1. Melakukan takhrij al-hadis dengan menelusuri hadis-hadis yang:
a. memuat kata akhlaq
b. mengandung pendidikan akhlaq
2. Melakukan kritik sanad dan matan untuk mengetahui keakuratan hadis.
3. Menganalisa hadis dengan pendekatan psikologi
4. Merumuskan konsep pendidikan yang berdasarkan proses-proses di atas.
Proses pertama dan kedua dilakukan dengan menggunakan program
software Mausû‘ah al-Hadits Syarîf, versi 1.2, yang memuat Kutûb at-Tis’ ah.
Cakupan pendidikan akhlak dalam Islam sangat luas (lihat BAGAN I).
Dalam kategori yang umum ia memuat akhlak makhluk kepada Khaliq dan
akhlak makluk terhadap sesama makhluk. Sedangkan makhluk itu sendiri
terbagi atas: manusia, malaikat, iblis, hewan, tumbuhan dan alam raya. Akhlak
manusia terhadap manusia sendiri memiliki cakupan yang luas karena ia meliputi
dimensi fisik, psikhis dan spiritual serta meliputi seluruh aspek kehidupan
manusia yaitu: keagamaan, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Tentu
saja akhlak makhluk non manusia kepada Allah dan kepada manusia tidaklah
menjadi cakupan pendidikan akhlak. Mengingat keluasan cakupan pembahasan
akhlaq dalam Islam maka bagian ini hanya memfokuskan pembahasannya pada:
1.
2. Bidang yang mencakup pembentukan pemikiran positif (positive think-
ing). Penekanan pada pemikiran positif didasarkan pada kenyataan bahwa:
1) Terdapat relasi antara pemikiran dengan sikap dan prilaku yang
kemudian berpengaruh kepada kesuksesan dan kegagalan seseorang.
2) Terdapat relasi antara pemikiran positif dengan kepercayaan diri
(self confidence) dan harga diri (self esteem) yang kemudian berpengaruh
kepada cara seseorang memperlakukan orang lain.
3) Terdapat relasi antara pemikiran positif dengan kualitas kinerja
seseorang.
4) Terdapat relasi antara pemikiran positif dengan kemampuan seseorang
untuk mengatasi stress dan kesulitan.
5) Dalam beragama terdapat relasi antara pemikiran positif dengan
pemaknaan akan takdir yang selanjutnya berpengaruh kepada kualitas
hubungan transedental seseorang dengan Tuhan.
Hadis-hadis yang memuat kata ‘akhlaq’ ÃÎá dalam kitab Kutûb at-Tis’ah
yang termuat dalam software program Mausû‘ah al-Hadits Syarîf, Versi 1.2.
قلاخأ
257
Bagian ini bertujuan untuk menjadi salah satu acuan dalam mengembangkan
pemikiran positif dalam kehidupan manusia berdasarkan tuntunan Rasulullah
Muhammad saw. sehingga mampu mewujudkan keimanan dalam semua
dimensi dan aspek kehidupan manusia dengan benar dan tepat.
II.
program Mausû‘ah al-Hadits Syarîf, Versi 1.2. menghasilkan 49 entri yang
kemudian diklasifikasikan menjadi 6 kategori, yakni:
1. Missi Rasulullah Muhammad Saw.
Misi utama Rasulullah Muhammad saw. diutus ke dunia yaitu untuk
menyempurnakan akhlak manusia sebagaimana dinyatakan dalam dua hadis
berikut:
انَثَّدح ديعس نب ٍروصنم َلاَق انَثَّدح دبع ِزيِزعْلا نب دَّمحم نع دَّمحم ِنب َناَلجع
ِنع ِعاَقعَقْلا ِنب ٍميكح نع يِبَأ ٍحلاص نع يِبَأ َةريره َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص
مهللا هيَلع ملسو امَّنِإ تْثعب مِّمتُأل حلاص ِقاَل.خَأْلا4.
4 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Sa’id bin Manshur dari ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad
dari Muhammad bin ‘Ajlan dari Qa’qa’i bin Hakim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah, ia
berkata: “Bersabda Rasulullah saw. Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang baik”. Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, juz 2, h. 381.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
Penulusuran Kata ’Akhlak’ Dalam Kutûb At-Tis’ah
Penelusuran kata ÃÞ dan derivasinya yang dilakukan melalui softwareقلاخأ
852
nakididneP sidaH-sidaH
حدَّثَنِي عمرو بن عَّباسٍ حدَّثَنا عبدالرَّحمنِ بن مهديٍّ حدَّثَنا الْمثَنَّى عن َأبِي
جمرةَ عنِ ابنِ عَّباسٍ رضي اللهم عنهمما قَالَ َلمَّا بلَغَ أَبا ذَرٍّ مبعثُ النَِّبيِّ صلى
اللهم علَيه وسلم قَالَ لأَخيه اركَب ِإلَى هذَا الْوادي فَاعلَم لي علْم هذَا الرَّجلِ
الذي يزعم أَنَّه نبِيٌّ يأْتيه الْخبر من السَّماءِ واسمع من قَوله ثُمَّ ائْتنِي فَانطَلَق
الْأَخ حتَّى قَدمه وسمع من قَوله ثُمَّ رجع إِلَى أَبِي ذَرٍّ فَقَالَ لَه رأَيته يأْمر
ِبمكَارِمِ الْأَخلَاقِ وكَلَاما ما هو بِالشِّعرِ فَقَالَ ما شفَيتنِي ممَّا أَردت فَتزوَّد
وحملَ شَّنةً لَه فيها ماءٌ حتَّى قَدم مكةَ فَأَتى الْمسجِد فَالْتمس النَِّبيَّ صلى اللهم
علَيه وسلم ولَا يعرِفُه وكَرِه َأنْ يسأَلَ عنه حتَّى أَدركَه بعض الليلِ فَاضطَجع
فَرآه عليٌّ فَعرف أَنَّه غَرِيب فَلَمَّا رآه تبِعه فَلَم يسأَلْ واحد منهما صاحبه عن
شيءٍ حتَّى أَصبح ثُمَّ احتملَ قربته وزاده إِلَى الْمسجِد وظَل ذَلك الْيوم ولَا يراه
النَِّبيُّ صلى اللهم علَيه وسلم حتَّى أَمسى فَعاد إِلَى مضجعه فَمرَّ بِه عليٌّ فَقَالَ
أَما نالَ للرَّجلِ َأنْ يعلَم منزِلَه فَأَقَامه فَذَهب بِه معه لَا يسأَلُ واحد منهما
صاحبه عن شيءٍ حتَّى إِذَا كَانَ يوم الثالث فَعاد عليٌّ علَى مثْلِ ذَلك فَأَقَام معه
ُثمَّ قَالَ أَلَا تحدِّثُنِي ما الذي أَقْدمك قَالَ ِإنْ أَعطَيتنِي عهدا وميثَاقًا َلترشدنِّي
فَعلْت فَفَعلَ فَأَخبره قَالَ فَإَِّنه حقٌّ وهو رسولُ الله صلى اللهم علَيه وسلم فَإِذَا
أَصبحت فَاتبعنِي فَإِنِّي ِإنْ رأَيت شيئًا َأخاف علَيك قُمت كَأَنِّي ُأرِيق الْماءَ فَإِنْ
مضيت فَاتبعنِي حتَّى تدخلَ مدخلي فَفَعلَ فَانطَلَق يقْفُوه حتَّى دخلَ علَى النَِّبيِّ
صلى اللهم علَيه وسلم ودخلَ معه فَسمع من قَوله وأَسلَم مكَانه فَقَالَ لَه النَِّبيُّ
صلى اللهم علَيه وسلم ارجِع إِلَى قَومك فَأَخِبرهم حتَّى يأْتيك أَمرِي قَالَ
والذي نفْسِي بِيده لَأَصرخنَّ بِها بين ظَهرانيهِم فَخرج حتَّى أَتى الْمسجِد
259
2. Manusia Terbaik yaitu yang Berakhlak Mulia
Sejalan dengan misi menanamkan akhlak mulia, Rasulullah Muhammad
saw. selalu mendakwakan kemuliaan akhlak sebagaimana dalam hadis.
ىدانَف ىَلعَأِب هتوص دهشَأ ْنَأ اَل هَلِإ الِإ هللا نَأو ادَّمحم ُلوسر هللا َّمُث ماَق موَقْلا
هوبرضَف ىَّتح هوعجضَأ ىتَأو ساَّبعْلا َّبَكَأَف
هيَلع َلاَق مُكَليو م تسَلَأ َنومَلعت هَّنَأ
نم ٍراَفغ نَأو قيِرَط مُكِراجت ىَلِإ ِمْأَّشلا هَذَقنَأَف مهنم َّمُث داع نم دغْلا اهلْثمل
هوبرضَف اوراَثو هيَلِإ َّبَكَأَف ساَّبعْلا هيَلع5.
5 Artinya: Meriwayatkan kepada kami ‘Umar bin ‘Abbas dari ‘Abdu ar-Rahman bin Mahdi
dari Mutsanna dari Abu Jumrah dari Ibn ‘Abbas ra. ia berkata: “ketika sampai berita kepada
Abu Zar mengenai diutusnya nabi Muhammad saw, ia berkata kepada saudaranya, “Pergilah
ke lembah ini! Carilah informasi mengenai laki-laki yang mengaku dirinya Nabi dan datang
kepadanya berita dari langit! Dengarlah apa yang dikatakannya! Kemudian datanglah kepadaku
menyampaikan informasi ini ! Lantas saudaranya pun pergi, hingga mendatangi Nabi dan
mendengar sabdanya. Kemudian saudaranya ini mendatangi Abu Zar dan berkata kepadanya,
aku melihatnya menyuruh untuk berakhlak mulia dan mengatakan perkataan yang bukan
seperti sya’ir. Lantas Abu Zar berkata, apa yang kamu katakan ini tidak memuaskanku, lantas ia
menyiapkan bekal yang dalamnya ada air dan berangkat, lalu sampai ke Mekah. Ia pun datang
ke Masjid Haram mencari Muhammad saw. Namun tidak menemukannya dan enggan bertanya.
Sehingga malam menjelang, ia berbaring. Ali bin Abi Thalib melihat dan menghampirinya,
Ali mengetahui bahwa dia yaitu orang asing. Ketika Ali melihatnya, ia pun mengikutinya,
namun mereka berdua tidak saling bertanya dan berbicara mengenai apa pun hingga pada
pagi. Kemudian ia pun membawa tempat airnya dan bekalnya ke mesjid. Ia berada di sana
seharian penuh, tapi tidak melihat Nabi, hingga masuk waktu sore, ia pun kembali ke peraduannya.
Ali kembali menghampirinya dan berkata, apakah orang ini tidak mengetahui tempat tinggalnya
dan berdiam di situ? Kemudian Ali pergi bersama lelaki itu tetapi tidak berbicara sedikit pun hingga
pada hari ketiga. Ali kembali melakukan hal ini (diam), kemudian berkata, apa yang membuatmu
datang ke mari? Lantas Abu Zar menjawab, saya akan menjawab pertanyaanmu dengan syarat
kamu berjanji untuk menunjukiku, lantas Ali berjanji. Kemudian ia memberitakan bahwa
Muhammad benar utusan Allah. Dan berkata kepada Abu Zar, jika tiba waktu pagi, ikutilah
aku, jika saya melihat sesuatu yang akan membahayakanmu, saya akan berdiri seolah menumpahkan
air, dan jika saya kembali berjalan ikutilah aku, hingga kamu masuk ke tempat saya masuk.
Lantas ia mengikuti persyaratan Ali, ia mengikutinya hingga masuk dan menemui Muhammad
saw. dan mendengar sabda beliau dan selanjutnya masuk Islam. Lantas Rasul bersabda kepadanya,
pulanglah ke kaummu! Beritakan kepada mereka hingga datang perintahku. Abu Zar menjawab,
demi diriku yang berada di genggamannya, saya akan meneriakkan hal ini di hadapan mereka
(kuffar), lantas dia keluar menuju Masjid al-Haram berteriak dengan suaranya yang lantang
dan tinggi: asyhadu an la ilaha illalllah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah. Kemudian
kuffar memukulinya hingga membuatnya terlentang. Lantas datang Abbas melindunginya
dan berkata: celakalah kamu sekalian! Apakah kamu tidak mengetahui bahwa ia datang dari
Giffar, dan perjalan dagangmu melewati Giffar hingga ke Syam, dan Abbas pun dapat menyelamatkannya
dari mereka. Namun pada keesokan hari ia melakukan hal yang sama seperti sebelumnya,
hingga dipukuli dan diserang oleh kuffar dan kembali dilindungi Abbas. Muhammad ibn Ismâ’îl
al-Bukhârî, Sahîh al-Bukhârî (Mesir: Wizârah al-Auqâf al-Misriyah, tt), juz 12, h. 188.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
260
Pernyataan Rasulullah ‘iza faquhu’ mengajak umat Islam untuk mengkaji
secara mendalam hubungan erat antara keislaman dengan akhlak yang baik.
Uraian berikut ini merupakan kajian hadis ini dari perspektif aliran-aliran dalam
psikologi belajar. Aliran Behaviorisme menyatakan bahwa belajar merupakan
usaha untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai kondisi atau situasi yang
di dalamnya termasuk mendapatkan pengertian, sikap dan kecakapan yang
baru. Hadis ini telah meletakkan dasar pembelajaran yang harus dimiliki oleh
setiap Muslim yakni dengan kewajiban bagi setiap Muslim untuk menciptakan
dan mengembangkan situasi dan kondisi untuk menumbuhkembangkan akhlak
yang baik. Dengan demikian akan tercipta lingkungan sosial belajar yang baik
bagi semua umat manusia.
Penciptaan lingkungan yang baik ini merupakan hal yang urgen dalam
belajar jika dipandang dari aliran Psikho-Refleksiologi yang menyatakan bahwa
belajar merupakan usaha untuk membentuk reflek-reflek baru. Bila lingkungan
sosial manusia hidup penuh dengan nuansa akhlak mulia, maka secara refleks
setiap anak akan menyerap nilai-nilai kemuliaan itu yang kemudian pada
gilirannya akan menghasilkan reflek buatan berupa peniruan akhlak mulia
dan pada akhirnya akan terinternalisasi menjadi nilai-nilai individu.
Dari perspektif aliran Assosiasi yang menyatakan bahwa belajar yaitu
usaha untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang dengan demikian belajar
merupakan peristiwa untuk menghadapi berbagai masalah berdasarkan tanggapan-
tanggapan yang telah ada. Orang kemudian menghubungkan tanggapan-tanggapan
itu dengan objek yang dipecahkan. Bila di suatu wilayah hidup sekelompok
orang-orang Islam yang berakhlak mulia maka setiap anak akan secara otomatis
membentuk persepsi akan kebaikan-kebaikan yang ada di lingkungannya pada
gilirannya persepsi ini akan membentuk konsep diri sebagai Muslim yang baik.
