Syarah sahih Al Bukhari 3

 


iriwayatkan oleh Muslim (Il/ 701) (157) (60)

€,[[if,,p

Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Sebagaimana ia benci

dicampakkan lce dalam api. "

Betapa banyak manusia yang ketika ditawarkan kepadanya un-

tuk memilih antara kekufuran atau dicampakkan ke dalam api, Ialu

temyata mereka lebih memilih untuk dicampakkan ke dalam api. Ini

menunjukkan bahwa mereka merasakan manisnya iman. Akan tetapi

dikatakan, "sekiranya seseorang dipaksa untuk kufur atau dicampak-

kan ke dalam api, apakah ia boleh kufur?"

]awabannya ya, ia boleh kufur dengan lisannya saja berdasarkan

firman Allah Ta'ala, "Kecuali orang yang dipalcsa kafir padahal hatinya tetap

tenang dalamberiman (dia tidakberdosa)." (QS. An Nahl: 105)

75

€ro&

,';i$, + :qit i;tt q\

Bab Salah Satu Tanda Keimanan Adalah Mencintai Kaum

Anshar

/ lr * J rr *r 6,?i J$ Id Gk iG qtt ;.i c"r;.1v

9G.,{r 

'^,i iG '#3 *'it ;; C, y t*\ .* iu p

,v:ii .* g.;;:.,6: ru;it,.2

17. Abul Walid telah menceritalun lcepada lami, ia berlata, "Syu'bah telah

menceritalan kepada kami, ia berlcata, "Abdullah bin Abdullah bin Jabr

telah menceritalun lcepadnlumi, in berluta, "Saya telah mendengar Anas

bin Malik meriwayatlun ihri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

bahwa belinu bersabdn, "Tanda lceimanan adalah mencintai kaum Anshar

dan tanda lcemunafikan adalah membenci laum Anshar."8z

[Hadits ].7- tercantum juga pada hadits nomor: 3784)

Syarah Hadits

Nabi S/rallallahu Alaihi wa Sallam, "Tanda lceimanan ..... dan tanda

lcemunafikan,.,." makna kata ayat di sini adalah tandanya.

Ucapan beliau mengandung dalil bahwa keimanan memiliki tan-

da, begitu juga halnya dengan kemunafikan.

Perkataan beliau juga mengandung dalil bahwa mencintai kaum

Anshar merupakan salah satu cabang keimanan, dan pemimpin dari

seluruh kaum Anshar (para penolong agama Allah) adalah kaum

Anshar yang hidup pada masa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.

82 Diriwayatkan oleh Muslim (l/ 85) (74) (128)

76

€,ffiffi,p

Kemudian ada juga berbagai kaum Anshar (penolong) lainnya,

hirggu pada umat-umat terdahulu. Sebagai contoh orang-orang Ha-

wariyynn yang berkata kepada Nabi 'Isa Alaihissalam, "Kamilah peno-

long (agama) Allah.' (QS. Ali'Imran: 52)

Intinya bahwa setiap yang mencintai Para Penolong (agama)

Allah, baik mereka itu pribadi tertentu atau memiliki sifat tertentu

seperti itu, maka mencintai mereka menunjukkan keimanannya.

Dan setiap yang membenci para penolong (agama) Allah, baik

mereka itu pribadi tertentu atau memiliki sifat tertentu seperti itu,

maka kebencian kepada mereka menjadi bukti kemunafikannya. Kita

berlindung kepada Allah dari hal itu.

*tilL;: A:g j$ &;'tt F +t,i';;ii6 .,ir ;iGk .\ 

^# 3r')& ar ,ri -';rl J) z;4,1f ir * il lt nG

;!,o

& * l' ,;; lnt iy, i,i 

^:;;sr 

4 dt ki ;'t t'rs.

ee tI tf r \ ii JG di6 iwi b'lq'u;i ie

u frre 1gp.,r;i: it ;s;i'ti tr,6; 't: rll'ti ryf r')

& i';:$ & ji,r 1 : -* e V,t Y fl.v)ii &*i

,il.t &i.:q qG

L8. Abul Yaman telah menceritakan kepada kami, ia berkata, "Syu'aib telah

mengabarkan kEada knmi dari Az-Zuhri bahwa i"a berkata, "Abu ldris

'Aidzullah bin Abdullah telah menceritakan kepadaku bahuta Ubadah bin

Shamit Radhiyallahu Anhu -salah seorang shahabat yang ikut serta dalam

peperangan Badar dan salah seorang peserta Baiat Aqabah- menceritaknn

bahwa Rasulullah Shallallahu Akihi wa Sallam bersabda, "Saat itu se-

jumlah shahabat duduk bersama beliau, " Berbaiatlah kepadaku supaya ka-

lian tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, tidak mencuri,

tidak berzina, tidak membunuh anak lulian, tidak mmdatangkan kedus-

taan yang diperbuat oleh tangan dan kaki kalian dan tidak mendurhakai

77

U3 X) iijr- '* ,"'nt d. E;,e-i It b avi ,y: i'r

;v iyr'^b6;t-s,hygr Jl *"iti';:- i Ei It b +vi

78 €ilffiffi't&

perlura ma'ruf! Barangsinpa menunaikan baiatnya mala pahalanya ter-

sedia di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Barangsiapa melahtkan salah

satu ilari perkara di atas lalu dijatuhi hukumnn atasnya di dunia malu

huhtman itu merupakan lufarah atasnya. Dan barangsiapa melahtkan

salah satunya lalu Allah mmutupi kejahatannya maka urusannya ter-

ssah kepadn Allah. lika berlcehendak mengampuninya mnlu Allah akan

moqampuninya dnn jil<n berlcehendak mengazabnya maka Allah akan

mengambnya." Lnht kamipun membaiat beliau atas perlara tersebut,"83

[Hadits ],8- tercantum juga pada hadits nomor: 3892,3893,3999,

4gg 4, 67 U, 680L, 687 3, 7 055, 7 L99, 7 2L3, dan 7 4681

Syarah Hadits

Kata al-mubaya'ah (membai'at) arti dasarnya adalah al-mushafahah

(berjabat tangan), sebab ia terambil dari kata al-baa' yar,,r9 artinya le-

ngan hasta. Biasanya mereka membai'at dengan menjulurkan tangan.

Sebagaimana Allah Ta'ala berfir:rtan, "Sesungguhnya merekn hanya ber-

janji setia k pado Allah, Tangan Alkh di atas tangan-tangan merela." (QS.

Al-Fath: t0)

|anji setia (bai'at) yang disebutkan dalam hadits di atas disebut

dengan bai'at kaum wanita, karena Allah Ta'ala berfirman, "Wahai

nabi! apabila perempuan-perempuan mukrnin datang kepadamu untuk me-

ngailalan ba{at (janji setia) bahwa mereka tidak akan mempersehttuhlan se-

suatu apapun dangan Allah.' (QS. Al-Mumtahanah: 12)

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Dan tidak mendurhakai

perlura yang ma'ruf."

Beliau tidak mengatakan, "Tidak mendurhakaiku." Sebab ungka-

pan'tidak mendurhakai perkara yang ma'ruf'lebih luas cakupannya,

karena artinya tidak mendurhakai Allah dan aku.

Sabda beliau, "Perlcnra yang ma'ruf," fangan disangka bahwa kata

ini memiliki pengertian tertentu, sehingga ada yang berkata -misalrya-,

"Akan tetapi durhakalah kepadaku dalam perkara yang mungkarl"

Karena mustahil Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan per-

kara yang mungkar. Namun ungkapan ini hanya untuk menerangkan

realita dan kondisinya, yaitu tidaklah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

memerintahkan kecuali perkara yang ma'ruf.

83 Diriwayatkan oleh Muslim (IIII 1333) (1709) (41)

€,ffiffi,p

Hal ini senada dengan firman Allah Ta'ala, "Wahai orang-orang yang

beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu pada

sesuatu y ang memberi lcchidupan, " (QS. An-Nahl: 24)

Ayat ini tidak memiliki kandtrngan pemahaman yang lain. Bukan

maksudnya, "lika ia menyeru kamu kepada sesuatu yang tidak mem-

berikan kehidupan kepadamu, maka ianganlah penuhi seruarutya!"

Tetapi untuk menerangkan sebuah realita dan kondisi, yaitu tidaklah

beliau menyeru kalian kecuali kepada perkara yang memberikan

kehidupan kepadamu.

Sama halnya dengan firman Allah Ta'ala yang berikut ini, "Wahai

manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-

orang yang sebelum knmu." (QS. Al-Baqarah: 21)

Ayat ini pun tidak memiliki kandungan pemahaman yang lain,

bukan maksudnya, "Janganlah kalian menyembah Rabb kalian yang

belum menciptakan kalian!" Namun untuk menerangkan sebuah rea-

lita dan kondisi bahwa Dia-lah semata yang menciptakan kalian.

Masalah ini harus benar-benar diperhatikan oleh seorang penuntut

ilmu. Dikalangan ulama qaid im disebut dengan al-qaid al-kasyif dan ash-

shifah al-lasyifah yang menerangkan sebuah realita dan kondisi.

Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Barangsiapa melahrlan

salah satu ilari perlara di atas lalu dijatuhi hukuman atasnya di dunin mala

huhtman itu merup akan lafar ah At asny a. "

Dari ucapan beliau ini para ulama mengambil (ketetapan) bahwa

had merupakan kafarah bagi dosa, artinya jika seseorang (terbukti)

melakukan perbuatan zina dan had ditegakkan kepadanya, maka

had tersebut menjadi kafarah baginya selama ia tidak melakukan zina

yang lain. Jika ia melakukan zina lainnya, maka ia perlu bertaubat atau

kafarah lain.

Sabda beliau, "Lalu dijatuhi hukuman atasnya di dunia."

Ini meliputi hukuman fisik yang berasal dari perbuatan makhluk

seperti hudud dan ta'zir, serta mencakup hukuman mental atau hu-

kuman fisik yang berasal dari Allah. Allah Ta'ala, "Dan Musibah apapun

yang menimpa lumu adalah knrena perbuatanmu sendiri, dan Allah mema-

afknn banyak ( dari kesalahan-lcesalahanmu)." (QS. Asy-Syura: 30)

Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Dan barangsiapa mela-

kulan salah satunya lalu Allah menutupi kejahatannya maka urusannya

terserah lcepada Allah, Jika berlcehendak mengampuninya mnkn Allah alan

79

80 €r*tmrur&

mengampuninya dan jila berlcehendak mengazabnya mala Allah aknn me-

ngaznbnya." Lalu kami membai'atnya atas hal itu.'

Keumuman ini bukanlah yang dimaksudkan, karena sabda beliau

4t :, (salah satunya) yang diisyaratkan mencakup perbuatan syirik

kepada Allah, padahal perbuatan syirik kepada Allah tidak termasuk

ke dalam ungkapan tersebut. Karena Allah berfirman, 'Allah tidak aknn

molgampuni dosa syirik (mempersehttuhknn Allah dengan dengan sesuatu)

dan Din motgampuni dosa selain itu bagi sinpa yang Dia kehendaki." (QS.

An-Nisa':115)

Dari keterangan ini dapat diambil faedah bahwa terkadang se-

buah ungkapan yang disebutkan secara umum, namun yang dimak-

sud adalah beberapa bagian dari keumuman tersebut, bukan semua

bagiannya. Dan dikalangan sejumlah ulama Fikih dan ulama Ushul hal

ini disebut dengan ,rAt :, i-li;ir luir (Ungkapan yang disebutkan

secara umum n:rmun yang dimaksud adalah yang khusus).

Hadits ini juga mengandung dalil bahwa pelaku kemaksiatan

adakalanya disembunyikan dan terkadang disingkapkan (kemaksia-

tannya) dan itu terjadi. Kadangkala Allah menutupinya, sementara ia

melakukan banyak sekali kemaksiatan dan tidak seorang Pun yang

mengetahuinya. Dan terkadang ia melakukan berbagai kemaksiatatU

sementara adakalanya oranS-orang mengetahuinya dari sisi keadaan-

nya, wajahnya dan perilakunya. Dan terkadang ia sendiri yang men-

ceritakan bahwa ia telah melakukan kemaksiatan ini dan itu.

Tidaklah seorang manusia melakukan sebuah kemaksiatan kecua-

li Allah pasti memperlihatkannya. Sebagaimana yang diutarakan oleh

Al-Hasan Al-Bashri Rnhimahullah, "Mrelalui lembaran-lembaran wajah-

nya dan kesalahan-kesalahan lisannya'"e Lalu ia mengucaPkan sebuah

perkataan yang menunjukkan kemaksiatan yang telah dilakukannya.s

Kami belum mendapati ucapan tersebut memang berasal dari Al Hasan Ra-

himahullah. Sementari Al Khathib Rahimahullah dalam Tariwt Baghdad (X/ 210)

dan Ibnu ,Asakir dalamTaiktr Dimasyq (xxxv/ 426) menisbatkannya kepada Al-

Manshur, salah seorang Khalifah Bani'Abbasiyah.

Ibnu Taimiyah Rahimahullalr menyebutkan atsar ini dalam Majmu' Al-Fatawa

(Xry/ 110),- dan Ibnu Katsir menyebutkannya dalam Tafsir-nya (IVl 205) dan

menisbatkannya kepada Utsman Radhiyalhhu Anh

Perkataan Zuheir bin Abi Sulma menyebutkan hal ini,

,,Bagaimanapun sebuah tabiat yang dikira seseorang bis tersembunyi dai orang banyak,

tetap kctahuan juga"

Dan perkataan penyair lainnya,

" Jikt buruk perbiatan seseorang t maka buruk puhlah perungluannyn

€,ffifli,&

Oleh sebab itu, seorang muslim harus sering mengucaPkan istighfar

dan memohon ampunan kepada Allah Ta'ala.

