Hadist pendidikan 4


 anut masyarakat. Sehingga seseorang selalu menampilkan dirinya tetap

bersahaja. Tidak di luar kebiasaan yang wajar dan dikenali masyarakat.12

Namun demikian, pendidik juga perlu menunjukkan sifat marah kepada

anak didik, jika melakukan kesalahan berulang kali. Perilaku marah yang

proporsional ini  dicontohkan Rasul saw. sebagai berikut:

انَثَّدح ُةَلمرح نب ىيحي ُّيِبيِجُّتلا انربخَأ دبع هللا نب ٍبهو يِنربخَأ ُةويح

يِنَثَّدح نبا داهْلا نع يِبَأ ِرْكب ِنب ٍمزح نع َةرمع يِنعي تنِب دبع ِنمحَّرلا نع

َةشئاع ِجوز ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو نَأ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو

َلاَق اي ُةشئاع نِإ هللا قيفر ُّبحي قْفِّرلا يطعيو ىَلع ِقْفِّرلا ام اَل يطعي ىَلع

فنعْلا امو اَل يطعي ىَلع ام هاوس11.

11 Artinya: Hadis Harmalah ibn Yahya at-Tujibiyyu, hadis Abdullah ibn Wahbin, hadis

Haiwah, hadis ibn Hadi dari Abi Bakr ibn Hazmin dari ‘Amrah yaitu binti Abdurrahman dari

Aisyah istri Rasul saw. bahwa Rasul saw. bersabda: Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah swt.

Maha lembut dan suka pada kelembutan. Dia memberikan pada orang yang lembut apa yang

tidak diberikan pada orang yang kasar dan apa yang tidak diberikan kepada selainnya. Hadis

ini tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong tsiqah dan

tsiqah tsubut dan tsiqah hafiz dan shaduq. Naisaburi, Shahih Muslim, juz 4. h. 2003.

12 Nawawi, Syarah an-Nawawi, juz 6, h. 307.

انَثدح دَّمحم نب ٍماَلس َلاَق انربخَأ ُةدبع نع ٍماشه نع هيِبَأ نع َةشئاع تَلاَق

َناَك ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اَذِإ مهرمَأ مهرمَأ نم ِلامعَأْلا امِب

87

Ibn Hajar menjelaskan hadis di atas, perkataan sahabat bahwa keadaan

mereka tidak sama dengan keadaan Rasul saw. dan Rasul saw. marah kepada

sahabat. Sebab tingginya kedudukan Rasul saw. tidak harus menjadikannya

sebagai orang yang malas dalam beribadah. Pelajaran yang dapat diambil

bahwa pendidik perlu menunjukkan sikap marah jika melihat penyimpangan

dalam masalah keberagamaan anak didik.14

Selain marah terhadap hal-hal yang tidak wajar (negatif) yang dilakukan

anak didik, pendidik juga harus menunjukkan sifat pemaaf, sebab Rasul saw.

memberitakan sifat pemaaf ini  dapat menjadikan guru sebagai orang

yang mulia di sisi Allah swt., sebagaimana hadis berikut:

Hadis di atas menjelaskan bahwa sifat pemaaf yang dimiliki pendidik akan

membuahkan hasil yang sangat banyak dan nilai dengan kualitas tinggi di sisi Allah swt.

َنوُقيطي اوُلاَق اَّنِإ انسَل كتَئيهَك اي َلوسر هللا نِإ هللا دَق رَفَغ كَل ام مَّدَقت نم

كِبنَذ امو رَّخَأت بضغيَف ىَّتح فرعي بضغْلا يف هِهجو َّمُث ُلوُقي نِإ مُكاَقتَأ

مُكمَلعَأو هللاِب انَأ13.

… يِنَثَّدح وبَأ ٍموحرم دبع ِميحَّرلا نب نوميم نع ِلهس ِنب ذاعم ِنب ٍسنَأ

ِّيِنهجْلا نع هيِبَأ نع ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق نم مَظَك اًظيَغ وهو

عيطتسي ْنَأ هَذفني هاعد هللا موي ةمايقْلا ىَلع ِسوءُر ِقئاَلخْلا ىَّتح هرِّيخي يف ِّيَأ

ِروحْلا ءَاش15….

13 Artinya: Hadis Muhammad ibn Salam, katanya hadis ‘Abdah dari Hisyam dari ayahnya

dari Aisyah r.a. katanya, Rasul saw. bersabda: Jika Rasul saw. menyuruh mereka (sahabat),

beliau menyuruh perbuatan yang mampu mereka kerjakan, lalu mereka berkata: Kami

bukan seperti engkau, wahai Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah mengampuni semua

kesalahan engkau yang telah lampau dan yang akan dating. Rasul saw. marah dan terlihat

kemarahannya ini  di wajahnya. Beliau bersabda: Sesungguhnya yang paling bertakwa

dan paling mengenal Allah di antara kalian yaitu  saya. Hadis ini tergolong syarif marfu’

dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah rubama

dallasa. Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1, h. 70.

14 Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fadhil al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-

Bukhari (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379 H), juz 1, h. 71.

15 Artinya: Hadis Abu Marhum Abdurrahim ibn Maimun dari Sahl ibn Mu’az ibn Anas al-Juhani

dari ayahnya dari Nabi saw. bersabda: Barangsiapa menahan kemarahan padahal ia mampu

melakukannya, niscaya Allah swt. Akan memanggilnya di hari kiamat di atas makhluk lainnya

dan menawarkan padanya ‘’bidadari mana yang ia kehendaki’’. Imam al-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi,

tahqiq Ahmad Syakir, cet. 2 (Kairo: Abu Isa Muhammad ibn Isa Mustafa al-Halabi, 1978), 47.

Hadis-Hadis Tentang Pendidik (Zainuddin)

88


Sebaliknya, jika anak didik melakukan hal-hal positif, pendidik juga mestilah

memberikan pujian terhadap perilaku positif anak didik. Sebagaimana Rasul

saw. mencontohkan berikut:

Hikmah hadis di atas, bahwa Rasul saw. menunjukkan rasa senangnya

dan karena kekagumannya pada Thalhah, Rasul saw. memuji dengan perkataan

‘’bagus’’. Kata ibn Hajar, maksudnya mengagungkan sesuatu dan kagum karena

peristiwa ini .17

Dengan demikian, tugas pendidik dalam pendidikan Islam sangat kompleks,

meliputi tugas membantu pertumbuhan dan perkembangan anak didik pada

asfek jasmaniah dan rohaniah. Sehingga Rasul saw. memberikan kepercayaan

yang tinggi kepada “pendidik’’ muslim untuk menjadikan anak didik menjadi

muslim pula. Sebagaimana sabda Rasul saw. berikut:

انَثَّدح دبع هللا نب فسوي انربخَأ كلام نع قاحسِإ ِنب دبع هللا ِنب يِبَأ َةحْلَط

هَّنَأ عمس سنَأ نب كلام يضر هللا هنع ُلوُقي َناَك وبَأ َةحْلَط رَثْكَأ ِراصنَأْلا

ةنيدمْلاِب اًلام نم ٍلخن َناَكو ُّبحَأ هلاومَأ هيَلِإ ءَاحريب تناَكو َةَلِبْقتسم

دِجسمْلا َناَكو ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اهُلخدي برشيو نم ءٍام اهيف

ٍبِّيَط َلاَق سنَأ اَّمَلَف تَلِزنُأ هذه ُةيآْلا نَل اوُلانت َّرِبْلا ىَّتح اوُقفنت اَّمم َنوُّبحت ماَق

وبَأ َةحْلَط ىَلِإ ِلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَقَف اي َلوسر هللا نِإ هللا

كرابت ىَلاعتو ُلوُقي نَل اوُلانت َّرِبْلا ىَّتح اوُقفنت اَّمم َنوُّبحت نِإو َّبحَأ يلاومَأ

َّيَلِإ ءَاحريب اهَّنِإو ٌةَقدص هلل وجرَأ اهَّرِب اهرخُذو دنع هللا اهعضَف اي َلوسر هللا

ُثيح كارَأ هللا َلاَق َلاَقَف ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ٍخب كلَذ ٌلام حِبار

كلَذ ٌلام حِبار16…. 

16 Artinya: Hadis Abdullah ibn Yusuf, hadis Malik dari Ishak ibn Abdullah ibn Abi Thalhah,

dia mendengar Anas ibn Malik ra. berkata, bahwa harta kebun Abu Thalhah lebih banyak

dari orang-orang Anshar di Madinah, katanya adapun harta yang paling saya cintai yaitu 

(kebun) di Bairaha, maka kebun itu saya sedekahkan karena Allah. Saya berharap kebaikannya

di sisi Allah, maka manfaatkanlah sesuai dengan yang ditunjukkan oleh Allah kepada engkau

ya Rasulullah. Rasul bersabda: Bagus, itu harta yang menguntungkan. Hadis di atas tergolong

syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong tsiqah mutqinun dan tsiqah

dan ra’su mutqinun. Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 396.

17 Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari, juz 5, h. 397.

89

Apa yang telah dipaparkan di atas yaitu  karakter yang sangat penting

yang tidak boleh ditinggalkan oleh setiap pendidik. Pendidik dalam masyarakat

modern yang ideal seperti dalam masyarakat Islam, lebih dari sekedar petugas

yang mendapat gaji dari pemerintah atau organisasi swasta semata. Ia hendaknya

memahami dirinya lebih dari itu. Bahwa ia yaitu  teladan yang akan ditiru

anak didiknya, baik cara bersikap, berucap maupun berperilaku. Ia diharapkan

untuk memperlakukan murid-murid tidak seperti domba atau ternak yang

perlu digembala dan didisiplinkan, melainkan sebagai manusia yang mudah

dipengaruhi, yakni sifat-sifatnya yang mesti harus dibentuk dan harus dididik

olehnya untuk mengenal aturan moral, etika, estetika dan spiritual yang dianut

oleh masyarakat. Oleh karena itu, Islam mengisyaratkan bahwa seorang pendidik

diwajibkan untuk memenuhi syarat, bukan hanya orang yang pandai tapi juga

orang yang berbudi, orang yang beriman yang perbuatannya sendiri dapat

memberikan pengaruh pada pikir, jiwa dan akhlak muridnya. Pendidik dalam

menunaikan tugasnya sebagai pendidik hendaknya pandai dan menguasai

berbagai macam metode dan tekhnik pendidikan.

