Syarah sahih Al Bukhari 8

 


ra ilmu lebih umum dari itu. Ilmu mencakup

semua pengetahuan yang diperoleh dengan nasihat dan pengetahuan

yang tidak diperoleh dengan nasihat.

i6A $""; iv y,; il A-s!6 iu ,k, :i 3yJ riir-.r q

o.tr;:

lu 6t;igr a' ,k ilt,f q.v i. 4l ,r a.r n ;k

t:fi i, trlx, t),#: ,l, tr'fr

69. Muhammad bin Basysyar telah manyampailun kepada lami, ia berkata,

Yahya bin Sa'id telah menyampailan kepada kami, ia berkata, Syu'bah

telah menyampailan kepada lami, ia berlata, Abu At-Tayyah telah me-

nyampailan kepadaku, dari Anas bin Malik, dari Nabi Shallallahu Akihi

wa Sallam, beliau bersabda, "Mudahlunlah, dan jangan mntyusahlan,

Sampailunlah berita gembira, ilan jangan membuat orang lari."

[Hadits 69- tercantum juga pada hadits nomor: 51251

Syarah Hadits

Kandungan hadits ini yang menguatkan judul bab adalah sabda

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "langan membuat orang lari." Salah

satu hal yang membuat orang lari adalah nasihat yang terlalu banyak,

yang terkadang dapat membuat orang lari menjauh. Karena itu hendak-

lah anda melihat situasi dan keadaan yang sesuai untuk penyampaian

nasihat atau lebih baik menundanya, atau untuk menyampaikan sua-

tu permasalahan ilmiah, fikih, atau lain sebagainya. Yang penting ada-

lah anda tidak membuat orang bosan. Sebab jika anda membuat me-

reka bosan, mereka tidak akan suka duduk bersamamu. Namun jika

anda memberi mereka waktu jeda niscaya mereka simpati dan suka

kepadamu, serta dapat mengambil manfaat lebih banyak darimu.

]ika sejumlah penuntut itnu berkumpul lalu sebagian mereka

berkata, "Lanjutkanlah pelajaran." Semantara yang lain berkata: "Tidak

usah dilanjutkan." Maka yang manakah yang harus dituruti? Misal-

nya tersisa waktu satu jam atau empat puluh lima menit, lalu sebagian

penuntut ilmu berkata, "Lanjutkanlah pelajarary" dan yang lain ber-

kata, "Tidak." Sebagian ulama berpendapat, mereka yang ingin melan-

303

304 €r.m;rutp

jutkan lebih layak unhrk diikuti, dan dikatakan kepada yang lainnya,

"]ika kalian mau kalian dapat bersabar untuk terus mengikuti namun

jika tidak kalian boleh petgi." Maka niscaya mereka akan menjawab,

"Kami tidak ingin pergi karena kami ingin memperoleh manfaat

dengan ilmu dan kami tidak ingin terluput sedikitpun darinya."

Dalam kondisi seperti ini kita mencermati para penuntut ilmu

yang mengatakan, "Tidak usah dilanjutkan." Sebab Nabi Shallallahu

Alaihiwa Sallam pemah bersabda,

.*uJt sr',5ir, ,-ao;st y.tD b lt.6 Ji41 Alt iki |i ti1

"Apabila salah seorang lcalian mengimami manusia mala henilaklah ia me-

ringanlannya, sebab di belakangnya aila orang lemah, seorang yang sudah

tua, dan orang yang memiliki keperluan."2se Sedang para penuntut ilmu

yang mengatakan, "Lanjutkan pelajaran," mereka tidak terluput dari

sesuatu apapun. Tetapi para penuntut ilmu yang mengatakan, "Tidak

usah dilanjutkan karena kami ingin kembali kepada aktivitas kami,

atau kami sudah jenuh, atau kami sudah letih,' maka kita menuruti

keinginan mereka. Allahumma kecuali jika mereka memintanya pada

waktu kita mengetahui dengan yakin sekali bahwa mereka tidak akan

merasa bosan dengannya, misalnya setelah menyamPaikan sesuatu

misalrnya mengatakan, "Penulis Rnhimahullah berkata, dari Umar bin

Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, "Aku mendengar Nabi Shallallahu

Alaihi wa S allam bersabda,

1i;t ,i ,rii=a; qn,;'h {ts u ) , li')') I' Jl ';'r4 !,yt:

4L;t; Y Jt';'f4 ,4:'):i

.,: .

"sesungguhnya setinp amalan tergnntung niatnya dan setiap orang aknn mem-

peroleh sesuai dengan niat masing-masing, Barangsiapa hiirahnya kepada

Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Barang-

siapa hijrahnya mengejar materi dunia atau untuk meniknhi seorang wanita,

maka hijrahnya sebatas pada apa yang menjadi niatnya."27o Kemudian me-

reka berkata: "Cukup sampai di sini." Maka ucaPan mereka tidak

diterima. Sebab perkataan seperti ini tidak akan membuat seseorang

HR. Muslim (1734)(8)

Telah disebutkan takhriinya

9r Jl i'*^'or? F, ,,si Y Vit ,F,tl1i ,a$U jr+$r ui1

269

270

€,ixiilpStimuP 3os

menjadi jenuh. Namun pada kenyataannya seseorang yang tidak me-

miliki semangat yang kuat akan menjadi jenuh.

€rz&

'z;j;,; uUi g1r ,y\ ff u q6.

Bab Membuat ladwal Ta'lim Pada Hari-hari Tertentu Untuk Ahli

llmu

Jrt', €j ,r l* ,r ,i $'E iC'^:r, €) J itwl gk.v.

* tli U ,yr'u iA ,f F e Ogt itl' r; 'ot? iG

J 4t b ,#.'iyvi iv r;. ,F 6ft ,trfr a;'1 ,;11r

r. o : . ,' c t-t ,l e t-n l'y'at & i;t'ot? G p Au, #'r;:r Cp ;<t i I'i r';i

Wy-sraG;q'aW.$)

70. ll.tsman bin Abi Syaibah telah mmyampaikan t rirao kami, in berkata,

larir telah menyampailun kepada kami, dari Manshur, dari Abu Waail,

in berlata, Dahulu Abdullah menyampaiknn nasihat kepada orang-orang

setiap hari Kamis. Seorang lelaki berlcnia kepadanya, "Wahai Abu Ab-

dirrahman, sungguh betapa inginnya aku agar englau menyampailun

kepada lami setiap hari." Abdullah berkata, "sungguh tidak ada yang

menghalangiku untuk itu, hanya saja alu tidak ingin membuat lalinn

bosan. Aku alan mengatur jadwal penyampaian nasihat untuk lalian

sebagaimana dahulu Rasulullah Slullallahu Alaihi wa Sallam menga-

tur jadwal untuk lami larena l&awatir lami merasa bosan." 271

Syarah Hadlts

Ka4dungan hadits yang menguatkan judul adalah perkataary

'Abdullah menetapkan jadwal setiap hari Kamis untuk menyampai.

271 tlR. Muslim (2821X83)

306

€,srL& 307

kan nasihat kepada orang-orang." Berdasarkan hal ini, maka tidak me-

ngapa seseorang menetapkan suatu hari tertentu untuk menyampai-

kan nasihat kepada manusia. Sebab perbuatan ini dahulu telah diamal-

kan oleh para shahabat RadhAallahu Anhum dan perbuatan ini tidak

menyelisihi satupun nash.

Sebagian ulama berpendapat, "Mengapa kita menetapkan suatu

hari tertentu yang dibiasakan u4tuk menyamPaikan nasihat atau

menyampaikan ilmu? Perbuatan ini merupakan bid'ah. Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam mencari-cari hari yang sesuai untuk me-

ngajari manusia tanpa menentukan satu hari tertentu."

Jawabnya adalah, "Perbuatan ini telah diriwayatkan dari shahabat

Radhiyallahu Anhum, sedangkan bid'ah adalah amalan yang dikerjakan

seseorang untuk beribadah kepada Allah tanpa dalil syari'at. Perbua-

tan ini tidak termasuk bid'ah, bahkan ini merupakan disiplin waktu.

Shahabat menetapkan hari tertentu untuk manusia dengan tujuan agar

mereka mengetahuinya dan mendatanginya. Ini adalah kebaikan dan

tidak ada unsur bid'ah padanya. Ditambah lagi orang-orang senantia-

sa mengamalkannya dari dahulu hingga sekarang.

Kedua judul di atas sebagaimana yang kalian lihat, berbicara ten-

tang memudahkan dan tidak membuat bosan dan jenuh.

,i*rt

€tE&

c..il, e'^4i4t-,* I,ir 3j u q6.

Bab Barangslapa Yang Allah Kehendaki Kebalkan Nlscaya Allah

Akan Anugerahi la Pemahaman Dalam Agama

7U i.t r a;:r ?3 iltlk i" f J V 6.,;'vr

+'Jrtv u:? +,f',)t* il 3^# ittiG

u,.'t, e &- # u'A, i; J, Ji- {, y'}tr ;; glr

't at ;i & o.o il<tr ,f^ Jti * ;1;,i';xt, gs ui t*y,

yt;i GU p \nc J, #'A

7L. Sa'id bin 'lJfeir telah menyampailan kepada kami, ia berknta, Ibnu Wa-

hab telah menyampaikan tcepada lami, d.ari Yunus, dari lbnu Syihaab ia

berlata, Humeid bin Abdurrahman berknta, Aku mendengar Mu' awiyah

dalam khutbahnya berkata, Aku mendengar Nabi Shallallahu Alaihi wa

sallam bersabda, "Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya

Allah aknn anugerahi ia pemahaman dalam agama. sesungguhnya aku

hanyalah pembagi dan Allah yang memberi. Llmat ini senantiasa tegak di

atas agama Allah, dan tidak merugikan mereka oranS-oran{ yanS menye'

lisihi mereka hingga datang ketentuan Allah.'t27z

[Hadits 71- tercantum juga pada hadits nomor: 31'1.6,3641.,73L2 darr

74ffi1.

272 t{R. Muslim (1038)(100)

308

€,fitt,p 309

Syarah Hadits

Perkataan, "Aku mendengar Mu'awiyah dalam khutbahnya ber-

kata" merupakan dalil bolehnya menyampaikan hadits di atas mim-

bar.

Perkataan ini juga menunjukkan semangat Mu'awiyah Radhi-

yallahu Anhu untuk menyebarkan ilmu, sebab menyampaikan ilmu di

atas mimbar lebih terdengar oleh umum dan lebih luas penyebaran-

nya.

Dalam hadits ini terdapat motivasi trntuk memahami perkara aga-

ma. Sebab Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa

yang Allah lcehendaki kebaikan niscaya Allah akan anugerahi ia pemahaman

dalam Agama." Tetapi, apakah yang dimaksud faham dalam agama?

Apakah mempelajari hukum-hukum yang terkait dengan perbuatan-

perbuatan para hamba, atau mempelajari hukum-hukum yang terkait

dengan perbuatan-perbuatan Allah, atau kedua-duanya?

Jawabannya adAlah mempelajari kedua duanya. Karena itu terma-

suk di dalamnya ilmu Tauhid. Ilmu Tauhid lebih mulia dibandingkan

i}nu mengenai perbuatan para hamba. Karena itulah para ulama me-

nyebut ilmu Tauhid dengan istilah Al-Fiqh Al-Akbar. Memahami na-

ma-nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hu-

kum-Nya, dan hikmah-hikmah-Nya lebih agung daripada mengetahui

hukum-hukum mengenai perbuatan para hamba yang ini halal, yang

ini haram, yang ini makruh dan yang semisalnya. Mengetahui tentang

nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dapat menambah dan menguat-

kan keimanan, menenangkan hati dan melapangkan dada. Karena itu-

lah mempelajarinya lebih utama daripada mempelajari hukum tentang

perbuatan para hamba. Namun demikiaru pada hakikatnya memaha-

mi hukum perbuatan-perbuatan para hamba bagi orang yang diberi

taufiq sama dengan memahami perbuatan-perbuatan Allah, bahkan

memahami hukum-hukum Allah. Sebab hukum-hukum mengenai

perbuatan para hamba adalah sesuatu yang telah disyari'atkan Allah.

Apabila manusia memperhatikan hukum-hukum ini beserta hal-hal

yang melingkupinya seperti mashlahat, manfaat, menjauhkan bahaya

dan mudharat, niscaya ia akan mengetahui hikmah Allah Subhanahu

wa Ta'ala pada semua itu dan bahwasanya Allah adalah hakim yang

paling adil.

Dengan demikian, hadits ini mengandung motivasi untuk mema-

hami agama secara umum. Baik yang disebut dengan ilmu fikih seca-

310 €mmzuTp

ra istilah, atauptrn yang lebih umum darinya. Dari sini dapat diketa-

hui bahwa memahami perkara agama lebih baik daripada memahami

peristiwa yang sedang terjadi di dunia. Tidak seperti persangkaan se-

bagian pemuda yang menyangka bahwa mengetahui peristiwa yang

sedang hangat terjadi lebih penting daripada memahami perkara aga-

ma. Sesungguhnya tidak demikian, bahkan memahami perkara aga-

ma lebih penting dan merupakan hal yang wajib mendapat perhatian

seseorang. Sedangkan peristiwa yang sedang hangat dan kejadian-

keiadian yang teriadi di masyarakat, semua itu hanya sebagai Per.rn-

tara untuk mengetahui hukum-hukum yang bersesuaian dengannya

dan bukan sebagai tuiuannya. Tetapi tujuannya adalah untuk mema-

hami perkara agama, dan apa yang dapat berguna bagi diri kita jika

kita mengetahui peristiwa yang hangat tersebut. Akan tetapi kita be-

lum paham dalam perkara agama kemudian kita mengetahui peristi-

wa yang sedang terjadi hingga terkadang hal ini dapat menghalangi

seseorang akan sesuatu yang tebih penting dan menyibukkan dirinya

akan peristiwa-peristiwa di dunia di belahan bumi timur dan belahan

bumi barat, hingga karenanya ia melupakan yang lebih penting.

