ra tegas
menetapkan sifat jemu bagi Allah. Namun andaikata sifat jemu Allah
itu memang ada, maka maknanya harus dibawa kepada sifat jemu
yang memang layak bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak setara
dengan kejemuan semua makhluk-Nya.
Demikian penjelasan mengenai sifat jemu manusia dengan sifat
jemu Allah-jika memang ada-.
Sejumlah ulamal83 menganggap bahwa makna sabda Nabi Shallalla-
hu Alaihi wa Sallam, "Allah tidak alcan jemu menerima amal kalian hingga
lalian merasa jemu untuk beramlL" Adalah sesunggunya Dia memberi-
kan balasan amal kepada kalian menurut amal yang kalian kerjakan
apa pun itu." Mereka menafsirkan teks hadits tersebut dari makna za-
hirnya, karena makna zahirnya menafikan kesempumaan Allah'Azza
wa Jalla.
Namun pendapat yang benar -sebagaimana telah disebutkanle-:
Pertama, diteliti terlebih dahulu apakah hadits tersebut menetap-
kan sifat jemu bagi Allah? Karena sebenamya terdapat perbedaan an-
tara perkataan 'aku tidak akan berdiri hingga engkau berdiri' dengan
perkataan Jika engkau berdiri aku pasti berdiri'.
Perkataan 'aku tidak berdiri hingga engkau berdiri' memiliki pe-
ngertian aku tidak berdiri sebelum engkau yang berdiri. Akan tetapi
jika engkau sudah berdiri belum tentu aku akan berdiri. lnilah maksud
yang terkandung dalam redaksi hadits tersebut.
Adapun jika engkau mengatakan 'jika engkau berdiri maka aku
berdiri', maka dari perkataan ini muncul konsekuensi bahwa jika eng-
kau berdiri aku pun berdiri. lni merupakan pengertian yang dapat di-
ambil dari perkataan, "Sesungguhnya jika kalian merasa jemr, niscaya
Allah merasa jemu."
Kami katakan bahwa dalam perkataan Nabi di atas terkand*g
adalah penetapan sifat jemu bagi Allah. Dan tidak ada kesamaran da-
Iam masalah ini. Adapun susunan kalimat yang ada maka itu tidak
secara jelas menegaskan penetapan sifat jemu tersebut. Kalau pun
seseorang memahami adanya sifat jemu bagi Allah, maka sifat jemu
yang ditetapkan itu harus yang layak bagi-Nya, dan tidak sama sedikit
pun dengan sifat jemu seluruh makhluk-Nya.
Silahkan melihat Al-Fath (l/ 102),ldhah Ad-Dalil karya Ibnu Jama'ah (hal. 183, 184)
dan Daf u Syubah At-Tasybih karya Ibnul Jauzi (hal. 220)
Takhrij haditsnya telah disebutkan sebelumnya.
183
184
170 €mmrurp
Sabda beliau, "Lti ol;;tSy clr .,.1.1r Ui ots'r" Apakah dhamir (kata
ganti) yang terdapuf ai i"t"rrt ("'ffir, di atas kembali kepada Allah
atau kepada Rasul?
Jawabannya: boleh jadi kembali kepada Allah, karena laf.azhAltah
paling dekat disebutkan dalam sabdanya, "Allah tidak aknn merasa jemu
menerima amal kalian hingga kalian merasa jemu beramal." Dam boleh
jadi dhamir-nya kembali kepada Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam
karena beliau yang menyampaikannya. Perkataan itu bersumber dari
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam maka dhamir-nya kembali kepa-
da sumber perkataan tersebut (Rasulullah). Akan tetapi bila ada suatu
riwayat yang dengan tegas menyebutkarr, "Amalan dalam agama yang
paling disukai Allah..." maka hilanglah kesamaran dan kemungkinan di
atas.18s
*.{.rt
185 Aku katakan, "Sesungguhnya ada sebuah riwayat dalam bentuk perbuatan Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallamyangmenegaskan hal itu. Yaitu riwayat yang terdapat
pada Ahmad dalam Musnad-nya (Yl / 46, 5l) (24L89,24245) dan Ishaq bin Rahawaih
dalam Musnad-nya (ll/ L39) (625) dari hadits AisyahRadhiyallahu Anha.
Syail<h Syu'aib berkata dalamTahqiq Al-Musnad, "Sanadnya shahih berdasarkan
syarat Al-Bukhari dan Muslim."
I
9q.i' itu.: qu
drir r&T :,ir-) J e-,rip{;*:#
5r:i;11
t{, li
€Ez&
{ .r*i e,i3;; } J6i i' )yr y.6:
,ti| iFr ) ,)ti3 {
&3y xi,;t;Sj,4
Bab Penambahan lman Dan Pengurangannya
Dan firman Allah To'olo, "Don Komi tombohkon petuniuk
kepodo merek{ (QS. Al-Kahfi: 13) Dan Flrman Allah, "Agor
orong yong berlmon bertomboh imonnyd (0S. Al-Muddatsir:
31) Allah Subhonohu wo To'olo Berfirman, "Podo hori lni teloh
Aku sempurnokon ogomomu untukmf (QS. Al-Ma'ldah: 3)
llka Menlnggalkan Sesuatu Yang Sempurna Berarti la Kurang
Sempurna
Bab ini penting sekali dan didasarkan kepada sejumlah kaidah, di
antaranya apakah keimanan itu bertambah dan berkurang atau tidak?
Jawabannya: manusia memiliki perbedaan pendapatl86 mengenai
hal ini.
Di antara mereka ada yang menyatakan bahwa keimanan itu bisa
bertambah serta bisa berkurang, dan kesempurnaannya ptrn berting-
kat-tingkat.
Yang lainnya menyebutkan bahwa keimanan tidak bisa bertambah
dan tidak bisa berkurang.
Ada yang berpendapatbahwa keimanan hanya bisa bertambah dan
tidak bisa berkurang.
186 Silahkan melihat Majmu' AlFatawa karya Syaikhul Islam (VII/ 504) dan sesu-
dahnya, serta Syarh Al-'Aqidah Ath-Thahawiyahkarya Ibnu Abil 'lzz (ha1.331) dan
sesudahnya.
t7t
172 €rmrur&
Dan pendapat yang benar adalah keimanan itu bisa bertambah
dan bisa berkurang, sebagaimana dinukil dari ulama Salaf tentang
berkurangnya keimananlsT bahkan sebagaimana yang disebutkan oleh
As-Sunnah.r88 Pangkal persoalannya adalah manusia berbeda penda-
pat mengenai (bertambah dan berkurangnya) keimanan. Di antara
mereka ada yang mengatakan bahwa iman hanya sekedar meyakini.
Dan ini artinya keimanan itu tidak bertingkat-tingkat, dengan demi-
kian keimanan seluruh manusia setara. lni merupakan ideologi ke-
lompok ]ahmiyah Murji'ah ekstrim. Dan bisa dipastikan bahwa pen-
dapat ini tidak benar dari sisi:
o Pertama: perkataan mereka bahwa keimanan itu hanya sekedar
meyakini tidaklah benar, karena sejumlah nash menyebutkan
dengan jelas bahwa amal perbuatan terntasuk perkara keimanan.
. 'Kedua: perkataan mereka bahwa keimanan itu tidak bertingkat-
tingkat juga tidak benar. Sebab pengakuan dengan hati juga ber-
beda tingkatannya. Ketenangan dalam menerima informasi dari
satu orang tidaklah sama dengan menerima informasi dari dua
orang. Jika ada seseorang menyampaikan informasi kepadamu,
dan engkau percaya dengan ucapannya kemudian oranS kedua
datang menyampaikan informasi serupa kepadamu, maka sema-
kin bertambahlah keyakinanmu. Dan jika orang ketiga datang ke-
padamu juga dengan membawa informasi yang sama, otomatis
keyakinanmu terhadap kebenarannya semakin bertambah'
oleh sebab itulah para ulama membagi keyakinan kepada tiga ba-
gian yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin dnhaqqul yaqin. sebagaimana Pem-
bagian ini disinyalir oleh ayat Al-Qur'an, "selali-kali tidak! Sekiranya
kamu mengetahui dengan pasti, niscaya knmu benar-benar alan melihat ne-
Silahkan melihat berbagai Atsar yang bersumber dari ulama Salaf tentang pene-
tapan bertambah dan birkurangnya keimanan dalam Hasyiyah lbnil Qayyim (x[l/
Z,iZ1 aansetelahnya. Bebau Raiimahullahberkata dalam Naqd Al-Manqul (l/ 110),
,,Keberadaan iman itu bisa bettambah dan bisa berkurang adalah pendapat yang
benar dan sudah merupakan ijma' para salaf. Hal ini sebagaimana diriwayatkan
oleh Asy-Syafi'i dan selainnya."
syaikh .q.l-utsaimin Rahimihullah berkata dalam kitabnya syarh Al-'Aqidah Ath'
it toriyot, (ll/ 233), "Adapun (dalil) berkurangnya iman maka telah disebutkan
dalam islr-S hahilain bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menasehati kaum
wanita dan berkata kepada mereka,
.Belum pernah kulihat sZorongpu, yong lmah akal dan agamanya dapat mempecundangi
al@l lelaki yang kuat selain kalian."
Hadits ini menetapkan bahwa agama (keimanan) itu bisa berkurang'
188
€,ffiffi,p
ralu lahim,lcemudian kamu benar-butar akan melihatnya dengan mata kepala
sendiri." (QS. At-fakatsur: 5-7)
Dan Allah Ta'ala berfirman dalam AI-Qur'an, "Dan sungguh, Al-
Qur'an itu kebenaran yang meyakinkan " (QS. Al-Haqqah: 51)
Allah juga berfirman, "Sungguh, inilah keyakinan yang benar." (QS.
Al-Waqi'ah:95)
Ambil sebuah contoh sederhana saja, ada orang yang berkata ke-
padamu, "Di dalam karton ini ada buah apel." Dan orang yang me-
ngatakan hal ini bisa dipercaya. Lalu hatimu merekam bahwa di dalam
karton itu ada buah apelnya. Setelah engkau membuka karton tersebut
dan melihat ada apel di dalamnya maka itulah yang disebut dengan
ainul yaqin Kemudian jika engkau memakannya maka itulah disebut
dengan haqqul yaqin. Tingkat keyakinan yang paling kuat adalah al-
haqq (kebenaran).
Contoh ini membuktikanbahwa keyakinan -terlebih lagi keimanan-
bertingkat-tingkat, Iantas bagaimana pula dengan keimanan?
Kisah Ibrahim yang Allah cantumkan dalam Al-Qur'an juga mem-
buktikan bahwa keimanan itu bertingkat-tingkat, "Ya Tuhanku, per'
lihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati." Allah
berfirman, "Belum percayakah engkau?" Dia (Ibrahim) menjawab, "Aku per-
caya, tetapi agar hatiku tenang (mantap)." (QS. Al-Baqarah: 250)
Maka ayat ini menunjukkan bahwa keyakinan yang tertanam
di dalam hati bertingkat-tingkat, kadang tenang dan adakalanya se-
baliknya. Dengan demikian, berdasarkan realita dan dalil syara'pen-
dapat mereka batil.
Adapun kelompok Mu'tazilah dan Khawarij maka mereka ber-
pendapat bahwa keimanan tidak bertambah dan tidak berkurang. Ia
bisa ada total dan bisa hilang total. Mereka juga menetapkan bahwa
amal perbuatan termasuk perkara keimanan, hanya saja ia menjadi
syarat keabsahan iman. Oleh sebab itu mereka menetapkan bahwa
pelaku dosa besar keluar dari iman (agama Islam). Akan tetapi kaum
Mu'tazilah menyatakan bahwa pelaku dosa besar keluar dari keima-
nan namun tidak disebut kafir, melainkan berada di antara salah satu
dari dua kedudukan.
Adapun kelompok Khawarij, mereka menyatakan bahwa pelaku
dosa besar keluar dari keimanan, dan di dalam Syara' tidak ada per-
kara yang disebut dengan satu kedudukan di antara dua kedudukan.
t73
l
I
I
174 €rrutt.iffit&
Karena Allah berfirman, "lalu di antara kamu ada yang kafir dan di antara
lamu $uga) adayang mukmin." (QS. At-Taghabun:2)
Dan berfirmart, "makn tidak ada setelah lcebenaran itu melainkan ke-
sesltan." (QS. Yunus: 32)
Tidak diragukan lagi bahwa kelompok Khawarij lebih mendekati
qiyas daripada kelompok Mu'tazilah, yaitu pendapat bahwa tidak satu
kedudukan di antara dua kedudukan, karena sesungguhnya hal itu
merupakan kebid'ahan yang diada-adakan.
Tidak diragukan lagi bahwa yang benar ialah pemahaman yang
dipedomani oleh Ahlu sunnah wal jamaah bahwa keimanan itu bisa
bertambah dan bisa berkurang. Dan pemahaman ini dapat dibuktikan
dengan dalil naqli maupun aqli.