Dan per*ngkaan itu dibenarknn oleh kebiasaannya"

Silahkan melihat Bada'i' Al-Fawa'id (lll 482)

8l

€tr&

et ,3,4, a,-ilt q +6.

Bab Termasuk Ataran Agama Adalah Menghindar Dari

Fitnah-fitnah

#lt *i,,f')t*f *Yf1fu'J1r 3*$k.tq

et &ri$t r*:" ,rJ # yJ F'a;;:^; C i, ,rlt y

{)T;3i q; frv, ilu-'A, 

'v* lt 

,s;: jv jG 

^fr ^Y'At

Yi* Ptet;t )4t,-b;iA,&P p;3t)v'F

4'U

19. Abdullah bin Maslamah telah mencritalan kepada kami dari Malik dari

Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abi Sha'sha'ah dari

ayahnya dari Abu Sa'id Al-I(hudri ia berlata, "Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam bersabda, "Hampir tiba masanya sebaik-baik harta

seorang muslim ailalah lambing-lambing yang digembalalunnya di

puncak-puncak gunung dan tempat-tempat curalwnhujan, ia menjauhlun

diri dari fitnah larena menjalanlun ajaran agamanya."

Syarah Hadits

Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, 1p 'F 3k" 3l)

(Sebaik-baik ... kambing-kambing), Kata ghanam di-marfu' -kan karena

kedudukanya sebagai isim kana mu'akhkhar, sedangkan kata khair

adalah khabar muqaddam. Engkau juga boleh mengatakan F [)fJ- :,i

*1- ,l{lt Ju yaitu menempatkan katakhair sebagai bimluna dan kata

ghanaman sebagai khabamya.

82

€'[ffi'*p

Sabda beliau Shallatlahu Alaihi wa Sallam, (Jr...ir ,-t;a I (Puncak-pun-

cak gunung), yaitu gununS-gunung tertinggi.

Sabdanya Shatlaltahu Alaihi wa Sallam, t-W, eVi) ftempat-tempat

curahan hujan), yaitu tempat-tempat curahan hujan, seperti kebun-

kebun, jalan-jalan datar dan jalan-jalan gunung.

Sabdanya Shallatlahu Alaihi wa Sallam, "la meniauhlan diti dari fitnah

lar ena menj alanlan aj aran agamany a. "

Maksudnya jika ia bertempat tinggal di perkotaan dan perkam-

pungan dalam keadaan mengkhawatirkan keselamatan dirinya, maka

ia membawa pergi kambing-kambingnya menuju puncak-puncak gu-

nung, tempat-tempat banyak curah hujan, menjauhkan diri dari fitrah

karena menjalankan ajaran agamanya.

Sabda beliau Shallallahu Alaihiwa Sallam, "Hampir tiba masanya."

Yakni dekat, dan ini sudahpemah terjadi padazaman fitnah antara

AIi bin Abi Thatib dan Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiyallahu Anhu

ma dan setelahnya. Sesungguhnya di antara kamu muslimin ada yang

mengasingkan dirinya, dan menjauhi semua fitnah itu.

Hadits ini menjadi sumber dalil wajibnya seorang muslim untuk

memelihara agamanya sebelum menjaga kekayaan materinya, karena

boleh jadi kekayaan materi menyebabkan kebinasaan.

Oleh sebab itu, wahai orang Islam, engkau harus memiliki antusias

untuk memelihara agamamu, kendati engkau hidup di negeri-negeri

terpencil antara tempat-temPat PengSembalaary pepohonan, bebatuan

dan bersama kambing-kambing.

83

€rzb

,p{i;rt ttiliy n<li;i u {: *'h,

{ ;(rE 4,i \€4tt"f.r'r} J6t !, 1F.#r

Bab Sabda Nabi Shollollohu Aloihi wo Sollom, 'Aku Adalah

Orang Yang Paling Tahu Tentang Allah." Dan bahwasanya

ma'rlfah itu merupakan amalan hati, berdasarkan firman Allah,

'Alloh tidok menghukum ksmu koreno sumpohmu yong ttdok

komu sengojo, tetopl Dlo menghukum komu koreno niot yong

terkondung dolom hotlmu.' (QS. Al-Baqarah: 225)

& #")? qs'

t;,. .Jr;(r.i! ir 3l I'

"cr.G * y,i ,r tV * i* *#i i6 pJ :; 3v-t ri-r;. r .

)- c / Ir o ( t

#;i #;i tiL (v) * )tt ,v* lt Ji: ot< ,tv:,

;,,*At i';:. ;* ,';+ ib vi 4t U(* v C';r

,;i rr, #iicfi,\3aFy,

20. Muhammad bin Salam telah menceritalan krpada lami, ia berlata, "'Ab-

dah telah menceritaknn kepada kami dari Hisyam dari ayahnya dari Ai-

syah Radhiyallahu Anha ia berknta, "Apabila Rasulullah memerintah-

lun sesuatu malu yang beliau perintahkan itu pastilah amalan yang

sanggup mereka lakukan. Mereka lalu berlata, "Wahai Rasulullah, kea-

daan kami tidaklah sebagaimana l<zadaan engluu, sesungguhnya Allah

telah mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang."

Mendengar itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam marah hingga

kelihatan rona kemarahan pada wajah beliau kemudian beliau berkata,

84

€,ffi'ffi&

"Sesungguhnya orang yang paling bertakwa dan paling tahu tentang

Allah dnripadakalian adalah aku,"

Syarah Hadits

lni termasuk perkara yang tidak diragukan lagi. Rasulullah Shallalla-

hu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling tahu tentang Allah dari-

pada kita. Dan jika beliau adalah orang yang paling tahu tentang Allah

daripada kita, maka beliau merupakan orang yang paling mantap ke-

imanannya daripada kita. Karena setiap kali ma'rifah kepada Atlah

menguat, niscaya keimanan kepada-Nya juga menguat.

Yang dimaksud di sini ialah ma'rifah yang didasarkan kepada

pengagu{rgan dan penghormatary bukan ma'rifah yang didasarkan

kepada pendiagnosaan, pembagian dan hal-hal lain yang terkadang

terjadi di kalangan sejumlah penrlntut ilmu. Jika disebutkan kepa-

da mereka sifat-sifat A1lah, maka mereka pun mulai membedahnya

seperti membedah jasad seorang manusia -kita memohon semoga

Allah menyelamatkan kita dari perbuatan demikian-. Perbuatan ini

bukarmya menambah keimanan hati. Bahkan apabila engkau merujuk

kepada keimanan orang-orang seperti itu, niscaya engkau mendapati

bahwa keimanan orang yang lemah lebih kuat dari mereka dan lebih

baik dalam memberikan pengagungan.

Maka yang dimaksud di sini yaitu ma'rifah yang didasarkan kepa-

da kecintaan, pengagmgary penghormatan, rasa takut kepada Allah

'Azza ua lalla danpenghormatan terhadap keagungan-Nya. Inilah yang

dapat menambah keimanan. Sebab setiap kali ma'rifahmu kepada Allah

dan makna-makna dari sifat-sifat-Nya menguat, otomatis engkau se-

makin mencinta-Nya. Jika engkau mengingat berbagai sifat kebaikan

serta nikmat yang Allah berikan kepada makhluk-Nya, niscaya engkau

semakin mencintai-Nya. Dan jika engkau mengingat karakter-karakter

para penguasa dan pembesar-pembesar, maka engkau semakin takut

kepadanya. Sehingga dengan begitu engkau bisa menyatukan perjala-

nan hidupmu kepada Allah di antqra rasa takut dan pengharapan. Oleh

sebab itu dikatakan, "Orang yang paling mengenal Allah adalah yang

paling takut kepadn-Nya."ae Dan dikatakan, "Cintailah Allah atas nilonat

86 Dalam kitabnya Syu'ab Allman (l/ 487) Al-Baihaqi menisbatkan perkataan ini

kepada Imam Ahmad Rahimahullaft. Sementara Al-Maruzi Rahimahullah dalam

Ta'zihm Qadri Ash-Shalah (786) meriwayatkannya dari perkataan Ahmad bin

'Ashim Al-Anthaki.

85

86 €mmf.irur&

y ang diberilan kep ada kalian ! "87

Ungkapan pertama mengandung faedah tentang rasa takut, semen-

tara ungkapan kedua mengandung faedah tentang rasa cinta. Orang

yang paling mengenal Allah, tidak diragukan lagi, akan mencintai dan

takut kepada Allah melebihi yang lain. Namun sebagaimana yang aku

katakan kepada kalian, ma'rifah adalah pengagungan, penghorma-

tan dan rasa takut, dan segala kemuliaan Rububiyahnya diagungkan.

AUah Ta'ala berfirman, "sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah

mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibaca

ayatayat-Nya kepada merela, bertambah kuat) imannya" (QS. Al-Anfal:

2l

Coba perhatikan perbedaan antara kita dengan Imam Malik Rahi

mahullahl Ketika beliau ditanya tentang istiwa- (bersemayamnya Allah

di atas 'Arasy -peni.), "Bagaimana ia bersemayam di atas 'Arasy?"

Beliau merasa malu bukan kepalang, menundukkan kepalanya dan

tubuhnya mulai mengucurkan keringat, karena takut dan gemetar,

kemudian menengadahkan kepalanya dan mengucapkan perkataan

yang sudah tidak asing lagi di kalangan Para Penuntut ilmu.88

Akan tetapi ketika salah seorang di antara kita ketika ditanya,

"Bagaimana Allah beilstiwa'?" Maka hatinya tidak tergerak. Memang

benar adakalanya hati seseorang tergerak dan berkata, "Mengapa

engkau menanyakan kaifiyat salah satu sifat Allah? Allah lebih mulia

Driwayatkan oleh At-Tirmidzi (3789) dan beliau menghasankannya/ meskipun

'Abdullah bin Sulaiman An-Naufali belum dihukumi sebagai orang yang tsiqah.

Tidak ada yang meriwayatkan perkataan ini darinya selain Hisyam bin Yusuf'

Riwayat ini dishahihkan oleh Al-Hakim (IIII 149- 150) dan disepakati oleh Adz-

Dzahabi kendati dalam Al-Mizan ia berkomentar tentang 'Abdullah bin Sulaiman,

"Ada yang tidak dikenal pada dirinya." Kemudian beliau mencantumkan hadits

ini.

Dalam As-Siyar (lX/ 582) beliau (Adz-Dzahabi) berkata, "Ini adalah hadits gharib

fard. Tidak ada yang meriwayatkannya dari Ibnu 'Abbas selain puteranya yaitu

'Ali, sementara tidak ada yang meriwayatkannya dari 'Ali selain puteranya

yang bemama Muhammad Abu Al-Khulafa'. Dan Qadhi Shan'aa' 'Abdullah bin

Suhiman meriwayatkannya seorang diri, dan tidak ada yang meriwayatkannya

dari 'Abdullah bin Sulaiman selain Hisyam."

Sedangkan Syaikh Al-Albani Rahimahullahberkata dalamta'liq-nya atas Sunan At-

Tirmidzi, "(Riwayat ini) dha'if."

Diriwayatkan oleh Ad-Darimi dalam Ar-Radd'ala Al'lahmiyyah (104), Al-Lalika'i

dalam Syarh Ushul Al-I'tiqad $6a), Abu 'Utsman Ash Shabuni dalam'Aqidah As'

S alaf (25) dan Abu Nu' eim dalam AI-Hily ah (Vl / 325- 326).

Riwayat ini memiliki banyak jalur yang memPertegas keabsahan kisah ini dari

Imam Malik Rahimahultah. Oleh sebab itu Adz-Dzahabi berkata dalamMukhta'shar

Al:Uluw (hal. 141), "Riwayat ini absah dari Malik."

€'fiffin&

dan lebih agung dari pertanyaanmu tentang kaifiyat sifat-sifat-Nya!"

Namun biasanya hatinya menerima pertanyaan tersebut dengan hati

yang dingin.

OIeh sebab itu, wasiatku kepada kalian, agungkanlah Allah'Azza

wa lallar. Hendaklah Allah 'Azza uta lalla meniadi yang Paling agung dari

segala sesuatu di dalam hatimu! Hormatilah kemuliaan-Nyr, agung-

kanlah segala sesuatu yang berkaitan dengan Allah! Oleh karenanya,

Nabi Shaltallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang paling bertakwa di

antara kita disebabkan ilmunya tentang Altah -dan beliau adalah orang

yang paling alim tentang Allah daripada kita-'

Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Sesungguhnya orang yang

palingbertakwa dan paling tahu tentang Allah daripadaknlian adalah aku,"

Sungguh tepat ucapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Demi

Allah, sesungguhnya beliau adalah orang yang paling mengerti ten-

tang Allah dan paling bertakwa kepada Atlah daripada kita.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam amat marah melihat sikap berle-

bihan dan takalluf para shahabat dalam beramal. Ketika beliau me-

merintahkan mereka untuk melakukan amalan yang mereka sanggu-

pi mereka berkata, "sesungguhnya keadaan kami tidaklah sebagai-

mana keadaan Anda. Allah telah mengampuni dosa Anda yang telah

lalu maupun yang akan datarrg." Mendengar ucaPan mereka ini Nabi

Shaltallahu Alaihi wa Sallam marah, hingga terlihat amarahnya pada

rona wajahnya. Kemudian beliau mengucaPkan perkataan tersebut.

