ah
hilang. Lantas Rasulullah s.a.w bersabda: Lelaki tadi ialah Jibril a.s. Kedatangannya yaitu
untuk mengajar manusia tentang agama (Islam). Hadis Bukhari no. 48, diriwayatkan melalui
sanad yang tergolong siqah hafizd dan siqah, tergolong marfu’, mutashil dengan sanad
wahid. Hadis ini diriwayatkan juga oleh Muslim, An-Nasa’i, ibn Majah dan Imam Ahmad.
Hadis-Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan (Kusmin)
56
Hadis ini secara jelas memerintahkan kepada orang tua agar memberikan
pendidikan sholat kepada anak-anak jika telah berusia tujuh tahun, dan jika
pada usia sepuluh tahun anak tidak juga mau melaksanakan sholat (meninggalkan
sholat) maka orang tua boleh memukulnya, tetapi bukan memukul anak dengan
kasar dan keras sampai anak merasa tersiksa, yang dianjurkan Rasul saw. yaitu
memukulnya sebagai peringatan dan tidak melampui batas kasih sayang.
Dalam redaksi yang berbeda Abu Daud juga meriwayatkan hadis semakna,
yaitu:
Dalam redaksi yang berbeda juga diriwayatkan:
انَثَّدح ُلَّمؤم نب ٍماشه يِنعي َّيِرُكشيْلا انَثَّدح ُليعمسِإ نع ٍراَّوس يِبَأ َةزمح َلاَق
وبَأ دواد وهو راَّوس نب دواد وبَأ َةزمح ُّيِنزمْلا ُّيفريَّصلا نع وِرمع ِنب ٍبيعش
نع هيِبَأ نع هِّدج َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اورم مُكداَلوَأ
ةاَلَّصلاِب مهو ءُانبَأ ِعبس ينِنس مهوبِرضاو اهيَلع مهو ءُانبَأ ٍرشع اوُقِّرَفو مهنيب
يف ِعِجاضمْلا) هاور دوادوبا(18.
17 Artinya: Dari Jaddah berkata Rasulullah saw; “Ajarilah (didiklah) anak-anakmu
dengan salat, jika telah berusia tujuh tahun dan pukullah (jika meninggalkan salat) dia jika
telah berusia sepuluh tahun.” Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttashil dengan sanad
wahid, adapun kualitas perawinya yaitu siqah, siqah hafiz, la ba’sa bihi, dan siqah al-’ajali.
Hadis ini dapat juga ditakhrij pada Sunan Abu Daud bab salat hadis nomor 417 dan
Sunan ad-Darimy bab salat hadis nomor 1395. Oleh Abu ‘Isya hadis ini dikatakan sebagai
hadis hasan shahih. Imam al-Hafidz Abi ‘Abbas Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi,
Sunan at-Timidzi al-Jami’us Shahih, juz 1 (Semarang: Toha Putra, t.t.), h. 253.
18 Artinya: Seruhlah anak-anakmu mengerjakan salat ketika mereka berumur 7 (tujuh)
tahun, dan pukullah mereka jika tidak mau mengerjakan salat ketika mereka telah berumur
10 (sepuluh) tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka (putra dan putri).(HR. Abu Daud).
نىهلجا ةبرس نب عيبرلا نب زيزعلادبع نب ةلمرح انبرخأ رجح نب ىلع انث دح
هللا ُلوس.ر لاق :لاق هدج نع هيبأ نع ةبرس نب عيبرلا نب كللما دبع همع نع
نبا اهيلع هوبرضاو ,يننس عبس نبا ةلاصلا بىصلااوملع" ملسو هيَلع هللا ىلص
17. (ىذمرتلا هاور) ةرشع
د.بع نع دعس نب م يهاربِإ انَثَّدح ِعابَّطلا نبا يِنعي ىسيع نب دَّمحم انَثَّدح
هيَلع هللا ىلص ُّيبَِّنلا َلاَق َلاَق هِّدج نع هيِبَأ نع َةربس ِنب ِعيِبَّرلا ِنب كلمْلا
57
Hal ini sangat penting mengingat Nabi Ibrahim a.s. juga berdoa agar dirinya
dan keturunannya menjadi orang yang tetap mendirikan salat, sebagaimana
diterakan dalam Q.S. Ibrahim/14: 40: Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak
cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah
doaku.” Demikian juga wasiat Lukman pada anak-anaknya dalam Q.S. Luqman/
31: 17: Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah).
Selain itu, membaca al-Qur’an juga merupakan bagian yang penting dalam
hal pembinaan atau pendidikan ibadah. Sebab, dengan membaca al-Qur’an dengan
baik dan dapat memahami seluruh makna yang terkandung di dalamnya, maka
akan lebih mudah mendalami kandungan al-Qur’an. Hal ini dipandang urgen mengingat
al-Qur’an merupakan satu-satunya sumber kebenaran tertinggi. Hadis Nabi saw.:
ملسو اورم َّيِبَّصلا ةاَلَّصلاِب اَذِإ َغَلب عبس ينِنس اَذِإو َغَلب رشع ينِنس هوبِرضاَف
اهيَلع( هاور دوادوبا(19.
19 Artinya: “Suruhlah anak-anak-kamu mengerjakan salat jika sampai umurnya tujuh
tahun dan jika sampai sepuluh tahun pukullah mereka jika meninggalkan salat.”(HR. Abu Daud).
20 Artinya: Sebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al Qur-an dan mengajarkannya
انَثَّدح جاَّجح نب ٍلاهنم انَثَّدح ُةبعش َلاَق يِنربخَأ ُةمَقْلع نب دَثرم تعمس دعس
نب َةديبع نع يِبَأ دبع ِنمحَّرلا ِّيمَلُّسلا نع َنامْثع يضر هللا هنع نع ِّيِبَّنلا
ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق مُكريخ نم ملعت َنآرُقْلا هملعو20.
Hadis-Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan (Kusmin)
Dijelaskan bahwa kata َّ بي َِّصلا اورُمُ pada hadis ini di atas mengandung
pengertian perintah yang berarti perintah kepada kebenaran dan menarik
hati, kemudian yaitu mengajari mereka dengan hal-hal yang berkaitan
dengan sholat seperti syarat-syarat dan rukun sholat, dan hendaklah menyuruh
mereka untuk mengerjakannya sesudah mengajari dan berilah pengajaran
sesuai dengan kecenderungan mereka, sedangkan kata
maksudnya yaitu pukullah anak-anak kamu jika meninggalkan sholat dan
ianya telah berusia sepuluh tahun. Dalam Al-Jami’ al-Shaghir disebutkan oleh
al-‘Alqami bahwa sesungguhnya perintah memukul yaitu bagi anak yang
sudah berusia sepuluh tahun, karena sesungguhnya usia ini yaitu batas bagi
mereka untuk tidak melaksanakan sholat secara rutin. Hadis ini juga ditakhrij
oleh At-Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa hadis ini yaitu hasan shohih.
ةلاصل
اهَ ْـيلَعَ هُوُبِرضْاَف
58
Pelajaran penting yang terdapat dalam hadis ini yaitu tentang pendidikan
al Qur-an.
3. Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak merupakan bagian penting dalam mengembangkan
dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang Islami salah satu
fondasi yang dapat menumbuhkan dan meninggikan akhlak.
4. Pendidikan Adab Makan dan Minum
Sebagai agama rahamatan lil-’alamin, Islam mengatur segenap aspek
kehidupan manusia, baik yang sifatnya ibadah khusus, maupun ibadah umum.
Makan dan minum jika diniatkan dalam rangka mendapat ridha Allah swt.,
juga dapat dikategorikan sebagai ibadah, dan karenanya Rasul juga memberikan
pendoman tentang pendidikan makan dan minum terhadap anak-anak orang
Islam, hal ini dapat dibaca pada hadis berikut ini:
Dalam syarahnya Abu at-Thaib, menjelaskan bahwa hadis ini merupakan
تعمس سنَأ نب كلام ُثِّدحي نع ِلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق
اومِرْكَأ مُكداَلوَأ اونسِحَأو مهبدَأ) هاور نبا ام هج(21.
انثدح دممح نب اميلس ن نب للاب نع بيأ ةزجو نع رمع نب بيأ ةملس لاق
لاق بينلا ىلص للها هيلع ملسو دا ن نيب مسف للها و لك كنييم و لك امم كيلي
)هاور دوادوبأ(22.
kepada orang lain. (HR. At-Tirmidzi). Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttashil dengan
sanad wahid, adapun perawinya tergolong siqah, siqah hafiz muttaqin, dan siqah subut.
