Hadist pendidikan 3


 ah

hilang. Lantas Rasulullah s.a.w bersabda: Lelaki tadi ialah Jibril a.s. Kedatangannya yaitu 

untuk mengajar manusia tentang agama (Islam). Hadis Bukhari no. 48, diriwayatkan melalui

sanad yang tergolong siqah hafizd dan siqah, tergolong marfu’, mutashil dengan sanad

wahid. Hadis ini diriwayatkan juga oleh Muslim, An-Nasa’i, ibn Majah dan Imam Ahmad.

Hadis-Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan (Kusmin)

56


Hadis ini secara jelas memerintahkan kepada orang tua agar memberikan

pendidikan sholat kepada anak-anak jika telah berusia tujuh tahun, dan jika

pada usia sepuluh tahun anak tidak juga mau melaksanakan sholat (meninggalkan

sholat) maka orang tua boleh memukulnya, tetapi bukan memukul anak dengan

kasar dan keras sampai anak merasa tersiksa, yang dianjurkan Rasul saw. yaitu 

memukulnya sebagai peringatan dan tidak melampui batas kasih sayang.

Dalam redaksi yang berbeda Abu Daud juga meriwayatkan hadis semakna,

yaitu:

Dalam redaksi yang berbeda juga diriwayatkan:

انَثَّدح ُلَّمؤم نب ٍماشه يِنعي َّيِرُكشيْلا انَثَّدح ُليعمسِإ نع ٍراَّوس يِبَأ َةزمح َلاَق

وبَأ دواد وهو راَّوس نب دواد وبَأ َةزمح ُّيِنزمْلا ُّيفريَّصلا نع وِرمع ِنب ٍبيعش

نع هيِبَأ نع هِّدج َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اورم مُكداَلوَأ

ةاَلَّصلاِب مهو ءُانبَأ ِعبس ينِنس مهوبِرضاو اهيَلع مهو ءُانبَأ ٍرشع اوُقِّرَفو مهنيب

يف ِعِجاضمْلا) هاور دوادوبا(18. 

17 Artinya: Dari Jaddah berkata Rasulullah saw; “Ajarilah (didiklah) anak-anakmu

dengan salat, jika telah berusia tujuh tahun dan pukullah (jika meninggalkan salat) dia jika

telah berusia sepuluh tahun.” Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttashil dengan sanad

wahid, adapun kualitas perawinya yaitu  siqah, siqah hafiz, la ba’sa bihi, dan siqah al-’ajali.

Hadis ini  dapat juga ditakhrij pada Sunan Abu Daud bab salat hadis nomor 417 dan

Sunan ad-Darimy bab salat hadis nomor 1395. Oleh Abu ‘Isya hadis ini dikatakan sebagai

hadis hasan shahih. Imam al-Hafidz Abi ‘Abbas Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi,

Sunan at-Timidzi al-Jami’us Shahih, juz 1 (Semarang: Toha Putra, t.t.), h. 253.

18 Artinya: Seruhlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 (tujuh)

tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan salat ketika mereka telah berumur

10 (sepuluh) tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka (putra dan putri).(HR. Abu Daud).

نىهلجا ةبرس نب عيبرلا  نب زيزعلادبع نب ةلمرح انبرخأ رجح نب ىلع انث  دح

هللا ُلوس.ر لاق :لاق هدج نع هيبأ نع ةبرس نب عيبرلا نب كللما دبع همع نع

نبا اهيلع هوبرضاو ,يننس عبس نبا ةلاصلا بىصلااوملع" ملسو هيَلع هللا ىلص

 17. (ىذمرتلا هاور) ةرشع

د.بع  نع  دعس  نب  م يهاربِإ  انَثَّدح  ِعابَّطلا  نبا  يِنعي  ىسيع  نب  دَّمحم  انَثَّدح

هيَلع  هللا  ىلص ُّيبَِّنلا  َلاَق  َلاَق  هِّدج  نع  هيِبَأ  نع  َةربس  ِنب  ِعيِبَّرلا  ِنب  كلمْلا

57

Hal ini sangat penting mengingat Nabi Ibrahim a.s. juga berdoa agar dirinya

dan keturunannya menjadi orang yang tetap mendirikan salat, sebagaimana

diterakan dalam Q.S. Ibrahim/14: 40: Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak

cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah

doaku.” Demikian juga wasiat Lukman pada anak-anaknya dalam Q.S. Luqman/

31: 17: Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang

baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap

apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal

yang diwajibkan (oleh Allah).

Selain itu, membaca al-Qur’an juga merupakan bagian yang penting dalam

hal pembinaan atau pendidikan ibadah. Sebab, dengan membaca al-Qur’an dengan

baik dan dapat memahami seluruh makna yang terkandung di dalamnya, maka

akan lebih mudah mendalami kandungan al-Qur’an. Hal ini dipandang urgen mengingat

al-Qur’an merupakan satu-satunya sumber kebenaran tertinggi. Hadis Nabi saw.:

ملسو اورم َّيِبَّصلا ةاَلَّصلاِب اَذِإ َغَلب عبس ينِنس اَذِإو َغَلب رشع ينِنس هوبِرضاَف

اهيَلع( هاور دوادوبا(19.

19 Artinya: “Suruhlah anak-anak-kamu mengerjakan salat jika sampai umurnya tujuh

tahun dan jika sampai sepuluh tahun pukullah mereka jika meninggalkan salat.”(HR. Abu Daud).

20 Artinya: Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al Qur-an dan mengajarkannya

انَثَّدح جاَّجح نب ٍلاهنم انَثَّدح ُةبعش َلاَق يِنربخَأ ُةمَقْلع نب دَثرم تعمس دعس

نب َةديبع نع يِبَأ دبع ِنمحَّرلا ِّيمَلُّسلا نع َنامْثع يضر هللا هنع نع ِّيِبَّنلا

ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق مُكريخ نم ملعت َنآرُقْلا هملعو20. 

Hadis-Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan (Kusmin)

Dijelaskan bahwa kata َّ بي َِّصلا اورُمُ  pada hadis ini  di atas mengandung

pengertian perintah yang berarti perintah kepada kebenaran dan menarik

hati, kemudian  yaitu  mengajari mereka dengan hal-hal yang berkaitan

dengan sholat seperti syarat-syarat dan rukun sholat, dan hendaklah menyuruh

mereka untuk mengerjakannya sesudah  mengajari dan berilah pengajaran

sesuai dengan kecenderungan mereka, sedangkan kata  

maksudnya yaitu  pukullah anak-anak kamu jika meninggalkan sholat dan

ianya telah berusia sepuluh tahun. Dalam Al-Jami’ al-Shaghir disebutkan oleh

al-‘Alqami bahwa sesungguhnya perintah memukul yaitu  bagi anak yang

sudah berusia sepuluh tahun, karena sesungguhnya usia ini yaitu  batas bagi

mereka untuk tidak melaksanakan sholat secara rutin. Hadis ini juga ditakhrij

oleh At-Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadis ini yaitu  hasan shohih.

ةلاصل

اهَ ْـيلَعَ هُوُبِرضْاَف 

58


Pelajaran penting yang terdapat dalam hadis ini yaitu  tentang pendidikan

al Qur-an.

3. Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak merupakan bagian penting dalam mengembangkan

dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang Islami salah satu

fondasi yang dapat menumbuhkan dan meninggikan akhlak.

4. Pendidikan Adab Makan dan Minum

Sebagai agama rahamatan lil-’alamin, Islam mengatur segenap aspek

kehidupan manusia, baik yang sifatnya ibadah khusus, maupun ibadah umum.

Makan dan minum jika diniatkan dalam rangka mendapat ridha Allah swt.,

juga dapat dikategorikan sebagai ibadah, dan karenanya Rasul juga memberikan

pendoman tentang pendidikan makan dan minum terhadap anak-anak orang

Islam, hal ini dapat dibaca pada hadis berikut ini:

Dalam syarahnya Abu at-Thaib, menjelaskan bahwa hadis ini merupakan

تعمس سنَأ نب كلام ُثِّدحي نع ِلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق

اومِرْكَأ مُكداَلوَأ اونسِحَأو مهبدَأ) هاور نبا ام هج(21. 

