Isa almahdi akhir zaman 1

 



Isa al-Masih. Sejak kelahirannya ia telah menggetarkan hati

orang-orang yang beriman karena menyaksikan kekuasaan

Allah swt.. Sejak kelahirannya ia telah menjadi ujian berat bagi

semua orang. Sejak lahir, ia menjadi penyejuk hati bagi orang-

orang yang beriman, dan menjadi duri bagi orang-orang yang

hatinya penuh kotoran dan kedengkian. Sejak kelahirannya ia

1 2 - lsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman lsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman - 13

telah mengundang perhatian seluruh umat manusia. Dan masih

banyak lagi keragaman umat manusia di dalam menyikapi

kalimat Allah terhadap Isa Al-Masih yang diberikan kepada

Maryam ini.

Isa al-Masih memiliki kedudukan yang sangat penting di

dalam doktrin tiga agama samawi; Nasrani, Yahudi, dan Islam.

Masing-masing agama memiliki doktrin dan keyakinan yang ber-

beda-beda dan sangat bertolak belakang. Di satu sisi, umat Kris-

ten terlalu berlebihan di dalam memuji dan menyanjung Isa al-

Masih. Sedemikian besarnya sanjungan ini hingga mencapai

derajat pengkultusan dan penuhanan. Mereka menganggapnya

sebagai tuhan anak dalam doktrin Trinitas. Sungguh ini suatu

sikap yang melampaui batas. Kelahiran Isa a.s. yang tanpa ayah

dari seorang perempuan perawan yang suci yang b ernazar untuk

menyendiri di sebuah mihrab menjadi ujian berat bagi kaumnya.

Sesuatu yang seharusnya menjadi petunjuk untuk lebih

mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah-yaitu mukjizat

yang diturunkan kepada Maryam, tetapi justru menjadi bencana

dan kesengsaraan bagi mereka. Di depan keajaiban-keajaiban

ini mereka justru terbawa oleh mitos-mitos yang diembuskan

setan di hati dan pikiran mereka. Semua itu karena kelemahan

diri mereka untuk mengikuti sangkaan-sangkaan yang menye-

satkan. Mereka mengesampingkan ajaran-ilaran Isa as. yang

sebenarnya yang dibawanya dari Allah, karena terlalu terpesona

oleh keajaibannya lalu bersikap bodoh. Hanya sedikit saja yang

tetap berpegang pada ajaran Isa a.s. yang autentik.

Di sisi lain, sikap orang-orang Yahudi bertolak belakang

dengan sikap umat Nasrani. Apabila IsaAl-Masih diyakini orang-

orang Nasrani sebagai tuhan anak yang mengorbankan diri

untuk menebus dosa-dosa manusia, maka bagi orang-orang

Yahudi dia adalah ancaman yang harus dilenyapkan. Ia dianggap

sebagai penyihir yang menyebarkan alNan-alaran sesat. Dan

14 - tsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman

makar pun disusun. Melalui informasi muridnya yang ber_

khianat, orang-orang yang Yahudi berkumpul untuk meren_

canakan pembunuhannya. Rencana telah dilakukan. Namun,

Allah berkehendak lain. Setelah itu, timbul silang pendapatyang

tidak ada titik terangnya.

Sejak peristiwa penyaliban itu, selama kurang lebih enam

abad lamanya, orang-orang Kristen dan yahudi diliputi kabut

prasangka. Mereka tidak mendapatkan titik terang sedikit pun.

Mereka terkecoh oleh peristiwa itu. Mereka mengira bahwa Isa

a.s. telah dibunuh dan disalib, meskipun sebagian orang-orang

Nasrani-yaitu para pengikut setia Isa a.s.-meyakini bahwa

Isa a.s. diangkatAllah ke langit, tetapi jumlah dan suara mereka

ditelan oleh mayoritas. Mereka terus terkecoh sampai diutusnya

Muhammad saw. untuk membeberkan masalah sebenarnya dan

membongkar kesalahpahaman mereka. Berita itu menyentak

anggapan dan menggugurkan apayang selama ini menjadi dok-

trin mereka. Kini Allah telah menyingkap tabir yang menutupi

peristiwa itu sebagai penghinaan atas anggapan orang-orang

Yahudi yang berpikir telah berhasil membunuh Isa a.s., dan

sebagai sanggahan bagi orang-orang Nasrani yang selama ini

mempertuhankannya.

Kini Al-Qur'an telah menyingkap misteri penyaliban itu.

Setelah misteri itu tersingkap, ternyata mereka tidak membunuh

Isa a.s. dan tidak pula menyalibnya. Sebaliknya, yang mereka

salib itu sebenarnya adalah orang yang diserupakan dengan Isa

a.s. di mata mereka. Allah telah menyelamatkan Isa a.s. dari

ma-kar pembunuhan mereka. Selanjutnya Allah memuliakan Isa

a.s. dengan mengangkatnya ke langit.

Tetapi, masalahnya tidak sampai di sini. Timbul pertanyaan-

pertanyaan besar di tengah umat Islam yang harus dijawab;

Benarkah Isa a.s. diangkat Allah ke sisi-Nya dalam keadaan

hidup? Benarkah ia akan kembali ke bumi di akhir zaman? Apa

Mukadimah - 15

yang dilakukannya di akhir zaman? Apakah ada dalil-dalil Al-

Qur'an dan hadits yang mendukungnya? Bagaimana status

Hadits yang menerangkan turunnya Isa as.? Berkenaan dengan

Isa a.s., turut dipertanyakan pula kemunculan Al-Mahdi. Al-

Qur'an menunjukkan secara gamblang bahwa Isa a.s. belum

me-ninggal dan masih hidup hingga kini. Dan di akhir zaman

nanti, Isa a.s. akan turun ke dunia salah satunya untuk

membuktikan agama tauhid. Turunnya Isa a.s. ke bumi ini

didukung oleh hadits -hadits-mut aw atir m a'naut i yang valid

untuk dijadikan pijakan dalam masalah akidah.

Inilah alasan-alasan yang memotivasi penulis untuk melaku-

kan penelitian dan menghimpun risalah ini. Penulis berharap,

dengan risalah ini akan terbuka cakrawala pemahaman kita

tentang doktrin dan akidah Islamiyyah yang shahih menurut

pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Semoga Allah melim-

pahkan taufik dan hidayah kepada kita semua, dan menjadikan

risalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan seluruh umat

Islam, khususnya bagi penulis. Semoga Allah menjadikan kita

ikhlas di dalam setiap amal, dan mengaruniai kita balasan yang

berlipat ganda di dunia dan di akhirat. Amin.


"(Ingatlah), ketika Allah berfirman, 'Hai Isa, sesungguhnla Aku

akan menyampaikan kamu kepada akhir aialmu dan mengangkatmu

BAB PERTAMA

1 6 - tsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman lsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman - 17

I

kepada-Ku serta membersihkanmu dari orang-orang kafir, dan menjadi-

kan orang-orang lang mengikutimu di atas orang-orang yng kafir sampai

hari Kiamat. Kemudian hanla kepada Akulah kalian kembali, lalu

Aku memutuskan di antara kalian tentang hal-hal yng kalian per-

selisihkan.'" (Ali Imran: 55)

Kedua, firman Allah ta'ala di dalam surah al-Maa'idah ayat

tr7,

"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yng

Engkau perintahkan kepadaku, yitu, 'sembahlah Allah, Tuhanku dan

Tuhan kalian,' dan aku adalah menjadi salcsi terhadap mereka selama

aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat)

aku, Engkaulah yng mengatnasi mereka. Dan Engkau adalah Maha

Menyaksikan atas segala sesualu." (al-Maa'idah: 117)

Ulama berbeda pendapat tentang arti wafat yang berkaitan

dengan Isa a.s. di dalam firman Allah { *},glb menjadi

empat pendapat.

Pendapat Pertama

Yang dimaksud dengan wafat di sini adalah kematian dalam

tidur. Maksudnya Allah ta'ala mengangkat Isa a.s. dalam keadaan

tidur. Jadi, arti ayat itu adalah "sesungguhnya Aku menidurkan

dan menganghatmu dalam keadaan tidur".

Diriwayatkan dari Rabi' bahwa sesungguhnya Allah ta'ala

mengangkat Isa a.s. ke langit dalam keadaan tidur karena Dia

18 - tsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman

merahmatinya.l

Ulama yang berpendapat demikian beralasan bahwa tidur

dan wafat itu sama artinya. Salah satu dari kedua kata ini dapat

dipakai untuk menunjukkan arti yang lain, begitu juga sebalik-

nya.

Setelah menjelaskan berbagai arti kata wafat, Ibnu Katsir

mendukung pendapat tersebut. Dia mengatakan, "Mayoritas

ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata wafat di

sini adalah tidur," seperti firman Allah Ta'ala,


"'Dan Dia-lahltang menidurkan kalian pada malam hari...." (al-

An'aam:50)

Begitu juga dengan firman Allah swt.,


"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan memegang jiwa

lrang )ang belum mati di waktu tidurryta...." (az-Zumar: 42)

Dan Rasulullah saw. bila bangun tidur selalu berdoa,

A r;ui s\l

"Segala puji bagi Allah yng menghidupkan kami kembali setelah

mematikan kami." (HR Bukhari)2

Pendapat Kedua

Yang dimaksud dengan katawafat di sini adalah memegang

1 Tafsir al-Alusl, jld. 3, hlm. 179.

2 Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Bukhari, kitab at-Tauhid, bab as-Su'al bi

Asmaaillah wal Isti'adzah biha, jld. 13, hlm. 378.

;, (q:;.sir i,i:,rip

Bab l: Penjelasan Al-Our'an Tentang Pengangkatan lsa a.s. - 1 I

dan mengambil, seperti kalimat 4 

',il 

-" Ju .+j p yangberarti

'saya mengambil hakku yang menjadi tanggungan fulan.'Jadi

arti ayat, 4. t* ; jl b adalah, " Sesungguhnya Aku memegangmu

dari bumi hiduf-hiduf tanpa kematian dalam keadaan sempurna,

dan orang-orangYahudi tidak dapat menyentuhmu sama sekali."

Karena Allah swt berfirman,


"... M a ka s ete lah Engk au w afat kan ( angk at ) aku, Eng kau I ah yrg

mengauasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menlaksikan atas segala

s e suatu. " (al-Maa' id ah: 117)

Maksudnya adalah setelah Engkau mengangkatku ke langit

tanpa kematian terlebih dahulu. Setelah Isa a.s. diangkat, bukan

setelah ia meninggal.3

Jadi, ulama yang berpendapat demikian berpegang pada

dalil-dalil Al-Qur'an, hadits-hadits mutawatir, ijma umatlslam,

dan indikasi bahasa.