Oleh at-Tirmidzi hadis ini disebut sebagai hadis hasan shahih. Imam al-Hafidz Abi ‘Abbas
Muhammad bin ‘Isa bin Saurah at-Tirmidzi, Sunan at-Timidzi al-Jami’us Shahih, juz 4,
(Semarang: Toha Putra, t.t.), h. 246.
21 Artinya: Dari Anas ibn Malik, bercerita tentang Rasulullah saw. yang bersabda:
Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik. Hadis ini
diriwayatkan oleh perawi yang tergolong shaduq, siqah subut, dan dua orang yang tergolong
da’if, marfu’ mutashil, sanad wahid. Hadis ini hanya diriwayatkan oleh ibn Majah.
22 Artinya: Hadis Muhammad ibn Sulaiman Luain dari Sulaiman ibn Bilal dari Abi Wajzah
dari Umar ibn Abi Salamah, Rasul saw. bersabda: Mendekatlah padaku, bacalah bismillah,
makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang dekat denganmu. Hadis di atas
tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang seluruhnya tergolong siqah. Abu
Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sijistani, Sunan Abu Daud (Bairut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,
1401 H), juz 10, h. 179; lihat juga Sunan At-Tirmidzi, juz 3, h. 189.
59
penjelasan Rasul tentang pendidikan adab makan dan minum, yaitu dengan
penjelasan lemah lembut agar makan dan minum menggunakan tangan kanan,
sebab kebiasaan makan dan minum dengan tangan kiri yaitu kebiasan setan.
5. Pentingnya Memiliki Rasa Malu
6. Saling Mencintai
23 Artinya: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setiap din itu mempunyai akhlak
dan sesungguhnya akhlak Islam itu yaitu malu (HR. Imam Malik). Hadis ini tergolong
marfu’ mursal dengan sanad wahid, dan hanya diriwayatkan oleh Imam Malik, dengan
sanad tergolong siqah.
24 Hadis ini diriwayatkan oleh sanad yang tergolong siqah, siqah subut dan siqah hafiz.
Hadis ini diriwayatkan juga oleh Bukhari, ibn Majah, At-Tirmidzi, an-Nasa’i, Imam Ahmad
dan ad-Darimi. Hadis ini tergolong syarif marfu’ muttasil dengan sanad banyak.
25 Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, h. 56.
26 Abdullah Nashih Ulwan. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: Asy Syifa)
Hadis-Hadis Tentang Kurikulum Pendidikan (Kusmin)
ِنب َناميَلس نع ٍمِزاح نب ديِزي انَثَّدح ديز نب داَّمح انَثَّدح نامعنُّلا وبأَ انربخَأ
نآرُقْلا هِباشتم نع ُلَأسي َلعجَف َةنيدمْلا مدَق ٌغيِبص هَل ُلاَقي اًلجر نَأ ٍراسي
هللا دبع انَأ َلاَق تنَأ نم َلاَقَف ِلخنَّلا ينِجارع هَل َّدعَأ دَقو رمع هيَلِإ َلسرَأَف
رمع هللا دبع انَأ َلاَقو هبرضَف ِينِجارعْلا كْلت نم انوجرع رمع َذخَأَف ٌغيِبص
يذلا بهَذ دَق كبسح ينِنمؤمْلا يرمَأ اي َلاَقَف هسْأر يمد ىَّتح ابرض هَل َلعجَف
24.يسْأر يف دِجَأ تنُك
Dengan demikian, sebenarnya, derivasi etimologis dari makna kurikulum
yaitu dimaknakan sebagai suatu lingkaran pengajaran di mana guru dan murid
terlibat di dalamnya25 maka cakupan kurikulum ini sangat luas. Saat ini
tergantung bagaimana pengelolaan ini dilakukan sehingga sesuai dengan
yang diharapkan. Sehingga dapat saja terjadi perbedaan orientasi satu lembaga
pendidikan dengan lembaga pendidikan yang lainnya.
Tegasnya, kurikulum pendidikan Islam berorientasi pada pendidikan iman,
akhlak, fisik, intelektual, psikis, sosial, dan seksual.26 Untuk dapat memenuhi
23.ءُايحْلا ِماَلسِإْلا قُلخو قُلخ ٍنيد لُكل ملسو هيَلع هللا ىلص هللا ُلوسر َلاَق
60
seluruh dimensi kurikulum pendidikan Islam, diperlukan kemampuan untuk
memilih materi yang diprioritaskan dalam proses pembelajaran.
IV. Penutup
Demikianlah beberapa hadis tentang kurikulum pendidikan. Oleh karenanya,
dalam kurikulum pendidikan Islam yang tetap menjadi orientasi yaitu
bagaimana terciptanya proses pembentukan al-insan al-kamil. Hal ini dapat
dilakukan dengan berbagai metode dan pendekatan pembelajaran.
Lebih penting dari itu, yaitu bagaimana proses pendidikan dilaksanakan.
Sebab, yang terpenting yaitu bagaimana proses dilaksanakan dengan baik
sehingga dapat berhasil dengan baik. Islam tidak semata-mata berorientasi
pada hasil. Proses juga merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan
dalam kajian Islam.
61
HADIS-HADIS TENTANG
METODE PENDIDIKAN
Budiman
I. Pendahuluan
Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan
pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem
pendidikan, yaitu metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam
menyampaikan pesan-pesan ilahiyah. Sebab dengan metode yang tepat, materi
pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam,
perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan
menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah
dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling
sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan.
Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang
tepat, tujuan ini sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah
metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap
atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting
daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus
dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga
hasil pendidikan dapat memuaskan.1
Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan
metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran
yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul
saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga
nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat
memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan
mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak
orang untuk mendekati Allah swt. dan syari’at-Nya.
Rasul saw. yaitu teladan dalam pendidikan, sebagaimana dinyatakan
dalam al-Qur’an surat al-Ahzab/33: 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Makalah ini akan menyajikan beberapa dari hadis tentang metode pendidikan
dalam lingkup makro dan mikro, yang dilaksanakan Rasulullah. Hadis-hadis
yang berimplikasikan pada metode pendidikan dalam lingkup makro, meliputi;
metode keteladanan, metode lemah lembut/kasih sayang, metode deduktif,
metode perumpamaan, metode kiasan, metode memberi kemudahan, metode
perbandingan. Metode pendidikan dalam lingkup mikro terdiri dari; metode
tanya jawab, metode pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen,
metode pemecahan masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan,
metode pemberian hukuman.
II. Pengertian Metode Pendidikan
Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan
yaitu ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat materi
pendidikan dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang
dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu
materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam
kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.
Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang
berarti ‘’yang dilalui’’ dan hodos yang berarti ‘’jalan’’, yakni jalan yang harus dilalui.
Jadi secara harfiah metode yaitu cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.2
Sedangkan dalam bahasa Inggeris, disebut dengan method yang mengandung
makna metode dalam bahasa Indonesia.3 Dalam bahasa Arab, metode disebut
dengan tharîqah yang berarti jalan atau cara.4 Demikian pula menurut Mahmud
Yunus, tharîqah yaitu perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode.5 Secara
etimologi para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di
antaranya pengertian yang dikemukakan Surakhmad, bahwa metode yaitu
cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.6 Metodologi
yaitu ilmu yang mengkaji atau membahas tentang bermacam-macam metode
mengajar, keunggulannya, kelemahannya, kesesuaian dengan bahan pelajaran
dan bagaimana penggunaannya.7 Dalam bahasa Indonesia, metode pembelajaran
berarti jalan ke arah suatu tujuan yang mengatur secara praktis bahan pelajaran,
cara mengajarkannya dan cara mengelolanya.8
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian
metode pembelajaran, beberapa hal yang mesti ada dalam metode yaitu:
1. Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab;
2. Aktivitas ini memiliki cara yang baik dan tujuan tertentu;
3. Tujuan harus dicapai secara efektif.
Ada istilah lain dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan
dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan yaitu
sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran yang mengandung prinsip-
prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan kebenaran umum yang bersifat
mutlak. Misalkan asumsi yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa,
bahwa aspek menyimak dan percakapan harus diajarkan terlebih dahulu sebelum
aspek membaca dan menulis atau sebaliknya, sehingga dari asumsi ini
guru dapat menentukan metode yang tepat.