Dalam hadits ini terdapat PenetaPaniradah (kehendak) bagi Allah.

lradah Altah Subhanahu wa Ta'ala terbagi menjadi du'a: kauniyah dan

syar'iyah. Dalam hadits ini terdapat iradah launiyah, maksudnya siapa

yang Allah Ta'ala kehendaki kebaikan pada dirinya niscaya Allah akan

memberinya pemahaman dalam agama.

Perkataan, "sesungguhnya aku hanyalah pembagi dan Allah

yang memberi." Pembagi adalah yang membagi-bagikan sesuatu keti-

ka diperintahkan, sedangkan pemberi adalah yang mengatur pekerja-

an pembagi. sesungguhnya Nabi shallallahu Alaihi wa sallam adalah

seorang pembagi dan Allah Subhanahu waTa'ala adalah pemberi.

Secara kontekstual, hadits ini terpisah dari yang lainnya. Akan

tetapi Mu'awiyah Radhtyallahu Anhu menggabungkarrnya dengan ha-

dits sebelumnya. Demikian pula kalimat yang setelahyu, secara lahi-

riyah hadits tersebut terpisah dari yang lainnya. Namun andaikata

tiga kalimat ini merupakan hadits yang satu, maka dimanakah sisi

kesesuaian kalimat ini dengan kalimat yang disebutkan sebelumnya?

Sisi kesesuaiannya adalah, tatkala Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam menganjurkan dan memotivasi seseorang untuk memahami

perkara agama Allah, beliau menjelaskan bahwa ia adalah seorang

pembagi yang membagi-bagikan ilmu di antara para hamba dan

€,flt"rP

menyebarkannya kepada mereka sedangkan yang memberi adalah

Allah Subhanahu wa Ta' ala.

Perkataan, "IJmat ini senantiasa tegak di atas agama Allah, tidak

merugikan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga

datang ketentuan Allah." Makna hadits ini harus dibawakan kepada

kandungan yang disebutkan dalam hadits-hadits lainnya, yaitu "Se-

nantiasa akan ada satu golongan dari umat ini." ]adi bukan seluruh

gmat. Sebab di antara umat ada yang tidak tegak di atas agama Allah,

dan di antara mereka ada yang dirugikan dengan orang-orang yang

menyelisihi mereka. Perang Salib serta Perang-Perang sebelumnya dan

sesudahnya semuanya merugikan. Akan tetaPi senantiasa ada satu

golongan dari umat ini yang tetap tegak di atas agama Allah dan

tidak merugikan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hing-

ga datang ketentuan Allah. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi

wa Sallam telah menjelaskan bahwa mereka adalah oranS-orang yang

berada di atas keyakinan seperti keyakinan Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam dan para shahabat beliau.

Perkataan, "Hingga datang ketentuan Allah." Maksud ketentuan-

Nya di sini adalah ketentuan Allah Ta'ala untuk mewafatkan mereka

dan menghilangkan mereka. Sebab nanti di akhir dunia ruh setiap

mukmin akan dicabut dan tidaklah kiamat datang melainkan atas

makhluk-makhluk yang paling buruk.2re Karena itu maksud ketentuan

Allah di sini adalah ketetapan untuk mewafatkan mereka.

Faidah: lradah AUah Ta'ala ada dua ieris, kauniyah dan syar'iyah.

Perbedaan keduanya sebagai berikut

Pertama: Iradah kauniyah maksudnya kehendak, sedang iradah

syar'iyah maksudnya kecintaan. ]ika Allah menyukai sesuatu ter-

jadi maka ihrlah iradah syar'Aah, dan jika Altah menghendaki se-

suatu terjadi maka itulah iradnhkauniyah.

Kedua: lradah knuniyah bisa berbentuk sesuatu yang disukai Allah

dan sesuatu yang tidak disukai Allah. Bahkan perbuatan maksiat

termasuk kehendak Allah secara kauni. Sedang iradah syar'iyah

hanya berbentuk sesuatu yang disukai-Nya.

Ketiga: lradah kauniyah adalah sesuatu yang pasti terjadi' Mak-

sudnya, apabila Allah menghendaki sesuatu terjadi secara kauni,

maka sesuatu itu pasti te4adi. Ini adalah tiga perbedaan antara

lr adah kauniy ah dan Ir adh sy ar' iy ah.

311

273 silakan lihat hadirs yang diriwayatkan Muslim Rahimahullah (2949)

3t2 €rmT.;ruT&

Firman Allah Ta'ala, "Barangsinpa yang dikehendaki Allah (dalam

kesesatan), niscaya dbesatlan-Nya, Danbarangsiapa dilcehendaki Allah (untuk

diberi petunjuk), niscaya Dia menjadilannyaberada di atas jalan yang lurus."

(QS. Al-An'aam: 39) sangat bersesuaian dengan fuman Allah Ta'Ala,

"Barangsinpa yang dilcehendaki Allah alnn mendapat hidayah (petunjuk),

Dia akan membuknknn dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa

dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadilan dadanya sempit dan sesak," (QS.

Al-An'aam: 125).Kedua ayat ini mengandung keinginan dan kehendak,

dan keduanya bertujuan dan bermakna satu.

Firman Allah Ta'ala, "Allah menghendnki kemudahan bagimu, dan ti-

dak menghendaki kesukaran bagimu. " (QS. Al-Baqarah: 185). Ayat ini me-

rupakan iradah syar'iyah, dalilnya adalah terkadang Allah berkehen-

dak kita mendapat kesulitan yang banyak akan tetapi telah ditetapkan

dalam iradah kauniyah, "Sesungguhnya bersama kesulitan ada lcemuda-

han." (QS. Asy-Syarh: 6). Kemudian, firman Allah TA'ala, "Dan Allah

hendak menerima tobatmu." (QS. An-Nisaa'z 271 termasuk iradah apa?

Ayat ini termasuk iradah syar'iyah, sebab seandainya ayat ini terma-

suk iradah kauniyah niscaya Allah akan menerima taubat seluruhnya.

Akan tetapi Allah tidak menerima taubat seluruh makhluk, karena itu-

lah ayat ini tennasuk iradah syar'iyah.

Kesimpulannya, iradah launiyah adalah sesuatu yang pasti terjadi.

Apabila Allah menghendaki sesuatu terjadi secara kauni, maka sesua-

tu itu pasti terjadi tidak bisa tidak. Sedang iradah syar'iyah tidak harus

terjadi. Allah menginginkan kita semua menjadi mukmin, namun ti-

dak berarti kita semua menjadi mukmin seluruhnya. Tetapi jika Allah

menginginkan seseorang lelaki menjadi mukmin secara kauni, maka

ia pasti akan beriman. Berdasarkan hal ini kita bertanya, apakah ke-

imanan Abu Bakar te{adi dengan kedua iradah atau dengan salah satu

iradah saja?

|awabnya: Keimanan Abu Bakar terjadi dengan kedua iradah se-

kaligus.

Apakah kekafiran Abu Lahab teriadi dengan kedua iradnh?

jawabnya: Kekafiran Abu Lahab terjadi dengan iradahlauniyah, se-

bab Allah tidak menyukai kekafiran Abu Lahab.

Ibnu Hajar Rahimahullah berkata tentang penjelasan sabda Nabi

Shallallahu Alaihi wa Sallam "Barangsiapa yang Allah lcehendaki kebaikan

niscaya Allah alun anugerahi ia pemahaman dalam aglma" Al-Hadits, ia

berkata, "Hadits ini mengandu.g tiga aspek hukum:

€,siilp

Pertama: Keutamaan mendalami ilmu agama.

Kedua: Pemberi yang hakiki adalah Allah.

Ketiga: Akan senatiasa ada segolongan dari umat ini yang tetap

teguh berada di atas kebenaran selama lamanya.

Kandungan yang pertama lebih relevan dengan bab ilmu. Kan-

dungan yang kedua lebih relevan dengan bab pembagian sedekah,

karena itutah Muslim mencantumkannya dalam kltab Az-Zakat, se-

dang penulis mencantumkannya dalam bab Al-I(humus. Kandungan

yang ketiga lebih relevan dengan penyebutan tanda-tanda Mri kiamat

dan penulis mencantumkannya dalam kitab Al-I'tisham sebab ia men-

elaskan masalah tidak akan pemah datang suatu zaman tanpa adanya

seorang mujtahid padanya, dan penjelasan masalah ini akan dipapar-

kan di sana nanti.

Maksud ketentuan Allah di sini adalah: Angin yang akan menca-

but ruh setiap orang yang di dalam hatinya terdapat secercah dari ke-

imanan. Hingga yang tersisa hanyalah seburuk-buruk manusia dan

merekalah yang merasakan hari kiamat. Ketiga bagian hadits ini ber-

kaitan erat dengan bab-bab ilmu, bahkan dengan judul bab ini seca-

ra khusus. Hal itu ditinjau dari penetapan kebaikan bagi orang yang

mempelajari agama Allah. Dan disebutkan juga bahwa hal tersebut

tidaklah semata-mata didapatkan dengan usaha semata, namun hal

itu bagi orang yang telah Atlah bukakan pintu ilmu baginya. Serta di-

sebutkan bahwa gotongan orang-orangyang telah Allah bukakan pin-

tu ilmu baginya akan senatiasa ada hingga datang ketentuan Allah.

Al-Bukhari telah menegaskan bahwa mereka yang dimaksud di

sini adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang atsar-atsar.

Ahmad bin Hanbal berkata, "Jika mereka bukan ahli hadits, maka

aku tidak tahu lagi siapa mereka." Al-Qadhi 'Iyadh berkata, "Maksud

Ahmad adalah Ahlus Sr:nnah dan orang-orang berpegang dengan

madzhab ahli hadits." An-Nawawi berkata, "Kemungkinan golongan

yang dimaksud adalah salah satu firqah dari kaum mukminin yang

menegakkan agama Allah seperti para mujahid, ahli fikih, ahli hadits,

ahli zuhud, orang-orang yang memerintahkan kepada yang ma'ruf,

dan perkara kebaikan lainnya. Mereka tidak harus berkumpul di tem-

pat yang satu, akan tetapi bisa saja mereka terpencar."

Saya katakan: Penjelasan lebih lengkap akan disebutkan dalam

kltab Al-l'tisham.

313

o

a

a

3t4 €ilffi,iffi'r&

Perkataan, "Allah akan memberikannya pemahaman" maksudnya

menjadikannya faham, sebagaimana yang telah dijelaskan. Yufaqqihhu

dibaca dengan mensukunkan huruf haa', karena ia merupakarr ja-

wabusy syarth flawab dari sebuah syarat). Faquha dibaca dengan men-

dhammahkan huruf qaaf j*a pemahaman bagi dirinya merupakan

pembawaan dari lahir, faqaha dibaca dengan memfathahkan huruf

qaaf jrka ia mendahului yang lainnya dalam memahami, dan faqiha

dibaca dengan mengkasrahkan huruf qaaf j*a ia memahami sesuatu.

Kata khairan diungkapkan dalam bentuk nakirah r:ntuk mencakup

semua kebaikan yang sedikit dan yang banyak. Bentuk nakirah di sini

fungsinya trntuk ta'zhim (menunjukkan keagungan) karena redaksi

kalimat menuntut seperti itu.

Konsekwensi logis dari hadits ini adalah bahwa barangsiapa yang

tidak mendalami agama, yaitu mempelajari kaidah-kaidah Islam dan

cabang-cabang ilmu yang berkaitan dengarmya, maka ia telah terhalang

dari kebaikan.

Abu Ya'la meriwayatkan hadits Mua'wiyah ini dari jalur lain yang

dhaif, datrr ia menambahkan di akhir hadits, "Barangsiapa yang tidak

mendalami ilmu agama maka Allah tidak perduli kepadanya." Tetapi

makna kalimat ini benar. Sebab seseorang yang tidak mengetahui

urusan agamanya bukan seorang yang faham, dan ia tidak pula

belajar agar faham, maka bisa dikatakan tidak dikehendaki kebaikan

padanya. Ini menjadi bukti yang sangat jelas akan keutamaan Para

ulama dibandingkan manusia lainnya, dan keutamaan memPelajari

iLnu agama dibandingkan ilmu-ilmu yang lainnya. Pejelasan lebih

lanjut mengenai kedua hadits terakhir di atas akan disebutkan pada

tempatnya pada kitab Al-Khumus dan Al-I'tisham, insyaa Allah Ta'ala.

Perkataaru "IJmat ini akan senantiasa" yaitu segolongan dari umat

ini sebagaimana yang disebutkan dengan jelas di tempat yang telah

saya isyaratkan tadi insyaa AllahTa'ala.27a

Tadi telah kita sebutkan pemahaman hadits ini bahwasanya ti-

dak berarti seseorang yang tidak faham dalam agama maka Allah

tidak menghendaki kebaikan bagi dirinya. Tetapi maknanya adalah

barangsiapa yang mendalaminya hingga ia menjadi seorang ahli fi-

gih, maka hal itu merupakan salah satu tanda bahwa Allah menghen-

daki kebaikan bagi dirinya. Tidak berarti seseorang yang tidak men-

dalami ilmu agama maka Allah tidak menghendaki kebaikan bagi

274 Al-Fath(l/7&,165)

€,siil& 315

dirinya. Dengan demikian tidak ada kesulitan dalam memahami ha-

dits ini. Karena di antara manusia ada yang memahami agama Allah

hanya sebatas aPa-apa yang diwajibkan atasnya saja, dan Allah juga

menghendaki kebaikan pada dirinya. Orang tersebut telah beriman,

menegakkan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan Haji dan ber-

puasa. Hingga bisa dikatakan, "Orang ini faham tentang agama Allah,

akan tetapi ia tidak memahami semua perkara agama. Namun ia ha-

nya faham tentang perkara yang diwajibkan atasnya." Tetapi hadits

tersebut menyebutkan, "dalam agar,;ra" maksudnya: dalam seluruh

perkara agama. Maka berdasarkan hal ini kami katakan: Makna ha-

dits ini adalah barangsiapa yang diberikan Allah pemahaman dalam

agama maka Allah telah menghendaki kebaikan pada dirinya, dan ba-

rangsiapa yang tidak diberi pemahaman dalam agama maka bisa iadi

Allah menghendaki kebaikan pada dirinya dan bisa juga tidak.

