manasik haji 3

di tempat aku terhalang; 
Jemaah menaiki bus yang telah disediakan 5. 
naqobah dengan tertib sesuai dengan 
rombongan masing­masing.
Jemaah yang belum mengucap niat ihram 6. 
umrah di dalam pesawat, dapat mengucapkan 
niat ihram umrah di atas bus di bandar 
udara  Jeddah.
Setelah berniat ihram umrah7. , seluruh jemaah 
sangat dianjurkan membaca talbiyah, sha­
lawat, doa dan dzikir. 
Menuju Makkah dan seluruh Jemaah haji yakin 8. 
telah melaksanakan niat ihram umrah. 
Perjalanan menuju makkahb. 
Jemaah haji gelombang I dan gelombang II 
setelah niat ihram umrah, melakukan perjalanan 
menuju Makkah. Selanjutnya hal­hal yang dilakukan 
jemaah sebagai berikut; 
Selama perjalanan, jemaah sangat  dianjurkan 1. 
membaca talbiyah, sha lawat, doa dan dzikir; 
Menghindari perbuatan yang berakibat 2. 
terjadinya pelanggaran larangan ihram;
Masuk Makkah dan berdo’a ketika tiba di 3. 
gerbang kota Makkah 
Memasuki kota Makkah dengan hati yang 4. 
khusyu’, anggota tubuh tenang, tetap 
membaca talbiyah dan berdoa sepenuh hati;
Tiba di makkah dan Persiapan Tawafc. 
Beristirahat setelah tiba di hotel, sebagaimana 1. 
sunnah Nabi SAW dan melakukan orientasi 
lingkungan tempat tinggal; setelah cukup 
istirahat berangkat ke Masjidil Haram untuk 
melakukan thawaf dan sa’i
Mandi sunnah sebelum berangkat ke Masjidil 
Haram, kemudian berwudhu;
Memasuki Masjidil Haram disunahkan melalui 3. 
pintu Bani Syaibah, tetapi jika kondisi tidak 
memungkinkan, maka boleh masuk melalui 
pin tu yang mana saja dan berdoa; 
Mendahulukan kaki kanan ketika memasuki 4. 
Masjidil Haram;
Melihat Ka’bah disunahkan berdoa dan 5. 
mengangkat tangan;1
Menuju tempat thawaf dengan bersikap a) 
santun, tidak terburu­buru. Jika kondisi 
penuh dan berdesakan agar bersabar. Jika 
terdorong orang lain agar memaafkan 
seraya terus menyadari bahwa dirinya 
sedang berada di tempat yang suci dan 
sedang menjadi tamu Allah;
Memastikan dirinya dalam keadaan suci b) 
dari hadats, pakaiannnya suci dari najis 
dan auratnya tertutup.
Thawafd. 
Jemaah disarankan thawaf beregu atau 1. 
berombongan;
1  Dari Ibnu ‘Abbas RA dari Nabi SAW bersabda; “Mengangkat 
tangan ketika mengawali shalat, ketika melihat Ka’bah, ketika di 
Shafa dan Marwa, ketika wukuf di Arafah, ketika di Muzdalifah, ketika 
di jamrah dan ketika shalat mayit”. (HR. As­syafi’i dari Ibnu ‘Abbas 
RA). Asy­Syafi’i, Al-Umm, juz l hlm.169.

Tawaf dimulai dari Hajar Aswad. Setiba 
di rukun Aswad, jemaah disunahkan 
menyentuhnya, beristilam dan menciumnya 
jika memungkinkan, dengan tanpa menyakiti 
dan melukai orang lain saat berdesakan di 
dekat Hajar aswad. Jika tidak memungkinkan 
menyentuh Hajar Aswad, jemaah bisa 
beristilam dengan melambaikan tangan ke 
arah Hajar Aswad lalu mencium tangannya. 
Jika hal itu juga tidak memungkinkan, cukup 
menghadapkan badan ke Ka’bah memberi 
isyarat dengan tangan dan mengecupnya 
dengan  mengucapkan

Artinya:
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar 
Pada thawaf putar an kedua dan seterusnya 3. 
jemaah cu kup meng hadapkan muka ke arah 
Hajar Aswad de ngan meng angkat tangan dan 
me nge cup nya sambil membaca:  
Artinya:
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar
2  Ibnu Taimiyah, Majmu’ah  al-Fatawa  juz, 6 hal. 67  Ketika hendak 
memulai thawaf disunat kan menghadap Ka’bah de ngan sepenuh ba­
dan. Bila tidak mungkin, cukup dengan menghadapkan sedikit badan ke 
Ka’bah.
­
Thawaf dilakukan tujuh kali putaran menge­4. 
lilingi Ka’bah dengan memo sisikan Ka’bah di 
sebelah kiri ba dan. 
Selama thawaf disunat kan berdzikir dan 5. 
berdoa atau membaca Al­Qur’an, dibaca 
dengan suara lirih agar lebih khusyu’ dan tidak 
mengganggu jemaah lain; 
Setiap sampai di Rukun Yamani, jemaah 6. 
disunahkan mengusap Rukun Yamani (istilam);  
jika tidak memungkinkan, cukup dengan 
mengangkat tangan tanpa mengecup dan 
me ngu capkan:
Artinya:
Dengan nama Allah, Allah Maha Besar
Setiap perjalanan antara rukun Yamani dan 7. 
rukun Aswad jemaah disunahkan membaca 
doa;
 
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan 
kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab 
neraka.” Al-Baqarah[2]:201. 
3  Abu Daud, nomor hadis: 1892. h asan.
Jemaah laki­laki disunahkan melakukan lari­8. 
lari kecil pada tiga putaran pertama;
Jemaah laki­laki disunahkan juga melakukan 9. 
idhthiba’ pada seluruh putaran thawaf;4 
Selama thawaf jemaah agar berhati­hati 10. 
dengan berusaha agar tidak bersentuhan kulit 
dengan lain jenis yang bukan mahramnya 
(ajnabi) sebab bisa membatalkan wudhu;  
Saat kondisi tempat tawaf padat, semua . 
jemaah agar bersabar dan mengendalikan 
diri agar untuk tidak berusaha menghalang­
halangi dan mendahului orang lain; 
Tawaf dapat dilakukan di lantai satu, dua, tiga, . 
dan lantai empat
Jemaah memulai tawaf searah dengan . 
Hajar Aswad yang ditandai dengan lampu 
hijau. Jemaah memulai thawaf dengan 
menghadapkan tubuhnya ke arah Hajar 
Aswad. Setelah tujuh putaran, jemaah 
mengakhiri thawaf searah dengan Hajar Aswad 
yang ditandai dengan lampu hijau, tempat ia 
memulai thawaf.
Jemaah udzur atau sakit dapat melaksanakan  
tawaf dengan kursi roda di lantai satu, lantai 
dua, atau lantai empat. Kursi roda bisa dibawa 
4  Idhthiba’ yaitu memasukkan bagian tengah selendang, 
dibawah ketiak kanan dan meletakkan kedua ujungnya diatas 
pundak kiri dengan membiarkan bahu kanan terbuka dan bahu 
kiri tertutup. Wahbah az­Zuhaili, Al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, juz 
sendiri oleh jamaah atau menyewanya beserta 
biaya jasa pendorongnya. Jemaah udzur atau 
sakit juga dapat melakukan tawaf dan sa’i 
dengan menyewa ‘arabah kahrubaiyyah (skuter 
matik) roda empat bertenaga baterai. Fasilitas 
ini disediakan di lantai tiga mezzanine.
Selama thawaf jemaah dilarang me nyentuh 15. 
dinding Ka’bah, Hijir Ismail, dan Syadzarwan 
(pondasi Ka’bah). Menyentuh bagian­bagian 
itu membatalkan putaran t }awāf yang sedang 
dilaksanakan. Sedangkan putaran sebelum 
dan sesudahnya tetap sah. Dalam kasus 
seperti ini, jemaah harus menambah putaran 
sebanyak putaran yang batal tadi.
Disunahkan mencium hajar aswad, tapi  jika 16. 
situasi dan kondisi di sekitar Hajar Aswad sangat 
padat disarankan untuk tidak memaksakan 
diri mencium Hajar Aswad dalam kondisi 
berdesak an. Berdesakan antara lelaki dan pe­
rem puan dengan mengabaikan keselamatan 
diri sendiri dan orang lain hukumnya ha­
ram, terlebih lagi dengan membayar orang 
untuk membantu melapangkan jalan dan 
menghalangi jalan orang lain;
Apabila jemaah merasa ragu dengan jumlah 17. 
putaran tawaf yang sudah dilakukan, harus 
mengambil hitungan yang paling sedikit, 
lalu menambah putaran tawaf hingga genap 
menjadi tujuh putaran5.
Sesudah thawaf 18. disunahkan melaksanakan 
shalat dua rakaat di belakang Maqam 
Ibrahim6 atau tempat manapun di Masjidil Haram 
kemudian berdoa;
Berdoa di Multazam, yaitu suatu tempat di . 
antara Ha jar Aswad dan pintu Ka’bah. Jika 
kondisinya tidak memungkinkan karena padat, 
jemaah bisa mengambil tempat yang searah 
dengan Multazam;
Setelah jemaah selesai melaksanakan salat 20. 
sunah thawaf, dan berdoa di Multazam, 
jemaah disunahkan minum air Zamzam yang 
diambil dari tempat yang telah disediakan di 
galon atau kran air Zamzam kemudian berdoa.
Sha la21. t sunat di Hijir Ismail adalah shalat sunat 
mutlak yang tidak ada kaitannya de ngan 
thawaf. Ia tidak harus dilaksanakan setelah 
tawaf, namun dapat di lak sanakan kapan saja 
bila keadaan memungkinkan;
5  Ibnu Mundzir, Al-Ijma’, hal. 70 nomor ijma’ 199.
6  Jika memungkinkan, salat di belakang maqam Ibrahim. 
Jika kondisi penuh, jemaah bisa salat di area Masjidil Haram mana 
pun. Ibnu Mundzir an­Naisaburi, Al-Ijma’, hal. 71, ijma’ no 206. Pada 
rekaat pertama setelah membaca surah al­Fatihah disunatkan 
membaca surat al­Kafirun lalu membaca surat al­Ikhlas pada 
rekaat kedua. Muslim, No. 1218. 
­  ­