Pendapat ini didukung oleh Syaikhul Mufassirin Ibnu Jarir

ath-Thabari. Setelah menyebutkan perbedaan pendapat tentang

arti wafat dalam firman Allah d t-* ,etf , dia mengatakan, "Di

antara pendapat-pendapat itu, yang paling benar menurutku

adalah pendapat yang mengatakan arti ayat tersebut adalah

'Sesungguhnya Aku memegangmu dari bumi dan meng-

angkatmu kepada-Ku, " karena sesuai dengan hadits mutawatir

dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda,

"Isa hin Maryam akan turun, lalu ia memhunuh Dajjat. Lalu ia

tinggal di bumi selama waktu turtentu (terj adi perbe daan riwayat mengenai

jumlahryta), kemudian ia meninggal dan umat Islam meruhalati jena-

z ahnl a d an me mak amk anny a. "a

Banyak ulama tafsir yang mendukung pendapat kedua ini.

Setelah memaparkan pendapat-pendapat tentang arti wafat

dalam ayat ini, Imam Qurthubi mengatakan,

"Pendapat yang benar adalah Allah mengangkat Isa a.s. ke

langit tanpa kematian dan tidak dalam keadaan tidur, sebagai-

mana dikatakan oleh Hasan dan Ibnu Zaid. Pendapat ini didu-

kung oleh ath-Thabari, dan juga merupakan pendapat Ibnu

Abbas dan adh-Dhahak. "s

Setelah memaparkan delapan pendapat tentang arti wafat,

al-Alusi mengatakan,"Pendapat yang benar menurut Imam

Qurthubi adalah sesungguhnyaAllah mengangkat Isa a.s. tanpa

kematian dan tidak dalam keadaan tidur. Pendapat ini dipilih

oleh Imam Thabari, sekaligus pendapat Ibnu Abbas menurut

riwayat yang sahih."6

Setelah memaparkan pendapat-pendapat tentang arti kata

wafat, asy-Syaukani mengatakan, "Para mufassir tidak memer-

lukan takwil tentang kata wafat dengan makna-makna tersebut,

karena sebenarnya Allah mengangkat Isa a.s. ke langit tanpa

kematian, sebagaimana yang diunggulkan oleh banyak mufassir

dan dipilih oleh Ibnu Jarir berdasarkan dalil hadits-hadits shahih

dari Nabi Muhammad saw bahwa Isa a.s. akan turun dan mem-

bunuh Dajjal."

Ibnu Athiyah mengatakan, "Umat Islam sepakat berkenaan

dengan kandungan hadits mutawatir tersebut bahwa Isa a.s.

berada di langit, dalam keadaan hidup, dan dia akan turun di

akhirzaman, lalu membunuh babi, menghancurkan salib, mem-

bunuh Dajjal, menegakkan keadilan, mendukung agama ini-

agama Muhammad, melaksanakan haji dan umrah di Baitullah,

dan akan tinggal di bumi selama dua puluh empat tahun-ada

yang mengatakan empat puluh tahun, kemudian Allah mema-

tikannya."8

Pendapat Ketiga

Yang dimaksud dengan wafat adalah kematian-yaitu kemati_

an seperti pada umumnya-dan yang dimaksud dengan diangkat-

nya Isa a.s. ke langit sesudah itu adalah ruhnya diangkat, serta

kedudukan, derajat, dan kemuliaannya diangkat. Dengan demi-

kian, arti ayat tersebut adalah, 'Sesungguhnya Aku menepati

ajalmu, dan mematikanmu dengan cara biasa, tanpa pembunuh-

an atau pemukulan. Aku tidak memerintahkan orang untuk

membunuhmu'. Jadi kalimat tersebut adalah kalimat kinayah

(metafora) yang menunjukkan penjagaan Allah kepadanya dari

musuh dan dari tujuan mereka untuk membunuhnya. Karena

di antara cara Allah di dalam memenuhi ajal Isa a.s. adalah

dengan mematikannya secara biasa dan setelah itu memberinya

tempat yang tinggi di samping-Nya, sebagaimana firman Allah

tentang Nabi ldris, "Dan Kami anghat dia ke tempat yang tinggi."

(Maryam:57)e

Ulama pendukung pendapat ketiga ini mengajukan dua

alasan, sebagai berikut.


Alasan Pertama

Kata wafat banyak terdapat di dalam Al-eur'an dan berarti

kematian, dan inilah arti yang segera dipahami dan terlintas

dalam pikiran. I-agi pula, tidak ada orang yang menggunakannya

untuk arti lain kecuali bila ada alasan yang dibenarkan. Sedang-

kan berkaitan dengan Isa a.s., alasan tersebut tidak ada.

Yang dimaksud dengan pengangkatan Isa a.s. adalah Allah

mengangkat derajat dan kedudukannya dan hal itu terjadi sete-

lah dia meninggal. Jadi, mereka berpendapat bahwa Isa a.s. telah

meninggal dengan cara biasa dan ruhnya diangkat ke langit se-

perti manusia lainnya yang telah meninggal.

Syaikh Mahmud Syaltut berkata,"Katawafat banyak disebut

di dalam Al-Qur'an dengan arti kematian, sehingga arti inilah

yang biasa dipakai dan langsung terlintas dalam pikiran manu-

sia."

Seharusnya kata ( o4; ) dalam surah al-Maa'idah ayatllZ

ini dimaknai dengan makna yang langsung terlintas dalam

pikiran manusia, yaitu kematian biasa yang sudah diketahui

secara umum dan dipahami oleh orang-orang Arab menurut

kata-katanya dan konteksnya.

Bila kita kembali kepada kalimat, "Innii mutaffiika wa

r a afi ' u k a il ayy a"' Sesttngguhnya Aku mewafatkanmu d ari bu mi

dan mengangkatmu kepada-Ku' dalam surah Ali Imran ayat 55,

dan firman Allah, "Bal rafa'ahullahu ilaihi"Tetapi Allah meng-

angkatnya kepada-Nya' dalam surah an-Nisaa' ayat 157, maka

kita dapati bahwa ayat kedua mengandung berita tentang ter-

laksananya janji yang disebutkan dalam ayat pertama. Janji itu

berupa pewafatan, pengangkatan, dan pembersihan dari orang-

orang kafir. Karena itu, ketika ayat kedua tidak menyebutkan

pewafatan dan pembersihan-namun hanya menyebutkan peng-

angkatan kepada Allah saja, maka kita harus kembali kepada

hal-hal yang disebutkan dalam ayat pertama, dengan menyatu-

Bab l: Penlelasan Al.0ur'an Tentang Pengangkatan lsa a.s. - 23

kan kedua ayat tersebut. Dengan demikian, maknayang dihasil-

kan adalah,-'Sesungguhnya Allah telah mewafatkan Isa a.s.,

mengangkatnya kepada-Nya dan membersihkannya dari orang_

orang kafir'.lo

Setelah mengutip delapan pendapat tentang arti wafat dari

Tafsir Ruh al-Ma'ani karya al-Alusi, Syaikh an-Najjar mengata-

kan, "Di antara pendapat-pendapat tersebut saya memilih pen-

dapat bahwa Isa a.s. telah diselamatkan Allah dari orang-orang

Yahudi, sehingga mereka tidak dapat menangkap, membunuh

dan menyalibnya. Dan sisi makna dari ayat ini adalah,'Sesung-

guhnya Aku menepati ajalmu dan mematikanmu dengan cara

biasa tanpa memerintahkan seseorang untuk membunuhmu'.

Dan ayat ini merupakan'kinayah (metafora) yang menunjukkan

secara tidak langsung bahwa Allah melindunginya dari musuh_

nya. Ini adalah maksud utama yang dituju, karena maksud inilah

yang dipahami secara langsung dari kondisi tersebut, dan yang

mengindikasikan penggagalan Allah terhadap tipu daya musuh-

musuh Isa a.s., sebagaimana firman Allah Ta'ala,


"'Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu day, danAllah mem

balas tipu dala mereka itu. Dan Allah sebaik baik pembalos tipu da1a."

(Ali Imran:54)1r

Alasan Kedua

Hadits-hadits yang melerangkan turunnya Isa a.s. di akhir

zaman adalah hadits-hadits ahad (riwayat perorangan) yang

hanya menghasilkan berita setingkat zhann (dugaan kuat),

bukan berita yang pasti. Masalah turunnya Isa a.s. itu masalah

akidah, hal ini sebagaimana masalah akidah hanya diambil dari

dalil yang qath'i (pasti), baik dari Al-Qur'an maupun hadits

mutawatir. Sedangkan mengenai masalah turunnya Isa a.s. ini

tidak terdapat salah satu dari dua dalil qath'i (pasti) tersebut.

Syekh Mahmud Syaltut menyanggah pendapat mayoritas

ulama yang berpegang pada hadits-hadits yang menerangkan

turunnya Isa a.s. tersebut. Ia mengatakan, "Meskipun hadits

itu shahih, namun hadits itu adalah hadits ahad. Ulama sepakat

bahwa hadits ahad tidak dapat menjadi dasar akidah dan tidak

benar untuk dijadikan pijakan dalam masalah akidah."l2

Syekh al-Maraghi berkata, "Hadits tentang diangkatnya Isa

a.s. dan turunnya Isa a.s. di akhir zaman adalah hadits ahad

yang berkaitan dengan masalah akidah, sedangkan masalah-

masalah akidah itu tidak dapat diambil kecuali dari dalil yang

qath'i (pasti), yaitu Al-Qur'an dan hadits mutawatir. Sedangkan

dalam masalah turunnya Isa a.s. ini tidak terdapat pada salah

satu dari dua dalil qath'i tersebut."l3

Pendapat Keempat

Yang dimaksud dengan wafat adalah kematian sebenarnya,

tetapi setelah Isa a.s. diangkat kemudian diturunkan lagi ke bumi

di akhir zaman sebagaimana diterangkan dalam hadits shahih.

Berdasarkan hal ini maka di dalam kalimat itu terdapat taqdim

(mendahulukan sesuatu yang semestinya diakhirkan) dan

ta'khir (mengakhirkan sesuatu yang semestinya diakhirkan).

Jadi, makna ayat tersebut adalah, "lngatlah ketika Allah ber-

firman,'Hai Isa, sesungguhnya Aku mengangkatmu kepada-Ku

dan membersihkanmu dari orang-orang kafir kemudian memati-

kanmu setelah Aku menurunkanmu kembali ke dunia'."

Munaqasyaft dan Tariih Antara Empat pendapat

Pendapat pertama dan kedua-sebagaimana pendapat al-

Kautsari dalam komentarnya tentang wafat dengan arti tidur

dan wafat dengan arti dipegang dan diambil-tidak jauh berbeda.

Dia mengatakan, 'Tidak ada perbedaan besar antara pendapat

yang mengatakan Allah menidurkan Isa a.s. kemudian meng-

angkatnya ke langit dan pendapat yang mengatakan Allah meng-

ambilnya dari bumi hidup-hidup kemudian dibawa ke langil."rs

Hal itu karena masing-masing pendapat mengimani turunnya

Isa a.s. di akhir zaman. Hanya saja, pendapat yang mengatakan

wafat dengan arti dipegang dan diambil lebih kuat, karena ada

dalil bahasa yang mendukungnya, di samping hadits-hadits

mutawatir, dalil Al-Qur'an dan ijma Q<onsensus) umat Islam.

