Ekslopedi aliran Mazhab 6

 


dianugrahkan Allah kepada siapa saja yang dikehendakinya sesuai dengan

derajat kesiapannya.az


Penganut Al-Bathiniyah dari kaum Sufi juga mengambil pemikiran

kewalian, meskipun mereka tidak membatasinya pada Ahlul Bait keturunan

Nabi s seperti yang diyakini kaum Syiah. Kewalian akan dicapai setiap

orang yang sampai pada derajat makrifat dan ilmu. Kewalian ini hanya

dicapai oleh orang-orang saleh yang samPai kepada Allah. Hal ini berdasar-

kan dalil dari firman Allah,

"lngatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak (pula) merekabersedihhati." (Yrurlras: 52) At-Tusturi

mengaitkan antara kewalian ini dengan ilmu batin sebagaimana ia

berkata, "sesungguhnya Atlah tidak mengangkat seorang wali dari umat

Muhammad ffi melainkan Allah mengajarkannya ilmu Al-Qur'an baik

ilmu lahir atau ilmu batin."

Barangkali di antara tokoh sufi yang pertama kali mengaitkan

ilmu batin dan kewalian ini adalah Dzun Nun Al-Mishri (245 H). Ia

menggambarkan tasawufnya dalam isyarat-isyarat sedangkan para para

Sufi sebelumnya tidak ada yang melakukan hali ini. Ia hidup di negeri

Mesir, mengajarkan kepada orang-orang ajaran tentang dasar-dasar dan

maqam yang tidak mereka kenal. Ia berpendapat bahwa sumber-sumber

makrifat adalah akal, nash dan satu hal lainnya yang ia tambahkan yaitu

kasyf.Iajuga meyakini adanya ilmu lahir dan ilmu batin. Di antara tokoh

sufi lainnya penganut ilmu batin adalah Al-Hallaj. Ia berpendapat bahwa

batin dikandung oleh kebenaran dan kebatilan. Ia berkata, "Adapun batin

dari kebenaran adalah syariat yang lahir dan barangsiapa mendapatkan

syariat yang lahir, maka akan terbuka baginya syariat yang batin yaitu

makrifat Allah. Adapun batin dari kebatilan adalah lebih buruk daripada

yang lahir. Yang lahir lebih ielek daripada yang batin." Aliran ini juga

tampak jelas dalam pemikiran Muhyiddin Ibnu Arabi (638 H).

b. Takwil Huruf-Huruf dan Pemisah SuratAl-Qur'an dengan Ilmu

Batin

Penganut aliran Al-Bathiniyah menafsirkan secara khusus huruf-

huruf yang ada pada sebagian awal surat Al-Qur'an seperti Alif Lam Mim,

Alif Lam Ra dan lainnya. Mereka memberikan takwil batini yang mereka

anggap khusus bagi mereka dan tidak diketahui oleh selain mereka.


Syaikh Ash-Shaduq Ibnu Babawaih Al-Qummi (381 H) menyebutkan dari

Imam Ar-Ridha, ia berkata, "Pertama kali yang diciptakan Allah agar para

makhluk mengenal kitab adalah huruf-huruf. Dan, Amirul Mukminin

Ali berkata, " Alif berarti karunia Allah, Ba' berarti keagungan Allah, Ta'

berarti sempurnanya perkara dengan berdirinya keluarga Muhammad,

Tsa'berarti pahala orang-orang mukmin atas amal saleh mereka,limberartt

keindahan dan kebesaran Allah, Ha'berarti kelembutan Allah atas orang-

orang mukmin, KIta'berarttmalasnya berdzikir orang-orang maksiat di sisi

Allah, dan seterusnya sampai huruf hijaiyah yang terakhir."

Penganut Al-Bathiniyah secara khusus dan kaum Syiah secara umum

meyakini bahwa kebenaran adalah bersama Ali dan kebenaran itu akan

selalu mengikutinya kemanapun ia berada.aT3

Al-Kulaini (329 H) dalam Kltab Al-Kafi menyebutkant, "ImamJa'far

Ash-Shadiq menafsirka n Bismillahirrrahmanirr ahim secara khusus denga

berkata, " Ba- berartr keagungan Allah, Sin berarti cahaya Allah , Mimberarti

kebesaran Allah, dan Allah adalah Tuhan segala sesuatu, Maha Pengasih

bagi semua makhluk-Nya, Maha Penyanyangkhususnya bagi orang-orang

mukmin. Sebagian kaum sufi juga berusaha menggunakan cara ini dalam

menafsirkan huruf-huruf dengan takwil khusus bagi mereka. At-Tusturi

membuat jadwal yang menjelaskan makna-makna huruf. Ia menafsirkan

Alifberarn Allah, Lam berarti malaikat Jibril dan Mim berarti Muhammad.aTa

Jika kita melihat penafsiran mereka terhadap awal-awal surat Al-Qur'ar1

akan kita dapati sebagian kaum sufi yang menafsirkan Alif Lam Mim,

Alifberarti keesaan, Lamberarti kasih sayang, Mim berarti kerajaan. Ibnu

Arabi menafsirkannya dengan berkata, "Alim Lam Mim, huruf-huruf ini

mengisyaraktkan pada semua wujud karena dia adalah segalanya. Alif

isyarat kepada Dzat Allah yang merupakan awal wujud. Lamisyuatkepada

Akal yang aktif yang dinamakan Jibril yang merupakan wujud tengah dan

tercurah dari awal dan mencurahkan kepada akhir, Mim isyarat kepada

Muhammad yang merupakan wujud akhir dan dengannya telah sempurna

lingkarannya dan bersambung dengan awalnya.aTs


c. Talrwil Ayat-ayat Mutasyabihat dengan llmu Batin

Di antara ayat-ayatmutasyabihaf adalah ayat tentang sifat-sifat Allah.

Seperti firman-Nya,

" (Yaitu) Yang Maha Pemurah, yangbersemayam di atas 'Arsy" (Thaha: 5)

"Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah"' (Al'Qashas: 88)

"Tangan Allah di atas tangan mereka" (Al'Fath: L0) Madzhab oranS-orzlng

salaf dan ahli hadits menyikapi ayat-ayat seperti ini adalah mengimaninya

dan menyerahkan makna yang dimaksud kepada Allah serta menafikan

makna materi yang pantas bagi makhluk. Adapun penganut aliran Al-

Bathiniyah menafsirkan ayat ini dengan penafsiran khusus. Mereka

menisbatkannya kepada imam Ja'far Ash-Shadiq yang berkata, "Arsy

atau singgasana Allah secara batin memiliki empat rukun. Rukun pertama

adalah Muhammad {f-,, rukun kedua Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib,

rukun ketiga Hasan, rukun keempat Husain. Mereka menafsirkan firman

Allah,

"Dan adalah'Arsy-Nya di atas air." (Hudz 7) air dalam ayat ini makna

batinnya adalah ilmu sesuai dengan firman Allah,

"Dan Kami turunkan dari langit, air yang amat bersih, agar Kami

menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi

minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang

ternak dan manusia yang banyak." (Al-Furqanz 48.49l artinya Kami mengajari

mereka dari ilmu batin dan rohani ini.a76

Para kaum sufi yang merupakan wali Allah dan memiliki keistimewaan

rohani juga menggunakan talffiilbatini karena mereka memiliki kemampuan

untuk menyingkap apa yang batin. Hal ini dikarenakan mereka telah

memiliki kesiapan rohani sehingga menafsirkan ayat tentang istawa' atau

bersemayam dengan makna bersemayam ilmu-Nya bagi segala sesuatu,

tidak ada sesuatupun yang lebih dekat kepada-Nya.

Kaum Syiah menafsirkan firman Allah,

" D emi matahai dan cahayanyn di pagi hnri, dan bulan apabila mengiinginy a,

dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya." (Asy-

syams: 1-4) dengan penafsiran majazi. Mereka menafsirkan matahari

sebagai Nabi Muhammad, bulan sebagai Ali bin Abi rhalib, siang sebagai

Hasan dan Husain dan malam adalah orang-orang Bani Umayyah. Mereka

memberikan takwil yang menguatkan sikap mereka dalam mengagungkan

Ahlul Bait dan menyerang musuh-musuh mereka.

Para kaum sufi juga menggunakan corak penakwilan dan ilmu batin

ini untuk menjelaskan pemikiran-pemikiran mereka. Misalnya firman Allah,

" D an buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri

ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (yaitu) ketika Kami mengutus kepada

mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya, kemudian kami

kuatkan dengan (utusan) ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, " sesungguhnya

kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu." Mereka menjawab, "Kamu

tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah yang Maha pemurah tidak

menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka." (yasin:

13-15) Al-Qasyani tidak menafsirkan ayat-ayatini sesuai makna lahirnya

tetapi ia menafsirkannya denga makna-makna batin dan tersembunyi. Ia

menafsirkan kampung sebagai badary tiga rasul sebagai ruh, hati dan akal.

Demikianlatu ia memberikan takwil majazi terhadap ayatini.an

Demikianlah penganut aliran ini mengambil dari dua kelompok

syiah dan sufi, meskipun ada perbedaan di antara mereka sejauh mana

mereka berlebih-lebihan dalam menakwilkan dan menafsirkan ayat-ayat

Al-Qur'an. Mereka menganggap setiap ayat memiliki makna batin yang

sulit diketahui dan dipahami orang biasa. Dalam hal ini Jalaluddin Ar-Rumi

(672H), seorang penyair sufi yang masyhur sepakat dengan aliranbatini

dan berkata, "Ketahuilah bahwa ayat-ayat Kitab suci adalah mudah dan

gampang. Meski demikian, di belakangnya terdapat makna tersembunyi.

Makna yang tersembunyi ini bertalian dengan makna ketiga yang

membingungkan pemahaman-pemahaman cerdas. Makna keempatnya

adalah makna yang tidak diketahui selain Allah. Demikianlah satu persatu

sampai kita pada makna ketujuh. Karena itu, wahai anakku, janganlah kamu

terikat dengan makna lahir, sebagaimana iblis yang tidak memandang

melainkan dari satu makna yaitu makhluk yang tercipta clari tanah."4z8

Takwil dalam pandangan Al-Bathiniyah memiliki dua ciri yang

membedakan dari lainnya. Pertama, berlebihan dalam takwil majaziyang

tidak ada pertandanya secara mutlak dalam gaya bahasa Al-Qur'an

dan mencari-cari makna tersembunyi yang ada di dalamnya sampai

mereka keluar dari makna nash yang benar dan jelas, meskipun tafsir

isyari di kalangan kaum Sufi mengikuti kaidah-kaidah seperti yang

disebutkan sebelumnya.Dan, mungkin di antara mereka yang ekstrim

mengesampingkan kaidah-kaidah tersebut. Kedua, menisbatkan takwil

ini kepada seorang imam atau seorang wali tanpa didasari dalil. Mereka

menganggap seorang imam adalah makshum atau memiliki keistimewaan

dan ketinggian spiritual yang mengantarkannya untuk sampai kepada ilmu

ladunni menurut keyakinan para Sufi.


AL-BEKTASYIAH

Tarekat Sufi dan Kelompok yang Mempunyai Akidah Khusus

TAREKAT ini mempunyai ciri-ciri Syiah dan berpengaruh besar dalam

sejarah Dinasti Utsmani. Tersebar di wilayah Balkan dan wilayah lain yang

menjadi kekuasaan dinasti itu. Saling mempengaruhi juga dengan dua

tarekat yang lain, yaitu Tarekat Al-Hurufiyah dan Tarekat Al-Baba'iyah.

Tarekat Al-Bektasyiah ini juga berpengaruh dalam kehidupan militer

Turki yaitu pasukan Janissary, dan termasuk tarekat yang paling banyak

berpengaruh di dalam kehidupan masyarakat, budaya, dan politik di Turki

dan Balkan.

Pendirinya

Tarekat Al-Bektasyiah didirikan oleh Muhammad bin Ibrahim bin

Musa Al-Khurasani yang terkenal dengan nama Haji Bektasy VelliaD. Dalam

D a' irah Al-Ma' aif Al-lslamiy ah disebutkan bahwa Haji Bektasy merupakan

tokoh yang melegenda@. Namun para peneliti sekarang, baik dari Barat

maupun Timur, sepakat bahwa dia bukan hanya tokoh dalam sejarah saja,

melainkan juga merupakan pengikut pemimpin Tarekat Sufi Al-Baba'iyah,

yaitu Baba Ishaqa81.


Haji Bektasy dilahirkan di Naisabur yang merupakan bagian dari

Khurasan42. P arapengikutnya memberikan beberapa julukan kepadanya,

seperti AI-Q uthub Al-A'zham, Al-Ghauts Al-Akram, sulthan Al-Auliya" lmam

Ashhab Al-Haqiqah, Muqtada Arbab Ath-Thaiqat, Al-Haikal An-Nurani, dan

lain sebagainya$.

Haji Bektasyberangkatmenuju ke Romawi untuk memenuhi nasehat

gurunya yang bernama Al-Yasawi. Namun sebagian orang mengatakan

bahwa Haji Bektasy meninggalkan Khurasan ke Romawi karena lari dari

serangan bangsa Tatar, sebagaimana dilakukan oleh Baba Ilyas (W. 640

H), seorang syaikh Tarekat sufi Al-Baba'iyah yang melarikan diri dari

Khurasan menuju ke Turki.