Suasana thawaf
sa’ie. 
Setelah jemaah haji melaksanakan thawaf dan 
rangkaiannya, jemaah selanjutnya: 
Menuju ke tempat sa’i (1. mas’a)  untuk 
melaksanakan sa’i dimulai dari bukit t}afa;  
M2. endaki bukit t}afa sambil berdzikir dan berdoa 
ketika hendaki mendaki bukit;7 
Meng hadap kiblat dengan berdzikir dan 3. 
berdoa setiba di atas bukit t}afa;
Melakukan sa’i, disunahkan dengan 4. 
berjalan kaki bagi yang mampu, dan boleh 
menggunakan kursi roda atau skuter matik 
bagi yang udzur; 
7  Saat ini kondisi Shafa tidak lagi berbentuk bukit batu 
terjal. Tempat sa’i di lantai satu, tiga dan empat, berbentuk datar.  
Pada ujung tempat sa’i lantai dua, bentuknya menanjak. Terdapat 
bebatuan yang dikelilingi dengan pagar besi, sehingga jemaah 
tidak bisa mendaki ke atas batu. Sa’i dimulai dari tempat nyaman 
di tengah­tengah bukit. Sepanjang jalur sa’i dilengkapi dengan AC. 
Tempat sa’i di lantai tiga dan empat terletak di atas bukit Shafa. 
Memulai perjalanan sa’i dari bukit s5. }afa menuju 
bukit Mar wah dengan berdzikir dan berdoa;
Melakukan sa’i disunahkan suci dari hadats 6. 
dan berturut­turut tujuh putaran, tetapi 
dibolehkan diselingi lama atau sebentar untuk 
melakukan shalat fardhu atau lainnya;.
melakukan perjalanan dari bukit 7. s}afa dan 
mengakhirinya di bukit Marwah sebanyak 
tujuh kali perjalanan;
Tempat sa’i (mas’a)
Menghitung perjalanan dari Safa ke Marwah 8. 
dihitung satu kali perjalanan. Sebaliknya, 
perjalanan dari Marwah ke Safa dihitung satu 
kali perja lan an. Dengan demikian, hitungan 
ketujuh berakhir di Marwah;  
Melakukan 9. ar-raml (ber lari­lari kecil), 
disunahkan bagi jemaah laki­laki setiap 
melintas di sepanjang lampu hijau, sedangkan 
jemaah perempuan cukup berjalan biasa;
Membaca doa dan dzikir di sepanjang 10. 
perjalanan sa’i dari Shafa ke Marwah, dan dari 
Marwa ke Shafa; 
Membaca doa dan dzikir setiap kali mendaki 11. 
bukit s}afa dan bukit Marwah dari ketujuh per­
jalanan sa’i; 
Membaca doa di Marwah setelah selesai 12. 
melaksanakan sa’i, dan tidak perlu shalat sunah 
setelah sa’i.
Bercukurf. 
Setelah selesai melaksanakan sa’I, bagi Jemaah 
yang melaksanakan haji tamattu’ bercukur/memotong 
ram but kepala. Dengan demikian, selesailah pe­
lak sanaan umrah. Ketentuan cara memotong 
rambut  adalah:
Laki­laki mencukur gundul atau memo tong 1. 
sebagian rambut kepala sambil membaca doa 
mencukur rambut; 8 
Perempuan memo tong sebagian rambut 2. 
kepala minimal tiga helai; 
8  Berdasar hadits yang menerangkan bahwa nabi 
mendoakan ampunan dan rahmat tiga kali bagi yang bercukur 
gundul dan satu kali bagi yang memendekkan rambut. Al­Bukhari 
nomor hadits 1727­ 1728. 
Jemaah yang kepalanya botak cu kup. 
menempelkan pi sau cukur atau gunting di 
kepala sebagai isya rat mencukur rambut.
Setelah jemaah bercukur/memotong rambut 
kepala, ibadah umrah yang dia lakukan sudah 
selesai dan ia terbebas dari larangan­larangan 
ihram (tahallul). 
Pelaksanaan Haji2. 
Pada hari tarwiyah 8 Dzulhijjah, jemaah haji yang 
melaksanakan haji tamattu’ mem per si apkan diri untuk 
melaksanakan ibadah haji de ngan melaksanakan niat 
ihram haji dan mengambil mīqāt di tempat tinggalnya 
yaitu di hotel­hotel Makkah, dengan melakukan 
berbagai aktivitas sebagai berikut:
di hotel makkah:a. 
Bersuci, disunahkan membersihkan badan 1. 
dengan mandi dan ber wu dhu, memotong 
kuku, memakai wangi­wangian; 
Berpakaian ihram, 2. dilanjutkan dengan me lak­
sa nakan shalat sunat ihram;
Berniat haji dengan mengucapkan:3. 
ا
Artinya:
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.
­ 136 ­

Atau mengucapkan:
Artinya:
Aku berniat haji dengan berihram karena Allah Ta’ala.
Setelah mengucapkan niat ihram haji, jemaah4.  
dianjurkan membaca talbiyah;
Berniat haji dengan 5. isytirat; jemaah haji yang 
lemah atau sakit dianjurkan untuk isytirat 
(ihram bersyarat), untuk mengantisipasi 
kemungkinan terjadi halangan yang 
menyulitkan ibadah haji. Niat isytirath dengan 
mengucapkan:
 