Al-Kanani, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, menyatakan bahwa

ada beberapa persyaratan menjadi seorang pendidik yakni:

1. Yang berkenan dengan dirinya sendiri

2. Yang berkenan dengan pelajaran, dan

3. Yang berkenan dengan muridnya.19

Tiga persyaratan menjadi seorang pendidik seperti di atas, dapat dilihat

penjelasan berikut ini:

Pertama, syarat-syarat guru (pendidik) berhungan dengan dirinya, yaitu:

يِنَثَّدح قاحسِإ نب ميهاربِإ انربخَأ دبع ِقاَّزَّرلا انربخَأ رمعم نع ٍماَّمه نع يِبَأ

َةريره َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ام نم دوُلوم الِإ دَلوي ىَلع

ةرْطفْلا هاوبَأَف هِنادِّوهي هِنارِّصنيو امَك َنوجتنت َةميِهبْلا18…. 

18 Artinya: Hadis dari Ishak ibn Ibrahim, hadis Abdurrazzak, hadis Ma’mar dari Hammam

dari Abu Hurairah berkata, Rasul saw. bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci,

maka kedua orang tuanya (sebagai pendidik) yang menjadikannya sebagai pengikut (berpola

hidup) Yahudi atau Nasrani, sebagaimana seekor ternak melahirkan ternak pula. Hadis di

atas tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong tsiqah dan

tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattasil. Bukhari, Shahih al-Bukhari, h. 303.

19 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 89.

Hadis-Hadis Tentang Pendidik (Zainuddin)

90


1. Guru (pendidik) hendaknya senantiasa insaf akan pengawasan Allah

swt. terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang

amanat ilmiah yang diberikan Allah swt. kepadanya.

2. Guru (pendidik) hendaknya memelihara kemuliaan ilmu.

3. Guru hendaknya bersifat zuhud.

4. Guru (pendidik) hendaknya tidak berorientasi duniawi yang mengutamakan

kedudukan, popularitas yang menyebabkan ia bangga diri.

5. Guru (pendidik) hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalam

pandangan syara’ dan menjauhi situasi yang mendatangkan fitnah.

6. Guru (pendidik) hendaknya memelihara syari’at Islam.

7. Guru (pendidik) hendaknya rajin melaksanakan hal-hal yang sunat yang

dianjurkan oleh ajaran Islam.

8. Guru (pendidik) hendaknya memelihara akhlak yang mulia.

9. Guru (pendidik) hendaknya pandai memanfaatkan waktu yang luang.

10. Guru (pendidik) hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan

memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu.

Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran, yaitu:

1. Guru (pendidik) ketika hendak mengajar sebelum keluar dari rumah

hendaknya bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian

yang baik dengan maksud menghargai ilmu dan syari’at.

2. Guru (pendidik) ketika keluar dari rumah hendaknya selalu berdo’a agar

tidak sesat dan menyesatkan dan terus berzikir kepada Allah swt. hingga

sampai ke majelis pembelajaran.

3. Guru (pendidik) hendaknya memosisikan dirinya pada tempat yang

dapat dilihat oleh anak didik.

4. Sebelum mengajar mestinya guru membaca basmallah, do’a untuk mendapatkan

barkah Allah.

5. Guru (pendidik) hendaknya mengajarkan hierarki keilmuan dalam bidang

keahliannya.

6. Guru (pendidik) hendaknya dapat mengatur suara dengan baik.

7. Guru (pendidik) hendaknya mengendalikan majelis dan mengontrol

agar tidak menyimpang dari fokus.

8. Guru (pendidik) hendaknya menegur anak didiknya yang tidak menjaga

kesopanan.

91

Ketiga, karakter guru (pendidik) di tengah para anak didiknya:

1. Guru (pendidik) mestinya mengajar dengan niat mengharapkan keridhaan

Allah swt.

2. Tidak menolak mengajar anak didik yang tidak lulus dan ikhlas belajar.

3. Mencintai anak didiknya.

4. Memberikan motivasi anak didik dalam belajar.

5. Berusaha menyampaikan materi pelajaran agar anak didiknya dapat

memahaminya.

6. Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukannya.

7. Bersikap adil terhadap semua anak didiknya dan terus melakukan pemantauan

terhadap perkembangan anak didik.

Di samping itu hendaknya seorang pendidik memiliki kecakapan dalam

bidang administrasi, dinamisasi, inovasi, motivasi dan evaluasi yang akan

dipakai ketika mendidik anak didiknya.

Semua kalimat di atas ini meliputi karakter seorang pendidik dalam menjembatani

anak didik menuju kesempurnaannya. Namun hal seperti itu tidak cukup

kalau tidak disertai dengan kesejahteraannya. Karena pendidik di era klasik

dengan era modern sekarang ini berbeda zaman. Untuk menginternalisasikan

dan mendapati tujuan yang mulia itu butuh biaya. Karena itu, semestinya

guru bekerja secara maksimal, demikian pula pemerintah atau organisasi

swasta, memberikan apresiasi yang tinggi terhadap keilmuan dan finansial

terhadap pendidik sehingga pendidik benar-benar berkonsentrasi pada dirinya

sebagai seorang pendidik.

III. Penutup

Pendidikan bertujuan mencapai pertumbuhan yang seimbang dan membentuk

kepribadian yang menyeluruh meliputi aspek spiritual, intlektual, imajinatif,

pisik, ilmiah, bahasa, baik secara individu maupun kolektif.

Tujuan akhir pendidikan muslim yaitu  perwujudan ketundukan kepada

Allah. Untuk bisa mencapai kepada tujuan ini  diperlukan pendidik yang

memiliki kepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan agama. Pendidik/

guru memegang peranan yang penting dan strategis. Sebagai pendidik, guru

merupakan agent of social change yang mengubah pola pikir, sikap, dan perilaku

manusia menuju yang lebih baik, lebih bermartabat dan lebih mandiri.

Untuk menjalankan tugas ini  guru dituntut memiliki segenap kompetensi,

sifat penyayang, mampu memberikan pujian pada peserta didik, senantiasa

Hadis-Hadis Tentang Pendidik (Zainuddin)

92


menambah ilmu pengetahuan, mencari tahu keadaan peserta didik, dan memiliki

sikap lemah lembut, di mana yang satu dengan lainnya terintegrasi dalam

kepribadiannya secara utuh (wholistic personality).

Dalam perjalanannya seorang guru dituntut untuk mau dan manpu mengem-

bangkan dirinya agar keberadaannya dapat menjadi sosok penerus sebuah

cita-cita bangsa. Untuk itu guru sudah selayaknya mendapat perhatian yang

serius baik mengenai pengembangan dirinya maupun dari segi finansial yang

diterimanya. Ironis jika tugas guru masih dianggap sebuah tugas ikhlas tanpa

bayaran. Karena jika ini terjadi maka keprofesionalan guru tak akan dapat

diwujudkan, dan kemajuan sebuah negara pun akan terancam.

93

HADIS HADIS TENTANG

LEMBAGA PENDIDIKAN

Masdar Limbong

I. Pendahuluan

Pendidikan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sejumlah komponen

yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Adapun komponen yang termasuk

dalam sistem pendidikan ialah komponen tujuan, komponen pendidik, komponen

peserta didik, komponen alat, dan komponen lingkungan. Salah satu komponen

yang penting dalam sistem pendidikan ialah lembaga. Agar semua komponen

ini  dapat berfungsi secara baik, maka diperlukan suatu lembaga pendidikan.

Lembaga sebagai sarana tempat berlangsungnya proses pendidikan. Lembaga

dapat dilihat dari berbagai bentuk sesuai dengan sifat atau bentuk pendidikan

yang dilaksanakan. Apabila pendidikan yang dilaksanakan bersifat formal, maka

lembaga yang dikenal ialah madrasah atau sekolah, apabila bentuk pendidikan

informal, maka lembaganya ialah keluarga. Apabila bentuk pendidikan nonformal,

maka lembaga yang dapat digunakan sangat luas, antara lain mesjid, kantor,

dan di tempat-tempat lain yang berkembang di masyarakat.

Dalam pembahasan ini secara khusus akan menguraikan tentang hadis-hadis

lembaga pendidikan sebagai sarana atau tempat berlangsungnya proses pendidikan.

Apabila berangkat dari perspektif hadis tentu saja lembaga pendidikan yang

dibicarakan dalam hadis sangat berbeda dengan lembaga pendidikan yang ada

sekarang. Ini dipengaruhi oleh faktor perkembangan sistem peradaban dan ilmu

pengetahuan. Semakin maju sistem peradaban manusia akan berpengaruh kepada

cara hidup, termasuk dalam aspek sarana dan prasarana pendidikan. Lembaga

pendidikan semakin maju, baik dari segi fisik bangunan maupun dari segi fasilitas

pendidikan yang digunakan. Namun keberadaan lembaga pendidikan dalam

menunjang proses pendidikan yang berkualitas sangat penting. Ini telah terbukti

dari sejak jaman Rasulullah saw. melaksanakan misi pendidikan sudah mengarah

kepada pembentukan lembaga pendidikan, walaupun bentuk lembaga yang ada

masih sederhana apabila dibanding dengan lembaga pendidikan yang ada sekarang.

Secara spesifik pembahasan ini akan melihat bagaimana hadis menggambarkan

tentang lembaga pendidikan. Pembahasan ini berangkat dari menguraikan

94


beberapa hadis yang berbicara tentang lembaga pendidikan, eksistensi lembaga,

bentuk lembaga yang ada dan tujuan lembaga.

Membahas tentang  tidak terlepas dari meneliti

bagaimana lembaga pendidikan yang ada dan berkembang pada jaman permulaan

Islam, yang tokoh utamanya Muhammad Rasulullah Saw. Lembaga pendidikan

pada jaman Rasul sangat berbeda dengan lembaga pendidikan yang ada sekarang.

Lembaga pendidikan pada jaman Rasul masih bersifat sederhana sekali. Pada

jaman Rasul belum ada lembaga pendidikan seperti madrasah atau sekolah.

II. Pengertian Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yaitu  salah satu faktor penunjang kelangsungan

proses pendidikan. Secara umum dipahami lembaga sebagai institusi tempat

berlangsungnya proses pendidikan yang mempunyai struktur dan program

kegiatan dibidang pendidikan. Di Indonesia lembaga pendidikan sudah merupakan

bagian yang sangat menentukan dalam mencapai kualitas pendidikan. Sehingga

dalam perundang-undangan pendidikan telah diatur bagaimana standar suatu

lembaga pendidikan yang memadai.

Lembaga dapat juga diartikan dengan badan atau organisasi penyelenggara

suatu kegiatan, maka dalam pendidikan lembaga ialah sebagai badan yang

menyelenggarakan program pendidikan. Apabila dikaitkan kepada lembaga

pendidikan yang ada pada permulaan Islam, lembaga yang ada masih bersifat

sederhana belum mempunyai struktur organisasi yang lengkap dan profesional

seperti yang ada sekarang. “Lembaga pendidikan dalam Islam telah dikenal

sejak detik-detik awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw, rumah

al Arqam ibn Abi al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama.”1

sesudah  agama Islam datang, Rasulullah bermaksud hendak mempersatukan

suku-suku bangsa ini, dengan jalan menyediakan suatu tempat pertemuan.