Contoh lairurya adalah hadits Abu Hurairah dalam kitab Ash-

Shahih juga,

+4-rF i'ir\j-;

"Barangsiapa yang Allah leeltendaki kebailan pada dirinya maka Allah akan

memb er iny a c ob A an.' a7 5

Perkataan, "Akan memberinya cobaan" artinya menimpakan mu-

sibah-musibah padanya. Meskipun demikian ada sebagian manusia

yang tidak mendapat musibah-musibah seperti yang lairurya/ namun

tidak bisa dikatakan bahwa Allah tidak menghendaki kebaikan pada

dirinya.

275 HR. Al-Bukhari (5645)

€u&

fryr *ig(ll' *';

Bab Keutamaan Pemahaman Dalam Masalah llmu

U e *i 5.t d.ic iG'o$ rlik "hr * U y c'*.vt

);3 U LtJ.ui e*gt Jy# itJ+-; iG;^v,.i

'ir p Ct yg ie t9trqf .it #)y.i,r *L nr

il;,ir ,F t*ri';:, ;,^{t b:tti* r*,G,b g't rE

& :lti6 Jsd r;lt'rt16s$'ai;3t e i;:'i arre

:^t;St e*)l#-it

72. Ali bin Abdullah telah menyampailan kepada kami, Sufyan telah me-

nyampaiknn kepada kami, ia berlcnta, Ibnu Abi Najih telah berknta kEa-

daku, dari Mujahid, ia berkata, "Alan menyertai lbnu Umar Radhiyalla-

hu Anhuma ke Madinah. Sepanjang perjalanan aku hanya.mendengar

satu hadits yang ia sampaikan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam. Ia bercerita, "Ketika knmi berada di majelis Nabi Shallallahu

Alaihi wa Sallam, dibawalah setandan kurma. Lalu Nabi Shallallahu

Alaihi wa Sallam berkata, "Sesungguhnya ada sebatang pohon yang

perumpamaannya sama seperti perumpamaan seorang muslim." Lalu

aku ingin menjawab itu adalah pohon lcurma. Namun ternyata aku orang

yang paling muda di antara kami, maka akupun diam saja. Kemudian

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berlata, "Pohon itu adalah pohon

kurmL."275

276 HR. Muslim (2811)(63)

316

Umar Rodhtyollohu Anhu berkata, "Tuntutlah llmu sebelum

kalian dijadikan pemimpin.'Abu Abdillah berkata, "dan sesudah

kalian dijadikan pemimpin.' Para shahabat nabi Shollollohu

Aloihi wo Sollom masih menuntut ilmu pada usia senja mbreka.277

irr i6t y.,S ipt G y'..,, 4 c * JG rj:J.iu .Lr l,Gt s*, ;$r

I

,3ll 6

&lA,4'a1:S4r

73. Al-Humeidi telah menyampaikan kepada kami, ia berlata, Sufyan te-

lah menyarnpailun kEada kami, ia berlata, lsmail bin Abi Khalid telah

menyampaikan kepadaku tidak seperti yang disampaikan oleh Az-Zuhri

kepada kami, ia berkata, Aku mendengar Qeis bin Abi Hazim berkata,

Aku mendengar Abdullah bin Mas'ud ra berkata, Nabi Shallallahu Alai'

hi wa Sallam bersabda, "Tidak ada hasad kecuali terhadap dua orang. Se'

277 Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu'allaq dengan sighah iazam,

diriwayatkan secara maushul oleh Al-Baihaqi dalam Al'MadWtal. Silakan

Taghliq atT a' liq (l / 82).

dan

lihat

3t7

€rs&

t<-,St1drr ,.j 9ry!' *q

;*f.e u

z I /i,eo2l.n#: qE &' Ji 9,,+r;;t

318 €rm;zutp

orang lelaki yang Allah beri harta lalu ia habiskan harta itu di jalan ke-

benaran. Dan seorang lelaki yang Allah bei hik nah lalu ia memutuslun

p erkar a deng anny a ilnn mengaj arl<anny a. " zt t

[Hadits 73- tercantum juga pada hadits nomor: 14Cf,2741 dart

73161.

Syarah Hadlts

Perkataan, "Bab: Kecemburuan Dalam Hal Ilmu Dan Hikmah."

Al-lghtibath artinya meyakini bahwa sesuatu ini adalah ghibath, yaitu

seperti barang berharga yang diinginkan manusia agar barang ber-

harga tersebut menjadi miliknya.

Perkataan, "Dalam Hal Ilmu Dan Hikmah" dikarenakan ilmu tan-

pa hikmah tidak ada faidahnya atau faidahnya sedikit sekali. Akan

tetapi ilmu yang dibarengi dengan hikmah -yaitu mengetahui rahasia-

rahasia syari'at dan meletakkan segala sesuatu pada tempahrya- maka

denganhikmah faidah ilmu dapat disempumakan.

Umar berkata, "Tuntutlah Ilmu sebelum kalian dijadikan pemim-

pin." Hal itu dikarenakan apabila seorang manusia diangkat sebagai

pemimpi+ yaitu dijadikan sebagai pemimpin, maka ia akan disibuk-

kan dengan kebutuhan-kebutuhan dan urusan-urusiln or:rng banyak

dari menuntut ilmu dan mendalaminya. Hal ini dipandang dari satu

sisi. Sementara dari sisi yang lain jika seorang manusia diangkat dan

dijadikan sebagai pemimpin, maka kemunginan ia tertipu dengan

dirinya sendiri hingga ia berkata, "Aku telah sampai kepada tujuan

dan tidak butuh lagi untuk menuntut ilmu."

Bagaimanapun keadaannya, tidak diragukan lagi bahwa seorang

manusia sebelum dijadikan pemimpin memiliki lebih banyak waktu

luang daripada setelah dijadikan pemimpin. Oleh karena itu sebagian

orang berkata, "Dirimu adalah milikmu sendiri sebelum engkau ter-

kenal, jika engkau sudah dikenal maka dirimu milik orang lain." Ung-

kapan ini benar. Sesungguhnya apdbila seorang manusia tidak me-

miliki urusan dengan orang banyak, maka ia memiliki waktu luang

yang bisa ia manfaatkan sekehendaknya. Sementara jika ia memiliki

urus:rn dengan orang banyak, maka ia tidak akan bisa memanfaatkan

waktunya sekehendak yu.

278 Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu'alla4 dengan sighah jazam, dan diriwayat-

kan secara maushul oleh penulis sendiri dalam krfab Al-Maghazi (6830) dan AI-

I'tisham (7323). Silakan lihat Taghliq At-Ta'liq (l/83)

€'Stt&

Akan tetapi Al-Bukhari Rahimahullah berkata, " darr sesudah kalian

dijadikan pemimpin." Sebenarnya dari perkataan ini kemungkinan

ada yang memahami bahwa perkataannya merupakan bantahan akan

ucapan Umar Radhiyallahu Anhu. Artinya mendalami agama dilakukan

sebelum menjadi pemimpin dan setelah menjadi pemimpin.

Akan tetapi pengertian dari atsar Umar berbeda dengan Penger-

tian dari ucapan Al-Bukhari. Tujuan perkataan Umar adalah agar sese-

orang mendalami ilmu agama sebelum ia sibuk mengurusi kepemim-

pinan. Adapun tujuan perkataan Al-Bukhari adalah inSln menjelaskan

bahwa kepemimpinan tidak mengharuskan seseorang berhenti me-

nuntut il:nu, dan bahwasanya meskiPun seorang manusia telah dija-

dikan pemimpin dan telah menduduki posisi kepemimpinan terten-

tu namtrn hal itu tidak menghalangi dan memudarkan semangatnya

untuk menunfut ilmu.

Sehingga ada dua tujuan yang berbeda. Tidak ada pertentangan

antara perkataan Al-Bukhari dengan perkataan lJmar, sepanjang tu-

juannya berbeda. Kemudian Al-Bukhari berdalil bahwa di antara

shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ada yang masih menuntut

ilmu dalam usia senia.

Adapun makna hadits, perkataan "tidak ada hasad" maksudnya

tidak ada kecemburuan. Artinya, tidak ada sesuatu yang ir,gi. dimiliki

seseorang karena kecemburuan, kecuali dalam dua hal tersebut.

. Pertama: Seseorang yang Allah beri harta lalu ia habiskan harta

itu di jalan kebenaran. Maksudnya ia tidak membelanjakannya

kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat.

. Kedua: Seseorang yang Allah beri hikmah, yaitu ilmu, lalu ia

memutuskan perkara dengannya dan mengaiarkannya.

Perkara yang kedua lebih pantas untuk dijadikan tujuan. Sebab,

meskipun perkara yang pertama menjadi tujuan dikarenakan mem-

belanjakan sesuatu yang dicintai, sebab harta adalah sesuatu yang

dicintai oleh jiwa, seperti firman Allah Ta'ala, "DAn kamu mencintai hat-

ta dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fair: 201dan firman Allah

TA'alt, "Dan sesufigguhnya cintanya kepada harta benar-benar berlebi'

han." (QS. Al-'Aadiyaah 8), namun berapapun banyaknya yang telah

ia belanjakan, akan tetapi manfaatnya terbatas dan berakhir dengan

habisnya harta tersebut. Sebaliknya, manfaat ilmu tidak terbatas. Be-

rapa banyak orang yang telah Allah beri manfaat dengan sebab ilmu-

nya hingga hari kiamat.

319

320 €ffBCIliHl'tp

Misalnya Abu Huratrah Radhiyallahu Anhu dan yang lainnya yang

telah menyampaikan hadits dari Nabi Shallallahu Alaihiwa Sallam.llmu

mereka senantiasa bermanfaat bagi manusia hingga sekarang dan masa

yang akan datang.

€re&

,a$t Jl F e. &, *'in, ,"V ,;i 163 e'f't6 v[

Jutlt',

'rrj d; q *# li,F,ttJI ",F

Bab Kisah Kepergian Musa Alothtssalom Ke fept Laut Untuk

serra Firman n,rff?11#,"t4i;XT"t[h unmu osor engkou

mengaJorkon kepodoku (tlmu yong benqd.'(QS. Al-Kahfft 66)

iu ;atl.t J +fr $3; iu &i'Jt i-" j;, 3'L! ;t; .v t

.lr .r5 .:,i ^lt 

'-g,L 3iL)' -

&,t$t*iC

f il Aiq,?

)Lb U

qvs

€j

. a, a

' ,Jl ,t

;

_f ?.

, 2 ,

tV

rf

c,ta,

dl .

js

to;

l.-

t a,

./l ,

il .-,

'l '.

Jri..J

' -'.rl

v

.t

-*

,,J

ry,1

.t* Ls-

,fii

lt)

.t

_*

lr- g,

ctrh.

-Pt)

tio .

4JJ.>

t.  t

LJ 

t.'-te

t ,'-f

;.

.rJ.>

aa',>l

e

:*

r) ,,t

.. t-

f ot, -

V).

# $ i* F: i;v J;.t;L,r U* c ,/;,;S ii

A ,;; Jt,l*: V'it Ac | ,;; io ,+ p;l t*i

E'r'^n ..,-r4t i'at SA *t|Vt d; Jlt "*: u*

i:Ft t g ov', l,r;tz ,!tg b)6 oflt ola sf i

321

322

3t<. t't;

€mmmrurp

?,iyypt Jtq')ii1 aiii j i6 oniu" 4t

# K y d.t iG | { t;\i i,i 3{"t'tt i1^L,-i yj orAt

tci { tii g.,Gt ;; r";J3u

r../ , tr'.. n. 

t\, 

g i

i2 e Fs r dtt uas

74. Muhammad bin Ghureir Az-Zuhri telah menyampaikan kepadaku, ia

berkata, Ya'qub bin lbrahim telah menyampaikan kepada kami, ia berka-

ta, ayahku telah meritaayatkan kepadaku dari shalih, dari lbnu syihab,

ia menyampaikan bahwa 'lrbeidullah bin Abduilah telah mengabarkan

kepadanya, dari lbnu Abbas bahwasanya in berdebat dengan Al-Hurr bin

Qeis bin Hishn Al-Fazzaari tentang orang yang ditemui oreh Nabi Mu-

sa. Ibnu Abbas mengataknn, ia adalah Khadhir, Kemudian lewatlah llbay

bin Ka'ab di hadapan mereka berdua. Ibnu Abbas memanggil Ubay dan

berkata, "sesungguhnya aku berdebat dengan reknnku ini tentang orang

yang ditemui oleh Nabi Musa, yang mana Nabi Musa meminta supaya

ditunjukkan jalan untuk dapat menemuinya. Adalah engkau mendengar

Nabi shallallahu Alaihi wa sallam menyebutkan tentang hal itu?" l)bay

berkata, "YA, Aku mendengar Rasulullah shallallahu Araihi wa sailam

berkata, 'Ketika Musa beradn di tengah-tengah kumpulan Bani lsrail,

datanglah seorang lelaki seraya bertanya, "Adakah engkau tahu orang

yang lebih berilmu daripada dirimu?" Musa menjawab, ,,Tidak adl.,,

Maka Allah mewahyukan kepada Musa, "Ada, hamba Kami Khadhir.,,

Iantas Nabi Musa meminta supaya dapat bertemu dengannya. Ailah

menjadikan bagi belinu ikan sebagai tandanya. Allah berkata kepada Mu-

sa, "Apabila engkau kehilangan ikan itu maka lcembalilah (ke tempat

hilangnya ikan itu) maka engkau akan bertemu dengannya. Nabi Musa

pun mengikuti jejak ikan itu di laut. Kemudian murid Nabi Musa ber-

katn kEadanya:" Dia (pembantunya) menjawab, "Tahukah engkau ketika

kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka aku lupa (mencerita-

kan tentang) iknn itu dan tidak ada yang membuat aku lupa untuk me-

ngingatnya kecuali setan (QS. Al-Kahfi: 6J) dan 'Dia (Musa) berkata,

"ltulah (tempat) yang kita cari." Inlu l<eduanya kembali, mengihtti je-

jak merela sernull," (QS. Al-Kahfi: 69. Malu lceduanyapun bertemu

dengan Khadhir. Kisah pertemuan lceduanya seperti yang Allah Azz.a wa

I alla ceritalcan dalam Al-Qur' 6n."2zs

, it tav a

279 HR. Muslim (2380)(170)

€,sn& 323

[Hadits 74- tercantum juga pada hadits nomor: 78, L22,2267,2728,

3278,3400,3407, 4725, 4726, 4727, 6672 dan7478l.