انثدح دممح نب اميلس ن نب للاب نع بيأ ةزجو نع رمع نب بيأ ةملس لاق

لاق بينلا ىلص للها هيلع ملسو دا ن نيب مسف للها و لك كنييم و لك امم كيلي

)هاور دوادوبأ(22.

kepada orang lain. (HR. At-Tirmidzi). Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttashil dengan

sanad wahid, adapun perawinya tergolong siqah, siqah hafiz muttaqin, dan siqah subut.

Oleh at-Tirmidzi hadis ini disebut sebagai hadis hasan shahih. Imam al-Hafidz Abi ‘Abbas

Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Sunan at-Timidzi al-Jami’us Shahih, juz 4,

(Semarang: Toha Putra, t.t.), h. 246.

21 Artinya: Dari Anas ibn Malik, bercerita tentang Rasulullah saw. yang bersabda:

Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik. Hadis ini

diriwayatkan oleh perawi yang tergolong shaduq, siqah subut, dan dua orang yang tergolong

da’if, marfu’ mutashil, sanad wahid. Hadis ini hanya diriwayatkan oleh ibn Majah.

22 Artinya: Hadis Muhammad ibn Sulaiman Luain dari Sulaiman ibn Bilal dari Abi Wajzah

dari Umar ibn Abi Salamah, Rasul saw. bersabda: Mendekatlah padaku, bacalah bismillah,

makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang dekat denganmu. Hadis di atas

tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang seluruhnya tergolong siqah. Abu

Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abu Daud (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,

1401 H), juz 10, h. 179; lihat juga Sunan At-Tirmidzi, juz 3, h. 189.

59

penjelasan Rasul tentang pendidikan adab makan dan minum, yaitu dengan

penjelasan lemah lembut agar makan dan minum menggunakan tangan kanan,

sebab kebiasaan makan dan minum dengan tangan kiri yaitu  kebiasan setan.

5. Pentingnya Memiliki Rasa Malu

6. Saling Mencintai

 

 

 

23 Artinya: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setiap din itu mempunyai akhlak

dan sesungguhnya akhlak Islam itu yaitu  malu (HR. Imam Malik). Hadis ini tergolong

marfu’ mursal dengan sanad wahid, dan hanya diriwayatkan oleh Imam Malik, dengan

sanad tergolong siqah.

24 Hadis ini diriwayatkan oleh sanad yang tergolong siqah, siqah subut dan siqah hafiz.

Hadis ini diriwayatkan juga oleh Bukhari, ibn Majah, At-Tirmidzi, an-Nasa’i, Imam Ahmad

dan ad-Darimi. Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttasil dengan sanad banyak.

25 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, h. 56.

26 Abdullah Nashih Ulwan. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy Syifa)

Hadis-Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan (Kusmin)

ِنب َناميَلس نع ٍمِزاح نب ديِزي انَثَّدح ديز نب داَّمح انَثَّدح نامعنُّلا وبأَ انربخَأ

نآرُقْلا  هِباشتم  نع  ُلَأسي  َلعجَف  َةنيدمْلا  مدَق  ٌغيِبص  هَل  ُلاَقي  اًلجر  نَأ  ٍراسي

هللا  دبع  انَأ  َلاَق  تنَأ  نم  َلاَقَف  ِلخنَّلا  ينِجارع  هَل  َّدعَأ  دَقو  رمع  هيَلِإ  َلسرَأَف

رمع  هللا  دبع  انَأ  َلاَقو  هبرضَف  ِينِجارعْلا  كْلت  نم  انوجرع  رمع  َذخَأَف  ٌغيِبص

يذلا بهَذ دَق كبسح ينِنمؤمْلا يرمَأ اي َلاَقَف هسْأر يمد ىَّتح ابرض هَل َلعجَف

 24.يسْأر يف دِجَأ تنُك

Dengan demikian, sebenarnya, derivasi etimologis dari makna kurikulum

yaitu dimaknakan sebagai suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid

terlibat di dalamnya25 maka cakupan kurikulum ini  sangat luas. Saat ini

tergantung bagaimana pengelolaan ini  dilakukan sehingga sesuai dengan

yang diharapkan. Sehingga dapat saja terjadi perbedaan orientasi satu lembaga

pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lainnya.

Tegasnya, kurikulum pendidikan Islam berorientasi pada pendidikan iman,

akhlak, fisik, intelektual, psikis, sosial, dan seksual.26 Untuk dapat memenuhi

23.ءُايحْلا ِماَلسِإْلا قُلخو قُلخ ٍنيد لُكل ملسو هيَلع هللا ىلص هللا ُلوسر َلاَق

60


seluruh dimensi kurikulum pendidikan Islam, diperlukan kemampuan untuk

memilih materi yang diprioritaskan dalam proses pembelajaran.

IV. Penutup

Demikianlah beberapa hadis tentang kurikulum pendidikan. Oleh karenanya,

dalam kurikulum pendidikan Islam yang tetap menjadi orientasi yaitu 

bagaimana terciptanya proses pembentukan al-insan al-kamil. Hal ini dapat

dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran.

Lebih penting dari itu, yaitu  bagaimana proses pendidikan dilaksanakan.

Sebab, yang terpenting yaitu  bagaimana proses dilaksanakan dengan baik

sehingga dapat berhasil dengan baik. Islam tidak semata-mata berorientasi

pada hasil. Proses juga merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan

dalam kajian Islam.

61

HADIS-HADIS TENTANG

METODE PENDIDIKAN

Budiman

I. Pendahuluan

Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan

pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem

pendidikan, yaitu metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam

menyampaikan pesan-pesan ilahiyah. Sebab dengan metode yang tepat, materi

pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam,

perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan

menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah

dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling

sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.

Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang

tepat, tujuan ini  sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah

metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap

atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting

daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus

dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga

hasil pendidikan dapat memuaskan.1

Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan

metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran

yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul

saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga

nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat

memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan

mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak

orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.


Rasul saw. yaitu  teladan dalam pendidikan, sebagaimana dinyatakan

dalam al-Qur’an surat al-Ahzab/33: 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri)

Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Makalah ini akan menyajikan beberapa dari hadis tentang metode pendidikan

dalam lingkup makro dan mikro, yang dilaksanakan Rasulullah. Hadis-hadis

yang berimplikasikan pada metode pendidikan dalam lingkup makro, meliputi;

metode keteladanan, metode lemah lembut/kasih sayang, metode deduktif,

metode perumpamaan, metode kiasan, metode memberi kemudahan, metode

perbandingan. Metode pendidikan dalam lingkup mikro terdiri dari; metode

tanya jawab, metode pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen,

metode pemecahan masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan,

metode pemberian hukuman.

II. Pengertian Metode Pendidikan

Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan

yaitu  ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat materi

pendidikan dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang

dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu

materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam

kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.

Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang

berarti ‘’yang dilalui’’ dan hodos yang berarti ‘’jalan’’, yakni jalan yang harus dilalui.

Jadi secara harfiah metode yaitu  cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.2

Sedangkan dalam bahasa Inggeris, disebut dengan method yang mengandung

makna metode dalam bahasa Indonesia.3 Dalam bahasa Arab, metode disebut

dengan tharîqah yang berarti jalan atau cara.4 Demikian pula menurut Mahmud

Yunus, tharîqah yaitu  perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode.5 Secara

etimologi para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di

antaranya pengertian yang dikemukakan Surakhmad, bahwa metode yaitu 


cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.6 Metodologi

yaitu  ilmu yang mengkaji atau membahas tentang bermacam-macam metode

mengajar, keunggulannya, kelemahannya, kesesuaian dengan bahan pelajaran

dan bagaimana penggunaannya.7 Dalam bahasa Indonesia, metode pembelajaran

berarti jalan ke arah suatu tujuan yang mengatur secara praktis bahan pelajaran,

cara mengajarkannya dan cara mengelolanya.8

Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian

metode pembelajaran, beberapa hal yang mesti ada dalam metode yaitu:

1. Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab;

2. Aktivitas ini  memiliki cara yang baik dan tujuan tertentu;

3. Tujuan harus dicapai secara efektif.

Ada istilah lain dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan

dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan yaitu

sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran yang mengandung prinsip-

prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan kebenaran umum yang bersifat

mutlak. Misalkan asumsi yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa,

bahwa aspek menyimak dan percakapan harus diajarkan terlebih dahulu sebelum

aspek membaca dan menulis atau sebaliknya, sehingga dari asumsi ini 

guru dapat menentukan metode yang tepat.

