan 
tertuju pada bangunannya, tapi kepada Allah, dengan 

meyakini bahwa objek sesembahan bukan Ka’bah itu 
sendiri melainkan Allah Sang Pemilik Ka’bah. 21
Maulid Nabi 3. 
Dengan Maulid Nabi dimaksudkan sebagai 
tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi 
memberikan rumah tersebut kepada Aqil, putra 
pamannya, Abu Thalib. Rumah itu kemudian beralih 
kepemilikan kepada Muhammad bin Yusuf ats-Tsaqafi.  
Dulu, di tempat kelahiran Nabi tersebut dibangun 
masjid oleh al-Khaizuran, ibunda Khalifah Harun ar-
Rasyid pada dinasti Abbasiyah. 
Akhirnya rumah tersebut dipugar menjadi 
perpustakaan pada 1370 H/1950 M oleh Syaikh Abbas 
Qatthan dengan uang pribadi. Letaknya di sebelah 
timur halaman timur Masjidil Haram.
Gua Hira di Jabal Nur4. 
Di sebelah utara Masjidil Haram, sekitar 6 
kilometer, terdapat jabal Nur. Di puncaknya terdapat 
gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad SAW 
menerima wahyu yang pertama, yaitu QS. al-‘Alaq [96]: 
Jabal Nur atau Gua Hira di Makkah
Gua s5. \ur di Jabal s\ur
Di sebelah selatan Masjidil Haram sejauh ± 
6 kilometer terdapat Jabal s\ur. Gunung ini punya 
nilai penting dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW 
bersama-sama de ngan Abu Bakar As}-s}iddiq pernah 
me nyembunyikan dirinya di gunung terse but waktu 
hendak hijrah ke Madinah. Menurut riwayat, setelah 
Rasulullah SAW selamat dari kepungan kaum kafir 
Quraisy di rumahnya, ia diam-diam mampir ke rumah 
Abu Bakar lalu menuju Jabal s \ur untuk berlindung 
di sana selama tiga hari,  barulah kemudian mereka 
menuju Madinah.  Untuk masuk ke dalam gua tersebut, 
keduanya harus me rangkak. Di dalam gua itu mereka 
hanya bisa duduk tanpa bisa berdiri. 
Waktu mengejar Rasulullah SAW, seba gian kaum 
kafir Quraisy sampai ke Gua s\ur dan mendapati gua 
tersebut tertutup sarang laba-laba dan burung merpati 
yang sedang bertelur di sarangnya. Meli hat keadaan 
demikian mereka berkesimpulan bahwa Nabi 
Muhammad SAW tidak mungkin bersem bunyi di gua 
- 240 -

tersebut. Sewaktu kaum kafir Quraisy berdiri di muka 
gua, Abu Bakar sangat cemas. Untuk mencapai Gua 
s\ur ini diperlukan waktu 1.5 jam perjalanan mendaki. 
Kondisi jabal Tsur sangat terjal.  
Jabal s\ur di Makkah
Jabal Rahmah6. 
Dari perkemahan Arafah, jemaah haji bisa melihat 
sebuah bukit yang di puncaknya terdapat tugu. Bukit 
tersebut lebih dikenal dengan nama Jabal Rahmah. 
Menurut riwayat, Nabi Adam AS dan Siti Hawa pernah 
terpisah dalam kurun yang cukup lama. Selama itu, 
mereka saling mencari dan akhir nya bertemu di Padang 
Arafah.  Jemaah haji saat wukuf tidak dianjurkan untuk 
naik atau berziarah ke Jabal Rahmah.
Jabal Rahmah di Arafah
- 241 -

Masjid Jin7. 
Masjid Jin terletak di sebelah kiri jalan 
menanjak ke perkuburan Ma’la, di samping jembatan 
penyeberangan. Dinamakan Masjid Jin karena di 
sanalah nabi menulis surat kepada Ibn Mas’ud ketika 
menerima rombongan jin yang ingin memba’iat Nabi. 
Sebelumnya mereka telah bertemu dengan Nabi 
di Nakhlah saat Nabi pulang dari Thaif pada tahun 
kesepuluh kenabian. Disebut juga Masjid al-Haras dan 
dibangun kembali pada 1421 H. 22
Keberadaan Masjid Jin berkaitan dengan riwayat 
tentang jin yang dijelaskan dalam QS al-Ah }qaf [46]: 
29  -32:
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu 
(Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan 
(bacaan) al-Qur’an, maka ketika mereka menghadiri 
(pemba caan)-nya mereka berkata, “Diamlah kamu! 
(“Untuk mendengarkannya”), (29). Maka ketika telah 
selesai, mereka kembali kepada kaum  mereka (untuk 
memberi peringat an). Mereka berkata, “Wahai kaum 
kami! Sungguh, kami telah mendenga