Syarah Hadits

Al-Bukhari berkata, 'Bab Kisah Kepergian Musa Ke Tepi Laut Un-

tuk Menjumpai Al-Khadhir. Serta Firman Altah Subhanahu wa Ta'ala:

"Bolehkah aku mengikutimu."

Yang mengatakan perkataan ini adalah Musa Alaihissalam me-

nawarkan kepada Khadir untuk dapat menyertainya. Kata tanya di

sini adalah kata tanya untuk permintaan dan permohonan. Musa me-

ngatakan ini setelah sebelumnya Allah Subhanahu wa Ta'ala menga-

barkan kepada Musa bahwa ada seseorang yang lebih berilmu dari di-

rimu yaitu hamba Kami Al-I(hadir. Maka Musa meminta agar diper-

temukan dengannya. Lalu Allah menjadikan tanda tersebut baginya,

yang jika tanda tersebut menghilang maka ia akan bertemu dengan-

,,yu. K.o,rrdian kisah pertemuan keduanya seperti yang diceritakan

Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Kahfi, dan kisahnya sudah

masyhur. Faidah yang dapat diambil dari kisah ini adalah seorang

yang berimu tidak mengaPa mengambil ilmu dari orang yang berada

di bawahnya. Karena seseorang tidak mungkin bisa menguasai semua

ilmu. Apabila kamu mengetahui sejumlah perkara maka pastilah ka-

mu tidak mengetahui sejumlah perkara lainnya.

Kandungan hadits yang lain adalah, seseorang boleh menanyakan

ilmu kepada orang yang berada di bawahnya. Namun ini bukan yang

utama, tetapi kandungan yang utama adalah menunjukkan bahwa

mungkin saja seseorang yang tidak diutamakan memiliki suatu kele-

bihan ilmu yang tidak dimiliki oleh seorang yang diutamakan. Dalam

hadits ini ditunjukkan bahwa seorang yang memiliki keutamaan ber-

tanya kepada seseorang yang tidak diutamakan'

Firman A[ah Ta'Ala, "supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang

benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarknn kepadamu," Dalam ayat ini

terdapat petunjuk bahwa iLnu yang ada pada Al-Khadir adalah seba-

gian ilmu yang telah diajarkan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadanya'

Para ulama berselisih pendapat28o tentang Al-Khadir, apakah ia

2g0 silakan baca: Risalah f AlKhadir, hal Huwa Mayyit am Hayyi? dan At-Tahrir fi

Mas'alah Al-Khadir keduanya tulisan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah.

Silakan baca juga Majmu' Al-Fatawa (XXVI/100), Al-Fatawa Al'Kubra (lY / 448), dan

Naqdu Al-Manqul wa Al-Malnk Al-Mumayyiz Baina Al-Mardud wa Al-Manqul tulisan

Ibnul Qayyim Rnhimahullah (I / 62'6n

324 €rml.irur&

seorang Nabi atau hanya seorang lelaki yang shalih? Apakah ia masih

ada atau sudah tiada?

Menurut yang tampak bagiku, Al-Khadir bukan seorang Nabi dan

ia telah wafat pada zamannya seperti manusia yang lainnya, serta ia

tidak ada lagi sekarang ini. Sungguh mengherankan sebagian ulama

terkemuka berpendapat bahwa Al-Khadir masih ada dan terkadang

ia menjawab ucapan salam ketika berada di dalam majlis ta'lim. Jika

hal itu ditanyakan kepadanya, "Kepada siapakah kamu menjawab

salam?" Ia menjawab, 'Al-Khadir baru saja melintas di majlis kami,

lalu ia mengucapkan salam kepada kami." ]awaban inilah yang teru-

cap darinya padahal ia termasuk seorang ulama terkemuka. Maha suci

Allah, jika seseorang telah meyakini sesuatu maka ia mengkhayal-

kannya. Jika tidak, bagaimana mungkin Al-Khadir dikatakan sebagai

seorang manusia sedang ia tidak terlihat?! Bagaimana mungkin ia bi-

sa menjelajah ke seluruh negeri?! Apa tujuannya melakukannya? Apa

yang dikendarainya untuk terbang kesana kemari?!

Yang benar adalah, Al-Khadir bukanlah seorang Nabi. Hanya saja

Allah telah mengilhamkan ilmu kepadanya dan membuatnya menge-

tahui beberapa perkarayutg tidak diketahui Musa. Al-Khidir telah wa-

fat pada masanya dan pada zamannya bersama manusia yang lairrnya.

Jika ada yang berkata: Kisah Musa dalam AI-Qur'an dan As-Sunnah

menunjukkan bahwa Al-Kahdir lebih berihnu dari Musa seperti yang

telah Allah kisahkan kepada kita. Dalam hadits ini telah disebutkan:

Maka Allah mewahyukan kepada Musa, " Ada, hamba Kami Khadhir."

Jawabannya: Kisah ini tidak menunjukkan hal itu secara mutlak.

Akan tetapi telah disebutkan secara khusus bahwa ilmu Musa akan

syari'at Allah dan wahyu Allah ada yang tidak diketahui oleh A1-

Khadir. Ada beberapa hal tertentu yang menunjukkan secara spesifik

bahwa Musa lebih berilmu dari Al-Khadir. Kemudian jika kamu

memperhatikan ilmu yang ada pada Al-Khadir, pastilah kamu dapat

menyimpulkan bahwa ilmu tersebut adalah llmu kaunl atau ihnu

duniawi atau yang semisal dengannya, danbukan ilmu syar'i.

Jika ada yang berkata: Bukankah bisa dikatakan bahwa Al-Khadir

adalah seorang Nabi berdasarkan ilmu yang ia miliki seperti yang te-

lah dikisahkan Allah kepada kita?

]awabannya: Apa-apa yang telah Allah wahyukan kepadanya ti-

dak berarti wahyu tersebut berupa wahyu syari'at. Contohnya ibu

Musa, Allah Ta'ala berfirman, "Dan l(ami ilhamlan kepada ibunya Musa,

€,ffin& 325

,,susuilah dia (Musa), da4 apabila engh,nu khawatir terhadapnya maka ha-

nyutlcanlah dia ke sungai (Nil).' (QS. Al-Qashash: 7) namun dernikian,

ibu Musa bukanlah seorang Nabi.

Sekarang kita melihat ada seorang lelaki yang berilmu dan memi-

liki keutamaan dalam bidang hadits atau dalam bidang fikih atau se-

lain keduanya, dan ada seorang yang ilmr:nya berada jauh di bawah-

nya dibandingkan ilmu-ilmu yang telah dikuasainya. Akan tetapi pada

orang tersebut ada ilmu lain yang tidak diketahui lelaki yang lain.

Terkadang sebagian orang ada yang memiliki cukup ilmu dalam

bidang fikih, namun apabila berbicara tentang ihnu Nahwu kamu

mendapatinya tidak banyak berkomentar. Seandainya kamu berkata

kepadanya, "I'rablah kalimat Qaama Zaidwt", niscaya ia tidak me-

ngetahui I'rabnya. Kesimpulannya, ilmu itu bertingkat-tingkat.

€rz&

r4, *k n r' &i *'i, ;* g, lii qs.

Bab sabda Nabi shollollohu Aloihi wo sollom: aa Allah ajarirah

ia tafsir Al-Our'an.'

t* Y n), $'.E,iv ortst',^p tl".t; jC f ,)l r|t;.vo

"lritioi #) y it -v yr J;: ,#A ju ,"V G.t r'a4,*

75. Abu Ma'mar telah menyampailan kepada lami, ia berknta, Abdul Warits

telah menyampaikan kepada kami, ia berkata, Khalid telah menyampai-

lan kepada lumt, dari'krimah, dari lbnu Abbas, bahwasanya ia berkata,

"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memeluk diriku lalu beliau

berdoa: "Ya Allah, ajarilah in tafsir Al-Qur'qn."zat

[Hadits 75 - tercantum juga pada hadits nomor: '143,3756 dan

72701

Syarah Hadits

Hadits ini adalah doa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam r:ntuk Ib-

nu Abbas Radhiyallahu Anhuma agar Allah mengajarinya Al-Qur'an,

yaitu Al-Qur'an secara lafazh dan makna. Karena itulah Ibnu Abbas

Radhiyallahu Anhuma termasuk shahabat yang paling faham tentang

tafsir Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Telah disebutkan juga dalam

hadits lain, akan tetapi hadits ini tidak memenuhi syarat Al-Bukhari:

, ,rbt a;t, d,r.lJt d 4, ,liitr

281 HR. Muslim (247n$38)

€,snp 327

'Ya Allah, fahamkan ia dalam agama dan ajati in ta'wil Al-Qut'4n."zaz

Rasulullah shallallahu Alaihiwa sallam mendoakan dua perkara un-

tuk Ibnu Abbas, yaitu: Pemahaman dalam agama Allah, dan agar Allah

mengajarinya ta'wil, yaitu tafsir Al-Qur'an. Hadits ini menunjukkan

bolehnya memeluk anak kecil sebagai bentuk kelembutan dan perha-

tian, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam kepada Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma.

***

282 Telah disebutkan takhrijnya

€rs&

,;$tir*;U6*u.

Bab Bilakah Penyimakan Riwayat Seorang Anak Kecil

Dinyatakan Sah?

e :v i.t # d,6 io iu ;ti ,si fr. ,trbyi,;.vr

y.t: g, iG tV # 1' * #-*L ;,.1r ,+ ;, lt *

')nt 

,k at J;:i flflr 3Tu :i y';-$'t gd )g &

Jar,f qit,yJ:-,*!\ f Aerkgry

GG qt'5::.;" 3at d&i ii St'.(ir dt)i')

76- lsma'il bin Abi Llweis telah mmyampaikan kcpada kami, ia berkata, Ma-

lik telah menyampailun kepailaku, ilari lbnu Syihab, dari'Llheidullah bin

Abdullah bin 'lJtbah, dnri Abdullah bin Abbas, ia berkata, "Alat datang

dengan menunggang seekar lceledai betina, saat itu aku hampir mende-

kati usia baligh, sementara Rasululhh Slnllallahu Alaihi wa Sallam se-

dang mengerjakan shalat di Mina tanpa menghadap lce dinding. Aku

melintas di hadapan salah satu shaf, lalu aku melepaskan keledai beti-

naku untuk merumput. Kemudian aku masuk l<e dalam shaf, dan tidak

adn seorangpun yang menyalahkan pubuatan\ru isu."283

[Hadits 76 - tercantum iuga pada hadits nomor: 493,86L,1857 dan

Mtzl.

:; 3,yr ;k ju ,* ;i $k J$ U;.:; 'H, qir;.YY

328

283 I{R. Muslim (504)(254)

€,Sii,& 329

alt jG e)t i

, c' r1i,

F;rt t-'ty

l;qq

77. Muhammad bin Yusuf telah menyampaikan kepadaht, in berkata, Abu

Mushir telah menyampailan lcepada knmi, ia berlata, Muhammad bin

Harb telah menyampaikan kepadalcu, ia berlata, az-Zubeidi telah me-

nyampailan kepadaku, dari Az-Zuhri, dari Mahmud bin Ar-Rnbi', ia

berkata, "Alu masih ingat ketila Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

menyunburlan air dari sebuah timba pada wajahkrt saat itu aht masih

berusia lima tahun."

[Hadits 77 - tercantum juga pada hadits nomor: 189, 839, 1.1,85, 6354

dar:.64221.

Syarah Hadits

Al-Bukhari berkata: "Bab: Bilakah Penyimakan Riwayat Seorang

Anak Kecil Dinyatakan Sah?'

Maksudnya: Apakah sahnya penyimakan dari anak kecil berkai-

tan dengan usianya atau dengan keadaannya?

Sebagian ulama berpendapafe: Berkaitan dengan usianya yaitu

tujuh tahun. Sebagian lain berpendapat Berkaitan dengan keadaan-

nya, dan inilah pendapat yang benar. Sebab mungkin saja seorang

anak sudah mumayyiz sebelum ia berusia tuiuh tahun, dan terkadang

belum mumayyiz meskipun telah berusia tujuh tahun. Maka pendapat

yang benar dalam masalah ini adalah dikembalikan kepada kedaan

sang anak. Tetapi biasanya usia rata-rata adalah tuiuh tahun, dan se-

orang anak yang telah berusia tujuh tahun sudah mumayyiz.