Di tempat ini semua penduduk dapat bertemu untuk mengerjakan ibadat dan

pekerjaan-pekerjaan atau upacara-upacara lain. Maka Nabi mendirikan sebuah

masjid, dan diberi nama “Baitullah”2

Di masjid ini kaum Muslimin dapat bertemu mengerjakan ibadah, belajar,

mengadili perkara-perkara, jual beli dan upacara-upacara lain. Kemudian ternyata

bahwa banyak terjadi hiruk -pikuk yang mengganggu orang-orang yang sedang

bersembahyang. Maka dibuatnyalah satu tempat yang khas untuk sembahyang,

1 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 99.

2 Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1990),

h. 117.

95

dan satu lagi khas untuk jual beli. Tempat yang dibuat khas untuk sembahyang,

terletak jauh dari hiruk-pikuk: Tempat itu dinamai “masjid”. Masjid ini memegang

peranan besar untuk mempersatukan kaum Muslimin dan mempertalikan

jiwa mereka.

Di lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada jaman Rasul yang berperan

sebagai guru atau sebagai yang pertama, yaitu Nabi Muhammad saw. Di sinilah

Nabi Muhammad saw. mengumpulkan sekumpulan kecil pengikut-pengikutnya

yang percaya kepadanya secara diam-diam. Di rumah inilah beliau mengajar

kumpulan kecil ini, ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan melalui Malaikat Jibril,

dan membentuk ideologinya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang mulia.”3

III. Hadis-Hadis yang Berkaitan dengan Lembaga Pendidikan

1. Priode Makkah (Rumah)

Pada priode makkah lembaga pendidikan sudah ada, tetapi masih bersifat

sederhana. Adapun lembaga pendidikan Islam pada priode Makkah ialah rumah.

Islam mengenal lembaga pendidikan atau pusat pendidikan semenjak detik-

detik awal turunnya wahyu kepada Nabi saw. Rumah al-Arqam bin Abi Al-Arqam

merupakan lembega pendidikan pertama. Guru agung yang pertama ialah Nabi

Muhammad saw, beliau mengumpulkan sekumpulan kecil pengikut-pengikutnya

yang percaya kepadanya secara diam-diam. Dirumah inilah beliau mengajar

kumpulan kecil ini, ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan melalui Malaikat Jibril

dan membentuk ideologinya sesuai dengan ajaran-ajaran Islam yang mulia.4

Di rumah al-Arqom, nabi juga menerima tamu dan orang-orang yang hendak

memeluk agama Islam atau menanyakannya hal-hal yang berkaitan dengan

agama Islam. Di rumah al-Arqam inilah terbentuk Jamaah Islamiyah yang

pertama. Selain daripada itu Nabi juga mengajarkan agama Islam di rumah

beliau sendiri, bila ada orang datang berkunjung kepada beliau.

Fungsi rumah zaman Rasul sangat penting, tidak hanya sebagai tempat

tinggal keluarga, melainkan berperan sebagai lembaga pembinaan umat. Dalam

Islam juga banyak penegasan yang berkaitan dengan peran keluarga sebagai

pendidik.

Rumah sebagai lembaga pendidikan, berarti akan membahas tentang

pedidikan yang berlangsung dalam keluarga, karena keluarga yaitu  sebagai

unit masyarakat terkecil yang memberikan warna kehidupan masyarakat. Keluarga

3 Suwito, Sejarah Sosial, h. 258.

4 Ibid.

Hadis-Hadis Tentang Lembaga Pendidikan (Masdar Limbong)

96


sebagai lembaga pendidikan pertama yang akan mempengaruhi perkembangan

kepribadian anak. Dalam teori pendidikan dikenal tiga sektor pendidikan, yaitu:

“Pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal.”5

Ketiga sektor di atas dapat dipahami bahwa sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal, keluarga sebagai lembaga pendidikan informal dan masyarakat

sebagai lembaga pendidikan nonformal.

Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dalam mempengaruhi

perkembangan anak sangat ditentukan oleh peran dan tanggung jawab orang

sebagai pimpinan lembaga. Pentingnya lembaga pendidikan keluarga dapat

dilihat melalui hadis berikut.6

Dari hadis di atas jelaslah bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan

fitrah. Hadis di atas memberikan petunjuk kepada keluarga sebagai lembaga

pertama dalam menanamkan pendidikan kepada anak. Dikemukakan dalam

hadis bahwa anak lahir dalam keadaan fitrah, artinya suci bersih yang belum

terkontaminasi oleh lingkungan, maka lingkungan pertama yang mempengaruhinya

ialah keluarga. Allah swt. berfirman dalam surat al-Tahrim/...: 6, Hari orang-

orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang

bahan bakarnya manusia dan batu…

Salah satu upaya keluarga untuk memelihara diri dan keluarga dari siksa

neraka yaitu  penegakan salat. Hadis berikut menegaskan pendidikan salat

dalam keluarga.7

انثدح وبا ناميلا انبرخا بيعش لاق نإف ابا ةريره يضر للها هنع ناك ثديح

لاق بينلا ىلص للها هيلع ملسو ام نم دولوم دلوي ىلع ةرطفلا هاوبأف هنادوهي وا

هنارصني وا هناسجيم. 

5 UU. No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), h. 8

6 Artinya: “Hadis dari Abu Al-Yaman ia berkata dari Syu’aib diriwayatkan dari Abi Hurairah

r.a, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka

kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak ini  beragama Yahudi, Nasrani ataupun

Majusi.” Berdasarkan takhij hadis menunjukkan bahwa hadis di atas tergolong syarif marfu’

sedangkan ditinjau dari segi kualitas perawi, berdasarkan penelurusan yang dilakukan bahwa

kualitas perawi yang sebagian tsiqah dan tsiqah tsubut. Abu Abdullah bin Muhammad Isma’il,

Shahih Bukhari, juz 1 (Riyadh: Idarat al-Bahts al-Ilmiah, tt), h. 25.

7 Artinya: Dari Jaddah berkata Rasulullah saw; Ajarilah (didiklah) anak-anakmu dengan

salat, jika telah berusia tujuh tahun dan pukullah (jika meninggalkan salat) dia jika telah berusia

sepuluh tahun. Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttashil dengan sanad wahid, adapun

kualitas perawinya yaitu  siqah, siqah hafiz, la ba’sa bihi, dan siyah al ‘ajali. Hadis ini 

dapat juga di-takhrij pada Sunan Abu Daud bab salat hadis nomor 417 dan Sunan ad-Darimy

bab salat hadis nomor 1395. O1eh Abu al-Isya hadis in; dikatakan sebagai hadis hasan shahih.

97

Hadis ini secara jelas memerintahkan kepada orang tua agar memberi

pendidikan sholat kepada anak-anak jika telah berusia tujuh tahun, dan jika

pada usia sepuluh tahun anak tidak juga mau melaksanakan shalat (meninggalkan

sholat) maka orang tua boleh memukulnya, tetapi bukan memukul anak dengan

kasar dan keras sampai anak merasa tersiksa, yang dianjurkan Rasul yaitu 

memukulnya sebagai peringatan dan tidak melampui batas kasih sayang. Berkaitan

dengan tanggungjawab orang tua sebagai pemimpin dan penanggungjawab

pendidikan dapat dilihat dalam hadis berikut:

Hadis-Hadis Tentang Lembaga Pendidikan (Masdar Limbong)

نع  ديبع  ِنب  ىيحي  نع  ِّينِاهبصَأْلا  ِنب  َناميَلس  نب  دَّمحم  انَثَّدح  ُةبيتُق  انَثَّدح

ملسو هيَلع هللا ىلص ِّيبَِّنلا ِبيِبر َةمَلس يِبَأ ِنب رمع نع ٍحابر يِبأَ ِنب ءِاَطع

بهْذيل هللا ديِري امَّنِإ ملسو هيَلع هللا ىلص ِّيبَِّنلا ىَلع ُةيآْلا هذه تَلزن اَّملَ َلاَق

َةمطاَف  اعدَف  َةمَلس  ِّمُأ  تيب  يف  ايرِهْطت  مُكرِّهَطيو  تيبْلا  َلهَأ  سجِّرلا  مُكنع

َّمهللا َلاَق َّمُث ءٍاسكبِ هَللجَف هِرهَظ فْلخ ٌّيلعو ءٍاسكبِ مهَللجَف انيسحو انسحو

انَأو  َةمَلس  ُّمُأ  تلَاَق  ايرِهْطت  مهرِّهَطو  سجِّرلا  مهنع  بهْذَأَف  يتيب  ُلهَأ  ءِالَؤه

اَذه ىسيع وبَأ َلاَق  ٍريخ  ىَلع تنَأو كِناَكم ىَلع تنَأ َلاَق  هللا َّيِبن اي مهعم

 8.َةمَلس يِبَأ ِنب رمع نع ءٍاَطع ثيدح نم هجوْلا اَذه نم بيِرَغ ٌثيدح

8 Ketika turun ayat: “Sesugguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari

kamu hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersihnya” di rumah Umm Salmah maka

Nabi memanggil Fatimah, Hasan dan, Husein maka mereka diselimuti dengan satu kain dan

Ali dibelakangnya kemudian Nabi berkata: Ya Allah mereka adala keluargaku (ahli bait)

maka jauhkanlah dari mereka perbuatan dosa dan bersihkanlah mereka dengan sebersihnya.

Umm Salmah berkata: Apakah saya beserta mereka ya Nabi Allah, Nabi berkata: engkau

lebih baik. HR at-Tirmizi. (Hadis Garib). Berdasarkan takhrij hadis yang dilakukan bahwa

hadis di atas tergolong syarif marfu’ sedangkan ditinjau dari segi kualitas perawi, maka

perawinya yaitu  siqah, siqah tsubut, yang diambil dari Sunan Tirmizi, dalam Kitab Tafsir

al-Qur’an yang langsung dari Rasulullah pada Bab Surat Al-Ahzab, h. 3129.

نيهلجا ةبرس نب عيبرلا نب زيزعلا دبع نب ةلمرح  انبرخا رجح  نب يلع انثدح

للها لوسر لاق لاق هدج نع هيبا نع ةبرس نب عيبرلا نب كبلما دبع همع نع

نب  اهيلع  هوبرضاو  يننس  عبس  نبا  ةلاصلا  بيصلا  اوملع  ملسو  هيلع  للها  ىلص

 .ةرشع

98


Apabila diambil penjelasan dari hadis di atas, maka keluarga sebagai

lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kedua orang dan anak-anak

sebagai unit kelurga. Sebagai penanggung jawabnya ialah orang tua, yang

berperan dalam memberikan pendidikan kepada semua anggota keluarga.