Pendapat ketiga mengatakan bahwa wafat berarti kematian-

Allah ta'ala mematikan Isa a.s. secara biasa-karena arti wafat

inilah yang segera terlintas dalam pikiran, dan pengangkatan

sesudah itu maksudnya adalah ruhnya diangkat dengan cara

derajat dan kedudukannya ditinggikan. Pendapat ini juga menga-

takan bahwa hadits-hadits tentang turunnya Isa a.s. di akhir

zaman adalah hadits-hadits ahad yang tidak bersifat qath,i,

sehingga pendapat ini bertentangan dengan dalil-dalil Al-eur'an,

hadits mutawatir, ijma umat Islam dan pengertian bahasa Arab.

Sanggahan Terhadap Pendapat bahwa Wafat Berarti

Mati

Pendapat ketiga mengatakan bahwa katawafat dalam firman

Nlah, "Innii mutawaffiika wa raafi'uka ilayya"berarti kematian.

Sedangkan pengangkatan sesudah itu terjadi pada ruhnya

dengan cara derajat dan kedudukannya diangkat, karena Allah

ta'ala telah mematikannya dengan kematian biasa atau normal

lalu mengangkat ruhnya ke langit seperti manusia lainnya yang

telah meninggal. Pendapat ini bertentangan dengan dalil-dalil

Al-Qur'an, hadits mutawatir, pengertian bahasa Arab dan ijma

umat Islam bahwa Isa a.s. belum meninggal. Sebaliknya, Allah

ta'ala memegangnya dan mengambilnya dari bumi dalam

keadaan hidup dan mengangkatnya ke langit, kemudian akan

turun lagi ke bumi di akhir zaman, lalu membunuh babi,

menghancurkan salib, membunuh Dajjal dan misi-misi lainyang

dijelaskan dalam hadits mutawatiryang akan penulis sebutkan

dalam pembahasan tentang turunnya Isa a.s. di akhir zaman,

insya Allah.

D iar tikannya kata w afa t dengan kematian dilatarb elakangi

alasan bahwa arti itulah yang terlintas langsung dalam pikiran,

dan tidak dapat dipakai untuk menunjukkan arti lain kecuali

disertai alasan yang bisa dibenarkan. Dengan alasan ini, kalimat

" I n n ii mut a w aff, ik a " dan "Ta w affa it a n i i " y ang berkaitan dengan

Isa a.s. seharusnya diberi arti yang langsung terlintas dalam

pikiran, yaitu kematian secara normal yang telah dikenal umum.

Al-Kautsari menjawab pendapat tersebut dengan baik. Dia

mengatakan, "Diartikannya wafat dengan arti yang segera ter-

lintas dalam pikiran-yaitu kematian-dapat diterima bila dilihat

dari kondisi saat ini. Tetapi, bahasa Arab selalu berkembang

akhir-akhir ini hingga mempunyai arti yang sama sekali tidak

berkaitan dengan arti yang digunakan pada masa sahabat Rasu-

lullah saw. pada waktu Al-Qur'an diturunkan. Jika wafat berarti

kematian itu digunakan pada waktu itu, tentulah kalimat

+V:.,= g dalam firman Allah swt.,


"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya...." (az-

Zttmar: 42) tidakmemiliki manfaat dan hal itu mustahil terjadi

di dalam kalam Allah. Maka, tidak boleh melakukan perubahan

penafsiran Al-Qur'an mengikuti bahasa saat ini, tetapi harus

berpijak pada bahasa yang digunakan pada masa Al-eur'an

diturunkan. Kata risalah-misalnya-yang sering dipakai dengan

arti wajib pada masa sekarang sudah digunakan sejak lama. Kita

tidak memahami arti risalah yang terdapat di dalam Kitab dan

Sunnah dengan arti ini dalam konteks tersebut, karena meng-

hilangkan arti wahlu dan risalah Allah ta'ala. Dengan demikian,

melibatkan perkembangan bahasa di dalam mengartikan

kandungan Kitab dan Sunnah berarti menyelewengkannya dari

tempatnya.16

Jika memang dalil-dalil sudah menetapkan bahwa Isa a.s.

akan turun di akhir zaman kemudian meninggal, maka saat ini

dia masih hidup dan belum mengalami kematian, karena tidak

mungkin dia mengalami kematian dua kali dalam hidup-nya.

Yaitu kematian yang ditentukan Allah untuk makhluk-Nya

karena ajal (waktu kematian) yang ditentukan untuknya sudah

habis. Ada banyak ayatyang menjelaskan hal tersebut, diantara-

nya adalah,


"Allah-lah lang menciptakan kamu sekalian, kemudian memben

kalian rezeki, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkanmu

( kembali ).... " (ar-Rum: 40)

Dan firman Allah,


"Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali

mati di dunia, dan Allah menjaga mereka dari azab neraha."

(ad-Dukhaan: 56)

Beberapa kali Allah menyebutkan kematian berkenaan de-

ngan beberapa orang untuk menunjukkan suatu tanda kekuasa-

an Allah berkenaan dengan kebenaran hari berbangkit di ke-

mudian hari, serta untuk membantah orang-orang yang tidak

memercayainya. Tetapi tujuan ini tidak berlaku sama sekali pada

Isa. a.s.. Kematian karena ajal ini sama sekali tidak ada pada ka-

sus Isa a.s.. Karena ayat Allah tersebut di atas tidak mengenai

sasarannya kecuali dengan menyempurnakannya dengan meng-

hidupkan kembali di dunia di depan mata manusia, dan untuk

memaksa percaya orang-orang yang pernah bertemu dengan

mereka di dunia ini.

Apa yang terjadi pada Isa a.s. sama sekali tidak bernuansa

seperti itu dan tidak ada tujuan untuk membuktikan masalah

kebangkitan manusia dari kubur dan membantah orang-orang

yang tidak memercayainya.

Akan tetapi, kasus Isa a.s. ini untuk menunjukkan bahwa

Allah memuliakannya, menjaganya, dan menyelamatkannya dari

tipu daya dan konspirasi orang-orang Yahudi untuk membunuh-

nya. Semua itu tidak mungkin menjadi pertanda kebesaran Allah

ta'ala kecuali bila Dia menyempurnakan takdir dengan meng-

angkatnya ke langit secara lengkap dengan tubuh dan ruhnya

dalam keadaan hidup.

Jika tidak demikian, maka sesungguhnya kematian itu sama

saja bagi semua makhluk tanpa seorang pun yang terkecualikan.

Bila demikian, maka tidak ada keistimewaan bagi Isa a.s. dan

tidaktampak tanda kekuasaan Allahyang berbeda dari apayang

telah menjadi sunnah yang berlaku bagi semua makhluk. Ke-

muliaan yang diberikan kepada Isa a.s. dan kesempurnaan tanda

kekuasaan, hikmah, dan kekuasaanAllah tidak sempurna, tidak

utuh dan tidak tampak secara mengagumkan kecuali dengan

mengangkat dan mengambil Isa a.s. hidup-hidup, utuh dengan

tubuh dan ruhnya.

Dengan demikian, pendapat yang mengatakan Isa a.s. diang-

kat hidup-hidup adalah pendapat yang sesuai dengan Al-eur'an

dan tujuannya adalah menunjukkan tanda kekuasaan Allah, dan

sebagai pertolongan dan penghormatan bagi Isa a.s..

Kemudian, wafat dengan arti kematian tidak menampakkan

tanda kekuasaan Allah dan kemuliaan bagi Isa a.s. melalui per-

tolongan Allah kepadanya dan penggagalan tipu daya orang-

orang yang ingin membunuhnya.

Kematian adalah peristiwa yang pasti dialami setiap makhluk

hidup. Apa yang terjadi sesudah kematian itu? Kambing tidak

merasa kesakitan saat dikuliti sesudah disembelih. Di mana

jasad manusia berada setelah ia meninggal? Tetapi, akan menjadi

tanda kekuasaan Allah yang sebenarnya sekiranya Dia menye-

lamatkan Isa a.s. dalam keadaan hidup saat dia berada di tengah-

tengah kepungan mereka, sehingga mereka gagal melaksana-

kan tipu daya mereka untuk membunuhnya, bahkan mereka

tidak dapat menyentuh jasad dan jiwanya sedikit pun. Kekuasaan

Allah itu jauh berada di atas segala yang dapat dibayangkan akal

manusia. Bila Allah menghendaki sesuatu, maka Dia cukup

mengatakan, 'Jadilahl" Dan sesuatu itu pun segera terwujud.

Sanggahan Terhadap Alasan bahwa Hadits-Hadits

Tentang Turunnya lsa a.s. adalah Hadits Ahad

Sesungguhnya hadits-hadits tentang turunnya Isa a.s. di

akhir zaman itu bukanlah hadits-hadits ahad (riwayat perorang-

an), seperti yang mereka katakan, melainkan hadits-hadits itu

mutawatir yang diriwayatkan oleh banyak sahabat Nabi saw.

dan banyak ulama besar menyaksikan hal itu.

Ibnu Katsir berkata, "Hadits-hadits mutawatir dari Rasu-

30 - tsa dan Al-Mahdidi Akhir Zaman

lullah saw. telah memberitakan bahwa Isa a.s. akan turun se-

belum hari Kiamat, sebagai pemimpin dan penguasa yang adil."r7

Al-Kautsari berkata, " Sifat mutaw atir dalam hadits-hadits

tentang turunnya Isa a. s. adalah mutaw atir maknawi (esensial),

karena terdapat banyak hadits-di antaranya hadits-hadits

shahih-dan hasan-yang menegaskan turunnya Isa a.s., meski-

pun masing-masing hadits mengandung makna-makna lain. Itu

semua tidak bisa diingkari oleh seorang pun yang mengerti ilmu

hadits."18

Al-Maududi berkata, "Sesungguhnya hadits tentang turun-

nya Al-Masih di akhir zamanjumlahnya lebih dari tujuh puluh

hadits, dan diriwayatkan dari dua puluh empat orang sahabat

Nabi saw.. Sedangkan perawi yang mendengarkan dan meri-

wayatkan hadits-hadits itu dari para sahabat Nabi saw. dan perawi

yang meriwayatkan dari para tabi'in penyusun kitab-kitab hadits,

jumlahnya lebih dari seratus orang. Kebanyakan dari mereka

adalah tsiqah (tepercaya). Mereka itu berasal dari berbagai

negeri dan kebanyakan dari mereka mempunyai sanad yang

muttashil (bersambung), mulai dari penyusun kitab-kitab hadits

sampai kepada Nabi Muhammad saw."re

Al-Kattani berkata, "Jadi, hadits-hadits yang berkaitan

dengan al-Mahdi yang ditunggu kedatangannya itu mutawatir,

demikian juga hadits-hadits yang berkaitan dengan Dajjal dan

turunnya Isa bin Maryam a.s."2o

DidalamFat-hul Barilbnu Hajar menyebutkan derajat muta-

watir hadits tentang turunnya Isa a.s. dari Abu al-Husain al-

Abiri.

Alasan Hadits Ahad Tidak Dapat Membenikan Data

Pengetahuan yang Pasti dan Sanggahannya

Orang-orang yang mengingkarike-mutawafir-an hadits ten-

tang turunnya Isa a.s. di akhir zaman, juga mengingkari bahwa

hadits-hadits ahad yang sahih dapat menghasilkan berita yang

pasti. Mereka mengatakan bahwa hadits-hadits ahad tidak boleh

dijadikan pijakan dalam masalah-masalah akidah.