Haji Bektasy merupakan sahabat Baba Ilyas. Ketika Al-Baba'iyah

melakukan pemberontakan besar terhadap kekuasaan Bani Saljuk dan

orang-orang tidak mampu menanggulanginya, maka mereka meminta

bantuan kepada Eropa untuk menanggulanginya. Melihat hal ini, Haji

Bektasy bergabung dengan Baba Ilyas sebagai sesama sufi, meskipun dia

bukan merupakan pengikut setianya. Namury setelah pemberontakan ini

gagal, tampaknya Bektasy mendapatkan amnesti dari pemerintahan Bani

saljuk. Dia kemudian menuju ke Jalaluddin Ar-Rumi (pendiri Tarekat Al-

Maulawiyah)e.

sedangkan mengenai kelahiran dan meninggalnya, maka terdapat

banyak sumber yang berbeda-bedaa8s. Kemungkinan besar, Haji Bektasy


hidup antara tahun 550 Hijriyah hingga 650 Hijriyah. Ketika masih muda,

dia sempatbertemu denganAhmad Al-yasawi. Ar-yasawi meninggal pada

tahun 562 Hijriy ah, sebagaimana ditegaskan oleh Triminghamas6.

Pertumbuhan dan Penyebarannya

Ketika Haji Bektasy datang ke wilayah Anatolia, hingga sampai di

kota Qayr syahar yang terletak di tenggara kota Ankara, dia bertempat

tinggal di sana dan kemudian mendirikan Tekke (tempat perlindungan

orang sufi) dengan menggunakan namanya. Haji Bektasy membuka

pintu untuk pendidikan dan menyebarkan pengetahuan agama. Dengan

cepat, Haji Bektasy mendapatkan murid yang banyak, hingga mencapai

tujuh ratus orang. Mulai sejak itu, dia mempunyai tarekat sufi yang

menggunakan namanya. Para pengikutnya dikenal dengan sebutan Al-

Baktasyiyyin, Al-Luthafa' (orang-orang Lembut), atau Zumrat Al-Luthafa'

(Golongan orang-orang Lembut); karena sebagaimana mereka katakary

bahwa mereka bukanlah orang yang menjadi tawanan dari diri mereka

sendiri, atau mereka telah mencapai tingkatan lembut dan halus dengan

sangat mendalam. syaikh Bektasy meninggal dan dimakamkan di kota

Qayr Syahar tersebut dan didirikan bangunan untuk makamnyaasT.

Aliran Al-Bektasyiyah tersebar luas di antara kelompok masyarakat di

Turki. Terlebih lagi penyebarannya di segala penjuru wilayah Anatolia dan

sekitarnya di abad keempat belas dan kelima belas Masehi. penyebarannya

tersebutdisebutkandalamAt-TashautufAl-lslami,

hi.ggu mencapai ke masa Turki Modem dan mencakup sebagian besar

perbatasan wilayah Dinasti Utsmani. Tersebar mulai wilayah Iraq hingga

wilayah Al-Amauth dan Mesir. Kaum muslimin yang beraliran sunni di

wilayah ini, bahkan orang-orang Nasrani pun terpengaruh dengan pemikiran-

pemikirannya. Ada yang mengatakan bahwa murid Al-Bektasyiyah di Negari

Anatolia saja mencapai delapan ribu orangffi. Demikian pula pengikut Al-

Bektasyiyah yang berasal dari orang-orang Al-Arnauth yang berada di luar

wilayah mereka sangat banyak sekali. Khususnya yang berada di Tekke Haji

yang terletak di tengah-tengah Anatolia. Di tambah lagi dengan para murid

tarekat yang berasal dari wilayah itu sendiri. Sebagian dari murid-murid Al-

Bektasyiyah merupakan oranS-oran8 yang mempunyai kekuasaan besar di

negaranya dan juga di luar negaranya. Mereka memPunyai pengaruh besar

terhadap para pembesar kabilah dan wilayah yang tertarik untuk turut serta

dalam tarekat ini. Hal tersebut membuat penyebaran dan posisi tarekat ini

semakin kuat dan berpengaruh di antara masyarakat yang berada di negara

ini. Sebagaimana juga makam-makam para syaikh tarekat menjadi terkenal

dan tersebar di seluruh Turki dan sekitamya dan dapat menjadi sumber

penghasilan bagi kelompok tarekatAe.

Sebagian peneliti dari Turki berpendapat bahwa tidak ada tarekat

sufi di wilayah Anatolia yang menyebar hingga ke tingkatan rakyat jelata

sebagaimana Tarekat Al-Bektasyiaha{.

488 Para peneliti berbeda-beda dalam menyebutkan jumlah pengikut Al-Bektasyiah.

Menurut Birge, jumlah mereka mencapai sekitar tujuh juta. Sensus tahunan dilakukan

setelah pasukan Janissary kuat pada tahun 1826 M. disebutkan secara terperinci bahwa

jumlah mereka sekitar 7.370.000 orang di wilayah Anatolia, 100.000 di Albania, ditambah

lagi yang tersebar di negara-negara lain. Birge mengatakan bahwa ketua tarekat yang

bemama Niyazi De[ memberitahukan kepadanya bahwa pada tahun 1933 M jumlah

mereka di wilayah kekuasaan Imperium Utsmani mencapai sekitar Z5 juta jiwa. Di sana

juga terdapat angka lain yang disebutkan oleh Birge. Dr. Miqdad Billin menyebutkan

bahwa kefua tarekat di Mesir dalam suatu wawancara menyebutkan kepadanya bahwa

jumlah mereka mencapai sekitar lima juta di dunia islam. sedangkan Dr. Asy-syaibi

-berdasarkan pada berita yang dicantumkan di surat kabar-menyebutkan bahwa pada

tahun enam puluhan di abad dua puluh, terdapat tiga belas juta jiwa -yang berasal dari

penduduk Turki saja-yang menjadi pengikut Al-Bektasyiah dan mereka terdiri dari

orang yang mempunyai latar belakang sosial berbeda-beda, baik sisi pekerjaan, umur,

kelompok dan umur. 

Pengaruh tarekat dan penyebarannya tidak hanya pada tingkatan

sosial dan agama saja, melainkan juga merambah hingga ke wilayah

politik dan militer. Sejak Tarekat Al-Bektasyiah berdiri, maka kelompok

pemegang kebijakan politik tingkat tinggr berusaha untuk menarik para

pengikut Al-Bektasyiah agar masuk ke jajarannya. Dalam hal ini terdapat

cerita terkenal yang menguatkan hal tersebut dan sesuai dengan beberapa

sumber yan g ada;yaitu Sultan Utsmani mengundang Syaikh Bektasy untuk

menghadiri upacara pengadaan senjata baru dalam pasukan yang disebut

dengan Janissary (Al-Inkisy ariy ah). Ketika Syaikh Bektasy menghadiri

upacara ini, maka dia akan meletakkan tangannya di atas kepala salah

satu pasukan Janissary. sejak itu, maka kebiasaan ini menjadi adat istiadat

dalam pasukan tersebut, yaitu dengan meletakkan sepotong kain dalam

bentuk lengan baju di belakang tutup kepalanya. Kebiasaan ini berlangsung

terus mulai sejak itu.ae1

Pada intinya, Syaikh Bektasy merupakan sesepuh kharismatik bagi

pasukan Janissary. Mereka menganggap Syaikh Bektasy sebagai seorang

pemimpin spiritual danmerekamenganggap diri mereka sebagai pengikut

Bektasy dengan sebutan Bektasyiyan.ae2

Tampak dari cerita tersebut -terlepas dari benar atau salah- bahwa

Tarekat Al-Bektasyiah telah mempunyai pengaruh besar dan negara

berusaha untuk menggunakannya dalam keuntungan politiknya, bahkan

dalam bidang militer. Pengaruh ini dipertegas lagi oleh apa yang dilakukan

oleh sultan salim I ketika merasakan bahaya Ash-sharawiyah yang beraliran

Syiah terhadap negaranya, maka dengan terus terang dia mengumumkan

di hadapan pasukan Janissary, bahwa dia termasuk pengikut Tarekat Al-

Bektasyiah. Dia meletakkan kain khusus dari syaikh Balim sultan -pendiri

kedua tarekat ini- di telinganya. sultan salim I melakukan hal ini karena


ingin mendapatkan kepercayaan pasukan Janissary dan mengokohkan

posisinya di depan bahaya Ash-Shafawiyah.ae3

Demikian pula sebaliknya, kelompok Al-Bektasyiah juga mengandalkan

perlindungan pemerintah dan tokoh politik Turki. Khususnya ketika kaum

Al-Bektasyiah ini dituduh sebagai zindiq dan telah keluar dari agama oleh

kelompok sunni dalam masyarakat Turki. Dapat dikatakan, bahwa di sana

terdapat persekongkolan antara Politik dan kaum Sufi Bektasyiah karena

adanya kemaslahatan bersama di antara dua kelompok iniaea.

Sebenarnya, pengaruh Tarekat Al-Bektasyiah, meskipun telah

dimulai sejak masa pertama kesultanan Dinasti Utsmani, namun Pengaruh

tersebut terkadang kuat, dan di waktu yang lain, menjadi lematr, hingga

masa terakhir dalam sejarah Turkl terlebih di masa Ataturk. Banyak para

pemimpin Dinasti utsmani sangat condong dengan Tarekat Al-Bektasyiah,

bahkan sebagian dari mereka memang merupakan orang Bektasyiah, seperti

Sultan Abdul Azizaes.

Namun kelompok Al-Bektasyiah mendapatkan serangan kuat dari

sultan Mahmud pada tahun 1826 M dan serangan tersebut juga terjadi

pada kelompok Janissary, karena kedua kelompok ini berhubungan erat.

serangan yang dilakukan oleh sultan Mahmud kepada kedua kelompok ini,

berhasil menumpas kelompok |anissary, namun kelompok Al-Bektasyiah

tidak dapat musnah secara total, meskipun serangan tersebut dilakukan

dengan sangat kuat. Al-Bektasyiah berubah menjadi tersembunyi dan

rahasia. Kemudian pada abad ke-L9 Masehi, kelompok ini dapat kembali

muncul lagi di masyarakat dan mampu mengembalikan pengaruhnya

sebagaimana di masa lalu. Ia membangun hubungan secara tersembunyi

dengan masyarakat Al-Arnauth (Albania dan sekitarnya), Kurdistan, dan

di tengah wilayah Anatolia dan di bagian selatannya.ae6

Sedangkan kegiatan Al-Bektasyiah di Turki Modem tampak dalam

pengakuannya mengenai hubungannya dengan Ataturk serta usaha mereka


sebagaimana pendahulunya untuk mengembalikan efektifitasnya dan

pengaruhnya yang luas demi keberhasilan politiknya atau minimal agar

aman dari kelompok yang berusaha memberangusnya4eT.

Kelompok Al-Bektasyiah membangun hubungan kuat dengan

para pemeluk agama yang lain, terlebih pemeluk Nasrani. Hal tersebut

membantunya untuk lebih tersebar dan menarik pengikut. Tekke

Bektasyiah merangkul banyak pemeluk beragama Nasrani dan para

pemimpin kedua kelompok tersebut pun saling bergantian mengadakan

kunjungan. Mereka berusaha untuk mencari kegiatan bersama. Para

murid Bektasyiah pun menyambut kaum Nasrani dengan penuh kasih

Ataturk yakin bahwa dia tidak akan mampu melakukan

perang kemerdekaan, meruntuhkan sistem kekhalifahan dan mendirikan negara sekular

di rurki dengan tanpa bantuan para Alawiyyin Turki dan orang-orang Al-Bektasyiah

khususnya. Oleh karena itu, Ataturk berusaha untuk mendekati mereka. Dia melakukan

kunjungan ke Tekke Al-Bektasyiah. ]amaluddin Efendi yang merupakan syaikh tarekat.

Dia memimpin enam juta orang Bektasyi di Anatolia saja. Dia juga menjadi wakil kota

Qayr Syahar di Parlemen pada tahun 1920 M, sebagaimana juga merangkap menjadi

kepala parlemen di waktu yang sama. Orang kedua di dalam tarekat ini bernama Niyazi

Baba. Seluruh kelompok Alawiyyin dan orang-orang Al-Bektasyiah selalu taat dan patuh

kepada dua orang ini, yang menyambut Ataturk -ketika berkunjung di Tekke-dan

ketiga orang ini mengadakan pertemuan tertutup. Hingga sekarang tidak ada yang

mengetahui perincian peristiwa yang terjadi pada pertemuan tersebut. Namun secara

umum, kelompok Al-Bektasyiah memberikan janji kepada Ataturk untuk membantunya

dan membelanya dalam perang kemerdekaan. Ibid., hhn. 148-749. Dan, dalam hlm.