Adapun dalil naqli yang dijadikan landasan hujjah oleh Al-Bukhari
yaitu firman Allah Ta'ala, "Dan Kami tambahkan petuniukkepada merelca,"
(QS. Al-Kahfi:13)
Namun boleh iadi ada yang memprotes pendalilan dengan ayat ini,
sebab yang dimaksud dengan kata al-huda pada ayat tersebut adalah
ilmu. Altah Ta'ala berfirman, "Dan Kami tambahlun petuniuk kEada me-
rekn.' (QS. Al-Kahfi: 13)
Karena asalnya makna aI-huda adalah ilmu, berdasarkan firman
Allah Ta'ala, "Dinlah yang mengutus Rasul'Nya dengan membawa petun-
juk dan agama yang benar," (QS. Ash-Shaff: 9)
Seolah-olah Al-Bukhari Rahimahullah menyatakan bahwa konse-
kuensi dari bertambahnya petunjuk adalah bertambahnya keima-
nan. Karena setiap kali ilmu seorang hamba tentang Allah, ayat-ayat
dan seluruh sifat-Nya bertambah, tentu keimanannya ptm semakin
bertambah
Firman Allah Ta'ala, "agar orang yang beriman bertambah imannya'"
(QS. Al-Muddatsir:31)
Ayat ini secara tegas menyebutkan bahwa iman bisa bertambah.
Da1am ayat ini Allah Ta'ala (secara tengkap) menyatakan, "dan Kami
menentukan bilangan merekn itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang
kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, aSar oranS yanS
beriman bertambah imannya, agar oranS-xrang yang diberi kitab dan orang-
orang mukmin itu tidak ragu-ragw " (QS. Al-Muddatsir: 31)
Dengan d.emikian di dalam ayat ini terkandung penetapan bahwa
keimanan itu bisa bertambah.
€'ffi& t75
Firman-Nya, "Dan yang IGmi jadikan peniaga neraka itu hanya dari
malailat; dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan
bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab meniadi yakin,
agar orang yang beriman bertambah imannya." (QS. Al-Ma' idah: 3)
Ayat ini pun mengandung dalil bahwa keimanan itu bisa bertam-
bah. Sisi pendalilannya adalah penjelasan Al-Bukhari Rahimahullah se-
telah mencantumkan ayat ini, "Jik4 meninggalkan sesuatu yang sem-
puna berarti ia kurang (sempuma)." Ucapan beliau ini memang tepat,
dan ini merupakan pendalilan yang sangat bagus. Karena sesung-
guhnya jika pada hari ini Aku telah menyemptunakan untuk kalian
agama kalian, maka sebelum hari ini berarti ia belum sempuma, ber-
arti ia kurang sempurna.
Hal ini juga disinyalir oleh sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
kepad kaum wanita, "Belum pernah kulihat seorangPun yang lemah
akal dan agamanya dapat mempecundangi akal lelaki yang kuat selain
kalian." Dan beliau menetapkan kekurangan akaLnya dengan tidak
melaksanakan shalat dan puasa selama menjalani masa haid.rse Dan
kekurangan yang dimaksud di sini adalah berkurangnya semPuma,
bukan berkurangnya kewajiban. Sebab selama menjalani masa haid
seorang wanita tidak wajib melaksanakan shalat dan puasa. Bahkan
jika ia melaksanakan shalat dan berpuasa maka haram hukumnya
berdasarkan ijma' ulama Salaf.l4
U *,t 3; i;a s* lu iU G* is e,\ 5 y tlr; . t t
t'cr'.a
.ir {t 4i is u tfii b tfr ls *t Sr n' ,k :r},t
t'
i,r .it 4i ,sG u )fil :r ifrt f b 2f' 'o:i:.,u et/
,.dr ;"r $\i;i i6 a t6t b ifrt f :r;.i. L', * e:
#i $k i;a sk 3d itilr ,:; yi iS F;y e"ri 3), ^;
f Ai:*9u;q&rfi;a' & CtV
189 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (304, 1462, 1951,,2658) dan Muslim (l/ 86) (79)
(132)
190 Di antara ulama yang menyebutkan adanya ijma' dalam masalah ini adalah Ibnu
Hazm dalam Al-Muhalla(ll/ 1,62),Ibnul Qaththan dalam Allqna'fiMasa'il Alljma'
(I/ 103), Ibnu Qudamah dalam AlMughni (IV / 39n dan An-Nawawi dalam Al-
Majmu'(Yl/254)
t76 €rmrur&
44. Muslim bin lbrahim telah menceritakan kepada kami, ia berknta, "Hisyam
telah menceritakan kepada kami, ia berknta, "Qatadah telah menceritakan
k podolami dari Anasbin MalikRadhiyallahu Anhu dariNabi Shallalla-
hu Alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, "Akan dikeluarknn dari ne-
raka orang yang telah mengucapkan l-aa ilaaha illallah dan di dalam ha-
tinya terdapat sebesar biji gandum dari kebaikan. Akan dikeluarkan dari
neraka orang yang telah mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam
hatinya terdapat sebesar biji burrah dari kebaikan. Dan akan dikeluar-
kan dari neraka orang yang telah mengucapkan lna ilaaha illallah dan di
dalam hatiny a ter dapat sebesar biji zarrah dari kebaikan."lel
[Hadits 44- tercantum iuga pada hadits nomor: 4476, 6565,7410,
7440,7509,7510,75161
Syarah Hadits
Abu Abdillah berkata, " Abaartberkata, "Qatadah telah mencerita-
kan kepada kami, ia berkata, "Anas telah menceritakan kepada kami
dari Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam, namun dengan lafazh'dari
keimanan' seba gai gantr laf.azh' dari lceb aikan' ." ln
Faedah yang dapat diambil dari mutaba'ah ini, yaitu ucaPan
Al-Bukhari, "Qatadah telah menceritakan kepada kami, Anas telah
menceritakan kepada kami." Pada redaksi pertama ia menyebutkan,
,,Qatadah menceritakan kepada kami dari Anas." Dengan demikian
mutaba'ah ini ditegaskan oleh Qatadah dengan ucaPan haddatsana
(telah menceritakan kepada kami). Maka hilanglahle3 kekhawatiran
191 DriwayatkanolehMuslim (I/ 182) (i93) (325)
192 Al-Buk'hari Rahimahullah meriwayatkannya secara mu'allaq dengan shighat jamm,
dan diriwayatkan secara maushui oleh Al-Hakim dalam kitab Al-Arba'in-nya me-
lalui jalur Ab, salamah ia berkata, "Aban bin Yazid telah menceritakan kepada
kami.,, Lalu ia menyebutkan hadits ini. silahkan melihat juga Taghliq At-Ta'liq (ll/
49-50), Al-Fath 0/ toal danHady As-Sari (hal' 20)
193 Dalam naskah asli tertulis jr.l bentuk f il mudhari'-nya memiliki beberapa tim-
bangan:
1. jr! dalam kondisi ini ia merupakan fi'il nasiklt dan termasuk akhawat kaana
dan ia tidak memiliki mashdar musta'mal,menunjukkan kesinambungan sifat
isim zaala, dengan pengertian lhabar-nya merupakan sifat yang terus-mene-
rus dan tidakierpltus, atau berkesinimbungan sampai.waktu pembicara-
an kemudian terputus setelahnya dengan masa yanS lama atau singkat,
tergantung maknanYa. .. ,
Contoh kesinambungan yang terus menerus yaitu, t:?t t')'P ^irr ir;u (Allah
senantiasa Maha Pengampun lagi Maha Penyayang)
Contoh kesinambungan sampai waktu pembicaraan yaitu' t'i;r] o;Ar i;v
€'ffiii,P 177
terjadinya tadlis inadits. Sebab para ulama telah melakukan penelitian
terhadap hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari
Qatadah dari Anas. Lalu mereka temukan tidak adanya tadlis dalam
riwayat mereka. Berdasarkan hal ini maka jika kita mendengar hadits
y".,g di.i*ayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Qatadah dari
Anai atau dari Abu Az-Zubeirtea dari Jabi, maka kita menghukumi
hadits tersebut shahih dan tidak mengandung unsur tadlis.
Bukti dari hadits ini (yang mehyatakan bahwa tingkatan keyaki-
nan manusia juga berbeda-beda -penj) adalah sabda Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam, "seberat blji burrah, seberat biji gandum, seberat biji
zarfuh." Sebagaimana diketahui bahwa berat masing-masing biji terse-
but tidaklah sama, dan semuanya terletak di dalam hati. Dengan demi-
kian apa yang ada di dalam hati juga berbeda-beda tingkatannya.
g#t
c/ to)fP/iA'i'F a 7V i.
,**:t t'l $'-G
",'f C ';;
o-tv
(Penjaga itu terus berdiri)
2. i; a* mashilar'nya ialah i; d,anf il amar-..ya yaitu j; dalam kondisi ini
ia'tidak termasuk f il nasilJr dan merupakan kata kerja sempurna yang
membutuhkan kepida maful bih (objek), memiliki arti membedakan dan
memisahkan' Engkau katakan x; *Y Va j; (Pedagang itu memisahkan
barang dagangannya dari barang yang iainnya). Dan engkau katakan ,*tt i;
lF f (Pisahkanlah dombamu dari kambing kacangmu!)
3. jii au"mashdar_nya Jrrlr dalam konclisi ini ia tidak termasuk dalamf iI
nasikh tetapi^"*pik".r kata kerja sempurna yang tiidak memerlukan malul
bih, memiliki arti binasa dan sirna. Contoh kalimatnya !ri; ;tlilr it{"): it
(Penguasa tirani itu telah binasa)
Danidakalanya artinya adalah berpindah sePerti firman AllahTa'la, "sung-
guh, Allah yaig menahan langit dan bumi agar tidak lenyap; dan jika kedully!
iton t nyop tidak ada seorang pun yang mampu menahannya selain Allah" (QS.
fil;"t'/"a"anya berpindah (bergeser)' Contoh lainnya T +\ 3: @atu itu
bergeser)
194 Nama leigkapnya adalah Muhammad bin Muslim dari Tadrus, seorang,Imam Al-
Hafizh dan Slhaduq, Abu Az-Zubeir Al-Qurasyi Al-Asadi Al-Makki maula (mantan
budak) Hakim bin Hizam. Ia meriwayatkan hadits dari Jabir bin 'Abdillah, dan
Ibnu Uyainah meriwayatkan hadits darinya. Ibnu 'uyainah berkata, "'Atha'
menyodtrkan aku ke hidapan Jabir agar aku menghapalkan sebuah hadits untuk
,r,"."k". Dan Abu Az-Zubeir telah disebutkan kekurangannya dengan hal-hal
yang tidak mengharuskan riwayatnya dha'if secara mutlak, di antaranya tadlis.
.'plbi
lz-zuteir wafat pada tahun 128 Hijriyah. Silahkan melihat biografinya da-
lam As-Siyar (V/ 380- 386)
s ;;At tl't;.to
G # 6';;,i
178 €i"$ffi,iHl'l&
A:i* Eq e\'qit'oi t'; i$ :At aJei t'1
ls { li isty (At ort (Ai ai :At ';'^:1 ,:t; is'
8 +tt #.{.* *Ji', &:;A,.t-s't i"4t }
y.ai ,sit or3t) ('41 u.t rf i # i,t { 6, ;>ujr
# r'; iieo e: *: *'it * :tt *
45. Al-Hasan bin Ash-Shabbah telah menceritaknn kepadn kami bahwa ia
mendengar la'far bin 'Aun menceritaknn dari Abul 'Umeis, ia berkata,
" Qeis bin Muslim telah menceritakan kepada knmi dari Thariq bin Syihab
ilari lLmar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu bahwa seorang lelaki
Yahudi berlcata kepadanya, "Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat
ilalam kitab suci lalian yang sering kalian baca, sekiranya ayat itu turun
kepada knmi, kaum Yahudi, niscaya akan kami jadikan hari turun ayat itu
sebagai hari 'Ied. " Ayat apa itu?" tanya Umar. la meniawab, "Pada hari
ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aht cukupkan
niktnat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai lslam sebagai agamamu." (QS,
At-Ma'idah: 3) ll.mar berluta, "KAmi tahu knpan dan dimana ayat itu
diturunkan kepada llasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, yaitu saat
beliau wuhtf di Arafah diharilum'At."les
[Hadits 45- tercantum juga pada hadits nomor: 4407, 4606,72681
Syarah Hadits
Firman Allah Ta'ala, "PAdn hari ini telah Aku sempurnalun agamamu
untulonu." (QS. Al-Ma' idah: 3)
Dari firman-Nya ini dapat dipahami bahwa sebelum hari ini, sya-
ri'at-syari'at agama ini belum semPurna, namun ia sempuma bagi
orang-orang yang mengamalkarurya ketika agama ini turun. Sebab ti-
dak ada (agama) yang turun kepada mereka selain itu. Sekaligus ayat
ini menjadi penegas bahwa haji Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam di-
lakukan pada hari'Arafah di hari Jum'at.