Syekh Mahmud Syaltutberkata,'Jikahadits ini sahih, maka

hadits itu adalah hadits ahad, sedangkan para ulama telah sepa-

kat bahwa hadits ahad tidak berguna di dalam masalah akidah

dan tidak dibenarkan untuk dijadikan pijakan."

Pendukung-pendukung pendapat ini adalah Syekh Muham-

mad Abduh, Syekh al-Maraghi, dan Syekh Abdul Wahab an-

Najjar

Pendapat yang mengatakan hadits ahad tidak dapat mem-

berikan pengetahuan yang past\ ('ilm yaqini), bertentangan

dengan nash-nash Al-Qur'an, Sunnah, dan pendapat para ulama.

Pendapat tersebut bertentangan dengan Al-Qur'an, di

antaranya dengan firman Allah ta'ala,

dan letunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia

dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula)

oleh semua (mahhluk) yang dapat melaknati. Kecuali orang-orang

yang telah bertobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan

(kebenaran) , maka terhadart mereka itu Aku menerima tobatnya,

dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."

(al-Baqarah: 159-160)

Di dalam komentarnya terhadap ayat tersebut, al-Qurthubi

mengatakan,

"Ayat ini menunjukkan kewajiban berbuat berdasarkan per-

kataan satu orang saja, karena seseorang tidak mungkin diwajib-

kan memberikan keterangan yang jelas tanpa kewajiban mene-

rima keterangan tersebut dari pihak lain."2a

Ibnu Katsir berkata, "Di dalam riwayat sahih dari Abu

Hurairah r.a., ia mengatakan, 'Kalau tidak karena ayat dalam

Kitab Allah, saya tidak akan menyampaikan satu hadits pun ke-

pada seseorang. Ayat itu adalah,


" Sesungguhnya orang-orang yang rnenyernbunyikan apa yang

telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas

"sesttngguhnla lrang-lrang )ang men)rntbunlikan apa yng telah

K ami turun kan be rup a ket e r angan' k e te r a ngan 1 ang j e I as d a n p e tunj uk,

setelah Kami me nerangkannya kepada mnnwia dalant al'Kitab, mereka

itu dilaknati Allah dan dilaknati pula oleh semua makhluk yng dapat

melnknati.'

Begitujuga, pendapat di atas bertentangan dengan Sunnah.

Di antaranya dengan hadits yang diriwayatkan Bukhari dari Ibnu

Abbas r.a., ia mengatakan,


"Nabi saw. menguttu Dahilah al-Kalbi membaua surah kepada

Azhim Basri di Syam untuk menlampaikannya kepada Kaisar.'26

Hadits ini-dan masih banyak hadits lainnya, seperti hadits

Mu'adz bin Jabal ketika diutus Nabi saw. ke Yaman-menunjuk-

kan kewajiban meneritna dan mengamalkan hadits ahad, baik

berkaitan dengan akidah atau masalah lain. Karena, kalau hadits

ahad-itu tidak berguna dalam masalah akidah dan tidak dapat

dijadikan dasar pijakan, pasti Rasulullah saw. tidak akan meng-

utus utusan-utusannya perorangan dan tidak akan mengirimkan

surat-suratnya melalui perorangan.

Dan berdasarkan penclapat ulama, hadits ahad itu dapat

memberikan pengetahuan yang pasti dan harus diamalkan.

Imam Ahmad bin Harnbal tnengatakan,

"Kami mengakui semua hadits yang datang dari Rasulullah

saw. dengan sanad yang baik. Jika kita tidak mengakui apa yang

datang dari Rasulullah saw. clan menolaknya, berarti kita meno-

lak perintah Allah, karena Allah telah berfirman,


"Apa yng diberikan Ra-sul kepada kalian, maka ambillah, dan

apa yang dilarangnla bagi kalian, maka tinggalkanlah.... " (al-Hasyr:

7)2i


Di dalam kitab al-lhkamfi Ushul al-Ahkam (hlm. 1-7) karya

Ibnu Hazm disebutkan, "Sesungguhnya hadits yang diriwayat-

kan oleh seorang yang adil dari orang yang adil pula sampai

kepacla Rasulullah saw. itu menghasilkan pengetahuan yang

pasti dan harus diamalkan."

Di dalam k\tab Mullhtasar ash-Sltawa'iq al-lVlursalak (2/363)

karya Ibnul Qayyim disebutkan, "Hadits yang diriwayatkan oleh

satu orang itu mengimplikasikan pengetahuan yang pasti dan

keharusan mengamalkannya. "

Ulama lainnyayang berpendapat serupa adalah lmam Malik,

Imam Syaf i, sahabat-sahabat Abu Hanifah, Dawud bin Ali dan

sahabat-sahabatnya seperti Muhammad bin Hazm, Husain Ali

al-Karabisi dan Harits bin Asad al-Muhasibi, seperti yang di-

sebutkan oleh Ibnul Qalyim di dalam kilab'Mukhtasar ash-

Shawa'iq al-Mursalah (2 /362).

Berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an, Sunnah, dan pendapat

ulama-ulama besar sebagaimana disebutkan di atas, jelaslah bagi

kita bahwa hadits ahad (perorangan) itu dapat mengimplikasi-

kan pengetahuan yang pasti dan keharusan mengamalkannya,

baik yang berkaitan dengan masalah akidah naupun lainnya,

selama hadits itu diyakinidatang dari Rasulullah saw.

Pendapat keempat mengatakan bahwa di dalam ayat ter-

sebut terdapat taq dim (mendahulukanlafazhyang mestinya di-

akhirkan) dan ta'khir' (mengakhirkan lafazh yang mestinya

didahulukan), dan bahwa makna ayat tersebut adalah, "lngatlah

ketika Allah berfirman,'Hai Isa, sesungguhnya Aku ntengangkat-

mu kepada-Ku dan membersihkanmu dari orang-orang kafir dan

mewafatkanmu setelah Aku menurunhanmu lagi he dunia."'

sebagaimanayang dikatakan al-Alusi. Ini adalah salah satu takwil

yang mengakibatkan pertentangan dengan sesuatu yang

masyhuryang ditegaskan di dalam ayat lain. Di samping dengan

hadits Nabi saw. di mana beliau bersabda kepada orang-orang

Yahudi, "Sesungguhnya Isa belum meninggal, dan demi Atlah

sesungguhnya dia pasti kembali kepada kalian sebelum hari

Kiamat."28

Al-Kautsari mengatakan, "Huruf 'wa' (dan) di dalam firman

Allah ta'ala, "Innii mutawaffiika wa raafi'uka ilalya" (Sesungguh-

nya Aku mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku), tidak

menunjukkan rentetan kejadian. Jadi, dalam kalimat ini terdapat

penyebutan sesuatu lebih dahulu yang sebenarnya terjadi kemu-

dian, dengan maksud memberi peringatan kepada orang yang

mempertuhankan Isa a.s. dengan menjelaskan bahwa dia se-

benarnya akan meninggal. "'

Tarjih

Pendapat yang membuat hati tenang adalah yang menga-

takan bahwa Allah telah menyelamatkan Isa a.s. dari orang-orang

Yahudi, sehingga mereka tidak dapat menangkap, membunuh,

dan menyalibnya, karena Allah ta'ala telah memegangnya dan

mengambilnya dari burni dalam keadaan hidup tanpa kematian,

dan mengangkatnya ke langit, sebagaimana firman Allah,

"Dan mereka (orang orang kafir) berbuat tipu day dan Allah

membolas tipu day mere ka, dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu dryo."

(Ali Imran:54)

(1ang mereka bunuh adalah orang yang) diserupakan (dengan Isa) bagt

mere ka.... " (an-Nisaa' : 157)

Pendapat yang tepat, benar dan meyakinkan tentang arti

wafat berkaitan dengan Isa a.s. yang tersebut dalam ayat,'Innii

mutawaf/iika" adalah pendapat kedua yang mengatakan wafat

di sini berarti memegang dan mengambil, yang diambil dari

laf.azh, "Istafaitu minhu haqqi" yang berarti saya telah meng-

ambil dan memegang seluruh hakku darinya. Jadi, arti "lnnii

mutawaf/iika wa raafi'uka ilayya" adalah 'Sesungguhnya Aku

mengambilmu dari bumi dalam keadaan hidup tanpa kematian

dalam keadaan sempurna sehingga orang-orang yahudi tidak

dapat menyentuhmu sedikit pun, dan mengangkatnru kepada-

Ku'. Makna ini didasarkan pada hadits-hadits mutawatir dari

Rasulullah saw. tentang turunnya Al-Masih a.s. sebelum hari

Kiamat, serta dalil-dalil dari Al-Qur'an, bahasa A.rab, ijma umat

Islam, dan pendapat para sahabat dan tabi'in mengenai masalah

ini.

Dalil-dalil Al-Qur'an, hadits-hadits mutawatir dan ijma umat

Islam tentang turunnya Al-Masih sebelum hari Kiamat akan

kami kemukakan dalam bahasan kedua yang berjuclul "Allah

Mengangkat Isa as".

Dari segi bahasa Arab, arti kata wafat sebenarnya adalah

mengambil sesuatu dan memegang seluruhnya.

Di dalam kamus Tajul 'Arus disebutkan, istaufaahu dan

tawaffaahu artinya tidak meninggalkan sedikit pun. Kedua kata

itu menunjukkan hasil atau akibat dari kata aufaafuy.trt

Al-Kautsari berkata, "Mengenai kalimat' m ut aw affi i k a', ar ti

kata tawaffaa pada asalnya adalah memegang dan mengambil

dan dipakai secara malazidengan arti mematikan, sebagaimana

yang tertera dalam kitab ,Asas al-Balaghah karya az-

"... Mereka tidak membunuhnla, dan tidak pula menyalibnla, tetapi

Zamakhsyari. Jadi, arti ayat itu adalah 'sesungguhnya Aku

mengambilmu dari bumi dan mengangkatmu ke langit-Ku'.

Sedangkan lafazh ila (kebada) yang disandarkan kepada kata

ganti orang pertama (Aku) yang kembali kepada Allah ta'ala,

untuk menunjukkan kemuliaan yang diberikan kepada Isa a.s."

Ibnu Qutaibah berkata, "Mengambilmu dari bumitanpa ke-

matian. Arti ini sesuai dengan ayat-ayat lain dan hadits-hadits

yang berkaitan dengan masalah ini."

Bila kita asumsikan kata tawaffaa itu memiliki arti meng-

ambil, mematikan dan menidurkan, maka kita harus mendapat

keterangan pasti dari ayat-ayat lain, sehingga dipastikan pula

bahwa maksud ayat adalah pengangkatan hakiki dan pengam-

bilan tanpa kematian.

Bila sekiranya tidak ada keterangan pasti itu, maka kata

wafat tidak dapat diberi arti kematian berkenaan dengan Isa a.s..