Dalil yang dapat diambil dari hadits ini, bahwasanya ma'rifah

termasuk amalan hati. Menurut mayoritas ulama ma'rifah adalah uca-

pan hati, karena ma'rifah merupakan sebuah ungkapan tentang Penge-

tahuan seorang hamba terhadap Rabbnya. Dengan demikian ia me-

rupakan iktikad (keyakinan) dan ucapan. Adapun amalan hati maka

bentuknya adalah gerakan hati seperti mahabbah (cinta), penghara-

pan, tawakkal dan sebagainya.

lni merupakan pendapat yang Paling mendekati (kebenaran). Se-

bab terdapat perbedaan antara ucaPan hati yang merupakan Penge-

tahuan (ma'rifah) dan keyakinannya, dengan amalan hati. Amalan hati

adalah sebuah amal, pergerakan seperti rasa takut, pengharapan, cinta,

tawakkal dan sebagainya.

Hadits ini juga mengandung isyarat bahwa amalan-amalan hati

termasuk perkara keimanan, dan memang demikian adanya. Oleh se-

bab itu Allah menetapkan berbagai amalan hati sebagai sebuah usaha.

87

88 €rm,iHt't&

AUah lalla wa 'Ala berfirmmt, "tetapi Dia menghukum knmu karena niat

yang terkandung dalamhatimu." (QS. Al-Baqarah: 225)

Allah menetapkan amalan hati sebagai usaha, dan tidak diragukan

lagi usaha adalah amal. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha da-

lam ayat ini adalah sebagaimana yang ditafsirkan oleh surat Al-Ma-

'idah ayat 89 berikut ini, "tetapiDia menghukumlamu dbebabkan sumpah-

sumpah yang kamu sengaj a." (QS. Al-Ma' idah: 89)

Perkataan Aisyah Radhiyallahu Anha, "]ika Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam memerintahkan sesuatu kepada para shahabat, maka

yang beliau perintahkan itu pastilah amalan yang sanggup mereka

lakukan."

lni seperti penafsiran firman AUah Ta'ala, "Allah tidak membebani

seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. Al-Baqarah:

285) Dan menerapkan firman-Nya, "YA Tuhan lami, janganlah Englau

pikulkan kEada kami apa yang tidak sanggup lami memikulnya." (QS. Al

Baqarah:285)

Mustahil Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan sese-

orang untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya, sebab ini sa-

ma saja artinya menghilangkan inti syarT'at, karena syari'at seluruh-

nya mudah.

Kemudian, sesungguhny a parushahabat merasa keberatan dan ber-

kata, "Sesungguhnya keadaan kami tidak seperti keadaan Anda. Se-

sungguhnya Allah telah mengampuni dosa Anda yang telah lalu serta

yang akan datang. Mereka -semoga Allah meridhai mereka semua-

menjelaskan hukum dan alasannya. Hukumnya yaitu 'Sestrngguhnya

keadaan kami tidak seperti keadaan Anda', sedangkan alasannya ialah

'sestrngguhnya Allah telah mengampuni dosa Anda yang telah lalu

serta yang akan datang'. Maksudnya dosa-dosa kami yang telah lalu

serta yang akan datang belum diampuni.

Perkataan Aisyah Radhiyallahu Anha, "Mendengar itu Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam marah hingga kelihatan rona kemarahan

pada wajah beliau."

Kata'marah'maknanya sudah tidak asing lagi. Begitu juga dengan

makna dari beberapa istilah psikologr, sebab defenisinya adalah kata

itu sendiri dan tidak didefenisikan dengan defenisi yang lebih banyak

dari itu. Andaikata engkau mengatakan, "Marah adalah menggele-

gaknya darah hati untuk menuntut balas." Niscaya orang-orang tidak

mengetahui maksudnya. Bahkan boleh jadi di antara mereka ada yang

€,ffiffi,&

menanggapi, "Sesungguhnya hatiku tidak berada di dalam periuk

yang diletakkan di atas api hingga menggelegak." Dan engkau akan

mendapatinya keheran-heranan dengan defenisimu tadi.

Contoh senada tentang hal ini adalah ucapan seseorang, "Tidur

adalah pingsan yang berat yang menutupi otak hingga kesadaran

hilang." Aku yakin seandainya engkau menyebutkan defenisi ini

kepada orang awam, niscaya ia tidak mau meletakkan kepalanya ke

atas bantal karena khawatir pingsan.

Intinya adalah bahwa persoalan-persoalan psikis tidak boleh di-

definisikan melebihi lafaznya. Maka benci, marah, cinta, dan sayang

tidak bisa ditafsirkan lebih dari katanya sendiri.

Perkataannya Radhiyallahu Anha, "Mendengar itu Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam marah hingga kelihatan rona kemarahan

pada wajahbeliau."

Yaitu hingga tampak kemarahan itu di wajahnya, dan yang ada di

wajah adalah pengaruh dari rasa marah, seperti wajah dan kedua mata

yang memerah dan urat lehemya menggembung.se

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam marah hingga diketahui ke-

marahannya pada wajahnya disebabkan rasa keberatan mereka dan se-

nang dengan perbuatan takalluf mereka, padahal sikap itu menyelisihi

Syari'at.

Kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

,;f lt, g*t't€;ii.i't

"Sesungguhnya orang yang paling bertalcuta dan paling tahu tentang Allah

daripada kalian adalah aku."

Kata rif merupakan khabar dari'ttt, dan d.isebutkan deng an dhamir

munfashil karena tidak boleh disebutkan dengan menggunakxt dhamir

muttashil.eo

Ibnu Al-Atsir Rnhimahullalr berkata dalam An-Nihayah (huruf waw dal jim), "Al-

Audaj adalah urat yang mengelilingi leher yang menjadi tempat penyembelihary

bentuk tuggalnya adalah wadaj

Ibnu Malik Rahimahullah menyebutkan dalam Alfiyah-nya Bab An-Nakirah wa Al-

Ma'rifah bait nomor 63

Bila ada pilihan maka tidak perlu mendatangkan dhamir munfashil

J ilu memungkinlun mendatangkan dhamir muttashil

89

90 €mstmNl'tb

]ika ada yang bertanya, "Bagaimana Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam bisa marah sementara beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam teLah

bersabda, "Jang:Ln marah!" dan melarang seseorang dari marah."el

Maka dijawab bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak

melarang seseorang dari kemarahan yang lumrah (thabfi) yang diba-

wa oleh tabiat. Sebab hal itu di luar batas kemampuan seseorang. Akan

tetapi maknanya adalah tidak terlepas dalam kemarahan tersebut, ber-

sikap tenang dan tegar ketika marah, dan tidak melampiaskan apa saja

yang dituntut oleh kemarahan.

Kita katakan juga bahwa kemarahan Nabi Shallallahu Alaihi wa

Sallam adalah kemarahan demi Allah, dan kemarahan demi Allah

merupakan perkara yang telpuji, berbeda halrya dengan kemarahan

yang disebabkan oleh berbagai kepentingan duniawi karena Nabi

Shallallahu Alaihi wa Sallam melarangnya.

Faedah lain yang terkandung dalam hadits di atas ialah seorang

manusia tidak seharusnya membebani dirinya dengan suatu amal

yang tidak sanggup dikerjakannya. ]ika ada dua amalan yang saling

bertentangan, salah satunya lebih utama dari yang lain akan tetapi

ia merasakan kejenuhan dan keletihan padanya, dan ia merasa lebih

senang kepada amal yang kurang utama, maka ia mendahulukan

amalan yang kurang utama tersebut. Kecuali dalam amalan-amalan

yang wajib, sebab amalan-amalan yang wajib mesti dilaksanakan.

Hadits di atas juga memberikan faedah bahwa Nabi Shallallahu

Alaihi wa Sallam tidak ma'shum dari dosa, dasarnya adalah perkataan

para shahabat, "Allah telah mengampuni dosa Anda yang telah lalu dan

yang akan datang." Lalu beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam mengakui

hal itu atas mereka, dan tidak mengatakan, "Sesungguhnya aku tidak

berdosa." Perkara ini seperti firman Allah Ta'ala, "Sungguh Kami telah

memberilun kepadamu kemenangan yang nyata, agar Allah memberilcan ke-

padamu (Muhammad) atas dosamu yang lalu dan yang aknn dating." (QS.

Al-Fath:1-2)

Demikianlah penjelasan tentang ketidakma'shuman N abi Shallalla -

hu Alaihi wa Sallam. Sebagian ulama yang ingin membersihkan Rasu-

lullah Shaltallahu Alaihi wa Sallam dari semua dosa mengatakan, "Yang

dimaksud dengan dosa di sini adalah dosa umatnya."

9l Driwayatkan oleh Al-Bukhari (6115)

KITAB k

lMltN dPr' 9l

Dijawab: sesungguhnya ini keliru. Karena Altah telah berfirman,

"mnka ketahuilah bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah,

dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mulcrnin,

laki-laki danperempuan." (QS. Muhammad: 19)

Allah menetapkan bahwa beliau juga melakukan dosa, dan me-

netapkan bahwa orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan, me-

lakukan dosa.

Akan tetapi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memiliki keis-

timewaan tersendiri, yaitu tidak dibiarkan melakukan dosa, tetapi be-

liau mendapatkan peringatan dan beliau pun bertaubat kepada Allah

dari dosa itu. Dalilnya ialah firman Allah Ta'ala,'Allah memaaflanmu

(muhammnd) mengapa englau mernbei izin kepada merela (untuk tidnk per-

gi berperang) sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar (berhala-

ngan) dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusfa. " (QS. At-

Taubah:43)

Allah menyebutk arrr, " Allah memaafknnmu."

Allah Ta'ala juga berfirman mengenai ha1 7f.), "Wahai Nabi! Menga-

pa engluu mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Englau ingin

menyenangkan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Pe-

nyayang. Sungguh, Allah telah mewajibknn kepadamu membebaskan diri ila-

ri sumpahmu; dan Allah adalah pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui,

Mahabij alcs ana. " (QS. At-Tahrim: 1-2)

Dan Allah Ta'ah berfirrnan, "Dia (Muhammad) berwajah masam dan

berpaling,karena seorang buta telah datang kepadnnya (Abdullah bin Ummi

Maktum). Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyuci-

kan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang mem-

beri manfaat kepadanya? " (QS.'Abasa: 1-4)

Akan tetapi selain NabiShallallahu Alaihi wa Sallam terkadang tetap

melanjutkan kemaksiatarutya tanpa diberi taufik untuk melepaskan

diri darinya.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga terpelihara dari segala ke-

syirikan. Maka mustahil selamanya sebuah ucapan atau perbuatan be-

liau mengandung kesyirikan. Beliau juga terpelihara dari kedustaan

dan khianat, sebab hal ini menafikan ajaran yang dibawa oleh risa-

lah, dan menodai kebenarannya. Karena sekiranya ditakdirkan diper-

bolehkannya beliau berdusta dan berkhianat, niscaya hal ini memalu-

kan risalah Is1am.

92 €rumruT&

Beliau juga terpelihara dari akhlak-akhlak yang buruke2, karena

Atlah Ta'ala telah berfirmart, "DAn sesungguhnya engkau benar-benar, ber-

budi pekerti yang luhur." (Al-Qalam :4)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terpelihara dari akhlak-

akhlak yang buruk seperti zina, homoseks dan sejenisnya karena itu

semua bertentangan dengan akhlak.

Adapun perkara-perkara lainnya yang tidak menafikan akhlak

maka hukumnya boletu akan tetapi yang lebih utama adalah tidak

dibiarkan begitu saja.e3

rtrfri

Dalam naskah aslinya tertulis Safasif Al-Aldtlaq. Pada footnote-nya disebutkan

bahwa as-safasif merupakan bentuk jamak dari Safvf.lbnu Al-Atsir berkata dalam

An-Nihayah (huruf sin fa sin fa), "As-Safsaf artinya perkara yang hina dan rendah

dari segala sesuatu, ia adalah lawan dari Al-Ma'ali (ketinggian) dan AlMalcaim

(kemuliaan). Arti dasamya adalah debu tepung yang beterbangan ketika diayak,

dan tanah ketika dihamburkan."

Mengenai masalah ini silahkan melihat kttab Asy-Syarh Al-Mumti' (lll/ U'67)

9q.)' i s6t e 8; ii i'$iui

€rg &

FJ , etfr oi e; ,y q6.

U')viti q gt,+i t;'r3',lt os ,t9G._jr irJ,; .^-,

,;; f, et; if ;X a J-: y iiyA.t t* u.i

)6' e ;'i li i'.,<i t:t y'it tsi s1

Bab Termasuk Cabang Keimanan Adalah Benci Kembali Jatuh

Dalam Kekufrrran Sebagaimana Bencinya Dilempar Ke Dalam

Api

21. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kepada lami, ia berluta, "Syu'bah

telah menceritalan kepada lumi dari Qatadah dari Anas bin Malik Ra-

dhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau

bersabda, "Ada tiga perlara, siapa saja memiliki ketiga perkara tersebut

niscaya ia akan merasakan manisnya iman; l-Allah dan rasul-Nya men-

jadi yang paling ia cintai daripada selain keduanya. 2-Mencintai seseo-

rang karena Allah semata. 3-Benci kembali kepada lcekufuran setelah Allah

menyelamatkannya darinya sebagaimana bencinya dilemparkan lce dalam

api."e4

Syarah Hadits

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan

ketiga tanda ini agar seorang muslim menjalankannya, yaitu:

94 Takhrij hadits telah disebutkan sebelumnya.

93

94

a

€r*mrurs

Pertama, Allah dan rasul-Nya menjadi yang paling ia cintai dari-

pada selain keduanya, termasuk di dalamnya adalah dirinya sen-

diri.