Dari pespektif aliran Gestalt yang menyatakan bahwa belajar yaitu suatu
proses aktif yang bukan hanya berkenaan dengan aktivitas yang tampak seperti
aktivitas jasmani, tetapi juga aktivitas-aktivitas mental seperti proses berfikir,
mengingat dan sebagainya, maka dengan penciptaan lingkungan berakhlak
انَثَّدح عيكو َلاَق انَثَّدح داَّمح نب َةمَلس نع دَّمحم ِنب دايِز نع يِبَأ َةريره ِنع
ِّيِبَّنلا ىلص مهللا هيَلع ملسو َلاَق مُكريخ يف ِماَلسِإْلا مُكنساحَأ اًقاَلخَأ اَذِإ اوهُقَف6.
6 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Waki‘ dari Hammâd bin Salamah dari Muhammad
bin Ziyâd dari Abu Hurairah, Bersabda Nabi Muhammad saw.: “Orang yang terbaik di antara
kamu dalam Islam yaitu yang terbaik akhlaknya jika dia benar-benar paham”. Ahmad ibn
Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, juz 2, h. 481.
261
mulia maka akan tercipta individu-individu Muslim yang selalu menjadikan
Islam sebagai landasan dalam proses berfikir, merasa dan berbuat. Harus diingat
bahwa aktivitas belajar ini terjadi di setiap detak jantung dengan proses analisa
yang kompleks. Di sinilah dituntut konsistensi nilai dan prilaku/akhlak mulia
masyarakat. Tanpa konsistensi ini ambivalensi akan terbentuk dalam diri anak,
sehingga akan menjadikan ia sebagai individu yang munafiq.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
نع ٍقورسم نع ٍلئاو يِبأَ نع ِشمعَأْلا ِنع َةزمح يِبأَ نع ُنادبع انَثَّدح
هيَلع مهللا ىلص ُّيبَِّنلا ِنُكي ملَ َلاَق اممهنع مهللا يضر وٍرمع ِنب هللادبع
7.اًقاَلخَأ مُكنسحَأ مُكِرايخ نم نِإ ُلوُقي َناَكو اشِّحَفتم اَلو اشحاَف ملسو
Dua hadis di atas jelas bahwa Rasulullah menekankan pentingnya dua
hal: Pertama, keharusan akan adanya individu-individu yang dapat dijadikan
model atau teladan dalam berakhlak mulia. Kedua, keurgensian motivasi dalam
pendidikan akhlak. Setiap manusia secara alamiah memiliki sifat meniru, oleh
7 Artinya: Meriwayatkan kepada kami ‘Abdan dari Abu Hamzah dari al-A’masy dari Abi
Wail dari Masrûq dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a. ia berkata: Nabi Muhammad saw. bukanlah orang
yang keji dan melakukan perbuatan keji, dan dia berkata: sesungguhnya orang pilihan di antara
kamu yaitu orang yang terbaik akhlaknya. Bukhari, ªahîh al-Bukhârî, juz 12, h. 303.
8 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Waki’ dari A’masy dari Sulaiman bin Mushir dari
Kharasyah bin al-Hurri dari Abu Dzar ia kerkata, bersabda kepadaku Rasulullah Muhammad
saw.:” wahai Abu Zar lihatlah orang yang paling tinggi kedudukannya di mesjid, Abu Zar berkata:
lalu saya melihat, tiba-tiba laki-laki yang mengenakan pakaian berkata, saya (Abu Zar) berkata,
ini dia telah berkata. Lalu Rasulullah bersabda: lihatlah orang yang paling tawadu‘ di mesjid,
Abu Zar berkata: lalu saya melihat laki-laki yang memiliki akhlak berkata-kata. Lalu saya katakan,
ini dia telah bercerita. Lalu Rasulullah saw. Sesungguhnya ini di sisi Allah lebih diutamakan
pada hari kiamat dari penghuni bumi dari seumpama ini. Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-
Imâm Ahmad bin Hanbal, juz 5, h. 157.
نع ِّرحْلا ِنب َةشرخ نع ٍرِهسم ِنب َناميَلس نع شمعَأْلا انَثَّدح عيكو انَثَّدح
عَفرأَ رُظنا ٍّرَذ ابَأ اي ملسو هيَلع مهللا ىلص هللا ُلوسر يل َلاَق :َلاَق ٍّرَذ يِبَأ
يل َلاَق َلاَق اَذه تْلُق َلاَق ٌةلح هيَلع ٌلجر اَذِإَف ترَظنَف َلاَق دِجسمْلا يف ٍلجر
تْلُق َلاَق قاَلخأَ هيَلع ٌلجر اَذِإَف ترَظنَف َلاَق دِجسمْلا يف ٍلجر عضوَأ رُظنا
ةمايقْلا موي ريخَأ هللا دنع اَذهَل ملسو هيَلع مهللا ىلص هللا ُلوسر َلاَقَف َلاَق اَذه
8.اَذه ِلْثم نم ِضرَأْلا ءِْلم نم
262
nakididneP sidaH-sidaH
lah nakapurem ailum kalhkareb gnay idabirp ledom-ledom aynada uti babes
naikimeD .uritid kutnu ledom uata nakujur ikilimem kana aggnihes gnitnep gnay
takaraysam akiJ .ini gniledom sesorp malad narepreb tagnas isavitom aguj
udividni paites akam amas gnay kalhka pisnirp gnagemem pudih kana tapmet
kalhkareb patet kutnu kana adapek isavitom nakirebmem naka takaraysam malad
udividni paites irid malad kisnirtsni isavitom nakrihalem naka ini nad ,ailum
adebreb takaraysam tunaid gnay kalhka rasad pisnirp akij aynkilabeS .milsuM
nagnatnetreb utas gnay ,kana isavitomem malad naadebrep idajret naka akam
.kana irid adap ialin isatsurf naklubminem naka aggnihes ,nial gnay nagned
aoD .3
aodreb nagned nagned nakahasuid surah ai ailum kalhka iapacnem kutnU
hotnoc-hotnoc nakapurem ini tukireb sidah-sidah ,)arobal te aro( ahasureb nad
.ailum kalhka iapacnem ayapu malad .was dammahuM hallulusaR aod
عن أَبِي حدَّثَنِي الْماجِشونُ يوسف حدَّثَنا الْمقَدَّميُّ بكْرٍ أَبِي بن محمَّد حدَّثَنا
عن طَالبٍ أَبِي بنِ عليِّ عن رافعٍ أَبِي بنِ الله عبيد عن الْأَعرجِ الرَّحمنِ عبد
وجَّهت قَالَ الصَّلَاة إِلَى قَام إِذَا كَانَ أَنَّه وسلم علَيه اللهم صلى الله رسولِ
صلَاتي إِن الْمشرِكين من أَنا وما حنِيفًا والْأَرض السَّماوات فَطَر للذي وجهِي
من وأَنا أُمرت وبِذَلك لَه شرِيك لَا الْعالَمين ربِّ لله ومماتي ومحياي ونسكي
نفْسِي ظَلَمت عبدك وأَنا ربِّي أَنت أَنت إِلا إِلَه لَا الْملك أَنت اللهمَّ الْمسلمين
واهدنِي أَنت إِلا الذنوب يغفر لَا إِنَّه جميعا ذُنوبِي لي فَاغْفر بِذَنبِي واعترفْت
يصرِف لَا سيِّئَها عنِّي واصرِف أَنت إِلا لأَحسنِها يهدي لَا الْأَخلَاقِ لأَحسنِ
أَنا إِلَيك لَيس والشَّرُّ يديك في كُله والْخير وسعديك لَبَّيك أَنت إِلا سيِّئَها عنِّي
لَك اللهمَّ قَالَ ركَع وإِذَا إِلَيك وأَتوب أَستغفرك وتعالَيت تباركْت وإِلَيك بِك
وعظْمي ومخِّي وبصرِي سمعي لَك خشع أَسلَمت ولَك آمنت وبِك ركَعت
الْأَرضِ وملْءَ السَّماوات ملْءَ الْحمد لَك ربَّنا اللهمَّ قَالَ رفَع وإِذَا وعصبِي
لَك اللهمَّ قَالَ سجد وإِذَا بعد شيءٍ من شئْت ما وملْءَ بينهما ما وملْءَ
وشقَّ وصوَّره خلَقَه للذي وجهِي سجد أَسلَمت ولَك آمنت وبِك سجدت
263
هعمس هرصبو كرابت هللا نسحَأ ينقلاخْلا َّمُث ُنوُكي نم ِرخآ ام ُلوُقي نيب
دُّهشَّتلا ِم يلسَّتلاو َّمهللا رفْغا يل ام تمَّدَق امو ترَّخَأ امو تررسَأ امو تنَلعَأ
امو تْفرسَأ امو تنَأ مَلعَأ هِب يِّنم تنَأ مِّدَقمْلا تنَأو رِّخؤمْلا اَل هَلِإ الِإ تنَأ9.
انربخَأ ورمع نب َنامْثع َلاَق انَثَّدح ُةَّيقب َلاَق انَثَّدح ُةرابض نع ديود ِنب ٍعفان
َلاَق َلاَق وبَأ ٍحلاص َلاَق وبَأ َةريره نَأ َلوسر هللا ىلص مهللا هيَلع ملسو َناَك
وعدي َّمهللا يِّنِإ ُذوعَأ كِب نم ِقاَقِّشلا ِقاَفِّنلاو ءِوسو ِقاَلخَأْلا10.
9 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Abu Bakar al-Muqaddami dari
Yusuf al-Majisyun dari Ayahnya dari ‘Abdu ar-Rahman al-A’raj dari Ubaidullah bin Abu Rafi’ dari
‘Ali bin Abu Thalib dari Rasulullah saw, bahwasanya manakala beliau (Muhammad) melaksanakan
salat, beliau berkata:” Saya hadapkan wajahku kepada yang menciptakan langit dan bumi secara
hanif, dan saya tidak termasuk golongan orang musyrik. Sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanya lah untuk Allah Tuhan sekalian alam. Tidak ada sekutu bagiNya
dan karenanya aku diperintahkan (menyembahnya) dan saya termasuk golongan orang Islam
(berserah diri). Ya Allah! Engkau yaitu Malik (Raja), tiada Tuhan selainMu. Engkau Tuhanku
dan saya hambaMu, saya telah menzalimi diri sendiri, dan saya tahu (menyadari) dosa-dosaku,
maka ampunilah seluruh dosaku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni selain Engkau, dan
tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tiada yang dapat menunjukiku untuk memperbaikinya
selain Engkau. Dan jauhkan aku dari akhlak terburuk, karena tiada yang dapat menjauhkan
aku darinya selain Engkau, saya akan menjunjung dan melaksanakan perintahmu. Dan semua
kebaikan berada dalam genggamanmu, sementara keburukan tidak diasosiasikan kepadamu.
Aku bersamamu dan menuju kepadamu. Engkau Maha memberi berkah dan Engkau Maha
Tinggi, aku mohon keampunanMu dan aku bertaubat kepadaMu.” Apabila Nabi ruku’, beliau
mengucapkan:”Ya Allah hanya kepadaMu saya ruku’, hanya denganMu saya beriman, dan
hanya kepadamu saya Islam (berserah diri), saya mengkhusukkan pendengaranku, penglihatanku,
pikiranku, dagingku dan sitem sarafku kepadaMu.” Apabila beliau I’tidal, Beliau berkata “Ya
Allah ya Tuhan kami! BagiMu segala puji yang memenuhi langit dan bumi dan sesuatu yang
ada di antara keduanya, dan memenuhi apa saja yang Engkau kehendaki. Tatkala sujud beliau
berkata”Ya Allah! BagiMu saya sujud, denganMu saya beriman, dan bagiMu saya berserah
diri. Wajahku bersujud bagi yang menciptakan dan membentuknya dan yang telah menciptakan
pendengaran dan penglihatan, Maha Suci Allah, Pencipta Terbaik.” Kemudian, ucapannya
terakhir di antara tasyahud dan salam yaitu :”Ya Allah! Ampuni lah dosaku yang telah lalu
dan akan datang, yang tersembunyi, terang-terangan dan berlebihan, dan dosa-dosa yang Engkau
lebih mengetahuinya daripada Aku. Engkau bersifat qidam (tidak ada awal) dan Engkau
bersifat muakhkhir (kekal), tiada Tuhan selainMu.” Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjâj al-
Qusyairî an-Nisâbûrî, ªahîh Muslim (Beirut: Dâr al-Jîl, tt.), juz 1, h. 185.
10 Artinya: Meriwayatkan kepada kami ‘Amru bin ‘Utsman dari Baqiyah dari Dhubarah
dari Duwaidi bin Nafi’ dari Abu Shalih dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. berdo’a
dengan ungkapan: “Ya Allah! Saya berlindung kepadamu dari hati sempit dan kemunafikan
dan akhlak tercela. Abû ‘Abd al-Rahman Ahmad ibn Syu‘aib al-Nasâ’î, Sunan al-Nasâ’î (Ttp:
Maktab al-Maþbû‘ât al-Islâmiyah, 1986), hadis no. 5471.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
264
Penting bagi orang tua untuk mengajarkan dan menganjurkan anak untuk
selalu berdoa, khususnya doa untuk berakhlak mulia di atas. Secara psikologis
anak mengalami tiga tahap perkembangan dalam berdoa.12
- Tahap Pertama (5 sampai 7 tahun) anak secara kabur menghubungkan
doa (atau formula tertentu yang diajarkan) dengan Tuhan, tetapi anak tetap
merasakan pengalaman ini merupakan pengalaman yang global dan tidak
berbeda dengan pengalaman lain.
- Tahap Kedua (7 sampai 9 tahun), doa menjadi secara khusus dikaitkan
dengan pengalaman aktivitas tertentu tetapi tetap dalam keadaan konkret
dan sangat dipersonifikasi.
- Tahap ketiga (9 sampai 12 tahun), pada tahap ini ide bahwa doa merupakan
komunikasi antara anak dengan Tuhan mulai terjadi. Hanya pada tahap
inilah isi doa berubah dari keinginan egosentris menjadi altruistic dan
hal-hal yang berhubungan dengan etika seperti kedamaian, ketenteraman,
kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan.