Karena menurut ahli bahasa, isimfa'il (kata bendayang menun-

juk arti pelaku) menurut arti yang sebenarnya menunjukwaktu

saat kejadian, dan menurut arti majaz menunjuk waktu yang

akan datang. Kalau kita memberinya arti yang sebenarnya, maka

artinya adalah 'Sesungguhnya Aku mematikanmu sekarang'.

Dengan demikian, tujuan orang-orang Yahudi tercapai. Sedang-

kan Al-Qur'an menegaskan bahwa tujuan mereka tidak ter-

capai.:r1 Kalau kita memberinya arti yang akan datang menurut

arti majaz, maka tidak ada satu arti majaz (menunjuk akan

datang) yang lebih patut dipakai daripada arti yang lain kecuali

ada dalil yang mendukungnya. Dengan demikian, yang bisa kita

terapkan hanyalah arti yang ditentukan oleh dalil-dalil yang lain,

yaitu setelah Isa a.s. turun ke bumi.n2

Jadi, makna "Innii mutawaffiika wa"raafi'uka ilayya" adalah

'Sesungguhnya Aku mengambilmu dari bumi hidup-hidup tanpa

kematian dalam keadaan sempurna sehingga orung_orun*

Yahudi tidak dapat menyentuhmu sedikit pun, lalu Aku meng-

angkatmu kepada-Ku'. Makna ini lebih sesuai dengan akar mak-

na lafazh tawaffa dalam bahasa Arab, yaitu mengambil dan

memegang sesuatu secara keseluruhan, karena Allah ta'ala telah

mengambil, memegang dan mengangkat Isa a.s. ke langit dan

tempat malaikat, tidak meninggalkan sedikit pun dari bagian

Isa a.s., dan orang-orang Yahudi pun tidak dapat menyentuhnya.

Ti d ak b o I e h me m aknai t a w affa s e c ara rntl az-y aitu me mati_

kan-tanpa dalil yang mendukungnya, berdasark ankudah, "pada

asalnya, kata-kata itu menunjukkan arti yang sebenarnya". Di

samping adanya dalil-dalil dari Al-eur'an, hadits-h adits muta-

watir, dan ijma umat Islam untuk memaknai lafazh tawaffa

dengan arti memegang dan mengambil sesuai dengan arti yang

sebenarnya menurut bahasa.

Pendapat Sahabat dan Tabi'in

Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengenai

firman Allah,

"Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman

kepadanla ( Is a) se be lum kematiannla...',

Ibnu Abbas r.a. berkata, "Maksudnya sebelum kematian Isa

a.s." Al-'Aufi juga meriwayatkan demikian dari Ibnu Abbas.

Mengenai ayat tersebut, Abu Malik berkata bahwa keimanan

Ahli Kitab terjadi pada waktu Isa a.s. turun, sementara sebelum

Isa a.s. meninggal tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang

tidak beriman kepadanya.

Mengenai ayat tersebut, Hasan berkata, "Hal itu terjadi

Bab l: Penjelasan Al-Our'an Tentang Pengangkalan lsa a.s. - 39

sebelum Isa a.s. meninggal. DemiAllah, sesungguhnya ia masih

hidup sekarang di sisi Allah, tetapi bila ia turun mereka semua-

nya pasti beriman kepadanya."

Qatadah, Abdurrahman bin ZaidbinAslam dan lain-lainnya

juga mengatakan hal senada.:r:l

Tidak diragukan lagi bahwa penafsiran sahabat, terutama

Ibnu Abbas yang dijuluki "Penerjemah Al-Qur'an" lebih diutama-

kan daripada pendapat ulama lainnya, bahkan tidak boleh di-

langkahi bila berkaitan dengan masalah gaib yang tidak dapat

dicapai dengan pendapat akal semata. Setelah pendapat sahabat,

baru kemudian menyusul pendapat tabi'in lebih diunggulkan

daripada pendapat ulama lain.

Jadi, pendapat pertama, kedua dan keempat, walaupun ber-

beda-beda di dalam menakwili kata tawaffa atau wafat, namun

mereka semua sepakat bahwa Isa a.s. diangkat Allah ta'ala ke

langit dalam keadaan hidup dan akan turun lagi ke bumi di akhir

zaman.

Berbeda dengan pendapat ketiga yang mengatakan bahwa

kata tawaffa atau wafat di sini berarti kematian, sebagaimana

Allah ta'ala telah mematikan Isa a.s. secara normal. Dan peng-

angkatan terjadi pada ruhnya setelah ia meninggal. Pengangkat-

an di sini diartikan pengangkatan derajat dan kedudukannya.

Pendapat ini bertentangan dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an,

hadits-hadits mutanatir, ijma umat Islam, dan definisi bahasa

Arab.

B. ALTAH TA'ALA MENGANGKAT ISA A.S.

Isa a.s. telah menyampaikan risalah Allah ta'ala kepada bani

Israel, sehingga sebagian dari mereka beriman-yaitu kaum


Hawariyun, sedang sebagian lainnya kafir. Kebanyakan mereka

itu terdiri dari orang-orang Yahudi yang hatinya telah membatu

dan ingin menguasai dan memperbudak orang-orang lemah,

miskin, dan orang awam.

Semakin hari semakin bertambah jumlah orang-orang yang

beriman kepada Isa a.s. dan semakin tersebar dakwahnya, se-

hingga orang-orang Yahudi melihatnya sebagai bahaya yang

mengancam mereka. Maka mereka pun berupaya untuk meng-

habisinya dan menghabisi dakwahnya dengan menyewa algojo-

algojo untuk membunuhnya. Tetapi, Allah menggagalkan tipu

daya jahat mereka sehingga mereka tidak berhasil dan tidak

dapat menyentuhnya sedikit pun.

Allah ta'ala berfirman,

"Orang-orang kafir itu memhuat tipu da1a, dan Allah membalas

tipu dalta mereka itu, dan Allah sebaik-baik pembalas tipu da1a. (Ingat-

lah), ketika Allah berfirman, 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menlam-

paikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkatmu kepada-Ku serta

membersihkanmu dari zrang-lrang kafir, dan menjadikan lrang-lrang

yang mengikutimu di atas orang-orang lang kafir sampai hari Kiamat.

Kemudian hanl a kepada Akulah kalian kembali, I alu A ku memutwkan

di antara kalian tentang hal- hal yng kalian perse lisihkan. "'(Alilmran:

54-ss)


"Dan karena ucapan mereka, 'Sesungguhnla kami telah membunuh

Al-Masih Isa putra Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak

membunuhnla dan tidak pula menyalibnla, tetapi (yang mereka bttnuh

ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnla

0r ang- 0r ang I ang b e rs e lis i h p a h am t e nt artg p e m bunu han I s a, be nar - be nar

dalam keragu-raguan tentang zrang ]ang dibunuh itu. Mereka tidak

mempunlai keyakinan tentang siapa yng dibunuh itu kecuali mengikuti

persangkaan belaka, mereka tidak pulaykin bahwayng mereka bunuh

itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnla) Allah telah mengangkat Isa

kepada N1a. Dan Allah adalah Mahaperkasa lagi Mahabijalcsana."

(an-Nisaa': 157-158)

Penulis akan membahas diangkatnya lsa a.s. olehAllah ta'ala

menurut ayat tersebut, dengan menekankan poin-poin berikut

ini.

1. Al-Masih Isa a.s. setelah diselamatkan dari pembunuhan.

2. Sanggahan terhadap pendapat yang mengatakan pengang-

katan di sini adalah pengangkatan kedudukan.

3. Kisah pengangkatan Isa a.s. oleh Allah ta'ala.

Al-Masih lsa a.s. Setelah Selamat dari Pembunuhan

Al-Qur'an menyatakan bahwa Isa bin Maryam a.s. selamat

dari tipu daya orang-orang Yahudi, dia tidak dibunuh dan tidak

disalib, tetapi ada orang yang diserupakan deugan Isa di mata

42 - lsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman

mereka, dan orang itulah yang mereka salib sebagaimana firman

Allah ta'ala,


"...Padahal mereka tidak memhunuhnya dan tidak pula menlalihrya,

tetapi (yang mereka bunuh ialah) lrang lang dkerupakan dengan Isa

bagi mereka.... " (an-Nisaa':157)

Dan firman Allah Ta'ala

"...Mereka tidak pula ykin bahwa yang mereka bunuh itu adalah

Isa Tetapi (1ang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-N1a...."

(an-Nisa': 157-158)

BilaAl-Masih tidak dibunuh dan tidak disalib, jadi bagaimana

keadaannya setelah peristiwa itu?

Mayoritas umat Islam berpendapat bahwa Allah ta'ala telah

mengambilnya dari bumi dan mengangkatnya lengkap dengan

jasad dan ruhnya dalam keadaan hidup ke langit, dan dia akan

turun lagi di akhir zaman, dan melaksanakan syariat Nabi kita

Muhammad saw., membunuh babi, menghancurkan salib,

membunuh Dajjal dan lainlainnya sebagaimana disebutkan

dalam hadits-hadits mutawatir, kemudian Allah mematikannya,

dan umat Islam menshalati jenazahnya dan menguburkannya.

Adapun dalil mereka dalam hal ini adalah Al-Qur'an, hadits-

hadits mutawatir, dan ijma umat Islam.

Dalil-Dalil dari Al-Our' an

Di antara dalil Al-Qur'an adalah firman Allah yang mem-

bantah pengakuan orang-orang Yahudi bahwa mereka telah

membunuh dan menyalib Isa. Allah ta'ala membantah mereka

Bab l: Penjelasan Al-Our'an Tentang Pengangkatan lsa a.s. - 43

dan menerangkan bahwa yang mereka bunuh dan salib adalah

orang lain yang diserupakan dengan Isa a.s. di mata mereka,

serta memberitahukan bahwa Allah telah mengangkat Isa a.s.

ke langit,


"Dan karena ucapan mereka, 'Sesunguhryta kami telah membunuh

Al Masih Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak

membunuhnla dan tidak pula menlalibnya, tetapi (1ang mereka bunuh

ialah) orang lang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnla

zrang-zrang )ang berselisih paham tentang pembunuhan Isa, benar- benar

dalam keragu-roguan tentang zrang )ang dibunuh itu. Mereka tidak

mempurryai keykinan tentang siapayng dibunuh itu kecuali mengikuti

persangkaan belaka, mereka tidak pulaykin bahwalang mereka bunuh

itu adalah Isa. Tetapi (1ang sebenarnla) Allah telah mengangkat Isa

kepada lV1a. Dan Allah adalah Mahaperkasa lagi Mahabijaldsane."

(an-Nisaa': 157-158)

MajelisTetap Bidang Riset Ilmiah dan Fatwa Kerajaan Arab

Saudi menggunakan ayat tersebut sebagai dalil ketika menjawab

pertanyaan tentang Isa a.s. apakah dia masih hidup, dan bagai-

mana keadaannya setelah selamat dari upaya pembunuhan,

ataukah dia sudah meninggal?