Berangkat menuju Ara fah mulai pukul 07.00 6. 
WAS sampai selesai, pada 8 Dzulhijjah yang 
disebut hari tarwiyah,9 dengan naik ke bus 
antre dengan sabar sesuai rombongan;
Berdzikir7. , dengan membaca talbiyah selama 
perjalanan dari Makkah ke Arafah, serta 
bershalawat, dan berdoa dengan lafazh yang 
9  Tarwiyah berasal dari kata rawwa-yurawwi-tarwiyatan, 
yang bermakna menyiapkan air. Disebut tarwiyah karena pada 
zaman dulu, para jemaah haji menyiapkan perbekalan air minum 
untuk dibawa ke Arafah, karena pada masa itu belum ditemukan 
sumber mata air di Arafah. Ibn Hajar al­Asqalani, Fathul Bari, juz 3, 
sama seperti lafadz yang dibaca waktu 
jemaah melaksanakan umrah;
Berdoa ketika masuk wilayah 8. Arafah.
di Arafahb. 
Jemaah haji tiba di Arafah pada 1. 
tanggal 8 Dzulhijjah, sementara wukuf 
sebagai rukun haji, dilaksanakan pada 
9 Dzulhijjah. Selama menunggu wukuf, 
jemaah hendaknya berdzikir, membaca 
Al­Qur’an, tal biyah, dan berdoa.
Pada tanggal 9 Dzulhijjah 2. ba’da zawāl 
(setelah Matahari tergelincir) dimulai 
wukuf,10 jemaah haji melaksanakan 
wukuf hingga maghrib.11 Selama 
wukuf, jamaah melakukan kegiatan 
sebagai berikut :  
10  Waktu wukuf dimulai ba’da zawal (setelah 
tergelincir matahari) pada 9 Dzulhijjah dan berakhir saat 
terbit fajar 10 Dzulhijjah.
11  Kadar waktu wukuf menurut mazhab Syafi’i 
cukup sesaat pada siang hari. Bila waktu wukuf 
diperpanjang sampai malam, hukumnya sunnah. 
Menurut Mazhab Maliki, wukuf harus menemui waktu 
siang (hukumnya wajib) dan waktu malam (hukumnya 
sebagai rukun). Menurut Mazhab Hanafi dan Mazhab 
Hanbali, wukuf harus mendapati siang dan malam dan 
keduanya merupakan wajib haji.  Sa’id Bin Abdul Qadir 
Basyanfar, al-Mughni fi Fiqh al-Hajj wa al’Umrah, 
Mende ngarkan khutbah wukuf; a) 
Masuk waktu wukuf yang ditandai dengan b) 
adzan waktu dzuhur;
Melaksanakan salat Żuhur dan Asc) }ar ja ma’-
qas}ar taqdim
Melaksanakan wukuf, d) dilanjutkan dengan 
dzikir dan berdoa boleh secara berjamaah 
atau sendiri­ sendiri;
Memperbanyak dzikir, bacaan e) talbiyah, 
zikir, membaca Al­Qur’an  diselingi dengan 
doa dan berusaha terus mendekatkan 
diri  kepada Allah, dengan khusyu’ 
dan  tawadhu’; 
Memanfaatkan kesempatan wukuf f ) 
sebaik­baiknya untuk berbuat kebaikan, 
bertaubat, membersihkan hati, selalu 
mengingat Allah SWT (berdzikir), dan tidak 
membicarakan hal­hal yang menimbulkan 
sum’ah dan  riya’; 
Menghindari perbuatan yang berakibat g) 
terjadinya pelanggaran larangan ihram
Melaksanakan wukuf disunahkan h) 
menghadap kiblat, sebagaimana yang 
dilakukan Rasulullah SAW, sejak mulai 
wukuf sampai matahari terbenam dengan 
berdzikir dan berdoa;
Mengakhiri wukuf ketika waktu maghrib i) 
tiba yang ditandai dengan adzan magrib. 
Jemaah haji bersiap­siap menuju Muzdalifah j) 
didahului dengan shalat maghrib;
Melaksanakan sha lat Maghrib dan k) 
Isya’ dengan cara jama’ takhir dan qas}
ar di Muzdalifah bagi jemaah yang 
diberangkatkan trip awal. Sementara 
jemaah yang diberangkatkan dengan trip 
akhir melaksanakan sa lat Maghrib dan 
Isya’ dengan cara jama’ taqdim qas }ar di 
tenda  Arafah;
Meyakini bahwa wukuf yang dilakukan sah l) 
dan sempurna.
Menaiki bus menuju Muzdalifah dengan m) 
antre dan bersabar, menunggu giliran, 
sepanjang perjalanan menuju Muzdalifah 
disunahkan berdzikir, bertalbiyah 
dan  berdoa.   
Suasana khutbah wukuf di Arafah
di muzdalifah c. 
Pada 10 Dzulhijjah malam, semua jemaah haji:
­ Mening galkan Arafah menuju Muz dalifah 1. 
untuk melaksanakan mabit
Membaca 2. talbiyah dan berdzikir selama dalam 
perjalanan dari Ara fah menuju Muzdalifah;
Bersikap tenang, tidak terburu­buru, selama 3. 
perjalanan menuju Muzdalifah;
Menghadap kiblat, setelah tiba di tempat mabit. 4. 
Hukum menghadap kiblat adalah  sunah.
Membaca 5. talbiyah dan zikir, diselingi dengan 
doa dan berusaha terus mendekat kepada 
Allah karena Muzdalifah termasuk tempat 
mustajab untuk berdoa; 
Menempati tempat mabit. Sebagian besar 6. 
Jemaah menempati area terbuka yang 
dibatasi oleh pagar besi. Sebagian Jemaah 
ditempatkan di kemah perluasan Mina (Mina 
jadid) yang terletak di luar pagar;  
Melaksanakan mabit di Muzdalifah.  Hukum 7. 
mabit ini adalah wajib. Lamanya mabit 
diutamakan sejak awal malam hingga sebelum 
fajar ta nggal 10 Dzulhijjah; namun boleh mabit 
di Muzdalifah cukup se je nak, hingga lewat 
tengah malam. 12 Bagi Jemaah haji yang tiba di 
12  Menurut Mazhab Maliki, kadar lama mabit di 
Muzdalifah adalah selama melaksanakan ṣalat Maghrib dan 
Isya, kemudian makan malam sejenak sekadar cukup waktu 
untuk menurunkan pelana kuda. Mabit sudah sah sekalipun 
jemaah keluar dari Muzdalifah sebelum tengah malam. 
Menurut Imam Syafi’i dan imam Ahmad, mabit di Muzdalifah 
harus lewat tengah malam. Apabila keluar dari Muzdalifah 
Muzdalifah setelah lewat tengah malam cukup 
berhenti sejenak.
M8. encari dan mengambil batu keri kil; 
muassasah sudah menyediakan batu kerikil 
yang dibungkus kantong kain dengan jumlah 
yang cukup untuk melontar seluruh jamrah 
untuk jemaah haji reguler. Namun mencari 
dan mengambil batu kerikil di Muzdalifah 
hukumnya sunnah. Jika tidak mendapatkan 
jatah pembagian kantong kerikil, jemaah 
bisa mencari kerikil tujuh butir, atau 49 butir 
(jika jemaah berniat mengambil nafar awal) 
atau 70 butir (jika jemaah berniat mengambil 
nafar  tsani);
Memanfaatkan waktu mabit dengan sebaik­9. 
baiknya untuk muhasabah, tadabbur dan 
tafakkur, mengagungkan Allah SWT, berserah 
diri kepada­Nya, dan kontemplasi untuk 
menemukan jati diri, sehingga merasakan 
kehadiran­Nya dalam jiwa dan raga,  serta 
merasakan datangnya kasih sayang dari Allah;
Jemaah yang 10. masuk kategori udzur syar’i 
boleh tidak melakukan mabit di Muzdalifah 
dan tidak dikenakan dam, di antaranya jemaah 
yang khawatir hartanya hilang, sakit berat dan 
sebelum tengah malam, jemaah wajib membayar dam. Imam 
Abu Hanifah berpendapat, mabit harus sampai terbit fajar. 
B ila keluar dari Muzdalifah sebelum terbit fajar, jemaah harus 
membayar dam. Abdurraḥman al-Jaziri,Al-Fiqh ‘ala Mazahib 
al-Arba’ah, Juz. I, hlm. 665-667
karena itu sulit baginya untuk mabit, atau 
petugas yang mengurus jemaah atau karena 
ada kendala lainnya. 
Menuju Mina setelah lewat tengah malam 11. 
dengan diangkut secara bergiliran dari 
tempat  mabit
Jamaah haji sedang melakukan mabit di Muzdalifah 
dan mengambil batu kerikil
di minad. 
Setelah tiba di Mina, seluruh jemaah haji 
melakukan aktivitas berikut ini:
Memasuki tenda yang telah disiapkan lalu 
beristirahat, me nunggu proses melontar 
jamrah sesuai jadwal dan wak tu yang 
telah  ditetapkan;
Melon tar Jamrah 2. Kubra (Aqabah) pada 
Dzulhijjah sebanyak tujuh kali lontaran. Jemaah 
haji Indonesia melontar jamarat di lantai tiga, 
kecuali jemaah haji yang melaksanakan mabit 
di maktab I sampai IX melontar jamrah di 
lantai  dasar.
Membaca takbir dan 3. berhenti membaca 
talbiyah setelah melontar jamrah Aqabah;
Membaca takbir setiap kali melont jumrah. 4. 
Setelah melontar jemaah disunnahkan berdoa 
dengan mengangkat kedua tangan agar 
ibadah haji yang dilakukannya mabrur;
Memotong rambut/bercukur.5.  Laki­laki 
disunahkan gundul dan perempuan cukup 
memotong rambutnya, minimal 3 helai. 
Jemaah haji yang langsung melaksanakan 
tawaf ifadhah, bisa bercukur di Makkah;
Tah6. }allul awal. Dengan telah dilaksanakannya 
lempar jumrah aqabah dan bercukur, jemaah 
sudah tahallul awwal. Jemaah sudah terbebas 
13  Pada awalnya tempat lontar jamrah merupakan tempat 
terbuka dan tidak bebentuk bangunan, kemudian dibangun dua 
lantai, selanjutnya Pemerintah Arab Saudi membangun tempat 
lempar jamrah menjadi lima lantai, yang digunakan pertama kali 
pada tahun 2012.
dari semua larangan ihram kecuali melakukan 
hubungan badan dan  pendahuluannya; 
Mabit di Mina. Hukum mabit di Mina wajib. 7. 
Sebagian besar Jemaah mabit di perkemahan 
Haratullisan Mina. Sebagian lagi mabit di 
perluasan Mina atau Mina Jadid. Perkemahan 
Mina Jadid merupakan perluasan dari 
perkemahan Mina. Mabit di perluasan Mina 
termasuk mina Jadid dibolehkan dan hukum 
mabitnya sah.   
Mabit selama dua malam yaitu 11 sampai  12 8. 
Dzulhijjah bagi nafar awal atau tiga malam, 11 
sampai  13 Dzulhijjah bagi nafar tsani.; 
Memanfaatkan waktu mabit di Mina sebaik­9. 
baiknya, dengan terus bermujahadah, 
memelihara jiwanya yang telah bersih, 
agar tidak menghalalkan apa yang telah 
diharamkan Allah, tidak melanggar perintah 
Allah, menjauhkan diri dari godaan syetan, 
tidak mengumbar hawa nafsu, dan pada 
puncaknya dapat menyandarkan hidupnya 
hanya kepada Allah.
Melontar ketiga Jama rat (Sughra, Wust10. }ha, dan 
Kubra) masing­masing tujuh kali lontaran pada 
11 Dzulhijjah;  
Melontar tiga  11. Jama rat (Sughra, Wust}ha, dan 
Kubra) pada 12 Dzulhijjah; jemaah haji yang 
meng ambil na far awwal diharuskan me­
ning galkan Mina menuju Makkah sebelum 
Matahari terbenam;  
Melontar tiga  12. Jama rat (Sughra, Wust}ha, dan 
Kubra) pada 13 Dzulhijjah;  jemaah yang 
mengambil nafar tsani meninggalkan Mina 
menuju Makkah; 
Beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan 
jemaah selama mabit di Mina:
Melontar jamrah adalah untuk mengagungkan 1. 
Asma Allah. Karenanya jemaah pada saat 
melontar harus penuh dengan rasa santun, 
tidak dengan emosi, tidak saling menyakiti 
secara fisik, baik dengan cara berdesak­
desakan, saling berebut tempat. Jemaah 
hendaknya melempar dengan menggunakan 
batu kerikil,14 dan tidak menggunakan batu 
besar karena bisa membahayakan orang lain;
Melontar jamrah dilakukan dengan cara 2. 
melontar batu kerikil ke dinding marma, 
memastikan batu kerikil mengenai 
dinding marma dan kemudian masuk ke 
lubang  marma.
Waktu mabit di Mina adalah sepanjang malam 3. 
hari, dimulai dari waktu Maghrib sampai de­
ngan terbit fajar. Batas waktu mabit di Mina, 
paling sedikit jemaah mendapatkan sebagian 
besar waktu malam (mu’dzh a mul lail). Menurut 
sebagian ulama’, mabit di Mina sah selama jemaah 
hadir di Mina sebelum fajar kedua  terbit;15
Waktu melontar Jamrah Aqa bah pada 10 4. 
Dzulhijjah dimulai sejak lewat tengah malam 
dan lebih utama setelah Matahari terbit. Namun, 
mengingat pa datnya jemaah haji dari seluruh 
dunia yang me lontar pada waktu itu, di anjurkan 
kepada jemaah haji Indonesia untuk melontar 
mulai siang hari;
Waktu melontar pada hari Tasyriq 11, 12, 13 5. 
Dzulhijjah menurut jumhur ulama dimulai 
setelah Matahari tergelincir. Namun, Imam 
Rafi’i dan Imam Isnawi dalam mazhab Syafi’i 
membolehkan melontar jamarat sebelum 
Matahari tergelincir (qabla zawāl), dimulai sejak 
fajar terbit. Pen dapat ter sebut dapat diamal kan 
meski pun sebagian ulama menilai d }a’īf/lemah 
(Keputusan Mukta mar ke­29 NU 4 De sem ber 
1994);
Jemaah haji yang memba dalkan lontar orang 6. 
lain meniatkan lon taran  untuk dirinya sendiri 
terlebih dulu baru kemudian meniatkan 
lontaran untuk jemaah yang dibadalkan; 
Jemaah haji yang meng ambil nafar awal 7. 
meninggal kan Mina pada 12 Dzulhij jah 
sebelum Matahari terbenam, sedangkan 
jemaah yang meng am bil nafar tsani 
meninggal kan Mina pada 13 Dzulhijjah;
Memperbanyak takbir, berzikir, diselingi 8. 
dengan doa dan berusaha terus mendekatkan 
diri  kepada Allah karena Mina termasuk tempat 
mustajab untuk berdoa; berdzikir dan berdoa 
untuk melatih rohani agar bisa lebih berserah 
diri di hadapan Allah, kemudian bergantung 
pada Kekuasaan dan Keagungan­ Nya
Lokasi dan suasana Mina
Lokasi dan suasana jamarat di Mina
Tawaf Ifadhahe. 
Tawaf ifadhah dilaksanakan setelah jemaah 
haji pulang dari Mina 12 Dzulhijjah (bagi yang 
melaksanakan nafar awal) atau setelah 13 Dzulhijjah 
(bagi yang melaksanakan nafar tsani). Setelah tiba di 
hotel Makkah, aktifitas jamaah:
Beristirahat secukupnya dan tidak 1. 
memaksakan diri segera melaksanakan tawaf 
ifadhah. Menurut jumhur ulama’, tidak ada 
batas waktu akhir pelaksanaan tawaf ifadhah. 
Ia bisa dilakukan kapan saja selama masih 
hidup.16 Terlebih bagi jemaah yang berada di 
Mina, disarankan tidak melaksanakan tawaf 
ifadhah 10 Dzulhijjah dengan berjalan kaki 
menuju Makkah dan kembali lagi ke tenda 
Mina karena berisiko terhadap keselamatan 
dan kesehatan jemaah. 
Bagi jemaah haji yang tinggal di hotel jauh 2. 
dari Masjidil Haram, tawaf ifadhah sebaiknya 
dilakukan setelah bus shalawat beroperasi, 
kecuali jemaah haji gelombang I kloter 1–5 
yang harus segera meninggalkan tanah suci 
menuju tanah air; 
Melaksanakan thawaf ifad3. } l ah dan sa’i (tah}allul 
tsani), tanpa diakhiri dengan mencukur rambut. 
Dengan demikian, jemaah telah tahallul tsani, 
terbebas sepenuhnya dari semua larangan 
ihram. Dengan selesainya tawaf ifadhah, 
berarti telah selesai rangkaian pelaksanaan 
haji tamattu’.
Meyakini hajinya sah dan sempurna dengan 4. 
terus berdoa agar hajinya diterima Allah SWT.
Tawaf Wada’f. 
Baik jemaah haji gelombang I yang segera pulang 
ke ta nah air maupun gelombang II yang hendak 
bertolak ke ke Madinah diwajibkan melakukan tha waf 
16  Sa’id Bin Abdul Qadir Basyanfar, al-Mughni fi Fiqh al-Hajj 
wa al’Umrah, hlm. 179 
wada’. Thawaf wada’ dikerjakan saat je maah haji akan 
meninggalkan Mak kah. 
Mengubah Niatg. :
Haji tamattu’ bisa diubah menjadi haji qirān 
dengan mengubah niat ihram umrah menjadi niat 
ihram haji dan umrah sekaligus, atau menjadi ifrad 
dengan mengubah niat ihram umrah menjadi ihram 
haji saja. Tetapi orang yang melakukan perubahan 
niat haji di ke  na kan dam satu ekor kambing. Diantara 
kondisi yang menyebabkan terjadinya perubahan niat 
ihram tersebut adalah:
Perempuan yang datang di Makkah dalam 1. 
keadaan haid/nifas dan sampai da tang waktu 
wukuf masih belum suci sehingga tidak bisa 
melaksanakan umrah;
Jemaah yang datang di Makkah dalam 2. 
keadaan sakit dan sampai da tang waktu wukuf 
tidak bisa melaksanakan umrah.
Haji Ifrād B. 
Haji ifrād adalah mengerjakan haji saja tanpa 
umrah. Dengan cara ini seorang jemaah haji tidak wajib 
membayar dam. Pelaksanaan haji dengan cara ifrād ini 
dapat dipilih oleh jemaah haji yang datang mendekati 
waktu wukuf, sekitar lima hari sebelum  wukuf. 
niat ihram 1. 
Bersuci dengan mandi a. dan ber wudlu;
Bb. erpakaian ihram; 
­ 151 ­