Lembaga pendidikan keluarga yang dimaksud dalam penjelasan ini tidak sama

dengan lembaga pendidikan formal yang ada sekarang. Namun apabila dilihat

secara general, maka dalam lembaga ada penanggungjawab, maka orang tualah

sebagai pimpinan dan penanggungjawab pendidikan di lembaga keluarga

ini. Ini ditegaskan dalam salah satu hadis sebagai berikut:9

Melalui hadis di atas jelaslah bahwa kepemimpinan orang tua dalam

keluarga sebagai wujud dari tanggungjawab. Kepemimpinan dalam konteks

ini berarti melindungi semua anggota keluarga, sehingga dapat tumbuh dan

berkembang secara baik. Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan bagi di

keluarga ataupun di lembaga lain yaitu  memberikan contoh atau pembinaan

kearah yang lebih baik. Termasuk dalam membekali anak dengan pendidikan

agama yang memadai.

Dalam memelihara fitrah anak peran dan tanggung jawab keluarga sangat

menentukan, sekalipun banyak lembaga pendidikan yang siap menampung

anak dalam mendapatkan pendidikan, namun orang tua harus membekali anak

terlebih dahulu sebelum masuk kelembaga-lembaga pendidikan ini .

نعو دبع هللا نب رمع ُلوُقي تعمس َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ُلوُقي

مُكلُك ٍعار مُكلُكو ٌلوُئسم نع هتَّيعر مامِإْلا ٍعار ٌلوُئسمو نع هتَّيعر ُلجَّرلاو

ٍعار يف هلهَأ وهو ٌلوُئسم نع هتَّيعر ُةَأرمْلاو ٌةيعار يف تيب اهِجوز ٌةَلوُئسمو

نع اهتَّيعر مداخْلاو ٍعار يف ِلام هدِّيس ٌلوُئسمو نع هتَّيعر َلاَق تبسِحو ْنَأ دَق

َلاَق ُلجَّرلاو ٍعار يف ِلام هيِبَأ ٌلوُئسمو نع هتَّيعر مُكلُكو ٍعار ٌلوُئسمو نع

هتَّيعر. 

9 Artinya: Dari ibn Umar ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Kalian yaitu  pemimpin dan

kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian, seorang penguasa yaitu 

pemimpin, seorang suami yaitu  seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang

istri yaitu  pemimpin atas rumah suami dan anak-anaknya. Kalian yaitu  pemipin yang akan

dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

99

“Mesjid sebagai lembaga pendidikan menerima anak-anak sesudah  mereka

dibesarkan dalam asuhan orang tuanya. Keluarga muslim yaitu  pelindung

pertama, tempat anak di besarkan dalam suasana pendidikan Islam.”10

Yang dimaksud dengan keluarga muslim ialah sepasang suami istri yang

kedua tokoh intinya (ibu dan ayah) berpadu dalam merealisasikan tujuan

pendidikan. Untuk itulah pembinaan keluarga disyari’atkan. Adapun tugas

dan tanggungjawab utama keluarga sebagai lembaga pendidkan pertama

an-Nahlawi mengemukakan sebagai berikut:

a. Menegakkan hukum-hukum Allah Swt.

b. Merealisasikan ketenteraman jiwa

c. Melaksanakan perintah Rasulullah s.a.w.

d. Merealiasasikan kecintaan kepada anak-anak dan beberapa dampak edukatifnya.11

Prinsip pendidikan yang harus dilaksanakan dalam keluarga ialah menegakkan

hukum-hukum Allah dalam semua aspek kehidupan keluarga. Firman Allah swt.

dalam Q.S. ar-Rum/30: 21, Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untuk kalian istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan diajadikan-Nya diantara kalian rasa kasih sayang.

2. Priode Madinah

Pada periode Madinah, ketika sistem masyarakat Islam mulai terbina

secara baik, lembaga-lembaga pendidikan turut mengalami perkembangan

dan diversifikasi.

a. Mesjid

Masjid diartikan secara harfiah yaitu  tempat sujud karena di tempat

ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan

salat. Fungsi masjid tidak saja untuk salat, tetapi juga mempunyai fungsi lain

seperti pendidikan dan lain sebagainya. Di zaman Rasulullah masjid berfungsi

sebagai tempat ibadah dan urusan-urusan sosial kemasyarakatan serta pendidikan.12

Suatu pesantren mutlak mesti memiliki masjid, sebab di situlah akan

dilangsungkan proses pendidikan dalam bentuk komunikasi belajar mengajar

10 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam (Bandung:

Diponegoro, 1989), h. 244.

11 Ibid., h. 225.

12 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di

Indonesia (Jakarta: Kencana 2007), h. 63.

Hadis-Hadis Tentang Lembaga Pendidikan (Masdar Limbong)

100


antara kiai dan santri. Masjid sebagai pusat pendidikan Islam telah berlangsung

sejak mass Rasulullah, dilanjutkan oleh Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Bani

Umaiyah, Abbasiyah, Fathimiyah, dan dinasti-dinasti lain. Tradisi itu tetap

dipegang oleh para kiai pemimpin pesantren untuk menjadikan masjid sebagai

pusat pendidikan. Kendatipun pada saat sekarang pesantren telah memiliki

lokal belajar yang banyak untuk tempat berlangsungnya proses belajar mengajar,

namun masjid tetap difungsikan sebagai tempat belajar.13

Berkaitan dengan mesjid sebagai lembaga pendidikan yang ada pada

Zaman Rasul dapat dilihat pada hadis berikut:14

انَثَّدح ُليعامسِإ َلاَق يِنَثَّدح كلام نع قاحسِإ ِنب دبع هللا ِنب يِبَأ َةحْلَط ابَأ نَأ

َةَّرم ىَلوم ِليقع ِنب يِبَأ ٍبلاَط هربخَأ نع يِبَأ دقاو ِّيثيللا نَأ َلوسر ىلص هللا هللا

هيَلع ملسو امنيب وه سلاج يف دِجسمْلا ساَّنلاو هعم ْذِإ َلبْقَأ ُةَثاَلَث َلبْقَأَف ٍرَفن نانْثا

ىَلِإ ِلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو بهَذو دحاو َلاَق اَفَقوَف ِلوسر ىَلع هللا

ىلص هللا هيَلع ملسو اَّمَأَف امهدحَأ ىَأرَف ًةجرُف يف ةَقْلحْلا اهيف سَلجَف اَّمَأو رخآْلا

سَلجَف مهَفْلخ اَّمَأو ُثلاثلا ربدَأَف ابهاَذ اَّمَلَف َغرَف ُلوسر ىلص هللا هللا هيَلع ملسو

َلاَق اَلَأ مُكرِبخُأ نع ِرَفَّنلا ةَثاَلثلا اَّمَأ مهدحَأ ىوَأَف ىَلِإ هاوآَف هللا هللا اَّمَأو رخآْلا

ايحتساَف ايحتساَف هللا هنم اَّمَأو رخآْلا ضرعَأَف ضرعَأَف هنع هللا. 

13 Ibid.

14 Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata: Telah bercerita kepadaku

Malik dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah, sesungguhnya ayah Murrah Maula Aqil bin

Abi Thalib telah memberitakannya dari Abi Waqid al-Laitsi, sesungguhnya Rasulullah saw.

ketika dia lagi duduk (mengajar) di mesjid sedangkan orang banyak (para sahabat) bersamanya

(lagi belajar), tiba-tiba datang tiga orang lalu yang dua orang mendatangi Rasululullah saw.

dan yang satu pergi. Abu waqid al-Laitsi berkata: Lalu kedua orang ini  berdiri di hadapan

Rasulullah saw; lalu salah satu dari keduanya melihat ada sela (tempat yang bisa ditempati)

di dalam halqah lalu dia duduk di sana, dia yang satu orang lagi lalu duduk di belakang

mereka (jamaah). Adapun orang yang ke tiga lalu dia membelakangi jamaah dan pergi.

Ketika Rasulullah saw. telah selesai (menyampaikan pengajarannya), Rasulullah saw. bersabda:

Ketahuilah, akan aku beritahukan kepada kamu tentang tiga orang ini  Adapun yang

pertama, dia berusaha (menuju ridha Allah) maka Allah meridhainya, adapun yang lain

(orang yang kedua) ia malu (kalau tidak mendapat ridha Allah) maka Allah malu (kalau

tidak memberikan rahmat) kepadanya; Dan adapun orang yang ketiga, lalu ia berpaling

maka Allah berpaling dari padanya (murka kepadanya). Hadis ini  dinyatakan sebagai

hadis shahih, diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Hadis ini dapat ditemukan dalam kitab

Shahih Bukhari pada bab: ‘Siapa Yang Duduk Sementara Majlis Telah Usai dan Siapa Yang

Melihat Tempat Sela Dalam Halaqah Maka Dia Duduk di Sana.”

101

Hadis ini menjelaskan bahwa ketika Rasulullah saw. berada di mesjid

sedang menyampaikan pengajaran agama kepada para sahabat tiba-tiba datang

tiga orang, dua orang dari mereka datang menghadap Rasulullah saw. lalu ia

berdiri di hadapannya, sedangkan seorang lagi berbalik-ke belakang dan pergi.

Selanjutnya, satu dari yang dua orang melihat ada peluang tempat di halaqah

untuk dapat diduduki, lalu ia duduk di sana, sedangkan yang seorang lagi

lalu ia duduk dibelakang halaqah Ketika Rasulullah saw. selesai menyampaikan

pengajarannya ia lalu bersabda: Ketahuilah. akan aku beritahukan kepada

kamu sekalian tentang tiga orang tadi. Orang pertama, ia mengikuti wejangan

yang telah disampaikan maka Allah swt. meridhoinya. sedangkan orang ke

dua, karena ia malu kalau tidak mengikuti wejangan dari Rasulullah saw. maka

Allah juga malu kalau tidak memberikan rahmat kepadanya Adapun orang

yang ke tiga, karena ia berpaling dan pergi maka Allah memalingkan rahmat-

Nya pula dari dia atau memurkainya.

Masjid sebagai lembaga atau pusat pendidikan kedua dalam Islam, merupakan

lembaga pendidikan pokok pada zaman Nabi saw. dan juga pada zaman Khulafa

al-Rasyidin.”15 Ketika ilmu-ilmu memasuki masyarakat Islam, ia juga memasuki

masjid dan harus dipelajari bersama-sama dengan ilmu-ilmu agama. Lembaga

pendidikan Islam yang ketiga dalam Islam hanya muncul sesudah  kerajaan

Umayyah sudah lama memerintah di mana masjid dijadikan tempat belajar.