Penulis l.rtab Al-lnshaf berkata: "Ada yang belpendapat, Mumayyiz

adalah yang sudah mampu memahami pembicaraan dan mamPu

memberikan jawaban. Menumt saya -yaitu (P*ft kitab Al-Inshafl-,

asal kata istilah ini sudah menuniukkan hal itu. Maksudnya dengan

mengurai asal kata tamyiz (artinya: dapat membedakan). Inilah pen-

dapat yang benar.

284 Silakan baca Muqaddmimah Ibnu Ash-Shalah (60-62), Al-lnshaf (l/1.tA,396) dan

Kasyfu Al-Qana' (l/225)

330 €ilffi.iruI&

Hadits yang pertama menunjukkan bolehnya mengendarai kele-

dai, berdasarkan perbuatan Ibnu Abbas dan persetujuan Nabi Shallalla-

hu Alaihi wa Sallam untuk perbuatan itu.

Hadits ini juga menunjukkan bahwa keringat Keledai hukumnya

suci. Ada dua perkaraymrgmenjadi landasan hukumnya:

Perkara pertama: Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pemah

mengingatkan manusia untuk menghindari keringat keledai. Beliau

tidak pemah berkata, " Apabrla Keledai berkeringat maka janganlah

kalian menyentuhnya."

Perkara kedua: Sangat sulit untuk menghindarinya. Apabila Nabi

Shallallahu Alaihi wa Sallam menghukumi sucinya kucing karena ia

termasuk binatang yang dekat dengan manusia, maka keledai lebih

banyak bersentuhan dengan manusia dan lebih sulit untuk meng-

hindarinya.

Lagipula, manusia mengendarainya -yaitu keledai- pada musim

panas dan musim dingin. Pada musim dinSrn biasanya hujan turun

setiap saat membasahi pakaian dan membasahi hewan, akan tetapi

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah memerintahkan untuk

menghindari keledai. Yang benar adalah keringat keledai hukumnya

suci. Demikian pula sisa air minum keledai hukumnya juga suci. Se-

bab keledai termasuk hewan yang dekat dengan kita.

Hadits ini juga dijadikan dalil bahwa keledai tidak memutus sha-

la! yaitu pada perkataan Ibnu Abbas: "Lalu masuklah -yaitu: keledai

betina- ke dalam shaf." Keledai betina tersebut melintas ke dalam shaf.

Perkataan, "Aku melintas di hadapan salah satu shaf." Hanya saja

hal tersebut tidak bisa diiadikan dalil. Sebab shaf yang dilintasi oleh

keledai adalah shaf para makmum, dan sutrah imam adalah sutrah

para makmum yang berada di belakangnya. Berdasarkan hal ini, sean-

dainya wanita atau keledai atau aniinS hitam melintas di hadapan se-

bagian shaf, maka shalat mereka tidak batal. Sebab sutrah imam ada-

Iah sutrah untuk mereka semua.

Dalam hadits ini juga terdapat dalil bahwa jika seseoran8 ikut ma-

suk ke dalam shalat jama'ah, maka ia ikut masuk sesuai dengan posi-

si imam ketika itu. Hal ini dituniukkan dalam sabda Nabi Shnllallahu

Alaihiwa Sallam:

'*t#$q,6;;.FXU

€,ffiiils

,,Apa-apa yang lalian dapati (dari shatat irnnm) mala ihttilah, dan apa-apa

y ang tuluput dari ?alian malu sempurnaknnlah 

"'

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa perbuatan sebagian orang

yang datang ketika imam sedang sujud lalu ia berdiri saia menunggu

i*; Uangtit dari sujudnya hingga imam duduk atau berdiri kembali,

merupakan suatu kesalahan. Meskipun kesalahan ini tidak tergolong

haram, akan tetapi perbuatan ini terlarang. Kami katakan: Masuklah

ke dalam shalat dan sujudlah bersama imam meskipun imam berada

di sujud kedua, sebab kamu akan mendapatkan kebaikan yang banyak

dengarmya.

o pertama: Karena kamu telah melaksanakan perintah Nabi

shallallahu Ataihi wa sallam: "Apa-apa yang knlinn dapati mala

ikutilah."

. Kedua: Sujud ini dan dzikir yang diucapkan padanya, serta dzi-

kir yang diucapkan ketika berpindah darinya atau kepadanya,

merupakan kebaikan juga untuk dirimu'

Perkataan, ,,ata:t kepadanya" karena jika seseorang mendapati

imam sedang sujud maka ia bertakbir takbiratul ifuam kemudian ia

bertakbir lagi untuk sujud. Pendapat yang masyhur dalam madzhab

adalah, ia tidak bertakbir lagi untuk sujud. Akan tetapi ia turun untuk

bersuiud tanpa bertakbir, karena gerakan yang ia lakukan sekarang

bukantah geiakan perpindahan rukun dari berdin, yaitu dari berdiri

ke ruku'. Karena itulah mereka berpendapat, ia turun tanPa bertakbir.

sebagian ulama belpendapat, ia turun sembari bertakbir. sebab itu

merupakan perpindahan rukun dari berdiri ke sujud'

Dalam hadits ini juga terdapat penjelasan umur Ibnu Abbas. Apa-

bila pada Haji wada'umurnya mendekati usia baligh, maka umurnya

ketika itu sekitar lima belas tahun. Dengan demikian, maka ia terma-

suk shahabat junior.

Kenyataan ini juga dipertanyakan sebab ia meriwayatkan banyak

hadits dari Nabi Shal.lallahu Alaihi wa Sallam dan ia termasuk shahabat

yang banyak meriwayatkan hadits. Bagaimanakah hal itu bisa terjadi

sedangkan ia tergolong shahabat junior? Kami katakan: Hal itu dikare-

nakan-ilmunya dan kegigiharurya. Ia mendengar hadits-hadits dari Ra-

sulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika beliau menyamPaikannya,

dan ia juga mendengar sejumlah besar hadits dari para shahabat Ra-

dhiyallihi Anhum. Hingga jika disebutkan kepadanya bahwa suatu

naaits ada pada ,"r"o.rr,g lelaki, iapun pergi mendatangi rumahnya

331

332 €msmrurs

pada waktu tidur siang. Kemudian ia membentangkan kainnya dan

menjadikannya sebagai alas untuk duduk di depan rumah. Sampai

lelaki itu keluar dari rumahnya lalu menyamPaikan hadits itu kepa-

danya. Le1aki itu berkata kepadanya "Hai anak Paman Rasulullah

Shallnllahu Alaihi wa Sallam, mengaPa engkau tidak memanggilku me-

minta izirr?" Ibnu Abbas berkata, "Aku tidak mau memanggilmu me-

minta izin, karena akulah yang membuhrhkan, sementara engkau se-

dang tidur."

Pernah ditanyakan kepada Ibnu Abbas -dan ia adalah tema pem-

bahasan hadits kita sekaraTtg-, "Derrgan cara apakah engkau men-

dapatkan ibnu?" Ibnu Abbas menjawab, "Dengan lidah yang bertanya,

hati yang berfikir, dan badan yang tak pernah lelah''28s

Jawabannya ada tiga:

o Pertama: "Dengan lidah yang bertanya" maksudnya, aku bertanya

tentang segala sesuatu yang perlu aku tanyakan.

. Kedua: "Hati yang berfikir." Maka janganlah seseorang bertanya

sedang hatinya lalai darinya, akan tetapi hendaklah ia berkonsen-

trasi menalarnya, mengulang-ulanginya dan menghafalnya.

. Ketiga: "Badan yang tak pernah lelah" maksudnya saya tidak

pernah merasa bosan. Tidak diragukan lagi ketiga perkara ini me-

rupakan sebab untuk memperoleh ilmu. Hendaklah setiap orang

bersungguh-sungguh pada ketig any a, menanyakan aPa-aPa yang

tidak ia ketahui, memikirkan dan memahami, rajin dan tekun.

Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa sutrah hukumnya tidak

wajib. Namun sebagian ulama menolak pendalilan ini, ia berkata,

"sesungguhnya Ibnu Abbas mengatakan: tanpa menghadap ke din-

diog." Menafikan suatu benda tertentu tidak berarti menafikan secara

urntrm. Telah diketahui bahwa ketika bersafar Nabi Shallallahu Alaihi

wa Sallam selalu membawa tongkat, dan beliau meletakkannya di ha-

dapan beliau ketika shalat.

Para ulama yang mengatakan bahwa hadits ini menjadi dalil tidak

wajibnya memasang sutrah, berkata: Sekiranya bukan karena ketika

itu benar-benar tidak ada sutrah, maka perkataan Ibnu Abbas ini tidak

ada manfaatnya. Ibnu Abbas menyebutkan hal itu untuk menjelaskan

bahwa keledai betina melintas sementara imam mengerjakan shalat

tanpa sutrah.

285 Telah disebutkan takhrijnya.

€,fli'rp 333

sesungguhnya makna hadits ini masih ihtimal, dan menurut kai-

dah: Apabila ada ihtimal oanyak mengandung kemungkinan) maka

tidak bisa dijadikan dalil.

Beberapa faidah dari hadits kedua:

1. Hadits ini menunjukkan bahwa seorang anak bisa mengingat

sebelum usia tujuh tahun. Sebab ia berkata, "saat itu aku masih

berusia lima tahun." Ia menetapkan akal bagi dirinya pada per-

kataanya,'Aku masih ingat semburan air."

2. Hadits ini juga menunjukkan bahwa anak kecil tidak melupakan

peristiwa yang pemah terjadi pada dirinya. Hal ini benar adanya.

Kemungkinan salah seorang dari kita masih ingat bahwa fulan

pernah memukulrya ketika ia masih berusia lima tahun, ada ada

yang memberinya Permen, atau membawanya pergi bertamasya.

Apabita anak kecil tidak melupakan hal-ha1 tersebut, maka kami

menyarankan kepada para bapak-bapak untuk membimbing anak-

anak mereka menghafal Al-Qur'an. sebab jika mereka menghafal Al-

Qur'an semenjak kecil, niscaya hafalan tersebut akan te{Pahat dalam

ingatan mereka.

€rg&

#t,. tL Ge:Fr +[

Bab Kelua, m"ng"rbara Dalam Rangka Menuntut llmu

]abir bin Abdillah bersafar sejauh perjalanan satu bulan untuk

menemui Abdullah bin Uneis demi mendapatkan sebuah hadits.

Perkataan, "Jabt bin Abdillah bersafar untuk menemui Abdultah

bin Uneis demi mendapatkan sebuah hadits286." Mungkin ada yang

bertanya, "Mengapakah ia bersafar sejauh perialanan satu bulan pa-

da zaman itu, padahal perjalanarurya sangat berat dan sulit. Bukan-

kah sudah ada yang menyampaikan hadits tersebut dari Abdullah

bin Uneis. Mengapa tidak ia sampaikan saja seperti ini: Fulan telah

menyampaikan kepadaku, dari Abdullah bin Uneis?"

Ulama berkata, "Tuiuannya adalah untuk mendapatkan sanad

yang tinggi. Karena jika ia menyamPaikan dari seseorang yang me-

nyampaikan hadits tersebut dari Abdullah bin uneis, maka perawi

sanadnya menjadi bertambah. Iika ia mengambilnya langsung dari

Abdullah bin Uneis, maka perawi sanadnya menjadi sedikit. Inilah

yang dinamakan sanad yang ting&."

:; 'rL! $'* i6 ,fr srti iy il.3t"' *at ;1 C$.Yh

i- d i'At': j uinfr qW i.t# )# id i

286 Al-Bukhari menyebutkannya secara mu'allaq dengan sighalh iazaydalam Al-Afub

At-Mufrad, juga Ahmad. sil"k"r, baca At-Taghliq At-Ta'liq (I/83) dan Al-Fath

(l/174,175)

*t *# lr * :; &;'1t,1';;i pcrrrit $k i$ 7f

334

€,flril& 335

l* ,lr: i;r; \1 f.t;\,r b* e d; t:4.