Di kalangan orang awam telah beredar pemahaman bahwa me-
laksanakan haji pada hari ]um'at pahalanya seperti melaksanakan haji
tuiuh puluh kali. Pemahaman ini tidak memiliki landasan dalil yang
195 Diriwayatkan oleh Muslim (lV / 23L2) (3014 (3)
€'ffiffi,P 179
shahih sama sekali. Memang benar jika jatuhnya hari ]um'at bertepa-
tan dengan hari 'Arafah, peluang mustajabnya doa lebih besar, sebab
saat itu waktu 'Ashar ]um'at dan waktu'Ashar'Arafah belpadu men-
jadi satu. Dan terkabulnya doa pada kedua saat tersebut lebih besar.1e6
196 Dalil yang menunjukkan keterangan di atas yaitu:
1. Haaits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (6400) dan Muslim (IIl 584) (852)
(1a) daii Abu Hurairah Rndhiyallahu Anhu, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
sallambercabda, "Pada hai Jum'at ada suatu saat yang tidaklah seoranS muslim
bertepatan sedang melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah, kecuali
Allah alan mengabullun permintaannya." Lalu beliau memberikan isyarat
dengan tangannya seolah-olah waktunya sangat singkat
2. Hadits yarr[ dti*uyatkan oleh Ibnu Khuzaimah (2840), Ibnu Hibban (3853)
dan Abu Ya-'l a dalamMusnad-nya (2090) dari hadits Jabir Radhiyallahu Anhu ia
berkata, ,,Rasulullah shallallahu Alaihi wa sallambersabda,"Pada hari 'Arafah
Allah turun ke langit lalu inembangga-banggakan oranS-orang yang berada
di 'Arafah kepada para malaikat dengan berkata, "Lihatlah para hamba-Ku
itu! Mereka dltang kepada-Ku dalam keadaan rambut acak-acakary pakaian
berdebu dari tempat yang sangat jauh. Aku mempersaksikan kepada kalian
(para malaikat) sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa mereka." Para
malaikat berkata, "Ya Rabbi, di antara mereka ada si Fulan yang sombong,
ada si Fulan dan si Fulan." Nabi berkata, "Allah berfirman, "Aku telah
mengamPuni mereka."
Rasuluilal Slwllallahu Alaihi wa Sallam bersbda,"Tidak ada hai yang lebih banyak
orang dibebaslun dari neralca saat itu dai luri 'Arafah."
Al-tlaitsamiberkata dalam Majma' Az-Zawa'id(lll/ 253), "Hadits ini diriwayatkan
oleh Abu Ya,la, di dalam sanadnya ada perawi bernama Muhammad bin Marwan
Al-'Uqeili yang ditsiqahkan oleh Ibnu Ma'in dan Ibnu Hibban. Perawi ini masih
men;ail perbincangan ulama hadits. sedangkan para perawi yang lainnya adalah
para perawi kitab-kitab shahih."
SyaiLh Al-Albani Rnhimahullah berkata dalam As-silsilah Adh-Dha'ifah wa Al-
Maudhu' ah hadits nomor 679, "Hadits ini dha'if ."
{i ly*'at
€Eg&
t:&,$,gi 6') | tiit ty-!' 3, isyr ,au.
{9, u: U,s:aS}r til.:a*,h:rt,4:;v; cr!'
Bab Mengeluarkan Zakat Termasuk Amalan Dalam lslam
Dan firman Allah, 'Podohol mereks honyo diperintoh
menyembqh Alloh dengon tkhlos menooti-Nyo semoto-moto
koreno (menjolonkon) ogomo, dsn Jugo ogor meloksonokon
solot don menunslkon zoko* don yong demlklon ituloh ogomo
yong lurus (benor).'(QS. Al-Bayylnah: 5)
i. W ,tj * U C il d.v 43; iu ;at:;Y c't; 'tt
);3 Jt,Ys rv ifr )t * :;'-^aL g it yJ :r *Y
L:e is:t g- ,-,"1')t'iv F fl U C;, 4:u-'i, * *t
:itt 3-r iG, t>u.Jt * 3ls-'j tt1 y', ,* ';g, .;r-ii
l*'$ iw'llJl.r, lA, i ?rrv .# #, l:.6'i,t ;^2
O,'.
ivt & * it ,-)* it Jy: JG L36 if 'l; 'i i6 G*
it'Jyr l ;t, iv Ly ii .ir .i Jtt ip l* # iu \vz;,
ie Lituif iri ivs* :rc i6 ivas')r & *'at S-b
3;: i6 JIi \) tr^ & yi { l'; 3g i: S-"St i;:u
o'* it *i Ui *'a, tb ll
180
4,ffiffi,P
46. lsmail telah menceritakan kEada kami, ia berknta, "Malikbin Anas telah
menceritaknn kepadaht dari pamannya, Abu Suheil bin Malik dari ayah-
nya bahwa ia mendengar Thalhah bin llbeidillah berlcnta, "suatu tretika
seorang telaki dari Nejed itatang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa sallam, rambutnya acak-acalan. Kami dapat mendenSar ucapannya
namun lami tidak memahami apa malcsudnya hingga ia mendekat. Ter-
nyata ia bertanya tmtang lslam..Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
berkata kepadanya, "Mengerialan shalat lima waktu sehari semllam."
, Adal(nh lcewajiban lain ataslat selain itu? " tanyanya. "Tidak ada, lcecuali
bila englau bersedia mengerjaknn shalat yang sunnat." iawab Rasulullah.
Rasulullah melanjutlan, "Melalcsanalan puasa di bulan Rnmadhan."
" Adalah lcewaiiban lain atasku selain itu? " tanyanya, "Tidak ada, kecuali
bila engknu bersedia melalcsanalan puasa sunnlt" iawab Rasulullah.
Lalu Rasulultah Shallatlahu Alaihi wa Sallam menyebut zakat. "Ada-
kah kewajiban lain atasku selain itu?" tanyanya. "Tidak ada, kecuali bila
engkau bersedia mengeluarkan sedeknh sunnat." jawab Rasulullah. Lelaki
itu berpaling sonbari berlata, "Demi Allah, aht tidak akan menambahi
atau menguranginya!" Rasulullah berlata, "Beruntunglah in bila lcnta-
latanya itubenar!"le7
[Hadits 46- tercantum juga pada hadits notrlor: 189L,2678,69551
Syarah Hadlts
Hadits di atas memberikan faedah bahwa zakat termasuk amalan
dalam Islam berdasarkan perkataan |abir Radhiyallahu Anhu, "Seorang
laki-laki datang... hingga ia mendekat. Ternyata ia bertanya tentang
Islam. Nabi menjawab, "Melaksanakan shalat lima waktu." Kata beliau
lagi, "Melaksanakan puasa." Dan beliau berkata, "Dan mengeluarkan
zakat." Dengan demikian zakattermasuk amalan dalam Islam. Ini me-
rupakan perkara yang tidak sulit untuk memahaminya, karena Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "lslam dibangun atas lima perlu-
ra: bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disunbah dengan sebenarnya
melainlun Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zalat, berpuasa di bulan Ramadhan dan mengerjakan haii ke
Baitul HArAm."leB
Firman Allah Ta'all, "Padahal mereka hnnya diperintah menyembah
Allah dengan ilchlas menaati-Nya semata-mata larena (menialanlun) agama,
197 Diiwayatkan oleh Muslim (I/ 40) (11) (8)
198 Takhrij hadits telah disebutkan sebelumnya.
181
182 €ilffiitxl't&
dan juga agar melalcsanaknn shalat dan menunailan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al-Bayyinah: 5)
. Artinya mereka tidak diperintahkan dengan sesuatu kecuali ini.
Karena ibadah adalah segala perkara yang diperintahkan Allah dan
Allah Subhanahu wa Ta'ala menetapkan dua syarat dalam ibadah" yak-
ni ikhlas dan bersikap hanif yang berarti mengikuti petunjuk Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Kedua hal tersebut merupakan syarat sahnya setiap ibadah, yaitu
ikhlas dan mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Lawan ikhlas adalah syirik dan lawan dari mengikuti petunjuk beliau
Slullallahu Alaihi wa Sallam adalah mengada-adakan perkara yang baru
dalam agama Oid'ah).Maka sebuah ibadah yang dibarengi dengan
kesyirikan dan kebid'ahan tidak akan diterima di sisi Atlah.
Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Tidak ada, kecuali eng-
kau melakukan amalan sunat." lstitsna'(pengecualian) dalam kalimat
tersebut terputus dan tidak bersambung.te Sebab amalan tatluutaru'
bukanlah amalan wajib melainkan amalan surutah.
199 lstitstu'adakalanya mutta.shil (masih terkait) danmunqathi'(tidak ada hubungan).
Yang dimaksud dengan btitsna' muttashil adalah manakala mustatstu-nya meru-
pakan bagian darimustatstu minhu, yang memiliki dua bentuk:
o Pertama, mustatstuminhu-nya lebih dari satu dan mustttstu-nya meru-pakan
salah satu bagian yang sama . Contohnya U$ "l
,At Ji6 lSaya memberikan
beberapa kitab kecuali satu k itab .) mustatstu minhu-nya-yaitu ;*l' 6"b"r"p"
kitab)- jumlahnya lebih dari satu sementan mustatstu-nya merupakan salah
satu bagian darinya.
o Kedua mustatstu minhu-nya hanya satu narnun memiliki beberapa bagian
kecil, sedangkan mustatsna-nya adalah bagian dari kecil darinya.
Contohnya i;jr'r1 1t 'zLl, (Saya menutupi seluruh tubuh kecuali wajah).
Dalam kedua koidisi di atas kata yang disebutkan sesudah illa memiliki makna
yang berbeda dari sebelumnya.
Sementara itu isfitsna' munqathi' adalah manakala mustatstu-nya bukan bagian
dari mustatstu minhu.
Contohnya ffjl\\i'Pt t' (Para tamu sudah hadir kecuali mobil mereka.)
Contoh lairurya qr<i' 'rl *)ht S-St(Para mahasiswa sudah komplit kecuali buku-
buku)
contoh yang senada dengan hal ini adalah firman Allah tentan9 Pata penghuni
ian ah,';Didalamnya mereka tidak merulengar perkataan yang tidak berguna kccuali
(ucapad slam" (QS. Maryam:62)
Kalaal-laghwu artinya adalah perkataan yang hina dan buruk, sedangkan as-salam
bukan bagian darinya.
Firman-Nya juga, "Di sana merela tidak mendengar percalupan yang sia-sia mLupun
yang menimbulkan dosa, tetapimerelu mendengar ucaPan salam" (QS' Al-Waqi'ah: 25.
26)
Silahkan melihat An-Nahwu Al-Wafi (IIl 318)
'S'ffi-& 183
Dalam hadits di atas beliau hanya menyebutkan shalat, Puasa,
zakat tanpa menyebutkan haii. Karena ibadah haji belum diwaiibkan
kecuali pada tahun ke sembilan atau -menurut pendapat yang rajih-
pada tahun ke sepuluh Hijriyah.2m Inilah sebabnya haji tidak tercan-
tum dalam beberapa hadits. '
200 silahkan melihat Mughni Al-Muhtaj (l/ 460), Nur Al-ldhah (l/ 1.37), At-Taqrir wa
At-Tahbir (Il/ 1.41), Syarh Al-'lJmdah karya Ibnu Taimiyah (l/ 219),Tafsir lbni Katsir
(l / 368) , Sirah lbni Hsyam (lI / 20n dan Asy-Syarh Al-Mumti' (Vll / 17 -78)
€il&
9ni' b ywt idr +(
Bab Menglrlngl lenazah Termasuk Cabang Keimanan
$'r; JG L':.,g:; i6 :;.*rt V i. It * il'Gi rt*..tv
*'i, tt* It Jv'tl'i e;; €) # #3 oat * 3';
JA ;; ^;t {,s:r3.t$trfi'l# \G €t U iu Pt
,^ at .
"o
t'''
oa.-?. . :.c..
,y rtt F *,e rit,y bi. ;y V3 :r {.:Yt W
*t3 yta, bi ;y fril Ji E e, F ,el;
'Y*
U3 -€i
Ct #i;i j * # * 3f $'"t J13,1!i*ir i,*t
i'F{:*nt-v
47. Ahmad bin Abdillah bin Ali AlManjuufi telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, "Ralth telah bercerita kepada kami, ia berkata, "Auf te-
lah menceritalan kepada kami dari Al-Hasan dan Muhammad dari Abu
Hurairah Radhiyatlahu Anhu bahwa Rasulullah shallallahu Alaihi wa
sallam bersabda, "Barangsiapa mengiringi jenazah muslim larena iman
dan mengharap pahala, dan ia terus mengiringinya sampai menyalat-
kannya dan selesai dimakamkan, maka ia pulang dengan membawa pa-
hala dua qfuath. satu qirathbesarnya seperti TununT uhud. Barangsiapa
menyalatkannya kemudian kembali sebelum ienazah dimakamkan, maka
ia pulang dengan membawa pahala satu qirath"'2ol
201 DriwayatkanolehMuslim (ll/ 652) (945) (52)
184
S'ffif-&
Diihtti oleh lLtsman Al-Muadzilzin, ia berlcnta, "Auf telah mencerital(an
kepada tami dari Muhammad dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu
dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ... dengan hadits yang
sen^da."2o2
[Hadits 47- tercantum juga pada hadits nomor: 1323 dan 1325]
Syarah Hadits
Dalil yang menyebutkan bahwa mengiringi jenazah termasuk per-
kara keimanan dari hadits ini adalah sabda beliau Shallallahu Alaihi
wa Sallani, "Karena iman dan mengharap pahala dari Allah," Ini menunjuk-
kan bahwa menyalatkan jenazah terrrasuk cabang keimanan.
202 Mutaba'alr Utsman ini diriwayatkan secara maushul oleh Abu Nu'aim dalam
Mustakhrijnya, ia berkata, "Abu Ishaq bin Hamzah telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, "Abu Thalib bin Abi Awanah telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, "sulaiman bin Saif telah menceritakan kepada kami, ia berkata,
"Utsman bin Al-Haitsam telah menceritakan kepada kami.... "lalu ia menyebutkan
hadits di atas.
Lafazhnya hampir mirip dengan lafazh riwayat Rauh, hanya saja ia berkata:
V* $^ terus menyertainya) sebagai ganti kalimat: rl;:' '0G5, danlafazh: $ii'5
(hingga dimakamkan) sebagai ganti kalimat: i; n ti-i. Ou" di akhir hadits ia
menyebutkan, Lw 'li
(maka ia berhak mendapat pahala satu qirath) sebagai ganti kalimat: Lt'p; b';';y
(Maka ia pulang dengan membawa pahala satu qirath), adapun selain itu lafazh-
nya sama.