Sementara itu teknik penyajian bahan pelajaran yaitu  penyajian yang

dikuasai guru dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta

didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan

baik. Teknik yaitu  pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, yaitu penggunaan

metode yang didasarkan atas pendekatan terhadap materi pelajaran. Jadi teknik

harus sejalan dengan metode dan pendekatan. Misalkan dalam mengatasi masalah

siswa yang tidak dapat menyebutkan bunyi suatu huruf dengan tepat, guru

memintakan siswa untuk menirukan ucapan guru.

Metode yaitu  rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi

pelajaran secara sistematis dan metodologis serta didasarkan atas suatu pendekatan,

sehingga perbedaan pendekatan mengakibatkan perbedaan metode pengajaran.

6 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar 


Jika metode ini  dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa

arti metode sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku

seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek pendidikan, yaitu pribadi

Islami. Selain itu, metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami,

menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai

dengan perkembangan zaman.10

Metode, merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polypragmatis dan mono pragmatis.

Polypragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda,

misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat

digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung

pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan kemampuan dari metode sebagai

alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana metode mengandung satu macam

kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya mengandung implikasi

bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya.

Mengingat sasaran metode yaitu  manusia, maka pendidik dituntut untuk

berhati-hati dalam penerapannya.

Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran

jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang

sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya

guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna yaitu  metode

yang mengandung nilai nilai intrinsik dan eksrinsik, sejalan dengan materi

pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai

ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.11 Nahlawi, mengatakan

metode pendidikan Islam yaitu  metode dialog, metode kisah Qur’ani dan Nabawi,

metode perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi

dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode tarìîb dan tarhîb.12

Dari rumusan-rumusan di atas, dapat dimaknai bahwa metode pendidikan

yaitu  berbagai cara yang digunakan oleh pendidik, agar tujuan pendidikan

dapat tercapai. Karena metode pendidikan hanyalah merupakan satu aspek

dari pembelajaran, maka dalam menentukan metode apa yang akan digunakan,

harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek lain dari pembelajaran, seperti

karakter peserta didik, pendidik, materi pelajaran, tempat, suasana dan waktu.

III. Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan dalam Lingkup

Makro

Dari sejumlah hadis Nabi, kita dapat menarik pengertian akan adanya

ajaran tentang berbagai metode pendidikan. Berikut ini yaitu  beberapa di

antaranya.

1. Metode Keteladanan.

Rasulullah saw. merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin

diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya

ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap sederhana,

bagaimana duduk dalam salat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa,

dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan

materi pendidikan yang tidak langsung.

Mendidik dengan contoh (keteladanan) yaitu  satu metode pembelajaran

yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah

saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan al-Qur’an secara

utuh, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat al-Ahzab/33: 21 yang sudah

dikutipkan di atas.  Adapun hadis tentang metode keteladanan, yaitu:

Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak

perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan

انَثَّدح دبع هللا نب فسوي َلاَق انربخَأ كلام نع ِرماع ِنب دبع هللا ِنب ِريبُّزلا

نع وِرمع ِنب ٍميَلس ِّيقرُّزلا نع يِبَأ َةداتَق ِّيِراصنَأْلا نَأ َلوسر هللا ىلص هللا

هيَلع ملسو َناَك يلصي وهو ٌلماح َةمامُأ تنِب بنيز تنِب ِلوسر هللا ىلص هللا

هيَلع ملسو يِبَألو ِصاعْلا ِنب َةعيِبر ِنب دبع ٍسمش اَذِإَف دجس اهعضو اَذِإو ماَق

اهَلمح13. 

13 Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari

Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri,

bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw.

dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau

menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. Hadis ini tergolong syarîf marfû’

dengan kualitas perawi yang sebagian terdiri dari ş iqah mutqin n, ra’su mutqin n, iqah

dan perawi bernama Qatadah yaitu  sahabat Rasulullah saw. Abu Abdullah bin Muhammad

Ismâil al-Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h al-Mukhtasar 

kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan

tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di

pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku ini 

dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci

anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam

salat sekalipun.14 Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak

didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan

meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru

memberikan teladan yang baik.15

Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan

mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan menjadi titik sentral

dalam mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan anak didiknya

juga baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru berperangai buruk,

ada kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk.

Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan,

keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan

anak didik. Keteladanan sempurna, yaitu  keteladanan Rasulullah saw., yang

dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan

anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.

2. Metode Lemah Lembut/Kasih Sayang

Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi pelajaran

yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik.

Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan

terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.

Adapun hadis tentang metode lemah lembut, yaitu:


ظْفلَ  يف  ابراَقتو  َةبيش  يِبَأ  نب  ِرْكب  وبَأو  ِحابََّّصلا  نب  دَّمحم  ٍرَفعج  وبَأ  انَثَّد

ِنب  ىيحي  نع  فاَّوَّصلا  ٍجاَّجح  نع  ميهاربِإ  نب  ُليعمسإِ انَثَّدح  َلاَق  ثيدحْلا

ِمَكحْلا ِنب َةيِواعم نع ٍراسي ِنب ءِاَطع نع َةنوميم يِبَأ ِنب ِلاَله نع ٍيرثَك يِبَأ

ٌلجر سَطع ْذإِ ملسو هيَلع هللا ىلص هللا ِلوسر عم يلصُأ انَأ انيب َلاَق ِّيمَلُّسلا

67

An-Nawâwi, dalam syarahnya mengatakan hadis ini menunjukkan keagungan

perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi

orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar

pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. dalam mendidik.17

3. Metode Deduktif

نم ِموَقْلا تْلُقَف كمحري هللا يِنامرَف موَقْلا مهِراصبَأِب تْلُقَف او َلْكُث هايِّمُأ ام

مُكنْأش َنورُظنت َّيَلِإ اوُلعجَف َنوبِرضي مِهيديَأِب ىَلع مهذاخْفَأ اَّمَلَف مهتيَأر

يِننوتِّمصي يِّنكَل ُّتَكس اَّمَلَف ىلص ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو يِبَأِبَف وه

يِّمُأو ام تيَأر املعم هَلبَق اَلو هدعب نسحَأ اميلعت هنم هللاوَف ام يِنرهَك اَلو

يِنبرض اَلو يِنمتش َلاَق نِإ هذه َةاَلَّصلا اَل حُلصي اهيف ءٌيش نم ِماَلَك ِساَّنلا امَّنِإ

وه حيِبسَّتلا يرِبْكَّتلاو ُةءَارقو نآرُقْلا...16

انَثََّد دَّمحم نب ٍراَّشب رادنب َلاَق انَثَّدح ىيحي نع ديبع هللا َلاَق يِنَثَّدح بيبخ

نب دبع ِنمحَّرلا نع ِصْفح ِنب ٍمصاع نع يِبَأ َةريره نع ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع

ملسو َلاَق ٌةعبس مهلظي هللا يف هلظ موي اَل لظ الِإ هلظ مامِإْلا ُلداعْلا ٌّباشو

َأشن يف ةدابع هِّبر ٌلجرو هبْلَق قلعم يف دِجاسمْلا ناَلجرو اَّباحت يف هللا

16 Artinya: Hadis dari Abu Ja’far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah,

hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kasir dari Hilâl ibn Abi

Maiminah dari ‘Atha’ ibn Yasâr dari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya

salat bersama Rasulullah saw., seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh.

Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian

memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka,

mereka menyuruh saya diam dan saya diam. sesudah  Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah)

demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan

sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak,

memukul dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak

boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca

al-Qur’an. Hadis ini tergolong syarîf marfi’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong

siqah dan siqah subut. Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairi an-Naisabiri, Shah)h

Muslim, 

Menurut Abi Jamrah, metode deduktif (memberitahukan secara global) suatu

materi pelajaran, akan memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi

pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan memberi manfaat yang lebih besar.19

4. Metode Perumpamaan

Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran

untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran

dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan

sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan

yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai

satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar

dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan

sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.