Doa mengandung beberapa keutamaan secara psikologis. Pertama dan
utama yaitu doa merupakan pemancangan niat dan cita-cita yang kemudian
akan membentuk konsep diri (self concept) dan kepercayaan diri (self confi-
dence) yang merupakan cikal bakal pembentukan sikap dan prilaku sesuai
dengan isi doa, atau dalam hal ini yaitu berakhlak mulia. Kedua, doa dapat
meningkatkan kekuatan spiritual dan keimanan seseorang. Dalam kasus doa
yang diajarkan Rasulullah saw. di atas yaitu , seseorang yang khawatir akan
انَثَّدح ُنايْفس نب ٍعيكو انَثَّدح دمحَأ نب ٍيرشب وبَأو َةماسُأ نع ٍرعسم نع دايِز
ِنب َةَقاَلع نع هِّمع َلاَق َناَك ُّيِبَّنلا ىلص مهللا هيَلع ملسو ُلوُقي َّمهللا يِّنِإ ُذوعَأ
كِب نم تارَكنم ِقاَلخَأْلا ِلامعَأْلاو ءِاوهَأْلاو َلاَق وبمَأ ىسيع اَذه ٌثيدح
نسح بيِرَغ ُّمعو دايِز ِنب َةَقاَلع وه ُةبْطُق نب كلام بحاص ِّيِبَّنلا ىلص مهللا
هيَلع ملسو11.
11 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Sufyan bin Waqi’ dari Ahmad bin Basyir dan
Abu Usamah dari Mis’ar dari Ziad bin ‘Ilaqah, ia berkata, Nabi Muhammad saw. bersabda: Saya
berlindung kepadaMu dari akhlak, amal, dan kecenderungan yang munkar. Muhammad ibn
‘Îsa ibn Sûrah al-Tirmidzî, Sunan al-Tirmidzî (Mesir: Wizârah al-Auqâf al-Miºriyah, tt),
kegagalannya dalam berakhlak mulia berdoa kepada Allah untuk kesuksesan
perjuangannya dalam berakhlak mulia. sesudah berdoa ia memiliki semangat
yang tinggi untuk berusaha mencapai cita-citanya. Orang yang selalu berdoa
tidak akan mudah putus asa dan frustasi. Sebab perasaan-perasaan negatif
yang mendorongnya untuk frustasi dan putus asa telah dileburnya bersama
dengan doa-doa yang dipanjatkannya kepada Allah.Ketiga, doa meningkatkan
persiapan spiritual seseorang dalam mempersiapkan dirinya menghadapi
Hari Akhir. Dalam hal ini memiliki akhlak mulia merupakan manifestasi dari
rasa keimanan terhadap Hari Akhir dan kekhawatiran terhadapnya. Keempat,
doa dapat meningkatkan rasa sosial manusia. Di sinilah esensi doa-doa yang
diajarkan Rasulullah saw. di atas, yakni memiliki akhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela guna kesejahteraan dan keselamatan umat manusia.
4. Perbedaan Berakhlak Baik dan Buruk
Selain meneladankan dengan tindakan dan doa akan akhlak yang mulia,
Rasulullah Muhammad saw. melakukan pendidikan akhlak melalui metode
perbandingan antara akhlak yang baik dengan akhlak yang buruk sebagaimana
terlihat pada hadis-hadis berikut.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
انَثَّدح ٍلاَله نب ُنابَّح انَثَّدح ُّيدادغبْلا ٍشارخ ِنب ِنسحْلا نب دمحَأ انَثَّدح
ٍرِباج نع ِردَكنمْلا ِنب دَّمحم نع ديعس نب هبِّر دبع يِنَثَّدح َةَلاضَف نب كرابم
يِّنم مُكِبرْقَأو َّيَلِإ مُكبِّحَأ نم نِإ َلاَق ملسو هيَلع مهللا ىلص هللا َلوسر نَأ
اسلجم يِّنم مُكدعبَأو َّيَلِإ مُكضغبَأ نِإو اًقاَلخَأ مُكنساحأَ ةمايقْلا موي اسلجم
13.َنوُقِهيَفتمْلاو َنوُقِّدشتمْلاو َنوراَثرثلا ةمايقْلا موي
13 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Ahmad bin Hasan bin Hirasy al-Baghdadi dari
Habban bin Hilal dari Mubarak bin Fadhalah dari ‘Abdu Rabbih bin Sa’id dari Muhammad bin
al-Munkadir dari Jabir dari Nabi saw. Sesungguhnya orang yang paling Ku cintai dan paling
dekat posisinya denganKu pada hari kiamat yaitu yang paling baik akhlaknya. Dan sesungguhnya
orang yang paling Ku murkai dan paling jauh posisinya dengan Ku pada hari kiamat yaitu
ats-tsartsarun (orang yang banyak bicara (salah)), al-mutasyaddiqun (suka menambah (memanjangkan)
pembicaraan), dan al-mutafaihiqun. Mereka berkata: “Ya Rasululllah! Kami telah tahu (akrab
dengan istilah) ats-tsartsarun dan al-mutasyaddiqun, tetapi apa yang dimaksud dengan al-
mutafaihiqun?” Rasulullah bersabda: mutakabbirun”. Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzî, juz 8, h. 39.
نع َةرضن يِبأَ نع َناعدج ِنب ديز ِنب ِّيلع نع رمعم انربخأَ ِقاَّزَّرلا دبع انَثَّدح
َةاَلص ملسو هيَلع مهللا ىلص هللا ُلوسر انِب ىلص َلاَق ِّيِردخْلا ديعس يِبَأ
662
nakididneP sidaH-sidaH
diaZ nib ilA‘ irad ram’aM irad qazaR-ra udbA‘ imak adapek naktayawireM :aynitrA 41
rasa talas .was hallulusaR“ :atakreb irduhK-la di’aS ubA irad harhsaN ubA irad na’duJ nib
imak adapek habtuhkreb nad iridreb aid ulal ,irah utaus adap gnais utaus id imak amasreb
irah iapmas idajret naka gnay anemonef irad utauses naklaggninem kadit aid ,eros iapmas
الْعصرِ ذَات يومٍ بِنهارٍ ثُمَّ قَام يخطُبنا إِلَى َأنْ غَابت الشَّمس فَلَم يدع شيئًا ممَّا
يكُونُ إِلَى يومِ الْقيامة إِلا حدَّثَناه حفظَ ذَلك من حفظَ ونسِي ذَلك من نسِي
وكَانَ فيما قَالَ يا أَيُّها الَّناس إِن الدُّنيا خضرةٌ حلْوةٌ وإِن الله مستخلفُكُم فيها
فَناظر كَيف تعملُونَ فَاَّتقُوا الدُّنيا واَّتقُوا النِّساءَ أَلَا إِن لكُل غَادرٍ لواءً يوم
الْقيامة بِقَدرِ غَدرته ينصب عند استه يجزى بِه ولَا غَادر أَعظَم من أَميرِ عامَّة
ُثمَّ ذَكَر الْأَخلَاق فَقَالَ يكُونُ الرَّجلُ سرِيع الْغضبِ قَرِيب الْفَيئَة فَهذه ِبهذه
ويكُونُ بطيءَ الْغضبِ بطيءَ الْفَيئَة فَهذه بِهذه فَخيرهم بطيءُ الْغضبِ سرِيع
الْفَيئَة وشرُّهم سرِيع الْغضبِ بطيءُ الْفَيئَة قَالَ وإِن الْغضب جمرةٌ في قَلْبِ ابنِ
آدم تتوقد أَلَم تروا إِلَى حمرة عينيه وانتفَاخِ َأوداجِه فَإِذَا وجد أَحدكُم ذَلك
فَلْيجلس َأو قَالَ فَلْيلْصق ِبالْأَرضِ قَالَ ثُمَّ ذَكَر الْمطَالَبةَ فَقَالَ يكُونُ الرَّجلُ
حسن الطلَبِ سِّيئَ الْقَضاءِ فَهذه بِهذه ويكُونُ حسن الْقَضاءِ سِّيئَ الطلَبِ فَهذه
ِبهذه فَخيرهم الْحسن الطلَبِ الْحسن الْقَضاءِ وشرُّهم السَّيِّئُ الطلَبِ السَّيِّئُ
الْقَضاءِ ثُمَّ قَالَ إِن الَّناس خلقُوا علَى طَبقَات فَيولَد الرَّجلُ مؤمنا ويعيش مؤمنا
ويموت مؤمنا ويولَد الرَّجلُ كَافرا ويعيش كَافرا ويموت كَافرا ويولَد الرَّجلُ
مؤمنا ويعيش مؤمنا ويموت كَافرا ويولَد الرَّجلُ كَافرا ويعيش كَافرا ويموت
مؤمنا ثُمَّ قَالَ في حديثه وما شيءٌ أَفْضلَ من كَلمة عدلٍ تقَالُ عند سلْطَان
جائرٍ فَلَا يمنعنَّ أَحدكُمِ اِّتقَاءُ الَّناسِ َأنْ يتكَلم ِبالْحقِّ إِذَا رآه َأو شهِده ثُمَّ بكَى
أَبو سعيد فَقَالَ قَد والله منعنا ذَلك قَالَ وإَِّنكُم تتمُّونَ سبعين أُمَّةً َأنتم خيرها
وأَكْرمها علَى الله ثُمَّ دنت الشَّمس َأنْ تغرب فَقَالَ وإِن ما بقي من الدُّنيا فيما
مضى منها مثْلُ ما بقي من يومكُم هذَا فيما مضى منه.41
267
kiamat dalam ceritanya, mengingat yang demikian oleh orang yang ingat, dan lupa bagi
orang yang lupa, sebagian dari sabdanya yaitu : “Wahai manusia! Sesungguhnya dunia ini
yaitu yang hamparan manis, sesungguhnya Allah ingin menjadikan kamu sebagai khalifah
di sana, lalu ia menganalisis apa yang kamu lakukan. maka takutlah pada dunia dan takutlah
pada perempuan. Sesungguhnya pada setiap kelompok pengkhianat (terdapat) bendera pada
hari kiamat sesuai kapasitas pengkhianatannya yang akan di berikan balasan dan tiada
pengkhianatan yang paling besar dari persoalan umum. Kemudian dia menjelaskan akhlak,
lalu berkata, “ada orang yang cepat marah, cepat reda, maka ini dengan ini. Ada orang yang
lambat marah maka lambat reda. Maka ini dengan ini. Yang terbaik di antara mereka yaitu
lambat marah tetapi cepat reda. Dan yang paling buruk yaitu orang yang cepat marah dan
lambat redanya. Rasulullah berkata, “sesungguhnya marah itu yaitu bara di hati seorang
anak Adam yang dapat menyala, apakah kamu tidak memperhatikan orang yang merah
matanya dan kembang pori-porinya? Apabila salah seorang kamu yang demikian, hendaklah
duduk, atau menunduk ke bumi. Ia berkata, kemudian ia menyebutkan bentuk-bentuk
tuntutan. Ada orang yang tuntutannya baik tetapi ketetapanya buruk, maka ini dengan ini.
Dan ada yang baik ketetapannya tetapi tuntutannya buruk, maka ini dengan ini. Maka yang
terbaik di antara mereka yaitu yang baik tuntutannya dan baik ketetapannya. Dan yang
paling buruk di antara mereka yaitu orang yang buruk tuntutannya dan buruk ketetapannya.
Kemudian Rasul bersabda: sesungguhnya manusia diciptakan bertingkat-tingkat. Ada yang
dilahirkan mukmin, hidup sebagai mukmin dan mati juga sebagai mukmin. Ada orang yang
yang di lahirkan kafir, hidup sebagai kafir, dan mati dalam keadaan kafir. Ada orang yang
dilahirkan mukmin, hidup sebagai mukmin, dan mati dalam kedaan kafir. Ada orang yang
dilahirkan kafir, hidup sebagai kafir, dan mati sebagai mukmin. Kemudian Rasul berkata pada
hadisnya: apakah ada yang lebih baik dari seruan berbuat adil kepada sultan yang zalim?
Ketakutan manusia tidak menegahkan salah seorang kamu untuk menyatakan yang benar
tatkala melihat dan menyaksikan (kezaliman) itu. Kemudian Abu Sa’id menangis dan berkata:
sesungguhnya demi Allah, yang demikian itu (ketakutan) menegahkan kami berbuat demikian.
Rasulullah bersabda: sesungguhnya kamu menyempurnakan 70 umat. Kamu merupakan
yang terbaik dan termulia di sisi Allah. lalu matahari mulai tenggelam, kemudian Rasul
bersabda: sesungguhnya yang tersisa dari dunia yaitu semisal yang telah kamu lewati
daripadanya, dan yang tersisa dari hari mu yaitu yang telah kamu lewati daripadanya.
Ahmad ibn Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad bin Hanbal, juz 3, h. 61.
انَثَّدح دَّمحم نب ديبع انَثَّدح ُنابَأ نب قاحسِإ ِنع ِحاَّبَّصلا ِنب دَّمحم نع َةَّرم
ِّيِنادمهْلا نع دبع هللا ِنب دوعسم َلاَق َلاَق ُلوسر هللا ىلص مهللا هيَلع ملسو
نِإ هللا مسَق مُكنيب مُكَقاَلخَأ امَك مسَق مُكنيب مُكَقازرَأ نِإو هللا َّزع لجو
يطعي اينُّدلا نم ُّبحي نمو اَل ُّبحي اَلو يطعي نيِّدلا الِإ نمل َّبحَأ نمَف هاَطعَأ
هللا نيِّدلا دَقَف هَّبحَأ يذلاو يسِْفن هديِب اَل ملسي دبع ىَّتح مَلسي هبْلَق هناسلو اَلو
نمؤي ىَّتح نمْأي هراج هَقئاوب اوُلاَق امو هُقئاوب اي َّيِبن هللا َلاَق همشَغ همْلُظو اَلو
بسِْكي دبع اًلام نم ٍمارح قفنيَف هنم كرابيَف هَل هيف اَلو قَّدصتي هِب َلبْقيَف هنم اَلو
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
268
Hadis berikut ini menerangkan bahwa harta dapat memicu timbulnya
akhlak yang buruk yang kemudian akan melahirkan kemurkaan Allah.
5. Akhlak Dalam Surga
Akhlak mulia menempati posisi yang urgen dalam Islam dapat dikaji dari
keseriusan Rasulullah dalam mendidik dan membina akhlak, pembinaan dan
كرتي فْلخ هِرهَظ الِإ َناَك هداز ىَلِإ ِراَّنلا نِإ هللا َّزع لجو اَل وحمي َئِّيَّسلا
ئِّيَّسلاِب نكَلو وحمي َئِّيَّسلا ِنسحْلاِب نِإ َثيِبخْلا اَل وحمي ثيِبخْلا15.