Melaksanakan salat sunat ihram dua rakaat; c. 
Berniat ihram haji dari miqat d. di Abyar Ali  bagi 
jemaah haji gelombang I dan di asrama haji 
embarkasi, atau di dalam pesawat sebelum 
melintasi di Yalamlam/Qarnul al­Manazil, 
atau di Bandara KAIA Jeddah, bagi jemaah 
haji gelombang II, dengan melaksanakan niat 
di  hati:  
Artinya:
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.
Atau mengucapkan:
Artinya:
Aku berniat haji dengan berihram kare na Allah Ta’ala.
Bagi jemaah haji yang lemah dan sakit e. 
dianjurkan niat ihram dengan isytirat, lihat 
cara isytirat pada bab haji tamattu’ 
Aktifitas 2. di makkah
Jemaah haji Indonesia yang melaksanakan a. 
haji ifrād,  ketika tiba di Makkah disunatkan 
mengerjakan thawaf qudum;
Thawaf qudum bukanlah thawaf umrah, bukan b. 
pula thawaf haji, dan hukumnya sunat. Setelah 
thawaf qudum, boleh diikuti dengan sa’i atau 
tidak. Jika diikuti dengan sa’i, maka sa’i yang 
dikerjakan ini sudah termasuk sa’i haji. Pada 
saat melaksanakan thawaf ifad }ah, tidak perlu 
melakukan sa’i lagi.
Jika setelah melakukan thawaf qudum seorang c. 
jemaah sudah melaksanakan sa’i, maka jemaah 
ini tidak mengakhiri sa’i­nya dengan bercukur/
memotong rambut. Cukur dilaksanakan 
sesudah wukuf dan tiba di Mina setelah atau 
sebelum melontar Jamrah Aqabah tanggal 
10  Dzulhijjah;
Urutan kegiatan, bacaan d. dzikir dan doa pada 
pelaksanaan haji ifrād sejak dari wukuf sampai 
selesai, sama dengan yang dilakukan jemaah 
saat melaksanakan haji tamattu’; 
Apabila setelah selesai melaksanakan ibadah e. 
haji, jemaah ingin melaksana kan ibadah 
umrah, jemaah dapat meng ambil mīqāt dari 
Tan’im, Ji’ranah atau mīqāt lainnya; 
Jemaah haji yang melakukan haji ifrad f. 
diwajibkan melakukan tha waf wada’ men ­
jelang berangkat ke ta nah air bagi gelombang 
I dan menjelang bertolak ke Madinah bagi 
gelombang II.
Mengubah Niat3. :
Mengubah niat dari haji ifrad menjadi haji 
tamattu’ atau haji qiran atau sebaliknya, hukumnya 
boleh, tetapi pelakunya dikenakan dam tamattu/qiran 
serta dam mengubah niat. Dia tidak perlu kembali 
ke  miqat. 
Haji qirānC. 
Haji qirān adalah proses mengerjakan haji dan 
umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. 
Orang yang melakukan cara ini wajib membayar Dam 
Nusuk satu ekor kambing. Haji qirān dapat dipilih 
apabila karena sesuatu hal, seorang jemaah tidak 
dapat melaksanakan umrah, baik sebelum maupun 
sesudah haji, termasuk jemaah haji yang masa 
tinggalnya di Makkah sangat terbatas. Pelaksanaannya 
sebagai berikut:
niat Ihram 1. 
Bersuci dengan mandi a. dan berwudu; 
Berpakaian ihram; b. 
Melaksanakan salat sunat ihram dua rakaat; c. 
Berniat ihram haji dan ihram umrah dari miqat d. 
Abyar Ali bagi gelombang I dan dari asrama 
haji embarkasi bagi gelombang II, atau di 
dalam pesawat sebelum melintas Yalamlam/
Qarnul al­Manazil, atau di Bandara KAIA 
Jeddah, dengan melaksanakan niat di hati; 
Artinya:
Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji dan 
berumrah.
­ 154 ­