'-; Jl "tr: ?'it ;ie | ,;; iG ,+ &l

t-,)y

u;

Eitt .---Jr i'it s;-," # JLil-ilt io'* Y-$ J

78. Abul Qasim Knlid bin Khaliy Qadhi ilaerah Himslu telah menyampai-

kan kepada lami, ia berluta, Muhamnud bin Harb telah mmyampailan

kepada lami, ia berkata, Al-Auzaa'i telah manyampailan kepaila lami,

Az-Zuhri telah mengabarlun kspadn lumi, dari Ubeidullah bin Abdullah

bin 'Lltbah bin Mas'ud, dari lbnu Abbas, bahwasanya ia berdebat ilengan

Al-Hurr bin Qeis bin Hishn Al-Fazari tentang orang yang ditemui oleh

Nabi Musa. I-alu lewatlah llbay bin Ka'ab di hadapan merela berdua,

maka lbnu Abbas pun munanggilnya ilan berlata, "sesungguhnya alru

seilang berdebat dengan sahabatht ini tmtang ofang yang Nabi Musa

meminta supaya ditunjulckan jalan menanuinya. Adal@h engluu menile-

ngar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebutlan tentang-

nyl?" lJbay berlata, "YA, aku pernah mandengar Nabi Shallallahu Alaihi

wa Sallam menyebutlun tentangnya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

bersabda, "Ketila Musa berada di tengah-tengah sekumpulan laum Bani

lsrail, tiba-tiba datanglah seorang lelaki dan bertanya, 'Adaknh engkau

tahu orang yang lebih berilmu daripada dirimu?" Nabi Musa menjawab:

"Tidak ada." Makn Allah Azza wa lalla mattahyulunkepada Musa, 'Ada,

il.rici f J Aiq.?,/; ?v Gisrrir

,trt ;; ?6 ea;,*Vtg 4:a 4i6

n .- t\. 

| ), ', ,- .. . ' t '

#') y iot 'k yt Jy' + 'F # J\,V

f4 ?-r) *'t, ;* i;t ry F; A iw';U

*

."V

-.4

I JL;

"3-

336 €mmruT&

hamba tumi Kradhir." Iantas Nabi Musa memohon diberi petuniuk agar

dapat bertemu dengannya, Itlu Allnh subhanahu wa Ta'ala menjadikan

iknn sebagai tanda untuk Musa. Dikntaknn kepadanya, "Apabila engknu

kehilangan iknn ini maka kembalilah, sesungguhnya engluu akan berte-

mu dengannya." Nabi Musapun mengikuti iejak ikan tersebut di tepi

laut. Kemudinn murid Nabi Musa betkata lcepadanya:" Dia (pembantu-

nya) menjauab, "Tahukah engkau ketilcn kita mencari tempat berlin-

dung di batu tadi, maka aku lupa (menceritakan tentang) ilan itu dan

tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali setan

(QS. Al-Kahfi: 63). Musaberkata: "Dia (Musa) berkata, "ltulah (tempat)

yang kita cari." Inlu lceduanya kembali, mengikuti jeiak mereka semula

(QS. Al-Kahfi: 64). Mala keduanya bertemu dengan Khadhir. Kisah

pertemuan lceduanya seperti yang Allah Azza wa lalla ceritalun dalam

Al-Qur'sn."ztz

Syarah Hadlts

Hadits ini telah dijetaskan sebelumnya. Hanya saja dalam sanad-

nya disebutkan: Al-Auza'i berkata, telah mengabarkan kepada lumi...

dan seterusnya. Apakah ucaPan ini tergolong Penyampaian hadits

atau tidak tergolong penyampaian hadits. Ini hanyalah perbedaan ka-

ta. LaIu apakah berpengaruh dengan sanad hadits?

]awabnya: Mungkin saja dikatakan bahwa, ini hanyalah per-

bedaan istilah dalam mengungkapkan. Misalnya dikatakan: Telah

mengabarkan kepada kami, atau telah menyamPaikan kepada kami,

atau ia mengatakan. Kemtrngkinan juga bertujuan membedakan an-

tara penyampaian hadits dan perkataan biasa. Penyampaian hadits

adalah guru bertujuan memperdengarkarurya kepada muridnya agar

sang murid menyampaikan hadits tersebut darinya. Sedangkan per-

kataan, hanya berupa ucapan di dalam suatu majlis tanpa bertujuan

memperdengarkarutya.

Hadits ini mengandung beberapa faidah. salah satunya menun-

jukkan bahwa para Nabi juga lupa seperti manusia biasa. Musa ber-

kata kepada Al-Khadhir, " janganlah engknu membebani aku dengan sesua-

tu lcesulitan dalam tfiusanku." (QS. Al-Kahfi7il. Nabi Shallallahu Alaihi

wa Sallampernah bersabd,a: "sesungguhnya aku manusin biasa seperti la-

lian, aku juga lupa seperti lalian lupa."288

287 HR. Muslim (2380X170)

288 HR. Al-Bukhari (401) danMuslim (572X89)

€,ffitt& 337

Kel.upaan merupakan sifat dasar manusia' Barangsiapa yalrrg

mengira brh*, para Nabi tidak pern"h lrrpa maka ia adalah benar-

benai seorang jahil. Karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah

menegaskannya, beliau berkata, "sesungguhnya aku manusia biasa

seperti kalian, aku juga lupa seperti kalian lupa." Sementara riwayat

yang menyebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata,

;,Sestngguhnya aku melupakan untuk mensunnahkan" adalah riwa-

yat yang 1emah.28e Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga lupa

karena beliau adalah seorang manusia biasa'

2g9 HR. Malik dalam Al-Muwaththa" Kitab As-sahwi (2). Ibnu 'Abdilbarr Rahimahullah

berkata, "Aku tidak mengetahui periwayatan hadits ini dari Nabi shallallahu Alaihi

wa Sallamsecara tersambLg sanadnya dan tidak pula secara terPutus selain dari

jalur riwayat ini."

€zo&

Bab Keutamaan Orang Yang Berllmu Dan Mengajarkan llmu

* i i.i #tvi il."w 13"; lG ,#t U. k uik.vq

iu pi y it ,k i/t ,r ,;; C #;*; C U Il

v'ri +vi .t,-r#t ,W 9rig4r b yr'i,r oy: v St

V ac:"6jt $iil,sit ,Ue ;r:rr c-E q W'ot<1

tir:i t';;: ti* J,$t Wr'i, & l:Jt'Uai'*,u*i

f vr ;Y ,t**'i 3*+ g vt u.i *,,L E .;.vi',

&, # i'At & Yti3 lt*;^a A ,f A.i'k

i6 y,+)1+r,r' 1' ",J.',h;iui; 

d.ie'; p i F':

ir:rt iS4 fv;r;st $+tt Q ['si 3*\i6 .Ir rs ;J

q)it bq#r 3a;a5

79. Muhammad bin Al:Alaa' telah mutyampaikan lcepada lumi, ia berlata,

Hammad bin ll.samah telah menyampaikan kepada kami, dari Buraid

bin Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dari Nabi Shallalla-

hu Ataihi wa Sallam beliau bersabda, "Perumpamaan hidayah dan ilmu

yang Allah mengutusku dengan membawanya seperti perumpamaan

hujan lebat yang turun ke bumi. Ada tanah subur yang dapat menyetap

air sehingga menumbuhlwn banyak tumbuh-tumbuhan dan tanam-

tanaman. Adn tanah kering yang dapat. menampung air, sehingga Allah

338

€'Sit,P 339

memberilcan manfaat kcpada manusia dengannya. Merekn bisa minum,

mengambil air dan bercocok tanam dengannya. sebagian lagi membasahi

tanah yang tandus dan gersang, tidnk dapat menampunS air dan tidak

bisa menumbuhkan tanaman. ltulah perumpamaan orang yang mempe-

lajari agama Allah, ia bisa mengambil manfaat dari hiilayah yang Allah

utus aku dengan membawanya. la mengilmuinya lalu mengajarkannya.

perumpamaan orang yang tidak peduli dengannya, ia tidak menerima

hidayah Allah yang aku diutus dengan membau)anya."2w

Abu Abdillah berluta, lshaq berkatA, " Ada ienis tanah yang dapat menye'

rap air. Qaa'un adalah ienis tanah seperti wadah yang dapat menampung

air. Tanah Ash-shafshaf adalah tanah yang flo1s7"'2e1

Syarah Hadits

Permisalan ini sesuai dengan hidayah yang dibawa oleh Rasulullah

Shallallahu Ataihi wa Sallam. Manusia dalam menerima hidayah yang

dibawa Rasutullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terbagi menjadi tiga

golongan. Satu golongan memahami dan mengilmui hidayah yang

dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan ia memberi

manfaat kepada manusia dengan ilmunya' Golongan yang lain

menghafal hidayah yang dibawa oleh Rasulullah Shallnllahu Alaihi

wa Sallam,lalu manusia mengambil darinya. Golongan yang pertama

seperti para ulama yang memahami hadits, dan golongan yang kedua

seperti para perawi hadits.

Adapun golongan yang ketiga adalah orang yang tidak ambil

perduli dan tidak mau tahu serta belpaling darinya -wal'iyyadz]u,-

billah-. Golongan yang ketiga seperti permisalan yang terakhir, yaitu

seperti tanah gersang yang tidak menampung air hingga orang bisa

mengambil manfaat darinya, dan tidak pula menumbuhkan tanaman

hingga manusia mengambil manfaat darinya. Akan tetapi tanah ini

menelan air dan manusia tidak bisa mengambil manfaat darinya'

Demikianlah apa-apa yang dibawa oleh Nabi shallallahu Alaihi wa

Sallam, terbagi menjadi tiga golongan:

o GolonBan pertama: Tanah kebun yang subur. Tanah ini menyerap

air dan menumbuhkan tanaman, hingga manusia bisa mengambil

manfaat dengannya dari tanah tersebut.

HR. Muslim (2282X5)

Al-Bukhari menyebutkannya secara mu'allaq dengan sighah iazam, dan.diriwayat-

kan secara *"rrih,rl oleh Ar-Ramahramzi dalam Kitab Al-Amtsal' Silakan baca

Hadyu as-Sary (21) dan Taghliq At-Ta'liq (l/U).

290

291

340

a

€rffiiHt't&'

Golongan kedua: Manusia bisa mengambil manfaat dari aimya

bukan dari tanahnya. Manusia mendatanginya dan mengambil

air darinya untuk minum danbercocok tanam.

Golongan ketiga: Tanah yang menelan air dan manusia tidak bisa

mengambil manfaat darinya. Tanah ini adalah tanah rawa yang

gersang (lahan gambut) yang tidak menamPung air dan tidak

pula menumbuhkan tanaman.

€zr&

,yt y*sj.:jr gi; +U

{-i 'dAr,f 

-!:jr ;r;? e+ y\ 61X,t q,; ,lts

Bab Diangkatnya llmu dan Merajalelanya Kebodohan.

Rabi'ah berkata, "fidok loyok bogi seseorong yong memiliki

sebogion dori ilmu lolu io menyia-nyiokon dirinyo.aez

Syarah Hadits

Ini adalah perkataan yang sangat bagus. Tidak selayaknya bagi

seseorang yang memiliki sebagian dari ilmu lalu ia menyia-nyiakan

dirinya, dengan mengabaikan ilmu yang telah diberikan Allah Subha-

nahu wa Ta'ah kepada dirinya, dan dengan tidak mengamalkannya.

Menyia-nyiakan ilmu adalah dengan mengabaikannya, tidak men-

jagarrya, serta tidak memperdulikannya. Demikian pula termasuk me-

nyia-nyiakan ilmu dengan tidak mengamalkannya, maksudnya ia ti-

dak menelantarkannya dengan menjaganya dan menghafalnya, akan

tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya itu. Perbuatan ini tergolong me-

nyia-nyiakan ilmu, yaitu ia tidak mengambil manfaat darinya.

Perkataan Rabi'ah ini selayaknya menjadi wasiat bagi setiap pe-

nuntut ilmu, agar ia selalu memperhatikan ilmu yang telah Allah karu-

niakan kepadanya dengan mengulang-ulanginya, mendiskusikannya,

dan juga mengamalkannya. Karena itulah sebagian ulama berkata,

"Ikatlah ilmu dengan amal" dan sebagian lagi berkata, "Ikatlah ilmu

dengan menuliskannya." Kedua-duanya benar.

292 Disebutkan oleh Al-Bukhari secara mu'alla4 dengan sighah jazam dan diriwayatkan

secara maushul oleh Al-Khathib dalam Al-lami' dan Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal

dari jalur Abdul'Aziz Al-Ausy. Silakan baca AI-Fath (l/178) danTaghliq At-Ta'liq

(l/u,85)

341

342 €ilffiHt't&

nl c 7.r u,1 ,f e,)t)t 3t G"; le ra J 3r* c"t; .t ,

*st rt?i Al't{t * bt & yr J;: JE Jti +.v i

Y')r 'H-:';iJt a'*t JiAt L15-') ?41 ei ii

80. 'lmraan bin Maisarah telah mutyampaiknn kepada lami, i-a berkata, Ab-

dul Waarits telah menyampailun kepadn kami, ia berkata, dari Abu

At-Tayyaah, dari Anas bin Malik, bahwasanya ia berkata, Rasulullah

Shnllallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya diantara tanda-

tanda hari kinmat adalah dianglatnya ilmu, merajalelanya kebodohan, di-

minumny a khamr dan s emar alctty a p er zin A an. " 2e 3

[Hadits 80- tercantum juga pada hadits nomor: 8'I..,523t,5577dan

68081.

Syarah Hadlts

Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Ilmu diangkat

dengan wafabrya ahli ilmu, dan kemungkinan juga dengan kelalaian

dan kelupaan. Akan tetapi Rasulultah shallallahu Alaihi wa sallam

bersabda,

?4'&4 ,4i ,,t:iir )r'i q Gtit Ct ,4.1 .i,r .i1

,unt

"sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan mencabutnya dari

dada para ulamt, akan tetapi Allah mengangkatnya dengan wafatnya para

ulam.A."2%

Kedua, merajalelanya kebodohan. Ini adalah akibat dari hilangnya

ilmu. sebab jika sesuatu dihilangkan maka yang muncul kebalikan

darinya.

Ketiga, diminumnya khamr. Maksudnya diminumnya khamr tan-

pa ada rasa bersalah karena mengerjakan dosa.

Terakhir, semaraknya perzinaan . W al' iyy adzubillah. Sebagian tan-

da-tanda ini telah tampak. Maksudnya, sebagian perkara telah mtrncul

dan menjadi kenyataan.

HR. Muslim (2671)(8)

Telah disebutkan takhrijnya.