انَثَّدح دَّمحم نب َةمَلس ِنع ِنبا قاحسِإ نع دبع ِنمحَّرلا نع َناميَلس ِنب ىسوم
نع ٍلوحْكم نع يِبَأ َةمامُأ ِّيلهابْلا َلاَق تْلَأس َةدابع نب تماَّصلا ِنع ِلاَفنَأْلا
َلاَقَف انيف رشعم ِباحصَأ ٍردب تَلزن ينح انْفَلتخا يف ِلْفَّنلا تءَاسو هيف انُقاَلخَأ
هعزتناَف هللا نم انيديَأ هَلعجو ىَلِإ ِلوسر هللا ىلص مهللا هيَلع ملسو همسَقَف
ُلوسر هللا ىلص مهللا هيَلع ملسو نيب ينملسمْلا نع ءٍاوب ُلوُقي ىَلع ءِاوَّسلا16.
15 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaid dari Aban bin Ishaq dari
Shabbah bin Muhammd dari Murrah al-Hamdani dari ‘Abdullah bin Mas’ud ia berkata:
Bersabda Rasulullah saw: sesungguhnya Allah telah membagi akhlak di antara kamu sebagaimana
Allah telah membagi rezki di antara kamu. Dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan
dunia bagi orang yang mencitainya dan yang tidak mencintainya, dan tidak memberi agama
bagi kecuali bagi yang menginginkannya. Barang siapa yang dianugerahkan Allah agama, ia
akan mencintainya. Demi jiwaku yang berada dalam genggamannya, seseorang belum disebut
pasrah (yuslim) sehingga ia memasrahkan hati dan lisannya, dan belum disebut beriman
sebelum jirannya merasa aman dari bawa`iqahu.” Mereka (sahabat) berkata, ‘bawaiqahu’
itu apa ya Nabiyullah? Rasul bersabda:”kejahatannya dan kezalimannya”, dan seseorang
tidak mengusahakan harta yang haram dan memanfaatkannya, lalu rezki itu berkah baginya.
Dan Ia tidak bersedekah dengan rezki yang haram sehingga dapat diterima Allah dan tidak
menyimpannya kecuali akan menggiringnya ke neraka. Sesungguhnya Allah azza wa jalla
tidak akan menghapus kesalahan dengan kesalahan, tetapi akan menhapus kejahatan dengan
kebaikan. Sesungguhnya yang buruk tidak akan menghapus keburukan. Ibid., juz 1, h. 387.
16 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Salamah dari Ibn Ishâq dari ‘Abdu
ar-Rahman dari Sulaiman bin Musa dari Makhul dari Abu Umamah al-Bahili berkata: “Saya
bertanya pada ‘Ubadah bin as-Samit tentang rampasan perang (surat al-Anfal), Lalu ia menjawab,
di antara kami terdapat veteran perang Badar yang berselisih paham tentang harta rampasan
perang dan menyebabkan akhlak kami menjadi buruk. Kemudian Allah mencabut hak kami
hak kami akan hal ini dengan turunnya ayat ini, dan memberikannya kepada Rasulullah saw.
Dan Rasulullah saw. membaginya di antara umat Islam secara merata.
pendidikan ini bukan hanya dalam batas kehidupan dunia tetapi juga meliputi
kehidupan akhirat. Rasulullah menjelaskan bagaimana akhlak orang-orang
di surga dalam hadis berikut.
Bentuk Pengamalan Akhlaq
17 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Fadhail dari ‘Umarah dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah ia berkata: Bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya kelompok pertama
yang masuk sorga wajah mereka seperti bulan purnama. Kelompok berikutnya lebih dahsyat
dari sinar bintang indah di langit. Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak meludah,
tidak beringus, sisir mereka dari emas, keringat mereka wangi kesturi, bebatuan di sana terdiri
dari permata, pasangan mereka para bidadari/a, akhlak mereka sama (tidak ada pertentangan),
tekstur tubuh mereka seperti nabi Adam yang tingginya 60 hasta. Ibid., juz 2, h. 231.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
دهاجم نع ٍرِجاهم نبا يِنعي ميهاربإِ نع ُليئارسإِ انَثَّدح ٍرماع نب دوسأَ انَثَّدح
موي ملسو هيَلع مهللا ىلص ِّيبَِّنلا ىَلِإ يِب ءَيِج َلاَق هللا دبع ِنب ِبئاَّسلا ِنع
ُلوسر مهلَ َلاَقَف هيَلع َنونْثي اوُلعجَف ريهزو َنافع نب ُنامْثع يِب ءَاج َةكم ِحتَف
َلاَق ةيَّلهاجْلا يف يِبحاص َناَك دَق هِب ينِوملعت اَل ملسو هيَلع مهللا ىلص هللا
كَقاَلخأَ رُظنا بئاس اي َلاَقَف َلاَق تنُك بحاَّصلا معِنَف هللا َلوسر اي معن َلاَق
ُلوسر َلاَق َلاَق َةريره يِبأَ نع ٍحلاص يِبأَ نع َةرامع نع ٍليضُف نب دَّمحم انَثَّدح
َةَليَل ِرمَقْلا ةروص ىَلع َةنَّجْلا ُلخدت ةرمز َلَّوَأ نِإ ملسو هيَلع مهللا ىلص هللا
َنولُوبي اَل ًةءَاضإِ ءِامَّسلا يف ٍّيِّرد ٍبَكوَك ءِوض ِّدشَأ ىَلع مهنوُلي نيذلا َّمُث ِردبْلا
كسمْلا مهحشرو بهذلا مهُطاشمأَ َنوُطختمي اَلو َنوُلُفتي اَلو َنوُطَّوغتي اَلو
ىَلع دحاو ٍلجر ِقْلخ ىَلع مهُقاَلخأَ ينعْلا روحْلا مهجاوزأَو ُةَّوُلَأْلا مهرماجمو
17.اعارذ ينتِّس ِلوُط يف مدآ مِهيبِأَ ةروص
6.
Dalam hal akhlak, Islam bukanlah agama yang menghapus begitu saja
tradisi-tradisi sebelum Islam yang baik, melainkan ia tetap mempertahankan
kebaikan yang pernah berlaku di masa sebelum Islam. Hadis berikut menerangkan
bahwa memuliakan tamu, memuliakan anak yatim dan berbuat baik kepada
tetangga merupakan akhlak yang tetap didukung oleh risalah Islam.
270
Hal lain yang patut dilakukan oleh umat Islam dan merupakan akhlak
terpuji yaitu memberi maaf, sebagaimana dinyatakan dalam hadis berikut.
Hadis ini merupakan penjelasan terhadap ayat Q.S. al-A’raf/7: 199,
Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.
III. Pembentukan Positive Thinking
1. Berpikir Positif
Rasulullah Muhammad saw. Dalam hadis qudsi di bawah ini mengajarkan
umat Islam untuk selalu berpikir positif kepada Allah.
يتلا تنُك اهعنصت يف ةَّيلهاجْلا اهْلعجاَف يف ِماَلسِإْلا ِرْقَأ فيَّضلا ِمِرْكَأو م يتيْلا
نسِحَأو ىَلِإ كِراج18.
انَثَّدح ىيحي انَثَّدح عيكو نع ٍماشه نع هيِبَأ نع هللادبع ِنب ِريبُّزلا ) ذخ وْفعْلا
رمْأو فرعْلاِب ( َلاَق ام َلزنَأ هللا الِإ يف ِقاَلخَأ ِساَّنلا َلاَقو هللادبع نب داَّرب
انَثَّدح وبَأ َةماسُأ انَثَّدح ماشه نع هيِبَأ نع هللادبع ِنب ِريبُّزلا َلاَق رمَأ هللا هَّيِبن
ىلص مهللا هيَلع ملسو ْنَأ َذخْأي وْفعْلا نم ِقاَلخَأ ِساَّنلا وَأ امَك َلاَق19.
18 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Aswad bin Amir dari Israil dari Ibrahim yaitu
Ibn Muhajir dari Mujahid dari Sa’ib bin Abdullah berkata: “Saya didatangi oleh Rasulullah
pada hari penaklukan kota Mekah, Usman bin Affan dan Zuhair juga mendatangiku, lalu mereka
memujinya, lalu Rasulullah saw. bersabda: “Jangan kamu ajari aku tentangnya. Sungguh dia
itu sahabatku di masa Jahiliyah, ia berkata, ia menjawab: benar ya Rasulullah, Engkau yaitu
sahabat terbaikku, ia berkata, Rasul menjawab: Wahai Sa`ib! perhatikanlah akhlakmu yang
kamu lakukan semasa Jahiliyah, lalu jadikanlah sebagai akhlak dalam Islam, yaitu memuliakan
tamu, memuliakan anak yatim, dan berbuat baik kepada tetangga. Ibid., juz 3, h. 425.
انَثَّدح رمع نب ٍصْفح انَثَّدح يِبَأ انَثَّدح شمعَأْلا تعمس ابَأ ٍحلاص نع يِبَأ
ُ ُ
19 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Yahya, Bercerita kepada kami Waki’ dari Hisyam
dari ayahnya dari Abdullah bin Zubair فورعلم رمأ(ÎÐ ÇáÚÝæ æÃãÑ و وفعلا ذخ ( berkata: “Allah tidak akan
menurunkan ayat ini kecuali menjelaskan akhlak, dan berkata Abdullah bin Barrad bercerita
kepada kami Abu Usamah, bercerita kepada kami Hisyam dari ayahnya dari Abdullah bin
Zubair berkata bahwa tafsir ayat di atas yaitu : Allah memerintahkan Nabinya saw. supaya
memberi maaf karena termasuk akhlak manusia. Hadis syarif marfu’ riwayat Bukhari,
ªahîh al-Bukhârî, juz 15, h. 239 dan 240.
271
Demikian juga ajaran Rasulullah saw. Untuk tetap berpikir positif dalam
keadaan yang sangat menederita sebagaimana hadis di bawah ini yang kualitas
sanadnya mayoritas tsiqah dan tsiqah ma’mûn.
Hadis ini mendidik manusia untuk sabar dalam menghadapi penderitaan
(dalam hal ini penyakit) dan tetap berpikir positif dalam penderitaan ini .
Pikiran positif akan menghasilkan sikap optimisme dalam kehidupan, sebaliknya
pikiran negatif akan menghasilkan psimisme dalam kehidupan. Daniel Goleman
menyatakan bahwa “pessimistic ways of interpreting life’s defeats seem to feel
the sense of helplesness and hopelessness.22
ٍ
21 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Adam dari Syu‘bah dari Tsabit al-Bunanî dari
Anas bin Mâlik ra. katanya: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu bercita-cita supaya
cepat mati karena ditimpa suatu kesulitan. Sekiranya dia berada dalam keadaan yang mengharuskan
dia berbuat demikian, ia boleh berkata: Ya Allah, hidupkanlah aku jika hidup itu lebih baik
bagiku. Akan tetapi jika mati itu lebih baik bagiku, matikanlah aku.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
مهنع مهللا يضر كلام ِنب ِسنَأ نع ُّينِانبْلا تبِاثَ انَثَّدح ُةبعش انَثَّدح مدآ انَثَّدح
ْنِإَف هباصأَ ٍّرض نم تومْلا مُكدحَأ َّنينَّمتي لا ملسو هيَلع مهللا ىلص ُّيبَِّنلا َلاَق
تناَك اَذإِ يِنفوتو يل اريخ ُةايحْلا تناَك ام يِنِيحَأ َّمهللا ِلُقيْلَف اًلعاَف َّدب اَل َناَك
21.يل اريخ ُةاَفوْلا
20 Artinya: Meriwayatkan kepada kami ‘Umar ibn Hafs dari ayahnya dari al-A’masy
dari Abu ªâlih dari Abu Hurairah ra. katanya: Rasulullah saw. bersabda: Allah s.w.t berfirman:
Aku yaitu berdasarkan kepada persangkaan hambaKu terhadapKu. Aku bersamanya ketika
dia mengingatiKu. Apabila dia mengingatKu dalam dirinya, niscaya aku juga akan mengingatnya
dalam diriKu. Apabila dia mengingatKu dalam suatu kaum, niscaya Aku juga akan mengingatnya
dalam suatu kaum yang lebih baik dari mereka. Apabila dia mendekatiKu dalam jarak sejengkal,
niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekatiKu sehasta,
niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam
keadaan berjalan seperti biasa, niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari-
lari anak. Ibid., juz 24, h. 246.
ىلَاعت هللا ُلوُقي ملسو هيَلع مهللا ىلص ُّيبَِّنلا َلاَق َلاَق مهنع مهللا يضر َةريره
يف هترَكَذ هسِْفن يف يِنرَكَذ ْنِإَف يِنرَكَذ اَذإِ هعم انَأو يِب يدبع ِّنَظ دنع انَأ
تبَّرَقت ٍربشِب َّيَلِإ بَّرَقت ْنِإو مهنم ٍريخ ٍإَلم يف هترَكَذ ٍإَلم يف يِنرَكَذ ْنِإو يسِْفن
20.ًةَلوره هتيتَأ يشمي ينِاتَأ ْنِإو اعاب هيَلِإ تبَّرَقت اعارذ َّيَلِإ بَّرَقت ْنِإو اعارذ هيَلإِ
272
Dari perspektif tasawuf seorang Muslim harus mampu menjadikan penderitaan
dan persoalan hidup yang dialaminya sebagai katalisator kreatifitas spiritualnya.
Dalam hal ini Vilayat Inayat Khan mengkristalisasikan penderitaan dan persoalan
hidup dalam pertanyaan-pertanyaan kritis berikut:
Bisakah anda bayangkan seperti apa permasalahan anda dilihat dari sudut
pandang Tuhan, atau bagaimana Tuhan memecahkan permasalahan ini ?
Pernahkah anda tanyakan pada diri sendiri apakah alasan yang menyebabkan
terjadinya berbagai peristiwa dalam hidup anda?
Pernahkan anda renungkan bahwa dilema-dilema membingungkan yang
mengganggu kehidupan anda sehari-hari akan menantang anda untuk
membuka cara-cara permikiran baru ?
Bisakah anda pahami bahwa kesulitan-kesulitan ini merupakan sarana
lahirnya sesuatu yang misterius, mungkin bahkan hebat, melalui anda?23
Bagi orang-orang berpikiran negatif penderitaan merupakan hal yang
menghambat untuk mencapai atau mempertahankan pencerahan kehidupan
dunia dan spiritual. Sebaliknya bagi orang-orang yang berpikiran positif hal
ini merupakan tantangan untuk mencapai pencerahan dunia dan spiritual.