Kedua, mencintai seseorang karena Allah semata. Itu disebabkan

sebab mencintai seseorlrng amatlah banyak, di antaranya keke-

rabatary hubungan suami isteri, hadiah dan sebagainya. Akan teta-

pi jika engkau tidak mencintai seseorang melainkan karena AUah,

maka inilah yang membuatmu dapat merasakan manisnya iman.

Ini tidak menafikan bahwa ia mencintai seseorang disebabkan

perkara yang lain, di samping mencintainya karena Allah. Seperti

mencintainya karena kebaikan yang pemah diterimanya, atau

mencintainya karena kedekatannya dengannya, atau mencintai-

nya karena ia memberikan kebaikan kepada umat dan lain-lain.

Ketiga, benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menye-

lamatkannya darinya sebagaimana bencinya dilemparkan ke da-

lam api. Maksudnya membenci kekufurary dan membenci kem-

bali ke dalam kekufuran sebagaimana bencinya dicampakkan ke

dalam api.

,trt!+

Sra&

Bab Tingkatan Ahli lman Dalam Amal

95 DriwayatkanolehMuslim (I/ ln) (184) (304)

9s

yl # d*, & i,'f ,r :!,Y ;k iv sar*yc"t; .t t

#3 y )nt ;; dt f ".;.i,r gt &;At r*:, ;j :;

toFij* ar |rk;: itlt ,ttr ;;ir'eAt iAtbi ,ps.it;

(';:4 *)b );r uts jq* d {,e ,v ,ntb

[,H qt o; iw';lt 'ri v;t f €.'tfi* tr',;t :i E

iu'r-ru,;t'/* iF,ii t $ ,pt .;,v eVt 4 vr

f U )s'- io t yet s"F $k,#')

22. Ismail telah menceritakan kepada kami, in berkata, "Malik telah men-

ceritaknn kepadaku dari Amr bin Yahya Al-Mazini dari ayahnya dari

Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu Anhu dari Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda, "Setelah penghuni surga masuk

ke dalam surga dan penghuni nerakn masuk ke dalam neraka, Allah

Subhanahu waTa'aala berkata, "Keluarkanlah dari api nerala siapa yang

memiliki sebesar biji zarrah keimanan dalam hatinya!"

Makn merelcnpun dikeluarknn darinya dalam kondisi yang telah hangus

menghitam. Inlu merekn dilemparkan ke sungai Al-Haya atau Al-Hayat

-Malik ragu menyebutkannya- maka merekapun kembali tumbuh seperti

biji-biji yang tumbuh setelah disapu air bah. Tidakkah engkau lihat bijlbiji

itu tumbuh berwarna kuning dan berkait?"es

96 €l'lltmrut&

[Hadits 22- tercantum juga pada hadits nomor: 458L, 4919,6560,

6574,7438, dar:.7439l

Syarah Hadits

Wuhaib berkata, "Amr telah menceritakan kepada kami hadits

ini, ia menyebutkannya dengan laf.azh "sungai Al-Hayat" dan ia juga

menyebutkart: "sebesar biji zarrah kebaikan dalam hatinya"e6

Perkataan Al-Bukhari Rahimahullah, "Tingkatan ahli iman dalam

amal." Mengindikasikan bahwa berbedanya tingkatan mereka dalam

amal berkonsekuensi berbedanya tingkatan mereka dalam keimanan.

Khususnya apabila kita katakan bahwa sesungguhnya amal merupa-

kan bagian dari keimanan.

]ika kita katakan bahwa amal merupakan bagian dari keimanan,

mengharuskan adanya perbedaan tingkat keimanan karena berbeda-

nya tingkatan amal; maka amal orang yang membaca satu juz dari Al-

Qur'an tentunya lebih banyak daripada yang membacanya setengah

iuz. Dengan demikian keimanannya lebih kuat dan lebih baik.

Akan tetapi terkadang amal lebih banyak, namun iman dalam hati

lebih kuat. Dan ketika itu setiap orang yang beramal memiliki kelebi-

han atas saudaranya dari satu sisi. Maka orang yang lebih banyak amal-

nya memiliki kelebihan karena banyaknya, sementara orang yang

suatu amal telah kokoh dalam hatinya dan keimanan dalam hatinya

semakin bertambah, ia lebih utama dari sisi keimanarutya yang kokoh

dalam hatinya. Dan ini adalah suatu hal yang nyata terjadi.

Lantas jika ada yang bertanya, " Apakah manusia memiliki perbe-

daan tingkatan dalam keyakinan?"

Maka jawabannya ya, benar. Manusia memiliki tingkatan yang

berbeda dalam hal keyakinan, bahkan seseorang dalam beberapa ke-

sempatan memiliki keyakinan dan keimanan yang lebih tinggi dari

kesempatan yang lainnya.

Di antara dalil yang menunjukkan hal itu adalah perkataan Ib-

rahim Alaihissalam, "Dan (ingatlah) ketika lbrahim berknta, "Ya Tuhanku,

96 Al-Bukhari Rahimahullah meriwayatkannya secara mu'allaq dengan shigat jazam,

dan ia menyebutkannya lengkap dengan sanadnya dalam Shifuh Al-Jannah

wa An-Nar min Kitab Ar-Riqaq (6560) dari Musa bin Isma'il, dari Wuhaib dari

Amr bin Yahya Al-Mazini lengkap dengan sanad haditsnya' Hanya saja beliau

menyebutkan, "sebesar biji zarrah keimanan dalam hatinya."

Silahkan melihat Taghliq At-Ta'liq (IIl 31)

ffTAB

IMAN 97

perlihatlunlah kepadaku bagaimana Englau mmghiduplan orang mati."

Alkh berfirmnn, "Belum percayakah englau? " Dia (Ihrahim) menjawab, " Aku

percaya, tetapi agar hatiku tmang (mantap)." (QS. Al Baqarah: 260)

Setiap kali ma'rifah seorang hamba kepada Allah dan ayat-ayat-

nya bertambah, sudah pasti keimanannya pun bertambah. Allah Ta'a-

laberfirman, "DAn apabila diturunlun suatu surah, makn di antara merela

(orang-orang munafik) ada yang berkata, "Siapalah di antara lamu yang ber-

tambah imannya dengan (turunnya) surah ini?" Adapun orang-orang yang

beriman, makn surah ini menambah imannya, dan merelca merasa gembira."

(QS. At Taubah:124)

Oleh sebab itu, sekiranya engkau ingin keimananmu bertambah

maka sering-seringlah memikirkan ayat-ayat Allatr, baik yang bersifat

Syar'iyah maupun kauniyyah! Karena sesungguhnya hal itu dapat

menambah keimanan. Perbanyaklah melakukan amal shalih dengan

kekhusyukan dan segenap hati! Hendaklah engkau memiliki antusias

yang tinggi untuk bergaul dengan orang-orang baik yang dapat mem-

bimbingmu ketika kehilangan jalan, memberimu petunjuk ketika ter-

sesat, mengingatkarunu ketika lupa, dan mengajarimu ketika tidak ta-

hu! Ini semua termasuk sebab yang dapat membuat keimanan bertam-

bah.

u;t F CLb,r" y U eGt$k i$ yt * i:3*sk.tv

qrrAl ,*:.Cl'd lit ,ag ;...T; i uYi ,/ f 7q

utlt c-rii eu 6 q #r * it ,)a fi ;;, iG |ra

ei r)! Y q'r &it

1l,lo/ Y qi,hi w) ,* 3_oA

u:,l"ri r;i $G l'.il,4 *: o$at A. * rp,ri:

u'-,st lv yt i;', U

23. Muhammad bin Ubeidullah telah menceritaknn k podo knmi, ia berlata,

"Ibrahim bin Sa'ad telah menceritalun kEada lumi dari Shalih dari Ibnu

Syihab dari Abu Umamah bin Sahl bin Huneif bahwa in menilengar Abu

Sa'id Al-Khudri berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ber-

sabda, 'Ketika aku sedang tidur, aku melihat dalam mimpi orang-orang

diperlihatkan kepadaku. Mereka mengenakan qamis. Ada yang qamisnya

98 €rm't.ixfrlrp

sampai ke dada dan ada pula di bawah itu, Lalu diperlihatkan kepadaku

Llmar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu , ia mengenakan qamis yang

menjulur panjang sehingga ia menyeretnya." "Apa takwilnya wahai

Rasulullah? " tany A merela.

" Aglmn." j awab Rasulullah.eT

[Hadits 23- tercantum juga pada hadits nomor: 369"1., 7008 darr

700e1

Syarah Hadlts

Hadits di atas mengandung dalil adanya perbedaan tingkat manu-

sia dalam hal keimanan.

Dalil lain yang terkandrtg di dalamnya ialah keutamaan yang be-

sar yang dimiliki oleh Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu Anhu, di

mana ia mengenakan qamis yang menjulur panjang.

Namun kadangkala orang yang memiliki tujuan tertentu berkata,

mempennasalahkan kondisi Umar bin Al-Khaththab yang demikiary

"sesungguhnya menjulurkan qamis (pakaian) haram hukumnya dan

terrrasuk dosa besar."

Maka dikatakan bahwa ucaPan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

tersebut disebutkan dalam konteks memberikan pujian, dan beliau me-

nafsirkan kain yang dijulurkannya dengan agama, yang menunjukkan

bahwa ag:Imanya menutupi seluruh badarurya.

Dan pakaian yang disebutkan di sini bukan sesuatu yang kongkrit

namun abstrak, sehingga meliputi (menutupi) seluruh badannya sam-

pai kedua telapak kakinya yang dipergunakan untuk melangkah,yan9

juga menunjukkan kesempurnaan iman pada keduanya.

Dalam hadits ini juga terdapat datil bahwa orang yang dimulia-

kan dengan sebuah keistimewaan atau memperoleh suatu keutamaan

dengan sebuah keistimewaan, tidak memiliki konsekuensi bahwa ia

memperoleh suatu keutamaan yang mutlak. Karena tidak diragukan

lagi bahwa Abu Bakar Radhiyallahu Anhu lebih sempurna dan lebih

utama keimanarutya dibandingkan dengan Umar bin A1-Khaththab.

Hanya saja Umar diberi kekhususan dengan keistimewaan ini se-

bagaimana Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu juga diberi kekhu-

susan pada peperangan (menaklukkan) negeri Khaibar, ketika

97 Diriwayatkan oleh Muslim (IVl 1859) (2390) (15)

"€,ffiffi,&

Nabi S/rallallahu Alaihi wa Sallam berkata, "Sesungguhnya aku akan

memberikan panji ini esok hari kepada seseorang ytrrg mencintai

Allah dan Rasul-Nya, dan Allah serta Rasul-Nya pun mencintainya."

Mendengar hal ini para shahabat membicarakannya semalam sun-

tuke8. Lantas di pagi harinya mereka datang menghadap Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam. Masing-masing berharap kepadanyalah

beliau memberikan bendera tersebut. Tiba-tiba Rasulullah Shallalla'

hu Alaihi wa Sallam bertanya, "Di mana Ali bin Abi Thalib?" Mereka

menjawab, "Ia mengalami sakit mata." Beliau Shallallahu Alaihi wa

Sallam memerintahkan salah seor.Lng dari mereka untuk memanggil-

nya. Lalu ketika 'Ali telah berada di hadapan beliau, maka beliau me-

tudahi kedua matanya dan langsung sembuh. Keadaannya seolah-olah

tidak pemah mengalami sakit aPa-aPa. Kemudian beliau memberikan

bendera kepadanya seraya bersabda, "Maiulah ke depan dengan tenang

sampai kamu tiba lcc tempat merela! Kemudian aiaklah mereka kepada lslam

dan sampaikanlah kepada mereka hak-hak Allah Ta'ala yang waiib merelu

tunaikan! Demi Allah, sekiranya Allah memberikan petuniuk kepada sese-

orang melalui dirimu, sungguh lebih baik (berharga) bagimu daripada memi'

liki unta-unta merah. " ee

Maka ini adalah keistimewaan yang dimiliki Ali, namun bukan

berarti ini berkonsekuensi bahwa ia lebih utama secara mutlak dari

shahabat-shahabat lainnya.

Kesimpulannya hadits ini mengandung dalil adanya perbedaan

tingkatan manusia dalam masalah agamanya, dan memang demikian-

Iah faktanya.

Dalam naskah asli tertulis yaduukuuna,lbnu AI-Atsir Rahimahullah berkata dalam

An-Nihayah (huruf dal waw kaf) artinya mereka ramai membicarakan kepada

siapakah beliau akan menyerahkan bendera tersebut. Dikatakan waqa' an naasu

fii dauluh (manusia jaruh ke dalam daukah), maksudnya ke dalam pembicaraan

percambur-bauran

Imam An-Nawawi Rahimahullah berkata dalam Syarh Muslim (Ylfi/ 194'1, 'Ya-

duukuuna -dengan huruf dal didhammahkan dan dengan huruf waw- artinya

yal<huudhuuna (mereka tenggelam) dan membicarakan masalah itu."

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (2942,3009,370L, dan 4210) dan Muslim (lV / 1872)

(24M) (u\

99

orijt ,:,. ': \r.

€rs&

irg.Jt ,au.