Adapun hadis tentang metode perumpamaan, yaitu:

18 Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar ibn Dar, katanya hadis Yahya dari Abdullah

katanya hadis dari Khubâib ibn Abdurrahman dari Hafs ibn ‘Asim dari Abu Hurairah r.a.,

Rasulullah saw.bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya yang

tidak ada naungan kecuali naungan Allah; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh

dalam keadaan taat kepada Allah; seorang yang hatinya terikat dengan mesjid, dua orang

yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah karena Allah), seorang

yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia berkata ‘saya takut kepada Allah’,

seorang yang menyembunyikan sadekahnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa

yang diberikan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian

hingga air matanya mengalir. Hadis ini tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi

yang sebagian tergolong siqah dan siqah mutqin, sedangkan Abu Hurairah yaitu  sahabat

Rasulullah saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 234.


20 Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul

يِّنإِ  َلاَقَف  ٍلامجو  ٍبصنم  تاَذ  ٌةَأرما  هتبَلَط  ٌلجرو  هيَلع  اَقَّرَفتو  هيَلع  اعمتجا

رَكَذ ٌلجرو هنيمي قفنت ام هُلامش مَلعت اَل ىَّتح ىَفخَأ قَّدصت ٌلجرو هللا فاخَأ

 18.هانيع تضاَفَف ايلاخ هللا

ديبع انَثَّدح َّيفَقثلا يِنعي ِباَّهوْلا دبع انربخَأ هَل ُظْفللاو ىَّنَثمْلا نب دَّمحم انَثَّدح

ِقفانمْلا  ُلَثم  َلاَق  ملسو  هيَلع  هللا  ىلص  ِّيبَِّنلا  نع  رمع  ِنبا  نع  ٍعفان  نع  هللا

 20.ًةَّرم هذه ىَلِإو ًةَّرم هذه ىَلإِ يرعت ِنيمنغْلا نيب ةرئاعْلا ةاَّشلا ِلَثمَك

69

Menurut al-Thîby,21 orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu

untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang

berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi

berbolak balik pada ke duanya. Hal ini  diumpamakan seperti orang munafik

yang tidak konsisten dengan satu komitmen.

5. Metode Kiasan

 

 

 

 

 

 Artinya: Hadis Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya

dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan

bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik

kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci

dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya.

Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu. Hadis di atas tergolong

syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah dan siqah hâfiz, sedangkan

Aisyah yaitu  istri Rasulullah saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 119.

23 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 415-416.

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)

نأَ َةشئاع نع هِّمأُ نع َةيَّفص ِنب ِروصنم نع َةنييع نبا انَثَّدح َلاَق ىيحي انَثَّدح

فيَك اهرمَأَف ِضيحمْلا نم اهلسُغ نع ملسو هيَلع هللا ىلص َّيبَِّنلا تَلَأس ًةَأرما

َلاَق  رَّهَطتَأ  فيَك  تلَاَق  اهِب  يِرَّهَطتَف  كسم  نم  ًةصرف  يذخ  َلاَق  ُلسِتغت

بِ يِرَّهَطتيعَّبتت تْلُقَف َّيَلِإ اهتْذبتجاَف يِرَّهَطت هللا َناحبس َلاَق فيَك  تلَاَق اه

َأ اهبِ22....ِمَّدلا رَث

Ibn Hajar, memberi komentar terhadap hadis ini dengan mengatakan ini

yaitu  dalil tentang disunnahkannya menggunkan kiasan/sindiran pada hal-

hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk masalah-masalah yang

dianggap aib.23 Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan

kiasan dalam pembelajaran, yaitu:

Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan

tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan

membicarakan keburukannya.

Wahhâb yakni as- Saqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan

orang munafik dalam keraguan mereka yaitu  seperti kambing yang kebingungan di tengah

kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. Hadis di atas tergolong syarîf marfu’

dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah, siqah subut, siqah hâfiz, sedangkan

ibn Umar yaitu  sahabat Rasulullah saw. Naisabiri, Shah)h Muslim, juz 4, h. 2146.



b. Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan

semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.

c. Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.

d. Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.

e. Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/melalui kiasan.24

f. Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan

sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong

seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.

6. Metode Memberi Kemudahan

Sebagai pendidik, Rasulullah saw. tidak pernah mempersulit, dengan

harapan peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk tetap meningkatkan

aktivitas belajarnya. Sebagaimana hadis berikut:

Ibnu Hajar al-Asqalâni mengomentari hadis ini  dengan mengatakan

pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang memiliki kesungguhan

dalam belajar,26 dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan

kemampuan si pelajar.

7. Metode Perbandingan

Di antara metode yang dapat menjelaskan pelajaran yaitu  dengan mem-

bandingkan antara dua hal yang berlawanan. Metode perbandingan dipergunakan

Rasulullah saw. ketika menjelaskan perbandingan antara dunia dengan akhirat,

sebagaimana berikut:

24 Hamd, Ma’al Muallimîn, h. 140., bandingkan dengan Fuad bin Abdul Azizi al-

Syalhub, Al-Muallim al-Awwal Shala allah Aalaihi wa-Sallam Qudwah Likulli Muallim wa

Muallimah, terj. Abu Haekal (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h. 43-45.

25 Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ’id katanya hadis

Syu’bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda:

Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada

manusia. Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong

siqah dan siqah hâfiz, Anas yaitu  sahabat Rasul saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 38.

26 Asqalani, Fathul Bâri, juz 1, h. 62.

يِنَثَّدح َلاَق ُةبعش انَثَّدح َلاَق ديعس نب ىيحي انَثَّدح َلاَق ٍراَّشب نب دَّمحم انَثَّدح

لاو اورِّسي َلاَق ملسو هيَلع هللا ىلص ِّيبَِّنلا نع كلام ِنب ِسنَأ نع ِحاَّيَّتلا  وبَأ

 25.سانلا ىلع يرستلاو فيفختلا بيح ناكو اورفنت لاو اورِّشبو اورِّسعت

71

IV. Hadis-Hadis tentang Metode Pendidikan dalam Lingkup

Mikro

Dalam lingkup yang lebih spesifik pun hadis-hadis Nabi saw. mengandung

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)

ٍريمن نبا انَثَّدح و ح سيِردإِ نب هللا دبع انَثَّدح َةبيش يِبأَ نب ِرْكب وبأَ انَثَّدح

نيعأَ نب ىسوم انربخَأ ىيحي نب ىيحي انَثَّدح و ح ٍرشِب نب دَّمحمو يِبَأ انَثَّدح

دلاخ يِبَأ ِنب َليعمسإِ نع مهلُك َةماسأُ وبَأ انَثَّدح ٍعفار نب دَّمحم يِنَثَّدح و ح

ُليعمسإِ انَثَّدح ديعس نب ىيحي انَثَّدح هَل ُظْفللاو ٍمتاح نب دَّمحم يِنَثَّدح و ح

هللا ىلص هللا ُلوسر َلاَق اُلوُقي ٍرهف يِنب اخَأ ادِروتسم تعمس َلاَق سيَق انَثَّدح

هذه  هعبصِإ  مُكدحَأ  ُلعجي  ام  ُلْثم  الِإ  ةرخآْلا  يف  اينُّدلا  ام  هللاو  ملسو  هيَلع

ىيحي ريَغ اعيمج مِهثيدح يفو عِجرت مِب رُظنيْلَف ِّميْلا يف ةبابََّّسلابِ ىيحي راشَأو

َةماسأُ يِبَأ ثيدح  يفو كلَذ ُلوُقي ملسو هيَلع هللا ىلص هللا َلوسر تعمس

ُليعمسإِ راشَأو َلاَق  اضيَأ  هثيدح  يفو  ٍرهف  يِنب  يخَأ  داَّدش  ِنب  دِروتسمْلا  نع

 27.ِماهبِإْلابِ

Imam an-Nawâwi memberi komentar pada hadis ini, dengan ungkapan’’

akhirat dibandingkan dengan dunia, dalam hal waktunya dunia itu singkat dan

kenikmatannya yang sirna, sedangkan akhirat serba abadi, sebagaimana perbandingan

antara air yang lengket pada jari dibanding dengan sisanya di lautan.28

Makna hadis di atas yaitu pentingnya metode perbandingan dalam pendidikan,

sehingga potensi jasmaniah dan rohaniah si pembelajar dapat memahami

hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan lainnya.