Dan disebabkan perbedaan lafazh tersebut, Imam Al-Bukhari mengatakan: if,
yakni maknanya mirip dengan riwayat di atas."
Silahkanmelihat juga At-Taghliq (IIl 50)
185
€ss&
';:ii *i'"u; LfJ" oi ,x qlt jr qu.
ii 4\* * Slc^b'i 6,hSI' er;t,Stli
l,' .# ;#, iv;i ,t'*.\t *?rii'r<it e) il; ,5'6i tlk
*';tiLbi ii\6 * ,F otEr i,+iili iv"3 g;
\4 ii:yl $fi6 6 o;;st ,r y.t; uq', &.t 9u)
l,Jti
)'F.y'i f ;i :4ry9$' * {*i' u 3r{u,i es
J6 lr
tS&$)U,'6 At\'4p'rl
Bab Orang Mukmin Senantiasa Takut Amalnya Terhapus Tanpa
la Sadari
tbrahim At-Taimi berkata, "Setlap kali aku bandingkan antara
perkataan dengan perbuatanku, semakin aku merasa takut
diriku termasuk seolang yang mendustakan.'zo3
203 Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu'alla4 dengan shighat iazam, dan diriwa-
yatkannya se caramaushul dalamAt-Tarikh Al-Kabir (l/ 335) Tariamah nomor (1053).
ia berkala, ,,Abu Nu'eim berkata kepada kami diriwayatkan dari Abu sufyan,
dari Abu Hayyan dari Ibrahim At-Taimi. silahkan melihatTaghliq At-Ta'liq (IIl 51)
danAl-Fath (I/ 110).
Dalam Umdah Al'Qari 0/ 3tS1 AI-'Aini menyebutkary "Sesungguhnya ucaPan
Ibrahim ini diriwayatkan oleh Abu Al-QasimAl-Lalika'i dalamSunan-nya dengan
sanad yang layyid dari Al-Qasim bin Ja'far, Muhammad bin Hammad bin Ahmad
m"nceiitalii., kepada kami, Al;Abbas bin'Abdillah menceritakan kepada kami,
Muhammad bin Yusuf menceritakan kepada kami dari Sufyan dari Abu Hayyan
dari Ibrahim. "
Namun Ibnu Hajar tidak meriwayatkan riwayat ini dalam AFTaghliq-nya'
Adapun perkataan Ibrahim At-Taimi, "qli (yang mendustakan)'" Maka Al-
Hafizh Rahimahullah berkata dalam Al-Fatn G/ nO), "u'k diriwayatkan juga
dengan laf.azh,, gii " ldidrrtakan), artinya: Aku khawatir orang yang melihat
perb"uatanku bertentangan dengan perkataanku akan mendustakan diriku, lalu
186
lbnu Abi Mulaikah berkata,'Saya telah bertemu dengan tiga
puluh orang shahabat nabi Rodhiyollohu Anhum, mereka semua
mengkhawatirkan kemunafikan atas diri masing-masing. Tidak
seorangpun di antara mereka yang berkata, "lmanku seperti
iman Jibril dan Mlkail.'2ol
Disebutkan dari Al'Hasan (Al-Bashri), "Tidak ada yang merasa
khawatir atasnya (kemunafikan) kecuali seorang mukmin-
Dan tidak ada yang merasa ainan terhadapnya (kemunafikan)
kecuali seorang munafi k."zos
Serta Peringatan Terhadap Bahaya Terus Menerus dalam
Kemunafikan Dan Kemaksiatan Tanpa Bertaubat Darinya
Berdasarkan Firman Allah, 'Don mereko tidok meneruskon
perbuoton doso itu, sedong mereko mengetohui." (QS. Ali
'lmran: 135)
€,fiffifl,P 187
ia berkata kepadaku, "Kalau engkau jujur tentu engkau tidak akan melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan perkataanmu." Beliau mengatakan hal itu
karena beliau adalah seorang pembimbing umat.
Diriwayatkan juga dengan lafazh " tk " (mendustakan), lafazh inilah yang
banyak diriwayatkan oleh para perawi, maknanya: Meskipun ia telah memberikan
nasehat dan bimbingan kepada orang lain namun ia sendiri belum mencapai
puncak amal.
Allah telah mencela orang-orang yang menyuruh kepada perkara ma'ruf dan
melarang dari yang mungkar sementara amalnya sendiri tidak benar. Allah
berfirman, " (Itu) sangatlah dibenci di sbi Allah jika kamu mengatalan apa-apa yang tidak
kamu kerjalan" (QS. Ash'Shaff: 3)
Ia takut termasuk orang yang mendustakaru yakni seperti orang yang men-
dustakan.
Al-Bukhari meriwayatkannya secara mu'allaq dengan shigat iazam. Atsar ini juga
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah dalam Tarikh-nya dari 'Ubaidillah bin
Umar Al-Qawariri dari Ja'far bin Sulaiman dari Ash-Shalt'
iuga diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr Al-Marwazi dalam Kitab Al-Iman
daii ehmad bin Utsman dari Bahz bin Asad dari Ash-Shalt bin Dinar dengan
redaksi yang lebih panjang. Silahkan melihat Taghliq At-Ta'liq (lI/ 52-53) dan Fath
AI-Bari (I/ 110- 1i1)
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari secara mu'allaq dengan shighat tamridh dan diri-
wayatkan secara maushul oleh la'far Al-Firyabi dalam Kitabnya Shifut Al-Munafiq
melalui beberapa jalur periwayatan. Dalam Al-Fath 0/ f tt; Al-Hafizh berkata,
"Barangkali banyak dipertanyakan mengaPa Imam Al-Bukhari tidak memastikan
keshahihan atsar ini padahal telah diriwayatkan secara shahih dari AI-Hasan.
Hal itu berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh guru kami, Abul Fadhl bin Al-
Husein Al-Hafizh, yaitu: "Imam Al-Bukhari tidak mengkhususkan sftlf ah tamridh
@entuk pencantuman riwayat yang mengesankan kedhaifan sanadnya -Peno
untuk sanad dhaif saja, namun beliau menggunakannya juga untuk penyebutan
matan secara makna atau untuk matan yang diringkas penyebutannya disebabkan
adanya perbedaan, demikianlah yang beliau lakukan di sini."
Silahkan melihat juga At-Taghliq (IIl 53)
204
205
188 €r"lnmrut&
Perkataan Al-Bukhari Rahimahullah, "Bab orang mukmin senan-
tiasa takut amalnya terhapus tanpa ia sadari." Yaltu terhapusnya amal
berdasarkan firman Allah Tabarakn wa Ta'Ala, "Wahai orang-orang yang
beriman! langanlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan
janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya
(suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa
terhapus sedangkan knmu tidak menyadari." (QS. Al-Huiurah 2)
Ketika ayat ini diturunkao Tsabit bin Qeis bin Syammas Radhiyalla-
hu Anhu yang bersuara keras mengurung diri di rumahnya sambil me-
nangis, tidak sanggup keluar menemui orang banyak dan merasa ke-
takutan amalnya terhapus sedangkan ia tidak menyadarinya karena
memiliki suara yang keras. Mengetahui hal ini Nabi Shallallahu Alaihi
wa Sallam menyuruh seseorang untuk menanyakan sebabnya. Lantas
beliau diberitahu bahwa sejak ayat tersebut diturunkan ia menangis
di rumahnya karena takut amalnya terhapus tanpa disadarinya' Ma-
ka beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus seseorang untuk me-
ngatakan, "Bahkan ia hidup dalam keadaan terpuji, gugur dalam kea-
daan syahid dan masuk ke dalam jannah."zffi
Lihatlah buah yang dihasilkan dari rasa takutnya! Demikian pula
hatnya jannah menjadi buah dari kejujuran yang diperoleh oleh Ka'ab
bin Ma1ik dan kedua orang sahabatnya.2u Karena setiap kali seorang
muslim bersikap jujur maka Allah akan mengangkatnya. Dan setiap
kali ia merasa takut maka Allah 'Azza wa lalla akanmelindunginya. Kita
berdoa kepada Allah agar melindungi kami dan kamu dari azab-Nya.
Tsabit diberi kabar gembira oleh utusan Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam dengan tiga hal, yaitu hidup dalam keadaan mulia,
gugur dalam keadaan syahid dan masuk ke dalam jannah. Dan ia me-
mang mendapatkan ketiga perkara tersebut. Ia hidup dalam keadaan
telpujr, gugur sebagai syahid dalam PePerangan YamamaFos dan ki-
Diriwayatkan oleh AI-Hakim dalam Al-Mustadrak (lll/ 260) dan ia berkata, "Sha-
hih beidasarkan syarat Al-Bukhari dan Muslim. Hanya saja keduanya tidak
meriwayatkannya dengan redaksi ini." Diriwayatkan juga oleh Ibnu Hibban
(71.67).
Pangkal haditsnya terdapat dalam Ash-Shahihain. Ditiwayatkan oleh Al-Bukhari
(4846) dan Muslim (I/ ttOl (119) (187) akan tetapi dengan selain lafazh ini.
Hal itu disebutkan dalam riwayat yang menceritakan tentang taubat mereka ketika
mereka tidak mengikuti perang Tabuk. Juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Al-Bukhari (4418) dan Muslim (lV / 2123) (2769) (53)
Silahkan melihat Taritclt Ath-Thabari (ll/ 279),Taril'h Khalifah bin Khayyath (l/ 707),
Al-Kamil (ll/ 221), Al-Muntazham (lv / 8l), Al'Bidayahwa An-Nihayah (Y / 342), (Yl/
1gO, 323, 324, 334), Tarikh Dimasyq (39 / 220), (52/ 175) dan Shimth An-Nuium Al-
'Awali (ll/ 9)
€'ffif-&
ta mempersaksikan bahwa ia akan masuk ke dalam jannah dengan
persaksian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Intinya seorang muslim wajib memiliki rasa takut amalnya ter-
hapus tanpa disadarinya, bisa jadi dengan membanggakan diri sen-
diri atau orang lain, misalnya setiap kali melakukan sebuah ibadah ia
berkata, ,,Aku telah bersedekatu aku telah melaksanakan shalat." Atau
disebabkan sikap riya yang mengl$ngi ibadah IaIu merusak nilai iba-
dah tersebut, atau dengan amal-amal buruk yang menghapus ibadah-
nya ketika amaLrya ditimbang.
Ibrahim At-Taimi mengatakan, "setiap kali aku bandingkan antara
perkataan dengan perbuatanku, semakin aku merasa takut diriku
termasuk seorang yang mendustakan. " Subhanallah! Ternyata beginilah
rasa takut yang dimiliki oLeh ulama Salaf. Ia mengatakan, "Setiap
kali aku bandingkan antara perkataan dengan perbuatanku, semakin
aku merasa takut diriku termasuk seorang yang mendustakan." Hal
itu disebabkan amalnya tidak sebanding dengan ucaPannya. Secara
Iahiriahnya ucapalrnya lebih mengagumkan dari perbuatarurya. Inilah
yang kita saksikan di kalangan sebagian orang. Engkau mendapati
mereka berkata, "orang ini termasuk hamba Allah yang paling zu.hud
dan paling shalih." Namun ketika engkau selidiki keadaarmya ternya-
ta orang itu tidak demikian. Namun ini bukan berarti bahwa Ibrahim
At-Taimi termasuk tipe manusia seperti itu. Ucapannya tersebut me-
nunjukkan ketawadhu'annya dan sikapnya yang menilai amalnya ti-
dak seberapa.
Ibnu Abi Mulaikah berkata, "Saya telah bertemu dengan tiga pu-
luh orang shahabat nabi Radhiyallahu Anhum, mereka semua meng-
khawatirkan kemunafikan atas diri masing-masing." Allahul Musta' an!
Sampai-sampai Umar bin Al-Khaththab mengkhawatirkan kemunafi-
kan atas dirinya, padahal beliau merupakan orang nomor dua umat
ini setelah Abu Bakar Radhiyallahu Anhu. Ceritanya, pada suatu hari ia
memegang tangan Hudzaifah bin Al-Yaman -Nabi shallallahu Alaihi
wa Sallam membisikkan secara rahasia nama-nama orang munafik
kepada Hudzaifah, oleh sebab itulah ia disebut sebagai penyimpan
rahasia- lalu berkata kepadanya, "Aku bertanya kepadamu dengan
nama Allah! Apakah namaku termasuk yang disebut-sebut Rasulullah
kepadamu tentang orang-orang munafik?"2@ Begitulah Umar yang
209 Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam Musnad-nya (Vll/ 293). Dalam kitabnya
Majma; Az-Zawa'id (lll/ 42) Al-Haitsami berkata, "Hadits ini diriwayatkan oleh
Al-Bazzar dan para perawinya tsiqah."
189
190 €rntmruT&
mengkhawatirkan kemunafikan atas dirinya, padahal ia termasuk
orang yang paling shalih dan paling jujur berbicara.
Abdullah bin Abi Mulaikah menyebutkan, "Sesungguhnya aku
telah bertemu dengan tiga puluh shahabat Rasulullah Shallallahu Alai-
hi wa Sallarz. Semuanya mengkhawatirkan kemunafikan atas dirinya.