Sementara itu teknik penyajian bahan pelajaran yaitu penyajian yang
dikuasai guru dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta
didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan
baik. Teknik yaitu pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, yaitu penggunaan
metode yang didasarkan atas pendekatan terhadap materi pelajaran. Jadi teknik
harus sejalan dengan metode dan pendekatan. Misalkan dalam mengatasi masalah
siswa yang tidak dapat menyebutkan bunyi suatu huruf dengan tepat, guru
memintakan siswa untuk menirukan ucapan guru.
Metode yaitu rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian materi
pelajaran secara sistematis dan metodologis serta didasarkan atas suatu pendekatan,
sehingga perbedaan pendekatan mengakibatkan perbedaan metode pengajaran.
6 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar
Jika metode ini dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa
arti metode sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku
seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek pendidikan, yaitu pribadi
Islami. Selain itu, metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami,
menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman.10
Metode, merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polypragmatis dan mono pragmatis.
Polypragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda,
misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat
digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung
pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan kemampuan dari metode sebagai
alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana metode mengandung satu macam
kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya mengandung implikasi
bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya.
Mengingat sasaran metode yaitu manusia, maka pendidik dituntut untuk
berhati-hati dalam penerapannya.
Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran
jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang
sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya
guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan
yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna yaitu metode
yang mengandung nilai nilai intrinsik dan eksrinsik, sejalan dengan materi
pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai
ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam.11 Nahlawi, mengatakan
metode pendidikan Islam yaitu metode dialog, metode kisah Qur’ani dan Nabawi,
metode perumpamaan Qur’ani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi
dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode tarìîb dan tarhîb.12
Dari rumusan-rumusan di atas, dapat dimaknai bahwa metode pendidikan
yaitu berbagai cara yang digunakan oleh pendidik, agar tujuan pendidikan
dapat tercapai. Karena metode pendidikan hanyalah merupakan satu aspek
dari pembelajaran, maka dalam menentukan metode apa yang akan digunakan,
harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek lain dari pembelajaran, seperti
karakter peserta didik, pendidik, materi pelajaran, tempat, suasana dan waktu.
III. Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan dalam Lingkup
Makro
Dari sejumlah hadis Nabi, kita dapat menarik pengertian akan adanya
ajaran tentang berbagai metode pendidikan. Berikut ini yaitu beberapa di
antaranya.
1. Metode Keteladanan.
Rasulullah saw. merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin
diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya
ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap sederhana,
bagaimana duduk dalam salat dan do’a, bagaimana makan, bagaimana tertawa,
dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan
materi pendidikan yang tidak langsung.
Mendidik dengan contoh (keteladanan) yaitu satu metode pembelajaran
yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah
saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan al-Qur’an secara
utuh, sebagaimana firman Allah swt. dalam surat al-Ahzab/33: 21 yang sudah
dikutipkan di atas. Adapun hadis tentang metode keteladanan, yaitu:
Menurut al-Asqalâni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak
perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan
انَثَّدح دبع هللا نب فسوي َلاَق انربخَأ كلام نع ِرماع ِنب دبع هللا ِنب ِريبُّزلا
نع وِرمع ِنب ٍميَلس ِّيقرُّزلا نع يِبَأ َةداتَق ِّيِراصنَأْلا نَأ َلوسر هللا ىلص هللا
هيَلع ملسو َناَك يلصي وهو ٌلماح َةمامُأ تنِب بنيز تنِب ِلوسر هللا ىلص هللا
هيَلع ملسو يِبَألو ِصاعْلا ِنب َةعيِبر ِنب دبع ٍسمش اَذِإَف دجس اهعضو اَذِإو ماَق
اهَلمح13.
13 Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari
Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari ‘Amar ibn Sulmi az-Zarâqi dari Abi Qatadah al-Anshâri,
bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umâmah binti Zainab binti Rasulullah saw.
dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabi’ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau
menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. Hadis ini tergolong syarîf marfû’
dengan kualitas perawi yang sebagian terdiri dari ş iqah mutqin n, ra’su mutqin n, iqah
dan perawi bernama Qatadah yaitu sahabat Rasulullah saw. Abu Abdullah bin Muhammad
Ismâil al-Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h al-Mukhtasar
kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan
tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di
pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku ini
dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci
anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam
salat sekalipun.14 Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak
didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan
meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru
memberikan teladan yang baik.15
Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan
mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan menjadi titik sentral
dalam mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan anak didiknya
juga baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru berperangai buruk,
ada kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk.
Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan,
keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan
anak didik. Keteladanan sempurna, yaitu keteladanan Rasulullah saw., yang
dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan
anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan.
2. Metode Lemah Lembut/Kasih Sayang
Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi pelajaran
yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik.
Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan
terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian.
Adapun hadis tentang metode lemah lembut, yaitu:
ظْفلَ يف ابراَقتو َةبيش يِبَأ نب ِرْكب وبَأو ِحابََّّصلا نب دَّمحم ٍرَفعج وبَأ انَثَّد
ِنب ىيحي نع فاَّوَّصلا ٍجاَّجح نع ميهاربِإ نب ُليعمسإِ انَثَّدح َلاَق ثيدحْلا
ِمَكحْلا ِنب َةيِواعم نع ٍراسي ِنب ءِاَطع نع َةنوميم يِبَأ ِنب ِلاَله نع ٍيرثَك يِبَأ
ٌلجر سَطع ْذإِ ملسو هيَلع هللا ىلص هللا ِلوسر عم يلصُأ انَأ انيب َلاَق ِّيمَلُّسلا
67
An-Nawâwi, dalam syarahnya mengatakan hadis ini menunjukkan keagungan
perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi
orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar
pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. dalam mendidik.17
3. Metode Deduktif
نم ِموَقْلا تْلُقَف كمحري هللا يِنامرَف موَقْلا مهِراصبَأِب تْلُقَف او َلْكُث هايِّمُأ ام
مُكنْأش َنورُظنت َّيَلِإ اوُلعجَف َنوبِرضي مِهيديَأِب ىَلع مهذاخْفَأ اَّمَلَف مهتيَأر
يِننوتِّمصي يِّنكَل ُّتَكس اَّمَلَف ىلص ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو يِبَأِبَف وه
يِّمُأو ام تيَأر املعم هَلبَق اَلو هدعب نسحَأ اميلعت هنم هللاوَف ام يِنرهَك اَلو
يِنبرض اَلو يِنمتش َلاَق نِإ هذه َةاَلَّصلا اَل حُلصي اهيف ءٌيش نم ِماَلَك ِساَّنلا امَّنِإ
وه حيِبسَّتلا يرِبْكَّتلاو ُةءَارقو نآرُقْلا...16
انَثََّد دَّمحم نب ٍراَّشب رادنب َلاَق انَثَّدح ىيحي نع ديبع هللا َلاَق يِنَثَّدح بيبخ
نب دبع ِنمحَّرلا نع ِصْفح ِنب ٍمصاع نع يِبَأ َةريره نع ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع
ملسو َلاَق ٌةعبس مهلظي هللا يف هلظ موي اَل لظ الِإ هلظ مامِإْلا ُلداعْلا ٌّباشو
َأشن يف ةدابع هِّبر ٌلجرو هبْلَق قلعم يف دِجاسمْلا ناَلجرو اَّباحت يف هللا
16 Artinya: Hadis dari Abu Ja’far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah,
hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kasir dari Hilâl ibn Abi
Maiminah dari ‘Atha’ ibn Yasâr dari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya
salat bersama Rasulullah saw., seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh.
Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian
memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka,
mereka menyuruh saya diam dan saya diam. sesudah Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah)
demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan
sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak,
memukul dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak
boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr dan membaca
al-Qur’an. Hadis ini tergolong syarîf marfi’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
siqah dan siqah subut. Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-Qusyairi an-Naisabiri, Shah)h
Muslim,
Menurut Abi Jamrah, metode deduktif (memberitahukan secara global) suatu
materi pelajaran, akan memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi
pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan memberi manfaat yang lebih besar.19
4. Metode Perumpamaan
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran
untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran
dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan
yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai
satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar
dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan
sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
Adapun hadis tentang metode perumpamaan, yaitu:
18 Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar ibn Dar, katanya hadis Yahya dari Abdullah
katanya hadis dari Khubâib ibn Abdurrahman dari Hafs ibn ‘Asim dari Abu Hurairah r.a.,
Rasulullah saw.bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya yang
tidak ada naungan kecuali naungan Allah; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh
dalam keadaan taat kepada Allah; seorang yang hatinya terikat dengan mesjid, dua orang
yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah karena Allah), seorang
yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia berkata ‘saya takut kepada Allah’,
seorang yang menyembunyikan sadekahnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa
yang diberikan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian
hingga air matanya mengalir. Hadis ini tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi
yang sebagian tergolong siqah dan siqah mutqin, sedangkan Abu Hurairah yaitu sahabat
Rasulullah saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 234.