Bab Malu Termasuk Cabang Keimanan

,y *V i.t r ;t G d,Yv;i ie ;:;i i' *sk .t t

a'. 1

,*'; #t *'it 'u ^t 

Jvi'ri i F lt * q. l*

;u' ,# yt J;: Jui,r#st ;if,;i 4-ii ,r-i;it q F3

9c",jr ql#t i:r;';; #3 y

24. Abdullah bin Yusuf telah menceritalan k poda lami, ia berknta, "Malik

bin Anas telah mengabarlankepadalami dari lbnu Syihab dari Salimbin

Abdiltah dari ayahnya bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

lewat dihailapan seorang lelaki dari laum Anshar yang sedang menasehati

saudaranya larena sifat pemalunya. Ilasulullah Shallallahu Alaihi wa

Sallam berkata lcepailanya, "Biarkanlah dia! Karena malu itu merupakan

bagian dari lccimanln. " 7N

[Hadits 24- tercantum juga pada hadits nomor: 6L1'8]

Syarah Hadlts

Pembahasan mengenai malu telah disebutkan sebelumnya, dan kita

100 Driwayatkan oleh Muslim (I/ 63) (36) (59)

An-Nawawi Rahimahullah berkata dalam Syarh Muslim (l/ 281-282), "Perkataan

Abdullah 'ia menasehati saudaranya karena sifat pemalunya', artinya ia me-

larangnya untuk bersifat malu, menganggap buruk perbuall*y^ tersebut dan

menghirdiknya karena sering merasa malu. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

melarangnya dari hal itu. Lalu bersabda, "Biarkanlah dia! Karena malu merupa-

kan bagian dari keimanan." Maksudnya biarkanlah ia dengan sifat malunya itu

dan berhentilah melarangnYa! "

100

€,ffiti,& 101

telah menerangkan bahwa ia termasuk cabang keimanan sebagaimana

yang disabdakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.ror

101 TalJrrij haditsnya telah disebutkan

€re&

W,j* aslt trtts,r*br t;vi1tj4u itr;: .r[

Bab Firman Allah, 'liko mereko bertobot don meloksonokon

sholot serto menunoikon zokot, msko bertloh kebeboson

kepodo mereko.'(QS. At-Taubah: 5)

il b'Ft c':t i\1'G Jtt &#t yJ i' "+sk.to,,

U L-s.o; ry Jo # i *ti Jt'-^:;-r$k itteiu|

oat ;ul :ti a7i iv 'rni *'it ,)-b yt i;t iti 1; ;.r

i>,ar t#) yt i;', r'*;),lf, .Ir iti;t ii tr'"4k ;:

*riy dti;i't e;": n rt:-a; u.; t1,, tit; ;c}t Gii

)t & eVil)-,)'

25. Abdultah bin Muhammad Al-Musnadi telah menceritalan lcepada kami,

ia berlata, " Abu Rauh Al-Harami bin ll.marah telah menceritalun kepada

lami, ia berlata, " syu'bah telah menceritalcnn kepada lumi dari waqid bin

Muhammad ia berkata, " Saya telah mendengar ayah saya menyampailan

hadits dari lbnu Llmar bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

bersabda, " Aku diperintahlan untuk memerangi manusin hingga mereka

bersalcsi bahwa tiada ilah yang berhak disembah dengan benar selain Allah

dan bersalcsi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat

dan membayar z,akat. lika mereka melaksanalcnn itu maka terpeliharalah

jiwa dan harta mereka kecuali dengan lnk dan lcewaiiban dalam lslam dan

hisab mer ela terser ah kepada n1io7, " toz

102 Diriwayatkan oleh Muslim (l/ 53) (22) (36)

102

€,ffiffi,&

Syarah Hadits

AUah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "lila merela bertobat dan me-

lalcsanalan shalat serta menunailan znlut, malu berilah kebebasan lrepado

merel$." (QS. At-Taubah: 5)

lumlah syarthiyyah pada ayat di atas memberikan faedah bahwa

jika mereka melaksanakan semua itu, maka kita harus memberikan ke-

bebasan kepada mereka untuk berjalan, karena telah masuk ke dalam

agama Islam.

Dan yang dapat dipahami dari hal tersebut jika mereka tidak

melakukan itu semua maka sesungguhnya kita tidak memberikan ke-

bebasan kepada mereka untuk berjalan.

sabda beliau shallallahu Ataihi wa sallam, "Aku diperintahkan untuk

memerangi manusia."

yang memerintahkan beliau adalah Allah 'Azza ua lalla, sedarrg-

kan kata 'manusia' mencakup keseluruhan umat manusia. Maka semua

manusia diperangi sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada itah yang

berhak disembah dengan sebenarnya melainkan Allah.

Namun Allah Ta'alajuga berfirmmt, "Perangilah oranS-orang yang ti'

dakberimankepada Allah dan harilcemudian, merelu yang tidak menghnram-

kan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan merelu yang tidak

berugama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang

telah diberitan Kitab, hingga merelu membayar iizyah (paiak) dengan patuh

sedang mereka dalamkeadaan tunduk." (QS. At-Taubah: 29)

Allah menetapkan tujuan peperangan adalah agar mereka mem-

berikan jiry* dengan patuh dan dalam keadaan tunduk. Dengan de-

mikian hadits di atas ditakhsis dengan ayat Al-Qur'an.

Pentakhsisan sunnah dengan Al-Qur'an jarang terjadi. Kalaupun

ada jarang terjadi, dan di antaranya adalah contoh di atas.

Contoh lainnya adalah firman Allah Ta'ala, "Wahai orans-orang yang

beiman! Apabila perempuan-perempuan mukrnin datang berhiirah k pado-

mu, makn hendaklah knmu uii (keimanan) merelea. Allah lebih mengetahui

tentang keimanan mereka; jika kamu telah mengetahui bahwa merela (benar-

benar) beriman maka janganlah knmu kembalilan merelen kcpodo oranS-oran{

lafir (suami-suami mer eka) " (QS. Al-Mumtahanah: 10)

Ayat ini mentakhsis keumuman kandungan hadits Nabi shallalla-

hu Alaihi wa Sallam tentang perdamaian beliau dengan oranS-orang

musyrik di Hudaibiyah, yaitu barangsiapa datang dari kalangan me-

103

r04 €ffifitfliHl't&

reka seseorang dalam keadaan muslim, maka sestrnggulrrya kita me-

ngembalikannya kepada mereka.lo3

Keumuman dalam hadits tersebut mencakup kaum wanita, se-

dangkan ayat mengeluarkan kaum wanita dari hukum itu.

Yang benar adalah hukum yang ditunjukkan oleh ayat di atas (QS.

At-Taubah: 29), bahwa jizyah melindungi darah orang Yahudi, Nas-

rani, musyrik dan sebagainya. Karena disebutkan dalam sebuah hadits

shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau mengam-.

bil jizyah dari kaum Majusi negeri Hajar.l@ Sementara kaum Majusi

tentunya tidak tergolong ke dalam Ahlul Kitab.

Dan anggapan sebagian ulama bahwa orang-orang Majusi memi-

liki sesuatu yang menyerupai kitab suci, merupakan anggapan yang

tidak memiliki dasar sama sekali, sejauh yang kami ketahui.lG

Hal ini ditunjukkan oleh sebuah hadits yang diriwayatkan oleh

Muslim dalam kitab Shahih-nya dari hadits Buraidah bin Al Hushaib

Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam jika me-

ngangkat seseorang sebagai pimpinan sebuah pasukan... lalu beliau

menyebutkan hadits dimaksud dan di antara penggalannya adalah,

"Sesungguhnya jika mereka telah memberikan iirya}:., PePerangan

terhadap mereka harus dihentikan."ltr

Pendapat yang benar, membayar jrzyah menjadi penghalang un-

tuk menghatalkan peperangan terhadap orang-orang kafir dengan je-

nis kekufuran apa pun.

Sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Dan hisab mereka terserah

kepada Allah.'

Ucapan beliau ini -setelah menyebutkan syi'ar-syi'ar Islam- meru-

pakan dalil bahwa kita harus memperlakukan manusia sebagaimana

zahirnya, sementara perhitungan masalah batinnya diserahkan kepa-

da Allah.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (4180, 4181)

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3156, 3157)

Silahkan melihat Al Mughni (Xlll/-204), Majmu' Al-Fatawa (XXXII/ 189- 190) dan

Al-Mubda'(IIII 405). Beliau berkata, "Kaum Majusi disebut dengan kattm Syubhah

Kitab,karena dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa dahulunya mereka memi-

liki kitab suci, lalu kitab tersebut diangkat, sehingga mereka menjadi kaum Syub-

hah Kitab.

Silahkan melihat juga Al-Inshaf (IY / 217)

Diriwayatkan oleh Muslim (lll/ ]3Sn $731)

rfrt*

103

704

105

€rz&

;r)r i+,r ;xi l J6i *t )A.S;tti oAlr 4,5,6 u q6.

J6 !.i,J drr #i ;yi:'' iri: t t'# # \a-#yi

a,r .it at i ,)i ;r t o1;4 rytG *,;';*i+i frfii;;) e;.:i I

{ oety:t iit, ,6 ,y) J,6',

Bab perkataan,'Sesungguhnya iman adalah amal' berdasarkan

firman Allah To'olo,'Don ltuloh surgo yong diworiskon kepodo

komu korens perbuoton yong teloh kqmu ke$okon.'(QS. Az'

Zukhruft 72lDan seJumlah ahll llmu menfelaskan maksud

flrman Allah, 'Mako deml Tuhonmu, Koml postt akan menonyol

mereko semuo, tentong opo yong telqh mereko kerJokon

dohulu.'(0S. Al-HUr: 92-93) Yaltu tentang perkataan laa ilaaha

illallah. Allah Berflrman, 'Untuk (kemenongon) serupo lnl,

hendokloh bersmol orung-orong yong mompu berqmol.'lQS.

Ash-Shaffat 61)

il eGL$"; iti ,trb\i3 ,;;'),"; U:Gi ri.r;.rr

l:ii.;;,1 # #)t d; # c:V i;tck te y

lI icl ill JSi SAr &i',y.J Ut y it 'v lnt iy,

u io sY pJ+ i' w ,,t:,wt iG riY F u li'rr

":-*26. Ahmad bin Yunus dan Musa bin Ismail telah menceitakan lcepada lumi,

keduanya berlata, "Ihrahim bin Sa'ad telah menceritalan kepaila lumi,

ia berknta, "Ibnu Syihab telah menceritalun kepada lami dari Sa'id bin

105

106 €f*tlizut$

Al-Musayyib dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah

Shallallahu Alaihi usa Sallam ditanya, "Amal apakah yang paling utlma?"

Belinu menjawab, "Imankepada Allah dan Rasul-Nya." "Kemudian sete-

lah itu?" beliau ditanya kembali. Beliau menjawab, "lihad fi sabilillah."

Orang itu bertanya lagi, "Kemudi"an apa lagi setelah itu?" Beliau menj-

awab, " Haji mabrur." 107

[Hadits 26- tercantum juga pada hadits nomor: L519]

Syarah Hadits

Tidak diragukan lagi bahwa amal termasuk perkara keimanan.

Adapun pembatasan A1-Bukhari Rahimahullah dengart menyebutkan,

"Bab perkataan sesungguhnya iman adalah amal" maka yang menye-

butkan perkataan tersebut tidak bermaksud bahwa amal itu terlepas

dari iman. Sebab jika kita mengatakan bahwa iman adalah amal (saja),

niscaya orang-orang munafik juga disebut orang-orang mukmin, se-

bab mereka beramal dengan amalan orang-orang mukmin. Oleh sebab

ifu maksud perkataan tersebut, bahwa amal terntasuk dalam perkara

keimanan, dan tidak diragukan lagi bahwa amal termasuk perkara

keimanan.

Pada pembahasan yang lalu kita telah mengetahui bahwa Ahlu

sunnah wal jamaah berpendapat bahwa iman itu mencakup ucapan

dan amalan; ucapan hati dan lisan serta amalan hati, lisan dan anggota

badan. Ini sudah pasti.lm

Adapun firman Atlah Ta'ala, "Dan itulah surga yang diwarislan lce-

pailn lumu larena perbuatan yang telah kamu lccrjalun" (QS. Adz-Dzukh-

rufzT2l

Maka dikatakan memang benar keimanan itu bagian dari amal,

sebab iman adalah pengakuan dengan hati dan pengakuan merupa-

kan suatu jenis amal. Akan tetapi ia adalah amal hati yang kemudian

menjadi landasan amal anggota tubuh, seperti mendirikan shalat,

menunaikan zakat, melaksanakan shaum di bulan Ramadhan dan

mengerjakan haji.

Begitu juga disebutkan dalam firman-Nya, "Maka demi Tuhanmu,

Kami pasti alan menanyai mereka semua,tentang apa yang telah mereka

kerjalan dahulu." (QS. Al-Hi ir; 92-931

107 Diriwayatkan oleh Muslim (I/ 88) (83) (135)

108 Takhrij haditsnya telah disebutkan sebelumnya

€,ffiffi.& 107

Maka kita katakan memang benar bahwa manusia akan ditanya

tentang kebaikan dan keburukan yang ia kerjakan, dan ia juga akan di-

tanya tentang perkara-perkara lairurya. Sebagaimana disebutkan dal-

am firrtan-Nya, "kefludi"an kamu benar-benar alan ditanya pada hai itu

tentang lcenikmatan (yang megah di dunia itu)." (QS. At-Takatsur: 8)

"Dan (lngatlah) pada hari lcetila Dia (Allah) menyeru merela, dnn ber-

firman, " Apaluh jawabanmu terhadap para rasul? " (QS. Al-Qashash: 55)

Di antaranya ia akan ditanya tdntang kesyirikan berdasarkan fir-

man Allah Tt'ala, "Di manalah setnbahan-sanbahanmu yang dahulu kamu

sanglu ( seliltu-s eliltu Kami) ? " (Q S. Al-An' am: 221

Lalu ia ditanya tentang tauhid, risalah, dan tentang semua amal

termasuk keimanan.