Di antara mereka tidak ada yang mengatakan, "Keimananku seperti
keimanan Jibril dan Mikail." Lain hahrya dengan kaum Murji'ah Jah-
^iyy.h
yang salah seorang dari mereka lancang berkata, "Keimanan-
ku seperti keimanan Jibril, seperti keimanan seorang Rasul, seperti
keimanan Abu Bakar." -KIta berlindung kepada Allah dari ucapan se-
perti ini-. Dapat dipastikan bahwa sikap tersebut merupakan kesom-
bongan yang dapat menghapus amal.
]ibril adalah malaikat yang diberi mandat untuk menyampaikan
wahyu yang dengannya hati menjadi hidup. Mikail merupakan ma-
laikat yang diberi mandat untuk menurunkan hujan yang dengan-
nya tanah menjadi subur. Tinggal satu lagi malaikat yang disebutkan
Rasulullah Alaihis Shalatu was Salam bersamaan dengan mereka dalam
doa iftitah shalat maliam, yaitu Israfil yu.g diberi mandat untuk me-
niup ash-shur.zlo
Perkataan Al-Bukhari, "Disebutkan dari Al-Hasan. " Ketika disebut-
kanYudzlaru maka maknanya atsar ini diriwayatkan secara mu'allaq
dengan shighat tamridh.
Perkataan Al-Hasan, "Tidak ada yang merasa khawatir atasnya
(kemunafikan) kecuali seorang mukmin." Dengan demikian orang
mukmin sajalah yang mengkhawatirkan kemtrnafikan.
Perkataan beliau lagi, "Dan tidak ada yang merasa aman terha-
dapnya (kemunafikan) kecuali seorang munafik." Ucapannya ini
memberikan peringatan keras kepada manusia yang merasa aman
dari kemunafikan atas dirinya, sekaligus mengandr:ng motivasi agar
ia mengkhawatirkan kemunafikan atas dirinya. Kemunafikan pasti
disisipi oleh sikap riya. Sebab bisa. jadi seseorang memPerlihatkan
dirinya melaksanakan suatu ibadah ikhlas karena Allah, padahal
hakekatnya ia tidak ikhlas. Sedikit sekali orang yang bisa selamat dari
riya. Oleh sebab itulah sebagian ulama Salaf berkata, "Tidak ada sua-
tu perkara pur-t yang lebih aku paksakan diriku untuk melakukannya
daripada keikhlasan."
210 Diriwayatkan oleh Muslim (770) (200)
€,ffifli,p
Perkataan Al-Bukhari, "Dan peringatan." Kalimat ini merupakan
ma' thuf dari perkataannya' mengkhawatirkan' . Pengertianny a, " D arr
bab peringatan terhadap bahaya terus menerus dalam kemunafikan
dan kemaksiatan tanPa bertaubat darinya berdasarkan firman Allah,
"Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sednng merela menge-
tahui." (QS. Ali'Imran: 135)
Terus menerus dalam kemaksiatan merupakan Perkara yang sa-
ngat berbahaya walauPun kemaksiatan tersebut adalah dosa-dosa
kecil. Para ulama menyebutkan bahwa melakukan dosa kecil terus
menerus dapat menjadikannya menjadi dosa besar.211
191
F3v
i-z ,)t 5i ir ,rr> 9)
,y.t', til ,li ,sc
,,
,Ss *t 9f ,n'
|--, : '.;a .4-rd, l*lJ> Jv i"f j) 'r3-l tf r; .t X
;k iwz*;;t;
211 Ucapan ini shahih berasal dari perkataan Ibnu 'Abbas sebagaimana disebutkan
Ibnu Jarir dalamTafsir-nya (Y / 47) (9207),Ibnu Abi Hatim dalam At-Tafsir (lll/
5217) dan Al-Baihaqi dalam Asy-syu 'ab melalui jalur Sa'id bin Abi shadaqah dari
eais bin Sa'ad Al-Makki, dari Sa'id bin |ubeir bahwa seorang lelaki berkata kepa-
da lbnu 'Abbas, "Berapakah jumlah dosa-dosa besar? Apakah jumlahnya tujuh?"
Ibnu ,Abbas menjawab, "sampai tujuh ratus, yang lebih dekat darinya sampai
tujuh. Akan tetapi tidak ada dosa besar bila dibarengi dengan istighfar dan tidak
ada dosa kecil bila terus menerus dilakukan."
Dalam AI-Adab Asy-syar'iyyah (1/ L53) Ibnu Muflih berkata, "sanadnya shahih,"
Anehnya ada yang mengatakan bahwa Asy-syaukani dalam lrsyad AbFahzl (hal.
47) beikata, "Dikalakan bahwa hukum orang yang melakukan dosa kecil secara
terus menerus sePerti hukum orang yang melakukan dosa besar." Perkataan ini
ridak memiliki d;H yang dapat dijadikan pegangan. Sesungguhnya itu hanyalah
perkataan sebagian kium Sufi. Karena Asy-Syaukani mengatakan bahwa tidak ada
iosa kecil bila dilakukan terus menerus. Sejumlah orang yang tidak mengetahui
ilmu riwayat telah meriwayatkan lafazh ini dan menjadikannya sebagai hadits.
Itu tidak benar. Yang benar hukum melakukan dosa kecil dengan terus menerus
adalah hukum dosikecil yang terus menerus dilakukan itu. Maka melakukan
dosa kecil dengan terus menerus adalah dosa kecil dan melakukan dosa besar se-
cara terus menerus adalah dosa besar."
Dalam kitabnya ltonal At-Mu'lim (l/ 35a) Al-Qadhi 'Iyadh menisbatkan perkata-
an tersebut kepada Umar. An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (ll/ 86) iruga
menisbatkannya kePada Umar.
Perkataan rbnu 'aubas di atas juga diriwayatkan secara marfu' dari hadits Ibnu
,Abbas Radhiyallahu'Anhu, pada Al-Qudha'i dalam Musnad Asy-syihab (853), Ad-
Dailami dalam AbFirdaus (7994),Abu Asy-syaikh dan Al-'Askari dalam Al-Amtsal
-sebagaimana dalam Al-Maqashid Al-Hasanah (hal. 467) namun sanadnya dha'if.
Kareni di dalam sanadnya terdapat perawi bemama Abu Syaibah Al-Khurasani
yang majhul dan ia tidak dikenal kecuali dengan hadits ini.
Sitaf,kanmelihat juga Takhrij Ahadits Al-Ihya' (IVl 18), Kasyf AI-Khafa' (ll/ 490), Ad-
Durr Al-Mantsur glil,Tamyiz Ath-Thiib (193), Al-Mizan (lY / 537), Al-Lisan (Yll/
64) dan Al-l'tisham (IIl 390)
192 €mml.irur&
'; fqiS;t;gir e\
48. Muhammad bin 'Ar'arnh menceritalan kEada lami, ia berkata, " Syu'bah
telah menceritakan kqada kami dari Zubei.d, ia berkata, "Alat bertanya
kepada Abu Wail tentang Murjiah, beliau menjawab, "Abdullah telah
menceritakan lcepadaku bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bu-
sabda, "Memaki orang muslim itu perbuatan fasik dan memeranginya
( menump ahknn dar ahny a) adalah lcehtfur an. " 212
[Hadits 48- tercantum juga pada hadits nomor: 6044 dan7076i
Syarah Hadits
Maksudnya, akan tetapi kelompok Murji'ah mengatakan, "Memaki
orang muslim itu keimanan, bukan perbuatan fasik dan membunuh-
nya punbukan perbuatan fasik." Sebab mereka berpendapatbahwa ke-
maksiatan tidak mengeluarkan seseorang kepada kefasikan dan tidak
pula kepada kekufuran kecuali sesuatu yang mereka pandang sebagai
sebuah kekuftrran. Maka dengan sesuatu itulah seorang manusia ke-
luar kepada kekufuran.
Adapun berbagai kemaksiatan yang tidak mereka pandang seba-
gai sebuah kekufuran maka mereka mengatakan, "Sesungguhnya se-
gala kemaksiatan tidak mempengaruhi seseorang, dengan melakukan
kemaksiatan tersebut ia tidak sifat adilnya tidak beryindah menjadi ke-
fasikan, dan sifat keimanannya tidak berpindah menjadi kekufuran.
Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Memaki orang muslim itu
perbuatan fasik dan menumpahkan darahnya adalah kekufuran." Menun-
jukkan bahwa kefasikan lebih rendah daripada kekufuran' Hal itu di-
sebabkan penumpahan darah lebih besar dari memaki. Maka memaki
muslim berkonsekuensi kepada kefasikan sementara membunuhnya
berkonsekuensi kepada kekufuran.
Namun kekufuran yang dimaksud di sini bukanlah kekufu-
ran yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam. Sebab beliau
Shallallahu Alaihi w a S allam menyebutkan'kekufuran', artinya terma-
suk kekufuran dan bukan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya
dari agama Islam. Dalilnya adalah firrtan Allah Ta'ala, "Dan apabila ada
dua golongan orang mukmin berperang, maka damailanlah antara keduanya.
Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain,
I
I
I
t
I
212 Diiwayatkan oleh Muslim (I/ 81) (64) (116)
€,[iffi,&
maka perangitah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu
kembali kepada perintah Allah. lika golongan itu telah kembali (kepada perin-
tah Allah), mala damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah
adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.Sesungguh-
nya orang-orang mukmin itu bersaudara, karenn itu damailanlah antara ke-
dua saudaramu (yang berselisih)." (QS. Al-Huiurah 9-10)
.Fi ,;- # # :e il ,Ew,\$!G y.; Ji#u;i.tt
*'*, ,v lt i;,', [,i ytat U i;rri *?i Jv +,6 il
jyi6',*),:-tt b li*t G;i'l )at #, l tr i;)
e) 4? i'iii i'JJ ;Js i3Y, ,,at Y,g;\ *;
,;-:At, *ti *t es'4tt 8t'* of;:)i
49. Quteibah bin Sa'id telah mengabarlcnn kepada kami, i"a berkata, "lsmail
bin la'far telah mengabarlcan kepada l<ami dari Humeid dari Anas, in
berluta, "Llbad.ah bin Shamit Radhiyallahu Anhu telah mengabarlan
kepadaku bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam leluar untuk
mengabarknn tentang malam l-ailatul Qadar, Inlu ada dua orang lelaki
muslim yang bertengkar. Rasulullah Slwllallahu Alaihi wa Sallam berlu-
ta, "sesungguhnya aku keluar untuk mengabarkan kepadamu tentang
malam Inilatul Qadar. Namun Fulan dan Eulan sedang bertenglar aki-
batnya penentuan malam bilatul Qadar pun dinngkat. Barangluli ada
baiknya bagi kalian. Carilah malam lailatul Qadar di malam dua puluh
tujuh, dua puluh sembilan dan duapuluhlima!"
[Hadits 49- tercantum juga pada hadits nomor: 2023 dan6049l
Syarah Hadits
Dalil yang menunjukkan kaitan hadits di atas dengan bab ini ada-
lah para shahabat tidak menyadari bahwa perbuatan maksiat terse-
but mengantarkan kepada tingkatan ini, yaitu diangkatnya penentuan
malam Lailatul Qadar213 dari mereka akibat melakukan kemaksiatan
itu. Namun penentuan malar, tersebut tidak bersifat mutlak, melain-
193
213 Karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar untuk memberitahukan mereka
kapan Lailatul Qadar.
t94 €r*mmr&
kan pada tahun itu saja. Karena kapan turunnya malam Lailahrl Qa-
dar secara pasti tidak diketahui dan ia beryindah-pindah. Boleh jadi
pada tahun ini ia muncul pada malam ke dua Puluh tuiuh, pada ta-
hun berikutnya muncul pada malam ke dua puluh lima dan begitu
seterusnya.
Perkataan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam di akhir hadits, "Boleh
jadi hal itu lebih baik bagi kalian." Maksudnya aku berharap ini lebih
baik bagi kalian. Dan memang demikian adanya. Karena sekiranya
manusia mengetahui bahwa malam Lailatul Qadar turun pada ma-
lam tertentu, niscaya ibadah dan qiyamul lail mereka hanya dilakukan
pada malam ini saja. Namun jika mereka tidak mengetahuinya, ffii-
ka mereka akan bersungguh-sungguh dalam beribadah di setiap ma-
lamnya, ini yang pertama.
Kedua, seandainya malam Lailatul Qadar jatuh pada malam ter-
tentu, otomatis menjadi mudah bagi siapa Pun orangnya -baik yang
tekun atau yang pemalas- untuk menghidupkannya. Namun kalau
malam itu tidak diketahui kapan datangnya, pasti hanya orang yang
tekun beribadah sajalah yang memiliki antusias untuk menghidupkan
setiap malamnya.
Kemudian, sesungguhnya ibadah-ibadah yang kita laksanakan
pada malam-malam Ramadhan semuanya adalah kebaikan dan pa-
hala bagi kita. Oleh sebab itu Nabi kita Shallallahu Alaihi wa Sallam
menyebutkan, "Boleh iadi ini lebih baik bagi kalian'"
Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Narhun Fulan dan Fulan
sedang bertengkar." Al-mulahah maknanya bertengkar' Ini mengandung
dalil bahwa pertengkaran adakalanya menjadi penyebab terangkat-
nya suatu kebaikan, dan memang demikianlah adanya. Allah Ta'ala
berfirman, "Dan janganlah lamu berselisih, yang menyebabkan kamu menia-
di gentar dan kekuatanmu hilang. " (QS. Al-Anfal: 46)
Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika mengutus Mu'adz
bin Jabal dan Abu Musa A1-Asy'ari'ke Yaman, beliau memerintahkan
keduanya untuk saling mematuhi satu sama 1ain214 sehingga tidak
te4adi perselisihan.