Komisi itu menjawab sebagai berikut, "Sesungguhnya Isa

a.s. belum meninggal sampai sekarang. Dia tidak dibunuh dan

tidak disalib orang-orang Yahudi, sebaliknya yang mereka bunuh

adalah orang yang diserupakan bagi mereka (diserupakan

44 - lsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman

dengan Isa). Allah mengangkatnya ke langit lengkap dengan

jasad dan ruhnya. Jadi, dia masih hidup di langit sampai saat ini

sebagaimana firman Allah ta'ala,

"Dan karena ucapan mereka, 'Sesungguhnla kami te lah memttunuh

Al Masih Isa putra Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak mem-

bunuhnla dan tidak pula menlalibrya, tetapi (1ang mereka bunuh ialah)

orangyng diserupakan dengan Isa bagi mereka...ktapi (1ang sebenarnya)

Allah telah mengangkat Isa kepada N1a. Dan Allah adalah Mahaper

kasa lagi Mahabijaksana. " (an-Nisaa': 157-158)

Di dalam ayat tersebut, Allah ta'ala membantah pengakuan

orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh dan menya-

libnya, dan memberitahukan bahwa Allah telah mengangkatnya

kepada-Nya. Hal itu karena rahmat dan kemuliaan yang diberi-

kan Allah kepadanya. Dan yang paling penting hal itu merupakan

salah satu tanda kekuasaan Aliah yang ada pada Isa a.s.

Makna lafazh {Jb di dalam firman Allah swt.

T 4l'nr ;i -|' F mengandung arti bahwaAllah telah mengangkat

Isa a.s. lengkap dengan jasad dan ruhnya, sehingga dengan

deniikian tercapai bantahan terhadap pengakuan orang-orang

Yahudi bahwa mereka telah membunuh clan menyalibnya, kare-

na pembunuhan dan penyaliban itu hanya terjadi pada jasad saja.

Dalam hal ini, pengangkatan ruhnya saja tidak cukup untuk

membantah pengakuan mereka itu. Karena yang disebut Isa

a.s. itu mencakup badan dan ruh, sehingga tidak cukup dengan

hanya menyebut salah satu dari kedua unsur itu, kecuali ada

bukti yang membenarkan, sedangkan di sini tidak ada bukti

Bab l: Penjelasan Al.0ur'an Tentang Pengangkatan lsa a.s. - 45

seperti itu.3r l^agi pula, pengangkatan ruh dan jasadnya secara

keseluruhan itu sesuai dengan keperkasaan Allah Yang Maha-

sempurna, dan sesuai dengan hikmah, kemuliaan dan pertolong-

an yang diberikan Allah kepada rasul-Nya yang dikehendaki-

Nya."

Di dalam Al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang menunjukkan

turunnya Al-Masih a.s. yang menegaskan bahwa dia selamat

dan masih hidup, dan ayat yang menunjukkan dia diangkat ke

langit sangat meyakinkan.

Dalil-Dalil Hadits Mutawatir

Ada banyak hadits tentang turunnya Al-Masih a.s. di akhir

zaman yang menunjukkan dia diangkat ke langit hiduphidup

lengkap dengan jasad dan ruhnya. Jumlah hadits itu cukup

banyak dan mencapai tingkat mutawatir, sebagaimana ditegas-

kan oleh para ulama.

Di dalam kitab at-Taudhih fi Tawaturi Maa Jaa'a fil-Mun-

tazhar wad Dajjal wal Maslft (Penjelasan Tentang Hadits-Hadits

Mutawatir Mengenai Mahdi yang Ditunggu, Dajjal dan A1-

Masih), setelah menyebutkan hadits-hadits yang berkenaan

dengan masalah tersebut, asy-Syaukani mengatakan, "Maka

jelaslah bahwa hadits-hadits yang berkenaan dengan Al-Mahdi

yang ditunggu itu mutawatir, hadits-hadits tentang Dajjal juga

mutawatir, dan hadits-hadits tentang turunnya Isa bin Maryam

juga mutawatir.""36

3a Penjelasan ini cukup untuk membantah Syaikh Maraghi dalam penafsiran-

nya terhadap ayat ini.

3s Malalah ad-Da'wah al-lslaniyah, Kerajaan Saudi Arabia, edisi Zll8, 9/4/

1400 H., dengan judul, " Isa bin Maryam as".

so Dikutib dari Aqidah alJslam fi Nuzul Isa, oleh Abdullah bin Siddiq al-

Ghirnari, hlm.11.

46 - tsa dan Al.Mahdi diAkhir Zaman

Al-Kautsari berkata, "Mengenai ke-mut aw atir_an hadits_

hadits tentang Mahdi, Dajjal, dan Al-Masih, tidak perlu diragu_

kan lagi oleh pakar ilmu hadits. Sedang sebagian ahli ilmu Kalam

masih meragukan ke-mutawatfr-an sebagian hadits tersebut

karena kurangnya pengetahuan mereka dalam bidang hadits,

walaupun mereka mengakui bahwa beriman terhadap tanda-

tanda kedatangan hari Kiamat itu wajib hukumny2.":rz

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya saat menafsirkan firman Allah

swt.,

S {qU):E,

"Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan penge-

tahuan tentang hari Kiamat...." (az-Zukhruf: 6); ia berkata,

'Terdapat hadits-hadits mutawatir dari Rasulullah saw. yang

memberitahukan turunnya Isa a.s. sebelum hari Kiamat sebagai

pemimpin dan penguasa yang adil."38

Ia juga menegaskan hal itu dalam tafsir surah an-Nisaa'sete-

lah memaparkan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah

tersebut. Ia mengatakan,"'Hadits-hadits itu mutawatir dari Rasu-

lullah saw. dan di dalamnya terdapat dalil tentang bagaimana

dia turun dan di mana tempatny2.":s

Di antara ulama yang mengatakan bahwa Isa a.s. akan turun

di akhir zaman adalah Syaikhul Mufassirin Ibnu Jarir ath-

Thabari,ao Ibnu Atiyah al-Andalusi, Ibnu Hajar,ar al-Maududi,a2

dan lain-lainnya.


Umat Islam telah melakukan ijma (konsensus) bahwa Isa

a.s. akan turun di akhir zaman. Hal ini juga merupakan dalil

bahwa Allah ta'ala telah mengangkat Isa a.s. ke langit hidup-

hidup lengkap dengan jasad dan ruhnya. Demikianlah pernyata-

an ulama yang kompeten dalam urusan'ijma, dalam penelitian

tentang 'Turunnya Al-Masih a.s. di akhir zaman".

Sebagaimana telah kami katakan di atas bahwa masih ada

di antara ulama muta'akhirin yang berpendapat bahwa Isa a.s.

telah selamat dari tipu daya orang-orang Yahudi, tetapi dia hidup

sampai Allah ta'ala mewafatkannya seperti nabi-nabi yang lain,

dan mengangkat ruhnya sebagaimana mengangkat arwah para

nabi, shiddiqun, syuhada', dan shalihin. Mereka mengartikan

pengangkatan itu sebagai pengangkatan kedudukan dan derajat-

nya.

Pendapat tersebut berargumen dengan firman Allah,

A


"... Sesungguhnl,a Aku mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada'

ku...." (Ali Imran:55)

Dan firman Allah,


adalah'SesungguhnyaAku telah mematikanmu dan menempat-

kanmu setelah mati di tempat yang tinggi di sisi-Ku', seperti

halnya firman Allah mengenai Idris a.s., "Dan Kami angkat dia

di tempat yang tinggi." (Maryam: 57)

Sanggahan Terhadap Pendapat yang Mengartikan

Pengangkatan lsa dengan Pengangkatan Kedudukan

Pendapat bahwa maksud pengangkatan Isa a.s. adalah di-

angkat kedudukan, derajat, dan kemuliaan Isa a.s.-karena Allah

telah mematikannya secara biasa dan mengangkat ruhnya

dengan arti meninggikan kedudukannya setelah ia meninggal;

pendapat ini ditolak berdasarkan pemahaman terhadap firman

Allah,


"... S ete lah Engkau mewafat kanku ( mengangkatku), Engkaulah

yang jadi pengawas mereka.... " (al-Maa'idah: 117)

Arti wafat yang segera terlintas dalam pikiran adalah ke-

matian, dan pengangkatan yang terjadi setelah itu adalah peng-

angkatan ruhnya. Jadi, arti ayat pertama menurut al-Maraghia3

a3 Tafsir al-Maraghi, jld. 3, hlm. 169

48 - tsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman

"...Mereka ti"dak pula yakin bahwa yng mereka bunuh itu adalah

ka. Tetapi (1ang sebenarnla) Allah telahmengangkat Isa kepada N1a...."

(an-Nisaa': 157-158)

Dan firman Allah,


"... S e s unguhnlt a A ku me w af at k anmu d an me ngang katmu ke p a d a -

Ku...." (Ali Imran: 55)

Al-Kautsari telah memberikan jawaban yang baik dan pan-

jang lebar berdasarkan ayat di atas terhadap pendapat yang

mengartikan pengangkatan Isa a.s. dengan pengangkatan ke-

dudukannya. Ia mengatakan, "Sebenarnya firman Allah ta'ala,

"Mereka tidak puta yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah

Isa. Tetapi (yang sebenarnyil Allah telah menganghat Isa kepada-

Nya" (an-Nisaa': 157-158), mengungkapkan pengangkatan

fisik, karena arti sebenarnya dari kata mengangkat adalah me_

mindahkan sesuatu dari bawah ke atas, sebagaimana dikatakan

Abu Hayan al-Andalusi dalam kamus al-Bahr al-Muhith (g/3gI).

Di dalam ayat ini tidak ada alasan yang membolehkan pengalihan

arti sebenarnya kepada arti majazf-yaitu mengangkat kedu_

dukan dan derajat Isa. Jadi, mengartikan pengangkatan secara

m aj a zi-pengangkatan kedu dukan-tidak dilandasi dalil. Jadi,

ayat "Tetapi Allah telah menganghat Isa kepada-Nya,,adalah

penegasan tentang pengangkatan fisik. Bahkan di dalam ayat

ini terdapat dalil yang menolak pemberlakuan artimajazidengan

tegas berdasarkan beberapa alasan, sebagai berikut.

Pertama

Konteks kalimat ayat di atas untuk menunjukkan ketidak_

benaran pengakuan orang-orang yahudi bahwa mereka telah

membunuh Isa a.s.. Kalimat tersebut menerangkan bahwa se_

sungguhnya yang mereka bunuh adalah orang yang diserupa_

kan dengan Isa a.s.. Karena itu, pengangkatan Isa a.s. memiliki

arti yang sesungguhnya, yaitu penyelamatan dirinya dari ancam_

an orang-orang Yahudi. Dengan demikian, susunan kalimat

sangat serasi antara lafazh sebelum kata bal (tetapi) dengan

lafazh sesudahnya. Sedangkan mengangkat dalam arti meng_

angkat kedudukannya tidak dapat menghindarkannya dari

pembunuhan. Betapa banyak nabi yang dibunuh, sedang mereka

itu berkedudukan tinggi. Jadi, penggunaan kata bal (tetapi)

antara kedua kalimat tidak cocok, karena tidak ada kontradiksi

antara keduanya.

Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dalam

Tafsirnya dengan sanad sahih sampai pada Ibnu Abbas,

"Sesungguhnya Isa a.s. diangkat melalui lubang di atap rumah."