293

294

S,**r&

,ruu , i

'v *l

"1;;ir 

'Hi

ii;r 3*a

8L. Musaddad telah menyampaikan kcpada knmi, in berluta, Yahya telah me-

nyampaikan kepada kami, dari Sy'ubah, dari Qataadah, dari Anas, ia ber-

kata, "Aku aknn menyampaikan kepada kalian sebuah hadits yang tidak

akan disampaikan seorangpun sepeninggalla+ alu mendmgar Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabd.a, "Diantara tanda-tanda hari kia-

mat adalah sedikitnya ilmu, merebaknya kebodohan, maraknya perzi-

nAAn, semakin banyaknya knum wanita dan semakin sedikitnya kaum

laki-laki sampai-sampai seorang laki-laki mengepalai lima puluh orang

u)anita."zes

Syarah Hadlts

Perkataan, "Diantara tanda-tanda hari kiamat." Huruf min dalam

kalimat ini adalah untuk tab'idh (menyatakan sebagian) dan posisi

kalimat ini adalah khabar muqadilam, sedangkan "sedikitnya" merupa-

kan mashdar mubtada' mualdtlclur, taqdirnya qillah (sedikit). Asyratu As-

Sa'ah artinya tanda-tanda kiamat. Maksudnya tanda-tandanya yang

segera akan terjadi. Sesungguhnya tanda-tanda hari kiamat ada yang

segera, pertengahan, dan ada yang berupa pendahuluan datangnya

kiamat.

Perkataan, "Sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan." Mak-

sudnya yang mendomonasi di tengah manusia adalah kebodohan.

Hampir-hampir dalam satu kabilah tidak ditemukan seorang yang

berilmu untuk dijadikan rujukan dalam agama Allah.

Perkataan, "Maraknya perzinaan." Wal'iyyadzubillah. Maksud-

nya perbuatan zina. Sudah diketahui bersama bahwa banyaknya se-

bab-sebab perzinaan dan penyebarannya menjadi faktor penyebab

maraknya perzinaan. Foto-foto yang diperlihatkan di majalah-maja-

343

.At1i o,

.ft ,f

', ,.

o-r s

295 HR. Muslim (2671)(9)

A."a 61";\ jt

l7oz"

JA U, * iulin

,, ', , i .2!', ., j

lt;

6

l -./&s ir;"Jt ,B:i u')t ,#.:

344 €ffffiliHl'tp

lah, juga gambar-gambar yang diperlihatkan di video dan televisi

asing, serta yang lairtnya, semua itu merupakan faktor yang mengun-

dang terjadinya perzinaan. Maka dikhawatirkan merebaknya perbua-

tan zina di tengah umat -Wal'tyyadzubillah-. Sebelumnya kita telah men-

jelaskan makna zina, yaltr perbuatan keji yang dilakukan pada qubul

atau dubur yang diharamkan.

Perkataan, "Semakin banyaknya kaum waraita." Perkataan ini me-

ngandung dua makna:

Makna pertama: Kelahiran. Sesungguhnya penentuan jenis kela-

min laki-laki dan perempuan berada di tangan Allah Ta'ala. Sebagai-

mana firman Allah TA'ala, "Milik Allahlah kerajaan langit ilan bumi;

Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan

kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada

siapa yang Dia kehendaki." (QS. Asy-Syura: 49) Ini adalah dua golongan

manusia. "Atau Dia menganugrahknn jenis laki'-laki dan perempuan" (QS.

Asy-Syura: 50) maksudnya dua jenis manusia tersebut, Allah meng-

anugerahi seorang irrsan anak laki-laki dan anak perempuan. "Dan

Dia menjadiknn mandul siapa yang Dia kehendaki." (QS. Asy-Syura: 50)

dan inilah golongan yang keempat. Penentuan hal tersebut berada di

tangan Allah Ta'ala.

Maka kemungkinan maknanya adalah Allah Ta'ala menciptakan

kaum wanita lebih banyak. Artinya jenis kelamin wanita lebih banyak

dilahirkan daripada jenis kelamin laki-laki.

Makna kedua: Perkataan ini adalah kinayah dari terjadinya pe-

perangan dan pertumpahan darah yang membinasakan kaum pria

hir,gg" tiada yang tersisa lagi selain kaum wanita. Wal'iyyadzubillah.

Sampai-sampai "Seorang laki-laki mengepalai lima puluh orang

wanita." Lelaki satu berbanding lima puluh orang wanita. Maksudnya

rasio perbandingannya L:5L, kaum lelaki perbandingannya satu ban-

ding lima puluh satu. Ini termasuk tanda-tanda hari kiamat.

Dua kemungkinan yang bakal terjadi: Mungkin dengan banyak-

nya kaum wanita yang terlahir, atau mungkin banyaknya pertumPa-

han darah dan peperangan hingga memusnahkan kaum pria hingga

tiada yang tersisa selain kaum wanita. Tidak diragukan lagi bahwa

harj (huru-hara) yang dikabarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam -Harjartinya peperangan dalam bahasa Habasyah- sekarang ini

sudah banyak te{adi di berbagai tempat. Hingga seseorang tidak tahu

karena apa ia dibunuh dan sang pembunuh tidak tahu untuk apa ia

€,fltt,p

membunuhnya. Inilah fitnah yang berge jolak -W al' iyyadzubillah- b agai

ombak di lautan.

#t Jot eu.

€zzS

Bab Kelebihan Dalam llmu Pengetahuan

jt # W ;k i6 ,.*!r ;k i" P U 4 c.,;.nv

rh + jG';i G'ii'F i rt * i. t'F,c:v

& d* I q* . F., fi t:t ic gi *"at 'v fl

iriAtG'F ,),* $LI F qru}i ei* &lt":'t jL

dir iU ir iy, u tiii v;6sG

82. Sa'id bin 'lJfair telah menyampailun kepada lami, ia berkata, Al-l-aits te-

lah menyampaikan lcepailala, ia berlatn,'lJqail telah manyampaikan lce-

padaku, ilari lbnu Syihab, dari Hamzah bin Abdullah bin Umar, bahwa-

sanya lbnu l-Lrnar berkata, " Aku mendengar Rasulullah Slnllallahu Alaihi

wa Sallam bersabda, "Ketikn aku sedang tidur, aht bermimpi diberikan

segelas susukunudian akupun meminumnya. Hingga aku merasalean'lce-

puasan seolah mengucur lceluar dari kuht iari-jemariht' I-alu alat mem-

berikan sisanya kepada lLmar bin Khaththlb." Para shahabat bertanya,

"Apa takutil mimpi tersebut walni RasulullahT" Beliau meniawab,

ilLImu."296

[Hadits 82- tercantum juga pada hadits nomor: 3681',7006,7007,7027

dan 70321.

2% HR. Muslim (2391X16)

346

€,ffiiil& 347

Syarah Hadits

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ketika sedang

tidur, aku bermimpi diberikan." Kata bainna (ketika) berkaitan dengan

kata utiitu (aku diberikan), karena sebegaimana yang telah diketahu

kata bainaa merupakan zharaf makan (pentrnjuk tempat) dan terkadang

digunakan juga untuk zharaf zaman (penunjuk waktu) karena perlua-

san pemakaian kata.

Sabda beliau, "Aku sedang tidur" adalah lumlah lsmiyah (kalimat

yang diawali dengan kata benda).

Sabda beliau, "Aku diberilun" tidak mengandr.utg penjelasan sia-

pakah yang memberikannya kepada beliau. Tetapi sudah diketahui

bersama bahwa yang hadir dalam mimpi adalah malaikat yang da-

tang dengan membawa benda tersebut.

Sabda beliau, "Segelas susu lccmudian aku pun meminumnya. Hingga

alu merasakan kepuasan seolah mengucur keluar dari jari-jemariht." Mak-

sudnya, seluruh kulit beliau telah penuh hingga mulailah ia keluar

dari kuku jari kemarinya.

Sabda beliau, "Lalu aku memberikan sisanya kepada Umar bin

Khaththab ." Parashahabat bertanya, " Ap^takwil mimpi tersebut wahai

Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ilmu." Sisi persamaan antara kedua-

nya -yaitu antara ilmu dengan susu- adalah nutrisi yang terkand*g

pada keduanya disamping rasanya yang manis, mudah dicerna dan

menguatkan badan.

Sabda beliau, "Ilmu." Merupakan dalil yang menunjukkan luas-

nya ilmu Umar bin Al-Khaththab, dan menunjukkan keutamaannya.

Namun meskipun Nabi Slullallahu Alaihi wa Sallam memberikan ke-

lebihan ilmu kepada Umar bin Al-Khaththab, tetapi Abu Bakar le-

bih berilmu daripada Umar bin At-Khaththab Radhiyallahu Anhu se-

bagaimana yang telah diketahui di kalangan shahabat. Abu Bakar

adalah orang yang paling mengerti tentang Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam dibandingkan shahabat yang lainnya. Abu Bakar juga

orang yang paling mengerti tentang syari'at Islam. Dalihrya adalah

khutbah yang diucapkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di

akhir usia beliau, beliau berkata: "Ada seorang hamba yang diberi pi-

lihan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ah antara hidup di dunia selama

yang Allah kehendaki atau memilih apa yang ada di sisi Allah. Maka

iapun memilih apa yang ada di sisi Allah." Demikianlah khutbah yang

348 €mmmT&

beliau ucapkan. Mendengarnya Abu Bakar langsung menangis. Para

shahabat tidak ada yang menangis selain Abu Bakar, dan mereka me-

rasa heran dengan tangisannya. Ternyata hamba yang diberi pilihan

tersebut adalah Rasulullah Shaltallahu Alaihi wa Sallam'N

Abu Bakar adalah orang yang paling mengerti tentang Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam dibandingkan shahabat yang lainnya, ka-

rena ia mengetahui bahwa hamba yang diberi pilihan tersebut adalah

Rasulullah shallallahu Alaihi wa sallam. sedangkan para shahabat yang

Iain tidak menyadari hat itu. Barangsiapayang mencernati peristiwa-

peristiwa yang terjadi antara umar bin Al-Khaththab dan Abu Bakar,

pasti ia akan mengetahui keutamaan Abu Bakar Radhiyallahu Anhu

dibandingkan umar bin Al-I(haththab Radhiyallahu Anhu.

Pada perjanjian Hudaibiyah Umar sempat berargumen dan ber-

dialog dengan Rasulullah Shatlatlahu Alaihi wa Sallam' Ketika itu ia-

waban Rasulullah Shatlallahu Alaihi wa Sallam untuk Umar sama persis

dengan jawaban Abu Bakar untuk umar. Tatkala Umar mengatakan

perkataan seperti yang ia ucapkan kepada Rasulullah shallallahu Alai-

ii wa Sallam hingga akhimya ia belputus asa darinya, Iantas ia pergi

menemui Abu Bakar dan bertanya kepadanya serta berargumen se-

perti argumennya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam' Ke-

tika itu Abu Bakar meniawab perkataan Umar sama Persis dengan

jawaban yang telah diberikan Rasulullah shallallahu Alaihi wa sallam

iepaaa U*ui. Abu Bakar juga menasihati Umar, ia berkata, "Sesung-

g;.yu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berada di atas kebena-

ian, karena itu peganglah pijakan kaki pedal beliau (maksudnya iku-

tilah beliau -pent)'"2e8 Ini adalah kelebihan Abu Bakar yang pertama'

Kelebihan yang ked.ua, yaitu padq kisah wafatnya Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kala itu tersebar berita bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam telah meninggal dunia, dan Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam benar-benar telah meninggal dunia' Tetapi

Umar mengingkari berita tersebut, ia berkata, "Demi Allah, Allah

pasti akan *err,uar,gtitkan beliau kembali, dan sungguh beliau akan

memenggal tangan dan kaki suatu kaum." umar juga berkata, "Tidak

m,rngtcin Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah wafat." Ketika

itu Abu Bakar Radhiyallahu Anhusedang pergi ke sebuah tempat di luar

HR. Al-Bukhari (3654) dan Muslim (2Xz)(2)

HR. Al-Bukha i (2731, 2732)

297

298

€'flit,& 349

kota Madinah yang dinamakan kampung Sunuh.2e Karena pada hari

itu, hari wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau dalam

keadaan lebih sehat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Ketika Rasu-

lultah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, orang-orang pergi menemui

Abu Bakar dan menyampaikan berita tersebut kepadanya. Mende-

ngamya Abu Bakar langsung kembali ke Madinah, dan ia mendapati

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sudah terbaring dan tertutup

kain. Abu Bakar menyingkap kain dari wajah Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam dan mencium beliau, dan iapun tahu bahwa beliau

telah wafat. Abu Bakar berkata kepada beliau, "Demi ayahmu dan

ibuku wahai Rasulullah, Allah tidak akan mewafatkanmu dua kali.

Sesungguhnya engkau telah wafat pada kematian yang pertama."

Kemudian Abu Bakar kembali menutupkan kain pada wajah Ra-

sulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Lalu Abu Bakar keluar menemui

orang-orang di dalam masjid. Ketika itu mereka sedang panik, dan

hampir saja mereka saling memukul antara yang satu dengan yang

lainnya karena galaunya hati mereka. Umar Radhiyallahu Anhu

berada di tengah-tengah mereka dan berkhutbah mengingkari ke-

matian beliau. Abu Bakar berkata kepada Llmar, "Tenangkan di-

rimu dan duduklah." Kemudian Abu Bakar naik ke atas mimbar. Ke-

mudian ia berkhutbah dengan khutbahnya yang telah masyhur yang

memukau orang yang mendengamya, ia berkata, "Amma ba'du, wa-

hai sekalian manusia, barangsiapa yang menyembah Muhammad

maka sesungguhnya Muhammad telah mati, dan barangsiapa yang

menyembah Allah maka sesungguhnya Allah Ta'ala tetap hidup dan

tidak akan matr.. "Kemudian Abu Balar membaca firman Allah Ta'Ala, "Dan

Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa

rasul, Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang

(murtad)? Barangsinpa berbalik lct belalang." (QS. Ali Imraan: 144) dan

firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya engknu (Muhammad) aknn mati dan

merelu alan mati (pula)." (QS. Az-Zumar: 30). Umar berkata, "Maka

akupun mengetahui bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

telah wafat, hingga aku tercengang dan kedua kakiku tidak kuat me-

nanggung badanku." Umar jutuh ke tanah dan tidak mamPu untuk

299 Suauh -dengan mendhammahkan huruf Pertama dan huruf kedua, dan huruf

yang setelahnya haa' tanpa titik- adalah temPat tinggal Bani Al-Harits bin Al-

Khazraj di Madinah. Jaraknya satu mil dari rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi

wa Sallam. Abu Bakar Radhiyallahu Anhu xdang singgah di sana. Silakan baca

Mu'iam Ma Ista'jama (lll/760).