150-152 terdapat kisah menarik mengenai dukungan para Alawiyyin dan Bektasyiah

terhadap pemerintahan yang dipimpin oleh Ataturk yang mereka juluki sebagai Al-Fatih

(Penakluk) dan Munqidzul Ummat (Penyelamat Umat). Mereka beranggapan bahwa sikap

mereka dapat membangkitkan kemuliaan umat Islam. fadi, kewajiban mereka adalah

melaksanakan perintah-perintah Ataturk. Pemikirannya dianggap brilian. Orang yang

mengingkari hal ini, maka dia tidak ada hubungannya dengan kelompok Al-Bektasyiah

dan dia berarti tidak termasuk anggota Al-Bektasyiah. Jadilah para Alawiyyin dan Al-

Bektasyiah secara umum sebagai pendukung setia Atafurk. Mereka mempunyai peran

besar dalam runtuhnya kekhalifahan dan membela sekularisme. Mungkin, inilah yang

membuat Ataturk cenderung untuk berkeyakinan terhadap ideologi dan pemikiran Al-

Bektasyiah. Terlebih lagi, di kota Salonika, yang merupakan tempat kelahiran Ataturk

terdapat Tekke Bektasyiah yang sangat berpengaruh. Ada pendapat yang mengatakan

bahwa orang tua Ataturk adalah termasuk pengikut Bektasyiah. Dapat dikatakan bahwa

pemanfaatan Atturk terhadap pengaruh Al-Bektasyiah dan Alawiyyin untuk mewujudkan

tujuan-tujuannya serta usahanya untuk mendapatkan simpati mereka, telah membuat

mereka mengatakan bahwa "Ataturk adalah bagian dari kami" dan tidak mengherankan

bahwa hal ini adalah sangat bemuansa politis sekali. Meski demikian, Ataturk pada

akhirnya membubarkan undang-undang tarekat Sufi dan termasuk di dalamnya Al-

Bektasyiah. Namun pemerintah rurki akhimya menganulir larangan ini dan jumlah

mereka telah menjadi banyak hingga mencapai tiga belas juta yang terdiri dari penduduk

Turki pada setengah terakhir abad keduapuluh. 




sayang. Orang-orang Bektasyiah tidak bosan-bosannya menegaskan,

orang Islamyang menganggaP bahwa orang Nasrani tidak dianggap benar

agamanya, maka orang Islam sendiri tersebutlah yang tidak dianggap

agamanya. Banyak sekali ditemukan gereja Nasrani terkenal berada di

bawah perlindungan resmi dari sebuah keluarga besar Bektasyiah. Di

sana terdapat seorang yang dikenal dengan sebutan Shari Shalatiq, yang

merupakan seorang dai pilihan yang menyerukan pada aliran Bektasyiah,

di antara para kaum Nasrani Romawi. Dia dipenuhi dengan cerita-cerita

mitos dan luar biasa sebagaimana sering dinisbatkan oleh orang-orang

Nasrani terhadap para pendeta mereka. Hal ini acapkali membuat orang-

orang Nasrani berpengalaman tentang Bektasyiah.ae8

Secara umum, Birge melihat bahwa Al-Bektasyiah mempunyai

hubungan kuat dengan sejarah militer Turki dan kebudayaannya. Aliran

ini mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap itu semuaae.

Dua pusat aliran Al-Bektasyiah yang paling besar, yang terdapat

di luar Turki adalah di Tirana, ibu kota Albania dan di Mesir. Albania

merupakan wilayah yang dipenuhi dengan perseteruan etnis dan agama/

hal ini membuat Al-Bektasyiah dapat subur di sana. Berdiri sebuah Tekke

besar bagi Al-Bektasyiah di Tirana yang kemudian menjadi tempat tinggal

bagi pemimpin tarekat di pertengahan abad ke-16 Masehi. Al-Bektasyiah

diperangi di Turki, dan pada saat itu juga, ia diperangi di Albania.

Pemerintahan Turki memerangi Al-Bektasyiah dan menganggaPnya

sebagai aliran yang sudah kafir.

Al-Bektasyiah berhubungan dengan gerakan nasionalisme Albania

dan memimpin oposisi untuk menentang keberadaan Turki di Albania

serta berusaha untuk meraih kemerdekaan yang kemudian mengubah

Al-Bektasyiah menjadi partai politik yang berambisi untuk menyusun

kekuatan dan membentuk kedaulatan tersendiri. Al-Bektasyiah juga

melakukan kerja sama dengan gerakan Turki Baru untuk melawan Sultan

Abdul Hamid II. Undang-undang Albania mengakui keberadaan Al-

Bektasyiah sebagai kelompok yang berdiri sendiri.


Sedangkan di Mesir, Al-Bektasyiah dapat sampai ke sana ketika

terdapat seorang lelaki Albania bernama Feghusez Sultan pada tahun 76L

Hijriyah/1388 Masehi. Lelaki ini kemudian terkenal dengan nama Syaikh

Abdullah Al-Maghawiri. Banyak orang berguru kepadanya dan melakukan

baiat. Berdirilah Tekke untuknya di Qashrul Ain. Syaikh ini kemudian

meninggal dunia dan dimakamkan di Magharah yang berada di daerah Jabal

Muqatham. Olehkarena itu dia dikenal dengansebutanAl-Maghawiri. Dia

dianggap sebagai pendiri tarekat di Mesir. Para penggantinya meneruskan

tarekatnya setelahnya. Hingga tiba saatnya, Firman Al-Khadiyawi Ismail

memindahkah syaikh tarekat pada saat itu, yaitu Ali Baba ke Tekke Al-

Maghawiri. Oleh karena itu, mereka melaksanakan ajaran-ajarannya di

sana. Ahmad Sri Baba menghitung lebih dari tiga puluh syaikh tarekat

dan penggantinya di Mesir selama tujuh abad ini, dengan penanggalan

penobatannya sebagai seorang syaikh tarekat dan tahun kematiannya.

Kebanyakan mereka berasal dari Albania.sol

Para sejarawan mengatakan bahwa Al-Bektasyiah tidak termasuk

aliran tarekat Sufi resmi di Mesir. Meskipun ia sudah ada sejak masa

Al-Khadiyawi Ismail dan mendapatkan bantuan besar dari keluarga

Muhammad Ali. Bahkan sebagaian dari keluarga tersebut ada yang menjadi

anggotanya. Terlebih lagi pada masa Fuad dan Faruqso2. Mungkin karena

Al-Bektasyiah merupakan kelompok yang mempunyai akidah khusus

yang berbeda dengan tarekat Sufi setempat yang beraliran Sunni murni.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Al-Bektasyiah telah masuk

ke Mesir dan tersebar di sana sejak waktu yang lama, namun para

peneliti tarekat Sufi atau tasawuf di Mesir di masa Dinasti Utsmani

tidak memberikan perhatian yang semestinya, bahkan sebagian mereka

tidak memberikan isyarat terhadap adanya tarekat tersebut sedikitpun.

Barangkali saja mereka menganggap bahwa Al-Bektasyiah termasuk

yang menyebutkan bahwa jumlah mereka di Albania mencapai tiga ratus ribu orang

yang merupakan 25 persen dari jumlah penduduk Albania pada waktu itru. Ibid., t:J;r-:..

58. Namun Birge menyebutkan bahwa jumlah mereka di Albania pada tahun 1933 M

mencapai sekitar satu juta setengah jiwa. 

tarekatyang sesatyang tidaklayak untuk diteliti dan dimasukkanke dalam

tarekat-tarekat sufis3.

Perkembangan Al-Bektasyiah dan Keterpengaruhannya dengan

Aliran Al-Hurufiyah

Ketika Bektasy Velli meninggal dunia, dasar dan ajaran tarekatnya

masih dalam bentuk sederhana dan kondisi tersebut masih tetap demikian

di tangan para pengikut dan penggantinya. Namun ketika aliranAl-Hurufi

Al-Ibahi Al-Mutalwrirmasuk ke Turki dan bercampur dengan Al-Bektasyiah

untuk menyebarkan pemikiran-pemikirannya secara tersembunyi, maka hal

tersebut berpengaruh pada pemikiran Al-Bektasyiah, sebagaimana juga A1-

Bektasyiah terpengaruh dengan pemikiran Al-Akhiyah dan Al-Baba'iyah'ru

Beberapa sumber dan referensi menyebutkan bahwa Balim sultan

(w. 922 H/1.615 M) merupakan seorang pembaru Al-Bektasyiah,sos atau

merupakan syaikh kedua di dalam tarekat. Dialah orang yang melakukan

pengembangan sebagian pemikiran dan dasar-dasarnya.tou Atau, dapat

dikatakan dia adalah orang yang memberikan sentuhan terakl'rir bagi tarekat

inisT dan dianggap sebagai pendiri ),ang sebenamya bagi tarekat iniso8,

atau pemimpin utama yang menciptakan pemikiran Al-Bektasyi.ffi Banyak

pemikiran Syiah dalam aliran Al-Bektasyiah yang dinisbatkan kepadanya.s1o

Balim Sultan mempunyai posisi yang sangat berwibawa bagi para

penganut Al-Bektasyiah. Bukan hanya karena dia seorang pembaru tarekat

dan syaikh kedua di dalam aliran ini, melainkan juga karena dia diyakini

sebagai anak dari seorang ratu Nasrani Bulgaria dari seorang ayah yang

beraliran Al-Bektasyiah. Bahkan proses kelahirannya Pun menjadi mitos;


sang ratu mengandung -menurut keyakinan mereka- karena madu yang

dia makan dari tangan syaikh yang beraliran Bektasyiah, maka anak yang

lahir tersebut dinamakan dengan Balimsultanyang berarti Sultan Madu.s11

Pokok Pemikiran Al-Bektasyiah

Tak diragukan lagi bahwa kelompok dan aliran-aliran Sufi banyak

diselimuti dengan ketidakjelasan mengenai pemikiran, dasar, dan

filsafatnya. Dibutuhkan jerih payah besar, untuk dapat memahami dan

mengetahui hakekat pemikirannya. Hal ini disebabkan terkadang karena

ungkapan tidak langsung yang sering digunakan, bahasa simbol yang sering

dipakai, ataupun karena klaim buruk yang dituduhkan oleh lawannya. Dan

terkadang hal ini ;'uga banyak ditemukan kebenarannya. Namun para ahli

tarekat atau aliran sering menolak tuduhan ini terhadap dirinya.

Dalam hal ini, aliran Al-Bektasyiah juga seperti aliran-aliran tarekat sufi

yang lain. Di satu sisi, pengikut-pengikutnya memberikan gambaran yang

ideal terhadap alirannya yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan hadits,

hi.ggu dari keterangan ini akan tampak bahwa mereka adalah gambaran

aliran tarekat sunni salafi yang berdasarkan pada Ahlu Sunnah walJamaah.

Namun, di sisi lain, kita akan menemukan tulisan-tulisan lain yang

berbicara tentang Al-Bektasyiah dan menjelaskan pemikirannya yang

berbeda dengan penjelasan di depan. Bahkan terkadang bertentangan. Oleh

karena itu, penelitian tematik mengenai hal ini mesti melihat pandangan

pengikutnya dan juga harus memperhatikan penelitian-penelitian yang

lain, dengan menjauhi klaim hukum yang telak kecuali apabila disandarkan

pada dalil yang sangat kuat. Dengan metode seperti ini, pembahasan

mengenai pemikiran dan dasar Al-Bektasyiah dapat dilakukaru demikian

pula mengenai perilaku keberagamaan mereka setelah disusun dan

ditertibkan dalam pembahasan berikut ini.

Pertama kali perlu dijelaskan bahwa para syaikh Al-Bektasyiah

menyebutkan bahwa sumber tarekat mereka adalah Al-Qur'an dan sunnah.

Mereka melakukan ajarana-ajarannya dan tidak menggunakan dasar pada

selainnya.sl2 Mereka juga mengakui bahwa tarekat harus disandarkan

pada perintah syariat dan sesuai dengan sunnah serta menjauhi bid'ah

di setiap perilaku. Dasar dari tarekat adalah pengakuan dengan lisan dan

membenarkan dengan hati terhadap wujud Allah, keesaan-Nya, beriman

kepada malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan Hari Akhir.

seorang murid Al-Bektasyi harus menganut Ahlu Sunnah wal jamaah

yang melakukan kewajiban dan juga sunnah. selalu menjalankan ibadah,

dan selalu membaca dzikir dan wirid.s13 Mereka menganS8ap bahwa

keimanan orang awam terhadap pangkal akidah merupakan keimanan

taqlid. Sedangkan para ahli tarekat, keimanan mereka adalah keimanan

tahqiqi. Tujuan tarekat adalah agar sampai pada jalan kebenarary melatih

diri dan membersihkan diri dari kesyirikansl4. Penjelasan mengenai sikap

berpegang teguh kepada ajaran agama ini banyak disebutkan oleh orang-

orang Al-Bektasyiah. Seolah-olah mereka merasa bahwa orang-orang selain

mereka melihat dan meragukan. Semua penjelasan mereka ini akan tampak

sekali perbedaannya dengan apa yang mereka lakukan dan apa yang

ditemukan oleh para peneliti tentang pemikiran dan dasar-dasar tarekat.

pertama: Pemikiran Tauhid An-Nurani dan Posisi Imam Ali di

Dalamnya

Filsafat agama aliran Al-Bektasyiah mempunyai dua sisi; sisi zhahir

yang berupa manusia dan sisi batin yang berupa Allatu dan diungkapkan

dengan menggunakan bahasa simbol. Hal tersebut disandarkan pada

pemikiran tauhid An-Nurani. pemikiran ini pada intinya mengatakan

bahwa Allah, Muhammad, dan Ali adalah cahaya (nur)yangsatu. Namun

hal tersebut, menurut pandangan mereka, tidak berarti bahwa Muhammad

dan Ali merupakan Dzat Allah. Pemikiran ini juga dilandaskan pada

huruf-huruf Al-Qu1an yang ditafsiri dengan metode Bektasyi yang banyak

menggunakan simbol; Titik yang terdapat pada huruf Ba' dalamlafazh

Basmalahmemanjang agar meniadi Alif yangmenunjukkan Keesaan Dzat.

yaitu Alif yang terdapat dalam lafthul jalalah (Allah). sedangkan htlJuf Lam

dalam lafzhul jalalah, salahsatunya adalah menunjukkan Muhammad dan

satunya lagi menunjukkan Ali bin Abi Thalib. Dary huruf Ha'merupakan

isyarat terhadap dhamir huwa.