214 Diriwayatkan oleh Ath-Thayalisi dalam Musnad-nya (496) dan Al-Baihaqi dalam
As-Sunan At-Kubra (VIII/ 154) . Dan kisah ini ada pada Al-Bukhari (4341, 4342)
akan tetapi tanpa disebutkary "Saling mematuhi."
36&€
**:
t
aitt e gt,!f Jt.*! +[
*s, t:9u;y6
t>uJ' * ,hf ;v Jti #'i &:'iv'h, ,F Ct oq.)
*:$E a,' & #,,fr,qd:'ui 4.1 'F; &:5e"
iPQ:1fr!' 'P e.,y'rl J6 l;ri;gqy' :t4,**'1,
{4,H
Bab Pertanyaan libril kepada Nabi Shollollohu Aloihi wo Sollom
Tentang lman, lslam, lhsan Dan Tanda Hari Kiamat
Serta Penjelasan Nabl Kepadanya Lalu Bellau Berkata, "ltulah
Jibrll datang kepada kalian untuk menjelaskan ajaran agama
kalian.'2ls Rasulullah Shqlloilohu Alothi wo Sallom menetapkan
seluruh perkara disebutkan dalam hadits sebagai ajaran agama.
Demikian Pula Penjelasan Rasulullah Shollollohu Aloihi wo
Sollom Kepada Utusan Abdul Qeis Tentang lman215 Dan Firman
Allah, 'Don borongsiopo mencori ogomo seloin lslom, dio tidok
okon diterlmo.'(QS. All 'lmran: 85)
Pembahasan bab ini -seperti yang kamu lihat- merupakan pem-
ahasan yang panjang. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
'Itulah Jibril datang kepada kalian untuk menjelaskan ajaran agama
kalian." Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dengan redaksi yang
215 Hadits tentang pertanyaan ]ibril ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dengan sanad-
nya pada Bab yang sama dengan nomor (50)
216 Hadits mengenai delegasi Abdul Qeis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari Rahi-
rnahullah dengan sanadnya pada Bab Ada' Al-I(humus min Al-Iman (Menyerahkan
seperlima harta ghanimah termasuk cabang keimanan) pada nomor (53)
195
196 €rutniffi't&
kompli8l7. Di dalamnya disebutkan bahwa Jibril datang menemui Ra-
sulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam -dan para shahabat berada di de-
kat beliau- dalam wujud seorang lelaki berpakaian sangat putih dan
berambut sangat hitam. Umar mengataka& "Tidak terlihat adanya
bekas melakukan sebuah perjalanan, dan tidak satu pun di antara
kami yang mengenalinya." Jibril duduk ke hadapan Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam dengan cara duduk orang yang beradab, dan bertanya
kepada beliau tentang Islam lalu Nabi menjawabnya. Ia menanyainya
tentang lman maka beliau menjawabnya. Beliau ditanya tentang Ihsan
lantas beliau menjawabnya. Dan ketika ditanya tentang hari Kiamat
dan tanda-tandanya, maka beliau hanya meniawab tanda-tandanya saja
dan tidak memberitahukan kapan te4adinya. Karena sesungguhnya
tidak ada yang mengetahui kapan Hari Kiamat terjadi selain Allah. Di
penghujung hadits Nabi berkata, "Itulah Jibril datang kepada kalian
untuk menjelaskan ajaran agama kalian."
Ternyata Nabi shatlallahu Alaihi wa sallam menetapkan segala per-
kara tersebut sebagai agama, artinya menetapkan Islam, Iman, dan
Ihsan merupakan ajaran agama. Karena agama Islam mencakup ketiga
hal ini seluruhnya. Maka ia merupakan agama Allah 'Azza wa Jalla.
Perkataan Al-Bukhari Rahimahullah, "Dan penjelasan Nabi
Shallallahu Ataihi w a S allam kepada dele gasi'Abdul Qeis tentang Iman. "
Beliau menerangkan rukun-rukun Islam kepada mereka, dan mene-
tapkarmya sebagai bagian dari keimanan.2l8
Perkataan Al-Bukhari, "Setta firman Allah Ta'ala, "Dan barangsiapa
mencari agama selain lslam, dia tidak akan diterima, dan di aWrirat dia ter-
masuk orang yang rugi." (QS. Ali 'Imran: 85)
Maksudnya barangsiapa mencari agama selain Islam untuk ber-
ibadah kepada Allah maka agama tersebut ditolak, karena sesunS-
guhnya agama Islam telah menghapus seluruh agama terdahulu. Ber-
dasarkan hal ini kita mengetahui bahwa barangsiapa (seorang muslim)
memiliki anggapan bahwa agama yang dianut oleh Ahlul Kitab hari
ini merupakan agama yang diterima oleh Allah, maka orang itu kafir,
murtad dari Islam dan diminta untuk bertaubat. Jika ia bertaubat ma-
ka taubatnya diterima. Namun jika tidak bertaubat, maka ia dihukum
bunuh d.alam keadaan kufur dan murtad. Sebab ia mendustakan Allah,
Rasul-Nya dan kesepakatan kaum muslimin.
Diriwayatkan oleh Muslim 0/ 36) (8)
Hadits mengenai hal ini akan disebutkan nantinya'
217
2L8
€,ffifli,p
&\W l*jl t; JGiatr & io tt';'ilu'"ti F" p:,y
r97
Orang-orang Nasrani hari ini tidak memiliki pegangan aPa Pun/
begitu juga orang-orang Yahudi tidak memiliki satu Pegangan aPa pun.
Dan seluruh agama yang ada di muka bumi hari ini tidak memiliki satu
pegangan apa pun. Tidak ada yang diterima selain Islam. Barangsiapa
diberi taufik dengan Islam maka dialah yang diterima, dan barangsia-
pa belum diberi taufik dengannya maka dia tertolak.
Hingga berbagai syari'at yang bukan dibawa oleh Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam pun tertolak berdasarkan sabda beliau
Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Barangsiapa melaksanakan sebuah amalan
yang tidak ada perintahnya dari kami mala amalan tersebut tertolak."2le
i.$r 3V ;J *;;,i e6L J ,Ebt6* i$ \"^* (;'* .o ,
dzlta.'gt y it 'v ;lt ors ,lu ?;; ,ri r ^;:3 C e
gt,:ri ii ic"'jr jt! iG..jr v iG Jh tu:u ua,v,;tt;r,s.
jti i)u.Jt y ju *u,,ri, y3', y,V,, t') *iti
is1r ,j\i3 etar g, W y, lf {; ir 'fi li i>l":,i'
|ti a)V,nr i:j ii iijt-;jr y JG ow: (g3 a-b)y:Jl
irti; t't:6; Lit o"s', til qLt?i F !+U') ,yu;lt q
Sll
|lta
J1 F
,;3i
F
lt ;i iG e: ;At &-;v ;h * iu" w r:'; * itl';
yGjr bk u,;,F yt
50. Musaddad telah menceritakan kepada t o*i, f, berkata, "Ismail bin lbra-
him telah menceritakan krpada kami, ia berknta, "Abu Hayyan At-Taimi
telah mengabarkan lcepada knmi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah
219 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya secara mu'allaq dengan shighat
jazam sebelum hadits (2142) dan diriwayatkan oleh Muslim (Ill/ 7Y4) (1718) (18)
ie3e 9.t d itlt .-I,:'il
" " \ , .'7
^i,r
,lt \ #ry At*uJtc'+
"i,r {t jW.\ ,,*
ollt 1
198 €mmmr&
Radhiyallahu Anhu iaberkata, "Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alai-
hi wa Sallam lceluar menemui orang-orang. lnlu datanglah seorang lelaki
dan bertanya, "Apa itu iman?" Beliau menjawab, "lman ailalah engkau
beriman lcepada Allah, para malaikat-Nya, pertemuan dengan-Nya, selu-
ruh rasul-Nya dan beriman kepada hari berbangkit." "Apa itu IslamT"
tanyanya lagi. Rasul menjautab, "lslam adalah engkau menyembah Allah
semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain, mme-
gakkan shalat , membayar zakat dan menger jakan puasa Ramadhan," " Apa
itu lhsan?" lanjutnya. Rasul menjawab, "Engkau beriman kepada Allah
sukan-akan engknu melihat-Nya, dan jika engknu tidak dapat melihat-
Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu." la bertanya lagi, "Bilakah ha-
ri Kiamat?" Rasulullah menjawab, "Orang yang ditanya tidaklah lebih
tahu daripada si penanya. Akan tetapi aku akan mengabarkan kepada-
mu tentang tanda-tandanya; jika seorang budak telah melahirkan maji-
kannya, jika para penggembala unta telah berlomba-lomba mendirilan
bangunan, dan (usaktu hari Kiamat) termasuk lima perkara yang lanya
diketahui oleh Allah." Kemudian Rasulullah membacalean ayat, "Se-
sungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat." (QS. Luq-
man: 34) Kemudian lelaki itu pergi. Rasulullah berlata, "Carilah lelaki
itu!" Namun merela tidak menemukannya. Kemudian Rasulullah ber-
lcnta, "Din adalah Jibril datang kepada umat manusia untuk menjelaslun
ajar an agama mer ela,
D 220
Syarah Hadlts
Abu Abdillah (Al-Bukhari) berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam menetapkan seluruh perkara di atas sebagai iman."
Redaksi hadits Al-Bukhari ini berbeda dengan redaksi hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim dari sisi susunannya dan beberapa kalimat.
Dalam perkataan Nabi, "englau beriman kepada Allah, para malaiknt-
Nya, pertemuan dengan-Nya, seluruh rasul-Nya dan beriman lcepada hari
berbangkit" ada dua rukun Iman yang tidak disebutkan di sini, yaitu
beriman kepada kitabi-kitab-Nya serta beriman kepada takdir. Dan ada
satu rukun yang ditambah yaitu beriman kepada pertemuan dengan
Allah.
220 Diriwayatkan oleh Muslim (l/ 36) (8) dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu.
Beliau meriwayatkannya juga dalam (l/ 39) (9) dari hadits Abu Hurairah Ra-
dhiyallahu Anhu.
€,ffiffi,P r99
Yang dimaksud d.engan pertemuan di sini yaitu pertemuan untuk
perrghitLgan amal. Berdasarkan firman Allah Ta'ala, "Wahai manusia!
Srrirggutiya lumu telah betceria lceras menuiu Tuhanmu, mala knmu alun
*rn iufNya.Mala adapun orang yang catatanya diberilan dari sebelah
kanannya." (QS. Al-Insyiqaq: 6-71221
Dan yang dimaksud dengan pertemuan bukanlah berbangkit.
Sebab mengenai berbangkit Nabi'shallallahu Alaihi wa Sallam telah
menyebutkannya secara jelas setelahnya, "Dan beriman kepada hari
berbangkit." Hari berbangkit yaitu hari dikeluarkannya semua ma-
nusia dari kubur mereka.
Perkataan lelaki yang bertanya kepada Rasulullah, "APa itu Is-
Lari.-t?" Beliau menjawab, "Islam adalah engkau menyembah Allah se-
mata dan tid.ak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang Iain." Di
sini tid.ak disebutkan rukun syahadat bahwa Muhammad adalah Ra-
sul Allah. Sedangkan syahadat tidak ada ilah yang berhak diibadahi
d.engan sebenamya melainkan Allah terkandung dalam ucapan be-
liau, ,,Engkau menyembah Altah semata dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu Yang lain."
sabda Nabi, "Menegalclan shalat,membayar zakat yang diwajiblan dan
mengerjalun puasa Ramidhan." Dalam ucapannya tidak disebutkan haji'
Bukti yang menunjukkan bahwa ibadah haji tidak disebutkan adalah
redaksi had.its yang komplit dalam riwayat Muslim Rnhimahullah'
Pertanyaan lelaki itu, ,,Apa itu ihsan?,, Nabi menjawab, ,,Engkau
beriman kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. ]ika engkau
tidak bisa melihat-Nya maka sesungguhnya Dia dapat melihatmu'"
sebagaimana diketahuibahwa kita tidak mungkin dapat melihat Allah
(di ,cl'unia). Berdasarkan hal ini maka perkataan beliau, "]ika engkau
tidak bisa melihat-Nya." Maksudnya adalah jika engkau tidak beriba-
dah kepada-Nya seolah-olah engkau metihat-Nya, maka sesungguh-
nya Dia bisa melihatmu.
Ada dua tingkatan Ihsan'
. Tingkatan pertama: engkau beribadah kepada A[ah dengan
peritadahan yang mengandung permohonan. Tingkatan ini ter-
tandung dalam ucapan beliau, "seakan-akan engkau melihat-
22\ Dibaca dengan nashab (al-ayata), bisa karena menjadi Tnaful
bih dai fil yang
-- dib,r"r,g di taqdir-nya: limit al-ayata (sempumakanlah ayat ini!), atau karena
dihilanfkannya'hurui Wafadh, yaitt_ ila atchirl al-ayat. Perhatikanlah hal ini baik-
baikl Kirena ikan sering kita temukan nantinya'
200 €msu,iittH>
Nya." Karena barangsiapa melihat yang ia cintai, tentunya ia me-
minta kepadanya.
. Tingkatan kedua: engkau beribadah kepada Allah dengan peri-
badahan yang mengandung rasa takut. Berdasarkan ucapan be-
liau, "]ika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
melihatmu." Artinya engkau tidak mungkin tuput dari-Nya.