Tetapi ini menghendaki adanya pelajaran diberikan sebelum mereka memasuki

masjid, terutama bagi kanak-kanak. Inilah permulaan timbulnya kuttab.16

Pada masa klasik Islam, masjid mempunyai fungsi yang jauh lebih besar

dan bervariasi dibanding dengan fungsinya sekarang. Dulu, di samping sebagai

tempat ibadah, masjid juga menjadi pusat kegiatan sosial dan politik umat

Islam. Lebih dari itu, dan ini yang akan jadi perhatian kita di sini-masjid yaitu 

lembaga pendidikan semenjak masa paling awal Islam. Ketika Rasul dengan

para sahabatnya hijrah ke Madinah, salah satu program Pertama yang dia lakukan

yaitu  pembangunan sebuah masjid yang belakangan terkenal sebagai Masjid

Nabi. Di masjid inilah sekelompok sahabat yang bergelar “ashhab al-shuffah’

menghabiskan waktu mereka untuk beribadah dan belajar.17

15 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Al-Husna, 2000), h. 205.

16 Munculnya lembaga Kuttab dapat ditelusuri sampai kepada zaman Rasulullah

sendiri. Al-Kuttab berperan besar pada permulaan sejarah Islam ketika Nabi saw. memerintahkan

para tawanan perang (Badar) yang dapat menulis dan membaca untuk mengajar sepuluh

anak Madinah (bagi setiap tawanan) Ali al-Jumbulati dan Abd al-Futuh al-Tuwainisi,

Dirasatun Muqaranatun fi-Tarbiyatil Islamiyah, terj. H.M. Arifin (Jakarta: PT Asdi Mahasatya,

1994), h. 28.

17 Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam, edisi revisi (Bandung: Citapustaka

Media, 2007), h. 44.

Hadis-Hadis Tentang Lembaga Pendidikan (Masdar Limbong)

102


Melalui informasi di atas jelas bahwa fungsi mesjid selain sebagai tempat

beribadah juga sebagai lembaga pendidikan dan dakwah. Ini sebagai tonggak

sejarah pertama Islam mengenal lembaga pendidikan. Multi fungsi mesjid menjadi

sangat menentukan dalam mempelajari ilmu-ilmu agama dan mempesatukan

umat pada saat itu. Sebagai pimpinan lembaga sekaligus guru yang berperan

penting pada saat itu ialah Nabi Muhammad Saw.

Masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang tertua

dalam Islam, pembangunanya dimulai semenjak zaman nabi dan ia tersebar

ke seluruh negeri Arab bersamaan dengan semakin luas penyebaran umat Islam

di berbagai pelosok negeri zazirah Arab. Dalam masjid inilah mulai meng-ajarkan

Al-Qnr’an dan dasar-dasar agama Islam pada masa RasuluIlah. Selain itu

fungsinya yang utama sebagai tempat untuk menumaikan salat dan beribadah.

Mesjid dan Jami’ berfungsi sebagai sekolah menengah dan per-guruan

tinggi dalam waktu yang sama. Sebenarnya, masjid pada pertama kalinya

merupakan tempat untuk pendidikan dasar, tetapi orang--orang Islam berpendapat

lebih baik memisahkan pendidikan anak-anak pada tempat yang tertentu

dan, demi menjaga kehormatan masjid dari keributan anak-anak dan karena

mereka belum mampu men-jaga kebersihan.18

Di antara masjid-masjid dan jami’ yang terkenal sebagai pusat kegiat-an

belajar mengajar yaitu :

1) Jami’ Umar bin Ash. Mesjid ini digunakan sebagai tempat belajar mulai

tahun 36 H. Mula-mula di sini diajarkan pelajaran agama dan budi pekerti,

kemudian pendidikan di situ menjadi luas secara berangsur-angsur ditambahkan

beberapa mata pelajaran. Pada waktu Imam Syafi’i datang ke masjid ini

untuk menjadi guru pada tahun 182 H. la melihat di situ sudah ada 8 huah

halaqah (lingkaran) yang penuh dengan para pelajar.

2) Jami’ Ahmad bin Thulun. Masjid ini sempurna didirikan pada tahun 256 H

dan pada tahun ini pula para ulama dan fuqaha mulai mengajar, kemudian

pendidikan di situ terus berkembang, sehingga melengkapi pelajaran Fikih,

Hadis, dan ilmu Kedokteran.

3) Masjid al-Azhar. Masjid al-Azhar dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan

Islam yang termasyhur, dan kemasyhurannya ini masih tetap sampai pada

masa kita sekarang. Pada waktu sekarang ini Universitas al-Azhar bukan

lagi merupakan lembaga pendidikan tinggi agama, akan tetapi di sana telah

terdapat berbagai fakultas.untuk pendidikan umum. Berbicara tenting

Masjid al-Azhar, Al-Maqrizi menjelaskan bahwa di sana disediakan makanan

18 Suwito, Sejarah Sosial, h. 362.

103

bagi pelajar miskin, sedangkan harta-harta wakaf yang terdapat di situ

digunakan untuk memelihara masjid dan untuk beasisiwa bagi murid-

murid yang belajar di situ.

b. Kuttab

Semua institusi pendidikan ini mempunyai karakteristik tersendiri dan

kajiannya masing-masing. Dalam pembahasan ini penulis hanya membatasi

pendidikan pada tingkat dasar (al-Kuttab). Kuttab atau maktab berasal dari

kata dasar kataba, yang berarti menulis jadi kuttuff yaitu  tempat belajar dan

menulis. Menurut Ahmad Syalabi kuttab yaitu  tempat memberikan pelajaran

pada tingkat rendah, kebanyakan ahli sejarah sepakat mengatakan bahwa

kuttab yaitu  lembaga pendidikan tingkat dasar. George Makdisi membedakan

dua bentuk pendidikan dasar ini (Maktab/Kuttab). Menurut beliau maktab berbeda

dengai kuttab, paling tidak di Nisapur, guna memperkuat pendapatnya Makdis

menjelaskan bahwa Abd al-Ghafir al-Farisi belajar di maktab pada usia 5 tahun

untuk belajar al-Qur’an dan ilmu agama di Persia. Setelal berusia 10 tahun,

ia memasuki kuttab, untuk belajar sastra. Selanjutnya beliau pun menjelaskan

bahwa ada laporan yang mengatakan bahwa maktab yaitu  sekolah tingkat

dasar yang mengajarkan khat, kaligrafi al-Qur’an, akidah, dan syair

Pengajaran pada tingkatan kuttab meliputi bidang-bidang yang cukup

bervariasi:

1) Membaca al-Qur’an dan menghafalnya;

2) Pokok-pokok agama Islam seperti: wudhu, salat, dan puasa;

3) Menulis;

4) Kisah (riwayat) orang-orang besar;

5) Membaca dan menghafal syair-syair atau natsar-natsar (prosa);

6) Berhitung; dan

7) Pokok-pokok ilmu nahwu dan ilmu sharaf ala kadarnya.”19

Lama belajar di Kuttab ini, tidaklah sama, antara satu anak dengan anak

lainnya sangat tergantung pada kecerdasan dan kemampuan masing-masing

anak, karena sistem pengajaran pada waktu itu berbeda dengan sistem pengajaran

sekarang ini. Sistem pengajaran yang dilaksanakan pada waktu itu belum secara

klasikal, namun bila kita kaji dengan men-dalam ternyata apa yang telah mereka

lakukan dalam proses pembelajaran pada waktu itu jauh lebih baik dari sistem

pengajaran yang dilakukan sekarang mi. Karena tampak waktu belajar yang

19 Ibid., h. 16.

Hadis-Hadis Tentang Lembaga Pendidikan (Masdar Limbong)

104


mereka gunakan jauh lebih efektif dan efisien dari waktu belajar sekarang.

Waktu belajar mereka dari pagi hari hingga waktu Ashar, sedangkan waktu

belajar sekarang hanya dari pagi hari sampai dengan waktu Zuhur (untuk

anak kelas 3 sampai dengan kelas 6) bagi anak kelas 1 dan kelas 2 dari pagi

sampai jam sepuluh. Jumlah hari mereka belajar dalam 1 minggu dari hari

Sabtu sampai dengan hari Kamis, sedangkan hari Jumat mereka libur tampak

waktu belajar mereka cukup padat dan efisien. Tetapi pada umumnya anak-

anak menyelesaikan pendidikan dasar ini selama kurang lebih 5 tahun.20

Pada masa Abbasiyah pengajaran diberikan kepada murid-murid seorang

demi seorang dan belum berkelas-kelas seperti sekarang. Jadi, guru harus

mengajar muridnya dengan berganti-ganti. Oleh karena itu, biasanya diadakan

guru bantu. Mereka juga belum memakai bangku, meja dan papan tulis, mereka

hanya memakai batu tulis dan kertas yang bersahaja. Mereka belajar duduk

bersila berkeliling (berhalaqah) meng-hadapi guru.

Sedangkan metode mengajar yang dipakai dalam lembaga pen-didikan

tingkat tinggi juga dengan cara halaqah. Guru duduk di atas tikar yang dikelilingi

oleh para mahasiswanya. Guru memberikan materi kepada semua mahasiswa

yang hadir. Karenanya jumlah mahasiswa yang mengikuti pelajaran tergantung

pada guru yang mengajar, jika guru itu ulama besar dan mempunyai kredibilitas

intelektual, para mahasiswanya banyak. Namun, jika sebaliknya ulama tidak

terkenal dan tidak mem-punyai kredibilitas intelektual mahasiswanya akan

sepi, bahkan mungkin halaqah-nya ditutup.

Selanjutnya Charles Michael Stanton menjelaskan: sebelum guru menyampaikan

materi, ia terlebih dahulu menyusun ta’liqah yang memuat isi dan uraian yang

disusun oleh masing-masing tenaga pengajar pesantren-pesantren ini  terletak

di desa-desa di mana tidak tersedia perumahan untuk menampung santri yang

berdatangan dari luar daerah. Ketiga, ada sikap timbal balik antara kiai dan santri,

di mans para santri menganggap kiai yaitu  seolah-olah orang tuanya sendiri.

Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan

dengan jenis, tingkatan dan sifatnya yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-

Islamiyah, Nuzumuha, Falsafatuha, Tarikhuha, Ahmad Shalabi menyebutkan

tempat-tempat itu sebagai berikut: Kuttab, al--Qushur, Hawamit al-Waraqin,

mandzil al-Ulama, al-Badiyah, dan al-Madrasah.21 Ia membagi Institusi-Institusi

pendidikan Islam ini  menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sebelum

madrasah, dan sesudah madrasah. Madrasah dengan demikian dianggap tonggak

20 Ibid., h. 17.

21 Ahmad Shalabi, A!-Tarhiyahah lslnmiyah: Nuzumuha, Falsafatuha, Tarikhuha (Kairo:

Maktabah al-Nahdab al-Misyriyah, 1987).