Huu.ul Mimyang pertama pada lafazh Muhammad merupakan Mim Al-

lmkan, danmimyang satunya lagi merupakan Mim Asy-Syukran. Sedangkan

huruf fla' dan Dal keduanya menunjukkantuahdaniyah (Keesaan). Ketika

titik telah menjadi Alif dalam lafzhil jalalah, maka akan terbentuk lafazh

aha d y ang berarti D zat y ang Maha Esa. Sedangkan laf azh A ll menunj ukkan

makna al-uluwwi (tinggi) dan kata uluwiy ah menunjukkan makna uluhiy ah

(ketuhanan)s1s.

Penganut Tarekat Bektasyi melukiskan pemikiran mereka dalam

bentuk gambar di tembok dalam Tekke-tekke mereka dan di pintu-

pintunya, seperti tiang yang mempunyai pangkal pondasi; tiang ini

dianggap sebagai perwujudan masyarakat manusia. Puncaknya sebagai

perwujudan ketuhanan. Tiang ini akan berbentuk kerucut yang pangkahrya

luas dan semakin ke atas maka semakin kecil hingga di ujungnya sangat

kecil sekali. Demikianlatr, manusia bermula dari pangkal, kemudian naik

ke atas hingga sampai ke akhir di ujung, yangberarti pemahaman terhadap

keesaan dan mendekati hakekat danwitshul sampai kepada Allah, karena

mereka berusaha untuk mencapai tingkatan al-uluwiyah (tinggi) dengan

naik hingga menuju ke Dzat Ilahiyah (ketuhanan) yang bertajalli (tampak

lahir) dalam Muhammad dan Ali. Agar seseorang dapat mencapai tingkatan

uluwiyah, maka dia tidak boleh tunduk pada setan dan nafsu ammarah,

agar dia dapat melihat segala yang ada di sekitarnya dengan mata kasih

sayang dan merasa sakit karena rasa sakit yang dirasakan oleh orang-orang

di sekitarnya dan bergembira karena kegembiraan mereka. Hal ini dapat

dirasakan, karena dia menyadari bahwa semua orang ini telah menjadi

bagian darinya. Dan pada saat itu, ketika dia bercermin, maka dia tidak

melihat dirinya, namun yang dia lihat adalah Alis16.

Pemahaman ini juga berhubungan dengan penafsiran hitungan abjad

yang khusus dengan menggunakan cara Bektasyi. Hitungan ini terdapat

dalam pola A Ba la Dun. Mereka beranggapan bahwa Ali adalah orang

yang pertama kali menyerukan untuk menggunakan pola ini. Sesuai

dengan penafsiran ini, mereka memberlakukan huruf-huruf abjadiyah

dan menentukan perbandingannya dalam jumlah bilangan . Lafzhul jalalah

menunjukkan hitungan tertentu. Demikian pula lafazh Muhammad, Ali,

Fatimah, Hasan, dan Husain.

Penelitian menyingkap bahwa secara singkat hitungan Bektasyi

berpedoman pada pola dua (mutsanna) yaitu dalam bentuk (Muhammad

dan Ali) atau tiga (Atlatu Muhammd, Ali),khumasi (lima) atausuba'i (tujuh)

yang terwujud dalam As-Sab'u Al-Matsani, atau dalam bentuk dua belas

(Al-Aimmah Al-ltsna Asyaiyah), atau jumlah huruf Basmalah. Tujuan dari

penafsiran ini adalah untuk membuktikan kebenaran pemikiran mereka

yang telah disebutkan di depan, seperti mengenai uluhiyalr, kenabian, Ali

dan Ahlul Bait.

Sumber-sumber penelitian menunjukkan dengan jelas perihal tersebut

yang terwujud dalam unsur-unsur makna, simbol, dan materi dalam aliran

Bektasyi. Dimulai dari sorban atau mahkota yang dipakai oleh orang-olang

Bektasyi di kepalanya, hingga ornamen-ornamen bangunan di dalam

tekke-tekke mereka.s'7

Sedangkan mengenai posisi AIi, sebagian sumber di Turki yang

merupakan aliran Bektasyi menunjukkan bahwa mereka meyakini bahwa

dasar-dasar kitab-kitab samawi terdapat dalam Al-Qur',an. Hakekat-

hakekat Al-Qur'an terkandung dalam l)mmul Kitab. Mak-na-makna Fatihah

terdapat dalam Basmalah. Latha'if Basmalah terdapat dalam huruf Ba' dan

lchasha'ish Ba' terdapat dalam titiknya. Mereka mengatakary "Ali berkata,

,,Aku adalah titik ini." semua hukum yang muncul dari pancaran sesuatu

yang wujud berasal dari huruf Ba' ini yang merupakan gambar dan macam

semua jenis manusias18.

Perkataan ini merupakan keyakinan aliran Al-Hurufiyah, dan dasar

pemikirannya. Pemikiran ini terdapat dalam kitab mereka, lawadan

Kabifls, dengan makna dan kalimat yang sama. Aliran Bektasyi sangat


terpengaruh dengan pemikiran Al-Hurufi, meskipun mereka mengingkari

kalau dikatakan telah mengambil pemikiran tersebut dari Al-Hurufiyatr,

sebagaimana keingkaran mereka mengenai hubungan mereka dengan

aliran Hurufiyah ini dan juga dengan pemimpinnya yang bernama

Fadhlullah Al-Hurufi . Orang-orang Bektasyi menganggap aliran Al-Hurufi

yah menyalahi nilai moral, menyalahi perintah dan larangan, dan terlepas

dari ajaran agama52o.

Di samping itu, imam Ali menempati posisi yang sangat tinggi di

dalam wirid dan syair serta dalam kuburan-kuburan Bektasyi. Mungkin,

posisi imam Ali melebihi posisi kenabians2l.

Sedangkan para syaikh Bektasyi terlihat sekali merasa tertuduh sebagai

pengikut syiah. Hal ini membuat mereka segera mengatakan, "Semua Ahlu

Sunnah mengakui ketinggian tingkatan Ali dan keturunannya. Mereka

merasa terhormat mendapatkan pancaran para imam dari Ahlul Bait.

Orang-orang memujinya karena mereka menjadi murid para Ahlul Bait.

Abu Hanifah adalah murid dari Ja'far Ash-Shadiq. Dia juga mengakui

kemuliaan Ahlul Bait. Ibnu Hanbal bukan hanya merupakan imam dalam

ilmu zhahir saja, melainkan juga pemilik llrnuladunni dalam pengetahuan

mengenai keutamaan Ahlul Bait. Imam Malik dan Asy-Syafii juga demikian.

Oleh karena itu, tidak ada perbedaan antara Ahlu Sunnah dan Syiah. Bagi

kami, semuanya sama. ApabilaAnda ingin, maka Anda dapatmengatakan,

bahwa semuanya adalah Ahlu Sururah dan semuanya adalahpara pengikut

dan pendukung Alisz."

Tampak jelas sekali dalam perkataan ini telah terjadi loncatan pada

pemikiran dan fakta sejarah. Pengagungan Alrlu Sunnah terhadap Ahlul

Bait bukan berarti bahwa mereka termasuk golongan Syiah dengan segala

makna terminologinya! Dan, bukan berarti juga bahwa mereka menerima

pemahaman sesat mengenai Ali dan keturunannya! Yang bahkan orang-

orang Syiah sendiri pun mengingkariny4 kecuali golongan Syiah yang sesat.


Dapat dikatakan bahwa dalam keyakinan Bektasyi ini secara umum

terdapat penyimpangan dan menyalahi jalur ideal seorang Sufi. Terlebih

apabila dilihat dari kaca mata sunni. Tidak dibutuhkan banyak ar8umen

lagi untuk menunjukkan kesalahannya. Aliran ini jelas salah.

Qadhi Abdul Jabbar Al-Mu' tazili(w. 41 H) mempunyai perkataan yang

sangat baik dalam mengomentari aliran lain, yang juga sesuai bila dikatakan

untuk mengomentari aliran yang kita bahas sekarang ini, "Sesungguhnya

banyak aliran sudah cukup dengan menyebutkan perinciannya dan tidak

perlu menyebutkan kerusakannya dan penyimpangannya, karena aliran-

aliran tersebut memang sudah bertentangan dengan dirinya sendiri, dan

tidak dilandasi dengan d ahl danhujjah dan dasN yang kuat. Bahkan banyak

dari aliran tersebut yang pemikirannya tidak masuk akalsa." Perkataan ini

juga sesuai untuk mengomentari banyak dari pemikiran mereka.

Jadi dapat dikatakan bahwa pemikiran tauhi d An-Nuranl ini merupa-

kan pola pikir mendasar dalam pemikiran Syiah ghulat (ekstrem) yang

sesat dan melampaui batas. Aliran Bektasyi mengambilnya dari para Syiah

yang sesat ini, sehingga pandangan mereka mengenai Ali serupa dengan

pandangan orang-orang Syiah ghulat mengenai para imam merekas2a.

Kedua: Imam Dua Belas dan Anak-anak Empat Belas

Aliran Al-Bektasyiah mempunyai keyakinan mengenai Imam Dua

Belas dan kemaksuman mereka sebagaimana halnya pemahaman yang ada

pada aliran syiah Imamiyah. Demikian pula mengenai hilangnya Imam

Keduabelas dan kembalinya lagi imam tersebut.ss Namury dalam hal ini,

aliran Al-Bektasyiah mempunyai keyakinan tersendiri yang berhubungan

dengan kemaksuman empat belas orang yang lain. Imam-imam yang

dianggap maksum oleh aliran syiah dan juga oleh aliran Al-Hurufiyah

berjumlah dua belas. Ditambah dengan Nabi dan Fatimah. sedangkan

menurut aliran Al-Bektasyiah, selain keyakinan mereka terhadap yang telah

disebutkan tersebut, mereka memPunyai keyakinan tersendiri mengenai

kemaksuman empat belas orang lain. Mereka menganggap bahwa

pengakuan terhadap kemakshuman emPat belas orang ini merupakan

syarat seorang sufi telah dinyatakan lulus. Mereka adalah para putra dari

para imam (mulai dari Ali bin Abi Thalib hingga Hasan Al-Askari) yang

meninggal dunia di waktu kecil merekas26.

Hal ini merupakan keyakinan yang tidak kita temukan dalam

keyakinan Syiah dan juga kelompok-kelompok yang lain.527 Aliran Al-

Bektasyiah berkeyakinan bahwa di sana terdapat tujuh belas keturunan

Imam Ali -di antara mereka adalah Hasan dan Husain-yang mereka

sebut dengan nama AI -MutahazziminkarenaAli telah menyiapkan mereka

untuk berjihad dan menyerahkan senjata dengan tangannya kepada

mereka, serta mengajarkan salah safu nama dari nama-nama Allah (Asma'ul

Husna) kepada masing-masing dari mereka, agar mereka membacanya

ketika sedang berperang. Namun kebanyakan mereka mati syahid dalam

peristiwa Karbala.sa

Dalam konteks seperti ini, Al-Bektasyiah -secara umum- dituntut

untuk memenuhi hati dan sanubari mereka dengan cinta Allah, Rasul-Nya,

dan Ahlul Bait. Tidak boleh tersisa dalam hati mereka suatu ruang untuk

mencintai selain hal tersebut.s2e Namury hal paling penting yang menjadi

perhatian pengikut aliran Al-Bektasyiah yang selalu memenuhi hatinya

adalah kewajiban mencintai Imam Ali dan pertautan hati, pikiran dan

perasaan terhadap Imam Dua Belas, serta kewajiban mengagungkan dan

mensucikan kelompok lima yang terdiri dari Muhammad, Ali, Fatimatu

Hasan dan Husain. Dapat dikatakan bahwa akidah dan perilaku aliran

Al-Bektasyiah berkisar pada keyakinan ini.ss

Pembaca tentunya mengetahui para sufi terkenal yang berhubungan

dengan perm asalahan al-hubb al-llahi (cinta Tuhan) yang dapat kita temukan

pada Rabi'ah Al-Adawiyah, Al-Hallaj, Ibnu Al-Faridtu Ialaluddin Ar-Rumi,

dan lain sebagainya, namun pemikiran Al-Bektasyiah berbeda dengan itu

semua.

Keyakinan Al-Bektasyiah mengenai Imam Dua Belas, dalam beberapa

hal juga berbeda dengan keyakinan syiah Imamiyah. syiah Imamiyah

berkeyakinan bahwa seorang imam merupakan pengganti Nabi. Tugas

mereka bukan hanya pada masalah agama saja, melainkan juga bertugas

dalam hal lain, seperti politik dan sosial.

seorang Imam menurut aliran syiah Imamiyah menempati posisi

imam dalam agama dan seorang khalifah dalam hal politik.

sedangkan aliran Al-Bektasyiah berkeyakinan -meskipun mereka

tidak mengatakannya secara terus terang-bahwa tugas seorang imam

hanyalah dalam hal agama saia, karena mereka beranggapan bahwa tidak

perlu adanya khalifah. Bahkan semestinya seoran8 khalifah tidak perlu

ada, karena dianggap dapat mendatangkan kezaliman dan penyimpangan.

sebagai gantinya, mereka menerapkan adanya Al-Ashalah atut As-sifarah.