Inayat Khan menyatakan “[p]enghalang-penghalang yang kita hadapi bukannya
menjadi rintangan di jalan spiritual, melainkan katalisator kreatif bagi evolusi
spiritual. Yang sebelumnya tampak seperti kekalahan, dalam kesadaran kita
yang baru menampilkan dirinya sebagai kemenangan”.24
Dalam perspektif psikologi, penderitaan merupakan media mencapai
kematangan jiwa yang dengan demikian jiwa akan menjadi siap untuk menghadapi
tantangan-tantangan yang lebih tinggi untuk kemudian mencapai pencerahan
dalam kehidupan sehingga hidup lebih bermakna dan berbahagia. Dari sisi
ini, kesadaran keimanan akan dibimbing untuk memahami bahwa semua
Nabi menjalani penderitaan yang tiada tara yang kemudian membawa para
Nabi mencapai kesuksesan besar dalam menjalankan Misi Ilahiah.
Ayat-ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa beberapa Nabi telah dicoba
dengan ujian penyakit yang berat dan mereka tetap berpikir dan besikap positif
menghadapi ujian ini . Salah satunya yaitu Nabi Ayub as., sebagaimana
disitir dalam Q.S. al-Anbiya’/21: 83, Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru
Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau
yaitu Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang”.
Dalam tafsirnya, Jalalain menafsirkan ayat ini sebagai berikut:
(Dan) ingatlah kisah (Ayub,) kemudian dijelaskan oleh Badalnya, yaitu
(ketika ia menyeru Rabbnya) pada saat itu dia mendapat cobaan dari-
Nya; semua harta bendanya lenyap dan semua anak-anaknya mati serta
badannya sendiri tercabik-cabik oleh penyakit, semua orang menjauhinya
kecuali istrinya. Hal ini dialaminya selama tiga belas tahun, ada yang
mengatakan tujuh belas tahun dan ada pula yang mengatakan delapan
belas tahun. Selama itu penghidupan Nabi Ayub sangat sulit dan sengsara
(“Sesungguhnya aku) asal kata Anni yaitu Bi-ann (telah ditimpa kemudaratan)
yakni hidup sengsara (dan Engkau yaitu Yang Maha Penyayang di antara
semua penyayang”).25
Atas ketabahannya dan sikap positifnya terhadap kasih sayang Allah, maka
Allah kemudian menukar kehidupan Nabi Ayub as. yang menderita menjadi
bahagia, sebagaimana tercantum dalam ayat berikutnya, Q.S. al-Anbiya’/21: 84,
Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit
yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat
gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi
peringatan bagi semua yang menyembah Allah.
Penjelasan ayat ini oleh Jalalain dalam tafsirnya sebagai berikut:
(Maka Kami pun memperkenankan seruannya) doanya (lalu Kami lenyapkan
penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya)
yakni semua anak-anaknya baik yang laki-laki maupun yang perempuan,
dengan cara menghidupkan mereka kembali. Jumlah anaknya ada tiga
atau tujuh orang (dan Kami lipat gandakan bilangan mereka) bilangan anak-
anaknya yang dilahirkan dari istrinya dan istrinya pun dimudakan-Nya.
Nabi Ayub mempunyai dua buah lumbung; yang satu untuk tempat gandum
dan yang satu lagi untuk tempat jewawut. Kemudian Allah mengirimkan
dua kelompok awan; yang satu menurunkan hujan emas pada lumbung
tempat gandum dan yang satunya lagi menurunkan hujan perak pada
lumbung tempat jewawut, sehingga kedua lumbung itu penuh dengan
emas dan perak (sebagai suatu rahmat) lafal Rahmatan ini menjadi Maf’ul
Lah (dari sisi Kami) lafal Min ‘Indinaa ini berkedudukan menjadi kata sifat
(dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah)
supaya mereka bersabar, yang karenanya mereka akan mendapatkan pahala.
2. Bersikap Positif Terhadap Sesama Mukmin
Rasulullah Muhammad saw. menganjurkan umatnya untuk selalu bersikap
dan berprilaku positif kepada sesama sebagaimana dalam hadits berikut
yang kualitas sanadnya mayoritas tsiqah.
Hadis ini sejalan dengan firman Allah dalam Q.S. al-Hujurat/49: 11, Hai
orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita
lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik
dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri
dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-
buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa
yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Sikap tidak menghina orang lain melalui perkataan dan perbuatan dalam
kehidupan sosial sangat penting. Hal ini disebabkan karena secara psikologis
perkataan dan perbuatan yang menghinakan dapat memicu agresifitas dalam
masyarakat dan apabila dibiarkan akan meluas meningkatkan sikap dan prilaku
agresif dalam masyarakat dan tentu saja akan menciptakan kehidupan tanpa
ketenangan dalam masyarakat. Dari sisi ini, hadis Rasulullah yang menyatakan
bahwa perkataan penghinaan itu akan kembali kepada keduanya (yang mengatakan
dan sasaran perkataan) yaitu benar. Perkataan penghinaan akan diterima
sebagai sesuatu yang menjatuhkan harga diri sehingga orang yang menjadi
sasaran perkataan ini akan bereaksi untuk mempertahankan harga dirinya.
Hal ini akan dilakukan dengan dua cara: positif dan negatif. Secara positif
orang ini akan melakukan introskpeksi kemudian membenahi kepribadiannya.
Sedangkan secara negatif orang ini akan memberikan reaksi yang sama
27 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Ismâ’îl dari Mâlik dari ‘Abdullah bin Dînâr dari
Abdullah bin Umar ra. katanya: Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: Apabila seseorang mengkafirkan
saudaranya, maka ucapan mengkafirkan itu akan kembali kepada salah seorang di antara
keduanya (yaitu kepada yang mengatakannya atau orang yang menjadi sasaran perkataan
itu). Hadis ini syarif marfu‘. Bukhari, Sahîh al-Bukhârî, juz 20, h. 262.
رمع ِنب هللادبع نع ٍرانيد ِنب هللادبع نع كلام يِنَثَّدح َلاَق ُليعامسِإ انَثَّدح
ملسو هيَلع هللا ىلص َّيبَِّنلا نَأ :امهنع هللا يضردَقَف هاخأَ ُلجَّرلا رفَك اَذِإ َلاَق
27.امهدحَأ اهِب ءَاب
275
kepada orang yang menghinanya, yakni membalas penghinaan dengan penghinaan.
Umumnya, orang lebih cenderung bereaksi negatif terhadap penghinaan.
Dalam rangkaian yang panjang, individu yang terus menerus menerima
penghinaan akan frustasi dengan keadaan ini sebab ia merasa tidak dapat
menolong dirinya sendiri untuk keluar dari permasalahan ini. Individu yang
frustasi akan menjadi individu yang agresif. Untuk membuktikan teori ini,
J. Dolard dan teman-temannya melakukan penelitian yang hasilnya antara
lain yaitu individu-individu melakukan reaksi yang bervariasi atas frustasi,
yakni sikap dan perbuatan agresif, menarik diri dari masyarakat, psimis menghadapi
kehidupan, dan melampiaskan sumber frustasinya pada orang lain.28
Jelas bahwa efek bola salju dari penghinaan atas diri seseorang membawa
kezaliman yang besar, bukan saja kepada diri pribadi orang yang dihina melainkan
juga kepada masyrakat luas. Dari sisi ini, pemikiran yang mendalam akan sangat
membenarkan sabda Rasulullah berikut ini dengan kualitas sanad umumnya
tsiqah dan tsiqah tsubut:
Dari perspektif psikologi, perkataan dan perbuatan penghinaan memberikan
efek bola salju dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek:
Pertama, aspek konsep diri. Penghinaan akan memberikan efek negatif pada
konsep diri individu masyarakat. Walaupun konsep diri seseorang sebenarnya
bukan merupakan bentuk yang konkret dan tidak mudah untuk diubah. tetapi
tetap ada kemungkinan untuk perubahannya walaupun tentu saja tidak dalam
waktu singkat. Bila seorang individu menerima penghinaan terus menerus
maka konsep dirinya akan berubah menjadi negatif yang pada akhirnya akan
melahirkan sikap dan prilaku yang negatif pula, sebab sikap dan tindakan
seseorang secara konsisten dipengaruhi oleh konsep dirinya. Hal ini mengingat
bahwa pembentukan konsep diri dipengaruhi oleh tiga hal:
انَثَّدح دَّمحم نب َةرعرع َلاَق انَثَّدح ُةبعش نع ديبز َلاَق تْلَأس ابَأ ٍلئاو ِنع
ةَئِجرمْلا َلاَقَف يِنَثَّدح هللادبع نَأ َّيِبَّنلا ىلص مهللا هيَلع ملسو َلاَق بابس
ِملسمْلا قوسُف هُلاتقو رْفُك29.
28 J. Dolard, L. Doob, N. Miller, O.H. Mowrer dan R.R. Sears, Frustration and Agression
(New Heaven: Yale University Press, 1939).
29 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin ‘Ar‘arah dari Syu‘bah dari Zaid
dari Abdullah bin Mas’ud ra. katanya: Rasulullah saw. bersabda: Mencaci dan memaki orang-
orang Islam yaitu fasik dan memerangi mereka yaitu kafir. Hadis ini syarif marfu‘ diriwayatkan
oleh Bukhari, ªahîh al-Bukhârî, juz 1, h. 94.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
276
1. Perbandingan sosial, yaitu membandingkan diri sendiri dengan orang
lain maupun dengan kelompok lain yang dijadikan rujukan perbandingan.
Hal yang patut diperhatikan dalam perbandingan sosial ini yaitu bahwa
proses ini bukanlah suatu proses yang objektif. Oleh sebab itu penghinaan
yang terus menerus diterima akan membawa individu tidak mampu lagi
berpikir objektif tentang keberadaan dirinya, ia akan lebih mengarahkan
dirinya pada kelemahan-kelemahan yang ia miliki dari pada kelebihan-
kelebihannya. Sehingga terbentuklah konsep diri yang negatif.
2. Umpan balik dari orang lain. Umpan balik yang secara langsung membentuk
konsep diri yaitu yang datang dari orang tua kemudian individu dan
kelompok lain yang dekat dalam kehidupannya. Itulah sebabnya Rasulullah
Muhammad saw. menyatakan bahwa mencaci maki sesama Muslim yaitu
fasik, karena bagi seorang Muslim, individu dan kelompok Muslim lain
merupakan rujukan dalam pembentukan konsep diri. Bila umpan balik
dari rujukan ini negatif (dalam bentuk penghinaan) maka konsep dirinya
pun negatif.
3. Budaya. Seperti telah diketahui bahwa dalam kehidupan sosial ketentuan
tentang baik dan buruknya sesuatu – termasuk tingkah laku dan kepribadian–
ditentukan oleh budaya masyarakat. Dengan demikian, budaya masyarakat
mempengaruhi bagaimana cara seseorang memandang dirinya sendiri
dan orang lain. Demikian pula budaya masyarakat turut berperan dalam
kemunculan stereotype yang juga turut mempengaruhi distorsi pandangan
terhadap orang lain. Dapat dibayangkan bila dalam masyarakat Islam
terdapat banyak individu yang saling menghinakan maka masyarakatpun
akan hidup dalam kehinaan.
Kedua, aspek harga diri. Harga diri merupakan keseluruhan penilaian seseorang
tentang nilai dirinya sebagai manusia. Harga diri merupakan komponen evaluatif
dari konsep diri. Harga diri merupakan hal yang penting untuk beberapa alasan:
1. Orang-orang yang memiliki harga diri yang kurang cenderung memiliki
masalah emosional.
2. Terdapat korelasi yang positif antara tingkat harga diri dengan tingkat
pencapaian/kesuksesan seseorang. Dengan kata lain, orang yang memiliki
harga diri yang baik tingkat kesuksesannya akan lebih tinggi.
3. Dalam interaksi sosial, orang-orang dengan harga diri tinggi supel dalam
pergaulan, percaya pada diri sendiri dan cenderung diterima. Sebaliknya
orang-orang rendah harga dirinya kaku dalam pergaulan, malu terhadap
diri sendiri, dan lebih sering diisolir.
277
4. Orang-orang yang tinggi harga dirinya lebih mandiri dan tidak mudah
dipengaruhi oleh orang lain atau oleh pengaruh masyarakat.
5. Orang-orang yang mapan harga dirinya cenderung menyukai orang lain
secara alami (tidak berpura-pura), sebaliknya bagi yang kurang mapan
harga dirinya cenderung berpura-pura dalam menyukai orang lain sebab
ia selalu memandang orang lain secara negatif dan selalu dipengaruhi
bias pribadinya bila ia tidak menyukai orang lain.
6. Orang-orang dengan harga diri rendah cenderung untuk menimpakan
kesalahan pada orang lain.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa penghinaan dalam bentuk
perkataan maupun perbuatan yang diterima seseorang terus menerus akan
melahirkan harga diri yang rendah bagi individu dan masyarakat.
Ketiga, aspek proses atribusi. Atribusi yaitu proses bagaimana seseorang
menghubungkan dirinya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Proses
atribusi ini terjadi secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal
ini ada dua hal yang harus diperhatikan:
1. Setiap orang secara tetap melakukan atribusi untuk memahami penyebab
dari suatu tingkah laku.
2. Pada proses atribusi ini terlibat rujukan yang pada akhirnya mewakili
perkiraan dari sisi individu.
Kualitas kepribadian individu sangat menentukan hasil dari proses atribusi
ini, sebab sesudah ia menjadikan seseorang sebagai objek rujukan terdapat
proses internalisasi tingkah laku orang yang dijakdikannya sebagai rujukan.
Hal mendasar yang kemudian patut diperhitungkan dalam proses internalisasi
ini yaitu kemampuan seseorang dalam mengkaji faktor-faktor situasional
yang mengiringi objek rujukan bersikap dan berprilaku.
Dalam kaitannya dengan hadis ini, bila individu Muslim menerima perkataan
dan perbuatan penghinaan bila ia mampu menganalisa faktor-faktor situasional
yang memicu seseorang berbuat demikian secara objektif maka ia akan dapat
mentoleransi penghinaan ini dan tidak mengalami hambatan atau gangguan
dalam hidup bermasyarakat. Namun bila hal sebaliknya terjadi maka ia tidak
mampu mentolerir penghinaan itu dalam dirinya atau dengan kata lain yang
terbangun yaitu ketidak-sesuaian sehingga terjadilah ketaksesuaian kognitif
(cognitive dissonance). Karena pengalaman cognitive dissonance merupakan
pengalaman yang tidak menyenangkan, maka terdapat usaha-usaha untuk lari
dari hal ini dengan memodifikasi tingkah laku dan kepercayaan yang dengan
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
278
demikian setidak-tidaknya secara internal sikap dan tingkah lakunya sudah
dianggap sesuai. Hal yang harus diingat yaitu , persepsi sosial terjadi secara
subjektif dan selektif yang akurasinya tidak dapat dijamin. Ini disebabkan
karena perpsepsi seseorang tentang orang lain dipengaruhi dugaan-dugaan
tentang orang ini yang lebih dahulu muncul dalam pikirannya justru
sebelum observasi dilakukan.