105

baru dalam pendidikan Islam. Madrasah yang dimaksud yaitu  madrasah

yang dibangun oleh Nizam al-Mulk tahun 459 H. Namun demikian, ia juga

mengatakan bahwa “institusi-institusi sebelum madrasah tetap dipakai sesuai

dengan sifat tradisionalnya sekalipun jumlah dan peminatnya sedikit.

Hasan Abd ‘Al, yang melakukan penelitian khusus mengenai institusi-

institusi pendidikan Islam abad ke-4 Hijriyah, menyebutkan bahwa institusi

pendidikan Islam abad ini meliputi: Kuttab, al-Qushur, Hawamit al-Warraqin,

Manzil al-Ulama, al-Badiyah, dan al-Madrasah. Sesuai sumber di atas, Ahmad

Shalabi juga menyinggung masalah Dar al-Hikmah atau sejenisnya, yang oleh

Hasan abd al-’AI dikategorikan sebagai Duar al-Kutub atau Duar al-Ilm. Akan

tetapi, Ahmad Shalabi tidak memasukannya sebagai tempat pendidikan,

melainkan termasuk al-Maktabat. Hasan Abd al-’A1 menyimpulkan bahwa

madrasah yaitu  institusi yang timbul pada abad ke-4 Hijriyah.

Menurut Hasan Abd al-Maududi, seorang ahli pendidikan Islam alumni

Universitas Thantha, dalam tesisnya menyebutkan ada tujuh lembaga pendidikan

yang telah berdiri pada masa Abbasiyah terutama pada abad keempat hijrah.

Ketujuh lembaga pendidikan ini :

1) Lembaga pendidikan dasar (al-Kuttab),

2) Lembaga pendidikan masjid (al-Masjid),

3) Kedai pedagang kitab (al-Hawdnit al-Warrdqin),

4) Tempat tinggal pada sarjana (manazil al-‘ulamfi),

5) Sanggar seni dan sastra (al-shulunat al-adabiyah),

6) Perpustakaan (dar al-kutub wa dar al’ilm); dan

7) Lembaga pendidikan sekolah (al-Madrasah).22

IV. Penutup

Lembaga pendidikan dalam perspektif hadis ialah lembaga pendidikan

Islam yang ada pada zaman permulaan Islam yang dijadikan Rasul sebagai

tempat atau sarana untuk menyampaikan pendidikan Islam. Adapun lembaga-

lembaga yang dijadikan Rasul sebagai tempat atau pusat pendidikan pada

waktu ialah rumah dan mesjid. Sebagai program pertama yang dilaksanakan

Rasul untuk menyiarkan ajaran Islam mempersatukan umat ialah mendirikan

mesjid. Di masjid ini kaum Muslimin dapat bertemu mengerjakan ibadah,

belajar, mengadili perkara-perkara, jual beli dan upacara-upacara lain.

22 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, cet. 6 (Jakarta: PT Hidakarya Agung,

1990), h. 50.

Hadis-Hadis Tentang Lembaga Pendidikan (Masdar Limbong)

106


Islam mengenal lembaga pendidikan pertama sekali ialah rumah, sebagai

lembaga pendidikan pertama ialah rumah al-Arqam. Demikian juga rumah-

rumah ulama digunakan untuk melakukan transmisi ilmu agama dan ilmu

umum dan kemungkinan lain perdebatan ilmiah.

Selain mesjid dan rumah juga sudah ada Kuttab merupakan pusat pendidikan

Islam yang terlama. Kuttab didirikan oleh orang Arab pada masa Abu Bakar dan

Umar, yaitu sesudah mereka melakukan penaklukan-penaklukan dan sesudah

mereka mempunyai hubungan dengan bangsa-bangsa yang telah maju. Pada

waktu itu mereka telah merasa pentingnya perluasan penyiaran agama Islam

Kuttab di sepanjang masa tetap bercorak Islam, di seluruh negeri Islam Kuttab

pada umumnya merupa-kan tempat yang utama untuk mengajarkan al-Qur’an

untuk anak-anak.

107

ANEKA ASPEK

PENDIDIKAN

DALAM HADIS

BAGIAN II

108


109

HADIS-HADIS TENTANG

ILMU-ILMU KEALAMAN

Varia Winansih

I. Pendahuluan

Kajian kealaman telah dikemukakan oleh banyak pakar sesuai dengan

kapasitas disiplin ilmu dan orientasi/kepentingannya. Apalagi yang berkaitan

dengan penciptaan Alam. Ini sudah menjadi kajian khusus. Pada tataran disiplin

ilmu, ilmu-ilmu kealaman sudah terpisah dalam beberapa bidang. Dalam tulisan

ini dikemukakan dengan beberapa lintas disiplin yaitu astronomi, geologi,

arkeologi, geografi, botani, zologi, entologi, biologi dan fisika.

Tulisan ini bermaksud menyajikan konsep kealaman dari sudut pandang

hadis kaitannya dengan konsep pendidikan. Karena kealaman yaitu  materi

yang sangat penting untuk dikuasai kepada seluruh manusia pada umumnya

dan peserta didik khususnya, agar penguasaan materi kealaman ini sebagai

pembuktian betapa kuasanya Tuhan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan

keimanan kepada Allah.

Tema ini akan dikaji dengan menggunakan metode hadis tematik, yaitu

dengan mengumpulkan hadis-hadis yang terkait, dianalisis sesuai dengan karakter

analisis hadis maudhu’i, dirumuskan sebagai hadis yang relevan dengan kajian

tematik/maudhu’i pendidikan ilmu-ilmu kealaman. Oleh pakar pendidikan

Islam khususnya, pendidikan kealaman ini belum menjadi topik khusus sebagai

materi pendidikan. Namun secara umum, materi kealaman disampaikan melalui

mata pelajaran sains.

Hasil penelusuran penulis, tidak semua kealaman telah diterangkan dalam

hadis, karena sudah banyak diterangkan melalui Al-Qur’an sebagai sumber

pertama. Dari berbagai lintas disiplin ilmu sebagaimana disebut pada bagian

awal, penelusuran hadis penulis lakukan dengan mengambil kata-kata pada

setiap disiplin ilmu dimana pengambilan hadis ini  dianggap sebagai

perwakilan yang representatif.

110


II. Definisi Pendidikan Ilmu-Ilmu Kealaman

Pendidikan ilmu-ilmu kealaman merupakan kelompok kata yang terdiri

dari pendidikan, ilmu-ilmu, dan kealaman. Menurut Arifin bila pendidikan

diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia

berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab

dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan menumbuhkan

personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.1

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa

yang dimaksud dengan pendidikan yaitu  usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan usaha

yang mencakup pengajaran terasumsi knowledge dilakukan dalam rangka

mencapai tingkat kedewasaan sebagai pribadi yang utuh.

Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu yaitu  berbagai pengetahuan tentang suatu

bidang yang disusun secara sistematis dengan metode-metode tertentu, yang

dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.3

Sedangkan kata kealaman yaitu  kata dasar yang berasal dari kata alam

dengan berawalan “ke” dan akhiran “an”, yang dalam tata bahasa Indonesia

imbuhan “ke” dan akhiran “an” dapat diartikan seperti atau menyerupai, menyatakan,

membuat jadi. Jika diartikan berdasarkan tata bahasa ini  maka kealaman

berarti seperti alam atau menyatakan alam atau menyerupai alam atau membuat

jadi alam. Tetapi alam yaitu  semakna dengan kata cosmos dalam bahasa Yunani

dan universe dalam bahasa Inggris. Yang berarti fisik, yaitu kita berhubungan

dengannya lewat indera kita. Makna alam menurut Para theolog Muslim

yaitu  “segala sesuatu selain Allah”.4

Untuk memahami istilah yang digunakan dalam tulisan ini, yang dimaksud

dengan kealaman yaitu  seluruh wujud yang diciptakan oleh Allah.

Dengan demikian pendidikan ilmu-ilmu kealaman yang dimaksud yaitu 

upaya untuk memberikan pengetahuan dan penerapannya tentang ciptaan

1 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 10.

2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Jakarta: Eko Jaya, 2003), h. 4.

3 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 370.

4 Quraish Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997), h. 20.

111

Allah. Jadi ilmu-ilmu kealaman sebagai materi yang akan disampaikan oleh

pendidik kepada peserta didik baik secara formal maupun non formal dengan

menggunakan metode yang tepat.

III.  Ilmu-Ilmu Kealaman

1. Astronomi

Astronomi yaitu  suatu disiplin ilmu yang membicarakan tentang matahari,

bulan, bintang dan planet-planet lainnya,5 baik yang dapat dipahami secara teks

dan kontekstual. Dalam Encyclopedia of Britannica sebagaimana dikutip Afzalur

Rahman astronomi yaitu  ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan gerakan,

penyebaran, dan karakteristik benda-benda langit.6 Maurice Bucaille sebagai

mana dikutip Afzalur Rahman Ilmu ini juga membahas kemajemukan langit dan

bumi serta menunjukkan bahwa dalam proses penciptaan benda-benda itu terdapat

sebuah tahap peralihan antara penciptaan langit dan bumi. Ilmu ini dipelajari

sangat bermanfaat untuk membantu manusia dalam menentukan arah jalan, dimana

bintang dianggap laksana kompas, pada penciptaan ini tersembunyi hikmah Illahi

yang sangat agung.7 Hal ini dapat diperhatikan seperti pada bintang yang garis

edarnya memiliki keajaiban yang bergerak bersama bintang-bintang yang menyertainya,

peredaran gugusan yang mengitari orbitnya, begitu pula dengan arah putaran yang

menyebabkan posisinya muncul di arah Timur kemudian garis orbit membawanya

ke arah Barat. Berubahnya antara siang dengan malam, manusia dapat memprediksi

cuaca, selain itu bermanfaat bagi para astronot yang melakukan perjalanan

menuju planet-planet tertentu.8 dan lain sebagainya. Dengan keajaiban ini

manusia dapat berpikir betapa Allah maha mencipta, menjalankan, memelihara

dan mengaturnya dengan bentuk yang yang indah dan tidak tertandingkan

dan Allah semesta Alam sebagaimana yang disebutkan surat al-A’raf 54.

a. Bintang-bintang di Langit

5 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 63.

6 Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Qur’an (Bandung: Mizania, 2007), h. 79.

7 Abul Mundzir Khalil bin Ibrahim Amin, Keajaiban-keajaiban Makhluk Dalam Pandangan

Al-Imam Ibnu Qayyim, terj. Abu Ihsan Al-Atsar Al-Maidani (Jakarta: Darul Haq, 2002), h. 96.