Al-Ashalahberarti munculnya kebenaran secara semPurna dari seseorang.

Sedangkan As-sifarah berarti orang yang mendapatkan tugas misi untuk

menyampaikan petunjuk dari orang yang telah mencapai tingkatan Al-

Ashalah.531

Dari keyakinan ini dapat dipahami bahwa suatu ilmu tidak hanya

terdapat pada para imam saja. Dan di sisi yang lain, dapat dipahami bahwa

dalam hal ini terdapat pengingkaran terhadap keberadaan kekhalifahan.

suatu keyakinanyang tidakmungkin dipungkilL yang tidak sesuai dengan

keyakinan Ahlu sunnah, bahkan aliran syiah sendiri dengan berbagai

alirannya. Sebagaimana juga mereka telah menyalahi nalar sehat, yang

menuntut keberadaan suatu kekhalifahan untuk menjaga agama dan

politik dunia.

Ketiga: Keyakinan Wahdatul Wuiud

Filsafat ketuhanan yang dipunyai Al-Bektasyiah cenderung berrnuara

ke permasalahanwujud (ada) danadnm (tidak ada). Dalam pemikiran ini, Al-

Bektasyiah beranggapan bahwa wujud merupakan asal, kemudian setelah

itu datanglah Adam (ketidakadaan) yang merupakan gelombang yang

akan kembati lagi kepadanya. wujud adalah laksana lautan. sedangkan

Adam laksana gelombangnya. Segala sesuatu bersumber dari lautan ini.

Seluruh kehidupan ini merupakan pancaran dari pangkal cahaya ini.

Segala sesuatu merupakan cerminan dari rahasia wujud dan keindahan-

Nya. Itulah kekuasaan mutlak yang kita namakan dengan "Allah". Kata

ini berarti kesempurnaan mutlak keindahan mutlak, dan kebaikan mutlak.

Oleh karena itu, seharusnya direnungkan kitnb (Al-Maujudat) ini. Petunjuk

kitab tersebut khususnya adalah manusias32.

Penjelasan ini mengindikasikan pendapat Al-Bektasyiah mengenai

pemahaman WahdatulWujud yang mereka ungkapkan -selain yang telah

disebutkan- dengan pandangan bahwa ketika seseorang melihat cermin

dan melihat keelokan dan keindahan penciptaannya maka dia dapat sampai

pada pengertian mendalam dalam kebaikan dan keburukan, cahaya dan

kegelapan, utara dan selatan dan lain sebagainya. Hal ini mengindikasikan

pendapat Al-Hallaj yang berkata, " Ana Al-Haqq."sst dan pemikirartwahdntul

wujud dalam tasazowuf falsafi, khususnya yang terdapat pada pemikiran

Ibnu Arabi (w. 638 H). Para peneliti telah banyak membicarakannya baik

penelitian maupun berupa kritik; sebagian mereka menafikan para pembesar

sufi seperti Al-Hallaj, Al-Busthami, Ibnu Al-Faridh. Mereka menganggap

bahwa apayangdikatakan oleh para pembesar sufi tersebut adalah wahdatu

syuhudbnkanwahdatulwujud. Di sini kami tidak akan membahas lebih lanjut

lagi mengenai pembahasan pemikir an tasawuf falsafi tersebrtfu.

Keempat: Empat Tingkatan

Sebelum berbicara mengenai tingkatan atau metode kerohanian Al-

Bektasyiah, maka kami sebutkan dahulu mengenai dua unsur penting

yang harus dilalui oleh seorang murid sebelum ia menempuh jalan tarekat

yang harus dilalui; yaitu adat dan ilmu hati. Hal ini menempati posisi

penting dalam dasar pemikiran Al-Bektasyiah. Hal ini berhubungan

dengan perilaku manusia dan hubungannya dengan yang lainnya. Apabila

perilaku seorang murid berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya,


maka dia berarti telah menyimpang dari tarekat. Dan, dia harus diusir

dari tarekat ini.

Dalam hal ini, aliran Al-Bektasyiah menganggaP bahwa kualitas

usaha dalam mencari ilmu dan makrifat terkandung dalam perilaku

manusia. Manusia diketahui dari perbuatannya yang bermacam-macam.

Di sana hanya terdapat seorang Mufakkir (Pemikir), Mutasharrif (Pelaku)

atau Mutahaddits (orang yang berbicara). Dalam hal ini terdapat hubungan

erat yang menghubungkan sisi dalam manusia dengan sisi luarnya,yar.g

diungkapkan dalam kata, "Kamu dapat sebagaimana yang dilihat oleh

orang, atau kamu tampak sebagaimana adanya."

Dalampandangan ini, Al-Bektasyiah mengakui dasar atau keutamaan

empat; yaitu, jadilah kamu orang yang istiqarnah, Waqi'i (faktual), Arif

(mengetahui), shndiq (b"rar). Hal ini dinamakan dengan ilmu hati. Sedangkan

pelaksanaannya dinamakan dengan perilaku dan kebiasaan (As-Suluk wa

Al-Adat)s*.

Aliran Al-Bektasyiah sangat memperhatikan pentingnya kesesuaian

antara lahir seorang murid dengan batinnya. Namun, terkadang dalam hal

ini terdapat sesuatu yang menghalangi dalam mencapai kemajuan untuk

menempuh jalan menuju kepada Allah dan mendapatkan buahnya, apabila

seorang murid tidak dapat melampauinya dan terbebas dari kesibukan

yang menggarrgp, rintangan, tidak adanya seorang saksi yang benar dan

kurangnya perhatian terhadap diri ini.

Bagaimanapun kondisinya dalam hal ini terdapat empat dasar atau pintu

yang merupakan fase-fase jalan yang harus dilalui oleh seorang sufi dalam

aliran Al-Bektasyiah, yaitu; 1). Syariaf 2). Tarekat, 3)' Makrifat,4). Hakekat.

1. Syariat

Syariat juga disebut dengan ibadah yang merupakan makna aslinya.

Dalam aliran Ai-Bektasyiah berarti beribadah kepada Allah dan beriman

terhadap keesaan-Nya, qudrah-Nya serta seluruh sifat-sifat-Nya. Namun

bentuk ibadah atau tata caranya berbeda dengan ibadah yang dikenal pada

Ahlu sunnah. Pintu syariat ini merupakan tingkatan pertama yang harus

dilalui oleh seorzrng murid sebelum masuk dan bergabung ke tarekat. Dalam

hal ini, seorang murid juga harus menyesuaikanantara akidah-akidah Islam

dan kaedah umum yEu:rg dianut oleh Al-Bektasyiah yang terangkum dalam

pemikiran tauhid An-Nurani, berkeyakinan terhadap Imam Dua Belas,

percaya terhadap kemakshuman empat belas dan unsur-unsur pemikiran

Al-Bektasyiah yang lain. Dalam fase ini, yang penting bagr seorang murid

pemula agar mengakui apa yang sering disebut dengan syiar tarekat yang

berupa (Allah-Muhammad-Ali) kemudian mengenal syaikh pendiri tarekat

(Haji Bektasy), nasabnya, keutamaannya, dan menampakkan rasa cinta dan

pemuliaan terhadapnya serta bersedia untuk mengikutinya.s36

Pemahaman syariat yang dipaharni di sini mempunyai karakteristik

tersendiri yang berbeda denganapayang kita temukan pada mayoritas sufi

yxrgmu'tadll (lurus). Namun, syariat sebagai fase pertama yang setelahnya

terdapat fase-fase lain, merupakan pintu yang harus dimasuki oleh semua

hingga dapat sampai ke akhir jalan -dan hanya bisa dicapai oleh orang-

orang tertentu saja-yaitu fase hakekat atau al-kasyaf, atau pengetahuan

terhadap inti agama. Hal ini pada dasarnya tampak sebagaimana yang

ada pada pemikiran Sufi.s37

2. Tarekats3s

Tingkatan tarekat ini dicapai setelah seorang murid melalui tingkatan

sebelumnya yang merupakan pintu untuk masuk ke tarekat. Seorang murid

yang sudah masuk fase ini akan disebut dengan Yaul Oglo yang artinya

Putra Tarekat,yangingi+ suka atau berharap untuk masuk ke dalamnya.


Setelah itu dilakukan upacara ritual yang menunjukkan bahwa murid

ini telah masuk tarekat tersebut. Seorang murid harus memPunyai ikatan

hati dengan mursyid (pembimbing) dan berusaha selalu bersamanya untuk

mendapatkan penjelasan mengenai dasar-dasar tarekat.

Pada masa ini, seorang murid memPunyai tanggung jawab penting

di atas pundaknya, yaitu agar meniaga rahasia tarekat dan menjaganya,

menguasai anggota tubuhnya, lisannya, dan tangannya- Dia tidak

boleh melakukan kesalahan atau dosa. Fase tarekat ini layaknya temPat

pendidikan, di sana seorang murid mencari bekal dengan bimbingan

sangmursyid untuk mendapatkan ilmu-ilmu yang harus dikuasai dalam

menjalankan tarekat inis3e.

Aliran Al-Bektasyiah menamakan sang mursyid ini dengan sebutan

"Baba". ]arang sekali disebut dengan nama "Mursyid". Salah satu dari

mereka memberikan alasan terhadap hal ini dengan memberikan penjelasan

bahwa seorang salik (rnurid yang masuk tarekat) dengan mursyid (gotrr),

masing-masing dari mereka memberikan janji persaudaraan denganyang

lainnya. Terbentuklah hubungan erat antara mereka berdua. Oleh karena

Tit,lafazh " Baba" menyiratkan makna kedekatan yang amat sangat kepada

sangmursyid. Sebagaimana juga menunjukkan hubungan spiritual yang

kuat, yang terkandung dalam maknanya. Oleh karena itu, orang-orang

Bektasyi menempatkan posisi mursyid ataubaba pada tempat yang sangat

penting sekali. Mereka meriwayatkan perkataan Sufi yang terkenal,

"Andai tidak ada murabbi (pembimbing) niscaya aku tidak akan mengenal

Tuhanku." Dengan tanpa keberadaan baba, maka seorang sallk (murid)

tidak akan mampu untuk mendidik dirinya dan mencapai kebenaran.

Apabila manusia tidak dapat sampai ke tempat yang tidak diketahuinya

kecuali dengan petunjuk, maka mungkinkah dia dapat sampai kepada

Allah dengan tanpa petunjukso.

Baik disebut mursyid, baba atau syaikh, dia tetap mendapatkan

perhatian besar dalam pemikiran Sufi secara umum. Banyak buku-buku

Sufi memberikan pembahasan khusus dalam satu tema atau pembahasan

rnengenai seorang syaikh, posisinya, sifat-sifatnya dalam hal akhlak

dan pengetahuan, dan hubungan seorang syaikh dengan seorang salik

atau murid. Demikian pula, seorang murid tidak dapat terlepas dari

sang mursyid, percaya sepenuhnya kepadanya, cinta dan menaatinya,

mengalahkan keinginan pribadinya, dan pasrah kepada syaikhnya.ill

Sebagian dari mereka bahkan melewati batas mengenai sikapnya

terhadap syaikhnya. Al-Busthami mengatakan sebagaimana yang dinukil

oleh As-Sahrawardi, "Barangsiapa yang tidak mempunyai syaikh, maka

syaikhnya adalah setan."Y2

Dr. Asy-Syaibi menyebutkan bahwa Fariduddin Al-Aththar (w.627

H) menuturkan dalam bukunya Tadzkirah Al-Auliya'-yang menggunakan

bahasa Persia-suatu perkataan yang dinisbatkan kepada Dzunnun (w.

345 H) yang mengatakary "Tidak dikatakan murid, orang yang tidak lebih

taat kepada guunya dari pada kepada Tuhanrrya." Mungkin perkataan ini

dilandasi kewajiban taat secara mutlak kepada syaikh dan percaya penuh

kepadanya serta menempatkannya dalam posisi pensyarah dan penjelas

terhadap apa yang mungkin dipahami salah oleh seorang murid.v3

Penyerupaan yang ada pada aliran Al-Bektasyiah yang telah

disebutkan di depan bahwa seorang syaikh merupakan petunjuk untuk

dapat sampai kepada Allah, sebagaimana petunjuk seorang musafir pada

tempat yang tidak diketahuinya. Bahkan kondisi yang pertama lebih utama.

Tampaknya penyerupaan ini diambil dari pemikiran Syiah. Terdapat

perkataan yang dinisbatkan kepada imam Muhammad Al-Baqir yang

mengatakan, "Salah satu dari kalian keluar beberapafarsalchuntuk mencari

petunjuk, padahal kamu lebih bodoh untuk menempuh jalan langit dari

pada jalan bumi. Maka carilah petunjuk untuk ditimu."s

Terdapat banyak keserupaan mengenai isi pemikiran tentang syaikh

dalam tasawuf dan pemikiran kemakshuman seorang imam dalam aliran

Syiah.ils


3. Makrifat

Orang-orang Al-Bektasyiah berpandangan bahwa Rasulullah ffi

menyampaikan agama kepada manusia. Rasulullah menunjukkannya

kepada Ahlul Baitnya dan sebagian sahabat-sahabatnya mengenai

rahasia keesaan, rahasia Al-Qur'an, dan makna-makna batinnya. Setelah

Rasulullah, hal tersebut berpindah kepada Imam Dua Belas. Sebagaimana

juga, Rasulullah memberitahukan kepada sejumlah orang tentang

ilmu ladunnl. Hal ini disebabkan karena menempuh tarekat, makrifat

terhadap hakekat, danwushul kepada Allatu tidak semua orang mamPu

melakukannya; kecuali orang-orang yang mamPu menyelamatkan dirinya

dari bisikan-bisikan jahat, dan menghilangkan kelalaian.