27 Artinya: Hadis Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Abdullah ibn Idris, Hadis ibn Numair,

hadis Abi Muhammad ibn Bisyr, hadis Yahya ibn Yahya, khabar dari Musa ibn A’yân, hadis

Muhammad ibn Rafi’, hadis Abu Usamah dari Ismail ibn Abi Khalid, hadis Muhammad ibn

Hatim dan lafaz darinya, hadis Yahya ibn Sa’id, hadis Ismâil, hadis Qâis katanya aku mendengar

Mustaurid saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah dunia

dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya ini, beliau menunjuk

kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya. Hadis ini

tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah, siqah hafiz,

siqah subut, dan saduq. Naisabûri, Shahih Muslim, juz 4, h. 3193.

28 Nawâwi, Syarah an-Nawâwi, juz 17, h. 192-193.

72


informasi yang cukup menarik sekaitan dengan metode pendidikan. Beberapa

yang terpenting akan dibahas di bawah ini.

1. Metode tanya jawab

Pada dasarnya metode tanya jawab yaitu  tindak lanjut dari penyajian

ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini,

Rasulullah saw. menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap

suatu masalah, sebagaimana hadis berikut: ِ ِ ِ

انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس انَثَّدح ٌثيَل ح َلاَقو ُةبيتُق انَثَّدح رْكب يِنعي نبا رضم

امهاَلك نع ِنبا داهْلا نع دَّمحم ِنب ميهاربِإ نع يِبَأ َةمَلس ِنب دبع ِنمحَّرلا

نع يِبَأ َةريره نَأ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق يفو ثيدح ٍرْكب هَّنَأ

عمس َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ُلوُقي متيَأرَأ وَل نَأ ارهن ِبابِب مُكدحَأ

ُلسِتغي هنم لُك ٍموي سمخ تاَّرم ْله ىَقبي نم هِنرد ءٌيش اوُلاَق اَل ىَقبي نم

هِنرد ءٌيش َلاَق كلَذَف ُلَثم تاوَلَّصلا ِسمخْلا وحمي هللا َّنِهِب اياَطخْلا29. 

29 Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn

Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari

Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai

di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana

pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan

tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,

dengannya Allah menghapus dosa-dosa. Naisabiri, Shahih Muslim, juz 1, h. 462-463.

30 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 462.

Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian

tergolong siqah dan siqah subut, sedangkan Abu Hurairah yaitu  sahabat

Rasulullah saw. Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus

dengan pembahasan. Misalnya kata; ‘’bagaimana pendapat kalian?’’ yaitu 

pertanyaan yang diajukan untuk meminta informasi. Maksudnya beritahukan

padaku, apakah masih tersisa?. Menurut at-Thiby, sebagaimana dikutip al-Asqalâni,

menjelaskan lafaz “áæول ’’ dalam hadis ini  memberi makna perumpamaan.30

Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih,

dalam pembicaraan ini  mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode

dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain,

73

serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.31 Uraian ini 

memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain,

baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca

dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu

topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan,

pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog,

perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat

realistik dan manusiawi.32 Dalam al-Qur’an banyak memberi informasi tentang

dialog, di antara bentuk-bentuk dialog ini  yaitu  dialog khitâbi, ta’abbudi,

deskritif, naratif, argumentatif serta dialog nabawiyah.33 Metode tanya jawab,

sering dilakukan oleh Rasul saw. dalam mendidik akhlak para sahabat. Dia-

log akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang

sesuatu yang tidak mereka pahami.

2. Metode Pengulangan

Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan

sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat, sebagaimana hadis berikut:

Dalam hadis ini Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan “celakalah’’

untuk menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik

dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong

pada orang yang merugi.

Satu proses yang penting dalam pembelajaran yaitu  pengulangan/

latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental di mana seseorang

انَثَّدح دَّدسم نب دهرسم انَثَّدح ىيحي نع ِزهب ِنب ٍميكح َلاَق يِنَثَّدح يِبَأ نع

هيِبَأ َلاَق تعمس َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ُلوُقي ٌليو يذلل ُثِّدحي

بذْكيَف كحضيل هِب موَقْلا ٌليو هَل ٌليو هَل34. 

31 Abdurrahmân An-Nahlâwi, Ushul at- Tarbiyah Islâmiyah Wa Asâlibiha fi Baiti wa

al-Madrasati wal Mujtama’ terj. Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press:1996), h. 205.

32 Ibid., h. 205.

33 Ibid.,

34 Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya

hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Celakalah bagi orang

yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan

baginya. Hadis ini tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong

siqah, siqah hafiz, dan siqah sadiq. Abu Dâud Sulaiman ibn al-Asy’at al-Sijistâni, Sunan Abu

Dâud (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), juz 2, h. 716.

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)

74


membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik

yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan

yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan

kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan

ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh

taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan

kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah

pengulangan.

3. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan

suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan

oleh pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan.

Metode demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat

dikerjakan dengan baik dan benar. Sebagaimana Rasulullah saw. mencontohkan

salat kepada sahabat yang terdapat dalam hadis berikut:

Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah saw. kepada

sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat

انَثَّدح دَّمحم نب ىَّنَثمْلا َلاَق انَثَّدح دبع ِباَّهوْلا َلاَق انَثَّدح بوُّيَأ نع يِبَأ َةباَلق

َلاَق انَثَّدح كلام انيتَأ ىَلِإ ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو نحنو ٌةببش َنوبِراَقتم

انمَقَأَف هدنع نيِرشع اموي ًةَليَلو َناَكو ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اميحر

اًقيفر اَّمَلَف َّنَظ اَّنَأ دَق انيهتشا انَلهَأ وَأ دَق انْقتشا انَلَأس نَّمع انْكرت اندعب

هانربخَأَف َلاَق اوعِجرا ىَلِإ مُكيلهَأ اوميقَأَف مِهيف مهوملعو مهورمو رَكَذو ءَايشَأ

اهُظَفحَأ وَأ لا اهُظَفحَأ اولصو امَك يِنومتيَأر يلصُأ35. 

35 Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Musanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb

katanya Ayyib dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw.

dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20

malam. Rasulullah saw. yaitu  seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika

beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang

orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah

bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.

Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana

kalian melihat aku salat. Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang

sebagian tergolong siqah, siqah kasir, siqah subut. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 226.

75

seperti yang dicontohkan olehnya. Menurut teori belajar sosial, hal yang amat

penting dalam pembelajaran ialah kemampuan individu untuk mengambil

intisari informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana

yang akan diambil untuk dilaksanakan. Dalam pandangan paham belajar sosial,

sebagaimana dikemukakan Grendler,36 orang tidak dominan didorong oleh

tenaga dari dalam dan tidak oleh stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan.

Tetapi sebagai interaksi timbal balik yang terus-menerus yang terjadi antara

faktor-faktor penentu pribadi dan lingkungannya.

Metode demonstrasi dapat dipergunakan dalam organisasi pelajaran yang

bertujuan memudahkan informasi dari model (model hidup, model simbolik,

deskripsi verbal) kepada anak didik sebagai pengamat. Sebagai contoh dipakai

mata pelajaran Fikih kelas II pada madrasah Tsanawiyah yang membahas

pelaksanaan salat Zuhur. Kompetensi Dasar (KD) dari pokok bahasan ini 

yaitu : “Siswa dapat melaksanaan ibadah salat Zuhur sesudah  mengamati

dan mempraktekkan berdasarkan model yang ditentukan”. Untuk mencapai

tujuan pembelajaran, dibutuhkan beberapa kemampuan yang harus dikuasai

anak didik dalam indikator pencapaian, yaitu:

a. Kemampuan gerakan (melakukan posisi berdiri tegak menghadap kiblat,

mengangkat tangan sejajar dengan telinga ketika takbiratul ihram, membungkuk

dengan memegang lutut ketika ruku’, melakukan i’tidal, melakukan sujud

dengan kening menempel di sajadah, melakukan duduk di antara dua sujud,

melakukan duduk tahyat akhir yang agak berbeda dengan duduk di antara

dua sujud, melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan kiri.

b. Kemampuan membaca bacaan salat (bacaan surat al-Fatihah, bacaan ayat

al-Qur’an, bacaan ruku’, bacaan berdiri i’tidâl, bacaan sujud, bacaan duduk

antara dua sujud, bacaan tahyat awal dan akhir.

c. Menganalisis tingkah laku yang dimodelkan. Tingkah laku yang dimodelkan

sesuai dengan bahan pelajaran yaitu  ‘motorik” meliputi keterampilan

dalam gerakan salat dan kemampuan membaca bacaan salat.

d. Menunjukkan model. Gerakan dalam salat dilakukan berdasarkan urut-

urutannya (prosedural) dan bacaan dalam salat diucapkan dengan baik

dan benar berdasarkan tata cara membaca al-Qur’an (ilmu tajwid).

e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan dengan

umpan balik yang dapat dilihat, tiap anak didik mempraktekkan kembali

gerakan salat Zuhur yang ditunjukkan oleh model seiring dengan aba-

36 Margaret E. Bell Grendler, Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir (Jakarta:

Rajawali, 1991), h. 369.