8 Muhammad Kamil Abdushshamad, Mu’jizat Ilmiah dalam Al-Qur’an (Jakarta: Akbar,

2007), h. 132.

 

 

 

Hadis-Hadis Tentang Ilmu-Ilmu Kealaman (Varia Winansih)

َنابأَ ِنب  رمع  نب  هللا  دبعو  ميهاربِإ  نب  قحسِإو  َةبيش  يِبَأ  نب  ِرْكب  وبَأ  انَثَّدح

ِنب ِعَّمجم نع ُّيفعجْلا ٍّيلع نب نيسح انَثَّدح ٍرْكب وبَأ َلاَق ٍنيسح نع مهلُك

112


Kematian bintang dimaksud dalam hadis ini  yaitu  memudarnya

sinar bintang. Bintang merupakan benda langit yang berbentuk bulat dan

semi bulat yang memiliki gas yang dapat menyala, bersinar dengan sendirinya,

dan terikat dengan benda langit lainnya melalui daya gravitasi, memiliki massa

dan volume besar, dan bersuhu panas serta menebarkan sinar.

Dalam siklus kehidupannya bintang melewati beberapa fase dari lahir,

lalu muda, kemudian tua, sebelum ia meledak, atau meredup sedikit demi

ىيحي نع ديعس ِنب يِبَأ َةدرب نع يِبَأ َةدرب نع هيِبَأ َلاَق انيلص بِرغمْلا عم

ِلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َّمُث انْلُق وَل انسَلج ىَّتح يلصن هعم ءَاشعْلا َلاَق

انسَلجَف جرخَف انيَلع َلاَقَف ام متْلِز انهاه انْلُق اي َلوسر هللا انيلص كعم

بِرغمْلا َّمُث انْلُق سلجن ىَّتح يلصن كعم ءَاشعْلا َلاَق متنسحَأ وَأ متبصَأ َلاَق

عَفرَف هسْأر ىَلِإ ءِامَّسلا َناَكو ايرثَك اَّمم عَفري هسْأر ىَلِإ ءِامَّسلا َلاَقَف موجُّنلا

ٌةنمَأ ءِامَّسلل اَذِإَف تبهَذ موجُّنلا ىتَأ ءَامَّسلا ام دعوت انَأو ٌةنمَأ يِباحصَأل اَذِإَف

تبهَذ ىتَأ يِباحصَأ ام َنودعوي يِباحصَأو ٌةنمَأ يتَّمُأل اَذِإَف بهَذ يِباحصَأ ىتَأ

يتَّمُأ ام نودعوي9.

9 Artinya: Kami mendapat hadis dari abu Bakar ibn Abu Syaibah, Ishaq bin Ibrahim dan

Abdullah ibn Umar ibn Aban; semuanya dari Husain. Abu Bakar mengatakan: Kami mendapat

hadis dari Husain bin Ali Al-Ja’fi, dari Mujammi’ibn Yahya dari Sa’id ibn Abu Burdah, dari

Abu Burdah, dari Bapaknya, ia mengatakan: kami salat magrib bersama Rasulullah saw.,

kemudian kami katakan: seandainya kita duduk-duduk dan menunggu sampai kkita salat

‘isya bersama beliau lagi. (Siperawi mengatakan) Kami pun duduk-duduk (menunggu isya’).

Nabi saw. Lantas keluar menemui kami dan berkata: kalian masih di sini? Kami menjawab,

“Wahai Rasulullah, kami salat Magrib bersamamu.”Kemudian kami katakan, “Kami tetap

duduk-duduk (di masjid) agar kami salat isya bersama anda.Rasul menjawab: Kalian bagus.

Lantas bersabda nabi bintang-bintang yaitu  pengaman bagi langit; jika bintang mati, maka

datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku yaitu  pengaman bagi sahabatku;

jika aku mati, maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam mereka; sahabatku

yaitu  pengaman umatku; jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang

mengancam mereka. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahih-nya (Kitab

Fadha’il al-Shahabah). Ditinjau dari sisi sanad yang berjumlah sembilan orang, hadis ini masyhmr,

dan maqbul, karena sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang ãdil lagi

dabith, terhindar dari kejanggalan (syu¿u¿), dan tidak ada ‘illat yang mencacatkannya; memenuhi

5 syarat hadis shahih. Dari sisi matan, hadis ini  termasuk hadis marfu’ dan kualitasnya

maqbul ma’mul bih. Hadis ini tergolong shahih li ¿ãtih dan dapat dijadikan hujjah. Hadis ini juga

diriwayatkan oleh Al-Minawi dalam Faidh Al-Qadir; dan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya.

Nawir Yuslem, Ulumul Hadis (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 2003), h. 354-362, 282.

113

sedikit kemudian padam (lenyap), atau meledak sebelum atau sesudah itu,

untuk kemudian kembali ke dalam kabut langit dan memasuki siklus kelahiran

bintang baru.

Bintang merupakan oven raksasa penampung atom semesta yang memproses

serangkaian reaksi nuklir, yang disebut dengan proses fusi nuklir yang menghasilkan

segala unsur yang dibutuhkan oleh bumi dan langit. Di samping daya gravitasi

yang mengikat bintang-bintang langit secara kuat, di sana juga terdapat sejumlah

daya lain yang mengikat suatu materi yang ada di dalam bumi juga yang ada

di dalam setiap angkasa, dan lembaran langit dunia sehingga tidak terjatuh

dan berbentur antara satu dengan lainnya. Daya pengikat itu antara lain yaitu 

daya nuklir kuat, daya nuklir lemah dan daya listrik. Daya-daya inilah yang

mengikat energi yang ada di dalam semesta.

Karena besarnya massa bintang-bintang, maka dengan daya tariknya dapat

menguasai seluruh planet, satelit, komet, dan segala bentuk materi yang ada

dalam orbit bintang-bintang ini . Bintang-bintang itu sendiri saling mengikat

dengan daya gravitasi dan terhimpun dalam satu unit kosmik yang lebih besar

sehingga jika ikatan daya ini terlepas, maka bintang-bintang akan runtuh.10

Sedangkan yang dimaksud dengan mengancam langit yaitu  tersingkapnya

langit terjadinya perubahan yang dipenuhi oleh asap dan kabut.

Selain peran bintang terhadap langit yang telah diungkap Rasul jauh

1400 tahun silam sedangkan fakta kosmologis ini baru dikaji manusia pada

abad 20, Al-Qur’an juga mengungkap bagaimana beredarnya bintang sebagai

sumpah Allah yang tertuang dalam Q.S. al-Waqi’ah/56: 75-76, Maka Aku

bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Qur’an. Sesungguhnya

sumpah itu yaitu  sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui. Dan langit digulung

sebagaimana tertuang dalam Q.S. Az-Zumar/39: 67, Dan mereka tidak mengagungkan

Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam

genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-

Nya Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dia dari apa yang mereka persekutukan.

Urgensi tempat beredarnya bintang dalam suatu kajian sangat penting

terutama digunakan oleh lembaga pendidikan kelautan, pengusaha trevel,

transportasi dan perjalanan. Allah menjelaskan dengan sumpahnya, terutama

karena jarak antara bintang-bintang mencapai jarak yang tidak dapat digambarkan

oleh khayalan. Seperti kita menemukan bintang terdekat yang terdapat dalam

10 Zaghul An-Nazar, Pembuktian Sains dalam Sunnah, terj. Zainal Abidin dan Syakirun

Ni’am (Jakarta: Amzah, 2006), h. 5.

Hadis-Hadis Tentang Ilmu-Ilmu Kealaman (Varia Winansih)

114


galaksi kita yaitu  matahari yang berjarak beberapa tahun cahaya dari bumi

dimana kecepatan cahaya sama dengan 300.000 km per detik.11

Bukti ilmiah lain tempat beredarnya bintang-bintang seperti letak bumi

yang termasuk tempat yang sangat sesuai karena:

a. Apabila bumi jauh dari matahari dua kali lipat jaraknya dengan yang sekarang,

maka akan berkuranglah jumlah panas yang mencapai bumi hingga ¼ dari

jumlahnya saat ini. Sehingga bumi akan mengelilingi matahari pada masa

yang lebih lama. Akibatnya musim dingin bertambah panjang sehingga

makhluk hidup di atas bumi akan membeku.

b. Apabila jarak bumi lebih dekat kematahari setengah jarak yang memisahkan

mereka sekarang, maka panas yang mencapai bumi akan bertambah 4

kali lipat dari panas yang diterimanya sekarang. Hal ini menyebabkan

tiadanya kehidupan di muka bumi dan bertambah kencangnya perputaran

bumi mengelilingi matahari serta tiadanya musim-musim. Selanjutnya

mustahil adanya kehidupan di muka bumi ini.

Kajian ini memiliki rahasia yang mendalam. James Jeans seorang astronom

mengatakan studi tentang letaknya bintang-bintang akan memberikan kunci

pemandangan terindah yang dilihat oleh mata manusia. Dan memungkinkan

memandang ke langit yang lebih luas dan menakjubkan. Sehingga kita dapat

memahami arti-arti yang tidak kita pahami sebelumnya.

Para ilmuan berhasil meneliti bintang-bintang, menentukan letaknya

dan menggambarkan petanya akan menjadi hari yang bersejarah dalam

sejarah umat manusia. Rahasia ini sudah sampai sebelumnya kepada Muhammad

saw. melalui wahyuNya.