Atau mengucapkan:
Artinya:
Aku niat haji dan umrah dengan berihram karena 
Allah Ta’ala.
Jemaah haji yang lemah dan sakit dianjurkan e. 
berniat ihram dengan isytirat, lihat cara isytirat 
pada haji tamattu’ 
Aktifitas di makkah 2. 
Jemaah haji Indonesua yang melaksanakan a. 
haji qiran, ketika tiba di Makkah disu nat kan 
mengerjakan thawaf qudum;
Thawaf qudum bukanlah thawaf umrah, bukan b. 
pula thawaf haji, dan hukumnya sunat. Setelah 
thawaf qudum, boleh diikuti dengan sa’i atau 
tidak. Jika diikuti dengan sa’i, maka sa’i yang 
dikerjakan ini sudah termasuk sa’i haji. Maka 
pada saat melaksanakan thawaf ifad}ah, tidak 
perlu melakukan sa’i lagi.
Jika setelah melakukan thawaf qudum seorang c. 
jemaah sudah melaksanakan sa’i, maka jemaah 
ini tidak mengakhiri sa’i­nya dengan bercukur/
memotong rambut. Cukur dilaksanakan 
sesudah wukuf dan tiba di Mina setelah atau 
sebelum melontar Jamrah Aqabah tanggal 
Pelaksanaan ibadah, d. dzikir dan doa Haji Qiran 
sejak dari wukuf sampai dengan selesai sama 
dengan pe lak sanaan haji tamattu’;
Ketika jemaah melaksanakan thawaf e. ifad}l ah, ia 
harus melakukan sa’i jika pada waktu thawaf 
qudum belum melaksanakan sa’i;
Jemaah pada saat akan meninggalkan Makkah, f. 
wajib melaksanakan tha waf wada’.
Mengubah Niat3. :
Mengubah niat dari haji qiran menjadi tamattu’ 
hukumnya boleh, tetapi ia dikenakan dam nusuk dan 
dam mengubah niat. Sedangkan mengubah niat 
dari qiran ke ifrad  hukumnya boleh tetapi cara ini 
dikenakan dam karena mengubah niat tanpa perlu 
kembali ke miqat. 
Catatan4.  ;
Adakalanya Jemaah dari Arafah atau dari 
Muzdalifah, disebabkan oleh sesuatu hal, langsung 
ke Makkah. Untuk memastikan keabsahan 
ibadahnya dianjurkan melakukan langkah­langkah 
sebagai  berikut;
Jemaah setelah wukuf di Arafah langsung ke 1. 
Makkah
Jemaah yang langsung berangkat ke Makkah 
setelah wukuf di Arafah 9 Dzulhijjah, baik 
akibat tersesat maupun sengaja ke Makkah, 
hendaknya menunggu di Makkah hingga 
­ 156 ­

lewat tengah malam, kemudian mela ksanakan 
tha waf ifad}ah, dilanjutkan mencukur atau 
memotong rambut (tahallul awal). Setelah 
itu, ia berangkat menuju Mina untuk me lon­
tar Jamrah Aqabah (tah}allul tsani); dilanjutkan 
dengan mabit di Mina.  Menurut Imam Syafi’i 
dan Imam Ahmad, tawaf ifadhah sah dilakukan 
paling cepat setelah lewat tengah malam 
10  Dzulhijjah.17 
Jemaah dari Muzdalifah langsung ke Makkah2. 
Jemaah yang langsung berangkat ke 
Makkah setelah mabit di Muzdalifah, baik 
akibat tersesat maupun sengaja ke Makkah, 
hendaknya  menunggu di Makkah hingga 
lewat tengah malam kemudian mela ksanakan 
tha waf ifad}hah, dilanjutkan mencukur atau 
memotong  rambut (tahallul awal). Setelah 
itu, ia berangkat menuju Mina untuk me lon­
tar Jamrah Aqabah (tah}allul tsani); dilanjutkan 
dengan mabit di Mina.

HIKMAH HAJI DAN UMRAH
Secara sederhana, apa yang dimaksud dengan 
hikmah dan filosofi haji dalam buku ini adalah makna, 
nilai, rahasia, faedah atau manfaat yang terkandung di 
balik amalan-amalan haji, baik amalan fisik maupun 
amalan ruhani. Setelah membaca bab ini diharapkan 
jemaah haji dapat mendalami aspek terdalam dari 
rukun Islam kelima ini sehingga mendapatkan 
predikat  mabrur.
Hikmah UmrahA. 
Umrah secara bahasa berarti ziyârah, artinya 
berkunjung atau bertamu. Orang yang sedang umrah 
atau haji dikatakan sebagai tamu Allah. Dari makna 
itu bisa dipahami bahwa ibadah umrah memberikan 
pesan kepada umat manusia tentang pentingnya 
berkunjung dan bersilaturahim kepada sanak keluarga 
dan sesama manusia, terlebih berkunjung dan 
menyambung tali hubungan kepada Allah SWT.
Hubungan sesama manusia semakin kuat jika ia 
sering saling sapa dan saling berkunjung. Demikian 
pula hubungan manusia dengan Allah SWT akan 
semakin kuat jika ziyârah itu sering dilakukan. Jika 
hubungan manusia dengan-Nya kuat, Allah akan 
mencurahkan rahmat dan anugerah kepadanya. 
Inilah yang disabdakan baginda Rasulullah 
Muhammad  SAW:
 ِ
Artinya: 
Dari Abu Hurairah RA., Rasulullah SAW bersabda: 
‘’Antara satu ibadah umrah dengan ibadah umrah 
lain merupakan peng hapus dosa dan kesalahan 
yang diperbuat di antara keduanya, dan haji 
mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.’’ 
(HR.  Muttafaqun  ’Alaih).
Hikmah HajiB. 
Haji secara bahasa berarti al-qashd, artinya 
sengaja atau sadar. Ada juga yang mengatakan haji 
adalah al-‘aud; artinya kembali dan at-tikrâr atau 
berulang kali. Dari sini bisa dipahami, pelajaran 
penting dari ibadah haji adalah mengajak manusia 
1  Al-Bukhari, nomor hadits: 1773 dan Muslim, nomor hadits:
untuk selalu sadar bahwa ia berasal dari Allah dan 
akan kembali kepada-Nya. Kesadaran ini harus terus 
ada dalam sanubari seorang manusia agar ia berhasil 
menggapai kebahagiaan hakiki.
Haji juga mengajarkan manusia tentang 
kesadaran terus-menerus untuk kembali kepada 
Allah. Mengapa kesadaran kembali ini perlu terus 
digelorakan? Kehidupan dunia itu melenakan dan 
menggiurkan. Manusia bisa lupa bahwa ia berasal dari 
Allah dan akan kembali kepada-Nya. Haji mengajak 
semua umat manusia agar ingat tentang kesadaran 
innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn. sesungguhnya kita 
berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Al-
Baqarah[2]:156  
Kesadaran tentang hal di atas akan mengantarkan 
manusia kepada kesucian hakiki. Karena itu, orang yang 
berhaji secara serius dan total akan kembali layaknya 
bayi yang baru lahir dari rahim ibunya sebab ia sadar 
betul akan status kehambaannya di hadapan Allah. Hal ini 
sesuai sabda Rasulullah SAW:
Abi Huraerah RA berkata: Saya men dengar Nabi SAW 
bersabda: Barang siapa yang melaksanakan haji karena 
Allah dengan tidak berbuat rafas (kata-kata kotor) dan 
tidak berbuat fusuq (durhaka), dia kembali suci seperti 
bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya 
(tanpa dosa) (HR. Bukhari dan Muslim).
Kesucian fitrah sebagaimana dise but kan dalam 
hadis di atas akan me ngan tarkan seseorang kepada 
kenikmat an surga, sesuai sabda Rasulullah  SAW:

Dari Abi Huraerah ra., Rasulullah SAW ber sabda: Haji 
yang mabrur tiada imbalan yang setara kecuali surga. 
(HR. Muttafaq ’Alaih).
Hikmah MīqātC.  Zamānī dan Mīqāt Makānī
Mīqāt zamānī adalah ketentuan waktu untuk 
melaksanakan ibadah haji, sedang kan mīqāt makānī 
adalah ketentuan tempat di mana seseorang harus 
memulai niat haji atau umrah. Kedua mīqāt tersebut 
mengisyaratkan tentang pentingnya tempat (ruang) 
dan waktu dalam menjalani semua aktivitas, baik 
ibadah maupun aktivitas lainnya. Kebutuhan manusia 
terhadap ruang dan waktu juga menunjukkan bahwa 
ia tidak sempurna, makhluk lemah dan tak berdaya. 
Di sisi lain, seseorang yang mampu mengatur ruang 
dan waktu dengan baik dan disiplin sesuai aturan 
hukum yang berlaku akan berhasil menjalankan 
tugasnya sebagai hamba Allah selama hidup di muka 
bumi.
Secara lahiriah miqat adalah tempat atau waktu 
tertentu yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW 
sebagai pintu masuk untuk memulai haji. Sementara 
secara spiritual, miqat adalah batas antara alam fisik 
(lahiriah) dan alam metafisik (batin/ghaib). Mulai dari 
miqat inilah, seseorang yang akan melaksanakan 
ibadah haji harus menancapkan tekad dan niatnya 
untuk masuk ke dalam alam malakut. Dari titik 
miqat inilah, ia akan bersiap-siap berangkat menuju 
Baitullah (rumah  Allah).
Karena hendak bertamu kepada Allah yang 
Maha Suci, tak ada pilihan lain bagi calon tamu kecuali 
menyucikan jiwa dan batinnya, mengosongkan 
segenap orientasi duniawi dan mengisinya dengan 
orientasi ukhrawi. Karena Allah adalah Dzat yang 
Maha Suci, maka hanya mereka dengan raga dan 
jiwa yang suci sajalah yang akan ditemui saat ia 
bertamu kepada-Nya. Jika kalam-Nya saja tidak 
dapat dipahami kecuali oleh mereka yang suci,4 
bagaimana mungkin Dzat-Nya yang Agung dapat 
digapai tanpa  kesucian?
4  Lihat QS. Al-Waqi’ah[56]: 79
Karena itu, memasuki miqat, orang yang berhaji 
harus benar-benar mempersiapkan diri, baik secara 
lahir terlebih batin, agar pada saat sampai di rumah-
Nya ia benar-benar siap dan layak menjadi tamu-Nya. 
Ia benar-benar pantas mendapatkan sambutan-Nya, 
layak untuk dipersilakan masuk ke rumah-Nya. Pendek 
kata, ia benar-benar pantas mendapatkan kucuran 
kasih sayang-Nya.
Hikmah Mandi Sebelum BerihramD. 
Mandi sebelum berihram mengisya rat kan bahwa 
seseorang yang di panggil Allah SWT untuk datang ke 
Baitullah seyogyanya dalam kea daan yang sempurna 
-- badan, hati, dan lisan nya bersih dari kotoran yang 
melekat, baik lahi r maupun batin. Dzat yang Suci 
hanya dapat ditemui oleh mereka yang suci. Karena 
itu Allah mencintai orang-orang yang senang bersuci 
-- menyucikan badan, pikiran dan batinnya. Hal ini 
sejalan dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang 
bertaubat dan orang-orang yang bersuci.” Al-Baqarah 
[2]: 222.
Hikmah Memakai Pakaian IhramE.  
Melepas pakaian sehari-hari dan menggantinya 
dengan dua helai kain ihram menggambarkan 
keadaan orang yang meni nggal dunia. Dia harus 
melepaskan semua atribut dan urusan dunia  dan 
berganti dengan kain ka fan. Pakaian dunia inilah yang 
kerap membuat manusia lupa diri sehingga mudah 
berbuat salah dan dosa. Karena itu, pakaian dunia 
sebagai simbol dari kesombongan dan kecongkakan 
harus dilepas agar ia diterima oleh Allah SWT. Ketika 
Nabi Musa AS bermu na jat, misalnya, dia diperin tah-
kan untuk melepas sandal sebagai lambang pakai an 
du nia. Allah SWT berfirman:
 