Hakekat makrifat terhadap suatu kebenaran (haq) tampak dalam tiga

hal: At-Ta'alluq, At-Takhalluq, danAt-Tahaqquq. At-Ta'alluq berarti Makrifat.

At-Takhalluq berarti wujud. Dan, At-Tahaqquq berarti alam dan kejadian.

Syarat seseorang dapatmencapai makrifat(2lrnfl harus memahami rahasia

empat kitab Sama wi; Zabur, Taurat, Injil, dan Al-Qur' an.s6

Terlepas dari pemahaman Al-Bektasyiah mengenai makna At-Ta'alluq,

At-TakhalluQ, dan At-Tahaqquq yarrg sangat sulit dipahami, mempunyai

banyak penafsiran, dan semakin jauh dari pemahaman yang ada pada

tarekat sufi pada umumnya, orang-orang Bektasyi berpandangan bahwa

mengetahui diri sendiri ini adalah suatu kewaiiban dan merupakan sesuatu

yang sangat penting untuk dapat makrifat terhadap sesuatu yang haq.

Hal ini dapat terlaksana dengan dilandaskan pada pengetahuan terhadap

kewajiban agama dan menjalankan ibadah serta pengabdian, yang berarti

pencapaian hubungan yang sebenar-benarnya antara seorang hamba

dengan Tuhannya.

Inilah pangkal dari tajalli (menampakkan diri) yang membuat seorang

salik marnpu memahami rahasia-rahasia Tuhan dan melampaui batas-

batas materi dan fisik. Dia akan melampaui setiap rintangan dan halangan

seperti syahwat, kesombongart, hasud, dan lain sebagainya. Dengannya,

seorang salik mampu mengetahui dirinya. Barangsiapa yang mengetahui

dirinya maka dia akan mengetahui Tuhannya. Tuhan telah menciptakan

alam beserta isinya untuk memberitahukan tentang Ketuhanan-Nya.

Pengetahuan terhadap haq tergantung pada pengetahuan terhadap diri

sendiri. Dan, pengetahuan terhadap diri sendiri berhubungan dengan

pengetahuan terhadap yang haq.

Tidak mudah untuk mencapai hal itu. Bahkan, orang yang bermaksud

untuk memahami dan mengetahuinya, maka dia harus selalu bersama

Baba, agar sang Baba ini dapat mengajarinya, dan mencontohinya. Bukan

hanya dengan penjelasan secara teori saja.YT

Sebenamya, pendapat Al-Bektasyiah ini sesuai dengan apa yang ditegas-

kan oleh para Sufi secara umum, yang menunjukkan bahwa pengetahuan

terhadap diri dapat membaw-a pada pengetahuan terhadap Allah.

Pegangan Al-Bektasyiah dan para Sufi yang lain mengenai permasa-

lahan ini dilandaskan pada apa yang mereka riwayatkan dari Imam Ali

-sebagian mereka menisbatkan perkataan ini sampai kepada Rasulullah-

yang mengatakary "Barangsiapa yang mengetahui dirinya maka dia akan

mengetahui Tuhannya."

Dari sini, Abu Hafsh As-Sahrawardi menganggapnya sebagai dasar

dari tarekat sufi dan ilmu paling mulia. Orang yang paling lurus dalam

menempuh jalan untukber-taqarrub dan jalan sufi adalah orang yangpaling

mengerti tentang dirinya sendiri. Hal ini juga sesuai dengan pemikiran

mendalam mengenai nama-nama Tuhan, yang terangkum dalam tiga

tingkatan (At-T a' alluq, At-T akhallu q, At-T ahaq qu q) menurut Muhyiddin

Ibnu Arabi.w

Makrifat menurut Al-Bektasyiah dan juga menurut pemikiran sufi

yang lain, terbagi menjadi tiga tingkatary sebagaimana berikut ini dengan

urut dari bawah ke atasile:

a. llmul Yaqin: adalah tingkatan makrifat dengan cara melihat dan

mendengar untuk berusaha mempelajari hakekat dan kejadian-kejadian.

b. AinulYaqin; adalahpemahaman danmendapatkanilmu danmenerap-

karmya. Pada tingkatan ini, seortmg mursyid atau orang yang berada


di posisinya melakukan evaluasi terhadap ilmu yang didapatkan oleh

seorang salik serta mengevaluasi pemikiran dan perilakunya yang

ditinjau dari penerapannya terhadap ilmu dan pemikirannya tersebut.

c. Haqqul Yaqin: adalah wushul (sampai) pada hakekaf dan mengetahui

rahasia-rahasia makhluk Allah di dunia.

Perlu disebutkan di sini, bahwa Al-Hujwiri (w.465 H) memberikan

pemahaman terhadap tiga tingkatan makrifat ini yang dari beberapa sisi

berbeda dengan pemahaman yang ada pada Al-Bektasyiah. Al-Hujwiri

berpandangan bahwa llmut Yaqin, menurut suatu kaum adalah ilmu

terhadap muamalah dunia serta hukum perintah dan larangan. AinulYaqin

adalah ilmu ketika hendak meninggal dunia. Sedangkan Haqqul Yaqin

adalah ilmu dengan terbukanya pandangan di surga serta kondisinya

dengan tampak jelas.

Tingkatan pertama merupakan tingkatan umum yang dapat diperoleh

dengan mujahadah. Tingkatan ini merupakan tingkatan Para ulama'

Tingkatan kedua merupakan tingkatan khusus yang dapat diperoleh

dengan meresapinya secara mendalam. Tingkatan ini merupakan tingkatan

para Arif (ahli makrifat).

Tingkatan ketiga merukapan tingkatanKhas Al-Khash (orang yang lebih

khusus tagi) yang dapat diperoleh dengan cata musyahadah. Merupakan

tingkatanp na' parapecinta yang telah berpaling dari segala sesuatu yang

bersifat duniawi.sso

4. Hakekat

Hakekat adalah suatu fase dimana seorang salik dapat memahami

hakekat rahasia alam dan kehidupan, nilai, dan hakekat manusia. Dengan

mencapai tingkatan ini, maka dia telah mencapai kesempurnaan. Dibuka

pintu rahasia kepadanya dan disingkap semua tutup darinya. Dia dapat

kontak dengan Dzat yang Mahatinggi, ymg merupakan hakekat segala

sesuatu.

Pancaran dan kasyaf (tersingkapnya dinding yang membatasi hati

manusia dengan Allah) ini tergantung pada pembersihan diri dan jiwa

dari kerendahan dan kotoran, sehingga seorang salik dengan jiwa, diri

dan raganya menjadi seperti cermin yang jemih yang mampu meluruhkan

segala perbedaan dan jarak. Tidak ada lagi kata seperti aku dan kamu. Pada

saat itu, seorang salik mencapai tingkatan manusia sempurna.ssl

Dalam perkataan seperti ini, kita dapat merasakan semacam pema-

haman ittihad (menyatu) danfann'(melebur) yang serupa dengan apa yang

ada pada para sufi yang lain, pada umumnya. Namury aliran Al-Bektasyiah

menyandarkan pemahaman ini pada hadits Nabi S ," Akttr adalahkotailmu

-dalam riwayat At-Tirmidzi dengan kata," darulhikmah (rurnah ilmus52) -,

sedangkan Ali adalah pintuny a. "

Al-Bektasyiah menggunakan pemahaman ini sebagai referensi

terhadap tingkatan-tingkatan tarekat sufinya yang berjumlah empat;

syariah, tarekat, makrifat, dan hakekat. Hadits ini menempati posisi yang

sangat penting dalam pemikiran Syiah.

Demikianlah, saya (penulis) tidak menemukan perkataan teoritis

yang jelas dan akurat pada aliran Al-Bektasyiah yang menjelaskan

tentang maqam dan kondisi. Namury kami menemukan suatu ungkapan

yang mengisyaratkan suatu maqam dan kondisi, meskipun tidak disebut

dengan jelas dengan nama tersebut, misalnya, pada suatu bab, Ahmad Sri

menufurkan suatu perkataan, "Sesungguhnya seorang Darwisy Bektasyi

harus bertaubat dari dosa dan memfokuskan dirinya untuk mencintai

Allatu Rasul-Nya, dan Ahlul Bait." Sebagaimana disebutkan bahwa untuk

mengambil baiat harus dimulai dahulu dengan taubat, amanat, qana'ah

dan zuhud.553 Dalam perkataan ini hanya mengisyaratkan mengenai


maqam taubat dan zuhud, serta maqam atau hnl (kondisi) cinta, dengan

perbedaan istilah yang digunakan oleh para sufi. Inilah yang ada pada aliran

Al-Bektasyiah mengenai maqam taubat -khususnya- yang merupakan

maqam pertama dan sebagai dasar, karena taubat layaknya tanah untuk

membangun. Barangsiapa yang tidak mempunyai tanah, maka tidak

mempunyai bangunan. Dan, barangsiapa yang tidak bertaubat maka dia

tidak punya hal (kondisi) dan maqam (posisi atau tingkatan).sil

Sebagian Amalan Aliran Al-Bektasyiah

Pertama: Prosesi Acara Tarekat

Prosesi acara tarekat terdiri dari tiga unsur: 1-). Talqin. 2). Penyematan

mahkota. 3). Baiat atau akhdzul yad.

Talqin: Orang-orang Bektasyi menisbatkan talqin kepada Nabi ffi

ketika melakukan talqin kepada Ali, bahwa pangkal iman adalah dengan

mengucapkan La llaha lllallafu sebanyak tiga kali. Ajaran ini kemudian

dilakukan oleh para syaikh Bektasyiah dan menernpatkannya pada posisi

pertama dan diwajibkan kepada setiap murid.

Mahkota: Disebut dengan "Mahkota Husain" -berupa ikatan putih

yang mempunyai dua belas garis, sebagai isyarat keharusan berkumpulnya

dua belas hal pada murid agar menjadi orang yang pantas untuk menggu-

nakan mahkota. Yaitu: ilmu, taat, istighfar, dzikrullah, qnnaah, tawakal, zuhud,

takwa, tawadhu', dermawan, sabar, dan berserah diri. Demikian pula

merupakan isyarat terhadap dua belas huruf yang terdapat pada kalimat

La Ilaha lllatlah dan kalimat Muhammad Rasulullah.sss Hal ini pula meng-

indikasikan makna sebagai simbol dua belas imam mereka. Mungkin

makna terakhir inilah yang lebih kuat, sebagaimana ditegaskan olehDairah

Al - Ma' ar if Al - I sl amiy ah.s s 6

Baiat: Adalah taubat, istighfar, membaca shalawat kepada Nabi,

kemudian syaikh mengambil janji kepada murid agar menghiasi diri

dengan keutamaan dan menjauhi sesuatu yang hina. Aliran Al-Bektasyiah

juga menyandarkan pada ayat baiat yang terdapat pada surat Al-Fath,

Awaif Al-Ma' aif ,

sebagaimana tarekat-tarekat sufi yang lain.ssT Bentuk dan cara pengambilan

janji pada tarekatjtarekat sufi bermacam-macam, namun semuanya sama

dalam menganggap pengambilan janji sebagai syarat pokok untuk masuk

ke dalam suatu tarekat.sss

Baiat ini dilakukan di kamar tertutup tidak ada orang asing. Hal ini

disandarkan pada hadits Nabi ffi yang diriwayatkan dari Syidad bin Aus

yang mengatakan, "Kami bersama Nabi, beliau bersabda, "Apakah ada

orang asingpadakalian (maksudnya adalah Ahli Kitab)?" maka kami jawab,

"Tidak, wahai Rasulullah." Kemudian Rasulullah memerintahkan untuk

menutup pintu dan berkata, " Angkatlah tangan kalian dan ucapkanlah, "La

Ilaha lllallah." Kami kemudian mengangkat tangan kami beberapa waktu."sse

Aliran Al-Bektasyiah sama dengan jumhur Sufi dalam menyandarkan

talqin dan menganggapnya bersumber dari Nabi, diberikan kepada

Ali, kemudian kepada para syaikh mereka. Demikian pula mengenai

pentingnya, cara dan tata krama talqin.ffi Namwr, dalam aliran Al-Bektasyiah

terdapat hal lain dalam prosesi talqiniiyang mereka namakan denganKisa,

yaitu ketika seorang murid atau salik selesai diajari oleh mursyid-nya, maka

mereka berdua duduk bersama sambil memegang dua lututnya. Kemudian

kepala mereka berdua ditutup dengan penutup hitam dan setelah itu, sang

mursyid menyampaikan amanat tarekat secara rahasia. Penutup hitam ini

disebut dengan Kisa. Sedangkan orang yang berada di bawahnya disebut

dengan Ahli Kisa. Seorang murid tidak diterima dalam tarekat sebelum

masuk ke bawah lingkaran Klsa ini.s61

Meskipun prosesi masukke tarekat-tarekatSufi yang lain dilakukan di

depan manusia, namun aliran Al-Bektasyiah meriwayatkan kisah prosesi


Kisayangmenuturkan bahwa Nabi ffi mengumpulkan Ahlul Baitnya, dan

di antara mereka adalahlmamAli. Nabi mengumpulkanmereka di bawah

sorbannya dan menyampaikan amanat secara rahasia kepada mereka,

berupa rahasia-rahasia ketuhanan. Nabi tidak memberitahukan kepada

mereka secara terang-terangan. Demikian pula para wali melakukan

kepada para pengikutnya. Mereka adalah pewaris ilmu kenabian. Dan,

demikian pula Haji Bektasy melakukannya, yang telah mewarisi ilmu Nabi

dan mendirikan tarekatnya pada rahasia-rahasia ketuhanan yang tampak

dalanr hatinya yang bersinar (An-Nurani). para syaikh Al-Bektasyiah

berpandangan bahwa sisi rahasia ini tidak mungkin dijadikan sandaran

untuk mengatakan bahwa di sana terdapat rahasia-rahasia tarekat, sebagai-

mana dituduhkan oleh musuh-musuhnya.tr2

Para peneliti berpendapat bahwa cara Prosesi yang dilakukan oleh

aliran Al-Bektasyiah untuk masuk ke dalam tarekatnya ini, tidak serta merta

membuatnya menjadi sebuah institusi yang rahasia. Meskipun ada prosesi

Kisayangbersifat rahasia di dalamnya, namun mereka merupakan tarekat

yang diumumkan. Orang yang beranggaPan bahwa tarekat ini adalah

rahasia, dia melihat tarekat ini tertutup hanya untuk para pengikutnya,

bukan karena peristiwa prosesi Kisa tersebut.ffi

Perkataan ini terdapat pertentangan; bagaimana di satu sisi dikatakan

diumumkan dan pada waktu yang sama dikatakan tertutup untuk

para pengikutnya saja? Bagaimana dikatakan tertutuP, kalau tarekat ini

tersebar di wilayah Anatolia dan sekitarnya secara luas? Ketertutupan dan

penyebaran secara meluas di satu wakfu, rnenunjukkan bahwa terdapat

pergerakan rahasia di dalamnya.