Ibnu Katsir menyebutkan sanad tersebut di dalam Tafsir-

nya,aa sebagaimana pemahaman di atas termasuk hal yang tidak

bisa dicapai dengan ra'yu (;p;endapat rasional). Jadi, hadits itu

termasuk hadits marfu menurut sekelompok ulama hadits.

Kedua

Mengartikan pengangkatan di sini dengan mengangkat

kedudukan dan derajatnya tidak menampakkan keistimewaan

yang diberikan Allah kepada Isa a.s., karena setiap Rasul Ulul

'Azmi mendapat kedudukan yang tinggi.

Ketiga

Penyebutan tujuan pengangkatan seseorang dengan kata

il ayy a Q<epada-Ku) menghilangkan kemungkinan pe mb erlaku an

arti maj az dengan mengartikannya mengangkat kedudukannya,

karena arti pengangkatan secara majazi terhalangi sebab di-

sebutkannya tujuan akhir dari pengangkatan itu.

Keempat

Diangkatnya kedudukan dan derajat tidak bersifat khusus

untuk Isa saja sebagai anugerah Allah bagi Isa a.s., tetapi hal itu

juga diberikan kepada para nabi dan rasul lain, bahkan semua

orang yang baik dan terpilih.

Kelima

Mengartikan pengangkatan dengan pengangkatan ruh-

dengan membuang mudhaf, bukan menjadi dominasi Isa a.s'

saja, dan membuang mudhaf itu juga bertentangan dengan

kaidah dasarnya. Jadi, pengangkatan di sini adalah pengang-

katan dirinya yang mencakup jiwa dan raganya.

50 - lsa dan Al.Mahdi di Akhir Zaman Bab l: Penjelasan Al'0ur'an Tenlang Pengangkatan lsa a.s. - 51

Anda tidak mendapatkan seorang mufassirpunas yang meng_

artikan pengangkatan di sini dengan mengangkat kedudukan

Isa atau ruhnya saja. Karena dalil yang pasti di sini tampak jelas

menunjuk kepada pengangkatan fisik dalam arti sebenarnya.

Ini semua tanpa mempertimbangkan hadits_hadits muta_

watir tentang pengangkatan Isa a.s. dan turunnya di kemudian

hari menjelang hari Kiamat. siapa saja yang ingat kepada hadits-

hadits mutawatir tersebut pasti tidak akan ragu-ragu sekejap

pun dalam masalah ini, walaupun dia tidak melihat aspek_aspek

dalil Al-Qur'an tentang kenaikan dan turunnya Isa. Apalagi

ternyata Al-Qur'an, hadits, dan ijma umat Islam saling men_

dukung akidah jamaah dalam hal ini.

Allah ta'ala berfirman,

"...Sesungguhn1a Aku mewafatkanmu tlan me ngangkatmu kepada.

Ku...." (Ali Imran:55)

Ayat tersebut menegaskan pengangkatan fisik dalam arti

sebenarnya. Karena kata ilayya (kepada-Ku) mencegah pene_

rapan arti majazi-yaitu pengangkatan kedudukan dan derajat,

sebagaimana diterangkan di atas. Misalnya kalimat "terbang

dengan kedua sayapnya". Yang dimaksud pasti burung, karena

tidak dapat diartikan secara majazi, sesuai dengan kaidah bahasa

yang dijelaskan dalam buku-buku tersendiri.ad

Kisah Pengangkatan tsa a.s. oteh Allah tarala

Terdapat beberapa riwayat tentang kisah ini dan bagaimana

terjadinya. Riwayat-riwayat ini berbeda antarayang satu dengan

a5 Kec-uali sekelompok dari mufassirin muta'akhirin seperti Syaikh Maraghi,

lainnya. Kami tidak dapat memastikannya, karena dalam hal ini

tidak ada keterangan yang datang dari Rasulullah saw sendiri.

Jadi kami pun tidak dapat menilai mana yang lebih benar, kecuali

kalimat-kalimat yang terdapat dalam Kitab Allah ta'ala.a7

Pada kesempatan ini, perlu kami sebutkan satu riwayat dari

Ibnu Abbas r.a. serta membekali pembaca dengan sebagian pen-

dapat ulama mengenai masalah ini.

Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata , "Setelah Allak berkehen-

dak menganghat Isa ke langit, ia keluar menuju para sahabat'

nya, sedang di rumahnya terdapat dua belas orang dari kaum

Hawariyin. Ia lalu keluar menemui mereka dari lubang di

rumahnya, sedang air keringat bertetesan dari kepalanya,

lalu ia berkata,'Sesungguhnya di antara kalian ada yang

akan hafir terhadapku dua belas kali setelah ia beriman ke-

padaku.' Kemudian Isa bertanya, 'Siapa di antara kalian

yang mau diserupakan denganku dan menggantikanku untuk

dibunuh, lalu ia bersamaku sederajat denganku?' (Dalam

riwayat lain: Dan menjadi temanku di surga?) Maka selrang

yang paling muda usianya berdiri. Isa berkata kepadanya,

'Duduklah.' Kemudian ia mengulangi lagi pertanyaan kepada

mereka, dan bemuda itu pun berdiri lagi dan berkata,'Saya.'

Isa pun berkata,'Orang itu adalah kamu.' Maka Pemuda itu

menjadi serupa dengan Isa, dan Isa sendiri dianghat ke langit

dari lubang di atas ataP rumah itu.

Orang-orang Yahudi datang mencari Isa, lalu mereka pun

mengambil pemuda yang serupa dengan Isa itu, membunuh-

nya dan menyalibnya. Maka sebagian dari dua belas orang

itu kafir dua belas kali kepada Isa setelah beriman kepada-

nya, dan mereka terpecah menjadi tiga kelompok.

Satu kelompok mengatakan, 'Dulu di antara kita ada putra


Allah, masya Allah, kemudian ia naik ke iangit.' Kelompok

ini adalah al-Ya'qubiyah.a8

Kelompok kedua berkata, 'Dulu di antara kita ada putra

Allah, masya Allah, kemudian ia diangkat Allah ke langit.'

Kelompok ini adalah an-Nasturiyah.ae

Kelompok ketiga berkata, 'Dulu di antarakita ada hamba

dan utusan Allah, masya Allah, kemudian diangkat Allah

kepada-Nya.' Mereka itu adalah orang-orang Islam.

Kemudian kedua kelompok yang kafir itu tolong-meno-

long menghadapi kelompok orang-orang Islam dan mem-

bunuhnya, sehingga Islam terhapus sampaiAllah mengutus

Muhammad saw."

Di d alam kit ab at -Ta sh r ifu B i m a Ta w a t a r a fi N u zul al- M a s ih50

terdapat tambahan sebagai berikut, "Maka Allah menurunkan

ayat,


"... Lalu segolongan dari bani Israel beriman dan segolongan (1ang

a8 Al-Ya'qubiyah adalah kelompok pengikut Ya'qub yang berpendapat adanya

tiga oknum, dan kalimat (putra Tuhan) berubah menjadi daging dan darah lalu

rnenjadi tuhan yaitu Al-Masih, yaitu yang berwujud denganjasadnya, bahkan dialah

Tuhan. Al-Qur'an mernberitahukan kita tentang mereka, "Telah kafir orang-orang

mengatakan sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih bin Maryam".(N-Maidah:72),

(Dikutib dari: asy-Svahrislan\. al-Milal wan Nihal,jld. l, hlm. 225).

'l{) An-Nasturiyah adalah sahabat-sahabat Nastur al-Hakim yang muncul pada

zaman al-Ma'mun, dan merubah-ubah Injil sesuai pendapatnya. Ia rnengatakan,

"Sesungguhnya Allah itu satu dan mempunyai tiga oknum: wujud, iln'ru dan hidup.

Oknum-oknurn itu bukan merupakan tambahan pad,a dzat, tetapi oknum-oknum

itu bukan juga dzat, dan kalimat itu menyatu dengan Isa a.s. seperti sinar matahari

dalanr bola kristal, dan seperti pahatan yang tampak dalam lilin kalau dilukis dengan

cincin. (Dikutib dari: asy-Syahristani,"al-Milal wan Nihal,jld. t hlm. 224).

lain) kafn; maka kami berikan kekuatan kepada zra.ng-zrang jang ber'

iman terhadap musuh-musuh mereka, Ialu mereka menjadi orang-lrang

lang menang. " (ash-Shaff:1'41

"Lalu segolongan dari bani Israel berintan" ntaksudnya"yang

beriman padazaman Isa a.s., "Dan segolongan (yang lain) kafir"

maksudnya yang kafir pada zaman lsa, Maha kami berikan

kekuatan kepada lrang-orang yang beriman terhadap musuh-

musuh mereka" maksudnya pada zaman Isa dengan menolong

agama Muhammad dan agama mereka dari agama orang-orang

kafir.

Ibnu Katsir, setelah menyebutkan atsar dari Ibnu Abi Hatim

dengan sanadnya dari Ibnu Abbas; ia berkata, "lni adalah sanad

yang shahih dari Ibnu Abbas, juga diriwayatkan an-Nasa'i seperti

itu dan disebutkan pula oleh ulama salaf-bukan hanya satu

orang saja-bahwa Isa a.s. mengatakan, 'Siapa yang akan di-

serupakan denganku, kemudian terbunuh menggantikanku,

maka dia adalah temanku di surga."'sr

Menurut hemat penulis-semoga Allah memberikan taufik-

sikap yang benar, insya Allah-dalam masalah ini adalah tidak

perlu memastikannya, dan cukup berpegang pada apa yang

sudah dijelaskan Allah ta'ala dan Rasul-Nya saw. Juga karena

tidak ada berita yang tertera di dalam Al-Qur'an dan Sunnah,

maka hendaknya kita percaya dan berhenti pada apa yang telah

ditetapkan Al-Qur'an yang mengatakan, "tetapi diserupakan bagi

mereka" tanpa perlu memastikan atau mencari tahu siapa orang

yang diserupakan dengan Isa a.s. itu.

Walaupun riwayat dari Ibnu Abbas r.a. itu shahih menurut

Ibnu Katsir dan asy-Syaukani, namun riwayat itu bukan hadits

marfu' kepada Nabi saw. Di samping itu, tampaknya tidak ada

cara untuk mengetahui kebenaran masalah ini kecuali melalui

Ahli Kitab, karena riwayat tersebut dikutip dari mereka,

sedangkan kita tidak bisa membenarkan atau mendustakan

ucapan mereka. Jadi, kita cukup bersandar pada apa yang dikata-

kan Al-Qur'an. Wallahu a'lam.

Penulis telah buktikan bahwa Al-Masih Isa a.s. selamat dari

tipu daya orang-orang Yahudi, juga telah membantah pendapat

orang yang menafsirkan pengangkatan Isa dalam firman Allah,

"Tetapi Allah mengangkatnya kepada-Nya." (an-Nisa': 1Sg),

dengan mengangkat kedudukan dan derajatnya, dan penulis

telah menjelaskan sikap kita terhadap kisah pengangkatan Isa

a.s. oleh Allah ta'ala ke langit. Dengan demikian, jelaslah bagi

kita bahwa sesungguhnyaAllah ta'ala telah mengangkat Isa a.s.

ke langit secara utuh dengan jasad dan ruhnya dan dia akan

turun lagi ke bumi di akhir zamanuntuk melaksanakan hikmah

yang dikehendaki Allah ta'ala.