Perkataan Al-Bukhari'Dan sejumlah ahli ilmu menjelaskan mak-

sud firman Allah, 'Malca demiTuhanmu, Kamipasti alan menanyaimerela

setnua,tentang apa yang telah merelu kerjalun dahulu." (QS. Al-Hiin 92-

e3)

Tentang ucapan laa ilaaha illallaah.ro Yang dimaksud oleh orang-

orang yang menafsirkan ayat ini dengan amal tersebut adalah tentang

ucapan laa ilaaha illallaah serta mengamalkan apa yang menjadi tuntu-

tannya, bukan hanya mengucapkannya dengan lidah semata. Sebab ini

tidak memberikan faedah jika seorang muslim tidak mengamalkan apa

yang menjadi tuntutannya.

109 Ath-Thabari dalam Tafsir-nya (XlV / 67), At-Tirmidzi (3126\,Ibnu Abi Hatim se'

bagaimana dalamTafsir lbni Katsir (lV / 468), Abu Ya'la dalam Musnad-nya (4058)

dan As-Suyuthi menisbatkannya dalam Ad-Durr AbMantsut (lY / 106) kepada

Ibnu Al-Mundzir dan Ibnu Marduwaih (semuanya) meriwayatkan dari hadits

AnasRndhiyallahu Anhu dari Nabi Slullallahu Alaihiwa Sallam tentang firman Allah,

"Maka demiTulunmu, Kami pasti alun mmanyai mereka semua,tentang apa yang telah

mereka krjalan dahulu" (QS. Al-Hijr: 92-93)

Beliau berkata, "Yaitu tentang perkataan laa ilaaha illallaah.'

Syaikh Al-Albani Rahimahullah dalam ta'liqnya terhadap Sunan At-Tirmidzi ber-

kata, "Hadits ini sanadnya dha'if."

Al-Bukhari meriwayatkannya dalam At-Tarikh AI-Kabir (ll/ 86'), At-Tirmidzi

mencantumkannya setelah hadits nomor (3126), Ath-Thabari dalam Tafsir-nya

VN / 6n dan Ibnu Syaibah dalam Mushannaf-nya (XIII/ 356) ser'ara mauquf darj

AnasRndh$allahu Anhu.

Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabari dalam Tafsir-nya (XlV / 6n,Ibnu Abi Syaibah

dalam Muslunnaf-nya (XIII/ 328) dan As-Suyuthi menisbatkannya dalam A d-Dun

Al-Mantsur (IVl 106) kepada Ibnu Al-Mundzir secara rruuquf dari Ibnu Umar

Rrulhiyallahu'Anhu.

Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabari dalam Tafsir-nya (XIV/ 67),' Abdtrrazzaq

dalamTafsir-nya (I/ aStl dan Sufyan Ats-Tsauri dalamTafsir-nya (hal. 162) dari

Mujahid.

108 €r*tmrutp

Perkataan Abu Hurairah, "Beliau ditanya, "Amalan apakah yang

paling utama?" Beliau menjawab, "Beriman kepada Allah dan Rasul-

Nya."

Sementara itu dalam hadits Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu di-

sebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ditanya, "Amalan

apakah yang paling disukai Allah?'Beliau menjawab, "Melaksanakan

shalat pada waktunya." Beliau ditanya lagi "Kemudian apa?" "Berbakti

kepada kedua orang tua." ]awab beliau. Si penanya bertanya kembali,

"Kemudian apa?" Nabi menjawab, "Berjihad di jalan Allah.'

Untuk mengkompromikan kedua hadits ini dapat dikatakan bah-

wa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan jawaban menurut

kondisi si penanya. Dengan begitu hilanglah dari kita kesamaran se-

jumlah hadits yang disebutkan di dalamnya 'amalan apakah yang pa-

ling utama, 'amalan apakah yang paling baik'? Kemudian penanya

yang satu diberikan dengan suatu jawaban, sedangkan penanya yang

lain diberikan jawaban yang lain Lagi.

€rs&

jFt ti ;t4,\t ov c$1yaqr j; ir,-i' ;f; i ti1qu.

,jri J1i;trie ,.1j €;T ir.}{r aid t jo; #.,p, ,y

o$st [t1l 6'Fi ,F Ly ,l; '* u.aAt ,F 6C ,16 i v$i

{ ilri}' lr 'tf

Bab Apabila lslam Tidak Sepertl Hakikat Sebenarnya Sepertl

Karena Menyerah Atau Takut Dlbunuh Berdasarkan Flrman

Allah, 'Orong-orong Arob Bodui berkoto,'Koml teloh berimon.'

Kotokonloh (kepodo mereko),'Komu belum berimon, tetopt

kotokonloh 'Komi teloh tunduk (lslom),'(QS. Al-Hufurat 14)

Andaikata lslam itu sesuai dengan haklkat sebenarnya maka

haruslah seperti yang disebutkan Allah To'olo,'Sesungguhnyo

ogomo dt sisi Alloh toloh lslom'(QS. Ali lmran: 19)

Syarah Hadits

Perkataan Al-Bukhari, "Bab apabila Islam tidak seperti hakikat sebenar-

nya seperti karena menyerah atau tahtt dibunuh." Dan berdalillcan dengan

firman AllahTa'ala, "Kami telahberiman." Katalanlah (kepada mereka), "Ka-

mu belum beriman, tetapi katakanlah'Kami telah tunduk (lslam)," (QS. Al-

Hujurat 14)

Sebagian ulama agak sulit memahami ayat ini, lalu mereka berkata,

"Sestrngguhnya yal..tg dimaksud dengan Islam di sini adalah penyera-

han diri secara zaht, namun sesungguhnya kaum yang disebutkan

dalam ayat tersebut adalah orang-orang munafik dan tidak berada di

atas Islam yang hakiki."

Sebagian ulama lainnya berpendapat, "Bahkan itulah Islam akan

tetapi belum sampai kepada batasan iman. Sebab iman lebih utama da-

109

ll0 €r*u,iHl'l&

ri Islam ketika salah satunya mengiringi yang lain. Oleh sebab itu di

sini Allah berfirman, "Knmi telah beriman." Katakanlah (kepada mereka),

"KAmu belum beriman, tetapi kntakanlah'Kami telah tunduk (Islam)," (QS.

Al-Huiuratu t4)

Dan kata lammaa, kandungan secara bahasanya menunjukkan

bahwa iman tersebut belum masuk, namun akan masuk.110

Dengan demikian khithab (pembicaraan) ayat ini ditujukan kepada

orang-orang yang lemah imannya, namun menurut amal-amal lahiriah

mereka adalah orang-orang benar-benar Islam, kendati setelah itu haii

belum tenang dengan keimanan.lll

Dan ini banyak didapati di kalangan Bani Adam. Engkau akan me-

nemukan orang yang melaksanakan berbagai amalan lahiriah dengan

cara yang paling sempurna, akan tetapi keimanarurya mengandu.g

sesuatu, belum masuk ke dalam relung hatinya dan inilah yang benar.

Dalam hal ini kita akan membahas apakah ada perbedaan antara

Islam dan Iman, sebab di sini Allah menetapkan keislaman dan me-

nafikan keimanan?

Dijawab: Jika salah satunya disebutkan secara mutlak, maka itu

mencakup kedua-duanya (Islam dan Iman), namun jika keduanya di-

sebutkan bersamaan maka keimanan itu berada di hati sementara

Islam letaknya di anggota-anggota tubuh. Oleh sebab itulah sejum-

lah ulama Salaf menyebutkaru "Keimanan adalah perkara rahasia, se-

dangkan keislaman adalah perkara yang tampak.ll2 Artinya Islam ada-

lah yang tampak dari amalan-amalan anggota-anggota tubuh.

Sebagian ulama memperkirakan bahwa iman dan Islam adalah

sesuatu yang satu secara mutlakll3, dan mereka berdalilkan dengan

firman Allah Ta'ala, "Lalu Kami l<eluarlan orang-orang yang beriman yang

berada di dalamnya (negerikaum Luth) itu." (QS. Adz-Dzafiyat 35)

Namun sesungguhnya tidak ada dalalah di situ, sebab Allah ber-

firman, "lnlu Kami keluarkan oralg'orang yang beriman yang berada di

110 Silahkan melihat Qathr An-Nada (hal. 82)

111 Silahkan melihat penjelasan masalah ini lebih rinci serta perbedaan pendapat di

kalangan ulama mengenainya dalam Tafsir Ath-Thabari (XXI/ 388-392), Tafsir Al-

Baghawi (l/ 4* 46), (IV / 218-219),Tafsir Ats-Tsauri (hal.279), dan Adhwa' Al-Bayan

(yrr/ 14t,479,420)l

112 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata dalam Majmu' Al-Fatawa

Nll/ 33/.), "Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallambahwa beliau ber-

sabda, "Islam adalah perkara lahiriah, sementara iman ada di dalam hati." Dalam

sebuah redaksi disebutkan, "Iman adalah perkara rahasia."

113 Silahkan melihat Majmu' Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah (Vll/ 332)

€'ffiffi,&

dalamnya (negeri kaum Luth) itu. Maka Kami tidak mmdapati di dalamnya

(negeri itu),|<ccuali sebuah rumah dari orang-orang muslim (Luth)." (QS,

Adz-Dzariyah 35-35)

Rumah yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah rumah Nabi

Luth, rumah tersebut adalah berpenghuni muslim demikian pula is-

terinya secara tahiriah adalah Islam. Oleh sebab itu Allah Ta'ala me-

nyebutkan, "Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri

Nuh dan istri Luth. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba

yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu lcedua istri itu berkhianat lcc-

paila kedua suaminya" (QS. At-Tahrim: 10)

Dan pengkhianatan dalam ayat ini adalah dengan kekufuran bu-

kan dengan perbuatan keji, karena Allah mengatakan 'contohbagi orung-

orang lafir'.

Intinya bahwa yang dimaksud dengan rumah pada ayat di atas

adalah rumah Nabi Luth, beliau muslim total hingga isterinya. Na-

mun yang keluar dan selamat adalah yang beriman, mereka adalah

keluarganya kecuali isterinya sebab ia tetap tinggal dan tidak keluar

bersama mereka, karena secara lahiriahnya ia adalah seorang musli-

mah namun bukan mukminah. Oleh sebab itu Allah sebutkan, "kecuali

sebuah rumah dari orang-orang muslim." Dan tidak mengatakan, "Kami

tidak mendapatinya di dalamnya kecuali beberapa or:Ing dari kaum

muslimin."

Perbedaannya jelas sekali bahwa iman adalah sesuatu dan Islam

adalah sesuatu yang lain jika disebutkanbersamaan.

il ic G'fri Jo &.i')t U :.5* c';;.i i6 ,.,r;jr ;i c3;.tv

,"uc\t'

# i' * *ti;:i,i;;'Ar oat y ,r qGi s) j. F

#, l:;'At y-b yt J;1: is'{ ;ta 3:,;rrL;t fi ?-1,

,rl,yti fi Y,$ Y lnt i;:u dfr UN iic'

L35 \ plt v Ct p # Jsd ry i1 i,e fui \<t

ry )i i69i;t'd j\*'i tJJ Y d)v e Ca.

'l;i ;ei

111

dqL:b',+*'i,tb Il p;t v Gai ;t

tt2

,4

Oi /l / 2

r rbj

lS

.1r t<;,r &-*')t ,fi Jt'),#) UVi .;:; trr. ,rlt ;

tt4

115

€rmiffi'tp

bi'^*; '+ At.;i tp3 ,byt e;r! et'x U it,

&-o}t

27. Abul Yaman menceritalan kepada kami, ia berkata, "Syr'oii telah me-

ngabarkan kEada knmi dari Az-Zuhri, ia berkata, "Amir bin Sa'ad bin

Waqqash telah mengabarknn kEada kami dari Sa'ad Radhiyallahu An-

hu bahwasanya Rasulullah memberi beberapa orang sedang Sa'ad duduk

menyaksikannya, dan tidak memberi seorang lelaki yang menurutku le-

bih berhak untuk dipenuhi permintaannya. Aku berknta, "Wahai Rasu-

lullah, mengapa tuan tidak memberi si FulanT Demi Allah setahu saya in

adalah seorang lelaki mukmin!" "Ataukah muslim?" jawab Rasulullah.

Malu diamlah Sa'ad sejenak. lalu lurena aku sangat mengenal lelaki

itu kuulangi pertanyaan tersebut, "Wahai Rasulullah, mengapa tuan ti-

dak memberi si Fulan? Demi Allah setahu saya ia adalah seorang lelaki

mulqnin!" "Atauluh muslim?" jawab Rasulullah lagi. lalu karena aku

sangat mengenal lelaki itu kuulangi pertanyaan tersebut, 'Wahai Rasu-

lullnh, mengapa tuan tidak memberi si Fulan? Demi Allah setahu saya

ia adalah seorang lelaki mukmin!" Rasulullah masih menjawab serupa

lalu berkata, 'Hai Sa'ad, adakalanya aku memberi seseorang sementara

orang yang lain lebih aku sukai daripadanya,lcnrena aku khawatir Allah

menjerumuskannya ke dalam api neraka!"ttt Dirfuoayatkan oleh Yunus,

Shalih, Ma'mar dan keponakan Az-Zuhri dari Az-Zuhri.lls

[Hadits 27- tercantum juga pada hadits nomor: L478]

Diriwayatkan oleh Muslim (l/ 132) (150) (237)

Dalam kitabnya Taghliq At-Ta'Iiq (ll/ 32-34) Al-Hafizh Rahimahullah berkata,

"Adapun hadits Yunus maka Rustah berkata, "la ada pada Kitab Al-Iman dengan

sanad yang telah lebih dahulu disebutkan tadi, telah menceritakan kepada kami

Abdurrahman bin Mahdi, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al-

Mubarak dari Yunus bin Yazid A1:Aili dari Az-Zuhri, telah mengabarkan ke-

padaku Amir bin Sa'ad dari Sa'ad bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam me-

nyebutkannya.