20 Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul
يِّنإِ َلاَقَف ٍلامجو ٍبصنم تاَذ ٌةَأرما هتبَلَط ٌلجرو هيَلع اَقَّرَفتو هيَلع اعمتجا
رَكَذ ٌلجرو هنيمي قفنت ام هُلامش مَلعت اَل ىَّتح ىَفخَأ قَّدصت ٌلجرو هللا فاخَأ
18.هانيع تضاَفَف ايلاخ هللا
ديبع انَثَّدح َّيفَقثلا يِنعي ِباَّهوْلا دبع انربخَأ هَل ُظْفللاو ىَّنَثمْلا نب دَّمحم انَثَّدح
ِقفانمْلا ُلَثم َلاَق ملسو هيَلع هللا ىلص ِّيبَِّنلا نع رمع ِنبا نع ٍعفان نع هللا
20.ًةَّرم هذه ىَلِإو ًةَّرم هذه ىَلإِ يرعت ِنيمنغْلا نيب ةرئاعْلا ةاَّشلا ِلَثمَك
69
Menurut al-Thîby,21 orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu
untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang
berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi
berbolak balik pada ke duanya. Hal ini diumpamakan seperti orang munafik
yang tidak konsisten dengan satu komitmen.
5. Metode Kiasan
Artinya: Hadis Yahya, katanya hadis ‘Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya
dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan
bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik
kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci
dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhânallah, beliau menutup wajahnya.
Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu. Hadis di atas tergolong
syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah dan siqah hâfiz, sedangkan
Aisyah yaitu istri Rasulullah saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 119.
23 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 415-416.
Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)
نأَ َةشئاع نع هِّمأُ نع َةيَّفص ِنب ِروصنم نع َةنييع نبا انَثَّدح َلاَق ىيحي انَثَّدح
فيَك اهرمَأَف ِضيحمْلا نم اهلسُغ نع ملسو هيَلع هللا ىلص َّيبَِّنلا تَلَأس ًةَأرما
َلاَق رَّهَطتَأ فيَك تلَاَق اهِب يِرَّهَطتَف كسم نم ًةصرف يذخ َلاَق ُلسِتغت
بِ يِرَّهَطتيعَّبتت تْلُقَف َّيَلِإ اهتْذبتجاَف يِرَّهَطت هللا َناحبس َلاَق فيَك تلَاَق اه
َأ اهبِ22....ِمَّدلا رَث
Ibn Hajar, memberi komentar terhadap hadis ini dengan mengatakan ini
yaitu dalil tentang disunnahkannya menggunkan kiasan/sindiran pada hal-
hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk masalah-masalah yang
dianggap aib.23 Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan
kiasan dalam pembelajaran, yaitu:
Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan
tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan
membicarakan keburukannya.
Wahhâb yakni as- Saqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan
orang munafik dalam keraguan mereka yaitu seperti kambing yang kebingungan di tengah
kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. Hadis di atas tergolong syarîf marfu’
dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah, siqah subut, siqah hâfiz, sedangkan
ibn Umar yaitu sahabat Rasulullah saw. Naisabiri, Shah)h Muslim, juz 4, h. 2146.
b. Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan
semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka.
c. Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik.
d. Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik.
e. Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/melalui kiasan.24
f. Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan
sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong
seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan.
6. Metode Memberi Kemudahan
Sebagai pendidik, Rasulullah saw. tidak pernah mempersulit, dengan
harapan peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk tetap meningkatkan
aktivitas belajarnya. Sebagaimana hadis berikut:
Ibnu Hajar al-Asqalâni mengomentari hadis ini dengan mengatakan
pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang memiliki kesungguhan
dalam belajar,26 dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan
kemampuan si pelajar.
7. Metode Perbandingan
Di antara metode yang dapat menjelaskan pelajaran yaitu dengan mem-
bandingkan antara dua hal yang berlawanan. Metode perbandingan dipergunakan
Rasulullah saw. ketika menjelaskan perbandingan antara dunia dengan akhirat,
sebagaimana berikut:
24 Hamd, Ma’al Muallimîn, h. 140., bandingkan dengan Fuad bin Abdul Azizi al-
Syalhub, Al-Muallim al-Awwal Shala allah Aalaihi wa-Sallam Qudwah Likulli Muallim wa
Muallimah, terj. Abu Haekal (Jakarta: Zikrul Hakim, 2005), h. 43-45.
25 Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sâ’id katanya hadis
Syu’bah katanya hadis Abu Tayyâh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda:
Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada
manusia. Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
siqah dan siqah hâfiz, Anas yaitu sahabat Rasul saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 38.
26 Asqalani, Fathul Bâri, juz 1, h. 62.
يِنَثَّدح َلاَق ُةبعش انَثَّدح َلاَق ديعس نب ىيحي انَثَّدح َلاَق ٍراَّشب نب دَّمحم انَثَّدح
لاو اورِّسي َلاَق ملسو هيَلع هللا ىلص ِّيبَِّنلا نع كلام ِنب ِسنَأ نع ِحاَّيَّتلا وبَأ
25.سانلا ىلع يرستلاو فيفختلا بيح ناكو اورفنت لاو اورِّشبو اورِّسعت
71
IV. Hadis-Hadis tentang Metode Pendidikan dalam Lingkup
Mikro
Dalam lingkup yang lebih spesifik pun hadis-hadis Nabi saw. mengandung
Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)
ٍريمن نبا انَثَّدح و ح سيِردإِ نب هللا دبع انَثَّدح َةبيش يِبأَ نب ِرْكب وبأَ انَثَّدح
نيعأَ نب ىسوم انربخَأ ىيحي نب ىيحي انَثَّدح و ح ٍرشِب نب دَّمحمو يِبَأ انَثَّدح
دلاخ يِبَأ ِنب َليعمسإِ نع مهلُك َةماسأُ وبَأ انَثَّدح ٍعفار نب دَّمحم يِنَثَّدح و ح
ُليعمسإِ انَثَّدح ديعس نب ىيحي انَثَّدح هَل ُظْفللاو ٍمتاح نب دَّمحم يِنَثَّدح و ح
هللا ىلص هللا ُلوسر َلاَق اُلوُقي ٍرهف يِنب اخَأ ادِروتسم تعمس َلاَق سيَق انَثَّدح
هذه هعبصِإ مُكدحَأ ُلعجي ام ُلْثم الِإ ةرخآْلا يف اينُّدلا ام هللاو ملسو هيَلع
ىيحي ريَغ اعيمج مِهثيدح يفو عِجرت مِب رُظنيْلَف ِّميْلا يف ةبابََّّسلابِ ىيحي راشَأو
َةماسأُ يِبَأ ثيدح يفو كلَذ ُلوُقي ملسو هيَلع هللا ىلص هللا َلوسر تعمس
ُليعمسإِ راشَأو َلاَق اضيَأ هثيدح يفو ٍرهف يِنب يخَأ داَّدش ِنب دِروتسمْلا نع
27.ِماهبِإْلابِ
Imam an-Nawâwi memberi komentar pada hadis ini, dengan ungkapan’’
akhirat dibandingkan dengan dunia, dalam hal waktunya dunia itu singkat dan
kenikmatannya yang sirna, sedangkan akhirat serba abadi, sebagaimana perbandingan
antara air yang lengket pada jari dibanding dengan sisanya di lautan.28
Makna hadis di atas yaitu pentingnya metode perbandingan dalam pendidikan,
sehingga potensi jasmaniah dan rohaniah si pembelajar dapat memahami
hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan lainnya.