C. SANGGAHAN TERHADAP PEMBUNUHAN


Orang-orang Yahudi dengan bangga mengakui puncak ke-

jahatan mereka bahwa mereka telah membunuh Isa Rasul Allah,

dan hal itu pun dipercayai orang-orang Nasrani yang bodoh dan

sesat. Mereka menyebutnya utusan Allah padahal mereka

mengingkari kenabian dan kerasulannya sesuai dakwaan Isa a.s.

bahwa dia adalah nabi dan rasul bagi mereka, bukan sebagai

Tuhan seperti dugaan orang-orang Nasrani, sebagaimana

dikisahkan Al-Qur'an,

"Dan karena tuapan mereka, 'sesungguhnla kami telah membunuh

Al Ma^sih Isa putra Maryam, Rasul Allah.... "' (an-Nis aa': lS7)

56 - tsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman

Allah ta'ala mendustakan mereka dan membantah pengaku-

an mereka dengan firman-Nya,

"...Padahal mereka tidak membunuhnla dan tidak pula meryalihnya,

tetapi (1tang mereka bunuh ialah) lrang lang diserupakan dengan Isa

bagi mereka. Sesungguhnya zrang-lrang )ang berselisih paham tentang

pemhunuhan Isa benar-benar dalam keraguan tentangyng dibunuh itu,

Mereka tidak mempunlai keykinan tentang siapa yng dibunuh itu

melainkan mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak ykin bahwa

yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (1ang sebenarnla) Allah telah

mengangkat Isa kepada-N1a DanAllah adalah Mahaperkasa lagi Maha'

bij aks ana. " (an-Nisaa' : 157 -158)

Dan dengan firman-Nya,

"Mereka berbuat tipu da1ta, dan Allah membalas tipu day mereka,

dan Allah-lah sebaik-baik pembalas tipu day." (Ali Imran: 54)

Berdasarkan ayat-ayat ini, kita dapat membahas sanggahan

terhadap pembunuhan Isa a.s. dalam poin-poin berikut ini.

Sanggahan Tenhadap Terbunuhnya lsa a.s. Sebagai

Penghinaan Atas Onang-Orang Yahudi

Sebagai penghinaan atas orang-orang Yahudi, Al-Qur'an

memberitahukan bahwa mereka tidak membunuh Al-Masih Isa

bin Maryam a.s., tetapi pembunuhan itu terjadi pada orang yang

Bab l: Penjelasan Al'0ur'an Tentang Pengangkatan lsa a.s. - 57

diserupakan dengan Isa a.s.. Allah berfirman,

Slt:{\tvi;}svi

"... Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula merytalib

n1a, tetapi (1ang mereka bunuh ialah) lrang lang diserupakan dengan

Isa bagi mereka.... " (an-Nisaa':157)

Berita yang benar, yakin dan pasti dari Allah ta'ala ini meru-

pakan penghinaan dan pelecehan bagi orang-orang Yahudi,

karena Al-Qur'an mengejutkan mereka dengan berita tersebut,

dan menghapus segala keraguan dengan kepastian. Mereka

ragu apakah yang mereka bunuh itu Isa a.s. atau bukan, karena

tentara-tentara itu tidak mengenal pribadi Isa a.s. dengan yakin.

Keraguan itu berubah menjadi kepastian dengan adanya berita

dari Al-Qur'an itu dan mereka tahu kebenaran berita dari Allah

ta'ala. Akan tetapi, mereka menyembunyikan kebenaran ini dan

kufur karena didorong rasa dengki yang ada di dalam diri me-

reka, dan mereka mengingkarinya karena keras kepala dan som-

bong.

Di dalam kitab'Al-Fariq bainal Makhluq wal Khaliq (Per-

bedaan antara Makhluk dan Khaliq), dalam pembahasan tentang

kedudukan Al-Qur'an-setelah menyebutkan kesaksian para

cendekiawan Nasrani tentang Al-Qur' an-menjelaskan bahwa Al-

Qur'an itu terjaga dari penggantian dan perubahan, dan kesaksi-

an mereka termasuk kesaksian tertinggi bagi orang-orang

Nasrani. Begitu pula disebutkan, bila ntemang demikian adanya

maka Allah ta'ala telah memberi tahu kita di dalam Al-Qur'an

ini dengan firman-Nya yang menceritakan klaim orang-orang

Yahudi,

"'Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tudtthan mereka

terhadap Maryam dengan kedwtaan besar (zina), dan karena ucapan

mereka, 'sesungguhnla kami telah membunuh Al Masih Isa putra

Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak nzembunuhrrya dan tidak

pula menltalibnla, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orangyng diserupa-

kan dengan Isa bagi mereka...." (an-Nisaa'z\56-157)

Ulama Islani sejak masa permulaan Islanr sampai saat ini

sepakat bahwa ayat ini tidak memiliki rnaksud selain membantah

dugaan pembunuhan dan penyaliban atas Isa a.s.. Karena, Allah

Maha Mengetahui akan perselisihan yang terjadi mengenai

kasus itu di antara kaum nabi-Nya. Maka, Allah menjelaskan

kepada kita dalam ayat selanjutnya,


"...Sesungguhnla lrang-lrang Jang berselisih paham tentang pem'

bunuhan Isa benar-benar dalam keraguan tentangyang dibunuh ttu. lvle

reka tidak mempunlai keykinan tentang siapa yng dibunuh itu mt

lainkan mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak ykin bahwa yng

mereka bunuh itu adalah Isa. Tblapi (1ang sebenarrya) Allah te lah meng-

angkat Isa kepada.Nla. Dan Altah adalah 1v[ahaperkasa lagi Maha-

bij aks ana. " (an-Nisaa' z 1.57'158)

Kredibilitas Al-Qur'an yang mulia telah diketahui oleh setiap

orang yang memikirkan perselisihan yang terjadi antara unrat

58 - tsa dan Al-Mahdi di Akhir Zaman Bab l: Penjelasan Al-0ur'an Tentang Pengangkalan lsa a's' - 59

Yahudi dan umat Nasrani se'jak kelahiran Isa a.s. hingga masa

kitri.s2

Penyerupaan dengan Al-Masih

Al-Qur'an tidak mengidcntifikasi orang yang diserupakan

dengan Al-Masih di mata mereka dan tidak ada pula hadits dari

Rasulullah saw. yang menerangkan hal itu. Akan tetapi, sebagian

ulama tafsir seperti IbnuJarir, Ibnu Katsir, dan lain-lainnya meri-

wayatkan bahwa Al-Masih a.s. pada malam penangkapan itu

meminta kepada murid-muridnya tiga kali agar salah satu dari

mereka rela maju ke depan tentara untuk menggantikan dirinya

dan dia akan rnenjadi temannya di surga. Setiap kali pern-rintaan

diulang, maka yang bersedia menggantikannya adalah pemuda

tersebut. Setelah tentara yang akan membunuh Isa a.s. datang,

Allah segera menyerupakan pemr.rda itu dengan Al-Masih, se-

hingga mereka pun lnenangkap, mengambil, menyalib, dan

membunuh pemuda tersebut.srr

Di sini ada pendapat lain yang mengatakan bahwa yang

cliserupakan dengan Isa a.s. adalah Yehuda al-Askharbuti yang

disebutkan dalam kitab-kitab kaum Nasrani sebagai orang yang

diserahkan kepada tentara.

Pendapat ini sesuai sepenuhnya dengan yang disebutkan

dalam Injil Barnabas yang mengatakan, "Setelah tentara dekat

rlengan Yehuda dari tempat cli mana Yesus berdiri, Yesus men-

dengar suara banyak orang semakin n-rendekat. Oleh karena

itr.r, ia niundur ke rumah dengan rasa ketakutan, saat itu sebelas

orang yang ada di rumah sedang tidur. Setelah Allah melihat

bahaya yang mengancam hamba-Nya, Allah memerintahkan

Jibril, Mikhail, Rufail, Adrin, maksuclnya Israfil dan Izrail dan


duta-dutanya untuk mengambil Yesus dari dunia. Maka para

malaikat yang suci itu pun mengambil Yesus dari jendela yang

menghadap ke selatan, lalu dia dibawa ke langit ketiga ditemani

malaikat yang menyucikan Allah selamanya. Dan Yehuda masuk

dengan paksa ke kamar tempat Yesus diangkat ke langit, sedang

senlua murid lainnya sedang tidur. Allah Yang Mahaajaib datang

clengan sesuatu yang ajaib pula. Yehuda tiba-tiba berubah ucapan

dan wajahnya, dan menjadi serupa dengan Yesus, sehingga kami

menduga dia adalah Yesus. Adapun dia sencliri, setelah kami

bangun, sedang mencari-cari di mana tuan guru' Oleh karena

itu kami sangat heran, dan kami katakan,'Engkau, wahai tuan,

adalah guru kami. Apakah engkau sudah lupa kepada kami se-

karang?"' Dan seterusnYa.s'l

Perselisihan Orang-Orang Kafir Mengenai Terbunuh-

nya Al-Masih a.s.

Allah membeberkan siapa mereka sebenarnya didalam ka-

sus pembunuhan Al-Masih bahwa orang-orang yang menyerbu

Al-Masih a.s. untuk menangkap dan membunuhnya berselisih

paham tentang siapa mereka tangkap, salib, dan bunuh itu; apa-

kah clia Isa a.s. atau orang lain yang diserupakan Allah di mata

mereka. Allah berfirman,


"... Sesunggtthnla lrang-lrang lang berselisih paham tentang pem'

buntthan Isa benar'benar dalam keraguan tettang yng dibunuh itu'

Mereka tidak mempunlai keyakinan tentang siapa yng dibunuh itu me-


lainkan mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak ykin bahwa yng

mereka bunuh itu adalah 1sa. " (an-Nisa':157)

Ini adalah berita dari Allah Yang Maha Mengetahui tentang

perselisihan pendapat mengenai kasus Isa a.s. yang terjadi di

antara kaumnya sendiri. Berita ini sebagai bantahan terhadap

pengakuan mereka bahwa mereka telah membunuh Isa a.s.,

padahal sebenarnya yang mereka bunuh adalah orang lain.

Perselisihan pendapat di antara mereka tentang Isa a.s. yang

diberitahukan Al-Qur'an kepada kita itu juga terdapat dalam

kitab-kitab mereka sendiri. Di dalam Injil-Injil yang diakui kaum

Nasrani dikatakan bahwa Isa a.s. pada malam ia dicari u


Related Posts:

  • Isa almahdi akhir zaman 1 Isa al-Masih. Sejak kelahirannya ia telah menggetarkan hatiorang-orang yang beriman karena menyaksikan kekuasaanAllah swt.. Sejak kelahirannya ia telah menjadi ujian berat bagisemua orang. Sejak lahir, ia menjadi penyej… Read More