Adapun hadits Shalih maka Abu Abdillah menyebutkannya dengan sanad-

nya dalam Kitab Az-Zakah (L478) dari hadits Ya'qub bin Ibrahim bin Sa'ad dari

ayahnya.

Sementara hadits Ma'mar diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya (ll/ 733)

dari Abd bin Humeid ia berkata, "Telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq,

telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az-Zuhri.

Sedangkan hadits keponakan Az-Zului diriwayatkan oleh Muslim dalam Shohih-

nya (ll/ 733) dari Ibnu Khaitsamah.

Silahkan melihat juga F ath Al-Bari (l / 81,-82)

€,tflffiP

Syarah Hadits

Hadits ini mengand*g dalil diperbolehkannya memberi kepada

orang yang rendah keutamaannya ketimbang yang lebih tingg ke-

utamaannya karena mengkhawatirkan agamanya sehingga ia tidak

terfitnah. Sebab sebagian manusia bila tidak engkau beri atau tidak

engkau ajak bicara dengan pembicaraan yang lebih utama dari selain-

nya, boleh ia akan terfitnah pada agamanya.

Hadits ini juga mengandtrng dalil (keharusan) memperhatikan

kondisi lawan bicara, orang yang diberi dan yang diperlakukan. Se-

seorang tidak boleh mengatakan, "Aku akan melakukarurya, Tidak

perduli bagaimana orang menanggaphya." Akan tetapi orang yang

' memberi nasehat adalah yang menjaga kondisi saudara-saudaranya.

|ika ia merasa khawatir mereka akan tertimpa fitnah, ia memberi me-

reka sesuatu yang dapat menenangkan, melembutkan dan menjinak-

kan hati mereka.

Hadits di atas juga menjadi dalil diperbolehkannya seseorang un-

tuk menyebutkan permintaan berulang-ulang, meskipun maksudnya

tersebut ditolak sebelumnya. Karena boleh jadi setelah beberapa kali

disebutkan seseorang akan menarik apa yang sebelumnya tak mau di-

perkenankannya, kemudian ia menerima permintaan tersebut.

Dan hal ini dapat dilihat. Sering kali seseorang berniat tidak ingin

melakukan sesuatu, kemudian ada yang datang berbicara dengannya

tentang masalah itu la1u ia menolak untuk pertama kali. Pada kali yang

kedua tetap menolak namun pada kali ketiga ia mempertimbangkan-

nya danboleh jadi menerima perkataannya.

Ibnu Hajar berkata dalam Al-Fath (I/ 80), "Perkataan Al-Bukhari,

"Beliau menjawab, "Atau muslim?"

Dibaca: V iibukan V ii Ada yang mengatakan fungsi huruf

waw dalam kalimat di atas adalah untuk menjelaskan jenis. Sebagian

orang mengatakan untuk tasyrik (penyertaan), yakni Rasulullah me-

merintahkan agar Sa'ad mengatakan kedua kalimat tersebut, yaitu

mukmin dan muslim. Sebab hal itu lebih selamat. Namun hal itu ter-

tolak dengan riwayat Ibnul Arabi dalam Mu' jamnya dengan Laf.azh:

113

" I angan katakan mulcrnin, tapi katakan muslim ! "

V,F bi F\

tt4 €mmruTp

]elaslah bahwa huruf waw di sini fungsinya untuk idhraab (mera-

lat). Maksud beliau bukan menyalahkan tapi sebutan muslim bagi

orang yang belum diketahui pasti keadaan batinnya lebih baik daripa-

da sebutan mukmin. Sebab statusnya sebagai muslim dapat dimaklu-

mi secara zhahir. Demikian dikatakan oleh Syaikh Muhyiddin.

Namun dibantah oleh Al-Kirmanl, katanya konsekuensinya ha-

dits ini tidak sesuai dengan judul bab di atas. Dan kalaulah makna

begitu maka tidak ada gunanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

membantah perkataan Sa'ad tadi.

Namun bantahan ini tertolak. Sebelumnya kami telah menjelaskan

korelasi antara hadits dengan bab. Kesimpulan kisah tersebut adalah:

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menebar pemberian kepada

orang-orang yang menampakkan keislamannya untuk menarik hati

mereka. Beliau memberi beberapa orang yang masih tergolong mu-

allaf itu dan tidak memberi Ju'eil sedang ia terrtasuk golongan mu-

hajirin padahal mereka semua sama-sama meminta kepada beliau.

Maka Sa'ad pun menjelaskan persoalannya, menurutnya ]u'eil le-

bih berhak menerimanya daripada mereka, karena ia lebih mengenal

Ju'eil daripada mereka. Oleh karena itu ia mengulangi penjelasan-

nya berkali-kali. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menun-

jukinya kepada dua hal:

o Pertama: Hikmah pemberian kepada mereka dan menahan Pem-

berian kepada Ju'eil meskipun sebenamya beliau lebih suka kepa-

danya daripada orang-orangyangbeliau beri. Sebab kalaulah be-

liau menahan pemberian kepada oranS-orang muallaf itu, dikha-

watirkan mereka akan murtad dan menjadi penduduk neraka.

o Kedua: Petunjuk supaya menahan pujian dalam perkara-perkara

batin dan cukup memberi pujian dalam perkara-perkara zhahir

saja. Hal ini dapat terlihat jelas dari bantahan Rasulullah shallalla-

hu Alaihi wa Sallam kepada Sa'ad. Karena maksudnya bukanlah

menyalahkannya secara mutlak.

Kedua jawaban di atas salah satunya dalam bentuk anjuran dan

saran dan yang lain dalam bentuk i'tidzar (toleransi).

Jika ada yang berkata: Mengapa rekomendasi yang diberikan

Sa'ad untuk Ju'eil tidak diterima? Padahal sekiranya Sa'ad mereko-

mendasikan keshalihannya tentulah diterima dan bukankah itu juga

bermakna rekomendasi atas keimanannya?

€,ffiffi,p

]awabnya: Perkataan Sa'ad tidak untuk memberi rekomendasi.

Namun untuk memberi pujian. Dan sebagai wasilah agar perrrin-

taannya dikabulkan. Oleh karena itu Rasul membantah perkataanya.

Dan kalaupun perkataannya itu adalah rekomendasi trntuk memberi

saran kepada perkara yang lebih baik, yang jelas rekomendasinya

itu ditolak. Namun dialog tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah

ShallaLlahu Alaihi wa Sallam menerima perkataan Sa'ad tentang Iu'erl,

buktinya Rasulullah mengajukan i'tidmr kepada Sa'ad.

Kami telah meriwayatkan dalam Musnad Muhammad bin Harun

Ar-Ruyaani dan lainnya dengan sanad shahih sampai kepada Abu

Salim Al-|aisyaani dari Abu Dzar Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah

pernah berkata kepadanya, "Bagaimanakah )u'eil menurut pendapat-

mu?" Abu Dzar menjawab, "Seperti halnya orang-or:rng lainnya!"

yakni terrrasuk seorang Muhajirin. "Bagaimanakah pendapatmu ten-

tang Fulan?" tanya Rasul lagi. Abu Dzar menjawab, "la termasuk salah

seorang pemuka kaLlm."

Rasulullah Shallallahu Alaihiwa Sallam berkata:, "]u'eil seluas bumi

lebih baik daripada Fulan!"

Abu Dzar berkata, "Kalaulah si Fulan ifu demikian, mengapa-

kah Anda memperlakukannya secara istimewa seperti itu?" Rasulullah

Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, "Karena ia pemimpin kaumnya,

aku ingin mengambil hati mereka!"

Itulah kedudukan Ju'eil di sisi Rasulullah. Dari situ jelaslah hik-

mah beliau menahan pemberian kepadanya dan memberi selairurya.

Semua itu demi mengambil hati kaum muallaf sebagaimana yang

telah kami tegaskan.

ll5

*r+tt

€rg&

ge :at :#C U Li| 3s; ,:a: ty-y' c tr^*t' ;utt,+s.

;dI' i.rfi.jr t j4ffrt' lkSe-JI bi.;j!' oq.i'

Bab menyebarkan salam termasuk aiaran lslam

'Ammar berkata,'Ada tiga perkara yang bila terkumpul pada

dlri seseorang maka ia telah menyempurnakan iman. (1)

Bersikap adll kepada dlrlmu sendiri, (2) Menebarkan salam

kepada semua manusialls dan (3) Berinfak namun tidak sampai

fatuh mlskin.117'118

28. Qutaibah telah menceritalun krpada lcnmi, ia berknta, "Al-Laits telah

menceritakankepadaknmi dariYazidbin Abi Habib dari Abul Knir d.ari

Abdullah bin Amr Radhtyallahu Anhu bahwa seorang lelaki bertanya

,r F €) + f ;) i, L.i yi;tr ur.- i6'^*rik.v^

&i ;ti y it t* lt i;i ii Jei I'i ,* ; It *

I ;i i'; U ,F $atiii rtirt Vi; ic ;..**'

-l;

116

7L7

Dalam naskah asli tertulis li Al:Alam, dalam AlFath (I/ SS1 Ibnu Hajar Rahima-

hullahmenyebutkan, "Kata Al-'Alam-huruf lamdibacafat-ah-.Yang dimaksud di

sini adalah semua manusia."

Dalam naskah asli tertulis AI-Iqtar, dalam Al-Fath (l/ 83) Ibnu Hajar Rnhimahullah

menyebutkan, "Al-Iqtar artinya sedikit. Ada yang berpendapat artinya miskin.

Jika makna kedua yang dipakai maka kata min pada perkataannya min Al-Iqtar

bermakna ma'a (dengan) atau'inda (ketika)."

Al-Bukhari meriwayatkannya secara maushul dengan shighat jazam. Sedangkan

Imam Ahmad telah meriwayatkannya dalam Al-lman beliau dari Yahya Al-

Qaththan dan Ibnu Mahdi, dan riwayat keduanya melalui jalur Sufyan.

Silahkan melihat Taghliq AtTa'liq (ll/ 36- 40) danFath AlBari (l/ 82-83)

118

116

..€'ffiffi,&

kepada Rasulullah, "Amllan apaluh yang paling baik dalam lslam?" Be-

liau mmjawnb, "Manbei malun ilan mengucaplan salam k podo orang

yang englau kenal dan yang tidak engluu bnal.Dlle

Syarah Hadlts

Perkataan Al-Bukhari, "Bab menyebarkan salam terrrasuk ajaran

Islam. " (kata) lfsyaa' uhu artinya memperlihatkarmya dan menebarkan-

nya di antara manusia, baik memulai atau membalasnya.

Sedangkan perkataan 'Ammar bin Yasir, "Tiga perkara yang ba-

rangsiapa terkumpul pada dirinya maka ia telah menyempurnakan

iman;

r Pertama, Bersikap adil kepada diri sendiri." Ini merupakan kea-

dilan yang paling lurus, Allah Ta'ala berfirman, "Wahai orang-orang

yang beriman! ladilah lumu penegak lceadilan, menjadi salesi lurma

Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri." (QS. An-Nisa': 135) Dan

bersikap adil kepada diri sendiri adalah engkau memperlakukan

orang lain dengan sikap yang engkau ingin dia juga memperlaku-

kanmu dengan sikap yang sama.

o Kedua, menyebarkan salam kepada semua orang, namun mak-

na ini tidak diambil dalam keumumannya, sebagaimana akan di-

jelaskan nantinya dalam hadits ini.

o Ketiga, berinfak narnun tidak sampai jatuh miskin. Yakni engkau

berinfak sampai tidak menjadi miskin. Kata 'min'berfiingsi sebagai

badal, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah Ta'alA, "DAn

sekiranya Kami menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang IQmi

jadiknn malaikat-malaikat (yang turun temurun) sebagai pengganti ka-

mu dibumi," (QS. Lz-Zttkhruf: 50)

Kata minkum dalam ayat ini bermakna badalalum (ganti dari ka-

mu). Dengan demikian kata tersebut tidak memberi makna sebagian,

dan bukan untuk menerangkan jenis.

Boleh jadi maksud dari kata iqtar pada perkataan 'Ammar adalah

kefakiran, sehingga maknanya menjadi berinfak meskipun dalam ke-

adaan fakir. Dan ini seperti sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallamke-

tika ditanya, "Sedekah apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,

"Pemberian orang yang kekurangan.'/r20

119 Diriwayatkan oleh Muslim (l/ 65) (39) (63)

120 Diriwayatkan oleh Ahmad dalamMusnad-nya (ll/ 358) (87U), Abu Dawud (1449,

tt7

ll8 €msmrur&

Adapun hadits yang disebutkan di atas, maka Nabi Sftallallahu

Alaihi wa Sallam ditanya, "Islam yang bagaimanakah yang palin gbaik?"

Beliau menjawab, "Engknu memberi makan dan mengucapkan salam."

fika demikian maka memberi makan termasuk ajaran Islam. Na-

mun ini tidak bersifat mutlak juga, tetapi yang dimaksud adalah mem-

beri makan kepada orang yang membuhrhkannya.