Kedua: Al-Khirqah (Potongan Kain)

- Al-I(hirqah ini sangat berhubungan dengan baiat. Dalam Al-Khirqah

562 lbid.,24. Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah S mengumpulkan Fatimah,

Ali, Hasan dan Husain di bawah selendangnya atau sorbannya, dan Rasul menyebut

mereka sebagai Alu Muhammad (keluarga Muhammad) atau Alu Baiti (keluargaku),

namun dalam hadits ini tidak ada sebagaimana yang ditambahkan oleh Al-Bektasyiah

bahwa Nabi telah memberikan rahasia "amanat" kepada merek a.Lihat Musnad Ahmad,

hadits Ummu Salamah, hlr,r..292 dan Shahih Muslim, Kitab Fadha'il Ash-Shahabat, bab

Fadhait Al-Hasan wa Al-Husain, jld.8. H.lm. 194-195, (Beirut: Dar Al-Fikri, 1972M), cet.

2. Kepercayaan ini merupakan salah satu dasar terpenting dalam akidah Syiah.

563 Ismet Oglu, op. cit. hlm. 50-51.

Ensiklopedi Aliran dan Madzhab di Dunia tslam 267

terdapat makna berbaiat. Al-Khirqah merupakan simbol masuk dalam

sahabat.ffi Terdapat perbedaan pendapat tentang Al-Klirqahin; antara orang

yang berpegang kuat untuk memberlakukannya dan orang yang beranggapan

bukan sebagai suatu kewajiban. Al-Kltirqalt me$adi penting karena dianggap

menunjukkan hubungan antara syaikh dan murid; ketundukan murid

kepada syaikh dan penyerahan diri terhadap pendapatnya. Penggunaan

Al-Kirqah merupakan tanda penyerahan diri dan pendidikan.ffi Hampir

semua tarekat-tarekat sufi berpandangan bahwa penggunaan Al-Khir q ah

dilakukan turun temurun hingga kepada fmam Ali.s66

Namun penulis tidak menemukan tulisan dalam buku orang-orang

Bektasyi tentang penggunaan syaikh-syaikh mereka terhadap Al-Khirqah

dan siapa yang menyematkannya kepadanya? Penjelasan yang ada

padanya hanya menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan tradisi yang

terpuji yang telah dilakukan oleh para pendahulu mereka dan juga telah

dilakukan oleh Ali bin Abi rhalib ketika menyematkannya kepada Hasan

Al-Bashri (w.110H).s?

Namun, Trimingham menegaskan bahwa Ahmad Al-Yasawi (w.562

H) adalah orang yang memakaikan A l-Khirqahkepada Haji Bektasy. Orang-

orang Al-Bektasyiah sendiri menganggap bahwa dirinya adalah bagian

dari aliran Al-Yasawiyahffi yang pendirinya mempunyai pengaruh besar

pada ahli sufi di Asia Tengah, Turki, dan lran.s6e

Ketiga: Dzikir

Dzikir terdapat dua macam; Dzikt Khnfi(samar). Mereka mengatakan

mengambilnya dari Abu Bakar Ash-Shiddiq yang didapatkannya di dalam

gua dari Rasulullah ffi. Abu Bakar duduk dan memejamkan matanya.

Dzikir lahi (terang-terangan). Mereka mengambilnya dari AlibinAbi

Thalib yang didapatkannya dari Rasulullah ffi.s70


Orang-orang Sufi pada umumnya memPunyai keterangan terperinci

mengenai dzikir dan macam-macarnnya, hukumnya, adabny a, dan faedah-

faedahnyasu.Namun dzikir dan sanad tersebut tidak sebagaimana yang

berlaku di kalangan Al-Bektasyiah.s72

Di sampingitu, mereka merayakanHariAsyura' danmengagungkannya.

Pada hari ini, mereka memperingati kematian Al-Husain dan membaca

dzikir, doa dan wirid yang bemuansa Syiah yang mengisyaratkan secara

jelas permasalahan AI-Wala' dan Al-Barra'serta menohok para sahabat.s73

Birge menyebutkan bahwa aliran Al-Bektasyiah mempunyai dzikir

yang dibaca dengan sinar lilin. Dalam prosesi ini, dihidangkan makan

malam khas mereka. Sebagaimana juga mereka melakukan semacam tarian

dalam acara ini. Menurutnya, inilah yang membedakan dengan tarekat-

tarekat yang lain di masanya.sTa

Namun D a' irah Al-Ma' arif Al-lslamiyah wa Al-Brithaniyah menegaskan

bahwa dalam jamuan malam ini, aliran Al-Bektasyiah menyajikan khamr,

roti, dan keju. Acara seperti ini juga dilakukan dalam prosesi masuk-

nya pengikut baru ke dalam tarekat mereka. Pada umumnya, nabidz

mempunyai posisi penting dalam prosesi acara mereka, namun mereka

tidak mengakuinya.sTs


Sebagian sumber mengatakan bahwa Al-Bektasyiah melanggar

sebagian hukum agama, ibadah, adab ibadah sunnatu seperti shalat jamaah,

khitan, dan perempuan tidak berhijab dan lain sebagainya. Namun sikap

tersebut bukanlah kesepakatan mereka semua. Sebagian mereka tidak

sependapat dengan perilaku menyimpang seperti ini. Sebagaimana juga,

sebagian sumber menyebutkan bahwa ibadah mereka tidak dilakukan

di masjid umum, namun dilakukan di mesjid khusus mereka, yang

kebanyakan berada di dalam Tekke-tekke (pondokan) mereka. Mereka

menutup pintunya dan diikuti oleh laki-laki dan perempuan. Perilaku

seperti ini yang dilakukan secara rahasiasT6, telah menimbulkan banyak

syubhat dan tidak ada dalam buku para syaikh tarekat mereka yang

menegaskan hal tersebut. meskipun terkadang mereka mengisyaratkan

bahwa para musuh telah menyerang mereka dengan hal tersebut.5z

Sumber-sumber Pemikiran Al-Bektasyi

Penelitian mengenai sumber merupakan sesuatu yang men;'adi

perhatian para peneliti. Penelitian ini akan banyak terpengaruh dengan

penelitian yang dilakukan oleh para orientalis baik yang menolak

maupun yang mendukung. Di sini, karena kita berusaha unfuk meneliti

permasalahan tasawuf dan hukum-hukumnya (khususnya mengenai

sumber-sumbernya) -karena banyak sebab- merupakan sesuatu yang

sangat sulit sekali. seorang peneliti harus berhati-hati dalam melangkah,

terlebih untuk menentukan pendapat. Hal ini merupakan permasalahan

yang harus disandarkan pada penelitian secara ilmiah. Dalam kondisi

seperti inilah kami berusaha untuk menuturkan unsur-unsur berikut ini:

Pertama : Al - Bektasyiah; Antara Tasawuf d an Ta sy aryu' fSyiah)

Dalam hal ini, kita harus membedakan antara dua fase yang terjadi

pada Al-Bektasyiah. Masing-masing fase ini mempunyai karakteristik

tersendiri; fase berdiri (tumbuh) dan fase perkembangan.

Fase pertama. Pada fase ini, tarekat yang ada pada Al-Bektasyiah tidak

berbeda dengan tasawuf yang ada di masanya, kecuali hanya perbedaan

yang sedikit saja. Dinisbatkan kepada Bektasy Velli, suatu sikap dan

perhatiannya terhadap zuhud yang disandarkan pada hadits-hadits Nabi

serta perkataarurya mengenai tingkatan para murid, jumlah shalat yang

sama dengan Nabi, Al-Khulafa' Ar-Rasyidun, penyebutan Aisyah g;

dengan tanpa mencela maupun mengeritik, isyarat mengenai syafaat Nabi

ffi, dan juga banyak menyebut Isa,$Fl.

Bektasy velli juga memerintahkan murid-muridnya untuk memakai

baju putih dan menyuruh sejumlah dari mereka untuk menyiarkan

tarekatnya di daerah-daerah Islam.

Bektasy Velli mengatakan, "Para makhluk menyaksikan bahwa

Muhammad ffi adalah seorang Nabi sejak diciptakannya Adam." Pada

umurrnya, perkataan Bektasy Velli mencakup simbol dan pemikiran sufi

yang sudah banyak dikenal, dengan kecenderungan zuhud, dan fakir,

dengan tanpa disertai dengan madzhab fikih atau teologi tertentu. Haji

Bektasy Velli meninggal dunia dan pemikiran dan dasar tarekatnya dalam

kondisi seperti ini.s78

Terlepas dari kebenaran penisbatan perkataan tersebut kepadanya,

para peneliti dan sejarawan melihat pribadi Bektasy dan tarekatnya pada

mulanya ideal dan tidak menyimpang. Tasy Kubra Zadah (w' 968 H)

menyampaikan argumen yang baik yang membersihkan Bektasy velli dari

orang-orang yang masuk ke dalam tarekatnya dan menambahkan apa-

apa yang tidak termasuk di dalamnya. Disebutkan bahwa Bektasy velli

termasuk orang-orang yang mempunyai karamah dan seorang wali, namun

pada masa sekarang ini, orang-orang yang menyimpang menisbatkan

dirinya pada alirannya, padahal Bektasy velli berlepas diri dari perilaku

mereka semua ifu57e.

Al-Bustani mengatakan bahwa Bektasy Velli merupakan seorang lelaki

yang terkenal dengan kesalehannya, keutamaannya, dan ketakwaannya.

Namun, para pengikutnya melakukan kegiatan ritual yang tidak bersumber

dari agama. Oleh karena itu, orang-orang di luar tarekat tersebut menjadi

tidak menyukainya yaitu para Darawis (ahli sufi) Turki.

Sedangkan Dr. Miqdad Biljin mempunyai pendapat yang sangat

penting di sini -dia adalah seorang Turki dan mempunyai kecenderungan

salafi - dia mengatakan bahwa Al-Bektasyiah terpengaruh dengan tarekat

Al-Yasawiyah. Meskipun berkarakter Syiah, namun Al-Yasawiyah ini

merupakan cabang dari tarekat Al-Khawajikaniyah yang berasal dari

Persia. Tarekat Al-Khawajikaniyah ini berasal dari Al-Junaidiyah. Oleh

karena itu, pertumbuhan Al-Bektasyiah bersumber dari asal yang jelas.