Merujuk pada sejarah peradaban sebelum Islam, dimana pengetahuan

dan ilmu dianggap sebagai sihir, maka harus di basmi. Peribahasa pimpinan

gereja waktu itu dengan kebenciannya terhadap pengetahuan manusia, dikatakan:

“Ketidak tahuan yaitu  sumber kesalehan”. Sehingga ilmu-ilmu kealaman

tidak perlu di kaji. Sementara Islam di abad ke-9, sudah banyak ahli-ahli dari

berbagai disiplin ilmu seperti tulisan Al-Koni tentang perjalanan panet-planet.12

b. Gerhana Matahari dan Bulan

11 Abdushshamad, Mu’jizat Ilmiah, h. 47.

12 Syed Amir Ali, Api Islam (Jakarta: Bulan Bintang, tt), h. 562-566.

انَثَّدح ُّيِبنعَقْلا نع كلام نع ِماشه ِنب َةورع نع َةورع نع َةشئاع نَأ َّيِبَّنلا

115

ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق سمَّشلا رمَقْلاو اَل ناَفسخي تومل دحَأ اَلو هتايحل

اَذِإَف متيَأر كلَذ اوعداَف هللا َّزع لجو اورِّبَكو اوُقَّدصتو و انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس

نع كلام ِنب ٍسنَأ نع ِماشه ِنب َةورع نع هيِبَأ نع َةشئاع ح و انَثَّدح وبَأ ِرْكب

نب يِبَأ َةبيش ُظْفللاو هَل َلاَق انَثَّدح دبع هللا نب ٍريمن انَثَّدح ماشه نع هيِبَأ نع

َةشئاع تَلاَق تَفسخ سمَّشلا يف دهع ِلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ماَقَف

ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو يلصي َلاَطَأَف مايقْلا اًّدِج َّمُث عَكر َلاَطَأَف

عوُكُّرلا اًّدِج َّمُث عَفر هسْأر َلاَطَأَف مايقْلا اًّدِج وهو َنود ِمايقْلا ِلَّوَأْلا َّمُث عَكر

َلاَطَأَف عوُكُّرلا اًّدِج وهو َنود ِعوُكُّرلا ِلَّوَأْلا َّمُث دجس َّمُث ماَق َلاَطَأَف مايقْلا

وهو َنود ِمايقْلا ِلَّوَأْلا َّمُث عَكر َلاَطَأَف عوُكُّرلا وهو َنود ِعوُكُّرلا ِلَّوَأْلا َّمُث

عَفر هسْأر ماَقَف َلاَطَأَف مايقْلا وهو َنود ِمايقْلا ِلَّوَأْلا َّمُث عَكر َلاَطَأَف عوُكُّرلا

وهو َنود ِعوُكُّرلا ِلَّوَأْلا َّمُث دجس َّمُث فرصنا ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو

دَقو تلجت سمَّشلا بَطخَف ساَّنلا دمحَف هللا ىنْثَأو هيَلع َّمُث َلاَق نِإ سمَّشلا

رمَقْلاو نم تايآ هللا امهَّنِإو اَل ناَفسِخني تومل دحَأ اَلو هتايحل اَذِإَف

امهومتيَأر اورِّبَكَف اوعداو هللا اولصو اوُقَّدصتو13. 

13 Artinya: Kami mendapatkan hadis dari Malik dari Hisyam Ibn ’Urwah dari ’Urwah dari

“Aisyah sesungguhnya Nabi saw. Berkata sesungguhnya matahari dan bulan yaitu  dua tanda

dari sekian tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena kematian seorang maupun

kelahirannya. Sehingga jika kalian melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah,

salat dan bersedekahlah. Kami mendapatkan hadis dari Qutaibah Ibn Sa’id dari Malik Ibn Anas

dari Hisyam Ibn ’Urwah dari anaknya dari ’Aisyah. Kami mendapatkan hadis dari Abu Bakri

Ibn Abi Syaibah dan lafaz baginya berkata kami mendapatkan hadis dari Abdullah Ibn Numair

kami mendapatkan hadis dari Hisyam dari ayahnya dari “aisyah berkata terjadi gerhana matahari

pada masa Rasulullah saw. lalu Rasul melakukan salat, dan memanjangkan berdirinya kemudian

ruku’ dan memanjangkan ruku’nya kemudian mengangkat kepalanya dan memanjangkan

berdirinya dan itu bukanlah berdiri yang pertama kemudian ruku’ dan memanjangkan ruku’nya

dan itu bukanlah ruku’ yang pertama kemudian sujud kemudian memanjangkan berdirinya

dan itu bukanlah brdiri yang pertama kemudian ruku’ dan memanjangkan ruku’nya dan itu

bukanlah ruku’ yang pertama kemudian sujud kemudian Rasulullah saw. berpaling dan matahari

telah muncul dan berkhutbah kepada manusia, ia memuji Allah dan menyanjungNya, lalu berkata

sesungguhnya matahari dan bulan yaitu  dua tanda dari sekian tanda kebesaran Allah. Keduanya

tidak gerhana karena kematian seorang maupun kelahirannya. Sehingga jika kalian melihat

hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, salat dan bersedekahlah. Hadis ini juga

Hadis-Hadis Tentang Ilmu-Ilmu Kealaman (Varia Winansih)

116


Gerhana matahari terjadi karena bulan berada di antara bumi dan matahari,

sehingga bulan menghalangi kita dari cahaya matahari, dan terkadang gerhana

terjadi secara total (menutupi bola matahari secara keseluruhan). Dan gerhana

bulan terjadi ketika ia masuk dalam bayang-bayang bumi yang terbentuk

bersamaan dengan rotasi bumi mengelilingi matahari.

Menurut Ibn Hajar al-Asqalani hadis ini  menunjukkan bahwa gerhana

matahari dan bulan merupakan fenomena alam yang akan terjadi tanpa memandang

momentum kematian maupun kelahiran orang. Hadis ini muncul, situasi pada

waktu itu yang diyakini oleh masyarakat Jazirah Arab sekaligus menghapus

khurafat-khurafat ini  serta menegaskan siklus terjadinya fenomena alam

ini . Keyakinan orang Jazirah Arab ini  masih diyakini oleh sebagian

orang di berbagai tempat.14

Saat terjadinya gerhana matahari jumlah energi matahari yang sampai

kepada kita berkurang, sehingga suhu panas bumi menurun. Sebaliknya ketika

terjadi gerhana bulan jumlah energi matahari yang sampai kepada kita meningkat

dan secara bersamaan naiklah suhu panas bumi dalam beberapa menit. Bahaya

yang terjadi dalam dua situasi ini hanya Allah yang tahu

Karena itu Rasul menyuruh untuk memperbanyak zikir tahmid, takbir

dan mengagungkan Allah dengan salat dan segera mengeluarkan sedekah agar

Allah menghilangkan bahaya dari kedua peristiwa ini .

Secara ilmiah dari hadis di atas sudah dibuktikan. Dimana bulan selalu

diikuti oleh kerucut bayang-bayang yang timbul karena ia menghalangi cahaya

matahari. Dan kerucut bayang-bayang ini  mengikuti bulan ketika ia

berotasi mengelilingi bumi.

Kemungkinan ini dapat terjadi jika Allah menghendaki. Walaupun yang

selama ini terjadi Bulan membelok dan tidak terjadi gerhana. Di samping itu

hadis ini merupakan kemungkinan yang muncul dan terjadi sebagai penjelasan

ayat-ayat yang diturunkan Allah tentang keberadaan matahari dan bulan seperti

pada Q.S. Al-Furqan/25: 45-46, Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan)

Tuhanmu, bagaimana dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan

kalau dia menghendaki niscaya dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, Kemudian

kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu. Kemudian kami

menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.15

diriwayakan oleh Al-Bukhary dalam Shahih-nya (Kitab Al-Kusuf, Kitab An-Nikah, serta Kitab

Al-Libas); Muslim (Kitab Al-Kusuf); Imam Nasai dan Imam Abu Dawud (Kitab Ash-Shalat).

14 Ibn Hajar, Fathul Bari, juz 3, h. 491 http://www. Al-Islam.com, 1995).

15 Maksudnya: bayang-bayang itu kami hapuskan dengan perlahan-lahan sesuai

dengan terbenamnya matahari sedikit demi sedikit.

117

c. Langit

Menurut an-Nawawi, hadis ini sebagai peringatan bagi orang-orang

yang angkuh dan sombong agar tidak sombong karena suatu saat bumi akan

digulung Allah.17

Munculnya hadis ini menyuarakan pelipatan langit pada hari kiamat

yang hanya baru bisa disikapi oleh disiplin empirik dengan pembuatan teori-

teori pelumatan besar. Tapi ini mengkristal di pertengahan abad ke-20. Ini

menunjukkan betapa urgen isyarat-isyarat kosmologis yang ada di dalam Al-Qu’an

dan sunnah di era kemajuan sains dan teknologi.

Materi ini disampaikan sebagai sarana yang paling mudah dan efektif

untuk mendakwakan agama pada saat dunia menjadi muara pertemuan berbagai

macam peradaban, pengetahuan dan keyakinan.

Hadis ini merupakan salah satu pembicaraan tentang langit yang didasarkan

pada ayat yang tertuang dalam Q.S. az-Zumar/39: 67, Dan mereka tidak mengagungkan

Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam

genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-

Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi dia dari apa yang mereka persekutukan.

Begitu pula dalam Q.S. al-Anbiya’/21: 104, (Yaitu) pada hari kami gulung langit

sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. sebagaimana kami Telah memulai

panciptaan pertama begitulah kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji

yang pasti kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.

و انَثَّدح وبَأ ِرْكب نب يِبَأ َةبيش انَثَّدح وبَأ َةماسُأ نع رمع ِنب َةزمح نع ِملاس

ِنب دبع هللا يِنربخَأ دبع هللا نب رمع َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو

يِوْطي هللا َّزع لجو تاوامَّسلا موي ةمايقْلا َّمُث َّنهُذخْأي هديِب ىنميْلا َّمُث ُلوُقي

انَأ كلمْلا نيَأ َنوراَّبجْلا نيَأ َنورِّبَكتمْلا َّمُث يِوْطي ينضرَأْلا هلامشِب َّمُث ُلوُقي انَأ

كلمْلا نيَأ َنوراَّبجْلا نيَأ َنورِّبَكتمْلا16.

16 Artinya: Pada hari kiamat kelak Allah akan melipat langit, kemudian Allah akan mengambil

langit ini  dengan tangan kananNya kemudian berfirman: Akulah Sang Raja, dimanakah

orang-orang yang angkuh? Dimanakah orang-orang yang sombong? Hadis ini dari kitab

Shahih Muslim, juz 13, h. 373.

17 Fatul Bari, juz 20 h.489 lihat juga di Syarah an-Nawawi ala Muslim, juz 9, h. 167;

http://www. Al-Islam.com, 1995).

Hadis-Hadis Tentang Ilmu-Ilmu Kealaman (Varia Winansih)

118


2. Geologi

Geologi yaitu  ilmu yang membahas tentang komposisi, struktur dan

sejarah bumi.18 Menurut Afzalur Rahman, zologi yaitu  ilmu yang mempelajari

kerak bumi, lapisan-lapisannya, dan hubungan antara tiap-tiap lapisan dan

perubahan-perubahannya.19 Ilmu ini perlu dipelajari karena sangat bermanfaat

agar dapat menemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan

dan sejarah alam semesta bahkan dengan menhetahui pengetahuan ini dapat

mengukuhkan hubungan manusia dengan sang pencipta.

a. Bumi

Hadis ini  secara umum melarang segala bentuk kezaliman dan khususnya

pada penyerobotan tanah orang lain tanpa mekanisme yang b


Related Posts:

  • Hadist pendidikan 4 anut masyarakat. Sehingga seseorang selalu menampilkan dirinya tetapbersahaja. Tidak di luar kebiasaan yang wajar dan dikenali masyarakat.12Namun demikian, pendidik juga perlu menunjukkan sifat marah kepadaanak didik, j… Read More