Menyadari efek bola saljunya, maka sangat urgen bagi individu dan masyarakat
Muslim untuk melakukan pencegahan perkataan dan perbuatan yang keji
dan menghinakan dalam masyarakat Muslim sesuai dengan sabda Rasulullah
Muhammad saw. berikut yang kualitas sanadnya sebagian besar yaitu tsiqah,
sadûq dan laisa bihi ba’sa:
Dalam syarahnya tentang hadis ini, Ibn Hajar al-Asqalani menyatakan
bahwa umumnya kata sesudah ’ayy’ berbentuk jama’ sedangkan di sini kata
‘Islam’ berbentuk plural, dengan demikian ini berarti bahwa ada kata yang
dihapus dalam hadis ini, semestinya kalimat ini berbunyi ‘ayy zawi al-Islam’
Pengertian seperti ini sajalan dengan riwayat Muslim yang menggunakan redaksi
‘ayy al-muslimin afdhal’. Jika kedua redaksi ini diformulasikan maka keutamaan
seorang Muslim akan dicapai dengan melakukan salah satu dari hal-hal yang
disebutkan dalam hadis di atas.31
Mencegah perkataan dan perbuatan keji dan menghinakan akan melahirkan
dan mengembangkan rasa kasih sayang dalam masyarakat Muslim sebagaimana
yang diperintahkan Rasulullah Muhammad saw. dengan kualitas sanadnya
sebagian besar yaitu tsiqah dan sadûq:
انَثَّدح ديعس نب ىيحي ِنب ديعس ُّيشرُقْلا َلاَق انَثَّدح يِبَأ َلاَق انَثَّدح وبَأ َةدرب نب
هللادبع ِنب يِبَأ َةدرب نع يِبَأ َةدرب نع يِبَأ ىسوم يضر مهللا مهنع َلاَق اوُلاَق
اي َلوسر هللا ُّيَأ ِماَلسِإْلا ُلضْفَأ َلاَق نم ملس َنوملسمْلا نم هِناسل هديو30.
انَثَّدح دَّمحم نب ىَّنَثمْلا نباو ٍراَّشب اَلاَق انَثَّدح دَّمحم نب ٍرَفعج انَثَّدح ُةبعش
30 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Sa’id bin Yahya bin Sa’id Qurasyi dari ayahnya
dari Abu Burdah bin ‘Abdullah bin Abu Burdah dari Abu Burdah dari Abu Musa r.a. katanya:
Aku bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah sifat orang Islam yang paling baik ? Rasulullah
saw. bersabda: Seseorang yang menyelamatkan orang-orang Islam dari (kejahatan) lidah
dan tangannya.
Dalam syarahnya, Ibn Hajar al-Asqalani menjelaskan bahwa kecintaan
merupakan sebagian dari Iman, dan kecintaan yang dimaksud di sini yaitu
kecintaan kepada sesama Muslim sehingga ia akan merasa bahagia bila saudaranya
mendapatkan seperti yang dia dapatkan baik dalam hal yang material maupun
yang non material. Seorang Muslim yang melaksanakan hadis ini akan mencapai
kesempurnaan iman, namun apabila ia tidak melaksanakannya ia tidak menjadi kafir.33
Kegagalan membangun rasa kasih sayang dalam masyarakat akan menciptakan
kondisi berikut:
1. terdapat anggota kelompok yang berlawanan dengan masyarakat
2. terdapat nilai-nilai Islam yang dilawan oleh kelompok
3. ketidak-mampuan masyarakat dalam menyerap perbedaan pendapat
Dari sisi psikologi agama, pertumbuhan dan perkembangan suatu sekte/
kelompok keagamaan dalam masyarakat antara lain disebabkan oleh konflik
internal yang muncul dalam satu kelompok agama saat sebagian individu
dalam kelompok ini mencapai suatu status sosial, sehingga orang-orang
yang tidak mampu atau tidak ingin mencapai status tertentu mengadakan
pembelotan dan mencoba untuk membangun sekte/kelompok baru.34 Sementara
itu Yinger mengetengahkan tiga tipe utama dalam hal ini:
1. Golongan yang secara passif menerima keadaan kekurangmampuan mereka
dan menekankan pada pengamalan nilai-nilai keagamaan.
2. Golongan yang mengundurkan diri dari masyarakat, kemudian mengkritiknya
tetapi tidak menyerangnya.
3. Golongan yang giat dalam menyerang masyarakat, dan menyalahkannya
dari sudut nilai-nilai agama.35
ٍٍ
َلاَق تعمس َةداتَق ُثِّدحي نع ِسنَأ ِنبا كلام ِنع ِّيِبَّنلا ىلص مهللا هيَلع ملسو
َلاَق لا نمؤي مُكدحَأ ىَّتح َّبحي هيخَأل وَأ َلاَق هِراجل ام ُّبحي هسِْفنل32.
32 Artinya: Meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Mutsanna dan Ibn Basyar dari
Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas bin Malik ra. katanya: Nabi saw.
telah bersabda: Tidak sempurna iman seseorang sebelum dia menyayangi saudaranya atau
Nabi saw. bersabda: Sebelum dia menyayangi tetangganya, sebagaimana dia menyayangi
dirinya sendiri. Hadis ini syarif marfu‘.Muslim, sahîh Muslim,
Keberhasilan membangun rasa kasih sayang dalam masyarakat akan
melahirkan semua kondisi positif bagi pengembangan masyarakat Islam.
Yang dengannya akan lahir masyarakat Islam sebagai berikut: 36
1. Berlandaskan pada keimanan.
2. Menjunjung tinggi Islam.
3. Memberikan perhatian yang tinggi pada ilmu pengetahuan.
4. Menjaga dan menghormati kehormatan insan.
5. Mencintai keluarga.
6. Dinamis dan bercita-cita untuk berkembang terus-menerus.
7. Giat dan sungguh-sungguh dalam bekerja dan berkarya.
IV. Rumusan Konsep Pendidikan Akhlaq
Hadis-hadis yang telah dipaparkan dalam bagian ini menunjukkan bahwa
pendidikan akhlak mencakup semua aspek kehidupan manusia dan semua
aspek kepribadian manusia. Untuk keberhasilannya pendidikan akhlak harus
ditempuh dengan menggunakan berbagai metode dan metode yang utama dalam
pendidikan akhlak tentu saja yaitu yaitu meneladankannya. Keteladanan
yang diberikan harus menyeluruh dan terintegrasi dalam sisi spiritual, kognitif,
afektif dan psikomotor dan ini harus lahir dari semua invididu Muslim dari berbagai
sektor pendidikan: formal, informal dan non formal (dalam arti masyarakat).
Hal ini perlu sebab Islam merupakan agama dengan seperangkat aturan
dan norma yang harus ditaati oleh penganutnya. Oleh sebab itu penanaman
ajaran-ajaran dan nilai-nilai keislaman sejak dini merupakan satu kemutlakan.
Salah satu materi keagamaan yang dapat ditanamkan kepada anak secara
dini yaitu akhlak. Dalam hal akhlak ada tiga fase yang dilalui oleh anak.
Fase pertama, akhlak anak dikendalikan dari luar dirinya, yakni oleh orang-
orang dewasa di sekitarnya. Dalam hal ini anak sangat bergantung kepada orang-
orang dewasa tentang perbuatan yang baik dan yang buruk, yang boleh dan
yang dilarang. Lebih jauh lagi anak bukan saja mempelajari hal-hal yang boleh
dan yang dilarang, tetapi ia juga mempelajari adat kebiasaan manusia (konvensi
sosial) di sekitarnya yang tidak berkaitan dengan akhlak misalnya doa makan,
doa ke kamar mandi.
Fase kedua yaitu saat anak mampu menerapkan pengendalian diri sendiri.
Ini merupakan saat anak berprilaku baik bukan karena takut pada orang tua
atau karena pengawasan orang tua atau orang dewasa lain. Dengan kata lain
telah terjadi proses internalisasi nilai-nilai, norma-norma dan aturan-aturan
dalam diri anak. Di sinilah anak mulai menerapkan standard internal terhadap
setiap perbuatannya. Hal yang harus diperhatikan di sini yaitu urgensi penciptaan
dan penegakan konsistensi nilai, norma dan aturan serta situasi dan kondisi
yang mendukung kepada penciptaan akhlak yang baik dalam lingkungan hidup
anak. Sebab bila kekonsistenan nilai, norma dan aturan tidak didapati anak
maka terjadi konflik dalam diri anak yang berakibat pada ketiadaan pengendalian
diri sendiri bagi anak. Kemampuan pengendalian diri ini merupakan kemampuan
untuk menanamkan atau mengendalikan prilaku sesuai dengan aturan dan
moral masyarakat.
Fase ketiga yaitu fase saat anak telah memiliki aturan-aturan sendiri
dalam kehidupannya, yakni suatu fase yang di dalamnya anak telah menerapkan
strategi dan rencana sendiri dalam menghadapi tantangan-tantangan yang
berlawanan dengan akhlak yang baik.
Dalam Islam akhlak menduduki posisi penting, hal ini dapat difahami
dari salah satu misi Rasulullah Muhammad saw. yaitu untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Langgulung dan Najati menggariskan hal-hal praksis yang
dapat dilakukan dalam pendidikan akhlak anak, antara lain:37
1. Meneladankan/menjadi contoh (bukan memberi contoh) kepada anak
akan akhlak yang mulia.
2. Menciptakan suasana dan peluang kepada anak untuk berakhlak mulia.
3. Menunjukkan kepada anak bahwa orang tua selalu mengawasi sikap dan
prilaku mereka.
4. Menjauhkan anak dari teman-temannya yang memungkinkannya berakhlak
tercela.
5. Menjaga anak agar tidak mengunjungi tempat-tempat yang dapat merusak
akhlaknya.
6. Membiasakan anak untuk hidup bersahaja agar mereka mampu bersikap
sabar dalam menghadapi kesulitan hidup. Kemanjaan dan kekayaan
akan mengajarkan hal yang sebaliknya.
7. Mendidik anak adab makan, mandi, berpakaian, buang air, tidur, dan
sebagainya yang telah diatur dalam Islam termasuk do’a-do’a yang mengiringi
aktivitas ini .
8. Mengajarkan anak dan membiasakan mereka untuk membaca al-Qur’ân
setiap hari.
9. Mengajarkan anak cerita-cerita tentang para Nabi, Rasul, sahabat Rasul,
dan orang-orang salih lainnya dalam sejarah Islam. Hal ini dimaksudkan
untuk menumbuhkan rasa cinta anak-anak kepada mereka sekaligus
menjadikan mereka sebagai idola dan teladan.
10. Memberikan respon atas akhlak anak, yakni dengan memberikan penghargaan
atas akhlak yang baik dan memberikan hukuman atas akhlak yang buruk.
11. Membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang bersifat jasmaniah/
olah raga (tarbiyah jasadiyah). Hal ini selain bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan anak juga bertujuan untuk menghidarkan anak dari sifat malas.
12. Membiasakan anak untuk bersikap rendah hati dan menghargai orang lain.
13. Mendidik anak untuk tidak bersifat materialis.
14. Melarang anak untuk melakukan sumpah, baik sumpah yang benar maupun
yang bersifat bohong. Hal ini dimaksudkan untuk mendidik anak untuk
tidak menganggap ringan sumpah.
15. Membiasakan anak untuk berkata-kata dengan perkataan yang baik serta
melarang mereka untuk berkata-kata kotor dan mencela.
16. Mengajarkan anak untuk sabar menerima hukuman, khususnya bila menerima
hukuman dari guru. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan jiwa kesatria
anak untuk bertanggungjawab atas kesalahan yang dilakukan.
17. Memberikan anak waktu untuk istirahat dan rekreasi.
18. Jika anak telah remaja (baligh), mereka diharuskan untuk tetap melaksanakan
salât setiap waktu dan menjalankan ibadah-ibadah wajib lainnya.
19. Menanamkan dalam jiwa anak rasa takut melakukan perbuatan-perbuatan
dosa.
Pendidikan akhlak yang berkaitan dengan aspek psikologis penting diberikan
kepada anak untuk mencapai jiwa yang sehat. Dalam pendidikan ini peranan
keluarga sangat penting, sebab keluarga terlibat dalam kehidupan anak sejak
awal kehidupannya sampai kemudian ia memiliki rumah tangga sendiri. Dengan
pendidikan ini diharapkan anak akan dapat mencapai perkembangan jiwa dan
emosi yang sehat, termasuk mencintai semua makhluk Allah. Hal-hal praktis
yang dapat dilakukan antara lain:
1. Mengetahui segala keperluan psikologis dan emosi anak serta cara memenuhinya.
2. Memantau gejala-gejala awal penyimpangan psikologis dan emosi anak
serta pemberian terapi yang tepat.
283
3. Memberi kesempatan kepada anak untuk bergaul dan beraktivitas untuk
mengembangkan fungsi-fungsi psikologisnya.
4. Membiasakan anak menghargai dirinya dan orang lain.
5. Gunakan hukuman badan sebagai alternatif terakhir.
Pendidikan akhlak yang berkaitan dengan aspek sosial penting diberikan
sebab harus diingat bahwa manusia yaitu makhluk sosial yang dengan demikian
setiap individu Muslim harus di didik untuk berhubungan baik dengan orang-
orang di luar dirinya. Dalam hal ini tentu saja keluarga merupakan tempat
pertama anak menjalin hubungan sosial dengan demikian keluarga merupakan
tempat pertama dan utama untuk memberikan pendidikan akhlak sosial
ini. Hal-hal praktis yang dapat dilakukan antara lain:
1. Memberikan teladan prilaku sosial yang sehat, misalnya berinfaq, bergotongroyong.
2. Menciptakan hubungan yang harmonis di rumah, di masyarakat dan di
lembaga-lembaga yang ada.
3. Mendidik setiap individu Muslim secara bertahap untuk mencapai kemandirian
sosial, politik, dan ekonomi.
4. Menghindarkan individu Muslim dari sifat manja dan berfoya-foya.
5. Menolong individu Muslim menjalin pergaulan dan persahabatan yang
islami.
6. Membiasakan individu Muslim hidup sederhana, ini akan memberikan
kemampuan kepada mereka untuk mengatasi kesulitan hidup yang dihadapinya.
V. Penutup
Jelas difahami bahwa akhlak Rasulullah saw., yaitu Al-Qur’an. Dengan
demikian merupakan keharusan bagi setiap Muslim untuk menggali kandungan
Al-Qur’an dan mengamalkannya serta menyebarluaskannya di masyarakat
dalam semua aspek kehidupan dan bentuknya. Allah telah berfirman dalam
Q.S. Yunus/10: 57, Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Juga dalam
Q.S. al-Isra’/17: 82, Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Berakhlak sesuai dengan Al-Qur’an semakin perlu dalam konteks kehidupan
masyarakat Indonesia yang saat ini tengah dilanda multi krisis dan berdampak
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Akhlak (Suprayetno W.)