Pertanyaan orang itu selanjutnya, "Bilakah Hari Kiamat tiba?"
Nabi menjawab, "Yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang ber-
tanya." Maksudnya aku tidak memiliki ilmu tentangnya, dan engkau
pun tidak memiliki pengetahuan tentangnya.
Perkataan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Aku alcnn mem-
beritahulan kepadamu tanda-tandanya." Dalam lafazh riwayat Muslim
disebutkan bahwa |ibril-lah yang bertanya kepada Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam, "Beritahukanlah kepadaku tanda-tand anya1"222 Kata
al-asyrath berrrakna tanda-tanda.
Perkataan beliau, "likn budak telah melahirlan majilunnyl," Para
ulama berkata, "Maksudnya jika seorang budak wanita digauli oleh
majikarurya lalu melahirkan seorang anak, maka anak yang dilahir-
kan tersebut menjadi merdeka dan menjadi bagian dari majikannya.
Maka anaknya itu menjadi majikannya karena ayahnya merupakan
majikarurya.
Hanya saja kendati makna ini benar bila ditinjau dari sisi lafazh-
nya, akan tetapi dari sisi makna merupakan hal yang tidak dianggap
ganiil.Karena setiap budakwanita yang memberikan anak kepada ma-
jikannya maka anaknya menjadi orang yang merdeka. Namun mereka
mengatakan, "Hal ini sudah cukup untuk menegaskan bahwa anak ini
menjadi pemiliknya, yaitu penguasanya, rajanya atau sejenisnya. Dan
ungkapan ini merupakan kinayah bahwa jumlah budak wanita hasil
tawanan perang amat banyak.
Al-Hafizh Rahimahullah berkata dalam Al-Fath (I/ 121), "Perkataan
Nabi .r.rJ; r5l (apabila budak wanita telah melahirkan). Penggunaan
kata'idzaa' (apabila) di sini untuk mengisyaratkan bahwa peristiwa ini
benar-benar akan terjadi.
222 lil merupakan lafazh riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu. Adapun lafazh ri-
wayat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu maka tidak jauh berbeda dengan lafazh
Al-Bukhari yang kami cantumkan di atas. Yaitu Nabi Slwllallahu Alaihi wa Sallam
berkata kepada Jibril, "Aku akan beritahukan kepadamu tanda-tandanya."
€'ffiffi,&
Dilihat dari artinya perkataan ini merupakan penjelasan tentang
tanda-tanda Hari Kiamat. Taqdir kalimat tersebut adalah, "Budak
yang melahirkan tuannya, Para gembala berlomba-lomba mendirikan
bangunan."
Kemudian Al-Hafizh Rnhimnhullah betkata, "Perkataan Nabi
q') L\\ c.,nj sy
" Apabila budak telah melahirlan tuannya"
Dalam kitab tafsir diriwayatkan dengan lafazh:' W.3 " , demikian
pula dalam hadits Umar. Begitu iuga yang tercantum dalam riwayat
Muhammad bin Bisyr, kemudian ditambahkan, "Yakni budak-budak
wanita hasil tawanan perang." Dalam riwayat Umarah bin Al-Qa'qaa'
disebutkan, "jika engkau lihat kaum wanita melahirkan tuannya."
Demikia pula disebutkan dalam riwayat Abu Farwah, dan dalam
riwayat Utsman bin Ghiyats disebutkan dengan lafazh, "]ika budak-
budak wanita telah melahirkan tuan-tuar1nya." Dalam bentuk jamak.
Yang dimaksud dengan kata 'Rnbb'adalah tuan atau juragan.
Para ulama dari dahulu sampai sekarang berselisih pendapat ten-
tang maksud sabda nabi tersebut.
Ibnu Tien berkata, " Ada tuiuh pendapat dalam menaftirkan sabda
Nabi tersebut." Kemudian ia menyebutkan ketujuh pendapat itu, Na-
mun pendapat-pendapat yang disebutkarurya itu hampir mirip satu
sama lain. Setelah diteliti ulang temyata hanya ada empat pendapat,
yaitu:
Pertama: Al-Khaththabi berkata, "Maknanya adalah perluasan wi-
layah Islam dan keberhasilan kaum muslimin menguasai negara syirik
sekaligus menawan penduduknya. Apabila seseorang memiliki budak
wanita, lalu ia menggaulinya hingga melahirkan anak, maka anak itu
kedudukannya bagaikan tuan bagi ibunya, sebab anak itu adalah anak
tuannya."
An-Nawawi berkata, "hti merupakan pendapat mayoritas ulama."
Saya katakarl "Akan tetapi masih perlu diteliti lebih jauh lagi be-
tulkah itu yang maksud dalam sabda Nabi itu? Karena Penguasa-
an dan pemilikan budak-budak wanita sudah ada sejak dahulu.
Demikian pula penguasaan negara-negara musyrik, menawan Pen-
duduknya dan menjadikannya sebagai budak kebanyakan hal itu
201
202 €iltfitt,iml'l&
sudah terjadi di masa awal Islam. Sementara sabda Nabi di atas
mengisyaratkan perkara yang belum terjadi dan akan terjadi menje-
lang hari Kiamat. Dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa Imam
Waki'menafsirkannya lebih spesifik lagi dari tafsiran di atas.
Ia berkata, "Maksudnya adalah orang-orang Ajam (non-Arab) me-
lahirkan orang-orang Arab. Sebagian ulama menafsirkannya budak-
budak wanita melahirkan tuan-tuannya. Budak wanita yang menjadi
ibu itu statusnya adalah rakyat jelata, sementara tuannya adalah pe-
mimpin mereka. Lri adalah tafsiran yang dikemukakan oleh Ibra-
him Al-Harbi. Dahulu di masa awal Islam, pdtd pemimpin menolak
menyetubuhi budak wanita, mereka berlomba-lomba mendapatkan
wanita-wanita yang merdeka. Kemudian keadaannya menjadi berba-
Iik seratus delapan puluh derajat, terutama pada masa pertengahan
Daulah Bani Abbas. Akan tetapi riwayat denganbenbtkmuanna* (WJ)
tidak mendukung penafsiran tersebut.
Sebagian pensyarah menjelaskan bahwa penyebutan tuan bagi
anak yang dilahirkan budak wanita adalah penyebutan secara majazi.
Sebab anak tersebut merupakan penyebab merdekanya ia dari perbu-
dakan dengan kematian ayahnya (tuan yang telah menghamihy").
Oleh karena itu ia disebut tuan.
Sebagian pensyarah menyebutkan, "Hal itu terjadi saat budak-
budak wanita jumlahnya semakin banyak. Seorang anak yang masih
kecil ditawan, kemudian ia dimerdekakan. Setelah beranjak dewasa
dan setelah menjadi pemimpin, ia menawan ibunya sendiri atau
membelinya sedang ia mengetahui bahwa itu adalah ibunya atau
tidak mengetahuinya, lalu ia menjadikan ibunya sebagai budak, atau
menyetubuhinya atau memerdekakannya lalu mengawininya. "
Dalam sebagian riwayat disebutkan, qk. L\t jli ii lseorang budak
wanita telah melahirkan suaminya) riwayat ini dikeluarkan oleh imam
Muslim lalu dibawakan kepada tafsiran di atas. Ada yang mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan al-ba'i adalah tuan, tafsiran ini lebih
tepat karena bersesuaian dengan riwayat-riwayat lain."
Kedua: Maksudnya para tuan menjualummu walad (budak wanita
yang dihamili tuannya hingga melahirkan anak). Praktek ini kemudian
menjamur sehingga budak-budak wanita itu dibeli oleh anak-anaknya
sendiri sementara anak itu tidak mengetahuinya. Berdasarkan tafsir
i.i, yang menjadi tanda hari Kiamat adalah kejahilan manusia ketika
€'ffiffi,p
itu bahwa menjual ummu walad haram hukumnya. Atau yang menjadi
tandanya adalah melecehkan hukum-hukum syariat.
Jika ada yang mengatakan, "Masalah menjual ummu walad adalah
masalah yang masih diperselisihkan, tidak bisa dijadikan sebagai salah
satu tanda hari Kiamat. Sebab bagi pihak yang membolehkarmya, ten-
tu itu bukanlah kejahilan atau bentuk pelecehan syariat."
Kami katakan, "Namunbisa dibawakan kepada bentuk yang sudah
disepakati, yaitu menjual ummu walad dalam keadaan hamil. Perbua-
tan itu haram hukumnya berdasarkan ijma'ulama."
Ketiga: Hampir sama sePerti di atas. An-Nawawi berkata, "Bukan
hanya dalam bentuk anak membeli ibunya yang berstatus ummu wa-
tad. Tapijuga dalam bentuk lain seperti seorang budak wanita yang
melahirkan anak-anak yang merdeka (tidak berstatus budak) dari
hubungannya dengan orang lain selain tuannya, melalui hubungan
nikah atau lewat perzinaan. Kemudian budak wanita itu dijuaf dan
setelah berpindah dari satu tuan ke tuan yang lain akhirnya budak
wanita itu dibeli oleh anaknya sendiri.
Tafsiran ini tidak bertentangan dengan tafsiran yang disebu-
kan dalam riwayat Muhammad bin Bisyr yang menyebutkan bahwa
maksudnya adalah budak-budak wanita hasil tawanan Perang, sebab
tafsiran itu merupakan pengkhususan tanpa berdasarkan dalil.
Keempat: Maksudnya adalah merebaknya kedurhakaan anak ter-
hadap orang tua mereka. Anak memperlakukan ibunya laksana budak,
seperti melecehkan, memaki, memukul dan memperbudaknya.
Lalu anak-anak durhaka itu disebut tuan secara maiazi.
Atau yang dimaksud dengan kata ar-rabb adalah adalah murabbi,
sehingga penggunaan kata ar-rabb dalam hadits di atas adalah pen-
gunaan secara hakiki.
Menurutku tafsiran inilah yang paling tepat, karena kandungan
maknanya sangat umum. Dan juga konteks hadits tersebut menunjuk-
kan bahwa maksudnya peristiwa yang akan terjadi di samping me-
nunjukkan keadaan yang rusak dan dianggap aneh'
Intinya adalah isyarat bahwa menjelang hari Kiamat akan terja-
di perkara yang bertolak belakang dengan kebenaran. Tuan menjadi
budak dan orang-orang bawahan menjadi pemimpin. Hal ini selaras
dengan tanda hari Kiamat lainnya, yaitu orang-orang yang miskit pa-
pa menjadi pemimpin dunia.
203
204 €r*ttiHl'rp
Catatan:
Pertama: An-Nawawi berkata, "Hadits ini tidak bisa diangkat
menjadi dalil haram atau tidaknya menjual ummu walad. Sungguh
keliru orang yang mengangkat hadits ini menjadi dalil dalam
masalah tersebut. Sebab, sesuatu yang dijadikan sebagai tanda ba-
gi perkara yang lain tidak menunjukkan bahwa hal itu dilarang
atau dibolehkan."
Kedua: Penggunaan kata ar-rabb untuk makna tuan atau pemilik
yang tersebut dalam hadits di atas dan penggunaan kata ar-
rabb dalam hadits lain yang berbunyi, "langanlah engkau kataknn,
"Hidanglanlah makanan buat rabbmu, nyalalanlah lampu buat rabbmu,
hidanglunlah minuman buat rabbmu! Tapi hendaklah engkau katakan,
"Sayyidi (tuanht) atau maulaku." Hadits ini shahih diriwayatkan
dalam kitab Shahih.
Kedua penggunaan di atas dapat digabungkan sebagai berikut:
Penggnnaan kata ar-rabb di sini adalah penggunaan hiperbolis (ucapan
yang bersifat berlebih-lebihan), atau yang dimaksud dengan kata ar-
rabb disini adalah murabbi, sementara yang dilarang adalah pengguna-
an kata as-sayyid, atau larangan tersebut jatuh setelah itu, atau lara-
ngan itu tertuju secara khusus kepada selain Rasulullah Shallallahu
Alaihiwa Sallam." Hingga di sini penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahi-
mahullah.
Yang benar tidak sebagaimana yang disebutkan oleh An-Nawawi
Rahinuhullah, karena perkataan'hidangkanlah makanan buat r abb-mu'
berbentuk khithab (orang kedua yang langsung diajak bicara -peni.),
sementara perkataan beliau Shallallahu Alnihi wa Sallam dalam hadits
yang lain, yaitu. rabbafta berbentuk ghaibah (orang ketiga -peni.) Seba-
gaimana diketahui bahwa apabila engkau berkata kepada seseoran&
"Rabbaka (rabbmu)" maka perkataanmu itu merendahkan keberadaan-
nya di satu sisi, dan pada sisi yang lain memberikan pengertian bahwa
rabb ini lebih mulia dari mukhathab (orang kedua yang menjadi lawan
bicara). Akan berbeda maksudnya jika engkau mengatakan, "Budak
melahirkan rabbnya." Karena engkau tidak sedang berbicara kepada
seseorang mengenai hal itu, hingga dalam perkataan tersebut ada me-
ngandung khithab dengan kafarabbmu. Dan ini sudah jelas.
Contoh lain yang lebih dekat untuk menjelaskan perbedaan terse-
but adalah larangan yang terkandr^g dalam sabda Nabi Shallallahu
€,ffiffi,p 205
Alaihi wa Sallam, "Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghen-
dakj."zts Dan perkataan, "semoga A1lah mengampuni dosamu, jika
Allah menghendaki." Perkataan kedua tidak sama dengan perkataan
pertama (maksudnya), dan tidak bisa dikiyaskan kepadanya karena
bentuk kalimabrya adalah khithab.