27 Artinya: Hadis Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Abdullah ibn Idris, Hadis ibn Numair,
hadis Abi Muhammad ibn Bisyr, hadis Yahya ibn Yahya, khabar dari Musa ibn A’yân, hadis
Muhammad ibn Rafi’, hadis Abu Usamah dari Ismail ibn Abi Khalid, hadis Muhammad ibn
Hatim dan lafaz darinya, hadis Yahya ibn Sa’id, hadis Ismâil, hadis Qâis katanya aku mendengar
Mustaurid saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah dunia
dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya ini, beliau menunjuk
kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya. Hadis ini
tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah, siqah hafiz,
siqah subut, dan saduq. Naisabûri, Shahih Muslim, juz 4, h. 3193.
28 Nawâwi, Syarah an-Nawâwi, juz 17, h. 192-193.
72
informasi yang cukup menarik sekaitan dengan metode pendidikan. Beberapa
yang terpenting akan dibahas di bawah ini.
1. Metode tanya jawab
Pada dasarnya metode tanya jawab yaitu tindak lanjut dari penyajian
ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini,
Rasulullah saw. menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap
suatu masalah, sebagaimana hadis berikut: ِ ِ ِ
انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس انَثَّدح ٌثيَل ح َلاَقو ُةبيتُق انَثَّدح رْكب يِنعي نبا رضم
امهاَلك نع ِنبا داهْلا نع دَّمحم ِنب ميهاربِإ نع يِبَأ َةمَلس ِنب دبع ِنمحَّرلا
نع يِبَأ َةريره نَأ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق يفو ثيدح ٍرْكب هَّنَأ
عمس َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ُلوُقي متيَأرَأ وَل نَأ ارهن ِبابِب مُكدحَأ
ُلسِتغي هنم لُك ٍموي سمخ تاَّرم ْله ىَقبي نم هِنرد ءٌيش اوُلاَق اَل ىَقبي نم
هِنرد ءٌيش َلاَق كلَذَف ُلَثم تاوَلَّصلا ِسمخْلا وحمي هللا َّنِهِب اياَطخْلا29.
29 Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn
Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmân dari
Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai
di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana
pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan
tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu,
dengannya Allah menghapus dosa-dosa. Naisabiri, Shahih Muslim, juz 1, h. 462-463.
30 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 462.
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian
tergolong siqah dan siqah subut, sedangkan Abu Hurairah yaitu sahabat
Rasulullah saw. Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus
dengan pembahasan. Misalnya kata; ‘’bagaimana pendapat kalian?’’ yaitu
pertanyaan yang diajukan untuk meminta informasi. Maksudnya beritahukan
padaku, apakah masih tersisa?. Menurut at-Thiby, sebagaimana dikutip al-Asqalâni,
menjelaskan lafaz “áæول ’’ dalam hadis ini memberi makna perumpamaan.30
Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih,
dalam pembicaraan ini mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode
dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain,
73
serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.31 Uraian ini
memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain,
baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca
dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu
topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan,
pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog,
perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat
realistik dan manusiawi.32 Dalam al-Qur’an banyak memberi informasi tentang
dialog, di antara bentuk-bentuk dialog ini yaitu dialog khitâbi, ta’abbudi,
deskritif, naratif, argumentatif serta dialog nabawiyah.33 Metode tanya jawab,
sering dilakukan oleh Rasul saw. dalam mendidik akhlak para sahabat. Dia-
log akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang
sesuatu yang tidak mereka pahami.
2. Metode Pengulangan
Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan
sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat, sebagaimana hadis berikut:
Dalam hadis ini Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan “celakalah’’
untuk menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik
dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong
pada orang yang merugi.
Satu proses yang penting dalam pembelajaran yaitu pengulangan/
latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental di mana seseorang
انَثَّدح دَّدسم نب دهرسم انَثَّدح ىيحي نع ِزهب ِنب ٍميكح َلاَق يِنَثَّدح يِبَأ نع
هيِبَأ َلاَق تعمس َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو ُلوُقي ٌليو يذلل ُثِّدحي
بذْكيَف كحضيل هِب موَقْلا ٌليو هَل ٌليو هَل34.
31 Abdurrahmân An-Nahlâwi, Ushul at- Tarbiyah Islâmiyah Wa Asâlibiha fi Baiti wa
al-Madrasati wal Mujtama’ terj. Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani Press:1996), h. 205.
32 Ibid., h. 205.
33 Ibid.,
34 Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim, katanya
hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: Celakalah bagi orang
yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan
baginya. Hadis ini tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
siqah, siqah hafiz, dan siqah sadiq. Abu Dâud Sulaiman ibn al-Asy’at al-Sijistâni, Sunan Abu
Dâud (Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.), juz 2, h. 716.
Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)
74
membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik
yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan
yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan
kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan
ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh
taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan
kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah
pengulangan.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan
suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan
oleh pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan.
Metode demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat
dikerjakan dengan baik dan benar. Sebagaimana Rasulullah saw. mencontohkan
salat kepada sahabat yang terdapat dalam hadis berikut:
Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah saw. kepada
sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat
انَثَّدح دَّمحم نب ىَّنَثمْلا َلاَق انَثَّدح دبع ِباَّهوْلا َلاَق انَثَّدح بوُّيَأ نع يِبَأ َةباَلق
َلاَق انَثَّدح كلام انيتَأ ىَلِإ ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو نحنو ٌةببش َنوبِراَقتم
انمَقَأَف هدنع نيِرشع اموي ًةَليَلو َناَكو ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اميحر
اًقيفر اَّمَلَف َّنَظ اَّنَأ دَق انيهتشا انَلهَأ وَأ دَق انْقتشا انَلَأس نَّمع انْكرت اندعب
هانربخَأَف َلاَق اوعِجرا ىَلِإ مُكيلهَأ اوميقَأَف مِهيف مهوملعو مهورمو رَكَذو ءَايشَأ
اهُظَفحَأ وَأ لا اهُظَفحَأ اولصو امَك يِنومتيَأر يلصُأ35.
35 Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Musanna, katanya hadis dari Abdul Wahhâb
katanya Ayyib dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami mendatangi Rasulullah saw.
dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20
malam. Rasulullah saw. yaitu seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika
beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang
orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah
bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka.
Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana
kalian melihat aku salat. Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang
sebagian tergolong siqah, siqah kasir, siqah subut. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 226.
75
seperti yang dicontohkan olehnya. Menurut teori belajar sosial, hal yang amat
penting dalam pembelajaran ialah kemampuan individu untuk mengambil
intisari informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana
yang akan diambil untuk dilaksanakan. Dalam pandangan paham belajar sosial,
sebagaimana dikemukakan Grendler,36 orang tidak dominan didorong oleh
tenaga dari dalam dan tidak oleh stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan.
Tetapi sebagai interaksi timbal balik yang terus-menerus yang terjadi antara
faktor-faktor penentu pribadi dan lingkungannya.
Metode demonstrasi dapat dipergunakan dalam organisasi pelajaran yang
bertujuan memudahkan informasi dari model (model hidup, model simbolik,
deskripsi verbal) kepada anak didik sebagai pengamat. Sebagai contoh dipakai
mata pelajaran Fikih kelas II pada madrasah Tsanawiyah yang membahas
pelaksanaan salat Zuhur. Kompetensi Dasar (KD) dari pokok bahasan ini
yaitu : “Siswa dapat melaksanaan ibadah salat Zuhur sesudah mengamati
dan mempraktekkan berdasarkan model yang ditentukan”. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran, dibutuhkan beberapa kemampuan yang harus dikuasai
anak didik dalam indikator pencapaian, yaitu:
a. Kemampuan gerakan (melakukan posisi berdiri tegak menghadap kiblat,
mengangkat tangan sejajar dengan telinga ketika takbiratul ihram, membungkuk
dengan memegang lutut ketika ruku’, melakukan i’tidal, melakukan sujud
dengan kening menempel di sajadah, melakukan duduk di antara dua sujud,
melakukan duduk tahyat akhir yang agak berbeda dengan duduk di antara
dua sujud, melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan kiri.
b. Kemampuan membaca bacaan salat (bacaan surat al-Fatihah, bacaan ayat
al-Qur’an, bacaan ruku’, bacaan berdiri i’tidâl, bacaan sujud, bacaan duduk
antara dua sujud, bacaan tahyat awal dan akhir.
c. Menganalisis tingkah laku yang dimodelkan. Tingkah laku yang dimodelkan
sesuai dengan bahan pelajaran yaitu ‘motorik” meliputi keterampilan
dalam gerakan salat dan kemampuan membaca bacaan salat.
d. Menunjukkan model. Gerakan dalam salat dilakukan berdasarkan urut-
urutannya (prosedural) dan bacaan dalam salat diucapkan dengan baik
dan benar berdasarkan tata cara membaca al-Qur’an (ilmu tajwid).
e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan dengan
umpan balik yang dapat dilihat, tiap anak didik mempraktekkan kembali
gerakan salat Zuhur yang ditunjukkan oleh model seiring dengan aba-
36 Margaret E. Bell Grendler, Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir (Jakarta:
Rajawali, 1991), h. 369.
Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)
76
aba prosedur yang diberikan guru. Demikian pula dengan bacaan salat
dapat dipraktekkan anak didik.
f. Memberikan reinforcement dan motivasi. Guru memberikan penguatan
pada anak didik yang telah berhasil melakukan gerakan dengan baik dan
benar dan mengarahkan serta memperbaiki gerakan dan bacaan anak
didik yang belum sesuai.
4. Metode Eksperimen
Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara
tayammum dengan perbuatan.38 Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya
pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan
air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen
mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
5. Metode Pemecahan Masalah
انَثَّدح مدآ َلاَق انَثَّدح ُةبعش انَثَّدح مَكحْلا نع ٍّرَذ نع ديعس ِنب دبع ِنمحَّرلا
ِنب ىزبَأ نع هيِبَأ َلاَق ءَاج ٌلجر ىَلِإ رمع ِنب ِباطخْلا َلاَقَف يِّنِإ تبنجَأ مَلَف
بصُأ ءَامْلا َلاَقَف راَّمع نب ٍرساي رمعل ِنب ِباطخْلا امَأ رُكْذت اَّنَأ اَّنُك يف ٍرَفس
انَأ تنَأو اَّمَأَف تنَأ مَلَف لصت اَّمَأو انَأ تْكَّعمتَف تيلصَف ترَكَذَف ِّيِبَّنلل ىلص
هللا هيَلع ملسو َلاَقَف ُّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو امَّنِإ َناَك كيفْكي اَذَكه
برضَف ُّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو هيفَكِب ضرَأْلا خَفنو امِهيف َّمُث حسم امِهِب
ههجو....37
37 Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari ayahnya,
katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka katanya saya sedang janabat
dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda
ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan
saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul
saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: “Sebenarnya anda cukup begini’’. Rasul memukulkan
kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada
wajahnya ... Hadis ini tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong
siqah, siqah hafiz, siqah subut. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1,h. 129.
38 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 444.
انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس انَثَّدح ُليعامسِإ نب ٍرَفعج نع دبع هللا ِنب ٍرانيد نع ِنبا
77
Al-Asqalâni, menyebutkan dengan metode perumpamaan ini dapat
menambah pemahaman, menggambarkannya agar melekat dalam ingatan serta
mengasah pemikiran untuk memandang permasalahan yang terjadi.40 Metode
tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain,
serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan
dan emosi pembaca akan terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat
realistik dan manusiawi.41 Uraian ini memberi makna bahwa dialog dilakukan
oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan.
6. Metode Diskusi
رمع َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو نِإ نم ِرجَّشلا ًةرجش اَل ُطُقسي
اهُقرو اهَّنِإو ُلَثم ِملسمْلا يِنوُثِّدحَف ام يه عَقوَف ساَّنلا يف ِرجش يداوبْلا َلاَق
دبع هللا عَقوو يف يسِْفن اهَّنَأ ُةَلخَّنلا تييحتساَف َّمُث اوُلاَق انْثِّدح ام يه اي
َلوسر هللا َلاَق يه ُةَلخَّنلا39.
انَثَّدح ُةبيتُق نب ديعس ُّيلعو نب ٍرجح اَلاَق انَثَّدح ُليعمسِإ وهو نبا ٍرَفعج نع
ءِاَلعْلا نع هيِبَأ نع يِبَأ َةريره نَأ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو َلاَق َنوردتَأ
ام سلْفمْلا اوُلاَق سلْفمْلا انيف نم اَل مهرد هَل اَلو عاتم َلاَقَف نِإ سلْفمْلا نم
يتَّمُأ يتْأي موي ةمايقْلا ةاَلصِب ٍمايصو ةاَكزو يتْأيو دَق متش اَذه فَذَقو اَذه
َلَكَأو َلام اَذه كَفسو مد اَذه برضو اَذه ىَطعيَف اَذه نم هتانسح اَذهو نم
هتانسح ْنِإَف تيِنَف هتانسح َلبَق ْنَأ ىضْقي ام هيَلع َذخُأ نم مهاياَطخ تحِرُطَف
هيَلع َّمُث حِرُط يف ِراَّنلا42.
39 Artinya: Hadis Quthaibah ibn Sâ’id, hadis Ismâil ibn Ja’far dari Abdullah ibn Dinar dari
Umar, sabda Rasulullah saw. Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada sebuah pohon yang tidak
akan gugur daunnya dan pohon dapat diumpamakan sebagai seorang muslim, karena keseluruhan
dari pohon itu dapat dimanfaatkan oleh manusia. Cobalah kalian beritahukan kepadaku, pohon
apakah itu? Orang-orang mengatakan pohon Bawâdi. Abdullah berkata; Dalam hati saya ia yaitu
pohon kurma, tapi saya malu (mengungkapkannya). Para sahabat berkata; beritahukan kami
wahai Rasulullah!. Sabda Rasul saw; itulah pohon kurma. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 34.
40 Asqalâni, Fathul Bâri, juz 1, h. 147.
41 Nahlâwi, Ushulut Tarbiyah, h. 205.
42 Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sâ’id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Ja’far
Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)
78
Menurut an-Nawâwi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah saw. memulai
pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka
Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut
bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan yaitu peristiwa di akhirat tentang
pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan.43
7. Metode Pujian/Memberi Kegembiraan
Ibn Abi Jamrah mengatakan hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya
memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai.
Sebagaimana Rasulullah saw. mendahulukan sabdanya; ‘saya telah menyangka’,
انَثَّدح دبع ِزيِزعْلا نب دبع هللا َلاَق يِنَثَّدح ُناميَلس نع وِرمع ِنب يِبَأ وٍرمع نع
ديعس ِنب يِبَأ ديعس ِّيِربْقمْلا نع يِبَأ َةريره هَّنَأ َلاَق َليق اي َلوسر هللا نم
دعسَأ ِساَّنلا كتعاَفشِب موي ةمايقْلا َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو دَقَل
تننَظ اي ابَأ َةريره ْنَأ اَل يِنُلَأسي نع اَذه ثيدحْلا دحَأ ُلَّوَأ كنم امل تيَأر
نم كصرح ىَلع ثيدحْلا دعسَأ ِساَّنلا يتعاَفشِب موي ةمايقْلا نم َلاَق اَل هَلِإ الِإ
هللا اصلاخ نم هِبْلَق وَأ هسِْفن44.
dari ‘Alâ’ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah
kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham
dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku yaitu orang
yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah
mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini
dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis
sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan
kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka. Hadis ini tergolong syarîf marfû’ dengan
kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah, siqah subut, siqah hâfiz, sedangkan Abu
Hurairah ra. yaitu sahabat Rasulullah saw. Naisabûri, Shahih Muslim, juz 4, h. 1997.
43 Nawâwi, Syarah an-Nawâwi, juz 16, h. 136.
44 Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman
dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya
Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah
saw. bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya
tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis.
Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat yaitu orang yang mengucapkan
“Lâilaha illa Allah’’ dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya. Hadis di atas tergolong syarîf
marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong siqah dan siqah subut, sedangkan
Abu Hurairah yaitu sahabat Rasul saw. Bukhâri, Al-Jâmi’ al-Shah)h, juz 1, h. 49.
79
selain itu ‘karena saya telah melihat semangatmu untuk hadis’. Oleh sebab
itu perlu memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran.45
8. Metode Pemberian Hukuman
Rasulullah saw. memberikan hukuman (marah) karena orang ini
tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan ini disampaikan beliau
tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat.47 Dengan
demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang
berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial.
Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu
lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan
hati. Sanksi ini dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan
teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk
menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik
hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah,
memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam.
Alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan yaitu ;
a. Memberi nasehat dan petunjuk.
b. Ekspresi cemberut.
c. Pembentakan.