284
pada kesehatan jiwa dan sosial warganya. Penyakit jiwa dan sosial ini sebagiannya
disebabkan oleh keterpisahan manusia dengan Allah swt. sehingga tercipta
ketidaksinkronan kerja struktur kepribadian manusia.
Ketidaksinkronan kerja struktur kerpribadian manusia mengakibatkan
konflik internal di dalam diri manusia salah satunya yaitu konflik antara
nilai-nilai moral yang dianut dengan desakan terhadap pemenuhan keinginan-
keinginan materialis. Satu-satunya jalan keluar yaitu dengan mengintegrasikan
kerja seluruh komponen ruhaniah dan komponen jasmaniah manusia dengan
tuntunan Allah yang tertuang dalam Al-Qur’an dan al-Hadis.
285
HADIS-HADIS TENTANG
PENDIDIKAN BAHASA
Luthfi Maulana Nasution
I. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan dapat ditemui istilah-istilah pendidik, mendidik,
dan peserta didik. Dengan pengertian sederhana pendidik merupakan orang
yang mendidik, mendidik merupakan pekerjaan sengaja dari pendidik untuk
melakukan perubahan positif pribadi peserta didik, dan peserta didik merupakan
subjek yang akan diubah pribadinya. Salah satu unsur pribadi peserta didik
yaitu unsur kecerdasan. Kecerdasan kognitif merupakan unsur kecerdasan
manusia yang mengandung unsur bahasa.
Bahasa merupakan salah satu alat manusia untuk berkomunikasi. Komunikasi
merupakan proses saling memberi informasi dari seseorang kepada orang lain.
Dengan komuniksi yang baik seseorang dapat mengetahui orang lain dengan
baik. Banyak mengetahui orang lain dengan baik maka seseorang dapat memahami
orang lain dengan baik pula. Memahami orang lain dengan baik maka seseorang
dapat merasakan perasaan orang lain dengan baik. Merasakan perasaan orang
lain dengan baik maka seseorang dapat berbuat baik kepada orang lain sesuai
dengan peraturan yang ada. Manakala komunikasi berlangsung harmonis maka
hubungan antarpribadi juga harmonis. Bahasa memiliki peranan penting
dalam membentuk harmoni sosial.
Begitu penting bahasa dalam membentuk hubungan harmonis dalam
masyarakat maka perlu diketahui tuntunan yang benar dari Rasulullah saw.
Selanjutnya akan ditinjau hadis-hadis tentang pendidikan bahasa baik berupa
anjuran maupun contoh-contoh bahasa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.
II. Pendidikan Bahasa
Langeveld mengatakan bahwa mendidik yaitu memberi pertolongan
secara sadar dan sengaja kepada seorang anak (yang belum dewasa) dalam
286
pertumbuhannya menuju ke arah kedewasaan dalam arti dapat berdiri sendiri
dan bertanggung jawab susila atas segala tindakannya menurut pilihannya sendiri.1
Bahasa yaitu suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh
anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan beinteraksi antar
sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.2
Berdasarkan dua kata pendidikan dan bahasa di atas maka penulis membuat
sintesa bahwa pendidikan bahasa yaitu usaha pertolongan secara sadar
dan sengaja kepada seseorang anak agar mampu menguasai sistem simbol
lisan yang dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi dan beinteraksi antar
sesamanya berlandaskan pada budaya yang berlaku.
Pendidikan bahasa dapat dilakukan karena bahasa merupakan salah satu
unsur dalam kecerdasan manusia. Kecerdasan manusia pada domain kognitif
meliputi kecerdasan bahasa, logika, dan matematika, pada domain afektif
mencakup kecerdasan antarpribadi dan intrapribadi, dan pada domain psikomotorik
berisikan kecerdasan kinertetik, visual-spasial, dan musikal.3
Kecerdasan bahasa dapat terlihat dari indera belajar seseorang. Menurut
penelitian Profesor Gardner ada 7 indera belajar yaitu verbal, logika, visual,
musikal, kinestetik (gerakan tubuh), hubungan intrapersonal (pengetahuan
tentang diri), dan hubungan interpersonal (mengenal orang lain).4 Indera
belajar dari kecerdasan bahasa yaitu indra belajar verbal. Indera belajar
verbal inilah yang dapat menyebabkan manusia melakukan komunikasi verbal.
Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang menggunakan simbol-simbol
atau kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tulisan.5
Dalam masyarakat komunikasi verbal dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
media yang digunakan, latar belakang penutur, dan pokok persoalan yang dibicarakan.
Berdasarkan tiga faktor ini maka terjadi ragam bahasa dalam masyarakat.
Berdasarkan media yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
dapat dibedakan atas ragam lisan dan ragam tulis. Berdasarkan latar belakang penutur,
ragam bahasa dapat dibedakan menjadi ragam daerah (dialek), ragam pendidikan,
ragam resmi, dan ragam tak resmi. Berdasarkan persoalan yang dibicarakan, ragam
bahasa dapat dibedakan atas ragam ilmu, hukum, niaga, sastera, dan lain-lain.
Ragam bahasa lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentuk kata dan
susunan kalimat), dan kosa kata. Ragam bahasa tulis terdiri dari aspek ejaan,
tata bahasa, dan kosa kata.
III. Hadis-Hadis tentang Pendidikan Bahasa
1. Pendidikan Bahasa Arab
Dari Ibnu Abbas dengan riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda:
Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu Saya berbahasa Arab, Al-Qur’an
berbahasa Arab, dan bahasa ahli surga yaitu bahasa Arab.7
Selanjutnya dalam hadis Rasulullah saw. dalam riwayat Muslim:
Tiap-tiap Nabi diberikan oleh Allah swt. berbagai macam mukjizat yang dapat
menarik kaumnya kepada keimanan, dan saya diberi Allah swt. mukjizat Al-
Qur’an dan dengan itu saya mengharap bahwa pengikutkulah yang terbanyak
di hari kiamat kelak.
2. Pendidikan Bahasa Suryaniyah
Rasulullah saw. bersabda:
اوبحا برعلا ثلاثل :نيلأ بيرع و نارقلا بيرع و ملاك لهأ ةنلجا بيرع.
7 Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 7.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Bahasa (Luthfi Maulana Nasution)
بيأ نعريره هيبأ نع ديعس بيأ نب ديعس نع ثيل نثدح ديعس نب ةبيتق انثدح
دق لاإ بين نم ءايبنلأا نم ام لاق ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر نأ ةريره
يحوا ايحو تيتوا يذلا ناك انمإو رشبلا هيلع نما هلثم ام تايلأا نم يطعا
.ةمايقلا موي اعبات مهرثكا نوكا نا وجرأف ليإ للها
نب ةجراخ نع هيبا نع دانزلا بيأ نب نحمرلا دبع انبرخا رجح نب يلع انثدح
تاملك هل ملعتا نا ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر نيرما لاق تباث نب ديز
فصن بيرم امف لاق بياتك ىلع دوهي نما ام للهاو نيا لاق دوهي باتك نم
تأرق هيلا اوبتك اذإو مهيلا تبتك دوهي ىلع بتك اذإ ناك هتملعت تىح رهش
288
Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Abi Zanad memberitahukan
kepada kami, dari ayahnya dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit dari ayahnya Zaid bin
Tsabit berkata: Rasulullah saw. memetintahkan aku agar belajar untuk beliau
bahasa kitab orang Yahudi dan beliau bersabda: sesungguhnya aku demi Allah,
aku tidak merasa aman kepada orang Yahudi terhadap suratku (baik dalam membacanya
maupun menulisnya) dia berkata: maka tidak lewat setengah bulan aku belajar
sehingga aku selesai mempelajarinya untuk beliau, dia berkata ketika aku selesai
mempelajarinya maka apabila beliau berkirim surat kepada golongan Yahudi
aku menulis kepada mereka, dan apabila mereka berkiri surat kepada beliau maka
aku membacakannya. Hadis ini hasan shahih dan hadis ini diriwayatkan pula
dengan sanad yang lain dari Zaid bin Tsabit dan al-A’masyi meriwayatkannya
dari Tsabit bin Ubaid dari Zaid bin Tsabit berkata: Rasulullah saw., memerintahkan
aku agar belajar bahasa Suryani.
Hal ini di atas sebagaimana Zaid ibnu Tsabit ra. menceritakan hadis
berikut:
Rasulullah saw. pernah memerintahkan aku agar mempelajari tulisan bahasa Yahudi
untuknya. Zaid mengatakan, “Sesungguhnya aku, demi Allah, tidak percaya kepada
orang-orang Yahudi dalam tulisan (mereka).” Zaid melanjutkan kisahnya, “Tetapi sesudah
lewat masa setengah bulan dalam mempelajarinya, aku telah menguasinya. sesudah aku
dapat menguasainya dan Nabi saw. Bermaksud berkirim surat kepada orang Yahudi,
maka akulah yang menuliskannya buat mereka dan apabila mereka berkirim surat
kepada Nabi saw. maka akulah yang membacakan surat mereka kepada beliau.8
3. Pendidikan Bahasa Parsi
Sebuah hadis berbunyi:
8 Syekh Manshur Ali Nashif, Attaju Aljami’u lil-Ushul fi Ahadis al-Rasul, terj. B. Abu
Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), jilid 5, h.748.
تأرق هيلا اوبتك اذإو مهيلا تبتك دوهي ىلع بتك اذإ ناك هتملعت تىح رهش
اذه يرغ نم يور دقو حيحص نسح ثيدح اذه ىسيع اوبا لاق م اتك هل
ديز نع يراصنلأا ديبع نب تباث نع شمعلأا هاور تباث نب ديز نع هجولا
.ةينايرسلا ملعتا نا ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر يرما لاق تباث نب
ام للها و نيإ لاق دوهي باتك هل ملعتا نا ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر نيرما
بتك اذإ ناك هتملعت تىح رهش فصن بي رم امف لاق باتك ىلع دوهي نما
.م اتك هل تأرق هيلا اوبتك اذاو مهيلا تبتك دوهي لىأ
289
Dari Abu Huraiarah ra., dia berkata: sesungguhnya Hasan bin Ali mengambil
sebuah kurma dari kurma shadakah dan diletakkan pada mulutnya, maka
Nabi saw. bersabda dengan bahasa Parsi: “ Buanglah, buanglah. Adakah kamu
tidak tahu bahwa kami ini tidak makan shadakah?”9
4. Pendidikan Bahasa Habsyi
Rasulullah diriwayatkan pernah berkata:
Dari Ibu Kholid binti Kholid bin Sa’id ra., dia berkata: Saya datang kepada Rasulullah
saw. bersama ayahku, dan saya mengenakan pakaian kuning, lalu Rasulullah saw.
bersabda: “sanah, sanah”, itu bahasa Habsy yakni bagus. Ibu Khalid berkata: saya
pergi bermain-main Khatamun Nubuwwah (Cap Kenabian, di antara dua belikat Nabi),
lalu ayahku membentakku. Rasulullah saw. bersabda: “Biarkanlah dia”. Kemudian
Rasulullah saw. bersabda: “Burukkanlah dan kumalkanlah, kemudian burukkanlah
dan kumalkanlah”, Berkata Abdullah (bin Mubarak); maka ibu Khalid tetap hidup
sehingga baju itu kehitam-hitaman (berwarna debu, karena sudah sering dipakai).10
III. Aspek-Aspek Dalam Pendidikan Bahasa
1. Aspek Membaca
Pendidikan membaca merupakan pendidikan bahasa paling utama dalam
Islam. Hal ini terbukti dengan wahyu yang pertama kali diterima oleh
Rasulullah saw. ini yaitu Q.S. al-Alaq/96: 1-5, Bacalah dengan (menyebut)
نع بيا ةريره يضر للها هنع نا نسلحا نب يلع ذخا ةرتم نم رتم ةقدصلا لعجف
في همف لاقف بينلا ىلص للها هيلع ملسو ةيسرافلاب خك خك اما فرعت انا لا
لكأن ةقدصلا.
نع ما دلاخ تنب دلاخ نب ديعس تلاق تيتا لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو
عم بيا يلعو صيمق رفصا لاق لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو هنس هنس لاق
دبع للها يهو ةيشبلحاب ةنسح تلاق تبهذف بعلا تمابخ ةوبنلا نيربزف بيا لاق
لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو اهعد ثم لاق لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو
يلبا يفلخاو ثم يلبا يفلخاو ثم يلبا يفلخاو تيقلف تىح ركذ.
nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal
darah.. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Hadis Nabi tentang membaca adalalah sebagai berikut:11
2. Aspek Menulis
Hadis Nabi saw. berkenaan dengan kegiatan menulis yaitu sebagai berikut:12
نع رمع نب باطلخا لوقي تعسم ماشه نب ميكح أرقي ةروس ناقرفلا في ةايح
لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو تعمتياف هتئارقل اذإف وه أرقي ىلع فورح
ةيرثك لم اهنيئرقي لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو تدكف هرواسا فى ةلاصلا
تيرصتف تىح مكس هتببلف هئادرب تلقف نم كارقا هذه ةروسلا تيلا كتعسم ارقت
لاق اهينارقا لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو تلقف تبذك نإف لوسر للها ىلص
للها هيلع ملسو دق اهينار ىلع ام يرغ تأرق تقلطناف هب وقا هد لىا لوسر للها
ىلص للها هيلع ملسو تلقف نيإ تعسم اذه أرقي ةروسب ناقرفلا ىلع فورح لم
اهنيئرقت لاقف لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو هلسرا ارقا اي مشاه أرقف هيلع
ةأرقلا تيلا هتعسم أرقي لاقف لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو كلاذك تلزنا ثم
لاق ارقا اي رمع تارقف ةءارقلا تيلا نيارقا لاقف لوسر للها ىلص للها هيلع ملسو
كلاذك تلزنا نأ اذه نارقلا تلزنا ىلع ةعبس فرحا اوارقاف ام رسيت هنم.