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)

76


aba prosedur yang diberikan guru. Demikian pula dengan bacaan salat

dapat dipraktekkan anak didik.

f. Memberikan reinforcement dan motivasi. Guru memberikan penguatan

pada anak didik yang telah berhasil melakukan gerakan dengan baik dan

benar dan mengarahkan serta memperbaiki gerakan dan bacaan anak

didik yang belum sesuai.

4. Metode Eksperimen

Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara

tayammum dengan perbuatan.38 Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya

pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan

air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen

mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.

5. Metode Pemecahan Masalah

انَثَّدح مدآ َلاَق انَثَّدح ُةبعش انَثَّدح مَكحْلا نع ٍّرَذ نع ديعس ِنب دبع ِنمحَّرلا

ِنب ىزبَأ نع هيِبَأ َلاَق ءَاج ٌلجر ىَلِإ رمع ِنب ِباطخْلا َلاَقَف يِّنِإ تبنجَأ مَلَف

بصُأ ءَامْلا َلاَقَف راَّمع نب ٍرساي رمعل ِنب ِباطخْلا امَأ رُكْذت اَّنَأ اَّنُك يف ٍرَفس

انَأ تنَأو اَّمَأَف تنَأ مَلَف لصت اَّمَأو انَأ تْكَّعمتَف تيلصَف ترَكَذَف ِّيِبَّنلل ىلص

هللا هيَلع ملسو َلاَقَف ُّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو امَّنِإ َناَك كيفْكي اَذَكه

برضَف ُّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو هيفَكِب ضرَأْلا خَفنو امِهيف َّمُث حسم امِهِب

ههجو....37 

37 Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya,

katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat

dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda

ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan

saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul

saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Sebenarnya anda cukup begini’’. Rasul memukulkan

kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada

wajahnya ... Hadis ini tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong

siqah, siqah hafiz, siqah subut. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1,h. 129.

38 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 444.

انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس انَثَّدح ُليعامسِإ نب ٍرَفعج نع دبع هللا ِنب ٍرانيد نع ِنبا

77

Al-Asqalâni, menyebutkan dengan metode perumpamaan ini  dapat

menambah pemahaman, menggambarkannya agar melekat dalam ingatan serta

mengasah pemikiran untuk memandang permasalahan yang terjadi.40 Metode

tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain,

serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan

dan emosi pembaca akan terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat

realistik dan manusiawi.41 Uraian ini  memberi makna bahwa dialog dilakukan

oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan.

6. Metode Diskusi

رمع َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو نِإ نم ِرجَّشلا ًةرجش اَل ُطُقسي

اهُقرو اهَّنِإو ُلَثم ِملسمْلا يِنوُثِّدحَف ام يه عَقوَف ساَّنلا يف ِرجش يداوبْلا َلاَق

دبع هللا عَقوو يف يسِْفن اهَّنَأ ُةَلخَّنلا تييحتساَف َّمُث اوُلاَق انْثِّدح ام يه اي

َلوسر هللا َلاَق يه ُةَلخَّنلا39.

انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس ُّيلعو نب ٍرجح اَلاَق انَثَّدح ُليعمسِإ وهو نبا ٍرَفعج نع

ءِاَلعْلا نع هيِبَأ نع يِبَأ َةريره نَأ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق َنوردتَأ

ام سلْفمْلا اوُلاَق سلْفمْلا انيف نم اَل مهرد هَل اَلو عاتم َلاَقَف نِإ سلْفمْلا نم

يتَّمُأ يتْأي موي ةمايقْلا ةاَلصِب ٍمايصو ةاَكزو يتْأيو دَق متش اَذه فَذَقو اَذه

َلَكَأو َلام اَذه كَفسو مد اَذه برضو اَذه ىَطعيَف اَذه نم هتانسح اَذهو نم

هتانسح ْنِإَف تيِنَف هتانسح َلبَق ْنَأ ىضْقي ام هيَلع َذخُأ نم مهاياَطخ تحِرُطَف

هيَلع َّمُث حِرُط يف ِراَّنلا42. 

39 Artinya: Hadis Quthaibah ibn Sâ’id, hadis Ismâil ibn Ja’far dari Abdullah ibn Dinar dari

Umar, sabda Rasulullah saw. Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada sebuah pohon yang tidak

akan gugur daunnya dan pohon dapat diumpamakan sebagai seorang muslim, karena keseluruhan

dari pohon itu dapat dimanfaatkan oleh manusia. Cobalah kalian beritahukan kepadaku, pohon

apakah itu? Orang-orang mengatakan pohon Bawâdi. Abdullah berkata; Dalam hati saya ia yaitu 

pohon kurma, tapi saya malu (mengungkapkannya). Para sahabat berkata; beritahukan kami

wahai Rasulullah!. Sabda Rasul saw; itulah pohon kurma. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 34.

40 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 147.

41 Nahlâwi, Ushulut Tarbiyah, h. 205.

42 Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)

78


Menurut an-Nawâwi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah saw. memulai

pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka

Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut

bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan yaitu  peristiwa di akhirat tentang

pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan.43

7. Metode Pujian/Memberi Kegembiraan

Ibn Abi Jamrah mengatakan hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya

memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai.

Sebagaimana Rasulullah saw. mendahulukan sabdanya; ‘saya telah menyangka’,

انَثَّدح دبع ِزيِزعْلا نب دبع هللا َلاَق يِنَثَّدح ُناميَلس نع وِرمع ِنب يِبَأ وٍرمع نع

ديعس ِنب يِبَأ ديعس ِّيِربْقمْلا نع يِبَأ َةريره هَّنَأ َلاَق َليق اي َلوسر هللا نم

دعسَأ ِساَّنلا كتعاَفشِب موي ةمايقْلا َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو دَقَل

تننَظ اي ابَأ َةريره ْنَأ اَل يِنُلَأسي نع اَذه ثيدحْلا دحَأ ُلَّوَأ كنم امل تيَأر

نم كصرح ىَلع ثيدحْلا دعسَأ ِساَّنلا يتعاَفشِب موي ةمايقْلا نم َلاَق اَل هَلِإ الِإ

هللا اصلاخ نم هِبْلَق وَأ هسِْفن44.

dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah

kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham

dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku yaitu  orang

yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah

mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini

dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis

sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan

kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka. Hadis ini tergolong syarîf marfû’ dengan

kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah, siqah subut, siqah hâfiz, sedangkan Abu

Hurairah ra. yaitu  sahabat Rasulullah saw. Naisabûri, Shahih Muslim, juz 4, h. 1997.

43 Nawâwi, Syarah an-Nawâwi, juz 16, h. 136.

44 Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman

dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya

Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah

saw. bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya

tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis.

Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat yaitu  orang yang mengucapkan

“Lâilaha illa Allah’’ dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya. Hadis di atas tergolong syarîf

marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah dan siqah subut, sedangkan

Abu Hurairah yaitu  sahabat Rasul saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 49.

79

selain itu ‘karena saya telah melihat semangatmu untuk hadis’. Oleh sebab

itu perlu memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran.45

8. Metode Pemberian Hukuman

Rasulullah saw. memberikan hukuman (marah) karena orang ini 

tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan ini  disampaikan beliau

tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat.47 Dengan

demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang

berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial.

Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu

lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan

hati. Sanksi ini  dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan

teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk

menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik

hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah,

memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.

Alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan yaitu ;

a. Memberi nasehat dan petunjuk.

b. Ekspresi cemberut.

c. Pembentakan.

انَثَّد دمحَأ نب ٍحلاص انَثَّدح دبع هللا نب ٍبهو يِنربخَأ ورمع نع ِرْكب ِنب

َةداوس ِّيماَذجْلا نع ِحلاص ِنب َناويخ نع يِبَأ َةَلهس ِبئاَّسلا ِنب دالخ َلاَق

دمحَأ نم ِباحصَأ ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو نَأ اًلجر َّمَأ اموَق قصبَف يف

ةَلبقْلا ُلوسرو هللا ىلص هللا هيَلع ملسو رُظني َلاَقَف ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع

ملسو ينح َغرَف اَل يلصي مُكَل 46... 

45 Andalûsi, Bahjat an-Nufus, h. 133-134.

46 Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan

padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn

Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi

imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw.

melihat, sesudah  selesai salat Rasulullah saw. bersabda “jangan lagi dia menjadi imam salat

bagi kalian’’… Sijistâni, Sunan Abu Dâud, juz 1, h. 183.

47 Muhammad Syamsy al-Hâq al-’Azhîm Abadi Abu al-Lathîb, ‘Aunu al-Ma’bud Syarh

Sunan Abi Daid (Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, 1401 H), juz 2, h. 105-106.

Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)

80


d. Tidak menghiraukan murid.

e. Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.

f. Jongkok.

g. Memberi pekerjaan rumah/tugas.

h. Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut.

i. Alternatif terakhir yaitu  pukulan ringan.48

Hal yang menjadi prinsip dalam memberikan sanksi yaitu  tahapan dari

yang paling ringan, sebab tujuannya yaitu  pengembangan potensi baik yang

ada dalam diri anak didik.

V. Penutup

Metode pendidikan yaitu  cara yang dipergunakan pendidik dalam

menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, sehingga dengan metode

yang tepat dan sesuai, bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta

didik. Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini (masih

banyak yang belum), terdiri dari metode keteladanan, metode lemah lembut/

kasih sayang, metode deduktif, metode perumpamaan, metode kiasan, metode

memberi kemudahan, metode perbandingan, metode tanya jawab, metode

pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemecahan

masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan, metode

pemberian hukuman.

48 al-Syalhub, Al-Muallim al-Awwal, h. 59-60.

81

HADIS-HADIS TENTANG PENDIDIK

Zainuddin

I. Pendahuluan

Pendidikan yaitu  upaya sadar yang mengandung norma kebaikan dan

berlangsung dalam interaksi antar individu. Penularan suatu norma kepada

orang lain hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang berilmu pengetahuan

dan memiliki kepribadian, sehingga dengan ilmu pengetahuan ini  proses

pendidikan dan pengajaran dapat berlangsung dengan baik.

Kelangsungan pendidikan dan pengajaran merupakan satu dari faktor

penentu, sebab kegiatan ini  memiliki peranan yang sangat penting

dalam pembinan perkembangan jasmaniah dan rohaniah manusia, sejalan

dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, maka pekerjaan

mendidik dan mengajar yaitu  menyempurnakan dan mensucikan hati manusia

serta membimbingnya ke arah pendekatan diri kepada Allah swt., sehingga

pekerjaan mengajar merupakan ibadah kepada Allah swt. sekaligus melaksanakan

kekhalifahan di permukaan bumi.

Guru merupakan faktor utama dalam memberhasilkan belajar siswa,

kemampuan guru dalam menggunakan metode, menguasai bahan pelajaran

dan teknik penyajian yang sesuai, sehingga dapat merangsang siswa untuk

lebih bergairah dalam belajar.

Urgensi pembahasan ini dilakukan dalam rangka menggali khazanah

ilmu pengetahuan di bidang pendidikan Islam, khususnya yang berkaitan

dengan hadis-hadis tentang pendidik. Pembahasan ini diharapkan dapat

memunculkan pemikiran baru dalam melihat eksistensi pendidik dalam

pendidikan Islam. Makalah ini membahas hadis-hadis tentang karakteristik

pendidik, baik pendidik formal maupun non formal dan informal.

82


II. Pembahasan

Pendidik mengandung arti yang cukup luas. Menurut bahasa, pendidik

yaitu  orang yang mendidik.1 Pengertian ini  memberikan kesan bahwa

pendidik yaitu  orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam bahasa

Inggeris ditemukan beberapa perkataan yang berdekatan dengan kata pendidik.

Seperti kata teacher diartikan dengan guru atau pengajar. Tutor berarti guru

pribadi atau guru yang mengajar di rumah.2 Dalam perkataan Arab, pendidik

disebut dengan ustaz, mudarris, muallim dan muaddib. Kata ustaz, berarti guru,

professor gelar akademik, jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan

penyair.3 Kata al-mudarris, berarti teacher atau guru, instructor atau pelatih,

lecture atau dosen.4 Kemudian, kata muallim, juga berarti teacher (guru),

instructor (pelatih), trainer (pemandu).5 Kata mu’addib berarti educator, pendidik

atau teacher in coranic school (guru pada lembaga pendidikan al-Qur’an).6

Semua kata yang bermakna pendidikan di atas secara global bertujuan

untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan

pengalaman kepada anak didik, agar anak didik memiliki ilmu dalam berbagai

bidang sesuai dengan bidangnya. Masing-masing term di atas, memiliki wadah

tranformasi yang berbeda. Guru misalnya berperan di sekolah, dosen atau

professor berperan di perguruan tinggi, tutor berperan sebagai guru privat,

instruktur atau pemandu berperan di lembaga-lembaga khusus, yang tugasnya

melatih dan membina.

Penulis menuangkan term dalam tulisan ini yaitu  term pendidik, karena

kata pendidik itu dapat merangkum semua wadah ini . Meskipun kandungan

makna kata pendidik itu berada pada tempat tertentu, namun juga memiliki

tugas yang sangat luas, sebagaimana tujuan pendidik itu sendiri, yaitu memberikan

bantuan pembinaan kepada anak didik untuk mengembangkan multi potensinya

yang masih menyatu dalam aqliyah (akal), ruhiyah (kejiwaan) dan jismiyah

(jasad dan keterampilan).

Term pendidik ini tidak berubah baik di era klasik maupun modern. Kata

ini mulai sejak nabi Muhammad saw. Bahkan Rasul saw. sendiri yaitu  pendidik


yang agung dan sampai di era modern pun kata pendidik itu tetap eksis kandungan

maknanya di berbagai tempat, seperti di sekolah, madrasah, masjid, perguruan

tinggi dan lain sebagainya.

Dalam hadis Rasulullah saw. ditemukan kata yang bermakna pendidik

dengan penyebutan, addaba dan ‘allama, sebagai asal pembentuk kata mu’addib

dan mu’allim, sebagai berikut:

Pendidik sebelum melaksanakan tugasnya dalam mendidik, mestinya

sudah memiliki persepsi dirinya akan melaksanakan tugas yang suci lagi mulia,

yaitu menginternalisasikan nilai-nilai suci terhadap pengembangan kepribadian

anak didik. Sebab sesuatu yang suci dan mulia itu tidak bisa diantarkan oleh

sesuatu yang kotor. Karena yang kotor itu yaitu  tembok raksasa bagi penerimaan

ilmu. Oleh sebab itu, hal-hal yang suci harus disucikan terlebih dahulu pengantarnya.

Pendidik dalam hal ini sebagai pengantar amanat melakukan tugas mendidik

mestinya sudah menaruh persepsi dirinya yang baik itu, sehingga tujuan yang

baik dan mulia itu mudah didapatkan. Seorang pendidik mestinya menghiasi

dirinya dengan akhlak mahmudah, seperti rendah hati, khusyuk, tawadu, zuhud,

qanaah dan tidak sombong, tidak ria, tidak takabbur dan hendaknya memiliki

tujuan kependidikannya, yaitu penyempurnaan dan pendekatan diri kepada

Allah swt. Dalam kitab Adab al-Mualim wa al-Muta’allim disebutkan bahwa

seorang pendidik harus memiliki dua belas sifat sebagai berikut:

1. Tujuan mengajar yaitu  untuk mendapatkan keridhaan Allah swt. bukan

untuk tujuan yang bersifat duniawi, harta, kepangkatan, ketenaran,

kemewahan, status sosial dan lain sebagainya.