Sungguh Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua 
terom pahmu karena sesungguhnya engkau ber ada di 
lem bah yang suci, T}uwā. T}āhā [20]: 12.
Demikian pula orang yang me laksanakan ibadah 
haji, saat hendak memasuki tanah suci, baitullah, dia 
harus melepas pakaian duniawi itu, harus menanggalkan 
kebiasaan buruk yang melekat dalam dirinya agar 
diterima oleh Allah SWT. 
Pakaian ihram memiliki arti pembebasan diri 
dari keinginan hawa nafsu dan daya tarik luar selain 
Allah. Ihram melambangkan penyerahan jiwa raga 
sepenuhnya kepada kebesaran dan keindahan Dzat 
dan sifat Allah, membebaskan dari ikatan kedudukan, 
pangkat, darah, keturunan, harta, dan status sosial 
lainnya yang sering merusak tali persaudaraan. Ihram 
mengajari umat manusia tentang kesamaan dan 
kesetaraan di hadapan Allah. Dia tidak melihat pangkat 
dan jabatan. Apa yang Dia lihat adalah ketakwaan dan 
amal kebaikan. 
 
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa 
dan harta kalian. Tapi, Allah hanyalah melihat hati dan 
amalan kalian.”5 (HR. Muslim, dari Abi Hurairah RA)
Ketika sudah mengenakan pakian ihram, 
seseorang dilarang atau diharamkan melakukan 
dosa dan kemaksiatan, baik kepada sesama manusia, 
binatang, tetumbuhan, terlebih kepada Allah. Rafats, 
fusuq, jidal dan berburu binatang di tanah haram 
dilarang karena aktivitas tersebut dapat memalingkan 
hati manusia dari perasaan sama dan setara sesama 
makhluk di hadapan Tuhan. 
Status kehambaan hanya dapat terwujud secara 
total ketika manusia mampu menundukkan ego dan 
kesombongannya. Indikator kesombongan manusia 
antara lain dapat dilihat dari pakaiannya; orang 
kaya berpakaian mahal, si miskin berpakaian murah. 
Pakaian ihram mengajari semua manusia tentang 
status kehambaan yang sejati. Manusia diajak untuk 
menghilangkan sekat-sekat sosial, diajari untuk 
5  Muslim, nomor hadits 2564
mengingat hakekat kehidupan bahwa ia berasal dari-
Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Saat berada di tanah air, seseorang dapat 
menyombongkan diri dengan pakaian yang 
dikenakannya. Tapi saat ia bertamu di rumah-
Nya, kesombongan itu tak patut disemai. Ia harus 
ditanggalkan dan ditinggalkan. Ganti pakaian 
kesombongan itu dengan pakaian berwarna putih 
bersih, layaknya kain kafan, penanda kesucian dan 
penyerahan diri. Lewat ibadah haji, setiap jemaah haji 
hendaknya menampakkan semangat kesederhanaan, 
kesetaraan, dan kebersamaan di hadapan Allah.  
Hikmah Membaca TalbiyahF. 
Talbiyah adalah jawaban atas panggilan Allah SWT 
untuk me   lak sanakan haji, yang di ucap   kan seseorang 
ketika memasuki ihram haji atau umrah. Sese orang 
yang me ngu capkan tal biyah harus didahului de-
ngan sikap yang tulus/ikhlas, ongkos atau biaya haji/
um rahnya diperoleh dari harta yang halal, hatinya 
bersih dari sifat riya, sombong, dan ingin dipuji. Dia 
menunjukkan pe rasaan khusyu’ (merendahkan diri) 
ke pada Allah SWT untuk me nyak sikan keagungan dan 
ke be saran-Nya. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: 
Dari Abi Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: 
Ketika seseorang yang akan berhaji keluar dari rumah 
dengan nafakah (ong kos haji) yang baik (halal), kemu-
dian dia mele takkan kaki nya di atas kendaraan lalu 
mengucap kan “Aku sambut panggilan-Mu Ya Allah, 
aku sambut panggi lan-Mu”, akan ada suara yang 
memanggil dari langit, “Aku sambut panggilanmu 
dan kebahagiaan yang tiada tara untukmu, bekal-
mu dari yang halal dan kendaraanmu halal, hajimu 
mabrur tidak tercampur dengan dosa.” Apabila sese-
orang yang akan berhaji keluar dari rumah dengan 
bekal yang haram, maka ketika dia naik kendaraan 
lalu mengu capkan “Aku memenuhi panggilan-Mu Ya 
Allah” tiba-tiba terdengar suara dari langit “tidak, aku 
tidak menyambut panggilan mu dan engkau tidak 
mendapatkan kebahagiaan, bekalmu dari har ta yang 
6  At}- t}abrānī ,  Mu’jam al-Ausat}h,  nomor hadits:6/ 5224..
haram dan nafkah mu haram, hajimu, tidak mabrur” 
(HR. at}-t}ab rani).
Talbiyah adalah lantunan suara ketakberdayaan 
hamba di depan Tuhannya. Talbiyah juga wujud 
kesyukuran hamba atas nikmat panggilan menunaikan 
ibadah haji. Dengan membaca talbiyah, hakekatnya 
manusia sedang diajak untuk masuk ke dalam 
alam kehambaan sejati, mengakui keagungan dan 
kemahakuasaan Allah SWT. 
Saat melantunkan lafadz talbiyah, hati akan 
bergetar tak terperi, menunduk dan merintih menangis 
di hadapan Ilahi. “Aku memenuhi panggilanmu ya 
Rabb. Tak ada sekutu bagi-Mu ya Rabb. Segala macam 
pujian dan semua jenis kekuasaan hanya milik-Mu ya 
Rabb.” Kalimat ini mengisyaratkan ketundukan dan 
keberserahan diri, sebuah pengakuan seorang hamba 
yang tak punya apa-apa, yang lemah, dan tak kuasa 
bahkan terhadap dirinya sendiri. 
Hikmah ThawafG. 
Thawaf artinya mengitari atau me ngelilingi. 
Secara istilah thawaf berarti mengelilingi Ka’bah 
sebanyak tujuh kali putaran, dimulai dan diakhiri di 
Hajar Aswad. 
Thawaf dimulai dengan mengucapkan Bismillahi 
Allahu Akbar. Kalimat takbir menandakan bahwa 
dalam memulai aktivitas apa pun, setiap manusia 
harus punya kesadaran dalam dirinya bahwa hanya 
- 168 -