11 Artinya: Dari Umar bin Khoththob ra. katanya: “Saya mendengar Hisyam bin Hakim
membaca Surat al-Furqan dalam masa Rasulullah saw. hidup, lalu saya mendengar bacaannya. Tiba-
tiba ia membaca atas beberapa huruf yang banyak yang belum pernah Rasulullah saw. membacakannya
kepadaku, hingga hampir saja saya menyergapnya dalam sholat, lalu saya menyabarkan hingga ia
salam. Saya lalu mencengkeram lehernya dengan selendangnya, lalu saya tanyakan: “Siapa yang
membacakanmu surat ini yang telah saya dengar engkau membacakannya? Ia menjawab: “Yang
telah membacakannya yaitu Rasulullah saw.” Saya berkata: “Engkau bohong karena sesungguhnya
Rasulullah saw. telah membacakan kepadaku surat ini yang jelas tidak sama dengan apa yang
kamu baca”. Saya lalu berangkat dengannya di mana saya menuntunnya kepada Rasulullah
saw. Lalu saya berkata: “Sesungguhnya saya mendengar orang ini membaca surat al-Furqan atas
beberapa huruf yang engkau tidak membacakannya kepadaku”, maka Rasulullah saw. bersabda:
“Lepaskan ia!”. Bacalah hai Hisyam, lalu ia membaca bacaannya yang telah saya dengarkan bacaannya
tadi. Lantas Rasulullah saw. bersabda: “Seperti demikian itulah surat ini diturunkan. Kemudian
Rasulullah bersabda: “ Bacakan hai Umar”. Lalu saya membaca bacaan yang telah Rasulullah saw.
bacakan kepadaku. Rasulullah saw. bersabda: “Demikian itulah Allah menurunkan surat,
sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan atas tujuh huruf, oleh sebab itu bacalah apa yang gampang”.
12 Artinya: Dari Ibnu Syihab bahwasanya Ibn Sabbaq katanya:”Sesungguhnya Zaid
291
3. Aspek Mendengar
Di antara hadis-hadis Nabi saw. tentang mendengar yaitu yang berikut
ini: 13
4. Aspek Berbicara
Hadis Nabi tentang berbicara (pidato) yaitu sebagai berikut:
Ada dua orang lelaki baru tiba dari Masyriq, lalu keduanya berpidato dan orang-
orang merasa takjub dengan pidatonya, lalu Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya
di antara Bayan (seni bicara) itu benar-benar terkandung daya pikat seperti pengaruh
sihir, atau sesungguhnya pada sebagian Bayan itu benar-benar mengandung pengaruh
yang memukau bagaikan pengaruh sihir”. (Riwayat Abu Daud dan Bukhari).14
bin Tsabit berkata: “Abu Bakar ra. mengutus kepadaku katanya: “Sesungguhnya engkau pernah
menuliskan wahyu kepada Rasulullah saw., oleh sebab itu telitilah Al-Qur’an. Lalu saya menelitinya
sehingga saya menemukan pada akhir surat At Taubah dua ayat bersama Abu Huzaiman al-Anshory
di mana saya tidak menemukan keduanya bersama seorang selain dia: “Laqod ja’akum Rasulum
min anfusikum ‘azizun ‘alaihi ma ‘anittum harishun ‘alaikum bil mu’minina ra’ufur rohim. Fa intawallau
faqul hasbiyalloohu la ilaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahua rabbul ‘arsyil’azhim”. Ibid., h. 594.
Artinya: Dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah saw. berkata: “Jibril membacakan kepadaku
atas satu huruf, lantas aku mendesaknya sehingga senantiasa aku meminta tambahan kepadanya
dan dia memberikan tambahan kepadaku hingga sampai kepada tujuh huruf”.
Hadis-Hadis Tentang Pendidikan Bahasa (Luthfi Maulana Nasution)
ركب وبا ليا لسرا لاق تباث نبا اديز نا لاق قابسلا نبا نا ب اهش نب نع
ملسو هيلع للها ىلص للها لوسرل يحولا بتكت تنك كنا لاق هنع للها يضر
ةيمزخ بيا عم ينتيا ةبوتلا ةروس رخا تدجو تىح تعبتتف نارقلا عبتاف
زيزع مكسفنا نم لوسر مكءاج دقل هيرغ دحا عم اهمدجا لم يراصنلأا
وه لاإ هلإ لا للها بيسخ لقف اولوت نإف ميحرلا فوؤر يننمؤلماب مكيلع صيرح
.ميظعلا شرعلا بر وهو تلكوت هيلع
لاق ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر نا هثدح امهنع للها يضر سابع نب نع
ىلع ىهتنا تىح نيديزيو هديزتسا لزا ملف هتعجارف فرح ىلع ليبرج نيرقا
.فرحا ةعبس
هيلع للها ىلص للها لوسر لاقف سانلا بجعف ابطخف قرشلما نم نلاجر مدق
.رحسل نايبلا ضعب نا وا ةرحسل نايبلا نم نا ملسو
292
5. Aspek Pribahasa
Hadis Nabi tentang pribahasa yaitu sebagai berikut:
Artinya: Pada suatu hari Rasulullah saw, keluar (dari rumahnya) untuk menemui
kami lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya aku telah bermimpi seakan-akan Jibril
berada dekat kepalaku dan Mikail berada di dekat kedua kakiku. Lalu salah seorang
dari keduanya berkata kepada temannya, ‘Buatlah suatu perumpamaan untuknya’,
maka temannya itu berkata, ‘Dengarkanlah niscaya telingamu mendengar dan
renungkanlah niscaya kalbumu menyadarinya. Sesungguhnya perumpamaanmu
dan umatmu sama dengan seorang raja yang menguasai suatu negeri, lalu ia
membangun sebuah gedung di dalamnya, dalam gedung itu ia membuat suatu
hidangan (pesta) dan ia mengutus seorang utuasan untuk mengundang manusia
menghadiri jamuan ini . Di antara mereka ada yang memenuhi undangan
urusan itu dan ada pula yang tidak memenuhinya. Allah yaitu raja ini ,
sedangkan negeri itu agama Islam, dan gedung yang dibangun-Nya ialah surga,
sedangkan engkau, hai Muhammad, sebagai utusanny. Barang siapa yang masuk
Islam, niscaya masuk surga, dan barang siapa yang masuk surga niscaya memakan
apa yang ada di dalamnya.” (Riwayat Turmudzi dan Bukhari).15
IV. Kegunaan Pendidikan Bahasa
1. Kegunaan Pendidikan Bahasa Arab
Adapun kegunaan pertama pendidikan bahasa Arab yaitu supaya dapat
mempelajari dan meneliti Al-Qur’an, karena Al-Qur’an diturunkan dalam
bahasa Arab. Hal ini sesuai dengan Q.S. Yusuf/12: 2: Sesungguhnya kami
menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.
Kegunaan kedua pendidikan bahasa Arab yaitu supaya dapat mengajarkan
Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan perintah dari Rasulullah saw, seperti disampaikan
15 Nashif, Attaj, jilid 4, h. 983.
نأك مانلما فى تيار نيا لاقف اموي ملسو هيلع للها ىلص للها لوسر انيلع جرخ
لاثم هل برضا هبحاصل اهمدحا لوقي يلجر دنع ليئاكيمو يسار دنع ليبرج
كلم لثمك كما لثمو كلثم انما كبلق لقع لقعاو كنذا تعسم عسما لاقف
لىا سانلا وعدي لاوسر ثعب ثم ةدئام اهيف لعج ثم اتيب اهيف نىب ثم اراد ذتخا
ملاسلإا رادلاو كللما وه للهاف هكرت نم مهنمو لوسرلا باجا نم مهنمف ماعط
لخد نمو ملاسلإا لخد كباجا نمف لوسر دممح اي تناو ةنلجا تيبلاو
اهيف ام لكا ةنلجا لخد نمو ةنلجا لخد ملاسلإا
293
Thabrani dan Ibnu Najr meriwatkan dari Ali bahwa Nabi saw. bersabda: Ajarilah
ana-anak kalian mengenai tiga hal, mencintai Nabi kalian, mencintai keluarga
beliau, dan membaca Al-Qur’an karena sesungguhnya pembawa Al-Qur’an itu
berada di bawah naungan singgasana Allah ta’ala, di hari di mana tidak ada naungan,
kecuali naungan-Nya bersama para Nabi dan orang-orang pilihan-Nya.16
Motivasi yang diberikan Rasulullah sungguh luar biasa besar pengaruhnya
kepada para sahabat untuk belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya sehingga
para sahabat bergegas mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak mereka. Adapun
motivasi yang diberikan Rasulullah yaitu seperti hadis yang diriwayatkan
dari Mus’ab bin Saad bin Abi Waqash, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah saw.
bersabda: Dari Utsman ra. dari Nabi saw. sabdanya: “Sebaik-baik kalian yaitu
yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.17
Ini menunjukkan bahwa sangat dianjurkan untuk mempelajari Al-Qur’an
dengan sebaik-baiknya. sesudah dipelajari dengan sebaik-baiknya maka akan
lebih baik lagi jika dapat mengajarkannya. Oleh karena itu sangat urgen untuk
mengusai bahasa Arab secara benar. Hanya dengan menguasai tata bahasa
Arab yang baiklah seseorang itu dapat memahami dan mengajarkan Al-Qur’an.
Kegunaan ketiga pendidikan bahasa Arab yaitu untuk dapat mempelejari
hukum-hukum agama Islam, karena hukum-hukum agama Islam yang utama
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Hal ini seperti diungkapkan oleh Abdul
Alim bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan sekaligus juga merupakan
bahasa agama Islam.18
Hal ini di atas juga dikuatkan dengan pernyataan bahasa Arab yaitu
bahasa Al-Qur’an dan Hadis, yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw. untuk
diajarkan kepada setiap anak muslim. Karena sangat penting bahasa Arab ini
maka Rasulullah pernah meminta setiap tawanan perang Badar mengajarkan
bahasa Arab kepada sepuluh anak muslim sampai terampil. Ini dapat juga
dilihat dari kalimat Ibnu Abbas ra berkata: “Rasulullah saw. meminta beberapa
orang tawanan perang Badar yang tidak mempunyai tebusan untuk mengajari
anak-anak kaum Anshar membaca dan menulis sebagai tebusan diri mereka.”19
Kegunaan keempat pendidikan bahasa Arab yaitu untuk menambah daya
nalar. Hal ini seperti disebutkan oleh Abdul Hamid bin Yahya: Aku mendengar
Syu’bah berkata: “Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu akan menambah
(ketajaman) daya nalar”.
Kegunaan kelima pendidikan bahasa Arab yaitu bisa membuka berbagai
ilmu, karena bahasa Arab yaitu kunci dari semua ilmu. Hal ini seperti yang
dikatakan oleh para shalafush-shalih ketika menasihati anak-anaknya agar
memperhatikan bahasa Arab dalam menuntut ilmu karena itu yaitu kunci
dari ilmu-ilmu lainnya.21 Bahasa Arab dikatakan sebagai kunci ilmu karena
dinullah (agama Allah) yang merupakan induk segala macam ilmu yang hak
bagi manusia.22
Kegunaan keenam pendidikan bahasa Arab yaitu supaya dapat berda’wah
menyebar kebenaran.
2. Keguanaan Pendidikan Bahasa Suryaniyah, Bahasa Parsi,
Bahasa Habsyi
Bahasa Suryaniyah, bahasa Parsi, dan bahasa Habsyi merupakan bahasa
yang berbeda dengan bahasa Arab. Bisa juga dikatakan bahasa asing dari bahasa
Arab. Jadi kegunaan pendidikan Bahasa Suryaniyah, Parsi, dan Habsyi yaitu
untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat yang berbahasa Suryaniyah,
atau masyarakat yang berbahasa Parsi, ataupun masyarakat yang menggunakan
bahasa Habsyi. Sehingga dengan demikian tidak terjadi salah pengertian dalam
berkomunikasi. Terutama waktu itu Rasulullah masih sering mengirim surat
kepada raja-raja atau para pemimpin dari negara-negara ini di atas.
Beberapa contoh komunikasi yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap
orang yang menggunakan bahasa Suryaniyah, Parsi, dan Habsy: Dari Abu Hurairah
katanya: “Ketika kami sedang duduk di mesjid, Nabi saw. keluar seraya bersabda:
“Marilah kita pergi ke perkampungan kaum Yahudi”. Maka kami keluar bersama
beliau menuju ke perkampungan kaum Yahudi. Keatika kami tiba di Baitul Midaras,
di tempat itu Nabi saw.berdiri dan bersabda: “Wahai kaum Yahudi masuklah kalian
ke dalam Islam agar kalian selamat. Ketahuilah bahwa negeri ini hanya milik Allah
dan RasulNya, sesungguhnya aku ingin mengeluarkan kalian dari negeri ini, karena
itu barang siapa dari kalian yang masih mempunyaiharta benda, maka juallah
harta benda kalian”.
Hadis ini merupakan bentuk komunikasi lisan yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw. dengan mengajak kaum Yahudi untuk memeluk Islam.
Rasulullah saw. juga pernah mengirim surat kepada Kaisar Persia: Dari
Ibnu Abbar, bahwasanya Rasulullah saw. mengirim surat kepada Kaisar Persia.
Surat ini disampaikan kepada Abdullah Ibnu Hudzafah Assahmi, beliau berpesan
agar surat itu disampaikan kepada Gubernur Bahrain agar disampaikan pada
Kaisar Persia. Ketika surat itu telah dibaca oleh Kaisar Persia, maka surat itu
segera dirobek oleh Kaisar Persia. Kata Ibnul Musayyab: “Maka Rasulullah saw.
berdo’a: “Semoga kerajaan mereka dihancurkan sehancur-hancurnya.”24
Surat ini dikirim Rasulullah dengan tujuan untuk mengajak Persia
untuk memeluk Islam. Ini berarti Rasulullah saw. berdakwah melalui perantaraan
tulisan berupa surat.
Pendidikan Bahasa merupakan salah satu sarana untuk dapat berkomunikasi
dalam masyarakat, baik lisan maupun tulisan. Agar dapat berkomunikasi dengan
baik perlu dikuasi aspek-aspek dalam Pendidikan bahasa yang meliputi aspek
membaca, menulis, mendengar, berbicara, dan pribahasa. Pendidikan bahasa
diperlukan dalam dunia pendidikan karena sangat mendukung dalam menggali
dan mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan. Demikian juga dalam dunia
pendidikan Islam sangat urgen untuk dilakukan pendidikan bahasa. Penidikan
Islam yang materi pokok pelajarannya yaitu Al-Qur’an dan Hadis maka
menjadi sangat perlu untuk diajarkan bahasa Arab. Dengan diajarkan bahasa
Arab maka akan membuka peluang untuk dapat mempelajari materi pendidikan
Islam. Semakin baik bahasa Arab seseorang maka memiliki harapan semakin
baik pula hasil pembelajaran Al-Qur’an dan Hadis.
Selain bahasa Arab perlu juga diajarkan bahasa asing yang dapat mendukung
pembelajaran dan dakwah dalam rangka pengembangan pengjaran tentang
Islam kepada orang lain. Seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah selain
menganjurkan pendidikan bahasa Arab, beliau juga menganjurkan untuk
belajar bahasa Suryaniyah, Parsi, dan Habsy.