Terlebih kehidupan Bektasy Velli tercatat merupakan kehidupan yang

saleh. Penyimpangan yang kita lihat pada Al-Bektasyiah pada masa

sekarang ini, merupakan sesuatu yang baru terjadi yang dilakukan oleh

para pengikutnya dan para syaikh Al-Bektasyiah setelah Bektasy Velli.s81

Menurut Trimingham bahwa karakter Syiah yang terdapat pada Al-

Bektasyiah dan pemikirannya yang menyimpang dan melampaui batas,

bukan berasal dari Bektasy Velli.582 Hal ini juga sesuai dengan pendapat

peneliti dari Turki yang bernama Ishmet Zakki Oglo.s83

Permasalahan pokok terdapat pada masa perkembangan Al-Bektasyiah

setelah pendirinya meninggal dunia. Kita telah melihat pada penjelasan

sebelumnya mengenai pola pikir, prosesi, dzikir dan wirid yang mempunyai

kecenderungan pemikirary keyakinan dan prosesi Syiah, seperti pemikiran

tauhid An-Nurani, yang menyebutkan bahwa Imam Ali merupakan salah

satu dari tiga rangka dan mempunyai posisi metebihi dari yang semestinya,

menurut versi mereka, bertawassul kepadanya, meninggal dunia tidak

sebagaimana manusia biasa, menjadikan Imam Ali sebagai rujukan dan

kepala dalam hal tasawuf dan zuhud -Dairatul Ma'arif Al-lslamiyahrnelihat

mereka sebagai kelompok Syiah ghulat yang menuhankan Ali, dan mencela

Abu Bakar dan Umars- pandangan mereka mengenai hitungary huruf, dan

angka; dua, tiga,lima, dua belas dan seterusnya, simbol garis yang terdapat

pada mahkota Al-Bektasyi, keyakinan mereka mengenai kemaksuman

para Imam Dua Belas sebagaimana keyakinan Syiahltsna Asyariyah, ikatan

pemikiran dan perasaan kepada mereka, kewajiban mengagungkan dan

memuliakan lima orang; Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husairu

permasalahan Kisa dengan segala perinciannya isyarat dalam wirid mereka

mengenai kemakshuman Fatimah dan menganggaPnya telah dizhalimi dan

diambil haknya, doa mereka terhadap orang pertama yang menzalimi hak

Muhammad dan keluarganya, melaksanakan peringatan Husain, wirid-

wirid mereka, dzikir-dzikir mereka, sandaran terhadap hadits " Aku adalah

kota ilmu, sedangkan ali adalah pintunya.", dan lain sebagainya yang telah

disebutkan -dalam hal ini terdapat pemikiran dan pendapat aliran Syiah

yang telah dijadikan sebagai bagian dari nash-nash mereka dan berusaha

untuk dilakukan.ss

Menurut Birge, Balim sultan adalah orang yang memasukkan karakter

Syiah ini ke dalam tarekat.se Al-Bektasyiah juga terpengaruh pada gerakan

Sufi Al-Baba'iyah,yang pada intinya memPunyai akidah yang bersumber

dari syiahghulatBanniyah, meskipun secara zhahir tampak sebagai gerakan

tasawufl87 dan gerakan HurufiYah.

Beberapa sumber menyebutkanbahwa jiwa syiah telah mengalir pada

tarekat ini, baik secara pemikirary keyakinan dan perilaku. Al-Bektasyiah

merupakan sempalan yang berdiri sendiri dalam aliran Syiah dan berhaluan

syiah ltsna Asy ariy ah,sebagaimana An-Nushairiyah. Namun Al-Bektasyiah

sedikit memuat perincian yang tidak terdapat dalam pemikiran syiah

secara persis.ffi

Dapat dikatakan bahwa Al-Bektasyiah bukanlah aliran syiah sejak

semula, namun mempunyai jiwa syiah. Kecenderungan bernuansa syiah

baru muncul belakangan. sedangkan pada masa sekarang ini, bentuknya,

bisa dikatakan sebagai kelompok tasawuf Syiah.

Meskipun orang-orang Al-Bektasyiah beranggaPan bahwa- mereka

termasuk ke dalam Ahlu Sunnah wal Jamaah dan mempunyai haluan

pemikiran Sunni, dalam hal akidah dan syariat, sebagaimana yang kita

ketahui sebelumnyase--meskipun sebagian kecil dari mereka tidak mengakui


pihak mayoritas dalam hal pemikiran dan perilaku beragama - dan mereka

beranggapan bahwa mereka berhaluan Ahlu Sunnah,s{ namun pemikiran

dan banyak dari dasar dan perilaku beragama mereka menolak anggapan

tersebut. Bahkan hal itu justru menjadi sumber kritikan kepada mereka

yang dapat menyebabkan mereka dianggap keluar dari lingkup tasawuf

yang benar, atau bahkan dari kelompok dan madzhab Islam yang dikenal.sel

Kedua: Sumber dari Nasrani dan Yunani

Tampak jelas sekali bahwa Al-Bektasyiah, dalam pemikirannya

mengenai tauhid An-Nurani yang terdiri dari Allah, Muhammad dan Ali,

terpengaruh dengan paham Trinitas Nasrani. Demikian pula jamuan malam

yang di dalamnya dihidangkan pula minumannabidz, roti, dan keju, sangat

erat hubungannya dengan prosesi Jamuan Malam Tuhan yang terdapat

pada agama Nasrani. oleh karena itu, sebagian peneliti melihat bahwa Al-

Bektasyiah mengandung unsur agama Nasrani, bahkan disangka bahwa

mereka pada dasarnya beragama Nasrani dan hanya mengambil Islam

sebagai zhahimya saja.e2

Ishmet Zakki Oglo dan D a' irah Al-Ma' arif Al-lslamiy ahberpandangan

bahwa Al-Bektasyiah juga terpengaruh pada teori Phytaghoras dalam hal

hitungan, yang melihat seluruh alam dan makhluk yang ada di dalamnya

terwujud dalam bilangan. oleh karena itu, Al-Bektasyiah memberikan

perhatian besar terhadap bilangan dan huruf, bahkan hingga dalam kadar

mensucikan.se3

Tampaknya pendapat ini kurang pas, karena dalam hal bilangan dan

hurur, Al-Bektasyiah lebih terpengaruh pada tarekat Al-Hurufiyah. Terlebih

ketika Al-Hurufiyah masuk Turki, ia bergabung dengan Al-Bektasyiahsea

dan mendorongnya untuk berkembang, meskipun tidak tampak hingga

sempurna bentuknya.

Keyakinan Al-Hurufiyah pada dasamya disandarkan pada pendapat

para ulama mengenaihuruf sejak semula -bisa jadi di antara mereka adalah

Phitaghoras-dan kemudian membentuk suafu agama secara semPurna,

yang didasarkan pada suatu bilangan kemudian menggunakan angka. Di

antara pandangan mereka adalah bahwa asal pangkal makrifat kepada

Allah adalah lafazh. Hubungan antara makhluk dengan sang Pencipta

tidak akan dapat dilaksanakan kecuali dengan lafazh.

Demikian pula mengenai pandangan mereka tentang penyatuan

agama-agama dan menyamakan semua agama tersebut'es, dan yang lebih

urgen lagi adalah pendapat mereka bahwa semua rahasia Kitab Samawi

terdapat dalam Al-Qur'an dan semua yang ada pada Al-Qur'an terdapat

dalam Ummul Kitab, dan seterusnyat*. Perkataan ini merupakan salah satu

dasar keyakinan terpenting dalam aliran Al-HurufiyahseT sebelum aliran

ini berpindah dan bergabung pada Al-Bektasyiah.

Birge menyebutkan pendapat dari para peneliti lairv bahwa Fadhlullah

Al-Hurufi (w. 804 H) merupakan pendiri Al-Bektasyiah yang sebenarnya.

Andit Haji Bektasy hanya pada penggunaan namanya pada tarekat ini yang

dinisbatkan kepadanya.se8

Trimingham melihat bahwa banyak dari pemikiran Batiniyah dan

keyakinan-keyakinan rakyat di Asia Tengah, Anatolia, unsur-unsur Romawi,

dan Nasrani berpindah dan masuk pada aliran Al-Hurufiyah kemudian

setelah itu masuk ke aliran Al-Bektasyiah. Demikianlah, meskipun orang-

orang Al-Bektasyiah mengingkari hubungan mereka dengan Al-Hurufiyah

dan mereka melihat pendiri Al-Hurufiyah sebagai orang yang menyerukan

penyimpangan.u'

Sumber dari Anatolia

Ishmet oglo melihat bahwa di wilayah Anatolia kuno terdapat

keyakinan Daniusus yang merupakan tuhan Al-Khamr dan keyakinan

Arfius yang merupakan penyair legenda yang mempunyai sifat ketuhanan.

Dengan syair dan musiknya, ia mampu menundukkan hewan buas dan


menjinakkannya agar hidup dengan damai. pemikiran Al-Bektasyiah tidak

terlepas dari keyakinan ini. Bahkan pemikiran ini berpengaruh besar dalam

pembentukan aliran Al-Bektasyiatr, sebagai sebuah tarekat, atau kelompok

sufi Alawiyah. Mereka meriwayatkan dari para syaikhnya bahwa mereka

mampu menundukkan hewary mengumpulkannya di sekelilingnya dan

menjinakkarmya. Mereka pun mampu mengumpulkan hewan lain yang

tidak pernah berkumpul bersama, seperti singa dengan burung, srigala

dengan domba. Riwayat ini tersebar dan banyak cerita mengenai hal ini

termuat dalam buku-buku mereka, sebagaimana juga termuat riwayat-

riwayat lain tentang hewan, pohon dan tumbuh-tumbuhan yang menyalahi

tabiat dan kenyataan.ffi

Trimingham mengisyaratkan, meskipun tidak secara terperinci, bahwa

keyakinan agama Anatolia telah mempengaruhi aliran Al-Bektasyiah.601

Sumber dari Timur

Sebagian peneliti berusaha untuk menemukan kesamaary keserupaary

pengaruh atau dipengaruhi antara Al-Bektasyiah dan sumber-sumber

agama di rimur. Terkadang keinginan besar ini tidak terlepas dari klaim

serampangan. Terlepas dari ifu semua, sumber dari rimur, menurut mereka

terbagi menjadi dua:

1. Keyakinan Turki kuno: yaitu keyakinan yang dipeluk oleh bangsa

Turki Asia kuno. Keyakinan ini juga mencakup adat istiadat dan

kepercayaan yang berhubungan dengan hewan dua belas yang terdapat

dalam penanggalan Turki yang dalam kepercayaan Al-Bektasyiah

dianggap sebagai hewan-hewan yang suci. sebagian mengisyaratkan

keberuntungan dan sebagian yang lain mengisyaratkan keburukan.

Namun pemikiran Turki kuno ini merasuk dalam agama-agama

Anatolia setelahnya. oleh karena itu, sulit membedakannya pada

saat sekarang ini. Terlebih ketika agama-agama Anatolia tersebut juga

merasuk ke Asy-Syamaniyah

2. Keyakinan Asy-Syamaniyah (Shamanism):uo' Sebagian sumber

menyebutkan bahwa sebagian prosesi tarekat Al-Bektasyiah terdapat

dalam akidah Asy-syamaniyah. Khususnya tentang empat sisi (Iihat

bab kedua). Dalam aliran Asy-Syamaniyah terdapat empat dasar

keyakinan. Ia mempunyai empat arah sisi. Setiap sisi mempunyai wama

tertentu. Utara berarti hitam. Selatan berarti merah. Timur berarti biru.

Barat berarti putih. Hal tersebut telah memPengaruhi -dengan alasan

tertentu - pada pemahaman bangsa Turki kuno mengenai tuhan empat

(Kul l(han, Waq Khan, Fizel l(lmn dan Qara Khan) yakni tuhan hitam,

tuhan merah, tuhan biru, dan tuhan putih. Demikian pula, sifat-sifat

yang mengatur kehidupan di bumi berupa empat (akal, keseimbangan,

keadilan dan kekuasaan); keyakinan ini akhimya berpindah dan masuk

pada Al-Bektasyiah. Dalam hal ini, para murid dan pengikut tarekat

di masa dahulu menggunakan sorban yang memPunyai empat rumbai

dan di setiap rumbainya terdiri dari tiga bagian, hingga semuanya

berjumlah dua belas bagian. Hal ini merupakan simbol para imam yang

berjumlah dua belas. Di samping itu, menurut para peneliti ini, bahwa

Bektasy Velli belum menghilangkan keyakinan-keyakinannya yang

berasal dari Khurasan kuno. sebagaimana juga, orang-orang Anatolia

yang masuk ke dalam tarekat ini masih belum melupakan keyakinan-

keyakinan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka bangsa Turki

pertama yang datang dari Asia. Semua ini mempengaruhi pemikiran A1-

Bektasyiah yang dianggap -sebagaimana anggapan mereka-sebagai

institusi berideologi keyakinan Anatolia.@

Dari semua ini -berdasarkan sumber dan referensi yang ada tentang

sisi kesamaan dan keserupaan serta keterpengaruhan antara pemikiran Al-

Bektasyi dengan akidah dan filsafat yang lain - dapat dikatakan bahwa Al-

Bektasyiah merupakan perpanjangan dari pemikiran kuno dan pemikiran

yang ada pada masanya. sumber dan asal pemikiran kelompok atau tarekat

603 Asy-Syamaniyah merupakan agama primitif yang berasal dari Utara Asia dan Eropa'

Sekarang telahmeluas keTengah danSelatan Asia. Agama ini menyembahroh danalam.

Mereka berkeyakinan bahwa segala sesuatu mempunyai roh dan mereka Pun Percaya

terhadap keberadaan alam gaib yang merupakan alam Tuhan dan roh para pendahulu.

ahm ini hanya menuruti Asy-Syaman (dukun) yang menggunakan sihir untuk mengobati

dan menguasai sesuatu. Lihat Enryc, Britannica, Art, Shamanism, 

Pikiran pokok dan ciri-ciri yang ada pada aliran Al-Bektasyiah dapat

disebutkan sebagaimana berikut ini:

1. Meskipun Tarekat Al-Bektasyiah dinisbatkan kepada Haji Bektasy

velli yang dianggap sebagai pendirinya, namun peran pokok dalam

perkembangannya dan apa yang terjadi pada tarekat ini baik dari

sisi pemikiran maupun prosesi ritu


Related Posts:

  • Ekslopedi aliran Mazhab 6 dianugrahkan Allah kepada siapa saja yang dikehendakinya sesuai denganderajat kesiapannya.azPenganut Al-Bathiniyah dari kaum Sufi juga mengambil pemikirankewalian, meskipun mereka tidak membatasinya pada Ahlul Bait ketu… Read More