Ada satu penafsiran lagi yang menurutku tidak disebutkan oleh
Al-Hafizh (Ibnu Hajar) tentang sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Budak wanita melahirknn rabb (tuan)nya." Ucapan Nabi tersebut me-
ngandung makna al-jins (jenis). Maksudnya budak wanita itu bukan
ibu yang sebenamya, akan tetapi maksudnya adalah para budak wa-
nita melahirkan anak-anak par a raja, terlepas dari merek a meniadi r abb
(tuan) bagi wanita yang melahirkannya. lnilah makna yang sesung-
guhnya, yaitu budak wanita melahirkan seorang anak yang kelak
menjadi seorang raja. Dengan demikian makna ucaPan beliau di atas
adalah al-jins, bukan pada sosok wanita yang dibicarakan tersebut.
Dan contoh seperti ini banyak disebutkan dalam ungkapan bahasa
Arab, dan memang yang dimaksud dengannya adalah al-jins (jenis)
seperti firman Allah Ta'ala, "Dialah yang menciptalan lcnmu dari iiwa yang
satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar di^a me-
rasa senang kepadanya. Mala setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung
lundungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waWu).
Kemudinn ketila dia merasa berat,l<eduanya (suami-istri) bermohon kepada
Allah.' (QS. Al-A'raf: 189)
Yang dimaksud dalam ayat di atas ialah al-iins (jenis) bukan al:ain
(substansi). Oleh sebab itu tidak benar bila dikatakan bahwa ayat ini
diturunkan kepada Adam dan Hawa'. Sesungguhnya yang dimaksud
dengan 'telah menciptakan kalian dari jiwa yang satu' ialah dari jenis
yang sama, dan yang dimaksud dengan 'dan menciptakan darinya
pasangannya'yaitu menciptakarutya dari jenis yang sama'
Perkataan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, 'lika para Penggem-
bala unta telah berlomba-lomba mendirikan bangunan." Ungkapan ini me-
223 Larangan ini disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari Ra-
himahiltah (6339, 74m dan Muslim (2679) (9) dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu. laberkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa S allam bercabda,
Arab hadits hal. 148
"Janganlah salah seorang di antara kalian berkala, "Ya Allah, ampunilah aku
jika Engkau menghendaki! Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau menghendaki!"
Hendailah ia bersungguh-sungguh dalam berdoa! Karena sesungguhnya Allah
melakukan apa saja yang dikehendakiNya dan tidak ada yang dapat memaksa-
Ny"."
206 €r*tmmr&
rupakan htnyah (kiasan) tentang harta benda yang melimpah, dan
menerangkan bahwa para penggembala yang miskin -sebagaimana
yang tercantum dalam laf.azh Muslim, "Engkau melihat oranS-or:Ing
yang tidak beralas kaki, telaniang dan miskin."- akan berlomba-lomba
mendirikan bangunan. Hadits ini seolah-olah (menunjukkan) akan
terjadi berbagai penaklukan yang sekaligus merupakan tanda-tanda
hari Kiamat.
Dan persesuaian (antara terjadinya berbagai penaklukan dengan
tanda-tanda hari Kiamat -Pmi.) yang terkandr.g dalam ucapan be-
liau tersebut sangat jelas. Sebab terjadinya banyak penaklukan mengin-
dikasikan bahwa suatu perkara telah sampai kepada puncaknya. Dan
segala sesuatu di dunia yang mencapai puncahy", maka ia akan turun
(teriadi).224
Hadits di atas mengandung pemutlakan lafazh rabb2s kepada se-
lain Allah, dan hal ini banyak ditemukan. Di antaranya sabda Rasu-
lullah Shallallahu Alaihi wa Sall.am tentang unta yang tersesat,"Biarlan'
lah dial la membawa tempat airnya sendiri, ilan alas lukinya smdiri, la bisa
manilatangi tetnpat air dan bisa malan deilaunan sam7ai tuannya moTemu-
lannya."226
Perkataan beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Termaluk lima perlara
yang hanya diketahui oleh Allah." Maksudnya pengetahuan mengenai
hari Kiamat terkandr.rng dalam lima perkara. Huruf fii di sini meru-
pakan zharhyyah, artinya dalam kandungan lima perkara yang tidak
ada yang mengetahuinya selain Allah.
KemudianNabi Shallallahu Alaihiwa Sallam membaca ayat, "Sesung-
guhnyahanya di sisi Allah ilmu tuttang haikiamat." (QS. Luqman: 34)
224 l^r merupakan kalimat yang kurang begitu jelas terdengar pada kaset rekamary
akan tetapi konteksnya mengarah kepada aPa yang telah kami tetapkan
225 Tidak diragukan lagi bahwa maksud Syaikh Utsaimin Rnhimahullah menyatakan
bolehnya pemutlakan kata rabb kepada selain Allah adalah ketika kata tersebut
menladi iudhaf saja, sebab pemutlakan lcata rabb tanpa idhafah merupakan-_ke-
khuiusan AllaiTa;ala dan bila ndak di-idhafah-kan maka ia termasuk nama Allah,
berdasarkan kesepakatan ulama Salaf.
Silahkan melihat juga Al-Fath N / 180)
Faedah: dalam Ai-Qur'an kata rabb tidak disebutkan kecuali sebagai mudhaf,yang
disebutkan sebagai mudluf hanya ada di dalam As-Sunnah. Di antaranya-sabda
Nabi ShattallatruAtaihi wa Sallnm, "Siwak dapat mmrbersihh,an mulut dan mendatang-
lcan lceridhaan Rabb ( Alkh)."
fuga sabdanya Slullallahu Alaihi wa Sallam, "Ketohuilah sesungguhnya aht dilarang
*i*boro Al-Aur'an t<etil<a rukuk atau suiud. Adapun l<ctikn ruhtk maka agungkanlah
Rabb Allah) ! " Al-Hadits'
226 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2438) dan Muslim (lll/ 1349) (L722) (5)
..€,ffiti,& 207
Kelima perkara tersebut seluruhnya merupakan perkara-perkara
mn'lumat kecuali firman-Nya 'dan menurunkan hujan'- Ini termasuk
perkara yang maqduraat bukan ymrg ma'lumat. Sebab Allah tidak me-
nyebutkan, "Dan Ia mengetahui tururtnya hujan." Tetapi mengatakary
"Dan Dia menurunkan hujan." Karena jika Allah Subhanahu wa Ta'ala
yang memiliki kekhususan untuk menurunkan hujan maka Dia pula
yang memiliki kekhususan untuk 4engetahuinya.
Dalam ayat tersebut Allah menyebutkan, "DAn Dia yang menurun-
lan hujan." (Disebutkan demikian) karena ungkapan tersebut Paling
komprehensif tentang manfaat yang diberikan oleh hujan. Sebab bila
hanya disebutkan bahwa Allah mengetahui (kapan) turunnya hujan
maka manusia tidak mengambil faedah dari ungkapan tersebut. Akan
tetapi mereka akan mengambil faedah dari turunnya hujan itu sendiri.
Maka turunnya hujanlah yang darinya mereka dapat memperoleh fae-
dah, berbeda haLrya mengetahui kapan hujan itu turun.
Firman Allah TA'Ala, "sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang
hari kiamat." (QS. Luqman: 34)
Dan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hanya berperan menyam-
paikan peringatan. Adapun perkataan orang Barat yang mengata-
kan bahwa hari Kiamat akan terjadi pada akhir Abad ke-20 maka
orang itu pendusta dan tidak boleh diyakini. Karena mustahil Allah
menyembunyikan informasi kapan terjadinya hari Kiamat dari malai-
kat Jibril dan Muhammad Alaihimassalam, laht' memberitahukannya
kepada orang kafir yang sesat!
Hal ini menunjukkan kebodohan mereka sendiri. Saya telah sam-
paikan kepada kalian beberapa hari menjelang akhir tahun kemarin,
bahwa saya pernah membaca satu halaman penuh sebuah surat ka-
bar tentang seorang wanita peramal. Ia mengatakan, "Berdasarkan fe-
nomena global yang terjadi pada tahun kemarin maka tahun ini akan
terjadi peristiwa turun tahtanya seorang Penguasa besar di negara-
negara Arab dan menyerahkannya kepada orang lain. Akibabrya ber-
munculanlah berbagai praduga yang tak beralasan. Namun ternyata
apa yang diramalkan wanita peramal tersebut tidak terjadi sama sekali.
Ini membuktikan bahwa para peramal adalah orang-orang pendusta.
Firrran Allah Ta'ala, "Dan Dia menurunknn huian." Yaifu hujan
yang mengandung al-ghaits. Al-ghaits adalah air hujan yang dapat
menumbuhkan tanaman. Sebab ada hujan yang bila turun dapat me-
208 €msttixfrr'r&.
numbuhkan tanaman dan ada yang tidak menumbuhkan tanaman.
Sebagai disebutkan dalam Shahih Muslim bahwa Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, "Musim kernarau bulanlah musim hujan tidak
turun lcepada kalian. Namun musim kemarau adalah musim turunnya hujan
kepada kalian hanya saja ia tiilak menumbuhlcan ttnaman."zz7
Sunggrfi tepat ucapan Rasulullah Slnllallahu Alaihi wa Sallam.Mtt-
sim kemarau bukanlah musim kita tidak mendapat curahan hujan. Mu-
sim kemarau adalah mwim kita mendapatkan curahan hujan hanya
saja tidak menumbuhkan tanaman. Peristiwa ini terkadang memang
terjadi. Adakalanya hujan turun dengan derasnya namun tanaman
tidak tumbuh, dan adakalanya hujan yang turun hanya sedikit, tapi
ternyata dapat menumbuhkan tanaman.
Firman Atlah Ta'ala, "Dia mmgetahui ada yang ada di dalam rahim."
Al-arham merupalun bentuk plural ilari ar-rahim, yaitu tmryat janin di da-
lam perut ibunya, Disebut rahim karena lcpterilutannya dengan si janin ada-
lahketerikatan yang mengandung lasih sayang dan perlindungan. Oleh sebab
itulah Allah Yang Maha Mengetahui, Mahaadil dan Maha Mmgenal me-
nutupinya dengan tiga lapisan. Allah Subhanahu berfirman, "Dia menjadi-
knn lcamu dalam perut ibumu lcejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan."
(QS. Az-Zumar:5)
Dan Allah menciptakan benda yang menemani si janin adalah
air y#g lengket ,"p"rti lem, encer din dinamis seperti air raksa agar
tidak meletihkan si janin di dalam perut ibunya. Sebab ibu yang me-
ngandungnya senantiasa bergerak ke sana kemari, tidur, berdiri dan
duduk. Kalaulah bukan karena air ini -dengan izin Allah- sifatnya lu-
nak dan mudah, niscaya wanita hamil tidak akan pernah bisa beristi-
rahat.
Kemudian (Altah tetapkan) bagian punggung si janin menghadap
ke perut ibunya, sedangkan wajahnya menghadap ke punggung sang
ibu. Ini juga merupakan kelembutan sifat Allah 'Azza wa lalla.
Selanjutnya, ketika Allah berkbhendak wanita hamit tersebut me-
lahirkan, maka timbullah tlulq yaitu rasa sakit akibat pergerakan janin
yang hendak lahir. Ia bergerak agar posisi kepalanya turun ke bawah
sehingga kepala dahulu yang keluar setelah itu baru kedua kaki.
Sekiranya ia keluar dalam posisi pertamanya saat masih berada di perut
ibunya niscaya kedua kakinyalah yang keluar pertama sekali. Namun
sesungguhnya Allah Maha Bijaksana.
227 Aiwayatkan oleh Muslim (2%4) (M)
€'ffiffi,& 209
Maka si janin dapat keluar dengan mulus. Sekiranya kedua ka-
ki.yu yang terlebih dahulu keluar, niscaya kedua tangannya akan
sulit keluar dan keadaan ini amat berbahaya bagi si bayi dan si ibu.
Tetapi Mahasuci ZatYangMaha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Allah 'Azza wa lalla yang menggerakkannya dengan pergerakan
seperti itu di dalam perut ibunya sampai ia bisa terlahir dalam kea-
daan normal.
Firman Allah Ta'ala, "Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim."
Mencakup pengetahuan tentang jenis kelamin bayi, laki-laki atau pe-
rempuan. Allah mengetahuinya sebelum menciptakannya, dan tidak
ada tahu selain Allah Subhannhu wa Ta'ala. Oleh sebab itu malaikat
yang diberi tugas di dal.am rahim meminta izin kepada Rabbnya
'Azza wa lalla denganberkata, "Ya Rabbi, taki-laki atau PeremPrrarr?"zze
Jika ternyata janin tersebut adalah lelaki atau peremPuil, malaikat
ini telah mengetahuinya sebelum terlahir. Dan manusia saat ini bisa
mengetahui jenis kelamin ianin melalui berbagai media tertentu. Mes-
kip,* demikian mereka tetap tidak mamPu untuk mengetahuinya
sebelum itu.
Kemudian kita katakan bahwa sesungguhnya pengetahuan yang
berhubungan dengan apa saja yang ada di dalam rahim/ tidak hanya
khusus menyangkut jenis kelamin janin semata, bahkan beberapa
perkara lainnya.
Pertama: Apakah ia akan terlahir dalam keadaan hidup atau mati?
Tidak satu or