350 €ffi[flliffi'ls

berdiri karena ia mengetahui bahwa perkataan Abu Bakar tersebut

adalahbenar.

Saya dan kalian juga menyaksikan bahwa orang yang paling ber-

duka atas musibah ini adalah Abu Bakar, akan tetapi karena ketega-

rannya Radhiyallahu Anhu pada saat-saat sulit, ia dapat berkhutbah se-

perti itu.3m

Kelebihan yang keempat, sebelum Rasulullah Shallallahu Alaihi

wa Sallam wafat beliau sempat melepas sebuah pasukan di bawah ke-

pemimpinan Usamah btn Zaid untuk memerangi orang-orang yang

teiah membunuh ayahnya Zaidbrn Haritsah, dan membunuh la'f.ar

bin Abu Thalib serta Abdullah bin Rawahah. usamah telah mem-

bawa pasukan tersebut ke luar Madinah. Kemudian para shahabat ter-

masuk Umar meminta Abu Bakar meninjau pengiriman pasukan ter-

sebut. Umar berkata, "Bagaimana mungkin mereka berperang di sana

di perbatasan negeri Syam, sementara orang-orang kembali murtad

di sini di Jazirah Arab?l." Abu Bakar berkata, "Aku tidak akan menu-

runkan bendera yang telah dikibarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa

sallam.,,Abu Bakar tetap belpendirian untuk melanjutkan pengiri-

man pasukan dan pergi berperang. Abu Bakar dan umar sendiri me-

rupakan bagian dari pasukan tersebut di bawah kepemimpinan usa-

mah. Padahal Usamah lebih muda dari mereka berdua, dan kedudu-

kamya berada di bawah keduanya. Akan tetapi mereka adalah orant-

orang yang selalu melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala

dan rasul-Nya Shallallahu Alaihiwa Sallam.

Apa pendapatmu jika seorang komandan diperintahkan untuk

berangkat di bawah kepemimpinan seorang perajurit?! Demi Atlah,

niscaya komandan tersebut tidak akan menta'ati praiurit tersebut se-

lama-lamanya sekalipun diletakkan pedang di atas kepalanya. Akan

tetapi Abu Bakar dan umar bin Al-Khaththab, oranS yang paling uta-

ma setelah para Nabi, mereka rela dipimpin oleh seorang lelaki yang

lebih muda. Mereka sadar yang menempatkan mereka di bawah ke-

pemimpinan Usamah adalah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Karenanya mereka berkata, "Kami dengar dan kami patuhi"' Hanya

saja ketika itu mereka meminta izin kepada Usamah untuk tidak ikut

dan tetap tinggal di Madinah.

sebenamya ia tidak meminta izin kepada pemimpin pasukan ter-

sebut, akan tetapi ia meminta iztn kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi

300 HR. Al-Bukhari (1241,,L242)

€'Sit,& 351

wa Sallam. Sebab pemimpin tersebut menjadi pemimpin mereka ber-

dasarkan perintah dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ke-

mudian pasukan tersebut diberangkatkan.

Tatkala orang Arab melihat penduduk Madinah mengirim pasu-

kan perang ke perbatasan Syam, mereka berkata, "Mereka pastilah

memiliki kekuatan yang sangat besar." Hingga orang-orang Arab me-

rasa kecil setelah sebelumnya mereka mengangkat kepalanya dan me-

ninggikan hidungnya. Sehingga pengiriman pasukan tersebut men-

jadi kemuliaan bagi kaum muslimin, padahal mereka tidak menduga

hal tersebut sebelumnya. Tetapi segala sesuatu yang kamu lakukan

karena Allah, maka ketahuilah bahwa Allah akan menjadikan kebai-

kan dan berkah padanya. Semoga Allah memberikan keikhlasan ke-

pada diri kita dan kalian semua.

Kelebihan yang kelima, pada peristiwa murtadnya oriu'rg-orang.

Banyak orang Arab kembali murtad setelah wafatnya Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sampai-sampai ketika mereka diminta

mengeluarkan zakat, mereka berkata, "[ni adalah ji'zya}:. (pajak bu-

kan zakat -pent)" dan sebagian mereka berkata, "Kami tidak mau

menyerahkannya selain kepada Rasulullah dan beliau telah wafat.

Atlah berkata kepada Rasulullah, "Ambillah z,alat ilari harta mereka,

guna membersihlan dan menyucilan merelu, dan berdoalah untuk mere-

la. Sesungguhnya doamu itu (mmumbuhknn) ketenteraman jiwa bagi me-

relu. Allah Maha Mendengar, Malw Mengetahui." (QS. Taubah: 103).

Allah memerintahkan beliau mengambil zakat, dan kami tidak mau

memberikannya kepada kalian." Kala itu Abu Bakar memutuskan

turtuk memerangi mereka, namtrn Umar Radhiyallahu Anhu memin-

tanya meninjau kembali keputusannya. Lalu Abu Bakar berdalil

dengan sebuah hadits Nabi Sftallallahu Alaihi wa Sallam seraya berka-

ta kepada lJmar, "Hai Umar, seandainya mereka menolak memberi-

kananaq -yaitu anak kambing- atau ia berkata: tali kuda, yang dahulu

mereka berikan kepada Rasulullah Slullallahu Alaihi wa Sallam, maka

aku akan memerangi mereka karena itu. Karena tidak mungkin kita

menuruti keinginan mereka." Abu Bakar juga berkata kepada Umar,

"Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

W,\ ;4t;i't i;t: $ rr.*; 6 iv r;t)

"Apabila merelu telah mmgatalannya, malu terpeliharalah darah dan harta

merela dariku, lcecuali lcarena hnlotya." Zakatadalah hak harta. Demi Allah

352 €mmrur&

aku akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dengan

zakat."3o7

Abu Bakar berketetapan hati untuk memerangi mereka, dan

hasilnya adalah kebaikan bagi kaum muslimin. Segala puji bagi Allah.

Kesimpulannya, apabila telah disebutkan suatu keutamaan pada

diri Umar Radhiyallahu Anhu yang mungkin merupakan keutamaan

khusus baginya, dan Allah mengkhususkan nikmabrya bagi siapa saja

yang Dia kehendaki, akan tetapi pada saat-saat genting kita mendapati

Abu Bakar Radhiyallahu Anhu lebih tegar dari Umar. Meskipun secara

runum terlihat bahwa Abu Bakar lebih lembut dari Umar. Hanya saja

dalam keadaan genting tampaklah kekuatan hatinya. semoga Allah

meridhai mereka semua.

Kami menjelaskan hat ini bukan r-rntuk merendahkan kedudukan

Umar, tidak demi Allah. Akan tetapi kami katakan, sesungguhnya

meskipun telah diriwayatkan suatu keutamaan pada diri Umar bin A1-

Khaththab Rndhiyallahu Anhu akan tetapi Abu Bakar lebih utama dari

Umar. Keduanya, yaitu Abu Bakar danUmar lebih utama dari Utsman.

Dan mereka bertiga lebih utama dari Ali. Hanya saja sebagian mereka

telah diberikan keistimewaan yang tidak terdapat dalam diri yang lain.

Adanya suatu keistimewaan khusus tidak berarti meniadi utama se-

cara mutlak. Karenanya kami katakan, "Para tabi'in lebih utama dari-

pada tabi'ut tabi'in, tetapi tidak semua orant dari mereka lebih utama

daripada semua orang yang datang setelahnya."

Sabda Nabi Sftallallahu Alaihiwa Sallam,

'o;'.';,i 

i$t b # {ttr o;41:1

"sesungguhnya pada umat sebelum L,alian ada orang-orang yang mendapat

ilham, seanilainya di antara lalian ada orang-ofang yang mendapat ilham,

malaia adalahUmar."3a

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata3ts, "Hadits ini tidak menun-

jukkan keutamaan Umar dari Abu Bakar. Karena Umar mendapatkan

ilmu dari ilham, dan Abu Bakar tidak mengambilnya dari ilham. Men-

dapatkamya dari ilham maksudnya hal tersebut diilhamkan A1lah

subhanahu wa Ta'ala kepadanya. Hal ini tidaklah menetapkan keuta-

maanUmarbin Al-Khaththab atas Abu Bakar.

HR. Al-Bukhari (72fA, 7285) dan Muslim (20X33)

HR. Al-Bukhari (3689) dan Muslim (2398X23)

Silakan baca Majmu' Al'Fatawa Syaikkul Islam (ll/226)

;f 'o;';;-) fr.,fr:tV

301

n2

303

€,tffi'r& 3s3

Kesimpulannya, kami katakan, "Keistimewaan bisa saja dimiliki

salah seorang dari shahabat sehingga ia lebih utama dari yar,g lain-

nya dalam hal tersebut, akan tetapi hal itu tidak berarti ia menjadi

teristimewa secara mutlak. "

,cl+*

€zg&

Bab Berdiri Di Atas Kendaraan Atau Seienisnya Sambil

Memberikan Fatwa

a;tl ;.. e e :V ;..1 ,r 1Y i'; io,Y.bYc*.xr

,sw -\i 3i # ia5

83. lsma'il telah menyampaikan kcpafo knmi, ia berkata, Malik telah me-

nyampailun kepadaku, ia berluta, dari lbnu syihab, dari 'lsa bin Thalhah

bin Llbaidillah, dnr i Ab dullah bin Amr bin Al: Ash, b ahw as any a p ada hnji

wada' Rasutull^ah Shallallahu Ataihi wa Sallam berhenti di Mina untuk

menjawab pertanyaan oranS-oran| yang bertanya kepada beliau, seorang

laki-laki datang dan berknta, " Aku tidak menyadari, alu bercukur sebe-

lum aht menyembelih." Rasulullah shatlallahu Alaihi wa sallam menja-

wab, ,'Tidak mengapa, sekarang sembetihlah." Kemudian datang laki-laki

lain dan berkata, " Aku tidak menyadari, aku sudah menyembelih sebelum

melontar," Rasulullah shallallahu Alaihi wa sallam bersabda, "Tidak

mengapa, seknrang melontarlah." Tidaklah Nabi shallallahu Alaihi wa

Sallam ditanyai tentang suatu perkara yang didahulukan pelaksanaan'

Gf t t3.t',tJt ;i 4,t *s iiui,t qu.

ti' ,f tt' i, fr # #,!t * i

,t,4:>ir ^r e Gi ?:-: *

et & i:tt )|t o1 ,

{,t- l.''1 ".1.'S-1 oct-zro $r4 d

'fii p ivt

,fri p iv)

Jt"

,

4E .11

)t JG Ai 3i ,F L,;,lt

ai'ti$:?Fg,

f\ ;t;3 t; n) c

,t,)l ,'W l:-, i; I tq) v, (i,/

t; rrPr j6'l

q

,q

a

.r)l

.a

) f-

at\i

354

€,Sit& 355

nya ataupun dinkhirlcnn melainlan beliau berkata, 'Tidak mengapa, se-

knr an g I aks analanlah. " 3M

[Hadits 83- tercantum juga pada hadits nomor: 124,1736,L737,L738

dan 66651.

Syarah Hadits

Hadits ini mengand*g perrtasalahan fikih dan selain permasa-

lahan fikih.

Pertama, peristiwa itu dinamakan haji wada' karena Nabi Shallalla-

hu Alaihi wa Sallam bersabda, "Mungkin aku tidak bertemu dangan kalian

lagi setelah tahun inL"36 Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam belum pemah

menunaikan Haji setelah berhijrah selain pada haji wada' ini. Sehing-

ga haji ini menjadi haji pertama dan hai terakhir bagi beliau. SebeLum

hijrah Nabi Sftallallahu Alaihi wa Sallam telah menunaikan haji sekali

atau dua kali, ataupun lebih. Beliau Slullallahu Alaihi wa Sallam keluar

pada hari-hari musim haji dan menampakkan dirinya di hadapan kabi-

tah-kabilah Arab. At-Tirmidzi telah meriwayatkan bahwa Rasulullah

Slullallahu Alaihi wa Sallam telah mengerjakan haii dua kali sebelum

beliau berhijrah.36

Faidah lairurya, diperbolehkan bagi seseorang untuk berfatwa ke-

tika ia sedang berada di atas hewan tunggangannya. Mobil juga ter-

masuk kenderaan tunggangan seseorang, karena itu tidak mengapa

berfatwa di atas mobil. Tidak dikatakan, bahwa anda harus turun

dahulu dari kenderaan. Demikian pula tidak mengapa jika disedia-

kan baginya kursi untuk duduk lalu ia berfatwa kepada manusia di

atas kursi, meskipun posisinya lebih tinggi dari orang-orang yang me-

minta fatwa. Sebab terkadang hal itu mengandung maslahat.

Kandungan fikih da


Related Posts:

  • Syarah sahih Al Bukhari 8 ra ilmu lebih umum dari itu. Ilmu mencakupsemua pengetahuan yang diperoleh dengan nasihat dan pengetahuanyang tidak diperoleh dengan nasihat.i6A $""; iv y,; il A-s!6 iu ,k, :i 3yJ riir-.r qo.tr;:lu 6t;igr a' ,k ilt,f q.… Read More