Adapun jika pemberian makanan itu berlebih{ebihan, atau mem-

beri makanan dalam rangka mendukung perkara yang diharamkan

maka itu bukanlah termasuk ajaran Islam.

Sabda beliau, "Engkau mengucapkan salam." Artinya engkau me-

ngucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang tidak engkau

kenal. Perkataan beliau 'engkau mengucapkan salam'yaitu dengan me-

ngucapkan' Assalamu Alaika' .

Perkataan beliau, "Kepada orang yang engkau kenal dan yang ti-

dak engkau kenal." Ini juga tidak dipahami berdasarkan keumuman-

nya semata. Sebab orang yang tidak boleh didahului dengan ucap;rn

salam dikecualikan dari itu. Seperti orang Yahudi, Nasrani dan kaum

kuffar lainnya.

Hadits ini mengandung dalil bahwa orang yang mengucapkan

salam hanya kepada yang dikenalnya saja, maka perbuatan tersebut

tidak termasuk ajaran Islam, bahkan ini merupakan kekurangan da-

lam keislamannya. Maka sudah seharusnya seorang muslim mengu-

capkan salam kepada orang yang dikenal dan tidak dikenalnya yang

memang berhak untuk didahului dengan ucapan salam.

1677), An-Nasa'i (2526), Al-Hakim \l/ 414) dan ia berkata, "Shahih atas syarat

Muslim." Disepakati oleh Adz-Dzahabi meskipun Muslim tidak meriwayatkan

untuk Yahya bin Ja'dah. Syail<h Al-Albani Rahimahullah berkata dalam ta'Iiqi-nya

terhadap Sunan Abi Dawud dan Sunan An-Nasa'i, "Hadits ini shahih."

Ucapan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Juhd Al-Muqlll (pemberian orang yang

kekurangan).; As-Sindi berkata, "Al-Juhd -huruf jim dibaca dhammah- artinya

keluasan dan kemampuan, yakni keadaan sedikit harta yang dimilikinya. Ada

yang berpendapat artinya kelemahannya karena kekurangan hartanya. Sesung-

guhnya ia diperbolehkan berinfak jika ia sanggup bersabar dan tidak memiliki

tanggungan. Namun jika tidak sanggup bersabar dan memiliki tanggungan maka

yang lebih utama adalah dilakukan dalam keadaan kaya (memiliki harta banyak).

€zo&

li 3 t3 F t r"xjr u';? ,a$.

J 1 'f ' /J

?-4 * a, & :;, li &t"iit ri,; ,4 ,r y.

Bab Kufur (Durhaka) kepada Suami, Kufrun Duno Kufrln (Kufur

6l'go,fo,

Jr)

It

Yang Tidak Mengeluarkan Pelakunya Dari lslam)

Diriwayatkan Dari Abu Sa'id Al-Khudri Rodhiyollohu Anhu Dati

Rasulullah Shollollohu Aloihi wa Sollom.

Al-Hafizh berkata dalam Al-Fath (l/ 83-84), "Adapun ucapan

Imam Al-Bukhari, "Kufrun duna kufrin" mengisyaratkan kepada se-

buah atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Al-lman

dari jalur Atha'bin Abi Rabbah dan lainnya.

Perkatan Imam Al-Bukhari, "Dkiwayatkan dari Abu Sa'id." Yaitu

sebuah riwayat dari Abu Sa'id Al-KhudriRadhiyallahu Anhu.

Tujuan pengisyaratan tersebut adalah menjelaskan bahwa ada ja-

lur lain bagi hadits ini selain yang disebutkan di atas.

Hadits Abu Sa'id diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Al-

Haidh dan kitab lainnya dari jalur Iyadh bin Abdillah darinya, dalam

riwayat itu disebutkan sabda nabi kepada kaum wanita, "Bersedekah-

Iah! Sebab aku melihat kalian adalah penghuni neraka yang paling

banyak." Kaum wanita bertanya, "Mengapa wahai Rasulullah?" Rasu-

Iullah Shallallahu Alaihiwa Sallam menjawab,

'5)t o*i,;tut t$r

"Kalian suka melaknat dan sulu mendurhakai suami"

Dan kemungkinan lain yang beliau maksud adalah hadits Abu

Sa'id lainnya yang berbunyi,

119

t20 €ilffiHt't8>

Ast *r iar f;; v

"Tiilak dianggap telah bersyulatr kepada Altah siapa yang tidak bersyuhtr

bprfutnlnusia."

Demikian dituturkan oleh Al-eadhi Abu Bakar.

Pendapat pertama di atas lebih tepat dan lebih sesuai dengan

kebiasaan Imam Al-Bukhari dalam Y.rtab shahih-nya ini. Dikuatkan

lagi dengan membawakan hadits Ibnu Abbas Radhiyailahu Anhu-

ma dengan lafazh: '4t lt'kj (dan mendurhakai suami) . At:Asyiir

maknanya suami. Ada yang mengatakan 'asyiir maknanya mu'aasyir

(teman atau pendamping hidup) seperti. kata akiil bermakna mu'akil

(teman makan).

Dengan bab ini Al-Bukhari hendak mengisyaratkan bahwa kata

kufur terkadang tidak bermakna kekufuran yang mengeluarkan pela-

kunya dari Islam. Sesungguhnya yang dimaksud adalah mengingkari

suami, mengingkari nikmat atau sejenisnya.

Kemudian, kekufuran -yakni kekufuran yang Syar'i- terkadang

bermakna kufrun duna kufrin, artinya ia merupakan bagian dari ke-

kufuran bukan kekufuran total. seperti sabda beliau shallallahu Ataihi

wa Sallam, "Dua perkara jika ada pada diri manusia dapat menyebab-

kan kekufuran; mencela nasab dan meratapi mayit."121 Pengertian ha-

dits ini ialah bahwa keduanya merupakan bagian dari kekufuran.

Syaikhul Islam Rahimahullah berkata dalam kitabnya lqtidha' Ash-

Shhath Al-Mustaqin ketika mengisyaratkan kufumya orang yang

meninggalkan shalat, "Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

bersabda, "Yang memisahkan antara seseorang dengan kesyirikan ilan

kehtfuran..." Beliau menyebutkan kata kufur dengan menggunakan

alif lam yang menunjukkan sebuah hakikat. Maka terdapat perbedaan

antara menyebutkan kekufuran dengan menggunakan alif lam dengan

tidak menggunakannya. Karena penyebutkan kekufuran tanpa alif

lam Adak memberikan pengertian kekufuran yang dapat mengeluar-

kanpelakunya dari Islam. Dan ini merupakan perbedaan yang jelas."rn

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (3850) dan Muslim (l/ 82) (67), dan lafazh hadits

milik Muslim

Iqtidha' Ash-Shirath Al-Mustaqim (hal. 1a6)

t21,

122

v UG $ ,+ a1, F 

.j,-xst ,itt;1 11

j#ij,:u:...jr

t,

U YF * *rlt

29. Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami ilari Malik

dari Zaid bin Aslam dari Atha' bin Yasar dari Abdullah bin Abbas Ra-

dhiyallahu Anhuma ia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

ber sab da,' T elah dip erlihatlan ner aka kep adaku, t erny at a p enghuniny a

kebanyakan kaum wanita disebabkan mereka kufur!" Ada yang berta-

nya, "Apalah merelu kufur lcepada Allah?" Rasul menjawab, 'Merela

kufur kepada suami ilan mengkufuri lcebailannya. Sekiranya lamu b*-

buat baik kqadanya setahun penuh lalu ia melihat suuatu yang tidak

berkenan padamu, in pasti berlata, "Sam.a selali aku tidak melihat l<ebai-

lanpadamu!"lu

[Hadits 29- tercantum juga pada hadits nomor: 43L,748,L052,3202,

dan 5197I

Syarah Hadits

Di dalam hadits ini -sebagaimana yang engkau lihat- terkandung

pemutlakan kekufuran kepada sikap kufur terhadap suami. Dinama-

karr'Asyiir sebab ia mempergauli isterinya, begitu juga dengan si isteri.

Di antara makna yang menjelaskan hal ini adalah fuman Allah Ta'ala,

"Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut." (QS. An-Nisa':

19)

Di dalamnya juga terkandung pemutlakan kekufuran kepada si-

kap kufur terhadap nikmat dan kebaikan, berdasarkan sabda beliau,

" D an mer eka mengingkari keb aikan. "

Hadits ini juga mengandung dalil diperbolehkannya memutlak-

kan sifat kepada jenis, meskipun ia tidak terealisasi pada setiap indivi-

du. Sebab sikap kufur kepada suami dan kufur terhadap kebaikan ti-

dak terdapat pada setiap diri seorang wanita. Namun jenis kaum wa-

123 Diriwayatkan oleh Muslim (ll/ 626) eln $7)

€'ffiffi&

i,,tbV?vii$Ff

,.

,i .  F,il6 JL A?;1A^* .i .rt i5 ttk{J, . Yl

i$ ,$ *.,1 *3 F it ov :41 iv i6 ,W jt r t6.

, ca

v lyk-jG au 6'j;i k'o'*<i itAt,i);i 'g

t2l

(,"5i'*it'o' iu gi 'oy{ E'o'k;

c

122 €r.m;rut&

nita yang memiliki akhlak seperti ini, merekalah yang kufur kepada

suami dan kepada kebaikan mereka.

Dalil dari bab ini serta perkara yarLg disebutkan hadits di dalam

adalah isyarat bahwa kekufuran itu dimuttakkan, dan tidak dimak-

sudkan sebagai kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari Islam.

€zr&

l''iru,{l +rq;u,ripiw ;a"'tt {yr6rt ti e o,,a.riat ,ari.

J';tf' lYttlurv 4 :;, dtJ;'t# il' ,tv #, )/.

t;qF.d.t 3|v *:y,tf-:'i fri ar ,i1)

Bab perbuatan maksiat termasuk perkara Jahiliyah, pelakunya

tidak boleh dihukumi kafir kecuali bila melakukan syirik

berdasarkan sabda Nabi Shollollohu Aloihi wo Sollom,

'sesungguhnyo engkou memiliki perongai lohlliyoh.'

Dan firman Allah, 'Sesungguhnyo Alloh tidok okon mengompuni

(doso) korenq mempersekutukon-Nyo (sytrik), don Dio

mengompuni opo (doso) yong seloin (syirik) itu bogi siapo yqng

Dio kehendaki.'(QS. An-Nisa': 48)

'k'ti,ruq#, Jtuq

#*'u

30. Sulaiman bin Harb telah menceritakan kEada kami, ia berkata, " Syu'bah

telah menceritakan kepada knmi dari Washil Al-Ahdab dari Al-Ma'rur

bin Suweid, ia berkata, "Saya bertemu dengan Abu Dzarr di Rabadzah,

t23

kt) # rd c'-6 i$ qf J l* $k.r,

z' '

fu yii ,*') ^): 

y) iir')L'ri tii 4 i6 !"i i, ,|it

,*:;tei*i\'4ztJA:-,ru 4i6 1t Y$A

#'1\iu*. 4. :ftrlll\r'F ); ui u #) *'A,

ry:i\i-rt;i [)t{ p &*1 ,;:;'ir fir; #;

f q'x)-\t

t24 €rumrur&

saat itu ia sedang mengenakan sEasang pakaian dan budalotya juga

mengenaknn sepasang paknian. lalu akubertanyakepadanya tentang apa

yang kulihat itu. Ia berlata, "Aku pernah mencaci seorang lelaki ilengan

mencaci ibunya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepa-

daht, "Apalah englau mencacinya dengan mencela ibunya? Sesungguh-

nya pada dirimu terdapat perangai lahiliyah.' Budak-budak lalinn ada-

lah saudara bagi kalian. Allah telah mmyerahkan urusan mereka kcpada

lulian, Barangsiapa memiliki budak hendaklah ia memberinya malanan

yang ia makan, memberinya pakni"an yang ia pakai, janganlah membe-

bani merekn diluar lcesanggupan merekn dan bila lalian menyuruh me-

reka mala bantulah pelcerjaan merekatill24

[Hadits 30- tercantum juga pada hadits nomor: 2545 dan 6050]

Syarah Hadits

Bab ini jelas sekali. Perbuatan-perbuatan maksiat termasuk perka-

ra |ahiliyah, dan pelakunya tidak boleh dihukumi kafir kecuali bila me-

lakukan kesyirikan. Boleh juga dikatakan ia tidak kafir, karena mak-

nanya sama.

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan maksiat termasuk perkara Ja-

hiliyah, sebab setiap yang melakukan kemaksiatan kepada Allah Sab-

hanahu wa Ta'ala adalah orang yang jahil terhadap keagungan Altah

'Azza uta lalla. Oleh sebab itu Allah Ta'ala berfirmary "sesungguhnya

bertobat kepada Allah itu hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan ke-

jahatan larena tidak mengerti, kemudian segera bertobat." (QS. An-Nisa':

771

Yang dimaksud dengan firman Allah bi jahaalah bulunlah 'an jahl

(karena ketidaktahuan), sebab orang yang melakukan keburukan (do-

sa) karena ketidaktahuannya tidak mendapat dosa. Namun yang di-

maksud dengan jahalah di sini adalah safaluh.lx dan tidak mengagung-

kan serta membesarkan Allah 'Azza wa lalla.

Maka setiap perbu


Related Posts:

  • Syarah sahih Al Bukhari 3 iriwayatkan oleh Muslim (Il/ 701) (157) (60)€,[[if,,pSabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Sebagaimana ia bencidicampakkan lce dalam api. "Betapa banyak manusia yang ketika ditawarkan kepadanya un-tuk memilih anta… Read More