Tuhan yang Maha Besar. Manusia tak ada apa-
apanya di hadapan Tuhan. Kesadaran mendalam ini 
harus tertanam dalam sanubari sehingga tak ada 
kesombongan dan kezaliman dalam menjalani proses 
kehidupan. 
Allah SWT ber firman:
...dan lakukanlah thawaf di sekeliling rumah tua 
(Baitullah). Al-Hajj [22]: 29. 
Thawaf membawa pesan mak nawi berputar 
pada poros bu mi yang paling awal dan paling dasar. 
Tujuh putaran melambangkan tujuh langit yang 
mengelilingi Arsy. Tujuh putaran juga mengingatkan 
kita semua bahwa langit dan bumi diciptakan 
oleh Allah sebanyak tujuh lapis. Tujuh putaran 
juga mengingatkan bahwa ada tujuh hari dalam 
seminggu. Bahkan surat Al-Fatihah yang dilantunkan 
umat Islam saat salat juga terdiri atas tujuh ayat (as-
sab’ al-matsani). Pada hari ketujuh pula, umat Islam 
disunahkan memotong rambut bayi yang baru lahir 
dan menyembelih kambing dalam ritual akikah. Ini 
tentu bukan kebetulan, pasti ada hikmah dan rahasia 
mengapa angka tujuh menjadi pilihan Tuhan di dalam 
hukum alam-Nya. Ada sebagian ulama berpendapat, 
angka tujuh  adalah simbol dari pentingnya 
konsistensi dalam menjalani aktivitas. Manusia tak 
boleh menyerah hanya karena gagal dalam aktivitas 
pertama dan kedua. Ia harus terus mencoba dan 
mencoba, bangkit tak kenal lelah, untuk menggapai 
tujuan hidupnya.
Se dang kan lingkaran pela tar an Ka’bah 
merupakan gambaran arena per temuan manusia de-
ngan Allah. Selama pertemuan itu berlangsung, hanya 
kalimat thayyibah yang layak untuk dilantunkan; 
mulai dari dzikir, ayat-ayat Al-Qur’an, shalawat dan 
do’a. Kalimat thayyibah ini dibaca dengan penuh 
penghayatan, agar kita menyadari hakikat ma nusia 
se bagai makhluk-Nya, hubung an manusia de ngan 
Sang Maha Pen cipta dan ketergan tungan manusia 
terhadap Tuhannya. 
Thawaf mengajak untuk mengikuti perputaran 
waktu dan peredaran peristi wa, na mun tetap 
berdekatan dengan Allah SWT dengan menem pat-
kan Tuhan Maha Rahman itu pada tem pat yang se-
mestinya dan men ja  dikan diri sebagai hamba-Nya 
yang taat dan tunduk pada-Nya. 
Di sisi lain, Ka’bah merupakan simbol ber kumpul 
(matsaba tan). Ketika orang-orang berkumpul di 
sekeliling Ka’bah untuk melaku kan tha waf, mereka 
bu kan hanya hadir secara fisik, tapi juga bersama ruh 
dan jiwa, semuanya menghadap dan me nuju Allah 
SWT. Jadi, setiap orang yang sedang thawaf diharap-
kan tidak hanya me nge lilingi Ka’ bah secara fisik, tapi 
hatinya juga selalu ingat pada Allah dan meng ha yati  
apa yang dia baca. Nabi Muhammad SAW bersab da:
Artinya: 
Dari Ali Ibn Abu t}alib berkata, aku mendengar Nabi 
SAW ber kata kepada Abu Hurairah: “Engkau 
akan menemukan orang yang lupa dan lalai 
keti ka melaksanakan thawaf, thawaf mereka 
tidak dite rima Allah dan amal mereka tidak 
sampai kepada Allah. Hai Abu Hurai rah: 
Jika kamu meli hat mereka berbaris-baris 
(tha waf), maka bu barkanlah bari sannya 
dan katakanlah kepada mereka: thawaf ini 
tidak dite rima oleh Allah dan amal mereka 
tidak sampai kepada Allah7”. (HR.Al-Fakihi 
dari  Ali  RA)
Saat seseorang menjalankan thawaf, kadang 
tempat berputar terlihat sepi dan lengang, kadang 
berdesak-desakan. Kendati demikian, orang yang 
menjalankan thawaf tidak boleh marah, tidak boleh 
mengeluh, ia harus terus fokus mengitari Ka’bah 
7  Al-Fakihi, Akhbar Makkah, nomor hadits. 338
hingga selesai tujuh kali putaran. Saat selesai berputar 
tujuh  kali, ia bergembira dan wujud dari kegembiraan 
itu ia ekspresikan dengan lantunan doa dan salat 
sunnah di belakang maqam Ibrahim.
Kondisi perputaran thawaf ini menggambarkan 
proses seseorang menjalani kehidupan dunia. Dalam 
menjalani hidup, manusia pasti mengalami rintangan 
dan ujian, senang atau susah. Maka, jika manusia ingin 
sukses menjalani kehidupan ini, kuncinya adalah tetap 
fokus dan tulus menjalaninya dengan terus berusaha 
dan mematuhi aturan yang ada. Dia harus fokus 
menjalankan perintah Tuhan. Fokus mengarungi 
kehidupan dengan penuh kesabaran dan kesyukuran 
adalah kunci keberhasilan menjalani kehidupan.
Secara spiritual, thawaf mengajari manusia 
tentang siklus kehidupan. Mereka lahir di dunia atas 
kehendak Allah, hidup selalu bersa ma Allah (ahya 
wa amūt), dan pada akhirnya kem bali kepada Allah. 
Berputar atau mengelilingi berarti bergerak sebagai 
tanda adanya kehidupan. Kondisi kehidupan terus 
berputar di antara manusia, jatuh bangun, kaya miskin, 
terkenal dan terlupakan, semuanya silih berganti 
menghiasai kehi dup an manusia. 
 Secara historis, thawaf juga mengingatkan 
manusia kepada orang yang mem bangun Ka’bah, 
yaitu Nabi Ibrahim AS bersama putranya Isma’il AS, 
yang me nguatkan keyakinan bahwa Islam yang 
kita anut ini merupakan ke lanjutan dari risalah yang 
- 172 -

pernah diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS. Shalat sunat 
dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (tempat 
berdiri Nabi Ibrahim AS ketika memba ngun Ka’bah) 
setelah thawaf, yang dilakukan sebelum berdoa 
di Multazam, juga me ng ingatkan umat Islam akan 
adanya hubungan agama yang disam paikan Nabi 
Muhammad SAW dengan aga ma yang disam paikan 
Nabi Ibrahim AS. Semua prosesi yang dilakukan dalam 
thawaf sema kin mengukuhkan se orang Mus lim akan 
keimanan, ketauhidan, serta keis lamannya.
Hikmah Mencium Hajar Aswad H. 
Mencium Hajar Aswad sunat bagi laki-laki dan 
mubah bagi perempuan. Karenanya perempuan 
tidak dianjurkan mencium Hajar Aswad kecuali 
dalam keadaan sepi. Mencium Hajar Aswad adalah 
ama liah yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS dan 
juga dilakukan oleh Nabi Muham mad SAW. Nilai 
yang menonjol dalam mencium Hajar Aswad adalah 
kepa tuhan mengi kuti sunah Rasulullah SAW. Dalam 
konteks ini riwayat, sahabat Umar RA keti ka mencium 
Hajar Aswad me nga takan:

Artinya: 
Ibnu ‘Abbas RA bercerita  bahwa Umar RA bersandar 
di rukun Hajar Aswad lalu berkata: “Sungguh aku 
mengetahui engkau hanyalah batu, sekiranya 
aku tidak meli hat kekasihku Rasulullah SAW telah 
menciummu dan mengu sapmu, niscaya aku tidak 
akan mengusapmu dan mencium mu. Sungguh telah 
ada pada diri Rasulullah itu suri teladan. 8 (HR. Ahmad 
dari Ibnu ‘Abbas RA)
Dalam riwayat lain, Umar menghampiri Hajar 
Aswad ke mu dian menciumnya seraya mengatakan:
 َ
Artinya: 
Dari ‘Abis bin Rabi’ah dari Umar RA: bahwasanya 
Umar RA datang mendekati  Hajar Aswad lalu 
berkata: ‘’Sungguh aku mengetahui bahwa kamu ha-
nyalah batu, kamu tidak memberi mudarat maupun 
manfaat, sekiranya aku tidak melihat Rasulullah SAW 
8 Ah}mad, Al-Musnad, nomor hadits: 131
men ciummu niscaya aku tidak akan menciummu.’’ 9 
(HR.  Bukhari dari ‘Umar RA)
Rasulullah SAW telah mem be rikan tuntunan 
dalam bersi kap terhadap Hajar Aswad dengan sangat 
bijaksana. Jika memung kinkan, orang yang melakukan 
thawaf dianjurkan mencium Hajar Aswad. Jika tidak 
mungkin, dia cukup menyen tuhnya dengan tangan, 
kemu dian mencium tangannya yang telah menyen tuh 
Hajar Aswad itu. Jika tidak mungkin juga, dia cukup 
berisyarat dari jauh, dengan ta ngan atau tongkat 
yang diba wanya, kemudi an menci umnya. Dengan 
de mi kian, men cium Ha jar Aswad mencerminkan 
sikap kepa tuhan seorang Mus lim mengi kuti tuntunan 
Rasulullah SAW.
Saat mencium Hajar Aswad, manusia diharapkan 
mengingat kembali janji yang pernah ia ikrarkan di 
hadapan Allah SWT,10 ikrar tentang status kahambaan 
manusia di hadapan Tuhannya, ikrar yang menegaskan 
bahwa Allahlah satu-satunya Dzat yang patut 
disembah dan ditaati. 
9  Al-Bukhārī,  nomor hadits: 1597. Muslim, nomor hadits: 
1270.
10  Ikrar tersebut termaktub dalam QS. Al-A’raf: 172. 
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang 
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil 
kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman),”Bukankah aku 
ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami 
bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu 
tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap 
ini.” 
Mencium hajar aswad juga memberikan 
pelajaran tentang sikap tawadlu’ atau ketundukan 
menjalankan perintah Tuhan. Manusia adalah makhluk 
mulia dan dimuliakan oleh Allah, sementara batu 
adalah makhluk mati yang tak berakal. Kemuliaan 
yang diberikan kepada manusia kerap membuatnya 
lalai dan lupa akan hakekat statusnya sebagai hamba. 
Untuk mengingatkannya, manusia diperintahkan 
mencium makhluk dengan derajat yang lebih rendah 
dibanding dirinya, agar ia tak sombong dan jumawa 
di depan makhluk-makhluk-Nya, apalagi di hadapan 
Sang Pencipta.
Abdullah bin Abbas pernah berkata bahwa Hajar 
Aswad adalah yaminullah fil-ardh (tangan kanan Allah 
di muka bumi). 
“Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di muka 
bumi, barangsiapa menyalami dan menciumnya, 
seakan-akan ia menyalami dan mencium ‘tangan 
kanan’ Allah.” 11(HR. Al-Azraqi, Abdurrazzaq dan Ibn 
Asakir dari Ibnu ‘Abbas RA)
Karena itu, saat mencium Hajar Aswad, manusia 
diminta untuk betul-betul berserah diri dan tunduk 
11  Al-Azraqî, Akhbâr Makkah,  nomor hadits 420.
kepada Allah SWT karena hakekatnya ia sedang 
berhadapan dengan Tuhan penguasa semesta alam. 
Tunduknya hati dan pikiran akan mengantarkan 
seseorang mendapatkan siraman rahmat dan 
pencerahan dari-Nya. 
Dalam riwayat lain, dari Ibnu Abbas, di ceritakan 
bahwa Hajar Aswad dulu berwarna putih, tapi karena 
sering dijamah tangan manusia yang penuh dosa, 
ia berubah menjadi hitam. Karena berubah menjadi 
hitam, disebutlah makhluk itu sebagai  Hajar Aswad.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata bahwa 
Rasul SAW bersabda: “Hajar Aswad adalah batu 
dari surga dan awalnya lebih putih dari salju. Dosa 
manusialah yang membuatnya menjadi hitam.”12(HR. 
At-Tirmidzi dari Ibnu ‘Abbas RA)
Ibnu Hajar al-Asqallani menjelaskan, warna hitam 
Hajar Aswad memberikan petunjuk bahwa jika warna 
batu saja dapat berubah menjadi hitam legam karena 
disentuh manusia yang kerap berbuat salah dan dosa, 
bagaimana dengan hati manusia? Tentu hati akan lebih 
mudah berubah menjadi hitam jika pemiliknya sering 
berbuat dosa dan kesalahan. Mencium Hajar Aswad 
12  At-Tirmidzi, nomor hadits 877.
mengajarkan manusia agar senantiasa mengingat 
bahwa daya rusak dosa dan maksiat sangatlah besar.
Hikmah Minum Air Zamzam I. 
Saat air keluar dari bawah kaki Ismail, Siti Hajar 
berusaha untuk mengumpulkan air tersebut seraya 
berkata: “Zamzami…. zamzami..” (berkumpullah…
berkumpulah wahai air). Sejak saat itulah air ini dikenal 
dengan sebutan Zamzam. 
Meminum air Zamzam memberikan pesan bahwa 
dalam menjalani aktivitas, manusia membutuhkan 
bekal. Di antara bekal terbaik adalah minuman air. 
Dengan minum air, seseorang akan kembali segar 
dan dapat menjalankan tugasnya kembali. Air adalah 
sumber kehidupan, tanpa air makhluk hidup di dunia 
ini akan mati. Air juga mengisyaratkan kedamaian 
dan kesentosaan. Dengan air, apa yang panas akan 
menjadi dingin. Seseorang yang sedang emosional 
dan capek akan hilang emosi dan rasa capeknya jika 
ia meminum air. 
Meminum air Zamzam mengajarkan manusia 
tentang pentingnya merawat alam dan menjaga 
kedamaiannya. Bumi perlu dilestarikan, perlu dijaga, 
dan dikonservasi. Air adalah sumber kehidupan yang 
dengannya bumi dan segenap makhluk di dalamnya 
akan tetap hidup. Bukankah Allah berfirman: 
“Dan kami jadikan dari air segala sesuatu menjadi 
hidup.” Al-Anbiya’[21]: 30)
Hikmah Sa’iJ. 
Pada dasarnya perjalanan sa’i adalah dzikrullah 
karenanya selama menjalankan sa’i seseorang harus 
dipenuhi dengan dzikir. Arti kata sa’i adalah usaha. 
Bisa pu la dikembangkan artinya men jadi: berusaha 
dalam hi dup, baik pribadi, keluarga, atau masyarakat. 
Pelaksanaan sa’i antara bukit Safa dan Marwa 
melestarikan penga laman Siti Hajar (ibu Nabi Ismail 
AS) ketika ia mondar-mandir antara dua bukit itu untuk 
mencari air minum bagi dirinya dan putra nya. Saat itu 
ia keha bisan air di tempat yang sangat tandus padahal 
tiada se orang pun yang dapat dimintai per to longan. 
Nabi Ibrahim AS, suami Siti Hajar dan ayahanda Nabi 
Ismail AS, tidak berada di sana. Ia berada di tempat 
yang sangat jauh, di Negeri Syam.
Hanya kasih sayang seorang ibu pada anaknyalah 
yang mendorong Siti Hajar mondar-mandir antara 
bukit Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Jarak 
antara bukit Safa dan Marwah ± 400 meter. Dengan 
begitu, jarak yang ditempuh Siti Hajar ham pir tiga 
kilometer. Akhirnya, Allah memberi nikmat berupa 
me ngalirnya air Zamzam dari mata air abadi. Peristiwa 
itu menggam bar kan bagaimana kasih sayang seorang 
ibu kepada anaknya dan ini harus menjadi teladan 
bagi kaum Muslimin. 
Sa’i mem berikan makna sikap optimistis dan usa-
ha yang keras serta penuh kesabaran dan tawakkal 
kepa da Allah SWT. Kesung guhan yang dilakukan oleh 
Siti Hajar dengan tujuh kali mondar-mandir ber ja lan 
antara Safa dan Marwa membe rikan makna bahwa 
hari-hari yang dilewati manusia ber jumlah tujuh hari 
setiap mi nggu  haruslah diisi dengan usaha dan kerja 
keras. Pe kerjaan yang dilakukan dengan sungguh-
sungguh itu sangat disenangi Allah SWT, sebagai mana 
sabda Rasulullah SAW:

 .)ŔاƱÞòا هاور(
Aisyah RA berkata, Rasu lullah SAW bersabda: Sungguh 
Allah SWT sangat senang jika salah satu di antara 
kalian melaku kan suatu pekerjaan dengan sung guh-
sungguh.’’13 (HR. At}-t}abrani dari ‘Aisyah RA)
Ketika seseorang menghayati dan me resapi 
syariat sa’i, akan muncul dalam dirinya sikap-sikap 
positif mengha da pi berbagai tantangan hi dup, an tara 
lain: kerja keras, opti misme, kesungguhan, keikh lasan, 
ke sa baran, dan tawakkal.
Karunia Allah kadang-kadang diperoleh 
tanpa disangka sebelumnya. Dia akan memberikan 
anugerah kepada hamba-Nya yang rajin dan konsisten 
13  At}- t}abrānī, Mu’jam al-Ausat}h, nomor hadits: 1/901.
- 180 -

menjalankan tugas fungsinya. Setelah berusaha, 
hendaklah ia bertawakkal dan menyerahkan hasilnya 
kepada Allah SWT. 
Sa’i dimulai dari bukit Shafa dan diakhiri di 
bukit Marwa. Ini artinya dalam menjalani bisnis, 
menjalani pekerjaan, seseorang harus memastikan 
diri bahwa dia memulainya dengan hal yang suci, 
baik, dan bersih. Pekerjaan yang diawali dengan hal 
yang baik, bersih, dan suci akan mengantarkannya 
kepada keberhasilan dan kesejahteraan. Itulah makna 
Marwa, sebuah kondisi tercukupi dan terpenuhi 
semua kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, sa’i 
mengajarkan manusia tentang pentingnya berusaha 
dengan sekuat tenaga. Tanpa berusaha, kebahagiaan 
tak akan pernah  ada.
Hikmah Berjalan Cepat (K. Ramal) 
Ramal adalah jalan cepat. Salah satu hikmah 
disyariat kannya ber jalan cepat saat thawaf adalah 
untuk me  nunjukkan pentingnya keperca yaan di ri, 
kerja keras, dan kekuatan umat Islam ser ta keluhuran 
agama mereka.
Pada waktu Rasu lullah SAW dan sahabat me-
masuki kota Makkah sesu dah hijrah, kaum Quraisy 
berkumpul di Dār an-Nadwah melihat kaum Mus limin 
sambil mengejek dan menganggap rendah seraya 
berujar “Wabah demam yang melanda Yatsrib  telah 
melemahkan mereka.” Lalu Rasu lullah bersabda ke pa -
da sahabat:
 
Artinya:
....“Berlari-lari kecillah mengeli lingi Ka’bah tiga kali 
supaya kaum musyrik menyaksikan ke ku atan kalian”, 
maka ketika mereka tengah berlari-lari, kaum Quraisy 
berkata “Apa yang membuat mereka lemah?”14 
(HR.  Ahmad).
Hikmah BercukurL. 
Mencukur rambut adalah pene gasan dan 
realisasi selesai nya masa ihram. Setelah seseorang 
bercukur, maka jemaah haji telah  bertahallul, semua 
yang semula dilarang menjadi boleh. Ini mengajarkan 
kepada umat Islam bahwa Muslim yang baik hanya 
melakukan hal-hal yang dihalalkan Allah SWT. 
Ketika seseorang mencukur rambut, kotoran yang 
melekat pada rambut menjadi hilang karena rambut 
kepala ber fungsi menjaga otak dari berbagai penyakit. 
Otak yang sehat akan membuahkan pemikiran yang 
positif. Memotong atau mencukur rambut hingga 
gundul hanya diperintahkan kepa da kaum laki-laki, 
sedangkan kaum perempuan hanya diperintahkan 
14  Ah}mad, Al- Musnad, nomor hadis: 2794.
- 182 -

memotong sebagian rambut kepala saja. Hal ini sesuai 
hadis Nabi Muhammad SAW:
 ِْ
Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada keharusan bagi 
perempuan untuk bercukur (dalam tah}allul), tapi hanya 
diharuskan memotong (ram but kepala) 15 (HR. Abu 
Daud dari Ibnu ‘Abbas RA).
Mengapa rambut kepala yang dicukur? Kepala 
adalah mahkota dan rambut adalah hiasannya. 
Dipotongnya rambut memberikan isyarat bahwa 
pangkat, kedudukan, dan status sosial yang dimiliki 
seseorang pasti akan berakhir. Mencukur ra