انَثَّد دمحَأ نب ٍحلاص انَثَّدح دبع هللا نب ٍبهو يِنربخَأ ورمع نع ِرْكب ِنب
َةداوس ِّيماَذجْلا نع ِحلاص ِنب َناويخ نع يِبَأ َةَلهس ِبئاَّسلا ِنب دالخ َلاَق
دمحَأ نم ِباحصَأ ِّيِبَّنلا ىلص هللا هيَلع ملسو نَأ اًلجر َّمَأ اموَق قصبَف يف
ةَلبقْلا ُلوسرو هللا ىلص هللا هيَلع ملسو رُظني َلاَقَف ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع
ملسو ينح َغرَف اَل يلصي مُكَل 46...
45 Andalûsi, Bahjat an-Nufus, h. 133-134.
46 Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan
padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzâmi dari Shâlih ibn Khaiwân dari Abi Sahlah as-Sâ’ib ibn
Khallâd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi
imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw.
melihat, sesudah selesai salat Rasulullah saw. bersabda “jangan lagi dia menjadi imam salat
bagi kalian’’… Sijistâni, Sunan Abu Dâud, juz 1, h. 183.
47 Muhammad Syamsy al-Hâq al-’Azhîm Abadi Abu al-Lathîb, ‘Aunu al-Ma’bud Syarh
Sunan Abi Daid (Beirut: Dâr al-Kutub al-’Ilmiyah, 1401 H), juz 2, h. 105-106.
Hadis-Hadis Tentang Metode Pendidikan (Budiman)
80
d. Tidak menghiraukan murid.
e. Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai.
f. Jongkok.
g. Memberi pekerjaan rumah/tugas.
h. Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut.
i. Alternatif terakhir yaitu pukulan ringan.48
Hal yang menjadi prinsip dalam memberikan sanksi yaitu tahapan dari
yang paling ringan, sebab tujuannya yaitu pengembangan potensi baik yang
ada dalam diri anak didik.
V. Penutup
Metode pendidikan yaitu cara yang dipergunakan pendidik dalam
menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, sehingga dengan metode
yang tepat dan sesuai, bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta
didik. Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini (masih
banyak yang belum), terdiri dari metode keteladanan, metode lemah lembut/
kasih sayang, metode deduktif, metode perumpamaan, metode kiasan, metode
memberi kemudahan, metode perbandingan, metode tanya jawab, metode
pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemecahan
masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan, metode
pemberian hukuman.
48 al-Syalhub, Al-Muallim al-Awwal, h. 59-60.
81
HADIS-HADIS TENTANG PENDIDIK
Zainuddin
I. Pendahuluan
Pendidikan yaitu upaya sadar yang mengandung norma kebaikan dan
berlangsung dalam interaksi antar individu. Penularan suatu norma kepada
orang lain hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang berilmu pengetahuan
dan memiliki kepribadian, sehingga dengan ilmu pengetahuan ini proses
pendidikan dan pengajaran dapat berlangsung dengan baik.
Kelangsungan pendidikan dan pengajaran merupakan satu dari faktor
penentu, sebab kegiatan ini memiliki peranan yang sangat penting
dalam pembinan perkembangan jasmaniah dan rohaniah manusia, sejalan
dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia, maka pekerjaan
mendidik dan mengajar yaitu menyempurnakan dan mensucikan hati manusia
serta membimbingnya ke arah pendekatan diri kepada Allah swt., sehingga
pekerjaan mengajar merupakan ibadah kepada Allah swt. sekaligus melaksanakan
kekhalifahan di permukaan bumi.
Guru merupakan faktor utama dalam memberhasilkan belajar siswa,
kemampuan guru dalam menggunakan metode, menguasai bahan pelajaran
dan teknik penyajian yang sesuai, sehingga dapat merangsang siswa untuk
lebih bergairah dalam belajar.
Urgensi pembahasan ini dilakukan dalam rangka menggali khazanah
ilmu pengetahuan di bidang pendidikan Islam, khususnya yang berkaitan
dengan hadis-hadis tentang pendidik. Pembahasan ini diharapkan dapat
memunculkan pemikiran baru dalam melihat eksistensi pendidik dalam
pendidikan Islam. Makalah ini membahas hadis-hadis tentang karakteristik
pendidik, baik pendidik formal maupun non formal dan informal.
82
II. Pembahasan
Pendidik mengandung arti yang cukup luas. Menurut bahasa, pendidik
yaitu orang yang mendidik.1 Pengertian ini memberikan kesan bahwa
pendidik yaitu orang yang melakukan kegiatan mendidik. Dalam bahasa
Inggeris ditemukan beberapa perkataan yang berdekatan dengan kata pendidik.
Seperti kata teacher diartikan dengan guru atau pengajar. Tutor berarti guru
pribadi atau guru yang mengajar di rumah.2 Dalam perkataan Arab, pendidik
disebut dengan ustaz, mudarris, muallim dan muaddib. Kata ustaz, berarti guru,
professor gelar akademik, jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis dan
penyair.3 Kata al-mudarris, berarti teacher atau guru, instructor atau pelatih,
lecture atau dosen.4 Kemudian, kata muallim, juga berarti teacher (guru),
instructor (pelatih), trainer (pemandu).5 Kata mu’addib berarti educator, pendidik
atau teacher in coranic school (guru pada lembaga pendidikan al-Qur’an).6
Semua kata yang bermakna pendidikan di atas secara global bertujuan
untuk mentransformasikan ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilan dan
pengalaman kepada anak didik, agar anak didik memiliki ilmu dalam berbagai
bidang sesuai dengan bidangnya. Masing-masing term di atas, memiliki wadah
tranformasi yang berbeda. Guru misalnya berperan di sekolah, dosen atau
professor berperan di perguruan tinggi, tutor berperan sebagai guru privat,
instruktur atau pemandu berperan di lembaga-lembaga khusus, yang tugasnya
melatih dan membina.
Penulis menuangkan term dalam tulisan ini yaitu term pendidik, karena
kata pendidik itu dapat merangkum semua wadah ini . Meskipun kandungan
makna kata pendidik itu berada pada tempat tertentu, namun juga memiliki
tugas yang sangat luas, sebagaimana tujuan pendidik itu sendiri, yaitu memberikan
bantuan pembinaan kepada anak didik untuk mengembangkan multi potensinya
yang masih menyatu dalam aqliyah (akal), ruhiyah (kejiwaan) dan jismiyah
(jasad dan keterampilan).
Term pendidik ini tidak berubah baik di era klasik maupun modern. Kata
ini mulai sejak nabi Muhammad saw. Bahkan Rasul saw. sendiri yaitu pendidik
yang agung dan sampai di era modern pun kata pendidik itu tetap eksis kandungan
maknanya di berbagai tempat, seperti di sekolah, madrasah, masjid, perguruan
tinggi dan lain sebagainya.
Dalam hadis Rasulullah saw. ditemukan kata yang bermakna pendidik
dengan penyebutan, addaba dan ‘allama, sebagai asal pembentuk kata mu’addib
dan mu’allim, sebagai berikut:
Pendidik sebelum melaksanakan tugasnya dalam mendidik, mestinya
sudah memiliki persepsi dirinya akan melaksanakan tugas yang suci lagi mulia,
yaitu menginternalisasikan nilai-nilai suci terhadap pengembangan kepribadian
anak didik. Sebab sesuatu yang suci dan mulia itu tidak bisa diantarkan oleh
sesuatu yang kotor. Karena yang kotor itu yaitu tembok raksasa bagi penerimaan
ilmu. Oleh sebab itu, hal-hal yang suci harus disucikan terlebih dahulu pengantarnya.
Pendidik dalam hal ini sebagai pengantar amanat melakukan tugas mendidik
mestinya sudah menaruh persepsi dirinya yang baik itu, sehingga tujuan yang
baik dan mulia itu mudah didapatkan. Seorang pendidik mestinya menghiasi
dirinya dengan akhlak mahmudah, seperti rendah hati, khusyuk, tawadu, zuhud,
qanaah dan tidak sombong, tidak ria, tidak takabbur dan hendaknya memiliki
tujuan kependidikannya, yaitu penyempurnaan dan pendekatan diri kepada
Allah swt. Dalam kitab Adab al-Mualim wa al-Muta’allim disebutkan bahwa
seorang pendidik harus memiliki dua belas sifat sebagai berikut:
1. Tujuan mengajar yaitu untuk mendapatkan keridhaan Allah swt. bukan
untuk tujuan yang bersifat duniawi, harta, kepangkatan, ketenaran,
kemewahan, status sosial dan lain sebagainya.