انَثَّدح دَّمحم نب ٍلتاَقم انربخَأ دبع هللا انربخَأ حلاص نب ٍّيح نَأ لاجر نم

ِلهَأ َناسارخ َلاَق ِّيِبعَّشلل َلاَقَف ُّيِبعَّشلا يِنربخَأ وبَأ َةدرب نع يِبَأ ىسوم

ِّيِرعشَأْلا يضر هللا هنع َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اَذِإ بَّدَأ

ُلجَّرلا هتمَأ نسحَأَف اهبيدْأت اهملعو نسحَأَف اهميلعت....7

7 Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muktil, hadis dari Abdullah, hadis dari Shalih ibn

Hayy, seorang laki-laki dari Khurasan berkata pada Sya’by, katanya dia diberitahu Abu

Burdah dari Abu Musa al-Asy’ary ra. Rasul saw. bersabda: Jika kamu mendidik seorang anak,

maka berikanlah pendidikan yang baik dan ajarilah ia dengan pengajaran yang baik. Hadis

ini tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong tsiqah dan

tsiqah tsubut. Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1

(Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta’ wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t.), h. 52.

Hadis-Hadis Tentang Pendidik (Zainuddin)

84


2. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. dalam keadaan terang-

terangan dan senantiasa menjaga rasa takut dalam semua gerak dan diamnya,

ucapan dan perbuatannya, karena dia yaitu  seorang yang diberi amanat

dengan diberikannya ilmu oleh Allah swt. dan kejernihan panca indra

dan penalarannya.

3. Menjaga kesucian ilmu yang dimilikinya dari perbuatan yang tercela.

4. Berakhlak dengan sifat zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam urusan

duniawi, qanaah dan sederhana.

5. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela.

6. Melaksanakan syari’at Islam dengan sebaik-baiknya.

7. Melaksanakan amalan sunah yang di syari’atkan.

8. Bergaul dengan sesama manusia dengan menggunakan akhlak yang

mulia dan terpuji.

9. Memelihara kesucian lahir dan bathinnya dari akhlak yang tercela.

10. Senantiasa semangat dalam menambah ilmu dengan sungguh-sungguh

dan kerja keras.

11. Senantiasa memberikan manfaat kepada siapapun.

12. Aktif dalam pengumpulan bahan bacaan, mengarang dan menulis buku.8

Di antara sifat yang ditunjukkan oleh Rasul saw. sebagai pendidik yaitu 

sifat penyayang, sebagai berikut:

Imam an-Nawawi, memberi komentar terhadap hadis di atas, mengatakan

bahwa Rasul saw. tidak merasa jengkel dan menjadikannya kesal terhadap

انَثَّدح ديعس نب ٍروصنم وبَأو ِعيِبَّرلا َلاَق انَثَّدح داَّمح نب ديز نع ِّيِنانبْلا تِباَث

نع ِسنَأ ِنب كلام َلاَق تمدخ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو رشع ينِنس

...اَذَك تْلعَف مل ءٍيشل يل َلاَق اَلو طَق افُأ يل َلاَق ام هللاو9 

8 Maulana Alam al-Hajar, Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim (Beirut: Dar al-Manahil,

1985), h. 21-34.

9 Artinya: Hadis dari Sa’id ibn Mansyur dan Abu Rabi’, hadis dari Hammad ibn Zaid dari

Tsabit al-Bunani dari Anas ibn Malik katanya; Dia membantu Rasul saw. Selama sepuluh

tahun, dia tidak pernah membentakku dengan kalimat ‘uf ’, juga tidak pernah menegur:

Mengapa engkau berbuat itu.... Hadis di atas tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi

yang sebagian tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattasil. Abu al-Husain

Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, juz 1 (Saudi Arabia: Idaratul

Buhuts Ilmiah wa Ifta’ wa al-Dakwah wa al-Irsyad, 1400 H), h. 89.

85

pembantunya yang tinggal bersamanya selama sepuluh tahun. Hal itu menandakan

Rasul saw. memiliki sifat penyayang, termasuk kepada pembantu.10

Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki kepribadian

yang baik, mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong, karena kesadaran

terhadap pengemban amanat mendidik yaitu  tugas yang luas dan berat, suci

dan mulia. Karakter yang seperti itu mestinya telah ada pada seorang pendidik.

Oleh karena itu, bila terjadi sebaliknya, maka hasil pendidikan akan tidak sesuai

dengan cita-cita dan harapan ideal dalam ajaran Islam. Harapan ideal dimaksud

yakni menjadi manusia yang mampu mendayagunakan nilai-nilai multipotensi

kepribadiannya terhadap tujuan Allah swt. menciptakannya, sebagaimana

termaktub dalam Q.S. al-Zariyat/51: 56, Dan Aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.

Ada kecenderungan terjadinya degradasi moral pendidik dewasa ini.

Persepsi pendidik di era ini sudah mulai goyang dan rapuh. Hal ini dapat di

identifikasikan dari beberapa persepsi dan fakta di lapangan. Pendidik di

era ini tidak banyak lagi yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban

amanat yang suci dan mulia, mengembangkan nilai-nilai multipotensi anak

didik, tetapi mempersepsikan dirinya sebagai seorang petugas semata, yang

mendapatkan gaji baik dari negara, maupun organisasi swasta dan mempunyai

tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan. Bahkan kadang-kadang

muncul egoisme pendidik dalam bentuk pelaksanaan tugas yang tidak termotivasi

oleh keikhlasan untuk mengembangkan fitrahnya dan fitrah anak didiknya.

Perlunya kesejahteraan dan kemakmuran seorang pendidik, tidak dapat dinafikan.

Bahkan, hal itu merupakan sesuatu yang sangat krusial bagi kelangsungan keluarga

dan menjalankan tugas mendidik. Akan tetapi, ketika seseorang menjadi seorang

pendidik, hendaklah mengapresiasikan tugas yang mulia itu terlebih dahulu,

kemudian tentang kesejahteraan dan kemakmuran yaitu  bias dari pekerjaan

itu sendiri. Pendidik saat ini banyak yang tidak lagi memposisikan dirinya sebagai

seorang figur teladan yang perlu di tiru. Ditiru atau tidak, yang jelas ia sudah

melaksanakan tugas transfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.

Pada sisi lain, pendidik di era modern sekarang ini, dalam menjalankan

tugasnya lebih banyak menyentuh aspek kecerdasan akliyah (aspek kognitif)

dan kecerdasan jismiyah (aspek psikomotorik) dan kurang memerhatikan

kecerdasan ruhiyah (afektif). Hal ini terbukti dari produktivitas pendidikan

yang banyak melahirkan siswa dan kesarjanaan cerdas dan terampil, tetapi

masih banyak siswa yang tawuran, perkelahian, pemerkosaan dan lain sebagainya

serta masih banyak juga sarjana berdasi yang korupsi, menindas, maling hak

rakyat. Hal-hal ini  yaitu  salah satu indikator bahwa pendidikan yang

didapatkannya belum lengkap. Walaupun ada yang berhasil, tapi jumlahnya

tidak banyak. Padahal Islam menuntut secara keseluruhan dan dengan cara

yang bijaksana, sebagaimana dalam Q.S. al-Nahl/16: 125, Serulah (manusia)

kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah

mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Sikap lemah lembut yang dimiliki pendidik akan menjadi nilai tambah

bagi pendidik itu sendiri, sebagaimana sabda Rasul saw:

Menurut an-Nawawi, makna lembut dalam hadis di atas yaitu  perilaku

seseorang di lingkungan sosial yang didasarkan kepada nilai atau norma yang

di


Related Posts:

  • Hadist pendidikan 3 ahhilang. Lantas Rasulullah s.a.w bersabda: Lelaki tadi ialah Jibril a.s. Kedatangannya yaitu untuk mengajar manusia tentang agama (Islam). Hadis Bukhari no. 48, diriwayatkan melaluisanad yang tergolong siqah hafiz… Read More