انَثَّدح دَّمحم نب ٍلتاَقم انربخَأ دبع هللا انربخَأ حلاص نب ٍّيح نَأ لاجر نم
ِلهَأ َناسارخ َلاَق ِّيِبعَّشلل َلاَقَف ُّيِبعَّشلا يِنربخَأ وبَأ َةدرب نع يِبَأ ىسوم
ِّيِرعشَأْلا يضر هللا هنع َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو اَذِإ بَّدَأ
ُلجَّرلا هتمَأ نسحَأَف اهبيدْأت اهملعو نسحَأَف اهميلعت....7
7 Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muktil, hadis dari Abdullah, hadis dari Shalih ibn
Hayy, seorang laki-laki dari Khurasan berkata pada Sya’by, katanya dia diberitahu Abu
Burdah dari Abu Musa al-Asy’ary ra. Rasul saw. bersabda: Jika kamu mendidik seorang anak,
maka berikanlah pendidikan yang baik dan ajarilah ia dengan pengajaran yang baik. Hadis
ini tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong tsiqah dan
tsiqah tsubut. Abu Abdullah bin Muhammad Ismail al- Bukhari, Shahih al-Bukhari, juz 1
(Saudi Arabia: Idaratul Buhuts Ilmiah wa Ifta’ wa ad-Dakwah wa al-Irsyad, t.t.), h. 52.
Hadis-Hadis Tentang Pendidik (Zainuddin)
84
2. Senantiasa mendekatkan diri kepada Allah swt. dalam keadaan terang-
terangan dan senantiasa menjaga rasa takut dalam semua gerak dan diamnya,
ucapan dan perbuatannya, karena dia yaitu seorang yang diberi amanat
dengan diberikannya ilmu oleh Allah swt. dan kejernihan panca indra
dan penalarannya.
3. Menjaga kesucian ilmu yang dimilikinya dari perbuatan yang tercela.
4. Berakhlak dengan sifat zuhud dan tidak berlebih-lebihan dalam urusan
duniawi, qanaah dan sederhana.
5. Menjauhkan diri dari perbuatan yang tercela.
6. Melaksanakan syari’at Islam dengan sebaik-baiknya.
7. Melaksanakan amalan sunah yang di syari’atkan.
8. Bergaul dengan sesama manusia dengan menggunakan akhlak yang
mulia dan terpuji.
9. Memelihara kesucian lahir dan bathinnya dari akhlak yang tercela.
10. Senantiasa semangat dalam menambah ilmu dengan sungguh-sungguh
dan kerja keras.
11. Senantiasa memberikan manfaat kepada siapapun.
12. Aktif dalam pengumpulan bahan bacaan, mengarang dan menulis buku.8
Di antara sifat yang ditunjukkan oleh Rasul saw. sebagai pendidik yaitu
sifat penyayang, sebagai berikut:
Imam an-Nawawi, memberi komentar terhadap hadis di atas, mengatakan
bahwa Rasul saw. tidak merasa jengkel dan menjadikannya kesal terhadap
انَثَّدح ديعس نب ٍروصنم وبَأو ِعيِبَّرلا َلاَق انَثَّدح داَّمح نب ديز نع ِّيِنانبْلا تِباَث
نع ِسنَأ ِنب كلام َلاَق تمدخ َلوسر هللا ىلص هللا هيَلع ملسو رشع ينِنس
...اَذَك تْلعَف مل ءٍيشل يل َلاَق اَلو طَق افُأ يل َلاَق ام هللاو9
8 Maulana Alam al-Hajar, Adab al-Muta’allim wa al-Muta’allim (Beirut: Dar al-Manahil,
1985), h. 21-34.
9 Artinya: Hadis dari Sa’id ibn Mansyur dan Abu Rabi’, hadis dari Hammad ibn Zaid dari
Tsabit al-Bunani dari Anas ibn Malik katanya; Dia membantu Rasul saw. Selama sepuluh
tahun, dia tidak pernah membentakku dengan kalimat ‘uf ’, juga tidak pernah menegur:
Mengapa engkau berbuat itu.... Hadis di atas tergolong syarif marfu’ dengan kualitas perawi
yang sebagian tergolong tsiqah dan tsiqah tsubut dan tsiqah lam yattasil. Abu al-Husain
Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim, juz 1 (Saudi Arabia: Idaratul
Buhuts Ilmiah wa Ifta’ wa al-Dakwah wa al-Irsyad, 1400 H), h. 89.
85
pembantunya yang tinggal bersamanya selama sepuluh tahun. Hal itu menandakan
Rasul saw. memiliki sifat penyayang, termasuk kepada pembantu.10
Persepsi pendidik yang dipahamkan dalam Islam memiliki kepribadian
yang baik, mulia dan lengkap, tidak bisa sepotong-sepotong, karena kesadaran
terhadap pengemban amanat mendidik yaitu tugas yang luas dan berat, suci
dan mulia. Karakter yang seperti itu mestinya telah ada pada seorang pendidik.
Oleh karena itu, bila terjadi sebaliknya, maka hasil pendidikan akan tidak sesuai
dengan cita-cita dan harapan ideal dalam ajaran Islam. Harapan ideal dimaksud
yakni menjadi manusia yang mampu mendayagunakan nilai-nilai multipotensi
kepribadiannya terhadap tujuan Allah swt. menciptakannya, sebagaimana
termaktub dalam Q.S. al-Zariyat/51: 56, Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.
Ada kecenderungan terjadinya degradasi moral pendidik dewasa ini.
Persepsi pendidik di era ini sudah mulai goyang dan rapuh. Hal ini dapat di
identifikasikan dari beberapa persepsi dan fakta di lapangan. Pendidik di
era ini tidak banyak lagi yang mempersepsikan dirinya sebagai pengemban
amanat yang suci dan mulia, mengembangkan nilai-nilai multipotensi anak
didik, tetapi mempersepsikan dirinya sebagai seorang petugas semata, yang
mendapatkan gaji baik dari negara, maupun organisasi swasta dan mempunyai
tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan. Bahkan kadang-kadang
muncul egoisme pendidik dalam bentuk pelaksanaan tugas yang tidak termotivasi
oleh keikhlasan untuk mengembangkan fitrahnya dan fitrah anak didiknya.
Perlunya kesejahteraan dan kemakmuran seorang pendidik, tidak dapat dinafikan.
Bahkan, hal itu merupakan sesuatu yang sangat krusial bagi kelangsungan keluarga
dan menjalankan tugas mendidik. Akan tetapi, ketika seseorang menjadi seorang
pendidik, hendaklah mengapresiasikan tugas yang mulia itu terlebih dahulu,
kemudian tentang kesejahteraan dan kemakmuran yaitu bias dari pekerjaan
itu sendiri. Pendidik saat ini banyak yang tidak lagi memposisikan dirinya sebagai
seorang figur teladan yang perlu di tiru. Ditiru atau tidak, yang jelas ia sudah
melaksanakan tugas transfer ilmu pengetahuan kepada anak didiknya.
Pada sisi lain, pendidik di era modern sekarang ini, dalam menjalankan
tugasnya lebih banyak menyentuh aspek kecerdasan akliyah (aspek kognitif)
dan kecerdasan jismiyah (aspek psikomotorik) dan kurang memerhatikan
kecerdasan ruhiyah (afektif). Hal ini terbukti dari produktivitas pendidikan
yang banyak melahirkan siswa dan kesarjanaan cerdas dan terampil, tetapi
masih banyak siswa yang tawuran, perkelahian, pemerkosaan dan lain sebagainya
serta masih banyak juga sarjana berdasi yang korupsi, menindas, maling hak
rakyat. Hal-hal ini yaitu salah satu indikator bahwa pendidikan yang
didapatkannya belum lengkap. Walaupun ada yang berhasil, tapi jumlahnya
tidak banyak. Padahal Islam menuntut secara keseluruhan dan dengan cara
yang bijaksana, sebagaimana dalam Q.S. al-Nahl/16: 125, Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Sikap lemah lembut yang dimiliki pendidik akan menjadi nilai tambah
bagi pendidik itu sendiri, sebagaimana sabda Rasul saw:
Menurut an-Nawawi, makna lembut dalam hadis di atas yaitu perilaku
seseorang di lingkungan sosial yang didasarkan kepada nilai atau norma yang
di